PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan so-
sial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan
mencakup fisik dan psikis. Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat
perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif dan kesetabilan
Ada enam ciri sehat jiwa antara lain: bersikap positif terhadap diri sendiri,
diambil, mempunyai persepsi yang realistik dan menghargai perasaan serta sikap
orang lain, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Setiap perubahan
fisik, mental, dan psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga
berdampak sangat besar terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan
jiwa. Prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, sekitar 10% orang
dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk dunia diperkirakan
akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu hidupnya. Menurut National
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri, dan sering juga disertai dengan kurangnya perawatan diri,
berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani bertatap muka dengan
lawan bicara, lebih banyak menundukkan kepala, berbicara lambat dan nada suara
lemah (Keliat dalam Suerni,2015).
Harga diri rendah adalah penilaian negatif individu terhadap diri sendiri
dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung
(Schult & Videbeck dalam Afnuhazi).
Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya rasa
percaya diri dan harga diri, merasa gagal untuk mencapai keinginan (Keliat dalam
Fitria, 2016).
Kebijakan pemerintah dalam manangani pasien gangguan jiwa tercantum
dalam Undang- undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatanjiwa, disebutkan
dalam pasal 149 ayat (2) mengatakan bahwa pemerintah dan masyarakat wajib
melakukan pengobatan dan perawatan difasilitas pelayanan kesehatan bagi
penderita gangguan jiwa yang terlantar, menggelandang, mengancam
keselamatan, dirinya dan mengganggu ketertiban atau keamanan umum, termasuk
pembiayaan pengobatan dan perawatan penderita gangguan jiwa untuk
masyarakat miskin.
Skizofrenia merupakan salah satu diagnosa medis dari gangguan jiwa yang
paling banyak ditemukan dan merupakan gangguan jiwa berat dengan angka
insiden adalah 1 per 10.000 orang pertahun (Sinaga, 2016) dan Kementrian
Kesehatan RI (2015) melaporkan prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk
Indonesia 1,7 per mil. Gangguan fungsi sosial adalah salah satu masalah yang
banyak ditemukan pada klien skizofrenia. Gangguan tersebut mencakup
ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan orang lain,
mengkonfirmasi dan mengekspresikan perasaan mereka, dan memahami batasan
interpersonal (Padmavathi, Lalitha, Parthasaraty, 2016). Kondisi diatas sebagian
besar mengganggu klien dalam penyesuaikan diri dan berdampak pada
kemampuan memulai dan mempertahankan hubungan, memulai dan
mempertahankan percakapan, mempertahankan pekerjaan, membuat keputusan,
dan menjaga kebersihan diri (Burbridge, Barch, Deanna, 2016; Varcarolis, 2015).
Berkurangnya kontak sosial merupakan prediktor munculnya kekambuhan dan
rehospitalisasi yang dapat menurunkan kualitas hidup klien (Khalil, 2016).
Isolasi sosial adalah suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan
perasaan segan terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negatif atau keadaan
yang mengancam (NANDA, 2015-2017). Ancaman yang dirasakan dapat
menimbulkan respons. Respon kognitif pasien isolasi sosial dapat berupa merasa
ditolak oleh orang lain, merasa tidak dimengerti oleh orang lain, merasa tidak
berguna, merasa putus asa dan tidak mampu membuat tujuan hidup atau tidak
memiliki tujuan hidup, tidak yakin dapat melangsungkan hidup, kehilangan rasa
tertarik kegiatan sosial, merasa tidak aman berada diantara orang lain, serta tidak
mampu konsentrasi dan membuat keputusan.
Jumlah penderita gangguan jiwa dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
WHO (2016) memperkirakan 450 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan
mental, sekitar 10% adalah orang dewasa dan 25% penduduk diperkirakan akan
mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Gangguan jiwa
mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan
berkembang menjadi 25% di tahun 2030. Menurut National Institute of Mental
Health (NIMH) berdasarkan hasil sensus penduduk Amerika Serikat tahun 2015, di
perkirakan 26,2 % penduduk yang berusia 18 tahun atau lebih mengalami gangguan
jiwa (NIMH, 2015). Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kasus gangguan jiwa
yang ada di negara- negara berkembang.
B. Rumusan Masalah
masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Pengaruh Mental Pasen, Dengan
a. Tujuan Umum
Asuhan Keperawatan Klien Pada pasen dengan Harga Diri Rendah dan kronis.
1. Rumah Sakit
salah satu terapi untuk mengatasi masalah pada pasien dengan harga diri
rendah.