Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filariasis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh cacing Wuchereria


Bancrofti (W. Bancrofti), Brugia(B) Malayi dan B. Timori. Penyakit ini menyebabkan
pembengkakan pada kaki. Masyarakat biasa menyebut penyakit ini dengan kaki gajah
(elephantiasis). Cacing masuk melalui cucukan nyamuk yang terinfeksi oleh telur-
telur cacing tersebut.

Kemudian telur-telur cacing dibawa ke pembuluh limfe, lalu tumbuh dewasa


dan menyumbat pembuluh limfe serta menghasilkan jutaan telur yang akan dibawa
oleh darah yang kemudian akan dibawa oleh nyamuk sebagai vektor. Nyamuk yang
sering menyebarkan penyakit ini adalah nyamuk culex.

Penyakit ini menyerang hampir di seluruh dunia, World Health Organization


(WHO) mencatat hampir 1,4 miliar orang di 73 negara di seluruh dunia terancam oleh
filariasis limfatik, umumnya dikenal sebagai kaki gajah. Sekitar 65% dari mereka
yang terinfeksi hidup di Kawasan Asia Tenggara, 30% di wilayah Afrika, dan sisanya
di daerah tropis lainnya (World Health Organization, 2013).

Filariasis limfatik menimpa lebih dari 25 juta orang dengan penyakit genital
dan lebih dari 15 juta orang dengan lymphoedema. Karena prevalensi dan intensitas
infeksi yang terkait dengan kemiskinan, eliminasinya dapat berkontribusi untuk
mencapai United Nations Millennium Development Goals (UN MDG) (World Health
Organization, 2013).

Untuk mengatasi penyakit ini, WHO meluncurkan Program global untuk


menghilangkan filariasis limfatik, yaitu Global Programme to Eliminate Lymphatic
Filariasis (GPELF) pada tahun 2000. Tujuan dari GPELF adalah menghilangkan
filariasis limfatik sebagai masalah kesehatan masyarakat pada tahun 2020. Strategi ini
didasarkan pada dua komponen utama yaitu (1) Mengganggu transmisi melalui
program tahunan skala besar pengobatan, dikenal sebagai pemberian obat massal,
dilaksanakan untuk menutupi seluruh populasi berisiko; (2) Mengurangi penderitaan
yang disebabkan oleh filariasis limfatik melalui manajemen morbiditas dan
pencegahan kecacatan (World Health Organization, 2013).

1
B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana cara menurunkan angka kejadian filariasis di Kabupaten


Lamongan tersebut?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengurangi angka kejadian Lymphadenitis Filariasis di Kabupaten Lamongan

2. Tujuan khusus
1. Upaya/ kegiatan pencegahan kejadian Lymphadenitis Filariasis ( survei darah
jari, dan penyuluhan ).
2. Upaya/ kegiatan pengobatan dengan Pendirian posko pengobatan
Lymphadenitis Filariasis
3. perbaikan pembangunan TTA yang memenuhi syarat.

2
BAB II

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi Masalah dan Faktor Risiko

1. Skenario

Kabupaten Lamongan menurut profil kesehatan Jawa Timur tahun 2012


merupakan kabupaten dengan kasus Filariasis tertinggi, dimana pada tahun 2012
terdapat 56 kasus dan pada tahun 2014 menurut profil Dinkes Lamongan kasus
meningkat menjadi 364 kasus. Penyakit Filariasis adalah penyakit kronis dengan
gejala pembesaran kaki yang dikenal dengan sebutan kaki gajah. Kabupaten
Lamongan sendiri terdiri dari 27 kecamatan dengan 32 puskesmas yang terdiri dari 22
puskesmas dengan perawatan dan 10 puskesmas non perawatan. Kabupaten
Lamongan memiliki penduduk sebesar 1.354.119 jiwa. Kabupaten Lamongan yang
terletak di pantaiutara Jawa Timur memiliki garis pantai sepanjang 47 km dengan 3
karakteristik wilayah yaitu dataran rendah yang subur di sebelah tengah Selatan,
pegunungan dan bukit kapur di sebelah Selatan dan Utara dan rawa di tengah Utara
yang rawan banjir. Kabupaten Lamongan sendiri wilayahnya dibelah oleh sungai
Bengawan Solo. Rumah yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 215.525 rumah
(68,88%) dari jumlah seluruh rumah yang ada sebanyak 312.915 rumah. Jumlah TTU
yang adasebanyak 1.248 buah, dan yang memenuhi syarat sebanyak 816.(65.4%).Dari
337.820 rumah tangga yang ada, dipantau sebanyak 107.604 (31.9%), sedangkan
untuk rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat ber PHBS sebanyak 65.686
(61%). Sebagai Kasi P2 Dinkes Lamongan apa yang dapat anda rencanakan untuk
menurunkan angka kejadian filarialis tersebut.

3
 Identifikasi masalah
Dari skenario, masalah yang terjadi yaitu :
a. Stuktur Wilayah atau Kondisi Strategis
Lamongan terletak diwi dataran rendah yang subur disebelah tengah selatan ,
pegunungan , dan bukit kapur pada bagian utara terdapat rawa , namun rawanya
pada serig mengalami banjir. letak Kabupaten Lmongan sendiri dibelah oleh
sungai bengawan solo yang akibatnya apabila hujan deras sering mengakibatkan
luapan air sungai juga membanjiri kabupaten Lamongan.

b. Peningkatan kejadian penyakit filariasis.


Terjadinya peningkatan kejadia filariasi di kabupaten Lamongan disebabkan
oleh Pengetahuan Mayarakat yang rendah
c. Sikap Masyarakat yang masih tidak peduli
d. Perilaku masyarakat

A. ANALISIS

Penyakit Kaki Gajah (Filariasis atau Elephantiasis) adalah golongan penyakit menular
yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Setelah
tergigit nyamuk, parasit (larva) akan menjalar dan ketika sampai pada jaringan sistem lympa
maka berkembanglah menjadi penyakit tersebut. penyakit ini bukanlah penyakit yang
mematikan, akan tetapi penyakit ini mnerupakan penyakit koronis dan dapat mengakibatkan
kecacatan yang menetap berupa pembengkakan yang sangat besar pada bagian kaki, lengan,
dan alat kelamin, dan pembengkakan tersebut bentuknya menyerupai kaki gajah

A. ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial : Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi,
Brugia Timori. cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam tubuh manusia terutama dalam
kelenjar getah bening dan darah. Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia
selama 4 – 6 tahun dan dalam tubuh manusia cacing dewasa betina menghasilkan jutaan anak
cacing (microfilaria) yang beredar dalam darah terutama malam hari.

4
1. Cara Penularan
Seseorang dapat tertular atau terinfeksi filariasis apabila orang tersebut digigit
nyamuk yang sudah terinfeksi, yaitu nyamuk yang dalam tubuhnya mengandung larva
(L3). Nyamuk sendiri mendapat mikro filarial karena menghisap darah penderita atau
dari hewan yang mengandung mikrofolaria. Nyamuk sebagai vector menghisap darah
penderita (mikrofilaremia) dan pada saat itu beberapa microfilaria ikut terhisap
bersama darah dan masuk dalam lambung nyamuk. Dalam tubuh nyamuk microfilaria
tidak berkembang biak tetapi hanya berubah bentuk dalam beberapa hari dari larva 1
sampai menjadi larva 3, karenanya diperlukan gigitan berulang kali untuk terjadinya
infeksi. Didalam tubuh manusia larva 3 menuju sistem limfe dan selanjutnya tumbuh
menjadi cacing dewasa jantan atau betina serta bekembang biak

B. PRIORITAS MASALAH

Parameter Masalah

A B C D E
Prevalence 4 4 5 3 4
Severity 4 4 4 3 3
Rate % increase 3 5 5 2 2
Degree of unmeet need 4 5 4 3 3
Social benefit 5 4 5 2 3
Public concern 3 5 5 3 4
Technical feasiblity study 4 4 4 3 3
Resources availability 4 5 5 3 5
Jumlah 31 36 37 22 27
Rata-rata (sesuai 3,8 4,5 4,6 2,7 3,4
parameter)

Keterangan :
A. Kebakaran Hutan
B. Kabut asap karena kebakaran hutan
C. Peningkatan kejadian ISPA
D. Mata pencaharian
E. Tigkat kesadaran yang rendah

5
Mata pencarian mayoritas
dibidang perkebunan dan
Masukan
Proses perikanan

Kabut asap dan Kebiasaan pekerja kebun sawit Rendahnya tingkat


Polusi udara untuk membuka lahan dengan kesadaran masyarakat
cara membakar hutan terhadap kesehatan

Membuka lahan dengan Kejadian ISPA


cara membakar hutan terus meningkat
Meningkatnya
kejadian ISPA

Kebakaran Masyarakat melakukan


hutan pembakaran hutan sebagai
penghematan biaya

Kurangnya kesadaran Indeks standart


pencemaran udara berada Kabut asap karena
masyarakat terhadap
pada batas merah pembakaran hutan
lingkungan

Lingkungan
6
PEMBAHASAN

1. Masukan
90% penduduk di Kabupaten Kampar bermata pencarian mayoritas pada
bidang perkebunan dan perikanan. Para pekerja kebun sawit setiap tahun melakukan
pembukaan lahan baru dengan cara membakar hutan dikarenakan masyarakat berpikir
bahwa dengan membakar hutan para pekerja kebun tersebut dapat menghemat biaya
yang perlu di keluarkan. Akibat dari pembakaran hutan yang terus menerus terjadi
maka polusi udara di daerah tersebut menjadi sangat buruk. Polusi udara yang terjadi
meningkatkan kejadian ISPA dalam kurun waktu 3 bulan terakhir. Jumlah laporan
ISPA pada bulan juni sebanyak 98 kasus, juli 158 kasus dan agustus sebanyak 319
kasus. Sebagian besar penderita yang tercatat adalah lansia dan anak-anak.
Selain itu tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan yang rendah
sehingga membuat mereka dengan mudah membakar hutan tanpa memikirkan resiko
akan terjadinya kebakaran hutan yang besar dimana dapat meningkatkan terjadinya
ISPA.

2. Proses
Masyarakat di Kabupaten Kampar terutama yang bekerja sebagai seorang
petani kebun memerlukan lahan baru setiap tahunnya. Secara turun-temurun para
pekerja kebun melakukan pembakar hutan untuk menghemat biaya untuk
mendapatkan lahan baru yang akan digunakan untuk pekebunan kelapa sawit.
Pembakaran hutan yang dilakukan dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan yang
cukup besar mulai dari kabut asap dan polusi udara yang semakin buruk. Kabut asap
dan polusi udara yang buruk dapat menyebabkan ISPA. ISPA didefinisikan sebagai
penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang
ditularkan dari manusia ke manusia. Gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering
juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi, atau kesulitan bernapas.

3. Lingkungan
Perkebunan kelapa sawit membutuhkan lahan yang cukup luas dan setiap
tahunnya para pekerja kebun sawit ini membuka lahan baru dengan membakar
hutan untuk mendapatkan lahan yang di inginkan dengan biaya yang sedikit.
Namun sebagai akibatnya terjadilah kabut asap yang parah di Kabupaten Kampar.

7
Kabut asap tersebut menyebabkan Indeks Standart Pencemaran udara di Kabupaten
Kampar berada pada batas merah dan masuk dalam kategori yang tidak sehat dan
karena keadaan udara yang tidak sehat ini maka timbul kejadian ISPA yang terus
meningkat selama 3 bulan terakhir.
Kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan tergolong rendah.
Hal ini dibuktikan dengan membakar hutan untuk membuka lahan sedangkan ada
berbagai cara lain yang dapat digunakan tanpa membakar hutan sehingga tidak
merusak lingkungan dimana hal tersebut tentunya tidak akan meningkatkan resiko
kebakaran hutan yang berujung pada kabut asap dan polusi udara, serta dapat
mengakibatkan terjadinya peningkatan kejadian ISPA.

8
BAB III

PENYUSUNAN PROGRAM

a. Upaya pengobatan ISPA


Beberapa pengobatan yang dianjurkan dokter, antara lain:
 Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) dan asetaminofen, untuk meredakan
demam dan nyeri di tubuh.
 Obat antihistamin, dekongestan, dan ipratropium, untuk mengatasi hidung
berair dan tersumbat.
 Obat batuk antitusif, untuk mengurangi batuk-batuk.
 Obat steroid, seperti deksametason dan prednison, untuk mengurangi
peradangan dan pembengkakan saluran pernapasan bagian atas.
 Obat antibiotik, untuk membasmi bakteri penyebab infeksi jika disebabkan
oleh bakteri.

b. Upaya pencegahan ISPA


Terdapat beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah ISPA, yaitu :
 Cucilah tangan secara teratur, apalagi setelah beraktivitas di tempat umum.
 Menghindari menyentuh bagian wajah, terutama mulut, hidung, dan mata
dengan tangan agar terhindar dari penyebaran virus dan bakteri.
 Menghindari merokok.
 Mengonsumsi makanan kaya serat dan vitamin untuk meningkatkan daya
tahan tubuh.
 Menutup mulut dan hidung dengan tisu atau tangan ketika bersin untuk
mencegah penyebaran penyakit kepada orang lain.
 Berolahraga secara teratur untuk membantu meningkatkan kekebalan tubuh.

c. Upaya pencegahan gangguan kesehatan akibat kabut asap


1. Meminimalkan pajanan kabut asap dengan cara:
1. Mengurangi aktivitas di luar ruangan

9
2. Hindari penambahan polusi dalam rumah seperti merokok, menyalakan lilin,
perapian, atau sumber api lainnya
3. Tutup jendela dan pintu rapat-rapat untuk mengurangi masuknya partikel ke
dalam rumah
4. Bila tersedia gunakan air conditioner (AC) di dalam rumah dengan syarat ubah
ke mode recirculate, serta dapat menggunakan air purifier
5. Penyediaan rumah singgah yang mempunyai kualitas udara baik dengan
penggunan Ac atau air purifier
6. Jika di luar ruangan, hindari aktivitas berat
7. Jika berkendaraan mobil, tutup semua jendela dan nyalakan AC dengan mode
recirculate
8. Gunakan masker dengan benar dan tepati. Jika bepergian, hindari kawasan
dengan kualita udara yang tidak sehat dan berbahaya

2. Memantau kualitas udara dalam mengambil keputusan untuk beraktivitas di luar


rumah

3. Lakukan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti makan makanan bergizi,
istirahat cukup, dan cuci tangan

d. Upaya edukasi menghadapi bencana kabut asap

1. Mempromosikan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), yaitu


membiasakan diri mencuci tangan dengan sabut, menutup tempat-tempat
penampungan air di area terbuka agar tidak terpapar asap, mencuci buah dan
sayur sebelum di konsumsi/diolah, menyediakan obat-obatan esensial di rumah
juga menggunakan masker jika beraktivitas di luar rumah.

2. Tutup pintu dan jendela. Langkah awal ialah memastikan semua pintu dan jendela
dalam kondisi tertutup. Kabut asap bisa membawa partikel berbahaya lewat udara
yang masuk lewat saluran napas.

3. Tutup celah dengan kain basah. Meski pintu, jendela serta ventilasi sudah
tertutup, cek kembali jika terdapat celah atau retakan pada sekitar pintu dan
jendela. Asap bisa masuk meski celah berukuran sangat kecil dan sempit.

10
Letakkan kain basah pada celah pintu maupun jendela. Kain basah mampu
menyaring udara yang masuk.

4. Nyalakan AC, kipas angin, atau gunakan tirai basah. Selain membuat udara di
ruang yang tertutup menjadi lebih nyaman, menyalakan AC atau kipas angin
dapat menjaga sirkulasi udara. Jika tidak memiliki AC atau kipas angin,
manfaatkan tirai yang telah diberi air. Tirai basah memiliki fungsi yang sama
dengan kain basah.

5. Hindari aktivitas yang menambah asap. Tanpa disadari, orang melakukan


aktivitas yang bisa menambah volume asap di rumah. Sebaiknya hindari aktivitas
menggoreng, membakar sampah juga merokok saat di rumah. Rumah bisa saja
aman dari paparan asap karhutla, tetapi menjadi tidak aman saat ada aktivitas
yang justru menimbulkan asap.

6. Letakkan tanaman. Untuk menambahkan jumlah O2 dan menyerap CO2, letakkan


tanaman pada pot di dalam ruangan. Tanaman yang sebaiknya digunakan ialah
lidah mertua, lili paris, sirih gading, dan suplir.

7. Manfaatkan aquarium. Meletakkan aquarium berisi air, diberi ganggang,


dipasangi lampu LED dan diletakkan di dalam ruangan dapat membantu menjaga
kelembaban udara sekaligus mengurangi CO2.

8. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Dalam kondisi terpapar asap dan
lingkungan yang kurang sehat, lindungi diri dengan penerapan PHBS atau
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. PHBS antara lain membiasakan diri mencuci
tangan dengan sabun, menutup tempat penampungan air agar tidak terpapar asap,
mencuci buah dan sayur sebelum dikonsumsi dan menyediakan obat-obatan
esensial di rumah.

11
BAB IV

PENYUSUNAN KEGIATAN PRIORITAS

Tabel Scoring Perioritas Pemecahan Masalah Dan Rencana Kegiatan

Efektivitas Efisiensi Hasil


No Kegiatan

M I V C P =

MxIxV
C

1 Penyuluhan
pemakaian masker
pada masyarakat 5 2 3 3 10
Kabupaten Kampar

2 Pendirian posko
pengobatan ISPA di 4 4 3 4 12
Kabupaten Kampar

3 Pembagian masker
kepada pengguna
kendaraan bermotor 4 3 3 4 9
di Kabupaten
Kampar

Keterangan :
M = Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi/kegiatan ini
dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain).
12
I = Implementation , yaitu sensitifnya dalam mengatasi masalah.
V = Viability, yaitu kelanggengan selesainya masalah apabila kegiatan ini
dilaksanakan.
C = Cost, yaitu biaya yang di perlukan untuk mengatasi masalah.
P = Prioritas kegiatan / pemecahan masalah.

13
PENDIRIAN POSKO PENGOBATAN ISPA DI KABUPATEN KAMPAR
RINCIAN LOKASI TENAGA KEBUTUHAN
NO KEGIATAN SASARAN TARGET JADWAL
KEGIATAN PELAKSANAAN PELAKSANA PELAKSANA
1. Perencanaan, a. Menentukan - Tenaga 100% Balai-balai desa Tenaga Oktober a. Data semua
persiapan rancangan kesehatan yang ada di kesehatan dan 2019 masyarakat di
program dan kegiatan. dari Kabupaten dokter dari minggu Kabupaten
survey lokasi b. Menentukanw puskesmas Kampar. puskesmas pertama. Kampar.
aktu, tempat Kabupaten Kabupaten
pelaksanaan, Kampar Kampar. b. Daftar sarana dan
sasaran, biaya, - Kepala desa pra – sarana yang
dan indicator - Pemerintah digunakan pada
keberhasilanke saat kegiatan.
giatan.
c. Mempersiapka c. Susunan program,
n proposal dan rencana
kegiatan. pembentukan Tim
d. Persiapan alat- pelaksana.
alat yang
diperlukan d. Dokumentasikegi
untuk atan
membangun (dalambentukFoto
posko maupun Video)
pengobatan
ISPA
e. Melakukan
pendekatan
terhadap tokoh

14
masyarakat
dan warga di
daerah yang
menjadi
tempat
kegiatan.
2. Pengobatan Pengobatan - Seluruh 100% Balai-balai desa Dokter dan Oktober a. Sarana dan pra –
ISPA pada ISPA kepada masyarakat yang ada di tenaga 2019 sarana (seperti
masyarakat seluruh Kabupaten Kabupaten Kampar kesehatan. minggu meja anamnesis,
Kabupaten masyarakat Kampar kedua kursi, ruang
Kampar Kabupaten - Pemerintah pemeriksaan,
Kampar Kabupaten ruang farmasi,
Kampar dan ruang tunggu
- Tenaga pasien).
kesehatan b. Obat-obatan yang
dibutuhkan untuk
menangani ISPA.
c. Masker untuk
dibagikan kepada
pasien seusai
melakukan
konsultasi dengan
dokter.

15
4. Evaluasi dan a. Kegiatan yang Seluruh 100% Tiap-tiap rumah di Tim pelaksana 1, a. Angket /
Monitoring diadakan masyarakat Kabupaten Kampar kegiatan dan November kuisioner
b. Bukti
selama 1 hari. Kabupaten tenaga 2019 dokumentasi
b. Memberikana Kampar kesehatan selama
ngkat / kegiatan.
kuisioner
untuk
mengetahui
respon pasien
setelah
pengobatan
yang
diberikan.
c. Memantau
keadaan
kebakaran
asap dan
keadaan
masyarakat
yang terkena
ISPA di
Kabupaten
Kampar

16
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Langkah untuk mengurangi serta menurunkan angka kejadian ISPa di Kabupaten


Kampar dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

1. Melakukan penyuluhan pemakaian masker pada masyarakat Kabupaten Kampar


setiap bepergian keluar rumah serta memberikan informasi mengenai penyebab ISPA,
gejala, dan bagaimana cara mencegahnya sehingga menurunkan resiko terserang
penyakit ISPA
2. Melakukan kegiatan pengobatan dengan Pendirian posko pengobatan ISPA di
Kabupaten Kampar untuk membantu dan memberikan pengobatan segera terhadap
masyarakat yang menderita ISPA
3. Melakukan kegiatan pembagian masker kepada pengguna kendaraan bermotor di
Kabupaten Kampar untuk menurunkan tingkat resiko pengguna kendaraan bermotor
terjangkit ISPA

B. Saran
1. Untuk menanggulangi kabut asap karena kebakaran hutan di Kabupaten Kampar dapat
dilakukan dengan merubah kebiasaan masyarakat membakar untuk membuka lahan
perkebunan dengan berbagai cara lain yang tidak merusak lingkungan serta
mengganggu kesehatan sehingga kejadian ISPA di Kabupaten Kampar tidak
meningkat.
2. Untuk mengatasi peningkatan kejadian ISPA di Kabupaten Kampar dapat dilakukan
dengan pendirian posko pengobatan dimana posko ini dapat membantu masyarakat
mendapatkan penanganan dengan cepat dan tepat dalam mengatasi ISPA.

17
DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, Eko, dkk.2 001. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Bandung:EGC.

Bustan.2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta

Depkes RI,1994. Pedoman Program P2 ISPA dan Penanggulangan Pneumonia Pada Balita.
Depkes RI: Jakarta.
Gunawan, Gan Sulistia.Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen. Jakarta: Farmakologi
dan Terapeutik
Kemenkes RI. 2015. Masalah Kesehatan Akibat Kabut Asap Kebakaran Hutan dan Lahan.
InfoDatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI

Wiwi Mardiah, Ati S. Mediawati dan Dyah Setyorini. 2017. Pencegahan Penularan Infeksi
Saluran Pernafasan Akut Dan Perawatannya Pada Balita Dirumah Di Kabupaten
Pangandaran.Bandung : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran.

18

Anda mungkin juga menyukai