PENDAHULUAN
1
1. Dapat menjelaskan pola aliran yang terjadi dalam tangki berpengaduk
Dapat menjelaskan pengaruh penggunaan sekat pada pola aliran yang
ditimbulkan
2. Dapat menghitung kebutuhan daya yang diperlukan untuk suatu operasi
pencampuran
3. Dapat menentukan karakteristik daya pengaduk
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Tujuan operasi pengadukan yang utama adalah terjadinya pencampuran.
Pencampuran dapat terjadi dengan cara menimbulkan gerak di dalam bahan itu
yang menyebabkan bagian-bagian bahan saling bergerak satu terhadap yang
lainnya, sehingga operasi pengadukan hanyalah salah satu cara untuk
operasipencampuran. Pencampuran fasa cair dapat dibagi dalam dua kelompok
yaitu pencampuran antara cairan yang saling tercampur (miscible) dan
pencampuran antara cairan yang tidak tercampur atau tercampur sebagian
(immiscible). Selain pencampuran fasa cair dikenal pula operasi pencampuran fasa
cair yang pekat seperti lelehan, pasta, dan sebagainya dan pencampuran fasa padat
seperti bubuk kering, pencampuran fasa gas, dan pencampuran antar fasa(Irma,
2003).
Proses pencampuran dalam fasa cair dilandasi oleh mekanisme
perpindahan momentum di dalam aliran turbulen. Pada aliran turbulen,
pencampuranterjadi pada 3skala yang berbeda, yaitu(Irma, 2003):
Pencampuran sebagai akibat aliran cairan secara keseluruhan (bulk
flow) yang disebut mekanisme konvektif.
Pencampuran karena adanya gumpalan-gumpalan fluida yang
terbentuk dan tercampakkan di dalam medan aliran yang dikenal sebagai
eddies, sehingga mekanisme pencampuran ini disebut eddy diffusion.
Pencampuran karena gerak molekular yang merupakan mekanisme
pencampuran difusi.
Ketiga mekanisme terjadi secara bersama-sama, tetapi yang paling
menentukan adalah eddy diffusion. Mekanisme ini membedakan pencampuran
dalam keadaan turbulen daripada pencampuran dalam medan aliran laminer.Sifat
fisik fluida yang berpengaruh pada proses pengadukan adalah densitas dan
viskositas(Irma, 2003).
Secara khusus, proses pengadukan dan pencampuran digunakan untuk
mengatasi tiga jenis permasalahan utama, yaitu untuk menghasilkan keseragaman
statis ataupun dinamis pada sistem multifase multikomponen, untuk memfasilitasi
perpindahan massa atau energi di antara bagian – bagian dari sistem yang tidak
seragam dan untuk menunjukkan perubahan fase pada sistem multikomponen
dengan atau tanpa perubahan komposisi.
4
Aplikasi pengadukan dan pencampuran bisa ditemukan dalam rentang
yang luas, diantara dalam proses suspensi padatan, dispersi gas-cair, cair-cair
maupun padat-cair, kristalisasi, perpindahan panas dan reaksi kimia.
5
c. Pencampuran karena gerak molekular yang merupakan mekanisme
pencampuran difusi.
Ketiga mekanisme terjadi secara bersama-sama, tetapi yang paling
menentukan adalah eddy diffusion. Mekanisme ini membedakan pencampuran
dalam keadaan turbulen daripada pencampuran dalam medan aliran laminer.Sifat
fisik fluida yang berpengaruh pada proses pengadukan adalah densitas dan
viskositas.
6
2.2.2 Viskositas Fluida
Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya
gesekan antar lapisan material, karenanya viskositas menunjukkan tingkat
ketahanan suatu cairan untuk mengalir. Semakin besar viskositas maka aliran akan
semakin lambat. Besarnya viskositas dipengaruhi beberapa faktor seperti
temperatur, gaya tarik antar molekul dan ukuran serta jumlah molekul terlarut.
Viskositas suatu bahan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (Walas, 2005):
1. Suhu
Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik, maka
viskositas akan turun dan begitu pula sebaliknya, jika suhu turun maka viskositas
akan naik. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan partikel-partikel cairan yang
semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan kekentalanya menurun.
2. Konsentrasi larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan
dengan konsentrasi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi
larutan menyatakan banyaknya pertikel zat yang terlarut tiap satuan volume.
Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikel semakin tinggi dan
viskositasnya semakin tinggi pula.
3. Berat molekul solute
Viskositas berbanding lurus dengan berat molekul solute, karena dengan
adanya solute yang berat akan menghambat atau memberi beban yang berat pada
cairan sehingga akan menaikkan viskositasnya.
4. Tekanan
Tekanan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
viskositas suatu cairan dikarenakan besar kecilnya tekanan mempengaruhi besar
kecilnya viskositas suatu cairan.
Fluida baik cair maupun gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat
kekentalan yang berbeda. Zat cair memiliki viskositas yang disebabkan karena
adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antar molekul sejenis). Sedangkan dalam
zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antar molekul. Berikut macam-
macam viskositas (Bird, 1993):
7
1. Viskositas dinamik, yaitu rasio antara shear, stress, dan shear rate.
Viskositas dinamik disebut juga koefisien viskositas.
2. Viskositas kinematik, yaitu viskositas dinamik dibagi dengan densitasnya.
Dinyatakan dalam satuan stoke (st) pada CGS dan m2/s pada SI.
3. Viskositas relatif dan spesifik, pada pengukuran viskositas suatu emulsi
atau suspensi biasanya dilalukan dengan membandingkan dengan larutan
murni.
4. Viskositas berbanding lurus dengan tekanan, kerana semakin besar
tekanannya, cairan aliran semakin sulit mengalir akibat dari beban yang
dikenakan padanya. Viskositas aliran bernilai tetap pada tekanan 0-100
atm.
Viskositas semua cairan dan larutan akan turun seiring dengan kenaikan
temperatur. Analisis kuantitatif pertama kali mengenai hal ini dilakukan oleh
Poiseuille. Dia menemukan bahwa viskositas air pada temperatur tertentu dapat
dihubungkan dengan viskositas pada 0oC melalui persamaan empiris (Bird, 1993):
η0
bη=
1+ αT +T 2
....................................... (2.3)
Dengan,
8
e. Penggunaan sekat dalam tangki dan juga properti fisik fluida yang diaduk
yaitu densitas dan viskositas.
Oleh karena itu, perlu tersedia seperangkat alat tangki berpengaduk yang
bisa digunakan untuk mempelajari operasi dari pengadukan dan pencampuran
tersebut.
Pencampuran terjadi pada tiga tingkatan yang berbeda, yaitu
(Simamora, 2010):
Mekanisme konvektif : pencampuran yang disebabkan aliran cairan secara
keseluruhan (bulk flow).
Eddy diffusion : pencampuran karena adanya gumpalan - gumpalan fluida
yang terbentuk dan terhamburkan dalam medan aliran.
Diffusion : pencampuran karena gerakan molekuler.
Ketiga mekanisme terjadi secara bersama-sama, tetapi yang paling
menentukan adalah eddy diffusion. Mekanisme ini membedakan pencampuran
dalam keadaan turbulen dengan pencampuran dalam medan aliran laminer. Sifat
fisik fluida yang berpengaruh pada proses pengadukan
adalah densitas dan viskositas.
Secara khusus, proses pengadukan dan pencampuran digunakan untuk
mengatasi tiga jenis permasalahan utama, yaitu (Simamora, 2010):
Untuk menghasilkan keseragaman statis ataupun dinamis pada sistem
multifase multikomponen.
Untuk memfasilitasi perpindahan massa atau energi diantara bagian-bagian
dari sistem yang tidak seragam.
Untuk menunjukkan perubahan fase pada sistem multikomponen dengan
atau tanpa perubahan komposisi.
9
1. Tidak memasang pengaduk di tengah tangki (off center). Poros pengaduk
digeser dari pusat tangki kemudian dimiringkan secara tegak lurus
terhadap pergeseran itu. Digunakan untuk tangki berukuran kecil.
2. Untuk tangki yang berukuran besar. Pengaduk dipasang pada sisi tangki
dengan poros pada bidang horizontal.
3. Memasang beberapa sekat secara vertikal terhadap dinding tangki.
Gambar 2.1 Pola alir pengadukan. (a) Axial atau radial pada tangki tidak
bersekat. (b) Posisi off-center untuk menghindari terjadinya vortex. (c) Axial
pada tangki bersekat. (d) Radial pada tangki bersekat.(Walas, 2005).
N Da2
N Re
...................................................(2.4)
10
Dimana:
NRe = bilanganReynolds
ρ = densitas fluida (kg/m3)
N = kecepatan pengaduk (rad/s)
Da = diameter pengaduk (m)
μ = viskositas fluida (kg/m.s)
2. Bilangan Power
Bilangan tak berdimensi lainnya adalah bilangan daya. Persamaan yang
digunakan untuk menghitung bilangan daya seperti yang ditampilkan oleh
persamaan (2) sebagai berikut (Brodkey and Hershey,1998) :
p
NPo
N 3 Da5
.........................................................(2.5)
Dimana:
NPo = bilangan daya
ρ = densitas fluida (kg/m3)
N = kecepatan pengaduk (rad/s)
Da = diameter pengaduk (m)
P = daya (watt)
11
Pada sistem bersekat, bilangan daya sangat bergantung pada bilangan
Reynolds.Namun pada saat bilangan Reynolds mencapai nilai besar dari 104
(aliran turbulen). Bilangan daya akan konstan dan tidak lagi bergantung pada
bilangan Reynolds.
3. Bilangan Fraude
Bilangan tak berdimensi ini menunjukkan perbandingan antara gaya
inersia dengan gaya gravitasi. Bilangan Fraude dapat dihitung dengan persamaan
berikut (Brodkey and Hershey,1998) :
………………………(2.6)
dimana :
Fr = Bilangan Fraude
D = Diameter Pengaduk
g = Percepatan Gravitasi
12
13
BAB III
METODE PERCOBAAN
14
Percobaan ini bertujuan memeberikan kemampuan kepada
mahasiswauntuk menetukan besar daya yang diperlukan untuk suatu operasi
pemcampuran dalam tangki berpengaduk.
15
3.3 Rangkaian Alat Percobaan
Motor Penggerak
Dynamometer
Batang Pengaduk
Buffle (sekat)
Impeller
Gantungan Impeller
Tangki
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Penentuan Pola Aliran
Tabel 4.1 Pola Aliran Dalam Tangki Berpengaduk
Paddle A
Aksia
l Radial
Paddle B
Aks
ial Radial
17
Paddle C
Aks
ial Radial
Propeller
Aksial
Radial
Turbine
Aksial
Radial
18
4.2 Pembahasan
4.2.1 Penentuan Pola Aliran
Untuk menentukan pola-pola aliran yang terjadi dalam tangki
berpengaduk, maka digunakan impeller yaitu jenis paddle, turbin dan propeller.
Variasi percobaan yang dilakukan yaitu menggunakan sekat dan tanpa sekat
dengan batang pengaduk yang diletakkan tepat di pusat tangki. Jenis fluida yang
digunakan adalah air dengan tinggi 30 cm dari dasar tangki. Kemudian, pada
tangki dimasukkan potongan–potongan plastik berwarna merah agar memudahkan
dalam mengamati pola aliran yang terbentuk pada tangki berpengaduk. Percobaan
ini dilakukan dengan kecepatan 200 rpm.
Pola aliran yang terbentuk pada impeller jenis paddle, turbin dan propeller
tanpa menggunakan sekat adalah aksial. Untuk aliran yang tidak menggunakan
sekat, sirkulasi akan bergerak memutari propeller lalu naik di sekitar batang
pengaduk dan bergerak ke arah dinding tangki hingga jatuh ke bawah dan naik
lagi ke propeller. Pada kecepatan yang tinggi akan terjadi vortex pada aliran yang
berada di atas permukaan air. Semakin tinggi kecepatan putaran tangki maka akan
semakin besar vortex yang terjadi pada tangki.
Pola aliran yang terbentuk pada impeller jenis paddle, turbin, dan
propeller dengan menggunakan sekat cenderung tegak lurus dengan tangki
pengaduk. Pola aliran ini biasa disebut radial. Sirkulasi fluida terbentuk dari
bawah daun pengaduk kemudian bergerak ke arah sisi tangki. Bergerak di sekitar
batang pengaduk dan membelok ke atas dan ke dasar tangki. Pada pola aliran
dengan menggunakan sekat tidak terjadi vortex karena penggunaan sekat dapat
menghambat gerakan fluida saat pengadukan berlangsung sehingga sekat dapat
mencegah terjadinya vortex. Dalam hal ini dapat disimpulkan untuk mencegah
terjadinya vortex dapat dilakukan dengan menggunakan sekat pada tangki. Karena
sekat yang terdapat pada tangki dapat memecah pusaran yang terjadi saat proses
pengadukan.
19
Gambar 4.1 Kurva Laju Putaran Pengaduk Vs NRe Impeller dengan Sekat
20
b. Hubungan Laju Aliran Dengan NRe Pada Jenis Impeller Paddle
Tanpa Sekat dan Propeller Tanpa Sekat
Gambar 4.2 Kurva Laju Putaran Pengaduk Vs NRe Impeller tanpa Sekat
21
c. Hubungan laju aliran dengan NPo pada jenis impeller paddle B
dengan sekat dan propeller dengan sekat
Gambar 4.3 Kurva Laju Putaran Pengaduk Vs NPo Impeller dengan Sekat
Pada Gambar 4.3 dapat dilihat pada pengaduk jenis propeller nilai power
number pada kecepatan 50 rpm hingga 400 rpm adalah 0. Hal ini dikarenakan
gaya yang dihasilkan oleh propeller sangat kecil sehingga pegas tidak dapat
mengukur besar gaya yang diperoleh. Gaya yang kecil ini disebabkan karena laju
putaran dibawah laju putaran minimum untuk propeller. Berdasarkan geankoplis
(1993), pengaduk propeller untuk mengaduk bahan dengan viskositas rendah
menggunakan kecepatan berkisar 400-1750 rpm. Sedangkan pada pengaduk jenis
paddle sedang, nilai power number yang diperoleh meningkat dari kecepatan 0
rpm hingga 100 rpm dan mengalami penurunan pada kecepatan laju putaran 150
rpm hingga 400 rpm. Hal ini dikarenakan gaya yang dihasilkan saat kecepatan 150
rpm terlalu besar sehingga pegas tidak dapat mengukur besar gaya yang diperoleh
sehingga jika kecepatan dinaikkan, gaya yang diperlukan akan sama hingga pada
400 rpm.
Jenis impeller yang menghasilkan nilai power number (Po) paling besar
adalah paddle besar yaitu pada kecepatan 150 rpm. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan menggunakan impeller paddle besar, daya yang dibutuhkan untuk proses
pengadukan lebih besar dibandingkan menggunakan impeller jenis propeller dan
paddle sedang maupun paddle kecil. Hal ini terjadi karena perbandingan daun
pengaduk dengan diameter pada paddle besar adalah lebih besar dibandingkan
dengan propeller serta paddle sedang dan paddle kecil. Semakin besar diameter
22
pengaduk maka daya yang dibutuhkan untuk menggerakkan pengaduk juga akan
semakin besar, sehingga menghasilkan power number yang besar juga.
d. Hubungan Laju Aliran Dengan NPo Pada Jenis Impeller Paddle dan
Propeller Tanpa Sekat
Gambar 4.4 Kurva Laju Putaran Pengaduk Vs NPo Impeller tanpa Sekat
23
Dari Gambar 4.3 dan 4.4 dapat dilihat bahwa tangki yang menggunakan
sekat, nilai power number lebih besar dibandingkan dengan tangki yang tanpa
sekat. Hal ini terjadi karena pada tangki yang menggunakan sekat, daya yang
dibutuhkan untuk menggerakkan pengaduk lebih besar.
24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pola aliran yang terbentuk dari jenis impeller dengan sekat pada tangki
berpengaduk yaitu pola aliran radial sedangkan pada impeller tanpa sekat
yaitu aliran aksial.
2. Semakin besar kecepatan pengadukan maka daya yang dibutuhkan juga
semakin besar.
3. Daya yang dibutuhkan untuk menggerakkan impeller paddle lebih besar
daripada propeller.
4. Semakin besar diameter pengaduk maka daya yang dibutuhkan untuk
menggerakkan impeller juga semakin besar.
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam mengamati gaya yang terbaca pada
bar setting. Selain itu, praktikan juga harus memahami prosedur percobaan
sebelum memulai percobaan sehingga tidak terjadi kesalahan pada saat proses
berlangsung. Kemudian, untuk praktikan selanjutnya disarankan untuk
memvariasikan jenis impeller yang digunakan agar dapat mengetahui pengaruh
daya terhadap jenis impeller yang berbeda.
25