Anda di halaman 1dari 7

Kelompok II : Muhammad Fathurrohman (T210173036)

Rizki Diana Susanti (T201810005)

Hilmy Rofikoh (T201810038)

CITA CITA DAN HARAPAN PELAJAR

A. Latar Belakang

cita-cita, tujuan, dan harapan setiap anak didik sejak kecil perlu ditumbuhkan
dalam pendidikan, agar sejak dini anak didik terarah, kemampuan, hobi dan bakatnya
terutama pada jenjang pendidikan yang akan dilaluinya. Setiap aktivitas yang dilakukan
manusia harus ada harapan dan tujuan, tak ada manfaatnya sebuah aktivitas taka da arah
tujuan yang dicita-citakan, apalagi berurusan dengan pendidikan.

Manusia yang hidup memang harus mempunyai cita-cita tujuan dan harapan yang
menggairahkan semangat kerja, semangat usaha, dan semangat belajar dan bekerja. Tak
berarti orang hidup tanpa cita-cita, tanpa tujuan dan tanpa harapan dampaknya membuat
lemah semangat belajar dan semangat etos kerja. Sebagian orang mengatakan, bahwa
hidup tanpa cita-cita bagaikan langit tanpa bintang. Cita-cita yang digantung seorang
pelajar hendaknya lebih tinggi dan lebih besar, jangan lebih kecil. Cita-cita yang besar
inilah yang akan membuat seseorang menjadi besar. Syair Arab mengatakan :

ُّ ‫ي‬
‫والز َح ِل‬ َّ ‫ق الثُّ َر‬
َ ْ‫َو ِه َّمتُهُ فَو‬ ‫ُك ْن َر ُجالً رحْ لُهُ تَحْ تَ ْال ِجبَا ِل‬
“Jadilah engkau seorang sekalipun kakinya dibawah gunung, tetapi cita-citanya diatas
bintang tsuraya dan zuhal”

Untuk mendalami hadis tentang cita-cita pelajar berikut ini akan dipaparkan secara
tematik yaitu cita-cita pelajar, ingin menjadi mukmin yang kuat dan kesuksesan ilmu
sehingga menjadi orang yang berguna.

1
B. Pembahasan
1. Cita-cita Pelajar
Hadist Cita-Cita pelajar

‫" الَ َح َس َد إِال فِي ْاثنَتَ ْي ِن‬: ‫صلَّى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم‬ َ ‫ي‬ٌ ِ‫ قَال النَّب‬: ‫ع َْن َع ْب ِدهللاِ ْبنَ َم ْسعُود قَال‬
‫ضي بِهَا‬ ِ ‫ق َو َر ُج ٌل اتَاهُ هللا ْال ِح ْك َمةَ فَهُ َو يَ ْق‬ َ ‫َر ُج ٌل اَتَاه هللاُ َماالً فَ ُسلِّطَ َعلَى هَلَ َكتِ ِه فِي‬
ِّ ‫الح‬
)‫َويُ َعلِّ ُمهَا "(متفق عليه‬
Kosakata ;
َ ‫ الَ َح‬:Tidak ada iri yang diperbolehkan, maksud iri disini adalah ghitbah
1. ‫س َد‬
tidak syar’i yaitu berharap memiliki nikmat yang dimiliki orang lain.
َ }َ‫ فَ ُسلِّط‬:Dikuasakan, dimungkinkan dibelanjakan.
2. ‫علَى هَلَ َكتِ ِه‬
ِّ ‫الح‬
3. ‫ق‬ َ ‫ فِي‬:Pada berbagai kebaikan.
ِ ‫ ْال‬:Ilmu yang bermanfaat. Ilmu syar’i, Al-Quran.
4. َ‫ح ْك َمة‬

ِ ‫ يَ ْق‬:Mengamalkan, berhukum dan berfatwa sesuai dengan tuntutannya.


5. ‫ضي بِهَا‬
Terjemah ;

Dari Abdillah bin Mas’ud berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Tidak iri
(hasut) yang diperbolehkan, kecuali pada dua orang; seseorang yang diberi kekayaan
harta oleh Allah, lalu dikuasakan atas belanjakannya pada jalan kebenaran. Dan
seseorang yang diberi hikmah (ilmu yang bermanfaat) oleh Allah SWT, ia amalkan
dan ia ajarkannya kepada orang lain”. (HR. Muttafaq Alayh)1

 Sanad ; ‫صلَّى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم‬ ٌ ِ‫ قَال النَّب‬: ‫ع َْن َع ْب ِدهللاِ ْبنَ َم ْسعُود قَال‬
َ ‫ي‬
 Matan ; ‫ق‬ َ ‫الَ َح َس َد إِال فِي ْاثنَتَي ِْن َر ُج ٌل اَتَاه هللاُ َماالً فَ ُسلِّطَ َعلَى هَلَ َكتِ ِه فِي‬
ِّ ‫الح‬
ِ ‫َو َر ُج ٌل اتَاهُ هللا ْال ِح ْك َمةَ فَه َُو يَ ْق‬
‫ضي بِهَا َويُ َعلِّ ُمهَا‬
 Rawi ; Ibnu Mas’ud

1 Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi: Hadis-Hadis Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012) 161

2
Penjelasan Hadits

Hadis ini menjelaskan ada dua hasut (iri hati) yang diperbolehkan dalam
islam. Pertama, harta benda seseorang yang didermakan di jalan Allah. Kedua, ilmu
pengetahuan yang dimiliki seseorang dan kemudian diamalkan dan diajarkan.2 Hasut
atau iri disini diartikan ghitbah yang diperbolehkan bukan syar’i yang terlarang.

‫احبِهَا‬
ِ ‫ص‬َ ِ‫أن لَهُ ِم ْثلُل هَ ِذ ِه النِّ ْع َم ِة َم َع بَقَائِهَا ل‬
ْ ‫تَ َمنِّى ْال َمرْ ِء‬

Cita-cita seseorang memiliki seperti nikmat ini serta utuhnya nikmat itu bagi
pemiliknya.

Berbeda iri atau hasut syar’i yang terlarang, yaitu:

‫ال النِّ ْع َم ِة ِم ْن َغي ِْر ِه‬ َ ‫تَ َمنِّى‬


ِ ‫زَو‬

Mengharapkan lenyapnya nikmat dari orang lain.

Iri ghitbah seperti di atas diperintahkan bagi setiap orang karena termasuk


bagian dari berbalap dalam kebaikan, terutama bagi pelajar perlu mempunyai cita-cita
yang tinggi supaya dapat memotivasi hidup dalam perjuangan mencapai cita-cita yang
tinggi itu. Dalam mendidik anak sejak kecil perlu ditumbuhkan cita-cita, agar dapat
mendorong lebih giat belajarnya dan terarah jenjang serta jurusan pendidikan yang
akan ditempuh.

Iri ghitbah identik dengan cita-cita atau harapan ingin menjadi orang sukses


seperti orang lain yang telah sukses. Cita-cita yang diinginkan konkret karena telah
melihat bukti nyata di tengah-tengah masyarakat. Sebagaimana yang disebutkan
dalam hadist ada dua macam bentuk iri atau cita-cita yang diinginkan, yaitu: 3

1. Ingin Menjadi Seseorang yang Sukses dalam Harta

Pada hadist di atas disabdakan Nabi SAW:

ٌ ‫َر ُج ٌل أتَاهُ هللا َماال فَس ُْلطَ َعلَى هَلَ َكتِ ِه فِى ال َح‬
‫ق‬

“Seseorang yang diberi kekayaan harta oleh Allah, lalu dikuasakan atas
belanjakannya pada jalan kebenaran”.

Dalam Bukhari dan Ahmad riwayat Ibnu Umar:


2 Ibid., 161.
3 Ibid., 162.

3
‫فَهُو يُ ْنفِقُهُ اَنآ َء النَّهَار‬

“Ia dermakan sepanjang malam dan sepanjang siang”.

Harta itu didermakan di jalan kebaikan sepanjang waktu, seluruh hartanya


baik yang kecil maupun yang besar didermakan di jalan Allah, bukan untuk maksiat
dan bukan disia-siakan yang tidak ada manfaat dunia akhirat.

Seseorang boleh berkeinginan menjadi seorang sukses dalam usaha, sukses


dalam materi, kemudian ia bisa membelanjakan ke jalan kebaikan dan kebenaran.
Dalam Islam harta itu selain dibelanjakan untuk kepentingan pribadi juga kepentingan
keluarga secara seimbang dan adil. Harta itu selain dibelanjakan untuk kepentingan
keluarga juga untuk kepentingan sosial di jalan Allah. Seseorang anak boleh
mempunyai cita-cita ingin menjadi pengusaha yang sukses yang mendermakan
hartanya ke jalan kebaikan seperti orang itu. Anak juga boleh mempunyai cita-cita
menjadi seorang dokter, insinyur, menteri, gubernur, dan lain-lain. Harta dan jabatan
itu nanti akan dibelanjakan ke jalan kebaikan atau untuk membantu sosial keagamaan
seperti membantu pembangunan masjid, pesantren, madrasah fakir miskin, dan yatim
piatu.

2. Ingin Menjadi Seorang Sukses dalam Ilmu

Rasulullah SAW menjelaskan iri yang diperbolehkan kedua sebagai berikut:

‫ضي بِهَا َويُ َعلِّ ُمهَا‬


ِ ‫َر ُج ٌل اَتَاهُ هللا ال ِح ْك َمةَ فَهُ َو يَ ْق‬

“Dan seorang yang diberi hikmah (ilmu yang bermanfaat) oleh Allah SWT, ia
amalkan dan ia ajarkan kepada orang lain”.

Cita-cita kesuksesan ilmu dalam hadist di atas jatuh urutan kedua sesuai
dengan cita-cita dan keinginan manusia pada umumnya. Mayoritas mereka lebih
berpihak ingin sukses dalam materi atau jabatan daripada ilmu, padahal kesuksesan
ilmu ini sebagai kunci kesuksesan yang lain termasuk materi juga.

Iri yang diperbolehkan kedua adalah bercita-cita ingin seperti seorang yang
diberi ilmu yang banyak dan bermanfaat, diamalkan dan diajarkan kepada orang lain.

Pelajaran yang Dipetik dari Hadist

4
1. Iri hati di sini dimaksudkan ghibthah, yaitu memiliki cita-cita kebaikan seperti yang
dimiliki orang lain adalah suatu anjuran dalam agama dan bagian dari berlomba dalam
kebaikan.
2. Anjuran memiliki cita-cita yang tinggi bagi para pelajar agar dapat memotivasi
meraihnya dengan belajar yang sungguh-sungguh.
3. Dengki yang tercela yakni mengharapkan hancurnya nikmat orang lain adalah sebuah
penyakit sosial yang berbahaya dan mengancam tegaknya persatuan umat.
4. Anjuran bersifat murah tidak bakhil terhadap harta yang telah diberikan Allah.
5. Anjuran mempelajari ilmu yang bermanfaat diamalkan dan diajarkan. 4

Biografi Singkat Perawi Hadist

Abu Abdurrahman Al Hudzali Al Maliki Al Muhajirin Al Badri, pemimpin


bani Zuhrah. Beliau sosok imam yang memiliki segudang ilmu dan berpemahaman
mendalam. Beliau termasuk salah sahabat yang pertama kali masuk islam, penghulu
para ulama, pejuang perang badar, sahabat yang melakukan hijrah dua kali,
memperoleh harta rampasan pada waktu perang yarmuk, memiliki banyak
keistimewaan, dan banyak meriwayatkan ilmu. Ibnu Mas’ud wafat dimadinah dan
dikubur di Baqi’ pada tahun 32 Hijriyah dalam usia 63 tahun. 5

2. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan ialah suatu faktor yang sangat penting dalam pendidikan,
karena tujuan merupakan arah yang ingin dicapai dalam pendidikan. Tidak dapat
dipungkiri kalau tujuan pendidikan itu menyangkut tujuan hidup. Pendidikan
dikembangkan dalam konteks membantu perkembangan manusia memiliki kecakapan
untuk bertahan hidup, melaksanakan tugas kehidupan, yang sering disebut tujuan
fungsional dan tujuan praktis, yang meliputi skill, keterampilan, dan kecakapan.

Hadis tujuan pendidikan


4 Ibid., 163.
5 Ibid., 163.

5
‫ من يرد هللا به خيرا‬: ‫صلَّى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم‬
َ ‫ قال رسول هللا‬: ‫عن ابن عباس رضى هللا عنه قال‬
)‫(رواه} البخاري‬.....‫يفقهه في الذين وانما العلم بالتعلم‬
Dari Ibnu Abbas R.A Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang
dikehendaki Allah menjadi baik, maka dia akan difahamkan dalam hal agama. Dan
sesungguhnya ilmu itudiperoleh melalui belajar” (HR. Bukhori)

‫ كن عالما او متعلما او مستمعا اومحبا وال تكن (رواه‬: ‫صلَّى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلَم‬ ٌ ِ‫قَال النَّب‬
َ ‫ي‬
)‫البيهقي‬
Rasulullah SAW bersabdah : “jadilah engkau orang yang berilmu (pandai) atau orang yang
belajar, atau orang yang mendengarkan ilmu atau yang mencintai ilmu. Dan jangan lah
engkau menjadi orang yang kelima, maka kamu akan celaka.” (HR.Baihaqi)

Hadis di atas menjadi landasan pendidikan. ‫ كن عالما‬jadilah ahli ilmu. hadis ini
memerintahkan untuk memilih jalan ilmu, pencari ilmu, menjadi pendengar dan
pecinta ilmu. Dilarang menjadi orang yang kelima sebagai kehancuran. Hadist
tersebut mengajak kita untuk menjadi orang yang berilmu, atau orang mencari ilmu,
atau pendengar ilmu, atau pencinta ilmu. Itulah hakikat tujuan dari pendidikan, yakni
memiliki ilmu, bukan tujuan lain, maksudnya jangan jadi selain dari yang empat
tersebut seperti pemalas, pembenci ilmu, perusak ilmu, dan lain sebagainya.

Penulis banyak merenungkan tentang hadis berikut ini. ‫من يرد هللا به خيرا يفقهه في‬
‫ الذين‬barang siapa dikehendaki Allah baginya kebaikan difahamkan nya agama. Orang
akan diberikan kebaikan Allah. Kebaikan secara social, mental, spiritual, politik,
ekonomi dan lainnyadengan cara difahamkannya agama. Agama menjadi kunci Allah
bagi kebaikan seseorang. Dengan kata lain kalau ingin memperoleh kebaikan apapun
di dunia dan akhrerat jangan jauhjauh dari agama. Dalam pengertian ini agama kunci
kebaikan seseorang. Dengan kata lain, kalau ingin memperoleh kebaikan apapun
didunia dan akhirat jangan jauh-jauh dari agama. Dalam pengertian ini, agama
Aadalah kata kunci kebaikan seseorang agar tidak jauh-jauh dari agama maka
seseorang diwajibkan untuk menuntut ilmu agar tujuan pendidikan dapat terwujud. 6

 Sanad : ‫صلَّى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلَ َ}م‬


َ ‫ قال رسول هللا‬: ‫عن ابن عباس رضى هللا عنه قال‬
6 Hasbiyallah, hadist tarbawi, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2015), 11-15

6
 Matan : ‫من يرد هللا به خيرا يفقهه في الذين وانما العلم بالتعلم‬.....
 Perawi : ‫ابن عباس‬
Biografi singkat perawi hadist

Beliau merupakan anak dari keluarga yang kaya dari perdagangan bernama
Abbas bin Abdul-Muththalib, maka dari itu dia dipanggil Ibnu Abbas, anak dari
Abbas. Ibu dari Ibnu Abbas adalah Ummu al-Fadl Lubaba, yang merupakan wanita
kedua yang masuk Islam, melakukan hal yang sama dengan teman dekatnya Khadijah
binti Khuwailid, istri Nabi Muhammad. Ayah dari Ibnu Abbas dan ayah dari
Muhammad merupakan anak dari orang yang sama, Syaibah bin Hâsyim, lebih
dikenal dengan nama Abdul-Muththalib. Ayah orang itu adalah Hasyim bin
Abdulmanaf, penerus dari Bani Hasyim klan dari Quraisy yang terkenal di Mekkah.
Ibnu Abbas juga memiliki seorang saudara bernama Fadl bin Abbas. Ibnu Abbas
wafat pada tahun 68 H dalam usia 71 tahun. Dari Ibnu Jubair menceritakan, bahwa
Ibnu Abbas wafat di Thaif.7

C. Kesimpulan

Berangkat dari keterangan yang telah dipaparkan diatas, kami daopatmengambil


beberapa kesimpulan, diantaranya:

1. Hadis di atas menunjukkan bahwa tujuan ideal pendidikan islam untuk ilmu
(menjadi ma’rifatullah, sunatullah) guna pembinaan akhlak, penguatanvisi, modal
kehidupan manusia.
2. Menyiapkan untuk hidup dudunia dan akhirat.
3. Penguasaan ilmu dan keterampilan sebagai modal untuk bekerja dalam dunia
danmempersiapkan kehidupan yang lebih bahagia di akhirat.

7 Rizqullah Ahmad, Mahdi, biografi rasulullah, (Jakarta: Qithi Press, 2005), 455-458, google book

Anda mungkin juga menyukai