Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fenomena kesehatan jiwa di Indonesia, merupakan masalah yang

sangat mempengaruhi produktivitas, kebahagiaan manusia dan kualitas

kesehatan perorangan maupun masyarakat yang tidak mungkin ditanggulangi

oleh satu sektor saja, tetapi memerlukan kerjasama multisektor. Mutu sumber

daya manusia tidak akan meningkat jika hanya menggunakan tenaga manusia

tanpa menyelaraskan kesehatan jiwa, karena manusia terdiri dari 3 (tiga)

aspek yaitu organ biologis (fisik atau jasmani), psikoedukatif (mental-

mosional atau kejiwaan), dan sosiokultural (sosial budaya dan lingkungan).

Apabila ingin memperbaiki mutu dari sumber daya manusia ketiga aspek

tersebut harus diperhatikan secara seksama kemudian diimplementasikan di

masyarakat. Jika salah satu dari ketiga aspek tersebut terabaikan maka upaya

peningkatan mutu sumber daya manusia tidak akan tercapai (Keliat, 2010).

Berdasarkan data dari World Health Organitation WHO (2018) ada

sekitar 450 juta orang didunia menderita gangguan jiwa termasuk skizofrenia.

Skizofrenia menjadi gangguan jiwa paling dominan dibanding gangguan jiwa

lainnya. Penderita gangguan jiwa sepertiga tinggal di negara berkembang, 8

dari 10 orang yang menderita skizofrenia tidak mendapatkan penanganan

medis. Gejala skizofrenia muncul pada usia 15-25 tahun lebih banyak

ditemukan pada laki-laki dibandingkan pada perempuan (Ashturkar & Dixit,

2013).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 hasil

data prevalensi ganggunan mental emosional pada penduduk yang berumur

15 tahun di indonesia mencapai 9.8% sedangkan di bagian NTB berada di

urutan ke 7 , dengan waraga yang mengalami ganguan mental dan emosional

pada tahun 2013 6.6% di tahun 2018 12,56% .

Menurut (Riskesdas, 2018), NTB berada di urutan ke-3 dengan jumlah

(10%) yang warganya mengalami gangguan jiwa, adapun di urutan ke-2 yaitu

provinsi DIY ( daerah istimewa yogyakarta ) warganya mengalami gangguan

jiwa (10%) , dan di urutan ke-1 ada provinsi bali dengan jumlah warganya

mengalami gangguan jiwa (11%)

Harga diri rendah merupakan bagian konsep diri, konsep diri sangat

erat kaitanya dengan diri individu. Kehidupan yang sehat, baik fisik maupun

psikologis salah satunya didukung oleh konsep diri yamg baik dan stabil.

Konsep diri adalah hal-hal yang berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan

serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu dalam membina

hubungan interpersonal (Darmawan, 2013).

Harga diri rendah, dapat menimbulkan masalah pada setiap individu

yang cenderung pasien mengkritik diri sendiri, adanya perasaan tidak mampu

dalam segala hal, pandangan hidup yang pesimis, penurunan produktifitas,

dan penolakan terhadap kemampuan sendiri. Sehingga hal tersebut memicu

munculnya masalah lain. diantaranya isolasi sosial, kemudian halusinasi juga

bisa terjadi karena kebiasaan tersebut memungkinkan suara atau bisikan

muncul. Masalah lain yang kemungkinan terjadi adalah resiko perilaku

kekerasan, rasa tidak terima tentang suatu hal karena merasa direndahkan
seseorang maupun suara bisikan yang menghasut untuk melakukan tindakan

merusak lingkungan dan menciderai orang lain (Afifakhrurrozi, 2016).

Masalah pada pasien dengan gangguan harga diri rendah,

penatalaksanaan yang di berikan yaitu Psikofarmaka (dengan obat-obatan),

Psikoterapi, Therapy Modalitas adapun pengertian dan macam macam terapi

modalitas yaitu :

Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi

ini di berikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptif

menjadi perilaku adaptif (Keliat, 2004). Terapi modalitas adalah terapi dalam

keperawatan jiwa, dimana terapis mendasarkan potensi yang dimiliki pasien

(modal-modality) sebagai titik tolak terapi atau penyembuhannya (Sarka,

2008)

Jenis-jenis terapi modalitas

Ada beberapa jenis, terapi modalitas. Terapi modalitas antara lain

sebagai berikut:

Terapi individual

Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan

pendekatan hubungan individual antara seorang terapis dengan seorang klien.

Suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk

mengubah perilaku klien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang

disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis

(terstruktur) sehingga melalui hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku

klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal hubungan.  


Terapi lingkungan

Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar

terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi

perilaku adaptif. Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam

arti terapeutik. Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh

dan berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam

aktivitas dan interaksi. Tujuan dari terapi lingkungan ini adalah memampukan

klien dapat hidup di luar lembaga yang diciptakan melalui belajar kompetensi

yang diperlukan untuk beralih dari lingkungan rumah sakit ke lingkungan

rumah tinggalnya

Terapi biologis

Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model

medical di mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ada beberapa

jenis terapi somatic gangguan jiwa meliputi: pemberian obat (medikasi

psikofarmaka), intervensi nutrisi,electro convulsive therapy (ECT), foto

terapi, dan bedah otak. Beberapa terapi yang sampai sekarang tetap

diterapkan dalam pelayanan kesehatan jiwa meliputi medikasi psikoaktif dan

ECT.

Terapi kognitif

Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap

yang mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan

adalah membantu mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan

dengan mengidentifikasi pola berfikir dan keyakinan yang tidak akurat

tentang stressor tersebut.


Ada tujuan terapi kognitif meliputi:

 Mengembangkan pola berfikir yang rasional. 

 Mengubah pola berfikir tak rasional yang sering mengakibatkan gangguan

perilaku menjadi pola berfikir rasional berdasarkan fakta dan informasi

yang actual. Membiasakan diri selalu menggunakan pengetesan realita

dalam menanggapi setiap stimulus sehingga terhindar dari distorsi pikiran. 

 Membentuk perilaku dengan pesan internal. Perilaku

dimodifikasi  dengan  terlebih dahulu mengubah pola berfikir.

Terapi keluarga

Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh

anggota keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi

keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu

sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi;

tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.

Terapi  aktivitas kelompok

Terapi aktivitas kelompok Sosialisasi (TAKS) adalah upaya

memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah

hubungan sosial, yang bertujuan untuk meningkat hubungan sosial dalam

kelompok secara bertahap (Keliat & Akemat, 2005).

Terapi perilaku

Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa

perilaku timbul akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya

dapat dipelajari dan disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat.


Teknik dasar yang digunakan dalam terapi jenis ini adalah:  

 Role model  

 Kondisioning operan 

 Desensitisasi sistematis  

 Pengendalian diri 

 Terapi aversi atau releks kondisi

Terapi bermain

Terapi bermain diindikasikan untuk anak yang mengalami depresi,

anak yang mengalami ansietas, atau sebagai korban penganiayaan (abuse).

Bahkan juga terapi bermain ini dianjurkan untuk klien dewasa yang

mengalami stress pasca trauma gangguan identitas disosiatif dan klien

yang mengalami penganiayaan (Majnun, 2009).

Dari uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian pada

salah satu pasien yang memilki masalah pada gangguan jiwa, khususnya

dengan pasien harga diri rendah dengan melakukan penerapam melalui

terapi kognitif .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka penulis

merumuskan masalah “Bagaimana menerapkan terapi kognitif pada pasien

dengan Harga Diri Rendah ?

Tujuan studi kasus

Tujuan studi kasus adalah menggambarkan asuhan keperawatan

dengan penerapan terapi kognitif dalam meningkatkan kemampuan berfikir

serta menigkatkan daya ingat pada pasien harga diri rendah.


1.3 Manfaat studi kasus

1. Masyarakat

Diharapkan masyarakat khususnya pasien dan keluarga dapat

memahami tentang penerapan terapi kognitif ini sebagai ilmu untuk

mencegah kekambuhan dari masalah kesehatan jiwa khususnya pada

pasien dengan gangguan harga diri rendah .

2. Pengetahuan dan teknologi keperawatan

Penerapan terapi kognitif pada pasien dengan gangguan harga diri

rendah, perkembangan ilmu ini dapat menjadi tambahan ilmu bagi

institusi keperawatan khususnya bagi keperawatan jiwa

3. Penulis

Proposal karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat

melalui pengalaman nyata bagi penulis, nambah pengetahuan penulis

untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari pendidikan khusus

pada penerapan terapi kognitif pada pasien harga diri rendah.

Anda mungkin juga menyukai