1. Transaksi Jual-Beli Antara Induk dan Anak Perusahaan
Menurut Beams (2003), adanya setiap transaksi jual beli yang dilakukan pada pembukuan mereka secara terpisah secara otomatis akan diakui. Dalam kepentingan penyusunan laporan keuangan konsoidasi, minority interest dari induk dan anak perusahaan dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan sehingga seluruh transaksi yang ada diantara mereka harus dihapuskan.
2. Transaksi Penjualan Induk Terhadap Anak Perusahaan (Downstrem) Dan Penjualan
Anak Terhadap Induk Perusahaan (Upstream) Sering kali suatu perusahaan afiliasi melakukan transaksi jual beli diantara mereka, jadi induk perusahaan dapat bertindak sebagai penjual sekaligus pembeli bagi barang dagangan anak perusahaan, demikian juga sebaliknya. Permasalahan akan timbul terhadap gross profit yang terkandung dalam transaksi jual beli tersebut. Perlakuan akuntansi membedakan transaksi jual beli tersebut berdasar pada pihak yang melakukan transaksi penjualan tersebut. Jika yang melakukan transaksi penjualan adalah induk perusahaan, maka transaksi tersebut akan disebut dengan downstrem sales, sedangkan jika yang melakukan penjualan adalah anak perusahaan, maka transaksi tersebut akan diakui sebagai upstream sales.
UNREALIZED PROFIT BAGI DOWNSTREAM SALES
Sebagaimana telah dibahas pada bagian sebelumnya bahwa downstream sales adalah kondisi dimana induk perusahaan melakukan transaksi penjualan pada anak perusahaan sehingga induk perusahaan bertindak sebagai penjual sedangkan anak perusahaan bertindak sebagai pembeli. Pada bagian ini kita akan membahas perlakuan akuntansi untuk unrealized profit pada persediaan akhir maupun saat persediaan tersebut terjual pada periode berikutnya. Proses penjualan dari induk perusahaan kepada anak perusahaan akan disebut dengan downstream sales, sedangkan penjualan dari anak perusahaan kepada induk perusahaannya disebut upstream sales. Pada prinsipnya laba/rugi yang timbul sebagai konsenkuensi dari transaksi penjualan pada perusahaan afiliasi (intercompany sales) hanya dapat diakui setelah barang tersebut terjual keluar perusahaan terdapat persediaan barang yang belum terjual (di gudang penjual) keluar perusahaan afiliasi, maka akan menimbulkan unrealized profit, yaitu laba kotor yang terkandung dalam nilai persediaan pada gudang perusahaan afiliasi. Unrealized profit ini akan muncul karna untuk kepentingan penyusun laporan keuangan konsilidasi, induk dan anak perusahaan dipandang sebagai satu bussinis entity saja sehingga unrealized profit ini akan diproses dengan mengurangi laba bagi perusahaan afiliasi yang bertindak sebagai penjual, sekaligus mengurangi nilai persediaan akhir barang dagangan bagi perusahaan afiliasi yang bertindak sebagai pembeli.