Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENGETAHUAN DAN LINGKUNGAN

“PERAN PERGURUAN TINGGI DAN MAHASISWA DALAM


PENGURANGAN RESIKO BENCANA”

Oleh :

Nuzul Kamalia 1602101010114

Fathiatur Rahmah 1902101010032

Anggun Belia Putri

Miftahul Marhamah

Zahara Aprilia

Nabila Fiqriya S.

Aqil Mahfudz

T. Fadly

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji kepada Allah SWT atas limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hidayah-Nya sehingga penyusun mampu menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah umum pengetahuan dan lingkungan “peran
perguruan tinggi dan mahasiswa dalam pengurangan resiko bencana”

Harapan penyusun semoga makalah ini dapat membantu menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penyusun dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih
baik.

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mengakui banyak kekurangan


karena pengalaman yang dimiliki masih sangat kurang. Oleh karena itu penysun
mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 6 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 Pengertian Resiko Bencana 3

2.2 Landasan Hukum 3


2.3 Jenis-Jenis Bencana 5
2.4 Peran Perguruan Tinggi dan Mahasiswa dalam Pengurangan Resiko
Bencana 7
2.5 Keterlibatan dan Kegiatan Mahasiswa dalam Pengurangan Resiko
Bencana 12

BAB III PENUTUP 15


DAFTAR PUSTAKA 16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara geografis, Indonesia terletak di antara pertemuan Lempeng Eurasia,
Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik yang membuat Indonesia menjadi
rentan terhadap ancaman bencana geologis. Kondisi alam Indonesia tidak hanya
menyimpan potensi kekayaan yang melimpah tetapi juga terdapat potensi
bencana. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi
bencana yang sangat tinggi dan juga sangat bervariasi dari aspek jenis bencana.
Kondisi alam tersebut serta adanya keanekaragaman penduduk dan budaya di
Indonesia menyebabkan timbulnya risiko terjadinya bencana alam, bencana ulah
manusia dan kedaruratan kompleks, meskipun disisi lain juga kaya akan sumber
daya alam.

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis. Pada umumnya risiko bencana alam
meliputi bencana akibat faktor geologi, bencana akibat hydrometeorologi,
bencana akibat faktor biologi serta kegagalan teknologi. Bahkan bencana akibat
ulah manusia terkait dengan konflik antar manusia akibat perebutan sumber daya
yang terbatas, alasan ideologi, religius serta politik.

Untuk menghadapi peningkatan potensi dan kompleksitas bencana di masa


depan dengan lebih baik, Indonesia memerlukan suatu rencana yang sifatnya
terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh. Dalam kontek pengurangan risiko
bencana, pengabdian masyarakat perguruan tinggi dilaksanakan untuk mendorong
terciptanya kampus dan masyarakat yang aman dan tangguh terhadap bencana.
Mahasiswa dan warga kampus sebagai agen perubahan, dapat berperan aktif di
lingkungan internal kampus dan masyarakat untuk melakukan upaya pengurangan
risiko bencana secara terpadu dan berkelanjutan. Dengan demikian, kegiatan-
kegiatan pengabdian masyarakat yang telah maupun yang akan dilaksanakan oleh
kampus akan saling berkaitan dan saling berkontribusi untuk pencapaian tujuan
pengurangan risiko bencana.

Perguruan Tinggi sebenarnya sangat potensial untuk ikut serta menangani


bencana alam di Indonesia. Kampus Siaga Bencana adalah kemampuan/ upaya
dari seluruh komponen kampus untuk mengurangi risiko akibat bencana. Tujuan
membuat kampus siaga bencana disini adalah untuk penguatan pengetahuan,
ketrampilan, dan perilaku pengurangan resiko terhadap bencana alam maupun
bencana yang bersifat human error.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pengurangan resiko bencana?
2. Bagaimana peran Perguruan Tinggi dan mahasiswa dalam
pengurangan resiko bencana?
3. Bagaimana keterlibatan dan kegiatan mahasiswa dalam
pengurangan resiko bencana?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian pengurangan resiko bencana
2. Untuk mengetahui peran perguruan tinggi dan mahasiswa dalam
pengurangan resiko bencana?
3. Untuk keterlibatan dan kegiatan mahasiswa dalam pengurangan
resiko bencana
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Resiko Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yangdisebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau non-alam maupun faktormanusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis (UU No. 24 tahun 2007). Penanggulangan bencana sendiri
adalah serangkaian kegiatan baik sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana yang
dilakukan untuk mencegah, mengurangi, menghindari dan memulihkan diri dari
dampak bencana. Secara umum kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
penanggulangan bencana adalah sebagai berikut: pencegahan, pengurangan
dampak bahaya, kesiapsiagaan, tanggap darurat, pemulihan (rehabilitasi dan
rekonstruksi), dan pembangunan berkelanjutan yang mengurangi risiko bencana
(Rencana Aksi Nasional Pengurangan Resiko Bencana 2006).

Bencana tidak dapat dihindari tapi dapat dikurangi dampak negatifnya atau
risiko bencananya. Pengurangan risiko bencana perlu dilakukan dengan cara
mengelola risiko bencana. Konsep pengelolaan risiko bencana telah mengalami
paradigma dari pendekatan konvensional menuju pendekatan holistik
(menyeluruh). Pandangan konvensional menganggap bencana merupakan suatu
peristiwa atau kejadian yang tidak dapat dielakkan dan korban harus segera
mendapatkan pertolongan. Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan
besarnya kerugian dalam bencana:

a) Kurangnya pemahaman tentang karakteristik bencana (hazard).


b) Sikap dan perilaku yang mengakibatkan rentannya kualitas sumber
daya alam (vulnerability).
c) Kurangnya informasi peringatan dini (early warning) sehingga
mengakibatkan ketidaksiapan.
d) Ketidakberdayaan atau ketidakmampuan dalam menghadapi
bahaya.

Pengurangan resiko bencana merupakan suatu konsep dan praktik


mengurangi risiko-risiko bencana melalui upaya-upaya sistematis untuk
menganalisis dan mengelola faktor-faktor penyebab bencana, termasuk melalui
pengurangan keterpaparan terhadap ancaman bencana, pengurangan kerentanan
penduduk dan harta benda, pengelolaan lahan dan lingkungan secara bijak, dan
peningkatan kesiapsiagaan terhadap peristiwa-peristiwa yang merugikan
(Terminologi Pengurangan Risiko Bencana 2009). Pengurangan resiko bencana
juga dapat diartikan sebagai upaya terpadu yang dilaksanakan oleh masayarakat
dan stakeholder setempat untuk mengurangi kerentanan yang ada di masyarakat
dan meningkatkan kapasitas masyarakat untuk dapat menanggulangi dampak dari
bencana, wabah penyakit, masalah kesehatan, masalah lingkungan dan sebagainya
(Buku PMI, ‘Pelatihan VCA dan PRA’, 2008).

2.4 Landasan Hukum


1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336);
3. Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan
Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5500);
5. Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor
15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi;
6. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor
44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1952);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2006 tentang
Mitigasi Bencana
2.5 Jenis-Jenis Bencana
Potensi ancaman bencana adalah suatu kondisi, disebabkan oleh kejadian
alam maupun oleh ulah manusia. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan bencana
antara lain: Bahaya alam dan bahaya karena ulah manusia yang menurut United
Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR) dapat
dikelompokkan menjadi bahaya geologi, bahaya hidrometeorologi, bahaya biologi
bahaya teknologi dan penurunan kualitas lingkungan. Menurut Rencana Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB, 2014), bahaya dibagi menjadi 12 jenis, yaitu:
1. Gempabumi
2. Tsunami
3. Letusan Gunung Api
4. Gerakan Tanah (Tanah Longsor)
5. Banjir
6. Banjir Bandang
7. Kekeringan
8. Cuaca Ekstrim (Puting Beliung)
9. Gelombang Ekstrim dan Abrasi
10. Kebakaran Hutan dan Lahan
11. Epidemi dan Wabah Penyakit
12. Kegagalan Teknologi

2.6 Peran Perguruan Tinggi dan Mahasiswa dalam Pengurangan


Resiko Bencana
Kampus merupakan salah satu area pembentukan bagi para agen perubahan
yang berkarakter dan professional. Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri atas
pendidikan dan pengajaran, penelitian, serta pengabdian pada masyarakat,
merupakan dasar perilaku serta tanggung jawab setiap mahasiswa dan komponen
perguruan tinggi. Sebagai praktisi, mereka tidak hanya memberikan sumbangsih
sesuai dengan teori ilmu penngetahuan yang mereka tekuni serta idealism yang
kuat, namun lebih dari itu, mereka dapat memberikan kontribusi dan mendapatkan
pengalaman di bidang aspek sosial agar nantinya dapat mengabdi kepada
masyarakat.
Dalam kontek pengurangan risiko bencana, Tri Dharma Perguruan Tinggi
dilaksanakan untuk mendorong terciptanya kampus dan masyarakat yang aman
dan tangguh terhadap bencana. Mahasiswa merupakan komponen yang sangat
dekat dengan masyarakat dan memahami kondisi suatu masyarakat. Kondisi ini
bisa menjadi landasan dan semangat bagi para mahasiswa untuk mempertajam
kesadaran tentang bencana dan turut aktif dalam upaya pengurangan risikonya.
Semangat tersebut pada gilirannya dapat ditransfer kepada masyarakat, sehingga
mereka pun turut memahami pentingnya pengetahuan tentang bencana.
Mahasiswa dan warga kampus sebagai agen perubahan, dapat berperan aktif di
lingkungan internal kampus dan masyarakat untuk melakukan upaya pengurangan
risiko bencana secara terpadu dan berkelanjutan. Dengan demikian, kegiatan-
kegiatan pengabdian masyarakat yang telah maupun yang akan dilaksanakan oleh
kampus akan saling berkaitan dan saling berkontribusi untuk pencapaian tujuan
pengurangan risiko bencana (Buku PMI, Panduan Kampus Siaga Bencana, 2012)
Melalui keikutsertaan dalam penanggulangan bencana, dapat dikatakan
bahwa perguruan tinggi melakukan tanggungjawabnya untuk mengabdi kepada
masyarakat. Alasan lain adalah di perguruan tinggi tersedia banyak sumberdaya.
Contoh: Fakultas Kedokteran memiliki banyak dokter, residen, perawat,
laboratorium; Fakultas Psikologi memiliki psikolog; Fakultas Teknik memiliki
arsitek, tenaga teknik sipil, tenaga elektro; dan biasanya perguruan tinggi
memiliki jaringan komunikasi dan informasi yang luas dan dapat dimanfaatkan
sewaktu mobilisasi dan mitigasi penanggulangan bencana.

