Anda di halaman 1dari 297

PROVINSI LAMPUNG

TAHUN 2007

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBUK INDONESIA


JAKARTA, TAHUN 2008
LaPC)r-an
tiasil l?iset l\es~hatan ()asar- (1:21~1\~S()AS)
IAMVU~f7 2fJfJI
.·:·-:.•

Uadan Venelitian dan Venaembanaan l\esehatan


Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007
Provinsi Lampung

DOKUMENTASI & ARSIP


BA 0
IC
........
1-· ct: N P.\"' S
Acc. No. : ..J..: ... Z~0 ~~~---
Class : -······· ··· 0• •• ·- • -····-·

1 . ,. , ----~~-.,. ----
Checked : ·-········-

ISBN : 978-979-9254-63-2
Kata log : Q 179.9
No. Publikasi : BPPK. J.197/Lap.27
Ukuran Buku : 2 cm x 29, 3 cm

Naskah
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Gambar Kulit
Sekilas Provinsi Lampung

Diterbitkan Oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan R.I

Dicetak oleh
CV Metro Nusa Prima
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum wr. wb.


Puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan, karena hanya dengan rahrnat dan
karuniaNYA, kita bisa menyelesaikan Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) yang kita persiapkan sejak tahun 2006 dan dilaksanakan pada tahun
2007 di 28 provinsi dan tahun 2008 di 5 provinsi di Indonesia Timur.
Perencanaan Riskesdas dimulai tahun 2008, dimulai oleh tim kecil yang berupaya
rnenuanqkan gagasan dalam proposal sederhana, kemudian secara bertahap
dibahas tiap Kamls.Jum'at di Puslitbang Gizi Bogor, dilanjtukan pertemuan dengan
para. pakar kesehatan masyarakat. para perhimpunan dokter speslalls, para
akadernlsi.dari Perguruan Tinggi termasuk Poltekkes, lintas sektor khususnya Sadan
Pusat Stattistik, jajaran kesehatan di daerah dan tentu saja seluruh peneliti
Balitbangkes sendiri. Dalam setiap rapat atau pertemuan, selalu ada perbedaan
pendapat yang terkadang sangat tajam, terkadang disertai emosi, namun didasari
niat untuk menyajikan yang terbaik bagi bangsa. Setelah cukup matang, dilakukan
uji coba bersama BPS di Kabupaten Bogor dan Sukabumi, yang menghasilkan
penyempurnaan instrumen penelitian, kemudian bermuara pada "launching"
Riskesdas oleh Menteri Kesehatan pada tanggal 6 Desember 2006.
lnstrumen penelitian meliputi:
1. Kuesioner:
• Rumah Tangga -? 7 blok, 49 pertanyaan tertutup + beberapa pertanyaan
terbuka
• lndividu -? 9 blok, 178 pertanyaan
• Susenas -? 9 blok, 85 pertanyaan (15 khusus tentang kesehatan)
2, Perigukuran: Antropometri {TB, BB, Ungkar Perut, LILA), tekanan darah, visus,
gigi, kadar iodium garam, dll ·
3. Lab Biomedis: darah, hematologi dan glukosa darah diperiksa di lapangan
Tahun 2007 merupakan tahun pelaksanaan di 28 propinsi, diikuti tahun 2008 di 5
propinsi {NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat). Kami mengerahkan
5.619 enumerator, seluruh (502) peneliti Balitbangkes, 186 dosel Poltekkes, Jajaran
Pemda khususnya Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Labkesda dan
Rumah Sakit serta Perguruan Tinggi. Untuk kesehatan masyarakat, kami berhasil
menghimpun data dasar kesehatan dari 33 propinsi, 440 kabupaten.kota, blok
sensus, rumah tangga dan individu. Untuk biomedis, kami berhasil menghimpun
khusus daerah urban dari 33 propinsi, 352 kabupaten/kota, 856 blok sensus, 15.536
rumahtangga dan 34.537 spesimen.
Tahun 2008 disamping pengumpulan data di 5 propinsi, ditandai pula dengan
manajemen data, editing, entry dan cleaning, dilanjutkan dengan pengolahan dan
analisis data yang sungguh memakan waktu, stamina dan pikiran, sehingga tidaklah
mengherankan bila diwarnai dengan ·protes, dari sindiran melalui jargon-jargon
riskesdas sampai protes keras.
Kini kami menyadari, telah tersedia data dasar kesehatan yang meliputi seluruh
kabupaten/kota di Indonesia meliputi hampir seluruh status dan indikator kesehatan
termasuk data biomedis, yang tentu saja amat kaya dengan berbagai informasi di
bidang kesehatan. Kami berharap data itu bisa dimanfaatkan oleh siapa saja,
termasuk para peneliti yang sedang mengambil pendidikan master dan doktor. Kami
memperkirakan akan muncul ratusan doktor dan ribuan master dari data Riskesdas
ini. lnilah sebuah rancangan karya "kejutan" yang membuat kami terkejut sendlr],
karena demikian berat, rumit dan hebat kritikan dan apresiasi yang kami terima dari
berbagai pihak.
Perkenankan'lah kami menyampaikan penghargaan yang tinggi serta terima kasih
yang tulus atas atas semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh peneliti,
litkayasa dan stat Balitbangkes, rekan sekerja darl BPS, para pakar dari Perguruan
Tinggi, para dokter spesialis dari Perhimpunan Dokter Ahli, Para Dosen Poltekkes,
PJO dari jajaran Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, seluruh enumerator
serta setnua pihak y_ang telah berpartisipasi mensukseskan Riskesdas. Simpati
mendalam disertai doa karnl haturkan kepada mereka yang mengalami kecelakaan
sewaktu melaksanakan riskesdas (ada orang enumerator I peneliti yang mengalami
kecelakaan dan diberikan ganti rugi dari asurnsi) termasuk mereka yang wafat (ada
orang yang wafat) selama riskesdas dilaksanakan.
Kami telah berupaya maksimal, namun sebagai langkah perdana pasti masih
banyak kekuranqan, kelemahan dan kesalahan. Untuk itu kami mohon kritik,
masukan dan saran, demi penyempurnaan Riskesdas ke-2 yang lnsya Allah akan
dilaksanakan pad a tahun 2010 nanti.

Billahit taufiq walhidayah, wassalamu'alaikum wr. wb.

Jakarta, Desember2008

Kepala Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


Departemen Kesehatan RI

Dr. Triono Soendoro, PhD

ii
Assalamu'alaikum wr. wb.
Syukur alhamdulillah, impian saya agar Departemen Kesehatan mempunyai data
dasar berbasis komunitas dari seluruh kabupaten/kota, Rini menjadi kenyataan. lni
baru litbang, ini litbang baru, penelitian dan pengembangan yang bisa menjadi
lokomotif pembangunan kesehatan masyarakat.
Sungguh sebuah ·1ompatan besar telah berhasil kita lakukan, yaitu menghimpun data
status dan indikator kesehatan dengan keterwakilan sampai tingkat kabupaten/kota.
Data yang besar dan kaya informasi ini pasti akan menghasilkan terobosan-
terobosan baru, termasuk implikasi kebijakan baru yang benar-benar berbasis
penelitian. Saya minta semua program bersama para peneliti Balitbangkes mengkaji
semua data Riskesdas sehingga menghasilkan kebijakan baru, perbaikan kebijakan
atau minimal penajaman sasaran, agar program kesehatan bisa berjalan lebih
terarah, lebih efektif dan lebih efisien.
Dengan kata lain, hasil Riskesdas harus digunakan untuk melakukan perencanaan
kesehatan berbasis bukti (evidence based health plannlnq), dari tingkat naslonal,
provinsi sampai kabupaten/kota. lnilah era baru pembangunan kesehatan yang
dirancang berdasarkan hasil penelitian berbasis komunitas dengan skala besar
sampai bisa mewakili kabupaten/kota.
Saya juga mengundang para pakar baik dari Perguruan Tinggi, pemerhati kesehatan
dan juga peneliti Balitbangkes, untuk mengkaji apakah bisa dikeluarkan berbagai
angka standar yang lebih pas untuk Indonesia, mengingat sampai saat ini sebagian
besar standar yang kita pakai berasal dari luar. lni juga suatu wujud kemandirian
bangsa, menggunakan standar yang dihasilkan dari pengukuran bangsanya sendiri.
Meski Riskesdas baru pertama kali dilaksanakan, namun data dan informasi yang
dihasilkan telali rnenqantarkan kita pada "point of no return", artinya Departemen
Kesehatan mempunyai komitmen bahwa Riskesdas harus dilaksanakan setiap 3
tahun sekali, sehingga bangsa Indonesia bisa secara berkala mengetahui
perkembangan kesehatan masyarakat di setiap wilayah, dari tingkat kabupaten/kota,
provinsi maupun nasional. lni jug a sebagai wujud dari salah satu .nilai yang kita anut:
transparan dan akuntabel. Secara terbuka Departemen Kesehatan bisa melaporkan
apa yang kita capai secara berkala 3 tahun sekali.
Untuk tingkat kabupaten/kota, perencanaan berbasis bukti akan semakin tajam bila
keterwakilan data dasarnya sampai tingkat kecamatan/puskesmas. Oleh karena itu
saya menghimbau agar Pemerintah Darah baik provinsi maupun kabupaten/kota
mau berpartiipasi dengan menambah sampel Riskesdas agar keterwakilannya
sampai ke tingkat kecamatan/puskesmas. Saya akan bangga bila Pemda Provinsi
dan Kabupaten/Kota bisa berpartisipasi pada Riskesdas ke 2 tahun 2010, sehingga
ada kerjasama yang sating menguntungkan, Departemen Kesehatan membiayai
Riskesdas sampai tingkat kabupaten/kota, sementara Pemerintah Daerah
membiayai perluasan sampelnya sehingga bisa mewaklll sampai tingkat
kecamatan/puskesmas. ·
Saya menyampaikan ucapan selamat, salut dan penghargaan yang tinggi kepada
para penliti Balitbangkes, para enumerator, para pehanggung jawab teknis dari
Balitbangkes dan Poltekkes, para penanggung jawab operasional dari Dinas

iii
Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, jajararr labkesda dan rumah sakit, para
pakar dari Universitas dan BPS serta semua yang teribat dalam Riskesdas ini. Karya
anda telah mengubah secara mendasar perencanaan kesehatan di negeri ini, yang
pada gilirannya akan mempercepat pencapaian target pembangunan nasional di
bidang kesehatan.
Khusus untuk para peneliti Balitbangkes, teruslah berkarya, tanpa bqsan mencari
terobosan baik dalam lingkup kesehatan masyarakat, kedokteran klinis maupun
biomolekuler, dengan tetap menjunjung tinggi nilai yang kita anut, integritas,
kerjasama tim serta transparan dan akuntabel.
Billahit taufiq walhidayah, wassalamu'alaikum wr. wb.

Jakarta, Desember2008

iv
RINGKASAN EKSEKUTIF

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 adalah survai tingkat nasional yang
dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI
dengan melibatkan BPS, organisasi profesi, perguruan tinggi, lembaga penelitian,
pemerintah daerah, dan partisipasi masyarakat, untuk menyediakan informasi
kesehatan yang berbasis bukti (evidence-based) untuk menunjang perencanaan
bidang kesehatan kabupaten/ kota. Riskesdas mencakup sampel yang jauh lebih
besar dari survei-survei kesehatan sebelumnya seperti SKRT atau SDKI dan
mencakup aspek kesehatan yang lebih luas. Riskesds 2007 dilaksanakan untuk
menjawab pertanyaan tentang status kesehatan masyarakat di tingkat nasional,
provinsi dan kabupaten/kota, faktor-faktor yang melatarbelakanginya dan masalah
kesehatan masyarakat yang spesifik di setiap wilayah.

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) di seluruh Provinsi Lampung mencakup 10


kabupaten: Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Selatan, Lampung Timur,
Lampung Tengah, Lampung Utara, Way Kanan, Tulang Bawang, Bandar Lampung
dan Metro telah selesai dilaksanakan. Tujuan Riskesdas adalah menyediakan data
yang 'evidence based untuk perencanan kesehatan tingkat nasional, provinsi dan
kabupaten/kota. Sebanyak 424 blok sensus, 6490 rumah tangga, 23833 anggota
rumah tangga diliput oleh 36 tim atau 144 petugas lapangan. Berbagai informasi
tentang gizi, kesehatan ibu dan anak, penyakit menular, penyakit tidak menular,
perilaku, akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan
dikumpulkan dalam Riskesdas ini.
Sampel untuk pengukuran biomedis adalah anggota rumah tangga berusia lebih dari
1 (satu) tahun yang tinggal di blok sensus dengan klasifikasi perkotaan. Di Provinsi
Lampung dilakukan di 15 blok sensus dari 6 kabupaten/kota di provinsi Lampung
yaitu Bandar Lampung, Lampung Selatan, Lampung Utara, Tanggamus, Metro dan
Lampung Tengah. Khusus untuk pengukuran gula darah, sampel diambil dari
anggota rumah tangga berusia lebih dari 15 tahun.
Ada 2 cara penarikan sampel yodium, yaitu pengukuran kadar yodium dalam garam
yang dikonsumsi rumah tangga, dan kedua adalah pengukuran yodium dalam urin.
Untuk pengukuran kadar yodium dalam garam, dilakukan test cepat yodium pada
semua RT di provinsi Lampung. Untuk pengukuran kedua, dipilih secara acak 2
Rumah tangga yang mempunyai anak usia 6-12 tahun dari 16 rumah tangga per
blok sensus di kota Metro yang dapat mewakili provinsi Lampung. Dari rumah
tangga yang terpilih, sampel garam rumah tangga diambil, dan juga sampel urin dari
anak usia 6-12 tahun yang selanjutnya dikirim ke laboratorium Universitas
Diponegoro, Balai GAKY-Magelang, dan Puslitbang Gizi dan Makanan, Bogar.

Gizi. Prevalensi balita gizi kurang+buruk (16,5%) di Provinsi Lampung sudah


memenuhi target nasional 2015 (20%) dan MDGs 2015 (18,5%). Hanya 2
kabupaten yang belum mencapai target nasional yaitu Tanggamus dan Lampung
Utara. Prevalensi balita pendek+sangat pendek yang tinggi yaitu melebihi rerata
nasional (>36,8%) berada di 6 kabupaten yaitu Lampung Barat, Tanggamus,
Lampung Timur, Lampung Utara, Way Kanan dan Tulang Bawang. Prevalensi

v
balita kurus+sangat kurus di Provinsi Lampung 13,6% dan sudah berada di atas
kondisi yang dianggap serius (10%).
Pr.evalensi kegemukan (berat badan lebih+obese) pada orang dewasa masih
dibawah ·22 % dengan Lampung Barat yang. memiliki prevalensi tertinggi yaitu
20,9%. Prevalensi RT .denqan konsumsi defisit energi di provinsi Lampung lebih
tinggi dqri rerata nasional sekitar 70 - 98 .% merata di setiap kabupaten,

Kesehatan ibu dan anak. Cakupan lmunisasi pada anak umur 12-23 bulan: untuk
imunisasi BCG, polio, DPT campak cakupannya telah :::_90% tetapi untuk.imunisasl
hepatitis B sekitar masih 85,4%.
Persentase balita yang ditimbang 4 kali atau lebih dalam 6 bulan- terakhir adalah
lebih dari 50%. Setengah (~2.~%) .anak umur 6-59-bulan mengklaim·memiliki KMS
tetapi tidak dapat menunjukkannya. Persentase anak. 6-59 bulan yang menerima
kapsul vitamin A dalam 6 bulan terakhir di atas 60%.
Cakupan pemeriksaan kehamilan cukup tinggi (>95%). Dari 8 jenis pelayanan pada
perneriksan kehamilan, pelayanan yang paling sering diterima (>90%) ibu hamil
adalarr pemerikselRn tekanan dar(!p dan penlrnbangan berat badan.
Cakupan pelayanan neonatal 0-7 hari maslh rendah (:t 70%) bahkan cakupan
pelayanarmeonatal 8-28'hari slllig?t rendah (± 30%1.

Penyakit menular. Penyakit malaria dapat ditemukan hampir di semua


kabupaten/kota kecuali kola Metro denqan prevalensi antara Q', 18% - 4)9% dalam 1
bulan terakhir berdasarkan diagnosa+gejala: Penyakit DBD jug'a ditemukan hampir
di semua kabupaten/kota kecuaH Way Kahan dan Tula'ng· Bawang, dengan
prevalensi 0,04% - 0,69 % dalarn 12 bulan terakhir berdasarkan diagnosa+gejala.
Penyakit·ISPA ada di semua·kabupaten/kota denqan prevalensi 18,8 % penduduk
dalam 1 bulan terakhir berdasarkan dlaqnosa+qejala, "'sedangkan prevalefisi TBC >
0,3 % dalam 1·2 bulan terakhir. Prevalensi.diare dalam 1 bulan terakhir di bawah 1 O
% di semua kabupaten/kota berdasarkan diagnose dan 9ejala.

Penyakit tidak menular. Prevalensi hipertensi berdasarkan penqukuran cukup


tinggi (>30%) di Lampun~ Barat. Prevalensi penyakit sendi juga tinggi .(> 20%).
Prevalensi penyakit jarilung 2,6% dalam 1 tahun terakhir berdasarkan
diagn9s~+gejala, dan p/exa!en,si.asrna 1,5 %. <;3angguanjiwa berat tidak ditemukan
di Tulanq B..aw;;;mg danJv\etro seda,ngkan di k,9bupatrn lainnya berkisar antara 0, 1-
0,3% .. Prevalehsi low vision dan kebutaan penduduk.umur 5.ta~un ke atas dalam 5
tahun terakhir 3,74 % dan 1,03%. Oi T~nggamus dan Lampung Selatari prevalensi
katarak penduduk umur 30 tabun ke atas sekitar 20% berdasarkan diagnosa+gejala.
Penduduk di provinsi l.ampunq yang rnemlllki masalah glgi mulut sekitqr 18, 1 %
dengan TanGgamus dan Lampung Timur memiliki tingkat yang tinggi yaitu sekitar
20%.

Perilaku. Prevalensi perokok setiap hari penduduk umur 1 O tahun ke atas adalah
28,8%. Sekitar 34,3 % perokok saat ini, yang berumur 10 tahun ke alas dengan
rerata menghisap ·8-11 batang rokok setiap hari. Sebanyak 90 o/o di' semua
kabupaten dengan perilaku rnerokok di dalar i rumah. Jenis rokok yang paling
disukai oleh perokok adalah kretek tanpa filter (>50%). Sedikit sekali (10, t%)
penduduk umur 1 O tahun Keatas yang mengkonsumsi cukup buah dan sayur, Tida'k
mencapai separuh ( <50%) penduduk umur 10 tahun keatas yang melakukan cukup
aktivitas fisik di Lampung.

vi
"!S)l!Pt=Hd undnew !Sen1et\a uep ueneiuaursd 'weJ6oJd ue)l!2qJed
1ueeueoueJa<;i uaueq )lniun ue)lieelUBW!P iedap !LI! sepa)fS!CJ usmuei l!Set.1-l!SeH
( %B'O£)Ue!e)fed
epou 6uel!t.16ued ueeun66ued 4010 !ln)f!!P (17' ~£)e66ueJes unoai ue>1eun66uaw
)fnpnpued % 0£ pep t.1!qe1 ·ueuei ue)jnq !eiuepeq el\u4ewrn e66uei qeunu (%OB<)
ressq ue!Beqes :(%17'l£) ueu Jed 6:.JeJo Jed Jam 6'66-09 eJelue n1e1 (%17'9£) pe4 Jed
6ueJo Jed J8l!I oo ~ < )fe.i\ueqJal 6undwe1 !P J!e ue!e)leWad ·ue6um16u!I ue1eL1aSa}I
·(%£'vB) ueleqo6uad
4e1epe J!l.l)fBJ9l uejnq £ urerep ue>1leBlUBW!P >1el\ueq 6u11ed Buel\ uep1q1sepu!lod
ueue.i\e1ad S!uer ·esap !P uapiq/sapuqod ue>1ieeluewew )fBP!l ede6uaw
se1ef )fepn 6ue.i\ uese1e ue>1paqwaw uapuodsai (%09<) uruedas 41qa1 ·%al sele
!P uapns esap !P uepiq/sapuuod ueue.i\e1ad ueieeluewad ·(%09<) lll\ld uep (%99<)
isesnmun msnsip J!l.l>leJal uejnq £ ureiep (%OB<) ue>1lBBlUBW!P )lel\ueq 6u!led Buel\
4e1epe usbuequnued ueuel\e1ad ·4nef el\u1se>101 euaJe>1 el\ueB1lJades uep de)fBua1
>12P!l e.i\uueuel\e1ad euaJe)I (%09<) el\u4nJedas 11\18>1n ue>1leeluewaw >12P!l uesrv
"J!4)1eJal uejnq £ uretap uepuai qrseiu ll\lS>ln ue)fieeluewaw Buel\ eB6uei 4ewnct
·el\uiede~uaw )fnlun l!Uew g~ > npfeM nued el\ue4 uep ll\lB>ln S!Uaf ueie4esa)I
ueue.i\e1ad a>1 W>I ~ > )feJefJaq eBBuel qsurru Jassq ue1Beqas ·%v'69 i1uaw 9~
> ni>1eM ue>1npewaw Buel\ uep 'uele4asa>1 ueuel\e1ed iedwai pep W>f 9-~ )leJefJaq
e66uel qeiuru %B'v9 JBl!>ISS ·ue1eL18S8Jf ueuelfetad ue1eeJuewad uep saSJftf
·sel!l!l)leJaq 4e1alas unqes
uefiuap ue6uel ionoueui urejep rauaq n>1e1padJaq 6undwe1 !P seiea)f unue; o ~ .muin
xnpnpusd % ~ 'v ~ >1el\ueqas ·Jeueq el\uuen4elefiuad Buel\ % ~ 'L e.i\ue4 uefiuap
satV//\IH fiueluai JeBuepuaw qaursd 6undwe1 !P seiea>1 unuai o ~ mum )fnpnpuad
% z'£v >1el\ueqas ·Jeuaq el\uuen4ela6uad 6uel\ % zss ue6uep Burunq nil 6uelU9l
JeBuapuaw qeursd 6undwe1 !P seiea)f unue; o ~ mum xnpnpuad % l'OL >1el\ueqas
X!
£~ 6u1uee18 ·£·g·z
£~ ······· ··· .. · · · · .. · ··· .. · ·· · ·· ·· · · .. ·· · · · ·· · · · · · · .. · ··· ··· · .. · · · .. · · ·· · J\Jlu3 ·z·g·z
z~ 6U!l!P3 . ~ ·g·z
Z~ elBO uewefeUeV\I ·g·z
o ~ ··· · ·· ···· eleo ue1ndwn6ued eJe8 uep eleo 1ndwn6ued lBIV ·g·z
8 · ·· ·· ··· · ·· · · .. · · .. · .. · .. · · · ·· · · .. · .. · · ........ · ......· · · · · .. · .... · · 1eqepe/\ ·p·;::
8 wn1po11edwes ue)fpeued ·g·£·z
8 s1pewo1s 1edwes ue)fpeuad ·v·£·l
8 e66uel4ewnt1 elo66u-v 1adwes ue>1peuad '£'£'(;
8 ·· ·· · ·· ·· · .. ·· ·· ·· ·· ·· .. e66uel 4ewnt1 1edwes ue)fpeuad ·z·£·z
L snsues >1019 1edwes ue>1peued · ~ '£'l
L · · · ·· .. · .. · .. · · · · · · · · ·· ·· .. · · ·· .. · · ·· .. · · .. ·· · · · · .. · · · ·· · · 1edwes uep 1se1ndod ·£·;::
L ······· ······ 1se>101 ·z·z
L : uiesio · ~ ·c;
L SVOS3>1Sltl 1801000J.3V\I 'z 8V8
9 ························· · ··· ·· ················· ··· ······ ·········· ··········· sepse)fS!tl >t!l3 uenfniasJed 5· ~
9 ., sepsa)IS!tl lBeJUBV\I 9· ~
s ············································································sepse)IS!tl ue1ses1ue6Jo6uad L' ~
v LOOl sepS8)1S!tl J!)f!d Jn1v g· ~
£ _ · ·· ,. · .. · J!>l!d e)l6ueJe)I g· ~
' l "·
· .. · · · · · .. · · · · ·: · sepse)IS!tl uenlnj, p· ~
Z UB!l!18U8a·UBBAUBlJ9d £' ~
l ~ : LOOl sepse)IS!tl dn)l6U!1 6uent1 z· ~
~ · .. · · .. · · · · · · · · · · · .. · · .. · ·· · · · · · .. · · · · · · · · · · · · · .. · .. · .. · · ·· · · .. · · · · · .. · 6ue>1e1as Jele1 ~ · ~
~ N'v'nlnH'v'ON3d ·~ 8V8
!!AXX ueJ1dwe1 Jeyeo
f\XX Uele>16u1s Jeyeo
1x ~ 1aqeJ. Jeyeo
x1 · · · · .. · · · · .. · · · · · · · · · · · · · · · · · · · .. · · · · · · · · · · · .. · .. · · · · .. · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · .. · · · · · · .. · · · · .. · · · · .. · · · 1s1 Jeyee
!!! ······· ············· ············ ··· ·········· ··· ·· ·· Uelnqwes
! JBlUe6ued BlB)I
ISi ~\f 1:1\fCJ
Pengorgasisasian dan Jadual Pengumpulan Data 13
2.7. Keterbatasan Riskesdas 14
2.8. Hasil Pengolahan dan Analisis Data 16
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 17
3.2.3. Distribusi Kapsul Vitamin A 50
. 3.3.1. Prevalensi Filariasis, Dem am Berdarah Dengue dan Malaria 63
3.3.2. Prevalensi ISPA, Pneumonia, Tuberkulosis (TB), dan Campak 66
3.3.3. Prevalensi Tifoid, Hepatitis dan Di are 69
.3.6.1 .Perilaku Merokok 1'19
1 3.6.2 Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur 130
3.6.3 Perilaku Minum Minuman Beralkohol 132
3.6.5. Pengetahuan dan Sikap terhadap Flu Burung dan HIV/A1DS 141
3.6. 7 Pola Konsumsi Makanan Berisiko 150
3.8.2 Fasilitas Buang Air Besar 190
3.8.4 Pernbuanqansarnpah ..•......................................................................... 195
3.8.5 Perumahan 196
BAB 4. RINGKASAN TEMUAN 203
daftar pustaka 216

x
DAFT.AR TAB.EL
Tabel 1.1. lndikator Riskesdas dan Tlnqkat Keterwakilan Sampel
Tabel 2.1 Jumlah Blok Sensus (BS) rnehurut Susenas 2007 dan Riskesdas 2007
Tabel 2.2 Jumlah &ampel Rumah tangga (RT) rnenurut Susenas 20~7 dan
Riskesdas, 2007
Tabel 2.3. Jumlah Sampel Anggota Rumah tangga (ART) menurut Susenas 2007 Clan
Riskesdas, 2007

Tabel 3.1. Persentase Balita rnenurut Status Gizi (88/U)* dan Kabupaten/kota di
Provinsi Larnpunq, Riskesdas 2007
'
Tabel 3.2. Persentase Balita rnenurut Status Gizi (TB/U)* dan Kabupaten/kota di
Provinsl-Lampunq, Riskesdas 2007

Tabel 3.3. Persentase Balita menurut Status Gizi (BB/TB)* dan Kabupaten/kota di
Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Tabel 3.4. Persentase Balita menurut Status Gizi (BB/U)*dan Karakteristlk Responden
di Provinsi Larnpunq, Riskesdas 200-Z

Tabel 3.5 Persentase Balita menurut Status Gizi (TB/U)*dan Karakteristik Responden
di Provinsl Lampung; Riskesdas 2007

Tabel 3.6 Persentase Balita menurut Status Gizi· (BB/TB)*dan Karakteristik


Responden di Provinsi Lampung, Riskesdas'2007

Tabel 3.7 Prevalensi Balita menurut Tiga lndikator Status Gizi dan Kabupaten/kota,di
Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.8 stanoar Pene'ntuan Kurus dan Berat Sadan (BB) Lebih menurut Nilai
Rerata IMT, Urnur dan Jenis Kelamin, WHO 2007

Tabel 3.9 Prevalensl kekurusan dan BB Letiih Anak dniur 6-14 tahun menurut Jenis
Kelamin dan Kabupaten/kota di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Tabel 3.10 Perse'ntase Status Gizi Penduduk Dewasa di atas 15 Tahun Menurut
lrrdeks Massa Tubuh (IMT) ,dan Kabupaten/kota di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007
Tabel 3.11 Prevalensi Obesitas Omum Penduduk Dewasa (15 Tahun Ke Atas)
Meny,rut Jenis l(elamin dan Kabupaten/kota di Provinsi Lampung,
Rlsxesdas 2007
Tabel 3.12 Persentase Status Gizi Dewasa Berdasar IMT danKarakteristik
Responden di'Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Tabel 3.13 Prevalensi Obesitas Sentral pada Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas
rnenurut Kabupaten/kota di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

xi
Tabel 3.14 Prevalensi Obesitas Sentral pada Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas
menurut Karakteristik Responden di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Tabet 3.15. Nilai Rerata LILA Wanita.Umur 15-4p tahun di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007

Tabel 3.16 Prevalensi Risiko KEK Penduduk Wanita Umur 15-45 Tahun Menurut
Kabupaten/kota di Provinsi
::; .
Lampung, Riskesdas 2007

Tabel 3.17 Prev.aJensi Risiko t<E~ Penduduk Perempuan Umur 15-45 Tahun menurut
Kar~Rteristik Responden, Riskesdas 2007

Tabel 3.'18 Konsumsl Energi dan Proteih Per Kapita per Hart menurut kabupatenrkota
di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Tabel 3.19 Persentase RT dengan Konsumsi Energi dan Protein.Lebih Rendah dari
Rerata Nasional <Ji Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Tabel 3.20 Persentase-R'I dengan Konsumsi Energi dan Protein Lebih Rendah dari
Rerata Nasional menurut Tingkat Penqefuaran Rumah Tangga per Kapita,
Riskesdas 2007. ·
Tabel 3.21 Persentase Rurnah Tangga yang·Mempunyai GaramCukup \odium
menurut Kabupaten/kota di Proviasi Lampung, Riskesdas 2007

Tabel 3.22 Persentase Rumah-Tangga Mempunyai Garam Cukup lodlum Menurut


Karakteristik Responden di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Tabel 3.23 Persentase An~k Umur 12-23 Bulan yang Mendapatkan Imunisasi Dasar
dan Kabupaten/kota di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
1
Tabel 3.24 Persentase Anak Urnur 12-23 Bulan yang Mendapatkan lmunisasi Dasar
dan Karakteristik Responden di Provinsi l.arnpunq, Riskesdas 2007

Tabel 3.25 Persentase Anak Umur 12-23 Bulan yang Mendapatkan lmunisasi Dasar
Lengkap menurut Kabupaten/kota di Provins! Lampung, Riskesdas 2007

Tabel 3.26 Persentase Anak ljmur 12-23 Bulan yang Mendapatkan lmunisasi Dasar
Lengkap rnenurut ,~wa1kteristil< Responden, Riskesdas 2007

Tabel 3.27 Persentase·Balita meriurut Frekuensi Penimbangan Enam Bulan Terakhir


dan Kabupaten/kota di Provlnsi Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.28 Persentase Balita rnehurui Frek'\}ensit'enimbangan Enarn Bulan Terakhir
dan Karakteristik Responden di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.29 Persen,tase. Bplita rnenurut Tempat Penimbanqan Ena'm Bulan Terakhir
dan Kabupaten/kota di Provinsi Lampung, Riskesdas'2007

Tabel 3.30 Persentase Balita menurut Tempat Penimbanqan Enam Bulan Te,rakhir
dan Karakteristik ~esp6nden di provinsi Lc~mpung, Riskesdas 2007

Tabel 3.31 Persentase Balita' Menurut Kepemillkan KMS dan Kabupaten/kota di


Provins! Larnpunq, Riskesdas 2007

xii
Tabel 3.32 Persentase Balita Menurut Kepemilikan KMS dan Karakterlstik Responden
di'Provinsi Lampunq, Riskesdas 2007 '

Tabel 3.33 Persentase Kepemilikan Buku KIA pada Balita Menurut Kabupaten/kota di
Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Tabel 3.34 Sebaran Balita Menurut Kepemilikan Buku KIA pada Balita dan
Karakteristik Respotiden di Provinsi Lampunq, Riskesdas 2007

Tabel 3.35 Persentase Anak Umur 6-59 Bulan yang Menerima Kapsul Vitamin A
menurut Kabupafen/kota di Provinsi Lampunq, Riskesdas 2007

Tabel 3.36 Persentase Anak Umur 6-59 Bulan yang Menerima Kapsul Vitamin A
menurut Karakteristik Responden di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Tabel 3.37 Persentase lbu menurut Persepsi tentang Uku.rar, Bayi Lahir dan
Kabupaten/kota di Provinsi Lampunq, Riskesdas 2007

Tabel 3.38 Persentase lbu menurut Persepsi tentang Ukuran Bayi Lahir dan
Karakteristik Responden di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Tabel 3.39 Persentase Berat Sadan Bayi Baru Lahir 12 Bulan Terakhlr menurut
Kabupaten/kota di Provinsi l.ampunq, Risl<es'das 2007

Tabel 3.40 Persentase Berat Sadan Bayi'Baru Lahir 12Bulan Terakhir menurut
Karakteristik Responden di Provinsi Lampung_, Riskesdas 2007

Tabel 3.41 Cakupan Pemeriksaan Kehamilan lbu yang Mempunyai Bay~menurut


Kabupaten/kota di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Tabel 3.42 Cakupan Pemeriksaan Kehamilan lbu·yang Mempunyai Bayi menurut


Karakteristik Responden di Provinsi Lampung, Rlskesdas 2007

Tabel 3.43 Persentase lbu yang Mempunyai Bayi rnenurut Jenis Pemeriksaan
Kehamilan dan Kabupaten/kota di Provins! Lampung, Riskesdas 2007

Tabel 3.44 Persentase lbu yang Mernpunyai Bayi menurut Jenls Pernerlksaan
Kehamilan dan Karakteristik Responden di Provinsi Lampunq, Riskesdas
2007
Tabel 3.45 Cakupan Pemeriksaan Neonatus menurut Kabupaten/kota di Provinsi
Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.46 Cakupan Pemeriksaan Neonatus-menurut Karakteristik Responden di
Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.47 Prevalensi Filariasis, Demam Berdarah Dengue, Malaria dan Pemakaian
Obat Program Malaria menurut Kabupaten/kota di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007
Tabel 3.48
,;.~ ~ .--
.._;. . ....;.

Prevalensi Filarlasls, Demam Berdarah Dengue, Malaria dan Pemakaian


Obat Prc)gram Malaria menurut Karakteristik Responderi di provinsi
Lampunq, Riskesdas 2007
Tabel 3.49 Prevalensi ISPA, Pneumonia, TB, dan Campak menurut Kabupaten/kota di
Provinsi Lampang, Riskesdas 2007

xiii
Tabet 3.50 Prevalensi ISPA, Pneumonia, TB, dan Campak menurut Karakteristik
Responden di Provinsi Lampung , Riskesdas 2007

Tabel 3.51 Prevalensi Tifoid, 'Hepatitis, Diare rnenurut Kabupaten/kota di Provinsi


Lampyng, Riskesdas 2007
l
Tabel 3.52 Prevalensl Tjfoid, Hepatltls, Diare menurut Karakteristik Responden di
Provinsi Lafnpung, Riskesdas 2007

Tabet 3.53 Prevalensi Penyakit Petsendian, Hipertensi, dan Stroke menurut


Kabupaten/kota di Provlnsf Lampung, Riskesdas 2007

Tabet 3.54 ' Prevalensi Penyakit Persendlan, Hipertensi, dan Stroke menurut
'K~rakteristik Responden di Provinsi Lampung , Riskesdas 2007

Tabel 3.55 Prevalensi Penyakjt Asma*, ~~ptung*-, Diabetes: Dan Tumor** menurut
Kabupaten/kota di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Tabet 3.56 Prevalensi Penyakit Asm~. Jant4ng, Diat:>etes Mellitus, Dan Tumor
menurut Karakteristik Responden di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.57 Prevalensi PeRyaki~ Keturun,~n*:Gangguan Jiwa Berat, Bu.ta Warna,
Glaukoma, Sumbinq, Dermatitis, Rhinitis, Talasemi, Hemofili Menurut
Kabupaten/kpta di Provlnsi Lqmpung, Risl<esdas·2007
Tabel 3.58 Prevalensi Gangguan Mental Emosional pada Penduduk 'serumur 15 .
Tahun Ke Atas (berdasarkan Self Reporting Questionnaire-20)* menurut
Kabupaten/kota di Provirisi L:.ampung, Rlskesdas zooz
Tabel 3.59 Prevalensi Gangguan Mental Emosional pada Penduduk berumur 15
Tahun Ke Atas (berdasarkan Self Reporting Questionnaire-20)* inenurut
Karakteristik Respondeo di Provlnsl-Larnpunq, Rlsl<esdas 2007
Tabel 3.60 .Proporsl Penduduk Usia 6 Tahun Ke Atas,menurut Low Vision, Kebutaan
(Dengan Atau Tanpa Koreksi Kacarnata Maksimal) dan Kabupaten/kota di
Provinsi Lampuhg Riskesdas 2007
Tabel 3.61 Proporsi Penduduk l.Jfllur 6 Tahun Ke Atas menurutlow Vision, Kebutaan
(Denqan Atau Tanpa Koreksi Kacamata Maksimal) dan Karakteristik
Responden di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.62 Proporsi Penduduk Umur 39 Tahun Ke Atas dengan Katarak menurut
Kabupaten/kota di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Tabel 3.63 Proporsi Penduduk Umur 30 Tahuh Ke Atas dengan Katarak,Menurut


Karakteristik Responden di Provinsi Lampung , Riskesdas 2007

Tabel 3.64 Proporsi Penduduk LJmur ~O Tahun Ke Atas dengan Katarak yang Pernah
Menjalani Operas! Katarak dan Memakai Kacamata Pasca Operasi
menurut Kabupaten/kota, di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Tabet 3.65 Persentase Penduduk 'vmur 30 Tahun Ke Atas dengan Katarak yang
Pernah Menjalani Operasi Katarak dan Mernakai-Kacamata Pasca Operasi
menurut Karakterist}k Responden, Riskesdas 2007 ·
Tabel 3.66 Prevalensi Penduduk Bermasatah Gigi-Mulut menurut Kabupaten/kota di
Provinsi Lampung,Riskesdas 2007

xiv
Tabel 3.67 Prevalensi Penduduk Bermasalah Gigi-Mulut menurut Karakteristik
Responderi di Provinsi Lampung , Riskesdas 2007

Tabel 3.68 Persentase Penduduk yang Menerima Perawatan/Pengobatan Gigi


menurut Jenis Perawatan dan Kabupaten/kota di Provinsi Larnpunq,
Riskesdas 2007
Tabel 3.69 Persentase Penduduk yang Menerima Perawatan/Pengobatan Gigi
menurut Jenis Perawatan dan Karakteristik Responden di-Provinsl
Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.70 Persentase Penduduk Sepuluh Tahun ke Atas yang Menggosok Gigi
Setiap Hari dan Berperilaku Benar Menyikat Gigi menurut Kabupaten/kota
di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3. 71 Persentase Penduduk SepuluhTahun ke Atas yang Menggosok Gigi
Setiap Hari dan Berperilaku Benar Menyikat Gigi menurut Karakteristik
Responden, Riskesdas 2007
Tabel 3. 72 Persentase Penduduk, Sepuluh Tahun ke,Atas yang Berperilaku Benar
Menggosok Gigi meriurut Kabupateh/kota di Provinsi Lampung, Riskesdas
2007
Tabel 3.73 Persentase Penduduk Sepuluh Tahun ke Atas yang Berperilaku Benar
Menggosok Gigi nienurut Karakteristik Responden di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007
Tabel 3.74 Komponen D, M, F dan Index DMF-T Menurut Kabupaten/kota di Provinsi
Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.75 Komponen D(M, F dan Index DMF-Tmenurut Karakteristik Responden di
Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.76 Prevalensi Karies Aktif dan Pengalarnan Karies Penduduk Urnur 12 Tahun
ke Atas menurut Kabupaten/kota di Provins! Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.77 Prevalensi Karies Aktif dan Pengalaman Karies menurut Karakteristik
Responden di Provinsi Lampung , Rlskesdas 2007
Tabel 3.78 Required Treatment:·lndex dan Performed Treatment Index menurut
Kabupaten/kota di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.79 Required Treatment Index dan Performed Treatment Index menurut
Karakteristik Responden di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.80 Proporsi Penduduk Umur 12 Tahun ke Atas menUrut Fungsi Normal Gigi,
Edentulous, Protesa dan Kabupaten/kota di Provinsi Lampung, Riskesdas
2007
Tabel 3.81 Proporsi Penduduk Umur 12 Tahun ke Atas menurut Fungsi Normal Gigi,
Edentulous, Protesa dan Karakteristik Responden.di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007 ' ·
Tabel 3.82 Proporsi Penduduk Umur 12 Tahun ke Atas menurut Fungsi Normal Gigi,
Edentulous, Protesa Menurut Karakteristik Responden di Provinsi
Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.83 Prevalensi Ced~ra dan Penyebab Cedera menurut Kelompok Umur di
Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
M

Tabel 3.84 Prevalensi Cedera dan Penyebab Cedera menurut Pendidikan di Provinsi
Lampung, Riskesdas 2007

xv
Tabel 3.85 Prevalensi Cedera dan Penyebab Cedera menurut Pekerjaan di Provinsi
Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.86 Prevalensi Cedera dan Penyebab Cede(a menurut Jenis Kelamin di
Provins! La'inpung,Riskesdas 2007

Tabel 3.87 Prevalensi Cedera dan Penyebab Cedera menurut Tipe daerah Di Provinsi
Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.88 Prevalensi Cedera Dan Penyebab Cedera Menurut Tingkat pengeluaran
per kapita di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.89 Prevarensi-Cedera Menurut Bagian '-fubuh Terkena Cedera Menurut
Kabupaten/Kotadi.Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.90' Prevalensi-Cedera Menurut Bagian Tubuh Terkena ~edera Berdasarkan
Kelornpok Umur di Provinsi Lampunq, Riskesdas 2007
Tabel 3.91 Prevalensi-Cedera MemircJt Bagian Tubuh Ter'kena Cedera Berdasarkan
Pendidikan di'Provinsi Lampung,'Ris'kesdas'2007 '
Tabel 3.92 Prevalensi-Cedera Menurut Bagian Tubuh Terkena Cedera Berdasarkan
Pekerjaan di Provinsi Lampunq, Riskesdas 2007
Tabet 3.93 Prevalensi-Cedera Menurut Bagian Tubuh Terkena Cedera Berdasarkan
Jenis Kelarnin di Provinsi Larnpunq,
Riskesdas 2007
Tabel 3.94 Prevarensi-Cedera Menurut Bagian Tubuh Terkena Cedera Berdasarkan
Tipe daerah di Provinsi Lampung, Riskesdas ~007
Tabel 3.95 Prevalensi-Cedera Menurut Bagian Tubuh Terkena Cedera Berdasarkan
Tingkat penqeluaran per.kaplta Di Provinsi L-ampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.96 Prevalensi Jenls Cedera Menurut Kelompok Urnur di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007 ·· ·,
Taber 3.97 .Prevalensi Jenis Cedera Menurut Pendidikan di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007
Tabel 3.98 Prevalensi Jenis Cedera Menurut Pekerjaan di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007
Taber 3.99 Prevarensi Jenis -Cedera Menurut Jenis Keramin di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007
Taber 3.100 Prevarensi Jenis Cedera menurut Tipe daerah di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007
Taber 3.101 Prevalensi Jenis Cedera menurut Tingkat Pengeruaran Per Kapita di
Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Taber 3.102 Prevarensi Jenis Cedera Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007 '
Tabel 3.103 Persentase Penduduk Umur 15 tahun ke Atas Yang Bermasalah Dalam
Fungsi Tubuh/lndividu/Sosial di Pro\tinsi Lampung, Riskesdas 2007
'
Taber 3.104 Prevalensi Disabilitas Penduduk·Umur15 Tahun Keatas Menurut Status
dan Kabupaten/kota di Provlnsl Lampung, Riske~das,2901
" I
Taber 3.105 Prevalensi Disabilitas Penduduk Umur 15 Tahun Keatas Menurut Status
dan Karakteristik Responden di Provinsi Lampung , Riskesdas 2007

xvi
Tabel 3.106 Persentase
..
Penduduk Umur 1 Ol•.. Tahun ke Atas menu rut Keblasaan
t

Merokbk dan Kabupaten/kota di Provinsi Lampung di Indonesia, Riskesdas


2007 i

Tabel 3.107 Persentase Penduduk Umur 1 O Tahun ke Atas menurut Kebiasaan


Merokok dan Karakteristik Responden, Riskesdas 2007
Tabel 3.108 Prevalensi Perokok Saat ini dan Rerata Jumlah Batang Rokok yang
Dihisap Penduduk Umur 1 O Tahun ke Atas menu rut Kabupaten/kota di
Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.109 Prevalensi Perokok dan Rerata Jumlah Batang Rokok yang Dihisap
Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas'rnenurut Karal<teristik Responden di
Provlnsi Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.110 Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas yang MerokoR rnenurut Usia
Mulai Merokok Tiap Hari dan Kabupaten/kota di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007
Tabel 3.111 P.ersentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas yang Merokok menurut Usia
Mulai Merokok Trap Hari dan Karakteristik Responden-di Prbvinsi
Lampung, Rlskesdas 2007
Tabet 3.112 Persentase Penduduk urnurt O Tahun Re Atas yang Merokok menurut Usia
Pertama Kali Merokok/Mengunyah Tembakau dan Kabupaterilkota di
Provinsi Lampunq di Indonesia, Riskesdas 2007
Tabel 3.113 . Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas yang Merokok menurut Usia
Pertarna Kal,i Merokok/ Mengunyah Tembakau dan Karakteristik
Responden di Provinsi Lpmpung , Riskesdas 2007
Tabel 3.114 Prevalensi Perokok Dalam Rumah Ketlka Bersama Anggota Rurhah
Tangg~ rnenurut Kabupaten/k'ota di. Provinsi Larnpunq, Riskesdas 2007
Tabel 3.115 ... Peraentase Penduduk umue t O Tahun ke Atas 'yahg Merokok menurut
Jenis Rokok yang Dihisap dan K,:abupaten/kota di Provinsf
Lampung,Riskesdas 2007
Tabel 3.116 l?ersentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atasvanq Merokok menurut
Jenis Rokok yang Dihisap dan Karakteristik Responden di Provinsi
Lampung, f3iskesdas 2007
Tabel 3.117 Prevalensi Kurang Makan Buah dan Sayur Penduduk 10 tahuh ke Atas
menu rut Kabupaten/kota di Provinsi Lampung, Riskesdas ·2007
Tabel 3.118 Prevalensi Kurcing Makan Buah dan Sayur'Penduduk 10 tahun ke Atas
menurut Karakteristik Responden di Provins! Lampung, Ris~esdas 2007
Tabel 3.119 Prevalensi Peminum Minuman beralkohol 12 Bulan dan t Bulan Terakhir
menurut Kabupateli/kota di Provinsi l.ampunq, Riskesdas 2007
Tabel 3.120 Prevalensi Peminum Alkohol 12 Bulan dan 1 Bulan Terakhir menurut
Karakteristik Responden di Provinsi Lampu'ng, Riskesc:fas 2007
( ft 4U
Tabel 3.121 Persentase Peminum Mihuman Beralkohol 1 Bulan Terakhir Berdasarkan
Frekuensi Minum dan Jenis Minuman, Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Lampung, Riskesdas 2007 '
Tabel 3.122 Pe!rsentase Pernlnum Minuman Beralkohol 1 Bulan Terakhir Berdasarkan
Frekuensi Minum dan Jenis Minuman, Menurut Karakteristik Responden di
Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.123 Persentase Peminum Minuman Beralkohol 1 Bulan Terakhir Berdasarkan

xvii
Satuan Standard Minuman, Menurut Kabupaten Di Provinsi Lampung
Tabel 3.124 Proporsi Pemlnum Minuman Beralkohol 1 Bulan Terakhir Berdasarkan
Satuan .Standar Minuman Menurut Karakteristik di Provinsi Lampung,
Risl<esdas 2007

Tabel 3.125 Prevalen,si Ku rang Aktifitas Fisik Penduduk 1 O tahun ke Atas menurut
Kabupaten/kota di Provins! Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.126 Prevalensi Kurang Aktifitci?·Fi~ik Penduduk 10 tahun ke Atas menurut
Karakterlstlk Respondeq .di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Tabet 3.127 Persentase Penduduk 10 tahun ke Atas menurut Pengetahuan dan Sikap
tentang Flu Burung dan-Kabupaten/kota di Provinsi Lampung, Riskesdas
2007
Tabel 3.128 Persentase Pendudukt O tahun ke Atas menurut Pengetahuan dan Sikap
Tentang Flu Burung·dan Karakterlstik Responden di Provinsi La'mpung,
.
Riskesdas 2007
-
r

Tabel 3.129 Persentase Penduduk 1 O tahun ke Atas menurut Pengetahuan Tentang


HIV/AIDS dan Kabupaten/kota di Provinsi Larnpunq, Riskesdas2007
" )..t

Tabel 3.130 Persentase Penduduk 10 tahun ke Atas menurut Pe('igetahuan Tentang


HIV/AIDS dan Karaktetistik Responden di Provinsi L'ampung, Riskesdas
2007
Tabel3.131 Persentase Penduduk 1'0 tahun ke Atas menurut Sikap Bila Ada Anggota
Keluarga Menderita HIV/AIDS dan Kabupaten/kota di Provinsi Lampung di
lndpnesia, Riskesdas 2007
Tabel 3.132 Persentase Penduduk 1 O tahun ke Atas menurut Sikap Andaikata Ada
Anggota Keluarqa'Menderita HIV/AIDS,dan Karakteristik Responden,
.
Riskesdas 2007
Tabel 3.133 Persentase.Penduduk 10 Tahun ke Atas yang Berperilaku Benar Dalam
Buang Air Besar dan.Cuci Tangan menurut Kabupatea/kota di 'Provinsi
Lampung, Riskesda,s 2007
Tabel 3.134 Persentase Penduduk 1 O Tahun ke Atas yang Berperilaku Benar Dalam
8uf1n9. Ai_r Besar dan Cuci Tangan menurut Karakterlsttk Responden,
Riske:;da~2007

.
Tabel 3.135 Prevalensi Penduduk 1P Tahun ke Atas dengan Konsumsi Makanan
Berisiko menurut Kabupaten/kota di Provins! Lampung, Riskesctas 2007
Tabel 3.136 Prevalensi Penduduk 1 O Tahun 'ke Atas dengan Konsumsi Makanan
Bertsiko menurut Karakteristik-Responden di Provinsit.ampunq, Riskesdas
2007
Tabel 3.137 PersentaseRumah Tar;iggc;1 yang Memenuhi Kriteria Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) Baik menurut Kabupaten/kota di Provinsi, Larppung,
Riskesdas 2007
Tabel 3.138 Prevalensi Faktor Risiko Penyakit Tidak'Menular Utama (Kurang Konsumsi
Sayur Buah, Kurang Aktifitas Fisik, dan Merokok) pada Penduduk 10
Tahun ke Atas menurufKabupaten/kota J:fi Provinsi Lampung, Riskesdas
2007
Tabel 3.139 Prevalensi Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular Utama (Kurang Konsumsi
" Sayur Buall, Kurang Aktifitas Fisik dan Merokok) pada Penduduk 10 Tahun
ke Atas menurut Karakteristik Responden, Riskesdas 2007

xviii
Tabel 3.140 Persentase Rumah Tang!;Ja Menurut Jarak Dan Waktu Ternpuh Ke Sarana
Pelayanan Kesehatan" dan Kattupaten/kota di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007

Tabel 3.141 Persentase Rumah Tangga Menurut Jarak dan Waktu Tempuh Ke Sarana
Pelayanan Kesehatan" dan Karakteristik Rumah Tangga di Provinsi
Lampung,·Riskesdas 2007

Tabel 3.142 Persentase Rumah Tangga Menurut Jarak 'Dan Waktu Tempuh Ke Upaya
Kesehatan Berbasis Masyarakat* darr Kabupaten/kota di Provinsi
Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.143 Persentase Rumah Tangga Menurut Jarak Dan·Waktu 'tempuh Ke Upaya
Kesehatan' Berbasis ·Masyarakat*> dan Katakteristik Rumah Tangga di
Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.144 Persentase Rumall TaRgga Yqng Mernantaatkan Posyandu/Poskesdes
Menurut Kabupaten1kota di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.145 Persentase Rumah Tanqqa Menurut Pemanfaatan Posyantlu/Poskesdes
dan Karakteristik Rumah Tangga di Provinsi Lampang , Riskesdas 2007
Tabel 3.146 Persentase Rumah Tangga yang Memanfaatkan Posyandu/Poskesdes
menurut Jenis Pelayanan dan Kabupaten/kota di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007
Tabel 3.147 Persentase Rumah Tangga yang Memanfsatkan Posyandu/Poskesdes
menurut Jenis Pelayanan dan'Karakterlstik Rumah Tangga di Provinsi
Lampung , Riskesdas 2007

Tabel 3.148 Persentase Rumah Tangga Menurut Alasan Utama tidak Memanfaatkan
Posyandu/Poskesdes (Di Luar Tidak Membutuhkan) dan Kabupaten/kota di
Provins! Lampung, 1Riskesdas .20$)7
Tabel 3.149 Persentase Rumah Ta'ngga Menl.JrutAlasan Utama Tidak Memanfaatkan
Posyandu/Poskesdes (Di t.uar Tidak Membutuhkan) dan Karakterlstik
Rumah Tangga, Riskesdas 2007
Tabel 3.150 Persentase Rumah Tangga Yang Memanfaatkan Polindes/Bidan Di Desa
Menurut Kabupaten/kota di Provinsi Larnpqriq, Riskesdas 2007
Tabel 3.151 Persentase Ruman Tanqqa yarig memanfaatkan PolindesJBid?\n Di Desa
Menurut Karakteristik Rumah Tangga di Provinsl Lampung,'Riskesdas
2007
Tabel 3.152 Persentase Rumah Tangga yang Mernanfaatkan Polindes/Bidan di Desa
menurut Jenis Pelayanan dan Kabupaten/kota di Provinsi Lampung,

Tabel 3.153
Riskesdas 2007
.
Persentase Rumah Tangga yang Memanfaatkan Polindes/Bidan di Desa
menurut Jenis Pelayanan dan Karakteristik Rumah Tangga, Riskesdas
2007
Tabel 3.154 Persentase Rumah Tangga Menurut Alasan Utama Tidak Memanfaatkan
Polindes/Bidan di Desa Menurut Kabupaten/kota di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007
Tabel 3.155 Persentase Rumah Tangga Menurut Alasan Utama Tidak Memanfaatkan
Polindes/Bid?tn di Desa dan Karakteristik Rumah Tangga'di Provinsi
Lampung, Riskesdas 2007

xix
Tabel 3.156 Perseotase Rumah Jangga menurut Pemanfaatan Pos Obat Desa/Warung
Obat Desa dan Kabupaten/kota di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.157 Persentase Rumah Tangga menurut Pemanfaatan Pos Obat Desa/Warung
Obat Desa dan Karakteristik Rumah Tangga, Rlskesdas 2007
Tabel 3.158 Persentase Rumah Tangga Menurut Alasan Utama Tidak Memanfaatkan
Pos Obat Desa/Warung Obat Desa dan Kabupaten/kota di Provinsi
Larnpunq, Riskesdaa 2007
'
Tabel 3.159 Persentase Rurnah Jangga Menurut Alasan Utama Tidak Memanfaatkan
Pos Obat Desa/Warung Obat Desa dan Karakteristik Rumah Tangga di
Proyinsi Lampung, Rlskesdas 2Q07
, .
Tabel 3.160 Persentase Penduduk, Rawat lnap Menurut Tempat dan Kabupaten/kota di
Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.161 Persentase Penduduk.Rawat Inap ~enurut Tempat dan Karakteristik
Rumah Tangga di Provinsl Lampung,. Riskesdas 2007
Tabel 3.162 Persentase P.enduduk RawatlnapMenurut Sumber.Pembiayaan dan
Kabupaten/kota di Provinsi La"'!p_ung: Riskesdas 2007

Tabel 3.163 Persentase PendudukRawat lnap Menurut Sumb'er Pembiayaan dan


Karakteristik Rumah Tangga, Risl<esdas 2007

Tabel 3.164 Persentase Responden yang Rawat Jalan Satu tahun terakhir Menurut
Tempat berobat dan Kabupaten/kota di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Tabel 3.165 Persentase Penduduk Rawat Jalan Menurut Tempat da,n Karakteristik
Rumah Ta'ngga ,(ii Provins! Lampunq , Riskesdas 2007

Tabel 3.166 Persentase Penduduk Rawat Jalan Menurut Sumber Pembiayaan dan
Kabupaten/kota di Provinsi tampunq, Riskesdas 2007

Tabel 3.167 Persentase Responden Rawat. Jalan Menurut Sumber Biaya dan
' .
Karakteristik Rumah Tangga di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
'
Tabel 3.168 Persentase Penduduk Rawat lnap Menurut Aspek· Ketanggapan
Pelayanan Kesehatan, dan.Kabupaterpkota di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007
Tabel 3.169 Persentase Penduduk Rawat lnap Menurut Aspek Ketanggapan dan
.Karakteristik R4qiah, Tangga di Provinsi L.,ampung, Rlskesdas 2007

Tabel 3.170 Persentase Penduduk Rawat Jalan Menurut Aspek Ketanggapan


Pelayanan Kesehatan Menurut Kabupaten/kota di Provinsi Lampung,
Riskesdas '2007
Tabel 3.171 Persentase Penduduk Rawat Jalan Menurut Aspek Ketangg_apan
Pelaya,nan Kesehatan dan Karakteristik Rumah Ta.ngga di Provinsi
Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.172 Pers~ntase Ruinari"Tangga menurut Rerata Pemakaian Air£ersih Per
Orang Per.Hari dan Kabupaten/kota dlProvlnsi Lampung, Riskesdas 2007
• :J.
"
s ~ ..
. ~'

Tabel 3.173 Pers(J11tase,Rumah :rangga menurut Rerata-Pemakaian Air Bersih Per


Orang Per Hari dan Karakteristik Rumah Tangga di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007 ' ·

xx
Tabel 3.174 Persentase Rumah Tangga menurut Waktu dan Jarak ke Sumber Air,
Ketersediaan Air Bersih dan Kabupaten/kota dl'Provinsi Larhpung, '
Riskesdas 2007

l ' ,; l I• •
Tabet 3.175 Persentase'Rumah Tangga menurut Waktu dan Jarak ke SumberAlr,
Ketersediaan Air Bersih dan Karakteristik Rumah1Tangg8-df Provlnsi
Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.176 Persentase Bumah Tangga menurut lndivi<!iu yang Biasa Mertgambil Air
Dalam Rumah Tangga menurut Kabupaterrkota di Provinsi Larnpung,
Riskesdas 2007
Tabel 3;177 Persentase Rumah Tangga menurut Anggota Rurnah Tanqga yang Biasa
Mengambil Air dan Karakteristik Ruhiah Tangga di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007 r
Tabel 3.178 Persentase Rumah Tangga menurut Kualltaa Fis!k ~ir Minum dan
Kabupaten/kota dj Provinsi Lampung, Riskesqas 2007
Tabel 3.179 Persentase Rumah Tangga menurut Kualitas Fisik Air Minum dan
Karakteristik Rurnah Tangga di Provins! Lampunq, Rlskesdas 2007
Tabel 3.180 Persentase Rumah Tangga menur,utJenisSumber Air Minum dan
Kabupaten/kota di Provinsi t.arnpunq, Susenas 2007
Tabel 3.181 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Sumber Air Minum dan
Karakteristik Rumah Tangga di Provinsi Lampung, Susenas 2007
Tabel 3.182 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis 'TempatPena11Jpungan dan
Pengolahan Air Minum Sebelum Digunakan/Diminum dan Kabupaten/kota
di Provinsi lampuhg, Riskesdas 2007 '
Tabel 3.183 Persentase-Rumah Tangga menurut Jenis Tempat Penampungan dan
Pengolahan Air Minum Sebelum Digunakan/13iminum Clan Karakterlstik
R~mah Tangga di Provinsi Lampung, Rtskesaas 2007
Tabet 3.184 Persentase Rumah Tangga menurut Akses Terhadap Air Bersih dan
Kabupaten/kota di Provinsi Lampung, Susenas dan Riskesdas 2007
Tabel 3.185 Persentase Ruman Tangga menurut Akses Terhadap Air Bersih dan
Karakteristik Rumah Tangga di Provinsi Lampung, susenas dan Rlskesdas
2007
Tabel 3.18& Rersentase Rumah Tangga menurut Penggunaan·Fasilitas Buang Air
Besar dan Kabupaten/kota di Provinsi Lampung di Indonesia, susenas
2007
Tabel 3.187 Persentase Rumah·Tangga menurut Penggunaan Fasilitas Buang Air
Besar dan Karakteristik Rumah 'Tangga di Provinsi Lampung, Susenas
2007
Tabel 3.188. Persentase Rurnah Tangga menurut Tempat Buang Air Besar dan
Kabupaten/Kota di Provjnsi Lampung, Susena~f2007
Jabel.3.189 Sebaran Rumah Tangga menurut Tempat Buang ~Air Besar dan
Ka_rakteristik Responden di Provinsi Lampnnq, St.isenaS'2007
Tabel 3.190 Persentase Rumah Tangga menurut Akses Terhadap Sanitasi dan
Kabupaten/Kota di Indonesia, Susenas 2007
Tabet 3.191 Persentase Rumah Tangga menurut Akses Terhadap Sanitasi dan
Provinsi di Indonesia, Susenas 2007

xxi
Tabel 3.192 Persentase Rumah Tangga menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja dan
Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung, Susenas 2007
Tabel 3.193 Persentase Rumah Tangga menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja dan
Kar,?kt~ristik.Ruma~:>Tc;i~gga_ di Provins! l.ampunq, Susenas 2007
Tabel 3.194 Persentase -Rumah Tangga rnenurut Jenis ·Saluran Pembuangan Air
Limbah dan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.195 Persentasee Ruman :T-angga menurut Jenis Saluran Pembuangan Air
Limbah dan Karakterlstik Responden Di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007
Tabel 3:-196, Set5aran ~urriah: Tangga rrieUiurut Jenis Penampungan Sampah di Dalam
-dan Luar Ru'mah cfan Kabupaten/kota di Provins! Laf11ptu1~. Riskesdas
2007
Tabel 3.197 "Sebaran' Ru mah "'fangga menurut Jen is Penampungan Sampah di Dalam
dan Luar -Rurnah dan Karakteristik Responden di Provinsi Lampunq,
Ri~~sdas 2007,
Tabel 3.198 Sebaran Rumah Tangga menurut Jenis Lantai Rumah
dan Kepadatan Hunlan Men\.Jrut Katiupaten/Kota di Provinsi Lampung,
Susenas 2007
Tabel 3.199 Sebaran·Rumah Tangga menurut Jenis Lantai Rurhah
dan Kepadatan Hunian dan Karakteristik Respqnden di Provinsi l.arnpunq,
Susenas·2007
\..
Tabel 3.200 Sebaran Rumah Tangga menurut Tempat Pemelinaraan Ternak/Hewan
Peliharaan dan Kabupaten/kota di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
l .;
Tabel 3.~01 Sebaran R,umah Tangga menurut Ternpat Pemeliharaan Ternak/Hewan
Peliharaan dan KarakteriStik Responden di Provinsi Lampt.Itlg, Riskesdas
2007
Tabel 3.202 Sebaran Rumah Tangga menurut Jenis Bahan Bakar Utama-Memasak dan
Kabupaten/Kota di Provinsi Lampunq, Susenas 2007
f ~

Tabet 3.,203 Sebaran Rumah Tangga rnenurut Jenis Bahan Bakar Utarna Memasak dar
Karakteristik Responden di Provinsi Lampung, Susenas 2007
Tabel 3.204 -$~Qf!rap Ruman Tangga menurut Penggunaan Jenis Bah~h Beracun
Berbahaya di Dalarh .• Rumah dan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007 ·
Tabel 3.205 r
Sebaran Rumah T.angga menurut Penggunaan Jenis Bahan Beracun
'serbah~ya di Dalqm Rumah Clan Karakteristik RespOFiden di Provinsi
Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.206 Sebaran Rumah Tangga menurut -Jarak Rumah ke Sufnber Pencemaran
dan Kabupaten/kota di Provinsi Lampunq, Riskesdas 2007
Tabet 3,207 Sebaran Rumah Tangga menurut Jarak Rumah ke Sumber Pencemaran
· dan.Karakterlstik Respoi:iden di Provins! Lampung, Risk~sdas 2007

xxii
xxiii
Daftar Gambar
1.1. Faktor yang mempengaruhi Status Kesehatan (Blum 1974) 2

1.2. Alur Pikir Riskesdas 2007 4

xxiv
DAFTAR SINGKATAN
ART Anggota Rumah Tangga
AFP Acute Flaccid Paralysis
ASKES Asuransi Kesehatan
ASKESKIN Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin

BB Berat Sadan
BB/U Berat Sadan Menurut Umur
BB/TB Berat Sadan Menurut Tinggi Badan
BUMN Sadan Usaha Milik Negara
BALITA Bawah Lima Tahun
BCG Bacillus Calmete Guerin
BBLR Berat Bayi Lahir Rendah
BATRA Pengobatan Tradisional

CPITN Community Periodental Index Treatment Needs

D Diagnosis
DG Diagnosis dan Gejala
OM Diabetes Mellitus
DOM Diagnosed Diabetes Me/litus
D-T Decay - Teeth
DPT Diptheri Pertusis Tetanus
DMF-T Decay Missing Filling -.. Teeth
DEPKES Departemen Kesehatann

F-T Filling Teeth

G Gejala klinis

HB 1:-iemoglobin

IDF International Diabetes F,ederation


IMT lndeks'Massa Tubuh
ICF International Classification of Functioning, Disability and Health
ICCIDD International Council for the Control of Iodine Deficiency
Disorders
IU International Unit

JNC Joint National Committee

KK Kepala Keluarga
Kg Kilogram
KEK Kurang Energi Kalori
KKAL Kilo Kalori
KEP Kurang Energi Protein
KMS Kartu Menuju Sehat
KIA Kesehatan lbu dan Anak
KLB Kejadian Luar Biasa

LP Lingkar Perut
LILA Lingkar Lengan Atas
mm Hg Milimeter Air Raksa

xxv
ml Mili Liter
Ml Missing index
M-T Missing Teeth
MTI Missing Teeth Index
MDG Millenium Development Goal
Nakes Tenaga Kesehatan

0 Obat atau Oralit

Poskesdes Pos Kesehatan Desa


Polindes Pondok Bersalin Desa
Pustu Puskesmas Pembantu
Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat
PTI Performed Treatment Index
POLRl Polisi Republik Indonesia
PNS Pegawai Negeri Sipil
PT Perguruan Tinggi
PPI Panitia Pembina llmiah
PD31 Penyakit yang Dapat Dicegah Denqanlmunlsast
PIN Pekan lmunisasi Nasonal '
Posyandu Pos Pelayanan Terpadu
PPM Part Per Million

RS Rumah Sakit
RSB Rumah Sakit Bersalin
RTI kequired Treatment Index
RPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Riskesdas Riset Kesehatan Dasar
SRQ Self Reporting Questionnaire
SKTM Surat Keterangan Tidak Mampu
SPAL. Saluran Pembuangan Air Limbah
SD Standar Deviasi
SD Sekolah Dasar
SLTP Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
SLTA Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

TB Tinggi Sadan
TB Tuberkulosis
TB/U Tinggi Badan/Umur
rr Tetanus Toxoid
TOM Total Diabetes Mellitus
TGT Toleransi Glukosa Terganggu

UNHCR United Nations High Commissioner for Refugees


UNICEF United Nations Children's Fund
UCI · Universal Child Immunization
UDDM Undiagnosed Diabetes Meliitus

WHO World Health Organ1zation


wus Wanita Usia Subur
µI Mikro Liter

xxvi
DAFTAR LAMPIRAN

1.1. Daftar Nama Penanggung Jawab Teknis dan Penanggung Jawab


Operasional Provinsi Lampung
1.2. Penanggung Jawab Teknis (PJT) dan Operasional (PJO) di Tiap Kabupaten
1.3. Peta Provinsi Lampung

xxvii
BAB1.eENOAHULUAN
1.1 'Latar Belakang
, I

Riset Kesehatan O.asar (Riskesdas) adalah sebuah policy tool bagi pembuat kebijakan
kesehatan diberbagai jenjang administrasi. Untuk mewujudkan visi "masyarakat yang
mandiri untuk hidup sehat", Departemen. Kesehatan RI menqembangkan misi: "mernbuat
rakyat sehat". RisK:esdas 2007 diselenggarakaryoleh Sadan Penelitlan dan Pengembangan
Kesehatan- (Balitbangkes), sebagai salah satu ,unit utama di }il'}gkungan Departemen
Kesehatari' yang· berfunqsr menyediakan informasi kesehai~n· berbasis bukti. Pelaksanaan
Riskesdas 2007 adalah upaya mengisi salah satu dari 4 (empat) grand strategy Departemen
Kesehatan, yaitu berfungsinya sistem informasi kesehatan yang evidence-based di seluruh
Indonesia. Data dasar-yanq dihasilkan Riskesdas· 2007 terdiri das:~ indikator kesehatan
utama tentang status kesehatan, status gizi, kesehatan lingkungan, perilaku kesehatan, dan
berbagai aspek pelayanan kesehatan. Data dasar ini, bukan saja berskala nasional, tetapi
juga menqqambarkan berbagai indikator kesehatan minimal sampai ke tingkat
kabupaten/kota.
Riskesdas. 2007 dirancang dengah-pengendalian mutu yang ketat, sampel yang mernadai,
serta manajemen data yang terkoordinasikan dengan baik. Penyelenqqaraan Riskesdas
2007 dirnaksudkan pula untuk membangun -kapasitas peneliti dt lingkungan Sadan
Penelitian dan .f~ngembangan Kesehatan, balk di pusat maupun di daerah, agar mampu
mengembangkan- dan melaksanakan survei bers~a!a besar serta menganalisis data yang
kompleks. Pada )ahap disain, untuk meningkatkan manfaat Riskesdas 2007 maka
komparabilitas o,erbagai alat pengumpul data yang ·~igurJakan, baik untuk tingkat ipdividual
maupun rumah tangga menjadi·isu yang sangat penting. lnfo;masi yang valid, reliable dan
comparable dari Riskesdas 2007 dapat digunakan untuk mengukur berbagai status
kesehatan, asupan, proses serta luaran sistem kesehatan. Lebih jauh lagi, informasi yarig
valid, reliable dan comparable dari suatu proses pemantauan dan penilaian sesungguhn'ya
dapat berkontribusi bagi ketersediaan evJqence pada skala nasional, ptovlnsl can
kabupaten/kota. Penqalaman menunjukkah bahwa komparabititas dari st.iatu surxei rurriah
tangga sepertl Riskesdas 2007 dapat dic~pai denqan efisien melalui disain instrumen yang.
canggih 'dan ujicoba yang teliti dalam pengembahgannya. . Pelaksana;;m' Riskesdas 2007
mengakui pentingnya koniparabilitas, selain validitas dan reliabtlitas.
Sejalan denqan pelaksanaan Undang-Undang·Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, maka kewenangan yang lebih besar dalam perencanaan k~qehata,n kini b~rada di
tingl<at perr'ierintahan kaoupaten/kota. Rencana pembangunan .kesehc:Uan1 yang appropriate
dan adequate membutuhkan data berbasis kornunitas Y~IJ9 dapat me)Nakili populasi'(rumah
tangga dan individual) pada berbagai'jenjang administrasi.
Pengalaman menunjukkan bahwa berbagai survei berbasis komunitas sepertl Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia, Susenas Modul Kesehatan dan Sjurvei Kesehatan
Rumah Tangga hanya menghasilkan estimasi yang mewakili tingkat kawasan atau provinsi.
Sehingga dapat dikatakan bahwa: survei y.ang ada belum. mernadaiuntuk perencanaan
kesehatan di tingkat kabupaten/kota. Sampai saat ini belum tersedia peta status kesehatan
(termasuk data biomedis) dan faktor-faktor yang rnelatarbelakanql di ti.ngkat kabupaten/kota.
Dengan demikian, peruml.isan dan pengambilan_ kepijal<,an di bldanq kesehatan, belum
sepenuhnya dibuat berdasarkan informasi komunitas yang·~eroasis bukfl.
_1 - .. .. .
Atas dasar berbagai pertimbangan di atas, Balitbangkes melaksanakan Riskesdas untuk
menye.diakan informasi berbasis kornunitas- tentang status kesehatan (termasuk data
biomedis) dan 'faktor-faktor yang melatarbelakanginya dengan keterwakilan sampai tingkat
kabupaten/kota.

1
1.2 Ruang Lingkup Riskesdas 2007
Riskesdas 2007 adalah riset berbasis komunitas dengan sampel rumah tangga dan anggot~
rumah tangga yang dapat mewakili populasi di tingkat kabupaten/kota. Riskesdas 2007
menyediakan 4nformasi kesebatan·rlasar termasuk biomedis, denqan menqqunakan sampel
Susenas 15or ....
Rlskesdas 2007 mencak'up sampel yang febih besar dari survei-survel kesehatan
sebelumnya, dan mencakup aspek Resehatan yang lebih luas. Dibandingkan dengan survei
berbasis komunitas yap'g setama ini' dllakukan, tingkat keterwakilan Riskesdas adalah
sebaqai berikut : _,,
Tabel 1.1.
lndikator Riskesdas dan Tingkat Keterwakilan Sampel

Jndikator Sl)KI SKRT Susenas 2007 Riskesdas 2007


.1. Sampel· 35.000 1.0.000 280.00Q 280.000
2. Pola Mortalitas Nasional S/J/KTI Nasional
3. Pejilaku ,S/J/KTI Kabuoaten Kabupaten
4. Gi~:f& Pola S/.,!/KTI Provinsi Kabupaten
5. Sanita~i lingki,mgan ~/J/KTI Ka bu paten Kabupaten
6. Penyakit S/J/KTI Prdv/Kab
7. Cedera & Nasional S/J/KTI -- ~ ,.. Prov/Kab
8. Disabilitas S/J/KTI Prov/Kab
9. Gigi & Mulut Prov/Kab
1 O. Biomedis Nasional
S: Sumatera, J: Jawa-Bali, KTI: Kawasan Timur Indonesia
1.3 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelifian qalam Riskesdas 2007 dikembanqkan berdasarkan pertanyaan
kebijakan kesehatan yf!ng sangat Yriepdasar terkait upaya -untuk meningkatkan. derajat
kesehatan rnasyarakat di lndohesla. Sesuai dengap fatar belakang perniklran dan kebutuhan
perencanaan, )ornaka r>.ertanyaa·11 peo~litian· yang.hsrus dijawab melalui J}iskesdqs adatah;'
a. Baqairnana status kesehatan masyarakat di tingkat nasional, provinsi dan
kabupaten/kota?
b. Apa dan baqalrnanafaktor-faktor vanq.metaterbelakanql statua kesehatan masyarakat di
tingkat h~sional, provinsi dan kabupaten/kota? ' ·
c. Apa masalah kesehatan masyaiakat yang spesifik di setiap provinsi dan
kabupaten/kota?

1.4 Tujuan Riskesdas


Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut diatas, maka tujuan Riskesdas 2007 adalah
sebagai berikut :
a. Menyediakan informasi berbasis bukti untuk perumusan kebijakan pembangunan
kesehatan di berbagai tingkat adrninlsjratlf
b. Menyediakan infortnasi untuk perencanaan kesehata'n termasuk alokasi sumber daya di
berpaqai ti.ngkat administratif.
c. Menyediakan peta .status dan masalatr kesehatan ·di tingkat naslonal,' provinsi dan
kabupaten/kota, • • ,, · ·
d. Membandingkan status kesehatan dan faktor-faktor yang melatarbelakangi antar
provinsi dan antar kabupaten/kota

2
")(!S!J SBl!A!PIB n)(Bl!J9d •
·4enq uep JnAes [sumsuox n)(Bl!J9d •
·1040)(1e uep ne)leqwal 1swnsuo)(f)!O)IOJaw n)lel!J9d •
:1aqepeA dnxeoueui n)le1pad Jop1e:1 ·o
elO)(/USlednqe)I '!SU!AOJd JBlUB ue6U!PUeqJad uep esap - BlO)I
ue6u1pueqJad '1woum1a-1e1sos ie)l6U!l 'ue)l!P!PUad lB)IDU!l 1ind!(aw '1e1sos ue6un)l6un •
qeduies uep 1sn1od '!SBl!Ues 'umuuu J!e nnd!(aw ')l!S!J ue6um16un •
feJ9U!W uep U!WBl!/\ 'U!9l0Jd '!6J9Ua !SWnSUO)f !lnd!f9W '!Z!6 !SWnSUO)I •
:1aqepe/\ dnxeouaui ue6un)f 6U!I Jop1e:1 'q
. eM!f uele4asa>1 •
(unuei 917-g ~ e1sn ei1ueM )!"Jun Sele ue6ua1 JB)IDU!I uamxnbuad
uep 'Selea)( unuai g ~ eseMap )fnpnpuad )fnlun irusd Je)f6U!f ueJm1n6uad 'mum
enwas >1niun uepeq !66U!l uep uepeq lBJaq ueJmfn6uad uaxieseprsq) 1z16 snlels •
(uendwew)fBP!la)fJ seimqes10 •
Je1nuaw )IBP!l l!)IBAUad uep remueui l!)fBAuad 1sua1eAaJd 1ind11aw 'SBl!P!QJOlf'J •
(mum enwas )f ruun ue!Jewa)f qeqaAuad eiod) seineiiow •
:1aqepeA dnxeoueui ueie4asa)I sntets ·e
: in.>tpaq 1e6eqas 1..1e1epe ~s)fµad1p nele Jn)ln!p,.ue>feAuet!P
BueA Jbte)l!PU! 1e6eqJa9 ·pns)f~W!P ruueuad, JOl)fe! iedwa-' a)f undnew uele1..1asa)f smeis
ue6uap l!B)!Jal 6ueA )l!BQ ue>11ndwn)l!P JOJB:>f!PU! enwas )leP!l !U! LOOZ unuei sepsa)IS!Cf eped
eAepns-1e1sos
m1e1pad
S!80fO!S
uele4asa>1 uele.1..1asa>1
'e!W!)I ')f!S!:f
ueueAe1ad snlels
ue8Un)f8Ufl
t
(t L6 ~ wn1s) ueJe4asa}I snJBlS 14nJe6uadwaw 6ue~ JOJ)te:I
• ~ · ~ JeqweE)
· ~ · ~ JeqweE) eped lB4!f!P tedep wn19 J!)l!d
e)ffiueJa)f ueBes ·ueunJhla)( uep ueie4asa)f ueueAe1ad 'n>1e1pad 'ue6um1Buu :4e1epe inqssie;
musued JOl>fB! lepw9a)I ·u1e1 ewes rues !S)leJatupaq DU!f BS BueA muausd JOl:>fB! iedwa 4a10
Ule1nw1s- aieoas 14nJe6uad1p 6ueA le>feJeAsew uete4asa)f srueis eped sn)fO.J..lal !LI! dssuoy
·(mg~ 'vl6 wh19 )f!JUSH J!)l!d e)f6UeJa)f 4a10 ueseptp LOOl sepsa)IS!CI ue6ueqwa6uad
n• r
J!lt!d e)f6ueJa}I 9· ~
• Perilaku gosok gigi.
• Perilaku higienis (cuci (angan,,buang air besar)
• Pengetat:i\.Jan, sikap dan perllaku terhadap fl4 burunq, HIV/AIDS

d. Pelayanan kesehatan mencakup variabel:


• Akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk untuk upaya kesehatan berbasis
masyarakat.
• Pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan.
• Ketanggapan pelayanan kesehatan.
• Cakupan program KIA (pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan bayi dan imunisasi).

1.6 Alur Pikir Riskesdas 2007


Alur pikir (Gambar 1.2) ini secara skematis menggambarkan enam tahapan pentlnq dalam
Riskesdas 2007. Keenam tahapan ini terkalt erat dengan ide dasar Riskesdas untuk
menyediakan data kesetlatan yang valid, relia.6/e, comparable, serta dapat rnenqhasllkan
estimasi yang dapat mewakill rurnah tangga dan individu sampai k~ tingkat kabupaten/kota.
Siklus yang dimulai 'Clari Tahapan . 1 ~ingga Tahapan 6 menggambarkan sebuah system
thinking yaflg seyogyanya berlangsung secara berkesinambungan dan berkelanjutan.
Dengan demikian, hasil Riskesdas 2007 bukan saja harus mampu menjawab pertanyaan
kebijakan, namun harus memberikan arah bagi pengembangan' pertanyaan kebijakan
berikutnya. ·
Untuk menjamin appropriateness dan adequacy dalam konteks penyediaan data kesehatan
yang valid, reliable dan comparable, rnaka pada setiap tahapan Riskesdas 2007 dilakukan
upaya penjaminan mutu yang ketat. Substansi pertanyaan, pengukuran dan pemeriksaan
Riskesdas 2007 mencakup data kesehatah yang mengadaptasi sebagian pertanyaan World
Health Survey yang dikembangkan oleh the World Health Organization. Dengan demikian,
berbagai instrumen yang .dikembangkan untuk Riskesdas 2007 mengacu pada berbagai
instrurnen yang telah ada dan banya]; digunakan oleh berbagai :bangsa di dunia (61 negara).
lnstrumen .dimakslid dikembangkan, diuji dan dipergunakan untuk mengukur berbagai aspek
kesehatan termasuk didalamnya input, process,.output dan outcome kesehatan.

4
ue)l.JesepJa9 ·ie>teJeAsew 1sed1s1iied uep '4eJaep 4eiupawad 'uem1auad e6eqwa1
'1f5f5u1i uenmtued '1sa10Jd 1ses1uef5Jo '>t!lS!l8lS l8Snd uepea u1e1 eJeiue ')fe41d 1e6eq.iaq
ue)fleq!faw ue6uap e1sauopu1)f!fqnda~ uele4asa)f uawaiied9a 'ueie4asa)f ueBueqwa6uad
uep uem1~uad uepea ueJefef 4njn1as 4a10 ue)feues)feup uep ue)l.eu~uaJ!P sepsa>1srt1
sepsa)IS!~ ue1ses1ue6Jo6uad L"~
ssa.uaiepdoJdde ue6u1qw1q / 1s1Nadns •
xeiul.s ~ s1s11euv • eiep ue1ndwn6uad •
)f~alp l.~ua1s1suo~ • )f!lS!DOl •
sJamno ueises,ue6Jo6uad •
depe1..pai uen)fe1Jad • 1adwes ueJnsn1auad •
eiep 6u1ss1w eues>1e1ad ue4!1e1ad •
depeljJ9l uem1eµad· • ue41ie1ad mpoui
dn MOUO! ~ 6u1uea18 • ue6ueqwa6uad •
NlU3 • sepsa)fS!ti 1enuew
6ump3 • ue6ueqwa6uad •
LOOZ sepsa)fS!H LOOZ sepsa)f S!H
eiea uawa!euew ·t ueeues)f e1ad "£
SBl!l!QB!l9ti •
SBl!P!le/\ •
s1saiod1H ![n • uees)fpawad
l8!J8A!llOV'J • •ueJn)fn6uad
1efJeA!S •
LOOZ
sepsa)fS!H 'eJe~ueMeM
!!ld!J)f saa • Jauo1san)l •
·>msneis ·s Blea 1ndwn6uad
lBl\f u1es1a ·z
!SUJAOJd J!lj)l\f l!SBH o suonsano BAUU!el
1euo1seN J!4>t\f nseH • q:ueasaH 1aqepeA l!SOdWO)l •
'
!SU!AOJd ueie4asa>1 wa\s1s •
uen1n4epuad nseH • ueel.e1q'wad •
1euo1seN uede66ueia)l
uen1n4epuad l!SBH •

se111eµo1,AJ •
Jes.ea1aqe1 • SBl!P!QJOlfiJ •
ueJode1 ·9 JOJB>f!PUI •~
SUO!JSano
~:l!IOd
Looz·sepsa>1s1~ J!>t!d JOl'cf
·z·i Jequ.ieE)
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 877 Tahun 2006, pengorganisasian Riskesdas 2007
dibagi menjadi berbagai tingkat dengan rincian sebaqai berikut (Lihat Lampiran 1.1.) :
a. Tingkat pusat
b. Tingkat wilayah (empat wilayah)
c. Tingkat provinsi (33 Provinsi)
d. Tingkat kabupaten (440 Kabupaten/Kota)
e. Tim pengumpul data (disesuaikan dengan kebutuhan lapangan)
Pengumpulan data Riskesdas 2007 direncanakan untuk dilakukan segera setelah
selesainya pengumpulan data Susenas 2007. Oaftar provinsi, koordinator wllayah dan
jadwal pengumpulan data per wilayah disusun sebagai berikut:
a. Koordinator Wilayah 1 dengan penanggung-jawab Puslitbang Ekologi & Status
Kesehatan untuk: Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAO), Sumatera l:Jtara,
Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Kepulauan
R~ .
b. Koordinator Wilayah 2 dengan penanggung- jawab Puslitbang Biomedis dan Farmasi
untuk: Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Kallrnantan Selatan, dan Kalimantan Barat
c. Koordinator Wilayah 3 dengan penanggung-jawab Puslitbahg Sisterfl dan Kebijakan
Kesehatan untuk: Provinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua
d. Koordinator Wilayah 4 dengan penanggung-jawab Puslitbang Gizi dan Makanan
untuk: Provinsi Bengkulu, Lampung, Jawa Barat.Sulawesi- Utara, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggqra, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Sulawesi Barat.

1.8 Manfaat Riskesdas


Riskesdas memberikan manfaat bagi perencanaan pembangunan kesehatan berupa:
• Tersedianya data dasar dari · berbagai indikator kesehatan di berbaqai tingkat
administratif.
• Stratifikasi indikator kesehatan menurut status sosial-ekonomi sesuai hasil Susenas
2007.
• Tersedianya informasi untuk perencanaan pembangunan kesehatan yang berkelaniutan.

1.9 Persetujuan Etik Riskesdas


Riskesdas ini telah mendapatkan persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan
Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

6
BAB 2. METODOLOGI RISK!;SpAS

2.1. Disain
Riskesdas adalan. sebuah survei cross s~ctional yang bersifat deskriptif. Disain Riskesdas
ter.utama dimaksudkan untuk menggambarkcin masalah kesehatan penduduk di seluruh
pelosok Indonesia, secara menyeluruh, akurat dan berorientasi pada kepentlngan· para
pengambil keputusan di berbagai tingkat adminlstrafif Berbagai ukuran sampling .eaor
termasuk didalamnya standard error, relative standard error, confidence interval, design
effect dan jumlah sampel tertimbang akan rnenvertalsetlap ,estimasivariabel. Dengan disain
ini, maka setiap pengguna inforniasi Riskesd,asdapat memperoleh gamba~anyang utuh dan
rinci mengenai berbagai masalah kesehatan yang ditanyakan, diukur atau diperiksa.
Laporan Hasil Riskesdas 2007 akan menggambarkan berbagai masalah kesehatan di
tingkat nasional dan variabilitas antar provinsi, sedangkan i:li tingkat provinsi, dapat
menggambarkan masalah kesehatan di tingkat provinsi dan variabilitas antar
kabupaten/kota.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa Riskesdas 2007 did.isain untuk mendukung
pengembangan kebiiakan kesehatan berbasls bukti ilmiah. Disain,. Riskesdas 2007
dikembangkan dengan sungguh-slingguh memperhatikan"teori dasar tentang hubungan
antara berbagai penentu yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Rlskesdas
2007 menyetliakan data dasar yang dikumpulkan melalui survei berskala. naslonal sehingga
hasilnya dapat digunakan untuk penyusunan kebijakan'kesehafanbahkan sampai ke tinQkat
kabupaten/kota. Lebih lanjut, disain Riskesdas 2007 menghasilkan data yang siap
dikorelasikandengan data Susenas 2007, atau suryel lainnya seperti data kemiskinan xang
menqqunakan disain sampling yang sarna, Dengan demikian, para pembentuk kebijakan
dan pengambil keputusan df bidang pernbanqunan kesehatan dapat menarik manfaat yang
optimal dari ketersediaan data Risk'esdas2007.
2.2. Lokasi
Sampel Riskesdas 2007 di tingkat kabupaten/kota di provinsi Lampung herasal dari 10
kabupaten/kota.
2.3. Populasl dim sampel
Populasi dalam ,Riskesdas 2007 adalah seluruh rumah tangga di ,provjnsi Lampung. Sarripel
rumah tangga dan anQgota rumah tangga dalam Riskesdas 2007 'identik dengan daftar
sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga Susenas 2007.. Dengan dernlklan dapat
dikatakah b'ahwa rnetodoloqi penghitungan dan cara penarikarr sampel untuk Riskesdas
2007 identik pula dengan two stage sampling yang digunakan dalam susenas 2007. Berikut
.
ini adalah uraian singkat cara ,penqhitunqan
. dan cara penarikan sampel dimaksud.
2.3.1. Penarikan Sampel.Blok Sensus
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, Riskesdas menggunakan sepenuhnya sampel
yang terpilih dari Susenas 2007.. Dari setiap kabupaten/kota yang masuk-dalam kerangka
sampel kabupaten/kota diambil se)umlah blok sensus yang proporsional terhadap jumlah
rumah tangga di kabupaten/kota tersebut. Kemungkinan sebuah blok sensus masuk
kedalam sampel blok sensus pada sebuah kabupaten/kota bersifat proporsional terhadap
jumlah rumah tangga pada sebuah kabupaten/kota (probability proportional to size). Bila
dalam sebuah blok sensus terqapat-Iebih dpJi 150 (seratus-lima puluh) rumah tangga maka
dalam penarikan sampel.dl-tlnqkatlnl akan dlbentuk 'Sub-bloksensus. Secara keseluruhan,
berdasarkan sampet blok,.sensus dalam Susenas 2007 yang berjumlah 438 (empat ratus
tiga puluh delapan) sampel blok sensus, Riskesdas berhasil mengunjungi 424 blok sensus
dari 10 kabupa\en/kota.

7
2.3.2. Penarikan Sampel Rumah tangga
Dari setiap blok sensus terpilih kemudian dipilih 16 (enam belas) rumah tangga secara acak
sederhana (simple random sampling), yang menjadi sampel rumah tangga dengan jumlah
rumah tangga di .blok sensus tersebut. Secara keseluruhan, jurnlah sampel rumah tangga
dari 1 o kabupaten/kota Susenas 2007 ad'alah' 7008 (tujuh ribu delapan), dimana Riskesdas
berhasil meriqurnpulkan '6490 rumah tanggq.
2.3.3. Penarikan Sampel Anggota Rumahtangga
~elanjutnya, seluruh ang9ota rumah tangga dari setiap rumah tangga yang terpilih dari
kedua proses penarikan sampel tersebut diatas maka diambil sebaqai sarnpel individu. Dari
1 O kabupaten/kotapada Suse[l~S2007 terdapat
2§,&37 sampel anggota rumah tangga. Riskesdas berhasil mengumpulkan 23'.833 individu
yang,'Sama dengan Susenas.
2:3.4. Penartkan Sam'pel Biomedis
'Sampel untuk pengukuran biomedis adalah anggota rumah ,taogga berusia lebih dari 1
(satu);tahun yapg tinggal di bloksensus dengan klasifikasLperkotaan.. Qi provinsi Lampung
terpilih sampel al)ggota rumah tangga.berasal dari 15 blok sensus perkotaan-yang terpilih
dari 6 kabupaten/kota dalarn, Susenas 2007. Jumlab individu yang menjadi sampet
penarikan blornedls di .provinsi Lampung adalah sejumlah 1913 anggota rumah tangga
denganjumlah spesimen yang berhasil dikumpulkan adalah 1~~0 atau 77, 9%.
2.3.5. Penarikan Sampel lodium
Ada 2 (dua) pengukuran yodium. Pertama, adalah pengukuran. kadar yodium dalam garam
yang dikonsumsi rumah tangga, dan kedua adalah pengukuran yodium dalam urin.
Pengukuran kadar yodium dalam garam dimaksudkan 'untuk mengetahui jumlah rumah
tangga yang menggunakan garam beryodium. Sedangkan pengukuran yodium dalam urin
adalah untuk menilai kemungkinan kelebihan konsumsi garam yodium pada penduduk.
Pengukuran kadar yodium dalam garam dilakukan dengan test cepat menggunakan "iodina"
dilakukan pada seluruh sampel rurnah tang"ga. Dalam Riskesdas 2007 dilakukan test cepat
yodium dalam garam pada 6490 sampel rumah tangga dari 1 O kabupaten/kota di provinsi
Lampung.
Untuk pengukuran kedua, dipilih secara· acak 2 Rumah tangga yang mempunyai anak usia
6-12 tahun dari 16 RT per blok sensus di 30 kabupaten yang dapat mewakili secara
naslonal. Dari rumah tangga yang terpilih, sampel garam rumah tfingga diambil, dan juga
sampel urlrr dari-anak usia:6-12 tahun yang selanjutnya dikirim ke laboratorlurn Universltas
Diponegoro, Balai GAKY•Magelang, dan Puslitbanq Gizi dan Makanan, Efogor. Pernlllhan
30 kabupaten. berdasatkan hasil survei kbnsumsi garam beryodium pada Susenas 2005
dengan memilih secara acak 1 O (sepuluh) kabupaten dirnana tingkat ?konsumsi garam
yodium rumah tangga tinggi, 10 (sepuluh) kabupaten dengan tingkat konsumsi garam
yodium rumah.tangga sedang.dan 10 (sepuluh)'kabupaten derigan tingkat konsumsi garam
yodium rumah tangga rendah. Kota Metro merupakan salah .satu Kabupaten/kota,dari 30
kabupaten/kotadi seluruh Indonesia yang ter'pilih mewakili provlnsi Lampung.

2.4. Variabel
Berbagai pertanyaan terkait dengan .kebilakan kesehatan' Indonesia dioperasionalisasikan
menjadi pertanyaan riset dan akhirnya dlkernbanqkan menjadi variabel yang dikumpulkan
dengan rnenggunakan berbagai cara.. Dalarn Riskesdas 2007 terdapat kurang If bih 6dO
variabel yang .tersebar didalam .6 (enam) jenis kuesioner, dengan rincian variabel pqkok
sebagai berikut:
a. Kuesioner rumah tangga (RKD07.RT) yang terdiri dari:
• Blok I tentang pengenalan tempat (9 variabel);

8
• Blok·ll tentang keteranqan rurnah tangga (7 variabel);
• Blok Ill-tentanq-keteranqah pengumpul'data.(6 variabel);
• Blok IV tentang.anggota rumah tangga<(12 variabel):
• Blok V tentang mortalitas (10 variabel);-
• BloR VI tentang akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan (11 varjabel);
• Blok VII tentang sanitasi lingkungan (17 variabel);

b. Kuesioner gizi (RKD07.GIZI), yang terdiri dari:


• Blok VIII, tentang konsumsi makanan rumah tangga 24 jam lalu;

c. Kuesloner individu (RKD07.IND), yang terdiri dari:


• Blok IX tentang keterangan wawancara individu (4 variaben:
• Blok X tentang keterangan individu dikelompokkan menjadi:
Blok X-A tentang identifikasi responden (4 variabel);
Blok X-B tentang penyakit menular, tidak menular, dan riwayat penyakit
turunan (50 variabel);
Blok X-8 tentang ketanggapan pelayanan kesehatan
- Pelayartan Rawat lnap (1 fvariabel).
Pelayanan Berobat Jalan (16 variabel):
Blok, X-D tentang pengetahOan, sikap dan perilaku untuk semua anggota
rumah tangga umur <!: 10 tahun (35 variabel);
Blok X-E tentang ·disabilitaslketidakmampuan untuk semua anggota rumah
tangga <!: 15 tahun (23 vanabel);
Blok X-F tentang kesehatan mental untuk semua anggota rumah tangga c: 15
tahun (20 variabel);
Blok X-G tentang imunisasi dan pemantauan pertumbuhan untuk semua
anggota rumah tangga berumur Q..'59 bulan (11 varlabel):
Blok X-H tentang kesehatan bayi (Rhusus untuk- bayi berumur < 12 bulan (7
variabel); '
• Blok XI tentang pengukuran dan pemeriksaan (14 variabel)

d. Kuesioner autopsi verbal untuk umur ~29 hari (RKE>O?.AV1.), yang terdiri dari:
• Blok I tentang pengenalan tempat (7 varlabel):
' .
• Blok II tentang keteranqan yang mel)ipggal (6 variabel);
• Blok Ill tentanq karakteristik ibu neonatal (5 variabei);
• Blok IVA tentang keadaan bayi ketika lahir (6 variabel);
• Blok IVB tentangkeadaan.bayi ketika sakit-(12 variabel);
• Blok V·tentang autopsi verbal kesetfatan ibu neonatal ketika hamil dan bersalin (2
variabel);
• Blok VIA tentang bayi usia 0-28 hari termasuk lahir mati (4 variabel):
• .Blok VIB tentang keadaan-ibu (8 variabel);

e. Kuesioner autopsi verbal untuk umur <29 hari - < 5 tahun (RKDo1.AV2), yang terdiri
dari;
• Blok Hentang. pengenalan tempat (7 variabel):
• Blok II tentang keterangarf yang meninggal (7 variabel);
• Blok Ill tentang autopsi verbal riwayat sakit bayi/balita berumur 29 hari - <5 tahun
(35 variabel);
• Blok IV tentang resume uwayat sakit bayi/balita (6 variabel)

f. Kuesioner autopsi verbal untuk umur 5 tahun keatas (RKQ07.AV3), yang terdiri dari:
• Blok I tentang pengenalan tempat (7 variabel);
• Blok II tentang keterarfgan yang meninggal (7 variabel);

9
• Blok lllA tentang autopsi v~rbal untuk umur 5 tahun keatas (44 variabel);
• Blok lllB tentang autopsl- verbal untuk -perempuan· umur 10 tahun keatas (4
variabel);
• Blok .lllC tentang autopsl verbal untuk perempuan pernah kawin umur 10-54
tahun {19 variabel);
• Blok 1110 tentang autopsi verbal untuk laki-laki atau perempuan yang berumur 15
tahun keatas (1 variabel);
• Blok IV tentang resume riy.iayat sakit untuk umur.5 tahun keatas (5 variabel).
Catatan
Selain keenam kuesioner tersebut diatas, terdapat 2 formulir yang' diguoakan untuk
pengumpulan data tes cepat yodium garam (F"orm Garam) dan data yodium didalam urin
(Form Pemeriksaan Urin).

2.5. Alat Pengumpul Data dan Cara Pengumpulan


,.., Data
Pelaksanaan Riskesdas 2007 111enggunaka11 berbaqal alat pengumpul data dan berbagai
cara pengumpulan data, den,gan·rincian sebaqaiberikut;
\
a. Pengumpulan data rumah tanqqa.dilakukan dengan 'teknik wawancara menggunakan
Kuesioner RKD07. RT

• Responden untuk Kuesioner RKD07.RT adala'h Kepala Keluarga atau lbu


Rumah Tangga atau ,anggpta rurnah tql'}gga yang dapat memberikan informasi
• Dalam Kuesioner RKD01.RT terdapat. verifikasi terhadap keteranqan anggota
rumah tarigga yang ,dapat rnenunjukkan -sejauh mana samoel Riskesdas 2007
identik dengan sampel Susenas ·2007;
• lnformasi mengenai .kejadian kematlan, dalam rurnah {angga di ,recall terhitung
sejak 1 Juli 2004, termasuk didalamnya kejadian 6ayi lahir matl, lnformasi lebih
lanjut mengenai. kematian yang terjadi dalam 12 -aalan sebelum wawancara
dilakukan eksp)orasi lebih lanjut melalui autopsi verbal dengan menggunakan
kuesioner RKD0.7.AV. ya,l)g sesuai dengan umur anggqta rum ah ·tangga yang
menihggal dirnaksud. ·

b. Pengumpulan data individu pada berbaqai, kelompok umur dilakukan dengan .teknik
wawancara menggunakan Kuesioner RKD07.IND
• Secara umum, responden untuk Kuesioner: RKD07.IND adalali setiap anggota
rumah tang9a. Khusu~ -qntuk anggota -rumah ·tar:igga yang berusia kurang dari
15 tahun, dalam kondisi sakit atau -oranq tua maka wawancara dilakukan
terhadap an~got9 rurnah tangga yang rnenjadi pendampingnya;
• Anggota rumah tangga semua umur menjadi unit analtsis untuk pertanyaan
mengenai penyakit menular, penyakit tidak menular dan penyakit keturunan
sebagai berikut: lnfe,Ksi Saluran Pernafasan Akut, Pnemonia, Demam Tifoid,
Malaria, Dlare, Campak, Tuberkulosis Paru, Demam Berdarah Qe'ngue,
Hepatitis, Filariasis, Asma, Gigi dan Mulut, Cedera, Penyaklt Jantung,<Penyakit
Kencing Manis, Turner I Kanker dan Penyaklt Keturunan, serta penqukuran
berat badan, tinggi badan I Ranjang badan:
• Anggota rumah tanggcl'berumur ~ '15 tahun menjadi unit analisis untuk
pertanyaan menqenai ~epy~kit Sendi, Renxakit Tekanan Darah Tinggi, Stroke,
dlsabilitas, kesehalan mental, pengukuran tekanan darah, pengukuran lingkar
perut, serta penguk~ra9 Jingka.r lengan atas (khusus untuk wanita usia subur 15-
45 tahun, terrnasuk ibu hamil); ·
• Anggota rumah ,tarygga berumur ~ 30 tahun i;nenjaqi unit analis1s untuk
pertanyaan mengenai'Penyakit Katarak;

10
}lnlun 4md1p eim11uaiednqe}I 0£ 1adwes ·ewes~fiueA ~66uei qeuiru eio66ue eped uun
'we1ep wn1poA JepE{~ u,ees)j'pawad uefiuap ueeuiesrsq e66uei ueunu eped unupoxraq
·weJeB ue1ndwnBJad uEnjf1}1e1aw µeBuap 'UPI! we1ep wn!POA Jepe}I ue}!JesepJaq
!enu1p 6ueA Wn!P6A1aq wefaB isumsuox )ledwep eped '1euo1seu lB}IBU!l uelewe6uad 'J
· ..lSal eu1po1,,
ue}leun66uaw wn1poA iedao sai ueBuap ue}ln)lel!P LOOZ sepsa)IS!~ e66uei qsurru
l?dwes ururuas )lnlun e66uel uauiru wn!poA1aq weJe6 !SWnsuo}I. elep ue1ndwn6uad ·a
·1p1Bw ooz < (V\la) snlmalAJ salaqeia •
IP/Bw ooz > - ov~ U81.) n66ue6JaJ. eso)(ril8 1sueJa10J. •
1P16w ov ~ > (1A1a uoN) 1eUJJoN •
G ~~
!BBeqas 4e1epe ue)(eun61p BueA (666 ~ 'OHM) Ue)lnfru 1e11N "S!lBWOlO S!U!l)I B!W!}I
ie1~ ue)feunBBuaw ue6u~p es)f1~ad1p eJa6as· wnJas ·wnJas ue)f!pef!p ue,pnwa)t uap
LI!}l6unw, eJafiases snJ!JJU~S!P 'l1uaw 0£-0Z ewe1as ue)(We!P!P 4eJea ·ueueqaqwad
wef z l1~1aias ue)ln)f~l!P euaA uarap ue11qwe6uad ·(e)f!la uep sipsur uese1e)
po(B)( 00£ ~eAu~qas ueueqaquisd uaqrp eAue4 e)(ew '(Jal)(Op !SBWJ!JUO)( ue)fJesepJaq)
snl!haw saiaqe1a e1papuaw Jmsod .1n4eia)f!P _4epns 6ueA uapuodsai >1niun snsnll:>t
·weT v'~-o~ esehd'.ye1aias [aio eso)fn16 we;6 SL )feAueqas ueueqaqwad 4a10Jadulaw
lf!f!dJaf uepuodsag' ·(e}l!la uasejs) f!We4 e11ueM !lenoa}! 'um~ei s ~ < rnunueq eo6ue1
4ew,ni Bl066ue pep .. ue>11r;idwn>1!P eiep '4eJep ~So)fnf6 Jepe)f uees)lpawad >1n1un
'uuru araoas uaiep
Jaoua6uad 1eqo ue)feun66aaw uep ueueiepred ieAeMp 'leJaq l!>fBS'fiueA e66uei ueuiru
eio66ue eped ue)fn}!el!p )fBP!l qarep ue11qwe6uad ·juasuoa peuuoju; 1ue6ue1-epueuaw
BueA (!Aeq !(enoa)f) e66ue1 ueuiru eio66ue 4nJn1as ·!Jep 11qwe1p uarap 1ad,wes
' Ttl 9£S"9 )..' 1adwes ·1e101
ueBuap • ~L6 4e1wnfJaq ll!l!dJal fiueA uee10>1Jad uersep !P · snsuss \101q 4e1~.1.mr •
. · ueeiO)fJad snsuas )fbf q 'felr>l pep
%9~ 4e1wnfas ll!f!d!P 'LOOZ seuasns eped 4!f!dJar6ueA ueeioxiad snsuas }!Of8 •
:1n)fpaq' ieoeqas 4ef~pe eAufadwes ue11qwefiuad ue1e)f 6ue~
"LOOZ seuasns !ensas 4!f!dJal uee1o}!Jad snsuas }!<'IQ !P 4!(!dJai e66ue1 4ewr'fJ pep (!Aeq
!(enoa)() e66ue1 uauiru e1ol:s6ue uruniss eped ue)fn)(Bl!P · 4eJep 1acfwes ·uel!qw~6uad
·e1sauopu1 '!P ueeimpad snsuss )(Ofq '!P )fnpnpuad 1se1ndod ueBuap· e1sauopu1
!P !SU!J\OJd ££ !P ue)(n)fBl!P qeiep uaunsads edruaq sipeurorq e1ep ue1ndwn6uad 'p
:£/\V''LOO>f~ uep ZAV'"LOG>f~ '~/\V'"LOO>f~
Jauo1san)f uS)feunBfiuaw 1eq~aJ\ 1sdo1ne )(!U)(a} uefiuap ue11ewa)f eiep ue1ndwn6uad ·o
·upn ueeS)l!Jawad
}!n1un S!S!(eue l!Un 1pefuaw un4ei z ~-g JnWnJaq e66u~ 4ewnJ eio66U'cf •
:uau~UJJad 1616 u~es?fpawad
)(n1un s1s11eue 11un 1pefuaw un4eJ z ~ < JnwnJaq e66uei lfeW'lJ eio66\J'cf •
'.SnSJJ\ uees~pawad
){nlun S!S!(eue l!Un 1pefuaw unqei 9 <: mwnJaq e66~eJ 1.tewnJ eio66uv •
!!Aeq uele4a~a)f 1euaf5uaw_u~et';ueµad
)fnlun S!S!leue 11un 1pefuaw tie1nq z ~ > :mwnJaq e66u~J lfewnJ 1 eioB~.U'cf •
!Jefias ueJnAes-JnAes uep Jeoas
ue4enq-4enq,...!SWrtst10){. uefiuap l!e)(Jal n)(e(pad eµ~s ')f!S!J SBl!~!l)(~ '1040)(1e
ueeunf56uad "rte)l~qwal ·ueeun136uad 's1ua!6!lf n>1e1pad 'SGIV'/AIH ·~un.ma· ni.:1
l!)feAUad ueBuap l!B)fJal n~e(!Jad uep de)(!S 'uen4e}afiuad '!eua5uaw·ueeAueµad
)fniun S!S!leue l!Un ipefuaw um.1~ o ~ < JnwnJaq e66uei lfewm eio66U'cf •
:ue4nqwnµ9d ueneiu~wad-uep,1ses,unw11eua6uaoo crneJiu~ad
)(n1un S!S!feue l!Un 1pefuaw ue1nq 69-0 JnwnJaq e66uei 4ewnJ ~o66u'1 •
pengamatan ini berdasarkan tingkat konsumsi garam yodium rumah tangga hasil
Susenas 2005:
' Tinggi - meliputi Kabupaten Blitar, Kabupaten Jember, Kabupaten-Bondowoso,
Kabupaten Nganjuk! Kata Paswuan.: Kabupaten Klungkung, Krbupaten Sikka,
Kabupaten Katingan, Kola tarakan dan: Kabupaten Jeneponto;
• Sedang - meliputi Kota Tengera.ng, Kabupaten Grobpgaa,, Kabupaten
Semarang, Kota Sala'1ga, Kata' 'SemarC!ng, Kabupaten Banful, Kabupaten
Donggala, Kata Kendari, Kabupaten Konawe dan Kata G'oronfalp.
• Buruk - rneliputl Kabupaten Tapanun Tengah, Kabupaten Toba Samosir,
Kabupaten Karo, Kabupaten Solok Selatan, Kata Durnai, Kota Metro, Kabupaten
Karawang, Kabupaten Tapln, Kabupaten 13alangan dan Kc;ibupateri Mappi.
Catatan
Pelaksanaan pengumpulan data R.lskesdas 2007 tidak dapat dilakukan .serentak pada
pertengahan 2007, sehingga dalam analisis perlu beberapa penyesuaian agar
komparabilitas data. dart satu periode pengumpulan data· yang satu dengan periode-
pengumpulan data lainnya dapaf terjaga dengan baik. Situasi ini dlsebabkan oleh beberapa
hal berikut ini:
a. -Perubahan kebijakan aflggaran internal Departemen Kesehatan pada tahun anggaran
2007 menyebabkan gangguan ketersediaart dana .operaslonal ·unJuk pengumpulan
data. "Koordinator Wilayah I; da~ II bisa rnencairkah angga(an sebelum terjadinya
perubahan kebijakan anggaran;dimaksud, sehingga bisa melaksanakan pengumpulan
data lebih awal (aknlr Juli 200~). Sedanqkan Koordinator Wil9yah' Ill dan IV lebih
lambat, sehingga waktu pengumpulan data pada provinsi di wilayah Ill dan sangat
bervariasi (akhit Juli 2007 - January 2008). Bahkan 9· provinsi daerarr sulit (Papua,
Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur), pengumpulan data
baru dapat dilaksanakan pada' Aqustus-Septernber 2008.
b. Keslapan daerah untuk berperanserta dalam pelaksanaan 'Rlskesdas 2007 amat
bervariasi, sehingga,;pelaksanaan dari safu lokasi pengumpulan data ke lokasi lainnya
memerlukan koordinasi dan manajemen logistik yang rumit;
c. ,KRnqisi .geografis dari sarnpel blok sensus terpilih amat bervariasi. rn daerah
J<epulauan dan .daerah terpencil d] seluruh wilayah Indonesia, pelaksarraan
pehqurnpulan data dalam berbagai situasi amat tergantung pada ketersetliaan alat
transpor, kefersediaan tenaqa pel)d(i!mpi.ng dan ketersedlaan biaya operasionaPyang
rnemadal tepat pada wa~tunya ..
d. Un(uk penqumpulan data, blornedls, perlu dilakukan pelatihan yang interisif untuk
petugas penqambil spgsimen dan manajemen spesimen. Petugas dlmaksud adalah
para. analis atau petuqas laboratorium dari rumah sakit atau tabcratorium daerah.
Pelatihan dilakukan oleh pemeliti dari 'Puslitbanq Btomedis dan petuqas Laokesda
seternpat, Pelatihan dilaksanakan di tiap provinsi.

2.6. Manajemen Data


Manajemen data Riskesdas dilaksanakan oleh tim manalemen data pusat yang
mengkoordinir tim manajemen data dari Korwil I - IV. Urutan kegiatan ya,ng dltakukan
adalah·se.bagai berikut.

2.6.1. Editing
Editing adalah salah satu mata rantai yang secara potensial dapet menjadi the weakest link
dalarn pelaksanaan (?~ngumpul9n data Riskesdas 2007, E~ifi~g mulai dilakllkan oleh
pewawancara semenjak data diperoleh dari jawaban responden. Di lapangan, pewawancara
bekenasama dalam 'sebuah tim y~ng terdirf dari 3 pewawancara dan 1 Ketua Tim. Ketua tim
Pewawancara sangat kritikal dalam proses editing. Ketua Tim Pewawancara harus dapat

12
membagi waktu untuk tugas pengumpulan data dan editing segera setelah selesai
pen!)umpulan data pada setiap blok sensus. Fokus perfiatian Ketua Tim Pewawancara
adalah kelengkapan dan konsistensi jawaban responden dari setiap kuesioner yang masuk.
Kegiatan ini seyogyanya dilaksanakan segera setelah diserahkan oleh pewawancara. Ketua
Tim. Pewawancara harus mengkonsultasikan seluruh masalah editing yang dihadapinya
kepada Penanggung Jawab Teknis (PJT) Kabupaten dan I atau Penangung Jawab Teknis
(P JD Provinsi.
PJT Kabupaten dan PJT Provinsi melakukan supervisi pelaksanaan pengumpulan data,
memeriksa kuesioner yang telah diisi serta membantu memecahkan masaiah yang timbul di
lapangan dan juga melakukan editing.
2.6.2. Entry
Tim manajemen data yang bertanggungjawab·11ntuk entry·data harus mempunyai dan mau
memberikan ekstra energi berkonsentrasi ketika memindahkan data dari kuesioner I formulir
kedalam bentuk digital. Buku kode disiapkan dan digunakan sebagai acuan bila menjumpai
masalah entry data. Kuesioner Riskesdas 2007 mengandung pertanyaan untuk berbagai
responden dengan kelompok umur yang berbeda. Kuesioner y~ng Sama juga banyak
menqandunq- skip questions yang secara teknis mernerlukan ketetltian petugas entry data
untuk menjaga. konsistensi dari satu blok pertanyaan ke blok pertanyaan berikutnya.
Petugas entry data Riskesdas merupakan bagian dari tim rnanaiemen data yang harus
memahami kuesioner Riskesdas dan program data base yang digunakannya. Prasyarat
pengetahuan dan keterampilan ini menjadi penting untuk menekan kesalahan entry. Hasil
pelaksanaan entry data ini menjadi bagian yang panting bagi petugas manajemen data yang
bertanggungjawab untuk melakukan cleaning dan analisis data.
2.6.3. Cleaning
Tahaparr cleaning dalam manajemen data merupakan proses Y.a.ng amat r;nenentukan
kualitas hasil Riskesdas 2007. Tim Manajemen Data menyediakan .gedornan khusus untuk
melakukan cleaning data Riskesdas. Perlakuan terhadap. (rliSSifJg values, no responses,
outliers amat menentukan akurasi dan presisi dari estima$(,Y?ng dihasilkan 8isk~sd9i; 2007.
Petugas cleaning data harus melaporkan keseluruhan prosesperlakuan cleaning .,kepada
penanggung jawab analisis Riskesdas agar diketahui jumlah sampet ~rakhir yang
digunakan untuk kepentingan. analisis. Besaran numerator dan :denbrpinator, dari suatu
estimasi yang mengalami proses data cleaning merupakan bagian d'ari laporan hasil
Riskesdas 2007 Bila pada suatu saat data Riskesdas 2007 dapat diakses oleh publik, maka
informasi mengenai jmputasi (proses data cleaning) dapat meredam munculnya pertanyaan-
pertanyaan mengenai kualitas data
Pengorgasisasian dan Jadual Pengumpulan Data
Pengumpulan data Riskesdas 2007 direncanakan untuk dilakukan, segera setelah
selesainya pengumpulan data Susenas 2007. Pengorganisasian dan jadwal pengumpulan
data Riskesdas 2007 disusun sebagai berikut:
e. Koordinator Wilayah 1 dengan penanqqunq-jawab Puslitbang Ekologi & Status
Kesehatan untuk:
• Provinsl NAO
• Provinsi Sumatra'Utara
• Provinsi Sumatra Barat
• Provinsi Rlau
• ·- Provlnsi Jambi
• Provins! Surnatera Selatan I
• Provinsi Bangka Belitung
• Provinsi Kepulauan Riau

13
f. Koordinator Wilayah 2 dengan penanggung- jawab Puslitbang Biomedis dan Farmasi
untuk:
• Provinsi DKI Jakarta
• Provinsi B.anten
•, Provinsi Jawa T.engah
• Provinsi DI Yogyakarta
• Provinsi K?lin;i~n!an Barat
• Prowinsi Kalimantan Tengah
• Provinsi Kalimantan selatan
• Provinsi Kalimantan Timur

g. Koordinator Wilayah 3 dengan penanggung-jawab,Puslitbang Sistem dan Kebijakan


Kesehatan
,, Provlnsr aawa Timur
• Provirrs~'t3ali
• Provins1 Nosa TenggaraSarat
• Provinsi Nusa Tenggara Timur
• Provirisi Maluku'
• Provlnsi Maluku Utara
• .Provinsi Papua Barat
• Provinsi Papua

h. Koordinator Wilayah 4 dengan penanggung-jawab Puslitbang Gizi dan Makanan


• Provinsi Jawa Barat
• Provinsi Bengkulu
• Provinsi L'ampung
•- Provinsi Sulawesi Utara
•' Provins! Sulawesi Terigah
• Provlnsi Sulawesi Tenggara
• Provinsi Sulawesi S'elatan
• Provinsi Gorontalo'
_.. provinsi Sulawesi Barat

Jadual pengumpulan data yang diharapkan adalah segera 'setelah Susenas 2007
dikumpulkan, yaitu bulan Juli 2007. Untuk Riskesdas di provinsl lampung, pelaksanaan
pengumpulan data mulai dati Desember 2007 - Februari 2008 .
t . 1,

2.7. 'K,eterbatasanRlskesdas
Keterbatasan Riskesdas 2007 mencakup berbaqai= permasalahan non-random error.
Banyaknya sarppel _blok sensus, sampe.l rum~~ !~ngga •. sampel anggot~ rumah ,tpnQQfi serta
luasnya cakupan wilayah merupakarrfaktor peniing dalam pelaksanaahpenqumpulap data
Riskesdas 2007. Penqorqanlsasian Riskesdas 2007 melibatkan berbagai unsur' Sadan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, pusat-pusat penelitian, balai/balai ·besar, loka,
serta perguruan tinggi setempat. Proses pengadaan logistik untuk kegiatan Riskesdas 2007
terkait erat dengan ketersediaan biaya. Perubahan kebjja~9n .pemblayaan dalarn tahun
anggaran 2007 dan prosedur administrasi yang panjang dalam proses pengadaan barang
menyebabkan keterlambatar: dalam kegiatan pengumpulan data. Keterlambatan pada fase
ini telah menyebabkan keterlambatan pada fase berikutnya. Berbagai keterlambatan
tersebut memberikan kontribusi penting bagi berbagai keterbatasan dalam Riskestlas 2007,
sebagaimana uraian berikut ini: ·

14
a. Pembentukan kabupaten/kota baru hasil pemekaran suatu kabupaten/kota yang terjadi
setelah penetapan blok sensus Riskesdas dari Su sen as 2007, sehingga tidak menjadi
bagian sampel kabupaten/kota Riskesdas (Lihat Sub Bab 2.2.)
b. Blok sensus tidak terjangkau, karena ketidak-tersediaan alat transportasi menuju lokasi
dimaksud, atau karena kondisi a/am yang tidak memungkinkan seperti ombak besar.
Riskesdastidak berhasil mengumpulkan 207 blok sensus yang terpilih dalam sampel
Susenas2007, seperti terlihat pada Tabel 2.1.
c. Rumah tangga yang terdapat dalam DSRT Susenas 2007 ternyata tidak dapat
dijumpai oleh Tim Pewawancara Riskesdas 2007. Total rumah tangga yang tidak
berhasil dikunjungi Riskesdas adalah sebanyak 19.346, tersebar di seluruh
kabupaten/kota(Lihat Tabel 2.2)
d. Bisa juga terjadi anggota rumah tangga dari rumah tangga yang terpilih dan bisa
dikunjungi oleh Riskesdas, pada saat pengumpulan data dilakukan tidak ada di
tempat. Tercatat sebanyak 159.566 anggota rumah tangga yang tidak bisa
dikumpulkandatanya (Lihat Tabel 2.3).
e. Pelaksanaanpengumpulan data mencakup periode waktu yang berbeda sehingga ada
kemungkinan beberapa estimasi penyakit menular yang bersifat seasonal pada
beberapaprovinsi atau kabupaten/kotamenjadi under-estimate atau over-estimate;
f. Pelaksanaan pengumpulan data mencakup periode waktu yang berbeda sehingga
estimasi jumlah populasi pada periode waktu yang berbeda akan berbeda pula. Pada
Riskesdas, variabel tanggal pengumpulan data bisa digunakan pada saat melakukan
analisis.

Tabel 2.1
Jumlah Blok Sensus \BS) menurut Susenas dan Riskesdas
Jml BS yang
Provinsi Jumlah BS- Ju_mlah BS- . tidak ada
Susenas Riskesdas
Lampung 438 424 14
Indonesia 17357 17150 207

Tabel 2.2.
Jumlah Sampel Rumah tangga (RT) menurut
Susenas dan Riskesdas, 2007

Jumlah Jumlah % Sampel RT


Provinsi Sampel RT- Sampel RT- Riskesdas
Susenas Riskesdas /Susenas
Lampung 7008 6490 92.6
Indonesia 277,630 258,284 93.0

Tabel 2.3.
Jumlah Sampel Anggota Rumah tangga (ART) menurut
Susenas dan Riskesdas, 2007
Jumlah Jumlah %Sampel ART
Provinsi Sampel ART- Sampel ART- Riskesdas
Susenas Riskesdas /Susenas
Lampung 28637 23833 83.2
Indonesia 1,148,418 986,532 85.9

15
2.8. Hasll Pengolahan dan Analisis Data
lsyu terpenting dalam pengolahan dan analisis data Riskesdas 2007 adalah sampel
R~k~qsfas 2,007 .~Qg identik dengan sampel Susenas 2007. Desain penarikan sampel
~us~rya~?0~7 .aqatah ,two stage sampling. Hasil penqukuran yang diperoleh dari ~o stage
sampling. design rnemerlukan perlakuan khusus yang penqolehannya·menggunakari paket
perangkat lunak statistik konvensional sepertl SPSS. Aplikasi statistik yanb ters~dia didalam
SPPS untuk menqolah dan menganalisis data seperti R1Skesdas 2007 adalah SPSS
Complex Samples. Apljkasi statistik ini rnemunqkinkan penggunaan two 'stage sampling
design.sepertiyang diimplementasikan di dalam Stisenas 2007. Dengan penggunaan.SPSS
Complex Sample dalam penqolahan-dan analisis data Rlskesdas 2007, maka validltas hasil
analisis,data dapat dtoptlmalkan.
Pengolahan dan analisis data dipresentasikan pada·sab Hasil Riskesdas. Riskesdas yang
terditi dari 6 Kuesioner dan 11 Blok Topik 'Analisis perlu menghitl!,ng.jumlah sampel yang
dipergunakan untuk mendapatkan hasil analisis 'balk secara nasional, provinsi,
kabupatenzkota:serta karakterlstik penduduk. Jumlah safnpel rumah tfin9ga Clan anggota
rnmah tangga Riskesdas yarig terkumpul seperti tercantum pada tabel ~.2, dan tabel 2.3
perlu dilenqkapl laql-denqan' jumlah sampel setelah 1'missing 'velue" dan \ioutlier" dikeluarkan
dari analisis.
Berikut ini jincian jurnlaf sarnpel yantJ dip~rgunakan untuk anallsls data, terutama dari hasil
pengukurandan pemeriksaaan dan kelompok umur.

a. Status gizi
Untuk analisis status gizi, kelompok umur yang digunakan adalah balita, anak usia 6-14
tahun, wanita usia 15-45 tahun, dewasa usia 15 tahun keatas.
b. Hipertensi
Untuk analisis hasil pengukuran tekanan darah pada kelompok umur 18 tahun keatas
c. Pemeriksaan katarak
Untuk analisis pemeriksaan katarak adalah pada umur 30 tahun keatas
d. Pemeriksaan visus ·
Untuk analisis visus untuk umur 6 tahun keatas
e. Pemeriksaan Gigi
Analisis untuk umur 12 tahun keatas
f. Perilaku dan Disabilitas

16
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Lampung
Provinsi Lampung berdiri sejak tanggal 13 Februari 1964 berdasarkan UU Nomor 14 Tahun
1954 dengan ibukota di Bandar Lampunq. Provinsi Lampung memiliki 10 kabupaten/kota
yaitu Lampung Barat, Tanggamus, Lampung selatan, Lampung Timur, Lampung Tengah,
Lampung Utara, Way Kanan, Tulang Bawang, Bandar Lampung dan MetrQ. Luas wilayah
daratan Provlnsl Lampung 35.288,35 Km2 (BPS 2004). Luas keseluruhan wilayah
(termasuk pesistr, pulau kecil dan laut) adalah : 51.991 Km2 (UU No.32/2004). Panjang
garis pantainya adalah 1.105 Km2. Provinsi Lampung memiliki 69 buah pulau (besar dan
kecil).
Provinsi Lampung adalah provinsi paling selatan Pulau Sumatera. ProvinsiLampunq berada
antara 3°45' dan 6° Ljntang Selatan serta 105°45' dan 103°48' Bujur Timur; di .sebelah utara
berbatasan dengan Provins! Bengkulu dan Provinsi Sumatera Selatan, di sebelah timur
berbatasan dengan Laut Jawa, di sebelah selatan dengan Selat Sunda 'Sunda dan di
sebelah barat dengan :Samudera Indonesia. Dengan posisi yang demlkian, Provinsi
Lampung·menjadi penghubung utama lalu-lintas Pulau Sumatera dan Pulau Jawa maupun
se-baliknya. Luas wilay.ahnya mencapai 35.376,50 km, sedikit lebih besar dari pada luas
Provinsi Jawa Tengah atau 1,75% seluruh wilayah Indonesia.
Suhu udara Lampung pada daerah dataran dengan ketinggian 30-60 m rata-rata berkisar
26-28 celcius untuk suhu maksimum 33 derajat celcius dan suhu minimum 22 deralat
celcius.Beberapa daerah mempunyai iklim sejuk adalah kota Liwa, daerah perkebunan kopi
dan. sayuran sekicau, Lampung Barat dengan suhu berkisar 15-22 derajat serta daerah
talang pad,ang dan gisting terletak di kaki gunung Tanggamus. lklim di Lampung umumnya
sama dengan daerah di lndonesla yaitu musim hujan dan musim kemarau. Dengan
Kelembaban udara rata-rata sekitar 80-88%.
Berdasarkan hasil sensus tahun 2000, Jumlah penduduk daerah ini sebesar 6.654.354 jiwa.
Diantara 1 O kabupaten/kota jumlaJ1. penduduk yang -terbanyak terdapat pada Lampung
Tengah dengan jumlah 1.901.630 jiwa, sedangkan untuk kepadatan penduduk tertinggi
terdapat dikota Bandar lampung
Aktifitas produksl- di Lampung yang titama adalah pertanian, termasuk perkebunan,
kehutanan dan budidaya perikanan. Provlnsi Lampung adalah penghasil utama kopi
Robusta; dimana Lampung adalah salah satu yang terluas daerah perkebunan kopinya.
Selain itu, Lampyng juga penghasil buah-buahan tropis seperti : f11angga, rambutan, durian,"
pisang, nanas, dan jeruk. Hasll-panen utama yang lain' adalah kelapa, karet mentah, minyak
kelapa, coklat, lada dan sejenisnya.
Sumber: www.lampung.go.id,www.indonesia.go.id
Peta Provinsi Lampung terlampir

Jumlah sampel RT dan lndividu Riskesdas 2007


Data terlihat pada 'tabel adalah jumlah sampel Riskesdas 2007 di 1 O kabupaten Provinsi
Lampung terdiri dari 6490 RT dan 23.833 individu. Menurut kabupaten/kota, jumlah sampel
rumah tangga paling banyak di kabupaten Lampung Tengah dan diikuti oleh Lampung
Selatan, dan jurnlah sampel RT paling sedikit di kota Metro Jumlah sampel individu
terbanyak di kabupaten Lampung Tengah dan sampel individu pa1ing sedikit di kota Metro.

17
Tabel 3.a
Jumlah Sampel Rumah Tangga dan lndividu
Riskesdas 2007 di Provinsi Lampung

Riskesdas 20P7 lndividu


Kabupaten %
N % N
Lampung Barat 590 9,1 2.066 8,7
Tanggamus 696 10,7 2.334 9,8
Lampung Selatan 770 11,7 2.~59 12,0
Lampung Timur 716 11,0 2.584 10,8
Lampung Tengah 776 12,0 2.868 12,0
Lampung Utara 523 8,1 1.991 8,4
Way Kanan 586 9,0 2.191 9,2
Tulaog Bawang 679 10, 1 2.296 9,6
Kota Bandai: Lampung 644 10,0 2.678 11,2
Kota Metro 510 8,0 1.966 8,2
Provinsi Lampung 6490 100 23:833 100

Respon Rate Data Riskesdas 2007


Pada Tabel berikut disajlkan data rsspon rate sampel Riskesdas 2007 yaitu sebesar 92,~7%
dari sampel Susenas 2007. Menurut ·Kabupaten/Kota, respon- rate berkisar ant~r~ 81,7%
(kabupaten Lampunq Utara) sampai 97,0% (kabupaten Lampung 'fertgah).

Tabel 3.b
Respon Rate Data ~iskesdas 2007 menurut Kabupaten/Kota
Di· Provins! Lampung

Jumlah SamHel Riskesdas/


Kabupaten/Kota
~
'Riskesda~
n % n
Susenas
'
%.
. Susenas

Lampunq' Barat 590 o.~~ 640 0.23 92.2


Tanggamus 696 0.27 736 0.27 94.6
Lampung Selatan l70 o.so 800 0.29 96.3
Lampung Timur 716 0.28 768 0.28 93.2
Lampung Tengah 776 0.30 ,800 0.29 97.0
Lampung Utara 523 0.20 640 0.23 81.7
Way Kanan 586 0.23 608 0.22 96.4
Tulang Bawang 679 0.26 736 0.27 92.3
Kota Bandar Lampung 644 0.25 704 0.25 91.5
Kota Metro 510 0.20 576 0.21 88.5
Provinsi Lampung ~4~0 0.25 7008 0.25 92.37,

3.1 GIZI
3.1.1 Status Gizi Balita
Status gizi oanta diukur berdasarkan umur, oerat badan (BB) dan tinggl badan (TB). Berat
badan anak ditimbang dengan timbangan digital yang memiliki presisi 0, 1 kg, panjang badan
diukur dengan length-board dengan presisi 0, 1 cm, dan tinggi badan diukur dengan
menggunakan microtoise dengan presisi 0, 1 cm. Variabel BB dan TB anak ini disajikan
dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi

18
badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB!IB). UnftJk menilai
status· gizi anak, maka angka berat badan dan tinggi badan setlap balita dlkonversikan ke
dalam bentuk nilai terstandar (Z-score) dengan menggunakan baku antropometri WHO
2006. Selanjutnya berdasarkan nilai Z-score masing-rhasing 'indikator tersebut ditentukan
status gizi balita denqan 'batasan sebaqal berikut :
a. Berdasarkan indikator 88/U :
Kategori Gi,zi Buruk Z-score < -3,0
Kategori Gizi Kurang Z-score ::-=-3,0 s/d Z-score <-2,0
Kategori Gizi Baik Z-score >=-2,Q s/d Z-score <=2,0
Kategori Gizi Lebih Z-score >2,0
b. Berdasarkan indikator TB/U:
Kategori Sangat Pendek 'Z-score <;-3,0
Kategori Pendek Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0
Kategori Normal tz-score >=-2,0
c. Berdasarkan indikator BB/TB:
Kafogorl Sangat Kurus Z-score < -3,0
Kategori Kurus Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0
Kategori Normal Z-score >=~2.0 s/d Z-score <=2,0
Kategori Gemuk Z-scofe >2,0
Perhitungan angka prevalensi :
Prevalensi gizi buruk = (Jumlah balita gizi buruk/jumlah seluruh balita) x 100%
Prevalensi gizi kurang =:.(Jumlah balita gizj kurang/jumlah seluruh balita) x 100%
Prevalensi gizi l;)aik = (Jurnlah balifa gizi baik!j•Jmlc~h seluruh balita) x 100%
Prevalensi gizi lebih = (Jumlah balita gizi lebih/jum1a:1seluruh balita) x 100%

a. Status-gizi balita berdasarkan indikator 88/U


Tabel 3.1. menyajikan angka prevalensi balitatrnenurut status gizi yang didasarkan pada
indikator 88/U. lndlkator BB/U memberikan gafnbaran tentang status gizi yang sifatnya
umum, tidak spesifik. Tinggi 'rendahnya prevalensi gizi buruk atau gizi buruk Clan kurang
mengindikasikan ada tidaknya masalah gizi pada balita, tetapi tidak memberikan indikasi
apakah rnasatah gizi tersebut bersfat kronis atau akut.
Dalam pembahasan kategori status gizi balita berdasarkan indikator BB/U sering
digal:)ungkan antara gizi buruk dan ..gizi kurang dengan menggunakan istilah gizi
kurang+buruk. Status "sang'af.kurus" dan "kurus" berdasarkan indikator BB/TB digabung
dengan menggunakan isitilah kurus+sangat kurus. Status "s~ngat pendek" dan "pendek"
berdasarkan indikator IB/U digabung dengan menggunakan -!stilah. pendek+sangat
pendek.
Tabel 3.1
Persentase Balita menurut Status GizrBB/U* dan Kaoupaten/Kota di Provinsi
Lampung, Riskesdas ·2007
.Kategori status glzi 88/U
Kabupaten/Kota
Gizi buruk Gizi kurang Gizi baik Gizi lebih
Lampung Barat 3,1 1~,3· 83,S. 1,8
Tanggamus 5,6 13,6 76,7 4,1
Lampung Selatan 3,9 10,1 82,1 3,9
Lampung Timur 3,2 14,5 75,9 6,4
Lampung Tenga~ 7,3 11, 1 77,8 3,8
Lanipung Utara . t0,3 12,9 -z2, 1 4,8
Way Kanan 6,1 11,8 79,5 2,6
Tulang Bawang 4,1 11, 1 82,3 2,4
Bandar Lampung 6,5 6,5 80,1 6,9

19
Metro 3,5 7,6 87,0 2,0
LAMPUNG 5,4 . 11,1 79,3 4,3,
piz,i
Tabe( 3 .. 1 . Secara um um, prevalensi kurang+buruk di provinsi lampung adalah 16,5 %
dan sudah rnencapai targ'ef haslonat perbaikan gizi tahun 2015 (2P%} dan MDGs'..(18';5%}.
Dari 1 O kabupaten/kota hanya ada 2 kabupaten yang belum mencapai tarqet MD~s yaitu
Kabupaten Tanggamus dan Lampung Utara. Di provinsi l.ampunq masatah t)izi rebih sudah
perlu diperhatikan. Secara umum, prevalensi balita gizi lebih "sebesar 4,3 %. Ada 2
kabupaten/kota yang harus diWaspadai karena'mer'ri'iliki prevalensi gizi lebih mendekati 10%,
yaitu kabupaten Lampung-=rtnfur,·dan Bandar Lampunq.
b. Status gizi balita berdasarkan indikator TB/U
Tabel 3.2. menyajikan angka prevalensi balita menurut status gizi yang didasarkan pada
indikator TB/U. lndikatoc :fBILJ ryien~9an:iparkan~ status gizi yang sifatnya kronis, artinya
muncul sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama seperti kemiSkinan, perilaku
pola asuh yang tidak tepat, sering menderifa penyakit secara berulang karena higiene dan
sanitasi yang kurang baik. Status pendek dan sangat pendek 'dalarn dlskusl selanlutnya
digabung menjadi satu kategori dan dlsebut masalah J:>endek.

Tabel 3.~ .
Persentase Balita menurut Status Gizi TB/U* dan Kabupaten/Kota di Provtnsl
L~mpunp, Rlskesdae 2007
. Kategori status gizi TB/U~
Kabupaten/Kota
Sangat pendeK• Pendek ' Normal
Lampung Barat 21,2 ' 20,8 58,0
Tanggamus 30,7 13,4 56,0 •
Lampung Selatan 19,1 16,0 64,9
Lampung Timur 29,6 24,8 45,7
Lampung Tengah 16,2 .15,9 67,9
U~mp'ung Utara ~? ,.1 7,4 55,5
Way Kanan 24,4. 20,7 54,8
Tulang Bawang 33,2 16,3 50,4
Bandar Lampung 11,5 12,3 76,2
Metro 1 15,3 16;? p8,0
LAMPUNG 22,7 19,3
Tabel memperlihatkan prevalensi balita pehdek+sanqat Pjndek di Provinsi Lampung (40%)
yang berattl-di atas angka ferata nasional (36,8%). Dan 10 kabupaten ada 6 kabupaten
yang memiliki jumlah balita pendek+sangat pendek di atas ,angka nasional, yaitu berturut-
turut terdapat di Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Timur, Lampung Utara,
Way kanan dan Tµlang l?~awang. yval,aupun, angka balita pendek+sanqat pendek <f~ Provlnsl
Lampung hanya 2,5% diatas anqka.rerata nasipnal, teJ~P.i-;ada tiga kabupaten (Lampung
Barat, Lampung Timur dan Way Kanan) yang menunlukkan tingginya masalah balita
pendek, karena kabupaten tersebut memllikl prevalensi pendek+sanqat tinggi diatas 20,%.
,

c. Status gizi balita berdasarkan indikator BB/TB


Tabet 3.3. menyajikan angka prevalensi balita menurut status gizi yang didasarkan pada
indikator BB/TB.
'
lndikator BB/TB menggambarkan status gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari keadaan
yang berlangsung dalam Waktu yang pendek, seperti menurunnya nafsu rnakan akibat sakit
atau karena menderita ·diare. Dalam keadaan demikian berat badan anak akan cepat turun
sehingga tidak proporslonal lagi denqan tinggi badannya dan anak menjadi kurus.
Di samping mengindikasikan masalah gizi yang bersifat akut, indikator BB/TB juga dapat

20
digunakan sebagai indikator kegemukan. Dalam hat ini berat badan anak melebihi proporsi
normal terhadap tinggi badannya. Kegemukan ini dapat terjadi sebaqai akibat dari pola
makan yang kurang baik atau kareoa keturunan. Masalah-kekurusan dan 'kegemukan pada
usia dini dapat berakibat pada rentannya terhadap berbagai penyakit degeneratif pada usia
dewasa (Teori Barker).
"
Salah satu indikator untuk menentukan anak yang harus dirawat dalam manajemen gizi
buruk adalah indikator sanqat kurus yaitu anak dengan nilai Z-score < -3,0 SD.
Dalam diskusi selanjutnya digunakan masalah kurus untuk gabungan kategori sangat kurus
dan kurus. Besarnya rnasalah kurus pada balita yang masih merupakan masalah keseliatan
masyarakat (public f?~alth problem). adalah jika prevalensi kurus > 5%. Masalah
kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila prevalensi kurus antara 10,1% - 15,0%,
dan dianggap kritis bilaprevalensi kurus sudah di atas 15,0% (UNHCR).

Tabel 3.3,.
Persentase Balita menurut Status Gizi BB/TB* dan Kabupaten/Kota di
Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Kategori status gizi BBfTB ~
Kabupaten/Kota
Sangat kurus Kurus Normal Gemuk
Lampung Barat 3,3 4,8 79,4 12,5
Tanggamus 9,0 9,5 61,7 19,3
Lampung Selatan 7,6 4,0 75,9 12,4
Lampung Timur 5,8 4,1 66,2 23,8
Larnpunq Tengah 5,3 7,0 78,2 9,7
Lampung Utara 12,8 13,2 48,6 25,0
Way Kanan 6,6 7,5 70,0 16,0
Tulang Bawang 8,7 4,5 60,6 25,7
Bandar Lampung 7,8 7,4 73,2 11,7
Metro 3,9 9,6 73,3 13,3
LAM PUNG 7,2 6;4 . 70,2 15,9

Secara umum, prevalensi balita kurus+sangat kurus di provinsi l.ampunq adalah 13,6%,
dan sudah berada diatas kondisi yang dianggap serius ,(10%). Walaupun demikian dari 1 O
kabupaten/kota di provinsi Lampung ada 8 kabupaten/kota yang berada pada keadaan
serius menurut indikator status gizi BBrrB, yaitu: Kabupaten Tanggamus, Lampung Selatan, ·1
Lampung Tengah, Lampung Utara, Way Kanan, Bandar Lampung dan Metro.
Berdasarkan indikator BBfrB juga dapat dilihat prevalensi kegemukan di kalangan balita.
Pada Tabel 3.3. dapat dilihat bahwa prevalensi kegemukan di provinsl Lampung adalah
15,9%: Delapan kabupaten memiliki masalah kegemukan pada balita di atas angka nasional
(>12,2%) yaltu kabupaten Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Selatan, Lampung Timur,
Larnpunq Utara, Way Kanan, Tulang Bawang, dan kota Metro.

d. Status gizi balita menurut karakteristik responden ·


Untuk mempelajari kaitan antara status gizi balita yang didasarkan pada indikator BB/U,
TB/U dan BB/TB ( sebaqa! varlabel terikat) .d.e.ngan k.arakteristik respond en meliputi
kelompok uiJ11.lr, jen,is kelarnin, pendldlkan KK, pekerjaan KK, Tipe daerah dan pendapatan
per l<apita· (s1et>agai variabel bebas), telah dilakukan tabulasi silang antara variabel bebas
dan terikat tersebut.
Tabel 3.4 .. menyajikan hasil tabulasi silang antara status gizi BB/U balita denqan variabel-
variabel karakteristik responden.

21
Tabel 3.4.
Persentase 8alita menurut Status Gizi (88/U)* dan Karakteristik Responden di
Provlnsl lampimg, Rlskesdas 2007
Kategori status gizi 88/U
Karakteristik
Gizi buruk Gizi kurang Gizi baik Gizi leblh
Umur (bulan) '
0-5 8,3 8,3 75,2 8,2
6 -11 5,3 5,4 84,2 6,2
12-23 3,S 19,'o 79,7 6,8
24-35 3,3 13,4 ~0,3 3,0
36-47 7,4 10:2 so.o 2,4
48-60 6,3 12,7 78,1 2,9
Jenis Kelamin
Laki-laki 6,6 12, 1 76,8 4.4
Perempuap 4,1 10,1 81,7 4, 1
Pendidikan KK
Tdk tamat SD &·Tdk"Sekolah 5,5 13,2 77,6 3,7
Tamat SD 6,0 11,5 79,6 3,0
Tamai SLTP 5,0 15,0 76,4 3,5
Lanjutan label 3.4.
Tamat SLTA 3,8 5,6 83,2 7,4
Tamat PT 3,5 4,6 82,1 9,7
Pekerjaan utama KK
Tdk kerja/sekolah/ibu RT 0,0 11,2 82,4 6,5
TNl/Polri/l?NS/BUMN 2,3 8,4 81,4 7,9
Pegawai Swasta 7,0 2,2 87,3 3,5
Wiraswasta/dagang/jasa 4,5 8,1 77,7 9,7
Petani/nelayan 5,4 13,4 78,2 3,0
Buruh & lainnya 5,9 9,6 81,5 3,0
Tdk'kerja/sekolah/ibu RT 0,0 11,2 82,4 6,5
TNl/Pdlri/PNS/BUMN 2,3 8,4 81,4 7,9

Desa/Kota
Kota 4,4 7,3 81,2 7,1
Desa 5,7 12,3 78,7 3,4
Tingkat 1;>en~eluaran per kapita

Kuintil 1 6,5 14,0 76,1 3,4


Kuintil 2 '5,2 12,3 80,4 2,1
Kuintil 3 5,0' 8, 1 80,9 6,0
Kuintil 4 5,4 10,6 79,5 4,5
Kuintil 5 4,4 9,4 80,2 6,0

Tabel 3.4. tampak status gizi BB/U balita menurut karakteristik responden:
1. Ditinjau dari kelompok.umur, 'maka terlihat bahwa prevalensi batlta -gizl 1$urang+buruk
gi .provinsil.ampung sudaf;t tlf.iggi pada kelompok umur di bawah' 12 bulan da.n
menipgkat rpenjadi lebih tinggi rnulal umur'24 bulan.
2. Menurut jenis kelamin terlihat bahwa masalah gizi '<urang+buruk pada balita lakl-
laki lebih besar qaripad~ balita perempuan. Begitu pula -denqan masalah balita yang
:msmilil<i status gizi"lebih. · .
3. Berdasarkan pendidikan kepala keluarga (KK) terlihat bahwa semakin rendah
pendidikan KK maka semakin besar prevalensi balita gizi kurang+buruk. Sebaliknya,
semakin tinggi pendidikan KK maka semakin tinggi prevalensi balita gizi·lebih.

22
4. Pada keluarga dengan KK memiliki pekerjaan tetap (ABRl/Polri/PNS/BUMN/Swasta)
ditemukan lebih banyak balita .yangtmemiliki status gizi baik ..~ibanding dengan jenis
pekerjaan lainnya.
5. 1
MemJrut Tipe· daerah, di' desa jumlah balita yang gizi ku,rang+buruk lebih banyak
daripada di -kota, sebaliknya ai kota jumlah balita yang gizi lebih leblh ,banyak
daripadadi desa. 1

6. Dilihat dari pendapatan keluarga per 1<apita per bulan, maka [umlah balita yang gizi
kurang+buruk meningkat seiring dengan· menurunnya pendapatan keluarga atau
·aengan kata lain semakln rendah kuintil pendapat keluarqa semakin banyak_jumlah
balita yang gizi kurang+buruk. Sebaliknya semakin tinggi kuintil pendapatan
keluargasemakin banyakjumlah b'alita yang berstatus gizi lebih.

label 3.5.
Persentase menurut Status Gizi (TB/U)* dan Karakteristik Responden di
Provlnsl'Lampunq, Riskesdas
,,, 2007
Kategori status gizi TB/U
Karakteristik
Sangat ~endek Pendek Normal·
Umur (bulan)
0-5 26,9 15,9 57;1
6 -11 28,6 13,1 58,3
12-23 29,4 14,1 56,5
24-35 25,0 21,2 53,8
36-47 20,8 20,8 58,4
48-60 18, 1 .13,2 68,6
Jenis Kelamin
Laki-laki 24,4 16,9 58,7
Perempuan 21,1 15,8 63,2
Pendidikan KK
Tidak pemah sekolah 24,3 16,8 58,8
Tidak tamat SD 25,3 17,2 57,5
TamatSD 21,5 17,9 60,7
Tamat SLTP 20,9 13,2 65,9
TamatSLTA 17,3 14,6 68,2
TamatPT 24,3 16,8 58,8
Pekerjaan Utama KK
Tdk kerla/sekolah/lbuRT 24,7 9,3 66,0
TNl/Polri/PNS/BUMN 18,5 13.4 68,1
Pegawai Swasta 14,8 13,3 72,0
Wiraswasta/dagang/jasa 22,9 11,5 65,6
Petani/nelayan 24,8 18,1 57,2
Buruh & lainnya 20,3 17,5 62,3

Desa/Kota
Kota 24,8 17,4 57,8
Desa 22,7 16,3 61,0
Tingkat pengeluaran per kapita per bulan
Kuintil 1 23,5 17,5 59,0
Kuintil 2 24,8 15,8 59,4
Kl;'intil3 24,0 16,6 59,4
Kuintil 4 . 18,8 15,7 65,5
Kuintil 5 21,6 15,7 62,7
*}TB/U= Tinggi Sadan menurut Umur

23
Status.qlzl TB/U balita menurut karakteristik responden:
1. Prevalensi balita pendek+sangat pendek cenderunq meningkat seiring bertambahnya
umur' balita. Narnun demikian prevalensi 6alita pendek+sangat pendek,sudah tinggi
pada umur di bawah 6 bulan yaitu 42,81%.
2. Berdasarkan jenis kelamin, terlihat prevalensi balita laki-laki yang pendek+sangat
.pendek lebih·tinggi diband)ngdenqari batlta perempuan. ,
3. Ditinjau dari segi pendidikan KK, teruhat kecenderunqan semakin tinggi -tingkat
perididikari KK semakin-reridah prevalensi.balita pendek+sanqat pendek., ·
4.· Menutut pekerjaan utama KK jelas terlihq_t pabwcf pada. keluarqa ,. yang kepala
keluarganya memiliki pekerjaan berperignasilan tetap (PNS/ABRl/POLRI/
BUMN/Swasta) prevalensi balita pendek+sangat pendek lebih rendah dibandingkan
dengan keluarga yang KK nya memiliki perkerjaan lainnya yang umumnya
berpenghasilaotidak tetap,
5. Berdasarkan Tipe d~e[~h. preyalensl palit,fl pendek+sanqat pendek yang tinggal di
kota lebih tinggi dari balita yang.tiaggal di desa.
6. Kajtan antara tingkat penqeluaran 1<eluarga per kapita per bulan dengan masalah
balita 'pendek+sanqat pendek terlihat memillki kecenderungan yang ·negatif.. Dengan
kata lain sen'lakin tinggi kuintil pengeluaran keluarga per kapita per bulan-semakin
rendah prevalensi balita pendek+sanga\ pendek.

24
Tabet 3.6
Persentase Batfta Menurut BB/TB* .. dan Karakteristik Responden ~i Provlnsl
Lampung, Riskesdas 2007 •
. -
Kategori staius gizi BBJJB .. .
Karakteristik reseonden Sangat kurus Kurus Normal • 'Gemuk
Umur (bulan)
0-5 7,2 . 4,8 61,5 26,5
6 -11 6,8 5,5 66,7 21,0
12-23 8, 1 5,2 69,9 16,8
24-35 6,9 7,6 69,3 16,2
36-47 9,7 7,8 68,3 14,2
48-60 5,3 6,3 74,8 13,6
Jenis Kelamin
Laki-laki 9,3 6,5 69,6 14,6
Perempuan 5,2 6,3 70,9 17,6

Pendidikan KK
Tdk tamat SD & Tdk sekolah 6,9 5,3 72,81 15,0
TamatSD 7,5 6,3 70,0 16,2
Tamai SLTP 8;2 8,9 67,0 15,9
Tamat SLTA 6,4 4,8 71,6 17,3
Tamat PT 2,8 9,5 62,0 25,7
a
Tdk tamat SD Tdk sekolah 6,9 5,3 72,8 15,0
Pekerjaan Utama KK
Tdk kerja/sekolah/ibu RT 7,4 5,6 73,0 14,0
TNl/Polri/PNS/BUMN 7,3 10,3 62,8- 19,7
Pegawai Swasta 5,6 3,7 78,9 11,9
Wiraswasta/dagang/jasa 5,0 7,5 64,4 23,0
Petani/nelayan 7,9 6,3 '70,6 15, 1
Buruh & lainnya 6,8 ·5,5 72,9 14,8
Tipe daerah
Kota 7,1 6,0 72,1 14,8
Des a 6,7 6,8 70,2 16,3
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil1 9,0 5,8 71,8 13,4
Kuintil 2 7,3 6,3 72,3 14,1
Kuintil 3 6,3 7,9 68,1 17,7
Kuintil 4 5,8 7,2 71,2 15,8
Kuintil 5 4,7 5,9 69,6 19,9

Statusgizi BB/TB balita menurut karakteristik responden:


1. Prevalensi balita kurus+sangat kurus · cenderung meningl<::it sanipai anak berumur 48
bulan. Sebaliknya prevalensi -balita gemuk semakiri rendah seiring dengan
bertambahnya umur anak. Prevalensi balita gemUk tertinggi pada umur kurang dari 12
buIan.
2. Prevalensi balita kurus+sangat kurus pada balita laki-Jaki lebih ·Jieggi dari prevalensi
balita perempuan. Sebaliknya batita perempuan yang. gemuk lebih banyak dart bayi
laki-laki. . · · ·
3. Tidak ditemukan pola hubungan yang jelas antara tingkat pendidikan KK dengan
prevalensi balifa kurus+sanqat kurus. Demikian pula halnya antara pekerjaan utama
KK.

25
4. Tidak ditemukan perbedaan prevalensi ballta kurus+sangat kurus yang berarti
berdasarkan karakteristik Tipe daerah, tetap) dalam, hal masalah balita gemuk di daerah
perkotaan cenderung lebih tinggi dari t:li daerah perdesaan.
5. Dalam kaitannya~deng~n.J<uintil pengeluararr keluarga per kapita per bulan terlihat ada
kecenderungan prevalensi .ballta kurus+sangat kurus semakin rendah dengan semakm
tinggi kuintil pengeluaran keluarga. Sebaliknya 'f)revalensi balita gemuk sernakin- tinggi
dengan semakin meningkatnya kuintil.
Tabel 3.7
Prevalensi Balita menurut Tiga lndikator Status Gizi dan Kabupaten/Kota di
Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

BB/U TB/U: BB/TB:


Kabupaten/kcta Buruk & Kron is Akut Akut* Kron is**
....
J
Ku rang (Pendek) (Kurus)
Lampung Barat 14,4 42,0 8,1 - ..J
Tanggamus 19,2 44,1 18,5 ...J ...J

LamRung Selatar,t' 14,0 35,1 11,6 ...J -


LamRung Timur 1],7 54,4 9,9 - ...J

Lampung TengaH' 18,4 32,1 12,3 ..J -


Lampung Utara 2'3,2 44,5 26,0 .../ ...J

Way Kanan 17,9 45,1 14,1 ...J .../


Tulang Bawang 15,2 49,5 13,2 ...J ..J
Bandar Lampung 13,0 23,8 15,2 .../ -
~A~+·~ 11 1 -:t? n 1~ I; ,/ -
Lampung 16,5 39,-0 13,6 - -
* Permasalahan gizi akut adalah apabila BB/TB >10% (UNHCR)
**Permasalahan gizi kronis adalah apabila TB/U di atas prevalensi nasional

Tabel 3.7. ini menyajikan gabungan prevalensi balita menurut ke tiga indikator status .gizt
yang digunakan yaitu BB/U (Gizi Buruk dan Kurang), TB/U (pendek), BB/TB (kurusj.-.
lndikator TB/U memberikan gambaran masalah gizi yang -slfatnya kronls-Ban aBlTB
memberikan gambaran·masalah gizi yang sifatnya akut.
Secara, umum prevalensi gizi kurang+buruk di Provinsi Lampung (16,5%) sudah mencapai
target program perbalkan gizi pada RPJM 2015 (20%). Masih ada 2 kabupaten yang belum
mencapai target MDG's (18,5%)- yaitu Kabupaten Tanggamus dan Lampung Utara.
Sedangkan yang belum mencapai target nasional sebesar 20% adalah kabupaten Lampung
Utara (23,2%).
Masalah gizi utama yang dihadapi Provins! Lampung adalah masalah gi:2:i kronis dengan
prevalensi balita pendek+sangat pendek yang tinggi (>20%). Di antara 10 kabupaten,ada 6
kabupaten yanQ masalah.gizi kronisnya dLatas prevalensi nasional (>36<,8%) yaitu Lampung
Barat, Tanggamus, Lqmpung Timur, Lampun~ Utara, Way Kanan dan Tulang Bawang.

3.1.2 Status Gizi Penduduk Umur 6-14·tahun (Usia Sekolah)


Status gizi penduduk umur 6-1'4 tahun dapat dinilai berdasarkan !MT yang dibedakan
menurut umur dan jenis kelamin. Sebagai rujukan untuk menentukan kurus, apabila nilai
IMT"kur~ng dart 2 standar deviasi (SD) dari nil;:!i rerata, dan berat badan (BB)<lebih jlka nilai
!MT lebih dari 2SD nilai rerata stander WHO 2007 (Tabel 3.8).

26
label 3.8
Standar Penentuan Kurus dan'Berat Sadan (BB) Lebit\ menurut
Nilai Rerata IMT, Umur dan Jenis Kelamin, WHO 2007

Umur Laki-laki Perempuan


(Tahun) Rerata IMT -250 +2SD Rerata IMT -2SD +2SD
6 15,3 13,0 18,5 15,3 12,7 19,2
7 15,5 13,2 19,0 15,4 12,7 19,8
8 15,7 13,3 19,7 15,7 12,9 20,6
9 16, 1 13,5 20,5 16,1 13, 1 21,5
10 16,4 13,7 21,4 16,6 13,5 22,6
11 16,9 14,1 22,5 17,3 13,9 23,7
12 17,5 14,5 23,6 18,0 14,4 24,9
13 18,2 14,9 24,8 18,8 14,9 26,2
14 19,0 15,5 25,9 19,6 15,5 27,3

Berdasarkan standar WHO di atas, secara keseluruhan di Provinsi Lampung prevalensi


kurus adalah 12,6%· pada laki-laki dan 11, 1 % pada perempuan. Menurut provinsi, Provinsi
Lampung rnernpunyal prevalensi kekurusan tertinggi pada anak laki-laki berada di
kabupaten Tulang,B,awang (15,ijo/o) diikuti oleh Tanggamu~ (15,6%), sedanqkan prevalensi
kekurusan terendah di Lampung \:ltara yaitu 9,0%. Sedangkan pada anak perempuan
prevalensi kekurusan tertinggi berada pada Kabupaten Lampung Timur (14,5%) dan
terendah berada di kota Metro yaitu 3,2%.
Prevalensi SB-lebih pada anak uniur 6 ~ 14 tahun tertingqi di kabupaten . Lampung Utara
yaitu balk pada anak lakl-laki (21,.1 °(o) maupun anak perempuan~18,0%). Prevalensl BB-lebih
terendah berada di kabupaten Lampung Tengah (5,5%) pada anak laki-laki dan kabupaten
Tanggamus(2,6%) pada anak perempuan.
Tabel 3.9 . ..,
Prevalensi,Kekurus'!n dan BB ~ebih Anak Umyr 6-14 tahun menurut Jenis
Kelamin·Dan Kabupaten/kota di Provinsi Lampung, R.iskesdas~2007
Laki-laki Perempuan
Provlnsi
Kurus BB Lebih Kurus BB Lebih
Lampung Barat 11,2 11,2 9,2 7,6
Tanggamus 15,6 9,5 13,5 2,6
Lampung Selatan 14,0 6,0 10,7 3,6
Larnpunq Timur 10,5 22,1 14,5 15,4
Lampung Tengah 10, 1 5,5 8,9 5,2
Lampung Utara 9,0 24,1 10,5 18,0
Way Kanan 13,5 7,6 13,4 5,9
Tulang Bawang 15,8 13,5 12,4 12,0
Bandar Lampung 12,7 11,2 8,5 8,5
Metro 12,0 8,1 3,2 10,8
LAM PUNG 12,6 11,6 11, 1 8,3

27
3. 1.3 Status Gizi Penduduk Umur 15,Tahun~ Atas
Status gizi penduduk umur 15 tahun ke atas dinilai dengan lndeks Massa Tubuh
(IMT). lndeks Massa Tubuh dihitung berdasarkan berat badan dan th;iggi badan dengan
rumus sebagai berikut :
BB (kgfrBcmi2.
Berikut ini adalah batasan IMT untuk menilai status gizi penduduk umur 15 tahun ke atas :
Kategori kurus IMT < 18,5
Kategori normal IMT >=18,5 - <24,9
Kategori BB lebih IMT >=25,0 - <27,0
Kategori obese IMT >=27,0

lndikator status gizi penduduk umur 15 tahun k~ atas yang lain adalah ukuran lingkar perut
(LP) untuk-menqetahui adanya obesitas sentral. Lingkar perut diukur denqan alat ukur yang
terbuat dari fiberglass dengan presisi 0, 1 cm. Batasan untuk menyatakan status obesitas
sentral berbeda antara laki-laki dan perempuan.
Status gizi wanita usia subur (WUS) 15 - 45 tahun dinilai dengan mengukur lingkar lengan
atas (LILA). Pengukuran LILA dilakukan dengan pita LILA dengan presisi 0, 1 ctn.

a. Status gizi dewasa berdasarkanindikator lndeks MassaTubuh (IMT)


Tabel 3'.10 menyajjkan prevalensl penduduk menurut _status, IMT qi maslnq-masinq provinsi.
lstilah obesitas Limum diguna1<anuntuk gabungan kateqorl berat badan febih (BB lebih) dan
obese.
Secara umum prevalensi obesitas di Provinsi Lampung ada'ah 15, 1 % (7,7% BB lebih dan
7,7% obese) dan lebih rendah dibandingkan. dengan prevalensl nasional (19,1%). hanya
terdapat 1 kabupaten/kota dj Provinsi Lampung y~ng memiliki prevalensi lebih besar
daripada prevalensi nasional, yaiJu Kabupaten Lamp,ung Barat (20,9%) dan kota Bandar
Larnpunq (19,8%).
Tabet 3.10
Persentase Statu~ Gizi Penduduk Dewasa Diatas 15 Tahun Menurut_lndeks
Massa Tubuh (IMT) 'can K~bupaten/Kota t>i~Provinsi Larnpµng, ~iskesdfls 2007
f., ~ '"' .. ... ~

Kategori IMT
Kabupaten/Kota Kurus 'Nbrmal BB lebih Obese
LampungBarat 12,6 66,5 10,6 10,3
Tanggamus 18,6 68,7 6,7 6,0
LampungSelatan 15,9 68,6 7,9 7,7
LampungTimur 17,0 67,7 8,0 7,4
LampungTengah 12,7 69,2 9,9 8;2
LampungUtara 15,1 74,0 6,6 4,3
Way Kanan 18,2 74,4 3,7 3,7
Tulang Bawang 12, 1 77,7 4,9 5,3
Bandarlampung 11,2 69,0 8,7 11, 1
Metro 12,5 68,9 8,8 9,9
LAMPUNG 14,7 70,2 7,7 7,4
Kurus: IMT <18.5; Normal: 18.5-24.9;BB lebih: IMT: 25-27; Obese:IMT >=27k

Prevalensi kegemukan (berat badan lebih+obese) pada orang dewasa di Provinsi Lampung
dibawah angka 22%, yang berarti belum menjadi masalah. Kabupaten Lampung Barat
memiliki prevalensi kegemukan pada orang dewasa yang tinggi. Dari 1 O kabupaten di
Provinsi Lampung, ada 3 dianfaranya memiliki masalah obese yang tinggi dengan
prevalensi di atas 10% yaitu: Ka bu paten Lampung Barat, Kata Bandar Lampung dan Kata
Metro.

28
Tabel 3.11
Prevalensi Obesitas Umum Penduduk Dewasa (15 Tahun KQ Atas)
menurut Jenis Kelamin dan Kabuf1aten/Kota di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007

P~evalensi obesitas umum {%}


Bupaten/Kota Laki-laki dan
Laki-laki Perempuan
eeremeuan
Lampung Barat 13,6 28,5 42,1
Tanggamus 7,7 18 25,7
Lampung Selatan 8,6 22,6 31,2
Lampung Timur 11, 1 19,6 30,7
Lampung Tengah 14,1 22,5 36,6
Lanjutan Tabel 3.11
Lampung Utara 5,8 16,0 21,8
Way Kanan 3,4 11,6 15
Tulang Bawang 6,6 14,0 20,6
Bandar Lampung 15,2 24,5 39,7
Metro 14,8 22,5 37,3
LAM PUNG 10,1 20,3 30,4

Prevalensi obesitas umum menurut jenis kelamin disajikan pada Tabel 3.11. Secara
keseluruhan di Provinsi Lampunq- prevalensi obeslsltas umum pacfa laki-laki jauh lebih
rendah dibandingkan dengan perernpuan '(masing-masing 10, 1 % dan 20,3%).
' '
Masalah obesitas pada penduduk dew,asa laki-laki di Provinsi Lampunq. lebih rendah
daripada angka nasional (13,9%) tetapj harus mulai diwaspadai karena pr.evalensinya sudah
pada angka 10%. Terdapat 4 kabupatenikota yang memiliki prevalensi obesitas pada laki-
laki ,:::10%, yaitu: Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Lampung Till)ur; .. ~abupat~n
Lampung Tengah, Kota Bandar Lampunq dan Kota Metro.
Walaupun masalah obesitas pada orang' dewasa perempuan di Provlnsi Lampung jl,JQ~·
berada di -bawah angka nasional (23,8.%), tetapi harus mendapat perhatian karena
anqkanya-sudah mencapal >10% dan 'J:ial ini terjadi di semua.kabupaten/kota. Terdapat 8
darr 10 kabupaten/kota dengan prevalensi obesitas yang tinggi (>15%), yaitu Kabupaten
Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Tengah,
Lampung Utara, Bandar Lampung dan Metro. Sedangkan "yang lebih tinggi dari angka
naslonal obesltas. umum pada perempuan. (> 23,8%) adalah- kabupaten Lampung Barat
(28,5%) dan Bandar Lampung (24,5%).

29
Tabel 3.12
Persentase Stal!JS Gizi. De)Nas,C\ Ber.dasar IMT dan Karakteristik Responden di
Provinsi Lampunq, Biskesdas 2007
Karakteristik Responden Kategori status gizi BB/U
°Kurus Normal BB lebih Obese
Tipe daerah
Kota 13,0 67,4 9,2 10,3
Des a 15,2 71,0 7,3 6,5
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil 1 16,2 71,3 6,7 5,8
Kuintil 2 15,9 70,7 7,1 6,2
Kuintil 3 14,9 71,6 7,0 6,4
Kuintil 4. 14, 1 70,0 8,3 7,6
Kuintil 5 12,7 67,8 9,4 10,2
Tingkat pendidikan
Tidak sekolah 23,0 61,1 8,6 7,3
Tamat tamat SD 14,9 68,9 e.s 7,7
Tamat SD 13,4 71,5 7,7 7,4
SLTP 15,7 73,1 5,5 5,6
SLTA 12,2 70,4 8,9 8,4
PT 10,2 68,1 10,6 11, 1
"
Tabel 3. 12. Memperlihatkan .prevalensi kegemukan berdasarkan karakteristik-resportden.
RT yang tinggal di kota lebih besar dart yang tjnggal <fi desa. Ada lracenderungan semakin
tinggi tingkat pengeluaran pangan di rumah tangga (kuintil) semakin tinggi prevalensi
kegemukan. Dennklan pula rnenurut tingkat ,pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan
ada -kecenderunqan prevalensi kegemuka'n semakin tinQg!.

b. Status gizi dewasa berdasarkan i~dikator LipQkar Perut (LP)


Tabel 3.13 dan Tabel 3.14 menyajikari prevale~si obesitas sentral menurut kabupaten/kota,
dari 'Kara~teristik lain penduduk. Obesitas sentral dianggap sebaqai faktor risiko ,yang erat
kaitannya deng~m beberapa penyakit 'deg~neratif. Untuk lc;iki-laki,dengan LP di atas 90 cm
atau perernpuan denqan' tP'ai atas 80 cm dinyatakan .sebagai obesitas sentrai-(WHO Asia-
Pasifik, 2005).
label 3.13
Prevalensi Obesitas Sentr~I pada Penduduk Umur 15 Tahun Kealas menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung, -Riskes·das 2007
Kabupaten/Kota Obesitas sentral (LP; L>90, P>80)*
Lampung Barat 12,0
Tanggamus 9,2
Lampung Selatan 9,8
Lampung Timur 13,0
Lampung Tengah 12,8
Lampung Utara 9, 1
Way Kanan 6, 1
Tulang Bawang 11,2
Bandar Lampung 15, 1
Metro 18,3
LAM PUNG 11,4
Catatan: *) LP= lingkar perut ; L =Laki-lakl ; P = Perempuan

30
Menurut pengukuran lingkar perut, secara umum obesitas sentral di Lampung sudah mulai
meniadi masalahkarena prevalensinya cukup tinggi. Semua kabupaten/kota di Provinsi
l.ampunp berada di bawah angka nasional (18,8%}; Prevalensi obesitas sentral tertinggj
berada di kota M~tro (18,3%)·dan terendah di kabupaten Way Kanan (6,1%).
Taberl.14 ,, ~.
Prevalensl.obesltas Sentraf Pada Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut
Ka'rakte.ristij(responden Di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Karakteristik 'Obesltas Sentral (LP;L>90, P>SO)"'


Umur (tahun)
15-24 15,9
25~34 16,2
35-44 15,3
45-54. 9,0
55-64 4,7
65-74 10,5
75+ 13,9
Jenis kelamin
Laki-laki 4,8
Perempuan 18,3
Pendidikan
Tidak sekolah 12,7
Tldak-tamat SD 12,3
Tamat SD. 11, 1
Tamat SMP 9,6
Tamat SMA 11,7
Tamat PT 17,5
Pekerjaan
Tidak kerja 10,9
Sekolah 5,1
lbu RT 21,2
Pegawai 15,8
Wiraswasta 14,9
Petani/nelayan/buruh 7,3
Lainnya' 11,7
Tipe daerah
15,1
Kota
Des a 10,3
Tingkat pengeluaran per kapita
per bulan
Kuintil - 1 8,1
Kuintil- 2 9,8
Kuintil- 3 9,3
Kuintil - 4 12,9
Kuintil.- 5 16,1
Catatan: "') LP= lingka~ perut; L =Laki-laki ; P = Perempuan

31
Tabel 3.14 Menurut karakteristik responden di Provinsi Lampung, tidak terdapat
kecenderunqan yang jelas prevalensi obsesltas sentral berdasarkan kelompok umur.
Prevalensi obesitas, sentral pada responden perempuan lebih·tinggi dibanding responden
laki-laki. Menurut tingkat pendidikan, pr~va~eri.::;i obsesitas sentral tertinggi terdapat pada
responden yang berpendidikan tamat perguruan tinggi (17,5%), tetapi tidak terdapat·pola
yang [elas antara tingkat -pehdidikandengan kejadian' obesitas sentral. Menurut pekerjaan
respondent prevalensi obesita.ssentral fertinggi ferdapat pada tbu rumah tangga (21,2%).
Pevalensi obesitas sentral pada responden yang tinggal di kota lebih tinggi dari responden
yang tinggal di desa. Menurut penqeluaran rumah tangga, preva1ensiooesltas sentral paling
tinggi pada responden yang berada pada kuintil lima.

C. Status gizi Wanita Usia Subur (WUS) 15-45 tahun berdasarkan indikator Lingkar
Lengan Atas (LILA)
Tabel 3.15, Tabel 3.16 dan Tabel 3.17 menyajikan gambaran masalah gizi pada WUS yang
dlukur dengan LILA. Hasil pengukuran LILA ini disajikan menurut kabupatervkota dan
karakteristik responden. Untuk menggambarkan adanya risiko kurang enegi kronis (KEK)
dalam kaitannya dengan kesehatan reproduksi pada WUS digunakan ambang·batas nilai
rerata LILA dikurangi 1 SD, yang sudah disesuaikan dengan umur (ari,e a<;lju~ted).

Tabel 3.15.
Nilai Rerata LILA Wanita Umur 15-45 tahun di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007
Nilai Rerata LILA·
Umur {Tahun Rerata (cm) Standar Deviasi (SD)
15 23,9 2,4
16 24,4 2,2
17 24,5 2,2
18 24,6 2,5
19 24,5 2,8
20 24,5 2,4
21 25,0 2,5
22 24,7 2,5
23 25,2 2,5
24 25,4 2,8
25 26,0 3,0
26 25,9 2,5
27 25,9 3,1
28 26,0 2,7
29 26,3 2,8
30 26,6 2,7
31 26,9 3,0
32 26,9 3,1
33 27,1 3,2
34 27,3 3,0
35 26,8 2,8
36 27,2 3,0
37 26,9 3,2
38 27,7 2,8
39 27,6 3,2
40 27,2 2,9
41 26,9 3,5
42 27,1 3,0
43 27,8 3,0
44 27,4 3,2
45 27 1 30

32
Tabel 3.15 menggambarkan prevalensi KEK tingkat nasional berdasarkan umur, Nampak
adanya kecenderungan den~an meningkatnya umur nllarrerata LILAjuga meningkat.

label 3.16
Prevalensi Risiko KEK Penduduk Wanita Umur 15-45 Tahun
Menurut Kabupaten/kota di Pro'(insi Lampung, Riskespa~ 2007

Provinsi Risiko KEK" (%)


LamP,ur'lgBarat 6,5
Tanggamus 8,0
Lampung Selatan 11,6
Lampung Timur 14,8
Lampl.mg Teiigah 11,5
Lamp'ung Utara 21,8
Way Kanan 6,1
Tulang Bawang 6,7
Bandar Lampung 8,7
Metro 15,1
LAM PUNG 10,9

Tabel 3.16 Secara keseluruhan prevalensi KEK di Provinsi Lampung '{10,9%) berada
dibawah prevalensi nasional (13,6%). Dapat dilihat bahwa terdapat 5 kabupate'n/kota
dengan prevalensi di atas angka provinsi, yaitu Kabupaten Lampung Selatan, Lampung
Timur, Lampung Tenqah, Larrypung Utara dan kota ~etr9. Terdapat ;3 kabupaten/kota
dengan prevalensi KEK di 'atas''angka nasional, yaitu Kabupaten Lampung Timur (14,8%),
Lampung Utara (21,8%) dan'kota' Metro (15, 1 %).
Tabel·3.17
Prevalensi Risiko KEK Penduduk Perempuan Umur 15-45 Tahun
menurut Karakteristik Responden di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Karakteristik Rjsiko KEK"(%)
Pendidikan
Tdk Sekolah & Tdk Tamat SD 13, 1
Tama! SD 9,3
Tamat SMP 11,6
Tamat SMA 11,3
Tamat PT 9,2
Tipe Daerah
Perkotaan 10,2
Perdesaan 11, 1
Tingkat Pengeluaran per Kapita
Kuintil-1 11,8
Ku)ntil - 2 13,7
Kuintil - 3 11,3
Kuintil-4 9,3
Kuintil- 5 8,9

Tabel 3: 17 .di bawah inl' r,nemperlihatkan kecenderunqan-rislko KEK berdasarkan tabulasi


silang antara prevalensl Risiko Kf;K dengan karakteristik respondenadalah:
Berdasarkan tingkat pendidikan, gambaran Provinsi Lampung rnenunjukkan pada tingkat
pendidikan tel'endah {tidak sekolah dan tidak tamat SD), risiko KEK cenderung lebih tinggi
dibanding tingkat pendidikan tertinggi (tamat PT). Prevalensi risiko KEK lebih tinggi di

33
daerah perdesaan dibanding perkotaan. Gambaran provmsi juqa menunjukkan semakin
meningkat pengeluaran rumah tangga per kapita per bulan cenderung semakin rendah risiko
KEK. Kecuali pada kuintil 2 yang Jebih tinggi dari kuintil 1 dan kuintil 3.

3.1.4 Konsumsi;Energi dan Protein


Prevalensi rumah tc:jngga dengan mpsalah korisumsi "e~ergi rendah" dan "protein rendah"
dari data Riskesdas 2007 diperoleh berdasarkan jawaban responden untuk rnakanan yang
di konsumsi anggota rumah tangga (AHT) dalam waktu 1 x 24 jam yang lalu. Resppnden
adalah ibu rumah tangga· atau anggota rumah tangga lain· yang biasanya menylapkan
makanan di rumah tangga (RT) terSebut. ·.
Rumah tangga dengan konsumsi ·1·energi rendah" adalah bila RT mengkonsumsi energi di
bawah rerata konsumsi energi nasional dari data Riskesdas.:2007. Sedangkan RT dengan
konsumsi "protein rendah" adalah bila RT mengkonsumsi preJtain di bawah rerata konsurnsl
energi nasional dari data Riskesdas 2007.
Pada Tabel 3.18 berikut disajikan angka rerata konsumsi energi dan protein per kapita per
hari, dan pada Tabel 3.19 dan, Tabel 3.20, merupakan data prevalensi RT dengan
konsumsi "energi rendah" dan ,konsumsi "protein rendah". Prevatensl RT yang
mengkonsumsi energi dan protein di atas rerata konsumsi energi dan protein tidak disajikan.
Berdasarkan angka nasional menunjukkan bahwa rerata konsumsi per kapita per hari
pendu,duJ<'Jndonesia
...
- ,_
adalah
,- 1735,5 kkal untuk energi dan 55,5 gram untuk protein.
Tabel 3.18
Konsumsi Energi dan Protein Per Kapita per Hari
rnenurut K~blJpaten/Kota di Provinsi 1-ampung,,Riskesdas 2007

Energi Protein,
Pro'(in;?i, ~ J
Rerata SD Rer.ata .SD
Lampunq-Barat J 1332~1 472,8 42,2 18,8
Tanggamus 1388,2 437,8 4:4,7 18,9
Lampung Selatan 1496,7 544,9 55,3 24,1
Larnpunq Timur 1306, 1 429,3 44,6 19,9
Lampung Teogah 1334,9 389,6 43,8 16,9
Laryipung Utara 1266, 1 399,4 42,9 18,9
Way Kanan 1366,Q 463,1 47,2 22,1
Tulang Bawang 1443,5 427,8 51,7 21,9
Bandar Lampung 1341,9 480,4 49,4 21,5
Metro 1340,4 414,7 48,4 18,4
LAM PUNG 1364,8 453,7 47,1 20,7

Tabel 3.18 disajikan angka rerata konsumsi energi dan protein per kapita per hari yang
diperoleh dari data konsumsi rumah tangga dibagi jumlah anggota rurnah tangga yang telah
distandarisasi menuruturnur.dan jenis kelamin, serta sudah dikoreksi dengafl tarnu yang ikut
makan.
Secara keseluruhan rerata konsumsi energi dan protein penduduk di Provinsi Lampung
(masing-masing sebesar 1364,8 kkal dan 47,1 gram) lebih-rendah daripada rerata nasional,
yaitu masing-masinq sebesar 1735,5 kkal dan 55,5 gram. Rerata ~onsu!Tlsi ,enetgi terendah
di Kabupaten Lam pong Utara E1266?f; k'Ra1)· 'dan tertinggi'.'terdap·~t pada penC:tu'duk di
Kabupaten l.ampunq "1Selatan (1496,7 l<kal):· Rerata konsumsl protein., ''terendali "di
Kabupaten Lampung- Bqrat-!42,2 gr~m) dan tertinggi -terdapat..dl -Kabupaten Lai'Tlpuflg
Selatan '(55,3 gra111)~ ·~ i
...

34
Tabel 3.19
Persentase Rumah Tangga dengan Konsumsi Energi dan Protein Lebih
Rendah'darf-Rerata Nasional dl-Provins] Lampung, Riskedas 2007

Energi Protein
Kabup~ten/Kota·
% %
Lampung Barat 82,7 81,5
Tanggamus 83,1 79,2
Lampung Selatan 74,7 58,2
Lampung Timur 84,8 75,9
1
Lampung Tengah 85,7 80,7
Lampung Utara 90,2 80,1
Way Kanan 81,3 ,73,8
Tulang Bawang 81,8 65,3
Bandar Lampung 81,2 70,9
Metro 86,2 73,8
LAMPUNG 83,0 73,7
Berdasarkan angka rerata konsumsi energi dan protein dari
data Riskesdas 2007

Secara umum di Provinsi Lampung terdapat 82% rumah tangga dengan rerata konsumsi
energi dan 73, 7% rumah tangga dengan rerata konsumsi protein lebih rendah daripada
angka rerata nasional dari data Riskesdas 2007. Angka persentase tersebut lebih tinggi dari
angka persentase nasional (59 % untuk energi dan 58,5 % untuk protein).
Persentase terbanyak rumah tangga dengan rerata konsumsi energl pan protein lebih
rendah daripada rerata konsumsi ,energi nasional adalah di Kabupaten . Lampung Utara,
masing-masing sebesar 90,2%. Persentase terendah rumah tangga dengan konsumsi
energi yang lebih kecil dari rerata nasional adalah Kabupaten Lampung Selatan (74,7%).
Sedanqkan persentase tertinggi untuk konsurnsi energi lebih rendah dari rerata naslonal
adalah di Kabupaten Lampung Barat .(81,5%) dan tpersentase terendah terdapat di
kabupaten Lampung Selatan (58,2%). ~
Tabel 3.20
Persentase RT dengan Konsumsi Energi dan Protein Lebih Rendah dari
Rerata Nasional-menurut Tingkat Penqeluaran Rumah Tangg~ per Kaplta Di
· t Provinsi.Lampung, Riskesdas 2007
Ting~at Pengeluaran Energi Protein
per Kapita
Kuintil - 1 86,1 79,2
Kuintil - 2 84,7 75,0
Kuintil - 3 83,3 75,1
Kuintil - 4 84,2 72,7
,Kuintil - 5 7.6,7 66,5
Catatan: Berdasarkan angka rerata konsumsi energi ( 1735: 5 kkal)
dan Protein (55,5 gram) dari data Riskesdas 2007·

Tabel 3.20 menyajikan data mengenai.rumah tangga dengan konsumsi energi dan protein
lebih rendah daripada rerata konsumsi nasional menurut karakteristik responden di Provinsi
Lampung. Menurut kulntll penqeluaran rumah tangga, tidakada pola yang jelas mengenai
konsumsi energi rumah tangga, sedangkan untuk konsumsi protein terlihat kecenderungan
persentase rumati tangga dengan konsumsi protein lebih rendah dari rerata nasional yang
semakin kecil pada kuintil 5.

35
3.1.5 Konsumsi Garam berlodium
Prevalensi konsumsi garam beriodlum Riskesdas 2007 -diperoleh dari ·hasil isian pada
kuesloner'Blok II No i yanrJ. diisi dari hasi tes cepat garam iodium. Tes cepat dilakLikan oleh
petugas pengumpul data dengan mengunakan kit tes cepat (garam ditetesi larutan tes) pada
garam ·yang digunakan di rumah-tanqqa. Rumah tangga dinyatakan mempunyai "garam
cukup iodium (~30 ppm KI03)" bila .h~sil tes cepat garam berwarna biru/ungu tua:
mempunyai "garam tidak cukup iodium (~30 ppm KI03)" bila hasil tes cepat g~ram berwama
biru/ungu muda; dan dinyatakan mempunyai "garam tidak ada iodium" bila.hasil tes cepat
garam di rumah-tangga tidak berwarna.
Tabet 3.21
Persentase Rumah-Tangga yang Mempunyai-Garam Cukup
k>dim» menmui KabuJ)aten/Kota di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Karakteristik Rumah-tanqqa mempunyal ga.ram


.i cukup iodium (%)
Lampunq Barat 79,9 -=-~.,]ii·.r
Tanggamus 88,1 --....,.{

Lampung Selatan 70,2


.~~· ~~~;
Lamptmg Timur 55,4
t:·
-"' 'Lafngung TenQah 74,2 ~ ~·~;'
-'..J: .: -c.7
Lampung 'Utara 86;6 ---~~r~. ....i.,, ...

·way.J<aoan 92,3 r.-


Tulang Bavyaog 88,7 ---:;::- ---~~·1~·c "f,;...:.._ ~
Banctar Lampung 78,1 ~__..:,__..}~
~~r.o~ . 73:0· ·.n... 1 .e.::-
·-. ·~~~
L'AMPUNG 76,8

-•"\.. ~~ -.t.t·..
~~
. -~~
P~g:peoulis_an laporan ini ya11g-<lisaji~a~h'a,nya yang men_ip u~y.al garam ~HkUJrlealarJl[~
30 .ppm, f<l0'3"). Taber 3.21 mernperlihatkan -persentase r:umah tangga yang mempunY.aJ
gararn -cufu.1p:iodit;tm (~ 30 ppm KIQ3) menurut kabupatervkota'di Provinsi Lanipung.::Seca~
umum .d1 .PrQttinsi Lampung lebih' ·70 % rurnap tang~ yang mengkonsumsi garam berkadar
iodium auktl}>... pencapa!an . Joi .tt!al?ill jauh' dari . ~rget .. nast9,nal 2010 .. maupun target
ICCIDD7UNfCEf".ro'V})OUniv9,rsal Sa!f)odi~tion (USI) atau "~aFamberiodium untuk semua"
yaitu minlmat~tl%. hi1TJ~h-ta~~·yan9'.metnpcmya. ~ garab1.ct1kup iodium. Kabupaten yang
terenaafl dalam menQJ<onsu~ 1Jatar1t cukup ib~i!Jm aaal~ l<abupaten Lampu_ng Tlmur
(55,4%). -se~ng'kart ~.b.up?te~1.1iMQs:lnRer.santase yang~eaerMggi<'dal~m mengkonsurnsl
gara1tt cUkap lodtum Serta·fetafhtnen'capa~ target garam beriodium acfaiah l<abupaten- Way
Kanan .(92,3%).

36
Tabet 3.22 r "'

Perse"!tas~."Rumah-Tangga Mempunyai Garam Cukup !odium


Menurut Karakteristlk Responden Di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Karakteristik RT m~ippunyai garam cukup iodium (%)


Pendidikan KK
Tidak sekolah 74,5
SD tidak tamat 73,8
SD tamat 76,3
SMP tamat 76,9
SLTA tamat 82,1
SLTA+ 83,9
Pekerjaan KK
Tidak bekerja ' 73,6
lbu rumahtangga 62,5
PNS/POLRl/TNI 80,2
Wiraswasta/Swasta 80.4
Petani/Buruh/Nelayan 79,5
Lainnya 75,8
Tipe Daerah ·
Perkotaan 80,9
Perdesaan 75,7
Tingkat pengeluaran_per kapita
Kuintil 1 15,7
Kuintil 2 76,5
J<uintil 3 75,9
Kuintil 4 78,0
·Kuintil 5 77,5

Tabel 3.22 memperlihatkan persentase rurnah-tanqqa yang -memlllkl gacam cukup iodium
(~30 ppm) menunlt karakteristik responderi.,.Penggi.maan garam periodium dengan katagori
cukup cenderung sernakin tinggi seiring denqan semakin tinggi pendidikan KK kecuali pada
tingkat pendidikan SD 'tldak tamat yang presentasi mernpunya garam iodiumny,a lebih
rendah dari tinggkat pendidikan tidak sekolah.
Pada keluarga dengan pekerjaan KK sebagai wiraswasta/swasta JTiemili_ki garam b.eriodium
dalam kategori cukup lebih tinggi dibandingkan dengan jeois pekerjaan Ialnnya. Tidak
terdapat kecenderungan- meningkatnya persentase rumah tangga yaAg mempunyai garam
berdasarkan tingkat pengeluaran per bulan. ·

3.2 KESEHATAN IBU DAN ANAK


3.2.1. Status lmunisasi
Departemen Kesehatan melaksanakan Program Pengembangan lrmmlsasi (PPI) pada anak
dalain-upaya menurunkan kejadian penyakit' pada anak. Program lmunlsasl untuk penyakit-
penyakit yang dapat dfcegah dengan imunisasi (PD31) pada anak yang dicakup dalam PPI
adalah satu kali imunisasi BCG, tiga kali lrnunisasl DP"[, empat kali lmunisasl po)io, satu kali
imunisasi ..,campak dan 'tiga'kali fmunisasi Hepatitis B (HB). • ; - · -
lmunisasi BCG diberikan pada bayi umur kurang dari tiga bulab; lmunlsasi polio pada bayi
baru lahir, dan .tiga dosis berJkutnya diberikan dengan jarak ~paling ·cepat empat minggu,
imi.misasi DPT/HB pada bayi umur dua, tiga, empat bulan dengan interval minimal empat
minggu, dan imunisasi campak paling dini umur sembilan bulan.

37
Dalam Riskesdas, informasi tentanq cakupan imunisasi ditanyakan. pada ibu yang
rnernpunyasballta umur O - 59' bulan. lnformasi teritang imi.Jflisasi dlkurnpinkan dengan tiga
cara yaitu: -, • 'J • • '

a. Wawancara kepada ibu balita atau anggota rumah-tartgga yang mengetahui


b. Catatan dalam Kartu Menuju Sehat (KMS)
c. Catalan dalam Buku KIA.

Bila salah satu dari ketiga sumber tersebut menyatakan bahwa anak sudah diimtmisasi,
disimpulkar"1bahwa anak tersebut sudah diimunisasi untuk jenis tersebut. >

Selain untuk tiap-tiap jenis, imunisasi, anak disebut sudah mendapat imunisasi lengkap bila
sudah mendapatkan semua jenis lmunisasl; satu kali BCG, tiga kali DPT,· tiga kali polio, tiga
kali HB. dan sato- kali imunisasi tampak. OJeh ~rena jadw~l tiap jenis imunisasi berbeda,
cakupan irmmlsasi yang dianalisis hanya pada anak umur 12 - 23 bUlan.
Cakupan imunisasi pada anak umur 12 - ~3 bulan-dapat dilihat pada empat tSbel-(Tabel
3.23 s/d Tabel 3.26). Tabel ·3.23 dan Tabel 3.24· menunjukkan tiap jenis imunlsasl- yaitu
BCG, tiga kali polio, tiga kali DPT, tiga kali HB, dan campak menurut kabupaten/kota dan
karakteristik responden. Tabel 3.25 dan 3.26 adalah cakupan imunisasi lengkap pada anak,
yang merupakan gabungan darl tiap jenis imunisasi 'yang didapatkan oleh seoranq 'anak
menurut kabupaten/kota dan karakteristik.
Tidak semua balita dapat diketahui status imunisasi (missif)g). Hal ini disebabkan karena
beberapa alasan, yaitu ibu lnpa anaknya sudah dtimunisasi atau treh.im, ibu lupa berapa. kali
sudah diimunisasi, ibu tidalt mengetahui secara pasti jenis lrnunisasl, catatan dalam KMS
tidak lengka~tidak. ter:isi, ~tatan dalam Buku KIA tidak lengkaf:)'/tida-kterisi, titlak dapat
menunjukkan KMS/ Buku KIA karena hilang atau tidak disimpan oleh lbu, subyek yartg
ditanya tentang imunisasi bukan ibu balita, atau ketidakakuratan pewawancara saat proses
wawancara dan pencatatan.
Tabel 3.23 ~
Persentase Anak Umur 12-23 Bul~n menurut imuriiasi Dasar dan
Kat>uptattffltf.(otadr Provi'1st~~mtlµng, Rf~k~as 2007

campak
87.10
.tan~t!la'm$ -S'I:, 1 81',~ ao,s. '62,',4· '(6,5
l..am~ng ..!elatf>tl 95;3 9S,~ 9B.~ ,83-,4 St.O
tamJ1Mg t'imur ;H)Q,O' -roo.o ~g.t.5. 00,6 ~)5
Lampung lenQ.9~ 97, 1· '93:~ . 96.e 96,7 1tr0,0
Lampung·Utara 94,4 91,3 91,6 so.s .87.5
\A.lay KanaR 94; t 100, 0 1 oe,o · 92;'9 100.0
l'&.d~J;J Baw.ang 93,9 94-,Z 9S.4 81,:.R. 91,2
Bandar Lampung ·100.,0 92,5 84,2 89,7 82,9
~tr_p ice.o 100,0 ~ 100.0 too.o '100,'01
. 896
! '

Menuan tabel 3.23 .jenis imualsasl yan~. palin,.Q banyak qiterim,~~:\ii provinsi kamp1Jng:ad~lah·
jenis irnunisasi polio ~art BOG O~l'Jgaff caktfpaMya. seb.anyak 93,7% dan 93,6%. Daerah
yang . paling tipggi c~1:1~ im~i~asi ;pQliQ'. qan. .adalah ~m. Lamptrrig Timur _d'al'\ Way
Kanah yaitu s~bany~. ~ Of)°{o sedangkan ya119 .cakupannya terendah adalah, di kabupateri
. Tang~~ ~atfl( 8l •.:(.blo. ·~ • •
Cakltfl~m janis lmunlsasl temanyaf<·{:fi l:ftovinsl Lampung'setelah pollo adalah BCG, denqan
cakupan {ei:tingg1 berada di Matro. LatsJpung Tlmur dan Bandar Lampung yaitu masing-
mas~ 'f00% dan ferertdah berada di kahupaten Tanggamus yaitu St, 1 %.

38
Untuk rnempercepat ellmlnasl penyakit polio di seluruh dur:iic;,1, WHO rpembuatrekomendasi
untuk melakukan Pekan lmunisasi Nasional (PIN). Indonesia melakukan PIN dengan
memberikan satu dosis p,olio pada bulan September 1995, '1996, dan 1997. Pada tahun
2002, PIN dilaksanakan kembali denga'n menambahkan imunisasi campak di beberapa
daerah. Setelah adanya kejadian luar biasa (KLB) acute flacid paralysis (AFP) pada tahun
2005, PIN tabun".2005.dilakukan kembali dengan memberikan tiga kali'dosis poliosaja pada
bulan Septemher, Oktober, dan tslovember. Pada-tahun 2006 PfN diulang kernball dua kali/
dosis polio saja y_ang dilakukan pada bulan September dan·Oktober 2006. Denqan adanya
PIN tersebut, frekuensi imunisast polio bisa lebih darrseharusnya. Tetapi WHO menyatakan
bahwa polio sebanyak tiga kali cukup memadai untuk imunisasi dasar polio.
lrnunisasl DPf cakupah terbesarnya berada di.fl/letro qan vyay Kanan sebesar 100% daerah
terendahnya be~ada:c;ii TanggS3~U~ (80,5%). Hepatitis juga ..tertingg1 berada di Metro yaitu
100%. lmunisasi hepatitis B aw~1nya diberikan terplsah dari DPT. "Ietapi sejak tahun 2004
hepatitis B disatukan dengan pemberian DPT rnenladi DPT/HB yang didistribusikan untuk
20% -tarqet, tahun 2005 untukv 50% target, dan tahun 2006 mencakup ~ 00%· target
DPT/HB. V.Valaupun·yaksin DPT{HB sudah dldistrlbusikan' untuk seluruh target, tetapi
pelaksanaan di daerah dapat berbeda tergantung dari stok vaksin DPT dan HB yang masih
terpisah di tiap d,¬ JJerah.
T.abel 3.24
Persentase Anak Umur 12-23 Bulan menurut lmuniasi pasar dan f(arakteristik
Responden di Provinsi Lampung, Ri~kes$!as·2007
Jenis lrnunlsasl
Karakteristik responden
BCG POLIO 3 DPT3' HB3 Cam~ak
Jenis kelamin
Laki-laki 93,7 93,4 92,0 81,4 90,1
Perernpuan 93,4 93,4 93,0 88,0 89,1
Psndldlkan KK
Tidak sekolah 100,0 77,8 77,8 66,7 88,9
SD tidak tamat 87,1 89,7 89,4 82,5 86,6
SD tamat 95,4 95,9 93,8 84,8 ~1.(2
SMP tamat 94,2 94,9 94,8 87,9 94,9
Lanjutan Tabel 3.24
SLTA tamat 96,:1 94,8 96,1 81, 1 80,4
PT 92,3 100,0 100,0 100 100,0'
Pekerjaan KK
Tidak bekerja 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
lbu rumahtangga 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
PN,S/PolrifT.NI 96,7 '97,1 97,0 97,0 91,2
Wiraswasta/swasta 97,1 95,2 92,5 76,7 86,0
Petani/buruh/nelayan
Lainnya
92,4
100,0.
.·93 1
'
100,0
92,4
100,0
82,6
100,0
?.9.7
100,0
Tipe daerah
Kota 96,7 92,1 87,8 90,3 85,1·
Desa 93,1 93,8 94,3 83,5 90,8
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil 1 91,5 91, 1 87,8 79,7 85,7
Kuintil 2 94,2 91,9 93;1 84,1 91,9
Kuintil 3 87,2 92,5 ~3,8 86,0 86,5
Kuintil 4 96,0 98,3 98,3 81,4 90,0
Kuintil 5 100,0 100,0 94,4 97,2 91,7
'

39
Tabel 3.24 menunjukkan persentase cakupan berdasarkan lenis kelamin memperliha\karl
bahwa cakupan penerimaan imunisasi hampir sarna p~e:ta' anak laki-laki' dan ~
perempuan k~li ~imuniSasi D~ dan.~~ dimana pada anak p.er~~pupn sedifijt.~bih
tinggt. • ·
Berdasarkqn ting1saJ perfdidi~Elft4<eaarakeluarga,.yang tidak settolah pada .eakupan irftu~i
BCG merupa~Cjfl' v?nQ tertmggr, yaitu 100%. Pada imunisasi polio, \..k~pala. ke1uatga ,yang
Qqlitapya. meQerirQl;}1jl)1uojs&si, ~rbany_al< adalah yang .kepala.keluarqarwa berpetldrdilah
perguruan tinggi (100%) sedanqkan-yanq.terendah.adalah kepala keluarganya tidak sel<o~
(77,8%). Cakupan jmuni~s> QPT, hepafitls dan campak tertiriggi uitemui pada•balita ~qg
kepala keluprganya berpendidik9n tam~t perQuruan tingg~- vaitu plq,Sl~g-masinQ 1®%
sedangkan· yang. tererrpcrtl 1:f:lt~pat papa ballta yang kep~ra;-kelaar-Sapya ~id~~ .~eK<J1,ah
kecuali pada 'munisasi c~ yaitu pada kepala keluafg~. yang tiry~at peildidJJ<annya
tmlat SLTAt. .,.
B~rda.sarkati, p~k~r~an .Kepate kelt:targa, pada semua lmunlsasl cakupan te~ginya.
berada pada KK yallQ tida,JlbekerJa .ctai:r iburuman tangga yaitu masing-masing. 100%.
Cakuparr imunisasi di desa darr kota' berbeda-beda angkanya. BCG dan 'dan>J'lepatiti!}
cakupannya 1ebih banyak di k'Qtq. Sedangkan untuk polio, DPT dan campak cakupanaya
lebih banyak di desa.
Berdasarkan Tingkat penserwararr ~r kapi~ tampak pada ii'tiunisas~ polio, -SngRanya
meningkat sesuai dengan. seiTla4<'in iingginya' ting Rat ·pengeluaran. f5ada iMGnisasLlain, tidak
terlihat kecenderungan ser,upa~n.bampjr Qi s~ tingRat pellgeluarah tem:ng~~1:1intil
5) angka cakttpart imtmisasir:iya. tertil~ggi ~cualt pad~munisasi DPT yang .furftnggi terdapat
pada kuir'ltil 3.
Tabet 3.25..
Persentase Anal< Umur '12-23 Bu1arr yclng-MendapatBan •m1,1riisasi Da$ar
Lengkap menurut Kabupaten/Kota Di Pro\iinsi Laml)Ytag, Rlskesdas-2(,JG7

lm.bnisasi dasar-
Kabu ~ota
La'mpuag Barat 42,3 .5 ,8 3.B
Tanggamus 57,9 23.7 1M
Lam1?1mg Selatan 53,8 45,0 1,3
L~mpung Timur 46.5 53,5. 0,0
l..amput\9 Tengah 70,6 25;5 2;9
t:.ampu11£t Utara 4&.e 45;8 &,3
We¥:Kaoan ..• 51, 1 ·33,3 5;6
TUl§lng aawang· 54,5 3'9.4 6, 1
Babiiar lampUTI.9 40,9 5.2,3 6,S
Metro 78,0. 25~ ~o
52.~ 42,0 5,?
· • \M't1nisasi lengkap:
8.CG. DPt minlma1 3.kali, Polio-minimal 3 kall, Hepantls 6 mitlimar 3 kali Campak,'rrremJmt
r,

pe1trgaktian. oatatan KMS/K(A.

Cakupan ir:tiunisasi lengk91>·yaitY.. semua jemis im~OiSE!Si¥ctng sudafl dida~~tktth anak emur
12 - 23 btll"ah dapat.:dOihat pada fabel 3.2.5. Tampa1< bahwa tingkat kelengkapan imuni~psi
daSaf ($Tgkap di Latf1Pittl9 (5?,~%1 Jebih tmgg; dart apgka nasiona~{46,2%). Pecsefitl:\S~
cakl,lpan iml!nisasi dSSar anak JUTIUI' 12-23 bulan ;di W9l(tnsi lam('ung secara umu11r'febUi'
tinggi ~~-yang ~gl<ap tt1~11dapatkan irt1tmisaSf(fasar yaitu- $~~9%. ]?a(la,.c1f\ak W'flQf
12-23' buJan yang menaapatkan fmunisas•yflhg rengktfp di "tli bawab angka nasional ada;Jafr
di t.~ung Sarai, \..ampoog.Utara<f$ni3afldar Lampoog.

40
Tabel .3.26. "
Perseritase Anak Umur 12-23 Bulan yang Mendap~tka'n lmunisasi Dasar
Lengkap menurut Karakteristik responden tli Provlns]. Lampung,
Riskesdas 2007
Status lmunisasi
Karakteristik responden
LengkaE Tidak lengka~ Tidak sama sekall
Jenis kelamin
Laki-laki 47,2 46,6 6, 1
Perempuan 57,5 38,2 4,3
Pendldikan KK
Tidak sekolah 31,0 63,8 5,2
SD tidak tamat 43,0 50,6 6,3
SD tamat 44,5 50,8 4,7
SMP tamat 44,1 52,9 3,1
SLTA tamat 44,4 53,1 2,5
PT 43,6 56,4 0,0
Pekerjaan KK
Tidak bekerja 0,0 100,0 0,0
lbu rumah tangga 75,0 25,0 0,0
PNS/Polri/TNI 51,4 48,6 0,0
Wiraswasta/swasta 43,5 47,8 8,7
Petani/buruh/nelayan 55,5 38,3 6,2
Lainnya 50,0 50,0 0,0
Tipe daerah
Kota 49,4 45,7 4,9
Desa 54,1 41,0 4,9
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil .1 51,2 39,3 9,5
Kuintil 2 50,6 44,3 5.1
Kuintil 3 51,9 42,a • ·5,6
Kuintil 4 53,1 45,3 1,6
Kuintil 5 67,6 29,7 2,7
Catatan:
lmunisasi lengkap: BCG, DPT minimal 3 kali, Polio minimal 3 kali, Hepatitis B minimal 3 kali,
Campak, menurut pengakuan atau-catatan KMS/KIA.

Tabel 3.26 menunjukkan persentase cakupan imunisasi dasar anak umur 12-23,.bulan
menurut karakteristik responden. Dilihat dari jenis kelamin maka, cakupan lmunlsasldasar
lengkap nilainya lebih tinggi pada anak· perempuan (57,5%) dibandingkart anak taki-laki
(47,2%). Dilihat dari pendidikan Kepala Keluarga (KK} tidak menunjukkan semakin tinggt
pendidikan membuat cakupan imunisasi lengkap semakin tlrtggi. Dilihat dari pekerjaan KK
rnaka, cakupan imunisasi dasar lengkap angka tertinggi pada KK sebagai ibu rumah tangga
sebesar 75%.
Dilihat dad tipe daerah maka cakupan imunisasi dasar lengkap lebih tinggi di desa (54,1 %)
dibandingkan dengan di kota (49,4%).Bila dilihat dari Tingkat pengeluaran per kapita
(kuintil) ada kecnderungan semakin tinggi kuintil maka angka· cakupan imunisasi dasar
lengkapjuga semakin tinggi.

3.2.2. Pemantauan Pertumbuhan Balita


Pemantauan pertumbuhan balita sangat penting dilakukan untuk menqetahui adanya
hambatan pertumbuhan (growth faltering) secara dini. Untuk mengetahui pertumbuhan
tersebut, penimbangan balita setiap bulan sangat diperlukan. Penimbangan balita dapat

41
dilakukan di berbagai tempat seperti posyandu, polindes, puskesmas atau sarana pelayanan
kesehatan yang lain.
Dalam Riskesdas 2007, ditanyakan frekuensi penimbangan dalam 6 bulan terakhir yang
dikelompokkan menjadi "tidak pernah ditimbang dalam 6 bulan terakhir", ditimbang 1-3 kali
yang berarti "penimbanqan tidak teratur", dan 4-6 kali yang diartik~fl sebaqal "penimbangan
teratur". Data pemantauan pertumbuhan balita ditanyakan kepada ibu balita atau anggota
rumahtangga yang r;nengetahui.
Tabel 3.27
Persentase Balita menurut Frekuensi Penimbangan Enam Bulan Terakhlr
menurut Kabupaten/Kota di Pr:ovinsi Lampung, Riskesdas 20()7
Frekuensi penimbangan (kali)
Kabupaten/Kota
Tdk pernah 1-3 kali > 4 katl-
Lampung·Barat 10,5 43,9 45,6
Tanggamus 22,5 32,6 44,9
Lampung Sela.tan 6,2 33,6 60,2.
Lampung Timur 1,5 28,6 69,9
Lampung Tengah 2,7 49,5 47,8
Lampung Utara 30,9 37,0 32,1
Way Kanan 1,8 30,4 67,~
Tulang Bawang 8,2 58,9 32,9
Bandar Lampung 3,8 37,4 58,8
Metro 0,0 23,5 76,5
Lampung 8,0 38,3 53,7

Tabel 3.27 menunjukkan secara keseluruhan di provinsi Lampu11g 1d~la,m enam bulan
terakhir balita yang ditimbang secara rutin (4 kali atau lebih) sebesar '53,7% lebih tinggi dari
angka nasional (45,4%). Balita yang ditimbang 1-3 kali'38,3% dan hanya 8,0% balita yang
tidak pernah ditimbang. Persentase balita yang tak pernah ditimbang mencapai leblh dari
10% terdapat di Kabupaten Lampung Utara (30,9%), Kabupaten Tanggamus (22,5%)' dan
Lampung Barat (10,5%). Kabupaten/kota yang tingkat penimbangannya paling tinggi (lebih
dari 4 kali) adalah Metro (76,5%).

42
Tabel 3.28
Persentase Balita menurut Frekuensi Penimbangan'Enam Bulan Terakhir
dan Karakteristik Responden di Provinsi Lampunq, Riskesdas 2007

. . Frekuensi penlmbanqan (kali)


J<arakteristik responden.
i..·Tdk pemah ' 1-3 kall ~ 4 kali
Umur (bulan)
6-11 0,5 17,8 81,6
12-23 7,4 31,4 61,3
24-35 8,3 41,7 50,0
36-47 16,5 4'3,2 40,3
48-59 13,0 53,0 33,9
Lanjutan label :,.28
Jenis kelamin
Laki-laki 7,9 35,9 56,2
Perempuan 8,3 40,4 51,3
Pendidikan.KK.
Tidak sekolah 9,8 29,3 61,0
SQ tidak tamat 8,0 40,8 51,1
SD tamat 9,0 33,5 57,4
SMP tamat 6,5 36,8 56,7
SLTA tamat 8,1 38,8 53,1
PT 10,0 48,0 42,0
Pekerjaan KK
Tidak bekerja 0,0 66,7 33,3
lbu rumahtangga 0,0 22,2 77,8
PNS/Polri/TNl/Bl:JMN/BUMD 8,8 41,2 50,0
Wiraswasta/ pegawai swasta 9,0 37,9 53,1
Petani/ buruh/ nelayan 8,0 36,2 q5,8
Lainnya 30,0 30,0 40,0
Tlpe daerah
Kota 11,5 35,3 53,2
Des a 7,0 39,2 53,8
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil 1 · 10,7 35,2 54,2
Kuintil 2 5,7 37,0 57..,3
Kuintil 3 9,1 38,5 52,4
Kuintil 4 6,6 40,3 53,1
Kulntil 5- 6,8 42,9 50,3

Tabel 3.28 memperlihatkan bahwa persentase penimbangan enam bulan terakhir anak 6-59
bulan dapat dilihat pada tabel 3.29. Dalam tabel tersebut terlit1at bahwa umur anak ya·ng
tidak pemah ditimbang paling sering adalah umur 36-47 bulan. Kelompok umur yang paling
sering ditimbang 1-3 kali adalah umur 48-59 bulan (53,0%). Sedangkan yang paling sering
ditimbang lebih dari 4 kali adalah pada kelompok umur 6-11 bulan (81,6%).
Bila dilihat dari jenis kelamin maka anak perempuan-adalah yang paling sering tidak pernah
ditimbang(8,3%) dan juga pada kelompok yang ditimbang 1-3 kali (40,4%) sedangkan yang
paling sering ditimbang lebih atau sama dengan 4 kali adalah anak laki-laki sebenar 56,2%.
Dilihat dari pendidikar1 KK maka, persentase tertinggi yang tidak· pernah ditimbaog pada
tingkat p,endidikan KK Perguruarl' Tinggi (Pn,. sebesar 10,-0%, untuk yang ditimbang 1-3 kali
persentase tertinggi pada juga· pada tingkat pendidikan KK Perquruan Tinggi (Pf) sebesar

43
48,0%, dan untuk yang ditimbang ~ 4 kali berada pada KK tidak pernah sekolah sebesar
61,0%.
Dilihat dari pekerjaan KK maka, persentase tertinggi yang tidak pernah ditimbang pada
pekerjaan KK sebagai \Yiraswast~/ pegawai swasta sebesar 9,0%, untuk yang ditimbang 1-
3 kali persentase tertinggi pada KK yang tiqak·bekerja (66,7%), sedangkan y~ng ditimbang c::
4 kali adalah KK yang rnerupakan ibu rumah tangga.
Berdasarkan Tipe daerah maka persentase yang tidak pernah ditimbang tertinggi berada di
kota (11,5%), untuk penimbangan 1-3 k·ali di Desa (39,2%) lebih tinggi dibandingkan dengan
di kota (35,3%). Penirnbanqan ~ 4 kali di desa dan di kota tidak menunjukkan perbedaan.
Dilihat dari pengeluaran perkapita per bulan (kuintil) rnaka, persentase tertinggi yang tidak
pernah ditimbang pada kuintil 1 (paling miskin) sebesar 10,7%, untuk yang ditimbang 1-3
kali persentase tertinggi pada kuintil 5 (paling kaya) sebesar 42,9%, dan urituk yang
ditimbang ~ 4 kali pada kuintil 2 sebesar 57,3%.
Tabel 3.29
Persentase Balita menurut Tempat Penimbangan Enam Bulan Terakhir dan
Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Tempat pentmbanqan anak ,


Kabupaten/Kota
RS PUSKES POLINO ES POSYANDU Lainn~a
Lampung Barat 1,9 3,8 0,0 84,9 9,4
Tanggamus 1,4 4,2 0,0 85,9 8,5
Lampung Selatan 1,8 1,8 1,3 94,7' 0,4
Lampung Timur 0,7 0,0 3,7 93,3 2,2
Lampung Tengah 1,2 4,7 4,1 79,7 10,5
Lampung Utara 3,5 10,5 1,8 80,7 3,5
Way Kanan 1,8 1,8 0,0 94,6 1,8
Tulang Bawang 4,4 0,0 0,0 88,2 7,4
Bandar Lampung 2,2 16,7 1,4 64,5 15,2
Metro 5,3 5,3 5,3 73,7 10,5
LAMPUNG 1,9 4,8 1,9 84,9 6,4

Tabel 3.29. Pada umumnya anak balita di Provinsi Lampung ditimbang di posyandu (84,9%)
dengan kisaran tertinggi di Kabupaten Lampung Selatan (94,7%) dan terendah di
Kabupaten Bandar Lampung 64,5%. Tempat penimbangan anak selain Posyandu yang
paling banyak dikunjungi adalah Puskesmas (4,8%) dengan kisaran tertinggi peradci di
Bandar LaJ11pung sebesar 16,7% dan terendah berada di Lampung Timur dan Tulang
Bawang sebesar 0%.

44
label 3.30
Persentase Balita nienurut Tern pat Penlrnbanqan Enam Bulan·
Terakhir dan Karakteristik Responden di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Tempat penlmbanqan anak


Kar~kteristik responden. -----....,---'-' ------~·___., _
RS. Puskes Pollndes Posyapdu Lainnya
Umur (bulan)
0-5 3,0 3,0 6,1 73,7 14, 1
6 - 11 1,1 5,3 2,7 84,5 6,4
12-23 2,3 3,9 ,4 8912 4,2
24- ~5 0,5 5,0 1,0 88,6 5,0
36-47 2,7 6,7 2,7 80,5 7,4
48-59 2·, 1 5,2 ,0 87,5 5,2

Lanjutan Tabel "3.30


Jenis1 kelamln
L:aki-laki 1,9. 5,3 1,5 84,~ 7,0
Perempuan 1,9· 4,4 2,1 85,6 6,0
Pendldikan KK
'Tldak sekolah 0,0 7,7 2,6 82,1 7,7
SD tidak tamat 1,9 5,1 1,9 87,S. 3,2
SD tamat 1,7 3,1 ,7 91,0 3,5
SMP tamat 1,6 3,7 4,6 90,5 1,6
SLTA tamat 2,0 5,6 2,6 78,6. 11,2
PT 4,1 10,2 2,0 57,1 26,5
Pekerjaan KK
Tidak bekerja •0,0 0,0 0,0 75,0 25,0
lbu rumahtangga 0,0 0,0 0,0 88,9 11, 1

4,0 5,0 2,0 70,3 18,8


PNS/Polri/TNl/BUMN/BUMD
Wiraswasta/ pegawai
1,8 7,3 1,8 80,0 9,1
swasta
Petani/ buruh/ nelayan 1,8 4,2 2,1 89,0 3,0
Lainnya 0,0 0,0 0,0 75,0 25,0
Tlpe-daerah
Kota 1,7 12,4 1,2 71,4 13,3
Desa 1,9 2,4 2,0 89,5 4,3
Tingkat pengeluaran per
kapita
Kuintil 1 1,7 4,7 0,9 90;6 2,1
Kuintil 2 1,8 6,0 2,3 87,6 2,3
Kuintil 3 1,1 5,9 1,1 85,6 6,4
K4intil 4 2,5 5,6 2,5 81,3 ·8,1
Kuintil 5 3,2 1,9 2,6 75,5 16,8

Berdasarkan Tabet 3.30 tentang persentase tempat penimbangan anak menurut


karakteri$tik responden di provinsl Lar::nJ)uQg, dapat disimpulkan :
Berdasarkan kelompok umur maka t.intuk anak yang ditimbang k~ • RS dan Polinde~
persentase teftinggi ada, pada ketoiTJPok umur 0-5 bulan, yaitu masi_ng,.=masing sebesar
sebesar 3,0% dan 6, 1 %. Tempat penimbangan di puskesmas, persentase tertinggi berada

45
pada kelompok 36-47 bulan sebesar 6,7% sedangkan yang ditimbang di Posyandu
persentasefertlnqql pada k~lompok'umur 12-23 bulan sebe'sar'89,2%,
Dilihat dari jenis kelarnin yang rnenirnbanq ke RS memiliki persentase yang sama antara
anak laki-laki maupun an~kJ?ert:;IJlRUan.Penimbangan anak ke Puskesmas lebih banyak
pada anak laki-laki dlbandlnqkan dengan anak perempuan.Sedanqkan ariak yang ditimbang
di Posyantlo dan Polihdes 'rebih tinggi pada anak perernpuarr. Dilihat dari tingkat pendidikan
KK maka untuk yang ke "RS persentase tertinggi pada tirigkat pendidikan PT sebesar 4, 1 %,
ke Posyandu persentase tertinggi pada pendidikan SD tidak tamat sebesar 91,0%, ke
Puskesmas persentase t~rtinggi pada pendidikan PT sebesar 10,2%.
Dilihat dari pekerjaan K~. yang paling 'serinq melakukan penimbanqan ke RS adalah yang
memiliki pekerjaan PNS/Polri!TNl/BUMN/BUMD sebesar 4,0%, ke Posyandu paling sering
adalah KK dengan pekerjaan sebaqai petani/buruh/nelayan sebesar 89,0%, sedanqkan
yang melakukan penimbangan ke Puskesrnas paling sering adalah KK dengan pekerjaan
wiraswasta/pegawai swasta sebesar 7,3%. Tern pat penimbangan balita yang .P~ling. &~ing
dikunjungi antara balita yang tinggal di kota dan desa terdapat perbedaan. Posyandu l~bih
sering dikunjungi oleh balita di desa dibandingkan di kota, sedangkan di kota lebih tmnyak
yang mengurijungi puskesrnas sebagai tempat penlrnbanqan balitanya
Dilihat dari status ekonomi maka untuk yang ke Posyandu semakin tinggi kuintil maka
semakin rendah persentase anak yang ditimbang ke Posyandu. Tempat penimbangan balita
di RS menunjukkan pola sernakin tinggi kuintil maka persentase balita yang ditimbang ke RS
pun semakln besar. ' ·
Tabel 3.31
Persentase Balita msnurut Kepemilikan KMS
dan Kabupaten/Kofa di Provlnsl Lampung, Riskesdas 2007

'..· .KepemilikanKMS*
Kabupaten/Kota 1 2 3
Lampung Barat 22,2 41,7 36,1
Tanggamus 27,7 38,4 34,0
Lampung Selatan 28,3 57,3 14,4
Lampung Timur 28,6 '54,8 16,7
l.arnpunq Tengah 24,6 58,0 17,4
Lampung Utara 24,6 42,1 33,3
Way Kanan 20,9 50,0 29,1
Tulang Bawang 23,3 59,6 17,1
Bandar Lampung 24,2 56,3 19,5
Metrp 25,9 59,3 14,8
Lampung 25~7 . '52,9 21,4
* Catatan : 1 = Punya KMS dan dapat menunjukkan
2 = Punya KMS. tidak dapat menunjukkan/ disimpan oleh orang lain
3 = Tidak p_unya KMS

Tabel 3.31. Berdasarkan. kepemilikan Kartu Menuju Sehat (KMS) pada ··balita di provinsi
Lampung secara keseturuhan hanya 25, 7% balita yang mempunyai KMS dan dapat
menunjukkannya, sedangkan 52,9% -rnenqatakan mempunyai KMS tetapi tidak dapat
menunJuk~an. Sisanya .sebesar 21,4%, .tidak memiliki KM~.
Bila dilihat per-kabupaten/kota dari ·yang metnpuhyai <Jarl dapat menunjukkan KMS
persentase tertinggj dj kabupaten Lampung Tlrnur sebesar 28,6% dan terendah di
Kabupaten '/Vay KC!nafl sebesar.,tq,9°/o. Q.!lih'at x~ng tldak memiliki °KMS persentase tertinggi
terdapat .dJ l<abupqte,n: 1i-aoopung Barat sebesar 36, ~ ~o· dan terendah di j:ampung Selatan
(14,4%).
Tabel 3.32

46
Persentase Balita Menurut Kepemilikap KMS
dan Karakteristik Re~ponden di Provins! Lampung,, Rlskesdas 2007

Kepemilikan KMS*
Karakteristik responden responden
1 2 3
Umur [bulan],
0-~ 40,4 26,3 33,3
6-11 50,5 34,1 15,4
12-23 38,3 45,3 16,5
24-35 20,7 ... 61,5 17,9
36-47 13,0 63,0 24,0
48-59 &15 •63,7 27,8
Jenis kelarriin
Laki•laki 25,4 54,2 20,4
Perempuan 26,0 51,8 22,2
Pendidikan KK
Tidak sekolah 28,6 46,8 24,7
SD tidak tamat 24,4 50,2 25,4
SD tamat 25,9. 55,5 18,6
SMP tamat 24,0 53,6 22,4
SLTA tamat 30,4 50,6 19,0
PT 17,1 61,4 21,4
Pekerfaan KK
Tidak bekerja 11,8 70,6 17,6
lbu rumahtangga 36,4 54,5 9,1
PNS/Polri/TNl/BUMN/BUMD 24,7 59, 1 16,2
Wiraswasta/ pegawai swasta 25,5 52,4 22,1
Petani/ buruh/ nelayan 26,5 51,7 21,'8
Lainnya 27;8 55,6 16,7
Tipe daerah
Kot a 27,6 52,5 19,9
Desa 25,1 53,1 21,7
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil 1 25,6 54,3 20,1
Kuintil 2 25,8 48,9 25,3
Kuintil 3 24,2 55,0 20,7
Kuintil ~ 26,5 52,7 20,8
Kuintil5 26,8 54,9 18,3
* Catatan : 1 = Punya KM~ dan dapat menunjukkan
2 = Punya KMS, tidak dapat menunjukkan/ dlslrnpan oleh orang lain
3 = Fldak punya KMS

Persentase anak 0-59 bulan yang mempunyai KMS menurut karakteristik responden (lihat
tabel 3.32) dapat disarikan sebagai berikut :
Dilihat dari kelornpok umur persentase kepemilikan KMS dan dapat menunjukkan lebih
tinggi pada anak dibawah umur 12 bulan. Balita yang memiliki dan dapat menunjukkan KMS
persentase te.rtinggi ada pada anak umur 6-11 bulan sebesar 50,5% dan terendah pada
kelompok umur 48-59 bulan sebesar 8,5%.
Berdasarkanjenis kelamin terlihat bahwa persentase anak perempuan sedikit lebih banyak
yang memiliki dan dapat menunjukkan KMS. Sedangkan yang memiliki KMS dan tidak dapat
menunjukkan lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Pada
kelompokyang tidak memiliki KMS lebih banyak pada anak perempuan.

47
Dilihat dari tingkat pendidikan KK maka, semakin tingg,i Jingk~t pendidikan KK tidak
menunjukkan semakin tinggi pula psrsehtase anak yang mempunyai dan dapat
menunjukkan KMS. Pendidikan KK yang menunjukkan. tingkat tertinggi kepemilikan dan
dapat menunjukkan KMS adalah KK yang berpendidikan SLTA tamat·sebesar,.JQ,~%.
Dilihat dari pekerjaan .KK maka kepemilikan dan dapat menunjukkan KMS persentase
tertinggi pada ibu rumah·tangga sebesar 36,4% dan terendah pada KK yang tidak bekerja
sebesar '11,8%.
Dilihat dari Tipe daerah maka kepemilikan dan dapat menunjukkan KMS persentase di Kota
(27,6%) lebi_h tinggi sedikit dibandingkan di.desa (25,1%).
Dilihat dari Tingkat pengeluaran per kapita .(kuintil) terlihat tingkat variasi kepemilikan dan
dapat rnenunjukkan KMS, makiri tinggi kuinfil tidak selalu rnenunjukkan iingkat kepeniilikan
dan dapat, menunjukkan KMS yang .. semakin tinggi. Tingkat kepemilikan KMS tertlnggi
.berada pada kuintil 5 yaitu sebesar 26,a% sedangkan yang terendah berada pada kuintil 3
sebesar 24,2%. · '
Tabel 3.33
Persentase Kepemilikan Buku KIA pada Balita
menurut Kabupaten/Kota dtProvinsi Lampung, Riskesdas 2007

Kepemilikan buku KIA*


Kabupaten/Kota
1 2 3
Lampung Barat 12,0 20,4 67,&
T~nggamus 17,2 21,2 61,6
Lampung Selatan 4,2 22,0 73,7
Lampung Timur 10,5 19,4 70,2
Lampung Tengah 9,7 24,5 65,8
Lampung Utara 16,8 16,0 67,2
Way Kanan 14,3 36,9 48,8
Tuiar'lg Bawang 4,9 14,6 80,6
Bandar Lampung 9,8 24,7 65,5
Metro 11,5 42,3 46,2
Lampung . 9,9 22,2 68,0
" Catatan : 1 = Punya Buku KIA dan dapat menunjukkan
2 =Punya Buku KIA, tidak dapat menunjukkan/ disimpan oleh orang lain
=
3 Tidak punya BuRu KIA

Tabet 3.33. Anak yang mempunyai KIA dan dapat menunjukkan di Provinsi Lampung hanya
mencapai 9,9% dengan kisaran tertinggi 17·.~9/o -di kabupaten Tanggamus dan tereadah-
4,2°/o di Lampunq Self!tC!n. Sedanqkan jumlah yang memilil<i bllku KIA dan tidak dapat
menunjukkan mencapai 22,2% sisanya adalah yang tidak mernpunyal KIA, yaitu sebesar
68,0%.

48
Tabel 3.34
Persent.ase Kepemilikan Buku KIA pada Balita menurut
Karakterlstik Responden di Provlnsl Lanipung, Riskesdas 2001

Kepemillkan buku KIA*


Karakteristik responden
1 2 3-
Umur (bulan)
6-11 23,3 18,3"' 58,4
12 ... 23 12,6 21,4 66,0
24 ';"' 35 5,6 22',4 72,1
36-47 4,9 22,8 72,3
48-59 1,5 27,2 71,3
Jenis kelamin
Laki-laki 1q,1 22,4 ,67,5
Perempuan ' 9,7 22,0 68,4
'Lanjutan Tabe) 3.34
Pendidikan KK
T!dak sekolah 6,9 16,7 76,4
SD tidak tamat 8,1 22,0 69,8
SD tamat 10, 1 f.2,6 67,3
SMP tamat 9,9' 19,0 71, 1
SLTA tamat
PT
11,9
11,6
.
~5'~
36,2
62,7
52,2
Pekerjaan KK
Tidak bekerja 17,6 17,6 64,7
lbu rumahtangga 11, 1 33,3 55,6
PNS/Polri/TNl/BUMN/BUMD 10,5 30,8 58,7
Wiraswasta/ pegawai swasta 12,2 23,6 64,2
Petani/ buruh/ nelayan 9,4 21,1 69,5
Lainnya 0,0 35,3 64,7
Tipe daerah
Kota -10,7 ~5.5 63,7
Desa 9,6 21,3 69,1
c
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil 1 7,4 21,6 71, 1
Kuintil 2 10,9 20,2 68,9
Kuin~il 3 10,9 25,7 63,4
Kuintil 4 10,4 20,5 69,1
Kuintil 5 10, 1 23,5 66,4
* Catatan: 1 = Punya Buku KIA dan dapat menunjukkan
2-= Punya Buku KIA, tidak dapat menunjukkan/ disimpan oleh orang lain
3 = Tidak punya Buku KIA

Persentase anak 0-59 bulan yang mempunyai buku KIA menurut karakteristik responden
(lihat tabel 3.34) dapat disarikan sebagai berikut:
Dilih~t darl- jenis kelompok umur maka kepemilikan dan dapat menunjukkan buku KIA
persentase tertinggi pada urnur 6-11 bulan sebesar 23,3% dan terendah pada umur 48-59
bulan sebesar 1,5%. ·
Berdasarkanjenis kelamin maka tidak terdapat perbedaan yang besar antara kepemilikan
dan dapat menunjukkan buku KIA pada anak laki-laki dan anak perempuan. Begitu juga
halnya dengan tipe daerah Tipe daerah.

49
Dilihat dari tingkat pendidikan KK maka balita yang memllikl dan dapat menµnjukkan buku
KIA persentase tertinggi pada tamat SLTA sebesat'11,9% dan terendah pada KK yang tidak
sekolah (6,9%).a.. ~
Dilihat dari pekerjaan KK maka, kepemilikan dan dapat menunjukkan buku KIA persentase
tertinggi pada Kl.{ yang tidak bekerja, yaitu sebesar 6,6% .dan terendah pada .pekerja lain-
lain sebesar 0,0%.
Dilihat dari status ekonomi berdasarkan Tingkat pengeluaran per kapita (kuintil) maka,
semakin tinggi kuintil (sampai kuintil 3) semakin tinggi pula persentase anak yang
mempunyai dan dapat menuniukxen buku KIA. Pada kuintil 4 dan kuintil 5 memiliki
persentase yang sedikit lebih rendah dari pada kuintil 3.

3.2.3. Distribusi Kapsul Vitamin A


Kapsul vitamin A diberikan seiahun dua kali pada bulan Februari dan Ag1,.1stus, sejak anak
berusia enam bulan. Kapsul merah (dosis 100.000 IU) diberikan untukbayl umur 6 - 11
bulan dan kapsul biru (dosis 200.000 IU) untuk anak umur 12 - 59 bulan.

Tab~l 3.35
Perse,ntaseAnak Um.ur 6-59 Bu,lan yang Menerima Kapsul Vitamin A
Menurut Kab\Jp~ten di Provinsi Lampung, Riskesdas ?007

Kabupaten/Kota Menerima kapsul vitamin A


Lampung Barat 70,5
Tanggamus 59,6
Lampung Selatan 70,6
Lampung Timur 58,3
Lampung Tengah 58,0
Lampung Utara 59,5
Way Kanan 45,1
Tulang Bawang 56,8
Bandar Lampt.ihg 64,6
Metro 69,2
Lampung 62,0

Tabel 3.35 memperlihatkan cakupan pemberian kapsul Vitamin A di Provinsi Lampung untuk
anak umur 6-59 bulan mencapai 62,0% dengan rentanqan tertinggi di Kabupaten Lampunq
Selatan (70,6o/o) dan Lampung Barat (70,5%) sedanqkan cakupan terendah terdapat di Way
Kanan 45, 1 %. ·

50
. ~ Tabel 3.36 .,. 1
Persentase Anak Umur ~-59 B}J!an yang Menerima Kapsu! Yitamin A menurut
Karakteristik Responden di Provinsi Lampung, Rlskesdas 20Q7
Menerima kapsul
Karakteristik responden respcnden
vitamin A
Umur (bulan)
6-11 63,4
12-23 73,4
24-35 67,7
36-47 62,5
48-59 54,8
Jenis kelamin
Laki-laki 60,3
Perempuan 63,5
Pendidikan KK
Tidak sekolah 60,0
SD tidak tamat 58,2
SD tamat 59,8
SMP tamat 66,1
SLTA tamat 60,7
PT 73,5
Pekerjaan KK
Tidak bekerja 50,0
lbu rumahtangga 72,7
P"l,S/Polri/TNllB.UMN/BUMD 70,3
Wiraswasta/ pegawai swasta 57,6
Petani/ buruh/ nelayan 61,3
Lalnnya, 52,9
Tipe daerah
Kota 63,5
Des a 61,6
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil 1 64,0
Kuintil 2 65,1
Kuintil 3 51,9
Kuintil 4 65,1
Kuintil 5 . 63,7

Tabet 3.3S:memperlihatkanpersentasecakupan pemberian kapsul vitamin A yang dapat


disimpulkansebagai berikut :
Dilihat dari umur maka, cakupan pemberian kapsul vitamin A-tertinggi pada kelornpok umur
12-23 bulan sebesar 73,4°/o, dan terendah pada kelompok umur Q-5 bulan sebesar 19,3%.
Cakupan pernberian kapsul vitamin A pada anak perempuan sedikit lebih tinggi
dibandingkan pada anak laki-laki.
Dilihat darl tingkat pendidikan KK cakupan pemberian vitamin A paling tinggi dijumpai pada
KK yang berpendldlkan PT sebesar 73,5% sedangkan terendah terdapat pada KK yang
berpendidikanSD tidak tamat sebesar 58,2%.
Dilihat dari pekerjaan KK maka cakupan pemberian vitamin A tertinggi terdapat pada KK
yang merupakan ibu rumah tangga sebesar 72,7% dan terendah pada KK yang tidak
bekerja sebesar 50,0%. Cakupan pemberian kapsul vitamin A di kota sedikit lebih tinggi
dibandingkandi desa.

51
Bila dilihat .fi.ari tinglkat pengeluaran per kaplta.per bulan (Kuintil) rnaka cakupan pemberian
vitamin A tertinggi pada kuintil 2 dan kuintil 4 masing::'masing sebesar 65, 1 % dan terendah
pada kuintil 3 sebesar 51,9%.

3.2.4. Cakupan Pefayanan Kesehatan lbu Dan Bayi


Dalam Riskesdas 2007, dikumpulkan data tentang pemeriksaan kehamilan, jenis
pemeriksaan kehamilan, ukuran bayi lahir, penimbangan bayi lahir, pemeriksaan neonatus
pada ibu yang rnempunyal bayi. Data tersebut dikumpulkan dengan rnewawancaral ibu yang
mempunyai bayi umur 0 - 11 bulan, dan dikonfirmasi dengan catatan Buku
KIA/KMS/catatan kelahiran.
Tabel 3.37 memperlihatkan persepsi ibu tentang ukuran bayi saat dilahirkan, walaupun
berat badan bayi lahir tidak diketahui. Bayi lahir dengan berat badan normal di Provinsi
Lampung mencapai 72,5% sedangkan yang besar 18, 1 % dan hanya ~,4% saja yang
tergolong kecil. Bayi yang terlahir normal tertinggi di Kabupaten· Lampung Barat 92,3% dan
terendah di Kabupaten ·Lampung tengah 55,1%. Untuk .persepsl berat bayi lahir besar,
persentase tertinggi di Lampung Tengah sebesar 28,6% dan terendah di lampung Utara.
Sebanyak 9,4% ibu mempunyai persepsi bayinya lahir kecil, tertinggi di Lampung Tengah
(16,3%). Terdapat 4 kab"Upaten dimana ibu fldak ada yang berpersepsi bayinya lahir kecil,
yaitu di Lampung Barat, Tulang Bawang dan Metro.

Tabel 3.37
Persentase lbu menurut Persepsi tentanq Ukuran Bayi Lahir dan
Kabupaten/Kota di Provinsi Lampunqj' Rlskesdas 200-7

BB lahir menurut persepsi ibu


Kabupaten/Kota
Kecil Normal Besar
Lampung Barat 0,0 92,3 7,7
Tanggamus 11,5 65,4 23,1
Lampung Selatan 7,3 80,0 12,7
Lampung Timur 10,3 64,1 25,6
Lampung Tengah 16,3 55,1 28,6
Lampung Utara 13,3 86,7 0,0
Way Kanan 7,1 71,4 21,4
Tulang Bawang 0,0 90,5 9,5
B,andar Lampung 10,3 75,9 13,8
Metro 0,0 75,0 . 25,0'
Lampung 9,4 72,5 18,1'
Catatan: Kecil : Sangat kecil + Kecil
Normal : Normal
Besar : Besar+ Sahgat besar

52
Tabel 3.38
Persentase lbu menurut P~rsepsi tentanq Ukuran Bayi Lahfr darr Karakteristik
.
Responden·di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
BB Lahir Menurut Persepsi lbu
Karakteristik responden
Kecil Normal Besar
Jenis kelamin
Laki-laki 7,8 69,5 22,7
Perempuan 11,5 74,1 14,4
Pendldikan 'KK
Tidak sekolah 9,1 72,7 18;2
SD tidak tamat 6,7 71,1 22,2
SD tamat 6,8 17,0 16,2
SMP tamat 12,0 68',0 20,0
SLTA tamat 10,2 72,9 16,9
PT 9,1 54,5 36,4
Lanjutan Ti:Jbel 3.38
Pekerjaan KK
Tida~ bekerja 0,0 100,0 0,0
lbu rumahtangga 100,0 0,0 0,0
PNS/Polri/TNl/BUMN/BUMD 10,5 68,4 21,1
Wiraswasta/ pegawai swasta 4,4 73,3 22,2
Petani/ buruh/ nelayan 8,9 72,8 18,3
l.ainaya 100,0 0,0 0,0
Tipe daerah
Kota 7,3 74,5 18,2
Desa 10,0 71,9 18, 1
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil 1 16,2 78,4 5,4
Kuintil 2 12,2 82,9 4,9
Kuintil 3 13,7 78,4 7,8
Kuintil 4 2,0 88,2 9,8
Kuintit 5 10,4 85,4' 4,2
Catatan: Kecil : Sangat kecil + Kecil
Normal : Normal
Besar : Besar + Sangat besar

Ukuran bayi lahir berdasarkan persepsi ibu dapat dilihat padaTabel '3.39. Pada tabel
tersebut terlih~tr. bahwa persentass pada perempuan ibu yang mempunyai bayi laki-lakl
mengatakan bahwa ukuran bayinya besar dibandingkan denqan ibu yang memiliki bayi
perempuan.
Berdasarkan pendidikan KK maka, persepsi ibu terhadap berat bayi lahir untuk kategori
kecil, persentase tertinggi pada SMP tamat (12,0%) dan terendah pada SQ tidak tamat
(6,7%). Untuk kateqorinormal, persentase tertinggi pada SD tamat (77,Q%) dan terendah
pada KK dengan tingkat pendidikan PT (54,5%). Untuk kateqori besar, persentase tertinggi
pada pendidikan PT (36,4%) dan terendah pada SD tamat (16,2%).
Berdasarkan pekerjaan KK maka, persepsi ibu terhadap berat bayi lahir untuk kategori kecil,
persentase tertinggi pada tidak bekerja (14,6%) dan terendah pada pekerjaan lainnya
(9,1%). Untuk kategori normal, 'perse.itase tertinggi, pada PNS/PolrifTNI (75,9%) dan
terendah pada ibu rumah tangga (67,6%). Untuk kategori besar, persentase tertinggi pada
wiraswasta (21,2%) dan terendah pada PNS/PolrifTNI (10,3%).
Dilihat berdasarkan Tipe daerah maka, .persepsi ibu terhadap berat bayi lahir kategori kecil,
desa persentasenya lebih tinggi yaitu 10,0% sedangkan kota 7,3%. Untuk bayi lahir menurut

53
persepsi ibu dalam kateqorl normal di kota lebih tinggi yaitu 74,5% -sedanqkan di desa
71,9%. Kategori bayi lahir menurut persepsi ibu dalam kateqori besar tidak menunjukkan
perbedaan aatara desa dan kota .

Berdasarkan status ekonomi (kuintil) maka, persepsi ibu terhadap berat bayi lahir untuk
kategori kecil, persentase tertinggi pada kuintil 1 (16,2%) dan terendah pada kuintil 4 (2,0%).
Untuk kategori normal persentase tertinggi pada kuintil 4 (88,2%) dan terendah pada kuintil
1 dan 3 (78,4%). Untuk kategori besar, persentase tertinggi pada kuintil 4 (9,8%) dan
terendah pada kuintil 5 (4,2%).
Tabel 3.39
Persentase Berat Badan Bayi Baru lahir 12 Bulan Terakhir menurut
KabupateniK'Ofa di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Berat badan lahir {gram)


Kabupaten/Kota
< 2500 2500-3999 > 4000
Lampung Barat 0,0 100,0 0,0
Tanggamus 8,3 83,3 8,3
Lampung ·Selatan 9,8 82,4 7,8
Lampung Timur 11,4 80,0 8,6
Lampung Tengah 12,8 84,6 2,6
Lampung Utara 18,2 63,6 18,2
Way Kanan 0,0 100,0 0,0
Tulang Bawang 0,0 94,1 5,9
Bandar Lampung 20,7 75,9 3,4
Metro 0,0 100,0 0,0
Lampung 10,6 83,3 6,2 ,
Catatan: Sumber informasi berat bayi baru lahir: Buku KIA, KMS, catatan kelahiran

Tabel 3.39 rnemperlihatkan data berat badan lahir yang merupakan data mengenai hasil
penimbangan berat badan lal1ir, data ini hanya diambil dari catatan, baik berupa catatan di
buku KIA, KMS atau catatan lalnnya, .Secara umum persentase berat badan ,bayi baru lahir
di provinsi Lampung paling banyak berada pada kisaran 2500-3999 gram- dan tertinggi
berada di Lampung Barat, Way Kanan, dan Metro sebanyak 100%. Persentase berat badan
lahir kurang dari 2500 gram (Berat Bayi Lahir Rendah atau BBL~) terbanyak .berada pada
kota Bandar Lampurig sebesar 20,7%. Sedangkan perS'enf~se berat .badan laliir sama
denqarratau iebih dari:4ooo-'9ram'paling'banya~ ditemui d(Lav:ipung Utara sebesar 1a;2o/o.
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di provinsi Lampung sebesar 10,6% dan sedikit lebih .baik
dari angka nasional yaitu 11,5%.

54
Tabel 3.40
Pers-entase Berat Badan'Bayi Baru Lahir 12 B.ulan, t~rakhir Mermrut
Karakteristik responden di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Karakteristikresponden Beratbadanlahir (gram)
< 2500 2500-3999 > 4000
Jenis kelamin
Laki-laki 10,0 80,9 9,1
Perempuan 10,3 86,2 3,4
Pendidikan KK
Tidak sekolah 12,5 75,0 12,5
SD tidak tamat 2,7 83,8 13,5
SD tamat 12,1 86,2 1,7
SMPtamat 17,0 74,5 8,5
SLTA tamat 5,7 90,6 3,8
PT 10,0 80,0 10,0
Pekerjaan KK
Tidak bekerja 0,0 100,0 0,0
lbu rumahtangga 100,0 0,0 0,0
PNS/PolrifTNl/BUMN/BUMD 11, 1 83,3 5,6
Wiraswasta/ pegawai swasta 12,5 85,0 2,5
Petani/ buruh/ nelayan 8,7 83,3 8,0
Lainnya 0,0 100,0 0,0
Tipe daerah
Kota 11,3 84,9 3,8
Desa 10,3 82,8 6,9
Tingkat pengeluaran per kr>pita
Kuintil 1 16,2 78,4 5,4
Kuintil 2 12,2 82,9 4,9
Kuintil 3 13,7 78,4 7,8
Kuintil 4 2,0 88,2 9,8
Kuintil 5 10,4 , 85,4 4,2
Catatah: Sumber informasi berat bayi baru lahir: Buku KIA, KMS, catatan kelahlran.

Gambaran yang diperlihatkan tabel 3.40 merupakan persentase berat badan lahir
berdasarkan catatan menurut karakteristik responden adalah sebaqal-berlkut:
Diljhat dari jenis kelamin maka .untuk kateqorl 2500-3999 gram perempuan (86,2%) lebih
tinggCdibandingka.n dengan lakl-lakl (80,9%). Untuk berat badan lahir ~· 4000 gram
persentase pada laki-laki 9, 1 % lebih tinggi dari perempuan 3,4%. Untuk kategori < 2500
gram perseritase pada perempuan (10,3%) lebib tinggi sedikit dibandingkan pada laki-laki
(10,0%).
Dilihat dari pendldlkan l<K maka, untuk kateqort < 2500 gram persentase tertinggi pada SMP
tamat sebesar 17,0% dan terendah pada SD tidak tamat ·2,7%. Untuk Rategori-2500-3999
gram, persentase tertinggi pada SLTA tamat sebesar 90,6% dan terendah pada SMP tamat
sebesar 74,5%. Untuk kategoii ~ 40QQ gram, persentase tertinggi pada .SD tidak tamat
sebesar 13,5% dan terendah pada SD tamat sebesar 1, 7%. ·
Dilihat dari pekerjaan KK, maka, untuk kategori < 2500 gram persentase tertinggi pada ibu
rumah tangga sebesar 100,0% dan terendah pada tidak bekerja sebesar 0,0%. Untuk
kategori 2500-3999 gram, persentase tertinggi pada tiqak bekerja sebesar 100,0% dan
terendah pada pekerjaan ibu rumah tangga sebesar 0,0%. Untuk kategori ,~ 4000 gram,
persentase tSrtihggi pada pekerjaan petani/buruh/nelayan 8,0% dan tereridah pada tidak
bekerja dan ibu rumati tang'ga se6esar 0,0%.
Menurut Tipe daerah maka, berat badan lahir kategori 2500-3999 gram persentase di Kota
(84,9%) lebih tinggi dibandingkan di Desa (82,8%). Untuk kategori < 2500 gram kota juga

55
lebih tinggi sebesar 11,3%, dan .::: 4000 gram sebaliknya, persentase di desa lebih tinggi
dibandingkan di kota yaitu 6,9%.
Berdasarkan kuintil (status ekonomi) maka, untuk kategori < 2500 gram persentase tertinggi
pada kuptil 1 sebesar 16,2% dan terendah pada kuintil 4 sebesar 2,0%. Untuk kategori
2500-3999 gram, persentase tertinggi pads kuintil 4 sebesar 88,2% dan terendah pada
kuintil 1 dan 3 sebesar 78,4%. Untuk kategori.::: 4000 gram, persentase tertinggi pada kuintil
4 sebesar 9,8% dan terendah pada kuintil 5 sebesar 4,2%.

Tabel 3.41
Cakupan Pemeriksaan Kehamilan lbu yang Mempunyai Bayi
menurut Kabupaten di Provinsi Larnpunq, Riskesdas·2007

Kabupaten/Kota ' Periksa hamil


Lampung Barat 84,6
Tanggamus 92,3
L.lilmpung Selatan 100,0
Lampung Timur 92,3
Lampung Tengah 100,0
Lampung Utara 86,7
Way Kanan 100,0
Tulang Bawang 100,0
Bandar Lampung 93,1
Metro 100,0
Lampung 95,8

Kriteria pemeriksaan kehamilan tidak ditanyakan kepada semua ibu tetapi hanya pada ibu
yang memiliki bayi (< 12 bulan), ibu ditanya ten~~mg jenis pemerlksaan kehamilan apa saja
yang pernah diterima. Diidentifikasi ada 8 jenis pemeriksaan kehamilan yaitu : a.
pengukuran tinggi badan, b.pemeriksaan tekanan darah, c . pemeriksan tinggi fundus
(perut), d. pemberian 'tablet Fe, e: pemberian imuaisasi TI, f. penimbangan berat badan, g.
Pemeriksaan hemoglobin, dan h. pemeriksaan urine.
Riwayat pemeriksaan kehamilan pada ibu yang mempunyai bayi terdapat pada Tabel 3.41
yang memperlihatkan secara keseluruhan persentase cakupan pernerlksaan kehamilan -di
provinsl Lampung relatif tinggi yaitu 95,8%. Berdasarkan' kabupaten/kota pemeril<s~ian
kehamitan di Lampung Selatan, Lampung Tengah, Way Kanan, Tulang Bawang dan Metro
telah mencapai 100%.
Gambaran cakupan -pemeriksaan kehamilan menurut karakteristik responden dapat
disarikan sebagai berikut (lihat tabel 3.42) :
Berdasarkan tingka1 pendidjkan, KK rnaka persentase- periksa hamil tertinggi. pada tidak
sekolah dan PT sebesar 100,0% dan Jerendah pada sp.tamat sebesar-94,6%. Dilihat dari
pekerjaan KK maka persentase periksa hamil tertinggi pada tidak bekerja, ibu rumah
tangga, dan wiraswasta sebesar 100,0% dan terendah pada PNS/Polri/TNl/BUMN/BUMD
sebesar 94, 7%.
Dilihat dari Tlpe daerahmaka persentase perjksa hamil di desa (96,2,%}-se,cjikiH~bih tinggi
dibanQingkan di .f<ota' (~4,.9%). M~nurut status ekonomi (ku!ntil) maka, persentase periksa
hamil tertinggi pada kuintif'1 sebesar 97,8% dan terendah pada kuintll 3,sebesar 93,8%. r

56
Tabel 3.42
Cakupan Pemeriksaan Kehamllan lbu vang Men;tpunyai Bayi , ,
menurut Karakteristik responden di, Provinsi U~mpung, Riskesdas 2007

Karaktertstlk responden Periksa hamil


Pendidikan KK
Tidak sekolah 100,0
SD tidak tamat 97,8
so't~mat 94,6
SMP tamat 98,0
SLTA tamat ,95,0
PT 100,0
Pekerjaan KK
Tidak bekerja 100,0
lbu rumahtaogga 100,0
PNS/Polri/TNl/BUMN/BUMD 94,7
Wiraswasta/peQawai swasta 100,0
Petani/ buruh/ nelayan 96,2
Lainnya 50,0
Tipe daerah
Kota 92,9
Desa 96,2
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil 1 97,8
Kuintil 2 93,8
Kuintil 3' 9~ 6
I

Kuintil 4 96,8
Kuintil 5 96,2

57
Tabel 3.~3
Persen"tase lbu yang Mempunyai Bayt menurut Jenis Pemeriksaan Kehamilan
dan Kabupateri di Provinsi Larhpur1g, Rlskesdae 2007

Jenis pemeriksaan*
Ka bu paten
a b c d e f g h
Lampung Barat 45,5 100,0 100,0 81,8 90,9 90:9 ,0 ,0
Tanggamus 75,0 100,0 100,0 100,0 95,8 100,0 26,7 18,8
Lampung Selatan 51,9 100,0 90,4 92,5 98,0 98,1 30,8 43,4
Lampung Timur 51,4 100,0 100,0 97,2 97,2 97,2 14,3 17,1
Lampung Tengah 32,0 98,0 87,8 ·88,9 88,6 98,0 2,9 25,0
Lampung Utara 23,1 100,0 84,6 92,9 69,2 92,9 14,3 15,4
Way Kanan 64,3 100,0 90,9 85,7 100,0 100,0 0,0 0,0
Tulang Bawang 76,2 95,2 88,9 95,2 95,2· 100,0 11, 1 10,0
Bandar Lampung 59,3 96,3 85,2 88,9 85,2 96,3 11,5 14,8
Metro 50,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 50,0 50,0
LamEung 51,8 98,8 91,7 92,5 92,6 97,6 15,8 22,6
Jenis pelayanan kesehatan:
a = pengukuran tinggi badan e = pemberian imunisasi TT
b = pemeriksaan tekanan darah f = penimbangan berat badan
c = pemeriksan tinggi fundus (perut) g = pemeriksaan hemoglobin
d = pemberian tablet Fe h = pemeriksaan urine

Tabel 3.43 menunjukkan delapan jenis pemeriksaan yang dilakukan pada ibu hamil. Secara
keseluruhan di Provinsi Lampung pemeriksaan yang paling sering dilakukan pada ibu hamii
adalah pemeriksaan tekanan darah (98,8%) dan penimbangan berat badan (97,6%).
Sedangkan jenis pemeriksaan kehamilan yang jarang dilakukan pada Jbu hamil adalah
pemeriksaan hemoglobin (15,8%) dan pemeriksaan urine (22,6%).

58
Tabel 3.44
Persentase lbu yang Mempunyai Bayi menurut Jenis Penieriksaan Kehamilan·
menu rut Karakterlstlk Responden di Provlnel Lampung, Riskesdas 2007

Karakteristik Jenis pemeriksaan*


responderi a b' c d e f h
Pendidikan KK
Tidak sekolah 63,6 100,0 90,9 100,0 100,0 100,0 11, 1 11, 1
SD tidak tamat 36,4 100,0 82,5 90,0 90,2 95,5 18,9 26,8
SD tamat 61,4 100,0 92,3 95,5 94,0 95,8 13,3 27,7
SMP tamat 42,9 98,0 95,7 91,3 89,6 100,0 22,2 29,2
SLTAtamat 59,6 98,2 94,6 94,2 96,3 98,2 14,3 17,3
PT 40,0 90,0 80,0 90,0 60,0 100,0 20,0 0,0
Pekerjaan t.<K.
Tidak bekerja 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 0,0 0,0
lbu rumahtangga 0,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 0,0 0,0
55,6 94,7 88,9 94,4 77,8 100,Q 16,7 16,7
PNS/Polri/TNl/BUMN/BUMD
Wiraswasta/ pegawai
51,2 97,7 97,6 95,2 100,0 97,7 '16,3 15,9
swasta
Petani/ buruh/ nelayan 52,0 99,4 89,7 92,5 91,7 97,1 16,3 26,5
Lainnya 0,0 100,0 0,0 0,0 0,0 1go,o 0,0 0,0
Tipe daerah
Kota 61,5 9a,1 86,5 94,2 90,4 96,2 13,5 19,2
Desa 50,0 98,5 92,6 93,0 9~,2 98,0 17,0 23,9
Tingkat pengeluaran per
kapita
~uintil 1 50,0 97,7 92,7 95,0 92,9 97,8 14,3 24,4
Kuintil 2 60,0 100,0 86,7. 86,4 86,7 95,6 j4,0 20,5
Kuintil 3 43,4 98, 1 90,0 97,9 -92,0 98,1 20,9 31,9
Kuintil 4 60,0 98,3. 87,9 94,6 96,6 96,7 12,7 12, 1
'Kuintil & 48:o 100,0 97,9 91,8 89,8' 100,0 17,4 27,1
Jenis pelayanan kesehatan:
a = penqukuran tinggi badan =
e peT~erian imunisasi TT
=
b pemerlksaan jekanan darah f = penlrnbanqan berat badan
c = pemeriksar1 ti/)ggi fuhdus (perut) g = pemertksaan hemoglobin
d = pemberian tablet Fe h = pemeriksaan urine

Tabel 3.44 memperlihatkan persentase jenis pelayanan pada pemeriksaaan kehamilan


menurut karakteristik responden adalah sebagai berikut :
Dilihat dari perfdidikan KK maka, persentase pengukuran tinggi badan tertinggi pada KK
yang tidak sekolah sebesar 63,6°/o dan terendah pada SD tidak tamat sebesar 36,4%. Untuk
pemeriksaan tekanan darah, persentase tertinggi pada tidak sekolah, SD tidak tamat dan
SD tamat masing~masiRgsebesar 100,0% dan terendah pada PT sebesar 90,0%. Untuk
pemeriksaan ting~i fundus, persentase tertinggi pada SMP tamat sebesar ,85,7% dan
terendah pada Pr sebesar 80,0%). Untuk pemberian tablet Fe, persentase'fertinggi pada
tidak sekolah sebesar 100,0% dan terendah pada SD tidak tamat dan PT sebesar 90,0%.
Untuk pemberian imunisasi TT, persentase tertinggi pada tidak sekolah sebesar 100% -dan
terendah pada RT, sebesar 60,0%. Untuk penimbangan berat badan, persentase tectinggi
pada tidak sekolah, SMP tamat dan PT sebesar 100,0% dan terendah pada SD tidak tamat
sebesar 95,5%. Untuk pemeriksaan hemoglobin, persentase tertinggi pada SMP tamat
sebesar 22,2% dan terendah pada tidak sekolah sebesar 11, 1 %. Untuk pemeriksaan urine,
persentasetertinggi pada PT+ sebesar 29,2% dan terendah pada PT sebesar 0,0%.

59
Berdasarkan pekerjaan KK maka, persentase pengukuran tinggi badan tertinggi pada IQ(
tidak.~ be~erja sebesar 100% dan- terendah ·Rada, ibu rurnah- tangga sebesar OlO~. Untuk
pemeiiksaari tekanan darah, persentase· tertinggi pada KK tidak bekerja dan ibu rumah
tangga 100,0% dan terendah pada PNS/PolriffNl/BUMN/BUMD sebesar 94,7%. Untuk
pemeriksaan tinggi fundus, •. persentase 'tertinggi pada KK tidak bekerja- dan ibu r.umah
tangga sebesar 100,0% dan terendah pada PNS/Polri/TNl/BUMN/BUMD sebesar. 88,9%.
Untuk pemberian tablet Fe, persenlase tertinggi pada KK tidak bekerja dan ibu rumah
tangga sebesar 100,0% dan terendah pada petani/buruh/nelayan sebesar 92,5%. ·Untuk
pernberian.imuntsasl TI, persentase tertinggi pada KK tidak t>ekerja dan ibu rurnah tangga
sebesar 100,0% dan terendah petani/buruh/nelayan sebesar 91,7%. Untuk penimbanqan
beret badan, pefsentase tertinggi pada ·KK tidak bekerja, ibu rumah tangga dan
PNS/Polri/TNl/BUMN/BUMD sebesar ) 00,0% dan terendaf pada Petani/Buru.h/Ne)ayan
sebesar 97,)%. Untuk pemeriksaan hemoglo.bin, persentase tertinggi pada PNS/PolrifINI
sebesar 16,7%. Untuk pemeriksaan Urine, persentase tertinggi pada petanl/buruh/nelayan
sebesar·26,5% dan t~rendah pada !<K tidak bekerja dan ibu rumah tangga sebesar' 0% ..
Dilihat 'dari' tipe da~rah maka 'persentase pengukuran tinggi badan di kota (61,5%>) lebih
tinggi c;liba[ldingkan .di.desa (50,9%). Untuk persentase pernerlksaan tekanan darah antara
Kota dan Desa nilainya tidak jauh berbeda. Untuk perneriksaan 'tinggi fundus, pei"sentase di
Desa. (92,6%) lebih tinggi dibandingkan di Kota (86,5%). Untuk pemberian 'fablet Fe,
persentase di kota (94,2%r sedikit lebih tinggi dibandingkan di desa(93,0%). l:Jntuk
pemberian fmumsasl TT, persentase di desa (92,2°!o) tebih tinggi dibandinqkan di 'kota
(90,4%). Untuk pehirnbanqan berat badan, persentase di desa (98,0%) lebih tirigggi
dibandingkan di kota (96,2%).Untuk _pemeriksaan hempglobin, perssntase di desa (17:0%)
lebih tinggi dibaridin~kan di kota (13,5%). Dan untuk pemerikSaan urine, persentase di desa
(23:9%) lebih tinggi dib:=mding'ka di kota (19,2%). • .
Dilihat dari status ekonomi (kuintil) maka, persentase pengukuran tinggi badan tertinggi
pada kuintil 2 dan 4 sebesar 60,0% dan t_erendah pada kuintil 3 sebesar 43,4%. Untuk
pemeriksaan tekanan· darah, persentase _tertinggi pada kuintil 2 dan 5 sebesar 100% dan
terendah pada kuintil 1 sebesar 97,7%. Untuk perneriksaan tinggi fundus, persentase
tertinggi pada kuintil 5 sebesar 97,9% dan terendah pada kuintil 2 sebesar 86,7% .. Untuk
pemberian tablet Fe, persentase tertinggi pada 'kulntil ·3 sebesar 97,9% dan-terendah pada
kuintil 2 sebesar 86,4%. Untuk pemberian imunisasi TT, persentase 'tei'tinggi pada 'kuintil 4
sebesar 96,6% dan terendah 'pa~i:fa kui~til. 2 sebesar 86,7%. Untuk R~H)imt>kngan berat
badan, persentase tertinggi 'Papa kuintil, $ sebesar 100% dart terenaaf) pada kuintil 2
sebesar 95,6%. Untuk pemeriksaan hemoglobin, persentase tertinggi pada kuintil. 3 sebesar
20,9% dan terendah pada kuintil 4 sebesar 12,7%. Untuk pemeriksaan urine, persentase
tertinggi pada kuintil 3 sebesar 31,9% dan terendah pada kuintil 4 sebesar 12, 1 %.

Tabel 3.45
Cakupan Pemeriksaan Neonatus menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Lampung, Riskesdas 2007
Pemeriksaan neonatus
Kabupaten/Kota
umur 0-7 hari Umur 8-28 harl
Lampung Barat 69,2 23,1
Tanggamus 73,1 32,0
Lf.!mpung Selatan 76,'4 48,1
Lampung Timar 60,0 29,'t
Lampung Tengali 67,3 16,3
· Lampung Utara 66,7 21,4'
Way Kanan 69,2 30,8
Tulang Bawanq 66,7 19,0
Bandar Lampung 17,9 2.1,4
Metro 100,0 25,0
Lampung 64,0 28,7

60
Pemeriksaan neonatus datam Riskesdas ditanyakan hanya pada ibu yang mempunyai bayi.
Pemeriksaan neonatus di provinsi Lampung yang dilakukan pada hari kEt 0-7 hari kelahlran
mencap{l~;,_94%, dengan persentase tertinggl di Kota Metro (100%) dan hanya 17,9% di
Bandar Lampung. Perneriksaan neonatus pada umur 8-28 hari cakupan di Provinsi
Lampung sebesar 28, 7%, paling tinggi berada pada kabupaten Lampung Selatan sebesar
48, 1 % dan terendah di Lampung Tengah sebesar ·16,3% (Tabet 3.45)
Tabet 3.46 di bawah ini rnenunjukkan persentase cakupan pemeriksaan neonates umur 8-28
har.i masih rendah dibandingkan pemeriksaan neonatus umur 0-7 hari baik·di daerah kota
maupun desa, persentase cakupan pemeriksaan neonates 0:7 hari lebih ban yak pada
penduduk yang tinggat di desa daripada di kota, hal sebatiknya terjadi pada pemeriksaan
neonates umur 8-28 hari.
Persentase cakupan pemeriksaan neonatus 0-7 hari lebih banyak pada bayi perempuan dari
pada bayi taki-laki, sedangkan pada pemeriksaan neonatus 8-28 hari retatif tidak berbeda
antara bayi taki-laki dan bayi perempuan.
Menurut tingkat pendidikan KK, terlihat bahwa cakupan pemeriksaan neonates 0::1hari dan
pemeriksaan neonates 8-28 hari tidak terdapat pola yang i:iyata'terhadap tingkat 'pendidikan.
Pada pemeriksaan 0-7 hari tertinggi terdapat pada KK yang tamat SMP sebesar ,68,0% dan
pada pemeriksaan saat umur 8-28 harl tertinggi pada tidak sekolah dan PT masing-masing
sebesar 36,4%.
Kepala keluarga yang merupakan ibu rumah tangga semuanya melakukan pemeriksaan
neonatus sedangkan yang paling rendah adalah KK yang tidak bekerja hanya 50% yang
melakukan perneriksaan neonatus.
Berdasarkan Tingkat pengeluaran per kapita tidak terdapat -pola yang jelas dengan
pelayanan neonatal, tetapi dapat dllihat bahwa cakupan pemeriksaan neonates 0-7 hari
terendah ada pada kelompok kuintil ·1 (52,2%), sedangkan untuk pemeriksaan neonates 8-
28 hari terendah pada kuintil 2 (22,9%).

61
Tabel 3.46
cakupan Pemerlksaan Neonatus menurut Karakteristik Responden
di Provinsi Lampung; Riskesdas 2007

Pemeriksaanneonatus
Karakteristik responden
'
Umur 0-7 hari Umur·S-28 hari
ti l l
Tipe daerah
Kota 50,9 30,2
Desa 67,3 ?8,6
Jenis kelamin
Laki-laki 59,5 29,0
Perempuan 67,9 28,6
.Pendidikan KK
Tid,fl~ sekolah 54,5 36,4
SD tidak tamat 63,0 23,9
"' ·so tamaf 67,1 27,8
SMP:tamat 68,0 30,4
SLTA tamat 62,7 29,8,
PT 58,3 36,4
Pekerjaan KK
Tidak bekerja 50,0 0,0
lbu rumahtanqqa 100,0 0,0
PNS/Polri/TNl/BUMN/BUMD 60,0 3116
Wiraswasta/ pegawai swasta 66,7 35,7
Petani/ buruh/ nelayan 64,6 27,0
Lainnya 0,0 100,0
Lanjutan Tabel 3.46
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil 1 52,2 39,1
Kuintl 2 54,2 22,9
Kuintil 3 67,9 28,8
Kuintil 4 78,7 26,2
Kuintil 5 62,3 28,0

.
3.4. Penyakit Menular
Penyakit menular yang diteliti pada Riskesdas 2007 terbatas pada beberapa penyakit yang
ditularkan oleh vektor, penyakit yang ditularkan melalui udara atau percikan air Hur, dan
penyakit yang dltularkan melalui makanan atau air. Penyakit menular yang ditularkan oleh
vektor adalah filariasis, detnam berdarah dengue (080), dan malaria. Penyakit yang
ditularkan melalui udara atau percikan air liur adalah penyakit infeksi saluran pernatasan
akut (ISPA), pneumonia dan campak, sedangkan penyaklt yang ditularkan melalui makanan
atau air adalah penyakit tifoid, hepatitis, dan diare.
Data yang diperoleh hanya merupakan prevalensi penyakit secara klinis dengan teknik
wawancara dan menggunaltan kuesioner baku (RKD07.IND), tanpa konffrmasi pemeriksaan
laboratorium. Kepada responden ditanyakan apakah pernah didiagnosis menderita penyakit
tertentu oleh tenaga kesehatari (0: diagnosis). Responden yang menyatakan tidak pernah
didiagnosis, ditanyakan lagi apakah pernah/sedang menderita gejala klinis spesifik penyakit
tersebut (G). Jadi prevalensi penyakit merupakan data yang didapat dari D maupun G (DG).
Prevalensi penyakit akut dan penyakit yang sering .dijumpai ditanyakan dalam kurun waktu
satu bulan terakhir, sedangkan prevalensi penyakit kronis dan musiman ditanyakan dalam
kurun waktu 12 bulan terakhir {lihat kuesioner RKD07.IND: Blok X no 801-22).

62
Khusus malaria, selain prevalensi penyakit juga dinilai proporsi kasus malaria yang
mendapat pengobatan dengan obat antimalaria program dalam 24 jam menderita sakit (0).
Demikian pula.diare, dinilai proporsi kasus diare yang mendapat penqobatan-orallt (0).
3.3.1. Prevalensi Fllarlasls.Demern
; Berdarah Dengue
~~ .
dan Malaria
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit kronis yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk, darr dapat men.yeq~bkan kecacatan dan stigma. Urnumnya penyakit ini dik~tahui
setelah timbuf gejala ~linis kronis dan kecacatan. Kepada responden yang menyatakan
"tidak pernah didiagnosis filariasis oleh tenaga kesehatan" dalam 12 bulan terakhir
dltanyakan gejala,-gejal€),sebagai berikut : adanya radang pada kelenjar .di pangkal paha,
pembenqkakan alat kelarnin, pembengkakan payudara dan pembengkakan tungkai bawah
atau atas.
Demam Berdarah Dengue rnerupakan penyakit infeksL tular vektor yang sering
rnenyebabkan Keladian Luar Biasa (KLB), dan 'tldak sedikit menyebabkan kernatian.
Penyakit ini bersifat musirnan yaitu biasanyapada rnuslm hujan yan9 rnemungklnkan vektor
penular (Aedes aegypti' dan AeC/es albopictus) hidup c;ii genangan air bersih. Kepada
responden yang menyata~an "tidak pernah didiaqnosis DBD ol~p tenaqa kesehatan" dalam
12 bulan terakhir ditanyakan apakah pernah rnenderita demam/panas, sakit kepala/pusing
disertai nyeri di ulu hati/perut kiri atas, mual dan muntah, lemas, kadang-kadang disertai
bintik-bintik merah di bawah kulit dan atau mimisan, kaki/tangan dingin.
Malaria merupakan penyakit menular yang menjadi perhatian global. Penyakit ini masih
merupakan masalah kesehatan. masyarakat karena sering menimbulkan KLB, berdampak
luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi, serta dapat mengakibatkan kematian. Penyakit
ini dapat bersifat akut, laten atau kronis. Kepada responden yang menyatakan "tidak pernah
didiagnosis malaria oleh tenaga kesehatan" dalam satu bulan terakhir ditanyakan apakah
pernah menderita panas tinggi disertai menggigil (perasaan dingin), panas naik turun secara
berkala, berkeringat, sakit kepala atau tanpa gejala malaria tetapi sudah minum obat
antimalaria. Untuk responden yang menyatakan "pernah didiagnosis malaria oleh tenaga
kesehatan" ditanyakan apakah mendapat pengobatan dengan obat program dalam 24 jam
pertama menderita panas.
Tabel 3.47
Prevalensi Filariasis dan Demam Berdarah Dengue, Malaria dan Pemakaian
Obat Program menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Filariasis DBD Malaria
Kabupaten/Kota
D DG D DG D DG 0
Lampung Barat 0,0 0,0 0,0 0,09 0,46 3,23 38,24
Tanggamus 0,0 0,0 0,0 0,04 0,51 4,90 33,03
Lampung Selatan 0,0 0,0 0,0 0,18 0,13 1,59 18,64
Lampung Timur 0,04 0,0 0.07 0,07 0,26 0,48 28,57
Lampung Tengah 0,0 0,0 0.03 0,06 0,0 0,18 0,00
Lampung Utara 0,0 0,0 0,0 0,25 0,0 0,43 28,57
Way Kanan
0,0 0,0 0,0 0,0 0,39 1,06 45,45
Tulang Bawang 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,27 0,00
Bandar Lampung 0,09 0,22 0.43 0,69 1,07 2,24 42,22
Metro 0,0 0,0 0.27 0,27 0,0 0,00 0,00
L:ampung 0,0 o.,o 0.07 0,16 0,28 1,47 31,3
*Filariasis dalam persen

63
Tabel 3.47 memperlihatkan bahwa dalarn 12 bulan terakhir prevalensi filariasis berdasarkan
dlagnosls tenaga kesehatan di; p~ovipsi Lamp1J!J9 hanya ditemukan di daerah Bandar
Lampung sebesar 0,09% dan di Lampung Tlmur.sebesar 0,04%. Sedangkan berdasarkan
diagnosis dan gejala hahya ditemukan di Bandar lampuhg sebesar 0,22%.
Prevalensi DBD berdasarkan diagnosis \'el)aga kesehatan di provinsi Lampung sebesar
0,07% sedanqkan daerah yang ada prev'alensi OBD berada di'Bandar Lampung sebesar
0,43%, Metro sebesar 0,27%, Lampung Timur sebesar 0,07% dan Lampung Tengah
sebesar 0,03%serta di daerah lainnya' tidak ditemukan. Prevalensi 'oBD berdasarkan
diagnosis darflqejala- paling tinggf berada 'di Bandar Lampung sebesar 0,69% sedangkan
terendah berada' di Way Kanan dan rulang' Bawang yang tidak ditemukan adanya diagnosis
maupun gejala DBD.
Prevalensi malaria berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan di provinsi Lampung sebesar
0,28% sedangkan daerah tertingginya berada ~i Bandar, tampunq sebesar 1,07%. dan
terendah berada di L.:.atnpung Tengah, Lampunq Utara dan Metro yang 'tidak diternukan
sama 'sekali. Prevalens'f malaria klinis yaitu berdasarkan ~iagn'osis dan gejala paljng iinQf:Ji
berada di Tanggamus sebesar ~.90% sedanqkan terendah berada di Lampung Tenqah dan
Metro yang tidak ditemukan.

64
Tabel 3.48
Prevalensl Filariasis dan Demam BerdaraJ\Dengue,. Ma'laria dan Pemakaian
Obat Program menurut Karakterlstik ~esponden di Provtnsl Lampung,
Riskesdas 2007

Karakterlshk respqnden
Fllartasls DBD Malaria
D DG D DG ·o DG 0
Umur (tahun)
<1 O,QO o.oo 0,00 0,00 0,00 0,29 0,00
1-4 0,07' 0,07 0,00 0,07 0,20 1,09 42,86
5-1;4 0,04 0,04 0,13 0,28 i>,09 1, 16 40,43
15-24 0,00 0,03 0,00 0,15 0,36 1,69 31,48
25-34 0,00 0,03., 0,15 0,15 0,59 1,67 37,74
35-44 0,00 0,03 0,00 0,06 p,32 1,82 32;73
45-54 0,00 0,03 0,05 0,14 fJ,27 1~72 23,68
55-64 0,00 0,00 0,17 0,25 0,33 1,65 6,25
65-74 0,00 0,14 0,00 0,00 0,00 0,81 14,29
>75 0,00 0,14 0,00 0,00 0,00 1,18 0,00
Jenis Kelamin
Laki-laki 0,01 0,03 0,08 0,17 0,28 1,62 32,30
Perempuan 0,02 0,03 0,06 0,16 0,28 1,32 30,47
Pendidikan
Tidak 'sekolah 0,08 0,08 0,08 0,08 0,10 0,98 27,27
Tldak'tamat SD 0,00 0,03 0,08 0.16 0,19 2,19 21,05
Tamat SD 0,00 0,02 0,02 0,09 0,34 1,63 31,33
Tamat SMP 0,03 0,06 0,09 0,12 0,48 1,64 32,69
T~matSMA 0,00 0,04 0,17 0,37 0,50 1,08 52,00
Tamat PT 0,00 0,08 0,19 0,19 0,19 0;75 50,00

Pekerjaan
Tidak kerja 0,00 0,06 0,0 0,25 0,25 1,29 36,84
Sekolah 0,03 0,07 0, 13 0,20 0,30 1,35 40,54
lbu RT 0,00 0,00 0,04 0,12 0,46 1,49 27,03
Pegawai 0,00 0,12 0,24 0,37 6,24 1,10 14,29
Wiraswasta 0,00 0,00 p,25 0,32 0,57 1,32 42,11
Petani/nelayan/buruh 0,00 0,00 0,03 0,06 0,28 1,96 25,78

Lanjutan Tabet 3.48


Lainnya 0,58 0,59 0,58 1,18 0,58 1,76 '33,33

Tipe daerah
Kota 0,04 0,11 0,24 0,49 0,66 1,67 38,24
Desa 0,01 0,01 0,02 0,06 0,17 1,41 29,09
Tingkat pengeluaran per
Kuintil 1 0,02 0,02 0,02 0,14 0.43 1,97 41,25
Kuiritil 2 0,02 0,02 0,05 0,17 0,34 1,44 24,07
Kuintil 3 0,00 0,07 0,07 0,14 0,17 1,70 33,33
Kuintil 4 0,00 0,02 0,02 0,05 0,24 0,98 17,14
Kuintil 5 0 02 0 02 0 19 0 29 0 19 1 27 2941

Tabel 3. 48, Berdasarkan kelompok 1 umur dapat dilihat bahwa filariasJs berdararkan
diagnosis, ,t}anya terdapat pada penduduk yang b~rUJllUF 1-14 tahun, sedahgkan
berdasarkan diagnosis dare atau· gejala liampir terdapat- dlsemua kelompok umur, kecuall 1·

pada kelompok umur < 1 tahun dan 55-64 tahun. 080 berdasarkan diagnosis hanya diderita
oleh kelompok umur 5-14 tahun, 25-34 -tanun, dan 45-64 tahun, sedangkan berdasarkan
diagnosis dan atau gejala tidak terdapat pada bayi dan kelompok lanjut usia. Penderita

65
malaria dan DBD diderita baik oleh lakt-laklmaupun perempuan dengan,tingkat yang sama.
Menuniukkan DBD lebih ~anyak,dite'muk?)i di Kota .sedangkan malaria dite.f'Jluka(I di desa
maupnn- Kota. Tabet juga menunjukkan penderiffi malaria diderita oleh setiap tingkat
pendidikan demikian pula DBD. Meh;unjukkan baik malaria dan DBD diderita oleh setiap
jenis pekerjaan, dengan tingkat tertinggi berada pada jenis pekerjaan wiraswasta. Malaria
pallng tinggi ditemukan pada kuintil 1 yaitu Q,43%, sedangkan DBD paling banyak
ditemukan diagnosisnya di kuintil 5 yaitu 0, 19%.
3.3.2. Prevalensi ISPA', Pneumonia, Tuberkulosis (TB), dan Campak
lnfel<si saluran pernafasan akut (ISPA) rnerupakan penyakit yang sering dijumpai denqan
manifestasi ringan sarnpal berat. ISPA yang rnenqenal jaringan paru-paru atau ISPA berat,
dapat- menjadi pneumonia. Pneumonia merupakan penyakit infeksi penyebab kematlan
utarna, terutama pada.ballta, "Dalam Riskesdas ini dikumpulkan data ISPA ringan dan
pneumonla. Kepada .refsponden Clitanyak~.n apakah dalam satu bulan terakhir pemah
didiagnosis ISPA/pn~unJ,onia oleh tenaga kesehafan. Bagi responden yang menyatakan
tidak pernah, ditanyakan'apakah pernah menderita,..gejala ISPA dan pneumonia.
Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit menular kronis yang menjadi isu global,.
Di Indonesia penyakit Jni termasuk salah satu prioritas nasional untuk program pengendalian
penyakit karena berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi, serta sering
mengakibatkan kemaflan. Walaupun diagnosis pasti TB berdasarkan pemeriksaan, sputum
BTA positif, diagnosis klinis sangat menunjang untuk diagnosis dini terutama pada penderlta
TB anak. Kepada respoden ditanyakan apakah dalam 12 bulan terakhir pernah dicfiagnosis
TB oleh tenaga kesehatan, dan ·bila tidak., dltanyakan apakah menderita gejala batek lebih
dari dua minggu atau batuk berdabak bercampur darah .

Campak merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Di Indonesia masih
terdapat kantong-kantong penyakit campak sehingga tidak jarang terjadi KLB. Kepada
responden yang menyatakan tidak pernah didiagnosis campak oleh tenaga kesehatan,
ditanyakan apakah pernah menderita gejala demam tinggi dengan mata merah dan penuh
kotoran, serta ruam pada kulit terutama di leher dan dada.
Tabel 3.49
Prevalensi ISPA, Pneumonia, TB, Campak menurut Kabupaten/Kota Di
~rovinsi Larnpunq, Riskesdas 2007

Kabupaten/kota ISPA Pneumonia TB Campak


D DG D DG D DG D DG
Lami1llns:i Barat 3,5 15,3 0,3 0,3 0, 1 0,3 0,4 0,9
Tanggamus 1,8 19,8 0,0 0,4 0,0 0,0 0,2 0,3
Lampung Selatan 1,5 16,5 0,2 1,3 0, 1 0,3 0,4 0,7
Larnpunq Timur 9, 1 24,5 0,3 0,9 0,2 0,4 0,1 0,2
Lampung Tengah 0, 1 11,6 0,0 0,2 0, 1 0,2 0,0 0,1
Lampung Utara 3,4 21,8 0, 1 0,4 0, 1 0, 1 0,0 0,2
Way Kanan 6,4 24,2 0,6 1,2 0,2 0,2 0,2 0,2
Tufang 'Bawang 1,9 16,6 0,0 0,3 0,2- 0,3 0,2 0,2
Bandar Lampung 13,1 25,5 0,8 1,8 0,1 0,8 0,5 0,6
Metro 1 6 12 6 00 0 3· 00 00 00 00
Lampung 4,1 18,8 0,2 0,8 0,1 0,3 0,2 0,4

Berdasarkan Tabel 3.49. dapa] dil~~at bahwa penya~iLISPA (18.8%) merupakan penyakit
saluran atas yang .banyak diderita oleh -responden di Prov'nsi Lampung diikuU · oleh·
pneumonia (0,8%)i campak (0.4%) dan 1B (0,3%). -Prevalensinya di bawah angl<a naslonal:
untuksemua penyakit.
Berdasarkan hasil dlaqnosis tenaga kesehatan, ISPA' paling banyak,ditemukan .dl Bandar
Lampung yaitu ~ 3, 1 %, begitu pula dengan pneumonla: yaitu 0,8%. Angka pneumonia di

66
provinsi Lampung juga lebih rendah dari angka nasional. Tuberkulosis paru klinis
(berdasarkan diagnosa dan gejala) prevalensinya hampir sama antar kabupaten yaitu antara
0, 1 hingga 0,2% kecuali di Tanggamus dan Metro yang tidak ditemukan. Prevalensi campak
klinis (berdasarkan diagnosis dan gejala) ditemukan paling tinggi di Lampung Barat yaitu
0,9%.
Tabel 3.50 di bawah ini menggambarkan prevalensi ISPA, pneumonia, TB dan campak
berdasarkan karakteristik responden. Memperhatikan umur responden, tampak bahwa ISPA
merupakan penyakit yang terutama diderita oleh bayi dan anak yaitu pada umur 1-4 tahun
sebesar 37,9%. Prevalensi Pneumonia yang relatif tinggi pada kelompok umur tua (65 tahun
ke atas) dapat disebabkan fungsi paru yang menurun. Untuk TB, tampak tidak adanya
kecenderungan peningkatan prevalensi sesuai dengan peningkatan umur. Sedangkan untuk
campak, persentasenya relatif lebih tinggi pada umur 15 tahun ke bawah, termasuk bayi
dibandingkan dengan kelompok umur di atasnya. Jenis kelamin tidak banyak mempengaruhi
prevalensi ISPA, Pnemonia, TB dan Campak. Persentase penyakit-penyakit tersebut hampir
sama pada laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan wilayah Tipe daerah, daerah kota secara konsisten menunjukkan prevalensi
penyakit yang relatif lebih tinggi dari daerah desa. Persentase penyakit ISPA, Pneumonia,
TB dan campak hampir sama pada semua tingkat pengeluaran per kapita. Jenis pekerjaan
pegawai terlihat memiliki angka yang paling tinggi pada diagnosis ISPA, pneumonia paling
tinggi terdapat pada pekerjaan wiraswasta, sedangkan untuk diagnosis TB dan campak
persentasenya hampir sama di semua jenis pekerjaan.

67
TabeJ 3.50
Prevalensi ISPA, Pneumonia, TB, campakmenurut Karakterlstik Responden di
Provlnsl Lampung; Rlskesdas 2001 ·
Karakteristik ISPA Pneumonia TB Campak
,.,-responden D DG· D ' DG D DG D DG
Kelompok
.
<1 7,9 ~2.6 0,0 0,9 0,3 0,3 0,9 0,9
1-4 10, 1 37,9 0,5 1,5' 0,0 0,1 0,8 1,6
5-14 4,9 23,3 0,2 0,9 0,1 0,2 0,5 0,7
15-24 2,5 14,4· 0, 1 0,5 0,0 0,1 0,2 0,3
25-34 3,1 14,6 0,2 O,? o.i 0,2 0,1 0,2
35-44· 2,9 14,2 0,3 0,7 0,2 0,3 0,0 p,o
45-54 3,1 14,6 0,0 0,3 0,1 0,5 o!o .., 0,0
55-64 4,5 17,3 0,3 1,1 0,2 0,7 0,0 0,1
65-74 3,8 18, 1 0,7 z.o 0,3 0,9 0,1 0,1
>75 4,7 22,0 0,2 1,2 0.2. 1,4 0,0 0,0
Jenis l<elamin
Laki-lakl 4,0 18,7 0,2 0,8 0,1 0,4 0,2 0,4
Perempuan 4,2 18,9 0,2 0,8 0, 1 0,2 0,3 0,4
Pendidikan
Tidak sekolah 2,6 17,8 0,3 1,0 0,3 0,7 0,1 0,2
Tidak tamat SD 3,2 18,2 0,1 C,6 0,2 0,5 0,1 0,2
Tamat SD 2,4 14,1 0, 1 0,5 0,1 0,3 0,0 0,1
Tamat SMP 3,3 15,5 0,2 0,6 0,0 0, 1 0,1 0,3
Tamat SMA 4,5 14,8 0,2 1,0 0,2 0,3 0,1 0,2
Tamat PT 3,8 11,5 0,4 0,8 0,2 0,6 0,2 0,2
Pekerjaan
Tidak kerja 3,5 . 15,7 0,1 0,7 0,0 0,3 0,0 0,2
Sekolah 3,7 17,8 0,2 0,6 0, 1 0,2 0.4 0,5
lbuRT 3,4 15,6 0,2. 0,8 0,2 0,3 0,0 0,1
Pegawai 5,2 13,0 0,2 0,9 0,1 0,2 0,1 0,2
Wiraswasta 4,7 16,4 0,4 0,7 0, 1 0,4 0,1 0,1
Petani/nelayan/buruh 2,2 14,7 0,1 0,5 0,1 0,4 0,0 0,1
Lainnya 7,6 20,5 1,2 1,2 0,6 1,8 0,6 0,6
Tipe daerah
Kota 8,7 21,3 0,6 1,3 0,1 0,5 0,3 0,5
Des a 2,8 18, 1 0,1 0,6 0, 1 0,3 0,2 0,3
Lanjutan Tabel 3.50
Tingkat pengeluaran
Kuintil 1 4,3 19,9 0,2 0,6 0, 1 0,3 o.a 0,4
Kuintil 2 4,3 20,0 0,2 0,7 0,1 0,4 0;3 0,5
Kuintil 3 3,9 17,9 0,3 0,8 0, 1 0,4 0,2 0,3
Kuintil 4 3,7 18,8 0,3 0,9 0,1 0,3 0,2 '0,3
Kuintil 5 4,0 17,2 0,2 0,8 0, 1 0,2 0,2 0,3

68
3.3.3. Pr~valensi Tlfold; Hepatitfs dan Diare
Prevalensi demam tifoid diperoleh dengan menanyakan 'apakah pernafi' didiagnosis tifoid
oleh teiiaga kesehatan dalam satu bulan terakhir'. Responden yarig rnenyatakan tidak
pernah, ditanya apakah satu bulan terakhir pernah menderita gejala ·tifoid, seperti demam
sore/malam hari kurang dari satu minggu, sakit kepala, lidah kotor dan tidak bisa buang air
besar. ·
Kasus hepatitis yang dideteksi .pada SUJVei Riskesdas adalah semua kasus hepatitis klinis
tanpa mempertimbangkan penyebabnya. Prevalensi hepatitis diperoleh dengan
menanyakan apakah pernah didiagnosis hepatitis oleh tenaga kesehatan dalam 12 bulan
terakhir. Responden yapg mehyatakan tidak pernah didiaqnosis hepatitis dalam 12 bulan
terakhir, ditanyakan apakah dalam kurun waktu tersebut pernah menderita mual, muntah,
tidak nafsu makan, nyeri perut sebelah kanan atas, kencing warna air teh, serta kulit dan
mata berwarna kuning.
Prevalensi diare diukur dengan menanyakan apakah responden pernah didiagnosis diare
oleh tenaqa kesehatan dalam satu bulan terakhir. Responden yang menyataka.n tidak
pernah, ditanya apakah dalam satu bulan tersebut pemah menderita buang air besar.·>3 kali
sehari dengan kotoran lembek/cair. Responden yang menderita diare ditanya apakah minum
oralit atau cairan gula garam.
Tabel 3.51
Prevalerisi Tifoid, Hepatitis, Diare menurut Kabupaten/Kota Di Provlnsr
Lampung, Riskesdas 2007
Tifoid
Kabupaten/Kota Hepatitis Diare
D DG D DG D DG. 0
Lampung Barat 0,5 0,8 0,2 0,2 1,9 4,0 45,7
Tanggamus 0,7 1,1 0,0 0,0 3,0 6,0 35,8
Lampung Selatan 0,0 0,4 0,0 0,6 4,1 7,3 45,8
Lampung Timur 0,3 0,5 0, 1 0,1 3,2 5, 1 43,3
Lampung Tengah 0,0 0,1 0,1 0,1 1,7 2,1 46,3
Lampung Utara 0,0 0,1 0,0 0,1 1,6 2,5 30,8
Way Kanan
2,5 2,6 0,0 0,1 4,1 7,1 47,3
Tulang Bawang 0, 1 0,1 0,1 3,5 37,3
0,3 1,9
Bandar Lampung 1,0 1,7 0,1 0\2 5,9 7,3 47,0
Metro 0,0 0,0 0,0 0,0 1,9 3,2 66,7
LAMPUNG 0,4 0,7 0,1 0:2 3,1 5,0 43,5
=
Catatan : D Diagnosa oleli Nakes ;
DIG= Didiagnosis oleh nakes atau dengan gejala
=
0 Minum obat

Dalam Tabel 3.51 menunjukkan bahwa prevalensi tifoid berdasarkan diagnosis oleh tenaga
kesehatan paling tinggi berada di Way Kanan yaitu 2,5% sedanqkan terendah berada di
Lampung Selatan, Lampung Tengah, Lampung Utara dan Metro yang tidak ditemukan.
Diagnosis oleh tenaga Resehatai:t menunjukkan bahwa hepatitis di semua kabupaten/kota, di
Lampung menunjukkan angka yang kecil yaitu antara 0,0% hingga 0,2% saja. Sedangkan
berdasarkan diagnosa tenaga kesehatan dan gejala terlihat yang prevalensinya tertinggi
berada di lampung Selatan (0,6%)
Prevalensl diare berdasarkan diagnosis paling tinggi berada di Bandar Lampung. yaitu 5,9%
dan terendah berada di Lampung Utara yaitu 1,6%. Dehidrasi merupakan 'salah satu
komplikasi penyakit diare yang dapat menyebabkah kematian. Di Provinsi Lampung,

69
proporsi responden diare klinis yang mendapat oralit adalah 43,5%. Tiga kabupaten/kota
m_empunyai proporsi pemberlan ·9ralit· kurang _dari proporsi nasional .(42,2%), yaitu
TanggqmYs, Lampung-Utara dan 1ulang· Bawang, dengan persentase terendah ditemukan
di~ampung Utara (3,0,8%). '.
Tabel 3.52
Prevalensi Tifoid, Hepatitis, Diare menurut Karakteristik Responden di Provinsl
Lampung, Riskesdas·2007
Karakteristik Tifoid Hepatitis Diare
responden D ·DG D DG D DG 0 '

Umur (tahun)
<1 0,0 0,0 0,0 0,0 10,9 12,9 67,4
1-4 0,2 1,0 0,1 0,1 10,7 14,3 57,9
5-14, - 0;5 0,8 0,1 0,2 2,7 4,9 42,9
15-2"4 0,4 0,7 0, 1 0,2 1,8 3,3 34,7
25-34 0,5 0,7 0,0 0,2 2,1 3,8 35,9
35-44 0,4 0,6 0,1 0,2 2,5 4,3 32,3
45-54 0,3 0,5 0,0 0,1 2,8 4,7 37,6
55-64 0,6 p,7 0,0 0,2 2,3 3,2 56,4
65-74 0,1 0,3 0, 1 0, 1 2,8 4,7 43,8
>75 0,0 0,2 0,2 0,9 1,2 3,3 15,4
Jenis kelamin
Laki-laki 0,4 0,7 0, 1 0,3 2,9 5,0 40,8
Perempuan 0,4 0,7 0,0 0, 1 3,3 5, 1 46,2
Pendidikan
Tidak sekolah o.~ 0,6 0,1 0,5 2,0 4,4 24,5
Tidak tamat SD 0,5 0,7 0,1 0,2 2,2 4,2 34,9.
TamatSD 0,5 0,7 0, 1 0,2 2,0 3,7 35,4
Tamat SMP 0,4 0,6 0, 1 0,2 2,4 3,9 36,2
Tamat SMA 0,5 0,7 0, 1 0,2 2,8 4,2 45,9
Tamat PT 0,2 0,6 0,0 0,0 2,1 3,6 41,2
Pekerjaan
Tidak kerja 0,3 0,5 0,1 0,4 1,8 3,5 33,3
Sekolah 0,6 0,8 0,1 0,2 2,4 4,2 37,9
lbu RT 0,6 1,0 0,0 0,2 2,9 4,4 37,5
Pegawai 0,4 0,5 0,0 0,0 3,0 4,9 38,5
Wiraswasta 0,3 0,5 0,0 0,1 2,6 4,1 p~.1
Petanl/nelayarvburuh 0,"4 0,5 0,1 0,2 1,8 3,7 31,4
Lainnya 0,6 1,8 0,6 o;6 4,1 4) 57,1
Tipe daerah
Kota 0,6 1,1 0,1 0,2 4,8 6,3 44,2
Desa 0,3 0,5 0,1 0,2 2,6 4,6 43,1
Lanjutan Tabel 3.52
Tingkat pengeluaran per
kaplta
Kuintil 1 0,6 1,0 0;1 10,3 3,7 5,8. 42,5
Kl!lintil2 0,4' 0,7 0,1 0,3. 3,2 5,5 42,1
Kuintil 3 0,3 0,4 O,{) . 0, 1 "2,9 ~.6 "43,0
Kuintil 4 0,3 0,5 0,0 0,0 2,8 4,8 45,4
Kuintil 5 . 0,3
Catatan ~, D = Dlaqnosa o!e~ Nakes;
0,7 0,1 0,2 2,8 4,4 43,§

• ·o/G= Didiagnosis oleh nakes atau dengan·g'ejala


0 . Minum 'Obat'
=
70
Dalam Tabel 3.52 kejangkitan diare, tifoid dan hepatitis dijun;ipai diseqala umur. Denqan
perhatian pada diare yang diderita cukup tinggi untuk urpyr balita. Berdasarkan jenis
kelamin, tifoid, hepatitis dan diare tidak menunjukkan perbedaan yang berarti antara laki-laki
dan perempuan. Jika dilihat menurut tingkat pendidikan dan pekerjaan, ke tiga penyakit
tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Berdasarkan Tipe daerah, penduduk
yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan mengalami·tifbid dandlare, pendudukyanq tinggal
di kota lebih banyak .. Sedangkan untuk hepatitis, penduduk yang didiagnosis terjangkit
hepatitis hampir sama antara di kota .dan di -desa. Berdasarkan Tingkat penqeluaran per
kapita per kapita, tingkat kuintil yang paling rendahyaitu kuintlf 1 yang merupakan kategori
miskin terdiagnosis tifoid dan dlare tertinggi, sedangkan untuk hepatitis hampir merata di
semua tingkat ekonomi yaitu antara 0,0-0, 1 %.
't:'",_

3.4. PENYAKIT TIDAK MENULAR


3. 4.1. Penyakit Tidak Menular Utama, Penyakit Sendi, Penyakit Keturunan dan
Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular ·
Data penyakit tidak menular (PTM) yang disajikan meliputi penyakit sendi, asma, stroke,
jantung, -OM, hipertensi, tumor/kanker, gangguan jiwa berat, buta warna, glaukoma, bibir
sumbing, dermatitis, rinitis, talasemlaaa, dan hemofiliaaa dianalisis berdasarkan jawaban
responden "pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan" (notasi D pada tabel) atau
"mempunyai gejala klinis PTM". Prevalensi PTM adalah gabungan kasus PTM yang pernah
didiagnosis nakes dan kasus yang mempunyai riwayat gejala·PTM (dinotasikan sebagai DG
pada tabel). Cakupan atau jangkauan pelayanan tenaga kesehatan terhadap kasus PTM di
masyarakat dihitung dari persentase setiap kasus PTM yang telah didiagnosis oleh tenaga
kesehatan dibagi dengan persentase rnasing-rnasing kasus PTM yang ditemukan, baik
berdasarkan diagnosis maupun gejala (D dibagi DG).
Penyakit sendi, hipertensi dan stroke ditanyakan kepada respcnden umur 15 tahun ke atas,
sedanqkan PTM lairinya ditanyakan kepada semua responden. Riwayat penyakit sen di,.
hipertensi, stroke dan .asrna ditanyakan dalam kurun wa~t4 14 ·bulan terakhir, dan untuk
jenis PTM lainnya kurun waktu riwayat PTM adalah selama hidupnya,
Untuk kasus penyakit jantung, riwayat pernah mengalanii gejala penyaklt jantung dinilai dari
5 pertanyaan dan· disirnpulkan menjadi 4 gejala yang rnengarah ke penyaR:it jantung, yaitu
penyakit jal'ltung kongenital, angina, aritmia, dan- dekompensasi kordis. Responden
dikatakan memiliki gejala jantung jika pernah mengalami salah satu dari 4 gejala termaksud.
Data hipertensi didapat dengan metode wawancara. dan perig!JkUran. t-jipertensi
berdasarkan hasil 'periqukuran/pemerjksaan tekanan darahltensi, ditetapkan mengg_ynakan
alat penqukur tensimeter digital. Tensfmeter digital divalidasi dengan menggunakan standar
baku penqukuran tekanan-darah (sfigmomanometer air raksa manual). Pengukuran tensi
dilakukan· pada responden umur 15 tahun ke atas. Se.tiap responden diukur tensinya
minimat 2 kali, jika' hasil pengukuran ke dua berbeda lebih dari.~ 10 mmHg dibandinq
pengukuran pertama, maka dilakukan pengukuran ke tiga'.· Dua· data pengukuran dengan
selisih terkecil dihitung reratanya.sebagai hasil ukur tensi. Kriteria hipertensi yang dlqunakan
pada penetapan kasus rnerujuk pada kriteria diagnosis JNC VII 2003, yaitu basil pengukuran
tekanarr darah sistolik ~ 140 mml-lq atau tekanan darah diastolik ~ 90 mmHg.
Kriteria J~c' Vil ~003 hanya berlaku untuk usia fa tahun keatas, maka prevalensi hipertensi
berdasarkan pengukuran tensi dihitung hanya, pada pendudilk . umur 113 .tahun ke a(as.
Mengingat pengukuran tekannh darah dilakukan pada .penduduk 15 tahun. ke atas maka
temuan kasus hipert~nsi pada usia 15-17 tahun sesuai kriteria JNC VII 2003 akan
dilaporkan secara garis besar: sebagai tambahan· informasi. Selaln penqukuran' tekanan
darah., responden juga ·diwawancarai tentang riwayat'dldiaqrtosls oleh nakes atau riwayat
rneminum obat anti-hipertensi. Dalam penulisan tabel,. kasus. hipertensl berdasarkan 'hasil
pengukuran diberi inlslal U, kasus hipertensi berdasarkan diagnosis nakes diberi inisial D,

71
'dan gabungan kasus hipertensi berdasarkan diagnosis nakes dengan kasus hipertensi
berdasarkan riwayat minum obat hipertensi diberi istilah dtaqnoslsrmlnum obat derigan
inisialDO.
Tabel 3.53
Prevalensi Peoyakit Persendian, Hipertensi, dan Stroke menurut
Kabupaten~Kota Di ProvmslLampunq, Riskesdas 2007
Ka bu paten/ Penyakit $endi (%) ' Hipertensi {%) Stroke(%)
Kota D OG D ·oo u D DG
Lampung Barat 10,5 18,9 30,4 7,3 30,4 0,6 0,6
Tanggamus 17,4 37,7 19,7 6,9 19,7 0,6 0,7
La~pung Selatan 10,4 28,1 24,6 6,2 24,6 0,4 0,5
Lampung Timur 10,5 23,1 26,3 8,9 26,3 0,8 0,9
Lampung Tengah 8,1 19,9 26,3 5,9 26,3 0;3 0,5
Lampung Utara 16,0 31, 1 28,1 11, 1 28,1 0,8 0,8
Way Kanan 23,2 39,6 23,9 8,4 23,9 0,5 0,6
Tulang Baw.ang 10,7 23,7 15,9 6,3 15,9 0,2 0,2
Bandar Lampung 12,4 19,0 24,3 7,7 24,3 0,9 1,1
Metrp 9,0- 23,5 25,6 10,9 25,6 0,3 .0,3
Lampung 12,1 26,0 30,4 7,4 24,1 0,5 0,6
Catatan : D ='Diagnosis oleh Nakes; DG= Di diagnosis oleh nakes atau dengan gejala ;
DO= Kasus minurrrobat atau didiagnosis oleh nakes;
U = Hasil Pengukuran
*) Penyakit Hipertensi dinilai pada penduduk berumur >=18 tahun

Tabel 3.53 menunjukkan 26,0% penduduk Provinsi Lampung mengalami gangguan


persendian, dan angka ini lebih rendah dari prevalensi Nasional yaitu 30,3%. sementara
prevalensi penyakit persendlan: 'berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah
12,1%, sedang angka prevalensi gangguan persendlan Nasional Yaitu 14,0%. Menurut
Kabupaten/Kota, prevalensi penyaklt persendian berdasarkan diagnosis oleh tenaga
kesehatan dan gejala penyaklt di Provinsi Lampung. berkisar antara 18,9% - 39,6%, dan
prevalensi di W_ay Kanan ditemukan lebih tinggi dibandingkan Kabupaten/Kota lainnya
sebesar 39,6%, sebaliknya Bandar Lampung mempunyai prevalensi paling rendah yaitu
sebesar 19,0%. Sementara prevatensi penyakit persendian yang telah didiagnosis oleh
tenaqa kesehatan ·tretkisar antara 8, 1 - 23,2°/~. dan prevalensi tertinggi ditemukan di
Kabupaten Way Kanan, sebaliknya prevalensi terendah di Lampung Tengah sebesar 8,1% ..
Pada tabel di atas ,juga dapat dilihat bahwa prevalensi hipertensi di· f>rovinsi Larnpunq
berdasarkan hasil peng_ukuran tekanan darah adalah 24, 1 %, dan hanya berdasarkan
diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 30,4%, sementara berdasarkan diagnosis dan atau
riwayat minum obat- hipertensi adalah 7,4% dan daerah tertingginya berada di Larnpunq:
Utara ··11, 1 %. . Menu rut Kabupatsn/Kota, ·prevalensi hipertensi berdasarkan tekanan darah
berkisar antara 15,9% - 30,4%, dan prevalensi tertinggi ditemukan -di Larnpunq j3arat
(30,4%). Sementara prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis oleh 1enaga kesehatan.
dan atau min um obat hipertens] berklsar antara 5,9- 11, 1 %. Memperhatikan angka
ptevalensi hlpertensl berdasarkan diagnosis' jitau rnlnurn obat dengan prevalensi hipertensl
berdasarkan hasil. pengukuran tekanan darah di setiap Kabupaten/Kota 'di Provinsi
Lampuriq, pada urh.dinnya na~pak perbedaan prevalensi yang cukup besar,
~ '
Berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan atau. gejala yang ·menyerupai stroke,
prevalensi stroke di Provinsi Lampuog adalah. 0,6 per 100 penduduk. Menurut
Kab.upaten/Kota prevalensi 'Stroke· berkisar antara 0,2 - 1, 1 % "Clan Bandar Lampung

72
mempunyai prevalensi lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya, b~ik berdasarkan
diagnosis maupun gejala.
Tabel 3.54
Prevalensi Penyakit Persendian, Hipertensi, dan .stroke menurut Karakteristik
Responden Di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Karakteristik Sendi (%} Hi~ertensi (%) Stroke{%}


responden D DG D DO u D DG
umur (tahun)
18-24 0,8 3,3 0,5 0,5 7,3 0,0 0,0
25-34 5,5 14,2 1,6 1,7 13,6 0,1 0,1
35-44 11,6 27,2 4,8 5,0 22,0 0,3 0,3
45-54 20,6 41,6 9,9 10,2 32,8 0,6 0,8
55-64 27,3 54,2 17,8 18,5 44,7 1,5 1,8
65-74 33,8 61,2 24,9 25,7 55,0 2,9 2,9
75+ 31,2 63,2 26,0 26,7 50,2 2,9 4,1
Jenis kelamin
Laki-laki 11,3 25,4 5,5 5,6 21,5 0,5 0,6
Perempuan 13,0 26,5 8,9 9,2 26,7 0,6 0,7
Pendidik~n
Tidak sekolah 25,1 49,1 16,9 17,1 45,0 1,6 2,2
Tidak tamat SD 17,4 39,8 10,7 11,2 31,8 0,8 1,0
TamatSD 13, 1 28,6 6,4 6,7 23,3 0,4 0,4
TamatSMP 6,2 13,9 3,5 3,7 15,8 0,3 0,4
TamatSMA 7,6 14,2 4,2 4,4 16,6 0,4 0,4
Tamat PT 6,5 12,5 5,2 5,2 20,2 0,3 0,5
Pekerjaan
Tidak kerja 15,5 28,8 15,2 15,4 31,5 2,1 2,5
Sekolah 1,& 2,9 2,1 2,1 11,2 0,0 0,0
lbuRT 12,8 26,1 7,4 7,5 23,7 0,8 0,9
Pegawai 8,5 15,7 5,8 5,8 21,0 0,3 0,3
Wiraswasta 12,5 24,1 6,6 6,9 24,1 0,3 0,3
Petani/Nelayan/buruh 12,9 30,4 6,2 6,4 23,8 0,2 0,3
Lainnya 11,6 20,6 7,4 6,4 19,6 1,1 1,6
Dae rah
Kota 11,9 20,8 7.,5 7,7 24,1 0,7 0,8
0,6
Pedesaan 12,2 27,5 7,1 7,3 24,1 0,5

Lanjutan Tabel 3.54


Tingkat pengeluaran per
kapita
Kuintil 1 13,5 26,1 7,3 7,5 22,6 0,3 0,4
Kuinti 2 12,9 28,6 6,9 7,0 22,7 0,5 0,6
Kuintil 3 10,4 24,5 6,4 6,6 24,5 0,5 0,6
Kuintil 4 11,8 25,8 7,6 7,9 24,4 0,6 0,8
Kuintil 5 12,1 24,9 7,5 7.8 25,8 0,7 0,8

73
Table 3.54 memperlihatkan prevalensi penyakit sendi, hipertensi, dan stroke menurut
karakteristik responden Provinsi Lampung. Berdasarkan umur, prevalensi penyakit sendl,
hipertensi maupun stroke meningkat sesuai peningkatan umur responden. Menurut jenis
kelamin,. prevaleosi penyakit sendi Jebih ..tinggl pada wanita baik·berdasarkan diaqnosts-, Pola
prevalensi hipertensi, berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah -narnpak lebih tinggi
pada perempuan)wanita. Berdasarkan diagnosis maupun riwayat minum obat ditemukan
bahwa wanitaJebih tinggi. Sedangkan pola prevalensi stroke menurut jenis kelamin nampak
tidak asa petbedaan yang berarti.
Berdasarkan tingkat pendidikari dapat tf ilihat bahwa pola prevalensi penyakit sendi,
hipertensi, dan stroke cenderung tinggi pada tingkat pendidikan yang lebih rendah. Namun
untuk hipertensi dan stroke nampak sedikit meningkat kembali pada tingkat pendidikan
Tamat PT. Berdasarkan pekeriaan responden, prevalensl penyakit sendi pada lbu RT
ditemukan lebih tinggi dari jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan untuk hipertensi dan stroke,
prevalensi ditemukan lebih tinggi pada meteka yang tidak bekerja.
Berdasarkan status ekonomi yang diukur melalui tingkat pengeluaran per kapita, prevalensi
penyakit sendi di Provinsi Lampung nampak cenderung lebih tinggi pada kuintil 3 sebesar
10,4%. Untuk -diaqnosls' oleh nakes hipertensi paling tinggi berada di kuintil 3 yaitu 6,4%.
Untuk diagnosis stroke, prevalensi tertinggi berada pada kuintil 5 sebesar 0, 7% dan
cenderung meningkat sesuai dengan peningkatkan·ekonomi.
Tabet 3.55
Prevalensi Penyakit Asma*, Jantung*, Diabetes* Dan Tumor- menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Asma Jantung Diabetes Tumor
Kabupaten/Kota
D DG D DG' D DG D
Lampung Barat 0,8 1,1 0,8 2,1 0,2 0,2 0,6
Tanggamus 0,4 1,0 0,1 1,1 0,3 0,3 0,3
Lampunq Selatan 1,5 2,9 0,4 4,3 0,3 0,5 0,6
Lampung Timur 0,9 1,4 0,5 2,6 0,4 0,5 0,2
Lampung Tengah 0,1 0,5 0,3 1,8 0,2 0,4 0,2
Lampung Utara 0,2 0,6 0,6 2,7 0,1 0,1 0, 1
Way Kanan 1,1 1,9 0,1 2,1 0,3 0,3 0,2
Tulang Bawang 0,5 9.8 0,2 1,3 0,4 0,4 0,2
Bandar Lampung 1,5 2,0 1,3 3,7 0,6 0,9 0,5
Metro 0,7 0,9 0,2 2,8 0,7 0,7 0,2
LAM PUNG 0,8 1,5 0,5 2,6 0,3 0,4 0,4
Catatan : D = Diagnosis oleh Nakes;
DG= Di diagnosis oleh nakes atau degan gejala
*) Peny, Asma, jantung, diabetes ditetapkan menurut jawaban pemah
didiagnosis menderit'a penyakit atau mengalami gejala
**) Penyakit tumor ditetapkan rnenurut jawaban pernah didiagnosis ,menderita
tumor/kanker,

label 3.55. Prevalensi penyakit asma di provinsi Lampung sebesar 1,5% (kisaran: 0,5 -
2,9%), tertinggi di Lampung Selatan diikuti Way Kanan serta terdapat di semua kabupaten/
kota. Prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis nakes dan gejala sebesar 2,6%
(klsaran 1, 1 - 4,3%), tertinggi dJ Lampung Selatan (4,3%) dan terdapat di semua terendah
berada di Tang9amus sebesar 1,,1%.
Prevalensi penyakit diabetes sebesar 0,4% (kisaran 0, 1 - 0,9%), tertinggi di kota Bandar
Lampung sebesar 0,9% dan terendah berada di Lampung Utara sebesar 0, 1 %.
Prevalensi penyakit tumor/kanRer sebesar 0,4% (kisararr 0, 1 - 0,6%), tertinggi di kota
Lampung Selatan dan Lampung Barat sebesar 0,6% dan terendah berada di Lampung
Utara sebesar 0, 1 %.

74
Tabet 3.56
Prevalensi Penyakit Asma*, Jantung*; Diabetes* Dari Tumor**Menurut Karakteri~tik
1
Respondejt di Provinsi Larnpunq, Riskesdas 2007

Karakteristik Asma Jantu'ng Diabetes Tumor


responden D DIG D DIG D DIG D
Ufuur (tahun)
<1 0.0 0.0 0.0 0.3 0.0 0.0 0.0
1-4 0.2 0.4 0.1 0.1 0.0 0.0 0.1
5-14 0.7 1.1 0.1 0.7 0.0 0.0 0.2
15-24 0.3 0.5 0.1 1.2 0.1 0.2 0.2
25-34 0.6 1.1 0.3 2.1 0.2 0.2 0.4
35-44 0.5 1.1 0.5 3.1 0.3 0.4 0.6
45-54 1.3 .1.9 1.2 3.8 0.8 1.0 0.5
55-64 1.2 2.8 1.4 7.1 1.6 1.7 0.7
65-74 2.8 6.2 2.4 9.6 1.7 1.7 0.9
75+ 5.2 8.7 0.4 11.6 1.0 1.0 0.6
Jenis kelarriin

Lakl-laki 0.9 1.6 0.4 2.0 0.3 0.4 0.3


Perempuan 0.7 1.2 0.5 3.1 0.4 0.5 0.4
Pendidikan
Tidak sekolah 2.7 4.9 1.0 7.7 1.1 1.2 0.5
Tidak tamat SD 0.9 2.0 0.5 3.8 0.3 0.4 0.5
Tamat SD 0.7 1.2 0.5 2.7 0.4 0.5 0.4
Tamat SMP 0.8 1 :1 0.4 1.9 0.3 0.4 0.4
Tamat SMA 0.5 1.0· ·0.1 2.8 0.5 0.5 0.3
Tamat PT 0.8 1.0 1.3 2.3 1.0 1.2 0.5
Pekerjaan
Tidak kerja 1.9 3.1 0.6 6.1 1.3 1.3 0.4
Sekolah 0.4 0.6 0.1 1.0 o.o 0.0 0.3
lbu RT 0.9 1.8 0.8 4.4 0.4 0.6 0.6
Pegawai 1.1 1.3 1.2 2.4 1.0 1.1 0.4
Wiraswasta 0.8 1.4 1.0 3.5 0.6 0.7 0.4
Petani/nelayan/ 0.8 0.0 0.3 2.8 0.3 0.4 0.4
Buruh
Lalnnya 3.1 1.7 3.1 6.7 1.0 1.0 0.4
Tipe 'daerah
Kota 1.1 1.5 0.9 3.1 0.6 0.7 0.4
Desa 0.7 1.4 0.3 2.4 0.3 0.3 0.3
Tingkat pengeluaran
perka,pita
Kuintil 1 1.0 1.8 0.4 2.5 0.2 0.3 0.3
Kuintil 2 0.9 1.5 0.4 2.5 0.3 0.3 0.4
Kuintil 3 0.8 1.6 0.4 2.5 0.2 0.4 0.4
Kuintil 4 0.9 1.4 0.4 2.6 0."3 0.4 0.3
Kuintil 5 0.5 1.1 0.6 2.7 0.6 0.3 0:4
Catatan : D = Diagnosis oleh Nakes;
DIG= Di diagnosis oleh nakes atau deqan gejala
*) Peny, Asma; jantlmg, diabetes· dltetapkan menurut jawaban pernah didiagnosis
menderita penyakit atau mengalami gejala
**) Penyaklt tumor ditetapkan menurut jawaban pernah didiagnosis menderita
tumor/kanker,

75
Berdasarkan tabel 3.56 memperlihatkan penyakit asma tidak ditemukan pada responden
umur kurang dari 1 tahun. PrevaJensi asma berdasarkan diagnosis dan gejala paling tinggi
berada di kelompok umur 75 tahun ke atas. Untuk penyakit jantung prevalensi berdasarkan
dignosis dan gejala paling tinggi ditemukan pada umur 7..5 tahun ~e atas sebesar 11,6% dan
terendah berada pada kelompok .urnur 1-4 tahun .sebesar 0,1%. Diabetes mulai terdapat
pada kisaran umur 15 tahun keatas dan prevalensl'tertingginya berada pada kelompok umur
55-64 tahun dan 65-74 tahun sebesar 1,7%. Tumor mulai terdapat pada umur 1 tahun
keatas, prevalensi tertinggi pada kelompok umur 65- 74 tahun yaitu sebesar 65-74 tahun.
Prevalensi penyakit asrna berdasarkan diagndsis nakes atau 'gejala paling tinggi terdapat
pada laki-laki sebesar 1,6% sedangkan prevalensl penyakit jantung, diabetes dan tumor
paling tinggi berada pada perempuan.
Prevalensi penyakit asrna tinggi pada yang tidak sekolah yaitu 4,9% dan terdapat
·kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan semakin kecil pula prevalensi penyakit
.asma. Prevalensi penyakit jantung juga tertiriggi pada yang tidak sekolah sebesar 7,7% dan
terendah berada pada responden yang tidak-tamat SD sebesar 1,9%. Diabetes tinggi pada
yang tidak sekolah dan tamat PT (1 ;2%). Prevalensi tumor/kanker paling tinggi betada pada,
responden tidak sekolah, tidak tamat SD, dan tamat PT sebesar 0,5%.
Prevalensi asma, jantung dan diabetes tertinggi pada kelompok yang tidak bekerja,
sedangkan prevalenshtumor tinggi pada ibu rumah tangga sebesar 0,6%.
Prevalensi asma tidak jauh berbeda antara perkotaan dan pedesaan. Prevalensi jantung,
diabetes dan tumor cenderung lebih, tinggi df perkotaan dari pada pedesaan. Sedangkan
penyakit jantung kota lebih tinggi y'aitu sebesar 3, 1 % dibandingkan desa sebesar 2,4%.
Penyakit asma paling tinggi berada di kuintil 1 yaitu sebesar 1,8%, jantu'ng p?ling' tinggi
terdapat di kuintil 5 yaitu 2,7%, diabetes dan-tumor prevalensinya hampir sama di semua
kuintil.
Tabet 3.5_7
Prevalensi Penyakit Ksturunan" (Gangguan Jiwa Berat, Buta Warna,
Glaukoma, Sumbing, Dermatitis, ~hinitis, Talasernla, Hemofilia) menurut
Kabupat~n/Kota di Provinsi Lampung, Ris~es~as 2007

Buta Glau- Sum- Der:- Rhi- Tala- Hemo


Kabupaten/Kota Jiwa
warna koma bing matitis nitis semia filia
Lampung Barat. 0, 1 0,0 0,0 0,1 4,1 0, 1 0,0 . 0,0
Tang_gamus 0,2 0,1 0,0 0,0 1,5 0,2 0,0 0,1
Lampung Selatan 0,1 0,0 O,t 0,1 6,0 1,2 0,0 0,0
Lampunq Timur 0,3 0,2 0,0 0,0 6,9 1,0 0,0 0,2
Lampung Tengah 0,1 0,5 0,1 0,1 2,8 0,9 0,0 0,5
Lampung Utara 0,1 0,1 0,0 0,1 2,0 0,0 0,0 'O, 1
Way Kanan 0,2 0,0 0,1 0,0 4,1 0,7 0,0 0,0
Tulang Bawang 0,0 0,1 0,0 0,1 2,3 0,3 0,0 0,1
Bandar Lampung 0,1 0,7 0,2 0,1 5,2 1,8 0,0 0,7
Metro 0,0 0,0 0,0 0,0 2,8 0,5 0,0 0,0
Lampung 0,1 0,2 0,0 0,1 4,0 o,a . 0,0 0;2
Catatan:
*) Penyakit keturunan ditetapkan .rnenurut jawaban pemah mepgalami salah satu dari riwayat
penyakit gangguan ·jiwa »erat (skizofrenia), buta wama, glaukoma, bibir ~umbing, dermatitis,
rhinitis, talasemia, at~u- hemofilia,

Tabel 3.57. Secara umum prevalensi gangguan jiwa berat, buta warna, glaukoma, bibir
sumbing talasemiaa dan hemofilia di Provinsi Lampung lebih rendah dibandingkan dengan

76
angka nasional. Prevalensi gangguan jiwa berat di provinsi Lampung sebesar 0, 1 % (kisaran
0,0 - 0,3%), lertinggi di Larnpunq Timur sebesar d,3% .. terdapat hampir di semua
kabupat~n/kota, kecuali di Tulang Baviang dan Metro. -
' ' :r "'
f?revalensi buta warna 0,2% (kisaran 9,0 - 0,7%), tertingg! dl Bandar ~al"flpung, diikuti
Lampung Tengah, tidak terdapat di. Lampung Barat, Lampunq .selatan, Way,-. Kanan dan
M~t~Q.. Prevalensi glaukoma di provinsi Lampung se~~ra umum 0,0%. bibir sumbing 0, 1 %,
thallasernia 0,0%. Prevalensi sangat kecil di semua kabupaten/kota,
Prevalensi rhinitis 0,8% (kisaran 0,0 - 1,8%), tertinggi di Bandar Lampung (1,8%) dan di
Lampung Utara tidak ditemukan. Hemofilia sepenlbuta warna mempunyai prevalensi yang
sama yaitu 0,2% (kisaran·O.,O.; 0,7%), tertinggi.s:fi·Bandar ~9fTIRUng,(0,7%) sedangkan di
Larnpuriq Barat, L~mpung Se Iatan..dan Way Kanan .tidak ditemukan. Prevalensi dermatitis
4,0% (2,0 - 6,9%) •. tertinggi di Lampung Timur sebesar .6,9% ,dan terendah di Tanggamus
sebesar 1,5%. ·
3.4.2. Ganggua_n Mental Emosional
Di dalam kuesion.er Riskesdas, pertanyaaan mengenai kesehatan mental terdapat di dalam
kuesioner individu F01 -F20. Kesehatan'rnental dinilai dengan Self Reporting Questionnaire
(SRQ) yang terdiri dari 20 butir pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan SRQ diberikan kepada
anggota rumah tangga (ARn yang berusia c:: 15 tahun. Ke-20 butir pertanyaan ini
mempunyai pilihan jawaban "ya" darr "tidak". Nilai ·batas pisah yang ditetapkan pada survei
ini adalah 5/6 yang berarti apabila responden menjawab minimal 6 atau lebih jawaban "ya",
maka responden tersebut diindikasikan mengalami gangguan mental emosional. Nilai batas
pisah tersebut sesuai penelitian uji validitas yang pernah dilakukan (Hartono, Sadan
Litbangkes, 1995).
Gangguan mental emosional rnerupakan suatu keadaan yang mengindikasikan individu
mengalami suatu perubahan emosional yang dapat berkembang menjadi keadaan patologis
apabila terus berlanjut. SRQ- rnemiliki keterbatasan karena hanya mengungkap status
emosional individu sesaat (± 2 minggu) dan tidak dirancang untuk diagnostik gangguan jiwa
secara spesifik. Dalam Riskesdas 2007 pertanyaan dibacakan petugas wawancara kepada
seluruh responden.
Tabel di bawah ini menunjukkan prevalensl gangguan mental emosional -pada 'penduduk
berumurz 15 tahun. lndividu dinyatakan mengalami gangguan mental emosional apablla
menjawab minimal 6 Jawaban "Ya" kuesioner SRQ.
Tabel 3.58
Prevalensi Gangguan Mental Emosional pada Penduduk B.~rumur 15 Tahun ke
Atas (berdasarkan Self Rep9rting Que.stionnaire-20)* menurut Kabupaten/kota
di Provinsi Lampung,-Riskesdas 2007

Kabupaten7Kota Gangguan mental emosional


Lampung Barat 5,4.
Tanggamus 7, 1
Lampung Selatan 10,4
Lampung Timur 4,2
Lampung Tengafi 4,9
Lampung Utara 3, 1
Way Kanan 4,2
Tulang Bawang 9,0
Bandar Lampung 8,6
Metro 5,5
Lampung 6,8
Nilai batas pisah (cut off point)~ 6

77
Tabel 3.58. menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional penduduk secara umum di
Lampung sebesar 6,8% lebih rendah dari angka naslonal (11,6%) .. G<;ingguan mental
emosional tertinggi terdapat di kabupaten L5!mpung Selatan sebesar 10,4%.d.an terendah
berada di 'Lampung Utara 3, 1 %. Hasil SKRT yang dilakukan Sadan. Penelitiarr nan
Penqembanqait Kesehatan Depkes tahun 1995;1 menunjukkan 140 dari 1000 Anggota
Rumah Tangga yang berusla C?: rn 'tahun mengalami'-gangguan mental emosional. S~RT
1995juga menggunakan SRQ sebagai alat ukur.

Tabet 3.59
Pehyakit Gangguan Mental Emosional pada Penduduk Berumur 15 Tahun Ke
Atas tBerdasarkim Self Reporting Questionnaire-20)* menuru'fKarakte'ristik
Resi>,bnden, 'di Provinsi Larnpun·g, Riskesdas 2ooi
Karakteristik responden Gangguan mental emoslcnal
U,m,ur (tahun)
15-24, 3,76
25-34' 4,97
35..!44 5,06
45-54 6,50
55-64 9,77
65-74 20,91
75+ 26,33
Jenis kelamin
Lakl-lakl 5,31
Perernpuan 8,31
Pendldikan
Tidak ,sekolah 15,33
Tidak tamat SD 9,85
Tarnat S(? 5,65
Tamat SMP 4,56
Tamat SMA 4,76
Tamat PT 5,01
Pekerjaan
Tidak ~erja 17,37
Se'kolah 3,31
lbu RJ '8,09
pegawai 3,49
Wiraswa~ta 5,53
Petani/nelayan/buruh 5,18
Lainnya 8,65
Tipe daerah
Kota 7,86
Des a 6,47
Lanjutan Tabel 3.58
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil 1 7,89
Kuintil 2 7,40
Kuintil 3 6,70
Kuintil 4 6,1-7
Kuintil 5 5,92
*Nilai Batas Pisah (Cut off Point) ;:; 6

78
Tabel 3.59. menunjukkan gangguan mental terbanyak terjadi pada umur lebih dari 65 tahun,
dan terdapat-kecenderunqan peningkatan prevaiensi responden yang·mengalami gangguan
mental emosional seiring dengan pertambahan usia. Berd9~arkali jenis kelamin terlihat
bahwa perempuan lebih banyak yang mengalami gangguan mental emosional dibandingkan
dengan laki-laki
Pada responden yang tidak tamat sekolah memiliki prevalensi te(tinggi terhadap gangguan
mental emosional, yaitu sebesar (15,34o/~ dan terdapat 'kecenderunqan .sernakln tinggi
tingkat pendidikan maka terdapat penururian prevalensi responden yang mengalami
gangguan mental emosional: "
Berdasarkan jenis pekerjaan, terlihat bahwa pada responden yang tidak bekerja memiliki
prevalensi tertinggi (17,37%) dan terendah adalah responden yang masih sekolah (3,31%)
dan pegawai (3,49%). Responden yang tinggal'di kota juga l~bih banyak yang mengalami
gangguan mental emosional dibandingkan dengan responden yang tinggal di desa.
Terdapat perbandingan terbalik antara Tingkat pengeluaran per kapita dengan prevalensi
gangguan mental emosional, jadi semakin tinggi tingkat pengeluaran perkapita maka
semakin rendah prevalensi responden yang mengalami gangguan mental emosional
Dari tabel di atas dapat- dikatakan bahwa kelompok yang rentan mengalami gangguan
mental emosional antara lain perempuan, pendidikan rendah, tidak bekerja, tinggal di kota
dan tingkat pengeluaran perkapita rurnah tangga rendah.

3.4.3. Penyakit Mata


Data yang dikumpylkan untuk mengetahui indikator kesehatan mata meliputi pengukuran
tajam penglihatan menggunakan kartu Snellen (dengan atau tanpa pin~hole), riwayat
glaukoma, rlwayat k:atarak, operasi katarak, dan pemeriksaan segmen anterior mata
menggunakan pen-light.
Prevalensi low vision dan kebutaan dihitung berdasarkan hasil ,pengukur9n visus pada-
responden berusia enam tahun ~~ atas, Prevalensi l<atarak Siihitung berdasarkan-jawabarr
responden berasia 30 tahun ke atas sesqai ernpat butlr pertanyaan y~r,ig tercantum dalam
kuesioner individu. Notasi D pada .tabel 4.3.3 .. dan 4.3.~, adalah' pn;.>porsi responden yang-
menQ.aku pernah didiagnQsis katarak oleh tenaga kesehatan, dalam 12 butan- terakhir,
sedangkan QG adalah proporsi D ditambah proporsi responden yang mempunyai gejafa
utarna-katarak (penglihatan berkabut dan silau), tetapi ticfak pernah did.iagnosis oleh tsnaqa
kesehatan. Proporsi riwayat operasi katarak didapatkan dari responden yang mengaku
pernah didiagnosis katarak dan pernah menjalani operasi katarak dalam 12 bulan terakhir.
Keterbatasan pengumpulan data visus adalah tidak dilakukannya koreksi visus, tetapi
dilakukan pemeriksaan visus tanpa pin-hole, dan jika visus lebih kecil dari 20/20 dilanjutkan
dengan pin-hole. Keterbatasan pada pengumpulan data katarak adalah kernampuan
pengumpul data (surveyory yang bervariasi dalam menilai lensa mata menggunakan alat
bantu pen-light, sehingga pemakaian lensa intra-okular pada responden yang mengaku
telah menjalani operasi katarak tidak dapat dikonfirmasi.
Dalam Tabel 3.60. proporsi penduduk umur 6 tahun ke atas yang menderita low vision
terendah 1,43% di Lampung Utara dan tertinggi 7,51 % di Lampung Tengah dengan total
Lampung 3,74%, lebih rendah dari angka nasional (4,8%). Sedangkan proporsi penduduk
umur 6 tahun ke atas yang menderita kebutaan terendah 0,27% di Bandar Lampung dan
tertinggi 4,43% di Lampung utara dengan total Lampung 1,03%, lebih tinggi dari angka
nasional yaitu 0,9%.

79
Tabel 3.60
Proporsi Penduduk Umur 6 Tahun ke Atas menurut Low Vision, Kebutaan
(Dengan atau Tanpa Koreksi Kacamata Maksimal) dan Kabupat~n/Kota
di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Ka bu paten/Kot~ Low Kebutaan**(%)
vision*(%)
[ampun'g Barat 2,20 0,40
Tanggamus 3,59 0,69
Lampung Selatan 4,62 1, 16
Lan:ip.ung Timur 2,83 0,47
Lampurig repgab 7,51 1,27
LaQ1pung Utara 1,43 4,43
Way Kanan 1,80 0,74
Tulang Bawang 2,42 0,32
Bandar Lanipung 1,99 0,27
Metro 5,09 1,20
Lampung 3,74 1,'03
CATATAN: *)Kisaran visus: 3/60 ~ X < 6/18 (20/60) pada rnata terbaik
**)Kisaran visus <3/60 pada mata terbaik

Dalam Tabel 3.61. diperlihatkan proporsi penduduk umur 6 tahun ke atas-yanq.rnenderlta


low vision mulai meningkat umur 55 tahun keatas (1 ~.15%) dan tertinggi betada di umur 75
tahun ke .atas sebesar 42, 73%, fertinggi pada perempuan (4,42%), tertinggi pad~ yan~ \idak,
sekotah (8,36%), tertinggi pada responden yang tidak bekerja (11, 76,)%, lebiti tinggi di
pedesaan {3,95%) sedanqkan pada golongan ekonomi palirrg tinggi berada ,p~da kuinfil 2
yaitu sebesar 4, 16%.
Proporsk kebutaan di provinsi Lampung tertinggi dijumpai pada umur is
tahun ke atas,
berdasarkan [enls kelamin, an'gka tertinggi terdapat "pada perempuan sebesar 1,29%,
tertinggi berada pada responden yang tidak . sekolah sebesar '22,97%, berdasarkan
pekerjaan angka kebutaarr-terflnqql terdapat p'adajesponden tidak, bekerja •. jiKsi berdasarken
Tipe daerah responden yang. menqslami kebutaan tertinggi,'berad~ di desa sebesar 1, U)o/o.
I

Berdasarkart tinqkat penqeluaran per kapita maka ang)<~ kebutaan ·tertinggl dltemui Rada
kuintil 1 sebesar 1,44%.

80
Tabel 3.61
Proporsi Penduduk Umur 6 Tahun ke atas menurut Low Vision, Kebutaan
(Dengan atau Tanpa KoreksU(acamata Maksimal)tCtanKarakteristik Responden di
Provinsi L:ampung, Riskesdas · 2007 '- ·
Karakteristik responden Low vision*(%) Kebutaan-(%)
Kelompok umur (tahun)
5- 14 0,24 0,33
15-24 0,19 0,08
25-34 0,45 0,28
35-44 1,40 0,44
45-54 3,72 0,81
55-64 13,15 3,68
65-74 29,43 ,5,26
75+ 42,73 12,95
Jenis kelamin
Laki-laki 3,08 0,78
Perempuan 4,42 1,29
Pendidikan
Tidak sekolah 8,36 22,97
Lanjutan Tabel 3.61
Tidak tamat SD 1,28 6,26
Tamat SD 0,34 2,25
Tamat SMP 0,14 ,89
TamatSMA 0,21 1,05
Tamat PT 0,0 1,65
Pekerjaan
Tidak bekerja 11,76 3,96
Sekolah 0,57 0,06
Mengurus RT 3,71 0,76
Pegawai (negeri, swasta, Polri) · 1,33
Wiraswasta· 2,?§, 0,39
Petani/ nelayan/ buruh 4,89 1, 19
. l.ainnya 4,24 2,42
Tipe daerah
Kot a 2,91 0~57
Des a 3,95 1, 15
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil 1
3,66 1,44
Kuintil 2
4,16 1,10
Kuintil 3
3,53 0,82
Kuintil 4
3,73 1,15
Kuintil 5
3,61 0,65
CATATAN: *)Kisaran visus: 3/60 .::_X < 6/18 (20/60)
**)Kisaran visus <3/60

81
Tabel 3.62
Proporsi Penduduk,U,mur 3.0 Tahun k~ Atas dengan Katarak
menurut KabupatertfKota di, Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Kabupaten/Kota D* (%) DG** (%)


Lampung Barat 2,05 11,60
Tanggamus 0,71 19,82
Lampung Selatan 3,41 22,77
Lampung Timur 0,61 11,57
Lampung Tengah 0,29 14,24
Lampung Utara 0,75 4,20
Way Kanan 0,57 8,06
Tulang Bawang 1,15 12,14
Bandar Lampung 1,08 13,99
Metro 2,00 3,55
Lampung 1,29 14,45
*)D = proporsi responden yang mengaku pernah didiagnosis katarak oleh tenaga
kesehatan dalam 12 bulan terakhir.
**)DG= proporsi responden yang mengaku pernah didiagnosis katarak oleh tenaga
kesehatan atau mempunyai gejala penglihatan berkabut dan silau dalam 12
bulan terakhir.

Secara keseluruhan, tabel 3.62 ini memperlihatkan bahwa proporsi penduduk umur 30 tahun
ke atas yang pernah didiagnosis katarak dibanding penduduk yang mengaku memiliki gejala
utama katarak (penqlihatan berkabut dan silau) dalam 12 bulan terakhir. Proporsi diagnosis
oleh nakes terendah ditemukan di Kab. Lampung Tengah (Q,29%) dan yang tertinggi adalah
di Lampung Selatan (3,41 %). Propers] diagnose katarak di provinsi Lampung (1,29%) lebih
rendah dari angka nasional Y.,aitu 1,8%.
Adapun rasio proporsi katarak berdasarkan diagnosis atau gejala di provinsi Lampung
sebesar 14,45% lebih rendah dari angka nasional sebesar 17,3., dengan proporsi terendah
Kota Metro sebesar 3,55% sedanqkan tertinggi terdapat Lampung Selatan sebesar 22, 77%.

82
Tabel 3.63
Proporsi Pendudul'c umur
30 Tahun ke atas denganl<atarak menurut Karakteristik
Responden di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
-' . ,,.
Diagnosis Oiagnosls
Karakteristik responden
oleh nakes atau gejala
Kel~rfipok umur (tahun)
30-34
0, 10 2,45
35-44
45-54 0,25 5,46
55-64 0,99 14,77
65-74
2,47 25,70
75+0
4,84 41,39
5,99 46,54
Jeni~ kelamin
Laki-laki 1, 14 12,86'
Perempuan 1,48 16,05
Pendidikan
Tidak sekolah 2,48 29,91
Tidak tarnat SD 1,90 20,20
Tamat SD 1,27 11,20
Tamat SMP 0,41 7,06
Tamat SMA 0,34 7,12
Tamat PT 0,74 7,77
Pekerjaan
Tidak bekerja 5,99 42,24
Sekolah 0,00 22,92
Mengurus RT
0,64 13,35
Pegawai (negeri, swasta, Polri)
Wiraswal?ta 0,61 6,77
Petafli/ nelayan/ buruh 0,75 9,54
Lainnya 1,00 12,8_3
5,05 19,79
Klasifikasi desa
Kota 1,83 14,29
Desa 1, 15 14,47
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil 1 0,94 15,07
Kuintil 2 1,40 16,86
Kuintil 3
1,31 13~67
Kuintit4
Kuintil 5 1,51 14,29
1,26 12,75

Tabel 3.63 mempenihatkan proporsi diagnosis katarak oleh nakes serta berdasarkan
diagnosis dan atau gejala meningkat sesuai dengan pertambahan umur. Diagnosis katarak
oleh nakes berdasarkan jenis kelamin lebih tinggi pada perempuan (1,48%). Berdasarkan
diagnosisatau gejala katarak juga lebih tinggi pada perempuan yaitu 16,05%.
Proporsi katarak berdasarkan diagnosis nakes lebih besar pada penduduk dengan latar
pendidikantidak sekolah sebesar 2,48%, sedangkan pada katarak berdc.sarkandiagnosis
atauqejala terbesar ada pada responden yang tidak sekolah (29,91%).
Proporsi katarak berdasarkan diagnosis nakes lebih besar pada penduduk yang tidak
bekerja sebesar 5,99%, sedangkan pada katarak berdasarkan diagnosis atau gejala
terbesarjuga ada pada responden yang tidak bekarja (42,24%).

83
Pada katarak yang pernah dldlaqnosis oleh nakes terlihat _sedikit lebih besar di daerah
perkotaan (1,83%) sedanqkan, untuk yang didi~gnosis oleh nakes ataupun mempunyai
gejala katarak, di pedesaanlebfh besar (1{47%). -
Pada pendudukyahg didiagnosis oleh nakes, prevalensitertinggi ada pada kuintil 4 (1,51 %)
dan terendah berada pada kuintil 1 yaltu 0,94%. Pada katarak-berdasarkan. diagnosis dan
gejala tertinggi berada pada kuintil 2 yaitu 15,07% dan terendah berada pada kuintil 5 yaitu
12,75%.
Tabel 3.64
Proporsi Penduduk Umur 30 Tahun ke Atas dengan Katarak Yang Pernah
Menjalani Operasi Katatak dan Memakai Kacamata Pasca Operasi
menurutKabupaten'Kota di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Pakai kacamata pasca


Kabupaten/Kota Operasi katarak (%)
operasi (%)
tampund Barat 10,00 50,00
Tanggamus 0,00 0,00
Lampung Selatan 9,38 100,60
Lampung Timur 0,00 0,00
Lampung Tengah 0,00 0,00
Lampung Utara 0,00 0,00
Way Kanan 25,00 100,00
Tulang Bawang 7,69 0,00
Bandar Lampung 25,00 33,33
Metro 0,00 0,00
Lampung 8,82 69,23

Tabet 3.64 Proporsi operasi katarak dalam 12 bulan terakhir untuk tingkat provinsi adalah
sebesar 8,82% lebih rendah dari angka nasional yaitu 18,0 %, dengan kisaran tertinggi
adalah di kabupaten Way Kanan dan Bandar Lampung dengan masing-masing sebesar
25%. Beberapa daeran tidak ditemukan operasi katarak yaitu di Tanggamus, Lampung
Timur, Lampung Tengah, Lampung Utara dan Metro.
Penggunaan kacarnata pasca operasi katarak di tingkat provinsi adalah sebesar 69,23%
lebih tinggi dari angka nasional yaitu 58,1 %, dengan kisaran tertipggi berada pada Lampung
Selatan dan Way Kanan sebesar 100%. Pemberian kacamata operasi bertujuan
mengoptimalkan tajam penglihatan jarak jauh maupun jarak dekat pasca operasi katarak,
sehingga tidak semua penderita pasca operasi merasa memerlukan kacamata untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Kemungkinan lain adalah hasil operasi katarak yang cukup
baik, sehingga visus pasca operasi mendekati normal dan hanya sedikit penderita yang
memerlukan kacamata pasca operasi.

84
label 3.65 c
Persentase Penduduk Umur 30 Tarlun ke Atas den~an Katarak
yang Pernah Menjalani Operasl Katarak-;danr Memakai Kacama~. Pasca Operasl
menurut Karakteristik responden Responden di Provlnsi Lampung,
Riskesdas 2007
,
Karakteristik responden
"
Pakai, kacamata
.
Operasi katarak (%)
easca oeerasi {%}
Kelompok umur (tahun)
30- 34 0, 11 100,00
35-44 0, 11 75,00
45- 54 0,20 50,00
55-64 0,66 75,00
65-74 1,08 50,00
75+ 0,83 100,00
Jenis kelamin
i..aki-laki 0,35 50,00
Perempuan 0,27 83,33
Lama pendidikan ,J

Tidak sekolah 0,49 50,0


Tidak tamat SD 0, 11 66,7
TamatSD 0,30 100,0
Tamat SMP .0,35 66,7
TamatSMA o,34 100,0
Tamat_PT 0,50 50,0
Pekerjaan
Tidak bekerja 0,54 66,67
Sekolah 0,00 0,00
.Mengurus RT 0,30 100,00
Pegawai (negeri, swasta, Polri) 0,00 0,00
Wiraswasta 0,38 100,00
Petani/ nelayan/ buruh 0,18 50,00
Lainnya 4,08 100,00
Klasifikasi desa
0,70 57,14
Kota
0,19 80,00
Q.esa
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil 1 0,16 33,33
Kuintil 2 0\40 100,00
Lanjutari Tabel 3.65
Kuintil 3 0,29 100,00
Kuintil 4 0,32 100,00
Kuintil 5 0,30 50.00
'

Pada tabel 3.65 di atas, berdasarkan kelompok umur terlihat ba_hyita persentase tertinggi
pada operasi katarak ditemukan pada umur 65-74 (1,08)% dan paling rendah Herada pada
umur '3a-44 tahun sebesar O, 11 %. Proporsi responden yang rnernakai kacarnata pasca
operast paling tinggi berada pada umur 30-34 tahun dan di atas 75 tahun yaitu sehesar
100%..
Proporsi operas! katarak' pada laki-laki ··cenderung lebih tinggi. diQandingkan pada
perempuan, sedangkan untuk pemakaian kacamata setelah operasi tebih tinggi berada pada
perempuan sebesar 83,33%.

85
Proporsi operasi katarak terbesar perada' pada kelompok penduduk tamat PT yaitu 0,50%.
Sedangkan y~ng memakal kacarriata pasca operast palirjg tipggi berpendidikan akhir tamat
SD. dan tamat SMA sebesar 100%. ' · 1
l
Proporsi operasi -katarak terbesar berada pada penduduk yang tidak bekerja yaitu 0,54%.
Sedangkan yan.g memakai kacarnata pasca operasi paling tinggi adalah pada ibu rumah
tangga dan wiraswasta sebesar 100%. r

3.4.4. Kesehatan Gigi


Untuk mencapai target pencapaian pelayanan kesehatan gigi 2010, telah dilakukan
berbagai program, baik protnotif, preventif, protektif, kuratif maupun rehabilitatif. Berbagai
indikator dan target telah ditentukan WHO, antara lain anak umur 5 tahun 90% bebas
karies, anak urnur 12 tahun mempunyai tingkat keparahan kerusakan gigi (indeks DMF:::T)
sebesar 1 (satu) gigi; penduduk umur 18 tahun bebas gigi yang dicabut (komponen M=O);
penduduk umur 35-44 tahun memiliki minimal 20 gigi berfungsi sebesar 90%, dan penduduk
umur 35-44' tanpa gigi (edentulous) g2%; penduduk umur 65 tahun ke atas masih
mempunyai gig( berfungsi sebesar 75% dan penduduk tanpa gigi s5%. Terdapat lima
langkah program indikator terkait penilaian keberhasilan program dan pe'ncapaiasr· target
gigi sehat 2010, yaitu:

Sehat/Promotif Rawan Laten/Deteksi Sa kit/ Ca cat/


(protektif) dini dan terapi
kuratif rehabi litatif
Prevalensi lnsiden % dentally Fit % keluhan % 20'gigi
berfungsi
% caries free 5th Expected PTI % dentally fit % edentulous
incidence
DMF-T 12th Trend DMF-T RTI PTI % protesa
menurut umur
DMF-T 15th Ml RTI
DMF-T 18th CPITN Ml

Performed Treatment lndex(PTI) merupakan angka persentase dari jumlah gigi tetap yang
ditumpat terhadap angka DMF-T. PTI menggambarkan motivasi "Clari seseorang untuk
menumpatkan giginya yang berlubang dalam upaya mempertahankan gigi tetap
Required Treatment Index (RTI) rnerupakan angka persentase darl jumlah, gigi tejap yang
karies terhadap angka DMF-T. RTI m~nggambarkan besarnya kerusakan yang belum
ditangani· dan memerlukan penumpatan/pencabutan.
Dalam Riskesdas 2007 ini dikumpulkan berbagai indikator kesehatan gigi-mulut
masyarakat, baik melalui wawancara maupun pemeriksaan gigi-mulut. Wawancara
dilakukan terhadap S91J1Ua kelornpok urnur.jnefiputi data masyarakat yang bermasafah_gigi-
mufut, perawatan yang ,diterima dari tenaqa, -medis gigi, hilang seluruh gigi asli, jenis -..
perawdtan yang dlterirha .da~i ,tenaga medis gigi, dan perllakupernetlharaan.kesehatan :9igi.
Pemeriksaan gigi-mulut dilakukan pada KEilfgmpok umur 12 tahun ke- atas denqan,
menqqunakan instrumen genggam (kaca niulut dan senter).
Tabel 3.66 menqqambarkan prevalensi penduduk .qengan masalah, gigi-mulut dan yang
rnenerjma perawat~h dari, tenaqa l]l'edis gigi -.i dalarn 12 bu Ian terakhir menurut
kabupaten/kota. ' , '

86
Tabel 3.66
Prevalensl Penduduk Bermasalah Gigi-Mu!ut menurut J{abupaten/Kota di
Provinsi Lampung, Rlekesdas 2007 ·
- Hil~ng
Bermasalah gigi- Menerjma
seluruh gigi
mu Jut perawatan dari
Kabupaten/Kota asli
tenaga medis gigi
Lampung Barat 18,8 15,0 0,6
Tanggamus '26,6 24,3 0,5
Lampung Selatan 18,6 22,9 0,7
Lampung Timur 19,9 23,1 1,5
Lampung Tenqah 12,8 24,2 0,7
Lampung Utara 14,0 19,7 0,5
Way Kanan 1·8,5 45,3 2,6
Tulang Bawang 16,9 16,7 0,6
Bandar Lampung 18,9 45,0 0,8
Metro 8,2 45,7 0,1
Lampung 18, 1 26,0 0,9

Tabel 3.66 ini menggambarkan permasalahan gigi-mulut di 10 kabupaten di Provinsi


Lampung darr yang dimaksud dengan tenaga medis gigi adalah perawat gigi, dokter gigi
atau dokter spesialis kesehatan gigi dan mulut.
Proporsi penduduk yar'lg mempunyai masalah gigi-mulut secara umum di provinsi Lampung
sebesar 18, 1 % lebih rendah sari angka nasional yaitu 23,4%. Prevalensi penduduk
bermasalah gigi mulut berdasarkan kabupaten/kota terlihat yang terendah adalah kota Metro
(8,2%) dan tertinggi Tanggamus (26;6%) sedangkan yang memperoleh perawatan gigi
tertinggi berada, di Metro 45,7% dan terendah di Lampung Barat 15,0%. Penduduk yang
telah kehilangan seluruh gigi asli paling tinggi berada di Way Kanan sebesar 2,6% dan
terendah Tanggamus dan Lampung Utara sebesar masing-masing 0,5%.

87
Tabel 3.67
Prevalensl, Penducfuk Bermasalah Gigi-Mulut menurut KarakteriStik
Respontlen 'dt Ptovinsi Uuiipu'hg, 'Riskesdas 2007
Hilang seluruh
.Karakteristik Bennasalah Menerima 'perawatan
gigi asli
respond en gigl-mulut dari tenaga medis gigi
Umur (tahun)
<1 0,5 0,0 0,0
1 - 4 5,2 36,9 0,1
5 - 9 16,2 23,2 ·0.2
10-14 14,6 23,2 0,1
15-24 17, 1 25,8 0,3
25-34 21,9 29,3 0,4
35-44 24,0 26,5 0,2
45-54 23,9 25,9 0,7
55-64 19,9 22,3 2,0
65+ 13,0 20,7 9,1
Jenis kelamin
t.aki-lakt 17,3 25,1 0,8
Perempuan 18,9 26,8 0,9
Tipe daerah
Kota 18, 1 39,0 0,6
Desa 18, 1 22,2 0,9
Tingkat pe!lgeluaran per kapita
Kuintil 1 18,8 19,0 1,2
Kuintil 2 19, 1 25,6 0,8
Kuintil 3 17, 1 24,3 0,6
Kuintil 4 17,4 28,0 1,0
Kuintil 5 17,9 33,4 0,8

Tabel 3.67 memperlihatkan proporsi penduduk yang mempunyai masalah- gigi dan mulut
yang paling rendah ada pada kelompok bayi, yaitu hanya 0,5% dan tertinggi pada kelonipok
umur 35-44 tahun yaitu sebesar 24,0%. Tenaga medis gigi adalah perawat gigi, dokter gigi
atau dokter spesialis kesehatan gigi dan mulut. Proporsi penduduk yang paling banyak
menerima perawatan dari tenaga medis gigi ada pada kelompok umur 1-4 tahun tahun
(36,9%). Penduduk yang kehilangan seluruh gigi asli paling banyak ditemui pada penduduk
umur es tahun ke atas.
Proporsi penduduk berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak mempunyai masalah
dengan gigi-mulut (18,9%), menerima perawatan dari tenaga medis gigi (26,8%) dan hilang
seluruh gigi asli (0,9%) adalah perempuan.
Penduduk yang tinggal di desa dan di kota memiliki proporsi bermasalah dengan gigi-mulut
yang sama. Sedangkan yang paling banyak menerima perawatan darl tenaga medis gigi
adalah penduduk kota (39,0%). Penduduk yang berTipe daerah di desa proporsi kehilangan
seluruh gigi asli lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di kota;
Berdasarkan tingkat pengeluaran perkapita perbulan, penduduk yang bermasalah pada
gigi-mulut tertinggi pad? kuintil 2 (19,1%), penduduk yang telah kehilangan seluruh gigi asli
terbanyak pada kuintil 1 dan 4 (masing-masing sebesar 1,2% dan 1,0%) walaupun selisih
antar kuintil tidak tenalu besar. T erdapat kecenderungan dengan semakin tinggi 1ihgkat
pengeluaran perkapita perbulan maka aka semkin tinggi pula penduduk yang menerima
perawatan dari tenaga medis gigi, kecuali pada kuintil 3.

88
Tab~l 3.68
Perseotas.e Penduduk yang Menerima PerawataQLPengobatan Gigi menurut
Jenis Perawatan dan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Penambalan/
. .
Jenis ~erawatan gigi
l?emasangan
~ "
Kons~Jin'g
Kabupaten/Kota perawatan/
Pengobatan pencabutan/ protesa/ Lainnya
kebersihan
bedah gigi bridge
gigi
Lampling Barat 85,7 20,0 2,9 8,6 2,9
Tanggamus 97,7 18,5 0,0 15,1 0,0
Lampung Selatan 96,8 17,2 1,6 2,7 0,0
Lampung Timur 94,9 12,4 2,2 2,9 0,0
Lampung Tengali 86,3 25,4 3,4 ,9 0,0
Lampung Utara 95,9 18,4 0,0 2,0 0,0
Way Kanan 97,9 21,9 1,0 11,5 0,0
Tulang Ba,wang 86,9 21,3 4,9 13, 1 0,0
Bandar Lampung 83,6 50,0 2,7 6,3 0,0
Metro 80,0 26,7 6,7 13,3 0,0
Lampung 91,8 25,3 2,0 6,9 0,1

Tabel 3.68 di atas memberikan gambaran mengenar jerus perawatan yang diterima
penduduk untuk masalah gigi-mulut berdasarkan kabupaten/kota rli Provins! Lampung.
secara- umum proporsi penduduk yang menerima pengobatan untuk rnasalah gigi-mulut
(91,8%) lebih besar daripada angka nasional (87,6%). Sedangkan untuk proporsl penduduk
yang mendapatkan penambalan/pencabutan/bedah mulut, pemasangan protesa/bridge,
konseling perawatan/kebersihan gigi, dan jenis perawatan lainnya lebih rendah
dibandingkan dengan angka nasional.
Penduduk yang paling banyak menerima pengobatan terhadap masalah gigi:..mulut adalah
penduduk di Kabupaten Way Kanan, yaitu sebesar 97.~°to dan terendah di Bandar Lampung
(80,0%).
? Sedangkan penduduk yang' paling banyak melakukan penambalan/ pencabutan/bedah gigi
\ adalah penduduk di Bandar Lampung yaitu sebesar 50,0% dan pemasangan protesa/bridge
tertinggi berada di Metro yaitu 6, 7%.

89
Tabel 3.69
Persentase Penduduk yang M~nerima Perawatan/P.engobatan Gigi menurut Jenis·
, Perawatan dan Kar.akteristik Responden Di Provtnsrt.ampnnq, .,
Riskesdas 2001·

Jenis ~erawatan gigi


Karakteristi k Pengobatan Penambala/ Pemasangan Konseling Lainnya
responden Pencabuta/ Gigf palsu Perawatan/
respond en Bedah gigi Lepasan atau Keberslhan
Gigi.palsu cekat gigi

Umur (tahun)
<1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
1 - 4 93,5 6,5 0,0 3,2 0,0
5 - 9 87,2 25,5 0,0 9,6 0,0
12-14 90,2 21,7 0,0 7,6 0,0
15-24 .d0,4 25,3 0,0 5,1 0,0
25-34 94,6 24,0 1,2 9,9 0,0
35-44 93,3 2~,4 1,8 5,8 0,4
45-54 90,3 27,3 7,1 7,1 0,0
55-64 91,8 33,3 6,7 3,3 0,0
65+ 91,4 14,3 0,0 0,0 0,0

Lanjutan Tabel 3.61


Jenis kelamin
Laki-laki 92,6 26,5 1,4 6,0 0,0
Perempuan 91,2 24,2 :,6 7,4 0,2
Tipe daerah
Kota 87,9 40,1 2,2 5,9 0,0
Desa 93,9 17,6 1 ~9 7,2 0,1
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil 1 ,91,5 23,8 1,2 7,3, 0,0
Kuintil 2 91,6 47,6 1,8 7,5 0,0
Kuintil 3 94,3 27,6 1,6 5,7 0,0
Kuintil 4 92,2 1'7'~"4 2,6 8,3 0,0
Kuintil 5 89,9 29,3 2,9 5,4 0,4

Tabel 3.69 memperlihatkan sebagian besar penduduk yang mendapatkan pengobatan


terhadap masa'lah gigi-mulut (94,6%) ada pada kelompok 25-34 tahun.. Persentase
penduduk yang melakukan penambalan/pencabutan/bedahgigi terbanyak pada kelompok
umur 55-64 tahun (33,3%). Persentase penduduk yang melakukan pemasangan gigi palsu
lepasan atau gigi palsu cekat paling banyak pada kelompok 45-54 tahun (7,1%) dan
berkurang, selaras dengan sernakin muda umur penduduk. Persentase penduduk yang
mendapatkan konseling/perawatan kebersihan gigi paling tinggi berumur 25-34 tahun dan
perawatan lainnya sebagian besar ada pada kelompok umur 35-44 tahun.
Pengobatan gigi lebih tinggi pada laki-laki (92,6%) dibandingkan perempuan (91,2%). Begitu
pula penduduk laki-laki yang melakukan penambalan/pencabutan/bedahgigi lebih banyak
daripada perempuan. Persentase penduduk yang melakukan pemasanqan gigi palsu
lepasan atau gigi palsu cekat dan mendapatkan konseling/perawatan kebersihan gigi lebih
banyak.pada penduduk perempuan (masinq-masinq2,6% dan 7,4%).
Sebagian besar penduduk di kota darr desa mendapatkan pengobatan terhadap masalah
gigi-mulut tetapi penduduk di desa lebih banyak yang mendapatkan pengobatan (93,9%)

90
dibandingkan dengan penduduk di kota. Sedangkan penduduk di kota lebih banyak yang
melakukan penambalan/pencabutan/ bedah gigi dan melakukan pemasangan gigi palsu
lepasan atau gigi palsu cekat sebesar 40, 1 % dan 2,2%. Sedangkan mendapatkan
konseling/perawatan kebersihan gigi lebih banyak pada penduduk di desa, yaitu masing-
masing sebesar 7,2%.
Hampir tidak ada perbedaan penduduk yang mendapatkan pengobatan terhadap masalah
gigi-mulut di masing-masing kuintil, tetapi yang terendah adalah penduduk yang berada
pada kuintil 5 (89,9%).
Tabel 3.70
Persentase Penduduk Sepuluh Tahun ke Atas yang Menggosok Gigi Setiap
Hari dan Berperilaku Benar Menyikat Gigi menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Waktu Menggosok gigi


Gosok gigi
Kabupaten/kota Saat Sesudah Sesudah Sebelum Lainnya
setiap hari
mandi makan ban gun tidur
~agi/ sore ~agi ~agi malam
Lampung Barat 95,1 95,7 3,3 6,5 10,2 3,5
Tanggamus 93,4 97,4 9, 1 14,6 12,4 2,4
Lampung Selatan 95,7 98,4 3,2 9,5 18,3 2,4
Lampung Timur 94,5 98,4 2,0 3,5 8,6 3,0
Lampung Tenqah 94,9 98,0 3,5 3,0 9,3 2,0
Lampung Utara 94,1 99,2 3,3 4,4 10, 1 0,3
Way Kanan 95,1 98,5 1,9 11,0 9,4 1,1
Tulang Bawang 90,4 95,5 6,5 9,2 6,1 3,4
Bandar Lampung 98,7 98,6 11,5 19,7 36, 1 1,2
Metro 97,5 98,8 3,2 7,5 20,0 0,3
Lampung 94,8 97,8 5,0 9,0 14,3 2,2
Catatan : Berperilaku benar menyikat gigi adalah orang yang menyikat gigi setiap hari dengan
waktu sikat gigi sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam
Tabel 3.70 ini menyajikan data mengenai kebiasan penduduk dalam menggosok gigi dan
Waktu menggosok gigi berdasarkan kabupaten pada penduduk di Provinsi Lampung.
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa secara umum sebagian besar penduduk
berumur 10 tahun keatas mempunyai kebiasaan menggosok gigi setiap hari (94,8%). Dari
mereka yang menggosok gigi setiap hari, mayoritas dilakukan pada saat mandi pagi/sore
(97,8%).
Jika dilihat menurut kabupaten/kota maka penduduk di Bandar Lampung mempunyai
persentase terbesar dalam kebiasaan menggosok gigi setiap hari, yaitu sebesar 98,7%.
Proporsi penduduk yang terendah dalam kebiasan menggosok gigi setiap hari adalah di
Tulang Bawang sebesar 90,4%. Kabupaten/kota dengan persentase tertinggi menggosok
gigi saat setelah makan pagi adalah Bandar Lampung (11,5%) dan terendah di Way Kanan
(1,9%). Sedangkan Kabupaten/kota dengan persentase tertinggi menggosok gigi sebelum
tidur malam adalah Bandar Lampung (36, 1 %) dan terendah di Tulang Bawang (6, 1 %).
Tabel 3.71 berikut memperlihatkan berdasarkan kelompok umur, proporsi terbanyak yang
menggosok gigi setiap hari adalah penduduk pada kelompok umur 15-24 tahun (99,4%).
Penduduk kelompok umur 65 tahun keatas merupakan kelompok umur yang paling banyak
tidak menggosok gigi setiap hari (60,5%). Persentase responden yang menggosok gigi pada
sesudah makan pagi tertinggi terdapat pada kelompok umur 15-24 tahun dan 45-54 tahun,
yaitu masing-masing sebesar 5,9%. Persentase responden yang menggosok gigi pada

91
sebelum tidur malam tertinggi terdapat pada kelornpok umur 15-24 tahun, yaitu sebesar
17,5%.
Pern;f uduk perempuan dan laki-laki yang menggosok gigi setiap hari persentasenya hampir
sama. Penduduk perempuan lebih banyak yang menggosok gigi sesudall makan pagi dan
sebelum tidur malam daripada penduduk laki-laki.
' I

Penduduk yang persentasenya paling tinggi menggosok gigi setiap hari adalah penduduk
pada kelompok kuintil 2 dan kuintil 3, yaitu masing-masing sebesar 98, 1 % dan 98,0%.
Penduduk yang berada pada kuintil 5 merupakan kelornpok yang tertinggi dalam kebiasaan
menggosok gigi sesudah makan pagi dan _.,
sebelurn
..,._s,.
tidur malam.

Tabel 3.71
Persentase Penduduk Sepuluh Tahun ke Atas yang Menggosok Gigi Setiap
Hari dan Berperilaku Benar Me{lyikat Gigi menurut Karakteristik responden
Responden tli'kabLpaten Lampung, Riskesdas 2007
Gosok gigi·
.
Waktu Menggosok gigi
'•
Karakteristik setiap harl-
responden Saat Sesudah Sesudah Se be I urn Lainnya
mandi makan bangun tidur
pagi/ pagi pagi malam
sore
Umur (tahun)
10-14 98,3 97,9 4,2 8, 1 13, 1 1,3
15-24 99,4 99,0 5,9 9,0 17,5 1,9
25-34 98,5. 98,5 4,8 9,2 14,8 2,1
35-44 98,1 98,0 4,2 8,9 15,2 2,3
45-54 95,9 96,4 5,9 10, 1 12,6 2,6
55-64 87,1 96,4 4,8 8,4 11, 1 3,4
65+ 60,5 95,1 5,2 9,6 7,8 3,0

Jenis kelamin
Laki-laki 94,9 97,5 4,8 8,6 12,0 2,1
Perempuan 94,7 98,3 5,3 9,4 16.~ 2,3
Daerah
Kota 98,0 98,6 8,4 15, 1 29,5 1,1
Desa 93;9 '97,6 4, 1 7,2 9,9 2,5
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil 1 93,9 97,3 4,3 9,2 10,9 2,2
Kuintil 2 93,8 98,1 3,8 8,2 11, 1 1,9
Kuintil 3 95,1 97.,9 5,6 8,6 13,9 2, 1
Kuintil 4 94,8 98,0 5,1 8,7 14,9 2,3
Kuintil 5 96,1 97,9 6,2 10,3 20,1 2,5

92
Tabei 3.72
Persentase Penduduk ~epuluh Tahun ke Atas yang Berperilaku Benar
Menggosok Gigi menurut KabupatenLKota di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007
Pertlaku menggosok gigi
Kabupaten/kota
Ya Tidak
LampungBa rat 1,2 98,8
Tanggamus 2,4 97,6
Lampung Selatan 1,5 98,5
Lampung Timur 0,8 9,9,2
Lampung Tengah 2,2 97,8
Lampung Utara 1,5 98,5
Way Kanan 0,9 99,1
Tulang Bawang 1,7 98,3
Bandar L:.ampung 5,6 94,4
Metro 1,4 98,6
Lampung 2,1 97,9
Catatan :'
Berperilaku benar menyikat gigi adalah orang yang menyik~t gigi setiap hari dengan cara
yang benar (sesudah makan p~gi dan sebelum tidur malam).

Tabel 3.72 memperlihatkan secara keseluruhan penduduk di Provinsi Lampung tidak


berperilaku benar dalam menggosok gigi (97,9%), hanya 2, 1 % yang berperilaku benar
dalam memnggosok gigi, lebih rendah dari angka nasional yaitu 7,3%. Persentase t~rtinggi
penduduk yang menggosok gigi secara benar ditunjukkan di Bandar Lampung (5,6%) den
terendah di Lampung Timur (0,8%) dan WaY. Kanan (0,9%).
Tabel 3.73
Persentase Penduduk Sepuluh Tahun ke Atas yang Berperilaku Benar
Menggosok Gigi rrienurut Kar~kterts.tik ~espond~n di Provlnsl l:.ampung,
Riskesdas 2007 .
Perilaku menggosok 'gigi
Karakteristik responden
Ya · Tidak
Umur (tahun)
10-14 1,7 98,3
15-24 2,3 97,7
25-34 2,2 97,8
35-44 2,4 97,6
45-54 2,1 97,9
55-64 2,0 98,0
65+ 1,2 98,8
Jenis kelamin
Lakl-laki 1,9 98,1
Perempuan 2,3 97,7
Daerah
Kota 4,1 95,9
Desa 1,5 98,5
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil 1 1,9 98,1
Kuintil 2 1,2 98,8
Kuintil 3 2,2 97,8
Kuintil 4 2,2 97,8
Kuintil 5 2,8 97'.2
Catatan:
Berperilaku benar menyikat gigi adalah orang yang menyikat gigi setiap hari dengan cara
yang benar (sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam).

93
Berdasarkan Tabel 3. 73. tidak terlihat adanya pola yang jelas antara kelompok umur dan
persentase penduduk, ·yang berperilaku -oenar -dalam menggosoR gigi dengan perbedaan
yang kecil pada persentase antar kelompok umur,
Tidak terlihat adanya selisih yang besar antara persentase penduduk perempuan dan
penduduk laki-laki .yang mempunyai perilaku benar dalam menggosok gigi. Jika dilihat
berdasarkan tipe wilayah Tipe daerah, .rnaka penduduk di wilayah perkotaan mempunyai
persentase yang lebib tinggi dibandingikan dengan penduduk di pedesaan dalam hal
perilaku benar menggosok gigi.
Jika dilihat berdasarkan Tingkat pengeluaran per kapita , maka penduduk yang relatif lebih
kaya (?: kuintil 3) ,mempunyai perilaku benar menggosok gigi dibandingkan dengan
penduduk yang berada pada kuintil di bawahnya.
Tabel 3.74 menyajikan komponen DMF-t menurut provinsi. lndeks DMF-T sebagai indikator
status kesehatan gigi, merupakan penjumlahan dari indeks D-T, M-T, dan F-T yang
menunjukkan banyaknya kerusakan gigi yahg pernah dialami seseorang baik berupa Decay
(gigi karles atau gigi berlubanq), Missing (gigi dicabut), dan Filling (gigi ditumpat).
Dari tabel berikut menunjukkan indeks DMF-T di Provinsi Lampung sebesar 5,03: Hal ini
berarti rata-rata kerusakan gigi pada penduduk Indonesia 5 buah gigi per orang. Komponen
yang terbesar adalah gigl·d_ieabut/M-T sebesar 3,60 sehin9ga dapat dlkatakan bahwa rata-
rata penduduk di Provinsi Lampung niempunyai 4 gigi yang sudah dicabut atau indikasi
pencabutan.

Tabel 3.74 .
Komponen D, M, F Dan Index DMF-T menurut Kapupa~en/Kofa
di Provinsi Lampung, RiskesC:tas 2007

D-T M-T F-T INDEX DMF-T


Kabupaten/Kota
{X} {X} {X} {X}
Lampung Barat 1, 19 3,46 0,01 4,66
Tanggamus 1,37 3,63 0,07 5,07
Lampung Selatan 1,09 3,75 0,04 4,88
Lampung Timur 1,46 4,31 0,12 5,~9
Lampung Tengah 2,19 3,86 0,02 6,07
Lampung Ufara 1,40 3,23 0,01 4,64
Way Kanan 1,39 4,04 0,01 5,44
Tulang Bawang 1,05 2,98 0,04 4,07
Bandar Lampung 1,01 2,91 0, 11 4,03
Metro 0,99 3,07 0, 12 4,18
LAM PUNG 1,38 3,60 0,05 5,03
0 D-T: Rerata jumlah gigi berlubang per orang
0 M-T: Rerata jumlah gigi dicabut/indikasi pencabutan
0 F-T: Rerata jumlah gigi ditumpat
0 DMF-T: Rerata jumlah kerusakan gigi per orang (baik yg masih berupa decay,
dicabut maupun ditumpat)

Rerata jumlah kerusakan gigi perorang berupa gigi berlubang paling tinggi berada di
Lampung Tengah yaitu sebesar 2, 19%, dicabut paling tinggi berada di Lampung Timur yaitu
4,31% dan atai ditumpat paling banyak terjadi pada penduduk di Lampung Timur dan Metro
(0,12%). Index DMF-T di dua kabupaten/kota .di Provinsi Lampung sangat tinggi, yaitu
Lampung Tengah (6,0-7) dan Lampung Timur (5,89). index DMF-T yang ditemukan pada
Riskesdas di Provinsi Lampung ini lebih rendah dari ternuan SKRT 1995 sebesar 6,4 dan
SKRT 2001 sebesar '5,3. ' ' ·

94
label 3.75
Komponen D, M, F Dan Index DMF-T menul'ut Karalderistik Respohden di Provinsi
' ' · t.ampunq, ,Riskesdas 2007 · - ~

Karakteristik responden p-r (X) M-T (X) F-T (X) Index DMF-T (X)
umur (tahan)
12 0,49 0,14 0,00 0,63
15 ·o,76 0,22 0,01 0,99
18 1,07 0,40 0,01 1,48
35-44 1,71 2,66 0,04 4,41
65 + 1,48 16,99 0,09 18.56
Jenis kelamin
Laki-laki 1,36 3,40 0,05 4,81
Perempuan 1,40 3,80 0,06 5,26
Daerah
Kota 1,14 3,04 0,08 4,26
Desa 1,45 3,76 0,05 5,26
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil 1 1,37 3,68 0,02 5,07
Kuintil 2 1,35 3,70 0,03 5,08
Kuintil 3 1,45 3,47 0,06 4,98
Kuintil 4 1,40 3,69 0,07 5, 16
Kuintil 5 1,33 3,46 0,08 4,87
LAM PUNG . 1 ,38 3,60 0,05 5,03
Catatan D-T: rc;lta2 jumlah gigi berlubang per orang
M-T: rata2 jumlah gigi dicabuUindikasipencabutan
F-T: rata2 jumlah gigi ditumpat
DMF-T: rata2 jumlah kerusakan gigi per orang (baik yg masih berupa decay, dicabut
maupun ditumpat) ••

Tabel 3.75 memperlihatkan rerata juri'tlah gigi yang berlubang dan jumlah gigi
dlcabut/indikasl pencabutan semakin tinggi seirinq denqan bertambahnya urnur, kecuali
pada umur 65 tahun ke atas yang lebih rendah dari umur 35-44 tahun. Berdasarkan jenis
kelamin, terlihat pada perempuan jumlah gigi yang berlubang dan jumlah gigi
dicabut/indikasi pencabutan dan gigi ditumpat tidak jauh berbeda daripada laki-laki. Jumlah
gigi berlubang dan gigi dicabut/indikasi pencabutan lebih tinggi pada penduduk di daerah
desa daripada penduduk di kota. Jumlah gigi berlubang, dicabut dan ditumpat tidak.dijumpai
perbedaanyang rnencolok, ·
label 3.76
Prevalerlsi Karie.~ A~tif dan _eengal~nia,n ~ar.ies .Pe!;lduduk 12 Tahun ke Atas
menurut Kabupaten/Kota di Provlnsl.Larnpunq, Rtskesdas 2007
Kabupaten/Kota Karies al<fif· Pengataman karies
Lampung Barnt 38,9 57,5
Tanggamus 45,0 61,9
Lampung Selatan 35,5 54,7
Lampung Timur 50,1 64,6
.Lampung ·Tengah 48;8 6d,2
Lampung Utara 47,2 66,1
Way Kanan 45,4 59,1
Tulang Bawang 42,8 58,9
Bandar Lampuhg 36,4 55,8
Metro 37,5 59,2
Lampung 43,1 59,5

95
Catatan:
Oratlg dengan karies aktif = orang .¥ang mernilikl D>O atau karies yang belum tertanqani)
Orang dengan pengalaman karies= orang yang memilki memiliki DMFT >O

Tabel '3. 76. Secara umum prevalensi karies aktif df provinsi Lampung adalah 43, 1 % hampir
sama dengan prevafensi nasional setresar 43,4%. Kisaran prevalensi karie,s aktitadalah
35,5% - 50, 1 %, terendah di Lampunq ~elatan dan tertinggi di Kabupaten Lampung Timur.
Kisaran prevafensi pengafaman karies adalah sebesar 54, 7% - 66, 1 %, yaitu terendah di
Kabupaten Lampung Selatan dan tertinggi di Kabupaten Lampung Utara.

Tabel 3.77
Prevalensi Karies Aktif dan Pengalaman Karies Penduduk 12 Tahun ke Atas
menurut Karakteristik·Responl1en di Provfnsl Lampung, Riskesdas 2007

Karakteristik responden Karies aktif Pengalaman karies


Umur (tahun)
12 28,5 32,2
15 38,9 44,3
18 53,2 60,9
35-44 65,2 86,8
65 + 39,9 96,6
Jenis kelamin
Laki-laki 43,5 58,9
Perempuan 42,6 60,1
DaerahTipe daerah
Kota 40,1 58,1
Desa 43,9 59,9
Tingkat pengeluaran per
kapita
Kuintil 1 39,8 54,9
Kuintil 2 41,8 57,7
Kuintil 3 44,2 59,5
Kuintil 4 44,7 62,3
Kuintil 5 44,6 62";9
Catatan:
=
Orang denqan ·karies aktif urang yang memiliki D>O atau karies yang belum teff:angani,
Orang dengan pengalaman karies= orang yang memilki memiliki DMFT >O

Prevalensi karies aktif dan pengalaman karles menunjukkan variasi menurut karakteristik
responden, seperti ters·aji patla tabe\ 3.77. B~rdasarkan kelompok umur teroapat'
kecenderungan semakln tinggi prevalensr karies 'aktif seiring dengan semakiri tirlgginya
umur, kecuali pada ,ke,lompok umur 65 tcim:in keatas dimana prevalensi karies aktif sedikit
lebih besar daripada kelompok umur 15 .tahun. Sedangkan pada prevalensi penduduk
dengan pengalaman karies semakin meningkat sejalan dengan pertambah~!t urnur,
Laki-laki lebih banyak yang menderita karies sedangkan perernpuan mempunyai
pengalaman karies lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Penduduk yang tinggal di desa juga
lebih banyak yang menderita karies dan mempunyai pengalaman karies lebih tinggi
dibandingkan dengan penduduk yahg tinggal di kota.
Berdasarkan tingkat penqeluaran perkapita perbulan tidak terdapat pola yang jelas antara
tingkat pengeluaran denqan jumlah penduduk yang menderita karies atau pernah
mempunyai pengalamah karies. Prevalensi karies tertinggi banyak dltemukan-pada kuintil 4,
sedangkan yang pernah mempunyai pengalaman karies terbanyak adala~' di ikelornpok
kuintil 5. '

96
Tabel 3. 78 t ,

Required Treatment Index dan·Perlorm.Treatmel)t .Jn(te~


menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Lampunq, Riskesdas 2007

Kabupaten/Kota RTI PTI 'MTI


(D/DMF-T)x100% (F/DMF-T)x100% (M/DMF-T)x100%
Lampung Barat ' 25,5 0,2 74,3
Tanqqamus 27,0 1,4- 71,6
Lampung Selatan 22,3 0,8 76,8
Lampung Timur 24,8 2,0 73,2
Lamp(!ng Tengah 36,1 0,3 63,6
Lampung Utara 3012 0,2 69,6
Way Kanan ,25,6 0,2 74,3
Tulang BawanQ 25,8 1,0 73,2
Bandaf Lampung 25, 1 2,7 72,2
Metro 23,7 2,9 73,4
LAM PUNG 27,4 1,0 71,6

Dari tabel 3. 78 di atas tampak PTI (motivasi seseorang untuk menumpatkan giginya yang
berlubang dalam upaya mempertahankan gigi_tetap) sangat rendah hanya 1,0%, sedangkan
RTI (besarnya kerusakan yang. belum pitangani qan. rnemerlukan penumpatan/pencabutan)
sebesar 27,4%. Terdapaf 6 kabupaten/kcta yang. ar;igka. RTJ~nya dlatas rerata· aasional
(25,2%)', yaitu Latnpung Barat, Tanqqarnus, Lampung Tengah, Lampung Utara, Way Kanan
dan Tulang Bawang. Terdapat 7 kabupaten/kota yang mempunyai nilai PTI di bawah rerata
nasional (1,6%). Persentase PTI tertinggi terdapat di Kota Metro (2,9%) dan terendah di
Kabupaten Lampung Barat, Lampung Utara, dan Way Kanan masing-masing sebesar
(0,2%).

label 3.79
Required Treatment Index dan Perform Treatment Index
menurut Karakteristik Responden di Provinsi Lampung, Riskesdas 200~

RTI PTI
Karakteristik responden (M/DMF-T)X100%
(D/DMF-T)X100% (F/DMF-T)X100%
Umur
12 77,8 0,0 22,2
15 76,8 1,0 22,2
18 72,3 0,7 27,1
35-44 38,3 0,9 60,3
65 + 8,0 0,5 91,5
Jenis kelamin
Laki-laki 28,3 1,0 70,7
Peretnpuan 26,6 1,1 72,2
Dae rah
Kota 26,8 1,9 71,4
Des a 27,6 0,9 71,5
Tingkat Pengeluaran per
kapita
Kuintil 1 27,0 0,4 72,6
Kuintil 2 26,6 0,6 72,8
Kuintil 3 29,1 1,2 69,7
Kuintil 4 27,1 1,4 71,5
Kuintil 5 27,3 1,6 71, 1

97
Persentase PTI dan RTI menunjukkan variasi menurut karakteristik responden (Tabel 3.79).
Terdapat kecenderungan sernakln sediK,it persentase 'p'e11duduk yang mempunyai gigi karies
dan belum ·tertangani (RTI) seirinf 'denga·n pertarnbatian umur. sedangkan persentase
tertinggi penduduk yang mempunyai motivasi untuk menumpatkan gigi berlubang ,(PTI)
terdapat pada kelompok umur 15:tahun-keatas (1,0%). ·
Penduduk laki-laki dan penduduk yang tinggal di desa lebih banyak yang memiliki gigi.karies
dan memerlukan penumpatan atau pencabutan dibandingkan dengan perempuan dan
penduduk yang tinggal di desa. Sedangkan PTI pada laki-laki lebih rendah dan PTI
penduduk di kota lebih tinggi.
Berdasarkan tingkat pengeluaran perkapita perbulan, pada kuintil 3 yang terbanyak memiliki
gigi karies dan memerlukan penumpatan atau pencabutan dibandingkan dengan kelompok
kuintil lainrWa. Persentase tertlnggi penduduk yan_g mempunyai motivasi unutk
menumpatkan gigi berlubang tertinggi terdapat pada kelornpok kuintil 5 (1,6%).
Tabel 3.80 dibawah ini menyajikan persentase fungsi normal gigi (mempunyai minimal 20
gigi berfunqsi), edentulous (orang tanpa gigi). dan orang dengan protesa menurut
kabupaten/kota.

Tabel 3.80
Proporsi Penduduk Umur 12 Tahuil ke Atas mehurut Fungsi Gigi Normal,
Edentulous menurut Kabupateij/Kota di Provinsi:_La.mpung, Rlskesdas 2007

Kabupaten/Kota Fungsi normal Edentulous Protesa


Lampung Barat · 93,5 1,3 2,9
Tanggamus 93,0 1,1 0,0
Lampung Selatan 92,1 1,1 1,6
Lampung Timur 92,8 1,5 2,2
Lampung Tengah 9~,4 1,1 3,4
Lampung Utara • 93,2 0,6 0,0
Way Kanan 92,2 1,5 1,0
Tulang Bawang 94,5 0,8 4,9
f3apdar Lampung 95,8 0,4 2,7
Metro 94,4 0,5 6,7
Lampung 93,2 1,0 2,0

Tabel 3.80 memperlihatkan proporsi penduduk di provinsi lampung memiliki tingkat fungsi
gigi normal yang relatif tinggi, daerah dengan penduduk yang memiliki gigi berfungsi normal
paling tinggi berada di Bandar Lampung 'sebesar 95,8% dari penduduk, terendah df
Lampung Selatan sebesar 92,1 %. -Proporsl edentulous di Provinsi Lampung sebesar 1,0%,
lebih rendah daripada hasil SKRT'2001 (2,6%) Daerah yang memiliki penduduk dengan.
tingkat edentulous tertinggi berada di Larnpung Timur dan Way Kanan sebesar · 1,5%.
Sedangkan ya(lg paling tinggi rnemakai protesa berada di Metro sebesar 6,7% dan terendah
berada di Tanggamus dan Lampung Utara yang tidak ditemukan pendudukdenqan protesa.

98
. Tabe] l.81r
Proporsi Pentti.Jdu~Umur 1~ Tahun ke Atas menurufF.IJ(1QSi Gigi ~formal, Edentulous
dan Protesa menurut Karakteristik Responden di Provinsi Lampung, Riskesd~~ 2007
~ #' J

Karakterlstlk'respcnden 'Funqsl normal . Edentulous protes..a.


Umur
12 100,0 0,0 0,0'
15 100,0 0,0 0,0
18 100,0 0,0 0,0
35-44 97,2 0,0 1,8
65 + 39,6 13,4 0,0
Jenis kelamin
Laki-laki 93,7 1,1 1,4
Perempuan 92,8 1,0 2,6
Tipe daerah
Kata 94,9 0,5 2,2
Desa 92,7 1,2 1,9
Status ekonomi
Kuintil 1 2,2 1,1 1,2
Kuintil 2 1,9 1,0 1,8
Kuintil 3 2,2 ,9 1,6
Kuintil 4 1,9 1,3 2,6
Kuintil 5 2,2 ,9 2,9

Tabel 3. 81 memperlihatkan penurunan fungsi normal gigi'sudah terjadi mulai umur 35 -44
tahun, pada umur 65 tahun keatas fungsi normal gigi sudah sangat jauh menurun, yaitu
sekitar <50%. Dari tabel di atas tampak persentase responden umur 35 - 44 tahun dengan
fungsi gigi normal sebesar 97,2%, lebih tinggi dari target WHO 2010 (90%) dan SKRT 2001
- (91,2%)·. Sedangkan pada usia 65 tahun ke atas hanya 39,6%, rnasih jauh di bawah target
WHO (75%) namun masih lebih tinggi daripada hasil SKRT 2001 (30,4%). Orang yang
kehilangan gigi berada pada umur 65 tahun ke atas sebesar 13,4% , jauh lebih tinggi dari
·target WHO (5%), dan edentulous tidak dijumpai pada umur sebelumnya. Orang yang
memakai protesa hanya ditemukan pada kelompok umur 35-44 tahun.
Pada laki-laki dan penduduk yang tinggal di kota lebih banyak yang masih memiliki gigi yang
berfungsi normal. Sedangkan orang dengan protesa lebih banyak pada perempuan.
BerdasarkanTipe daerah, penduduk dengan protesa lebih banyak yang tinggal di kota.
Tidak terdapat pola yang jelas antara tingkat pengeluaran perkapita perbulan dengan
persentasejumlah fungsi gigi normal, orang tanpa gigi dan pemakaian protesa.

3.5. Cedera dan Disabilitas


3.5.1. Cedera
Data cedera diperoleh berdasarkan wawancara kepada responden semua umur tentang
riwayat cedera dalam 12 bulan terakhir. Cedera didefinisikan sebagai Iuka atau trauma
akibat faktor internal (dari diri sendiri) maupun eksternal (kecelakaan dan peristiwa lain yang
menimbulkanrasa nyeri/sakit), baik disengaja ataupun tidak.
Tabel 3.82 memberikan gambaran bahwa dari 1 O kabupaten di provinsi Lampung,
prevalensi tertinggi terdapat pada kota Bandar Lampung 6,3%, sedangkan yang terendah
terdapat pada kabupaten Way Kanan1,8%. Apabila dibandingkan dengan angka prevalensi
provinsi 7,5% maka semua kabupaten/kotadi provinsi Lampung lebih rendah dari prevalensi
cedera provinsi sedangkan. Sementara untuk urutan penyebab cedera yaitu jatuh,

99
kecelakaan transportasi darat dan terluka benda, tajam/tumpul. Sedangkafl untuk penyebab
cedera yang lain bervariasi tetapi prevalehsinya rata-rata kecil atau sedikit.
i: ~

Tabel 3.83. Cedera menurut kelornpok yang menduduki peringkat tertinggi adalah 15-24
tahun ya.itU' sekitar 5,4%. dati diikuti oleh kelompok 45-54" tahun 5,0%. Adapun untuk
penyebab cedera, menunjukkan kecenderungan terbesar hampir di semua kelompok umur
adalah [atuh, kecuali untuk kelornpok umur 15-24 tahun dan 35-44 tahun penyebab terbesar
cedera adalah kecelakaan transportasi darat.

100
r-
SI)

* 3
)> "O
::J
(0
e::I
@c.c
-0

-
~
Cl)
::::J
en
0
Ced era Cl)
a.
Cl)

SiJ
a.
Kecelakaan transportasi di m
::::J
darat -0
Cl)
::::J
Kecelakaan transportasi -e
Cl)
laut C"
m
C"
Kecelakaan transportasi 0
Cl)

udara a.
Cl)

SiJ
WU'IWNWU'l~U'l~U'I
....i U'1 N m _.. _CX> _o:>
CX> CX> -~ Jatuh 3
0i:....·com-~f..>-~ ........... (}'I Cl)
:l

Terluka benda
.,
s:::
-Jri. ~ __.. N -1rr. ....l.. ...lo-.:.. -J.. __.. s:::
N _m W CX> -~ W CX> _.. U'1 CX> r+
U'l _..'".....J°O) _..°O)a· ....... CX>-N tajam/tumpul
0
(t)
g...a._o N N_o ~-o .............. o _..
03.i:-.o".i..".....i.o'IOOO-O>W Penyerangan
"
m
C"
s:::
"C
w
co
I\)
m
0 S'
mo-000000000_0
boooooooooo
Ditembak dengan senjata
api
-u
(I)
:J
-c
(D
-"
::::J

0
Kontak dengan bahan O" S'
o r> _w ....... _o _o _o _o _o _o o ru a.
O>oo".i>-0000000
beracun
CJ"
0
-·-0
0_0_000000000 Bencana alam
(D
a.
(D as
b 0 ooo"o"o"oo"oo @
:l
en
o_o_OO!::J_Ooooo_o Usaha Bunuh diri r
boooooooooo m
3
o_o_O!::J o o o O!::J o o "C
b o o o ·o o ·o "o o "o ·o Tenggelam s:::
::::J
cc
~- ~ ~ -;: ~ ~ -~ -~ ~ ~ ~ Mesin elektrik, radiasi ;::c
(i;'
o o w o ~ ..... o ....... o o .....
moooi:x>f..>o o o ow
Terbakar/terkurung asap "ena.
Cl)

m
en
o o o 5=' _o _o _o o _o _o _o Asfiksia N
boooooooooo 0
0
.......
o o o o o o o o o o _o Komplikasi tindakan medis
booaa·a:oaooo

w o N N ~ w m .t>. N o ..... Lainnya


:... 0 ".t>. :....i (X) "m -(}'I "o mm (J.)
0 0) ,.._ 0 C")..-0('1)00('1)
eAUU!e1 0 ...- ...- ...- N' r..: ...f l!'i ri l!'i

S!P8W 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0- 00 0 000 0 0 0
uexepuu !Se)f!ldWO)I
"'
0
0
N 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
U)
e!S)f !!S\{ 0 00 0 0 00 00 0
('(J
"'C dese
U) 0 0 N io co 0 "<t_ 00 0 0
Cl) 6unJn)fJ8lfJe)feqJe .l 0 0 ...- 0 0 0 N ...- 0 0
~
U)
ii: !Se!peJ b b 0
"<t ...- co 0 0 0 0
')f!Jl)f818 U!S8LAJ 0 0 0 0 ...- 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

E we1e66ue.i 0 0 c;i 0 0 0 0 0 0 0
('(J
..J 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
U) !J!P 4nun9 e4esn 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
c: ~
·:;: ~
...
0
a.
ca
'-
Q)
ureia eue~ues
0
0-
0
0 0 0 0
0 0 0 0
0-
0
0
0
0
0
0 0
0

·-"'C o "'C
Q) unoaiaq uaqeq
...::s ..0 ue6uep )f elUO)I
0
0
0
00
00 0
0
r-,
...-
0
0
0
0
0
0
co
ct)
0
0
ca
E ..0
::> Q)
e-, !de e)efues 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1§
~ c
0 Q) ue6uep )f eqwei!a 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 .9
0....
("')
Ut:UUt:Ji:::l/\Ui::Jd ~
·oE
QC) Q)

M_ 0 0) io 0 co 0) 00 co ,.._ 0 "O
....... 0 ....... ,.._- 0
Q)
0 ....... N' 0 0 o N
- Cl)
·u; 0
Cl)~ ~
.c c:
cu -2 1ndwnvwefei N_ co_
....... 0 0) C") -e ,.._ Q)

I- epueq e)fnpe.i
0
0
00
,.._- cr) ....... C") io C")
N- ir) cD ro
::s ....... N ....... N ....... ....... ....... >
Q)
c: .....
(1)
a.
,.._ ,.._ ro
E 0
0 o:i cD
00 00 C")
N
N co 0 ,.._ .i.::
0)

...
('(J
Cl)
4nier
0
.......
,.._ co ct)
C") "<t
N
C")
.....:cr>N'cri
l.O l.O ,.._ co c:
ro
·c:
"'C ro
Cl) erapn "O
o 0 0 00 0 0 0 0 0 0 0
c:
.!!!
.c rssuodsuaa 0 0 0 0 00 0 000 0)
ca ro
.c uee)(e(ede~ .0
Cl) c:
ro
c: ine1 iseuodsuen 0 0 0 0 0 0 0 l.O 0 0
.i.::
ro
Cl)
a. uee)f e1e~e)I 0 0 0 0 0 0 0 C") 0- 0 0... ::J
.....
c: Q)
E
ca
"'C C") ...- 0 co ,.._ 00 C") 0 ro
....... .....
ieJep !P rseuodsusn 0 ,.._- ,.._- r..: Q)
f? 0 ....... cD
N
0)
l.O C")
N'
"<t N
0) N.,.....
....... ....... N "O
(1) uee)f e1e~e)I Q)
c
"'C .0
Cl)
ro
o C") ....... co ;t" l.O "<t 0 ....... N O> .0
ct) C")- Q)
U) eJepe8 ....... C") ...f .r) ...f ...f ir) ...f >-
c:
c: Q)
Cl) 0...
cu> '-
·u;
c:
...
Cl)

a.
::s
E "<t
"<t
...- "<t
N
"<t
C")
-e
"<t
"<t
l.O
"<t
co
"<t
r-,
Q)
cu>
:::> I
I I I I I I I Q)
+ .....
....... .......
co ,.._ ro
io I.() I.() io io io I.() 0...
l.O
v ....... N C") -e io
.i.::
0)
c:
3 3 "'tJ
C'D
~ ~ :::s
(/) (/) c.
~ ~ c.
)> )>
+ ":::s
Q)

Ced era "tJ

Kecelakaan ~
SI)
transportasi di (i)
~ m ~ ~ ~
(00-..JOJ-.i:>.-..J
N darat
~
!!!.
o
(I)
Kecelakaan a.
(I)
_o o o o _o o transportasi laut Al
000-..JOO
c.
D)

Kecelakaan ~
"tJ
transportasi (I)
~
0 0 0 0
o o !=>
01 o m o udara
P (I)
er
SI)
c..n w w ,i:.. m Jatuh
c..n ,....>. er
_OOO>OJCJl
o "N m m a, CX>
o
(I)
c.
(I)
Terluka benda
Al
....... ....... ....... ....... ....... I\.) tajam/tumpul
.i:..c..nwcowo
W-(X)-..Jl\.)(00
3
(I)
~-I
c:
_VJ o z+ _o _o _VJ Penyerangan ., SI)
er
0) 0 0 .. -..J O>. 0)
s.~
"tJ(,.)
Cl) •
Ditembak dengan :::s0)
o o o _o o o enjata api c. J::io,
0 0 0 0 0 0 c.
Kontak dengan "
D)
~
en _o _o o _,. _o bahan beracun c.
COOOVJ-..JO

"tJ
0000_00 Bencana alam 0
-0-00000 !S.
~
ti)
oo_oooo Usaha Bunuh diri
000000 rD)
3
o o o o 9 o Tenggelam
000000

Mesin elektrik,
VJ _o 0 0 0 o radiasi
-.i::.. -..J 0 VJ 0 0

T erbakar/terkurun
o_o_OO-"_o
-o o o -.....i -.....i o g asap

o p o o o _o Asfiksia
000000

Komplikasi
0000_0 0 tindakan medis
Q 0 0 0 0 0

o -"' . . . . _w m _-.....i Lainnya


0 (0 01 ....>. ....>. .......
M"<t_M 0 I'- CO l'-
..--('1)..- o N" -q: co-
stpeui uexepuu 0 0 0 0 0 0 0
cicici 0 0 ci 0
!Se)j!ldWO)f
0000000
,.._ e!S)j!JSV ci ci o ci ci ci ci
0
0
N dese 6 0 0
cn unJn)jJalf Je)jeqJa .L 0 0
ns
'O
en
(I)
~ !SB!PBJ 0 0 0 .....- 0 lO 0
en ci cS 0 N" ci ci ci
Ci '>i!Jl>ia1a U!Sall'J
C)
c: 0 0 0 0 0 0 0
:::s we1a66ua.t ooo o o o ci
c.
E
ns 0000000
-I
!J!P 4nun9 e4esn o ci ci ci ci ci ci
'iii
·s:0c: 0000000
... we1e eue:>uas ci ci ci ci ci ci ci
a.
'O
un:>eJaq ue4eq o .,.... o ('I) cn ('I) o
c: 0 .,.... o
ns ue6uap )jBlUO>t -q: o ci ci
ns
'i:'
lC) Q)
CIC) ~ !de Blefuas o 0 0 0 0 0 0
M 0. 0 0 ci 0 ci
ue6uap )jeqwal!G 0 ci
Qi '5
.c ...
C'IS :::s 0 ('I) 0
I- c: ..-- 0
(I) 0
E
...ns O> 0 O> 0
(I) 1ndwnvwefel ""'"- 0 ('I)
0 O> "'¢- -q: 0 N" LO
'O epuaq e)jnpa_L .....- ....... ..-- ....... N N
(I)
o
.c (0 0 co
ns ci ci co
.c 4nier lO lO co
(I)
>.
c:
(I) erepn
a. 0 0 0
c: !SBlJOdSUBJl 0 0 0
cu
'O uee)le1a:>a>1
...cu
(I)
'O ine1 rseuodsuan 0 0 0 0 0 lO 0
(I)
0 ci ci cicicio
o uee)le1a:>a>1
leJep N 0 co co
!P !SelJOdSUBJl ri ci ..... co
lO co (") lO
uee)le1a:>a>1
N..-(0 0 ....- ....- l'-
eJapa8 -q: ir) N io cD io I'-
........
·;::
-o-·ro
·- ~
ro Q_
5: ,,,.
·;::- :>
"1J r

.
CD
....,
CD ,."
Ill

"'O
(D
-;
Q) )>
3
"O
ru ~ c...
- CD
:J c !5: I» ::::J
O" ::i
'<
(D
(D (0 Ill
::i
3 -·
-· tn
o-.w
Q) •
"
Ill
....,
"'O
::::J
O" CX>
CD
o 9" <
~()
Q) (,.) 01 Ced era "'tJ
(D (D
CD
::i
0 co ""I
CD
., 0.
Q)
.,Q)
(D ~- <
SI)
"'O
3 ct> Kecelakaan CD
(1) ::i N ~ ::J
:J 3 '< 0) 0 transportasi di en
c ct>
:J :J
c:·c
CD
O"'
Q)
0 O>
darat -·o
"'"':J°° E=,_..,
O"'
o CD
ct> a.
Q) '-•
(1)
a. Kecelakaan CD
CD 0 0
A 2. ii3 0 (,.) transportasi laut D1
ct> (/) a.
3
0 (1)
(1)
:J
"'- ° CD
....,
c

::J
0.
(1)3
Q)
"'O
Q)
Kecelakaan "'tJ
0 _o transportasi CD
2
:J
5· ;:>\
Q)
:J
w .... ::J
'<
<O '< O"' udara CD
Q) Q)
:J :J
Q)
(0
·C"

(D"<O or ()1 ~ Jatuh C"
a- 3
(1) (1)
::i
a.
Q)
<O
-0)
_01
.... o
CD
(/) :J
Q) 0. ~- a.
., c Q) CD
Q) 0. :J Terluka benda ""I
0. c
(C
....N .... tajam/tumpul

Q) »:
iii.;· "
Q)
"O ""--i ....
0)
3
zr CD
(1) Cil ::J
"'.,° -,:J
Q) -·
<
Q) c""I -4
(1) <O CD
.... .... c.... SI)
-lo. - :J Q)
Q) "'° :J
~- ~ w Penyerangan
e;
C"
9!.
0
CJl nr ........ . . .
....... (1)
o
CD
a.
CD
::J ~
c ;:+ CD
...., Ditembak dengan Ci)' co
:::r :J-· 0 _o O')
Q)
senjata api x
-
-(Q 0 0
ll) (Q g CD
c -·
~
"'°
Q) Q)
0.
.... .... Kontak dengan
iii"
3
., ll)
(1) -
:J Q)
zr
~ co bahan beracun
-·:J
Q)
a.
"'°
(D "'O
(1)
_o Bencana alam "'tJ
@-o.:J 0
0 0
""I
0
Q) c !S.
"'° 0.c
ll) ::J
en
ll)
:J "'° _o _o
0 0
Usaha Bunuh diri
....... ll) r-
ii3 ~ I»
:J .L.
(/) ll) 0
·a
_o Tenggelam 3
"'O
0 -·
;:+ '<
"'° 0 "'C
c
Q) Q)
::J
(.Q
(/)
-·c
;::::;: _o 0 Mesin elektrik,
0. (/) (,.) ~ radiasi :::0
~ (1) Ci)'
....... "'-·
°
.......
Q)
.,
ll) ....
.... 0
O>
Terbakar/terkurun ""
CD
en
a.
_(]I g asap I»
(0 en
?fl. _o _o Asfiksia N
0 0 0
)> 0
0.
ll)
......
"'O Komplikasi
c 0 0
:J 0 0 tindakan medis
c
:J
......
c
"'° (,.)
-.J
N
""--i
Lainnya
c
..- '<t :::::l
eAUU!e1 N" cri a.
ro
"U
<(
0 0
0 0 ....0ro
S!P8W Ue)fePU!l !Se)f !ldWO)i ~
0
"""
0 0 0
:a
N ..c
U)
e!S)!!JS'v' ci ci ro ....:
.._ ro
cu Q) .....
"'C ro ro
U) I'- '<t_ "U "U
(I)
dese 6unJn)!JalJJB)!eqJaJ_ ..- Q) "Ci)
.x a. ro
U) ·--e
I'- (") t: 0
ii: !SB!peJ ')!!Jl)!818 U!S81/\1 0 ci Q)a.
.o en
CD O> c
c: 0 0 c ~
:s ro ....
we1a66uaJ_ 0 0 >- c
a. ~ ro
E :::::i ro
cu 0 0 "U~
...J !J!P 4nun9 e4esn ci ci :::::l~
"U Q)
U) c o
Q) Q)
e 0 0 a.~
·s;: we1e eueouas 0- ci ..c ro
...0 ro c
-ro Q)
.._
a. -u ro
unoereq I'- ..- ro ~
s uB4Bq uB6uap )!BlUO)i ..- Q
. ·-O>- :::::l
.c O> ro
...cu
(I)
.s ..c
't :::::l
0 0 Q) ....
cu 0- .... ro
"'C !de eief uas ue6uap )!eqwal!O ci .... ·--.
r-- Q) ro ro
~c
OC? a. O> Q)
("')"- c .....
t- '<t 0 ·- ro (0
a; ..... UBDUBJaAUad N" ..- ©~ 0
T-
.Q :l a...c
cu ... ·- ro
~-
I- g 0)
:::::i ro
1ndwnvwBf Bl N_ "U "U
Q)
cri LO :::::i ro
E epuaq B)!npa ..L ...... ..- "U ,_
c ro
Q) (/)
E
Q) I'- (0 E~
"'C cri ro O> .....
Q) 4niBr LO '<t c2
0 ro c
>- ro
.c ~ O>
cu BJBpn (")
:::::l
c
.c ..- "U :::::l
Q) ci ci :::::l ,_
!SB ..L~ odsu BJl UBB)!Bja:::>a)i "U Q)
>-
e c "U
Q) c
(I) a. Q)
a. ine1 I'- 0
o
..c Q)
c: rseuodsuen uee)f e1aoa)i ci 0 ,_
ro ~.
cu Q) c
"'C ro ro
"U~
iaiep 0 ii> ~
...cu 0) '<t- Q) :::::l
Q) a.·--.
!P !SB:µodSUBJl UBB)!Bj808)i (") (")
"'C ·- c
I- :::::l
(I)
... c
0 ::l Q)
U) 5 E
eJapa0 '<t N ro
c ,_
c LC) Q)
(I) '<t
cu E~
(I)
~ ~
...> Q) .0
a. -u ro
.c Q) .0
cu o Q)
...
Q) ro
...., ro I'-
CX) c
>-
cu en • Q)
0 Q)
"'C '.::.::'.: 0 ('(') a.
Q) -~
c. Q) ::l
.o ....
~ ro c
I- ::l
Pembagian katagori bagian tubuh yang terkena- cedera didasarkan pada klasifikasidari ICD-
10 (International ClassificationJ)iseases) yang mana dlkelornpokkan ke dalam 10 kelompok
yaitu bagian kepala; leher; dada; perut dan sekitarnya (perut, punggung, panggul); bahu dan
sekitarnya (bahu dan lengan atas); siku- dan sekitarnya (siku dan Iengan bawah);
pergelangan tangan dan tangan; lutut dan tungkai bawah; tumit dan kaki. Responden pada
umumnya mengalami cedera di: beberapa bagian tubuh (multiple injury).

Tabel 3.89
Prevalensi-Cedera l\(lenurut Bagian Tubuh Terkena Cedera Menurut
Kabupaten/t(otadi Provinsi Lampung, Riskesdas-2007

0)
c: '(6
·ro
~
::s ~ C) 32
0) c: c: c: C) c:
C) (I]
(I] (I] c:: c:: ::s
...... ~
c: C)
cm co ::s
...... c:
KabupaterilKota :::J, cQ) O>
c: c: "O c:
O."S .!Q . C: c::
ro· (I]
co ,_ ~ .r::. "3 "O s: "O
roa. co "5
- 0)
::s- (/) - (I] Q) co co O> ....... ro :t::
Q)
.c:
Q)
"O
co a> ro
C)
..... c:: .c: ro
ro ...... ~ 3: C) O> C>
..... c: c:
co (I]
0)
c: ro
(/)
.a·
::s 3: ro
E
::s
~ _J Cl c, a. co ro
·-
(/) ..0
(I] Q)
a.. ...... - 0:: n; ~ ..0 I-
Lampung Barat 9,2 2,6 2,7 5,3 2,6 22,7 21, 1 5,3 21, 1 17,1
Tanggamus 10,8 0,6 0,6 5,1 8,9 25,3 29,7 6,3 28,5 33,5
Lampung Selatan 12,3 2,7 1,6 (3 15,5 13,3 21,3 2,7 30,3 27,8
Lampung Timur 15,6 1,0 5,2 6,2 15,5 13,4 29,9 9,4 26,8 20,6
Lampung Tengah 8,8 2,7 2,7 10,4 10,4 20,8 20,9 6,6 27,5 19,8
Lampung Utara 10,6 2,4 1,2 5.g 9,4 14,1 16,5 4,7 32,6 30,6
Way Kanan 19,0 5:0 0,0 4,8 9,5 15,0 38,1 0,0 25,0 20,0
Tulang Bawang 9,5 0,0 1,4 1,4 5,4 21,6 24,3 8,1 4o,6 8,1
Bandar Lampung 15,5 0,0 1,8 10,1 18,5 37,5 23,8 10,7 34,5 39,2
Metro 12,5 o;o 0,0 0,0 25,0 25,0 25,0 0,0 50,0 25,0
" * Bagian tubuh terkena cedera jurnlahnya bisa lebih dart satu (multiple injury)

Tabel 3.89. Prevalensi tertinggi bagian tubuh yang terkena cedera berdasarkan kabupaten
di provinsi Lampung tampak adalah sebagai berikut: bagian kepala 19,0% (kabupatehWay
Kanan), bagian leher Way Kanan' yaitu 5,0%, ,qagian dada 5,2% terbanyak di Lariipung
Timur, bagian perut/punggung/papggul terbanyak di Lampung Tenqah sebesar 10,4%,
baqlan bahu/lengan atas' 'terbanyak berada di Metro sebesar ·25%, bagian siku/lengan
bawah terbanyak ditemukan di Bandar Lampung yaitu sebesar: '37,5%, bagian pergetangan
tangan dan tangan terdapa"t "di Way Kanan yaltu.sebesar 38, 1 %, _pagian pinggul/tungkai atas
terbanyak ditemukan di Bandar Lampung sebesar 10,7%, bagian lutut dan tungkai bawah
terbanyak ditemukan di Metm yaitu 50,0%, lalu bagian tumit dari kaki terbanyak ditemukan
di Bandar Lampung sebesar 39,2%.

108
Tabel 3.90
Prevalensi-Cedera Menurut Bagian Tubuh Terkena Cedera Berdasarkan Kelompok
Urnur-dl provinsi Lampung, Riske.sdas 2001

ro
:J "O c .c
Umur O') c ro ca
(thn)
O')
c
Q)
.0 "O
en
s
ca 32
ca .c c ca .0 ca
ro
0..
en
ro
.....
ro
;: O')
c
ro ·ro ..:.::
c
- ..:.::
O')
c ca ca ca ca
~ O')

- -- -
:J .0 c "O
O') c c "5 c 0)
:J :t:::
ca ca o.. ro c
O')
c O') :J E

--
O>E O')
:J c c c :J
ca .._
0.. Q)
ffi .a ~c "5
ro
"O c
ro0.. ca .._j
=i -E a> ca ca
-
0)
Q)
.c "O .._
:J
.c :J ro e> 0) 0)
c
:J "C>
Q) Q) ro Q) ro ~ "(ii' CD· c :J ca
:::.::: _J 0 Cl. cc Cl) -
Cl.~ 0: _J cc
<1 26,5 0,0 20,0 0,0 0,0
' ,
zo.o
0,0 0,0 20,0 0,0
1-4 ,25,1 0,0 0,0 3,9 7,8 19,2 19,6 1,9 27,5 9,8
5--14 26,5 2,1 2,5 2,5 8,8 22,8 23,2 4,6 40,3 27,0
15-24 25,1 0,5 1,0 10,3 12,3 31,4 26,0 4;9 32,8 23,6
25-34 26,5 3,4 1,7 9,0 13,5 23,2 20,8 11,3 29,2 33,3
35-44 25,1 1.,3 0,6 4,5 16,1 18,6 30,3 7,1 25,0 23,7
45-54 26-,5 2,4 4,0 9,7 11,3 9,7 2'$,0 3,2 27,2 27,4
55-64 25,1 0,0 3,6 5,5 10,9 20,0 18,2 7,3 23,6 34,5
65-74 26,5 0,0 3,,8 3,7 7,7 14,8 22,2 18,5 22,2 14,8
75+ 25,1 5,6 0,0 5,3 11, 1 15,8 10,5 16,7 10,5 36,8
* Bagian tubuh terkena cedera jumlahnya bisa lebih dari satu (multiple injury).

,, ;..t. f
Tabel 3.90 rnemperllhatkan prevalensi, t~rtinggi bagian tubuh .y9ng- terkena cedera
berdasarkan kelompok umur di provinsi Lampung tampak .adalah 'sebaqai berikut: bagian
kepala' 26,5% ditemukan pada anak berumur kurang dari satu tahun, 5-14 tahun, 25~34
tahun, 45-54 tahun, dan umur 65-74 tahun. Bagian leher banyal< ditemukan pada kelompok
umur 75 tahun ke atas yaitu 5,6%, bagian dada ditemukan pada anak umur kurang dari satu
tahun yaitu sebesar 20%, bagian perut/punggun9/panggul terbanyak ditemukan pada
kelompok umur 15-24 tahun yaitu_ sebesar 10,3%, baqlan bahJJ./lengan atas terbanyak
berada ,di umur 35-44 tahun sebesar 16,1%, bagian ,siku/lengan bawah terbanyak
ditemukan di umur 15.~24 tahun yaitu sebesar 31,4%, baqian perqelanqan tangan dan
tangan terdapat di 35-44 tahun yaitu sebesar 30,3%, bagian pinggul/tungkai atas terbanyak
ditemukan di umur 65-74 tahun sebesar 18,5%, bagian lutut dan tungkai bawah terbanyak
ditemukan di umur 5-14 tahun yaitu 40,3%, lalu bagian tumit dan kaki terbanyak ditemukan
di umur 75 tahun ke atas sebesar 36,8%.

109
label 3.91.
Prevalensi-Cedera Menurut Bagian TubuhTerkena cedera Berdasarkan Pendidikan di
Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

s:
c: ro
c:
- -~
(tl -
c: "'C :::> Cl) :t::
(tl
0) ro c: a. (tl c: ro 3:: E::I
0)
c: 0) Q) E 0) (tl
ro c: ~
Pendidikan c: - Q) c: .0 :::> c: "O -32
ro .....
::I :::> ~..c~ ~ c: c:
ro ro
:; ·ro (tl
"O
·-
ro c: ro
-roa. Q)
s:
(tl
._j 0)
:::),0)
0),
O>
c:
:::> Cl) - ro E
:::> 3:: (tl
Q)
e> O> O>
O)~
O> O> :::> O>
.!Y ~
O> c:
ro ...ro
"O s:
--
..... C:• c: c: c: c:
Q) Q) (tl Q) :::> (tl
a, ca ro ·- :::> ~ ro 'Cir Q) -:::> :::>
c: ca ro
~ _J Cl n, a. a. cc er (f) .0 - a.. - _J - cc "O

Tidak sekolah 9,3 3,7 3,7 3,7 7,4 7,4 24,1 7,4 24,1 22,2
-
Tidak tamat ?,D 7,8 1, 1 2,2 6,1 9,5 16,8 22,9 6,7 33,5 24,0
TamatSD 9,9 3,2 2,8 8,5 12,7 19,0 22,3 6,3 28,3 28,4
Tarnat SMP ',. 12,2 1,0 1i0 7,8 14, 1 30,1 25,7 6,3 27,7 25,5
TamatSMA 11,6 0/ 1,4 5,8 11,6 24,5 23,7 9,4 33,8 27,5
Tamat PT 10,7 o,q 0,0 6,9 24,1 27,6 46,4 17,2 27,6 28,6
* 13.aglan tubuh terkena cedera jumlclhnya bisa lebih dari satu (multiple Injury)
Tabel 3.91 . .Pen(juduk y51ng tidak sekolah menunjukkan angka tertin9gi cedera pada
perqelanqan tangan·dan tar;gan sebesar 24, 1 %. Pada penduduk yang berpendidikan tidak
sampai tamat SD rnernilikl tingkat cedera tertinggi di bagian 'lutut dan tun,gRai bawah yaitu
sebesar 33,5%. Penduduk yang memiliki pendidikan akhir tamat SD terbapyak dijumpai
cedera di bagian tumit ~a~'l<aki sebesar 28, 4%. Pendudu]; yang memilikf pendldikan akhir
tamat SMA lutut dan tuhgkai bawah yaitu sebesar 33,8%. Sedangkah pada tinqkat
perguruan tinggi perqelanqan tanqan dan tangan sebesar 46, 4%.

Tabel 3.92
Prevalensi-Cedera Menurut Bagian Tubuh Terkena Cedera Berdasarkan
Pekerjaan di Provinsi Larnpunq, Riskesctas 2007
"' ~ '"'I. L

..c- c: Cl) 32
·ro ro
- :::>
Cl) (tl (tl (tl
0)
c:
ro 3:: a. O>
c:
ro ~ ~
Pekerlaan :::> (tl ca· E
.0 :::>
(tl c:' ·ro O>
c:
c:
ca
(tl .....
0)-
:::>
c: ~ - (tl ~ :::> ....c: "O
ro O> (tl
c: E c: '0>
c: 0)

·~ Q)
..c "O c O> O> c:
-
- ro
3::
:t::

-
:::> (tl (tl
O> c: (tl (tl•
c: E
(tl
a. c: 0) ........,
°'- :::>

--
Q)
Q)
Cl ro ~ c: (tl c: c: (tl (tl
::I
"'
;'
~ _J
._j a.
:::> ~ -
Q) -
(tl
~ (tl :; "O .0
c
..... Q) "O :::>
Q) ..c - "O
e> O> ro
o, (tl ~c 0)
c :::> "6>
cc ·- Q)
.0 n,
Q) _J
ro
(f)
0:: cc
Tidak bekerja 6,5 0,0 1,3 13,0 6,4 6,4 ,(16,9 13,0 41,6 23,4
Sekolah 10,9 1,1 2,3 4,6 11,5 11,5 24,7 4,6 34,9 21,5
Mengurus RT 6,6 1,3 0,0 2,6 7,9 7,9 19,7 9,2 22,4 22,4
Pegawai (negeri,
16,7 2,1 0,0 6,4 22,9 22,9 31,3 14,6 27,7 27,7
swasta, POLRI)
Wiraswasta 10, 1 0,9 0,0 5,5 17,4 17,4 24,8 8,3 28,4 32,1
Petani/Nelayan/ Buruh 10,7 2,3 3, 1 8,7 12,2 12,2 25,1 5,9 26,3 27,6
Lainnya 12,5 0,0 6,7 12,5 13,3 13,3 31,3. 6,3 37,5 43,8
* Bagian tubuh terkena cedera jumlahnya bisa lebih dari satu (multiple injury)

110
Tabet 3.92. Berdasarkan bagian tubuh y~mg terkena cedera menurut jenis pekerjaan, dapat
dilihat bahwa persentase cedera di ba.Qian k~pala dan di bagian perqelangan tangan dan
tangart l~bih banyak terjadi- pada kelompok petjawar(negri, ·swasta, Polri)' sebesar ,16,7%
dan 31,3%. Persentase penduduk ya'ng masih sekolatrtebltrbanyak cedera di bagiari lutut
dan tungkai bawah (345,9%). Cedera -pada bagian tumit dan kaki lebih banyak terjadi pada
penduduk yang bekerja sebagai wiraswasta (32, 1 %)
Tabel 3.93
Prevalensi-Cedera Menurut B,agian Tubuh Terkena .Cedera Berdasarkan Jenis
Kelamin di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

32
-
Cl)
.s:: c: co
co -::J co co ~
Cl)
co 3: 0. O>.
c
co ·a; c:
·a; ~
.aE
0)
Jenis -ro co

-
c: co
::J .c .£!! ~ 0)
c: "O
Kelamin c:
Eco c: 0)
.E
-
0)
0) co c: co c: c: ::J
.......
c: 0) co co ::l
::l c: 0)
c: co
..... 0)
e 0) c: ::l
.......
0. '3 Q)
co c: co
co ..... Q) -
- co '3 "O .s:: c:
(ij co - 0)
~ Q) .£!! 0) co
0.
Q)
(I,)
.s:: "O
co
::;
..... c:
0)
.s::
co ~
- "O
c: e> c:
co
,,g -
.a co
31; ·o,
co
~
Q)
....I 0
Q) CtJ
a. 0. CD
·-(I,)
(j) .c
Q)
a. "O a: ::J CtJ
....I .c CD
Laki 13,5 2.4 2,7 6,8 12,9 24,4 25,6 6,4 30,5 26,7
Perempuan 8,6 0,3 0,9 6,0 '9,7 16,3 20,0 6,9 30,9 25,4
* Bagian tubuh terkena cedera jumlahnya bisa lebih dari satu (multiple injury)

Tabet 3.93. Persentase penduduk yang mengalami cedera di bagian-bagian tubuh lebih
banyak terjadi pada penduduk laki-laki, kecuali cedera di bagian pinggul dan tungkai atas
serta lutut dan tunqkaibawah perempuan lebih tinggi.

label 3.9(' ~
Prevalens'i-Cedera Menurut Bagian Tubuh Terkena Cedera Berdasarkan Tipe daerah di
Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Tipe
daerah
0)
c: -
c:
CtJ
0)
c:
c: "O
0)
co -::J
co c: 0.
a> E
c: .c ::l
c:
co c:
0) co
c: "O
Cl)
.£!!
- co c: ~
.s::
co
3: -
.E
::J
....... 32
co
ro0. '-
Q)
.s::
ro
"O
::;
-

'- c: c:
::l ::J
0)
0)
0)
O>
~
::J Cl)
ro
(l) .s:: :t::::
- co E
3: ro
J!! c c:
<l> co ro
e>0>0>
'3 ·a;
O)~
O> 0) -~
co ·-ro
"O
::J 0) ·o, c
c: co
ro ~
s:
--
::J
Q) co Q) ::l co co ....... ~ ro ·ar Q) c: c cc -::J c:
::l co ro
~ ....I 0 a. 0. 0. CD co (j) .c - a. co ro ·- ::J
a. ....... .....1 ...... CD "O
Kota 15,7 1,4 2,4 7,0 16,0 31, 1 23,3 7,7 34,3 31,0
Desa 10,4 1,8 1,8 6.4 10,3 18,2 23,9 6,1 29,3 24,4
* Bagian tubuh terkena cedera jumlahnya bisa lebih dari satu (multiple injury)

Tabel 3.94. Persentase penduduk yang mengalami cedera di beberapa bagian tubuh lebih
banyak terjadi di kota, . kecuali cedera di bagain leher; Pergelangan tangan dan tangan;
lebih banyak terjadi di. kota.

111
Tab~l 3.~5
Prevalensi-Cedera Menurut Bagian TL(buh Terkena Cedera Berdasarkan
Tingkat pengeluaran per kapita Di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
j,_ ~ T

Tingkat ·a;
pengeluar
an per
c:
cu
ca -::I
c: "O. c:
~
C>

-
c:
..c
ca
:: -
.E

-~ -~
C> cu c a. cu c: :J
en <l.l E C> cu
kapita C>
c:_ c:
Q.) c: .0 :J C:"O c:~ :J
(ti
.....
:J :J
- C> C) ~·..c ~ SQ cc ::; (ti ·-
"O (ti c: (ti
-ro0.. Q.) cu 'S C> C)
.... c: c:
~ (/) - ro E
ca
<l.l ca cu
C> C> C)
C>
C> (/) :J O>
(t'l~
'6> c
J:: "O
cu ..c ro ::i :: .... c: c: c: ro ..... c:
~
Q.) Q.)
_J 0
a> ::i ro
o, a. a.
ro ......
al cu
~ ro 'ro a> ro ro
a: cu :J :J cu
al "O
(t'l
U),O -
0... - - _J -

Kuintil 1 8,2 2,3 0,9 9,6 10,0 19,6 25,1 5,5 29,7 26,5
Kuintil 2 8,0 2,5 1,0 7,5 10,5 21,5 25,5 7,0 31,7 21,6
Kuintil 3 15,5 0,9 3,7 4, 1 11,9 16,4 22,8 6,4 29,2 30,7
Kuintil 4 15,5 ~ 1,1 1,6 7,5 13,4 28,5 24,6 4,8 31,0 24,7
Kuintil 5 12,3 0,9 2,6 4,8 13,6 22,8 21, 1 9,2 31,7 26,8
*'Bagian tubuh terkena cedera jOmlahnya bisa lebih dari satu (multiple injury)

Tabel 3.95 Cedera di bagian kepala (15,5%) terjadi pada penduuduk yang berada di kujntil 3,
dan 4. Prevalensi penduduk yang mengalami cedera di pinggul, tungkai atas (9,2%), dari
bahu, lengan atas lebih banyak terjad! pada penduduk yang berada pada kelompok kuintil 5
daripada penduduk di kuintil lainnya. Cedera di baiJian leher (2,5%), pergelangan tangan
25,5% dan tangan lutut (31,7%) lebih banyak terjadi pada penduduk yang berada pada
kuintil 2.
Tabel 3.96. Tabel di bawah ini menunjukkan prevalensi penduduk yang mengalami bentllran
paling banyak terjadi pada kelompok umur < 1 tapun (60,0%), penduduk dalam kelompok
umur ini hanya mengalami jenls cedera benturan, Iuka lecet dan luka terbuka. Persentase
penduduk yang mengalami Iuka lecet lebih banyak terjadi pada kelompok umur 15 - 24
tahun .(64,2%). Jenis.cedera terkilir~.paling banyak .terjadl pada kelompok umur 5~-64.tahun
(37,5%). Prevalensi patah tulan'g 'paling banyak terja,di pada keiompok umur 55 - 64 tahun
(17,5%) sedangkan Persentase penduduk yang mengalami anggota gerak terputus paling
banyak terjadi pada kelompok umur 75 tahun ke atas (10,5%).

112
Tabel 3.96
Prevalensi Jenis Cedera Menurut Kelompok Umur di.Provinsi Lampung,
Riskesdas.2007

C)
c:
co .ii.::
C) C) ~
~ c: Q)
Umur (th) c:
-Q) co
-::I
C)

co en
c:
co
c:

-~
::I
c:
Q)
co
_:;
:52
....Q)
I-
-o_.::I
C) ::I
C)

<(
a.
c: ....
.&
::I
0
~
~
< 1 60,0 60,0 33,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
1-- 4 36,5 57,7 7,8 0,0 21,2 0,0 0,0 0,0 0,0
5 -- 14 36,3 64,2 18,3 1,3 25,5 7,1 0,4 1,7 1,3
15-24 40,1 64,9 23,3 1,5 23,3 5,9 1,0 4,5 2,0
25-34 33,5 46,3 24,4 1,7 29,5 9,0 1,7 4,5 1,1
35-44 34,4 50,0 24,7 1,3 26,5 4,5 1,3 3,9 5,2
45-54 35,2 43,2 14,4 4,0 29,8 8,8 0,0 0,8 4,9
55-64 21, 1 35,1 8,9 5,3 37,5 11,5 1,8 7,1 1,8
65-74 33,3 30,8 7,4 0,0 22,2 3,8 0,0 0,0 14,8
75+ 52,6 15,8 15,8 0,0 21, 1 5,3' 10,5 0,0 5,3

Tabel·3.97
Prevalensi Jenis Cedera Menurut Pendidikan di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

c:
c: C) co
Pendidikan ~ c: co
-
::I
c:
Q)
co
~ ffi
-c
·-

I-
Q)
Q) ....
C)

2
.t::
co c:
-co -co
a..
C)

.a
~
~
::I
0
>-
c:
c:
·a;
..J

Tidak sekolah 40,0 30,4 12,7 1,8 20,0 12,5 3,6 0,0 7,3
Tidak tamat SD 24,7 38,2 . 20,8 3,4 31,5 10,1 ,6 5,1 5,1
TamatSD 34,4 55,5 20, 1 1,8 29,8 7,8 ,4 2,5 2,5
TamatSMP 32,4 58,8 18,6 0,5 22,1 8,3 2,5 3,9 2,0
TamatSMA 47,5 51,8 27,3 1,4 28,1 5,8 1,4 5,8 1,4
Tamat SMA+ 42,9 55,2 H,9 0,0 27,6 0,0 0,0 3,6 0,0
* Jenis cedera jumlahnya bisa lebih dari satu (multiple injury)

Tabel 3.97. Prevalensi jenis cedera benturan tertinggi adalah 47,5% (tamat SMA), Iuka lecet
58,8% (tamat SMP}, Iuka terbuka 27,3% (tamat SMA), tuka.oakar 3,4% (tidak tamat tamat
SD), terkilir/teregang 39,7% (tidak tamat SD), patah tulang 12,5% dan anggota gerak
terputus (amputasi) 3,6% (tidak sekolah), keracunan 5,8% (tamat SMA) serta jenis cedera
lainnya·7,3%(tidak sekolah).

113
Tabel 3.98
Prevalensi Jenis Cedera Menurut Pekerjaan di Provinsi l.!ampung,
· Riskesdas 2007

O>
c:

Pekerjaan
c:

-
~
::I
c:
(I)
-
ro
::i
.c
g
ro
CJ Q.

Tidak bekerja 35,1 46,8 16,9 0,0 . 32,5 3,9 1,3 5,2 6,5
Sekolah 34,3 63,4 19,4 1,1 22,9 9,7 0,6 2,9 0,6
Mengurus RT 31,5 42,5 9,6 1,4 25,7 1,4 1,4 0,0 10,8
Pegawai
(nege1ri, swasta, 44,7 64,6 29,2 0,0 31,9 8,5 0,0 10,4 0,0
POLRI)
Wiraswasta 43,9 62,0 13,9 0,9 26,2 5,6 0,9 2,8 ,9
Petani/Nelayan/
Buruh 30,8 42,6 23,9 2,5 27,7 9,4 1,5 3,6 3,1
Lainnya 53,3 50,0 40,0 13,3 37,5 6,7 0,0 6,7 0,0
*Jen is cedera jumlahnya bisa lebih dari satu (multiple injury)
Tabel 3.98. Berdasarkan [erus-pekerjaan, terlihat bahwa pada Persentase penduduk yang
paling banyak rnenqalarnl benturan (44,7%), Iuka lecet (64,6%), Iuka terbuka (29,2%) dan
keracunan (10,4%) adalah pegawai (negeri, swasta, POLRI), Iuka bakar (215%) paling tir1ggi
dijumpai pada pekerjaan petani/nelayan/buruh. Luka lecet (66,1%) paling banyak terjadi
pada penduduk yang bekerja sebagai wiraswasfa. Prevalensi penduduk terbanyak yang
mengalami terkilir/tereqartq adalah penduduk.yang .tidak bekerja (32,5%), sedangkan patah
tulang (4,6%) banyak terjadi pada anak sekolah dan anggota gerak terputus (1,5%) lebih
banyak terjadi pada kelompok penduduk petani/nelayan/ buruh.

label 3.99
Prevalensi Jenis Cedera Menurut Jenis Kelamln di Provinsi Lampunq;
' Riskesdas 2007

Jen is ....
~ro
Kelamin (i) c:
c: ro en
(lJ
CJ ro c: ro
-
~
:::s
c:
(I)
CJ
-~
~
ro
::I
....J
ro
~
ro
~
:::i
..0
::I ....
....J2
..0

~
:::s
....J
.c
ro -
a..
O>
_.ro c:
ro
.a
-o~_. :::I
52?
....,,
c:
<(
....
(lJ
(I)
0>2
0.:::1
....
::I
CJ
~
~
>;·
c:
c:
"(ij
....J

Laki-laki 37,7 55,1 22,6 1,8 26,1 7,2 1,3 3,8 2,6
Perempuan 31,6 49,1 13,0 1,4 27,6 6,6 0,6 1,7 3,2
* Jenrs cedera jurnlahnya bisa lebih dari satu (multiple injury)

Tabel 3.99. Prevalensi cedera benturan, Iuka lecet, Iuka terbuka, Iuka bakar, patah tulang,
anggota gerak terputus dan keracunan pada laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan.
Prevalensi terkilir, teregang pada perempuan lebih tinggi dari laki-laki.

114
Tabel 3.10()
Prevalensi Jenis.Cederfi.menuru.t Tipe'ciaerah di Provlnsl Lampqng, Riskesdas 2007
Tipe Daerah
c: -
o
Q)
ro
.....
ro
..:.:: - O>
c:
ro en
c:
ro ro

-
~
~s.a .c c:
ro .!::: O> - ..:.:: ::l >-
::l ~ .a = ro ro c: o .....
O> ro -::l ::l c:
..:.:: O>
-ro -ro a. o c:
ro
-
::I
c: ro ..... Q) O> Q)
ro ·a;
Q)
(0
..¥::
::l
J .....
Q) ..¥::
::l
Q) .....
1-- 2 a.. .a c:
<(
O> .....
2 .....
Q) _J
_J _J ..:.::

Kota 47,2 58,4 18,5 3, 1 28,3 5,9 1,4 2,8 1,8


Desa 31,3 51,2 19,7 1,0 46,0 7,4 0,9 3,2 3,1
* Jenis cedera jumlahnya bisa lebih dari satu (multiple injury)

Tabel 3.100. F?revalensi cedera benturan, Iuka lecet, Iuka bakar, terkilir-teregang, anggota
gerak terputus di kota lebih tinggi dari pada di desa. Prevalensi Iuka terbuka, patah tulang
dan keracunan di desa lebih tinggi dari kota.

Tabel 3.101
Prevalensi Jenis Cedera menurut Tiogkat Penqeluaran Per Kapita di Provinsi
Lampung, Riskesdas 2007
Tingkat
pengeluaran c:
c: ro
per kapita ~ c:
-::l
c:
Q)
(0
s:
ro c:
O>

-ro -ro
a.. .a
::l
o
~
~
Kuintil 1 31,1 45,7 18,7 2,3 33,3 5,0 0,9 2,3: 1,8
Kuintil 2 27,5 5q,5 21,0 2,5 27,0, 8,5 0,5 3,5 3,0
Kuintil3- 37,3 4~.1 19,5 0,9 25,6 ·8,6 1,8 3,6 1,4
Kuintil 4 33,0 59, 1 22,7 2,2 20,5. 5,9 0,0 2,2 5,9
Kuintil 5 48,7 57,3 15,8 0,4 26,3 7,0 1,8 3,9 2,2
* Jenis cedera jumlahnya bisa lebih dari satu (multiple injury) ·

Tabet 3.1_D1. Prevalensi cedera benturan dan patah tulang paling tinggi berada pada kuintil 5
yaitu masing-masing 48,7% dan :Z,0%. Cedera Iuka lecet dan Iuka terbuka prevaJensi
tertingginya berada pada kuintil- 4 maslnq-masinq sebesar.49, 1 % dan 22, 7%. Luka terkilir
prevalensl tertinggi berada pada kuintil 1 sebesat .33,3%. 'Luka bakar prevalensi tertinggi
berada pada kuihtil -2 sebesar 2,5%. Anggota gerak terputus tertinggi berada pada kuintil 3
dan 5 sebesar 1,8%. Keracunan tertinggt berada pada kuintil 3 sebesar 3,6%.

115
Tabet 3.102
Prevalensi Jenis Cedera Menurut Kabu'paten/Kota di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007

Ka bu paten
c
ca -Q)
0
ca
ro
I-
ro
.!><::
ca ~ s: C) ro :::s
+-'.!><::
rJ)
c
ca
c
ro
>-
-
.!><::
I-
:::s ~ .!><:: :::s .0 :52 ca cca
..... o
C) ca -:::s :::s c
:::s
I-
C) Q) c. 0 c

-
.0 I-
c ca ca -
(l)
CD
.!><::
:::s
.....J I-
(I)
ca
.!><::
:::s
Q)
I- a.. .a c
<(
C) I-
~
~
(l)
'ffi
.....J
.....J .....J .!><::

Lampung Barat 23,7 46,1 22,4 1,3 28,6 5,3 0,0 1,3 0,0
Tanggamus 31,6 65,2 17,7 ,6 28,5 4,4 0,0 1,3 1,3
Lampung Selatan 28,6 47, 1 18,5 0,0 25,4 7,9 1,6 4,2 3,2
Lampung Jimur 42,1 52,1 2510 2,1 16,8 8,4 1, 1 4,2 1,1
Lampung Tengah 25,7 42,3 18,0 0,0 32,2 9,9 1,6 5,5 6,0
Lampung Utara 56,5 54,1 22,4 4,7 31,8 5,9 0,0 2,3 1,2
Way Kanan 28,6 60,0 20,0 4,8 14,3 4,8 0,0 0,0 0,0
Tulang Bawang 41,7 52,1 16,4 2,7 8,2 4,1 0,0 2,7 8,2
Bandar Lampung 47,9 61,9 18,5 4,2' 33,3 6,5 2,4 1,8 1,2
Metro 37,5 7~.o 1.1 25,0 0,0 0,0 12,5 0,0 0,0 0,0
* Jenis cedera jumlahnya bisa lebih-dari sattl(multiple injury)

Tabel 3.102. Cedera benturan banyak terjadi di Lampung utara 56,5%, lecet di Metro 75,0%
dan terkilir di Bandar Lampung 33,3%.

3.5.2. Status Disabilitas/ Ketidakmampuan


Status dlsabilitas dikumpulkan dari kelompok penduduk umur 15 tahun ke atas berdasarkan
pertanyaan yang dikembangkan oleh WHO dalam International Classification of Functioning,
Disabil{tY and f-!.ealth (ICF). Tujuan pengukuran ini adalah untuk mendapatkan informasi
mengeiiai kesulitan/ketidakmampllan yang· djhadapi oleh 'penduduk terkait dengan fungsi
tubuh, individu dan sosial.
Responden diajak untuk menilai kondisi dirinya dalam satu bulan terakhir dengan
menggunakan 20 pertanyaan. inti dan 3 pertanyaan tambahan untuk mengetahui seberapa
bermasalah disabtlltas yang dialami responden, sehingga memerlukan-bantuan orang Jain.
Sebelas pertanyaan"'pada kelompok pertama terkait dengan ft:IJlgsi ttJbuh- bermasalah,
'denqan pilihan jawaban sebagai berikut 1) Tidak ada: 2) Ringan; 3)..Sedang; 4) Berat; dan 5)
Sangat berat. S~bilan' perta'nyaan terkait dengan fungsUndividu dan sosial dengan pilihan
jawaban sebagai berikut, yaitu 1) Tldak ada;,2) Rlngan; 3) Sedang; 4) Sulit; dan 5) Sangat
sulit/.tidak dapat melakukan. Tiga pertanyaan tambahan terkait dengan kemampuan
responden untuk merawat diri, melakukan aktivitas/gerak atau berkomunikasi, dengan
pilihan jawaban 1) Ya dan 2) Tidak.
Dalam analisis, penilaian pada masing-masing jenis gangguan kemudian diklasifikasikan
menjadi 2 kriteria, yaitu "Tidak bermasalah" atau "Bermasalah". Disebut "Tidak bermasalah"
bila responden menjawab 1 atau 2 pada 20 pertanyaan inti. Disebut "Bermasalah" bila
responden menjawab 3,4 atau 5 untuk keduapuluh pertanyaan termaksud.

116
Tabel 3.103
Pe'rsentase··Pel)duduk. Umur fs tahun ke At~s yang Bermasalah dalam Fµngsi
·Tubuh/lndividu/Sosial
~ di Provinsi Lampung, Riskesda 2007
'
Fungsi Tubuh/lndivisu/Sosial Berm'asalah~(%)
Melihat jarak jauh (20 m) 11,0
Meli hat Jarak- del<at (30 cm) 10,8
Mendenaar suara normal dalam ruangan 5,8
Mendengar orang bicara dalam ruang sunyi 5,0
Merasa nyeri/rasa tidak nyaman 7,7
Nafas pendek setelah latihan ringan 7,8
o
Batuk/bersin sela'ma 1 me nit tlap serangan 3,5
Mengalan'li gangguan tidur · 5,3
'
Masalah kesehatan mempengaruhi emosi 4,3
Kesulitan berdiri selama 30 menit 7,6
Kesulitan berjalan [auh k~)6 9,5
Kesulitan memusatkan pikiran 10 menit 7,2
Membersihkan seluruh tubuh 2,6
Mengenakan pakaian 2,3
Mengerjakan pekerjaan sehari-hari 5, 1
Paham pembicaraan orang lain 4,2
Bergaul dengan orang asing 4,7
Memelihara persahabatan 4,1
Melakukan pekerjaan/tanggungjawab 6, 1
Berperan di kegiatan kemasyarakatan 6,6
*) Bermasalah, bila responden rnenjawab 3,4 atau 5
Dari tabel 3.1 O~ di atas tarnpak bahwa penduduk umur 1? .tahun ke atas yang bermasalah
dalam hal penglihatan jarak jauh dan penglihatan jarak dekat merupakan disabilitas yang
menonjol. Sedangkan yang bermasalah dalam hal membersihkan seluruh tubuh dan
rnenqenakanpakaian hanya sekitar 2%.

label 3.104
Prevalensi Disabilitas Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas menurut Status dan
Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Status disabilitas
Ka~upaten/Kota
Sangat bermasalah (%) Bermasalah(%)
Lampung Barat 1,7 12,4
Tanggamus 3,3 22,8
Lampl.mg Selatan 2,3 23,0
Lampung Timur 1.4 21,0
Lampung Tengah 2,3 30,1
Lampung Utara 2,0 13,9
Way Kanan 1,2 27,7
Tulang Bawang 1,9 13,4
Bandar Lampung 1,4 20,7
Metro 1,0 25,9
LAM PUNG 2,0 21,6

117
Tabel 3.104 menunjukkan dalam menilai status disabilitas kriteria "Bermasalah" dirinci
nienja'di "Bermasaiah" dan "Sapgat bermasalah". Kriteria ''.Sangat bermasalah" apabila
responden menjawab ya untuk salah satu dari tiga pertanyaan tambeJhan·. Secara nasional
ternyata status disqpjlit9s -denqan kriteria "Sangat:bermasalah" adalah sebesar 1,8% dan
"Bermasalah" 19,5%.
Pada kriteria sangat masalah, persentase tertinggi status disabilitas ditemukan di
Tanggamus (3,3%) dan terendah di Metro sebesar 1,0%. Persentase tertinggi untuk kriteria
masalah dalam status disabilitas ditemukan di tampunq Tengah (30, 1%), dan terendah di
Lampung Barat (12,4%).
Tabel 3.1Q5
Prevalensi Disabilitas Penduduk umur 15 Tahun Keatas
Menurut Status dan Karakteristik Responden di Provlnsl Lampunq,
Riskesdas 2007

Status Disabilitas
Karakteristik responden
Sangat Bermasalah(%) Bermasalah(%)
Golongan umur:
15-24 tahun 0,4 6,5
25-34 tahun 0,6 10,9
35-44 tahun 0,7 14,9
45-54 tahun 1,4 30,.7
55-64 tahun 4, 1 49,0
65-74 tahun 9,3 69,6
>75 tahun 20,4 65,8
Jenis kelamin:
Laki-laki 1,8 20, 1
Perempuan 2,3 23,1
P6ndic:likan:·
Tidak sekolah 10,0 49,2
Tidak tamat SD 2,7 34,9
Tamat SD 1,3 20,0
Tamat SMP 0,8 11, 1
Tamat SMA 0,7 12,4
fa01atPT 0,8 14,7
Pekerjaan:
Tidak bekerja 10,5 31,4
Sekolah 0,3 6,9
Mengurus RT 1,5 20,9
Pegawai (Negeri, Swasta, Polri) 0,5 13,7
Wiraswasta 1,2 19,7
Petani/Nelayan/Buruh 1,1 23,3
Lainnya 3,7 24,7
Tipe daerah
Kota 2,0 20,4
Desa 2,0 za.o
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil 1 2,4 22,1
Kuintil 2 2,2 23,1
Kuintil 3 2,1 21,2
Kuintil 4 2,0 20,7
Kuintil 5 1,6 21,2

118
Tabel 3. 105. Persentase' penduduk yang memiliki status disabilitas masalah dan
membutuhkanbaotuan bertambah besar seiring dengan bertambahnya umur, kecuali pada
umur. di atas 75 tahun(65,8%) yang lebih rendah dari' uniur·65.:74 tahun(69,6%). Selaras
dengan itu status disabilitas tidak masalah semakin menurun-denqanbertambehnya umur.
-
Ditinjau dari jenis kelamin, persentase status disabllitas sangat rnasalah lebih banyak
ditemui pada perempuan t2,3%) dibandingkan dengan laki-la~i..(1,8°(o). Pola serupa
ditemukan pada kriteria masalah sedanqkaq untuK kriteria tidak+masalahleblh 'banyak
ditemui pada laki-lpki (78,1 %) dibandingkandengan perempuaru? 4,6%).
Persentase tectinggi untuk status disabilitas dengan kriteria sangat masalah dan masalah
ditemukan pada penduduk yang tidak sekolah yaitu berturtlt-turut 10,5% dan 31,4%. Sedang
persentase penduduk dengan kriteria tidak ada. masalah lertinggi dijumpai pada kelompok
dengan latar beJakangtamat.SMP (88,1 %).
Berdasarkan je'nis pekerjaan, persentase penduduk yang tidak bekerja dan sangat
bermasalah serfa mernerlukan bantuan adalah ,paling t{nggi dibandingkan <;fengan lainnya
(10,5%). Sedang persentase·terendah untuk kriteria ini adalah responden yang sekolah
(0,3%).
Pendudukyarig tinggal di kqta dan di desa memiliki persentase sangat masalah yang sama.
Sedangkan persentase paling banyak memiliki masalah di desa lebih tinggi (22,0%)
dibandingkandengan mereka yang tinggal di kota (20,4%).
Persentase penduduk 15 tahun ke atas d,er;igan status ~isabiUtas~anga' masalah banyak
ditemukan pada kelompok kuintil 1 sebesar,3,8% dan persentase yang berstatus dlsc;)bilit~s
masalah banyak dlternukan pada kelompok kuintil 2 yc;iitu 23,1%. Terdapat ~ec;,en.derurigan
semakin tinggl tingk~t pengeluarf!n. perkapita perbulan semakin besar pula pendudukyanq
tidak mengalami masafah disabilitas.

3.6. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku


Penqetahuan,sik'apdartperilaku dalam Riskes~as,.2007ditanyakan kepada penduduk urpur:
10 tahun l<e atas. Pengetahuan dan slkap yang-oerhubungan dengan penyakit flu burunq
dan HIV/AIDS ditanyakan melalui wawancara indlvidu.Demikianjuga perilaku higienis yang
meliputi pertanyaan mencuci tangart pakai sabun, kebiasaan buang air besar, pe~ggunaan
tembakau/ perilaku merokok, mlnurn minuman· beralk6h'ol,aktivitas fisik, perilaku konsumsi
buah dan sayur, dan-pola konsumsi rnakanan berisiko.
Untuk mendapatkan persepsi yang sama, pada saat melakukan wawancara- menqenai
satuan standar mlnurnan beralkohol, klasifikasi aktivitas fisik, dan porsi konsumsi buah dan
sayur, digunakan kartu peraga.

3.6.1 Perilaku Merokok


Pada penduduk umur 1 O tahun ke atas ditanyakan apakah merokok setiap hari, merokok
kadang-kadang, mantan perokok atau tidak merokok. Bagi penduduk yang merokok setiap
hari, ditanyakan berapa umur mulai merokok setiap hari dan berapa umur pertama kali
merokok, termasuk penduduk yang belajar merokok. Pada penduduk yang merokok, yaitu
yang merokok setiap hari dan merokok kadang-kadang, ditanyakan berapa rata-rata batang
rokok yang dihisap per hari dan jenis rokok yang dihisap. Juga ditanyakan apakah merokok
di dalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga lain. Bagi mantan perokok
ditanyakan berapa umur ketika berhenti merokok. ·
Tabet 3.106. menunjukkan bahwa di Provinsi Lampung persentase penduduk umur 10 tahun
ke atas yang merokok tiap hari adalah 28,8 %. Persentase tertinggi ditemukan di Kabupaten
Tanggamus 33,6% diikuti oleh Lampung Barat (33,3%), sedangkan persentase yang
terendah berada di kota Metro(23,2%).
119
Tabel 3.106
Persentase Penduduk.Umur 10 Tahun.kaAtas-menurut Kebiasaan MEfrokok dan
· Kabupaten/~qta di Provlnsl L~mpung, Riskesdas 2007

Perokok saat ini Tidak merokok


~aj)upaten/Kota Perokok
-~ i .... Per.ol<ok Mantan Bukan
kadanq-
setiap hari perokok perokok
kadang
Lampung Barat 33,3 5,0 1,7 60,0
Tanggamus , 33,6 3,7 1,5 61;2
Lampung Selatan 27,2 7,7 4,6 '60,5
Lampung Timur 27,4 4,8 1,4 66,4
Lampung Tengah 31,9 5,8 1,2 61, 1
Laml:)ung Utara 26,0. 5,6 1,6 66,8
Way Kanan 28,8' 4,6 2,4 64,2
Tulang Bawang 28,0 5,4 2,0 64,6
Bandar Lampung 24,8 4,9 3,8 66,5
Metro 2312 6,1 3,5 67,2
LAM PUNG 28,8 5,5 2,4 63,2
'
Tabel 3.107 di bawah ini menggambarkan perirak.u merokok penduduk umur 1 O tahun ke
atas nrenurut karakteristik responden, Secara provlnsl. persentase pehduduk merokok tiap
hari tarnpak terting(fi pada kelompok umur 45-54'tahun (38,7%), 'diikuti oleh umur 75 tahun
(37, 1 %); lall'.j umur 3'5-44 tahun(36,3%). Sedanqkan penduduk kelompok um1.,1r '1 ()-1.lf tahun
yang merokok tiap hari sudah mencapai 0,9% dan kelornpok umur 1"5-24 tahun seba.iyak
23,6%.
Lebih dari separuh (54, 1 %) penduduk laki-laki umur 10 tahun ke atas merupakan perokok
tiap hari. Menurut pendidikan, proporsi tertinggi dijumpai pada penduduk tamat SMA
(34,2%) dan perdesaan sedikit lebih tinggi dibandingkan denqarr perkotaan, yaitu di desa
29,9% dan di kota persentasenya sebesar" 25, to/o.
Pada p~rokol< ka~ang-kadang, RrOpG>FSi tinggi dimulai pada kelompok· umur 15-24 tahun
(7,7%), pada laki-laki (9,4%} 10 kali lebi]l banyak dibandingkan· perempuan (1,5%).
Sedangkan mantan perokok proporsi tertinggi ditemukan pada kelompok umur 75 tahun ke
atas (11,6%). Tidak tampak perbedaan antara rumah tangga yang tingkat pengeluarannya
rendah dan tinggi. ' ;

120
Tabel 3.107
Persentase Penduduk Umur 10 Tahun Ke Atas menurut Kebiasaan Merokok
'dan Karakterislik Responden di Provinsi Lampung, Rlskesaas,2007
: . .
- . I "f ,._

Perokok s~aJ ini Tidak merokok


Karakteristik Perokok'
Perokok Mantan Bukan
kadang-
setlap hari perokok psrokok
kadang
Umur (tahun)
10-14 0,9 1,6 0,0 97,4
15-24 23,6 7,7 ,8 67,9
25-34 35,0 5,8 1,2 58,0
35-44 36,3 5,1 2, 1 56,5
45-54 38,7 5,7 3,3 52,3
55-64 35,3 6,2 5,8 52,8
65-74 34,7 6,8 10,7 47,8
75+ 37,1 5,5 11,6 45,8

Jenis kelamin
Laki-laki 54,1 9,4 4,2 32,3
Perempuan 2,4 1,5 0,6 95,6

Pendidikan
Tidak sekolah 28,3 4,2 5,0 62,4
Tidak tamat SD 25,9 4,2 3,0 66,9
Tamat SD ;29,5 4,5 1,5 64,4
Tamat SMP 30,2 7,4 1,8 60,6
TamatSMA - 34,2 7,5 2,9 55,4
Tamat PT 21,7 8,4 4,1 65,'a

Tipe daerah
Kota 25,1 5,6 3,3 66,0
Desa 29,9 5,5 2,2 62,5

Tingkat pengeluaran per kapita


Kuintil 1 28,4 5,4 2,7 63,6
Kuintil 2 30,2 5,7 · 1,7 62,4
Kuintil 3 28,2 5,6 2,6 63,6
Kuintil 4 30,1 5,0 2,2 62,7
Kuintil 5 27, 1 5,9 2,9 64,1

121
label a~~oa
Prevalensj.Perokok S~aHni·DFtn.~erata Jumlah Batang Rokok Y.ang Dihisap
Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas Menurut Kabupaten- Di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007

Perokok Rata - rata jumlah batang


Kabupaten/Kota saat ini rokok yang dihlsap
% Mean
Lampung Barat 38,2 10,07
Tanggamus 37,2 10, 18
Lampung Selatan 34,9. 9,30
Lampung Timur 32,3 8,88
Lampung Tengah 37,7 8,83
Lampung Utara 31,5 9,31
Way Kanan 33,4 9,66
Tulang Bawang 33,4 10,67
Bandar Lampung 29,7 9,64
Metro 29,3 8,59

LAM PUNG 34,3 9,51

Tabet 3.108 menunjukkan perilaku merokok saat ini dan rerata jumlah batang rokok yang
dihisap mer.urut kabupaten. Perokok saat ini adalah perokok setiap hari dan perokok
kadang-kadang. Secara provinsi, prevalensi perokok saat ini 34,3% dengan rerata jumlah
rokok yang dlhisap 10 batang per hari. Prevalensi perokok saat ini tertinggi di kabupaten
Lampung Barat yaitu 38,2% disusul Lampung Tengah (37,7%) dan Tanggamus (37,2%).
Rata-rata jumlah batang rokok yan'g dihisap per hari cukup tinggi di semua kabupaten/kota
di Provinsi Lampung yaitu di atas sembilan batang rokok per hari.
Tabel 3.109 berikut menggambarkan prevalensi perokok saat ini dan rerata jumlah batang
rokok yang dihisap per hari -menurut karakteristlk responden. Proporsi perokok saat ini
paling tinggi berada pada kelompok umur 45-54 tahun yaitu 44,4 %. Sedangkan pada usia
pemula yaitu 10-14 tahun sudah ditemukan yang sudah menjadi perokok yaitu 2,5%. Pria
memiliki tingkat perokok saat ini yang jauh di atas perokok perempuan yaitu 63,4%
sedangkan perempuan hanya 3,9%. Berdasarkan tingkat pendidikan, yang .paling banyak
dijumpai perokok saat ini adalah yang memiliki tingkat pendidikan akhir ·sMA yaitl.1 41,7%,
sedangkan berdasarkan Tipe daerah responden, perok6k lebih banyak diternui di desa
dibandingkan di kota. Pada tingkat ekonomi tidak menunfukkan perbedaan yang mencolok
antar kuintil yaitu berkisar antara 33,0% hingga 35,9%.
Rata-rata jumlah rokok yang dihisap pada setiap karakteristik responden cukup tinggi yaitu
di atas 4 batang per hari. Kelompok umur yang menghisap rokok paling hanyak berada pada
rentang 35-44 tahun yaitu 11 batang per hari. Laki-laki menghisap rokok lebih banyak dari
perempuan yaitu 10 batang sedangkan pada perempuan 6 batang per hari. Berdasarkan
tingkat pendidikan, yang menghisap rokok paling banyak merupakan responden yang
berpendidikan akhir tamat SD yaitu 10 batang per hari. Jumlah rokok yang dihisap antara
kota dan desa tidak menunjukkan perbedaan yang jauh yaitu di atas 9 batang per hari.
Jumlah batang rokok yang dihisap per hari di tiap kuintil tidak menunjukkan perbedaan yang
tajam, semuanya di berkisar antara sembilan sampai sepuluh batang per hari.

122
Tabel 3.109
Prevalensi Perokok Dan Rerata Jumlah Batang Rokok Yang Dihisap Penduduk Umur
10 Tahun ke Atas Menurut Karakteristik Responden
DI Provinsi tampung·, Riskesdas 2007' ·

Rata - rata jumlah batang rokok


Karakteristik Perokok saat ini
yang dihisap
Umur (tahun)
10-14 2,5 4,62
15-24 31,3 8,23
25-34 40,8 9,84
35-44 41,4 10,50
45-54. 44,4 10,22
55-64 41,4 9,17
65-74 41,5 8,26
75+ 42,5 7,81
Jenis kelamin
Laki-laki 63,4 9,70
Perempuan 3,9 5,72

Pendidikan
Tidak sekolah 32,5 8,76
Tidak tamat SD 30, 1 9,30
Tamat SD 34,0 9,87
TamatSMP 37,6 9,30
Tamat SMA 41,7 9,77
Tamat PT 30,1 '9, 12
Tipe daerah
Kota 30,7 9,62
Desa 35,4 9,48
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil 1 33,7 8,89
Kuintil 2 35,9 9,27
Kuintil 3 33,8 9,70
Kuintil 4 35,1 9,67
Kuintil 5 33,0 ·9,95

123
.Tabel 3.110
Persentase Penduduk Umur .1 o·rahun. ke Atas yang Merokok menu rut
Usia Mulai Merokok Tiap.'.Hari d~n ~abupc¢en/Kota di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007

Usia mulai merokok tiap hari (tahun)


Kabupaten/Kota Tidak
5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 >=30
tahu
Lampung Barat 1,1 9,0 37,8 13,7 4,3 2,9 31,3
Tanggamus 0,3 11,4 37,3 5,0 1,7 0,3 44,0
Lampung Selatan 0,5 11, 1 44,9 13,8 4,6 3,6 21,5
Lampung Timur 1,0 12, 1 33,3 11,5 2,0 2,0 38,1
Lampung Tengah 0,7 10,2 46,5 21,8 4,4 2,8 13,5
Lampung Utara 0,0 8,4 38,2 26,9 4,6 4,2 17,6
Way Kanan 0,4 12,5 30,0 5,4 1,3 1,3 49,2
Tulang Bawang 1,0 6,7 28,0 22,1 3,7 1,8 36,7
Bandar Lampung 0,6 7,8 46,1 16,1 2,7 2,5 24,1
Metro 1,4 8,1 35,1 9,5 1,4 0,0 44,6
LAMPUNG 0,7 10,1 39,3 15,0 3,3 2,3 29,3

Tabel 3.11 O menunjukkan persentase penduduk umur 1 O tahun ke atas yang merokok
menurut usia mulai merokok tiap hari. Usia mulai merokok tiap hari ini penting diketahui
untuk melihat lamanya paparan rokok pada penduduk.
Secara umum di semua kabupaten usia .rnulai merokok tiap hari berada pada kelompok
umur 15-19 tahun, sebanyak 25% ke atas penduduk memulai merokok tiap hari pada usia
ini.
Dalam 1abel 3.. 111 menunjukkan, hampir 3, 1 % penduduk sudah mulai merokok tiap hari
pada kelompok umur 5...:9 tahun. Umur pertama kali merokok tiap hari pada laki-laki lebih
tinggi pada umur 10-19 tahun dibandingkan pada perempuan.
Menurut pendidikan, umur mulai rnerokok tiap hari sangat bervariasi. Namun secara umum
pada masing-masing tingkat pendidikan paling banyak penduduk memulai pertama kali
merokok pada usia 15-19 tahun. Sedangkan menurut Tingkat pengeluaran perkapita per
bulan, umur mulai merokok tiap hari pada penduduk miskin (kuintil 1 dan kuintil 2) tidak
tampak perbedaan yang jauh pada penduduk· kaya (kuintil 4 dan kuintil 5).

124
Tabet 3.111
Persentase Pendudok Umµr 10 Tahun .l<P Atas yang Merokok menurut
Usia'Mulai Merokok Tiap Hari dan Karakteristik Responden
di-Provtnst Lampung; Riskesdas'2007 .,

Vsia. mulai .merokok tiap hari (tahun)


Karakteris'tik
5-9 . 10-14 1~-19 20'-24 25-29 >=30 Tidak tahu
Umur (tahun)
10-14 3,1 21,5 0,0 0,0 0,0 0,0 75,4
15-24 0,3 17,9 62,3 6,2 ,0 0,0 13,2
25-34 0,5 8,9 50,7 16,2 3,1 0,0 20,5
35-44 0,8 7,5 36,7 19,6 4,1 1,6 29,7
45-54 0,6 8,0 27,3 18,8 5,7 4,7 34,9
55-64 0,5 9,2 24,0 14,6 3,9 5,8 42,0
65-74 1,6 8,4 17,7 11,6 4,4 6,8 49,4
75+ 1,3 9,7 14,9 8,4 1,3 7,8 56,5

Jenis kelamln
Laki 0,6 10, 1 40,6 15,2 3,4 1,8 28,3
Perempuan 0,4 9,3 14,5 10, 1 2,6 12,8 50,2
Pendidikan
Tidak sekolah 1,2 10,7 22,8 12, 1 3,0 6,8 43,5
Tidak tamat SD 0,9 10,4 31,2 1.d,2 3,3 3,1 36,9
Tamat SD 0,5 11,5 35,5 14,4 3,8 2,2 32,0
Tamat SMP 0,5 10,3 49,0 14,5 3,2 1,3 21,3
Tamat SMA 0,2 6,7 52,1 17,6 2,9 1,t 19,4
Tamat PT
Pekerjaan
0,9 6,3 37,5 .
26,8 ·2,7 2,7 ·23' 2
Tidak kerja 0,9 16,9 43,9 8,3 1,5 ,2,5 2Q;1.
Sekolah 2,4 13,7 32,3 4,8 ,8 46,0
lbu RT 8,8 27,9 11,8 2,9 17,6 30,9
Pegawai 0,7 6,6 39,6 21,9 3,8 2,1 25,3
Wiraswasta 0,3 9,1 41,4 17,1 4,2 1,8 26,1
Petani/nelayan/buruh 0,6 9,9 39,0 15,3 3,3 2,2 29,7
Lainnya 1,6 4,8 40,3 11,3 3,2 4,8 33,9
Tidak kerja 0,9 16,9 43,9 8,3 1,5 2,5 26,1
Tipe daerah
Kata 0,3 7,7 44,6 15,8 3,8 2,9 24,9
Des a 0,7 10,7 38,1 14,8 3,2 2,2 30,4
Tingkat pengeluaran
per kapita
Kuintil 1 0,9 10,3 36,9 13,0 2,6 2,6 33,7
Kuintil 2 0,7 10,0 40,4 14, 1 2,8 2,5 29,6
Kuintil 3 0,4 10,2 41, 1 14,7 3,4 2,3 27,9
Kuintil 4 0,6 10,2 39,7 14,7 3,8 2,1 29,0
Kuintil 5 0,5 9,6 38,7 18,5 4,0 2,2 26,4

125
Tab,el 3.112
Persentase ,Penduduk Umur.1 O ]'ahl;Jn ke Atas ya.ng .M~rokok, menurut
Usia Pertama Kali Merol(ok/Mengunyah, Tembakau dan dan Kabupaten/Kota
di Provinsi Lampung, ·Riskesdas 2007
Usia eertama kali merokok/kun~ahtemba~au {tahun}
.
Kabupaten/Kpta Tidak'
5-9 1'0-14 15-119 20-24 25-29 >=30
tahu
Lampung Barat 1,2 15,8 31,5 7,4 2,1 1,5 40,5
Tanggamus 0,5 10,9 30,'4 4,3 1,3 0,7 51,9
Lampung Selatan 1,9 11,3 40,3 8,3 3,1 2,6 32,3
Lampung Timur 0,5 10,1 29,5 9,4 1,9 1,5 47,1
Lampung Tengah 0,7 10,8 42,5 13,6 3,3 2,3 26,8
Lampung Utara 0,7 8,9 33,7 23,8 5,0 3,6 24,4
Way Kanan 0,7 12,1 27,9 3,7 1,0 0,7 54,0
Tulang, Bawang 0,9 5,5 31,7 9,2 3,'8 1,9 47,0
Bandar Lampung 1,3 8,2 37,2 11,2 1,6 1,0 39,6
Metro 0,0 8,7 29,8 8,7 1,9 0,0 51,0
LAM PUNG 1,0 10,2 35,3 9,8 2,6 1,8 39,4

Tabel 3.112 memperlihatkan persentase penduduk umur 1 O tahun ke atas yang merokok
menurut usia pertama kali merokok/fnengunyah tembakau. Usia mulai merokok atau
mengunyah tembakau rnencakup juga penduduk yang baru pertama kali inencoba merokok
atau mengunyah tembakau.
Usia pertama kali merokok dj setiap kabupaten/kota di provinsi Lampung secara umum
paling banyak dimulai pada usia 15-19't~hun. Umur pertama kali rnerokok yang paling muda
yaitu pada umur 5-9 tahun paling banyak ditemukan di Lampung Selatan yaitu 1,9 %.
Sedangkan usia mulai merokok yang tertua yaitu pada usia lebih dari 30 tahun paling
banyak ditemukan di Kabupaten Lampung Utara yaitu sebanyak 3,6 %.

126
Tabel 3.113
Persentase Penduduk Umur 10 Tahu'n ke Atas yang Merokok menurut
Usla Pertama Kali Me~okok/ Mengunyah Tewbakau dan Karakteristi'k
Responden di Provlnsi Lampting, Riskesdas 2007

Usia pertama kali merokokrkunyah tembakau


Karakteristik .5-9 ·10-14· :15-19 ·20-24? 25-29' >=30 Tidak
th th th th th th tahu
Umur
10-14 tahun 3,8 38,5 0,0 0,0 0,0 0,0 57,7
15-24 tahun 0,8 18,3 56,0 3,5 0,0 0,0 21,5
25-34 tahun 0,9 9,3 44,9 11,8 2,0 0,2 31,0
35-44 tahun 1,0 6,6 35,2 12,9 3,3 1,9_ 39,2
45-54 tahun 1,0 7,7 24,7 12,3 4,9 2,9 46,6
55-64 tahun 0,9 8,8 19,9 10,2 2,9 3,6 53,8
65-74 tahun 1,6 8,3 15,8 5,9 4,0 4,3 60,1
75+ tahun 0,9 5,8 15,6 6,3 1,3 6,7 63,4
Jenis Kelamin
Laki-laki 1,0 10,5 36,9 10, 1 2,7 1,3 37,6
Perempuan 1,3 5,4 12,3 4,9 1,3 9,3 65,6
Pendidikan
Tidak sekolah 1,3 9,1 16,9 9,8 2,2 5,6 55,0
Tidak tamat SD 1,2 10,4 28,7 9,1 2,7 2,3 45,6
Tamat SD 1,1 10,9 31,8 9,2 3,0 1,5 42,5
Tamat SMP 0,9 12,4 44,6 9,1 2)2 0,9 29,9
Tamat SMA 0,5 7,4 46,1 11,9 2,3 1,0 31,0
TamaJ PT 1,2 5,8 32,9 15,0 2,9 2,9 39,3
Pekerjaan
Tidak kerja 0,8 15,4 34,4 5,1 1,1 2,3 40,9
Sekolah 2,3 25,1 32,4 .1,8 0,0 0,5 .37,9
lbu RT 0,8 5,5 18,8 6-,3 2,3 12,5 53,9
Pegawai ·· 1,2 6,0 34,4 14~'1 2,2 2,0 39,4
wiraswasta 0,5 9,5 >36,8 10:1 3,o· :1,4 '38;7
Petani/nelayanzbur 1,0 9~5 35,9 10,5. 2,8 1,6 38:7
uh
Lainnya 1,2 8,3 35,7 7,1 3,6 0,0 44,0

Daerah
Pekotaan 0,7 8,1 37,6 10,6 t 2, 1 1,8 39,2
Pedesaan 1,0 10,8 34,7 9,6 2,7 1,8 39,4

Tingkat pengeluaran per kapita


Kuintil 1 0,8 10,2 35,1 8,5 1,6 1,6 42,2
Kuintil 2 1,2 11,2 35,4 9,2 2,5 1,8 38,7
Kuintil 3 0,7 10,2 35, 1 10,3 2,6 2,1 39,0
Kuintil 4 1,3 9,5 36,6 9,3 3,2 1,7 38,4
Kuintil 5 0,8 9,8 34,6 11,4 2,8 1,9 38,6

Tabel 3.113 menggambarkan persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang merokok
menurut usia pertama kali merokok/mengunyah tembakau dan karakteristik reponden.
Secara umum di semua karakteristik responden di Provinsi Lampung, umur pertama kali
merokok berada pada usia 15-19 tahun. Pada kelompok umur 15-24 tahun, 56 % dari

127
respondennya mulai merokok pada.usla f5-19 tahun. Responden laki-laki memulai merokok
pada umur 5-9.tahun sebanyak 1,0'6/p, u'n;iur 10-14 tahun ~o
%,dan df.umur.15-19,tahun
sebanyak·36,9 % responden mulai oU.1ryiLJr irii. '

Tabel 3.114
Prevalensi Perokok Dalam Rumah Ketika Bsrsama Anggota Rumah Tangga
Menurut Kabupaten/Kota'Di Provinsi Lainpung',·Riskesdas 2007

Perokok di dalam
Kabupaten/Kota
rum ah

Lampung Barat 91,0


Tanggamus 95,5
Lampung Selatan 91,0
Lampung Timar 93,0
Lampung Tengah 94,7
Lampung Utara 89,3
W~y, Kanan 96,3
Tulang Bawang 90,5
Bandar Lampung 87,4
Metro 92,0
LAM PUNG 92,3

Tabel 3.114. memperlihatkan bahwa prevalensi penduduk yang merokok di dalam rumah
ketika bersama anggota rumah tangga yang lain amat tinggi yaitu hampir dl, .semua
kabupaten/kota anqkanya berada di atas 85 % bahkan di atas 90 %. Hanya di kabupaten
Lampung Utara dan kota Bandar Lampunq yang yang berada di angka '80 %an yaitu
masing-masing 89,3 % dan 87',4 %. -

Tabel 3.115 memperlihatkan jenis rokok yang biasa dihisap oleh penduduk berusla lebih dari
sepuluh tahun. Tiap penduduk dapat saja menghisap jenis rokok yang berbeda, tidak hanya
satu jenis rokok saja yang biasa dihisap. Berdasarkan tabel, terlihat bahwa hafnpir di semua
kabupaten jenis rokok yang dihisap terbanyak adalah jenis rokok kretek tanpa filter,
kemudian jenis rokok dengan filter, rokok linting,·rokok putih, tembakau dikunyah, cerutu dan
angkolong serta jenis lainnya. Kecuali di Bandar Lampung dan Metro jenis rokok ~ang lebih
banyak dihisap adalah jenis rokok dengan filter.

128
Tabel 3.115
Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas yang Merokok menurut Jen is
Rokok yang Dihis.ap dan Kabupaten/Kota di Provinsi Lam piing,
Riskesdas ·2007·

Jenis rokok yang dihisap


Kabupaten/Kota Kretek Kretek
Rokok Rokok Tembakau
dengan tan pa Cangklong Cerutu Lainnya
putih linting dlkunyah
'! filter filter
Lampung Barat 32,4 61,6 4,8 30,2 0,6 0,0 1,3 0,3
Tanggamus 46,2 71,0 7,8 35,8 0,3 0,4 1,3 0,2
Lampung Selatan 45,0 48,3 7,2 28,8 0,1 0,4 1,6 0,0
Lampung Timur 42,3 56,1 8,8 37,7 0,3 1,5 1,9 0,0
Lampung Tengah 35,4 54,2 8,2 39,2 0,0 0,1 2,4 0,0
Lampung Utara 38,9 58,9 8,5 36,1 0,0 0,7 0,4 0,0
Way Kanan 47,4 67,4 13,2 53,5 0,0 0,0 0,7 0,0
Tulang Bawang 54,4 63,6 10, 1 46,1 0,3 0,5 1,8 0,2
Bandar Lampung 69,4 35,7 18,7 2,8 0,2 0,4 0,6 0,0
Metro 68,2 44,3 18,2 10, 1 0,0 0,0 1,1 0,0
LAM PUNG 45,9 55,9. 9,5 33,4 0,2 0,5 1,5 0,1

Tabel 3.116 memperlihatkan tentang jenis rokok yang dlhisap berdasarkan karakteristik
responden. Jika dilihat berdasarkan kelompok umur, paoa kelornpok umur muda yaitu
kelompok urriur 10-14 tahun dan 15-24 tahun terlihat bahwa jenis rokok yang biasa dihisap
adalah rokok kretek dengan filter. Pada kelornpok' umur dewasa muda yaitu 25-34 tahun, 35-
44 tahun dan 45 hingga 54 tahun lebih banyak yang biasa menghjsap jenis rokok kretek
tanpa filter. Sedangkag pada kelompok umur -dewasa yaitu usia 55 tahun ke atas lebih
banyak yanQ, banyak yang menghisap jenis rokok linting.
Berdasarkan jenis kelamin, antara pria dan wanita jenis r6kok yang biasa dihisap paling
banyak adalah jenis rokok kretek tan pa filter, kemudian rokok kretek dengan filter. ,
Berdasarkan tingkat pendidikan, ternyata penduduk yang. r;nemiliki pendidikan rendah yaitu
yang tidak sekolah lebih banyak yang menghisap rokok linting. Sedanqkan penduduk yang
tidak tamat SD dan tamat SD lebih banyak yang memilih rokok kretek tanpa filter. Penduduk
yang berpendidikan tamat SMP dan seterusnya l~bih memilih jenis rokok dengan filter.
Penduduk yang tinggal di kota lebih memilih jenis rokok kretek dengan filter yaltu 65,5 %,
sedangkan penduduk yang tinggal di desa lebih banyak yang men'lilih jenis. rokok kretek
·tanpa filter yaitu 59, 1 %.
Berdasarkan Tingkat pengeluaran per kapita per bulan penduduk di Provinsi Lampung,
pada kategori miskin yaitu kuintil 1 dua jenis rokok yang paling dipilih ialah rokok kretek
tanpa filter kemudian rokok linting, sedangkan pada kuinfil 2·hingga kuinti1'4, dua jenis rokok
yarm. paling banyak ,dipilih ialah rokok krstek tan pa filter kemudian rokok kre.tek dengan filter.
Pada tingkat 'pengeluaran paljng tinggi yaitu kuintil;5. dua [enis rokok yang paling banyak
dipj[ih ialah rokok kretek dengan filter sebanyak 55,3 % kemudian rokok kretek tanpa filter
yaitu 51,0 %.

129
Tabel3.116
Persentass Penduduk.Umur 10 Tahun ke Atas yang ·Merbkok menlitut
Jenis- Rokok yang Dihisap dan Karakteristik Responden di Provins!
Lampung, Riskesdas 2007

Jenis rokok yang dlhtsap


Kretek , ~retek '
Karakterjstik Rokok Rokok Tembakau
'Clengan tan pa Cangklong -csrutu Lainnya
putih linting dikunyah
filter filter '
Umur (tahun)
10~14- 79,6 26,5 8,2 10,2 0,0 0,0 0,0 2,3
15-24: '68,4 52,4 17, 1 14,9 0,3 0,5 0,5 0,1
25-34
35~44 •.J
45-54
~:·~
'
35,7
58,5
59,7
,60, 1
12,2
6,6
6,7
27,2
.30,8
41,6
0,2
0,2
0,2
0,5
0,3
0,4
0,4
0,5
0,9
0,0
0,0
0,0
55-64 2o,8 52,7 5,4 53,0 0,2 0,4 4,2 0,2
65-74' 18,3 44,5 3, 1 61,0 0,0 0,7 7,3 0,4
75+ 12,6 ~1.7 4,6 62,9 0,0 0,6 9,8 0,0
Jen is
,0
Kelamin
Laki 46,9 56,9 9,7 33,7 0,2 0,5 0,5 0,1
Perempuan 27,9 35,7 5,6 ,. 27,2 0,0 _0,0 21,3 0,0
Pendidikan
Tidak sekolah 21,7 43,5 5,2 55,8 0,0 0,3 9,2 0,0
Tidak tamat
25,5 57,0 6,8 •53,7 0,2 0,3 2,7 0,1
SD
Tamat SD 39,8 63-,8 8,0 40,2 9,3 0,4 0,5 0,1
,1
Tamat SMP 57;7 56,8 10,3 22,0 0,1 0,6 0,6 0,1
Tamat SMA 69,9 47,3 14,4 '9,6 0,2 0,6 0,5 0,0
Tamat PT 72,8 40,0 18,7 ·1,3 0,0 0,7 0,0 0,0

Tipe daerah J
Kota · 65,? 42,6 13,6 6,7 0,1 0,4 1,2 0,0
Desa 41,1 59,1 8,5 39,9 0,2 0,5 1,6 0,1
Tingkat pe'ngeluaran per kapita per bulan
139,'1
Kuintil 1 59,1 7,7 44,6 0,1 0,4 1,8 0,1
Kuintil 2 43,6 ~3,4 910 39,3 'o.s 0,9 1,5 0,0
Kuintil 3 43,6 56,3 9,4 35,7 0,1 O,? 1,3 0,0
Kuintil 4 47,3 59,6 9,7 28,1 0,3 0,4 1,8 0,1
Kuintil 5 55,3 51,0 11,4 20,2 0, 1 0,4 1,3 0,2

3.6.2 Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur


Data frekuensi dan porsi asupan sayur dan buah cikurnpulkan dengan menghitung [umlah
hari konsumsi dalam- seminggu dan jumlah porsi 'rafa-rata dalam sehari. Peridt.ldllk
dikategorikan 'cukup' konsumsi sayur dan' t>uah apabila makan sayur dan/atau'buah mini~al
5 porsi per hari selama 7 hari dalam seminggu. Dikategorikan 'kurang' apabila konsul'hsi
sayur dan buah kurang dari ketentuan di atas.
Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan secara umum di Provinsi lampung, penduduk yang
kurang mengkonsumsi buah dan sayur sebanyak 89,9 %, angka yang sangat tinggi.
Sedangkan kabupaten yang paling tinggi konsumsi buah dan sayurnya adalah kabupaten
lampung Tengah yaitu 22,9 % sedangkan yang paling rendah konsumsi buah dan sayurnya
adalah penduduk di kabupaten Way Kanan yaitu hanya 1,6 % (tabel 3.117)

130
Tabel 3.117
Prevalensi Kurang Makan Buah da'n Sayur Pienduduk, 1 O tahun ke Atas
menurut Kabupat~n/~ota di Provlnsl Lamp4i:ig,
. ~
Rtskesdas 20Q7

Kabupaten/Kota Kurang makan buah dan sayur*)

Lampung Barat 80,5


Tanggamus 94,8
Lampung Selatan 95,8
Lampung Timur 95,0
Lampung Tengah 77,1
Lampung Utara 92,0
Way Kanan 98,4
Tulang Bawang 93,0
Bandar Lampung 84,9
Metro 92,5
LAMPUNG 89,9

Tabet 3.118 memperlihatkansecara umum konsumsi buah dan sayur amat minim di semua
karakteristikresponden yaitu di bawah 15 %. Usia yang paling banyak mencukupi minimal 5
porsi sayur dan buah selama 7 hari seminggu adalah pada kelompok umur 25-34 tahun
yaitu sejumlah 11, 1 % sedangkan penduduk yang paling kurang mencukupi porsi yang
dianjurkan adalah kelompok umur 75 tahun ke atas yaitu sejurruah 94,6 % dari penduduk
usia ini kurang mengkonsumsi sayur-dan buah. Pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan
· tidak menunjukkan perbedaan yang berarti berdasarkan tingkat konsumsi buah dan
sayurnya, keduanya sama-sama kurang mengkonsumsi buah dan sayur yaitu hanya sekitar
1 O % penduduk laki-laki dan perempuan yang cukup memenuhi porsi anjuran makan buah
dan sayur. Berdasarkan tingkat pendidikan, penduduk yang tarriat SMP paling tinggi dalam
memenuhi porsi makan sayur dan buah yaitu 15,1 % s~dangkan yang paling rendah
konsumslbuah dan sayurnya berada pada penduduk yang tidak sekolah yaitu 8,4 %.
r-

Pendudukyc;ing bertipe daerah di kota lebih mencukupi porsi mengkonsumsi buah dan sayur
di bandingkan penduduk yang tinggal di desa yaitu di kota sebanyak 12,8 % penduduknya
cukup mengkonsumsi sayur dan buah sedangkan di desa y~ng mencukupi porsi yang
dianjurkan 9,3 %.
Berdasarkan tingkat pengeluaran per kapita per bulan terlihat kecenderungan makin
membaik dalam memenuhi porsi mengkonsumsi sayur dan buah sesuai dengan
membaiknyatingkat ekonomi.

131
Tabel 3.118
Prevalensi Kurang Makair~ua~ clan Say,ur Pen,dud.uk 1Q tahunke Atas
menurut Karakteristik ~~sJ?_onden di Provinsi Lampung, Rlskesdas 2007

Karakteristik Kurang makan buah dan sayur*)

Umur
10-1'4 tahun 89,4
15-24 tahun 90,0
25-34 tahun 88,9
35-44 tahun 89,3
45-54 tahun 90,0
55-64 tahun 90,5
65-74 tahun 94,1
75+ tahun 94,6

Jenis Kelamin
Laki 89,6
Perernpuan • 90,1

Pendidikan
Tidak sekolah 91.6
Tidak tamat SD 89.~
Tamat SD 90.3
Tamat SMP 84.9
Tamat SMA 88.3
Tamat PT 90.6

Tipe daerah
Kota 87,2
Desa 90,7

Tingkat pdngeluaran per kapita


Kuintil 1 90.6
Kuintil 2 90.2
Kuintil 3 90.3
Kuintil 4 89.9
Kuintil 5 88.4

3.6.3 Perilaku Minum Minuman Beralkohol


Salah satu faktor risiko kesehatan adalah kebiasaan minum alkohol. lnformasi perilaku
minum alkohol didapat dengan menanyakan kepada responden umur 1 O tahun ke atas.
Karena perilaku minum alkohol seringkali periodik maka ditanyakan perilaku minum alkohol
dalam periode 12 bulan dan satu bulan terakhir. Wawancara diawali dengan pertanyaan
apakah minum minuman beralkohol dalam 12 bulan terakhir. Untuk penduduk yang
menjawab "ya" ditanyakan dalam 1 bulan terakhir, termasuk frekuensi, jenis minuman dan
rata-rata satuan minuman standar.
Dilakukan kalibrasi terhadap berbagai persepsi ukuran yang diqunekan responden,
sehingga didapatkan ukuran standar, yaitu satu minuman standar setara dengan bir volume
285 mililiter.

132
Tabel 3.119. Kabupaten Tulang Bawang. memiliki persentase tertinggi penduduk yang
menqkonsumsi rnlnurnan beralkohol dalam 12:bulan terakhir (3,qo/o) dan .terendah·di .Metro
(0,6%). Penduduk yang rnenqkonsurnsl alkohol ci'alan:i. 1· bulan terakhir tertinggi ada di
KabupatenLampung·selatan (2,0%) dan terendah di Kabupaten Lampung Utara (0,3%).
TabeJ 3 ..119 _
Prevalensi peminum minumah beralkohol 12 bulan dan 1 bulan Terakhir Menurut
Kabupaten/Kota di provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Konsumsi alkohol 12 Bulan Konsumsi alkohol 1 Bulan


Kabupaten/Kota
terakhir terakhir
Lampung Barat 1,8 1,1
Tanggamus 2,5 1,7
Lampung Selatan 3, 1 2,0
Lampung Timur 2,7 1,9
Lampung Tengah 0,9 0,7
Lampung Utara 0,7 0,3
Way Kanan 1,7 1,3
Tulang Bawang 3,6 1,2
Bandar Lampung 2,2 1,5
Metro 0,6 0,6
LAM PUNG 2,2 1,4

Tabet 3.120. Di provinsi Lampung konsumsi alkohol dimulai dari usia yang relatif ~uda, yaitu
mulai umur 10-14 tahun dan semakin tua umur penduduk semakin sedikit yang
mengkonsumsi alkohol dan pada kelompok umur tertua sudah tidak ada lagi yang
mengkonsumsialkohol dalam 1 bulan terakhir. Pola yang sama juga terjadi pada penduduk
yang mengkonsumsialkohol dalam 1 bulan terakhir.
Persentase laki-laki yang mengkonsumsi minuman keras sebesar 4,3% dan yaog tetap
min um alkohol dalam 1 bulan terakhir sebanyak 217%, [auh lebih besar dlbandlnqkan
perempuan.iidak ada perempuanyang minurn alkohol dalarn t bulan terakhir.
Terdapat kecenderungan peningkatan persentase penduduk yang mirium alkohol seiring
dengan semakin tinggi tingkat pendidikan, kecuali pada 'penduduk yang tamat SMA dan PT
memiliki persentase yang lebih kecil dibandingkan dengan tingkat pendidikan tamat SMP
dan sebelumnya.

133
Tabel 3.120
Prevalensi Peminum Minurnan Beralkohol 12 Bufan Terakhir Dan 1 Bulan Terakhlr,
Menurut Karakterlsti~ di Provlnsl Lampunq, .Riskesdas 2007

Konsumsi alkohol ~ 2 Konsumsi alkohol 1 Bulan


Karakteristik
Bulan'terakhlr' terakhir
Umur
10-14 tahun 0,1 0,0
15-24 tahun 3,1 1,8
25-34 tahun 4,3 2,9
35-44 tahun 2,3 1,2
45~54 tahun 1,7 1,2
55-64 tahun 0,9 0,6
65-74 tahun 0,3 0,1
75+ tahun 0,0 0,0

Jenis Kelamin
Laki 4,3 2,7
Perempuan 0,1 0,0

Pendidikan
Tidak sekolah 0,7 0,5
Tidak tamat SD 1,6 0,8
Tamat SD 2,2 1,5
Tamat SMP 3,3 1.8
Tamat SMA 3, 1 2,1
Tamat PT 1,6 1,2

Daerah
Pekotaan- . 2, 1 1,6
Pedesaan 2,3 1,3

Status ekonomi
Kuintil 1 1,8 1, 1
Kuintil 2 2,0 1,3
Kuintil 3 2,2 1,3
Kuintil 4 2,3 1,3
Kuintil 5 2,9 1,9

Penduduk yang tinggal di desa lebih banyak mengkonsumsialkohol dalam 12 bulan terakhir,
dibandingkan penduduk yang tinggal di kota tetapi di kota sedikit lebih banyak yang masih
mengkonsumsialkohol dalam 1 bulan terakhir.
Berdasarkan tingkat pengeluaran perkapita perbulan dapat terlihat bahwa penduduk yang
memiliki tingkat pengeluaran perkapita perbulan tinggi akan cenderung lebih banyak
mengkonsumsi alkohol.

134
Tabel 3.121·
Persentase Pemlnum Min'L1m~n Beralkohol t Bulan Terakhir Berdasarkan~Frel<uensi
Minum dan Jenis Minvman, Mepurut Kabupaten/Kota di P.rovinsi Larnpunq, Riskesdas
.20.Q7
Frekuensi Jenis Minuman
min um
Kabupaten/Kota whiske angg
>=5 1-4 1-3
< 1x/bln bir y/ ur/
an
hr/mg hr/mg hr/bin tradisio
vodka wine
nal
Lampung barat 0,0 11, 1 22,2 66,7 20,0 20,0 50,0 10,0
Tanggamus 3,1 0,0 43,8 53,1 29,0 6,5 61,3 3,2
Lampung selatan 0,0 1,7 38,3 60,0 14,8 6,6 78,7 0,0
Lampung timur 5, 1 23,1 56,4 15,4 20,5 2,6 71,8 5,1
Lampung tengah 0,0 27,8 27,8 44,4 38,9 0,0 55,6 5,6
Lampung utara 0,0 66,7 0,0 33,3 33,3 0,0 66,7 0,0
Way kanan 0,0 0,0 63,6 36,4 30,0 0,0 70,0 0,0
Tulang bawang 4,8 0,0 71,4 23,8 23,8. 4,8 61,9 9,5
Bandar lampung 12,0 16,0 32,0 40,0 51,9 7,4 29,6 11, 1
Metro 0,0 0,0 50,0 50,0 0,0 0,0 50,0 50,0
LAM PUNG 3,2 10,0 44,1 42,7 26,1 5,4 63,5 5,0

Tabel 3.121. memperlihatkan frekuensi minum alkohol setidaknya 1 kali dalarn- sebulan
sekitar 42,?JVo di Lampung dengan terendah-sebesar 15,4 % di Lampung Timur dan 66,7 %
di Lampung Barat. Jenis minuman yang paiing banyak diminum di semua kabupaten/kota
adalah anggur/wine yaitu rata-rata provinsi sebesar 63,5 %.

135
Tabel 3.122
Persentase Peminum Minuman Beralkohol 1 Bulan "feral<:hir Berdasarkan
Frekuensi Minum dan Jen.is Minuman,·Menurutl<arakteristi'k Responden di
Provinsi Lampuhg, Riskesdas 2007

Frekuensi Jenis Minuman


KARAKTERISKar
-akteristik >=5 1-4 1-3 < whiskey/ anggur/ minuman
bir
hr/mg hr/mg hr/bin 1x/bln vodka wine tradisional
Umur
·10-14 tahun 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 100,0 0,0
15-24 tahun 6,8 11,9 45,8 35,6 24,1 8,6 60,3 6,9
~5l34 tahun 0,0 10,0 46,7 43,3 25,8 6,5 64,5 3,2
35-44 tahun 2,8 13,9 36,1 47,2 37,1 2,9 57,1 2,9
45-54 tahun 12,0 4,0 32,0 52,0' 20,0 0,0 72,0 8,0
S5-64 tahun 0,0 14,3 42,9 42,9 42,9 0,0 42,9 14,3
65-74 tahun 0,0 0,0 0,0 100,0 0,0 0,0 100,0 0,0
75+tahun 0,0 0,0 100,0 0,0 0,0 0,0 100,0 0,0
Jenis Kelamin
Laki 3,2 10,6 42,9 43,3 26,8 5,5 62,7 5,0
Perempuan 0,0 0,0 100,0 0,0 0,0 0,0 100,0 0,0

Pendidikan
Tidak sekolah 0,0 0,0 33,3 66,7 0,0 0,0 100,0 0,0
Tidak tamat SD 0,0 10.e 36,7 5313 19,4 3,2 71,0 6,5
Tamat SD 5,4 9,5 41,9 43,2 0,0 0,0 100,0 0,0
Tamat SMP 3,4 12, 1 46,6 37,9 20,7 3,4 69,0 6,9
Tamat SMA 4,3 8,7 47,8 39, 1 22,7 2,7 72,0 2,7
Tamat PT 0,0 28,6 28,6 42,9 25,4 6,8 61,0 6,8
Tipe daerah
Kota 5,4 12,5 35,7 46,4 33,9 8,9 50,0 7,1
Desa 3, 1 9,2 46,0 41,7 24,2 4,2 67,9 3,6
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil 1 2,9 8,8 41,2 47,1 20,6 2,9 70,6 5,9
Kuintil 2 7,3 2,4 43,9 46,3 25,0 2,5 72,5 ,0
Kuintil 3 2,6 7,9 44,7 44,7 26,2 2,4 61,9 9,5
Kuintil 4 4,9 9,8 31,7 53,7 29,3 7,3 58,5 4,9
Kuintil 5 0,0 18,5 50,8 30,8 30,3 9,1 56,1 4,5

136
abel 3.122. Tabel di atas rnenunjukkan bahwa di semua kategori umur jumlah meminum
Alkohol mula] dari. 1 kali .per bulan hingga 1-3 ,h(!ri -per bulan, penduduk lebih banyak
men.Q~onsumsi • lcohol yang_ l;>erjenis minuman a_nggur}w,irie: Berdasarkan, jenis kelamin,
lakl-lakl memiliki tingkat konsumsi lebih banyak dengan frekuensi yang lebih besar
dibandingkan perempuan. Penduduk di desa lebih memilih anggur/wine sebesar 67,9 %.
Tabet 3.123 menurijukkan penduduk d~ proyinsi Lampung yang meminum minuman
beralkohol 1 bulan terakhir berdasarkan satuan standar .rnlnurnan, paling banyak
mengkonsumsi 1-2 satuan per hari. Namun, di Lampung Timur dan Way Kanan, jumlah
satuan yang diminum paling banyak adalah lebih dari 9 satuan satuan per hari. ·

, Tabel.3.123
Persentase Peminum Minuman Beralkohol 1 Bulan Terakhir Berdasarkan
Satuan Standard Minumaf1, Menurut Kabupaten Di Provinsi Lampung

Satuan standar minuman dalam sehari


Kabupaten/Kota 1-2 3-4 5-6 7-8 >9 Tidak
sat/hari sat/hari sat/hari sat/hari sat/hari -tahu
Lampung Barat 40,0 0,0 10,0 0,0 30,0 20,0
Tanggamus 40,0 6,7 0,0 0,0 13,3 40,0
Lampung Selatan 57,6 8,5 0,0 0,0 8,5 25,4
Lampung Timur 30,2 9,3 9,3 2,3 32,6 16,3
Lampung Tengah 38,9 0,0 0,0 0,0 0,0 61,1
Lampung Utara 66,7 0,0 0,0 0,0 0,0 33,3
Way Kanan 8,3 0,0 0,0 0,0 16,7 75,0
Tulang Bawang 19,0 0,0 0,0 4,8 4,8 71,4
Bandar Lampung 64,7 2,9 0,0 0,0 23,5 8,8
Metro 0,0 0,0 0,0 0,0 50,0 ·50,0
LAM PUNG 42,7 5,2 2,2 0,9 16,4 32,8

137
Tabel 3.124
Proporsl Peminum Minuman Beralkohol 1 Bulan Terakhir Berdasarkan Satuan
Standar·Minuman Menurut Ka~akferistik·di Provinsi~Lampung, Riskesdas 2007
·'

Satuan standar minuman dalam.sehari*


Karakteristik responden 1-2 3-4. 5-6 7-8 9-87 Tidak
sat/hari saf/hari sat/hart sat/hari sat/hari tahu
Umur
10-14 tahun 7,1 0,0 0,0 0,0 92,9 0,0
15-24 tahun 44,3 8,2 3,3 1,6 13, 1 29,5
25-34 tahun 47,1 5,7 ,0 1,1 8,0 37,9
35-44 tahun 40,5 5,4 5,4 0,0 13,5 35,1
45-54 rahurt 52.2 0,0 4,3 0,0 4,3 39,1
55-64 tahun 28,6 0,0 0,0 0,0 14,3 57,1
65-74 tahun 0,0 0,0 0,0 0,0 100,0 0,0
75+ tahnn 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Jen is ..Kelamin
Laki 44,9 6,0 2,3 0,9 10,6 35,2
Pererhpuan 6,7 0,0 0,0 0,0 93,3 0,0
Pendidikan
Tidak sekolah 50,0 0,0 0,0 0,0 33,3 16,7
Tidak tamat SD 40,5 2,7 0,0 0,0 24,3 32,4
Tamat ~D 44,0 6,7 5,3 1,3 6,7 36,0
Tamat SMP 42,6 9,8 ,0 ,0 19,7 27,9
Tamat SMA 43,2 2,3 2,3 2,3 13,6 36,4
Tamat PT 40,0 0,0 0,0 0,0 0,0 60,0
Pekerjaan
Tidak kerja 45,0 5,0 0,0 0,0 30,0 20,0
Sekolah 20,0 0,0 0,0 5,0 65,0 10,0
lbu RT 0,0 0,0 0,0 0,0 50,0 50,0
Pegawai 50,0 0,0 0,0 0,0 8,3 41,7
Wiraswasta 42,9 6,1 2,0 0,0 8,2 40,8
Petani/nelayan/buruh 46,2 5,9 3,4 0,8 9,2 34,5
Lainnya 42,9 14,3 0,0 0,0 0,0 42,9
Tipe daerah
Kota 55,0 5,0 0,0 1,7 16,7 21,7
Des a 37,8 5,2 2,9 ,6 16,3 37,2
Tingkat pengeluaran per
kapita
Kuintil 1 50,0 10,0 0,0 0,0 15,0 25,0
Kuintil 2 42,9 2,4 0,0 2,4 21,4 31,0
Kuintil 3 29,3 7,3 2,4 2,4 14,6 43,9
Kuintil 4 38,3 2, 1 2,1 0,0 19,1 38,3
Kuintil 5 46,8 4,8 4,8 0,0 12,9 30,6
*1. satuan minuman standard yang mengandung 8 - 13 g etanol, misalnya terdapat dalam:
1 gelas/ botol kecil/ kaleng (285 - 330 ml) bir
1 gelas kerucut (60 ml) aperitif
1 sloki (30 ml) whiskey
1 gelas kerucut (120 ml) anggur

138
Jabel 3.124 menunjukkan bahwa tingkat konsumsl alkohol dalam satuan minuman standar
(SMS) laki-laki lebih tin.§Jgi dari perempuan pada ~atuan yana 1-~ Sf0$ yait1:1sebesar44,9%.
Sedangk:an...pada 'kt>hsumsi'1-2' satuan per harl dimani:r merupakan kon'~urhsitertinggi di
kota lebib'.tinggidibantfii:lg'drdesay-aitu 55,0-% dan '37,8 %: tt '

3.6.4. Perilaku Aktifitas Fisik


J

Aktivitas fisik secara teratur bermanfaat untuk mengatur berat badan dan menguatkan
sistem jantunq- dan pembuluh darah. Dikumpulkan data frekuensi beraktivitas fisik dalam
seminggu terakhir untuk penduduk 1 O tahun ke atas. Kegiatan aktivitas fisik dikategorikan
'cukup' apabila kegiatan dllakukan terus-menerus sekurangnya 1 O rflenit dalam satu
kegiatan tanpa henti dan secara kumulatif 150 menit selama lima bari dalam satu minggu.
Selain frekuensi, dilakukan pula pengumpulan data intensitas, yaitu jumlah hari melakukan
aktivitas 'berat', 'sedang' dart 'berjalan'. Perhitungan jumlah menit aktivitas fisik dalam
seminggu mempertimbangkan pula jenis aktivitas yang dilakukan, di mana aktivitas diberi
pembobotan, masing-masing untuk aktivitas 'berat' empat kali, aktivitas 'sedang' dua kali
terhadap aktivitas 'ringan' atau jalan santai.

Tabel 3.125
Prevalensi Kurang.Aktivitas Penduduk 10 tahun ke Atas menu rut
Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Kabupaten/Kota Kurang aktivitas fisik


Lampung Barat 43,0
Tanggamus 51,3
Lampung Selatan 40,6
Lampung Timur 42,4
t.ampunq Tengah 41,3
Lampung Utara 59,7
Way Kanan 32,6
Tulang Bawang 45,5
Bandar Lampung 53,8
Metro 65,2
LAM PUNG 45,8

Berdasarkantabel 3.125 penduduk berusia lebih ~ari"10 tahun yang paling banyak aktif
adalah di Way Kanan sebesar 32,6 % sedangkan yang paling banyak kurang aktif adalah di
Metro sebanyak 65,2 %. ·

139
Tabel 3.126
Prevalensl Kurang Afctivitas Fisik Penduduk 10 tahun ke Atas ··
mehurut Kabupaten/Kota di.Provinsi La~pung, ~iskesdas,2007.

Karakteristik responden Kurang aktivitas fisik


Umur (tahun)
10-"14 tahun 63,8
15-24 tahun 49',3
25-34 tahun 39,4
35-44 tahun 37,1
-45-54 tahun 33,5
55.-64 tahun 44,0
,65-74 tahun 60,2
'75+ tahun ·75;2
. Jenis Kelamin
Laki 35,1
Perempuan 56,9
Pendidikan
Tid_,qk,1sekolah 52,9
Tidak-
.,. tamat
. '* , "SD 44,7
Tamat SD 39,9
Tamat SMP 44,3
Tamat SMA 51,7
Tamat PT 65,2
Pekerjaan
Tidak kerja 74,3
Sekolah 62,2
lbu RT 64,9
Pegawai 56,3
Wiraswasta 53,4
Petani/nelayan/buruh 21,0
Lainnya 47,4
Lanjutan Tabel 3.126
Tipe daerah
Kata 58,2
Des a 42,3
Tingkat pengeluaran per kaplta per bulan
Kuintil 1 39,7
Kuintil 2 42,7
Kuintil 3 44,2
Kuintil 4 47,0
Kuintil 5 54,7

Pada tabel 3.126 tampak penduduk yang cukup aktif berada pada kelompok umur 45-54
tahun yaitu 66,5 %. Laki-laki lebih banyak yang aktif dibandingkan dengan perempuan yaitu
64,9 %. Jika dilihat dari tingkat pendidikan ternyata yang paling kurang aktif adalah
penduduk yang memiliki pendidikqn tertinggi tamat perguruan tinggi yaitu 65,2 %. Pekerjaan
petani/nelayan/buruh memeperlihatkan kegiatan yang cukup aktif paling tinggi di antara
pekerjaan lainnya yaitu 79,0 %. Penduduk yang tinggal di kota tingkat melakukan kegiatan
aktifnya lebih rendah dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di desa. Berdasarkan
Tingkat pengeluaran per kapita per bulan, pada tingkat yang paling rendah yaitu kuintil 1
paling tinggi tingkat melakukan kegiatan aktifnya yaitu 60,3 %.

140
3.6.5. Pengetahuan dan Sikap terhadap flu Burun{,J dan HIV/AIDS
a. Flu·Burung ,.

Data mengenai pengetabuan :clan sikap penduduktentanq flu burung dikumpulkan dengan
-didahului pertanyaan saringan : apakah pernah- .mef1dengaf''1entarig"flu ~urung. Untuk
penduduk yang pernah mendengar, ditanyakan teblrrtanlut pengetabuan tentang_ penularan
dan sikapnya apabila ada unggas yang sakit atau mati rnendadak.
Pendudukdianggap memiliki penqetahuantentanq penularan flu burung.yang benar apabila
menjawab carapenularan melalai:kontak dengan unggas sakit atau kontak denqan kotoran
unggas/pupuk kandang. Penduduk dianggap bersikap benar bila menjawab salah satu :
melaporkan kep.ada aparat terkajt, atau membersihkan kandang unggas, atau mengubur/
membakar\Jr\gga~sakit, apabila ada unggas yang saklt dan mati mendadak.
Tabel 3.127 menunjukkan persentase penduduk 10 tahun ke atas menurut pengetahuan
dan sikap tentang flu burung dan kabupaten/kota di provinsi Lampung. Rata-rata penduduk
di provinsi tarnpunq sudah memilikLtingkat pengetahuan bf!ik tentanq flu burunq. Qi s~riua
kabupaten/kota,penduduknya memiliki tingkat pengetahuan, mengetahui secara benar; dan
bersikap benar tentang tru burung lebih dari 60 %. Penduduk yang paling banyak
mengetahuitentang flu burung berada di kota yaitu di Bandar Lampung dan Metro masing-
rnasing 90 % dan 75,6 % dari penduduknya. Penduduk Metro juga memiliki' tingkat
penduduk dengan pengetahuan benar -tentanq flu burungnya paling tinggi yaitu 93,6 %.
Sedangkan penduduk yang bersikap benar tentang flu burung paling tinggi berada di
Lampung Utara yaitu 97,9 % dari responden.

Tabel 3.127
Persentase Penduduk 10 tahun ke Atas menu rut Pengetahuan Dan Sikap
Tentang Flu Burung dan Kabupaten/kota di Provinsi Lampunq,
Riskesdas 2007
Pernah Berpengetahuan Bersikap
Kabupaten/Kota
mendengar benar* benar**
Lampung Barat 73,1 84,8 87,9
Tanggamus 63,1 89,9 87,3
Lampung Selatan 78,4 83,1 90,9
Lampung Timur 61,6 78,7 93,1
Lampung Tengah 70,1 85,0 94,0
Lampung Utara 61,4 92,2 97,9
Way Kanan 60,0 77,7 85,5
Tulang Bawang 60,9 93,4 94,1
Bandar Lampung 90,6 90,7 95,5
Metro 75,6 93,6 94,5
LAM PUNG 70,2 86,2 92,3
*) Berpengetahuan benar apabila menjawab "Ya" kontak dengan unggas sakit atau
kontak dengan kotoran unggas/pupuk kandang
**) Bersikap benar apabila menjawab "Ya" melaporkan pada aparat terkait,
membersihkan kandang unggas, atau mengubur/membakar unggas yang sakit dan
mati mendadak.

Tabel 3.128 di bawah ini tampak penduduk yang paling banyak mendengar tentang flu
burung dan berpengetahuan benar fentang flu burung adalah pada kelompok umur 15-24

141
tahun yaitu 85, 8 dan 90,8 % dari responden, sedangkan yang bersikapbenar terhadap flu
burung berada pada usia 25-34 tahun yaitu sebesar 94, 1 %.
Laki-laki sedikit lebih banyak mengetahui tentang flu burung serta lebih banyak .yang
berpenqetahuan .. benar mengen.ai fJtt burung. Sedangkan laki-laki dan perempuan ·sama
tingginya mengenai berslkap benar tentano flu burung.
Berdasarkan tingkat pendidikan, terlihat semakin meningginya pendidikan 'diikutr semakin
meningginya tingkat pengetahuan penduduknya, begitu pula penduduk vang mengetahui
denga[.1 benar dan bersikap benar mengenai flu burung semakin tinggi seiring meningkatnya
tingkat pendidikan penduduknya.
Penduduk yang memiliki .Pekerjaan sebaqai pegawai merupakan penduduk yang P,aling
tinggi tingkat pengetahuan tentanq · flu burung yaitu 95,3 %, paling tinggi tingkat
penqetahuan dengan benar mengenai flu burung yaitu 94,5 % darr juga paling tinggi tingkat
bersikap benar terhadap flu burung yaitu 97,9 %. ·
Pendudllk yang bertlpe daerah 8i kota memiliki tingkat penqetahuan, berpenqstahuan benar
dari bersikap benar yang leblh tinggi dibandingkan denqan ...penduduk yang tinggal di desa .
Be~d~sa~kan tir;igkat penqeluaran, per kapita per bulan, semakin baik tingkat ekonomi
penduduk semakin memiliki tingkat pengetahuan, berpengetahuan benar dan bersikap
benar yang lebih tinggi dibandinqkan dengan tingkat ekonomi di bawahnya.

142
Tabel 3.128
Persentase Penduduk 10 tahun ke Atas menu rut Penge~ahuan Dan Sikap
Tentang Flu Burung dan Karakteristik Responden di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007
Pernah Berpengetahuan
Karakteristik responden Bersikap benar**
mendengar benar*
Umur
10-14 tahun 55,6 82,5 89,5
15-24 tahun 85,8 90,8 93,1
25-34 tahun 82,0 88,9 94,1
35-44 tahun 76,2 85,9 92,8
45-54 tahun 66,7 84,4 90,8
55-64 tahun 52,3 77,8 91,3
65-74 tahun 35,0 68,9 86,5
75+ tahun 22,0 60,9 80,4

Jenis Kelamin
Laki 74,2 ~7.3 92,4
Perempuan 66,1 84,9 92:1
Pendidikan
Tidak sekolah 39,4 71,4 84,4
Tidak tamat SD 52, 1 76,5 87,6
Tamat SD 69,6 85,1 91,8
Tamat SMP .83,5 89,2 93,9
Tamat SMA 91,/ 93,9 95,5
Tamat PT 95,7 95,3 97, 1
Pekerjaan
Tidak kerja 58,0 88,1 91,7
Sekolah 66,0 86,6 91,3
lbu RT 71, 1 86,8 93,0
Peg?!wai_ 95,3 94,5 97,9
Wiraswasta 84,8 89,0 93,6
Petani/nelayan/buruh 67,8 83,5 91, 1
Lainnya 84,1 84,6 93,7

Tipe daerah
Kota 85,9 90,6 94,7
Desa 65,8 84,6 91,3

Lanjutan Tabet 3.128


Tingkat pengeluaran per
kapita per bulan
Kuintil 1 64,7 84,9 90,4
Kuintil 2 68,4. 85,6 91,7
Kuintil 3 5g,1 85,0 91,3
Kuintil 4 71,3 86,5 92,9
Kuintil'5 76,8 88,6 94,4
*) Berpengetahuan benar apabila menjawab "Ya" kontak dengan ungg-as sakit atau kontak dengan
kotoran!
unggas/pupuk

kandang
**) Bersikap benar apablla menjawab "Ya" melaporkan pada aparat terkait, membersihkan kandang
unggas, atau mengubur/membakar unggas yang sakit dan mati mendadak.

143
b. HIV/AIDS
Berkaitan dengan HIV/AIDS, penduduk ditanyakan apakah pernah mendengar tentang
HIV/AIDS. Selanjutnya penduduk yang pernah mendenqar Ciitanyakan lebih lanjut mengenai
pengetahuan tentang penularan virus' HIV ke manusia (tujuh pertanyaan), pencegahan
HIV/AIDS (enam pertanyaan), dan sikap apabila ada anggota .keluprga .yang menderita
HIV/AIDS (lima pertanyaan). Penduduk dianggap berpenqetahuan benar tentang penularan
dan pencegahan HIV/AIDS apabila menjawab benar masing-masing 60%. Vntuk sikap
ditanyakan: bila ada anggdta keluarga menderita HIV/AIDS apakah responden
merahasiakan, mernblcarakan "denqan ART lain, mengikuti konseling dan penqobatan,
mencari pengobatan alternatif ataukah mengucilkan penderita.
Tabet 3.129
Persentase Penduduk 1 O tahun ke Atas menu rut Pengetahuan Tentang HIV/AIDS dan
Kabupaten/kota di F,'rovinsi Lamp,ung, Riskesdas 2007
Berpengetahuan Berpengetahuan
Pernah
Kabupaten/Kota benar tentang benar tentanq
mendenqar
penularan pencegahan
l.arnpunq 6arat 41,6 5,2 39,9
Tanggamus 39,3 7, 1 51,2
Lampung Selatan 54,2 3,1 35,3
Larnpunq Timur 36,7 4,1 32,7
Lampung Tengah 33,6 5,3 34,8
Lampung Utara ~4,6 23,7 38,3
Way Kanan a2.6 14,4 14,4
Tulang Bawang 27,8 9,0 28,7
Bandar Lampung 71,8 7,6 45,1
Metro 64,0 20,1 44,2
LAMP UNG 43,2 7, 1 39,9

Tabel 3.129 menunjukkan kabupaten atau kota di Provinsi Lampung yang penduduk usia
lebih dari ~O tahunnya paling tinggi tingkat pengetahuan rnenqenai penyakit AIDS adalah di
Bandar Lampung yaitu 71,8 %. Sedangkan penduduk di Lampung Utara paling tinggi tingkat
pengetahuan benar mengenai penularan AIDS yaitu 23,7 %. Tanggamus memiliki tingkat
pengetahuan yang benar mengenai pencegahan AIDS paling tinggi yaitu 51,2 % dart
respond en .•
Tabel 3.130 memperlihatkan persentase penduduk 1 O tahun ke atas menu rut pengetahuan
tentang HIV/AIDS dan karakteristik responden. Penduduk yang paling banyak rnendenqar
tentang HIV/AIDS adalah pada kelompok umur 15-24 tahun yaitu 64,.9 %,Jiari responden,
sedangkan yang memiliki pengetahuan yang benar mengenai penularan HIV/AIDS pada
usia 65-74 tahun yaitu sebesar 9,0 % dari responden. Penduduk yang memiliki pengetahuan
yang benar tentang pencegahan HIV/AIDS paling tin,ggi, berada pada kelompok umur 25-34
tahun yaitu 41 ,5 %. Laki-laki sedikit lebih banyak mengetahui tentang HIV/AIDS yaitu 46,8
%, perempuan lebih banyak yapg berpengetahuan benar mengenai penularan HIV/AIDS
yaitu 7,6 %. Sedangkan laki-laki memiliki tingkat pengetahuan mengenai pencegahan
HIV/AIDS lebih tinggi dari perempean.
Berdasarkan tingkat pendidikan, terlihat semakin meningginya pendidikan diikuti sernakln
meninggioya tingkat pengetahuan penduduknya tentang HIV/AIDS,. begitu pula penduduk
. yang mengetahui dengan benar penularan dan pencegalran HIV/AIDS semakin tit'lggi seiting
meningkatnya tingkat pendidikan penduduknya.
Penduduk yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai merupakan penduduk yang paling
tinggi tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS yaitu 87,9 %, paling tinggi tingkat pengetahuan

144
dengan benar mengenai penutaran HIV/AIDS yaitu 17,2 % dan juga paling tinggi mengenai
perrgetahuan yang benar pencegahan HIV/AIDS yaitu 54,2 %. Pendud1,1k yang bertipe
daerah di kota merhiliki tingkat pengetahuan, berpengetahuan benar tentang penularan dan
penceqahan HIV/AIDS yang ,lebih. tinggi dibandingK.an dengan penduduk yang tinggal· di
desa ...
Berdasarkan "Iinqkat pengeluaran per kapita per bulan, semakin baik tingkat ekonomi
penduduk semakin memiliki tingkat pengetahuan, berpsnqetahuan benar dan berslkap
benar yang· l<3bil1 tinggi' dibandingkan dengan tinqkat. ekonoml sebelumnya, kecuali pada
f<uintil 2 dan 3, kuintil 3 memiliki tingkat' penqetabuan menqenai penularan dan penceqahan
HIV/AIDS lebih rendah dibandingkan kuintil 2. ~ '
Tabel 3.130 .
a
Persentase Penduduk 1 tahun l<e Atas menu rut Pengetat\uan 'Tentang HIV/AIDS dan
Karakteristik Responden di Provlnsi lampung,.Riskesdas 2007
Berpengetahuan Berpengetahuan
Karakteristik Pernah mendengar benar..tentang benar tentang
penularan pencegahan
Umur
10-14 tahun 22,8 4,4 23,4
15-24 tahun 64,9 7,5 39,1
28.:34 tahun 58,1 7,5 41,5
35-44 tahun 47,9 6,7 40,0
45-5'4 tahun 33,7 7,9 33,1
55-64 tahun 20,7 6,1 32,9
65-74 tahun 9,3 9,0 26,9
75+ tahun 3,6 6,7 33,3
Jenis Kelamin
Laki-laki 46,8 6,8 38,6
Perempuan 39,3 7,6 36,9
Pendldlkan
Tidak sekolah 12,3 1,4 23,4
Tidak tamat SD 18,6 4,3 26,3
Tamat SD 34,3 3,9 30,7
Tamat SMP 60,7 5,6 37,7
Tamat SMA 81,6 8,8 45,0
Tamat PT 91,6 24,9 57,8
Pek,erjaan
Tidak 'kerja 38,7 10,0 40,4
Sekolah 37,9 6,1 33,1
lbuRT 44,5 6,1 37,6
Pegawai 87,9 17,2 54,2
Wiraswasta 65,7 7,7 41,3
Petani/nelayan/buruh 34,9 3,7 33,0
Lairin'ya 66,5 14,0 38,9
Tipe daerah
Kota 67,9 9,9 42,7
Des a. 36,2 5,6 35,2
Tingkat pengeluaran per kaplta
Kuintil 1 33,6 5,1 34,9
Kuintil 2 38,6 6,0 36,5
Kuintil 3 40,8 5,5 35,7
Kuintil 4 45,6 7,2 37,8
Kuintil 5 55,8 10,1 42,1

145
Tabel 3.131 menunjukkan sikap penduduk provinsi Lampung bila ada anggota k..elu,arga
menderita tJIV/AIDS paling tinggi, adalah, sikap. .melakukan konseling dan penqobatan
sebesar 86, 1 %, selanjutnya mernbicarakan dengan- anggota rumah tangga lain sebesar
67 ,2%, sikap mencari penqobatan alternative sebesar 62, 1 % dan merahasiakan tentang
HIV/AIDS sebesar 24,8% dan terkecil menqucilkan penderita HIV/AIDS sebesar 4,2%.
' ,
Sikap merahasiakan Tentang HIV/AIDS paling tinggi berada di kabupaten V;Jay Kanan
sebesar 45:0%, sikap ,me111bicarc,kandengan anggota rumah tangga Jain terbesar ada pada
kabupaten Lampung Utara .84,0o/o,, ~ikap melakuken ~pnseling dan pengobatan paling tinggi
berada di kabupaten Lampung Tengal'l 93,7%, sikap
mencari pengobatan alternatif tertinggi berada di Tanggamus 78,0%, sikap mengucilkan
penderita ti IV/AIDS tertinggl berada di ~ampun_g Utara sebesar 6,4%.

Tab'el 3.131
Persentase Penduduk 10.tahun:ke. Atas menurut Sikap, Bila Ada Anggota Keluarga
Mendetita HIV/AIDS dan Kabupatenrkota di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Sikap Sikap
Sikap Sikap
Sikap Membicarakan
Melakukan Mencari
Merahasiakan dengan Mengucilkan
Kabupaten/Kota Konseling Pengobatan
Tentang Anggota Penderlta
dan Alternatif
HIV/AIDS Rum ah HIV/AIDS
Pengobatan
Tangga Lain
Lampung Barat 34,7 66,8 74,9 57,8 4,0
Tanggamus 41,1 59,6 93,4 78,0 1,7
Lampung Selatan 19,2 68,0 80,8 67,8 4,7
Lampung Timur 23,4 70,3 80,8 37,5 4,3
Lampung T engah 16,3 64,6 93,7 55,8 4,0
Lampung Utara 21,4 84,0 86,6 69,2 ·6,4
Way Kanan 45,0 63,6 83,6 51,9 3,3
Tulang Bawang 37,8 76,6 85,4 48,3 4,6
Bandar Lampung 15,7 63,2 89,9 72,8' 5,0
Metro 41,7 71,4 87,5 53,5 3,0
LAM PUNG 24,8 67,2 86,1 62,1 4,2

Tabel 3.132 menggambarkan persentase penduduk 1 O tahun ke atas menu rut sikap bjla .ada
anggota keluarga menderita HIV/AIDS dan karakteristik responden. Sikap merahasiakan
Tentang HIV/f.lDS <fan sikap rnembicarakan dengan anggota rumah tangga lain paling tinggi
berada di kelompok umur sebesar 15-24 tahun masing-masing sebesar 26,4% dan 70,0%.
45,0%. Sikap melakukan konseling can pengobatan paling Jinggi berada di kelompok 'umur
15-24 tahun dan 25-34 tahun sebesar 88,3%, sikap mencari pengobatan alterriatif tertinggi
berada di umur 35-44 tahun sebesar {35,4%, sikap mengucilkan penderita HIV/AIDS tertinggi
berada di usia 65-74 tahun sebesar 9,0%.
Sikap merahasiakan tentang HIV/AIDS dan sikap mengutilkan penderita HIV/AIDS lebih
tinggi ada pada perempuan yaitu. masing-masing sebesar 25,2% dan 4,4%, sedangkan
sikap membicarakan dengan anggota rumah tangga lain, slkap' melakukarr konseling. dan
pengobatan serta sikap mencari pengobatan alternatif [ebih banyak dijumpai pada lakl-lakl.
Sikap merahasiakan tentang HIV/AIDS pahng tinggi, di temui pada penduduk yang
berpendidikan tamat SD· dan SMP sebesar 26, 1 %, sikap membicarakan dengan ahggota
rumah tangga lain paling tinggi padapenduduk berpendi,dikan tamat SMP, sikap melakukan
konseling dan pengobatan, sikap mencari pengobatan alternatif, sikap mengucilkan
penderita HIV/AIDS ditemui pada penduduk berpendidikan PT.

146
Sikap. merahasiakan .tentang HIY/AIDS dan sikap membicarakan dengan ~nggota rumah
tangga lain lebih tinggi berada di desa, sedangkan sikap melakukan .konseling dan
pengobatan, sikap mencari penqobatan alternatit, darr sikap mengucilkan penderita
HIV/AIDS lebih tinggi beraqa di kota, ·
Sikap merahasiakan -tentanq HIV/AiDS tertinggi berada · pada kuin~il,4· yaitu .2?,8%, sikap
membicarakan den'gan anggota -rumah tangga lain dan slkap melakukan konselir\g dan
pengobatan berada pada kuintil 5 maslnq-masmq sebesar 69,Bo/; dan 89,5%: slkaprnencart
pengobatan alternatif dan sikap mengucilkan penderita HIV/AIDS ada pada kuintil 2 masing-
masing sebesar 62,7% dan 4,4%.

Tabel 3.132
Persentase Penduduk 10 tahurrke Atas menurut Sikap Andaikata Ada Anggota
Keluarga Menderita HIV/AIDS dan Karakterlstik _Respondendi Provinsi
Lampung, Rlskesdas 2007
Sikap
Sikap Sikap
Sil~ap Membicarakan Sikap
Melakukan Mencari
Merahasiakan dengan "\._ Mengucilkan
Karakterlstlk Konseling Pengobatan
Tentanq Anggota Penderita
dan Alternatif
HIV/AIDS Rumah HIV/AIDS
Pengobatan
Tangga Lain
Umur
10-14 tahun 21,4 57,5 70,4 49,9 3,3
15-24 tahun 26,4 70,0 88,3 62,0 4,0
25-34 tahun 25,5 69,6 d8,3 64,8 4,0
35-44 tahun 24,1 67,4 87,7 65,4 5,5
45-54 tahun 24,0 61,9 84,2 59,2 3,3
55-64 tahun 21,8 61, 1 81, 1 57,2 4,1
65-74 tahun 23,5 62,7 80,6 61,8· '9,0
75+ tahun 14,3 69,2 78,6 57,1 0,0
"\
Jenis Kelamin
Laid 24,6 67,8 86,6 62,4 4,4
Perempuan 25,2 66,5 85,5 61,7 4,1
Pendidikan
Tidak sekolah 19,6 53,5 69,9 55,6 2,1
Tidak tamat 22,5 55,7 74,5 52,3 5,3
SD
Tamat SD 26,1 66)5 83,2 60,1, 3,9
Farhat SMP 26,1 67.,9 87,8 62,6 3,7
Tamat SMA 24,5 71,4 91,2 66,7 A.q.
Tamat PT 23,8 71,0 93,3 68,9 5,8
Tipe daerah
Kota 21,0 66,3 8.9.3 68,6 4,3
Des a 26,9 67,7 84,4 58/ (2
Tingkat pengeluaran per kapjta
Kuintil 1 24,9 68,8 83,5 60,9 4,3
Kuintil 2 24,2 68,1 86,7 62,7 4,4
Kuintil 3 24,4 62,4 85,1 60,3 4,0
· Kuintil 4 25,8 67,0 84,8 63,0 4,2
Kuintil 5 25,0 69,8 89,5 63,3 4,3

147
3.6.6 Perilaku, Higienis
Perilaku higienis ·yang dikumpulkan meliputi kebiasaan/perilaku buang air besar (BAB) dan
perilaku mencuci tangan. Perilaku -BAB yang dianggap 'benar- adalah bila penduduk
melakukannya di jamban. Mencuci tanqan yang benar adalah bila penduduk mencuci
tangan deng9n sabun sebelum makan, sebelum menyi(}Pk?IJ(~:na~anan,-setelah buang air
besar,.setelah menceboki bayi/ana~. dan setelah memegang unggas/binatang.

Tabel 3.133
Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas yang Berperilaku Benar Dalam Buang Air
Besar dan Cuci Tangan menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Larnpunq, Riskesdas·2007
l- "' ' -•

Berperilaku' benar Betperilaku benar dalam


Kabupaten/Kota
dalam 'hal BAB* hal .. cuci tangan **
Lampung B,ar:_a,t 61,0; • 3,4' '
Tanggamus 49,6 '15,8l
Lampung Selatan 78,5 18,4
Lampung Timur 72,2 30,7
Lampung Tengah 87',3 14,2
Lampung Utara 59,6 3,9
Way Kanan 59,4 19,2
Tulang Bawang 60,9 17,3
Bandar Lampung 91,6 5,1
Metro 96,9 7,8
LAMPUNG 72,8 14, 1
*) Perilaku benar dalam BAB bila BAB di jamban
**) Perilaku benar dalam cuci tanqan bila cuci tangan pakai sabun sebelum makan',
sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar, dan setelah menceboki
bayi/anak, dan setelah memegang unggas/binatang.

Tabel 3.133 menunjukkan penduduk di Provinsi Lampung sebanyak 72,8 % telah buang air
besar di jamban. Daerah yang telah menggunakan jamban ketika buang air besar adalah .di
Metro yaitu 97 % sedanqkan yang p_aling rendah tingkat pemakaian [amban ketika buang air
besar adalah di Tanggamus hanya 49,6 %.
Proporsi penduduk 1,0 tahun atau lebih di Provinsi Lampung mengaku mencuci tangao pakai
sabun pada saat sebelum makan, sebelum menyiapkan makanan, setelah buang &ir. besar/
setelah menceboki bayl, atau setelah memegang binatanq cukup kecil yaitu hanya 14. %.
Paling ti_nggi berada di Lampung Timur yaitu di Lampung Timur sebanyak 30,7 %.
Tabel 3; 134. rnemperllhatkan persentase penduduk 16 tahun ke atas yang berperilaku benar
dalam hal BAB dan cuci tangan menurut karakteristik. Penduduk proyinsi Lampung hampir
di semua kelompok umur sudah mernakai jamban ketika buang air besar yaitu di atas 70 %
secara umum. Sedangkan yang mencuci tangan ketika sebelum makan, sebelum
menyiapkan rnakanan, setelah buang air besar/ setelah mencebokf bayi, afau seielaf
memegang binatang paling tinggi be'rada pada kelompok umur 25-34 lahun yaitu 15,9 o/o.
Tingkat, penggunaan jam ban pada · laki-laki dan perempuan hampir sama sedangkan
perilaku mencuci tangan dengan sabun perempuarf ~ebih besar daripada laki-laki, pada
perempuan 1_9,3 % sedangkan pada laki-laki 9,p %. ·
Berdasarkan tingkat pendidikan, makin tinggi tinqkat pendidikan penduduk makin baik dalam
penggunaan jamban ketika buang air besar dan juga makin banyak yang mencuci tangan
dengan sabun sebelum makan dan lain-lain.

148
Penduduk dengan pekerjaan sebagai pegawai memiliki tingkat penggunaan jamban dan
mencuci tangan dengan sabun yanQ ~ebih~tinggi dlbandingkafi _pekerjaan yang lain. Tingkat
penggun~an jamban pada pekerjaan penduduk sebagai peaawai sangaftinggi yaitu 97,4 %,
sedangkan yang berperilaku benar rnencuci.tandan dengan sabun sebelum makan, sebelum
menyiapkan makanan, setelah buang air besar/setelah mencebokl bayi, atau setelah
merneqanq binatang adalah 21,8 %. Penduduk yang tinggal di kota telah menggunakan
jamban sebanyak 91,8 %, lebih tinggi dibandingkan penggtlnaan jambaa-dl desa yaitu
hapya 66,4 %. Sedangkqn perilaku mencuci tangan dengan sabun, di desa l~bi!l tinggi iyaitu
15,7 % sedanqkan di kota.hanya 9,3 %..
~enggunaan jambar:r berdasarka'n Tingkat pengeliJaran per' kapita per bulan ma kin 1 tinggi
jika status ekonominya makin ba1K yaitu di· kuintil 5 sebesar 85,2 %, sedangkan perilaku
mencuci tangan dengan benar paling ting'gi'berada pada kuintif 5 yaitu 15,7 %.
Tabel 3.134
Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas yang Berperilaku Benar Dalam Hal
Bµanp Air Besar dan cuct Tang~~ Menur,ut Kar~~teri$tik Re,sponden di
Provinsi Lampung, Rlskesdae 2007

Berperilaku benar Berperilaku benar dalam hal


Karakteristik responden
dalam hal BAB* cuci tangan **
Umur
10-14 tahun 70,7 9,9
15-24 tahun 74,4 13,9
25-34 tahun 71,3 15,9
35-44 tah,un 74,4 15,7
45-54 tatiun 74,2 15,4
55-64 tahun 73,0 15, 1
65-74 tahun 70,0 10,6
75+ tahun 70,2 7,,3
Jenis ~lamin
Laki 72,3 9,o
Perempuan 73,4 19,3
Pendldikan
Tidak sekolah 64,0 ~,1,.7
Tidak tarnat SD 63,8 11,8
Tamat SD 66,5 14,7
Tamat SMP 77,2 15,~
Tamat SMA 89,8 15,0
Tamat PT 97,4 19,0
Pekerjaan
Tldakkerja 73,1 ) 1,0
Sekolah 74,3' ·11,3
lbu RT 73,5 21,8
Pegawai 95,3 15,5
Wiraswasta 88,5 15, 1
Petani/nelayan/buruh 63,8 12,6
Lainnya. 84,2 13, 1
Tipe daerah
Kota 91,8 9,3
Des a 66,4 15,7
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil 1 63,6 13,6
Kuintil 2 68,8 13,5
Kuintil 3 71,1 14,1
Kuintil 4 74,6 13,5
Kuintif 5 85,2 15,7

149
*} Perilaku benar dalam BAB bila BAB di jamban
**) Perilaku benar dalam.cucl tanganJ>ila cuci tangan pakai sabun sebelum rnakan,
sebelum menyiapkan makanan, setelah'buanq airbesar, dan setelah menceboki
bayi/anak, dan setelah memegang unggas/binatang.
,)

3.6.7 Pola Konsumsi Makanan Berisiko


Penduduk yang "sering" makan makanan/rnmuman manis, makanan asin, makanan
berlemak, jeroan, makanan dibakar/panggang, makanan yang diawetkan, minuman
berkafeln, dan bumbu penyedap dianggap sebagai berperilakukonsumsi makanan berisiko.
Perilaku konsurnsl makanan berisiko dikelompokkan "sering" apabila pendudUk
mengonsumsimakanan tersebut satu kall atau.lebif setiap hari.

Tabel 3.135
Prevalensl Penduduk 1 O Tahun ke-·Atasdengan Konsumsi Makanan Berisiko
menurut Kabupaten/Kota df Provihsi kampuhq, Riskesdas 2007
- Berle Di pang Diawet Berka
Kabupaten/Kota Manis • • Asin Jeroan Penyedap
mak gang kiri- fein·1
Lampung Barat 62,3 36,6 7,1 1,9 2,0 8,9 52,6 93,7
Tanggamus 78,5 37,0 11,2 1,0 1,0 4,2 50,1 87,1
Lampung Selatan 51,5 16,2 3,4 1,2 1,3 2,1 45,4 86,1
Lampung Timur 70,8 30,1 7,7 2,8 2,3 4,7 40,4 93,9
Lampung Tengah 71,8 18,3 7,2 0,7 0,7 0,9 43,4 91,7
Lampung Utara 73, 1 30,0 13,3 0,9 0,7 2,4 47,1 87,3
Way Kanan 65,7 20,0 4,3 0,2 0, 1 0,7 44,2 70,9
Tulang Bawang 64,2 13,7 2, 1 0,3 0,7 0,9 40,6 64,7
Bandar Lampung 76,8 32,3 6,3 1,7 5,4 4,8 44,8,, 86,7
Metro 71,3 17,5 2,6 0,6 0,6 9,4 31,3 89,3
Lameung 67,6 24,4 6,5 1,2 1,6 3,1 44,5 85,6

Tabel 3.135 menggambarkan prevalensi penduduk 1 O tahun ke atas dengan· konsumsi


makanan berisiko menurut provinsi. Sering rnenqonsumsl makanan manis dilakukan oleh
67,6% penduduk provinsi Lampung yang berusia 10 tahun ke atas, tertinggi ditemukan di
kabupaten Tangg9mus (78,5%) diikuti oleh Bandar Lampung (76,8%) dan tere.ndan di
kabupaten Larnpunp Selatan (51,5%). Sedangkan prevalensi sering mengonsumsi rnakanan
asin, di provinsi Lainpung ditemukan 24,4%, 'tertinggl di kabupaten Tanggamus .(37,Qo/o)
diikuti kabupaten Larnpunq Barat (36,6%) dan. terendah di kabupaten Tulang J~awang
(13, 7%). Berdasarkan provinsi, 6,5% penduduk.lampung sering mengonsumsi makanan
berlemak, tertinggi di Lampung Utara (13,3%) dan terendah di Tulang Bawang (2, 1%).
Penyedap sering dikonsumsi oleh 85,6% pendµduk [ampung secara keseluruhan, tertinggi
di Lampung Timur(93,9%) diikuti oleh Lampung Barat (93,7%) dan terendah di Tulang
Bawang (64,7%). Sedangkan kafein sering dikonsumsi oleh 44,5% penduduk provinsi
Lampung, tertinggi di Lampung Barat (52,6%) diikuti Tanggamus'(50,1%) dan terendah di
Metro (31,3%).

150
label 3.136
Prevalensl Penduduk 1·0 Tahun ke-Atas d~ng;in Konsumsl Ma,kanan Berisiko
menurut Karakteristik Responden di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Berle Dipang Diawet Berka


Karakteristik Manis Asin Jeroan Penyedap
mak gang kan fein
Kelompok umur
(tahun)
10-14 57,6 22,8 6,0 0,9 1,6 3,1 14;1 84,9
15-24 64,1 25,0 6,2 1,0 1,6 2,9 39,0 86,6
25-34 68,7 25,4 7,2 1,4 1,8 3,8 49,9 85,6
35-44 71,6 24,0 6,6 1,2 1,5 2,5 54,3 86,6
45-54 73,8 26,8 6,9 1,6 2,0 3,6 57,9 86,0
55-64 69,0 23,3 5,5 1,5 1,3 3,p 52,4 85,4
65-74 68,9 19,6 4,6 0,8 0,8 2i4 46,4 81,7
75+ 73, 1 23,0 7,5 1,2 1,2 1,9 40,4 80,2
Janis kelamin
Laki-Laki 71,3 24,7 6,7 1,1 1,5 2,9 59,1 85,7
Perempuan 63,8 24,2 6,2 1,3 1,7 3,3 29,3 85,5
Pendidikan
Tidak Sekolah 67,3 22,5 7,5 1,4 1,2 2,6 45,5 81,8
Tidak Tamat SD 67,0 22,9 5,1 1,2 1,4 2,7 40,6 86,0
Tamat SD 67,8 25,1 6,7 1,0 1,0 2,9 47,0 85,4
Tamat SMP 66,2 24,4 6,2 1,2 1,6 2,9 45,7 86,5
Tamat SMA 70,9 25,5 ·7 (J 1,5 3,0 4,4 47,7 '87,6
TamatPT 70,1 30,6 8,2 1,8 2,8 3,9 "39,5' I 81,2

Tipe daerah
Perkotaan 72,3 27,0 5,9 1,3 3,0 4,6 42,2 86,2
Perdesaan 66,3 23,5 6,6 1,2 1,2 2,7 45,2 85,4
Tingkat pengeluaran per kaplta
Kuintil-1 65,9 25,3 6,3 1,4 1,6 3,3 44,5 85,0
Kuintil-2 66,0 24,4 6,0 0,8 1,3 2,6 45,5 84,6
Kuintif-3 69,5 25,0 6,5 1,2 1,4 2,8 44,1 87,0
Kuintif-4 69,0 24,4 6,5 1,3 1,6 3,1 45,9 85,6
Kuintil-5 67,4 22,5 6,9 1,3 2,2 3,1 42,6 85,7

Tabet 3.136 menggambarkan prevalensi penduduk 10 tahun ke atas dengan konsumsi ·


makanan berisiko menurut karakteristik responden. Menurut umur, perilaku sering
mengonsumsi makanan manis cenderung menurun setelah usia 45 tahun, demikian halnya
perilaku sering mengonsumsi makanan asin, berlemak, jeroan, makanan dipanggang,
diawetkan, berkafein dan memakai penyedap.
Menurutjenis kelamin, laki-laki cenderung lebih sering mengonsumsi makanan yang manis-
manis dan minum minuman berkafein dibandingkan perempuan. Sedangkan untuk
konsumsi jenis makanan berisiko lainnya pola prevalensi antara laki-laki dan perempuan
hampir sama. Menurut tingkat pendidikan nampak tidak ada pola yaag beraturan antara
jenis rnakana, 1 yang dlrnakan dan tlnpkat pendidikan penduduk.
Menurut tipe daerah, pola prevalensi sering mengonsumsi makanan manis, asin,
dipanggang dan diawetkan ditemukan lebih tinggi di perkotaan d,ibanding perdesaan.
Sedangkan pola prevalensi sering mengonsumsi rnakanan berlemak dan minum minuman

151
berkafein cenderung lebih tinggi di perdesaan dibanding perkotaan. Sementara pola
ptevalensi'jenis konsumsi lainnya nampak'tfqal< berbedamenurut Tipe daerah.
• I < '
Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, pola prevalensi sering mengonsumsi
makanan beresiko tidak terdapat pola yang teratur.
J 4~

3.6.8 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat


Riskesdas 2007 mengumpulkan 10 indikator tunggal Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
1
(PHBS) yang terdiri -dari enam indikator individu dan empat indikator rumah tangga.
t lndikator individu meliputi pertolongan persallnan oleh tenaga kesehatan, bayi 0-6 bulan

mendapat ASI eksklusif, keperhilikan/ketersediaan Jamlnan Pemeliharaan Kesehatan,


'penduduk tidak merokck, penduduk cukup beraktlvltas ftsik, dan penduduk cukup
mengonsumsi sayur dan buah. lndikator Ri.Jmah Tangga meliputi rumah tangga memiliki
akses terhadap air Bersih, akses jamban sehat, kesesuaian luas iantai dengan jumlah
~penghuni (?:8m2/ orang),,dan rumah tangga dengan lantalrurnah bukan tanah.
Dalam penilaian'PHBS ada dua n'lacam rumah tangga, yaitu rumah tangga dengan balita
dan rumah tangga tan pa balita. Untuk rumah tangga dengan balita digunakan 10 indikator,
sehingga nilai tertinggi adalah 1 O;· sedangkan untuk rumah tangga tanpa balita terdiri dari a·
'inC:fikator, sehingga nilal tertinggi delapan (8). PHBS diklasifikasikan "kurang" apabila
mendapatkan nilai kurang dari enam (6) untuk rumah tangga mempunyai balita dan nilai
kurang dari lima (5) untuk rumahJangga tanpa balita.

Tabet 3137
Persentase Rumah Tangga yang memenuhl kriteria Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) Baik Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung, Riskesdas
2007
Kabupaten RT dengan PHBS Baik
Lampung Barat 25,3
Tanggamus 28,5
Lampung Selatan 28,9
L~rhpung Timur 38.4
Lampung Tengah 27,6
Lampung Utara 29.4
Way Kanan 21,7
Tulang Bawang 22.4
Bandar Lampung 44,3
Metro 58.4
LAM PUNG 32,0

Tabel 3.137 memperlihatkan proporsi rumah tangga yang mernenuhi kriteria PHBS baik
menurut kabupaten/kota di provinsi Latnpung. Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan proporsi

1
progr~m Pl:f.BS _qs:lalah upaya untuk rnernberi penqalaman belajar atau menciptakan k.9,l")disi bagi
pe\-orangan, keluarqa, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jafur komunikasi, memberikan
informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku hidup bersih
dan sehat, melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat.

152
rumah tangga dengan PHBS dengan klasifikasi baik di kabupaten/kota di Provinsi Lampung
sebesar ~2 %. PHBS terbaik adalah Kota Metro dap Y§flg paling kur~IJ.9 adalah l(abupaten
Way Kanan. a

Tabel 1.1.38·da,n tabel t.139 qi bawah ini merupakan gabungan dari beberapa perilaku yang
menjadi faktor risiko. untuk penyakit tida~ menular utama (penyakit kardlo-vaskular, diabetes
melittus, kankef, stroke, penyal<it paru ol:fatruktif kronik), yaitu perilaku kurang ·mengonsumsi
sayur dan/atau buah (<5 porsi per hari), kurang aktifitas fisik (<150 meniVminggu) dan
merokok setiap hari.
Tabel 3.138
Prevalensi Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular Utama (Kurang Konsumsi
Sayur Buah, Kurang "Aktifitas Fisik, dan Merokok) pada Penduduk 10 Tahun ke
Atas menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Kurang Kurang
Kabupaten/Kota Konsumsisayur Aktifitas Merokok***
Buah* Fisik**
Lampung Barat 80,6 20,5 66,3
Tanggamus 94,2 17,6 68,0
Lampung Selatan 95,4 9,9 63,9
Lampung Timur 93,9 12,1 60,4
Lampung Tengah 74,7 15,2 68,7
Lampung Utara 89,6 39,1 58,3
Way Kanan 97,3 10,7 64,0
Tulang Bawang 93,1 15,7 62,3
Bandar Lampung 84,7 15,8 56,6
Metro 91,7 19,8 56,1
LAM PUNG 88,6 16,2 62,8
* Penduduk umur 10 tahun ke atas yang rnakan sayur dan/atau buah <5 porsi/hari
** Penduduk umur 10 tahun'ke atas yang rnelakukan kegiatan kumulatif <150 menit/minggu
*** Penduduk umur 10 tahun ke atas yang merokok setiap hari

Tabel 3.138 memperlihatkan daerah yang paling kurang konsumsi sayur dan buahnya
adalah Way Kanan yaitu 97,3 %, sedangkan yang paling kurang dalam hal beraktifitas fisik
adalah penduduk di Lampung Utara yaitu 39, 1 %. Daerah yang paling tinggi penduduk yang
merokok adalah Lampung Tengah yaitu 68,7 %.

153
Tabel 3.~39
Prevalensi Faktor Risiko Penyakit Tidak' Menular Utama {Kurang Konsumsi Sayur
Buah, Kurang Aktifitas Fisik dan Merokok) pada Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut
Karakteristik Responden di Provinsi tampungr Riskesdas 2007·
Karakterlstlk Kurang konsums] Kurang aktlfltas Merokok
sayut buah fisik'
Umur (tahun)
15-24 88,8 20,0 3,8
25-34 87,6 10,3 56,8
35-4;4 88,1 9,7 79,4
45-~4 88,4 11,2 79,3
55-64 88,9 20,4 80,5
65-74 92,7 38,2 70,8
75+ 93,0 56,5 67,6
Jen is· kelamin
Lakl-laki 88,3 15,0 67,4
Perempuan 88,9 17,3 4,3
Pendidikan
Tidak sekolah 90,0 30,1 67,8
Tidak tamat SD 89,5 15,8 54,4
Tamat SD 90,0 12,7 64,0
Tamat SMP 89,1 15,3 66,8
Tamat SMA 85,6 15,3 69,8
Tamat PT 83,3 18,8 56,3
Pekerjaan
Tidak kerja 90,2 44,1 51,4
Sekolah 88,8 29,6 10,4
lbu rt 89,2 15, 1 64,3
Pegawai 84,3 14,6 67,7
Wiraswasta 87,6 13, 1 71,6
Petani/nelayan/buru h 89,0 9,5 80,5
Lainnya 88,4 15,9 61,4
Tempat tinggal
Kota 86,4 20,5 22,7
Des a 89,3 14,9 28,3
Tingkat·p~ngeluaran per kapita '
Kuititil 1 89;·1 15,6 61,1
Kuintil 2 88,6 16,3 64,2
Kuintil 3 89,1 14,7 62,0
Kuintll 4 89,3 16,5 65,1
Kuintil 5 87,1 17,6 61,1

Tabel 3.139 tampak berdasarkan karakteristik responden, pada kelompok umur 75 tahun ke
atas merupakan kelompok umur yang paling kurang mengkonsumsi sayur buah dan paling
kurang dalam hal aktifitas fisik. Sedangkan usia merokok paling banyak berada pada 55-64
tahun yaitu 80,5 % dari responden.
Dilihat dari jenis kelamin, laki-lakl-dan perempuan tidak menunjukkan perbedaan yang tajam
jika dilihat pada kurarignya konsumsi sayur buah dan. kurangnya beraktlfltss fisik, tetapi jika
dilihat dari jumlah yang merokok maka jumlah responden laki-laki memperlihatkan angka
yang tinggi sekali yaitu 67 ,4 %.
Responden yang tidak bekerja memperlihatkan Persentase yang laing tinggi di antara jenis
pekerjaan responden yang lain dalam hal kurang konsumsi sayur buah dan kurang

154
beraktifitas, sedanqkan ~etani/nelayar'\fburuh merypakan tingkat yang p(jlling Jing·gi dalam
hal respbnden yclng merokok yaitu di atas 80 °/o.
Penduduk yang tinggal di.desa lebih banyak kurang mengkonsumsi sayur buah, sedanqkan
ak~tfi~as fisik··nya [ebih ti~ggi ,dib.andingkan denqan penduduk di kota .. Penduquk yang
rnerokok di desa lebih banyak daripada yang di kota yaitu 28,3 %.

3.7.1 Akses dan PernanfaatanPelayananKesehatan


Kernudahan akses ke sarana pelayanan kesehatan berhubungan denqan beberapa faktor
penentu, antara lain j?rak tipe daerah dan waktu temP.uh ke sarana kesehatan, serta status
sosial-ekonomr dan budaya .. Dalafn analisis ini, sarana petayanan kesehatan dikelompokkan
rnenjadl dua, 9aitu: .
1. Sarana pelayanan kesehatan rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, dokter
praktek
.
dan bidan
)j
praktek
2. Upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yaitu pelayanan posyandu, poskesdes,
pos obat desa, warung obat desa; dan polindes/bidan di desa.
Untuk: masinq-rnasinq kelompok pelayanan kesehatan tersebut Qikaji akses rumah tangga
ke sarana pelayanan kesehatan tersebut. Selanjutnya ·~ntuk ' UKBM dikaji tentang
pemanfaatan dan jenis pelayanan yang diberikan/diterima oleh rumah tangga/RT
(masyarakat), termasuk alasan apabila responden tidak memanfaatkan UKBM dimaksud.

Tabel 3.140
Persentase Rumah Tangga Menurut Jarak Dan Waktu Tempuh Ke Sarana
Pelayanan Kesehatan*l dan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampunq,
Riskesdas 2007

Jarak ke YANKES Waktu tempuh ke YANKES


Kabupaten/Kota
< 1 KM 1 - 5 KM > 5 KM <15' 16'-30' 31'-60' >60'
Lampung Barat 36,4 ps,7 7,9 ··- "58';5 21:9 ·- -· 14,9 4,7
Tanggamus 40,8 50,7 8,5 60,8 25,4 6,5 7,4
Lampung Selatan 40,6 56,7 2,8 62,1 29,0 8,5 0,3
Lampung Timur 37,8 58,9 3,3 74,2 21,5 3,2 1,1
Lampung Tengah 50,8 46,2 3,0 80,8 16,5 2,7 0,0
Lampung Utara 38,8 57,4 3,7 76,3 19,4 3,7 0,6
Way Kanan 23,4 65,4 11,2 50,6 24,6 20, 1 4,7
Tulang Bawang 49,5 44,5 6,0 76,8 16,9 6,2 0,1
Bandar Lampung 30,4 69, 1 0,5 66,4 24,0 8,8 0,8
Metro 53,1 46,0 0,9 '90, 1 . 9,9 0,0 0,0
LAMPUNG 40,8 5~.8 4,4 69,4 22, 1 6,9 1,6
CATATAN: *1 Fasilitas Pelayanan Kesehatan: f\umah Sakit, Puskesmas,
puskesmas Pembantu, Dokter Praktek dan Bidan Praktek

Sarana pelayanan kesehatan yang dimaksud dalam Tabel 3.140 adalah Ru_mah sakit,
Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Dokter praktek dan oidan praktek, tabel tersebut
menunjukkan bahwa dari c;egi· "[arak" nampak bahwa 40,8%_ rurnah tangga (Rn berjarak
kurang dari 1 km dan 54,8% RT berjarak 1-5'km. Kondisi'ini dapat dikatakan bahwa 95,6%
Rli di Provinsi Lampung berada kurang atau sarna' dengan 5''km darr sarana kesehatan dan
3,4% berada lebih dari jarak· tersebut, Kondisi seperti ini gambarannya tidak berbeda
dengan kondisi di Indonesia secara keseluruhan. Kabupaten/kota dengan proporsi RT
berTipe daerah lebih 'dari 5 kilometer dari sarana pelayanan kesehatan persentase

155
terbanyak berada di kabupaten Way Kanan (11.2), Tanggamus (8.5%) dan l.arnpunq Barat
(7,9%).
Dari segi "waktu" tempuh ke fafit§ls pelayanan kesehatan nampak bahwa '69,4% penduduk
dapat mencapai ke fasilitas yankes ~tfrang,dari atau sama denqan 15 menit, dan sebanyak
22, 1 % dapat mencapai sarana 'pelayanarrkesehatan dlrnaksud antara 16-30 menit. Hal ini
dapat dikatakan 91,5% RT di Provinsi Lampung dapat mencapai sarana kesehatan dalam
waktu !30 menit, dan sisanya sebanyak 8,4% mernerlukan waktu lebih da,ri setengah jam.
Kondisi ini tidak berbeda dengan kondisi di Indonesia secara keseturuhan,
Daerah dengan waktu tempuh'.lebih.dari 3,0 menll ke sarana kesehatan perseatase tertinggi
di Kabupaten Way Kanan (2ti,8o/o), berlkutnya Kabupaten · Lampung Barat (19,6%),
Kabupaten Tanggamus (13,96/o), Kabupaten Bandar Lampurig (9,6%), 'Kabupaten Lamptmg
Selatan (8,8%), Kab Tulang Bawang (6,3%), Kabupaten Lampung Utara dan Lampung
Timur masing-rnasing, sebanyak 4,3%. ·
Secara keseluruhan di Provinsi Lampung sebagian besar kabupaten/kota relatif mudah
mencapai.sarana-kesehatan berdasarkan [arak-dan waktu·tempuh (lebih 90% RT berjarak ~
5 jm atau waktu tempuh ~ 30 menit). Kabupaten -yang masih perlu perhatian yaitu ·yang
lebih dari 10% RT-nya_ .beriarak tempuh ke sarana kesehatan lebih dari 5 km (tjga
kabupaten) atau waktu tempuh leblh dari'30 menit (tujuh kabupaten).
"t .} f!

Tabet 3.141
Persentase Rumah Tangga Menurut Jarak Dan Waktu Tempuh Ke Sarana Pelayanan
Kesehatan*1 dan Karakteristik Ruman Tangga .cU-Provinsi Lampung, Riskesdas ?007
Karakteristik Jarak ke Yankes . cr".<tu tem uh keYankes
Rumah tang a < 1 km 1 - 5 km' • > 5 km <15' . 16'-30' 31\..60' >60'
Tipe Daerah
Kota 45,2 53,6 1,3 74,5 18,4 6,7 ,4
Des a 39,7 55, 1 5,2 68,1 23,0 6,9 2,0

Tingkatpengeluaran rumah tangga per kapita


Kuintil 1 35,? . 58,6 5,6 64,9 24,6 8,2 2,3
Kuintil 2 37,0 58,3 4,7 67,5 23,6 7,2 1,7
Kuintil 3 40,8 ~4,7 4,5 70,6 21,5 6,4 1,6
Kuintil 4 41,9 54,1 4,0 70,7 21,8 6,2 1,3
Kuintil "5 48,9 48,1 3,0 73,8 18,9 6,0 1,3
CATATAN: *1 Fasilitas Pelayanan Kesehatan: Rumah Sakit, Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Ookter Praktek dan Bidan Praktek

Tabet 3.141, yang rnenyajlkan informasi tentang jarak dan waktu tempuh rumah tangga
terhadap sarana pelayanan kesehatan rnenurut tipe daerah dan karakteristik rumah tangga.
Berdasarkan tipe daerah, pada tabel tersebut-nampak bahwa akses ke sarana .pelayanan
kesehatan (RS, puskesrnas, bidan dan dokter praktek) menurut jarak tempuh di perkotaan
lebih dekat dibandingkan perdesaan, demikian juga menurut waktu tempuh di perkotaan
lebih singkat dibanding di perdesaan.
Gambaran akses ke pelayanan kesehatan (Yankes) menurut pemqeluaran rumah tangga
per kapita berdasarkan pengelOJl:l~okan, ·kuintil memperlihatkan. semakin besar kuintil
(sema'dn kaya), persentase R"J: .denqan jarak tempuh ke sarana pelayanan kesehatan
kurang .dari 1 km .Juga semakin besar.jdernikian juga persentase .RT dengan waktu ternpuh
kurang atau sama dengan 15 menit semakin besar- Sebaliknya,. semakin besar kuintil
perseniase RT dengan jf!r~k ke pelayanan kesehatan-tebih atau sama dengan 1 km
sernakin rendah, demikian j1,1ga persentase RT dengan waktu tempuh lebih dari 15 menit

156
juga semakin rendah, kecuali pada waktu tempuh 16-30 menit di kuintil 4 proporsinya
hampir sama dengan kuintil 3.

label 3.142
Persentase Rumah Tangga Me.11urut J~rak pan Waktu Tempuh Ke
Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat*> 'dan Kabupateri/Kota
Di Provinsi Lampunq, 'Riskesdas 2007

Jarak ke UKBM Waktu tempuh ke UKBM


Kabu paten/J:{ota
< 1 KM 1-5KM >5KM ~15' 16'-30' 31'-60' >60'
Lampung Barat 58,2 34,3 7,5 70,4 18,0 6,9 4,8
Tanggamus 82,7 13,2 4, 1 88,4 4,0 1,1 6,5
Lampung Selatan 90,4 9,1 0,5 81,6 17,7 0,5 0,3
Lampung Timur 84,3 15,0 0,6 90,2 9,1 0,6 0,1
Lampung Tengah 80,2 17,7 2, 1 88,4 9,4 2,2 0,0
Lampung Utara 49,9 48,0 2,1 74,4 23,1 2,5 0,0
Way Kanan 62,4 34,6 3,0 75,7 20,4 3,3 0,6
Tulang Bawang 67,0 32,9 0, 1 88,6 11,0 0,3 0,1
Bandar Lampung 80,2 18,7 1,1 80,3 17,2 1,7 0,8
MetrO' 70,5 29,5 0,0 90,1 9,9 0,0 0,0
LAM PUNG 76,9 21,3 1:8 83,9 13,3 1,6 1,2
Catatan: *)Upa:;a Kesehatan Berbasis Masyarakat (UPKBflA) melipiiti Posyandu, Poskesdes,
Polindes

Tabel 3.142 berusaha ,men~mambar akses masyarakat ke sarana Upaya Pelayanan


Kesehatan Berbasis fV!a?y~ra~at (UKBrv)) yang meliputi Posyandu, Poskesdes, dan Polndes.
Dari ·segi "jarak tempuh", nampak bahwa 76,9% rumah tangga beriarak kurang dari 1 km
dan sebesar 21,3% berjarak 1-5 km dari UKBM: '
Kabupaten/kota dengan presentase rurnah tangggi tertinggf )!aog berjarak! tempuh-leblh dari
5 km 'ke sarana UkBM ditemukan di kabupaten Lampung Barat (7.5%). Dari segi "waktu
tempuh" nampak bahwa sebesar 83,9% rumah tangga dapat mencapai sarana UKBM
kurang dari atau sama dengan 15 menit.dan sebanyak 13,3% antara 16-30 menit. Dengan
demikian, dapat dikatakan 97.2% rurilah tangga Cit Provinsi Lampul)'g dapat ~m"encapai
sarana UKBM dalarn waktu J<;urang atau' 'sarna denqsn 30 menit, sedanqkan sisanya
sebesar 2.8% memerlukan waktu lebih dari itu. Oaerah dengan waktu tempuh lebih dari 60
menit ke sarana UK~M persentase tertinggi ditemukan di kabupaten Tanggamus (6,5%).

157
Tabel 3.143
Persentase Rumah Tangga Menurut Jarak Dan Waktu Tempuh Ke
Sarana Pelayanan Kesehatan Berbasis Masyarakat*1 dan .Karakteristik Rumah Tangga
di Provlnsl Lampung, Riskesdas 2007

Karakteristik Jarak ke UKBM Waktu tempoh ke UKBM


Rumah tangga < 1 KM 1 - 5 KIVI > 5 KM <15: 1.6'-30' 31'-60' >60'
Tipe Daerah
Kota 83,5 15,3 1,2 85,2 13,2 0,9 0,7
Desa 75,1 22,9 2,0 83,6 13,4 1,8 1,3

Tingkat pengeluaran
rumah tangga per kapita
Kuintii'1 7 4, 7 23,0 2,3 83,8 12,5 1,8 1,9
Kuintil~' 73,8 23,9 2,2 82,2 14,0 2,3 1,5
Kuintil'3 76,3 21,8 2,0 83,8 14,0 1,?3 0,9
Kuintil4 77,4 21,5 1,1 84,2 13,5 1,4 0,9
Kuintif5 82,3 16,3 1,4 85,7 12,6 0,9 0,8
Catatan: *)Upaya Kesehatan Berbasts Masyarakat (UPKBM) meliputi Posyandu,
Poskesdes,,,Polindes "'1 ·r

Berdasarkan tipe daerah, pada TC!b~I 3.143, nampak bahwa askes ke sarana pelayanan
UKBM berdasarkan "jarak tempuh" ,pada urnu.fnnya rumah tangga di perkotaan (83,5%) lebih
dekat dibandingkan de.ngan rumah tangga di perdesaan (7,5, 1 '.lfa),. dari s~gi "waktu tempuh"
rumah tangga di perkotaan rnaupun- dipedesaan (masing-fnasirig 85,2 %. dan 83,6 %)
memerlukan waktu relatif cepat (kurang dari 15 menit). Dengan demikian akses RT ke
sarana pelayanan UKBM di perkotaan lebih mudah dibandingkan dengan di pedesaan,
sedangkan menu rut waktu tempuh di perkotaan maupun di pedesaan relatif cepat.
Garjit;>ar~n akses ke sarana pelayanan UKBM berdasarkan tingkaf kemampuan ekonomi
rurnah tangga berdasarkan kuintil tingkat ,, pengeluaran -RT perkapita, menunjukkan
persentase rumah tangga tertinggi berada pada kuintil 5 untuk "jarak tempuh" paling dekat
yaitu kurang dari 1 km (82,3 o/otserta "waktu tempuh" paling cepat yaittl·kurang dan 15 menit
(85,7 %). •
Tabel 3.144
Persentase Rumah Tangga·Yang IVlemanfaatkan Posyandu/Poske.sdes
Mer;iurut'JS-abupaten/kot,a
di Provi.nsi Lampung, Riskesdas 2007

Pemanfaatan Posyandu/Poskesdes- '


Kabupaten/Kota
Ya Tidak Tidak Membutuhkan
Lampung Barat 29,7 26,2 44,2
Tanggamus 21, 1 22,9 56,0
Lampung Selatan 31,6 16,5 51,9
Lampung Timur 22,8 3,3 73,9
Lampung Tengah 16,9 12,6 70,5
Lampung Utara 15,4 6,2 78,4
Way Kanan 37,8 2,4 59,9
Tulang Bawang 16,7 6,1 77,2
Bandar Lampung 25,8 14,5 59,7
Metro 19,8 6,3 73,9
LAMPUNG 23,4 12,3 64,3

158
Tabet 3.144 menggambarkan pemantaatan posyandu/poskesdes dalam 3 bulan terakhir
menurut kabupaten/kota, nampak bahwa sebanyak 23,:4%l rumah tangga di provinsi
Lampung telah memanfaatkan posyandu/poskesdes, perseinta~e tertinggi ditemukan di
kabupaten Way Kanan (3-7,8%) da'n tereridah 'di kabupaten Lampunq Otara (15,4%). Di
provinsi L.arupung sebanyak 12,3% rumab.-tangga tidak memanfaatkan pelayanan
posyandu/poskesdes, dilihat dari kabupaten/kota proporsi RT .yang lebih dari 10% tldak
'memanfaatkan diternukan di Kabupaten Lampung Barat (26,.2o/o), Tanuga)r)4~ (22,9%),
Lampung Selatan (16,5%), Bandar Lampung (14,5%), dan Lampung Tengah (12,6%).
Sedangkan sebanyak 64,3% RT merasa tidak membutuhkan posyandu/pokesdes dengan
alasan antara lain 'tidak memiliki balita atau tidak sakit.
Tabet 3.145. Pemanfaat posyandu atau poskesdes 3 bulan terakhir hampir sama baik
dipedesaan maupun di Kata.
Bila data pemanfaatan posyandu/poskesdes dikajj 'berdasarkan Tipe daerah (daerah
perdesaan dan perkotaan) maka nampak bahwa tidai< terdapat perbedaan antara perkotaan
dan perdesaan berkaitan dengan pemanfaatan posyandu/poskesdes oteh RT di Provinsi
Lampung.
Berdasarkan kuintil kemampuan•ekonomi rumah tangge nampakada kecenderungan makin
mampu secara. ekonomi RT maka eenderung untuk makin tidak memanfaatkan
posyandu/poskesdes.

Tabef-'13.145
Parsentase RumaH-Tangg'a·Menurut Pemanfaatan
Posyandu/Poskesdes dan Karhkteristik Rumah Tangga Di Pro~insi Lampung,
Ris~esdas 2007
Pemanfaatan Posyandu'Pcskesdes oteh RT
Karakteristik
Ya Tidak Tldak Membutuhkijn·
Tipe daerah
Kota 23,4, 14,6 62,0
Des a 23,5 11,7'. 64:9
Tingkat pengeluaran per l<apita
Kuintil·1 30,3 10,9 58,8
Kuintil 2 27,2 11,2 61,6
Kuintil 3 23,2 12,8 64,1
Kuintil 4 20,8 12,1 67,1
Kuintil 5 15,8 14,4 69,7

159
tabel 3.146
Persentase Rui;ni)h Tangga Meft\anfa~tkari Posya!ldu/Poskesdes Mel)urut Jeni.s
Pelayanan dan Ka~upt;tte'1f.~bta Di'Prpvinsi Lampu,,ng, Ri~kesdas 2007

Konsulta
Kabupaten/ Penlm Penyulutia lmunisa Pengo Suplem si
lfangan
KIA KB batan
PMT
Reslko
Kota n si en.Gi,zi
132,0 , .Pen~akit
Lampung Barat 87,6 32,7 58,f 41,6 22,8 61,2 98,6, 7,0
Tanggamus 90,5 52,4 60,7 39,9 25,0 26,4 56,6 63,7 23,3
Lampung Selatan 94,4 43,4 57,5 37,7 35,5 24-,5 66,3 66,6 19,9
Lampung Timur 88,7 33,7 40,9 26,4 13,5 13,5 62,4 47,9 3,1
Lampung Tengah 96,7 30,0 60,0 21,8 10,1 7,8 46,1 46,7 1,7
Lampung Utara ,t7,f>. 22,7 50,7 26,7 29,3 29,3 46,7 37,3 5,4
Way Kanan 73,7 30~3 48,3 46,3 38,7 ~5,5, 32,2 16,9 6,5
Tulang Bawang 98,3 69,5. 61,3 44,9 17,8 22,2 45,8 44,9 14,3
Bandar lmpung 84,5 12,5 59,9 33,9 37,1 30,4 35,7 37,7 6,0
Metro 85,0, ,75,0 80,0 47,4 63,6 42,9 63,2 57,9 42,9
LAM PUNG 89,7 37,6 ·55,8 34~6 28,2 24,8 53,3 50,5 11,5

Tabel 3.146 menggaambarkan akses rumah tangga ke jems pelayanan


posyandu/poskesdes '{ang pernah dimanfaa!kfin r,4mah tangga dalam tiga bulan terahir.
Pada tabel tersebut . ternyata [enls P.eYaxa...nan posy~p~u/poskesdaa persentae tertinggi
adalah penimbangah·(89,7 %), selanjulnya,berturut-turut.imunisasi(55,8 %), PMT (53,8 %)
dan suplementasi gizi (S0,5 %). Jenis pelayanan 'penimbanqan petsentase RT 1ertinggi
(98,3 %) ditemukan di Tulang Bawang, irnunisasi (80,0 %) di Metro, PMT (66,3 %) di
l.ampung Selatan dan suplementasi giti (66,6%) di Lampung Selatan. Pada tabet tersebut
diidentiflkasi 9 jenis pelayanan yang diterima rumah tangga di posyandu/poskesdes,dari 9
jenis pelayanan ternyata di Lampung penimbangan menempati urutan yang pertama yaitu
hampir semua RT pernah menerima pelayanan penimbangan Balita, sedanqkan-konsuttasl
resiko penyakit,menempati urutan yang terakhir. Apabila diurutkan berdasarkan persentase
darl yang tertinggi rnaka layanan yang pernah diterima RT .adalah sebagai berikut:
penimbangan (89,7%), imunisasi (55.8%), PMT (53,3%), suplernen gizi (50,5%)·,penyuluhan
(37,6%), KIA (34,6%), KB (28.2%), pengobatan (24,8%), dan konsultasi resiko penyakit
(11.5%).

160
, Tabel 3.147
Persentase Rt;Jrp~h Tangga Memanfaatkan Posyand~/Poskesdes
NJenurut Jen is. Pelayanan dan Karakterlstlk Rumat--'fangga di Proxinsi
· L~p4ru1_, ,Riskesdas 2007
....
32
c 'j:J ns
.lA: C'O e c: c; >.
+I
ti)
C>
e C'O
s: '(ii J9C'O eQ) ·c;; c:Q)
'i: C'O cu 0..
....
Cl)
.lA:
.c

:J
'3
cu
ti)
.c
0 EQ) :!:::!
:J 0
cu >- '2 C> ti) .lA:
....
ns c:
Q)
cQ) :J ct m cQ) I-
:E
a.
:J
c:
0
'(ii
Q)
:::( e, a. E S2 ~ e, a. en ~ 0::
Tipe Daerah
Kota 86,3 25,0 61,4 34,6 37,0 31,0 42,5 46,1 13,6
Desa 90,6 40,9 54,3 34,6 26,0 23,1 56,1 51,7 11,0
Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita
Kuintil 1 92,7 39,4 57,4 31, 1 24,3 25,8 57,3 54,6 9,1
Kuintil 2 90,7 41,4 55,7 38,4 33,5 26,0 59,6 55,7 14,5
Kuintil 3 87,3 33,1 57,9 35,0 30,1 27,1 46,9 42,3 11,4
Kuintil 4 89,0 35,8 51,5 34,5 25,3 21,7 48,1 45,8 9,5
Kuintil 5 86,8 37,1. 55,1 35,3 27,8 20,4 51,0 51,7 14,1

Apabila diidentifikasi janis layanan yang diterima RT di posyandu/poskesdes berdasarkan


tipe daerah (Tabel 3.14Z). nampak bahwa RT yang mendapat. layanan penimbangan di
posyandu/poskesdes di daerah perdesaan (90,6%) lebih Jir;ig9i di,bandingkan di perkotaan
(86,3%). Sedang~an, 8 jenis pelayanan yang lain :cenderung tldak- tarnpak. berbeda
persentase .RT di pedesaan dan rnaupiln qjper~otaa,r., semua RT (-:= 60% ) menerima
pelayaan posyandu/poskesdes. Denqan dernikian fungsi posyandu/poskesdes yctng
menonjo! baik di daerah perkotaan maupun perdesaan adalah pelayanan penimbahgan
balita. Pelayanan posyandu/poskesdes yang diterima RT menurut tingkat status ekonomi
berdasar pengeluaran rum ah tangga per 'kapita kurang nampak adanya pola yang berbeda
antara status ekonomi rendah dan tinggi untuk sen1ua jenis pelayanan .•

161
label 3:148
~ Persentase Ruma~·T~n'gga Menµrut A~asan Uta~a.*) J"id~k
Memanfaatkan Posyanduff'.oskesdes .Menu rut. K~bupaten/Kota Di Provinsi
l'ampung, Riskesdas '2007

Alasan Utama Tidak Memanfaatan


Posyandu/Poskesdes
Kabupaten/Kota
Tldak.ada Layanan tidak
Letak jauh posyandu lengkap
Lampung.Barat 38,9 9,3 51,9
Tanggarnus 51,9 36,7 11,4
Lampung Selatan 9,2 3,7 87:2
"Lampunq Timur 50,0 12,5 37,5
"Lampunq tengah 3,3 6,7 90,0
Lampung Utara 64,0 12,0 24,0
Way Kanan 57,1 14,3 28,6
Tulang Ba,wang 70,0 0,0 30,0
Bandar Lmpung 19,3 14,0 66,7
Metro 0,0 33,3 66,7
LAMPUNG ,27,5 12,1 60,4
Catatan: *) Diluar yang mengemukaan tidak membutuhkan posyandu/poskesdes

Dalarn Tabel 3.1.48 yang menggambarkan alasan utama (diluar tidak mernbutuhkan)
tidak memanfaatkan pelayarian posyandu/poskesdes, tampak distnbus! pr6porsi RT di
tiap kabupaten/kota sanqat bervarlasi. Di Provlnsi tarnpunq dari Jiga alasan' utama RT
tidak datang ke posyandu/poskesdes (letak jauh, tidak ada posyandu/poskesdes,
layanan tidak ·" lengkap), persentase RT terbanyak denqan alasan "layanan
-posyandu/poskesdes'ttdak lengap" (60,4%).
Kabupaten/kota aengan persentase RT lebih dari 50% mengemukakan atasan "letak
-· I ' •
posyandu/poskesdes ,ja4h" yaitu Kabupaten Tulang Bawang (70,0%);., Kabupaten.
Lampung Utara (64.0%), Kabupaten Way Kanan (57,1%), dan Kabupaten Tanggamus (
51.9%). Kabupaten dengan persentase RT lebih dari 50% RT mengemukakan alasan
"tidak ada posyandu", ternyata tidak ditemukan.
Tabel 3.149
. Persentase Rumah Tangga Menurut Alasan Utama
Tidak Memanfaatkan Posyandu/Poskesdes dan Karakteristik Rumah
Tangga di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Alasan utama tidak memanfaatan
Karakterisik posyandu/poskesdes
rumah tangga Tidak ada Layanan tidak
Letak jauh posyandu lengkap
Tipe Daerah
Kata 16,9 13,8 69,2
Desa 31,0 11,4 57,6
Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita
Kuintil 1 27,3 20,2 52,5
Kuintil 2 45,2 13, 1 41,7
Kuintil 3 31,0 6,0 62,9
Kuintil 4 20,4 10,2 69,4
Kuintil 5 16,5 11,9 71,6

162

------ ------ ------ ------ ----~-


------
Alasan utama tidak mernanfaatkan posyandu/poskesdes karena "letak jauh" lebih
banyak ditemukan pada RT yang tinggal di pedesaan dibandingkan dengan di
perkotaan (Tabel 3'..149) Sedangkan yang~mengemu~akan karena alasan "layanan tidak
lengkap" dan "tldak-ada posyandu/p,osl<esdes" banyq.k dlternukan pada RT yang tinggal
di perkotaan.
Dikaji· menurut keadaan ekonomi RT menurut tingkat pengeluaran. rumah tangga per
kapita nampak ada· kecenderunqan semakin tinggi keadaan ekonomi (mampu) semakin
banyaR RT tidak memanfaatkan posyandu/poskesdes dengan alasan "pelayanan tidak
lengkap" dan sebaliknya semakin rendah tingkat keadaan ekonomi (kurang mampu)
banyak RT mengemukakan alasan karena "letak posyandu/ poskesdes jauh".
Tabel 3.150
Persentase Rumah Tangga yang Memanfaatkan Polindes/Bidan Di Desa
Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
\

Memanfaatan polindes/bidan desa


Kabupaten/Kota Tidak
Ya Tidak Membutuhkan
Lampung Barat 23,0 31,8 45,2
Tanggamus 17,7 18,6 63,7
Lampung Selatan 42,7 16,1 41,2
Lampung· Timur 34,2 25,1 40,6
Lampung Teng9h 20,9 41,3 37,8
Lampung Utara 19,1 7,8 73,2
Way Kanan 32,5 14,8 52,7
Tulang Bawang 16,0 19,7 64,3
Bandar Lampung 26,5 17,3 56,3
Metro 13,4 17,9 68,8
LAM PUNG 26,8 22;4 50,8

Sebanyak 26,8% rumah tangga di Provinsi Lampung telah memanfaatkan keberadaan


pq!if'!d~~/pid~n .. sebanyak ?2,4% tid~~ rnemanfaatkan dan -se~C!~yak_ 50,8% mera~a
tidak membutuhkan keberadaan polindes/bidan desa (Tabel 3.150). Kabupaten/kota
yang persentase RT memanfaatkan polindes/bidan desa paling tinggi qiternukan di
Lampung Selatan (42,7%). Kabupaten/kota yang persentase R1 tidak memanfaatkan
keberadaan polindes/bidan desa ppaling tinggi ditemukan di Kata Lampung Tengah
(41,3%) dan terkecil Lampung Utara {7,8%).
Tabel 3.151. menggambarkan pemanfaatan polindes/bidan di desa dalarn tiga bulan
terahir menurut karakieristik' rumah tangga, ternyata keberadaan polindes/bidan lebih
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat pedesaan (27,6%) dlbandinqkan dengan di
perkotaan (23,8%), selain· itu yang tidak memanfaatkan juga relatif lebih tinggi
dipedesaan (23,5%) dibading dengan di perkotaan (18,0%)
Menurut tingkat pengeluran rumah tangga per kaplta, nampak ada kecenderungan
semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga (mampu) semakin sedikit yang
memanfaatkan pelayanan polindes/bidan di desa, dan semakin banyak yang merasa
tidak rnejnbutuhkan pelayanan polindes/bidan di desa.

163
Tabel 3.-151
Persentase Rumah Tangga yang Memanfaatkan Polindes/Bidan Di Cesa
Menurut Rumah Tangga Di Provinsi t.arnpunq, Ris1<esdas2007

Karakteristik -Pemanfaatan f'blindes/bidan oleh 'RT


rfumah. tangga Ya Jidak Tidak Membutuhkan
Tipe Daerah
Kota 23,8 18,0 58,3
Oesa 27,6 23,5 48,9

Tingkat pengeluaran rumah


tangga per kapita
Kuintil 1 28,5 24,6 46,9
Kuintil 2 27,4 23,0 49,6
Kuintil 3 28,1 21..9 50,1
Kuintil 4 25,5 22,8 51,7
Kuintil 5 24,3 19,4 56,3.

Tabel 3.152
Persentase Rumah Tangga yang Memanfaatkan Polind~s/Bidan Di Desa
Menurut Jenis Pelayanan dan Kabupaten1Kota
Di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007·

c(ti c e c c .. c
c C'O II) C'O II) C'O .a ra 'i .
..,.
Kabupaten/Kota
ra ra
II)=
:e
.._ ns
ra
c
n;
ra ra
·c"'-
~·- z
ra :::s
II) ...
~ ra
·cc
m=
~
·c~
ra
ra
.Q
0
Q) .::::
E a> e
Q)
Q)
E
:::J
.a Q) z
Q) 0
E Q) Q) ·-
E >-
C)
eQ)
Q) ~
D..
a. Q) -
a. a.
Q) ('IS
a. Dl 0..

Lampung Barat 20,3 512 10,3 8,6 . 41,4 74,4


"Tanggamus • 24,8 13,4 9,8 8,9 '23,9 80,6
Lampung S~latpn 18,7 5,7 7,3 7,5- 28,3 90,3
Lampung Timur 12,5 4,9 5,2 0,7 9,7 85,1
Lampung Tenqah 23,5 9,0 8,4 11,7 19,6 80,6
Lampung Utara 20,7 4,3 6,5 3,3 16,3 81,7
Way Kanan 12,6 6,5 5,4 6,5 14,6 94,5
Tulang Bawang 11,0 6,8 8,0 9,2 47,9 84,8
Bandar Lampung 22,9 13,5 1.1.7 7,6 37,9 72,7
'Metro 25,0 12,5 12,5 12,5 36,4 73,3
LAMPUNG 18,4 7,4 7,7 6,7 24,9 84,3
*Bayi/balitalidak termasuk neonatus

Tabel 3.152 menggambarkan persentase rumah tangga (RT) yang memanfaatkan


polindes/bidan di desa menurut jenis pelayanan dan kabupaten/kota. Jenis pelayanan
di polindes/bidan di desa dapat dikelompokan menjadi 2 kelompok yaitu pelayanan di
bidang KIA ada 5 ·jenis (pemeriksaan kehamilan, persalinan, pemeriksaan ibu nifas,
pemeriksaan neonatus pemeriksaan bayi/balita) dan pengobatan. ldealnya pelayanan
polindes/bidan di desa lebih banyak pada pelayanan bidang KIA dari pada pengobatan.
Secara keseluruhan di Provinsi Lampung presentase RT yang pernah memperoleh
pelayanan pengobatan jauh lebih tinggi (84,3%) dibanding dengan RT yang pernah
memperoleh masing-masing dari kelima jenis pelayanan bidang KIA (< 40%). Jenis
pelayanan KIA dengan persentase RT tertinggi yang memanfaatkan polindes/bidan di
164
desa adalah pemeriksaan bayi/balita (24,9%), selanjutnya secara berturut pemeriksaan
kehamilan (18,4%),pemeriksatm ·ibu nifas (7,7%), 'persalinan (7,4%) dan pemeriksaan
neonates. (6, 7.%). Namun hal 'trersebut tidak dapat menggarribarkan beban kerja
polindesLbidan ~di "'desa, ap?kah lebih ,banyak ~J bidang klA atau pengobatan." Hal ini
disebabkan data yang diperoleh iai hanya"menggamqarkan jehis 'p'.elayanan· a'J)a yang
pernah diperoleh RT dalam 'memantaatkan" polindes/bidan desa tanpa ditanyakan
frekuensi memperolrh pelayanan tersebuti t.
Persentase RT menurut jenis pelayanan polindes/bidan di desa yapg pernah diterima
bervariasi ·antar kabupaten/kota.- Untuk pelayanan pemeriksaan kehamilan antar
kabupaten/kota, bervariasi antara 25,0% yang rnerupakan presentasi tertinggi (Kota
Metro) sampai ter'kecil 11,0% (Kabupaten TulaAg Bawang).
Untuk pelayanan persalinan bervariasi antara 13,5% yang merupakan persentase
tertinggi (Kabupaten Bandar Lampung) sampai terkecil 4,3% (Kabupaten Lampung
Utara). Untuk pelayanan pemeriksaan nifas bervariasi antara 12,5% persentase
tertinggi (Kota Metro) sampai terkecil 5,2% (Kabupaten Lampung Timur).
Untuk pelayanan pemeriksaan neonatus bervarlas! antara 1? •.5 % persentase tertnggi
(Kota Metro) sampai terendah O.?% (Kabupateri ,b.ampung Timur).
)~ J '
Untuk pelayanan pemeriksaan bayi/balita bervariasi antara persentase tertinggi 47,9%
(Kabupaten Tulang Bawang) dan terendah 9,7% (Kabupaten Lampung Timur). Untuk
pelayanan pengobatan ,bervariasi antara persentae ·tertinggi 94,5% (Kabupaten Way
Kanan) sampai terkecil 72,7% (Kabupaten Bandar Lampung).

Tabel 3.153
Persentase Rumah Tangga Memanfaatkan· Polindes/Bidan Di Desa
Menurut Jenis Pelayanan dan Karakterlstlk Rumah Tangga
Di Provinsi Lampung,Riskesdas 2007

Karakteristik
rumah tangga
c
cu c
cu ca
Cl)
~E
:=
... cu
Cl) .£:
c
-
cu
c
(ij
e
cca ,
ca
Ill~
.:.:: z
·;::
Cl)
U>

·-
:::s
c
ca Ill
cu :::s
.:.:: cu
Cl)
·;:: c
Cl)
E
-

0
c
ca
co·-
... _
Cl) -
J!i
.:.:: cu
·-CD
C1) ·-
-
c
ca
ca
,g
0
C)
eC1)
E Cl) Cl) E .a C1)
z E~
C1) :::.:::: ll. Cl) - Cl) C1> CD e,
n, e, e, 0..

Tipe Daerah
Kota 25,2 12,4 10,7 10,4 38,4 81,0
Des a 16,8 6,2 6,9 5,8 21,7 85,1

Tingkat pengeluaran rumah


tanggcr perkapita
Kuintil 1 14,5 6,3· 5,4 5,7 25,6 87,3
Kuintil 2 16,9 6,1 7, 1 5,4 30,3 84,1
Kuintil 3 20,1 7,3 8,2 6,1 23,1 82,8
Kuintil 4 19,0 8,9 8,6 8,3 22,0 84,4
Kuintil 5 22,0 8,6 9,3 8,3 22,f 83,2

Oalam Tabel 3.153, apabila dibedakan antara daerah perdesaan dan perkotaan maka
nampak bahwa di Provinsi Lampung prersentasi RT di pedesaan (85, 1 %) yang pernah
memperoleh pelayanan pengobatan dari polindes/bidan lebih tinggi dibanding dengan
presentase RT yang pernah memperoleh berbagai jenis pelayanan KIA(< 22 %) yaitu
pemeriksaan kehamilan, persalinan, pemeriksaan ibu nifas, pemeriksaan neonatus dan

165
pemeriksaan bayi/balita. Dernikian pula halnya di perkotaan sebanyak 81,0% pernah
memperoleh pelayanan _pengob~ta(l· d,9,n hanya .sekitar 1.0~0% memperoleh berbagai
[enls' pelayanan KIA Persentase, RT y~ng .pernah memperoleh berbagai jenis
pelayanan,KIA, Qi perkotaari untu.k rn~sing~m~singj~nis pelayanan per'sentasenya·tebih
tinggi, dib~~mdingkan denqan di pedesaan,·yntuk, pelayanan pengobatan persentase RT
yan'g l1nggal di perdesaan (85,1 %j lebih tinggi daripada yang tinggal di perkotaan
(81,0o/o)·disajikaRdalam Tabel 3.154
Seperti halnya pemanfaatan p~~yanan polindes/bidan menurut tipe daerah (perkotaan
dan pedesaan), maka P,~n;i?nfaat~m pelayanan menurut tingkat ekonomi berdasarkan
tingkat pengeluaran rumah tangga perkapita ternyata ada kecenderunqarr persentase
RT untuk setiap jenis pelayan polindes/bidan hampir sama pada semua tingkat
' 'ekonomi.

Tabel 3.154
Persehtase Ruman Tan~ga Mem,u:utAlasan Utama Tidak Memanfaatkan
Polindes/81dan Desa Menurut Kabupaten/Kota
Oi Provlnsl
l }t
...
Lampunq,
..
Riskesdiis 2007
!lo

Alasari Tidak MemanfaatanPolindes/Bidan


Kabupaten/Kota Letak ' · Tidak ada Layanan tidak
Lainnya
jauh polindes/bidan lengkap
Lampung Barat 27,4 26,3 5,3 41, 1
Tanggamus 31,2 38;4 4,0 26,4
Lampung Setatan 9,8· 25,0 11,0 54,3
Lampung Timur 12,7 9,8 0,0 77,5
Lampung Tengah 2,6 '14,0 0,2 83,3
Lampung Utara 7,9 36,8 5,3 50,0
Way Kanan 8,2 49,0 6,1 36,7
Tulang Bawang 20,6 24,1 5,0 50,4
6.anclar Larnpung 13,3 29,6 25,5 31,6
Metro 0,0 88,9 5,6 5,6
LAM PUNG 12,3 2z:a 4,9 60,0

Tabel 3.154 memberikan garY)baran alasan utama (diluar yang tidak membutuhkan)
tidak memanfaatkan polindes/bfdan dalam tiga bulan terahir, rumah tangga di provinsi
Lampung yang tidak memanfaatkan polindes/bidan mengemukakan alasan utarna yang
meliputL "tidak ada polindes/bidan" (22,8%), "letak jauh" (12,3%). dan "layanan tidak
lengkap" (4,9%).

166
Tabel 3.155
Persentase·Rumah Tangga MEii:u.irut Alasan Tidak Memanfaatkan
Polindes/Bidan 'oesa dan KaYakteristiJ<Rumah l'angga
.
Di Provinst l:..ampun~h Risk~sdas
.
~OOT

Alasan Tidak Memanfaatan-Poslindes/Bidan


Karakteristik responden Letak Tdk ada · Layaoan '
jauh polindes/bidan tdk lengkap Lainnya
Tipe daerah
Kota 7,3 40,0 14,5 38,2
Desa 13,2 19,5 3,1 64,2

Tingkat pengeluaran per


kapita
Kuintil 1 13,8 26,6 4,7 54,9
Kuintil 2 16, 1 23,7 6,5 53,8
Kuintil 3 15,6 19,5 6,5 58,4
Kuintil 4 9,1 21,4 3,6 65,9
Kuintil 5 6,1 22,1 4, 1 67,6

Secara umum, alasan tidak memanfaatkan polindes/bidan, (diluar yang tidak


membutuhkan)·rumah' tangga·dj perkotaan dan pedesaan ,.deng_an. alasan yang sarna
yaitu "tidak ada poijndes/~idan dl.P.esap, persentase ff( di perkotaan (40,0%) lebih
tinggi dibandingkan dengan <;ti pedesaan (19,5%). Begitu pula menurut berdasarkan
tingkat pengeluaran per kapita, persentase rumah tangga yang tidak rnsmantaatkan
pelayanan polindes/bidan di desa karena " memang tidak ada polindes'lbidan di desa"
pada .
. setiap tingkatan ekonomi hampir sama sekitar 20-27% (Tabel 3.155) .

Tabel 3..156. menyajikan informasi tentang pemanfaatan Pos Obat Desa (POD) atau
Warung Obat Desa (WOO) dalam tiga bulan terakhir. Sebagian besar masyarakat di
provinsi Lampung tidak menggunakan pos obat desa atau warunq obat.desa, kecuan di
Bandar ·Lampung dan Metro pemakai warung obat ini cukup tinggi masing-masinq 70,8
% dan 27,6 %.

167
Tabel 3.1.56
Presentase Run;iah :rangg; ftJlemanjaatkanPos Obat,Qesa/
Warung .Qb~t De~.~-Menurut ~f1bupaten/Kota
di Provlnsl Lampunq, Riskesdas 2007
Pemanfaatan POD/WOD"1
Kabu pat~n/Kota Tidak
Ya Tidak Membutuhkan
Lampung Saraf 0,0 93,3 6,7
Tanggamus 4,6 84,6 10,8
l.'.'ampung Selatan' 0,0 94,9 5,1
Lampung Timur 3,4 96,6 0,0
Lampung Tengah 13,5 86,5 0,0
Lampung Utara 0,9 98,2 0,9
:Way Kanan 0,0 100,0 0,0
Tulang Bawang 2, 1 95,8 2,1
.Ba9dar Lampung 70,8 28,5 0,7
Jt1etro 27 ,6 65,5 6,9
-LAM PUNG , 22,4 75,0 2,6
=
Catatan *) POD pos obat desa, WOD = warung obat desa

Tabel 3.157
Persentase Rumah l:angga Menurut Pemanfaatan Pos Obat Desai
Wa'rung Obat De,sa 'dan Karakterlstlk Ruma,l'J Tangga
di Provihsi Lampunq.Rlskesdas 2007

Karakteristik Pemanfaatan POD/WOD"1


Rumah tangga Ya Tidak Tidak Membututikan
Tipe daerah
Kota 53,3 45,7 1,0
Des a 1,7 94,6 3,7

Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita


Kuintil 1 24,2 74,9 1:.0
Kuintil 2 25,9 71,4 2,6
Kuintil 3 24, 1 72,8 3, 1
Kuintil 4 18,0 79,4 2,6
Kuintil 5 21,7 76,7 1,7
Catatan *)POD::: pos obat desa, WOD = warung obat desa

Kajian pemanfaatan POD/WOO menurut karakteristik rumah tangga disajikan pada


Tabet 3.157. Persentase RT yang mernanfaatkan POD/WOO jauh lebih banyak di
perkotaan (53,3%) dibandingkan dengan di pedesaan yang hanya 1,7%. Pemanfaatan
POD/WOO pada berbagai tingkat ekonomi berdasarkan pengeluaran rumah tangga per
kapita yang dikelompokkan menurut 5 kuintil menunjukkan persentase RT yang
besarnya tidak jauh berbeda (18,0%-25,9%).

168
Tabel 3.158 _
Persentase Rumah Tangga Menul:ut Alasan Utama Tidal<' Memanfaatkan
Ros Of:l?t De.sa/Warung·Ol;>at Desa Menurut Kabupaten/Kot~
di Provinsi Lampunq, Rlskesdas ,2007

I
Alasan Tidak Memanfaatan POD/WOD"I
Kabupaten/Kota Tdk ada Obat tidak
Lokasl jauh POD/WOO lengkap Lainnya
Lampung Barat 0,0 93,1 6,9 0,0
Tanggamus 0,0 88,7 11,3 0,0
LarupungSelatan 0,0 92,7 5, 1 2,2
LampungTimur • 0,0 100,0 0,0 0,0
Lampung Tengah 0,0 100,0 0,0 0,0
Lampung Utara 0~5 95,4 0,9 3,2
Way Kanan 0,0 100,0 0,0 0,0
Tulang Eiawang 0,0 97,9 2, 1 0,0
BandarLarnpunq 0,0 99,3 2,4 1,2
Metro 0,0 90,5 9,5 O,Q·
LAMPUNG rt 0, 1 95,0· 3,3 1,5
=
Catatan*) POD pos obat desa, WOO = warung obat desa

Tabet 3.158.,i;_nei::i.unjuk~an..bal)wa di provinsi Lampunq sebagian besar rumah tangga


(95,0%) tldak memanfaatkan .PODl_VVOO dalam tiga bulan terahir, karena memang tidak
ada. Hampir di semua kabupaten/kota, jumlah rumah tangga yang tidak memanfaatkan
POD/WOO karena persentase RT yang rnenqernukkakan alasan "tidak ada" cukup
tinggi yaitu di atas 90%. ··
Tabel 3.159
Persantase Rumah Tangga Menurut Alasan Utama Tidak Memanfaatkan
Pos Obat Desa/Warung Obat Desa Menurut1<aral<teristik Rumah Tangga
di ProvlnslLampunq, Riskesdas 2007
- Alasan Utama Tidak Memanfaatan POD/WOO ,
Karalderistik
rumah tangga Lokasi Tidak ada Obat tidak
jauh POD/WOO lengkap Lainnya
Tipe Daerah
Kota 0,0 95,1 2,2 2,7
Desa 0,2 95,0 3,7 1,1

Tingkat pengeluaran
rumah tangga per kapita
Kuintil 1 0,0 98,7 1,3 o,b
Kuintil 2 0,0 95,7 3,5 0,7
Kuintil 3 0,7 95,2 4,1 0,0
Kuintil 4 0,0 92,9 3,2 3,9
Kuintil 5 0,0 95,0 2,1 2,9
=
Catatan *) POD pos obat desa, WOO = warung obat desa

Tabet 3.-159 menqqambarkan sebagian besar rumah tangga di provinsi Lampungtidak


memanfaatkan POD/WOD.· karena memang tldakrada, t·Persenlase R-T runiah tangga
yang tidak memanfaatkan POD/WOO karena mengemukakan alasan "tidak ada" cukup
tinggi (>90%), baik di pedesaan maupun diperkotaan dan di semua tingkat ekonomi
berdasarkan tingkat penqeluaran rumah tangga per kapita. ·

169
3. 7 :2. Sarana dan Sumb~r Pembiayaan Pelayanan Kesehatan
Salah satu tujuan.sistem kesehatarradalah-ketanqqapan (responsiveness), di samping
peningkatan derajat kesshatan -(health· status}· dan keadilan dalam pembiayaan
pelayanan kesehatan (fairness of financing). Pada oagian ini dikumpulkan informasi
tentang ·jenis 'sarana: oarr-sumber pernblayaan yang paling sering dimanfaatkan oleh
responden ' ~
Pembiayaan kesehatan meliputi untuk perawatan kesehatan rawat inap dan rawat jalan.
Sumber biaya dibedakan menjadi sumber biaya sendiri/keluarga, Asuransi (Askes PNS,
Jamsostek, Asabri, Askes Swa~ta, dan JPK Pemerintah Daerah),• Askeskin/Surat
Keterangan Tidak Mampu (SKTM), Dana Sehat, dan lainnya. Dari data .ini diperoleh
gambaran tentang seberapa besar persentase rumah tangga .yang telah tercakup oleh
asuransi kesehatan, termasuk penggunaan Askeskin/SKTM yang salah sasaran.
Seluruh penduduk diminta i.mtuk memberikan informasi tenta!:)g apakah yang
bersanqkutan pernah menjalani rawat inap dalam 5 (lima) tahun terakhlr dan atau rawat
jalan dalam 1 (satu) tahun terakhir. Mereka yang pernah rawat jalan rnaupun rawat inap
diniinta untuk rrienjelaskan dimana terakhir menlalanl perawatan kesehatan, serta dari
mana sumber biaya perawatan k.esehatan tersebut. Plhak-pihak yang ·menanggung
biaya perawatan kesehatan tersebut oisa lebih dari satu.
Tabel 3.160
Persentase Pendudak Rawaf'lnap Menurut Tempat dan Kabupaten/Kota
di Provlnsl Lampung, Rlskesdas 20b7 '
Tempat berobat rawat inap

Kabupaten/Kota
Cl)
-
.c:
cu
c:
"i::
Cl)
en
0::
.19
~
en z
0::
'i::
C)
Cl)

. Cl)
0::
c:
cuCl)
.....
Cl)
Cl)
~
Cl)
::s
Cl)

"'E
cu
C)
cu - .
e

-
cu
cu
c: .s::.
Cl)
cu
cu
cu
>.
c
.scu
~
cu
"C
c.
cu

-;
-
c:

0:: ECl) Cl)


cu
::s
Cl)
al a.. ....
Cl)

~
Cl) al
..J
i=
cu
a.. ..J D:::

La!'l'lpung ~<!_rat 1.3. 0.4 0,0 0,2 0,8 0,3 0,0 0,1 97,0
Tanggamus 2,1· 1,5 ,o.o 1,3 0, 1 0,5 o.o 0,0 94,5
Lampung Seratan ~ 1,8 1,6 0,1 0,3 0,1 0,5 0,0 0,1 95,4
Lampung Timur 1,1 1,9 0,0 0.4 0,2 0,8 0,0 0,3 95,3
Lampung T eng'ah 0,8 1,7 0,0 0,5 0,3 0,8 0,0 0,0 95,8
Lampung Utara 1,8 0,5 0,0 0,0 0, 1 0,6 0,0 0,1 96,8
Way Kanan 0,9 0,5 0,0 0,3 0,5 0,5 0,0 0,1 97,3
Tulang Bawang 0,7 0,8 0,0 0,2 0,6 0,4 o.o. 0,2 97,1
Bandar Lampung 4,6 2,7 0,0 0,7 0,4 0,1 0,0 0,0 91,3
Metro 2,7 1,6 0,0 1,3 0,0 1,3 0,0 0,0 93,0
LAM PUNG 1,7 1,5 0,0 0,5 0,3 0,5 0,0 0,1 95,3

Persentase penduduk rawat lnap -rnenurut tempat dan kabupaten/kota dapat dilihat
pada tabel 3.160. Dalarh tabel tersebut terlihat bahwa, umumnya di provinsi Lampunq
dari pasieln yang berobat persentase terbesar adalah tldak rawat inap (9513%). Apabila
rnereka -irawat .lnap umumnya di RS Pemetlntah dan RS Swasta masing-masing
sebesar 1, 7% dan .1,5%, rsedartqkan. tempat rawat Inap lainnya persentasenya relatif
kecil. ·
Bila dlllhat · per ·kc!Bupateh/kota, maka" cfari yang rawat inap. di RS. Pernerlntah
persentase tertinggi di Bandar Lafnpung sebesar 4,6% dan terendah di Tulang Bawang
sebesar 0, 7%. Untuk Rumah Sakit swasta, persentase tertinggi di Bandar Lampung
sebesar 2,7% dan terendah di Lampung Barat sebesar 0,4%.

170
Tabet 3.161
Persentase Penduduk Ra}Yat lnap Me11urut Tempat dan Karakteristik Rurhah
Tangga di Provinsi Lampung, Rlskesdes 2007

Tempat berobat rawat inap


Karakteristi k I
c ....C'enIS
... .5 I
II) C'IS
e
.5C'IS C'IS
rumah
c:: es
(/) 'i: .c (I)
c:: ;
C'::I
IS ·-...
..J C)
Q)
(/) iii
c:: ~
Q) II)
.lll: I'll
C)
C'IS
c
.c ....I'lle >-
e
c
tangga Q) ~z Q) ~ E a>
Q)
en m '(;
c.. (/)
m c.. .... Q) ..J
~

Tipe daerah
Kota 3,9 2,7 0,0 0,6 0,4 0,3 0,0 0,1
Desa 1,1 1,1 0,0 0,5 0,3 0,6 0,0 0,1

Tingkat pegeluaran rumah tangga per kapita


Kuintil1 1,4 0,8 0,0 0,5 0,4 0,6 0,0 0,1
Kuintil2 1,5 1,1 0,0 0,3 0,2 0,4 0,0 0,1
Kuintil3 1,4 1,4 0,0 0,3 0,3 0,6 0,0 0,0
Kuinti14 1.9 1,7 0,0 0,6 0,3 0,6 0,0 0,2
Kuintil5 2,3 2,4 0,0 0,7 0,3 0,5 0,0 0,1

Menurut tipe daerah, terlhat bahwa persentase memahfaatkan tempat berobat rawat
inap ke RS· Pemerintah, RS Swasta, RS Bersalin, Puskesmas persentasenya lebih
tinggi di perkotaan dibandingkan dengan pedesaan. Sebaliknya prosentase berobat
rawat inap ke tenaga kesehatan lebih tinggi di pedesaan dibandingkan di perkotaan.
(Tabel 3.161)
Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita tampak bahwa persentase
terendah memafaatkan RS Pemerintah untuk berobat rawat inap .berada pada kuintil 1
dan 3 sedangk.anpersentase tertinggi berada pada kuintil 5. Pemanfaatan RS· Swasta
untuk berobat inap persentase tertinggi berada pada kuintil 5 dan.persentase terendah
berada pada kuintil 1 (Tabel 3.161). .i

-Tabel 3.162
Persentase Penduduki Rawat lnap Menurut Sumber Pembiayaan dan
Kabupaten/Kota dlProvtns! Lampunq, Riskesdas•2007
.Sumber Pembiayaan Pelayanan Kesehatan
Sendiri/ Askes/ Askeskin/ Dana Lain-
Kabupaten/Kota
keluarqa Jamsostek SKTM' Sehat lain
Lampung Barat 57,6 12,5 18,8 . 6,1 6,1
Tangg~IT!US 79,8 7,8 8,5 1,6 1,6
Lampung Selatan 71,1 8,7 24,3 0,6 2,9
Lampung Timur 79,7 4, 1 15,3 0,8 1,7
Lampung Tengah 74,5 12,3 10,1 0,0 5,8
Lampung Utara 78,4 10,0 15,7 0,0 2,0
Way Kanan 73,1 7,4 22,2 3,7 7,4
Tulang Bawang 63,5 14,5 19,4 0,0 4,8
Bandar Lampung 55,9 17,9 26,7 1,5 1,6
Metro 77,8 11,1 11,1 3,6 3,6
LAMPUNG 70,3 11,0 18,1 1,1 ~
Keterangan :
Sendiri = pembiayaan dibayar pasien atau keluarganya
Askes/Jarnsostek= meliputi askes PNS, Jamsostek, Asabri, Askes swasta, JPK
Pemerintah Daerah
Askeskin = pembayaran dengan dana Askeskin atau menggunakan SKTM
Lain-lain = diganti perusahaan dan pembayaran oleh pihak lain di luar tersebut di atas

171
Tabel 3.162 memperlihatkan bahwa surnber pembiayaan rawat inap sebagian besar
dibayar oleh pasien sendiri afau 'kei1uarga (out o;_pocket) yakni 10.3 '%, sedangkan
yang menggunakan Askes/Jamsostek dan Askeskin persentasenya relatif kecil masing-
masing hanya 11,0 % dan 18, 1 %.
Bila dilihat per-kabupaten/kota, maka pembiayaan rawat inap dibayar oleh pasien
sendiri/keluarga persentase tertinggi ditemukan di Kabupaten. Tanggamus (79,8%) dan
terendah di Bandar Lampung :{55,9%)'. Pemanfaatan dana Askes/Jamsostek
persentase tertinggi ditemukan diBandar Lampung (17,9%) dan terendah dlKabupaten
Lampung Tiniur (4, 1%). Pemanfaatan dana Askeskir)/SKTM persentase tertinggi
ditemukan di Bandar Lampung (26,7%) dan terendah di Tanggamus (8,5%).
Sedangkan pemanfaatan Dana Sehat persentase tertlnggi ditemukan di Kabupaten
Lampung Barat (6,1%) dan terendah (0 %) 'di Lampung Tengah, Lampung Utara, dan
Tulang Bawang'artinya tidak ada yang menggunakan dana sehat.

label 3.163
Persentase Penduduk Rawat lnap Menurut Sumber Pembiayaan dan
Karakteristik Rumah Tang·ga di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Karakteristik Sumber pembiayaan


rumahtarig~a Sendiri/ Askesf Askeskin/ Dana Lain-
Keluarga ,.Jamsostek SKTM Sehat Lain
Tipe daerah
Kota 61,2 17,0 22,0 1,6 2,2
Desa 76,2 7,3 15,5 0,9 3,6
Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita
Kuintil 1 67 ,3 A,3 29,2 1,2 1,3
Kuintil 2 70,3 4, 1 24,8 0,7 4,9
Kuintil 3 .67,6 7, 1 20,5 2,4 3,0
Kuintil 4 72,8 11,0 16, 1 1,4 3,3
Kuintil 5 71,8 22,0 7,6 0,4 2,7

Tabel 3.163 mernperjthatkan , bahwa menurut tipe daerah, pembiayaan rawat inap
dibayar sendiri atau keluarga persentase tertinggi di pedesaan (76,2 %) sedangkan
yang memanfaatkan A"Sk¢s/Jamsostek·dan Askeskin lebih banyak dimanfaatkan di kota
masing-masing 17,0. %' dan- 22,0 % .... Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per
kapita, terlihat kecendrtlunqan semakin tingQ.i penpeluaran semakin banyak perawatan
inap yang dibiiayai Askes/Jamsostek. Sedangkail pemanfaatan Askeskin/SKTM
persentasenya semakin tiflggi pada tingkat ekonomi yang makin rendah, tampak jelas
yang paling memanfaatkan Askeskin/SKTM yaitu tingkat ekonomi yang paling miskin
(kiiantil 1).

172
Tabel 3~164
Persentase Respo~de11 ya~g Rawat Jalan Satu TaJ)un Terakhir Menurut
Ternpaf Berobat dart Kabi}pa~en/kota dl.Provtnsl L.ampung, Riskesdas2007
Tempat berobat rawat jalan
....
.c
jg 'i: I
c
cu cu .c ;
-
J! .5 cu
Kabupaten/Kota
U) 'i:
c
U) "' U>.z
C)
Q)
U) (ij
ti)
Q) "'
.lll: cu
C)-
cu cu
c. .c
e .5 cu
>-
E
cu c
0::: ..!!!
0::: Q)
E
0::: ; 0::: ...
cu
0::: fQ) ~'E ClJ Q)
cu
m
cu
..J c ...
:I .lll:cu
cu ..,
Q)
0..
U) :J
..J
al 0.. I- II)
~
c "C
j::

Lampung Barat 0,9 0,3 0,0 5,0 0,5 21,7 1,2 0,2 Q,6 69,6
Tanggamus 0,6 0,4 0,8 8,5 1,5 22,1 0,3 1,1 3,1 61,7
Lampung Selatan 0,7 0,5 0,3 7,4 1,1 20,5 0,3 0,1 0,1 68,9
Lampung Timur 0,6 0,3 0,6 6,1 0,4 17,9 0,1 0,0 0,0 73,9
Lampung Tengah 0,2 0,2 0,2 5,0 1,3 11,8 0,5 0,0 0,1 80,7
Lampung Utara 0,4 0,3 0,1 10,8 0,4 13,9 0,4 0,1 4,5 69,0
Way Kanan 0,2 0,0 0,1 8,0 2,3 30,9 0,2 0,1 0,4 57,9
Tulang Bawang 0,4 0,3 0,0 2,6 2,0 18,9 0,3 0,1 0,2 75,3
Bandar Lampung 1,0 1,0 0,5 11,0 3,2 4,2 0,2 0,4 0,5 78,0
Metro 1,6 0,3 0,5 15,2 2,9 14,7 0,3 0,0 0,3 64,3
LAM PUNG 0,6 0,4 0,3 7,2 1,4 16,9 0,4 0,2 0,9 71,7

Tabel 3.164 menunjukkan pemanfaatan tempat rawat-jalan meriun !L kabupaten/kota di


l.arnpunq, terlihat bahwa 71,7% responden -tldak rawat jalan. Apabila rnereka berobat
persentase terbanyak memanfaatkan tenaqa kesehatan (16,9%), selanjutnya secara
berturut-turut RSt Bersalin (7,2%), Puskesmas (1,4%), RS Pemerintah (0,6%), dan RS
Swasta (0,4%). Pemanfaatan tempat berobat rawat jalan lainnya persentasepya sangat
kecil. Menurut Kabupaten/Kota maka pemanfaatan tempat berobat jalan ke tenaga
kesehatan di Kabupaten Way Kanan rpenunj!-J~kan persentase .tertinggi (30,9%) dan
terendah .di Kota Bandar .Lampurig (4,2%) .. Pemanfaatan .. RS Bersalin persentase
tertinggi ditemukan di Keta Metro (15,2%) dan terendah di Tulang Bawang (2,6%).
Persentase t~rtinggi yang. memanfaatkan Puskesmas dlternukan di Bandar Lampung
(3,2%) dan terendah di Lampurjq Timur dan Lampung utara, masing-masing sebesar
0,4 Wo. Sedangkan persentase tertnggi yang memanfaatkan RS Swasta ditemukan di
Bandar Lampung (1,0%) dan terendah yaitu tidak memanfaatkan (0 %) di Way· Kanan.
Pemanfaatan ·Rs Pemerintah persentase tertinggi ditemukan di Metro (1,6%) dan
terendah di Kabupaten Lampunq Tengah, dan Way Kanan, masing-masing sebesar
0,2%.

173
Tabel 3.165
Persentase penduduk Rawat J_alan Menu.rut Ten:ipat~an Karakt~ristik R~mah
Tangga Di Provins! Larnpunq, Riskesdas 2007

Tempat berobat rawat jalan


.c ·c c .c
Karakteristik
Rumah fl)
~... s
fl) Cl) C/1~
C)

fl)
.5
cu
I
Cl) ns ns
0)-
ns ns .......ns
ns I
c ns
ns
E
~~ c .c
tangga a:: Q.I
E a:: ; a:: ... a:: l!! ~E Q) Q.I
m
·- >i>
jc ...
:J
Q.I
c,
fl) C'IS
:J
...J
Q.I
m e, ..... ~m 0
Tipe Daerah
Kata 1,3 0,8 0,5 10,4 2,5 10,5 0,2 0,2 0,9
Desa 0,4 0,3 0,3 6,2 1,1 18,8 0,4 0,2 0,9

~Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita


Ku1ntil 1 0,3 0,0 0,2 7,9 0,9 15,0 0,7 0,3 1,9
Kuintil 2 0,4 0,4 0,3 7,3 1,0 17, 1 0,2 0,3 0,7
Kuintil 3 0,6 0,5 0,4 7,8 1,3 15,8 0,3 0,2 0,4
Kuintil 4 0,5 0,5 0,5 6,9 1,4 18'.9 0,3 0,2 0,6
Kuintil 5 1,1 0,6 0,3 5,8 2,4 17,8 0,3 0,2 0,8

Tabel 3.165 menunjukkan bahwa tempat berobat jalan yang paling banyak
dimanfaatkan di Lampung bail< di des~ maupun di kota adalah tenaga kesehatan
masing-masing di atas 10%, .selanjutnya secara berturut-turut adalan RS. Bersalin dan
Puskesrnas, Begitu pula menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita·pada
tingkat ekonomi yang berbeda maka tenaga kesehatan yang paling banyak
dimanfeatken, selanjutnya berturut-turut adalah RS Bersalin dan Puskesmas.
1"abel 3.166
Persentase Penduduk RaW.at'Jalan:Menurut Sumber Pembiayaan dan
Kabupaten/Kota Di Provinsi Lampung, Rlskesdas 2007
Sumber· Eembia}!aan rawat jalan
Kabupaten/Kota Seridiri/ Askes/ Askeskin7 Dana
Keluarga Jamsostek SKTM hat Se Lain-lain
Lampung barat 94,8 1,8 ·1,5 o,3 1,5
Tanggamus 96,5 1,7 0,7 0,'1 0,8
Lampung .selatan 95,2 1,7 1,5 0,3 1,9
Lampung timur 91,5 1,8 5,3 0,.1 0,7
Lampung tengah 92,2 2,8 2,2 0,3 2,8
Lampung utara 91,9 3,2 4,9 0,0 1,5
Waykanan 83,5 2,1 8,8 1,4 4,8
Tulang bawang 87,9 5,9 3,3 0,2 2,6
Bandar lampung 65,7 9,7 23,3 3,4 1,7
Metro 84,2 5,3 9,9 0,8 0,0
LAM PUNG 90,0 3,2 5,0 0,6 1,9

Gambaran tentang sumber pembiayaan (Tabel 3.166) menujukan bahwa di Lampung


sebagian besar penduduk (90%) untuk berobat jalan masih menggunakan uang
sendiri/keluarga. Sedangkan dari sumber pembiayaan lainnya persentasenya relatif
kecil sepertl Askeskin/SKTM (5,0%), Askes/Jamsostek (3,2%), dana sehat (0,6%), dan
lainnya (1,9%).

174
Apabila dilihat per-Kabupaten/Kota, .rnaka persentase tertinggi -menggunakan dana
sendiri/keluarga ditemukan di Kabupaten Tanggamus (96,5%) dan terendal) di Bandar
Lampung (65'.7%). Pemanfaatan sumber .P~mbiayaan ffari Askes/H~§ostek,
persentase ter;tinggLditemukan d,i Bandar Lampung (9,7,o/oLdan terendah di Kabupaten
Tanggamus dan Lampung Selatan rnasmq-masinq sebesar 1,7%. Persentase tertinggi
·pemanfaatan Askeskin/SKTM ditemukan -di Bandar Lampung (23,3%) -dan terendah di
Kabupalen· :ranggamus (0, 7%). Naman untuk pernantaatan dana sehat pfesentase
tertinggi nanyasebesar 3,4% ditemukan di Bandar Larnpunq dan terendah (0%) di
Lampung Utara artinya tldak diternukan responden yang menggllnakannya .

1
label 3.167 .
Persentase Sumber Pemblayaan Rawat .Jalan
Menurut Sumber'Biay'a dan Kara,kteristik.Rumah Tangga .di Provlnsl
Lampung, Riskesdas 2007

Karakteristik Sendiri/
. Askes/ Askeskln/ Dana
rumah tan a Keluar a Jamsostek SKtM Sehat Lain-lain
Tipe Daerah
Kota 79,5 7,1 11,9 1,3 2, 1
Des a 92,9 2,1 3,1 0,3 1,8

Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita


Kuintil 1 90,2 0,7 7,5 0,4 1,5
Kuintil 2 90,5 1,9 5,6 0,6 1,9
Kuintif 3 90,9 2,6 5,8 0,6 1,1
. K,uintil 4 91,0 3,2 3,6 0,7 1,7
Kuintil 5 87,4 7,1 2,7 0,3 2,9

Dalam Tabet 3.167. sumber pembiayaan rawat[alan menurut tipe daerah, 'ternyata di
pedesaan sebagian besar respbnden lebih mengandalkan biaya sendilli(92,9.%) begitu
juga di kota meskipun persentasenyalebih'kecil (75 %). Gambaran sumber biaya rawat
jalan 'dtkaitkan dengan tingkat pengeluaran rumah tangga per' kapita tarnpak
menggunakan biaya sendiri atau keluarga sangat dominan pada berbagai tingkat
ekonomi.

3. 7. 3. Ketanggapan Pelayanan Kesehatan


Persepsi masyarakat ·pepggu,napelayanan kesehatan yang berkaitan denqan non-
medis dapat digunakan sebagai salah satu indikator ketanggapan terhadap pelayanan
kesehatan. Ada 8 (delapan) domain ketanggapan untuk pelayanan rawat inap dan 7
(tujuti) domain ketanqqapan untuk pelayahan rawat '[alan. Penilaian untuk masing-
masing 'domain ditanyakan kepada ,responden', berdasarkan pengafamannya waktu
memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan'untuk rawat inap dan rawat jalan.
Delapan domain ketanggapan untuk rawat inap terdiri dari:
1. Lama waktu menunggu untuk mendapat pelayanan kesehatan
2. Keramahan petugas dalam menyapa dan berbicara
3. Kejelasan petugas dalam menerangkan segala sesuatu terkait dengan keluhan
kesehatan yang diderita
4. Kesempatan yang diberikan petugas untuk mengikutsertakan klien dalam
pengambilan keputusan untuk memilih jenis perawatan yang diinginkan
5. Dapat berbicara secara pribadi dengan petugas kesehatan dan terjamin
kerahasiaan informasi tentang kondisi kesehatan klien
6. Kebebasan klien untuk memilih tempat dan petugas kesehatan yang melayaninya
7. Keberhasilan ruang rawat/pelayanantermasuk kamar mandi

175
8. Kemudahan dikunjungi keluarga atau teman.

Tujuh domain ketangg5pan untuk pelayanan rawat jalan sama den,gan domain rawat
lnap, kecuali domain ke'delapan (kernudahan dikunjung] keluarQalte,man).
'
Penduduk dimlnta untuk menilai ,setiap aspek ketanggapan terhadap. pelayanan
kesehatan di luar medis selama rnenjalanl rawat inap dalam 5 (lima) tahun terakhir dan
atau rawat jalan dalam 1 (satu) tahun te.rakhir._Masing-masing. domain ketanggapan
dinilai dalam 5 (llma) skala ~qitu: sangat baik, balk, cukup, buruk, sangat buruk. Untuk
memudahkan penllalan aspek ketanggapan rawat jalan dan rawat inap pada -sistem
pelayanan kesehatan tersebut, ,WHO inerr{bagi menjadi d\J,a .bagian besar yaitu 'baik'
(sanqat b~aik dan, baik}'pan :kurahg 'p~il<~1(9ukup, bujuk :dacf. sa9g?t t;>uru,k)._ Penyallan
hasil Mnahsis/tabel selaniutnya hanya mencantumkan persentase yang 'baik' saja.
l •. ..

tabel 3.1681
~~rs,entase Penduduk ~awat lnap Menurut Aspek Ketanggapan Pelayanan
Kesehatan dan Kabupaten/Kota · .
DI Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

:::s c:
C') c: c·- ::C c UJ c: c:ns ·-e>
cu cu
=
.5

-
tn ns Cl) .c cu .!!! cu c .£: c
'C
:::s
.£:
ns Ens ,a"' Cl) Cl)
ns ·-Cl) :5 ns ns :::s
Kabupaten/Kota E ~E ns
"'
Cl) ...
cu
.£:
.c Cl) C')
... c "'C .....
c
:::s
.... :::s
:::s
...
ns ·~.E :::s c. ...
ns Cl)~
.c .£: Cl>
.c
ns
:::s E~
~
ns
~- ~
Cl)
~--· -~
Cl) c .::t! Cl)
~
Cl)
~=c.
Cl) ·-
~
Cl) ...
Cl) ·-
~ "'C

Lampung Barat 84,8 90,6 87,9 84,4 81,8 84,4 78,1 84,8
Tanggamus 82,3 ,89,8 -87,7' ' 90,8 90,0 89,1 81,5 87,5
lampung Selatan 77,6 80,0 79,4 n.1 78,8 81,2 ·79,4 81,8
Lamµ,ung Tjmur 82',8 83,7 82,1 83,7 84,6 85,4· 83,6 88,6
Lampung Tengah 90,4 88,2 85,2 85,? 87,5 83,8 83,8 8&,1
Lampung Utara 74,fi 84,3 90,2 86';3 84,3 ·82,4 76,5 82,0
Way Kanan 96,3 92,9 88,9 92,6 92,6 88,9 96,3 92,6
Tulang Bawang 85,7 88,9 88,9 84,1 90,5 81,0 77,8 1a.,2
Bandar Lampung 71,5 73,1 79,1 80,6 ~~.1 81, 1 7016 80,6
Metro 88,9 92,6 92,6 92,6 92,6 92,6 92,6 88,9
tAMl?UNG '80,9' ''-83,4 83,8 83,7• 85,3 83,8 79,6 84,3

"fabel 3. 168 r11~nQgambarkan persentase P1nqµduk rawat inap rnenurut kepuasan


terhadap aspek ,"kyt9ngQapan J?enyeliq pe)~~anan kesehatan" yang , memberikan
penilalan "balk" di Provinsi Lampung. Pada tabel tersebut di semua kabupaten/kota
menunjukkan "tingkat penilaian baik11 yang tinggr(>'to %) pada semua parameter.
) . '

'176
Tabel 3.1 Ei9. 1
Persentase Penducj4k Rawat lnap Menurut Aspek ~etanggapan dan
Karakteristik.Rumah Tangga.Dj Provinsi L~,rrlpur,g,Rls.k~'sdas 2007
'°l!-

::::J
c c c l3 c
C>
C> ns c·-!/I =c ns ns ~ ns c c ·c;,
c .c ns .c ns ns :S ns ns c
ns in ns
E~ ·u; in=
ns rn .c ::::J
Karakteristik
rumah tangga
::::J
......
::::J
E -.!!!_J2
E
ns ... ns ....,
..... ::::J
C'CS•
.c .c ns rn
... C>
c
..8 JU·
co ......
"C c
::s ~::s
..... ~ ::::J a. ...
ns .c .c
Cl) -
~
co
3:
Q)
~ ~·-c
Cl)
-~
~ Q)
~ ~=a.
Q) ·- Q)
~
2 :e ·-
"C

Tipe Daerah
Kota 75, 1 77,3 80,5 81,6 83,7 81,9 74,9 81,6
Des a 84,6 87,5 86,0 85, 1 86,3 85,2 82,5 86,3
Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita
Kuintil 1 83,1 83,2 83,1 83,9 86,~ 83,9 78,1 83,2
Kuintil 2 80,7 83,7 84,2 80,8 83,6 82,2 76,7 84,8
Kuintil 3 83,5 86,5 86,4 88,2 88,8 88,2 80,6 83,4
Kuintil 4 79,2 80,2 82,4 81, 1 82,9 81, 1 80,2 85,2
Kuintil 5 79,8 84,4 83,7 84,8 85,6 84,5 81,0 84,8

Persentase responden menurut tipe daerah yang menilai "baik" terhadap aspek
ketanggapan pelayanan kesehatan bagi rawat inap (label 3.169) di desa (80-85%)
lebih tinggi dibandingkan di kota (75-85%) untuk 'semua parameter. Menurut
pengeluaran rumah tngga per kaptta-penllaian "balk" terhadap sernua parameter aspek
ketanggapan pelayanan- kesehatan bagj rawa inap yang dinyatakan responden,
persentasenyahampir sama pada semua tingkat ekonomi (>75%):
r '

;.f

177
• Tabel 3.170
P~tsentase _Pend4~uk.ffaY.i'\t Jalar;- 'Menurut As eek Ketanggapan
Pelayanan Kesehata·ri Menutot Kabupaten/Kota
Di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

c c c U) c
c·- ::C ca ca .fl
::::J ::::J
ca
.c
ca
ca U>
U> ca
.c ca
E U) .~ =
ca·-U)
U)
ca
:5
c
ca
~
-ca cen -.2.,g
ca E
... ca ,a
U)
ca .c U>
cen

-
Kabupaten/kota Eca .c ...
ca
3: ::::J ... c
-::::J
::::J Q. ...
ca
Q) ~
.C.c
a>
.c ::::J
<. Q)
:::.::::
Q)
.:::.::::·- -~
.ll:: Q) Q)
:::.::::
Q) ·-
:::.:::·a
Q)
:::.::::
...

Lampung Barat
"'t ..
91,4 95,7 94,2 88,4 87,5 87,2 91,7
ra.nggamus 86,7 94,0 91,6 92,3 93,1 92,3 90,5
tampung Selatan 84,2 85,3 84,3 83,5 84.4 83,9 83,4
Lampung Timur 84,0 85,6 85,0 84,9 84,2 85,1 84,6
Lampung Tengah . 92,9 92,9 91,8 90,7 90,9 90,9 89,9
t.:a'mpung utara ~ 87,1 88,7 92,8 89,7 94,3 90,8 92,6
Way Kanan 92,2 94,5 91,2 93,8 94,2 92, 1 92,7
Tul~ng Bawapg 91,3 92,8 90,0 89,1 90,8 90,1 81,0
Bandar t.ampunq 79,7 83,1 80,5 80,1 80,7 80,1 76,5
Metro 81,7 • 89,3 87,0 86,9 86,~ 84,0 83., 1
LAM PUNG 87,0 '89,( 88,4 87,7 88,5 8'"(,7 86,2

Tabel 3.170 menunjukkan secara keseturuhan kabupateri/kota di Lampung umumnya


memberi penilaian "baik": pada seluruh aspek ketanggapan pelayanan kesehatan rawat
jalan. Apabila dilihat per kabupaten/kota, maka dari parameter aspek ketanggapan
pelayanan kesehatan persentase nillai "balk" tertinggi adalah "waktu tunggu" ditemukan
di Kabupaten Lampung Tengah (92,9%) dan terendah di Bandar Lampung (79,7%).
Parameter "keramahan" persentase tertinggi ditemukan di Kabupaten Lampung Barat
(95,7%) dan terendah di Bandar Lampung (83,1%). Parameter "kejelasan informasi"
persentase tertnggi di Lampunp Barat (94,2%) dan terendah di Bandar Lampung
(80,5%%). Parameter "ikut· ambil keputusan", persentase tertinggi di Kabupaten Way
Kanan (93,8%) dan terendah di Bandar Lampung sebesar (80,1%). Parameter
"kerahasiaan",persentase tertinggi di Kabupaten Lampung Utara (94,3%) dan terendah
di Bandar Lampung (80,7%). Parameter "kebebasan pilih fasilitas", prosentase tertinggi
di Tanggamus (92,3%) dan terendah di Bandar Lampung (80,1 %). Parameter
"kebersihan ruangan", persentase tertinggi di Way Kanan (92,7%) dan terendah di
Tulang Bawang (81,0%).

178
Tabel 3.171
Persentase PendudulC Rawat Jalan Menurut Aspek Ketanggaparr Pelayanan
1
Kesehatan dan Karakteristik Rumah Tangga "
di Provlnsl Larnpunq, ~iskesdas 2P07

:::s c c
C) c c·- ::C cu
Cl) c
cu cu~ cu c

-
C)
.c cu Cl) .c cu cu
Karakteristik
c
:::s cu
cu
~·e... E
.a ·wcu Si Cl)::
cu
:5 cu
-,~.g
Cl)
Cl) Cl) C)

rumah tangga :::s -E cu


_.:::s .c .g J!! ... c
Q) cu
:t:cu ~ :::s c.
.lii:: Q) ~ .C.c .c :::s
Q)
~ ~.5 -.ll:: Q)
~=
Q) ·- Q) ...

s: ~ c. ~

Tipe Da~rah
Kota ·79,9 84,7 83,3 82,8 84,1 83,7 81,8
Oesa 89,0 91,0 89,8 89,0 89,7 88,8 87,5
Tingkat pengeluaran
rumah tangga per kapita
Kuintil 1 86,0 88,1 87,5 86,2 87,8 86,4 84,1
Kuintil 2 87,3 90,3 87,9 87,3 88,4 87,8 86,1
Kuintil 3 86,9 88,6 87,2 87,0 87,1 86,5 85,0
Kuintil 4 86,8 90,4 89,2 88,5 88,8 89,2 87,2
Kuintil 5 88,0 90,5 89,8 88;9 89,9 88,3 88,1

Persentase responden yang menilai 'baik" untuk semua parameter aspek "ketanggapan
pelayanari"rawat jalan (Tabet 3.171), di desa lebih tinggi (sekitar 90%) dibandingkan di kota
(sekitar 80 %). Menurut tingkat penqeluaran rumah tangga per kapita menunjukkan adanya
kecenderunganpersenlase yang menilaf "baik" hampir sama untuk semua parameter aspek
"ketanggapanpelayanan", rata-rata di atas 80 % di semua tingkat status ekonomi.

3.8 KESEHATAN LINGKUNGAN


- Data· kesehatarr:lingkurgan diambil dart dua sumber 'data, yaitu (3iskesdas 2007. dan Kor
susenas 2007. Sesuai kesepakatan, data yang sudah ada di K,or Susenas tidak,
dikumpulkan lagi di R)skesdas, dan dalam Riskesdas ditanyakan pertanyaan-pertanyaarn
yang tidak ada di Kor Susenas. Dengan demikian penyajian beberapa variabel kesehatan
.
lingkungaRmerupakan gabungan data Riskesdas dan Kor Susenas. . f

Data yang di~umRuJkanc{alam survei .ini DJelipµti· data ~Lr bersih ~ep~rl.uan rumah ,tangga,
sararia pernbuanqan -kotoran rnanusia, sarana pernbuanqan air limbah ,(SP.~L),
pembua~g9~ sampah. dan perurnahan. Data terseb,ut bersifat fisik dalam rurnah tangga,
sehingga pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara terhadap kepala rumah
tangga dan pengamatan.

3.8.1. Air keperluan rumah-tanqga


>

Menurut WHO, jumlah pemakaian air bersih rumah tangg,aper kapita sangat terkait dengan
risiko kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan higiene. Rerata pemakaian air
bersih individu adalah rerata jumlah pemakaian air bersih rumah tangga dalam sehari dibagi
dengan jumlah anggota rumah tangga. Rerata pemakaian individu ini kemudian
dikelompokkan menjadi '<5 liter/orang/hari', '5-19,9 liter/orang/hari', '20-49,9 liter/orang/hari',
'50-99,9 liter/orang/hari' dan ·~100 liter/orang/hari'. Berdasarkan tingkat pelayanan, kategori
tersebut dinyatakan sebagai 'tidak akses', 'akses kurang', 'akses dasar', 'akses menengah',
dan 'akses optimal'. Risiko kesehatan masyarakat pada kelompok yang akses terhadap air

179
bersih rendah ('tidak akses' dan 'akses kurang') ,dikategorikan sebagai. rnempunyai risiko
tinggi.
Kepada kepala rumah t~ngga' djtanyakan beraba rerata jumlah pemakaian air untuk seluruh
kebutuhan rumah tangga dalam sehari semalam.

•. label 3.172
Persentase Rumah Tangga menµrut Rerata (:lemakaian Air Bersih
Per-O'rang Per. Harl dan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007

Rerata pemakaian air bersih per orang per hart


(dalam liter)
Kabupattm/Kota
<5 5-19.9 '20-49.9 50-99.9 ~100
Lampung Barat 8,5 16, 1 31,8 29,9 13,7
Tanggamus 0,0 0,3 3,9 42,7 53,2
Lampung S~latan 24,4 1,8 24,3 43,0 6,4
~C}mpung Timur 0,1 1,2 7,7 30,5 60,4
Lampung Tengah 0,0 0,5 5,3 37,0 57,2
Lampung Utara 0,6 4,4 9,4 18,9 66,7
Way Kanan '0,7 7,5 40,0 43,6 8,2
Tulang Bawang 0,4 9,1 54,2 33,0 3,3
Bandar Lampung 12,5 32,1 11, 1 29,9 14,5
Metro 0,'2 0,2 1,0 4,0 94,7
LAM PUNG 5, 1 7, 1 18,9 32,4 36,4

Tabel 3.172 memberikan QC!mbaran rerata pem,akaipn air bersih per orang perhari.
Konsumsi air -per orang perhari di Provinsi i.ampung sebanyak 36,4 % rumah tangga
pemakaian air bersih termasuk "akses optimal" (lebih dari 100 liter), tetapi ada n.lmah tangga
pemakaian air bersihnya rnaslh rendah ditemukan sebanyak ~J % tldak akses (kuranq.darl 5
liter) dan sebanyak 7,1 akses kurang (5-11,9 liter) berarti 12,2% rumah tangga mempunyai
resiko tinggr··untul( men'galami gahgguan kesehatan. Sebesar ,18,9°/p, rumrnah tangga
mempunyai akses dasar (minimal yailu 20-49,9 liter) dan sebanyak 32,4% akses tnenengah
(50-"'99,9 liter). ' '
Apabila dibandingkan antar kabupaten/kcta yang akses terhadap air bersih masih rendah
(sekitar 25-35% rumah tangga) ~erturut-turut Bandar Lampunq, L~IJlpung Selatan dan
Lampung Barat, Namun ada 5 kabupaten/kota yarig 50% -rumah ta,ngga·m~mp'unyai akses
terhadap air bersih tern1asuk akses optimal berturut-turut Kota Metro _sebar:iy~k .94,7%
(tetiriggi), Selanjufnya Larript.lrig Utara {66,7%), Lampung Timur {60,4%), Lampt'.mg Tenqah'
(57,3%) dan Tanqqamus 53,2'%}. ·
Bila mengacu pada kriteria Joint Monitoring Program WHO-Unicef, di mana 6atasan minimal
akses untuk konsumsi air bersih adalah 20 liter/orang/hari, maka di provinsi Lampung
sebanyak 87, 7% rumah tangga mempunyai akses terhadap air .b~rsih rnenurut jumlah
pemakaian air per orang per hari, angka tersebut hampir sama dengan angka secara
nasional yaitu sebesar 85,6% (Riskesdas 2007):
<< I

180
Tabel 3.173
Persentase RUJt!C\h Tangga rnenurut Rerata Pemakalan Air ~ersih
Per O~ang. Per'Harl dan Karakteri~tik Rumah Tangga
di Provips~ Larnpunq, ·Bi~kesdas 2007

Rerata pemakaian air berslh per..orang per hari (dalam


Karakteristik rumah
liter)
tangga -12:100
<5 5-19.9~ 20-49.9 50-99.9'
Tipe Daerah
Kota 8,3 15,6 8,6 21,9 45,6
Desa 4,1 4,5 22,2 35,6 33,6
Tingkat pengeluaran rumah
tangga per kapita
Kuintil 1 4,6 7,3 19,8 35,4 32,9
Kuintil·2 5,0 7,8 18,2 34,4 34,5
Kuintil 3 4,1 7,6 20,2 35,9 32,2
Kuintil 4 5,5 6,5 18,2 29,5 40,3
Kuintil 5 '6,4 6,2 17,5 27,0 42,9

Tabel 3.173. Dilihat dari karakteristik rumah tangga, rerata pemakaian air bersih per orang
per hari menunjukkan perbedaan, baik menurut tipe daerah maupun menurut tingkat
pengeluaran rumah tangga per kapita. Persentase'rumah tangga· di provinsi lampung yang
aksesnya rendah-terhadap air bersih lebih tinggi diperkotaan (23.9 %) dibandlnqkan dengan
di pedesaan (8,6%). Nnamun diper.kotaanpersentase rurnah tang'ga denqan konsumsi air
per orang per hari yang rnempunvai akses optimal (>~ 00 liter} lebih tinggi di perkotaan
(45,6%)dibandingkandi pedesaan.,(33,5%).Berdasarkantingt<at pengeluaran rumah tangga
per ·kapit~ per QUI.an yang dikelompokan dalam 5 kuintil, ada :kecenderungan semakin
mampu (kuintil semakin tinggi) semakin besar persentase rumah tangga terhadap akses
optimal.
Dlsarnpinq jumlah pemakaian air bersih untuk keperluan rumah tangga, ditanyakan juga
tentang jarak dan waktu tempuh ke sumber air, serta persepsi tentang ketersediaan surnber
air. Kepada kepala rumah tangga dltanyakan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
menjangkausumber air bersih pulang pergi, berapa jarak antara rumah dengan sumber air,
dan bagaimana kemudahan dalam memperolehair bersih.

181
'Tabel 3.174
Persentase Rumah Tangga .me·nurutWaktu dan Jar~!_< ke Sumber Air,
Ketersediaan Air Bersih dan K~6upalen7Kota
di Provinsi Lampung1 Riskesdas 2007

Lama waktu dan jarak


Ketersediaan Air
menjangkau sumber air
Kabupaten/Kota Waktu Jarak Mud ah Sulit pada Sulit
(menit} (ktn) sepanjang musim sepanjang
<30 ~30 S1 >1 tahun kemarau tahun
Lampung Barat 98,8 1,2 2,6 97:4 76,8 17,4 5,9
Tanggamus 98,2 i.a 2,4 97,6 55:2 44,6 0,3
Lampung Selatan 97,6 2,4 2,9 97,1 61,9 37,6 0,5
Lampung Timur 98,6 1,4 1,5 98,5 63,4 32,0 4,6
Lampung Tengah 99,0 1,0 1,0 99,0 65,3 34,6 0,1
Lampung Utara 99,6 0,4 1,2 98,8 46,5 50,8 2;7
Way Kanan 99,4 0,6 0,0 100,0 39,3 60,7 o:o
Tulang Bawang 98,9 1,1 9,0 91,0 46,2 51,7 2,1
Bandar Lampung 94,1 5,9 5,4 94,6 69,7 27,9 2,4
Metro 99,1 0,9 1,8 98,2 58,9 41,1 0,0
LAM PUNG 98,1 1,9 3,0 97,0 59,4 38,9 1,7

Tabel 3.174 di atas menunjukkan bahwa pada umumnya ('>95%) rumah tangga di semua
kabupaten/kota di provinsi Lampung, mernerlakan waktu kurapg dari 30 menit untuk
menjan,gkau sumber air, walaupun jaraknya lebih dari 1 km. Dilihat -dart ketersedtaan air
d.alqm·i:I tahun, sebanyak 59,4% rumah tangga; air berslhnya ada sepanjanq tahun tetapi 4
kabupaten/kota persentasenya .iebih kecil yaitu Tanggamus (9&.2%), Lampung Utara
(46,6ez'o), Julang Bawanq (46..Z,%) dan Way Kanan (39,3%): Pada·musim kemarau.sebanyak
.38,~% rumah taQgga di provinsi Lampung ketersediaan air bersih sulit, bahkan ada..yang
persejrtasenya-leblh tinggi yaitu Way·Kanan (60, 7%), Tulang Bawang (51, 7%) dan tampung
Utara (58,8%). Lampung Barat (5,9%) dan Lampung Timur (4,6%) merupakan 2
kabupaten/kota paling tinggi persentase rumah tangga dengan ketersediaan air berslh sulit
sepanjang tahun.

182
Tab~l 3.175
Persentase Rumah Tangga menurut Wa_ktu dan Jara_k ke Sumber Air,
Ketersedlaan Air, dan Karakteristik Rumafltangga
di· •Provinsi Lam pung, Rlskesdas 2007
«:

lama waktu dan.jarak


Ketersediaan air
menjangkau sumber air·
Waktu Jarak (km) Mud ah Sulit pada Sulit
Kabupaten/Kota {men it} sepanjang musim -sepanjang
<30 :2:30 S1 >1 tahun kemarau tahun
Tipe Daerah
Kota 96,7 3,3 3,8 96,2 63,9 34,2 1,9
Desa 98,5 1,5 2,8 97,2 58,1 40,1 1,7

Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita


Kuintil 1 97,7 2,3 3,9 96,1 54,3 43,7 2,0
Kuintil 2 98,1 1,9 3,3 96,7 56,5 42,4 1,1
Kuintil 3 98,8 1,2 2,4 97,6 56,6 41,4 2,0
Kuintil 4 97,5 2,5 3,3 96,7 63,9 34,5 1,6
Kuintil 5 98,3 1,7 2,2 97,8 65,4 32,6 2,0

Akses air bersih menurut waktu, jarak dan ketersediaan air bersih bervariasi menurut tipe
daerah dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita. (Tabel 3.175). Persentase rumah
tangga dengan waktu tempuh ke surnber air bersih lebih dari 30 menit lebih tinggi di
perkotaarr (3,3%)· diban3ingkan dehqan 'di pedesaa (1,3°/o), begitu pula jarak tempuh lebih
dari 1 km leblh tinggi diprkotaan (3,8%)"" dari pada di pedesaan (2,8%). Namun pada
umumnya sebagian besar rumah tangga baik 'di perkotaan (96, 7%) maupun di pedesaan
(98,5%) waktu tempuh ke sumber air bersih kurang dari 30 menit, begitu pula jarak
tempuhnya ~urcing dari 1 km di perkotaan (96,2%) maupun di p~desaa\(97,2%).
Menu rut· tingkat ekonomi berdasarkan pengeluc:iran rumah' tangga per kapita tidak tampak
perbedaan antara berbagai tingkat ekonomi, sebagian besar (97%) waktu tempuh relatif
sebentar ( <30 menit) dan jarak tempuh relatif dekat (>1 km) dengan ke sumber air bersih.
Gambaran ketersedlaan atrnya yang rnudah sepanjan'gn tahun dinlkrnatl oleh lebih dari 50%
rumah tangga baik di perkotaan (63,9%) 'dan pedesaan (58, 1 %) maupun pada berbagai
tingkat ekonomi (antara 54,3%-65,4%), meskipun ada kecenderunqan persentase rumah
tangga yang ketersediaan airnya mudah sepanjang tahun mengalami peningkatan sesuai
dengan peningkatan keadaan ekomi. Namun pada musim kemarau sekitar 3()-400,:o rumah
tangga di perkotaan dan pedesaan serta pada berbagai tingkat ekonomi menqalarnl
kesulltan- air, dan ada kecenderungan persentase rurnah tangga yang menqalarni kesulitan
mendapatkan air pada musim kemarau meningkat di tingkat ekomi yang makin rendah.
Dalam rangka memperoleh air untuk keperluan rumah tangga bila sumbernya berada di luar
pekarangan, ditanyakan siapa yang biasanya mengambil air dalam rumah tangga tersebut,
sebagai upaya untuk melihat aspek gender dan perlindungan anak.

183
label 3.176
Persentase Rumah Tangga menurut lndivid~ yar:ig Biasa Mengambil Air Dalam Rumah
Tangga·menurut.~abupaten/KOta di Provlnsl.Lampung, Riskesdas 2007

Peremeuan Laki-laki Sumber


Kabupaten/Kota Anak,,(<12 Anak dalam
Dewasa Dewasa
,TH} {<12 TH} ~ekarangan
La~p1,mg Barat 15,0 0,3 17, 1 2,4 65,9
Tangg~mus 3,0 0,3 12,7 0,1 83,9
Lampung Selatan 8,6 1,9 19,4 4,0 66,2
Lampung Timur 19,1 0,2 10,4 0,5 69,8
Lampung Tengah 4,0 0,1 3,4 0,3 92,2
Lampunq Utara 11,5 0,2 29,2 1,0 58,1
Way Kanan 28,1 0,6 1,2,7 0,6 58,0
Tulimg Bawang 16, 1 0,6 29,2 2,1 52,1
Bandar Larnpunq 6,9 0,7 11,0 1,5 80,0
Metro 2,8 0,0 12,3 0,0 84,9
LAM PUNG 10,8 0,6 15, 1 1,4 72,0

Pada tabel tersebut diatas nampak individu yang biasa mengambil air untuk keperluan
rumah tangga yang sumbernya berada dilua,r pekarangan terdapat 2,0% rumah tangga di
provinsi Lampung.yang anak-anaknya mempunyai beban untuk meng,ambilair (0,6% ,laki-
laki dan 1,4%) perempuan). LaJ<i-laki yang -bertanggung jawab dalam pengambilan air di
rumah tangga persentasenya iebih tinggi dibandingkan den9an perernpuan. Persentase
rumah tangga tertngl (5,9%} yang melibatkan anak dalam penqambilan air untuk kebutuhan
rumah tangga ditemukan qi Lampung S~latan (1,9% anak perempuan dan A.Oo/o anak laki-
laki). -
Proporsi individu yang mengambil air bersih di rumah tangga menunjukkan variasi menurut
tipe daerah dan tingkat penqeluaran rumah tc:ingga per kapita tampak seperti•disajikanpada
Tabel 3.177.
label 3.177
Persentase Rumah Tangga .menurut.Anggota Rumah Tangga yang Biasa Mengambil
Air dan Karakteristik Rumah Tangga
di Provinsi Lampupg, Riskes~as 2007

Peremeuan Laki-laki Sumber


Karakteristik
Anak ·Anak dalam
rnmah tangga Dewasa Dewasa
{<1Z, th} {<12th} ~ekarangan·
Tipe daerah
Kota 7,3 0,8 11,8 1,2 78,9
Desa 11,7 0,6 16,0 1,4 70,4

Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita


Kuintil 1 14,7 1,0 17,7 1,4 65,2
Kuintil 2 12,2 0,5 15,8 1,8 69,7
Kuintil 3 10,4 0,6 15,8 1,2 72,0
Kuintil 4 10,0 0,3 12,9 1,4 75,4
Kuintil 5 6,7 0,5 13,3 0,9 78,6

Tabel 3.177 memberikan informasi bahwa di provinsi Lampung tenaga laki-laki yang biasa
mengambil air untuk kebutuhan rumah tangga (bukan dari pekarangan) di perkotaan
persentasenya lebih tinggi (11,6%) dibandingkan dengan perempuan (11,7%), begitu pula
ditemukan di pedesaan (11,8 % laki-laki dan 7,3% perempuan). Pola yang sama yaitu laki-

184
laki bertanggung jawab dalam pengambilan alr untuk kebutuhan rumah tangga dari pada
perempuan yang dit(mjukkan persentase yang lebih tinggi pada berbagai ting_kat. ekonomi
bert:lasarkan pbla penqeliraran rumah tangga per kapita. '
Pada tabel Sel~in itu, anak-a~ak masih mempunyai 6eban ' mengambil air walaupun
persentasi relatif kecil (<2,0%), polanya sama baik di pedesan maupun di perkotaan
persentasi anak laki-laki lebihitinggi dari .pada anak perempuan. Menurut tingka· ekonofni
berdasarkan poengeluaran rumah tangga PW! kapita terdapatbegitu pula pada setiap tingkat
ekonomi, ART yang biasa mengambil air adalah la~i-laki dewasa,
Data , kualitas fisik air untuk keperluan minum rumah tangga dikurnpulkan dengan cara
wawancara dan pengamatan, meliputi kekeruhan, bau, rasa, warna dan busa. Kategori
kualitas fisik air minum baik bila air tersebut tidak keruh, tidak berbau, tidak berasa, tidak
berwarna dan tidak berbusa.
Tabel 3.178
Persentase Rumah Tangga menurut Kualitas Fisik Air Minum dan Kabupaten/Kota di
Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Kabupaten/Kota Kualifas fisik air minum,


Keruh Berwarna Berasa Berbusa Berbau Baik*)
lampung Barat 5,3 3,5 3,2 0,3 0,6 90,7
Tanggamus 8, 1 3,8 4, 1 0,3 1..4 87,9
LarT).Pl,!ng Selatan 4,5 3,6 2,5. 0,8 2,4 '92,6
LampungTimur a.c 1,3 3, 1 0,5 0,2 94,0
lampung Tengah 2,7 0,7 0,4 0,3 0,3 96,8
LampungUtara 0,6 0,6. 0,0 0,0 0,6 98,8
Way Kanan 8,6 4,1 0,3 0,3 0,3 89,3
TulangBawang 14,8 13,0 13,4 1,1 7,1 8111
BandarLampung 7,7 3,2 5,7 2,0 3,6 87,7
Metro 2,7 0,0 0,0 0,0 0,9 96,5
LAMPUNG - . 5,8 3,6 3,6 0,6 1,9 91,5
Catatan: * tidak keruh, berwarna,berasa,berbusadan berbau

Secara umum di provinsi Lampung, presentase rumah tangga dengan air minum berkualitis
fisik baik sebesar 91,5% , dengan tingkat kualitas fisik air minum yang tertinggi sebesar
98,8 % ditemukan di Lampung Utara. (Tabel 3.178.)
Tabet,3.179.Tidak ada perbedaarryanq mencolok antara proporsi kuantas fisik air mfnum di
provinsi Lampung baik di perkotaan.dan pedesaah maupun pada setiap tingkat ekonomi
berdasarkan :tingkal''pengeluaran rumah tangga per kapita. Secara umum sekitar 90%
rumah tangga air minurnnya berkualitas fisik baik.
Data jenis sumber air minum utama yang digunakan rumah tangga diambil dari data Kor
Susenas 2007.

185
Tabel 3.179
Persentase Rumah Tangga menurut Kualiias Fisik Air Minum dan Karakteristik
Rumah Tangga~i Provlnsl Lamp1;1ng, Riske~das 2Q.07

Karakteristik Kualitas .fisik alr min um


Ru mah, Keruh Berwarna . Berasa Berbusa · .Berbau Baik*)
tangga I'
Tipe daerah
Kota 5,6 2,6 3) ' 1,0 2,6 91,1
Desa 5,9 3,'8 3,6 0,5 1,8 91,6

Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita


Kuintjl 1 5,9 3,4 .3,5 0,9 1,6 90,9
Kuintil 2 6,7 3,7 3,2 0,5 1,6" 90,5
Kuintil 3 5,2 3,3 3,5 0,6 1,2 91,8
Kuintil 4 5,7 3,3 3,6 0,9 2,2 92,2
Kuintil 5 5,7 4,2 4,4 0,5 3,1 91,8
Catatan : * tidak keruh, berwarna, berasa, -Oerbusa dan berbau

Tabel 3.180
Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Sumber Air dan Kabupaten/Kota
di Provinsi. Lampung, Susenas· 2007

Jenis sumber air minum

Kabupaten/Kota c: c:
...
0 co ... c:
0) .:..::0)
"O c:
... 0) 'U 0) :cu c ro
Kota ...ro
(/)
·- ro
0) c:
·- ...
c: ro
0)
c: ~
·- (l)
.0
5E
0. :::i
E -o
:::i -... "O
:::i
:::i c:
·-ro c:
:::i
ro -o
- c:
.!::::
ro -o
:::i
0)
c:
:::i
ro
·::;- >.
c:
<( E "O Q)
Q) 0 "O
(l) -(l) E o :t .S E= -CU= c: .sro .s._ ...
ti)
...
.l: c:
'(ij
a..
-
(f) L:
E
-
Q) ....J (1) ....J '::I :::i. Ci>
.:..:: Q) ~ Ci> <.( <.( ....J
(f) - (f) - ~2
Lampung Barat 1,5 2,7 2,1 0,9 35,8 23,3 9,9 14,6 7,2 1,8 0,3
Tanggamus 4,7 1,3 3.2 2,5 46,2 29,0 1,0 8,2 3,8 0,0 0,1
Lampung Selatan 1,9 1,0 0,0 4,2 62,1 15,7 6,5 4,8 3,7 0,0 0,3
Lampung. Timus 0,7 0,0 0,0 4,6 60,2 31,4 0,0 0,0 0,1 2, 1 0,8
Lampung Tengah 1,1 0,7 0,0 3,4 28;1 66, 1 0,6 0,0 0,0 0,0 0,0
Lampung Utara 0,0 1,2 0,2 0,4 27,3 65,2 0,4 4,3 0.4 0,0 0,6
Way Kanan· 0,0 0;3 0,0 o,3 52,1 40,8 1,2 4,1 0,9· Q,O 0,3
Tulang Bawang 6,4 d,1 0,0 '2,9 ~3,3 40,3 0,1 '0,6 5,8' 1J),4 0,0
Bandar L'ampung .. 18,5 11,9 15,2 20,0 26,3 5"j 2,4 0,2 0,0 0,0 0,0
Metro 2,7 0,0 0,0 5,4 57,1 '34,8 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
LAM PUNG ~ > 3,9. 1,9 2,0' 4,8 43,1 35,0 2,3 . 3,1 2,2 1,5 0,2

Di provinsi Lampung masih banyak rumah tangga (40,5%) yang menggunakan air minum
tidak terlindung (35,0% sumur tidak terlindung, 3, 1 % mata air tidak terlindung, 2,2% air
sungai dan 0,2% lainnya). Penggunaan air kemasan di rumah tangga di provinsi Lampung
persentasenya relatif kecil (3,9%), sedangkan persentase tinggi ditemukan di Bandar
Lampung (18,5%). Sementara yang menggunakan air perpipaan/ledengjuga persentasenya
relatif kecil (3,9%), dan persentase tertinggi (17,1 %) juga ditemukan di Bandar Lampung
(Tabel 3.180)

186
Tabel 3.181
Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Sumb~r Air dan Karakteristik Rumah
Tangga di Provlnsl Lampunq, Susenas 2007
' f !. l . - '
,,1
Jenis sumber'alr minum

c:
.... Cl ~ O>' ._ 0) "C Cl '(ij c:
c: c o ro .... c "C c: ·- -::::: c: ca
ro ca c:::i
0)
Karakteristik
0) .0 0. 0) ro >-
..... (/) c: ro
·-"C ....Q) c: ~ ::I ::I -.... "C
::I ·-
ro -c ::I c: '5' c:
·- ro ·- Q) ::; E E-c ::I c: ro -c ::I .c c
rumah tangga <( E EO :::i .E -<ll=c: .s .£: U)

-
Q) 0 "C
Q) -Q)
en;::: E= .... ..... '(ij
::I a..
E en- ::I .... ro ....
-
Q) __J Q)
~ __J ~ Q) <( __J
Q)
en 2 ~2 <(

Tipe Daerah
Kota 12,0 6,8 9,0 12,7 37,8 18,5 1,7 1,3 0,0 0,0 0,1
Desa 1,7 0,6 0,2 2,7 44,5 39,3 2,4 3,6 2,8 1,9 0,3

Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita


Kuintil 1 0,9 0,7 4,1 2,3 37,4 42,4 3,0 4,3 2,9 2,0 0,2
Kuintil 2 1,7 2,2 1,4 3,5 43,3 38"; 1 1,9 3,3 2,3 1,9 0,4
Kuintit 3 3,3 1,5 2,3 2,5 45,3 36,4 '2,0 2,9 2,2 1,8
Kuintil 4 4,1 2,3 1,8 5,7 44,4 32,8 2,4 2,9 2,2 ,8 0,6
Kuintil 5 9,2 2,9 0,6 9,9 44,9 25,2 2:1 2,4 1,4 1,2 0,1

Penggunaan air kemasan, ledeng eceran, ledeng meteran dan sumur bor lebih tnggi di
perkotaan (40,5%) djbaqdJngkandi pedesaan (5,?%). Di daerah pedesaan (83,6%) sumber
air minum yang paling banyak digunakan dtbandinqkan denqan di perkotaan (56,3%) adalah.
jenis sumur (terlindung dan tidak terlindunq), Sedangkan menurut tingk~t ekonorni,
berdasarkan tingk(ilt pengeluaran rumah ·tangga per kapita, .ada kecenderunqan semakin
tinggi. tingkat- ekonomi keluarqa semakin tinggi persentase rur;nah tangga yang
menggunakan air kemasan, ledeng eceran dan surnur pompa. Seroakin tinggi tingkat
ekonomi semakin menurun persentase rumah tangga yang menggunakan sumber air tidak
· terliridunq (Tabel 3.181) · · · · ··

187
label 3.182
'Persentase Rumah Tangg·a menurl,t Jen'~s Jempat ~~nampungan dan
Pengolahan Air Minum Sebel'um Digunakan/Diminuni dan Kabupaten/Kota di
Provinsi Lampung, Riskesdas.2007
..
Tern pat Pengolahanair minum sebelum
penampunqan digunakan
Kabupaten/Kota g> E .lll:: C) cu
.c cu .c· a. cu .c cu c: c: cu
cu .::t:l- cu ::s "C cu ::s ::s If)
·.::: cu·- >-
c:
"C ::s cu "C If) c: co .c E c:

-
cu -::s cu
._.~;
co .c "C m·- E en cu·-
3: Qi 3: "e c: E "iti
.s cu·-
..J "C s i5
Ill~
..J

Lampung Barat 23,6 59,0 17,4 1,2 97,4 2,0 0,6 0,6
Tanggamus 24:0 60,6 15,4 1,8 96,9 2,4 0,3 1,1
Lampung Selatan 10,9 80,2 8,8 0,5 97, 1 .2.5 0,8 0,3
Lampung Timur 6,9 62,4 30,7 0,2 96',8 12,0 1,1 1,7
Lampung T,engah 1,8 57,7 A0,5 0,8 98,6 3,5 0,9 0,8
Lampung U,tara 9,2 61,3 29,4 1,0 96,7 1,2 1,2 2,3
Way Kanan 8,S 6§,9 24,2 0,3 99, 1, 5,0 0,3 0,0
Tulang Bawang 16,1 46,7 37,3 3,9 98,7 5,0 0,0 2,8
Bandar Lampung 8,7 80,7 10,6 9,3 90,1 5,3 0,0 6,7
Metro 5,6 46,3 48,1 0,9 98,2 2,7 0,0 0,0
LAM PUNG 11,0 64,6 24,4 2,0 96,8 4,5 0,6 1,7

Sebagian besar (64;'6~6) di Lampung 'menyimpan air di wadah tertutup dan dimasak
sebelum digunakan (96,.8%). Sedanqkan penqqunaarrperrarnpunqanair persentasetertinggi
ditemukan di Bandar lamp,ung (80,7%), sedangkan pernasakan air. persentase tertinggi
(99, 1 %) di Way Kanan. Di provlrisi Lampung 'terdapat sebanyak 5;1-%; rumah tangga
rnelakukan penqolahan air i:fengan cara 'Penyaringa.n dan sebesar 0,6o/o· dengan
membubuhkan bahan·kimict fTabel 3.182) _ · ·
Tabel 3..1S3 <.

. Persentase Rumah Tangga rnenurufJenls Tempat Penampurwan ..dan · · · ·


Pengolahan Air Minum Sebelum Digunakan/Diminum dan Karakteristik Rumah -
tangga di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
Tern pat Pengolahanair minum sebelum
penampungan digunakan
Karakteristik
ruamahtangga s: I'll s: c. ns .c g> E .lie: C)
Ill
I'll .lie:
'C :J
ns ::i
'P ...
'C I'll
ns 'C
::I :J
ti) c
ns
ti) ·ccI'll c I'll
ns ·-
>-
c
ns € I'll :J .lie: ns e>·- I'll .c E c
s: .s s: '...Si ~ := c
ns "'C
_. ·-
E
s
E II)

cs
I
I'll·-
!Jl.lll: _.
'iij

Tipe Daerah
Kota 9,3 7,5,2 15,5 5,4 93,7 3,9 0,6 4,0
Desa 11,4 61,9 26,7 1,1 97,7 4,6 0,6 1,1
Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita
Kuintil 1 11,3 63,4 25,3 1,2 98,0 4,5 0,2 0,8
Kuintil 2 11,2 64,3 24,4 1,6 97,9 4,6 1,0 2,1
Kuintil 3 11,2 63,1 25.6 1,6 96,8 4,7 0,6 1,6
· Kuintil 4 12,1 62,8 25,1 2,9 95,7 4,3 0,7 1,7
Kuintil 5 8,8 69,8 21,5 2,8 95,9 4,1 0,6 2,4

188
Penggunaan wadah tertutup sebaqal penarnpunqan air di perkotaan (75,2%) lebih banyak
dibandingkan denqan di pedesaan (61,9%) namuri masih ada yang mengg~naka~ waaah
terbuka yang persentasenya relatif kecil (9.3~ di pedekotaan dan 11,4% di pedesaan).
Dalam hal pengolahan air sebelum dikonsumsi pada uinumnya (>93%) aengan cara
dimasak serta tidak ada perbedaan antara perkotaan dan pedesaan, tetapi persentase
rumah tangga 1ya11g langsung rninam air tanpa dirnasak di pperkotaan (5,4%) lebih tinggi
dibanding di'pedesan (f1'%), informasi disajikan pada Tabet 3.183.
Menurut tingkat ekonomi berdasarkan tingkat pengeluaran rumah tangga per .kapita, tidak
ada perbedaan antar tingkat pengeluaran,. pada umumnya menggunakan penampungan
airwadah t~rtutup ~?P-70%) dan alr-minum Clinia~~.k s~bet1;.1m dlkonsurnsl (>95o/~). Dengan
demikain di provinsi Lampung, semua ketonipok rnasyarakat b'aik diperkotaan dan di
pedesaan rnaupun pada berbaqai tingkat ekonornl-meriqqunakan penampungan air denagn
wadah tertutup dan air dimasak sebelum diminum.

Tabel 3.184
Persentase Rumah Tangga menurut Akses Terhadap Air Bersih dan
Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung, Susenas dan Riskesdas 2007
Akses air bersih
Kabupaten/kota Ku rang Baik*)
t.ampunq Baral 60,8 39,2
Tanggamus 47,2 52,8
Lampung Selatan 52,5 47,5
Lampung Timur 34,7 65,3
Lampung Tengah 67,5 32,5
Lampung Utara 72,1 27,9
Way Kanan 50,9 49,1
Tulang Bawang 58,1 41,9
Bf!ndar Lampung 64,1 35,9
Metro 38 9 61 1
LAM PUNG . 44 5

Tabet _3. 184. Persentase R.urnaf1 t~!)gga_ rnenurut akses terhadap _air berslh yang paling
tinggi kekurangannya adalah Kabupaten Lampung Utara (72, 1 %) dan terendah di Lampung
Jimur (34,7%) ,..
Tabet 3.185
Persentase Rumah Tangg'a menuruf Akses' Terhadap Air Bersih dan Kara.1¢~ristik
Rumah Tangga di Provinsi Lampung, Susenas dan Riskes'da's 2007

Karakteristik
.Air bersih
' .

.' t;<urang Akses*)


Tipe daerah
Kota 58,2 41,8
Desa 54,7 45,3

Tingkat pengeluaran per kapita


Kuintil 1 60, 1 39,9
Kuintil 2 56,6 43,4
Kuintil 3 54,5 45,5
Kuintil 4 54,6 45,4
Kuintil 5 51,2 ·.r8,8
CAT AT AN : *) 20 ltr/org/hari (Riskesdas, 2007), 'Clari sumber terlindung
(Susenas, 2007), dan sarananya dalam radius 1 km
(Riskesdas, 2007)

189
Tabel 3.185. Rumah tangga yang tinggal di kpta lebth banyak yang kuranq terhadap akses
te(h~dai:) air bersih. Terdapat ~ecenderuhg~r;i semakin tinggi pengeluaran per kapita makin
.s,edikit 'angka kurang akses terh'adap air bersih.
3.8.2 Fasilitas Buang Air Besar
Data fa'sllitas bucirig air besar mefputi penpqunaan atau pernillkan fasilitas buang alr besar
dan jenis jamban yang dig'un'akan. Data ini diambil dari data rumah tangga Kor Susenas
2007. "
Tabel 3.186
Persentase Rumati TanggaJ".. msnurut
,
Penggunaan Fasilitas Buang
h
Air Besar
dan K~bup~ten/KQ,t~.di.P.rovinsi Lampung, Susenas·2007
' denls peng'gunaarl·
Kabupaten/Kota Bers am a Umum
Sendiri Tdk pakai
Lampung barat 57,5 "' 6,9 5,4 30,2
Tanqqamus- 48,5 9,5 .... ,6 41,4
Lampung selatan 64,6· 14, 1 2,2 19',2
Lampungtimur 59,5 9,4 ,2 30,9
Lampungtengah 13,4 15,5 2,3 8,8
Lampung utara 74,6 11,3 1,0 13,1
Way kanan 82,5 8,6 1,2 7,7
Tulang bawang 42,6 5,3 1,3 50,8
Bandar lampung 77,0 11,0 3,8 8,3
Metro 82,3 15,9 0,0 1·,8
LAM PUNG 64,1 11, 1 1,8 23,0

Penggunaan fasilitas buang air besar milik sendiri (keluarga) sebanyak 64, 1 % dengan
angka tertinggi d! kabupaten 82,5 %.di Way Kanan dan terendah diTulanq Bawang 42,6 %
(Tabel 3.186.). Sedangkan di Lampunq Tenqah yaitu 15,5 % rumah tangga menggunakan
fasilitas buang air besar bersarha, paling tinggi dibanding kabupaten/kota lain di provinsi
Lampung. ·
Tabel 3.187 di bawah ini rrienunjukkan penggunaan fasilitas:buang air besar milik sendiri· di
s,

kota lebih 'tinggi yaitu 76,9 % dibanding' 60,7 % di pedesaan. Berdasarkan Jingkat
pengeluaran per kapita , pada tingkat yang'1 paling tinggi yaitu di kuintil 5 penggunaan
fasilltas .. byan~ air besar milik sendiri paling· tinQgi sedanqkan di kuintll.t penggynaan ff!silitas
buang air besar l;>,er,sama p,aling tin,ggi. .
Tabel 3.187
Persentase Rumah Ta1ngg" menurut_Penggunaan F(;lsilitas .Buang Air Besar
dan Karakterlstlk Responden di Provinsi LampHng, Susenas 2007
Karakteristik Jenis penggunaan
responden Sendiri Bersama Urn um Tdk pakai
Tipe daerah
Kota 76,9 11,8 2;4 8,8
Des a 60,7 10,9 1,7 •26,8

Tingkat pengeluaran per kapita


Kuintil 1 ' 52,7 12,7 3,0 31,6
Kuintil 2 59,7 11,0 2,2 27,1
Kuintil 3 61,8 12,0 1,3 24,9
Kuintil 4 ·67,1 11,0 1,5 20,3·
Kuintil 5 78,8 8,7 ; 1, 1 11,5

190
Tabel 3.188
Persentase Rumah Tan~ga,menurulTempafBuang Air Besar dan
Kabupaten/Kota ctrPrqvirisi Lampung, Susepas 2007

Jenis tempat,buang air besar


Kabupaten/Kota Leher Pleng- Cemplung/c Tidak
anQsa sengan ubluk pakai
LampungBarat 54,8 •. 1'1;8 24,5 9,0
.Tanqqarnus 71,4 7,9 17,0 3,7
LampungSelatan 58,5 12,5 26,2 2,8
LampungTimur 72,4 3,2 24,1 0,3
LampungTengah 50,2 5,9 43,1 0,8
LampungUtara 49,5 10,8 39,0 0,8
Way Kanan 29,2 3,7 65,2 1,9
Tulang Bawang 45,4 15,9 38,7 0,1
Bandar Lampung 91,5 4,7 3,3 0,5
Metro 91,9 2,2 5,4 0,5
LAM PUNG 61,2 8,0 29,1 1,7

Tabel 3.188. Secara umum, jenis tempat buang air besar yang dlqunakan di provinsi
Lampung adalah leher anqsa lalu jenis cemplung/cubluk lalu plenqsenqan, Penggunaan
jenis tempat buang air besar leher angsa .tertinggi adalah di Metro yaitu 91,9 %, jenis
plengsengan paling banyak ditemukan . di Tulang Bawang yaitu 15,9 %, dan jenis
cemplung/cubluk paling tinggi berada di Way Kanan yaitu 65,2 %.

Tabel 3.189
Sebaran Rumah Tangga mehurut TempafBuang Air Besar dan Karakteristik
Responden di Provinsi Larnpunq, Susenas 2007

;;Jen is tempat buanq air besar


Karakteristik Leher ·· Pleng: Cemplung/c · Tidak
an sa sen an ubluk akal
Tipe daerah
Kota 86,6 7,3 5,3 0,7
Des a 52,2 8,3 37,5 2,1

Tingkat pengeluaran per kapita


Kuintil 1 42,9 7,0 46,5 3,6
Kuintil 2 52,8 7,1 38,0 2,1
Kuintil 3 58,4 10,0 30,4 1,2
Kuintil 4 66,1 8,5 23,8 1,6
Kuintil 5 79,8 7,5 12,3 0,4

Tabel 3.189. Jeni~ tempat buang air besar yang paling banyak diquhakan di kota adalah
lehS'r anqsayaltu 86,6 %sedangkan di des,~ 52,2 %. Namun.dernikian di desa penggunaan
jenis, cemph'.mg atau cubluk juga masih tiriggi yaltu sebesaf 37.,,5 %. Papa tingkat ekonomi
atas yaitu kuintil 5 yang paling banyak digunakan adalaf Jehis leher · anqsa, paling tinggi
dia1tara''tingkat ekohorp! yang fain yaitu s~be9ar 79,8 %., Sedangkan pada penggunaan
jenls cemplung atau cubluk, paling banyak digunakan di tingkat ekonomi yang paling rendah
yaitu kuintil 1 sebesar.46,5 %. ·
Menurut Joint Monitoring Program WHO/Unicef, akses ternadap air bersih 'baik' apabila
pemakaian air minimal 20 liter per orang per hari, sarana sumber air yang digunakan

191
I

improved, dan sarana sumber air ber~df! dalam radius 1 _kilometer dari rumah. Data
konsumsi air dan jarak ~e surnber aj~ berasal ,<;t~ri Ri~kesdas ~OQ7 ~ sedangkan data jenis I
sarana air minum berasal dari Kor Susenas 2007. Sarana sumber air yang improved
menurut WHO/Unicef adalah sumber air jenis perpipaan/ledeng, sumur bor/pompa, sumur I
terlindung, mata air terllndunq, dan-alr hujan;'selain dari itu dlkateqorikan not improved.

I
Tabel 3.190
Persentase Rumah Tangga menurut AJ<ses Terhadap Sanitasi dan Kabupaten/Kota di
I
Indonesia, Susenas 2007
b

Sanitasi I
Kabu paten/Kota Ku rang Baik*)
Lampunq Barat 68,3 . 31,7 I
Tanggamus 64,4 35,6
Lampung Selatan 59,0 41,0
I
tampunq Timur 57,3 42,7
Lampung Tengah 64,6 35,4
Lampung Utara 63,0 37,0 I
Way Kanan 76,0 24,0
Tulang Bawang 81,9 18':1
Bandar Lampung 27,3 72,7 I
Metro 23;9 76,1
LAM PUNG 60,6 39,4
I

Tabel 3.190. Persentase rumah tangga menurut akses terhadap sanitasi yang baik tertinggi
I
berada di kota Metrp (7G, 1 %~ qan terendah di Tulanq Bawar19(18,1 o/o).
Tabel.3.191.
Persentase Rumah Tangga menurut Akses. Terhadap Sanitasi dan Provinsi di I
Indonesia, 'Suseaas 2007
· Sanitasi I
Karakteristik Kurang Baik*)
Tipe daerah I
Kota 30,9 69,1
Desa 68,5 31,5
I
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil 1 78,3 21,7
Kuintil 2 q9,2 30,8 I
Kuintil 3 65,3 34.~
Kuintil 4 53,4 46,6
KOintil 5 37,3 62,7 I
*) menggunakan jamban sendiri, jenis latrin {Susenas, 2007).
Tabel 3.191. Proporsi rumah tangga. dengan akses baik terhadap sanitasi bervariasi I
menurut tipe dae_rah dan tinpk~t pengeluaran. rumah tangga per xapita. fy1enupjukkan
prop6rsi rumah tangga deH_gi:m €}kfe~s baik terhadap sanltasi, di perkotaan lebih.:iinggi dua
I
kali llpat (68,5%) tlibandingkan de'nyan di perdesaan (30,9%). Menurut tingkat p~n,9eluarao
rumaH tangQa P~! kaplta fe!daP.at kecenderungan semakin tin~gi tingkat pengeluaran
.
semakin tinggi proporsi rumah tangga dengan akses balk terhadap sanitasi. ,, I
Untuk pembuangan akhir tinja, data diambil dari Kor Susenas 2007. Tempat pembuangan
akhir tinja dikateqortkan saniter adalah bila men,ggunakan jenis tangki/sarana pembuangan I
1
air limbah (SPAL). · ' ....

I
192
I

I
Tabel 3.192
Persentase Rumah Tangga menurut Tempat Pembuanqan Akhir Tinja dan
Kab1:1paten/Kota di Provinsi Lampung, Susenas ·2001
TernEat Eembuangan akhir tmja
Kabupaten/Kota Tangki/ Kolam/ - Sungai/ Lo bang Pantai/ Lainnya
.SP.AL Sawah Laut Tanah "Tanah
Lampung Barat 22,5 10,5 20,1 40,1 5,1 1,8
Tanggamus 37,1 10,6, 32,5 16,4 2,3 1,1
Lampung Selatan 47,7 3,3· 16,2 29,3 1,4 2,2
Lampung Timur 25,3 0,8 0,6 72,9 0,2 0,1
Lampung Tengah 27,5 3:6 1,8 65,9 0,7 0,6
Lampung Utara '37,7 1,6 6,1 51,4 0,2 2,9
Way Kanan 8,0 0,6 7,1 82,8 1,2 0,3
Tulang Bawang 18, 1 0,8 9,6 70,9 0,4 0, 1
Bandar Lampung 82,0 0,0 14,9 1,5 0,3 1,4
Metro 43,8 0,0 0,0 55,4 0,0 0,9
LAM PUNG 36,3 3,2 11,4 46,9 1,1 1,1

Persentase rumah tangga yang tempat pembuangan akhir tinja di lobang tanah merupakan
persentase tertinggi untuk daerah provinsi Lampung (46,9%), sedangkan yang
menggunakan tangki/SPAL (saniter) lebih rendah yai(u hanya 36,3%. Apabila dilihat antar
kabupaten/kota penggunaan pembuangan ahir tinja jenis saniter, persentase tertinggi
ditemukan di Bandar Lampung (82,0%) dan terendah di Way Kanan (6,0%) dan ternyata di
daerah Way Kanan juga ditemukan rumah tangga yang menggunakan tempat pembuangan
akhir tinja di lobang tanah dengan persentase paling tin'ggi di Lampung yaitu sebesar 82,8%
(Tabel 3.192)
· Tabel 3.193
Persentase Rumati Tangga menurut Tempat Pernbuanqan Akhir Tinjadel_n
Karakteristik Rumah ·!angga di Provlnstj.ampung, Susenas 2007
TemEat Eembuangan akhir.tinja
Karakteristik
Tangki/S Kolam/ Sungai/ Lobang' ·Pantai/ Lainnya
rumah tangga
PAL - Sawah Laut ·ranah· Tanah
Tipe Daerah
Kota: 69,9 1,5 10,4 16,6 0,4 1,3
Desa 27,4 3,7 11,7 54,8 1,3 1,1

Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita


Kuintil 1 21,6 3, 1 17,6 54,6 1,8 1,3
Ku'intil 2 28,4 3,0 12,8 53;7, 1,1 1,0
Kuintil 3 35,0 3, 1 11,3 48,2 1,0 1,5
Kuintil 4 41,6 4,2 9,7 42,8 0,6 1,2
Kuintil 5 54,4 3,0 5,7 35,2 0,9 0,7

Tabel 3.193. Persentase rumah tangga yang menqqunakan tangki/SPAL sebagai tempat
pembuangan air 'tinja lebih tinggi -di perkotaan (69,9%) dibandingkan dengan di pedesaan
(27,4%). Nampak di pedesaan, persentase tertinggi tempat pembuangan akhir tinja dengan
persentase tertlnqql (54,8%) adalah di lobang tanah, sedangkan di perkotaan persentase
tertinggi di tangki/SPAL.
Menurut tingkat pengeluaran rurnah tangga 'perkapitan y~ng dinyatakan dengan k'Jintil.
Penggunaan tangki/SPAL sebagai tempat pembuangan akhir tinja, tampak ada
kecenderunagn samakin tinggi ',kuintil seamakin tinggi persentase rumah tangga
menggunakan tangki/SPAL. Sedanqkan tempat pembuangan akhir tinja dengan lobang di
tanah ada kecenderungan semakin rendah kuintil semakin banyak yang menggunakan
lobang di tanah

193
3.8.3 Sarana Pembuangan Air Limbah
Data penqqunaan sarana pembuanqan air iimbah (SPAL) rumah tangga didapatkan dengan
wawancara dan.pengamatan.
Tabel 3.194
Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Saluran Pembuangan Air Limbah
dan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Saluran pembuangan air limbah rumah tangga


Kabupaten/Kota
Terbuka Tertutup Tdk ada
Lampung Barat 59,5 6,6 33,9
Tanggamus 62,8 12,7 24,5
Lampung Selatan 67,6 13,0 19,4
Lampung Timur 64,3 9,3 26,5
Lampung :rengah 87,3 5,6 7,2
Lampung Utara 78,5 9,0 12,5
Way Kanan 72,3 2,7 25,0
Tulang Bawang 79,7 6,2 14,0
Bandar Lampung 57,8 37,5 4,8
Metro ' 77,1 20 2 2,8
LAM PUNG 71,0 12,0 17,0

Tabel 3.194. Secara umum di·prqvinsi Lampung, terdapat sebauvak 83,0% rumah tangga
yang mengunakan saluran pembuangan air limbah (SPAL) di rumahnya (71,0% tebuka dan
12,0% tertutup). Saluran pembuangan air limbah di provinsi Lampung kebanyakan SPL
terbuka yaitu 71,0 % dengan kisaran terendah berada di Bandar Lampung 1'aitu 57,8 % dan
tertinggi di Lampung Tenqah 87;3 %. · '
Tabel 3.195. Di daerah pedesaan, persentase rumah tangga yang tidak menggunakan
SPAL lebih tinggLdari pada di perkotaan, masing-masing .. sebanyak 20,0% pan 7,2%. Di
pedesaan.rumah.tangga tebih.banyak menggunakan·SPAL:·terbuka (72,8 %), sedangkan di
perkotaan SPAL>tertutup (30,3%). ·
Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita. pada semua tingkat ekonomi
penggunaan SPAL terbuka persentasenya cukup tinggi (>65%), namun ada kecenderungan
semakin tinggi tingkat ekonomi semakin banyak yang menggunakan SPf-.L tertutup.
Tabel 3.195
Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Sfiluran Pembuangan Air Limbah
dan Karakteristik Responden Di Provinsi Lampung,
Riskesdas 2007

Saluran pembuangan air limbah


Karakteristik
Terbuka Tertutup Tdk ada
Tipe daerah
Kota 64,4 30,3 5,3
Desa 12,8 7,2 20,0

Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita


Kuintil 1 72,5 7 ,5 20, 1
Kuintil 2 71,4 8,4 20, 1
Kuintil 3 73,5 9,6 16,9
t<uintil 4 68,3 15,5 16,2
Kuintil 5 69,6 18";7 11,6

194
3.8.4 Pembuangan sampah
' ,
'Data pernbuanqan sampah meliputi .ketersediaan rernpat penampungan/ pembuahgan
sampah di dalam dan di luar rumah. Tabel 3.196. Rumah tangga di provinsi Lampung lebih
banyak yang tidak memiliki penampungansampah di dalam rumah yaitu secara umum 85, 1
%. Rumah tangga di Lampung lebih banyak rnemillki penarnpunqan sampah terbuka di
dalarn rumah. Daerah yang memiliki penampungan sampan dalam- rumah yang paling
'banyak berada di Lampung Barat yaitu 28,2 %. Sedangkan rumah tangga yang memiliki
penampunpan.sampahtertutup paling banyak dijumpai <:ii Metro yaitu 10,6 %.
Tabel, 3, 19'6
Sebaran Rumah Tangga menurut Jenis Penampungan Sampah di Dalam tlan
Luar Rumah dan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung, Riskesdas 2007
• .. ~ 1 .......

· Penampungan sarnpah dalam i>enampungan sampah di luar


Kabupaten/K_ota rum ah rumah
Tidak
Tertutup Terbuka Tertutup Terbuka Tidakada
ada
Lampung Barat 2,1 28,2 69,8 0,9. 34,8 64,3
Tanggamus 2';0 9,2 88,{l 3,0 49,6 47,4
LampungSelatan 5,3 26,4 68;3 5,2 50,3 44,5
Lampung Timur 0,5 1,4 98,1 1,6 53,2 45,3
Lampung Tengah 2,2 3,6 94,2 2,4 65,2 32,4
Lampung Utara 1,6 17, 1 81,2 3,7 47,0 49,3
Way Kanan 0,3 3,6 96,1 0,9 53,9 45,2
Tulang Bawang, 6,9 7,3 85,8 1,6 72,8 25,6
Bandar Lampung 4,3 10,7 85,0 12, 1 52.5 35,4
Metro 10,6 11,5 77,9 4,4 63,7 31,9
LAMPUNG 3,2 11,7 85, 1 3,8 55~1 41,2

Tabel 3.197
Sebaran Rumah Tangga menurut.Jenls Penampungan Sampah dlDatam dan
Luar Rumah dan Karakteristik Responden di
Provinsi Lampung, Riskesdas 2007

Penampungan sampah dalam Penampungan sarnpah di luar


rumah rum ah
Karakteristik
Tidak Tidak
Tertutup Terbuka Tertutup Terbuka
ada ada
Tipe daerah
Kota {),8 15,4 78,8 9,6 54,6 35,8
Des a 2,5 10,7 86,8 2,2 55,2 42,6

Tingkat pengeluaran per kapita


Kuintil 1 1,6 9,9 88,5 1,9 53,9 44,2
Kuintil 2 2,4 11,2 86,4 2,6 53,2 44,1
Kuintil 3 2,3 9,9 87,8 2,4 54.,1 43,&
Kuintil 4 3,5 13,2 83,3 4,6 55,2 40,3
Kuintil 5 6,3 13,7 80,0 7,1 59,1 33,8
'
Tabel 3:197. Rumah tangga yang berada di kota maupun ,desa lebih banyak yang tidak
memiliki ·penampl·ngan sampah di dalam rumah, yaitu 75 % lebih dari rumah tangganya.
Rumah tangga yang rnernillkl penampungan-sarnpah di dalam rumah lebih banyak yang
memiliki tempat sampah terbuka dan lebih banyak diternukan di .kota dibandingkan di
desa.Rumah tangga dari semua tipgkat ekonornl lebh dari •8,0 %nya tidak memilik!
penarnpunqansampah'di dalam rumah, sedanqkan yang memiliki penampungan sampah di
dalam rumah, lebih banyak yang merupakan penampungan sampah terbuka dengan jumlah

195
tertinggi terdapat di tingkat ekonomi paling atas. Penampungan sampah tertutup jyga paling
banyak dltemukan pada tingkat ekonomi paling atas. ·

3.8.5·Rerumahan
Data perumahan ,yang dikumpulkan dan menjadi bagian dari persyaratan rumah sehat
adalah jenis lantai rumah, kepadatan hunian, dan keberadaan hewan ternak dalam rumah.
Data jenis lantai, luas lantaL rumah dan jumlah anggota rumah tangga dianibil daH Kor
Susenas 2007, sedangkan data pemetlharaan ternak diambil dari Riskesdas 2007.
Kepadatan hunian diperoleh dengan cata 1I1emba~i luas lantai rumah, dalam .meter persegi
denqan jumlah anggota rumah .tangga. •
Hasil pgrhitungan dikate"gb!il<an~ sesuai kriteria Permenkes tentang rumah sehat, yaitu
memef}Li~i-syarat bila 2:8m?/kapita (tidak oadat) darr tidak rnemenuhl syarat bila_.<8[112/kapita
{padat). Jenis 'lantal rumah tanah masih dijumpai·' (19,7 %) dan kebanyakan kepacfatan
hunia!J (89, 1 %) lebih besar.qarl 8 m2/ kaplta (Tabel 3.198.)
)

Taoel 3.198
Sebaran Rumah 'fangga.menurut Je'nis Lantai Rumah dan Kepadatan Hunian
Menurut Kabupa'ten/Kota df.I Provinsi Lampung,
'
Susenas 2Q07
Jenis lantai Kepadatan hunian
Kabupaten/Kota Bukan Tanah > 8 m2/ < 8 m2/
tan ah kapita kapita
Lampung Barat 71,3 28,7 81, 1 18,9
Tanggamus 74,8 25,2 91,7 8,3
Lampung Selatan 81,7 ~8.3 89,2 10,8
Lampung Timur 8~,0 17,0 96,7 3,3
tampung Tengah 81, 1 18,9 94,0 6,0
Lampung Utara 79;1· 20,9 86,2 13,8
Way Kanan 62,7 37,3 81,6 18,4
Tulang Bawang 73,7 26,3 87,9' 12,1
Bandar Lampung 97,9 2,1 79,7 20,3
Metro 94,6 5,4 91,2 8,8
LAM PUNG 80,3 19,7 89, 1 10,9

Tabel 3.1.99
Sebarcui Rumah Tangga menurut .Jenls Lantai Rumah dan Kepadatan Hunian
dan Karakteristik Responden di Provinsi Lampung, Susenas 2007"
Jenis lantai Kepadatan hunian
Karakteristik Bukan tanah Tanah > 8 m2/ kapita < 8 m2/, kapita
Tipe daerah
Kata 95,7 4,3 83,4 16,6
Desa 76,2 23,8 90,6 9,4
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil 1 66,8 33,2 7q,6 24,4
Kuintil 2 76,S 23,4 87,6 12,4
Kuintil 3 8Q,1 19,9 89,9 10,1
Kuintil 4 86,7 13,3 ~4.4 5,6
Kuintil15 90,9 9,1 97,,9 2, 1

Tabel 3,.199.Lantai tanah t~bih:banyak dijumpai di desa. sedangkan hunian yang padat di
kota:Semua kelompok masyarakat sudah menjauhl lantal tanah, tetapi tingkat hunian masih
cukup.

196
-I
ll)
O'"
~
(...)
i-..>
0
0
:::0
Cl)
(/)
"O
0
::i
a.
Cl)
::i
(/)
CD
O'"
ll)
.j>..lc.> _.. 01""'" w 01 01 .j>.. .j>..,:....
(0
_.j>.. 50 r: _.j>.. __.. _01 _-..i _o -~ _.j>.. _"I
or
:J
<1\00-'"0-..JO)c.>01<0-..JN

O'"
Cl)
(/)

....
ll)

O'"
Cl)

~
3
ll)

"c:
::i 0000-..io...a.oooo
(0 eo aw· ... . J:. "momc.nww
co
ll)
(/)

"3
Cl)

c
0.
or
::i
-
O'"

~
ll)
00 (0 (0 00 -..J -..J -..J.00 (0
.j>...j>..OO.j>.....a.0001...a.00)-..J
00 00

::i ".....! ".....! ·m "C.n ".....! "C.n ·oo "oo ".....! :... -......
cc
"Q.
c:
:J
(0
.,..._.OO.j>..O_..ONOO
iii :... 'Co "o :... "N :i.. 'Co "C.n :i.,. a ·w
.2.

(0
0.
ll)
:J _.<1\000_._.N_._.0101
..... _ - - 00.j>..O) ..... _ -
@ "m c.> N 00 ):. (.n (.n :i.,. :i.,. c.> 0)


Q.·

)>
.....
:::::J

WOONO)c.>O).j:>..NN_.O)
0:>aac.no"N:...i:i.. <:o'Cow 3 ~
§. ..
c: -~.
:::::J
(Q

2 r- ;ii;"
:::::J
(Q

-~
:::::J
00 00 (0 00·-..l -..J -..J 00 00 (0 -..J
WO)NOO-..J0100-..J...a.c.>
01 iN :...i en c.n en 'Co a :...
'ce :...i ~-
....... (") (") (") lO
·c:; N'C'iN'~v-
CX) CX) CX) CX) CX)
c
~
0, ._.s::.
c
·c:; ;:,ns E
ns
:J
...
-....
.:ti:.
C)
t:
...I :J

c
<(
e.s::.
ns ns iovv0>1.0
-E
ns :J
C'ie\i~~~
T"""T"""T"""T"""T"""
0 ...

OIO
cti ~
O> CX)

NONC\10
oi~ir>r-:~O>
....... CX) CX) CX)
CX)
O')
..-

CX)
. - .......
N.,....
IO_

NO
ci~

o::>_
O>.,....
=, f'-.OMVO
ID cti ,..£ C'i r-:
.,.... lO v..i-vv<">
Tabel 3.202
Sebaran Rull)~h.T~n.gga menurut,~;nis Baha!l Baka,r ytal}l~ Mema~a~ dan
,. . Kabupaten/Kota di Provinsi.Lampung, Susena..s·2007
Jenis bahan bakar utama memasak
Kabupaten Listrlk Gas/· • Mi,ryyak Arang/ Kayu Lainnya
elpiji tanah briket bakar
Lampunq Barat 0,9 4,& .. 8,7 0,9 83,9 0,9
Tanggamus 1,4 6,8 12,4 0,7 ·78,2 0,4
Lampung, Selatan 0,8 3,8 18,2 0,6 76,7 0,0
Lampung Timur 0,7 5,2 8,3 1,2 84,2 0,5
Lampung Tengah 1,3 4,2 8,9 0, 1 85,4 0,1
Lampung Utara 0,2 5,1 11,5 0,2 82,9 0,0
Way Kanan 2,7 2, 1 3,8 0,9 90,2 0,3
Tulang Bawang' 0,4 3, 1 10,2 2,6 83,3 '0,4
Bandar Lampung 0,3 25,5 66,7 0,4 6,9 0~1
Metro 0,9 21,9 36,8 0,9 39,5 0,0
LAM PUNG 0,9 6,9 , 17,4 0,8 73,7 0,2

Tabel 3.202. Bahan bakan utama adalah kayu bakar (73~7 %) dengan pemakaian tertinggi
90,2 % berada -dl Way Kanan. Untu_k pemakaian gas/elpiji paling banyak ditemukan di
Bandar Lampung yaitu 25,5 % dan Metro 21,9 %, .sedangkan pemakaian minyak tanah juga
paling tinggi dijumpai di Bandar l-ampung 66,7 % dan Metro 36,8' %. Dengan demikian
terlihat tingkat pemakalan bahan bakar di dua kota ini tebth banyak yang menqqunakan
minyak tanah dibandingkan
.,
dengan pemakaian
'
gas/elpiji.
Tabel 3.203. Jenis penggunaan bahan bakar yang terbanyak di desa adalah kayu 'Jakar
yaitu 86,7 %, lalu minyak tanah 8,2 %, kemudlan gas/elpiji 3,2 %. Sedangkan di kota jenis
bahan bakar yang paling banyak digunakan adalah minyak tanah sebesar 52,6 %, lalu kayu
bakar 24,5 %.
Pada tiap Tingkat penqeluaran per kapita , terlihat.angk'.a yang cukup tinggi pemakaian kayu
bajkar dengan jumlah tertinggi berada di kuintil 1 yaitu tingkat ekonomi yang paling miskin,
dan paling sedikit pada kuintil 5 yaitu tingkat ekonomi yang paling atas.
r - -- • - ..
_ Tabet 3.203
Sebaran Rumah Tangga menurut Jents Bahan Bakar Utama Memasak dan
Karakteristik Responden di Provinsi Lampung, Susenas 2007

Jehis bahan.bakar utama memasak


Karakteristi k Listrik Gas/ Minyak Arang/ Kayu Lainnya
elpiji tanah briket bakar
Tipe daerah
Kota 0,8 21,1 52,6 0,7 24,5 0,2
Des a 0,9 3,2 8,2 0,8 86,7 0,3

Tingkat pengeluaran per kapita


Kuintil 1 0,5 1,0 10,5 0,7 87,3 0;1
Kuintil 2 0,9 2,4 12,7 1,0 82,5 0,5
Kuintil 3 1,6 4,0 13,8 0,5 79,8 0~3
Kuintil 4 0,9 7,8 . 20,3 1,2 69,7 0,2
Kuintil 5 0,7 18,9 29,6 0,7 49,8 0,3

199
label 3.204
sebaran Rumah Tangga menurut Penggunaan Jenis Bahan Beracun Berbah·aya'di
Dalam Rumah danXabupaten/k:ota'diProvinsi Lampung, Riskesdas 2007
~ • ';
JeniS' bahan beracun berbahaya
-~ ~
"Spray Penghilang
Kabupateii/Kota Peng Pembersih Pengkilcfp Racun
noda
harum ram but lantai kayu/kaca serangga
~akaian
Lampung Barat 5,0 7,6 6,1 14,6 0,3 31,5
Tanggamus 3,5 0,7 8, 1 36,5 1,3 r 46,7
Lampung Selatan 8,3 4,9 20,3 29,7 2,1 41,3
. Lampung Timur 2,0 0,2 10,2 2,2 0,7 23,1
Lampung Tel)gah 2, 1 2,1 15,7 43,4 1,0 23,5
Lampung Utara 3,1 7,2 16,3 3t,7 1,6 24,9
Way Kanan, 8,3 4,7 5,6 59,8 1,8 20,5
Tulang Bawang 2,4 0,4 5,7 19,9 0,4 25,0
Bandar Lampung 20,9 6,5 53,8 44,9 14,0 33,7
Metro 21,4 50,9 48,7 48,7 9,8 55,8
LAM PUNG -~ 6,2 ·4;1 17,4 30,8 2,7 31,4
i

Tabel ~.2M. Sepagiar.i, j)esar rfsi~o 'bahan berbahaya di keluarga berasal dari racup
seranqqa (31,4 %). ke[riuqian penghjlah~,~cida pakai~,n £30,,8 ~/o) dan pembersih;tantai 17.4
%). Secara umum di provinsi Lampung, pernakaian jenis bahan beracun be,rbahaya.yang
paling banyak digunakan adalah racun sera'ngga,kemudlan penghilang noda pakaian, serta
pembersih lantai.
Taber3:205
Sebaran Rumah Tangga rnenuriitPenqqunaan Jenis Bahan Beracun
Berbahaya di Dalam Rumah dan Karakteristik Responden di
Provlnal Lampung, Riskesdas 2007 •

Jenis- ~ bahan
j
beracun berbahaya
I f ~

.c: ca
Karateristik 'E ti)·-
.... ca c C)
C) ::J :::J C)
c ... (1)-
.Q c (.J c
(I) CO•
E~ ca ca
,,a. .c: Cl)
~ (i;
a. ti)

Tipe daerah
Kota 17,6 10,7 44,9 43,1 9,9 44,0
·oesa 3,2 2,4 10, 1 27,5 0,7 28,1

Tingkat pengeluaran per kapita


Kuintll 1 1,7 1.,,9 8,0 27,2 0,9 29,1
Kuintil 2 3,0 2,0 9,4 28,8 1,5 28,3
Kuintil 3 4,9 3,6 13,9 30, 1' 2, 1 30,1
Kuintil 4 6,1 4,6 21, 1 32,5 3,3 32,2
.Kuintil 5 15, 1 8,4 34,1 35,2 5,5 36,8

Tabel 3.21J5. Penggunaan bahan beracun berbahaya untuk semua jenis, lebih banyak
dijumpai di kota.
Penggunaan jenis bahan beracun berbahaya semakin banyak digunakan seiring
peningkatan tingkat ekonomi.

200
---1
~ !l)
:;: g
a.-
Ill ~
:::!.N
NO
09>
~w
g- £.
::::!. 03
~3
!l) C:·
;:r3
9:
c.>O>N0001""c.>O""--.J
<..> 0i -w "to "to ~ 'ce '° <:x> -...... en I\
..a.
0
~
3 ..a. ..a.
c: Oo
!l) QI
;:.;-
!l)
O" N ..a.
c: ~ _oo ~ _01 _o -"" pi .!" 9 -""' 9 oO
"C """"en co com o 01 w om 0 ..a.
$. •
-~ 'CX>--.101--.JC0--'1--.JOOCOOO--.J
, ...... 0 "" 01 0) 00 co "" O> 0 00
v
N
...... :.... -"" 'ce i-v Oi :.... w Qi en -0> 0
0
~
!?: I\
0 O>-'OOc.>00 000 ..a.
"C ~-_. 'ce -N.(;:> ~ :...;_~:....-_. W
a< 0-

5· ..a. .....
!:!?. N _01 50 _o 9 ~ _0,9 _...... _o _o
r CO --' --' N c.> en --' --' G> 0 c.> Oo
QI
!l)
3
"C
"'0...... c:
::I
cc
0 -'-'OOc.>000
eno- . . . oo:...<..>.o<:x>oo
00 "' ..a.
oO
0 ..a.
I

1ir co 00 00 co co -..J co co co co co v
ii) pi _--.. __~ 50 _co _o _co _co _oo ~_co N
:;:.;- 0
..., COC00-...1--.JOOO'IO>...a.CO"" 0
c:
3
!l) 00000000000 I\
..a.
zr
.... i-voooo~:...0i0ioo 0
!l)
::I ::I
cc c.> N c.> 0 0 N 00 ...:.. N _. N ..a. ..a. c..
cc ...... <:x>:.....(n.<..>eni-ven<:x><:x>:..... Oo
0 c
!l) I
en
::I
ti5 N 00100N01 -'-COW N ..a.
g
00 'tJ
@ N (o:... enw-wi-v'"cx>enento 0 ..a. DI
I tr
(/) :::!,
c: :;:.;-
3 co co co co co co 00 co co co co v
O" ""0>_.00CO""O>O>O>--.JW N
...,
Cl) ~ c,,:...(oC,,""....iO,-~:...enO, 0
0
"C
Cl)
::I 00000000000 I\
..a.
£ ooi-vo<..>00:...000 0
3
!l)
OOWOONOOOOO ..a. ..a.
03
::I
eno<..>i-vo<:x>0i- .... :...oo Oo
0.
0
c;:.;- N ..a.
o O-'-OOO -'-Ooo"o
s= oO
Oioi-vooen"tooooo 0 ..a.
"C
'Qr

c: v
=r
ti5;:::;: 0
0
"'
c:
LO 00 LO LO Cl'>
o:i o:i a) o:i Ct:i
Cl) Cl) Cl) Cl) Cl)

'C
c: ~ -.;r_
(I) 00
'C
c:
0 00 <D -.;!" ..............
a. ci ci ci ci ci
UJ
(I)
0::: ..--o 0 N·O 0 ..--
~ ci ci cicicicici
;:;
UJ
·c:
(I) 0 COOOMNM
0
:!i:: N
A
ctctctctct
E ~
·c: "L:-
~ .Q Cl)
cu .... 'o
T-0
c: c. Cl) ~N
cu =E: E
'C
c: 'ti::::s-E •O ..--o..-LOcn.
"C "O T-T-
oo MMMMN
E"0
cu c-
Eo
N
Cl)
(.)
c: cu
Cl)
0...
UJ
'C
UJ
-
0
v
0
VN
ci ci

... Cl) e-
ns ._ 0
N
....... Cl) ~ O> Cl) A
0 .c .~ c: 4)
<'! E
('I) ::::J
o::: ~E 'o . . . _. co... N_' lo_ ......._
N
Qi g>
ft

.c E T-0 00000
0
.Q
Cl)
(I) ::::J
E-
Q) "C
~N N
cu~ a. c.-
I- .c E ... .c oo0 I
cu cu
cu cu c.C. T-T-
E ...J EE
Cl) cu
::::J ·u; 0
T-
<D ....... 00-.;!" .......
cicicicici
0::: c: I- "' V
~·::;
..,Ee 0 00 <D '<T N 00 ,...._ '<T
-.i M ci a> r-:
-...
cu 0... 0 M i.r>
N (0 00 000000 ............
A
::::J
::::J 'o <D 00 ('1)..--00'<t('I)
c: T-0 ciN" M -.i -.i .i.ri -.i'
(I) ~N
E
cu
en
en
c: c: --
I
oo
0

cu
1-
.c
cu
E
cu
...,
(ij
-
0
v
LON
MM

::::J
0:::
c:
Ens
.c
(I)
Cl)
BAB. 4. RINGKASAN TEMUAN

Ringkasan temuan Riskesdas 2007 perlndlkator kesehatan adalah sebaqalberikut.


1.1. Status gizi
• Secara umum prevalensi gizi buruk di Provins! Lampuhg adalah 5,4% dan gizi kurang
11, 1 %. Sebanyak 5 kabupaten rnasltr memllikl prevalensi gizi buruk di atas prevalensi
nasional yaitu kabupaten Tanggamus, Lampung Tengah, Lampung Utara, Way
Kanan, dan Bandar Lampung.
• Prevalensi Provinsi Lampung untuk gizi buruk dan kurang adalah 1·6,5%. Bila
dibandingkan dengan target pencapaian program·perbaikan gizi (RPJM) tahun 2015
sebesar 20% dan target MDG untuk Indonesia sebesar 18,5%, maka secara.naslonal
target tersebut sudah terlampaui. Namun pencapalan tersebut belum merata di 1 O
kabupaten/kota.'
• .Blla rnenqacu.pada targj3t'MDG,maka 8 kabupaten/kota di Provins! L~mpu~g sudah
melampaul target, sedanqkan untuk target RPJM sudah 9 kabupaten/kota yang
melampaul target. K~bupaten/kota, yang telah rnernenuhi ..kedua, 'tarqet adalah:
Larnpunq Barat, Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung, Tengah, Way Kanan,
Tulang Bawang, Bandar Lampung, dan Metro. Kabupaten Tanggamus hanya
melampaui target RPJM.
• Prevalensi gizi lebih di Pr.ovinsi Lampung adalah 4,3%. Terdapat 3 kabupaten/kota di
Provinsi Lampung dengan prevalensl melebihi angka nasional, yaitu Lampung Timur,
l.arnpunq Utara, dan Bandar Lampung.
• Prevalensi masalah pendek 'pada balita secara nasional masih tinggi yaitu sebesar
40%. Enam kabupaten memiliki prevalensi masalah kependekan di atas angka
naslonal yaitu di kabupaten Lampung Barat, Tanggamus, 'Lampunq Timur, Lampung
Utara, Way Kanan, dan Tulanq Bawang. ·
• Masalah kekurusan di Provinsi Lampung (13,6%) masih rnerupakan masalah
kesehatan masyarakat. Prevalensi ini sama dengan angka nasional. Prevalensi
kekurusan di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Lampung masih berada di atas 5%,
yang berarti masalah kekurusan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat.
• Prevalensi balita sangat kurus di Provinsj_Larnpunq .rnasih cukup tin_ggi yaitu 7 ,2%, di
atas angka nasional yaitu 6,2%... Terdapat 4 kabupaten/kota yang 111~miliki angka
prevalensi balita sangat kurus di bawah anqka prevalensi nasional. Ke empat
kabupaten/kota -tersebut adalah Larnpunq ~ar,atr Lampung TiJTlur, .Lampung Tengah,
dan kota Metro., Sedangkan yang -berada di bawah preyalensl provinsi adalah
Lampung Barat, Lampung Timur, lampung Tengah, Way Kanan dan Jv1etro.
• Prevalensi kegemukan menurut indikator BB/TB di Provin'si lampung adalah sebesar
15,9%. Hanya ada dua kabupaten yang berada di bawah anqka nasional (<12.2%)
yaitu Lampung Tengah dan Bam:tar Lampung.

1.1.1 Status Gizi Penduduk Usia S,ekol13h (umur 6-1'1 Tahun)


• Prevalensi kekurusan di Prnvinsi Lampung berdasarkan IMT standar WHO, adalah
12,6% pada laki-laki dan 11, 1 %_pada perempuan. Sedangkan prevalensi berat badan
lebih pada 'laki-laki 11,6% dan perempuan 8,3%. Prevalensi lnl- di bawah angka
nasional, kecuali untuk berat badan lebih pada perempuan ... f5abupaten yql]9 memiliki
prevalensi kurus tertinggi pada laki-laki adalah Tulang Bawang (1,5,8%) sedangkan
pada perempuan adalah Lampung Timur (14,5%). Prevalensi tertihggi BB lebih pada
laki-laki berada di Lampung Utara (24,1%) dan pada perempuan juga berada di

203
Lampung Utara (18,0%).

1.1.2. Status Gizi Penduduk Umur 15 Tahun'Ke Atas


• Prevalensi obesitas umum Provinsi Lampung adalah 15,1% (7,7% berat badan lebih
dan 7,4% obese). Ada ,2 kabupaten/kota di Provinsi Lampung yang memiliki
prevalensi obesitas umum di atas.angka p,reyaler;i~i nasional (19, 1 %). yaitu Lampung
Barat (2Q,9°to) dan Bandar Lampung (19,8%). Kabupaten yang memiliki prevalensi
obesitas umum terendah tertinggi adalah Lampung Barat (20,9%) dan terendah
be[ad9 di Way Kanan (7,4%).
• Prevalensi obesitas sentral untuk tinqkat, provinsi di Lampung aqalah 11,4%, di bawah
prevalenst .aaslonal {18,8%) .. Dari ~ 0 kabupaterrkota, seluruhnya berada di bawah
·), angka .prevatensl nasional. Sedang~an daerah- yang berada qi, atas anqka prevalensi
provinsi adalah Lampung Barat (12;0%), Lampung Timur (13,0°/o), L.ampung Tengah
(12,,8%), Bandar l..pmpung (15, 1 %)" dan Metro () 8,3%). Prevalensi obesitas sentral
~ P,ad? perernptlan (18,?0/o) l~bih'linggi dibandi,r:ig laki-laki {4~8%). Obesitas sentral lebih ·
trnggi di daerah perkotaan (15;1%) dibandingka'n perdesaan (10,-3%). Obesitas sentral
juga cend~'rung meningkat'<iengan·meningklnya-status'.ekbnomi~ 1namurHidak·tampak ·
poJf{ kecen.derunga_n al)tara .~sitas ·sentral"'ffmfluruHing~at· pendfdil<an. 'Prevalensl
obesltas sentral paling tir1ggi pada ibu rurnalr tangga (21,2%)~

1.1.3 Status gizi Wanita Usia Subur (WUS}. 15-45 tahun,


• Risiko kurang energi kroriis (KEK) pada WUS ·dfgambarkan dengan menggunakan
LI LA (lingkpr .lengan atas). yc;mg disesuaikan denqan umur (age _adjusted). Diternukan
prevalensi KEK· nasional sebesar 13,6%,,sedangkan angka ProvinsL,Lampung adalah
,1Q,9%. Ada 3 kab.u'p~ten/kota yang . .mempunyai prevalensi di atas ar}gka riasional
yaitu Lampung Timur (14,8o/o), Lampunq Utar9(2,1,8ro), dan kota Metro..(1p,1%).
Prevalepsi ini berkurang qi daerah perkotaan, 'dan p.ada keluarga dengan status
ekonomi ·1ebih• baik.

1.1.4 Konsumsi Energi Dan Protein


• Rerata konsumsi per kapita per hari penduduk Indonesia adalah 1735,5 kkal untuk
energi dan 55,S gram untuk protein. Prevalensi untuk Provinsi Lampung untuk rerata
energi adalafi 1364,8% yang berarti lebih rendah dari rerata.nasionat. Sedangkan
rerata konsumsi protein di Lampung adalah 47, 1 gram juga iebih rendah dari' rerata
naslonal, Kabupateh/kota dengan angka konsumsi energi terendah adalah kabupaten
Lampung -Utara sebesar 1266, 1 kkal sedanqkan yang tertinggi adalah l:ampung
Selatan (1496~7 kkal. Daerah dengan rerata kqnsumsi _protein terendah adalah
Lampung Barat (42,2 gram) dan fert1nggi adalah Lampunq Selatan (5~,3 gram).
• Daerah dengan rerata konsumsi energi di bawah rerata provinsi adalah lampung
Barat, Lampung Timur, Lampung Tengah, Lampung Utara, Bandar Lampung dan
Metro. Sedanqkan daerah dengan rerata protein di bawah angka provinsi adalah
Lampung Barat, Tanqqarnus; Campunq Timur, LarnpunqTenqah, dan Lamputig Utara.
•· Secara nasional persentase rumah tangga dengan konsumsi "energi rendah" adalah
'59,0% dan konsumsi "protein rendah" sebesar 58,5 %. sedanqkan 'di Lampunq untuk
"energi rendah" ·.adalah 83,0% darr'konsumsl' "protein rendah" sebesar "f3,7%. Angka
in1 dfatas aITQka nasional.
• Semua iqibupa~n/kota di Provinsi Larnpung a11gk9,nY,a berada ,di atas angka nasional
kecuali -untuk.Larnpunq ~elatan yang, konsumsi "protein rendah"nya yaitu sebesar

204
58,2% berada di bawah angka nasional (<58,5%).
1.1.5 Konsumsi garam beriodium
• Provinsi lampung persentase rumah tangga yang mempunyai garam cukup iodium
sebesar 76,8%, lebih tinggi dari anqka nasional (62,3%). Pencapaian inl masih jauh
pari target nasional 201 O maupun target ICCIDD/Ul')llCEF/WHO Universal Salt
lodization (90%). Hanya satu kabupaten yang berhasil rnencapal target ini yaitu
kabupaten, Way Kanan yang persentase rumah tangga mempunyai garam cukup
iodlurnnya sebesar 92,3%.

1.2. Kesehatan lbu dan Anak


1.2.1 Status lmunisasi
• secara keseluruhan, cakupan imunisasi di Provih,si Lainpung menurut jenisnya yang
tertinggi sampai terendah adalah untuk Polio tiga kali (93,7%), BCG (93,6%), DPT tiga
kali (92,7%), campak (89,6%), dan terendah hepatitisr B (85,4%).
I• f

• · Cakupan imunisasi BCG persentase tertin~gi berada di Larnpunq Timur, Bandar


Larnpunq, dan metro maslhq-maslnq telah.rnencapal 100% sedangkan terendah di
Tanqqarnus (81, 1 %). Polio tertinggi berada di Larnpunq Timur,~Way~ Kanan dan Metro
niasing-masing sebesar J·OO% dan-terendah berada di Tanggamus (81,1%). DPT tiga
kali t~rtinggi berada di Way "Kanan dan rV1etro rna~ing-masing sebesar 100%, dan
terendah berada di Taiiggamus (80,5%). Hepatitis B tertinggi berada di Metro yaitu
sebesar 100% dan terendah di Lampung Timur (80,6%). Campak tertinggi berada di
Lampung Tengah, Way Kanan, dan Metro masing-masing sebesar 100% terendah di
Tanggamus yaitu 76,5%.
• Cakupan imunisasi hepatitis B, yaitu jenis imunisasi yang diprogramkan terakhir,
terendah di Lampung Timur dan tertinggi di Metro. Sejak tahun 2004 hepatitis B
disatukan dengan pemberian DPT menjadi DPT~HB. Walaupun vaksirr DPT/HB_ sudah
didistribusikan untuk seluruh target, tetapi pelaksanaan di daerah dapat berbeda
tergantung dari stok vaksin' DPT dan HB yang masih terpisah di tiap daerah.
• Campak di Provinsi Lampung 89,6%. Bila cakupan imunisasi campak digunakan
sebagai indikator imunisasi lengkap, secara keseluruhan lndonesla sudah mencapai
Universal Child Immunization (UCI). V\i'alaupun demikian, bila dilihat menurut provinsi
masih terdapat 12 provinsiyanq belum rnencapal UCI. Provinsi La'mpung termasuk
yang sudah mencapai UCL

1.2.2. Pemantauan Pertumbuhan Balita


{

• Secara keseluruhan ,9alam enam bulan terakhlr balita y~ng ditimQ.ang secara rutin (4
kali atau leblh), ditinibang 1-3 kali dan yang tidak pernah dltimbanq berturut-turut
53,7%, 38,3%, dan 8,0%.
• Terlihat ada kecenderunqan makin tinggi umur anak, makin rendah cakupan
penimbangan rutin (2: 4 kali).
• 'Posyandu merupakan tempat yang paling banyak dikunjungi untuk penlmbangan
balita yaitu sebesar 84,9%. Posyandu sebagai sarana penimbangan balita paling
banyak digunakan sebagai tempat penimbangan terdapat di Lampung Selatan
(94,7%) dan Way Kanan (94,6%) ·dan terendah di Metro (84,9%). Tempat
penimbanqan: yang lain adalah Puskesmas, dengan 'frekuertsi digunakan sebagai
tempat menimbang cukup di Bandar Lampung (16,7%) dan lampung Utara (10,5%).
• Hanya 25,7% balita yang mempunyai KMS dan dapat menunjukkan, sedangkan
52,9% mengatakan punya KMS tetapi tidak dapat menunjukkan. Sisanya sebesar

205
21,4% tidak mempunyai KMS. Kepemilikan KMS dan dapat menunjukkan bervarisasi
menurut di Lampung, terendah di Way Kanan (20,9%) dan tertinggi di Lampung Timur
(28,6%).
• Persentase kepemifif<an KMS di perkotaan (27,S.%) lebih tinggi dibandingkan daerah
.perdesaan (25, 1 Pio). Perbedaan keper'hilikan KMS rnenurut tingkat pendidikan dengarr
tertinggi pad a 'KK .yang tidak sekolah 28,6% dan terendah pada KK dengan pendidikan
perguruan tinggi· (17,1%). Berdasarkan-tlnqkat pengeluaran per kapita tidak ada
perbedaan kepemilikan KMS. Menurut pekerjaan kepala keluarga yang paling banyak
memiliki dan dapat menunjukkan KMS adalah ibu rumah tangga.
• Kepemilikan Buku KIA secara keseluruhan lebih rendah' dari kepefnilikan KMS yaitu
sebesar 9,9%. Kepemilikan buku KIA tersebut bervariasi antar daerah denqan
cakupan terendah di lampung Selatan.(4,2.:'o) dan tertinggi di Tan,ggamus (17,?%).

1.2.3 Distribusi KapsufVftamln A


• Secara keseluruhan d.i Provinsi Lampung cakupan distribusl kapsul vitamin ~ untuk
anak umur 6 - , 59. bulan sebesar ~~.%." Angka int lebih rendah dari angka nasional
yang sebesar 71,5%. Cakllpan ter5ebiit 'bervarlasl antar kabupateri/kota dengan
1cakupan
terendah di·Way Kanan (451 'l%) dan tertinggi di LampClng Selatan (70,6%)
Clan Lampung Barat (70,5%). semua daerah.dt Provins! L.simpung'cakupan vitamin A-
nya lebih rendah darl ahgka naslonal, '" ., ·
• Cakupan le.bih tinggi terdapat pada anak perempuan (63,5%) 'dan anak laki-laki
(60,3%), di perkotaan (63,5%) lebih tinggi dlbandinqkan dengan di perdesaan
(61,6%). ~

1.2.4 Cakupan Pelayanan lbu dan Anak


• Secara keseluruhan, proporsi bayi berat lahir rendah (BBLR) di Provinsi Lampung
sebesar 10,6%, lebih rendah dari angka .oasional(11,5%). Proporsi ini sebandinq
dengan psrsentase ibu yang mempunyai persepsi bahwa ukuran bayi pada saat lahir
kecil di Provins!' Larnpuriq yaitu sebesar 9;4%.
• Daerah yang memiliki tingkat BBLR tertinggi di Lampung adalah Bandar Lampung
yaitu 20, 7% dan tidak ditemukan di Lampung Barat, Way Kanan dan Tulang Bawang
dan Metro.
• Persentase BBLR lebih tinggi pada bayi perempuan dan laki-laki hampir sama dan
sedikit lebih tinggi di perkotaan (11,3%) dibanding di perdesaan (10,3%).
• Sebanyak 95,8% lbu memeriksakan kej\amilan. ca'kupah pemeriksaan kehamilan
terendah di La'mpung Barat (84,6%) dan tertinggi di- Lampung selatan, Lampung
Tengah, Way Kanan, Tulang Bawang dan Metro masing-masing sebesar 100%.
Cakupan pemeriksaan kehamilan lebih tinggi di perdesaan (96,2%) dibanding di
perkotaan (92,9%). Berdasarkan tingkat pendidikan, cakupannya hampir sama antara
95-100%. Begitu pula berdasarkan tingkat pengeluaran per kaplta persentase periksa
keharfiilan antara 94-98%.
• Pemerij(saan yaog, paling sering dilakukan pada ibu hamil adalah pemeriksaan
tekaran darah (98,8%) dan .penimbanqan berat badan ibu. (97,6%). Sedangkan jenis
pemeriksaan keharnllan yang jarang dilakukan pada ibu tiamil adalah' pemeriksaan
hemoglebin (15,8%) dan-pemariksaan urine (22,6%):'
• Sebanyak 64,0% neonatus urnur 0-7' hari dan 28,7%· neonatus umur 8-28 hari
mendapatkan pemeriksaan dari tenaqa- kesehatan. Persentase cakupan baik

206
perneriksaan neonatus µmur 0-7 hari lebih tinggi berada pada perempuan (67,9%)
d~ripada laki-Jaki (59,'5) dan 8-28 harl tldak, berbeda .mehurut.jenis kelaniin bayi.
Memlh)t tipe daerah untuk pemeriksaan 'neo'oatus umur 0~7, hari di perdesaan lebih
J tinggi dibanding di perkotaan. Sedahgkan untuk pemeriksaan urnur 8-28' hari hampir
sama a'ntara desa dan l<ota. • ·

1.3. PENYAKIT MENULAR


1.3.1. Filariasis, Demam Berdarah Dengue, dan Malaria
• Filariasis
Data Riskesdas 2007 menunjukkan penyaklt ini tid_p~ di temui di semua daerah di
Provlnsl Lampi.mg. Hanya ditemukan di Bandar Lampung sebesar 0,22% berdasarkan
gejal~ dan diagnosa tenaga kesehatan dalam 12 bulan terakhir.

• Demam Berdarah Dengue (DBD)


Provinsi Lampung memiliki prevalensi DBD klinis sebesar 0, 16% lebih rendah dari
angka nacional( 0,62%). Prevalensi' tertinggi berada di Bandar Lampung sebesar 0,
69% (lebih tinggi dari angka nasional) dan tidak ditemukan di Way Kanan dan-Tulanq
Bawang. Berdasarkan diagnosa tenaga· kesehatan prevalensi DBD di Lampung adalah
0,07% juga lebih rendah dari angka nasional.

• Malaria
Dalam kurun waktu 1 bulan terakhir, prevalensi malaria klinis nasional adalah 2,9%
sedangkan di Provinsi Lampunq 1,4 7%. Daerah yang angkanya di atas angka
nasional dan provinsi adalah Lampung Bara( dan Tanqqarnus, Sedangkan daerah
yang angka malaria klinis lebih tinggi dari angka provinsi saja Bandar Lampung dan
l.ampunq Selatan. Berdasarkan diaqnosa tenaga kesehatan preval~ns,i malaria
sebesar 0,28% yang berartl lebih rendah dari angka berdasarkan diaQnosa dan gejala.
Dengan demikian data ini berrnantaat untuk menilai keslapan daerah dan
rnenqevaluasi pelaksanaan eliminasi malaria.

1.3.2. ISPA, Pneumonia, TBC dan Campak


• ISPA
lnfeksi saluran pernafasan akut (jSPA) merupakan penyakit yang sering dijumpai.
Manifestasi penyakit ini dapat ringan sampai -oerat, dan ,)!ang berat biasanya dlkenal
sebagai penyakit. pneumonia. Data ISPA dalam Riskesdas ini adalah tSeA yang
,fiqak berat atau non pneumonia. Prevalensi ISPA dalam .satu bulan terakhir
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan. dan gejala yang ditunjukkan· di .Lampung
adalah j 8,8% lebih rendah, dart prevalensi nasional yaltu 25,5%. Sedangl<an jika
berdasarkan hasil diagnosa tenaga kesehatan hanya 4, 1 %. ISPA berdasarkan
diagnosa dan gejala tertinggi berada di Bandar Lampung dan terendah di Lampung
Tengah.

• Pneumonia
ISPt\ yang menqenai jannqan paru-paru, atau ISPA yang berlarut-larut dapat
berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia juga merupakan penyakit infeksi
penyebab kematian utama terutama pada balita. Dalam Riskesdas, daerah dengan

207
prevaJensi ISPA tinggi ternyata jtiga menuniukkan prevalensi pneumonia tinggi, yaitu
Bandar Lampung. Prevalensi pn~umonia dalam 1 bulan terakhir di. Larriptlng adalah
0,8%, lebih rendah da'ri angki· Yiasional (2, 1 %). Semua daerah 1 di Lampung
prevalehsinya beraoa di bawah~nasional. Sedangkan prevalensi yang di at~s angka
provinsi adalah Lampunq selatan (1,3%), Lampung Timur (0;9%) dan Way Kanan
(1,2%). Seperti halnya dengan ISPA, kasus pneumonia pada umumnya terdeteksi
berdasarkan diagnosis gejala penyakit.

• Tuberkulosis Paru (TB)


Prevalensi TB klinls di Provinsi Lampung dalam 12 bulan terakhir adalah 0,3%, lebih
rendah dari ar1gka na~ion~,LJ1 %). Semua kabupaten/kota di Lampung prevalensinya
-,
lebih rendah dart .angka .naslonal, Prevalensi Tf? tertinggi di La,rppung berada di
Bandar Larnpurrq yaitu'U,8% 'dan tidak ditemukah di Tanggamus dan Metro. Daerah
yang angkanya lebih tinggi dari angka provinsi adalah Lampung Timur dan Bandar
Lampung. Diagnosa berdasarkan diagnosis hanya 0, 1 % yang berarti sepertiga
berdasarkan diagnosa dan gejala.

• Carnpak
Campak merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan lmunlsasr, Walaupun
demikian n'rasih serin.9 terjadi KLB terhadap penyaklt tersebut, Pada'Rlskesdas 2007
campak terdeteksi di seluruh daerarr di ProvirTsi !..ampung kecuali Metro. Dalam 12
bulan terakhir, prevalensi campak klinis di Lampung adalah 0,4%, lebih rendah dari
angka nasional (1,2%). Tertinggi di Lampung Barat (0,9%). Berdasarkan diagnosa
tenaga kesehatan prevalensi campak sebesar 0,2%.

1.3.3 Tifoid, Hepatitis dan Diare


• T.ifoid
Tifoia rnerupakan salali satu penyaRlt y<mg ditularkan melalui makanan, dan sering
kali dlternukan di rl}a~yafakat. Dalam 1 bulan terakhir tifoid klinis terdeteksi di
Provlnsl' Larnpunq denqan prevalensi sebesar 0,7%, lebih rendah dari angka
nasional sebesar 1,6%. Ada dua daerah yang prevalensi tifoidnya lebih tinggi dari
angka nasional yaitu Way Kanan dan Bandar Lampung yang juga merupakan daerah
yang memiiiki prevalensi tifoid tertinggi di Provinsl Lampung. ·

• Hepatitis
Dalam ·.dua belas bulan terakhir hepatitis klinis (berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan. dan gejala· yang -ditunjukkan) di Provins! Lampung sebesar- 0,2%. Lebih
rendah dart angka nasional sebesarn.sss. 'Prevatensl tertinggi berada dlLampunq
Selatan sebesar 0,6% dan tidaR· ditetnukan di Tanggamus dan Metro. Prevalensi
hepatitis di Lampung berdasarkan diaqnosa tenaga kesehatan sebesar 0, t'o/o yaitu
setengah dari angka hepatitis berdasarkan diaqnosa dan gejala.

• Diare
Pada Riskesdas, diare tersebar diseluruh provinsi Indonesia. Prevalensi diare klinis
di Lampung dalam kurun waktu 1 bulan terakhir adalah 5,0% lebih rendah dari angka
naslonal sebesar '9,0%. Prevalensi tertinggi- di t.arnpunq Selatan dan Bandar
Lampurrg masing-masin't) .sebesar 7,3%. naerah terendan prevalensi -diare klinis
t ~ ~

208
adalah di Lampung Tengah (2, 1 °{o). Dlare berdasarkan dlaqnosa tenaga kesehatan
di L'am'pung sebesar 3, 1 %.
• Dehidrasi merupakan salah satu komplikasi penyakit dlare yang dapat menyebabkan
kematian. Oleh sebab ttu proqrarrr pengendalian· diare merekomendasikan
pernberian oraut untuk mencegah dehidrasi. Pada Riskesdas, pfoporsi responden
diare klinis yang mendapat pengobatan oralit adalah 43,3%.'Hanya kota Metro yang
jnempunyai proporsi pemberian oralitnya >50%. Pemberian oralit pada penderita
diare .masih perlu digalakkan untuk mencegah komplikasi dan menekan angka
kematian.

1.4. Penyakit Tidak Menular


1.4.1 Penyakit Tidak Menular Utama, Penyaklt Sendi, dan Penyakit Keturunan

• Prevalensi penyakit sendi secara nasional ·sebesar 30,3% dan prevalensi
berdasarkan diagnosis nakes adalah 14o/o. Menurut provinsi, prevalensi penyakit
.sendl di Lampung adalah 2e,%· dan berdasarkan'diaqnosis tenaga kesehatan adalah
12, 1 %. Daerah yang memiliki prevalensi penyakit sendi beidasarkan diagnosi$ dan
gejala tertinggi dijumpai di Way· Kanan (39,6o/<?)' pal) te;~ndah berada di Lampung
Barat (18,9%). Daerah yang memiliki prevalensi penyakit sendi lebih tinggi dari
angka nasional adalah Tanggarflus, Larnpunq Utara, dan Way Kanan.
,,.. ' -, l

• Berdasarkan hasil1 pengukuran tekanan darah.iprevalepsl t\ip~rtensi pada penduduk


umur 18 tahun ke atas di Lampung adalah 24, 1 % lebih rendah dari angka nasional
sebesar 31, 7%. Daerah dengan hipertensi tertinggi berdasarkan pengukuran adalah
di Lampung Barat (30,4%) dan terendah di Tulang Bawang (15,9%). Sedangkan
prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis nakes adalah 30,4% lebih tinggi dari
angka berdasarkan pengukuran. Dltambah kasus yaAg minum obat hipertensi
'prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara ini adalah 7,6%.
• Prevalensi stroke di l.arnpunq ditemukan sebesar 0,6% atau 6 per 1000 penduduk,
dan yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 0,5% atau 5 per 1000
penduduk. Prevalensi stroke tertinggi dijumpai di Bandar Lampung .(1, 1 %) dan
terendah di Tulang Bawang. Prevalensi stroke di Lampung lebih rendah darl.anqka
nasional yang sebesar 0,83%.
i
• Penyakit asma ditemukan sebesar 3,5<ro di Indonesia sedangkan di Lampung
sebesar 1,5%. Sedangkan prevalensi berdasarkan diagnosis nakes di Lampung
adalah' 0,8%. Prevalensi tertinggi asnia berdasarkan diagnosis dan gejala di Provinsi
Lampung berada di' Larnpunp Selatan (2,9%~ sed~ng~~n terendah 'berada di
Lampung Tenqah 0,5%.
• Prevalensi penyakit jantung di Lampung sebesar 2,6% lebih rendah Earl angka
nasional sebesar 7,2%. sementara oerdasarkarr- riwayat didiagnosis nakes di
Lampung hanya ditemukan sebesar 0,5%. '5;r,evalensi tertin~gi berada di Lampung
Selatan (4,3%) dah terendah di·Tanggamus (1_.'1%)_.

- .
Prevalensl penyakit OM di Lampung berdasarkan .diagnosis oleh-nakes adalah 0,3%
s~dangkan prevalensi r;>M s~bespr 0,4%. Oat& ini m~'nynjukkan.cakupan diagnosis
,OM oleh nakes rnencapal 7-5%, -leblh- tinggi dibandingkan cakupan penyakit- asma
maupun penyakit jantunq. Prevalensi OM tertinggi berada di Bandar Lampung'(0,9%)
dan terendah berada di Lampung Utara (0, 1 %).
• Prevalensi penyakit tumor berdasarkan diagnosis nakes di Indonesia sebesar 0.4%.
Hampir sama dengan angka nasional (0,43%). Prevalensi tertinggi berada di
Lampung Barat Lampung Selatan masing-masihg (0,6%). Dua kabupaten ini rnernllikl
prevalensi yang lebih tinggi dari angka nasional. Daerah lain yang angkanya lebih

209
tinggi dari angka nasional adalah Bandar Lampung (0,5%). Prevalensi terendah di
Lampung berada di Lampung Utara (0, 1 %).
• Prevalensi gangguan jiwa berat di Lampung adalah 0, 1 % lebih rendah dari angka
nasional 0.46%. Prevalensl tertinggi terdapat di tampung Timur (0,3%) dan tidak
ditemukanjf Metro. · r •

• Prevalensl buta warna di Lampung sebesar 0;2% lebih rendah dari angka nasional
sebesar 0,74%. Tertinggi terdapat di Bandat tarnpunq (0-,7%). Sedangkan di
Lampung Barat, Lampung selatan, Way Kanan, dan Metro tidak dltemukari,
• Prevalensi glauk6ma di Lampung sangat kecil bahkan hampir tidak ada. Hanya
ditemukan di Bandar Lampung (0,2%), Lampung Selatan, Lampung Jengah·, dan
Way Kanan masing-masing sebesar 0, 1 %.
"\
• Prevalensi dermatitis di Lampunq cukup tinggi yaitu 4%, tertinggi di Larnpunq
Timur(o,9%j dan
"'
terendah di Tanggamus (0,
. ...
1·%).
• Pr~valensi rinitls, di Lam~ung sebesar 0,8%, tertinggi di Bandar Lampung (1 ,8%) dan
tid~k ditremukan pi La.l'Dpung Utara.
• Prevalerisi talasemla di Lampi.JnQ amat rendah bahkan tidak ada.
i '
• · Prevalensi nasional jiemoftlia di l,a~pung adalah- 0,2%. Prevalensi tertinggi berada
di Bandar LampUl)Q (0,7%) -dan tii:lak ditemukan di Larppung Barat, Lampung
Se1atan, Way Kanan, dan Metro. '

1.4.2 Gangguan Mental Emosional


• Prevalensi nasional g<;inggi.tan mental ernosional pada penduduk yang berumur ~ 15
tahun di Provinsi Lampung adalah 6,8%, lebih rendah dari anqka- nasional yang
sebesar 11,6%. Prevatensi tertinggi berada di Lampung Selatan(10,~0{o) dan
terendah berada di Larnpunq Utara (3, 1%).

1.4.3.P.enyakit Mata
• Proporsi low vision di Provinsi Lampung adalah 3,74%, lebih rendah dari angka
nasloaal sebesar 4,8%. Proporsi low vision tertinggi di kabupaten l:ampung Tengah
(7,51%)·dan terendahberada di L:ampung Utara (1 •.43%). '
• Proporsl kebutaan di.Provlnsi Lampunq adalah _:1,03% dan lebih tinggi dar angka
nasional sebesar CT,9% Proporsi kebutaan tertinggi berada di ~ampung Utara-(4,43%)
dan terendah berada di Bandar Lampung {0.27o/~).
• Propers! penduduk, usia ~O fahun.ke atas yang pernah didiagoosis,. katarak sebesar
"1,29% lebih rendah dari anqka .pa~ional yang sebesar 1,~%, Sedangkan, ,proporsi
penduduk yang' 'menqaku rnerniliki 9.~jala utama-katarak (p~nglihatan. berkabut dan
silau) ditambah dengan yang pernah didiagnosis dalam :12 bulan terakhir adalah
14,45%. Proporsl iertinggi tmtuk katarak' berdasarkan diaqnosa tenaga kesehatan
berada dlLampunq. Selafal'l '(3;41%) dan terendah berada di Lampulig Tengah
(0~29%). Sedanqkan ~if<a berdasarkan diagnose "dan gejala yang diakui 'penduduk
tertinggi berada di Larnpunq Se1atan (22,77%) dan terendah berada ~i kota Metro
(3,55%). ,

1.4.4 Cedera dan Qisabilitas


Ced era

210
• Prevalensi cedera di Provinsi Lampung adalah 4,5% lebih rendah dari angka
naslonal sebesar 7 ,5%. Prevalensi cedera tertinggi di Lampung berada di kota
Bandar kampung'(6,3%)'dan terendah berada di Way Kanan (1,9%):
• Urutan penyeBab cedera' terbahyak adalah jatuh' (50,0%), diikuti kecelakaan
transportasi c#irat (35,7%), dart terluka.benda tajam atau tumpul (1.4,9%). Sedangkan
prevalensi penyebab cedera lainnya sangat bervariasi, tetapi rata-rata kecil atau
sedikit.
Disabilitas
• Masalah disabilitas yang rnenonjol adalah penglihptan iarak jauh (1.1 %), penglihatan
jarak dekat (10,8%), kesulitan berjalan jauh (9,5%), napas pendek setelah latihan
rinaan(7,ey%) dan merasa nyeri/m'era~a tidak nyaman (7,7%).
• Prevalensi disabilitas penduduk usia 15 tahun ke .atas di Provinsi Lampuog dengan
kriteria "Sangat bermasalah" adalah 2,0% lebih tinggi dari angka nasional (1,8%).
Sedangkan status disabilitas dengan kriteria "Bermasalah" adalah 21,o% yang juga
lebih tinggi dari angka nasional (19,5%).
• Prevalensi tertinggi untuk status disabilitas "Sanqat bermasalah" bsrada di
'Tanggamus sebesar ~.3% dan terendah berada di Metro sebesar 1,0%.

1.5. Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku


1.5.1 Perilaku Merokok
• Persentase penduduk umur 10 tahuh :ke atas yang merokok tiap hari adalah 28,8%,
lebih tinggi dari angk~ nasional (24%). Persentase tertinggi ditemukan di Tanggamus
(33,6%) dan terend~h berada di Metro (23,2%).
• Lebih .dari separuh (54,1 %) penduduk laki-laki umur 10 tahun ke atas nierupakan
perokos -tlap hari. 'Menurut- pendidikan, proporsi tertinggi dijumpai pada penduduk
tamat SMA (34,2%) dan perdesaan lebih tinggi dibandingkan dengan perkotaan.
• Prevalensi perokok saat ini di Provinsi Lampung sebesar 34,3%, lebih tinggi dari
angka naslcnal yang .sebesar 29,2%. Rerata jumlah batang rokok, ~ang dihisap
setiap hari adalah 1 O ~t;>at~ng, .masih .pi bawah rata-rata nasional ,yaitu 12 batang
rokok per hari. Dae rah den'gan. persentase perokok saat ini yang tertfnggi adalah di
Lampung Barat'(38,2%) da11 \e'reridah berada di Metro (29,3d/;). Sedangkan rata-rata
jymlah. batang rokok 'yang dihi~ap tertinggrberada di Tu(ang Bawanq, yaitu 11 batang
dan terendah berada .di Metro sebanyak delapan setenqah batanq, •
• Petsentase usia mulai merokok trap hari di, Provinsi Lan1pung, umur 15-19 tahun
menduduki tempat tertinggtyaitu sebesar 39,3%.
• Persentase tertinggi 'usia pertama kali merokq/kunyah tembakau di Provinsi
Lampung ~d~l~tl'di usia 15-19 tahun sebesar.35,3%.
• Prevalensi perokak dalam rumah ketika bersama angggta- rumah tangga • lain di
Provinsi Lampung amat tinggi yaitu 92,3%. Angka ini lebih tinggi dari angka nasional
yang sebesar 85,4!>/o. Tertinggi berada di Way Kanan ·(96:3%} dan terendah berada
di Bandar Lampung (87,4%). ·
1.5.2. Konsumsi Buah dan Sayur
• Secara keseluruhan, penduduk umur 10 tahun ke atas di p'~ovinsi Lariip,ung yang
kurang konsumsi, buah dan sayur sebesar 89,9%, lebih rendah dari angka nasional
(93,6%). Konsumsi buah dan sayur paling rendah terdapat di Way Kanan (98,4%)
dan tertinggi di Lampung Tengah'(77, 1%).

211
1.5.3 Alkohol
• Prevalensl.pernlnum alkohol di Provinsi Lampung dalam 12,bulan terakhir sebanyak
2,2%, sedangkan yang masih minum dalam satu bulan terakhir 1,4%. Prevalensi
tertlnggi ko(lsyms( alkohol 12 bulan terakhlr berada di Tulahq Bawang .(~.6%)° dan
terendah di Metrp'(0,6°[o). Prevalensl trienqkonsurnsi alt<oh:o1 f bulan terakhir berada
di Larnpunq Selatan (2:0%) dan terendah di Lanipung Utara (0;3%) -.
1.5.4. Aktifitas Fisik
• Hampir separuh penduduk (45,8%) kurang melakukan aktlvltas f[sik. Kurang aktivitas
fisik·P?ling finggi terdapat di Kata M~tro (6~,.2%) dan terendah 15erada di\Nay Kanan
(32,_6%). 'Daerah yaog prevalensi kurahg ~ktivitas fisikny~ lebih linggf 9ar! angka
naslonal (>48,2%) adalah l'anggamus, Lampurtg Utara, Bandar L'ampung dan Metro.
1.5.5 Flu Burung
• Prevalensi penduduk 1 O tahun ke atas di Proviosi Lampung yang pernah mendengar
fu burungcukup tinggi yaitu 70,2%. Angka ini Jebih tinggi dari ··angka nasional
(64, 7%). Diantara mereka yang IJlemiliki perygetahuan benar tentang flu burung
sebesar 86,2% dan 92,3.01.o memiliki sikap yang benar. Daersh yang paling tinggi
memiliki penqetahuan benar tentang flu burung adatah Metro (93,6%) dan Tulang
Bawang (93,4%), sedangkan yang terendah di Way Kanan sebesar 77,7%.
1.5.6. HIV/AIDS
• Prevalensi penduduk di Provinsi Lampung yang pernah mendenqar- tentang
HIV/AIDS adalah 43,2%, di.• antaranya berpenqetahuan benar tentang ,penularan
"HIV/~IDS sebesar 7,1% dan 39,9% berp~.ngetahuao benar tetitang' pencegahan
HIV/AIDS. Daerah yang tertinggi presentase penqetahuan benar tentanq penularan
HIV/AIDS berada di Lampung Utara (23,7%) dan terendah ai Lampung Selatan
(3, 1 %). Tanggamus merupakan kabupaten yang paling tinggi· persentase penduduk
¥ang berpengetahuan. benar tentang . .pencegahan. HIV/AIDS yaitu sebesar 51,2%
.dan yanQ terendah adalah diWay Kanan sebesar ~4,4o/o.
1,~7 Perllaku tjigienis., -:
• Pendudok dikatakan rnemiliki perilaku/kebiasaan buang air besar (BAB) y9ng benar
adalah brla pendudt!k melakukannya tii jam barf. Persentase penduduk -dl atas 1 O
iahun yang b~rper,ila~u· benar dalarn kebiasaan BAB _gj Provirisi Lampung adalah
72,8%, se'dikit lebih linggl dari nasionaf (7111 °{o). Sect..angkan p~tUaku mencuci
tangan·y'ang berial adalaf bila PeDq1:1d'uk rrjencucl tanQan dengan sabun sebelum
makan, sebelum menyiapkan makanan, setelah l;>uang air besar, setelah rnencebokl
bayi/cinak,, dan, setelah memegaog unggas/binatang, presentase di Provinsi
Lampung adalah 14, 1 %. Persentase tertinggi pertdud\.Jk ;berperilaku benar dalam
B,AB berada di Metro (96,9%) dan terendah di Tanggamus (49,6%). Qaerah dengan
persentase- tertinggi· dalarn hal berperilaku b.e~ar dalam cucr tangan berada di
Lampung Timur(30, 7%) dan terendari berada df' Lampung Batat (3,4%).
1 .'5.8 Pola Konsumsj- Makanarr 'BeriSil<o" ""
. , )

• ,t._<opsumsi makanan, berestko . t~rtinggi


. di Provins] Lampung adalah konsumsi
makanan berpenyedap (e5,6%), dengan prevalensr tertinggi berada ai Eampung
Timur (93,9%) dan terendah berada di Tulang Bawang (64,7%).
• Sering mengonsumsi makanan manis dllakukan oleh 67,6% penduduk Provinsi
L:amp'ung yahg~herusia ?!10 tahun, tettin~ggi ditemukan d(Tanggamus (7Jf;q%) dan
':lerendan di lariipung S:,eialan (51,5°/o).
t;f- >i ~

• Kafein sering dikonsumsi oleh 44,5% .penduduk.secara Provmsi Lampung, tertinggi


di Lampung Barat (52,6%) dan terendah di Metro (31,3%).

212
• Prevalensi sering mengonsumsi makanan asin -secara di Provinsi Lampung
di,temuk~n sebesar 24,4%, tertinggi di TangQamus (37;0%) dan terendah di Tulang
Bawang (13,7%).

• Sekitar 6,5°;0' penduduk Pr~vjnsi Lampung sering m~n~onsumsi ~akanan berlemak,


tertinggi di Lampung Utara (13,3%)'dan terendah di Tulang Bawang (2, 1 %).
1.5.9 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
• Persentase rumab tangga yang memenuhi kriteria PHBS baik di Prqvinsi Lampung
sebesar 32,0%,masih di oawah angka nasional sebesar (38,7%). Metro merupakan
kota di Provinsi l:ampung yang memiliki persentase-rurnah tangga dengan PHBS
baik tertinggi yaitu sebesar 58,4% dan yang terendah berada di Way Kanan sebesar
21,7%.

1.6 Akses dan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan


1.6.1. Akses
• Sebanyak .95;6% rumah tangga dj Pravinsi Lampunq berada kurang atau sama
dengan 5 km: dart sarana petayanan kesehatan (rumah -sakit, Puskesmas,
Puskesmas pembantu, dokter praktik dan bidarr praktik). Hanya 4,4% rumah tangga
berada lebih dari 5 km. Kabupaten/kota dengan proporsi rumah tangga bertempat
tinggal lebjh aari 5 km ke sarana pelayahan kesehatan tertinggi adalah Way Kanan
(f-1,2%) dan terendah Bandar tampunq (0,5%).
• Dari segi waktu tempuh ke sarana pelayanan kesehatan nampak bah't'.?. 69,4%
penduduk dapat mencapai ke sarana pelayanan kesehatan kurang 'atau sama
dengan 15 menit dan sebanyak 22, 1 % penduduk dapat mencapai sarana pelayaoan
kesehatan dimaksud antara 16-30 menit. Dengan demikian, masih ada sekitar 8,5%
rurjiah tangga di Provinsi Lampun~ yang '.memertukan waktu lebih dari set~rigah jam
untuk mencapai sarana kesehatan. Daerah ,dengan proporsi tertinggi rumah tangga
yan'g memerh.Jkan waktu tempuh- lebih darr 30 men it ke· sarana 'kesehatan adalah
Way Kanan -s~~§ar. 24,8% dan Metro yang waktu tempuh ke "Sarana pelayanan
kesehatan tidak' ada yang lebih dari ;30 menit.
1.6.2 Pemanfaatan posyandu
• Secara keseluruhan, di Provinsi Lampung sebanyak 23,4% rumah tangga
memanfaatkan pelayanan di posyandu atau ppskesdes. Sebanyak 64,3% rumah
tangga menyatakan tidak rnembutuhkan pefayarian di posyandu atau- poskesdes
karena berbaqal'alasan, seperti tldak ada anggota rumah tangga·(ART) yang sakit,
tidak ada yang- harnll atau tidak memp(myai bayi/t>alila. Persentase 'tertinggi yang
memanfaatkan Posyandu berada di Way Kanan (37,8%) dan terendah berada di
Lampung Utara (15,4%).
• Secara keseluruhan di lndonesia jenis pelayanan yang banyak dimanfaatkan oleh
rumah t~ngga adalah penlrnbanqan (89, 7%) 9an. imunisasi (55,8%). Hanya sedikit
rumah tangga yang memanfaatkan posyandu/poskesdes untuk konsultasi risiko
penyakit (11,5%) dan pengobatan (24,8%).
1.~3 Rawat l~C!P
• Untuk rawat inap riiasyarakat di Provinsi l.arnpunq paling banyak rnemanfaatkan RS
Pemerintah (1,7%) kemudian disusul RS Swasta (1;5%). Tenaga-kesehatan dan RS
bersalin sebagai tempat rawat inap secara.nasional rnenernpatl urutan ketiga setelah
RS lfemerintah dan RS, swasta masing .. masing sebesar 0,5%.
• Sumber pembiayaan rawat inap secara keseluruhan untuk Provinsi Lampung masih
didominasi (70,3%) pembiayaan yang dibayar oleb-pasien sendiri atau keluarqa (out

213
of pocket}, kemudian berturut-turut.dlsusul oleh pembiayaan oleh Askeskin/SKTM
(18,1%), Askes/J.amsostek (11,0%) dan Dana Sehat (1,1%). Kalau pembfayaan oleh
Askeskin/Jamsostek, Askeskin/SKTM dan Dana Sehat dlperhitunqkan sebaga]
'sejenis asuransi kesehatan', maka sekttar 30% responden yang pernah rawat inap
dalam kururrwaktu 5 tahun terakhir. telah mempunyai 'sejenis asuransi kesehatan'.
1.6.4 Rawat Jalan
• Responden di Provinsi L-ampung menggunakan Tenaga Kesehatan (16,9%) sebagai
sarana kesehatan yang paling banyak.dirpanfaatkan untuk rawat [alan 'Cliikuti oleh RS
bersalin F.2%). Pemantaatan Puskesmas (1,4%) menempati urutan ketiga.
1.6.5 Sumber pembiayaan \.
• Gambaran tentang sumber pembiayaan rawat jalan dan rawat inap tampak tidak
berbeda. Sumber biaya rawat jalan juga didominasi oleh pembiayaan
sendiri/keluarga (90,0%). r
1.6.6 Ketanggapan Pelayanan Kesehatan
• Secara nasional penduduk yang memberikan penilaian 'balk' dengan persentase
tinggi adalah aspek 'menjaga kerahasiaan' (85,4%) dan 'l<emudahan dikunjungi'
(84:3%). Pe'rsentase terendah adalah aspek 'kebersihan ruanqan' (79,6%} .
.. t "".;
• Secara nasional .aspek ketanggapan terhadap pelayanan .rawat jatan dengan
persentase nllal 'baik' tertinggi,.adalah keramahan petugas (89,7%), 'sedanqkan
persentase terendah adalah aspek kebersihan ruangari (86,2o/o). · ·
1.7. Kesehatan Lingkungan
1.·7.f.,Air Bersih
• Bila rnenqacu pada kriterfa Joint Monitoring Program WHb-Unicef, di rnana batasan
minimal akses untukkonsurris] air berslh adalah 20 liter/orang/hari. Rumah tangga
dengan retata pemakaian air bersih _2: 20 liter tertinggi adalah Tanggamus dan Metro .
..s>- I -' •

• Sebany~k 1,9% rumah tangga memerlukan rerata waktu tempuh ke sumber air lebih
dari 30 menit. Sedangkan yang rnernerlukan waktu menjahgkau sumber air kurang
dari 30 men it sebanyak 98, 1 %. Lampung Utara rrierupakan daerab dengan rumah
tangga persentase tertinggi dalam hal waktu yang diperlukan menjangkau sumber air
kurang Clari 30 rnenit yaitu sebesar 99,6%. · ·
I

._ Dilihat dari ketersediaan .air bersth dalam satu tahun, di Provinsi Larnpung terdapat
59.4% rumah t~ingga yang air· bersihnya tetsedla sepanjang waktu. Daerah yang
ketersediaan airnya sul}t sepanjang. waktu tertinQgi berada di Larnpuaq Barat
sebesar 5,9%.
1.7.2. Fasilitas buang air besar
:• ·Rumah tangda yang rnenqqunakan jarnban sendiri sebesar 64, 1 %. Kabupaten/kota
dengan proporsi penggunaan~jamban sendiri•fencfah antara 1ain Tanggainus'(48,5%}
dan Tulang'Bawang (42;6%).
• Rumah tangga yang menggunakan jamban jenis leher angsa di Provinsi Lampung
sebesar 61,2%. Way Kanan merupakan kabupaten dengan cakupan-terendah-rumah
tar1gga yang_ m~ngg1.maka11 leher angsa sebaqal [enlstempat buang airbesar yaitu
sebesar ,?.~.2%. r

' P'engguriaan ternpat buang air besar dengah·jenis cem'plungJcebluk juga masih tinggi
di Provinsi Larnpunq valtu sebesar 29; 1 %. Way kanan adalaf kabupaterr' dengan
.. pernakaian ternpat RLI~ng-;:iir besar jenis c~.mplung/c4bluk tertinggi yaitu 65,~%.
1.7.3 Sarana pernbuanqan air lini6ah

214
• Tempat pembuanqan akhir tinja yang tertinggi di Provinsi Lampung adalah lobang
tanah sebesar 46,9% diikuti tangki/SPAL sebesar 36,3%. Way Kanan merupakan
kabupaten yang terendah dalam pemakaian tangkj/SPAL sebagai tempat
pembuangan 'akhir tinja (8%). dan juga·merupakan kabupatsn tertinggi penggu!laan
lobang tanah sebagai tempat akhir pembuangan tinja (82,8%).
1.7:4 Pembuangan sampah
• Pembuangan sampah di dalam di Provins! t.ampunq [ebih banyak ,yang
menggunakan penampungan sampah terbuka sebesar 11, 7% sedangkan' yang
menggunakan 'penampungan sampah tertutup di dalarn rumah sebesar 3,2% saja.
1. 7 .5. Perumahan
• Jenis lantai rumah yang digunakan·di Provinsi Lampung sebesar 80,3% sudah bukan
tanah, namun masih terdapat 19,-7%· rumah tangga dengc:in la,!ltaJ. rumah tanah.
Berdasarkan kepadatan hunian sebesar 10,9% rumah tangga dengan tingkat hunian
padat. Bandar Lampunp rnerupakan kota dengan persentase kepadatan hunian
tertinggi di antara kabupaten/kofa lain 'di Bandar Lampung yaitu sebesar: 20,3%.
Persentase rumah tangga dengan jenis lantai tanah tertinggi berada di Way Kanan
sebesar 37,3%. r

215
DAFTAR PUSTAKA

1. -------..------ Faktor Resiko Terjadinya .Hipertensi. http://wy.tw.klipik prla.corn/datatoplk


/hipertensi.htm. 2005
2. ---------------- Hipertensi. http://www.medicastore.com/penyakit/hiperten.htm. 9/20/2002
3. Abas B. Jahari, Sandjaja, ljer!T)af] Sudiman, Soekirman, ldrus Jus'at, Fasli ~alal, Dini
Latlef, Atmarita- Status gizt·b~lita di.Indonesia sebelum dan -selama krisis (Analisis data
antrqpometri Susenas 1989 ~ 1~99). Presiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
VII. Jakarta 29 Februari - 2 Maret 2000.
4. AMA (American Medical Association), 2001, Depression Linked With Increased Risk of
1- 'Heart Failure ' Among Elderly With Hypertension,
http;//www.medem.com'/MedLB7ai1icle.:_ID=ZZZUKQQ9EPC&sub_cat=73 8/24/2002.
5. Sadan Penelitian dan Penqernbanqan ~ese~atan, Departemen Kesehatan R.I. Laporan
SKRJ 2001; Faktor ,Risiko PenyeJkit Tidak Meµular, Studi Mgrbiditas dan Disabilitas.
Ta,huµ 2002,
6. Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI. Laporan
SKRT 2001: Studi Morbiditas dan Disabilitas. Tahun 2002.
7. Sadan Penelitian dan Penqembanqan Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I. Laporan
SKRT 2001: S!udi Kesehatan /bu dan Anak.
8. Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I. Laporan
SKRT 2001: Studl Tindak Lanjut /bu Hamil.
9. Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I. Laporan
Data Susenas 2001: Status Kesehatan Pelayanan Kesehatan, Perilaku Hidup Sehat dan
Kesehatan Lingkungan. Tahun 2002
10. Sadan Pusat Statistik, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Departemen
Kesehatan. Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003. ORC Macro 2002-2003.
11. Balitbangkes. Depkes RI. Operational Study an Integrated Community-Based
Intervention Program on Common Risk Factors of Major Non-communicable Diseases in
Depok Indonesia, 2006.
12. Basuki, B & Setianto, B. Age, Body Posture, Daily Working Load, Past Antihypertensive
drugs and Risk of Hypertension : A Rural Indonesia Study. 2000.
13. Bedirhan Ustun. The International Classification Of Functioning, Disability And Health -
A Common Framework For Describing Health States. p.344-348, ?OOO
14. Bonita R et al. Surveillance of risk factors for non-communicable diseases: The WHO
STEP wise approach. Summary.Geneva World Health Organization, 2001
15. Bonita R, de Courten M, Dwyer T et al, 2001, The WHO Stepwise Approach to
Surveillance (STEPS) of NCO Risk Faktors, Geneva: World Health Organization
16. Bonita, R., de Courten, M., Dwyer, T., Jamrozik, K., Winkelmann, R. Surveillance
Noncommunicable Diseases and Mental Health. The WHO STEPwise Approach to
Surveillance.(STEPS) of NCO Risk Factors. Geneva: World Health Organization, 2002.
17. Brotoprawiro, S dkk. Prevalensi Hipertensi pada Karyawan Salah Satu BUMN yang
menjalani pemeriksaan kesehatan, 1999. Kelompok Kerja Serebro Vaskular FK
~Nl?AD/RSHS". Disampaikan pada seminar hipertensi PERKI, 2002.
18. CDC Growth 'Charts for the United State : Methods and Development. Vital and Health
Statistics. Department of Health and Human Services. Series 11, Number 246, May
2002

216
19. CDC. State-Specific, Trend in Self ~eport.3d Blood Pressure 9creening and High Blood
Pressure- United States, 1991 -1999.. 20,02 .. MMWR. 51 (21): 456.
20. CDC. $tate-Specific .. Mortality from Stroke and Distrjbution of Place of Death Unit~
States, 2002. MMWR, 51 (20), : 429 . .~
21. Darmojo, B. Mel)gamati Penelitian Epidemiologi Hipertensi .di Indonesia. Disampaikan
pada seminar hypertensi PERKI • 2000.
22. Departenien Kesehatan R.I, 1999, Rencana Pembenqunen Kesehatan Menuju
Indonesia Sehat 2010, Jakarta: Depkes RI
23. Departernen Kesehatan R.I, 2003, Pemantauan Pertumbµhan Balita, Direktorat Jenderal
I .._ - -" - ... ,

Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat, Depkes RI


J
24. Departemen Kesehatan R.I. 2003. ln'dikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman
Penetapan lndikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/kota ·Sehat. Jakarta: Departemen
Kesehatan, 1 •

25. Departemen Kesehatan R.I. Panduan Pengembangan Sistem Surveilans Perilaku


Berisiko Terpadu. Tahun 2002
26. Departemen Kesehatan R.I. Pusat Promosi Kesehatan. Panduan Manajemen PHBS
Menuju Kabupaten/Kota Sehat. Tahun 2002
27. Departemen Kesehatatl RI. SKRT 1995. Sadan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 199.7
28. Departemen Kesehatan, Direktorat Epim-Kesma. Program lmunisasi di Indonesia,
Bagian I, Jakarta, Depkes, 2003.
29. Departemen Kesehatan. Survey Kesehatan Nasional. La~oran.Depkes RI Jakarta. 2001.
30. Departemen Kesehatan. Survey Kesehatan Nasional. Laporan.Depkes RI Jakarta 2004.
31. Djaja, S. et al. Statistik Penyakit Penyebab Kematian, SKRT 1995
32. Georqe Alberty. Non Communicable Disease. Tomorrow's pandemic. Bulletin. Wl-!0
2001; 79/10: 907.
'>
33. Hartono IG. Psychiatric morbidity among patients attending the Bangetayu community
healthcentre in, Indonesia. 1995
34. Hashimoto K, lkewaki K, Yagi H, Nagasawa H, lmamoto S, Shibata T, Mochizuki S.
Glucose Intolerance is Common in Japanese Patients With Acute .CoronarySyndrome
Who Were Not Previously Diagnosed With Diabetes, Diabetes Care 28: 1182 -1186,
2005.
35. lnternatlonat Classifi~tion Of 'Functioning, Oisabili\y And Health (ICF).World Health
Organization, Geneva, 2001
36. Jadoon, Mohammad z .. Dineen B .. Bourne R,R;A .. Shah S,P,, Khan, Mohammad A ..
Johnson .G,J .. et al, Prevalence of Blindness arid Visual Impairment in Pakistan: The
Pakistan National 1;31indness and Visual Impairment Survey, Investigative Ophthalmology
and Visual Science, 2006;47:4749-55,
37. Janet. AS. Diet Obesltas dan hipertensi. http://www.surya.co.id /31072002 /10a.phtml.
2002
38. Kaplan NM. Clinical HJpertension, 81h Ed~ Lippincott :Williams & Wilkim 2002.
39. Kaplan NM. primary Hypertention Phatoqenesis In : Clinical Hypertention, ]'h Ed.
Baltimore : William~ and Wilkins Inc. 1998': 41-132 ·
40. Kristanti CM, Dwi Hapsari, Pradono J dan Soemantri S, 2002. Status Kesehatan Mulut
dan Gigi di Indonesia. Analisis Data . Survei Kesehatan Rumah Tangga

217
41. Kristanti CM, Suhardi, dan 'Soemantri S, 1997. Status Kesehatan Mulut dan Gigi di
Indonesia. Seri Survei Kesehatan Rumah'Tangga.
~42. Leonard G Gornella, Steven A Haist. tlinicians Pocket Reference, Mc. ·Grawhill Medical
Publishing 'division, International edition, NY, 2004
43. Mansjoer, A. dkk. Hlpertensi di "Indonesia .Kapita Selekta Kedokteran 1999 :518 - 521.
44. Muchtar & Fenida. Faktor-faktor yang berhubunqan Dengan Hipertensl Tldak Terkendali
Pada Penderita HipertenSI Ringan dan Sedanq .yang berobat di pof Gl,njal Hipertensi,
1998.
45. Obesity and Diabetes ill !ti~ Developing World - A Growing Challenge
46. Parvez r Hossain,~M.D.,
- • ., "
Bisher J<awar,
.,.
M.D.,
-"'
and Meguid El Nahas, M.D., Ph.D. The New
Ef!glana·Jour11pl"Of Medicine. Vol 396: f p- 215, Jan 1.8. 2007
.
47. Perkeni. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia
2006. Jakarta: Perkeni, 2006.
\J t -l- ... " 1.... -~ •

48. Perkeni. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia
2006. Jakarta: Perkeni, 2006.
49. Petunjuk Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal, Jakarta: Direktorat Jenderal .Blna
Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehqtan RI., 2004
I

50. Policy Paper for Directorate General of Public Health, June 2002
51. Rencana Strategis Departernen Kesehatan 2005-2009, Jakarta: Departemerr Kesehatan
RI, 2005
52. Report of WHO,. Deflnition and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Intermediate
,Hyperglycaemia. ~eneva: WHO, 2006, pp 9- 43.
53. Report of WHO. Deflnition and. Diagnosis of Diabetes Mellitus and Intermediate
Hyperglycaemia. Geneva: WH0, 2b06, pp 9- 43.
54. Resolutioh vvHA56.1'.WHO Framework tonvention on Tobacco Control. In: Fiftyi-sixth
World Health Assembly. 19-28 May 2003.Geneva, World Health Organization, 2003
55. Resolution WHAS7.17.Global' 'strategy' on diet.physical activity, 'and health. ln:Fifty-
seventh World Health Assembly. 17-12 May 2004.Geneva, World Health Otganization,
2004
56. Riset Ke~ehatai: Das~r ·(Riske~d~s) J007. Pedornan Pewawancara Petugas Pengumpul
Data. Jakarta: Badan Litbanqkes, Depkes RI, 2007
57. Rose fyten's. Hpw To Keep Your Blood Pressure L!nder Control, News Health Recource,
1999-'
58. S.Soemantri, Sarimewar; DjajF1. Trend Pola Penyakit Penyebab Kematian Di Indonesia,
Survel'Kesehatan Rumah Tatigga 1992, 1995, 2001 '
59. S.anQjaja, Titiek Setyowati, Sudlkno .. Cakupan !penimbangan balita di Indonesia . .Makalah
disajikan pada Simposium Nasional Litbang Kesehatan.Jakarta; .7-8,Desember 2005.
60 .. Sandjaja, Titiek Setyowati, Sudikno. Cakupan viramin A untuk, bayt dan balita 'di
Indonesia. Prosiding temu llmiah dan Kongres XIII Persagi, Denpasar, 20-22 November
2005.
.
61. Sarimawar Djaja da~ S. Soem.~mtri.~ PerjaJanan lransisi Epide{Tliplogi.,di Indonesia dan
lmplikasi Penanqanarmya, Studi ~~rtajitcis·· qurvei Kesehatarr Rumah Tanqqa 2001'.
Bulletin of Health Studies, Volume 31, Nombr 3.- 2003, ISSN:·o12s·:.:. 9695 ./SN= 724

218
62. sarlmawar Djaja, Joko Irianto, Lisa Mulyono. [>9la Penyqkit .Penyebab Ke_mat!~n ~qi
Indonesia, SKRT 2001. Tne.Joutnet of the tndonesien Medical Association, Volume 53,
No 8, ISSN 0377-1121
I ... .- .. \., "
63. Saw S-M,, Husain R,, Gazzatd G,fll,1,, Koh D,, Widjaja._D1, T~n. D,T,H, Causes of low
vision and blindness in rural Indonesia, British Journal of Ophthalmology 2003;87:1075-
8 '
'
64. Seri Survei Keseneten Rumah Tangga DepKes RI, ISSN: 0854-7971, No. 15 Th. 1-999
65. Sinaga, S. dkk. Pola Sikap Penderlta Hipertensi Terhadap Pengobatan Jangka Panjang,
dalam Naskah'Lenqkap KOPAPDI VI, 1984, Penerbit Ul-PRESS : 1439.
66. SK Menkes RI Nomor : 736a/Menkes/Xl/1989 tentanq Definisi Anemia dan batasan
Normal Anemia
67. Sobel, BJ. & Bakris GL. Hipertensi, Pedoman Klinik Diagnosis & Terapy. 1999: 13
68. Sonny P.W., Agustina Lubis. Gambaran Rumah Sehat di Berbagai Provinsi Indonesia
Berdasarkan Data SUSENAS 2001. Analisis lanjut Data Susenas - Surkesnas 2001.
Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes R.l.
69. Sri Hartini KS Kariadi. Laju Konversi Toleransi Glukosa Terganggu menjadi Diabetes di
Singaparna, Jawa Barat. Disampaikan pada Konggres Nasional ke 5. Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia, Bandung 9 - 13 April 2000 (SX111-1)
70. Sunyer FX. Medical hazard of obesity. Ann Intern Med. 1993 : 119.
71. Suradi & Sya'bani, M, et al. Hipertensi Borderline "White-Coat" dan sustained " : Suatu
Studi Komperatif terhadap Normotensi para karyawan usia 18 - 42 tahun di RSUP Dr.
Sarjito Yogyakarta. Berkala llmu Kedokteran Vol. 29 (4), 1997.
72. Syah, 8. Non-communicable Disease Surveillance and Prevention in South-East Asla
Region, 2002.
73. The Australian Institute of Health and Welfare 2003. Indicators of Health Risk Factors:
The AIHW view. AIHW Cat. No. PHE 47. Canberra: AIHW. P.2,3,8.
74. The WHO STEPwise approach to Surveillance of Noncommunicable Diseases 2003;
STEPS Instrument tor NCO Risk Factors (Core and expanded Version 1.3.)
75. Tim survei Depkes RI, Survei Kesehatan lndera Penglihatan dan Pendengaran 1993-
1996, Depkes RI, Jakarta;1997,
76. U. Laasar. The Risk of Hypertension : Genesis and Detection. Dalam: Julian Rosenthal,
Arterial Hypertension, Pathogenesis, Diagnosis, and Therapy, Springer-Verlag, New
York Heidelberg Berlin, 1984: 44.
77. Univ. Cape town, Department of Haematology. Haematology: An Aproach to Diagnosis
and Management. Cape town, 2001. Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Depkes RI, 2001, Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) 2001, Jakarta: Sadan
Litbangkes.
78. WHO, 1995. Oral Health Care, Needs of the Community. A Public Health ReporJ.
79. WHO .. Assessing the iron status of populations: Report of a joint World Health
Organization/Centers for Disease Control and Prevention technical consultation on the
assessment of iron status at the population level, Geneva, Switzerland, April 2004
80. VJHO. Auser's guide to the self reporting questionnaire.Geneva.1994.
81. WHO/SEARO. Surveillance of Major Non-communicable Diseases in South - East Asia
Region, Report of an Inter-country Consultation, 2005.

219
82. WHO-ISH. WHO-ISH Hypertension Guideline Committee. 1999. Guidelines of The
Mana'gement bf Hypertension Journal of Hypertension, 1999
83. V\fHO-ISH. \,(VHO-ISH Hypertension Guideline Committee. 1999. Guidelines of The
Managein~nt ol Hypertension Jourrlal of Hypertension, 2003
. . '
84. World Health Orqanization, 2003, The World Health Survey Programme, Geneva.
85. W.orld Health Organization. 2003. The Surf Report 1. Surveillance of Risk Factors related
to noncommunlcable diseases: Current .of global data. Geneva: WHO. p.15.
- f ('' ... - '-:

86. World Health Organization:. lnternational CJassification of ,l/iseases, Injuries and Causes
of Death, Based on The Recommendation of The Ninth Revision Conference 1975 and
AC1opted by The ·Twenty Ninth WHA, 1997; volume 1. , .)

220
Lampiran 1

~E JTUSAf;.1 ME;N},ERI KESEHATAN REP.V~LIK INDONESIA


NOMOR 8771M~~KES/SK/Xl/2006

TENT
"'~ . ,,.. ANG

TIM RISET KESEHATAN DASAR TAHUN 2006-2008

I •
Menimbang a. bahwa untuk memenuhi kebutuhan informasi kesehatan yang
optimal dan mempunyai lingkup nasional y.ang terintegrasi
perlu d~akukan Rls.et Kesehatan Dasar yang merupakan
penqembanqanSurvei Kesehatan Nasional (Surkesnas);

b. bahwa Riset Kesehatan Dasar dapat dimanfaatkan untuk


penyediaan lntorrnasl berbasis survei Pembqngunan
Kesehatan menuju pencapalan strategi utama Departemen
Kesehatan;

c. bahwa dalam pelaksanaan Riset Kesehatan Dasar diperlukan


Ti,m Riset l<ese.hatan Dasar Tahun 2006 - 2008 yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan;

Mengingat 1. Undang-undanq Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1992 Nomor
100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3495);

2. Undang-undang ~omor , 18 tahun 2002 tentang Sistem


Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan llmu
P.engetahuao dan Teknologi (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran
·Negara Rep1,1blik lndonesia Nomor 4219);

3. Peraturan Pernerintah Nomor 39 Tahun 1995 tentang


Penelltlan dan Re.ngembanganKesehatan (Lembaran Negara
Repubtik Indonesia· tahun 1995 Nomor 67, tambahan
lembaran negara Republik Indonesia Nomor 3609);

4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 791 /Menkes/SK/Vll/


1999 tentang Koordinasi Penyelenggaraan Penelitian dan
PengembanganKesehatan; ·

5. Keputusan M·e,riteri Kesehatan Nomor 1179A/Menkes/SK/X/


1999 tentang Kebijakan Nasional Penelitia.1 dan
PengembanganKesehatan;
6. Perrnenkes Nc:Smor 1575/Merikes/Per/Xl/2005 tentang
Or'~l:misasi can Tata 'Kerja Departemen Kesehatan;

MEMUTUSKAN :
Menetapkan

Kesa tu KEPUTUSAN MENTER! KESEHATAN RI TENTANG TIM


RISEv·KESEHATAN CASAR TAHUN 2006 - 2008

Kedua Tim ·Riset t<:esehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2006-2008


terdfri dari Tith Penasehat, Tim Pengarah, Tim Pakar, Tim
Teknis, dan Tith Manajernen dengan susunan keanggotaan
sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.

Ketiga a. Tim Penqarah sebagaimana dimaksud dalam Diktum


• K~8t1a bertuqas :
1. Merumuskan kebijal<sanaan pelaksanaan Riskesdas.
2. Membahas berbagai masalah yang terkait dengan
pelaksanaan Riskesaq§.
3. Merumuskan dan rnenetapkan metodologi.
4. M'emberi' rekomendasi untuk meningkatkan keberhasil-
an dan manfaat pelaksanaan Riskesdas.
5. Melaporkan hasil Riskesdas tahun 2006-2088 kepada
MeritertKesehatan 'melalui Kepala Sadan Litbangkes.

b. Tim Pakar sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua


bertugas:
· "1. Member! rnasukan tentanq aspek ilmiah dari proposal
dan protokol dan pelaksanaan pengumpulan data,
rrianaqerneri data, analisis data serta publikasi hasil
Riskesdas, •
) 2'. Mengid'entifikasi dar:i membahas masalah pelaksanaan
y~:mg terkait dengan aspek ilmiah dari Riskesdas.
3. Memberi 'rekornendasi agar kaidah ilmiah dari
Riskesdas tetap diteqakkan.

c. -flm Teknls sebaqaimana dimaksud dalam Diktum Kedua


bertugas: ,
1. Menyusun rencana kerja.
2. Menyusun pedoman kerja dan pengolahan data.
3. Melaksanakan soslalisasi.
4. Melaksanakan pelatihan.
5. Melaksanakan pengampulan data dan pengolahan
~ d~ta. ·
6. Melakukan pengawasan pelaksanaan Riskesdas.
7. Melakukan desiminasi dan publikasi Riskesdas.
8. Menyusun laporan kegiatan.
9. Melaporkan kegiatan dan hasil kepada Ketua Tim
Pengarah.
d. Tim Manajemen sebagaimana dimaksud dalam Diktum
Kedua bertugas :
1. Mendukung administrasi Riskesdas.
2. Melakukan administrasi keuangan.
3. Menyiapkan prasarana Riskesdas.
4. Melakukan administrasi ketenagaan Riskesdas.
5. Membuat laporan kegiatan kepada kepada Ketua Tim
Pengarah melalui koordinasi dengan Tim Teknis.

Keempat Dalam melaksanakan tugas tim bertanggung jawab kepada


Menteri Kesehatan melalui Kepala Sadan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan;

Keli ma Siaya kegiatan Riskesdas dibebankan kepada anggaran DIPA


Sadan Litbanqkes, Departemen Kesehatan dan sumber-
sumber lain yang tidak mengikat.

Keenam Atas nama Menteri Kesehatan Kepala Sadan Litbang


Kesehatan dapat membentuk Kelompok Kerja dan Tim Riset
Kesehatan Dasar pada tingkat Propinsi dan Kab/kota.

Ketujuh Dengan berlakunya Keputusan ini maka Surat Keputusan


Menteri Kesehatan Nomor 358/Menkes/SKN/2006 tentang
Tim Surkesnas tahun ·2004 - 2006 dinyatakan tidak berlaku
lagi.

Kedelapan Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada Tangg~I 3 Nopember 2006

MENTERI KESEHATAN RI
]-ampir~p
Ksputusan Menteri Kesehatan
Nomor
877 /MENKES/SK/Xl/2006
Tangg~I : 3 Nopember 2006

TIM RISET KESEHATAN DASAR T AHLIN 2006-2008

I. Tim Penasehat 1. Menteri Kesehatan RI


2. Sekretaris Jenderal Depkes
3. lnspektur Jenderal Depkes
4. Dirjen Bina Pelayanan Medik
5. Qirjen Bina Kesehatan Masyarakat
6. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
7. Dir~en Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
8. Kepala Sadan Pengembangan dan Pemberdayaan SOM
Kesehatan
9. Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
10. Kepala Sadan Pusat Statistik

II. Tim Pengarah


Ketua Dr Triono Soend"oro, Ph.D (Kepala Sadan Litbangkes)
Ketua I Deputi Statistik Sosial, Sadan Pusat Statistik
Ketua II Kepala Pusat Litbang Ekologi dan Status Kesehatan
Sekretaris I Kepala Pusat Litbang Gizi dan Makanan
Sekretaris II Direktur Metodologi Statistik Sadan Pusat Statistik
Anggota
- SAM Bidang Teknoloqi Kesehatan dan Globalisasi
- SAM Bidang Pembiayaan dan Ekonomi Kesehatan
- SAM Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan
Desentralisasi
- SAM Bidang Mediko Legal
- Kepala Badan Litbang Depdagri, Departemen Dalam Negeri
Ketua Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan
Direktur Statistik Ketahanan Sosial, Sadan Pusat Statistik
Direktur Statistik Kependudukan, Badan Pusat Statistik
- Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Sadan PPSDM
Kesehatan
- Kepala Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Sadan
PPSDM Kesehatan
Ill. Tim Pakar
Prbf. Dr. Sangkot Marzuki, MSc.Ph.D.
Prql. Dr. Sofia Mubarika
Prof Barnbanq Sutisna
Prof Razak Thaha
dr. lrawan Yusuf, Ph.D.
dr. Widjaja Lukita, Ph.D.
Dr. David Handoyo, PhD, Sp.PD.
Soeharsono Soemantri, Ph.D.
DR. Soedarti Soerbakti
Dr Pratiwi Sudarmoho, Ph.D.
Dr Purnawan Junadi Ph.D.
Dr. Susanna lmanuel, Sp.PK
Dr. Yulianto Witjaksono, MGO.,Sp. OG., KFER
Dr. Herawati Sudoyo, Ph.D

IV. Tim Teknis


Ketua DR. Sunarno Ranu Widjojo, SKM., MPH

Ketua I : Dlrektur Statistik Kesra, Badan Pusat Statistik


Ketua II Dr. Soewarta Kosen, MPH., Dr.PH
Ketua Ill Dr Julianty Pradono MS

Sekretaris I Dr. Trihono., M.Kes


Sekretaris 11 Supraptini, SKM.,MM
Sekretaris 111 lndah Yuning Prapti, SKM., M.Kes

Tim Kerja Wilayah I


Area Wilayah~Propinsi NAO; Surnut: Sumbar; Jambi; Riau ; Kepulauan Riau ;
Sumsel; Bangka Belituog
Koordinator Gr: Faizati Karim, fVIPH (Kepala Pusat Litbang
Ekologi dan Status Kesehatan) •
Wakil Koordinator : Penellti Badan Litbangkes
Penanggung Jawab Spesimen : Peneliti Sadan Litbangkes
Anggota
Kepala Dinkes Propinsi
Kepala BPS Propinsi
Peneliti Batian Litbangkes
Direktur Poltekkes
Tim Kerja Wilayah II
Area Wilayah Propinsi ·: OKI Jakarta; .Banten; .Jateng; DI Jogjakarta; Kalteng;
Kaltim; Kalbar; Kalsel. ·
I

Koordinator : Dr. Erna Tresnaningsih; MOM.• Ph.D (Kepala Pusat


Litbang Biomedls dan Farmasi)'
Wakil Koordinator : Peneliti Badan Litb~ngkes
Penanggung Jawab Spesimen : Peneliti Badan Litbangkes

Anggota
Kepala Dinkes. Propinsi
Kepala BPS Propinsi
Peneliti Badan Litbangkes
Direktur Poltekkes

Tim t(erja Wilayah Ill


Area Wilayah Propinsi: Bali; NTB; NTT; Jatirn; Maluku; Maluku Utara; Papua
Barat; Papua

Koordinator : Dr. Suwandi Makmur, MM (Kepala Pusat Litbang


Sistem dan Ketlijakan Kesehatan)
Wakil Koordinator : Peneliti Badan Litbangkes
Penanggung Jawab Spesimen : Peneliti Badan Litbangkes
Anggota
Kepala Dinkes Propinsi
Kepala BPS Propinsi .
PenelitrBadan Litbangkes
Direktur Poltekkes

Tim Kerja Wilayah IV


Area Wilayah Propinsi : Jabar: Bengkulu; Lampung; Sulut; Sulteng; Sulbar;
Sulsel; Sultra; Gorontalo

Koordinator DR. Suaarno Ranu Widjojo, SKM., MPH


(Kepala Pusat Litbang Gizi dan Makanan)
Wakil Koordinator Peneliti Badan Litbangkes
Penanggung Jawab Spesimen Peneliti Sadan Litbangkes

Anggota
Kepala Dinkes Propinsi
Kepala BPS Propinsi
Peneliti Sadan Litbangkes
Direktur Poltekkes
V. Tim Manajemen
Ketua Drg. Titte Kabul Adimidjaja, M.Sc.PH
ketua I lndah Y4fling Prapti, SKM .• M.,Kes
ketua II drs. bndri Dwi Sc1mpoerno, Msi, Apt
Sekretaris I Ors. Muhama'd Socheh, MM
Sekretaris 11 Budi Santoso, SH
J

MENTER! KESEHATAN RI
Lampiran 2

, . ,{' Uqtuk,Responden f<.esmas


Badan Penelitian dan Penqembanqan Kesehatan
D~partemen )<esehatan R.I
INOONESIA
dalan Percetakan Negara- 29 SEHAT
2010
Jakarta 10560

RISET KESEHAT AN OASAR 2007

NASKAH PENJELASAN*

Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan-H.I mulai-bulan Juli s/d
Oesember 2007 akan melakukan Riset Kesehatan Dasar {Riskesdas) di 33 Proplnsr di Indonesia
-yang mencakup 280.0o'O·rurhah·tangga yang tersebar di 18.000 biok sensus. ·
Riset ini bertujuan untuk mendapatkan berbagai data kesehatan ·masyarakat. Sasaran riset ini
adalah rumah tangga dan anggota rumah tangga yang terpilih.
Akan dilakukan wawancara, pengukuran dan pemeriksaan pada kepala rumah tangga dan semua
anggota rumah tangga.
Wawancara meliputi keterangan diri, riwayat kematian dalam rumah tangga, pelayanan kesehatan,
sanitasi lingkungan, konsumsi makanan, penyakit menular dan tidak menular, riwayat penyakit
furunan, ketidak mampuan, cedera, imunisasi, penqetahuan, sikap dan perilaku terhadap
kesehatan, kecacatan dan kesehatan mental. ,
Pengukuran yang dilakukan meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, tekanan darah, lingkar
perut untuk dewasa dan lingkaran lengan atas untuk wanita umur 15-54 tahun. Pemeriksaan
meliputi ketaiaman penglihatan mata, kesehatan gigi, kadar iodium dalam garam.
Waktu yang dibutuhkan untuk wawancara, pengukuran dan pemeriksaan dalam satu rumah
tangga adalah sekitar 2 jam.

Hanya dibacakan untuk responden yang akan diambil sampel urin dan contoh garam
untuk pemeriksaan iodium.

Rumah tangga Bapak/lbu juga termasuk dari sebagian rumah tangga yang akan diperiksa
kadar iodiumnya. Untuk itu perlu dikumpulkan contoh garam yang digunakan sehari-hari
untuk memasak sebanyak 3 sendok makan dan contoh urin (air seni) dari anak Baf?akl lbu
bernama (usia 6-12 tahun) sebanyak 3 sendok makan.

Partisipasi Bapak/lbu/Sdr/Sdri adalah sukarela dan bila tidak berkenan sewaktu-waktu dapat
menolak tanpa dikenakan sanksi apapun. ·
Bpk/lbu/Sdr/Sdri akan mengetahui keadaan kesehatan dan sebagai tanda terima kasih, kami akan
memberikan penggantian waktu sebesar Rp. 20.000.- per keluarqa.

Semua informasi dan hasil pemeriksaan yang berkaitan den'gan keadaan kesehatan
Bapak/lbu/Sdr/Sdri akan dirahasiakan dan disimpan di Sadan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan - Departemen Kesehatan R. I, Jakarta dan hanya digunakan untuk pengembangan
kebiiakan program kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Bila Bapak/lbu/Sdr/Sdri memerlukan penyelasan lebih lanjut mengenai riset ini, dapat
menghubungi Sadan Litbang Kesehatan - Departemen Kesehatan R.I, Jalan Percetakan Negara
29, Jakarta 10560; Telp. (021) 4261088 ext 146, Telp/sms (021) 98264854, fax (021) 4209866,
email riskesdas@litbang.depkes.go.id atau
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
2. DR. Sunarno Ranu Widjojo, MPH ,(HP oa11848473) atau

Keterangan: * Naskah Penjelasan hanya diberikan 1 (satu)/ rumah tangga, dapat


dibacakan beberapa kaf untuk rriasinq-masinq responden
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)*
(INFORMED .CONSENT)
~ '•!' Jf-
'
Saya telah mendapatkan penielasan secara rinci ·dan mengerti mengenai Riset Kesehatan Dasar
yang dilakukan oleh Badan Litbangke~D.epartemen Kesehatan R. I. Saya mengerti bahwa
partisipasi saya dilakukan secara sukarela dan dapat menolak atau mengundurkan diri sewaktu-
waktu tanpa sanksi apapun.
Pernyataan bersedia diwawancara, diukur dan diperiksa
" -,
Nomor Kode Sampel
- . ..

....... ··········· ..............................


No. Nama Respondrn Tgl/bln/th_n Tanda tang~p/ ~ftp Tanda tangan/
Urut [empol dlrlsendlrl Cap jempol·Wal
ART '

'

·Nama Saksi** Tgl/bln/thn Tanda Tangan


, '
'

• ~

'
.
..... ,.. . ~
.
Keteranqan:
*PSP dibuat 2 rangkap, untuk:
- Responden (1 lbr)
- Tim pewawancara (1 lbr), kirim ke korwil bersarna kuesio'ner
t -,. t ~ • •
, Untuk Responden Biomedis
,Sadan Penelltlan dan Penqernbanqan Kesehatan
Departemerr Kesehatan R.I.
Jalan Percetakan Negara 29
Jakarta10560 INOONESIA
SEHAT
2010

RISET KESEHATAN DASAR 2007


NASKAH. PENJELASAN*
, \
Sadan Penelitian dan -Penqembanqan-Kesehatan t. 'Departernen Keseliatan RI mulai buIan· Juli. s/d
Desember 2007 akan-rnelakukan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)'·di ~'3 Propinsi di Indonesia
yang mencakup 280.000 rumah tangga yang tersebar di 18.000 blok sensus.
Riset ini bertuiuan UntUk mehdapatkan berbaqai 'data'kesehatari masyarakat dan data· biomedls.
sasaran'nsetjnt aeala!;r rursah tangga dan anggota rumah tangga ¥an~tt~rpilih. · ~.
a
Akan dilaktlkan wawancara, p"'engukurandan perneriksaan pad kepfula rurnah t.angga·da'n semua
anggota rumah tangga. !

Wawancara meliputi keterangan diri, riwayat kematiari- ... dalam rumah tangga, pefayanan
kesehatan, sanitasi lingkungan, konsumsi 'rnakanan, peny€i'kir menular dan tidak menular, riwayat
penyakit turunan, ketidak mampuan, cedera, irnunisastpenqetahuan, sikap dan perilaku terhadap
kesehatan, kecacatan dan kesehatan mental.
Pengukuran yang dilakukan meliputi pengukurari.Jinggi b,PcMn: berat badan, tekanan darah, lingkar
perut untuk dewasa dan linqkaran lengan atas untuk wanita umur 15-54 tahun. Pemeriksaan
meliputi ketajaman penglihatan mata, kesehatan gigi, kadar iodium dalam garam.
Waktu yang dibutuhkan untuk wawancara, pengukuran dan pemeriksaan dalarn satu rumah
tangga adalah sekitar 2 jam.

Hanya dibacakan untuk responden yang akan diambil sampel urin dan contoh garam
untuk pemeriksaan iodium.

Rumah tangga Bapak/ lbu juga termasuk darl sebagian rumah tanqqa yang akan diperiksa
kadar iodiumnya. Untuk itu perlu dikumpulkan contoh garam yartg digunakan sehari-hari
untuk memasak sebanyak 3 sendok makan dan contoh urin (air seni) dari anak Bapak/ lbu
bernama ." (usia 6-12 tahun) sebanyak 3 sendok makan.

Selain itu juga dilakukan pengambilan darah di laboratorium yang ditunjuk guna mengetahui
penyakit yang mungkin terjadi berkaitan dengan penyakit menular, tidak menular, kelainan
gizi dan kelainan bawaan. Yang diambil darahnya adalah semua anggota rumah tangga usia
1 tahun keatas. Untuk orang dewasa (umur .::: 15 tahun) yang akan diambil darahnya, perlu
persiapan puasa 1 O - 14 jam sebelum pengambilan darah, termasuk tidak merokok, tidak
melakukan aktivitas berat, tidak sarapan, minum air putih tawar diperbolehkan. Bapak/ lbu/
Saudara akan diberi minuman 1 gelas yang mengandung gula sebelum diambil darahnya.
Untuk wanita hamil, anak dan balita tidak perlu puasa. Darah vena yang akan diambil
sebanyak 1 sendok makan (15 ml) pada dewasa, masing-masing 1 sendok teh (5 ml) pada
wanita hamil, anak dan balita. Pengambilan darah dilakukan oleh petugas pengambil darah
yang terlatih. Dalam pe,ngambilan darah akan ada sedikit rasa nyeri .sepertl digigit semut,
namun tidak ada risiko yang membahayakan. ?engambilan darah diawasi oleh tim medis
yang berpengalaman disertai peralatan yang memadai.

Partisipasi Bapak/lbu/Sdr/Sdri adalah sukarela dan bila tidak berkenan sewaktu-waktu dapat
menolak tanpa dikenakan sanksi apapun.

Bpk/lbu/Sdr/Sdri akan mengetahui keadaan kesehatan dan sebagai tanda terima kasih,
kami akan memberikan penggantian waktu sebesar Rp. 20.000.- per keluarga. Anggota
keluarga yang terpilih diambil darahnya, akan mendapatkan uang pengganti transport Rp.
35.000.- per orang, dan disediakan makanan setelah pengambilan darah.
Anda akan mendapatkan hasil pemeriksaan gula darati, darah rutin atau kadar Hb bila
,peralatan otomatis tidak ada. '

Jika terjadi sesuatu yang memerlukan pertoJongan.dokter pada saat pengambilan darah
maka Bpk/lbu/Sdr/Sdri akan segera diberi pertolongan, bila perlu dirujuk ke Rumah Sakit
dan biaya akan ditanggung oleh Sadan Lltbang Kesehatan.

Semua informasi dan hasil pemeri~saan yang berl<aitan dengan keadaan kesehatan Bapak/
I bu/ Sdr/ Sdri akan dirahasiakan dan disimpan di Sadan Penelitian -dan Pengembangan
, ~esehatan-;DepKes, .Jakarta -dan hanya digyn9kan urtu~ pengef11bql)ga,nkebijakan program
kesehatan.dan pengembanqan ilmu penge\ahuan.

Bila Bapak/ lbu/. ~dr/ Sdri. memerlukan penyelasan lebih lanjut- menqenai riset ini, dapat
menghubungi Badan ,L!hb.apg Kesehatan-Departernen Kesehatan R.1.., t; J9laQ Percetakan
Negagl 29, .Jakarta 10569; relp·.'~Q2,1) 4261088 ext 146, Telp/sras (021) .9f32.64854,fax (021)
4209866, email riskesdas@litbang.depkes.go.id atau
.1. Kepala Di,nasKqsehatan Ka~upa\~n/ Kota setempat
2. Dr. Sunarrio Ranu .V,:V~dj9jo, MPH (l;iP 081184847~)
3. dr. Endang.R. ~ed~91Jingsih,MPH, Qrl?H. (1-!P 081685p887)
Keterangan: "Naskah, Penjelasan hanya djberikan 1 (s,atu)/ rumah tangga, dapat
dibacakan beberapa kali untuk mas]ng-masing responden
I f.
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN(PSP)*
(INFORMED CONSENT)

Saya telah mendapatkan penjelasan secara rinci dan mengerti mengenai Riset Kesehatan Dasar
yang dilakukan oleh Sadan Litbangkes-Departemen Kesehatan RI. Saya mengerti bahwa
partisipasi saya dilakukan secara sukarela dan saya dapat menolak atau mengundurkan diri
sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.

Pernyataan bersedia diwawancara, diukur, diperiksa dan diambil darah

Nama Responden Nomor Stiker Tgl/bln/thn Tanda tangan/ Tanda tangan/


Cap jempol diri Capjempol
sendiri Wali**

Nama Saksi*** Tgl/bln/thn Tanda Tangan

Keterangan
* PSP dibuat 3. rangkap untuk:
- Responden (1 lbr)
- Pertinggal di Laboratorium Kesehatan Daerah/ RS/Swasta (1 lbr, dititip pada petugas
lapangan/ puskesmas untuk diserahkan kepada petugas lab)
-Tim Pewawancara (1 lbr), kirim ke Korwil bersama kuesioner

** bila responden berusia < 15 tahun atau responden sulit berkomunikasi

*** Diluar tim pewawancara, bisa orang yang mempunyai hubungan keluarga,
tetangga atau KetuaRT
Lampiran 3

>REPUBLIK INDONESIA
- OEl'ARTEMEN l<:ESEHATAN
SADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

RISET KESEHATAN DASAR 2007


PERT ANY AAN RU MAH T ANGGA DAfi INDIVIDU

RAHASIA RKD07. RT
~-f.r"~i!' .. :<
"'{)'~,-""'

Provinsi DD
2 Kabupaten/Kota'l DD
3 Kecamatan DOD
4 Desa/Kelurahan·i DOD
5 Klasifikasi Desa/Kelurahan 1. Perkotaan 2. Perdesaan D
6 a. Nomor blok sensus
b. Nomor sub blok sensus

7 Nomor Kode Sampel DDDDD


8 Nomor urut sampel rumah tangga DD
9 Alamat rumah

Nama kepala rumah tangga:

2 Banyaknya anggota rumah tangga: DD


3 Banyaknya anggota rumah tangga yang diwawancarai: DD
4 Jumlah balita (umur di bawah 5 tahun): D
.5 Jumlah kematian ART dim periode 12 bulan sebelum survei dan dilakukan verbal otopsi: D
6 Apakah Rumah tangga menyimpan garam? 1. Ya 2. Tidak 7 Blok Ill D
7 Lakukan tes cepat lodium dan catat kandungan lodiumnya 1. Cukup (biru/ungu tua)
2. Tdk cukup (biru/ ungu muda)
D
3. Tidak ada iodium (Tidak berwama)
' '
SAM PEL GARAM DIAM BIL HANYA UNTUK ,30 KAB/ KOT A TERPILIH (LIHAT DAFT AR KAB/ KOTA DI PEDOMAN PENGISIAN)
I
8 STIKER NOMOR G~RAM (RUMAH TANGGA} TEMPEL STIKER DI SINI

Nama Pengumpul Data: 4 Narrta Ketua Tim:


Tgl. Pengumpulan data: Tgl. Pengecekan:
2 (tgl-bln-thn) DD-DD-DD 5
(tgl-bln-thn) DD-DD-DD
Tanda tangan Tanda tangan Ketua
3 6
Pengumpul Data Tim:
*) coret y~ng tidak perlu
IV. KETERANGAN ANGGOTA RUMAH TANGGA
Hubung- Jenis Umur Khusus ART r::: 10 Khusus ART Jika ya, Verifil
an Kelamin {tahun) Statlrs Gllun ART semalam apakah
No. dengan Kawin Pendi- Peke~aan perem- tidur di kelambu
urut Nama kepala dikan utama puan dalam berinsek·
ART Anggota Rumah rum ah Tertinggi 10-54 kelambu? tisida?
Tangga tangga Jika umur tahun
(ART) < 1thn
isikan Apakah
"00" sedang 1. Ya 1. Ya
1. La~i2 Jika umur . Hamil? 2. Jidak 2. Tidak
I
[KODE]
2. Perem-
pua11
<::: ~7 thn.
isikan
. 1.Ya
~kol.12
8. Tdk Tahu
8. Tidak
Tahu
I
[KODE] [KODE] [KODE]
"97" 2.Tidak ~ kol.12
'
(1) --. (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12,

c
It

_\
1. - 1 D DD D D DD D D D
2.•
.
. ·o D DD D D DD D D D r
.
3. D D DD D D DD D D D c
4. D D DD D D DD D D D D
5. D D DD D D DD D D D D
--
6. D D DD D D DD D D D D
7. D D DD D D- DD D D D D
'
8. D D DD D D DD· D D D D
9. D D DD D D DD D D D D
'
10.
I

D D DD D D DO D D D D
11. D D [JD D D DD D D D D
12. D D DD· D D DD D D D D
13. D D DD D D DD D D D D
14. D D DD D D . DD D D . D D
-oo- D - ·oo
>

15. D D .D TI D D D '
'
GYNAKAN L€MBAR TAMBAHAN APABIL:A. ·dUMLAH
. . ART> 15-0RANG·
Kodekolom3 Kode .kQlom 6 ·-Kode kolom 7· Kode"kolomB 'Kode kolonr12
ubungan dengan kepala rumah tangga Status Kawin Pendidikan Tertinggi Pekerjaan Utanla Veriflkasl
= Kepala rurnah 6 = Orang tua/ rnertua 1 = Belum kawin 1 = Tidak pernah sekolah 01 = Tidak ke~a 08 = Wiraswasta/ 1 = Tjdak ada perubahan
tangga 7 =Famililain 2=Kawin 2 = Tidak tamat SD •02,= Sekolah Pedagang 2= Ada perubahan
= lstri/suanii 8 = Pembantu rumah =
3 Cerai hidup 3 =T9matSD • 03 = lbu umati fangga 09 = Pelayanan Jasa 3 = Meninggal
=Anak tangga =
4 Cerai mati 4 =Tama! SLTP 04 =-TNl/Polri 10 = Petani 4 = Pindah
= Menantu =
9 Lainnya 5 = Tarnat SLTA 05 = PNS 11 = Nelayan 5 = Lahir
= Cucu 6 = Tamai Perguruan Tinggi 06 = Pegawai BUMN 12 = Buruh 6 = Anggota bani
07 = Pegawai swasta 13 = Lainnya 7 = T dk pernah ada dim
~ I
r-------£1\-V-.L-OO_)l_}l""t---------------------,------------------.;
:~~~s :
ZAV'LOO)l1! eAuu1e1l!)leAuad=9L ron:J = g !
:u41s>·µe46z !\ew J!4e1 tAeq =SL 8lfOJlS = OL epe1eV\I =so eAuu1e1=6 n1ueuavi = p I
seJ!Ntu!leSJa8fl!Wl!H = PL 6un1uef!!sua)Jad1H = sb ::>81 = PO e66ue1 4ewru niueqwad = g )leuv = £ ,
~AV 'LOO)IH eJapa::ifUee>1e1aoa)I = £L SllJ!l = 90 )ledwe::i = £0 u1e1 mwe.:1 = L !W80SJ\llS( = z
:(1V1VN03N) µe4 6Z > JOW01JJ8)1Ue)I = ZL 6u1un>111>1es = LO rued 6uepe.JfVdSI = ZO efl)JaWJelll fluruo = 9 e66ue14ewru e1eda)l = ~
=H3NOIS3n>I NV>IVNn~ siuew 6upua>1 = LL 4ruepJaq wewaa = 90 aJeta = LO lH e1edalf ueBuap ueBunqnH p WOfOlf apo)!
1e66u1uaui }l!l!S Jnwn Ul!!tl!Wa)I qeqai{uad g WOIOll apO)I
L wo10>1

Jauo1samfs1uaf lllJ!Waw )lntun (1e66u1uaw iees mum] L wo1o~ie411aw ue6uap A\f'L00)1~ Jauo1sam1 ue)feun66uaw
ue6uap'Ue)ltnfue1~>1ew~16uns6uepaq 1aAJns ue6uap 1ettwes 1aAJns, umpqes uejnq ii spoped we1ep uenewa)f iedepJat e>f!r.

......... . . .....
'
~
un4e1 DD
'
DDUlU
ue1na_DD ·p
D D
DDU18
D DD PBHDD I

......... . ..... un4e1 DD


DDU41
ue1na DD '£
D D
D
. DD µeHDD
DD UIS

......... . ..... un4e1 DD


DDU41
ue1na DD
D DDU18
D 'z
D DD µeHDD

......... ~
...... .un4e1 DD
DDU41
.~
ue1ns DD
D UIS

D DD µeHDD DD

(6) (g) (L) (9) (s) (vl (£) (Z)


eAuu1e1 ·g !NnHVl mnv NVlns n'V1v
(unesJaq 4e1a1as IHVH :s111v13 ruvs HVlVS ISi]
J4 09) SBJ!U ese~ ·p [3ao>1J u41 WOIO)j eped L6 s11n1 Ulj) L6 < (=:
UB)IJ!42J0~ '£ !Jelj WOIOlf [3ao>1J
uem6n5a)I ~ eped 96 sn111 new J!IJei (=:
µeH Jd 'l e66ue1
uenwe4a>1 · ~
wo10>1 eped oo S!Jlll µe4 L > (=: lll'~ POOl !Jnr ~ 4ewn~
:eped 1pe~a1 uenewa)I µe4 weiep S!llll ue1nq L > (=: )lefas uenewa)I e1eda>1 1e66u1uaw
4eljede '1e66u1uaw ewe in ue1nq weiep s11n1 4l L > (=: U!WBl8lf ue1pefa)l ue5uap Bue A
Bueku41 pg - m qeqaAuad 1e66u1ua~ 1ees mwn s1uar un4e 1 uep ue1ns ue6unqnH eWBN 1run
mwn e11ueM )ln1un 'ON

r . IA >101e 3>1 eNnseN\f1 tooz nnr ~ >l\fras N'cfl1VW3>1 Nv1avra>1 vav >1vd11 \f)llr

D .•
·; ............ 'BAUU!Bl 'd
D ioumj /Ja)!Ue)I ·1
D smtdA! ·4
D
~81 'P

D gew J!4BI !ABS ·o


D s1uew 6upua>1 ')!
D 6u1un)l l!)IBS ·6
D ljedwe8 'o

D
'SBJ!N /U!IBSJ88 /l!WBH ·u
D a)IOJlS ·f
D
080 J
D e1uownaud /'v'dSI· ·q

D
arapeo 1uee)le1a:>a>1 ·w
D 6un1uer / 1suapad1H ·1
D epe1ew ·a
D aJe!a ·e

)l\fQll=i n\fl\f \fA=~ 300)1 N\fE>N30 N'cf>llSI


(ll)f\f AN3d N\fHllld N\f)l\f:)\f8) :1N1 H'v'Mvs 10 ll>l'v'AN3d 'IN3~V>I POOZ nnr ~ >l'v'r3S NVl! 'v'~3>1 N'v'IO'v'r3>1 'v'O'v'.HV>IV d'v' ~

~OE>NVl H\fWn~-~'v'JVC V.,\N'tH •••• (11\fW ~IH\f1 IA\f8 N\flCVr3>1 >lnSVWH3l) tOOZ nnr ~ xvras N\fll'v'W3>1,NVIC\fr3>t l

( ~ "'IO>f J\I ~01e ie411) :1eJe:>ueMeMfp 6uel\ !HV inJn 'ON ~ :1eJe:>ueMeM!P 6uel\ !HV eweN
DD
- '

'
:v1 AKSESOAN<~EMANf AAtA~Rl:LlY~,NlR:~EHArjtr
.. ~ •. ~-'> .• i:.o.,. ~ -_., .~ " ·"·-·~~~f'l-~-"-'1_...:~_.,._· '\,_{ ~-~- ~· J>;;:o.=.,."
·.>-.--~--• ::.:• ~;.~
:.\"-"'
;""' .
. ·~. -·~·
} ·~ ..i'a

1a. Berap~jacak yang harus ditempuh.ki:!J;atana p,elayanari kesehatarrterd~kat (Huma.h Sakit,


P4~kesmes, PJ.!Stu, Qokter pr?Jtek,.Bidan Praktek)?
.......... Km 0,0
.
........... meter DD.D
1b Berapa waktu tempuh ke sarana pelayanan kesehatan terdekat (Rumah Sakit, Puskesmas,
Pustu, Dokter praktek, Bidan Praktek)?
.......... menit D-DD
e
.
'2a Berapa jarak yang harus diteoipuh ke sarana pelayanan kesehatan terdekat (Posyandu,
P.oskesdes, Polindes)?
.......... Km DD
I
I
.
........... meter DOD
- "2b i
• Berapa waktu tempuh ke sarana 'pelayanan kesehatan terdekat (Posyandu, Poskesdes,
Polindes)? I
.......... menit DOD
.- - . - - -
3 Apakah tersedia angkutan. uni um ka'fasilitas pelayanan kesehatan terdekat? (berlaku untuk
~ - '""P.1a dan P.2a) - 1. Ya 2. Tidak D
4· Apak'ah rumah tangga ini pernah memanfaatkan pelayanan Posyandu/ Poskesdes dalam 3 1. Ya
bulan terakhir?· 2. Tidak 7 P.6 D
-
5 Jika ya, jenis pelayanan apa saja yang diterima: (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN i)
ISIKANKODE JAWABAN DENGAN 11:!YA 2!::TIDAK 7=TIDAK BERLAKU

a. Penimbangan D d.KIA D g. Pemberian Makanan Tambahan D


b. Penyuluhan D e.KB D h. Suplementasi gizi (Vit A, Fe, Multi gizi mikro) D
c. lmunisasi D f. Pengobatan D i. Konsultasi risiko penyakit D
,
LANJUTKAN KE P.7

-
6 Jika tidak memanfaalkan pelayanan Posyandut Poskesdes, apakah alasan utamanya?
1. Letak posyandu jauh 2. Tidak ada posyandu 3. Pelayanan tidak lengkap 4. Lainnya: ........................ D
r

7 Apakah rumah tangga ini pernah memenfaatkanpelayanan Polindes/ Bidan Desa dalam 3 1. Ya
'
'bulan 'terakhir? '
. .
2. Tidak 7 P.9 D
r 8 . ji~a ya, jenis ~elaYanan apa saja yang dlterrna: ~BACAKAN. POINT a SAMPAI DENGAN f)
. lSIKAN KOO !AWABAN DENGAN .1=YA 2=TIDAK 7= TIDAK BERLAKU
' . .
e. Pemeriksaan bayi (1-11 bulan)
a. Pemeriksaan kehamilan D c.Pemenksaan ibu nifas D dan/ atau anak balita (1- 4 tahun) D
b. Persalinan D d. Penieriksaan neonatus (<1 bulan) D f. Penqobatan D
7

LANJUTKAN KE P.10
'
9 JikaJi~k rnemanfaatkanpelayenan Poli~deS/ Bida,!l Desa, apakah alasan utamanya?
1. Letal< polindes/bidan descrjauh
2. Tidak ada polindes/.bidan desa
3. Pelayanan tidaklenqkap
4: Tidak membutuhkan
5:Lainnya: ................... D
.. ~ . - , . . . - """'"'-'"'"" . '
.
10 Apakah hnnah tangga ini pernah Memanfaatkan pel~yanan Pos Obat Desa (POD)/ Warung 1.Ya -?VII
' Oba! desa•.,(W6Q) dalam 3 bulan terakhir? 2. Tidak D
11 Jika tidak memanfaatkan POD/ WOO, apakah alasan utamanya?
1. Lokasi jauh
2. Tidak ada POD/ woo
3. Obat tidak lengkap
4. Tidak membutuhkan
5. Lainhya; ....................
0
. .. . .. .~ ..
- ·,Vll.·SANITASl'l~ftGKUN~t·/ ·- ~·--.
' '"'" .£
t· .~··· .. ; .••.

'
" -~- -i<!'>•. "- :~ .•.·'·!I. ...~·'-'.·~~ ... it . .-•.•. ~· ;;_;,\-,, ;>-
' "''·' {/' '~ f.. ~

1. Berapajumlah pemakaian air untuk keperluan Rumah Tangga? - ........... liter/hari DODD

2. Berapa jarak/laina waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh air (pulang-pergi}? a. Jarak .... Km a. DD
b. Lama ... Men it b.DDD
1. Ya
3. Apakah di sekitar sumber air dalam radius <10 meter terdapat sumber
2. Tidak D
pencemaran (air limbah/ cubluk/ tangki septik/ sampah}?
3. Tidak ada sumber air
4. Apakah air untuk semua kebutuhan rumah tangga diperoleh dengan-mudah 1. Ya (mudah}
sepanjang tahun? 2. Sulit di musim kemarau D
3. Sulit sepanjang tahun

5. Bila sumber air terletak di luar pekarangan rumah, siapa yang biasanya 1. Orang dewasa perempuan
mengambil air untuk keperluan Rumah Tangga 2. Orang dewasa laki-laki
3.
4.
Anak laki-laki
Anak perempuan
o.
, . 5. Sumber airdi dalam pekarangan rumah
'
6. Bagaimana kualitas fisik air minum? (BACAKAN POINT, a §AMPAI DEN~A~ e)
ISIKAN KODE JAWABAN DEN GAN 1 =YA ATAU 2=TIDAK

a. Keruh D b. Berwarna D c. Berasa D d. Berbusa D e. Berbau D


7. Apakah jenis sarana/ tempat penampungan air minum sebelum dimasak?
1. Tidak ada/langsung dari s,umber 2. Wadah/tandon terbuka 3. Wadah/tandon tertutup D
8. Baqaimana pengolahan air minum sebelum diminum/ digunak<Jn? (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN e)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK

a. Langsung diminum Db. Dimasak D c. Disaring W d. Diberi bahan kimia D e. Lainnya: ................... , D
9. Dimana tempat penampungan air limbah,dari kamar mandi/ tempat cuci/ dapur?
1. Penampungan tertutup di pekarangan/ SPAL
2. Penampungan terbuka di pekarangan
3. Penal'npungan di luar pekarangan
4. Tanpa penampungan {di tanah) 5. Langsung ke got/ sungai -
D
10 .• Ba~imarra saluran pembuangan air lirnbah dart kamar ma~di/ dapur/ tempat cuci?
1. Saluran terbuka 2. Saluran tertutup 3. Tanpa saluran
-
D
11. Apakah tersedia tempat pembuangan sampah di luar rumah? 1. Ya 2. Tidak 7P.13 D
12. Bila ya, apa jenis tempat pengumpulan/ penampungan sampah rumah tangga di
luar rumah tersebut?
a. Tempat sampah tertutup D
(BACAKAN POINT a DAN b)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1 =YA AT AU 2=TIDAK
b. Tempat sampah terbuka D
13. Apakah tersedia tempat penampungan sampah basah (organik) di dalam rumah? 1. Ya 2. Tidak 7P.15 D
14. Bila ya, apa jenis tempat pengumpulan/ penampungan sampah basah (organik} di
dalam rumah?
a. Tempat sampah tertutup D
(BACAKAN POINT a DAN b}
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK
b. Tempat sampah terbuka D
15. Apakah Rumah Tangga ini selama sebulan yang lalu menggunakan bahan kimia yang termasuk dalarn golongan bahan berbahaya dan
beracun (83) di dalam rumah (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN h)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK

a. Pengharum ruangan (spray) D e. Penghilang noda pakaian D


b. Spray rambut/ deodorant spray D f. Aki (Accu} D
c. Pembersih lantai D g. Cat D
d. Pengkilap kaca/ kayu/ logam D h. Racun serangga/ Pembasmi hama D
'16. Apa jenis ternak yang dipelihara?
. Dipelihara? Dipelihara di :
1. Ya 1. Kandang dalam rumah 3. Rumah tanpa kandang
Ternak/hewan peliharaan 2. Tidak 7 ternak berikutnya 2. Kandang luar rumah 4. Luar rumah tanpa kandang
(1) (2)

a. Unggas (ayam,bebek, burung) D D


-
b. Ternak sedang (kambing,domba,
babi) D D
c. Ternak besar (sapi,kerbau,kuda) D D
d. Anjing, kucing, kelinci D D '
17. Jarak rumah ke SUIT\ber pencernaran? .
JIKkTIDAK TAHU JARAK KE SUMBER PENCEMARAN 71SIKAN "8888" PADA KOLOM (2) JARAK (METER)
JI!µ TIDAK ADA SUM BER PENCEMARAN 7 isn<AN ·:9g99i· PAl1A K9to'M j2) JARAK (METER)
i . .
Sumber Pencemaran Jarak (meter) Sumber Pencemaran Jarak (meter)
' .
(1) (2) (1) (2)

a. Jalan raya/ rel kereta api ·DODD e. Terminal/stasiun kereta api/bandara DODD
b. Tempat Pembuangan Sampah
(Akhir/Sementara)/lncinerator/lPAL RS DODD f. Bengkel DODD
c. lndustri/pabrik D-DD-D g. Jaringan listrik tegangan tinggi
(SUTT/ SUTET) DODD
d. Pasar tradisional
.
ODDO
.. . ~
h. Peternakan/ Rumah Potong Hewan
(termasuk unggas) DODD
.
'

,\ l ~

£ATATAN t:>ENGUMPU~ DATA

.
I RAHASIA I '' '
RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS 20on I .
RKD07.GIZI
'
.
I"_ •.
'
>
-~£;NGEN'~l;:AN"l"a1P ~ T: ~· ...
.
'
-· -,
.~- '~ -' . .
-No. urut
Prov Kab/ Kota Kee Des a/Ke I No Kode Sampel
.... _.oil<"~
Sensus Blok Sensus . sarnpel RT
'
I I I I I I I I t I
Kutip dari Blok I PENGENALAN TEMPAT RKD07.RT
,
- '
.:-v111"';1<~~$DM~t.MAkc\flAN ~UMAH; A~GG~ {24·{{AM{i~ti.Jl'.~~:'..J~)~;~;.<:j}. :~ ,.
'· :fj:~"

1 j KETERANGAN JUMLAH ART DAN TAMU YG MAKAN DALAM RT BERDASARKAN UMUR, JENIS KELAMIN, DAN WAKTU MAKAN
PAGI SIANG .MA!-AM
- . p: ~ - .. ''[ ·-- ~. ""'' -·
KELOMPOK
Jumlah ART L P, . 'p c ., .:.. . .,,,~

(salin.dari (orang)· {orj;!(fg) {orang) (orang) (orang) {or<;Jng)


UMUR
Blok IV)
·-ART TAMU ART TAMU ART TAMU ART T-AMU : AIU ~TAMU' ;.:ART T-AMU .
0-11 bu Ian

1 -3 -tahuri

4-6 tahun
7-9 tahun .
10-12 tahun
13-15 tahun
16-18 tahun
19 - 29 tahun
1

30-49 tahun
50- 64 tahun
>64 tahun

. Jumlah ~ - .

- 2 I KETERANGAN~JUMl::AHNKONSUMSl·MAKANAN OA~A~11 HARl-(24· JA~) YANG µ1:;u " .


Makan pagi I .................. orang I · M.akan Siang I .................. orang t: fAakan ~alam . -1 ..................orang
Waktu Banyaknya yg dikonsumsi
Masakan/Menu Jenis bahan makanan
Makan
Ukuran Rurriah Tanaaa Berat Caram)


~
{~~:;;.-::
,3 j.KiTERAN~A.N:.J,UMLAH KOt'lSlJ,MSl·MAl<A~~fJ:Atil~K.(O' ~ 24,BUL.4.'N_) DALAfvM fi~~I (~4J~M)YAN~#lt1- . -~ ~.. >

. {\ ",

I
·~·

- N~maApak: I ······························ · ············"'········ ·········· ·················· · No UrutART I


" Banyaknya yg dikonsumsi i j
Waktu J
Masakan/Menu Jenis bahan makanan 1]
Makan Ukuran Rumah Tanooa Berat (Qram}
•. . . j

<1.;

- ..

.
.,,'
'

'

.-
r
CATATANPENGUMPijCUAT-A
I RAHASIA
I RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS 2007)
. ·.
-
I RKD07.IND
I
. - -PENGENALA~TliME>AT -,;.:_ ~-~·
...
No: urut
Prov Kab/ Kota Kee Desa/Kel No Kode Sampel
.. D~~ Sensus Blok Sensus sampel RT
. I
>

. I I I I -
I I I
• 1<utip darl Blok I PENGENALAN TEMPAT RKD07.RT
~ ., . ...
,..... :.; ' .., -· ,_1'
·1x. ~ETEAANGAtt wAV:JA.NcAAA.!N'bf~10µ:~'':;·,~,,..~ ..". :·:·';z~ .• :~~-~-~~;~:';~~ ~f~ .
~- T

Tanggal kunjungan pertama:


1.
T gl -Bln-Thn DD-DD-DD 3. Nama Pengumpul data
Tanggal kunjungan akhir:
2.
Tgl -Bln-Thn DD-DD-DD '
'4. T anda tangan PengumptAI data
. ~ ... ,·· ... ;_-': ...~::;: ... - ·~.,~
X. KliTE.RANGAN
"' . "
INOIVIDU
. " ~. ... . •
' .. , '
A. IDENTIFIKASI RESPOND~
-
-
A01 Tuliskan nama dan nomor urut Anggota Rumah Tangga (ART)
.
NamaART ........................ 'Nomor unit ART: DD
A02 Untuk ART. pada A01 < 15 tahun/ kondisi sakit/ orahg tua yang perlu
didampingi, tuliskan nama dan nomor urut ART yang mendampingi
NamaART ·~· ......................
-
Nomor urut ART: DD
'
:a. ·PENYAfttt MENu(A~; rioAKMENuLAR, eA~·Rt~.i\vA.t:is~NY:~~·f.i:~ij~MNt:'·
'
< :· ., ...
_
<

[NAMA] pada pertanyaan di bawah ini merujuk pada NAMA yang.tercatat pada pertanyaan A01
PERTANYAAN 801-840 DITANYAKAN PADA SEMUA UMUR
INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)/ INFLUENZA/ RADANG TENGG9ROKAN
B01 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah didiagnosis menderita ISPA oleh tenaga kesehatan
(dokter/ perawat/ bidan)?
1. Ya;+ 803
2. Tidak D
B02 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah rtienderita panas disertai batuk berdahak/ kering atau 1. Ya
-
pilek? 2. Tidak D
PNEUMONIA/ RADANG PARU ~..,

B03 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah didiagnosis menderita Pneumonia oleh tenaga kesehatan
(dokter/ perawat/ bidan)?
1. Ya~ BOS.
2. Tidak
[1
B04 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah menderita panas tinggi disertai batuk berdahak d~n napas
1. Ya
lebih cspat dan pendek dari biasa ( cuping hidung) I sesak nafas dengan tanda tarikan dinding dada bagian
bawah?
2. Tidak
. D. '
DEMAM TYPHOID (TIFUS PERUT)
805 Dalam 1 bulan terakhlr, apakah [NAMA] pernah didiagnosis menderita Demam Typhoid oleh tenaga 1. Ya~ 807
kesehatan (dokter/ perawat/ bidan)? 2. Tidak D
B06 Dalam 1 bulan terakhir, apakah.[NAMA] pemah menderita panas terutama pada sore malam hari > 1
. '
1. Ya
minggu disertai sakit kepala, lida_h kotor dengan pinggir merah, diare,atau tidak bisa BAB? 2. Tidal< D
MALARIA
B07 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah didiagnosis menderita Malaria yang sudah dikonfirmasi 1.Ya~809
dengan pemeriksaan darah oleh tenaga ke~ehatan (dokter/ perawat/ bidan)? 2. Tidak D
B08 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah menderita panas tinggi disertai menggigil (perasaan
1. Ya
dingin), panas naik turun secara berkala, berkeringat. sakit kepala atau tanpa gejala malaria tetapi sudah
minum obat anti malaria?
2. Tidak 7 810 D
'
B09 Jika Ya, apakah [NAMA] mendapat pengobatan dengan obat program dalam 24 jam pertama menderita 1. Ya
pan as? 2. Tidak D
DIARE/ MENCRET
B10 Dalam 1 bulan tera~hir, apakah [NAMA] pernah didiagnosis menderita Diare oleh tenaga kesehatan 1. Ya~812
(dokter/ perawat/ bidan)? 2. Tidak D
811 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah menderita buang air besar leblh da'ri 3 kali dalam sehari 1. Ya
dengan kotoran/ tinja lernbek atau cair? 2. Tidak7 813 D
812 Apakah pada saat diare, diatasi dengan pemberian Oralit/ pemberian larutan gula garam/ cairan rumah 1. Ya
tangga? 2. Tidak D
..
CAMPAK/ MORBILl
'
813 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA].pernah didiagnosis rnenderita campak oleh tenaga kesehatan 1. Ya~ srs
(dokter/ perawat' bidan)? '
2. Jidak C.
. . .. '

c
• ill.

814 Dalam 12 butan terakhir, apakah [NAMA]"pemah menderita panas·tinggi disertaimata rnereh denqan 1. Ya
• banyakkojoranpada mata, ruam merah pada kulit terutama pada leher..dan dada? 2. Tidak
-
''
TUBERKULOSIS PARU (TB PARU)
815 Dalam 12 bulan terakhir, apakah (NAMA] pernah didiagnbsis menderita TS Paru oleh tenaga kesehatan
(doktert_eerawaU bidan)?
-
1.Ya~817
2. Tidak c.
r

816 Dalam 12 bulan terakhir, apakah-[NAMA] pernah menderita 6aluk' ~·2 minggu disertai dahak-atau dahak 1. Ya
bercampur darah/ batuk berdarah dan berat badarfsufif bertambah/ menurun?
- - ...... - ...-... l!o
2. Tidak D
DEMAM BERDARAH DENGUE (D8D)

817. Dal am 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah didiagnosis menderita Demam 8erdarah Dengue oleh 1. YCJ ~ 819

-
tenaga kesehatan (dokter/ perawatl bidan)? 2 . .Jjdak D
818 Dalam 12 bulan terakhir~-afcakah (NAMAJ pernah menderita demam/P.anas, sakit kepala/ pusing disertai
1. Ya
a
nyeri di uluhati/ perut kiri as-muai-dan muntah·; lemas kadang~kadang disertai-bintik-bintik merah dt
2. Tidak D
bawah kulit dan/ atau mimisan, -kakif.tangan dingil'l?
"
HEPATITIS/ SAKIT LIVER/.SAKIT·KUNING •
819 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah didiagnosis menderita Hepatitis oleh tenaga kesehatan 1.Ya~821
(dokter/ perawat/ l:ijdan)? 2. Tidak D
820 Dalam 12 bulan terakhir apakah [NAMA] pemah menderita dernam, lemah, gangguan saluran cerna, 1. Ya
(mual, muntah, tidak nafsu makan), nyeri pada perut kanan atas, disertai urin warna seperti air teh pekat,
mata atau kulit berwarna kuninq?
2. Tidak D
FILARIASIS/ PENYAKIT KAKI GAJAH
21 Dalam 12 bulan terakhir, apakah (NAMA] pernah didiagnosis rnenderita Filariasis oleh tenaga kesehatan 1. Ya~B23
(dokter/ perawatl bidan)? 2. Tidak D
22 Dal am 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah menderita radang pada kelenjar di pangkal paha secara 1. Ya
berulang, atau pembesaran alat kelarnjn/ payudara/ tungkai bawah dan atau atas (Filariasis/ kaki gajah)? 2. Tidak D
ASMA/ MENGll BENGEK
23 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah didiagnosis menderita Asma oleh tenaga kesehatan 1. Ya~ 825
(dokter/ perawaU bidan)? 2. Tidak D
24 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah mengalami sesak napas ~isertai bunyi (m~ngi)/ Rasa 1. Ya
tertekan di dada/ Terbanqun karena dada terasa !e_rtekan di P.agi hari atau waktu lainnya, perang~n sesak
napas/terengah-en'gah tan pa sebab yang jelas ketika tidak sedang berolah raga atau melakukan aktivitas
fisik lainnya?
2. Tidak
o
GIGI DAN MULUT
1. Ya
25 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] mempunyai masalah dengan gigi dan/atau muiut?
2. Tidak ~ ,828 D
26 Dalam·12 bulan terakhir, apakah [NAMA] menerima perawatan atau pengobatan dari perawat gigi, dokter • 1. Ya
gigi atau dokter gigi spesialis? 2. Tidak ~ 828 D
.
27 Jenis perawatan atau pengobatan apa saja yang diterirna untuk masalah gigi dan mulut yang [NAMA] alarni?
(BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN e) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN' 1=YA ATAU 2=TIDAK
- -
a. Pengobatan D .o.Pernasanpangigi palsu tepasanjprotese) atau
gigi palsu cekat (bridge)
·o e. Perawatan gigi lainnya ..
Ya, sebutkan ............ D
'

b. Penambalan/ pencabutan/
bedah gigi atau mulut
D d. K9n9eling tentang pera,'l(atan/ kebersihan ~igi
dan mulut
D
28 Apakah [NAMA] telah kehITangan seluruh gigi asli? j 1. Ya 2. Tidak
I D
------ ------ ------ ----~
CEDE RA

829 Da!am 12 bu!an terakhir, apakah [NAMA] pernah menga!ami cedera sehingga kegiatan sehari-hari 1. Ya
terganggu? 2. Tidak-+ B33 D
830 Penyebab cedera: {BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN p)
ISIKAN KODEJAWABAN DENGAN 1=YAATAU 2=TIDAK
a. Kecelakaan transportasi di darat (bus/ truk, kereta api,
motor, mobil) D i. 8encana aJam (gempa bumi, tsunami) D
b. Kecelakaan transportasi laut D j. Usaha bunuh diri (mekanik, kimia) D
c. Kecelakaan transportasi udara D k. Tenggelam D
d. Jatuh D I. Mesin elektrik, radiasi D
e. Terluka karena benda tajam, benda tumpul D m. Terbakar, terkurung asap D
f. Penyerangan (benda tumpul/ tajam, bahan kimia, dll) D n. Asfiksia (terpendam, tercekik, dll.) D
g. Ditembak dengan senjata api D o. Komplikasi tindak~n medis D
h. Kontak dengan bahan beracun (binatang, tumbuhan,
kimia) D p. Lainnya, Sebutkan .............................. D
·-
831 8agian tubuh yang terkena cedera: (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN j)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YAATAU 2=TIDAK
j. Bagian tumit dan
a. Kepala D d. 8agian perut, tulang
punggung, tulang panggul D g. 8agian pergelangan
tangan, dan tangan D kaki D
h. 8agian pinggul dan
b. Leher D e. Bagian bahu dan lengan atas D tungkai atas - 0 --.
i. 8agian lutut dan
c. Bagian dada
. D f. Bagian siku~ Ieng an bawah
. D tungkai bawah D
832 Jenis cedera yang dialami: (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN i)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK
a. 8enturan/,Luka g. Anggota gerak i. Lainnya:
. me mar D c. Luka terbuka D e. Terkilir, teregang D terputus D ··············· D
b. Luka lecet D d. Luka bakar D f. Patah tulang D h. Keracunan D
PENYAKIT JANTUNG

833 Apakah [NAMAJ selama ini pernah didiagnosis menderita penyakit jantung oleh tenaga kesehatan (dokter/ 1. Ya-+ 835
perawaV bidan)? 2. Tidak D
834 Apakah [NAMA] pernah ada gejala/ riwayat: (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN e)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK
c. Jantung berdebar-debar tanpa e. Tungkai bawah
a. Bibir kebiruan saat menangis atau melakukan
aktifitas
D sebab D bengkak D
d. Sesak natas pada saat tidur
b. Nyeri da'da/ rasa tertekan beraV sesak nafas
ketika berjalan terburu- buru/ me!ldaki/ berjalan
D tanpa bantal D
biasa di jalan datar/ kerja beraU jalan jauh

, PENYAKIT KENCING MANIS (DIABETES MELLITUS)

835 Apakah-[NAMA] selama ini perriah didiagnosis menderita kencing manis oleh tenaga kesehatan (dokter/ 1. Ya-+ B37
perawaV bidan)? 2. Tidak D
836 Apakah [NAMA] selama ini pernah mengalami gejala banyak makan, banyak kencing, banyak niinum, 1. Ya
lemas dan berat badan turun atau menggunakan obat urnuk kencing manis? 2.Tidak D
TUMOR/KANKER
837 Apakati.[NAMA] selama ini pernah didiagnosis menderita penyakit tumor/ kanker oleh tenaga kesehatan 1.Ya
(dokter/ perawat/ bidan)? 2.Tidak? B40
C
838 Sejak kapan [NAMA] didiagnosis tumor tersebut? Tahun ...............
. DDDC
839 Dimana lokasi tumor/ kanker tersebut (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN m)
ISIKAN KODE JAWABA~ DEN GAN 1 =YA AT J\U ~=TIDAK ATAU 7=TIDAK BERLAKU
a. Mata, otak- dan bagian susunan syaraf
pusat .D f. Saluran cerna (usus, hati) D k. Jaringan lunak
I. Tulang, tulang
c
b. 8ibir, rongga mulut dan tenggorokan D g. Saluran kemih D rawan C
c. Kelenjar gondok dan kelenjar endokrin lain D h. Alat kelamin wanita: ovarium, cervix uteri D m. Darah [J
. d. Saluran pernafasan (paru- paru) D i. /,\lat kelarnln pria: Prostat D
-
e. Payudara D j. Kulit D '
-P.ENYAKIT KETURUNAN/GENETIK

840 Apakah [NAMA] ada riwayat keluhan menderita sebagai berikut: {BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN h)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA AiAU 2:;TIDAK
a. Gangguan jiwa (schizophrenia)(observasi) D d. 8ibir sumbing (observasi) ·o g. Thalasemia D
b. 8utawama D e. Alergi dermams D h. Hemofilia D
c. Glaukoma D f. Alergi rhinitis D
• JIKA ART UMUR;?:: 15 T AHLIN 7 841
-· JIKAART UM\JR~ H TAHUN 7 KE BAGIAN C. KETANGGAPAN PELAYANAN KESEHATAN

RERTANYAAN.841-850,
~ KHUSUS ~~UMU~;?:·istAHlJN'
PENY AKIT SENDI/ REMATIK/ ENC OK
. ...
. .
·~

841 Dalam 12 bu!an terakhir, apakah [NAMA] pernah didiagnosis menderita penyakit sendi/ rematik/ encok oleh 1.Ya?843
tenaga ~esehatan (dokter/ perawat/ bidan)? 2. Tidak
D
'
842 Dalam 12 bulan-terakhir, apakah (NAMA] pernah menderita sakit/'nyeri/ kaku/ bengkak di sekitar
1. Ya
persendian, kakii di persendian ketika bangun-tidur atau setelah istiraliat lama, yang timbul bukan karena
kecelakaan?
2. Tidak D
HIPERTENSI/ PENY AKIT TEKANAN DARAH TINGGI
843 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah didiagnosis menderita hipertensi/ penyakit tekanan darah 1.Ya?845
tinggi oleh tenaga kesehatan (dokter/ perawat/bidan)?· 2. Tidak D
1. Ya
. 844 Apakah saat ini [NAMA] masih minum obat antihipertensi?
2. Tidak D
STROKE
845 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah didiagnosis menderita stroke oleh tenaga kesehatan 1.Ya? 847
(dokter/ perawat/ bidan)? 2. Tidak D
846 Dalam 12 bulanterakhir,..apakah [NAMA] pemah'menqalaml kelumpuhan pada satu sisi tubuh atau pada 1. Ya
otot waj~h. atau gangguan pada suara (pelo), secara r'nendadak? J
')
......
2. Tidak '
D
- "
• JIKA ART UM,UR;?:: 30 t AHLIN 7 847
s
• - JIKA ART .UMUR 29 T AHLIN 7 KE BAGIAN C. KETANGGAPAN PELA YANAN KESEHAT AN

KATAMK (KHUSUS ART;?:: 30 TAHUN) '


's

847 Dalam 12 bulan terakhir, apakah salah satu atau kedua mata (NAMA] pernah didia~nosis/ dinyatakan 1. Ya? 849
katarak (lensa mata keruh) oleh tenaga kesehatan (dokter/ perawat/ bidan)? 2. Tidak D
848 Dalam 12 b1Jlan1eTakhir, apekah [NAMA] men'galami:' (BA~AKAN POIN"( a DAN b)
l
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN ~=YA AT AU 2=TIDAK
.•
a. Penglihatan berkabuU berasap/ berembun atau tidak jelas? ~ a.D
b. Mempunyai masalah penglihatan berkaitan dengan sinar, seperti silau pada lampu/pencahayaan yang terang?
. b.D
849 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah operasi katarak? (Ya
. 2. Tidak~ C D
850 Apakah setelah operasi katarak [NAMA] memakai kacamata? 1. Ya
2. Tidak D
~ ~- .;,~~:=r ..,_"' \,t.· ;(ti;~M t-·~\~~t;r
·~ • "r • . ,.
... . .,

e . Kfl"ANOOAPAN- PELA¥>\N~N. i<ESEHAT.A:~ ,,
',. -~ " ' .'!. ;. ,. '•- _.I
"'T""

. . :

- •· ~ .:- '•.
"tt.:

. ',
.
.

··Ca. KETAN{;JGAP~N· PEMLAYcANA~·RP.)WAt:1N~·


• "'°"" ·~"
• i;: :~{~ r;
' ~~........ ~~" •i. .,., ' .i.: ~
;;:i -~~~ \ .~· ..:~:;~··
.... ii' .. ~ :f .... -;;vt. ~.•. i~ .. ~",.; .-'1
1
·'

Ca01 Dalam 5 tahun terakhir, dimana [NAMA] menjalani rawat inap terakhir?
1. Rumah Sakit Pemerintah 6. Praktek tenaga kesehatan D
2. Rumah Sakit Swasta 7. Pengobat Tradisional
3. Rumah Sakit Di Luar Negeri 8. Lainnya (Sebutkan ..................................... }
4. Rumah Sakit 8ersalin/ Rumah 8ersalin 9. Tidak Pernah menjalani rawat inap 7Cb01
5. Puskesmas

Berapa biaya yang dikeluarkan untuk rawat inap terakhir (dalam 51ahun
Ca02
terakhir sebelum survei)? Rp ..................... '
DD.DDD.DD[J
Ca03 Darimana sumber biayauntuk rawat inap tersebut? (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN I) t

ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA AT AU 2=TIDAK

a. Biaya sendiri D e. Askes Swasta D i. Kartu Sehat D


b. PT ASKES (pegawai) D f. Dana SehaU JPKM '0 j. Penggantian biaya oleh perusahasn
l
0
c. PT ASTEK/ Jamsostek D g. Askeskin D k. Surat Keterangan Tidak Mampu/ SKTM D
'
d.ASABRI D h. Jaminan Kesehatan Pemda D I. Sumber lain, Sebutkan ...........................
...,
D
J'ntuk pelayanan rawat inap yang"terakhir,·berilah penilaian dalam berbagai aspek dengan pilihan jawaban sbb:
1. SANGAT BAIK
2.BAIK
3.SEDANG
4. BURUK
5. SANGAT BURUK ',.. .. '
'
' . . I. t.
'
::;ao4 ·Bagaimana [NAMA] menilai lama waktu menunggu sebelum mendapat pelayanan rawat inap!?-
'
• D
::;aos 8agaimana [NAMA] menilai:tceramahan dari petugas kesehatan' dalam menyapa dan berbicara?
'
. D
;aQ6 8agairilana..[NAMA] menilai pengalaman mendapatkar'i kejelasarftenlang_informasi yang terkaitdengan penyakitnya darr
petugas kesehatan?
. .•
-
. . .
·o
.
Bagaimana [NAMAJ.menilai pengalaman ikut serta dalam pengambilan keputusan tentang perawatan kesehatan atau
~a07
pengobatannya? D
....
8agai_mana [NAMA] rnenilai cara pelayanan kesehatan menjamin kerahasiaan 'atau dapat berbicara secara pribadi mengenai
;aoa
penyakitnya? D.
;ao9 8agaimana [NAMA} menilai kebebasan memilih fasilitas, sarana dan petugas kesehatan? D
;a10 Bagaimana [NAMA] menilai kebersihan ruang rawat inap termasuk kamar mandi? D
;a11 8agaimana [NAMA] menilai kemudahan dikunjungi_oleh keluarga atau teman ketika masih dirawat di fasilitas kesehatan? D
Cb01 Dalam 1 tahun terakhir, dimana [NAMA] menjalani berobat jalan terakhir?
01. Rumah Sakit Pemerintah
02. Rumah Sak~ Swasta
06. Praktek tenaga kesehatan
07. Penqobat Tradisional
DD
03. Rumah Sa~it Bersalin/ Rumah Bersalin 08. Lainnya (Sebutkan )
04. ~uskesmas/ ~ustu/ Pusling/ Posyandu 09. Di rumah
05. Poliklinik/ Balai Pengobatan Swasta 10. Tidak Pernah menjalani berobatjalan -7Cb10a

· .9902 Berapa biaya Yi3ng dikeluarkan untuk berobatjalan terakhir (dalarn 1 tahun
.terakhir sebelum.survei)?.. Rp .......... ·: .......... ·: . - OD_.000.DDD
c ~" ~

Cb03 Darimana S'Omber bi'aya""untuk'barobat jat~n-fSr'Set11:lt? "(B'ACAKAN POINT a SAM PAI DENGAN I)
1

- . .
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1~YA ATAU 2=TIDAKrl
-- e. Askes Swasta . '

a. Biaya sendiri D D i. Kartu sehat. [


b. PT ASKES (pegawai) D f. Dana SehaV JPKM D j. Penggantian biaya oleh perusahaan [
c. PT ASTEK/ Jamsostek D g. Askeskin D k. Surat Keterangan Tidak Mampu/ SKTM [
d. ASABRI D h. Jaminan Kesehatarr Pemda D I. Sumber lain, Sebutkan ........................ [
;

-lJn'tuk pelayanan berobat jalan yang terakhir, .berilah penilaian dalam berbagai aspek dengan pilihan jawaban sbb:
1. SANGAT BAIK 2. BAIK 3. SEDANG 4. BURUK 5,. SANGAT BURUK

Cb04 Bagaimana [NAMA] menilai lama waktu menunggu sebelum mendapat pelayanan berobat jalan? [
-
Cb05 Bagaimana [NAMA] menilai keramahan dari petugas kesehatan dalam menyapa dan berbicara? [

Cb06 Bagairnana [NAMA] menilai pengalaman mendapat~an kejelasan tentang informasi yang terkait dengan penyakitnya dari [
petugas kesehatan? •
Cb07 Bagaimana [NAMA] menilai pengalaman ikut serta dalam penqarnbllan keputusan tentang perawatan kesehatan atau [
pengobatannya? ,

Cb08 13agaimana (NAMAJ rnenilai cara pelayanao kesehatan rjienjamin kerahaslaan atau qap~t berbicara secara pribadi mengenai [
penyakitnya?

Cb09 Bagaimana [NAMA] menilai kebebasan memilih fasilitas, sarana dan petugas kesehatan? [

Cb10 Bagaimana [NAMA]'menilai kebersihan ruang pelayanan berobabjalan termasuk kamar mandi? [
- ISIKAN KODE "7" JIKA TEMPAT MENtlALANI BEROBAT JALAN (Cb()1) "DI RUMAH"

• JIKA ART·JJMUR 0. 4 TAHUN -7 G.JMUNISASI DAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN


• JIKAARJUMUR 5 ·,9 TAlil:.IN -7 XI. PEN_~UKURAN dan PEMERIKSAAN
• JIKA ART UMUR ~10 TAHUN -7 D. PENGETAHUAN, SIKAP dan PERILAKU
.,
..
D. PENGETAHUAN,
.
SIKAP DAN
.
PERILAKU
.
(SEMU~
. ,. ~ .
ART UMUR~ ~. 10 T~l::fµN)·
', J
.· s
;
' .• >
PENYAKIT FLU BURLING-

D01 Apakah [NAMA] pernah mendengar tentang penyakit flu burung pada manusia? 1. Ya
2. Tidak-7 D04 _.____ _
002 Sebutkan melalui apa saja penularan kepada manusia? (POINT "a" SAMPAI "g" TIDAK DIBACAKAN).
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN.1=YAATAU~=TIDAK
- - g. Lajnnya, sebutkan
a. Udara D d. Kontak denqan-unqqas saklt D .............................. D
b. Berdekatandenqan penderlta ·D e: Kontak kotoran unggas/Pupuk Randang D
c. Lalat D f. Makanan D
003 Apa yang harus [NAMA]1aRUkan apabila ada unggas yang sakit atau mati mendadak?" (POINT "a" SAMPAI "f" TIDAK DIBACAKAN).
ISIKAN KODEJAWABAN OENGAN 1='YAATAU 2=TIDAK • '
c. Mengubur/niembakar unggas yang sakit
a. Melaporkan pada aparat terkait D dan 'mati mendadak D
e. Menjual D
b. Membersihkan kandang unggas D d. Memasak dan memakan D f. Lainnya: ....... : ............. D
HIV/AIDS

004 Apakah [~AMA} mengetahui tentang HIV/AIDS I 1. Ya 2. Tidak 7 DOS


I D
005 Penularaan virus HIV/AIDS ke manusia melalui : (POINT a SAMPAI DENGAN h TIDAK DIBACAKAN)
ISIKAN KODEJAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2='FIOAK
a. Hubungan.seksual D d. Penggunaan pisau cukur secara bersama-sama D
g. Penularan dari ibu ke
bayi selama hamil D
b. Jarum suntik D e. Penularan dari ibu ke bayi saat persalinan D h. Lainnya: ................... D
c. Transfusi dereh D f. Penularan dari ibu melalui ASI
~ • I<
D
' '
006 Bagaimana mencegah HIV/AIDS? (BACAKAN POINT a SAMPAI DENG~N f)
ISIKAN KODEJAWABAN OENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK ATAU S;:TIOAK·TAHU
a. Tidak berhubungan seksual dengan c.Tidak melakukan hubungan e. Tidak menggunaan jarum
orapg yang bukan pasangan tetap D seksual sama s~~aJr D suntik bersama D
b.Tidak berhubungan seksual dengan
pengguna narkoba suntik D d: Mengguriakan kondor'n saat
berhubungan.seRslJal D f. Tidak menggunaan pisau
cukur bersama D
007 Andaikan ada anggota keluarga [NAMA] menderita HIV/AID$, apa yang akan dilakukan? (BACAKAN POINT a SAMPAI OF.NGAN e)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK ATAU 8=TIDAK TAHU
a. Merahasiakan D c. Konseling dan pengobatan D e. Mengucilkan D
b. Membicarakan dengan anggota keluarga lain D d. Mencari pengobatan altematif D
PERILAKU HIGIENIS

008 Apakah [NAMA] mencuci tangan pakai sabun? (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN d)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK
a. Sebelum makan D c. Setelah buang air besar/ Setelah rnenceboki bayi o·
b. Sebelum menyiapkan makanan
. '
D d. Setelah memegang binatang (unggas, kucing, anjing) D
009 Dimana [NAMA} biasa buang air besar?
1. Jamban
2. Kolam/sawah/selokan
3. ·sungai/danau/laut
4.Lubangtanah
5. Pantai/tanati lapang/ kebun/ hafaman
6. Lainnya: ...........................
D
D10a Apakah [NAMA] biasa menggosok gigi setiap hari? I 1. Ya 2. Tidak 7 011 D
D10b Kapan saja [NAMA] menggosok gigi? (BACAKAN POINT a ·sAMPAI DENGAN e)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK

a. Saat mandi pagi dan/ sore D c. Sesudah bangun pagi D e. Lainnya, sebutkan ........... D
b. Sesudah makan pagi D . d. Sebelum tidur malam D
PENGG~NAANTEMBAKAU

011 Apakah [NAMA] merokok/ mengunyah tembakau selama 1 bulan terakhir? (BACAKAN PILIHAN JAWABAN)
1. Ya, setiap hari
2. Ya, kadang-kadang7 013
3. Tidak, sebelumnya pernah 7 016
4. Tidak pernah sama sekali 7 018
D
012 Berapa umur [NAMA} mulai merokok/ mengunyah tembakau setiap hari ?
ISIKAN DENGAN "88" JIKA RESPONDEN MENJAWAB TIOAK INGAT
............... tahun DD
013 Rata-rata berapa batang rokok/ cerutu/,cangklong (buah)/ tembakau (susur) yang [NAMA] hisap
perhari?
........... batang DD
014 Sebutkan jeflis rokok/ tembakau yang biasa [NAMA] hisap/ kunyah: (~ACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN h)
ISIKAN DE NGAN 1 =YA ATAU 2=TIDAK-AT AU 8=TIDAK TAHU
a. Rokok kretek dengan filter D d. Rokok linting D g. Tembakau dikunyah (susur, nyirih, nginang) D
b. Rokok kretek tanpa filter D e. Cangklong D h. Lainnya: ····· ············ D.
c. Rokok putih D f. Cerutu D
-
015 Apakah [NAMA] biasa rnerokok di dalam rumah ketika bersama ART lain? j 1. Ya 7 D17 2. Tidak7 D17 - [
016 Berapa umur [NAMA] ketika berhenti/~tidak-merokokl tidak m~gunyah tembakau sama sekali?
ISIKAN DENGAN 88" JIKA RESPONDEN MENJAWAB TmAK"INGAT
11 ............... tahun DC '
'
· of? Berapa urnur [NAMA] kefikapertama kali merokok/ mengunyah ternbakau?
ISIKAN DENGAN 118811 JIKA RE~PONDEN MENJAWAB TIDAK INGAT
............... tahun DC i
ALKOHOL
Catatan (GUNAKAN KARTU PERAGA):
1 satuan minuman standard yang mengandung 8-13 g etanol, misalnya terdapat dalam: I
1 gelas/ botol kecil/ kaleng (285- 330 int) bil'
1 gelas.kerucut (60"m0 aperitif·
- 1 sloki (30 ml) whiskey
•, . 1 gelas kerucut (120 ml) anaaur .
018 Apakah dalam 12 bulan tera~hir [NAMA] menqkonsurnsi minuman yang mengandung alkohol 1. Ya
(minuman alkohol bermerk: contobnya bir, whiskey,,yo.,dk,a, !lnggur/ wine, dll danminuman
tradisional: co~tohnya tuak, pot~ng, sopi)? 2. Tidak 7 D22 C
.
1. Ya
019 Apakah dalam 1 bu Ian terakhir (NAMA] pernah menqkonsums! minuman yang mengandung alkohoi?
2. Tidak 7 D22 C
Dalam 1 bulan terakhir seberapa sering [NAMA] minum minuman beralkohol? (BACAKAN PILIHAN JAWABAN)
020
1. 5 hari atau lebih tiap m)nggu
2. 1 - 4 hari tiap minggu
3. 1 - 3 hari tiap bulan
4. < 1 x tiap bulan
c
3. anggur/wine
021a
.
Jenis rninuman beralkohol yang.paling banyak dikonsumsi: 11. Bir
2. Whiskey/ Vodka 4. minuman tradisional
[J
Ketika minum minuman beralkohol, biasanya berapa rata-rata satuan minuman stander ........... satuan '
021b
[NAMA] minum dalarn satu hari?
ISIKAN DENGAN 88" JIKA RESPONDEN MENJAWAB TIDAK TAHU
11 (GUNAKAN KARTU RERAGA) DD
.
AKTIVIT AS FISIK , (GUNAKA,N KARTU.P,ERAGA) .
Berikut adalah pertanyaan aktivitas fisik/ kegiatan jasmani yang berkaitan dengan pekerjaan, waktu senggang dan transportasi
1. Ya
022 Apakah [NAMA] blasa rnetakukan aktlvltas fisik berat, yang dilakuRan terus-rnenerus paling sedikit
selama 10 menit setiap kali melakukannya? 2. Tidak 7 025 D
'
023 Biasanya berapa hari dalam seminggu, [NAMA] melakukan aktivitas fisik berat tersebut? ............ :hari D
024 Biasanya pada hari ketika [NAMA] melakukan aktivitas fisik berat, berapa total waktu yang digunakan
untuk melakukan seluruh kegiatan tersebut? ' ' ,,,
............. jam D
(ISi DALAM JAM DAN MENIT)
, ....
. .
.......... menit DD
Apakah [NAMA] biasa melakukan aktivitas fisik sedang, yang dilakukan terus-menerus paling sedikit 1. Ya
025
selama 10 men it setiap kalinya? 2. Tidak ·7 D28 D
026 Biasanya berapa hari dalam seminggu, [NAMA] melakukan aktivitas flslk sedang tersebut? • ........ , .... hari . []
027 Biasan'ya pada hari ketika .[NAMA] fnelakukan aktivitas fisik sedang, berapa total waktu yang digunakan
untuk melakukan seluruh kegiatan tersebut?
., ............. jam ·o
.
(ISi DALAM JAM DAN MENIT) .......... menit DD
028 Apakah [NAMA] biasa berjalan kaki atau rnenggunakan .sepeqa kayuh yang dilakukan terus-menerus. 1. Ya
paling sedikit selama 10 men it setiap kalinya? ~ 2. Tidak 7D31 D
- Biasanya berapa hari dalam seminggu, [NAMA] berjaian kakl atau bersepeda selama paling sedikit 10
029
~menit terus-menerus setiao kali11v~
............. hari n
030- -Blasanya dalam sehari;-berapaiotatwaktu yan,g [NAMAjgunakan·untyk berjalan k'aRi.atau be"rsepeda?
(ISl"DALAM 4M OA,~·i M,~Ni11 .•
• '" .............. jam o
.
.., ........ menit DD
PERILAKU KO~SUMSI
031 Biasanya dalam 1 minggu, berapa hari (NAMA] rnakan buah-buahan segar?
(GUNAKAN KARTU PERt-GA) JIKA JAWABAN "O" 7 D33
...... hari D
032 Berapa porsi rata-rata [NAMA] makan buah-buahan segar dalam satu hari dari nari-hari tersebut?
(GUNAKAN KARTU PERAGA)
•••• v •• porsi D
033 Biasanya dalam 1 minggu, berapa tlari [NAMA]·mengKonsumsi sayur-sayuran segar?
(GUNAKAN.KARTU PERAGA), • •. r JIKA JAWABAN "O"' 7 D35
...... hari D
034 Berapa porsi rata-rata [NAMA] mengkonsumsi sayur-sayuran segar dalam sehari?
(GUNAKAN KARTU PERAGA) •
....... porsi D
T~NYAKAN 035 TANPA KARTU PERAGA DAN ISIKAN )<ODE PILIHAN JAWABAN:
1 •. > 1 kali per hari 3. 3- 6 kali per minggu 5. < 3 kali per bulan
2. 1 kali per hari 4. 1 - 2 kali per minaau 6. Tidak pemah
. .
035 Biasanya berapa kali [NAMA] mengkonsumsi makanan berikut: (BACAKAN ~OINT a SAMPAI DENG~ h)

a. Makanani minuman manis D d. Jeroan (usus, babat, paru) D g.M,inuman berkafein (kepi, dll) D
h.Bumbu pehyedap (vetsin, kecap,
b. Makanan asin D e.Makanan dibakar/dipanggang D trasi) D
c. Makanan berlemak D f.Makanan yang diawetkan D
1
D35a •· JIKA ART UMUR 1 O • 14 T AHUN-7 XI. PENGUKURAN dan PEMERIKSMN •
• JIKAART UMUR~15 TAHUN 7 E. DISABILITAS/ KETIDAKMAMPUAN
~
Se~arang-sa~a ak~ll rrtena~yak~n k~aq~an 'ke~Mlan (rien(lr~J'.'~nifa1i.~;(N~~J~9i,ri~'"".i;J;~;,:·i::..~ · ·. ·
~ ·'Vang diiliaks:~tH1~J1gao1<e~aij~_~rr~e~~halaff µisfni adala~;keada~rftil"S1!~rfifi~~tftitl~~]~i~T~!'~.. -~~-,
r~~
~ '\;-", i1:,.:~~.'4~~-- '>f< ~- ~
'
E.D1sisu~·ITA':g/ KE'J:IOAijMAMPUAN-(ART UMUR~,~1s.in\ijt:1N)~ ._.;·,.:·· ~ .. -:
. . ~ '
UNTUK PERTANYAAN E01-E11, BACAKAN PERTANYAAN & E06 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa besar [NAMA]
ALTERNATIF JAWABAN.
-.. ISIKAN KODE PILIHAN
-·- JAWABAN:
1. TIDAKADA 3. SEDANG
...

5. SANGAT ·BERA T
... merasakan napas pendek setelah melakukan latihan ringan.
Misalnya naik tangga 12 trap? D.
2. RINGAN 4.BERAT ,

E01 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA] E07 Dalam 1 bu Ian terakhir, seberapa besar (NAMA] menderita
melihat dan mengenali oran~ di seberang jalan batuk atau bersin selama 1 O menit ata"1 lebih dalam satu.
(kira-kira dalam jarak 20 meter) walaupun telah D
. I
serangan? D
menggunakan kaca mata/ lensa kqntak?
,
'
"E02 Dalam 1 b~an·terakhic, seberapa.sulit [NAMA] E08 ·oalam 1 bulan terakhir, seberapa sering [NAMA]
melihat dan mengenali obyek sepanjang lengan/ jarak mengalami gangguan tiduJ (misal mudah ngantuk, sering
baca (30 cm) walaupun telah menggunakan kaca D terbanqun pada malam hari atau ba~g_un lebih awal D
mata/ lensa kontsk?: daripada biasanya)

E03 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA] • E,09 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa,sering [NAMA]
mendengar orang berbicara dengan suara normal mengalami masalah kesehatan yang .mempengaruhi
yang l:lerdiri di sisi lain:.dalam satu ruangan, walaupun D keadaan emosi berupa rasa sedi~ dan tertekan? D
telah menggunakan alat bantu dengar?
. '
E04 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA] E10 Dalam 1 bulan teraktiir, seberapa besar {NAMA]
mendengar orang berbicaradenqen orang lain dalam mengalami kesulitan berdiri dalam waktu 30 menit?
ruangan yang sunyi, walaupun telah menggunakan D D
alat bantu dengar?

E05 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa besar [NAMA] E11 Dal am 1· bu Ian terakhir, seberapa besar [NAMA]
merasakan nyeri/ rasa tidak nyaman? D mengalami kesulitan berjalan jauh sekitar satu kilometer? D
UNTUK PERTANYAAN E12- E20, BACAKAN PERTANYAAN & ALTERNATIF JAWABAN. ISIKAN DENGAN,KODE PILIHAN JAWABAN:
1. TIDAKADA 2.RINGAN 3. SEDANG 4. SULIT 5, SANGAT SULIT/TIDAK DAPAT MELAKUKAN

E12 Dalam 1 bulan terakhir, se6erapa sulit [NAMA] dapat E17 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMAf
memusatkan pikiran pada kegiatan atau mengingat
sesuatu selama 1 O menit?
.D 1
berinteraksi/
• sebelumnya?
bergaul dengan ,orang yang belum dikenal [
Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAty1A] Qalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA] dapat
E13
membersitfkan seluruh tubuh seperti mandi? D E18
memelihara persahabatan? . [
614 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAtv1A] E19 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [fJAfi.1A] depat
mengenakan pakaian? D melakukan pekerjaan yang menjadi tat'lggungjawabnya
. sebagai anggota rumah tangga'.?
[
. ,
E15 .. ~Dalam t.bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA] dapat E20'' Dalam ~ b,ulan terakhir, p~berapa sulit [NAMA] dapat
mengerjakan pekerjaan sehari-ha~? ' D " 'berperan serta dalam kegiatan keniasyarakatan (arisan, C
pengajian, keagamaan, ata,u kegiatan lain)?
Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA] dapat
E16
memahami pembicaraan orang lain70
' - '
- ·CJ
UNTUK PERTANYAAN E21- E23, BACAKAN s ISIKAN DENGAN KODE 1=YAATAU 2=TIDAK
.
E21 D~lam 1 bu}an,terakhir, 'apakah;[NAMA] membutuhkan bantuan orang laiQ,untuk merawatdiri (makan, mandi, berpakaian,dll)
'
'
C
Dalam t-bulan terakhir, apakah [NAMAJ membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan aktivitas/ gerak (misalnyp bangun tidur,
E22
berjalan dalam rurnah atau keluar rumati)?
[J
.
Dalam 1 bulaii teral\~ir-; apakah [NAMA]·rnembutuhkan bantuan orang lain untuk berkomunikasi (berbicara dan dimengerti oleh
E23
lawan bicara)?
.
D
. . , .
·."'
.,
.: ... ;.; :,; .,~ '!'
" ~·
F. KESEH~T~N MENTAL· (SEMUA"ARTllM~B-,·~ .~,'J,;~l14~t ',c ,
•• '.'>,.. ~· ·•' • ;.
-'
....
DIT ANY AKAN UNTUKi<ONDISI 1 BULAN TEfµ~t!!B
- -
Untuk lebih mengerti kondisi kesehatan JNAfy1A] kami ~kan"mengajukan 20 pertanyaan yang memerlukan jawaban "Ya" atau 'Tidak',
Kalau..[NAMA] kurang mengerti kami akan-membacakan sekali lagi, namun kami tidak akan·menjelaskan/ rnendiskuslkan.
}-
Jika [NAMA] ada pertanyaan akan kita bicarakan setelan sele.sai menjawab ke 20 pertanyaan.
' . '
ISIKAN DENGAN KODE 1=YA ATAU 2=TIDAK.

F01 Apakah [NAMAJ,sering menderita sakit kepala?


. D F11 Apakah [NAMA] merasa sulit untuk menikmati kegiatan
sehari-hari? , '
c
F02 Apakah [NAMA] tidak nafsu makan?
'
D F12 Apakah [NAMA] sulit untuk mengatnbil keputusan? ·c
F03
.
Apakah [NAMA] sulit tidur? D F13 Apakah pekerjaan [NAMA] sehari-hari terganggu? D
·o . Apakah [NAMA] tidak mampumelakrikan tf<tl-hal yang
F04 Apakah [NAMA] mudah lakut? F14 bermanfaat dalam hidup? " D
F05 Apakah [NAM'A] merasa tegang, cenias atau kuatir? D F15 Apakah [NAMA] kehilangan minat pada berbagei hal? D
F06 Apakah tang an: [~AMA] 31~metar? ·o Fl6 Apakah [NAMA] merasa tidak berharga? 1.
D
f07 Apakah pencernaan [~AMA] tergapggu/ buruk? -o F17 Apakah [NAMA] mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup?
T

.
D
F08. Apakah [NAMA] sulit untuk berpiklr jernih?
..
D F18 Apakah [NAMA] merasa lelah sepanjang waktu?
>
. ..... . . . fJ
F09 Apakah [NAMA] merasa tida~ bahagia? D F19 Apakah [NAMA] r'nengalamirasa tid!,ik' enak di perut? D
F10 Apakah [NAMA] mena,ngis l(:)Qih sering? D F20 Apakah [NAMA] mudah lelah?
1.f.a;
D
PERIKSA KEMBALI, PERTANYAAN F01 SAMPAI DENGAN F20 HARUS TERJAWAB
LANJUTKAN KE 7 BLOK XI. PENGUKURAN dan P'EMERIKSAAN
----- --- --- -----
'G01 a1. Umur [NAMA] dalam bu Ian I D D a2. Jika Umur [NAMAJ. < 1 bulan, tuliskan Umur dalam hari DD
b. Tanggal lahir: (Tgl-81n-Thn) DD-DD-DD,
G02 Dalam 6 bulan terakhir, berapa kali [NAMA) ditimbang? ~ .
JIKA TDK PERNAH DITIMBANG, ISi KODE "OO"·ATAU JIKA "TIDAK TAHU", ISi KODE "88"' KE G04 . kali DD
"G03 Dimana [N~MA],paling sering ditimbang? D
1: Di RS 2. Puskesmas/ Pustu 3. Polmdes 4. Posyandu 5. Lairmya; ~ ..

G04 Apakah dalam 6 bulan t~rakhir [NAMA] mendapatkan kapsul vitamin A (GUNAKAN KARTU PE~GA) 11. Ya 2. Tidak D

G05 f.Pakah [NAMA] pef11ah me~dapat imunisasi seperti: (INFORMASI DAPAT DIPEROLEH DARlBERBAGAI SUMBER)'"
a. lmunisasi BCG terhadap TBC, yang biasanya mulai diberikan umur 1 hari dan 2. Tidak -7 G05.c
disuntikk.an di lenga~ atas atau paha serta meninggalkan ~e"kas (scar)?
1. Ya
8. Tidak tahu-7 G05.c D
b. Pada umur·berapa [NAMA) diimunisasi 8CG? (ISi HARi AT AU BULAN)
(Jlt(A 1'.ICA" TAHU ISIKAN KODE 118811 UNT~K HARi DAN BULAN) ............ Hari DD ........ Bulan DD
c. lmunisasi polio, J;airan merah muda atau putih yang biasanya mulai diberikan 2. Tidak -7 G05.f
,umur 2 bulan d~n diteieskan ke mulut? ,,
1. Ya
8. Tidak tahu-7 G05.f D
d. Pada umur berapa [NAMA] pertama kali diimunisasi polio?
(JIKA TIDAK TAHU ISIKAN KODE 118811 UNTUK BULAN) ............. 8ulanDD

e. Berapa kali [NAMA] diimunisasi polio? .......... Kali D


f. lmunisasi DPT yang biasanya disuntikkan di paha dan biasanya mulai 2. Tidak ~ G05.h
diberikan umur 2 bulan bersama dengan imunisasi polio?
1. Ya
8. Tidak tah_y ' G05.h D
. -
g. Berapa kalt [NAMA] diimunisasi DPT-? .......... Kali D
h. lmunisasi campak yang biasanya mulai diberikan umur 9 bulan dan 2.·Tidak
disuntikkan di paha serta diberikan satu kali?
1. Ya. 8. Tidak tahu D
, .
i. lmunisasi Hepatitis 8 yang biasanya mulai diberikan umur 1 hari dan 2. Tidak -7 G06
disuntikkan di paha?
1. Ya
8. Tidak tahu-7 G06 D
j. Pada umur berapa [NAMA) pertama kali diimunisasi Hepatitis 8? (ISi HARi
ATAU BULAN) .......... HariDD .......... 8ulanDD
(JIKA TIDAK TAHU ISIKAN KODE "88" UNTUK HARi DAN BULAN)
k. 8erapa kali [NAMA] diimunisasi Hepatitis 8? .......... Kali D
Oi antara imunisasi yang [NAMA] dapatkan dalam dua tahun terakhir apakah 1. Ya 3. Tidak pemah imunisasi
G06
ada yang.diperoleh pada saat PIN? 2. Tidak 8. Tidak tahu D
GO? Apakah [NAMA] mempunyai KMS? (Minta ditunjukkan KMS)
1. Ya, dapat mem,injukkan.~eJlgan catatan ill)unisasi. _ 3. Ya1 tidak dapat menunjukkan -7G09 D
2. Ya, dapat menunjukkan tanpa catatan imunisasi -7G09 4. Tidak punya -7G09
GOB Salin dari KMS, tanggal.. .. ./ bulan ... ./ tahun ..... imunisasi untuk setiap jenis imunisasi.
TULIS '88' DI KOLOM 'TGUBLN/THN', JIKA KARTU MENUNJUKKAN BAHWA IMUNISASi DIBERIKAN, TETAPI TANGGAU BUt:.AN/
TAHUN -NYA TIDAK ADA. TULIS '99'.JIKA IMUNISASI TIDAK DIBERIKAN
l a.8CG DD1DD1DD g. DPJ2 DD1DD1DD

b. Polio 1 DD1DD1DD h. DPT3 DD1DD1DD

c. Polio 2 DD1DD1DD . i. Campak DD1PD10.D


d. Polio 3 DD1DD1DD j. Hepatitis 81 DD1DD1DD

e. Polio4 DD1DD1DD k. Hepatitis 82 DD1DD1DD

f. DPT1 DD1DD1DD I. Hepatitis 83 DD1DD1DD


G09 Apakah [NAMA] rnempunyal buku KIA? 1. Ya ,.dapalmenunjukkan dengan catatan imunisasi
(Mintaditunju~~anBuku KIA) 2; Ye, ~apat menunjukkan tanpa catatan imunisasi -7 G11 a
3. Ya, tldak dapat lnenunjukkan -7 G11
[
. 4. Tldek punya -7 Blok G11 a

G10 Salin dari 8uku KIA,-tanggal.. .. ./ bulan .... / tahun ..... imunisasi untuk setiap jenis imunisasi.
TULIS '88' DI KOLOM 'TGL/BLN/THN', JIKA KARTU MENUNJUKKAN BAHWA IMUNISASI DIBERIKAN, TETAPI TANGGAU BULA!
~T AHUN ·NYA TIDAK ADA. TULIS '99' JIKA IMUNISASI TIDAK DIBERll<AN·

a. 8CG DD1DD1DD g.DPT2 DD1DD1DD


b. Polio 1 DD1DD·10·0 h. DPT3
.
DD1DD10D
'
c. POiio 2 DD1DD1DD. . i. Campak DD1DD1DD
·-
d. Polio 3 o·D1DD1DD L Hepatitis 81 DD1DD1DD
o o,o·- o,oo
'
•.
e ..Polio4 k. Hepatitis 82 DD1dD1DD
f. DPT1 DD1DD1DD J. Hepatitis 83
. DD1DD1DD
G11 Bila tidak dapat menunjukkan, siapakah yang menyimpan KMS/buku KIA tersebut?
1. Bidan/ tenaga kesehatan 2. Kader Posyandu 3. Lainnya ..................
[

• JIKAARIUMUR 0-11 BULAN -7 LANJUT KE H01


G113 • JIK/{ART UMUR 12. 59 BULAN -7 XI. PENGUKURAN dan PEMERIKSAAN

H. KESEHATAN BAYI (KHl:JSUS UNTUK BAYI BE~~MU~ < 12 BULAN~


H01 Menurut saudara Bera! Sadan [NAMA] ketika lahir :
1. Sangat kecil 2. Kecil 3. Normal 4. Besar 5. Sangat Besar
[
H02 Apakah waktu lahir [NAMA] ditimbang 1. Ya 2. Tidak -7 HOS [

H03 Bila H02=Ya, berat lahir [NAMA] dalam ukuran (gram) : ODO[
H04 Darimana sumber informasi berat (NAMA] lahir:
1. 8uku KIA/ KMS/ catatan kelahiran 2. Pengakuan atau ingatan lbu/ 'ART lain
[
. H05 Apakah ketika ibu mengandu'ng bayi [NAMA]'pernah memerlksakankehemllan pada
dokter, bidan, atau perawat?
1. Ya 2. T1dak -7 H07 [
H06 Jika Ya, pelayanan kesehatan apakah yang diterima saat memeriksakan kehamilan pada dokter, bidan atau perawat?
(BACAKAN POINT a SAMPNOENGAN h) IS(KAN DENGAN KODE 1=YA ATAlf2=TIDAK ATAU 8=TIDAK TAHU

a. Peng~~uran tinggi baden :d ,. e. Pemberian imunisasi TI c


b. Pemeriksaan tekanan darah o~ J. Peryimbangan berat badan C
c. Pemeriksaan tinggi funr'us (perut) ·o -
·9.
I -
Pem~riks.aan hemoglobin C
d. Pemberian tablet Fe D h. · P.emerik~aanurin
. ' . C
I
H07 Apa~ah [~AMA] niendapat pelayanan kesehatan (dikunjungi/ mengunjungi) pada; ·
.(BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN b) -· a. 1 - 7 hari setelah lahir- a.L
-l I

ISIKAN DENGAN KODE 1 =YA AT AU 2=TIDAK -9--8 - 28 hari setelah lahir b.C
2b. Khusus untuk balita,
2a. Tinggi Sadan/
1. Berat badan (kg) DDD,D Panjang Sadan (cm) DDD,D Posisi Pengukuran TB/PB
1. Berdlrf 2. Telentang
D
... . '" ~,. :.. ~:,,
KHUSUS ART tJMUR ::! '16 rAHUN "'I~ •

3 Tekanan darah (mmHg)


PEMERIKSAAN 1 PEMERIKSAAN 2 PEMERIKSAAN 3
Hanya dilakukan bila selisih pengukuran
a. Sistolik 1 b. Diastolik 1 d. Sistolik 2 e. Diastolik 2 tekanan darah 1 dan 2 > 1 O mm Ho
g. Sistolik 3 h. Diastolik 3

DOD DOD DOD DOD DOD DOD


c. Nadi 1 DOD f. Nadi 2 DOD i.Nadi3 DOD
4 I Lingkar perut ................... .cm DDD,D

5 I Lingkar Ieng an atas (LILA) I · cm I· DD,D


PEMERIKSAAN VISUS (KHUSUS AR~> 5 TAl:IUN1
6 Apakah mata [NAMA] mengalami gangguan: (L:AKUKAN PENGAMAT ANJ.:
n-~~~'":-~~-"-'"'-~~---,,.--~~~~~~~~~~~---1
KANAN KIRI

a. Juling 1. Ya 2. Tidak atO 1. Ya 2. Tidak a2.D

b. Pterigium 1. Ya 2. Tidak b1.D 1. Ya ,2. Tidak b2.D

c. Parut kornea 1. Ya 2. Tidak c1.D 1. Ya 2. Tidak c2.D

d. Lensa keruhlKatarak f. Ya 2. Tidak ct1.D 1. Ya 2. Tidak ct2.D

7. Menggunakan kacamata Qauh dan atau dekat)? 1. Ya 2. Tidak D


PEMERIKSAAN VISUS:
1. Jika [NAMA] tidak menggunakan kacamatatetap lakukan pemeriksaan visus
2. Jika [NAMA] menggunakan kacamata, lakukan pemeriksaan visus dengan tetap memakai kacamata

8. Tanpa Pinhole a. Kanan: DD,DDD b. Kiri: DD1DDO


9. Dengan Pinhole a. Kanan: 00,000 b. Kiri: 00,000
CATATAN UNTUK RESPONDEN YANG TIDAK DAPAT MELIHAT KARTU . SNELLEN ATAU KARTU E 7 LAKUKAN HITUNG JARI:
1. Jika [NAMA] dapat melihat HITUNG JARI pada jarak 3 meter 7 TULIS 03/060
2. Jika [NAMA] dapat melihat HITUNG JARI pada jarak 2 meter 7 TULIS 02/060
3. Jika [NAMA] dapat melihat HITUNG JARI pada jarak 1 meter 7 TULIS 01/060
4. Jika [NAMA] hanya dapat melihat GOYANGAN TANGAN padajarak 1meter7 TULIS 01/300
5. Jika [NAMA] hanya dapat melihat SINAR SENTER 7 TULIS 01/888
6. Jika [NAMA] tidak dapat melihat sinar (BUT A TOT AL)7 TULIS 00/000
'
PE.l\1ERIKSAAN GIGl·PERMANEN (KHl:J~USf\RT ~ 12 'FAtll!N), -,
11 ~ ~ ..

1():- Berilah kode D,M, atau F pada setiap ruang dentogram di bawqhjni:
·o (decayed) = gigi berlubang
M (missing) =·gigi telah dicabut/ tinggal·akar
F (filling)= gigi dltambal
CATATAN: JIKA PADA GIGI YANG 'SAMA-TERDAPAT LUBANG DAN JUGA TAMBALAN MAKA TULISKAN "DF" PADA SATl
RUANG-OENTOGRAM TERSEBUT
s- '

(I) Kanan Kiri (II)


8 7 6 5 4 3 2 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 2 3 4 5 6 7 8

(Ill) Kanan Kiri (IV)

DllSI OLEH PENGUMPUL DATA

LD-T DD rM-T DD ~::F-T DD


1 = lncisivus 1 (gigi seri .1) 4 = Premolar 1 (geraham kecil 1) 7 = Molar 2 (geraham besar 2)
2 = lffcisivus 2 (gigi seri 2) 5 _=-Premolar 2'(geraharrrkecJI 2) 8 :::' Molar 3 (geraham besar 3)
3 = Caninus (taring) ,6 = Mol9r .1 (geraham besar 1)
. . . ...

' ~
REMERIKSAAN
.....j)
DARA!i'IMN· CJR.lfJ
rt. .. !;;., . ..·,., .... ,..;.,.
'·~
..,:.
••

•·-'·-"-'
"'tr~

....-~
.
'•
. ._. _: :.-:1l-~: ;, .. ..
"

~
11. Apakah diambil spesimen darah 1. Ya 2. Tidak 7 KE Xl.13 atau KE CATATAN PENGUMPUL DATA D
12. STIKER NOMOR DARAH TEMPEL STIKER DI SINI
'

13 .Apakah diambil Urin (khusus ART umur 6 -12 thn) 1. Ya 2. Tidak7 KECATATANPENGUMPULDATA D
14. STIKER NOMOR URIN TEMPEL STIKER DI SINI

.
H
,.(_ •·
CATATAN PENGUMP~L DATA!; -
t :. .. ,. .... .j :'::. ~. •• " ... • ' ~ , ... ~; ,:
. .oµ ..
. '· ·~
~'f-
\
i.."'
RISET KESEHAT AN DASAR (~ISKES.DAS 2007)

KUESIONER AUTOPSI VERBAL (AV)


,. RAHASIA
UNTUK UMUR <: 29-HARI -i RKD07. AV1

Prov Kab/ Kota Kee Desa/Kef D/K

Kutip dari Blok I PENGENALAN TEMPAT RKD07.RT


' ·~-
~ 1 •:·\ ,.,.,. •. ;· - \ •• ~ -~ ' •• ''ir-· "t""·'' .,.,,;.~~- ... . '-";; ;..)f'!it~·- .. :~-::~'t~tt"i· . . ,_;~ . 1't;,~{·l-t'"" ....
fl. -KETERANGAN YANG~E~IN~Gi\L:,~~" •' '" ,. ,,,. ·~' "';. . :;•;;,ti1"i:,.it*:-£f.·~~l~,>; ~.:};..'! ~
'. .1: .._ . • ··'t • . .•. of~

1b. No.urut yg meninggal:


.... ~ -~"'- "'· ~· ... ,,:;·~~,'ii\ J:..(i'\} ,,('• ~·.;; ...~. • .t

1a. Nama yang meninggal


Kutip darl RKD07.RT Blok V kolom 2 D
2 Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan D
3 T anggal Lahir Tanggaf __J bulan _I tahun _ DD/DD/DD DD
4 Tanggal meninggal Tanggal _I bulan_/ tahun _
. DD/DD/DODD
Jika tanggal lahir dan tanggal yang meningga~ sama, a~akah ba~i ketika lahir semQat bernafas1 merintih/menangls lemah atau bergerak?
Jika TIDAK ~ BA YI LAHIR M~Tl, tuliskan angka 98 pada P5a, 5b
Jika YA~ BAYI LAHIR HIDUP, tan a umurbayi saat meninggal JULISKAN "88" BILA TIDAK TAHU.

5 Umur saat meninggal a. jam DD b. hari DD


1. Di fasilitas kesehatan 3. Di perjalanaa
6 Di mana tempat meninggal?
2. Di rumah 4. Lainnya, D
~
·'
• , 111. KARAKt:ERISflK r '!:;"'.~( '1tru·N.eoffit:4.L'''". , . -.- ·:.7 '' . -· _ r~:.j:ip;~'.~1 :. .,

(Bl~A IBU NEONATAL MENINGG~L, TANYAKAN KERAbA ART.VA.~G\MERAWA'f BAYI/. YA~q'M~A~~if ~· . : ,.


1. Nomorurut responden (Kutip dari RKD07.RT Blok IV Kolom 1)
lsikan 00 jika responden-tldak tinaaal di rumah tangga ini DD
2. Baqaimana kesehatan ibu neonatal saat ini?
1. Sehat 2. Sakit 3. Meninggal, penyebabnya 8. Tidak tahu D
3. Umur ibu pada saat melahirkan bayi yang meninggal? . tahun DD
4. Berapa jumlah' kehamilari (G)1 persalirfan (P). kegug_uran 1A) yang dialan.ii ib'u? G D p D· A D
5. Siapa saja yang· menolong ibu ketika melahirkan bayi tersebut? a. Penofong Pertama b. Penolong Terakhir
1. Dokter 4. Family/keluarga
2. Bidan!Tenaga paramedis lainnya
3. Dukun
5. Lainnya ·~ D
... D
JIKA LAHIR' MATI (JAWABAN BLOK 11P5A DAN'P SB ADALAH 98) 7 LANJUTKAN KE BL-OK V P24

6. a. Berapa bulan umur bayi di kandungan? ___ bu Ian

b. Bagaimana proses kelahiran bayi? 1. Normal 2. Cepat 3. Lama/sufit


c. Apakah bayi lahir normal atau dengan bantuan alat atau
o erasi?
1. Normal 2. Vakum 3. Operasi D
d. Apakab ada trauma lahir sehingga bayi terluka? 9ebutkan 1;Ada, 2. Tidak ada 8. Tidak tahu
D
e. ApaRah saluran nafas bayi dibersihkan segera set~lan
Jahir? .
,,,.. . .1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu
D
- f . ...Apakah. bayi dibedong.segera setelah lahir? 1. Ya' 2. Tidak 8. 'tidak tahu o·
7. a. Bagian tubuh apa yang peitama keluavketika bayi Jahir? 1. Kepala 2. Bokong/kaki 3. Bahu/tangan 8. Tidak tahu D
b. Apakah bayiJahir kernbar?
'"'
1. Tunggal 2. Kembar D
1. Gunting 3. Bambu
8. a. 'Tali pusar bayi dipotong dengan apa?
· 2. Siletfpisau 8. Tidak tahu D
b. Apakah tali pusar keluar sebelum bayi lahir? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
c. Apakah ada lilitan (ali pusar di leher bayi? 1. Ada 2. Tidak ada 8. Tidak tahu D
1. Tidak diberi apa-apa 3. Ramuan daun/abu
- .ld. Tali pusar diobati dengan apa?
2.-Alkohol/ betadine 8. Tidak tahu D
I
'9. a. Apakah bayi segera menangis setelah lahir? 1. Segera 3. Tidak menangis 7 P9c
2. Lambat 8. Tidak tahu 7 P9c

b. Jika rilenangis, apakah suaranya keras/ lemah? 1. Keras 3. Merintih


. 2. Lemah 8. Tidak tahu
c. Bagaimana nafas bayi ketika lahir? 1. Normal 3. Tidak bernafas
.-'2. Sesak nafas 8.,Tidak tahu
.
d. Apakah bayi bergerak.aktif atauaumpuh/ lunglai? 1. Aktif 2. bumpuhnunglai 8r Tidak tahu
"
e . Bagaimana'warna kulit bayi ketika lahir? 1. Kemerahan 3. Kebiruan 8. Tidak tahu
~. Pucat 4. Kuning

1. Jernih 3. Kehijauan
f. Apakah w_arna. air ketuban?
. 2. Keruh
. .
8. Tidak tahu
g. Apakah kulit .b?Yi, terkelupas ? , 1. Ya 2. Tidak 8. Tictak tahu

10. ; a. "Apakah bayi ditimbang segera setelah lahir?


-
1. Ya' 2. Tidak 7 P.1 Oc 8: Tidak tahu 7 P10c
. D
b. Jika ya, berapa berat badan bayi? gram 7 P11
I DODD
1. Sang at kecll 4.' Lebih besar
c. Jika tidak ditimbang, apakah bayi sangat kecil, lebih kecil,
rata-rata, lebih besar atau sangat besar?
2. Lebih kecil dari rata-rata
3. Rata-ratanormal
5.Sangatbesar
8. Tidak tahu
D
11. Apakah baY,i dilahirka~ dengan cacat bawaan: (Tanyakan satu persatu kepada ibu/keluargayang mendampingi)

a. Bibir/langit-l~ngjt sumbing 1:'-Ya 2.,Tidak 8 ... Tida~ tahu D


b. Kepala besar (hidrosefalus) 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
c. Tidak ada tulang kepala belakang (anencephalus) 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
a. S'enjolan p1da .dindiog perut ~e~itar pusar (?mpfial~cele) -1. y~- 2. Tidak .
8. Tidak· tahu D
- e.''ridak.ada ·ruilangdubur (atresia..ani) - .- .
1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu t]
.
f. Lainnya (tufrSkanr - . - 1. Ya ,. 2. Tidak
.
8. Tidak tahu D
.•. - - . .,. . ~ . .,,.- ' "~- .. ,..;:. ~· ., ;•. ,;·· ''.;

. t ..
'

"
--
. : ~~ , .... 1'1~B:·K~.PAAfi
. !;3A
'":.
YI ,K~TIKA'~~~IT
._.; . . .. [~e!,a~J<.~n_s.p,c;?r~ rin_~i~lf.~J .~n~~~i~~~~~~fi
,• .. (_

· ~rm~~~,; .~
12. Ceritakan gejala awal dan utama bayi ketika sakit?
(kejang, demam, tubuh dingin, sesak, muntah, lainnya)
- -
T ANY AKAN DAN CAT AT LA'MANYA SAKIT
13. -a. Bagaimana-suara·tangisan bayi? .. 1. Normal· -
.. - 2. Melernah, hari
:3. Tidak menanqls. _· ha~i
4; Menangis dgn suara rnelengking.tiba-tiba dan terus-rnenerus
, 8. Tidak tahu
b. Apakah ubun-ubun bayi rnenonjol? 1. Ya, __ hari 2. Tidak 8. Tidak tahu

1. Merah muda 3. Kebiruan


14. a. Apakah warna tubuh bayi? 8. Tidak tahu
2. Pucat 4. Kuning
1. Merah muda 3. Kebiruan
b. Apakah warna kaki/ tangan bayi? 8. Tidak tahu
2. Pucat 4. Kuning
c. Apakah kulit bay1 bergelembung? 1. Ya, __ hari 2. Tidak 7 P15 8. Tidak tahu 7 P15
d. Jika ya, gelernbung berisi apa? 1. Cairan jernih 2. Cairan keruh/nanah 8. Tidak tahu
15. a. Bagairnana sifat pernafasan bayi? 1. Nafas normal
2. Nafas·cepat/ megap-megap, __ hari
8. Tidak tahu
b. Apakah ada batuk? 1. Ya, hari 2. Tidak 8. Tidak tahu
c. Apakah cuping hidung kembang kempis ketika nafas? 1. Ya, hari 2. Tidak 8. Tidak tahu
d. Apakah ada tarikan dinding dada bagia~ bawah ke dalarn? 1. Ya, hari 2. Tidak 8. Tidak tahu
16. a. Apakah bayi kejang? 1. Ya, hari 2. Tidak 8. Tidak tahu
b. Apakah bayi mengatami penurunan kesadaran?
(bayi dibangunkan tefap(tidur terus) 1. Xa, hari 2. Tidak 8. iidak tahu

17. Bagaimana keadaan mata bayi? 1. Normal, __ hari 4. Warna kuning, __ hari
2. Cekung, __ hari 8. Tidak Tahu
3. Belekan, hari
18. a. Apakah mulut bayi mencucu, seperti mulut ikan? 1. Ya, hari 2. Tidak 8. Tidak tahu
b. Apakah bibir berwarna keblruan? 1. Ya, hari 2. Tidak ·8. Tid!ik tahu
c. Apakah rnenqeluarkan air liur terus-menerus? 1. Ya, hari 2. Tidak 8. Tidak tahu
d. Apakah ada luka/bercak putih di dinding rongga mulut? 1. Ya, hari 2. Tidak 8. Tidak tahu
19. a. Apakah bayi demam? 1. Ya, hari 2. Tidak 8. Tidak tahu
b. Apakah tubuh bayi dingin? 1. Ya, hari 2. Tidak 8. Tidak tahu

20. a. Apakah baylmuntah? 1. Ya, hari 2. Tidak7P21a 8.Tidak tahu? P21a

b. Bagaimana muntah tersebut terjadinya? 1. Sehabis minum ASI, _ hari 2. Berutang-ulang, _hari
- .
21. a. Apakah perut bayi kembung? 1. Ya, . hari 2. Tidak 8. Tidak tahu
-. - ~ -
b. Apakah terlihat ada benjolan di perut? 1. Ya, hari 2. Tidak 8. Tidak tahu

22. a. Apakah ada gangguan dalam buang air besar (BAB)? 1. Ya, hari 2. Tidak7P23a 8. Tidak tahu7P23a

b. Ji,\a ya, apakah gangguannya? 1. Diare, _ hari 2. Tidak bisa BAB, __ hari

23. a. Apakah diberi Air Susu lbu (ASI)? 1. Ya, hari 2. Tidak7P23c 8. Tidak tahu7P23c
b. Bagaimana bayi mengisap ASI? 1. Kuat 2. Lemah 3. Tidak bisa mengisap

c. Apakah diberikan minuman/makanan lain sebagai berikut? 1. Air putih 4. Air buah 7. Nasi
Qawaban dapat lebih dari satu) 2. Air madu/gula 5. Susu formula 8. Lainnya,
3. Air tajin 6. Pisang
•·
.
V. AUTO~SI
- Vl;RBAL Ki;S~HATAN IBU NEQNAT
. . AL KETIKAl-IAMIL.~ DAN. .BER:AA~IN ' ' . ; - .. '

24. Ketika ibu hamil, apakah mengalami komplkasi?


:• £ ,
Tanyakan satu persatu gangguan/komplikasi di bawah ini

a. Tekanan darah tinggi dan atau bengkak · 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D


b. Perdarahan 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
c. Nyeri perut hebat 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
d. Pusing, lemah, lesu, kunang-kunang' 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
.e. lbu kurus,(kurang energi kronis)· 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
- f. Demam,
- ..
1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
g. Sesak napas, asthma, sakit jantung
.
1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
.
h. Radang paru, tuberculosis 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
i. Sakit Runing 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
j. Cedera/kecelakaan 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
k. Kejang 1. Ya 2. Tiaak 8. Tidak tahu
0
I. Lainnya, 1. Ya 2. Tidak
.•
8. Tidak tahu D
25. Ketika ibu bersalin, apakah mengalam; komplikasi? Tanyakan satu persatu gangguan/komplikasi di bawah ini

a. Sulit ketika melahirkan 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D


b. Perdarahan 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
c. Ketuban pecah dini 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu
'
D
d. Kejang/ eklampsi 1, Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
e. Tekanan darah tinggi 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
f. Nyeri perut hebat 1. Ya
.
2. Tidak 8. Tidak tahu D
g. Demam 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
h. Sesak·nafas 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
i. Lainnya 1. Ya 2. Tidak '8. Tidak tahu
.
D. ,, .
..
.~ .
..

.i.
. '
.,,. ~ ....... --.-......,

. ·YI, ~.~~UME-~IWAY~T SAKJT . ~,. ·.v
·' ....
"'i·<ti>l. . . . '-
.
~\.J
.;:..\;.
.. ·~1!" "''
fJ.;~ '\.~~ -~i~t.~ -\ ~ -~
~-~-~{~'!_..·:~. ;t tct ";">i I
.t,

· ·~~~'.rJ5·~'o·'
:t
.. "" ~--·, p.· , ~· -~ ·.• ,,.. ,. <f' .• .,,.. :•· .•. '~.
"'
.,.._, -~
•.~
-~
-""' ......
... 110-"' ~
;
!<If;· . ,
:•I<..
. -_ -. ,_· •: . " -r . . .. : ..: -., _>: ~- ""·.~-- -~t~ ' ' ' ·. . :~~ . ,. ,..~
~ ~j/...BAYi-~SIA 0-28 H,.«R1:teR~A~UK.~AlilR~~Tl{p1lsi.p~.~H ~§WA'l{~N¢~~t::. ;· s:~:;.~·-·~
M {~'::t~ -
.. ,- -~- 4 , ..... • - " •. ··,; ~ ...... , ... '(\;d ;>;~.,$. ~-=-- ~ ._, : t. ~j_

-
Jenis kelamin dan umur bayi ketika dikandung:

Berat badan lahir:

Keadaan waktu lahir dan bagian tubuh yang keluar lebih dulu:
Riwayat sakit:
VIB. -~E~UME:K~DAAN:,~lt-(Plf~,;()~eH·:p5~A~A~p~~ri .
• ~ . • ' ~ "'"' ~ -,_ .j~ .• _,,., •'" ..

Umur ibu ketika melahirkan:

GPA:

Penolong persalinan:

Proses persalinan:

Komplikasi kehamilan:

Komplikasi persalinan:

26. Diagnosis Penyebab Kematian Bayi Usia 0-6 harl (diisi oleh dokter) KodelCD 10

a. Penyakit atau keadaan utama janin/bayi yang menyebabkan kematian:


DDD.D
b. Penyakit atau keadaan lain janin/bayi yang rnenyebabkan kematian:
DDD.D
c. Penyakit/keadaan utama ibu yang mempengaruhi kematian bayi
DDD.D
d. Penyakit/keadaan lain ibu yang mempengaruhi kematian bayi
DDD.D
e. Keadaan relevan lain yang menyebabkan kematian bayiflain, tetapi
tidak berkaitan dengan penyakit/keadaan janin/bayi maupun ibunya:
DDD.D
27. Diagnosis Penyebab Kematian Bayi Usia 7 hari - 28 hari (diisi oleh dokter) KodelCD10

a. Penyakit penyebab kematian langsung (Direct Cause)


DDD.D
b. Penyakit perantara (lnteNening antecedent cause)
DDD.D
c. Penyakit penyebab utama kematian (Underlying cause of death)
DDD.D
d. Penyakit yang berkontribusi terhadap kematian, tetapi tidak berhubungan dengan penyakit pada
Rangkaian a-c DDD.D
Telah diperiksa oleh Ketua Tim,

Nama: .

Tanda tangan: .
Tanggal: .
RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS 2007)

• KUESIONER AUTOPSI VERBAL (AV)


I RAHASIA
I UNTUK UMUR 29 hari • < 5 tahun
jl RKD07. AV2 I
. . ~··,

~~~-,-~~,~,-4--
I'
T

I
L,__i..I I iiiiii
Prov

_
Kab/ Kota
--.-1~1--,-1~1-T-~,~
_,_ _ _._ _ _.___..____.'--__,_
Kee

_ _._
Desa/Kel

_ _,__ _ __,__
D/K
No. Blok
Sensus
No. Sub
Blok Sensus

___..... _

Kutip dari Blok I PENGENALAN TEMPAT RKD07.RT


_._
'
No Kode Sampel

_ __.__ _ _._ _ _._


No. urut
ssmpel RT

_ _.___,

' . ' '""·~· ,:<~


..... .:::;
•'"'?F· ~· \!. ,.~ . .. '
' '-" . . .. "'
'
1 b. No.urut yg meninggal: ........
1a Nama yang meninggal D
Kutip dari RkD07.RT Blok v kolom 2

2 Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2: Perempuan D


3 Tanggal Lahir Tanggal _! bulan _! tahun_ DD/DD/DODD
4 Tanggal meninggal Tanggal __) bulan _I tahun_ DD/DD/DODD
5 Umur saat meninggal a ....... hari (<30 hari) D D b ....... bulan (< 5 tahun) DD
1. Di fasilitas kesehatan 3. Di perjalanan
6 Di mana tempat meninggal?
2. Di Rumah 4. Lainnya, -------
D

1. a. Nomor urut responden (Kutip dari RKDOT.RT Blok IV Kol om 1)


lsikan 00 jika responden tidak tinggal di rumah tangga ini · DD
b. Menurut responden, apa penyebab kematian [NAMA)? (termasuk keterangan darrperawat, bidan, dokter)

c. Ceritakan riwayat sakit sebelum meninggal:

2. a. Apakah [NAMA] ketika lahir kecil atau berat


badan kurang dari 2500 gram?
1. Ya 2. Tidak7P2c 8. Tidak tahu7P2c D
b. Jika ya, berapa berat badan ketika lahir gram DODD
c. Apakah [NAMA] lahir prematur? 1. Ya, __ bln 2. Tidak 8. Tidak tahu D
3. a. Apakah [NAMA] menderita cacat bawaan? 1. Ya 2. Tidak~P4a 8. Tidak tahu7P4a D
b. Jika ya, sebutkan jenis cacatnya

4. a. Apakah [NAMA] rninum ASI ketika sakit? 1. Ya, me~yusu kuat 3. Tidak bisa menyusu
2. Ya, menyusu Lemah 4. Sudah tidak minum ASI
b. Jenis rninuman/ makanan apa lagi yang 1. ASI saja 6. Pisang'
diberikan? 2. Air rnadu/gula 7. Makanan bayi siap saji
3. Air putih 8. Bubur
ijawaban dapat lebih dari satu) 4. Air buah 9. Nasi
5. Susu formula 10. Lainnya, _

1
c. Apakah [NAMAJ pernah diimunisasi sebagai berikut:
Diptheri, Pertusis, Tetanus 1. Ya, usia_, __ , __ bulan 2. Tidak 8. Tidak Tahu
Campak 1. Ya, usia bu Ian 2. Tidak 8. Tidak Tahu
Hepatitis ,. 1. Ya;,usia bu Ian 2. Tidak 8. Tidak Tahu
d. Apakah [NAMAJ ada parut BCG 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak Tahu
5. a. Apakah [NAMA] mengalami demam sebelum
1. Ya, hr 2. Tidak 7P6 8. Tidak tahu 7 P6
meninggal?
1. Terus menerus 3. Menggigil
b. Bagaimana sifat d~mamny9? 8. Tidak tahu
2. Naik turun 4. Berulanq disertai kerlncet malam
c. Apakah [NAMA] pemah periksa darah utk mengetahui
1.~Ya 2.Jidak 7P6 .8. Tidak tahu 7 P6
sakit malaria? •- • ,,
. .
d. Bagaimana hasilnya? Jika positif, kapan diperiksa? 1. Positif, ~ hr 2. Negatif 8. Tidak tahu
' 2. Tidak 8. Tidak tahu
e. Jika posiqf .malaria, apakah diberi obat? 1. Ya
,. . --
6. fl:pakah [NAMA] kejang? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu

I
t. a. AP.aka~ {~Al0A] ?atuk? 1. Ya, __ hr _bin 2. Tidak7P8 8. Tidak tahu7P8
b. Jika ya, apakah sifat batuknya 1. Kering 3. Batuk terus menerus
2. Berdahak 8. Tidak tahu
c. Apakah pernah minum·obat qnti_TBC yang
menyebabkan air seni berwarna merah? 1. Ya, __ bin 2. Tidak 8. Tidak tahu
Jika ya, kapan obat mulai diberlkan?
8. Apakah [NAMA] sesak nafas/ sulit bernafas? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu

9. Apakah [NAMA] nafas dengan cepat? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu


10.
sewaktu menarik nafas? .
Apakah dinding dada bagian bawah tertarik ke dalam
'I
.
1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu

11. Apakah [NAMAt sakit d~daerah perut? 1 .. Ya,. __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu

12. a -, Apakah [NA~A] muntah-muntah? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 7 P13 8. Tidak tahu7P13


b. Jika ya, apakah rnuntah disertai dengan darah 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu
berwama kehitaman?
13. a. Apakah ada benjolan di sekitar leher? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu
b. Apakah ada benjolan yang tidak normal di perutnya? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu

14. Apakah perut [NAMA] membesar/membuncit? 1. Ya, __ hr _bin 2. Tidak 8. Tidak tahu
15. a. Apakah [NAMA] diare? 1. Ya, __ hr 2. Tidak7P17 8. Tidak tahu7P17
b. Apakah diare disertai lendir dan atau darah? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu
r--
16. ,_Apakah mata [NAMA] cekung/ hau$/·kulit mengker"ut/ tidak 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu
kencino?
.
17. a. Apakah [NAMA] kurang gizi sebelum sakit? 1. Ya, __ bln 2. Tidak 8. Tidak tahu
b. Apakah dalam beberapa bulan terakhir sebelum '
. 1. Ya. 2. Tidak 8. Tidak tahu
meninaaal berat badan [NAMAl tidak naik?
c. Apakah [~AMA] terlihat pucat terutama di bibir atau 1.Ya, __ hr_ bin 2. Tidak 8. Tidak tahu
telapak tangan?
d. Apakah [NAMA] luka/sariawan di rongga mulut? 1.Ya, __ hr_ bin 2. Tidak 8. Tidak tahu
-
18. Apakah warna putlh
. mata jadi kuning? . 1.Ya.~hr_ bin 2. Tidak 8. 'Tidak tahu
19. Apakah tubuh [NAMA] berwarna birt.rS"etelah beraktifitas
1. Ya,._._hr_ bin 2. Tidak 8. Tidak tahu
atau rnenancls?
. 1. ya, __ hr _bin
20. Apakah muka [NAMA]{>E!ngkak, terutama kelopak mata? 2. Tidak 8. Tidak tahu
21. Apakah seluruh tubuh [NAMA] bengkak? 1. Ya, __ hr_bln 2. Tida~ 8. Tic;l~k tahu
' ·'
22. Apakah pergelangan kaki/persendian lain bengkak? 1.Ya, __ hr_ bin 2. Tidak 8. Tidak tahu
------ ------ ------ ------ ------
23. Apakah [NAMA] rnenderita carnpak sebelum meninggal? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu
24. Apakah ada bintik-bintik merah di kulit? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu
25. Apakah [NAMA] mimisan? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu
26. Apakah [NAMA] sering ngantuk bukan pd jam tidur? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu
27. Apakah [NAMA] kaku kuduk (kaku di leher)? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu
28. Apakah [NAMA] mengeluh sakit kepala? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu

29. Apakah seluruh tubuh [NAMA) kaku? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu
30. Apakah [NAMA] mengalami penurunan kesadaran? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu
31. Apakah [NAMA] mengalami lumpuh satu atau dua tungkai? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu

32. Apakah [NAMA) rnengalami gangguan kencing? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu

33. Apakah kencing bercampur darah? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu


a. Apakah [NAMA] pemah digigit anjing 6 bulan sebelum 1. Ya, __ hr
34. 2. Tidak7 P35 8. Tidak tahu7 P35
meninqqel atau oleh binatanq lainnva?
b. Jika ya, sebut jenis binatang apa ( anjing, kera, ular,
kalajenqkinq, dll)?
35 a. Apakah [NAMA] pernah cedera karena kecelakaan lalu 1.Ya, __ hr_ bin 2. Tidak 7 IV 8. Tidak tahu 7 IV
lintas atau lainnva (jatuh, tenggelam, terbakar, dll)?
b. Jika ya, sebut jenis kecelakaan dengan rinci

c. Jika ya, sebut jenis cedera

:,v. Re·suMe ii1WA¥A't ~AK1t ·sAv11 eP.~1rA.(01r§1.d~f;H:,P;W~W~N.~!~f ·, . / ·~~· ·~ ;:,'.,.,:~:·'


. ·: _.i..,· "~ ~L'°"1:!. +'~ ,;Cl: 'Iii<_'.·-~ _._C_. '._,- . ~;J.... ,, ):-1 .. -~·,.
~ ...~
r.,

Umur balita: Berat badan lahir: gram Prematur/ Cukup bulan:


Cacat bawaan:
Riwayat sakit (tanda, gejala, lama sakit):

36. Diagnosis Penyebab Kematian Bayi/ Balita (29 hari • < 5 tahun) (DllSI OLEH DOKTER) Kode ICD 10
a. Penyakit penyebab kematian langsung (Direct Cause)
DDD.D
b. Penyakit perantara (Intervening antecedent cause)
ooo.·o
c. Penyakit penyebab utama kematian (Underlying cause 6f death)
DDD.D
d. Penyakit yang berkontribusi terhadap kematian, tetapi tidak berhubungan dengan penyakit
pada rangkaian a-c " DDD.D
Telah diperiksa oleh Ketua Tim,
Nama: .

Tanda tangan: .
Tanggal: _

3
RISET KESEHATAN DA~AR (RISKESDAS 2007}

KUESIONER AUT,OPSI VERBAL (AV)


UNTUK UMUR 5 TAHUN KE ATAS
RA HA SIA RKD07.AV3

, I. .PENGENALAN TEMPAT
No. urut
Prov Kab/ Kola Kee Desa/Kel D/K No Kode Sampel
sam el RT

Kutip dari Blok I PENGENALAN TEMPAT RKD07.RT


,.
'
It KETERANGAN YANG ~ENiNG'(;Al
. ~.;
' -~•''
. '
. .,_,. ;,· ~',f.'~:~,)~:~~;'. ·: . ~. '

1 b. No.urut yg meninggal: .... : ...


1a Nama yang meninggal D
Kutip dari RKD07.RT Blok V kolom 2

2 Jenis Kefamin 1. Laki-laki 2. Perempuan D


3 Tanggal Lahir Tangga~_/ bulan _/ tahun _ DD/DD/DODD
4 Tanggal meninggal Tanggal _I bulan __J tahun _ DD/DD/DODD
5 Umur saat menlnggal tahun DD
1. Di fasilitas kesehatan 3. Di perjalanan
6 Di mana tempat meninggal?
2. Di Rumah
. 4. Lainnya D
. ~ .~,,•: .. ·~
: ' •""•:"'~ t--.~
' ;. ·•·.·
;,~:
·.i .K.'.·~:

..."'
· ~11~~:.~'QJ:.o'ilsi;v' 'R' Alt'
,,~tP:~ . Jt1w.A:t&t;I ~:-rft~..
. " ,.~t.:tta~J j :~:::· :~.~::fi:> ~t~~!:~!~·~f:~(~. :· l

... ' . .•
·~'l'. ..
' ~-:-o _,,,., -:> .., .. ,, .......... ,
''Ii"' .. '
J,\uroesLivi~~~i:e~t~!(uM~R~t4~u~~E:it~s.:.- .~; . . '"~. ~ -~-·, ._1r'~ \.E ,~;.;~:
~.r.

,1,:A. 1~~
·
Jelaskan secara nnet SIFAftlan LAMA SAKIT··oam/..ft~n)v >·, • •• t · ..»: .: , •

1a. Nomor responden (Kutip dari RKD07.RT Blok IV Kolom 1) lsikan 00 jika responden tidak tinggal di rumah tangga ini ....... DD
b. Menurut responden, apa penyebab kematiannya? (termasuk keterangan dari perawat dan dokter)

c. Ceritakan riwayat sakit sebelum meninggal:

1. Apakah [NAMA] demam/ panas tinggi sebelum meninggal? 1.Ya, __ .hr 2. Tidak 8 .• Tidak tahu

1. Terus menerus 3. Naik turun disertai menggigil 8. Tidak tahu


2. a. Bagaimana sifat demamnya?
. 2. Naik turun 4. Berulang disertai keringa,t mf!lam
b. Apakah [NAMA] pernah periksa darah utk mengetahui sakit
1. Ya 2. Tidak 7P3 8. Tidak tahu 7 P3
malaria?
c. Bagaimana hasilnya? Jika posjtif, kapar, diperiksa? 1. Positif, __ hr 2. Negatif 8. Tidak tahu

d. Jika positif malaria, apakah diberi obat? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu


Apakah [NAMA] sesak nafas ketika melakukan pekerjaan
3. 1.Ya,_hr_ bin 2. Kadang-kadang 8. Tidak/ Tidak tahu
ringan?
4. Apakah [NAMA] sesak nafas ketika tidur sehingga harus diganjal 1.Ya,_hr_ bin 2. Tidak 8. Tidak tahu
dengan beberapa bantal?
5. Apakan [NAMAJ pernah mengeluh jantung berdebar-debar? 1.Ya,_hr_ bin 2. Tidak 8. Tidak tahu

6. Apakah seluruh tubuh [NAMA] bengkak? 1. Ya, _hr _bin 2. Tidak 8. Tidak tahu

1
7. Apakah pergelangan kakinya bengkak? 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu

8. Apakah persendian lainnya bengkak? 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu

9 .: Apakah [NAMA] nafasnya berbunyi/ mengi? 1.Ya,_ hr - bin 2. Tidak 8. Tidak tahu I

10. Apakah [NAMA] batuk iebih dari 2 minggu? 1. Ya, __ .bin 2. Tidak7P12 8. Tidak tahu 7P12
-
1. Kering 3. Dahak + darah
11. Jika ya, bagaimana sifat batuknya? 8. Tidak tahu
2. Berdahak 4. Ada darah
Apakah [NAMA] pernah minum obat anti TBC yang 1. Ya, _hr __ bln
12. 2. Tidak 8. Tidak tahu
menyebabkan air seni 15erwarna rnerah? I ;

13. a. ApakahJNAMAJ me~geluh nyeri da~a heb~t? 1. Ya 2. Tidak7P14 8. Tidak tahu7P14


-
. b. ~ik& yq, di baqlan [lan~? 1. Kanan 2. Tengah 3. Kiri 8. Tidak tahu

- c. Bagaimana sifat nxe~inya? 1. Hilang timbul 2. Terus-menerus 8. Tidak tahu


. . - "'"'"',...
14 .: - Apakah [NAMA] nafasnya pendek-pendek dan cepat? .1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu
!
fS. . .
Apakah ada t~~ikan.dinding dada baqian bawah ketika bernafas? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu
. . .
16. Apakah [NAMA] perokok berat? Berapa lama merokok? 1. Ya,_thn 2. Tidak 8. Tidak tahu

17. a. Apakah [NAMAJ menderita diare? 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak 7 P19 8. Tidak tahu7 P19 I

'
b. Jika ya, apakah tinja bercampur dengan darah dan lendir? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu

18. Apakah [NAMAJ kekurangan caran tubuh? 1. Ya,_hr 2. Tidak 8. Tidak tahu

_1_9. Apakah [NAMA] mengeluh sulit menelan? 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu

20.
... . "'""'"' "

Apakah{NAMA] .saklt kepala?


. '
- .1. Ya, _hr _.__bin 2. Tidak 8. Tidak tahu
'
.
21. a. Apakah [NAMAJ ada gangguan Buang Air KeciL(B~K)/
1.Ya,_hr_ bin 2. Tidak 7 P22 8. Tidak tahu7 P22
kencina?- ·- . -
1. Tak dapat BAK 3. Ngompol
-
b. Jika ya, gangguannya apa? 8. Tidak tahu
2. Sedikit-sedikit 4. Lainnya, __

22. Apakah [NAMA] nyeri ketika BAK/kencing? 1.Ya,_ hr - bin 2. Tidak 8. Tidak tahu

23. Apakah air seninya berwarna merah? 1.Ya,_hr_ bin 2. Tidak 8. Tidak tahu
24. Apakah [NAMA] banyak makan, minum, dan sering BAK/
1. Ya, _bln_thn 2. Tidak 8: Tidak tahu
kencina?
25. Apakah [NAMA] pernah ada luka·yang sulit sembuh'? 1. Ya, _bln_thn 2. Tidak 8. Tidak tahu

26. Apakah [NAMA) ada rasa kesemutan di kaki/ tangan? 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu
.
27. a. Apakah [NAMA] mengalami nyeri perut? 1. Ya, _hr _bin 2. Tidak 7 P28 8. Tidak tahu7 P28
,
'
1. Di atas
b. Jika ya, pada perut bagian mana? 3. Seluruh perut 8. Tidak tahu
2. Di bawah
.
28. a. Apakah ada benjolan di perutnya (tumor)? 1.Ya,_hr_ bin 2. Tidak 7 P29 8. Tidak tahu7 P29,
~
1. Di atas
b. Jika ya, pada perut qag[an mana? 3~ Di tengah 8. tidak tahu
2. Di bawah

29. a. Apakah perut [NAMA] membuncit/ membesar? 1.Ya,_hr_ bin 2. Tidak· 7 P30
.
8. Tidak tahu7 P30

b. Jika ya, bagaimana timbulnya? 1. tiba-tiba < 1 minggu 2. bertahap ~ 1 ,rninggu 8. Tidak tahu
.
30. a. Apakah [NAMA) muntah-muntah ketika sakit? 1. Ya,_hr 2. Tidak -7 P31 8. Tidak tahu-7 P31
'
b. Jika ya, apakah muntahnya campur darah? 1. Ya,_hr 2. Tidak 8. Tidak tahu

31. Apakah [NAMA] bicara kacau selama sakit parah? 1.Ya,_ hr _bin 2. Tidak 8. Tidak tahu

32.
. -
rt.Ya _hr_bln · 2. Tidak -7 'p33
a. Apakah [NAMA] ~~rrgalar:ni;t>enurunan kesadaran? 8. Tidak tahu-7 P33

b. Jika ya, bagaimana proses penurunsn kesadaran? 1. Mendadak ~· Bertahap beberapa hari 8. Tidak tahu
. -
~ 33. a. Apakah ada bagian tubuh [NAMA] yang lumpuh? 1.Ya,_ hr - bin 2. Tidak 7 P34 8. Tidak tahu-7 P34
'
b. Jika ya, bagian tubuh mana yang lumpuh? 1. Lengan kanan
3. Tungkaikanan 4. Tungkai kiri
Uawaban dapat lebih dari satu) 2. Lengan kiri

34. a. Apakah seluruh tubuh [NAMA] kaku? 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu

b. Apakah ada kaku kuduk? 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak 8. l=idak tahu


'

35. a. Apakah [NAMA] menderita kejang?


- 1. Ya, _hr ~bin 2. Tidak7P36 8. Tidak tahu7P36

b. Jika ya, berapa kali dalam sehari kejang? .kali/ hari

36. Apakah berat badan [NAMA) turun secara mencolok sebelum 1. Ya,_ hr _bin 2. Tidak 8. Tfdak tahu
meninaaal?
37. Apakah [NAMA] mengalami sariawan luas di mulut sebelum
1.Ya, _ hr _ bin 2. Tidak 8. Tidak tahu
meninqqal?
38. a. Apakah [NAMA) rnende-ita penyakit kulit? 1.Ya,_ hr - bin 2. Tidak7P38c 8. Tidak tahu7P38c

b. Jika ya, jelaskan gejala yang timbul pada kulit

c. Apakah ada benjolan di sekitar leher 1.Ya,_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu

39. Apakah [NAMA] tampak pucat? 1. Ya, _hr _bin 2. Tidak 8. Tidak tahu

40. Apakah muka [NAMA] bengkak/ sembab? 1.Ya,_ hr - bin 2. Tidak 8. Tidak tahu

41. Apakah mata [NAMA] berubah jadi kuning? 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu
a. Apakah [NAMA] pernah cedera akibat kecelakaan lalu lintas
42. atau kecelakaan lainnya Oatuh, tenggelam, terbakar, dltusuk, 1.Ya,_ hr - bin 2. Tidak7P43 .8. Tidak tahu7P43
keracunan, dll?
b. Jika ya, sebut jenis kecelakaan dengan rinci

c. Jika ya, sebut jenis cedera (patah tulang, gegar otak dll)
~3. a. Apakah [NAMA) pernah digigit oleh anjing 6 bulan sebelum
1. Ya,_hr _bin 2. Tidak7P44 8. Tidak tahu-7P44
meninggal atau oleh binatang lainnya?
b. Jika ya, sebut jenis binatang
(kera, anjing, ular, kalajengking, seranaaa lain)

4 • Jik~ "(ANG ME~l~GGAL adalah Perempuan Umur 10 Tahun Ke Atas 71118


• Jika YANG MENINGGAL adalah Lakl-Lakl umur 15 Tahun Ke Atas ~ 1110
• Jika YANG MENINGGAL adalah Perempuan Umur 5-9 Tahun atau l,.a.l<i-Lakl Umur 5·14 Tahun 7 IV.RESUME

5. Apakah [NAMA] ada Iuka atau benjolan pada payudara atau kulit
payudara berkerut seperti kulit jeruk dan atau puting payudara 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak 8 .. Tidak tahu
keluar cairan kemerahan?
5. Apakah [NAM~). keluar darah be,rlebihan pad a saat datang
1. Ya,_hr_bln 2. Tidak '8. Tidak tahu
bulan/ menstruasi?
47. a. Apakah [NAMA] mengalami perdarahan dari jalan lahir di luar 1.Ya,_hr_ bin 2. Tidak 8. Tidak tahu
siklus menstruasinya?

b. Jika ya.apakah perdarahan masih terus sampai meninggal? 1. Ya,_hr _bin 2. Tidak 8. Tidak tahu

48. Apakah [NAMA] mengeluarkan cairan tidak normal dari jalan


1. Ya, _hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu
lahir?

Jika-Y~NG MENINGGAL a~alah.Perempuan Umur 10 • 54 Tahun PERNAH KAWIN 7 lllC


Jika YANG MENINGGAL. adalah Perempuari Umur 10 • 54 Tal'lun BELUM KAWIN 7 P.67
~ika YANG'MENINGGAL 'adalah Perempuan Umur 55 Ke Atas 7 1110

49. Apakah [NAMA] meninggarketika sedang hamil? 1. Ya, __ bln 2. Tidak< 7 P52 8. Tidak tahu 7 P52
50. Apakah [NAMAJ menderlta tekanan darah tinggi ketika hamil
1. Ya, hamil_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu
(dikatakan oleh tenaga medis) atau ~jang ?
>

51. Apakah [NAMA] mengalami perdarahan hebat ketika hamil? 1. Ya, harnil _bin 2. Tidak 8. Tidak tahu

LANJUTKAN KE P67
.
<
t
-
I 52. Apakah (NAMA] mengalami keguguran (umur kehamilan < 22
1.Ya7P67 2. Tidak 8. Tidak tahu
minggu/ 5 bulan) sebelum meninggal?
53. Apakah [NAMAJ rneninggal pada saat mefahirkan? 1. Ya 2. Tidak 7 P60 8. Tidak tahu 7 P60.

54. Apakah [NAMA] demam tinggi saat melahirkan? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tah!J

55. Apakah [NAMA] kejang saat melahirkan? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu

56. Apakah [NAMA] mengalami perdarahan banyak sebelum bayi lahir? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu

57. Apakah [NAMA] suliV lama (lebih dari 12 jam) ketika mefahirkan? 1. Ya,_jam 2. Tidak 8. Tidak tahu

58. Apakah ari~arinya 'sulit lahir? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu


59. Apakah (NAMA] mengafami perdarahan banyak (lebih dari 3 kain)
1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu
setelah bayi lahir?

LANJUTKAN KE PSSa
. J
8. 1Jdak tahu 7
60. Apakah [NAMA] meninggaf setefah ari-ari keluar sam12ai ?O hari? 1. Ya, ha.ri k~ ....__ 2. Tidak7 P67
'
. P67a.
51. t.P'1kah.[NAMA] kejang setefah ari-ari keluar sampai 60 hari? 1. Ya, hari ke _ 2. Tidak 8. Tidak tahu

)2. Apakah (~AMAJ perdarahan setelah ari-ari keluar sampai 60 hari? 1. Ya, hari ke _ 2. Tidak
. 8. Tidak tahu

l3. Apakah (NAMA] demam tinggi setelah melahirkan? 1. Ya, hari ke _ 2. Tidak 8. Tidak tahu
.
i4. Apakah "'iJd.a cairan berbau bu'stJk keluar dr Jalan lahir setelah
1. Ya, hari ke_ 2. i;dak 8. Tidak tahu
melahirkan?
5. a. Siapa saja yang menofong persalinan? 1. Dukun 2. Bidan 3. Dokter 4. Kelyarga
- . <
. '
1. Lahir spontan 3.0peasi Secti6 7 P66a
b. Dengan cara apa bayi dilahirkan?
. .• 2. Vakum7· P66a .
8. Tidak 1ahu ~ rssa
.
c. Pada waktu bayi lahir, bagian tubub man a yang kel~r lebih ' 1. Kepala 3. Lengan/ kaki
dahulu? . 2. Bokong 8. Tidak tahu
-
). a. Apakah [NAMA] rnelahirkan tunggal atau kembar? , 1. Tunggal 2. Kembar
. '·
1. Hidup 3. Kembar, satu bayi meninggal
b. Bagaimana kondisi bayi (NAMA] setelah lahir?
2. Meninggal 4. Kembar, semua. bayi meninggaj
-
i7 • Jika YANG MENINGGAL adalah Perempuan Umur 15 Tahun Ke Atas 7 1110
• Jika YANG MENINGGAL adalah Perempuan Umur 10-14 Tahun 7 IV.RESUME
.-~--~ -
68 Apakah (NAMA] mempunyai riwayaU pernah sakit: Jika ya, berapa lama ?
a. Darah tinggi/ sakit jantung 1. Ya, _bin _thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D
b. Kencing manis 1. Ya,_bln _thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D
c. Sakit radang sendi (artritis) 1.Ya,_ bin _thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D
d. Sakit lambung/ maag 1. Ya, _bin _thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D
e. Sakit kuning 1. Ya, _bin _thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D
f. Tuberkulosis/ Flek paru 1. Ya,_ bin _thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D
g. Asthma 1.Ya, _ bin _ thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D
h. Kegemukan (Obesitas) 1. Ya,_bln - thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D
i. Tumor/'kanker 1.Ya,_ bin - thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D
j. Peminum alkohol kronik 1. Ya. _bin _thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D
k. Pengguna narkoba suntik atau pil 1. Ya, _bin _thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D

Umur almarhum/ah:
Jenis kelamin:
Penyakit yang diderita dan lamanya (Blok Ill 0):
Riwayat sakit (Blok Ill A·C. untuk tanda, gejala, lama sakit ):

69. Diagnosis Penyebab Kematian Umur 5 Tahun Ke atas (diisi oleh dokter) KodelCD 10
a. Penyakit penyebab kematian langsung (Direct Cause)
DDD.D
b. Penyakit perantara (Intervening antecedent cause)
DDD.D
c. Penyakit penyebab utama kematian (Underlying cause of death)
DDD.D
d. Penyakit yang berkontribusi terhadap kematian, tetapi tidak berhubungan dengan penyakit
pada rangkaian a- c DDD.D
Telah diperiksa oleh Ketua Tim,

Nama: _

Tanda tangan: _

Tanggal: _
5

Anda mungkin juga menyukai