Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK

POLYCYSTIC KIDNEY DISEASE

DISUSUN OLEH KELOMPOK IX

NAMA KELOMPOK NIM


ATHIYAH ULYA ARIF 70600117009
HUSNUL KHATIMAH 70600117019
RESKI NURSYIFAH HUSAIN 70600117030
NADHIRAH ANANDA IDRIS 70600117031
A. BESSE HANAN MARFU’AH 70600117044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN


ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2020-2021
POLYCYSTIC KIDNEY DISEASE

1. Definisi

Polycystic kidney disease merupakan penyakit herediter dimana terdapat


kista yang multipel dengan berbagai ukuran yang dapat menyebabkan
pembesaran ginjal dan kerusakan ginjal yang progresif sebagai akibat dari
kompresi nefron oleh kista yang dapat menyebabkan obstruksi intrarenal yang
terlokalisir.

Kedua ginjal biasanya berpengaruh, tetapi salah satunya dapat terkena


kista lebih awal dan akan terus berkembang. Kista terus tumbuh menempati
jaringan sehat dan dapat menyebabkan ginjal berhenti bekerja dengan baik.
Kerja ginjal semakin berat bersama dengan kista, yang jumlahnya ribuan.
Penyakit ginjal polikistik terjadi karena gagal ginjal dan dapat berpengaruh pada
pria maupun wanita dengan latar belakang etnis yang berbeda. Pria biasanya
lebih mudah untuk mengidap penyakit ginjal, meskipun tidak jelas mengapa hal
ini terjadi. Saat ini belum ada obatnya tetapi penyakit ini dapat diatasi dan
penelitian pilihan pengobatan sedang dilakukan. Ginjal polikistik terdapat dalam
dua bentuk yaitu Ginjal Polikistik Resesif Autosomal ( Autosomal Resesif
Polycystic Kidney/ARPKD) dan Ginjal Polikistik dominan autosomal
(Autosomal Dominant Polycytstic Kidney/ADPKD).1,2

2. Epidemiologi

ADPKD adalah penyakit ginjal bawaan yang paling umum, terjadi pada
kejadian sekitar 1: 1000. Laki-laki dan perempuan memiliki kejadian yan sama.

1 Almeida EAF, Prata MM. First description of polycystic kidney disease in a Portuguese journal. 2015.

Available from URL : http://ndt.oxfordjournals.org/cgi/reprint/gfn107v1.pdf

2 Wilson LM, Price SA. Gagal ginjal kronik. Dalam: Konsep Klinis ProsesProses Penyakit patofisiologi

Hartanto H, Susi A, Wulansari A, Mahanani DA, Editor Edisi 6. Jakarta : EGC ;2006.
ADPKD dapat dijumpai di semua ras dan etnis. Walaupun merupakan kasus
End-stage renal disease (ESRD) yang sangat jarang terjadi pada anak-anak,
ADPKD dapat terjadi sekitar 5% dari ESRD pada orang dewasa.

Berbeda dengan relatif seringnya terjadi ADPKD, ARPKD jauh lebih


jarang. Diperkirakan terjadi dalam 1: 10.000–1: 40.000 kelahiran hidup. Namun,
angka-angka ini mungkin meremehkan kejadian sebenarnya karena bayi yang
paling parah terkena dampaknya mungkin tidak bertahan hidup lebih dari
beberapa hari pertama kehidupan (terutama karena Respiratoty distress) dan
mungkin tidak menerima diagnosis pasti. ARPKD diwarisi sebagai sifat resesif
autosom, terjadi pada semua etnis dan mempengaruhi pria dan wanita secara
setara. 3,4

3. Etiologi5

1. Ginjal Polikistik Resesif Autosomal ( Autosomal Resesif Polycystic


Kidney/ARPKD)
Disebabkan oleh mutasi suatu gen yang belum teridentifikasi pada
kromosom 6p. Manifestasi serius biasanya sudah ada sejak lahir, dan
bayi cepat meninggal akibat gagal ginjal. Ginjal memperlihat banyak
kista kecil dikorteks dan medulla sehingga ginjal tampak seperti spons.

2. Ginjal Polikistik dominan autosomal (Autosomal Dominant


Polycytstic Kidney/ADPKD)

3 Rossetti S, Harris PC. Genotype-phenotype correlations in autosomal dominant and autosomal recessive

polycystic kidney disease. J Am Soc Nephrol . 2007;18 : 1374 –1380

4 Ward CJ, Hogan MC, Rossetti S, et al. The gene mutated in autosomal recessive polycystic kidney disease

encodes a large, receptor-like protein. Nat Genet. 2002;30(3):259–269.

5 Grantham JJ. Autosomal Dominant Polycystic Kidney Disease. New England Journal Medicine. 359;14,2008.
Diperkirakan karena kegagalan fusi antara glomerulus dan tubulus
sehingga terjadi pengumpulan cairan pada saluran buntu tersebut. Kista
yang semakin besar akan menekan parenkim ginjal sehingga terjadi
iskemia dan secara perlahan fungsi ginjal akan menurun. Hipertensi
dapat terjadi karena iskemia jaringan ginjal yang menyebabkan
peningkatan rennin angiotensin.

4. Patofisiologi6

Penyakit ginjal polikistik resesif autosomal (ARPKD) umumnya tampak


pada orang yang homozigot untuk alel yang mengalami mutasi, sedangkan
heterozigot jarang menunjukan fenotip penyakit. Pada penyakit yang bersifat
resesif autosomal memiliki beberapa karakteristik yaitu :

• Hanya tereksperi pada homozigot (aa), sedangkan pada heterozigot (Aa)


secara fenotipe hanya pembawa yang normal

• Laki-laki dan perempuan memiliki kemungkinan yang sama untuk


terkena

• Pola pewarisan horizontal tampak pada silsilah yang maksundya muncul


pada saudara kandung tetapi tidak pada orang tua.

• Penyakit umumnya memiliki awitan dini

Berdasarkan karakteristik tersebut maka penyakit ginjal polikistik resesif


autosomal sering disebut sebagai bentuk anak-anak karena awitan yang muncul
lebih dini. ARPKD disebabkan oleh mutasi disuatu gen yang belum
teridentifikasi pada kromosom 6p.Penyakit ginjal polikistik dominan autosomal
(ADPKD) dapat diekspresikan baik pada heterozigot (Aa) maupun homozigot

6 Robbins, Stanley. Buku Ajar Patologi. Volume 2. Editor: dr.Huriawati Hartanto,dkk.Edisi 7.Jakarta:EGC.

2007
(aa). Selain yang telah disebutkan sebelumnya, pada penyakit yang bersifat
dominan autosomal memiliki beberapa karakteristik yaitu :

• Laki-laki dan perempuan memiliki kemungkinan yang sama untuk terkena


pola pewarisan vertikal tampak pada silsilah yang maksundya muncul
pada setiap generasi.

• Usia awitan penyakit sering lambat

Berdasarkan karakteristik tersebut maka peyakit ginjal polikistik


dominan autosomal sering disebut sebagai bentuk pada orang dewasa karena
awitanya yang muncul sering lambat. Pada umumnya terdapat dua gen yang
berperan terhadap ter bentuknya kista yaitu :

• PKD-1 (gen defektif) yang terletak pada lengan pendek kromosom 16

• PKD-2 (gen defektif) yang terletak pada kromosom

ADPKD dibagi menjadi tiga tipe yaitu dua diantaranya sama dengan
yang telah disebutkan dan ditambah dengan ADPKD bentuk ketiga yang telah
diidentifikasikan namun gen yang bertanggung jawab belum diketahui letaknya.
PKD-1 yang terletak pada lengan pendek kromosom 16. Gen ini mengkode
sebuah protein dan kompleks, melekat ke membrane, terutama ekstrasel dan
disebut dengan polikistin-1. Polikistin-1 ini memiliki fungsi sama dengan
protein yang diketahui berperan dalam perlekatan sel ke sel atau sel ke
matriks. Namun pada saat ini belum diketahui bagaimana mutasi pada protein
tersebut dapat menyebabkan kista, namun diperkirakan ganguan interaksi sel-
matriks dapat meneybabkan gangguan pada pertumbuhan, diferensiasi dan
pembentukan matriks oleh sel epitel tubulus dan menyebabkan terbentuknya
kista. PKD-2 yang terletak pada kromosom 4 dan mengkode polikistin-2 yaitu
suatu protein dengan 968 asam amino.
Walaupun secara struktural berbeda tetapi diperkirakan polikistin-1 dan
polikistin-2 bekerja sama dengan membentuk heterodimer. Hal inilah yang
menyebabkan,jika mutasi terjadi di salah satu gen maka akan menimbulkan
fenotipe yang sama. Kista muncul sejak dalam uterus dan secara perlahan
merusak jaringan normal sekitarnya bersamaan dengan pertumbuhan anak
tersebut menjadi dewasa. Kista muncul dari berbagai bagian nefron dan duktus
koligentes. Kista tersebut terisi dengan cairan dan mudah terjadi komplikasi
seperti infeksi berulang, hematuria, poliuria, mudah membesar, ginjal yang
“menonjol” sering menjadi tanda dan gejala yang terlihat. Polikista pada ginjal
dimulai dari timbulnya beberapa kista pada kedua ginjal. Pada perkembangan
selanjutnya kista menjadi banyak, ukuran bertambah besar dan
menginfiltrasi parenkim ginjal sehingga pada akhirnya pasien terjatuh dalam
kondisi gagal ginjal terminal. Penurunan fungsi ginjal yang progresif lambat
biasa terjadi dan sekitar 50 % menjadi ESRD (End Stage Renal Disease) atau
Gagal Ginjal pada usia 60 tahun.Gejala biasanya berkembang antara umur 30
dan 40, tapi dapat juga terjadi lebih awal, pada saat anak -anak. Sekitar 90% dari
PKD disebabkan autosomal dominant PKD.

5. Manifestasi Klinis2

Penyakit ginjal polikistik pada dewasa atau penyakit ginjal polikistik


dominan autosomal tidak menimbulkan gejala hingga dekade keempat, saat
dimana ginjal telah cukup membesar. Gejala yang ditimbulkan adalah:

1. Nyeri

Nyeri yang dirasakan tumpul di daerah lumbar namun kadang-


kadang juga dirasakan nyeri yang sangat hebat, ini merupakan tanda
terjadinya iritasi di daerah peritoneal yang diakibatkan oleh kista yang
ruptur. Jika nyeri yang dirasakan terjadi secara konstan maka itu adalah
tanda dari perbesaran satu atau lebih kista.

2. Hematuria

Hematuria adalah gejala selanjtnya yang terjadi pada polikistik.


Gross Hematuria terjadi ketika kista yang rupture masuk kedalam pelvis
ginjal. Hematuria mikroskopi lebih sering terjadi disbanding gross
hematuria dan merupakan peringatan terhadap kemungkinan adanya
masalah ginjal yang tidak terdapat tanda dan gejala.

3. Infeksi saluran kemih Hipertensi

Hipertensi ditemukan dengan derajat yang berbeda pada 75% pasien.


Hipertensi merupakan penyulit karena efek buruknya terhadap ginjal yang
sudah kritis.

4. Pembesaran ginjal

Pembesaran pada pasien ADPKD ginjal ini murapakan hasil dari


penyebaran kista pada ginjal yang akan disertai dengan penurunan fungsi
ginjal, semakin cepat terjadinya pembesaran ginjal makan semakin cepat
terjadinya gagal ginjal.

5. Aneurisma pembulu darah otak

Pada penyakit ginjal polikistik dominan autosomal (ADPKD)


terdapat kista pada organ- organ lain seperti : hati dan pangkreas.

6. Diagnosis

Pasien dengan ADPKD biasanya datang dengan ginjal yang membesar


dengan beberapa kista bilateral dan riwayat keluarga positif yang konsisten
dengan warisan dominan autosomal. Temuan klinis tambahan yang membantu
untuk diagnosis termasuk tidak adanya gejala dan tanda-tanda yang
menunjukkan bentuk sindrom lain dari penyakit kistik ginjal dan adanya kista
ekstrarenal, hernia inguinalis, dan kelainan katup jantung seperti prolapse katup
mitral. Namun, ADPKD kadang-kadang akan muncul sangat dini, dalam tahun-
tahun pertama kehidupan, dan mungkin dikacaukan dengan penyakit ginjal
polikistik resesif autosom (ARPKD) dan displasia kistik kistik. Dalam hal ini,
adanya riwayat keluarga yang positif dan ukuran kista ginjal yang lebih besar
akan membantu membedakan ADPKD dari ARPKD, dan adanya malformasi
dan obstruksi ureter akan membantu membedakan displasia kistik ginjal dari
ADPKD. Namun, riwayat keluarga mungkin tidak ada pada 20 hingga 40% dari
pasien baru di mana diagnosis ADPKD pertama kali dicurigai dari studi
pencitraan yang dilakukan untuk mengevaluasi hematuria yang tidak dijelaskan,
massa perut, nyeri panggul, atau insufisiensi ginjal.7

Dalam kasus ini, temuan ADPKD dapat disebabkan oleh mutasi de novo
atau, lebih mungkin, kepastian keluarga PKD2 kecil dengan penyakit ginjal
ringan, yang sering kurang terdiagnosis. Sebagai contoh, pemeriksaan
ultrasonografi pada kedua orang tua dapat menunjukkan beberapa kista ginjal
pada satu orang tua. Dalam kasus di mana satu atau kedua orang tua meninggal,
tinjauan laporan otopsi (jika tersedia) juga dapat membantu. Terakhir, individu
yang terlahir dengan risiko 50% untuk ADPKD sering dievaluasi sebagai donor
ginjal potensial yang masih hidup untuk kerabat mereka yang terkena dampak.
Masalah dalam kasus ini menjadi salah satu pengecualian penyakit, yang bisa
sulit pada individu yang lebih muda menggunakan pendekatan berbasis
pencitraan.

A. Anamnesis8
Banyak orang hidup dengan PKD selama bertahun-tahun tanpa
mengalami gejala yang terkait dengan penyakit ini. Kista biasanya tumbuh 0,5
inci atau lebih besar sebelum seseorang mulai memperhatikan gejala. Gejala
awal yang terkait dengan PKD dapat meliputi:

7 Pei Y. Diagnostic Approach in Autosomal Dominant Polycystic Kidney Disease. American Society of

Nephrology. 2016;1: 1108–1114.

8 Guay-Woodford LM, Desmond RA. Autosomal recessive polycystic kidney disease: the clinical experience in

North America. Pediatrics. 2003;111(5 Pt 1):1072–1080.


1. ADPKD ! riwayat keluarga
2. sakit atau nyeri di perut
3. Hematuria
4. Polyuria
5. infeksi saluran kemih (ISK)
6. riwayat batu ginjal
7. rasa sakit atau berat di bagian belakang
Anak-anak dengan PKD resesif autosom mungkin memiliki gejala yang
meliputi:
1. tekanan darah tinggi
2. ISK
3. Polyuria
Gejala pada anak-anak mungkin menyerupai gangguan lain. Penting untuk
mendapatkan perhatian medis untuk anak yang mengalami salah satu gejala
yang tercantum di atas.

B. Pemeriksaan Fisik 8
1. Tekanan darah tinggi ! ARPKD
2. kulit yang mudah memar
3. warna kulit pucat
4. kelelahan
5. nyeri sendi
6. kelainan kuku
C. Pemeriksaan Penunjang,9,10
1. Ultrasonografi ginjal
Ultrasonografi ginjal digunakan secara luas untuk skrining
asimptomatik dari individu yang berisiko dan untuk evaluasi donor ginjal
potensial yang hidup dari keluarga dengan ADPKD. Menggunakan hasil
hubungan DNA sebagai "standar emas" untuk penugasan penyakit,
kriteria diagnostik ultrasonografi yang bergantung pada usia dengan nilai
prediksi positif dan negatif yang tinggi telah diturunkan untuk individu
yang dilahirkan dengan risiko 50% dari keluarga dengan PKD1.
2. CT-scan
CT scan dengan resolusi yang ditingkatkan, dapat mendeteksi
kista berukuran lebih kecil dari ultrasonografi. Kerugian utama dari CT
scan adalah risiko paparan radiasi dan radiocontrast yang dapat dikaitkan
dengan kemungkinan kecil reaksi alergi yang serius dan nefrotoksisitas
pada pasien dengan insufisiensi ginjal. Sebagai perbandingan, MRI,
dengan gadolinium sebagai agen kontras, memiliki sedikit atau tidak ada
toksisitas ginjal.
3. MRI
MRI dengan gadolinium sebagai agen kontras, memiliki sedikit
atau tidak ada toksisitas terhadap ginjal. Agen ini memberikan informasi
yang sama seperti yang dilakukan senyawa iodinasi sehubungan dengan
fungsi tubular dan volume parenkim. Keamanan dan sensitivitasnya yang
ditingkatkan menjadikannya modalitas pencitraan yang sangat
menjanjikan untuk ADPKD. Namun, MRI kemungkinan akan
mendeteksi kista kecil, sederhana dan kecil yang muncul dari ADPKD.

9 Torres V, Wang X, Qian Q, Somlo S, Harris P, Gattone V: Effective treatment of an orthologous model of

autosomal dominant polycystic kidney disease. Nat Med10 :363– 364,2004

10 Shillingford J, Murcia N, Larson C, Low SH, Hedgepeth R, Brown N, Flask C, Novick A, Goldfarb D,

Kramer-Zucker A, Walz G, Piontek K, Germino G, Weimbs T: The mTOR pathway is regulated by


polycystin-1, and its inhibition reverses renal cystogenesis in polycystic kidney disease. Proc Natl Acad Sci U S
A103 :5466– 5471,2006
Oleh karena itu, sampai utilitas diagnostik telah dievaluasi secara formal
seperti pada ultrasonografi, ia tidak boleh digunakan sebagai modalitas
pencitraan awal untuk diagnosis ADPKD.
4. Molecular Genetic Testing in ADPKD
a) DNA Linkage Analysis
Tes ini membutuhkan genotipe dan informasi klinis dari banyak
anggota keluarga yang terpengaruh dan tidak terpengaruh, serta dari
individu berisiko yang diuji. Dengan mengetikkan beberapa penanda
DNA polimorfik yang mengapit lokus PKD1 dan PKD2 pada subjek
penelitian, analisis keterkaitan berusaha mengidentifikasi segmen
kromosom baik pada lokus PKD1 atau PKD2 yang sepenuhnya
berkoordinasi dengan penyakit ini. Untuk pengujian klinis, algoritma
statistik Bayesian digunakan untuk memberikan perkiraan probabilitas
keterkaitan keluarga dengan lokus penyakit. Ketika penanda
polymorphic mengapit informatif, prediksi penyakit pada individu yang
berisiko dapat sangat akurat dengan kesalahan ︎1%. Keuntungan utama
dari metode ini adalah bahwa ketika keluarga besar dengan banyak
anggota yang terkena dampak tersedia, hampir selalu mungkin untuk
menentukan apakah subjek uji adalah pembawa penyakit yang wajib.
Identifikasi mutasi patogen, yang dapat menjadi tantangan terutama pada
PKD1, tidak diperlukan. Namun, kebutuhan untuk mendapatkan sampel
darah dan informasi klinis dari banyak individu dan temuan yang tidak
meyakinkan dari metode ini dalam keluarga kecil adalah dua kelemahan
utama.
b) Gene-Based Mutation Screening
Keuntungan utama dari tes ini adalah bahwa hanya sampel darah
dari subjek tes yang diperlukan. Namun, itu mahal, dan meskipun data
sensitivitas untuk mendeteksi mutasi definitif belum dipublikasikan oleh
perusahaan, mutasi definitif kemungkinan ditemukan tidak lebih dari
sekitar dua pertiga dari subjek uji. Oleh karena itu, layar ini hanya
berguna ketika positif.

7. Tatalaksana

Tidak ada terapi khusus yang dapat diberikan kepada pasien ARPKD,
tetapi, terapinya berfokus untuk meminimalisir dan mencegah
komplikasi pada ginjal dan hati. Termasuk ke dalamnya, yaitu
hipertensi, penyakit ginjal kronik, hipertensi portal, varises, dan
sebagainya. 11

a. ACE Inhibitor

Hipertensi dapat terjadi lebih awal dan berat, oleh karena itu,
dapat diberikan ACE Inhibitor dan diet protein.

b. Hidrasi cairan dan elektrolit

Untuk mencegah terjadinya gagal ginjal kronik, dapat


dipertahankan dengan pemberian cairan dan elektrolit.

c. Antibiotik

Pasien yang memiliki riwayat kolangitis, dapat diberikan


trimethoprim/sulfamaxazole.

d. Tolvaptan

Dapat diberikan Tolvaptan yang mekanismenya langsung


menurunkan cAMP di dalam jaringan kistik

e. Antifibrinolitik

11 Goto M, Hoxha N, Osman R, Dell KM. The renin-angiotensin system and hypertension in autosomal

recessive polycystic kidney disease. Pediatr Nephrol. 2010 Dec;25(12):2449–2457


Pada beberapa kasus, terdapat gross hematuria, oleh karena itu,
dapat diberikan antifibrinolitik seperti Tranexamic, jika terapi
konservatif (istirahat, hidrasi cairan) gagal

f. Diuretik

g. Perbaikan ventilasi pada neonates

Pasien dengan ARPKD sering mengalami Respiratory distress, oleh


karena itu, sangat penting untuk memperbaiki ventilasi pada pasien

8. Komplikasi

Komplikasi yang dapat muncul akibat penyakit ginjal polikistik seiring


bertambahnya ukuran dan jumlah kista adalah:12

▪ Gagal ginjal.

▪ Penyebaran kista ke organ hati, pankreas, dan testis

▪ Pecahnya kista.

▪ Aneurisma pada otak.

▪ Komplikasi saat kehamilan.

▪ Divertikulitis

▪ Gangguan pada hati.

▪ Katarak.

12 Purnomo BB. Ginjal Polikistik dalam Dasar- dasar Urologi. Edisi ke-2 . Jakarta : EGC. 2003.
▪ Penyakit jantung.

Gagal ginjal merupakan komplikasi yang paling sering terjadi akibat


penyakit ginjal polikistik. Bila mengalami gagal ginjal, penderita perlu
menjalani terapi pengganti ginjal, seperti cuci darahatau transplantasi ginjal.

9. Prognosis

Ada usia 75, 50 hingga 75% pasien dengan penyakit ginjal polikistik
dominan autosom (ADPKD) memerlukan terapi penggantian ginjal (dialisis atau
transplantasi). Rata-rata laju filtrasi glomerulus (GFR) menurun sekitar 5 mL/
menit/tahun setelah dekade keempat kehidupan. Prediktor perkembangan lebih
cepat ke gagal ginjal meliputi yang berikut:

▪ Usia lebih dini saat diagnosis

▪ Pria

▪ Anemia sel sabit

▪ Genotipe PKD1

▪ Ukuran ginjal lebih besar atau meningkat dengan cepat

▪ Gross Hematuria

▪ Hipertensi

▪ Meningkatkan proteinuria

Pengukuran volume kista dan ginjal memprediksi risiko pengembangan


menjadi penyakit ginjal kronis dan penyakit ginjal tahap akhir, seringkali
sebelum perubahan dalam studi laboratorium rutin. Misalnya, ukuran kista dan
ukuran ginjal memprediksi risiko 8 tahun penyakit ginjal kronis lebih akurat
daripada usia, derajat proteinuria, atau serum urea darah nitrogen (BUN) atau
kreatinin. Ukuran ginjal adalah prediktor yang paling penting untuk
perkembangan, terutama volume ginjal total> 1500 mL.

Peningkatan hormon fosfaturat fibroblast growth factor (FGF) 23


dikaitkan dengan peningkatan ukuran ginjal dan laju tahunan perkiraan laju
filtrasi glomerulus (eGFR) menurun tetapi yang menarik tidak meningkatkan
prediksi risiko untuk perkembangan penyakit.13

ADPKD tidak meningkatkan risiko kanker ginjal, tetapi jika pasien


dengan ADPKD mengembangkan kanker ginjal, itu lebih mungkin bersifat
bilateral. Kanker ginjal jarang menyebabkan kematian. Pasien biasanya
meninggal karena penyakit jantung (kadang-kadang katup), infeksi yang
menyebar, atau ruptur aneurisma otak.

13 Chonchol M, Gitomer B, Isakova T, et al: Fibroblast growth factor 23 and kidney disease progression in

autosomal dominant polycystic kidney disease. Clin J Am Soc Nephrol 12(9):1461-1469, 2017. doi:
10.2215/CJN.12821216

Anda mungkin juga menyukai