PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filariasis limfatik menimpa lebih dari 25 juta orang dengan penyakit genital
dan lebih dari 15 juta orang dengan lymphoedema. Karena prevalensi dan intensitas
infeksi yang terkait dengan kemiskinan, eliminasinya dapat berkontribusi untuk
mencapai United Nations Millennium Development Goals (UN MDG) (World Health
Organization, 2013).
1
B. Rumusan Masalah
2. Tujuan khusus
1. Upaya/ kegiatan pencegahan kejadian Lymphadenitis Filariasis ( survei darah
jari, dan penyuluhan ).
2. Upaya/ kegiatan pengobatan dengan Pendirian posko pengobatan
Lymphadenitis Filariasis
3. perbaikan pembangunan TTA yang memenuhi syarat.
2
BAB II
1. Skenario
3
Identifikasi masalah
Dari skenario, masalah yang terjadi yaitu :
a. Stuktur Wilayah atau Kondisi Strategis
Lamongan terletak diwi dataran rendah yang subur disebelah tengah selatan ,
pegunungan , dan bukit kapur pada bagian utara terdapat rawa , namun rawanya
pada serig mengalami banjir. letak Kabupaten Lmongan sendiri dibelah oleh
sungai bengawan solo yang akibatnya apabila hujan deras sering mengakibatkan
luapan air sungai juga membanjiri kabupaten Lamongan.
A. ANALISIS
Penyakit Kaki Gajah (Filariasis atau Elephantiasis) adalah golongan penyakit menular
yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Setelah
tergigit nyamuk, parasit (larva) akan menjalar dan ketika sampai pada jaringan sistem lympa
maka berkembanglah menjadi penyakit tersebut. penyakit ini bukanlah penyakit yang
mematikan, akan tetapi penyakit ini mnerupakan penyakit koronis dan dapat mengakibatkan
kecacatan yang menetap berupa pembengkakan yang sangat besar pada bagian kaki, lengan,
dan alat kelamin, dan pembengkakan tersebut bentuknya menyerupai kaki gajah
A. ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial : Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi,
Brugia Timori. cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam tubuh manusia terutama dalam
kelenjar getah bening dan darah. Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia
selama 4 – 6 tahun dan dalam tubuh manusia cacing dewasa betina menghasilkan jutaan anak
cacing (microfilaria) yang beredar dalam darah terutama malam hari.
4
1. Cara Penularan
Seseorang dapat tertular atau terinfeksi filariasis apabila orang tersebut digigit
nyamuk yang sudah terinfeksi, yaitu nyamuk yang dalam tubuhnya mengandung larva
(L3). Nyamuk sendiri mendapat mikro filarial karena menghisap darah penderita atau
dari hewan yang mengandung mikrofolaria. Nyamuk sebagai vector menghisap darah
penderita (mikrofilaremia) dan pada saat itu beberapa microfilaria ikut terhisap
bersama darah dan masuk dalam lambung nyamuk. Dalam tubuh nyamuk microfilaria
tidak berkembang biak tetapi hanya berubah bentuk dalam beberapa hari dari larva 1
sampai menjadi larva 3, karenanya diperlukan gigitan berulang kali untuk terjadinya
infeksi. Didalam tubuh manusia larva 3 menuju sistem limfe dan selanjutnya tumbuh
menjadi cacing dewasa jantan atau betina serta bekembang biak
B. PRIORITAS MASALAH
Parameter Masalah
A B C D E
Prevalence 4 4 5 3 4
Severity 4 4 4 3 3
Rate % increase 3 5 5 2 2
Degree of unmeet need 4 5 4 3 3
Social benefit 5 4 5 2 3
Public concern 3 5 5 3 4
Technical feasiblity study 4 4 4 3 3
Resources availability 4 5 5 3 5
Jumlah 31 36 37 22 27
Rata-rata (sesuai 3,8 4,5 4,6 2,7 3,4
parameter)
Keterangan :
A. Kebakaran Hutan
B. Kabut asap karena kebakaran hutan
C. Peningkatan kejadian ISPA
D. Mata pencaharian
E. Tigkat kesadaran yang rendah
5
Mata pencarian mayoritas
dibidang perkebunan dan
Masukan
Proses perikanan
Lingkungan
6
PEMBAHASAN
1. Masukan
90% penduduk di Kabupaten Kampar bermata pencarian mayoritas pada
bidang perkebunan dan perikanan. Para pekerja kebun sawit setiap tahun melakukan
pembukaan lahan baru dengan cara membakar hutan dikarenakan masyarakat berpikir
bahwa dengan membakar hutan para pekerja kebun tersebut dapat menghemat biaya
yang perlu di keluarkan. Akibat dari pembakaran hutan yang terus menerus terjadi
maka polusi udara di daerah tersebut menjadi sangat buruk. Polusi udara yang terjadi
meningkatkan kejadian ISPA dalam kurun waktu 3 bulan terakhir. Jumlah laporan
ISPA pada bulan juni sebanyak 98 kasus, juli 158 kasus dan agustus sebanyak 319
kasus. Sebagian besar penderita yang tercatat adalah lansia dan anak-anak.
