Anda di halaman 1dari 4

BAB I

3.1 Sindroma Kompartemen

Suatu kondisi yang terjadi akibat adanya peningkatan tekanan yang


kompartemen fasia yang menyebabkan gangguan sirkulasi, iskemia, necrosis,
dan kerusakan yang irreversible dalam waktu 6-8 jam. Oleh karena itu,
pentingnya diagnosis secara cepat dan intervensi pembedahan dalam
mengoptimalkan Kegagalan dalam mengatasi sindroma kompartemen secara
cepat dapat menyebabkan kecacatan permanen anggota tubuh yang terkena. 1,2
Sindroma kompartemen sering terjadi pada bagian ektremitas atas dan bawah.
Lokasi tersering dijumpai pada ektremitas bawah, khususnya pada kasus faktur
tibia. Setiap peningkatan tekanan di kompartemen fascia dapat menimbulkan
kompartemen sindrom. Penyebab tersering berupa trauma, seperti fraktur,
kecelakaan, luka tembak luka bakar, atau akibat kondisi medis saat pemasangan
bebat yang terlalu ketat, inflitrasi intravena, fleksi berlebihan dalam gips, infeksi
(strep B Grup), dan kelainan perdarahan.1

Diagnosis dari sindroma kompartemen dapat ditegakkan berdasarkan tanda


gejala yang didapatkan pada pasien. Gejala awal yang ditemukan berupa
keluhan nyeri dengan sensasi terbakar terutama bila digerakkan. Nyeri timbul
akibat akibat tarikan adanya tarikan otot. Nyeri yang timbul harus dapat
dibedakan nyeri utama akibat fraktur. Gejala lain yang sering adalah rasa
kesemutan tungkai bawah yang memberat akibat terjepitnya saraf perifer. Rasa
kesemutan pertama kali dirasakan pada jari pertama dan jari kedua kaki. Gejala
klasik 5P (pain, pallor, parasthesia, pulselessness, poikilothermia) tidak selalu
dikenali. Gejala klasik ini sering muncul terlambat saat periode emas
penanganan sindrom kompartemen sudah terlewati.3

Tatalaksana

Tatalaksana harus sesegera mungkin. Prinsip utama penanganan sindrom


kompartemen tungkai bawah adalah dekompresi. Dekompresi dengan tujuan
menurunkan tekanan dalam kompartemen dapat dilakukan dengan cara: 3
 Lepaskan semua plaster yang mengikat tungkai bawah
 Letakkan tungkai pada posisi sejajar dengan jantung, karena posisi lebih
tinggi dari jantung dapat menurunkan aliran darah arterial ke otot dan
akan memperburuk keadaan iskemia.
 Lakukan imobilisasi fraktur dengan posisi paling relaks; dengan
menyangga kaki dalam posisi sedikit fleksi plantaris (kaki condong ke
arah bawah).
 Lakukan tindakan fasiotomi (pemotongan fascia) apabila ada indikasi.
Ambang batas untuk fasciotomi kaki bagian bawah pada orang dewasa
dan anak-anak adalah tekanan absolut lebih besar dari 30 mm Hg atau
tekanan dalam 30 mm Hg dari baik tekanan darah diastolik atau tekanan
arteri rata-rata.1
 Prosedur ini harus dilakukan sesegera mungkin karena kerusakan
permanen otot akan terjadi dalam 4-12 jam dan kerusakan permanen
saraf akan terjadi dalam 12-24 jam sejak terjadinya peningkatan tekanan
intrakompartemen.1,3

Fasiotomi merupakan tindakan operatif definitif dengan cara memotong fascia


untuk membuka ruang, sehingga tekanan dapat langsung berkurang. Pada
tungkai bawah, fasiotomi dilakukan dengan sayatan di sepanjang kompartemen
tungkai bawah dengan teknik insisi dobel. Dua sayatan sejajar sepanjang 15-20
sentimeter dibuat di dua tempat. Tempat pertama adalah bagian tepi luar depan
(anterolateral) tungkai untuk dekompresi kompartemen anterior dan lateral, dan
sayatan kedua pada bagian tepi dalam belakang (posteromedial) tungkai untuk
dekompresi kompartemen posterior. Jangan lakukan tindakan fasiotomi apabila
sindrom kompartemen terdiagnosis pada hari ketiga atau keempat setelah
onset.3 Fasiotomi juga tidak boleh dilakukan apabila telah terjadi kematian
jaringan otot yang ditandai dengan rasa nyeri yang memburuk, perubahan warna
otot menjadi lebih gelap, perubahan warna urin menjadi kecoklatan (akibat
kandungan mioglobin yang meningkat), dan dapat disertai gangren serta gejala
inflamasi sistemik lainnya.2 Hal ini karena jaringan otot yang telah nekrosis
sangat rentan terhadap infeksi. Apabila saat terjadinya sindrom kompartemen
tidak diketahui pasti, tindakan fasiotomi tetap dianjurkan1
BAB III

Kegawatdaruratan dibidang orthopedi dapat menimbulkan komplikasi dan


prognosis yang buruk bila tidak segera ditangani. Pasien dapat segera
mengalami perburukan, berupa kecacatan yang permanen atau bahkan
kematian. Komplikasi dan outcomes yang sering ditimbulkan akibat beberapa
kasus dari kegawatdaruratan ortopedi adala sebagai berikut:

3.2 Komplikasi
a. Sindroma Kompartemen

Bila dalam mendiagnosis kompartemen sindrom terlambat, maka dapat


meningkatkan risiko yang parah komplikasi, termasuk infeksi, cedera neurologis,,
mionekrosis, deformitas, rabdomiolisis, kontraktur iskemik Volkmann, kebutuhan
untuk amputasi, dan kematian. Itu durasi tekanan jaringan yang meningkat
sebelum dekompresi bedah definitif mungkin adalah faktor terpenting dalam
menentukan hasil. Pada orang dewasa, iskemik otot yang berkepanjangan lebih
dari 8 jam meningkatkan risiko permanen gejala sisa.1

3.3 Prognosa
a. Sindroma Kompartemen
Sindrom kompartemen dapat bersifat sangat destruktif. Prognosis baik
dapat dicapai dengan penanganan yang cepat dan apabila sindrom
kompartemen dapat dikenali sedini mungkin. Makin lambat ditangani,
makin besar risiko kerusakan permanen otot dan saraf. 1,3 Pemulihan
fungsional penuh dalam waktu 6 bulan telah dilaporkan dengan
manajemen kompartemen tepat waktu pada kelompok usia anak-anak.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa setelah trauma ekstremitas atas
pada kelompok usia anak-anak, dekompresi lengan bawah setelah 48 jam
menghasilkan morbiditas yang signifikan. Namun, meskipun dengan
keterlampatan diagnosis dan tindakan potensi untuk pemulihan fungsi otot
lebih besar di seorang anak dari pada orang dewasa.1
DAFTAR PUSTAKA

1. Waters PM, Skaggs DL, Flynn JM. Rockwood and Wilkins’ Fracture in
Children. 9th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2020.

2. Duckworth T, Blundell C. Lecture Notes : Orthopaedics and Fractures. 4th


ed. Philadelphia: Wiley Blackwell; 2010.

3. Aprianto P. Sindrom Kompartemen Akut Tungkai Bawah. 2017;44(6):401–


404.

Anda mungkin juga menyukai