Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KROMATOGRAFI GAS

DISUSUN OLEH:
M. YOGI IRAWAN

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2014
Teori Kromatografi Gas
Kromatografi gas adalah suatu teknik analisis yang didasarkan pada
pemisahan fisik zat organik atau anorganik yang stabil pada pemanasan dan
mudah diatsirikan (diuapkan). Kromatografi gas sebagai instrument untuk analisis
fisika-kimia menduduki posisi yang sangat penting dan banyak dipakai. Hal ini
disebabkan karena:

1. Aliran fase mobil (gas) terkontrol dan kecepatannya tetap.


2. Sangat mudah terjadi pencampuran uap sample ke dalam aliran fase mobil.
3. Pemisahan fisik terjadi dalam kolom yang jenisnya banyak sekali,
panjangnya bisa diatur dan temperaturnya juga bisa diatur.
4. Banyak sekali macam detector yang dapat dipakai pada kromatografi gas
(saat ini dikenal 13 macam detector) dan tanggap detector adalah
porposional dengan jumlah tiap komponen yang keluar dari kolom.
5. Kromatografi gas sangat mudah digabung dengan instrument fisiko-kimia
yang lainnya, contoh: GC, FT-IR atau MS.

Volume pembawa yang diperlukan untuk menggerakkan pita zat terlarut


pada keseluruhan panjang suatu kolom adalah volume retensi (VR), yaitu besaran
fundamental yang diukur dalam kromatografi gas. Untuk suatu kolom tertentu
yang dioperasikan pada temperatur (tc) dan laju aliran gas pembawa (Rc), maka
waktu yang diperlukan masing-masing komponen untuk tinggal di dalam kolom
dikenal sebagai waktu retensinya (tR). Jarak pada sumbu waktu, dari titik injeksi
sampel sampai puncak suatu komponen yang terelusi dikenal sebagai waktu
ratensi tanpa koreksi (tR) (Khopkar S. M, 2008).

Mekanisme kerja kromatografi gas adalah sebagai berikut. Gas dalam


silinder baja bertekanan tinggi dialirkan melalui kolom yang berisi fase diam.
Cuplikan berupa campuran yang akan dipisahkan, biasanya dalam bentuk larutan,
disuntikkan ke dalam aliran gas tersebut. Kemudian cuplikan dibawa oleh gas
pembawa ke dalam kolom dan di dalam kolom terjadi proses pemisahan.
Komponen-komponen campuran yang telah terpisahkan satu per satu
meninggalkan kolom. Suatu detektor diletakkan di ujung kolom untuk mendeteksi
jenis maupun jumlah tiap komponen campuran. Hasil pendeteksian direkam
dengan rekorder dan dinamakan kromatogram yang terdiri dari beberapa peak.
Jumlah peak yang dihasilkan menyatakan jumlah komponen (senyawa) yang
terdapat dalam campuran. Bila suatu kromatogram terdiri dari 5 peak maka
terdapat 5 senyawa atau 5 komponen dalam campuran tersebut. Sedangkan luas
peak bergantung kepada kuantitas suatu komponen dalam campuran. Karena
peak-peak dalam kromatogram berupa segitiga maka luasnya dapat dihitung
berdasarkan tinggi dan lebar peak tersebut (Hendayana S, 2010).

Gambar. 1 Instrumen dari Kromatografi Gas

Sumber : www.chem-is-try.org

Instrumentasi
Suatu kromatograf yang baik terdiri dari komponen-komponen penting
berikut, yaitu : (i) regulator tekanan, (ii) sistem injeksi sampel, (iii) kolom
penunjang fase diam, (iv) fase diam, (v) detektor, (vi) pencatat signal (rekorder).
Tinjauan masing-masing alat ini:
1) Regulator tekanan: Tekanan diatur pada sekitar 1-4 atmosfer, sedangkan aliran
diatur 1-1000 liter gas per menit. Katup pengatur aliran diatur oleh pengatup
berbentuk jarum terletak pada bagian bawah penunjuk aliran. Sebelum kolom,
gas pengemban dialirkan dulu pada suatu silinder berisi molekular sieve untuk
menyaring adanya kontaminasi pengotor. Persyaratan dari gas pembawa adalah
kemurniannya yang tinggi, sebagai contoh helium dengan kemurnian 99,995%.
Masalah kemurnian gas yang sangat tinggi tiap detector memberikan tuntutan
kemurnian yang berbeda. Aliran gas pembawa ini harus tetap selama
operasional dan laju aliran gas sebelum masuk ke dalam kolom bersama uap
sample. Gas pembawa He, N2, H2, Ar, umumnya digunakan, tetapi untuk
detektor konduktivitas termal, He lebih disukai karena konduktivitas termalnya
yang tinggi. Tekanan gas pembawa bervariasi disesuaikan dengan kondisi
kebutuhan analisis, biasanya tekanan 10-50 psi (di atas tekanan kamar) dengan
laju aliran 25-150 ml/menit.
2) Sistem injeksi sampel: Yang terpenting dari sistem injeksi sampel adalah
program temperatur pada sistem injeksi sampel. Umumnya temperatur di atur
500C di atas titik didih komponen yang dianalisis. Sampel diinjeksikan dengan
suatu macro syringe melalui suatu septum karte silikon ke dalam kotak logam
yang panas. Kotak logam tersebut dipanaskan dengan pemanas listrik.
Banyaknya sampel berkisar antara 0,5-10 l.
3) Kolom kromatografi: Terbuat dari tabung yang dibuat berbentuk spiral terbuka.
Baja tahan karat digunakan untuk tabung kolom kromatografi bila bekerja pada
temperatur tinggi. Diameter kolom bervariasi dari 1/16 sampai 3/16. Panjang
umumnya adalah 2 meter (Khopkar S. M, 2008). Kolom pada gas kromatografi
yang biasa digunakan ada dua jenis kolom yaitu Packed Column dan Open
Tubular Column. Packed column terbuat dari stainless steel atau gelas dengan
garis tengah 3-6 mm dan panjang 1-5 m. Kolom diisi dengan serbuk zat padat
halus atau zat padat sebagai zat pendukung yang dilapisi zat cair kental yang
sukar menguap sebagai fasa diam. Jenis kolom packed ini lebih disukai untuk
tujuan preparatif karena dapat menampung jumlah cuplikan yang banyak.
Kolom terbuka (kolom kapiler) lebih kecil dan lebih panjang dari kolom
packed. Diameter kolom terbuka berkisar antara 0,1-0,7 mm dan panjangnya
berkisar antara 15-100 m. Jenis kolom ini disebut juga kolom kapiler. Kolom
terbuka bisa mencapai 100 m panjangnya karena bagian dalam kolom tidak
terhalang oleh fasa diam. Dengan panjangnya kolom diharapkan kolom akan
lebih efisien. Dengan penggunaan kolom terbuka memberikan resolusi yang
lebih tinggi. Akan tetapi, kolom terbuka tidak dapat menampung volume
cuplikan yang banyak (Hendayana S, 2010).
4) Penunjang stasioner: Struktur dan sifat permukaan memegang peranan
penting. Struktur berperanan pada efisiensi kolom, sedangkan sifat permukaan
menentukan tingkat pemisahan. Permukaan penunjang akan terselimuti oleh
fase cair stasioner berupa lapisan film tipis. Penunjang yang sering digunakan
adalah tanah diatomaeus dan kieselguhr.
5) Fase stasioner: Salah satu keunggulan kromatografi gas cair terletak pada
variasi fase cair untuk partisi yang dapat tersedia dalam jumlah tidak terbatas.
Pembatasnya adalah penguapan, kestabilan termal dan kemampuannya
membasahi penunjang fase cair dapat dikelompokkan pada cairan nonpolar,
cairan dengan kepolaran menengah, karbowax yang bersifat polar dan
senyawa-senyawa yang berikatan hidrogen seperti glikol. Temperatur
maksimum yang didapat diperlukan terhadap suatu kolom ditentukan oleh
penguapan fase stasioner. Banyaknya fase stasioner suatu kolom dinyatakan
dengan persen berat. Suatu kolom dengan fase stasioner 15% berarti tiap 100 g
kolom mengandung 15 g fase stasioner. Bergantung pada fase stasioner
dilekatkan pada kolom, maka dikenal kolom WCOT (Wall Coater Open
Tubular), yaitu fase stasioner dilapiskan pada penunjang.
6) Detektor : Peka terhadap komponen-komponen yang terpisahkan di dalam
kolom serta mengubah kepekaannya menjadi sinyal listrik. Kuat lemahnya
sinyal bergantung pada laju alir massa sampel dan bukan pada konsentrasi
sampel gas penunjang. Range suatu detektor dinyatakan sebagai sinyal terbesar
yang teramati dibagi sinyal terlemah yang masih terdeteksi dan masih
memberikan respons yang linear. Detektor harus terletak dekat kolom baik
untuk menghindarkan kondensasi cairan maupun dekomposisi sampel sebelum
mencapai detektor. Untuk kolom berpenunjang (packed column) detektor TCD
(thermal conductivity detector) paling cocok tetapi untuk kolom terbuka (tanpa
penunjang), FID merupakan detektor yang tepat. FID pada kolom
berpenunjang bisa digunakan bila efluent diperkuat oleh suatu splitter aliran,
TCD, FID dan ECD (electron capture detector) merupakan detektor-detektor
yang umum digunakan, tetapi TCD-lah yang paling populer. Alat ini terdiri
atas empat komponen thermal sensing yang tebuat dari thermistor atau kawat
tahanan yang dapat dibuat tetap kencang selama pemanasan. Thermistor adalah
semikonduktor elektronik yang terbuat dari lelehan oksida suatu logam yang
tahanan listriknya bervariasi terhadap temperatur. Detektor ini bermanfaat
terutama pada volume sel yang kecil dan tidak ada kontak langsung dengan
aliran gas. Perbedaan konduktivitas termal antara gas oenunjang dan campuran
sampel dengan gas penunjang biasanya diukur. Dengan TCD, maka
konduktivitas termal komponen sampel. Gas H2, He cocok untuk hal ini.
7) Pencatat sinyal: Akurasi suatu kromatogram pada suatu daerah pembacaan
ditentukan oleh pemilihan pencatat sinyalnya. Kadangkala sinyal perlu
diperkuat. Respons melewati skala penuh haruslah 1 detik. Kepekaan perekam
adalah 10 mV dan berjangkauan dari 1-10 mV. Kadangkala mutlak diperlukan
penguatan sinyal. Dalam operasi saluran langsung dua elektrometer dibangun
menjadi satuan sinyal (Khopkar S. M, 2008).

Prosedur Pengoperasian Kromatografi Gas


- Membuat Metode
a. Klik dua kali untuk Instrument 1 (on line)
b. Klik Instrument / Edit parameter
c. Isikan parameter yang diinginkan, tekan Apply, OK
d. Klik Valve 1/2/3 pada posisi off
e. Klik Inlet
f. Klik Column
g. Klik Oven
h. Klik Detector
i. Klik Signal
j. Klik Aux
k. Klik Run Time
l. Klik Option
m. Klik OK, jika setting parameter selesai
n. Klik Save As, OK
o. Pilih data path, ketik nama file, OK
p. Klik Close
- Sample Running
a. Untuk memulai menganalisa sampel, pilih method yang digunakan.
Tunggu hingga Chemstation dan GC berstatus ready
b. Tekan Start pada GC dan tunggu hingga hasil print out keluar
c. Klik Close (kembali ke Method Run Control)
- Kalibrasi
a. Klik Menu, View, Method Run Control
b. Run Standard Gas LNG (RUN I dan RUN II)
c. Pilih hasil Run yang paling stabil untuk dasar kalibrasi (RUN II)
d. Klik Calibration / New Calibration
e. Klik OK bila muncul : Level 1 default Amount 0.00
f. Klik Yes, bila muncul : “Overwrite Existing Calib” dan bagian bawah
warna dasar merah dengan tulisan : Parameter 1
g. Klik Menu : “Integrate / Delete Peaks” dan warna merah akan hilang
h. Klik Calibration / New Calibration
i. Atur tampilan pada 3 (tiga) layar monitor dengan memakai pointer mouse
j. Pada layar Calib Table, tulis nama komponen pada lajur Compound dan
konsentrasi (Mol %) pada Amount sesuai standard yang berlaku
k. Klik OK pada layar Calib Table
l. Klik Yes bila muncul : “Delete Line with zero amount”
m. Klik Integrate
n. Klik Graphic / Signal Option
o. Klik OK
p. Klik Report / Specify Report
q. Klik OK
r. Klik Menu Report / Print Report
s. Run Standard Gas (RUN III)
Parameter Kinerja GC
1. HETP
HETP (Height Equivalent to a Theoritical Plate) adalah ukuran dari
efisiensi kolom yang merupakan fungsi dari parameter-parameter:
 Kecepatan alir fasa gerak (carrier gas)
 Ukuran partikel dari bahan pengisi kolom
 Cara mengisi bahan tersebut ke dalam kolom
Perhitungan HETP adalah jumlah pelat secara teoritis dibagi dengan panjang
kolom kromatografi. Praktisnya, efisiensi kolom dapat ditentukan oleh besar
kecilnya nilai HETP, yakni gambaran sempit tidaknya puncak yang dihasilkan.
Teori pelat pada kromatografi dapat diibaratkan menggunakan prinsip distilasi,
yakni prinsip pemmisahan. Jumlah pelat dapat dihitung:
tR 2
N = 16( )
w
- tR adalah waktu retensi dari sampel diinjeksikan sampai terbentuk
puncak pada kromatogram.
- W adalah lebar dari puncak yang dihasilkan pada kromatogram.
- N adalah jumlah pelat per centimeter.
Nilai HETP yang dihasilkan:
L
HETP =
N
Jika nilai HETP yang diperoleh kecil, maka jumlah pelat per cm diperoleh akan
banyak. Semakin banyak pelat dengan HETP yang kecil akan menghasilkan
pemisahan kromatografi yang baik.
Pelebaran Puncak Kromatogram
Kromatogram yang ideal memiliki puncak yang tinggi, yaitu ramping dan
tidak saling tindih antar satu puncak dengan yang lain. Namun kadang-kadang
terjadi pelebaran puncak kromatogram. Penyababnya antara lain:
1. Eddy diffusion
Kolom dikemas menggunakan partikel fase diam yang kecil. Kemudian,
fase gerak akan melewati kolom dengan membawa analit. Terdapat
beberapa analit yang dapat lewat dengan mudah dan sampai ke detektor
daripada beberapa partikel yang mengalami pengalihan (diversi) karena
harus melewati partikel-partikel fase diam yang tidak homogen. Cara
terbaik untuk meminimalkan Difusi Eddy yang terbentuk dapat digunakan
kolom dengan terisi dengan partikel yang homogen densitasnya.
2. Longitudinal diffusion
Biasanya terjadi jika kecepatan alir fase gerak lambat. Pada keadaan
tersebut, aliran fase gerak dengan analit yang dekat dengan fase diam akan
almbat karena adanya Van Der Walls force sedangkan yang berada di
tengah lebih cepat alirannya namun konsentrasinya lebih kecil daripada
yang samping. Karenanya analit yang semula tertahan oleh gaya Van Der
Walls di samping akan berdifusi ke tengah sesuai dengan hukum Ficks.
Cara meminimalkan difusi longitudinal adalah mempercepat laju alir dan
menurunkan temperatur.
3. Mass Transfer Equilibrum
Faktor ini terjadi jika laju alir fase gerak yang cepat dan mengakibatkan
pemisahan komponen dalam kolom menjadi kurang sempurna. Langkah
untuk meminimalkan terjadinya transfer massa yaitu menggunakan
partikel yang kecil untuk memperlluas permukaan partikel agar
kesetimbangan antara fase diam dan gerak mudah tercapai, menaikkan
temperatur dan laju alir yang diperlambat.
Faktor-faktor diatas dapat dibuat suatu kurva yang disebut kurva Van
Deemter dan diperoleh dari persamaan Van Deemter:
H = A+B/+C
dimana:
A = difusi eddy
B = konstanta difusi longitudinal
C = konstanta transfer massa, dan
 = laju alir fase gerak
Berdasarkan persamaan tersebut dapat dilihat bahwa efisiensi pemisahan
pada kromatografi bergantung pada ketiga faktor diatas, dan pelebaran
puncak yang disebabkan oleh difusi longitudinal dan transfer massa
bergantung pada laju alir fase gerak.

2. Resolusi
Resolusi adalah ukuran dari kemampuan kolom untuk memisahkan dua
puncak resolusi diukur dari dua peak yang berdekatan dan kita ingin
memisahkannya.
Pada umumnya, yang paling sulit dilakukan adalah memisahkan sepasang peak
yang berdekatan. Jika dapat menarik sebagiannya dengan sukses, yang lainnya
juga akan terpisahkan dengan baik pula.
Perhitungan untuk mencari resolusi adalah:
RS = 2  tR / (W1 + W2)
dimana:
 tR = selisih dari waktu retensi (tR) antara dua peak yang saling berdekatan
W1 = lebar peak komponen 1
W2 = lebar peak komponen 2
Apabila nilai resolusi lebih besar dari 1,5 maka pemisahan yang baik atau
lebih besar dari 99,7%. Namun, apabila nilai resolusi lebih kecil dari 1,5 maka
pemisahan yang dihasilkan kurang baik (Harmita, 2012).

3. Faktor Selektifitas
Faktor selektifitas (α) adalah faktor dimana kolom yang digunakan selektif
dalam atau memisahkan komponen-komponen dalam campuran. Faktor
selektifitas yang baik berada lebih besar dari satu (1).
Persamaan faktor selektifitas:
α = trb – t0 / tra – t0
dimana:
trb dan tra adalah waktu retensi komponen b dan a
t0 adalah waktu retensi pelarut

4. Repeatibilitas
Repeatibilitas adalah hasil dari perulangan yang diperoleh dari analisis
komponen yang sama dan seharusnya tidak berbeda jauh nilainya antara satu
dengan yang lain. Repeatibilitas merupakan salah satu parameter dari menentukan
kepresisian data-data yang dihasilkan. Presisi adalah seberapa dekat data-data
tersebut dengan nilai benar (true value). Semakin kecil perbedaan hasil
pengukuran berulangnya semakin baik unjuk kerja dari instrument ukur tersebut.
Adapun dalam melakukan pengukuran berulang harus memenuhi persyaratan:
1. Menggunakan metode atau prosedur yang sama
2. Instrumen ukur yang digunakan sama
3. Ruang dan lokasi pengukuran sama
4. Dilakukan oleh observer atau personel yang sama
5. Pengulangan dilakukan dengan periode waktu yang pendek dan konsisten
Penentuan repeatibilitas standar dapat diperoleh dari %RSD standar harus <5%.
Apabila lebih dari 5%, berarti ada kebocoran pada sistem GC (Pelatihan LIPI
Bandung, Rosmalina, 2012).

5. Linearitas
Linearitas adalah kemampuan detektor memberikan respon yang
proporsional dengan konsentrasi analit dalam rentang konsentrasi tertentu
(Rosmalina, 2012). Linearitas dapat diperoleh dengan cara membuat kurva
hubungan antara volume analit yang diinjeksikan dengan luas area yang diperoleh.
Dengan demikian, seiring bertambahnya jumlah analit yang diberikan, maka area
peak yang terbentuk pun juga akan bertambah besar.

6. Akurasi
Akurasi didefinisikan sebagai kedekatan dari kesesuaian antara hasil
pengukuran dengan nilai benar besaran ukur. Nilai dari akurasi ini merupakan
suatu konsep kualitatif.

Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Gas

- Kelebihan dari kromatografi gas:

1. Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggi.

2. Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi


pemisahan yang tinggi.

3. Gas mempunyai vikositas yang rendah.

4. Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat sehingga


analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi.

5. Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase diam
yang sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala macam
campuran.

- Kekurangan dari kromatografi gas:

1. Teknik Kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap.

2. Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran


dalam jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan,
pemisahan pada tingkat gram mungkin dilakukan, tetapi pemisahan dalam
tingkat pon atau ton sukar dilakukan kecuali jika ada metode lain.

3. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif
terhadap fase diam dan zat terlarut.

Anda mungkin juga menyukai