PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
“WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA”
Dosen mata kuliah : Dra. Mujinem M.Hum.
Disusun oleh :
Nama : Dinda Isnaini Nur Hasanah
Nim : 19210144019
Kelas : Sastra Indonesia B
Assalamu’alaikum wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan ridho-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini secara tepat waktu, dengan
mengangkat materi tentang “Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia”. Makalah ini
kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi diri sendiri khususnya dan para pembaca
pada umumnya.
Akhir kata, penulis memahami jika makalah ini tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Dengan segala bentuk kerendahan hati, saran dan kritik para pembaca sangat
membangun untuk peningkatan kualitas makalah ini. Atas perhatiannya, kami mengucapkan
terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
BAB II PEMBAHASAN 5
2.1 Dasar-Dasar Pemikiran Wawasan Nusantara 5
2.2 Unsur Dasar Wawasan Nusantara 9
2.3 Wawasan Nusantara dan Integrasi Wilayah 10
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
1. Falsafah Pancasila
2. Faktor Geografis
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau besar
dan kecil. Di antaranya, sejumlah 6.044 pulau sudah diberi nama. Hanya
kurang lebih 3.000 pulau yang dihuni penduduk.
3. Faktor Geopolitik
Istilah Geo memiliki arti ‘bumi’. Jadi, geopolitik adalah politik yang tidak
terlepas dari penggaruh kondisi geografis dari bumi yang menjadi wilayah
hidupnya. Landasan pemikiran tentang geopolitik bangsa Indonesia adalah
falsafah Pancasila yang penerapannya tidak mengandung ekspansionisme dan
kekerasan yang tercantum dalam tujuan nasional bangsa Indonesia dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea ke empat, yaitu dunia yang tertib, dunia yang
damai, dan berkeadilan social.
1. Lebensraum (ruang hidup), dengan mengambil istilah dari Ratzel, yang berarti
bahwa manusia sama dengan orgnasisme yang memerlukan ruang hidup
2. Auatarki, yaitu cita-cita untuk memenuhi kebutuhan negara sendiri tanpa
menggantungkan diri pada negara lain. Berdasarkan pemikiran inilah lahirlah
konsep Pan-region (suatu wilayah) yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang
terkandung dalam teori Lebensraum dan Autarki.
Dalam menyusun konsepsinya, Haushofermemandang dunia cukup dibagi menjadi 4
panregion, yaitu sebagai berikut.
1) Pan-Amerika, yaitu “suatu perserikatan wilayah” yang paling alami karena
terpisah dengan negara lain oleh samudera dan Amerika Serikat “dianggap”
sebagai pemimpinnya.
2) Pan-Ero Afrika, yaitu wilayah yang akan “dikuasai”oleh Jerman
3) Pan-Rusia, yaitu suatu wilayah yang meliputi Uni Soviet dan India yang
dikuasai oleh Rusia.
4) Pan-Asia, yaitu bagian timur Benua Asia, Australia, dan kepulauan di
antaranya “dipimpin” oleh Jepang. Pan region ini oleh Jepang dinamakan
“Lingkungan Kemakmuran bersama Asia Timur Raya”
Selain teori geopolitik di atas masih ada beberapa teori yang lain seperti dikemukakan
berikut ini.
Wawasan Benua :Teori ini dikemukakan oleh Sir Halford Me Kender.
Wawasan Bahari :Teori ini dikemukakan oleh Sir Walther Releigh dan
A.T.
Wawasan Dirgantara :Teori Wawasan Dirgantara atau konsep kekuatan
di udara dikemukakan oleh W. Michael, A. Saversky, G. Douchet dan
J.F.C. Fuller.
Wawasan Kombinasi :Wawasan kombinasi dikemukakan oleh N.J.
Spijkman yang menghasilkan teori daerah batas (rimland).
4. Faktor Geostrategi
Indonesia berada pada posisi silang dunia yang sangat strategis. Negara harus
lebih mempertimbangkan dan memperhatikan pengaruh-pengaruh yang tidak
menguntungkan, lebih-lebih jika posisi silang Indonesia ini dikaitkan dengan
sumber-sumber kekayaan alamnya, maka bahaya/ancaman dari luar akan lebih
besar lagi. Keberadaan Indonesia pada posisi silang menimbulkan proses
akulturasi yang menjadikan bangsa Indonesia seperti sekarang ini, baik
kehidupan sosial, religi, bahasa, maupun budayanya.
a. Deklarasi Juanda
Pada tanggal 13 Desember 1957 Pemerintah RI mengeluarkan “Deklarasi
Juanda” yang digunakan untuk menggantikan Ordenasi wilayah teritorial laut
produk Pemerintah Penjajahan Belanda.
b. Konsep Landas Kontinen
Sudah menjadi pendapat banyak negara bahwa landas kontinen merupakan
suatu kelanjutan dari daratan, sehingga wajar sumber kekayaan alam yang
terdapat di bawah landas kontinen tersebut merupakan hak eksklusif negara
yang bersangkutan.
c. Konsepsi Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE) 200 Mil
Indonesia pada tanggal 21 Maret 1980 mengumumkan tentang “Deklarasi
Zone Ekonomi Eksklusif Indonesia”, yang dikukuhkan dengan UU No. 5
Tahun 1983. Di dalam ZEEI kebebasan pelayaran dan penerbangan
internaional serta kebebasan pemasangan kabel dan pipa di bawah permukaan
laut dijamin sesuai dengan hukum internasional.
d. Ruang Angkasa
Membicarakan matra udara terasa penting terutama setelah ditemukannya
pesawat terbang dan ditambah lagi dengan kemajuan IPTEK yang lain. Dalam
menerapkan Hukum Angkasa terdapat juga beberapa aliran yang perlu
dipertimbangkan.
Teori yang menyatakan bahwa kedaulatan suatu negara haruslah terbatas
adalah sebagai berikut.
Teori Keamanan Fauchille
menyatakan bahwa negara mempunyai kedaulatan wilayah udara
dibatasi dengan kebutuhan untuk menjaga keamanan.
Teori Penguasaan Cooper
Pada tahun 1950 Cooper menyatakan bahwa kedaulatan udara
detentukan oleh kemampuan negara yang bersangkutan dalam
menguasai ruang udara di atas wilayahnya secara fisik dan ilmiah.
Teori Udara Schachter
Schachter menyatakan bahwa wilayah udara hendaknya sampai suatu
ketinggian di mana udara masih cukup mampu mengangkat atau
mengapungkan balon/pesawat udara. Pada saat ini ketinggian tersebut
lebih kurang 30 mil dari muka bumi.
Bagi Indonesia wilayah dirgantara (ruang angkasa dan antariksa) termasuk
orbit geostasioner adalah dengan jarak lebih kurang 36.000 km diukur dari
titik gunung tertinggi di Indonesia.
e. Aspek Kesejarahaan
Perjuangan suatu bangsa dalam meraih cita-cita pada umumnya tumbuh dan
berkembang akibat latar belakang sejarah. Penjajah disamping menimbulkan
penderitaan dan juga menumbuhkan semangat untuk merdeka yang merupakan
awal semangat kebangsaan yang diwadahi Boedi Oetomo (1908) dan sumoah
pemuda (1928).
Wawasan nasional Indonesia sering diwarnai oleh pengalaman sejarah yang
menginginkan tidak terulangnya lagi perpecahan dalam lingkungan bangsa
yang akan melemahkan perjuangan dalam mengisi kemerdekaan untuk
mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sebagai hasil kesepakatan bersama
agar bangsa Indonesia setara dengan bangsa lain.
Wawasan nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya merupakan fenomena (gejala) sosial yang dinamis yang memiliki tiga
unsur dasar, yaitu wadah, isi, dan tata laku.
1) Wadah
Untuk memahami konsep wadah kita perlu meninjau arti Asas Archipelago,
yaitu kumpulan pulau-pulau dan lautan sebagai kesatuan wilayah (kesatuan
Archipelago). Artinya, antara kepulauan dan wilayah perairan merupakan
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, yang batas-batasnya ditentukan oleh
wilayah laut. Dalam lingkungan tersebut terdapat pulau-pulau dan gugusan
pulau yang menjadi satu kesatuan wilayah.
2) Isi
Aspirasi bangsa Indonesia sebagai “isi” dari wawasan nusantara dapat dirinci
menjadi cita-cita proklamasi, asas/sifat dan ciri-ciri, dan cara kerja. Cita-cita
yang terkandung dalam wawasan nusantara adalah sebagaimana dirumuskan
dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu mewujudkan negara Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat, “adil dan makmur”. Cita-cita wawasan nusantara
itu ke dalam bertujuan untuk (i) melindungi segenap bangsa dan seluruh tanah
air, (ii) mewujudkan kesejahteraan umum, dan (iii) mencerdaskan kehidupan
bangsa.
3) Tata Laku
Tata laku sebagai unsur dari wawasan nusantara adalah tindakan perilaku
bangsa Indonesia dalam melaksanakan aspirasinya guna mewujudkan
Indonesia sebagai kesatuan yang utuh menyeluruh dalam mencapai tujuan
nasional dan tindakan untuk melaksanakan falsafah Pancasila dan UUD 1945
yang apabila dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dapat
menghasilkan wawasan nusantara.
2.3 Wawasan Nusantara dan Integrasi Wilayah
Sebagai landasan kerja bagi penyelenggaraan dan pembinaaan hidup kebangsaan serta
hidup kenegaraan perlu didasari oleh GBHN sebagai produk MPR (pasal 3 UUD
1945) dan APBN sebagai produk legeslatif dan eksekutif (pasal 23 ayat 1 UUD 1945).
Salah satu manfaat yang paling nyata dari penerapan wawasan nusantara adalah di
bidang politik, khususnya di bidang wilayah. Dengan diterimanya konsepsi wawasan
nusantara (Konsepsi Deklarasi Juanda) di forum internasional terjaminlah integrasi
teritorial kita, yaitu “Laut Nusantara, yang semula dianggap laut bebas” menjadi
bagian integral wilayah Indosia. Di samping itu pengakuan landas kontinen Indonesia
dan Zone Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEE) menghasilkan pertumbuhan wilayah
Indonesia yang cukup besar.
Secara teoretis integrasi dapat dilukiskan sebagai pemilikan perasaan keterikatan pada
suatu pranata dalam suatu lingkup teritorial guna memenuhi harapan-harapan yang
bergantung secara damai di antara penduduk. Integrasi berarti menggabungkan seluruh
bagian menjadi sebuah keseluruhan dan tiap-tiap bagian diberi tempat, sehingga
membentuk kesatuan yang harmonis dalam kesatuan Negara Republik Indonesia (NKRI)
yang bersemboyankan “Bhineka Tunggal Ika”. Integrasi nasional merupakan hal yang
didambakan yang dapat mengatasi perbedaan suku, antargolongan, ras, dan agama
(SARA). Kebhinekaan ini merupakan aset bangsa Indonesia jika diterima secara ikhlas
untuk saling menerima dan menghormati dalam wadah NKRI.
Dalam usaha mencapai tujuan nasional, masih banyak yang memiliki pandangan berbeda.
Untuk itu pemerintah telah merumuskan pandangan nasional yang komperhensif dan
integral yang dikenal dengan wawasan nusantara. Wawasan ini akan memberikan
konsepsi yang sama kepada peserta didik tentang visi ke depan bangsa Indonesia untuk
menciptakan kesatuan dan persatuan secara utuh, sehingga dapat mewujudkan integrasi
nasional. Adanya nilai-nilai nasionalisme, khususnya nilai kesatuan, sangat mendukung
terwujudnya integrasi nasional. Dengan demikian nilai-nilai wawasan nusantara,
kususnya nilai kesatuan, yaitu kesatuan IPOLEKSOSBUD-HANKAM sangat mendukung
adanya integrasi nasional.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Wawasan nusantara berdasarkan falsafah pancasila merupakan pancaran dari pancasila
sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia. Karena itu, wawasan nasional Indonesia
menghendaki terciptanya persatuan dan kesatuan tanpa menghilangkan ciri, sifat dan karakter
dari kebhinekaan unsur-unsur pembentuk bangsa. Harus diperhatikan bahwa terciptanya
wawasan nusantara tak terlepas dari dasar-dasar pemikiran yang terdiri mulai dari faktor
geografis bangsa, sosial budayanya, pun ideologi bangsa.
Unsur-unsur dasar wawasan nusantara terdiri dari wadah (contour) yang meliputi satu
kesatuan wilayah Indonesia, isi (content) yaitu aspirasi bangsa Indonesia sebagai isi wawasan
nusantara, cita-cita, serta tujuan nasional dalam pembukaan UUD 1945, dan juga tata laku
(conduct) yang merupakan tindakan perilaku bangsa Indonesia dalam ,melaksanakan unsur
wadah dan isi. Wawasan nusantara sendiri juga memiliki keterkaitan dengan integrasi
wilayah dan juga integrasi nasional guna terciptanya bangsa Indonesia dengan kesatuan dan
persatuan yang utuh.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.doctio.id/t/apa-saja-yang-menjadi-dasar-pemikiran-wawasan-nusantara-
indonesia/50507/2
www.pelajaran.co.id/2017/24/pengertian-wawasan-nusantara-fungsi-tujuan-dan-unsur-
wawasan-nusantara.html