Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

AIDS adalah suatu penyakit yang belum ada obatnya dan belum ada vaksin
yang bisa mencegah serangan virus HIV, sehingga penyakit ini merupakan salah satu
penyakit yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia baik sekarang maupun
waktu yang datang. Selain itu AIDS juga dapat menimbulkan penderitaan, baik dari
segi fisik maupun dari segi mental.

Jumlah wanita penderita AIDS di dunia terus bertambah, khususnya pada usia
reproduksi. Sekitar 80% penderita AIDS anak-anak mengalami infeksi perinatal dari
ibunya. Laporan CDC (Central for Disease Control) Amerika memaparkan bahwa
seroprevalensi HIV pada ibu prenatal adalah 0,0%-1,7%, pada saat persalinan 0,4%-
2,3% dan 9,4-29,6% pada ibu hamil yang biasa menggunakan narkotika intravena.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kehamilan dapat memperberat kondisi klinik
wanita dengan infeksi HIV. Sebaliknya, risiko tentang hasil kehamilan pada penderita
infeksi HIV masih merupakan tanda tanya. Transmisi vertikal virus AIDS dari ibu
kepada janinnya telah banyak terbukti, akan tetapi belum jelas diketahui, kapan
transmisi perinatal tersebut terjadi. Penelitian di Amerika Serikat dan Eropa
menunjukkan bahwa risiko transmisi perinatal pada ibu hamil adalah 20-40%.
Transmisi dapat terjadi melalui plasenta, perlukaan dalam proses persalinan atau
melalui ASI. Walaupun demikian WHO menganjurkan agar ibu dengan HIV (+) tetap
menyusui bayinya mengingat manfaat ASI yang lebih besar dibandingkan dengan
risiko penularan HIV (Wiknjosastro, 2009)

Secara keseluruhan, infeksi pada wanita meningkat, dan proporsi wanita dan
gadis remaja yang terinfeksi meningkat tiga kali lipat dari 7 menjadi 23 persen dari
tahun 1985 sampai 1998. Sejak saat itu, prevalensi penyakit yang mematikan ini
meningkat di seluruh dunia hampir secara geometris. Di Amerika Serikat sampai
tahun 1998, Fauci (1999) menyebut sekitar 650.000 sampai 900.000 orang terinfeksi
dan hampir setengah juta meninggal. Pada tahun 1994, kematian akibat infeksi HIV
menjadi penyebab utama kematian pada orang berusia 25 sampai 44 tahun. Seperti
diperkirakan, infeksi perinatal juga meningkat. Sampai tahun 1993, Centers for

1
Disease Control and Prevention memperkirakan bahwa di Amerika Serikat 15.000
anak terinfeksi HIV lahir dari wanita positif HIV (Cunningham,2008).

B. Rumusan Masalah

Bagaimana cara menurunkan angka kejadian HIV/ AIDS di Kota Surabaya tersebut?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mencegah dan mengurangi penularan HIV, meningkatkan kualitas hidup ODHA
serta mengurangi dampak social dan ekonomi akibat HIV dan AIDS pada
individu, keluarga dan masyarakat di provinsi jawa timur yang terletak di pulau
jawa , beribu kota Surabaya
2. Tujuan Khusus
a. Upaya pencegahan terhadap HIV/AIDS
b. Upaya/ kegiatan pengendalian terhadap ,asyarakat di Jawatimur
c. Upaya/Kegaiatan perbaikan lingkungan di jawatimur

