NIM : 43119010183
Prodi : Manajemen
-Pertanyaan-
1. Sebutkan pengertian eksistensi manusia ? dan uraikan tujuan dari penciptaan manusia di
dunia?
2. Jelaskan mengapa manusia membutuhkan Allah ? serta peranan iman dalam era globalisasi ?
-Jawab-
Kata eksistensi berasal dari kata Latin Existere, dari ex keluar sitere = membuat berdiri.
Artinya apa yang ada, apa yang memiliki aktualitas, apa yang dialami. Konsep ini menekankan
bahwa sesuatu itu ada. Dalam konsep eksistensi, satu-satunya faktor yang membedakan setiap
hal yang ada dari tiada adalah fakta. Setiap hal yang ada itu mempunyai eksistensi atau ia adalah
suatu eksisten. Dengan demikian
Dengan demikian eksistensi manusia adalah suatu eksistensi yang dipilih dalam
kebebasan. Bereksistensi berarti muncul dalam suatu perbedaan, yang harus dilakukan tiap orang
bagi dirinya sendiri.
Kierkegaard menekankan bahwa eksistensi manusia berarti berani mengambil keputusan
yang menentukan hidup. Maka barang siapa tidak berani mengambil keputusan, ia tidak hidup
bereksistensi dalam arti sebenarnya.
Menurut Zainal Abidin (2008) Eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan
lentur dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan
individu dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya. Oleh sebab itu, arti istilan eksistensi
analog dengan ‘kata kerja’ bukan ‘kata benda’.
Eksistensi adalah milik pribadi. Tidak ada dua individu yang identik. Oleh sebab itu,
eksistensi adalah milik pribadi, yang keberadaannya tidak bisa disamakan satu sama lain.
”Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku”
(QS Adzariyat : 54)
Allah adalah Zat Yang Maha Agung yang menciptakan manusia. Allah menciptakan
manusia dengan kekuasaanya dan kemaha dahsyatannya membuat manusia tidak ada pilihan
selain dari mengabdi dan melakukan apa yang Allah inginkan. Bahkan ketika memilih untuk
tidak taat dan patuh pun manusia lah yang akan merugi. Allah telah memberikan jalan terbaik
dan dampak yang baik akan didapatkan oleh manusia. Untuk itu akan sangat banyak manfaat
beriman kepada Allah SWT yang akan menyelamatkan bukan menyesatkan kita.
Konsep manusia menurut islam semata-mata untuk mengabdi atau melaksanakan ibadah
kepada Allah. Ibadah sendiri berasal dari kata Abada yang artinya adalah sebagai budak. Untuk
itu manusia hakikatnya adalah sebagai budak atau hamba dari Allah. Seorang budak atau hamba
tidak lain pekerjaannya adalah mengikuti apa kata majikannya, menggantungkan hidup pada
majikannya, dan senantiasa menjadikan perkataan majikannya sebagai tuntunan hidupnya.
Perintah Allah untuk taat dan menyembah Allah adalah sebagai bentuk kasih sayang
Allah agar manusia tidak merugi. Ketika manusia menyembah atau menjadikan hal lain sebagai
Illah atau Tuhannya, maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa selain kerugian. Untuk itu Allah
memerintahkan manusia untuk beriman pada rukun iman dan melaksankaan rukun islam sebagai
tuntunan dasar islam.
Kalau hanya sekedar memejamkan mata saja kita butuh Allah, apalagi urusan yang lebih
besar. Masihkah kita merasa hebat, masihkah keangkuhan mengelilingi hati kita, masihkah raut
wajah kesombongan menghiasi pelupuk mata dan lisan kita.
Terlebih lagi disaat kesulitan melanda, di saat hati telah merasa putus asa, yang diharap
hanyalah pertolongan Allah. Hamba hanyalah seorang yang fakir. Sedangkan Allah adalah Al
Ghoniy, Yang Maha Kaya, yang tidak butuh pada segala sesuatu. Bahkan Allah-lah tempat
bergantung seluruh makhluk.
ٰيٓأَيُّهَا النَّاسُ أَ ْنتُ ُم ْالفُقَ َرٓا ُء إِلَى هَّللا ِ ۖ َوهَّللا ُ هُ َو ْال َغنِ ُّى ْال َح ِمي ُد
“Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu), Maha Terpuji.” (QS. Fatir 35: Ayat 15)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Seluruh makhluk amat butuh pada Allah dalam setiap
aktivitasnya, bahkan dalam diam mereka sekali pun. Secara dzat, Allah sungguh tidak butuh
pada mereka. Oleh karena itu, Allah katakan bahwa Dialah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji,
yaitu Allah-lah yang bersendirian, tidak butuh pada makhluk-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Allah sungguh Maha Terpuji pada apa yang Dia perbuat dan katakan, juga pada apa yang Dia
takdirkan dan syari’atkan.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11/316).
Globalisasi adalah perubahan yang tidak lambat-lambat,namun begitu cepat. Tidak peduli
semua manusia dapat mengikuti perkembangan itu atau tidak. Disinilah peranan iman sangat
diperlukan. Ketika ada perubahan-perubahan kita harus bisa menseleksi terlebih dahulu.
Mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi selama tidak menentang iman. Perubahan yang
meresahkan jiwa tidak perlu diikuti.
Baik pada era globalisasi maupun bukan, sebaiknya peran iman digunakan sebagai:
1. Iman sebagai pertahanan & adaptasi arus budaya global yang dianggap kurang sesuai
dengan budaya lokal & ajaran islam.
2. Iman sebagai alat untuk Memilih & Menggunakan tenologi bagi kepentingan kebaikan
publik – sekarang & kedepan, sesuai ajaran islam.
3. Iman sebagai filter & pegangan dalam bersosialisasi, sesuai ajaran islam.
4. Iman sebagai alat untuk memilih & menyaring sistem & implementasi perkonomian yang
akan dijalani bagi kehidupan pribadi & lingkungan, sesuai ajaran islam.