Anda di halaman 1dari 41

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Transportasi merupakan bagian penting dalam hidup masyarakat. Transportasi

berasal dari kata latin yaitu transportare yang artinya trans berarti seberang atau

sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau membawa. Transportasi berarti

mengangkut atau membawa sesuatu ke sebelah lain atau dari suatu tempat

lainnya. Kemajuan yang sangat pesat di bidang teknologi informasi memberikan

pengaruh yang besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia. Hasil

kemajuan teknologi informasi yang berkontribusi besar terhadap perubahan ini

adalah internet. Internet adalah suatu jaringan yang dipasangkan dengan alat

komunikasi sehingga kita bisa berinteraksi dimana saja dan kapan saja.

Perkembangan internet di tengah-tengah pertumbuhan penduduk yang pesat,

internet sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kehadiran

jasa transportasi berbasis aplikasi online yang menggunakan internet sangat

berpengaruh terhadap masyarakat dalam segala aktifitas secara cepat dan efisien.

Salah satu bisnis yang sedang berkembang saat ini adalah bisnis jasa transportasi

dengan sepeda motor yang disebut ojek. Ojek pada zaman dahulu dikelola secara
2

konvensional dan kepemilikan tunggal. Saat ini muncul bisnis baru ojek online

yaitu suatu usaha komersial, yang menyediakan jasa transportasi umum dan

dikelola secara profesional.

Perusahaan transportasi online berupa ojek yang sedang meningkat pesat di

Indonesia yaitu Gojek, Grab. Transportasi online tersebut awalnya bertujuan

untuk mengurangi pengangguran di Indonesia dan menjadi solusi kemacetan di

Ibukota. Cara kerja Transportasi ojek online yaitu menggunakan aplikasi yang

terhubung dengan internet telah berhasil menarik perhatian publik terutama

dalam kemudahan akses dan efesiensi. Para pelanggan tidak perlu menunggu

dipinggir jalan atau mendatangi ke pangkalan ojek. Pemesanan melalui aplikasi

sesuai kebutuhan dan siap untuk melayani pelanggan yang berada dimana saja.

Berdasarkan data yang didapat menunjukkan bahwa pengguna jasa transportasi

online di Indonesia terus meningkat, berikut ini adalah data yang menunjuukan

bahwa perusahaan transportasi ojek online seperti Gojek, Grab motor memiliki

jumlah pengguna terbanyak pada tahun 2017:


3

Tabel 1.1 Data Pengguna Jasa Transportasi Ojek Online pada tahun 2017

No Perusahaan Pengguna Pengguna Total


Transportasi Online Laki-laki Perempuan Pengguna
1. Gojek 3.403.000 5.468.000 8.871.000
2. Grab 4.259.000 4.341.000 8.600.000
Sumber: Survei Com Score

Fenomena transportasi ojek online saat ini semakin digemari, Gojek dan Grab

menjadi sarana transportasi publik salah satunya beroperasi di Kota Bandar

Lampung. Keberadaan transportasi ojek online di Bandar Lampung menjadi

alternatif baru masyarakat untuk mendapatkkan pelayanan transportasi yang

efesien. Selain memberikan service jasa angkutan yang menjanjikan, keberadaan

transportasi ojek online dianggap mempermudah aktivitas masyarakat terutama

dalam situasi Kota Bandar Lampung yang rentan akan kemacetan.

Transportasi ojek online menjadi mata pencaharian baru masyarakat Kota Bandar

Lampung. Mengikuti perkembangaan saat ini, telah berkembang menjadi mata

pencaharian yang menjanjikan, dengan bergabung ke perusahaan transportasi

ojek online pengemudi Gojek, Grab akan memiliki penghasilan tambahan dan

tidak terikat waktu bekerja.

Muncul sejumlah permasalahan akibat keberadaan transportasi ojek online.

Berdasarkan penelitian terdahulu (Muharany, 2017) yang berjudul Pra


4

Transformasi Sistem Transportasi Publik: studi pada penyelenggaraan angkutan

sewa khusus berbasis aplikasi menyatakan bahwa permasalahan yang terjadi saat

ini adalah tidak adanya regulasi yang mengatur operasi penyedia jasa transportasi

online ini.

Kecemburuan sosial para sopir ojek konvensional disebabkan karena ojek daring

tidak harus membayar pajak kendaraan umum, sehingga tarif yang dikenakan

kepada penumpang jauh lebih murah. Dalam hal ini, pemerintah yang

bertanggung jawab untuk menyediakan layanan transportasi publik perlu

melakukan tindakan terkait dengan perkembangan transportasi daring tersebut

seperti pembatasan jumlah armada, penyesuaian tarif, atau pembatasan wilayah

operasional.

Berdasarkan wawancara dengan Thanu sebagai Kasi Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan di Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung menyatakan bahwa:

“Permasalahannya adalah motor bukan bagian dari angkutan umum


pemerintah. Legalitas yang mengatur keberadaan ojek online hingga
saat ini tidak ada. Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu
lintas tidak memfasilitasi keberadaan motor sebagai transportasi umum
dan angkutan massa. Akibatnya adalah jaminan keselamatan terhadap
driver dan pengguna jasa terbilang rendah dan terlebih lagi kendaraan
beruapa motor rentan akan kecelakaan lalu lintas”.

Pemerintah perlu membuat kebijakan terkait tenaga kerja transportasi ojek

online. Perusahaan transportasi ojek online tidak sepenuhnya memenuhi dan


5

menjamin keselamatan driver atau pengemudi. Misalnya asuransi yang

diterapkan dalam sistem perusahaan hanya mengcover insiden saat pengemudi

membawa penumpang. Apabila terjadi insiden kehilangan nyawa, maka perlu

adanya investigasi untuk membiayai santunan. Selain itu, pengemudi atau

pekerja transportasi online kehilangan hak untuk menjadi peserta program BPJS

(sumber: Press Release Aktivis Pro Demokrasi, diakses pada 1 Februari 2018

pukul: 22.07 WIB).

Berdasarkan Penelitian terdahulu (Habibah, 2016) yang berjudul Aspek Hukum

yang Timbul dari Kegiatan Usaha Ojek Berbasis Aplikasi atau Online

menunjukkan bahwa keberadaan transportasi online sebagai bentuk pemenuhan

kebutuhan (demand) masyarakat akan angkutan dengan operasional pelayanan

ternyata belum memiliki payung hukum, oleh karena itu banyak pihak dalam

kaitannya dengan transaksi dan keberadaan transportasi ojek online ini belum

mendapat perlindungan hukum. Transportasi ojek online sendiri belum secara

eksplisit diatur dalam peraturan perundang-undangan, pijakan hukum terhadap

permasalahan yang timbul dilakukan melalui kontruksi hukum. Transportasi ojek

online belum masuk dalam salah satu jenis moda angkutan umum yang diakui

keberadaannya dalam klausul Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu

Lintas Angkutan Jalan.

Masalah hukum lainnya adalah aktivitas driver ojek online menggunakan

handphone saat mengemudi secara tidak langsung telah melanggar hukum lalu
6

lintas. Pemerintah mengakui kesulitan dalam melakukan penindakan terhadap

ojek online. Perlu adanya penindakan hukum secara tegas dan peran lembaga lain

terutama lembaga Kepolisian. Berdasarkan hasil wawancara bersama Thanu

sebagai Kasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Dinas Perhubungan Kota Bandar

Lampung menyatakan bahwa:

“Ojek online sebenarnya telah melanggar aturan berlalu lintas. Saat


berkendara driver ojek online menggunakan aplikasi pada handphone
hal tersebut bentuk pelanggaran lalu lintas. Sehingga sangat diperlukan
juga peranan dari Kepolisian untuk melakukan penindakan terhadap
ojek online ini”.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya

Kombes Halim Pagarra mengatakan, berkendara sambil memainkan telepon

seluler melanggar aturan. Jika ditemukan adanya pengendara yang memainkan

ponsel saat berkendara akan diberi sanksi tilang. Peraturan ini tidak terkecuali

untuk para pengemudi ojek online yang kerap menggunakan ponsel saat

berkendara untuk melihat GPS. Penggunaan ponsel saat berkendara dapat

mengganggu konsenterasi pengendara. Hal tersebut sangat berbahaya bagi

pengendara ataupun orang lain. Bisa terjadi kecelakaan, jika pegang Handphone

terus akan melanggar rambu, jadi bisa saja ditilang. (Sumber: berita online

Kompas pada 4 Maret 2018 yang berjdul berjudul Dirlantas: Pengendara yang

Main Handphone Akan Ditilang, termasuk Ojek Online).

Aturan tersebut tercantum dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Pasal

106 Ayat 1 disebutkan bahwa setiap orang yang mengemudikan kendaraan


7

bermotor di jalan wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh

konsentrasi. Sementara itu, dalam Pasal 283 disebutkan bahwa setiap orang yang

mengemudikan kendaraan bermotor di jalan secara tidak wajar dan melakukan

kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan gangguan

konsentrasi dalam mengemudi di jalan dapat dipidana dengan pidana 3 bulan dan

atau denda paling banyak Rp. 750.000.

Akan tetapi, penindakan terhadap penggunaan handphone terutama ojek online

di Kota Bandar Lampung masih terbilang rendah. Hal ini dikarenakan pantauan

terhadap pengendara ojek online yang mengunakan handphone atau alat

komunikasi sejenis masih menggunakan sistem kasat mata. Berikut ini adalah

data anatomi penindakan lalu lintas di Kota Bandar Lampng Tahun 2018:

Tabel 1.2 Anatomi penindakan lalu lintas di Kota Bandar Lampng Tahun
2018
JENIS PELANGGARAN R2 Jumalah
1. HELM 7806
2. KECEPATAN 0
3. KELENGAKAPAN KENDARAAN 488
4. SURAT-SURAT 7325
5. BONCENG + I ORANG 1655
6. MARKA 42
7. RAMBU 2000
8. MELAWAN ARUS 1118
9. LAMPU UTAMA 1291
10. GUNA HP 14
11. LAIN-LAIN 545
JUMLAH 22284
Munculnya inovasi transportasi ojek online tersebut, menimbulkan masalah

yaitu masyarakat beralih dari pengguna angkutan transportasi konvensional ke


8

angkutan transportasi daring yang dipengaruhi oleh faktor keinginan masyarakat

yang senantiasa menghendaki kemudahan. Data dari Center for Urban and

Regional Studies (CURS) Universitas Bandar Lampung menyatakan bahwa

distribusi perjalanan menggunakan angkutan umum di Kota Bandar Lampung,

berdasarkan hasil data analisa Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) dari

pemerintah kota dan Badan Pusat Statistik (BPS) Bandar Lampung mengalami

penurunan. Pada tahun 2011 ada 12,23% perjalanan menggunakan angkutan

umum, namun pada tahun 2015 lalu hanya ada 5,93% perjalanan yang

menggunakan angkutan umum. Terjadi penurunan pertahunnya yang mencapai

0,3% (http://lampung.tribunnews.com edisi 15 Oktober 2017 diakses 5 Januari

2019 pukul 13:22 WIB).

Berdasarkan wawancara dengan Thanu sebagai Kasi Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan di Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung menyatakan bahwa:

“Keberadaan Transportasi Ojek Online sangat merugikan pemerintah.


Ojek online yang tidak ada legalitas ini memberikan dampak pada
menurunnya penggunaan jasa transportasi umum yang telah
disediakan pemerintah Kota Bandar Lampung. Transportasi umum
seperti angkutan umum dan Bus Rapit Trans menjadi sepi pengguna.
Hal ini dikarenakan masyarakat lebih memilih penggunaan jasa
berbasis daring yang memiliki kemudahan akses pemesanan dan
penjemputan, serta efesien”.

Pada tahun 2017 total perjalanan masyarakat Kota Bandar Lampung yang

menggunakan angkutan umum per harinya, hanya sebanyak 87 ribu penumpang


9

dari total 1,4 jutaan penduduk, padahal jumlah tempat duduk untuk penumpang

yang tersedia berjumlah 145 ribu lebih. Penurunan trip distribution pada

angkutan umum ini disebabkan oleh penurunan pelayanan angkutan umum dari

sisi kuantitas dan kualitas. Rute perjalanan yang warga kota inginkan sudah

berubah sebagai akibat perubahan fungsi ruang kota, tetapi pola rute angkutan

umum tidak mengalami perubahan (http://lampung.tribunnews.com edisi 15

Oktober 2017 diakses 5 Januari 2019 pukul 13:22 WIB).

Tabel 1.3 Jumlah Kendaraan dan Trayek Angkutan Penumpang Umum


Perkotaan Tahun 2018

Jenis Kendaraan Trayek Jumlah


Kendaraan
Angkutan Umum Tanjung karang-Rajabasa 196
tanjung karang-Sukaraja 128
Sukaraja-Srengsem 152
Tanjung karang-Garuntang 79
Tanjung karang-Way kandis 147
Tanjung karang-Ir. Suatami 47
Tanjung karang-Kemiling 167
Tanjung karang-Sukarame 146
Tanjung karang-PermataBiru 56
Tanjung karang-Sam ratulangi 74
Sukaraja-Lempasing 23
Pasar cimeng-Lempasing 16

Bus Rapit Trans Rajabasa-Panjang 35


Rajabasa-Sukaraja 11
Korpri-Sukaraja 11
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung Tahun 2018

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk meneliti analisis

kebijakan publik terhadap keberadaan transportasi ojek online di Kota Bnadar

Lampung.
10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini sebagai

berikut:

1. Bagaimana Analisis Kebijakan Transportasi Ojek Online terhadap penurunan

operasional dan armada BRT?

2. Bagaimana Analisis Kebijakan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Pasal

106 Ayat 1 terhadap ojek online?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan Transportasi Ojek

Online berdampak pada penurunan operasional dan armada BRT

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan lemahnya penindakan

terhadap ojek online terkait pelanggaran lalu lintas dalam Pasal 106 Ayat 1

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Praktis
11

Memiliki kegunaan sebagai bahan masukan bagi seluruh elemen masyarakat,

briokrat. Fenomena transportasi online merupakan permasalahan yang harus

diselesaikan melalui analisis kebijakan yang mendalam karena satu sisi

keberadaan transportasi ojek online mampu menekan pertumbuhan ekonomi

dan pada kondisi lain memunculkan permasalahan bagai transportasi umum.

2. Kegunaan Teoritis

a. Memiliki kegunaan sebagai perbendaharaan tambahan dalam hal

pemahaman tentang mengatasi permasalahan trasnportasi ojek online di

Kota Bandar Lampung.

b. Memiliki kegunaan sebagai tambahan pengetahuan tentang prioritas

keputusan pemerintah dalam menyikap permasalahan yang kompleks

seperti fenomena keberadaan transportasi ojek online.


12

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebijakan Publik

1. Konsep Kebijakan Publik

Menurut James A. Anderson dalam Subarsono (2005:2), kebijakan publik

merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat

pemerintah. Menurut David Easton dalam Subarsono (2005:2) mendefinisikan

kebijakan publik sebagai pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat.

Menurut Jurnal Ramdhani (Vol. XI, No. 1, 2017) kebijakan publik dapat

didefinsikan sebagai serangkaian kegiatan yang sadar, terarah, dan terukur

yang dilakukan oleh pemerintah yang melibatkan para pihak yang

berkepentingan dalam bidang-bidang tertentu yang mengarah pada tujuan

tertentu. Sehingga untuk efektivitas kebijakan publik diperlukan kegiatan

sosialisasi, pelaksanaan dan pengawasan kebijakan.

Kebijakan publik perlu dituangkan pada peraturan-peraturan perundangan

yang bersifat memaksa. Dalam pandangan ini, dapat diasumsikan bahwa

kebijakan publik merupakan kebijakan yang dibuat pemerintah yang

berorientasi pada kesejahteraan masyarakat, yang dapat diwujudkan berupa

peraturan-peraturan, perundang-undangan dan sebagainya. Kebijakan publik


13

mempunyai sifat mengikat dan harus dipatuhi oleh seluruh anggota

masyarakat tanpa terkecuali. Sebelum kebijakan publik tersebut diterbitkan

dan dilaksanakan, kebijakan tersebut harus ditetapkan dan disahkan oleh

badan/ lembaga yang berwenang.

Secara sederhana menurut Nugroho (2008: 69) kebijakan adalah keputusan

otoritas negara dalam mengatur kehidupan bersama. Artinya kebijakan

sebagai keputusan yang dibuat oleh negara, khususnya pemerintah, sebagai

strategi untuk merealisasikan tujuan negara yang bersangkutan. Suatu

kebijakan publik dalam arti positif setidak-tidaknya didasarkan pada peraturan

perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.

Kebijakan dapat diartikan sebagai, tindakan-tindakan, tujuan-tujuan, dan

pernyataan-pernyataan pemerintah mengenai masalah-masalah tertentu.

Langkah-langkah yang telah diambil atau gagal diambil untuk

diimplementasikan, dan penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh mereka

mengenai apa yang telah terjadi atau tidak terjadi. Istilah lain menyatakan

bahwa, kebijakan diperlukan penggunaannya dengan tujuan, program,

keputusan, undang-undang, ketentuan-ketentuan, usulan-usulan, dan

rancangan-rancangan besar.
14

Secara lebih singkat, Dye dalam Santoso (2009:27) merumuskan kebijakan

sebagai pilihan pemerintah untuk bertindak atau tidak bertindak. Sementara

Friedrich dalam Agustino (2008:7) mengungkapkan bahwa kebijakan publik

adalah serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang,

kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat

hambatan-hambatan dan kemungkinan-kemungkinan kesempatan dimana

kebijakan tersebut disulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai

tujuan yang dimaksud.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan

publik merupakan serangkaian tindakan yang telah ditentukan oleh

pemerintah (instansi publik) dalam rangka merespon permasalahan yang

dihadapi masyarakat dan bertujuan untuk mengatur kepentingan seluruh

anggota masyarakat. Kebijakan juga memuat semua tindakan pemerintah baik

yang dilakukan maupun tidak dilakukan oleh pemerintah yang dalam

pelaksanaanya terdapat unsur pemaksaan kepada pelaksana atau pengguna

kebijakan agar dipatuhi. Kebijakan publik tersebut dapat berupa peraturan

perundang-undangan yang dipergunakan untuk tujuan, sasaran dari program

program dan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah.

Kebijakan Publik memiliki tahapan dalam penyusunannya. Menurut Dunn

(2003:22), proses kebijakan adalah serangkaian aktivitas intelektual yang

dilakukan didalam proses kegiatan yang pada dasarnya bersifat politis,


15

aktivitas politis tersebut divisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang

saling tergantung yang diatur menurut urutan waktu. Sementara Winarno

(2012:35-37) mengemukakan bahwa proses pembuatan kebijakan publik

merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses maupun

variabel yang harus dikaji. Proses-proses penyusunan kebijakan publik

tersebut dibagi kedalam beberapa tahapan. Tahapan-tahapan kebijakan publik

adalah sebagai berikut:

a. Tahap Penyusunan Agenda

Pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda

publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu

untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa

masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap

ini suatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali, sementara masalah

yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah

karena alasan- alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.

b. Tahap Formulasi Kebijakan

Masalah telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para

pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian

dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal

dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan (policy alternatives / policy

options) yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk

masuk ke dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan


16

masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan

yang diambil untuk memecahkan masalah.

c. Tahap Adopsi Kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus

kebijakan, pada akhirnya salah satu alternatif kebijakan tersebut diadopsi

dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur

lembaga atau keputusan peradilan.

d. Tahap Implementasi Kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika

program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, keputusan

program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan

masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan

administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan

yang telah diambil dilaksana- kan oleh unit-unit administrasi yang

memobilisasikan sumberdaya finansial dan manusia.

e. Tahap Evaluasi Kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi,

untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu

memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk

meraih dampak yang diinginkan.


17

Pemaparan tentang tahap kebijakan di atas telah menjelaskan bahwa tahap

kebijakan tersebut merupakan suatu proses yang saling terkait yang

mempengaruhi satu sama lain. Tahap awal adalah penyusunan agenda, dalam

tahap tersebut dilakukannya identifikasi persoalan publik yang akan dibahas

dalam tahap berikutnya, yaitu formulasi. Setelah diformulasikan, pada tahap

adopsi akan dipilih alternatif yang baik untuk dijadikan solusi bagi pemecahan

masalah publik.

2. Analisis Kebijakan Publik

Dror dalam Wahab (2012:40) mendefinisikan analisis kebijakan sebagai:


18

”An approach and methodology for design and identification


ofpreceable alternatives in respect to complex policy issues” (suatu
pendekatan dan metodologi untuk mendesain dan menemukan
alternatif-alternatif yang dikehendaki berkenaan dengan sejumlah isu
yang kompleks).
Sedangkan Kent dalam Wahab (2012:41) mendefinisikan analisis kebijakan,

“That kind of systematic, analytical, scholarly, creative study whose


primary motivation is to produce well-supported recommendation for
action dealing with concrete problems” (sejenis studi yang sistematis,
berdisiplin, analitis, cerdas, dan kreatif yang dilakukan dengan maksud
untuk menghasilkan rekomendasi yang andal berupa tindakan-
tindakan dalam memecah masalah yang kongkret).

Pengertian analisis kebijakan dikemukakan oleh Dunn (2000), menyatakan

bahwa secara umum analisis kebijakan dapat dikatakan sebagai suatu aktivitas

intelektual dan praktis yang ditujukan untuk menciptakan, secara kritis

menilai dan mengkomunikasikan pengetahuan tentang dan di dalam proses

kebijakan. Analisis kebijakan adalah awal, bukan akhir, dari upaya

meperbaiki proses pembuatan kebijakan.

Sebagaimana maksud dilaksanakannya analisis kebijakan publik, bahwa dapat

memberikan nasehat atau rekomendasi kebijakan pada penentu kebijakan

maka muara dari kegiatan analisis kebijakan adalah berupa rumusan

rekomendasi kebijakan yang diberikan kepada pembuat kebijakan. Dunn

(2000-21) berpendapat bahwa metodologi analisis kebijakan menggabungkan

lima prosedur umum yang lazim dipakai dalam pemecahan masalah manusia:
19

definisi, prediksi, preskripsi, deskripsi, dan evaluasi. Dalam analisis kebijakan

prosedur-prosedur tersebut memperoleh nama-nama khusus, yakni :

a.       Perumusan masalah (definisi) menghasilkan informasi mengenai

kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah kebijakan, menemukan

masalah-masalah tersembunyi serta mendiagnosa penyebabnya.

b.      Peramalan (prediksi) menyediakan informasi mengenai konsekuensi di

masa mendatang dari penerapan alternatif kebijakan serta memprediksi

akibat yang akan ditimbulkan

c.       Rekomendasi (preskripsi) menyediakan informasi mengenai nilai atau

kegunaan relatif dari konsekuensi di masa depan dari suatu pemecahan

masalah.

d.      Pemantauan (deskripsi), menghasilkan informasi tentang implentasi

kebijakan, menilai tingkat kepatuhan, menemukan akibat-akibat yang

tidak diingikan dari kebijakan

e.       Evaluasi, yang mempunyai nama sama dengan yang dipakai dalam

bahasa sehari-hari, menyediakan informasi mengenai nilai atau

kegunaan dari konsekuensi pemecahan atau pengatasan masalah.

Keberhasilan analisis pembuatan kebijakan dapat dikembangkan melalui tiga

proses, yaitu:
20

1) Proses pengkajian kebijakan, menyajikan metodologi untuk analisis

kebijakan. Metodologi di sini adalah sistem standar, aturan, dan prosedur

untuk menciptakan, menilai secara kritis, dan mengkomunikasikan

pengetahuan yang relevan dengan kebijakan.

2) Proses pembuatan kebijakan adalah serangkaian tahap yang saling

bergantung yang diatur menurut urutan wakturpenyusunan agenda, formulasi

kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan,dan penilaiankebijakan.

3) Proses komunikasi kebijakan, merupakan upaya untuk meningkatkan

proses pembuatan kebijakan berikut hasilnya.

Selanjutnya Suharto (2010:102-118) terdapat enam tahapan dalam analisis

kebijakan antara lain :

1. Mendefinisikan masalah kebijakan Mendefinisikan masalah kebijakan pada

intinya merujuk pada kegiatan untuk mengeksplorasi berbagai isu-isu atau

masalah sosial, dan kemudian menetapkan suatu masalah sosial yang akan

menjadi fokus analisis kebijakan. Pemilihan masalah sosial didasari beberapa

pertimbangan, antara lain masalah tersebut bersifat aktual, penting dan

mendesak, relevan dengan kebutuhan, dan aspirasi publik, berdampak luas

dan positif, dan sesuai dengan visi dan agenda perubahan sosial.

2. Mengumpulkan bukti masalah Pernyataan masalah kebijakan harus

didukung oleh bukti atau fakta yang relevan, terbaru, akurat dan memadai.

Pernyataan masalah tanpa bukti tidak akan meyakinkan pihak-pihak yang


21

akan menjadi target naskah kebijakan kita. Bukti yang disertakan bisa

berdasarkan hasil penelitian kita (data primer), khususnya naskah kebijakan

yang berbentuk policy study. Data bisa pula berasal data sekunder, yakni hasil

temuan orang lain yang dipublikasikan di buku, koran, internet, dokumen

pemerintah. Naskah kebijakan yang berbentuk policy brief dan policy memo

jarang menyertakan bukti berdasarkan hasil penelitian primer.

3. Mengkaji penyebab masalah Para analisis dan pembuat kebijakan dapat

mengidentifikasi penyebab atau faktor yang memberi kontribusi terhadap

masalah sosial. Mereka dapat mengembangkan kebijakan publik untuk

mengeliminasi atau mengurangi penyebab atau faktor tersebut.

4. Mengevaluasi kebijakan yang ada Mengevaluasi kebijakan atau produk

yang ada pada saat ini dapat mengarah pada perbaikan-perbaikan, namun

demikian evaluasi juga sering menghasilkan keputusan-keputusan untuk

mengganti secara total model yang ada.

5. Mengembangkan alternatif atau opsi-opsi kebijakan Mengembangkan

solusi kebijakan publik untuk mengatasi masalah sosial juga perlu

mempertimbangkan beberapa alternatif. Dua langkah utama akan sangat

bermanfaat bagi pengembangan alternatif kebijakan publik adalah

mengembangkan alternatif kebijakan untuk memecahkan masalah sosial

adalah mengeliminasi atau mengurangi sebab-sebab atau faktor-faktor

penyumbang terhadap masalah dan menelisik kebijakan yang ada saat ini.
22

6. Menyeleksi alternatif terbaik Pada langkah ini telah terdapat alternatif

kebijakan yang dianggap terbaik dan merupakan penyeleksian awal dalam

mengatasi masalah. Dua kriteria yang dapat membantu menentukan alternatif

yang paling baik adalah fisibilitas dan efektivitas. Kebijakan yang terbaik

harus memenuhi dua kriteria tersebut (memiliki nilai tinggi), jika

memungkinkan. Dan juga pada tahapan ini dilakukan pemantauan terhadap

dampak dan tujuan keadaan yang hendak dicapai dari suatu kebijakan yang

diusulkan.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa analisis kebijakan harus bersifat

empirik dalam arti penilaian yang dilakukan tidak boleh hanya bersifat

spekulatif hipotetif, melainkan mesti diuji atau dikeluarkan dengan data atau

setidaknya hasil penelitian yang pernah dilakukan. Selanjutnya, analisis itu

dilakukan terhadap alternatif yang tersedia, yang hasilnya nanti adalah

pemilihan terhadap alternatif yang paling tepat atau baik, maka peneliti harus

bersikap tidak memihak atau bias terhadap salah satu alternatif. Analisis

kebijakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah analisis kebijakan yang

efektif dalam mengatasi permasalahan ojek online di Kota Bandar Lampung.

Menurut Etzioni dalam Parsons (2001:247), pembuatan keputusan berada di

antara perumusan kebijakan dan implementasi, akan tetapi kedua hal tersebut

saling terkait satu sama lain. Keputusan mempengaruhi implementasi dan


23

implementasi tahap awal akan mempengaruhi tahap pembuatan keputusan

yang pada gilirannya, akan mempengaruhi implementasi berikutnya.

Pembuatan keputusan, karena itu, bukanlah proses pasif.

Keputusan adalah sebuah proses dan keputusan awal sering kali hanya

merupakan sinyal penunjuk arah dorongan awal, yang nantinya akan

mengalami revisi dan diberi spesifikasi. Pembuatan keputusan dalam

pengertian ini ada diseluruh siklus kebijakan, misalnya: keputusan mengenai

apa yang biasa digolongkan sebagai problem, informasi apa yang harus

dipilih, pemilihan strategi untuk mempengaruhu kebijakan, pemilihan opsi-

opsi kebijakan yang harus dipertimbangkan, dan pemilihan cara-cara

mengevaluasi kebijakan-kebijakan. Pada masing-masing poin tersebut

terdapat proses pembuatan keputusan.

Beberapa keputusan melibatkan alokasi nilai dan distribusi sumber daya

melalui perumusan kebijakan, atau melalui pelaksanaan program. Karenanya

pembuatan keputusan etrjadi di arena dan level yang berbeda-beda. Pada satu

level ada keputusan oleh aktor kebijakan tinggi (high policy actor) untuk

membuat kebijakan kesehatan nasional atau kebijakan dalam bidang ekonomi.

Pada level lainnya ada keputusan dari aktor lain. Beberapa keputusan lebih

signifikan ketimbang keputusan lainnya, dan beberapa keputusan lain kurang

signifikan dibandingkan keputusan lainnya. Pemerintahan modern harus


24

dilihat sebagai aktivitas penyusunan kebijakan yang kompleks dan berlapis-

lapis, dimana penyusunan ini dilakukan dibanyak titik yang berbeda-beda.

B. Tinjauan tentang Undang-Undang No 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

Dan Angkutan Jalan

1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Lalu lintas di dalam Undang-Undang No 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

Dan Angkutan Jalan didefinisikan sebagai gerak Kendaraan dan orang di

Ruang Lalu Lintas Jalan, sedang yang dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas

Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah Kendaraan,

orang, dan / atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 dan peraturan pemerintah sebagai

peraturan pelaksanaanya bertujuan untuk menertibkan seluruh pemakai jalan

termasuk juga para pengendara kendaraan bermotor.. Menurut Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 yang dimaksud dengan kendaraan bermotor

adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada

kendaraan itu. Dalam Pasal 4 ayat Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

bahwa pembinaan lalu lintas dan angkutan jalan diarahkan untuk

meningkatkan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan dalam

keseluruhan moda transportasi secara terpadu dengan memperhatikan seluruh


25

aspek kehidupan masyarakat untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan

dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efesien,

mampu memadukan moda transportasi lainnya, menjangkau seluruh pelosok

daratan.

Berdasarkan pasal 25 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 disebutkan

bahwa untuk keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas

serta kemudahan bagi pemakai jalan wajib di lengkapi dengan:

a. Rambu jalan

b. Marka jalan

c. Alat Pemberi isyarat lalu lintas

d. Alat pengendali dan alat pengamanan pemakai jalan

e. Alat pengawasan dan pengamanan jalan

f. Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di

jalan dan di luar jalan

Menurut Pasal 19 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 setiap kendaraan

bermotor yang dioperasikan di jalan. harus sesuai dengan peruntukannya,

memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan serta sesuai dengan kelas jalan
26

yang dilalui. Dalam pasal 48 sampai pasal 56 disebutkan bahwa setiap

kendaraan bermotor yang dioperasikan harus diuji, yang mana pengujian

meliputi uji tipe dan atau uji berkala.

2. Pelanggaran Lalu Lintas

Didalam pengertian umum yang diatur oleh Undang-Undang Lalu Lintas dan

Jalan (Pasal 1 UU No. 22 Tahun 2009), tidak ditemukan adanya pengertian

secara limitative tentang apa yang dimaksud dengan pelanggaran lalu lintas.

Namun menurut Naning dan Ramdlon (1990; 19) Pelanggaran lalu lintas

adalah perbuatan atau tindakan seseorang yang bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan lalu lintas jalan Pelanggaran yang dimaksud diatas

adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 105 Undang-undang Nomor 22 tahun

2009 yang berbunyi: Setiap orang yang menggunakan Jalan Wajib: a.

Berperilaku tertib; dan/atau b. Mencegah hal-hal yang dapat merintangi,

membahayakan keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan,

atau yang dapat menimbulkan kerusakan jalan.

Jika ketentuan tersebut diatas dilanggar maka akan dikualifikasikan sebagai

suatu pelanggaran yang terlibat dalam kecelakaan. Untuk memberikan

penjelasan tentang pelanggaran lalu lintas yang lebih terperinci, maka perlu

dijelaskan lebih dahulu mengenai pelanggaran itu sendiri.


27

Berkaitan dengan pelanggaran lalu lintas, masih banyak terjadi pelanggaran

yang belum sepenuhnya dapat dilakukan penindakan oleh kepolisian yaitu

berkaitan dengan penggunaan alat komunikasi (handphone) yang digunakan

oleh pengendara motor khususnya Ojek online. Larangan menggunakan

handphone saat berkendara telah diatur dalam Pasal 106 yang berbunyi:

(1) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib

mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi.

(2) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib

mengutamakan keselamatan Pejalan Kaki dan pesepeda.

(3) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib

mematuhi ketentuan tentang persyaratan teknis dan laik jalan.

(4) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib

mematuhi ketentuan:

a. rambu perintah atau rambu larangan;

b. Marka Jalan;

c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;

d. gerakan Lalu Lintas;

e. berhenti dan Parkir;

f. peringatan dengan bunyi dan sinar;

g. kecepatan maksimal atau minimal; dan/atau

h. tata cara penggandengan dan penempelan dengan Kendaraan lain.


28

Sementara itu, dalam Pasal 283 disebutkan bahwa setiap orang yang

mengemudikan kendaraan bermotor di jalan secara tidak wajar dan melakukan

kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan

gangguan konsentrasi dalam mengemudi di jalan dapat dipidana dengan

pidana kurungan paling lama 3 bulan atau denda paling banyak Rp 750.000.

C. Konsep Transportasi Publik

1. Konsep Transportasi

Pentingnya peran sektor transportasi bagi kegiatan ekonomi mengharuskan

adanya sebuah sistem transportasi yang handal, efisien, dan efektif.

Transportasi yang efektif memiliki arti bahwa sistem transportasi yang

memenuhi kapasitas yang angkut, terpadu atau terintegrasi dengan antar moda

transportasi, tertib, teratur, lancar, cepat dan tepat, selamat, aman, nyaman dan

biaya terjangkau secara ekonomi. Sedangkan efisien dalam arti beban publik

sebagai pengguna jasa transportasi menjadi rendah dan memiliki utilitas yang

tinggi.

Menurut Sukarto (2006) penyelesaian masalah transportasi di perkotaan

merupakan interaksi antara transportasi, tata guna lahan (land use), populasi

penduduk dan kegiatan ekonomi di suatu wilayah perkotaan. Sehingga

transportasi sangat berhubungan dengan adanya pembangkitan ekonomi di


29

suatu daerah perkotaan guna memacu perekonomian setempat, penciptaan

lapangan kerja, dan untuk mengerakan kembali suatu daerah.

Sebagai sarana transportasi publik, maka transportasi harus memenuhi kriteria

pelayanan publik. Menurut Dagun (2006) mengungkapkan bahwa transportasi

yang baik bagi pelayanan publik harus memenuhi tiga kriteria dasar, yaitu

kenyamanan, keamanan, dan kecepatan.Ketentuan pertama adalah

kenyamanan, yaitu aspek kenyamanan harus dapat dirasakan oleh penumpang

yang menggunakan jasa transportasi. Penumpang akan merasa nyaman di

dalam sarana transportasi bila pada sarana tersebut dilengkapi dengan

berbagai fasilitas yang memberikan kenyamanan bagi penumpangnya.

Ketentuan kedua adalah keamanan, aspek rasa aman yang dirasakan oleh

penumpang selama mendapatkan pelayanan transportasi. Beberapa indikator

yang digunakan dalam mengukur rasa aman diantaranya adalah sistem

tertutup dimana sarana transportasi tidak mudah diakses oleh pihak lain yang

bukan penumpang. Ketentuan ketiga adalah kecepatan, yaitu ketentuan

terpenuhinya waktu sampai ke tempat tujuan dengan cepat dan atau

tepat.Ketentuan ini hanya dapat terpenuhi bila sarana transportasi didukung

dengan pra sarana yang khususPada era globalisasi saat ini, muncul

transportasi berbasis online, transportasi berbasis daring (dalam jaringan)


30

yang saat ini diminati oleh public dikarenakan kemudahan akses, efesien dan

harga jasa yang terjangkau.

2. Karakteristik Transportasi Publik

Sebagai sarana transportasi publik, maka transportasi harus memenuhi kriteria

pelayanan publik. Menurut Dagun (2006:87) mengungkapkan bahwa

transportasi yang baik bagi pelayanan publik harus memenuhi tiga kriteria

dasar, yaitu kenyamanan, keamanan, dan kecepatan. Ketentuan pertama

adalah kenyamanan, yaitu aspek kenyamanan harus dapat dirasakan oleh

penumpang yang menggunakan jasa transportasi. Penumpang akan merasa

nyaman di dalam sarana transportasi bila pada sarana tersebut dilengkapi

dengan berbagai fasilitas yang memberikan kenyamanan bagi penumpangnya.

Ketentuan kedua adalah keamanan, aspek rasa aman yang dirasakan oleh

penumpang selama mendapatkan pelayanan transportasi. Beberapa indikator

yang digunakan dalam mengukur rasa aman diantaranya adalah sistem

tertutup dimana sarana transportasi tidak mudah diakses oleh pihak lain yang

bukan penumpang. Ketentuan ketiga adalah kecepatan, yaitu ketentuan

terpenuhinya waktu sampai ke tempat tujuan dengan cepat dan atau tepat.

Ketentuan ini hanya dapat terpenuhi bila sarana transportasi didukung dengan

pra sarana yang khusus (http://digilib.unila.ac.id/ diakses pada 17 Desember

2017)
31

Pelayanan yang diberikan oleh fasilitas transportasi diupayakan terlaksana

dengan sebaik-baiknya, dengan demikian pengembangan kegiatan pada sektor

lain akan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya, sehingga produksi dan

produktivitasnya tercapai secara optimal. Pencapaian hasil dalam pelayanan

transportasi dan pengembangan kegiatan pada sektor lain harus dianalisis dan

dievaluasi kinerjanya atau karakteristik pelayanannya.

Karakteristik pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien, meliputi :

1. Speed (lancar atau cepat).

2. Safety (selamat atau anam).

3. Capacity (memiliki kapasitas yang cukup tinggi).

4. Frequency (frekuensi atau beberapa kali pelayanan transportasi dilakukan

dalam jangka waktu tertentu, misalnya dalam tiap minggu, dan bulan).

5. Regularity (keteraturan dalam pelayanan transportasi).

6. Comprehensive (pelayanan transportasi dilaksanakan secara komprehensif

dari tempat asal sampai ke tempat tujuan).

7. Responsibility (tanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan

muatan).

8. Acceptable cost (biaya/tarif rendah) atau affordable price (harga

terjangkau barang dan penumpang).

9. Comfort atau convenience (nyaman).


32

Angkutan manusia (penumpang) meliputi karakteristik yang pertama sampai

dengan kesembilan, sedangkan untuk angkutan barang meliputi karakteristik

yang pertama sampai dengan kedelapan. Dengan memiliki karakteristik di

atas diharapkan sektor transportasi akan memberikan pelayanan pengangkutan

(manusia dan barang) pada sektor-sektor lain yang membutuhkan secara

efektif dan efisien, dengan demikian kinerja kegiatan pada sektor-sektor lain

akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan pendapatan per kapita, yang

merupakan indikator kesejahteraan masyarakat.

Kesejahteraan masyarakat meningkat berarti standar hidup masyarakat

bertambah baik. Oleh karena itu, sasaran pembangunan transportasi harus

ditetapkan secara jelas dan terarah, strategi kebijakan pembangunan

transportasi harus dirumuskan secara reliable (terjamin dari segi konseptual),

acceptable (diterima oleh para pelaku pembangunan), dan bersifat

implementable (dapat dilaksanakan). Selanjutnya, program pembangunan

transportasi harus diupayakan secara tepat, dalam artian tepat jenisnya, tepat

lokasinya, dan tepat kapasitasnya, dan dalam pelaksanaannya harus

diupayakan tercapainya tepat sasaran, tepat mutu, dan tepat waktu

(http://eprints.uny.ac.id/ diakses pada 17 Desember 2017).

3. Transportasi Angkutan Umum


33

Berdasarkan Pasal 139 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan Angkutan Umum adalah

perpindahan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan

menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. Angkutan adalah kegiatan

pemindahan orang dan/barang dari satu tempat (asal) ke tempat lain (tujuan)

dengan menggunakan sarana (kendaraan) kendaraan yang harus diperhatikan

adalah keseimbangan antara kapasitas moda angkutan dengan jumlah barang

maupun orang yang memerlukan angkutan. Penyediaan jasa pegangkutan

umum dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha

Milik Daerah (BUMD), dan/atau badan hukum lain sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 140 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan menyebutkan bahwa pelayanan angkutan orang dengan

kendaraan bermotor umum terdiri atas angkutan orang dengan Kendaraan

Bermotor Umum dalam trayek; dan angkutan orang dengan Kendaraan

Bermotor Umum tidak dalam trayek. Jenis pelayanan angkutan Jenis

pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 140 huruf a terdiri atas:

a. Angkutan lintas batas negara;

b. Angkutan antarkota antarprovinsi;

c. Angkutan antarkota dalam provinsi;


34

d. Angkutan perkotaan; atau

e. Angkutan perdesaan.

Angkutan umum adalah pemindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat

ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan bermotor yang disediakan

untuk dipergunakan untuk umum dengan dipungut bayaran. Angkutan pada

dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan atau barang dari satu

tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang

menjangkau berbagai tempat yang dikehendaki atau mengirimkan barang dari

tempat asalnya ke tempat tujuannya dengan menggunakan sarana angkutan

berupa kendaraan.Termasuk dalam pengertian angkutan umum penumpang

adalah angkutan kota (bus, minibus, dsb), kereta api, angkutan air, dan

angkutan udara.

Sedangkan untuk melaksanakan operasionalisasi angkutan umum pemerintah

berkordinasi dengan perusahaan angkutan umum. Terlebih dahulu, perlu

diketahui arti perusahaan angkutan umum sebagaimana disebut dalam Pasal 1

angka 21 UU LLAJ dan Pasal 1 angka 13 PP 74/2014: Perusahaan Angkutan

Umum adalah badan hukum yang menyediakan jasa Angkutan orang dan/atau

barang dengan Kendaraan Bermotor Umum. Syarat utama adalah berbadan

hukum. Sebagai perusahaan angkutan umum, maka Perusahaan Angkutan

Umum yang menyelenggarakan angkutan orang dan/atau barang wajib

memiliki:
35

1. izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek;

2. izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek; dan/ atau

3. izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat.

4. Transportasi Berbasis Online

Beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami transformasi dalam hal

transportasi. Perkembangan teknologi yang semakin modern telah merambah

dunia transportasi di Indonesia. Hal ini terlihat dari bermunculannya model

transportasi berbasis online pada kota-kota besar di Indonesia. Pada saat ini,

masyarakat Indonesia sangatlah kecewa pada masalah transportasi yang

sangat padat dan tidak karuan. Tingginya tingkat kemacetan dan polusi udara

menjadi alasan utama masyarakat enggan keluar rumah atau kantor. Padahal

di sisi lain, mereka harus gesit untuk memenuhi kebutuhan, misalnya untuk

makan mengirim barang, atau membeli barang tertentu. Akibatnya, mereka

mencari cara praktis untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan tanpa

haruskeluar rumah atau kantor, salah satunya dengan menggunakan jasa

transportasi online. Jasa transportasi berbasis online ini disebut juga dengan

aplikasi ridesharing yang kemunculannya di Indonesia mulai marak pada

tahun 2014.
36

Berdasarkan Jurnal Andika Wijaya yang berjudul Aspek Hukum Bisnis

Transportasi Jalan Online, 2016, hal. 27, menyatakan bahwa awal

kemunculannya dimulai oleh aplikasi Uber yang mengusung UberTaxi

sebagai bisnis layanan transportasi berbasis aplikasi online. Kemudian diikuti

dengan kemunculan Gojek, GrabBike, GrabTaxi, dan aplikasi berbasis online

lainnya. Terkait fenomena aplikasi berbasis online, dapat ketahui sebelum

kemunculan dan maraknya aplikasi seperti Gojek, GrabBike, GrabTaxi,

maupun aplikasi lainnya, kita telah mengenal terlebih dahulu Uber.

Selain itu, saat ini teknologi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam

aspek global karena dunia semakin cepat berubah kearah modernisasi

berbagai aspek, oleh karena itu setiap negara harus mampu bersaing dengan

pemanfaatan teknologi serta mengaplikasikannya di dalam aktivitas.

Berkaitan dengan hal ini, jasa transportasi berbasis aplikasionline merupakan

tuntutan persaingan yang mengharuskan peran teknologi di dalam

mempermudah mobilitas masyarakat.21 Beberapa contoh perusahaan jasa

transportasi berbasis aplikasionline di Indonesia yaitu :

a) Go-Jek Pada prinsipnya, aplikasi Go-Jek bekerja dengan

mempertemukan permintaan angkutan ojek dari penumpang dengan

jasa tukang ojek yang beroperasi di sekitar wilayah penumpang

tersebut. Cukup dengan mengunduh aplikasinya dari Google Play

Store, maka kita bisa memesan jasa layanan tersebut. Tarif


37

angkutannya disesuaikan dengan jarak tempuh yang akan dicapai.

Selain jasa angkutan penumpang, ada juga layanan antar barang (kurir)

dan belanja.

b) Grabbike sama halnya dengan Go Jek, hanya saja layanan Grabbike

belum memiliki layanan antar barang atau belanja. Saat ini, Grabbike

telah beroperasi di 3 kota di kawasan Asia Tenggara yang mengalami

persoalan kemacetan, seperti Ho Chi Min City dan Hanoi di Vietnam,

serta di Jakarta.

D. Kerangka Pikir

Transportasi ojek online di Kota Bandar Lampung semakin diminati oleh publik

dengan banyaknya publik yang lebih memilih jasa Ojek online. Keberadaan
38

transportasi ojek online di Bandar Lampung menjadi alternatif baru masyarakat

untuk mendapatkkan pelayanan transportasi yang efesien. Selain memberikan

service jasa angkutan yang menjanjikan, keberadaan transportasi ojek online

dianggap mempermudah aktivitas masyarakat. Akan tetapi keberadaannya

memicu permasalahan terhadap transportasi umum dan menimbulkan

permasalahan hukum.

Ojek online mengakibatkan menurunnya penggunaan jasa masyarakat terhadap

transportasi Bus Rapit Trans yang merupakan kebijakan transportasi resmi

pemerintah. Berdasarkan hasil wawancara bersama Thanu sebagai Kasi Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

menyatakan bahwa beralihnya minat masyarakat menggunakan ojek online

membuat penggunaan jasa angkutan umum menurun. Akibatnya adalah terjadi

penurunan jumlah armada dan trayek perjalanan angkutan.

Permasalahan selanjutnya adalah permasalahan hukum. Ojek online sampai sat

ini tidak memiliki paying hukum oleh pemerintah. Legalitas yang mengatur

keberadaan ojek online hingga saat ini tidak ada. Undang-undang Nomor 22

tahun 2009 tentang lalu lintas tidak memfasilitasi keberadaan motor sebagai

transportasi umum dan angkutan massa. Akibatnya adalah jaminan keselamatan

terhadap driver dan pengguna jasa terbilang rendah dan terlebih lagi kendaraan

beruapa motor rentan akan kecelakaan lalu lintas.


39

Persoalan hukum yang timbul dari aktivitas ojek online adalah penggunaan

aplikasi handphone saat berkendara yang dilakukan driver ojek online telah

melanggar perutan lalu lintas. Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes

Halim Pagarra mengatakan, berkendara sambil memainkan telepon seluler

melanggar aturan. Jika ditemukan adanya pengendara yang memainkan ponsel

saat berkendara akan diberi sanksi tilang. Peraturan ini tidak terkecuali untuk

para pengemudi ojek online yang kerap menggunakan ponsel saat berkendara

untuk melihat GPS. Penggunaan ponsel saat berkendara dapat mengganggu

konsenterasi pengendara. Hal tersebut sangat berbahaya untuk pengendara

ataupun orang lain. Bisa terjadi kecelakaan, jika pegang Handphone terus akan

melanggar rambu, jadi bisa saja ditilang. (Sumber: berita online Kompas pada 4

Maret 2018 yang berjdul berjudul Dirlantas: Pengendara yang Main Handphone

Akan Ditilang, termasuk Ojek Online).

Terkait dengan permasalahan tersebut, peneliti menggunakan teori analisis

kebijakan William Dunn (2000) menitikberatkan pada prosedur: Perumusan

masalah (definisi) menghasilkan informasi mengenai kondisi-kondisi yang

menimbulkan masalah kebijakan, Peramalan (prediksi) menyediakan informasi

mengenai konsekuensi di masa mendatang dari penerapan alternatif kebijakan,

Rekomendasi (preskripsi) menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan

relatif dari konsekuensi di masa depan dari suatu pemecahan masalah,


40

Pemantauan (deskripsi) menghasilkan informasi tentang konsekuensi sekarang

dan masa lalu dari diterapkannya alternatif kebijakan, Evaluasi, yang berisi

infromasi untuk menilai kebijakan.

Berikut ini adalah alur pikir peneliti yang digambarkan sebagai berikut:

1.Masalah ojek online


menurunkan minat publik
terhadap transportasi umum
(BRT)

2.Masalah aktivitas driver ojek


online menggunakan
41

Analisis kebijakan Menurut Willian Dunn (2000):

1. Definisi 4. Deskripsi

2. Prediksi 5. Evaluasi

3. Preskripsi

1. Analisis Kebijakan ojek online terhadap


penurunan jumlah armada dan trayek BRT

2. Analisis Pelaksanaan Undang-Undang


Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 106 Ayat 1
terhadap Ojek Online

Faktor penyebab: Faktor penyebab:

1. Penurunan jumlah armada dan 2. Lemahnya penindakan


trayek transportasi umum (BRT) pelanggaran pasal 106 ayat
1 Undang-Undang No. 22
Tahun 2009 terhadap ojek
online

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Analisis Kebijakan Transportasi Ojek Online


di Kota Bandar Lampung.

Anda mungkin juga menyukai