Anda di halaman 1dari 27

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metabolid Sekunder Tumbuhan sebagai Obat Tradisional


Obat tradisional biasanya berupa ramuan yang berasal dari beberapa bagian tumbuh-
tumbuhan dari akar, kulit batang, kayu, daun, bunga maupun bijinya. Tumbuhan
sendiri mengandung senyawa aktif dalam bentuk metabolit sekunder.
Metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang terbentuk dalam tanaman.
Senyawa-senyawa yang tergolong ke dalam kelompok metabolit sekunder ini antara
lain: alkaloid, flavonoid, kuinon, tanin dan minyak atsiri. Di dalam tanaman, setiap
senyawa akan saling bersinergis sehingga menambah aktivitas atau efektivitasnya
(Djauhariya & Hernani, 2004).

2.2. Minyak Atsiri


Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, etherial oils atau volatile
oils adalah komoditi ekstrak alami dari jenis tumbuhan yang berasal dari daun, bunga,
kayu, biji-bijian bahkan putik bunga. Meskipun banyak jenis minyak atsiri yang bisa
diproduksi di Indonesia, baru sebagian kecil jenis minyak atsiri yang telah berkembang
dan sedang dikembangkan di Indonesia (Gunawan, 2009).
Minyak atsiri atau dikenal juga sebagai minyak ateris (aetheric oil), minyak
esensial, minyak terbang, serta minyak aromatik adalah kelompok minyak nabati yang
berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan
aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau
minyak gosok (untuk pengobatan) alami. (Guenther, E, 1987).
Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai
senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma
tertentu, sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organic

Universitas Sumatera Utara


terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam air/lipofil. Senyawa terpena dan
terpenoid merupakan penggabungan antara unit-unit isoprene dan isopentan dan
terbentuk di dalam tumbuhan sebagai hasil proses biosintesis.

Berdasarkan jumlah atom karbon atau unit isopren yang membentuk senyawa terpen/
terpenoid dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Fessenden & Fessenden, 1992):
Tabel 2.1. Klasifikasi Senyawa Terpenoid
No. Kelompok Jumlah Atom Karbon (C)
1 Hemi terpen 5
2 Mono terpen 10
3 Seskui terpen 15
4 Di terpen 20
5 Sesterterpen 25
6 Tri terpen 30
7 Tetra terpen 40
8 Poli terpen > 40

Monoterpen (C ) dan seskuiterpen (C ) merupakan komponen utama dari


10 15

minyak atsiri. Monoterpen mempunyai sifat-sifat berupa cairan tidak berwarna, tidak
larut dalam air, disuling dengan uap air, berinteraksi dengan lemak/minyak berbau
harum. Minyak bunga dan biji banyak mengandung monoterpen (Robinson., 1995).
Struktur monoterpen dapat berupa senyawa rantai terbuka seperti geraniol, nerol,
linalol, sitral, sitronella, cis-o-simena, mirsena. Monoterpen bentuk siklik dapat
digolongkan menjadi 7 (tujuh) berdasarkan kerangka karbon (Mirsen, Limonen, p-
simen, Bisabolena, α dan β Pinena, Kariopilen), dan dapat mempunyai gugus fungsi
alkohol, aldehid, keton dan ester. (Robinson, 1995; Manito., 1992). Struktur kimia
monoterpen dapat dilihat pada gambar berikut :

Universitas Sumatera Utara


Geraniol Ocimene S)-(+)-Linalool (links) und (R)-(−)-Linalool (rechts)

Gambar 2.1 Beberapa Struktur Monoterpen.

Seskui terpenoid adalah senyawa (C ) yang tersusun dari tiga satuan isoprena.
15

Seskuiterpen berperan penting dalam memberi aroma pada bunga dan buah.
(Robinson., 1995). Struktur seskuiterpen dapat dilihat pada gambar

Gambar 2 2 Struktur Seskui terpen

Universitas Sumatera Utara


Minyak atsiri yang terdapat pada tumbuhan dan biasanya diperoleh dan bagian
tertentu dari tumbuhan seperti bunga, buah, akar, daun, kulit kayu dan rimpang.
Bahkan ada jenis tanaman yang seluruh bagiannya mengandung minyak atsiri.
Kandungan minyak atsiri tidak akan selalu sama antara bagian yang satu dengan
bagian yang lainnya, seperti contoh kandungan minyak atsiri yang terdapat pada
kuntum bunga berbeda dengan yang terdapat pada bagian daunnya. Minyak atsiri
merupakan salah satu hasil akhir proses metabolisme sekunder dalam tumbuhan.
Kegunaan minyak atsiri sangat banyak, tergantung dari jenis tumbuhan yang
diambil hasil sulingannya. Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam perisa
maupun pewangi (flavour and fragrance ingredients). Industri kosmetik dan parfum
menggunakan minyak atsiri kadang sebagai bahan pewangi pembuatan sabun, pasta
gigi, samphoo, lotion dan parfum. Industri makanan menggunakan minyak atsiri
setelah mengalami pengolahan sebagai perisa atau menambah cita rasa. Industri
farmasi menggunakannya sebagai obat anti nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri.
Fungsi minyak atsiri sebagai fragrance juga digunakan untuk menutupi bau tak sedap
bahan-bahan lain seperti obat pembasmi serangga yang diperlukan oleh industri bahan
pengawet dan bahan insektisida.( Wien Gunawan, 2009)

2.3 Tumbuhan Sembung (B.balsamifera DC)


Tumbuhan ini tumbuh di tempat terbuka, ditempat yang agak terlindung, tepi sungai,
tanah pertanian, pekarangan. Tumbuhan perdu ini tegak dengan tinggi 4m berambut
halus, batang bagian bawah tak bercabang sedang ujungnya banyak bercabang. Daun
yang bertangkai dibagian atas merupakan daun duduk tumbuh berseling. Daun yang di
memarkan mengeluarkan bau khas, hal yang sama juga dapat dilakukan pada bagian
akarnya memiliki bau yang khas berbeda dengan daunnya.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.3 Tumbuhan Sembung
Klasifikasi Tumbuhan
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dycotiledonae
Sub kelas : Asteridae
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae (Compositae)
Marga : Blumeae
Jenis : Blumea balsamifera (L) DC
Family : Asteraceae
Nama Populer Tumbuhan di Indonesia : Sembung/ sembung manis, sembung
lagi, rumput tahi-babi Nama lokal : Sembung, sembung utan (Sunda), sembung
gantung, sembung gula, sembung kuwuk, sembung mingsa, sembung langu, sembung
lelet (Jawa), Kamandhin (Madura), capo (Sumatera), afoat (Timor), Ai na xiang
(China), Wild heliotrope (English).
Senyawa utama dalam minyak atsiri mengandung 1-borneol berupa hablur yang
bentuknya kadang-kadang kecil yaitu dengan titik lebur 203-204oC. Metabolit aktif
dari daun sembung yaitu : seskuiterpen dalam bentuk ester, flavonoid, ichtyothereol
asetat, cryptomeredio, lutein dan beta karoten. (Osaki dkk, 2005; Nessa dkk, 2005;
Ragasa dkk, 2005).
Daun sembung mengandung minyak atsiri dengan kadar 0,1-0,5% terdiri atas
sineol, limonen, borneol dan kamfer, alkaloid dan tanin. Daun sembung dimanfaatkan

Universitas Sumatera Utara


masyarakat diantaranya untuk meredakan nyeri haid, flu, demam, asma, sariawan,
diabetes, batuk, bronchitis dan diare (Dalimartha, 1999).

2.4 Isolasi Minyak Atsiri


2.4.1 Ekstraksi Komponen Bahan Alam
Prinsip metode ekstraksi ini adalah didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, seperti benzen,
karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer
pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut (Khopkar,1990).
Menurut Ahmad (2006), pemilihan pelarut untuk ekstraksi harus
mempertimbangkan banyak faktor. Pelarut harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut: murah dan mudah diperoleh, stabil fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak
mudah menguap dan tidak mudah terbakar, selektif dan tidak mempengaruhi zat
berkhasiat.
Dalam metode ekstraksi bahan alam, dikenal suatu metode maserasi. Maserasi
merupakan suatu metode ekstraksi menggunakan lemak panas. Akan tetapi
penggunaan lemak panas ini telah digantikan dengan pelarut-pelarut volatil. Penekanan
utama pada maserasi adalah tersedianya waktu kontak yang cukup antara pelarut dan
jaringan yang diekstraksi (Guether, 1987).

2.4.2 Metode Penyulingan ( Destilasi )


Perajangan, pelayuan atau pengeringan dan penyimpanan merupakan perlakuan yang
sering dilakukan sebelum destilasi. Perajangan bertujuan agar kelenjar minyak dapat
terbuka sebanyak mungkin, sehingga memudahkan penguapan minyak atsiri dalam
herba saat destilasi berlangsung, karena minyak atsiri dikelilingi oleh kelenjar minyak,
pembuluh-pembuluh dan kantung minyak.
Minyak atsiri dapat diisolasi dengan metode destilasi. Destilasi adalah suatu
proses yang terdiri atas beberapa tahap yang mengubah suatu senyawa menjadi bentuk
uapnya, mengkondensasikan uap yang terbentuk menjadi cair kembali dan

Universitas Sumatera Utara


menampung hasil kondensasi ke dalam suatu penampung (Kristanti, N.A., 2006).
Metode destilasi minyak atsiri ada tiga macam yaitu:
a. Destilasi dengan Air
Prinsip metode destilasi dengan air (hidrodestilasi) adalah bahan yang akan didestilasi
kontak langsung dengan air mendidih. Bahan tersebut mengapung di atas air atau
terendam secara sempurna, tergantung dari berat jenis dan jumlah bahan yang
didestilasi. Peristiwa pokok yang terjadi pada proses hidrodestilasi, yaitu: difusi
minyak atsiri dan air panas melalui membran tanaman, hidrolisa terhadap beberapa
komponen minyak atsiri dan dekomposisi yang disebabkan oleh panas. Proses
hidrodestilasi bahan dan kecepatan penguapan minyak tidak hanya dipengaruhi oleh
sifat menguapnya komponen-komponen minyak atsiri, melainkan juga dipengaruhi
oleh derajat kelarutannya dalam air. Kelemahan metode destilasi dengan air adalah
adanya air dalam jumlah besar dan pada suhu tinggi menyebabkan proses hidrolisa
relatif lebih ekstensif, akibatnya rendemen minyak atsiri yang dihasilkan akan
berkurang sedangkan keuntungannya adalah metode destilasi dengan air baik untuk
menyuling bunga-bunga atau bahan yang mudah menggumpal jika terkena panas
(Ketaren, 1987).
Peralatan pada metode destilasi dengan air (hidrodestilasi) pada umumnya terdiri
dari tiga bagian utama. Tiga bagian utama tersebut adalah alat penyulingan, pendingin
dan penampung kondensat. Kondensat mengalir dari pendingin ke penampung
kondensat dan akan terlihat minyak atsiri yang dihasilkan akan terpisah dari air dengan
sendirinya, karena berat jenis minyak atsiri lebih ringan dari pada air (Sastrohamidjojo,
2004).
Destilasi Stahl merupakan metode yang sering digunakan untuk isolasi minyak
atsiri. Prinsip kerja destilasi Stahl sama dengan destilasi dengan air (hidrodestilasi).
Namun destilasi Stahl memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan penggunaan destilasi
Stahl untuk isolasi minyak atsiri antara lain; minyak atsiri yang dihasilkan tidak
berhubungan langsung dengan udara luar sehingga tidak mudah menguap dan volume

