Anda di halaman 1dari 18

Ansietas

DR. Rina Mutiara,Apt.,M.Pharm


Pendahuluan
• Anxietas / cemas sering dialami oleh hampir semua manusia.
Perasaan tersebut ditandai oleh rasa ketakutan, tidak menyenangkan,
seringkali disertai oleh gejala otonomik, seperti nyeri kepala,
berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya. Kumpulan gejala yang
ditemui selama kecemasan cenderung bervariasi
• Dalam praktek sehari-hari anxietas sering dikenal dengan istilah
perasaan cemas, perasaan bingung, was-was, bimbang dan
sebagainya, dimana istilah tersebut lebih merujuk pada kondisi
normal. Sedangkan gangguan anxietas merujuk pada kondisi
patologik.
Lanjutan…..
• Anxietas sendiri mempunyai rentang yang luas dan normal sampai level yang moderat
misalnya pertandingan sepak bola, ujian, wawancara untuk masuk kerja mempunyai
tingkat anxietas yang berbeda.
• Anxietas sendiri dapat sebagai gejala saja yang terdapat pada gangguan psikiatrik, dapat
sebagai sindroma pada neurosis cemas dan dapat juga sebagai kondisi normal.
Anxietas normal sebenarnya sesuatu hal yang sehat, karena merupakan tanda bahaya
tentang keadaan jiwa supaya dapat mempertahankan diri dan anxietas juga dapat
bersifat konstruktif, misalnya seorang pelajar yang akan menghadapi ujian, merasa
cemas, maka ia akan belajar secara giat supaya kecemasannya dapat berkurang.
• Anxietas dapat bersifat akut atau kronik. Pada anxietas akut serangan datang mendadak
dan cepat menghilang. Anxietas kronik biasanya berlalu untuk jangka waktu lama
walaupun tidak seintensif anxietas akut, pengalaman penderitaan dari gejala cemas ini
oleh pasien biasanya dirasakan cukup gawat untuk mempenganuhi prestasi kerjanya.
• Bila dilihat dan segi jumlah, maka orang yang menderita anxietas kronik jauh lebih
banyak daripada anxietas akut.
Definisi

• Ansietas adalah kondisi kejiwaan di mana adanya perasaan


subjektif berupa kegelisahan, ketakutan, atau firasat-firasat
buruk. Ansietas, atau dikenal juga sebagai gangguan cemas,
merupakan gejala kejiwaan atau psikiatri yang paling sering
muncul di masyarakat.
• Sekitar 15-20% ansietas terjadi di masayarakat, dimana
perempuan lebih sering menderita ansietas.
Penyebab
• Ansietas dapat disebabkan oleh penyakit medis ataupun gangguan
jiwa itu sendiri. Penyebab ansietas yang murni kelainan jiwa masih
belum pasti.
• Beberapa faktor yang berperan menyebabkan terjadi ansietas antara
lain faktor genetik, gangguan neurotransmitter (zat penghantar sinyal
antar sel saraf), dan lingkungan sosial.
Gejala Ansietas Somatis
• Diare;
• Kepala terasa pusing atau ringan;
• Berkeringat;
• Kesulitan bernapas;
• Mual dan muntah;
• Hipertensi;
• Palpitasi atau berdebar-debar;
• Pupil melebar atau midriasis;
• Gelisah, tidak bisa diam;
• Pingsan;
• Tremor atau gemetaran;
• Gangguan buang air kecil.
Ansietas tidak hanya menyebabkan gejala-gejala diatas, namun juga
mempengaruhi proses berpikir, persepsi, dan proses belajar. Ansietas juga
dapat menyebabkan gangguan orientasi tempat, waktu, orang atau kejadian,
sehingga terlihat seperti orang kebingungan (confusion). Gangguan proses
belajar yang terjadi meliputi penurunan kopnsentrasi, dan pengulangan.
Ansietas dapat menyebabkan perubahan perilaku pasien. Beberapa pasien
dengan ansietas mengalami ketakutan tertentu yang disebut fobia.
Jenis-jenis fobia yang bisa terjadi antara lain :
- agoraphobia (ketakutan akan tempat dimana pasien sulit melarikan diri,
seperti keramaian, jembatan, terowongan, atau ruang tertutup), fobia social
(ketakutan berada di depan umum)
- fobia spesifik lainnya (terbang, darah, binatang, ketinggian, dan lain-lain).
• Pengobatan untuk ansietas dapat dilakukan dengan kombinasi
intervensi psikoterapi, obat-obatan (farmakoterapi), dan
pengobatan suportif.
• Intervensi psikoterapi yang dilakukan seperti terapi perilaku dan
kognitif dengan cara relaksasi.
• Obat-obatan untuk ansietas berlangsung dalam jangka waktu
panjang dan mungkin berlangsung seumur hidup. Alasan ini yang
menyebabkan pengobatan ansietas tidak boleh dilakukan secara
sembarangan.
• Beberapa jenis obat yang digunakan untuk ansietas, yaitu
golongan benzodiazepine, SSRI (serotonin-specific reuptake
inhibitors), buspirone, dan venlafaxine.
Interaksi obat turunan benzodiazepine

Diazepam
a. Peningkatan efek oleh obat – obat penekan SSP lain dan alcohol.
b. Eliminasi dihambat oleh cimetidin, dizulfiram, INH, kontrasepsi oral.
c. Eliminasi dipercepat oleh rifampicin dan obat penginduksi enzim lainnya.

2. Alprazolam
a. Peningkatan efek oleh obat – obat penekan SSP lain dan alcohol.
b. Eliminasi dihambat oleh cimetidin, dizulfiram, INH, kontrasepsi oral.
c. Eliminasi dipercepat oleh rifampicin dan obat penginduksi enzim lainnya.
Lorazepam
•Peningkatan efek oleh obat – obat penekan SSP lain dan alcohol.
•Eliminasi dipercepat dengan adanya induksi enzim.
•Pada pemberian bersama dengan pyremethamin, dilaporkan terjadi tes
fungsi hati yang patologik.

Midazolam
a.Peningkatan efek oleh obat – obat penekan SSP lain dan alcohol.
b. Eliminasi dipercepat dengan adanya induksi enzim
Antiansietas terbagi menjadi 2 golongan :
• golongan benzodiazepin
• non benzodiazepin.
Contoh : Benzodiazepin,klordiazepoksid, diazepam, oksazepam, lorazepam, alprazolam
Farmakodinamik : Benzodiazepin bekerja pada reseptor GABA
Farmakokinetik :
• Absorbsi : secara sempurna
• Distribusi : Benzodiazepin dan metabolitnya terikat pada protein plasma
albumin dengan kekuatan berkisar dari 70% hingga 99%: alprazolam hingga diazepam
bergantung dengan sifat lipofiliknya.
• Metabolisme : di hati
• Ekskresi melalui ginjal

Golongan non benzodiazepine (buspiron)


• farmakodinamik : buspiron tidak memperlihatkan aktivitas GABA dan antikonvulsan
• Farmakokinetik : buspiron diabsorpsi secara cepat pada pemberian peroral namun mengalami
metabolisme lintas pertama secara ekstensif
TERAPI
Konseling
Konseling: ajari pasien untuk diam ditempat sampai serangan panik berlalu, konsentrasikan
diri untuk mengatasi anxietas bukan pada gejala fisik, rileks, latihan pernafasan.
Identifikasikan rasa takut selama serangan. Diskusikan cara menghadapi rasa takut

Medikasi : banyak pasien tertolong melalui konseling dan tidak membutuhkan medikasi.
Bila serangan sering dan berat, atau secara bermakna dalam keadaan depresi beri
antidepresan (imipramin 25 mg malam hari, dosis bisa sampai 100 150 mg malam selama 2
minggu ). Bila serangan jarang dan terbatas beri anti anxietas, jangka pendek (lorazepam
0,5 1 mg 3 dd 1 atau alprazolam 0,25 1 mg 3 dd 1) hindari pemberian jangka panjang dan
pemberian medikasi yang tidak perlu.
GANGGUAN FOBIK
Penelitian epidemiologis di Amerika Serikat menemukan 5 -10% populasi menderita gangguan ini.
Fobia spesifik: takut terhadap binatang, badai, ketinggian, penyakit, cedera, dsb
Fobia sosial: takut terhadap rasa memalukan di dalam berbagai lingkungan sosial seperti berbicara di depan
umum, dsb

TERAPI
Konseling : dorong pasien untuk dapat mengatur pernafasan, membuat daftar situasi yang ditakuti atau
dihindari, diskusikan cara-cara menghadapi rasa takut tersebut. Dengan konseling banyak pasien tidak
membutuhkan medikasi.

Medikasi :bila ada depresi bisa diberi antidepresan lmipramin 50-150 mg/ hari. Bila ada anxietas beri
antianxietas dalam waktu singkat, karena bisa menimbulkan ketergantungan. Beta bloker dapat mengurangi
gejala fisik. Konsultasi spesialistik bila rasa takut menetap
GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF

Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif-kompulsif pada populasi umum diperkirakan adalah 2-3
persen.
OBSESIF adalah pikiran, perasaan, ide yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak dikehendaki.
KOMPULSIF adalah tingkah-laku yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak dikehendaki.

TERAPI

Konseling : mengenali, menghadapi, menantang pikiran yang berulang dapat mengurangi gejala obsesi,
yang pada akhirnya mengurangi perilaku kompulsif. Latihan pernafasan. Bicarakan apa yang akan
dilakukan pasien untuk mengatasi situasi, kenali dari perkuat hal yang berhasil mengatasi situasi.

Medikasi :Klomipramin 100 - 150 mg, atau golongan Selected Serotonin Reuptake Inhibitors.
Konsultasi spesialistik bila kondisi tidak berkurang atau menetap.
GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF

Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif-kompulsif pada populasi umum diperkirakan adalah 2-3 persen.
OBSESIF adalah pikiran, perasaan, ide yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak dikehendaki.
KOMPULSIF adalah tingkah-laku yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak dikehendaki.

TERAPI

Konseling dan medikasi : mengenali, menghadapi, menantang pikiran yang berulang dapat mengurangi gejala
obsesi, yang pada akhirnya mengurangi perilaku kompulsif. Latihan pernafasan. Bicarakan apa yang akan dilakukan
pasien untuk mengatasi situasi, kenali dari perkuat hal yang berhasil mengatasi situasi.

Medikasi : Klomipramin 100 - 150 mg, atau golongan Selected Serotonin Reuptake Inhibitors.
Konsultasi spesialistik bila kondisi tidak berkurang atau menetap.
GANGGUAN STRES PASCA-TRAUMA

Pasien dapat diklasifikasikan mendenta gangguan stres pasca-trauma, bila mereka


mengalami suatu stres yang akan bersifat traumatik bagi hampir semua orang. Trauma bisa
berupa trauma peperangan, bencana alam, penyerangan, pemerkosaan, kecelakaan.

Gangguan stres-pasca trauma terdiri dari: - pengalaman kembali trauma melalui mimpi dan
pikiran, penghindaran yang persisten oleh penderita terhadap trauma dan penumpulan
responsivitas pada penderita tersebut, kesadaran berlebihan dan persisten. Gejala penyerta
yang sering dan gangguan stres pasca-trauma adalah depresi, kecemasan dan kesulitan
kognitif(contoh pemusatan perhatian yang buruk)

gangguan stres pasca-trauma dapat terjadi pada setiap usia, namun gangguan paling
menonjol pada usia dewasa muda.
GANGGUAN ANXIETAS MENYELURUH
gangguan yang menyeluruh dan menetap (bertahan lama), Gejala yang dominant sangat bervariasi, tetapi
keluhan tegang yang berkepanjangan, gemetaran, ketegangan otot, berkeringat, kepala terasa ringan, palpitasi,
pusing kepala dan keluhan epigastnik adalah keluhan keluhan yang lazim dijumpai. Ketakutan bahwa dirinya
atau anggota keluarganya akan menderita sakit atau akan mengalami kecelakaan dalam waktu dekat,
merupakan keluhan yang seringkali diungkapkan

TERAPI
Konseling : informasikan bahwa stres dan rasa khawatir keduanya mempunyai efek fisik dan mental.
Mempelajari keterampilan untuk mengurangi dampak stres merupakan pertolongan yang paling efektif.
Mengenali, menghadapi dan menantang kekhawatiran yang berlebihan dapat mengurangi gejala anxietas.
Kenali kekhawatiran yang berlebihan atau pikiran yang pesimistik. Latihan fisik yang teratur sering menolong.
Medikasi merupakan terapi sekunder, tapi dapat digunakan jika dengan konseling gejala menetap. Medikasi
anxietas : misal Diazepam 5 mg malam hari, tidak lebih dari 2 minggu, Beta bloker dapat membantu mengobati
gejala fisik, antidepresan bila ada depresi. Konsultasi spesialistik bila anxietas berat dan berlangsung lebih dan 3
bulan.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai