Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

DOSEN PENGAMPU : MARIANA NGUNDJU AWANG,S.SiT.,M.Kes

OLEH

NAMA : ARIANCE MIKA MALO

TINGKAT: 1 B

NIM : PO530324019454

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES


KEMENKES KUPANG
JURUSAN KEBIDANAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
anugerahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.Makalah ini
berjudul SPIP dan pembangunan integritas sebagai bagian dari korupsi khusunya bidang
pendidikan dan kesehatan

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Kupang , 10 juni 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………..….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sistem pengendalian internal pemerintahan/SPIP sebagai bagian dari anti korupsi
khusnya bidang pendidikan dan kesehatan..............................................................3

2.2 Pembangunan Zona integritas di lingkungan kesehatan dan pendidikan………7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan........................................................................................................10

3.2 Saran..................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem Pengendalian Intern (SPI) merupakan tindakan dan kegiatan yang
dilaksanakan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan
efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan. Jadi SPIP adalah sistem pengendalian intern yang
diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah.
“Korupsi”kata ini mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita,kat sering kit abaca di
media massa dan bahkan kerab kali menghiasi layar kaca televise kita.dimana pelaku
korupsi biasanya berasal dari kalangan pejabat yang telah mendapatkan kepercayaan dari
masyarakat.namun,dengan mudahnya mereka menghianati kepercyaan rakyat.dengan rasa
tidak bersalah mereka mengelapkan uang Negara dan berhura-hura dengan uang tersebut
semantar itu negaralah yang menjadi korban ulah mereka dan harus menanggung
kerugian yang mereka sebabkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sistem pengendalian internal pemerintahan/SPIP sebagai bagian dari anti
korupsi khusnya bidang pendidikan dan kesehatan?
2. Bagaimanakah pembangunan Zona integritas di lingkungan kesehatan dan
pendidikan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami sistem pengendalian internal pemerintahan/SPIP sebagai
bagian dari anti korupsi khusnya bidang pendidikan dan kesehatan
2. Mengetahui dan memahami pembangunan Zona integritas di lingkungan kesehatan
dan pendidikan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem pengendalian internal pemerintahan/SPIP sebagai bagian dari anti korupsi
khusnya bidang pendidikan dan kesehatan

1. Pengertian dan Unsur SPIP

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) merupakan Sistem Pengendalian


Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Penyelenggaran SPIP dikatakan berhasil mencapai tujuannya apabila
ditandai oleh eksistensi dua aspek, yaitu aspek desain pengendalian intern (control design)
dan aspek penerapannya (control implementation). Aspek desain pengendalian terkait dengan
masalah ada tidaknya dan baik tidaknya rancangan pengendalian intern suatu organisasi.
Sedangkan aspek penerapan menyangkut efektif tidaknya pelaksanaan rancangan
pengendalian terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka
memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan
tolok ukur yang telah ditetapkan.

Sebelum menelaah lebih jauh, ada baiknya menyegarkan ingatan tentang pemahaman
SPIP yang tentu saja rujukan utamanya adalah PP No. 60 Tahun 2008. SPIP dilandasi
pemikiran bahwa Sistem Pengendalian Intern melekat sepanjang kegiatan, dipengaruhi oleh
sumber daya manusia, serta hanya memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan
mutlak. Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan
efisien, keandalan pelaporan ke uangan, pengamanan asset Negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan.

SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya


efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan Negara, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan asset Negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan.

SPIP terdiri atas lima unsur yaitu: lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan
pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan pengendalian intern. Penerapan
unsur SPIP tersebut harus dilaksanakan menyatu dan menjadi bagian integral dari kegiatan
Instansi Pemerintah.

Lingkungan pengyendalian adalah kondisi di dalam Instansi Pemerintah yang


mempengaruhi efektivitas pengendalian intern. Pimpinan Instansi Pemerintah dan seluruh
pegawai harus menciptakan dan memelihara lingkungan dalam keseluruhan organisasi yang
menimbulkan perilaku positif dan mendukung terhadap pengendalian intern dan manajemen
yang sehat.

2. SIP Di bidang Kesehatan

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Aparat Pengawasan Intern


Pemerintah (APIP) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah mencapai level 3. SPIP
level 3 adalah bukti pengendalian satuan kerja telah terdokumentasikan dengan baik.

Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek mengatakan Maturitas SPIP Kemenkes mencapai


Level 3. Artinya, segala kegiatan pengendalian satuan kerja di Kemenkes telah
terdokumentasikan dengan baik.Sementara kapabilitas APIP level 3 artinya Inspektorat
Jenderal saat ini dalam pelaksanaan pengawasan intern telah sesuai dengan standar audit,
yakni Kebijakan, Proses, Prosedur Audit Intern telah ditetapkan, didokumentaskan dan
terintegrasi satu sama lain.

''SPIP mencapai level 3 artinya bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian


terhadap satuan kerja telah terdokumentasi dengan baik, namun evaluasi atas pengendalian
intern belum terdokumentasikan dengan memadai. Kriteria untuk mencapai level tersebut di
antaranya harus melaksanakan jasa konsultasi, tersedianya staf APIP yang profesional, dan
pengembangan kompetensi sumber daya manusia (SDM) APIP berbasis tim. Selain itu juga
harus ada sistem pengukuran kinerja, pengoptimalan dalam pemanfaatan informasi dan
teknologi, serta dilakukannya pengawasan oleh manajemen kementerian/lembaga terhadap
kegiatan APIP.

Terdapat 5 level SPIP dan APIP, level 0 belum memiliki kebijkan dan prosedur, level
1 (rintisan) ada praktik pengendalian intern, ada kebijakan dan prosedur tertulis, namun
masih bersifat ad-hoc dan tidak terorganisasi dengan baik. tanpa komunikasi dan
pemantauan.

Level 2 (berkembang), ada praktik pengendalian intern tapi tidak terdokumentasi


dengan baik. Pelaksanaan tergantung pada individu dan belum melibatkan semua unit
organisasi. Efektivitas pengendaliannya pun belum dievaluasi.Level 3 (terdefinisi), ada
praktik pengendalian intern yang terdokumentasi dengan baik. Evaluasi atas pengendalian
intern dilakukan tanpa dokumentasi yang memadai. Level 4 (terkelola dan terukur), ada
praktik pengendalian internal yang efektif, evaluasi formal dan terdokumentasi.Level 5
(optimum), menerapkan pengendalian intern yang berkelanjutan, dan terintegrasi dalam
pelaksanaan kegiatan. Pemantauan otomatis dilakukan menggunakan aplikasi komputer.

2.2 Pembangunan Zona Integritas di lingkungan pendidikan dan kesehatan

Kemenkes sebenarnya telah memiliki nilai-nilai dasar pelaksanaan program kesehatan


untuk mencapai tujuan Pembangunan Kesehatan, yaitu Pro Rakyat, Inklusif, Responsif,
Efisien dan Efektif, serta Bersih. Nilai-nilai ini tidak hanya untuk tercapainya tujuan program
semaksimal mungkin, tetapi juga tercapai melalui pelaksanaan yang baik, benar, bersih dan
terhindar dari tindak pidana korupsi.

Mewujudkan Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan
Melayani (WBBM) bukanlah pekerjaan mudah, tegas Menkes.Menurut Menkes, dalam
pelaksanaannya diperlukan perencanaan yang baik, terstruktur dan tersistem, serta harus in
line dengan sistem yang dikembangkan dan dilaksanakan secara Nasional oleh Pemerintah
Pusat.

Di samping itu, keberhasilan pembangunan Zona Integritas, sangat ditentukan oleh


kapasitas dan kualitas integritas masing-masing individu dan integritas dari organisasi.
Kapasitas dan kualitas integritas dari individu sangat menentukan kapasitas dan kualitas
integritas dari organisasi dimana individu itu berada dan melakukan kegiatannya, jelas
Menkes.

Integritas individu adalah sikap mental, pikiran dan tindakan yang selaras dengan
nilai-nilai baik serta diyakini bermanfaat bagi dirinya sendiri dan organisasi. Dalam integritas
ini terkandung nilai-nilai kejujuran, loyalitas, komitmen, dan nilai perbaikan, untuk
selanjutnya diimplementasikan dalam bentuk tindakan yang konkrit.Sementara integritas
organisasi adalah kesatuan dari integritas individu-individu yang ada di dalam organisasi
tersebut.

