Pabrik Gula Kebon Agung berdiri tahun 1905 di Malang. Sejak didirikan kapasitas
giling terpasang 1.500 tth. Tahun 1937 kapasitas giling dinaikkan menjadi 1.800 tth. Pada
tahun 1976 s.d. 1978 diadakan Rehabilitasi, Perluasan dan Modernisasi (RPM) kapasitas
giling menjadi 3.000 tth, tahun 1998 s.d. 2001 dilakukan Program Penyehatan sehingga
kapasitas giling menjadi 4.700 tth. Dari tahun 2001 hingga 2004 dilakukan perbaikan dan
penggantian mesin untuk meningkatkan kemantapan kinerja dan efisiensi pabrik dengan
sasaran kapasitas giling 5.000 tth. Sejak tahun 2005 PG Kebon Agung melakukan Program
Pengembangan PT Kebon Agung dengan sasaran kapasitas giling 5.750 tth.
Pabrik Gula Kebon Agung saat ini dimiliki oleh PT Kebon Agung dan merupakan
salah satu pabrik yang didirikan pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda. Cikal bakal
pabrik ini dimulai dari Naamloze Vennootschap (NV) Suiker Fabriek Ke-bon Agoeng atau
NV S.F. Kebon Agoeng oleh De Javasche Bank pada 1935, kemudian disusul dengan
pembelian seluruh saham NV Cultuur Maatschap-pij Trangkil pada 1962. Sejak saat itu
sampai hari ini, PT Kebon Agung mempunyai 2 pabrik yaitu Kebon Agung dan Trangkil.
PG Kebon Agung didirikan pada tahun 1905 oleh pengusaha keturunan Tionghoa,
Tan Tjwan Bie. Lokasi PG berada di desa Kebon Agung, Pakisaji, Malang. Saat pertama
didirikan pabrik ini hanya 5.000 kth atau 500 tth (ton tebu per hari). Pada 1917,
pengelolaan PG diserahkan kepada Biro Management Naamloze Ven-
nootschap (NV) Handel – Landbouw Maatschappij Tiedeman & van Kerchem (TvK). Pada
20 Maret 1918 dibentuk Naam-loze Vennootschap (NV) Suiker Fabriek Kebon Agoeng atau
NV S.F. Kebon Agoeng, dengan akte Notaris Hendrik Willem Hazenberg. Pada 1932
seluruh saham NV S.F. Kebon Agoeng tergadaikan kepada De Javasche Bank Malang dan
pada 1935 sepenuhnya menjadi milik De Javasche Bank.
Pada Perang Dunia II, setelah serangan Jepang ke Pearl Harbour 8 Desember 1941,
industri gula di Indonesia berpindah tangan dari pemerintah Belanda ke tangan Jepang.
Pada masa ini pabrik gula di Indonesia diubah fungsinya untuk keperluan perang Jepang,
PG Kebon Agung tidak memproduksi gula melainkan menggiling batu untuk keperluan
pembangunan Jepang. Setelah kemerdekaan, PG Kebon Agung tidak luput dari serangan
Belanda, namun tetap bisa beroperasi. Kepemilikannya menjadi milik pemerintah dan
diatur sebagaimana peraturan yang berlaku dan terus memproduksi gula hingga sekarang.
b. Gula Ritel
Produk Gula Ritel adalah produk gula dari PG
Kebonagung yang dikemas dalam bentuk ritel
atau eceran dengan berat bersih (netto) 1
kilogram. Dalam pengemasannya dibungkus
dengan plastik transparan agar terlihat jelas isi
dari produk ini. Untuk pengepakan produk ini
dikemas dalam kardus dengan isi 20 plastik
gula dengan bobot 1 kilogram. Sesuai dengan
namanya, produk ini dipasarkan secara eceran.
Dalam pemasarannya dikemas dalam kardus dengan bobot 20 kilogram. Konsumen
dapat membeli gula ritel ini dengan harga yang lebih rendah apabila membeli dalam
jumlah yang besar.
c. Tetes Tebu
Tetes tebu untuk industri peternakan .
Tetes tebu sangat di butuhkan untuk
industri peternakan, pertanian. Molase
atau etes tebu adalah sejenis sirup
limbah sisa dari proses pengkristalan
gula pasir. Selain itu, molase digunakan
sebagai bahan untuk pembuatan MSG
(Monosodium Glutamat).
d. Ampas Tebu
Ampas tebu adalah suatu residu dari proses penggilingan tanaman tebu
(saccharum oficinarum) setelah diekstrak atau dikeluarkan niranya pada proses
pemurnian gula sehingga diperoleh hasil samping sejumlah besar produk limbah
berserat yang dikenal sebagai ampas tebu (bagasse).
1.4.2 Distribusi dan Pemasaran
Strategi saluran distribusi adalah serangkaian strategi perusahaan yang berperan
serta dalam aliran produk dari produsen sampai ke tangan konsumen atau pengguna
akhir. Strategi saluran distribusi yang dilaksanakan oleh perusahaan, perorangan,
dan pelaksana ekonomi lainnya bertujuan agar barang yang dihasilkan sampai ke
tangan konsumen dan siap untuk dikonsumsi. Dengan strategi pemasaran yang tepat
diharapkan dapat merangsang penjualan dengan jalan memodifikasi satu atau lebih
elemen-elemen bauran pemasaran. Diperlukannya pemahaman mengenai distribusi
dan pemasaran produk yang dilaksanakan oleh PG. Kebon Agung ini bertujuan
untuk mengetahui penerapan saluran distribusi gula ke konsumen dan faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi keberhasilan saluran distribusi pada PG. Kebon
Agung Malang serta untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam mengatasi
hambatan-hambatan dalam saluran distribusi. Dari kegiatan KKL yang dilaksanakan
serta informasi yang didapatkan dari website resmi PG. Kebon Agung dapat
diketahui berbagai strategi saluran distribusi yang diterapkan PG. Kebon Agung
Malang, yaitu: strategi saluran distribusi (produsen → pedagang besar →
konsumen) dan strategi saluran distribusi (produsen → pedagang besar → pengecer
→ konsumen). Pada tipe saluran distribusi ini PG. Kebon Agung Malang
mendistribusikan hasil distribusinya ke pedagang besar sebagai pelelang. Pedagang
besar tersebut lalu mendistribusikan ke pengecer dengan penetapan harga
berdasarkan hasil kesepakatan kedua belah pihak. Dengan demikian PG. Kebon
Agung tidak ikut campur dalam penetapan harga setelah produknya beredar di
pasaran. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan saluran
distribusi pada PG. Kebon Agung Malang, yaitu pertimbangan pasar, pertimbangan
barang, dan pertimbangan perusahaan. Dalam pelaksanaan strategi saluran
distrubusi ini ada beberapa hambatan dan untuk mengatasi hambatan-hambatan
tersebut PG. Kebon Agung Malang menggunakan cara sebagai berikut: perantara
pemasaran, peran aktif dan kerjasama dengan koperasi mitra kerja yang ada di kota
Malang, program kemitraan dan Bina Lingkungan.