Universitas Sumatera Utara


minyak atsiri yang dihasilkan dapat langsung diketahui jumlahnya karena alatnya
dilengkapi dengan skala.
b. Destilasi dengan air dan uap
Prinsip destilasi dengan air dan uap adalah bahan diletakkan diatas saringan berlubang.
Ketel suling diisi dengan air sampai permukaan air berada tidak jauh di bawah
saringan. Air dapat dipanaskan dengan berbagai cara yaitu dengan uap jenuh yang
basah dan bertekanan. Ciri khas metode ini adalah uap selalu dalam keadaan basah,
jenuh dan tidak terlalu panas. Selain itu, bahan yang didestilasi hanya berhubungan
dengan uap dan tidak berhubungan dengan air panas. Metode destilasi ini cocok
digunakan untuk mengisolasi minyak dari daun atau rumput-rumputan. Keuntungan
menggunakan sistem tersebut adalah uap dapat berpenetrasi secara merata ke dalam
jaringan bahan dan suhu dapat dipertahankan sampai suhu 100ºC sehingga rendemen
minyak lebih besar dan mutunya lebih baik jika dibandingkan dengan minyak hasil
penyulingan dengan air dan bahan yang disuling tidak dapat menjadi gosong.
Kerugiannya adalah perpanjangan waktu penyulingan menyebabkan pembasahan
bahan oleh kondensasi uap dan penggumpalan bahan dalam ketel menyebabkan
minyak atsiri tidak dapat terisolasi dengan sempurna (Ketaren, 1987).
c. Destilasi dengan uap
Metode ini pada prinsipnya sama dengan destilasi dengan air dan uap kecuali air tidak
diisikan dalam labu. Uap yang digunakan uap jenuh atau lewat panas pada tekanan
lebih dari 1atm. Sistem penyulingan ini baik digunakan untuk mengekstrak minyak
dari biji-bijian, akar dan kayu-kayuan yang umumnya mengandung komponen minyak
yang bertitik didih tinggi. Keuntungan dari metode ini adalah tekanan uap maupun
suhu pemanasan dapat dimodifikasi sesuai dengan keadaan bahan. Pada dasarnya
semua senyawa penyusun minyak atsiri tidak stabil atau peka terhadap suhu tinggi.
Itulah sebabnya untuk memperoleh kualitas minyak atsiri diupayakan pada suhu
pemanasan yang rendah. Namun, bila suhu pemanasan tinggi maka panas penyulingan
diusahakan dalam waktu sesingkat mungkin (Ketaren, 1987).

Universitas Sumatera Utara


2.5 Analisa Minyak Atsiri Menggunakan GC-MS
Perkembangan teknologi instrumentasi menghasilkan alat yang merupakan gabungan
dari dua sistem dengan prinsip dasar yang berbeda satu sama lain tetapi dapat saling
melengkapi, yaitu gabungan kromatografi gas dan spektrofotoskopi massa yang dapat
memberikan informasi kualitatif dan kuantitatif tentang susunan atom dan molekul
dalam zat organik. Kromatografi gas berfungsi sebagai alat pemisah berbagai
komponen campuran dalam sampel, sedangkan spektrometer massa berfungsi untuk
mendeteksi masing-masing komponen molekul yang telah dipisahkan pada sistem
kromatografi gas. Skema alat GC-MS dapat dilihat pada Gambar

Gambar 2.4. Skema Alat GC-MS

2.5.1. Kromatografi Gas


Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan
distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam
(stationary) dan fase bergerak (Yazid, 2005). Dalam kromatografi gas, fase
bergeraknya adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap.Pemisahan tercapai
dengan partisi sampel antara fase gas bergerak dan fase diam berupa cairan dengan

Universitas Sumatera Utara


titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat pada zat padat penunjangnya
(Khopkar, 2003).
Dalam teknik kromatografi, semua pemisahan tergantung pada gerakan relatif
dari masing-masing komponen di antara kedua fase tesebut. Senyawa atau komponen
yang tertahan (terhambat) lebih lemah oleh fase diam akan bergerak lebih cepat
daripada komponen yang tertahan lebih kuat. Perbedaan gerakan antara komponen
yang satu dengan yang lainnya disebabkan oleh perbedaan dalam adsorbs, partisi,
kelarutan atau penguapan diantara kedua fase. Jika perbedaan-perbedaaan ini cukup
besar, maka akan terjadi pemisahan secara sempurna (Yazid, 2005).
a. Gas Pembawa
Gas pembawa yang paling sering dipakai adalah helium (He), argon (Ar), nitrogen
(N2), hidrogen (H2), dan karbondioksida (CO2).Keuntungannya adalah karena semua
gas ini tidak reaktif dan dapat dibeli dalam keadaan murni dan kering yang dikemas
dalam tangki tekanan tinggi.Pemilihan gas pembawa tergantung pada detektor yang
dipakai.Gas pembawa harus memenuhi sejumlah persyaratan, antaralain, harus inert
(tidak bereaksi dengan sampel, pelarut sampel, material dalam kolom), murni, dan
mudah diperoleh (Agusta, 2000).
b. Sistem Injeksi
Lubang injeksi didesain untuk memasukkan sampel secara cepat dan efesien. Pada
dasarnya, ada 4 jenis injector pada kromatografi gas, yaitu :
a.Injeksi langsung (direct injection), yang mana sampel yang diinjeksikan akan
diuapkan dalam injector yang panas dan 100% masuk menju kolom.
b.Injeksi terpecah (split injection), yang mana sampel yang diinjeksikan diuapkan
dalam injector yang panas dan selanjutnya dilakukan pemecahan.
c.Injeksi tanpa pemecahan (splitness injection), yang mana hampir semua sampel
diuapkan dalam injector yang panas dan dibawa ke dalam kolom karena katup
pemecah ditutup; dan
d.Injeksi langsung ke kolom (on colum injection), yang mana ujung semprit
dimasukkan langsung ke dalam kolom.

Universitas Sumatera Utara


c. Kolom
Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di dalamnya terdapat
fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen sentral pada kromatografi gas
(Rohman, 2009). Keberhasilan suatu proses pemisahan terutama ditentukan oleh
pemilihan kolom. Kolom dapat terbuat dari tembaga, baja tahan karet, aluminium, atau
gelas. Kolom dapat berbentuk lurus,melengkung,atau gulungan spiral sehingga lebih
menghemat ruang (Agusta, 2000).
d. Fase Diam
Fase diam disapukan pada permukaan dalam medium, seperti tanah diatome dalam
kolom atau dilapiskan pada dinding kapiler.Berdasarkan bentuk fisiknya, fase diam
yang umum digunakan pada kolom adalah fase diam padat dan fase diam cair.
Berdasarkan sifatnya fase diam dibedakan berdasarkan kepolarannya, yaitu
nonpolar,sedikit polar, setengah polar (semi polar), dan sangat polar. Berdasarkan sifat
minyak atsiri yang non polar sampai sedikit polar, untuk keperluan analisis sebaiknya
digunakan kolom dalam fase diam yang bersifat sedikit polar.Jika dalam analisis
minyak atsiri digunakan kolom yang lebih polar, sejumlah puncak yang dihasilkan
menjadi lebar (lebih tajam) dan sebagai puncak tersebut juga membentuk ekor.Begitu
juga dengan garis dasarnya tidak rata dan terlihat bergelombang. Bahkan kemungkinan
besar komponen yang bersifat nonpolar tidak akan terdeteksi sama sekali (Agusta,
2000).
e. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor utama yang menentukan hasil analisis kromatografi
gas dan spektrometri massa. Umumnya yang sangat menentukan adalah pengaturan
suhu injektor dan kolom. Kondisi analisis yang cocok sangat bergantung pada
komponen minyak atsiri yang akan dianalisis. (Agusta, 2000).
f. Detektor
Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat keluar fase
gerak (gas pembawa) yang membawa komponen hasil pemisahan.Detektor pada
kromatografi adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi mengubah sinyal gas

Universitas Sumatera Utara


pembawa dan komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik. Sinyal
elektronik detektor akan sangat berguna untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif
terhadap komponen-komponen yang terpisah di antara fase diam dan fase gerak
(Rohman, 2009).

2.5.2. Spektrofotometri Massa


Pemboman molekul oleh sebuah arus elektron pada energi mendekati 70 elektron volt
dapat menghasilkan banyak perubahan pada struktur molekul. Salah satu proses yang
terjadi yang disebabkan oleh pemboman dengan elektron adalah keluarnya sebuah
elektron dari molekul sehingga terbentuklah kation molekul [M.]+. Ion berenergi
tinggi ini serta hasil fragmentasinya merupakan dasar bagi cara analisis spektrometri
massa (Pine, 1988).
Pada sistem GC-MS ini, yang berfungsi sebagai detektor adalah spektrometer massa
itu sendiri yang terdiri dari sistem analisis dan sistem ionisasi, dimana Electron Impact
ionization (EI) adalah metode ionisasi yang umum digunakan (Agusta, 2000).
Spektrometer massa pada umumnya digunakan untuk :
1. Menentukan massa suatu molekul
2. Menentukan rumus molekul dengan menggunakan Spektrum Massa Beresolusi Tinggi
(High Resolution Mass Spectra)
3. Mengetahui informasi dari struktur dengan melihat pola frakmentasinya Ketika uap
suatu senyawa dilewatkan dalam ruang ionisasi spektrometer massa, maka zat ini
dibombardir atau ditembak dengan elektron. Elektron ini mempunyai energi yang
cukup untuk melemparkan elektron dalam senyawa sehingga akan memberikan ion
positif, ion ini disebut dengan ion molekul (M+). Ion molekul cenderung tidak
stabil dan terpecah menjadi frakmen-frakmen yang lebih kecil. Frakmen-frakmen
ini yang akan menghasilkan diagram batang Dachriyanus, 2004).

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.5. Diagram sebuah spectrometer massa
Spektrometer mampu menganalisis cuplikan yang jumlahnya sangat kecil dan
menghasilkan data yang berguna mengenai struktur dan indentitas senyawa organik.
Jika efluen dari kromatofrafi gas diarahkan ke spektrometer massa, maka informasi
mengenai struktur untuk masing-masing puncak pada kromatogram dapat diperoleh.
Karena laju aliran yang rendah dan ukuran cuplikan yang kecil, cara ini paling mudah
diterapkan pada kolom kromatografi gas kapiler. Cuplikan disuntikkan ke dalam
kromatografi gas dan terkromatografi sehingga semua komponenya terpisah. Spektrum
massa diukur secara otomatis pada selang waktu tertentu atau pada maksimum atau
tengah-tengah puncak ketika keluar dari kolom. Kemudian data disimpan di dalam
komputer, dan daripadanya dapat diperoleh hasil kromatogram disertai integrasi semua
puncak. Disamping itu, kita dapat memperoleh spektrum massa masing-masing
komponen. Spektrum ini dapat dipakai pada indentifikasi senyawa yang pernah
diketahui dan sebagai sumber informasi struktur dan bobot molekul senyawa baru
(Gritter, 1991).
a. Spektrum Massa
Spektrum massa biasa diambil pada energi berkas elektron sebesar 70 elektron volt.
Kejadian tersederhana ialah tercampaknya satu elektron dari molekul dalam fasa gas
oleh sebuah elektron dalam berkas elektron dan membentuk suatu ion molekul yang
merupakan suatu kation radikal (M+).
Suatu spektrum massa menyatakan massa sibir bermuatan positif terhadap kepekaan
(konsentrasi) nisbinya. Puncak paling kuat (tinggi) pada spektrum disebut puncak

Universitas Sumatera Utara


dasar (base peak), dinyatakan dengan nilai 100% dan kekuatan (tinggi x faktor
kepekaan) puncak-puncak lain, termasuk puncakion molekulnya, dinyatakan sebagai
persentasi puncak dasar tersebut.
b. Penentuan Rumus Molekul
Penentuan rumus molekul yang mungkin dari kekuatan puncak isotop hanya dapat
dilakukan jika puncak ion molekul dimaksud cukup kuat hingga puncak tersebut dapat
diukur dengan cermat sekali.
Misalnya suatu senyawa mengandung 1 atom karbon. Maka untuk tiap 100 molekul
yang mengandung satu atom C, sekitar 1,08% molekul mengandung satu atom C.
karenanya molekul-molekul ini akan menghasilkan sebuah puncak M + 1 yang
besarnya 1,08% kuat puncak ion molekulnya; sedangkan atom-atom H yang ada akan
memberikan sumbangan tambahan yang amat lemah pada puncak M + 1 itu. Jika suatu
senyawa mengandung sebuah atom sulfur, puncak M + 2 akan menjadi 4,4% puncak
induk.
c. Pengenalan Puncak Ion Molekul
Ada dua yang menyulitkan pengidentifikasian puncak ion molekul yaitu :
1. Ion molekul tidak nampak atau amat lemah. Cara penanggulangannya ialah mengambil
spektrum pada kepekaan maksimum, jika belum diketahui dengan jelas dapat juga dilihat
berdasarkan pola pecahnya.
2. Ion molekul nampak tetapi cukup membingungkan karena terdapatnya beberapa puncak
yang sama atau lebih menonjol. Dalam keadaan demikian, pertama-tama soal kemurnian
harus dipertanyakan.Jika senyawa memang sudah murni, masalah yang lazim ialah
membedakan puncak ion molekul dari puncak M-1 yang lebih menonjol. Satu cara yang
bagus ialah dengan mengurangi energi electron penembak mendekati puncak penampilan.
Kuat puncak ion molekul pada kemantapan ion molekul.Ion-ion molekul paling
mantap adalah dari sistem aromatik murni. Secara umum golongan senyawa-senyawa
berikut ini akan memberikan puncak-puncak ion menonjol : senyawa aromatik (alkana
terkonyugasi), senyawa lingkar sulfida organik (alkana normal, pendek), merkaptan.
Ion molekul biasanya tidak nampak pada alkohol alifatik, nitrid, nitrat, senyawa nitro,

Universitas Sumatera Utara


nitril dan pada senyawa-senyawa bercabang.Puncak-puncak dalam arah M-3 sampai
M-14 menunjukkan kemungkinan adanya kontaminasi.
d. Kaidah Umum Untuk Mengenali Puncak-Puncak Dalam Spektra
Sejumlah kaidah umum mengenali puncak-puncak dipahami dengan memakai konsep-
konsep baku kimia organik fisik
1.Tinggi nisbi puncak ion molekul terbesar bagi senyawa rantai lurus dan akan
menurun jika derajat percabangannya bertambah.
2.Tinggi nisbi puncak ion molekul biasanya makin kecil dengan bertambahnya bobot
molekul deret homolog; kecuali untuk ester lemak.
3.Pemecahan/pemutusan cendrung terjadi pada karbon tergantu gugus alkil : makin
terganti gugus, makin mudah terputus. Hal ini merupakan akibat lebih mantapnya
karboksasi tersier daripada sekunder yang lebih mantap daripada yang primer.
4.Adanya ikatan rangkap, struktur lingkar dan terlebih-lebih cincin aromatik (atau
heteroatom) memantapkan ion molekul hingga meningkatkan pembentukannya.
5.Ikatan rangkap mendukung pemecahan adil dan menghasilkan ion karbonium alil.
6.Cincin jenuh cendrung melepas rantai, samping pada ikatan-α. Hal ini tidak lain
daripada kejadian khusus percabangan. Muatan positif cendrung menyertai sibir
cincin.Cincin tak jenuh dapat mengalami reaksi retro Diels-Alder.
7.Dalam senyawa aromatik terganti gugus alkil, pemecahan paling mungkin terjadi
pada ikatan berloka beta terhadap cincin menghasilkan ion benzil talunan
termantapkan atau ion tropilium.
8.Ikatan C-C yang bersebelahan dengan netroatom cenderung terpecah, meninggalkan
muatan pada sibiran yang mengandung heteroatom yang elektron tak-ikatannya
menciptakan kemantapan talunan.
9.Pemecahan sering berkaitan dengan penyingkiran molekul netral mantap yang kecil,
misalnya karbon monoksida, olefin, amonia, hidrogen sulfida, hidrogen sianida,
merkaptan, ketena atau alkohol (Siverstein, dkk, 1981).

2.6 Uji Aktivitas Antimikroba

Universitas Sumatera Utara


Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat
aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa antimikroba terdiri
atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau tujuan
penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan berdasarkan
peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptik, sterilizer, sanitizer dan
sebagainya. (Lucia,W.M,1996)
Bahan kimia yang digunakan dalam pengobatan dalam pengobatan
(kemoterapeutik) menjadi pilihan bila dapat mematikan dan bukan hanya menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. Bahan kimia yang mematikan bakteri disebut
bakterisidal, sedangkan bahan kimia yang menghambat pertumbuhan disebut
bakteriostatik. Bahan antimikrobial dapat bersifat bakteriostatik pada konsentrasi
rendah, namun bersifat bakterisidal pada konsentrasi tinggi. (Lay,W.B,1994)

2.7 Mekanisme Antimikroba


Aktivitas antimikroba suatu senyawa kimia ditentukan oleh konsentrasi dan sifat dari
bahan yang digunakan. Umumnya hampir semua senyawa kimia pada konsentrasi yang
sangat tinggi dapat bersifat racun. Zat antimikroba melakukan aktivitasnya melalui
beberapa mekanisme (Tjay & Rahardja, 2002) yaitu:
1. Mengganggu sintesis dinding sel
Sintesis dinding sel bakteri dapat diganggu zat antibakteri, sehingga dinding sel
yang terbentuk menjadi kurang sempurna dan tidak tahan terhadap tekanan osmotis,
sehingga menyebabkan pecahnya sel.
2. Mengganggu sintesis membran sel
Sintesis molekul lipoprotein membran sel bakteri dapat diganggu zat antibakteri,
sehingga membran menjadi lebih permeabel yang menyebabkan keluarnya zat-zat
penting dari sel.
3. Mengganggu sintesis protein sel
Zat antibakteri dapat berikatan dengan sub unit ribosom bakteri, sehingga
menghambat sintesis asam-asam amino dan menghasilkan protein yang inaktif.

Universitas Sumatera Utara


4. Mengganggu sintesis asam nukleat
5. Antagonisme saingan
Aktivitas anti mikroba yang dapat diamati secara langsung adalah perkembang
biakannya. Oleh karena itu mikroba disebut mati jika tidak dapat berkembang biak.

2.8 Amoksisilin
Amoksisilin merupakan salah satu antibiotik sintetik turunan penisilin yang memiliki
spektrum luas dimana aktif terhadap bakteri gram positif maupun gram negatif. Stuktur
kimia amoksisilin ditunjukkan pada gambar 2.4

Gambar 2.6 Stuktur kimia amoksisilin

Amoksisilin merupakan antibiotik yang tahan terhadap asam tetapi tidak tahan
terhadap penisilinase. Beberapa keuntungan penggunaan amoksisilin dibanding
ampisilin adalah absorpsi obat dalam saluran cerna lebih sempurna, sehingga kadar
amoksisilin dalam darah lebih tinggi. Amoksisilin sering digunakan untuk pengobatan
infeksi saluran pernafasan, saluran empedu, meningitis dan infeksi karena Salmonella
sp, seperti demam tipoid. Efek terhadap Bacillus dysentery lebih rendah dibanding
ampisilin karena lebih banyak obat yang diabsorpsi oleh saluran cerna (Siswandono
dan Soekardjo, 2000). Difusi amoksisilin ke jaringan-jaringan dan cairan-cairan tubuh
lebih baik. Amoksisilin dapat pula menyebabkan gangguan-gangguan usus dan kulit
tetapi lebih jarang daripada ampisilin (Tjay dan Rahardja, 2002).
Amoksisilin dan ampisilin merupakan antibiotik turunan penisilin yang
mempunyai aktivitas dan spektrum penghambatan yang sama, yaitu dapat menghambat
kerja enzim transpeptidase dengan cara mengikat enzim melalui ikatan kovalen

Universitas Sumatera Utara


sehingga mencegah pembentukan dinding sel bakteri (Siswandono dan Soekardjo,
2000).

2.9 Daya Kerja Antimikrobial


Ditemukan oleh Joseph Lister pada tahun 1817 dengan menggunakan disinfektan yang
mengandung persenyawaan fenol, yaitu asam karbol untuk medisinfeksi peralatan
bedahnya. Sampai sekarang pun, fenol digunakan sebagai larutan baku penentu
keampuhan disinfektan.
Berbagai faktor yang mempengaruhi penghambatan mikroorganisme mencakup
kepadatan populasi mikroorganisme, kepekaan terhadap bahan antimikrobial, volume
bahan yang disterilkan, lamanya bahan antimikrobial diaplikasikan pada
mikroorganisme, konsentrasi bahan antimikrobial, suhu dan kandungan komponen
bahan organik. Protein akan mengurangi daya kerjadisinfektan; sedangkan panas
mempercepat daya kerjanya. Daya kerja disinfektan terhadap bakteri pembentuk spora
dan Mycobacterium kurang baik.
Untuk membandingkan kekuatan disinfektan dalam menghambat pertumbuhan
bakteri dapat digunakan kertas cakram . Pada cara ini kertas cakram dengan diameter
tertentu dibasahi dengan disinfektan, kemudian diletakkan pada Lempengan agar yang
telah di inokulasi selama 18 - 48 jam. Jika disinfektan menghambat pertumbuhan
bakteri makaterlihat daerah jernih / bening disekitar kertas cakram (sumuran). Luas
daerah terang ini menjadi ukuran kekutan daya kerja disinfektan.
Daya kerja antimikrobial bahan kimia seringkali disetarakan dengan fenol.
Kemampuan bahan kimia dibandingkan dengan fenol disebut koefisien fenol. Nilai ini
diperoleh dengan membagi pengenceran tertinggi bahan kimia yang mematikan
mikroorganisme dalam waktu 10 menit, namun tidak mematikan dalam waktu 5 menit.
Bahan kimia yang memiliki koefisien lebih dari 1 mempunyai daya kerja antimikrobial
lebih baik dibandingkan fenol.
Untuk menentukan daya kerja antimikrobial dapat ditentukan dengan
menghitung indeks antimikrobial. Indeks antimikrobial adalah berapa jumlah zona

Universitas Sumatera Utara


hambat yang dihasilkan oleh suatu senyawa yang dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada kosentrasi tertentu. Dapat digunakan rumus
sebagai berikut :

Diameter Zona hambat (mm) – Diameter Cakram (mm)


Indeks Antimikrobial =
Diameter Cakram (mm)

2.10 Jenis Bakteri yang diuji


Senyawa antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya
kerjanya atau tujuan penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia
dan berdasarkan peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptik, sterilizer,
sanitizer dan sebagainya. (Lucia,W.M,1996)
Bakteri merupakan mikroba prokariotik uniseluler, berkembang biak secara
aseksual dengan pembelahan sel. Semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif
sederhana. Berdasarkan komposisi dan struktur dinding sel, maka bakteri dibagi ke
dalam dua golongan yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram
positif memiliki dinding sel yang terdiri atas lapisan peptidoglikan yang tebal dan
asam teikoat yang mengandung alkohol (gliserol atau ribitol). Ada dua asam teikoat,
yaitu asam lipoteikoat yang merentang di lapisan peptidiglikon dan terikat pada
membran plasma, dan asam teikoat dinding yang terikat pada lapisan peptidiglikon.
Sedangkan dinding sel bakteri gram negatif mengandung satu atau beberapa lapis
peptidoglikan dan membaran luar (outer membrane). Peptidoglikan terikat pada
membran luar dan periplasma terdapat diantara membran plasma dan membran luar
(Pratiwi, 2008).
Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan berkembang biak dengan
membelah diri. Ukuran bakteri bervariasi baik penampang maupun panjangnya, tetapi
pada umumnya penampang bakteri adalah sekitar 0,7-1,5 μm dan panjangnya sekitar
1-6μm. Bentuk bakteri dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Sferis (kokus)

Universitas Sumatera Utara


Bakteri ada yang berbentuk sferis atau bulat, seperti ada yang ditemukan pada
genus Staphylococcus, Streptococcus, Neisseria dan lain-lain
2. Batang (basil)
Bakteri yang berbentuk batang lurus seperti Escherichia coli, Salmonella typhi,
Klebsiella pneumoniae maupun famili Bacillaceae seperti genus Clostridium dan
genus Bacillus yaitu Bacillus anthracis penyebab penyakit anthraks. Selain bentuk
batang lurus, dijumpai pula bentuk batang bengkok misalnya pada bakteri Vibrio
cholera penyebab penyakit cholera.
3. Spiral
Bakteri berbentuk spiral dijumpai pada penyebab penyakit sifilis yaitu Treponema
pallidum, bakteri penyebab demam bolak-balik yaitu Borelia reccurentis. (Tim
Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,2003)
Bakteri dibagi dalam golongan gram positif dan gram negatif berdasarkan
reaksinya terhadap pewarnaan gram. Perbedaan antara bakteri gram positif dan gram
negatif. diperlihatkan dari perbedaan dinding sel.
Perbedaan penyusun dinding sel antara bakteri gram positif dan gram negatif
dapat dilihat pada tabel 2.5 dibawah ini :
Tabel 2.2 perbedaan Bakteri gram positif dan Bakteri gram Negatif
Gram positif Gram negatif
Ketebalan 15-23 nm 10-15 nm
Asam teikoat Ada Tidak ada
Sifat tahan asam Ada yang tahan Tidak ada yang tahan
Variasi asam amino Sedikit Beberapa
Gupta, 1990

2.10.1 Stapylococcus aureus


S. aureus adalah bakteri gram positif, bersifat aerob atau anaerob fakultatif, serta tahan
hidup dalam lingkungan yang mengandung garam dengan konsentrasi tinggi, misalnya
NaCl 10%.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.7 Bakteri S. aureus
Klasifikasi Staphylococcus aureus :
Divisio : Protophyta
Class : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Stapylococcus aureus (Salle, 1961)
Untuk membiakkan Staphylococcus diperlukan suhu optimal antara 28-38oC atau
sekitar 350C. Apabila bakteri tersebut diisolasi dari seorang penderita, suhu optimal
yang diperlukan adalah 370C. pH optimal untuk pertumbuhan dalah 7,4. Pada
umumnya S.aureus dapat tumbuh pada medium yang biasa dipakai di Laboratorium
bakteriologi (Tim Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,2003)
Tes koagulase digunakan untuk membedakan S. aureus (koagulase positif)
dengan Staphylococcus lainnya. Medium khusus, seperti agar garam manitol dapat
digunakan untuk membiakkannya dan pada media ini akan membentuk koloni
berwarna kuning.
Bakteri S. aureus terdapat pada hidung, mulut, tenggorokan, pori-pori dan
permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran usus. Infeksi S. aureus dapat berupa
jerawat, bisul, abses dan luka. Bakteri ini dapat menimbulkan penyakit melalui
kemampuaannya berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan.
(Jawetz,Melnick & Adelberg,2001)

Universitas Sumatera Utara


2.10.2 Escherichia coli
E. coli merupakan bakteri gram negatif, bersifat aerobik dan anaerobik fakultatif,
sering dijumpai didalam usus bagian bawah.(Pelczar,M,1988). E.coli bisa tumbuh
dengan baik pada media yang lazim digunakan di Laboratorium Mikrobiologi.
Memberikan hasil positif pada tes indol, lisin-dekarboksilase dan fermentasi manitol
serta memproduksi gas dari glukosa

Gambar 2.8 Bakteri E. coli


Klasifikasi Escherichia coli :
Divisio : Protophyta
Kelas : Shizomycetes
Ordo : Eubacteriaceae
Famili : Enterobacteriaceae
Suku : Escherichiaeae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli (Salle, 1961)
E. coli adalah penyebab utama infeksi saluran kemih,diare dan maningtis pada
bayi.(Tim Mikrobiologi FK Universitas Brawijaya,2003). Bakteri ini menjadi patogen
yang berbahaya bila hidup di luar usus seperti pada saluran kemih, yang dapat
mengakibatkan peradangan selaput lendir (sistitisInfeksi yang timbul pada pencernaan
akibat dari serangan bakteri E. coli pada dinding usus merusak kesetimbangan

Universitas Sumatera Utara


elektrolit dalam membran mucus. Hal ini dapat menyebabkan penyerapan air pada
dinding usus berkurang dan terjadi diare. (http://forum.upi.edu/)

2.10.3 Salmonela Typhi


S.typhi berbentuk batang lurus dengan ukuran 1-3,5 μm x 0,5-0,8 μm, merupakan
bakteri garam negatif, tidak berspora, dan mempunyai flagel peritrikh. Bakteri ini
tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob, pada suhu 15-41oC (suhu
pertumbuhan optimum 37,5oC) dan pH pertumbuhan 6-8. Dapat mati pada suhu 56 oC
juga pada keadaan kering sedangkan dalam lingkungan air dapat bertahan selama 4
minggu (Syahruracman et al.,1994).

Gambar 2.9 S. typhi


Klasifikasi Salmonella typhi adalah sebagai berikut:
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Salmonellae
Spesies : Salmonella thypi (Salle, 1961)
S. typhi kerap kali patogen terhadap manusia atau binatang apabila masuk
melalui mulut, ditularkan dari binatang dan produk binatang kepada manusia sehingga
dapat menimbulkan demam typoid. Serum penderita demam typoid akan terbentuk
antibodi terhadap ketiga macam antigen tersebut. Demam typoid adalah penyakit
infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam

Universitas Sumatera Utara


yang lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan
kesadaran (Jawetz et al., 1986).

2.10.4 Candida Albicans

Gambar 2.10 C. Albicans


C. Albicans adalah spesies cendawan patogen dari golongan deuteromycota.
Spesies cendawan ini merupakan penyebab infeksi oportunistik yang disebut
kandidiasis pada kulit, mukosa, dan organ dalam manusia. Beberapa karakteristik dari
spesies ini adalah berbentuk seperti telur (ovoid) atau sferis dengan diameter 3-5 µm
dan dapat memproduksi pseudohifa. Spesies C. albicans memiliki dua jenis morfologi,
yaitu bentuk seperti khamir dan bentuk hifa. Selain itu, fenotipe atau penampakan
mikroorganisme ini juga dapat berubah dari berwarna putih dan rata menjadi kerut
tidak beraturan, berbentuk bintang, lingkaran, bentuk seperti topi, dan tidak tembus
cahaya. Cendawan ini memiliki kemampuan untuk menempel pada sel inang dan
melakukan kolonisasi.
Di dalam tubuh, akan dikontrol oleh bakteri baik agar tetap berada dalam jumlah
yang rendah dan seimbang. Bakteri baik dalam tubuh akan bekerja dengan cara
memakan C.Albicans. Sayangnya, antibiotik, pil pengontrol kehamilan, kortison,
alkohol, sebagian besar makanan junk food, dan kemoterapi akan membunuh bakteri
menguntungkan dalam tubuh (probiotik) sehingga menyebabkan jumlah yang tidak
terkendali. Saat pertumbuhannya berlebihan, Candida akan mengkolonisasi saluran
pencernaan, berubah menjadi jamur, dan membentuk struktur seperti akar yang disebut
rizoid. Struktur rizoid dapat menembus mukosa atau dinding usus, membuat lubang

Universitas Sumatera Utara


berukuran mikroskopik, dan menyebabkan racun, partikel makanan yang tidak
tercerna, serta bakteri dan khamir dapat masuk ke alam aliran darah.
Kondisi tersebut disebut sebagai sindrom kebocoran usus (leaky gut syndrome).
Kebocoran pada dinding usus akan menyebabkan khamir seperti Candida dapat
menyebar ke berbagai bagian tubuh, seperti mulut, sinus, tenggorokan, saluran
reproduksi, jantung, dan kulit.

