Anda di halaman 1dari 13

makalah K3

HAZARD DAN RESIKO DALAM PENGKAJIAN


 DAN PERENCANAAN

MAKALAH
Tugas Mata Kuliah Keselamatan Pasien
dan Kesehatan Keselamatan Kerja
Dalam keperawatan
Yang dibimbing oleh :
Ibu Nelyta Oktavianisya, S.KM.,M.Kes.

Oleh :
Melliyana suci ramadani

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP
Jl. Raya Sumenep-Pamekasan Km 05 Patean Sumenep

September, 2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan istilah yang sangat populer. Bahkan di dalam
dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan K3 yang artinya keselamatan, dan
kesehatan kerja. Menurut Milyandra (2009) Istilah ‘keselamatan dan kesehatan kerja’, dapat
dipandang mempunyai dua sisi pengertian. Pengertian yang pertama mengandung arti sebagai
suatu pendekatan pendekatan ilmiah (scientific approach) dan disisi lain mempunyai pengertian
sebagai suatu terapan atau suatu program yang mempunyai tujuan tertentu. Karena itu
keselamatan dan kesehatan kerja dapat digolongkan sebagai suatu ilmu terapan (applied science).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu program didasari pendekatan ilmiah dalam
upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya
penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang mungkin terjadi. Jadi dapat
dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis
dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi.
( Rijanto, 2010 ).
Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan
suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun
lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlanya. Kehilangan sumber
daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya
sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun. Setiap tahun di dunia terjadi
270 juta kecelakaan kerja, 160 juta pekerja menderita penyakit akibat kerja, kematian 2.2 juta
dan kerugian finansial sebesar 1.25 triliun USD. Sedangkan di Indonesia menurut data PT.
Jamsostek (Persero) dalam periode 2002-2005 terjadi lebih dari 300 ribu kecelakaan kerja, 5000
kematian, 500 cacat tetap dan konpensasi lebih dari Rp. 550 milyar. Konpensasi ini adalah
sebagian dari kerugian langsung dan 7.5 juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai peserta
Jamsostek. Diperkirakan kerugian tidak langsung dari seluruh sektor formal lebih dari Rp. 2
triliun, dimana sebagian besar merupakan kerugian dunia usaha.(DK3N,2007).
Pelaksanaan K3 akan mewujudkan perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan pekerjaan
di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan akan tercipta tempat
kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan
produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian K3 sangat besar peranannya
dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah korban manusia.
Dengan demikian untuk mewujudkan K3 perlu dilaksanakan dengan perencanaan dan
pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci keberhasilannya terletak pada peran serta pekerja
sendiri baik sebagai subyek maupun obyek perlindungan dimaksud dengan memperhatikan
banyaknya risiko yang diperoleh.
1.2         Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1.             Bagaimana factor hazard dan resiko di tempat kerja?
2.             Bagaimana cara mengendalikan Hazard ?
3.             Bagimana Resiko yang bisa terjadi akibat adanya Hazard ?
4.             Bagaimana peran perawat dalam K3?
5.             Hazard dan Resiko yang bisa terjadi saat proses pengkajian dan perencanaan?
1.3         Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.             Untuk mengetahui factor hazard dan resiko di tempat kerja.
2.             Untuk mengetahui cara mengendalikan Hazard.
3.             Untuk mengetahui Resiko yang bisa terjadi akibat adanya Hazard.
4.             Untuk mengetahui peran perawat dalam K3.
5.             Untuk mengetahui Hazard dan Resiko yang bisa terjadi saat proses pengkajian dan perencanaan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1         Faktor Resiko dan Hazard Di Tempat Kerja


Dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai potensi bahaya serta resiko
yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara kerja, penggunaan mesin, alat dan bahan serta
lingkungan disamping faktor manusianya.
Istilah hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu yang potensial untuk
mengakibatkan cedera atau penyakit, kerusakan atau kerugian yang dapat dialami oleh tenaga
kerja atau instansi. Sedang kemungkinan potensi bahaya menjadi manifest, sering disebut resiko.
Baik “hazard” maupun “resiko” tidak selamanya menjadi bahaya, asalkan upaya
pengendaliannya dilaksanakan dengan baik. Ditempat kerja, kesehatan dan kinerja seseorang
pekerja sangat dipengaruhi oleh (effendi, Ferry. 2009: 233):
1.             Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya penempatan pekerja yang
sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan. Beban kerja yang terlalu berat atau
kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan
atau penyakit akibat kerja.
2.             Kapasitas Kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan, kesegaran jasmani,
ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan
kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja
dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai
modal awal seseorang untuk melakukan pekerjaan harus pula mendapat perhatian. Kondisi awal
seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja, dll.
3.             Lingkungan Kerja sebagai beban tambahan, baik berupa faktor fisik, kimia, biologik,
ergonomik, maupun aspek psikososial. Kondisi lingkungan kerja (misalnya, panas, bising,
berdebu, zat-zat kimia, dll) dapat menjadi beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban
tambahan tersebut secara sendiri atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit
akibat kerja.
Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam kesehatan
kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen tersebut akan menghasilkan
kerja yang baik dan optimal (effendi, Ferry. 2009: 233).
Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengan
pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa status kesehatan masyarakat pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya kesehatan di
tempat kerja dan lingkungan kerja tetapi juga oleh faktor-faktor pelayanan kesehata kerja,
perilaku kerja, serta faktor lainnya (effendi, Ferry. 2009: 233)

2.2         Hazard dan Pengendaliannnya


Berdasarkan National Safety Council mengatakan bahwa hazard adalah faktor faktor
intrinsik yang melekat pada sesuatu berupa barang atau kondisi dan mempunyai potensi
menimbulkan efek kesehatan maupun keselamatan pekerja serta lingkungan yang memberikan
dampak buruk. Sedangkan menurut Miles Nedved hazard adalah suatu aktivitas atau sifat
alamiah yang berpotensi menimbulkan kerusakan. Pengertian berdasarkan Frank Bird
Jr, hazard adalah suatu kondisi atau tindakan yang dapat berpotensial menimbulkan kecelakaan
dan kerugian (AS/NZS, 1999).
Hazard adalah sesuatu yang menimbulkan kerugian, kerugian ini meliputi pada gangguan
kesehatan dan cidera, hilangnya waktu kerja, kerusakan pada property, area atau tempat kerja,
produk atau lingkungan, kerugian pada proses produksi ataupun kerusakan – kerusakan lainnya.
Firence (1978) mendefinisikan hazard sebagai suatu material atau kondisi yang berpotensi
ditempat kerja dimana dengan atau tanpa interaksi dengan variabel lain dapat menyebabkan
kematian, cedera, atau kerugian lain.

Komponen Bahaya :
1.      Karakteristik material.
2.      Bentuk material.
3.      Hubungan pekerjaan dan efek.
4.      Kondisi dan frekuensi penggunaan.
5.      Tingkah laku pekerja.

