Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

TAHUN ANGGARAN 2019

BALAI BESAR INDUSTRI AGRO


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Laporan Kinerja 2019

KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan laporan pertanggung jawaban


pelaksanaan kegiatan Balai Besar Industri Agro (BBIA) yang memuat informasi mengenai
kinerja BBIA Tahun Anggaran 2019.
Kegiatan BBIA yang dievaluasi kinerjanya meliputi Sasaran dan Output Kegiatan
serta pencapaian Perjanjian Kinerja (PERJAKIN) yang dibiayai oleh DIPA Tahun 2019.
Diharapkan dari hasil evaluasi kinerja ini dapat diperoleh masukan yang bermanfaat untuk
perbaikan dalam menyusun program dan kegiatan dimasa yang akan datang.
Demikian, semoga laporan ini bermanfaat, khususnya untuk BBIA maupun sebagai
pertanggung jawaban publik.

Bogor, Januari 2020

Kepala Balai Besar Industri Agro

Siti Rohmah Siregar

Balai Besar Industri Agro (BBIA) i


Laporan Kinerja 2019

IKHITISAR EKSEKUTIF

Balai Besar Industri Agro (BBIA) sebagai Instansi Pemerintah telah menetapkan
tujuan dengan fokus pada pelayanan publik dan pengembangan organisasi dalam upaya
menenuhi tuntutan masa depan BBIA sesuai dengan harapan stakeholder BBIA antara
lain:
1. Mampu menguasai teknologi litbang di bidang hilirisasi produk agro, komponen aktif
alami, dan energi terbarukan secara berkesinambungan.
2. Menjadi penyedia jasa layanan yang cepat dan handal serta prima

Di samping itu, BBIA sebagai unit kerja di lingkungan BPPI berperan aktif untuk
mendukung pencapaian Visi dan Misi BPPI yang tentunya secara tidak langsung akan
mendukung Visi dan Misi Kementerian Perindustrian dan pada akhirnya mendukung visi
dan misi Presiden.
Pada tahun 2019 BBIA telah menetapkan 7 (tujuh) Indikator pada 4 (empat) sasaran
strategis dengan dalam Perjanjian Kinerja (Perjakin). Adapun pada DIPA TA 2019 terdapat
2 (dua) kegiatan dan 6 (enam) output kegiatan, yang terdiri dari beberapa sub output dan
komponen.
Secara umum pencapaian Perjakin TA. 2019 telah melebihi target yang diharapkan
yaitu mencapai diatas 100%. Hal ini disebabkan berbagai program dan kegiatan sudah
berjalan sesuai dengan perencanaan. Sasaran yang terkait dengan litbang sudah mulai
menunjukkan hasil. Beberapa kerjasama litbang dengan berbagai instansi baik itu instansi
swasta, pemerintah, maupun UKM sudah terealisasi.
Realisasi penyerapan anggaran BBIA TA. 2019 sebesar Rp. 48.116.870.693,- atau
sebesar 93,44% dari pagu sebesar Rp. 51.495.450.000,- dan bila dibandingkan penyerapan
anggaran BBIA terhadap penyerapan anggaran Kementerian Perindustrian Tahun 2019
masih lebih tinggi yaitu sebesar 93,0%. Realisasi penerimaan PNBP BBIA TA. 2019
adalah sebesar Rp. 29.422.656.279,- atau sebesar 103,07 dari target penerimaan pada DIPA
2019.
Realisasi penerimaan PNBP BBIA dari jasa pelayanan teknis sampai dengan akhir
tahun 2019 adalah sebesar Rp 29,422,656,279,- . Jika dibandingkan dengan PNBP tahun
2018 (Rp 28,284,797,842,-) maka realisasi PNBP tahun 2019 ini mengalami pertumbuhan
sebesar 4,02 %.

ii
Laporan Kinerja 2019

Jasa layanan yang paling banyak mengalami kenaikan Penerimaan PNBP pada tahun
2019 adalah layanan pengujian, pelatihan, Sampling, dan Uji Profisiensi. Jasa Pengujian
berkontribusi yang paling besar terhadap penerimaan PNBP Tahun 2019 dan meningkat
13% terhadap 2018, namun volume jasa pengujian menurun 6,77%, Peningkatan PNBP
Pengujian disebabkan penerapan tarif layanan BBIA yang baru. Dugaan penurunan volume
layanan pengujian disebabkan persaingan yang kian ketat dengan banyaknya
Laboratorium Uji yang tersebar di wilayah Jabodetabek maka perlu segera ditindaklanjuti
pelayanan yang lebih baik (delivery time) khususnya pada layanan Pengujian
Diharapkan pada tahun-tahun selanjutnya, capaian kinerja dapat mencapai target yang
telah ditetapkan sebagai bahan untuk tindak lanjut, evaluasi dan perbaikan dalam
pelaksanaan program/kegiatan periode 5 (lima) tahun yang akan datang.
Langkah-langkah strategis dalam upaya pencapaian layanan prima harus dilakukan
secara terus-menerus (continuous improvement) sehingga upaya menjawab tantangan dan
harapan dunia usaha/industri/ masyarakat dapat terjawab.
Adapun langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan antara lain penambahan dan
pemuktahiran peralatan laboratorium serta pengembangan Sistem Informasi Laboratorium
(SIL), SIKAL dan e-Serfitikasi. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan
ketepatan waktu pelayanan.

iii
Laporan Kinerja 2018

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR i
RINGKASAN EKSEKUTIF ii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR viii

BAB. I PENDAHULUAN
1.1. Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) BBIA I-1
1.2. Peran Strategis Organisasi I-3
1.3. Struktur Organisasi BBIA I-4

BAB. II PERENCANAAN DAN PERJANJIANKINERJA


2.1. Rencana Sasaran Strategis 2015-2019 II-1
2.2. Rencana Kinerja Tahun 2018 II-2
2.3. Rencana Anggaran II-2
2.4. Dokumen Perjanjian Kinerja II-6

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA


3.1. Analisa CapaianKinerja III-1
3.1.1. Analisis Capaian Kinerja berdasarkan Perjanjian Kinerja III-2
TA 2018

3.2 Capaian Program Prioritas Nasional TA 2018 III-20


3.3 Akuntabilitas Keuangan III-31

BAB. IV PENUTUP IV-1


4.1 Kesimpulan IV-1
4.2 Permasalahan dan Kendala IV-2
4.3 Saran danRekomendasi IV-2

Balai Besar Industri Agro (BBIA) v


Laporan Kinerja 2018

LAMPIRAN
1. Perjanjian Kinerja TA 2018
2. Pengukuran Perjanjian Kinerja (PK) TA 2018
3. Realisasi Rencana Aksi Perjanjian Kinerja TA 2018
4. Realisasi Renstra Satker/ Unit Kerja (2015-2018)
5. Realisasi Program Prioritas Nasional TA 2018

Balai Besar Industri Agro (BBIA) vi


Laporan Kinerja 2018

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 PerjanjianKinerja (PERJAKIN) BBIA Tahun 2018 II-2

Tabel 2.2. Kegiatan dan Output BBIA TA 2018 II-3

Tabel 2.3. Kegiatan dan Output BBIA Tahun Anggaran 2018 (rev 9) II-4

Tabel 2.4. Rincian Pagu berdasarkan Jenis Belanja TA 2018 II-4

Tabel 2.5. Target Penerimaan PNBP Tahun 2018 II-5

Tabel 2.6. Target Penerimaan PNBP Tahun 2018 (revisi) II-5

Tabel 2.7. Target Penerimaan PNBP Tahun 2018 sesuai Renstra BBIA II-6

Tabel 2.8. Perjanjian Kinerja TA 2018 II-7

Tabel 2.9. Rencana Aksi Kegiatan TA 2018 II-8

Tabel 3.1. Capaian Sasaran Strategis BBIA Tahun 2018 III-1

Tabel 3.2. Hasil Litbang yang Siap Diterapkan / Dikembangkan TA 2013-2018 III-12

Tabel 3.3. Hasil Litbang yang siap Dimplementasikan TA 2013-2018 III-16

Tabel 3.4. Hasil Teknologi Yang Menyelesaikan Permasalahan Industri III-19


(problem solving) TA 2013-2018
Tabel 3.5. Kerjasama Litbang Dengan Industri / Instansi / Lembaga III-21
TA 2013-2018

Tabel 3.6. Prioritas Faktor-Faktor Yang Harus Diperbaiki III-23

Tabel 3.7. Delivery Time Jasa Layanan BBIA Tahun 2018 III-24

Tabel 3.8. Karya Tulis Ilmiah (KTI) BBIA Tahun 2018 III-27

Tabel 3.9. Karya Tulis Ilmiah (KTI) Prodising BBIA Tahun 2018 III-29

Tabel 3.10. Realisasi PNBP BBIA Per 31 Desember 2018 III-31

Tabel 3.11. Capaian Kinerja Renstra BBIA 2015-2018 III-33

Balai Besar Industri Agro (BBIA) vii


Laporan Kinerja 2018

Tabel 3.12. Capaian Program Prioritas Nasional Tahun Anggaran 2018 III-36

Tabel 3.13. Realisasi Renstra 2015-2018 III-39

Tabel 3.14. Realisasi Keuangan berdasarkan Perjakin TA 2018 III-40

Tabel 3.15. Realisasi Anggaran Output Kegiatan TA 2018 III-42

Tabel 3.16. Realisasi Anggaran Kegiatan TA 2018 III-43

Tabel 3.17.Pagu dan Realisasi Berdasarkan Jenis Belanja TA 2018 III-44

Tabel 3.18. Perkembangan Realisasi Anggaran TA 2014-2018 III-45

Tabel 3.19. Pagu dan Realisasi Keuangan PNBP 2018 III-46

Tabel 3.20. Penggunaan PNBP Tahun 2018 III-46

Tabel 3.21. Persentase PNBP TA 2015-2018 III-47

Tabel 3.22. Jumlah Sampel/Alat/Sertifikat/Konsultasi/dll III-48

DAFTAR GAMBAR

Balai Besar Industri Agro (BBIA) viii


Laporan Kinerja 2018

Hal

Gambar 1.1. Susunan Organisasi BLU BBIA I-5


Grafik 3.1 Hasil Litbang Prioritas yang dikembangkan tahun 2013-2018 III-12
Grafik 3.2 Hasil Litbang yang siap diimplementasikan tahun 2013-2018 III-16
Grafik 3.3 Hasil teknologi yang menyelesaikan permasalahan industri III-19
(problem solving) tahun 2013-2018
Grafik 3.4 Kerjasama litbang dengan industri/instansi/lembaga III-21
Grafik 3.5 Tingkat KepuasanPelanggan III-23
Grafik 3.6 Prosentasi Pelayanan Tepat Waktu III-24
Grafik 3.7. Karya Tulis Ilmiah (KTI) BBIA Tahun 2018 III-28
Grafik 3.8. Penambahan Jumlah Jenis Parameter Uji III-30
Grafik 3.9. Pertumbuhan PNBP Tahun 2015-2018 III-32

Balai Besar Industri Agro (BBIA) ix


Laporan Kinerja 2019

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) BBIA


Sesuai Peraturan Menteri Perindustrian R.I No. 39/M-
IND/PER/6/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Industri Agro
dinyatakan bahwa BBIA adalah unit pelaksana teknis di lingkungan
Kementerian Perindustrian R.I, yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI). BBIA
mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan,
kerjasama, standardisasi, pengujian, sertifikasi, kalibrasi dan pengembangan
kompetensi industri agro sesuai kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri.

Dalam rangka melaksanakan tugas pokok tersebut di atas BBIA


menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1. penelitian dan pengembangan, pelayanan jasa teknis bidang teknologi
bahan baku, bahan pembantu, proses, produk, peralatan dan pelaksanaan
pelayanan dalam bidang pelatihan teknis, konsultansi/penyuluhan, alih
teknologi serta rancang bangun dan perekayasaan industri, inkubasi, dan
penanggulangan pencemaran industri;
2. pelaksanaan pemasaran, kerjasama, pengembangan dan pemanfaatan
teknologi informasi;
3. pelaksanakan pengujian dan sertifikasi bahan baku, bahan pembantu, dan
produk industri agro, serta kegiatan kalibrasi mesin dan peralatan;
4. pelaksanaan perencanaan, pengelolaan, dan koordinasi sarana dan
prasarana kegiatan penelitian dan pengembangan di lingkungan BBIA,
serta penyusunan dan penerapan standardisasi industri agro; dan
5. pelayanan teknis dan administrasi kepada semua unsur di lingkungan
BBIA.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 517/KMK.05/2009 tanggal


28 Desember 2009, BBIA ditetapkan sebagai instansi Pemerintah yang

Balai Besar Industri Agro (BBIA) I-1


Laporan Kinerja 2019

mendapatkan kewenangan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan


Layanan Umum (PPK-BLU). Oleh karena itu, BBIA dituntut menjalankan
organisasinya secara profesional dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat industri agro secara lebih baik, transparan, akuntabel, efisien,
produktif, dan mandiri, terutama pada layanan unggulan BBIA antara lain:
pengujian, sertifikasi, sampling/ pengambilan contoh, kalibrasi, uji profisiensi,
pelatihan, kerjasama penelitian dan pengembangan, rancang bangun dan
perekayasaan industri, konsultansi dan inspeksi teknis.

Prinsip dasar pemerintahan yang baik adalah terdapatnya akuntabilitas


publik dan transparansi dalam rangka menjalankan tugas pokok dan
fungsinya. Akuntabilitas diartikan sebagai suatu perwujudan kewajiban untuk
memberikan pertanggungjawaban keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan melalui
sarana pertanggungjawaban secara periodik. Transparan mengandung arti
bahwa praktik-praktik instansi pemerintahan akan diketahui umum dan
anggota masyarakat memiliki akses untuk memperoleh informasi yang benar.

Dalam rangka melaksanakan ketentuan pasal 30 UU No. 25 Tahun 2004


tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Pemerintah telah
menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan. Pengendalian
dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan tersebut dimaksudkan untuk
menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam
rencana, yang dilakukan melalui pemantauan dan pengawasan. Periode
Laporan Pengendalian dan Evaluasi dilaksanakan pada setiap akhir triwulan.

Merujuk pada peraturan yang disebutkan di atas, Balai Besar Industri Agro
(BBIA) sebagai salah satu instansi pemerintah berkewajiban untuk menyusun
Laporan Triwulan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan, yang memuat kinerja yang telah dicapai, analisis capaian
kinerja, hambatan dan kendala pelaksanaan, serta langkah tindak lanjutnya.

Susunan laporan mengacu kepada Outline sesuai Peraturan Menteri


Perindustrian Nomor 150/M-IND/PER/12/2011 tentang Pedoman Penyusunan

Balai Besar Industri Agro (BBIA) I-2


Laporan Kinerja 2019

Dokumen Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan


Kementerian Perindustrian.

I.2. Peran Strategis Organisasi

Kementerian Perindustrian telah mengkaji dan menyusun kebijakan-


kebijakan nasional pembangunan industri. Dalam kebijakan ini, telah
ditentukan industri prioritas yang akan dikembangkan dan didorong di masa
yang akan datang. Pemilihan industri prioritas dimaksudkan agar proses
pembangunan dapat dilakukan lebih fokus dan lebih mudah dalam mengukur
kriteria keberhasilannya. Pengembangan setiap industri prioritas di masa
depan dirumuskan kedalam pola pengembangan secara terinci yang meliputi:
strategi, sasaran dan pokok-pokok rencana aksi pengembangan, baik untuk
jangka menengah maupun jangka panjang. Salah satu pokok-pokok rencana
aksi bidang industri agro pada jangka menengah ditujukan untuk memperkuat
rantai nilai (value chain) melalui penguatan struktur, diversifikasi,
peningkatan nilai tambah, peningkatan mutu serta perluasan penguasaan
pasar. Sedangkan jangka panjang difokuskan pada upaya pembangunan
industri agro yang mandiri dan berdaya saing tinggi.

Balai Besar Industri Agro (BBIA) sebagai institusi teknis yang menangani
litbang industri agro, berperan dalam melaksanakan kebijakan pengembangan
industri nasional untuk mendukung pengembangan industri agro di Indonesia.
Di samping tugas pembangunan yaitu mendorong tumbuhnya industri agro
nasional, BBIA secara internal mempunyai tugas untuk meningkatkan
kemampuan diri melalui peningkatan kompetensi serta memberikan jasa
layanan teknis kepada industri kecil, menengah dan besar. Dengan
melaksanakan tugas tersebut, maka diharapkan akan berkembang industri
agro yang kuat dan mandiri sehingga dapat memperluas lapangan kerja dan
mendorong percepatan pembangunan industri nasional. Pada dasarnya
peningkatan kompetensi BBIA merupakan upaya yang dapat meningkatkan
peran BBIA dalam menunjang program pembangunan industri agro maupun
meningkatkan jasa pelayanan teknis yang diberikan kepada masyarakat
industri.

Balai Besar Industri Agro (BBIA) I-3


Laporan Kinerja 2019

I.3. Struktur Organisasi


Struktur organisasi Balai Besar Industri Agro tercantum dalam Peraturan
Menteri Perindustrian No. 39/M-IND/PER/6/2006 tanggal 29 Juni 2006
tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Industri Agro. Dalam Peraturan
Menteri tersebut dinyatakan bahwa BBIA dipimpin oleh seorang Kepala yang
membawahi bidang/bagian sebagai berikut :
a. Bagian Tata Usaha yang membawahi Sub Bagian Program dan Pelaporan,
Sub Bagian Kepegawaian, Sub Bagian Keuangan, dan Sub Bagian Umum.
b. Bidang Pengembangan Jasa Teknis yang membawahi Seksi Pemasaran,
Seksi Kerjasama dan Seksi Informasi.
c. Bidang Sarana Riset dan Standardisasi yang membawahi Seksi Sarana
Riset Industri Pangan, Seksi Sarana Riset Industri Non Pangan dan Seksi
Standardisasi.
d. Bidang Pengujian, Sertifikasi dan Kalibrasi yang membawahi Seksi
Pengujian, Seksi Sertifikasi, dan Seksi Kalibrasi.
e. Bidang Pengembangan Kompetensi dan Alih Teknologi membawahi
Seksi Konsultansi, Seksi Pelatihan Teknis, dan Seksi Alih Teknologi dan
Inkubasi.
Pada akhir Desember 2009, BBIA dinyatakan sebagai Instansi
Pemerintah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor
517/KMK.05/2009 tanggal 28 Desember 2009 tentang Penetapan Balai Besar
Industri Agro Pada Departemen Perindustrian Sebagai Instansi Pemerintah
yang Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Sebagai
Satker BLU, maka BBIA dituntut untuk memberikan pelayanan lebih baik
kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa untuk masyarakat
tanpa mengutamakan/mencari keuntungan akan tetapi kemanfaatan yang
tinggi untuk masyarakat secara luas.

Menteri Keuangan telah mengeluarkan Keputusan Menteri


Keuangan Nomor 358/KMK.05/2018 Tentang Penerapan Remunerasi Bagi
Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, dan Pegawai Badan Layanan Umum
Balai Besar Industri Agro pada Badan Penelitian dan Pengembangan Industri,

Balai Besar Industri Agro (BBIA) I-4


Laporan Kinerja 2019

Kementerian Perindustrian, pada tanggal 2 Mei 2018. Dengan diberlakukannya


Remunerasi BLU ini maka BBIA dituntut untuk lebih mandiri lagi karena tidak lagi
ditunjang oleh sumber pembiayaan yang berasal dari Rupiah Murni (RM) dalam hal
pembayaran Tunjangan Kinerja pegawainya. Dan yang lebih penting lagi, penerapan
Remunerasi BLU ini harus diikuti dengan perubahan mindset dan paradigma dari
seluruh stake holder BBIA agar menjadi Satker yang lebih profesional didasarkan
pada prinsip efisiensi dan produktivitas serta menerapkan praktek-praktek bisnis
yang sehat.

Bagan organisasi Balai Besar Industri Agro yang sesuai dengan Peraturan
Menteri Perindustrian No. 39/M-IND/PER/6/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Balai Besar Industri Agro serta setelah mengakomodasikan peran, tugas dan fungsi
sebagai Satker Badan Layanan Umum, maka susunannya adalah nampak seperti pada
gambar 1.1. berikut ini:

Ka. BBIA Ketua Dewas : Ngakan Timur A

Ketua SPI : Irwan Sutiarna YangangSetiawan


Kepala BagianTata Usaha
Yulma Santi

Kasubbag YangangSetiawan
Kasubbag Kasubbag Kasubbag
Program dan Keuangan Kepegawaian Umum
Pelaporan Vivi Ana K. Anggraeni Fina D
Edward HP

Kabid PJT Kabid SRS Kabid Paskal Kabid PKAT


Anita Pardede Krisna Septiningrum Sri Pudji Rahayu Gusti Nova S

Kasie Kasie Sarana Kasie Pengujian Kasie Konsultansi


Pemasaran Riset Pangan Titin Mahardini Irma Susanti
Adharatiwi DS Ning Ima Arie W

Kasie Kasie Sarana Kasie Sertifikasi Kasie Pelatihan Teknis


Kerjasama Riset Non Pangan M. Noerdin NK Nurwiidiani
Nasyirudin Mulhaquddin S
Nasyirudin
Kasie Informasi
Irwan Sutiarna Kasie Standardisasi
Kasie Kalibrasi Kasie Alih Teknologi
Yuniarti
Hendra Leonard Ade Herman Suherman

Kelompok
Jabatan Fungsional

Gambar 1.1. Susunan Organisasi BLU BBIA

Balai Besar Industri Agro (BBIA) I-5


Laporan Kinerja 2019

BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Visi dan Misi BBIA periode 2015-2019 telah dirumuskan secara kolektif dan
mengandung nilai-nilai, aspirasi, harapan-harapan stakeholderss di masa depan serta
mengacu kepada Visi, Misi dan Program Aksi Presiden RI Tahun 2015-2019, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, Rencana Induk
Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) Tahun 2015-2035 dan Visi, Misi Kementerian
Perindustrian.
Visi dan Misi BBIA tersebut telah diturunkan ke dalam tujuan dan sasaran strategis
tahun 2015-2019.

2.1.Rencana Sasaran Strategis Organisasi


Dalam tahun 2015-2019 terdapat 2 (dua) tujuan BBIA yang dirinci kedalam 6 (enam)
sasaran strategis sebagai berikut :
1. Meningkatnya inovasi teknologi yang unggul di bidang hilirisasi produk agro,
komponen aktif alami, dan energi baru- terbarukan
Tujuan ini mempunyai dua sasaran strategis sebagai berikut:
a. Meningkatnya efisiensi industry dalam rangka mendorong daya saing industri
(Perspektif Pemangku Kepentingan)
b. Meningkatnya penguasaan teknologi industri (Perspektif Pemangku
Kepentingan)

2. Meningkatnya kepuasan pelanggan melalui pelayanan prima jasa pelayanan


teknis
Tujuan ini mempunyai empat sasaran strategis sebagai berikut
a. Meningkatnya kualitas pelayanan public (Perspektif Pelanggan)
b. Meningkatnya Penerapan Reformasi Birokrasi (Perspektif Proses Internal)

Balai Besar Industri Agro (BBIA) II- 1


Laporan Kinerja 2019

2.2. Rencana Kinerja Tahun 2019


Mengacu kepada tujuan dan sasaran strategis pada Renstra BBIA, maka Indikator
Kinerja Utama (IKU) atau dengan sebutkan lain dengan Perjanjian Kinerja
(PERJAKIN) BBIA Tahun 2019 (revisi) seperti Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Perjanjian Kinerja (PERJAKIN) BBIA Tahun 2019

Indikator Kinerja Utama


No. Tujuan/Sasaran Strategis (SS) Target Satuan
(IKU)

Meningkatnya efisiensi industri


Peningkatan efisiensi perusahaan industri yang
1 dalam rangka mendorong daya 1. 30 Persen
memanfaatkan produk inovasi/paten hasil litbangyasa
saing industri

Perusahaan industri/badan usaha yang memanfaatkan Perusahaan


1. 4
produk inovasi hasil litbangyasa industri
Rasio hasil litbangyasa yang mencapai TRL 6
Meningkatnya penguasaan 2. dibandingkan jumlah litbangyasa yang dilaksanakan pada 83 Persen
2 teknologi industri tahun berjalan
Rasio paket teknologi/konsultasi yang berhasil
memecahkan masalah industri dibandingkan dengan total
3. 85 Persen
jumlah permintaan jasa problem solving dari industri
pada tahun berjalan

Meningkatnya Layanan Jasa Tingkat kepuasan masyarakat terhadap layanan jasa


3 1. 3,6 Skala Indeks
Teknis kepada Industri teknis

Meningkatnya penerapan 1. Tingkat maturitas pengendalian internal (SPIP) 3,6 Nilai


4
reformasi birokrasi 2. Nilai akuntabilitas kinerja A Nilai

IKU BBIA tersebut telah ditetapkan melalui Keputusan Kepala BBIA nomor
21/Bd/BBIA/I/2018 tanggal Maret 2019 tentang Penetapan Indikator Utama (IKU)
Balai Besar Industri Agro Tahun 2015-2019. IKU tersebut telah dijadikan sebagai dasar
penetapan Perjanjian Kinerja tahun berjalan.

2.3. Rencana Anggaran

Untuk melaksanakan program dan mencapai sasaran yang telah ditetapkan


Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, maka Balai Besar Industri Agro
(BBIA) menyusun kegiatan dan output, sesuai dengan RENSTRA BBIA Tahun 2015

Balai Besar Industri Agro (BBIA) II- 2


Laporan Kinerja 2019

– 2019 dan RKA-KL Tahun 2019. Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Industri Agro pada TA 2019 menghasilkan 6 (enam) Output. Bila dibandingkan
dengan TA 2018 terdapat perbedaan jumlah Output dimana pada tahun sebelumnya
jumlah Output BBIA adalah 5 (lima). Hal ini disebabkan penyesuaian adanya tagging
pendidikan terkait pengembangan SDM industri.

Pada TA 2019, jumlah pagu pada DIPA Awal BBIA adalah sebesar Rp
51.756.861.000,-. Adapun rincian kegiatan, output dan anggaran BBIA TA 2019
adalah seperti pada Tabel 2.2:

Tabel 2.2. Kegiatan dan Output BBIA Tahun Anggaran 2019

VOLUME
KODE PROGRAM/KEGIATAN/OUTPUT OUTPUT ANGGARAN (Rp.)
019.07.12 Program Pengembangan Teknologi dan 51.756.861.000
Kebijakan Industri
1867 Penelitian dan Pengembangan Teknologi 40.484.162.000
Industri Agro
1867.001 Hasil Penelitian dan Pengembangan 3 Penelitian 3.000.000.000
Teknologi Industri Agro
1867.004 Teknologi Industri yang dikembangkan dan 4 Paket 1.734.892.000
diterapkan untuk Meningkatkan Daya Saing Teknologi
Industri Nasional
1867.010 Layanan Manajemen Satker 1 Layanan 15.727.195.000
1867.951 Layanan Internal (Overhead) 1 Layanan 2.774.310.000
1867.994 Layanan Perkantoran 12 Layanan 17.247.765.000
4925 Pengembangan Kompetensi SDM Litbang 11.272.699.000
Teknologi
4925.001 Layanan Jasa Teknis dan Pelatihan SDM 1.000 11.272.699.000
Industri

Pada November 2019, jumlah pagu pada mengalami pengurangan sebesar Rp


261,411,000 melalui revisi DIPA Awal BBIA (revisi ke-6) sehingga Total Anggaran BBIA
TA 2018 menjadi sebesar Rp 51.495.450.000-. Adapun rincian kegiatan, output dan
anggaran BBIA TA 2019 setelah revisi DIPA ke-6 adalah seperti pada Tabel 2.3:

Balai Besar Industri Agro (BBIA) II- 3


Laporan Kinerja 2019

Tabel 2.3. Kegiatan dan Output BBIA Tahun Anggaran 2019

Kode Kegiatan/Komponen/ Subkomponen Anggaran


Program Pengembangan Teknologi dan
A. 51,495,450,000
Kebijakan Industri
1867 - Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Industri Agro
Hasil Penelitian Dan Pengembangan
1 3,000,000,000
Teknologi Industri Agro
Teknologi Industri Yang Dikembangkan Dan
2 Diterapkan Untuk Meningkatkan Daya Saing 1,734,892,000
Industri Nasional
3 Layanan Manajemen Satker 15,727,195,000
4 Layanan Internal (overhead) 2,774,310,000
5 Layanan Perkantoran 16,986,354,000
4925 - Pengembangan Kompetensi SDM Litbang
Teknologi Industri Agro
Layanan Jasa Teknis dan Pelatihan SDM
1 11,272,699,000
Industri

Adapun bila dikelompokkan berdasarkan Jenis Belanja, maka rincian


anggaran BBIA TA 2019 ini adalah sebagai berikut :

Tabel 2.4. Rincian Pagu BBIA berdasarkan Jenis Belanja Tahun Anggaran 2019
No Jenis Belanja Pagu
I Rupiah Murni 22,949,836,000
1 Belanja Pegawai 10,206,611,000
2 Belanja Barang 7,919,056,000
3 Belanja Modal 4,824,169,000
II PNBP BLU 28,545,614,000
1 Belanja Pegawai 14,925,225,000
2 Belanja Barang 12,546,079,000
3 Belanja Modal 1,074,310,000
Total 51,495,450,000

Sehubungan dengan telah terbitnya Keputusan Menteri Keuangan Nomor


358/KMK.05/2018 tanggal 2 Mei 2018 tentang Penerapan Remunerasi Bagi Pejabat
Pengelola Dewan Pengawas dan Pegawai Badan Layanan Umum Balai Besar Industri Agro
pada Kementerian Perindustrian, maka tunjangan kinerja yang sebelumnya dianggarkan dari

Balai Besar Industri Agro (BBIA) II- 4


Laporan Kinerja 2019

RM untuk tahun 2019 ini sudah dianggarkan dari anggaran PNBP BLU sendiri dan
dikategorikan Belanja Pegawai yang bersumber dari PNBP BLU.

Salah satu indikator capaian kinerja adalah pertumbuhan PNBP. Target Penerimaan
JPT atau PNBP Tahun 2019 (sesuai pagu belanja PNBP BLU) sebesar Rp 28.545.614.000,-
(dua puluh delapan milyar rupiah lima ratus empat pulih lima juta enam ratus empat belas
ribu rupiah). Komposisi target PNBP Tahun 2019 berdasarkan jasa layanan ditetapkan
seperti pada Tabel 2.5
Tabel 2.5. Target Penerimaan PNBP pada DIPA Tahun 2019

No Jenis Layanan Jumlah (Rp)


1 Pengujian 15,000,000,000
2 Kalibrasi 3,500,000,000
3 Sertifikasi 5,000,000,000
4 Sampling 500,000,000
5 Jasa Uji Profisiensi 400,000,000
6 Pelatihan 1,000,000,000
7 Konsultansi 300,000,000
8 RBPI 300,000,000
9 Litbang 750,000,000
10 Jasa Inspeksi Teknis 600,000,000
11 Bunga Bank 300,000,000
12 JPT lainnya 895,614,000
Total 28,545,614,000

Target Penerimaan JPT atau PNBP Tahun 2019 yang ada di DIPA nilainya lebih
kecil dari target yang ada di Renstra BBIA TA 2015-2019. Adapun rincian target PNBP
sesuai dengan Renstra BBIA adalah sebagai berikut :

Balai Besar Industri Agro (BBIA) II- 5


Laporan Kinerja 2019

Tabel 2.6. Target Penerimaan PNBP Tahun 2019 sesuai Renstra BBIA

No Jenis Layanan Jumlah (Rp)


1 Pengujian 18,179,318,000
2 Kalibrasi 3,616,008,000
3 Sertifikasi 5,129,367,000
4 Sampling 479,459,000
5 Jasa Uji Profisiensi 308,374,000
6 Pelatihan 1,096,208,000
7 Konsultansi 241,841,000
8 RBPI 158,411,000
9 Litbang 1,391,909,000
10 Jasa Inspeksi Teknis 316,823,000
11 Bunga Bank 519,590,000
12 JPT lainnya 389,692,000
Total 31,827,000,000

2.4. Dokumen Perjanjian Kinerja


Dalam rangka pengukuran dan evaluasi kinerja kegiatan BBIA, maka perlu diuraikan
dan ditetapkan sasaran strategis kegiatan dan indikator kinerjanya. Berikut ini adalah
dokumen Perjanjian Kinerja TA 2019 antara Kepala BBIA dan Kepala BPPI seperti Tabel
2.7.

Balai Besar Industri Agro (BBIA) II- 6


Laporan Kinerja 2019

Tabel 2.7 Perjanjian Kinerja TA 2019

Balai Besar Industri Agro (BBIA) II- 7


Laporan Kinerja 2019

Tabel 2.8. Rencana Aksi Perjaki Kegiatan Balai Besar Industri Agro Ta 2019
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Rencana Aksi
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Target Rencana kegiatan Target Rencana Kegiatan Target Fisik(% ) Rencana Kegiatan Target Rencana Kegiatan
Fisik(% ) Fisik(% ) Fisik(% )
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Meningkatnya hasil - 1 Peningkatan efisiensi perusahaan 30 Persen 15% Persiapan litbang yang 45% Pelaksanaan Penerapan litbang, 80% Evaluasi Pelaksanaan litbang, 100% Pelaksanaan litbang, analisis data,
hasil litbang yang industri yang memanfaatkan produk diterapkan di Industri ( bahan, pengumpulan data dan analisis data pengumpulan dan pengolahan data, diskusi dan pelaporan
dimanfaatkan oleh inovasi/paten hasil litbangyasa peralatan, SDM), studi analisis data, diskusi dan pelaporan
industri literatur, survey dan
pengumpulan data

2 Meningkatnya efisiensi 1 Perusahaan industri/badan usaha yang 4 Perusahaan 20% Penjajakan dengan industri, 40% Penjajakan dengan industri 2, 80% Penjajakan dengan industri 3, 100% Penjajakan dengan industri 4,
industri dalam rangka memanfaatkan produk inovasi hasil industri pembahasan MoU implementasi, pembahasan MoU implementasi 2, pembahasan MoU implementasi 3, pembahasan topik dan MoU implementasi
mendorong daya saing litbangyasa pelaksanaan kontrak kegiatan pelaksanaan implementasi industri 1 pelaksanaan implementasi industri 2 4, pelaksanaan implementasi industri 3
industri 1 (desain modifikasi alat, uji dan 2 (desain modifikasi alat, uji coba dan 3 (desain modifikasi alat, uji coba dan 4 (desain modifikasi alat, uji coba
coba dan perbaikan peralatan, dan perbaikan peralatan, alih teknologi) dan perbaikan peralatan, alih teknologi) dan perbaikan peralatan, alih teknologi)
alih teknologi)

2 Rasio hasil litbangyasa yang mencapai 83 Persen 15% Persiapan litbang (RPA, bahan, 45% Pelaksanaan litbang, survey dan 80% Pelaksanaan litbang, survey dan 100% Pelaksanaan litbang, analisis data,
TRL 6 dibandingkan jumlah peralatan, SDM), studi pengumpulan data, analisis data pengumpulan data, analisis data, diskusi diskusi dan pelaporan
litbangyasa yang dilaksanakan pada literatur, survey dan dan pelaporan
tahun berjalan pengumpulan data

3 Rasio paket teknologi/konsultasi yang 85 Persen 10% Penjajakan dengan industri, 30% Pembahasan proposal dan perjanjian 50% Pelaksanaan penelitian, analisis data, 100% Analisis data, diskusi dan pelaporan
berhasil memecahkan masalah pembahasan topik kerjasama kerjasama, pelaksanaan penelitian diskusi dan pelaporan
industri dibandingkan dengan total
jumlah permintaan jasa problem
solving dari industri pada tahun

3 Meningkatnya 1 Tingkat kualitas pelayanan publik 3.6 Skala 10% 1) Penyusunan kuesioner; 2) 30% 1) Pengiriman kuesioner; 2) 50% Monitoring dan evaluasi 100% 1) Monitoring dan evaluasi;
penguasaan teknologi (skala 1-4) Indeks Sampling responden; 3) Pengolahan dan analisa data; 3) Monitor 2)Penyusunan laporan
industri Monitor dan evaluasi jasa dan Evaluasi jasa layanan; 4)
layanan; 4) Menindaklanjuti Menindaklanjuti hasil monitoring
hasil monitoring

4 Meningkatnya tingkat Tingkat maturitas SPIP (skala 1-4) 3.6 Nilai 20% Menyusun Peta Resiko 40% Up Date data dukung atau dokumen 60% Memantau Pelaksanaan SIP 100% Memantau Pelaksanaan SIP Triwulan IV
maturitas SPIP Satker Kegiatan terkait Th 2019

Nilai akuntabilitas kinerja A Nilai 20% Penyusunan dokumen Sistem 40% Melanjutkan Penyusunan dokumen Melakukan review atas 75% 100% Pengiriman dokumen dan melakukan
Akuntansi Kinerneja Sistem Akuntansi Kinerneja dokumen Sistem penilaian atas dokumen oleh Tim
(perencaan dan pelaporan) Akuntabitas Kinerja ;

Balai Besar Industri Agro (BBIA) II- 8


Laporan Kinerja 2019

BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA

Keberhasilan Balai Besar Industri Agro (BBIA) akan tercermin pada


tercapai atau tidaknya tujuan dan sasaran strategis yang telah dirumuskan di
Renstra Bisnis BBIA yang telah diturun pada Rencana Kerja Tahun 2019. Tujuan
dan sasaran strategis BBIA dapat tercapai jika asumsi-asumsi yang telah ditetapkan
terpenuhi dan didukung pula oleh SDM yang berintegritas serta kompeten, tidak
terkecuali dukungan dari sarana prasarana yang memadai.
3.1. Analisis Capaian Kinerja

Hasil yang telah dicapai untuk setiap indikator kinerja sasaran strategis
kegiatan sampai dengan akhir tahun 2019 seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Capaian Sasaran Strategis BBIA Tahun 2019

Tujuan/Sasaran Indikator Kinerja Utama Reali %


No. Satuan Target
Strategis (SS) (IKU) sasi Capaian
Meningkatnya Peningkatan efisiensi
efisiensi industri dalam perusahaan industri yang
I 1. Persen 30 43 143.33
rangka mendorong daya memanfaatkan produk
saing industri inovasi/paten hasil litbangyasa
Perusahaan industri/badan
Perusaha
usaha yang memanfaatkan
1. an 4 4 100.00
produk inovasi hasil
industri
litbangyasa
Rasio hasil litbangyasa yang
mencapai TRL 6 dibandingkan
2. jumlah litbangyasa yang Persen 83 100 120.48
Meningkatnya
dilaksanakan pada tahun
II penguasaan teknologi
berjalan
industri
Rasio paket
teknologi/konsultasi yang
berhasil memecahkan masalah
3. industri dibandingkan dengan Persen 85 100 117.65
total jumlah permintaan jasa
problem solving dari industri
pada tahun berjalan
Meningkatnya
Tingkat kepuasan masyarakat Skala
III Layanan Jasa Teknis 1. 3.60 3.61 100.28
terhadap layanan jasa teknis Indeks
kepada Industri
Tingkat Maturitas
1. Nilai 3.60 3.95 109.67
Meningkatnya Pengendalian Internal (SPIP)
IV penerapan reformasi
birokrasi 2. Nilai Akuntabilitas Kinerja Nilai A A

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-1


Laporan Kinerja 2019

3.1.1 Analisis Capaian Kinerja Berdasarkan Perjanjian Kinerja TA 2019


Adapun, penjelasan hasil capaian kinerja yang telah dilaksanakan dari
masing-masing Sasaran Strategis tersebut adalah sebagai berikut :
Sasaran Strategis I : Meningkatnya efisiensi industri dalam rangka
mendorong daya saing industri.

a. Indikator Kinerja 1.1 : Peningkatan Efisiensi Perusahaan Industri


Yang Memanfaatkan Produk Inovasi/Paten Hasil Litbangyasa.
1) Hasil yang telah dicapai
Untuk mengukur capaian kinerja indicator sasaran strategis
peningkatan efisiensi perusahaan industri yang memanfaatkan
produk inovasi/paten hasil litbangyasa dapat diperoleh melalui
perhitunagn kontribusi hasil litbangyasa terhadap efisiensi
perusahaan industry, seperti pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2.
Kontribusi Hasil litbangyasa Terhadap Efisiensi Perusahaan Industri
Indikator Kinerja 1.1 Target Realisasi %
Capaian
Peningkatan efisiensi perusahaan 30 persen 43 persen 143.33
industri yang memanfaatkan
produk inovasi/paten hasil
litbangyasa

a) Perusahaan PD Tamurindo
BBIA melakukan penelitian melalui program Inhouse Research
tentang pengembangan cuka makan dari buah kurma. Selama
ini, buah yang sudah dikembangkan menjadi cuka adalah
anggur, molase, aper, pir, melon, kelapa, madu, kentang dan
bahan lainnya. Cuka merupakan cairan yang dihasilkan dari
bahan yang mengandung pati dan gula melalui dua tahap
fermentasi alkohol dan asetat dengan kandungan minimal asam
asetat adalah 4% (b/v). Hasil penelitian menghasilkan

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-2


Laporan Kinerja 2019

teknologi pembuatan cuka makan dari buah kurma sehingga


pada tahun yang sama, BBIA mengusulkan untuk implementasi
teknologi pembutan cuka kurma di Industri melalui program
DAPATI (Program Dana Kemitraan Peningkatan Teknologi
Industri ).

Gambar 3.1. Proses Transfer Teknologi Pembuatan Cuka


Kurma di PD Tamurindo
PT Tamurindo terus melakukan penyempurnaan dan
persiapan untuk proses produksi cuka makan dari buah kurma dan
akan dikembangkan untuk pembuatan minuman fungsional dengan
tetap melalui supervisi dan pengawa san dari tim peneliti BBIA.

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-3


Laporan Kinerja 2019

Gambar 3.2. Produk Cuka Kurma di PD Tamurindo

Efisiesi biaya yang diperoleh Penerapan Teknologi Pengolahan


Cuka Kurma di PD. Tamurindo, Depok, dapat dilihat pada Tabel
3.3.
Tabel 3.3.
Efisien Biaya (Cost) Pengolahan Cuka di PT. Tamurindo

Litbangyasa Yang
Nama diterapkan Q/C/D Q/C/D Perbandingan
Perusahaan (Proses Teknologi Sebelum Sesudah (% biaya/cost)
Pengolahan)

Penerapan
Teknologi
PD Tamurindo 30 Ml 17 Ml -43%
Pengolahan Cuka
Kurma

Tabel 3.3. terlihat biaya produksi menurun sebesar 43% setelah


menerapkan teknologi proses pembuatan cuka kurma dari BBIA.
Penurunan biayam (Efiseiensi biasa) produksi cuka kurma tersebut
yaitu sebesar 43%.
PD Tamurindo memproduksi cuka kurma dengan kapasitas 1
(satu) ton jus per bulan yang dikemas dalam diberbagai bentuk
kemasan. Salah produknya dikemas dalam botol dengan ukuran
310 ml dengan harga jual sekitar Rp 5.390,- atau artinya harga 1
ml jus cuka sebesar Rp 17,-.

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-4


Laporan Kinerja 2019

2) Analisis hasil yang telah dicapai


Pada tahun 2019 ini target indikator sasaran strategis
peningkatan efisiensi perusahaan industri yang memanfaatkan
produk inovasi/paten hasil litbangyasa oleh PD Tamurindo, Depok
telah tercapai yaitu sebasar 43%, efisiensi biasa dilihat dari harga
produk sebelum penerapan dari Rp 30,- /ml namun setelah
penerapan Penerapan Teknologi Pengolahan BBIA menjadi hanya
Rp 17,-/ml.
3) Kendala
Lima tahun terakhir ini BBIA telah banyak membantu industri
dalam bentuk kerjasama litbang, namun untuk memperoleh data
perhitungan peningkatan efisiensi perusahaan industri yang
memanfaatkan produk inovasi/paten hasil litbangyasa tidak mudah.
4) Rekomendasi
Untuk penetapan target atau realisasi peningkatan efisiensi
perusahaan industri yang memanfaatkan produk inovasi/paten hasil
litbangyasa sesuatu yang tidak mudah, maka sebaiknya hasil
teknologi litbang baik produk atau jasa yang ditawarkan ke industri
sudah harus jelas tekno ekonominya atau spesifikasinya, sehingga
mempermudah menetapan target efisiensinya.

2. Sasaran Strategis II : Meningkatnya penguasaan teknologi industri


Sasaran II terdiri dari 3 (tiga ) Indikator Kinerja :

2.1. Indikator Kinerja 1.2 : Perusahaan Industri/Badan Usaha


Yang Memanfaatkan Produk Inovasi Hasil
Litbangyasa.
2.1.1. Hasil yang telah dicapai
Hasil litbang yang diimplementasikan merupakan hasil litbang
tahun-tahun sebelumnya, dan hasil litbang tahun berjalan dan sudah
ada kontak kerjasama (bukan MoU) serta hasil litbang telah di
gunakan untuk berproduksi oleh industri.

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-5


Laporan Kinerja 2019

1). Hasil yang telah dicapai


Hasil litbang yang telah diimplementasikan, sampai dengan akhir
tahun 2019 sudah ada 4 (empat) hasil litbang yang
diimplementasikan, seperti pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4.
Hasil Litbang yang telah diimplementasikan
Target Realisasi
Indikator Kinerja 1.2 % Capaian
TA 2019 TA 2019
Hasil Litbang yang telah
4 penelitian 4 Penelitian 100%
diimplementasikan
Judul Penelitian :
a) Fabrikasi Alat Vacuum Frying
Sesuai dengan Perjanjian Kerjasama Nomor 0022/BPPI/BBIA/
KD/02/2019 tanggal 12 Januari 2019 antara Balai Besar
Industri Agro dan UD. Sayur. Ruang Lingkup Perjanjian
Kerjasama ini Perekayasa dan Pembuatan Alat Vacuum Frying
Kapasitas 3 kg/batch.
b) Inkubasi pengolahan minyak PCCO sesuai dengan
Perjanjian Kerjasama Nomor 0036/BPPI/BBIA/KD/III/2019
antara Balai Besar Industri Agro dan Ruang Lingkup
Perjanjian Kerjasama ini adalah teknologi proses pengolahan
minyak PCCO.
c) Alat pengolahan nira siap minum (ready to drink) sesuai
dengan Perjanjian Kerjasama Nomor 0055/BPPI/BBIA/
KD/VI/2019 tanggal 24 Juni 201 antara Balai Besar Industri
Agro dan Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Pemerintah
Kabupaten Lima Puluh Kota. Ruang Lingkup Pembuatan
Pengolahan Nira Aren siap minum dan pelatihan calon
operator.
d) Ekstraksi Minyak Kelapa Kopra Putih dan Pemurniannya
sesuai dengan Perjanjian Kerjasama Nomor 0115/BPPI/BBIA/
KD/X/2019 antara Balai Besar Industri Agro dengan PT.
Cocont Multi Industries Indonesia Ruang Lingkup Perjanjian

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-6


Laporan Kinerja 2019

Kerjasama ini meliputi teknologi proses Ekstraksi Minyak


Kelapa Kopra Putih dan Pemurniannya

Apabila dibandingkan, maka jumlah Hasil Penelitian dan


Pengembangan Yang Siap Diimplementasikan dari tahun 2015 sampai
dengan tahun 2019 dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5
Perbandingan Capaian Jumlah Hasil Penelitian dan Pengembangan
Siap Diimplementasikan
2015 2016 2017 2018 2019
Indikator
T R T R T R T R T R
Hasil litbang
yang siap
diimplemen 3 3 3 3 1 2 4 4 4 4
tasikan

2) Analisis hasil yang telah dicapai


Pada tahun 2019 ini target hasil litbang yang diimplemtasikan
tercapai sesuai target yang ditetapkan sebanyak 4 buah penelitian.
3) Kendala
Hasil litbang yang telah diimplementasikan relatif masih kecil
dibandingkan dengan jumlah penelitian yang telah dilakukan oleh
Balai Besar Industri Agro dalam lima tahun terakhir, hal tersebut
terjadi karena hasil litbang dilaksanakan masih belum siap
dikomersialisasikan (kurang dalam)
4) Rekomendasi
Litbang yang yang akan dilaksanakan harus sesuai kebutuhan
industry dan jelas road mapnya sehingga dapat dikomersialisasikan
atau dapat diketahui kedalaman hasil litbang tersebut.

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-7


Laporan Kinerja 2019

2.2. Indikator Kinerja 2.2 : Rasio hasil litbangyasa yang mencapai TRL 6
dibandingkan jumlah litbangyasa yang
dilaksanakan pada tahun berjalan.
1) Hasil yang telah dicapai
Hasil Litbang TA. 2019 hasil litbang prioritas yang siap untuk
diterapkan adalah hasil litbang Teknometernya mencapai minimal skala
6. Penilaian teknometer di lakukan oleh tim penilai sesuai Peraturan
Kepala BPPI Nomor 217 Tahun 2016 tentang Panduan Teknis
Pengukuran Tingkat Kesiapterapan Teknologi. Rasio yang sudah
melebihi target seperti pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6.
Rasio Hasil Litbangyasa Yang Mencapai TRL 6 Dibandingkan Jumlah
Litbangyasa Yang Dilaksanakan Pada Tahun Berjalan.
Indikator Kinerja 1.1 Target Realisasi % Capaian
Rasio hasil litbangyasa 83% 100% 120.48
yang mencapai TRL 6 (5 dari 6 (6 dari 6
dibandingkan jumlah penelitian) penelitian)
litbangyasa yang
dilaksanakan pada
tahun berjalan.

Judul Kegiatan Litbang TA. 2019 hasil litbang prioritas yang


siap untuk diterapkan adalah hasil litbang Teknometernya mencapai
minimal skala 6 dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-8


Laporan Kinerja 2019

Tabel 3.7. Judul Litbang Yang Siap Diterapkan Tahun 2019

Teknomet
No Hasil litbang yang siap diterapkan
er skala 6
Aplikasi Produk Karotenoid dari Minyak Buah Merah untuk
1 Sudah
Pangan dan Standar Kimia
Pengembangan Desain Penggorengan Double Layer
2 (Minyak/Air) dan Pengujian Cepat Penurunan Kualitas Minyak Sudah
dengan Teknologi Flourescence Fingerprint
Aplikasi Teknologi Flourescence Spectroscopy dan
3 Sudah
Chemometrics untuk Identifikasi Mutu Kopi

4 Pembuatan Kit Alergen dengan metode Lateral Flow Sudah


Penerapan Prinsip Industri 4.0 Pada Pengolahan Desiccated
5 Sudah
Coconut
Implementasi Metode Uji Patulin Dalam Rangka Meningkatkan
6 Sudah
Keamanan Produk Pangan

Judul penelitian :
a) Aplikasi Produk Karotenoid dari Minyak Buah Merah untuk
Pangan dan Standar Kimia
Pada tahun 2017, BBIA telah melakukan penelitian tentang Isolasi
α/β-Karoten dan α/β-Kriptoxanthin pada Minyak Buah Merah.
Salah satu hasil yangdiperoleh adalah produk serbuk karotenoid
dengan kadar beta karoten 3-5 %dengan menggunakan spray dryer
skala pilot. Selain itu juga didapatkan produkekstrak total
karotenoid, serta isolat alfa/beta karoten dan alfa/beta kriptoxanthin
skala lab, namun belum optimal.
Pada tahun 2018 ini dilanjutkan optimasi proses powderisasi serbuk
karotenoid dengan kadar karoten 3-5%, proses isolasi sekaligus
purifikasi isolat α/β- karoten dan α/β-kriptoxanthin untuk
meningkatkan kemurnian produk isolat khusunya untuk produk
standar kimia. Aplikasi BTP pewarna terutama pewarna alami pada
produk pangan, tentu saja berbeda satu sama lain karena perbedaan
karakteristik produk pangan yang akan diaplikasikan, selain dengan
karakteristik dari BTP pewarna tersebut. Jenis sediaan pewarna
alami khususnya untuk beta karoten terdapat dua bentuk, yaitu

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-9


Laporan Kinerja 2019

bentuk serbuk dan emulsi. Pembuatan serbuk karotenoid dilakukan


berdasarkan hasil kondisi proses pada tahun 2018, sedangkan
pembuatan emulsi karotenoid akan dilakukan pada Tahun 2019.
Produk emulsi karotenoid komersial biasanya adalah produk 1%, 3
%, 10% dan 30 % emulsi/suspensi. Emulsi dilakukan dengan
proses emulsifikasi menggunakan minyak nabati. Proses blending
memerlukan suhu dan waktu tertentu dan biasanya diperlukan
antioksidan dan atau emulsifier.
Selain itu untuk sediaan isolat karotenoid seperti alfa dan beta
karoten juga dapat dikembangkan sebagai standar kimia dalam
bentuk serbuk dengan kemurnian yang tinggi menggunakan
peralatan yang dilakukan pengadaannya pada Tahun 2018. Oleh
karena penelitian ini bertujuan Mengembangkan produk emulsi
karotenoid sebagai BTP pewarna dan mengaplikasikan produk BTP
pewarna serbuk dan emulsi karotenoid pada produk pangan
berbasis air khususnya produk minuman dan berbasis lemak,
khususnya margarin, serta mengembangkan produk standar α-
karoten dan β-karoten dan mengaplikasikannya sebagai standar
kimia pada laboratorium analisis seperti BBIA atau laboratorium
lainnya.
Hasil sementara penelitian ini adalah BTP pewarna bentuk serbuk
sudah dapat diterapkan untuk produk berbasis air (minuman) baik
pada skala laboratorium maupun skala pabrik. Produk tersebut
adalah minuman rasa buah (skala lab), sirup (skala ab dan pabrik)
dan minuman serbuk (skala lab dan pabrik) serta margarin (skala
lab dan skala 1 kg). BTP pewarna emulsi karotenoid sudah dapat
dibuat dari minyak buah merah dengan menambahkan minyak
nabati lain yaitu stearin dengan penambahan emulsifier lesitin.
Produk emulsi karotenoid ini juga sudah diaplikasikan untuk untuk
produk margarin (skala lab dan skala 1 kg).
Selain itu proses isolasi dan purifikasi produk standar masih dalam
proses pengembangan menggunakan alat UFPLC. Masih

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-10


Laporan Kinerja 2019

terkendala dengan optimasi standar karena menunggu hasil analisis.


Hasil analisis produk hasil aplikasi dan masa simpan masih dalam
tahap analisis.

Gambar 3.3 Tanaman buah merah

Gambar 3.4 Buah merah


Kesimpulan penelitian ini adalah produk serbuk
karotenoid diproses menggunakan spray drying sedangkan
emulsi karotenoid diproses melalui proses emulsifikasi
dengan fraksi stearin minyak sawit. Kedua jenis produk
karotenoid ini dapat digunakan sebagai BTP pewarna. BTP
pewarna bentuk serbuk sudah dapat diterapkan untuk produk
berbasis air (minuman) baik pada skala laboratorium maupun
skala pabrik. Produk tersebut adalah minuman rasa buah (skala
lab), sirup (skala lab dan pabrik) dan minuman serbuk (skala
lab dan pabrik) serta margarin (skala lab dan skala 1 kg).
Sedangkan produk emulsi karotenoid ini sudah diaplikasikan

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-11


Laporan Kinerja 2019

untuk untuk produk margarin (skala lab dan skala 1 kg).


Proses isolasi dan purifikasi produk standar masih dalam
proses pengembangan menggunakan alat UFPLC. Masih
terkendala dengan optimasi proses standar karena menunggu
hasil analisis.
b) Aplikasi Pengembangan Desain Penggorengan Double
Layer (Minyak/Air) dan Pengujian Cepat Penurunan
Kualitas Minyak dengan Teknologi Flourescence
Fingerprint.
Penelitian “Pengembangan Disain Penggorengan Double
Layer (Minyak/Air) dan Pengujian Cepat Penurunan Kualitas
Minyak dengan Teknologi Fluorescence Fingerprint”
dilakukan pata tahun anggaran 2019 mulai bulan Maret sampai
dengan bulan Desember. Tujuan penelitian pada tahun 2019
yaitu membuat prototype penggorengan double layer yang
mampu mempertahankan kualitas minyak penggorengan, serta
monitoring penururunan kualitas minyak dengan uji cepat non
destruktif menggunakan teknologi berbasis Fluorescence
Fingerprint. Disain penggorengan double layer, seperti terlihat
pada Gambar 3.5 dan foto penggorengan double layer seperti
terlihat Gambar 3.6.

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-12


Laporan Kinerja 2019

Gambar 3.5. Sket Penggorengan Double Layer tampak atas


dan samping

Gambar 3.6. Foto Penggorengan Double layer

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-13


Laporan Kinerja 2019

Disain penggorengan lebih detil tidak disampaikan pada


dokumen laporan ini, karena dalam proses diajukan paten.
Seperti pada Gambar 3.5 terlihat bahwa penggorengan double
layer dilengkapi dengan sumber panas yang berupa elemen
listrik, kontrol swich dan signal, saluran pembuangan air,
kontrol bagian lapisan air dan lain-lain. Sementara itu dan foto
pada gambar 3.6, terlihat bahwa penggorengan double layer
dibuat dengan full stanless steel
Hasil analisa konvensional menunjukkan bahwa Nilai
Asam Lemak Bebas paling rendah adalah 0,03% mulai dari
siklus 1, mulai naik menjadi 0,04% pada siklus 4, sempat naik
pada siklus 8 namun secara keseluruhan nilai ALB pada siklus
ke-15 menjadi 0,05%. Hasil analisis menunjukkan bahwa
bilangan peroksida setelah siklus penggorengan ke-1 sd ke-3
menunjukkan hasil masing-masing sebesar 6,06 ; 8,26; dan 6,6
mek O2/kg. Bilangan peroksida menunjukkan peningkatan
yang signifikan setelah penggorengan ke-4 dengan nilai
sebesar 13,7 mek O2/kg dan terus mengalami peningkatan
dengan nilai 16 mek O2/kg pada penggorengan ke-14 dan 14,4
mek O2/kg pada akhir penggorengan ke-15.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan
penggorengan double layer sampai dengan siklus ke 15, nilai
asam lemak bebas dan warna minyak goreng sawit yang
digunakan masih memenuhi standar mutu SNI 7709-2019
minyak goreng sawit, sementara itu bilangan peroksidanya
tidak memenuhi. Analisis PCA menunjukkan FF mampu
memonitoring perubahan mutu minyak berdasarkan perubahan
yang terjadi pada intrinsic fluorofor minyak yaitu polifenol,
tokoferol dan hidroperoksida.

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-14


Laporan Kinerja 2019

c) Aplikasi Teknologi Flourescence Spectroscopy dan


Chemometrics untuk Identifikasi Mutu Kopi
Indonesia memiliki berbagai kualitas dan rasa dari kopi
berdasarkan daerah tanam tanaman kopi tersebut, seperti: kopi
gayo, kopi toraja, kopi bali, kopi luwak, dan lain lain.
Fluorescence Fingerprint (FF) menawarkan solusi
permasalahan tersebut dengan hasil pengujian cepat, mudah,
dan non-destruktif. Tujuan penelitian adalah :
a) Mengembangkan inovasi dan teknologi FF spectroscopy
untuk identifikasi mutu dan origin (asal daerah) bahan
baku industri kopi
b) Membantu industri dalam penyediaan bahan baku
berkualitas dengan aplikasi teknologi monitoring, sortasi
dan identikasi secara cepat, akurat, dan non-destruktif.
Sampel kopi tidak dihancurkan sebelum dilakukan
pengukuran FF, Penggunaan integrating sphere merupakan
yang pertama didunia Cahaya yang digunakan 200 – 800 nm.
Analisa PCA menunjukkan FF mampu membedakan kopi asal
garut dengan kopi asal gayo dengan sempurna. FF juga
membedakan antara pengolahan luwak dengan non luwak.
Pemograman Matlab diperlukan untuk pengolahan data FF
Matlab merupakan program berbayar yang mahal Penggunaan
R-Cran bertujuan menggantikan Matlab, dikarenakan software
ini gratis, tetapi perlu dilakukan coding dari awal.
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa bentuk FF
pada berbagai kopi menunjukkan perbedaan diantara berbagai
jenis kopi nusantara, FF berhasil membedakan antara
berdasarkan jenis kopi robusta dan arabika, berdasarkan jenis
olahan dan juga berdasarkan geografis penanaman kopi di
berbagai wilayah Indonesia. Data dan informasi ini dapat
diterapkan langsung oleh eksportir dan industri kopi untuk
Analisa non-destruktif

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-15


Laporan Kinerja 2019

Teknologi FF dapat dikembangkan dan diterapkan pada lini


produksi yang berbasis industri 4.0

d) Pembuatan Kit Alergen dengan metode Lateral Flow


Masyarakat pada umumnya masih menganggap bahwa
alergi bukan merupakan penyakit berbahaya, padahal apabila
tidak ditanggulangi dengan baik alergi dapat menyebabkan
kematian. Deteksi dini penyakit alergi diperukan untuk
penanggulangan alergi secara cepat sehingga diperlukan rapid
test yang mudah diaplikasikan oleh masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat kit deteksi
cepat alergi kepiting dan udang pada manusia. Tahapan
penelitian yang dilakukan adalah isolasi protein alergen dari
kepiting dan udang, karakterisasi protein alergen dengan
metode elektroforesis, pembuatan prototipe kit LFIA, optimasi
alergen dan reagen pada kit LFIA pengambilan serum dan uji
alergi, dan uji unjuk kerja kit.
Deskripsi Peralatan dan Instrumentasi LFIA
 Automated Lateral Flow Reagent Dispenser (ALFRD)

Gambar 3.7. Automated Lateral Flow Reagent Dispenser


(ALFRD)
Automated Lateral Flow Reagent Dispenser
merupakan alat untuk menginjeksikan reagen ke membran
atau kertas. Alat ini ideal untuk pengembangan produksi
lateral flow skala kecil dan aplikasi fluida/reagen berbasis

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-16


Laporan Kinerja 2019

kertas. Alat ini juga mampu mengcoating fluida atau reagen


pada kertas atau membran dalam bentuk garis secara
bersamaan. Aplikasi:
 Laminator MTB300

Gambar 3.8. Laminator


Manual Laminator merupakat alat yang memudahkan
dalam melaminasi sample pad, conjugated pad dan absorbent
pad ke backing card PVC.
 Guillotine Cutter ZQ2002

Gambar 3.9. Guillotine Cutter


Guillotine Cutter ZQ2002 merupakan alat pemotong otomatis
dengan layar sentuh dan teknologi tinggi serta kecepatan yang
tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelarut yang dapat
digunakan untuk ekstraksi adalah PBS dan campuran TRIS,
GLISIN, DTT (TGD). Jumlah pita protein ekstrak udang dengan
pelarut TGD berjumlah 19 pita, dengan berat molekul 250 kDa,

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-17


Laporan Kinerja 2019

118 kDa, 106 kDa, 101 kDa, 95 kDa, 90 kDa, 86 kDa, 56 kDa, 53
kDa, 47 kDa, 45 kDa, 42 kDa, 40 kDa, 38 kDa, 29 kDa, 19 kDa 15
kDa, 13 kDa dan 10 kDa. Pita protein ekstrak udang dengan pelarut
TGD adalah 250 kDa, 180 kDa, 95 kDa, 90 kDa, 86 kDa, 59 kDa,
56 kDa, 50 kDa, 47 kDa, 45 kDa, 42 kDa, 38 kDa, 34 kDa, 32 kDa,
19 kDa, 17 kDa, 13 kDa, dan 10 kDa. Alat yang digunakan untuk
proses pembuatan kit adalah dispenser, laminator dan cutter.
Pembuatan konjugat Ab-AuNP dapat menggunakan buffer fosfat
atau buffer borat pada pH 8.5.
e) Penerapan Prinsip Industri 4.0 Pada Pengolahan Desiccated
Coconut
Kegiatan ini merupakan salah satu bagian dari Making
Indonesia 4.0 yang sedang digalakkan oleh Menteri Perindustrian.
Tujuan utama kegiatan ini adalah membuat pilot plant pengolahan
desiccated coconut yang menerapkan prinsip – prinsip IR 4.0 yang
dapat dikembangkan lebih lanjut. Harapan dari terlaksananya
kegiatan ini antara lain adalah terbentuknya rancang bangun
proses pengolahan desiccated coconut dengan prinsip IR 4.0,
terbentuknya mesin-mesin dan peralatan pengolahan Desiccated
Coconut mencakup pengupasan tempurung kelapa, pengupasan
kulit ari, pemarutan, pemucatan, blanshing atau sterilisasi,
pengeringan, pengayakan serta pengemasan yang terintegrasi
secara mekanis dan terkendali, serta tersedianya teknologi
monitoring non-destructive pada line produksi. Perubahan lingkup
dan skala kegiatan yang semula menggunakan dryer Vibrating
Fluidized Bed Dryer (continuous) dan belum dilengkapi panel
kontrol serta kapasitas 50 kg/jam berubah menjadi menggunakan
Rotary Dryer kap 10 kg/2jam (batch), dilengkapi Panel Control
terkait perubahan kebijakan penganggaran. Hal ini berkonsekuensi
realisasi kegiatan menjadi terkendala. Kegiatan penerapan prinsip
industri 4.0 pada Desiccated Coconut secara fisik belum mencapai
target yang direncanakan, namun realisasi keuangan sudah

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-18


Laporan Kinerja 2019

tercapai sesuai rencana. Kegiatan yang akan dilakukan berikutnya


adalah mengawasi proses pembuatan dan instalasi pilot plant yang
dilaksanakan oleh pemenang lelang serta melakukan ujicoba
performa pilot plant dan produk desiccated coconut yang
dihasilkan.

f) Implementasi Metode Uji Patulin Dalam Rangka


Meningkatkan Keamanan Produk Pangan
Seiring dengan meningkatnya kesadaran terhadap pangan
yang dikonsumsi, maka mengkonsumsi pangan yang aman
merupakan hal yang harus diperhatikan oleh produsen dan
konsumen. Balai Besar Industri Agro (BBIA) merupakan salah
satu lembaga yang ikut serta dalam penetapan standar atau
peraturan yang berkaitan dengan pangan di Indonesia, ingin
meningkatkan kemampuannya dalam analisa mikotoksin. Patulin
adalah salah satu mikotoksin yang layak dikembangkan karena
toksin ini sangat mudah terbentuk dikarenakan sedikit saja
pembusukan. Patulin sering terdeteksi akibat pembusukan
terutama pada komoditi buah-buahan misalnya buah apel, pir,
tomat, dan jambu pada sediaan buah segar maupun olahannya
serta kemungkinan dapat terdeteksi di sayuran. Metode acuan
yang akan digunakan adalah AOAC 2000.02 Patulin in Clear and
Cloudy Apple Juice and Apple Puree. Liquid Chromatographic
Method dengan detektor UV dan penggunaan teknologi Molecular
Imprinted Polymer (MIP) column yang membuat analisa menjadi
lebih sensitif, selektif, cepat dan mudah diaplikasikan. Untuk
membuktikan kesesuaian karakteristik metode terpilih terhadap
sistem yang ada di BBIA, dilakukan validasi menggunakan
matriks buah apel pada sediaan buah segar, jus buah dan puree.
Metode terpilih memiliki nilai selektivitas pada waktu retensi
sekitar menit kesembilan dan nilai koefisien korelasi untuk
linieritas 0,9999 dengan persamaan regresi yaitu y = 592 x + 674.

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-19


Laporan Kinerja 2019

Hasil uji patulin pada contoh jus buah apel, jus apel bening dan
puree apel adalah tidak terdeteksi atau bawah limit deteksi
metode. %RSD Repetabilitas pada jus buah apel sebesar 9,92%,
jus apel bening 1,19%, puree apel 4,95% lebih kecil dari nilai 2/3
CVHorwitz sehingga dapat dikatakan metode uji tersebut
memiliki repetabilitas yang memenuhi syarat. Reproduksibilitas
dievaluasi menggunakan uji T, didapatkan Thitung sebesar 0,72
sedangkan Ttabel sebesar 2,31. Dalam hal ini Thitung < Ttabel
maka hasil analisa alat HPLC I dan alat HPLC II tidak berbeda
nyata. Hasil pengujian akurasi didapatkan nilai perolehan kembali
yang memenuhi syarat, untuk jus buah apel yaitu 79,59%, jus apel
bening yaitu 92,50% dan puree apel yaitu 107,37%, dengan syarat
keberterimaan berkisar antara 75% sampai 120%. Limit deteksi
instrumen sebesar 2,21 µg/Kg yang diperoleh berdasarkan
percobaan secara visual. Nilai limit deteksi metode patulin dalam
jus buah apel sebesar 4,77 µg/Kg, dalam jus apel bening sebesar
4,64 µg/Kg, dan dalam puree apel sebesar 4,96 µg/Kg. Hasil uji
banding yang memenuhi syarat keberterimaan %Recovery 75-
120% yaitu hasil pengujian untuk sampel puree apel di
laboratorium BBIA sebesar 105% dan hasil pengujian di
laboratorium Saraswanti Indo Genetech sebesar 81%. Hasil
pengujian untuk sampel jus buah apel di laboratorium BBIA
sebesar 80% dan hasil pengujian di laboratorium Saraswanti Indo
Genetech sebesar 112%. Hasil pengujian untuk sampel jus apel
bening di laboratorium BBIA sebesar 93% dan hasil pengujian di
laboratorium Saraswanti Indo Genetech sebesar 108%.

Apabila dibandingkan, maka jumlah Hasil Penelitian dan


Pengembangan Yang Siap Diterapkan/dikembangkan Tahun 2015
sampai dengan Tahun 2019 adalah sebagai berikut :

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-20


Laporan Kinerja 2019

7
6
5
4
3
2
1
0
2015 2016 2017 2018 2019
Target 3 3 3 4 5
Realisasi 3 4 3 4 6

Gambar 3.10.
Hasil Litbang Hasil hasil litbangyasa Yang mencapai TRL 6
Tahun 2015-2019
Gambar 3.10 menunjukkan bahwa realisasi hasil Litbang
Prioritas yang dikembangkan Tahun 2015-2019 yang target
ditetapkan selalu tercapai.

2) Analisis hasil yang telah dicapai


Pada tahun 2019 ini realisasi hasil litbang prioritas yang
dikembangkan melampaui target yang ditetapkan yakni sebanyak
4 buah penelitian. Proses isolasi dan purifikasi produk standar
masih dalam prosespengembangan menggunakan alat UFPLC.
Masih terkendala dengan optimasi proses standar karena
menunggu hasil analisis.
3) Kendala
Tidak ada
4) Rekomendasi

BTP pewarna alami karotenoid mempunyai prospek yang


baik, namun sebaiknya konsultasi dengan pihak BPOM
diperlukan terutama dalam pendaftaran terkait dengan persyaratan
lain izin edar BTP. Selain itu jenis-jenis karotenoid dalam minyak
buah merah perlu diidentifikasi secara menyeluruh sehingga

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-21


Laporan Kinerja 2019

produk karotenoid tidak hanya terbatas untuk jenis α/β karoten


dan α/β kriptoxanthin saja, sehingga proses isolasi dan purifikasi
dapat dikembangkan juga untuk jenis karotenoid lain yang
terkandung di dalamnya.

2.3. Indikator Kinerja 2.3 : Rasio paket teknologi/konsultasi yang berhasil


memecahkan masalah industri dibandingkan
dengan total jumlah permintaan jasa
problem solving dari industri pada tahun
berjalan.
Rasio paket teknologi/konsultasi dimaksud adalah perbandingan
jumlah paket teknologi/konsultasi yang berhasil memecahkan masalah
industri, dibandingkan dengan total jumlah permintaan jasa problem
solving dari industri pada tahun berjalan. Dibuktikan dengan surat
pernyataan dari perusahaan.

1) Hasil yang telah dicapai


Hasil teknologi yang dapat menyelesaikan permasalahan
industri (problem solving) sampai dengan akhir tahun 2019 sudah
tercapai yaitu ada 6 (enam) hasil paket teknologi.
Tabel 3.8.
Hasil Teknologi Yang Dapat Menyelesaikan Permasalahan Industri
(Problem Solving)
Indikator Kinerja 1.3 Target Realisasi % Capaian
Hasil teknologi yang dapat 85% 100% 117.65
menyelesaikan permasalahan (6 dari 6
industri (problem solving) permintaan)

Judul Kegiatan Paket Teknologi/ Litbangyasa yang dapat


menyelesaikan permasalahan industri (problem solving)

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-22


Laporan Kinerja 2019

a) Modifikasi Alat Pengolahan Minyak Atsiri yang dilakukan di


UD. Rafikasari. UD. Rafikasari sedang Modifikasi Alat Pengolahan
Minyak Atsiri, maka atas permasalahan industri tersebut, UD.
Rafikasari mengajukan permohonan untuk melakukan penelitian
tersebut di atas. Maka dilakukan Perjanjian Kerjasama Nomor
0012/BPPI/BBIA/ KD/I/2019 antara BBIA dan UD Rafikasari.
b) Penerapan Teknologi Pemutihan (bleaching) pada Proses
Produksi Gula Kristal Rafinasi yang dilakukan di PT. Adikarya
Gemilang. PT. Adikarya Gemilang mengajukan permohonan
konsultasi “penerapan Teknologi Pemutihan (bleaching) pada proses
produksi gula Kristal rafinasi” disetujui melalui Perjanjian
Kerjasama Nomor 0111/BPPI/BBIA/ KD/X/2019 antara BBIA dan
PT URC Indonesia.
c) Pengolahan Limbah Cair yang dilakukan di Medja Resto,
terkait permohonan penelitian Pengolahan Limbah Cair
melalui Perjanjian Kerjasama antara BBIA dan Medja Resto dengan
Perjanjian Nomor 0081/BPPI/BBIA/ KD/VIII/2019.
d) Memperpanjang daya tahan simpan santan yang dilakukan
dengan Bapak Heri Pandapotan Siregar terkait permohonan
penelitian memperpanjang daya tahan simpan santan melalui
Perjanjian Kerjasama antara BBIA dan Medja Resto sesuai dengan
Perjanjian Kerjasama Nomor 0085/BPPI/BBIA/ KD/IX/2019.
e) Pemurnian Minyak Kelapa Mentah/Kasar (Crude Coconut Oil-
CCO) Menjadi Minyak Goreng Kelapa (Refine Bleach
Deodorize Coconut Oil-RBDCNO) yang dilakukan di Maju
Berkembang Bersama terkait menemukan teknologi yang tepat pada
Pemurnian Minyak Kelapa Mentah/Kasar (Crude Coconut Oil-
CCO) Menjadi Minyak Goreng Kelapa (Refine Bleach Deodorize
Coconut Oil-RBDCNO) sesuai dengan Perjanjian Kerjasama
Nomor 0024/BPPI/BBIA/ KD/II/2019

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-23


Laporan Kinerja 2019

f) Pembuatan Mi Daun Kelor dengan PT. Genta Cipta Mefasari


terkait permohonan penelitian Pembuatan Mi Daun Kelor melalui
Perjanjian Kerjasama antara BBIA dan PT. Genta Cipta Mefasari.

Apabila dibandingkan, maka jumlah Hasil Teknologi Yang


Menyelesaikan Permasalahan Industri (problem solving) dari tahun 2015
sampai dengan tahun 2019 seperti pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9
Perbandingan Capaian Jumlah Hasil Teknologi Yang Menyelesaikan
Permasalahan Industri (Problem Solving)

Hasil Teknologi yang


menyelesaikan permasalahan 2015 2016 2017 2018 2019
industri
Target 6 6 5
Realisasi 6 6 6

2) Analisis hasil yang telah dicapai


Pada tahun 2017 serta tahun 2019 ini target hasil teknologi yang
menyelesaikan permasalahan industri tercapai sesuai target yang
ditetapkan sebanyak 6 buah paket teknologi/ litbangyasa. Adapun pada
rentang waktu 2015 sampai dengan tahun 2016, indikator hasil
Teknologi yang menyelesaikan permasalah industri tidak ada di
perjanjian kinerja.

3. Sasaran III : Meningkatnya kualitas layanan publik

Sasaran III terdiri dari 1 (satu) Indikator Kinerja :


Indikator Kinerja : Tingkat kualitas pelayanan publik (skala 4)
1) Hasil yang telah capai
Hasil riset kepuasan pelayanan public TA 2019 sudah tercapai yaitu
3,61 dari target 3.6 seperti pada Tabel 3.10

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-24


Laporan Kinerja 2019

Tabel 3.10
Tingkat Kualitas Pelayanan Publik (skala 4) TA 2019
Indikator Kinerja 1.3 Target Realisasi %
Capaian
Tingkat Kualitas
3.6 3,61 100.28%
Pelayanan Publik

BBIA sebagai institusi penyedia jasa, telah melaksanakan Riset


Kepuasan Pelanggan terhadap pengguna jasa layanan teknis sejak tahun
2009. Pada tahun 2019 ini riset dilakukan terhadap 8 (delapan) jasa
layanan, yaitu jasa pengujian, kalibrasi, sertifikasi, pelatihan,
konsultansi, uji profisiensi, RBPI dan inspeksi teknis.
Metode pengukuran yang digunakan dalam riset ini adalah survei
terhadap pelanggan BBIA yang disampling. Teknik pengumpulan data
menggunakan kuesioner online dan tatap muka.
Responden dalam survei ini adalah pelanggan jasa layanan pengujian,
kalibrasi, sertifikasi pelatihan, konsultansi, uji profisiensi, rbpi dan
inspeksi teknis di Balai Besar Industri Agro (BBIA). Kuesioner disebar
kepada masing-masing pelanggan BBIA, dengan angka pengembalian
kuesioner dari responden sebanyak 369 responden, seperti tabel berikut

Jasa layanan Indeks Responden


Kepuasan
Pelanggan
Pengujian 3.62 113
Kalibrasi 3.62 85
Sertifikasi 3.64 78
Pelatihan 3.64 83
Konsultansi 3.44 4
RBPI 3.89 1
Inspeksi Teknis 3.19 3
Litbang 3.89 2
Rata-rata 3.61

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-25


Laporan Kinerja 2019

Apabila dibandingkan Tingkat kualitas pelayanan publik tahun 2015-2019


seperti Gambar 3.11. :

3,7
3,6
3,5
3,4
3,3

IKM
3,2
3,1
3
2,9
2,8
2,7
2015 2016 2017 2018 2019
Target 3,22 3,22 3,5 3,6 3,6
Realisasi 3,01 3,08 3,41 3,31 3,61

Gambar 3.11. Tingkat Kepuasan Pelanggan

2) Analisis hasil yang telah dicapai


Dari gambar 3.11. menunjukkan bahwa target tingkat kualitas
pelayanan publik (kepuasan pelanggan) belum pernah tercapai,
kecuali Tahun 2019 realisasi 3.61 dari target 3.6, diduga penyebab
tingkat kepuasan Pelanggan tahun 2019 meningkat adanya
peningkatan kecepatan kecepatan waktu penyelesaian yaitu Standar
Pelayanan Minimal (SPM) pengujian yang semula 20 hari menjadi 18
hari.
3) Kendala
Tidak ada
4) Rekomendasi
Untuk memenangkan persaingan jasa layanan pengujian yang
semakin ketat perlu adanya kecepatan waktu penyerahan hasil uji
yaitu Standar Pelayanan Minimal (SPM) pengujian yang semula 18
hari menjadi antara 8-12 hari.

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-26


Laporan Kinerja 2019

5) Sasaran IV : Meningkatnya penerapan reformasi birokrasi

Sasaran IV terdiri dari 2 (dua) Indikator Kinerja, yakni Tingkat Maturitas SPIP
dan Nilai Akuntabilitas Kinerja.
4.1. Indikator Kinerja 4.1 : Tingkat maturitas pengendalian internal
(SPIP)
1) Hasil yang telah dicapai
Tingkat maturitas pengendalian internal (SPIP) terkait hasil
penilaian sampai dengan akhir tahun 2019 sudah melewati target yang
ditetapkan sebanyak yaitu dengan nilai 3.948.
Tabel 2.11
Hasil Penilaian SPIP TA 2019
Indikator
No. Sasaran Kegiatan Target Realisasi %
Kinerja
Meningkatnya Tingkat
1 tingkat maturitas maturitas SPIP 3.6 3.948 110%
SPIP Satker (skala 1-5)

Pada tahun 2019 ini Tingkat Maturitas SPIP dimasukkan ke dalam salah
satu Perjakin yang ditetapkan oleh BPPI, penilaian telah dilakukan pada
Tahun 2019 dan Balai Besar Industri Agro mendapatkan skor 3,948,
masuk ke dalam kriteria “terdefinisi”.
Apabila dibandingkan Tingkat Maturitas SPIP tahun 2015-2019 seperti
pada Gambar 3.12.
4,00
3,90
3,80
3,70
3,60
3,50
3,40
3,30
3,20
2015 2016 2017 2018 2019
Target 3,50 3,50 3,60 3,60
Realisasi 3,57 3,88 3,96 3,95

Gambar 3.12. Tingkat kualitas Pelayanan Publik TA 2015-2019

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-27


Laporan Kinerja 2019

2) Analisis hasil yang telah dicapai


Gambar 3.6, menunjukkan bahwa Tingkat Maturitas SPIP tahun
2016-2018 target selalu tercapai, namun pada tahun 2019 target
tidak tercapai, dan dinyatakan bahwa BBIA telah melaksanakan
praktik pengendalian intern dan terdokumentasi dengan baik
3) Kendala
Tidak ada
4) Rekomendasi
Perlu melakukan evaluasi atas pengendalian intern dilakukan
dengan dokumentasi yang memadai, diharapkan di tahun 2020
mendatang Tingkat Maturitas SPIP akan lebih baik lagi.

4.2. Indikator Kinerja 4.2 : Nilai Akuntabilitas Kinerja

4.2.1. Hasil yang telah dicapai

Tabel 3.12
Hasil Penilaian Nilai Akuntabilitas Kinerja
Indikator
No. Sasaran Kegiatan Target Realisasi
Kinerja

1 Nilai Akuntabilitas Nilai A A

Hasil penilaian nilai akuntabilitas kinerja BBIA tahun 2019 yang


dilakukan Tim Penilai dari Biro Perencanaan Kementerian Perindustrian
adalah dengan Kategori nilai A (memuaskan). Nilai tersebut sudah sesuai
target yang ditetapkan yaitu dengan nilai A. Komponen akuntabilitas
kinerja BBIA yang dinilai pada Tahun 2019 adalah sebagai berikut :

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-28


Laporan Kinerja 2019

NO KOMPONEN NILAI
A Perencanaan Kinerja (35%) 24.51

B Pengukuran Kinerja (20%) 20.94


C Pelaporan Kinerja (15%) 12.46
D Evaluasi Kinerja (10%) 8.01
E Pencapaian Sasaran/ Kinerja (20%) 15.28
Hasil Evaluasi Akuntabilitas 81.2
Kinerja (Kategori A)

Apabila dibandingkan, Nilai Akuntabilitas Kinerja Tahun


2015-2019 seperti Tabel 3.13
Tabel 3.13.
Nilai Akuntabilitas BBIA Tahun 2015 --2019

2015 2016 2017 2018 2019


A A AA AA A

4.2.2 Analisis hasil yang telah dicapai


Pada tahun 2015 dan 2016 Nilai Akuntabilitas Kinerja
BBIA kategori A atau memuaskan, dan Tahun 2017 dan
2018 nilai kategori AA (Sangat memuaskan), namun pada
Tahun 2019 kembali turun. Penurunan Nilai Akuntabilitas
Kinerja BBIA pada Tahun 2019 disebabkan oleh metode
penilain yang berbeda dari tahun sebelumnya.
4.2.3. Kendala
Sasaran Strategis dan indikator Perjanjian Kinerja yang
sering berubah atau berganti sangat berpengaruh hasil
penilai Akuntabilitas Kinerja yang karena terkait dokumen
sistem akuntabitas akan mengalami perubahan.
4.2.4. Rekomendasi
Penetapan sasaran strategis dan indikator Perjanjian Kinerja
perlu lebih dimatangkan lagi agar tidak sering terjadi
perubahan atau revisi dokumen sistem akuntabitas.

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-29


Laporan Kinerja 2019

3.1.2. Analisis Capaian Kinerja Berdasarkan Renstra BBIA TA 2015-2019

Berdasarkan Rencana Strategis BBIA tahun anggaran 2015-2018,


capaian yang dapat terealisasi adalah sebagai berikut :

1) Hasil Yang telah dicapai

Berdasarkan Rencana Strategis BBIA tahun anggaran 2015-2019,


capaian yang dapat terealisasi seperti pada Tabel 3.14.

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-30


Laporan Kinerja 2019

Pada Tabel 3.14. Capaian Kinerja Berdasarkan Renstra BBIA TA 2015-2019

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Tahun Tahun Tahun Tahun


Tahun 2016 2017 2018 2019
2015

T R T R T R T R T R
1 Meningkatnya efisiensi Peningkatan efisiensi perusahaan
industri dalam rangka industri yang memanfaatkan produk
mendorong daya saing inovasi/paten hasil litbangyasa 30 43
industri

2 Meningkatnya Perusahaan industri/badan usaha yang


penguasaan teknologi memanfaatkan produk inovasi hasil 3 3 3 3 1 2 4 4 4 4
industri litbangyasa
Rasio hasil litbangyasa yang mencapai
TRL 6 dibandingkan jumlah litbangyasa
yang dilaksanakan pada tahun berjalan 100 100 100 100 100 100 100 100 83 100

Rasio paket teknologi/konsultasi yang


berhasil memecahkan masalah industri
dibandingkan dengan total jumlah 100 100 100 100 85 100
permintaan jasa problem solving dari
industri pada tahun
3 Meningkatnya Layanan Tingkat kepuasan masyarakat terhadap
Jasa Teknis kepada layanan jasa teknis (skala 4) 3,22 3,01 3,22 3,08 3,5 3,41 3,6 3,31 3,6 3,61
Industri
4 Meningkatnya penerapan Tingkat maturitas pengendalian internal
reformasi birokrasi (SPIP) - - - 3,5 3,57 3,6 3,96 3,6 3,95
Nilai akuntabilitas kinerja
A A A A AA AA AA AA A A

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-31


Laporan Kinerja 2019

Pada Tabel 3.14. menunjukkan bahwa target indikator sasaran strategis


waktu Tahun 2015-2018 tidak tercapai, namun pada tahun 2019 sudah
realisasi di atas dengan target yang ditetapkan. Berikut ini
beberapa indikator yang selalu mencapai target tiap tahunnya yaitu :
 Meningkatnya efisiensi industri dalam rangka mendorong daya saing
industri
 Meningkatnya penguasaan teknologi industri
 Meningkatnya penerapan reformasi birokrasi

Sedangkan Indikator yang tidak semuanya mencapai target pada


rentang waktu lima tahun 2015-2019 adalah indikator
 Meningkatnya Layanan Jasa Teknis kepada Industri

2) Analisis yang telah dicapai.


Penyebab tidak tercapai sasaran strategis dengan indikator tingkat
kepuasan masyarakat terhadap layanan jasa teknis sangat dipengaruhi
tingkat ketepatan waktu penyerahan hasil dan dan kecepatan merenspon
permintaan pelanggan kurang baik.
 Kendala.
Sarana dan Prasarana Customer Service (line telepon sering sibuk,
personel Customer Service terbatas, email lama dibalas, tidak bisa
dihubungi lewat WA).
 Rekomendasi
Agar menyediakan jaringan telepon yang tersambung dengan mesin
penjawab dan registrasi yang secara online atau bisa dihubungi lewat
whatsapp (WA) serta pelanggan dapat mengetahu tahapan proses yang
sedang dilaksanakan (tracking process)

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-32


Laporan Kinerja 2019

3.2. Capaian Program Prioritas Nasional Tahun Anggaran 2019

Hasil capaian program prioritas pada satuan kerja BBA TA 2019 yang
telah dilaksanakan seperti pada Tabel 3.15.

Tabel 3.15.
Capaian Program Prioritas Nasional Tahun Anggaran 2019
RENJA K/L
PROGRAM KEGIATAN Realisasi Realisasi
OUTPUT Target JUMLAH
Ouput Keuangan

1867- Penelitian Hasil Penelitian


019.07.12-Program
Dan Dan
Pengembangan 6 Paket 6 Paket
Pengembangan Pengembangan 4.734.892.000 4.467.345.245,00
Teknologi dan Teknologi Teknologi
Teknologi Industri Teknologi Industri
Kebijakan Industri
Agro Agro

Adapun judul-judul peneliti dan pengembangan program prioritas TA 2019


adalah sebagai berikut :
1) Penerapan Prinsip Industri 4.0 Pada Pengolahan Desiccated Coconut
2) Implementasi Metode Uji Patulin Dalam Rangka Meningkatkan Keamanan
Produk Pangan
3) Pembuatan Kit Deteksi Cepat Alergi Pangan Dengan Metode Lateral Flow
4) Aplikasi Produk Karotenoid Dari Minyak Buah Merah Untuk Pangan Dan
Standar Kimia
5) Pengembangan Desain Penggorengan Double Layer (minyak/air) Dan
Pengujian Cepat Penurunan Kualitas Minyak Dengan Teknologi
Fluorescence Fingerprint
6) Aplikasi Teknologi Fluorescence Fingerprint Spectroscopy Dan
Chemometrics Untuk Identifikasi Mutu Kopi

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-33


Laporan Kinerja 2019

3.3. Akuntabilitas Keuangan


Realisasi penyerapan anggaran BBIA Tahun 2019 adalah sebesar Rp
48,116,870,693,- atau 96,0% dari pagu sebesar Rp 51,495,450,000.
Berdasarkan jenis mata anggaran belanja, maka realisasi anggaran
diperlihatkan pada Tabel 3.16.

Tabel 3.16
Pagu dan Realisasi Berdasarkan Jenis Belanja TA 2019
Realisasi (Data
No Jenis Belanja Pagu Emon per %
03/01/2020)
I Rupiah Murni 22,949,836,000 22,030,946,899 96.00%
1 Belanja Pegawai 10,206,611,000 10,025,530,513 98.23%
2 Belanja Barang 7,919,056,000 7,527,022,389 95.05%
3 Belanja Modal 4,824,169,000 4,478,393,997 92.83%
II PNBP BLU 28,545,614,000 26,085,923,794 91.38%
1 Belanja Pegawai 14,925,225,000 13,793,558,413 92.42%
2 Belanja Barang 12,546,079,000 95.89%
12,030,732,377
3 Belanja Modal 1,074,310,000 261,633,004 24.35%
Total 51,495,450,000 48,116,870,693 93.44%

3.3.1. Realisasi Anggaran Keuangan (RM)

Realisasi (Data
Jenis Belanja Pagu Emon per %
03/01/2020)
Rupiah Murni 22,949,836,000 22,030,946,899 96.00%
Belanja Pegawai 10,206,611,000 10,025,530,513 98.23%

Belanja Barang 7,919,056,000 7,527,022,389 95.05%

Belanja Modal 4,824,169,000 4,478,393,997 92.83%

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-34


Laporan Kinerja 2019

1) Hasil yang telah dicapai


 Belanja Pegawai digunakan sehingga terbayarnya gaji pokok
pegawai negeri sebanyak 135 orang selama dalam satu tahun
(sudah termasuk Gaji ke-13 dan Gaji ke-14).
 Belanja Barang digunakan dalam penyediaan barang
persediaan, belanja operasional kantor, biaya pemeliharaan,
biaya perjalanan dan penyediaan jasa serta pembelian bahan
kimia dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan.
 Belanja Modal digunakan untuk pengadaaan antara lain :
 Pengadaan Mesin Dan Alat Proses Pengolahan Desiccated
Coconut
 Control Tower
 Pembangunan Sarana Penunjang Penerapan Prinsip
Industri 4.0 Pada Pengolahan Desiccated Coconut
 Pengembangan Ruang Penerima Contoh Dan Toilet
Pelanggan Pada Gedung BBIA
 Pengadaan Meubelair Laboratorium
2) Analisis hasil yang telah dicapai
Capaian realisasi keuangan kegiatan yang dibiaya oleh Rupiah
Murni sangat baik yaitu sebesar 96% dari pagu anggaran, capaian
keuangan tersebut diatas yang ditetapkan oleh kementerian
Perindustrian
3) Kendala
Lelang pengadaan Pengadaan Mesin dan Alat Proses Pengolahan
Desiccated Coconut, dan Pembangunan Sarana Penunjang
Penerapan Prinsip Industri 4.0 Pada Pengolahan Desiccated
Coconut serta Pengembangan Ruang Penerima Contoh Dan Toilet
Pelanggan Pada Gedung BBIA selesai di akhir tahun (terlambat
sesuai dengan rencana).
4) Rekomendasi
Sebaiknya lelang pengadaan sebaiknya dilaksanakan diawal tahun.

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-35


Laporan Kinerja 2019

3.3.2 Realisasi Anggaran Keuangan (PNBP BLU)

Realisasi (Data
Jenis
No Pagu Emon per %
Belanja
03/01/2020)
II PNBP BLU 28,545,614,000 26,085,923,794 91.38%
Belanja
1 14,925,225,000 13,793,558,413 92.42%
Pegawai
Belanja
2 12,546,079,000 12,030,732,377 95.89%
Barang
Belanja
3 1,074,310,000 261,633,004 24.35%
Modal

1) Hasil yang telah dicapai


 Belanja Pegawai digunakan pembanyarab tunjangan kinerja
(Remunerasi sehingga terbayarnya Remunerasi Pegawai
negeri sebanyak 193 orang pegawai selama dalam satu tahun
(sudah termasuk Remunerasi ke-13 dan Remunerasi ke-14).
 Belanja Barang digunakan dalam penyediaan barang bahan
kimia dan bahan penolong, barang persediaan, belanja
operasional kantor, biaya pemeliharaan, biaya perjalanan dan
penyediaan jasan.
 Belanja Modal digunakan untuk pengadaaan antara lain :
 Pengadaan Peralatan Perkantoran (mis Kursi, Meja kerja,
Kursi Kerja, Lemari besi, dan lainnya.
 Pendagaan Komputer PC dan Laptop dan Pritenter
 Pengadaan Anak Timbangan Kelas E2
2) Analisis hasil yang telah dicapai
Capaian realisasi keuangan kegiatan yang dibiaya oleh PNBP
hanya tercapai sebesar 91,38% dari pagu anggaran. Penyebab
rendahnya capaian keuangan tersebut diatas disebabkan adanya
penundaan pengadaan antara lain :
 Peralatan Kalibrasi yaitu Mettlerm Toledo
 Peralatan Perkantoran
3) Kendala
Tidak ada

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-36


Laporan Kinerja 2019

4) Rekomendasi
Tidak ada

3.3.3. Penerimaan PBNB BLU


Kegiatan yang laksanakan dalam menghasilkan output ini
yaitu adalah Jasa Layanan Teknis Pengujian, Kalibrasi, Sertifikasi,
Sampling, Uji Profisiensi, Pelatihan, Konsultasi, RBPI, Litbang,
ABITIS dan JPT Lainnya (Penanganan Pencemaran Lingkungan,
Bunga Bank, dll) seperti Tabel 3.17
Tabel 3.17
Penerimaan Jasa Layanan Teknis BBIA Tahun 2019

No Jasa Layanan Penerimaan


1 Jasa Pengujian 15,959,913,970
2 Jasa Kalibrasi 3,357,751,110
3 Jasa Pelatihan 1,416,058,500
4 Jasa Konsultasi 279,900,500
5 Jasa Sertifikasi 4,719,420,500
6 Jasa Rbpi 137,899,900
7 Jasa Kerjasama Litbang 1,149,240,546
8 Jasa Proficiency Testing 499,055,000
9 Jasa Inspeksi Teknis 182,195,000
10 Jasa Layanan Perbankan Blu 147,447,753
Jasa Sampling/Pengambilan
11 698,524,000
Contoh
12 Jasa Layanan Lainnya 875,249,500
Total 29,422,656,279

Realisasi penerimaan PNBP BBIA dari jasa pelayanan teknis


sampai dengan akhir tahun 2019 adalah sebesar Rp
29,422,656,279,-. Jika dibandingkan dengan PNBP tahun 2018 (Rp
28,284,797,842,-) maka realisasi PNBP tahun 2019 ini mengalami
pertumbuhan sebesar 4,02 % jika dibandingkan dengan tahun 2018.
Bila dilihat dari Realisasi PNBP, BBIA tahun 2015-2019. Bila
dilihat dari tingkat pertumbuhan PNBP, perkembangan
pertumbuhan PNBP BBIA tahun 2015-2019 dapat lihat pada Tabel
3.18.

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-37


Laporan Kinerja 2019

Tabel 3.18
PNBP BBIA Tahun 2015-2019
Tahun
No Jenis JPT
2015 2016 2017 2018 2019
1 Pengujian 16,360,498,973 17,346,793,203 15,110,687,954 14,123,983,390 15,959,913,970
2 Kalibrasi 2,596,812,500 2,909,884,905 3,005,909,800 3,588,988,420 3,357,751,110
3 Sertifikasi 3,752,867,000 4,580,978,000 4,263,268,000 5,373,862,000 4,719,420,500
4 Sampling N/A N/A 398,092,000 583,345,000 698,524,000
5 Jasa Uji Profisiensi N/A 475,495,000 256,223,000 392,625,000 499,055,000
6 Pelatihan 1,197,515,000 966,855,000 910,840,000 1,129,536,000 1,416,058,500
7 Konsultansi 209,250,000 605,695,000 201,420,000 465,026,000 279,900,500
8 RBPI 66,700,000 148,602,500 98,000,000 262,624,000 137,899,900
9 Litbang 297,032,866 62,035,000 1,157,092,610 875,580,500 1,149,240,546
10 Jasa Inspeksi Teknis N/A 135,995,000 212,000,000 562,558,000 182,195,000
11 Standardisasi N/A N/A N/A N/A
12 Bunga Bank N/A 431,984,509 431,445,106 223,931,869 147,447,755
13 JPT lainnya 973,808,739 89,865,892 408,888,500 702,737,663 875,249,500
Total 25,454,485,078 27,754,184,009 26,453,866,970 28,284,797,842 29,422,656,281
Pertumbuhan (%) 5.87% 9.03% -4.69% 6.92% 4.02%

Jumlah realisasi PNBP cenderung meningkat tiap tahunnya, kecuali


pada Tahun 2017 mengalami pertumbuhan minus sebesar 4,69%.
Jasa layanan yang paling banyak mengalami kenaikan pada tahun 2019
adalah layanan pengujian, pelatihan, Sampling, dan Uji Profisiensi. Diduga
peningkan pendapatan jasa pengujian disebabkan penerapan revisi tarif yang
meningkat. Perlu perhatian untuk mengatasi penurunan pendapatan di
pelayanan pada Jasa layanan teknis lainnya. Rincian realisasi volume Layanan
Jasa Teknis di BBIA dapat dilihat pada tabel 3.19.

Tabel 3.19
Realisasi Volume Layanan Jasa Teknis BBIA TA. 2019
No Jenis Layanan Target Volume Realisasi % Realisasi Perbandingan
2019 Realisasi 2018 2019 dan 2018

1 Pengujian 13100 Contoh 12191 93,06 13076 (885) -6,77%


2 Kalibrasi 8400 Alat 8348 99,38 9029 (681) -7,54%
3 Sertifikasi 425 Sertifikat 483 113,65 412 71 17,23%
4 Sampling 200 Perusahaan 284 142 107 177 165,42%
5 Uji Profisiensi 8 Komoditi 9 113 8 1 12,50%
6 Pelatihan 1600 Orang 2164 135,25 2487 (323) -12,98%
7 Konsultansi 10 MoU 10 100 12 (2) -16,67%
8 RBPI 8 MoU 10 125 8 2 25,00%
9 Litbang 8 Kontrak 9 113 7 2 28,57%
10 Inspeksi Teknis 80 Titik proses 35 43,75 91 (56) -61.54%

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-38


Laporan Kinerja 2019

Realisasi berdasarkan Renstra Balai Besar Industri Agro


Tabel 3.20
Realisasi Renstra Balai Besar Industri Agro (2015-2019)
2015 2016 2017 2018 2019
Sasaran Kegiatan (output)/Indikator Target (RP) Realisasi(RP) % Target (RP) Realisasi(RP) % Target (RP) Realisasi(RP) % Target (RP) Realisasi(RP) % Target (RP) Realisasi(RP) %
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
44,808,122,000 43,438,689,506 96.94% 56,945,112,000 46,861,411,795 82% 62,062,457,000 57,865,468,899 93.24% 57,977,905,000 55,028,426,062 94.91% 51,495,450,000.00 48,116,870,693.00 93.44
INDUSTRI AGRO
- Hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri agro - - 1,296,278,000 1,204,561,000 92.92% 1,125,010,000 1,065,010,531 94.67% 347,660,000 237,910,800 68.43% 3,000,000,000.00 2,864,607,589.00 95.49
- Hasil rekayasa mesin/ peralatan teknologi industri 5,188,931,000 4,896,724,590 94.37% - - - -
Teknologi industri yang dikembangakndan diterapkan untuk
- 1,640,930,000 1,496,068,755 91.17% 1,734,892,000.00 1,602,737,656.00 92.38
meningkatkan daya saing industri nasional

- Layanan Jasa Teknis 13,758,656,000 13,633,711,991 99.09% 29,831,576,000 21,076,109,795 70.65% 13,579,048,000 13,456,502,557 99.10% 14,682,718,000 14,211,770,604 96.79% 15,727,195,000.00 14,249,387,592.00 90.60

- Pengembangan kelembagaan balai besar/ baristand industri 1,499,691,000 1,234,248,675 82.30% - - - -

Layanan Manajemen Satker 15,727,195,000.00 14,249,387,592.00 90.60

- Layanan internal (overhead) - - - - 19,714,790,000 17,987,584,477 91.24% 13,895,923,000 12,274,097,679 88.33% 2,774,310,000.00 1,746,069,201.00 62.94
- Dokumen perencanaan/ penganggaran/ pelaporan 250,140,000 201,202,892 80.44% - - - -
- Layanan Perkantoran 23,964,354,000 23,327,303,358 97.34% 25,817,258,000 24,580,741,000 95.21% 27,643,609,000 25,356,371,334 91.73% 27,410,674,000 26,808,578,224 97.80% 16,986,354,000.00 16,547,504,584.00 97.42
Pengembangan Kompetensi Sdm Litbang Teknologi Industri
- 146,350,000 145,498,000 99.42% - - - - 11,272,699,000.00 11,106,564,071.00 98.53
Agro

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-39


Laporan Kinerja 2019

Realisasi keuangan dari tiap Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja TA 2019 adalah sebagaimana terlampir pada tabel 3.21
Tabel 3.21.
Realisasi Keuangan Berdasarkan Perjanjian Kinerja TA 2019
No. Sasaran Ke giatan Indikator Kine rja Targe t Re alisasi Kompone n/ Subkompone n Anggaran

Pagu Re alisasi %
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Meningkatnya efisiensi industri 1 Peningkatan efisiensi perusahaan industri yang Layanan Kerjasama 254800000 237.354.009 93,15%
dalam rangka mendorong daya saing memanfaatkan produk inovasi/paten hasil Penelitian Dan
30 43
industri litbangyasa Pengembangan

2 Meningkatnya penguasaan teknologi 1 Perusahaan industri/badan usaha yang 4 4 Layanan Konsultansi 138.500.000 138.157.300 99,75%
industri memanfaatkan produk inovasi hasil litbangyasa

2 Rasio hasil litbangyasa yang mencapai T RL 6 83 100 T eknologi Industri Yang 1.734.892.000 1.602.737.656 92,38%
dibandingkan jumlah litbangyasa yang Dikembangkan Dan
dilaksanakan pada tahun berjalan Diterapkan Untuk
Meningkatkan Daya Saing
Industri Nasional
3 Rasio paket teknologi/konsultasi yang berhasil 85 100 Layanan Rancang Bangun 280.000.000 251.965.921 89,99%
memecahkan masalah industri dibandingkan Dan Perekayasaan Industri
dengan total jumlah permintaan jasa problem
3 Meningkatnya Layanan Jasa T eknis 1 solving
T ingkatdari industrimasyarakat
kepuasan pada tahunterhadap layanan 3,6 3,76 Hasil Penelitian Dan 3.000.000.000 2.864.607.589 95,49%
kepada Industri jasa teknis Pengembangan T eknologi
Industri Agro
Layanan Manajemen Satker 15.727.195.000 14.111.230.292 89,73%

Layanan Internal (overhead) 2.774.310.000 1.746.069.201 62,94%

Layanan Perkantoran 16.986.354.000 16.547.504.584 97,42%

4 Meningkatnya penerapan reformasi 1 T ingkat maturitas pengendalian internal (SPIP) 3,6 3,948 Pengembangan Kompetensi 10.767.559.000 10.535.063.541 97,84%
birokrasi Sdm Litbang T eknologi
2 Nilai akuntabilitas kinerja A A Industri AgroProgram Dan
Penyusunan 86.640.000 82.180.600 94,85%
Evalap
TO TAL 51.495.450.000 48.116.870.693 93,44%

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-40


Laporan Kinerja 2019

Tabel 3.22.
Realisasi Anggaran Kegiatan Per Triwulan Tahun 2019

Triwulan I (%) Triwulan II (%) Triwulan III (%) Triwulan IV (%)


Realisa
Kegiatan/Komponen/ Subkomponen Anggaran
Keuangan Keuangan Keuangan Keuangan si

T R T R T R T R

Program Pengembangan Teknologi dan


A. 51,495,450,000
Kebijakan Industri

1867 - Penelitian dan Pengembangan Teknologi


Industri Agro
Hasil Penelitian Dan Pengembangan Teknologi
1 3,000,000,000 - 10.17 12.03 18.09 18.63 71.92 76.85 95.49
Industri Agro
Teknologi Industri Yang Dikembangkan Dan
2 Diterapkan Untuk Meningkatkan Daya Saing 1,734,892,000 0.29 4.21 3.64 37.07 37.77 51.41 54.61 92.38
Industri Nasional
3 Layanan Manajemen Satker 15,727,195,000 16.01 18.32 42.34 42.53 67.74 68.24 32.19 22.36 90.61
4 Layanan Internal (overhead) 2,774,310,000 11.93 11.97 11.93 14.46 88.07 48.48 60.71
5 Layanan Perkantoran 16,986,354,000 19.77 22.45 51.40 49.19 68.08 65.22 27.48 27.48 97.42

4925 - Pengembangan Kompetensi SDM Litbang


Teknologi Industri Agro

1 Layanan Jasa Teknis dan Pelatihan SDM Industri 11,272,699,000 21.2 22.93 47.92 49.64 16.32 16.67 24.41 22.01 98.53

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-41


Laporan Kinerja 2019

Tabel 3.23
Realisasi Anggaran Kegiatan Balai Besar Industri Agro Tahun 2019

Kode Uraian Pagu Realisasi %


Program Pengembangan
12 Teknologi dan Kebijakan 51.495.450.000 48.116.870.693 93,44
Industri
Penelitian Dan
1867 Pengembangan Teknologi 40.222.751.000 37.010.306.622 92,01
Industri Agro
Hasil Penelitian Dan
1867 Pengembangan Teknologi 3.000.000.000 2.864.607.589 95,49
Industri Agro
Teknologi Industri Yang
Dikembangkan Dan
1867 Diterapkan Untuk 1.734.892.000 1.602.737.656 92,38
Meningkatkan Daya Saing
Industri Nasional
1867.01 Layanan Manajemen Satker 15.727.195.000 14.249.387.592 90,60

1867.95 Layanan Internal (overhead) 2.774.310.000 1.746.069.201 62,94

1867.99 Layanan Perkantoran 16.986.354.000 16.547.504.584 97,42


Pengembangan Kompetensi
4925 Sdm Litbang Teknologi 11.272.699.000 11.106.564.071 98,53
Industri Agro
Layanan Jasa Teknis Dan
4925 11.272.699.000 11.106.564.071 98,53
Pelatihan Sdm Industri

Perkembangan realisasi anggaran belanja Tahun anggaran 2015


sampai dengan 2019 dapat lihat pada Tabel 3.24.

Tabel 3.24. Perkembangan Realisasi Anggaran TA. 2015-2019


Uraian TA. 2015 TA. 2016 TA. 2017 TA. 2018 2019

PAGU 48.395.480.000 56.945.112.000 62.062.457.000 57.977.905.000 51.495.450.000

Realisasi 46.697.894.115 46.861.411.795 57.865.468.899 55.028.426.062 48.116.870.693


%
Realisasi 96,48% 82,29% 93,24% 94.91% 93.44%

Tabel 3.24 menunjukkan bahwa rata-rata realisasi penyerapan


anggaran tahun 2015 sampai tahun 2019 antara 82,92 sd 96,48.

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-42


Laporan Kinerja 2019

Realisasi tahun 2016 berada di bawah 90% hal ini disebabkan


pembangunan gedung laboratorium yang pagunya berasal dari penggunaan
Saldo Kas BLU sebesar Rp 14.393.658.000,- batal dilaksanakan disebabkan
adanya kendala teknis dalam proses lelang sehingga lelang harus diulang
kembali. Pelaksanaan lelang pembangunan gedung laboratorium ini
dilakukan oleh Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kementerian Perindustrian.
Guna mengatasi kendala ini, BBIA terus melakukan koordinasi dengan ULP
Kementerian Perindustrian. Lelang ulang pada bulan Agustus 2016 yang
lalu ternyata tidak menghasilkan pemenang akibat peserta lelang tidak ada
yang bisa menyanggupi untuk melakukan pembangunan fisik dengan waktu
yang tersisa sangat sempit yaitu tinggal 4-5 bulan. Pada tahun 2017 mulai
dilakukan pembangunan fisik pengembangan gedung laboratorium BBIA 1.
Pada triwulan I telah dilaksanakan lelang namun gagal. Pada Triwulan II
telah dilakukan lelang ulang dan sudah ditetapkan pemenangnya. Pada awal
bulan Mei 2017 pengerjaan fisik sudah mulai dilakukan. Sesuai kontrak
yang telah disepakati, pengerjaan fisik ini akan memakan waktu 180 hari
kerja. Namun ternyata pengerjaan fisik bangunan tidak dapat diselesaikan
sesuai kontrak. Per tanggal 31 Desember 2017, berdasarkan penilaian
bersama dengan Konsultan Pengawas realisasi fisik adalah sebesar 91%.
Dengan demikian pembayaran tidak bisa dibayar sesuai kontrak namun
mengikuti realisasi fisik. Hal ini berpengaruh pada realisasi anggaran 2017.
Penyelesaian pembangunan dilanjutkan sampai dengan tahun 2018 dan
Kontraktor dikenakan denda per hari-nya. Pada tahun 2018 pengembangan
gedung laboratorium baru telah rampung, begitupula dengan pengadaan
untuk utilitas dan mebelair gedungnya dan realisasi untuk tahun 2019 ini
adalah sebesar 93,44% dan bila dibandingkan terhadap penyerapan
Anggaran Kementerian Perindustrian Tuhun 2019 masih lebih tinggi yaitu
sebesar 93,0%.

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-43


Laporan Kinerja 2019

3.4. Analisa Efisiensi Pelayanan


Perhitungan Efisiensi Pelayanan berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan No 33/PB/2014 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Badan
Layanan Umum Bidang Layanan Lainnya.
Bobot Perhitungan Efisiensi dengan skor paling tinggi 12. Efisiensi
layanan terdiri dari 3 aspek yaitu 1) Efisiensi Bahan, 2) Efisiensi Waktu
dan 3 Efisiensi Tenaga Kerja.
1) Perhitungan Efisiensi Bahan (EB)
Rumus : Realisasi penggunaan bahan/ Penggunaan Bahan sesuai SPM
Dengan penjelasan Skor Penilaian Efisiensi Bahan (%) :

Efisiensi Bahan (%) Skor


EB < 100 4
EB > 100 0
Perhitungan EB:

No Efisiensi Bahan Belanja Bahan

1 Real Bahan sesuai SPM 25.824.290.790


2 Penggunaan Bahan sesuai SPM 27.471.304.000
3 EB (%) 94,0
4 Skor 4

BBIA pada Tahun 2019 mempunyai efisiensi Bahan sebesar


94% sehingga diperoleh skor 4.
2) Perhitungan Efisiensi Waktu

Rumus : Realisasi waktu layanan/ Waktu layanan sesuai SPM


Dengan penjelasan Skor Penilaian Efisiensi waktu (EW) :

Efisiensi Waktu (%) Skor


EW < 100 4
EW > 100 0

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-44


Laporan Kinerja 2019

Perhitungan EW:

Waktu
No Efisiensi Waktu (EW)
Layanan (%)
1 Real Waktu Pelayanan 81.24
2 Waktu Layanan sesuai SPM 75
3 Efisiensi Waktu (%) 92
4 Skor EW 4
BBIA pada Tahun 2019 mempunyai efisiensi Bahan sebesar 92%
sehingga diperoleh skor 4.
3) Perhitungan Efisiensi Tenaga Kerja
Rumus : Realisasi penggunaan tenaga kerja/ Penggunaan tenaga
kerja sesuai SPM

Dengan penjelasan Skor Penilaian Efisiensi Tenaga Kerja (ETK) :

Efisiensi Tenaga Kerja (%) Skor

ETK < 100 4


ETK > 100 0
Perhitungan ETK:

No Efisiensi Tenaga Kerja (ETK Tenaga Kerja


Real Tenaga Kerja Nopember Tahun
1 198
2019)
Tenaga Kerja sesuai SPM (Januari
2 196
2019
3 Efisiensi Tenga Kerja (%) 99
4 Skor ETK 4

BBIA pada Tahun 2019 mempunyai efisiensi tenaga kerja sebesar


99% sehingga diperoleh skor 4.
Bila dijumlahkan : Skor EB + EW + ETK =4+4+4 =12
Maka disimpulkan Efisiensi Layanan diperoleh skor paling
tinggi yaitu 12.

Balai Besar Industri Agro (BBIA) III-45


Laporan Kinerja 2019

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Pada tahun 2019 BBIA telah menetapkan 7 (tujuh) Indikator pada
4 (empat) sasaran startegis dengan dalam Perjanjian Kinerja (Perjakin).
Adapun pada DIPA TA 2019 terdapat 2 (dua) kegiatan dan 6 (enam)
output kegiatan, yang terdiri dari beberapa sub output dan komponen..
Secara umum pencapaian Perjanjian Kinerja (Perjakin) TA. 2019
telah melebihi target yang diharapkan yaitu mencapai diatas 100%. Hal
ini disebabkan berbagai program dan kegiatan sudah berjalan sesuai
dengan perencanaan. Sasaran yang terkait dengan litbang sudah mulai
menunjukkan hasil. Beberapa kerjasama litbang dengan berbagai instansi
baik itu instansi swasta, pemerintah, maupun UKM sudah terealisasi.
Realisasi penyerapan anggaran BBIA TA. 2019 sebesar Rp.
48.116.870.693,- atau sebesar 93,44% dari pagu sebesar Rp.
51.495.450.000,- dan bila dibandingkan penyerapan anggaran BBIA
terhadap penyerapan anggaran Kementerian Perindustrian Tuhun 2019
masih lebih tinggi yaitu sebesar 93,0%. Realisasi penerimaan PNBP BBIA
TA. 2019 adalah sebesar Rp. 29.422.656.279,- atau sebesar 103,07 dari
target penerimaan pada DIPA 2019.
Realisasi penerimaan PNBP BBIA dari jasa pelayanan teknis
sampai dengan akhir tahun 2019 adalah sebesar Rp 29,422,656,279,- . Jika
dibandingkan dengan PNBP tahun 2018 (Rp 28,284,797,842,-) maka
realisasi PNBP tahun 2019 ini mengalami pertumbuhan sebesar 4,02 %.
Sehubungan dengan telah terbitnya Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 358/KMK.05/2018 tanggal 2 Mei 2018 tentang Penerapan
Remunerasi Bagi Pejabat Pengelola Dewan Pengawas dan Pegawai Badan
Layanan Umum Balai Besar Industri Agro pada Kementerian
Perindustrian, maka tunjangan kinerja yang sebelumnya dianggarkan dari
RM untuk Tahun 2019 ini sudah dianggarkan dari anggaran PNBP BLU
sendiri dan dikategorikan Belanja Pegawai yang bersumber dari PNBP

Balai Besar Industri Agro (BBIA) IV-1


Laporan Kinerja 2019

BLU. Hal ini perlu mendapatkan perhatian dari seluruh stake holder yang
ada di BBIA agar lebih peduli terhadap realisasi PNBP BBIA karena
realisasi PNBP ini akan berdampak langsung kepada besaran nominal dan
kontinuitas Remunerasi BLU yang diterima oleh seluruh pegawai BBIA
baik itu yang PNS maupun non PNS.

4.2. Permasalahan dan Kendala


Jasa Pengujian berkontribusi yang paling besar terhadap
penerimaan PNBP Tahun 2019 dan meningkat 13% terhadap 2018,
namun volume jasa pengujian menurun 6,77%, Peningkatan PNBP
Pengujian disebabkan penerapan tarif layanan BBIA yang baru. Penurunan
volume layanan pengujian disebabkan persaingan yang kian tinggi dengan
banyaknya Laboratorium Uji yang tersebar di wilayah Jabodetabek maka
perlu segera ditindaklanjuti pelayanan yang lebih baik (delivery time)
khususnya pada layanan Pengujian

4.3 Saran dan Rekomendasi


Diperlukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan dan
kendala yang dialami oleh BBIA tahun 2019 ini.
Adapun langkah-langkah yang telah ditempuh antara lain
melakukan penambahan kapasitas laboratorium pengujian beserta
peralatannya, serta pengembangan Sistem Informasi Laboratorium (SIL),
SIKAL dan e-Serfitikasi secara terus menerus secara spesifik guna
mengakomodir ketepatan waktu lebih baik lagi.

Balai Besar Industri Agro (BBIA) IV-2

Anda mungkin juga menyukai