Karena itu, saya instruksikan kepada seluruh aparatur kesehatan, baik yang bekerja di
tingkat Pusat maupun Daerah, untuk bersama-sama membangun integritas individu dan
integritas organisasi di lingkungan kerja kita masing-masing. Sehingga ke depan, Kemenkes
menjadi bersih dan terbebas dari tindakan yang koruptif, kolutif dan nepotisme, kata Menkes.

Selanjutnya, Menkes menyatakan bahwa Kementerian Kesehatan senantiasa


melakukan perubahan menuju ke arah yang lebih baik. Salah satu keberhasilannya, misalnya
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang telah memberikan opini Wajar Dengan
Pengecualian (WDP) atas laporan keuangan Kemenkes tahun 2011. Sebelumnya pada 2009
dan 2010, BPK memberikan opini Tidak Memberikan Pendapat (TMP) atau disclaimer.

Selain itu, Kemenkes telah membentuk Unit Layanan Terpadu (ULT), yang
memberikan pelayanan atas: (a) Perizinan Sarana Produksi dan Distribusi Alkes; (b)
Registrasi Alkes dan PKRT; (c) Rekomendasi Sekolah Kesehatan; (d) Ethical Clearance
Peneliti Kesehatan; (e) Informasi Registrasi Dokter/Dokter Gigi; (f) Rekomendasi
Pengobatan Tradisional Asing; (g) Perizinan dan Akreditasi Rumah Sakit; dan (h) Pengaduan
Masyarakat melalui Hot Line Service dan Email (Pusat Tanggap dan Respon Cepat).

` Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi
yang mengatur tentang pelaksanaan program reformasi birokrasi .Peraturan tersebut
menargetkan tercapainya tiga sasaran hasil utama yaitu peningkatan kapasitas dan
akuntabilitas organisasi/institusi pemerintah yang bersih da bebas KKN, serta peningkatan
pelayanan publik. Dalam rangka mengakselerasi pencapaian sasaran hasil tersebut, maka
berdasarkan Peraturan Menteri PAN dan RB No. 52 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi
Bersih dan Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah, Kementerian Kesehatan telah
berkomitmen melakukan upaya percepatan pencegahan korupsi dan mewujudkan Aparatur
Kementerian Kesehatan RI yang Bersih dan Melayani melalui pencanangan Zona Integritas
serta membangun birokrasi yang kuat, akuntabel dan mampu melayani masyarakat secara
lebih baik. Komitmen tersebut secara nyata diwujudkan melalui pencanangan Zona Integritas
(ZI) menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) di lingkungan Kementerian Kesehatan RI.

BAB II

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) merupakan Sistem Pengendalian


Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Penyelenggaran SPIP dikatakan berhasil mencapai tujuannya apabila
ditandai oleh eksistensi dua aspek, yaitu aspek desain pengendalian intern (control design)
dan aspek penerapannya (control implementation). Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) dan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) RI telah mencap
ai level 3. SPIP level 3 adalah bukti pengendalian satuan kerja telah
terdokumentasikan dengan baik.
Keberhasilan pembangunan Zona Integritas, sangat ditentukan oleh kapasitas dan
kualitas integritas masing-masing individu dan integritas dari organisasi. Kapasitas dan
kualitas integritas dari individu sangat menentukan kapasitas dan kualitas integritas dari
organisasi dimana individu itu berada dan melakukan kegiatannya

3.2 Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam memahami
tentang Sistem pengendalian Intern Pemerintah(SPIP)di bidang pendidikan dan kesehatan
dan juga mengenai pembangunan Zona integritas
DAFTAR PUSTAKA
Adwirman, dan dkk. 2015. Buku Ajar Pendidikan Dan Budaya Anti Korupsi. Jakarta: Pusat
Pendidikan dan Penelitian Tenaga Kesehatan

Bambang Rudito, dkk. 2016. Aparatur Sipil Negara Pendukung Reformasi Birokrasi.
Jakarta : KENCANA

Elvi Trionovani. 2016. Pengetahuan Budaya Anti Korupsi. Jakarta: pusdik SDM kesehatan

Suwardi. 2018. Reformasi Birokrasi. Jakarta: Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara


dan Reformasi Birokrasi.

Rizal,Ahmad.2015.Sip di lingkungan kesehatan.Jurnal penelitian: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai