Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA


USIA PRA- SEKOLAH (3-6 TAHUN)

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Penugasan Profesi Ners


Departemen Kesehatan Jiwa

Disusun oleh:

VINSENSIUS JOKO
NIM. 190070300011017

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA USIA PRA–SEKOLAH

1. PENGERTIAN
Perry dan Potter (2005) menyebutkan usia anak prasekolah merupakan masa
kanak-kanak awal, yaitu berada pada usia 3 sampai 6 tahun. Anak usia prasekolah
merupakan fase perkembangan individu sekitar 3-6 tahun, ketika anak mulai memiliki
kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat mengatur diri dalam buang
air (toilet training), dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya
(mencelakakan dirinya). Potensial mengembangkan rasa inisiatif adalah tahap
perkembangan anak usia 3-6 tahun dimana pada usia ini anak akan belajar
berinteraksi dengan orang lain, berfantasi dan berinisiatif, pengenalan identitas
kelamin, meniru. Perkembangan psikososial adalah proses perkembangan
kemampuan anak dalam berinisiatif menyelesaikan masalahnya sendiri sesuai dengan
pengetahuannya. Kemampuan ini diperoleh jika konsep diri anak positif karena anak
mulai berkhayal dan kreatif serta meniru peran-peran di sekelilingnya. Anak berinisiatif
melakukan sesuatu dan memberi hasil. Anak merasa bersalah jika tindakannya
berdampak negatif. Sikap lingkungan yang suka melarang dan menyalahkan, membuat
anakn kehilangan inisiatif. Pada saat dewasa, anak akan mudah mengalami rasa
bersalah jika melakukan kesalahan dan tidak kreatif (Keliat et.al, 2011).

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan tahap perkembangan pra


sekolah merupakan tahap perkembangan anak usia 3-6 tahun dimana pada usia ini
anak akan belajar berinteraksi dengan orang lain, berfantasi dan berinisiatif,
pengenalan identitas kelamin, meniru serta berfantasi, berkhayal, kreatif dan berinisiatif
menyelesaikan masalahnya sendiri dengan meniru peran-peran di sekitarnya.

2. Karakteristik Perilaku Anak Pra Sekolah


Menurut Keliat et.al (2011) perilaku psikososial anak pra sekolah antara lain:
a. Perkembangan yang normal : inisiatif
1) Perkembangan motorik halus : bisa mengikat tali sepatu, menggunakan
gunting, meniru gambar, menulis beberapa huruf dan angka.
2) Perkembangan motorik kasar : bisa mengendarai sepeda roda tiga, naik
tangga, melompat dengan satu kaki, menangkap bola, melompati tali.
3) Anak mengenal jenis kelaminnya.
4) Anak mengalami kecemburuan dan persaingan terhadap orang tua sesama
jenis.
5) Anak merasakan cinta terhadap orang tua lain jenis.
6) Anak sering meniru ibu dan ayahnya seperti dalam hal berpakaian.
7) Anak suka menghayal dan kreatif.
8) Orang terdekat anak adalah keluarga.
9) Kesadaran moral mulai berkembang.
10) Anak suka bermain dengan teman sebaya.
11) Mulai berkembang superego dan berkurang egosentrisnya.

b. Penyimpangan perkembangan : rasa bersalah


1) Tidak percaya diri, malu untuk tampil
2) Pesimis, tidak memiliki minat dan keinginan
3) Takut salah dalam melakukan sesuatu
4) Sangat membatasi aktifitasnya sehingga terkesan malas dan tidak
mempunyai inisiatif

