Diazepam
a. Peningkatan efek oleh obat – obat penekan SSP lain dan alcohol.
b. Eliminasi dihambat oleh cimetidin, dizulfiram, INH, kontrasepsi oral.
c. Eliminasi dipercepat oleh rifampicin dan obat penginduksi enzim lainnya.
2. Alprazolam
a. Peningkatan efek oleh obat – obat penekan SSP lain dan alcohol.
b. Eliminasi dihambat oleh cimetidin, dizulfiram, INH, kontrasepsi oral.
c. Eliminasi dipercepat oleh rifampicin dan obat penginduksi enzim lainnya.
Lorazepam
•Peningkatan efek oleh obat – obat penekan SSP lain dan alcohol.
•Eliminasi dipercepat dengan adanya induksi enzim.
•Pada pemberian bersama dengan pyremethamin, dilaporkan terjadi tes
fungsi hati yang patologik.
Midazolam
a.Peningkatan efek oleh obat – obat penekan SSP lain dan alcohol.
b. Eliminasi dipercepat dengan adanya induksi enzim
Antiansietas terbagi menjadi 2 golongan :
• golongan benzodiazepin
• non benzodiazepin.
Contoh : Benzodiazepin,klordiazepoksid, diazepam, oksazepam, lorazepam, alprazolam
Farmakodinamik : Benzodiazepin bekerja pada reseptor GABA
Farmakokinetik :
• Absorbsi : secara sempurna
• Distribusi : Benzodiazepin dan metabolitnya terikat pada protein plasma
albumin dengan kekuatan berkisar dari 70% hingga 99%: alprazolam hingga diazepam
bergantung dengan sifat lipofiliknya.
• Metabolisme : di hati
• Ekskresi melalui ginjal
Medikasi : banyak pasien tertolong melalui konseling dan tidak membutuhkan medikasi.
Bila serangan sering dan berat, atau secara bermakna dalam keadaan depresi beri
antidepresan (imipramin 25 mg malam hari, dosis bisa sampai 100 150 mg malam selama 2
minggu ). Bila serangan jarang dan terbatas beri anti anxietas, jangka pendek (lorazepam
0,5 1 mg 3 dd 1 atau alprazolam 0,25 1 mg 3 dd 1) hindari pemberian jangka panjang dan
pemberian medikasi yang tidak perlu.
GANGGUAN FOBIK
Penelitian epidemiologis di Amerika Serikat menemukan 5 -10% populasi menderita gangguan ini.
Fobia spesifik: takut terhadap binatang, badai, ketinggian, penyakit, cedera, dsb
Fobia sosial: takut terhadap rasa memalukan di dalam berbagai lingkungan sosial seperti berbicara di depan
umum, dsb
TERAPI
Konseling : dorong pasien untuk dapat mengatur pernafasan, membuat daftar situasi yang ditakuti atau
dihindari, diskusikan cara-cara menghadapi rasa takut tersebut. Dengan konseling banyak pasien tidak
membutuhkan medikasi.
Medikasi :bila ada depresi bisa diberi antidepresan lmipramin 50-150 mg/ hari. Bila ada anxietas beri
antianxietas dalam waktu singkat, karena bisa menimbulkan ketergantungan. Beta bloker dapat mengurangi
gejala fisik. Konsultasi spesialistik bila rasa takut menetap
GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF
Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif-kompulsif pada populasi umum diperkirakan adalah 2-3
persen.
OBSESIF adalah pikiran, perasaan, ide yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak dikehendaki.
KOMPULSIF adalah tingkah-laku yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak dikehendaki.
TERAPI
Konseling : mengenali, menghadapi, menantang pikiran yang berulang dapat mengurangi gejala obsesi,
yang pada akhirnya mengurangi perilaku kompulsif. Latihan pernafasan. Bicarakan apa yang akan
dilakukan pasien untuk mengatasi situasi, kenali dari perkuat hal yang berhasil mengatasi situasi.
Medikasi :Klomipramin 100 - 150 mg, atau golongan Selected Serotonin Reuptake Inhibitors.
Konsultasi spesialistik bila kondisi tidak berkurang atau menetap.
GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF
Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif-kompulsif pada populasi umum diperkirakan adalah 2-3 persen.
OBSESIF adalah pikiran, perasaan, ide yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak dikehendaki.
KOMPULSIF adalah tingkah-laku yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak dikehendaki.
TERAPI
Konseling dan medikasi : mengenali, menghadapi, menantang pikiran yang berulang dapat mengurangi gejala
obsesi, yang pada akhirnya mengurangi perilaku kompulsif. Latihan pernafasan. Bicarakan apa yang akan dilakukan
pasien untuk mengatasi situasi, kenali dari perkuat hal yang berhasil mengatasi situasi.
Medikasi : Klomipramin 100 - 150 mg, atau golongan Selected Serotonin Reuptake Inhibitors.
Konsultasi spesialistik bila kondisi tidak berkurang atau menetap.
GANGGUAN STRES PASCA-TRAUMA
Gangguan stres-pasca trauma terdiri dari: - pengalaman kembali trauma melalui mimpi dan
pikiran, penghindaran yang persisten oleh penderita terhadap trauma dan penumpulan
responsivitas pada penderita tersebut, kesadaran berlebihan dan persisten. Gejala penyerta
yang sering dan gangguan stres pasca-trauma adalah depresi, kecemasan dan kesulitan
kognitif(contoh pemusatan perhatian yang buruk)
gangguan stres pasca-trauma dapat terjadi pada setiap usia, namun gangguan paling
menonjol pada usia dewasa muda.
GANGGUAN ANXIETAS MENYELURUH
gangguan yang menyeluruh dan menetap (bertahan lama), Gejala yang dominant sangat bervariasi, tetapi
keluhan tegang yang berkepanjangan, gemetaran, ketegangan otot, berkeringat, kepala terasa ringan, palpitasi,
pusing kepala dan keluhan epigastnik adalah keluhan keluhan yang lazim dijumpai. Ketakutan bahwa dirinya
atau anggota keluarganya akan menderita sakit atau akan mengalami kecelakaan dalam waktu dekat,
merupakan keluhan yang seringkali diungkapkan
TERAPI
Konseling : informasikan bahwa stres dan rasa khawatir keduanya mempunyai efek fisik dan mental.
Mempelajari keterampilan untuk mengurangi dampak stres merupakan pertolongan yang paling efektif.
Mengenali, menghadapi dan menantang kekhawatiran yang berlebihan dapat mengurangi gejala anxietas.
Kenali kekhawatiran yang berlebihan atau pikiran yang pesimistik. Latihan fisik yang teratur sering menolong.
Medikasi merupakan terapi sekunder, tapi dapat digunakan jika dengan konseling gejala menetap. Medikasi
anxietas : misal Diazepam 5 mg malam hari, tidak lebih dari 2 minggu, Beta bloker dapat membantu mengobati
gejala fisik, antidepresan bila ada depresi. Konsultasi spesialistik bila anxietas berat dan berlangsung lebih dan 3
bulan.
Thank you