2
BAB II

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi Masalah dan Faktor Risiko

1. Skenario

Propinsi Jawa Timur terletak di ujung timur pulau Jawa, beribu Kota
Surabaya. Sejak tahun 1987 hingga 2018 jumlah kasus HIV/AIDS di Jawa Timur
semakin meningkat dan saat merupakan salah satu dari 10 Propinsi dengan kasus
HIV/AIDS yang tertinggi di Indonesia. Saat ini kasus HIV/AIDS terbanyak mengenai
ibu rumah tangga dan ditempati yang kedua karyawan swasta (Riskesdas .,2018).
Jawa Timur sebagai Provinsi yang besar memiliki penduduk yang beraneka ragam
baik dari suku bangsa, pekerjaan , tingkat pendidikan dan pengetahuan walaupun
mayoritas penduduknya beragama islam. HIV/AIDS sendiri masih merupakan stigma
di masyarakat, berbagai pandangan dan perlakuan negative diberikan kepada
penderita HIV/AIDS sehingga para penderita cenderung tidak mau berobat atau
menjalani rtes diagnostic karena malu.

Mengingat HIV/AIDS pada ibu atau calon calon dapat ditularkan kepada
janinnya maka Pelayanan Kesehatan Primer ( PHC) sepetrti puskesmas diberbagai
kabupaten di jawatimur telah menjalankan program pemeriksaan HIV/AIDS gratis
bagi ibu ataupun calon ibu memeriksakan diri masih rendah.

Adanya lokalisasi PSK di bebrapa tempat di jawa timur membantu


pemantauan kasus dalam rangka surveilans HIV/AIDS. Tahun 2018 oleh pemerintah
kota Surabaya telah dilakukan penutupan salah satu lokalisasi terbesar di Asia. Hal ini
menimbulkan masalah baru dalam surveilans kasus HIV/AIDS. Sebagai Kepala Dinas
Kesehatan Jawa Timur, apa yang dapat anda lakukan untuk mencegah penularan dan
memantau kejadian HIV/AIDS ini.

3
2. Identifikasi masalah
Dari skenario, masalah yang terjadi yaitu :
a. Peningkatan kejadian HIV/AIDS di Jawa Timur
Terjadinya peningkatan kejadian HIV/AIDS dikarenakan perlakuan lingkungan
pada penderita HIV/AIDS selalu beranggapan negative sehingga menyebabkan
penderita malu memeriksakan dan mengakui apabila penderita menderita
HIV/AIDS.

b. Penderita terbanyak yaitu ibu rumah tangga dan kedua pada pekerja swasta
Ketua Komite Pogram Yayasan AIDS Indonesia, dr. Sarsanto W. Sarwono,
SpOG mengungkapkan, banyak ibu rumah tangga yang tak menyadari memiliki
risiko tertular HIV. "Ibu rumah tangga biasanya mendapatkan HIV dari bapak-
bapaknya. Hal itu bisa terjadi jika sang suami sering bergonta-ganti pasangan
seksual atau berhubungan seksual berisiko dengan penjaja seks, hingga
memakai jarum suntik untuk napza yang tidak steril. Tanpa disadari pula, suami
terinfeksi HIV dan menularkan HIV kepada istrinya saat berhubungan seks
tanpa kondom. Kasus penjaja seks terinfeksi HIV lebih rendah. karena biasanya
mereka justru menyadari risiko infeksi virus. Mereka dapat menghindari
penularan dengan meminta pria menggunakan kondom saat hubungan seks.
Maka salah satu pencegahan penularan HIV yang dicanangkan pun tak hanya
menghindari hubungan seks berisiko dan tidak menggunakan napza, tetapi juga
setia pada pasangan.
Pada pekerja swasta kurangnya higinitas dan kurangnya screening dalam
penyeleksian pegewai dapat menyebabkan kurangnya kewaspadaan terhadap
masyarakat maupun pabrik itu sendiri.

c. Pengetahuan masyarakat rendah


Pengetahuan masyarakat yang rendah menyebabkan kurangnya edukasi tentang
masalah kesehatan seksual, kemungkinan masalah terbanyak adalah kurangnya
edukasi tentang penggunaan kondom untuk melakukan hubungan seksual. Dan
bagi masyarakat awam kurangnya edukasi tentang penyakit HIV menyebabkan
pengucilan atau `kebanyakan mendiskriminasi penderita sehingga penderita
malu untuk mengakui dan memeriksakan kesehatnnya.

4
d. Dampak penutupan lokalisasi terhadap warga disekitarnya
Tetap menjadi PSK merupakan pilihan paling rasional, setidaknya bagi mereka
sendiri, untuk mendapatkan uang dengan cara mudah yang bisa mereka lakukan
(faktor ekonomi). Disinilah mereka menerapkan Rational Choice Theory.
Fenomena ini menimbulkan dampak lanjutan pada aspek kesehatan yaitu
penyebaran HIV-AIDS dan penyakit menular seksual yang semakin sulit
dikontrol. Upaya screening dan surveilans yang dilakukan Dinas Kesehatan dan
jaringannya menjadi semakin berat. Hal ini berpotensi menimbulkan ledakan
kasus bila tidak segera ditangani secara tepat oleh semua pihak. Upaya
pemerintah dalam melakukan pemberdayaan dan pendampingan terhadap eks-
PSK belum menunjukkan hasil yang efektif karena perencanaan yang kurang
matang sehingga tidak menjamin keberlanjutan dari upaya-upaya yang
dilakukan.
(Rianor. dkk ,2016 & Rokhmah dkk, 2015).

5
3. Analisis
HIV/AIDS adalah suatu sindrom defisiensi imun yang ditandai oleh adanya infeksi
oportunistik dan atau keganasan yang tidak disebabkan oleh defisiensi imun primer
atau sekunder atau infeksi kongenital melainkan oleh human immunodeficiency
virus ( Soedarmo S 2008 ).
Etiologi
Penyebab dari virus ini adalah dari retrovirus golongan retroviridae, genus lenti
virus. Terdiri dari HIV-1 dan HIV-2. Dimana HIV-1 memiliki 10 subtipe yang
diberi dari kode A sampai J dan subtipe yang paling ganas di seluruh dunia adalah
grup HIV-1 (PMTC, 2008).

B. PRIORITAS MASALAH

Parameter Masalah

A C D E
Prevalence 4 3 3 4
Severity 4 4 2 3
Rate % increase 3 3 4 2
Degree of unmeet need 4 4 3 3
Social benefit 5 4 4 3
Public concern 3 4 3 4
Technical feasiblity study 4 3 3 3
Resources availability 4 3 3 5
Jumlah 31 28 25 27
Rata-rata (sesuai parameter) 3,8 3,5 3,13 3,4

Keterangan :
A. Peningkatan kejadian HIV/AIDS di Jawa Timur
B. Penderita terbanyak yaitu ibu rumah tangga dan pekerja swasta
C. Pengetahuan masyarakat rendah
D. Dampak penutupan lokalisasi terhadap warga disekitarnya

6
C. FISHBONE

Kesediaan ibu ataupun Masukan


Proses calon ibu untuk
memeriksa diri masih Pendidikan yang kurang
rendah menyebabkan kurangnya
pengetahuan mengenai sex
edukasi sehingga
Penutupan salah satu Kurangnya pemahaman masyarakat mengggap
lokalisasi terbesar di Penderita tidak mau masyarakat mengenai HIV sepele HIV/AIDS
Asia menimbulkan berobat atau menjalani
masalah baru dalam tes diagnostik karena
survelians kasus malu
HIV/AIDS Kejadian HIV terbanyak pada
kalangan ibu rumah tangga dan
Peningkatan
karyawan swasta
Kejadian
HIV/AIDS
Berbagai pandangan
dan perlakuan negaitf
dari masyarakat
terhadap penderita
HIV/AIDS

Stigma Masyarakat

Lingkungan

7
PEMBAHASAN

1. Masukan
Kejadian HIV pada kalangan ibu rumah tangga dan karyawan swasta dapat
dikarenakan kurannya pengetahuan masyrakat mengetahui cara penyebaran dan
pengetahuan mengenai HIV. Factor penyebaran HIV ada beberapa cara seperti
melalui tranfusi darah, melalui hubungan suami istri, penggunaan jarum suntik
bergantian, peralatan medis non steril dan HIV dari ibu ke bayi. Hal-hal ini yang
dapat menjadi resiko meningkatnya kejadian HIV terutama pada kalangan ibu
rumah tangga dan karyawan swasta.
2. Proses
Tahun 2018 oleh pemerintah kota Surabaya telah melakukan penutupan salah
satu lokalisasi terbesar di Asia. Hal ini menimbulkan masalah baru dalam survelians
kasus HIV/AIDS. Survalians penting dalam membuat data-data kependudukan oleh
karena itu jika survelians terganggu maka tentunya data yang dibentukpun bisa
menjadi tidak valid. Penutupan lokalisasi memberikan dampak yang besar dalam
kehidupan masyrakat terutama yang bekerja sebagai psk. Hal yang perlu diawasi
adalah jika psk ini memiliki HIV/AIDS dan ketika dia pindah ke sebuah tempat dia
tetap menjadi seorang psk tentunya penyebaran penyakit HIV/AIDS akan menjadi
lebih besar dari sebelumnya.
3. Lingkungan
Kesediaan dari ibu atau calaon ibu untuk memeriksaan diri masih rendah. hal
tersebut dapat terjadi dikarenakan tekanan yang terjadi di lingkungan masyarakat.
Masyarakat memiliki stigma yaitu pandangan yang jelek terhadap seseorang yang
terkena penyakit HIV/AIDS selain itu masyarakat tidak memperlakukan mereka
yang menderita penyakit HIV/AIDS dengan baik. Stigma, tindakan dan pandangan
masyarakat membuat penderita HIV/AIDS tidak memiliki tempat di antara mereka
yang tidak terjangkit yang membuat mereka malu dan enggan melakukan
pemeriksaan saat hamil maupun yang akan menjadi seorang ibu. Mirisnya jika ibu
ataupun calon ibu tidak ingin memeriksa dirinya maka yang akan terkena
dampaknya selain masyarakat adalah bagian survelians, karena data yang akan
dikumpulkan tidak dapat dikatakan valid oleh karena ada masyarakat dengan
penyakit HIV/AIDS yang terlewatkan.

8
BAB III

PENYUSUNAN PROGRAM

A. Upaya pencegahan terhadap HIV/AIDS


1. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang HIV, dan apa saja factor yang
dapat menyebabkannya.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat dalam menghadapi HIV/AIDS, seperti :
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS.
b. mempromosikan aksi pencegahan HIV/AIDS melalui mahasiswa atau tenaga
kesehatan lainnya.
c. Mengedukasi masyarakat untuk mencegah HIV/AIDS sesuai dengan prinsip
yang di anut oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yaitu
menggunakan prinsip ABCDE.
d. Mengurangi stigma terhadap orang dengan HIV/AIDS di Indonesia.

B. Upaya / kegiatan pengendalian terhadap masyarakat di Jawa Timur


a. Menghimbau masyarakat di Jawa Timur agar menghindari perilaku seks bebas, tidak
berganti-ganti pengaman, dan menggunakan kondom apabila melakukan hubungan
seksual.
b. Saat melakukan transfusi darah, pastikan bahwa darah dan alat-alatnya steril dan
telah melalui tes HIV dan standar keamanan darah.
c. Menghindari narkoba dalam bentuk apapun, termasuk jarum suntik karena jarum
suntik yang digunakan dapat menularkan HIV/AIDS.

C. Upaya / kegiatan perbaikan lingkungan di jawa timur


1. Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki lingkungan di Jawa Timur salah
satunya adalah dengan memperhatikan faktor risiko lingkungan yang dapat
menyebabkan HIV/AIDS yaitu: pengaruh teman, peran keluarga, peran masyarakat,
kebijakan pemerintah dan ras. Upaya ini dapat dilakukan dengan edukasi faktor
resiko yang ada. Karena dengan edukasi kita bisa menanamkan kesadaran kepada
masyarakat tentang dampak buruk HIV/AIDS.

9
BAB IV

PENYUSUNAN KEGIATAN PRIORITAS

4.1 Tabel Scoring Perioritas Pemecahan Masalah Dan Rencana Kegiatan

Efektivitas Efisiensi Hasil


No Kegiatan

M I V C P =

MxIxV
C

1. Penyuluhan mengenai HIV/AIDS


kepada masyarakat di Kota Surabaya 5 2 3 3 10

2. Pembentukan komunitas ODHA


daerah Surabaya dan pemantauan 4 4 3 4 12
jadwal konsumsi ARV

3. Pembagian ARV gratis kepada


ODHA 4 3 3 4 9

Keterangan :
M = Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi/kegiatan ini
dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain).
I = Implementation , yaitu sensitifnya dalam mengatasi masalah.
V = Viability, yaitu kelanggengan selesainya masalah apabila kegiatan ini
dilaksanakan.
C = Cost, yaitu biaya yang di perlukan untuk mengatasi masalah.
P = Prioritas kegiatan / pemecahan masalah.

Dari tabel diatas dapat dilihat nilai P yang paling tinggi adalah Pembentukan
komunitas ODHA daerah Surabaya dan pemantauan jadwal konsumsi ARV, yang mana

10
menurut kelompok kami kegiatan ini dapat menurunkan angka kejadian HIV/AIDS di Kota
Surabaya.

11
4.2 Plan of Action (POA)

Rincian Kegiatan Pembentukan Komunitas Odha Daerah Surabaya Dan Pemantauan Jadwal Konsumsi ARV
TENAGA
KEGIATA RINCIAN LOKASI JADWA KEBUTUHAN VOLUME
NO SASARAN TARGET PELAKSAN
N KEGIATAN PELAKSANAAN L PELAKSANA KEGIATAN
A
1. Perencanaan, a. Menentukan - Tenaga 80% Balai-balai desa Tenaga Desember a. Data semua a. Mempersiapkan
persiapan rancangan kesehatan yang ada di kesehatan dan 2019 masyarakat semua
program dan kegiatan. Kota surabaya. dokter minggu ODHA kebutuhan
rancangan
survey lokasi b. Menentukan Surabaya pertama.
kegiatan
waktu, tempat - Dinas b. Daftar sarana termasuk 1 mata
pelaksanaan, Kesehatan dan pra – anggaran
sasaran, Kota sarana yang belanja yang
biaya, dan Surabaya digunakan sesuai
indicator - ODHA pada saat
keberhasilan Jawat imur kegiatan. b. Pembentukan
tim tenaga
kegiatan.
medis dan
c. Mempersiapk c. Susunan pengobatan
an proposal program, dan HIV/AIDS
kegiatan. rencana dibawah
d. Persiapan pembentukan pimpinan
alat-alat yang Tim pelaksana. pemerintah
diperlukan kepala Dinas
kesehatan
untuk d. Dokumentasi
setempat
membangun kegiatan
komunitas (dalam bentuk
ODHA Foto maupun
Video)

12
e. Melakukan
pendekatan
terhadap
tokoh
masyarakat
dan warga di
daerah yang
menjadi
tempat
kegiatan.
2. Pembentuka Pemantauan - Seluruh 80% Membuat Dokter dan Selama Handphone Mendata seluruh
n komunitas jadwal minum ODHA komunitas di tenaga setahun untuk grup nomer handphone
ODHA ARV jawa timur Whatsapp dengan kesehatan. khusus ODHA Dari data
rumah sakit untuk
daerah - Tenaga menambahkan pemantauan
menambahkan
Surabaya dan kesehatan anggota dari data ODHA kedalam grup
seluruh dari rumah sakit Whatsapp
ODHA jawa Komunitas
timur pengidap
HIV/AIDS
3. Pemantauan Pemantauan - Seluruh 75%  Rumah sakit Dokter dan Selama - Obat ARV - Pengobatan
ARV pemberian ODHA yang ada di tenaga setahun HIV/ AIDS
dan jadwal jawa timur Surabaya kesehatan
3. minum ARV - Tenaga  Seluruh
kesehatan Puskesmas
yang ada di
jawatimur

13
4. Evaluasi dan a. Kegiatan Seluruh 70% Tim pelaksana 1, a. Angket / Sarana evaluasi
Monitoring yang ODHA Jawa kegiatan dan November kuisioner dan monitoring
diadakan Timur tenaga 2019 b. Bukti
dokumentasi
selama 1 hari. kesehatan
selama
b. Memberikan kegiatan.
angkat /
kuisioner
untuk
mengetahui
respon pasien
setelah
pengobatan
yang
diberikan.
c. Memantau
keadaan
kebakaran
asap dan
keadaan
ODHA
Surabaya

14
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Langkah untuk mengurangi serta menurunkan angka kejadian HIV/AIDS di Jawa


Timur dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

2. Melakukan penyuluhan mengenai penyakit HIV/AIDS, penyebarannya dan


pencegahan yang perlu dilakukan pada masyarakat Kota Surabaya sehingga dapat
menurunkan resiko terserang penyakit HIV/AIDS.
3. Melakukan kegiatan pengendalian HIV/AIDS dengan menghimbau masyarakat Kota
Surabaya untuk menghindari perilaku seks bebas, tidak berganti-ganti pengaman, dan
menggunakan kondom apabila melakukan hubungan seksual.
4. Melakukan kegiatan Pembentukan komunitas ODHA daerah Surabaya dan
pemantauan jadwal konsumsi ARV serta pembagian ARV gratis kepada ODHA yang
mana berguna untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang menderita
HIV/AIDS.

B. Saran
1. Untuk menanggulangi tingginya angka kejadian HIV/AIDS karena rendahnya
pengetahuan masyarakat di Kota Surabaya mengenai HIV/AIDS dapat dilakukan
dengan memberikan edukasi berupa penyuluhan mengenai HIV/AIDS,
penyebarannya dan pencegahannya serta himbauan agar masyarakat menghindari
perilaku seks bebas, tidak berganti-ganti pengaman, dan menggunakan kondom
apabila melakukan hubungan seksual.
2. Untuk mengatasi peningkatan kejadian HIV/AIDS di Kota Surabaya dapat dilakukan
dengan penyuluhan mengenai penyakit HIV/AIDS, penyebarannya dan pencegahan
yang perlu dilakukan pada masyarakat Kota Surabaya sehingga dapat menurunkan
resiko terserang penyakit HIV/AIDS.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ariani DP, Hargono . 2012. Analisis hubungan antara pengetahuan, sikap dengan tindakan
berdasarkan indikator surveilans perilaku HIV/AIDS pada wanita pekerja seks.
Jurnal Berkala Epidemiologi.
Cunningham F G, Gant N F, Leveno K J, Gilstrap L C, Hauth J C, Wenstrom, K D. Penyakit
Menular Seksual. Dalam: Cunningham F G, Gant N F, Leveno K J, Gilstrap L C,
Hauth J C, Wenstrom, K D. Obstetri Williams. Jakarta: EGC. 2008; 1677-1678.
Jaringan pencegahan HIV dari ibu ke anak. Kebijakan PMTCT Indonesia: PMTCT.net; 2008.
halaman.1.
Soedarmo S S, Garna H, Hadinegoro S R, Satari H I. Human Imunodeficiency Virus. Dalam:
Soedarmo S S, Garna H, Hadinegoro S R, Satari H I. Buku Ajar Infeksi & Pediatri
Tropis. Edisi ke-2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008; 243-247.
Wiknjosastro H, Saifuddin A B, Rachimhadhi T. Penyakit Menular. Dalam: Wiknjosastro H,
Saifuddin A B, Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo d/a Bagian Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2009; 556.

16

Anda mungkin juga menyukai