Anda di halaman 1dari 9

Clinical Science Session

Rinitis Alergi

Oleh:
Alvin Arif 1840312284
Debby Amanda 1840312243
Tania Ratna Putri 1840312424

Preseptor :
DR. Dr. Bestari J Budiman, Sp. THT-KL (K) FICS

BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M. DJAMIL PADANG
2020
http://jurnal.fk.unand.ac.id 1

Clinical Science Session

Rinitis Alergi
Alvin Arif 1840312284, Debby Amanda 1840312243, Tania Ratna Putri 1840312424

Abstrak
Pendahuluan: Hidung adalah salah satu organ vital manusia. Hidung bersama dengan sinus paranasal memiliki
beberapa fungsi, seperti fungsi respirasi, fungsi penghidu, fungsi fonetik, fungsi statik dan refleks nasal. Terjadinya
inflamasi dapat menyebabkan gangguan pada fungsi hidung.
Tinjauan Pustaka: Rinitis alergi merupakan peradangan pada mukosa hidung akibat suatu respon imunologi yang
dimediasi oleh Immunoglobulin E (IgE) terhadap suatu stimulan yang disebut alergen. Berdasarkan cara masuknya,
alergen dapat dibagi menjadi alergen Inhalan, ingestan, injektan dan kontaktan. Diagnosis ditegakkan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis sangat penting karena hampir 50 % diagnosis
dapat ditegakkan dari anamnesis saja. Respon imunologi yang terjadi akan bermanifestasi pada mata, hidung, telinga,
faring dan laring, sehingga pemeriksaan fisik perlu dilakukan pada bagian-bagian tersebut. Penatalaksanaan rinitis
alergi meliputi menghindari kontak dengan alergen penyebab, terapi medikamentosa, operatif dan terapi imunologi.
Kesimpulan : Diagnosis dan terapi yang tepat sangat penting dalam mencegah perburukan rinitis alergi.
Kata kunci: rinitis alergi, alergen, respon imunologi.

Abstract
Pendahuluan: Nose is vital organ in human. Nose and paranasal sinuses have some functions, such as respiration
function, smelling, fonetic, static and nasal reflex. Inflammation causing disruption in nasal function.
Literature review: Allergic Rhinitis is an inflammation on nasal mucoses caused by immunologic response mediated by
Immunoglobulin E (IgE). Immunologic response is caused by stimulan called allergen. Based on the entry, allergen can
classified become inhalan allergen, ingestion, injection, and contactan allergen. Diagnosis made by anamnesis,
physical examination and supporting examination. Anamnesis is very important because almost 50% diagnosis made
by anamnesis. Immunologic response will manifestated in the eyes, nose, ears, pharynx and larynx. So we have to do
physical examination in those sections. Allergic rhinitis management include avoiding the allergen that causing allergy,
medicamentosa theraphy, operation, and imunology therapy.
Conclusion: early diagnosis and treatment can decrease the complication later.
Keywords:nasal inflammation, allergen, infection.

PENDAHULUAN B. Batasan Masalah

A. Latar Belakang Penulisan Referat ini terbatas pada definisi,

Hidung adalah salah satu organ vital dalam epidemiologi, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis,

sistem organ manusia manusia. Sebagai sebuah diagnosis, dan penatalaksanaan Rinitis Alergi.

organ, hidung bersama dengan sinus paranasal C. Tujuan Penulisan


memiliki beberapa fungsi, antara lain: 1) fungsi Tujuan penulisan clinical science section ini
respirasi untuk mengatur kondisi udara, penyaring antara lain sebagai berikut :
udara, humidifikasi, penyeimbang, penyeimbang 1. Sebagai salah satu syarat dalam menjalani
dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik kepaniteraan klinik di bagian THT-KL Fakultas
lokal, 2) Fungsi penghidu, 3) fungsi fonetik yang Kedokteran Universitas Andalas Padang.
berguna untuk resonansi suara, 4) fungsi statik dan 2. Menambah pengetahuan tentang Rinitis alergi
mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi D. Metode Penulisan
terhadap trauma dan pelinung panas, 5) reflex nasal.1 Penulisan Referat ini menggunakan metode
Terjadinya inflamasi pada hidung dapat tinjauan kepustakaan yang merujuk pada berbagai
menyebabkan gangguan pada sistem-sistem yang literatur.
mana hidung berperan di dalamnya. Keluhan-keluhan TINJAUAN PUSTAKA
penyakit atau kelainan hidung antara lain:1) Sumbatan 1. Anatomi Hidung
hidung, 2) sekret di hidung dan tenggorok, 3) bersin, Hidung luar berbentuk piramid terdiri atas: 1)
4) rasa nyeri di daerah muka dan kepala, 5) pangkal hidung (bridge), 2) batang hidung (dorsum
1
perdarahan dari hidung, dan 6) gangguan penghidu. nasi), 3) puncak hidung (tip), 4) ala nasi, 5) kolumela,

Jurnal Kesehatan Andalas. 2020; 1(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 2

dan 6) nares anterior. Hidung luar dibentuk oleh tulang


dan tulang rawan yang dilapisi kulit, jaringan ikat dan
otot. Kerangka tulang terdiri dari os nasal, prosesus
frontalis os maksila, dan prosesus nasalis os frontal.
Kerangka tulang rawan terletak di bagian bawah
hidung yang terdiri dari kartilago nasalis lateralis
superior, kartilago nasalis lateralis inferior (alar
1
mayor), tepi anterior kartilago septum. Gambar 3 Hidung dalam 3

Rongga hidung dipisahkan oleh septum nasi yang Dinding atas kavum nasi dibentuk oleh lamina

menjadi kavum nasi dextra dan sinistra. Lubang depan kribriformis sebagai pemisah antara rongga tenggorak

kavum nasi disebut nares anterior, sedangkan lubang dan rongga hidung. Dinding inferior yang merupakan
belakang disebut nares posterior (koana). Koana dasar rongga hidung dibentuk oleh os maksila dan os

memisahkan rongga hidung dengan nasofaring.1,2 palatum. 1


1.2. Perdarahan Hidung
Lapisan kulit pada hidung luar didarahi oleh
cabang arteri optalmik dan arteri maksilaris,
sedangkan kulit ala dan bagian bawah septum
didarahi oleh arteri fasialis. Arteri yang mendarahi
rongga hidung berasal dari percabangan arteri
14
maksilari. Bagian depan septum terdapat
Gambar 1 Anatomi hidung luar 3
anastomosis dari cabang-cabang arteri sfenopalatina,
arteri etmoid anterior, arteri labialis anterior, dan arteri
palatina mayor, yang disebut pleksus Kiesselbach
(little’s area). Pleksus Kiesselbach terletak superfisial
dan mudah cedera oleh trauma, sehingga sering
menjadi sumber epistaksis. Vena-vena hidung
mempunyai nama yang sama dan berjalan
berdampingan dengan arterinya. Vena di vestibulum
Gambar 2 Tulang pembentuk hidung 3
dan struktur luar hidung bermuara ke vena oftalmika
Bagian depan dan bawah rongga hidung disebut yang berhubungan dengan sinus kavernosus.1
vestibulum. Vestibulum dilapisi oleh kulit dan memiliki 1.3. Fisiologi Hidung
banyak kelenjar sebasea dan folikel rambut yang Empat fungsi vital hidung adalah penghidu,
disebut vibrise.1,3 pengendali suhu, pengendali kelembapan, dan filtrasi
Dinding medial kavum nasi ialah septum nasi. partikel.15 Selain itu hidung juga memiliki fungsi fonetik
Septum nasi dibentuk oleh tulang rawan (kartilago yang berguna untuk resonansi suara, membantu
septum dan kolumela) dan tulang (lamina proses bicara dan mencegah hantaran suara sendiri
perpendikularis os etmoid, vomer, krista nasalis os melalui konduksi tulang; fungsi statik dan mekanik
maksila, dan, krista nasalis os palatina).1 untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap
Dinding lateral kavum nasi terdapat 4 konka yang trauma dan pelindung panas; serta refleks nasal. 1
ditutupi oleh membran mukosa yaitu konka inferior, 2. Rinitis Alergi
konka media, konka superior, dan konka suprema. 2.1 Definisi
Namun konka suprema biasanya rudimenter. Diantara
Rinitis alergi merupakan peradangan pada
konka terdapat rongga yang disebut meatus, yaitu mukosa hidung akibat suatu respon imunologi yang
meatus inferior, media, dan superior. 1,2 dimediasi oleh Immunoglobulin E (IgE) terhadap
alergen udara yang ditandai dengan adanya kongesti
pada hidung, rinorea, bersin dan gatal pada

Jurnal Kesehatan Andalas. 2020; 1(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 3

hidung.Gejalanya juga sering diikuti oleh iritasi pada jam. Rinitis alergi merupakan inflamasi yang diawali
3,4,9,10
konjungtiva, gatal pada palatum dan faring. dengan tahap sensitisasi dan diikuti dengan tahap
2.2 Epidemiologi provokasi.
Rinitis alergi merupakan inflamasi mukosa hidung Pada fase sensitisasi alergen ditangkap makrofag
yang banyak ditemui dan merupakan suatu masalah yang berada di mukosa hidung. Setelah itu antigen
kesehatan global. Penyakit ini ditemukan diseluruh akan bergabung dengan molekul HLA II (Human
dunia yang diderita oleh sedikitnya 10-25% dan terus Leukocyte Antigen II) membentuk MHC II (Major
12
meningkat. Di Amerika Serikat, rinitis alergi Histocompatibility Complex II) yang akan
mengenai sekitar 40 juta penduduk dan penelitian dipresentasikan ke sel T helper. Makrofag melepaskan
terkini menunjukkan prevalensi rinitis alergi di Amerika sitokin yang menyebabkan Th0 berproliferasi menjadi
Serikat mencapai 20%. Studi yang dilakukan di daerah Th1 dan Th2. Th2 akan menghasilkan sitokin yang
Skandinavia menemukan prevalensi rinitis alergi pada menyebabkan sel limfosit B aktif dan memproduksi
7
pria 15% dan wanita 14%. IgE. IgE pada sirkulasi darah akan masuk ke jaringan
Menurut studi yang dilakukan oleh WAO pada dan diikat oleh reseptor IgE di permukaan sel mastosit
tahun 2008, melaporkan kejadian rinitis alergi dan atau basofil, sehingga kedua sel ini menjadi aktif.
asma di asia pasifik sekitar 10-30% pada anak dan Fase provokasi terjadi ketika mukosa hidung
5
dewasa. Ghanie A tahun 2007 menyatakan terpapar oleh alergen serupa setelah melewati fase
prevalensi rinitis alergi di Indonesia 40% pada anak- sensitisasi, pada fase ini IgE akan mengikat alergen
anak dan 10-30% pada dewasa. Prevalensi terbesar spesifik dan terjadi degranulasi sel mastosit dan
12
pada usia 15-30 tahun. Angka kejadian rinitis alergi basofil sehingga dilepaskannya mediator kimia
di Indonesia bervariasi diberbagai daerah. Hasil studi terutama histamin. Histamin yang dikeluarkan akan
di Jakarta didapatkan 26,71% anak usia 13-14 tahun, berikatan dengan reseptor H1 pada nervus viadianus
Bandung 19,1%, dan Semarang 18,4%.6 Prevalensi sehingga menimbulkan gejala bersin-bersin dan
rinitis alergi pada anak-anak lebih sering terjadi pada hidung gatal. Kelenjar mukosa dan sel goblet juga
anak laki-laki dibandingkan perempuan. Prevalensi akan dirangsang sehingga terjadi hipersekresi mukus
antara wanita dan pria ada saat dewasa hampir sama. dan peningkatan permeabilitas kapiler yang
Usia rata-rata onset rinitis alergi pada 8-11 tahun, menimbulkan keluhan rinorea. Efek lain dari histamin
tetapi rinitis alergi dapat terjadi pada segala usia. berupa vasodilatasi dari sinusoid yang akan
Prevalensi rinitis alergi sekitar 40% pada anak-anak menyebabkan penyumbatan pada rongga hidung dan
dan menurun seiring dengan peningkatan usia.7 menimbulkan keluhan hidung tersumbat. Mediator lain
Penelitian yang dilakukan di Semarang pada yang dilepas seperti kemokin dan sitokin dapat
range umur 6-7 tahun pada tahun 2005 menemukan meningkat ekspresi molekul adhesi pada endotel
prevalensi rinitis alergi sebesar 11,5%, sedangkan vaskular yang mengikat sel inflamasi agar dapat
pada anak umur 13-14 tahun sebesar 17,3%. Nugraha bermigrasi ke mukosa dan menimbulkan fase lambat.
PY tahun 2011 menemukan prevalensi rinitis alergi Timbulnya gejala hiperaktif atau hiperesponsif hidung
13
30,2% pada umur 16-19 tahun. Menurut ISAAC, pada fase lambat adalah akibat peranan eosinofil
Prevalensi rinitis alergi berbeda-beda baik di dalam dengan mediator inflamasi dari granulnya seperti
maupun antar negara. Hal ini diduga disebabkan oleh Eosinophilic Cationic Protein (ECP), Eosinophilic
perbedaan geografis dan potensi alergen serta beban Derived Protein (EDP) dan lain-lain. Pada fase ini,
aeroalergen yang juga berbeda.7 selain faktor spesifik (alergen), iritasi oleh faktor non
2.3 Patofiologi spesifik dapat memperberat gejala seperti asap rokok,
Reaksi alergi terdiri dari 2 fase yaitu reaksi cepat bau yang merangsang, perubahan cuaca dan
1,8
dan reaksi lambat. Reaksi cepat terjadi sejak kontak kelembaban udara yang tinggi.
pertama dengan alergen hingga 1 jam setelahnya. Paparan alergen dosis rendah yang terus
Reaksi lambat terjadi 2-4 jam setelah pajanan alergen menerus pada seseorang penderita yang mempunyai
dan berlangsung hingga 24-48 jam dengan puncak 6-8 bakat alergi (atopik) dan presentasi alergen oleh sel

Jurnal Kesehatan Andalas. 2020; 1(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 4

APC kepada sel B disertai adanya pengaruh sitokin 1. Rinitis alergi musiman (seasonal). rinitis ini hanya
interleukin 4 (IL-4) memacu sel B untuk memproduksi ada dinegara yang memiliki 4 musim, alergen
IgE yang terus bertambah jumlahnya. IgE yang penyebabnya spesifik, yaitu serbuk dan spora
diproduksi berada bebas dalam sirkulasi dan sebagian jamur.
diantaranya berikatan dengan reseptornya dengan 2. Rinitis alergi sepanjang tahun. Gejala penyakit ini
afinitas tinggi di permukaan sel basofil dan sel timbul intermitten, tanpa variasi musim. Penyebab
mastosit. Sel mastosit kemudian masuk ke venula di paling sering adalah alergen inhalan, terutama
mukosa yang kemudian keluar dari sirkulasi dan pada orang dewasa dan alergen ingestan. Alergen
berada dalam jaringan termasuk di mukosa dan inhalan terutama alergen dalam rumah, seperti
submukosa hidung. Dalam keadaan ini maka tungau. Alergen ingestan sering merupakan
seseorang dapat belum mempunyai gejala rinitis alergi penyebab pada anak-anak dan biasanya disertai
atau penyakit atopi lainnya, tetapi jika dilakukan tes dengan gejala alergi yang lain, seperti urtikaria.
8
kulit dapat memberikan hasil yang positif 2.5 Manifestasi Klinis
Berdasarkan cara masuknya, alergen dibagi Gejala rhinitis alergi dapat muncul pada hidung,
1
atas : mata, telinga, faring, dan laring.3
1. Alergen inhalan, yang masuk bersama udara • Gejala pada hidung: nasal crease- garis mendatar
pernapasan, misalnya tungau debu rumah, kecoa, pada pertengahan dorsum nasi akibat kebiasaan
rerumputan, serta jamur. menggosok hidung dengan punggung tangan
2. Alergen ingestan, yang masuk ke saluran cerna, (allergic salute), mukosa hidung pucat dan edem,
berupa makanan seperti susu, telur, coklat, ikan konka edem, sekret hidung jernih dan cair atau
laut, dan kacang. mukoid.
3. Alergen injektan, yang masuk melalui suntikan atau
tusukan, misalnya penisilin dan sengatan lebah.
4. Alergen kontaktan, yang masuk melalui kontak kulit
atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik,
perhiasan.
Satu macam alergen dapat merangsang lebih dari
satu organ sasaran, sehingga akan memberikan Gambar 4 Allergic salute, allergic crease

gejala campuran, misalnya tungau debu rumah yang • Gejala pada mata: allergic shinner-bayangan
memberi gejala asma bronkial dan rinitis alergi.1 gelap dibawah mata karena stasis vena sekunder
2.4 Klasifikasi akibat obstruksi hidung.
Berdasarkan WHO Initiative ARIA, berdasarkan
sifat berlangsungnya dibagi atas:1
1) Intermitten, jika gejala kurang dari 4 hari per
minggu atau kurang dari 4 minggu.
2) Persisten, jika gejala lebih dari 4 hari perminggu
atau lebih dari 4 minggu Gambar 5 allergic shinner

Berdasarkan berat ringannya penyakit, dibagi atas: • Gejala pada telinga: retraksi membran timpani
1) Ringan, bila tidak ada gangguan tidur, gangguan atau otitis media serous karena ada blok pada
pada kegiatan sehari-hari, bersantai, belajar, tuba eustachius.
bekerja, dan hal-hal lain yang mengganggu. • Tanda pada faring: granular faringitis akibat
2) Sedang-berat, bila terdapat 1 atau lebih gangguan hiperplasia dari jaringan submukosa limfoid. Pada
yang tersebut diatas. anak-anak sering prolonged mouth-breathing
Sedangkan berdasarkan sifat berlangsungnya dapat akan tampak hiperplasia adenoid.
dibagi menjadi: 1 • Tanda pada laring: suara serak dan edem pada
plica vocalis.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2020; 1(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 5

Gejala klinis yang khas pada rinitis alergi ialah menggosok hidung ini lama kelamaan akan
terdapatnya serangan bersin yang berulang. Bersin mengakibatkan timbulnya garis melintang di
merupakan gejala normal, merupakan suatu dorsum nasi bagian sepertiga bawah, yang
mekanisme fisiologik, yaitu self cleaning process. disebut allergic crease. Mulut sering terbuka
Bersin dianggap patologik, bila terjadinya lebih dari dengan lengkung langit-langit yang tinggi
lima kali setiap serangan, terutama merupakan gejala sehingga akan menyebabkan gangguan
pada reaksi alergi fase cepat dan kadang-kadang pertumbuhan gigi (facies adenoid). Dinding
pada reaksi alergi fase lambat sebagai akibat posterior faring tampak granuler dan edema
12
pelepasan histamine. Seringkali gejala yang timbul (cobblestone appearance), serta dinding lateral
tidak lengkap, terutama pada anak. Kadang-kadang faring menebal. Lidah tampak seperti gambaran
keluhan hidung tersumbat merupakan keluhan utama peta (geographic tongue).14
atau satu-satunya gejala yang diutarakan oleh pasien 1
2.6 Diagnosis
• Anamnesis
Anamnesis sangat penting karena seringkali
serangan tidak terjadi di hadapan pemeriksa.
Hampir 50 % diagnosis dapat ditegakkan dari
anamnesis saja. Gejala yang khas adalah
terdapatnya serangan bersin berulang.
Sebetulnya bersin merupakan gejala yang
normal, terutama pada pagi hari atau bila
terdapat kontak dengan debu. Hal ini merupakan
mekanisme fisiologik, yaitu proses
Gambar 6. Gambaran nasoendoskopi hidung
membersihkan sendiri (self cleanig process).
pada rinitis alergi.16
Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer
dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata
2.7 Diagnosis Banding
gatal, yang kadang-kadang disertai dengan
Rinitis alergi perlu dibedakan dari rinitis
banyak air mata keluar (lakrimasi). Sering kali
vasomotor ataupun idiopatik, rinitis infeksiosa,
gejala yang muncul tidak lengkap, terutama pada
rinitis sekunder dari obat-obatan baik local (Neo-
anak. Kadang-kadang keluhan hidung tersumbat
Synephrine dan kokain) maupun sistemik (beta
merupakan keluhan utama atau satu-satunya
bloker, aspirin, reserpin, morfin), rinitis sekunder
gejala yang diutarakan oleh pasien.14
dari factor mekanis, tumor hidung, polip hidung,
• Pemeriksaan fisik
rhinorea serebrospinal, iritan kimia, factor
Pada rinoskopi anterior tampak mukosa 14
psikologis dan mastositosis hidung.
edema, basah, berwarna pucat atau livid disertai
adanya sekret encer yang banyak. Bila gejala 2.7 Pemeriksaan Penunjang
persisten, mukosa konka inferior tampak Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
hipertrofi. Pemeriksaan nasoendoskopi dapat untuk membuktikan rhinitis alergi diantaranya:3,9, 14
dilakukan bila fasilitas tersedia. Gejala spesifik • Hitung jenis leukosit
lain pada anak adalah terdapatnya bayangan Akan tampak peningkatan eosinofil perifer, namun
gelap di daerah bawah mata yang terjadi karena hal ini tidak selalu muncul.
stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung. • Skin prick test
Gejala ini disebut allergic shiner. Selain itu sering Tes kulit digunakan secara luas sebagai salah
juga tampak anak menggosok-gosok hidung satu alat untuk menegakkan diagnosis alergi
karena gatal dengan menggunakan punggung terhadap allergen dan merupakan indikator yang
tangan, yang disebut allergic salute. Keadaan aman, mudah dilakukan, hasil cepat didapat,

Jurnal Kesehatan Andalas. 2020; 1(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 6

biaya yang relative murah dengan sensitifitas Jika ditemukan basofil >5/lap mungkin
tinggi serta dapat dipakai sebagai pemeriksaan disebabkan alergi makanan, sedangkan jika
penyaring. Tes cukit dapat mendiagnosis rhinitis ditemukan banyak sel PMN (polimorfonuclear)
alergi akibat allergen inhalasi berderajat sedang menunjukkan infeksi bakteri
sampai berat, tetapi pada penderita dengan • Foto polos sinus paranasal/CT Scan/MRi.
sensitifitas rendah, kemungkinan tidak terdeteksi Dilakukan bila ada indikasi keterlibatan sinus
walaupun terdapat korelasi dengan gejala klinik. paranasal, seperti adakah komplikasi rinosinusitis,
Bila pada anamnesis terdapat kecurigaan adanya menilai respon terhadap terapi dan jika
alergi, sedangkan tes kulit negative, tindakan direncanakan tindakan operasi. 

yang perlu dilakukan adalah: 2.7 Tatalaksana
1. Periksa obat-obatan ang dapat Tata laksana Rinitis Alergi secara umum, antara
mempengaruhi hasil tes lain8,14:
2. Periksa adakah penyebab hasil negative
palsu 1. Terapi yang paling ideal adalah dengan

3. Observasi pasien selama adanya paparan menghindari kontak dengan alergen

allergen yang tinggi penyebabnya dan eliminasi.


2. Medikamentosa
• Intracutaneous Provocative Dilutional Food Test Antihistamin yang dipakai adalah antagonis
(IPDVT). Tes ini digunakan untuk menentukan histamin H-1. Pemberian dapat dalam kombinasi
alergen yang berasal dari makanan, namun atau tanpa kombinasi dengan dekongestan
sebagai baku emas adalah menggunakan diet secara peroral. Preparat kortikosteroid dipilih bila
eliminasi dan provokasi “Challenge Test” gejala terutama sumbatan hidung tidak berhasil
• IgE serum total diatasi dengan obat lain. Pengobatan baru
Secara umum, kadar IgE total serum rendah pada lainnya untuk rinitis alergi adalah anti leukotrien,
orang normal dan meningkat pada penderita anti IgE, DNA rekombinan.
atopi, tetapi kadar IgE normal tidak menyingkirkan 3. Operatif
adanya rinitis alergi. Pada orang normal, kadar Tindakan konkotomi parsial, konkoplasti perlu
IgE meningkat dari lahir (0-1KU/L) sampai dipikirkan bila konka inferior hipertrofi berat dan
pubertas dan menurun secara bertahap dan tidak berhasil dikecilkan dengan cara kauterisasi
menetap setelah usia 20-30 tahun. Pada orang memakai AgNO3 25 % atau triklor asetat

dewasa kadar >100-150 KU/L dianggap lebih dari 4. Imunoterapi


normal. Kadar meningkat hanya dijumpai pada Cara pengobatan ini dilakukan pada alergi
60% penderita rinitis alaergi dan 75% penderita inhalan dengan gejala yang berat dan sudah

asma. Terdapat berbagai keadaan dimana kadar berlangsung lama serta dengan pengobatan cara
IgE meningkat yaitu infeksi parasit, penyakit kulit lain tidak memberikan hasil yang memuaskan.
(dermatitis kronik, penyakit pemfigoid bulosa) dan Tujuan imunoterapi adalah pembentukan IgG

kadar menurun pada imunodefisiensi serta blocking antibody dan penurunan IgE. Ada 2

multiple mieloma. Kadar IgE dipengaruhi juga metode imunoterapi yang umum dilakukan yaitu

oleh ras dan umur, sehingga pelaporan hasil intradermal dan sublingual.

harus melampirkan nilai nilai batas normal sesuai


golongan usia. Pemeriksaan ini masih dapat
dipakai sebagai pemeriksaan penyaring, tetapi
tidak digunakan lagi untuk menegakkan
diagnosis.
• Sitologi hidung, jika ditemukan eosinofil dalam
jumlah banyak kemungkinan alergen inhalan.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2020; 1(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 7

sedative). Antihistamin generasi-1 bersifat


lipofilik. Sehingga dapat menembus sawar
darah otak (mempunyai efek pada SSP) dan
palsenta serta mempunyai efek kolinergik.
Yang termasuk kelompok ini antara lain
adalah difenhidramin, klorfeniramin,
prometasin, siproheptadin, sedangkan yang
dapat diberikan secara topical adalah
azelastin. Antihistamin generasi-2 bersifat
lipofobik, sehingga sulit menembus sawar
darah otak. Bersifat selektif mengikat
reseptor H-1 perifer dan tidak mempunyai
efek kolinergik, antiadrenergic dan efek pada
SSP minimal (non sedative). Antihistamin
diabsorbsi secara oral dengan cepat dan
mudah serta efektif untuk mengatasi gejala
pada respon fase cepat seperti rinore, bersin,
gatal, tetapi tidak efektif untuk mengatasi
gejala obstruksi hidung pada fase lambat.
Antihistamin non sedative dapat dibagi
menjadi dua golongan menurut
keamanannya. Kelompok pertama adalah
Gambar 7 Diagram tatalaksana RA (ARIA-WHO)10 astemisol dan terfenadin yang mempunyai
efek kardiotoksik. Toksisitas terhadap jantung
Tujuan pengobatan rinitis alergi adalah:9

tersebut disebabkan repolarisasi jantung
• Mengurangi gejala akibat paparan alergen, yang tertunda dan dapat menyebabkan
hiperreaktifitas nonspesifik dan inflamasi. aritmia ventrikel, henti jantung, dan bahkan
• Perbaikan kualitas hidup penderita sehingga kematian mendadak (sudah ditarik dari
dapat menjalankan aktifitas sehari-hari. peredaran). Kelompok kedua adalh loratadin,
• Mengurangi efek samping pengobatan. setirisin, fexofenadine, desloratadin dan
• Edukasi penderita untuk meningkatkan levosetirisin..
ketaatan berobat dan kewaspadaan terhadap • Preparat simpatometik
penyakitnya. Termasuk dalam hal ini Preparat simpatometik golongan agonis
mengubah gaya hidup seperti pola makanan adrenergik alfa yang digunakan sebagai
yang bergizi, olahraga dan menghindari stres. dekongestan hidung. Phenylephrine,
• Mengubah jalannya penyakit atau oxymetazoline dan xylo-metazoline adalah
pengobatan kausal. yang sering digunakan untuk mengurangi
Pengobatan rhinitis alergi dapat berupa1, 3, 9,11: gejala sumbatan hidung.Mekanisme kerjanya
• Antihistamin sebagai vasokonstriktor sehingga edema
Antihistamin yang dipakai adalah antagonis yang terjadi di konka dapat teratasi dan
H-1 yang bekerja secara inhibitor kompetitif gejala hidung tersumbat hilang. Penggunaan
ada reseptor H-1 sel target, dan merupakan dekongestan topikal hanya untuk beberapa
preparat farmakologik yang paling sering hari saja untuk menghindari rhinitis
dipakai sebagai lini pertama pengobatan medikamentosa.
rhinitis alergi. Antihistamin dibagi menjadi 2 • Kortikosteroid
golongan, yaitu golongan antihistamin Kortikosteroid oral sangat efektiv untuk
generasi-1 (klasik) dan generasi-2 (non

Jurnal Kesehatan Andalas. 2020; 1(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 8

mengontrol gejala rinitis alergi, namun hanya 7. Sheikh J. Allergic rhinitis. 2015 (diunduh Januari
digunakan pada serangan akut karena 2020). Tersedia dari URL: HYPERLINK
memiliki banyak efek samping sistemik. http://emedicine.medscape.com/article/134825-
Kortikosteroid topikal seperti beclomethasone overview#a6
dipropionate, budesonide, unisolide acetate, 8. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Alergi dasar.
uticasone and mometasone menghambat Edisi ke-1. Jakarta: Interna Publishing. 2009
reaksi inflamasi pada mukosa hidung dan 9. Huriyati E, Hafiz A. Diagnosis dan
menekan reaksi alergi fase lambat. Penatalaksanaan Rinitis Alergi yang Disertai
Penggunaan yang terus menerus dapat Asma Bronkial. Jurnal Kesehatan Andalas.
menyebabkan atrofi mukosa hidung dan 10. ARIA. Allergic rhinitis and its impact on asthma.
perforasi septum. Penggunaan kortikosteroid 1st edition. 2007
intranasal sebaiknya 1-2 minggu tiap 2-3 11. Akib AAP, Munasir Z, Kurniati N (eds). Buku ajar
bulan. alergi imunologi anak edisi 2. Jakarta: Badan
2.8 Komplikasi penerbit IDAI, pp: 245-251. 2010
1,17
Komplikasi rinitis alergi yang tersering adalah : 12. Ghanie A. Penatalaksanaan rinitis alergi terkini.
• Polip hidung, beberapa penelitian Karya ilmiah. Temu Ilmiah Akbar Lustrum IX FK
menunjukkan rinitis alergi merupakan salah Unsri. 2007
satu faktor penyebab terbentuknya polip 13. Nugraha PY. Prevalensi dan faktor risiko rinitis
hidung. alergi pada siswa sekolah umur 16-19 tahun di
• Otitis media efusi yang residif terutama pada Kodya Semarang. Artikel ilmiah. FK Undip. 2011
anak 14. Snell RS (2007). Clinical anatomy by systems.
• Rinosinusitis Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins
• Faringitis kronik 15. Peng P dan Har-El G (2004). Anatomi dan
fisiologi. Dalam: Lucente FE, Har-El G, Goldsmith
DAFTAR PUSTAKA AJ, Sperling NM, dan Turk JB. Essentials of
1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti otolaryngology. 5th ed. USA: Lippincott Williams
RD (eds). Buku ajar ilmu kesehatan telinga, & Wilkins Inc. Terjemahan Hartanto H, Matahari,
hidung, tenggorok, kepala & leher. Jakarta: Balai Diani A, Kosasih AA, dan Maharani DA (2011).
penerbit FK UI. 2014 Ilmu THT esensial. Edisi ke 5. Jakarta: EGC.
2. Efendi H, Santoso RAK (ed). BOIES buku aja 16. Probst R, Grevers G, Iro H. Nose, Sinus
penyakit THT. Jakarta: EGC. paranasal and face Basicotorhinolarygology. New
3. Dhingra PL, Dhingra S. Disease of ear, nose, and York: Thieme. 2006: 52
throat & head and neck surgery. India: Elsevier. 17. Lumbanraja, P. Distribusi Alergen pada Penderita
2014 Rinitis Alergi di Departemen THT-KL FK
4. Kliegman RM, Stanton BF, Geme JW, Schor NF, USU/RSUP H. Dr. Adam Malik Medan. (Tesis).
Behrman RE (eds). Nelson textbook of pediatrics. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara
United states: Elsevier. 2011 ; 2007
5. Abong JM, Kwon SL, Alava HDA, Castor MAR,
Leon JCD. Prevalence of allergic rhinitis in filipino
adults based on national nutrition and health
survey 2008. Asia pacific allergy. 2012: 129-135
6. ISAAC steering committe. ISAAC phase three
data. 2002 (diunduh Januari 2020). Tersedia dari:
URL:
HYPERLINKhttp://isaac.auckland.ac.nz/phases/p
hasethree/results/result.php

Jurnal Kesehatan Andalas. 2020; 1(1)

Anda mungkin juga menyukai

  • Ulkus Diabetikum
    Ulkus Diabetikum
    Dokumen25 halaman
    Ulkus Diabetikum
    Akbar Muzakki Alvarino
    Belum ada peringkat
  • CRS Peb
    CRS Peb
    Dokumen50 halaman
    CRS Peb
    Akbar Muzakki Alvarino
    Belum ada peringkat
  • Rinitis Alergi - CSS
    Rinitis Alergi - CSS
    Dokumen9 halaman
    Rinitis Alergi - CSS
    Akbar Muzakki Alvarino
    Belum ada peringkat
  • CRS Pre Eklampsia Berat
    CRS Pre Eklampsia Berat
    Dokumen35 halaman
    CRS Pre Eklampsia Berat
    Akbar Muzakki Alvarino
    Belum ada peringkat
  • Anam Veruka
    Anam Veruka
    Dokumen1 halaman
    Anam Veruka
    Akbar Muzakki Alvarino
    Belum ada peringkat
  • PPT Mutan
    PPT Mutan
    Dokumen33 halaman
    PPT Mutan
    Akbar Muzakki Alvarino
    Belum ada peringkat
  • Crs Pneumonia
    Crs Pneumonia
    Dokumen41 halaman
    Crs Pneumonia
    Akbar Muzakki Alvarino
    Belum ada peringkat