LP Usia Pra Sekolah - Vinsensius Joko
LP Usia Pra Sekolah - Vinsensius Joko
Disusun oleh:
VINSENSIUS JOKO
NIM. 190070300011017
1. PENGERTIAN
Perry dan Potter (2005) menyebutkan usia anak prasekolah merupakan masa
kanak-kanak awal, yaitu berada pada usia 3 sampai 6 tahun. Anak usia prasekolah
merupakan fase perkembangan individu sekitar 3-6 tahun, ketika anak mulai memiliki
kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat mengatur diri dalam buang
air (toilet training), dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya
(mencelakakan dirinya). Potensial mengembangkan rasa inisiatif adalah tahap
perkembangan anak usia 3-6 tahun dimana pada usia ini anak akan belajar
berinteraksi dengan orang lain, berfantasi dan berinisiatif, pengenalan identitas
kelamin, meniru. Perkembangan psikososial adalah proses perkembangan
kemampuan anak dalam berinisiatif menyelesaikan masalahnya sendiri sesuai dengan
pengetahuannya. Kemampuan ini diperoleh jika konsep diri anak positif karena anak
mulai berkhayal dan kreatif serta meniru peran-peran di sekelilingnya. Anak berinisiatif
melakukan sesuatu dan memberi hasil. Anak merasa bersalah jika tindakannya
berdampak negatif. Sikap lingkungan yang suka melarang dan menyalahkan, membuat
anakn kehilangan inisiatif. Pada saat dewasa, anak akan mudah mengalami rasa
bersalah jika melakukan kesalahan dan tidak kreatif (Keliat et.al, 2011).
3. Proses Terjadinya
Inisiatif adalah kelanjutan autonomi. Parameternya adalah kualitas usaha,
perencanaan, dan kegiatan dengan tujuan motorik melakukan sesuatu. Melalui cara ini,
anak belajar menguasai dunia di sekitarnya, mempelajari keterampilan dasar dan
hukum alam. Contohnya: benda jatuh ke bawah, bola dan roda menggelinding,
aritmatika sederhana seperti tambah dan kurang, bertanya dan menjawab pertanyan
dengan baik dan lain-lain. Setelah penguasaan pada hal-hal ini mulai berkembang,
anak mulai beraktivitas dengan tujuan nyata. Contohnya: anak berusia 3 tahun mulai
menyusun pasir di pantai untuk membuat rumah. Suatu emosi baru yaitu rasa bersalah
(guilt) mulai timbul dan dapat membingungkan anak bila upayanya gagal. Pengertian
guilt tersebut sangat berbeda dengan konsep rasa bersalah pada orang dewasa, yang
selain bersifat emosional juga bernuansa kognitif, sedangkan pada tingkat
perkembangan ini, pemahaman guilt lebih mendekati pemahaman emosi “kecewa”
pada orang dewasa. Karena itu, bila ia menyusun pasir terlalu tinggi sehingga “rumah”
tersebut runtuh, ia merasa bersalah dan marah atau menangis. Karena itu, kita tidak
boleh mengatakan kepada si anak, itulah, karena tidak mau mendengar perkataan
orang tua, rumahnya runtuh.” Rasa bersalah yang sangat kuat akan timbul pada anak.
Ia merasa bahwa dirinya anak nakal karena rumah tersebut runtuh. Ia tidak berani lagi
berinisiatif menyusun pasir tinggi-tinggi untuk membuat rumah yang tinggi. Ia
terhambat dalam mengembangkan jeberanian dan kemandirian. Ia bergantung pada
ide orang lain. Ia tidak mengembangkan kompetensi menjadi orang berprestasi,
konseptor, atau pemimpin dan tidak bercita-cita tinggi (Nurdin, 2011).
STRESSOR PRESIPITASI
Biologis: BB-TB sesuai usia, tidak ada keluhan fisik Internal: inisiatif Waktu terjadinya Jumlah stressor
saat ini, status nutrisi baiik, tidak ada gangguan dan imajinasinya stimulus diberikan tidak berlebihan dan
tidur saat ini, belajar keterampilan fisik baru. tinggi. pada usia 3-6 kualitas stimulus
Psikologis: diberi kesempatan bertanya, diberi Eksternal: tahun; tumbang optimal
kesempatan bercerita tentang pengalamannya, Pola asuh dan Lamanya stimulus (bio, psiko, sosio,
diberi kesempatn bermain dengan teman stimulasi dari itu berlangsung kultural).
sebayanya, diberi kesempatan berlatih mewarnai, keluarga baik (bio, optimal;
membaca, menulis psiko, sosial, Frekuensi
Sosialkultural: mendapatkan kesempatan berteman, kultural), (seberapa sering
berinteraksi dengan orang lain, mudah adaptasi masyarakat stimulus dirasakan
dengan lingkungan baru, mengenal jenis kelamin, menerima dan
mendapat kesempatan terlibat dalm pekerjaan mendukung
rumah tangga sederhana, diterima dan disayangi keberadaannya
oleh lingkungan keluarga, mendapat kesempatan
mengenal hal baru, mendapat feedback dari
lingkungan sekitar (keluarga, guru, teman)
PENILAIAN STRESSOR
Mampu menunjukka Alam perasaan Keluhan fisik (sakit Bermalas-malasan; Menarik diri
inisiatif, banyak (sedih, putus asa, kepala, mual, sakit tidak bekerja; dari sosial
bertanya, kritis takut, marah, dst), di bagian organ penyalahgunaan
terhadap informasi, perasaan tidak tertentu); sulit tidur; zat; melukai diri
mampu menilai berguna , frustasi, selera makan sendiri; kurang
konsep benar-salah, gelisah, menurun, lelah, memperhatikan
sebab-akibat, mampu disfungsi seksual, perawatan diri.
berbicara dengan menyalahkan diri;
kalimat panjang, menjelek-jelekkan
mengenal warna diri
(minimal 4 warna)
SUMBER KOPING
Konstruktif Destruktif
4. Diagnosa Keperawatan
6. Tindakan Keperawatan
Damayanti, R., Keliat. B.A.K., Hastono, S.P. (2010). Pengaruh Terapi Kelompok
Terapeutik (TKT) Terhadap Kemampuan Ibu dalam Memberikan Stimulasi
Perkembangan Inisiatif Anak Usia Pra Sekolah di Kelurahan Kedaung Bandar
Lampung. FIK UI : Jakarta
Depkes.(2006). Pedoman Pelaksanaan Simualsi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Direktorat Bina Kesehatan
Anak Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat: Depkes RI
Keliat, B.A., Daulima, N.C.H., & Farida, P. (2011). Manajemen Keperawatan Psikososial
dan Kader Kesehatan Jiwa: CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC
Nurdin, A.E.(2011). Tumbuh kembang Perilaku Manusia. Cetakan I. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Reknoningsih, W. (2014). Efektifitas Terapi Kelompok Terapeutik Pra Sekolah Terhadap
Perkembangan Inisiatif Anak Usia Pra Sekolah di RW 06 Kelurahan Suka Damai
Tanah Sareal Bogor. FIK UI: Jakarta
Ricky, D.P., Keliat B.A, Gayatri, D. (2013). Pengaruh terapi kelompok terapeutik dan
token economy terhadap pencapaian tugas perkembangan usia prasekolah pada
anak usia prasekolah di Kelurahan Campaka Bandung. FIK UI: Jakarta.
Setyaningsih,T.(2012). Efektifitas Terapi Kelompok Terapeutik dan Psiko edukasi
Keluarga Pada Anak dan Orang Tua Terhadap Peningkatan Perkembangan Inisiatif
Anak Prasekolah di RW 09 Kelurahan Baranang Siang Bogor Timur. FIK UI: Jakarta
Stolte, K.M. (2004). Diagnosa Keperawatan Sejahtera (Wellness Nursing Diagnosis).
Cetakan 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Suliswati Dkk. (2005).Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta EGC
Yunalia, E. M. (2013). Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik Terhadap Kemampuan
Orang Tua Tunggal dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan Anak Usia Pra
Sekolah di Kabupaten Blitar. FIK UI: Jakarta