INOKULASI
OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
Dra. ATRIA MARTINA, M. Si
HARI KAPLI, M. Si
ASISTEN :
AFNI ZULIANI
TIWI FEBRINA
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
I. PENDAHULUAN
Indonesia mencapai 47.753 ton sedangkan produksinya hanya 37.020 ton. Setiap
tahun permintaan jamur tiram meningkat 10% baik untuk kebutuhan hotel,
restoran, vegetarian dan lain sebagainya (Kalsum et al. 2011). Produksi Jamur
tiram masih rendah karena permintaan konsumen cukup tinggi (Karisman 2015).
Untuk itu kita harus meningkatkan lagi produksi jamur tiram putih untuk
masyarakat ini dengan budidaya rumah jamur dan olahannya dapat lebih
setempat.
Lingkungan umum dan masih sering digunakan untuk budidaya jamur adalah
dataran tinggi karena memiliki suhu rendah dan kelembaban tinggi. Namun jamur
tiram dapat dibudidayakan dalam suatu media buatan atau dikenal dengan baglog.
Media tersebut dapat berasal dari kayu yang telah lapuk atau bahan lignin yang
media yang kaya akan selulosa, lignin, protein dan hemiselulosa yang telah
tubuh buah jamur karena merupakan sumber nutrisi melimpah bagi jamur
Budidaya jamur sangat dipengaruhi oleh jenis media tanam dan lama waktu
1
media tanam terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah
berfungsi untuk mengubah limbah yang semula tidak bermanfaat menjadi bahan
yang lebih bermanfaat dan menjasi bahan yang aman dan tidak berbahaya.
Organisme yang bersifat patogen akan mati karena suhu yang tinggi mencapai
70C pada saat proses pengomposan (Prayogo et al. 2018). Maka dari itu
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara inokulasi
1.3 Manfaat
mengenai cara inokulasi yang baik dan benar dalam budidaya jamur.
2
II. METODE
Praktikum ini dilaksanakan dari pukul 08.00 sampai dengan 10.30 WIB,
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah spatula,
Adapun cara kerja dari praktikum ini yaitu proses inokulasi dilakukan dengan
steril. Kemudian karet pengikat media tanam (baglog) dibuka. Potongan paralon
yang menyerupai cincin dipasangkan pada bagian leher plastik media tanam
(baglog). Bibit jamur tiram putih (± 20 butir jagung yang sudah dikelilingi
miselium dari jamur tiram putih) diambil lalu diinokulasikan ke dalam media
tanam (baglog) dan sedikit ditekan. Setelah diinokulasikan tutup kembali media
tanam (baglog) menggunakan koran dan diikat kembali. Media tanam diinkubasi
3
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1 Hasil
3. Proses inokulasi.
III.2 Pembahasan
Inokulasi adalah proses pemindahan sejumlah kecil miselia jamur dari biakan
induk (botolan) ke dalam baglog. Proses inokulasi bibit F2 harus dilakukan dalam
berkualitas merupakan salah satu usaha penting guna menjaga kualitas produk
4
jamur tiram (Sutarman 2012). Sebelum inokulasi, spatula disterilkan
menggunakan alkohol 70% dan dibakar. Kemudian ujung cincin baglog dibuka.
Ambil sedikit bibit jamur tiram (miselia), ± 3 (tiga) sendok teh menggunakan
spatula steril, dan letakkan ke dalam baglog sambil sedikit ditekan. Selanjutnya
media yang telah diisi bibit ditutup dengan kapas, dan ujung plastik disatukan
Apabila pada tanaman lain tahap ini adalah sama dengan tahap penanaman bibit.
Inokulasi bibit jamur dilakukan secara khusus yaitu dilakukan secara aseptik atau
steril. Jika dilakukan dalam kondisi kurang steril akan bisa menyebabkan
mikroorganisme lain ikut masuk dan berkembang di dalam baglog. Sehingga tentu
ini bisa berupa jamur lain atau bisa juga bakteri. Setelah proses inokulasi selesai
(pelaksanaanya) perlu diperhatikan. Dalam hal ini, kebersihan diukur dari tingkat
sterilisasinya. Jika ditinjau dari cara atau teknik inokulasi, metode yang diterapkan
oleh perusahaan sudah cukup baik. Dilihat dari sterilisasi ruangan, alat dan
pelaksana yang cukup baik. Dari hasil pengamatan dilapanan botol dan alat seperti
Sterilisasi dari pelaksanaan pun juga sudah baik, dengan memperhatikan sterilisasi
dengan mencuci tangan sebelum inokulasi dan juga pelaksana menutup mulut
5
selama proses inokulasi dan juga pelaksana memakai penutup mulut selama
tumbuh jamur lain yang berwarna hijau putih kekuningan yang dapat merusak
pertumbuhan miselium jamur target kita misalnya jamur tiram (Karisman 2015).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan baha terdapat kesesuaian antara praktik
inokulas (bibit jamur) agar lebih terjaga kemurnian spesies maupun strainnya.
Kualitas bibit merupakan kunci dari keberhasilan dalam budidaya jamur, terdapat
beberapa yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bibit jamur tiram yaitu, a) bibit
berasal dari varietas yang unggul; b) umur bibit optimal 30-4 hari; c) bibit tidak
6
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah inokulasi adalah proses
pemindahan sejumlah kecil miselia jamur dari biakan induk (botolan) ke dalam
baglog. Proses inokulasi bibit F2 harus dilakukan dalam keadaan bersih, mencuci
tangan dan menggunakan pakaian bersih. Bibit berkualitas merupakan salah satu
IV.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum ini adalah sebaiknya praktikum ini dilakukan
secara langsung, sehingga praktikkan lebih memahami teori dan juga prakteknya
7
DAFTAR PUSTAKA
Djarijah NM. 2001. Budi Daya Jamur Tiram. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Kalsum U, Siti F, dan Catur W. 2011. Efektivitas Pemberian Air Leri terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus).
AGROVIGOR. 4(2) : 86-92.
Sutarman. 2012. Keragaan dan produksi jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)
pada media serbuk gergaji dan ampas tebu bersuplemen dedak dan tepung
jagung. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 12(3) : 163-168.