PENDAHULUAN
A + B → AB.....................................................................................................(2.1)
r=k [A]m[B]n......................................................................................................(2.2)
k sebagai konstanta laju reaksi, m dan n adalah orde parsial masing – masing
pereaksi.
Pada kondisi serupa, molekul hidrogen dan oksigen bereaksi begitu lambat
sehingga tak Nampak perubahan kimia :
2H2 + O2 → H2O...............................................................................................(2.4)
2.2.2 Konsentrasi
Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi
suatu pereaksi, atau sebagai laju bertambahnya konsentrasi suatu produk.
Besarnya laju reaksi sebanding dengan konsentrasi pereaksi. Jika natrium tiosulfat
dicampur dengan asam kuat encer maka akan timbul endapan putih.
2.2.4 Katalis
Katalis adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi untuk
mempercepat jalannya reaksi. Katalis biasanya ikut bereaksi sementara dan
kemudian terbentuk kembali sebagai zat bebas. Suatu reaksi menggunakan katalis
disebut dengan reaksi katalis atau prosesnya disebut katalisme.
Katalis menimbulkan efek yang nyata pada laju reaksi, meskipun dengan
jumlah yang sangat sedikit. Dalam kimia industri, banyak upaya untuk
menemukan katalis yang akan mempercepat reaksi tertentu tanpa meningkatkan
timbulnya produk yang tidak diinginkan (Oxtoby, 2001).
2.3 NaOH
Natrium hidroksida (NaOH) juga dikenal sebagai soda kaustik atau
sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida
terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium
hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air.
Natrium hidroksida digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan
digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air
minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum
digunakan dalam laboratorium kimia.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam
bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Natrium hidroksida
bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara
bebas. Natrium hidroksida sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas
ketika dilarutkan. Natrium hidroksida juga larut dalam etanol dan metanol,
walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan
KOH. Natrium hidroksida tidak larut dalam dietil eter dan pelarut nonpolar
lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain
dan kertas. Berikut sifat – sifat fisika dan kimia Natrium hidroksida (NaOH) yang
ditunjukkan pada tabel:
Gambar 2.2 Tumbukan hidrogen dan iodium yang tidak menghasilkan reaksi
(Martin,1993)
Hasil kali frekuensi tumbukan dengan fraksi molekul yang memiliki energi
sama atau melebihi energi aktivasi menentukan laju reaksi kimia. Fraksi molekul
yang teraktifkan biasanya sangat kecil, dan hal ini menyebabkan laju reaksi jauh
lebih kecil daripada frekuensi tumbukannya itu sendiri. Jika nilai energi
pengaktifan semakin tinggi, maka molekul yang teraktifkan akan semakin kecil
sehingga semakin lambat reaksi berlangsung. Hal itu dapat diilustrasikan dalam
contoh reaksi berikut: A2(g) + B2(g) → 2AB(g). Berdasarkan teori tumbukan,
diasumsikan bahwa selama tumbukan yang terjadi antara molekul A2 dan B2 akan
mengakibatkan ikatan A–A dan B–B putus dan terbentuk ikatan A–B. Tetapi
anggapan itu tidak selamanya berlaku untuk setiap tumbukan.
Agar terjadi reaksi kimia maka molekul-molekul harus mempunyai arah
tertentu agar tumbukan efektif. Umumnya lebih banyak jumlah tumbukan yang
arah tumbukannya tidak memungkinkan terjadi reaksi daripada jumlah tumbukan
yang memungkinkan terjadinya reaksi. Hal itu mempunyai arti bahwa kecil
peluang suatu tumbukan tertentu untuk menghasilkan reaksi.
Laju reaksi dinyatakan sebagai besarnya perubahan konsentrasi hasil
reaksi atau reaktan dalam satuan waktu, atau dapat dinyatakan sebagai
pertambahan konsentrasi molar salah satu produk tiap satuan waktu atau laju
pengurangan konsentrasi molar salah satu pereaksi (Dogra, 1990).
Dengan terlebih dalu terjadi tumbukan antara partikel-partikel zat reaktan
maka reaktan-reaktan tersebut dapat bereaksi. Dalam reaksi sederhana, yang tahap
reaksinya adalah satu, perubahan konsentrasi reaktan akan sebanding dengan
perubahan laju reaksinya. Sebagai contoh, pada reaksi sederhana A + B → C
apabila konsentrasi B tetap dan konsentrasi A dijadikan 2 kali, maka laju
reaksinya akan menjadi 2 kali, demikian pula halnya, jika konsentrasi A tetap
tetapi konsentrasi B dijadikan 2 kali maka laju reaksinya menjadi 2 kali pula.
Dalam reaksi yang tidak sederhana, partikel-partikel reaktan yang
bertumbukan tidak langsung menghasilkan hasil akhir. Hal ini bisa terjadi pada
reaksi yang melibatkan satu jenis pereaksi atau lebih. Dalam reaksi dimana
terlibat lebih dari dua partikel seperti dalam reaksi 2H2 + 2NO → N2 + 2H2O hal
ini tidak mungkin akan terjadi disebabkan tumbukan sekaligus antara 4 partikel
pada satu titik dan satu saat yang sama adalah tidak mungkin terjadi.
Kemungkinan hanya bisa terjadi pada tumbukan antara dua partikel. Oleh sebab
itu, reaksi yang tidak sederhana diperkirakan berlangsung tahap demi tahap yang
dalam hal mana hanya terjadi tumbukan antara dua partikel untuk setiap tahapnya
(Dogra,1990).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan
1. Kalsit
2. Asam Asetat 0,55 M 1,5 liter
3. NaOH 0,05 M
4. Indikator PP
5. Akuades
3.2 Alat
1. Magnetic Strirrer Hot Plate
2. Gelas piala 1000 ml
3. Neraca digital
4. Termometer
5. 1 set peralatan titrasi
6. Labu ukur 500 ml dan 250 ml
7. Corong kaca
8. Stopwatch
9. Erelenmeyer 250 ml
10. Gelas ukur 10 ml dan 10 ml
Dimasukkan
kalsit 19,53 gr
Sampel
diambil 5 ml
lalu diencerkan
50 ml
Dititrasi dengan
NaOH 0,1 N dan
dihitung
konsentrasinya
Selesai
1
Keterangan:
1. Buret
2. Statif
2 3. Klem
4. Erlenmeyer