Anda di halaman 1dari 6

LITERATUR REVIEW

SISTEM KARDIOVASKULAR
FIBRILASI ATRIAL

Disusun oleh:

BUNGA DHIAZ ANGGRAINI

70600118016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2020
LINK JURNAL / E-BOOK:

1. Alwi, Idrus., dkk. “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam”. Ed. 6. Jakarta:
InternaPublishing. 2017. Hal. 1367-1381
2. Yuniadi, Yoga., dkk. “2014 Indonesian Heart Association Guidelines of
Management of Atrial Fibrillation”. Vol. 35 (2). Jurnal Kardiologi Indenesia.
2014. Hal. 102-133.
3. Firdaus, Isman., dkk. “Panduan Praktik Klinis (PPK) dan Clinical Pathway (CP)
Penyakit Jnatung dan Pembuluh Darah”. Ed. 1. Perhimpunan dokter spesialis
kardiovaskular Indonesia. 2016. Hal. 106-112

JUDUL PENYAKIT: Fibrilasi Atrial

SKDI: 3A

DEFINISI

Fibrilasi atrium adalah takiaritmia supraventrikular dengan aktivasi atrium yang tidak
terkoordinasi mengakibatkan perburukan fungsi mekanis atrium.

ETIOLOGI

1. Penyakit jantung seperti jantung koroner, penyakit katup jantung, aritmia


jantung, parikarditis.
2. Penyakit sistemik non-kardiak seperti hipertensi sistemik, PPOK, emboli paru
akut.
EPIDEMIOLOGI

Prevalensi fibrilasi atrial meningkat seiring penambahan usia, 0,5% terjadi pada usia
40-50 tahun dan 5-15% terjadi pada usia 80 tahun.

FAKTOR RESIKO

Hipertensi, penyakit tiroid, penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, gaya hidup
yang tidak sehat, diet asupan maknan yang salah, stres, serta konsumsi alkohol dan
kafein yang berlebihan.

PATOMEKANISME

Penyakit jantung dapat memicu remodelling di ventrikel maupun atrium. Proses


remodelling atrium ditandai dengan proliferasi dan diferensiasi fibroblas menjadi
miofibroblas yang dapat meningkatkan deposisi jaringan ikat dan fibrosis di atrium.
Proses remodelling atrium menyebabkan gangguan penghantaran elektris antara
serabut otot dan serabut konduksi di atrium.

MANIFESTASI KLINIS

Gejala bersifat simptomatis dan asimptomatis.

Palpitasi, napas pendek, nyeri dada, rasa melayang dan seperti ingin pingsan, sakit
kepala, serta mudah lelah.
PENEGAKAN DIAGNOSIS

Anamnesis

Hampir >50% episode FA tidak menyebabkan gejala (silent atrial fibrillation). Penilaian
awal dari pasien dengan FA yang baru pertama kali terdiagnosis harus berfokus pada
stabilitas hemodinamik dari pasien. Gejala yang mungkin dikeluhkan yaitu:

1. Palpitasi yang diekspresikan oleh pasien sebagai pukulan genderang, gemuruh


guntur, atau kecipak ikan di dalam dada.
2. Mudah lelah atau toleransi rendah terhadap aktivitas fisik.
3. Presinkop atau sinkop.
4. Lemas dan pusing.
5. Gangguan hemodinamik, kardiomiopati yang diinduksi oleh takikardia, dan
tromboembolisme sistemik.

Pertanyaan yang relevan:

1. Apakah irama jantung saat serangan terasa teratur atau tidak teratur?
2. Apakah terdapat faktor pencetus seperti aktivitas fisik, emosi, atau asupan
alkohol?
3. Apakah gejala terasa sedang atau berat seperti mengganggu aktivitas?
4. Apakah serangan sering terjadi atau jarang dan apakah seranga terjadi secara
singkat atau cukup lama?
5. Apakah ada riwayat penyakit seperti hipertensi, penyakit jantung koroner,
gagal jantung, atau diabetes mellitus?
6. Apakah ada riwayat keluarga dengan fibrilasi atrial?
Pemeriksaan Fisik

1. Tanda vital: nadi ireguler dan cepat, pasien hipotermia/toksisitas obat jantung
mengalami bradikardia.
2. Kepala dan leher: eksoftalmus, pembesaran tiroid, peningkatan tekanan vena
jugular, dan sianosis.
3. Paru: ronki dan mengi.
4. Jantung: bunyi jantung S3 menandakan pembesaran ventrikel dan
peningkatan ventrikel kiri. Pulsus defisit yaitu terdapat selisi jumlah nadi yang
terabadengan auskultasi laju jantung.
5. Abdomen: asites, hepatomegaly, nyeri kuadran kiri atas.
6. Ekstremitas bawah: sianosis jari, edema.

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium: darah lengkap (anemia) dan enzim jantung seperti


troponin.
2. EKG: RR interval ireguler dan tidak repetitif, tidak terdapat gelombang P yang
jelas, kompleks QRS ireguler.
3. Foto toraks: normal, tapi dapat ditemukan tanda patologi parenkim atau
vaskular paru pada emboli paru dan pneumonia.
4. Ekokardiofrafi untuk melihat kelainan katup, ukuran atrium dan ventrikel,
hipertrofi ventrikel kiri, trombus di atrium kiri.
5. Pemeriksaan fungsi tiroid.
6. Uji latih untuk melihat laju irama jantung
7. Monitoring holter untuk menegakkan diagnosis FA paroksimal yaitu FA tidak
terekam pada EKG, serta mengevaluasi dosis obat dalam kendali irama
jantung.
8. Elektrofisiologi untuk mengidentifikasi takikardia komples QRS.

PENATALAKSANAAN

Anti artimia:

1. Amiodaron 5 mg/kgBB i.v dalam 1 jam.


2. Flecainide 2 mg/kgBB i.v dalam 10 menit atau 200mg per oral.
3. Ibutilide 1 mg i.v dalam 10 menit
4. Propafenone 2 mg/kgBB i.v dalam 10 menit atau 450 mg per oral
5. Vernakalant 3 mg/kgBB i.v dalam 10 menit

Beta bloker:

1. Metoprolol 100-200 mg/hari


2. Bisoprolol 2,5-10 mg/hari
3. Atenolol 25-100 mg/hari
4. Propranolol 3 x 10-40 mg/hari

Non dihidropiridin calcium channel blocker:

1. Verapamil 2 x 40 mg/hari
2. Ditiazem 3 x 60 mg/hari

Anda mungkin juga menyukai