Anda di halaman 1dari 19

1.

Apa itu imunologi

• Imunologi: Ilmu yang mempelajari tentang sistem imun tubuh

• Sistem imun : Semua mekanisme yg digunakan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yg
dpt ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup

• Lingkungan: fisik, kimia, biologi

Macam system imun

1. Sistem imun alamiah/ non spesifik/ nature/ innate

2. Sistem imun didapat/ spesifik/ adaptif/ acquired

System imun alamiah

• Sifat non spesifik: artinya memberikan perlindungan kepada semua bahan/lingkungan yg


mengancam tubuh

• Didapat sejak lahir

• Respon cepat artinya tidak perlu waktu untuk mengenal antigen

• Dibedakan 3 macam

1. Fisik

2. Larutan

3. Seluler

Macam system imun alamiah

1. Fisik / Mekanik

2. Kulit

3. Selaput lendir

4. Silia

5. Batuk

6. Bersin
Larutan

• Biokimia: Asam lambung, Saliva, Cairan vagina

• Humoral: Komplemen, Interferon, C-Reaktif Protein

Seluler

• Fagosit: Leukosit (Neutrofil, Eosinofil, Monosit, Makrofag)

• Sel Nol (Large Granular Lymphocyte): Natural Killer Cell (sel NK), Killer Cell (sel K)

• Sel Mediator: Basofil, Mastosit, Trombosit

System imun spesifik

• Sifat spesifik: artinya memberikan perlindungan hanya kepada jenis antigen tertentu, tidak
untuk yg lainya.

• Diperoleh dengan jalan: imunisasi, sakit, atau dari ibu lewat plasenta, ASI

• Untuk mendapatkanya perlu waktu, artinya tubuh perlu mengenal dulu antigen tsb kemudian
sel imun mengalami sensitifasi untuk memproduksi kekebalan

• Kekebalan baru berfungsi, pada saat terpapar antigen yg kedua

Macam system imun spesifik

• Humoral: Limfosit B disebut juga sel B, berfungsi membentuk antibodi

` • Seluler: Limfosit T disebut juga sel T, berfungsi membunuh virus, jamur, parasit, keganasan

• Sistem Limfoid: Kel. Timus, Limpa, kel. Limfe (tonsil)

• MALT (Mucosal Associated Lymphoid Tissue), banyak terdapt dalam saluran nafas, cerna,
genital

• SALT (Skin Associated Lymphoid Tissue) banyak terdapat dalam Keratinoid, melanosid, sel
Langerhans, kolagen

2. Apa itu antigen

• Antigen: bahan yang dapat merangsang respon imun dan dapat bereaksi dengan antibodi

• Macam Antigen:

1. Imunogen: bahan yg dpt merangsang respon imun

2. Hapten: bahan yg dpt bereaksi dengan antibody


Apa itu epitope dan paratop

1. Epitop/Determinan → bagian dari antigen yg dpt mengenal/ menginduksi pembenntukan


antibodi

2. Paratop → bagian dari antibodi yg dpt mengikat epitop

Macam antigen berdasar epitope

 Unideterminan, univalen → jenis epitop satu dan jumlahnya satu

_#__________________________

 Unideterminan, multivalen → jenis epitop satu, jumlah lebih dari satu

___#___#____#_______________

 Multideterminan, univalen → jenis epitop lebih dari satu dan jumlahnya satu

_#__@___*___________________

 Multideterminan, multivalen → jenis epitop lebih dari satu, jumlah lebih dari satu

___#_#_#_@__@__$__$__$___$_

Macam antigen bdsr spesifisitas

1. Heteroantigen → dimiliki banyak spesies

2. Xenoantigen → dimiliki spesies tertentu

3. Alloantigen → dimiliki satu spesies

4. Antigen organ spesifik → dimiliki organ tertentu

5. Autoantigen → berasal dari tubuhnya sendiri

Macam antigen bdsr ketergantungan pd sel T

1. T dependen → perlu pengenalan thd sel T dan sel B → untuk merangsang antibodi

2. T Independen → dpt merangsang sel B tanpa mengenal sel T dahulu

Macam antigen bdsr bahan kimia nya

1. Karbohidrat → imunogenik

2. Lipid: tidak imunogenik → hapten

3. Asam nukleat → tidak imunogenik

4. Protein → imunogenik
Apa itu antibody?

• Antibodi → protein serum yang mempunyai respon imun (kekebalan) pada tubuh →
Imunoglobulin (Ig)

• Ig dibentuk oleh sel plasma (proliferasi sel B) akibat kontak/dirangsang oleh antigen

• Macam Imunoglobulin: Ig G, Ig A, Ig M, Ig E, Ig D

IG G

• Terbanyak dalam serum (75%)

• Dapat menembus plasenta → membentuk imunitas bayi sampai berumur 6-9 bulan

• Mempunyai sifat opsonin → berhubungan erat dengan fagosit, monosit dan makrofag

• Berperan pada imunitas seluler → dapat merusak antigen seluler → berinteraksi dengan
komplemen, sel K, eosinofil dan neutrofil

IG A

• Sedikit dalam serum

• Banyak terdapat dalam → saluran nafas, cerna, kemih, air mata, keringat, ludah dan air susu

• Fungsi:

• Menetralkan toksin dan virus,

• Mencegah kontak antara toksin/ virus dng sel sasaran

• Mengumpalkan/ mengganggu gerak kuman → memudahkan fagositosis

IG M

• Tidak dapat menembus plasenta

• Dibentuk pertama kali oleh tubuh → akibat rangsangan antigen → sifilis, rubela,
toksoplasmosis

Funagsi:

• Mencegah gerakan mikroorganisme antigen → memudahkan fagositosis

• Aglutinosis kuat terhadap antigen

IG E

• Jumlah paling sedikit dalam serum

• Mudah diikat oleh sel mastosit, basofil dan eosinofil

• Kadar tinggi pada kasus: alergi, infeksi cacing, skistosomiasis, trikinosis

• Proteksi terhadap invasi parasit seperti cacing


IG D

• Sedikit ditemukan dalam sirkulasi

• Tidak dapat mengikat komplemen

• Mempunyai aktifitas antibodi terhadap → makanan dan autoantigen

Pengertian imunisasi

 Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah agar
merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu.
(Proverawati, 2010)

 Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan
vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhada penyakit tertentu.
(Alimul, 2009)

Tujuan

 Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat mencegah
penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit.
(Proverawati, 2010)

 Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga
dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. (Alimul, 2009)

Manfaat

1. Untuk Anak

• Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian.

2. Untuk Keluarga

• Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong


pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-
kanak yang nyaman.

3. Untuk Negara

• Memperbaiki tingkat kesehatan, mrnciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk
melanjutkan pembangunan negara. (Proverawati, 2010)

Jenis imunisasi aktif

 Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem
imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga
ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan meresponnya.

 Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi polio dan campak.


 •Dalam imunisasi aktif terdapat beberapa unsur-unsur vaksin, yaitu :

 1. Vaksin dapat berupa organisme yang secara keseluruhan dimatikan, eksotoksin yang
didetoksifikasi saja, atau endotoksin yang terikat pada protein pembawa seperti polisakarida,
dan vaksin dapat juga berasal dari ekstrak komponen-komponen organisme dari suatu antigen.
Dasarnya adalah antigen harus merupakan bagian dari organisme yang dijadikan vaksin.

 2. Pengawet/stabilisator, atau antibiotik. Merupakan zat yang digunakan agar vaksin tetap
dalam keadaan lemah atau menstabilkan antigen dan mencegah tumbuhnya mikroba. Bahan-
bahan yang digunakan seperti air raksa atau antibiotik yang biasa digunakan.

 3. Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan yang digunakan
sebagai media tumbuh antigen, misalnya telur, protein serum, bahan kultur sel.

 4. Adjuvan, terdiri dari garam aluminium yang berfungsi meningkatkan sistem imun dari antigen.
Ketika antigen terpapar dengan antibodi tubuh, antigen dapat melakukan perlawanan juga,
dalam hal ini semakin tinggi perlawanan maka semakin tinggi peningkatan antibodi tubuh

Jenis imunisasi pasif

 Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara memberikan zat
immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari
plasma manusia (kekebalan yang didapatkan bayi dari ibu melalui plasenta) atau binatang (bisa
ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.

 Contoh imunisasi pasif adalah penyuntikan ATS pada orang yang mengalami luka kecelakaan.
Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima
berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama masa kandungan, misalnya
antibodi terhadap campak. (Proverawati, 2010)

BCG

 Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC
yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun
sudah dilakukan imunisasi BCG.

 TBC yang berat contohnya adalah TBC pada selaput otak, TBC milier pada seluruh lapangan paru,
atau TBC tulang.

 Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.

 Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1 dosis sejak lahir sebelum umur 3 bulan. Vaksin BCG
diberikan melalui intradermal/intracutan. Efek samping pemberian imunisasi BCG adalah
terjadinya ulkus pada daerah suntikan, limfadenitis regionalis, dan reaksi panas.

Hepatitis B

 Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
hepatitis B.

 Kandungan vaksin ini adalah HbsAg dalam bentuk cair.


 Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B adalah 3 dosis.

 Imunisasi hepatitis ini diberikan melalui intramuscular.

Polio

 Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.

 Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan.

 Frekuensi pemberian imunisasi polio adalah 4 dosis.

 Imunisasi polio diberikan melalui oral.

DPT

 Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri,
pertusis dan tetanus. Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri
yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti
(toksoid).

 Frekuensi pemberian imuisasi DPT adalah 3 dosis. Pemberian pertama zat anti terbentuk masih
sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh
membuat zat anti. Pada pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi
DPT diberikan melalui intramuscular.

 Pemberian DPT dapat berefek samping ringan ataupun berat. Efek ringan misalnya terjadi
pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan, dan demam. Efek berat misalnya terjadi
menangis hebat, kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang,
encephalopathy, dan syok.

Campak

 Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
campak pada anak karena termasuk penyakit menular.

 Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan.

 Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah 1 dosis.

 Imunisasi campak diberikan melalui subkutan.

 Imunisasi ini memiliki efek samping seperti terjadinya ruam pada tempat suntikan dan panas.
(Alimul, 2009)
Faktor Yg Mempengaruhi Imunisasi :
Status Imun Penjamu

1. Adanya antibodi spesifik pada penjamu keberhasilan vaksinasi, misalnya: (1.Campak pada
bayi; 2.Kolostrum ASI – Imunoglobulin A polio)

2. Maturasi imunologik : neonatus fungsi makrofag, kadar komplemen, aktifasi optonin.

3. Pembentukan antibodi spesifik terhadap antigen kurang, hasil vaksinasi ditunda sampai umur
2 tahun.

4. Cakupan imunisasi semaksimal mungkin agar anak kebal secara simultan, bayi diimunisasi.

5. Frekuensi penyakit : dampaknya pada neonatus berat imunisasi dapat diberikan pada
neonatus.

6. Status imunologik (seperti defisiensi imun) respon terhadap vaksin kurang.

Genetic

 Secara genetik respon imun manusia terhadap antigen tertentu baik, cukup, rendah.

 Keberhasilan vaksinasi tidak 100%.

Kualitas vaksin

1. Cara pemberian. Misalnya polio oral, imunitas lokal dan sistemik.

2. Dosis vaksin (1.Tinggi hambatan respon, menimbulkan efek samping; 2.Jika rendah, maka
tidak merangsang sel imunokompeten)

3. Frekuensi pemberian. Respon imun sekunder Sel efektor aktif lebih cepat, lebih tinggi
produksinya, afinitas lebih tinggi. Frekuensi pemberian mempengaruhi respon imun yang
terjadi. Bila vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar antibodi spesifik masih tinggi,
sedangkan antigen dinetralkan oleh antibodi spesifik maka tidak merangsang sel
imunokompeten.

4. Ajuvan (1.Zat yang meningkatkan respon imun terhadap antigen; 2.Mempertahankan antigen
agar tidak cepat hilang; 3.Mengaktifkan sel imunokompeten)

5. Jenis vaksin. Vaksin hidup menimbulkan respon imun lebih baik.

6. Kandungan vaksin (1.Antigen virus; 2.Bakteri; 3.Vaksin yang dilemahkan seperti polio,
campak, BCG.; 4.Vaksin mati : pertusis.; 5.Eksotoksin : toksoid, difteri, tetanus.; 6.Ajuvan :
persenyawaan aluminium.; 7.Cairan pelarut : air, cairan garam fisiologis, kultur jaringan, telur.)

Faktor Yg Dapat Merusak Vaksin & Komposisi Vaksin

1. Panas dapat merusak semua vaksin.

2. Sinar matahari dapat merusak BCG.

3. Pembekuan toxoid.
4. Desinfeksi / antiseptik : sabun. (Marimbi, 2010)

Tata Cara Pemberian Imunisasi

 Sebelum melakukan vaksinasi, dianjurkan dianjurkan mengikuti tata cara seperti berikut:

1. Memberitahukan secara rinci tentang risiko imunisasi dan risiko apabila tidak divaksinasi.

2. Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan secepatnya bila terjadi reaksi ikutan
yang tidak diharapkan.

3. Baca dengan teliti informasi tentang yang akan diberikan dan jangan lupa mendapat
persetujuan orang tua. Melakukan tanya jawab dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum
melakukan imunisasi.

4. Tinjau kembali apakah ada kontraindikasi terhadap vaksin yang akan diberikan.

5. Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan.

6. Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan baik.

7. Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan. Periksa tanggal
kadaluarsa dan catat hal-hal istimewa, misalnya adanya perubahan warna yang menunjukkan
adanya kerusakan.

8. Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula vaksin lain untuk
mengejar imunisasi yang tertinggal (catch up vaccination) bila diperlukan.

9. Berikan vaksin dengan teknik yang benar. Lihat uraian mengenai pemilihan jarum suntik,
sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan, dan posisi penerima vaksin.

 Setelah pemberian vaksin, kerjakan hal-hal seperti berikut:

1. Berilah petunjuk (sebaiknya tertulis) kepada orang tua atau pengasuh, apa yang harus
dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih berat.

2. Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis.

3. Catatan imunisasi secara rinci harus disampaikan kepada Dinas Kesehatan bidang P2M.

4. Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi untuk mengejar
ketinggalan, bila diperlukan.

5. Dalam situasi vaksinasi yang dilaksanakan untuk kelompok besar, pelaksanaannya dapat
bervariasi, namun rekomendasi tetap seperti di atas yang berpegang pada prinsip-prinsip
higienis, surat persetujuan yang valid, dan pemeriksaan/penilaian sebelum imunisasi harus
dikerjakan.

penyimpanan

 Vaksin yang disimpan dan diangkut secara tidak benar akan kehilangan potensinya.

 Instruksi pada lembar penyuluhan (brosur) informasi produk harus disertakan.


 Aturan umum untuk sebagian besar vaksin, bahwa vaksin harus didinginkan pada temperatur 2-
8oC dan tidak membeku.

 Sejumlah vaksin (DPT dan hepatitis B) menjadi tidak aktif bila beku.

 Pengguna dinasehatkan untuk melakukan konsultasi guna mendapatkan informasi khusus


vaksin-vaksin individual, karena beberapa vaksin (polio) dapat disimpan dalam keadaan beku.

Pengenceran

 Vaksin kering yang beku harus diencerkan dengan cairan pelarut khusus dan digunakan dalam
periode waktu tertentu.

 Apabila vaksin telah diencerkan, harus diperiksa terhadap tanda-tanda kerusakan (warna dan
kejernihan).

 Perlu diperhatikan bahwa vaksin campak yang telah diencerkan cepat mengalami perubahan
pada suhu kamar.

 Jarum ukuran 21 yang steril dianjurkan untuk mengencerkan dan jarum ukuran 23 dengan
panjang 25 mm digunakan untuk menyuntikkan vaksin.

Pembersihan kulit

 Tempat suntikan harus dibersihkan sebelum imunisasi dilakukan namun apabila kulit telah
bersih, antiseptik kulit tidak diperlukan.

 Sebagian besar vaksin diberikan melalui suntikan intramuskular atau subkutan dalam.

 Terdapat perkecualian pada dua jenis vaksin yaitu polio diberikan per-oral dan BCG diberikan
dengan suntikan intradermal

Transplantasi

Transplantasi organ atau jaringan bertujuan mengganti fungsi organ atau jaringan yang rusak
dengan organ atau jaringan yang sehat.

Respon Imun Pada Trans- plantasi Organ atau Jaringan

Masalah utama: Pada transplantasi  perbedaan gene-

tik diantara jaringan/tissue atau organ

yang di transplantasi.

Perbedaan ini dapat dibagi 4 .

* Autograf

Transplantasi jaringan dari satu bagian tubuh ke bagian lain pada orang yang sama, tidak
dianggap asing oleh sistem imun, tidak menyebabkan masalah ke-kebalan tubuh, variasi genetik
tidak ada dan molekul major histocompatibility complex (MHC) dapat mengenal jaringan atau
organ yang baru sebagai “ sendiri”
* Isograf

Transplantsi jaringan atau organ dari donor yang secara genetik identik dengan resipien atau
jaringan dari individu

* Allograf

Pencangkokan yg umum, dari satu organisme ke organisme lain berasal dari spesies yg sama,
walaupun demikianMereka mempunyai latar belakang genetik berbeda. Molekul-2 MHC
penerima akan mengenal bagian cangkokan sbg benda asing, memberitahu sistem Kekebalan
tubuh utk menolaknya.

* Xenograf

Pencangkokan satu spesies suatu organisme ke spesies lain. Masalah: Variasi genetik yg terlalu
besar di antara dua organisme tsb. Menimbulkan Penolakan yg sangat cepat ke jaringan-2/tissu
asing atau organ yg berasal dari respon sel dibantu oleh Ig.M. Gagasan u/pencangkokan dari
hewan ke manusia,masalah: spt penyakit, ukuran organ dan perdebatan etis.1999 di, Inggris
eksperimen pencangkokan hati babon ke manusia, mengakibatkan terinfeksi virus yg berasal
dari babon tsb.

Sistem Kekebalan/Imun & Pencangkokan Keberhasilan pencangkokan organ terletak pada


kendali sistem imun u/ mengizinkan proses adaptasi pencangkokan tsb, dan mencegah proses
penolakan Gen-gen merupakan alasan utama pengenalan antigen-antigen asing.

System imun

Major Histocompatibility Complex (MHC), berada pada lengan pendek kromosom 6. Gen-gen
MHC manusia mencerminkan molekul-molekul permukaan sel: disebut alloantigen dikenal
sebagai HLA. Molekul-molekul permukaan sel bersifat polimorfik & memungkinkan sistem imun
u/ mengenal antigen sendiri dan asing. Gen-gen MHC, diwariskan menurut model Mendelian
klasik, terdiri dari MHC kelas I dan MHC kelas II.
HLA (Histocompatibility antigen)
HLA kelas I: HLA-A, HLA-B & HLA-C ditemukan pada semua permukaan sel. HLA kelas I mengikat
antigen protein asing, termasuk jaringan/tissu yg dicangkok, dikenal o/sel T antigen-spesifik.
Molekul MHC/HLA kelas Biasanya dikenal o/ CD8+ sel T sitotoksik.

HLA kelas II : (HLA-DR,HLA-DP, HLA-DQ), terdpt hanya pd. Sel-sel yg mengenali antigen spt.
limfosit B, makrofag, sel dendrit dari organ limfoid. Molekul HLA kelas II dominan mengawali
respon imun terhadap antigen pengcangkokan asing.

Saat melawan antigen asing HLA kelas II mengaktifasi sel TCD4, selanjutnya mengalami
perkembangan klonal melalui produksi sitokin.

Penolakan

Penolakan dari pencangkokan  proses Dari sistem imun si penerima pencangkokan menyerang
organ/jaringan/tissue Yang dicangkok. Sebab sist.imun normal& sehat dapat membedakan
organ/jaringan/tissu asing u/ menghancurkan mereka. Seperti sist. Organisme meng hancurkan
bakteri dan virus yg menginfeksinya

Antigen MHC/HLA alasan utama penolakan secara genetik dari penerima cangkokan terhadap
organ/jaringan asing. Alloantigen ini dibawa ke sel T oleh HLA kompleks yg menentukan
kecepatan penolakan ini akan terjadi.

Klasifikasi penolakan

1. Hiper-akut:

respon mediasi komplemen pada penerima dgn antibodi yg tlah ada pada donor (antibodi
tipe darah ABO)

terjadi dalam hitungan menit sehing-ga cangkokan tsb.harus segera dibuang mencegah
respons inflamasi sistemik yang parah.

Akut: umumnya terjadi 5-10 hari setelah pencangkokan, dan dpt menghancurkan cangkokan
tsb.apabila tidikenal dan dirawat.Obat penekan sist imun sangat efektif mencegah tipe
penolakan ini. Hal ini berhasil 60-75% pencangkokan ginjal pertama.50-60% pada pencangkokan
hati.

2. Penolakan Kronis

Penolakan jangka panjang diakibatkan oleh respons imun alloreaktif penerima, Hal ini dapat
terjadi pada semua tipe cangkokan. Spt. Pengcangkokan jantung, paru,ginjal dll
Mekanisme penolakkan

Sel T berpranan utama utama dlm proses penolakan. Setelah distimulasi, efektor CD4+sel T
menghasilkan sitokin (antara lain inter-leukin -2 yang menyediakan signal u/ Sel T sitotoksik dan
sel T helper. IL-2 Juga meningkatkan ekspansi klonal sel T,yang membantu dalam proses
penolakan Sitokin yang lain juga dihasilkan dalam proses Respons u/ mendeteksi antigen asing.
Pengenalan antgen transplantasi o/sel T Helper disebut “allorecognition”.

Peyembuhan dari penolakkan

Penyembuhan dari penolakan/medikasi Imunosupresif.

Tujuan terapi imunosupresif setelah Transplantasi untuk mencegah “allo-Regnition” dan


menyerang terus menerus kepada organ/jaringan transplantasi Ada 4 imunosupresif yg
dipakai:Antilimfosit, antimetabolit, glucocorticoids dan inhibitor kalsineurin.

Kesimpulan

Transplantasi Suatu proses mencangkokkan organ/Jaringan dari satu tubuh ke tubuh yang
lain.Proses penolakan, proses dimana tubuh Menolak “benda asing” yg masuk kedalam tubuh

antigen

 An atigen is any substance that cause your immune system to produce antibodies against it.

 The antigen may be a foreign substance from the environment

 Such as chemicals bacteria viruses, or pollen) or formed within the body

 Suatu substansi yang dapat merangsang timbulnya respon imun(baik respon imun seluler
maupun respon imun humoral atau kedua2nya).

 Antigen disebutnya imunogen

 Imunogen yang paling poten

 Makromolekul protein, polisakarida, polipeptida, atau polimer sintetik (PVP)

 All immunogens are antigens, and are usually called antigens unless their ability to induce an
immune response

 Some antigens called haptens, are not immunogenic unless they are covalently linked to
immunugenic carriers (usually protein)

 Haptens can bind antibodies once the antibodies are produced, but haptens will not induce
antibody synthesis on their own.

o Imunogenisitas suatu substansi ditentukan oleh :

 Self , non self

 Berukuran cukup besar, makromolekul dengan bm lebih besar dari 100.000

 Susunan molekul harus kompleks


 Cara masuk substansi kedalam tubuh dan besarnya dosis

 Faktor genetik individu.

 Bagian dari makromolekul yang dapat berikatan dengan antigen binding site molekul antibodi
disebut dengan determinan antigen atau epitope

 Jumlah epitop pada satu antigen berbeda dengan antigen yang lain.

 Substansi yang dapat berikatan dengan antibodi spesifik , biasanya merupakan molekul yang
berukuran kecil disebut hapten.

 Hapten berisifat imunogenik bila terikat pada protein carrier

Antigen dapat dibagi menjadi 2 golongan :

o Antigen eksogen: yang berasal dari luar tubuh seseorang ( bakteri, virus, obat ).

o Antigen endogen yang berasal dari dalam tubuh seseorang ( antigen xenogenic atau heterolog,
antigen autolog atau idiotipik, antigen allogenetic atau homolog)

o Contoh determinan antigen homolog adalah antigen yang terdapat pada eritrosit, leukosit,
protein serum dan MHC

 Menurut sifat kimia seperti antigen protein, antigen polipeptida sintetik, antigen karbohidrat
dll.

 Menurut hubungan genetik dari asalnya antigen dan penerima antigen

o Antigen histokompatibilitas menimbulkan reaksi pada transplantasi jaringan

o Auto antigen : dimiliki oleh seseorang akan tetapi dapat menimbulkan pembentukan antibodi
terhadapnya.

o Isoantigen : antigen yang terdapat dalam individu lain dalam sp yang sama, namun secara
genetik dapat dikenal oleh penerima

o antigen yang menentukan golongan darah

o Allo antigen : antigen yang terdapat pada individu tertentu dan ternyata dapat menimbulkan
antibodi pada individu lainnya dalam satu spesies, karena secara genetik antigen ini tidak dikenal
oleh sipenerima

Sifat antigen

 Umumnya bersifat asing terhadap host

 Dapat berupa mo atau produknya

 Mungkin juga berupa benda tidak berbahaya, misalnya protein serum dari spesies lain.

 Bm diatas 10.000 dalton

 Jika suatu determinan antigen lebih asing untuk tubuh, maka respon imun juga akan makin kuat.
Cara Membuat antigen H(flagel)

 Galur Salmonella, diambil dari koloni tipe S dan gerak aktif

 Pemeriksaan gerak, medium pembiakan setengah padat 2 kali pemindahan

 Inokulasi pada tabung kecil yang berisi TSB dan di inkubasi pada suhu 37 oC selama 3-4 jam.

 Ambil 3 ml masukkan ke dalam 100mL TSB, inkubasi selama 24- 48 jam

 Tambahkan formalin sampai diperoleh 0,3% (v/v), simpan dalam lemari es selama 48 jam

 Uji Sterililitas

 Buat pengenceran LDF yang mengandung formalin 0,3 % , sampai kekeruhan sesuai dengan
suspensi brown no 3

 Untuk stabilitas simpan dalam lemari es selama 2 minggu, dapat disimpan sampai satu tahun
atau lebih.

Antigen o (badan)

 Bila galur yang digunakan tdak bergerak, caranya seperti antigen H, tetapi pasasi melalui med
pembiakan setengah padat tidak dilakukan.

 Bila digunakan motil caranya sebagai berikut :

 Bahan dibuat dalam TSB dari koloni S

 Ke dalam botol Roux atau Cawan Petri besar berisi medium pembiakan, ditanam suspensi
biakan sebanyak 4-6 ml. diusahakan rata.

 Inkubasi selama 18-20 jam pada suhu 37 oC

 Hasil pertumbuhan dikumpulkan dengan cara disuspensikan dalam 15-20 mL NaCl fisiologis

 Suspensi yg diperoleh dicampur alk 95% dalam perbandingan (4:1) 4 alk, 1 suspensi, kemudian
ditutup prop karet dikocok selama 30 menit

 Suspensi disimpan pada tempat gelap selama 48 jam

 Suspensi disentrifugasi , pelet(endapan) dicuci dengn NaCl fisiologis selama dua kali.

 Endapan disuspensikan kembali denagn larutan dapar fosfat pH 6,8 – 7,0 yang mengandung
formalin 0,2 %

 Untuk keperluan uji aglutinasi suspensi diencerkan sampai kekeruhan Brown , no 3.

Major Histocompatibility Complex (MHC)

 Pertama kali terungkap pada pertengahan tahun1950

 Serum penderita transfusi darah ada antibodi yang dapat menggumpalkan leukosit

 Antigen yang bereaksi dengan antibodi adalah aloantigen


 Antigen ini dapat menyebabkan penolakan jaringan transplantasi, antigen transplantasi

Antigen transplantasi

 Terdiri dari glikoprotein

 Pada permukaan sel yang berinti dan ekspresinya pada permukaan sel ditentukan oleh bagian
kromosom yang terdiri atas serangkaian gen.

 Bagian ini yang disebut Major Histocompatibility Complex. (MHC)

 Selain mengandung gen yang mengatur ekspresi antigen transplantasi ternyata juga
mengandung gen yang mengatur respon imun dan menentukan kepekaan terhadap kelainan2
imunologik.

 Pada tikus sistem H-2, sedangkan pada manusia HLA

Distribusi MHC

 Pada man dibagi 2


Antigen Kelas I yang mencakup HLA-A, HLA-B, HLA-C

 Antigen kelas II yang meliputi : HLA-D, HLA-DR, HLA-DQ, HLA-DP

 Kelas III yang mencakup komponen C2 dan C4 dari komplemen dan faktor B properdin (BF)

MHC 1

 Terdapat pada hampir semua sel berinti dengan jumlah bervariasi.

 Paling sedikit Spermatozoa dan eritrosit

 Antigen terhadap HLA sering dijumpai apabila pernah mendapat transfusi darah berulang kali
atau transplantasi organ.

 Merupakan antigen utama yang berperan pada proses penolakan jar transplantasi dan sitolisis
sel yang terinfeksi virus.

 Antigen sasaran yg dikenal oleh limfosit T sitotoksik CD8+

 MHC kelas I berfungsi sebagai molekul sasaran

MHC 2

 Antigen MHC kelas II terutama dijumpai pada permukaan sel-sel imunokompeten.


( makrofag, /monosit, limfosit B,limfosit T teraktivasi)

 Limfosit T dalam keadaan istirahat hanya menampilkan sedikit sekali antigen kelas II dan sel-sel
retikulo endotel.

 Antigen ini juga terdapat pada permukaan spermatozoa dan sel intersitstial dan ovarium, dan
permukaan sel hemapoetik.

 Fungsi MHC II :
 Fungsi respon imun imunosupresi, pengenalan sel dan interaksi sel.

 MHC kelas II terutama berfungsi dalam respons imun.

Anda mungkin juga menyukai