Referat Leptospirosis Full Ismail
Referat Leptospirosis Full Ismail
LEPTOSPIROSIS
Oleh :
Ismail Bin Abdullah 1840312404
Preseptor:
dr. Roza Mulyana, Sp.PD-KGer, FINASIM
PENDAHULUAN
patogen yang dikenal dengan nama Leptosira Interrogans . Penyakit ini pertama kali
dikemukakan oleh Weil pada tahun 1886 sebagai penyakit yang berbeda dengan
penyakit lain yang juga ditandai oleh ikterus. Leptospirosis atau disebut juga sebagai
Weil disease, Canicola fever, Hemorrhagic jaundice, Mud fever, atau Swineherd
disease.
Penyakit ini adalah zoonosis yang disebabkan oleh patogen spirochaeta, genus
Leptospira. Distribusi penyakit ini meluas ke seluruh dunia, terutama pada wilayah
dengan iklim tropis. Infeksi ini masuk ke manusia biasanya terjadi akibat ingesti
air atau makanan yang terkontaminasi leptospira sp. Lebih jarang lagi, organisme
tersebut masuk ke dalam tubuh melalui membran mukosa atau luka pada kulit.
Gambaran klinisnya bisa ikterik maupun anikterik. Karena gambaran kliniknya mirip
penyakit-penyakit demam akut lain, maka pada setiap kasus dengan keluhan demam,
Gejala penyakit ini sangat bervariasi mulai dari gejala infeksi ringan sampai
dengan gejala infeksi berat dan fatal. Dalam bentuk ringan, leptospirosis dapat
menampilkan gejala seperti influenza disertai nyeri kepala dan mialgia. Dalam bentuk
2
parah (disebut sebagai Weil’s syndrome), leptospirosis secara khas menampilkan
namun kasus yang kompleks dapat mengancam jiwa jika tidak segera diobati.
Diagnosis leptospirosis seringkali terlewatkan sebab gejala klinis penyakit ini tidak
spesifik dan sulit dilakukan konfirmasi diagnosis tanpa uji laboratorium. Dalam
dekade belakangan ini, kejadian luar biasa leptospirosis di beberapa negara, seperti
Asia, Amerika Selatan dan Tengah, serta Amerika Serikat menjadikan penyakit ini
literatur.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
maupun hewan yang disebabkan kuman leptospira patogen dan digolongkan sebagai
zoonosis. Penyakit ini dikenal dengan berbagai nama seperti mud fever, slime fever,
swamp fever, autumnal fever, infektious jaundice, field fever, cane cutter fever,
spirochaeta, genus Leptospira. Spirochaeta ini pertama kali diisolasi di Jepang oleh
Inada setelah sebelumnya digambarkan oleh Adolf Weil tahun 1886. Weil
menemukan bahwa penyakit ini menyerang manusia dengan gejala demam, ikterus,
der Scheer di Jakarta pada tahun 1892, sedang isolasinya dilakukan oleh Vervoot
pada tahun 1922. Penyakit ini disebut juga sebagai Weil disease, Canicola fever,
2.2 Etiologi
spesies yaitu L.interrogans yang patogen dan L. biflexa yang hidup bebas (non
4
patogen atau saprofit). Spesies L.interrogans dibagi menjadi beberapa serogrup dan
fleksibel, tipis, berlilit padat, dengan panjang 5-15 μm, disertai spiral halus yang
lebarnya 0,1-0,2 μm. Salah satu ujung bakteri ini seringkali bengkok dan membentuk
kait. 2
Sel bakteri ini dibungkus oleh membran luar yang terdiri dari 3-5 lapis. Di bawah
membran luar, terdapat lapisan peptidoglikan yang fleksibel dan helikal, serta
membran sitoplasma. Ciri khas Spirochaeta ini adalah lokasi flagelnya, yang terletak
diantara membran luar dan lapisan peptidoglikan. Flagela ini disebut flagela
pada setiap ujung sel. Kuman ini bergerak aktif, paling baik dilihat dengan
5
Leptospira merupakan Spirochaeta yang paling mudah dibiakkan, tumbuh
paling baik pada keadaan aerob pada suhu 28-30ºC dan pada pH 7,4. Media yang bisa
digunakan adalah media semisolid yang kaya protein, misalnya media Fletch atau
Stuart. Lingkungan yang sesuai untuk hidup leptospira adalah lingkungan lembab
Leptospira interrogans yang merupakan spesies yang 6eliable dan Leptospira biflexa
yang bersifat tidak 6eliable (saprofit). Sampai saat ini telah diidentifikasi lebih dari
200 serotipe pada L.interrogans. Serotipe yang paling besar prevalensinya adalah
6
2.3 Epidemiologi
terutama pada wilayah dengan iklim tropis. Angka kejadian leptospirosis di seluruh
dunia belum diketahui secara pasti. Di daerah dengan kejadian luar biasa leptospirosis
ataupun pada daerah yang memiliki faktor risiko tinggi terpapar leptospirosis, angka
kejadian leptospirosis dapat mencapai lebih dari 100 per 100.000 per tahun. Di daerah
tropis dengan kelembaban tinggi angka kejadian leptospirosis berkisar antara 10-100
per 100.000 sedangkan di daerah dengan angka kejadian berkisar antara 0,1-1 per
berkisar antara <5% - 30%. Angka ini memang tidak terlalu tinggi mengingat masih
dengan baik. Selain itu masih banyak kasus leptospirosis ringan belum didiagnosis
secara tepat. Penularan leptospirosis pada manusia ditularkan oleh hewan yang
mamalia, seperti anjing, babi, lembu, kuda, kucing, marmut, dan sebagainya.
Binatang pengerat terutama tikus merupakan vektor yang paling banyak. Tikus
manusia. Dalam tubuh tikus kuman leptospira akan menetap dan membentuk koloni
serta berkembang biak di dalam epitel tubus ginjal tikus dan secara terus dikeluarkan
7
haemorrhagiae banyak menyerang tikus besar seperti tikus wirok (Rattus norvegicus)
dan tikus rumah (Rattus diardii). Sedangkan hewan peliharaan seperti kucing, anjing,
kelinci, kambing, sapi, kerbau, dan babi dapat menjadi hospes perantara dalam
karena ada kontak dengan air atau tanah yang tercemar urin hewan yang mengandung
leptospira. Selain itu penularan bisa juga terjadi karena manusia mengkonsumsi
2.4 Patogenesis
8
Patogenesis leptospirosis belum dimengerti sepenuhnya. Kuman
leptospira masuk kedalam tubuh pejamu melalui luka iris atau luka abrasi pada kulit,
konjungtiva atau mukosa utuh yang melapisi mulut, faring, esofagus, bronkus,
alveolus dan dapat masuk melalui inhalasi droplet infeksius dan minum air yang
terkontaminasi. Meski jarang, pernah dilaporkan penetrasi kuman leptospira melalui
kulit utuh yang lama terendam air saat banjir. Transmisi infeksi leptospira ke manusia
dapat melalui berbagai cara, yang tersering adalah melalui kontak dengan air atau
tanah yang tercemar bakteri leptospira. Bakteri masuk ke tubuh manusia melalui kulit
yang lecet atau luka dan mukosa, bahkan dalam literatur disebutkan bahwa penularan
penyakit ini dapat melalui kontak dengan kulit sehat (intak) terutama bila kontak
lama dengan air. Selain melalui kulit atau mukosa, infeksi leptospira bisa juga masuk
melalui konjungtiva. Bakteri leptospira yang berhasil masuk ke dalam tubuh tidak
menimbulkan lesi pada tempat masuk bakteri. Hialuronidase dan atau gerak yang
menggangsir (burrowing motility) telah diajukan sebagai mekanisme masuknya
leptospira ke dalam tubuh.1
Infeksi melalui selaput lendir lambung, jarang terjadi, karena ada asam
lambung yang mematikan kuman leptospira. Kuman leptospira yang tidak firulen
gagal bermultiplikasi dan dimusnahkan oleh sistem kekebalan dari aliran darah
setelah satu atau dua hari infeksi. Organisme virulen mengalami multiplikasi di darah
dan jaringan, dan kuman leptospira dapat diisolasi dari darah dan cairan serebrospinal
dan jaringan. Sementara leptospira yang tidak virulen gagal bermultiplikasi dan
dimusnahkan oleh sistem kekebalan tubuh setelah 1 atau 2 hari infeksi. Leptospira
virulen mempunyai kemampuan motilitas yang tinggi, lesi primer adalah kerusakan
9
dinding endotel pembuluh darah dan menimbulkan vaskulitis serta merusak organ.
Vaskulitis yang timbul dapat disertai dengan kebocoran dan ekstravasasi sel.3
aktivitas endotoksin yang berbeda dengan endotoksin bakteri gram negatif, dan
aktivitas lainnya yaitu stimulasi perlekatan netrofil pada sel endotel dan trombosit,
Organ utama yang terinfeksi kuman leptospira adalah ginjal dan hati. Di
dalam ginjal bakteri leptospira bermigrasi ke interstisium tubulus ginjal dan lumen
tubulus. Pada leptospirosis berat, vaskulitis akan menghambat sirkulasi mikro dan
satu penyebab gagal ginjal. Pada gagal ginjal tampak pembesaran ginjal disertai
perubahan yang terjadi pada hati bisa tidak tampak secara nyata. Secara mikroskopik
10
Gambar 2.3 Leptospirosis pathway dan gambaran klinisnya
11
2.5 Gambaran Klinis Leptospirosis
Infeksi pada manusia biasanya terjadi akibat ingesti air atau makanan yang
terkontaminasi leptospira sp. Lebih jarang lagi, organisme tersebut masuk ke dalam
tubuh melalui membran mukosa atau luka pada kulit. Setelah masa inkubasi 1-2 minggu,
terjadi awitan demam yang bervariasi, yang selama waktu itu spiroketa terdapat dalam
aliran darah.1 Penderita akan terkena demam mendadak dan menggigil, sakit perut dan
muntah-muntah. Penderita mengeluh sakit otot, sakit kepala hebat dan epistaksis,
mungkin dapat ditemukan konjungtivitis. Hati agak membengkak, pada 50% dari kasus
dijumpai ikterus pada hari kelima, Pada hepatitis karena Leptospira sp. ini seringkali
disertai dengan peningkatan serum kreatin fosfokinase (pada hepatitis virus kadarnya
normal).2
Pada minggu pertama sakit, Leptospira sp. dapat dijumpai di seluruh tubuh
penderita, hal ini dapat dibuktikan dengan cara inokulasi darah penderita pada marmot.
Pada minggu ke-2 Leptospira mulai menyerang ginjal dan pada akhir minggu ke-2 dapat
ditemukan dalam urin. Leptospira dalam urin dapat dijumpai sampai hari ke-40.
Kerusakan pada ginial dapat menyebabkan gagal ginjal dan berakibat fatal, mungkin
perlu dialisis. Jika susunan saraf pusat terkena, dapat menyebabkan timbulnya gejala
12
penyembuhan dapat melindungi hewan percobaan dari infeksi yang fatal.
Imunitas yang didapat dari infeksi pada manusia dan hewan tampaknya
mempunyai sifat serospesifik. 1
Dapat juga leptospira masuk kedalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir,
memasuki akiran darah dan berkembang, lalu menyebar secara luas ke jaringan
tubuh. Kemudian terjadi respon immunologi baik secara selular maupun humoral
sehingga infeksi ini dapat ditekan dan terbentuk antibody spesifik. Walaupun
demikian beberapa organism ini masih bertahan pada daerah yang terisolasi secara
immunologi seperti di dalam ginjal dimana bagian mikro organism akan mencapai
convoluted tubulus. Bertahan disana dan dilepaskan melaliu urin. Leptospira dapat
dijumpai dalam urin sekitar 8 hari sampai beberapa minggu setelah infeksi dan
sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun kemudian. Leptospira dapat
dihilangkan dengan fagositosis dan mekanisme humoral. Kuman ini dengan cepat
lenyap dari darah setelah terbentuknya agglutinin. Setelah fase leptospiremia 4-7 hari,
mikro organism hanya dapat ditemukan dalam jaringan ginjal dan okuler.
Leptospiuria berlangsung 1-4 minggu.
13
Selaput mukosa utuh
laboratorium sederhana dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis keluhan yang dirasakan
14
pasien leptospirosis adalah demam yang muncul mendadak, sakit kepala terutama dibagian
frontal, nyeri otot, mata merah/ fotofobia, mual muntah. Tanyakan sejak kapan keluhan
tersebut timbul. Penting juga ditanyakan tentang riwayat pekerjaan pasien, apakah termasuk
Pada pemeriksaan fisik dijumpai demam, bradikardi, nyeri tekan otot, dan
hepatomegali. Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin bisa dijumpai leukositosis, normal
atau sedikit menurun disertai gambaran netrofilia dan laju endap darah yang meninggi.
Trombositopenia terdapat pada 50% kasus. Pada pemeriksaan urin dijumpai proteinuria,
leukosuria. Bila organ hepar terlibat, bilirubin direk meningkat tanpa peningkatan
serebrospinalis, Leptospira dapat ditemukan pada minggu sakit yang pertama. Leptospira
dapat ditemukan dalam urin mulai akhir minggu pertama sampai hari ke-40. Darah
dalam bentuk sediaan tebal dan sedimen urin diperiksa dengan mikroskop lapangan
gelap. Untuk kultur, bahan pemeriksaan ditanam dalam pembenihan cair atau semisolid
yang mengandung serum kelinci 70% dan ditambahkan 5-fluorourasil sebagai selectioe
15
umumnya antibody baru ditemukan setelah hari ke-7 atau ke-10. Titernya akan selalu
meningkat dan akan mencapai puncaknya pada minggu sakit yang ke atau ke-4. Namun
hasil tes serologi bergantun kepada jumlah strain Leptospira yang dipergunakan untuk
1. Kasus suspect
Myalgia
Nyeri betis
Ikterik
Manifestasi perdarahan
Iritasi meningeal
Sesak napas
Aritmia jantung
Rash di kulit
16
Kasus probable (pada tingkat pelayanan kesehatan sekunder dan tersier)
DAN/ ATAU
Temuan serologik yang mendukung (contoh : titer MAT ≥200 pada suatu
sampel)
DAN/ ATAU
3. Kasus confirm
Kasus confirm pada leptospirosis adalah suatu kasus suspect atau probable dengan
Serokonversi dari negatif ke positif atau peningkatan 4 kali pada titer MAT
17
Positif dengan 2 tes rapid diagnostik dapat dipertimbangkan sebagai kasus
confirm.
karena keluhannya bisa sangat ringan. Karena gambaran kliniknya mirip penyakit-
penyakit demam akut lain, maka pada setiap kasus dengan keluhan demam,
influenza, HIV serocon version, infeksi dengue, infeksi hanta virus, hepatitis virus,
infeksi mononukleosis dan juga infeksi bakterial atau parasitik seperti demam tifoid,
2.8 Penatalaksanaan
A . PENCEGAHAN
Kuman leptospira mampu bertahan hidup bulanan di air dan tanah, dan mati
oleh desinfektans seperti lisol. Maka upaya ”Lisolisasi” upaya "lisolisasi" seluruh
permukaan lantai , dinding, dan bagian rumah yang diperkirakan tercemar air kotor
18
banjir yang mungkin sudah berkuman leptospira, dianggap cara mudah dan murah
mencegah "mewabah"-nya leptospirosis.
Hewan piaraan yang terserang leptospirosis langsung diobati , dan yang masih
sehat diberi vaksinasi. Vaksinasi leptospirosis disarankan untuk manusia yang
memiliki risiko tinggi terjangkit, dan pemberiannya harus diulang setiap tahun. Tikus
rumah perlu dibasmi sampai ke sarang-sarangnya. Begitu juga jika ada hewan
pengerat lain. Jangan lupa bagi yang aktivitas hariannya di peternakan, atau yang
bergiat di ranch. Kuda, babi, sapi, bisa terjangkit leptospirosis, selain tupai, dan
hewan liar lainnya yang mungkin singgah ke peternakan dan pemukiman, atau ketika
kita sedang berburu, berkemah, dan berolahraga di danau atau sungai. Selain itu
penyediaan air minum juga harus terjaga baik dan diklorinasi.
Ternak Babi merupakan hewan yang mampu bertahan dari infeksi akut yang
dapat mengeluarkan bakteri leptospira dalam jumlah besar dalam jangka waktu lama,
bisa sampai setahun. Hewan babi merupakan sumber penularan leptospirosis, disebut
sebagai Swine herd’s disease. Oleh karena itu, peternak babi diimbau agar
mengandangkan ternaknya dan jauh dari sumber air. Saluran buangan ternak
hendaknya diarahkan ke tempat khusus sehingga tidak mencemari lingkungan.7,8,9
19
B. TERAPI KURATIF
Terapi pilihan (DOC) untuk leptospirosis sedang dan berat adalah Penicillin
G, dosis dewasa 4 x 1,5 juta unit /i.m, biasanya diberikan 2 x 2,4 unit/i.m, selama 7
hari. 10
1. Treatment
a. Leptospirosis ringan Doksisiklin 2 x 100 mg/oral atau
Ampisillin 4 x 500-750 mg/oral atau
Amoxicillin 4 x 500 mg/oral
b.Leptospirosis sedang/ berat Penicillin G 1,5 juta unit/6jam i.m atau
Ampicillin 1 g/6jam i.v atau
Amoxicillin 1 g/6jam i.v atau
Eritromycin 4 x 500 mg i.v
Pada bentuk yang sangat ringan bahkan oleh penderita seperti sakit flu biasa.
Pada golongan ini tidak perlu dirawat. Demam merupakan gejala dan tanda yang
menyebabkan penderita mencari pengobatan. Ikterus kalaupun ada masih belum
tampak nyata. Sehingga penatalaksanaan cukup secara konservatif.11
Penatalaksanaan konservatif
20
Pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat.
Kalori diberikan dengan mempertimbangkan keseimbangan nitrogen,
dianjurkan sekitar 2000-3000 kalori tergantung berat badan penderita.
Karbohidrat dalam jumlah cukup untuk mencegah terjadinya ketosis.
Protein diberikan 0,2 – 0,5 gram/kgBB/hari yang cukup mengandung asam
amino essensial.
Terapi suportif supaya tidak jatuh ke kondisi yang lebih berat. Pengawasan
terhadap fungsi ginjal sangat perlu.
Antipiretik
Nutrisi dan cairan.
Pemberian nutrisi perlu diperhatikan karena nafsu makan penderita biasanya
menurun maka intake menjadi kurang. Harus diberikan nutrisi yang
seimbang dengan kebutuhan kalori dan keadaan fungsi hati dan ginjal yang
berkurang. Diberikan protein essensial dalam jumlah cukup. Karena
kemungkinan sudah terjadi hiperkalemia maka masukan kalium dibatasi
sampai hanya 40mEq/hari. Kadar Na tidak boleh terlalu tinggi. Pada fase
oligurik maksimal 0,5gram/hari. Pada fase ologurik pemberian cairan harus
dibatasi. Hindari pemberian cairan yang terlalu banyak atau cairan yang
justru membebani kerja hati maupun ginjal. Infus ringer laktat misalnya,
21
justru akan membebani kerja hati yang sudah terganggu. Pemberian cairan
yang berlebihan akan menambah beban ginjal. Untuk dapat memberikan
cairan dalam jumlah yang cukup atau tidak berlebihan secara sederhana
dapat dikerjakan monitoring / balance cairan secara cermat.
Pada penderita yang muntah hebat atau tidak mau makan diberikan makan
secara parenteral. Sekarang tersedia cairan infus yang praktis dan cukup
kandungan nutrisinya.
Pemberian antibiotik
◦ Pada kasus yang berat atau sesudah hari ke-4 dapat diberikan sampai
12 juta unit (sheena A Waitkins, 1997). Lama pemberian penisilin
bervariasi, bahkan ada yang memberikan selama 10 hari. Penelitian
terakhir : AB gol. fluoroquinolone dan beta laktam (sefalosporin,
ceftriaxone) > baik dibanding antibiotik konvensional tersebut di atas,
meskipun masih perlu dibuktikan keunggulannya secara in vivo.
Penanganan kegagalan ginjal.
Gagak ginjal mendadak adalah salah sati komplikasi berat dari
leptospirosis. Kelainan ada ginjal berupa akut tubular nekrosis (ATN).
Terjadinya ATN dapat diketahui dengan melihat ratio osmolaritas urine dan
plasma (normal bila ratio <1). Juga dengan melihat perbandingankreatinin
urine dan plasma, ”renal failire index” dll.
22
Penanganan khusus
1. Hiperkalemia diberikan kalsium glukonas 1 gram atau glukosa
insulin (10-20 U regular insulin dalam infus dextrose 40%)
Merupakan keadaan yang harus segera ditangani karena
menyebabkan cardiac arrest.
6. Perdarahan transfusi
Merupakan komplikasi penting pada leptospirosis, dan sering
mnakutkan. Manifestasi perdarahan dapat dari ringan sampai berat.
Perdarahan kadang0-kadang terjadi pada waktu mengerjakan dialisis
peritoneal. Untuk menyampingkan enyebab lain perlu dilakukan
pemeriksaan faal koagulasi secara lengkap. Perdarahan terjadi akibat
timbunan bahan-bahan toksik dan akibat trpmbositopati.
2.9 Komplikasi
ginjal akut (95% dari kasus), gagal hepar akut (72% dari kasus), gangguan respirasi
23
akut (38% dari kasus), gangguan kardiovaskuler akut (33% dari kasus), dan
Gagal ginjal akut yang ditandai dengan oliguria atau poliuria dapat timbul 4-
10 hari setelah gejala leptospirosis terlihat. Terjadinya gagal ginjal akut pada
migrasiatauefekendotoksinleptospira.
b. Reaksi imunologi
24
daninvasikumanmenyebabkanterjadinyanekrosisyang berakhi rmenjadi gagal
ginjalakut.
Di hepar terjadi nekrosis sentri lobuler fokal dengan proliferasi sel Kupfer
beberapahal, antara lain karena kerusakan sel hati, gangguan fungsi ginjal
kongesti pada septum paru, oedem dan perdarahan alveoli multifokal, esudat
leptospirosis.
25
4. Gangguan kardiovaskuler
keluhan sampai bentuk yang berat berupa gagal jantung kongestif yang fatal.
Selama fase septikemia, terjadi migrasi bakteri, endotoksin, produk enzim atau
5. Pankreatitis akut
pasien leptospirosis berat. Pankreatitis terjadi karena adanya nekrosis dari sel-
karena komplikasi dari gagalnya organ-organ tubuh yang lain (multiple organ
Pencegahan
faktor risiko terjadinya leptospirosis. Oleh karena itu pengendalian leptospirosis terdiri
dari pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer adalah bagaimana
agar orang sehat sebagai sasaran bias terhindar dari leptospirosis, sehingga kegiatannya
bersifat promotif, termasuk disini proteksi spesifik dengan cara vaksinasi. Sedangkan
pencegahan sekunder yang sasarannya adalah orang yang sudah sakit leptospirosis,
26
dicegah agar orang tersebut terhindar dari komplikasi yang nantinya dapat menyebabkan
kematian.
akut yang lain. Rasa sakit diobati dengan analgetika, gelisah, dan cemas dikendalikan
dengan sedatif, demam diberi antipiretik, jika terjadi kejang pemberian sesuai dengan
2.10 Prognosis
Prognosis leptospirosis pada umumnya baik, namun kasus yang kompleks ini
27
Daftar Pustaka
3. FKUI. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4. Jakarta: FKUI. 2008.
28