Anda di halaman 1dari 17

 Winda Kuncorowati (T201810001)

 Nafisatul Munawaroh (T201810006)


 Mufidatul Nafiah (T201810010)
 Reni Anggraeni (T201810015)
 Nur Dinda Fitrotul Islamiyah (T201810019)
ANATOMI FISIOLOGI  Lucy Firdhyanti (T201810022)
TUMBUHAN  Alif Mardiana (T201810031)
 Qussiyatur Rohmania (T201810034)
Kelompok 1  Ainun Ilmi Wahidah (T201810037)
 Ach.Zaini Al Ayyubi (T201810039)
 AUXIN
Pada tahun 1918 Peal rnendernonstrasikan bahwajika potongan ujung koleoptil itu diletakkan kernbali pada
salah satu sisi dari tunggak koleoptil, maka pertumbuhan akan lebih cepat pada sisi tersebut. Akhimya Went
pada 1928 merekomdensaikan dengan beberapa seri percobaan bahwa ujung koleoptil itu rnengandung zat
yang dapat rnendorong elongasi dari koleoptil yang dipotong itu.

Went menggunakan koleoptil tanaman obat Oat (Avena sativa). Percobaan-percobaan itu dilakukan di dalam
gelap. Ujung-ujung koleoptil dipotong-potong dan diletakkan di atas lembaran agar untuk beberapajarn.
Sesudah itu ujungujung koleoptil itu diangkat dari lernbaran-lernbaran agar tersebut dan dipotong menjadi
potongan kecil-kecil. Jika potongan agar itu diletakkan pada tunggak koleoptil untuk beberapa jam rnaka
koleoptil itu akan turnbuh sarna cepat dengan koleoptil yang tidak dipotong. Went juga rnendernonstrasikan jika
potongan agar itu diletakkan pada salah satu sisi dari tunggak koleoptil untuk beberapa jam rnaka koleoptil itu
akan rnernbengkok, dan tingkat pernbengkokan itu sesuai dengan konsentrasi zat turnbuh yang terdapat dalarn
agar terse but. Percoban Went ini rnenjadi dasar percobaan bio-assay untuk rnengukur aktivitasaktivitas auksin.
Auksin didefinisikan sebagai zat tumbuh yang rnendorong elongasi jaringan koleoptil pada percobaan-percobaan
bio-assay dengan Avena atau tanaman lainnya. Indole Asetic Acid (IAA) adalah auksin endogen atau auksin yang
terdapat pada tanarnan.
Sitokinin dan auksin rnerupakan dua golongan zat pengatur tumbuh yang sangat penting dalarn budidayajaringan
tanarnan. Golongan auksin yang lebih sering digunakan adalah 2,4-D, IAA, NAA, IBA. Auksin yang paling efektif
untuk rnenginduksi pernbelahan sel dan pernbentukan kalus adalah 2,4-D dengan konsentrasi antara 0,2-2 rng/1
untuk sebagianjaringan tanarnan. NAA dan 2,4 D lebih stabil dibandingkan dengan IAA, yaitu tidak rnudah terurai
oleh enzirn-enzirn yang dikeluarkan oleh sel atau karena pernanasan pada saat proses sterilisasi. 1AA juga
kurang menguntungkan karena cepat rusak oleh cahaya dan oksidasi enzimatik.

 Pengaruh Fisiologis dari Auksin


1AA dan Auksin lain berperan pada berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Beberapa aspek
diuraikan secara singkat sebagai berikut:
a) Pembesaran sel
Studi mengenai pertumbuhan koleoptil menunjukkan bahwa 1AA dan auksin- auksin yang lain mendorong
pembesaran sel terse but. Perpanjangan koleoptil atau batang merupakan hasil dari pembesaran sel tersebut.
Penyebaran yang tidak sama dari auksin ini menyebabkan pembesaran sel yang tidak merata dan terjadi
pembengkokan dari koleoptil atau organ tanaman (geotropisma dan fototropisma)
b) Penghambatan mata tunas samping
Pertumbuhan dari mata tunas samping dihambat oleh IAA yang diproduksi pada meristem apical yang diangkut
secara basepetal. Konsentrasi auksin yang tinggi menghambat pertumbuhan mata tunas terse but. Jika sumber
auksin ini dihilangkan denganjalan memotong meristem apical itu maka tunas samping ini akan tumbuh menjadi
tunas.
c) Absisi (pengguguran daun)
Pengguguran daun terjadi sebagai akibat dari proses absisi (proses-proses fisik dan biokimia) yang
terjadi di daerah absisi. Daerah absisi adalah kumpulan sel yang terdapat pada pangkal tangkai
daun. Proses absisi ada hubungannya dengan IAA pada sel-sel di daerah absisi.
d) Aktivitas daripada kambium
Pertumbuhan sekunder termasuk pembelahan sel-sel di daerah kambium dan pembentukan jaringan
xylem dan floem dipengaruhi oleh 1AA. Pembelahan sel-sel di daerah kambium dirangsang oleh
1AA.
e) Pertumbuhan akar
Selang konsentrasi auksin untuk pembesaran sel-sel pada batang, menjadi penghambat pada
pembesaran sel-sel akar. Selang konsentrasi yang mendorong pembesaran sel-sel pada akar
adalah sangat rendah.
Semua efek ini dibahas seakan-akan IAA sebagai satu-satunya fitohormon yang mempengaruhi IAA
berinteraksi dengan fitohormon yang lain seperti giberelin, sitokinin, etilen dan ABA di dalam
mempengaruhi berbagai proses - proses fisiologis. proses-proses terse but. Sekarang telah
diketahui bahwa IAA berinteraksi dengan fitohormon yang lain seperti giberelin, sitokinin, etilen dan
ABA di dalam mempengaruhi berbagai proses - proses fisiologis.
2.Ikatan Indol lainnya
Tumbuhan mengandung beberapa macam senyawa-senyawa indol lainnya selain asam indol asetat. Senyawa
indol tersebut berupa hasil antara dari biosintesis IAA, hasil katabolisme IAA, bentuk- bentuk cadangan dari IAA
dan bentuk IAA yang ditranslokasikan.
IAA dalam bentuk cadangan umumnya IAA asam aspartat, IAA-mioinositol dan IAA glukosa. Bentuk"bentuk
cadangan ini tidak aktif sebagai auksin kecuali bila dihidrolisis kembali menjadi IAA bebas. Di dalam tanaman
terdapat berbagai enzim yang dapat mengubah IAA dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain a tau dari bentuk
yang aktifke bentuk yang non aktif dan sebaliknya. Adanya enzim-enzim tersebut, penting bagi tanaman di dalam
pengaturan konsentrasi IAA di dalam tanaman sesuai dengan kebutuhan tanaman.
3. Auksin Tanaman Bukan Indol
Walaupun auksin bentuk indol yang umumnya terdapat di dalam tanaman, ada beberapa tanaman mempunyai
auksin bukan senyawa indol seperti asam fenil asetat yang mempunyai peranan serupa dengan asam indol asetat.
Dengan teknik analisa yang lebih baik, auksin bukan senyawa indol akan dapat ditemukan pada tanaman-tanaman
lainnya.
4. Auksin Sintetik
Setelah diketemukan IAA sebagai salah satu fitohormon yang penting, maka disintesis senyawa-senyawa serupa
dan diuji keaktifan biologis dari senyawa-senyawa terse but. Golongan-golongan senyawa sintetik yang pertama
dibuat adalah substitusi-substitusi indol seperti propionate dan asam indol butirat. Keduanya mempunyai keaktifan
biologis dan dipergunakan sebagai hormon akar, untuk mendorong pembentukan akar pada stek. Keduanya
mempunyai ciri-ciri indol dan gugus karboksilat pada rantai samping. Perbedaannya terletak pada panjang rantai
samping. Jika rantai samping itu lebih panjang dari butirat senyawa-senyawa tersebut kehilangan aktivitas
biologisnya.
Beberapa spesies tumbuhan mempunyai enzim yang dapat memotong rantai samping itu sehingga dapat
mengubah senyawa indol berantai samping yang panjang yang tidak aktif menjadi senyawa indol yang aktif.
Senyawa-senyawa yang tidak mempunyai ciri-ciri indol tapi mempunyai gugus asam asetat juga mempunyai
keaktifan biologis seperti IAA. Asam naftalene asetat (NAA) dan asam 2,4 diklor asetat (2,4- D) adalah senyawa
tanpa ciri-ciri indol tapi mempunyai aktivitas biologis seperti IAA. NAA dipergunakan sebagai harmon akar,
sedangkan 2,4- D adalah auksin yang paling aktif dan dipergunakan sebagai herbisida, pada dosis rendah
digunakan untuk induksi kalus.
Senyawa-senyawa karbonat mula- mula dikembangkan sebagai fungisida tetapi temyata senyawa terse but
mempunyai aktivitas sebagai auksin juga. Karbonat tidak mempunyai bentuk ciri - ciri tetapi mempunyai gugus
asam asetat.
Ratusan senyawa-senyawa lain telah disintesiskan dan diuji aktivitas auksinnya. Hanya beberapa senyawa saja
yang mempunyai aktivitas biologis. Apa yang paling perlu untuk suatu senyawa mempunyai aktivitas auksin. Jika
dilihat senyawa-senyawa terse but mempunyai ukuran dan bentuk yang sama. Selanjumya senyawa-senyawa
terse but mempunyai struktur elektron yang serupa, dimana bagian tertentu lebih elektro negatif daripada bagian
yang lain. Sifat-sifat di atas itu penting bagi senyawa-senyawa tersebut untuk mengatur moleku1nya pada tempat
tertentu di dalam sel.
Selain hal-hal tersebut di atas faktor - faktor lain yang mempengaruhi aktivitas dari auksin sintetik adalah :
1) Kesanggupan senyawa tersebut untuk dapat menembus lapisan kutikula atau epidermis yang berlilin
2) Sifat translokasi di dalam tanaman
3) Pengubahan auksin menjadi senyawa yang tidak aktif di dalam tanaman ( destruksi a tau pengikatan)
4) Berinteraksi dengan harmon tumbuh lainnya
5) Spesies tanaman
6) Fase pertumbuhan
7) Ungkungan (suhu, radiasi dan kelembaban)
Ilmuwan Jepang (Eiichi Kurosawa) menemukan bahwa cendawan Gibberella fujikuroi mengeluarkan senyawa kimia
yang menjadi penyebab penyakit tersebut. Senyawa kimia tersebut dinamakan Giberelin.

Fungsi atau khasiat gibberellin:


1. Menyebabkan tanaman menghasilkan bunga sebelum waktunya.
2. Menyebabkan terjadinya buah dengan tidak usah diserbuki. Buah menjadi tidak berbiji dan besar.
3. Menyebabkan tanaman yang kerdil menjadi tanamanraksasa dalam waktu yang singkat sekali.
4. Menyebabkan lekas tumbuhnya biji dan tunas.

Peranan Gibberellin bagi Fisiologi Tanaman


Kebanyakan tanaman berespons terhadap pemberian GA dengan pertambahan panjang batang. Pengaruh GA terutama di
dalam perpanjangan ruas tanaman yang disebabkan oleh bertambah besar dan jumlah sel - sel pada ruas -ruas tersebut.
Brian dan Hemming melihat bahwa GA mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap tanaman yang normal dan
tanaman yang kate. Bila tanaman kapri dari k.ultivaryang kate disemprot dengan GA maka teijadi perpanjangan batang
dan tinggi tanaman tersebut serupa dengan tanaman yang normal. Sebaliknya jika tanaman dari kultivar yang normal
diberi GA, maka tanaman tersebut tidak berespons.
Sitokinin berperan penting dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis. Sitokinin yang
pertama sekali ditemukan adalah kinetin, suatu hormon yang terdapat di dalam batang tembakau. Zat
ini meningkatkan pembelahan sel (cytokinesis). Selain itu juga berpengaruh terhadap pembelahan
tunas-tunas serta akar-akar.Kinetin bersama-sama dengan auksin memberikan pengaruh interaksi
terhadap diferensiasi jaringan. Pada pemberian auksin dengan konsentrasi relatif tinggi,
diferensiasi kalus cenderung ke arah pembentukan primordia akar, sedangkan
pada pemberian kinetin yang relatif tinggi, diferensiasi kalus cenderung ke
arah pembentukan primordia batang atau tunas.
 Pengatur pembelahan sel dan diferensiasi sel
Sitokinin, diproduksi dalam jaringan yang sedang tumbuh aktif, khususnya pada akar, embrio dan buah.
Sitokinin yang diproduksi di dalam akar, akan sampai ke jaringan yang dituju, dengan bergerak ke bagian
atas tumbuhan di dalam cairan xylem. Ketika satu potongan jaringan parenkim batang dikulturkan tanpa
memakai sitokinin, maka selnya itu tumbuh besar tetapi tidak membelah. Akan tetapi, apabila sitokinin itu
ditambahkan bersama-sama dengan auksin, maka sel itu dapat membelah.
 Pengaturan Dominansi Apikal
Sitokinin, Auksin, dan factor lainnya berinterasksi dalam mengontrol dominasi apical yaitu suatu
kemampuan dari tunas terminal untuk menekan perkembangan tunas aksilar. Auksin dan Sitokinin bekerja
secara antagonistis dalam mengatur pertumbuhan tunas aksilari. Auksin yang ditransportasikan ke bawah
tajuk dari tunas terminal, secara langsung menghambat pertumbuhan tunas aksilar. Apabila tunas terminal
yang merupakan sumber auksin utama dihilangkan, maka penghambatan tunas aksilar juga akan hilang
dan tanaman menjadi menyemak. Aplikasi auksin pada permukaan potongan kecambah yang terpenggal,
akan menekan kembali pertumbuhan tunas lateral.
 Efek Anti Penuaan
Sitokinin, dapat menahan penuaan beberapa organ tumbuhan, dengan menghambat pemecahan protein,
dengan menstimulasi RNA dan sintesis protein, dan memobilisasi nutrien dari jaringan di sekitarnya.
 ETILEN
Etilen adalah suatu gas yang dapat digolongkan sebagai zat pengatur pertumbuhan (phytohormon) yang aktif
dalam pematangan.
Untuk meningkatkan hasil buah yang masak baik secara kualias maupun kuantitasnya dapat diusahakan
dengan substansi tertentu antara lain dengan zat pengatur pertumbuhan Etilen.

Etilen mula-mula diketahui dalam buah yang matang oleh para pengangkut buah tropica selama pengapalan
dari Yamaika ke Eropa pada tahun 1934, pada pisang masak lanjut mengeluarkan gas yang juga dapat
memacu pematangan buah yang belum masak. Sejak saat itu Etilen (C2H2) dipergunakan sebagai sarana
pematangan buah dalam industri.

Proses pematangan buah sering dihubungkan dengan rangkaian perubahan yang dapat dilihat meliputi warna,
aroma, konsistensi dan flavour (rasa dan bau). Perpaduan sifat-sifat tersebut akan menyokong kemungkinan
buah-buahan enak dimakan. Proses pematangan buah juga diatur oleh hormon antara lain auxin, sithokinine,
gibberellin, asam-asam absisat dan etilen.
PERANAN ETILEN
A. Etilen sebagai hormon pematangan
Etilen sebagi hormon akan mempercepat terjadinya klimakterik. Klimakterik
dapat didefinisikan sebagai suatu periode mendadak yang unik bagi buah
dimana selama proses terjadi serangkaian perubahan biologis yang diawali
dengan proses sintesis ethylene.

B. Etilen Pada Absisi Daun


Kehilangan daun pada setiap musim gugur merupakan suatu adaptasi untuk
menjaga agar tumbuhan yang berganti daun, selama musim dingin tetap hidup
ketika akar tidak bisa mengabsorpsi air dari tanah yang membeku. Sebelum
daun itu mengalami absisi, beberapa elemen essensial diselamatkan dari daun
yang mati, dan disimpan di dalam sel parenkhim batang.

C. Etilen dan Permeablitas Membran


Etilen adalah senyawa yang larut di dalam lemak sedangkan membran dari sel
terdiri dari senyawa lemak. Oleh karena itu etilen dapat larut dan menembus ke
dalam membran mitokondria.
Interaksi Etilen dengan Auxin
Di dalam tanaman ethylene mengadakan interaksi dengan hormon auxin. Apabila konsentrasi auxin
meningkat maka produksi etilen pun akan meningkat pula.

Produksi dan Aktifitas Etilen


Produksi etilen dipengaruhi oleh faktor suhu dan oksigen. Suhu rendah maupun suhu tinggi dapat
menekan produksi ethylene.
Penemuan Asam Absisat
Pada tahun 1950-an dan 1960-an pengetahuan tentang auksin, giberelin, dan sitokinin, termasuk dalam pembelahan
sel dan/atau pertumbuhan sel, pasti ada juga beberapa hormone alami yang berperan sebagai penghambat
pertumbuhan. Hal ini diketahui seperti batang berhenti tumbuh dan dormansi pada musim gugur dan musim dingin, biji
masak dormansi, daun menua, dan buah yang telah masak jatuh. Dengan demikian dibuatlah ekstrak dari beberapa
bagian tumbuhan dan jaringan yang diuji untuk menghambat kuncup istirahat, perkecambahan biji, induksi IAA pada
koleoptil dan menunjukkan hasil yang positif. Selanjutnya pada tahun 1963 dilakukan fraksiansi dan bioassay
menyebabkan pemurnian dan kristalisasi “Abcissin II” dari buah dan daun kapas, yang menyebabkan gugurnya buah
kapas dan pada tahun 1965 ditemukan “Dormin” dari daun pohon Ara (Acer pseudoplatanus). Kedua senyawa identik
ini kemudian disebut dengan Asam Absisat (ABA) (Srivastava, 2001).

C
Hormon Asam Absisat
Hormon asam absisat merupakan senyawa yang bersifat inhibitor (penghambat) yang cara kerjanya berlawanan
dengan hormon auksin dan giberelin. Salah satu fungsi auksin adalah untuk memacu proses pemanjangan sel.
Sedangkan salah satu fungsi dari giberelin adalah untuk mengakhiri proses dormansi pada biji yang terpengaruhi oleh
asam absisat.
Biji akan berkecambah ketika ABA dihambat dengan cara membuatnya tidak aktif, atau dengan membuangnya
atau melalui peningkatan aktivitas giberelin. Biji beberapa tumbuhan gurun mengakhiri dormansinya ketika
hujan lebat melunturkan ABA dari biji. Biji tumbuhan lain memerlukan cahaya atau stimulus lain untuk memicu
perombakan asam abisat. Perbandingan keberadaan ABA terhadap giberelin pada suatu biji akan menentukan
apakah biji itu akan tetap dorman atau berkecambah (Taiz, 2010).
ABA menyebabkan tanaman mengalami dormansi, dimana hal ini menguntungkan bagi tanaman tersebut
apabila terjadi perubahan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan seperti halnya kurangnya air tanah
dan perubahan suhu pada iklim musim gugur dan musim dingin.

Letak Asam Absisat dan Transpornya pada Tanaman


Abscissin telah diisolasi dari berbagai tanaman. Jumlah ABA yang ditemukan pada tanaman bervariasi antar
spesies dan antar organ. Misalnya. Dalam pulp buah alpukat konsentrasi ABA sebanyak 10 mg/kg. konsentrasi
ABA bervariasi tergantung pada kondisi ingkungan atau organ tubuh tanaman. Dalam daun Phaseolus
vulgaris, apabila mengalami stress air dalam waktu 90 menit maka jumlah ABA akan meningkat dari 15 mg/kg
menjadi 175 mg/kg (Plantcellbiology).
Tempat produksi atau lokasi hormon asam absisat pada tumbuhan yaitu di daun, batang, akar dan buah hijau.
Fungsi utama asam absisat yaitu menghambat pertumbuhan, menutup stomata selama kekurangan air,
menghambat pemutusan dormansi
Pada daun, ABA berada pada 3 bagian sel yang berbeda, yakni : (1) pada sitosol, dimana disintesis, (2) pada
kloroplas dimana ABA diakumulasikan, dan (3) pada dinding sel. Para ahli fisiologi berpendapat bahwa ABA
dapat merangsang penutupan stomata adalah ABA yang berada pada dinding sel. ABA pada dinding sel ini
berasal dari sel-sel mesofil daun tempat di mana ABA ini disintesis.

Cara kerja Asam Absisat


Cara kerja dari asam absisat ini seperti meransang penutupan stomata pada waktu kekurangan air,
mempertahankan dormansi dan biasanya terdapat didaun, batang, akar, buah berwarna hijau. Pengangkutan
hormo ABA dapat terjadi baik di xylem maupun floem dan arah pergerakannya bisa naik atau turun. Transportasi
ABA dari floem menuju ke daun dapat diransang oleh salinitas (kegaraman tinggi).

Fungsi Asam Absisat


 Secara fisiologis berfungsi dalam pengaturan perkecambahan biji, mendorong sintesis protein simpanan,
mengurangi efek kekurangan air, peristiwa absisi, dormansi tunas, memacu transport fotosintat yang sedang
berkembang.
 Dormansi tunas
 Menghambat perkecambahan biji
 Mempengaruhi pembungaan tanaman
 Memperpanjang masa dormansi umbi-umbian
 Mempengaruhi pucuk tumbuhan untuk melakukan dormansi
 Untuk menghadapi lingkungan dengan suhu rendah dan kadar garam atau salinitas yang tinggi
 Menghambat pembelahan sel kambium pembuluh
The Last Thank You !!
Any Question ?

Anda mungkin juga menyukai