TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan jumlah atom karbon atau unit isopren yang membentuk senyawa terpen/
terpenoid dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Fessenden & Fessenden, 1992):
Tabel 2.1. Klasifikasi Senyawa Terpenoid
No. Kelompok Jumlah Atom Karbon (C)
1 Hemi terpen 5
2 Mono terpen 10
3 Seskui terpen 15
4 Di terpen 20
5 Sesterterpen 25
6 Tri terpen 30
7 Tetra terpen 40
8 Poli terpen > 40
minyak atsiri. Monoterpen mempunyai sifat-sifat berupa cairan tidak berwarna, tidak
larut dalam air, disuling dengan uap air, berinteraksi dengan lemak/minyak berbau
harum. Minyak bunga dan biji banyak mengandung monoterpen (Robinson., 1995).
Struktur monoterpen dapat berupa senyawa rantai terbuka seperti geraniol, nerol,
linalol, sitral, sitronella, cis-o-simena, mirsena. Monoterpen bentuk siklik dapat
digolongkan menjadi 7 (tujuh) berdasarkan kerangka karbon (Mirsen, Limonen, p-
simen, Bisabolena, α dan β Pinena, Kariopilen), dan dapat mempunyai gugus fungsi
alkohol, aldehid, keton dan ester. (Robinson, 1995; Manito., 1992). Struktur kimia
monoterpen dapat dilihat pada gambar berikut :
Seskui terpenoid adalah senyawa (C ) yang tersusun dari tiga satuan isoprena.
15
Seskuiterpen berperan penting dalam memberi aroma pada bunga dan buah.
(Robinson., 1995). Struktur seskuiterpen dapat dilihat pada gambar
2.8 Amoksisilin
Amoksisilin merupakan salah satu antibiotik sintetik turunan penisilin yang memiliki
spektrum luas dimana aktif terhadap bakteri gram positif maupun gram negatif. Stuktur
kimia amoksisilin ditunjukkan pada gambar 2.4
Amoksisilin merupakan antibiotik yang tahan terhadap asam tetapi tidak tahan
terhadap penisilinase. Beberapa keuntungan penggunaan amoksisilin dibanding
ampisilin adalah absorpsi obat dalam saluran cerna lebih sempurna, sehingga kadar
amoksisilin dalam darah lebih tinggi. Amoksisilin sering digunakan untuk pengobatan
infeksi saluran pernafasan, saluran empedu, meningitis dan infeksi karena Salmonella
sp, seperti demam tipoid. Efek terhadap Bacillus dysentery lebih rendah dibanding
ampisilin karena lebih banyak obat yang diabsorpsi oleh saluran cerna (Siswandono
dan Soekardjo, 2000). Difusi amoksisilin ke jaringan-jaringan dan cairan-cairan tubuh
lebih baik. Amoksisilin dapat pula menyebabkan gangguan-gangguan usus dan kulit
tetapi lebih jarang daripada ampisilin (Tjay dan Rahardja, 2002).
Amoksisilin dan ampisilin merupakan antibiotik turunan penisilin yang
mempunyai aktivitas dan spektrum penghambatan yang sama, yaitu dapat menghambat
kerja enzim transpeptidase dengan cara mengikat enzim melalui ikatan kovalen
2.11 Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih
elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam
(Suhartono et al., 2002). Berdasarkan sumber perolehannya ada 2 macam antioksidan,
yaitu antioksidan alami dan antioksidan buatan (sintetik) (Dalimartha dan Soedibyo,
1999). Tubuh manusia tidak mempunyai cadangan antioksidan dalam jumlah berlebih,
sehingga jika terdapat radikal berlebih dalam tubuh maka tubuh membutuhkan
antioksidan eksogen atau tambahan antioksidan dari luar tubuh. Adanya kekhawatiran
akan kemungkinan efek samping yang belum diketahui dari antioksidan sintetik
menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif yang sangat dibutuhkan (Rohdiana,
2001 dan Sunarni, 2005).
Protein lipida dan DNA dari sel manusia yang sehat merupakan sumber
pasangan elektron yang baik. Kondisi oksidasi dapat menyebabkan kerusakan protein
dan DNA, kanker, penuaan, dan penyakit lainnya. Komponen kimia yang berperan
sebagai antioksidan adalah senyawa golongan fenolik dan polifenolik. Senyawa-
senyawa golongan tersebut banyak terdapat dialam, terutama pada tumbuh-tumbuhan,
dan memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas. Antioksidan yang banyak
ditemukan pada bahan pangan, antara lain vitamin E, vitamin C, dan karotenoid.
Gambar 2.11 Struktur kimia senyawa DPPH radikal bebas dan non radikal (Molyneux,
2004)