Anda di halaman 1dari 15

MODUL PERKULIAHAN

Perancangan
Geometrik Jalan
Galian dan Timbunan

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

12
Fakultas Teknik Teknik Sipil W111700008 Reni Karno Kinasih, ST.,MT

Abstract Kompetensi
Modul ini mengenai galian dan Mampu menghitung volume galian dan
timbunan pada perencanaan geometric timbunan
jalan, serta beberapa metode yang
dapat digunakan untuk menghitung
volume galian dan timbunan

2015 Perancangan Geometrik Jalan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


1 Reni Karno Kinasih, ST.,MT http://www.mercubuana.ac.id
Umum
Pekerjaan galian dan timbunan (cut and fill) adalah pekerjaan yang penting dalam suatu
pelaksanaan proyek konstruksi. Pekerjaan ini harus direncanakan dengan baik, diharapkan
dapat terjadi keseimbangan antara galian dan timbunan. Pekerjaan galian yang lebih besar
dari timbunan akan menimbulkan masalah, yakni akan dibuang ke mana material galian
yang tersisa banyak. Begitu pun sebaliknya, volume timbunan yang lebih besar dari galian
berarti memerlukan material tambahan yang harus dibeli, ini berarti membutuhkan ekstra
biaya, waktu dan tenaga. Penentuan titik-titik perlu ditentukan sebagai titik imbang yang
menentukan antara daerah galian dan timbunan. Namun kadangkala jenis tanah ikut
dipertimbangkan dalam menentukan penggunaannya sebagai timbunan.

Oleh karena itu perhitungan galian dan timbunan memiliki tujuan, diantaranya:

1. Meminimalkan penggunaan volume galian dan timbunan pada tanah, sehingga


pekerjaan pemindahan tanah dan pekerjaan stabilitas tanah dasar dapat dikurangi,
waktu penyelesaian proyek dapat dipercepat, dan biaya pembangunan dapat
seefisien mungkin.
2. Untuk menentukan peralatan (alat-alat berat) yang digunakan pada pekerjaan galian
maupun timbunan, dengan mempertimbangkan kemampuan daya operasional alat
tersebut.

Anda tentu bertanya-tanya apakah tanah yang digali, diangkut dan diletakkan di area yang
akan ditimbun akan memiliki volume yang sama? Jawabannya tidak sama. Hal ini
dikarenakan adanya faktor kembang susut tanah. Setiap jenis bahan memiliki angka faktor
kembang yang berbeda-beda yang akan disajikan pada modul ini.

Faktor Kembang Susut


Suatu tanah galian dari tempat asalnya disebut sebagai Vo, kemudian diangkut dan
ditumpuk ke tempat penimbunan dengan volume disebut sebagai V1. Maka diketahui
bahwa V1 > Vo karena adanya pengaruh faktor kembang tanah yang disebut dengan f1.

2015 Perancangan Geometrik Jalan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 Reni Karno Kinasih, ST.,MT http://www.mercubuana.ac.id
F1 = V1/Vo

Berikut ini adalah faktor kembang dari beberapa jenis tanah

Tabel 1. Faktor Kembang Tanah

Sumber: (Indriany)

Selanjutnya di lokasi penimbunan, material tersebut dipadatkan, volume yang telah


dipadatkan menjadi V2, di mana V2 < V1, hal ini disebabkan oleh faktor susut tanah yang
diberi notasi f2.

F2 = V2/V1

Selanjutnya dapat ditentukan faktor hasil, yakni f3

F3 = V2/Vo

Tabel 2. Faktor Hasil

Sumber: (Indriany)

Faktor hasil dapat ditentukan ketika mulai bekerja dengan jalan membagi volume bahan
setelah pemadatan dengan volume yang sudah ditentukan dalam jumlah yang sama di
tempat sumber. Faktor hasil, akan dipakai untuk mengkoreksi hasil volume yang kita dapat
dari gambar profil, pada saat menghitung mass diagram. Pada literatur yang lain (Saodang,

2015 Perancangan Geometrik Jalan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Reni Karno Kinasih, ST.,MT http://www.mercubuana.ac.id
2004), koreksi dilakukan dengan menambahkan 15% penyusutan terhadap volume
timbunan teoritis (Indriany).

