Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN HIPOGLIKEMIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Ners


Departemen Keperawatan Gawat Darurat Dan Kritis

Oleh:
Nama : Octaviani Defi
NIM : 190614901265

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPOGLIKEMIA

A. Pengertian
Hipoglikemia (shock insulin) adalah suatu sindrome yang komplek
berawal dari suatu gangguan metabolisme glukosa, dimana konsentrasi
serum glukosa menurun sampai tidak dapat memenuhi kebutuhan
metabolisme sistem saraf. Hipoglikemia merupakan keadaan dimana kadar
gula darah rendah secara abnormal, terjadi jika gula darah turun dibawah
50-60mg/dl (2,7 sampai 3,3 mmol/L) (Smelltzer & Bare, 2010).

B. Etiologi
Penyebab terjadinya hipoglikemi menurut Younk, Mikeladze, Tate, &
Davis (2011), sebagai berikut:
1. Usia
Penderita diabetes usia lanjut memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
mengalami hipoglikemia daripadaa penderita diabetes usia lanjut yang
sehat dan memiliki fungsi yang baik.
2. Kelebihan (ekses) Insulin
Dosis insulin atau obat penurun gula darah yang terlalu tinggi, konsumsi
glukosa yang berkurang, produksi glukosa endogen berkurang misalnya
setelah konsumsi alkohol, peningkatan penggunaan glukosa oleh tubuh
misalnya setelah berolahraga, peningkatan sensitivitas terhadap insulin,
penurunan ekskresi insulin misalnya pada gagal ginjal.
3. Ekses Insulin Disertai Mekanisme Kontra Regulasi Glukosa yang
Terganggu
Hipoglikemi merupakan interaksi antara kelebihan (ekses) insulin dan
terganggunya mekanisme kontra regulasi glukosa. Kejadian ekses insulin
saja belum tentu menyebabkan terjadinya hipoglikemia.
4. Frekuensi Hipoglikemia
Pasien yang sering mengalami hipoglikemi akan mentoleransi kadar gula
darah yang rendah dan mengalami gejala hipoglikemia pada kadar gula
darah yang lebih rendah daripada orang normal
5. Obat Hipoglikemi Oral yang Berisiko Menyebabkan Hipoglikemia
Penggunaan obat hipoglikemik oral yang memiliki cara kerja
meningkatkan sekresi insulin pada pankreas dapat menyebabkan
terjadinya hipoglikemia. Obat- obat tersebut antara lain dipeptydil
peptidase-4 inhibitor, glucagon-like peptide-1, golongan glinide, golongan
sulfonylurea: glibenclamide, glimepiride.
6. Terapi Salisilat
Salisilat menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan sekresi insulin
yang distimulasi glukosa (glucose-stimulated insulin secretion) pada
orang normal dan pasien diabetes
7. Terapi Insulin
Terapi insulin dapat menyebabkan hipoglikemia karena apabila kadar
gula darah turun melampaui batas normal, tidak terjadi fisiologi penurunan
kadar insulin dan pelepasan glukagon, dan juga refleks simpato adrenal.
8. Aktivitas Fisik/ Olahraga
Aktivitas fisik atau olahraga berperan dalam pencegahan dan
penanganan diabetes. Olahraga dapat memicu penurunan berat badan,
meningkatkan sensitivitas insulin pada jaringan hepar dan perifer,
meningkatkan pemakaian glukosa, dan kesehatan sistem kardiovaskuler.
9. Keterlambatan Asupan Glukosa
Berkurangnya asupan karbohidrat atau glukosa pada pasien
hiperglikemia karena terlambat makan atau menjalani puasa dengan tidak
mengurangi dosis obat – obatan antidiabetes, dapat terjadi hipoglikemia
karena berkurangnya asupan glukosa dari saluran cerna.
10. Gangguan Ginjal
Hipoglikemia pada gangguan fungsi ginjal dapat diakibatkan oleh
penurunan glukoneogenesis, kerja insulin yang berlebih atau
berkurangnya asupan kalori.
C. Klasifikasi Klinis Hipoglikemia
Klasifikasi klinis hipoglikemi menurut Setyohadi (2012), sebagai berikut:
1. Ringan
Simtomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada gangguan aktivitas sehari-
hari yang nyata
2. Sedang
Simtomatik, dapat diatasi sendiri, menimbulkan gangguan aktivitas sehari-
hari yang nyata
3. Berat
Sering tidak simtomatik, pasien tidak dapat mengatasi sendiri karena
adanya gangguan kognitif

D. Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis)


Tanda dan gejala hipoglikemi menurut Setyohadi (2012), sebagai berikut:
1. Adrenergik
Pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar, lapar, cemas, gelisah, sakit
kepala, mengantuk.
2. Neuroglikopenia
Bingung, bicara tidak jelas, perubahan sikap perilaku, lemah, disorientasi,
penurunan kesadaran, kejang, penurunan terhadap stimulus bahaya.

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien hipoglikemi menurut
Rubenstein, Wayne, & Bradley (2012), sebagai berikut:
1. Gula Darah Puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa sebelum diberi
glukosa 75 jam gram oral dan nilai normalnya antara 70-110mg/ dl
2. Hemoglobin Glikosilasi (HbAIc)
Memberikan indeks rata-rata pengendalian glukosa darah selama 2-3
bulan sebelumnya, target 7% atau kurang
3. Glukosa darah 2 jam post prandial (normal < 140 mg/dl/2 jam), kreatinin
4. Skrining lipid, target kadar kolesterol total <5,2 mmol/L dan trigliserida
puasa <2,0 mmol/L
5. Urin untuk mencari albumin dan mikroalbumin, serta leukositosis
F. Patofisiologi
Ketergantungan otak menit demi menit pada suplai glukosa melalui sirkulasi
diakibatkan oleh ketidakmampuan otak untuk membakar asam lemak bebas
rantai panjang, kekurangan kadar cadangan glukosa sebagai glikogen di
dalam otak orang dewasa, dan ketidaktersediaan keton. Otak mengenali
defisiensi energi tersebut ketika kadar glukosa serum turun secara tiba-tiba
sampai kadar sekitar 45mg/ dl (Morton, Fontaine, Hudak, & Gallo, 2013).
Gejala ditimbulkan dari respon sistem saraf simpatik terhadap
hipoglikemia atau dari respon neurogliopenik. Hipotalamus bereaksi
terhadap kadar glukosa yang rendah untuk meningkatkan respons
adrenergik, yang mencakup takikardia, palpitasi, tremor, dan kecemasan.
Tujuannya adalah mengaktifkan hormon pengatur keseimbangan (glukagon,
katekolamin, kortisol, hormon pertumbuhan) untuk meningkatkan kadar
glukosa darah dan melindungi organ-organ vital dari hipoglikemia. Hal ini
dicapai dengan glikogenolisis dan glukoneogenesis (Morton, Fontaine,
Hudak, & Gallo, 2013).
G. Pathways

Penuaan, keturunan, infeksi, gaya hidup, kehamilan, obesitas

Sel Beta pankreas rusak/ terganggu

Produksi insulin menurun

Glukosa meningkat

Dosis insulin terlalu tinggi Diabetes Melitus Puasa/ intake kurang

HIPOGLIKEMIA
Glukagon meningkat Epineprin meningkat

Glikogenolisis

Defisit glikogen pada hepar

Resiko ketidaksetabilan kadar glukosa darah Gula darah menurun <60 mg/dl

Penurunan nutrisi jaringan otak

Respon Sistem Saraf Pusat

Respon Otak Respon Vegetatif

Kortek serebri kurang suplai energi <50mg/dl Adrenalin

Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak Takikardi, pucat, gemeteran

Penurunan cardiac output

Penurunan darah & O2 ke paru-paru

Dispnea

Hiperventilasi

Ketidakefektifan pola napas

(Herdman & Kamitsuru, 2015; Nurarif & Kusuma, 2015; Smelltzer & Bare, 2010)
H. Asuhan Keperawatan
 Pengkajian Primer
Pengkajian primer merupakan pengkajian yang dilakukan untuk
menentukan masalah yang mengancam nyawa seseorang, dimana dalam
proses pengkajian harus dengan cepat. Tujuan dari pengkajian ini adalah
untuk mengidentifikasi dan memperbaiki dengan segera masalah yang
mengancam kehidupan. Tahapan dalam pengkajian primer menurut Thim,
Krarup, Grove, Rohde, & Lofgren (2012), sebagai berikut:
1. Airway
Menilai akan kepatenan jalan nafas meliputi pemeriksaan mengenai
adanya obstruksi atau sumbatan jalan nafas akibat penumpukan sekret
akibat dari kelemahan reflek batuk. Jika terdapat obstruksi maka
melakukan suction, chin lift/ jaw trust, intubasi trakhea dengan leher
ditahan. Lihat adanya edema tracheal atau faringeal, reflek menelan dan
batuk menurun. Selain itu dilakukan pula pengkajian adanya suara nafas
tambahan seperti snoring.
2. Breathing
Mengkaji fungsi pernafasan dengan menilai frekuensi nafas, apakah ada
penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi dinding dada dan adanya
sesak nafas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suaran nafas, kaji
adanya suara napas tambahan, dan kaji adanya trauma pada dadi. Jika
napas tidak memadai maka lakukan pemberian oksigen dan posisi
semifowler.
3. Circulation
Pengkajian meliputi status hemodinamik, warna kulit, dan nadi.
4. Disability
Menilai tingkat kesadaran menurut GCS, ukuran dan reaksi pupil, serta
fungsi neuromuskuler.
5. Exposure
Mengkaji kontrol terhadap lingkungan, lihat adanya luka/ jejas.
 Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder dilakukan setelah melakukan pengkajian primer.
Pengkajian sekunder dilakukan ketika klien tidak mengalami syok atau
kondisinya mulai membaik. Pengkajian ini menurut Thim, Krarup, Grove,
Rohde, & Lofgren (2012), meliputi:
1. Keluhan utama
2. Penampilan umum
3. Pengkajian nyeri (PQRST)
4. Riwayat penyakit/ pengkajian SAMPLE
a. S (Signs and Symptoms)
Tanda dan gejala terjadinya hipoglikemia.
b. A (Allergies)
Memastikan ada atau tidaknya alergi pada klien, seperti obat-obatan,
plester dan makanan tertentu.
c. M (Medications)
Obat-obatan yang dikonsumsi seperti sedang menjalani pengobatan
penyakit tertentu, dosis atau penyalahgunaan obat.
d. P (Past Illness)
Riwayat kesehatan klien misalnya penyakit yang pernah diderita, obat
yang pernah dikonsumsi, dan pengalaman penggunaan obat-obat
herbal.
e. L (Last meal)
Obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, rentang waktu
konsumsi dengan kejadian, dan periode menstruasi bagi perempuan.
f. E (Event leading to injury or illness)
Hal-hal yang berasal dari luar dan bersangkutan dengan sebab
cedera (kejadian yang menyebabkan adanya keluhan utama)
5. Pemeriksaan fisik (Head to toe)

 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut Herdman & Kamitsuru (2015),
meliputi:
1. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan (00032)
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas (00029)
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d Kurangnya suplai
oksigen ke otak (00201)
4. Resiko ketidaksetabilan kadar glukosa darah b.d gangguan status
kesehatan fisik (ketidakmampuan ginjal mensekresi insulin) (00179)
 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan hipoglikemi menurut Dochterman (2013);
Nurarif & Kusuma (2015), sebagai berikut:
1. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan (00032)
Setelah dilakukan tindakan 3x7 jam diharapkan pasien
menunjukkan pola napas yang efektif dengan kriteria hasil:
a. Frekuensi napas dalam rentang normal, RR 16-20 kali/ menit
b. Klien tidak kesulitan bernapas
c. Tidak ada otot bantu pernapasan
d. Tidak ada pernapasan cupping hidung
e. Saturasi oksigen dalam batas normal
f. Saat diauskultasi tidak terdengar bunyi napas tambahan
Interveni keperawatan:
a. Airway management (3140)
1) Buka jalan nafas
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
4) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
5) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
6) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
b. Oxygen therapy (3320)
1) Bersihkan mulut, hidung dan sekret trakea
2) Pertahankan jalan nafas yang paten
3) Atur peralatan oksigenasi
4) Monitor aliran oksigen
5) Pertahankan posisi pasien
6) Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
7) Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
c. Vital signs monitoring (6680)
1) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2) Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3) Monitor kualitas dari nadi
4) Monitor frekuensi dan irama pernafasan
5) Monitor sianosis perifer
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas (00029)
Setelah dilakukan tindakan 3x7 jam diharapkan masalah penurunan
curah jantung teratasi dengan kriteria hasil:
a. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
respirasi)
b. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
c. Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
d. Tidak ada penurunan kesadaran
Intervensi Keperawatan:
Cardiac Care (4040)
a. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, dan durasi)
b. Catat adanya distritmia jantung
c. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
d. Monitor status kardiovaskular
e. Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
f. Monitor abdomen sebagai indikator penurunan perfusi
g. Monitor balance cairan
h. Monitor adanya perubahan tekanan darah
i. Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
j. Atur periode latihan dan sitirahat untuk menghindari kelelahan
k. Monitor toleransi aktivitas pasien
l. Monitor adanya dyspnea, fatigue, takipnea, dan ortopnea
m. Anjurkan untuk menurunkan stress

3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d Kurangnya suplai


oksigen ke otak (00201)
Setelah dilakukan tindakan 3x7 jam diharapkan masalah penurunan
curah jantung teratasi dengan kriteria hasil:
a. Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
b. Tidak ada ortostatikhipertensi
c. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih
dari 15 mmHg)
d. Menunjukan fungsi sensori motori cranial yang utuh: tingkat
kesadaran membaik, tidak ada gerakan involunter
Intervensi Keperawatan
Peripheral Sensation Management (2660)
a. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/
dingin/ tajam/ tumpul
b. Monitor adanya paretese
c. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau
laserasi
d. Batasi gerakan pada kepala, leher, dan punggung
e. Monitor kemampuan BAB
f. Kolaborasi pemberian analgetik
g. Monitor adanya tromboplebitis
h. Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi

4. Resiko ketidaksetabilan kadar glukosa darah b.d gangguan status


kesehatan fisik (ketidakmampuan ginjal mensekresi insulin) (00179)
Intevensi Keperawatan
Management Hipoglikemia (20130)
a. Mengenali pasien dengan resiko hipoglikemia
b. Memantau gejala hipoglikemia seperti:tremor, berkeringat, gugup,
takikardi, palpitasi, mengigil, perubahan perilaku, coma.
c. Memberikan karbohidrat sederhana yang sesuai
d. Memberikan glukosa yang sesuai
e. Melaporkan segera pada dokter
f. Memberikan glukosa melalui IV
g. Memperhatikan jalan nafas
h. Mempertahankan akses IV
i. Lindungi jangan sampai cedera
j. Meninjau peristiwa terjadinya hipoglikemia dan faktor penyebabnya
k. Memberikan umpan balik mengenai manajemen hipoglikemia
l. Mengajarkan pasien dan keluarga mengenai gejala, faktor resiko,
pencegahan hipoglikemia, dan manajemen diabetes.
m. Menganjurkan pasien memakan karbohidrat yang simple setiap waktu
DAFTAR PUSTAKA

Dochterman, J. M. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) (5th ed.).


Mosby: Elseiver.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. 2015. Diagnosis Keperawatan dan Klasifikasi


2015-2017. Jakarta: EGC.

Morton, P., Fontaine, D., Hudak, C., & Gallo, B. 2013. Keperawatan Kritis (8th
ed.). Jakarta: EGC.

Nurarif, A., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Media Action.

Rubenstein, D., Wayne, D., & Bradley, J. 2012. Kedokteran Klinis. Jakarta:
Erlangga.

Setyohadi, D. 2012. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emergency in Internal


Medicine). Jakarta: pusat penerbit ilmu penyakit dalam interna publishing.

Smelltzer, S. & Bare, B. 2010. Textbook of Medical Surgical Nursing. Lippincot:


Williams & wilkins.

Thim, T., Krarup, N. ., Grove, E. ., Rohde, C. ., & Lofgren, B. 2012. Initial


Assesment and Treatment with the Airway, Breathing, Circulation,
Disability, Exposure (ABCDE) Approach.

Younk LM, Mikeladze M, Tate D, & Davis SN. 2011. Exercise-Related


Hypoglycemia in Diabetes Mellitus. Expert Review End Ocrinology
Metabolism, 6, 93–108.

Anda mungkin juga menyukai