Selain itu tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan yang rendah
sehingga membuat mereka dengan mudah membakar hutan tanpa memikirkan resiko
akan terjadinya kebakaran hutan yang besar dimana dapat meningkatkan terjadinya
ISPA.
2. Proses
Masyarakat di Kabupaten Kampar terutama yang bekerja sebagai seorang
petani kebun memerlukan lahan baru setiap tahunnya. Secara turun-temurun para
pekerja kebun melakukan pembakar hutan untuk menghemat biaya untuk
mendapatkan lahan baru yang akan digunakan untuk pekebunan kelapa sawit.
Pembakaran hutan yang dilakukan dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan yang
cukup besar mulai dari kabut asap dan polusi udara yang semakin buruk. Kabut asap
dan polusi udara yang buruk dapat menyebabkan ISPA. ISPA didefinisikan sebagai
penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang
ditularkan dari manusia ke manusia. Gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering
juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi, atau kesulitan bernapas.
3. Lingkungan
Perkebunan kelapa sawit membutuhkan lahan yang cukup luas dan setiap
tahunnya para pekerja kebun sawit ini membuka lahan baru dengan membakar
hutan untuk mendapatkan lahan yang di inginkan dengan biaya yang sedikit.
Namun sebagai akibatnya terjadilah kabut asap yang parah di Kabupaten Kampar.
7
Kabut asap tersebut menyebabkan Indeks Standart Pencemaran udara di Kabupaten
Kampar berada pada batas merah dan masuk dalam kategori yang tidak sehat dan
karena keadaan udara yang tidak sehat ini maka timbul kejadian ISPA yang terus
meningkat selama 3 bulan terakhir.
Kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan tergolong rendah.
Hal ini dibuktikan dengan membakar hutan untuk membuka lahan sedangkan ada
berbagai cara lain yang dapat digunakan tanpa membakar hutan sehingga tidak
merusak lingkungan dimana hal tersebut tentunya tidak akan meningkatkan resiko
kebakaran hutan yang berujung pada kabut asap dan polusi udara, serta dapat
mengakibatkan terjadinya peningkatan kejadian ISPA.
8
BAB III
PENYUSUNAN PROGRAM
9
2. Hindari penambahan polusi dalam rumah seperti merokok, menyalakan lilin,
perapian, atau sumber api lainnya
3. Tutup jendela dan pintu rapat-rapat untuk mengurangi masuknya partikel ke
dalam rumah
4. Bila tersedia gunakan air conditioner (AC) di dalam rumah dengan syarat ubah
ke mode recirculate, serta dapat menggunakan air purifier
5. Penyediaan rumah singgah yang mempunyai kualitas udara baik dengan
penggunan Ac atau air purifier
6. Jika di luar ruangan, hindari aktivitas berat
7. Jika berkendaraan mobil, tutup semua jendela dan nyalakan AC dengan mode
recirculate
8. Gunakan masker dengan benar dan tepati. Jika bepergian, hindari kawasan
dengan kualita udara yang tidak sehat dan berbahaya
3. Lakukan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti makan makanan bergizi,
istirahat cukup, dan cuci tangan
2. Tutup pintu dan jendela. Langkah awal ialah memastikan semua pintu dan jendela
dalam kondisi tertutup. Kabut asap bisa membawa partikel berbahaya lewat udara
yang masuk lewat saluran napas.
3. Tutup celah dengan kain basah. Meski pintu, jendela serta ventilasi sudah
tertutup, cek kembali jika terdapat celah atau retakan pada sekitar pintu dan
jendela. Asap bisa masuk meski celah berukuran sangat kecil dan sempit.
10
Letakkan kain basah pada celah pintu maupun jendela. Kain basah mampu
menyaring udara yang masuk.
4. Nyalakan AC, kipas angin, atau gunakan tirai basah. Selain membuat udara di
ruang yang tertutup menjadi lebih nyaman, menyalakan AC atau kipas angin
dapat menjaga sirkulasi udara. Jika tidak memiliki AC atau kipas angin,
manfaatkan tirai yang telah diberi air. Tirai basah memiliki fungsi yang sama
dengan kain basah.
8. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Dalam kondisi terpapar asap dan
lingkungan yang kurang sehat, lindungi diri dengan penerapan PHBS atau
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. PHBS antara lain membiasakan diri mencuci
tangan dengan sabun, menutup tempat penampungan air agar tidak terpapar asap,
mencuci buah dan sayur sebelum dikonsumsi dan menyediakan obat-obatan
esensial di rumah.
11
BAB IV
M I V C P =
MxIxV
C
1 Penyuluhan
pemakaian masker
pada masyarakat 5 2 3 3 10
Kabupaten Kampar
2 Pendirian posko
pengobatan ISPA di 4 4 3 4 12
Kabupaten Kampar
3 Pembagian masker
kepada pengguna
kendaraan bermotor 4 3 3 4 9
di Kabupaten
Kampar
Keterangan :
M = Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi/kegiatan ini
dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain).
12
I = Implementation , yaitu sensitifnya dalam mengatasi masalah.
V = Viability, yaitu kelanggengan selesainya masalah apabila kegiatan ini
dilaksanakan.
C = Cost, yaitu biaya yang di perlukan untuk mengatasi masalah.
P = Prioritas kegiatan / pemecahan masalah.
13
PENDIRIAN POSKO PENGOBATAN ISPA DI KABUPATEN KAMPAR
RINCIAN LOKASI TENAGA KEBUTUHAN
NO KEGIATAN SASARAN TARGET JADWAL
KEGIATAN PELAKSANAAN PELAKSANA PELAKSANA
1. Perencanaan, a. Menentukan - Tenaga 100% Balai-balai desa Tenaga Oktober a. Data semua
persiapan rancangan kesehatan yang ada di kesehatan dan 2019 masyarakat di
program dan kegiatan. dari Kabupaten dokter dari minggu Kabupaten
survey lokasi b. Menentukanw puskesmas Kampar. puskesmas pertama. Kampar.
aktu, tempat Kabupaten Kabupaten
pelaksanaan, Kampar Kampar. b. Daftar sarana dan
sasaran, biaya, - Kepala desa pra – sarana yang
dan indicator - Pemerintah digunakan pada
keberhasilanke saat kegiatan.
giatan.
c. Mempersiapka c. Susunan program,
n proposal dan rencana
kegiatan. pembentukan Tim
d. Persiapan alat- pelaksana.
alat yang
diperlukan d. Dokumentasikegi
untuk atan
membangun (dalambentukFoto
posko maupun Video)
pengobatan
ISPA
e. Melakukan
pendekatan
terhadap tokoh
14
masyarakat
dan warga di
daerah yang
menjadi
tempat
kegiatan.
2. Pengobatan Pengobatan - Seluruh 100% Balai-balai desa Dokter dan Oktober a. Sarana dan pra –
ISPA pada ISPA kepada masyarakat yang ada di tenaga 2019 sarana (seperti
masyarakat seluruh Kabupaten Kabupaten Kampar kesehatan. minggu meja anamnesis,
Kabupaten masyarakat Kampar kedua kursi, ruang
Kampar Kabupaten - Pemerintah pemeriksaan,
Kampar Kabupaten ruang farmasi,
Kampar dan ruang tunggu
- Tenaga pasien).
kesehatan b. Obat-obatan yang
dibutuhkan untuk
menangani ISPA.
c. Masker untuk
dibagikan kepada
pasien seusai
melakukan
konsultasi dengan
dokter.
15
4. Evaluasi dan a. Kegiatan yang Seluruh 100% Tiap-tiap rumah di Tim pelaksana 1, a. Angket /
Monitoring diadakan masyarakat Kabupaten Kampar kegiatan dan November kuisioner
b. Bukti
selama 1 hari. Kabupaten tenaga 2019 dokumentasi
b. Memberikana Kampar kesehatan selama
ngkat / kegiatan.
kuisioner
untuk
mengetahui
respon pasien
setelah
pengobatan
yang
diberikan.
c. Memantau
keadaan
kebakaran
asap dan
keadaan
masyarakat
yang terkena
ISPA di
Kabupaten
Kampar
16
BAB V
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Untuk menanggulangi kabut asap karena kebakaran hutan di Kabupaten Kampar dapat
dilakukan dengan merubah kebiasaan masyarakat membakar untuk membuka lahan
perkebunan dengan berbagai cara lain yang tidak merusak lingkungan serta
mengganggu kesehatan sehingga kejadian ISPA di Kabupaten Kampar tidak
meningkat.
2. Untuk mengatasi peningkatan kejadian ISPA di Kabupaten Kampar dapat dilakukan
dengan pendirian posko pengobatan dimana posko ini dapat membantu masyarakat
mendapatkan penanganan dengan cepat dan tepat dalam mengatasi ISPA.
17
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI,1994. Pedoman Program P2 ISPA dan Penanggulangan Pneumonia Pada Balita.
Depkes RI: Jakarta.
Gunawan, Gan Sulistia.Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen. Jakarta: Farmakologi
dan Terapeutik
Kemenkes RI. 2015. Masalah Kesehatan Akibat Kabut Asap Kebakaran Hutan dan Lahan.
InfoDatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI
Wiwi Mardiah, Ati S. Mediawati dan Dyah Setyorini. 2017. Pencegahan Penularan Infeksi
Saluran Pernafasan Akut Dan Perawatannya Pada Balita Dirumah Di Kabupaten
Pangandaran.Bandung : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran.
18