3. Proses Terjadinya
Inisiatif adalah kelanjutan autonomi. Parameternya adalah kualitas usaha,
perencanaan, dan kegiatan dengan tujuan motorik melakukan sesuatu. Melalui cara ini,
anak belajar menguasai dunia di sekitarnya, mempelajari keterampilan dasar dan
hukum alam. Contohnya: benda jatuh ke bawah, bola dan roda menggelinding,
aritmatika sederhana seperti tambah dan kurang, bertanya dan menjawab pertanyan
dengan baik dan lain-lain. Setelah penguasaan pada hal-hal ini mulai berkembang,
anak mulai beraktivitas dengan tujuan nyata. Contohnya: anak berusia 3 tahun mulai
menyusun pasir di pantai untuk membuat rumah. Suatu emosi baru yaitu rasa bersalah
(guilt) mulai timbul dan dapat membingungkan anak bila upayanya gagal. Pengertian
guilt tersebut sangat berbeda dengan konsep rasa bersalah pada orang dewasa, yang
selain bersifat emosional juga bernuansa kognitif, sedangkan pada tingkat
perkembangan ini, pemahaman guilt lebih mendekati pemahaman emosi “kecewa”
pada orang dewasa. Karena itu, bila ia menyusun pasir terlalu tinggi sehingga “rumah”
tersebut runtuh, ia merasa bersalah dan marah atau menangis. Karena itu, kita tidak
boleh mengatakan kepada si anak, itulah, karena tidak mau mendengar perkataan
orang tua, rumahnya runtuh.” Rasa bersalah yang sangat kuat akan timbul pada anak.
Ia merasa bahwa dirinya anak nakal karena rumah tersebut runtuh. Ia tidak berani lagi
berinisiatif menyusun pasir tinggi-tinggi untuk membuat rumah yang tinggi. Ia
terhambat dalam mengembangkan jeberanian dan kemandirian. Ia bergantung pada
ide orang lain. Ia tidak mengembangkan kompetensi menjadi orang berprestasi,
konseptor, atau pemimpin dan tidak bercita-cita tinggi (Nurdin, 2011).

Pada tahap perkembangan ini, kompetensi penilaian (judgement) mulai


berkembang melalui krisis initiative versus guilt. Berdasarkan penilaian awal tersebut,
anak mulai mengembangkan perilaku kepemimpinan, konseptor, dan pencapaian
tujuan (goal oriented behaviour). Namun, perilaku tersebut harus kita kendalikan agar
tidak menjadi risk taking behavior. Contohnya: nekad menyeberang jalan raya,
memanjat di tempat berbahaya, bermain api, dan sebagainya. Anak tetap harus
merasakan rasa bersalah bila ia melakukan aktivitas yang tidak dapat ditoleransi.
Karena itu, keseimbangan antara inisiatif dan rasa bersalah sangat penting pada tahap
perkembangan ini (Nurdin, 2011).
FAKTOR PREDISPOSISI

BIOLOGIS PSIKOLOGIS SOSIOKULTURAL

- Imunisasi lengkap - Pencapaian 8 aspek - Dukungan keluarga dalam menstimulasi


- Tidak ada riwayat sakit perkembangan: kognitif, bahasa, tumbang di usia 1-3 tahun
fisik/cacat komunikasi, emosi, moral, - Anak yang diinginkan
- Tidak ada riwayat trauma spiritual, psikososial, fisik - Tidak ada labeling diri negative dari
kepala (motorik kasar dan halus) keluarga
- Tidak ada riwayat genetic - Kemampuan toilet training (pada - Tidak ada kekerasan fisik, verbal, emosi
gangguan jiwa usia 1-3 tahun) - Dilibatkan dalam mengambil keputusan
sederhana
- Keluarga menstimulasi tumbuhnya inisiatif
anak
- Belajar konsep benar-salah, baik-buruk
- Dilibatkan dalam kegiatan ibadah

STRESSOR PRESIPITASI

Nature Origin Time Number

Biologis: BB-TB sesuai usia, tidak ada keluhan fisik Internal: inisiatif Waktu terjadinya Jumlah stressor
saat ini, status nutrisi baiik, tidak ada gangguan dan imajinasinya stimulus diberikan tidak berlebihan dan
tidur saat ini, belajar keterampilan fisik baru. tinggi. pada usia 3-6 kualitas stimulus
Psikologis: diberi kesempatan bertanya, diberi Eksternal: tahun; tumbang optimal
kesempatan bercerita tentang pengalamannya, Pola asuh dan Lamanya stimulus (bio, psiko, sosio,
diberi kesempatn bermain dengan teman stimulasi dari itu berlangsung kultural).
sebayanya, diberi kesempatan berlatih mewarnai, keluarga baik (bio, optimal;
membaca, menulis psiko, sosial, Frekuensi
Sosialkultural: mendapatkan kesempatan berteman, kultural), (seberapa sering
berinteraksi dengan orang lain, mudah adaptasi masyarakat stimulus dirasakan
dengan lingkungan baru, mengenal jenis kelamin, menerima dan
mendapat kesempatan terlibat dalm pekerjaan mendukung
rumah tangga sederhana, diterima dan disayangi keberadaannya
oleh lingkungan keluarga, mendapat kesempatan
mengenal hal baru, mendapat feedback dari
lingkungan sekitar (keluarga, guru, teman)
PENILAIAN STRESSOR

Kognitif Afektif Fisiologis Perilaku Respon


Sosial

Mampu menunjukka Alam perasaan Keluhan fisik (sakit Bermalas-malasan; Menarik diri
inisiatif, banyak (sedih, putus asa, kepala, mual, sakit tidak bekerja; dari sosial
bertanya, kritis takut, marah, dst), di bagian organ penyalahgunaan
terhadap informasi, perasaan tidak tertentu); sulit tidur; zat; melukai diri
mampu menilai berguna , frustasi, selera makan sendiri; kurang
konsep benar-salah, gelisah, menurun, lelah, memperhatikan
sebab-akibat, mampu disfungsi seksual, perawatan diri.
berbicara dengan menyalahkan diri;
kalimat panjang, menjelek-jelekkan
mengenal warna diri
(minimal 4 warna)

SUMBER KOPING

Personal Ability Social Support Material Asset Positive Belief

KEMAMPUAN ANAK KEMAMPUAN Asuransi kesehatan: Percaya dengan yankes,


Mengetahui identitas ORANGTUA jamkesmas, dll; persepsi yang baik
dirinya, menunjukkan minat Tahu tentang: penghasilah keluarga: terhadap nakes, selalu
pada hal yang disenangi, perkembangan anak mencukupi kebutuhan menggunakan yankes,
mudah berpisah dengan usia prasekolah, keluarga, keluarga keyakinan agama yang
orang tua penyimpangan tugas memiliki tabungan dan berhubungan dengan
perkembangan, cara asset pribadi, punya kesehatan, keyakinan
menstimulasi, mencari akses ke yankes budaya keluarga yang
informasi yankes berhubungan dengan
kesehatan
MEKANISME KOPING

Konstruktif Destruktif

Mudah berpisah dengan orangtua, Tidak percaya diri, malu


menghayal dan kreatif, bermain untuk tampil, pesimis, tidak
dengan menggunakan alat-alat yang memiliki minat dan keinginan,
ada di rumah, belajar keterampilan takut salah dalam melakukan
fisik baru, melakukan prilaku yang sesuatu, sangat membatasi
benar misal: mengikuti disiplin aktifitas sehingga terkesan
orangtua, mengidentifikasi jenis malas dan tidak punya inisiatif
kelamin, mengenal warna (minimal
4 warna), berbicara dalam kalimat
panjang

RESPON ADAPTIF RESPON MALADAPTIF

Diagnosis Keperawatan: Potensial mengembangkan


rasa inisiatif

4. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data yang didapat melalui wawancara, observasi, maka perawat


dapat merumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut: Kesiapan peningkatan
perkembangan anak usia pra sekolah

5. Tujuan Asuhan Keperawatan

a. Kognitif, anak mampu:


1) Berinisiatif untuk bermain pada alat – alat rumah tangga
2) Menciptakan kreatifitas dan senang berhayal
3) Memahami perbedaan benar dan salah
4) Mengenal beberapa warna
5) Merangkai kata dan kalimat
6) Mengenal jenis kelamin
b. Psikomotor, anak mampu:
1) Mempertahankan kesehatan fisik
2) Melakukan kegiatan fisik sesuai usianya
3) Membantu pekerjaan rumah tangga yang sederhana
4) Melakukan permainan yang diajarkan
5) Mencoba hal baru dan pantang menyerah
c. Afektif, klien:
1) Senang bermain dengan teman sebaya
2) Mampu mengekspresikan rasa senang, sedih, marah secara wajar

6. Tindakan Keperawatan

Tindakan pada anak pra – Sekolah

1) Latih anak kebersihan diri


2) Bantu anak mengembangkan keterampilan motorik: bermain dengan melibatkan
aktifitas fisik, ciptakan lingkungan yang aman bagi anak, beri kesempatan sukses
3) Latih anak mengembangkan keterampilan bahasa: ajak anak nerkomunikasi
dengan sopan santun, beri contoh yang benar
4) Latih anak mengembangkan keterampilan psikososial: motivasi anak untuk
bermain dengan teman sebaya dan mengikuti perlombaan
5) Latih anak memahami identitas dan peran sesuai jenis kelamin: ajari anak
mengenal bagian tubuh dan fungsinya, ajari anak mengenal perbedaan jenis
kelamin
6) Bantu anak mengembangkan kecerdasan: bantu anak menggali kreatifitasnya,
bimbing anak mengembangkan keterampilan baru, latih anak mengenal huruf,
angka, warna dan benda, serta latih anak membaca, menggambar dan berhitung.
7) Bantu anak mengenal dan memahami nilai moral: terapkan nilai agama dan
budaya positif pada anak, latih kedisiplinan pada anak
8) Beri pujian pada pencapaian anak terhadap tugas rumah/tugas sekolah
9) Ajak anak berdiskusi tentang pengalaman yang menyenangkan,
rencana/gagasan/ide
10) Latih disiplin: waktu belajar, waktu bermain, dan lain – lain.

Tindakan pada keluarga

1) Jelaskan perkembangan yang harus dicapai anak pra – sekolah


2) Latih cara memfasilitasi inisiatif anak pra – sekolah, hindarkan menyalahkan
tetapi lebih kepada membimbing
3) Sediakan permainan dan kegiatan yang mendorong inisiatif
4) Ajarkan cara mendorong inisiatif: bertanya ide/gagasan/keinginan anak: fasilitasi
dan dampingi serta beri pujian
5) Menyepakati waktu penggunaan smartpone dan media sosial
6) Diskusikan tanda penyimpangan dan cara mengatasinya serta pelayanan
kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, R., Keliat. B.A.K., Hastono, S.P. (2010). Pengaruh Terapi Kelompok
Terapeutik (TKT) Terhadap Kemampuan Ibu dalam Memberikan Stimulasi
Perkembangan Inisiatif Anak Usia Pra Sekolah di Kelurahan Kedaung Bandar
Lampung. FIK UI : Jakarta
Depkes.(2006). Pedoman Pelaksanaan Simualsi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Direktorat Bina Kesehatan
Anak Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat: Depkes RI
Keliat, B.A., Daulima, N.C.H., & Farida, P. (2011). Manajemen Keperawatan Psikososial
dan Kader Kesehatan Jiwa: CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC
Nurdin, A.E.(2011). Tumbuh kembang Perilaku Manusia. Cetakan I. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Reknoningsih, W. (2014). Efektifitas Terapi Kelompok Terapeutik Pra Sekolah Terhadap
Perkembangan Inisiatif Anak Usia Pra Sekolah di RW 06 Kelurahan Suka Damai
Tanah Sareal Bogor. FIK UI: Jakarta
Ricky, D.P., Keliat B.A, Gayatri, D. (2013). Pengaruh terapi kelompok terapeutik dan
token economy terhadap pencapaian tugas perkembangan usia prasekolah pada
anak usia prasekolah di Kelurahan Campaka Bandung. FIK UI: Jakarta.
Setyaningsih,T.(2012). Efektifitas Terapi Kelompok Terapeutik dan Psiko edukasi
Keluarga Pada Anak dan Orang Tua Terhadap Peningkatan Perkembangan Inisiatif
Anak Prasekolah di RW 09 Kelurahan Baranang Siang Bogor Timur. FIK UI: Jakarta
Stolte, K.M. (2004). Diagnosa Keperawatan Sejahtera (Wellness Nursing Diagnosis).
Cetakan 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Suliswati Dkk. (2005).Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta EGC
Yunalia, E. M. (2013). Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik Terhadap Kemampuan
Orang Tua Tunggal dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan Anak Usia Pra
Sekolah di Kabupaten Blitar. FIK UI: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai