Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1       Pernyataan Masalah


Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat reaksi-reaksi kimia dengan
kecepatan yang berbeda-beda. Ada reaksi yang berlangsung cepat seperti petasan
yang meledak, ada juga reaksi yang berlangsung sangat lambat seperti
pengkaratan besi. Dalam ilmu kimia, banyak perubahan – perubahan yang terjadi
dalam suatu reaksi yang selanjutnya ditelaah dengan ilmu – ilmu mengkaji lebih
lanjut dan spesifik mengenai perubahan tersebut. Misalnya termodinamika yang
membahas tentang arah reaksi kespontanan. Tetapi dalam termodinamika hanya
dibahas mengenai perubahan energi dalam suatu reaksi sehingga waktu dan
kecepatan laju suatu reaksi tidak diketahui (Keenan, 1999).
            Kinetika reaksi menggambarkan suatu studi secara kuantitatif tentang
perubahan – perubahan kadar terhadap waktu oleh reaksi kimia. Kecepatan reaksi
ditentukan oleh kecepatan terbentuknya zat hasil, dan kecepatan pengurangan
reaktan. Tetapan kecepatan (K) adalah vaktor pembanding yang menunjukkan
hubungan antara kecepatan reaksi dengan konsentrasi reaktan (Keenan, 1999).
            Pada percobaan ini, yaitu mengamati pengaruh konsentrasi terhadap laju
reaksi dan pengaruh suhu terhadap laju reaksi. Informasi kinetika digunakan
untuk meramalkan secara rinci mekanisme suatu reaksi yaitu langkah – langkah
yang ditempuh pereaksi untuk menentukan hasil reaksi tertentu sesuai yang
diinginkan. Disamping itu, kinetike juga memberikan informasi untuk
mengendalikan laju reaksa. Informasi semacam itu sangat berguna bagi para ahli
sintesis senyawa kimia, sehingga hasil sintesanya dapat memuaskan.
 
1.2       Tujuan Percobaan
1. Mensintesis Kalsium Asetat dari Kalsit dan Asam asetat
2. Memahami mekanisme reaksi sintesis Kalsium Asetat dari Kalsit dan
Asam asetat
3. Memperoleh data kinetika reaksi Kalsit dan Asam asetat
4. Mengolah data kinetika reaksi yang diperoleh dan dapat menentukan:
a. Persamaan kinetika reaksi yang sesuai
b. Konstanta kecepatan reaksi kimia
c. Energi aktivasi reaksi pada persamaan Arrhenius
 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kinetika Reaksi


Kinetika reaksi adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari
berlangsungnya suatu reaksi. Kinetika reaksi menerangkan dua hal yaitu
mekanisme reaksi dan laju reaksi. Dalam kehidupan konsep laju reaksi sudah
banyak diterapkan dalam kegiatan sehari-hari, dan yang menjadi prinsipnya
adalah semakin luas bidang sentuh maka akan semakin cepat laju reaksinya,
seperti contoh penduduk pedesaan membelah kayu gelondongan menjadi
beberapa bagian sebelum dimasukkan ke tungku perapian. Sedangkan dalam
bidang industri konsep pengaruh luas permukaan bidang sentuh terhadap laju
reaksi diterapkan pada beberapa industri seperti industri alumunium, logam
alumunium diperoleh dari mineral bauksit melalui proses peleburan dan
elektrolisis. Pada industri semen konsep laju reaksi konsep laju reaksi diterapkan
saat batu kapur dihancurkan menggunakan mesin penghancur sampai halus.
Penghancuran ini  bertujuan mempercepat reaksi pada proses selanjutnya.
Dalam ilmu kimia persamaan laju reaksi hanya dapat dinyatakan
berdasarkan data hasil percobaan. Dari data tersebut akan didapat cara untuk
menentukan orde reaksi dan konstata laju reaksi. Persamaan laju reaksi ditentukan
berdasarkan konsentrasi awal setiap zat dipangkatkan orde reaksinya. Nilai orde
reaksi tak selalu sama dengan koefisien reaksi zat yang bersangkutan, karena orde
reaksi merupakan penjumlahan dari orde reaksi setiap zat pereaksi. Mekanisme
reaksi dipakai untuk menerangkan bagian langkah suatu reaktan berubah menjadi
suatu produk.
Dalam ilmu kimia, laju reaksi menunjukan perubahan konsentrasi zat yang
terlibat dalam reaksi setiap satuan waktu. Konsentrasi pereaksi dalam suatu reaksi
kimia semakin lama semakin berkurang, sedangkan hasil reaksi semakin lama
semakin bertambah (Anderton, 1997).
Untuk mempercepat laju rekaksi ada 2 cara yang dapat dilakukan yaitu
memperbesar energi kinetik suatu molekul atau menurunkan harga Ea. Kedua cara
itu bertujuan agar molekul-molekul semakin banyak memiliki energi yang sama
atau lebih dari energi aktivasi sehingga tumbukan yang terjadi semakin banyak
(Ryan, 2001).
Laju reaksi suatu reaksi kimia merupakan pengukuran bagaimana
konsentrasi ataupun tekanan zat-zat yang terlibat dalam reaksi berubah seiring
dengan berjalannya waktu. Analisis laju reaksi sangatlah penting dan memiliki
banyak kegunaan, misalnya dalam teknik kimia dan kajian kesetimbangan kimia.
Laju reaksi secara mendasar tergantung pada (Achmad,1992) :
1. Konsentrasi reaktan, yang biasanya membuat reaksi berjalan dengan lebih
cepat apabila konsentrasinya dinaikkan. Hal ini diakibatkan karena
peningkatan pertumbukan atom per satuan waktu.
2. Luas permukaan yang tersedia bagi reaktan untuk saling berinteraksi,
terutama reaktan padat dalam sistem heterogen. Luas permukaan yang
besar akan meningkatkan laju reaksi.
3. Tekanan, dengan meningkatkan tekanan, kita menurunkan volume antar
molekul sehingga akan meningkatkan frekuensi tumbukan molekul.
4. Energi aktivasi, yang didefinisikan sebagai jumlah energi yang diperlukan
untuk membuat reaksi bermulai dan berjalan secara spontan. Energi
aktivasi yang lebih tinggi mengimplikasikan bahwa reaktan memerlukan
lebih banyak energi untuk memulai reaksi daripada reaksi yang berenergi
aktivasi lebih rendah.
5. Keberadaan ataupun ketiadaan katalis. Katalis adalah zat yang mengubah
lintasan (mekanisme) suatu reaksi dan akan meningkatkan laju reaksi
dengan menurunkan energi aktivasi yang diperlukan agar reaksi dapat
berjalan. Katalis tidak dikonsumsi ataupun berubah selama reaksi,
sehingga ia dapat digunakan kembali.
6. Untuk beberapa reaksi, keberadaan radiasi elektromagnetik, utamanya
ultraviolet, diperlukan untuk memutuskan ikatan yang diperlukan agar
reaksi dapat bermulai. Hal ini utamanya terjadi pada reaksi yang
melibatkan radikal.
7. Temperatur, yang meningkatkan laju reaksi apabila dinaikkan, hal ini
dikarenakan temperatur yang tinggi meningkatkan energi molekul,
sehingga meningkatkan tumbukan antar molekul per satuan waktu.
Jika suatu zat dipanaskan, pertikel-partikel zat tersebut menyerap energi
kalor. Pada suhu yang ebih tinggi molekul bergerak lebih cepat sehingga energi
kinetiknya bertambah. Peningkatan energi kinetik menyebabkan kompleks
teraktivasi lebih cepat terbentuk, karena energi aktivasi mudah terlampaui, dengan
dewnikian reaksi berlangsung lebih cepat (Suroso, 2002).
Penyelidikan tentang reaksi yang bertujuan untuk menentukan hukum laju
dan konstanta laju, seringkali dilakukan pada beberapa temperature. Idealnya
langkah pertama untuk mengenali semua produknya, dan untuk menyelidiki ada
tidaknya antar hasil sementara dan reaksi samping (Atkins, 1999).
Daya (laju) suatau reaksi kimia sama dengan hasil kali massa aktif
(konsentrasi) pereaksi dan koefisien afinitas (tetapan kecepatan) dengan setiap
massa aktif meningkat sampai daya tertentu. Daya tertentu tersebut tidak harus
angka-angka bulat dan tidak disimpulkan dari persamaan reaksinya. Hukum
Gulberd dan Waage tersebut dikenal sebagai hukum aksi massa.
Laju reaksi berhubungan dengan konsentrasi zat-zat yang terlibat dalam
reaksi. Hubungan ini ditentukan oleh persamaan laju tiap-tiap reaksi. Perlu
diperhatikan bahwa beberapa reaksi memiliki kelajuan yang tidak tergantung pada
konsentrasi reaksi. Hal ini disebut sebagai reaksi orde nol.
Kinetika reaksi adalah cabang ilmu kimia yang membahas tentang laju
reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Laju atau kecepatan reaksi
adalah perubahan konsentrasi pereaksi ataupun produk dalam suatu satuan waktu.
Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu
pereaksi, atau laju bertambahnya konsentrasi suatu produk. Konsentrasi biasanya
dinyatakan dalam mol per liter. Laju reaksi suatu reaksi kimia dapat dinyatakan
dengan persamaan laju reaksi. Untuk reaksi berikut :

A + B → AB.....................................................................................................(2.1)

Persamaan laju reaksi secara umum ditulis sebagai berikut :

r=k [A]m[B]n......................................................................................................(2.2)

k sebagai konstanta laju reaksi, m dan n adalah orde parsial masing – masing
pereaksi.

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi


2.2.1 Sifat dan Ukuran Pereaksi
Sifat pereaksi dan ukuran pereaksi menentukan laju reaksi. Semakin relatif
dari sifat pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah atau reaksi berlangsung
semakin cepat. Semakin luas permukaan zat pereaksi laju reaksi akan semakin
bertambah, hal ini dijelaskan dengan semakin luas permukaan zat yang bereaksi
maka daerah interaksi zat pereaksi semakin luas juga. Permukaan zat pereaksi
dapat diperluas dengan memperkecil ukuran pereaksi. Jadi untuk meningkatkan
laju reaksi, pada zat pereaksi dalam bentuk serbuk lebih baik bila dibandingkan
dalam bentuk bongkahan.
Sifat dasar pereaksi. Zat-zat berbeda secara nyata dalam lajunya mereka
mengalami perubahan kimia. Molekul hidrogen dan flour bereaksi secara
meledak, bahkan pada temperatur kamar, dengan menghasilkan molekul hidrogen
fluorida.

H2 + F2 → 2HF  (sangat cepat pada temperatur kamar)....................................(2.3)

Pada kondisi serupa, molekul hidrogen dan oksigen bereaksi begitu lambat
sehingga tak Nampak perubahan kimia :

2H2 + O2 → H2O...............................................................................................(2.4)

2.2.2 Konsentrasi
Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi
suatu pereaksi, atau sebagai laju bertambahnya konsentrasi suatu produk.
Besarnya laju reaksi sebanding dengan konsentrasi pereaksi. Jika natrium tiosulfat
dicampur dengan asam kuat encer maka akan timbul endapan putih.

2.2.3 Temperatur atau Suhu Reaksi


Laju suatu reaksi kimia bertambah dengan naiknya temperatur. Biasanya
kenaikan sebesar 10ºC akan melipatkan dua atau tiga laju suatu reaksi antara
molekul-molekul. Kenaikan laju reaksi ini dapat diterangkan sebagian sebagai
lebih cepatnya molekul-molekul bergerak kian kemari pada temperatur yang lebih
tinggi dan karenanya bertabrakan satu sama lain lebih sering. Tetapi, ini belum
menjelaskan seluruhnya, ke molekul-molekul lebih sering bertabrakan, tetapi
mereka juga bertabrakan dengan dampak (benturan) yang lebih besar, karena
mereka bergerak lebih cepat. Pada temperatur besar, karena makin banyak
molekul yang memiliki kecepatan lebih besar dan karenanya memiliki energi
cukup untuk bereaksi.
Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat bila suhu dinaikkan karena kalor
yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi. Akibatnya jumlah
dan energi tumbukan bertambah besar.

2.2.4 Katalis
Katalis adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi untuk
mempercepat jalannya reaksi. Katalis biasanya ikut bereaksi sementara dan
kemudian terbentuk kembali sebagai zat bebas. Suatu reaksi menggunakan katalis
disebut dengan  reaksi katalis atau prosesnya disebut katalisme.

Gambar 2.1 Pengaruh katalis terhadap laju reaksi (Oxtoby, 2001)

Katalis menimbulkan efek yang nyata pada laju reaksi, meskipun dengan
jumlah yang sangat sedikit. Dalam kimia industri, banyak upaya untuk
menemukan katalis yang akan mempercepat reaksi tertentu tanpa meningkatkan
timbulnya produk yang tidak diinginkan (Oxtoby, 2001).

2.2.5 Efek Pelarut


Pengaruh pelarut terhadap laju penguraian obat merupakan suatu topik
terpenting untuk ahli farmasi. Walau efek-efek tersebut rumit dan generalisasi
tidak dapat dilaksanakan. Tampak reaksi nonelektrolik dihubungkan dengan
tekanan dalam relative atau parameter kelarutan dari pelarut dan zat terlarut.
(Martin, 1993).
Proses laju merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan bagi setiap orang
yang berkaitan kefarmasian, mulai dari pengusaha obat sampai kepasien.
Pengusaha obat harus dengan jelas menunjukkan bahwa bentuk obat atau sediaan
yang dihasilkannya cukup stabil sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu
yang cukup lama, dimana obat tidak berubah menjadi zat tidak berkhasiat atau
racun, ahli farmasi harus mengetahui kestabilan potensial dari obat yang
dibuatnya. Dokter dan pasien harus diyakinkan bahwa obat yang ditulis atau
digunakannya akan sampai pada tempat pengobatan dalam konsentrasi yang
cukup untuk mencapai efek pengobatan yang diinginkan. Ada beberapa prinsip
dan proses laju yang berkaitan dimasukkan dalam rantai peristiwa ini yaitu:
kestabilan dan tak tercampurkan, disolusi, proses absorbs, distribusi dan eliminasi,
dan kerja obat pada tingkat molekul erobat (Martin, 1993).

2.3 NaOH
Natrium hidroksida (NaOH) juga dikenal sebagai soda kaustik atau
sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida
terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium
hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air.
Natrium hidroksida digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan
digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air
minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum
digunakan dalam laboratorium kimia.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam
bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Natrium hidroksida
bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara
bebas. Natrium hidroksida sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas
ketika dilarutkan. Natrium hidroksida juga larut dalam etanol dan metanol,
walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan
KOH. Natrium hidroksida tidak larut dalam dietil eter dan pelarut nonpolar
lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain
dan kertas. Berikut sifat – sifat fisika dan kimia Natrium hidroksida (NaOH) yang
ditunjukkan pada tabel:

Tabel 2.1 Sifat Fisika dan Kimia NaOH


Massa molar 40 g/mol
Wujud zat Padat putih
Specific gravity 2,130
Tiitik leleh 318,4 °C (591 K)
Titik didih 1390 °C (1663 K)
Kelarutan dalam air 111 g/100 ml (20 °C)
Kebasaan (pkb) -2,43

2.4 Asam Asetat


Asam asetat adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai
pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam asetat juga disebut asam
cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam
bentuk CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat pekat (disebut asam asetat
glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16,7°C.
Asam asetat adalah komponen utama cuka (3–9%) selain air.
Asam asetat berasa asam dan berbau menyengat. Selain diproduksi untuk
cuka konsumsi rumah tangga, asam asetat juga diproduksi sebagai prekursor
untuk senyawa lain seperti polivinil asetat dan selulosa asetat. Meskipun
digolongkan sebagai asam lemah, asam asetat pekat bersifat korosif dan dapat
menyerang kulit. Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling
sederhana, setelah asam format.
Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya
hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat
merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat
digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat,
dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain.
2.5 Metode Tumbukan
Dalam teori tumbukan digambarkan pertemuan partikel-partikel reaktan
sebagai suatu tumbukan. Pada proses tumbukan yang terjadi, disamping ada yang
menghasilkan reaksi juga ada yang tidak menghasilkan reaksi. Tumbukan yang
terjadi dan bisa menghasilkan partikel-partikel hasil reaksi disebut sebagai
tumbukan efektif. Efektifnya tumbukan ditentukan oleh faktor energi kinetik
partikel (molekul) dan arah partikel (Dogra, 1990).
Sebagai contoh amatilah gambar reaksi antara hidrogen dan iodium
berikut:

Gambar 2.2 Tumbukan hidrogen dan iodium yang tidak menghasilkan reaksi
(Martin,1993)

Gambar 2.3 Tumbukan hidrogen dan iodium yang menghasilkan reaksi


(Martin,1993)

Hasil kali frekuensi tumbukan dengan fraksi molekul yang memiliki energi
sama atau melebihi energi aktivasi menentukan laju reaksi kimia. Fraksi molekul
yang teraktifkan biasanya sangat kecil, dan hal ini menyebabkan laju reaksi jauh
lebih kecil daripada frekuensi tumbukannya itu sendiri. Jika nilai energi
pengaktifan semakin tinggi, maka molekul yang teraktifkan akan semakin kecil
sehingga semakin lambat reaksi berlangsung. Hal itu dapat diilustrasikan dalam
contoh reaksi berikut: A2(g) + B2(g) → 2AB(g). Berdasarkan teori tumbukan,
diasumsikan bahwa selama tumbukan yang terjadi antara molekul A2 dan B2 akan
mengakibatkan ikatan A–A dan B–B putus dan terbentuk ikatan A–B. Tetapi
anggapan itu tidak selamanya berlaku untuk setiap tumbukan.
Agar terjadi reaksi kimia maka molekul-molekul harus mempunyai arah
tertentu agar tumbukan efektif. Umumnya lebih banyak jumlah tumbukan yang
arah tumbukannya tidak memungkinkan terjadi reaksi daripada jumlah tumbukan
yang memungkinkan terjadinya reaksi. Hal itu mempunyai arti bahwa kecil
peluang suatu tumbukan tertentu untuk menghasilkan reaksi.
Laju reaksi dinyatakan sebagai besarnya perubahan konsentrasi hasil
reaksi atau reaktan dalam satuan waktu, atau dapat dinyatakan sebagai
pertambahan konsentrasi molar salah satu produk tiap satuan waktu atau laju
pengurangan konsentrasi molar salah satu pereaksi (Dogra, 1990).
Dengan terlebih dalu terjadi tumbukan antara partikel-partikel zat reaktan
maka reaktan-reaktan tersebut dapat bereaksi. Dalam reaksi sederhana, yang tahap
reaksinya adalah satu, perubahan konsentrasi reaktan akan sebanding dengan
perubahan laju reaksinya. Sebagai contoh, pada reaksi sederhana A + B → C
apabila konsentrasi B tetap dan konsentrasi A dijadikan 2 kali, maka laju
reaksinya akan menjadi 2 kali, demikian pula halnya, jika konsentrasi A tetap
tetapi konsentrasi B dijadikan 2 kali maka laju reaksinya menjadi 2 kali pula.
Dalam reaksi yang tidak sederhana, partikel-partikel reaktan yang
bertumbukan tidak langsung menghasilkan hasil akhir. Hal ini bisa terjadi pada
reaksi yang melibatkan satu jenis pereaksi atau lebih. Dalam reaksi dimana
terlibat lebih dari dua partikel seperti dalam reaksi 2H2 + 2NO → N2 + 2H2O hal
ini tidak mungkin akan terjadi disebabkan tumbukan sekaligus antara 4 partikel
pada satu titik dan satu saat yang sama adalah tidak mungkin terjadi.
Kemungkinan hanya bisa terjadi pada tumbukan antara dua partikel. Oleh sebab
itu, reaksi yang tidak sederhana diperkirakan berlangsung tahap demi tahap yang
dalam hal mana hanya terjadi tumbukan antara dua partikel untuk setiap tahapnya
(Dogra,1990).
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1      Bahan
 1. Kalsit
 2. Asam Asetat 0,55 M 1,5 liter
 3. NaOH 0,05 M
 4. Indikator PP
 5. Akuades

3.2       Alat
 1. Magnetic Strirrer Hot Plate
  2. Gelas piala 1000 ml
 3. Neraca digital
 4. Termometer
 5. 1 set peralatan titrasi
 6. Labu ukur 500 ml dan 250 ml
 7. Corong kaca
 8. Stopwatch
  9. Erelenmeyer 250 ml
10. Gelas ukur 10 ml dan 10 ml

3.3      Prosedur Percobaan


1. Larutan sam asetat 0.55 M dibuat dalam labu ukur 500 ml.
2. Larutan standar NaOH 0.05 M dibuat dalam labu ukur 250 ml.
3. Larutan asam asetat di standarisasi dengan larutan NaOH 0.05 M untuk
menentukan konsentrasi asam asetat.
4. Sebanyak 500 ml larutan asam asetat dimasukkan kedalam gelas piala
1000 ml yang dimasukkan magnetic stirrer kemudian diletakkan diatas hot
plate.
5. Pemanas dan pengaduk dihidupkan.
6. Suhu larutan diukur sampai konstan 30°C, lalu kalsit dengan kelebihan
30% dimasukkan kedalam gelas piala.
7. Setelah 10 menit, larutan sampel diambil 5 ml untuk diencerkan menjadi
50 ml dan dititrasi dengan larutan NaOH 0.05 M.
8. Pengambilan kembali dilakukan pada menit ke 20, 30, 40, 50, dan 60.
9. Percobaan kembali dilakukan untuk suhu konstan 35°C dan 45°C.
10. Konsentrasi asam asetat yang didapat dari tiap percobaan, dibuat dalam
bentuk tabel: 

Waktu Vol NaOH (ml) pada titrasi


No
(min) 30°C 35° C 40° C
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60

3.4 Diagram Alir


Mulai

As. Asetat 500


ml dimasukkan
ke dalam
erlenmeyer
Dipanaskan 15
menit dengan
suhu 30C dan 400
RPM

Dimasukkan
kalsit 19,53 gr

Sampel
diambil 5 ml
lalu diencerkan
50 ml

Dititrasi dengan
NaOH 0,1 N dan
dihitung
konsentrasinya

Selesai

Gambar 3.1 Percobaan Kinetika Reaksi


3.5 Rangkaian Alat

1
Keterangan:
1. Buret
2. Statif
2 3. Klem
4. Erlenmeyer

Gambar 3.2 Alat Titrasi


Keterangan:
1. Gelas Beker
2. Magnetic
Stirrer
3. Hot Plate

Gambar 3.3 Hot Plate Magnetic Stirrer

Anda mungkin juga menyukai