2.11 Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih
elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam
(Suhartono et al., 2002). Berdasarkan sumber perolehannya ada 2 macam antioksidan,
yaitu antioksidan alami dan antioksidan buatan (sintetik) (Dalimartha dan Soedibyo,
1999). Tubuh manusia tidak mempunyai cadangan antioksidan dalam jumlah berlebih,
sehingga jika terdapat radikal berlebih dalam tubuh maka tubuh membutuhkan
antioksidan eksogen atau tambahan antioksidan dari luar tubuh. Adanya kekhawatiran
akan kemungkinan efek samping yang belum diketahui dari antioksidan sintetik
menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif yang sangat dibutuhkan (Rohdiana,
2001 dan Sunarni, 2005).
Protein lipida dan DNA dari sel manusia yang sehat merupakan sumber
pasangan elektron yang baik. Kondisi oksidasi dapat menyebabkan kerusakan protein
dan DNA, kanker, penuaan, dan penyakit lainnya. Komponen kimia yang berperan
sebagai antioksidan adalah senyawa golongan fenolik dan polifenolik. Senyawa-
senyawa golongan tersebut banyak terdapat dialam, terutama pada tumbuh-tumbuhan,
dan memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas. Antioksidan yang banyak
ditemukan pada bahan pangan, antara lain vitamin E, vitamin C, dan karotenoid.

2.12 Sumber antioksidan


Berdasarkan asalnya, antioksidan terdiri atas antioksigen yang berasal dari dalam
tubuh (endogen) dan dari luar tubuh (eksogen). Adakalanya sistem antioksidan

Universitas Sumatera Utara


endogen tidak cukup mampu mengatasi stres oksidatif yang berlebihan. Stres oksidatif
merupakan keadaan saat mekanisme antioksidan tidak cukup untuk memecah spesi
oksigen reaktif. Oleh karena itu, diperlukan antioksidan dari luar (eksogen) untuk
mengatasinya.
Ada dua macam antioksidan berdasarkan sumbernya, yaitu antioksidan alami
dan antioksidan sintetik . Antioksidan alami biasanya lebih diminati, karena tingkat
keamanan yang lebih baik dan manfaatnya yang lebih luas dibidang makanan,
kesehatan dan kosmetik. Antioksidan alami dapat ditemukan pada sayuran, buah-
buahan, dan tumbuhan berkayu. Metabolit sekunder dalam tumbuhan yang berasal dari
golongan alkaloid, flavonoid, saponin, kuinon, tanin, steroid/ triterpenoid. Uji aktivitas
antioksidan yang dilakukan pada daun “Ipomea pescaprae” menunjukkan keberadaan
senyawa kuinon, kumarin, dan furanokumarin. Sementara itu, Iwalokum “et
al”.(2007)menyatakan bahwa “Pleurotus ostreatus” yang mengandung triterpenoid,
tanin, dan sterois glikosida dapat berperan sebagai antioksidan dan antimikroba.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan dibedakan antioksidan primer
yang dapat bereaksi dengan radikal bebas atau mengubahnya menjadi produk yang
stabil , dan antioksidan sekunder atau antioksidan preventif yang dapat mengurangi
laju awal reaksi rantai serta antioksidan tersier. Mekanisme kerja antioksidan selular
menurut Ong et al. (1995) antara lain, antioksidan yang berinteraksi langsung dengan
oksidan, radikal bebas, atau oksigen tunggal; mencegah pembentukan jenis oksigen
reaktif; mengubah jenis oksigen rekatif menjadi kurang toksik; mencegah kemampuan
oksigen reaktif; dan memperbaiki kerusakan yang timbul.
Antioksidan primer berperan untuk mencegah pembentukan radikal bebas baru
dengan memutus reaksi berantai dan mengubahnya menjadi produk yang lebih stabil.
Contoh antioksidan primer, ialah enzim superoksida dimustase (SOD), katalase, dan
glutation dimustase.
Antioksidan sekunder berfungsi menangkap senyawa radikal serta mencegah
terjadinya reaksi berantai. Contoh antioksidan sekunder diantaranya yaitu vitamin E,
Vitamin C, dan β-karoten.

Universitas Sumatera Utara


Antioksidan tersier berfungsi memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang
disebabkan oleh radikal bebas. Contohnya yaitu enzim yang memperbaiki DNA pada
inti sel adalah metionin sulfoksida reduktase.
Antioksidan menghambat pembentukan radikal bebas dengan bertindak sebagai
donor H terhadap radikal bebas sehingga radikal bebas berubah menjadi bentuk yang
lebih stabil (Aini, 2007). Antioksidan alami mampu melindungi tubuh terhadap
kerusakan yang disebabkan radikal bebas, menghambat terjadinya penyakit degeneratif
dan menghambat peroksidase lipid pada makanan. Meningkatnya minat untuk
mendapatkan antioksidan alami terjadi beberapa tahun terakhir ini. Antioksidan alami
umumnya mempunyai gugus hidroksi dalam struktur molekulnya (Sunarni, 2005).
Struktur molekul senyawa radikal bebas DPPH (diphenylpicrylhidrazyl) sebelum dan
sesudah berikatan dengan elektron dari senyawa lain dapat dilihat di Gambar :

Gambar 2.11 Struktur kimia senyawa DPPH radikal bebas dan non radikal (Molyneux,
2004)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai