Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERKEMBANGAN SOSIAL

Disusun Oleh:

YUSTIN BENSELINA LEWIKINTA


PENDIDIKAN FISIKA A

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
MAKASSAR
2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang masih memberikan
kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Dalam makalah ini
mengulas tentang perkembangan sosial peserta didik.
Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyusun makalah ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat saya harapkan
dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas
yang lain dan pada waktu mendatang.

Baubau, April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Judul ……………………………………………………………………………………i

Kata Pengantar …………………………………………………………………………ii

Daftar Isi ………………………………………………………………………………iii

Bab I Pendahuluan ……………………………………………………………………..1

A. Latar Belakang ……………………………………………………………...1

B. Rumusan Masalah ………………………………………………………….1-2

C. Tujuan Penulisan …………………………………………………………....2

Bab II Pembahasan ……………………………………………………………………3-8

Bab III Penutup ………………………………………………………………………...9

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar  Belakang

Perkembangan yang terjadi pada anak meliputi segala aspek kehidupan yang mereka
jalani baik bersifat fisik maupun non fisik. Perkembangan berarti serangkaian perubahan
progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Menurut
keyakinan tradisional sebagian manusia dilahirkan dengan sifat sosial dan sebagian lagi tidak.
Orang yang lebih banyak merenungi diri dan lebih suka menyendiri daripada bersama sama
orang lain, secara alamiah memang sudah bersifat demikian. Mereka yang sudah bersifat  sosial
dan pikirannya lebih banyak tertuju pada hal-hal diluar dirinya, juga sudah bersikap seperti itu
karena alamiah yaitu faktor keturunan. Sedangkan orang yang menentang masyarakat yaitu
orang yang antisosial, dan orang yang biasanya menjadi penjahat, diyakini oleh masyarakat
tradisional sebagai warisan daripada salah satu sifat buruk yang di miliki oleh orang tuanya.

Hanya sedikit bukti yang menunjukkan bahwa orang di lahirkan dalam keadaan sudah
bersifat sosial, tidak sosial, dan antisosial, dan banyak bukti sebaliknya yang menunjukkan
bahwa mereka bersifat demikian karena hasil belajar. Akan tetapi, belajar menjadi pribadi yang
sosial tidak dapat di capai dalam waktu sngkat. Anak-anak akan belajar searah dengan siklus,
dengan periode kemajuan yang pesat di ikuti oleh garis mendatar. Pada garis mendatar ini hanya
terdapat sedikit kemajuan dari dalam anak. Periode kemajuan yang pesat bahkan kadang-kadang
di ikuti oleh tahap kemunduran ketingkat perilaku sosial yang rendah. Seberapa cepat anak dapat
meningkatkan kembali dari garis datar itu sebagian besar bergantung pada kuat lemahnya
motivasi mereka untuk bermasyarakat.

Ketika berakhirnya masa kanak-kanak, sebagian besar anak masih sangat kurang merasa
puas dengan kemajuan yang mereka peroleh dalam segi perkembangan sosial. Hal ini benar
sekalipun perkembangan mereka normal. Sejumlah studi tentang sumber ketidakbahagiaan yang
di laporkan oleh para remaja, banyak memberikan perhatian terhadap masalah sosial. Seperti
dalam hal kemampuan bergaul, cara memperlakukan teman agar terhindar dari pertengkaran dan
putusnya persahabatan, cara bersikap yang luwes dalam situasi sosial, dan cara mengembangkan
kemampuan memimpin. Dan para remaja menganggap bahwa mereka belum menguasai dan
memiliki kemampuan yang cukup dalam hal-hal tersebut.

B. Rumusan masalah

1. Apakah yang di maksud perkembangan sosial ?

2. Bagaimana karakteristik teori yang terdapat pada teori perkembangan sosial ?


3. Bagaimana bentuk-bentuk tingkah laku sosial pada anak ?

4. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak ?

5. Apa pengaruh perkembangan sosial tingkah laku pada anak ?

C.    Tujuan

1. Memahami apa yang di maksud perkembangan sosial anak

2. Mengetahui karakteristik perkembangan sosial anak

3. Mengetahui bentuk tingkah laku perkembangan sosial anak

4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak

5. Mengetahui pengaruh perkembangan sosial tingkah laku anak.


BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN PERKEMBANGAN SOSIAL

Menurut Hurlock perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan perilaku yang sesuai
dengan tuntutan sosial dengan perilaku yang dapat diterima secara sosial, memenuhi tuntutan
yang di berikan oleh kelompok sosial, dan memiki sikap yang positif terhadap kelompok
sosialnya.
Syamsul Yusuf menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian
kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula di artikan sebagai proses
belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi ;
meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerjasama.

2. KARAKTERISTIK TEORI PERKEMBANGAN SOSIAL

Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri kepada sikap
yang bekerja sama atau mau memperhatikan kepentingan orang lain. Berkat perkembangan
sosial anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan
lingkungan masyarakat. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial dapat
di manfaatkaan atau di maknai dengan memberikan tugas kelompok, baik yang membutuhkan
tenaga fisik maupun tugas yang membutuhkan pikiran. Hal ini dilakukan agar peserta didik
belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati dan tanggung
jawab. Pada masa remaja berkembang “ social cognition “ , yaitu  kemampuan untuk memahami
orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat
bribadi, minat, nilai-nilai, maupun perasaannya. Pada masa ini juga berkembang sifat “
conformity “ , yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai,
kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain. Apabila kelompok teman sebaya yang di ikuti
menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral dan agama dapat dipertanggung jawabkan
maka kemungkinan besar anak tersebut akan menampilkan pribadinya yang baik. Sebaliknya,
bila kelompok itu menampilkan sikap dan perilaku yang melecehkan nilai moral anak akan
melakukan perilaku seperti kelompok tersebut. Selama masa  dewasa, dunia sosial dan personal
dari individu menjadi lebih luas dan kompleks di bandingkan dengan masa-masa sebelumnya.
Pada masa dewasa ini, individu memasuki peran kehidupan yang luas. Pola dan tingkah laku
sosial orang dewasa berbeda dengan orang yang lebih muda. Hal itu di sebabkan oleh peristiwa
kehidupan yang di hubungkan dengan keluarga dan pekerjaan. Selama periode ini orang
melibatkan khusus pada karier, pernikahan, dan berkeluarga.
3. BENTUK-BENTUK TINGKAH LAKU SOSIAL

Dalam perkembangan menuju kematangan sosial, anak mewujudkan dalam bentuk-bentuk


interaksi sosial diantaranya :

Ø  Pembangkangan

Bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan
disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak.
Tingkah laku ini mulai muncul pada usia 18 bulan dan mencapai puncaknya pada usia 3 tahun
dan mulai menurun pada usia empat atau lima tahun. Sikap orang tua terhadap anak seyogyanya
tidak memandang pertanda mereka anak yang nakal, keras kepala, tolol dan sebagainya,
sebaiknya orang tua mau memahami sebagai proses perkembangan anak dari sikap dependent
menuju ke arah independent.

Ø   Agresif                                                                                                       

Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik maupun kata-kata. Agresif merupakan salah
satu bentuk reaksi terhadap rasa frustasi. Biasanya bentuk ini di wujudkan dengan menyerang
seperti ; mencubit, menggigit, menendang dsb. Sebaiknya orang tua berusaha mereduksi,
mengurangi agresifitas anak.

Ø  Berselisih atau bertengkar

Terjadi apabila anak merasa terganggu oleh sikap dan perilaku orang lain. Seperti direbut
mainannya.

Ø  Menggoda

Yaitu serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk ejekan atau cemoohan.

Ø  Persaingan

Yaitu keinginan untuk melebihi orang lain.

Ø  Kerja sama

  Yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain.

Ø  Tingkah laku berkuasa

Yaitu sejenis tingkah laku menguasai situasi sosial, seperti meminta, menyuruh dan
mengancam orang lain untuk memenuhi kebutuhan dirinya,

Ø  Mementingkan diri sendiri

Sikap egosentris dalam memenuhi keinginannya.


Ø  Simpati

Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang
lain. Seiring bertambahnya usia, anak mulai dapat mengurangi sifat selfish-nya dan mulai
mengembangkan sikap sosialnya, dalam hal ini rasa simpati terhadap orang lain.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial

a)       Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai


aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan
keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses pendidikan yang
bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak di tentukan oleh keluarga, pola
pergaulan, etika  berinteraksidengan orang lain banyak di tentukan oleh keluarga.

b)       Kematangan

Untuk dapat bersosialisasi dengan baikdi perlukan kematangan fisik dan psikis sehingga
mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima nasihat orang lain,
memerlukan kematangan intelektual dan emosional, di samping itu kematangan dalam berbahasa
juga sangat menentukan.

c)       Status sosial ekonomi

Kehidupan sosial sangat di pengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam
masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normatif tang telah di tanamkan
oleh keluarganya.

d)       Pendidikan

Pendidikan adalah proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai
proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial anak di
dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang.

e)       Kapasitas mental : Emosi dan Intelegensi

Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak hal,seperti kemampuan belajar,


memcahkan masalah, dan berbahasa.Perkembangan emosi berpengaruh sekali terhadap
perkembangan sosial anak.Anak yang berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan
berbahasa baik. Oleh karena itu jika perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat
menentukan keberhasilan perkembangan sosial anak.

5. Pengaruh Perkembangan Sosial Terhadap Tingkah Laku  


Dalam perkembangan sosial anak, mereka dapat melahirkan dirinya dan orang lain.
Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari
hasil pergaulan dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain,
bahkan sering ada yang merahasiakannya.

Pikiran anak sering dipengaruhi oleh ide dan teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap
situasi dan orang lain, termasuk pada orang tuanya. Kemampuan abstraksi anak sering
menimbulkan kemampuan menyalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan
bagaimana yang semestinya nenurut alam pikirannya;

Disamping itu pengaruh egosentris sering terlihat, di antaranya :

- Cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa
memikirkan akibat lebih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktisyang mungkin
menyebabkan  tidak berhasilnya menyebabkan persoalan.
- Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum di sertai pendapat orang lain dalm
penilaiannya. Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam
menghadapi orang lain, maka sikap ego semakin berkurang dan mengakhiri masa remaja
sudah sangat kecil rasa egonya sehingga mereka dapat bergaul dangan baik.

Salah satu nilai atau tradisi dalam masyarakat Bugis-Makassar yang telah menjadi sebuah
budaya atau kebudayaan, adalah budaya siri’ na pacce. Persoalan ini juga nantinya akan dicoba
dilihat melalui kacamata teori simulasi Jean Baudrillard, utamanya dalam melihat proses
penginternalisasian budaya tersebut dalam kehidupan masyarakat Bugis-Makassar dan Sulawesi
Selatan secara umum dalam konteks kehidupan modern seperti sekarang ini, yang menurut
beberapa ahli budaya Bugis-Makassar telah terjadi sebuah proses pergeseran makna di dalamnya.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Hamid (2003) bahwa dalam kenyataan empiris sekarang
tampak adanya pergeseran makna yang sesungguhnya merupakan penyimpangan tingkah laku,
namun demikan nilainya belum hilang dan masih tersimpan dalam tradisi budaya.Menurutnya
juga bahwa pergeseran tersebut sangat disebabkan oleh dua faktor utama, yakni perubahan
struktur sosial dan perubahan pengetahuan budaya (logika dan etika). Sehingga kemudian
pewarisan nilai-nilai dalam budaya tersebut tidak memadai dan menimbulkan kesimpangsiuran
nilai dan pergeseran makna, utamanya dalam interaksi simbolik (Hamid dalam Mustafa dkk
(ed.), 2003: ix).

Siri’ sendiri merupakan sebuah konsep kesadaran hukum dan falsafah dalam masyarakat
Bugis-Makassar yang dianggap sakral. Begitu sakralnya kata itu, sehingga apabila seseorang
kehilangan Siri’nya atau de’ni gaga siri’na, maka tak ada lagi artinya dia menempuh kehidupan
sebagai manusia. Bahkan orang Bugis-Makassar berpendapat kalau mereka itu sirupai olo’
kolo’e (seperti binatang). Petuah Bugis berkata : Siri’mi Narituo (karena malu kita hidup). Untuk
orang Bugis-Makassar, tidak ada tujuan atau alasan hidup yang lebih tinggi daripada menjaga
Siri’nya, dan kalau mereka tersinggung atau dipermalukan (Nipakasiri’) mereka lebih senang
mati dengan perkelahian untuk memulihkan Siri’nya dari pada hidup tanpa Siri’.

Sedangkan Pacce sendiri merupakan sebuah nilai falsafah yang dapat dipandang sebagai


rasa kebersamaan (kolektifitas), simpati dan empati yang melandasi kehidupan kolektif
masyarakat Bugis-Makassar. Hal ini terlihat jika ada seorang kerabat atau tetangga atau seorang
anggota komunitas dalam masyarakat Bugis-Makassar yang mendapatkan sebuah musibah, maka
dengan serta merta para kerabat atau tetangga yang lain dengan senang hati membantu demi
meringankan beban yang terkena musibah tadi, seolah bagi keseluruhan komunitas tersebut,
merekalah yang sejatinya terkena musibah secara kolektif.

1. Kejujuran (alempureng)

Dalam bahasa Bugis, jujur berarti Lempu yang secara harfiah adalah lurus lawan kata
bengkok (Jekko). Dalam berbagai konteks adakalanya kata ini berarti ikhlas, baik, bersih diri
atau adil. Realisasi karakter yang telah terbentuk dalam diri mahasiswa adalah melihat kesalahan
dan mengakui kesalahannya, mampu memaafkan kesalahan orang lain, bertanggung jawab dalam
mengemban amanah, tidak berkhianat, dan menepati janji.

2. Kecendekiaan (amaccangeng)

Macca (bahasa Bugis) berarti cendekia atau intelek. Dalam Lontara dijelaskan bahwa
orang yang mengetahui hokum adat atau bijaksana disebut Toaccata (orang pintar). Ciri manusia
cendekia adalah mampu melakukan sesuatu, mengemukakan pendapat, mampu mengatasi
berbagai macam persoalan sehingga dapat dipercayai sesama. Selama proses sekolah Budaya,
mahasiswa sangat antusias mengemukakan pendapat dengan bahasa yang santun dan substansial
serta santun dalam memberikan solusi dalam penyelesaian tugas.

3. Keberanian (awaraningeng)

Kata Warani (bahasa Bugis) artinya berani. Manusia berani adalah mereka yang tidak mudah
takut dan bukan pengecut. Keberanian yang dimaksud disini bukanlah suatu kenekatan, melainkan
keberanian moral yang berarti menunjukkan diri dalam tekad untuk tetap mempertahankan sikap
yang diyakini sebagai kewajiban demi harkat dan martabat kemanusiaan.

4. Kepatuhan

Kepatutan, kepantasan, kelaya-kan adalah terjemahan dari bahasa Bugis Asitinajang.


Kata ini berasal dari tinaja yang berarti cocok, sesuai, pantas atau patut. Lontara mengatakan:
“duduki kedudukanmu, tempati tempatmu”. Ade’ wari’ (adat pembedaan) pada hakikatnya
mengatur agar segala sesuatu berada pada tempatnya. Mengambil sesuatu dari tempatnya dan
meletakkan sesuatu pada tempatnya. Termasuk perbuatan mappa-sitinaja. Merusak tata tertib ini
adalah kezaliman. Kewajiban yang dibaktikan memperoleh hak yang sepadan adalah suatu
perlakuan yang patut. Banyak atau sedikit tidak dipersoalkan oleh sitinaja. Ambil yang sedikit
jika yang sedikit itu mendatangkan kebaikan, dan tolak yang banyak apabila yang banyak itu
men-datangkan kebinasaan.
Nilai kepatutan ini erat kaitannya dengan kemampuan (makamaka) jasma-niah dan
ruhaniah. Penyerahan atau penerimaan sesuatu, apakah itu amant atau tugas, haruslah didasarkan
atas kepatutan dan kemampuan. Makamaka lebih banyak menekankan penampilan bagi
pemangku tanggung jawab. Perkataan terima kasih (marennuna) adalah pinjaman dalam bahas
Bugis. Disamping itu ada beberapa hal yang dapat merusak nilai kepatutan ini, dan menimbulkan
akibat yang merusak negeri. (a) tamak atau keseraka-han, akan menghilangkan malu; (b)
kekerasan yang akan melenyapkan kasih sayang di dalam negeri; (c) kecu-rangan, akan
memutuskan hubungan orang sekeluarga; dan (d) ketegahan akan menjauhkan kebenaran di
dalam kam-pung.

5. Keteguhan

Keteguhan yang dimaksud disini adalah getteng dalam bahasa Bugis. Selain berti teguh,
kata ini pun berarti tetap asas atau setia pada keyakinan, atau kuat dan tangguh dalam pendirian,
erat memegang sesuatu. Sama halnya dengan nilai kejujuran dan lainya yang terikat pada makna
positif. Ini dinyatakan oleh Tociung bahwa empat perbuatan nilai keteguhan; (a) tak menginkari
janji, (b) tak menghianati kesepakatan, (c) tak membatalkan keputusan, tak mengubah
kesepakatan, dan (d) jika berbicara dan berbuat tak berhenti sebelum ranpung. Nilai keteguhan
juga dapat berarti bahwa; “yang satu tidak baik dan yang lainnya adalah keteguhan yang baik”.
Orang yang memegang nilai keteguhan yang baik ialah menetapi untuk tidak mengajarkan
ketidak-baikan, dan berketetapan melaku-kan kebaikan, meskipun keburukan itu menarik hatinya
tetapi sudah diketahuinya tentang keburukannya yang lalu tidak dilakukannya.

6. Usaha dan Ketekunan (Reso Na Tinulu)

Reso na Tinulu (bahasa Bugis) terdiri atas dua kata yaitu Reso dan tinulu yang dihubungkan
oleh Na (dan). Secara harfiah reso berarti Usaha dan Tinulu berarti Tekun. Untuk mendapatkan
prestasi dalam hidup, hanya dapat ditempuh dengan usaha yang disertai ketekunan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perkembangan sosial merupakan proses untuk mencapai kematangan hubungan sosial baik
dalam keluarga ataupun dalam kelompok masyarakat guna untuk proses penyesuaian
diri.Perkembangan sosial memiliki karakteristik dengan pola tingkah laku yang berbeda dalam
kehidupan keluarga,sekolah maupun di kalangan kelompok masyarakat.
Dalam perkembangan menuju kematangan sosial, anak mewujudkan dalam bentuk
interaksi sosial, yaitu pembangkangan, agresif, bertengkar, menggoda, persaingan, kerja sama,
tingkah laku berkuasa, mementingkan diri sendiri, dan simpati. Faktor yang mempengaruhi
perkembangan sosial yaitu menyangkut aspek lingkungan keluarga, kematangan, status sosial
ekonomi, pendidikan, kapasitas mental. Pengaruh perkembangan sosial tingkah laku pada anak
dapat melahirkan dirinya dan orang lain.
Salah satu nilai atau tradisi dalam masyarakat Bugis-Makassar yang telah menjadi sebuah
budaya atau kebudayaan, adalah budaya siri’ na pacce. Siri’ sendiri merupakan sebuah konsep
kesadaran hukum dan falsafah dalam masyarakat Bugis-Makassar yang dianggap sakral. Begitu
sakralnya kata itu, sehingga apabila seseorang kehilangan Siri’nya atau de’ni gaga siri’na, maka
tak ada lagi artinya dia menempuh kehidupan sebagai manusia.
Sedangkan Pacce sendiri merupakan sebuah nilai falsafah yang dapat dipandang sebagai rasa
kebersamaan (kolektifitas), simpati dan empati yang melandasi kehidupan kolektif masyarakat
Bugis-Makassar.

B. SARAN

Demikianlah makalah ini dari saya, mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini
terdapat kesalahan penulisan baik yang di sengaja atau tidak sengaja, saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan, semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2010. Perkembangan Sosial Peserta Didik.

(online).http://psychemate.blogspot.com. Diakses, 08 Desember 2012

Hurlock., E.B. 1998. Psikology Perkembangan. Jakarta: Erlangga

Moh.Ali, Moh.Asrori. 2005. Psikologi Remaja. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi

Aksara

Syamsul.Y, 2010. Perkembangan Sosial Peserta Didik. Jakarta: Erlangga

https://ighoelmachete.wordpress.com/2013/03/08/budaya-siri-na-pacce-masyarakat-bugis-
makassar-dalam-konteks-kehidupan-modern-dalam-tinjauan-teori-simulasi-jean-baudrillard/

Kilawati, A. 2019. Pendidikan Karakter Dalam Budaya Siri’na Pacce Mahasiswa PGSD
Universitas Cokroaminoto Palopo. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar Vol. 3 No.
1 Februari 2019: 1-12 ISSN. 2615-1960.

Said, Z. 2011. Aksiologi Budaya Bugis Makassar Terhadap Produk Peraturan Daerah (PERDA)
Di Sulawesi Selatan. Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 56-72.

Anda mungkin juga menyukai