Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KEPERAWATAN HIV-AIDS
“Asuhan Keperawatan HIV-AIDS pada ibu hamil”

Disusun Oleh: KELOMPOK 8


1. Dea Ayunisri 183310803
2. Marisa Novita 183310813
3. Sherin Santris Ania 183310823
4. Yelza Prisilia 183310833

Dosen Pembimbing:
Ns.Hj.Defia Roza, S.Kep,M.Biomed

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TAHUN 2020
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan HIV-AIDS tentang
“Asuhan Keperawatan HIV-AIDS pada ibu hamil” tepat pada waktunya dalam penyusunan
makalah ini kami sadar karena kemampuan kami sangat terbatas. Maka makalah ini masih
mengandung banyak kekurangan untuk itu kami harapkan para pembaca bersedia memberi
saran dan pendapat untuk makalah ini.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini, kami
atas nama kelompok penyusun menyampaikan Terimakasih yang tak terhingga. Semoga
Tuhan yang Maha Pemurah memberkati kita, sehingga upaya kecil ini besar manfaatnya bagi
kita semua.

Padang, 21 Januari 2020

Kelompok 8

2
Daftar Isi

Kata Pengantar.................................................................................................... 2
Daftar Isi............................................................................................................. 3
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang............................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan........................................................................................ 5
Bab 2 Tinjauan Teoritis
A. Pengertian................................................................................................................ 6

B. Etiologi.................................................................................................................... 7

C. Manifestasi Klinik................................................................................................... 8

D. Patofisiologi........................................................................................................... 10

E. Komplikasi............................................................................................................. 12

F. Pemeriksaan Penunjang......................................................................................... 14

G. Penatalaksanaan..................................................................................................... 15

H. Pencegahan............................................................................................................ 16

Bab 3 Tinjauan Kasus

Konsep Asuhan Keperawatan HIV-AIDS pada ibu hamil.............................................. 17

Bab 4 Penutup

A. Kesimpulan............................................................................................................ 22

B. Saran...................................................................................................................... 22

Daftar Pustaka................................................................................................................. 23

3
Bab 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada wanita, namun kehamilan
dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin terutama pada kehamilan
trimester pertama. Wanita hamil trimester pertama pada umumnya mengalami mual,
muntah, nafsu makan berkurang dan kelelahan. Menurunnya kondisi wanita hamil
cenderung memperberat kondisi klinis wanita dengan penyakit infeksi antara lain
infeksi HIV-AIDS.
HIV/AIDS adalah topic yang sangat sensitive dan lebih banyak sehingga banyak
penelitian melibatka anak-anak yang rentan untuk terjangkit HIV. Setiap usaha
dilakukan untuk memastikan bahwa keluarga akan merasa baik.
Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan
suatu syndrome/kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Retrovirus yang
menyerang sistem kekebalan atau pertahanan tubuh. Dengan rusaknya sistem kekebalan
tubuh, maka orang yang terinfeksi mudah diserang penyakit-penyakit lain yang
berakibat fatal, yang dikenal dengan infeksi oportunistik.
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah penyebab penyakit dan kematian
yang terkemuka di kalangan perempuan dan anak-anak di negara-negara dengan tingkat
infeksi human immunodeficiency virus (HIV) yang tinggi. Transmisi HIV dari ibu ke
anak (Mother To Child Transmission – MCTC) adalah rute infeksi HIVpada anak yang
paling signifikan.
Orang-orang yang terinfeksi positif  HIV yang mengetahui status mereka mungkin
dapat memberikan manfaat. Namun, seks tanpa perlindungan antara orang yang yang
berisiko membawa HIV sero-positif sebagai super infeksi, penularan infeksi seksual,
dan kehamilan yang tidak direncanakan dapat membuat penurunan kesehatan seksual
dan reproduksi. Hal ini jelas bahwa banyak pasangan yang harus didorong untuk
melakukan tes HIV untuk memastikan status mereka dengan asumsi bahwa mereka
mungkin terinfeksi karena pernah memiliki hubungan seksual dengan seseorang yang
telah diuji dan ditemukan sero-positif HIV.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan HIV-AIDS?

2. Apa saja Etiologi dari HIV-AIDS?

3. Bagaimana Manifestasi KlinikHIV-AIDS pada ibu hamil?

4. Bagaimana Patofisiologi HIV-AIDS pada ibu hamil?

5. Bagaiamana Komplikasi HIV-AIDS pada ibu hamil?

6. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang HIV-AIDS pada ibu hamil?

7. Bagaimana Penatalaksanaan HIV-AIDS pada ibu hamil?

8. Bagaimana Pencegahan HIV-AIDS pada ibu hamil?

9. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan HIV-AIDS pada ibu hamil?

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui konsep tentang Asuhan Keperawatan HIV-AIDS pada ibu hamil

5
Bab 2
Tinjauan Teoritis
A. Pengertian
Human Immunodeficiency Virus (HIV) Merupakan virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh manusia yang tidak dapat hidup di luar tubuh manusia. Kerusakan
sistem kekebalan tubuh ini akan menimbulkan kerentanan terhadap infeksi penyakit.
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala, infeksi dan
kondisi yang diakibatkan infeksi HIV pada tubuh. Muncul akibat rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia sehingga infeksi dan penyakit mudah menyerang tubuh dan
dapat menyebabkan kematian. Infeksi oportunistik adalah infeksi yang muncul akibat
lemahnya system pertahanan tubuh yang telah terinfeksi HIV atau oleh sebab lain.
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa
adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi,
tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal
dan sebagainya.
HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1.
Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2.
HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1.Maka
untuk memudahkan keduanya disebut HIV.
Pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya masih baik infeksi ini mungkin tidak
berbahaya, namun pada orang yang kekebalan tubuhnya lemah (HIV/AIDS) bisa
menyebabkan kematian.
AIDS dapat didefinisikan melalui munculnya IO yang umum ditemui pada ODHA:
1. Kandidiasis: infeksi jamur pada mulut, tenggorokan, vagina.
2. Virus sitomegalia (CMV): menimbulkan penyakit mata yang dapat menyebabkan
kematian.
3. Herpes pada mulut atau alat kelamin.
4. Mycobacterium avium complex (MAC): infeksi bakteri yang menyebabkan
demam kambuhan.
5. Pneumonia pneumocystis (PCP): infeksi jamur yang dapat menyebabkan radang
paru.
6. Toksoplasmosis: infeksi protozoa otak.
7. Tuberkolosis (TB)

6
Orang yang terinfeksi HIV dapat tetap sehat sepanjang hidupnya apabila ia menjaga
kesehatan tubuhnya: makan teratur, berolahraga dan tidur secara seimbang. Gaya hidup
sehat akan tetap melindungi kebugaran orang dengan HIV dan ia akan tetap produktif
dalam berkarya.
Bila telah muncul tanda-tanda penyakit infeksi dan tidak kunjung sembuh atau
berulang, artinya daya tahan tubuh menjadi buruk, sistim kekebalan tubuh berkurang,
maka berkembanglah AIDS.

B. Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV,
RAV. Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang
berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya
afinitas yang kuat terhadap limfosit T. Virus ini ditransmisikan melalui kontak intim
(seksual), darah atau produk darah yang terinfeksi.
Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency
virus (HIV).HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan
disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi
nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan
HIV-1.Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita.
Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
1. Lelaki homoseksual atau biseks.                   
2. Orang yang ketagihan obat intravena
3. Partner seks dari penderita AIDS
4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam
hari, Hb menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.

7
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system
tubuh, dan manifestasi neurologist.
Cara penularan HIV:
1. Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang telah terinfeksi.
Kondom adalah satu–satunya cara dimana penularan HIV dapat dicegah.
2. Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah dimana darah
tersebut belum dideteksi virusnya atau pengunaan jarum suntik yang tidak steril.
3. Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan seseorang
yang telah terinfeksi.
4. Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama masa kehamilan
atau persalinan dan juga melalui menyusui.
Penularan secara perinatal:
1. Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV pada bayi yang
dikandungnya.
2. Penularan dari ibu terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena pada saat
itu terjadi kontak secara lansung antara darah ibu dengan bayi sehingga virus dari
ibu dapat menular pada bayi.
3. Bayi juga dapat tertular virus HIV dari ibu sewktu berada dalam kandungan atau
juga melalui ASI
4. Ibu dengan HIV dianjurkan untuk PASI

C. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis yang tampak dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Manifestasi Klinis Mayor
1) Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan
2) Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menerus.
3) Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 3 tiga bulan
2. Manifestasi Klinis Minor
1) Batuk kronis
2) Infeksi pada mulut dan jamur disebabkan karena jamur Candida Albicans
3) Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh
4) Munculnya Herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal di seluruh tubuh

8
Manifestasi klinis AIDS menyebar luas dan pada dasarnya mengenai setiap sistem
organ.
a. Gagal nafas dpt terjadi 2 – 3 hari
b. Nafsu makan menurun, mual, muntah
c. Diare merupakan masalah pd klien AIDS → 50% – 90%
d. Bercak putih dalam rongga mulut → tdk diobati dapat ke esophagus dan lambung.
e. Herpes zoster → pembentukan vesikel yang nyeri pd kulit.
f. Dermatitis seboroik → ruam yang difus, bersisik yang mengenai kulit kepala dan
wajah.
g. Pada wanita: kandidiasis vagina → dapat merupakan tanda pertama yang
menunjukkan HIV pd wanita.
Gejala dan tanda HIV/AIDS menurut WHO:
a. Stadium Klinis I :
1. Asimtomatik (tanpa gejala)
2. Limfadenopati Generalisata (pembesaran kelenjar getah bening/limfe seluruh
tubuh)
3. Skala Penampilan 1 : asimtomatik, aktivitas normal.
b. Stadium Klinis II :
1. Berat badan berkurang > 10%
2. Diare berkepanjangan > 1 bulan
3. Jamur pada mulut
4. TB Paru
5. Infeksi bakterial berat
6. Skala Penampilan 3 : > 1 bulan)
7. Kanker kulit (Sarcoma Kaposi)
8. Radang Otak (Toksoplasmosis, Ensefalopati HIV)
9. Skala Penampilan 4 : terbaring di tempat tidur > 50% dalam masa 1 bulan
terakhir.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes
illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.

9
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam
hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system
tubuh, dan manifestasi neurologist.

D. Patofisiologi
Tubuh mempunyai suatu mekanisme untuk membasmi suatu infeksi dari benda asing,
misalnya : virus, bakteri, bahan kimia, dan jaringan asing dari binatang maupun
manusia lain. Mekanisme ini disebut sebagai tanggap kebal (immune response) yang
terdiri dari 2 proses yang kompleks yaitu : Kekebalan humoral dan kekebalan cell-
mediated. Virus AIDS (HIV) mempunyai cara tersendiri sehingga dapat menghindari
mekanisme pertahanan tubuh. “beraksi” bahkan kemudian dilumpuhkan.
Virus AIDS (HIV) masuk ke dalam tubuh seseorang dalam keadaan bebas atau berada
di dalam sel limfosit. Virus ini memasuki tubuh dan terutama menginfeksi sel yang
mempunyai molekul CD4. Sel-sel CD4-positif (CD4+) mencakup monosit, makrofag
dan limfosit T4 helper. Saat virus memasuki tubuh, benda asing ini segera dikenal oleh
sel T helper (T4), tetapi begitu sel T helper menempel pada benda asing tersebut,
reseptor sel T helper tidak berdaya bahkan HIV bisa pindah dari sel induk ke dalam sel
T helper tersebut. Jadi, sebelum sel T helper dapat mengenal benda asing HIV, ia lebih
dahulu sudah dilumpuhkan. HIV kemudian mengubah fungsi reseptor di permukaan sel
T helper sehingga reseptor ini dapat menempel dan melebur ke sembarang sel lainnya
sekaligus memindahkan HIV. Sesudah terikat dengan membran sel T4 helper, HIV
akan menginjeksikan dua utas benang RNA yang identik ke dalam sel T4 helper.
Dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reverse transcriptase, HIV akan
melakukan pemrograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk
membuat double-stranded DNA (DNA utas-ganda). DNA ini akan disatukan ke dalam
nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen.
Fungsi T helper dalam mekanisme pertahanan tubuh sudah dilumpuhkan, genom dari
HIV ¬ proviral DNA ¬ dibentuk dan diintegrasikan pada DNA sel T helper sehingga
menumpang ikut berkembang biak sesuai dengan perkembangan biakan sel T helper.
Sampai suatu saat ada mekanisme pencetus (mungkin karena infeksi virus lain) maka
HIV akan aktif membentuk RNA, ke luar dari T helper dan menyerang sel lainnya

10
untuk menimbulkan penyakit AIDS. Karena sel T helper sudah lumpuh maka tidak ada
mekanisme pembentukan sel T killer, sel B dan sel fagosit lainnya. Kelumpuhan
mekanisme kekebalan inilah yang disebut AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome) atau Sindroma Kegagalan Kekebalan.

Cara Penularan HIV / AIDS dari Ibu ke Anak


Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV/ AIDS
sebagian besar masih berusia subur, sehingga terdapat resiko penularan infeksi yang
terjadi pada saat kehamilan (Richard, et al., 1997). Selain itu juga karena terinfeksi dari
suami atau pasangan yang sudah terinfeksi HIV / AIDS karena sering berganti-ganti
pasangan dan gaya hidup. Penularan ini dapat terjadi dalam 3 periode:
1. Periode kehamilan
Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil.Hal ini disebabkan
karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus oleh virus itu
sendiri.Oksigen, makanan, antibodi dan obat-obatan memang dapat menembus
plasenta, tetapi tidak oleh HIV.Plasenta justru melindungi janin dari infeksi HIV.
Perlindungan menjadi tidak efektif apabila ibu:
a. Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria) pada
plasenta selama kehamilan.
b. Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan virus pada
saat itu.
c. Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun.
d. Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tidak langsung
berkontribusi untuk terjadinya penularan dari ibu ke anak.
2. Periode persalinan
Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika dibandingkan
periode kehamilan.Penularan terjadi melalui transfusi fetomaternal atau kontak
antara kulit atau membran mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat
melahirkan. Semakin lama proses persalinan, maka semakin besar pula resiko
penularan terjadi. Oleh karena itu, lamanya persalinan dapat dipersingkat dengan
section caesaria.
Faktor yang mempengaruhi tingginya risiko penularan dari ibu ke anak selama
proses persalinan adalah:
a. Chorioamnionitis akut (disebabkan tidak diterapinya IMS atau infeksi lainnya).

11
b. Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi dengan darah
ibu misalnya, episiotomy.
c. Anak pertama dalam kelahiran kembar.
d. Lamanya robekan membran
3. Periode Post Partum
Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui ASI. Berdasarkan
data penelitian De Cock, dkk (2000), diketahui bahwa ibu yang menyusui bayinya
mempunyai resiko menularkan HIV sebesar 10- 15% dibandingkan ibu yang tidak
menyusui bayinya. Risiko penularan melalui ASI tergantung dari:
a. Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan kurang
berisiko dibanding dengan pemberian campuran.
b. Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan putting susu dan
infeksi payudara lainnya.
c. Lamanya pemberian ASI, makin lama makin besar kemungkinan infeksi.
d. Status gizi ibu yang buruk

E. Komplikasi
1. Oral
Lesi Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat. Kandidiasis oral ditandai
oleh bercak-bercak putih seperti krim dalam rongga mulut. Jika tidak diobati,
kandidiasis oral akan berlanjut mengeni esophagus dan lambung. Tanda dan gejala
yang menyertai mencakup keluhan menelan yang sulit dan rasa sakit di balik
sternum (nyeri retrosternal).
2. Neurologik
a. ensefalopati HIV atau disebut pula sebagai kompleks dimensia AIDS (ADC;
AIDS dementia complex).
b. Manifestasi dini mencakup gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan
berkonsentrasi, konfusi progresif, perlambatan psikomotorik, apatis dan
ataksia. stadium lanjut mencakup gangguan kognitif global, kelambatan dalam
respon verbal, gangguan efektif seperti pandangan yang kosong, hiperefleksi
paraparesis spastic, psikosis, halusinasi, tremor, inkontinensia, dan kematian.

12
c. Meningitis kriptokokus ditandai oleh gejala seperti demam, sakit kepala,
malaise, kaku kuduk, mual, muntah, perubahan status mental dan kejang-
kejang. diagnosis ditegakkan dengan analisis cairan serebospinal.
3. Pernafasan
a. Pneumonia disebabkan o/ protozoa pneumocystis carini (paling sering
ditemukan pd AIDS) sangat jarang mempengaruhi org sehat. Gejala: sesak
nafas, batuk-batuk, nyeri dada, demam – tdk teratasi dapat gagal nafas
(hipoksemia berat, sianosis, takipnea dan perubahan status mental).
b. TBC
4. Gastrointestinal
a. Wasting syndrome kini diikutsertakan dalam definisi kasus yang diperbarui
untuk penyakit AIDS. Kriteria diagnostiknya mencakup penurunan BB > 10%
dari BB awal, diare yang kronis selama lebih dari 30 hari atau kelemahan yang
kronis, dan demam yang kambuhan atau menetap tanpa adanya penyakit lain
yang dapat menjelaskan gejala ini.
b. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam,
malabsorbsi, dan dehidrasi.
c. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam
atritis.
d. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rektal,
gatal-gatal dan diare.
e. Respirasi Pneumocystic Carinii. Gejala napas yang pendek, sesak nafas
(dispnea), batuk-batuk, nyeri dada, hipoksia, keletihan dan demam akan
menyertai pelbagi infeksi oportunis, seperti yang disebabkan oleh
Mycobacterium Intracellulare (MAI), cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides.
f. Dermatologik Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster,
dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan
efek nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis. Infeksi oportunis
seperti herpes zoster dan herpes simpleks akan disertai dengan pembentukan
vesikel yang nyeri dan merusak integritas kulit. moluskum kontangiosum

13
merupakan infeksi virus yang ditandai oleh pembentukan plak yang disertai
deformitas. dermatitis sosoreika akan disertai ruam yang difus, bersisik
dengan indurasi yang mengenai kulit kepala serta wajah.penderita AIDS juga
dapat memperlihatkan folikulitis menyeluruh yang disertai dengan kulit yang
kering dan mengelupas atau dengan dermatitis atopik seperti ekzema dan
psoriasis.
5. Sensorik
a. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata : retinitis
sitomegalovirus berefek kebutaan
b. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran
dengan efek nyeri yang berhubungan dengan mielopati, meningitis,
sitomegalovirus dan reaksi-reaksi obat.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
a. ELISA (positif; hasil tes yang positif dipastikan dengan western blot)
b. Western blot (positif)
c. P24 antigen test (positif untuk protein virus yang bebas)
d. Kultur HIV(positif; kalau dua kali uji-kadar secara berturut-turut mendeteksi
enzim reverse transcriptase atau antigen p24 dengan kadar yang meningkat).
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.
a. LED (normal namun perlahan-lahan akan mengalami penurunan)
b. CD4 limfosit (menurun; mengalami penurunan kemampuan untuk bereaksi
terhadap antigen)
c. Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun)
d. Serum mikroglobulin B2 (meningkat bersamaan dengan berlanjutnya
penyakit)
e. Kadar immunoglobulin (meningkat)

G. Penatalaksanaan
1. Pengendalian Infeksi Opurtunistik Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan
pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian

14
infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab
sepsis harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan kritis.
2. Terapi AZT (Azidotimidin) Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat
antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik
traskriptase. Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3.
3. Terapi Antiviral Baru Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system
imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus
pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
a.Didanosine
b.Ribavirin
c.Diedoxycytidine
d.Recombinant CD 4 dapat larut.
4. Vaksin dan Rekonstruksi Virus Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen
tersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat
menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk
menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
5. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan
sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu
fungsi imun.
6. Pencegahan
a. A (Abstinent): Puasa, jangan melakukan hubungan seksual yang tidak sah
b. B (Be Faithful) Setialah pada pasangan, melakukan hubungan seksual hanya
dengan pasangan yang sah
c. C (use Condom) Pergunakan kondom saat melakukan hubungan seksual bila
berisiko menularkan/tertular penyakit
d. D (Don’t use Drugs) Hindari penyalahgunaan narkoba
e. E (Education) Edukasi, sebarkan informasi yang benar tentang HIV/AIDS
dalam setiap kesempatan

15
H. Pencegahan
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui tiga cara, dan bisa
dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan, dan setelah persalinan. Cara
tersebut yaitu:
1. Penggunaan obat Antiretroviral selama kehamilan, saat persalinan dan untuk bayi
yang baru dilahirkan.
Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load menjadi lebih rendah sehingga
jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk
menularkan HIV.
2. Penanganan obstetrik selama persalinan
Persalinan sebaiknya dipilih dengan menggunakan metode Sectio caesaria karena
metode ini terbukti mengurangi resiko penularan HIV dari ibu ke bayi sampai
80%.Apabila pembedahan ini disertai dengan penggunaan terapi antiretroviral,
maka resiko dapat diturunkan sampai 87%.Walaupun demikian, pembedahan ini
juga mempunyai resiko karena kondisi imunitas ibu yang rendah yang bisa
memperlambat penyembuhan luka. Oleh karena itu, persalinan per vagina atau
sectio caesaria harus dipertimbangkan sesuai kondisi gizi, keuangan, dan faktor
lain.
3. Penatalaksanaan selama menyusui
Pemberian susu formula sebagai pengganti ASI sangat dianjurkan untuk bayi
dengan ibu yang positif HIV.

16
Bab 3
Tinjauan Kasus
Konsep Asuhan Keperawatan HIV-AIDS padaIbu Hamil
A. Pengkajian
1. Aktifitas /istirahat :
a. Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktifitas, kelelahan yang
progresif
b. Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi terhadap aktifitas
2. Sirkulasi
a. Proses penyembuhan luka yang lambat, perdarahan lama bila cedera
b. takikardia, perubahan tekanan darah postural, volume nadi periver menurun,
pengisian kapiler memanjang
3. Integritas ego
a. Faktor stress yang berhubungan dgn kehilangan: dukungan keluarga,
hubungan dengan org lain, penghasilan dan gaya hidup tertentu
b. Mengkhawatirkan penampilan: alopesia, lesi , cacat, menurunnya berat badan
c. Merasa tidak berdaya, putus asa, rasa bersalah, kehilangan kontrol diri, dan
depresi
d. Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah, menangis, kontak
mata kurang
4. Eliminasi
a. Diare, nyeri pinggul, rasa terbakar saat berkemih
b. Faeces encer disertai mucus atau darah
c. Nyeri tekan abdominal, lesi pada rectal, perubahan dlm jumlah warna urin.
5. Makanan/cairan
a. Tidak ada nafsu makan, mual, muntah
b. Penurunan BB yang cepat
c. Bising usus yang hiperaktif
d. Turgor kulit jelek, lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih/perubahan
warna mucosa mulut
e. Adanya gigi yang tanggal.
f. Edema

17
6. Hygiene
Tidak dapat menyelesaikan ADL, memperlihatkan penampilan yang tidak rapi.
7. Neurosensorik
a. Pusing,sakit kepala.
b. Perubahan status mental, kerusakan mental, kerusakan sensasi
c. Kelemahan otot, tremor, penurunan visus.
d. Bebal,kesemutan pada ekstrimitas.
e. Gayaberjalan ataksia.
8. Nyeri/kenyamanan
a. Nyeri umum/local, sakit, rasaterbakar pada kaki.
b. Sakit kepala, nyeri dada pleuritis.
c. Pembengkakan pada sendi, nyeri kelenjar, nyeri tekan, penurunan ROM,
pincang.
9. Pernapasan
Terjadi ISPA, napas pendek yang progresif, batuk produktif/non, sesak pada dada,
takipneu, bunyi napas tambahan, sputum kuning.
10. Keamanan
a. Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, lauka lambat proses penyembuhan
b. Demam berulang
11. Seksualitas
Riwayat perilaku seksual resiko tinggi, penurunan libido, penggunaan kondom
yang tidak konsisten, lesi pada genitalia, keputihan.
12. Interaksi sosial
Isolasi, kesepian,, perubahan interaksi keluarga, aktifitas yang tidak terorganisir

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan denganhambatan upaya nafas (kelemahan otot
pernafasan.
3. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (penyakit HIV/AIDS)

C. Intervensi Keperawatan
SDKI SLKI SIKI

18
1. Hipovolemia Tujuan: Intervensi Keperawatan:
berhubungan Setelah diberikan Manajemen Hipovolemia (hal.184)
dengan tindakan Tindakan :
kekurangan keperawatan selama Observasi
intake cairan 3x24 jam, 1. Periksa tanda dan gejala
(hal.64) diharapkan status hipovolemia
cairan membaik 2. Monitor intake dan output
dengan kriteria hasil: cairan
(hal.107) Terapeutik
1 Kekuatan nadi 3. Hitung kebutuhan cairan
meningkat 4. Berikan posisi modified
2 Turgor kulit Trendlenburg
meningkat 5. Berikan asupan cairan oral
3 Output urin Edukasi
meningkat 6. Anjurkan memperbanyak
4 Dispnea asupan cairan oral
menurun 7. Anjurkan menghindari posisi
5 Frekuensi nadi mendadak
membaik Kolaborasi
6 Tekanan darah 8. Kolaborasi pemberian cairan IV
membaik isotonis (Nacl, RL)
7 Kadar Hb 9. Kolaborasi pemberian cairan IV
membaik hipotonis
10. Kolaborasi pemberian cairan
koloid
11. Kolaborasi pemberian produk
darah
2. Pola nafas tidak Tujuan: Intervensi Keperawatan:
efektif Setelah diberikan Manajemen jalan nafas (hal. 187)
berhubungan tindakan Tindakan:
dengan hambatan keperawatan selama Observasi
upaya nafas 3x24 jam, 1. Monitor jalan nafas
(kelemahan otot diharapkan status 2. Monitor bunyi nafas
pernafasan) pola nafas membaik 3. Monitor sputum

19
(hal.26) dengan kriteria hasil: Terapeutik
(hal.95) 4. Pertahankan kepatenan jalan
1 Dispneu menurun nafas
2 Penggunaan otot 5. Posisikan semi fowler atau
bantu nafas menurun fowler
3 Pemanjangan fase 6. Berikan minum hangat
ekspirasi menurun 7. Berikan fisioterapi dada
4 Frekuensi nafas 8. Berikan oksigen
membaik Edukasi
5 Kedalaman nafas 9. Anjurkan asupan cairan 2000
membaik ml/hari
10. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran
3. Keletihan Setelah diberikan Intervensi Keperawatan:
berhubungan tindakan keperawatan Edukasi aktivitas/istirahat (hal.50)
dengan kondisi selama 3x24 jam, Tindakan :
fisiologis diharapkan Tingkat Observasi
(penyakit keletihan menurun 1.Identifikasi kesiapan dan
HIV/AIDS) dengan kriteria hasil : kemampuan menerima
(hal.130) (hal.141) informasi
1. Kemampuan Terapeutik
melakukan aktivitas 2.Jadwalkan pemberian pendidikan
rutin meningkat kesehatan sesuai kesepakatan
2. Verbalisasi lelah Edukasi
menurun 3. Jelaskan pentingnya melakuakan
3. Lesu menurun aktivitas fisik/olahraga secara
4. Pola istirahat rutin
membaik 4. Anjurkan menyusun jadwal
aktivitas dan istirahat

20
D. Implementasi Keperawatan
Didasarkan pada  diagnosa yang muncul baik secara aktual, resiko, atau potensial.
Kemudian dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai  berdasarkan NCP.
 
E. Evaluasi Keperawatan
Disimpulkan berdasarkan pada sejauh mana keberhasilan mencapai kriteria hasil,
sehingga dapat diputuskan apakah intervensi tetap dilanjutkan, dihentikan, atau diganti
jika tindakan yang sebelumnya tidak berhasil.

21
Bab 4
Penutup
A. Kesimpulan
HIV (Human immunodeficiency Virus) adalah virus pada manusia yang menyerang
system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif lama dapat
menyebabkan AIDS. Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut human
immunodeficiency virus (HIV).Cara penularan HIVmelakukan penetrasi seks, melalui
darah yang terinfeksi, dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius
dengan seseorang yang telah terinfeksi, wanita hamil. Penularan secara perinatal terjadi
terutama pada saat proses melahirkan, karena pada saat itu terjadi kontak secara
lansung antara darah ibu dengan bayi sehingga virus dari ibu dapat menular pada bayi.
Kelompok resiko tinggi: lelaki homoseksual atau biseks, orang yang ketagian obat
intravena, partner seks dari penderita AIDS, penerima darah atau produk darah
(transfusi), bayi dari ibu/bapak terinfeksi. Gejala mayor infeksi HIV adalah BB
menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan, diare kronik yang berlangsung lebih dari 1
bulan, penurunan kesadaran dan adanya gangguan neurologis, demensia / HIV
ensefalopati. Gejala minor: batuk menetap lebih dari 1 bulan, dermatitis generalist,
adanya herpes zoster yang berulang, kandidiasis orofaringeal, herpes simplex kronik
progresif, limfadenopati generalist, infeksi jamur berulang pada kelamin wanita,
retinitis cytomegalovirus.

B. Saran
Dengan dibuatnya makalah HIV-AIDS pada ibu hamil ini, diharapkan nantinya akan
memberikan manfaat bagi para pembaca terutama pemahaman yang berhubungan
dengan bagaimana melakukan sebuah proses asuhan keperawatan terutama pada ibu
hamil yang juga menderita HIV-AIDS.

22
Daftar Pustaka

Bruner, Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2006. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Doengoes, Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3. Jakarta: EGC
.

23

Anda mungkin juga menyukai