Anfistum Kel 1 (4) - Reduce
Anfistum Kel 1 (4) - Reduce
Went menggunakan koleoptil tanaman obat Oat (Avena sativa). Percobaan-percobaan itu dilakukan di dalam
gelap. Ujung-ujung koleoptil dipotong-potong dan diletakkan di atas lembaran agar untuk beberapajarn.
Sesudah itu ujungujung koleoptil itu diangkat dari lernbaran-lernbaran agar tersebut dan dipotong menjadi
potongan kecil-kecil. Jika potongan agar itu diletakkan pada tunggak koleoptil untuk beberapa jam rnaka
koleoptil itu akan turnbuh sarna cepat dengan koleoptil yang tidak dipotong. Went juga rnendernonstrasikan jika
potongan agar itu diletakkan pada salah satu sisi dari tunggak koleoptil untuk beberapa jam rnaka koleoptil itu
akan rnernbengkok, dan tingkat pernbengkokan itu sesuai dengan konsentrasi zat turnbuh yang terdapat dalarn
agar terse but. Percoban Went ini rnenjadi dasar percobaan bio-assay untuk rnengukur aktivitasaktivitas auksin.
Auksin didefinisikan sebagai zat tumbuh yang rnendorong elongasi jaringan koleoptil pada percobaan-percobaan
bio-assay dengan Avena atau tanaman lainnya. Indole Asetic Acid (IAA) adalah auksin endogen atau auksin yang
terdapat pada tanarnan.
Sitokinin dan auksin rnerupakan dua golongan zat pengatur tumbuh yang sangat penting dalarn budidayajaringan
tanarnan. Golongan auksin yang lebih sering digunakan adalah 2,4-D, IAA, NAA, IBA. Auksin yang paling efektif
untuk rnenginduksi pernbelahan sel dan pernbentukan kalus adalah 2,4-D dengan konsentrasi antara 0,2-2 rng/1
untuk sebagianjaringan tanarnan. NAA dan 2,4 D lebih stabil dibandingkan dengan IAA, yaitu tidak rnudah terurai
oleh enzirn-enzirn yang dikeluarkan oleh sel atau karena pernanasan pada saat proses sterilisasi. 1AA juga
kurang menguntungkan karena cepat rusak oleh cahaya dan oksidasi enzimatik.
Etilen mula-mula diketahui dalam buah yang matang oleh para pengangkut buah tropica selama pengapalan
dari Yamaika ke Eropa pada tahun 1934, pada pisang masak lanjut mengeluarkan gas yang juga dapat
memacu pematangan buah yang belum masak. Sejak saat itu Etilen (C2H2) dipergunakan sebagai sarana
pematangan buah dalam industri.
Proses pematangan buah sering dihubungkan dengan rangkaian perubahan yang dapat dilihat meliputi warna,
aroma, konsistensi dan flavour (rasa dan bau). Perpaduan sifat-sifat tersebut akan menyokong kemungkinan
buah-buahan enak dimakan. Proses pematangan buah juga diatur oleh hormon antara lain auxin, sithokinine,
gibberellin, asam-asam absisat dan etilen.
PERANAN ETILEN
A. Etilen sebagai hormon pematangan
Etilen sebagi hormon akan mempercepat terjadinya klimakterik. Klimakterik
dapat didefinisikan sebagai suatu periode mendadak yang unik bagi buah
dimana selama proses terjadi serangkaian perubahan biologis yang diawali
dengan proses sintesis ethylene.
C
Hormon Asam Absisat
Hormon asam absisat merupakan senyawa yang bersifat inhibitor (penghambat) yang cara kerjanya berlawanan
dengan hormon auksin dan giberelin. Salah satu fungsi auksin adalah untuk memacu proses pemanjangan sel.
Sedangkan salah satu fungsi dari giberelin adalah untuk mengakhiri proses dormansi pada biji yang terpengaruhi oleh
asam absisat.
Biji akan berkecambah ketika ABA dihambat dengan cara membuatnya tidak aktif, atau dengan membuangnya
atau melalui peningkatan aktivitas giberelin. Biji beberapa tumbuhan gurun mengakhiri dormansinya ketika
hujan lebat melunturkan ABA dari biji. Biji tumbuhan lain memerlukan cahaya atau stimulus lain untuk memicu
perombakan asam abisat. Perbandingan keberadaan ABA terhadap giberelin pada suatu biji akan menentukan
apakah biji itu akan tetap dorman atau berkecambah (Taiz, 2010).
ABA menyebabkan tanaman mengalami dormansi, dimana hal ini menguntungkan bagi tanaman tersebut
apabila terjadi perubahan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan seperti halnya kurangnya air tanah
dan perubahan suhu pada iklim musim gugur dan musim dingin.