Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN KEMIH

Oleh :
ELAE IRANIASY, S.Kep
NIM. 113063J120020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2020

1
LAPORAN PENDAHULUAN ISK

I. KONSEP TEORI

a. Anatomi & Fisiologi

Sistem perkemihan terdiri atas beberapa organ yaitu ginjal, ureter, vesika urinaria

(kandung kemih), dan uretra.

a) Ginjal

Ginjal adalah organ berbetuk dua-buncis yang terletak di bagian posterior abdomen, satu

buah pada setiap sisi kolumna vertebralis torakal ke-12 sampai vertebra lumbal

ketiga,dimana ginjal kanan biasanya terletak agak lebih rendah dari ginjal kiri karena

hubungannya dengan hati. (Watson, 2002,hlm.384).Pada orang dewasa ginjal panjangnya

12-13 cm, lebarnya 6 cm dan beratnya antara 120-150 gram.

2
Fungsi vital ginjal :

- Sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh manusia.

- Sebagai homeostasis.

- Pengeluaran zat-zat toksin/racun

- Memperlakukan suasana keseimbangan air,

- Mempertahankan  keseimbangan asam-basa cairan tubuh

- Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh.

Ginjal terbagi menjadi  bagian eksternal yang disebut korteks dan bagian internal

yang dikenal sebag/ai medula. Pada manusia, setiap ginjal tersusun dari kurang lebih 1

juta nefron.Nefron, yang dianggap sebagai unit fungsional ginjal, terdiri atas sebuah

glomerulus dan sebuah tubulus.Seperti halnya pembuluh kapiler, dinding kapiler

glomerulus tersusun dari lapisan-lapisan endotel dan membrane basalis.  Sel-sel epitel

berada pada salah satu sisi membrane basalis, dan sel-sel endotel pada sisi lainnya.

Glomerulus membentang dan membentuk tubulus yang terbagi menjadi tiga bagian :

tubulus proksimal, ansa henle, dan tubulus distal. Tubulus distal bersatu untuk

membentuk duktus pengumpul.Duktus ini berjalan lewat korteks dan medulla renal untuk

mengosongkan isinya ke dalam pelvis ginjal.

Proses pembentukan urine dimulai ketika darah mengalir lewat glomerulus.

Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron, tersusun dari jonjot-jonjot kapiler

yang mendapat darah dari vasa aferen dan mengalirkan darah balik lewat vasa

everen. Tekanan darah menentukan berapa tekanan dan kecepatan aliran darah yang

melewati glomerulus.Ketika darah berjalan melewati struktur ini, filtrasi terjadi. Air dan

molekul-molekul yang kecil akan dibiarkan lewat sementara molekul-molekul yang besar

3
tetap tertahan di dalam aliran darah. Cairan disaring lewat dinding jonjot-jonjot kapiler

glomerulus dan memasuki tubulus. Cairan ini dikenal sebagai ”Fitrat”.

Dalam kondisi yang normal, kurang dari 20 % dari plasma yang melewati

glomerulus akan disaring  ke dalam nefron dengan jumlah yang mencapai sekitar 180

liter filtrat perhari. Filtrat tersebut yang sangat serupa dengan plasma darah tanpa molekul

yang besar (protein, sel darah merah, sel darah putih dan trombosit) pada hakekatnya

terdiri atas air, elektrolit, dan molekul kecil lainnya. Dalam tubulus, sebagian substansi

ini secara selektif diabsopsi ulang ke dalam darah.Substansi lainnya disekresikan dari

darah ke dalam fitrat ketika fitrat tersebut mengalir di sepanjang tubulus. Fitrat akan

dipekatkan dalam tubulus distal serta duktus pengumpul, dan kemudian menjadi urin

yang mencapai pelvis ginjal. Sebagai substansi, seperti glukosa, normalnya akan

diabsorpsi kembali seluruhnya dalam tubulus dan tidak akan terlihat dalam urin.

Proses reabsorpsi serta sekresi dalam tubulus sering mencakup transportasi aktif

dan memerlukan penggunaan energi. Berbagai substansi secara normal disaring oleh

glomerulus, direabsorpsi oleh tubulus dan diekskresikan ke dalam urin mencakup

natrium, klorida, bikarbonat, kalium, glukosa, ureum, kreatinin, serta asam urat.

Urine terbentuk dalam unit-unit fungsional ginjal yang disebut nefron. Urine yang

terbentuk dalam nefron ini akan mengalir ke dalam duktus pengumpul dan tubulus renal

yang kemudian menyatu untuk membentuk pelvis ginjal. Setiap pelvis akan membentuk

ureter. Ureter merupakan pipa panjang dengan dinding yang sebagian besar terdiri atas

otot polos.Organ ini menghubungkan setiap ginjal dengan kandung kemih dan berfungsi

sebagai pipa untuk menyalurkan urin.

4
b) Ureter

Terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke kandung

kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25-30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter

sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari

- Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

- Lapisan tengah otot polos

- Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali

yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika

urinaria).Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas

dan dilapisi oleh peritoneum Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter

meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya

mempunyai saraf sensorik.

5
c) Kandung kemih (vesika urinaria)

Kandung kemih merupakan organ berongga  yang terletak di sebelah anterior

tepat dibelakang os.pubis. Organ ini berungsi sebagai wadah sementara untuk

menampung urine. Sebagian besar dinding kandung kemih tersusun dari otot polos

yang dinamakan muskulus detrusor.Kontraksi otot ini terutama berfungsi

mengososngkan kandung kemih pada saat buang air kecil (urinari). Uretra muncul

dari kandung kemih;  pada laki-laki, uretra berjalan lewat  penis dan pada wanita

bermuara tepat di sebela anterior vagina. Pada laki-laki kelenjar prostate yang

terletak tepat di bawah leher kandung kemih mengelilingi uretra di sebelah

posterior  dan lateral. Sfingter urinalisis eksterna merupakan otot volunter yang bulat

untuk mengendalikan proses awal urinasi.

Ginjal terbagi menjadi  bagian eksternal yang disebut korteks dan bagian

internal yang dikenal sebag/ai medula. Pada manusia, setiap ginjal tersusun dari

kurang lebih 1 juta nefron.Nefron, yang dianggap sebagai unit fungsional ginjal,

6
terdiri atas sebuah glomerulus dan sebuah tubulus.Seperti halnya pembuluh kapiler,

dinding kapiler glomerulus tersusun dari lapisan-lapisan endotel dan membrane

basalis.  Sel-sel epitel berada pada salah satu sisi membrane basalis, dan sel-sel

endotel pada sisi lainnya. Glomerulus membentang dan membentuk tubulus yang

terbagi menjadi tiga bagian : tubulus proksimal, ansa henle, dan tubulus distal.

Tubulus distal bersatu untuk membentuk duktus pengumpul.Duktus ini berjalan

lewat korteks dan medulla renal untuk mengosongkan isinya ke dalam pelvis ginjal.

Proses pembentukan urine dimulai ketika darah mengalir lewat glomerulus.

Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron, tersusun dari jonjot-jonjot kapiler

yang mendapat darah dari vasa aferen dan mengalirkan darah balik lewat vasa

everen. Tekanan darah menentukan berapa tekanan dan kecepatan aliran darah yang

melewati glomerulus.Ketika darah berjalan melewati struktur ini, filtrasi terjadi. Air

dan molekul-molekul yang kecil akan dibiarkan lewat sementara molekul-molekul

yang besar tetap tertahan di dalam aliran darah. Cairan disaring lewat dinding jonjot-

jonjot kapiler glomerulus dan memasuki tubulus. Cairan ini dikenal sebagai ”Fitrat”.

Dalam kondisi yang normal, kurang dari 20 % dari plasma yang melewati

glomerulus akan disaring  ke dalam nefron dengan jumlah yang mencapai sekitar 180

liter filtrat perhari. Filtrat tersebut yang sangat serupa dengan plasma darah tanpa

molekul yang besar (protein, sel darah merah, sel darah putih dan trombosit) pada

hakekatnya terdiri atas air, elektrolit, dan molekul kecil lainnya. Dalam tubulus,

sebagian substansi ini secara selektif diabsopsi ulang ke dalam darah.Substansi

lainnya disekresikan dari darah ke dalam fitrat ketika fitrat tersebut mengalir di

sepanjang tubulus. Fitrat akan dipekatkan dalam tubulus distal serta duktus

7
pengumpul, dan kemudian menjadi urin yang mencapai pelvis ginjal. Sebagai

substansi, seperti glukosa, normalnya akan diabsorpsi kembali seluruhnya dalam

tubulus dan tidak akan terlihat dalam urin.

Proses reabsorpsi serta sekresi dalam tubulus sering mencakup transportasi

aktif dan memerlukan penggunaan energi. Berbagai substansi secara normal disaring

oleh glomerulus, direabsorpsi oleh tubulus dan diekskresikan ke dalam urin

mencakup natrium, klorida, bikarbonat, kalium, glukosa, ureum, kreatinin, serta asam

urat.

d) Uretra

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang

berfungsi menyalurkan air kemih keluar.

Pada laki-laki terdiri dari :

- Uretra prostaria

- Uretra membranosa

- Uretra kavernosa.

8
Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling

dalam), dan lapisan submukosa. Selain saluran eksresi uretra laki-laki berfungsi

sebagai saluran reproduksi (tempat keluarnya sperma).

Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring

sedikit kearah atas, panjangnya ± 3-4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari

tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari

vena-vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada

wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di

sini hanya sebagai saluran eksresi.

b. Definisi

ISK merupakan penyakit dengan kondisi dimana terdapat mikroorganisme dalam

urin yang jumlahnya sangat banyak dan mampu menimbulkan infeksi pada saluran kemih

(Dipiro dkk, 2011).

Istilah ISK umum digunakan untuk menandakan adanya invasi mikroorganisme pada

saluran kemih (Haryono, 2012)

ISK adalah infeksi akibat berkembangbiaknya mikroorganisme,didalam saluran kemih,

Yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus, mikroorganisme

lain . ( Nanda Nic-Noc,2012 )

c. Etiologi

ISK terjadi oleh banyak faktor seperti : Usia, Gender, Prevalensi bakteriuria, dan faktor

predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk

ginjal.Berikut menurut jenis mikroorganisme dan usia : Jenis-jenis mikroorganisme yang

menyebabkan ISK, antara lain:

9
- Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)

- Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated

- Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.

Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:

- Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung

kemih yang kurang efektif

- Mobilitas menurun

- Nutrisi yang sering kurang baik

- Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral

- Adanya hambatan pada aliran urin

- Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

d. Tanda dan Gejala

Gejala – gejala dari infeksi saluran kemihsecara umum sering meliputi:

- Gejala yang terlihat, sering timbulnya dorongan untuk berkemih

- Rasa terbakar dan perih pada saat berkemih

- Seringnya berkemih, namun urinnya dalam jumlah sedikit (oliguria)

- Adanya sel darah merah pada urin (hematuria)

- Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin

- Ketidaknyamanan pada daerah pelvis renalis

- Rasa sakit pada daerah di atas pubis

- Perasaan tertekan pada perut bagian bawah

- Demam

10
- Pada wanita yang lebih tua juga menunjukkan gejala yang serupa, yaiu kelelahan,

hilangnya kekuatan, demam

- Sering berkemih pada malam hari

Jika infeksi dibiarkan saja, infeksi akan meluas dari kandung kemih hingga ginjal.

Gejala – gejala dari adanya infeksi pada ginjal berkaitan dengan gejala pada cystitis, yaitu

demam, kedinginan, rasa nyeri pada punggung, mual, dan muntah. Cystitis dan infeksi

ginjal termasuk dalam infeksi saluran kemih.

Tidak setiap orang dengan infeksi saluran kemih dapat dilihat tanda – tanda dan

gejalanya, namun umumnya terlihat beberapa gejala, meliputi:

- Desakan yang kuat untuk berkemih

- Rasa terbakar pada saat berkemih

- Frekuensi berkemih yang sering dengan jumlah urin yang sedikit (oliguria)

- Adanya darah pada urin (hematuria)

Gejala – gejala dari infeksi saluran kemih secara spesifik sering meliputi :

a) Pyelonephritis akut.

Pada tipe ini, infeksi pada ginjal mungkin terjadi setelah meluasnya infeksi yang

terjadi pada kandung kemih. Infeksi pada ginjal dapat menyebabkan rasa salit pada

punggung atas dan panggul, demam tinggi, gemetar akibat kedinginan, serta mual

atau muntah.

b) Cystitis.

11
Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat dapat menyebabkan rasa tertekan

pada pelvis, ketidaknyamanan pada perut bagian bawah, rasa sakit pada saat urinasi,

dan bau yang mnyengat dari urin.

c) Uretritis.

Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar pada saat urinasi. Pada

pria, uretritis dapat menyebabkan gangguan pada penis.

Tanda dan gejala infeksi saluran kemih berdasarkan rentang usia, meliputi :

a) Gejala pada bayi dan anak kecil yang sering terjadi, meliputi:

- Kecendrungan terjadi demam tinggi yang tidak diketahui sebabnya, khususnya jika

dikaitkan dengan tanda – tanda bayi yang lapar dan sakit, misalnya: letih dan lesu.

- Rasa sakit dan bau urin yang tidak enak. ( orang tua umumnya tidak dapat

mengidentifikasikan infeksi saluran kemih hanya dengan mencium urin bayinya. Oleh

karena itu pemeriksaan medis diperlukan).

- Urin yang keruh. (jika urinnya jernih, hal ini hanya mirip dengan penyakit, walaupun

tidak dapat dibuktikan kebenarannya bahwa bayi tersebut bebas dari Infeksi saluran

kemih).

- rasa sakit pada bagian abdomen dan punggung.

- muntah dan sakit pada daerah abdomen (pada bayi)

- jaundice (kulit yang kuning dan mata yang putih) pada bayi, khususnya bayi yang

berusia setlah delapan hari.

b) Gejala infeksi saluran kemih pada anak – anak, meliputi:

12
- Diarrhea

- Menangis tanpa henti yang tidak dapat dihentikan dengan usaha tertentu (misalnya:

pemberian makan, dan menggendong)

- Kehilangan nafsu makan

- Demam

- Mual dan muntah

- Pada anak – anak, mengompol juga menandakan gejala adanya infeksi saluran kemih.

- Lemah

- Adanya rasa sakit pada saat berkemih.

- Untuk anak-anak yang lebih dewasa, gejala yang ditunjukkan berupa:

- rasa sakit pada panggul dan punggung bagian bawah (dengan infeksi pada ginjal)

- seringnya berkemih

- ketidakmampuan memprodukasi urin dalam jumlah yang normal, dengan kata lain,

urin berjumlah sedikit (oliguria)

- Tidak dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih dan isi perut

- rasa sakit pada perut dan daerah pelvis

- rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)

- urin berwarna keruh dan memilki bau menyengat

- Gejala infeksi saluran kemih pada orang dewasa, meliputi:

c) Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemihringan (misalnya: cystitis, uretritis)

meliputi :

- rasa sakit pada punggung

- adanya darah pada urin (hematuria)

13
- adanya protein pada urin (proteinuria)

- urin yang keruh

- ketidakmampuan berkemih meskipun tidak atau adanya urin yang keluar

- demam

- dorongan untuk berkemih pada malam hari (nokturia)

- tidak nafsu makan

- lemah dan lesu (malaise)

- rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)

- rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita)

- rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria)

d) Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemih lebih berat (misalnya:

pyelonephritis) meliputi:

- Kedinginan

- demam tinggi dan gemetar

- mual

- muntah (emesis)

- rasa sakit di bawah rusuk

- rasa sakit pada daerah sekitar abdome

e. Epidemiologi

Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada 5% anak perempuan dan 1-2 % anak laki-

laki. Kejadian infeksi saluran kemih pada bayi baru. Infeksi saluran kemih dapat terjadi

pada 5% anak perempuan dan 1-2% anak laki-laki. Kejadian infeksi saluran kemih pada

bayi baru lahir dengan berat lahir rendah mencapai 10-100 kali lebih besar disbanding

14
bayi dengan berat lahir normal (0,1-1%).  Sebelum usia 1 tahun, infeksi saluran kemih

lebih banyak terjadi pada anak laki-laki. Sedangkan setelahnya, sebagian besar infeksi

saluran kemih terjadi pada anak perempuan. Misalnya pada anak usia pra sekolah di mana

infeksi saluran kemih pada perempuan mencapai 0,8%, sementara pada laki-laki hanya

0,2% dan rasio ini terus meningkat sehingga di usia sekolah, kejadian infeksi saluran

kemih pada anak perempuan 30 kali lebih besar dibanding pada anak laki-laki. Pada anak

laki-laki yang disunat, risiko infeksi saluran kemih menurun hingga menjadi 1/5-1/20 dari

anak laki-laki yang tidak disunat. Pada usia 2 bulan – 2 tahun, 5% anak dengan infeksi

saluran kemih mengalami demam tanpa sumber infeksi dari riwayat dan pemeriksaan

fisik. Sebagian besar infeksi saluran kemih dengan gejala tunggal demam ini terjadi pada

anak perempuan.

f. Patofisiologi

ISK sering disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius.

Mikroorganisme ini masuk melalui kontak langsung dari tempat infeksi terdekat,

hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen.

Secara asending yaitu masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih antara lain faktor

anatomi di mana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki

sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi. Faktor tekanan urin saat miksi, kontaminasi

fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian

kateter) adanya dekubitus yang terinfeksi. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal

secara hematogen yaitu sering terjadi pasien yang sistem imunnya rendah sehingga

mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen. Ada beberapa hal yang

mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen

15
yaitu adanya bendungan total urin yang mengakibatkan distensi kandung kemih,

bendungan intrarenal akibat jaringan parut dll. Sisa urin dalam kandung kemih yang

meningkat tersebut mengakibatkan distensi yang berlebihan sehingga menimbulkan

nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri. Residu

kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan

gangguan fungsi ginjal sendiri kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke sel

traktus urinarius.

Pathway
Mikroorganisme
Patogenik

16
Dalam traktus urinarius

Masuk melalui Kontak langsung


dari tempat infeksi terdekat
Hematogen,limfogen

Asending Hematogen

Faktor tekanan urine saat miksi


Bendungan total urin
Kontaminasi fecal

Pemasangan alat kedalam traktus urinarius Ditensi kandung kemih


(Pemeriksaan sistopik, Pemakaian kateter )
Bendungan internal

Kurang
Infeksi Saluran Kemih
Pengetahuan
Akibat jaringan parut

Hipertermi

Sisa urine dalam kandung kemih meningkat

Mengakibatkan distensi yang berlebihan

Nyeri

penurunan resistensi terhadap invasi bakteri

Residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri

17
gangguan fungsi ginjal,

secara hematogen menyebar ke sel traktus urinarius.

Gangguan Kerusakan
Eliminasi Urine Eliminasi Urine

g. Diagnosa Medik : Infeksi Saluran Kemih

h. Penatalaksanaan

a) Non-medis

Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth Tahun 2012 : Hal. 221 )Pengobatan infeksi

saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat membebaskan

saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang, sehingga dapat

menurunkan angka kecacatan serta angka kematian, Tujuan tersebut dapat dicapai

dengan :

- Meningkatkan intake cairan 2-3 liter /hari bila tidak ada kontraindikasi

- Perubahan pola hidup diantaranya :

 Membersihkan perinium dari depan kebelakang

 Pakaian dalam dari bahan katun

 Menghindari kopi dan alkohol

b) Medis

- Antibiotik untuk menghilangkan Bakteri

- Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1-2 minggu

18
- Antibiotik jangka panjang (baik obat yang sama atau diganti ) dalam jangka waktu

3-4 minggu

- Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum tidur dalam

waktu 3- 6 bulan ini merupakan pengobatan lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut

- Analgesik dan anti spasmodik untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh

penderita

- Obat golongan venozopyridine : pyridium untuk meredakan iritasi pada saluran

kemih .

i. Pemeriksaan Diagnostik

1. Urinalisis

Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.

Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB)

sediment air kemih

Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.

Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan

glomerulus ataupun urolitiasis.

Bakteriologis

Mikroskopis

Biakan bakteri

2. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik

3. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin

tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria

utama adanya infeksi.

19
4. Metode tes

Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk

pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes

pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin

normal menjadi nitrit

5. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS)

Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis,

neisseria gonorrhoeae, herpes simplek

6. Tes- tes tambahan

Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga

dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus

urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate.

Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat

dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian

20
 Data Biografi :

Identitas Pasien : Nama,Umur,jenis kelamin,agama,suku atau bangsa ,status

perkawinan,pendidikan,pekerjaan,alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal

pengkajian,catatan kedatangan.

Keluarga terdekat yang dapat dihubungi :Nama,umur,jenis

kelamin,pendidikan,pekerjaan,alamat, dan sumber informasi,beserta nomor

telepon.

 Riwayat kesehatan atau perawatan

Keluhan utama/alasan masuk rumah sakit

Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat kesehatan keluarga

 Pola Gordon :

1. Pola persepsi dan pemeliharaan

- Riwayat penyakit yang berhubungan dengan kandung kemih,infeksi

saluran kemih berulang

- Personal hygine yang salah

- Kebiasaan menahan Bak

2. Pola nutrisi metabolik

- Intake minuman yang kurang

- Mual, muntah

- Anoreksia

- Demam, peningkatan suhu tubuh

21
3. Pola eliminasi

- Pola aktivitas dan latihan

- Sering berkemih

- Warna urine keruh

- Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih

Hematuri

Diare

4. Pola tidur istirahat

Tidur terganggu karena nocturia

5. Pola persepsi dan kognitif

Nyeri supra public, Dysuria, Rasa terbakar saat berkemih

Spasme kandung kemih , Low Back pain.

6. Pola persepsi dan konsep diri

Merasa rendah diri

7. Pola peran dan hubungan

Perasaan terasing ,gangguan interaksi sosial

8. Pola reproduksi dan seksualitas

Gangguan ini terjadi pada klien yang sudah menikah karena klien dirawat

dirumah sakit.

9. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress

Masalah timbul ketika pasien tidak dapat mengatasi masalah kesehatannya

sehingga pasien tersebut stres.

10. Pola sistem kepercayaan

22
Dalam hal ini beribadah biasanya terganggu karena klien tidak boleh

melakukan aktifitas ( bedrest ) Karena penyakit yang dideritanya

 PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum :

a. Kesadaran

b. GCS

c. Tanda –tanda vital

2. Kepala & Leher :

a. Kepala

1) Keluhan

2) Inspeksi

3) Distribusi rambut

4) Warna kulit kepala

5) Kebersihan kulit kepala

6) Palpasi

- massa abNormal

- Krepitasi

- Nyeri tekan

b. Mata

1) Visus

2) Lapang pandang

23
3) Konjunctiva

4) Tanda peradangan

5) Fungsi penglihatan

6) Penggunaan alat bantu

c. Hidung

1) Inspeksi

2) Bentuk

3) Perdarahan

4) Palpasi

5) Nyeri tekan

d. Mulut & Tenggorokan

Inspeksi

- Warna bibir

- Mukosa bibir

- Mukosa dalam

- Gigi

- Gusi

- Lidah

- Warna lidah

- Pembengkakan tonsil

- Sakit tenggorok

- Gangguan bicara

e. Telinga

24
Inspeksi

- Bentuk

- Perdarahan

- Serumen

- Aroma

- Palpasi

- Gg pendengaran

- Alat bantu dengar

- pemeriksaan

f. Leher

Inspeksi/ Palpasi

- Kekakuan

- Pembesaran kelj. Tyroid

- Pembesaran kelj.limfe

- Nyeri

3. Dada/ Thorax

Inspeksi

Kaji Bentuk dada

Warna kulit dada

Kondisi kulit dada

Ekspansi dinding dada

Tanda peradangan

Otot bantu nafas

25
retraksi interostae

Palpasi :

Kaji adanya Massa abnormal

Krepitasi

Nyeri tekan

edema emfisema sub cutis

Taktil fremitus

Auskultasi:

Jantung

Aortic

Pulmonal

BJ abnormal

Paru :

Suara nafas

Jenis suara nafas abnormal yang ditemukan

Wheezing :Rhonki : Rales :Crakles :

Perkusi :

Jantung

Batas jantung

Paru

4. Payudara dan axial

Inspeksi :

Kaji ukuran &bentuk

26
Kondisi kulit

Palpasi :

Edema

Massa abnormal

Nyeri :

5. Abdomen

Inspeksi :

Bentuk dan kondisi kulit

Palpasi :

Kaji Penegangan dinding abdomen

Edema

Nyeri tekan :

Massa abnormal :

Auskultasi:

Bising usus :

Perkusi :

6. Genetalia

Inspeksi & Palpasi (wanita) :

Kaji Perineum : bersih / kotor / lesi / luka / nyeri / lainnya

Inspeksi & Palpasi (pria) :

Kaji Kondisi kulit : bersih / kotor / lesi / luka / lainnya

7. Rectum

Inspeksi

27
Kondisi kulit sekitar anal

Palpasi (rectal tusse):

Kaji Massa abnormal

Nodul

Nyeri

8. Ektremitas

Kaji ada /tidak adanya kontraktur

Deformitas

Edema

Nyeri / nyeri tekan

9. Kulit dan kuku

Kaji warna

Tekstur

turgor dan

bentuk dari kulit dan kuku pasien.

b. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan Inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur

traktus urinarius lain.

28
2. Kerusakan eliminasi urin berhubungan dengan Infeksi saluran kemih

3. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

4. Gangguan elemenasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung

kemih / struktur traktus urinarius lain

5. Kurangnya pengetahuan terhadap kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan b.

d. kurangnya informasi.

c. Intervensi dan rasional

NO. DIAGNOSA PERENCANAAN

KEPERAWATA TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL

N KRITERIA (NIC)

HASIL (NOC) (SMART)


1 Nyeri akut Tujuan : a) Lakukan a) Mengetahui tingkat nyeri

berhubungan Pain level pengkajian nyeri pasien sehingga dapat

dengan inflamasi Pain control secara menentukan intervensi

urethra,kandung Skala nyeri 1- komprehensif selanjutnya

kemih dan 10 termasuk lokasi, b) Mengetahui perubahan vital

traktus urinarius Comfort level karakteristik, sign yang disebabkan oleh

lainya Setelah durasi, frekuensi, nyeri

dilakukan kualitas dan c) Megetahui respon non verbal

asuhan faktorpresipitasi pasien terhadap nyeri.

keperawatan b) Observasi vital d) Dukungan yang cukup dapat

selama 3 x 24 sign menurunkan reaksi nyeri

nyeri berkurang c) Observasi reaksi pasien.

29
dengan Kriteria non verbal dari e) Agar lingkungan seperti

hasil : ketidaknyamana suhu, ruangan, pencahayaan

a) Mampu n yang nyaman dan tidak

mengontrol d) Bantu pasien dan bising dapat membuat pasien

nyeri( Tahu keluarga untuk merasa lebih nyaman dan

penyebab mencari dan nyeri berkurang

nyeri, menemukan f) Dapat menurunkan rasa nyeri

mampu dukungan pasien

menggunaka e) Kontrol g) Menurunkan ketegangan

n teknik lingkungan yang otot, sendi dan melancarkan

nonfarmakol dapat peredaran darah sehingga

ogi untuk mempengaruhi dapat mengurangi nyeri

mengurangi nyeri seperti h) Membantu dalam

nyeri ) suhu ruangan, mengidentifikasi derajat

b) Melaporkan pencahayaan dan nyeri

nyeri kebisingan i) Untuk membantu proses

berkurang f) Kurangi faktor pengobatan

dengan prepitasi nyeri j) Supaya dapat memahami

menggunaka g) Ajarkan tehnik cara meredakan nyeri

n manajemen non farmakologi: k) Analgetik berfungsi sebagai

nyeri. nafas dalam, depresan sistem daraf pusat

c) Mampu relaksasi, sehingga mengurangi atau

mengenali distraksi, menghilangkan nyeri

30
nyeri (Skala h) Identifikasi skala

intensitas,fre nyeri

kuensi dan i) Kaji tipe dan

tanda nyeri ) sumber nyeri

d) Menyatakan j) Jelaskan startegi

rasa nyaman untuk meredakan

setelah nyeri nyeri

berkurang k) Kolaborasi

e) Tanda-tanda dengan dokter

vital dalam dalam

batas normal pemberiaan

analgetik

2 Kerusakan Tujuan : NIC : urinary 1. mengetahui karakteristik

eliminasi urin polaelimination


eliminasi management urin

berhubungan membaik 1. memonitor 2. mengetahui apakah ada ISK

dengan infeksi setelah eliminasi urin 3. menyeimbangkan cairan

saluran kemih dilakukan meliputi yang keluar

tindakan frekuensi, 4. mencegah nyeri karena

keperawatan konsistensi, kandung kemih penuh

31
selama 3x24 volume dan 5. Pemberian terapi obat-

jam, dengan warna obatan untuk mengatasi

kriteria hasil: 2. memonitor tanda kerusakan eliminasi urine

 polaelim dan gejala ISK

inasi 3. mendorong

membaik, meningkatkan

tidak terjadi pemasukkan

tanda-tanda cairan

gangguan 4. kaji keluhan

berkemih kandung kemih

(urgensi, penuh

oliguri, 5. berikan terapi

disuria) obat-obatan

 warna, sesuai order

jumlah urin dokter

dbn

urin bebas

partikel

3 Hipertermi Tujuan : a) Observasi tanda-  Tanda-tanda vital sebagai

berhubungan Termoregulasi tanda vital acuan untuk mengetahui

dengan proses Tanda-tanda b) Gunakan waslap keadaan umum pasien

penyakit . vital dalam hangat di  Penggunaan waslap

32
batas normal axila,kening,teng dingindapat membantu

Setelah kuk dan lipatan untuk menurunkan

dilakukan paha derajat hipertermi

asuhan c) Bantu pasien  Penggunaan pakaian

keperawatan untuk yang terlalu tebal dapat

selama 3 x melepaskan meningkatkan derajat

24klien tidak pakaian yang hipertermi pasien dan

demam dengan berlebihan dan menyulitkan untuk

Kriteria hasil : tutup pasien pengeluaran panas dari

a) Tanda- dengan selimut dalam tubuh

tanda saja  Memberikan pedoman

vital d) Ajarkan indikasi untuk menanggani

dalam dari hipertermi hipertermi pada waktu

batas dan penanganan yang tepat

normal yang diperlukan  Mengatasi panas secara

b) Akral e) Kolaborasi farmakologi

dingin pemberian

c) Klien antipiretik

tampak

berkerin

gat

dingin

4 Gangguan Tujuan : NIC : 1. Untuk mengidentifikasikan

33
eliminasi urine Urinary Urinary retention masalah eliminasi urine

berhubungan continuence care 2. Untuk merangsang reflek

dengan Urinary 1. Lakukan kandung kemih

obstruksi elimination penilaian 3. Untuk mematau tingkat

mekanik pada Setelah kemih yang distensi kandung kemih

kandung kemih / dilakukan komprehensif 4. Memberikan informasi

struktur traktus tindakan (output tentang tingkat gangguan

urinarius lain keperawatan urin,pola dengan eliminasi atau dapat

3x24 jam pola berkemih,ma mengidentifikasi adanya

eliminasi salah infeksi kandung kemih

membaik kencing) 5. Berkolaborasi dalam

Dengan kriteria Pemberian terapi obat-obatan

hasil : Untuk mengatasi gangguan

 Kandung 2. Merangsang eliminasi urine.

kemih reflex

kosong kandung

secara kemih

penuh dengan

 Tidak ada menerapkan

residu urin dingin untuk

> 100-220 perut

cc 3. Memantau

 Bebas ISK tingkat

34
 Tidak ada distensi

spasme kandung

bladder kemih

 Balance dengan

cairan palpasi dan

seimbang perkusi

 Intake 4. Perhatikan

cairan laporan

dalam frekuensi

rentang kencing

normal beserta

ukuran dan

kekuatan

urine

5. Kolaborasi

pemberian

obat sesuai

indikasi
5 Kurangnya Tujuan NIC: Pengetahuan 1. Meningkatkan

pengetahuan NOC : penyakit pengetahuan dan mengurangi

terhadap kondisi, Pengetahuan 1. Jelaskan cemas

prognosis, dan tentang tentang proses 2. Mempermudah

kebutuhan penyakit. penyakit intervensi

pengobatan b. d. Setelah

35
kurangnya diberikan 2. Jelaskan 3. Mencegahkepara

informasi. penjelasan tentang program han penyakit

selama 3 x pengobatan dan

pasien mengerti alternatif 4. Untuk

proses pengobatan mengetahui tingkat

penyakitnya dan pengetahuan pasien

Program 3. Jelaskan

perawatan serta tindakan untuk 5. Agar pasien

Therapi yg mencegah mengetahui kondisinya saat

diberikan komplikasi ini

dengan kriteria Tanyakan

hasil : kembali 6. Agar klien

Pasien mampu: pengetahuan mengetahui penyebab

Menjelaskan pasien tentang penyakit dengan tepat

kembali tentang penyakit,

proses penyakit, prosedur

mengenal perawatan dan

kebutuhan pengobatan

perawatan dan 4. Berikan

pengobatan penilaan

tanpa cemas tentang

tingkat

pengetahuan

36
pasien

tentang

proses

penyakit

yang spesifik

5. Sediakan

informasi

pada pasien

tentang

kondisi

dengan cara

yang tepat

6. Identifikasi

penyebab

penyakit

dengan cara

yang tepat

D. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses yang menandakan seberapa jauh

diagnosa keperawatan rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai.Adapun

evaluasi yang diharapkan dari diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien dengan

infeksi saluran kemih adalah :

37
Diagnosa 1 : Nyeri b. d. Inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur traktus

urinarius lain.

 Nyeri berkurang

 Tekannan darah dalam batas normal

 Klien tampak rileks dan tenang

Diagnosa 2 : Kerusakan eliminasi urin b. d. Infeksi saluran kemih

 Polaeliminasi membaik,

 Tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (urgensi, oliguri, disuria)

 Warna, jumlah urin dbnurin bebas partikel

Diagnosa 3 : Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

 Tanda-tanda vital dalam batas normal

 Akral dingin

 Klien tampak berkeringat

Diagnosa 4 : Gangguan elemenasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik pada

kandung kemih / struktur traktus urinarius lain.

 Kandung kemih kosong secara penuh

 Bebas ISK

 Balance cairan seimbang

 Intake cairan dalam rentang normal

Diagnosa 5 : Kurangnya pengetahuan terhadap kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan

b. d. kurangnya informasi

38
 Pasien Mampu Menjelaskan kembali tentang proses penyakit, mengenal kebutuhan

perawatan dan pengobatan tanpa cemas

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi:

3. Jakrta: EGC.

Nanda . 2005 .Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan klasifikasi. Jakarta :

Prima Medika.

39
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.

Ngastiyah . 2005 .perawatan Anak Sakit . Jakarta : EGC .

Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI

Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit:

pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi:

4. Jakarta: EGC

Santosa , Budi.2007 .Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA .2005-2006 . Jakarta : Prima

Medika.

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih

Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.

Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran

Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

http://hidayat2.wordpress.com/2009/03/31/askep-isk/

Johnson., M. 1997, Nursing outcomes classification, Retrieved May 2004, from

http://www.Minurse.com.

McCloskey, J. C., & Bulecheck, G. M. 1996. Nursing intervention classsification (NIC). Mosby,

St. Louise.

40
Noer, S. 1996. Buku ajar: Ilmu penyakit dalam, JilidI. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.

NANDA. 2002. Nursing diagnosis : Definition and classification (2001-2002) : Philadelphia.

Potter, P. A., & Perry, A. G. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan : Konsep, proses dan

praktik, Edisi 4, Volume 1. EGC : Jakarta.

41

Anda mungkin juga menyukai