Kodifikasi
1. Belanja Operasi
Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari
pemerintah daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Kelompok belanja
operasi, terdiri atas:
a. Belanja pegawai;
b. Belanja barang;
c. Belanja bunga;
d. Belanja subsidi;
e. Belanja hibah;
f. Belanja bantuan sosial;
g. Belanja bantuan keuangan.
2. Belanja Modal
Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan
aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari suatu periode akuntansi. Belanja
modal termasuk:
a. Belanja tanah
Belanja tanah adalah pengeluaran atau biaya yang digunakan untuk
pengadaan/ pembelian/ pembebasan penyelesaian, baik nama dan sewa
tanah, pengosongan, pengurungan, perataan, pematangan tanah, pembuatan
sertifikat, dan pengeluaran lainnya yang sehubungan dengan perolehan hak
atas tanah dan samapi tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.
b. Belanja peralatan dan mesin
Belanja peralatan dan mesin adalah pengeluaran atau biaya yang digunakan
untuk pengadaan/ penambahan/ penggantian, dan peningkatan kapasitas
peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih
dari 12 (dua belas) bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam
kondisi siap pakai
c. Belanja modal gedung dan bangunan
Belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran biaya yag
digunakan untuk pengadaan/ penambahan/ penggantian, dan termasuk
pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan
gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan
bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.
d. Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan
Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan adalah pengeluaran atau biaya
yang digunakan untuk pengadaan/ penambahan/ penggantian/ peningkatan/
pembangunan/ pembuatan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk
perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan, irigasi, dan jaringan yang
menambah kapasitas sampai jalan, irigasi, dan jaringan dimaksud dalam
kondisi siap pakai.
e. Belanja aset tetap lainnya;
f. Belanja aset lainnya.
3. Belanja Tidak Terduga
Kelompok belanja lain-lain/tidak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk
kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti
penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga
lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan
pemerintah pusat/daerah.
4. Transfer
Kelompok belanja transfer muncul setelah adanya Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 2005 dan masih tetap ada dalam SAP Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010. Yang dimaksud dengan transfer di sini adalah transfer keluar,
yaitu pengeluaran uang dari entitas pelaporan lain seperti pengeluaran dan
perimbangan oleh pemerintah pusat dan dana bagi hasil oleh pemerintah
daerah. Menurut Lampiran E.XXIII Permendagri Nomor 13 Tahun 2006,
transfer pemerintah provinsi terdiri atas:
1) Bagi hasil pajak ke kabupaten/kota;
2) Bagi hasil retribusi ke kabupaten/kota;
3) Bagi hasil pendapatan lainnya ke kabupaten/kota;
Definisi belanja menurut basis kas adalah semua pengeluaran oleh bendahara umum
Negara/daerah yang mengurangi ekuitas dana jangka pendek dalam periode tahun
anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan daerah.
Belanja menurut basis kas diakui pada saat terjadinya pengeluaran dan transaski kas
umum daerah atau entitas pelaporan. Khusus pengeluaran melaui bendahara
pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran
tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. Adapun belanja
yang dibukukan menurut basis akrual diakui pada saat timbulnya kewajiban atau pada
saat diperoleh manfaat. Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali
belanja) yang terjadi pada periode pengeluaran belanja, dibukukan sebagai pengurang
belanja pada periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi
atas pengeluaran belanja dibukukan dalam pendapatan lain-lain.
Pengukran belanja menggunakan mata uang rupiah. Belanja yang diukur dengan mata
uang asing harus dikonversi ke mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah
Bank Indonesia pada tanggal transaksi.