2.2.1   Jenis-Jenis Hazard
Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan oleh suatu jenis bahaya maka jenis
bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu bahaya kesehatan kerja dan bahaya keselamatan
kerja. Bahaya kesehatan kerja dapat berupa bahaya fisisk, kimia, biologi dan bahaya berkaitan
dengan ergonomi, berdampak kepada kesehatan dan kenyamanan kerja, misalnya penyakit akibat
kerja. Sedangkan, bahaya keselamatan (safety hazard) fokus pada keselamatan manusia yang
terlibat dalam proses, peralatan, dan teknologi. Dampak safety hazard bersifat akut, konsekuensi
tinggi, dan probabilitas untuk terjadi rendah.
Bahaya keselamatan (Safety hazard) dapat menimbulkan dampak cidera, kebakaran, dan
segala kondisi yang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat kerja. Biasanya efek dari bahaya
keselamatan dapat langsung terlihat pada saat terjadi.
Jenis-jenis safety hazard, antara lain :
a.              Mechanical Hazard, bahaya yang terdapat pada benda atau proses yang bergerak yang dapat
menimbulkan dampak, seperti tertusuk, terpotong, terjepit, tergores, terbentur, dan lain-lain.
b.             Electrical Hazard, merupakan bahaya yang berasal dari arus listrik.
c.              Chemical Hazard, bahaya bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, dan padat yang mempunyai
sifat mudah terbakar, mudah meledak, dan korosif.
Bahaya kesehatan (health hazard) fokus pada kesehatan manusia. Bahaya keselamatan
kerja dapat berupa bahaya fisik, kimia, bahaya berkaitan dengan ergonomi, psikososial, elektrik,
berdampak pada keselamatan kerja, misalnya cedera, kebakaran, ledekan, pemajanan terjadi pada
waktu singkat.
a.              Hazard  Fisik
Bentuk dari hazard fisik adalah radiasi, kebisingan, temperature ekstrim, pencahayaan, getaran.
b.             Hazard Kimia ialah kecederaan akibat sentuhan dan terhidu bahan kimia. Contohnya bahan-
bahan kimia seperti asid, alkali, gas, pelarut, simen, getah sintetik, gentian kaca,
pelekat antiseptik, aerosol, insektisida, dan lain-lain.. Bahan-bahan kimia tersebut merbahaya
dan perlu diambil langkah - langkah keselamatan apabila mengendalinya.
c.              Hazard  Biologis
Hazard  ini seluruhnya berasal dari makhluk hidup dan berdampak pada kesehatan, berupa jamur,
bakteri, virus.
d.             Hazard ergonomi yang termasuk didalam kategori ini antara lain desain
tempat kerja yang tidak sesuai, postur tubuh yang salah saat melakukan
aktifitas, desain pekerjaan yang dilakukan, pergerakan yang berulang-ulang.
e.              Hazard Mekanis, semua jenis bahaya yang berasal dari benda-benda bergerak atau bersifat
mekanis. Contoh : mesin-mesin pemotong, bahaya getaran.
f.              Hazard Listrik
Hazard listrik adalah hazard yang ditimbulkan dari arus listrik pendek, listrik statis.
g.             Hazard  Psikososial
Stress, kekerasan ditempat kerja, waktu kerja yang padat, kurangnya waktu istirahat.

2.2.2   Pengendalian Hazard
Hazard atau bahaya dapat dihindari ataupun dampak dari hazard tersebut dapat
diminimalkan. Menurut PERMENAKER No. 05/MEN/1996, pengendalian  risiko kecelakaan
dan penyakit akibat kerja dilakukan dengan berbagai macam metode, yaitu :
1.             Pengendalian teknis atau rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi, ventilasi, higiene,
dan sanitasi (engineering control).
2.             Pendidikan dan pelatihan.
3.             Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus, insentif, penghargaan, dan
motivasi diri.
4.             Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan dan etiologi.
5.             Penegakan hukum.
6.             Pemberian alat pelindung diri/ APD
Alat Pelindung Diri (APD) adalah pilihan terakhir yang dapat dilakukan untuk mencegah
paparan bahaya pada pekerja. Penggunaan APD ini disarankan hanya digunakan bersamaan
dengan penggunaan alat pengendali lainnya. Dengan demikian perlindungan keamanan dan
kesehatan personel akan lebih efektif.

2.3         Risiko
Kata risiko (Risk) berasal dari bahasa Arab yaitu Rizk yang berarti pemberian. Menurut
kamus Webster, risiko adalah kemungkinan timbulnya kerugian cedera, keadaan yang merugikan
atau perusakan (Risk is Possibility of loss, injury,disadventage or destruction).
Menurut International Labour Organization (ILO), risiko adalah kemungkinan adanya peristiwa
atau kecelakaan yang tidak diharapkan dan dapat terjadi dalam waktu dan keadaan tertentu.
Sumber lain menyatakan bahwa risiko adalah adalah ukuran kemungkinan kerugian yang
timbul dari sumber bahaya (hazard) tertentu yang terjadi, dengan kata lain risiko adalah
probabilitas kerusakan atau kerugian dari hazard yang melekat pada spesifik individu atau
kelompok yang terpapar oleh hazard tersebut. Risiko merupakan akumulasi dari potensi hazard,
konsekuensi yang diakibatkannya, durasi pemaparan dan probabilitas yang ditimbulkannya.
Risiko  merupakan gambaran kuantitatif dari kemungkinan kerugian yang mempertimbangkan
kemungkinan suatu hazard yang akan mengakibatkan suatu peristiwa tersebut (DOE, USA,
1996). Menurut Kolluru (1996) ada 5 macam tipe risiko, yaitu :
1.             Risiko Keselamatan
Risiko keselamatan memiliki probabilitas rendah, tingkat paparan dan konsekuensi tinggi,
bersifat akut, dan jika terjadi kontak akan langsung terlihat efeknya. Penyebab risiko
keselamatan lebih dapat diketahui serta lebih berfokus pada keselamatan manusia dan
pencegahan kecelakaan di tempat kerja.
2.             Risiko Kesehatan
Risiko kesehatan memiliki probabilitas tinggi, tingkat paparan dan konsekuensi rendah, dan
bersifat kronis. Penyebab risiko kesehatan sulit diketahui serta lebih berfokus pada kesehatan
manusia.
3.             Risiko Lingkungan dan Ekologi
Risiko lingkungan dan ekologi melibatkan interaksi yang beragam antara populasi, komunitas.
Fokus risiko lingkungan dan ekologi lebih kepada dampak yang ditimbulkan terhadap habitat
dan ekosistem yang jauh dari sumber risiko.
4.             Risiko Finansial
Risiko finansial memiliki risiko jangka panjang dan jangka pendek dari kerugian properti terkait
dengan perhitungan asuransi dan pengembalian asuransi. Fokus risiko finansial lebih kepada
kemudahan pengoperasian dan aspek keuangan.
5.             Risiko Terhadap Masyarakat
Risiko terhadap masyarakat memperhatikan pandangan masyarakat terhadap kinerja organisasi
dan produksi, semua hal pada risiko terhadap masyarakat terfokus pada penilaian dan persepsi
masyarakat.

2.3.1   Manajemen Risiko
Menurut AS/NZS 4360 : 2004 manajemen risiko adalah suatu kumpulan dari berbagai
tahapan kegiatan yang bertujuan untuk mengelola risiko – risiko keselamatan dan kesehatan
dalam suatu aktivitas kegiatan.
Manfaat dilakukannya manajemen risiko adalah (AS/NZS 4360 : 2004) :
1.      Mengurangi kejadian yang tidak dapat terduga
2.      Mencari kesempatan atau peluang
3.      Meningkatkan perencanaan, kinerja, dan efektifitas
4.      Meningkatkan keuntungan ekonomis dan efisiensi
5.      Meningkatkan informasi sebagai masukan sebagai proses pengambilan keputusan
6.      Meningkatkan reputasi organisasi atau perusahaan
7.      Sebagai komitmen direksi untuk melindungi pekerja
8.      Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan akuntabilitas, kepercayaan, dan governance.
9.      Meningkatkan kesejahteraan kesehatan personal dan pekerja lainnya.

Tahapan proses manajemen risiko (AS/NZS 4360 : 2004), yaitu :


1.      Penetapan ruang lingkup
Menetapkan tujuan, kebijakan, strategi penerapan, metode atau cara pelaksanaan manajemen
risiko, serta pencapaian yang ditargetkan oleh perusahaan.
2.      Identifikasi risiko
Melakukan identifikasi terhadap risiko yang akan dikelola, mencari tahu jenis hazard apa saja
yang mungkin menimbulkan risiko, bagaimana dan mengapa risiko tersebut muncul.
3.      Analisis risiko
Melakukan estimasi risiko dengan mengkombinasikan faktor probabilitas atau likelihood dan
konsekuensi, dengan mempertimbangkan upaya pengendalian risiko yang telah dilakukan.
4.      Evaluasi risiko
Membandingkan tingkat risiko yang didapat dalam proses analisis risiko dengan kriteria evaluasi
yang digunakan, menentukan apakah suatu risiko dapat diterima atau tidak.
5.      Pengendalian risiko
Melakukan penanganan atau pengendalian terhadap risiko, terutama risiko dengan tingkat tinggi
dengan mempertimbangkan aspek efektifitas dan efisiensi
6.      Monitoring dan review
Melakukan pemantauan dan pengkajian utama terhadap tingkat risiko, serta efektifitas program,
penanganan risiko yang telah dilakukan agar selanjutnya dapat ditentukan tindakan koreksi dan
perbaikan yang perlu dilakukan.
7.      Komunikasi dan konsultasi
Melakukan komunikasi dua arah antara pihak manajemen dan pekerja untuk mendapatkan
masukan mengenai implementasi pengelolaan risiko di tempat kerja guna perbaikan system
pengelolaan risiko tersebut.

2.4         Penerapan Keperawatan Kesehatan Kerja


Secara umum, tujuan keperawatan kesehatan kerja adalah menciptakan tenaga kerja yang
sehat dan produktif. Tujuan hyperkes dapat diperinci sebagai berikut (Rachman. 1990):
1.                  Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan sehat dan
selamat
2.                  Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan.

2.4.1   Fungsi Dan Tugas Perawat Dalam K3


Fungsi dan tugas perawat dalam usaha keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah
sebagai berikut (Effendy, Nasrul. 1998):
1.             Fungsi perawat
a.    Mengkaji masalah kesehatan
b.    Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
c.    Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja
d.   Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang dilakukan
2.             Tugas perawat
a.    Mengawasi lingkungan pekerja
b.    Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan
c.    Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
d.   Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja
e.    Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di rumah kepada pekerja dan
keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
f.     Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3 terhadap pekerja
g.    Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja
h.    Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap pekerja dan keluarganya
i.      Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
j.      Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3.

2.4.2   Hazard dan Resiko Dalam Proses Pengkajian dan Perencanaan


Dalam melakukan proses pengkajian dan perencanaan pada pasien, perawat harus
memperhatikan hazard dan resiko yang kemungkinan terjadi, seperti :
1.             Pelecehan verbal saat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga.
2.             Kekerasan fisik pada perawat ketika melakukan pengkajian.
3.             Pasien dan keluarga acuh tak acuh dengan pertanyaan yang diajukan perawat.
4.             Resiko tertular penyakit dengan kontak fisik maupun udara saat pemeriksaan fisik.
5.             Perawat menjadi terlalu empati dengan keadaan pasien dan keluarganya.

Contoh Kasus
Kasus I
Seorang perawat di salah satu RS mengalami  kekerasan fisik dan verbal pada saat
perawat tersebut sedang melakukan pengkajian. Seperti yang dikutip dalam suatu artikel di
media online:
“Ketika  perawat  T,28 tahun, melakukan pendekatan untuk mengumpulkan data, salah satu
pasiennya mengamuk, berteriak dan memukul-mukul kepalanya ke dinding.
Dia  mencoba menghentikan dan menenangkannya  tapi pasiennya secara emosional
malah  menendang dadanya,  membuat dia terluka, dan membuat mentalnya tergoyang
seharian.”

Analisis Kasus
Hazard                        : Perawat mendapatkan kekerasan fisik sekaligus verbal pada saat melakukan pengkajian
kepada pasien.
Resiko             : Perawat mengalami luka dan mentalnya tidak stabil.
Kejadian kekerasan fisik maupun verbal dalam kasus tersebut tidak disebut berasal dari
kesalahan perawat sendiri ataukah karena memang sang pasien memiliki emosional yang tidak
dapat dikontrol. Dalam proses pengkajian sendiri, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan
oleh perawat. Mulai dari pemahaman akan pengertian pengkajian, tahap-tahapan pengkajian,
hingga metode yang digunakan melakukan pengkajian.
Dalam mengkaji pasien, perawat pun harus menyadari akan adanya hazard dan resiko yang
mungkin mereka dapatkan. Berbagai macam upaya perlu dilakukan sebagai tidakan pencegahan.
Upaya-upaya tersebut dapat dilakukan baik dari pihak pasien, perawat itu sendiri maupun dari
pihak manajemen rumah sakit. Berikut beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk mecegah
terjadinya kekerasan fisik dan verbal pada perawat saat melakukan pengkajian:
1.             Perawat harus melaporkan setiap adanya tindakan kekerasan dalam bentuk apapun kepada pihak
rumah sakit.
2.             Memberikan pengertian kepada pasien agar memperlakukan sesama
manusia dengan dasar martabat dan rasa hormat.
3.             Dalam melakukan kontak kepada pasien, perawat seharusnya menjadi pendengar yang
baik. Salah satu teknik pengumpulan data pada pengkajian adalah wawancara. Saat melakukan
wawancara, perawat harus mampu menempatkan diri sebagai tempat curhat pasien sebaik
mungkin.
4.             Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada perawat tentang cara menghindari tindakan
kekerasan verbal dan fisik.
5.             Ketika pasien terlihat sedang dalam keadaan tidak terkontrol dan susah untuk didekati, perawat
dapat melakukan pengkajian kepada keluarga pasien terlebih dahulu.
6.             Saat mengkaji, perawat tidak boleh menyampaikan kata-kata yang menyinggung pasien dan
keluarganya.
7.             Saat melakukan tindakan pemeriksaan fisik, perawat harus meminta persetujuan dari pasien
terlebih dahulu.
8.             Manajemen rumah sakit perlu memfasilitasi perawat mempersiapkan diri untuk menghadapi
hazard dan resiko.
9.             Manajemen harus terbuka serta tidak berusaha menutupi terhadap laporan-laporan kekerasan
fisik maupun verbal terhadap perawat.
10.         Memodifikasi lingkungan yang nyaman di rumah sakit mulai dari poli, ruangan rawat inap,
sampai ke unit gawat darurat dan ruang intensif untuk menentramkan suasana hati pasien dan
keluarga.

Kasus II
Seorang perawat di salah satu RS diketahui positif difteri pasca menangani pasien difteri.
Berdasarkan informasi, perawat tersebut diduga tertular pasca menangani dan melakukan
tindakan awal pada pasien positif difteri tersebut,.
Analisis Kasus
Hazard : Hazard Biologis yaitu perawat tertular penyakit difteri dari pasien pasca menangani dan
melakukan tindakan awal pada pasien positif difteri.

Upaya pencegahan dari Rumah Sakit/ tempat kerja:


1.             RS menyediakan APD yang lengkap seperti masker, handscoon, scout dll
Alasan: meminimalisir terjadinya atau tertularnya penyakit/ infeksi yang dapat terjadi terutama
saat bekerja, APD harus selalu di gunakan sebagai pelindung diri. Dengan kasus diatas dapat
dihindari jika perawat menggunakan APD lengkap mengingat cara penularan Difteri melalui
terpaparnya cairan ke pasien.
2.             Menyediakan sarana untuk mencuci tangan atau alkohol gliserin untuk perawat.
Alasan: Cuci tangan merupakan cara penanganan awal jika kita sudah terlanjur terpapar cairan
pasien baik pasien beresiko menularkan atau tidak menularkan. Cuci tangan merupakan tindakan
aseptic awal sebelum ke pasien maupun setelah ke pasien.
3.             RS menyediakan pemilahan tempat sampah medis dan non medis.
Alasan: Bila sampah medis dan non medis tercampur dan tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan penyebaran penyakit.
4.             RS menyediakan SOP untuk tindakan  keperawatan.
Alasan: Agar petugas/perawat menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas/perawat atau tim
dalam organisasi atau unit kerja, sebagai acuan (check list) dalam pelaksanaan kegiatan tertentu
bagi sesama pekerja, supervisor dan lain-lain dan  SOP merupakan salah satu cara atau parameter
dalam meningkatkan mutu pelayanan.

Upaya pencegahan pada Perawat:


1.             Menjaga diri dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptic seperti mencuci tangan,
memakaiAPD, dan  menggunakan alat kesehatan dalam keadaan steril.
Alasan: Agar perawat tidak tertular penyakit dari pasien yang di tangani meskipun pasien dari
UGD dan memakai APD adalah salah satu SOP RS
2.             Perawat mematuhi Standar Operational Prosedure yang sudah ada RS dan berhati-hati atau
jangan terburu-buru dalam melakukan tindakan.
Alasan :Meskipun pasien di  Ruang UGD dan pertama masuk RS, perawat sebaiknya lebih
berhati – hati  atau jangan terburu-buru dalam melakukan tindakan ke pasien dan perawat
menciptakan dan menjaga keselamatan tempat kerja supaya dalam tindakan perawat terhindar
dari tertularnya penyakit  dari pasien dan pasien juga merasa aman.

Upaya Mencegah dan Meminimalkan Resiko dan Hazard pada Perawat dalam Tahap
Pengkajian Bedasarkan Kasus Penyakit Akibat Kerja
1.             Batasi akses ke tempat isolasi
2.             Menggunakan APD dengan benar
3.             SOP memasang APD, jangan ada sedikitpun bagian tubuh yang tidak tertutup APD
4.             Petugas tidak boleh menyentuh wajahnya sendiri
5.             Membatasi sentuhan langsung ke pasien
6.             Cuci tangan dengan air dan sabun
7.             Bersihkan kaki dengan di semprot, ketika meninggalkan ruangan tempat melepas APD
8.             Lakukan pemeriksaan berkala pada pekerja
9.             Hindari memegang benda yang mungkin terkontaminasi.

BAB III
PENUTUP

3.1         Simpulan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu program didasari pendekatan ilmiah
dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya
penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang mungkin
terjadi. Hazard adalah sesuatu yang menimbulkan kerugian, kerugian ini meliputi pada
gangguan kesehatan dan cidera, hilangnya waktu kerja, kerusakan pada property, area atau
tempat kerja, produk atau lingkungan, kerugian pada proses produksi ataupun kerusakan –
kerusakan lainnya. Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan oleh suatu jenis bahaya
maka jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu bahaya kesehatan kerja dan bahaya
keselamatan kerja
Sedangkan Resiko adalah ukuran kemungkinan kerugian yang timbul dari sumber
bahaya  (hazard) tertentu yang terjadi. Menurut Kolluru (1996) ada 5 macam tipe risiko,
yaitu : risiko keselamatan, risiko kesehatan, risiko lingkungan dan ekologi, risiko finansial,
danrisiko terhadap masyarakat.

3.2         Saran
Saat melakukan proses keperawatan, perawat harus benar-benar memperhatikan hazard
dan resiko yang kemungkinan terjadi. Hal ini bertujuan untuk mencegah dan menghindari
terjadinya kecelakaan kerja, seperti terinfeksi penyakit, mendapatkan kekerasan fisik/verbal saat
mengkaji pasien, dan mendapatkan informasi yang tidak sesuai dari pasien. Salah satu cara untuk
menghindari dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja, maka disarankan untuk menggunakan
APD yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Academia. Makalah Konsep Dasar Hazard Dan Pengendaliannya. 10 September.


(akses:https://www.academia.edu/8779943/MAKALAH_Konsep_Dasar_K3_Hazard_dan_Penge
ndaliannya
Anonim. Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja. 09 September.
(akses : http://www.tappdf.com/read/446175-asuhan-keperawatan-kesehatan-kerja-ners-unair
Anonim. 2013. Asuhan Keperawatan. 09 September. (akses :
http://dinranudien.blogspot.co.id/2013/03/asuhan-keperawatan.html
Anonim. 2014. Risiko Dan Hazard Kasus Pengkajian. 11 September.
(akses : https://www.scribd.com/doc/312057056/Risiko-Dan-Hazard-Kasus-Pengkajian
Anonim. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja. 09 September.
( akses: https://www.scribd.com/doc/216292944/Kesehatan-Dan-Keselamatan-Kerja
Anonim. 2015. Asuhan Keperawatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. 10 September.
(akses : https://www.scribd.com/doc/134878219/Asuhan-Keperawatan-Kesehatan-Dan-
Keselamatan-Kerja-k3

Anda mungkin juga menyukai