Metode Perhitungan Volume


Pengukuran volume galian dan timbunan secara langsung sangat jarang dilakukan dalam
ilmu ukur tanah, hal ini dikarenakan sangat sulit mengukur material volume secara langsung.
Terdapat tiga metode utama yang umum digunakan , yaitu:

1. Metode cross section


2. Metode unit area (borrow pit)
3. Metode contour area

1. Metode cross section


Metode penampang melintang banyak (cross section) digunakan untuk pekerjaan tanah
yang bersifat memanjang, misalnya perencanaan jalan raya, jalan kereta api, bendungan dan
penggalian pipa.
Menggunakan metode ini, ada beberapa tipe kemungkinan bentuk tampang yang akan
terjadi, di antaranya:
a. Penampang dengan permukaan tanah asli mendatar (one level section)

2015 Perancangan Geometrik Jalan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 Reni Karno Kinasih, ST.,MT http://www.mercubuana.ac.id
b. Penampang dengan permukaan tanah asli miring (two section level)

C1 = w1/k, merupakan beda tinggi antara titik B dan C karena kemiringan tanah asli
1 : k di sepanjang jarak W1, demikian pula A1B = W2/k
Demikian pula jika sisi miring berpotongan di G, maka GE akan menjadi beda tinggi

untuk jarak horizontal sepanjang b/2, sehingga

Karena ΔC1CG sebangun dengan ΔEFG, maka:

2015 Perancangan Geometrik Jalan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


5 Reni Karno Kinasih, ST.,MT http://www.mercubuana.ac.id
c. Penampang dengan permukaan tanah asli mempunyai dua kemiringan (three level
section)
Perhatikan gambar berikut ini!

Dalam pemasangan patok A dan C, lebar sisi dapat diskala dari gambar penampang
dengan teliti menggunakan alat sipat datar, rambu dan pita ukur. Pembacaan pada
rambu di A dan B masing-masing H2 dan H1, apabila h kedalaman formasi di bawah
B, maka;
h2 + H2 = H + h atau
h2 = H – H2 + h
dan h2 = x/m
Oleh sebab itu:
x = m(H – H2 + h)

Demikian pula:

2015 Perancangan Geometrik Jalan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


6 Reni Karno Kinasih, ST.,MT http://www.mercubuana.ac.id
d. Penampang dengan permukaan tanah asli dalam galian dan timbunan (side hill two
level section)

2015 Perancangan Geometrik Jalan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 Reni Karno Kinasih, ST.,MT http://www.mercubuana.ac.id
2. Metode unit area

Konsep perhitungan dengan rumus, diantaranya adalah: a) rumus dua tampang (end areas);
b) metode jarak rata-rata; dan c) metode tampang rata-rata. BErikut ini adalah penjelasan
mengenai ke tiga konsep ini

a. Rumus dua tampang (end areas)


Konsep penghitungan volume dengan metode potongan melintang ratarata. Luas
potongan melintang A1 dan A2 pada kedua ujung diukur dan dengan menganggap
bahwa perubahan luas potongan melintang antara kedua ujung itu sebanding dengan
jaraknya, luas A1 dan A2 tersebut dirata -rata. Akhirnya volume tanah dapat diperoleh
dengan mengalikan luas rata -rata tersebut dengan jarak L dengan ke dua ujung dengan
rumus :

Apabila penampang-penampangnya banyak dan jaraknya bervariasi, misal D1, D2, D3


dan seterusnya, maka:

2015 Perancangan Geometrik Jalan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


8 Reni Karno Kinasih, ST.,MT http://www.mercubuana.ac.id
b. Metode jarak rata-rata
Jarak L1 dan L2 sebelum dan sesudah potongan A1 di rata-rata dan untuk menghitung
volume tanahnya maka harga rata-rata ini dikalikan dengan luas potongan melintang
A0.

c. Metode tampang rata-rata


Volume didapat dengan mengalikan luas rata-rata dari penampang yang ada dengan
jarak antara penampang awal dan akhir. Apabila penampang tersebut A1, A2, A3, A4,
A5…… An-1, An dan jarak antara penampang A1 ke An adalah L, maka:

d. Metode Prismoida
Prisma adalah benda padat yang dibatasi dua bidang sejajar pada bagian atas dan
bawahnya, serta dibatasi beberapa bidang datar di sekelilingnya. Metode prismoida
adalah sebagai berikut

2015 Perancangan Geometrik Jalan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9 Reni Karno Kinasih, ST.,MT http://www.mercubuana.ac.id
3. Metode contour area

Pada metode ini digunakan garis-garis kontur peta topografi untuk menghitung volume.
Metode ini biasa digunakan untuk menghitung volume reservoir, tanggul, volume pekerjaan
tanah untuk lubang galian, dll.