Peran kampus dalam pengurangan risiko bencana, juga sejalan dengan


peran kampus dalam pencapaian millennium development goals (MDGs). Upaya
mahasiswa yang tertuang dalam deklarasi youth millennium drive pada tanggal 24
Oktober 2011, yang salah satu isinya adalah akan berkontribusi dan bersinergi
dengan upaya pengurangan risiko bencana (PRB).
Tujuan dari Kampus Siaga Bencana yaitu:
a) Meningkatkan kapasitas Perguruan tinggi terhadap upaya kesiapsiagaan
bencana, pengurangan risiko bencana, dan tanggap darurat bencana.
b)   Meningkatkan peran perguruan tinggi sebagai agen perubahan dalam upaya
pemberdayaan dan peningkatan kapasitas masyarakat dalam
kesiapsiagaan, pengurangan risiko, dan tanggap darurat bencana.
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (PP No. 21 Tahun 2008). Sebagai
bagian dari peran serta perguruan tinggi dalam upaya PRB, maka setiap PT perlu
mengatur kegiatan terkait dengan upaya mitigasi bencana kepada mahasiswa.
Dengan adanya pedoman umum terkait mitigasi bencana, mahasiswa akan
mampu meningkatkan kesadaran, melakukan penyuluhan, pencegahan dan
penanggulangan bencana di lingkungan perguruan tinggi. Pembekalan
kemampuan tersebut dapat dilakukan kepada mahasiswa melalui kegiatan
kokurikuler dan ekstrakurikuler dan disebarkan kepada masyarakat melalui
penyuluhan dan pengabdian mahasiswa kepada masyarakat. Pembekalan dalam
mitigasi bencana setidaknya memiliki empat hal penting yaitu:
1. Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap
jenis bencana.
2. Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran
masyarakat dalam menghadapi bencana, karena bermukim di
daerah rawan bencana.
3. Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta
mengetahui cara penyelamatan diri jika bencana timbul.
4. Pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk
mengurangi ancaman bencana.

2.7 Keterlibatan dan Kegiatan Mahasiswa dalam Pengurangan Resiko


Bencana
Mahasiswa sebagai agen of chance yang akan berperan sebagai edukator
kesiapan bencana, siap diterjunkan kepada masyarakat,dan mampu memberikan
intervensi yang tepat saat bencana terjadi. Salah satu hal yang dapat dilakukan
adalah dengan pembentukan Unit Kegiatan Mahasiswa Penanggulangan Bencana
(UKM-PK) yang dapat membantu masyarakat dalam mengurangi resiko bencana.
Pengurangan resiko bencana dilakukan melalui beberapa kegiatan, yaitu:
1. Mitigasi bencana yang dilakukan secara berkelanjutan sesuai
dengan kebutuhan. Hal ini dilakukan melalui sosialisasi kebencanaan
kepada masyarakatdan sekolah
2. Pelatihan kebencanaan bagi anggota UKM-PK. Pelatihan ini
bertujuan dalam membentuk peran dari mahasiswa secara aktif
dalam penanggulangan bencana dan skill serta pengetahuan terhadap
langkah-langkah strategi dalam penanggulangan bencana.
3. Melakukan kerjasama dengan instansi: BPBD, SAR, Basarnas,
PMI, Dinas Sosial, dll. Dengan adanya kerjasama akan lebih
memudahkan dalam penanggulangan bencana.
4. Terjun lapangan pada lokasi bencana. Bencana yang terjadi dengan
waktu yang tidak terduga menuntut peran aktif dari anggota secara
sigap menangani bencana dengan tutun secara langsung ke lokasi
bencana.
Dengan adanya UKM-PK dapat menjadi pelopor bagi mahasiswa untuk
terlibat dalam penanggulangan bencana. Anggota UKM-PK dapat memberikan
penyuluhan secara berkala kepada mahasiswa, dengan tujuan mahasiswa dapat
berperan aktif membantu masyarakat dalam meminimalisir resiko bencana.
BAB III
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai