Anda di halaman 1dari 13

RESUME PENGANTAR GEOFISIKA

MUHAMMAD FIRDAUS

G1B018040

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MATARAM

2020
BUMI SEBAGAI PLANET

A. Penemuan dan deskripsi planet-planet


Lebih dari 3000 tahun yang lalu, sekitar abad ketiga belas SM, tahun dan
bulan digabungkan dalam kalender kerja oleh Cina, dan sekitar 350 SM
Cina astronom Shih Shen menyiapkan katalog posisi dari 800 bintang.
Orang Yunani kuno mengamati beberapa hal benda langit bergerak bolak-
balik dan menyebut mereka planet, yang berarti "pengembara." Selain
Matahari dan Bulan, dahulu mata telanjang bisa membedakan planet-
planet Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus. Gagasan geometris
diperkenalkan ke astronomi oleh filsuf Yunani Thales pada abad keenam
SM. Ini memungkinkan orang Yunani untuk mengembangkan astronomi
pada titik tertinggi di dunia kuno. Aristoteles (384–322 SM) meringkas
pekerjaan Yunani yang dilakukan sebelum waktunya dan mengusulkan
model alam semesta dengan Bumi sebagai pusatnya. Model geosentris ini
menjadi tertanam dalam keyakinan agama dan tetap dalam otoritas sampai
akhir abad pertengahan. Itu tidak terbantahkan. Aristarchus dari Samos
(c.310 – c.230 SM) menentukan ukuran dan jarak Matahari dan Bulan
relatif terhadap Bumi dan mengusulkan kosmologi heliosentris (berpusat
pada matahari). Metode trigonometri yang dikembangkan oleh Hipparchus
(190-120 SM) memungkinkan penentuan astronomi jarak dengan
pengamatan posisi sudut benda langit. Ptolemy, seorang astronom Yunani-
Mesir di abad kedua Masehi, mengaplikasikan metode ini pada planet-
planet dan mampu memprediksi gerakan mereka dengan akurasi luar biasa
mengingat peralatan yang tersedia masih bersifat primitif. Sampai
penemuan teleskop pada awal abad ketujuh belas instrumen utama yang
digunakan oleh para astronom untuk menentukan posisi dan jarak planet
adalah astrolab. Alat ini terdiri dari piringan kayu atau logam dengan
keliling ditandai derajat. Di tengahnya diputar sebuah penunjuk yang dapat
dipindahkan disebut alidade. Jarak sudut dapat ditentukan dengan melihat
pada alidade dan membaca ketinggian skala. Penemu astrolabe tidak
diketahui, tetapi sering dianggap berasal Hipparchus (190–120 SM). Itu
tetap merupakan alat yang penting untuk navigator sampai penemuan
sextant di abad kedelapan belas. Pengamatan sudut dikonversi menjadi
jarak dengan menerapkan metode paralaks (Gambar 1.1).

Gambar 1.1 Ilustrasi metode paralaks

B. Pembentukan Bumi
Pelajaran utama yang dapat kita amati dari berbagai kejadian di sekitar kita
ialah bahwa segala sesuatu tidak pernah kekal. Semua yang ada dibumi
muncul dan bisa musnah kembali, seperti sungai, danau, gunung,
samudera, dan masih banyak lagi benda alam lainnya. Fenomena lain yang
kita lihat ialah bahwa segala sesuatu yang ada sekarang adalah hasil
kejadian pada masa lalu, yang dapat berulang kembali. Banyak masalah
utama yang yang harus dijawab yang berkaitan dengan hal ini, misalnya
material dan proses yang membentuk bumi, seperti yang kita saksikan
sekarang ini.

Pada mulanya manusia mengira bumi berbentuk datar, dikelilingi oleh


samudera sehingga orang tidak berkeinginan untuk berlayar jauh dilautan
(takut jatuh). Namun sejak sekitar 1500 SM bangsa Mesir telah berhasil
mengamati jalannya matahari dan bulan sehingga dapat menciptakan
kalender. Sekitar tahun 585, ilmuan Yunani, dengan mengamati gerhana
bulan,menyimpulkan bahwa bulan memntulkan cahaya matahari. Tidak
lama kemudian, Phytagoras mengemukakan pandangannya bahwa bumi
berbentuk bulat. Pada waktu itu orang masih percaya bahwa bumi adalah
pusat alam semesta, dikelilingi oleh bulan dan matahari. Sekitar tahun 200
SM, seorang ahli matematika berhasil menghitung keliling bumi.
Kemudian, sejak awal tahun Masehi hingga abad XV, ilmu astronomi
yang kebanyakan berpusat di Arab berkembang dengan pesat. Selanjutnya,
sejak awal tahun 1600-an, dengan kemajuan ilmu astronomi itu, orang
menyadari bahwa bumi bukanlah pusat alam semesta, melainkan hanya
salah satu planet yang mengelilingi matahari. Tiga abad kemudian (1918)
muncul kesimpulan baru bahwa matahari bukanlah pusat alam semesta,
hanya salah satu dari jutaan bintang yang ada di alam semesta yang
membentuk gugus yang disebut galaksi, dan dinamai galaksi Milky Way
atau Bimasakti. Hingga saat ini ada sekitar dua puluh galaksi yang telah
berhasil dipetakan.

Di antara galaksi yang telah berhasil dideteksi itu, galaksi terbesar disebut
galaksi andromeda yang berbentuk spiral yang terletak dua juta tahun
cahaya dari galaksi bimasakti. Galaksi yang terdekat terletak 160.000
tahun cahaya, disebut awan Awan Magellan. Galaksi bimasakti juga
berbentuk spiral, dengan matahari terletak pada lengan spiral pada jarak
30.000 tahun cahaya dari pusat galaksi yang dikelilinginya. Matahari
memerlukan waktu 225 juta tahun untuk mengelilingi pusat galaksi, dan
sejak terbentuknya ia telah mengelilingi pusat itu sebanyak 20 kali.

Galaksi diperkirakan mengandung 10.000-100.000 milyar dengan garis


tengah 100.000 tahun cahaya (9,5×10 16 km ¿ . bandingkan dengan jari-jari
bumi yang hanya 6378 km, garis tengah matahari 1.390.000 km, dan jarak
bumi-matahari sekitar 149.500.000 km. Di antara ratusan ribu juta bintang
dalam galaksi bimasakti, matahari adalah satu di antaranya. Matahari
dikelilingi oleh sembilan planet utama (gambar 1.1 danTabel 1.1), selain
oleh serpihan batuan dan logam (astroid) yang tak terhingga banyaknya.

Gambar 1.1 Sistem Tata Surya

Tabel 1.1 Matahari dan semua planet serta benda langit yang
mengelilinginya.
Jari-jari Massa Jarak terhadap
Nama Satelit
(km) Jenis matahari (satuan
astronomi)
Matahari 695.000 1.42 - -
Markurius 2.490 4.8 0 0,39
Venus 6.200 4.9 0 0,72
Bumi 6.370 5.51 1 1,00
(Bulan) 1.740 3.36 0 -
Mars 3.400 3.95 2 1,5
Asteroid - - - 2,8
Jupyter 71.300 1.34 12 5,2
Saturnus 59.600 0.69 9 9,6
Uranus 25.800 1.36 5 19,25
Neptunus 22.300 1.30 2 30,2
Pluto 2.900 - 0 39,6

C. Struktur-Dalam Bumi
Pengetahuan kita tentang struktur-dalam bumi masih sangat terbatas.
Lubang terdalam yang pernah digali orang adalah sekitar 2100 m di Brazil.
Sementara itu, batuan yang pernah dipelajari orang berasal dari kedalaman
800 m, diambil dengan pengeboran-dalam. Namun, ahli seismologi telah
berhasil mengemabangkan teknik untuk mempelajari struktur-dalam bumi,
bersama dengan ahli geokimia mencoba mengupas pengertian tentang
struktur-dalam bumi. Berdasarkan perhitungan dan penafsiran yang
dilakukan oleh ahli seismologi, bumi dapat dibagi ke dalam tiga lapisan
utama, yaitu kerak, selubung (mantel), dan inti bumi (Gambar 1.2). kerak
bumi memiliki ketebalan yang beragam, di daerah samudera ketebalannya
sekitar 10 km, sementara di bagian benua ketebalannya beragam antara 30
hingga 40 km. Batas antara kerak dan selubung bumi dinamakan
Mohorovicic atau biasa disebut bidang Moho. Bidang diskontinu yang lebih
dalam lagi adalah antara selubung dan inti bumi, yaitu pada kedalaman
2900 km.
Gambar 1.2 Dimensi struktur-dalam bumi.

Kerak Bumi
Pada bagian atas kerak bumi dijumpai batuan sedimen. Dari data
gelombang gempa, di bawahnya dijumpai dua lapisan, yaitu batuan granitis
di bagian atas dan batuan yang bersifat basaltis di bagian bawahnya. Batas
kedua lapisan batuan ini kurang jelas, namun bidang diskontinu-nyadisebut
bidang diskontinu Conrad. Pada kerak bumi di samudera, batuan yang
bersifat asam tidak dijumpai. Kerak bumi dibagian benua dan samudera
memiliki perbedaan yang sangat kontras, sebagaimana yang ditunjukkan
oleh hasil analisis gelombang gempa (Gambar 1.3).
Gambar 1.3 Hasil analisis gelombang seismik gempa untuk struktur-dalam
bumi.

Berdasarkan indikasi kecepatan gelombang gempa, kerakbumi bagian


bawah di tafsirkan sebagai batuan gabro (basa). Namun jika dilihat dari
suhu dan tekanan pada kerak bumi bagian bawah, gabro tidak mungkin
akan terbentuk. Pada tekanan tinggi ia akan berubah menjadi batuan yang
disebut eklogit, namun dalam keadaan demikian batuan ini memiliki
densitas (kepadatan/kekerasan) terlalu tinggi untuk kerak bumi.
Kesimpulannya, besar kemungkinan pada bagian bawah kerak bumi
komposisi kimia batuannya tergolong menengah, karena suhu dan tekanan
tinggi menjadikan batuan memiliki densitas (kepadatan/kekerasan) yang
tinggi.
Selanjutnya, kerak bumi yang terdapat pada daerah benua ke samudera,
bagian bawahnya yang berkomposisi basa akan menipis, sementara bagian
atas yang berkomposisi asam akan menipis dan menghilang. Contoh batuan
yang diambil dari pengeboran di laut menunjukkan batuan basalt dengan
sebagian kecil serpentinit dan batuan ultramefik. Basalt yang dijumpai
disini kurang mengandung kalium, tapi kaya akan aluminium jika
dibandingkan dengan batuan basalt yang dijumpai di permukaan bumi.
Batuan ini disebut toleit samudera. Pada permukaan kerak bumi terlihat
dalam berbagai bentuk, antara lain gunung api, pegunungan, samudera,
daratan, dan sebagainya. Beberapa hipotesis yang mencakup terjadinya
bentuk morfologi :
Bumi statis – artinya bumi memang sudah ada sesuai dengan bentukknya
yang sekarang ini, sementara erosi dan pengendapan hanya sedikit
mengubah bentuk yang sudah ada.
Bumi mengembang – hipotesis ini berpijak pada kenyataan bahwa bumi
semakin panas sehingga menjadi membesar. Akibatnya, kulit bumi yang
kaku dan tipis menjadi terpecah-pecah karena membesarnya bumi. Hasil
yang diperoleh adalah bentuk permukaan bumi seperti yang sekarang ini.
Bumi menyusut – berlawanan dengan hipotesis bumi mengembang,
hipotesis ini memperkirakan bumi yang menjadi semakin dingin
menyebabkan bumi menyusut. Penyusutan tersebut menyebabkan bagian
luar bumi berlekuk-lekuk yang membentuk bebagai kenampakan morfologi
seperti sekarang ini.
Bumi berdenyut – hipotesis ini adalah kombinasi dari hipotesis bumi
mengembang dan menyusut, seperti bumi berdenyut. Akibat proses ini
diperkirakan kemungkinan terjadinya bentuk morfologi bumi seperti
sekarang ini.
Tektonik lempeng – teknologi maju yang khususnya berkaitan dengan
geofisika memungkinkan para ahli kebumian mempelajari lantai samudera,
sifat gaya berat dan magnetik bumi, serta sifat fisik batuan kerak bumi
lainnya. Hasilnya adalah perkembangan teori baru berdasarkan model
lempengan yang dikenal sebagai Teori Tektonik Lempeng. Teori ini
berpijak pada hipotesis bahwa kerak bumi terdiri atas beberapa lempengan
kaku (litosfer) seperti ditunjukkan pada Gambar 1.4. lempengan tersebut
terus bergerak sehingga bertubrukan satu sama lain, saling menjauh atau
berpapasan.
Gambar 1.4 Lempengan litosfer utama di kerak bumi dengan arah
pergerakannya.
Jika terjadi tubrukan dengan lempengan lainnya terjadilah berbagai bentuk
gunung api, pegunungan, palung dan sebagainya (Gambar 1.5). Di daerah
yang berpapasan terjadilah sesar transform. Pergerakan lempeng tadi juga
dipengaruhi oleh adanya arus konveksi di mantel atas.

Gambar 1.5 Model lempengan tektonik yang membentuk berbagai rupa


bumi.
Selubung bumi
Selubung adalah lapisan di dalam bumi, mulai dari bidang diskontinu
Moho hingga kedalaman 2900 km. Hingga saat ini belum ada batuan yang
secara pasti dianggap mewakili batuan dari selubung. Meskipun demikian,
diduga batuan disini terdiri atas batuan ultramefik yang
banyakmengandung olivin dan sedikit piroksen. Batuan ini dijumpai berupa
zenolit yang terperangkap dalam magma yang keluar kepermukaan bumu.
Namun, harus diketahui bahwa selama perjalanan keluar ke permukaan
bumi, batuan tersebut telah mengalami berbagai perubahan. Hasil kajian
gelombang gempa menunjukkan bahwa lapisan selubung terdiri atas tiga
bagian. Bagian paling atas hingga kedalaman 200 km memiliki ciri
perubahan kecepatan gelombang gempa yang berangsur melemah. Lapisan
tengah, antara 200 - 700 km, dapat dilihat dari perubahan kecepatan
gelombang gempa yang lebih bermakna. Lapisan terdalam antara 700 -
2900 km, mencakup kedua ciri sebelumnya secara menerus. Bila
dibandingkan dengan jari-jari bumi, tebal lapisan selubung hanya kurang
dari separuhnya, namun isinya mencakup 83% isi bumi. Kecepatan
gelombang gempa yang tinggi pada zona selubung ini mengarah pada
batuan dengan rigiditas (kekakuan) dan densitas (kepadatan/kekerasan)
tinggi. Batuan ini mungkin sesuai dengan piroksenit atau dunit. Selain itu,
tampak bahwa gempa dangkal (<60 km) lebih sering terjadi, sementara
gempa menengah dan gempa dalam jauh lebih jarang terjadi.

Inti Bumi
Inti bumi dimulai dari bidang diskontinu Gutenberg, mulai dari kedalaman
2900 km hingga kepusat bumi pada kedalaman 6371 km. Karena
kedalamannya yang besar, kajian terinnci mengenai inti bumi juga masih
jauh dari jangkauan manusia. Kajian terutama dapat dilakukan melalui
gelombang gempa. Batas antara selubung dan inti bumi sudah dapat
diperkirakan karena adanya perbedaan densitas yang mendadak, yaitu dari
5,5 gr/cc menjadi 10 gr/cc yang mewakili lapisan inti bagian atas,
sedangkan bagian dalam memiliki densitas sekitar 13 gr/cc. Isi inti bumi
kira-kira mencakup 16% dari isi bumi secara keseluruhan. Perjalanan
gelombang gempa menunjukkan adanya zona yang tidak dapat merambat
gelombang S yang memiliki ciri yang tidak dapat merambat dalam cairan.
Oleh karena itu, diprkirakan inti bumi bersifat cair.

Setelah melalui inti bumi, gelombang gempa hanya tinggal gelombang P


saja. Pada kedalaman 5150 km, gelombang P menunjukkan adanya
perubahan yang mendadak. Batas ini ditafsirkan sebagai batas antara inti
bagian luar dan inti bagian dalam yang diduga bersifat padat. Ini dijelaskan
hanya dari meningkatnya kecepatan gelombang kompersi P. Komposisi
kimia inti bumi dianggap terdiri atas besi dan nikel. Anggapan ini
berdasarkan pengetahuan manusia tentang meteorit, yaitu batuan dari
angkasa yang jatuh ke bumi, yang terdiri atas batuan dengan kandungan
besi dan nikel sebesar 6%. Selain besi dan nikel, sesuai dengan perhitungan
dan densitasnya, inti bumi diduga mengandung sulfat karbon atau
magnesium oksida sehingga densitasnya lebih rendah. Ada ahli yang
berpendapat bahwa setelah bumi terbentuk, silikat berubah menjadi silikon.
Jadi, inti bumi terdiri atas 20% silikon dan sisanya besi dan nikel. Semua
perkiraan ini didasari perhitungan densitas yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Lowrie, W. 2007. Fundamentals of Geophysics Second Edition.


Cambridge University Press, New York.
Santoso, D. 2002. Pengantar Teknik Geofisika. Bandung: ITB.

Anda mungkin juga menyukai