Perhatikan gambar, apabila A0, A1, A2, A3, A4, A5……….., An adalah luas yang dikelilingi oleh
masing-masing garis kontur dengan onterval h dan volume total dapat dihitung dengan
metode berikut:

Tiap bagian dihitung dengan metode potongan melintang rata-rata.

2015 Perancangan Geometrik Jalan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


10 Reni Karno Kinasih, ST.,MT http://www.mercubuana.ac.id
Secara umum:

∑ { ∑ }

Diagram Massa
Bila volume antar stasion telah diketahui, dapat dibuat suatu Mass diagram yang merupakan
kurva untuk menggambarkan pemindahan tanah (haul), pada suatu penampang melintang,
diatas atau di bawah profil jalan, mulai dari suatu stasion tertentu sampai stasion
berikutnya, sebagaimana gambar dibawah. (Indriany)

Pada absis ditempatkan posisi stasion, dan pada ordinat adalah volume tanah. Skala absis
diagram massa, sama dengan skala vertical l profil memanjang jalan. Gambar dibawah
(Saodang, 2004) dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Ordinat pada tiap titik diagram massa menyatakan jumlah galian/timbunan


 Lengkung o-a-b (gambar profil) adalah galian, diindikasikan sebagai lengkung naik O-
A-B (pada diagram massa).
 Lengkung b-c-d-e adalah timbunan dan merupakan lengkung turun B-C-D-E pada
diagram massa.
 Titik b, adalah peralihan daroi galian ke timbunan, dan merupakan puncak lengkung
pada digram massa (B); sebaliknya titik e adalah peralihan dari timbunan ke galian
dan berkorelasi dengan titik terendah E pada diagram massa. Bila kita perhatikan
maka posisi titik b dan e adalah pada kedudukan garis kelandaian
 Perbedaan tinggi antara dua posisi garis vertical pada diagram massa (misalnya FF’-
GG’) adalah jumlah volume tanah yang dipindahkan.
 Antara 2 stasion sembarang, seperti X “- C” pada diagram massa merupakan garis
keseimbangan (balance line), yaitu galian dan tibunan pada gambar profil akan
memberikan harga yang sama.
 Pada lengkungan cembung pada diagram, menunjukkan haul maju pada profil dan
lengkungan cekung merupakan haul mundur

2015 Perancangan Geometrik Jalan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


11 Reni Karno Kinasih, ST.,MT http://www.mercubuana.ac.id
Contoh:

Terdapat gambar potongan melintang dari suatu timbunan seperti berikut ini.

Penyelesaian:

2015 Perancangan Geometrik Jalan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


12 Reni Karno Kinasih, ST.,MT http://www.mercubuana.ac.id
Luas A dapat dihitung sebagai :

Luas A 1 = luas seluruh(trapezium) – luas segitiga

= Luas (CDST+DSQE’+RQOF+FOMG+GMKH+HKI) – luas

(CTSR+RSQP+PQON+NOML+LMKJ+JKI)

= Luas (CDST+DSQQ’+RQOF+FOMG+GMKH+HKI) – luas (CTI)

Tapan yang perlu dilakukan adalah :

• Tentukan semua elevasi dan panjang yang diperlukan

2015 Perancangan Geometrik Jalan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


13 Reni Karno Kinasih, ST.,MT http://www.mercubuana.ac.id
• Menentukan luas masing-masing bagian

2015 Perancangan Geometrik Jalan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


14 Reni Karno Kinasih, ST.,MT http://www.mercubuana.ac.id
Bibliography
Indriany, S. (n.d.). Modul 10 Perencanaan Geometrik Jalan. In Modul Kuliah Perencanaan Geometrik
Jalan. Jakarta: Program Studi Teknik Sipil, Universitas Mercu Buana.

(n.d.). Pertemuan 12: Metode Pengukuran Volume. In Modul Surveying. Tangerang: Universitas
Pembangunan Jaya.

Sukirman, S. (1999). Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Bandung: NOVA.

2015 Perancangan Geometrik Jalan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


15 Reni Karno Kinasih, ST.,MT http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai