Anda di halaman 1dari 324

Laporan Hasil

Riset Kesehatan Dasar


(RISKESDAS)
Provinsi Jawa Barat
2007

Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007
Provinsi Jawa Barat

OKU EN ASI & ARSIP


BAPPENAS
Acc. No. : .~:.. ::?.~ :~.c:z'-
Class : YS. _
3 ·········--···--···--··--·-
Checked : .:?.J.:-.... .9.1. . .:...~5'.-·-··-

ISBN : 978-979-9254-33-7
Kata log : Q 179.9
No. Publikasi : BPPK. J.197/Lap.27
Ukuran Buku : 2 cm x 29,3 cm

Naskah
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Gambar Kulit
Sekilas Provinsi Jawa Barat

Diterbitkan Oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan R. I

Dicetak oleh
CV Metro Nusa Prima
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikumwr. wb.
Puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan
karuniaNYA, kita bisa menyelesaikanLapo ran Hasil Riset Kesehatan Oasar (Riskesdas)
yang kita persiapkansejak tahun 2006 dan dilaksanakanpada tahun 2007 di 28 provinsi
dan tahun 2008 di 5 provinsi wilayah IndonesiaTimur.
Perencanaan Riskesdas dimulai tahun 2006, dimulai oleh tim kecil yang berupaya
menuangkan gagasan dalam proposal sederhana, kemudian secara bertahap dibahas
tiap Kamis-Jum'at di Puslitbang Gizi dan Makanan Bogor. Pembahasanjuga dilakukan
dengan para pakar kesehatan masyarakat, para perhimpunan dokter · spesialis, para
akademisi dari Perguruan Tinggi termasuk Poltekkes, lintas sektor khususnya Sadan
Pusat Statistik, jajaran kesehatan di daerah dan tentu saja seluruh peneliti Balitbangkes
sendiri. Dalam setiap rapat atau pertemuan, selalu ada perbedaan pendapat yang
terkadang sangat tajam, terkadang disertai emosi, namun didasari niat untuk menyajikan
yang terbaik bagi bangsa. Setelah cukup matang, dilakukan uji .coba bersama BPS di
Kabupaten Bogar dan Sukabumi untuk menghasilkan penyempurnaan instrumen
penelitian. Selanjutnya bermuara pada "launching" Riskesdas oleh lbu Menteri
Kesehatanpada tanggal 6 Oesember2006.
Pelaksanaanpengumpulandata Riskesdas dilakukan dua tahap, tahap pertama dimulai
pada awal Agustus 2007 sampai dengan Januari 2008 di 28 provinsi, tahap kedua pada
Agustus-September2008 di 5 propinsi (NTT, Malukli, Maluku Utara, Papua dan Papua
Barat). Balitbangkes mengerahkan 5.619 enumerator, seluruh (502) peneliti
Balitbangkes, 186 dosen Poltekkes, Jajaran Pemerintah Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota, Labkesda dan Rumah Sakit serta Perguruan Tinggi. Untuk kesehatan
masyarakat, berhasil dihimpun data dasar kesehatan dari 33 pravinsi dan 440
kabupaten/kota. Untuk biomedis, berhasil dihimpun 36,357 spesimen dari sampel
anggota rumah tangga usia satu tahun keatas yang berasal dari 540 btok sensus
perkotaandi 270 kabupaten/kotaterpilih.
Proses editing, entry, dan data cleaning sebagai bagian dari manajemen data Riskesdas
dimulai pada awahtanuari 2008, yang secara paralel dilakukan pula pembahasan
rencana pengolahandan analisis. Proses manajemen data, pengolahan dan analisis ini
sungguh memakan waktu, stamina dan pikiran, sehingga tidaklah mengherankan bila
diwarnai dengan prates, dari sindiran melalui jargon-jargon Riskesdas sampai prates
keras. Dan ini merupakanujud dinamika kehidupanyang indah dalam dunia ilmiah.
Kini telah tersedia data dasar kesehatan yang meliputi seluruh kabupaten/kota di
Indonesia berupa seluruh status dan indikator kesehatantermasuk data biomedis, yang
tentu saja amat kaya dengan berbagai informasi di bidang kesehatan. Kami berharap
data itu bisa dimanfaatkan oleh siapa saja, termasuk para peneliti yang sedang
mengambil pendidikan master dan doktor. Kami memperkirakan akan muncul ratusan
doktor dan ribuan master dari data Riskesdasini.
Perkenankanlahkami menyampaikanpenghargaanyang tinggi serta terima kasih yang
tulus atas semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh peneliti, litkayasa dan
staf Balitbangkes,rekan sekerja dari BPS, para pakar dari Perguruan Tinggi, para dokter
spesialis dari Perhimpunan Dokter Ahli, Para Dosen Poltekkes, Penanggung Jawab
Operasional dari jajaran Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, seluruh
enumerator serta semua pihak yang telah berpartisipasi mensukseskan Riskesdas.
Simpati mendalam disertai doa kami haturkan kepada mereka yang mengalami
kecelakaan sewaktu melaksanakan Riskesdas, termasuk mereka yang wafat selama
Riskesdasdilaksanakan.
Secara khusus, perkenankan ucapan terima kasih kami dan para peneliti kepada lbu
Menteri Kesehatan yang telah memberi kepercayaan kepada kita semua, anak bangsa,
dalam menunjukkan ~arya baktinya.
Kami telah berupaya maksimal, namun sebagai langkah perdana pasti masih banyak
kekurangan, kelemahan dan kesalahan. Untuk itu kami mohon kritik, masukan dan
saran, demi penyempumaan Riskesdas ke-2 yang lnsya Allah akan dilaksanakan pada
tahun 2010 nanti.

Billahit taufiq walhidayah, wassalamu'alaikum wr. wb.

Jakarta, Desember 2008

Kepala Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


Departemen Kesehatan RI

Dr. Triono Soendoro, PhD

,__

ii
SAMBUTAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK IN,DONESIA

Assalamu'alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan bimbinganNya, Departemen
Kesehatan saat ini telah mempunyai indikator dan data dasar kesehatan berbasis
komunitas, yang mencakup seluruh Provinsi dan Kabupaten/Kota yang dihasilkan
melalui Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas.
Riskesdas telah menghasilkan serangkaian informasi situasi kesehatan berbasis
komunitasyang spesifik daerah, sehingga merupakan masukan yang amat berarti bagi
perencanaan bahkan perumusan kebijakan dan intervensi yang lebih terarah, lebih
efektif dan lebih efisien. Selain itu, data Riskesdas yang menggunakan sampling
Susenas Kor 2007, menjadi lebih lengkap untuk mengkaitkandengan data dan informasi
sosial ekonomi rumah tangga.
Saya minta semua pelaksana program untuk memanfaatkan data Riskesdas dalam
menghasilkan rumusan kebijakan dan program yang komprehensif. Demikian pula
penggunaan indikator sasaran keberhasilan dan tahapan/mekanisme pengukurannya
menjadi lebih jelas dalam mempercepat upaya peningkatan derajat kesehatan secara
nasionaldan daerah.
Saya juga mengundang para pakar baik dari Perguruan Tinggi, pemerhati kesehatan
dan juga peneliti Balitbangkes. untuk mengkaji apakah melalui Riskesdas dapat
dikeluarkan berbagai angka standar yang lebih tepat untuk tatanan kesehatan di
Indonesia, mengingat sampai saat ini sebagian besar standar yang kita pakai berasal
dari luar.
Dengan berhasllnya.Riskesdas yang baru pertama kali dilaksanakan ini, saya yakin
untuk Riskesdasdimasa mendatang dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Karena itu,
Riskesdas harus dilaksanakan secara berkala 3 tahun sekali sehingga dapat diketahui
pencapaian sasaran pembangunan kesehatan di setiap wilayah, dari tingkat
kabupaten/kota, provinsi maupun nasional.
Untuk tingkat kabupaten/kota, perencanaan berbasis bukti akan semakin tajam bila
keterwakilan data dasarnya sampai tingkat kecamatan. Oleh karena itu saya
menghimbauagar Pemerintah Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kotaikut serta
berpartisipasi dengan menambah sampel Riskesdas agar keterwakilannya sampai ke
tingkat Kecamatan.
Saya menyampaikanucapan selamat dan penghargaanyang tinggi kepada para peneliti
Balitbangkes, para enumerator, para penanggungjawab teknis dari Balitbangkes dan
Poltekkes, para penanggung jawab operasional dari Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kabupaten/Kota, jajaran Labkesda dan Rumah Sakit, para pakar dari Universitas dan
BPS serta semua yang teribat dalam Riskesdasini. Karya anda telah mengubah secara
mendasar perencanaan kesehatan di • negeri ini, yang pada gilirannya akan
mempercepatupaya pencapaian target pembangunannasional di bidang kesehatan.

iii
Khusus untuk para peneliti Balitbangkes, terustah berkarya, tanpa bosan mencari
terobosan riset baik dalam lingkup kesehatan masyarakat, kedokteran klinis maupun
biomolekuler yang sifatnya translating research into policy, dengan tetap menjunjung
tinggi nilai yang kita anut, integritas, kerjasama tim serta transparan dan akuntabel.

Billahit taufiq walhidayah, Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Desember 2008

-.-

iv
RINGKASAN EKSEKUTIF

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 adaiah survai t'inglfal nasional yar1g dilakukan
oleh Badan Penelitian dan Penqembanqan Departernen Kesehatan RI dengan
melibatkan BPS, orqanisasi protest, perguruan tinggi, leinoaga P,enelitian, pemerintah
daerah, da~. partlsfpasl masyarakat, untuk .ffieny~diaka1y' lQformasi _ kesehatan yang
·qerbasis buktl (eviQ.enye-based) untuk 'menunjang perencanaah bidang kesehatan
kabupaten/ kota: Riskesdas rnencakup- sarnpel 'yartg jauh lebih besar da_ri suryei-survei
kesehatan sebelumnya seperti SKRT atau SDKI dan menca~up aspek kesf!hatan yang
lebih luas. Riskesds 2007 dilaksanaka'n untul< menjawab perianyaan tentang status
kesehatan masy~rakat di' tingkat nasional, provlnsl dan,.~abupaten/kota, taktor-faktor
yang_ melatarbelakanqinya .dan masalah kesettatan rnasyarakat -y~m9 spesifik dj .setiap
wilayah. Rlset-Kesehatan Dasar (RISKESE>l(S) 2007"di Provinsl Jawa Barat merupakan
bagian ~ntegral yang -tak, terpisahkan dengan Riskesda~ nasional. Denqan demikian
lokasi RISKE9PAS 2007 di Provlnst Jawa Barat mencakup 1a:kabupateh qan,9 kota
yaitu Kabupaten : Boqor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garik, Taslkmalaya, Ciamis,
Kuninqan, ~Cirebon, ·Majalengka, Sumedang, lndrarnayu.« Subang, Pw:wakarta,
Karawang, Bekasi dan Kota ·1 Bogar, Sukabumi, Bandung, Clrebori, Bekasi, Depok,
Cimahi, Tasikrnalaya dan Banjar. ·
• v r

Metoda: Penarikan sampel untuk ~i~'kesd'as 2007 'identik d~11gan two stag~ ·Sampling
yang digllnakan dalam Susenas 2007. Riskesdas ~007 mencakup sampel di 33 propinsi,
440 dari sebanyak 456 kabupatenrkota, '17 .165 darf ·17 .357 -~lok sensus 258.466 dari
277.630 rumahtanqqa. Selanjutnya, seluruh anggota rumahtangga dart setiap
·rumahtangga yang terpillh dari kedua proses p.enarikan sampet tersebut di atas diambil
sebagai sampel individu. Secara keseluruhan, jumlah sampel rurnah tangga dari 25
kabupaten/kota Susenas 2007 adalah 20.512' dimana Rlskesdas berhasil
mengumpulkan 19.469 rurnah fangga. Jurnlah sampel anggota rumah tangga ·dari 25
kabupaten/kota ,di' Provinsi Ja.J.{p Barat pada Susenas 20p7 adalah 78.521 sampel
a[lggota rumah tangga dan riskesdas' berhasil menqumpulkan 68.429 individu yang
sama dengan Susenas. Sampel untuk penqukuran biomedis adalah anggota
rumahtangga -berusla lebih dari 1 (satu) tahun _yang' ifnggal di blok sensus dengan
klasifikasi perkotaan.
Ada 2, cara penarikan sampel yodium, yaitu pengukuran kadar yodium dalam garam
yang dikonsumsi rumqhtangga, dan kedua adalah penqukuran yodium dalam urin. Untuk
pengukuran kadar yodium dalam garam, dilakukan, test cepat yodium pada 257.247
sampel rumahtangga cart 440 kabupaten/kota. Untuk penqukuran kedua, dipilih secara
acak 2 rumahtangga ~ang rnernpunyai anak usia 6-12 tahun dari 16 rur;nahtangga per
blok sensus 'Cli 30 kabupaten yar:_ig dapat rnewakili secara nasjonal. Dari rurnahtanqqa
yang terpilih, sampel garam rumahtangga;tjia..mbil, dan juga sarnpel urin dari anak usia 6-
12 tahun yang selanjutnya dikirim ke la~·aratoriur:n Unlversltas Diponegoro, Balai G,f\KY-
Magelang, dan Ruslitbang Gizi dan Makanan, Bogor. Dengan cara itu didapatkan
sampel 8473 anak usia 6-12 tahun yang dilakukan peng~kwan kadaryodiumdatarn urin.
Di Provinsi Jawa Ba rat, seluruh, tenaga la'pa,ng data kesehatan 'masyarakat, berasal dari
tenaqa setempat yakni dari Dinas Kesehatan dan l?oltekkes, yang. disupervisi oleh 15
orang tenaga peneliti dari Badan Litbang Kesehatan (P..uslitbang Gizi -dan Makanan,
Balai 9AKY _Magelang, Loka Ciamis) dan 10 orang dosen dari 'Poltekkes. Tenaga
peng'arT)qil specimen darah (plebqtomi) berasal dari Laboratorium Kesehatan Daerah.
' .
l?ada buku laporan ini dijelaskan pelbaqai temuan Riskesdas 2007 Provinsi Jawa Barat
dan variasi antar kabupaten/kota.
Gizi. lndikator 88/U memberikan gambaran tentang status gizi yang sifatnya umum,
tidak spesifik. Tinggi rendahnya prevalensi gizi buruk dan gizi kurang mengindil<asikan

v
ada tidaknya masalah gizi pada balita, tetapi tidak memberikan indikasi apakah masalah
gizi tersebut bersifat kronis atau akut. Prevalensi gizi buruk dan kurang pada anak balita
sebesar 15%, dimana pencapaian tersebut lebih baik dari target nasional perbaikan gizi
tahun 2015,(20%) dan MDGs 2015 (-18%).·Hanya 1 kabupaten yaitu Kabupaten Prebon
yang belum · mencapai J:arget nasional dan 4 -kabupaten/kota belum mencapal target
MDG 2015 yaitµ Kabupaten Cirebon, .Kabupaten Majalengka, . Kabupaten lndramayu
dan Kota Cireb~n ... pr,evalensi balita gizi· lebih sebesar 3,5%, han;ipir sama dengan
prevalensi,Qizi by~uk ,(3,7%).,,;Tig~·kabupaten/kota perlu diwaspadai kareria mempunyai
prevalensl gl~i lebih 111ef!de~kati 10%, y.aitu- Kabupaten Karawanq, Kota Bekctsi, dan Kota
Depok. [ndlkator, TB/U IT\enggambarkart status gizi yang sifcttr1ya kfonis, artinya muncul
setlag~r akibat dari ~ec:i.c;faal) yang berJangsung lama. Masalah pendek pada balita di
.Jawa Barat ditemukp[l;.Pada 1 dari. 3_,anak (35,4%). Bahkan rnasalah pendek ditemukan
pada-hampir separuh ballta di. 5 kabupaten.tclaojur, Bandung; Garut, Majalengka dan
Subang) dan ·1 • kota (Tasikmalaya), Peningkatan rnasalah pendek (erlihat setelah
menca'paj umur 11 .bulan, lebih tinggi di pedesaan dibandihg'l<an·perkotaan: tingginya
prevalensi 'oat~a pendek menunjukkan bahwa masalah ini serius dan "perlu mendapat
perhatian khusus untuk menqataslnya, Jndikator BBffB rnengqambarkan status 9izi yang
sifatnya akut sebagai akibat dari keadaan yang bedangsCJrigdalam waktu yang pendek.
Mas.~lah kekurusan pada balita di .Jawa -Barat yaitu. 9%. Meskipun berada di bawah
batas kondisi yang dianggap serius (10%), masih ada 7:kab0paten/kofa yang berada
pada keadaan serius yai~u : Kabupaten, Garut, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Subang,
Kabupaten Karawang; Kota Bandung, Ko~a4 Cirebon. dan Kota Depok, Dua Kabupaten
yaltu-Kabupaten Ganit dan Kabupaten Sµba'ng bahkan memiliki keduanya, masalah gizi
akut=dan kronis. Pada kelornpok u'sia 6-14 tahun, masalah berat badan lebih, perlu
mendapat pernatiaf khususnya di perk'otaan dlmana prevalensinya >10% yaitu di Kata
Boger (15,3%), Depok (14,5%), B.ekp,si (1"1,9%),dan Band~ng (11,4%) untukanak laki-
laki sedangkari ·untuk anak perernpuan ,..di Kota Oepok (13, 1 %). Demikian pula pada
dewasa, satu dari lima orang dewasa menghadapi .masalah ke_gemukan (22%) lebih
tinggi daripada ·angka nasion~i' (19, 1 %). Kota Depok merupakan kqta dengan prevalensi
kegemukan tefting~i untuk drang dewasa yaitu 29,5%. Rata-rata, konsumsi .energi dan
protein tingkat Provinsi Jaw'a''Barat adalah 1636,7 kkal dari 53,8 gram protein, lebih
rendah dari rata-rata konsurnsi nasional (1735, 1 kka] dan 55,5 gram protein). Selain itu
baru 58,6% rumah tanqqa di Jawa Barat (angka nasional 62,3%) mempuoyai garam
cukup iodium, pencapaian ini masih jauh dari target nasional 2010 maupun target
ICCIDD/UNICEFNVHO Universal Salt lodization (USI) atau "garam berlodiam untuk
semua" yaitu..mjnimal 90% rumah-tangga menggunakan garam cukup iodium.
Kesehatan ibu dan anak. Secara umum cakupan lmunlsasi BCG dan Campak pada
anak umur·12-?3 sudah mencapai >80%, akan tetapi untuk DPT, POLIO.dan HB belum
mencapai target nasional. Cakupan ,imunisasi anak di perkotaan lebih tinggi dari pada di
pedesaan. Hampir separuh balita ,ditimb9~$} >= 4 kali dalam 6 bulan terakhir,· pada
umumnya tlitimbang di Posyandu. Terlihat.kecenderunqan rnakinbertarnbah umur anak
makin rendah cakupan penimoahgan rutin (~4 kali). Sepertiqa anak balita di Jawa Barat
(35,0%) memiliki KMS •. lebih Jinggi dari rata-rata naslonal (23,3%). Meskipun demikian
kepemilikan btlku KIA lianya 5,7%, lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional (13%).
Cakupan pemberian kapsul vitamln.A dalam ts bu Ian terakhir rnencapai 75,6%, cakupan
tertinggi di Kabupaten Sumedang (85,5%) dan terendah di Kabupaten Bekasl (67,5%).
Hanya sebagian bayi yang mempLinyai catatan berat berat badan lahir. Proporsi bayi
berat lahir rendah (BBLR) di Jawa Barat sebesar' 11,2%, hampir sama denqan angka
nasional (11,5%). Angka ini hampir sebandind-denqan persepsi ibu yang menyatakan
berat bayi waktu lahir kecil (11,7%). Prevalensi BBLR, tertinggi adalah di Kabupaten
Cianjur (23,9%) dan Kabupaten Kuriinqan (20%). Cakupan pemeriksaan kebamilan ibu
di Jawa Barat mencapai 95,0%, bahkan 6 kabupaten/kota mencapai angka cakupan
100% yaitu- Kab_upaten Kuningan. Kabupaten Sumedang, Kabupaten Subang, Kota
Cirebon, Kota Cimahi dan Kota Banjar. Pemeriksaan yang paling sering dilakukan pada

vi
ibu hamil adalah pemeriksaan tekanan darah (97,5%) dan Renimb~ngan berat badan
(97,2%), sedan~kan,jenis pemerlksaan kehamilan yang jarang dilakuka.n pcida ibu hamil
'adalah 'pemsrlksaan hemoglobin (35,0%) dan pemeriksaan urine (41,5,~o). Perneriksaan
neonatus 0-7 hari (59,7%) dan neonatus 8-28 nari (40;1%)Jebih tinggi daripada rata-rata
nasional (57,6% dan 33,50/ot, Pemeriksaan neonatus urnur 0-i hari terendah di
Kabupaten .Gar~t (25,0%) dan untuk neonatus umur S-28"hari. terenqah di Kabupaten
qianjur (22,2%).
Penyakit'menular. Prevalensi tertinggi Filariasis di Kff,bupaten Taslkmalaya, menyusul
Kabupaten Karawang dan Kabupaten cfrebon rneskipun di bawah angka nasional
Walaupun rentang prev~ensi dr Provinsi Jawa Barat hanya O - o.go, tetapi kejadian
fiJ;;,iri(:lsis tetap: harus menjadi perhatian karena merupakan penyakit- tular vektor dan
bersifat ~ronjs. Prevalensi 080 (0,4%) juga di bawah ang~a naslonal, tertinggi di
Kabupaten Cirebon, selaniutnya diKota Cimahl dan Kota Banjar. Secara umum rerata
prevalensi Pneumonia.dan Campak sedikit dlatas rerata nasional sedangkan prevalensi
ISPA dan TB di bawah rata-rata naslonal. Prevalensi ISPA tertinggi pi Kii!b1Jpaten
Karawang, selaojutnva Kabupaten Cirebon Clan Kabupaten Ta~iknialaya.: Pneumonia
tertinggi di Kabupaten Cirebon, menyusul Kabupaten Pu~akacta d~!J K,abupaten
Cianjur, Meskjpun sudah jauh di bawah prevalens! nasional, tiga tertinggi prevalensi TB
di Jawa Barat adalah Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cirebon-dan Kabupaten Garut.
_Sedangkan untuk Carnpak adalah di KabGpaten Cirebon, ruf"Wa~a.rta-dan Majalengka.
Kabupaten Cirebon memerlakan penanganari·serius 3 prevalens] t~rtinggi untuk penyakit
Filariasis, DBD, ISPA, Pneumonia, TB dan Carnpak terjadidl kabupaten-ini. Prevalensi
Tifoid (2,1%) dan Diare (10%) diatas rata-rata nasional. Prevalensi tertinggi untuk Tifoid
adalah di Kabupaten Karawang, menyusul Kota Boger dan Kabupaten Banjar.
Prevalensi Hepatitis tertinggi di Kota Bogor selanjutnya di Kota BanJar dan Kabupaten
Ciamis, .Sedangkan untuk diare prevalensi tertin'g'gi kernbali, terjadi di Kapupaten
Cirebon,, Kabupaten Garut dan Kabupaten Karawang. Kota Bogor tampaknya juga perlu
mendapat perhatian khusus karena kejadian Tifoid dan Hepatitis banyak ditemukan.
Penyakit tidak menuter. Prevalensi p~nyakiJ, persendian berdasarkan diagnosis
oleh tenaga kesehatan adalah 17,7%, tldak jauh berbeda dengan angka Nasiortal yaitu
14;0% dengan prevalehsf tertinggi di Kabupaten Garut, menyusur Kabupaten Subang
dan "Kabupaten Cianjur. Prevalensi hipertensi berdasarkan pengukur'an cukup tinggi
(29,3%), 3 kabu'paten/kota dengan prevalensi di atas 40% yaitu Kabupaten dan Kota
Tasikmalaya dan Kabupaten Kuningan. Terdapat 5 kabupaten/kota dengan prevalensi
stroke berdasarkan. diagnosis ~1,0% yaitu Kabupaten Bandunq, Kabupaten Clarnls,
Kabupaten Majalengka, Kota Cirebon dan Kota Banjar. Dalam satu tahun terakhir,
berdasarkan diagnosa, prevalensi jantung 1,0%, Kota Sukabumi dan Kota Cimahi
dengan prevalensi ~ 2,0%. Secara rerata di Provinsi Jawa Barat prevalensl Diabetes
berdasarkan diagnosis adalah 0,8%, dimana 8 dari 9 kota di Jawa Barat dengan
prevalensi ~1.0%. Prevalensi Gangguan Mental Emosionat di Jawa· Barat cukup tinggi
(20,0%) lebih tinggi dibandingkan prevalensi naslonat (11,6%), dimana prevalensi
tertinggi di Kabupaten Purwakarta (31,9%). Persentase.low vision di Jawa Barat adalah
4,4%, tertinggi di Kabupaten Kuningan (8,76%). Persentase katarak pada penduduk usia
30 tahun keatas berdasarkan diagnosis nakes d.alam 12 bulam terakhir wawancara
adalah 1,66%, tertinggi di Kota Bandung (2,82%). Persentase-dtaqnosts katarak oleh
nakes yang maslh sangat rendah ,mungkin juga berhubungan dengan masih rendahnya
kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatan matanya, meskipun mereka
telah mengalami gejala ganggu~n pengtihatan. Selanjutnya seperempat penduduk Jawa
Barat mengalami masatah gigi mulut (gimul) dan sepertigartya menerima perawatan dari
tenaga medis. Meskipun persentase menggosok gigi penduduk di Jawa Barat sudah
cukup tinggi (95,8%)\ akan tetapi baru 8,2% berperilaku benar dalam menyikat gigi yaitu
dilaakukan sesudah makan pagi dan sebeturn tidur malam.

vii
Peri/aku. Penduduk Jawa Barat berusia diatas 10 tahun yang mempunyai kebiasaan
rnerokok, sebagian besar merokok setiap hari pertama kali pada usia t5 - 19 tahun.
Namun yang perJu menjadi perhatian adanya anak usia dini (10-14 tahun) yang sudah
rnulal meroKok. lronisnya pada responden dengan usia dini (remaja aini) telah mulai
merokok pertarna kali setiap hari pada usia 10 hingga 14 tahun artlnya sebagian besar
perokok rernaja dini tersebut mengenal rokok dan langsung merokok se~iap hari, kondisi
ini sangat memprihatinkan sehingga sangat diperlukan adanya penyuluhan -bahaya
merokok sedini mungkin sejak mereka diba.ngku SD. Persentase perokok di Jawa Barat
(26;7%) lebih tiriggr dioandipgkan dengan persentase perokok secara nasional (23,7%).
Kabupaten Cianjur· dari "Kabupaten Ci~mis merupakan kabupaten/kota dengan
persentase perokok tertinggi di Jawa Baraf. Sepertiga (3~ 6%) penduduk umut ~10
1

tahun termasuk perokok saat ini, dan- menghisap rerata 8 batang per hari.
Prevalensi perokok tertinggLadalah di Kabupaten Cianjur (39,2%). Umurnnya (81,5%)
perokok blasa merokok ~i dalam rumah. Perilaku yang cukup rnenarik dalam riskesdas
2007 di Jawa Barat, bahwa hampir semua (97%} penduduk- 10 tahun keatas kurang
makan buah dan sayur dan ,terdapat merata di semua daerah. Satu dari tiga (29,7%)
penduduk ;::19 tahun ,di Jpwa Barat tidak aktif melakukan kegiatan fisik, Kota Cirebon
dengan prevalensi kurang aktifitas fisik tertif)ggi yaitu .separuh .(50, 1 %) dan Kabupaten
Kuningan dengan kuranq'aktitltas fisik terendah (15,7%). Sebanyak 71,6% penduduk
umur ~1~ tahun di Jawa Barat pemah mendengar tentang flu burung, yang
betpengetahuan benar tentang fiu bur.ung 54,9% bersikap benar tentang flu burung
proporsi 60, 1 %. Proporsi penduduk ~ 10 tahun di Jawa Barat yang pernah mendengar
tentang HIV/AIDS sebesar.as, 1 %, berpengetahuan benar tentanQ penularan HIV/AIDS
sebesar 34,9%, dan berpengetahuan benar tentang pencegailan RIV/AIDS sebesar
21,6%. Dalam Riskesdas 2007 ini juga dikumpulkan .informasl tentang konsumsi
makanan beresiko pada penduduk usia ~10 tahun. Sering menonsumsi makanan manis
dilakukan oleh 6 dari 10 penduduk {58,8%) usia >10 tahun, tertinggi ditemukan di
Kabupaten Kuningan (81,8%). Sedangkan sering mengonsumsi makanan asin secara
keseluruhan di Provinsi Jawa Barat ditemukan pada separuh penduduk (5~,9%), jauh
lebih tinggi dibandingkan nasional 24,5%), tertinggi di Kabupaten Kuningan (94,1%).
Secara umum terdapat 2 dari 1 O (23,6%) penduduk di Jawa Barat sering mengonsumsi
makanan berlemak, tertinggi di Kabupaten Subang (91,8%). Minuman berkatein sering
dikonsumsi oleh 3 dari 10 (29,5%) penduduk Jawa Barat, tertinggi di Karawang (44,5%).
Di Provinsi Jawa Barat pencapaian keluarga berperllaku hidup bersih dan sehat masih
rendah (38,4%) yang seharusnya bisa r;nencapai 65% (target 2010). Namun bila dilihat
pencapaian per-kabupaten nampak di Kabupaten Sumedang sudah dapat mencapai
target nasional tersebut. Sebagian besar penduduk Jawa Barat berperilaku benar dalam
hal Buang Air Besar~(BAB) yaitu sebesar 77,5?/o dan yang berperilaku benar cuci tangan
dengan sabun sebesar 40,7%.
Akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Secara umum hampir separuh
wilayah Jawa Barat mempunyai kemudahan akses terhadap fasilitas pelayanan
kesehatan. Terdapat 1.3 wilayah. yang mempunyai persentase >50% pada klasifikasi
jarak Yankes < tkm, dan 14 kab/kota mempunyai persentase >70 % katagori jarak
yankes kurang dari 15 ·menit. Umumnya jarak dan waktu tempuh ke fasilitas kesehatan
di perkotaan l~bih dekat dan lebih pendek waktu tempuhnya dibandingkan dengan
pedesaan. Pada umumnya jarak rumah ke UKBM di Jawa Barat <1 km denqan'waktu
tempuh ~15 menit. Dalam 3 bulan terakhir wawancara, hanya 28,4% yang
memanfaatkan UKBM, sebaqian.besar (65,7%) karena tidak membutuhkan. Persentase
yang memanfaatkan UKBM di pedesaan (29,2%) hampir sama dengan di perkotaan
(27 ,7%). Jen is pelayanan yang paling banyak dimanfaatkan oleh rumahtangga adalah
penimbangan (89%), imurilsasl (56%) disusul PMT dan suplemen gizi (52,2% dan
51,3%). Penduduk yang melakukan pengobatan rawai jalan dan rawat inap sebagian

viii
dari ASKES/Jamsostek (15,8% dan 15, 1 %), dan sebagian ada yang menggunakan
Askeskin/SKTM (5,7% dan 10,2%).
Kesehatan lingkungan. Separuh (50,2%) rumah tangga di Jawa Barat menggunakan
>50 liter/orang/hari. Proporsi tertinggi rumah tangga dengan penggunaan air bersih <20
liter/orang/hari adalah di Kota Depok (73%) disusul Kabupaten Bogar dan Kabupaten
Cianjur (70,3% dan 69,9%). Menurut jenis sumber air terbanyak mengandalkan sumur
baik berupa pompa (29,2%), sumur terlindungi (28.1 %) maupun tidak terlindungi (8.6%).
Pelayanan pemerintah ataupun lembaga lainnya terhadap penyediaan air bersih melalui
leding baik eceran maupun meteran masih rendah yaitu 9,7% dan 3,0%, tertinggi di
Kota Cirebon disusul Kota Bogar. Penggunaan air kemasan sebanyak 7,0%, tertinggi di
Kota dan Kabupaten Bekasi serta Kota Cimahi. Secara umum 44,2% penduduk Jawa
Barat kurang akses terhadap air bersih dan 45,8% kurang akses terhadap sanitasi.
Secara rata-rata provinsi, 63,2% rumah tangga menggunakan jamban sendiri. Pada
umumnya (75,4%) rumah tangga menggunakan jamban jenis leher angsa, jenis lainnya
berbentuk plengsengan dan cemplung dalam proporsi kecil. Proporsi saluran
pembuangan air limbah tertutup di perkotaan (62,7) lebih tinggi dibandingkan di
pedesaan (40,2). Keadaan penampungan sampah di Jawa Barat seperti halnya di
tingkat nasional cukup memprihatinkan, karena pada umumnya tidak mempunyai
penampungan. Hanya sebanyak 27,7% rumah tangga di Jawa Barat mempunyai tempat
sampah di dalam rumah dan 38,7% di luar rumah. Sebagian besar lantai rumah hunian
bukan dari tanah (93,7%) dengan kepadatan hunian >8 M2/kapita (85, 1 %). Rumah
tangga di Provinsi Jawa Barat sebagian besar tidak memelihara ternak (69,8 - 98,6).
Kalaupun memelihara biasanya ternak unggas dipelihara di luar rumah (25,8%).

IX
DAFTAR ISi

BAB1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Ruang Lingkup Riskesdas Provins! Jawa Barat 2007 2
1.3 Pertanyaan Penelitian 2
1.4 Tujuan Riskesdas 2
1.5 Kerangka Pikir 2
1.6 Alur Fikir Riskesdas Provinsi Jawa Barat 2007 4
1. 7 Pengorganisasian Riskesdas 5
1.8.· -Manfaat Riskesdas 6
1.9. Persetujuan Etik Riskesdas 6

BAB 2. METODOLOGI RISKESDAS


2.1 Disain 7
2.2. Lokasi 7
2.3 Populasi.dan Sampel 7
2.3.1 Penarikan Sampel Blok Sensus 7
2.3.2 Penarikan Sampel Rumah tangga 8
2.3.3 Penarikan Sampel Anggota Rumah Tangga 8
2.3.4. Penarikan sampel biomedis 8
2.3.5. Penarikan sampel iodium 8
2.4. Variabel 8
2.5. Alat Pengumpul Data dan Cara Pengumpulan Data 10
2.6. Manafemen Data 11
2.6.1. Editing 11
2.6.2. Entry 11
2.6.3. Cleaning 13
2.7. Pengorganisasian dan Jadual Pengumpulan Data 13
2.8. Keterbatasan Riskesdas 13
2.9. Hasil Pengolahan dan Analisis Data 14

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Gambaran Umum 15
3.1.1. Profit Provinsi Jawa Barat 15
3.1.2. Respon Rate Data Riskesdas 2007 16

xi
3.2. Status Gizi 17
3.2.1. Status Gizi Balita 17
3.2.2. Status Gizi Penduduk Umur 6 -14 tahun (Usia Sekolah) 27
3.2.3. Status Gizi Penduduk Umur 15 Tahun Ke Atas 28
3.2.4. Konsumsi Energi Dan Protein 35
3.2.5 Konsumsi Garam Beryodium 38

3.3. Kesehatan ibu dan anak 40


3.3.1. Status lmunisasi 40
3.3.2. Pemantauan Pertumbuhan Balita 45
3.3.3. Distribusi Kapsul Vitamin A 53
3.3.4. Cakupan Pelayanan Kesehatan lbu adan Anak/Bayi 55
3.4. Penyakit Menular 65
3.4.1 Prevalensi Malaria, Filaria, dan DBD 66
3.4.2. Prevalensi ISPA, Pneumonia, TB, dan Campak 70
3.4.3. Prevalensi Tifoid, Hepatitis, Diare 72
3.5. Penyakit tidak menular 76
3.5.1. Penyakit tidak menular utama, penyakit sendi,
penyakit keturunan 76
3.5.2. Gangguan Mental Emosional 82
3.5.3. Penyakit Mata 85
3.5.4. Kesehatan Gigi 94
3.6. Cedera dan Disabilitas 110
3.6.1. Ced era 110
3.6.2. Disabilitas/Ketidakmampuan 126
3.7. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku 129
3.7. 1. Perilaku Merokok 129
3.7.2. Perilaku konsumsi Buah dan Sayur 143
3.7.3. Perilaku Minum Beralkohol 145
3.7.4. Perilaku Aktivitas Fisik 150
3.7.5. Pengetahuan dan Slkap terhadap Flu BUrung
dan HIV/AIDS 153
3.7.6. Perilaku Higienis 161
3.7.7. Pola Konsumsi Makanan Berisiko 163
3.7.8. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 166
3.8. Akses dan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan 169
3.8.1. Akses dan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan 169
3.8.2. Saranan dan Sumber Pembaiyaan Kesehatan 186

xii
3.8.3. Ketanggapan Pelayanan Kesehatan

3.9. Kesehatan Lingkungan 203


3.9.1. Air Keperluan Rumah Tangga 203
3.9.2. Fasilitas Buang Air Besar 213
3.9.3 Sarana Pembuangan Air Limbah 217
3.9.4. Pembuangan Sampah 221
3.9.5. Perumahan 223
BAB 4. RINGKASAN TEMUAN 235
Daftar pustaka 241
Lampi ran

xiii
DAFTAR TABEL
No Tabel Hal
Tabel 1.1. lndikator Riskesdas dan Tingkat Keterwakilan Sampel
Tabel 3.1 Jumlah Sampel Rumah tangga (RT) di Kabupaten/Kota 38
Provinsi Jawa Barat menurut Susenas 2007 dan Riskesdas,
2007
Tabel 3.2 Jumlah Sampel Anggota Rumah tangga (ART) di 39
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat menurut Susenas 2007
dan Riskesdas, 2007
Tabel 3.3. Persentase Balita menurut Status Gizi (BB/U)* dan 41
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.4 Persentase Balita menurut Status Gizi (TB/U)* dan 42
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.5 Persentase Balita menurut Status Gizi (BB/TB)* dan 43
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.6 Persentase Balita menurut Status Gizi (BB/U)*dan 45
Karakteristik Responden di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas
2007
Tabel 3.7 Persentase Balita menurut Status Gizi (TB/U)*dan 46
Karakteristik Responden di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas
2007
Tabel 3.8 Persentase menurut Status Gizi (BB/TB)*}ian Karakteristik 47
Responden di Provinsi Jawa Barat Balita, Riskesdas 2007
Tabel 3.9 Prevalensi Balita menurut Tiga lndikator Status Gizi dan 48
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.10 Standar Penentuan Kurus dan Berat Sadan (BB) Lebih 49
menurut Nilai Rerata IMT, Umur dan Jenis Kelamin, WHO
2007
Tabel 3.11 Prevalensi Kurus dan BB Lebih Anak Umur 6-14 tahun 50
menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.12 Persentase Status Gizi Penduduk Dewasa (15 Tahun Ke 51
Atas) Menurut IMT dan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.13 Prevalensi Obesitas Umum Penduduk Dewasa (15 Tahun Ke 52
Atas) Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Jawa Barat Balita
Tabel 3.14 Persentase Status Gizi Dewasa (15 Tahun Ke Atas) Menurut 53
IMT dan Karakteristik Responden di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 3.15 Prevalensi Obesitas Sentral pada Penduduk Umur 15 Tahun 54
ke Atas menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 3.16 Prevalensi Obesitas Sentral pada Penduduk Umur 15 Tahun 55
ke Atas menurut Karakteristik Responden dan
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.17. Nilai Rerata LILA Wanita Umur 15-45 tahun, Riskesdas 2007 56

Tabel 3.18 Prevalensi Risiko KEK Penduduk Wanita Umur 15-45 Tahun 57
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas
2007
Tabel 3.19 Konsumsi Energi dan Protein Per Kapita per Hari Menurut 58
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

xiv
Tabel 3.20 Persentase RT dengan Konsumsi Energi dan Protein Lebih 59
Rendah dari Rerata Nasional Menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.21 F' ersentase RT dengan Konsumsi Energi dan Protein Lebih 60
Rendah dari Rerata Nasional menurut Karakteristik
Responden dan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007.
Tabel 3.22 Persentase Rumah Tangga yang Mempunyai Garam Cukup 61
lodium Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 3.23 Persentase Rumah-Tangga Mempunyai Garam Cukup lodiurn 62
Menurut Karakteristik Responden di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 3.24 Persentase Anak Umur 12-23 Bulan yang Mendapatkan 63
lmunisasi Dasar Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.25 Persentase Anak Umur 12-23 Bulan yang Mendapatkan 65
lmunisasi Dasar menurut Karakteristik Responden di Provinsi
Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.26 Persentase Anak Umur 12-23 Bulan yang Mendapatkan 66
lmunisasi Dasar Lengkap Menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Barat, Riskesdas
Tabel 3.27 Persentase Anak Umur 12-23 Bulan yang Mendapatkan 67
lmunisasi Dasar menurut Karakteristik Responden di Provinsi
Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.28 Persentase Balita menurut Frekuensi Penimbangan Enam 68
Bulan Terakhir
dan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.29 Persentase Balita menurut Frekuensi Penimbangan Enam 69
Bulan Terakhir
dan Karakteristik Responden di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 3.30 Persentase Balita menurut Tempat Penimbangan Enam Bulan 70
Terakhir dan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 3.31 Persentase Balita menurut Tempat Penimbangan Enam Bulan 71
Terakhir dan Karakteristik Responden di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 3.32 Persentase Balita Menurut Kepemilikan KMS dan 72
Kabupaten!Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.33 Persentase Balita Menurut Kepemilikan KMS dan 73
Karakteristik Responden di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas
2007
Tabel 3.34 Persentase Kepemilikan Buku KIA pada Balita Menurut 74
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas
2007Provinsi, Riskesdas 2007
Tabel 3.35 Persentase Balita menurut Kepemilikan Buku KIA dan 75
Karakteristik Responden di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas
2007
Tabel 3.36 Persentase Anak Umur 6-59. Bulan yang Menerima Kapsul 76
Vitamin A menurut Menurut Kabupaten/Kota di Provins! Jawa
Barat, Riskesdas 2007

xv
Tabel 3.37 Persentase Anak .Umur 6-59 Bulan yang Menerima KapstJI 78
Vitamin. A menurut Karakteristik Responden di Provinsi Jawa
Ba rat, Riskesdas ~007
Tabel 3.38 Persentase lpu ·mem.::-~t Persepsi tentang Ukuran Bayi Lahir
., I
79
dan Kf:!bupat~n/Kotadi. Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabe! 3.39 Persentase~QU rnenurut, Persepsi tentang Ukuran Bayi Lahir 80
dan Karakteristik Responden di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas2007
Tabel 3.40 PersentaseBerat Badan Bayi Baru lahir 12 Bulan Terakhir 81
-menurut f<abupaten/Kotadi Provinsi Jawa Barat, Riskesdas
2007
Tabel 3.41 Persentase, B~rat Bapall Bayi Baru Lahir 12 Bulan Terakhir 82
menurut Karakteristik 'R.esponden -di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas2007
Tabel 3.42 CaktJ~i:m~,_P.emeriksaanKehamilan lbu yang Mempunyai Bayi 83
Kabupaten/Kotadi Provinsi Jawa Barat, Riskesda5'2007
Tabe] 3.43 Cakupan Perneriksaan Kehamilan lbu yang Mempunyai Bayi 84
menurut Karakteristik Responden di P.rovinsi Jawa Barat,
Riskesdas2007
Tabel 3.44 Persentase lbu ya_ng Mempunyai Bayi menurut Jenis 85
Pemeriksaan Kehamllan dan- Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Barat, Riskesdas 2007-
Tabel 3.45 Persentase lbµ· yang Mempunyai Bayi rnenurut Jenis 86
Pemeriksaan Keharnllan dan Karakteristik Responden di
Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.46 Cakupan Pemertksaan Neonatus menurut Kabupaten/Kotadi 87
Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007 •··•
Tabel 3.47 Cakupan, Pemeriksaan Neonatus menurul Karakteristik 88
Respondeadi Provlnsi Jawa Barat, RisResdas2007
Tabel 3.48 Prevalensi Filariasis, Demam Berdarah Dengue, Malaria dan 90
PemakaianObat Program Malaria menurut Kabupaten/Kotadi
Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007 '•
Tabel 3.49 Prevalensi Fllartasls. Demam Berdarah Dengue, Malaria dan 91
Pemak,aian Obat Program Malaria menurut Karakteristik
Respondendi Provinsi Jawa Barat, Riskesdas2ooi
Tabel 3.50 Prevalensi. ISPA, Pneumonia, TB, dan Campak menurut 93
Kabupaten'Kotadi Provinsi Jawa Barat, Riskesdcfs2007
Tabel 3.51 Prevalensi ISPA, Pneumonia, TB, dan Campak menurut 95
Karakteristik Responden di Provlnsi. Jawa Barat, Riske'sdas
2007
Tabel 3.52 Prevalensi Tifoid, Hepatitis, Dlare' menurut menurut 96
Kabµ,pC!ten/Kota di Provins! Jawa Barat, Riskesdas·2007
Tabel 3.53 Prevalensi Tifoid, Hepatitis, Diare menurut Karakteristik 98
Respondendj Provinsi Jawa. Barat, Riskesdas2007
Tabel 3.54 Prevalensi Penyakit F?ersendian, Hipertensi, dan Stroke 100
menurut menurut Kabupaten Kota d~ Provins]' Jawa Barat,
Riskesdas2007
Tabel 3.q5 Prevalensi Penyakit Persendian, Hipertensi, dan Stroke 102
menurut Karakteristik Responden di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas2007
Tabel 3.56 Prevalensi Penyakit Asma*, Jantung*, Diabetes* Dan 103
Tumor" menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas2007

xvi
Tabel 3.57 Prevalensi Penyakit Asma, Jantung', Diabetes Mellitus.Dan Tun 104
menurut Karakteristik Responden. di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 3.58 Prevalensi Penyakit Keturunan*:Garigguan Jiwa Berat, Buta 105
Wama, Glaukoma, Sumbing, Denhatitis,· Rhinitis, Talasemi,
Hernofili (Permil) ·
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas
2007
Tabel 3.59 Prevalensl Gangguan Mental Emosional pada Penduduk 107
Berumur 15 T ahun Ke Atas. (berdasarkan Self Reporting
Questionnaire-20)* .Menurut Kabupaten/kote-di Provins! Jawa ·
Barat, Riskesdas 2007 1
Tabet 3.60 Prevalensi Gangguan Mental i Eimosional 'pada Penduduk 108
berumur 15 Tahun Ke Atas (berdasarkan Self RepQrting
Questionnaire-40)* menurut Karakteristik Responden di
ProvinsiJawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.61 Proporsi Penduduk Usia 6 Tahun Ke Atas menurut Low 110
Vision, Kebutaan (Dengan Atau Tanpa Koreksl Kacamata
Maksimal) dan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 3.62 Persentase Penduduk Umur 6 Tahun Ke Atas rnenurut Low 111
Vision,· Kebutaan (Dengan Atau Tanpa Koreksi Kacamata
Maksimal) dan Karakteristik Responden di Provins! Jawa
Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.63 Proporsi Penduduk Umur 30 Tahun Ke Atas denqan Katarak 113
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas
2007
Tabel 3.64 Proporsi Penduduk Umur 30· Tahun Ke Atas dengan Katarak 114
Menurut Karakteristik Responden di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 3.65 Proporsi Penduduk Umur 30 Tahun Ke Atas denqan Katarak 115
yang Pernah Menjalani Operasi Katarak dah Memakai
Kacamata Pasca Operasi Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.66 Persentase Penduduk Usia ;:: 30 Tahun dengan Katarak yang 117
Pernah Menjalani Operasi Katarak dan Memakai Kacamata
Pasca Operasi menurut Karakteristik Responden di Provinsi
Jawa Barat, Riskesdas 2007'
Tabel 3.67 Prevalensi Penduduk Bermasalah Gigi-Mulut menurut 119
Provinsi,Riskesdas 2007
Tabel 3.68 Prevalensi Penduduk Bermasalah Gigi-Muluf Menurut 120
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.69 Persentase Penduduk yang Menerima 121
Perawatan/Pengobatan Gigi menurut Jenis Perawatan dan
Kabupaten/lcota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.70 Persentase Penduduk yang Menerima 122
Perawatan/l-enqobatan Gigi menurut Jenis Perawatan dan
Karakteristik Responden di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas
2007
Tabel 3.71 Persentase Penduduk Sepuluh Tahon- ke Atas yang 123
Menggosok Gigi Setiap Hari dan Berperilaku Benar Menyikat
Gigi Menurut Kabupaten/Kota di Provins! Jawa Barat,
Riskesdas 2007 ·

xvii
Tabel 3.72 Persentase Penduduk Sepuluh Tahun ke Atas yang 124
Menggosok Gigi Setiap Hari dan Berperilaku Benar Menyikat
Gigi menurut Karakteristik Responden di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 3.73 Persentase Penduduk Sepuluh Tahun ke Atas yang 125
Berpernaku Benar Menggosok Gigi Menurut Kabupaten/Kota
di Provins! Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.74 Persentase Penduduk .Sepuluh Tahun ke Atas yang 126
Berperilaku Benar Menggosok Gigi menurut Karakteristik
Responden di.Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.75 Komgonen D, .M,· F dan Index DMF-1 Menurut 127
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.76 Kornponen D, _M, F dan 'Index DMF-T menurut Karakteristik 128
Responden di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.77 Prevalensi Karies Aktif dan Pengalaman Karies Penduduk 129 .
Umur 12 Tahun ke Atas MenurUt Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.78 Prevalensi Karies Aktif dan Pengalaman Karies menurut 130
Karakteristik Responden di Provinsl Jawa Barat, Riskesdas
2007
Tabel 3.79 Required Treatment Index dan Performed Treatment Index 131
Menurut Kabupaten/Kota <Ii Provinsi Jawa Barat, Riskesdas
2007
Tabel 3.80 Required Treatment Index dan Performed 11'e"atment Index 132
rnenurut Karakteristik Responden di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas,2007
Tabel 3.81 Proporsi Penduduk Umur 12 Tahun ke Atas menurut Fungsi 133
Normal Gigi, Edentulous, Protesa da'n Provinsi, Riskesdas
2007
Tabel 3.82 Proporsi Penduduk Umur 12 Tahun ke Atas menurut Fungsi 134
Normal Gigi, Edentulous dan Protesa Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.83 Proporsi Penduduk Umur 12 Tahun ke Atas menurut Fungsi 136
Normal Gigi, Edentulous dan Protesa Menurut Karakteristik
Responden di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.84 Prevalensi Cedera dan Penyebab Cedera Menurut 138
Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.85 Prevalensi Cedera dan Penyebab Cedera Menurut 142
Karakteristik Responden di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas
2007
Tabel 3.86 Prevalensi Cedera Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa 144
Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.87 Prevalensi Jenis Cedera Menurut Bagian Tubuh Terkena dan 146
Karakteristik Responden di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas
_?007
Tabel 3.88 Prevalensi Cedera Menurut Bagian Tubuh Terkena dan 147
Karakteristik Responden di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas
2007
Tabel 3.89 Prevalensi Jenis Cedera Menurut Karakteristik Responden di 149
Provmsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.90 Persentase Penduduk Umur 15 tahun ke Atas menurut 151
Status Disabilitas dalam Fungsi Tubuh/lndividu/Sosial di
Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

xviii
Tabel 3.91 Prevalensl Disabilitas Penduduk Umur 15 Tahun 152
KeatasMenllrut Status Disabilitas 'dan · Kati4paten/Kota di
Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

Tabel 3.'92' Prevalensi Disabilitas Rendud4k .Urnur 15 Tahun Keatas 154


Menurut Status Disabilltas (J~n Karakterlstik Responden di
Provinsi J~w,a Barat, Riskesdas ZOO(
Tabel 3".93 Persentase Periduduk Umut 1 O Tahun ke Atas menurut 155
Keblasaan M~rokok dan Kabupaten/Kotcr di Provinsi Jawa
Ba~at, Riskesdas 2007. r f
Tabel 3.94 Persentase Penduduk Umur- 10 Tahun ke Atas menurut 156
Kebiasaan Merokok dan Karakteristik Responden di Provinsi
Jawa Batrat, Riskesdas 2007
Tabel 3.95 Prevalensi Perokok Saat ini dan RE:rata Jumlah Batang Rokok 157
yang Dihisap Peridupu,k Umur 10. Tahon ke Atas menurut
Kabupatemxota di Provinsi Jawa Barat, Riskesda's.2007
Tabel 3.96 Prevalensi Perokok dan Rerata Jumlah Batanq. Rokok yang 158
Dihisap Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas menurut
Karakteristik Responden di Provinsi Jawa Baral, Riskesdas
2007
Tabel 3.97 Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas y'aflg Merokok 159
menunlt Usia Mulai Meroko.J<, Tiap • t-tari menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas ...2007
Tabel 3.98 Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas yang Merokok 160
menurut Usia Mulai Merokok Tiap Hart dan Karakteristik
Responden di Provins! Jawa Barat.Riskesdas 2007
Tabel 3.99 Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas yang Merokok 161
menurut ~sia Pertarna Kali fv1erokok/Mengunyah Tembakau
dan Kabupaten/Kota di r
Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
label 3.100 Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas yang Merokok 162
menurut Usia Pertama Kali Merokok/ Mengunyah Tembakau
dan Karakteristik Responden di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 3.101 Prevalensl Perokok Dalam Rumah .Ketika Bersama Anggota 163
Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.102 Persentase Penduduk Umur 10 Tahunke Atas yang Merokok 164
menurut Jenis Rokok yang Dihlsap dan Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.103 Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas yang.Merpkok 165
menurut Jenis Rokok yang Dihisap dan ' Karakteristik
Responden di Rrovinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.104 Prevalensi Ku rang Makan Buah 'dan Sayur Penduduk 10 166
tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.105 Prevalensi Ku rang Makan Buah dan Sayyr Penduduk 10 167
tahun ke Atas menurut Karakteristik Responderi di Provinsi
Jawa Barat, Riskesdas 2007 ·
Tabel 3.106 Prevalensi Peminum Alkohol 12 Bulan dan 1 Bulan Terakhir 168
menurut Karakteristik Responden di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 3.107 Prevalensi Peminum Alkohol 12 Bulan dan 1 Bulan Terakhir 169
menurut Karakteristik Responden di Jawa~ Barat, Riskesdas
2007

xix
Tabel 3.108 Proporsi Peminum Minuman Berqlkohol 1 Bulan Terakhir 170
Berdasarkan Frekuensi·Minum dan Jenis Minuman, Menurut
Kabupaten/Kotadi Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.109 Proporsi Peminum Minuman Beralkohol 1 Bulan Terakhir 171
BerdasarkanFrekuensi Minum dan Jenis Mirurman, Menurut
KarakteristikDi .PrOvinsi Jawa Barat, Riskesdas2007
Tabel 3.11 O Proporsi 'Perninum Minuman Beralkohol 1 Bulan Terakhir 172
Berdasarkan' Satuan· Standard Minuman, menurut
i<abupaten/Kotadi Provinsl Jawa Barat, ~iskesdas 2007
Tabel 3.111 Proporsi peminum minuman beralkchol 1 bulan terakhir 173
berdasarkan· satuan standard rnlnuman, menurut
Karakaterisffk Di Provinsi Jawal3arat,
Riskesdas2007
Tabel 3.112 PrevalensiKurang Akfifitas Fislk Penduduk10 Tahun ke Atas 175
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas
200
Tabel 3.113 PrevalensiKurang Aktifitas Fisik Penduduk10 Tahun ke Atas 176
Menurut KarakteristikRespondendari Kabupaten/Kota
di .Provinsi Jawa Barat, Riskesdas2007
Tabel 3.114 Presentase Penduduk 1 O Tahun ke Atas menurut 177
Pengetahuan dan Sikap Tentang Flu Burung dan
Kabupaten/Kotadi Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas2007
Tabel 3.115 Presentase Penduduk 10 Tahun ke-···Atas menurut 178
Pengetahuandan Sikap Tentang Flu ,Buru·ng dan Karakteristik
Responden menurut Kabupaten/Kotadi Provmsl Jawa Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 3.116 Presentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut 179
Pengetahuan Tentang HIV/AIDS dan Kabupaten/Kota di
ProvinsiJawa Barat, Riskesdas2007
Tabel 3.117 Presentase Penduduk ·10 Tahun ke Atas menurut 180
Pengetahuan Tentang HIV/AIDS dan Kabupaten.Kota di
ProvinsiJawa Barat, Riskesdas2007
Tabel 3.118 Presentase Penduduk 1 O Tahun ke Atas menurut Sikap Bila 181
Ada Anggota Keluarga Menderita HrV/AIDS dan
Kabupaten/Kotadi Provinsi Jawa Barat,Riskesdas 2007
Tabel 3.119 Presentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Sikap Bila 184
Ada Anggota Keluarga Menderita HIV/AIDSdan Karakteristik
Responden Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 3.120 Presentase Penduduk 10 Tahun ke Atas yang Berperilaku 185
Benar Oalam Buanq Air Besar dan Cuci Tangan
Kabupaten/Kotadi Provinsi Jawa Barat,Riskesdas 2007
Tabel 3.121 Presentase Penduduk 1,0 Tahun ke Atas yang Berperilaku 186
Benar Dalam Buang Air Besar dan Cuci Tanqan menurut
Karakteristik Responder dan Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.122 Prevalensi Penduduk 10 Tahun ke Atas dengan Konsumsi 187
Makanan Berisiko, Riskesdas 2007
Tabel 3.123 Prevalerisi Penduduk 10 Tahun ke Atas dengan Konsumsi 189
Makanan Berisiko menurut Karakteristik Responden,
Riskesdas2007
Tabel 3.124 Persentase Rumah Tangg9 yang MemenuhiKriteria Perilaku 190
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Baik menurut Kabupaten
Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas2007

xx
Tab~l 3.125. Prevalensi Faktor' Risiko Penyakit Tidak· }vlenµlar Utama 191
· ,(Kurang Konsufnsi Sayur Bua,h, Kurang AktJfital? Fisik, dan
MerokQk) pada Periduduk' 10 Tahun ke Atas menurut
Kabupaten/Kota, Provinsi Jawa Barat Riskesdas 2007
Tabel 3.126 Prevalensi' Faktor Risil<o Penyaklt Tidak .Menular Utama 192
(Kurang Konsumsl Sayur Buah, 'Kurao~ ,Aktifitas Fisik dan
Merokok) pada Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut
Karakterfstik Responden,Provinsi Jawa B9rat
Riskesdas 2007
Tabel 3.127 Persentase Rumah Tangga Menurut Jarak Dan Waktu 193
Tempuh Ke sarana Pelayanan Kesehatan" Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.128 Persentase Rumah Tan~ga menurut Jarak .d.an Wa~tu 194
Tempuh Ke Satana Pelayar\an Kesehatan" dan ,Karakteristik
Rumah Tarrgga di Provinsi Jawa Barat Riskesdas 4007
Tabel 3.129 Persentase Rumah Tangga menurut Jarak dan Waktu 195
Tempuh Ke upaya' Kesehatan. Beroasis Masyarakat* dan
.Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.130 Persentase Rumah Tangga rnenurut Jarak dan Waktu 195
Tempuh Ke Upaya Kesehatarr Berbasis, Masy~rakat*> dan
Karakteristik Rumah Tangga di prpvinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 3.13"1 Persentase Rumah Tangga yang Memanfaatkan 196
Polindes/Bidan di Desa menurut Jenis Pelayanan <ii Provinsi
Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.132 Persentas'e rumah tangga menurut pemanfaatan 197
Posyandu/poskesdes, dan Karakteristik Rumah Tangga di
Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.133 Persentase Rumah Tangga yang Memanfaatkan 198
Posyandu/Poskesdes menurut Jenis P~layanan dan
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.134 Persentase Rumah Tangga yang Memanfaatkan 199
Posyandu/Poskesdes menurut Jenis Pelayanan dan
Karakteristik Rumah Tangga di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 3.135 Persentase Rumah Tangga Menurut Alasan Utama Tidak 200
Memanfaatkan Posyandu/Poskesdes (Di Luar Tidak
Membutuhkan) dan Kabupaten/Kota, di Provins! Jawa barat,
Riskesdas 2007
Tabel 3.136 Persentase Rumah Tangga Menurut Alasan Utama Tidak 200
Memanfaatkan Posyandu/Poskesdes (Di Luar Tidak
Membutuhkan) dan Karakteristik Rumah Tangga, di Provinsi
Jawa Barat Riskesdas 2007
Tabel 3.137 Persentase Rumah Tangga Yang Memanfaatkan 201
Polindes/Bid.an Desa Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Barat, Riskesdas~2007
Tabel 3.138 Persentase Rumah Tangga yang Memanfaatkan 202
Polindes/Bidan di Desa Menurut Karakteristik Responden di
Provinsi Jawa barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.139 Persentase Rumah Tangga yang Memanfaatkan 203
Polindes/Bidan di Desa menurut Jenis Pelayanan di Provinsi
Jawa Barat, Riskesdas 20 •

xxi
Tabet 3.140 Persentase Rumah Tangga yang Memanfaatkari 204
Polindes/Bidan di Desa menurut Jenis Pelayanan dan
Karakteristik Rumah Tangga, di Provinsi Jawa barat,
Riskesdas 2007
Tabel 3.141 Persentase Rumah Tangga yang Tidak Memanfaatkan 205
Polindes/Bidan di Des~ Menurut Alasan Lain dan Kabupaten I
Kota di Provinsi Jawa barat, Riskesdas 2007·
Tabel 3.142 Persentase Rumah Tangga Menurut Alasan Utama Tidak 206
Memanfaatkah Polindes/Bidan di Desa dan Karakteristik
Rumah T angga di Provinsi Jawa barat, Riskesdas 2007

Tabel 3.143 Persentase Rumah Tangga menurut Pemanfaatan Pos Obat 207
Desa/Warung Obat Desa dan Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.144 Persentase Rumah Tangga menurut Pemanfaatan Pos Obat 208
Des_a/Warung Obat Desa dan Karakteristik Responden di
Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

Tabel 3.145 Persentase Ruman Tangga Menurut Alasan Utama Tidak 209
Memanfaatkan Pos Obat Desa /Warung Obat Desa dan
Kabupaten/Kota di Provins! Jawa barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.146 Persentase, Rumah Tangga Menurut Alasan Utama Tidak 210
Memanfaatkan Pas Obat Desa /Warung Obat Desa dan
Karakteristik Rumah Tangga di Provio.si Jawa barat,
Riskesdas 2007 ~
Tabet 3.147 Persentase Penduduk Rawat lnap Menurut Tempat dan 211
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabet 3.148 Persentase Penduduk Rawat lnap menurut Tempat dan 212
Karakter'istik Rumah Tangga di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 3.149 Persentase Penduduk Rawat lnap Menurut Sumber 213
Pembiayaan dan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 3.150 Persentase Penduduk Rawat tnap menurut Sumber 214
Pembiayaan dan Karakteristik Rumah Tangga di Provinsi
Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabet 3 .151 Persentase Responden yang Rawat Jatan Satu Tahun 215
terakhir Menurut Tempat dan Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.152 Persentase Penduduk Rawat Jalan Menurut Tempat dan 216
Karakteristik Rumah Tangga, di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007
Tabet 3.153 Persentase Persentase Penduduk Rawat Jalan Menurut 217
Sumber Biaya dan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007
Tabet 3.154 Persentase Responden Rawat Jatan menurut Sumber Biaya 218
dan Karakteristik Rumah Tangga di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 3.155 Persentase Penduduk Rawat lnap Menurut Aspek 220
Ketanggapan dan Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 3.156 Persentase Penduduk Rawat tnap Menurut Aspek 222
Ketanggapan dan Karakteristik Responden
di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

xxii
Tab~l 3.157 Persentase ·Penduduk Rawat Jatan Menurut Aspek 223
Ketanggapan dan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007
Persentase Penduduk .Rawat Jalan Menurut "Aspek 225
Ketanggapan • dan Karakteristik Responden di Provinsi Jawa
Barat, Rlskesdas 2007 ~1
Tabel 3.159r' seberan Rumah Tangga meourut Rerata ~em'akaiari' Air 226
Bersih Per Orang Per Hari dan Kabupaterskota' di Provinsi
Jawa Barat, Rlskesdas 2001 -. ,,
Tabel 3.16Q Sebaran.. Rumah T angga menu.rut Rerata Pemakaian Air 227
BE!rsih Per.Oranq Per Harl 9an,t<arakteristik~Responden,
"di Provins! Jawa-Barat Riske~das..60Q't ••
Tabel 3.161
r
Persentase Rumah T~ngg~·-m~nurut. Waktu -dan Jarak ke 228
surnber Air, Ketersedlaan Air Berslh dan -KabepaterrKota ·di
Provinsi Jawa Barat, Risk~sdas-2.QO?
Tabel ~.162 Persentase Rurnah Tangga menurut> Wak,tu dan Jarak ke 229
sumber Air, Ketersediaan Air Bereih dan Karakteristik
Respohden di Provinsi Jawa Barat, R~skesdes 2007.
Tabel 3.163 Sebfiran. Ru.mah TangQa menurut -1 lndivl.Qu Yang Biasa 230
Me,ngambil.Air Dalarn Rumah Tangga dan Ka~upaten/Kota di
Provins! Jawa Barat, Rlskesdas 2007 .,
Tabel 3.164 Persentase Run:iahTa~gga menur~t f.nggota;Run;iah Tangga 230
Yang Biasa Mengambjl Air .dan Karakteristik Rumah Tangga
di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 20,07
Tabet 8.165 Persentase Rumah Tangga· menurut Kualitas Fisik J\ir Minum 231
dan.Kabupaten/Kota di Provins! Jawa Barat, Ri~kesdas 2007
Tabel 3.166 Persentase Ruman Tangga menurut Kualitas Fisik Air Minum 232
' dan Karakteristik Responden 9i .J Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 3.167 Persentase Rumah Tapgga rnenurut Jenis Sucnber Air dan 233
Kabupten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.168 Persentase Rumah Tanqqa menurut Jenis Sumber Air dan 234
Karakteristik di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.169 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Tempat 235
Penarnpunqan Dan Pengolahan Air Minum Sebelum
Digunakan/D.lminum dan Kabupaten/Kota dJ P.rovinsi Jawa
Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.170 Persentase Rymah Ta'n~ga Menurut Jenis Tempat 236
Penarnpunqan dan Penqolahan Air Minum Sebelum
Digunak_af)/Diminum Berdasarkan Karakteristik. Responden di
Provinsi)awa Barat, Riskesdas,2007
Tabel 3.171 Persentase Rumah Tangga menurut Penggun~an Fasilitas 237
Buang Air Besar dan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas zoor'
Tabel 3.172 Persentase Rumah Tangga menurut Penggtmaan Fasilitas 238
Buang Air Besar dan Karakteristik Responden .di Provinsi
Jawa Baraf, Riskesdas 2007
Tabel 3.173 'Persentase Rumah T.angga menurut Ternpat Buang Air 239
Besar dan Kabupaten/Kota ai Provinsi Jawa Barat, Riskesdas
2007
Tabel 3.174 Persentase Rumah Tangga menurut Tempat Buang Air 239
Besar dan Karakteristik Responden di Provins! Jawa Barat,
Riskesdas 2007

xx iii
Persentase Rumah Tangga menurut Tempat Pembuangan
Tabel 3.175 240
Akhir Tinja dan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007 '
Tabel 3. ;75 Persentase Rumah Tangga rnenurut Tempat Pembuangan
241
Akhir Tinja dan Karakteristik Responden di Provinsl Jawa
Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.177 £ebaran Rurnah Tangga menurut Jenis Saluran Pembuangan
242
Air Lirnbah dan Kabupaten'Kota di Provinsi Jawa Barat,
Ripkesdas 2007 ·
::rabel 3.178 Persentase Rumah Tangga nienurut Jenis Saluran
242
Pembfiangan· Air Lin1bah Clan K~rakteristik Responden di
Provinsi Jawa Ba rat, Riskesdas .2007"
Persentase Rumah Tahgga menurut Akses terhac:fap Air
Tabel 3.179 243
Bersih dan Sanltasl trerdasarkan i<abupaten/Kota "di Provinsi
Jawa ~arat, Riskesdas 2007 ,
Tabel 3.180 Persentase Rumah Tangga menurut Akses Terhadap Air Bersi
244
dan -Sanitasi berdasarkan Karaktefistik Responden di Provins
Jawa Barat, Riskesdas 2007 •
Tabel 3.181 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Penarnpunqan
245
Sarnpah di Dalam dan di Luar Rumah dan KabupaterrKota' di
Provinsi Jawa Barat, Riskesdas2007
Tabel 3.182 Persentase Rurnaf Jangga,,,.meriurut Jenls Penampungan
246
Sampah di Dalam dan di Luar Rumah Berdasarkan
Karakteristik 8,esponden di~ Provins! Jawa ..Sarat, Riskesdas
2007
Tabel 3.182 Persentase Rurnah Tangga menurut Jenis Penarnpunqan
247
Sampah di Dalam dan di Luar Rumah Berdasarkan
Karakteristik Responden di' Provinsi Jawa Barat, Riskesdas
2007
Tabel 3.183 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Bahan Bakar
248
Utama Memasak dan Kabupateri/Kota di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2001

Tabel 3.184 Persentase Rurnah Tangga menurut Jenis Bahan Bakar


248
Utama Memasak dan . Karakteristik Responden di Provinsi
Jawa Barat, Riskesdas '2007
Tabel 3.185 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Lantai Rumah dan
249
Kepadatan Hunian berdasarkan Kabupaten/Kota. di Provinsi
Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.186 Perseritase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai Rumah dan
250
Kepadatan Hunian Berdasarkan Karakterisjfk Responden di
Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.187 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Bahan Beracun
251
Berbahaya cji Dalam Rumah dan Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.188 Persentase Ruman Tangga menurut Penggunaan Jenis
251
Bahan Beracun Berbahaya di Dalam Rumah dan Karakteristik
Responden di Pro'vinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2001
Tabel 3.189 Persentase Rumah Tangga menurut Tempat Pemeliharaan
253
ik/Hewan Peliharaan dan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
., Riskesdas 2007
Tabel 3.190 Persentase Rumah Tangga menurut Tempat Pemeliharaan
254
Ternak/Hewan Peliharaan dan Karakteristik Responden di
Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

xxiv
Tabel 3.191 Persentase Rumah Tal}gga menurut Jarak Rumah Ke
Sumber '<Rencemar dan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
256
Barat, Riskesdas 2007
Tabel 3.192 Sebaran Rumah Tangga menurut Jarak t\Umah Ke Sumber
Pencemar dan Karakteristik Responden
257
di Provinsl Jawa Bara(, Riskesdas 2007
.. _i'

'·.

xxv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Faktor yanq.mernpenqaruhlStatus Kesehatan(Blum 1974) 4


Gambar 1.2. Alur Fikir RiskesdasProvinsiJawa Barat Jawa Barat 6

__ .....

xxvi
DAFTAR SINGKATAN
ART Anggota Rumah Tangga
AFP Acute Flaccid Paralysis
ASKES Asuransi Kesehatan _
ASKESKIN Asuransi Kesehatan MasyarakafMiskin

BB Berat Sadan
88/U Berat Sadan Menurut Umur
BB/TB Berat Sadan Menurut Tinggi Sadan
BUMN Sadan Usaha Milik Negara
BALITA Bawah Lima Tahun -
BCG Bacillus Calmete Guerin
BBLR Berat Bayi Lahir Rendah
BATRA Pengobatan Tradisional

CPITN Community Periodental Index Treatment Needs

D Diagnosis
DG Diagnosis dan Gejala
OM Diabetes Mellitus
DOM Diagnosed Diabetes Mellitus
D-T Decay- Teeth
DPT Diptheri Pertusis Tetanus
DMF-T Decay Missing Filling - Teeth
DEPKES Departemen Kesehatann

F-T Filling Teeth

G Gejala klinis

HB Hemoglobin

IDF International Diabetes Federation


IMT lndeks-Massa Tubuh
ICF , __ . International Classification of Functioning, Disability and Health
ICCIDD International Council for· the Control of Iodine Deficiency
Disorders
IU International Unit

JNC Joint National Committee

KK Kepala Keluarga
Kg Kilogram
KEK Kurang Energi Kalori
KKAL Kilo Kalori
KEP Kurang Energi Protein
KMS Kartu Menuju Sehat
KIA Kesehatan lbu dan Anak
KLB Kejadian Luar Biasa

LP Lingkar Perut
LILA Lingkar Lengan Atas

xxvii
mm Hg Milimeter Air Raksa
ml Mili Liter
Ml Missing index
M-T Missing Teeth
MTI Missing Teeth Index
MDG Millenium Development Goal
Nakes Tenaga Kesehatan

0 Obat atau Oralit

Poskesdes Pos Kesehatan,Desa


Polindes Pondok Bersalin Desa
Pustu Puskesmas Pembantu
Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat
PTI Performed Treatment Index
POLRI Polisi Republik Indonesia
PNS Pegawai Negeri Sipil
PT Perquruan Tinggi
PPI Panitia Pembina llmiah
PD31 Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan lmunisasi
PIN Pekan lmunisasi Nasonal
Posyandu Pos Pelayanan T erpadu
PPM Part Per Million

RS Rumah Sakit
RSB Rumah Sakit Bersalin
RTI Required Treatment Index
RPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Riskesdas Riset Kesehatan Dasar
SRO Self Reporting Questionnaire
SKTM Surat Keterangan Tidak Mampu
SPAL Saluran Pembuangan Air Limbah
SD Standar Deviasi
SD Sekolah Dasar
SLTP Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
SLTA Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

TB Tinggi Sadan
TB Tuberkulosis
TB/U Tinggi Badan/Umur
TT Tetanus Toxoid
TOM Total Diabetes Mellitus
TGT Toleransi Glukosa Terganggu

UNHCR United Nations High Commissioner for Refugees


UNICEF United Nations Children's Fund·
UCI Universal Child Immunization
UDDM Undiagnosed Diabetes Mellitus

WHO World Health Organization


wus Wanita Usia Subur
µI Mikro Liter

xxviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 877 /MENKES/SK/Xl/2006 tentang


Tim Riset Kesehatan Dasar.
Lampiran 2. Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
Lampiran 3 .Kuesioner Riset kesehatan Dasar

xxix
BAB1.PENDAHULUAN

1.1. Latar Bslakanq


Riskesdas Provinsi Jawa Barat 2007 adalah sebuah polidy tool bagi para pernbuat kebijakan
kesehatan di tingkat provinsi dan. kabupaten/kota untuk mewujudkan visi "masyarakat yang
mandiri untuk hidup sehat". Riskesdas Provinsi Abrakadabra Barat Daya 2007
diselenggarakan oleh Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan sebagai sa]ah· satu
unit utama di lingkungan Departemen Kesehatan yang berfungsi menyediakan intonnasi
kesehatan berbasis bukti. Pelaksanaan Riskesdas Provinsi Jawa Barat 2007 adalah upaya
mengisi salah satu dari 4 (ernpat) grand strategy Departemen Kesehatan, yaltu berflingsinya
sistem informasi kesehatan yang evidence-based di seluruh Indonesia. Data dasar yang
dihasilkan Riskesdas Pr.ovinsi Jawa Sarat 2007 terdiri dari indikator kesehatan utama
tentang_ status kesehatan, kesehatan lingkungan, perilaku kesehatan, status gizi dan
berbaqai aspek pelayanan kesehatan. Data dasar ini, bukan hanya berskala nasional, tetapi
juga menggambarkan berbagai indikator kesehatan minimal sampai ke tingkat
kabupaten/kota.
Riskesdas Provinsi Jawa Barat 2007 dirancang dengan pengendalian mutu yang ketat,
sampel yang memadai, serta manajemen data yang terkoordinasikan dengan baik.
Penyelenggaraan Riskesdas Provinsi Jawa Barat 2007 dimaksudkan pula untuk
membangun kapasitas peneliti di lingkungan Sadan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan agar mampu mengembangkan dan rnelaksanakan survei berskala besar serta
menganalisis data yang kompleks. Pada tahap desain, untuk meningkatkan manfaat
Riskesdas Provinsi Jawa Barat 2007 maka komparabilitas berbagai alat pengumpul data
yang digunakan, baik untuk tingkat individual maupun rumah tangga menjadi isyu yang
sangat penting. lnformasi yang valid, reliable dan comparable dari Riskesdas Provinsi Jawa
Barat 2007 dapat digunakan untuk mengukur berbagai status kesehatan, asupan, proses
serta luaran sistem kesehatan. Lebih jauh lagi; Informasl yang valid, reliable dan comparable
dari suatu proses pemantauan dan penilaian sesungguhnya dapat berkontribusi bagi
ketersediaan evidence pada skala nasional, provinsi dan kabupaten/kota. Penqalarnan
menunjukkan bahwa komparabilitas dari suatu survei rumah tangga seperti Riskesdas
Provinsi Jawa Barat 2007 dapat dicapai dengan efisien rnelalul desain instrumen' yang
canggih dan ujicoba yang teliti dalam pengembangannya. Pelaksanaan Riskesdas Provinsi
Jawa Barat 2007 mengakui pentingnya kornparabilitas, selain validitas dan reliabilitas.
Sejalan denqan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, maka kewenangan perencanaan bidang kesehatan kini berada di tingkat
pemerintahan kabupaten/kota. Rencana pembangunan kesehatan yang appropriate dan
adequate rnembutuhkan data berbasis komunitas yang dapat mewakili populasi (rumah
tangga dan individual) pada berbagai jenjang administrasi. Pengalaman menunjukkan
bahwa berbagai survei berbasis komunitas seperti Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia, Susenas Modul Kesehatan dan Survei Kesehatan Rumah Tangga hanya
menghasilkan estimasi yang dapat mewakili tingkat kawasan atau provinsi. Sehingga dapat
dikatakan bahwa survei yang ada belum memadai untuk perencanaan kesehatan di tingkal
kabupaten/kota. Sampai saat ini belum tersedia peta status kesehatan (termasuk data
biomedis) dan faktor-faktor yang melatarbelakangi di tingkat kabupaten/kota. Dengan
demikian, perumusan dan pengambilan kebijakan di bidanq kesehatan, belum sepenuhnya
dibuat berdasarkan informasi komunitas yang berbasis bukti.
Atas dasar berbagai pertimbangan di atas, Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
melaksanakan riset kesehatan dasar (Riskesdas) untuk rnenyediakan informasi berbasis
komunitas tentang status kesehatan (termasuk data biomedis) dan faktor-faktor yang
melatarbelakanginya dengan keterwakilan sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga
sampai tingkat kabupaten/kota.

1
1.2. Ruang Lingkup Riskesdas Provinsi Jawa Barat 2007

Riskesdas Provinsi Jawa Barat 2007 adalah riset berbasis komunitasdengan sampel rumah
tangga dan anggota rumah tangga yang dapat mewakili populasi di Jingk~t kabupaten/kota,
Riskesdas Provinsi Jawa Barat 2007 menyediakan infonnasi kesehatan dasar termasuk
biomedis, dengan menggunakan sampel Susenas Kor. Dengan demikian, Riskesdas
Provinsi Jawa Barat 2007 mencakupearnpel yang lebih besar dari survei-survel kesehatan
sebelumnya, dan mencakup aspek kesehatany.ang lebih luas. Dibandingkan dengan survei
berbasis komunitas .yang selama ini dilakukan, tingkat keterwakilan Riskesdas adalah
sebagai berikut :

label 1.1.
Sampel dan lndikator Pada Berbagai Survei

KorSusenas Riskesdas
tndlkator SDKI SKRT
2007 2007
1. Sampel 35.000 10.000 280.000 280.000
2. Pola Mortalitas Nasional S/J/KTI Nasional
3. Perilaku S/J/KTI Kabupaten Ka bu paten
4. Gizi & Pola Konsumsi S/J/KTI Provinsi Kabupaten
5. Sanitasi lingkungan S/J/KTI Kabupaten Kabupaten
6. Penyakit S/J/KTI
.• -- ... Prov/Kab
7. Cedera & Kecelakaan Nasional S/J/KTI Prov/Kab
8. Disabilitas S/J/KTI Prov/Kab
9. Gigi & Mulut Prov/Kab
10. Biomedis Nasional

Catatan :_S = Sumatera, J = Jawa-Bali, KTI = Kawasan Timur Indonesia

1.3. Pertanyaan Penelitian


Pertanyaan penelitian dalam Riskesdas Provinsi Jawa Barat 2007 dikembangkan
berdasarkan pertanyaan kebijakan kesehatan yang sangat mendasar terkait upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia. Sesuai dengan latar belakang
pemikiran dan kebutuhan perencanaan, maka pertanyaan penelitian yang harus dijawab
melalui Riskesdas adalah :
a. Baqairnana status kesehatan masyarakatdi tingkat provinsi dan kabupaten/kota?
b. Apa dan bagaimana faktor-faktoryang melatarbelakangistatus kesehatan masyarakat
di tingkat provinsi dan kabupaten/kota?
c. Apa masalah kesehatan masyarakat yang spesifik di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota?

1.4. Tujuan Riskesdas

Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut diatas maka tujuan Riskesdas Provinsi
Jawa Barat 2007 disusun sebagai berikut:
a. Menyediakan informasi berbasis bukti untuk perumusan kebijakan pembangunan
kesehatan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
b. Menyediakan informasi untuk perencanaankesehatan termasuk alokasi sumber daya
di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
c. Menyediakan peta status dan masalah kesehatan di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota.

2
d. Membandingkan status kesesatan.dan faktor-faktor yang melalarbelakangi di tingkat
provinsi dan kabupaten/kota ,.
,1
1.5. 'Kerangka Pikir
Pengembangan Riskesdas Provinsi Jawa Barat 2007 dldasan oleh keranqka pikir yang
dikembangkan oleh Henrik Blum (1974, ·1981). Konsep ihi terfokus pada status kesehatan
masyarakat yang dipengaruhi secara simultan -oleh empat faktor penentu yang sating
berinteraksi satu sama lain'. Keempat faktor penentu tersebur adalah: lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan dan keturunan. Bagan·kerangka pikir Blum dapat dilihat pada Gambar
1.1. Pada Riskesdas Provinsi Jawa .Barat 2007 ini tidak eernua indikator ctalam konsep
empat faktor penentu status kesehatan Henrik Blum, baik yang terkait 'dengan status
kesehatan maupun keempat faktor penentu dimaksud dikumpulkan: Berbagai indikator yang
ditanyakan, diukur atau diperiksa dalam Riskesdas Provinsi Jawa Barat 2007 adalah
sebagai berikut:
a. Status kesehatan, mencakup variabel:
"'
• Mortalitas (pola penyebab kematian untuk semua-umur).
• Morbiditas, meliputi ptevalenst penyakltrnenular dan penyakit tldak'menular.
• Disabilitas (ketidakrnampuan).
• Status gizi balita, ibu hamil, wanita usia subur (WUS) dan semua umur dengan
menggunakan lndeks Masa T_4b,yt1 (IMT).
• Kesehatan jiwa.
Gambar 1.1.
Faktor yang mempengarUhi status Kesehatan (Blum 1974)

Keturunan

Lingkur,igan
Fisik, Kimia,

Status
Kesehatan
Pelayanan
Kesehatan
Biologis,

Perilaku
Sosial-Budaya

b. Faktor lingkungan, mencakup variabel:


• Konsumsi gizi, meliputi konsumsi energi, protein, vitamin dan mineral.

3
• Lingkungan fisik, meliputi air minum, sanitasi, polusLdan sampah.
• Lingkungan sosial, meliputi tingkat pendidikan, tingkat sosial-ekonomi,
perbandingan kota-desa dan perbandingan antar provinsi, kabupaten dan kota.
c. Faktor perilaku, mencakupvariabel:
• Petilaku merokok/konsumsi tembakau dan alkohol.
• Perilaku konsumsi sayur dan buah.
• Perdaku' aktivitas fisik ...
• Perilaku gosok gigi.
~ Perilaku higi~nis (cucl tangan, buang air- besar).
• Pengetahuan, slkap-dan perilaku terhadap flu bt.lrung, HIV/AIDS.
~· .
d. Faktor pelayanan.kesetiatan, rnencakpp variabel:
' .

• Akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk untuk upaya kesehatan berbasis


masyarakat.
• Pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan.
• Ketanggapan pelayanan kesehatan,
• Cakupan program i<IA (pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan bayi dan
imunisasi).

1.6. Alur Fikir Riskesdas Provinsi Jawa Barat 2007

Alur Fikir ini secara skematis menqqarnbarkan enam tahapan pe1'ting dalam Riskesdas
Provinsi Jawa Barat 2007. Keenam tahapan ini terkait erat.denqan ide dasar Riskesdas
untuk menyetliakan • data kesehatan yang valid, reliable, comparable, serta dapat
menghasilkan estimasi yang dapat mewakili rumah tangga dan individu sampai ke tingkat
kabupaten/kota. Siklus yang dimulai dari Tahapan 1 hingga Tahapan 6 menggambarkan
sebuah system thinking yang seyogyanya berlangsung secara berkesinambungan dan
berkelanjutan. Dengan demikian, hasil Riskesdas Provinsi Jawa Barat 2007 bukan saja
harus mampu menjawab pertanyaan kebijakan, namun harus memberikan arah bagi
pengembangan pertanyaan kebijakan berikutnya.
Untuk menjamin appropriateness dan adequacy Riskesdas Provinsi Jawa Barat 2007 dalam
konteks penyediaan data kesehatan yang valid, reliable dan comparable, maka pada setiap
tahapan dilakukan upaya penjaminan mutu yang ketat. Substansi pertanyaan, pengukuran
dan pemeriksaan Riskesdas Provinsi Jawa Barat 2007 mencakup data kesehatan yang
mengadaptasi sebagian pertanyaan World Health Survey yang dikembangkan oleh the
World Health Organization. Dengan dernikian, berbagai instrumen yang dikembangkan
untuk Riskesdas Provinsi Jawa Barat 2007 mengacu pada berbagai instrumen yang telah
exist dan banyak dipergunakan oleh berbagai bangsa di dunia (61 negara). lnstrumen
dimaksud dikembangkan, diuji dan dipergunakan untuk mengukur berbagai aspek
kesehatan termasuk didalamnya input, process, output dan outcome kesehatan.

4
Gambar 1.2.
Alur Fikir Riskesdas Provinsi Jawa Barat 2007

Policy
1. lndikator Questions
6. Laporan
• Morbiditas • Tabel Dasar
• Mortalitas
• Ketanggapan
• Hasil Pendahuluan
Nasional
• Pembiayaan
• Hasil Pendahuluan
• Sistem Kesehatan Provinsi
• Komposit variabel Research • Hasil Akhir Nasional
lainnya Questions • Hasil Akhir Provinsi

2. Desain APO 5. Statistik


• Kuesioner • Deskriptif
wawancara, Riskesdas
• Bivariat
pengukuran, 2007
• Multivariat
pemeriksaan
• Uji Hipotesis
• Validitas
• Reliabilitas

3. Pelaksanaan 4. Manajemen Data


Riskesdas 2007 Riskesdas 2007
• Pengembangan • Editing
manual Riskesdas • Entry
• Pengembangan • Cleaning -7 follow up
modul pelatihan • Perlakuan terhadap
• Pelatihan pelaksana missing data
• Penelusuran sampel • Perlakuan terhadap
• Pengorganisasian outliers
• Logistik • Consistency check
• Pengumpulan data • Analisis -7 syntax
• Supervisi I bimbingan appropriateness

1.7. Pengorganisasian Riskesdas

Riskesdas direncanakan dan dilaksanakan oleh seluruh jajaran Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan
melibatkan berbagai pihak, antara lain Badan Pusat Statistik, organisasi profesi, perguruan
tinggi, lembaga penelitian, pemerintah daerah, dan partisipasi masyarakat. Berdasarkan

5
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 877 Tahun 2006, pengorganisasian Riskesdas 2007
dibagi menjadi berbagai tingk~t dengan rincian sebagai berikut (Lihat Lampiran 1.1.) :
a. Tingkat pusat · ·
b. Tingkat wilayah (empat wirayah)
c. Tingkat provinsi (33 Provinsi)
d. Tingkat kabupaten (440 Kabupaten/Kota)
e. Tim pengumpul data (disesuaikan denqan kebutuhan lapangan)
.
~ .;
Pengumpulan data Riskesdas 2007 dlrencanakan untuk dilakukan segera .setelah
selesainya pengumpulan data Susenas 2007. Daftar- provinsi, koordinator 'wilayah dan
jadwal pengumpulan data per wilayah dlsusun se~·agai berikut:

a. Koordinator Wilayah 1 dengan penanggung-jawab Puslitbang Ekologi & Status


Kesehatan- untu,k: Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (~AD). Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Kepµlauan
Riau · ..... ·
b. 'Koordinator Wilayah 2 dengan pena.119gung- jawab Puslitbang Biomedis dan
Farmasi untuk: Provinsi 19KI Jakarta, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,
Kalirnantan-Baral, Kalimantan'T~ngah, Kallmantan Selatan, dan Kaliinantan Barat
c. Koordinator Wilayah 3 dengan penanggung-jawab Puslitbang Sistem dan Kebijakan
Kesehatan untuk: Provinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua
d. Koordinator ~ilayah 4 denqan penanggung-jawab Puslit,ti~ng Gizi dan Makanan
untuk: Provinsi Bengkulu, Lampung, Jawa Barat,Sulawesi' Utara, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Sulawe~i Selatan, Gorontalo, dan Sulawesi Barat.

1.8 Manfaat Riskesdas


Riskesdas Provinsi' Jawa Barat 2007 memberikan manfaat bagi perencanaan pembangunan
kesehatan berupa :
• Tersedianya data dasar dari berbagai indikator kesehatan di berbagai tingkat
admtnlstratif.
• Stratifikasi indikator kesehatan menurut status sosial-ekonomi sesuai hasil Susenas
zooz.
• Tersedianya, informasi untuk perencanaan pembangunan kesehatan yang
berkelanjutan.

1.9 Persetujuan 'Etik Riskesdas

Riskesdas Provinsi Jawa Barat 2007 ini telah mendapatkan persetujuan-etik dari Komisi Etik
Penelitian Kesehatarr, Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Oepartemen
Kesehatan Republik Indonesia.

6
BAB 2. METODOLOGI RISKESDAS

2.1 Disain

Rlskesdas adC!lah sebuah- survei cross sectional yang bersifat deskriptif. ;p,esain Riskesdas
terutama dnnaksudkan untuk menggambarkan masalah ~esehatan penduduk di seluruh
pelosok lndonesia, secara menyeluruh, akurat dan berorientasl pada kepentingan para
pengambil keputusan di berbagai tingkat administratif. Berbagai ukuran samplinq error
termasuk didalamnya standard error, relativ~ stflndard error, c9nfidence interval, design
effect dan jumlah sampel tertimbarig akan m~nyertai. s~tiap estimasi variabel. Dengan
desain ini, maka setiap pengguna informasi Riskesdas dapat mernperoleh gambaran yang
utuh nan rinci, rnenqenal berbagai 'masalah kesehatan yang ditanyakan, diukur atau
diperiksa.; Laporan Hasil Rlskesdas ·2007 akan menggambarkah 'berbaqal masalah
kesehatan ~ ti~gkat naslonal dan variabllltas antar provinsi, sedangkan di tingkat provinsi,
dapat menggambarkan masalah kesehatan di tingkat provinsi dan variabilitas antar
kabupaten/kota.
Secara sipgkat dapat dikatakan bahwa Riskesdas 2007 didesain untuk mendukung
pengembangan kebijakarr kesehatan berbasls buktl ilmiah. Desain Riskesdas 2007
dikembangkan dengan sungguh-sungguh memperhatikan teori dasar tentang hubungan
antara berbagai penentu yang mempengaruhi status kesehatan masyarakaf Riskesdas
2007 menyediakan data dasar yang dikumpulkan melalui survei berskala nasional sehingga
hasilnya dapat digunakan untuk penyusunan kebijakan kesehatan bahkan sampai ke tingkat
kabupaten/kota. lebih lanjut, desain Riskesdas -2007 menghasilkan 'data yang siap
dikorelasikan dengan data Susenas 2007;.1 atau survel lainnyasepertl data kemiskinan yang
menggunakan desain sampling yang sama.Denqan demiklan, para pembentuk kebijakan
dan pengambil keputusan di bidang pembangunan kesehatan dapat menarik manfaat yang
optimal dari ketersediaan data Riskesdas 2007.

2.2. Lokasi
Sampel Riskesdas 2007 di Provinsi Jawa Barat berasal dari-Zf kabupaten/kota dengan
catatan 1 (satu) kabupaten yaitu Kabupaten ,Bandung Barat tidak teimasuk dalam sampel
Riskesdas 2007 karena merupakan pengembangan kabupaten baru yang pada saat
perencanaan Riskesdas belum diperhitungkan, sementara Susenas 2007 sudah mengikuti
jumlah kabupaten/kota
. y~ng
,, ___ada.
_,.

2.3 Populasi dan Sampel


Populasi dalam Riskesdas 2007 adalah seluruh rumah tangga di seluruh pelosok Republik
Indonesia. Sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga dalam Riskesdas 2007 identik
dengan daftar sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga Susenas 2007. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa metodoloqi penghitungan dan cara penarikan sarnpel
untuk Riskesdas 2007 identik pula dengan two stage sampling yang digunakan dalam
Susenas 2007. Berikut ini adalah uraian singkat cara penghi_tungan dan cara penarikan
sampel dimaksud.
2.3.1 Penarikan Sampel Blok Sensus
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, Riskesdas menggunakan sepenuhnya sampel
yang terpilih dari Susenas 2007. Dari setiap kabupaten/kota yang masuk dalam kerangka
sampel kabupaten/kota diambil sejumlah blok sensus yang proporsional terhadap jumlah
rumah tangga di kabupaten/kota tersebut. Kemungkinan sebuah blok sensus masuk
kedalam sampel blok sensus pada sebuah kabupaten/kota bersifat proporsional lerhadap
jumlah rumah tangga pada sebuah kabupaten/kota (probability proportional to size). Bila

7
dalam sebuah blok sensus terdapat lebih dari 150 (seratus lima puluh) rumah tangga maka
dalam penarikan sampel di tingkat ini akan dibentuk sub-blok sensus.
2.3.2 Penarikan Sampel Rumah tangga
Dari setiap blok sensus terpilih kemudian dipilih 16 (enam belas) rumah tangga secara acak
sederhana (simple random sampling), yang, menjadi sampel rumah tangga denqan jumlah
rumah tangga di blok sensus tersebut. Se~a.ra keseluruhan, jumlah sampel rumah tangga
dari 25 kabupaten/kota Susenas 2007 adalah'20.512 (dua puluh ribu lima ratus dua belas),
dimana Riskesdas berhasil'rnenqumpulkan 19.469.rumah tangga.
2.3.3 Penarikan Sampel Anggota Rumah Tangga
. .
Selanjutnya, seluruh anggota rumah tangga dari setiap rumah tangga yang terpilih dari
kedua proses penarikap sampe! tersebut dlatas maka diambil sebagai sampel individu. Dari
25 kabupaten/kota di f>.rovinsi Jawa Barat pada Susenas 2007 'terdapat 78.521 sampel
anggota rumah tangga. Risk'esdas berhasil mengumpulkan 68.429 individu yang sama
'Clengan Susenas.
2.3.4. Penarikan sampel biomedis
Sampel untuk pengukuran biomedis adalah 'anggota rumah tangga berusia leblh dari 1
(satu) tahun yang tinggal di blok-sensus dengan klasifikasi perkotaan.
2.3.5. Penarlkan sampel iodium
Ada 2 (dua) pengukuran iodium. Pertama, adalah penqukuran kadar iodium dalam garam
yang dikonsumsi rumah 1angga, dan kedua . adalah pengukura)i iodium dalam urin.
Pengukuran kadar iodium dalam garam dimaksudkan untuk mengetahui [umlah rumah
tangga yang menggunakan garam beriodium. Sedangkan penqukuran iodium .dalam urin
adalah untuk menilai kemungkinan kelebihan konsumsi .garam iodium pada penduduk.
Pengukman kadar iodium dalam garam dilakukan dengan test cepat menggunakan "iodina"
dilakukan pada seluruh sampel rumah tangga.
Untuk pengukuran kedua, dipilih secara acak 2 Rumah tangga yang mempunyai anak usia
6-12 tahun dari 16 RT per blok sensus di 30 kabupaten yang dapat mewakili secara
nasional. Dari rumah tangga yang terpilih, sampel garam rumah tangga diambil, dan juga
sampel urin dari anak usia 6-12 tahun yang selanjutnya dikirim ke laboratorium Unjversitas
Diponegoro, Balai GAKl-Magelang, dan Puslitbang Gizi dan Makanan, Bogor. Pemilihan 30
kabupaten berdasarkan hasil survei konsumsi garam beriodium pada Susenas 2005 dengan
memilih secara acak 10 (sepuluh) kabupaten dimana tingkat konsumsi garam iodium rumah
tangga tinggi, 10 (sepuluh) kabupaten dengan tingkat konsumsi garam iodium rumah tangga
sedang dan 1 O (sepuluh) kabupaten dengan tingkat konsumsi garam iodium rumah tangga
rendah.
2.4. Variabel
Berbaqai pertanyaan terkait dengan kebijakan kesehatan Indonesia dioperasionalisasikan
menjadi pertanyaan riset dan akhirnya dikembangkan menjadi variabel yang dikumpulkan
dengan menggunakan berbagai cara. Dalam Riskesdas 2007 terdapat kurang lebih 600
variabel yang tersebar didalam 6 (enam) jenis kuesioner, dengan rincian variabel pokok
sebagai berikut:
a. Kuesioner rumah tangga (RKD07.RT) yang terdiri dari:
• Blok J tentang pengenalan tempat (9 variabel);
• Blok II tentang keterangan rumah tangga (7 variabel);
• Blok Ill tentang keterangan pengumpul data (6 variabel);
• Blok JV tentang anggota rumah ta'ngga (12,variabel);
• Blok V tentang rnortalitas (10 variabel);
• Blok VI tentang akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan (11 variabel);

8
• Blok VII tentang sanitasi lingkungan (17 variabel);
b. Kuesioner gizi (RKD07.GIZI), yang terdiri dari:
• Blok VIII tentang konsumsi makanan rumah tangga 24 jam lalu;
c. Kuesioner individu (RKD07.IND), yang terdiri dari:
• Blok IX tentang keterangan wawancara individu (4 variabel);
• Blok X tentang keterangan individu dikelompokkan menjadi:
i. Blok X-A tent Blok X-A tentang identifikasi responden (4 variabel);
ii. Blok X-B tentang penyakit menular, tidak menular, dan riwayat penyakit
turunan (50 variabel);
iii. Blok X-C tentang ketanggapan pelayanan kesehatan
./ Pelayanan rawat inap (11 variabel)
./ Pelayanan berobatjalan (10 variabel
iv. Blok X-E tentang disabilitas/ketidakmampuan untuk semua anggota rumah
tangga ~ 15 tahun (23 variabel);
v. Blok X-F tentang kesehatan mental untuk semua anggota rumah tangga ~ 15
tahun (20 variabel);
vi. Blok X-G tentang imunisasi dan pemantauan pertumbuhan untuk semua
anggota rumah tangga berumur 0-59 bulan (11 variabel);
vii. Blok X-H tentang kesehatan bayi (khusus untuk bayi berumur < 12 bulan (7
variabel);
viii. Blok X-1 tentang kesehatan reproduksi - pertanyaan tambahan untuk 5
provinsi: NTT, Maluku,Maluku Utara, Papua Barat, Papua (6 variabel);
• Blok XI tentang pengukuran dan pemeriksaan (14 variabel);
d. Kuesioner autopsi verbal untuk umur <29 hari (RKD07.AV1), yang terdiri dari:
• Blok I tentang pengenalan tempat (7 variabel);
• Blok II tentang keterangan yang meninggal (6 variabel):
• Blok Il tentang karakteristik ibu neonatal (5 variabel);
• Blok IVA tentang keadaan bayi ketika lahir (6 variabel);
• Blok IVB tentang keadaan bayi ketika sakit (12 variabel);
• Blok V tentang autopsi verbal kesehatan ibu neonatal ketika ham ii dan bersalin (2
variabel);
• Blok VIA tentang bayi usia 0-28 hari termasuk lahir mati (4 variabel);
• Blok VIB tentang keadaan ibu (8 variabel);
e. Kuesioner autopsi verbal untuk umur <29 hari - < 5 tahun (RKDo7.AV2), terdiri dari:
• Blok I tentang pengenalan tempat (7 variabel);
• Blok II tentang keterangan yang meninggal (7 variabel);
• Blok Ill tentang autopsi verbal riwayat sakit bayi/balita berumur 29 hari - <5 tahun
(35 variabel);
• Blok IV tentang resume riwayat sakit bayi/balita (6 variabel)
f. Kuesioner autopsi verbal untuk umur 5 tahun keatas (RKD07.AV3), yang terdiri dari:
• Blok I tentang pengenalan tempat (7 variabel);
• Blok II tentang keterangan yang meninggal (7 variabel);
• Blok lllA tentang autopsi verbal untuk umur 5 tahun keatas (44 variabel);
• Blok l lB tentang autopsi verbal untuk perempuan umur 10 tahun keatas (4
variabel);
• Blok lllC tentang autopsi verbal untuk perempuan pernah kawin umur 10-54
tahun (19 variabel);
• Blok 1110 tentang autopsi verbal untuk laki-laki atau perempuan yang berumur 15
tahun keatas (1 variabel);

9
• s·lok IV tentang resume riwayat sakit untuk umur 5 tahun keatas (5 variabel).
Cata tan
Selain keenam kuesioner tersebut diatas, terdapat 2 formulir yang digunakan unluk
pengumpulan dafa tes cepat iodium garam (Form Garam) dan data iodium didalam urin
(Form Pemeriksaan Urin).
2.5. Alat Pengumpul Data dan Ca'ra'P~ngumpulan Data
.
Pelaksanaan Riskesdas 2007 menggunakan berbagai alat pengumpul data dan berbagai
cara pengumpulan da(a,
dengan rin~ian,sebagai berikut:
a. Pengumpulan data. rumah tangga dilakukan dengan teknik wawancara menggunakan
Kuesioner RKD07 .RT , ~
• Responden untuk Kuesioner RKD07 .RT adalah Kepala Keluarga atau lbu Rumah
Tangga atau anggota rumah tangga yang dapat memberikan informasi
• Dalam Kuesioner RKD07.RI terdapat verifikasrterhadap keterangan anggota rumah
tangga yang dapat menunjukkan sejaul) mana sampel Riskesdas 2007 identik dengan
sampel Susenas2007;
• lnformasi mengenai kejadian kematian dalam rumah tangga di recall terhitung sejak 1
Juli 2004, lermasuk didalarhnya kejadian bayL lahir mati. lnformasi lebih lanjut
mengenai kematian yqng terjadi dalam 12 bulan sebelum wawancara dilakukan
eksplorasi lebih lanjut rrietalui autopsi verbal dengan menggunakan kuesioner
RKD07.AV yang sesuai dengan umur anggotp rumah tangga yang meninggal
dimaksud. __ -,

b. Pengumpulan data individu pada berbagai kelompok umur dilakukan dengan teknik
wawancara menggunakan Kuesioner RKD07.IND
• Secara umum, responden untuk Kuesloner RKD07.IND adalah setiap anggota
rumah tangga. Khusus untuk anggota rumah, fangga. yang berusia kurang dari
15 tahun, dalam kondisi sakit atau orang tua maka wawancara dilakukan
terhadap anggota rumah tangga yang ·menjadf pendampingnya;
• Anggota rumah tangga semua umur menjadi lJl)it 10 able 10 na untuk
pertanyaan mengenai penyakit menular, penyakit tidak rnenular dan penyakit
keturunan sebagai berikut: lnfeksi Saluran Pernafasan Akut, Pnemonia, Demam
Tifoid, Malaria, Diare, Campak, Tuberkulosis Paru, Demam Berdarah Dengue,
Hepatitis, 'Ftlariasis, Asma, Gigi dan Mulut, Cedera, Penyakit Jantung, Penyakit
Kencing Manis, Tumor I Kanker dan Penyakit Keturunan, serta pengukuran
berat badan, tinggi badan I panjang badan;
• Anggota rumah tangga berumur ~ 15 tahun menjadi unit 1 Oablet Ona untuk
pertanyaan mengenai Penyakit Sendi, Penyakit Tekanan Darah Tinggi, Stroke,
disabilitas, kesehatan mental, pengukuran tekanan darah, pengukuran lingkar
perut, serta pengukuran lingkar lenga'n atas (khusus untuk wanita usia subur 15-
45 tahun, termasuk ibu hamil);
• Anggota rumah tangga berumur ~ 30 tahun menjadi unit 1 Oable1Ona untuk
pertanyaan rnenqenai Penyakit Katarak;
• Anggota rumah tangga berumur 0-59 bufan menjadi unit 1 Oable1 Ona untuk
pertanyaan rnenqenai imunisasi dan pemantauan perturnbuhan:
• Anggota rumah 'tangga berumur ~ 10 tahun·menjadi unit 10able10na untuk
pe,rtanyaan mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku terkait dengan Penyakit
Flu Burung, HIV/AIDS, perilaku higienis, penggunaan tembakau, penggunaan
alkohol, aktivitas fisik, serta perilaku terkait dengan 'konsurnsi buah-buahan
segar dan sayur-sayuran segar;
• Anggota. rumah tangga -berurnur < 12 bulan menjadi unit 1 Oable1Ona untuk
pertanyaan mengenai kesehatan bay':

10
• Anggota rum ah tangga berumur > 5 tahun menjadi unit 11able11 na untuk
pemeriksaan visus; ·
• Anggota rumah ~angga berumur' ~ 12 tahun menjadi unit analisis untuk
pemeriksaan gigi permanen;
• Anggota rumah tangga berumur 6-12 tahun menjadi unit analisis untuk
pemeriksaan' urin.
c. P,engumpulan data kematian .denqan teknik autopsl verbal nienggunakan Kuesioner
RKD07 .AV1, RKD07 .AV2 darr RKD07 .AV3;
d. Pengumpulan data biomedis berupa spesimen darah dilakukan di 33 prgvinsi di
Indonesia dengan populasi penduduk di blok sensus perkotaan di Indonesia.
Pengambilan sampel darah dilakukan pada seluruh aoggota rumah tangga (kecuali
bayi) dari rumah tangga terpilih di blok sensus perkotaan terpilih sesuai Susenas 2007.
-Ranqkalan penqambllan satnpelnya adalah sebagai berikut:
• Blok sensus perkotaan yang terpilih pada susenae 2007, dipilih sejumlah 15%
dari total blok sensus perkotaan.
• Jumlah blok sensus di daerah perkotaan yang·terpilih berjumlah .. ?.. denqan-total
sampel 19.469 RT.
Sampel darah, diambil dari seluruh anggota rumah tanm;ia. (kecuali bayi) yang
menanda-tangani informed consent. Pengambilan darah tidak dilakukan pada anggota
rumah tangga yang sakit berat, riwayat perdarahan dan menggunakan obat pengenper
darah secara rutin. Untuk pemeriksaan kadar glukosa darah, data dikumpulkan dari
anggota rumah tangga berumur ~ 15 tahun, kecuali wanita hamil (alasan etika).
Responden terpilih mernperoleh pembebanan sebanyak 75 gram glukosa ,qral setelah
puasa 10-14 jam. Khusus untuk- responden yang sudah diketahui positif menderita
Diabetes Mellitus (berdasarkarr konfinnasi dokter), rnaka hanya diberi pembebanan
sebanyak 300 kalori (alasan medis dan etika). Pengambilan darah vena dilakukan
setelah 2 jam pembebanan. Darah didiafnkan selama 20-30 menit, disentrifus
sesegera mungkin dan kernudian dijadikan serum. Serum segera diperiksa dengan
menggunakan alat kimia klinis otomatis. Nilai rujukan (WHO, 1999) yang digunakan
adalah sebagai berikut:
• Normal (Non DM) < 140 mg/di
• Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) 140 - < 200 mg/di
• Diabetes Mellitus (DM) .:: 200 mg/di.
e. Pengumpulan data ~nsumsi garam beriodium rumah tangga untuk seluruh sampel
rumah tangga Riskesdas 2007 dilakukan dengan tes cepat iodium menggunakan
"iodina test".
f. Pengamatan tingkat nasional pad a dampak konsumsi garam beriodium yang dinilai
berdasarkan kadar iodium dalam urin, dengan melakukan pengumpulan garam
beriodium Rada rurnah ~angga bersamaan dengan pemeriksaan kadar iodium dalani
urin pada _anggota rumah tangga yang sama. Sampel . ? kabupatenrkota dipilih untuk
pengamatan ini berdasarkan tingkat konsumsi garam iodium rumah tangQa hasil
Susenas 2005 yaitu di Kabupaten·Karawang.
Catatan
Pelaksanaan pengumpuJan data Riskesdas -2007 tidak dapat dilakukan serentak
pada pertenqahan 2007, sehingga dalam analisis perlu beberapa penyesuaian agar
komparabilitas data dari satu periode pengumpulan data yang satu dengan periode
pengumpulan data lainnya dapat terjaga dengan baik. Situasi. ini disebabkan oleh beberapa
hal berikut ini:
a. Perubahan kebijakan anggaran internal Departemen Kesehatan pada tahun anggaran
2007 menyebabkan gangguan ketersediaan dana operasional untuk pengumpulan

11
data. Riskesdas 2007/2008 di Provinsi Jawa Barat dilakukan sejak bulan Desember
2007 hingga bulan Februari 2008 di 25 kabupate'n diseluruh Jawa Barat.
b. Kesiapan daerah untuk berperanserta dalam pelaksanaan Riskesdas 2007 amat
bervariasi, sehingg::.> pelaksanaan dari satu lokasi pengumpulan data ke lokasi lainnya
rnernerlukan koordinasi dan manajemen logistik yang rumit;
c. Kondisi geografis dari sampel blok sensus terpilih amat bervariasi. Di daerah
kepulauan dan daerah terpencil di seluruh wilayah Indonesia, pelaksanaan
pengumpulan data .~~l~m .berbaqat situasi amat tergantung pada ketecsediaan alat
transpor, ketersediaan tenaga pendamping dan ketersediaan biaya operasional yang
memadai tepat pada waktunya.
d. Untuk pengumpulan data blomedis, perlu dilakukan pelatihan yang intensif untuk
petugas pengambil speslmen dan manajemen spesimen. Petugas dimaksud adalah
para .analis atau petugas laboratorium dari rumah sakit atau laboratorium daerah.
Pelatihan dilakukan oleh peneliti dari- PusJitbang Blomedls dan petugas Labkesda
setempat. Pelatihan dilaksanakan di tiap provinsi.

2.6. Manajemen Data


Manajemen data Riskesdas dilaksanakan oleh tim manajemen data pusat yang
mengkoordinir tlm' manajemen data dari Korwil I - IV. Urutan kegiatan. yang dilakukan
adalah sebagai berikut,
2.6.1. Editing
Editing adalah salah satu mata rantai yang secara potensial dapat!'.nenjadi the weakest link
dalam pelaksanaan pengumpulan data Riskesdas 2007. Editing mulai dilakukan oleh
pewawancara semenjak data diperoleh dari [awaban responden. Di lapangan, pewawancara
bekerjasama dalam sebuah tim yang terdiri dari 3 pewawancara dan 1 Ketua Tim. Ketua tim
Pewawancara sangat kritikal dalam proses editing. Ketua Tim Pewawancara harus dapat
membagi waktu untuk tugas penqurnpulan data dan editing segera setelah selesai
pengumpulan data ,pada setiap blok sensus. Fokus perhatian Ketua Tim Pewawancara
adalah kelengkapan dan konsistensi jawaban responden dari setiap kuesioner yang masuk.
Kegiatan ini seyogyanya dilaksanakan segera setelah diserahkan oleh pewawancara. Ketua
Tim Pewawancara harus mengkonsultasikan seluruh masalah editil]g yang dihadapinya
kepada Penanggung Jawab Teknis (PJT) Kabupaten dan I atau Penangung Jawab Teknis
(PJT) Provinsi.
PJT Kabupaten dan PJT Provinsi melakukan supervisi pelaksanaan pengumpulan data,
memeriksa kuesioner yang telah diisi serta membantu memecahkan masalah yang timbul di
lapangan dan juga melakukan editing.
2.6~2. Entry
Tim manajemen data yang bertanggungjawab untuk entry data harus mempunyai dan mau
memberikan ekstra energi berkonsentrasi ketika memindahkan data dari kuesioner I formulir
kedalam bentuk digital. Buku kode disiapkan dan digunakan sebagai acuan bilamenjurnpai
masalah entry data. Kuesioner Riskesdas 2007 rhengandung pertanyaan untuk 'berbaqai
responden dengan kelompok umur yang berbeda. Kuesioner yang sama juga banyak
mengandung skip questions yang secara teknis memerlukan ketelitian petugas entry data
untuk menjaga konsistensi dari satu blok pertanyaan ke blok pertanyaan berikufnya.
Petugas entry data Riskesdas merupakan bagian dari tim manajemen data yang harus
memahami kuesioner Riskesdas dan program data base yang diqunakannya, Prasyarat
pengetahuan dan keterampilan ini menjadi penting untuk menekan kesalahan entry. Hasil
pelaksanaan entry data ini menjadi bagian yang penting bagi petugas manajemen data yang
bertanggungjawab untuk melakukan c/eaning,dan analisis data.

12
2 ..6.3. Cleaning
Tahapan cleaning dalam m(!hajemen data rnerupekan proses Y91J9 .amat menentukan
kualitas' tiasil Rjskesd8:s 20Q7'. Tim 'Njanajemen Pata .menyedJakan. pedorr-m khusus untuk
m'elakuRan cleaning aa~a Riskesdas. Perlakuan terhadap 117i~sing values, no responses,
outliers amat menentukan akµra&i dan presisl dafi estimasl ~~ng,d!hasilkan Rlskesdas 2007.
Petugas cleaning data harus melaporkan keseluruhan proses perlakuan cleaning kepada
p~nanggung> jawab anahsls Riskesdas agar dlketahirl 'jumlah sampel, terakhir yang
digunakan untuk kepentingan analisis. Besaran. numerator dan ,denorninatpr dari suatti
estirriasi yang mengalami proses data, cl~aning merupakan bagiaf1 dari laporan hasil
Riskesdas 2007 Bila pada suatu saat data ~iskE1sda~?007 dapat diakses oleh, publik, maka
informasi mengenai irnputast (proses data cleaning)' d~Rat meredaro munculnya pertanyaan-
pertanyaan menqenal kualitas data. r •

2.7. Pengorganisasiandan.Jadu~I PengumpulanData


Pengumpulan data Riskesdas ioo7 direncanakan untuk dilakukan segera setelah
selesainya pengumpulan data .Susenas 2007. Pengorganisasian dan jadwal pengumpulan
data Riskesdas 2007 disusun sebqgai berikut: •
Jadual pen~umpul~n .data yang diharapkan adalah se~ra seteTah Susenas 2007
dikumpl(Jkan, yaitu bulan Juli 2007. Untuk Riskesdas, pelaksanaan pengumpulan data di
Provinsi ,Jawa Barat mulai dari-Jull 2007 - Januari 2008.
; ••r'
1

2.8. Keterbatasan Riskesdas


Keterbatasan Riskesdas 2007 rnencakup berbagai perrnasalahan .. non-random error.
Banyaknya sampel blqk sensus, sampel rumah tangga, sampel anggota rumah'tanqqa serta
luasnya cakupan wilayah rnerupakan-faktor penting- dalam pelaksanaan.penqumpulan data
Riskesdas 2007. Penqorqanisaslan Riskesdas 2001 melibatkan E>erbagai unsur Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, pusat-pusat penelitian. balai/balai besar, loka,
serta perguruan tinggi setempat. Proses penqadaan logistik, !Jptuk kegiatan Riskesdas 2007
terkait erat dengan ketersediaan biaya. Perubahan kebijakari pembiayaan dalam tahun
anggaran 2007 dan prosedur"administrasi yang'pqpjang dal~'!1 prRses pe~~gadaan barang
menyebabkan keterlambatan dalam kegiatan penqumpulan data. Keterlarnbatan pada fase
ini telah menyebabkan "keterlainbatan pada' fase ·b.~rikutny~. Berbagai keterlambatan
tersebut memberikan kontrtbusi penting bagi 8erpagai keterbatasan dalam Riskesdas 2007,
sebagaimana uraian berikut ini:
a. Pembentukan kaP@aten/kota baru hasil pemekaran suatu kabupaten/kota yang terjadi
setelah penetapan blok sensus Riskesdasdarl Susenas 2007, sehingqa tidak menjadi
bagian sampel kabupaten/kota Riskesdas (Lihat Sub Bab 2.2.)
b. Blok sensus tidak terjangkau, karena ketidak-tersediaan alat transportasi menuju Iokasi
dimaksud, atau.karena kondisi alam yang tidak rnefnunqkinkan seperti ombak besar.
Riskesdas tidak berhasil mengumpulkan 207 blok-sensus yang terpilih dalarn sampel
Susenas 2007, seperti terlihat pada Tabel 2.1.
c. Rumah tangga yang terdapat dalam DSRT Susenas 2007 ternyata tidak dapat
dijumpai oleh Tim Pewawancara Riskesdas 2007. Total rumah tangga yang tidak
berhasil dikunjungi Riskesdas adalah sebanyak 19.346, tersebar di seluruh
kabupaten/kota (Lihat Tabel 2.2)
d. Bisa juga terjadi anggota rumah tangga dari rurnah tangga yang terpilih dan bisa
dikunjungi oleh Riskesdas, pada saat pengumpulan data dilakukan tidak ada di
tempat. Tercatat sebanyak 159.566 anggota rumah tangga y~ng tidak bisa
dikumpulkan datanya (Lihat Tabel 2.3).
e. Pelaksanaan pengumpulan data mencakup periode waktu yang berbeda sehingga ada
kemungkinan beberapa estimasi penyakit menular yang bersifat seasonal pada
beberapa provinsi atau kabupaten/kota menjadi under-estimate atau over-estimate;

13
f. Pelaksanaan pengumpulan data mencakup periode waktu yang berbeda sehingga
estimasi jumlah populasi pada periode waktu yang berbeda akan berbeqa Meski
Riskesdas ·dirancang untek rnenqhasilkan esfimasi sampai tingkat kabupatenlkota,
-tetapi tidak semua estimasi bisa mewakili kabupaten/kota, terutama kejadlan-keladian
yang frekuensinya jararig. Keja~ian yang jarang seperti ini hanya bisa mewakili tingkat
provinsi atau bahkan hanya tingkat naslonal, ·
g. Khusus untUk·data blofnedls, e~tifnasi yang dihasilkan hanya mewakili sampai tingkat
perkotaah nasional;
h. Terbatasnya dana dan waktl( reahsasl pencairan anggarpn yang tidak lancar,
menyebabkan p~f~~sanaan Riskesdas ,tlda~ serentak; ada yang dimulai pada bulan
Juli 2007, tetapi ada pula yang dila~u~an.pada bulan Februari tahun 2008, bahkan lima
provinsi (Papua, Papua Barat, Maluku, · Maluku Utara dan NTT) ·baru melaksanakan
pada bulan Agustus-Sepler:nber 2008
i. pula. Pada Riskesdas, -variabel tanggal penqurnpnlan data bisa digunakan pada saat
melakukan analisls.

2.9. Hasil Pengolahandan Analisis Data


Jsyu terpenting dalam pengolahan dan analisis data Riskesdas 2007 adalah sampel
Riskesdas 2007 yang identik dengan sampel susenae 2007. Desain penaril<an sampel
Susenas 2007 adalah two stage sampling. Hasll pengukuran yang diperoleh dari two stage
sampling design memerlukan perlakuan khusus yang pengolahannya menggunakan paket
perangkat lunak statistik konvensional seperti SPSS. Aplikasi statistik yang tersedia didalam
SPPS untuk mengolah dan menganalisis' data sepertl Risk~Cf as 2007 adalah SPSS
Complex Samples. Aplikasi stansttk ini memunqklnkan pen~gunaan two stage sampling
design. seperti yang diimplementasikan di dalam Susenas 2007. Dengan pengguna'an SPSS
Complex Sample. dalam pengolahan dan analisis data Rlskesdas 2007, maka validitas hasil
analisis data dapat dioptimalkan.
Penqolahan' dan analisis data dipresentasikan pada Bab Hasil Riskesdas. Riskesdas yang
terdiri dari 6 Kuesioner dan 11 Blok Topik Analisis perlu menghitung jumlah sampel yang
dipergunakan (mfuk mendapatkan hasil analisis baik secara nasional, provinsi,
kabupaten/kota, serta karakteristik penduduk. Jumlah sampel rumah tangga dan anggota
rurnah tangga Riskescfas yang .terkurnpul seperti tercantum pada tabel 3.1.2.1, dan tabel
3.1.2:2. perlu dilengkapi lagi dengafl jumlah sampel setelah "missing value" dan "outlier'
dikeluarkan dari analisis.
Berikut ini rincian -sampel yang dipergunakan untuk analisis data, terutama dari hasil
pengukuran dan pemerlksaaan dan ,kelomp6k urnur.
a. Status_gizi
Untuk analisis status.qizi, kelompok umur yang digunakan adalah balita, anak usia 6-14
tahun, wanita usia 15-45 tahun, dewasa usia 15 tahun keatas.
b. Hipertensi
Untuk analisis hasil pengukuran tekanan darah pada kelompok umur 18 tahun keatas
c. Pemeriksaan katarak
Untuk analisis penieriksaan katarak adalah pada umur 30 tahun keatas
d. Pemeriksaan vis us
Untuk analisis visus untuk umur 6 tahun keatas
e. Perneriksaan Gigi
Analisis untuk umur 12 tahun keatas

14
t «.
BAB 3. HASIL DAN l>EMBAH"AS'AN
(

iJ.tl .- Gambaran Umum J I ..,

•'
-i, 3 ...1.1. PJofil ProvinsiJawa Baraf
'
Jawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia dan dari perkembangan sejarah
menunjukkan bahwa Propinsi Jawa Ba.rat rnerupakan Propinsi yang pertama dibentuk di
wilayah Indonesia Dengan lahirnya UU N.o'.23 Tatnm 2000 tentang Provinsi Banten, maka
Wilayah Admlntstrasl l?embantu Gube,rnur Wilayah·J· Banten- resrnl ditetapkan menjadi
Provinsi Banten. n I ll t "'' t' V""

Provinsi Jawa Barat secara geografis terlet~k di antara 5°~0,7 7°50 LS dan ,10~ 4~-1Q4j48
0

BT. Bagian Barat Laut '51'ovinsi Jawa Sarat berbatasa8 lang_sung dengan Provinsi OKI
Jakarta, ibukota neqara:l ndonesla. Provins! J~wa Baral'.b.~radq di bagian Barat Pulau Jawa.
Wilayahnya berbatasarvdenqan Laut Jawa di Utara, Jawa Tengah di Timur, Samudra Hindia
di Selatan, serta Banterr. darr DKI Jakarta "di Barat. Luas wilayah seluruhnya- adalah
34.816,96 km2(Data berdasarkan Survei Sosial/Ekonomi 2005)
Kawasan pantai Utara merupakan dataran rendah. Di bagian tengah merupakan
pegunungan, yakni bagian dari rangkaian pegunungan yang membujur dari 'Barat hingga
Timur Pulau Jawa. Titik.tertinqqinya adalah·Gunung Ciremay, yang 6erada di seoelahBarat
Daya Kota Cirebon. Sungai-sungai yang cukup penting adalah Sungai Citarum dan Suhgai
Cimanuk, yang bermuara.di Laut Jawa.
Ciri utama daratan Jawa Barat adalah bagian dari busur kepulauan gunung api (aktif Clan
tidak aktif) yang membentang dari ujung utara Pulau Sumatera hingga ujung utara Pulau
Sulawesi. Daratan dapat dibedakan atas- wilayah pegummgan curam di selatan 'dengan
ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut, wilayah lereng bukit yang lanetat di
tengah ketinggian 100 1.500 m dpl, wilayah dataran luas di utara ketinggian 0 . 10 m -dpl,
dan wilayah aliran sungai. lklim di Jawa Barat adalah tropis, dengan suhu 9 0 C di Puncak
Gunung Pangrango dan 34 O C di Pantai Utara, curah hujan' rata-rata 2.000 mm per tahun,
namun di beberapa daerah pegunungan antara 3.000 sampai 5.000 mm per tahun.
Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia yaitu
39.140.812 jiwa. yang mempunyai propors1 penduduk dengan ting~at pendidikan, jumlah
lulusan strata 1, strata 2 dan strata 3, terbanyak dibandinqkan dengan provinsi lain. Daerah
dengan kepadatan penduduk terbesar berada di dekat Jakarta. Bandung, ibukota provinsi
Jawa Barat merupakan kela dengan jumlah penduduk terbesar ketiga di Indonesia setelah
Jakarta dan Surabaya. Sebagian besar penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda, yang
bertutur menggunakan Bahasa Sunda.
Jawa Barat memiliki sejumlah perguruan tinggi negeri ternama di Indonesia. Universltas
Indonesia memiliki ,kampus utama di Kota Depok. Di Kota Bandung terdapat lnstitut
Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjadjaran (Unpad), dan Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI). Di kota Boger terdapat lnstitut Pertanian Begor.
Setelah beberapa kali mengalami pernekaran wilayah, saat ini Jawa Barat terdiri atas 17
kabupaten dan 9 kota. Kota Bandung Barat yang merupakan kota hasil pemekaran dari
Kabupaten Bandung tahun 2007, tidak termasuk dalam sampel Riskesdas 2007 karena
belum diperhitungkan waktu perencanaan. Dengan demikian lokasi Riskesdas 2007 di
Provinsi Jawa Barat mencakup 16 kabupaten dan 9 kota yaitu Kabupaten : Boger,
Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Cirebon, Majalerfgka,
Sumedang, lndramayu, Subang, Purwakarta, Karawang, Bekasi dan Kota : Boger,
Sukabumi, Bandung, Cirebon, Bekasi, Depok, Cimahi, Tasikmalaya dan Banjar.

15-
3.1.2. Respon Rate Data Ris.ke~das 2007
Pada Tabel 3.1 dan tabel 3.2 disajikan·data respon rate sampel Riskesdas 2007 Provinsi
Jawa Barat. Secara umum respon rate rumah tangga (RT) .adalah 94,9% dart sampel
Susenas 2007. Respon rate .terendah di Kota Tasikmalaya (87,4%) dan tertinggi di
Kabupaten Cianjur yang mendekatl angka 100%. Sedangkan respon rate ·anggota rumah
tangga (ART) adalah 87,2% dengan kisaran64,9% - 92;a%.

Ta()el3.1.
. Jurnlah Sampel Rumah TanggalRT) di KabupateniKota
Provlnsl Jawa'Barat menurut Susenas dan Riskesdas, 2001
.
KabupateniKota . ,Juinlah ... Jumlah %~ampel RT.
Sampel,RT- Samp~I RT- ~iskesdas
Suse{las .. Riskesdas /Susenas
K,ab.Bogor 1184 ·1143 96.5
Kab.Sukabumi 928 891 96.0
Kab.Cianjur 928 916 98,7
Kab.Bandunq 1408 1325 94.1
Kab.Garut ·896 825 92.1
Kab.Tasikmalaya 928 912 98.3
Kab.Ciamis 864 841 ~.7.,3
Kab.Kuningan 640 609 95.2
Kab.Cirebon 864 836 96.8
Kab.Majalenqka 704 675 95.9
Kab.Sumedang 672 649 96.6
Kab.lndramayu 832 786 94.5
Kab.Subang 768 731 95.2
Kab.Purwakarta 736 689 93.6
Kab.Karawang 864 826 95.6
Kab.Bekasi 832 815 98.0
Kota Bogor 608 578 95.1
Kota Sukabumi 480 472 98.3
Kota Bandung 960 906 94.4
'Kota Cirebon 480 435 90.6
Kota Bekasi 832 737 88.6
Kata D~pak 704 658 93.5
Kota Cimahi 800 Z52 94.0
Kota Tasikmalaya 800 699 87.4
Kata Banjar 800 763 95.4
Jawa Barat 20512 19'469 94,9

16
Tabel 3.2.
Jumlah Sampel Anggota Runiah tangga (ART) di Kabypatel)/Kota Provinsi
Jawa Barat Menurut Susenas dan Riskesdas, 2007

Jumlah . Jumlah· %Sampel ART


Kabupaten/Kota SampelART- Sampel ART- Riskesdas
Susenas Riskesdas /Susenas
Kab.Bogor 4.964 4.589 92,6
Kab.Sukabumi 3.522 3.262 92,6
Kab.Cianjur 3.552 3.275 92,2
Kab.Bandung 5.568 4.329 77,9
Kab.Garut 3.727 2.918 78,3'
Kab.Tasikmalaya 3.363 3.114 92,6
Kab.Ciamis 2.865 2.629 91,8
Kab.Kuningan
Kab.Cirebon
2.378
3.399
2.066
3.151
86,9
92,7
.
Kab.Majalengka 2.304 2.137 92,8
Kab.Sumedang 2.357 2.112 89,7
Kab. lndramayu 2.876 2.491 86,6
Kab.Subang 2.697 2.402 89,1
Kab.Purwakarta 2.917 2.629 90,2
Kab.Karawang 3.242 2.947 91,1
Kab.Bekasi 3.322 2.904 87,4
Kota Bogor 2.592 2.201 84,9
Kota Sukabumi 1.877 1.734 92,4
Kota Banoung 3.741 3.355 89,7
Kota Cirebon 1.850 1.595 86,3
Kota Bekasi 3.547 2.809 79,2
Kota Oepok 3.004 '1.950 64,9
Kota Cimahi 3.035 2.753 90,7
Kota Tasikmalaya 3.010 2.579 85,7
Kota Banjar 2.812 2.498 88,8
Jawa Barat 78.521 68.429 87,2

3.2.Status Gizi
3.2.1. Status Gizi Balita
Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Berat
badan anak ditimbang dengan timbangan digital yang memiliki presisi 0,1 kg, panjang badan
diukur dengan length-board dengan presisi 0, 1 cm, dan tinggi badan diukur dengan
menggunakan microtoise dengan presisi 0, 1 cm. Variabel BB dan TB anak ini disajikan
dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi
badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).
Untuk menilai status gizi anak, maka angka berat badan dan tinggi badan setiap balita
dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (Z-score) dengan menggunakan baku
antropometri WHO 2006. Selanjutnya berdasarkan nilai Z-score masing-masing indikator
tersebut ditentukan status gizi balita dengan batasan sebagai berikut :
a. Berdasarkan 17able17nal BB/U :

17
Kategori Gizi Buruk Z-score < -3,0
Kategori Gizi Kurang Z-score >=-3,0 s/d.Z-score <-2,0
Kategori Gizi~Baik Z-score >=-2,0 s/d ~-:score <=2;0
Kategori Gizi Lebih Z-score >2,0

b. Berdasarkan 18able18nal TB/U:


Kategori Sangat Pendek Z-score < -3,0
Kategori Pendek Z-scor~ >=-3,0 s/d Z-score <-2,0
Kategori Normal Z-score >=-2,0

c. Berdasarkan 18able18nal BB/TB:


Kategori Sangat Kurus Z-score < -3,0
Kategori Kurus Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0
Kategori Normal Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0
Kategori Gemuk Z-score >2,0

Perhitungan angka prevalensi dilakukan sebagai berikut:


Prevalensi gizi buruk = (Jumlah balita gjzi buruk/jumfah seluruh balita) x 100%
Prevalensi gizi kurang = (Jumlah balita gizi kurang/jumlah seluruh balita) x 100%
Prevalensi gizi baik = (Jumlah balita gizl baik/jumlah seluruh balita) x 100%
Prevalensi gizi lebih = (Jumlah balita gizi lebih/jumlah seluruh balita) x 100%

a. Status gizi balita berdasarkanindikator 88/U ----


lndikator 88/U memberikan gambaran tentang status g1z1 yang sifatnya umum, tidak
spesifik. Tinggi rendahnya prevalensi gizi buruk dan gizi kurang mengindikasikan ada
tidaknya masalah gizi pada balita, tetapi tidak memberikan indikasi apakah masalah gizi
terse but bersifat kronis atau akut.
Secara umum, prevalensi gizi "buruk+kurang" di Propinsi Jawa Barat adalah 15%.
Pencapaian tersebut lebih baik dibandingkan dengan target pencapaian program perbaikan
gizi pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2015 sebesar 20% dan
target MDGs 2015 untuk Indonesia sebesar 18,5%. Dari 25 kabupaten/kota yang berada
diwilayah propinsi Jawa Barat hanya Kabupaten Cirebon yang belum mencapai target
nasional tersebut. Bila dibandingkan dengan target MDG 2015 maka ada 3 kabupaten/kota
yang belum mencapai target yaitu: Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten
lndramayu dan Kota Cirebon. Di Provinsi Jawa Barat masalah gizi lebih sudah perlu
diperhatikan. Secara umum, prevalensi balita.gizi lebih sebesar 3,5%. Ada 3 kabupaten/kota
yang harus diwaspadal karena memiliki prevalensi gizi lebih mendekati 10%, yaitu
Kabupaten Karawang, Kota Bekasi, dan Kota Depok.

18
Tabel 3.3.
Persentase Balita menurut Status Gizi (BB/U)* dan Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

Kategori status gizi BB/U


Kabupaten/Kota Gizi buruk Gizi kurang Gizi baik Gizi lebih
Kab.Bogor 3,4 12,5 80,9 3,2
Kab.Sukabumi 3,4 10,2 83,3 3, 1
Kab.Cianjur 4,9 9,9 82,6 2,6
Kab.Bandung 3,4 12,3 82,5 1,9
Kab.Garut 5,7 10,5 79,4 4,5
Kab.Tasikmalaya 4, 1 12, 1 81,5 2,2
Kab.Ciamis 3,3 12,3 81,4 3,0
Kab.Kuningan 2,4 10,3 84,5 2,8
Kab.Cirebon 4,6 17,6 75,6 2,2
Kab.Majalengka 4,2 15,6 76,0 4,2
Kab.Sumedang 2,2 10,5 84,3 3, 1
Kab.lndramayu 4,8 14,0 78,2 3,0
Kab.Subang 5,1 11,0 80,9 3,0
Kab.Purwakarta 3,6 8,5 85,0 2,9
Kab.Karawang 1,7 7,7 83,6 7,0
Kab.Bekasi 5,0 9,2 81,8 4,0
Kata Bogar 1,9 11,5 85,1 1,5
Kata Sukabumi 2,7 8,3 88,4 0,5
Kota Bandung 2,3 8,3 85,1 4,3
Kota Cirebon 4,3 14,3 78,9 2,5
Kota Bekasi 2,4 10,2 80,9 6,5
Kota Depok 2,8 9,5 81,0 6,7
Kata Cimahi 1,6 10,4 84,8 3,2
Kata Tasikmalaya 3,3 14,0 79,8 2,9
Kata Banjar 2,8 15,0 81,5 0,7
JAWA BARAT 3,7 11,3 81,5 3,5
*)BB/U= Berat Badan menurut Umur

b. Status gizi balita berdasarkan indikator TB/U


lndikator TB/U menggambarkan status gizi yang sifatnya kronis, artinya muncul sebagai
akibat dari keadaan yang berlangsung lama seperti kemiskinan, perilaku pola asuh yang
tidak tepat, sering menderita penyakit secara berulang karena higiene dan sanitasi yang
kurang baik. Status pendek dan sangat pendek dalam diskusi selanjutnya digabung
menjadi satu kategori dan disebut masalah pendek.

19
Tabel·3.4
Sebaran .Balita menurut states Gizl (T.B/U)* dan Kabupaten/Kota
di Provtnsl JaY{a Bctrat, Riskesdas '2007
Kategari status gizi TB/U
Kabupaten/Kota Sangatpendek Pendek Nonnal
'
Kab.Bogor 1.4.8 16~9 68,3
Kab.Sukabumi 17,7. 22,1 60,2
Kab.Cianjur 24,0 21,1 54,9
Kab.Bandung 19,1 25,9 55,0
Kab.Garut 22,8 19,0 58,2
Kab.Tasikmalaya 17,8 25,6 56,6
Kab.Ciamis 14,4 19,0 66,6
Kab.Kuningan 11,8 23,2 65,0
Kab.Cirebon 13,9 20,2 65,9
Kab.Majalengka 20,2 22,2 57,6
Kab.Sumedang 15,5 17,5 67,0
Kab.lndramayu 15,7 19,8 64,6
Kab.Subang 18,3 22,5 59,2
Kab, Purwakarta 12,0 18,7 69,3
Kab.Karawang 16,2 18,2--·~ 65,5
Kab.Bekasi 11,7 16, 1 72,2
Kota Bogor 9,4 18,9 71,6
Kota Sukaburni 7,3 25,2 67,5
Kota Bandung 13,5 15,8 70,7
Kota Cirebon 16,2 18,8 64,9
Kota Bekasi 9,0 12,5 78,5
Kota Depok 8,8 20,2 71,0
Kota Cimahi 11,9 21,2 66,9
Kota Tasikmalaya 22,5 20,2 57,3
Kota Banjar 8,8 23,6 67,6
JAWA BARAT 15,7 19,7 ,64,6
*) TB!U= Tinggi Badan menurut Umur

Prevalensi balita "sanqat pendek + pendek" di propinsi Jawa Barat adalah 35,4%. Angka
tersebut sudah berada di bawah angka nasional (36,8%). Dari 25 kabupaten/kota' ada 8
kabupaten/kota yang rnernpunyai prevalensi balita pendek + sangat pendek di atas angka
nasional, yaitu Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten
Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Subang, dan kota
Tasikmalaya. Secara umum masalah balita pendek + sangat pendek di Provinsi Jawa Barat
masih cukup tinggi. Semua kabupaten/kota memiliki prevalensi balita pendek + sangat
pendek di atas 20%.

c. Status gizi balita berdasarkan indikator BB/TB


lndikator BB/TB menggambarkan status gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari keadaan
yang berlangsung dalam waktu yang pendek, seperti menurunnya nafsu makan akibat sakit
atau karena menderita diare. Dalam keadaan demikian berat badan anak akan cepat turun
sehingga tidak proporsional lagi dengan tinggi badannya dan anak menjadi kurus.

20
Di samping mengindikasikan masalah gizi yang bersifat akut, indikator BBffB juga dapat
digunakan sebagai indikator kegemukan. Dalam hal ini berat badan anak melebihi proporsi
nonnal terhadap tinggi badannya. Kegemukan .ini dapat terjadi sebagai akibat dari pola
makan y.ang kuranq' baik atau karena keturunc.n. Masalal) kekurusan dan ~egemukan pa,da
usia dint dapat berakibaf pad a rentannya terhadap berbagai penyaklt degeneratif pad a usia
dewasa (Teori Barker).
Salah satu J'ldikator untuk rnenentukan anak yang harus dirawat dalam 'manajemen gizi
buruk adalali indikator sangat kurus yaitu anak dengan nilai ~-score< -3,0 SD. Pre'{alensi
balita sangat kurus 'secara nasional rrlasih cukup ~iryg~i' yaitu 6,2%. Terdapat 12 prov~nst
yang memiliki prevalensi balita sangat kurus di bawah angka prevalensi nasional. Ke 12
provinsi tersebut :adalah: Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, ·DI
Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
Maluku Utara dan Papua.
Dalam diskusi selanjutnya digunakan masalah kurus untuk gabungan kategori sangat kurus
dan kurus. Besarnya masalah kurus pada balita yang masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat (public health problem) adalah jika prevalensi kurus > 5%. Masalah
kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila prevalensi kurus antara 10, 1 % • 15,0% I

dan dianggap kritis bila prevalensi kurus sudah di atas 15,0% (UNHCR).

Tabel,3.5
Sebaran Baflta menurut Status Gizi (BB/TB)* dan-Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

Kategori status'gizi BB/TB


Kabueaten/Kota Sangat kurus Kurus Normal Gemuk
Kab.Bogor 3,9 5,4 81,9 8,9
Kab.Sukabarni 4,4 5,6 80,5 9,5
Kab.Cianjur 1,9 3,5 84,2 10,4
Kab.Bandung 1,3 3,3 88,6 6,8
Kab.Garut 6,4 4,6 74,8 14,3
Kab.Tasikmalaya 2,9 4,6 84,3 8,1
Kab.Ciamis 3,6 3,6 84,9 7,9
Kab.Kuningan 2,2 5,9 83,0 8,9
Kab.Cirebon 5,3 9,0 79,8 5,9
Kab.Maj'alengka , ... ~· 1,5 7,7 78,5 12,3
Kab.Sumedang 3,5 5,8 78,3 12,5
Kab. lndramayu 2,7 4,6 83,2 9,5
Kab.Subang 5,2 7,1 75,8 11,8
Kab.Purwakarta 3,0 4,4 86,1 6,4
Kab.Karawang 7,3 5,6 76,7 10,4
Kab.Bekasi 3,0 5,8 80,9 10,2
Kota Bogor 2,0 2,0 86,4 9,6
Kota Sukabumi ,5 2,7 92,7 4,0
Kota Bandung 2,4 8,0 80,8 8,7
Kota Cirebon 4,7 6,8 81, 1 7,4
Kota Bekasi 4,8 5,2 77,5 12,5
Kota Depok 4,0 8,6 74,8 12,6
Kota Cimahi 2,3 3,3 85,0 9,3
Kota Tasikmalaya 3,1 4,7 81,0 11,2
Kota Banjar 2,5 4,7 88,6 4,2
JAWA BARAT 3,6 5,4 81,3 9,6
*) BB!TB= Berat Badan menurut Tinggi Badan

21
'Secara umum, prevalensi balita kurus + sangat kurus di Provinsi .,1~wa Barat adalah 9%, dan
sudah berada di bawah batas kondisl yang dianggap serius (10%). Walaupun demikian dari
25 kabupaten/kota di Jawa Barat masih ada 7 kabupaten/kota yang berada pada keadaan
serius menurut indikator status gizi BBffB, yaitu : Kabupaten Garut, Kabupaten Cirebon,
.
Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, Kota Bandung, Kota Cirebon dan Kota Depok.
.
Berdasarkan indikator BBffE! ju_ga dapat ,dilihat prevalensl kegemukan di kalangan balita.
Pada Tabel 3.5. dapat dilihat bahY{a prevalensi, kegemukan pada .balita· di Rrovinsi Jawa
Barat {9,6%) pi bawah prevalensi naslonal (12,2%). Terdapat 3_._ kabupaten (Garut,
Majalengka dan Subang) serta 2·kota (Bekasi dan Depok) dengan prevalensi kegemukan di
atas prevalensi nasionnal.

d. Status gizi balita menurut karakteristik responden


Untuk mempelajari 1<aitan antara status gizi balita yang didasarkan, pada indikator 88/U,
TB/U dan BBffB (sebagai variabel terikat) denqan karakteristi.k responden meliputi
kelompok umur, jer'lis kelamin, pendidikan KK, pekerjaan KK, tempat tinggal dan
pendapatan per kapita (sebagai variabel bebas), telah dilakukan tabulasi silang antara
variabel bebas dan terikat tersebut. Hasil tabulasl silang antara status gizi BB/U, TB/U dan
BBffB dengan variabel-vatiabel 1<arakteristikresponden dlsaiikan dalarn label 3.6, tabel 3.7
dan tabel 3.8.
Pada tabel 3.6 dapat dilihat kaitan status gizi 88/U balita menurut karakteristik responden :
a. Ditinjau dari kelompok umur terlihat prevalensi balita gizi kurang cenderung
meningkat sedangkan gizi lebih cenderung menurun.
b. Tidak terlihat perbedaan prevalensi gizi buruk, kurang, baik maupun lebih pada
balita laki-laki dan balita perempuan.
c. Berdasarkan pendidikan kepala keluarga (KK) terlihat bahwa sernakin tinggi
pendidikan KK maka semakin rendah prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk
sebaliknya terlihat peningkatan prevalensi gizi lebih.
d. Pada kelompok dengan KK berpenghasilan tetap (ABRl/Polri/PNS/BUMN dan
peqawai swasta) ditemukan prevalensi gizi kurang lebih rendah akan tetapi
prevalensi gizi lebih secara mencolok lebih tinggi.
e. Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk di perkotaan sedikit lebih rendah dibandingkan
di pedesaan.
f. Semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita per bu Ian semakin
rendah prevalensi gizi buruk dan gizi kurang, sebaliknya prevalensi gizi lebih
cenderung lebih tinggi.

22
,. Tabel ~.6
Persentase B~lita rnenurut Status Gizi (BB/U)*dan 'karakteristik
• , i cji P.rovin~iJawa·Barat, Riskesdas 2007
·Kategorl status gizi BB/U
Karakteristik responden Gizi buruk . . Gizi kurang Gizi balk Gizi lef>ih
Kelompok umur (bulan)
0-5 ..S,1 6,3 82._5 5,0
6 -11 3,9 6,9 84,2 5,0
12-23 3,6 9,6 82,7 4,1
24~35 3,6 12,2 81,3 3,0
36-47 4,0 13,8 79,2 3,0
48-60 3,0 12,3 81,5 3,2
Jenis kelamin
Laki-laki 3,6 11,7 80,8, 3,9
Perempuan 3,7 11,0 82.Z 3,1
Pendidikan KK
Tdk tamat SD & Tdk sekolah 4,3 12,1 80,6 3,1
Tamat SD 4,2 12, 1 81,2 2,6
Tamai SLTP 2,5 11,7 81,6 4,1
Tamat SLTA 2,4 9,5 83,9 4,2
Tamat PT 2,3 6,0 84,9 6,8
Pekerjaan Utama KK
Tdk kerja/sekolah/ibu RT 3,9 11,0 82, 1 3,1
TNl/Polri/PNS/BUMN 3,9 5,0 84,0 7,1
Pegawai Swasta 1,8 9,0 85,5 3,6
Wiraswasta/dagang/jasa 3,4 11, 1 81,5 3,9
Petani/nelayan 4,4 10,9 81,2 3,5
Buruh & lainnya 3,6 12,8 81,0 2,7
Tempat tinggal
Kota 3,2 10,8 82,1 4,0
Desa 4,2 11,9 80,9 3,0
Tingkat pengeluaran perkapita
Kuintil 1 4,4 13,8 78,9 2,9
Kuintil 2 3,5 12,9 81,0 2,7
Kuintil 3 -, - 3,6 11,8 80,8 3,8
Kuintil 4 3,4 9,2 83,9 3,5
Kuintil 5 3, 1 7,2 84,4 5,3
*)BBIU= Berat Badan menurut Umur
Tabel 3.7 menyajikan hasil tabulasi silang antara status gizi TB/U dengan karakteristik
responden dengan kecenderungan sebagai berikut :
a. Menurut umur tampak peningkatan masalah pendek setelah balita mencapai usia 11
bulan.
b. Menurut jenis kelamin tidak terlihat perbedaan masalah pendek pada balita yang
mencolok.
c. Semakin tinggi tingkat pendidikan KK, semakin rendah prevalensi pendek.
d. Kelompok dengan KK berpenghasilan tetap (PNS/ABRl/POLRI/ BUMN/ dan pegawai
swasta) memiliki prevalensi pendek lebih rendah dibandingkan keluarga dengan KK
berpengl)asilan tidak tetap.
e. Prevalensi balita pendek di pedesaan lebih tinggi dibandingkan di. perkotaan.
f. Prevalensi balita pendek cenderunq lebih rendah seiring meningkatnya pengeluaran
kelatga per kapita per bulan.

23
Tabel3.7.
Persentase Balita menurut Status Gizi· ('f.B/U)*Clan Karakteristik
Responden di ~rovin&i·,Jctwa Barat, Riskesdas 2007

Kategori status gizi TB/U


SarllJat
Karakteristik reseonden eendek Pendek Normal
Kelotnpok umur (bulap)
o-5'' J 12,0 11, 1 76,9
6 -11' 14,8 14,5 70,7
12-23 17,9 21,7 60,4
24-35 20,5 20,9 58,5
36-47 18;3 24,0 57,8
48-60 11,5 18,6 69,9
Jenis 'kelamin
Laki-laki 17, 1 20,0 63,0
Perempuan 14,4 19,5 66,1
Pendidikan KK
Tdk tamat SD & Tdk sekolah 17,0 20,9 62,1
Tarnat SD 17, 1 22,4 60,5
Tamai SLTP 16,6 19,6 63,8
Tamat SLTA 14,2 16,3 69,5
Tamat PT 8,4 15,9 ..-'• 75,7
Pekerjaan Utama KK
Tdk kerja/sekolah/ibu,RT 15,5 20,8 63,6
TNl/Polri/PNS/BUMN 7,2 19.4 73,4
Pegawai Swasta 12,6 14,8 72,6
Wiraswasta/dagang/jasa 15,8 19,5 64,7
Petani/nelayan 19, 1 20,3 60,7
Buruh & lainnya 16,9 22,3 60,8
Tempat tinggal
Kota 13,7 17,9 68,4
Des a 17,9 21,7 60,3
Tingkat pengeluaran perkapita
Kuintil 1 18,8 21,9 59,3
Kuintil 2 17, 1 20,7 62,2
Kuintil 3 15,5 22,3 62,2
Kuintil 4 13,4 17,0 69,6
Kuintil 5 12,3 14,6 73,1
*)TB!/,)= Tinggi Badan menurut Umur

24
TabeL3.8 ..
Persentase Balita.menurut Status Gizi (BBfTB)'!'dan Karakteristik Responei'en
di Provlnsl Jawa Barat, Riskesdas· 2007
r_..

"
Kategori status gi-zi BB/TB
Sangat
Karakteristik res~onden kurus Kurus Normal Gemuk
Kelompok umur (.bulan)
0-Q a-.~ 4,6 '7.1,6 15,3
6 -11 4(6 8,7· ts,2 11,4
12-23 4,9 5,2 78,6 1·1,3
24-35 3,7 4,4 82,6 9,2
36-47 2,1 5,1 84,6 8, 1
48-60 2,5 5,5 83,7 8,2
Jenis kelamin
Laki-laki 3,5 5,3 81,0 10,2
Perempuan 3,7 5,6 81,6 9, 1
Pendidikan KK
Tdk tamat SD & Tdk sekolah 4,3 4,5 82,5 8,7
Tamat SD 3,8 5,7 81,5 8,9
Tamai SLTP 2,5 5,1 82,5 9,8
TamatSLTA 3,9 5,6 79,3 11,2
Tamat PT 1,4 4,6 83,0 10,9
Pekerjaan Utama KK
Tdk kerja/sekolah/ibu RT 3,6 4,3 83,9 8,3
TNl/Polri/PNS/BUMN 1,2 5,7 83,3 9,8·
Pegawai Swasta 4,1 5,6 79,1 11,2
Wiraswasta/dagang/jasa 3,3 5,5 81, 1 10,2
Petani/neJayan 4,1 5,6 80,2 10, 1
Buruh & lainnya 3,7 5,0 82,7 8,6
Tempat tinggal
Kot a 3,4 5,9 80,4 10,4
Des a 3,9 4,9 82,4 8,8
Tingkat pengeluaran perkapita
Kuintil 1 4, 1 6,3 81,7 8,0
Kuintil 2 ~...- ... 3,0 6,0 81,6 9,4
Kuintil 3 3,6 3,2 83,4 9,8
Kuintil 4 3,8 5,4 80,4 10,4
Kuintil 5 3,4 6,5 78,6 11,5

Tabel 3.8 memperlihatkan kecenderungan yang sama untuk status gizi ·ssrrs dengan
karakteristik responden :
a. Prevalensi balita kurus. dan balita gemuk cenderung semakin rendah seiring
bertambahnya umur. Keadaan demikian menarik untuk dite(itiJebih lanjut.
b. Tidak terlihat perbedaan prevalensi kurus anlara'ballta lakl-laki dan balita perempuan.
c. Tidak ditemukan pola yang jelas antara tingkat pendidikan KK dengan prevalensi balita
kurus, de,rnikian pula halnya dengan pekerjaan utama KK.
'
d. Tidak ada perbedaan rnencolok masalah balita kurus di perkotaan dengan di pedesaan.
e. Tidak tampak pola rnasalah kurus menurut tirigkat pel')geluaran keluarga perkapita per
bulan, namun masalah kegemukan cender'ung meningkat seiring meningkatnya
pengeluaran per kapita per bulan.

25
Tabel 3.9 menyajikan gabungan prevalensi balita menurut ke tiga indikator status gizi yang
digunakan yaitu BB/U (Gizi Buruk dan Kurang), TB/U (pendek), BB/TB (kurus). lndikator
TB/U memberikan gambaran masalah gizi yang sifatnya kronis can BB/TB memberikan
gambaran masalah gizi yang sifatnya akut.

Tabel 3.9
PrevalensiBalita menurutTiga lndikatorStatus Gizi dan Kabupaten/Kota
di ProvinsiJawa Barat, Riskesdas 2007

Kabupaten/Kota BB/U TB/U BB/TB Akut* Kronis**


Buruk & Kurang (Pendek) (Kurus)
Kab. Bogar 15,9 31,7 9,3
Kab.Sukabumi 13,6 39,8 10,0 ~
Kab.Cianjur 14,8 45,1 5,4 ~
Kab.Bandung 15,7 45,0 4,6 ~
Kab.Garut 16,2 41,8 11,0 ~
Kab.Tasikmalaya 16,2 43,4 7,5 ~
Kab.Ciamis 15,6 33,4 7,2
Kab.Kuningan 12,7 35,0 8, 1
Kab.Cirebon 22,2 34,1 14,3
Kab.Majalengka 19,8 42,4 9,2
Kab.Sumedang 12,7 33,0 9,3
Kab lndramayu 18,8 35,4 7,3
Kab.Subang 16, 1 40,8 12,3 ~
Kab Purwakarta 12, 1 30,7 7,4
Kab.Karawang 9,4 34,4 12,9 ~
Kab.Bekasi 14,2 27,8 8,8
Kata Bogar 13,4 28,3 4,0
Kata Sukabumi 11,0 32,5 3,2
Kata Bandung 10,6 29,3 10,4 ~
Kata Cirebon 18,6 35,0 11,5 ~
Kata Bekasi 12,6 21,5 10,0
Kata Depok 12,3 29,0 12,6 ~
Kata Cimahi 12,0 33, 1 5,6
Kola Tasikmalaya 17,3 42,7 7,8
Kata Banjar 17,8 32,4 7,2
JAWA BARAT 15,0 35,4 9,0
• Permasalahan gizi akut adalah apabila BB/TB > 10% (UNHCR)
**Permasalahan gizi kronis adalah apabila TB/U di atas prevalensi nasional

Tujuh kabupaten/kota di Jawa Barat masih menghadapi permasalahan gizi akut yaitu
Kabupaten Garut, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, Kata
Bandung, Kata Cireban dan Kata Depok. Dua kabupaten yaitu Kabupaten Garut dan
Kabupaten Subang menghadapi permasalahan gizi akut dan kronis. Sebanyak 12
kabupaten/kata di provinsi Jawa Barat yang masalah gizi kronisnya lebih kecil dari angka
nasional dan masalah gizi akutnya belum mencapai kandisi serius.

26
3.2.2. Status Gizi Penduduk Umur 6-14'tahun (usla Sekolah)
Status gizi penduduk umur, 6-1~ tahun dapat dinil~i berdasarkan IJVIT yang dibedakan
menurut urnur dah jenis kelaniin. Sebagai rujukan untul< menentukan kurus, apabila nilai
IMT kurang dari 2 standar deviasi (SD) dari nil~i rerata, dan berat badan (BB) lebih jika nilai
IMT lebih dari 2SD nilai rerata standar WHO 2007 (Tabel 3.~ 0).
Tabel 3.10
Standar Penentuan Kurus dan Berat Badan (BB) Lebih menurut
Nilai Rerata IMT, Umur dan Jenis Kelamln, WHO 2007

Laki-laki Perempuan
Umur
(Tahun) Rerata IMT -250 +250 Rerata IMT -250 +250

6 15,3 13,0 18,5 15,3 12,7 19,2


7 15,5 13,2 19,0 15,4 12,7 19,8
8 15,7 13,3 19,7 15,7 12,9 20,6
9 16, 1 13,5 20,5 16,1 13, 1 21,5
10 16,4 13,7 21,4 16,6 13,5 22,6
11 16,9 14,1 22,5 17,3 13,9 23,7
12 17,5 14,5 23,6 18,0 14,4 24,9
13 18,2 14,9 24,8 18,8 14,9 26,2
14 19,0 15,5 25,9 19,6 15,5 27,3

Berdasarkan standar WHO di atas, secara umum di Provinsi Jawa Barat prevalensi kurus
adalah 10,9% pada laki-laki dan 8,3% pada perempuan. Sedanqkan prevalensi BB lebih
pada lakl-laki 7,4% dan perempuan 4,6%.
Menurut kabupaten/kota, Kabupaten Majalengka mempunyai prevalensi kurus tertinggi pada
anak laki-laki (15,4%) dan untuk anak perempuan di Kabupaten lndramayu (14,9%).
Sedangkan prevalensi kurus terendah adalah di Kota Tasikmalaya yaitu 5,6% pada anak
laki-laki dan pa perempuan ditemukan di Kota Cimahi (4,3%). (Tabel 3.11)
Lima kabupaten dengan prevalensi kurus tertinggi pada anak laki-laki adalah Kabupaten
Majalengka (15,4%), Kota dan Kabupaten Cirebon (15,2%), Kabupaten lndramayu (14,'6%)
dan Kabupaten Subang'ft3,6%). Sedangkan untuk anak perempuan terdapat di Kabupaten
lndramayu (14,9), Cirebon (12,5%), Karawang (12,2%), Subang (11,1%), dan Majalengka
(10,2%). Prevalensi kurus terendah untuk laki-laki adalah di Kota Tasikmalaya (5,6%) dan di
Kota Cimahi untuk anak perempuan (4,3%).
Prevalensi BB-lebih pada anak umur 6 - 14 tahun tertinggi di Kota bogor untuk anak laki-laki
(15,3%) dan untuk anak perempuan di Kota Depok (13, 1 %). Sedangkan prevalensi BB-lebih
terendah pada anak umur 6 - 14 tahun ditemukan di Kota Sukabumi untuk anak laki-laki
(2, 1 %) dan di Kabupaten Ciamis pada anak perempuan (1,3%).
Lima kabupaten/kota 'dengan· prevalensi BB-lebih tertinggi pada anak laki-laki adalah di Kota
Bogor (15,3%), Oepok (14,5%), Bekasi (11,9%), Bandung (11,4%) dan Cirebon (9,6%).
Sedangkan untuk anak perempuan terdapat di Kota Depok (13, 1 %), Bogor (8,6%),
Tasikmalaya (8,3%) serta Kabupaten Sukabumi dan Subang masing-masing 7,4%.

27
Tabel 3.11
Prevalensi Kurus dan BB Lebih Anak Umur 6-14 tahun menurut Jenls Kelamin
dan Kat>upaten/Kota di Provinsi Jawa Barat,-Riskesdas 2007

Laki-laki Perem~uan
Kabueaten/Kota Kurus BB-Lebih Kurus BB-Lebih
Kab.Bogor 10.3 4.6 . 8.1 4.0
Kab.Sukabumi 11.1 9.1 7.7 7.4
Kab.Cianjur 10.1 5.0 5.9 3.9
Kab. Bandung 8.4 4.6 5.8 2.7
Kab.Garut 10.5 9.2 8.6 4.6
Kab.Tasikmalaya 7.7 3.3 5.0 3.4
Kab.Ciamis 11.2 6.0 7.8 1.3
Kab.Kuningan 10.5 5.3 10.0 4.9
Kab.Cirebon 15.2 5.8 12.5 3.1
Kab.Majalengka 15.4 9.1 10.2 6.8
Kab.Sumedang 8.9 7.9 5.1 3.7
Kab.lndramayu 14.6 5.9 14.9 2.1
Kab.Subang 13.6 4.9 11.1 7.4
Kab. Purwakarta 12.2 2.4 5.1 2.2
Kab.Karawang 12.0 8.0 12.2 •.·- 4.3
Kab.Bekasi 10.5 9.0 7.6 4.4
Kota Bogor 9.5 15.3 5.3 8.6
Kota Sukabumi 5.7 2.1 5.1 2.6
Kata Bandung 8.4 11.4 7.1 6.3
Kota Cirebon 15.2 9.6 9.9 5.3
Kota Bekasi 10.7 11.9 9.0 4.0
Kota Depok 12.9 14.5 7.8 13.1
Kota Cimahi 9.6 7.3 4.3 2.6
Kota Tasikmalaya 5.6 6.2 4.8 8.3
Kota Banjar 9.8 6.6 10.1 3.5
JAWA BARAT 10.9 7.4 8.3 4.6

3.2.3. Status Gizi Penduduk Umur 15 Tahun Ke Atas


Status gizi penduduk umur 15 tahun ke atas dinilai dengan lndeks Massa Tubuh (IMT).
lndeks Massa Tubuh dihitung berdasarkan berat badan dan tinggi badan dengan rumus
sebagai berikut :
BB (kg/TBcm(
Berikut ini adalah batasan IMT untuk menilai status gizi penduduk umur 15 tahun ke atas :
Kategori kurus IMT < 18,5
Kategori normal IMT >=18,5 - <24,9
Kategori BB lebih IMT >=25,0 - <27,0
Kategori obese IMT >=27,0

lndikator status gizi penduduk umur 15 tahun ke atas yang lain adalah ukuran lingkar perut
(LP) untuk mengetahui adanya obesitas sentral. Lingkar perut diukur dengan alat ukur yang

28
'
terbuat dari fiberglass dengan presisi 0,1 cm. Batasan untuk, menyatakan status obesitas
1
s7ntc91:J:>erbeda antara laki-laki dan perernpuan, ,

Status gizi wanita usia 'subur (WUS) 15 - 45 tahun dinilai dengan mengukur lingkar lengan
atas (LILA). Pengukuran LILA dilakukan dengan pita ULA dengan presisi 0, 1 cm.

a. Status gizi dewasa berdasarkan in~ikator lndeks Massa Tubuh (IMT)


I

Tabel 3.12 menyallkan- prevalepsi ·penduduk menurut status IMT di masing-masing


kabupaten/kota. Tabel 3.13 menyajiR.an prevalensi obesitas umum rnenuruf kabupaten/kota
di Jawa Barat. lstilah obesitas umum digunakan untuk gabungan kategori 6erat badan lebih
(BB lebih) dan obese.
Tabel 3.12
Persentase Status Gizi Penduduk Dewasa (15 Tahun Ke Atas)· Menurut IMT dan
Kabupaten/Kota di Provinsi Jaw.a Barat, Riskesdas 2007

Kategori IMT
Kabupaten/Kota
Kurus Normal 88-Lebih Obese
Kab.Bogor 15,8 65,1 8,2 10,9
Kab.Sukabumi 13, 1 70,4 8,5 7,9
Kab. Cianjur 13,9 70,7 7,3 8,1
Kab.Bandung 14,0 61,7 10,2 14, 1
Kab.Garut 12,9 71,0 7,6 8,5
Kab. Tasikmalaya 17,3 64,4 8,0 10,2
Kab.Ciamis 16,5 63,5 9,0 11,0
Kab.Kuningan 13,8 63,7 9,8 12,7
Kab.Cirebon 20,5[ 59,0 8,4 12, 1
Kab. Majalengka 13,8 64,2 8,5 13,5
Kab.Sumedang 15, 1 64,8 9,3 10,7
Kab. lndramayu 17, 1 59,0 9,9 14,0
Kab.Subang 14, 1 65,9 9,0 10,9
Kab.Purwakarta 15,4 61,0 10,2 13,3
Kab.Karawang 17,2 61,6 9,0 12,2
Kab.Bekasi 15,0 58,3 10,9 15,7
Kota Bogor 13,5 60,7 10,6 15,2
Kota Sukabumi 13,7 57,3 11,6 17,5
Kota Bandung '-..:~· 11,5 62,6 10,4 15,5
Kota Cirebon 18,9 55,6 9,2 16,4
Kota Bekasi 16,3 55,2 11,9 16,6
Kota Depok 10, 1 60,3 10,2 19,3
Kota Cimahi 13,8 61,3 11,0 13,8
Kota Tasikmalaya 13,6 61,4 11,3 13,7
Kota Banjar 16,7 59,6 9,6 14, 1
JAWA BARAT 14,9 63,1 9,4 12,6

Prevalensi obesitas umum di Provinsi Jawa Barat (22%) lebih tinggi daripada angka
nasional (19, 1 %). Pada laki-laki, prevalensi obesitas um urn sedikit di atas angka nasional,
sedangkan pada perempuan prevalensi obesitas umum terlihat lebih tinggi dengan
perbedaan yang cukup besar. Ada 4 kabupaten dengan prevalensi obesitas umum di bawah
angka nasional yaitu Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Garut dan Tasikmalaya dan 1
kabupaten sama dengan angka nasional yaitu Kabupaten Bogor.

29
Tabel 3113
Prevalensi Obesitas Umum Penduduj( Dewasa (15 Tahun Ke Atas) Menurut
Jenis Kelamin dan dan Kabupa~en/Kota di ProvinsiJawa Barat,
RiskeSdas 2007
Prevalensi obesitas umum {%}
Provinsi Laki-lakl dan
Laki-laki Perempuan
Perem~~an
Kab.Bogor 12.4 25.6 19, 1
Kab.Sukabumi 10.3 22.7 16,4
Kab:Cianjur 8.2 22.8 15,4
Kab.Bandung 13.1 33.2 24.3
Kab.Garut 10.6 20.7 16.1
Kab. Tasikmalaya 10 25.5 18,2
Kab.Ciamis 11 27.6 20
Kab.Kuningan 14.3 29.3 22,5
Kab. Cirebon 12.6 27 20,5
Kab.Majalengka 14.1 28.7 22
Kab.Sumedang 10.9 28.1 20
Kab. lndramayu 12.2 35.5 23,9
Kab.Subang 10.5 28.7 19,9
Kab. Purwakarta 23,5
13.8 33.6 --~--
Kab.Karawang 13.6 29.2 21,2
Kab.Bekasi 20.1 32.4 26,6
Kata Bogar 18.8 31.7 25,8
Kata Sukabumi 22.3 35.3 29,1
Kota Bandung 18.5 33.3 25,9
Kota Cirebon 19 30.5 25,6
Kata Bekasi 24.4 32.6 28,5
Kota Depok 20.8 35.8 29,5
Kata Cimahi 19.3 29.9 24,8
Kata Tasikmalaya 18.2 31.2 25
Kota Banjar 15.9 30.1 23,7
JAWA BARAT 14.3 29 22

30
Tabel 3.14
Persentase Status Gizi Dewasa (15 Tahun Ke Atas) Menurut IMT
dan Karakteristik Responden di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

KarakteristikResponden Kategori IMT


Kurus Normal BB Lebih Obese
Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah 24,4 57,9 7,6 10, 1
Tidak Tamat SD 16,4 62,1 9,0 12,6
Tamat SD 13, 1 64,8 9,7 12,4
SLTP 15,6 63,9 8,3 12,2
SLTA 13,9 62,8 9,9 13,3
PT 8,7 60,7 12,9 17,7
Tempat tinggal
Perkotaan 14.0 60.8 10.3 14.9
Pedesaan 15.9 65.7 8.3 10.1
Tingkat pengeluaran perkapita
Kuintil-1 18,3 65,0 7,5 9,2
Kuintil-2 17, 1 64,2 8, 1 10,6
Kuintil-3 15,4 63,6 9,3 11,8
Kuintil-4 12,8 63,8 9,6 13,8
Kuintil-5 11,7 59,6 11,8 16,9

Tabel 3.14. menyajikan hasil tabulasi silang status gizi penduduk dewasa menurut IMT
dengan beberapa variabel karakteristik responden. Dari tabel ini terlihat bahwa :
a. Persentase obesitas umum lebih tinggi di daerah perkotaan dibanding daerah
perdesaan.
b. Semakin tinggi tingkat pengeluaran rumahtangga per kapita per bulan cenderung
semakin tinggi persentase obesitas umum, ini berlaku juga untuk persentase BB
lebih dan obese.
c. Berdasarkan tingkat pendidikan terlihat persentase obesitas umum tertinggi pada
kelompok dengan pendidikan perguruan tinggi.

b. Status gizi dewasa berdasarkan indikator Lingkar Perut (LP)


Tabel 3.15 dan Tabel 3.16 menyajikan prevalensi obesitas sentral menurut kabupaten/kota,
jenis kelamin dan karakteristik lain penduduk. Obesitas sentral dianggap sebagai faktor
risiko yang erat kaitannya dengan beberapa penyakit degeneratif. Untuk laki-laki dengan LP
di atas 90 cm atau perempuan dengan LP di atas 80 cm dinyatakan sebagai obesitas
31 able31 n (WHO Asia-Pasifik, 2005).

31
1'abe\ 3.'\5
Prevalensi Obesitas Sentral pada Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas menurut
KabupateruKota di Provinsi Jawa.B.arat, Riskesdas 2007

Kabupaten/Kota Obesitas Sentral (LP;L>90, P>80} *


· Kab.Bogor 16,2
Kab.Sukabumi 13,5
Kab.Cianjur 12,3
Kab.Bandung 21,0
Kab.Garut 13,5
Kab. Tasikmataya 16,6
Kab.Ciamis 15,4
Kab.Kuningan 18,9
Kab.Cirebon 16,9
Kab.Majalengka 19,2
Kab.Sumedang 15,5
Kab.fndramayu 21,5
Kab.Subang 18,3
Kab.Purwakarta 19,5
Kab.Karawang 20,8
Kab.Bekasi 23,2
Kota Bogor 24,6
Kota Sukabumi 25,1
Kota Bandung 22,0
Kota Cirebon 27,5
Kota Bekasi 47,1
Kota Depok 25,4
Kota Cimahi 25,0
Kota Tasikmalaya 20,0
Kota Banjar 21,0
JAWA BARAT 20,3
Catatan: *) LP= lingkar perut ; L =Laki-laki ; P = Perempuan

Prevalensi obesitas sentral secara umum di Provinsi Jawa Barat sebesar 20,3%, lebih tinggi
daripada angka nasional (18,8%) Bila dilihat per-Kabupaten/Kota, maka prevalensi tertinggi
di Kota Bekasi sebesar 47,1% dan terendah di kabupaten Cianjur yaitu 12,3%.

32
.. Tabel 3.16
Prevalensi Ob~sitas:Sentraltpada Penduduk Uinur~5Tahun ke Atas menurut
Karakteristik Responden dan K'.abupaten/Kota
di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
f ....

Karakt~ristik Responden· Obesltas Sehtral


LP;L>90 'P>82
Kelompok Umur
15-24·Tahun '9,2
25-34 Tahun 18,7
35-44 Tahun 25,5
45-54 Tahun 27,8
55-64 Tahun 25,4
65-74 Tahun zo.o
75+ Tahun 16,2
Jenis Kelamin
Laki-Laki 9,2
Perempuan 30,4
Pendidikan
.TidakSekolah 20,4
Tidak Tamat SD 20,2
Tarnat SD 19,2
Tamat SMP 17,8
Tamat SMA 21,8
Tamat PT 30,2
Pekerjaan
Tidak Kerja 15,0
Sekolah 10,0
lbu Rumah Tangga 35,0
Pegawai 22,9
Wiraswasta 19,7
Petani/Nelayan/Buruh 8,2
Lainnya 20,5
Klasifikasi Daerah
Perkotaan 24,5
Perdesaan 15,3
Tingkat pengeluaran perkapita
Kuintil-1 15,6
Kuintil-2 17 ,6
Kuintil-3 18,9
Kuintil-4 21,3
Kuintil-5 26,5
*IMT = indeks massa tubuh LP= lingkar perut

Menurut kelompok umur, prevalensi obesitas sentral cenderung meningkat sampai


kelompok umur 45-54 tahun (27,8%) untuk selanjutnya berangsur menurun. Prevalensi
obesitas sentral pada perempuan (30,4%) jauh lebih tinggi dibandingkan laki-laki
(9,2%).Berdasarkantingkat pendidikanterlihat prevalensitertinggi pada kategori pendidikan
tamat perguruan tinggi yaitu sebesar 30,2%/Untuk tingkat pendidikan yang lebih rendah
prevalensinya bervariasi antara 17 ,8%-21,8%. Berdasarkah pekehaan, maka prevalensi
tertinggi obese sentral terjadi pada ibu rumah tangga selanjutnya pada pegawai. Prevalensi

33
di daerah perkotaan (24,5%) lebih tinggi dibandingkan di pedesaan (15,3%). Semakin
meningkat tingkat pengeluaran rumah tangga per-kaplta per .bulan prevalensi obesitas
sentral·juga ·c~'nderung ma kin tinggi,
.t ' ~'

,
Tabel 3.17 menyajikan gambaran masalah gizi pada WUS yang diukur dengan LILA .. Untuk
menggambarka}l _adanya risiko kurang enegi kronis (KEK) dalam k?itannya dengan
kesehatan reproduksl :pada WUS digunakan ambang batas ·nitai rerata U[A dikurangi 1
SD, yang sudah di~esucfjl<andengan umur (age adjusted).
Tabel 3.18 menunjukkan prevalensi resiko KEK tertinggi di Provinsi Jawa Barat ditemukan di
Kabupaten Clrebon (20,7%) dan selanjutnya di Kabupaten Sukabumi (17,1%). Prevalensi
terendah didapatkan di Kota Depok yaitu 8, 1 %.

Tabel 3.17.
Nilai Rerata LILA Wanita Umur 15-45 tahun, Riskesdas 2007

Nilal Rerata LILA


Umur (Tahun Rerata (cm) Standar Deviasi (SD)
15 23,8 2,62
16 24,2 2,57
17 24,4 2,53
18 24,6 2,62
19 24,7 .. -2.60
20 24,9 2,72
21 25,0 2,78
22 25,1 2,80
23 25,4 2,92
24 25,6 2,94
25 25,8 2,98
26 25,9 2,98
27 26,1 3,04
28 26,3 3, 10
29 26,4 3, 14
30 26,6 3, 17
31 26,7 3,17
32 26,8 3,16
33 26,9 3,23
34 27,0 3,24
35 27,0 3,22
36 27,1 3,29
37 27,2 3,33
38 27,2 3,31
39 27,2 3,37
40 27,2 3,35
41 27,3 3,32
42 27,4 3,37
43 27,3 3,35
44 27,4 3,32
45 27,2 3,44
Tabel 3.18
Prevalensi Risiko KEK Penduduk Wanita Umur 15-45 Tahun
Menurut Kabupaten/Kota di Provir'lsi Jawa Barat, RiskeSdas 2007

34
,, '"'='"'
· Kabupaten/Kota Risiko K~K~ (%).
"'
Kab.~ogor '10,7-
l
Kab.Sukabumi 17,1
Kab.Cianj\.jr• '12,5
l 1
)<ab.Band\.mg 11,9
Kab.Garut 10,3
(
Kab.Tasikrnalaya ~.8
Kab.'ciamis 13,9
Kab.Kuningan 14,5
Kab.Cirebon 20,7
Kab.Majalengka 8,5
Kab.Sumedang 15,7
Kab.lndramayu 11,6
Kab.Subang 10,2
Kab.Purwakarta 13,7
Kab.Karawang 9,3
Kab.Bekasi 8,7
Kata Bogar 10,2
Kota Sukabumi 9,9
Kota Bandung 11,3
Kota Cirebon 15,9
Kata Bekasi 11,7
Kota Depok 8, 1
Kota Cimahi 15,8
Kota Tasikrnalaya 13, 1
Kota Banjar 13, 1
JAWA BARAT 12,0

3.2.4. Konsumsi Ener,g.i Dan Protein


Prevalensi rumah tangga dengan masalah konsumsi "energj rendah" dan "protein rendah"
dari data Riskesdas 2007 diperoleh berdasarkan jawaban responden untuk makanan yarig
di konsumsi anggota rumah tangga (ART) dalam waktu 1 x 24 jam yang lalu. Responden
adalah ibu rumah tangga atau anggota rumah tangga tain yang biasanya menyiapkan ,,
makanan di rumah tangga (RT) tersebut. Rumah tangga dengan konsumsi "enerqi rendah"
adalah bila RT dengan konsumsi energi di bawah rerata konsurnsi energi nasional dari data
Riskesdas 2007. Sedangkan RT dengan konsumsi "protein rendah" adalah bila RT dengan
konsumsi protein di bawah rerata konsurnsi energi nasional dari data Riskesdas 2007.
Data konsumsi Riskesdas 2007 diperoleh berdasarkan jawaban responden untuk makanan
yang di konsumsi anQgota rumah tangga (ART) dalam waktu 1 x 24 jam yarig 'lalu,
Responden adalah ibu rumah tangga atau anggota rumah tangga lain yang biasanya
menyiapkan makanan di rumah tangga tersebut- Penetapan rumah tangga (RT) defisit
energi berdasarkan angka rerata konsurnsi energi per kapita per hari dari data Riskesdas
2007.
[I I

Selanjutnya dalam penulisan disajikari angka rerata konsurnsi enerqi dan protein per kapita
per hari yang diperoleh dari data konsurnsi rumah tangga dibagi ·jumlah anggota rumah
tangga ya: .~ telah distandarisasi menurut umur dan jenis kelamin, serta sudah dikoreksi

35
dengan tamu yang ikut makan. Tabel 3.20. adalah informasi prevalensi RT yang konsumsi
energi dan protein dibawah angka rerata- nasional dari data Riskesdas 2007 rnenurut
provinsi; Tabel 3.22 informasi tentang prev·atensi RT yang konsumsl energi dan .protein
dibawah angka rerata nasional dari data. Riskesdas 2007 menurut k!asifikasi desa
(kota/desa) dan kuintil pengeluaran RT.
Rata-rata konsumsi per kapita per hari penduduk Indonesia adalah 1735, 1 kka• umuk energi
dan 55,5 gram untuk protein. Rata-rata konsumsi penduduk Jawa Barat iebih rendah
dibandinqkan angka nasional yaitu 1636,7 kKfll untuk energi dan 53,8 gram untuk· protein.
Wilayah dengan .angka konsumsi energi terendah adalah Kata Bekasi (141.P;2 kkal) .dan
dengan angka konsumsi ene,rgi tertinggi adala Kabupaten Kuningan (1981,2. -kkal).
Kabupaten dengan konsumsi protein terendah adalah Majalengka (46,5 gram) dan dengan
konsurnsl protein tertinggi adalah Kuningan (65, 7 gram) ~

Tabel 3.19
Konsumsi Energi dan Protein Per Kapita per Hari
Menurut Kabupaten/Kota Di Provlnsl Jawa Barat, Riskesdas 2007
t

Energi Protein
Kabu eaten/Kota Rata-rata SD Rata-rata SD
Kab. Bogor 1594.3 583.8 51.8 22.4
Kab. Sukabumi 1611.9 622.8 54.1 23.8
Kab. Cianjur 1718.5 644.3 52.1 -···23.3
Kab. Bandung 1613.6 570.6 56.2 25.5
Kab. Garut 1712.2 671.8 51.7 25.5
Kab. Tasikmalaya 1299.8 533.4 38.4 20.9
Kab. Ciarnis 1646.5 602.4 48.4 23.0
Kab. Kuningan 1981.2 736.2 65.7 28.3
Kab. Cirebon 1522.5 544.5 53.0 24.2
Kab. Majalengka 1519.6 582.1 46.5 19.8
Kab. Surnedang 1807.8 687.6 61.0 28.1
Kab. lndramayu 1802.4 486.2 56.3 19.5
Kab. Subang 1842.9 557.7 55.2 19.6
Kab. Purwakarta 1491.2 616.1 57.6 26.6
Kab. Karawang 1799.9 651.8 58.9 24.2
Kab. Bekasi 1516.6 528.1 48.1 20.5
Kota Bogor 1674.2 609.4 58.6 26.0
Kota Sukabumi 1610.8 583.4 54.6 23.7
Kota Bandung 1q87.2 648.4 61.2 26.6
Kota Cirebon 1604.7 579.2 52.1 23.5
Kota.Bekasi 1416.3 485.0 51.5 21.7
Kota Depok 1553.6 651.2 57.5 26.4
Kota Cirnahi 1623.4 614.9 55.4 23.6
Kota Tasikrnalaya 1836.2 656.8 60.0 28.1
Kota Banjar 1811.5 638.2 55.3 24.4
Jawa Barat 1636.7 615.7 53.8 24.3

Data pada tabel 3.20 menunjukkan bahwa prevalensl RT dengan konsumsi energi dan
protein dibawah rerata naslonal masing-masing sebesar 63, 1 % dan 61, 1 %. ,Persentase
tertinggi untuk rerata konsurnsl energi adalah di Kata Bekasi, (78,5%) sedangkan untu~

36
protein di Kabupaten Majalengka (74,5%). Sebaliknya prevalensi terendah untuk energi dan
protein adalah di Kabupaten Kuninqan (42,5% dah 42,8%). · · '""

label 3.20.
Persenfase RT denga.nKonsumsi Energi dan Protein
Lebih Rendah dar] Rerata Nasional Meliurut KabupaJen/Kota
Di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2097

Kabupaten/Kota Pen:tentase
RT
Energi Protein
Kab. Bogor 65.9 64.8
Kab. Sukabumi 65.0 61.1
Kab. Cianjur 59.2 63.3
Kab. Bandung 65.4 56.9
Kab. Garut 59.4 65.5
Kab. Tasikmalaya 85.1 84.3
Kab. Ciamis 64.6 70.3
Kab. Kuningan 42.5 42.8
Kab. Cirebon 70.4 62.6
Kab. Majalengka 72.3 74.5
Kab. Sumedang 52.7 51.2
Kab. lndramayu 48.6 52.7
Kab. Subang 47.1 59.8
Kab. Purwakarta 67.2 53.5
Kab. Karawang 52.4 50.7
Kab. Bekasi 71.2 72.2
Kota Bogor 61.9 53.2
Kota Sukabumi 63.4 57.8
Kota Bandung 58.3 49.5
Kota Cirebon 64.4 64.4
Kota Bekasi 78.5 66.4
Kota Depok 67.3 54.6
Kota Cimahi 64.8 56.5
Kota Tasikmalaya 49.0 52.2
Kota Banjar 51.3 57 .8
Jawa Barat 63.1 61.1
Catatan: Berdasarkan angka rerata konsumsi energi (1735,5 kkal)
dan Protein (55,5 gram) dari data Riskesdas200,7

Tabel 3.21 menunjukkan bahwa persentase RT di perkotaan dengan konsumsi "energi


rendah" lebih tinggi dari RT di perdesaan, sebaliknya persentase RT di perdesaan dengan
konsumsi "protein rendah" lebih tinggi dari RT di perkotaan.
Persentase RT dengan konsumsi "energi rendah" dan " protein rendah" menurut tingkat
pengeluaran RT per kapita menunjukkan pola yang speslfik, yaitu semakin tinggi tingkat
pengeluaran RT per kapita, semakin rendah persentase RT dengan konsumsi "energi
rendah" dan "protein rendah".

37
Tabel 3.21
Persentase RT dengan Konsumsi. Energi dan Protein Lebih Rendah dari
Rerata Nasional Menurut Karakteristik Responden dan Kabupaten/Kota Di
ProvinsiJawa Barat, Riskesdas 2007

Persentase RT
Karakteristik Respgnden Energi Protein
Klasifikasidesa
Kota 65,3 58,9
Desa 60,8 63,3
Pengeluaran RT per bulan per kapita
Kuintil - 1 70,2 71,9
Kuintil - 2 64,4 65,8
Kuintil - 3 63,3 61,6
Kuintil - 4 61, 1 58,0
Kuintil - 5 56, 1 47,8
Catatan: Berdasarkanangka rerata konsumsienergi (1735,5 kkal)
dan Protein (55,5 gram) dari data Riskesdas2007

3.2.5. KonsumsiGaram Beriodium


lnformasi mengenai konsumsi garam beriodium pada Riskesdas 2007 diperoleh dari hasil
isian pada kuesioner Blok II No 7 yang diisi dari hasi tes cepat garam iodium. Tes cepat
dilakukan oleh petugas pengumpul data dengan mengunakan ..ldt tes cepat (garam ditetesi
larutan tes) pada garam yang digunakan di rumah-tangga. Rumah tangga dinyatakan
mempunyai "garam cukup iodium (<:!:30 ppm Kl03)" bila hasil tes cepat garam berwarna
biru/ungu tua; mempunyai "garam tidak cukup iodium (~30 ppm Kl03)" bila hasil tes cepat
garam berwarna biru/ungu muda; dan dinyatakan mempunyai "garam tidak ada iodium" bila
hasil tes cepat garam di rumah-tangga tidak berwarna.
Disamping itu, secara nasional juga dikumpulkan sampei garam dari 30 kabupaten/kota
yang dkonsumsi oleh rumah tangga untuk dilakukan pengecekan kadar iodiumnya dengan
metode titrasi. Bersamaan dengan sampel garam rumah tangga tersebut, dikumpulkan urin
dari anak usia 6-12 tahun untuk dilakukan pengecekan kadar iodium dalam urin.
Pada penulisan laporan ini yang disajikan adalah hasil tes cepat, dan hasil pemeriksaan
kadar iodium dalam garam melalui titrasi serta hasil pemeriksaan urin. Dari hasil tes cepat
yang disajikan hanya yang mempunyai garam cukup iodium (.::: 30 ppm Kl03).
Tabel 3.22 memperlihatkan persentase rumah tangga yang mempunyalqararn cukup iodium
(.::: 30 ppm KI03) menurut kabupaten/kota. Secara umum di. Provinsi Jawa Barat baru
sebanyak 58,6% rumah tangga mempunyai garam cukup iodium. Pencapaian ini masih
jauh dari target nasional 2010 maupun target ICCIDD/UNICEFNVHO Universal Salt
lodization (USI) atau "garam beriodium untuk semua" yaitu minimal 90% rumah-tangga
menggunakan garam cukup iodium. Baru satu daerah yaitu Kota Bandung dengan
pencapaian >90% rumah tangga.
Tabel 3.23 memperlihatkan persentase rumah-tangga metnpunyai garam cukup iodium
menurut karakteristik responden. Dilihat dari tingkat pendidikan, tampaknya tidak ada
pengaruh antara tingkat pendidikan dengan rumah tangga yang mempunyai garam cukup
iodium. Kepala keluarga yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga merupakan rumah
tangga dengan persentase tinggi dibandingkan jenis pekerjaan lainnya baik sebagai PNS,
swasta, petani dan lain-lain. Berdasarkan tempat tinggal, persentase rumah-tangga yang
mempunyai garam cukup iodium di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan.
Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita per bulan tampak kecenderungan
semakin tinggi persentase yang mempunyai garam cukup iodium sejalan dengan
meningkatnya pengeluaran per kapita.

38
Tabel 3.22 . .~
Persentase.Rumah-Tanqga 9ang Merripunyai Ga'~am Cukup
lodium.Menurut
·KabupatenlKota Provinsi ~aWCjl Barat1, Riskesd~s 2007.

Rumah-tangga mempunyai
Kabupaten/Kota
'
garam cukup iodlum (%}
Kab.Bogor • 55,6
Kab.Sukabumi 36,2
Kab.Cianjur 47,2
Kab.Bandung 67,3
Kab.Garut 46,5
Kab. Tasikmalaya 59,1
Kab.Ciamis 58,4
Kab.Kuningan 77,0
Kab.Cirebon 61,9
Kab. Majalengka 63,5
Kab.Sume.dclng 67,8
Kab.lndramayu 53,8
Kab.Subang 63,0
Kab.Purwakarta 50,9
Kab.Karawang 33,9
Kab.Bekasi 34,0
Kota Bogor 86,2
Kota Sukabumi 46,2
Kota Bandung 93,0
Kota Cirebon 79,8
Kota Bekasi 56,5
Kota Depok 71,2
Kota Cimahi 84,3
Kota Tasikmalaya 70,2
Kota Banjar 40,5
JAWA BARAT 58,6

39
Tabel 3.23
Per~~ntase .Rumah-Tangga ·MempunyarGaram Cukup !odium
Menu rut Ka,rakteristik. Responden di Provinsi Jawa Batat, ·Riskesdas 2007

Karakteristik Responden Rumah-tangga


mempunyal garam cukup
iodium (%}
Pendidikan Kepala Keluarga
Tidak Sekolah 56,5
Tidak Tamat SD 59,1
TamatSD 58,8
Tamat SMP 58,9
Tamat SLTA p8,4·
SLTA+ 59,2
Pekerjaan Kepala Keluarga
Tidak Bekerja 63,3-
lbu Rumahtangga 62,2
PNS/Polri fTNI 57,2
Wiraswasta/Swasta 57,7
Petani/ Buruh/ Nelayan 58,6
Lainnya 56,3
Tempat tinggal
Perkotaan 70,4
Pedesaan 1Jl,5
Tingkat pengeluaran perkapita
Kuintil-1 48,4
Kuintil-2 53,0
Kuintil-3 58,7
Kuintil-4 62,9
Kuintil-5 70,2

3.3. KESEHATAN IBU DAN ANAK


3.3.1 Status lmunisasi
Oepartemen Kesehatan melaksanakan Program Pengembangan lmunisasi (PPI) pada anak
dalam upaya menurunkan kejadian penyakit pada anak. Program imunisasi untuk penyakit-
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31) pada anak yang dicakup dalam PPI
adalah satu kali imunisasi BCG, tiga kali imunisasi DPT, empat kali imunisasi polio, satu kali
imunisasi campak dan tiga kali imunisasi Hepatitis B (HB).
lmunisasi BCG diberikan pada bayi umur kurang dari tiga bulan; imunisasi polio pada bayi
baru lahir, dan tiga dosis berikutnya diberikan dengan jarak paling cepat empat minggu,
imunisasi DPT/HB pada bayi umur dua, tiga, empat bulan dengan interval minimal empat
minggu, dan imunisasi campak paling dini umur sembilan bulan.
Oalam Riskesdas, informasi tentang cakupan imunisasi ditanyakan pada ibu yang
mempunyai balita umur O - 59 bulan. lnformasi tentang imunisasi dikumpulkan dengan tiga
cara yaitu:
a. Wawancara kepada ibu balita atau anggota rumah-tangga yang mengetahui,
b. Catatan dalam Kartu Menuju Sehat (KMS), dan
c. Catatan dalam Buku KIA.

Bila salah satu dari ketiga sumber tersebut menyatakan bahwa anak sudah diimunisasi,
disimpulkan bai 1wa anak tersebut sudah diimunisasi.

40
Selain untuk tiap-tiap jenis imunisasi, anak disebut sudah mendapat imunisasl lengkaP, bila
sudah rnendapatkan sernua jenis imunlsasl satu kali BCG, tiga kali DPT, tiga kali polio, tiga
.kali HB ,dan satu kali imunisasi campak. Dleh karena jadwal'tiap jenis imunisasi berbeda,
cakupan imunisasi yang dianalisis'hanya pada anak usia 12 -23''bulan. ·
Cakupan imunisasi pada anak umur 12 - 23 bulan -dapat dilihat pada empat tabel berikut.
Tabel 3.24 rnenunjukkan tiap jenis imunisasi yaitu BCG, tiga kali polio, tiga kali DPT, tiga kali
HB1 dan campak menurut kabupaten/kota dan karakteristik. tabel 3.25 dan ·3.26 adafah
cakupan)munisasi lengka.p pada anak,. yang nierupakan gabungan dari tiap jenis imunisasi
yang didapatkan oleh seorang anak.
Tidak semua balita dapat dtketahui status tmuplsasf (17Ji~~ing). Hal inj ,disebabkan karena
beberapa alasan, 'yaitu ibu lupa anaknya sudah diimunisasi atau belum, ib~_ lupa berapa kali
sudah diimunisa&,i; il?u tidak ,rpengefahui 'secara, pasti [ents imunisasi, catatan dalam ISMS
tidak lengkap/tiqak terisi, catatan dalam Buku KIA tidak lengkap/tidak terisi, tidak dapat
menun]ukkan KMS/ Buku KIA karena hilang atau tidak disimpan oleh ibu, subyek yang
ditanya tentang imunisasi bukan ibu balita, atau ketidakakuratan pewawancara saat proses
wawancara dan pencatatan.
Tabsl 3.24
Persentase Anak Umur 12-23 Bulan yan'g Mendapatkan lmunisasi Dasar
menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
'
Jenis lmunisasi ..
Kabueaten/Kota BCG POLIO 3 DPT3 H83 CAMPAK
Kab.Bogor 84,1 60,8 53,7 52,9 75,9
Kab.Sukabumi 90,1 76,3 63,2 55,6 76,3
Kab.Cianjur 63,6 37,4 23,0 22,7 56,0
Kab.Bandung 96,1 66,4 58,6 54,7 87,5
Kab.Garut 74,8 64,7 54,1 52,0 85,5
Kab.Tasikmalaya 88,1 66,7 62,0 62,3 83,5
Kab.Ciarms 96,2 69,0 60,3 53,3 88,8
Kab.Kuningan 96,1 81,8 76,9 79,8 94,1
Kab.Cirebon 88,9 67,5 60,8 58,0 88,3
Kab. Majalengka 97,0 76,0 69,4 74,6 96,9
Kab.Sumedang 96,8 96,2 89,4 84,4 100,0
Kab. lndramayu 84,3 54,1 44,2 37,6 74,8
Kab.Subang 89,1 61, 1 51, 1 48,3 83, 1
Kab. Purwakarta ......-~ 71,0 53,7 31,2 30,6 72,0
Kab.Karawang 79,4 61,8 31,8 32,2 69,2
Kab.Bekasi 83,9 61, 1 48,9 47,5 74, 1
Kota Bogor 95,7 77,8 77,3 73, 1 96,6
Kota Sukabumi 95,8 72,5 68,4 67,2 89,7
Kota Bandung 98,7 84,4 86,7 82,8 94,9
Kota Cirebon 96,4 81,3 79,3 74,1 92,9
Kota Bekasi 83,8 78,9 68,5 62,2 93,8
Kota Depok 93,9 77,3 66,1 66,9 93,2
Kota Ctrnahl 97,7 84,7 81,2 75,8 89,3
Kota Tasikmalaya 97,1 64,2 48,7 51,8 77,5
Kota Banjar 93,5 90,3 84,8 84,6 92,5
Jawa Barat 88,3 69,0 60,3 58,1 83,9

Secara keseluruhan, cakupan imunisasi yang tertinggi adalah imunisasi BCG (88,3%) dan
terendah adalah imunisasi DPT tiga kali (60,3°(o). Sebanyak 25 kabupaten/kota yang berada
di wilayah Jawa Barat, 21 kabupaten/kota telah mencapai cakupan imunisasi BCG sesuai
target nasional, kecuali Kabupaten Cianjur (63,6%), Kabupaten Garut (74,8%), Kabupaten
Purwakarta (71,0%), dan Kabupaten Karawang (79,4%).

41
Berbeda dengan cakupan imunisasi BCG, untuk imunisasi Polio sebagian besar
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat belum bisa mencapai target naslonal. Kabupaten
yang telah mencapai target nasional adalah Kabupaten Kuningan (81,8%), Kabupeten
Sumedang {96,2%), Kota B.andung (86,7%), Kota Cirebon (81;3%), Kota Cimahi (84,7%)
dan Kota Banjar (90,3%).
Untuk mempercepat eliminasi penyakit polio di seluruh dunia, WHO membuat rekomendasi
untuk melakukan Pekan lmunisasi Nasional (PIN). Indonesia melakukan PIN dengan
memberikan satu dosis polio pada bulan September 1995, 1996, ·dan ~997. Pada tahun
2002, PIN dilaksanakan kembali dengan menambahkan imunisasi catnpak di beberapa
daerah. Setelah .adanya kejadian luar biasa (KLB) ecute f/acid paralysis .(AFP) pada tahun
2005, PIN tahun 4005 dilakukan kemoali den~an·memb~rikan tiga kali/ dosis polio saja pada
bulan September, Oktober, dan November. 'Pada tahun 2009 PIN <fiulang kembali dua kali/
dosis polio saja yang dilakukan pada bulan September dan Oktober 2006. Dengan adanya
PIN tersebut, frekuensi imunisasi polio bisa lebih dari seharusnya, Tetapi \(VHO menyatakan
bahwa polio sebanyak tiga kalt cukop memadai untuk imunisasi dasar polio.
Tidak berbeda dengan imunisasi Polio, untuk imunisasi DPT, 21 dari 25 kabupaten/kota
yang berada di Provinsi Jawa Barat pencapaian imunisasi DPT masih dibawah target
nasional. Hanya 4 kabupaten/kota yang telah mencapai target nasional yaitu: Kabupaten
Sumedang (89,4%),1 Kota Bandung (86,7-%); Kota Cirnahl (8,1,2%) dan Kota Banlar (84,6%).
Begitu pula untuk imunisasi Hepatitis sebagian besar kabupaten/kota belum dapat mencapai
target nasional. Tiga kabupaten/kota yang telah dapat mencapai target nasional Kabupaten
Sumedang (84,4%), Kota 13anduflg (86,7%) dan Kota Banjar (8'!.!'~%), sedanqkancakupan
terendah ada di Kota Taslkrnalaya (51,8%). lmunisasi hepatitis B awalnya diberikan terpisah
dari DPT. Tetapi sejak tahun 2004 hepatitis B disatukan dengan pemberian DPT menjadi
DPT/HB yang didistribusikan untuk 20 % target, tahun 2005 untuk 50% target, dan tahun
2006 mencakup 100% target DPT/HB. Walaupun vaksin DPT/HS sudah 'dldistribuslkan
untuk seluruh target, tetapi pelaksanaan di daerah dapat berbeda tergantung dari stok
vaksin DPT dan HB yang masih terpisah di tiap daerah.
Untuk jenis imunisasi Campak di Provinsi Jawa Barat masih ada delapan kabupaten/kota
yang mempunyai angka cakupan dibawah target nasional. Ke delapan kabupaten/kota
tersebut adalah: Kabupaten Bogar (75,9%), Kabupaten Sukabumi (76,3%), Kabupaten
Cianjur (56,0%), Kabupaten lndaramayu (74,8%), Kabupaten Purwakarta (72,0%),
Kabupaten Karawang (69,2%), Kabupaten Bekasi (74,1%) dan Kota Tasikmalaya (77,5%).
Tabet 3.25 menyajikan cakupan imunisasi berdasarkan karakteristik responden. Tidak ada
perbedaan pencapaian cakupan imunisasi dasar pada balita laki-laki dengan balita
perempuan. Berdasarkan tingkat pendidikanKK dan tingkat pengeluaran per kapita tampak
peningkapan cakupan untuk semua jenis imunisasi seiring meningkatnya pendidikan atau
pengeluaran per kapita. Dilihat dari daerah tinggal, cakupan imunisasi anak di perkotaan
lebih tinggi dari pada anak di pedesaan.
Dilihat dari latar belakang pekerjaan kepala keluarga hanya kepala keluarga yang bekerja
sebagai PNS/POLRl/TNI yang memiliki cakupan imunisasi dasar lengkap yang tinggi
(melebihi target nasional). Sebaliknya pada balita dengan kepala keluarga bekerja sebagai
petani/buruh/nelayan proporsi bayi yang mendapatkan imunisasi BCG, polio, DPT, hepatitis
dan campak terrendah diantara kelompok pekerjaan KK yang lain.

42
tTabel 3:25
Persantase Anak Umur 1·2.23 Bulan yang Mendapatl<arilmunisasi Dasar
menurut KaraJderisti.k~Responden.di Provinsi Jawa ·earat; Riskesdas 2007

Karakteristik Responden - Jenis lmunisasi


BCG POLIO 3 DPT3 HB3 CAM PAK
Umur (bulan)
12-23 89,4 69,9 64,1 61,8 80,8
24-35 87,5 65,8 56,2 54,4 84,5
36-47 87,9 72,1 61,2 60,2 86,1
48-59 88,6 68,2 59,5 55,9 84,1
Jenis Kelamin
Laki-laki 88,8 70,1 60,4 57,9 83,7
Pere~puan 87,8 67,9 60,2 58,4 84,0
Pendidikan KK
Tidak sekolah 74,0 52,5 41,3 43,2 75,0
Tidak tamat SD 81,6 59,0 46,9 43,7 7~,8
Tamat SD 85,3 64,3 52,8 52,2 80,0
Tamat SMP 91,2 73,5 66,8 64,9 87,4
Tamat SLTA 96,3 76,8 74,3 67,9 91,4
Perguruan tinggi 97,5 86,2 80,5 76,9 96,5
Pekerjaan KK
Tidak bekerja 89,5 69,4 59,1 59,6 81,2
lbu rumah tangga 90,5 69,9 60,9 54,4 86,8
PNS/POLRl/TNI 96,9 84,6 81,3 73,5 95,2
Wiraswasta 91,8 73,4 67,6 64,5 88,6
Petani/Buruh/Nelayan 84,5 62,4 51,2 49,7 78,4
Lainnya 88,7 76,0 69,6 70,8 80,7
Tempat tinggal
Kota 93,1 74,1 68,0 64,6 88,2
Desa 82,4_ 62,7 50,3 49,5 78,2
Tingkat penqeluaran perkapita
Kuintil-1 82,6 62,1 50,7 49,6 77,0
Kuintil-2 88,2 66,5 55, 1 53,5 82,5
Kuintil-3 89,7 69,1 60,8 60,5 84,9
~: v, -
Kuintil-4 89,6 71,7 66,5 63,5 86,7
Kuintil-5 94,7 80,6 75,2 69,0 92,0

43
label 3.26
Persentase Anak Umur 12-23 Bulan yang Mendapatkan lmunlsasl Lehgkap
menu,rut Kabupaten/Kota.df Provinsi Jawa Barat, Riskesdas21)0,7

lmunisaslDasar
~abupaten\Kota Lengkap Tdk T1dakSama
Lengkap Sekali ~
Kab.Bogor 39,2 54,3 6,4
Kab.Sukabumi 25,7 72,1 2,2
Kab.Cianjur 11,2 76,4 12,4
Kab.Bandung 39._3 58,5 2,3
Kab.Garut 17,6 67,4 14,9
Kab. Tasikmalaya 39,0 56,0 4,9
Kab.Ciamis 35,8 62,3 1,9
Kab.Kuningan 55,7 43,6 0,7
Kab.Cirebon 35,3 60,4 4,3
Kab:Majalengka 54,4 44, 1 1 ,5
Kab.Sumedang 65,5 33,1 1,4
Kab'.I ndramayu 23,6 68,8 7,6
Kab.Subang 23,0 70,4 6,7
Kab.Purwakarta 22,2 69,6 8,2
Kab.Karawang 19,8 72,5 7,7
Kab.Bekasi 32,9 59,8 7,3
Kota Bogar 54,3 45,.,7 0
Kota Sukabumi 50,0 49,2 0,8
Kota Bandung 58,9 40,5 0,6
Kota Cirebon 62,3 35, 1 2,6
KotaBekasl 33, 1 64,0 2,9
Kota Depok 48,4 50,8 0,8
Kota Cimahi 66,5 32,1 1,4
Kota Tasikmalaya 28,6 66,4 5,0
Kota Banjar 67,3 30,9 1,9
JaY{aBarat 38,7 56,6 4,7
Catatan: lmunisasi lengkap: BCG, DPT minimal 3 kali, Polio minimal 3 kali, Hepatitis 8 minimal3
kali, Campak, menurut pengakuanatau catatan KMS/KIA.
Gambaran cakupan imunisasi dasar anak umur 12-59 bulan kurang menggembirakan.
Masih ada 4,7% anak 12-23 bulan yang sama sekali tidak mendapat imunisasi. Yang
mendapat imunisasi dasar lengkap hanya 38,7% artinya lebih rendah dari pencapaian
nasional·(46,2%) dan masih jauh dari target nasional·(80%). Bila dilihat per-kabupaten/kota
maka, tidak saupun kabupaten/kota yang mencapai target nasional. Cakupan imunisasi
dasar lengkap tertinggi di Kota Banjar yaitu 67,3% dan terendah di Kabupaten Cianjur yaitu
11,2%.

44
fTabel 3.27
Persahtase Anak Omur 12-2.3 }3olan~yal'lg Mendapatkan:fmunisasi'Dasar
menurut Kctrakteristik Responden di Provfhsi Ja\va.Barat, Riskesdas· 2007

)"'- 'i

lmunisasi Casar ,_ 71
Karakteristil.c Responden .
Lengkap Tidak' Lengkap Tidak Sama,Sekati
Jenis Kelamin '
Laki-lakl 46,3 51,1 2,6
Perempuan 29,5 63,2 7,3
Pendidikan "i<K
Tidak sekolah 24,4 63,7 11,9
Tidak tamat SD 25,7 65,4 8,9
Tamat SD 32,7 62,1 5,3
Tamat SMP 45,2 51,8 3,0
TamatSMA 49,4 49,3 1,4
Perguruan tinggi 59,8 39,4 0,8
Pekerjaan KK
Tidak bel<J::rja, 38,3 58,1 3,6
lbu rumah tangga 38,2 57,8 3,9
PNS/POLRIJTNI 57,7 42,3 0
Wiraswasta 44,9 51,9 3,1
Petani/nelayan/buruh 30,8 62,7 6,5
Lainnya 47,3 48,8 3,9
Tingkat pengeluaran perkapita
Kuintil 1 31,0 61,3 7,7
Kuintil 2 36,0 59,5 4,5
Kuintil 3 39,4 56,7 3,9
Kuintil 4 43,1 52,8 4,1
Kuintil 5 49,2 48,9 1,9

Tabulasi s"ilang cakupan imunisasi dasar berdasarkan karakteristik responden


memperlihatkan persentase imunisasi dasar lengkap pada anak laki-laki lebih tinggi
dibandingkan perempuan. Cakupan imunlsasi- dasar lengkap· meningkat sejalan dengan
meninqkatnyapendidikan KK. Akan-tetapi tidak terlihat perbedaan cakupan imunisasi dasar
lengkap dengan tingkat,p_engeluaranper kapita. Menurut pekerjaan KK, cakupan imunisasi
dasar lenqkap tertinggi pada kelompok KK PNS/P.olri/TNI(57,7%) dan terendah pada KK
yahg bekerja sebagai Petani/Buruh/Nelayan(30,8%).

3.3.2. Pernantauan Perturnbuhan Balita

Pemantauan pertumbuhan balita sangat penting dilakukan untuk mengetahui adanya


hambatan pertumbuhan (growth faltering) secara dini. Untuk mengetahui perturnbuhan
tersebut, penimbangan balita setiap bulan sangat diperlukan. Penimbangan balita dapat
dilakukan di berbagaitempat seperti posyandu, polindes,puskesrnasatau sarana pelayanan
kesehatanyang lain.
Dalam Riskesdas 2007, frekuensi penimbangan dalam j3 bulan terakhir dikelompokkan
menjadi "tidak pernah ditimbang dalam 6 bulan terakhir", ditimbang 1-3 kali yang berarti
"penimbangan tidak teratur", dan 4-6 kali yang diartikansebagai "penimbanganteratur".

45
Tabel-3:28
Persentase f?alita menurut fr~kuensi Penimbangan Enam Bulan Terakhir
dan KaJ>upate11~K6ta di Provinsl Jawa.Barat, Riskesdas 2007

Kabupaten/Kota
Frekuensl Penlmbansan ..
Tdk Per.nah 1-3 Kalt > 4 Kali
Kab.Bogor 37,7 27,0 35,3
Kab.Sukabumi 32,8 23,9 43,3
Kab.Cianjur 39,4 32,4 28,2
Kab.Bandung 26,7 19,3 54,0
Kab.Garut 5,5 38,2 56,4 '•.
(.
Kab. Tasikmalaya ~ 11,4 42,8 45,9
Kab.Ciamis 41, 1 11,9 47,0
Kab.Kuningan 7,9 17,2 74,8
Kab.Cirebon 29, 1 15, 1 55,7
Kab.Majalengka 27,2 15,~ 57,4
Kab.Sumedang 27,1 14,0 59,0
Kab.lndramayu 36,0 26,8 37,2
Kab.Subang 32,8 17,7 49,5
Kab.Purwakarta 24,1 31, 1 44,8
Kab.Karawang 36,3 30,8 33,0
Kab.Bekasi 37,1 27,7 35,2
Kota Bogor 32,6 11,6 55,8
Kota Sukabumi 25,5 15,lf 58,7
Kota Bandung 33,6 13,0 53,4
Kota Cirebon 20,6 16,9 62,5
Kota Bekasi 45,2 24,8 30,0
Kata Depok 41, 1 23,7 35,2
Kota Cimahi 26,9 18,7 54,4
Kota Tasikmalaya ......'+
I I 1 24,2 58,4
Kota Banjar 6,2 20,0 73,8
Jawa Barat 29,8 22,7 47,6

Menimbang balita ke sarana pelayanan kesehatan sebulan sekali amat penting untuk
melihat pertumbuhan -dan -kesehatan anak. Gambaran penimbangan anak umur 6-59 bulan
dalam 6 bulan.terakhlr di Jawa Barat menunjukkan 29,8% anak umur 6-59 bulan yang tidak
pernah ditimbang. Cakupan penirrtbariqan rutin bervariasi, tertinggi di Kabupaten Kuningan
sebesar 74,8% dan terendah di Kabupaten Cianjur sebesar 28,2'%. Pencapaian
penimbangan teratur di Jawa Barat (47,6%) lebih tinggi dari persentase nasional (45,4%).

46
Tabel 3.29
Persentase Balita menurui Frekuensf Penimbangan Enam Bulan Teraktlir
dan Karakterlstlk Respcnden di Pro\tinsi'Jawa Barat, Riskesdas 2007

Frekuensi Penimbangan (Kali)


Karakteristik Responden
Tdk Pernah 1-3. Kali >·4 Kali
Umur (bulan)
0-5 13.8 64.2 22.0
6-11 6.1 18.3 75.6
12-23 8.2 22.7 69.1
24-35 14.0 27.4 58.7
36-47 15.8 26.7 57.5
48-59 25.6 24.3 50.1
Jenis kelamin
Laki-laki 29.8 22.7 47.5
Perempuap 29.8 22.6 47.6
Pendidikan KK
Tidak sekolah 35.5 22.7 41.9
Tidak tamat SD 33.7 24.2 42.0
TamatSD 28.7 23.9 47.4
Tamat SMP 25.5 24.5 50.0
Tamat SMA 27.4 21.4 51.3
Perguruan ti,nggi 32.4 18.3 49.3
Pekerjaan KK
Tidak bekerja 31.0 22.8 46.3
lbu rumah tangga 27.4 20.7 51.8
PNS/POLRl/TNI 29.5 15.4 55.1
Wiraswasta 28.1 23.6 48.3
Petani/nelayan/buruh 30.8 23.6 45.5
Lainnya 27.3 16.9 55.7
Tempat tinggal
Kota 29.5 21.2 49.3
Des a 30.0 24.6 45.4
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil 1 ..... ~- 30.7 22.3 47.1
Kuintil 2 30.0 22.3 47.7
Kuintil 3 31.2 21.1 47.7
Kuitnil 4 27.9 24.7 47.4
Kuintil 5 28.1 23.6 48.3

Berdasarkan karakteristik responden tampak bahwa persentase menurun dengan


meningkatnya umur anak kecuali pada kelompok 0-5 bulan. Tidak terlihat perbedaan
penimbangan teratur antara anak Iaki-Iaki dan anak perempuan. Cukup menarik bahwa
persentase penimbangan teratur lebih rendah pada kelompok pendidikan KK di bawah SMP
dibandingkan dengan kelompok KK dengan pendidikan lebih tinggi.
Persentase penimbangan teratur pada KK PNS/PolrirrNI (55, 1 %) lebih tinggi dibandingkan
pekerjaan lainnya. Tinggi Berdasarkan tempat tinggal terlihat presentase penimbangan
teratur di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di pedesaan (49,3% dengan 45,4%).
Selanjutnya tidak terlihat perbedaan persentase penimbangan teratur menurut kelompok
pengeluaran per kapita per bulan.
Pada tabel 3.30 disajikan persentase balita menurut tempat penimbangan. Posyandu
merupakan tempat penimbangan yang dikunjungi oleh sebagian besar balita (87,7%)

47
dengan persentase tertinggi di Kabupaten Cirebon (95,2%) dan terendah berkunjung ke
posyandu adalah Kota Bek~si (67,2%). Cakupan tempat penimbangan di Posyandu balita di
Provinst JawaBarat lebih tinggi dibandingkan anqka nasional (7ey_.3%).
Berdasarkan tabel 3.29 tentang persentase tempat penimbangan anak menurut karakteristik
di Jaw Barat dapat.disimpulkan :
> Tidak terllhat pe'rbedaan persentase penimbangan ke posyandu pada semua
kelompok umur kecuali kelompok umur di bawah 6 bulan.
> Persentase penimbangan ke Posyandu lebih tinggi di pedesaan (92,1%) di
perkotaan (84,3%)'.
> tTidak ada perbedaan persentase tempat penimbangan pada anak laki-laki dan anak
perempuan.
> Persentase penimbangan ke posyandu lebih kecil pada kalompok dengan
pendidikan lebih tinggi.
> Semakin tinggi tingkat penqeluaran par kapita sehari, persentase anak yang ke RS
meningkat dan sebaliknya ke posyandu menurun.
Tabel 3.30
Persentase Balita menurut Tempat Penimbangan Enam Bulan Terakhir dan
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat , Riskesdas 2007

Tempat penimbangan-anak
Kabupaten/Kota
RS Puskesmas Polindes Pos~andu Lainn~a
Kab.Bogor 2,1 3,9 0,3 87,5 6,3
Kab.Sukabumi 2,2 1,8 0 93,8 2,2
Kab.Cianjur 0,5 3,2 2,7 87,2 6,4
Kab.Bandung 1,6 3,7 1,0 88,8 5,0
Kab.Garut 5,0 7,5 1,2 83,2 3,1
Kab. Tasikmalaya 0,5 1,0 3,5 92,1 3,0
Kab.Ciamis 1,3 1,9 0,6 92,5 3,8
Kab.Kuningan 2,0 1,4 1,4 91,8 3,4
Kab.Cirebon 0,8 0,8 0,4 95,2 2,8
Kab. Majalengka 1,3 0 0,7 94,7 3,3
Kab.Sumedang 1,8 3, 1 0,6 94,5 0
Kab. lndramayu 2,4 1,8 3,5 90,0 2,4
Kab.Subang 0 4,6 1,5 90,1 3,8
Kab. Purwakarta 1,7 6,7 1,7 81,7 8,3
Kab.Karawang 0,5 2,2 2,7 87,4 7,1
Kab.Bekasi 5,5 2, 1 2,1 78,7 11,5
Kota Bogor 6,1 2,3 1,5 84,1 6,1
Kota Sukabumi 2,7 2,0 0 93,2 2,0
Kota Bandung 4,6 3,6 0 86,2 5,6
Kota Cirebon 1,5 2,9 0 89,1 6,6
Kota Bekasi 10,9 3, 1 3,9 67,2 14,8
Kota Depok 7,7 2,3 1,5 70,0 18,5
Kota Cimahi 3, 1 1,3 0,9 84,3 10,3
Kata Tasikmalaya 4,7 2,0 0 85,8 7,4
Kota Banjar 3;5 0,5 0,5 93,9 1,5
JAWA BARAT 2,7 2,6 1,2 87,7 5,7

48
iabet3.3'1
PerS'entase Balifa rnenurut Tempat Penlrnbangan Enam Bulan, Terakhir dan
Karakteristik Responden'dl Provlnsl Jawa.:Barat, Riskesdas 2007

Tem~at ~enimbangan· anak


Karakteristik responden RS Puskes Polin des Posyandu Lainnya
Umur (Bulan)
0-5 4,8 2,7 4,0 68,4, 20,1
6-11 3,0 3,2 1,4 86,3 6,1
12-23 2,6 2,3 ,9 89:3 4,9
24-35 2,5 2,6 1,2 90,2 3,4
36-47 2,4 2,4 0,7 91,0 3,4
48-59 2,8 2,7 1,0 89,3 4,2
Jenis Kelamin
Laki-laki 2,7 2,5 1,2 88,0 5,6
Perempuan 2,7 2,7 1,3 87,5 5,7
Pendidikan KK
Tidak sekolah 2,3 1,5 0,8 91,7 3,8
SD tidak tamat 2,6 2,1 1,2 90,4 3,7
SD tamat 1,6 2,4 1,6 91,3 3,1
SMP tamat 1,2 2,8 0,9 90,9 4,2
SLTA tamat 3,8 2,5 1,4 83,5 8,9
Perguruan tinggi 9,4 4,3 0,4 72,9 13,0
Pekerjaan KK
Tidak bekerja 1,6 6,0 2,2 81,5 8,7
lbu rumah tangga 4,2 ,8 1,7 86,6 6,7
PNS/POLRl/TNI 4,9 3,8 0,5 80,3 10,4
Wiraswasta 3,7 2,5 1,2 85,5 7,1
Petani/Buruh/Nelayan 1,6 2, 1 1,4 92,1 2,8
Lainnya 2,2 4,3 0,7 86,3 6,5
Tempat tinggal
Kota 3,8 2,9 1,2 84,3 7,9
Desa 1,4 2,4 1,3 92, 1 2,9
Tingkat pengeluaran perkapita
.,.,,..-~
Kuintil-1 1,3 2,0 0,8 93,6 2,3
Kt:1intil-2 1,6 . 3, 1 1,2 90,4 3,7
Kuintil-3 1,9 2,8 1,3 88,7 5,3
Kuintil-4 4,1 2,9 1,7 84,2 7,0
Kuintil-5 5,8 2,4 1,3 78,0 12,5

49
label 3.32
Persentase Balita menu rut Kep.em_ilikan t<MS. dan Kabupaten\Kota
di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas ·2007

Kabupaten/Kota Kepemilikan KMS*


. 1 2 3
Kab.Bogor 29,0 32,8 38,2
Kab.Sukabumi • 33,4 40,b 26,6
Kab.Cianjur 23,3 35,7 41,0
Kab.Bandung 25,4 47,3 27,3
Kab.Garut 18,9 37,3 43,8
Kab. Tasikmalaya 32,3 49,8 17,9
Kab.Ciamis 29,0 58,0 13,0
Kab.Kuningan 43,0 46,2 10,8
Kab.Cirebon 27,3 27,7 45,0
Kab.Majalengka 52,6 30,6 16,8
Kab.Sumedang 42,5 35,8 21,8
Kab.lndramayu 26,8 35,2 38,0
Kab.Subang 27,2 48,7 24.~
Kab.Purwakarta 29,0 28,2 42,7
Kab.Karawang 28,1 34,0 37,9
Kab.Bekasi 25,1 37,9 37,0
Kota Bogor 51,9 40,1 8,0
Kota Sukabumi 60,5 25,9-·, 13,6
Kota Bandung 44,0 47,4 8,6
Kota Cirebon 48,1 40,3 11,7
Kota Bekasi 35,6 44,5 19,9
Kota Depok 45,3 27,4 27,4
Kota Cimahi 55,4 23,5 21,2
Kota Tasikmalaya 37, 1 39,1 23,9
Kota Banjar 55,8 33,6 10,6
JAWA BARAT 35,0 37,9 27,2
=
* Catatan : 1 Punya KMS dan dapat menunjukkan
=
2 Punya KMS, tidak dapat menunjukkan/ disimpan oleh orang lain
3 = Tidak punya KMS

Pada tabel 3.32 tentang kepemilikan KMS diketahui sebanyak 27,2% anak 6-59 bulan di
Jawa Barat tidak mempunyai KMS. Persentase tertinggi yaitu 45,0% di Kabupaten Cirebon
dan terendah 8,0% di Kota Bogor. Persentase tertinggi yang mempunyai dan dapat
menunjukkan KMS adalah di Kota Sukabumi (60,5%) dan terendah di Kabupaten Garut
(18,9%).

50
Taliel 3.33'
Persentase Balita'Menutut Kepemlllkan KMS nan -Karakteristik Reponden di
Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

Kepemilikan KMS*
Karakteristik Resp~nden
1 2 3
Umur (Bulan)
0-5 51,0 12,9 36,1
6-11 64,6 17,2 18,2
12-23 44,0 33,7 22,3
-24-35 30,0 44,9 25,2
36-47· 25,4 46,1 28,5
48-59 20,4 46,0 33,5
Jenis Kelamin
Laki-laki 35,7 37,7 26,6
Perempuan 34,2 38,0 27,8
Pendidikan KK
Tidak sekolah 24,0 36,3 39,7
SD tidak tamat 31,0 32,4 36,5
SDtamat 33,5 37,7 28,8
SMP tamat 38,2 39,6 22,1
SLTA tamat 38,8 39,8 21,4
Perguruan tinggi 43,9 42,7 13,3
Pekerjaan KK
Tidak bekerja 35,8 36,7 27,5
lbu rumah tangga 50,0 23,9 26,1
PNS/POLRl/TNI 41,3 45,0 13,8
Wirasvlasta 37,3 39,9 22,9
Petani/Buruh/Nelayan 32,1 36,7 31,2
Lainnya 37,0 40,7 22,2
Tempat tinggal
Kota 39,3 38,0 22,7
Des a 29,8 37,7 32,5
Tingkat pengeluaran perkapita
Kuintil-1 ·-- 31,2 37,0 31,8
Kuintil-2 34,8 37, 1 28,2
Kuintil-3 36, 1 38,7 25,2
Kuintil-4 36, 1 39, 1 24,8
Kuintil-5 38,6 37,7 23,7
=
" Catatan : 1 Punya KMS dan dapat menunjukkan
=
2 Punya KMS, tidak dapat menunjukkan/ disimpan oleh orang lain
3 = Tidak punya .KMS

Tabel 3.33 menyajikan persentase anak 6-59 bulan yang mempunyai KMS menurut
karakteristik respondendapat.Persentaseanak yang punya KMS dan dapat menunjukkan
tampak menurun seiring bertambahnyaumur. Persentase pada anak laki-laki hampir sama
dengan anak perempuan. Persentase kepemilikan KMS semakin tinggi dengan
meningkatnya pendidikan KK. Hal yang sama ditemukan pada kelompok tingkat
pengeluaran per kapita per bulan, semakin tinggi tingkat pengeluaran presentase
kepemilikanKMSjuga cenderung meningkat.

51
Tabet 3.34
Persentase Kepemilikan Buku Kia pada Balita
Menurut Kabupaten\Kota Di .Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

Kepemilikan Buku KIA*


Kabupaten\Kota
1 2 3
Kab.Bogor 2,2 5,0 92,8
Kab.Sukabumi 5,5 8,3 86,2
Kab.Cianjur 1,0 4,9 94,1
Kab.Bandung 1,3 4, 1 94,6
Kab.Garut 2,6 7,7 89,8
Kab. Tasikmalaya 3,8 3,0 93,2
Kab.Ciamis 8,9 14,2 76,8
Kab.Kuningan 9,2 23,6 67,2
Kab.Cirebon 10,1 13,7 76,3
Kab.Majalengka 4,8 9,6 85,6
Kab.Sumedang 16,3 19,7 64,0
Kab.lndramayu 2,4 9,7 87,9
Kab.Subang 8,8 17,6 73,6
Kab.Purwakarta 5,9 4,2 89,9
Kab.Karawang 10,5 13,3 76,2
Kab.Bekasi 5,0 2,6 92,4
Kota Bogor 7,6 19,!Y-- 73,4
Kota Sukaburnl 3,4 4,8 91,8
Kota Bandung 0 11, 1 88,9
Kota Cirebon 15,5 23,6 60,8
Kota Bekasi 8,6 12,6 78,7
Kota Depok 14,0 14,0 72,1
Kota Cimahi 2,8 4,0 93,2
Kota rasikmaiaya 2,7 3,3 94,0
Kota Banjar 8, 1 4,7 87,2
JAWA BARAT 5,7 9,2 85,0
=
• Catatan : 1 Punya Buku KIA dan dapat menunjukkan
=
2 Punya Buku KIA, tidak dapat menunjukkan/ disimpan oleh orang lain
=
3 Tidak punya Buku KIA

Kepemifikan buku KIA pada balita di Jawa Barat cukup memprihatinkan (lihat tabel 3.34).
Sebagian besar balita tidak mempunyai buku KIA (85,0%). Sedangkan yang punya dan
dapat menunjukkan hanya 5,7%. Persentase tertinggi di Kabupaten Sumedang (16,3%) dan
terendah di Kota Bandung.

52
Tat:>el 3.35
Persentase Ba!jt.a M~nurut Kepemilikan Buku KIA dan K~rakterlstik
Re$poncie~~i ~rqviosi J~wa Barat, .R.i~f(es~~s2901. ~
')

Karakteristik ·Resp·onde~
KepemUikan Buku KIA*
1· . 2 3
Umur (Bulan)
0-5 15.5 6.0 78.5
6-11 10.3 7.4 82.3
12-23 7.8 9.6 82.6
2~ -35. 5.6 9.0 85.~
36-47 1,,9 9.4 88.6
48-59 1.8 11.1 87.1
Jenis Kelamin
Laki-laki -5.4 9.0 85.7
Perempuan 6.1 9.5 84.4
Pendidikan KK
Tidak sekolah 6.2 8.5 85.3
SD tidak tamat 4.9 6.7 88.4
SD tamat 4.9 8.2 86.9
SMP tamat 5.8 10.7 83.4
SLTA tamat 6.4 10.3 83.3
Perguruan tinggi 9.3 12.5 78.1
Pekerjaan KK
Tidak bekerja 5.6 7.0 87.4
lbu rumah tangga 5.2 8.9 85.9
PNS/POLRl/TNI 6.3 13.5 80.2
Wiraswasta 6.6 9.8 83.6
Petani/Suruh/Nelayan 4.9 8.4 86.7
Lainnya 3.1 5.7 91.2
Tempat tinggal
Kota 2.2 5.0 92.8
Desa 5.5 8.3 86.2
Tingkat pengeluaran perkapita
Kuintil-1 ...,.. ~-- 3.8 7.9 88.4
Kuintil-2 5.8 8.9 85.3
Kuintil-3 6.0 10.3 83.7
Kuintil-4 7.1 8.6 84.2
Kuintil-5 6.6 11.3 82.0
* Catatan : 1 =
Punya Buku KIA dan dapat menunjukkan
=
2 Punya Buku KIA, tidak dapat menunjukkan/ disimpan oleh orang lain
=
3 Tidak punya Buku KIA

Persentase kepemilikan buku KIA menurut karakteristik responden disajikan dalam tabel
3.35. Persentase balita yang tidak memiliki buku KIA cenderung meningkat seiring
bertarnbahnya umur. Tidak ada perbedaan kepemilikan buku KIA antara anak balita laki-laki
dan perempuan. Tidak tampak perbedaan kepemilikan buku KIA berdasarkan pendidikan
dan tingkat pengeluaran perkapita per bulan. Berdasarkan tempat tinggal terlihat persentase
yang tidak memiliki buku KIA di kota (92,8%) lebih tinggi dibandingkan di desa (86,2%).

53
3.3.3. Distribusi Kapsul Vitamin A
Kapsul vitamin A diberikan setahun dua kali pacfa bulan Februari dan Agustus, sejak anak
berusia enam bulan.- Kapsul'merah {dosis 100.000 IU) dioerikan untuk bayi umur 6 - 11
bulan dan kapsul biru (dosis 200.000 IU) untuk anak umur 12 - 59 bulan. Cakupan
pemberian kapsul vitamin A di ..Jawa Barat sebesar 75,6%, cakupan tertiriggi di Kabupaten
Sumedang (85,5%) dan terenc'.t'ah di Kabupaten Bekasi (67,5%:'Secara- rlnctdapat dilihat
pada tabel 3.36.

Tabel 3.36
Persentase Anak Umur 6-59 Bulan yang Menerima Kapsul Vitamin A menurut
Kabupaten/Kota di Provlnsl Jawa Barat, Riskesdas 2007

Kabupat~n\Kota Menerima Tidak Menerima


Kaj>sulVit A KapsulVitA
Kab.Bogor 68,9 31,,
Kab.Sukabumi 79,9 20,1
Kab.Cianjur 69,4 30,6
Kab.Bandung 82,6 17,4
Kab.Garut 79,9 20,1
Kab. Tasikmalaya 74,1 25,9
Kab.Ciamis 80,0 20,0
Kab.Kuningan 77,9 ,._ ..... 22,1
Kab.Cirebon 79,5 20,5
Kab.Majalengka 77,4 22,6
Kab.Sumedang 85,5 14,5
Kab.lndramayu 72,0 28,0
Kab.Subang 85,0 15,0
Kab.Purwakarta 67,9 32,1
Kab.Karawang 68,4 31,6
Kab.Bekasi 67,5 32,5
Kata Bogar 78,6 21,4
Kata Sukabumi 81,8 18,2
Kata Ban<Umg 75,8 24,2
Kata Cirebon 81,0 19,0
Kata Bekasi 71,3 28,7
Kata Depok 69,9 30,1
Kata C1mahi 80,3 19,7
Kata Tasikmalaya 69,3 30,7
Kata Banjar 75,9 24,1
Jawa Barat 75,6 24,4

54
Tabef 3.37-
Persentase Anak Umur 6-59 Bulan yang Menerima Kapsul Vitamin A menurut
Karakteristik Responden <;Ii Provinsi Jawa Barat, Risk-esdas 200-7

..
Karakteristik Responder\
. Menerima Kapstll VITI" ' · · Tldak Meherima
A Kapsul-VIT A
Umur (Bulan)
0-·5· 19,6 80,4
6-11 55,1- 44,9
12- 23· 85,0 15,0
24·-35 84,5 15,5
36-47 83,8 16,2
48- 59, 79,9 20,1
Janis Kelamln ,.
Laki-fa'ki 76,7 23,3
Perempuan 74,5 25,5
Pendidikan KK
Tidak sekolah 67,6 32,4
SD tidalc tamat 71,2 28,8
SD tamat 74,8 25,2
SMP tamat 78,4 21,6
SLTA tamat 78,4 21~6
Perguruan tinggi 80,8 19,2
Pekerjaan KK
Tidak bekerja 72,9 27, 1
lbu rumah tangga 76,8 23:2
PNS/POLRl/TNI 78,5 21,5
Wiraswasta 76,3 23)
Petani/Buruh/Nelayan 74,6 25,4
Lainnya 81,5 18,5
Tempat tinggal
Kot a 76,0 24,0
Desa 75,1 24,9
Tingkat pengeluaran P,~rkapita
Kuintil-1 · • 75,6 24,4
Kuintil-2 73,9 26, 1
Kuintil-3 15,2 24,8
Kuintil-4 76,4 23,6
Kuintil-5 77,9 22,1

Tabel 3.37 menunjukkan cakupan pemberian kapsul vitamin A berdasarkan karakteristik


responden_yang dapa; disimpulkan sebagai berikut.:
Menurut kelompok umur, cakupan pemtJerian kapsul vitamin A sangat bervariasi yaitu
tertinggi pada kelompok umur 12-2'3 bula'n sebesar 85;0o/~ ·da'n terendah pada kelompok
umur 0-5 bulan sebesar 19,6%. Tidak tampak perbedaan cakupsn pemberian kasuf v_itamin
A antara laki-laki dan perempuan maupun antara kota dan desa. Cakupan peniberian
cenderung menirigkat seiring tingkat pendidikan KK. maupun penqeluaran per kapita per
buIan.

55
3.3.4. Cakupan Pelayanan Kesehatan tbu ,clan Anak/Bayi

Tabel 3.3·a
Persentase lbu menurut Persepsi tentang Ukuran Bayi Lahir
dan Ka[:tupaten/K,ota~i Provlnsl Jawa Barat, Riskesdas 20~7
. .
Ukuran ba~i lahir menurut ~erse~si ~
Kabupaten\Kota
Kecil Normal Besar
Kab.Boqor 13,2 61,8 25,0
Kab.Sukabiiml 10,6 80,9 8,5
Kab.Cianjur 11,3 58,5 30,2
Kab.Bandung 11,4 60,8 27,8,
Kab.Garut 30,0 70,0 0
Kab. Tasikmalaya 9,4 68,8 21,9
Kab.Ciamis 0 88,0 12,0
Kab.Kuningan 17,6 82,4 0
Kab.Cirebon 18,4 69,4 12,2
Kab.Majalengka 11, 1 74,1 14,8
Kab.Sumedang 22,2 48,1 29;6
Kab.lndramayu 21,9 59,4 18,8
Kab.Subang 5,6 88,9 5,6
Kab.Purwakarta 15,5 63,$._ .• 20,7
Kab.Karawang 7,9 76,3 15,8
Kab.Bekasi 6,6 65,6 27,9
Kota Bogor 15,4 65,4 19,2
Kota Sukabumi 0 83,3 16,7
Kota Bandung 2,2 88,9 8,9
Kota Cirebon 9,7 77,4 12,9
Kota Bekasi 3,3 60,0 36,7
Kota Depok 23,1 59,0 17,9
Kota Cimahi 13,9 63,9 22,2
Kota Tasikmalaya 7,1 85,7 7,1
Kota Baniar 14,3 64,3 21,4
Jawa Barat 11,7 69,5 18,8

Dalam Riskesdas 2007, dikumpulkan data tentang pemeriksaan kehamilan, jerns


pemeriksaan kehamilan, ukuran bayi lahir, penimbangan bayi lahir, pemeriksaan neonatus
pada ibu yang mempunyai bayi. Data tersebut dikumpulkan dengan mewawancarai ibu yang
mempunyai bayi umur O - 11 bulan, dan dikonfirmasi dengan catatan Buku
KIA/KMS/catatan kelahiran.
Tabel ·3.38 menunjukkan persentase Berat Bayi Lahir menurut per'sepsi lbu menurut
Kabupaten\Kota di Provinsi Jawa Barat. Dalam tabel tersebut terlihat bahwa, berat bayi lahir
rnenurut persepsi lbu sebagian besar normal, yaitu·69,5%, kemudian besar 18,8%, dan kecil
11,7%. Oilihat per-Kabupaten/Kota maka, untuk yang normal persentase tertinggi di
Kabupaten Subang dan Kabupaten .Bandunq sebesar .88,9% dan terendah di ,Kabupaten
Sumedang sebesar 48, 1 %. Untuk. persepsi berat bayi, lahir besar, persentase tertinggi di
Kota Bekasi sebesar 36, 7% dan persentase yang sangat kecil di Kabupaten Garut dan
Kabupaten Kuningan.
Ukuran bayi lahir menurut persepsi ibu dan karakteristik responden disajikan pada tabel
3.39. Persentase ibu yang mempunyai bayi perempuan menyatakan ukuran bayi waktu lahir
kecil lebih tinggi dibandingkan yang mempunyai bayi laki-laki. Berdasarkan pendidikan KK

56
rnaka, persenatase ibu yang rnenqatakan ukuran bayinya kecil tertinggi pada kelornpok
SLTA (13,6%) dan terendah pada kelornpok SD (8,7%). ·
Berdasarkan pekerjaan KK maka, persentase ibu yang rnenyatakan • •kuran bayi waktu lahir
kecil tertinggi pada tidak bekerja (14,6%) dan terendah pada pekerjaan lainnya (9, 1%).
Berdasarkan tempat tinggal, persentase ibu yaog· rnenyatakan ukuran bayi waktu lahir. kecil
lebih tinggLdi desa (14,0%) dil;>~mdingkan di kota (9,9%):Berdasarkan tingkat pengel1;1aran
per kapita ·per bulan, persentase ibu yang rnenyatakan ukuran bayi waktu lahir kecil tertinggi
pada kuintil 4 (14,0%) dan terendah pada kuintil 2 (9,9%).

Tabel 3.39
Persentase lbu menurut Persepsi tentang Ukuran Bayi Lahlr
dan Karakteristik Responden di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

Bb lahir menurut eerseesi ibu


Karakteristik responden
Kecil Normal Besar
Jenis Kelamin
Laki-laki 10,5 69,2 20,3
Perempuan 13,0 69,7 17,2
Pendidikan KK
Tidak sekolah 9,7 67,7 22,6
SD tidak tamat 8,7 65,9 25,4
SD tamat 12, 1 69,4 18,5
SMP tamat 12,2 73,3 14,5
SLTA tamat 13,6 68,4 18,1
Perguruan tinggi 9,8 82,9 7,3
Pekerjaan KK
Tidak bekerja 14,6 66,7 18,8
lbu rumah tangga 17,6 67,6 14,7
PNS/POLRl/TNI 13,8 75,9 10,3
Wiraswasta 11,9 66,9 21,2
Petani/Buruh/Nelayan 11,5 72,0 16,4
Lainnya 9, 1 72,7 18,2
Tempat tinggal
Kota 9,9 71,7 18,4
Desa -.,.;~--- 14,0 66,7 19,3
Tingkat pengeluaran perkapita
Kuintil-1 11,4 62,6 26,1
Kuintil-2 9,9 73,4 16,7
Kuintil-3 11,4 71,3 17,3
Kuintil-4 14,0 73,1 13,0
Kuintil-5
.
12,3 66,5 21,3

Berat badan lahir dari hasil penirnbangan disajikan pada tabel 3.40. Hanya sebagian 'bayi
yang rnernpunyai catatan berat badan lahir. Secara keseluruhan -proporsi bayi berat lahir
rendah di Provinsi Jawa Barat sebesar 11,2% harnpir sama denqananqka nasional (11,5%).
Proporsi ini sebanding dengan persentase ibu yang rnenyatakan ukuran bayi pada saat lahir
kecil yaitu 11,7%. Lima kabupaten/kota dengan persentase BBLR terendah di Jawa Barat
yaitu Kabupaten Cianjur (23,9%), Kabupaten Kuningan (20,0%), Kabupaten dan Kota
cirebon (16,3% dan 16,1%) dan Kabupaten Sumedang (14,8%). Lima kabupaten/kota
dengan persentase BBLR terendah adalah Kabupaten Garut dan Kota Bekasi (0%), Kota
Sukabumi (3,4%), kota Tasikmalaya (3,7%) dari kota Banjar (4,8%) ..

57
Tabel 3.40
Persentase Berat Sadan Bayi.Baru Lahir 12 Bulan Terakhir
menurut Kabupaten\Kota di Provinsi JawC! Barat, Riskesdas 2007

Berat badan lahir (gram)


Kabupaten\Kota <2500 25Q0-3999 >4000
Kab.Boqor 5,7 88,T 5,7
Kab.Sukabumi 12,2 80,5 7,3
Kab.Cianjur 23,9 56,5 19,6
Kab.Bandung 11.• 3 77,5 11,3
Kab.Garut 0 100,0 0
Kab.Tasikmalaya 6,1 60,6 33,3
Kab.Ciamis 5,3 94,7 0
Kab.Kuningan 20,0 62,9 17,1
Kab.Cirebon 16,3 69,4 14,3
Kab.Majalengka 4,2 83,3 12,5
Kab.Sumedang 14,8 81,5 3,7
Kab.lndramayu 13,8 72,4 13,8
Kab.Subang 9,1 84,8 6,1
Kab.Purwakarta 16,3 71,4 12,2
Kab.Karawang 12,5 67,§., 20,0
Kab.Bekasi 12,3 71,9 15,8
Kota Bogor 8,7 82,6 8,7
Kota Sukabumi 3,4 82,8 13,8
Kota Bandung 7,0 79, 1 14,0
Kota Cirebon 16, 1 80,6 3,2
Kota Bekasi 0 91,7 8,3
Kota Depok 13,9 83,3 2,8
Kota Cimahi 14,3 85,7 0
Kota Tasikmalaya 3,7 85,2 11, 1
Kota Banjar 4,8 85,7 9,5
Jawa Barat 11,2 77,3 11,4
Catatan: Sumber informasi berat bayi baru lahir: Buku KIA, KMS, catatan kelahiran

Berdasarkan jenis kelamin, persentase BBLR lebih tinggi pada bayi perempuan (13,8%)
dibandingkan bayi laki-laki (8,8%). Presentase BBLR terendah pada KK berpendidikan
Perguruan tinggi (7,0%) dan pada kelompok pengeluaran per kapita paling tinggi yaitu kuintil
5 (8, 1 %). Presentase BBLR tertinggi pada kelompok KK bekerja sebagai ibu rumah tangga
"
(19,4%) dan terendah pada kelompok wiraswasta (8.4%). Selanjutnya presentase BBLR di
Jawa Barat lebih tinggi di desa (13,0%) dibandingkan di kota (10,0%) (Lihat tabel 3.41 ).

58
Tabel 3.41
Persentase Berat Badan Bayi Baru Lahir 12 bulan terakhir
menurut Karakteristik Responden di Pro'vjnsi ~awa Barat.Rlskesdas 2007
. -
Berat badan lat1ir {gram}
Karakteristik
< 2500 2500-3999 > 4l>OO
Jenis Kelamin
Laki-laki 8,8 78,3 12,9
Perempuan 13,8 76,3 9,9
Pendidikan KK
Tidak sekolah 7,4 92,6 0
SD tidak tamat 11,9 68,3 19,8
SD tamat 11,8 74,4 13,8
SMP tamat 9,2 83,1 7,7
SLTA tamat 10,7 82,8 6,5
Perguruantinggi 7,0 83,7 9,3
Pekerjaan KK
Tidak bekerja 15,2 73,9 10,9
lbu rumah tangga 19,4 71,0 9,7
PNS/POLRl/TNI 13,3 80,0 6,7
Wiraswasta 8,4 81,7 9,9
Petani/Buruh/Nelayan 11,6 76,6 11,9
Lainnya 19,0 66,7 14,3
Tempat tinggal
Kota 10,0 80,0 10,0
Desa 13,0 73,5 13,5
Tingkat pengeluaran perkaplta
Kuintil-1 12.2 76,2 11,6
Kuintil-2 11,2 72,8 16,0
Kuintil-3 14, 1 74,6 11,4
Kuintil-4 10,1 79,9 10,1
Kuintil-5 8, 1 85, 1 6,8
Catatan: Sumber informasi berat bayi baru lahir: Buku KIA, KMS, catatan kelahiran

Untuk mendapatkan informasi tentang riwayat pemeriksaan kehamilan ibu untuk bayi yang
lahir dalam 12 bulan terakhir, ibu ditanya tentang jenis pemeriksaan kehamilan apa saja
yang pernah diterima. Diidentifikasi ada 8 jenis pemeriksaan kehamilan yaitu : a.
Pengukuran tinggi badan; b. Pemeriksaan tekanan darah; c. Pemeriksan tinggi fundus
(perut); d. Pemberian tablet Fe; e. Pemberian imunisasi TT; f. Penimbangan berat badan; g.
Pemeriksaan hemoglobin; dan h. Pemeriksaan urin.
Riwayat pemeriksaan kehamilan pada lbu yang mempunyai bayi terdapat pada Tabel 3.42
yang memperlihatkan secara keseluruhan 95,0% ibu di Jawa Barat memeriksakan
kehamilan. Cakupan pemeriksaan kehamilan mencapai 100% terdapat di Kabupaten
Kuningan, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Subang, Kota Cirebon, Kota Cimahi dan Kota
Banjar sedangkan proporsi terendah di Kabupaten Garut sebesar 75,0%.

59
Tabel 3.42
Cakupan Pemeriksaan i<ehamilan lbu yang Mempunyai Bayi
menurut Kabupaten/Kota di Provlnsl Jawa Barat, R1skesdas 2007

Kabupaten\Kota Periksa Hamil


Kab.Bogor 92,6
Kab.Sukabumi 93,5
Kab.Cianjur 77,4
Kab.Bandung 98,7
Kab.Garut 75,0
Kab. Tasikmalaya 96,9
Kab.Ciamis 96,0
Kab.Kuningan 100,0
Kab.Cirebon 93,9
Kab. Majalengka 96,3
Kab.Sumedang 100,0
Kab. lndramayu 93,5
Kab.Subang 100,0
KaQ,Purwakarta 91,4
Kab.Karawang 95,0
Kab.Bekasi 95,1
Kota Bogor 96,0
Kota Sukabumi 96,7
Kota Bandung 95,6
Kota Cirebon 100,0
Kota Bekasi 93,3
Kota Oepok 97,5
Kota Cimahi 100,0
Kota Tasikmalaya 96,4
Kota Banjar 100,0
JAWA BARAT 95,0

60
• 'f

...
J"atiel s.sa
cakupan Pemerlksaan Kehamllan, lf?4 yang Mempunyai Bayi menurut
Karakteristik Responden di Provinsi Jc.Na Barat, Riskesdas 2007

Karakteristik Responden Periksa Hamil


Pendidikan KK
Tidak sekolah 93,8
SD tidak tamat 9~,4
"SD tamat 93,7
SMP tamat 96,2
SLTA tamat 99,4
Perguruan tinggi 95,1
Pekerjaan KK
Tidak bekerja 95,7
lbu rurnah tangga 88,2
PNS/POLRlffNI 96,6
Wiraswasta 97,9
Petani/Buruh/Nelayan 92,2
Lainnya 95,5
Tempat tinggal
Kota 97,3
Des a 91,9
Tingkat pengeluaran perkapita
Kuintil-1 90,5
Kuintil-2 95,5
Kuintil-3 95,0
Kuintil-4 97,9
Kuintil-5 96,7

Cakupan pemeriksaan kehamilan menurut karakteristik responden disajikan pada tabel 3.43.
Berdasarkan tingkat pendidikan KK, persentase periksa hamil tertinggi pada pendidikan
SLTA (99,4%) dan terendah pada pendidikan SD (91,4%). Dilihat dari pekerjaan KK maka,
persentase periksa hamil tertinggi pada wiraswasta (97,9%) dan terendah pada ibu rumah
tangga (88,2%). Persentase pemeriksaan kehamilan tampak lebih tinggi di kota (97,3%)
dibandingkan di desa (91,9%). Menurut tingkat pengeluaran perkapita per bulan, persentase
tertinggi pada kuintil-4 (97,9%) dan terendah pada kuintil-1 (90,5%).

61
Tabel 3.44
Persentase lbu yang Mempunyai Bayi menurut Jenis Pemerlksaan Kehamilan
dan Kabupate1,1/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas '2007

Jenis Pemeriksaan*
Kabupaten/Kota
a b c d e ' f a h
Kab.Bogor 44.4 95,2 • 76,2 88,9 82,5 95,2 22,2 25,4
Kab.Sul<abumi 75,0 97,7 90,9 97,7 97,7 ,95,5 20,5 13,6
Kab.Cianjur 35,0 87,5 89,5 95,0 82,5 90,0 10,8 23,1
Kab.Bandung 48,7 97,3 76,7 90,8 90,9 97,4 28,4 40,0
Kab.Garut 71,4 100,0 71,4 71,4 57,1 100,0 42,9 42,9
Kab.Tasil<malaya 58,1 93,5 83,9 83,3 80,6 90,3 26,7 29,0
Kab.Ciamis 70,8 91,7 83,3 100,0 87,5 95,8 45,8 75,0
Kab.Kuningan 48,5 100,0 100,0 97,0 97,0 100,0 72,7 66,7
Kab.Cirebon 45,7 97,8 95,7 97,8 89,1 100,0 42,2 45,7
Kab.Majalengka 69,2 100,0 100,0 96,2 73,1 100,0 56,0 53,8
Kab.Sumedang 74,1 96,3 80,0 96,3 92,6 100,0 66,7 63,0
Kab.lndramayu 35,7 100,0 89,7 96,6 79,3 93,1 32,1 35,7
Kab.Subang 42,9 100,0 87,5 97,1 73,5 100,0 12,5 24,2
Kab.Purwakarta 26,4 98,1 71,2 84,9 81, 1 96,2 9,4 11,3
Kab.Karawang 59,5 100,0 100,0 94,7 91,9 97,4 27,0 36,8
Kab.Bekasi 46,6 98,2 87,7 96,4 89,3 91,2 25,0 62,5
Kota Bogor 66,7 100,0 87,5 100,0 91,7 100,0 33,3 58,3
Kota Sukabumi 62,1 100,0 75,9 100,0 89j' 100,0 69,0 75,9
Kota Bandung 67,4 100,0 73,2 66,7 76,2 100,0 45,0 40,0
Kota Cirebon 74,2 100,0 80,6 93,5 90,3 100,0 64,5 54,8
Kota Bekasi 46,4 100,0 67,9 96,4 85,7 100,0 60,7 78,6
Kota Oepok 33,3 100,0 ~4.1 84,2 87,2 100,0 59,0 59,0
Kota Cirnahi 52,8 94,4 52,8 91,7 91,4 100,0 30,6 25,7
Kota Tasikrnataya 60,0 96,3 71,4 96,3 88,9 100,0 8,7 13,0
Kota Banjar 29,3 97,6 87,8 95,1 100,0 97,6 26,8 36,6
Jawa Barat 51,2 97,5 81,8 92,3 87,0 97,2 35,0 41,5
Jenis pelayanan kesehatan:
=
a pengukuran tinggi badan e = pernberian irnunisasl TT
=
b pemeriksaan tekanan darah f = penimbangan berat badan
=
c pemeriksan tinggi fundus (perut) g = pernerlksaan'hemoqlobin
=
d pemberian tablet Fe h = pemeriksaan urine
Tabel 3.44 menunjukkan delapan jenis pemeriksaan yang dilakukan pada ibu hamil. Secara
keseluruhan di Jawa Barat pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah pemeriksaan
tekanan darah sebesar 97,5%, kemudian penimbangan berat badan sebesar 97,2%.
Sedangkan jenis pemeriksaan yang jarang dilakukan ibu ham ii adalah pemeriksaan
hemoglobin (35,0%) dan pemeriksaan urine (41,5%).

62
Tabel 3.45
Persentase lbu yang M~nyai Bayi menurut Jenis Pe~·eriksaan Kehamilan
dan Karakterlstlk'Responden di Provlnsl Jawa Barat.Rlskeadas 2007

Jenis Pela~anan*
Karakterlstlk.Responden
a b c d e .f s h
Pendidikan KK
Tidak sekolah 46,7 100,0 83,3 96,7 80,0 96,7 •20,7 43,3
SD tidak tamat 44,9 96,9 84,6 89,0 83,3 91',4 31,0 34,9
SDtamat 51,8 95,2 83,4 91,3 87,8 97,8 29,4 37,7
SMP tamat 55,6 99,2 79,0 93,{? 83,2 98,4 33,6 41,6
SLTA tamat 54,3 99,4 79,2 93,8 90,3 98,9 39,7 42.2
Perguruan tinggi 59,0 100,0 79,5 92,3 92,3 97,4 64,1 69,2
Pekerjaan KK
Tidak bekerja 46,7 93,3 75,6 93,3 82,2 97,8 35,6 44,4
lbu rumah tangga 54,8 100,0 89,7 96,8 80,6 96,8 43,3 36,7
PNS/POLRllT!'JI 66,7 100,0 82,1 89,3 89,3 96,4 57,1 57,1
Wiraswasta 54,0 98,8 81,3 92,3 89,8 97,8 36,7 46,4
Petani/Buruh/Nelayan 49,7 96,5 83,1 92,4 85,2 96,2 28,1 34,3
Lainnya 57,1 100,0 68,4 85,7 90,5 100,0 45,0 47,6
Tempat tinggal
Kota 52,1 97,8 79,4 91,4 88,4 98,3 40,4 46,2
Desa 49,9 97,2 85,2 93,5 85,1 95,6 27,6 35,1
Tingkat pengeluaran perkapita
Kuintil-1 52, 1 96,9 77,7 87,0 84,3 95,3 31,4 37,0
Kuintil-2 52,9 99,0 81,4 92,3 84,8 98,1 34,8 42,0
Kuintil-3 46,0 96,8 81,6 94,7 85,6 97,9 30,3 38,5
Kuintil-4 50,8 97,3 85,2 94,7 92,0 97,3 38,6 43,8
Kuintil-5 54,7- 97,3 83,7 93,2 89,1 97,3 41,4 47,6
Jenis pelayanan kesehatan:
=
a pengukuran tinggi badan =
e pemberian imunisasi TT
=
b pemeriksaan tekanan darah f = penimbangan berat badan
=
c pemeriksan tinggi fundus (perut) g = pemeriksaan hemoglobin
=
d pemberian tablet Fe =
h pemeriksaan urine

.Persentase jenis pernerlksaaan kehamilan menurut karakteristik responden disajikan


pada tabel 3.45. Persentase jenis pemeriksaan secara urmlm di kota lebih ting~i
dibandingkan di desa. Berdasarkan pekerjaan KK secara urnum terlihat persentase· yang
lebih tinggi untuk hampjr semua perneriksaan pada kelompok ' KK PNS/POLRlfTNI.
Berdasarkan tingkat pengeluaran per kapita per bulan tidak terlihat perbedaan persen'fase
yang mencolqk. Meskipun dernikian persentase pemeriksaarr haernoqtobin dan pemeriksaan
urine lebih tinggi pada ·tingkat pengeluaran per kapita kuintil 5. r

63
·Tabel 3.46
Cakupao Pemerlksaan Neonatus menurut Kabupaten/Kota
pi Provlnsl Jawa Barat, Riskesdas·2007

Pemeriksaan neonatus
Kabupaten\Kota Umur 0'7 harl Umur 8-28 hari
Kab.Bogor 45,5 38,5
Kab.Sukabumi 51,1 37,0
Kab.Cianjur 42,6 22,2
Kab.Bandung 37,7 46,2
Kab.Garut 25,0 50,0
Kab.Tasikmalaya 46,9 27,6
Kab.Ciamis 80,0 50,0
Kab.Kuningan 87,5 33,3
Kab.Cirebon 83,7 34,8
Kab.Majalengka 44,4 25,0
Kab.Sumedang 92,6 5(9
Kab. lndramayu 76,7 48,3
Kab.Subang 65,7 34,3
Kab.Purwakarta 37,9 32,8
Kab.Karawang 87,2 37,1
Kab.Bekasi 53,3 36,7
Kota Bogor 84,0 . ~..... 76,0
Kota Sukabumi 50,0 63,3
Kota Bandung 60,0 37,8
Kota Cirebon 76,7 33,3
Kota Bekasi 62,1 46,4
Kota Depok 50,0 60,0
Kota Cimahi 58,3 37,1
Kota Tasikmalaya 61,5 36,0
Kota Banjar 82,9 37,5
JAWA BARAT 59,7 40,1

Pemeriksaan Neonatus (KN ) di Jawa Barat sebagian besar pada Pemeriksaan Neonatus 0-
7 hari {KN-1 ), yakni sebesar 59,7% atau lebit-1 tinggi dibandingkan angka nasional (57,6%)
sedangkan pad a Pemeriksaan Neonatus 8-28 hari (KN-2) sebesar 40, 1 % yang jug a lebih
tinggi dari angk9 naslonal f33,p%). Bila dilihat per-Kabupaten/Kota maka, persentase KN-1
tertiriggi di Kabupaten Sum.edang sebesar 92,6% dan terendah di Kabupaten Garut sebesar
25,0%. Persentase KN,-f tertinggi di Kata Bogar sebesar 76,0% dari terendah 'di Kabupaten
Cianjur sebesar 22,2%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada taber3.46.

64
1
Tabel 3:2'1 1.. ~ ~ J

.Ca(<4pan Pemeriksaan Neonatus menurut Karakteristik Responden


di Provinsi Jawa Barat, Ris~es~as 20()'1

Pemeriksaan neonatus ~
Karakteristik'responden
,.Umur 0-7 hari . Uniur8-28 hari
Pendidikan KK
Tidak sekolah 65,6 28,1
SD tidak tarnat 55.5 30,3
SD tarnat 55,5 34,0
SMP·tamat 58,5 44.~
SLTA tamat 67,4 50,6
Perguruan tinggi ,8Q,O i52,5
Peksrjaan KK
Tidak bekerja 61:1' _47,8
"lbu rumah tangga 66,7 31,3
PNS/POLRlfrNI 82;1 51,7
Wiraswasta 66,7 50,6
Petani/Buruh/t'Jelayan 52,9 31,5
Lainnya 54,:5' 25,0'
TellJpat tingg~I
Kota 61,2 44,2
Des a 57,7 34,6
Tingkat pengeluaran perkapita
Kuintil-1 48,6 33,3
Kuintil-2 54,5 36,7
Kuintil-3 60,6 39,4
Kuintil-4 69,3 46,8
Kuintil•5 69,5 46,6

Cakupan perneriksaan menurut karakteristik responden disajikan pada tahel 3'.47.


Berdasarkan t!ngkat pendidlkan, persentase KN.-1 dan KN-2 cenderung meningkat sesuai
dengan ti,ngkat pendidikan ~'$:, P,e.rsentase KN-1 dan KN-2" tertin-ggi pada PNS/Polfi!TNI
(82, 1%) dan 51,,7%) dan .terendah pada Petani/Suruh/Nelayan untuk KN-1 -(52,9%) dan
kelompok pekerjaan lainnya untuk KN-2 (25,0%). Berdasarkan tingkat -penqeluaran per
kapita perbulan terlihat keeenderungan peningkatan presentase pemeriksaan neonatus KN-
1 maupun KN-2 sejalan dengan meningkatnya tingkat pengeluaran.

3.4. PenyakitMenular

Penya kit menular yang diteliti pada Riskesdas 2007 terbatas pada .beberapa penyakit yang
ditularkan oleh vektor, penyakit yang ditularkan melalui udara atau percikan air liur, dan
penyakit yang ditularkan melalui makanan atau air. Penyakit menular yang ditularkan oleh
vektor adalah filariasis, demarn berdarah dengue (DBD), dan malaria. Penyakit yang
ditularkan melalui udara atau percikan air liur acfalah penyakit infeksi saluran pernafasan
akut (ISPA), pneumonia dan campak, sedangkan penyakit yang ditularkan melalui makanan
atau air adalah penyakit tifoid, hepatitis, dan diare.
Data yang diperoleh hanya merupakan prevalensi penyakit secara klinis dengan teknik
wawancara dan menggunakan kuesioner baku (RKD07.IND), tanpa konfirmasi pemeriksaan
laboratorium. Kepada responden ditanyakan apak~h pernah didiagrtosis menderita penyakit
tertentu oleh tenaga kesehatan (0: diagnosis): Responden yang menyatakan tidak pernah
didiagnosis, ditanyakan lagi apakah pernah/sedang menderita gejala klinis spesifik penyakit

65
tersebut (G). Jadi preva!ensi penyakit merupakan data yang didapat dari D maupun G (DG).
Prevalensi penyakit ak~ dan peny~kit. Y.9.!JQ~sering dijumpai ditanyakan dalattt kurun waktu
satu E>ulan ~fakhir, sedanqkan prevalensi p~nyakit kronis dan musiman ditanyakan dalam
kurun waktu 12 bulan tE#akhir (lihat kuesioner RKD07.IND: oiok X no 801-22).
Khusus malaria, selaiFl prevalensi penyakit juga dinilai proporsi kasus malaria yang
mend a pat pengobata(l dengan obat ,antimalaria program dalarn 24 jam menderita sakit (0).
Demikian pu1a diare, dinilai proporsi kasus diare yang mendapat perigobatan oralit (0)

3.4.1. Prevalensi Malaria, Filaria, dan 080


Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit kronis yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk, dan dapat menyebabkan kecacatan dan stigma. Umumnya penyakit ini diketahui
setelah' timbul gejala klinis kronis dan kecacatan. Kepada responder) yang menyatakan
"tidak pernah didiagnosis filariasis oleh tenag_a kesehatan" dalam 12 oulan terakhir
ditanyakan gejala-gejala sebagai berikut : adanya radang pada ke,lenjar di pangkal paha,
pembengkakan alat kelamin, pembengkakan payudara dan pembengkakan tungkai bawah
atau atas.
Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi tular vektor yang. sering
menyebabkan Kejadian Luar ..Siasa (KLB), dan tidak sedikit menyebabkan kematian.
Penyakit ini bersifat musiman yaitu biasanya pada musim hujan yang memungkinkan vektor
penular (Aedes aegypti dan f>,edes albopictus) hidup di genangan air bers'lh. Kepada
responden yang menyatakan "tidak pernah didiagnosis 080 oleh t~_naga kesehatan" dalam
12 bulan terakhir ditanyakan apakah pernah menderita demam/panas, sakit kepala/pusing
disertai nyeri di ulu hati/perut kiri atas, mual dan muntah, lemas, kadang-kadang disertai
bintik-bintik merah di bawah kulit dan atau mimisan, kaki/tangan dingin.
Malaria merupakan penyakit menular yang menjadi perhatian global. Penyakit ini masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat karena sering menimbulkan KLB, berdampak
luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi, serta dapat mengakibatkan kematian. Penyakit
ini dapat bersifat akut, laten atau kronis. Kepada responden yang menyatakan "tidak pernah
didiagnosis malaria oleh tenaga kesehatan" dalam satu bulan terakhir ditanyakan apakah
pernah menderita panas tinggi disertai menggigil (perasaan ding\n), panas naik tun.in secara
berkala, l;)erkeringat, sakit kepala atau tanpa gejala malaria tetapi sudah minum obat
antimalaria. Untuk responden yang menyatakan "pefnah didiagnosis malaria oleh tenaga
kesehatan" ditanyakan apakah rnendapat penqobatarr denqan obat program dalam 24 jam
pertama menderita panas.

66
Tabel 3.48
Preyalensi Fllarlasls-Demam Berdarah Dengue, Malaria_dan Pemakalan Obat
Program Malaria rnenusut Kabupaten/Kota Kab4paten/Kota
di Provinsi·Jawa Barat, Riskesdas ~007
Kabupatenrkota · Filariasis 'DBP· MalariC:J
D DG D DG D DG 0
Kab.Bogor 0,04 0,07 0,3 0,4 0, 1 0,24 17,7
Kab.Sukabumi 0,0 O,Q 0,0 0,1 0,2 0,21 28,6
Kab.Cianjur 0,03 0,05 0,2 0,4 0;1 0,21 0,0
Kab.Bandung 0,0 0,02 0,1 0,4 .0, 1 0,22 53,9
Kab.Garut 0,03 0,08 0,2 0,3 0,0 0,20 27,3
Kab. Tasikmalaya 0, 17 0,20 0,1 0,1 0,0 0,07 0,0
Kab.Ciamis 0,04 0,07 0,0 0,2 0,0 0,26 4,4
Kab.Kuningan 0,0 0,0 0,1 0, 1 0,1 0,11 66,7
Kab.Cirebon 0,03 0, 11 0,4 1,5 0,1 0,65 38,5
Kab.Majalengka 0,05 0,05 0,2 0,4 0,0 0,05 0,0
Kab.Sumedang 0,0 0,0 0,1 0,2 0,1 0,22 40,0
Kab.lndramayu 0,03 0,07 0,2 0,4 9,0 0,07 33,3
Kab:Subang 0,04 0,04 0,1 0,3 0,0 0,04 16,7
Kab.Purwakarta 0,0 0,0 0,6 0,9 0, 1 0,15 100,0
Kab.Karawang 0, 11 0,14 0,2 0,3 0,1 0,43 57,9
Kab.Bekasi 0,03 0,03 0,1 0,3 0,2 0,29 26,7
Kota Bogor 0,0 0,0 0,4 0,7 0,1 0,71 50,0
Kota Sukabumi 0,00 0,00 0,4 0,6 0, 1 0,18 50,0
Kota Bandung 0,02 0,02 0,4 0,6 0, 1 0,36 35,3
Kota Cirebon 0,0 0,0 0,4 0,4 0,2 0,17 50,0
Kota Bekasi 0,03 0,03 0,3 0,3 0,0 0,08 0,0
Kota Depok 0,04 0,04 0,2 0,3 0,0 0,15 0,0
Kota Cimahi 0,0 0,0 0,9 1,0 0,0 0,10 0,0
Kota Tasikmalaya 0,0 0,0 0, 1 0,1 0,0 0,00 0,0
Kota Banjar 0,00 0,00 0,3 1,0 0,0 0,00 0,0
Jawa Barat 0,03 0,05 0,2 0,4 0,07 0,23 24,0
*Filariasis dalam persen

Rerata prevalensi DBD ben~g_sar DIG masih dibawah rerata nasional (0.47) namun berdasar
Diagnosa nakes rerata provinsl Jabar sama dengan rerata nasional. Prevalensi E)80
berdasarkan Diagnosa Gejala (DIG) maupun berdasarkan Diagnosa nakes (D), diatas rerata
provinsi terjadi di delapan daerah. Dimana prevalensi tertinggi berdasarkan DIG terjadi di
Kabupaten Cirebon, sementara berdasarkan D daerah ini juga masih diatas rerata provinsi.
Prevalensi tertinggi berdasarkan D terdapat di Kota Cimahi (0,9%), bersadarkan DIG
daerah ini juga cukup tinggi diatas rerata provinsi. Sebagai perbandingan jumlah KablKota
terjangkit DBD di Indonesia sejak tahun 1968 sampai dengan 2006 cenderung mengalami
peningkatan. Puncak IR DBD terjadi pada tahun 1973, 1988, 1998 dan 2005.
Prevalensi filariasis di Jawa Barat berdasarkan DIG sedikit dibawah rerata nasional ( 0.07
%) namun bsrdasarkan Diagnosis nakes, provinsi Jabar ternyata menyamai prevalensi
nasional (0.03%). Walaupun rentang prevalensi di provinsi Jabar hanya 0 - 0.20, tetapi
kejadian filariasis tetap harus menjadi perhatian karena merupakan penyakii tular vektor
dan bersifat kronis. Prevalensi filarisasis tertinggi terjadi di kabupaten Tasikmalaya baik
prevalensi menurut DIG maupun menurut Diagnosis nakes.
Malaria merupakan salah satu penyakit prioritas yang sampai saat ini masih menjadi
ancaman di Indonesia dengan angka kesakitan .dan kematian tinggi serta sering
menimbulkan KLB Prevalensi minum obat malaria sebesar 0 % terjadi di delapan wilayah.

67
Diantara wilayah tersebut Kabupaten Cianjur cukup beresiko karena mernpunyal prevalensi
malaria (0.21} hampir menyamai rerata provinsi. Kota Bogor prevalensi meminum obat
tianya 50 %. sernentara prevalensi malarla.menurut Diagnosis dengan gejala (DIG) justru
tertinggi terjadi di kota ini. Berdasarkan Diagnosa nakes (D) prevalensi tertinggi terdapat di
Kota Cirebon, prevalensi minum obat (50%) juga masih dibawah target nasional. Secara.
keseluruhan prevalensi peayakit malaria berdasarkan DIG di provinsi Jabar masih dibawah
rerata nasional (1.13%).
Tabel 3.49
Prevalensi Filariasis, Demam Berdarah Dengue, Malaria dan Pemakaian Obat Program
Malaria menurut Karakteristik Responden di Provlnsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

Karakteristik Filariasis DBD Malaria


Responden o· l)G D DG D OG 0
Kelompok Umur
<1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,00 0,0
1-4 0,02 0,04 0,26 0,28 0,02 0,13 27,27
5-14 0,01 0,01 0,32 0,43 0,08 0,17 13,21
15-24 0,04 0,05 0,0 0,46 0,10 0,18 3,33
25-34 0,02 0,04 0,23 0,50 0,06 0,24 38,46
35-44 0,05 0,06 0,17 0;40 0,05 0,31 31,48
45-54 0,06 0,08 0,17 0,46 0,05 0,36 33,33
55-64 0,09 0, 11 0, 11 0,0 0,11 0,27 24,14
65-74 0,0 0,07 0,07 0,33 ---0,07 0,29 15,38
>75 0,17 0,34 00 0,00 0,26 0,69 30,00
Jenis Kelamin
Laki-Laki 0,21 0,37 0,04 0,05 0,09 0,26 27,21
Perempuan 0,23 0,44 0,03 0,05 0,05 0,22 21,99
Pendidikan
Tidak Sekoiah 0,02 0,07 0,14 0,43 0,02 0,22 26,67
Tidak Tamat SD 0,05 0,10 o,'12 0,34 0,08 0,34 34,62
Tamat SD 0,06 0,07 0,12 0,37 0,08 0,28 21,62
Tamat SMP 0,02 0,04 0,26 0,44 0,06 0, 19 15,38
Tamat SMA 0,01 0,01 0,32 0,43 0,10 0,27 32,26
Tamat SMA Plus 0,0 0,0 0, 16 0,36 0,0 0,04 0,0

Pekerjaan
Tidak Kerja 0,10 0, 14 0,17 0,39 0,10 0,22 26,9
Sekofah 0,01 0,01 0,26 0,39 0,07 0, 17 5,9
lbu Rumah Tangga 0,05 0,07 0,18 b,44 0,05 0,28 20,0
Pegawai 0,0 0,0 0,25 0,36 0,06 0,19 62,5
Wiraswasta 0,04 0,06 0,16 0,35 0,13 0,33 38,2
Petani/Nelayan/Buruh 0,03 0,06 0, 11 0,38 0,07 0,37 28,4
Lainnya 0,0 0,0 0,26 0,34 0,09 0,09 100,0
Tempat Tinggal
Kata 0,03 0,04 0,30 0,49 0,06 0,24 31,5
Des a 0,03 0,06 0, 13 0,49 0,08 0,23 20,0
Pendapatan keluarga perkapita
Kuintil_ 1 0,01 0,01 0,13 0,32 0,05 0, 19 23,53
Kuintil_2 0,04 0,07 0,26 0,46 0,09 0,26 29,51
Kuintil_3 0,03 0,06 0, 18 0,44 0,08 0,22 27,08
Kuintil_ 4 0,07 0,07 0,26 0,40 0,05 0,35 28,75
Kuintil 5 0,04 0,06 0,27 0,41, 0,07 0, 16 5,26

68
PrevalensiMalaria berdasarkan DIG diatas rata-rata provir1si umurnnya terjadi'di kelornpok
usia produktif (> 35 th). Prevalensi t~rjinggi baik,·berdasarj<an D maupun DIG menyebar di
kelompok umur >75 th. Pada kelomppk usla, >75, prevalensl miQt;Jl)'l obat 'hanya 30%,
sem'entara prevalensi n.;num obat' terlingi t~rdaP,a~ pada ~.elomeok umur. ,25 - 34 'th. Pada
kelompok ini ·prevalensi malaria har'lyR _0,06o/p berdasar D dan- berdasarkan DIG
prevalensinya' cukup ti~ggi sama denga.n r~rata provinsi. fre~alensi· P~.D. 69able69 merata
di setiap usia kecuali pada usia < 1 th dan > 75 th .. Prevatensl DBD berdasarkan DIG
ter'tinggi pada kelompok umur 15-.3.4 tahun, berdasarkan · D. prevalepsi tertinggi pada
kelcmpoleumur 5-14. Prevalensi filariasi?'. terti~ggi berdasarkan DG dan D terdapat pada
kelompok umur ·~' 75 tahun. Hal ini mengindikasikan ,filariasis kronis -yang telah.terjadi,
demikian halnya terlihat juga pada kelonipok urnur 55 - 64 angka prevalensinya cukup
tinggi.
~ .
Prevalensi ditinj~u. dari jenls -kelamin akan menggambarkan spesifik agen .penyakit.
Prevalerisi malaria berdasarkan DG, D, dan 0 prosentasenya -pada la~i-laki lebih. tin'ggi
dibandingkan perempuan. Sebaliknya prevalensi DBD berctasarkan DG, D, nilainya lebiJ1
tingi' p~a~ kelompok perempuan. Sedangkan 'pada fjrevalensi filariasis berdasarkan DG
tidak terdapat perbedaan antara laki-laki dan perernpuan: Berdasarkan D prevalensl pada
laki-laki lebih tinggi dibandingkao perempuan.Iidak terdapat perbedaan berartl antara
penederita Jaki-laki dan perempuan. -Gambaran kasus' malaria, DBD ' dan fllartasls
berdasarkan klasifikasi pendidikan tidak nampak perbedaan yang nyata antar kelornpok.
Namun yang perlu mendapat perhatian terdapat pada kelompok pendidikan tidak tamat SD.
Prevalensi DBD dan filariasis berdasar DIG tertinggi terjadi di kelornpok ini. Sedangkan
berdasarkan D angka prevalensi diatas rerata provinsi.
Prevalensi malaria berdasar DIG tertinggi pada kelompok petani/nelayan/buruh. Sebaliknya
berdasarkan Diagnosa oleh Nakes (0) tertinggl tersebar, ,pada .kelompok wiraswasta,
kemunqkinan terjadi karena tingkaf keasadaran 'memeriksak~r:i penyaklt lebih .besar pada
kelompok inh namun prevalensiminurn 'obat masili dlbawah 50%. Prevalensi minum obat
malaria yang telah sesuai proqam-terjadi-pada kelornpok lalnnya. Kelorripok prevalensi DBD
berdasarkan DG tertinggi adalah keloropok lbu rumah tangga, kemungkinan terjadi karena
ibu-ibu rumah tangga tidak beraktifitas dlluar rumah pada saat pagi dan sore hari. Prevalensi
filariasis berdasarkan DG dan G tidak, menunjukan perbedaan. antar kelompok. Rentang
angka prevalensi berkisar antara 0 - 0.1, dimana pada kelompok tidak bekerja merupakan
kelompok prevalejisl tertinggi. Ditinjau dart segi wilayah, prevalensl malaria berdasarkan OG
dan 0 prevalensi di perkotaan Iebif tinggi dibandin_gkan di pedesaan. Sebaliknya,
berdasarkan D prevalensi di pedesaan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan. Prevalensi
DBD berdasarkan DG tid'at< ada pebedaan antara perkotaan dan pedesaan. Berdasarkan D
prevalensi DBQ di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di pedesaan. Keadan sebaliknya
terjadi pada kasus filariasis. Prevalensi filariasis berdasarkan DG di pedesaan lebih·tinggi
dibandingkan di perkotaan. Sedangkan berdasarkan D angka prevalensinya sama, baik di
perkotaah dan pedesaan.
Prevalensi malaria, DBD, dan filariasis berdasarkan kuintil (status ekonomi) menunjukkan
terjadi masalah pada kuintil_2. Di kuintil ini prevalensi ketjga penyakit cukup tinggi.
Walaupun prevalsnsi minum obat pada prevalensi kelompok inf tertinggi, tetapi masih jauh
dibawah target 100 %. Sementara kasus DBD hampir rnerata terjadi di setiap kelompok
kuintil. Demkian pula kasus filariasis. Hal ini rnenunjukkari'penqaruh lingkungan, iklim tropis
kemungkinan jauh lebih berperan terhadap kasuspenyakit menular ini yang diebabkan oleh
tular vektor. Pada kejadian malaria dan filariasis kelompok umur > 75 sangat beresiko,
kelompok ini perlu mendapat perhatian. Dimana usia manula berbagai penyakit tidak
menular sering muncul, daya tahan tubuh rendah dan umumnya mengalami kesulitan
dalam mengkosumsi makanan. Secara umum data menggambarkan penyakit yang
disebarkan melaui tular vektor ini terjadi di masyarakat luas.

69
3.4.2. Prevalensi ISPA, Pneumonia, TB, dan Campak
lnfeksi saluran pernafasan akut (ISPA) rnerupakan 'penyakit yang sering dijumpai dengan
manifestasi ringan sampai berat. ISPA yciQg 'rnengeriai jaringan paru-paru atau ISPA berat,
dapat menjadi pneumonia. Pneumonia rnerupakan penyakit infeksi penyebab kematian
utama, terutama pada balita. Dalam Riskesdas ioi dikumpulkan data ISPA ringan dan
pneumonia. Kepada resporiden ditanyakan ~p~kah dalarn satu bulan terakhir pernah
didiagnosis ISPA/pneumotiia o1.eh, fenag,a kesehatan. Bagi responden yar:ig menyatakan
tidak pernah, dltanyakan apal?ah pernah menderna gejala ISPA dan pneumonia.
Tuberkulosis paru merupakan salah sanr p~nya,kit rh,enular kronls yang menjadijsu gl9bal.
Di Indonesia penyakit ini terrtja~ul< salah ,satu prioritas nasional unt4k program pengendalian
penyakit karena berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi, serta s~ring
mengakibatkan kematian. Walaupun diaqnosls pasti rs berdasarkan pemeriksaan sputum
BTA positif, diagnosis klinis sangat menunjang untuk diagnosis dini terutama pada penderita
TB anak, Kepada respoden ditanyakan apakah t:Jalam 12 bulan terakhir pernah didiagnqsis
re oleh tenaga kesehatan, dan bila tidak, ditanyakan apakah menderita gejala b~tuk lebih
dari dµc;i 'minggu atau batukberdahak bercampurdarah. Campak merupakan penyakit yang
dapat diceqah dengan i111~misasi. Di: Indonesia masih terdapat kantong-kantong penyakit
campak sehingga tidak Ian;ing terjadi KLB. Kepada responder- yang menyatakan tidak
pernah ~didiagnosis carnpak oleh tenaga kesehatan, dital'lyakan apakah pernah menderita
gejaia demam tinggi dengan mata merah dan penuh kotoran, serta ruam pada kulit terutama
di leher dan dada.
Tabel 3.50
Prevalensi ISPA, Pneumonia, TB dan Campak menuruti<abupaten/Kota
di Pr.ovinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

ISPA Pneumonia TB Campak


Kabupaten/Kota
D DG D DG D DG D DG
'Kab.Boqor 9,0 30:9 0,4 1.z 0,5 0,8 0,7 0,9
Kab.Sukaburni 9,4 29,7 0,5 1,7 0,5 0,7 0,8 1,3
Kab.Cianjur 4,3 30,1 1,1 4,1 0,5 1,1 1,1 2,0
Kab.Bandung 3,3 16,9 0,5 2,8 0,5 1,0 0,5 0,8
Kab.Garut 6,8 22,0 1,0 3,2 1,1 1,9 1,2 1,6
Kab. Tasikmalaya 9,5 31,8 0,6 3, 1 0,4 0,7 0,8 0,9
Kab.Ciamis 4,1 24,5 0,5 1,9 0,3 0,8 0,5 0,8
Kab.Kuningan 3,8 18,9 0,4 1,3 0,2 0,3 0,0 0, 1
Kab.Cirebon 9, 1 32,4 2, 1 6;4 1,0 2,2 2,4 3,3
Kab. Majalengka 4,8 29,3 0,8 3, 1 0,5 1,0 1,4 2.1
Kab.Sumedang 11,0 30,4 0,6 1,3 0,2 0,2 0,5 0,6
Kab. lndramayu 4,1 27,3 0,6 1,8 1,1 1,6 1,4 1,9
Kab.Subang 9,5 23,0 0,5 1,4 0,3 0,3 0,7 0,8
Kab. Purwakarta 8,5 27,1 1,1 5,5 1,0 2,3 1,3 2,2
Kab.Karawang 10,9 33,0 1,3 2,7 0,9 1,2 1,0 1,2
Kab.Bekasi 8,9 18,9 1,0 2,0 0,6 0,8 1,4 1,7
Kota Bogor 9,3 25,8 0,8 3, 1 0,7 1,2 0,9 1,2
Kota Sukabumi 9,3 28,2 0,7 2,2 0,7 1,1 1,1 1,7
Kota'Bandunq 2,8 11,9 0,5 1,8 0,4 0,8 1,0 1,3
Kota Cirebon 3,'3 14, 1 0,4 1,4 1,2 1,6 0,4 0,5
Kota Bekasi 6.{ 15,3 0,2 0,7 0, 1 0,2 0,3 0,3
Kota Depok 7,2 20,6 0,3 0,9 0,2 0,5 0,8 0,8
Kota Cimahi 5,4 21,7 1,1 1,5 0,5 0,8 0,5 0,6
Kota Tasikmalaya 5,6 24,6 0,5 2,0 0,5 0,7 0,2 0,3
Kota Banjar 3,8 23,5 0,3 1,7 0,3 1,0 1,0 1,4
JAWA BARAT 6,9 24,7 0,7 2,4 0,6 0,1 0,9 1,3

70
Prevalensi penyakit lspa pneumonia, TB.dan campak masih menjadi prioritas utama pada
program pengendalian penyakit. ~ecara umurn rerata ProvinsL Jawa Barat S'etdikit diatas
rerata 'nasional kecuali prevalensL ISPA. pn~yal~nsj I.SP.A di Kabupaten Karawang secara
klinis maupun gejala menempati urufan tertinggi, prevalensi tertin...QQL12neumQnia terjadi di
kota Karawang, dan campak di kabupaten Cfrebon~ ·sedangkan prevalensi TB ·berdasar
- DIG tertinggi terdapat di -Kabupaten i:i.ul'Wak~rt~ Clan berClasarR"an D ada di kota Cirebq,n.
Tampak kabupaten Cirebon· memerlukan penanqanan' serius dimana keadaan
menggambarkan ISPA, TB masih diatas rerata provinsi dan prevalensi tertinggi penyakit
campak, pneumonia terjadi di kabupaten ini.
·Gambaran prevalensi menurut klasifikasi umur diharapkan mampu 71able71 informasi detait
untuk penanganarr yang sesuai umur. Secara meyakir'lkan baik berdasarkan DG maupuri D,
pneumonia tertinggi tersebar pada- kelompok umur ~ 75 tahun, Sementara menurur DG
prevalensl pada kelompok umur anak dan remaja/dewasa sedikit berbeda, pada 'usia
produktif jug a terdapat perbedaan kecil. · Menurut D prevalensi 1 % terjadi pada kelompok
umur 5 -54 th. Secara umum tidak ada gambaran khusus pada data 71 able berdasarkan
kelompok umur. Hal ini menunjukkan kasus 71 able71 merata terjadi di setiap kelompok
umur.
Lain halnya pada kasus ISPA, berdasarkan DIG dan D prevalensi tertinggi terdapat pada
kelompok urnur 1-4 tahun dan berdasarkan D tersebar di kelompok <1th. Data pada 71able
menginformasikan rentang prevalensi pada kelornpok urnur' dewasa dan anak-anak cukup
jauh, oleh karena itu perlu konsentrasi penanganan pada kelompok umur <5th .
Prevalensi campak tertinggi pada kelompok umur 1-4 tahun baik berdasarkan DG maupun
D. Perbedaan mencolok antar kelompok umur juga terjadi pada kasus campak. Seperti
kasus campak di Indonesia, umumnya campak banyak terjadi pada kelompok < 4th.
Prevalensi !SPA, Pneumonia dan TB baik dilihat berdasarkan DG, maupun D, prevalensi
pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Hal ini diduga laki-laki lebih
banyak terpapar 71able71 nal 71 kaum perempuan. Sebaliknya prevalensi campak baik
berdasarkan DG, D, dan G prevalensi lebih tinggi terjadi pada perempuan.
Prevalensi ISPA, pneumonia, TB, campak berdasarkan pendidikan, pola semakin tinggi
tingkat pendidikan maka penyakit ISPA baik berdasarkan DIG dan D prevalensinya semakin
rendah. Demikian juga untuk penyakit pneumonia, TB dan campak. Gambaran prevalensi
ISPA, pneumonia, dan TB menurut kelompok pekerjaan mengindikasikan resiko masih
banyak terjadi di masyarakat 71able71 petanian/nelayan/buruh. Sedangkan campak pada
kelompok ini dibawah rereli:I provinsi.
Prevalensi penyakit ISPA, pneumonia, campak, dan TB baik berdasarkan DG, D, lebih
tinggi di pedesaan dibandingkan dengan perkotaan. Terlihat bahwa menurut klasifikasi
pendidikan rentang tertinggi juga terjadi di antara kelompok tidak sekolah sampai dengan
tamat SD.

71.
Tabel 3.51
Prevalensi ISPA, Pneumonia; TB, Campa~ menurut Karakteristik Reponden
di Provlnsl Jawa Barat, Riskesdas 2007

Karakteristik ISPA Pneumonia tB C~m~ak


Responden D DG D OG D OG' D DG
Kelompok Umur
<1 15,9 36,0 i,1 _3,0 0,4 0,8 2,9 3,6
1-4 16, 1 44,3 1,4 4,0 1,0 1,4 4,1 5,1
5-14 8,6 29,6 0,7 2,1 0,4 0,7 1,7 2,1
15-24 5,0 19,7 0,5 1,4 0,3 0,6 0,5 0,6
25-34 4, 2 18,5 0,5 1,8 0,5 0,9 0,2 0,4
35-44 5,3 19,8 0,6 2,1 0,5 0,9 0,2 0,4
45-54 5,5 21,6 0,7 2,8 0,7 1,3 0,3 0,7
55-64 5,5 23,1 1,0 3,2 0,7 1,5 -0,1 0,4
65-74 6,4 25,9 1,1 4,5 1,1 2,0 0,0 0,2
>75 7,0 27,0 1,5 5,5 1,0 2,7 0,0 0,3
Jenis Kelamin
Laki-Laki 7,1 25,2 0,8 2,6 0,6 1,1 0,9 1,2
Perempuan 6,8 24,2 0,6 2,2 0,5 0,9 0,9 1,3
Pendidikan
Tidak Sekolah 7,4 27,0 1,3 4,3 1,1 2,1 0,9 1,3
Tidak Tamat SD 6,5 26,1 0,9 3,3 0,6 -·- 1,2 0,5 0,9
Tamat SO 5,5 22,3 0,7 2,5 0,5 1,0 0,4 0,7
Tamat SMP 4,7 18,9 0,4 1,3 0,4 0,7 0,4 0,5
Tamat SMA 4,7 15,9 0,3 1,0 0,3 0,5 0,2 0,2
Tamat SMA Plus 4,6 13,7 0, 1 0,4 0,2 0,3 0,0 0,0
Pekerjaan
Tidak Kerja 6,4 23,1 1,1 3, 1 0,8 1,3 0,5 0,8
Sekolah 6,7 23,1 0,4 1,6 0,2 0,4 1,1 1,4
lbu Rumah Tangga 5,0 20,1 0,5 2,0 0,5 0,9 0,2 0,4
Pegawai 5, 1 15,5 0,4 0,8 0,3 0,6 0,2 0,3
· Wiraswasta 5, 1 20,5 0,6 2,3 0,6 0,9 0,3 0,5
Petani/Nelayan/Buruh 5,2 23,7 0,8 3,2 0,6 1,3 0,2 0,6
Lainnya 5,6 20,1 0,9 2,9 1,0 1,4 0,4 0,8
Tempat Tinggal
Kota 6,6 21,9 0,6 1,9 0,5 0,9 0,8 1,0
Desa 7,3 27,8 0,9 3,0 0,6 1,0 1,1 1,6
Pendapatan keluarga perkapita
Kuintil_ 1 7,5 27,6 0,9 3, 1 0,7 1,1 1,3 1,7
Kuintil_2 6,8 25,7 0,8 2,6 0,6 1,0 0,9 1,3
Kuintil_3 6,6 24,8 0,9 2,6 0,6 1, 1 0,9 1,3
Kuintil_ 4 7,2 23,9 0,7 2,2 0,5 1,0 0,8 1,0
Kuintil 5 6,7 21,6 0,4 1,7 0,5 0,8 0,7 0,9

Prevalensi ISPA, Pneumonia, TB, dan Campak berdasarkan kuintil (status ekonomi)
semakin tinggi kuintil (semakin kaya) maka prosentase DG semakin rendah. Berdasarkan
Oiagnosa oleh Nakes (D) pada kuintil 4 terlihat lebih tinggi dari kuintil 5, tetapi perbedaan
tidak begitu nyata. Gambaran prevalensi memberikan fakta penyakit ISPA, Pneumonia, TB,
dan Campak masih banyak diderita oleh sebagian besar masyarakat. Masyarakat miskin,
pekerjaan petani/buruh/nelayan, pendidikan rendah dan banyak _tinggal di pedesaan. Pola ini
ternyata masih belum bergeser. Sebagai contoh, tahun 1999 WHO memeperkirakan setiap

72
·tahun terjadi 583.009 kasus batu, umumny·terjad1 ~:fil rnasyaakat ke[ohlp.ot< ekonomi lemah
dan golongan usia produktit

·3.4.3. Prevalensi Tifoid, ·Hepatitis, piare ..,


Prevalensl demam tifoid diperoleh dery~an menar'tyakan :apakah pernah' .didiagn6sis tifoid
oleh tenaga kesehatan dalam satu bulan terakhir. Responden yang -menyatakan tidak
pernah, ditanya apakah satu bulan terakhir pernali menderita gejala. tifoid, .sepertl demarn
sorernalam nari kurang dari s~t~ n:iinggl.J, saklt.kepala, lid,ah kotor dan .tid~.!<. blsa buang 'alr
besar. Kasus-hepatins'vanq dideteksi pada ~urvei Rlskesdas:adaJah sem!Ja kasus hepatitis
klinis tanpa mempertimbangkan penyebabnya. Prevalensi hepatitis diperoleh denqan
rnenanyakan apakah pexnalt.didia_gnosi~ trepatitis oleh tena'tfa l<esehatan dalam 12 bulan
terakhir, Responden yang menyatakan tidak pernah didiagnosis hef)atitis dalam tzbutan
terakhir, dltanyakan apakah dalam kurun waktu tersebut pernah mehderita mual, muntah,
tidak nafsu makan, nyeri perut sebelah kanan atas. kencing· warrta air teh, serta kulit dan
mata berwarna ·kuning. ·
Prevalensi diare diukur dengan menanyakan..apakah responden pemari didiagnosis diare
oleh tenaga kesehatan dalam satu pulan, terakhir. Responden yartg menyatakao tidak
pernah, dltanya' apal<ah dalam satu b,uls;in te'rseq4t pernah menderlta buang air; besar. >3 kali
sehari dengan kotoran lembek/cair, Responden yang rnenderlta diare ditanya apakah minum
oralit atau cairan ~Lila garam. •
label 3.52'
Prevalensl Tifold, Hepatitis,dao Oiare menurut Kabupaten/Kota·
· di Provlnal ~awaBarat, Riske.sdas 2007
Kabup13ten/Kota. Tifoid ~ He~atitis Diare
"
D DG D DG 0 DG' 0
Kab.Bagar 0,5 0,9 0,1 0,4 3,3 8,3 30,9
Kab.Sukaburni 1,4 3,1 0,3 0,4 5,2 9,7 26,3
Kab.Cianjur 2,9 ~.5 0,4 9,8 8,1 14,8 32,8
Kab.Bandung 0,8 2,0 0,3 0,7 _2,9 7,6 43,1
Kab.Garut 1,7 2,9 0,6 1,2 10,9 18, 1 42, 1
Kab.Tasikmalaya 1,9 2,8 0,3 0,9 6,4 9,4 34,7
Kab.Ciamis 0,3 0,6 0,5 1,2 3,3 5,5 30,1
Kab.Kuningan 1,1 1,7 0, 1 0,2 2,7 3,8 41,5
Kab.Cireban .... ,..~ .. 1,5 2,8 0,2 1,1 10,9 20,2 46,1
Kab. Majalengka 2,0 3,0 0,1 0,2. 10,4 13,8 49,6
Kab.Sumedang 0,6 1,3 0,2 0,3 6,7 11,3 50,3
Kab. lndrarnayu 1,3 2,2 0,2 0,3 6,1 13,3 20,8
Kab.Subang 0,9 1,7 0,0 0,2 4,4 7,3 29,4
Kab. Purwakarta 0,8 1,4 0,4 1,0 4,9 10,2 29,1
Kab.Karawang 3,5 5,0 0,2 0,5 11',8 '15,5 31,0
Kab.Bekasi 1,3 1,5 0,2 0,2 5,4 7,0 46,2
Kota Bogor 2,6 4,9 0,3 1,4 6,4 11,0 24,6
Kata Sukabumi 1,j 1,8 0) 0,9 4,0 11,9 29,0
Kota Bandung 0,4 0,8 0,3 O,q 3,7 5,3 19,9
Kota Cirebon 1, 1 1,4 0,2 0,2 6,3 10,1 46,0
Kota Bekasi 0,7 0,9 0,0 0, 1 2,5 3,4 46,7
Kata Depok 1,1 1,4 0, 1 0,2 2,8 4,4 22,9
Kata Cimahi 0,5 0,6 0,2 0,2 5, 1 8,3 29,9
Kata Tasikmalaya 0,2 0,4 0,2 0,2 4,5 6,3 40,0
Kota Banjar 0,3 1,4 .0,7 1,4 5,5 9,0 32,0
JAWA BARAT 1,3 2,1 0,3 0,6 5,8 10,0 35,7

73
Rerata prevalensi tifoid, hepatltis dan diare di Jawa Barat masih diatas rerata nasional, baik
prevalensi secara, Diagnosa oleh Nakes atau dengan Gejala (DIGj dan Diagnosa oleh
Nakes (D). Dimana sembilan wllayah prevalensi tifoid dan hepatitis menurut DIG) diatas
rerata provinsi (D/G} dan sebetas wilayah diatas rerata berpasar1$an D .. S,edangkan
prevalensl mlnurn obat diatas rerata nasional . Apabila diliha1 per Kabupaten/Kota maka
kejadian tifoiq menurut Diagnosa oleh nakes 1D) dan rnenurut DIG prevalensi tertinggi
terjadi di kabupaten Karawang-.
Secara klinis niaupun tfiagnosa gejala penyakit liepatiti~, banyak terjadi <Ii daerah kota.
Prevalensi hepatitisberdasarkan~DG'tertiflggi ai Kota Bogor,sebesar 1,41%, berdasarkan D
tertiriggi di Kota-sukabuml sebesar 0,73%. ' ,, ,
.. ~ J

Angka Prevalensi Dia,s:.e; tertinggi berdasarkan DIG terdapat ·di Kabupaten Cirebon sebesar
70.?~~o, namun preyalensi. diagnosa nakes 'tertinggi terja,di di Kabupaten Karawang.
Prevalensi rnlnurn Or(opatt,qralit). di kedua wilayah tersebut masing-fnasing masih dibawah
target naslonal. Prevalensl rninurn obat 0 tertinggi di Kabupatert Sumedarq sebesar 5p%.
I

Wilayah yang mempunyai prevalensi diatas rerata untuk ketiga penyakit ini adalah
Kabupaten Ci,anjur, Kabupaten Garut darrKota Bogor.
Penyakit menular tifoid, hepatitis dan diare rnerupakan penyakit dengan penyebaran melalui
makanan dan mlnumah; Kelornpok urnur xa'ng rentan terhadap penyakit diare ini ada pada
kelompoR O - 5th. Sedangkan rentan'htotd rata -rata ada pada kelompok.anak-anak usia
sekolah, sebaliknya hepatitis banyak terjadi pada kelompok usia produktif. Sementara usia
manula, terlihat prevalensi ke\iga penyakit ini cukup tinggi.
Prevalensi tifoid, -diare dan hepati~s banyak <:fideri'a 'kelornpok rc!Ri-laki (berdasarkan DG,
dan D). Sebaliknya prevalensi diare berdasarkan D kaum perempuan sedikit lebih tinggi.
Prevalensi ketiga penyak1t menular lnl-ternyata banyak terjadi di pedesaan, Namun demikian
prevalensi minuni obat/oralf di pedesaaan juga tiriggi:meski masih di bawah target 100 %.
Berdasarkan pendidikan terlihat gambaran prevalensi ketiga penyakit ini semakin rendah
seiring dengan meningkatnya petldidikan, Hanya pada penyakit tifoid dan hepatitis terdapat
sedikit perbedaan angka prevalensi, yaitu pada kelompok pendidikan tidak sekolah dan tidak
tamat sd. Sedangkan prevalensi minum obat tidak menunjukan perbedaan berarti antar
kelornpok pendidikan.
Klasifikasi prevalensi menurut tingkat pekerjaan akan memberikan gambaran lebih jelas
tentang mayoritas penderita di lingkunganya. Masih seperti kejadian penyakit menular
lainnya, pada kasus tifoid, hepatitis dan diare, mayorits penduduk berstatus
petani/nelayan/buruh mempunyai prevalensi tertinggi.
Prevalensi tifoid, 'hepatitis, diare berdasarkan kuintil dapat dilihat pada tabel 3.21. Walaupun
penyebaran prevalensi hampir merata di setiap kuintil, namun masih terlihat kuintil 5, masih
mempunyai prevalensi terendah. Artinya semakin kaya semakin kecil resiko menderita
penyakit tifoid, hepatitis dan diare.
Sudah dapat diduga penyakit hepatitis, tifoid, dan diare, masih menjadi masalah utama di
Indonesia. Dimana penyebaran penyakit ini berada pada masyarakat mayoritas. Masyarakat
mayoritas Indonesia adalah petani/nelayan/buruh yang berada di pedesaan denqan
pendidikan rendah dan berada pada posisi kuintil 1 dan 2

74
Tabel 3.53
P.revalensi Tifoid', 'Hepatltls; Diare menu~ut K~rakteristi~
di Provinsi Jawa Barat, Rislcesdas 2007
' •. ... ., ;o

.::.
.
Kar~kteristik Tifoid Hepatitis· Oiare
Responden D DG D DG ~ D DG . o.
Kelo~pok Umur ~
<1 0.4 0,9 0,1 0,2 12,3 17,9 3~.6
1-4 1.1 2,1 0',2' o.a 12,7 18,4' 49,&
5-14 1,7 2,6 0,2 0,4 5,4 9,7 36,3
15-24 1,8 2,6 .o.e 0,5 4,4 8,'1 28,3
25-34 1,1 1,8 0,2 r, 0,6 4,1 7,8'' 32,1
35-44 1,1 1,9 0,3 0,6 4,9 8,!) ~1,6
45-54 0,9 1,9 0,3 0';8 5,5 9,5 34,1
55-64 0,8 1,7 0,3 0,8 5,9 10, 1 34.o
65-74 0,9 1,7 0,5 t:O 6,6 11,4 32,2
>75 1,2 2,5 0,1 0,7 7,7 12,7 38,4
Jenis Kelamin
Laki-Laki 1,5 2,3 0,3 0,6 9,9" 9,9 34,8
Perempuan 1,1 1,9 0,2 .;.,
.~0.,5, 10,0 10,0 36:7
Pendidikan
TidaK Sekolah 0,8 0,4 0,3 0,8 7,7 13,5 ~7,1
Tidak Tamat SD 1,4 0,4 0,3 0,7 6,3 11,3 ,33.5
Tamat SD 1,4 0,4 0,3 0,8 5.~ 9,7 .3,4,1_
Tamat SMP 1,4 0,2 0,2 0.4 4,3 7,9 29,6
Tamat SMA 1,1 0,2 0,2 0,4 3,1 5,5 29,8
Tamat SMA Plus 0,6 0,1, 0,2 0,4 2,9 5,2 29.7
Pekerjaan
Tidak Kerja 1,7 2,3 0,2 0,7 0,6 10,4 35,2
Sekolah. 1,6 2,5 0,3 0,4 0,9 8,7 33,4
lbu Rumah Tangga 0,9 1,6 0',3 0,6 0,8 9,0 34,0
Peqawai 1,0 1,4 0,1 0,3 0,5 5,2 28,5
Wiraswasta 1,3 2, 1 0,3 Q,5 0,9 9,2 28,3
Petani/Nelayan/Suruh 1:4 2,6 0,3 0,8 1,3 10,4 34,0
lainnya 1,1 1,4 0,01 0,5 0,3 8,4 33,0
'- . --
Tempat Tinggal
Kota 1,04 1,8 0,2 0,5 4,8 8,3 36,2
Des a 1,54 2,5 0,3 0,6 ,6,9 11,8 35,4
Tingkat pengeluaran perkaplta
Kuintil_ 1 1,3 2,2 0,3 0,5 6,3. 11,3 35,8
Kuintil_2 1,5 2,5 0,3 0,6 5,7 10,5 37,2
Kuinti1_3 1,2 2,2 0,3 0,7 5,7 10,2 37,5
Kuintil_ 4 1,2 1,9 0,2 0,6 5,9 9,5 34,9
Kuintil 5 1,2 1,8 0,2 0,4 5,3 8,2 32,8

75
3.5. Penyakit Tidak Menular

3.5.1. Penyakit Tidak Menular Utama, Penyaklt Sepdi, Penyakit.Keturunan


,. " " "" .
\

Data penyakit tidak menular (PTM) yang dlsajikan meliputi penyakit sendi, asma, stroke,
jantung, OM, ~ipertensi, tumor/kanker, J;t8!1.99\.lan jiwa. berat, buta wama, glaukom.a-; bibir
sumbing,- dermatitis; Tinitis;- talal:fef!iia, . .. dan hemo~IJaa dianalisis berdasarkan ]awaban
responden "p~,rgah didiagnosis -Oleh ten~ga kesehatan" (notasi D pada, taoelY atau
"m~mmuiyai gejala klinis PTM". Prevalensi 'PTM· adalah gabunQan kasus PTM yang · perriah
didiagnosis nakes dan kasus yang mernpupyal riwayat gejala P.TM (dinotasikan sebagai DG
pada t.abel). Cakupan atau janqkauan pelayanan tenaga kesehatan terhadap kasus PTM di
masyarakat dihitung dari persentase setiap.kasus PTM yang telah didiagnosis oleh tenaga
kesehatan dibagi dengan persentase masing-masing kasus 'PTM yang ditemukan, baik
-
berdasarkan diagnosis maupun:gejala (D.dibagi DG). ,
.
Penyakit sendi, -hlpertensi dan stroke ditanyakan kepada responden umur 15 tahun ke atas,
sedangkan PTM'"tainnya .dltanyakan kepada semua responden. Riwayat penyakit sendi,
hlpertensl, stroke dan asma ditanyakan dalam kuruii 'waktu 12 bulan terakhir, dan untuk
jenis PTM lainnya kurun waktu riwayat PTM adalah selama hidupnya.
Untuk kasus penyakit jantung, riwayat pernah mengalami gejala' penyakit jantung dinilai dari
5 pertanyaan dan disimpulkan menjadi 4 .gej~la yang rhengarah ke penyakit jantung,·yaitu
penyakit· jantung kongeriital, angina, arltmla, dan dekompensasi kordis. Responden
dikatakan memiliki gejala jantung [ika.pernah mengalami salah satu dari 4 gejala termaksud.
Data hipertensi didapat deng~n metode wawancara dan p~'ngukuran. Hipertensi
berdasarkan hasil pengukuran/pemeriksaan tekanan darah/tensi, ditetapkan menggunakan
alat pengukur tensimeter digital. Tensimeter digital divalidasi dengan menggunakan standar
baku pengukuran tekanan darah {sfigmomanometer air raksa manual). Pengukuran tensi
dilakuka'n pada responden umur 15 tahun ke atas. Setiap responden diukur tensinya
minimal 2 kali, jika hastt pengukuran ke dua berbeda lebih dari 1 O mmHg dlbandinq
pengukuran pertama, maka dilakukan penqukuran ke tiga. Dua data pengukuran denqan
selisih terkecil dihitung reratanya sebagai hasil ukur tensi. Krlteriahipertensi yang digunakan
pada penetapan kasus merujuk pada kriteria diagnosis JNC VII 2003, yaitu hasil pengukuran
tekanan darah sistolik ~ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik '<!·go mmHg.
Kriteria JNC VII 2003 hanya berlaku.untuk usia 18 tahun keatas, maka prevalensi hipertensi
berdasarkan pengukuran tensi dihitung hanya pada penduduk umur 18 tahun ke atas.
Mengingat pengukuran tekanan darah dilakukan pada penduduk 15 tahun ke atas maka
temuan kasus hipertensi pada usia 15-17 tahun sesuai kriteria JNC VII 2003 akan
dilaporkan secara garis besar sebagai tambahan informasi. Selain pengukuran tekanan
darah, responden juga diwawancarai tentang riwayat didiagnosis oleh nakes atau (i_waya.t
meminum obat anti-hipertensi. Dalam penulisan tabel, kasus hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran diberi inisial U, -kasus hipertensi berdasarkan diagnosis nakes diberi inisial D,
dan gabungan kasus hipertensi berdasarkan diagnosis nakes dengan kasus hipertensi
berdasarkan rlwayat minum obat hipertensi diberi istilah diagnosis/minum obat dengan
inisial DO.

76
Tabel3.54
Prevalensi Penyaklt Persandlan., Hipertensi, dan::Stroke
menurut Kabupaten/Kota di Provins! Jawa Barat, Riskesdas 2007

Penyakit
Hipertensi (%) Stroke(%)
Kabupaten/Kota Sendi (%)
' '
D DG D 0/0 U D DG
Kab.Bogor 11,7 35,9 7,4 8,2 23,3 0,6 0,7
Kab.Sukabumi 19,9 48,8 8,7 9,0 26,2 0,6 0,7
Kab.Cianjur 26,6 56,1 10,9 11,2 29,2 0,6 0,9
Kab.Bandung 12,8 39,7 10, 1 11, 1 29,4 1,0 1,2
Kab.Garut 35,5 55,8 11,2 11,8 38,2 0,4 0,9
Kab.Tasikmalaya 21,6 56,4 9,9 10, 1 43,1 0,8 1,1
Kab.Ciamis 18,4 47,2 9,8 10,6 35,5 1,0 1,2
Kab.Kuningan 11,4 35,1 9,0 9,1 42,4 0,5 0,6
Kab.Cirebon 12,3 47,1 8,3 8,5 31,4 0,8 1,1
Kab.Majalengka 24,6 51,9 10,6 11,0 29,3 1,1 1,3
Kab.Sumedang 31, 1 55,1 12,0 12,4 29,6 0,8 0,9
Kab.lndramayu 4,9 39,3 7,4 7,7 31,3 0,7 1,2
Kab.Subang 30,9 43,3 12,0 12, 1 27,3 0,6 0,6
Kab.Purwakarta 14,5 48,7 10,4 10,5 37,8 0,4 0,7
Kab.Karawang 22,8 41,4 12, 1 12,2 22,5 0,9 1, 1
Kab.Bekasi 14,3 31,4 8,0 8,2 24,1 0,9 0,9
Kota Bogor 20,6 42,5 11,2 11,7 28,4 0,8 1,1
Kota Sukabumi 11,4 37,7 10, 1 10,7 26,0 0,8 1, 1
Kota Bandung 17,9 31,6 8,9 9, 1 24,6 0,8 1,1
Kola Cirebon 12,7 37,4 9,8 9,9 27,4 1,2 1,2
Kola Bekasi 9,5 25,1 6,7 6,9 29,1 0,5 0,5
Kola Depok 8,8 23,0 9,7 9,9 22,6 0,9 1,0
Kola Cimahi 16, 1 39,4 11,0 11,6 26,5 0,8 0,9
Kota Tasikmalaya 14,8 42,5 9,2 9,5 41,0 0,8 1,0
Kota Banjar 16,9 50,5 10,2 10,3 40,8 1,0 1,0
Jawa Barat 17,7 41,7 9,5 9,9 29,3 0,7 0,9
Catalan : D = Diagnosa oleh Nakes 0 = Minum obat
DG= Diagnosis oleh nakes atau dengan gejala U = Hasil Pengukuran
DO= Diagnosis oleh nakes atau dengan gejala
*) Peny. Persendian dan stroke dinilai pada penduduk umur > 15 tahun, dan >18 tahun untuk
hipertensi.

Secara umum 41,7% penduduk Jawa Barat mengalami gangguan persendian, lebih tinggi
dari prevalensi Nasional yaitu 30,3%. Sementara prevalensi penyakit persendian
berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 17,7%, tidak jauh berbeda dengan
angka Nasional yaitu 14,0%. Menurut Kabupaten/Kota, prevalensi penyakit persendian di
Jawa Barat berkisar antara 23,0% - 56,4%, prevalensi tertinggi di Kabupaten Tasikmalaya
dan terendah di Kota Depok.. Sementara prevalensi penyakit persendian yang telah
didiagnosis oleh tenaga kesehatan berkisar antara 4,9 - 35,5%, dimana prevalensi tertinggi
ditemukan di Kabupaten Garut dan terendah di Kabupaten lndramayu.

77
Prevalensi hipertensi di Jawa Barat berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah adalah
29,3%, dan hanya berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 9,5%, sementara
berdasarkan diagnosis dan atau riwayat. minum obat hipertensi adalah.. 9,9%. Menurut
KabupaterrKot«, prevalensi· hipertensi berdasarkan tekanan darah berkisar antara 22,5% -
43, 1 %, prevalensi te~inggi. qi Kabupateh Tasikmalaya dan .tefertdah di Kabupaten
Karawang. Sementara prevalensi hipertensJ berdasarkan diagnosis oteh tenaga kesehatan
dan atau minum obat htpertenst. berkisar antara 6,9% - 12,4%. Memperhatikan angka
prevalensi hipertensi berdasarkan dipgnosis atall minum obat dengan prevalensi hlpertensi
berdasarkan hasil pengukuran ·tekanari darah-di'setiap Kabupaten/Kot~ di Jawa Barat, pada
umumnya nampak perbedaan brevalensi yang cukup besar. Perbedaan prevalensi paling
besar ditemukan di Kabupaten Kuningan. Data ini menunjukkan banyak kasus hlpertensi di
Kabupaten Kuningan 'maupun di wilayah lainnya di Jawa Barat belum ditanggulangi dengan
baik. ·
Berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan atau gejala yang menyerupai stroke,
prevalensi stroke di Jawa Barat adalah 0,9%. Menurut KabupatenlKota prevalensi stroke
berkisar antara 0,5% -1,3%. Kabupaten Majalengka mempunyai prevalensi lebih· tinggi
dibandingkan wilayah lainnya
Menurut kelompok umur dapat dilihat bahwa prevalensi penyakit sendi, hipertensi maupun
stroke meningkat sesuai dengan bertambahnya umur. Prevalensi penyakit sendi lebih tinggi
pada wanita, baik berdasarkan diagnosis maupun diagnosis atau gejala. Begitu juga pada
hipertensi baik berdasarkan diagnosis, riwayat minum obat, diagnosis dan minum obat,
rnaupun berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah bahwa prevalensi perempuan· lebih
tinggi dari pada pria. Sedangkan pola prevalensi stroke menurut jenls-kelarnin nampak tidak
ada perbedaan yang berarti.
Pola prevalensi penyakit sendi, hipertensi, dan stroke cenderung tinggi pada tingkat
pendidikan yang lebih rendah dan nampak sedikit rnenlnqkat kembali pada tingkat
pendidikan Tarnat PT. Namun, pada penyakit hipertensi yang minum obat, terlihat ada
peningkatan sedikit pada tingkat tidak tamat SD tetapi selanjutnya polanya sama dengan
yang lainnya. Berdasarkan pekerjaan responderi, prevalensi penyakit sendi pada
Petani/Nelayan/ Buruh ditemukan lebih tinggi dari jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan untuk
hipertensi, prevalensi lebih tinggi ditemukan pada mereka yang tidak bekerja. Untuk
penyakit stroke, prevalensi tertinggi yang berdasarkan diagnosa ada pada profesi
petani/nelayan/buruh, sedangkan jika berdasarkan diagnosa dan gejala, prevalensi tertinggi
ditemukan lebih tinggi pada mereka yanqtidak bekerja.

78
Tabel 3.55
Prevalehsi Peny~.kit P'ersendian, Hlpertenst, dan Strok.e menurut Karakteristik
Responden di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

SendLf%J Hi~ertensl (%) Stroke(%)


Karakteristik Responden
D DG D DO u D DG
Umur
15-24 Tahun 2,9 13,0 1,1 1,2 9,3 0,0 0,1
25-34 Tahun 10,3 31,1 3,1 3!~ 16,0 0,2 0,2
35-44 Tahun 18,3 45,8 7,0 7,3 27,2 0,3 0,4
45-54 ·Tahun 26,7 58,3 13,8 14,3 38,5 1,1 1,4
55-64 Tahun 33,2 66,5 19,5 20,4 50,9 2,0 2,5
65-74 Tahun 37,5 70,9 26,8 27,6 59,3 3,0 3,4
75+, Tahun 39,0 73,4 26,1 27,4 64,6 3,4 4,4
Jenis Kelamin
Lakl-Laki 16,3 39,7 7,0 7,4 27,3 0,8 1,0
Perempuan 18,9 43,5 11,7 12, 1 31,2 0,7 0,9
Pendldtkan
Tidak Sekolah 26,9 62,4 17, 1 17,6 47,5 1,5 2,0
Tidak Tamat SD 26,2 58,5 14,0 14,6 37,1 1,2 1,4
Tamat SD 21,2 48,4 9,6 10,1 30,9 0,8 1,0
Tamat SMP 10,6 28,5 6,5 6,7 21,6 0,4 0,5
Tamat SMA 9,2 24,9 5,3 5,5 20,2 0,4 0,5
Tamat PT 10,3 24,4 6,7 7,0 23, 1 0,6 0,7
Pekerjaan
Tidak Kerja 16,9 38,1 15, 1 15,5 35,5 38,1 2,6
Sekolah 2,4 8,7 3,6 3,8 14,5 8,7 0,1
lbu RT 20,5 4(?,8 11,7 12, 1 31,0 46,8 0,7
Pegawai 10,0 25,3 5,6 5,9 21,9 25,3 0,5
Wiraswasta 17,3 42,5 7,5 7,9 27,1 42,5 0,7
Petani/Nelayan/ Buruh 22,5 53,6 7,6 8,0 30,2 53,6 0,8
Lainnya 19,3 41,2 12,5 13,0 33,9 41,2 2,1
Tempat tinggal
Perkotaan ......- ... 14,6 36,1 9,5 9,9 27,8 0,8 1,0
Pedesaan 21,2 48,1 9,5 9,9 31,1 0,7 0,9
Tingkat pengeluaran
Kuintil-1 17,1 43,8 8,0 8,4 28,4 43,8 0,9
Kuintil-2 17,9 43,3 9,0 9,4 28,2 43,3 0,8
Kuintil-3 18,6 43,7 9,4 9,8 .30,7 43,7 0,8
Kuintil-4 17,7 41, 1 10,0 10,3 29,3 41,1 1,1
Kuintil-5 17, 1 37,2 10,6 11, 1 29,9 37,2 1,0

Penyakit sendi lebih .banyak pada penduduk di desa, sebaliknya penyakit stroke lebih
banyak di kota. Prevalensi penyakit hipertensi tidak terlihat perbedaan berdasarkan tempat
tinggal kecuali pada hipertensi hasil pengukuran, lebih banyak pada penduduk desa.
Berdasarkan status ekonomi yang diukur rnelalui tingkat pengeluaran pes kapita, prevalensi
penyakit sendi di Jawa Barat nampak cenderung lebih tinggi pada ekonomi menengah
(kuintil 3). Sedangkan untuk hipertensi, prevalensi cenderung meningkat sesuai dengan

79
peningkatkan ekonomi kecuali pada hipertensi berdasarkan hasil pengukuran, prevalensi
tertinggi ada pada mereka yang berada pada.ekonomi menengah (kuintil 3). lain halnya
dengan penyakit stroke, prevalensl teiiinggJ berdasarkan diaqnosa Iatan 'I pada ekonomt
terendah (kuintil 1 ). Sedangkan bila bei"dasarkan diagnosa dan,.gejala, prevalensi tt:rtinggi
pada ekonomi tinggi (kuiritil 4).
·Tabel 3.56
Prevalensi p~nyakit Asma*, Janlung*, Diabetes* dan Tumor**
menurut Kabupate~/Kota Di Provlnsl Jawa Barat, Riskesdas ~007

~sma Jantung Diabetes Tumor


Kabupaten/Kota (%) {%) (%} (%}
D' DIG D DIG D DIG TD
.....
Kab Bogor 2:1 4,0 0,7 7,8 0,6 0,9 0,3
Kab ·Sukabumi 2,7 4,3 0,5 4,2 0,3 0,4 0,6
Kab Cianjur 2,5 4,4 0,9 8,8 0,2 0,8 0,3
Kab Bandung 2,1 3,8 1,0 10,8 0,5 2,0 0,4
Kab Garut 4,3 7,7 1,6 10,4 0,6 1,8 0,4
Kab Tasikmalaya 3,3 6,0 1,3 5,9 0,2 1,1 0,6
Kab Ciamis 1,5 2,5 1,0 7,9 0,8 1,2 0,6
Kab Kuningan 0,8 1,5 1,1 5,3 0,7 1,2 0,5
Kab Clrebon 2,2 4,2 0,9 14,9 0,5 1,2 0,9
Kab Majalengka 2,2 3,9 0,7 5,2 0,5 0,6 0,7
Kab Sumedang 3,6 5,1 0,9 8,8 0,3 ~ . . 0,8 0,4
Kab lndramayu 1,6 4,2 1,3 11,9 1,0 1,3 0,5
Kab Subang 1,9 2,6 1,0 3,8 0,8 0,8 0,2
Kab Putwakarta 2,9 6,4 1,3 12,3 0,7 2,1 0,8
Kab Karawang 4, 1 5,7 0,5 6,4 1,0 1,2 0,4
Kab Bekasi 3, 1 4,0 0,7 6,2 0,6 1,0 0,5
Kota Bogor 3,4 5,1 1,2 12, 1 1,7 2,5 1,0
Kota Sukabumi 2,6 4,4 2,9 14,5 1,1 1,8 1,5
Kota Bandung 2,3 3,0 1,6 8,1 1,2 2,0 0,7
Kota Cirebon 1,8 3,5 1,4 12,7 1,6 2,3 0,9
Kota Bekasi 1,7 2,4 0,8 4,5 1,7 1,9 0,7
Kota Depok 1,6 2.8 1,4 8, 1 1,4 2,4 0,8
Kota Cimahi 3,1 3,9 2,0 9,3 1,0 1,8 0,7
Kota Tasikmalaya 1,3 2,2 1,1 4,6 0,4 0,7 0,4
Kota Banjar 2,1 4,1 1,4 11, 1 1,0 2.1 1,7
Jawa Barat 2,5 4,1 1,0 8,2 0,8 1,3 0,5
Catatan:
=
D Diagnosa oleh Nakes 0 Minum obat=
G = Oengan gejala =
U Hasil Pengukuran
DIG= Di diagnosis oleh nakes atau dengangejala
*) Peny. Asma, jantung, diabetes ditetapkanmenurut jawaban pernah didiagnosis
menderita penyakit atau mengalami gejala
**) Penyakit tumor ditetapkan menurut jawaban pernah didiagnosis menderita
tumor/kanker.

Prevalensi penyakit asma di provinsi Jawa Barat sebesar 4, 1 % (kisaran 1,5 - 7, 7%),
tertinqqi terdapat di Kabupaten Garut (7,7%) dan terendah di Kabupaten Kuningan (1,5%).
Prevalensi penyakit jantung 8,~% berkisar antara 3,8 - 14,9%, tertinggi di Kabupaten
Cirebon (14,9%) dan terendati Kabupaten Subang (3,8%). Prevalensi penyakit diabetes
sebesar 1,3% (kisaran 0,4 - '2,5%), tertinggi di kota Bogar (2,5%) dan terendah di
Kabupaten Sukabumi (0,4%).

80
Tabel 3.57
P.revalensi pehyakif'Asma*, Jantung*, Diabetes* dan Tumor" rnenurut
Kar-akteristik Responden Di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

Karakteristik Asma(%) Jantung (%) Diabetes(%) Tumor(o/oo)


Respond en D DIG D DIG D DIG D
Kelompok umur
<1 tahun 0,7 1,0 0,1 0,6 0 0 0
1-4 tahun 2,1 3,3 0,1 1,5 0,1 0,1 0,0
5-14 tahun 1,8 2,8 0,2 3,0 0,1 0,1 0,2
15-24 tahun 1,7 2,9 0,4 6,8 0, 1 0,6 0,4
25-34 tahun 1,9 3,3 0,5 8,2 0,2 0,8 0,5
35-44 tahun 2,2 3,8 1,1 9,7 0,8 1,5 0,8
45-54 tahun 3,3 5,5 2,3 13,7 2,0 3,1 1,2
55-64 tahun 4,6 7,5 3,3 15,9 3, 1 4,4 1,2
65-74 tahun 5,7 10,3 3,3 18,8 2,6 3,8 0,6
75+ tahun 7,7 13,3 4,0 20,7 2,4 4,4 1,1
Jenis Kelamin
Laki-Laki 2,5 4,3 0,9 7,2 0,8 1,3 0,4
Perempuan 2,4 3,9 1,2 9,1 0,8 1,3 0,7
Pendidikan
Tidak Sekolah 3,9 7,5 1,3 14,3 0,9 1,7 0,5
Tidak Tamat SD 3,~ 6,1 1,4 12, 1 0,8 1,6 0,6
Tamat SD 2,8 4,7 1,3 10,3 0,8 1,6 0,6
Tamat SMP 2,0 3,3 0,8 7,8 0,9 1,4 0,7
Tamat SMA 1,7 2,5 1,2 7, 1 1,2 1,8 0,8
Tamat PT 1,3 1,9 2,0 6,6 2,3 2,8 1,0
Pekerjaan
Tidak Kerja 3,4 5,8 1,7 12, 1 1,3 2,1 0,6
Sekolah 1,8 3, 1 0,4 4,7 0, 1 0,3 0,2
lbu RT. 2,7 4,3 1,7 11,7 1,2 1,9 1,0
Pegawai 1,5 2,5 1,3 6,4 1,6 2,2 0,7
Wiraswasta 2,6 4,0 1,3 10,8 1,3 2,3 0,8
Petani/Nelayan/ Buruh ·--- 3,2 6,2 1,0 11, 1 0,5 1,3 0,5
Lainnya 3,7 5,6 2,5 12,9 2,7 4,3 1,3
Tempat tinggal
Perkotaan 2,3 3,5 1,2 7,9 1,0 1,6 0,6
Pedesaan 2,7 4,8 0,9 8,5 0,5 1,0 0,5
Tingkat pengeluaran
Kuintil-1 2,8 5,0 0,7 8,5 0,5 1,0 0,5
Kuintil-2 2,5 4,4 0,7 8,5 0,4 1,0 0,5
Kuintil-3 2,4 4,1 1,0 8,4 0,6 1,2 0,4
Kuintil-4 2,4 3,8 1,1 8,1 0,8 1,4 0,6
Kuintil-5 2,2 3,4 1,5 7,5 1,4 2,0 0,7

Penyakit asma dan jantung terdapat di semua kelompok umur dan prevalensinya
cenderung meningkat sesuai pertambahan usia. Prevalensi tertinggi diabetes pada usia 55-
64 tahun dan 75 tahun ke atas. Tumor cenderung meningkat sesuai usia, prevalensi
tertinggi pada kelompok umur 45 - 64 tahun.

81
Prevalensi penyakit jantung dan tumor pada perempuan cenderung lebih tinggt dari laki-laki.
Sebaliknya, pada penyakit asma, prevalensl laki-laki lebih tinggr dibanding perempuan. Lain
halnya denqan diabetes, laki-laki dan J?erempua~ mempunyai prevalensi yang sama
Untuk asrna maupun Jantung, prevalensi cenderung menurun sesuai dengan peningkatkan
pendidikan. Sebalikny~ pada tumor, prevalensi meningkat sejalan dengan peningkatan
pendidikan. Diabetes tinggi pada yang tamat perguruan tinggi. Prevalensi asma tinggt pada
petani/nelayan/buruh, janturtg tinggi pada kelompok yang tidak bekerja, diabetes tinggi
pada wiraswasta diikuti kelompok pegawai dan tidak bekerja. Prevalensi tumor tinggi -pada
ibu rumah tangga.
Prevalensi asma dan jantung lebih tinggi pedesaan dari perkotaan, Sedangkan diabetes dan
tumor prevalensinya cenderung lebih tinggi di perkotaan dari pedesaan. Penyakit asma dan
jantung bila diukur melalui tingkat pengeluaran per kaplta prevalensinya cenderung menurun
sesuai dengan peninqkatkan- ekonomi. Berlawanan dengan penyakit tersebut, diabetes
meninggi sesuai dengan tingkat pengeluaran. Stroke yang terbanyak di kuintil 5.
Tabet 3.58
Prevalensi Penyakit Keturunan* (Gangguan Jiwa Berat, Buta Warna,
Glaukoma, Sumbing, Dermatitis, Rhinitis, Talasemia, Hemofilia) Menurut
Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

Hemo
Jiwa
Kabupaten/Kota Buta Glau- Sum- Derma- Rinitis Tala-
Warn a koma bing titis __.... Semi a filia
-

(%} {%} (%} {%} (%} {%} (%} {%)


Kab Bogor 0,3 1,0 0,6 0,2 7,6 0,8 0,0 1,0
Kab Sukabumi 0, 1 0,2 0,2 0,1 6,4 2,9 0,0 0,2
Kab Cianjur 0,2 0,5 0, 1 0, 1 8,8 4,7 0,1 0,5
Kab Bandung 0,1 0,3 0,3 0,0 10,3 4,8 0,1 0,3
Kab Garut 0,2 0,9 0,5 0, 1 10,7 5,2 0,2 0,9
Kab Tasikmalaya 0,2 0,3 0, 1 0, 1 12,0 4,6 0,0 0,3
Kab Ciamis 0,4 0,6 0,2 0,2 11,9 2,2 0,0 0,6
Kab Kuningan 0,2 0,1 0, 1 0,2 4,8 0,9 0, 1 0,1
Kab Cirebon 0,5 2,0 1,4 0,3 16, 1 5,0 0,2 2,0
Kab Majalengka 0,1 0,7 0,0 0 ~.6 4,1 0 0,7
Kab Sumedang 0,2 0,3 0,2 0,1 12,5 4,7 0,2 0,3
Kab lndramayu 0,4 0,2 0, 1 0, 1 6,8 2,2 0 0,2
kab Subang 0,0 0,0 0,1 0 3,4 0,2 0, 1 0,0
Kab Purwakarta 0,4 0,4 0,5 0,2 13,8 3,7 0,1 0,4
Kab Karawang 0,3 1,2 0,5 0, 1 8,6 2,3 0,2 1,2
Kab Bekasi 0,1 0, 1 0,1 0,0 3,8 2,5 0 0, 1
Kota Bogor 0,4 0,6 0,3 0,2 15,7 4,6 0,1 0,6
Kota Sukabumi 0,4 1,3 3,7 0,0 8,9 3,3 0,0 1,3
Kota Bandung 0,2 0,2 0,0 0, 1 8,7 4,5 0, 1 0,2
Kota Cirebon 0,2 0,4 0,4 0,2 11, 1 2,2 0 0,4
Kota Bekasi 0, 1 0,3 0,4 0,2 9,4 5,9 0,0 0,3
Kota Depok 0, 1 0,4 0,5 0,0 13,0 7,4 0,2 0,4
Kota Cimahi 0,3 0,2 0,2 0,0 14,7 7,8 0,0 0,2
Kota Tasikmalaya 0, 1 0,2 0 0, 1 5,8 1,7 0 0,2
Kota Banjar 0,7 0,4 1,1 0,0 13,4 3,9 0 0,4
Jawa Barat 0,2 0,6 0,4 0,1 9,3 3,6 0,1 0,6
*) Penyakit keturunan ditetapkan menurut jawaban pernah mengalami salah satu dari riwayat
penyakit gangguan jiwa berat (skizofrenia), buta warna, glaukoma, bibir sumbing, dermatitis,
rhinitis, talasemi, atau hemofili

82
Prevalensi gangguan jiwa berat di provinsi Jawa Barat ~2% (kisaran 0, 1 -:. 0,7~o), terttnggi
di l)ota Banjar, terdapet.di.sernua kabupaterukota.kecuaf di Kabup(\te·n Subang. Prevalensi
buta warna 0,6% (klsaran O", 1 - 2,0%), tertinggi di Kab. qrebon·, diik\Jti kota Sukabumi dan
Kab. Karawang, tidak terdapat di Kab: Subang. 'P..revalensi glaucoma 0,4%, (kisaran 0,1 -
3,7%), tertinggi di Kota Sukabumi, terdapat di semua kabupaten/kota, kecuali kab.
Majalengka, Kota Bandung, dan kot~ tasikmalaya
~"; t

Prevalensi bibir .sumbing 0, 1% (kisaran 0, 1 - 0,3%). dan thallasemia O.~ % (kisaran 0,1 -
0,2%). Prevalensi tertinggi bibir sumbing di Kab.Cirebon. Lainnya....prevalensi kecil di semua
kabupaten/kota. Prevalensi dermatitis 9,3% (kisaran 3,4 - 16, 1 %), ·tertinggi di Kab. Cirebon
diikuti Kota Bogor dan Kota Cimahi, terdapat di semua kabupatenrkota.. Prevalensi rhinitis
3,6% (kisaran 0,2- 7,8%), teFtinggi di Kota Cimahi, diikuti kota Depokdan kota Bekasi .
.{·

Hemofili seperti buta warna· mempunyai prevalensi yang sama yaitu 0,6% (kisaran 0, 1 -
2,0%), tertinggi di kabupaten Cirebon diikuti kota Sukabumi daru Kab. Karawang, tidak
terdapat di Kab. Subang. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut kenapa angka prevalensi
buta warna dan hemofili hampir bersamaan antara kabupaten/kota yang ada di provinsi
Jawa Barat.
3.5.2. Gangguan Mental Emosional
Di dalam kuesioner Riskesdas, pertanyaaan mengenai keseh'atan mental 'terdapat di dalam
kuesioner individu F01 -F20. Kesehatan mental dinilai dengan Self Repoiting Questionnaire
(SRQ) yang terdiri dari 20 butir pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan SRQ diberikan kepada
anggota rumah tangga (ART) yang berusia <:: 15 tahun, Ke-20 butir pertanyaan ini
mempunyai pilihan jawaban "ya" dan "tidak". Nilai batas pisah yang ditetapkan pada survei
ini adalah 5/6 yang berarti apabila responden menjawab minimal 6 atau lebih jawaban "ya",
maka responden tersebut diindikasikan mengalami gangguan mental 83able83nal. Nilai
batas pisah tersebut sesuai penelitian uji validitas yang pernah dilakukan (Hartono, Badan
Litbangkes, 1995).
Gangguan mental 83able83nal merupakan suatu keadaan yang rnengindikasikan individu
mengalami suatu perubahan 83 able 83 nal yang dapat berkembang. menjadi keadaan
patologis apabila terus berlanjut. SRQ memiliki keterbatasan karena hanya mengungkap
status 83 able 83 nal individu sesaat (± 2 minggu) dan tidak dirancang untuk diagnostik
gangguan jiwa secara spesifik. Dalam Riskesdas 2007 pertanyaan dibacakan petugas
wawancara kepada seluruh responden. Tabet di bawah ini menunjukkan prevalensi
gangguan mental 83able83nal pada penduduk berumur ;:: 15 tahun. lndividu dinyatakan
mengalami gangguan mental 83 able 83 nal apabila menjawab minimal 6 jawaban "Ya"
kuesioner SRQ. v

83
label 3.59
Prevalensi Garygguan Mental Eruo~iopaj-pada Penduduk Berumur 151ahun·Ke Atas
(berdasarkan ~~I~R.eeortfng que;;tionPi!{re-20)* menu rut Kabltpaten/kota di Pto'vinsi
Jawa Barat, Ri~sdas 2007

Kabupaten/Kota Gangguan Mental Emoslonal


Kab Bogar' 1,4,5
Kab Sukabumi 13,1
Kab Cianjur 19,8
K~p Bandung "'27,6
Kab Garut 26~9
Kab Taslkmalaya 20,6
Kab Ciamis 18,8
Kab Kuningan 11,2
Kab. Citebart 29,8
Kpb Majalengl<a 24,5
Kab Sumedang 16,7
Kab lndramayu 23,4
kabSubanq 15,5
Kab Purwakarta 31,9
Kab Karawang_ 14,2
KabJ3ekasi 23,2
Kata Bogor 24,4
Kata Sukabumi 27,6 _,.,
Kota-Bandunq 19,2
Kota Cirebon 20,8
Kata Bekasi 11,6
Kata Oepok 17,9
Kata Cimahi 24,2
Kata Tasikmalaya 18,6
Kata Bal'ljar 20,0
Jawa Barat 20,0
*Nilai Batas'Pisah (curott Point) ~ 6

Dari table 3.59 terlihat prevalensi-Ganqquan Mental Emosional di Jawa Barat (20,0%) lebih
tinggi dibandingkan prevalensi riasional (11 ;6%). Di antara kabupaten/kota, prevalensi
tertinggi di Kabupaten Purwakarta (·31,9%) dan terendah di Kabupaten Kuningan (11,2%)

84
r 'Tabet 3.so
Prevalens] Gangguan.Merital '.Efnosional pada'P.eQdu·~uk q~rur;nur 1& Tah.unKe
Atas. (berdasarkan Self Reporting Quest{on'n~ire-2.0)* menu rut l;{arakteristik
Responden~i·F'r'9vins!J~w~,B~raf,,Risk~sdas.~007

K~rakteri~tik' "Gangguan ·Mental Emosional


Kelompok Um~r
·15-24 Tahun 16,5
17 5.
25-34 Tahun I'

35-44 Tahun 18',3


45-54 Tahun 20,7
55-Q4 Tahun 23,6
65-74 Tahun 31,0
75+ Tahun 41\~
Jenis Kelam(n
Laki-Laki'
'Peren:ipll.an
Pendidikan
Tidak Sekolah 32,0
Tidak Tamat SD 27,1
Tamat SD 21, 1
Tamat SMP 17,f
Tamat SMA 12,9
Tamat PT 10,8
Pekerjaan
Tidak Kerja 27,6
Sekolah 14,8
lbu RT 23,5
Pegawai 11, 1
Wiraswasta 17,4
P~tani/Nelayan/B.l;!.r.uh 19,3
Lainnya 17,6

Klasifikasi Daerah
Perkotaan 18,8
Pedesaan r
21,3

Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga per Kapita


Kuintil 1 23,6
Kuintil 2 22,0
Kuintil 3 21,3
Kuintil 4 18,6
Kuintil 5 15,5
*Nilai Batas Pisah (Cut off Point) ;:: 6

'•

85
Dari tabel 3.60 terlihat prevalensi Gai;i.ggp~Q Mental Emosional meningkat sejalan dengan
pertambaharr Uf!lUL Berdas.arl<an,1;1mur, prevalensi ·tertinggi pada kelompok umur 75 tahun
ke atas (41,6'%) dan terendah pada .l<elomRok umur 15-24Jahun (16,5%). Kelomp6k yang
rentan.menqalaml gangguaJj m~ntal'emoslOnal ad~l?h perempuan (24,3%), kelompok yang
memiliki pendidikan rendah: (palihg ~tinggi pada · kelompok tidak sekolah, yaitu 32,0%),
kelompok yang tidak bekqrja (27,6%), tinggal di desa (21,3%), serta kelompok tingkat
1:
pengeluarap per: kap!ta ru/Tlah taogga, tersndah (pad a Kuintil. 23 ,6%t ·
Keterbatasan SRQ hanya dapat mengungkap gangguan mental- emoslonal atau distres
emosional ,sesaat. lndividu yang dengan alat ukur ini dinyatakan rnenqalaml gangguan
mental emoslonat akan lebih baik dilanjutkan dengan wawancara psi~iatri dengan dolder
spesialis jiwa untuk menemukan ada tidaknya gangguan jiwa yang sesungguhnya serta
jenis gangguan jiwa nya ·

3.5.3. Penyakit Mata

Survei Kesehatan lndera Penglihatan dan Pendengaran tahun 199,3-19991 memperlihatkan


angka kebutaan di lndonesia'mencapai 1,47, jauh lebih tinggi dioandingkan angka kebutaan
di Thailand (.0.3), India (0,7), Bangladesh (1.0), bahkan lebih tinggi dibandinqkan Afrika Sutr
sahara (1,40)2• Angka ke6utaan ini menurun menjadi 1,21 sesuai denqan hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 yan~ mewakili tingkat kawasan Sumatera,
Jawa-Bali, dan Kawasan Timur lndonesia.3 Saw dkk. dengan metodologi yang berbeda dari
SKRT 2001, 'rnelaporkan angka kebutaan dua mata pada pqp_ulasi .rural di Sumatera
sebesar 2,2 (golongan usia >20 tahun), sedangkan angka low vision bilateral mencapai 5,8.
Gangguan penglihatan mencakup low vision dan kebutaan, merupakan 'keadaan yang
mungkin dapat .dihindari dan atau dapat dikoreksi. Program WHO "Vision 2020: the right to
sighf'·yang dicanangkan sejak tahun 1999 mematok target pada tahun 2020 tidak ada lagi
"kebutaan yang tidak perlu" pada semua penduduk dunia. Berbagai strateqitelah dijalankan
dan Indonesia sebagai warga dunia turut aktif da!am upaya tersebut, diawali dengan
pencanangan program Indonesia Sehat 2010. Low vision' dan 'kebutaan (Revised
International Statistical Classification of Diseases, Injuries and Causes of Death (/CD) 10,
WH0)5 menjadi masalah penting berkaitan dengan berkurang sampai hilangnya
kemandirian seseoranq yang mengalami kedua gangguan penglihatan tersebut, sehingga
mereka akan menjadi beban bagi orang di 'Sekitarnya.
Sadan Litbang Kesehatan (Balitbangkes) telah berpengalaman dalarn melakukan survei
berskala nasional berbasis masyarakat seperti Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT),
tetapi data kesehatan tersebut baru dapat menggambarkan tingkat n,asional. Di era
desentralisasi sekarang ini, data kesehatan berbasis masyarakat diperlukan di tingkat
kabupaten/kota untuk perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi di wilayah masing-masing.
Untuk menjawab kebutuhan tersebut Balitbangkes melakukan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas). Sampel Riskesdas mel)gtkuti kerangka sampel Susenas KGR Dangan jumlah
sampel yang lebih besar ini, sebagian besar variabel kesehatan yang dikumpulkan dalam
Riskesdas dapat menggambarkan profil kesehatan di tingkat kabupaten/kota atau provinsi.
Dalam Riskesdas 2007 ini data yang dikumpulkan untuk mengetahui indikator kesehatan
mata meliputi pengukuran tajam penglihatan menggunakan kartu Snellen (dengan atau
tanpa pin-hole), 'riwayat glaukoma, riwayat katarak, operasi katarak, dan pemeriksaan
segmen anterior mata dengan menggunakan pen-light.
Prevalensi /ow vision dan kebutaan dihitung berdasarkan hasil pengukuran visus pada
responden berusia enam tahun ke atas. Prevalensi katarak dihitung berdasarkan jawaban
responden berusia 30 tahun ke atas sesuai empat butir pertanyaan yang tercantum dalam
kuesioner individu. Notasi D pada tabel 3.63 dan 3.64 adalah persentase responden yang
mengaku pernah didiagnosis katarak oleh tenaga kesehatan dalam 12 bulan terakhir,

86
,., ~edangk~n DG adalab persentase' D ditambah persentase responden yang' mempunyai
gejala utarna-katarak '(penglihatan berkabut dan silau), tetapi tid~k 'pernah d,{diagnosis oleh
t~paga kesehatan. Persentase riwayat operasi katarak didap~tkan dari respcnden yang
m,,eng?kU pernah didiagnosis katarak dan pernali menjalanl operasl katarak dalam '12 bulan
terakhir.Keterbatasan pengumpulan data visus adafah tidak dilakuk~mnya koreksi vlsus,
tetapi dilakukan pemeriksaan visus tanpa pin-hole, dan jika vlsus lebih' kecil dari 20/20
dilanjutkan dengan pin-hole. Keterbatasan pada pengumpulan data katarak adalah
kemampuan pe~g~mpt.ll data. (~uryeyor') Y.~mg bervarlasl dalam menilai lensa mata
meng"gunakan alat bantu pen-light, sehingg(\ pemakaian lensa intra-okular pada tesponden
yang rnenqaku tefah menjalani operas! katarak tidak dapat dikonfirmasi.

Tabel 3.61
Persentase Penduduk Usia 6 Tahun Ke Atas menurut Low vision,Kebutaan
(dengan atau Tanpa Koreksi Kacamata Maksimal) dan Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

Kabupaten/ Kota Low Vision*(%) Kebutaan** (%)


Kab Bogor 3,00 0,75
Kab Sukabumi 4,05 1,00
Kab Cianjur 3,83 0,50
Kab Bandung 4,15 0,71
Kab Garut 2,59 0,76
Kab Tasikmalaya 6,45 0,83
Kab Ciamis 5,53 0,95
Kab Kuningan 8,76 1,45
Kab Cirebon 6,41 1, 16
Kab Majalengka 7,48 1,04
Kab Sumedang 6,74 0,35
l<ab lndramayu 4,59 0,86
Kab Subang 3,85 0, 16
Kab Purwakarta 4,01 0,80
Kab Karawang 5,28 0,54
Kab Bekasi 2,35 0,31
Kota Bogor 4,73 0,39
Kota Sukabumi 6, 16 0,71
Kota Bandung v 4,62 0,81
KotaCirebon 3,16 0,73
Kota Bekasi 3,03 0,22
Kota Depok 2,18 0,21
Kota Cimahi 3,88 0,38
Kota Tasikmalaya 4,73 1,45
Kota Banjar 6,99 0,87
Jawa Barat 4,40 0,70
Catatan: *)Kisaran visus: 3/60 ~ X < 6/18 (20/60) pada mata terbaik
**)Kisaran visus <3/60 pada mata terbaik

Persentase low vision di Jawa Barat adalah 4.4% berkisar' antara 2, 18% (Kota Depok)
sampai 8,76% (Kabupaten Kuningan}, sedangkan persentase kebutaan 0,70% yitu sedikit di
bawah prevalensi nasional (0,9%) berkisar 0, 16% (Kabupaten Subang) sampai 1,45%
(Kabupaten Kuningan dan Kota Tasikmalaya). Dibandingkan dengan persentase low vision
di tingkat provinsi, 13 dari 25 kabupaten yang ada masih memiliki persentase lebih tinggi.
T erdapat 16 kabupaten dengan persentase lebih tinggi di banding persentase provinsi.
Diperlukan kajian lebih lanjut untuk mengidentifikasi penyebab /ow vision dan kebutaan
sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan di tingkat kabupaten.

87
Mempertimbangkan bahwa keadaan low vision dan kebutaan akan mengakibatkan
seseoranq kehilangan kemandlrlan untuk menjalankan aktivitas sehari-hari, maka
penanqanan khusus untuk rnembenkan koreksi penglihatan maksimal bagi penderita low
vision dan kebutaan denqan penyebab yang dapat dlperbalkl, tampaknya cukup esensial
guna mengembalikan kemampuan penderita dalam upaya memenuh1 kebututtan hidup
pribadi dan keluarganya.
Tabel 3:62
Persentase Penduduk Umur 6 Tahun Ke Atas menu'rut Low Vision, Kebutaan (dengan
.atau Tanpa Koreksi Kacamata Maksimal) dan Karakteristik R~s~ponden di Provins!
Jawa 'Ba rat, Riskesdas 2007
Karakteristik responden Low vision *(%) Kebutaan**(%)
Kelompok umur (tahun)
6- 14 0,65 0,11
15-24 0,94 0,06
25-34 1,66 0,06
35-44 1,92 0,11
45-54 5,39 0,48
55-64 13,61 1,63
65-74 27,01 5,08
75+ 39,90 12,76
Jenis kelamin
Laki-laki 3,62 0,60
Perempuan 5,14 0,79
Pendidikan
Tidak sekolah 18,15 4,51
Tidak tamat SD 6,89 1, 11
Tamat SD 4,18 0,50
Tamat SMP 2,03 0,16
Tamat SMA 1,77 0,14
PerguruanTinggi 1,74 0
Pekerjaan
Tidak bekerja 10,05 2,83
Sekolah 0,65 0,03
lbu RT 5,33 0,65
Pegawai (negeri, swasta, polri) 1,69 0,13
Wiraswasta 3,33 0,39
Petani/ nelayan/ buruh 6,72 0,69
Lainnya 8,10 1,07
Tipe Daerah
Perkotaan 3,76 0,52
Perdesaan 0,52 0,89
Tingkat pengeluaran rumah tangga per kaplta
Kuintil-1 4,48 0,75
Kuintil-2 4,68 0,89
Kuintil-3 4,87 0,62
Kuintil-4 4, 18 0,75
Kuintil-5 3,83 0,46
Catatan: *)Kisaran visus: 3/60 ::. X < 6/18 (20/60) pada mata terbaik
**)Kisaran visus <3/!)0 pada rnata terbaik

88
Menurut karakteristik umur, persentase low \lfsion makin !!1~ningkat sesuai pertambahan
usia dan rneninqkat tajam 'pada kisaran usla 45 .tahun l<eatas,1 sedangkan persentase
kebutaan meningkat J~jam .pada goldn'gaft usia 55 ·tahu'it keatas. Beberapa penelitian
tentang low vision dan kebutaan di negara tetangga melaporkan bahwa _katarak senilis
(proses deqeneranf) . merupakan penyebab tersering yang dlternukan pada penduduk
golongan umur 50 tahun keatas. Katarak adalah salah satu penyebab gSingguan visus yang
dapat dikoreksi deogan operasi, sehingga besar harapan bagi p~n·d~rita' low vision dan
kebutaan akibat katarak untuk dapat melihat kembali pasca operasi.dan koreksi. Perlu
disusun kebijakan oleh pihak berwenang dalam upaya rehabilitasi /ow vision dan kebutaan
akibat katarak, sehingga kebergantungan penderita dapat dihilangkan.
Dalam tabel yang sama tampak pula bahwa persentase low vislon dan kebutaan pada
perempuan cenderung lebih tinggi dibanding laki-laki
Persentase low vision dan kebutaan pada penduduk berbanding terbalik dengan tiogkat
pendidikan, makin rendah tingkat pendidikan makin tinggi persentasenya, sementara itu
sebaran terbesar juga berada pada kelompok penduduk yang lidak 'bekerja'. Kenyataan
bahwa persentase penduduk yang kehilangan kemandirian akibat /Oy.' vision dan kebutaan
pada umumnya juga mempunyai keterbatasan pendidikan dan pekerjaan/penghasilan,
menyebabkan kekhawatiran akan timbulnya kebergantungan mereka 'kepada orang lain,
baik secara fisik maupun finansial, yang makin memperberat beban kelu.arga, sehingga
membutuhkan perhatian dan penanganan khusus dari pihak pemerintah dan sektor terkait
lainnya.
Persentase low vision lebih tinggi di perkotaan dari pedesaan, sedanqkan kebutaan sedikit
lebih tinggi di daer'ah perdesaan dibanding perkotaan. Akan tetapi terdistribusi hampir
merata di semua kuintil. Hal ini menunjukkan bahwa persentase low vision dan kebutaan
tampaknya tidak terfokus pada kelompok kuintil rendah .

... -

89
Tabet 3.63
Persentase Pendudu,k Umur 30, Tahun ke.atas dengan Katarak
Menurut Kabupaten/Kota.dl Provlnsl Jawa Barat,,Riskesdas 2007

Kabupaten/kota D* ·(%) DG**' (%)


Kab Bogor 2,28 21,7 4
Kab Sukabumi 0,73 16,30
Kab-Cianjur 1, 16 22,65
Kab Bandung 1,05 19,07
Kab Garut - '· 1,30 25,07
Kab Tasikmalaya 1,82 19,20
Kab Ciamis 1,85 18,40
Kab Kuningan 0,86 11,76
Kab Cirebon 1,39 24,20
Kab Majalengka 1,63 20,63
Kab Sumedang 1,95 11,95
Kab lridramayu 1,41 20,32
kab Subang 1,31 18,00
Ka6 Purwakarta 1,72 14,85
Kab Karawang 2.41 20,75
Kab Bekasi 2, 11 19,09
Kota Bogor 1,27 12,77
Kota Sukabumi 1,16 10,94
Kota Bandung 2,82 10,78
Kota Cirebon 2,26 ..-, 14,62
Kota Bekasi 1,47 10, 10
Kota Depok 1,51 9,02
Kota Cirnahi 1,83 6,95
Kota Tasikmalaya 2,02 11,93
Kota Banjar 2,74 15,07
Jawa Barat 1,66 17,59
*)D = persentase responoen yang mengaku pernah didiagnosis katarak oleh tenaga
kesehatan dalam 12 bulan terakhir.
**)DG= persentase responden yang mengaku pernah didiagnosis katarak oleh
tenaga kesehatan atau mempunyai gejala penglihatan berkabut dan silau
dalam 12 bulan terakhir.

Secara keseluruhan, persentase penduduk usia 30 tahun keatas di Jawa Barat yang pernah
didiagnosis katarak maupun yang mengaku di diagnosa dan mempunyai gejala penglihatan
berkabut 1,66% dan 17,59% yang tidak berbeda jauh dengan angka nasional. Persentase
diagnosis oleh nakes terendah ditemukan di Kab. Sukabumi (0,73%) dan yang tertinggi
adalah di Kata Bandung (2,82%).
Adapun rasio persentase katarak berdasarkan diagnosis atau gejala dari yang terendah
berturut-turut adalah sebagai berikut: Kata Cimahi, Kata Depok, Kata Bekasi, Kata Bandung,
dan Kota Sukabumi. Persentase diagnosis katarak oleh nakes yang masih sangat rendah
mungkin juga berhubungan dengan masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk
memeriksakan kesehatan matanya, meskipun mereka telah mengalami gejala gangguan
penglihatan. Dalam hal ini, pemerintah daerah (Pemda) selayaknya memikirkan strategi
khusus untuk dapat menjaring penderita katarak secara aktif, terutama yang sudah
mengalami gangguan penglihatan low vision dan kebutaan untuk menjalani rehabilitasi
berupa operasi katarak yang prosedur penatalaksanaan dan pembiayaannya mungkin juga
memerlukan dukungan pen uh dari Pemda dan sektor terkait lainnya.

90
Tabel 3.64
Persentase Penduduk Umur 30 Tahun keatas dengan Katarak
Menurut Karakteristik Responden di Provlns! Jawa Barat, Riskesdas 2007

Karakteristik responden D (%) DG(%)


Kelompok umur (tahun)
30-34 0,21 4,26
35-44 0,56 9,67
45-5~ 1,33 17,83
55-64 3,17 26,S7
.65- 74 5,07 41,03
75+ 5,96 53,03
Janis kelamin
Laki-Laki 1,66 16,24
Perernpuarr 1,65 18,88
Lama Pendidikan
Tidak Sekolah 2,98 35,87
Tidak Tamat SD 2,03 25,69
Tamat SD 1,43 16,01
Tamat SMP 1,42 9,62
Tamat SMA 1,34 7,85
Tamat PT 0,89 6,65
Pekerjaan
Tidak Bekerja 4,39 37,78
Sekolah 1,86 13,04
Mengurus Rt 1,35 16,18
Pegawai (Negeri, Swasta, Polri) 1,33 6,85
Wiraswasta 1,35 12,43
Petani/ Nelayan/ Buruh 1, 15 19, 10
Lainnya 4,19 20,50
Tempat Tinggal
Perkotaan 1,84 14,55
Perdesaan 1,46 20,92
Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita
Kuintil-1 ...._ .. 1,61 20,34
Kuintil-2 1,61 18,45
Kuintil-3 1,49 17,96
Kuintil-4 1,72 17, 17
Kuintil-5 1,83 14,93

Persentase diagnosis katarak oleh nakes meningkat sesuai pertambahan usia, cenderung
lebih besar pada perempuan (18,88%). Pada Katarak yang pernah didiagnosis oleh nakes
terlihat sedikit lebih besar di daerah perkotaan (1,84%) sedangkan untuk yal')g didiagnosa
oleh nakes ataupun mernpunyai gejala katarak, di pedesaan lebih besar (20,92%) .
Persentase katarak Seperf halnya low vision dan kebutaan, lebih besar pada penduduk
dengan latar pendidikan tidak sekolah dan tidak tamat SD, juga tinggi pada kelompok
penduduk yang tidak bekerja. Hal ini bila dlhubunqkan dengan adanya progam penjaringan
kasus katarak yang saat ini sedang. meningkat dilakukan secara gratis dan massal berkat
kerja sama organisasi profesi (dokter ahli mata) dengan pemerintah, swasta, maupun
organisasi sosial. Selain itu, besarnya persentase penduduk yang tidak bekerja maupun
bekerja di sektor informal yang mempunyai persepsi bahwa untuk beraktivitas/bekerja tidak
memerlukan penglihatan yang tajam.

91
Penduduk yang didiagnosis katarak oleh nakes maupun yang mempunyai gejalanya
tersebar merata paca 5 kuintil yang dikelompokkan berdasarkan pengefuaran per kapita per
bulan dala~ rurnah tangga, tetapi tarnpak bahwa ,prevalensi katarak terendah ·ditemukan
pada kuintil tertinggi (14,93%). Sedanqksn pada penduduk yang didiagnosa oleh nakes,
prevalensi terendah ada pada kuintil 3 (1,4S%).

Tabel 3.65
Persentase Penduduk Umur 30 Tahun Ke Atas dengan Katarak Yang Pernah
Menjalani Operasi Katarak dan Memakai Kacamata Pasca Operasi menurut
Kabupaten/Kota di P.rovinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Operasi katarak Pakai kacamata
Kabupaten/kota (%) pasca operas!(%}
Kab Bogor 0, 18 60,00
Kab Sukabumi 0,34 16,67
Kab Cianjur 0,19 100,00
Kab Bandung 0,34 100,00
Kab Garut 1,83 2,56
Kab Tasikmalaya 0,35 25,0Q
Kab Ciamis 0,72 80,00
Kab Kuningan 0,22 • 50,00
Kab Cirebon 0,06 ·-' 0
Kab Majalengka 0,83 77,78
Kab Sumedang 1, 10 62,50
Kab lndramayu 1,15 40,00
kab Sub.ang 0,70 60,00
Kab Purwakarta 0,52 0
Kab Karawang 1,03 84,62
Kab Bekasi 0,97 50,00
Kota Begor 0,38 66,67
Kota Sukabumi 0,00 0
Kota Bandung 0,72 69,23
Kota Cirebon 1, 15 50,00
Kota Bekasi 0,90 46,15
Kota Depok 0,60 80,00
Kota Cimahi 0,41 33,33
Kota Tasikmalaya 0,83 66,67
Kota Banjar 0,68 100,00
Jawa Barat 0,64 46,86
Catatan: *)Respondenyang pernah didiagnosisKatarak oleh nakes

Persentase operasi katarak dalam 12 bulan terakhir untuk tingkat provinsi adalah sebesar
0,64 dengan kisaran terendah adalah di Kab. Bogor (0,18%) dan tertinggi adalah Kab. Garut
(1,83%), tidak ada operasi katarak di Kota Sukabumi. Operasi katarak di Jawa Barat hampir
sama persentasenya dengan naslonal (0,68%). Jumlah operasi ini masih sangat rendah dan
dikhawatirkan akan mengakibatkan penurnpukan kasus Ratarak, Oleh karena ltu, perlu
kajian lebih lanjut untuk nfer:igetahu~ penyebab rendahnya persentase operas! katarak untuk
mengatasi masalah low vision dan kebutaan akibat katarak.

92
Penggunaan kacamata pasca operasi -katarak di tingkat provinsi adalah sebesar 46,86%
dengan. kisaran terendah adalah, di Kab Cirebol1, Kao. Purwal<ana! dan Kota SukabUrii
(Oo/o). Tertinggi .adalah Kab- -9janjur, Kab. Bandung, darr Kota [3anjar (dan '100%).
Pemberian · kacamata operasi -bertujgan rnengoptlrnalkan tajanf,.periglihatan jarak jaun
maupun jarak dekaf pasca operasl katarak, sehingga tidak semua penderita pasca op'erasi
merasa memerlukan kacamata · untuk rnelakukan aktivitas- sehari-hari. Bila dilihat c!ari
persentase, katarak di Kab Garut yang tertinggi, akan tetapi-pemakatan kaca mata pasca
oper~slnya terendah. Hal ini mungkin, karena tidak semua yang telah melakukan operai
katarakmemerlukan kacamata untuk kegiatan harian.
Pada tabel '3.66 terlihat kecenderungan peninqkatan presentase operasi katarak dan
pemakain kaca mata pasca operasi sesuai bertambahnya umur . Hal ini sesuai d~ngan
persentase low vison dan kebutaan yang meningkat sesuai pertambahan umur. Persentase
operasi katarak pada laki-laki cenderunq lebih tinggi dibandingkan pada perempuan,
rneskipun persentase diagnosis katarak oleh nakes ataupun gejala pada perempuan lebih
besar .. Hal ini mungkin dikarenakan masih adanya bias gender dalam masyarakat yang lebih
rnengutamakan .lakl-lakl dil;>anding perempuan dalam sebagian besar aspek, termasuk
bidang kesehatan. Keadaan tersebut dikhawatirkan dapat menlmbulkan penumpukan kasus
katarak pada perempuan sehingga jumlahnya lebih banyak dibandingkan laki-laki.
Persentase operasi katarak lebih besar pada kelompok penduduk tidak sekolah dan tidak
tamat SD, lebih besar pada kelompok sekolah dan tidak bekerja, dan lebih besar dr daerah
perkotaan. Hal ini mungkin berkaitan dengan kemudahan akses ke sarana kesehatan· yang
mempunyai alat bperasi di perkotaan pada umumnya lebih mudah dibanding di perdesaan.
Banyaknya penduduk yang tidak sekolah dan tidak tamat SD dan yang tidak bekerja
melakukanoperasi katarak kemungkinan dikarenakan adanya program operasi katarak
gratis.

,_-

93
Tabel 3.66*
Persentase,s;>endudu.k Usia ~ 30 Tahun-Dengan Katarak yang Pernah M'enjalani
f.)perasi Kat~rak~dan-Memakai:Kaca1nata Pasca Operasi Meriurut Karakteristik
Responder» di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

Karakteristik responden Operasi katarak Pak~i kacamata


(%) pasca operasi (o/o}
, a

Kelompok umur (tahun)


30-34 0,22 11, 11
35-44 0,32 24,00
45-54 0,47 38,89
55-64 0,89 58,82
65-74 2,04 56,86
75+ 2,00 65,00

Jenis kelaruin 0,66 51,69


Laki-laki 0,61 42,53
Perempuan

Lama pendidikan
Tidak sekolah 1,02 42,86
Tidak tamat SD 0,78 41,46
Tamat SD 0,59 --~ 48,53
Tamat·SMP 0,39 33,33
Tamat SMA 0,45 58,82
TamatPT 0,68 77,78

Pekerjaan
Tidak bekerja 1,22 61,76
Sekolah 1,70 33,33
lbu RT 0,58 30,00
Pegawai (negeri, swasta, polri) 0,51 70,00
Wiraswasta 0,54 53,85
Petani/ nelayan/ buruh 0,47 40,00
Lainnya 1,96 81,82

Tipe Oaerah 0,65 52,94


Perkotaan 0,61 41,76
Perdesaan

Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita


Kuintil-1 0,63 29,03
Kuintil-2 0,53 28,57
Kuintil-3 0,56 51,85
Kuintil-4 0,67 51,35
Kuintil-5 0,75 68,09
0,63 47,46
Catatan: *) Respondenyang pernah didiagnosiskatarak oleh nakes

94
3.5.4. Kesehatan Gigi ~ 1•
# . - 1i --? f "I t ' ..
Untuk mencapai targ'et' pencapalan pelayanan kesehatan gigi 2010, telah dilakukan
berbagai program, baik promotif, preventif, protektif, kuratif maupun rehabilitatif. Berbagai
indikator dan target telah ditentu!<.an WHO, antara- lain. anak umur 5 tahun 90% bebas
karles.ienak umur 12 tahun mernpunyai tingkat ·keparahan kerusakan gigi (lndeks Dfy1F-T)
sebesar 1 (satu) gigi; penduduk umnr 18 tahuJ1 6eba'S g1gi'yang dicabut (kom}:>oneh M=O);
r penduduk uniur 35-44 tahun memiliki minimal 20 gigi t;>~rfungsi sebesar 90%, dan l?E?ndudµk
umur 35-44 tanpa gigi (edentulous) S2%; penduduk, umur 65 tahun ke atas masih
mempunyai gigi berfungsi sebesar 75% dan penduduk tanpa gigi s5%.
Tercfapat lima langkah program indikator terkait penilaian keberhasuarrproqrarn dan
pencapaian target gigi sehat 2010, yaitu:

Se hat/ . Rawan Laten/Deteks~ Sa kit/ Ca cat/


Promotlf {protektifi dinl dan terapf kuratif rehabllltatlf
Prevalensl lnsiden % dentally Fit % keluhan % ~o gigi
berfung;:;i
% caries free 5th Expected PTI % dentally fit % edentulous
incidence
DMF-T 12th Trend DMJ!-T RTI PTI % protesa
menurut umur
DMF-T 15th Ml RT(
DMF-T 18th CPITN Ml

Performed Treatment lndex(PTI) .merupakan angka persentase dari jumlah gigi tetap yang
ditumpat terhadap angka DMF-T. PTI menggambarkan motivasi dari seseorang untuk
menumpatkan giginya yang berlubang dalam upaya rnempejtahankan gigi tetap. Required
Treatment Index (RTI) merupakan angka persentase dari jumlah gigi tetap yang karies
terlladap angka DMF-T. RTI menggambarkan besarnya kerusakan yang belum ditangani
dan memerlukan penumpatan/pencabutan.

Dalam Riskesdas 2007 ini dikumpulkan berbagai indikator kesehatan gigi-mulut


masyarakat, baik melalui wawancara maupun pemeriksaan gigi-mulut. Wawancara
dilakukan terhadap semu~__kelompok umur, meliputi data masyarakat yang berrnasalah ~igi-
mulut, perawatan yang diterima dari tenaga rhedis gigi, hilqng seluruh gigi' .asli.. .jenis
perawatan yang diterima dari tenaga medis gigi,;1tt9h,pEfrilpku .pemeliharaan kesehatan gigi.
Pemeriksaan gigi-mulut -dilakukan' pada kelompok' umur 12 tahun ke atas dengan
menggunakan instrumen·genggam (kaca mulut dah' senter).

95
Tabel 3.67
Prevalensi Penduduk Bermasalah _Gigi-M4lut Menurut KabuP,a~n/Kota
di Provinsl Jawa B'arat, Riskesdas 2007
,
,•
.. • :I' '

Bermasalah ~ Menerim~, perawatan Hilang, seluruh


G!51l-i:nulut 1 "' dari tenaga medls glgl-asli
Kabup~~n/~ota
··. gig I*
Kab sogor 19,9 28,6 0,1
Kab Sukabumi 2~,3 31 :1 1,0
Kab Cianjur 29,0 21,2 0,6
Kab ,B~ndung 26,5 35,1 0,5
Kab Garut 36,7 •25,3 0,8
Kab Tasikmalaya 31,7 25,2 1,0
Kab Ciamis 24,3 29,5 1,1
Kab Kuningan 13,0. 31,7· 1,0'
Kab Cirebon 28,5 38,8 0,6
Kab Majaiengka 27,2 40,9 o.e
Kab Sumedang 32,0 44,8 1,2
Kab lndrarnayu 29,3 29,8 0,7
Kab Subang 16,2 36,7 0,9
Kab Purwakarta 30,2 29,t 0,6
Kab Karawang 24,9 34,9 0,4
Kab Bekasl 21,9 35,8 0,5
KotaBogor 31,1 41,3 ..-. 0,5
Kota Sukabumi 33,0 42,0 0,5
Kota Bandung 21,7 41,2 0,6
Kota Cirebon 21, 1 52,5 0,5
Kota Bekasi 19,8 38,0 0,3
Kota Depok 23,fJ 34,9 0,2
Kota'Cimahi 34,0 39,9 0,6
Kota Tasikmalaya 16,4 35,5 0,6
Kota Bahjar 26,5 30,3 1,0
JAWA BARAT 25,3 33,1 0,7
*)Termasuktenaga medis gigi: perawatgigi, dokter gigi, atau dokter spesialis
kesehatan gigi dan mulut

Dari sebanyak 25,3% penduduk Jawa Barat mengalami masalah gigi mulut (gimul)
sebanyak 33,1% nya menerima perawatan dari tenaga rnedis, Terdapat 13 dari 25
kabupaten/kota di ·Jawa Barat ya~.9,meJ11P,unyaj prevalensi masalah gigi mulut yang lebih
tinggi dibandingkan dengan provin~i. P.revql~risi tertinggi ditemukan di .Kabupaten·Garut
(36,7%) sedangkan terendah di kabupaten Kuningan (13%). Sedangkan yang menerima
perawatandari tenaga medis gigi berkisar antara 21,2% - 52,5% dengan prevalensitertinggi
di kota Cirebon dan terendah di kab Cianjur. Pada tabel di atas juga dapat dilihat bahwa
prevalensi penduduk yang kehilangan seluruh gigi asli adalah 0,7% dan 9 kabupaten/kota
diantaranya mempunyai prevalensi lebih tinggi dibanding provinsi. Kabupaten Sumedang
mempunyai prevalensi tertinggi (1,2%) dibandingkan kabupaten/kota lainnya dan kota
Depok yang terendah (0,2%).

96
Tabel 3.68
Prevalensl Penduduk B.ermasalah Gigi-Mlllilt Menurut ~~rakteristik Responden
di Provtns! Jawa Barat, Riskesdas '2007

Menerima Hilang
Bermasalah perawatait seluruh gigi
Karakteristik
gigi-mulut Dari fenaQa medis asli
I i
Umur
<1 1,1 25,0 0,2
1 - 4 9,4 ·33,7 0,0
5 - 9 ~8,1 37,5 0
10-14 23,2 31,0 0
15-24 23,0 28,8 0
25-34 26,2 34,9 0,0
35-44 30,0 35,3 0,1
45-54. 32,0 34,5 0,4
55-64 31,0 30,4 1,5
65+ 25,0 26,2 8,8
Jenis k~lamin
Laki-laki 24,1 31,0 0,7
Perempuan 26,5 35,0 0,6
Tipe Daerah
Perkotaan 23,8 38,4 0,5
Perdesaan 27,1 28,0 0,8

Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita


Kuintil-1 25,2 25,3 0,6
Kuintil-2 25,7 29,5 0,7
Kuintil-3 25,6 32,6 0,6
Kuintil-4 25,6 35,4 0,7
Kuintil-5 24,4 43,0 0,8

Tabel 3.68 menggamb<=!~Js.an jenis perawatan yang diterima penduduk yang mengalami
masalah gigi-f)lulut dalam 12 bulan terakhir menurut karakteristik responden Jawa Barat.
Pada responden yang mengalami gangguan mulut, tidak tampak, perbedaan persentase
dalam menerima perawatan/pengobatan gigi berdasarkan kelompok umur. Perbedaan
terlihat untuk responden tampak hila dilihat berdasarkan tempat tinggal, dimana persentase
yang menerima perawatan/pengobatan di kota (38,4%) lebih tinggi dibandingkan di desa
(28,0%). Berdasarkan tingkat pengeluaran per kapita per bulan, tampak kecnderunqan
peningkatan persentase yang mendapat perawatan/pengobatan gigi sejalan peningkatan
tingkat pengeluaran.
di dilihat bahwa berdasarkan umur maka yang paling banyak mengalami masalah gimul
terjadi pada kelompok umur 35 - 64 tahun (>30%). Akan tetapi, yang paling banyak
menerima perawatan dari tenaqa medis gigi adalah kelompok umur 5 - 9 tahun (37,5%).
Sedanqkan Persentase terbanyak yang kehilangan seluruh gigi aslinya adalah penduduk
yang berumur 65 tahun ke atas.
Berdasarkan jenis kelarnin, persentase masalah gigi mulut dan yang menerima perawatan
dari tenaqa medis gigi lebih tinggi pada perempuan. Sedangkan pada penduduk yang hilang
seluruh gigi aslinya lebih banyak pada laki-laki. Masalah gigi mulut lebih banyak pada
penduduk desa. Akan tetapi, yang menerima perawatan dari tenaga medis gigi lebih banyak

97
di kota. Hal ini mungkin dikaitkan dengan kemudahan akses dan fasilitas perwatan gigi di
kot~ leblh baik dlbanding ~i desa, Pada penduduk yaog hilang seluruh gigi asll, lebih banyak
terjadi pada penduduk desa,
Berdasarkan status ekonomi yang diukur melalui tingkat pengeluaran per kapita, persentase
masalah gigi mulut di Jawa Barat relatif tidak jauh berbeda antar nilai kuintil pada kisaran
24,5 - 25, 7%. Sedangkan untuk yang menertma perawatan dari tenaga medis,
persentasenya meningkat sesuai dengan peningkatkan ekonomi. lain halnya dengan
pen'duduk yang kehilangari seluruh gigrasli, petsentase tertinggi ada pada ekonomi tertinggi
(kuintil 5).
Tabet 3.69
Persentase Penduduk yang Menerima Perawawatan/Pengobatan Gigi menurut
Jenis Perawatan dan Kabupaten/Kota di Provins! Jawa Barat, Riskesdas 2007
Jenis ~erawatan gigi
Pemasangan Konseling
Penambalan/
Kabupaten(Kota gigi perawatan/
Pengobatan pencabutan/ Lainnya
lepasan I kebersihan
bedah gigi
tiruan gigi
Kab Bogor 92,2 32,4 2,3 14,4 1,6
Kab Sukabumi 92,4 23,9 1,7 9,0 1,9
Kab Cianjur 97,8 21,4 2,7 18,7 3,1
Kab Bandung 89,0 41,3 3,5 11,3 4,5
Kab Garut 93,4 27,8 6,3 __ - ... 7,4 0,3
Kab Tasikmalaya 90,9 45,0 1,3 8,7 0,9
Kab Ciamis 94,2 41,2 11, 1 24,9 4,7
Kab Kuningan 96,0 28,4 4,1 6,8 0
Kab Cirebon 94,1 33,4 2,1 22,8 2,3
Kab Majalengka 83,8 35,8 1,7 9,2 10,4
Kab Sumedang 94,2 33,9 2,7 12,9 2,0
Kab lndramayu 92,1 35,1 0,8 4,8 2,0
kab Subang 88,6 36,0 1,4 6,5 3,7
Kab Purwakarta 89,9 37,0 2,5 13,4 0,9
Kab Karawang 92,4 37,7 0,3 18,0 2,5
Kab Bekasi 78,4 36,3 1,4 8,7 1,9
Kota Bogor 88,0 47,2 ,9 29,8 2,8
Kota Sukabumi 80,0 48,0 2,7 18,4 1,4
Kota Bandung 85,4 51,8 2,6 12,3 1,2
Kota Cirebon 73,8 39,3 1,7 16,9 0,0
Kota Bekasi 75,0 56,7 2,0 16,9 7,3
Kota Depok 79,5 41,9 2,8 23,4 10,8
Kota Cimahi 81,7 44,7 2,8 16,9 3,5
Kota Tasikmalaya 79,7 45,0 3,4 6,8 0
Kota Banjar 95,7 22,7 0,0 17,4 0
JAWA BARAT 88,7 37,8 2,6 14,2 3,0

Persentase pengobatan gigi dalam 12 bulan terakhir untuk Jawa Barat (88,7%) lebih tinggi
dari angka nasional (87,6%), terendah di kota Cirebon (73,8%) dan tertinggi di Kabupaten
Cianjur (97,8%). Selanjutnya Prsentase penambalan/ pencabutan/bedah gigi di Jawa Barat
adalah 37,8% tertinggi di Kata Sukabumi (48,0%) dan terendah, di Kabupaten Cianjur
(21,4%). Sedangkan untuk pemasangan gigi palsu lepasan (protesa)/gigi palsu cekatan
(bridge) secara keseluruhan Jawa Barat ada 2,6%, tertinggi di Kabupaten Garut (6,3%) dan
terendah di Kota Banjar dalam jumlah yang sangat kecil (0,0%). Sebanyak 14,2% penduduk
Jawa Barat yang mengalami masalah gimul melakukan konseling perwatan/kebersihan gigi
dimana persenfase tertinggi di Kota Begor (29,8%) dan terendah di Kabupaten lndramayu
(4,8%).

98
Tabel'3.70 "'
Persentase P,~ndu~uk yang Menerima P~rawc:jVl(atarf/Pengo6atan Gigi me'nurut Jenis
P.erawatan dan Karakterlstlk Responden di Kabupaten/Kota di Provins! Jawa Barat,
Riskesdas 2007

I
Jenis perawatan gigi
Karakteristik Pengobatan Penambalah/. 'Pemasangan Konseling Lainnya
pencabutan/ gigi >
perawatan/
bedah gigi Lepasanl kebersit1an
tiruan gigi
Umur
< 1 66,7 0 0 0 33,3
1 - 4 96,3 9,4 0,0 10,7 3,8
5 - 9 89,6 35, 1 0,5 13,4 3,1
10-14 89,2 35,6 0,8 13,8 3,0
15-24 88,2 34,8 1,8 17,5 4,6
25-34 89,5 36,8 'Q,5 13,0 2,8
35-44 88,5 40,2 2,2 15, 1 2,3
45-54 87,9 44,4 4,7 14, 1 3,2
55-64 85.,9 41,7 5,0 12,8 2,3
65 + 87,8 42,0 7,8 13,6 3,0
Jenis kelamin
Laki-laki 88,4 37,5 2,3 13,8 2,9
Perempuan 89,0 37,9 2,9 14,4 3,1
Tipe Daerah
Perkotaan 86,2 42,3 2,4 15,5 3,1
Perdesaan 92,2 31,7 3,0 12,3 3,0
Tingkat psnqetuaran rumah tangga per kapita
Kuintil-1 91,5 28,1 1.7 10,6 3,6
Kuintil-2 90,7 33,0 1,7 11, 1 3,6
Kuintil-3 90,9 36,4 2,5 14,9 1,5
Kuintil-4 89,4 36,9 3,4 13,6 3,3
Kuintil-5 83,4 48,8 3,3 18,4 3,4

Persentase pengobatan gigi terdapat merata pada semua kelompok umur. Persentase
penambalan/pencabutan/bedah gigi tertinggi pada pada kelompok umur 45 -54 tahun
(44,4%) sedangkan untuk konseling perawatan/kebersihan gigi tertinggi pada kelompok
umur 15 - 24 tahun (17,5%). Untuk pemasangan gigi palsu persentase tertinggi pada
kelompok umur 65 tahun ke atas (7,8%)
Berdasarkan jenis kelqmin, pada semua jenis perawatan gigi, persentase perempuan lebih
besar dibanding laki-taki. Penduduk kota lebih banyak melakukan jenis perawatan
Penambalan/pencabutan/bedah gigi dan konseling perawatan/kebersihan gigi dari pada di
desa. Sedangkan penduduk desa lebih banyak melakukan pengobatan dan pemasangan
gigi palsu dari pada di kota.
Persentase pengobatan pada penduduk berbanding terbalik dengan tingkat pengeluaran,
makin tinggi tingkat pengeluaran, cenderung makin rendah persentasenya. Sebaliknya,
pada Penambalan/pencabutan/bedah gigi dan pemasangan gigi palsu, terlihat bahwa makin
tinggi tingkat pengeluaran maka makin tinggi pula persentasenya. Untuk konseling
perawatan/kebersihan gigi yang terbanyak pada tingkat pengeluaran tertinggi (kuintil 5)
sebanyak 18,4%.
Tabel 3.71 menunjukkan sebanyak 95,8% menggosok gigi setiap hari, lebih tinggi dari
angka nasional (91, 1 %). Sebanyak 94,6% responden Jawa Barat yang berumur 1 O tahun

99
keatas menggosok gigi setiap hari saat mandi pagi dan atau sore. Sebanyak 10
kaf:?up~ten/k~t~ di Jawa Barat dengan persentase. yang lebih rendah dari angka p~ovinsi,
terendah di kota Cimahi (83,2%). Uotuk yang m~nggosok gigi sesudah makan pagi,
sebanyak 1~ 'kabbpaten/ kota di bawah persentase provinsi(14,5%). Persentase terendah
adalah di Kabupaten Tasikmalaya (7,3%). Sebanyak 32,1% menggosok gigi sesudah
bangun pagi, terendah di Kab indramayu (11,9%). Proporsi menggosok gigi setiap hari
sebelum tidur adalah 34,4o/0;leren~ah di• Kabupaten Tasikmalaya (22,9%). Secara
~eseluruh~n. m~si~ kurang dari 50% penduduk-dawa Barat·yang berprilaku meriggosok gigi'
dehgan benar, y~itu \Yaktu menggosok gigi sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam.
Persentase tertinggi menggosbk gigi setiap hari ialah Kota Bandung (98,5%) dan yang
terendah ialah Kabupaten lndramayu (89,7%). Sedangkan untuk yang berprilaku benar
rnenyikat gigi yang terendah di Kabupaten lndramayu (3,4%) dan tertinggi di kota Sukabumi
(24,9%).

Tabel 3.71
Persentase Penduduk Sepulµh Tahun ke Atas yang Menggosok Gigi Setiap Hari dan
Berperilaku Benar M.enyikat Gigi menurut Kabupaten/Kota
. di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

Waktu menggosok gigi


Kabupaten/Kota Gosok gigi Saat Sesudah Sesudall Sebelum Lain
setiap hari man di makan baf\gun tidur nya
pagi/sore pagi pagi malam
Kab Bogor 95,7 92,0 12,5 32,0 32,0 2,7
Kab Sukabumi 95,4 96,8 20,4 43,3 31,1 0,9
Kab Cianjur 96,5 97,5 17,4 45,1 27,9 1,3
Kab Bandung 96,9 89,4 16,8· 40,2 46,4 7,0
Kab Garut 95,7 94,1 24, 1 42,6 26,1 2,5
Kab T asikmalaya 94,0 93,7 7,3 23,4 22,9 2,6
Kab Ciamis 96,1 98,1 24,2 29,0 37, 1 7,0
Kab Kuningan 93,3 97,2 17,8 28,6 28,3 0,7
Kab Cirebon 92,3 97,5 11, 1 26,0 23,7 3,0
Kab Majalengka 96,0 98,6 19,2 31,4 27,5 0,9
Kab Sumedang 96,9 95,3 25,5 34,5 33,7 3,8
Kab lndramayu 89,7 93,0 8,3 11,9 20,6 5,4
kab Subang 95,2 96,4 9, 1 22,8 18,7 3, 1
Kab Purwakarta 94,8 94,1 11,2 19,0 31,5 8,7
Kab Karawang 96,3 95,6 7,2 26,6 24,5 1,9
Kab Bekasi 94,7 94,8 11,3 17,4 31, 1 7,5
Kota Bogor 98,4 93,4 17,3 36,4 51,8 8,4
Kota Sukabumi 95,2 95,2 34,8 50,1 53,0 10,7
Kota Bandung 98,5 96,1 14,2 42,3 52,1 4,2
Kota Cirebon 96,5 98,0 10,6 38,4 41,7 5,0
Kot'a Bekasi 98,0 93,3 9,2 24,9 51,8 4,1
Kota Depok 98,1 94,1 13,7 44,8 49,6 6,9
Kota Cimahi 97,9 83,2 11, 1 37,4 46,3 5,2
Kota Tasikmalaya 97,9 96,0 6,2 19, 1 37,8 3,9
Kota Banjar 96,1 98,2 11,3 18,0 22,5 4,5
JAWA BARAT 95,8 94,6 14,5 32,1 34,4 4,0

100
Tabel 3.72
Persentase Penduduk.Sepuluh.Tahun ke Atas yang Mengg6sok Gigi Setiap
Hari dan BEtrperjlaku'Benar Menyikat Gigi menurut Karakteristik.Responden di
Provinsi Jawa Barat, ~iskesdas 2007

Waktu menggosok gigi


Karakteristik Gosokgigi Saat Sesudah Sesudah Sebelum Lain
responden setiap hari man di makan bangun tidur nya
Qagi/sore Qagi Qagi ma lam
Kelompok umur ( thn)
10 -14 96,5 94,3 12,3 29,6 27,1 2,9
15-24 98,5 95,6 14,7 33,8 39,6 3,5
25-34 98,7 95,1 14,5 32,9 38,1 3,7
35-44 98,4 94,9 15,9 33,1 36,7 4,2
45-54 96,7 94,5 14,8 31,7 33,3 4,5
55-64 91,2 93,6 14,3 31,1 28,4 5,0
65+ 75,8 90,8 14,4 29,2 24,8 6,2
Jenis Kelamin
Laki-laki 94,7 94,3 13,4 30,6 29,7 3,5
Perempuan 96,7 94,9 15,6 33,5 38,6 4.4
Tipe daerah
Perkotaan 97,2 94,2 13,8 34,2 42,6 4,4
Perdesaan 94,2 95,1 15,3 29,8 24,9 3,6
Tingkat pengeluaran rumah tangga/kapita
Kuintil-1 93,6 94,6 13,0 28,0 24,9 3,9
Kuintil-2 94,9 95,0 13,9 30,4 28,5 4,2
Kuintil-3 95,9 95,2 13,8 31,5 31,4 3,5
Kuintil-4 96,7 94,8 15,3 33,8 38,1 4,1
Kuintil-5 97,5 93,6 16,3 36,2 46,9 4,2

Persentase menggosok gigi setiap hari pada hampir semua waktu terendah pada kelompok
umur 65 tahun ke atas, kecuali pada waktu sesudah makan pagi, yang paling rendah ialah
pada kelompok umur 10 - 14 tahun (12,3%). Hal yang sama juga terjadi pada persentase
tertinggi hampir semua waktu menggosok gigi yaitu pada kelompok umur 15 - 24 tahun,
kecuali waktu sesudah makan pagi, paling banyak pada kelompok umur 35 - 44 tahun.
Presentase menggosok gigf perempuan lebih tinggi dibaningkan laki-lakl. Presentase
menggosok gigi sebelum tidur malam lebih tinggi di kota (42,6%) dibandingkan di desa
(24,9%). Menurut tingkat pengeluaran perkapita per bulan, waktu menggosok gigi saat
mandi pagi dan atau sore relatif merata pada semua kuintil. Sedangkan pada waktu lainnya,
terlihat bahwa semakin tinggi tingkat pengeluarannya, maka persentasenya akan semakin
besar.

101
Tabel 3.73
Penduduk Sepuluh Tahun ke Atas yang BerperilakuBenar
Persentase
Menggdsok.Gigi menurut Kabupaten/f<ota, di PtovinshJawaBarat
Riskesdas2007

B~rperilaku benar menggosok gigi


Kabupaten/Kota Ya Tidak
Kab Bogor 6,3 93,7
Kab Sukabumi 9,2 90,8
Kab Cianjur 9,2 90,8
Kab Bandung 11,9 88,1
Kab Garut 11,4 88,6
Kab Tasikmalaya 3,7 96,3
Kab Ciamis 15,7 84,3
Kab Kuningan 7,6 92,4
Kab Cirebon 5,4 94,6
Kab Majalengka 9,2 90,8
Kab Sumedang 12,4 87,6
--·""'
Kab lndramayu 3,4 96,6
kab Subang 5,2 94,8
Kab Purwakarta 7,4 92,6
Kab Karawang 4,3 95,7
Kab Bekasi 7,3 92,7
Kota Bogor 12,5 87,5
Kota Sukabumi 24,9 75,1
Kota Bandung 8,7 91,3
Kota Cirebon 7,3 92,7
Kota Bekasi 6,1 93,9
Kota Depok 10,0 90,0
Kota Cimahi 7,7 92,3
Kota Tasikmalaya 4,0 96,0
Kota Banjar 6,4 93,6
JAWA BARAT 8,2 91,8
Catatan:
Berperilaku benar menyikat gigi adalah orang yang menyikat gigi setiap hari
dengan waktu sikat gigi sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam

Meskipun persentase menggosok gigi tiap hari sudah tinggi, akan tetapi hanya 8,2% yang
berprilaku benar dalam menggosok gigi, lebih tinggi dibanding angka nasional (7,3%).
Persentaseterendah di Kota Tasikmalaya(4,0%) dan tertinggi di Kata Sukabumi (24,9%).

102
·Tabet 3.74 ~
Pers~nta~ fend.uduk Sepuluh :rahun ke Atas yang·Qerperifaku Benar
Menggosok Gig~ meourut.Ka'ral(teristik Responetentli Provlnsl Jawa Barat,
Riskesdas 2007

Karakteristik Responden BerperJlaku benar menyikat gigi


Ya Tidak
Umur
10-14 6,1 93,9
15-24 . 8,9 91,1
25-34 8,6 91,4
35-'44 9,8 90,2
45-54 8,4 91,6
55-64 7,3 92,7
65+ 5,8 94,2
Jenis·keJamin
Lakl-lak] 6,8 93,2
Perempuan 9,5 90,5
Tipe Daerah
Perkotaan 8,9 91 ;1
Perdesaan 7,4 92,6
Tingkat pengeluaran rumah tangga/kapita
Kuintil-1 6, 1 93,9
Kuintil-2 7,0 93,0
Kuintil-3 7,6 92,4
Kuintil-4 8,9 91,1
Kuintil-5 11,0 89,0

Berdasarkan kelompok umur ada kecenderungan persentase menurun dalam berperilaku


benar menggosok gigi dengan peningkafan umur terutama mulai umur 35-44 tahun.
Persentase rrrenggosok giigi- dengan benar lebih tinggi pad a ·perempuan, demikian pula di
kota lebih tinggi dibandingkan di desa. Semakin tinggi tingkat' penqeluaran maka semakin
tinggi pula persentase penduduk yang menggosok gigi setiap hari dan berprilaku benar
dalam menggosok giginya
Tabel 3.75 menyajikan komponen D, M, F dan Index DMF-T menurut kabupaten/ kota.
lndeks DMF-T sebagai indikator status kesehatan gigi, merupakan penjumlahan dari indeks
D-T, M-T, dan F-T yang menunjukkan banyaknya ken.isakan gigi yang pernah dialami
seseorang baik berupa Decay (gigi Karies atau ~igi berjubang), Missing (gjgi dicabut), dan
Filling (gigi ditumpat). lndeks DMF-T secara umum 6,88. lni berarti rata-rata kerusakan gigi
pada penduduk Jawa Barat 7 buah gigi per orang. Komponen yang terbesar adalah gigi
dicabut/M-T sebesar 3,75. artinya rata-rata penduduk Jawa Barat mempunyai 4 gigi yang
sudah dicabut atau indikasi pencabutan.

103
label 3.75
Komponen D, M, F Dan)ndex.DMF-T·Menurut Kabupaten/Kota
di Provlnsl Jawa Barat;- Riskesdas 2007
" I -

D-T M-T. F-T INDEXDMF-T


Kabupaten/Kota
(X~ (X} (X) (Xr
Kab Bogor 1,15 ~.95 0,03 6,12
Kab Sukabumi 1,14 3,12 0,02 6,49
Kab Cianjur 0,71 3,82 0,01 5,88
Kab Bandung 2,35 3,96 0,10 7,81
Kab Ga rut 2, 10 4,23 0,02 7,57
Kab Tasikmalaya 1,34 5,67 0,03 8,90
Kab Ciamis 1,45 5,27 0,05 8,54
Kab Kuningan 0,82 5,06 0,01 7,54
Kab Cirebon 1,70 3,76 0,05 6,93
Kab Majalengka 1,04 3,86 0,05 6,67
Kab Sumedang 2,84 5,20 0,03 9,67
Kab lndramayu 0,63 3,60 0,03 6,55
Kab Subang 1,14 3,28 0,04 6,73
Kab Purwakarta 1,37 5, 11 0,04 7,33
Kab Karawang 0,79 3,24 0,05 5,96
Kab Bekasi 1,83 3,28 0,07 6,73
Kota Bogor 1,31 3,50 0,26 6,73
Kota Sukabumi 1,54 5,06 0,14 .. -.., 7,86
Kota Bandung 1,55 3,47 0,12 6,29
Kota Cirebon 2,04 2,93 0,10 6,50
Kota Bekasi 0,79 2,58 0,17 5, 16
Kota Depok 0,93 2,87 0,10 5,31
Kota Cimahi 1,36 3,80 0, 14 6,74
Kota Tasikmalaya 1,58 4,21 0,03 7,15
Kota Banjar 3,23 6,03 0,09 9,87
JAWA BARAT 1,37 3,75 0,06 6,88
•D-t:· rata2 jumlah gigi berlubang per orang
• M-t: rata2 jumJah gigi dicabut/indikasi pencabutan
•P-t: rata2 jumlah gigi ditumpat
-Dmf-t: rataz jumlah kerusakan gigi per orang (baik yg masih berupa decay, dicabut
maupun ditumpat)
~
Rerata penduduk Jawa Barat mempunyal jumlah gigi berlubang per orang sebesar 1,37,
terbesar di kota Banjar (3,23) dan tereridah di Kabupaten Cianjur (0, 71 ). Rerata jumlah gigi
yang dicabuVindikasi pencabutan di provinsi sebesar 3,75 sedangkan rerata untuk jumlah
gigi ditumpat, sanqat kecil sekali, 'yaitu 0,06.

104
label ars
, ~omponenD, M,,P Dan rndex:D.1\111:-T ~cfnu,r4t,~ar~kteris\ik
di Provinsi.Jawa Bara:t, Rfskesdas 2007 ·

0-T M,.T ·F-T INOEx


Karakteristik
(X) {X) (X) OMF-T
Umur
12 0,67 0,52 0,01 2,67
15 0,95 0,47 0,03; 2,68
18 1,10 0,58 0,04 2,97
35-44 1,51 2,76 ·O,'d8 5,30
65 + 1,35 15,59 0,08 17,91
Jenis kelamin
Laki-laki 1,3 3,6 0,1 6,'7
Perempuan· 1,4 3,9 0,1 7,0
Tipe Da~rah
Perkotaan 1,4 3,4 0,1 6,4
Perdesaan 1,3 4,1 0,0 7,4
Tingkat pengeluaran
Kuintil-1 1,41 3,80 0,02 7,j1
Kuintil-2 1,39 3,78 0,03 6,91
Kuintil-3 1,43 3,84 0,04 6,98
Kuintil-4 1,37 3,74 0,07 6,77.
Kuintil-5 1,27 3,60 0,14 6,68

Tabel 3.76 menunjukkan jumlah kerusakan gigi meningkat seiring dengan peningkatan umur
.berdasarkan lndeks DMF-T tertinggi paqa kelompok umur 65 tahun atau leblh yaitu 17,91
yang berarti kerusakan gigi rata-rata 17,91 buah per orang dengan komponen terbesar rata-
rata gigi dicabut sebesar 15,59 per orang,
DMF-T· lebih tinggi" pada perempuan dan di perdesaan. Sedangkan menurut tingkat
penqeluaran rumah tangga, bMF-T relatif lebih rendah pada kelompok penduduk dengan
tingkat pengeluaran rumah tangga yang lebih tinggi (kuintil-5).

105
r,bel ~.77
Prevalensi Karies Aktif Dan Pengal~m~ll' Karies Penduduk Umur 12 Tahun ke
atas rhenurut KabupateniKo.ta Di·p,roV,.hTsi Jawa·Barat, Rfskesdas 2007

J(abupaten/kota Pengalaman
Karies aktif
karies
Kab Bogor 32,5 49,8
Kab-Sukabumi 37,5 50,8
Kab Cianjur 30,4 55,9
Kab Bandung 43,8 58,9
Kab Garut 47,5 59,5
Kab Taslkrnglaya 53,7 79,1
Kab Ciamis 42,4 63,3
Kab Kuningan 43,7 78,3
Kab Cirebon 44,9 58,2
Kab Majalengka 34, 1 58,4
Kab Sumedang 48,9 66,2
Kab tndramayu 25,2 50,0
Kab Subang 33,4 53,1
Kab Purwakarta 51,9 85,5
Kab Kar.awang 29,2 52,~
Kab Bekasi 42,9 55,5
Kota Bogor 36, 1 59,7
Kota Sukabumi 42,8 _63,8
Kota Bandung 46,1 64,8
Kota Cirebon 49,6 61,5
Kota Bekasi 30,3 54,0
Kota Depok 33,6 54,5
Kata Cimahi 40,7 60,7
t<ota Tasikmalaya 59,0 81 ,5
Kota Banjar 73;1 93,2
JAWA BARAT 39,0 ,. 58,4
Catatan : Orang dengan karies aktif adalah orang yang memiliki D>O ,atau Karies yang belum
tertangani. Orang dengan pengalamari karies adalah orang yang memilki memiliki
DMF'f >O.

Prevalensi karies aktif pada penduduk Jawa Barat adalah 39% (kisaran 25,2 - 73, 1 %).
Tujuh kabupaten/kota dengan prevalensi yang lebih besar dibandingkan nasional (43,4%).
Prevalensi tertinggi ialah Kota Banjar (73,0%) dan terendah Kabupaten Karawang (29,2%).
Sebanyak 58,4% penduduk Jawa Barat mempunyai pengalaman karies, lebih kecil bila
dibandingkan dengan angka nasional (67,2%). Prevalensi tertinggi terdapat di kota Kota
Banjar (93,2%), dan terendah di Kabupaten Boger (49,8%).

106
Tabel 3.78
Prevalensi Karies Aktif Dan Pengalaman Karies·M.enurut
karakteristik Responden Di Provlnsl Jawa Barat, Riskesdas 2007
Karakteristik KarieS'.aktif Pengalaman karies
KEllorriJ)ok Umur
12 31,9 41,5
15 42,2 53,2
18 45,1 56,8
35-44 56,3 82,3
65 + 39,1 95,5
Jenis kelamin
Laki-laki 37,5 56,5
Perempuan 40,4 60,2
Tipe daerah
Perkotaan 39,6 58,6
Perdesaan 38,3 58,1
Tingkat pengeluaran
Kuintil-1 36,1 53,3
Kuintil-2 38,6 57,0
Kuintil-3 39,2 58,3
Kuintil-4 40,7 60,8
Kuintil-5 40,3 62,4

Karies aktif paling banyak terjadi pada kelompok umur 35 - 44 tahun, sedanqkan untuk
pengalaman karies, terlihat kecenderungan peningkafan prevalertsi seiring bertambah umur.
Prevalensi karies pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Terlihat prevalensi
yang relatif sama berdasarkan tipe daerah perkotaan dan pedesaan. Berdasarkan tingkat
pengeluaran per kapita per bulan, tampak sedikit peningkatan prevalensi dengan
meningkatnya tingkat pengeluaran.

·--

107
Tabel 3.79
Required Treatment Index (Rf.I) dan Perform Tretm~~ lnde~ (PTI)
menurut Kabupaten/Kota di Provinst Jawa Barat, Riskesdas 2007
RTI PTI MTI
Kabupaten/Kota (D/DMF-T) x100% (F/DMF-T) x100% (M/DMF-T) x100%
Kab Bogor 18,7 0,6 48,2
Kab Sukabumi 17,6 0,3 48,1
Kab Cianjur 12,1 0,1 65,0
Kab Bandung 30,1 1,3 50,6
Kab Garut 27,8 0,3 55,8
Kab Tasikmalaya 15,0 0,4 63,8
Kab Ciamis 17,0 0,6 61,7
Kab Kuningan 10,9 0,2 67,1
Kab Cirebon 24,5 0,8 54,2
Kab Majalengka 15,7 0,7 &7,9
Kab Sumedang 29,4 0,3 53,8
Kab lndramayu 9,5 0,5 54,9
Kab Subang 17,0 0,6 48,7
Kab Purwakarta 18,7 0,5 69,8
Kab Karawang 13,3 0,8 54,3
Kab Bekasi 27,2 1,0 48,8
Kota Bogor 19,5 3,9 52,0
Kota Sukabumi 19,6 1,8 64,4
Kota Bandung 24,7 1,9 .. -, 55,2
Kota Cirebon 31,3 1,5 45,1
Kota Bekasi 15,4 3,2 50,0
Kota Depok 17,6 1,8 54,1
Kota Cimahi 20,2 2,1 56,4
Kota Tasikmalaya 22,0 0,5 58,9
Kota Banjar · 32,8 0,9 61, 1
JAWA BARAT 19,9 0,9 54,5

Dari tabel 3. 79 tampak jumlah kerusakan gigi yang belum ditangani dan memerlukan
penumpatan/pencabutan(RT!) di Jawa Barat sebesar 19,9%, tertinggi di kota Banjar
(32,8%) dan terendah di Kabupaten lndramayu (9,5%). Motivasi seseorang untuk
menumpatkan giginya yang berlubang dalam upaya mempertahankan gigi tetap (PTI)
sebesar 0,9%.

108
Tabet 3.80
Required Trea_tment utdex (R1}Dan. Perform Tretment Index (PTI)
Menurut Karakterlstlk Di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

Karakteristik RTI PTI 'MTI


Respond en (D/DMF-T) X100% (F/DMF-T) X100% (M/DMF-T) X100%
Umur
12 24,9 0,2 19,6
15 35,3 1,3 17,5
18 36,9 1,4 19,6
35-44 28,6 1,5 52, 1
65 + 7,5 0,4 87,1
Jenis kelamin
Laki-laki 19,7 0,8 53,3
Perempuan 20,2 1,0 55,6
Tipe Daerah
Perkotaan 21,8 1,5 52,8
Perdesaan 18, 1 0,4 56,1
Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita
Kuintil-1 19,9 0,3 53,5
Kuintil-2 20,1 0,5 54,8
Kuintil-3 20,5 0,6 55,0
Kuintil-4 20,3 1,0 55,2
Kuintil-5 19,0 2,1 53,9

Menurut kelompok umur, persentase RTI yang paling tinggi pada umur 18 tahun dan paling
rendah pada umur 65 tahun ke atas. Sedangkan untuk PTI, tertinggi pada kelompok umur 35
- 44 tahun dan presentase terendah pada umur 12 tahun. RTI dan PTI leblh' banyak terjadi
pada perempuan dan pada penduduk perkotaan. R:fl paling besar terjadi pada tingkat
penqeluaran kuintil 3, sedangkan PTI paling tinggi pada kuintil 5 dan paling rendah terjadi
pada kuintil 1.

--
. ..

109
Tabel 3.81
Proporsi Penduduk Umur 12 Tahun ke Atas menurut Fungsi Normal Gigi,
Edentulous dan Protesa menarut Kabupaten/Kota di
Provinsi JawaBarat,.Riskesdas 2007

Fungsi normal Edentulous Orangdg


Kabupaten/ Kota
prqtesa
Kab Bogor· 94,9 0;7 2,3
Kab Sukabumi 94,3 1,0 1,7
Kab Cianjur 93,7 0,6 2,7
Kab Bandung 93,7 0,5 3,5
Kab Garot 92,8 0,8 6,2
Kab Tasikmalaya 84,4 1,3 1,3
KabCiamis 89,7 1,1 11,1
Kab Kuningan 87,9 1,3 4,1
Kab Cirebon 93,2 0,6 2,1
Kab Majalengka 92,4 0,8 1,7
Kab Sumedang 89,0 1,2 2,7
Kab lndramayu 92,8 0,7 0,8
KabSubang 94,1 0,9 1,4
Kab Purwakarta 89,7 0,8 2,5
Kab Karawang 94,2 0,4 0,3
Kab Bekasi 95,0 0,5 1,4
KotaBogor 93,1 0,5 •. , 0,9
KotaSukabumi 90,5 0,5 2,7
Kota Bandung 94,0 0,6 2,6
KotaCirebon 95,3 0,5 1,7
Kota Bekasi 96,3 0,3 2,0
Kota Oepok 95,3 0,2 2,8
KotaCimahi ·93,5 0,6 2,8
KotaTasikmalaya 91,3 0,7 3,4
KotaBanjar 86,4 1,4 0,0
JAWA BARAT 93,2 0,7 2,6
Catatan : Fungsinormalgigi = pendudukdehganminimal 20 gigi berfungsi(fumlahgigi <?:
20) Edentulpus=orang tanpa gigi Orang dengan preotesa = orang yang
memakaiprotesa

Sebanyak 93,2% penduduk Jawa Barat masih mempunyai fungsi gigi normal, presentase
tertinggi di Kota Bekasi (96,3%) dan terendah di kota Banjar (86,4%), Persentase orang
yang memakai protesa di Jawa Barat sebesar 2,6% dengan kisaran 0,0 - 11, 1 %, tertinggi di
kabupaten Ciamis.

110
Tabel 3.82
Proporsi Penduduk Umur 12 Tahun t<e Atas menl,l,rut Fungsi Normal Gigi,
Edentulous dan Protesa menurut Karakteristik Di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007

Edentulous
Karakteristik Fungsi normaJ Protesa
Umur
12 100,0 0 1,0
15 100,0 0 1,6
18 100,0 0 3,0
35-44 97,4 0,1 2,2
65 + 43,7 8,8 7,8
Jenis kelamin
Laki-laki 93,6 0,7 2,3
Perempuan 92,8 0,6 2,9
Tipe daerah
Perkotaan 94,2 0,5 2,4
Perdesaan 92,0 0,8 3,0
Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita
Kuintil-1 93,4 0,6 1,7
Kuintil-2 93,2 0,7 1,7
Kuintil-3 92,9 0,6 2,5
Kuintil-4 93,0 0,7 3,4
Kuintil-5 93,4 0,8 3,3

Pada penduduk umur 12, 15, dan 18 tahun tampak bahwa seluruhnya masih berfungsi
normal sehingga pada umur tersebut sama sekali tidak ada orang yang tanpa gigi. Fungsi
normal gigi mulai menurun persentasenya pada umur 35 - 44 tahun dimana secara
bersamaan pada umur terse but terdapat 0, 1 % orang yang tan pa gigi. Sementara, orang
yang dengan protesa paling banyak pada umur 65 tahun ke atas karena pada umur tersebut
fungsi normal gigi pun su,<:f9h makin banyak berkurang.
Fungsi normal gigi lebih banyak pada laki-laki. Akan tetapi, orang tanpa gigi pun lebih
banyak ditemukan pada laki-laki. Sedangkan perempuan lebih banyak yang memakai
protesa. Penduduk perkotaan lebih banyak yang mempunyai gigi yang berfungsi normal.
Pada besarnya orang tanpa gigi dan orang yang rnemakai protesa, lebih banyak pada
penduduk desa.
Menurut tingkat pengeluaran perkapita per rumah tangga, relatif tersebar merata pada
fungsi normal gigi dan orang tanpa gigi. Sedangkan orang dengan protesa paling banyak
terdapat pada kuintil 3.

3.6. Cedera dan Disabilitas


3.6.1. Cedera
Kasus cedera Riskesdas 2007 diperoleh berdasarkan wawancara. Cedera yang ditanyakan
adalah yang dialami responden selama 12 bulan terakhir dan kepada semua umur. Yang
dimaksud cedera dalam Riskesdas 2007 adalah kecelakaan dan peristiwa yang sampai

111
membuat kegiatan sehari-hari responden menjadi terganggu. Jumlah responden yang
ditanyakan tentang cedera sebesar 973'.525 orang.
Pembagian katagori bagian tubuh yang terkena cedera didasarkan pada klasifikasidari ICD-
10 (lntemati6nal Classification Diseases) yang,mana pikelompokkan ke dalam 10 kelompok
yaitu bagian kepala; leher; dada; perut dan sekitarnya (perut.punggung. panggul); bahu dan
sekitarnya (bahu dan lengan atas); siku dan sekitarnya (siku dan tengan bawah);
pergelangan tangan dan tanqan: lutut dan tunqkat bawah: t1Jmit dan kaki. Responden pada
umumnya mengalami cedera di beberapa bagian tubuh (multiple injury).
Dari 25 Kabupaten/kota di Jawa Barat, ada 11 kabupaten/kota yang prevalensinya lebih
besar dari pada prevalensi provinsi (9,5%) dengan tertinggi di Kab. lndramayu (21,2%), Kab.
Garut(19, 1 %), dan Kota Bogor (18,4%). Sementara untuk urutan penyebab cedera dari
yang terbesar ialah jatuh, kecelakaan transportasi darat, dan terluka benda tajam/tumpul.
Sedangkan untuk penyebab cedera yang lain bervariasi tetapi prevalensinya rata-rata kecil
atau sedikit. Prevalensi jatuh yang terbanyak di Kota Bogor (dari kisaran 33,8 - 77,2%).
Prevalensi kecelakaan_ transportasi darat terbanyak di kabupaten SLlbang (kisaran 14,7 -
53,4%). Kab. Garut mempunyai prevalensi tertinggi pada penyebeb cedera karena terluka
benda tajam/tumput (kisaran 4,3 - 29,6%). Penyebab cedera lain yang menonjol adalah
terbakar/terkurung asap dengan prevalensi tertinggi di kab Bekasi, Kota Bandung, dan kota
Tasikmalaya (2,8%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.83.

112
Kabupaten/ Kota

.,"U
(!)
<
II)
(D
::i
en
0
(!)
_. W N co _. _. U1 <D --.! _. CO O> W O> Cedera c..
O> ...... _ 0(11. - - (!). - - -
(...i Oi-.) co:_.o, _.CO co:_. 0 0>0'1 co .,
(!)
II)

a.
II)
-" U1 NW W N N N N-"
<DWO>-"CD-".j:>..j>.(11WCDW.i:>..i:>.
NW Kecelakaan transportasi
.i:>. W ::i
w~ "N ID w :...._o, o "N_m ·co "N-<0 Oi di darat "'O
(!)
::i
-e
0 Kecelakaan transportasi (!)
er
w laut>- II)
er
0
Kecelakaan transportasi (!)
c..
0 0 00 0
-,._, 1~ <:oc...i O> udara .,
(!)
II)

3
(I)
0)(..)(11(11(110)0)(110)--.JO)Ul(..)(11 ::i
W<D.i:>.UIW<DO>-"--.JONNWO Jatuh .,
c:
---.i~oo:....0>c...i<:oeo~oaeo"N c: -f
+ »
Terluka benda "
II) C"
(l)
C'" -
tajam/tumput c: ~
"C CIO
ll) w
_.r-:)oo o it::i

"-a.-
c...ieo0>0> Ol
OO-"OOO-"
~~---.ic...i:i..eoc...i Penyerangan
"'O
Ditembak d~ngan (I) 0
::I II)
senjata api
~
O"
0000 •0-"'000-"
Kontak dengan bahan Sii "O
c...i 0>0>en"N ID:....w~eo---.i beracun
O" 0
0
(l)
s.:J
Q.
Bencana alam (l) !!!.
"'I
II) c..
II)

0
_.. Usaha Bunuh diri ~
CD
II)

Tenggelam iil
,!'+'

~
t/l
...... ............ o·o _q ~
w ~ID
0
"N 00 -:is. Ol
WO
00> Mesin elektrik, radiasi CD
,: Ill
a.
II)
Ill
I\) o ........... ....1..~-.a.oL..i. ...... o....s.
Terbakar/terkurung asap I\)
N O>"N<d ~·e:oc...i0>0>"N0><:o 0
0
(

...... Asfiksia
""
w
00 0
Komplikasl tlndakan
"NO> ~
. med is

wcnN ...... _.w ............ wo ............ o ......


"NooooIDaoo:.....;;.,.,0if!.IDw<oeo L:~innya
N('t)N"<tU'>oO_-.q-..-('t) OT"
eAuu1e1 -.t-ri.,;..--<Ori~a:>....:N oM'

stpeur ue)tepUfJ "<t_


......
1se>111d~o)f

B!S>f!JS'f
dese CO<O 0 CO COOOCO ON
NooN oNoN o.r
6.unJn>1Ja11Je)leqJa l

1se1peJ co
0
'>1!Jl>1a1a u1saw
U') 0 T"'
we1a66ua1 0
0
0

CD 0
0 0

we1e eue:>uaa
unoareq .ueqeq (') 0 0 co
oci oo
ue6uap )fBJUO)f
· 1de eiefuas 0
0
ue6uap )feqwa11a
U') r-- 0
--- 0
ue6ueJa,{uad .,.... ocici

md 4-1n11wefe1
epuaq e>1nJJa1
COCONO>U'>t--NNNCD
M'c0....:~...,:N-N..--CXJ-~
('t) U'> t-- U'> .q- CD IO CD .q- IO

eJepn
('t) ('t) .,.... N_
!SeJJOdsueJJ 00 ...........

uee>1e1a:>a)f
1ne1 1seµodsueJ1
uee>1e1a:>a)f

1eJep !P !Seµo~sueJJ t-- CD t-- CD -e- a> IO t-- ..- N


~~v-rorir---~c0~o>
ll)('t)..-N('t)C\l('t)..-.q-N
-uee>1e1ana)f

eJapa~

eJO>f/UaJednqe)f

--Ill
o,
Ill
0
::.::: ::.:::
Karakterlstlk Penduduk

U) ~ _........a.~
(n ~ _CD _-.J _-.J _-.J _co __.. __.. __.. _VJ cedera
01 N CD CO CJ> VJ N Ul VJ CJ>

Kecelakaan
transportasi di darat
......
Kecelakaan
transportasi taut

Kecelakaan
transportasi
_o_o 00000
udara _..
UlVJ i-..> i<> 'oo Ui N
01
co 0) Ul
-
0) -
0) VJ
- Jatuh
....... co.

...... ....,_.NNNN-"-"
_OIOCD-".f>...f>......a.N-"O>
Terluka benda
CD- - - • - - - -
-'.f>..-"O.f>..NO'l.f>..CO - tajamltumpul
_Oooo_.0 ..........
00 Penyerangan
CO W 0, Co W Cn :_. 'N 0, -_..

Ditembak dengan senjata


0 0
b 0 b 0 api
00

0 Kontak dengan bahan


, c,, s> !=) _o !=' _o _..... }:;f _o _NVJ
.f>..-".f>..CDC0-"01.f>.. beracun
0 ......
b ...... ~
0 0
b Bencana alam

boo 0 ... 00
ob b :....i-..) Usaha Bunuh diri
..)'
...... 0
N
0
'N 0
......
000
-ow~ Tenggelam

6
C,,00000 ..... 000 Mesin elektrik, radiasi
~:....~0:>w:....<o~~
......
Terbakar/terkurung
asap
0000 0
w~-...;-.... o Asfiksia

0 Komplikasi tindakan
....... ~ t .. •
!=' !=' b medls
............

w
:... !'> 5>' !'> _VJ _.f>.. _w 5>' !'> _l\J _m Lainnya
JN -.J""' CX> N 0 N CD VJ .f>..
~ .
- • - ., .. • _, """'" '-"1 VJ \.U I'- W t0
«>c--ic--i..f..fc<) c--i«>«>«>«>c--iiO

s1paw C\I
ci
Ue)f ePU!l 1se)f!fdWO)f

etS)f!:JS\f

dese NCl)"'tt--OO,.._ coo..-..-1t>("),.._


00,....-..,.:r= .. o..-:N~~~T--
6unJn)IJalJJB)feqJa1
It),.... o_ ..,._ O),&i) NM m
LSB!PB.J ci tO .,.... .,.... ci ci c--icici
u1saw
.,.... 0 .,.... ......_ N
ci ci 0 0 ci

..- N ..-
0 0 ci
we1e eue:>Uaa

unceraq, uaqeq ..-Olt>'<t(O,.._ MM'VCOOOIO


~~cicicici cicicicici~
ue6uap )f B}UO>f

000000 0000000
1de e}erua
e6uap .>ieqwa}!O
··-·· iii
O>Cl)Nt-(0,.._
oc>~c>c>c>
co_ r-,
0 0
=, co_ ..-_ .,...._ m_ 0
o,- ,-o
,..- 4-1

ue6ueJaf;uad e!
Q)
"O
M ..- IO ..- M (0 ......_ o_ ..--:_ ~ It>_ ~ ..,._ ~
1ndwnJ1wefeJ, «io"c--iio"ci~ ..- N C"> N in 00 00 ·-
epuaq B)fnpa1 ~NN~~~ ..- ,- N ..- T'"9 N -e-- ~
Q)
iii
oi_
t-
=,
N_ M_ o_ N_
N ..-
"<t CO,.._
I[) 00 N O> 00 in
c>c-i<Dro<D..fc--i ~
> T'"

(O(OIO"<f"MC"> (O(Olt)C">M'<t"<t Q.
Ill
.lo::
MMNt-<D,.._ <D<D COO>M OJ
eJepn !SBJJOdS,UBJJ c
"<"-"6cicicici cici cici6 Ill
uee}f era::ia>f
,...._
Jne1 JSBJJOdSUBJl N_
0 0 0
NM
ci6
ue1?>1e1aoa>f
JBJep !P !S~JJodsueJJ OOIOCOlt)..-
lt')~o"~~N
uee>retaoa~ ..- N M '<t It) It)

0) co 0 co '<t Cl)
cicia>a>rot0
eJapa~

-
~
...J .t:
0 ....
::I
a.. ::I
(I)
ristik penduduk

.,.,,
(I)
<
ICedera !).)
(I)
::s
!!?.
Kecelakaan transportasi di
I darat
C)
(I)
c.
.,
(I)
[Kecelakaan transportasi laut C>
c.
!).)

Kecelakaan transportasi .,,


::s
000000
):,.~ 0, w 0, -(..)
000
):,. w ·01 I udara
(I)
::s
'<
(I)
U'I 01 01 01 O> O> [Jatuh C"
!).)
CX>-""'""'«>NN
en~·-...i:...a~ C"

- ~~ ...... _..~
U'I (,) ""' O> 01
'U)
co
:... <o o, ""-...i 'N
[Terluka benda talam/tumpul
C)
(I)
c.
.,
(I)
C>

Penyerangan 3
(I)
0 0 ............
00
0o~oa0i·co ::s
c:
.,
-"
"ti
(I)
Ditembak dengan senjata api ::s c:
0 0 0 0 '<
CD
b b 0 tr
I» -
- ., OJ
!).) -I
tr I» !).) C"

0 00000
Cn ""-...iOimmm
0 00
Cn ""-...i ·c.n
jKontak
beracun
dengan bah an 0
(I)
a.
.,
(I)


- .,
2.
c:

::s
-~,J:I.
~(I)
(I) -
-·.
(,.)
(I) 00

I Bencana alam .,,."'


0 00 0 00
::.. 'No :... :... 0 (I)
:I
c.
C)
I Usaha Bunuh diri c:
c.
_.. F'
F' 0 00
c:
b ...... b 00
"'e:
0 000 0
!Tenggelam .,,
:... F'
00
.....
:s.0::s
w:...'N :... 'N "_..
IMesin elektrik, radiasi !!?.
0 000'"""0 0 00 t..
0) (nO,C..,,:...(n Cn O>Cn C>
~
DI
!Te~bakar/t~rkurung asap
..... _..._...-Irr._.. 0 ';... _.. _.. m
C>
'N c..,,o,c..,,-_..(o 'N :...c,,
rDJ
IAsfiksia ;;o
0 00 0 0 0
iii'
:... No ~ :... N
"'c.
(I)
(I)

~ !Kompiikasl tlndakan medis DI


3 . . (I)
coo,,
:a.~-~

W N "'"CO
-
D)

c5
\

ltainnya
tf~'
0
0
......

-NOW-
- - I»
Prevalensi cedera tinggi pada kelompok umur 1 - 24 tahun dengan tertinggi pada
kelompok umur 5-14 (11,5%). Jatuh merupakan penyebab cedera dengan prevalensi
terbesar (58,6%). Kernudian diikuti oleh kecelakaan transportasi darat (27,4%) dan
terluka benda tajarr . .'!umpul (15,9%). Penyebab cedera karena jatuh tampak didominasi
oleh kelompok anak-anak dan orang laojut usia. Sedangkan penyebab cedera oleh
kecelakaan transportasi darat banyak terjadi pada kelompok umur 15-34 tahun.
Prevalensi cedera pada laki-laki jauh lebih tinggi daripada perempuan. Pada penyebab
cedera karena jatun, ternyata perempuan 'lebih besar disbanding laki-laki. Sebaliknya,
pada kecelakaan transportasi darat lebih banyak dialami oleh laki-laki. Sedangkan
prevalensi yang sama terjadi pada cedera karena terluka benda tajam.
Secara umum terlihat bahwa semakin rendah tingkat pendidikan maka semakin besar
prevalensi cedera. Begitu pi;Jla halnya cferigan sebab cedera karena jatuh, makin besar
terjadi seiring makin rendahnya tingkat pendidikan. Sebaliknya, pada cedera karena
transportasr dl darat, makin besar persentasenya pada tingkat pendidikan yang makin
tinggi. Hal ini mungkin dikarenakan makin tlnggi pendidikan, makin besar kesempatan
untuk melakukan perjalanan dengan alat transportasi darat. Penyebab cedera karena
terluka benda tajam/tumpul paling banyak terjadi pada mereka yang tamat SD (22,5%) .
Cedera yang disebabkan terbakar/terkurung asap bayak terjadi pada pendidikan tamat
SMA dan tamat SMP.
Cedera paling banyak terjadi pada penduduk yang tidak bekerja (12,1%). Pada
penyebab cedera karena jatyh, prevalensi tertinggi pada penduduk yang sekolah
(63,8%), diikuti yang tidak bekerja (60,5%), dan mengurus rumaQ.Jangga (56,2%). Untuk
penyebab cedera karena kecelakaan transportasi darat prevalensi terbesar pada
pegawai (53,4%) sedangkan ,prevalensi cedera karena terluka benda tajarn/tumpul
terbanyak pada kelompok yang bekerja sebagai petani/nelayan/buruh (28,8%).
Prevalensi cedera lebih banyak terjadi pedesaan. Penyebab cedera karena jatuh
prevalensinya sama antara kota dan desa, transportasi darat prevalensi lebih besar
pada kota (28,3%) dibandingkan desa, dan cedera karena terluka benda tajam/tumpul
lebih banyak di desa (18,8%)
Pada prevalensi cedera menurut tingkat pengeluaran perkapita memperlihatkan bahwa
bahwa prevalensi cedera hampir sama kisarannya antara tingkat pengeluaran kuintil 1
sampai dengan kuintil 4, akan tetapi pada 'kuinti/ ter/ihat paling rendah (8,6%).
Sedangkan untuk penyebab cedera menunjukkan bahwa untuk prevalensi jatuh
merupakan yang terbesar (58,6%) dengan prevalensi jatuh ,tertinggi pada kelompok
kuintil 1 (62,4%). Kecelakaan transportasi di darat merupakan prevalensi ke-2 tertinggi
penyebab cedera, denqan prevalensi tertingginya pada kuintil 5 (34,3%). Cedera karena
terluka benda tajam/tumpul sebagai prevalensl ke-3 terbesar, dengan prevalensi
terbesarnya pada kuintil 1 (19,2%).

118
Ke pala

.....s.._ ... ~-
- -.l.(..V
~oo~N~com~No~~oco~coo
............ 1\.) ... - ......... __..._I\.)
le her

Dada
__._ Nt."l-"~ ...... -W ...... W-l>-N-->.N~ .!')
w°'wNN~WO~NW~~m~w w

~~0101w01m~w01Nw~mw~~m Perut, punggung,


~o~w~woomN~W~~WN~ON panggul

~~~~~~~~~~~~~~~~~~
o o co N .01. 00 0t. ~ co ~ ~ ~ ~ 4J ...... ~ co co
Sahu, lengan atas

__.,__.,__.,~__.,N__.,...... .....,__.,W__.,__.,__.,__.,__.,__.,I\.)
NO ...... NNNOIO~WCOAOOINOlm_. Siku, lengan bawah
bwwNNb~N~N~W~~wm~N

N-->._..NNNNN_.._._.N_.W_.N_.N Pergel(!ngan
N~COONWNN<O<O~<OWOCOCOAO
WN~WO~~N~~~ooo~~~~w tangan dan tangan

~WAAOICOOl~~Ol_..~WAAOICOm Pinggul, tungkai


WNmbwoo~mN~b~WN~~~N atas

Lutut dan tungkai


~ ~ t ~ ~ ~ ~-~ ~ ~ Rl ~
~b~~~~~~wm~w~w~~ww
~~ ~ ~ ~ ~
bawah

Tumit dan · kaki


4eMeq ..-mvcoor--.co..-
-«i ai -.i v· ai ,..: ai iri
1e)(6uni uep inin1 •.NN v ('I)(")(")(")(")

seie v co f'-..0) cO U) """ 0


ct'i C'i N' v· «i -.i cti iri
1e>16uni '1n66U!d

ue6uei uep ue6µei v..-ll)O)ll)O)OCO


CJSM'C'i~v-N"-.i..-
ue6ue1a6Jad N N -e- N N N ..- N

4eMeq ue6ua1 'n>t1s·

Sele ue6ua1 'n4e9

1n66ued
'6un66und 'lnJad 0
N
..--

epea

eJO>f/Uaednqe}I
c
3 Karakteristik
...
s::
~
-
zr

-Jo-Jrr.-lr.-lr.(0-"' -lr.-1o.~-1o.(0-1o.-1o....lo.1')0'\
_o _o ]') _..... o, _v.> -~ _CJ'I ]') r: o, _..... r: _v.> _co -"'
0 NOO 00 ~ OO~~CJ'I O'l--JN~-'
Kepala

....... -1o.-Jo-1o.~Q-1o.-1o.QQO)
co.
0 ·w ·-..i "co -..... ·co :.... o 0, "co 0,
Leher

-00 ]') _N ]') _v.> _N CJ'l~~_..N_..N_..O_..


->.QN->.CJ'I a.<oa.Cio~ <o~ -~ ·-..i-w Dada

->.-..jCJ'IO')O')-..j ..... 00--JOO--JO)CJ'IC,,.>C,,.)CO


O.ow~-w-co -N" --Jv.>COO-l>-OCJ'INCO
- - - - - - - - Perut,
0)
punggung,
panggul

"' (0 O') 00 O') "'


<oo,:....o,oa. Bahu, lengan
atas

.......... ....I. ....I. __.. -lr. ...a. -1o. I\.)_... _... 0)


.N O'l _..... _w _o _o _w _c.n ]') _.j:>. _o 0o Siku, lengan
o:s:.. 01W->.NNOWCO_.
bawah benda
tajam/tumpul
NNNNN->. NN
O') co .j:>. .j:>. w 01 -a.I\.) Pergelangan
°Nmeo:..i~-. . . ·i-..> i-..> tangan dan
tangan

CJ'1 .j:>. 01 c.n 01 "' _._._.0>.j:>.~.j:>.WN


:....ammeom -l>-No·-----
- - - OOtOOCONN
--Jc.>->. Pinggul,
tungkai atas

N c.> c.> c.> c.J c.>


.j:>. 01 w ..... .j:>. .....
o,o,o,:....°N'N Lututdan
.tungkai bawah ~

_.NWWWWWNN->.
CO<O"--JWWNN<O-'N
0o°Noo°NO.en~0oen Bagian tumit
dan Kakr
om..-r--- ~co_ "<t<DIOO"<t
m- ....: ri ..f" C1) ..... ~~o)~o)-
p1e>1 uep NC")C")C") N ('I) C") ('I) C'\l C") N
lJWnl ue16e9

<O I'- I'- (0


qeMeq ..j" ri ri cri
<">"<tNM
1e>16unl
c
uep l"l"1
Q)
"'C 00
c Sele re>t6uni
r.r) r.r)
0
Q.
'fn66Ufd
"'
~
&() CD "<t CD
ueBuei ....: ci cD cD
NNNN
uep ue6usq
ue6ue1a6Jad
<">IC>a>..-CD
1ndwni1wefei ..j" ..j" ...,.- r.r) ..j"
T""" ,..- .,... ,..- ......
epuaq qeMeq
ue6ua1 'n>11s
"<tOON "<tO'>CO
m r.ri cti m co"' ,....: N"
seie
ue6ua1 'nqea

CO_ N_ <O_ <O_ "<t CD N . .,._ =. CO_~..-_N_~ ~


1n66ued l.O"<tCOCD ..j°,...:N l.O <D co I() (0 I() I() ·i$
'6un66und .::::,

'lnJad
co. M_ "<t. O'>_
N..-..-..-
~
NMN
'°- "<t_ =. N_
NN

epea

0) ..-

l.OCOO..- <0<00 0) 0
riai-o>ci N"N"N- "<t ('I)
..- ..- ..-

uepuodsai
>mspap1e)e)f
Tabel 3.87
Prevaleosi ~enis Ce.dera menurut Kabupate11lKota 'di Provlnsl Jawa Barat,
~ i Riskesdcts 2007

s0 C'll ... C)
.:.::
e
-!
~
c
c.
~-·-cuc
.ac...
Cl)
·'&)
~
e
C'll
.:.::
.:.::

s
:J
...
.Q

C'll
C'll
.:.::
C'll
.c
C'll
.:.::
.!::
:i?...
....
Cl)
c
.!
::s
-4J
.c
eo>=
Cl) "'
s0 :;c.
C) ...
c
C'll
c
::s
CJ
e
C'll
c>-
c
·c;
m ·::s .:.:: ::s Cl) ..J
-.Q
::s
C'll
..J _.
:J ..J ~
0.
C)s
c
<(
~
~
Kab. Bogor 37,4 ·46,9 31,7 18,4 6,5 ,6 2,6 2,0
f.4
Kab. Sul<abumi 37,8 42,2 27,2 5,9 23,0 5,9 ,7 7,4 1,6
Kab. Cianjur 46,5 29,5 33,5 3,3 32,9 7,0 ,8 4,5
Kab. Bandung 52,1 37,5 20,5 2,6 22,7 5, 1 ,3 3,7 6,2
Kab. (?arut 44,8 A6,4 33,2 1,1 23,9 3,2 1,1 ,9
Kab. Tasikmalaya 33;3 32,0 20,4 4,1 33,0 4,1 1,8 2,3 1,8
Kab. Ciamis 33,3 41,2 25,3 3,8 26,8 3,1 ,8 2,3 ,8
Kab .• Kuningan 36,8 61,7 12,8 1,1 16,8 7,4 2,1 4,2
Kab. Cirebon 35,5 59,0 19,9 1,6 26,3 3,5 ,4 1,1 1,7
Kab. Majalengka 45,7 5~,2 28,9 4,3 19,5 6,2 1,0 3,3 4,7
Kab. Sumedang 43,1 22,4 25,6 1,9 22,4 5,0 ,6 1,2 1,9
Kab. lndramayu 47,3 52,4 31,5 2,3 19,4 1,6 ,2 ,6 1,9
Kab. Subang 35,6 52,1 23,6 1,4 32,9 9,6 1,4 1,4 4,4
Kab. Purwakarta 36,9 47,5 19,4 4,1 22,9 3,6 1,8 2,2 2,2
Kab. Karawang 41,2 62, 1 32,5 1,5 24,3 7,4 1,0 2,0 1,6
Kab. Bekasi 33,2 49,6 21,8 4,1 24,5 3,6 ,3 1,3 3,5
Kota Bogor 45,4 47,6 16.~ 2,2 16,7 1,6 1,3 ,6 1,6
Kota Sukabumi 42,1 42,9' 27,6 2,6 15,8 2,6 1,3 4, 1
Kota Bandung 44,5 28,3 25,7 3,3 21,5 6,7 2,8 9,4
Kota Cirebon 33,3 47, 1 20,0 1,4 5,7 4,3 1,4 ,0 1,5
Kota Bekasi 36,5 42,0 19,8 4,3 17,7 7,0 ,4 2,4 3,8
Kota Depok 34,8 39,9 26,6 4,1 19,8 3,4 1,0 4,3
Kata Cimahi 53,6 48,2 32,1 3,5 25,0 5,4 ,0 3,6 5,4
Kota Tasikmalaya 40,3 41,7 22,2 1,4 23,6 2,8 1,4 4,5
Kota Banjar 40,9 50,0 21,7 4,5 .22,7 ,0 ,0 ,0
Total ~0,9 45,8 ~5,9 2,7 22,6 4,3 ,7 1,9 2,4

• Jenis cedera jumlahnya bisa lebih dari satu (multiple injury)

123
Tabel 3.88
Prevalensi Jenis Cedera menurut Karakteristik Penduduk
di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

.""... c ... "". .....


""..
Cl
c . . ..
c
....c ... ""
GI ::,
.!!l
...
• Cl

...c .. .....
E CJ c ..!!!
..""::, lc
.Q .!::
� = c
.&
....
::, ca ::, ::,
0 .....
GI .Q ::,
""E..
Cl ... ::,
.._ GI
"" Cl Cl GI C. CJ c
GI
"'
::, .::,;
GI .._
.& .!!! c Cl ...
� j

ID ..J ::, ..J
I-
... .& GI

Umur (th)
..J 0..
""
< 1 53,9 23,6 6,6 11,0 23,7
1-- 4 43,6 6,
55,7 14,7 2,4 9,6 1,0
5 -- 14 0,5 2,3
38, 1 55,3 22,8 2,0 18,0 2,3
15 - 24 0,5 0,9 1,4
44, 1 54,2 27,2 3,3 25,4 4,6
25-34 0,5 2, 1 1,1
40,6 43,8 30,8 3,6 21,6
35-44 5,0 1,3 2,2 2,1
37,9 38.7 31,0 2,8 28,1
45- 54 5,4 ,5 1,7 3,3
42,2 32,4 34,2 2,7 25,4 7,3
55-64 1,2 3,7 3,3
41,0 25,3 25,0 2,8 33,7 6,4
65-74 1,0 2, 1 3,2
39,5 20,4 25,9 1,3 31, 1
75+ 5,0 0,7 3,3 2,4
49,7 23,6 13,5 1,5 35,2 13,2 3,5 9,5 2,1
Jenis kelamin
Laki 41,5 48,7 28,2 2,7 21,8 4,6 0,8 2,4
Perempuan 40,0 2,4
41,2 22,3 2,7 23,9 3,8 0,6 1,2 2,4
Pendidikan
Tidak sekolah 41,9 37,2 22,3 ,3 25,5 4,3 0,9 2,6
Tidak tamat SD 38,0 2,1
41.2 29,0 2,3 24,4 4,8 0,8
Tamat SD 2,2 2,0
41,4 42,0 29,5 2,6 25,7 4,4
Tamat SMP 0,8 1,6 2,3
41,5 47,0 28,7 3,8 23,8
Tamai SMA 5.0 1.0 2,2 2,6
44,5 47,8 23,9 4.4 26,8
Tamat PT 6,6 1,2 3,4 3,3
34,2 39,8 32,2 2,4 26,0 7, 1 2,9 5,1
Pekerjaan
Tidak bekerja 43.3 43.1 22.1 1.9 25.1 6.6 .8 2.9
Sekolah 40.1 2.1
56.0 24.1 2.6 22.2 2.1 .5
Mengurus RT .9 1.3
39.5 26.9 26.8 2 9 27.7 4.7
Pegawai (negeri, swasta. .7 1.7 3.7
40.7 43.7 29.0 3.7 25.4 7.9
POLRI) 1.4 3.7 3.0
Wiraswasta 41 2 47.5 28.3 3.6 24.6 4.3 1.1 2.0 2.6
Petani/Nelayan/ Buruh 40.1 37.4 36.3 2.7 26.3 6.1 1.0 2.7 2.4
Lainnya 47.9 45.4 27.3 3.2 28.0 7.7 5.3 7.2
Tempat tinggal
Perkotaan 41.0 47.2 24.3 3.1 20.2 4.1 .6 1.8 3.1
Pedesaan 40.8 44.2 27.6 2.3 25.1 4.5 .8 2.0 1.6
Tingkat pengeluaran perkapita perbutan
Kuintil 1 40.0 45.0 27.4 2.4 21.8 3.1 .5 1.2
Kuintil 2 41.1 1.6
45.0 24.4 2.8 23.3 4.6 .6
Kuintil 3 2.0 2.5
41.4 44.9 28.5 2.2 22.0 4.7
Kuintil 4 .9 1.9 2.5
39.9 46.7 24 9 3.1 22.3 4.3
Kuintil 5 .7 1.6 2.7
42.2 47.4 24.1 3.1 23 8 4.8 .9 2.8 2.5
• Jen is cedera jumlahnya bisa lebrh dan satu (mul/1ple injury)

124
P.revCll~nsi tertinggi bagian tubuh yang terkena cedera berdasar~a6 ~bupatenfkota di
- pr.opinsi Jawa Barat adalah sebagai berlkiit; 6agian kepala 24)5% (kota Banjar), l;>agian
leber 3,0% (kabupaten Bek~~i), bagian tfada 5,2to (kabupaten Karawan}J) •. pagian
p.erut/punggung/panggul 7,7% (kabupaten Cianjur, Kabupate1,1 Tasi~nialaya, dan Kota
eirebonf, baglan oahu/lenga'Jf atas: 14',2% (kabupaten Karawang), bagi~n siku/l~ngan
bawah 38,5% (kabupat~n Kuningan), bagian pergelangan tang.a.n dan tangan 30,7%
(Kab Garu~). bagian pifl9~\.\l/tung~ai, atas .8,8%.(kStb1.1paten Slikabtimi dan kab. Subang),
bagianJutu.t dan tungkai bawah ~2,4% (Kab, Kuningan), ,bagiah. tul'nit'dan kak! 41,1%
(Kabupaten subanq), ')
'1
Prevalensi.cedera di bagian kepala darf leher yahg·tertinggi'ada' paaa1<elocnp~,u111ur <1
tahun (57,1%.dan 6,6%). Cedera ciPbagiah dada"~ebarwakan ljn:i·1~mi oleh 'tesponden
yang berusia di atas 55 tahun (14,9%}, sedangkan cedefa di bagi~h perut,' bahu dan
pinggul, tungkai atas leblh b~nyak_:.dialamJ. ol~h· penduduk berurnur 75 tahun .keatas
(12,6%, 13,2%,dan 14,7%).. . Pr~.vatensi cedera qJl;>angiaf) sik4 tertinggi diderita oleh
responden yang berumµr 15-~4 (24~~%), se9a.ngk.~u1~eqera,pi bagian tanqan teringgi di
kelompok 35-44 (28,5%). Sela'njutnya untuk-cedera lutut dan tungkai paling 'banyak
teriadipada 5-14 tahun (44,7%). Adapun untuk cedera bagian tumit dan kaki tertinggi
pada umur 55-64 tahun (37%).
( r-';d •

Berdasarkan cedera menurut bagiar;i, tubuh ·Y8!1fl· terkena (tabel 4.6:4), pada urnumnya
lakl-laki lebih besar prevalensinya djp~ndiQ_g perempuan. T.iga-urutan, tetbesar bagian
tubuh yang mengalami cedera pada laki-laki adalah lutut dan tul)g'kai bawah (35,8%),
bagian tumit dan kaki (31,6%), dan .pergelangan tangan/tangan' (22,2%). Adapun
bagaian tubuh yang menqalam! cedera yang lebih besar terjadi pada perempuan adalah
perut/punggung/panggul (6,7%) dan pinggul/tungkat atas (6, 1 %).
Prevalensi penduduk yang jnenqalarn] cedera -kebanyakan mempunyai tingkat
pendidikan tamat SMA .yaitu cedera bapu/lengan .atas (9,ft%), siku/lenqan bawah
(18,8%), pergelangan tangan/tangan (29,6%), dan lutut/tungkai;bawah l35,6%). Cedera
di kepala dan peru(/punggurgtpanggul"'pa,ling banyak pada yang, tidak sekolah (13,4%
dan 7,9%). Penduduk ¥ahg tidak tamat sq paling b,<U-!_yak?y'1ng mengalami cedera pada
dada (3,1 %) dan pinggul/tungk,ai atas (~i6'}1o}. Untuk ceders leher dambaqian tumit dan
kaki terbanyak di alami oleh penduduk dengan tingkat,, pendidikan PT (1 ,2%- dan 35,8%)
.
Cedera di kepala, leher, bahu/lengan atas, .dan, pinggul/tungkai atas yang tertihggi
dialami oleh responden yang tidak bekerja (13,5%,- 1.,5%, 9,4%;· dan 7,9%). Untuk
cedera .di dada terbanyak. pRda jenis pekerjaan petani/nelayan/buruh (3,5%) sedangkan
prevalenst cedera-rf baqian 1J,erut/punggung/panggµI, persentasenya banyak pada
pekerjaan menQurus rumah tangga (8,6%). Prevalensr cedera di bagian siku dan
tumit/kaki yang' terbanyak pada responder» yang :bekerja sebagai pegawai (18,2%).
Profesi wiraswata rnerupakan jenis p,ekerjaan. yang prevalensinya paling banyak
mengalami cedera di pergelangan fangan dan tangan (30%). Sedangkan pekerjaan
masih sekolah merupakan Prevalensi bagian tubuh yang terkena cedera menurut tempat
tinggal terlihat bahwa sebagian besar terjadi di pedesaan, kecuall-cedera pada kepala
dan lutut/tungkai bawah lebih banyak diperkotaan (14,9% dan ~7.2%). Sedangkan
cedera pada pinggul,tungkai atas, prevalensinya sama antara kota dan desa.
Berdasarkan tingkat penqeluaran perkapita, prevalensi bagian tubuh yang mengalami
cedera memperlihatkan bahwa antara kuintil 1 sampai kuintil 5 terlihat harnplr seimbang.
Prevalensi tertinggi bagian tubuh terkena cedera terjadi pada lutut dan tungkai 'bawah
(37,7%) pada kuintil 4, baqlan tumit dan kaki (31,6%) pada kuintil 2, dan pergelangan
tangan dan tangan (22,6%) ter'dapat pada kuintil 4.
Prevalensi jenis cedera tertinggi dari 25 kabupaten/kota di propinsi .Jawa Barat yaitu:
benturan 53,6% (kota, Cimahi), Iuka lecet 62, 1 % (kab. Karawang), Iuka terbuka 33,5%
(kabupaten Cianjur), Iuka bakar 5,9% (kabupaten Sukabumi), terkilir/teregang 33%

125
(kabupaten Tasikmalaya, patah tulang. 9;6% (kabupaten Sµbang), anggota gerak
terputus _(amputasi) 1,8% (kab, Tasikmalaya dan kab Purwakarta), keracunan 7,4%
(kabupaten $ukqbumi). Sernen_!ara.. di" kota $ukabumi, Kota Bandung, Depok, Kota
Taslkrnalaya, dan kota Ban1ar tidak t~rd,ap;;it prevalensi cedera anggota gerak.terputus
.(atau prevalens!nya kecil ~ekali) . .J~ga, -dl kota- Cirebon dan kota banjar tidak:terjadi
cedera keracunan. · 1
.Berdasarkan kelornpok umur [enis cedera yang mempunyai prevalenst tertinggi meliputi:
benturan sekltar 53,9% oada l<erompok urnur "<'1' tahun, Iuka lecet' 55, 7% pada umur 1 -
4 tahun, Iuka terbuka 34,2% pada umur 45 - 54 tahun, dan Iuka bakar · 11 % pada umur
< 1 tahun. Sel~i~ itu, jeri~ cedera.yanq paling banyak dialami oleh kelornpok umur 75
tahun ke ata~ ialah t~rl<ili~/teregacig. patah tu.lang, anggo~a gerak terputus (amputasi),
dan ikerpcun~n. (35,2%, te.2%,3,5%,, dan 9,5%)
Pada prevalensl. jenis 'ceder~ menurut kalagori· jenls kelamin memberikan gambaran
bahwa pada hampir semua prevalehsi jehi~ cedera pada laki-laki menunjukkan angka
Jebih tinggi dibarfdingksn perempuan kecuall pada [enls, , cedera terkilir/teregang.
Prevalensi terbesar untuk jenls' cedera adalah lukid.ecet yaitu 48,7% pada laki-laki dan
41,2% pada perempuart. ' ,j ·

Pola prevalensi jenis cedera menurut tingkat pendidikan menunjukkan gambaran yang
sama yaitu urutan terbanyak mengalamf'jen(s·eedera Iuka jecet, benturan, Iuka terbuka
dan terkilir/teregang.' Prevalensl [enis c~cf~ratertinggi kebanyakan terjai pada penduduk
yang berpendiQ.ikan tamat SMA, yaifu·benturar'\'(44,5%), Iuka kecet (47,8%), Iuka bakar
(4,4%), terkilir/teregang (26,8%), anggota gerak terputus (1,2%),_dan keracunan (3,4%).
Jen is cedera lainnya .• yaitu IUka terbuka (32,2%) dan patah tulang (7, 1 %) paling banyak
terjadi pada penduduR ~ang tarnat PT. ·
Tabel tersebut uga rrrernberikan gambaran pola jenis cedera berdasarkan jenis
pekerjaan responden. Jenis pekerjaan yang terbanyak mengalami jenis cedera ialah
pegawai yaitu~luka bakar-(3,7%), patah tulang (7,9%), anggota gerak terputus (1,4°(o},
dan keracunan t3,7%).· Sementara benturan paling banyak dialami oleh yang tidak
bekerja, Iuka kecet pada yang masih sekolah, Iuka terbuka pada petani/nelayan/buruh,
dan terkilir/teregang pada pekerjaan mengurus rumah tangga .

Prevalensi 'jenis cecera yang lebih tinggi terjadi di desa meliputi Iuka terbuka,
terkilir/tereqanq., anggota gerak terputus, dan keracunan. Sedanqkan prevalensi yang
lebih tinggi di kota ialah benturan, Iuka lecet, Iuka bakar, dan jenis cedera lainnya.
Berdasarkan tingkat pengluaran perkapita yang dibagt dalarn kuintil, maka urutan jenis
cedera terbanyak yang dialarni adalah Iuka lecet'47,4% (kuintil 5), benturan 42,2%
(kuintil 5), Iuka terbt.Jka 28;5% (kuintil 3), dan terkilir/teregang 23,8°{0 (kuintil 5). Untuk
jenis cedera lainnya, prevalensi tertinggi ada pada kuintil 5, yaitu Iuka bakar, patah
tulang, anggota gerak terputus, dan keracunan.

3.6.2. Disabilitas/ Ketidakmampuan


Status disabilitas dikur;npulkan dari kelornpok penduduk umur 15 tahun ke atas
berdasarkan pertariyaari yang dikembangkan oleh WHO dalam International
Classification of Functioning, Disability and Health.~CF). Tujuan pengukuran ini adalah
untuk mendapalkan informasi menqenai kesutitan/ketidakmampuan yang' dihadapi oleh
penduduk terkait dengan fungsi tubuh, individu dan sosial.
Responden diajak untuk menilai kondisi dirinya dalam satu bulan terakhir dengan
menggunakan 20 pertanyaan inti dan 3 pertanyaan tambahan untuk mengetahui
seberapa bermasalah disabilitas yang -dialami' responden, sehingga memerfukan
bantuan orang.:lain. Sebelas pertanyaan pada kelornpok pertarna terkait dengan fungsi
1Ringan;
tubuh bermasalah, dengan pilihan jawaban sebagai berikut 1) Tidak ada; 2) 3)
126
Sedang; 4) Berat; dan 5) Sangat berat. Sembilan pertanyaan terkait dengan fungsi
individu dan sosial dengan pilihan jawaban sebagai berikut, yaitu 1) Tidak ada; 2)
Ringan; 3) Sedarfg; 4) Sulit; dan 5) Sangat sulit/tidak dapat melakukan. Tiga pertanyaan
tambahan terkait dengan kernarnpuan responden untuk, · rnerawat diri, rnelakukan
aktiyitas/gerak atau betk:omunikasi, denqan pilihan jawaban 1 ). Ya dan 2) Tidak.
Dalam analisis, penilaian pada masing-masing jenis·gangguan kemudian diklasifikasikan
menjadi 2 kriteria, yaitu "Titlak' bermasalah" atau "Bermasalah". Disebut "Tidak
bermasalah" bila responden menjawab 1 atau 2 pada 20 pertanyaan inti. Disebut
"Bermasalah" bila responden menjawab 3,4 atau 5 untuk keduapuluh pertanyaan
termaksud.

Tabel 3.89
Persentase Penduduk Umur 15 tahun ke Atas MenurufStatus Disabilitas
Dalam Fungsi Tubuh/ lndividu/Sosial di Provinst Jawa Barat,
Riskesdas 2007

Fungsi Tubuh,/lndividu/Sosial Bermasalah" (%)


Melihat jarqk jauh (20 m) 13,2
Melihat jarak dekat (30 cm) 14,2
Mendengar suara normal dalam ruangan 5,2
Mendengar orang bicara dalam ruang sunyi 4,9
Merasa nyeri/rasa tidak nyaman 14,6
Nafas pendek setelah latihan ringan 12, 1
Batuk/bersin selama 10 menit tiap serangan 5,6
Mengalarni g~ngguan tidur 11,6
Masalah kesehatan mempengaruhi ernosi 9,3
Kesulitan berdiri selama 30 menit 8,7
Kesulitan berjalan jauh (1 km) 10,4
Kesulitan rnemusatkan pikiran 10 men it 12,6
Mernbersihkan seluruh tubuh 2,0
Mengenakan pakaian 1,9
Mengerjakan pekerjaan sehari-hari 4,6
Paham pembicaraan orang lain 5,2
Bergaul dengan orang asing 6,0
Memelihara persahabatan 6,2
Melakukan pel<erjaan/tanggungjawab 7,5
Berperan di kegiatan kemasyarakatan 8,2

Dari tabel 3.89, 'tarnpak bahwa penduduk umur 15 tahun ke atas yang bermasalah
dalam hal penglihatan jarak jauh, pengJihatan jarak dekat, rnerasa nyeri/merasa tidak
nyaman, dan napas pendek setelahlatlhan ringan, mengalami gangguan tidur, kesulitan
berjalan jauh-dan kesulitan memusatkan pikiran merupakan disabilitas yang menonjol.
Sedangkan yang bermasalah dalam hal membersihkan seluruh tubuh, dan mengenakan
pakaian hanya sekitar 3,9% ..

127
Tabel 3.90
Prevalensi Disabilitas Penduduk Umur 15 tahun ke Atas Menurut
Status Disabilitas dan KabupatenfKota. di Provinsi Jawa Barat,
Risk~sdas 2007

Status Disabilitas
Sangat
Kabupaten/Kota
bermasalah Bennasalah
% %
Kab Bogor 3,1 34,3
Kab Sukabumi 2,1 20,9
Kab CiafljU( 2,4 36,0
Kab Bandung 2,8 45,1
Kab Garut 2,8 44,7
Kab Tasikmalaya 3,3 34,1
Kab Ciamis 3,0 35,3
Kab Kuningan 1,9 26,0
Kab Cirebon 6,3 49,7
Kab Majalengka 3,1 52,0
Kab Sumedang 2,1 34,0
Kab lndramayu 2,6 -·'41,4
kab Subang 2,8 36,0
Kab Purwakarta 2,3 54,4
Kab Karawang 2,4 27,0
Kab Bekasi 3,7 30,4
Kota Bogor 3,2 42,5
Kota Sukabumi 4,2 68,8
Kota Bandung 1,6 35,2
Kota Cirebon 3,1 39,0
Kota Bekasi 1,5 31,8
Kota Depok 1,9 36,9
Kota Cimahi 1,7 46,5
Kota Tasikmalaya 2,0 40,8
Kota Banjar 2,5 39,6
Jawa Barat 2,8 37,1

Pada tabel 3.90 terlihat bahwa penduduk di Jawa Barat yang yang memiliki masalah
disabilitas dengan kategori sanqat bermasalah sebanyak 2,8% dan dengan criteria
bermasatah sebesar 37, 1 %. Bila dilihat per-Kabupaten/Kota, status disabilitas denqan
kriteria sangat 'berrnasalah tertin~gi adalah di Kabupaten Cirebon (6,3%) diikuti kota
sukabumi (4,2%) dan kab. Bekasi (3,7%). Sedangkan untuk kriteria bermasalah tertinggi
di Kota Sukabum"i (68,8%). Dari data Oi atas, terlihat bahwa untuk kateqori sangat
masalah dan masalah dengan prevalensi yang. cukup tinggi, secara bersamaan terjadi
Kota Sukabumi (4,2% dan 68,8%).

128
• Tabet 3.9.1
Prevalensi Penduduk Umur 15 tahun ke Atas-Menufut St~tus Disaoilitas dan
Karakteristik Responden di Provins! Jawa Barat, RlsKesdas 2001

S~tus Disabilitas
"'
Karakteristik Responden · Sangat BermasaJah Masafah
Golongan umur:
15-2.4·teJhun 1,4 23,1
25-34 tahun 1,2 28,0
35-44 tahun 1,4 33,8
45-54 tahun 2,1 46:o
55-64tahun 3,8 57,6
65-74 tahun 10,4 66,4
>75 tahun 23,3 64,5
,Jenis kelamin:
LakHaki 2,5 33,3
Perempuan 3,0 40,6
Pendidikan:
Tidak sekolah 9,8 57,5
Tidak tamat SD 4,4 48,8
TamatSD 2,3 37,7
TamatSMP 1,4 28,9
TamatSMA 1,3 28,7
TamatSMA+ 1,0 28,1
Pekerjaan:
Tidak bekerja 8,8 42,3
Sekolah 1,2 21,4
Mengurus RT 2,3 40,4
Pegawai (Negeri, Swasta, Polri) 0,8 26,1
Wiraswasta 1,5 35,9
Petani/Nelayan/Buruh 2,1 40,5
Lainnya 3,7 40,5
Tempat tinggal:
Perkotaan 2,5 37,0
,,..,.-•
Pedesaan 3,1 37,2
Tingkat pengeluaran perkapita perbulan :
Kuintil 1 3,4 38,3
Kuintil 2 3,0 38,1
Kuintil 3 2,9 38,6
Kuintil 4 2,5 36,8
Kuintil 5 2,2 34,4

Prevalensi status disabilitas penduduk 15 tahun ke atas dalam 1 bulan terakhir menurut
karakteristik di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada tabel 3.91. Terlihat bahwa
semakin tinggi golongan umur prevalensi disabilitas dengan kriteria sangat masalah dan
masalah juga semakin tinggi..

129
Prevalensi status disabilitas kategori sangat masalah dan masalah lebih banyak terjadi
pada. perempuan, lebih besar oada penduduk yang tinggal di desa, 'serta tinggi pada
penduduk yang. berpendidikan rendah. Semakin rendah- tingkat pendidikan prevalensi
masalah disabilitas kategori sangat masalah dan masalah semakin besar.
Dilihat dari pekerjaan, prevalensl status di~abilitas kateg.ori masalah dan sangat masalah
tertinggi pada penduduk yang tjdak bekerja dan, terendah pada penduduk yang
berprofesfsebagai ·pegawai. Dilihat dari kuintil,maka semakin tinggi·tingkat~ngeluaran,
maka prevalensi di~abilitas kategori sangat rnasalah dan masalah semakin rendah.

3.7. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku


Pengetahuan, sikap dan perilaku dalam Riskesdas 2007 ditanyakan kepada penduduk
umur 1 O tahun ke atas. Pengetahuan dan sikap yang berhubungan dengan penyakit flu
burung dan HIV/AIDS·ditanyakan melalui wawancara individu.l Demikian juga perilaku
higienis yang meliputi pertanyaan mencuci tangan pakai sabun, kebiasaan buang air
besar, penggunaan tembakau/ perilaku merokok, minum minuman beralkohol, aktivitas
fisik, perilaku konsumsi buah dan sayur, dan pola konsumsi makanan berisiko.
Untuk mendapatkan persepsi yang sama, pada saat melakukan wawancara mengenai
satuan standar mlnuman beralkohol, klasifikasi aktivitas fisik, dan porsi konsumsi buah
dan sayur, digunakan kartu peraga.

3. 7 .1. Perilaku Merokok


Pada penduduk umur 10 tahun ke atas ditanyakan apakah merokok setiap hari, merokok
kadang-kadang, mantan perokok atau tidak merokok. Bagi penduduk yang merokok
setiap hari, ditanyakan berapa umur mulai merokok setiap hari dan berapa umur
pertama kali merokok, termasuk penduduk yang belajar merokok. Pada penduduk yang
mer.okok, yaitu yang merokok setiap hari dan rnerokok kadang-kadang, ditanyakan
berapa rata-rata batang rokok yang dihisap per hari dan jenis rokok yang dihisap. Juga
ditanyakan apakah merokok di dalarn rumah ketika bersama anggota rumah tangga lain.
Bagi mantan perokok ditanyakan berapa umur ketika berhenti merokok.

130
Tabel 3.92
Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas msnurut Kebiasaan Merokok dan
Kabupaten/Kota di. Provinsi Jawa Batat, Riskesdas 2007

Perokok Saat lni Tldak Merokok


Kabupaten/Kota Perokok PeroJ<ok
Mantan Bukan
Setiap Kadang-
Perokok Perokok
Hari> Kadang
Kab.Bogor '27.1 5.2 3.2 64.4
Kab.Sukabumi 28.8 6.4 2.1 62.7'
Kab.Cianjur 31.1 8.1 2.9 58.0
Kab.Bandung 27.5 5.0 3.7 63.7
Kab.Garut 26.0 5.1 2.0 66.9
Kab.Tasikmalaya 26,7 7.1 2.0 64.2
Kab.Ciamis 31.1 6.2 2.8 60.0
Kab.Kuningan 24.6 5.6 2.5 67.3
Kab.Cirebon 23.0 5.2 2.4 69.5
Kab. Majalengka 25.3 5.4 2.6 66.7
Kab.Sumedang 28.8 6.0 3.4 61.8
Kab. lndramayu 30.4 3.9 2.4 63.3
Kab.Subang 3Q.3 4.7 1.9 63.1
Kab. Purwakarta 29.5 6.2 5.8 58.4
Kab.Karawang 30.0 5.5 2.0 62.4
Kab.Bekasi 24.9 7.0 3.5 64.7
Kota Bogor 24.3 5.3 6.7 6°3.8
Kota Sukabumi 30.3 7.5 5.8 56.4
Kota Bandung 25.5 6.6 5.2 62.7
Kota Cirebon 20.6 5.6 5.5 68.3
Kota Bekasi 18.3 5.5 6.4 69.8
Kota Depok 20.5 4.7 6.2 68.6
Kota Cimahi 23.7 6.5 6.1 63.7
Kota Tasikmalaya 26.4 7.2 3.9 62.4
Kota Banjar 28.6 7.8 5.1 58.5
Jawa Barat 26.7 6.0 3.7 63.6

Persentase perokok di Jawa Barat (26,7%) lebih tinggi dibandingkan dengan persentase
perokok secara nasional (23,7%). Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Ciamis
merupakan kabupaten/kota dengan persentase perokok tertinggi di Jawa Barat.

131
Tabet 3.93
Persentase Penduduk Umur 10 Tah~nke Atas menurut.Kebiasaan
··Merokok dan-Karakteristik'Responden Di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007

Perokok'
,. . lni
Saai Tidak Merokok
Karakteristik Perokok Perokok
Responden Mantan
Setiap Kadang- Bukan Perokok
Perokok
Hari Kadang
Kelompok Umur (Tahun)

10-14 0,9 1.4 .4 97.2


1~24 21.2 7.8 2.1 68.9
25-34 31.3 6.1 2.7 60.0
35-44 33.9 6.5 3.4 56.2
45-54 35.4 6.7 5.3 52.6
55-64 34.6 6.0 7.6 51.8
65-74 31.2 6.2 10.1 52.6
75+ 31.5 6.2 9.5 52.8

Jenis Kelamin -~- ...

Laki 52.0 9.9 6.3 31.8


Perempuan 3.2 2.3 1.4 93.1

Pendidikan
Tidak Sekolah 25.5 4.4 3.6 66.4
Tidak Tamat SD 24.1 4.5 2.9 68.5
TamatSD 27.4 6.0 3.0 63.6
Tamat SMP 26.3 7.1 3.2 63.4
Tamat SMA 31.5 7.5 5.8 55.2
Tamat PT 25.1 6.0 8.4 60.5

Tipe Daerah
Kota 24.9 6.0 4.8 64.3
Des a 28.8 5.9 2.5 62.8

Tingkat Pengeluaran per kapita


Kuintil- 1 27.2 6.2 2.8 63.9
Kuintil- 2 27.3 6.0 3.2 63.4
Kuintil- 3 27.0 6.1 3.5 63.4
Kuintil- 4 26.9 6.1 4.0 63.0
Kuintil- 5 25.1 5.5 5.1 64.3

Berdasarkan usia perokok, persentase perokok tertinggi berkisar pada usia 35 hingga 64
tahun dan mencapai puncaknya pada usia 45 hingga 54 tahun. Persentase perokok
pada laki-laki (52,0%) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Persentase perokok pada
perempuan (3,2%). Berdasarkan tingkat pendidikan nampak jenjang pendidikan tidak
menunjukkan pola yang jelas, namun persentase perokok yang paling tinggi adalah
perokok dengan jenjang pendidikan SL TA.

132
Persentase perokok yang tinggal di desa sedikit lebih tinggi dlbandlnqkan dengan
Persentase perokok yang tinggl di kota. Berbeda denqan 4 karakteristik responden
lainnya .pada Tingkat Pengeluaran per kapita • rumah tangga nampak menunjukkan
gradasi yang lebih ·jelas: Semakin' renaatr 'ting-kat "l<uiritil semakin tinggi Persentase
jumlah perokoknya. Pada table 3:94 disajikan ·preval~n~i perokok 'saat lni dan rerata
.jumlah rokok yang dit)is()p sehari pi-.Jawa Barat. Prevale"ristjumlah perokok aktif saat ini
di Propinsi Jawa Barat adalah 32,6% dangan prevalensi tinggi di Kabupaten Cianjur
(39,2), Kota Sukaburnl (37,8%) dan Kabupaten Ciamis (37,2%). Jumlah rata-rata batang
rokok yang dihisap oleh responden di Propinsi Jawa Barat adalah 8,68 batanq perhari.
Rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap perhari terbanyak di Kabupaten Subang,
Krawang, dan lndramayu dengari rata-rata batang rokok yang dihisap perhari adalah
10,50; 10,34;.-10,00 batang. ·
Dari seluruh kabupateo/kota yang ada di Propinsi Jawa Barat Kabupaten Ci~njur
merupakan daerah dengan proposi perokok aktif yang cukup tinggi (39,2%) dan jumlah
rata-rata batang rokok yang dihisap cukup banyak (8, 1 ~ batanq) meskipun m.asih di
bawah angk,a nasional (12 batang). Hal ini dikarenakan daerah cianjur merupakan
daerah dengan dengan dataran tinggi dari suhu yang cukup dingin sehingga budaya
merokok dalam masyarakat menjadi sesuatu yang biasa, untuk itu institusi kesehatan di
daerah tersebut hendaknya tanggap terhadap permasalahan ini dengan memberikan
penyuluhan bahaya merokok lebih mendalam
label 3.94
Prevalensi Perokok Saat ini dan Rerata Jumlah Batang Rokok yang
Dihisap Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota Di
Provlnsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

Kabupaten/Kota Perokok Saat lni Rerata Jumlah Batang rokok/hari


Kab.Bogor 32.3 9.31
Kab.Sukabumi 35.3 8.21
Kab.Cianjur 39.2 8.18
Kab.Bandung 32.5 7.93
Kab.Garut 31.1 8.15
Kab.Tasikmalaya 33.8 9.53
Kab.Ciamis 37.2 8.11
Kab.Kuningan 30.3 8.93
Kab.Cirebon 28.2 8.98
Kab.Majalengka 30.7 9.51
Kab.Sumedang 34.8 8.30
Kab.lndramayu 34.3 10.00
Kab.Subang 35.0 10.50
Kab.Purwakarta 35.8 8.97
Kab.Karawang 35.§ 10.34
Kab.Bekasi 31.9 9.17
Kota Bogor 29.6 8.89
Kota Sukabumi 37.8 7.60
Kota Bandung 32.1 7.96
Kota Cirebon 26.2 8.40
Kota Bekasi 23.8 8.95
Kota Depok 25.2 8.31
Kota Cimahi 30.2 7.93
Kota Tasikmalaya ~3.7 7.52
Kota Banjar 36.4 7.35
Jawa Barat 32.6 8.68

133
Tabel 3.9?
Prevalensi perokok dan Rerata Jumlah .Satang Rokok yang
Dihisap Ponduouk Umur 10 tahun ke atas menurut Karakterislik
Responden.Dt Provtnsl Jawa Barat! Riskesdas 2097

Karakteristik Perqkok Rata-Rata Jumlah Batang


Responden Saat inl, Rokok Yang Dihisap
Kelompok-Umur (Ta'1un) '
10-14 2.4 4.02
15-24 29.0 6.62
25-34 37.4 . 8.50
35-44 40.4 ~-~7
45-54 42.1 9.71
55-64 40.6 9.43
65-74 37.3 8.80
75+ 31.7 8.22

Jenis kelamin
Laki-laki 62.0 9.03
Perempuan 5.5 5.00
~-~""
Pendidikan
Tidak Sekolah 30.0 9.65
Tidak Tamat Sp 28.6 9·:35
Tamat SD 33.4 8.48
Tamat SMP 33.4 8.06
Tamat SMA 39.0 8.52
TamatPT 31.0 9.49

Tipe Daerah
Kota 30.9 8.49
Des a 34.7 8.89

Tingkat Pengeluaran per kapita


Kuintil- 1 33.3 8.24
Kuintil- 2 33.3 8.42
Kuintil- 3 33.1 8.65
Kuintil- 4 33.0 8.75
Kuintil- 5 30.6 9.33

Prevalensi perokok penduduk di Propinsi Jawa Barat lebih banyak pada kelompok umur
35 hingga 64 tahun dengan rata-rata jumlah batanq rokok yang dihisap adalah 9,37
hingga 9,45 batang. Namun yang menjadi keprihatinan adalah pada usia remaja dini
sudah mengenal kebiasaan merokok dan jumlah rata-rata batang yang dihisap perhari
adalah 4 batang, suatu jumlah yang hendaknya telah menjadi pertimbangan untuk
mencari solusi pernecahanya.
Prevalensi perokok laki-laki (62,0%) lebih tinggi dari perokok perempuan (5,5%) pada
perokok laki-laki rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap perhari (9,03) jauh lebih
banyak dibandingkan dengan rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap oleh perokok
perempuan (5,00).

134
Berdasarkan.tlnqkat pendidikan prevalensi perokok lebih:tinQ9i pada respondendenqan
![ngkiit pendldlsan .SD sarnpal dangan SLTA namun jumlah batang rokok yah'g d.ihisaP'
.leblh sedikit darlresponden tingkat pei:idi<iikan'lairinya .. oaifseh.~rvh tingkat p~~qiqlkan
.responden aengan latar .befakang pendldikan SLTA yang' mempunyai propQ~t perpkok
tertinggi, sedangkan rata-ata jumlah l:>atang· rokok yang· dihisap terb~nyak dari
responden yang tidak bersekolah.
Perokok yang tinggal di pedesaan mempunyai prevalensl perokok terbesar dibandingkan
dengan prokok yang ~nggal, qi P.~rkoJaan, ,t)egitu pulatdengan rata-tata jumla~1 ba:tang
rokok yang piJ'lisap 'P.~rh~ri 1ebih l;>~mya~ dib~nQ.ingkan dengan perokok d.i petRdtac:in ..
Semakin rendah ,kyintil ( s~makin miskln r.!J111ah\tanggql semakin besar' proposi petokok.
namun semakin 'sedlklt jurnlah batang rokok yang_ ~iJ'lJsap perhari semakin tinggi kuintil
(sejnakin kaya) sema~in· kecilpreyalenslperokok na'!'un sernakinbesar juni!ah batang
rokok yang dihisap perhari. Kondisi yang_, ferbalik aari Tingkat Pengeluaran per kapita
dan junilah batanq rokok. yang-dihisap p~rhari men'lmjukk?fl adanyaketerbatasah daya
beli di kalangan kuintil satu, urituk' itu intervensl penyuluhan bagi perokok di kalangan
kuintil satu diharapkan lebih mudah. ·
Tabel .. 3.96 ~
Persentase Psnduduk Umur 1 Q Tahun ke Atas yang Merokok
Menurut Usia Mulai Nrerokol<Tiap Hari dan Karakteristik
' Di Provlnsl Jawa Barat, Riskesdas 2007

Rata-rata batang rokok perhari


37-48 25-36 13-24 1-,12 Tidak
Kabupaten/Kota >=49 btg
btg btg btg btg Tahu
Kab.Bogor .1 .9 8.6 89.0 1.5
Kab.Sukabumi .1 .8 7.3 90.8 1.0
Kab.Cianjur .2 .3 1.2 7.6 89.9 .7
Kab.Bandung .1 .2 1.2 7.1 90:4 1.0
Kab.Garut 1.0 11.1 87.8 .1
Kab.Tasikmalaya .4 .4 1.4 16.7 80.1 1.1
Kab.Clarnis .3 .9 6.7 89.9 2.3
Kab.Kuningan .6 7.3 90.9 1.2
Kab.Cirebon .3 9.1 89.5 1.2
Kab.Majalengka .2 1.1 11.4 87.1 .2
Kab.Sumedang ·.- .2 .2 .7 7.4 89.8 1.8
Kab.lndramayu .9 11.0 87.5 .6
Kab.Subang .1 1.0 8.1 90.6 .1
Kab.Purwakarta .1 1.1 9.8 88.2 .8
Kab.Karawang .1 ·1.2 11.2· 83.5 4.0
Kab.Bekasi .4 .1 1.1 8.1 86.1 4.1
Kota Bogor .2 .9 8.1 89.9 .9
Kota Sukabumi .4 1.0 6.5 92.0 .2
Kota Bandung .s 4.9 94.0 .8
Kota 'cirebon .3 .3 1.2 4.9 91.3 2.0
Kota Bekasi .2 .2 .7 8.5 86.4 4.0
Kota Depok .5 6.5 92.5 .5
Kota Cimahi -.4 .9 7.1 90.8 .7
Kota Tasikmalaya .1 .6 3.7 95.0 .6
Kota Banjar .4 .8 3.7 94.9 .1
Jawa Barat .1 .1 .9 Jt2 89.4 1.3

135
Sebag~an ,~f#Sar perokok di Propinsi Jpwa Barat menghabiskan rokok perhari- 1 - 12
batang perti,ari, namun apa qibeberapq kabupatenlkota yang perokoknya rnenghabiskan
leblh c{afi 49'.. batang rokok.perharl, adapnn kabupatenlkota tersebuttadalah: Kabupaten
,, B9gor, ,~ianjur, Ban,9u~"' Tasikmalaya, _9jamis, Kuningan, Maja1engka, 'Surf'led"ang,
' Suban~, Karawang;, f:lek~si, K9Ja l?ogor, Cirebon, dan Bekasi,

.. Tabef. 3.97 .
Proporsl perokok saabini pada 'J)enduduk umur ~10 tahun
berdasarkan jumtah batang rokdk yang"dihisap per hari menurut
Karakferistik Responden Di Provtns! Jawa Bar'at,Ri![ikesdas 2007
- c

' Tidak
Karakteristik >:;::4~ 37~8 25-~,6 13-24 1-12
tahy
Respondeh b~g btg btg ,btg btg
f
Umur '
10-14 tahun 1.7 74.7 23.6
15-24 tahun .1 .0 .1 3.2 95.3 1.3
25-34 tahun .0 .1 .6 6.4 92.3 .6
35-44 tahun .2 .1 1'.1 9.4 88.6 .6
45-'54 tahun .1 .3 1.5 11.3 86.2 .6
55-64 tahun .2' .1 1.1 10.9 86.8 .9
65-74 tahun .3 1.5 10.5 86.3 1.4
75+ tahun .4 .9 10:8' 84.0 4.1

Jenis kelamin
Laki-laki .1 .1 .9 8.8 89.2 .8
Perernpuan .1 .4 2.6 90.9 5.9

Pendidikan
Tidak sekolah .1' .2 1.4 11.9 83.0 3.4
Tidak tamat SD .2 .2 1.4 11.0 85.0 2.2
Tamat SD .2 .1 .7 7.8 90.4 .9
Tamat SMP .1 .1 .5 6.3 92.4 .6
Tamat SMA .1 .1 .7 6.6 91.6 .9
TamatPT .4 1.8 9.1 87.9 .9

Dae rah
Pekotaan .1 .1 .8 7.0 90.5 1.5
Pedesaan .1 .1 1.0 9.5 88.2 1.1
Tingkat Pengeluaran per kapita
Kuintil-1 .1 .1 .8 7.1 90.2 1.6
Kuintil-2 .1 .1 .7 8.2 89.6 1.2
Kuintil-3 .1 .1 .9 8.4 89.2' 1.3
Kuintil-4 .2 .2 .6 7.8 90.0 1.2
Kuintil-5 .0 .2 1.4 9.4 87.8 1.2

Dari semua golongan umur sebagian besar penduduk di Jawa Barat menghabiskan 1-12
batang rokok perhari. Tidak nampak adanya pola yang nyata antara umur muda dan
umur tua dengan jurnlah batang rokok yang dihisap perhafi. Golongan umur ·15-24
tahun merupakan penduduk dengan proporsi terbanyak yang mengkonsumsi rokok 1-12
batang perhari. Penduduk yang yang menghabiskan rokok 1-12 batang rokok perhari
lebih banyak pada penduduk laki-laki dari pada perempuan, sedangkan penduduk yang
menghabiskan rokok lebih dari 13 batang lebih banyak pada penduduk laki-laki dari
1"36
pada perernpuan. Dilihat dari latar oelakang pendidikan perokqk, narnpak tidak berpola
dengan jelas. Pada perokok aengan~]urnlah batanq rokok yang di~abiskan perhari 1-12
batahg. sebagian besar ctari latar belakang pendidikan SMP, ·s'edahgkan pada perokok
yang rnenghabiskan-rokok ~3-24 batanq rokok perharl sebagian besar darj peroko-, yang
tidak perhah bersekolah.
Pada perokok yang tinggal dlperkotaan sebagian besar m~nghablskan 1-12 batang
rokok perhari, sedangkan perokok yang cnenghabiskan rokok 13-24 batang.rokok perhari
sebagian. besar tinggal dlpedesaan. Perokok yang rnenghabiskan rokok 1-12 batang
perhari proporsi tertinggi -darl perokok dengan tingkat pengeluaran per- kapita rurnah
tangga dari kuintil satu, sedangkan perokok yang rnenghabiskan rokoknya 13-24 batang
perharl..proporsl terbesar berasal dari kuintil lima.
Tabel 3.98
Persentase penduduk Umur 10 tahun ke Atas yang Merokok menurut
Usia Mulai Merokok Tiap Hari menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Barat, Riskesdas 2007
.
Usia mulai m~~okoksetia~ hari
10-14 15-19 20-24 25-29
KABUPATEN/KOTA >=30th Tidaktahu
th th th th
Kab.Bogor 10.3 58.0 23.0 4.4 4.4 8.4
Kab.Sukabumi 8.9 54.1 26.0 5.0 6.0 6.1
Kab.Cianjur 11.0 47.5 24.9 10.3 6.3 9.1
Kab.Bandung 12.9 47.7 24.7 7.4 7.4 11.7
Kab.Garut 20.2 48.7 20.4 7.2 3.5 16.9
Kab.Tasikmalaya 18.1 52.9 17.2 7.4 4.4 12.9
Kab.Ciamis 11.3 42.5 32.1 6.2 7.9 9.4
Kab.Kuningan 7.7 53.0 29.0 6.0 4.3 5.7
Kab.Cirebon 14.5 55.0 22.5 4.8 3.2 11.4
Kab.Majalengka 14.3 46.2 27.8 7.0 4.7 12.7
Kab.Sumedang 13.0 51.7 25.2 5.9 4.1 11.6
Kab. lndramayu 16.1 48.2 21.8 8.2 5.7 12.9
Kab.Subang 9.9 52.5 24.1 7.1 6.4 7.7
Kab.Purwakarta 8.8 38.4 31.3 12.9 8.6 7.9
Kab.Karawang 9.6 56.2 25.1 5.0 4.1 6.0
Kab.Bekasi 11.8 59.7 18.6 4.8 5.1 9.4
Kota Bogor ~-- 18.8 53.8 20.8 3.3 3.5 17.1
Kota Sukabumi 10.4 38.7 25.6 10.9 14.4 9.7
Kota Bandung 6.4 45.5 32.9 10.1 5.0 5.5
Kota Cirebon 9.0 57.3 20.9 6.8 6.0 8.2
Kota Bekasi 12.3 54.0 22.2 7,0 4.6 9.3
Kota Depok 10.8 47.1 28.4 7.6 6.1 10.0
Kota Cimahi 9.1 48.6 27.4 8.4 6.5 8.1
Kota Tasikmalaya 10.3 57.6 24.2 4.2 3.8 8.8
Kota Banjar 13.4 50.7 19.3 8.1 8.4 11.7
Jawa Barat 11.9 50.4 24.7 7.1 5.8 9.8

Sebagian besar prokok pi Propinsi Jawa Barat mulai merokok setiap hari pada usia
berkisar antara 15-19 tahun, dengan proporsi paling tinggi di Kabupaten Bekasi dan
Kabupaten Bogor. Di Propinsi Jawa Barat proposi perokok yang mulai merokok' diusia
rernaja rnuda (10-14 tahun) cukup tinggi dibandingkan dengan dengan perokok yang
mulai rnerokok tiap harinya diatas 25 tahun. Kabupaten Garut rnerupakan kabupaten
dengan proposi prokok y~ng mulai rnerbkok setiap hari di usia.10-14 tahun yang cukup
tinggi, sehingga dirasakan perlu untuk menyusun strategi penyuluhan bahaya rnerokok
sejak usia dini (soslalisasl di tingkat SD melalui kurikulum terpadu).
137
Tabet 3.99
Persentase penduduk 1 O Tahun ke Atas Y~l'.19 Merokok Menurut Usla M\Jlai Merokok
Tiap Hari dan Karakteristi~ Di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007--

Karakteristik 10- Tidak


Res~onden 14 15-19 20-24 25-29 >=30 Tahu
Kelompok Umur (tahun) '
10,-14 19.5 80.5
15-24 18.1 63.6 8.9 9.4
25-34 9.8 50.5 21.8 4.6 .6 12.7
35-44 8.0 39.4 23.8 6.9 5.0 1·6.9
45-54 6.5 33.4 23.4 8.6 8.2 20.0
55-64 7.7 26.3 22.8 8.5 9.1 25.5
65-74 6.1 24.6 17.7 6.4 10.7 34.5
75+ 8.4 17.2 10.8 6.1 10.0 47.5

Jenis Kelamln
Laki 12.2 51.7 24.7 6.9 4.5 16.5
Perempuan 7.8 28.6 25.9 10.1 27.6 24.6

Pendidikan
Tidak Sekolah 13.5 38.9 25.8 8.8 13.0 13.5
Tidak Tamat SD 11.9 44.1 25.1 9.4 9.5 11.9
Tamat SD 13.3 48.5 25.1 7.2 5:8 13.3
Tamat SMP 13.9 56.9 21.3 4.9 3.1 13.9
Tamat SMA 8.6 56.6 25.0 6.4 3.4 8.6
Tamat PT 7.0 47.4 31.2 8.0 6.5 7.0

Tipe Daerah
Kot a 11.1 51.3 25.4 6.6 4.9 13.9
Des a 12.9 49.5 23.9 7.6 4.9 20.3

Tingkat Pengeluaran per kapita


Kuintil- 1 14.7 50.8 22.7 6.2 5.6 14.7
Kuintil- 2 13.2 50.7 23.8 7.1 5.3 13.2
Kuintil- 3 11.8 50.9 23.7 6.9 6.6 11.8
Kuintil- 4 10.3 51.7 25.8 7.0 5.3 10.3
Kuintil- 5 10.0 48.1 27.4 8.2 6.3 10.0

Penduduk Jawa Barat berusia diatas 1 O tahun yang mempunyai kebiasaan merokok,
sebagian besar merokok setiap hari pertama kali pada usia 15-19 tahun. Namun yang
perlu menjadi perhatian adanya anak usla 110-14 tahun yang sudah mulai merokok.
lronisnya pada responden derigan usia 10 hingga 14 tahun (remaja dini) telah mulai
merokok pertama kali setiap hari pada usia 1 O hingga 14 tahun artinya sebagian besar
perokok remaja dini tersebut mengenal rokok dan langsung merokok setiap hari, kondisi
ini sangat memprihatinkan sehingga sangat diperlukan adanya penyuluhan bahaya
merokok sedini mungkin sejak mereka dibangku SO. Pada perokok laki-laki mempunyai
proporsi selalu lebih tinggi dari proposi perokok perempuan dilihat dari golongan usia
pertama kali merokok setiap hari. Namun pada perokok laki-laki proposi usia mulai
merokok setiap hari 10 - 14 tahun lebih tinggi dari usia diatas 30 tahun. Berbeda
dengan perokok perempuan proporsi perokok perempuan mulai merokok setiap hari
lebih tinggi di usia diatas 30 tahun dibandingkan dengan 'perokok pria. Hal ini artinya
bahwa perokok laki-laki lebih dini menjadi perokok rutin dibandingkan dengan perokok

138
pei:empuan sehingga. penyuluhan- 'atau soslalisasl bahaya merokok lebih 'dltanarnkan
pada anak laki-laki sedini mun·gkin dibandingkan-denga'rr anak perempuan.
Dilihat dari tingkat pendidikan nampak usia mulai merokok setiap hari tidak berpola jelas.
.Pada semua tingkat pendidikan usia rnerokok pertamakali terbesar pada usia berkisar
1 ~-19 tahun, namun usia perokok dengan tingkat pe11didi[(an tldalc sekolah, ta mat SD
dan tamat SMA mempunyai proporsi tertir;iggi giantar ·tingkat pendidikan lain. Pada
perokok yang berdomisili diperkotaan nampak sebaqlan besar mereka mulai merokok
setiap hari diusia 15-~4 tahun, namun pada perokok yang mulai-merokok setiap hari di
usia 10-14-tahun sebaqian besar- diantara rnereka tinggal di pedesaan. Berdasarkan
Tingkat Pengeluaran per kapita rumah taogga· narripak sebagian besar prokok mulai
merokok setiap hari diusia -15-24 'butan dengan proporsl terbesar pada -perokok dari
golongan kuintil empat (ekonomi rnenenqah), namun perokok yang mulai mero)<ok setiap
hari di usia 10-14 tahun semakin kecil kuintil semakin besar proposi orang yang merokok
setiap hari di usia 10-14 tahun.

Tabet 3.100
Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas yang Merokok menuru\Usia
Pertama Kali Merokok/ Mengunyah Tembakau dar Kabupaten/ Kota di Provlnsi
Jawa Barat, Riskesdas 2Q07
Usia pertama Kali Merokok/ kunyah tembakau {tahun)
Kabupaten/Kota 10-14 th 15-19 th 20-24 th 25-29 th >=30th Tdk tahu
Kab.Bogor 9.5 42.1 14.1 2.3 2.9 29.2
Kab.Sukabumi 5.9 31.8 13.1 3.2 5.0 41.1
Kab.Cianjur 8.3 37.5 17.7 7.1 6.7 22.7
Kab.Bandung 15.0 41.9 18.1 4.5 7.6 12.9
Kab.Garut 15.5 35.1 13.7 5.9 4.1 25.6
Kab.Tasikmalaya 11.0 36.2 11.8 3.9 4.2 32.9
Kab.Ciamis 10.5 34.9 15.5 6.1 7.0 26.1
Kab.Kuningan 4.2 30.4 15.4 2.9 3.5 43.7
Kab.Cirebon 12.6 37.1 14.6 3.0 3.2 29.5
Kab.Majalengka 12.7 41.7 19.8 5.9 3.8 16.1
Kab.Sumedang 11.6 40.0 15.4 3.4 3.7 25.9
Kab. lndramayu 13.9 39.0 15.6 5.5 5.3 20.8
Kab.Subang 10.3 35.2 16.0 3.7 5.7 29.0
.,. .,-
Kab.Purwakarta 14.7 46.2 14.8 6.0 5.2 13.1
Kab.Karawang 5.1 30.2 12.9 2.6 2.8 46.4
Kab.Bekasi 6.0 35.3 11.3 3.0 2.5 41.9
Kota Bogor 15.5 44.3 15.2 3.6 4.2 17.1
Kota Sukabumi 15.8 39.1 21.2 8.4 11.0 4.6
Kota Bandung 11.6 47.2 14.0 4.2 2.4 20.5
Kota Cirebon 8.1 48.4 14.9 4.5 3.9 20.2
Kota Bekasi 11.0 39.1 11.2 2.9 2.4 33.3
Kota Depok 18.6 47.7 14.3 3.6 3.0 12.7
Kota Cimahi 14.2 47.3 15.7 4.1 5.6 13.0
Kota Tasikmalaya 8.0 39.8 20.2 4.8 4.1 23.1
Kota Banjar 11.6 38.7 16.8 6.0 8.9 18.1
Jawa Barat 11.1 39.3 15.3 4.4 4.8 25.0

Dari tabel 3.100 tertihat sebagian besar perokok dr Propinsi Jawa Barat rnulal, merokok
pertama kali pada usia 15-19 tahun projiorsi tertinggi perokok yang mulai merokok pada
usia 15-19 tahun ada di Kota Cirebon (48,4%), Kota Depok (47,7%), Kata Cimahi

139
(47,3%) dan Kota Bandung (47,2%). Perokok yang mulai pertama kali mengenal rokok
.di usia 10-14 tahun,banyak terdapat di Kata Depok (18,6%).
Tabel 3.101
Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas yang Merokok menurut
Usia Pertama KallMerokok/ Mengunyah Tembakau·dan'karakteristik
Resporiden di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas ·2ooz
' r

Usia pertama kali merokok/kunyah tembakau (tahun)


Karakteristik 15-1·9 '20-24 " 25-29 Tidak
Responden 10-14 th th th th >=30th tahu
,

umur
10-14 tahun 48.1 51.9
15-24 tahun 20.6 58.5 6.0 14.9
25-34 tahun 11.1 49.0 14.8 4.0 .9 20.1
35-44 tahun 8.7 39.5 18.7 5.0 5.2 22.9
45-54 tahun 7.9 32.2 19.3 6.6 7~8 26.2
55-64 tahun (.8 26.1 18.8 6.5 8.6 32.2
65-74 tahun 5.8 2'1.1 15.5 5.3 12.4 40.0
75+ tahun 6.8 18.8 10.2 4.7 6.8 52.7

Jenis Kelamin .. ,
Laki 11.8 41.4 15.5 4.2 2.9 24.2
Perempuan 4.7 20.6 13.6 6.5 21.7 32.9

Pendidikan
Tidak sekolah 11.8 41.4 15.5 4.2 2.9 24.2
Tidak tamat SD 4.7 20.6 13.6 6.5 21.7 32.9
Tamat SD 11.8 41.4 15.5 4.2 2.9 24.2
Tamat SMP 4.7 20.6 13.6 6.5 21.7 32.9
Tamat SMA 11.8 41.4 15.5 4.2 2.9 24.2
Tamat SMA + 4.7 20.6 13.6 6.5 21.7 32.9

Dae rah
Pekotaan 11.6 42.5 15.4 4.1 4.5 21.9
Pedesaan 10.6 35.6 15.2 4.7 5.1 28.7

Tingkat Pengeluaran
per kapita
Kuintil-1 13.3 38.9 13.9 3.7 3.8 26.4
Kuintil-2 11.5 39.5 14.7 4.6 4.3 25.5
Kuintil-3 11.1 39.5 14.8 4.5 5.2 24.9
Kuintil-4 10.4 39.9 16.3 4.1 4.9 24.5
Kuintil-5 9.5 38.9 16.8 5.2 5.7 24.0

Sebagian besar perokok di Propinsi Jawa Barat merokok pertama kali pada usia 15-19
tahun dengan proposi tertinggi pada perokok yang saat ini berusia 15-24 bulan. Pada
perokok berusia 10-14 bulan 48,1% diantaranya merokok pada usia 10-14 tahun. Usia
terlalu dini untuk mengenal rokok hendaknya menjadi perhatian pemerintah agar ada
suatu upaya untuk rnejiceqah kejadian lebih lanjut.
Pada perokok laki-laki sebaqian besar dari mereka merokok pertama kali pada usia
berkisar antara 10-24 tahun, proposi ini lebih tinggi dari perokok perempuan. Perokok

140
perempuan mulai merokok pad? nsia yang lebih tua dibandingkan laki-laki. Dilihat
berdasarkan tingkfit pendidikan terlihat tida~ ada pola yaf'lg·jelas antar tingkat pendidikan
dengan usia pertama kali msrokok. Pada perokok yang tidak pernah sekolah, tamat SD
dan tamat SLTA proporsi ·mereka merokok pertama kali pada usia 15-19 tahun lebih
tinggi dibandingkan denqan 'tingkatan pe,ndidikan lalnnya. ~egitu pula perokok yang
merokok pertama kali diusia ·10-15 tahun berasa] dart perokok yang tidak bersekolah,
tamat SD dan tamat SLTA.Proporsi perokok diperkotaan lebih besar pada perokok mulai
merokok pertama kali di usia muda (10 - 24 tahun) sedangkan dipedesaan proporsi
tertinggt pada perokok yang. merokok oertama kali dalam usia 25 tahun lebih. Proporsi
Usia merokok pertama kali di jawa barat tertinggi pada usia berkisar 15-24 tahun,
dilihat berdasarkan kuntil nampak tidak mempunyai pola yang ·jelas. Namun proporsi
tinggi pada kuintil 2 hingga 3. Pada perokok yang merokok pertama kall dalani usia 10·
hingga 14 tahun semakin rendah kuintil semakin tinggi proprosi perokok yang mulai
merokok pada usia 10-14 tahun. Artinya pada perokok yang muolai merokok pertama
kali usia dini berasal dari perokok dengan latar belakang ekonomi rendah (kuintil 1).
Tabel 3.102
Prevalensi Perokok Dalam Rurnah Ketika Bersama Anggota Rumah
Tangga Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

Perokok merokok di dalam rumah


Kabupaten/Kota
ketika bersama ART
Kab.Bogor 78.8
Kab.Sukaburni 88.9
Kab.Cianjur 85.8
Kab.Bandung 83.9
Kab.Garut 95.3
Kab. Tasikmalaya 92.9
Kab.Ciarnis 91.7
Kab.Kuningan 91.3
Kab.Cireban 76.1
Kab.Majalengka 93.2
Kab.Sumedang 76.8
Kab.lndramayu 81.6
Kab.Subang 88.2
Kab.Purwakarta 83.1
Kab.Karawang 85.6
Kab.Bekasi 80.1
Kata Bogar 65.1
Kota Sukabumi 75.7
Kata Bandung 74.8
Kata Cireban 68.0
Kata Bekasi 59.0
Kata Depok 64.4
Kata Cimahi 56.4
Kata Tasikrnalaya 86.3
Kata Banjar 85.7
Jawa Barat 81.5

Tabel 3.102 menunjukkan prevalensi perokok yang merokok dalam rumah ketika
bersafna anggota rumah tangga menurut Kabupaten/ Kota. Di propinsi Jawa Barat
81,5% perokok merokok didalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga lainnya,
hal ini menimbulkan dampak negatif pada anggota rumah tangga yang lain (perokok
pasif).

141
Tabel 3.103
Persentase Penduduk Umur 1 O Tahun ke Atas yang Merokok menurut Jenis Roi
yang Dihisap dan l<abupaten/K~ta di ProvinsiJawa Bara~,_Riskesd~s2007

Jenis rokok ~ang dihlsaQ


Kretek Kretek
Kabupaten/Kota Rokok Rokok Cang Tembakau
dengan 'tanpa Cerutu Lainnya
putih Jinting klong dikunyah
filter filter
Kab.Bogor 64.6 60.9 11.8 4.8 .3 1.1
Kab.Sukabumi 42.9 61.8 7.3 23.2 .6 .5 .8 .3
Kab.Cianjur 59.1 67.0 15.3 39.7 .1 .2 2.6 .1
Kab.Bandung 66.1 56.6 12.5 22.0 .6 1.0 1.6 .3
Kab.Garut 51.5 63.1 t8.4 48.1 1.5 1.5 3.7 .1
Kab.Tasikmalaya 34.7 58.'5 7.1 42.3 .2 .6
Kab.Ciamis 48.2 68.6 14.7 43.8 1.3 1.1 4.2 1.5
Kab.Kuningan 52.3 60.8 16.7 23.0 .4 .4 .9
Kab.Cirebon 59.1 70.6 12.8 10.5 .3 .6 1.4 .3
Kab.Majalengka 46.0 69.7 18.5 22.9 1.7 .6 1.1
Kab.Sumedang 52.6 60.8 17.7 29.o .7 .3 4.3 .4
Kab. lndramayu 56.9 63.4 10.7 10.1 .6 .6 .9 .3
Kab.Subang 55.8 69.3 6.0 14.0 1.2 .6 .3 .6
Kab. Purwakarta 59.5 62.2 20.2 20.7 .7 .6 .8 .3
Kab.Karawang 48.7 64.8 19.2 6.6 1.7 _ _.., -1.0 1.4 1.0
Kab.Bekasi 51.6 58.3 7.9 6.2 .8 .5 1.6 .3
Kota Bogor 69.4 50.4 27.4 4.7 :4 1.1 .2 .2
Kota Sukabumi 57.8 52.4 28.1 4.3 .4 .6 .4 .8
Kota Bandung 75.2 54.0 27.4 7.1 1.9 2.9 .6 .5
Kota Cirebon 65.2 53.8 6.6 4.2 .7 .4
Kota Bekasi 72.0 34.2 5.1 1.1 .4 .4 .4
Kota Depok 63.4 46.6 8.9 1.4 .3 .3 .6 .9
Kota Cimahi 64.4 42.0 19.2 5.4 .6 .6 1.1 .2
Kota Tasikmalaya 63.0 53.7 17.4 7.6 .1 2.8 .6
Kota Banjar 53.9 57.4 21.5 38.1 .8 .6 4.8 .7
Jawa Barat 57.1 59.3 15.2 18.9 .7 .7 1.6 .4

Sebagian besar perokok di jaawa Barat menggunakan rokok keretek yang berfilter
maupun tidak beriilter. Presentase rokok berfilter tertinggi di Kota Bandung, sedangkan
rokok tidak beriilter tertinggi di Kabupaten Cirebon.

142
Tabel 3.104
Persentase Penduduk Umur 10 Tahun·ke Atas yang Merokok menurut Jenis Rokok
yang Dihisap dan Karakteristik Responqe'l.f?i.F!r..ovi{lsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

Jenis rokok yang dlhlsap


• <

KarakteristilC':· Kretek
Kretek ,Rokol< Rokok Tembakau
responden dengan tanpa Cangklong Cerutu Lainnya
filter filter putih linting d!kunyah
Kelompok Umur (Tahun)
10-14 72.0 42.2 16.9 10.5 1.3 2.0 1.3
15-24 80.1 46.7 28.8 7.5 .3 .5 .5 .2
25-34 6a.1 57.2 19.3 11.5 .4 .7 .7 .3
35-44 58.4 6i.3 13.0 15.1 .5 .5 1.0 .3
45-54 47.8 66.6 9.9 22.1 .9 .7 1.4 .3
55-64 35.2 67.6 6.9 33.3 .7 .5 2.6 .4
6q-74 27.5 59.3 6.2 43.0 2.4 1.5 6.7 1.1
75+ 21.0 49.1 5.0 54.5 2.9 .7 8.8 1.7
Jen is
Kela min
Laki 57.3 61.0 15.2 19.2 .7 .7 1.2 .4
Perempuan 55.0 41.1 15.4 16.1 .6 .3 6.3 .7

Pendidikan
Tidak Sekolah · 27.7 63.2 6.6 32.1 1.7 .7 6.0 1.1
Tidak Tamat 40.0 66.5 8.5 31.5 .9 .7 2.6 .5
SD
Tamat SD 52.3 66.2 12.0 24.9 .6 .5 1.6 .3
Tamat SMP 72.0 54.2 19.5 10.0 .7 .8 .6 .3
Tamat SMA 73.5 47.6 23.3 4.6 .5 .7 .6 .4
Tamat PT 71.6 41.1 25.4 3.5 .6 1.0 .7 .3
Tipe Daerah
Kot a 65.2 53.6 17.6 8.7 .7 .7 1.0 .4
Desa 48.5 65.3 12.7 29.8 .8 .6 2.3 .3
Tingkat Pengeluaran per kapita
Kuintil- 1 so.s" 61.9 13.3 26.7 .6 .7 2.3 .4
Kuintil- 2 54.1 63.1 13.4 22.2 .9 .8 1.8 .4
Kuintil- 3 56.4 60.6 14.3 19.8 .6 .5 1.8 .3
Kuintil- 4 59.1 59.3 16.0 15.9 .7 .7 1.4 .5
Kuintil- 5 65.2 51.6 18.9 10.6 .7 .8 .9 .3

Dari semua umur responden sebagian besar perokok menggunakan rokok dari kretek
dangan filter. Proporsi tertinggi pada perokok dikalangan usia 10-14 tahun. Sedanqkan
perokok yang menggunakan kretek tanpa filter lebih banyak digunakan oleh perokok
dengan usia 55 - 64 tahun. Perokok laki-laki lebih banyak menggunakan rokok kretek
tanpa filter sedangkan perokok perempuan sebagian besar merokok dengan rokok
kretek dengan filter.
Dilihat berdasarkan tingkat pendidikan nampak perokok ~MP keatas lebih senang
menggunakan rokok jenis kretek dengan filter, sedanqkan perokok dengan latar
belakang pendidikan rendah (tamat SD kebawah) lebih suka menggunakan rokok jenis
kretek tanpa filter. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikari menentukan perokok
memilih jenis rokok menggunakan filter atau tidak. Pada perokok dengan tingkat
pendidikan tinggi lebih memeilih kretek dengan filter karena menganggap kretek dengan
143
filter lebih dapat menahan kadar tar yang membahayakan kesehatan.Pada pendudllk
diperkotaan sebagian besar perokok menggunakan rokok kretek denqan filer,
sementara perokok yang '.tinggal di pedesaan lebih senang menggunakan rokr;>k kretek
tar .,..ia filtter. 1

Berdasarkan tingkat ekohon\(rumal1 tangga, pada perokok dengan mengg~nakan kretek


non filter tidak menunjukkan· pola yang jelas, namun proporsi pengguna rokok kretek
tanpa filter banyak ~igunakan- oleh perokok 'dart kalangan kuintil 2.· Sedangkan rokok,
kretek dengan menggunakan filter lebih banyak digunakan oleh kelompok perokek dari
golongan,_ atas ·(kuintil 5) .. ·Dilihat berdasarkan ~uintil sbmakln besar kuintil (semakin
kaya) seriiakin tinggi proprosi perokok yang menggunakan rokok kretek dengan filter.

3.7.2. Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur


Data frekuensi dan porsi asupan sayur dan buah dikumpulkan dengan menghitung
jumlah hari konsumsi dalam seminggu dan jumlah porsl rata-rata dalam sehari.
Penduduk dikategorikan 'cukup' konsumsi sayur dan buah apabila makan ~r
dan/atau buah minimal 5 porsi per harl, selama 7 hari dalam seminggu. Dikategorikan
'kurang' apabila konsumsi sayur dan, buah kurang dari ketentuan di atas. Besatan
masalah kebiasaan konsumsl buah dan sayur pada masyarakat di Jawa Barat seperti
digambarkan berikut ini.
Tabel 3.105
Prevalensi Kurang Makan Buah dan Sayur Penduduk 10 tahun ke Atas
menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

Kurang makan buah


KABUPATEN/KOTA
dan sayur*)
Kab.Bogor 97.9
Kab.Sukabumi 98.3
Kab.Cianjur 97.9
Kab.Bandung 96.7
Kab.Garut 96.4
Kab. Tasikmalaya 99.1
Kab.Ciamis 98.8
Kab.Kuningan 97.8
Kab.Cireban 95.9
Kab.Majalengka 98.9
Kab.Sumedang 98.4
Kab. lndramayu 95.2
Kab.Subang 99.1
Kab. Purwakarta 94.8
Kab.Karawang 97.0
Kab.Bekasi 96.0
Kota Bogor 96.7
Kata Sukabumi 95.6
Kota Bandung 98.5
Kata Cirebon 94.0
Kota Bekasi 92.5
Kota Depok 93.9
Kata Cimahi 96.4
Kota Tasikmalaya 99.1
Kota Banjar 97.0
Jawa Barat 97.0
144
Qi ·J~wa Barat penduduk' 'benisla Jebih dari '1 o:tahun setiagian besar masih belum
terbiasa rnenqkorrsurnsl buah can sayur, hal itu 'terbukti dari tabel 3:103 dimana 97%
kura.n~ konsumsi· buah -dan sayur. Garnbarannya hamper merata di tiap
Kabupaten/kota. •
I.
, .:Tab~I ~,1.0Qt .
Prevalensi Ku rang Makan, Buah, dan Sayur Penduc;lu!< 1 O tahun ke Atas
menurut Karakteristik. R~~Ronden:oi .Provin'sL Jawa &Sarat,.
~iskesdas 200.l

KARAKTERISTIK Kurang makan buah dan sayur *)


,, Untur'
t:J•
10-14 tahun 9o.9
15-24 tahun 97:1
25-34 tahun 97.0
35-44 tahun 96.9
45-54 tahun 97.3
55-64 tahun 91.4
65-74 tahun 98.1
75+ tahun 97.7

Jenis Kelamin
Laki 96.9
Perempuan 97.1

Pendidikan
Tidak sekolah 96.8
Tidak tamat SD 96.8
Tamat SD 97.9
Tamat SMP 97.4
Tamat SMA 95.8
Tamat SMA + 94.6

Daerah
Pekotaan 96.4
Pedesaan )to.,.- ...
97.7

Tingkat Pengeluaran per kapita


Kuintil-1 97.4
Kuintil-2 97.3
Kuintil-3 97.2
Kuintil-4 97.0
Kuintil-5 96.2

Berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin,tingkat pendidikan, tipe daerah, dan tingkat
pengeluaran per kapita per bulan tidak terlihat perbedaah pola yang berarti dalam
kebiasaan mengkonsumsi buah dan sayur di Propinsi Jawa Barat.

3.7.3. Perilaku Minum Minuman Beralkohol


Kebiasaan minum minuman beralkohol bukan suatu kebiasaan .dalarn masyarakat di
Indonesia terutama pada masyarakat penduduk Jawa Barat, namun demikian karena
pengaruh globalisasi yang merubah gaya hidup sebaqlan masyarakat di Indonesia
umumnya masyarakat Jawa Barat pada khususnya merubah suatu kebiasaan pada
golongan masyarakat tertentu.

145
Salah satu faktor risiko kesehatan adalah kebiasaan minum alkohol. lnformasi pecilaku
minum alkopol didapat dengan rnenanyakan ~epaqa responden urnur-t O .tahun ke atas.
'Karena petilaku minum ~lko~9L s,eri,Qgkali perlodik maka ditanyakan perilaku minum
alkohol dalam periode 12 bulan dan satu bulan terakhir. Wawancara aiawali dengan
pertanyaan apakah mlnurn minuman beralkohol dalam 12 bulan terakhir. Untuk
penduduk yang menjawab "ya" ditanyakan dalam 1 bulan terakhir, termasuk frekuensi,
1
jenis mlnuman.dan ratci_,rata sahran i:nrnurtian stander, · ' •

Dilakukan' kalibrasi tethadap b~}bagai .p.ersepsi ukuran yang digunakan .responden,


sehingga didapatkan ukuran sfandar, yaitu satu minuman standar setara dengan bir
volume 285 milHiter. ·
Tabel).101
Prevalensl Peminum Alkohol 12' Bulan dan 1 Bulan Terakhir menurut Karakteristik
Responden di Jawa Barat, Risk~sdas 2007

Pernah mlnum Masih minum


Karakterlstik
alkohol daJam alkohol dalam
Responden
12 Bulan terakhir 1 Bulan terakhir
Kelompok Umur.(tahun)
10-14 tahun .1 .0
15-24 tahun 5.0 2.7
25-34 tahun 4.2 2.1
35-44 tahun 2.8 1.3
. ~~ .....
45-54 tahun 1.6 .8
55-64 tahun .7 .3
65-74 tahun .4 .2
75+ tahun .3 .2

Jenis Kelamin
Laki 5.2 2.6
Perempuan .2 .1

Pendidikan
Tidak sekolah .6 .3
Tidak tamat SD 1.7 .8
Tamat SD 2.3 1.2
Tamat SMP 4.2 2.0
Tamat SMA 3.9 2.0
Tamat SMA+ 2.3 1.5

Daerah
Pekotaan 2.9 1.4
Pedesaan 2.3 1.2

Tingkat Pengeluaran per kapita


Kuintil-1 2.7 1.4
Kuintil-2 2.7 1.3
Kuintil-3 2.3 1.2
Kuintil-4 2.6 1.4
Kuintil•5 2.7 1.4

146
Berdasarkan umur responden proporsi penduduk yang .rheng~Qnsumsi minuman
beralkohol sebagian bersar berusia 15 hiJlga ·24 tahun (5,0%), dan 2,Jo/o diantaranya
masih' mengkonsumsr mlnuman hingga .1 1 bulan terakhir. Proporsi Jaki-laki yang
mengkonsumsr alRohol 12 bulan terakhir (5,2%) lebih banyak dibal')dingkan dengan
perempuan. Begitu pula denqan 1' bulan terakhir proporsi lakl-lekl lebih tinggi (2,6%)
dibandingkan dengan perempuan. ·
Dari sekian banyakj responden yang mehgktj,nsunisi alkohol ternyat~ Pada responden
"dengan tingkat pendidikan 1amat SMP prdporsi yang n'lerig)<onsumsi alkoliol lebih
banyak dibandingkan dengan tingkat pendldikan lalnnya, namun pada masyarakat Jawa
Barat tingkat pendidikan tidak menunjukka'n pola yang jelas terhadap kebiasaan
mengkonsumsi alkohol. Proporsi pada penduduk di perkotaan baik yang mengkonsumsi
alkohol 12 bula'rr terakhir maupun 1 bulan- terakhir lebih tinggi dibandingkan dengan
pendudukyanq tinggal dipedesaan.
Berdasarkan Tingkat Pengeluaran per kapita nampak tidak menunjukkan keterkaitan
yang jelas antara Tingkat Pengeluaran per kapita dengan kebiasaan mengkonsumsi
alkohol dimasyarakat. Pada penduduk dari rumah tangga kuintil 1, kuintil 2, dan ~uirtil 5
proporsi yang rnenqkonsurnsi alkohol baik 12 bulan terakhir maupun 1 bulan terakhir
lebih tinggi dari kuintil lainnya.
Tabet 3.108
Proporsl-Pemlnum Minuman Beralkohol 1 Bulan Terakhir Berdasarkan
Frekuensi Min um dan Jenls- Minuman, Menu rut Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Barat, Riskesdas 2007
Frekuensi Jenis Minuman
whiske minuman
Kabupaten/Kota >= 5 1-4 1-3 anggur
< 1x/bln bir y/ tradisiona
hr/mg hr/mg hr/bin /wine
vodka I
1. Kab.Bogor 5.5 16.4 36.4 41.8 18.6 13.6 67.8 0
2. Kab.Sukabumi 5.9 23.5 23.5 47.1 58.8 5.9 35.3 0
3. Kab.Cianjur 0 14.3 57.1 28.6 28.6 64.3 7.1
4. Kab.Bandung 8.2 23.0 29.5 39.3 42.6 9.8 26.2 21.3
5. Kab.Garut 17.6 5.9 23.5 52.9 64.7 5.9 29.4 0
6. Kab.Tasikmalaya 10.0 0 20.0 70.0 45.5 9.1 36.4 9.1
7. Kab.Ciamis 21.7 8.7 30.4 39.1 47.8 17.4 21.7 13.0
8. Kab.Kuningan 25.0 8.3 41.7 25.0 38.5 23.1 38.5 0
9. Kab.Cirebon ,_.. 9.3 20.4 42.6 27.8 20.0 3.6 60.0 16.4
10. Kab.Majalengka 0 8.6 31.4 60.0 25.7 5.7 62.9 5.7
11. Kab.Sumedang 9.5 23.8 42.9 23.8 13.0 13.0 60.9 13.0
12. Kab.lndrarnayu 7.4 2.5 42.0 48.1 20.5 8.4 68.7 2.4
13. Kab.Subang 12.5 20.8 37.5 29.2 24.0 12.0 60.0 4.0
14. Kab.Purwakarta 11.8 17.6 35.3 35.3 38.9 11.1 22.2 27.8
15. Kab.Karawang 10.3 2.6 23.1 64.1 47.5 22.5 22.5 7.5
16. Kab.Bekasi 12.5 31.3 31.3 25.0 43.4 0 49.1 7.5
17. Kota Bogor 11.1 16.7 22.2 50.0 27.8 11.1 50.0 11.1
18. Kota Sukabumi 9.1 27.3 9.1 54.5 41.7 16.7 33.3 8.3
19. Kota Bandung 8.7 21.7 23.9 45.7 38.0 28.0 22.0 12.0
20. Kota Cirebon 14.3 14.3 14.3 57.1 42.9 14.3 42.9 .0
21. Kota Bekasi 10.7 21.4 17.9 50.0 56.7 10.0 33.3 0
22. Kota Depok 10.0 23.3 33.3 33.3 25.8 9.7 41.9 22.6
23. Kota Cimahi 14.3 21.4 21.4 42.9 42.9 21.4 14.3 21.4
24. Kota Tasikmalaya .0 28.6 42.9 28.6 57.1 14.3 28.6 .0
25. Kota Banjar .0 16.7 50.0 33.3 33.3 16.7 33.3 16.7
Jawa Barat 9.4 16.4 32.4 41.9 34.2 11.4 45.2 9.3

147
Di Propinsi Jawa Barat proporsi penduduk diatas 10 tahun yang mempunyai kebiasaan
mengkonsumsi alkohol lebih banyak )nengkonsumsi 1 kali. per-bulan (41,9%), d~ngan
jenis minuman anggur/wine. Kabupateh kuningan dan Kabupaten Ciamis mempunyai
proporsi min um .alkohol lebih dart 5 kali perminggu paling tinggi diantara kabupaten/kota
lainnya dengan bir sel'>agaijenis minuman terbanyak yang dikonsumsi.
label 3.109
Proporsi Pemlnum Minuman Beralkohol 1 Bulan Terakhir Berdasarkan
Frekuensl Minum dan "~mis Mi,n~mao, Men.umt Karakteristik Di Provinsi
'Jawa Barat, ·Riskesdas 2007

Frekuensi Jenis Minuman


Karakteristik 1-4 1-3 < Anggur min~'!lan
>=5 whiskey
hr/m hr/bl 1x/bl Bir /wine tradislona
hr/mg /vodka
n n I
Umur (Tahun)
10-14 * 33.3 33.3 33.3 .0 66.7 33.3
15-24 9.5 18.6 34.1 37.9 29.2 10.2 53.3 7.3
25-34 8.9 17.8 33.8 39.4 33.3 11.0 45.7 10.0
35-44 8.5 14.0 32.6 45.0 39.6 12.7 35.1 12.7
45-54 8.6 8.6 25.9 56.9 41.5 10.8 36.9 10.8
55-64 13.3 13.3 26.7 46.7 64.3 7.1 28.6 .0
65-74 16.7 0 .0 83.3 33.3 -~·, 0 66.7 .0
75+ * 0 0 0 100.0 100.0 0 0 0
Jenis Kelamin
taki 9.1 15.8 32.6 42.6 34.0 11.6 44.7 9.7
Perempuan 11.8 29.4 29.4 29.4 38.2 0 58.8 2.9
Pendidikan
Tidak Sekolah 11.1 33.3 55.6 11.1 66.7 22.2
Tidak Tamat SD 6.3 17.5 35.0 41.3 31.8 7.1 57.6 3.5
Tamat SD 8.7 18.3 33.5 39.6 35.5 4.3 50.4 9.8
Tamat SMP 9.9 15.8 32.7 41.5 26.1 18.8 44.3 10.8
Tamat SMA 9.6 15.1 30.1 45.2 40.2 14.4 36.8 8.6
Tamat PT 9.4 12.5 31.3 46.9 44.4 16.7 27.8 11.1
Tipe Daerah
Kata 8.3 19.1 30.0 42.6 34.4 14.6 39.3 11.7
Des a 10.5 12.8 35.5 41.2 33.7 6.5 53.4 6.5
Tingkat Pengeluaran per kapita
Kuintil- 1 9.6 20.0 37.0 33.3 28.5 7.3 55.5 8.8
Kuintil- 2 10.2 21.2 29.9 38.7 33.1 9.0 44.8 13.1
Kuintil- 3 12.7 10.2 31.4 45.8 29.6 13.6 44.8 12.0
Kuintil- 4 7.3 18.5 33.1 41.1 34.4 10.4 46.8 8.4
Kuintil-5 7.3 11.9 30.5 50.3 43.9 14.2 36.1 5.8
* n terla/u kecil tidak dapat di interpretasikan
Berdasarkan golongan umur, penduduk terbanyak yang mengkonsumsi alkohol lebih
dari 5 kali perminggu adalah umur 55 - 74 tahun. Dari tabel 5.2.4 yang harus dicermati
dan perlu tindakan lanjut secepatnya adalah penduduk kelompok umur 10-14 tahun
sudah mulai mengkonsumsi alkohol rata-rata 1-4 kali per-minggu dengan jenis minuman
whiskey/vodka.Berbeda dengan gaya hidup yang lain, pada gaya hidup mengkonsumsi
minuman beralkohol, nampak penduduk dengan jenis kelamin perempuan mempunyai

148
proporsi lebih tinggr rnengkonsumsi alkohol lebih dari 4 kall' perminggu• dlbandinqkan
dengan penduduk laki-laki dengan jenis minuman yang· dikon~umsf adalah anggur/wine.
1 •
Pada penduduk- usla dlatas 10 ~::hun tidak pernah bersekolah proporsi yang
'mengkonsumsl alkohol lebih dari 5 kali per-minggu. cukup tin.ggi, denganjenis miauman
anggur!Wine. Dari . seluruh tingkatan pendidikan prqpor~i .t~·lj)~nyak mengkonsumsi
alkoholadalah 1 kali per-bulan dengan jenis minuman anggur/wine.Penduduk Jawa
Barat berusia lebih dari 1 O tahun yang mempunyai kebjasaan me(lgkonsumsi alkohol
dengao frekuensi lebih dari 1 kall' per-bularr lebih banyak tinggal diperkotaan kecuali
yang .m.~mpunyai kebiasaan lebih, dari 5 kali per-butan,'dan 1-3 kali per-tnilarilebih
banyak tinggal di desa. pada pe.ndu.duk dipedesaan mlnurnan alkohol jenis -anggur/wine
lebih banyak disukai, sedanqkaa .P~nQ.uduk perkotaan lebih banyak mengkonsusmi bir.
BeJdasarkan Tingkat Pengeluaran per kaplta rum~h tangga dan frekuensi minum alkohol
nampak fid~k rnenunlukkan pola yarlg jela·s. Narnun dari seluruh tlnqkatan kuJntil
proporsi. terbanyak penduduk minum alkohol adalah 1 kali per-bulali dengan jenis
rninuman a11ggur/wine. Penduduk yang rnernpunyai kebiasaan rnlnum a1k,ohol lebih dari
5 kali per-minggu lebih banyak pada penduduk kuintil 3 kebawah (golongan ekonomi
menengah kebawah).
Tabel 3.110
Proporsi Peminum Minuman Beralkohol 1 Bulan Terakhir Berdasarkan
S,atuan Standard Minuman, menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Barat, Riskesdas 2007
Satuan standar minuman dalam sehari
Kabupaten/Kota 1-2 3-4 5-6 7-8 >= 9
sat/hari sat/hari sat/hari sat/hari sat/hari
Kab.Bogor 66.7 2.4 4.8 26.2
Kab.Sukabumi 57.9 5.3 36.8
Kab.Cianjur 66.7 33.3
Kab.Bandung 57.1 12.5 30.4
Kab.Garut 88.9 11.1
Kab.Tasikmalaya 30.0 10.0 60.0
Kab.Ciamis 66.7 4.8 28.6
Kab.Kuningan 15.0 10.0 10.0 65.0
Kab.Cirebon 62.5 6.3 4.2 4.2 22.9
Kab.MajalengR~t 66.7 3.3 30.0
Kab.Sumedang 86.4 13.6
Kab.lndramayu 78.1 8.2 4.1 9.6
Kab.Subang 84.2 5.3 10.5
Kab.Purwakarta 41.5 7.3 2.4 48.8
Kab.Karawang 30.0 6.7 63.3
Kab.Bekasi 51.9 13.0 1.9 33.3
Kota Bogor 68.8 12.5 18.8
Kota Sukabumi 71.8 7.7 7.7 12.8
Kota Bandung 71.4 28.6
Kota Cirebon 68.8 12.5 6.3 12.5
Kota Bekasi 21.0 79.0
Kota Depok 73.9 8.7 4.3 13.0
Kota Cimahi 84.2 2.6 2.6 10.5
Kota Tasikmalaya 69.6 30.4
Kota Banjar 75.5 8.2 6.1 10.2
Jawa Barat 61.2 6.0 2.6 .4 29.9

149
Proporsi peminum minuman beralkohol di Propinsi Jawa Barat berdasarkan satuan
standar minuman, aampak ·paling b,a.nyak rata-rata mengkonsumsi alkohol sebanyak 1-2
satuan per-hari (55,9%), Qamun proporsi yang rnenqkonsumsl lebih' da~ 9- satuan per-
hari juga cukup tinggr(3f?,2o/d). Kabupaten Kerawang, Kabupaten Tasikmalaya-dan Kota
·Bekasi merupakan kabupatenzkota yang merniliki proposi peminurn denga,n rata-rata
melebihi 9 satuan per-hari yang ·paling tingg'. diantara kabupaten/kota l~innya di Jawa
Barat yaitu maslnq-maslnq, 78,3%, 66,7% dan 63,6%. ·
.
Tabel 3.111
Proporsi peminum minuman beralkohol 1 bulan terakhir berdasarkan satuan
standard minuman, menurutKarakatertstlk Di Provinsi Jawal3arat,
Riskesdas 2007·
Satuah standar minuman dalam sehari*
Karakteristik
Responden
1~2 3-4 .5-6 7-8 >= 9 sat/hari
sat/hari sat/hari sat/hari sat/hari
Umur (Tahun)
10-14 100,0 0 0 0 0
15-24 63.9 4.4 3.1 .7 27.9
25-34 59.4 7.1 1.7 .4 31.4
35-44 60.0 9.7 3.4 a· 26.9
45-54 62.5 .0 0 0 37.5
55-64 33.3 7.4 0 3.7 55.6
,__ ....
65-74 33.3 0 0 0 66.7
75+ 71.4 0 0 0 28.6

Jenis Kelamin
Laki 59.7 5.9 2.4 .5 31.5
Perempuan 28.3 1.9 0 0 69.8

Pendidikan
Tidak Sekolah 21.9 3.1 0 0 75.0
Tidak Tamat .SD 47.1 5.9 4.2 0 42.9
TamatSD 56.3 5.4 .7 1.1 36.6
TamatSMP 61.7 7.2 3.3 .6 27.2
Tamat SMA 59.0 5.3 2.1 0 33.5
Tamat PT 73.2 2.4 0 0 24.4

Tipe Daerah
Kota 56.0 5.0 2.2 .2 36.6
Desa 55.5 5.9 2.0 .8 35.8

Tingkat Pengeluaran per kapita


Kuintil- 1 61.4 2.4 1.2 0 34.9
Kuintil- 2 57.7 4.8 1.2 .6 35.7
Kuintil- 3 49.7 6.3 1.3 1.9 40.9
Kuintil- 4 48.7 7.0 4.3 0 40.1
Kuintil- 5 61.7 6.9 1.7 0 29.7
* 1 satuan minuman standard yang mengandung 8 - 13 g etanol, misalnya terdapat
dalam:
1 gelas/ botol kecil/ kaleng (285 - 330 ml) bir, 1 gelas kerucut (60'ml) aperitif
1 sloki (30 ml) whiskey, 1 gelas kerucut (120 ml) anggur

160
Tabel 3.111. menunjukkan darj semua golongan umur penduduk Jawa Barat sebagian
besar penduduk mengkonsumsi alkohol 1-2 satuan perh'ar[ Pada' penduduk yang
menqkonsurnsl lebih dafi 9 satuan perhari proporsi tertinggi pada golong'an 'usia 65-74
tahun. Proporsi laki-laki yang mengkonsumsi alkohol 1-2 satuan per- hari lebih tinggi dari
perempuan, namun proposi penduduk yang rnenqkonsumslalkohol'lebih dari 9 satuan
per-hari lebih bahyek pada penduduk perempuan.
Berdasarkan tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi
proporsi penduduk yang mengkonsumsi alkohol 1-2 satuan -per-narl. dan semakin
rendah tingkat pendidikan semakin tinggi proposi penduduk yang minum alkohol lebih
dari 9 kali per-hari. Artinya bahwa tingkat pendidikan berkorelasi dengan jumlah alkohol
yang diminum per-hari.
Proporsi penduduk di kota dan di desa nampak tidak terlalu jauh berbeda dalam
mengkonsumsi jumlah alkohol yang diminum. Berdasarkan Tipe Daerah penduduk
tersebut baik penduduk diperkotaan maupun dipedesaan proposi tinggi pada penduduk
yang mengkonsumsi 1-2 satuan per-hari dan diatas 9 satuan per-hari.
Berdasarkan Tingkat Pengeluaran per kapita keluarga nampak jumlah alkohol yang
dikonsumsi per-hari tidak berkorelasi secara nyata dengan Tingkat Pengeluaran per
kapita keluarga tersebut. Jumlah penduduk yang mengkonsumsi alkohol 1-2 satuan per-
hari lebih banyak dari keluarga kuintil 1 dan kuintil 5. Sedangkan penduduk yang
mengkonsumi lebih dari 9 satuan per-hari lebih banyak dari kuintil 3 dan 4.

3.7.4. Perilaku Aktifitas Fisik


Aktifitas fisik secara teratur bermanfaat untuk mengatur berat badan dan menguatkan
sistem jantung dan pembuluh darah. Dikumpulkan data frekuensi beraktifitas fisik dalam
seminggu terakhir untuk penduduk 1 O tahun ke atas. Kegiatan aktifitas fisik
dikategorikan 'cukup' apabila kegiatan dilakukan terus-menerus sekurangnya 10 menit
da!am satu keglatan tanpa henti dan secara kumulatif 150 menit selama lima hari dalam
satu minggu.
Selain frekuensi, dilakukan pula pengumpulan data intensitas, yaitu jumlah hari
melakukan aktifitas 'berat', 'sedanq' ·dan 'berjalan'. Perhitungan jumlah menit aktifitas
fisik dalam seminggu mempertimbangkan pula jenis aktifitas yang dilakukan, di mana
aktifitas diberi pembobotan, masing-masing untuk aktifitas 'berat' empat kali, aktifitas
'sedang' dua kali terhadap aktifitas 'ringan' atau jalan santai.

151
Tabel 3.112
Prevalensi Ku rang Aktifitas Fisik Penduduk 10 Tahun ke-Atas
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

Kabupaten/Kota Kurang Aktifitas Fislk


Kab.Bogor 27.8
Kab.Sukabumi 31.8
Kab.Cianjur· 25.1
Kab.Bandung 30.8
Kab.Garut 36.4
Kab.Tasikmalaya 21.0
Kab.Ciamrs 23.1
Kab.Kunirigan 15.7
Kab.Cirebon 29.9
Kab.Majalengka 25.0
Kqb.Sumedang 19.5
Kab.lndramayu 26.8
Kab.Subang 22.6
Kab.Purwakarta 27.9
Kab.Karawang 25.9
Kab.Bekasi 29.2
Kota Bogor 36.t"'
Kota Sukabumi 37.4
Kota Bandung 41.7
Kota Cirebon 50.1
Kota Bekasi 38.1
Kota Depok 36.2
Kota Cimahi 34.0
Kota Tasikmalaya 34.7
Kota Banjar 19.7
Jawa Barat 29.7
*) Kurang aktifitas fisik adalah kegiatan kumulatif kurang
dari 150 menit dalam seminggu

Sebanyak 29,7% penduduk ~ 10 tahun di Jawa Barat kurang melakukan aktifitas fisik.
Proporsi kurang aktifitas fisik tertinggi di Jawa Barat adalah di Kota Cirebon (50, 1 %) dan
terendah di Kabupaten Kuningan sebesar (15,7%).
Dilihat dari kelompok umur, prevalensi tertinggi kurang aktifitas fisik pada umur 75+
(64,9%) dan terendah pada umur 35-44 tahun (18,0%). Prevalensi kurang aktifitas fisik
pada laki-laki (32, 1 %) lebih tinggi dibandingkan pada perempuan (27,5%).
Berdasarkan tingkat pendidikan maka, prevalensi kurang aktifitas fisik tertinggi pada
Tamat PT sebesar 40,8%dan terendah pada tamat SD sebesar 25,2%. Dilihat dari tipe
daerah, prevalensi di perkotaan (33,7%) leih tinggi dibandingkan di pedesaan (25,2%).
Berdasarkan Tingkat Pengeluaran per kapita maka, semakin tinggi pengeluaran per
kapita per bulan cenderung semakin tinggi prevalensi kurang aktifitas fisik.

152
• Tabel 3.113
P.revalensi Ku rang Aktifitas Fisik Penduduk 10 Tahun ke Atas
Menurut Karakteristik'Responden dan Kabupaten/Kota
d{ Provinsi Jaw~ Barcit, Risl(esdas 200,1
Karakteristik 'Responden Kurang Aktifib,ls. Fisik
Umur
10-14 tahun 56.6
15-24 tahun 33.0
25-34 tahun fg:3
35-44 tahun 18.0
45-54 tahun 20.7
55-64 tahun 26.6
65-74 tahun 42.6
75+ tahun 64.9

Jenis Kelamin
Laki 32.1
Perempuan 27.5

Pendidikan
Tidak sekolah 33.2
Tidak tamat SD 32.3
Tamat SD 25.2
Tamat SMP 27.7
Tamat SMA 30.9
Tamat PT 40.8

Daerah
Pekotaan 33.7
Pedesaan 25.2

Tingkat Pengeluaran per kapita


Kuintil-1 27.7
Kuintil-2 28.9
Kuintil-3'·-· 28.9
Kuintil-4 29.3
Kuintil-5 33.3

3.7.5. Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Flu Burung dan HIV/AIDS


a. Flu Burung
Data mengenai penqetahuan dan sikap penduduk tentanq flu burunq dikumpulkan
dengan didahului pertanyaan saringan: apakah pernah mendengar tentang flu burung.
Untuk penduduk yang pernah mendengar, ditanyakan lebih lanjut pengetahuan tentang
penularan dan sikapnya apabila ada unggas yang sakit atau mati mendadak.
Penduduk dianggap memiliki pengetahuan tentang penularan flu burung yang benar
apabila menjawab cara penularan melalui kontak dengan unggas sakit atau kontak
dengan kotoran unggas/pupuk kandang. Penduduk dianggap bersikap benar bila
menjawab salah satu : melaporkan kepaqa aparat terkait, atau membersihkan kandang
unggas, atau mengubur/membakar unggas sakit, apabila ada unggas yang sakit dan
mati mendadak.

153
Secara umum 71,6% penduduk di Jawa Barat pernah mendengar tentang flu burung.
Presentase terti11ggi. di Ko!a Depok sebesar 88,4% dan terendah, di Kabupaten
Sukabumi sebes'ar 55,4% ..• Untuk kptegori t>erpengetahuan benar tel)tang. flu burung
proporsi secara urnurn di .Jawa Barat 54,9%, ter{inggi di Kota Cimahi sebesar 73,2% dan
terendah di Kabupaten lndramayu sebesar 41,2%. Untuk kategori bersikap benar
tentang flu burung proporsi secara umum di Jawa Barat·60, 1 %, tertinggi di Kota Depok
sebesar 79, 1 % dan terendah ·ai Kabupaten lndramayu sebesar 45, 7%.
label 3.114
Presentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Pengetahuan dan Sikap
Tentang Flu Burung dan Kabupaten/Kota di Provlnsl Jawa Barat,
Riskesdas 2007
Pernah Berpengetahuan Bersikap
Kabupaten/Kota
mendengar benar*· benar**
Kab.Bogor 65.8 51.6 57.7
Kab.Sukabumi 55.4 43.8 50.9
Kab.Cianjur 71.6 47.9 54.7
Kab.Bandung 68.3 51.3 58.0
Kab.Garut 63.4 53.7 56.8
Kab.Tasikmalaya 66.8 51.9 58.7
Kab.Ciamis 69.8 43.5 57.9
Kab.Kuningan 73.6 64.6 65.7
Kab.Cirebon 70.3 56.1 . ~-"" 60.3
Kab.Majalengka 60.6 54.9 51.9
Kab.Sumedang 74.5 57.2 67.7
Kab. lndramayu 63.8 41.2 45.7
Kab.Subang 75.9 54.8 56.0
Kab. Purwakarta 85.7 53.7 57.5
Kab.Karawang 67.9 52.5 49.7
Kab.Bekasi 67.6 52.4 52.9
Kota Bogor 84.4 61.3 74.8
Kota Sukabumi 84.2 54.3 64.7
Kota Bandung 82.4 64.3 69.5
Kota Cirebon 81.3 67.5 77.3
Kota Bekasi 84.9 68.2 73.5
Kota Depok 88.4 71.6 79.1
Kota Cimahi 87.2 73.2 77.8
Kota Tasikmalaya 80.5 66.7 69.4
Kota Banjar 81.8 52.4 74.2
Jawa Barat 11.9 54.9 60.1
*) Berpengetahuan benar apabila menjawab "Ya" kontak dengan unggas sakit atau kontak
dengan kotoran unggas/pupuk kandang
**) Bersikap benar apabila menjawab "Ya" melaporkan pada aparat terkait, membersihkan

-
kandang unggas, atau menqubur/rnernbakar unggas yang sakit dan mati mendadak.
~

154
r • Tal;>el 3.115 • .,. " 1
'Presentase.~e.ndu~~k 10 Tahun ke Atas menurut Penget~h·µari dan Sikap
,r Tentang.Flu Burwig.dan·Karakteristik RespondeR1nenurut Kabl;lpaten/Kota
· .q.n di Provinsi Jawa Barat, Riskestras 2007
.
-
Karakteristik
P~rnah"
' '
. 't
.
·eerperigetahuan 'b~nar *
. '
Sers ikap · be!W'**
mendengar
Umur
' ''60.4
.. .
. 42.7 .
'10-14 taliun 47.7
~
15-24'tahun· 83.8 68.8 73.0
, Oh
e

25-34 tahun , ,. .~ ci1.s: 66.3 70:4·


35-44 tahun . ]7.5"~ 60.0 r -65.6
45-54 tahun .. '
99.6. 50.4' 57.1
55-64 tahurr 58.5 "'40.3, '
47.0
65-74 tahun 43.6 27.6 . 33.4
'
• 75,+. tahun
. 24.6 13.9 . .. 16.6
\
Jenis Kelamin
Laki-laki 74.6 58.5 63.6
Perempuan 68.8 51.5 56.7

Pendidikan
Tidak sekolah . ,~ 38.2 21.1 25.2
Tidak tamat SD 54.5 35.1 40.2
T.amat SD 68.9 49.9' 56.4
Tamat SMP 85.1 70.6 ' 14.9.
Tamat SM/,\ ., 93.0·
. 80.5 84.8
Tamat SMA + 96.0 86.5
. 90.3
Pekeriaan
Tidak kerja
Sekolah
. 62.4
70.8
46.6
54.4
51.0
59.3
lbu RT 71.3 - 53.5 59.2 .
Pegawai 92.9 80.8 85.4 I

wiraswasta 79.7 62.8 68.8


Petani/nelayan/buruh 63.6 45.4 50.7
Lainnya '~-· 78.9 64.2 69,1

Dae rah
r . .
Pekotaan Z9,6 9.3.4 69.1
Pedesaan 62.6 • 45.3 49.9
'
Tingkat Pengeluaran oer kapita
Kuintil-1 61.5 43.6 48.7
Kuintil-2 67.6 50.2 55'.1
Kuintil-3 70.6 53.8 58.5
Kuintil-4 75.2 58.6 64.6
.
Kuintil-5 8.1.4 66.6 71.7

155
Dilihat dari kelompok umur, terlihat peningkatan preoporsi yang pernah mendengar flu
burunq hinggal!~ia 35-44 tahun dan selaniutnyacenderunq-menurun. Pola yang hamper
sama untuk kategori berpenqetahuan benar dan bersikap 'benar·tentang flu burung.
Proporsl pada lak;-lal<i untuk ~iap.kategori leblh tinggi dibandingkan perempun.
Dilihat dari ,tingkat pendidikan terlihat kecenderungan presentase meningkat seiring lebih
tingginya pendldlkan kK. Pola kecende;ungan yang sarna juga terlihat .berdasarkan
kelompok-pe'rlgeluaran 'per kaplta per'bulan, · ·•
Dilihat darJ pekerjaan maka, untuk kategori pernah mendengar tentang flu burung
proporsi tertinggi pada pega~ai"(PNS/PolrifTNI)- sebesar 92,9% dan terendah pada tidak
kerja sebesar 62,4%_ Untuk )<~tegori berpengetahuan J)enar tentang flu burµng propers!
tertinggi pada pegawai (PNS/PolrifTNI) sebesar 86,8% dan terendah pada
Petani/Buru!l/Nelayan sebes~r'45,4%. Untuk kategoti berslkap.benar tentang flu butung
proporsi tertinggi pada pegaw~i (PNS/PolrifTNI) sebesar- 85,4% dan terendah pada
PetarTi/Buruh/Nelayan sebesar 50,7%. •
Dilihat dari daerah rnaka, balk untuk kategori pernah mendengar, berpengetahuan
benar, dan bersikap benar tentang flu burung ternyata proporsi di perkotaan lebjh tinggi
dibandingkan di pedesaan.

b. HIV/AIDS
Berkaitan dengan HIV/AIDS, penduduk ditanyakan apakah pernah mendengar tentang
HIV/AIDS. Selanjutnya penduduk yang pernah rnendenqar "Cfitanyakan lebih lanjut
mengenai pengetahuan tentanq penularan virus Hl'i/ ke manusia (tujuh pertanyaan),
penceqahan HIV/AIDS (enam pertanyaan), dan sikap apabila ada anggota keluarga
yang menderita HIV/AIDS (lima--pertanyaan). Penduduk dianggap berpenqetahuan benar
tentang penularan dan pencegahan HIV/AIDS apabila .rnenjawab benar rnasing-masinq
60%. Untuk sikap ditanyakan: bila ada anggota keluarga menderita HIV/AID,S apakah
responden merahasiakan, membicarakan dengan ART lain, mengikuti konseling dan
pengobatan, mencari pengobatan alternatif ataukah mengucilkan penderita.
Tabel 3.116 menunjukkan proporsi penduduk :::. 1 O tahun di Jawa Barat yang pernah
mendengar tentang HIV/AIDS sebesar 45, 1 %, kemudian berpengetahuan benar tentang
penularan HIV/AIDS sebesar 34,9%, dan berpengetahuan benar tentang pencegahan
HIV/AIDS sebesar 21,6%.
Bila dflihat per-Kabupaten/Kota maka, untuk kategori pernah mendengar tentang
HIV/AIDS proporsi tertinggi di Kota Bandung sebesar 70,5% dan terendah di Kabupaten
Sukabumi sebesat 29,3%. Untuk kategori berpengetahuan benar tentang penularan
HIV/~IDS proporsi tertinggi di Kota Cimahi sebesar 54,2% dan terendah di l\abupaten
Sukabumi sebesar 22,7%. Untuk kategori berpengetahuan benar tentang pencegahan
HIV/AIDS proporsi tertinggi di Kota Bandung sebesar 43;2% dan terendah di Kabupaten
Cianjur sebesar 10,0%.
Pengetahuan dan sikap penduduk :::. 10 tahun yang pernah mendengar tentang
HIV/AIDS, berpengetahuan benar tentang penularan HIV/AIDS, dan berpengetahuan
benar tentang pencegehanan HIV/AIDS menurut karakteristik di Provinsi Jawa Barat
dapat dilihat pada tabel 3.117. Dalam tabel tersebut dapat disarikan sebagai berikut :

156
Tabel 3.116
Presentase Penduduk 10 Tafiun ke Atas menuruf Pengetahuan Tentang
·HIV/AIDS dan Kabupaten/Kota di Provlnsl Jawa Barat, Riskesdas 2007

Berpepgetahuan Berpengetahuan
Pernah
Kabupaten/Kota
· pen~r- tentang benar tentang
me'ndengar
eem.ilaran* ~encegahan **
Kab.Bogor 40.3. 31.2 15.9
Kab.l?ukabumi 29.3 22.7 14.2
Kab.Cianjur 30.9 23.5 10.0
Kab.Bandung 43.4 32.9 22.6
Kab.Garut 37.5 23.7 11.3
Kab.Tasikmalaya 30.6 24.0 10.6
Kab.Ciamis 38.9 30.6 16.1
Kab.Kuningan 35.7 28.4 16.9
Kab.Cirebon 42.0 32.5 16.2
Kab.Majalengka 37.4 30.6 21.7
Kab.Sumedang 44.2 36.3 18.5
Kab.lndramayu 33.7 26.1 15.5
Kab.Subang 38.6 31.4 10.7
Kab.Purwakarta 42.7 32.3 16.6
Kab.Karawang 45.3 36.0 20.3
Kab.Bekasi 49.8 36.6 24.9
Kota Bogor 62.8 51.6 36.4
Kota Sukabumi 60.8 48.2 38.4
Kota Bandung 70.5 57.7 43.2
Kota Cirebon 62.4 50.6 31.2
Kota Bekasi 69.0 52.1 41.2
Kota Depok 64.1 49.9 37.8
Kota Cimahi 67.5 54.2 42.5
Kota Tasikmalaya 50.7 40.4 23.7
Kota Banjar 44.6 35.5 22.4
Jawa Barat 45.1 34.9 21.6
* ) Berpengetahuan benar tentang penularan adalah bi la menjawab benar 4 dari 7
pertanyaan
") Berpengetafiuan benar tentang pencegahan adalah bila menjawab benar 4 dari 6
pertanyaan

Dilihat dari kelompok umur maka, untuk pernah mendengar tentang HIV/AIDS mulai
umur 15 tahun keatas semakin tinggi umur proporsi pernah mendengar tentanq
HIV/AIDS semakin rendah, sedang pada kelompok umur 10-14 tahun proporsinya
sebesar 21,3%. Untuk berpengetahuanbenar tentang penularan HIV/AIDS mulai umur
15 tahun keatas semakin tinggi umur proporsi berpengetahuanbenar tentang penularan
HIV/AIDS semakin rendah, sedang pada kelompok umur 10-14 tahun proporsinya
sebesar 20,2%. Untuk berpengetahuan benar tentang pencegahan HIV/AIDS mulai
umur 15 tahun keatas semakin tinggi umur proporsi berpengetahuan benar tentang
pencegahan HIV/AIDS semakin rendah, sedang pada kelompok umur 10-14 tahun
proporsinya sebesar 8,7%. Proporsi pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada
perempuan. Berdasarkan tingkat pendidikan maka, semakin tinggi tingkat pendidikan
ternyata proporsi baik untuk kategori pernah mendengar tentang HIV/AIDS,
berpengetahuanbenar tentang penularan HIV/AIDS,dan berpengetahuanbenar tentang
pencegahan HIV/AIDS semakin tinggi. Pola yang sama juga terlihat pada kelompok
pengeluaran .per kapita per bulan.
157
label 3.117
Presentase Penouduk 10 Tahun ke Atas menurut Penge,ahuan Tentang
HIV/AIQS dan Kabupaten/Kota di Proyinsi Jawa Barat, Ris~esqas 2007
Pernah Berpengetahuan
Berpengetahuan benar
Karakteristik mendengar benar tentang
teotang .pencegahan -
tentang HIV/AIDS ~enolaran*
Umur
10-14 tahun 21.3 20.2 8.7
15-24 tahun 66.5 64.7 41.3
25-34 tahun 61.1 59.9 38.4
35-44 tahun 50.5 49.4 31.5
45-54 tahun 37.6 36.8 22.2
55-64 tahun 26.6 25.9 15.1
65-74 tahun 16.4 15.9 8.9
75+ tahun 7.8 7.7 3.9

Jenis Kelamin
Laki 48.5 37.0 23.2
Perempuan 42.0 32.9 20.0

Pendidikan
Tidak sekolah 8.4 7.1 __.... 2.8
Tidak tamat SD 17.6 16.4 7.0
Tamat SD 34.1 33.0 15.4
Tamat SMP 66.0 64.5 39.9
Tamat SMA 85.3 83.6 61.4
TamatSMA + 92.7 90.6 77.0

Dae rah
Perkotaan 58.1 45.0 30.4
Pedesaan 30.6 23.7 11.7

Tingkat Pengeluaran per kapita


Kuintil-1 30.7 22.4 12.3
Kuintil-2 37.9 28.6 16.4
Kuintil-3 42.6 32.6 19.2
Kuintil-4 50.6 39.9 25.1
Kuintil-5 61.5 50.8 34.6

158
,.abel 3.11a
-.Presentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut SikapBlla Ada'Anggot~
Keluarga M~nderita HIV/AIDS·dan Kabupaten/Kota di ProvinsiJaw~ B,aiat,
Riskesdas 2007
Sikap
Sikap
Sik'ap Membicarakan ~kap Sikap
Melal<Ukan
Merahasiakan 'Clengan l\'l~ncari M~ngucilkan
Kabupaten/Kota Konseling
Tentang Ariggota Pengobatan Penderita
dan
HIV/AIDS- Rum ah Alternatif FllV/AIDS
Pengobatan
Tangga Lain
Kab 6agor 28.6 78.2 93.0 79.4 7.2
Kab Sukabumi 20.7 85.1 93.6 64.6 5.7
Kab Cianjur 30.2 60.3 88.5 62.4 11.2
Kab Bandung 23.1 84.0 95.4 65.5 7.9
Kab Garut 41.2 62.8 84.7 57.6 10.8
Kab Tasikmalaya 29.2 56.9 79.0 63~6 5.6
KabCiamis 25.7 65.2 91.2 77.3 8.5
Kab Kuningan 37.4 71.5 97.7 52.6 5.8
Kab Qirebon 37.4 71.1 92.6 67.7 11.6
Kab Majalengka 46.1 85.6 97.3 63.4 5.5
Kab Sumedang 26.0 66.7 88.5 55.3 8.4
Kab lndramayu 35.8 70.7 92.5 53.6 17.1
Kab Subang 38.7 48.1 85.0 65.3 4.5
Kab Purwakarta 26.3 78.6 92.6 63.8 12.1
Kab Karawang 32.3 '73.3 84.8 64.9 15.5
K?b Bekasi 23.9 "83.0 94'.0 6-r.4 6.7
Kata Bogor 26.0 74.5 96.5 63.7 5.7
Kota Sukabumi 29.1 79.6 96.2 76.3 9.4
Kata Bandung 19.8 f37.8 96.5 82.6 6.7
Kota Cirebon 19.9 87.6 94.8 70.0 6.6
Kota Bekasi 30.8 84.4 95.9 71.2 7.5
Kota Depok 28.5 88.1 97.2 68.9 7.7
Kota Cimahi 22.7 90.3 96.8 50.0 6.3
Kota Tasikmalaya 25.1 66.6 94.3 62.8 5.7
Kota Banjar 27.5 81.6 96.1 60.8 9.7
Jawa Barat 28.9 76.7 92.7 67.8 8.3
Bila dilihat per-Kabupaten/Kota maka, untuk kategori sikap merahasiakan tentang
HIV/AIDS proporsi tertinggi di Kabupaten Majalengka sebesar 46,1% dan terendah di
Kota Bandung sebesar 19,8%. Untuk kategori sikap membicarakan dengan anggata
rumah tangga lain, proporsi tertinggi di Kata Cimahi sebesar 90,3% dan terendah di
Kabupaten Subang sebesar 48, 1 %. Untuk sikap melakukan konseling dan pengabatan,
proporsi tertinggi di Kabupaten Kuningan sebesar 97,7% dan terendah di Kabupaten
Tasikmalaya sebesar 79,0%. Untuk sikap mencari pengabatan alternatif, proporsi
tertinggi di Kata Bandung sebesar 82,6% dan terendah di Kata Cimahi sebesar 50,0%.
Untuk sikap mengucilkan pendeita HIV/AIDS, proporsi tertinggi di Kabupaten lndramayu
sebesar 17, 1 % dan terendah di Kabupaten Subang sebesar 4,5%.
Proporsi penduduk :: 10 tahun tentang sikap terhadap HIV/AIDS di Jawa Barat yaitu,
untuk sikap merahasiakan tentang HIV/AIDS sebesar 28,9%, sikap membicarakan
dengan anggata rumah tangga lain sebesar 76,7%, sikap melakukan konseling dan
pengabatan sebesar 92,7%, sikap mencari pengabatan alternatif sebesar 67,8%, dan
sikap mengucilkan penderita HIV/AIDS sebesar 8,3%.
Berdasarkan kelompok umur maka, untuk kategori sikap merahasikan tentang HIV/AIDS
semakin tinggi rrnur proporsi sikap merahasikan tentang HIV/AIDS semakin rendah.
159
Untuk sikap membicarakan dengan anggota rumah tangga lain, proporsi tertinggi pada
umur 25-34 tahun-sebesar 79,6%.dan terendah pada umLtr·10-14,tahunsebesar 62,3%.
Untuk sikap melakukan koriseling dan pengobatan, proporsi .tertinggi pada umur 25-34
tahun 'sebesar 94;2% dan terehdah 'paoa umur 7S+ tahun sebesar 81, 1 %. Untuk sikap
mencari pengobatan alternatif mulai uniur 15 tahun keatas semakin tinggi umur ternyata
proporsi sikap mencari pengobatan alternatif semakin rendah, pada umur 10-14 tatiun
proporsinya 60,9%. Untuk sikap rnsnqucllkan penderita HIV/AIDS, mulai umur 15 tahun
keatas semakln. tinggi umurrternyata prpporsi sikap mengucilkan, penderlta HIV/AIDS
juga semakln tinQgj. pada umur 10-14 tahun proporsinya 7,9%.
Dilihat dari [enls- kelamin maka, proporsi baik sikap merahaslakan tentang HIV/AIDS,
sikap membicarakan aengan anggota tumah tangga lain, sikap melakukan konseling
dan pengobatan, sikap mencari pengobatan alternatif, dan sikap mengucilkan penderita
HIV/AIDS antara laki-laki dah perempuan tidak jauh berbeda.
Dilihat dari tingkat pendidi~an maka, semakm tinggi pendidikan ternyata proporsi sikap
merahasiakan tentang HIV/AIDS semakin menurun. sebaliknya semakin tinggi.
pendidikan proporsi sikap membicarakan dengan anggota rumah tangga ·lain dan sikap
melakukan ,konseling dan pengobatan juga semakin tinggi. Semakin tinggi tingkat
pendidikan sampai tamat SMA proporsi sikap mencari pengobatan alternatif · juga
semakin tinggi hanya pada SMA+ proporsinya sedikit turun. Untuk tingkat pendidikcin
tidak tamat SD sampai SMA+ semakin tinggi pendidikan proporsi sikap mengucOkan
penderita HIV/AIDS semakin rendah, pada tidak sekolah proporsi sikap mengucilkan
penderita HIV/AIDS sebesar 8,4%.
.-~-··
Dilhat daerah maka, proporsi sikap merahasiakan tentang HIV/AIDS dan sikap
mengucilkap penderita HIV/AIDS di pedesaan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan.
Sebaliknya proporsi sikap membicarakan dengan anggota rumah tangga lain, sikap
melakukan konseling dan p,engobatan, serta sikap mencari pengobatan alternatif di
perkotaan lebih tinggi dibandingkan di pedesaan.
Berdasarkan Tingkat Pengeluaran per kapita maka, untuk sikap merahasiakan tentang
HIV/AIDS pada kuintil-1 sebesar 29,4%, kuintil-2 sebsar 31,2% kemudia semakain besar
kuintil (semakin kaya) proporsi sikap merahasiakan tentang HIV/AIDS semakin rendah.
Semakin tingggi kuintil proporsi sikap membicarakan dengan anggota rumah tangga lain,
sikap melakukan konseling dan pengobatan, serta sikap rnencari pengobatan alternatif
juga semakin tinggi. Sebaliknya sernakin tinggi kuintil, proporsi sikap rnengucilkan
penderita HIV/AIDS semakin rendah.

160
fal)el 3.119
"Presentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menu rut Sikap Bila Ada Ariggota
Keluarga Menderita HIV/AlOS dan Karctkteristik Responden KabupatenlKota
di Provinsi JawaJ3arat, Riskesdas 2007

Sikap
.·~ikap
' Sikap Membicar"\(an Si~~P Sikap
ll(lefakukan
Merahasiakan dengan Mencari Mengucllkan
Karakteristik Konseling
Tentang Anggota Penqobatan Penderita
dan
HIV/AIDS Rum ah Alternatif HIV/AIDS
Pengobatan
Tangga Lain
Umur
10-14 tahun 34.2 62°.3 84.6 60.9 7.9
15-24 tahun 32.8 76.5 93.1 69.9 7.6
25-34 tahun 27.5 79.6 94.2 69.8 7.9
35-44 tahun 26.6 78.5 93.5 68.7 8.2
45-54 tahun 25.7 76.5 92.8 64.0 10.1
55-64 tahun 25.9 75.8 92.1 62.8 10.3
65-74 tahun 25.5 74.4 89.1 60.1 10.4
75+ tahun 25.6 64.4 81.1 58.2 15.4

Jen is
Ke lam in
Laki 28.7 77.0 93.2 67.9 8.2
Perempuan 29.1 76.4 92.2 67.6 8.5

Pendidikan
Tidak sekolah 32.1 60.0 82.1 61.1 8.4
Tidak tarn at 31.7 66.4 86.1 61.5 11.6
SD
Tamat SD 31.0 68.3 88.8 63.5 9.3
Tamat SMP 29.3 77.1 93.6 69.4 8.5
Tamat SMA 26.9 83.6 96.1 71.2 7.1
Tamat SMA + 25.4 87.1 97.7 69.8 6.4

Dae rah , __ .
Pekotaan 27.9 81.2 95.1 70.4 7.9
Pedesaan 31.0 67.0 87.7 62.1 9.3

Tingkat Pengeluaran per kapita


Kuintil-1 29.4 73.3 90.5 66.5 9.3
Kuintil-2 31.2 74.6 90.8 67.4 8.6
Kuintil-3 29.1 75.1 92.2 67.6 8.6
Kuintil-4 27.8 77.2 93.0 68.1 7.8
Kuintil-5 28.1 79.9 94.8 68.3 7.9

3.7.6. Perilaku Higienis


Perilaku higienis yang dikumpulkan meliputi kebiasaao/perilaku buang air besar (BAB)
dan perilaku mencuci tangan. Perilaku BAB yang dianggap benar adalah bila penduduk
melakukannya di jamban. Mencuci tangan yang benar adalah bila penduduk mencuci
tangan dengan sabun sebelum makan,··sebelum menyiapkan makanan, setelah buang
air besar, setelah menceboki bayi/anak, dan setelah memegang unggas/binatang.

161
Ta.bel 3.120
Presentase.Penduduk 10 Tahun,keAtas yang Berperilaku Benar Dalam
Buang Air Besar dan ~ucir:Tang an 'K~bupaten/Kota di ProvinsiJawa Barat,
Riskesdas 2001

Berperllaku benar Berperilaku benar dalam hal


Kabupaten/Kota
dalam hal·BAB* cuci tangan**
Kab.Bogor 72.0 37.8
Kab.Sukabumi 75.4 40.5
Kab.Cianjur 67.4' 33.4
Kab.Bandung 91.8 32.3
Kab.Garut 77.3 31.9
Kab.Tasikmalaya 47.3 27.6
Kab.Ciamis 64.6 53.8
Kab.Kuningan 90.8 53.2
Kab.Cirebon 74.5 49.1
Kab.Majalengka 80.6 42.7
Kab.Sumedang 87.1 52.9
Kab.lndramayu 76.2 29.6
Kab.Subang 73.9 35.4
Kab.Purwakarta 81.4 28.1
,.- . ~
Kab.Karawang 36.9 34.3
Kab.Bekasi 68.2 44.3
Kota Bogor 87.6 51.1
Kota Sukabumi 95.4 50.8
Kota Bandung 99.1 43.9
Kota Cirebon 97.0 63.0
Kota Bekasi 95.5 54.3
Kota Depok 97.3 53.7
Kota Cimahi 98.7 43.0
Kota Tasikmalaya 84.2 22.1
Kota Banjar 79.7 40.0
Jawa Barat 77.5 40.7
*) Perilaku benar dalam BAB bila BAB di jamban
**) Perilaku benar dalam cuci tangan bila cuci tangan pakai sabun sebelum makan,
sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar, dan setelah menceboki
bayi/anak, dan setelah memegangunggas/binatang.

Sebagian besar proporsi berperilaku benar dalam hal Buang Air Besar (BAB) di Jawa
Barat sebesar 77,5% dan berperilaku benar cuci tangan dengan sabun sebesar 40,7%.
Bila dilihat per-Kabupaten/Kota maka untuk kategori berperilaku -benar dalam hal BAB
proporsi tertinggi di Kota Cimahi sebesar 98,7% dan terendah di Kabupaten Karawang
sebesar 36,9%. Untuk berperllaku benar cuci tangan dengan sabun proporsi tertinggi di
Kota Cirebon sebesar 63,0% dan terendah di Kota Tasikmalaya sebesar 22, 1 %
Dilihat dari kelompok umur, untuk kategori berperilaku benar dalam .hal Buang Air Besar
(BAB) proporsi tertinggi pada kelompok umur 25-34 tahun sebesar 79,4% dan terendah
pada umur 65-74 tahun sebesar 73, 1 %.
Tidak terlihat perbedaan berarti kategori berperilaku benar dalam hal BAB antara laki-
laki (77,2%) dan perempuan .(77,8%). Berdasarkan tingkat pendidikan, semakin tingg
tingkat pendidikan maka prevalensi berperilaku benar dalam hal BAB dan berperilaku
benar cuci tangan dengan sabun juga semakin tinggi.
162
Qjlihat dari daerah maka, prevalensl berperllaku 6enar' dan berperilaku benar cuci
t13ngal') denan sabun di perkotaan (masing-masing S8,0% dan 44,2%) ja1.1h lebih, tinggi
dibandingkan di pedesaan (masing-masing 65,1% dan'36'~7%).
Berdasarkan Tingkat Pengeluaran per kapita, semakin tinggi kuintil (semakin kaya)
maka proporsi berperilaku benardalam hal BAB dan berperilaku benar cuci tangan
dengansabunjuga s;Qlakil) tinggi ju~~
~.. . Tabel 3.12j _,
Presentase Penduduk 10 Tahun ke Atas yang BerperiJaku Benar Dalam
Bu~ng Air Besar darrcucl Tangan menurut Karakteristik Responden
d~n Kabupaten/K9ta di Provinsi Jawa.Barat, Riske~das 2007,
Berperilaku benar Berperilaku benar dalam
Karakteristik Responden
dalamBAB* hal cuci tangan-
Umur
10-14 tahun 75.9 42.2
15-24 tahun 79.1 52.7
25-34 tahun 79.4 56.0
35-44 tahun 78.0 55.9
45-54 tahun 77.1 52.4
55-64 tahun 75.2 48.2
65-74 tahun 73.1 44.1
75+ tahun 74.1 34.1

Jenls' Kelamin
Laki-laki 77.2 36.0
Perempuan 77.8 45.1

Pendidikan
Tidak sekolah 58.1 33.7
Tidak tamat SD 67.7 41.7
Tamat SD 73.1 49.3
Tamat SMP 85.2 55.3
Tamat SMA 93.3 62.0
Tamat PT 96.0 70.5

..._ ...
Dae rah
_

Pekotaan 88.6 44.2


Pedesaan 65.1 36.7

Tingkat Pengeluaran per kapita


Kuintil-1 65.0 33.0
Kuintil-2 71.1 37.2
Kuintil-3 77.3 39.7
Kuintil-4 82.7 44.0
Kuintil-5 89.4 49.3
*) Perilaku benar dalam BAB bila BAB'dt jamban
**) Perilaku benar- dalam cuci tangan bila cuct tangan pakai sabun sebelum makan,
sebelurn menyiapkan makanan, setelah buang air besar, dan setelah menceboki
bayi/anak, dan setelah memegang unggas/binatang.

3.7.7. Pola Konsumsi Makanan Berisiko


Penduduk yang "sering" makan makanan/minumanmanis, makanan asin, makanan
berlemak, jeroan, makanan dibakar/panggang, makanan yang diawstkan, minuman
163
berkafein, dan bumbu penyedap dianggap sebagai berperilaku konsumsi makanan
berisiko. Penlaku. konsumsi-maxenan ~~risiko dikelompokkan "serirrgn apabila pentluduk
mengonsumsi rnakananjersebut satu kali atau-lebih setiap hari.

Tabel 3.122
Prevalensi Penduduk 10 Tahun keAtas dengan Konsumsi Makanan
Berisiko , RiSkesdas 20P7
f

Provinsi Manis Ashi ~eJI~. Jeroan Dipang, Diawet Berk~ Penyedap


• mak gang· kan fein
Bog or 52.0 63.3 14.0 1.4 1.3 3.9 36.1 94.8
Sukabumi 38.6 , ·54_4 4.4 0.7 6.1 3.8 20.9 84.1
Cianjur 43.5 50.9 10.0 0.9 1.5 2.5 28.3 89.2
Bandung 59.0 59.9 28.1 2.0 2.4 13.3 29.0 89.5
Ga rut 73.4 78.4 34.6 4.3 4.5 15.5 33.2 85.6
Tasikmalaya 55.3 59.7 3.9 1.0 1.4 2.8 14.1 89.2
Ciamis 50.3 44.3 5.9 1.3 2.8 10.8 2S.1 93.7
Kuningan 81.8 94.1 32.7 0.6 1.5 9.7 29.5 89.7
Cirebon 58.4 58.2 18.5 1.5 1.2 6.8 18.1 89.2
Majalengka 73.8 86.3 9.6 2.5 7.0 13.2 31.3 88.7
Sumedang 56.9 66.6 14.4 1.8 3.7 13.1 24.5 94.0
.•. ~ ....
lndramayu 43.0 30.6 44.8 1.9 1.9 16.1 19.4 95.5
Subang 66.8 76.8 91.8 1.6 1.6 67.4 27.9 98.0
Purwakarta 59.0 65.9 8.7 0.8 2.6 15.0 29.6 94.5
Karawang 63.9 42.4 39.4 1.6 2.4 14.4 44.5 90.9
Bekasi 66.1 43.1 34.3 1.6 1.4 7.7 39.8 89.5
Kota Bogor 71.3 59.8 39.3 2.9 4.9 8.6 35.7 91.8
Kota 61.7 61.7 42.6 1.1 1.8 7.7 33.0 93.6
Kota 52.5 41.3 16.3 1.3 1.6 8.4 34.5 82.2
Kota Cirebon 77.0 87.9 16.8 1.5 2.2 11.3 22.4 94.1
Kota Bekasi 71.6 22.8 16.3 1.5 1.9 9.5 27.2 76.6
Kota Depok 64.8 27.7 17.0 1.4 1.9 12.7 32.4 84.1
Kota Cimahi 64.0 46.7 40.5 0.9 1.1 10.7 30.9 90.4
Kota 63.0 60.9 18.2 0.7 0.4 14.8 18.6 91.1
Kota Banjar 28.6 24.2 3.5 0.4 0.9 5.2 19.9 95.7
Jawa Barat 58.8 54.9 23.6 1.6 2.4 11.6 29.5 89.3

Tabel 3.122 menggambarkan preyalensi penduduk 10 tahun ke atas dengan konsumsi


makanan berisika menurut kabupaten/kata. Sering mengansumsi makanan manis
dilakukan aleh 58,8% penduduk di Provlnsl Jawa Barat yang berusia ~10 tahun, tertinggi
ditemukan di Kabupaten Kuningan ,(81,8%) dan terendah Kata Banjar (28,6%).
Sedangkan prevalensi sering mengansumsi makanan asin secara keseluruhan di
Provinsi Jay.ta Barat ditemukan 54,9%, tertinggi di Kabupaten Kuningan (94, 1 %) dan
terendah di Kata Banjar (24,2%). Se,cara umum terdapat 23,6% pendudu1< di Jawa Barat
sering mengansumsi makanan berlemak, tertinggi di Kabupaten Subang (91,8%) dan
terendah di Kata Banjar (3,5%).
Penduduk yang sering mengkonsumsi jeraan di Provinsi Jawa Barat sebesar 1,6%,
tertinggi di Kabupaten Garut (4,3%) dan terendah di Kata Banjar (b,4%). Konsu~si
makanan dipanggang- sebesar 2,'4%, banyak terdapat- di K:abupaten Majalengka (7 ,0%)
164
-serta sedikit dlkonsumsl-oteh penduduk 'di Kota' Tasikmalaya (0,4): Sehanyak 11,6%
penduduk di Jawa Barat sering mengkonsumsi m~lfanan diawetkan, t~rbanyak di
\ Subang (67,4%), sedangKarlryang sedikit terdspat di Kabupaten Sukal:iumi '(J,8%).
Minurrian l;>erkafein· sering djkOn9urri~~ oleh 29,5% · pen'dupuk Jawa Barat, tertin'ggi di
.Karawang (44,5%):dan terendah dl Ka.bUp'.3terr.Girebc5~ (18;f%Y" •
_ \_ ~ t~ ~ f ""' . · J., __ • I

Pe~y~dap\ 's'Ef,hing '~Jl<onSUft1Si oJeh a~.3o/9. Renduduk..lsec~rc;i' keseluruhan, tertinggi di


Sub'arlg (98%Y dan terendah Kota Bekasl (82,2%). , ,
,
1
• ... ·Q... ~ _T~bel.3~123 ,, ~ ;
Prevalensl Penduduk 1 O::ra~~n k~· Atas ct~ngan-K9nsumsi Makanarr
B~risiko m~nur1;1t JS.arakteristik Responden, Rlskesdas- 2007
. _,,.
I .
·Berle '"I~
Dipang Diawet Berka
Karakteristik
. ' ... Manis
' , Asin mak
Jeroan
kan fein
Penyedap
;
g~ri~
Kelompok umur (tahun)
10-14 .62.0 57.9' 24.7 1.5 2.8 J3.8 8.;4 88.9
2:1
1
15-24 59.5 55.1 26.2 i1 12.9 23.0 89.2
25-34 57.8 55.1 24.5 1.6 2.5 11.7 32.5 90.2
35-44 58.9 54.8 24.1 1.6 2.3 11.3 37.2 90.0
45-54 57.8 53.9 22.3 1.5 '2:i 10.4 38.9 90.2
55-64 57.~ 53.5 19.0 ·i.O 2!~ 9.5 36.8 88.5
65-74 57.4 52.4 18.8- 1.2 1.7 9.2 31.7 86.8
75+ 55.9 53.4 18.4 0.8 2.4 9.1 26.4 83.5
Jenis kelamin
Laki-Laki 61.0 53.5 23.2 1.8 2.6 11.5 43.6 88.7
Perempuan , 56.8 56.2 24.0 1.4 2.2 11.7 16.4 89.9
Pendidikan
Tidak Sekolah 54.6 55.9 28.1 1.5 2.1 12.8 32.7 90.5
Tidak Tarnat SD 55.9 57.5 24.1 1.4 2.2 12.2 26.8 90.1
Tarnat SD 57.7 56.9 21.6 1.4 2.4 11.4 29.6 90.5
Tarnat SMP 61'.1 54.1 24.8 1.9 2.4 13.3 28.6 90.2
Tarnat SMA 62.2 4!).7 24.7 1.9 2.6 10.0 33.4 87.0
Tarnat PT 66.8 44.4 '23.3 1.8 3.8 8.0 30.3 81.8
Tipe daerah
Perkotaan 61,9 52,9 24,3 1,4 1,9 10,3 29,2 89,5
Perdesaan 54,9 •.- 58,8 22,5 1,6 2,9 13,4 27,9 90,7
r
Ti~gf<.at penqeluaran rumah fonQga,per kapita
Kuintil-1 55.6 58.0 23.3 1.4 2.7 11.6 30.5 90.2
Kuintil-2 58.1 57 .6 23.8 1.5 2.2 12.0 30.1 89.5
Kuintil-3 59.1 55.0 22.8' 1.6 2.4 12.1 30.1 89.5
Kuintil-4 58.9 53.2 23.4 1.8 2.4 11.3 28.8 89.2
Kuintil-5 62.0 51.3 24.6 1.7 2.5 10.9 27.9 88.3

Tabel 3.123 menqqambarkan prevalensi penduduk 10. tahun ke atas dengan konsumsi
makanan berisiko menurut karakteristik responden. Menurut umur, perilaku sering
mengonsumsi makanan manis, berlemak, jeroan cenderung menurun setelah usia 15
tahun, demikian halnya perilaku sering mengonsumsi makanan asin cenderung menurun
mulai umur 35 tahun. Konsumsi makanan diawetkan menunjukkan penurunan
persentase seiring dengan pertambahan umur. Sedangkan perilaku sering minum
minurnan berkafein nampak meningkat sesualpeninqkatan usia, namun setelah usia 55
tahun .prevalensi cenderung menurun .• Pola yang sama diteniukan untuk konsuinsi
penyedap makanan menurut umur.

165
Menurut je,nis kelamin, laki-laki· cenderung Jebih serinq mengonsumsi makanan yang
manis-manis, j~roan, makanan , dipangg,a119 dan mlnurn minuman berkafein
qip~ndingkan per~mp~an. Sedangkan 4ryfu~ .. konsumsi jenis .rnakanan. berisiko lainnya
pola prevalensi, antara lak!71aki .g_an .perempuan. :ha,mpir sama. Menurut'1 tingkat
''pendidikan, pola pre,valensi sering:i i:nengoQsumsi.makanan manls mertjngkat seiring
tingkat pendidikan KK. Sebaliknya pada -penyedap terlihat pola .seb~li~~y~ yaitu Jerlihat
keoenderunqan pem,11linaii,dengah'111.ebingkatnyapen,didikal).-P,ada makanen yang lain
1
tidak terlihat pola yang berarti. ~ ' ' ·

Menurut tipe daerah, pola prevalensi {ering·meng!)nsum,si makanan rnanis lebih tinggi di
perkotaan- dibanding .pedesaan. SedangRan pola· ~tevalensi ~eting rnenqonsumsl
makanan beresiko lainnya tidak mempei-lfliatkan pt51a yang [efas, • '
Pola .prev.alensi sering ~wngqi;isumsi rnakanan manis rnernperlihatkan kecenderungan
peninqkatan s~iri,IJ,9 men!ngl<qtnya ·taraf pengeluaran per kapita p'er· bulan, 'sedanqkan
pada makanan asin, minuman berkafein dan bumbu penyedap terlihat .oerQanding
terbalik dengao peningkatao kuintil. Konsumsi makanan berlemak, jeroan, makanan
,diawetkan dan makanan dipanggang tidak menunjukkan perbedaan berarti

3.7.8. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Rlskesdas 2007 mengumpulkan 1 O indikator tunggal Perilaku Hid up Bersih dan Sehat
1
(PHBS) yang terdiri dari enam indikafor individu dan empat indikator rumah tangga.
lndikator individu meliputi pertolongan persalinah oleh tenaga kE!§,ehatan,bayi 0-6 bulan
mendapat ASI eksklusif, kepemilikan/ketersediaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan,
penduduk tidak merokok, penduduk cukup beraktifitas fisik, da'n penduduk cukup
mengonsumsi sayur dan buah. lndikator Rumah Tangga rnellpuf rumah tangga fnemiliki
akses terhadap air bersih, akses jamban sehat, kesesuaian luas lantai dengan jumlah
penghuni (~8m2/ orang), dan rumah tangga dengan lantai rumah bukan tanah.
Dalam penilaian PHBS ada dua macam rumah !angga, yaitu rurnah tangga dengan
balita dan rumah tangga tan pa balita. Untuk rumah tanggcr denqan balita digunakan 10
indikator, sehingga nilai tertinggi adalah .1 O; sedangkan untuk rumah tangga tanpa balita
terdiri dari 8 indikator, sehingga nilai, tertinggi delapan (8). PHBS diklasifikasikan
"kurang" apabila mendapatkan nilai kurang dari enam (6) untuk rumah tan,gga
mempunyai balita dan nilai kurang dari lima (5) untuk rumah tangga tanpa balita.'
Di Proyinsi Jawa Barat pencapaian keluarga berperilaku hidup bersih dan sehat masih
rendah (38,4) yang seharusriya bisa mencapai 65 (target 2010). Namun bila dilihat
pencapaian per-kabupaten nampak di Kabupaten Sumedang sudah dapat r'nenca'pai
target nasional tersebut.
Keluarga yang tinggal di perkotaan pencapaian -keluarqa berperilaku hidup bersih dan
sehat lebih baik (45,1) dibandingkan dengan di pedesaan (31,1).
Berdasarkan Tingkat Pengeluaran per kapita keluarga nampak semakin tinggi kuintil
semakin besar proporsi pencapaian keluarga bersih dan sehat dan sebaliknya semakin
rendah Tingkat Pengeluarao per kaplta semakin rendah proporsi pencapaian keluarqa
bersih dan sehat.

1
Program PHBS adalah upaya-untuk memberi pengalamanbelajar atau menciptakankondisi
bagi perorang,an,, keluarg_a.. kelompokdan masyarakat, denganmembukajalur komunikasi,
memberikan informasidan melakukanedukasi, untuk meningkatkaopengetahuan,sikap dan
perilaku hidup bersih dan sehat, melalui pendekatanpimpinan, bina suasana dan pemberdayaan
masyarakat.
166
•. label 3.124
Persentaee-Rumah Tangga yang Memenuhi.Kriteria PerUaku Hldup Bersih
dan Sehat (PHBS) Baik menurut Kabupaten Kota di ProvinsiJawa Barat,
Riskesdas 2007

KABUPATEN/KOTA RT dengan PHBS Baik


Kab.Bogor 17.2
Kab.Sukabumi 12.8
Kab.Cianjur 8.2
Kab.Bandung 39.1
Kab.Garut 23.2
Kab.Tasikmalaya 26.3
Kab.Ciamis 34.7
Kab.Kuningan 60.5
Kab.Cirebon 43.3
Kab.Majalengka 33.2
Kab.Sumedang 68.8
Kab.lndramayu 49.0
Kab.Subang 44.2
Kab.Purwakarta 37.4
Kab.Karawang 34.5
Kab.Bekasi 31.6
Kota Bogor 55.5
Kota Sukabumi 49.8
Kota Bandung 45.7
Kota Cirebon 51.4
Kota Bekasi 58.7
Kota Depok 35.0
Kota Cimahi 53.8
Kota Tasikmalaya 46.8
Kota Banjar 46.5
Jawa Barat 38.4

Tabel 3.125 dan 3.126 merupakan gabungan dari beberapa perilaku yang menjadi faktor
risiko untuk penyakit tidak menular utama (penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus,
kanker, stroke, penyakit paru obstruktif kronik}, yaitu perilaku kurang mengonsumsi
sayur dan/atau buah ( <5 porsi per hari), kurang aktifitas fisik ( <150 menit/minggu) dan
merokok setiap hari.

167
Tabel 3.125
Prevalensi Faktor Risiko Peny~kit Tidak Menular Utarria (Kurang Konsumsi
Sayur ~ual),. ~urang:Ak~lfitas- Fislk, dan Merolsok) pada Penduduk 1 O Tahun
ke Atas menurut Kabupaten/Kota, Provinsi Jawa Barat Riskesdas 2007

Ku rang Ku rang
Kabupaten/~~ta konsumsi sayur aktifitas Merokok***
buah* fisik**
Kab.Bogor 97.9 27.8 27.1
Kab.SukabulTJi 98.3 31.8 28.8
Kab.Cianjur 97.9 25.1 31.1
Kab.Bandunq 96.7 30.8 27.5
Kab.Garut 96.4 36.4 26.0
Kab.Tasikmalaya 99.1 21.0 26.7
Kab.Ciamis 98.8 23.1 31.1
Kab.Kuningan 97.8 15.7 24.6
Kab.Cirebon 95.9 29.9 23.0
Kab. Majalengka 98.9 25.0 25.3
Kab.Sumedang 98.4 19.5 28.8
Kab.lndramayu 95.2 26.8 30.4
_.,
Kab.Subang 99.1 22.6 30.3
Kab.Purwakarta 94.8 27.9 29.5
Kab.Karawang 97.0 25.9 30.0
Kab.Bekasi 96.0 29.2 24.9
Kota Bogor 96.7 36.1 24.3
Kota Sukabumi 95.6 37.4 30.3
Kota Bandung 98.5 41.7 25.5
Kota Cirebon 94.0 50.1 20.6
Kota Bekasi 92.5 38.1 18.3
Kota Depok 93.9 36.2 20.5
Kota Cimahi 96.4 34.0 23.7
Kota Tasikmalaya 99.1 34.7 26.4
Kota Banjar 97.0 19.7 28.6
Jawa Barat 97.0 29.7 26.7
* Penduduk urnur 10 tahun ke atas yang makan sayur dan/atau buah <5 porsi/hari
** Penduduk umur 10 tahun ke atas yang melakukan kegiatan kumulatif <150 menit/minggu
*** Penduduk umur 10 tahun ke atas yang merokok setiap hari

161'
Tabe13.f2s
fireyalensi· Faktcr-Rlslko Penyakit 1idak:Menulat'l.itama· (Kur~ng Konsumsi
Sayur Buah, Kqrang !'ktifib.is Fisik dan Merokok) pada.Penduduk .15 Tahun
ke Atas menurut Karakteristik Respon'den,Provinsi ~awa Barat
Riskesdas 2007

Karakteristik Kurang konsumsi '•Kurang aktifitas '


Merokok***
respond en sayur buah* fisik**
Keloinpok umur (tahun)
10-14 95.9 56.6 0,9
15-24 97.1 33.o 21.2
25-34 97.0 19.3 31.3
35-44 96.9 18.0 33.9
45-54 97~3 20.7 35.4
55-64 97.4 26.6 r 34.6
65-74 98.1 42:6 31.2
75+ 97.7 64.9' 31.5
Jenis Kelamin
Laki-Laki 96.9 32.1 52.0
Perempuan 97.1 27.5 3.2
Pendidikan
Tidak Sekolah 96.8 33.2 25.5
Tidak Tamat SD 96.8 32.3 24.1
Tamat SD 97.9 25.2 27.4
Tamat SMP 97.4 27.7 26.3
Tamat SMA 95.8 30.9 31.5
Tamat PT 94.6 40.8 25.1
Tipe daerah
Perkotaan 96.4 33.7 24.9'
Perdesaan 97.7 25.2 28.8
Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita
Kuintil-1 97.4 27.7 27.2
Kuintil-2 97.3 2~.9 27.3
Kuintil-3 _~-
... 97.2 28.9 27.0
Kuintil-4 97.0 29.3 26.9
Kuintil-5 96.2 33.3 25.1
* Penduduk umur 10 tahun ke atas yang makan sayur dan/atau buah <5 porsi/hari
** Penduduk umur 10 tahun ke atas yang melakukan kegiatan kumulatif <150 menit/minggu
*** Penduduk umur 10 tahun ke atas yang merokok setiap hari

3.8. Akses dan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan


3.8.1. Akses dan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Kemudahan akses ke sarana pelayanan kesehatan berhubungan dengan beberapa
faktor penentu, antara lain jarak tempat tinggal dan waktu tempuh ke sarana kesehatan,
serta status sosral-ekonorni dan budaya, Dalam analisis int, sarana pelayanan kesehatan
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Sarana pelayanan kesehatan rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu,
dokter praktek dan bidan praktek
2. Upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yaitu pelayanan posyandu,
poskesdes, pos obat desa, warung obat desa, dan polindes/bidan di desa.

169
Untuk masing-masing kelompok pelayanan kesehatan tersebut dikaji akses rumah
,tangga ke ,$wana ,p~lay,ana,n kesehatan tersebut. Selanjutnya untuk UKBM dikaji
tentang pema.nfaat~n .dan [erils pelayanan yang diperikar;i/diterima oleh -rumah
tanm;J,a!RT \IT)asyarakat), termasuk' alasan apabila responden tidak memanfaatkan.
UKBM dlrriaksud.
Tabel 3.127 menunjukkan bahwa Persentase rumah tangga Ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dokter praktek, dan bidan
praktek) berdasarkan jarak dan waktu' J,empuh di Provinsi Jawa Barat, tidak jauh
berbeda dengan rerata naslonal, Bil~ ~ilihat menurut Kabupaten/Kota, maka jarak ke
fasilitas ·kesehatan > 1 KM persentase tertinggi di Kabupaten SukabuJlli, namun persen
rumah tangga yang mempunyai waktu tempuh ·> 60 menit cukup rendah, hanya 0,9 , hal
ini mungkin dlkarenakan lancarnya sistem tranportasi. Sedangkan Kabupaten
Tasikmalaya, jarak > 1 Km dialami oleh 6.0 rumah tangga, dengan waktu tempuh > 60
dialami oleh 4,5 rumahtangga.
Tabet 3.127
Persentase Runiah Tangga Menurut Jarak Dan Waktu Tempuh Ke Sarana
Pelayanan Kesehatan" Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007

Jarak Ke Yankes Waktu Tempuh Ke Yankes


Kabµpaten/kota
< 1 KM 1 - 5 KM > 5 KM <15' 16'-30' 31 ',-60' >60'
Kab.Boqor 36, 1 57,6 6,3 57,4 --33,8 7,2 1.6
Kab..Sukabumi 31, 1 57,2 11,7 54,3 38,0 6,8 .9
Kab Cianjur 30,9 60,8 8,4 61,6 24,8 4,8 8.8
Kab Bandung 49,5 49,5 1,0 65,6 30,5 3,3 .5
Kab Garut 28,6 65,8 5,6 72,7 22,1 4,6 .6
Kab Tasikmalaya 32,2 61,8 6,0 58,1 30,7 6,7 4.5
Kab Ciamis 28,3 69.2 2.5 72,6 23,4 3,5 .5
Kab Kuningan 61, 1 36,2 2,7 86,2 11,3 2,~ .2
Kab Cirebon 76,2 22,5 1,3 74,9 19,6 4,5 1.0
Kab Majalengka 39,4 56,6 4,0 83,2 14,8 1,2 .8
Kab Sumedang 41,0 52,8 6,2 61,5 24,7 11, 1 2.7
Kab lndramayu 71, 1 25,9 3,1 86,0 13,2 ,5 .2
kab Subang 43,7 55,3 1,0 83,9 14,0 1,4 .6
Kab Purwakarta 50,7 45,6 3,7 67,3 28,6 3,8 .3
Kab Karawang 44,0 54,3 1,7 73,3 22,4 2,2 2.2
Kab Bekasi 60,6 38,9 ,6 75,6 21,7 2,2 .5
Kota Bogor 54,8 42,3 2,9 75,3 16,6 7,9 .2
Kota Sukabumi 80,0 19,3 ,7 89,9 9,5 ,7 .0
Kota Bandung 83,8 16, 1 '1 85,3 13,8 ,5 .3
Kota Cirebon 67,3 32,0 ,7 71,1 24,8 3,4 .7
Kota Bekasi 61,6 36,9 1,5 79,4 16,8 2,8 1.0
Kota Depok 62,1 37,1- ,8 86,9 12,0 1,1 0
Kota Cimahi 92,6 7, 1 ,3 92,6 6,8 0 .6
Kota Tasikmalaya 59,2 39,6 1,1 67, 1 30,4 1,7 .7
Kota Banjar 19,0 78,6 2,4 76,5 22,4 1,2 .0
Jawa Barat 49,9 46,6 3,6 72,2 22,6 3,8 1,4
Catatan: *) Fasilitas Pelayanan Kesehatan: Rumah Sakit, Puskesmai,Puske~mas Pembantu,
Dokter Praktek dan.Bidan Praktek

170
Secara umum hampir separuh wifayah· Jawa Barat mempunyai kemudahan akses
terhadap fasllltas- pelayanan kesehatan. Terdapat- 1-3 wilayah yang mempunyai
·persentase >50· pada klasifjkasi jarak Yankes < 1.km;: dap 14 kab/kota mempunyai
persentase >70 .( katagori jarak yankes kurang dari 15 men it).

label 3.128
Persentase Rumah Tangga menurut Jarak dan Waf<tu Tempub Ke
Sarana Pelayanan Kesehatarr" dan Karakteristik Rumah Tangga
di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

Karakteristik JARAK KE YANKES WAKTU TEMPUH KE'YANKES


RT < 1 km 1-Skm >5km Total <15' 16'-30' 31'-60' >60'
Tipe Daerah
Perkotaan 60,5 38,6 0,9 100 79,9 17,4 2,3 ,4
Pedesaan 39,0 54,7 6,3 100 64,3 27,9 5,3 2,4
Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita
Kuintil-1 43,6 51, 1 5,3 100,0 66,2 26,9 4,4 2,5
Kuintil-2 47,2 48,6 4, 1 100,0 69,0 25,2 4,4 1,4
Kuintil-3 • 48,4 48,2 3,4 100,0 70,0 24,4 4,3 1,3
Kuintil-4 53,0 44,4 2,6 100,0 75,5 20,1 3,4 1,0
Kuintil-5 57,0 40,6 2,4 100,0 80,1 16,4 2,5 1,0
Catatan:•1 Fasilitas Pelayanan Kesehatan:Rumah Sakit, Puskesmas,PuskesmasPembantu,
Dokter Praktek dan Bidan Praktek

Tabel 3.128. menjelaskan distribusi rumah tangga ke. fasilitas pelayanan kesehatan
berdasarkan jarak, waktu tempuh dan klasifikasi daerah di provinsi Jawa Barat. Dalam
tabel tersebut terlihat bahwa di perkotaan umumnya jarak dan waktu tempuh ke fasilitas
kesehatan di perkotaan lebih dekat dan lebih pendek waktu tempuhnya dibandingkan
dengan pedesaan. Bila jarak ke fasilitas kesehatan< 1 KM di perkotaan sebesar 60~5 di
pedesaan hanya 39,0, demikian juga waktu tempuh 'f 15 menit di perkotaan (79,9)
persentasenya lebih tinggi dibandingkan de,ngan di pedesaan (64,3).
Gambaran akses, Yankes melalui kelornpok kuintil memperlihatkan, semakin besar kuintil
(semakin kaya), pecsentase-jarak ke pelayanan kesehatan < 1 km juga semakin besar,
demikian juga persentase waktu tempuh ~ 15 menit juga sernakin besar. Sebaliknya,
semakin besar kuintil perseritase jarak I<~ pelayanan kesehatan .'.'.'., 1 km semakin rendah,
demikian juga persentase waktu tempuh ke pelayanan kesehatan > 15 menit juga
semakin rendah.
Jawa Barat sebagian besar jarak ke UKBM < 1 km, yaitu sebesar 91,0 dengan waktu
tempuh < 15 menit, yaitu -sebesar 93, 1 km. Bila dilihat per-Kabupaten/Kota, maka dari
jarak < 1 km persentase tertinggi di Kota Cimahi sebesar 98,7 dan terendah di
Kabupaten Cianjur sebesar 81, 1, dan dengan waktu tempuh < 15 menit persentase
teringgi di Kabupaten lndramayu dan Kota Cimahi masing-masing sebesar 98,4 dan
persentase terendah di Kabupaten Cianjur sebesar 82,5

171
Tabel 3.129
Persentase Rumah Tangga menurut Jarak dan'Waktu Tempuh Ke Upaya
Kesehatan Berbasls Masyarakat' dan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Barat, Riskesdas 2007

JARAK KE POSYANDU WAKTU TEMPUH KE POSYANDU


Kabupaten/Kota
<1 km 1-5km:•'>5km <15' 16' 30'
8 31'~0' >60'
Kab Bogor 92,2' 7,2 0,6 90,7 7,0 1,2 1,1
Kab Sukabumi ,82,5 1t3,7 0,8 83,2 15,3 1,0 0,5
Kab Cianjur . ~1.1 17,4 1,5 82,5 12,4 2,2 2,9
Kab Bandung 93,7 6,0 0,3 96,9 2,0 0,7 0,3
Kab Garut 87,7 12,1 0,2 94,5 4,1 1,1 0,3
Kat) Tasikmalaya 82,7 16,9 0,4 88,9 10,2 0,6 0,3
Kab Ciamis 81,9 18,1 92,2 6,5 1,0 0,3
Kab Kuningan 92,8 6,6 0,6 96,7 2,7 0,4 0,2.
Kab Cirebon
Kab Majalengka
98,2
87,2
1,8
12,6 0,2
97,4
93,6
2,0
4,5
0,4
1,0 1,0
.~
,.,

Kab Sumedang 84,7 15, 1 0,2 88,7 9,8 0,8 0,7


Kab lndramayu 98,2 1,7 0,1 98',4 1,3 0,2 0,1
kab Subang 91,2 8,7 0,1 96,2 3,8 0 0
Kab Purwakarta 93,1 6,9 94,6 5,4 0 0
Kab Karawang 87,7 11,7 0,5 92,8 5,7 0,9 0,6
Kab Bekasi 91,9 8, 1 0,1 89,3 10,0 0,4 0,3
Kota Bogor 95,4 4,4 0,2 92,7 __-, 6,0 0,9 0,4
Kota Sukabumi 98,0 1,4 0,7 98,0 1,3 0 0,7
Kota Bandung 98,6 1,3 0,1 97,8 1,9 0,3 0
Kota Cirebon 97,3 2,7 0,0 95,3 4,1 0 0,7
Kota Bekasi 96,8 2,6 0,6 97,7 1,3 0,1 0,9
Kota Depok 93,0 6,8 0,3 97,0 2,7 0,0 0,3
Kota Cimahi 98,7 1,0 0,3 98,4 1,3 0,0 0,3
Kota Tasikmalaya 93,2 5,7 1,1 94,0 5,6 0,0 0,4
Kota Banjar 88,1 11,9 0,0 97,6 2,4 0 0,0
Jawa Barat 91,0 8,6 0,4 93,1 5,7 0,7 0,6
Catatan: UKBMmeliputi Posyandu, Poskesdes,dan Polindes.
Tabel 3.130
Persentase Rumah Tangga menurut Jarak dan Waktu Tempuh Ke Upaya
Kesehatan Berbasis Masyarakat*l dan Karakteristik Rum ah Tangga di
Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Karakteristik Jarak Ke UKBM Waktu Tem~uh Ke UKBM
< 1 km

1-5 km > 5 km 31°'-60'
rumah tanssa <15' 16'-30' >60'
Tipe Oaerah
Perkotaan 95,6 4,1 0,3 96,5 2,9 0,3 0,3
Pedesaan 86,1 13,5 0,4 89,5 8,6 1,1 0,8

Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita per bulan


Kuintil-1 89,1 10,4 0,5 90,4 8,2 0,6 0,8
Kuintil-2 90,5 9,2 0,3 91,9 6,6 1,0 0,5
Kuintil-3 90,9 8,6 0,5 93,0 5,6 0,8 0,6
Kuintil-4 91,6 8,1 0,3 94,4 4,5 0,7 0,4
Kuimtil-5 92,8 6,8 0,4 95,6 3,6 0,3 0,5
Total 91,0 8,6 0,4 93,1 5,7 0,7 0,6
Catatan: UKBMmeliputi Posyandu, Poskesdes,Polindes
Tabel 3.130 menunjukkan persentase rumah tangga ke UKBM (posyandu, poskesdes,
dan polindes) berdasarkan jarak, waktu tempuh, dan klasifikasi daerah. Dalam tabel
172
tersebut terlihat bahwa persentase'[arak ke Posyandu-Poskesdes, dan Polindes < 1 km
·di eerkotaal'I lebih .tinggt-. dibandfngkan di pedesaan. s.ebaliknya untuk jarak ~ 1 km
persentase di pedesaan lebih'tinggi dibandingkan di perkotaan. Dilihat'w,aktu tempuh,
maka persentase waktu tempuh ke Posyandu, Poskesdes, dan Pclindes :: 15 menit di
perkotaan lebih.tinggi dibandingk?!1 di pedesaan, sebaliknya persentase jarak waktu ~
16 menit di pedesaan lebih tinggi dibandingl<an di perkotaan.
Dilihat dari segi kuintll, sernakin besar kuintil (semakin kayaj, persentase jarak ke UKBM
< 1 'km jGga1 serhak.in bes~r1 ,.dertilki~r jug~ s
P,erse.r:ita~e w?i<tu tempuh :: 1 menit ]uga
semakin besar. S'ebaliknya, 'semakin besar kuintil persentase jarak ke UKBM ~ 1 km
semakin rendah, demikian juga persentase waktu tempuh ke UKBM > 15 menit juga
semakin rendah, ,

Tabel 3.131
Persentase Rumah Tangga Yang .MemanfaatkanPosyandu/poskesdes
Menurut Kabupaten/Kota di Pfovinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
C • r"'

Memanfaatkan ' Tidak memanfaatkan


Kabupaten/Kota Tidak membutuhkan Alasan lain
Kab Bogor 30,5 61,4 8.1
Kab Sukabumi 28,5 60,6 10.9
Kab Cianjur 28,7 62,2 9.1
Kab Bandung 32,5 65,7 1.9
Kab Garut- 32,0 60.~ 7.7
Kab Tasikmalaya 26,1 70,3 3.6
Kab Ciamis 24,7 71,8 3.5
Kab Kuningan 30,8 9.5.P 4.2
Kab Cirebon 38,8 53_,5 7.7
Kab Majalengka 24,6 70,9 4.5
!(ab Sumedang 32,2 64,5 3.4
Kab lndramayu 27,7 69,0 3.3
kab Subanq 32,9 59,9 7.2
Kab Purwakarta 26,7 68,5 4.9
Kab Karawang 27,3 63,3 9.4
Kab Bekasi 29,3 60,4 10.2
Kota Bogor --- 23,8 74,9 1.3
Kota Sukabumi 31, 1 66,9 2.0
Kota Bandung 26,6 70,1 3.2
Kota Cirebon 34,7 58,7 6.7
Kota Bekasi 16,2 80,2 3.5
Kota Depok 21,0 73,4 5.6
Kota Cimahi 26,5 71,3 2.3
Kota Tasikmalaya 26,6 71,0 2.4
Kota Banjar 24,7 72,9 2.4
JAWA BARAT 28.4 65,7 5.9

Persentase rumah tangga yang memanfaatkan posyandu/poskesdes dalam 3 bulan


terakhir, menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, memperlihatkan bahwa
pemanfaatan posyandu/poskesdes di Jawa barat amat memprihatinkan karena
sebanyak 65,7 tidak membutuhkan posyandu/poskesdes. Pemanfaatan posyandu
sendiri hanya 28,4.
Data pada tabel sangat penting diketahui kaitannya dengan upaya untuk lebih
mempromosikan pentingnya posyandu. Terutama di wilayah kabupaten seperti
173
Tasikmalaya, Ciamis dan f\1ajalengka, untu~ daerah perkotaan seperti kota- Bogor,
Bandung, Depok, Cimahi,Jasikmsilaya, dan;Banjar. Daerah-daerah tersebut angka tidak
membutuhkan cukup~tinggi_ djatas 79:
j,

Tabel 3.,3.2
Persentase rumah tangga menurut pemanfaatan
Posyandu/ppsk,esdes, dah Karctkteristik Ruman iangga
'di Prq~lnsi Jawa'8arat, Riskesdas 2007
ll

Karakteristik Tidak memanfaa'tkan


res onden Memanfaatkan TidakMembutuhkan Alasanlain
Tipe Daerah
P.erkotaan ,?7,7 67,5 4.8
Pedesaan 29,f 63,9 7.0
Tingkat pengeluaran Rumah.Tangga Per Kapita Per Bulan.
Kuintil-1 ~~.4 57,7 5.8
Kuintil-2 33,'1 61,4 5.5
Kuintil-3 29,3 64,9 5.8
Kuintil-4 25,3 68,7 6.0
Kuintil-5 18, 1 75 8 6.1
.-- ...
Distribusi persentase rumah tangga yang memanfaatkan posyandu/poskesdes dalam 3
bulan terakhir, berdasarkan ~lasifikasi daerah Di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada
tabel 6.1.6. Persentase yang rnernantaatkan posyandu/poskesdes di pedesaan (29,2)
sedikit lebih tinggi dibandingkan denqan perkotaan (27,7), dan yang tidak rnembutuhkan
posyandu/poskesdes di perkotaan (67,5) sedikit lebih tinggi dibandingkan di pedesaan
(63,9).
Dari pengeluaran per kapita per bulan, semakin tinggi pengeluaran persentase
pemanfaatan posyandu/poskesdes oleh rumah tangga semakin kecil, dan sernakin tinggi
kuintil persentase tidak membutuhkan posyandu oleh rumah tangga semakin besar. Pola
angka pada kuintil-5 memberikan informasi, bahwa diperlukan inovasi baru padai
posyandu agar promosi posyandu sarnpai pada tingkat kuintil5.

174
i Tabel 3..133
Persentase Rumah 1angga }!cing Memanfaatkan Posyandu/Poskesq~·
menurut Jenis Pelayanan dan Kabupaten/Kota di Provlnsl Jawabarat,
· Riskesdas
·~ '
2007

Kab(Jpateh/ bPenim- ·plehl')Y~· lmu~i- ·KIA KB. Per,:190- ,. ... ,. Suplemerr Konsultasi
'Resiko
Kota angan - u an .. s~s1 batan PMT Gizi
Penyilkit
Kab Bogor 90,5 35,3 ~_,6 .14,5 - 25,9 17,0 - 54,6 4219 -9,5
il Kab 9'2, 1 47,6 45,7 21,8 19,4 16,7 p2,2 34~6 10,2
j
Sykabumi
Kab Cianjur 88,8 40,4 69,0 27,7 41,2 45,5 5811, 20,3
'
Kab· '92,3 37,9 6f,O 27,(f 30,6 23,7 62,9 18,1
Bandung
Kab Garut 81,3 35,1 54,8 29,7 35,4 39,6 48,7 49,7 25,1
Kab 84,4 33,0 40,2 23,7 36,2" 22,3 34,5 38,6 9,0
Tasikmalaya
Kab Ciamis 87,9 63,7 75,3 57,7 58,6 69,3 68,8 75,8 38,6
Kab 81,9 29,3 52,7 33,6 35,2 47, 1 '43,4 51,9 15,6
Kuning an
Kab Cirebon 82,6 37,5 58,6 37 .2 40,4 46,4 52,2 57,6 14,6
Kab 84,3 20,1 45,6 15,3 .?8,5 35,8 40,5 40,3 9,5
Majalengka
Kab 76,6 28,8 38,7 25,0 21,9 39, 1 32, 1 33,5 8,9
Surnedanq
Kab 98, 1 25,1 63,8 29,5 20,:1 24,6 79,0 54,5 12,1
lndramayu
Kab Subang 72,7 21,3 &1,0 1!;),0 31,3 ~ 51,0 44,6 50,0 14, 1
Kab 90,9 18,4 41,4 9,5 13,9 13,6 42,9 24,3 5,9
Purwakarta
Kab 91,7 34,6 54,5 20,3 20,6 27,7 64,4 58,9 12,6
Karawang
Kab Bekasi 94,3 33,8 52,4 23,4 12,4 19,0 54,4 54,8 8,8
Kota f?ogor 93,4 31,2 44,3 '23,6 '15,7 18,3 41,9 52,8 8,3
Kota 93,3 23,9 42,2 19,6 1u 17,8 45,7 57,8 13,3
Sukabumi
Kota 95,7 30,9 51,8 14,2 16,9 19,6 44,9 43,2 11,9
Bandung
Kota Cirebon 94,0 26,5 57, 1 21,3 10,6 29,2 45,8 35,4 13,0
Kota Bekasi 94,8 35,2 77,5 21,8 13,3 18,8 77,? 68,5 11,4
Kota Depok 97,6 42,7 64,4 26,8 13,4 20,7 70,7 63, 1 15,4
Kota Cimahi 100,0 29,5 49,4 19,2 12,0 11,5 69,1 64,2 15,4
Kota 92,0 8,0 62,7 12,2 16,0 17,6 22,7 48,0 1,4
Tasikmalaya
Kota Banjar· 100,0 50,0 68,4 30,0·~, 35,0 25,0 65,0 63,2 10,5
Jawa Barat 89,0 34r,6 56;0 24,9 27,2 52,2 51,3 14,2

Tabel 3.13~ rnenunjukkah persentase jenis rpelaya)lan posyandtrposkesdes yang


diterima RT'dalatn 3 bulan terakhir, berdasarkarl'~abupaten/Kot.a di Provins! Jawa Barat.
Keadaan di Jawa Barat tidak jauh berl:1eda dengan tirigkat nasional, dimana kebutuhan
posyaundu oleh masyarakat masih seputar pelayanan penimbangan, 'anqka Jawa Barat
sebesar 89.0 sementara nasional sebesar 85.0. Adapun , penyuluhan sebesar 34,6,
keadaan ini memperkuat informasi dari berbagai sumber, bahwa selama ini meja
penyuluhan tida1</kurang aktif. Angka imunisasi sebesar 56,0, KIA sebesar 24,9, KB
sebesar 27,2, Pengobatan 30, 1, PMT 52,2, suplemen gizi sebesar 51,3, dan konsultasi
175
resika penyakit sebesar 14,2. Kabupaten Subang dan Sumedang cukup menjadi
perhatian dimana angka pelayartan penimbanqan masih dibawah 80· ·sementara angka
pelayanan }ainnxaJugf!,r~l~tif J<eGil. ~,.. ~
Tabet 3.1~4
Persentase Rumah Tangga yang-Mem~rtfaatkan Posyandu/Poskesdes
inenurut Jen is Pelayanall.'dan ~ara~teristi~~umali Tangga- di Provinsi Jawa
Barat, Riskesdas 2007 ·
;.,., Konsultasl
Karakteris Penim- Penyu- Im uni- Pengo- Suplemen
tikRT bangan .Juhan sasi
KIA KB
batan
PMT
·Gizi ..Resiko
• Peil~~kit
Tipe Daerah
Perkotaan 92,2 33,4 55,7 21,6 21,8 24,2 53,4 52,7 1.3, 1
Pedesaan 85,8 "35,7 56,3. 28,0 32,4 35,5 :>1,0 50,0 15,3
Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Per Kapita Per Bulan
Kuintil-1 90,8 33,8 60,5 25,3 27,0 29,7 54,0 52,3 13,5
Kuintil-2 89,9 37,1 57,8 25,5 '27,9 ' 30,3 52,8 53,7 14,6
Kuintil-3 89,8 34,9 55,2 25,5 28,3 29,6 54,0 51,4 13,6
Kuintil-4 87,4 33,4 53,2 22,9 26,3 28,8 49,1 49,1 15,8
Kuintil-5 84,1 32,5 48,6 24,8 '25,9 32,6 48,7 47,7 13,5

~ _- ...
Tabel 3.126. memperlihatkan jenis pelayanan pasyandu/paskesdes yang diterinia RT
dalam 3 bulan terakhir, menurut kuintil dan klasifikasi daerah sangat penting diketahui
kaitannya sebagai bahan evaluasi terhadap kinerja pasyandu. Provinsi Jawa Barat
mengindikasikan persentase jenis pelayanan kesehatan yang diterima rumah tangga
untuk penimbangan,. PMT, dan suplemen gii:I di perkotaan lebih tinggi dibaf)dingkan di
pedesaan. Sebaliknya untuk jenis pelayanan penyuluhan, imunisasi, KIA, KB,
pengobatan dan konsultasi reslko penyakit persentasenya di pedesaan lebih tinggi
dibandingkan di perkataan. '
Persentase.jenis pelayanan posyandu/poskesdes yang diterima rumah tangga dalam 3
bulan terakhir, menurut kuintil menggambarkan semakin 'tinggi kuintil (semakin kaya)
persentase rumah tangga yang ditimbang, mendapat imunisasi, mendapat pengabatan
semakin rendah. Untuk pelayanan penyuluhan, KIA, KB, PMT, supternen gizi, dan
konsultasi risiko penyakit persentase antar kuintil hampir sama persentasenya tidak jauh
berbeda.
Dari Tabel 3.135 dapat dilihat bahwa persentase rumah tangga menurut alasan tidak
memanfaatkan Posyandu/Paskesdes dalam 3 bulan terakhir akan memberikan informasi
penting dimana Jawa Barat angka tidak memanfaatkan pasyandu cukup tinggi
(65.7).Adapun alasan tidak memanfaatkan Pasyandu/Poskesdes di Jawa Barat
umumnya adalah layanan tidak lengkap sebesar ~7. kemudlan tidak ada Posyandu
sebesar ?6.7, kemudi~n- retak_jauh sebesar ·20,6.Bila dilihat per-Kabupaten/Kota, ri'laka-
untuk alasan tayanan tjda~Jengkap.persentase tertinggi di Kata Depok sebesar-88,9 dan
terendah di Kota Banjar karena tidak ada yang menjawab untuk alasan layanan tidak
lengkap ini. Jawaban alasan tidak ada Posyandu persentase tertinggi di Kota Sukabumi
yaltu 100.0, hal ini terj~di pada rurnah tanqqa yang tidak memanfaatkan posyandu, di
Kota Sukabumi Hanya sebesar 2.0 tidak mernanfaatkan posyandu- Sedanqkan Kota
Banjar tidak ada yang menjawab untuk alasan tidak mernantaatkan pemanfaatan
Pasyanau

176
Tabel 3.135 .
Persentase Rumah Tangga IVJenurutAlasan utama lidak·Memanfaatkan
Posyandu/Poskesdes (Di Luar Tidak Membutuhkan) darr Kal:)upaten/Kota,
dj Provlnsl Jawa barat, Riskesda~·2907
Afas(ln Utama Tidak Memanfaatkan Pos andu/Poskesdes
Kabupaten/Kota
!;etak auh Tdk Ada Pos~andu La~anan Tdk Len9kae
Kab Bogor 3,0 41,4 55,6
Kab sukabuml 13;9 4,0 82,2
Kab Cianjur 56,3 24,1 19,5
Kab Bandung 27,8 44,4 27,8
Kab Garut 18,8 30,6 50,6
Kab' Tasikmalaya 19,4 16, 1 64,5
Kab Ciamis 33,3 33,3 33,3
Kab Kuningan 57,1 0 42,9
Kab Cirebon 1,7 3,4 94,9
Kab Majalengka 0 96,6 3,4
Kab Sumedang 7,7 0 92,3
Kab lndramayu 52,4 9,5 38,1
kab Subang 27,5 37,5 35,0
Kab Purwakarta 6,3 37,5 56,3
Kab Karawang 24,3 6,8 68,9
Kab Bekasi 18,8 70,8 10,4
Kota Bogor 0 40,0, 60,0
Kota Sukabumi. 0,0 100,0 0,0
Kota Bandung 18,8 18,8 62,5
Kota Cirebon 0,0 50,0 50,0
Kota Bekasi 30,8 38,5 30,8
Kota Depok 8,0 4,0 88,0
Kota Cimahi 66,7 16,7 16,7
Kota Tasikmalaya 0 16,7 83,3
Kota Banjar 0 0 0
JAWA BARAT 20,6 26,7 52,7

Tabel 3.136
Persentase Rumah Tangga Menu rut Alasan Utama Tidak Memanfaatkan
Posyandu/Poskesdes (Di Luar Tidak Me'mbutuhkan) dan Karakteristik
Rumah Tangga, di Provinsi Jawa Barat Riskesdas 2007

Alasan tidak memanfaatkan posyandu/poskesdes


Karakteristik Tidak ada
responden Letak jauh posyandu Layanan tidak lengkae
Tipe Daerah
Perkotaan 13,8 23,7 62,5
Pedesaan 24,4 28,5 47,1
Tingkat pengeluaran rurnah tangga per kapita
Kuintil-1 31,6 34,5 33,9
Kuintil-2 24, 1 22,8 53, 1
Kuintil-3 16,5 26,8 56,7
Kuintil-4 16, 1 29,8 54,0
Kuintil-5 13,5 19,9 66,7

177
Alasan tidak rnernanfaatkan posyandu/poskesdes yanQ disajikan dalam tabel 3.136.
umurnnya karena layanan tidak lerigl<~p dengan persen.tase di perkotaan (62.5) lebih
r
tinggi tlibandingk~n Sii pedesaa,~ (4_1, 1 ~la~an kedua karena tidak ada posyahdu dan di
pedesaan persentasenya (28,5) lebih tinggf dibandingkan perkotaan (23,7). Alasan
terakhir karena letaknya jauh -dan persentasenya di pedesaan (24;4) tebih tinggi
dibandingkan di perkotaan (13,8}. Persentase rumah tarigga menurut alasan tidak
rnernanfaatkan posyandu/poskesdes dalam 3 butan . -terakhir, menurut kuintil- te~lihat
bahwa, semakin tinggi kuintil ada kecenderunqan persentase alasan' tidak
memantaatkan Posyandu/Poskesdes layanan tidak lengkap juga semakin tinggi. Untuk
alasan letak jauh dan tidak ada Posyandu persentase tertinggi pada kuintil 1 (paling
miskin), yaitu masing-masing 31,6 dan 34,5, dan persentase terendah pada kuintil 5
(paling kaya) yaitu rnasing-rnasing 13,5 dan 19,9. Sedangkan antara Kuintil 1 -'Kuintil 5
nilai persentasenya sangat beragam.
Tabet 3.137 rhenggambarkan pemanfaatan pelayanan polindes/bidan di desa dalam tiga
bulan terakhir. Pemanfaatan polindes keadaannya tidak jauh berbeda dengan
pemanfaatan posyandu. Terlihat bahwa pada umumnya atau sebesar 57,0 rumah
tangga merasa tidak membutuhkan polindes/bidan desa. Pemanfaatan polindes/bidan
desa hanya 21,8, dan rumah tangga tidak memanfaatkan polindes/bidan desa sebesar
21, 1. Bila dilihat per kabupaten kota, rnaka pemanfaatan. polindes/bidan desa berkisar
8,8 - 37,9, yang tidak memanfaatkan polindes/bidan desa berkisar 9,4 - 37,7, dan yang
tidak membutuhkan berkisar 39,8- 77,7.
Tabel 3.137
Persentase Rumah Tangga Yang Memanfaatkan Pofindes/Bidan Desa
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riske$das 2007
Tidak Memanfaatkan
Kabupaten/Kota Memanfaatkan Alasan lain
Tidak Membutuhkan

Kab Bogar 21,6 51,6 26.8


Kab Sukabumi 15,9 52,7 31.4
Kab Cianjur 34,9 39,8 25.3
Kab Bandung 18,5 69,5 12.0
Kab Garut 17,5 58,2 24.2
Kab Tasikmalaya 26,3 59,5 14.2
Kab Ciamis 23,1 64,5 12.3
Kab Kuningan 30,8 49,1 20.1
Kab Cirebon 27,5 58,0 14.5
Kab Majalengka 29,5 49,5 21.0
Kab Sumedang 24,7 65,5 9.7
Kab lndramayu 22,8 58,5 18.7
kab Subang 37,7 51,4 11.0
Kab Purwakarta 18,5 56,2 25.4
Kab Karawang 27,0 52,5 20.6
Kab Bekasi 22,0 42,7 35.3
Kota Bogor 16,0 71,8 12.3
Kota Sukabumi 10,2 58,5 31.3
Kota Bandung 11,0 65,2 23.7
Kota Cirebon 8,8 77,7 13.5
Kota Bekasi 10,4 67,4 22.2
Kota Oepok 18,5 52,2 29.3
Kota Cimahi 12,6 53',9 33.5
Kota Tasikmalaya 15,4 74,7 9.8
Kota Banjar 20,0 70,6 9.4
JAWA BARAT 21,8 57,0 21.1

178
Pemanfaatan P,olindes/bidan di desa oleh rumah tangga· berdasarkan daerah di Jawa
barat dapat dilihat pacfa t~bel -3.13~. Dalam tabel tersebut tedlhat .. bahwa pemanfaatan
'polindesrbldan di desa lebih banyak di pedesaan dibandingkan di ~of~'. Pernanfaatan
polindes/bidan di desa di' pedesaan 'oleh rumah fangga sebesar 25,4 .sedangkan di
perkotaan hanya 18,3. ·· ·

Tabel 3.138
Persentase Rumah Tangga yang .MemanfaatkanPolindes/Bidan di Des~ ,
'Menurut Karakteristik Responden di Proyinsi Jawa barat, Riskesdas 2007

Karakteristik IVlemanf~atkan Tidak Memanfaatkan


Tidak
rumah tangga
Me'mbutuhkan Alasan lain
Tipe Daerah
Perkotaan 18,3 60,4 21.3
Perdesaan 25,4 53,6 21.0
Tin!;,Jkat pengeluaran rumah tangga per kapita
Kuintil-1 23,9 54,5 21.6
Kuintil-2 24,0 54,7 21.3
Kuintil-3 24,0 54,8 21.2
Kuintil-4 21,8 57,5 20.7
Kuintil-5 15,5 63,6 20.8

Menurut kuintil persentase rumah tangga yang memanfaatkan polindes/bidan desa


dalam 3 bulan terakhir, terlihat rumah tangga 'pada Xuintil 1- kuintil 3 persentasenya
hampir sama -sekltar 24. Pada kuintil 4 dan Kuintil 5 persentasenya semakin menurun.
Sebaliknya semakin tinggi kuintil, nampaknya persentase tidak membutuhkan
polindes/bidan semakin tinggi.

179
1abel~3.140
Persentase Rumah.Tang'ga yang Men:aanfaatkan Polindes/Bidan di Desa
menurut Jen is Pelayanan dan Karakterlstik Ru.ma,fi Tangga,
di Provinsi Jawa barat, Riskesdas 2007
Karakteristik
Pemeriksaan Perherlks·aa-n - Pemeriksaan Pemeriksaan
rumah Persalinan Pengobatan
Kehamffan 'lbu Nifas · Neonatus .Bayi/Balita
tangga
Tipe Daerah
Perkotaan 26,6 11,0 10,8. 9,2 30,5 72,0
Perdesaan 20,7 9,7 9,9 10, 1 28,6 83,6
Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita
Kuintil-1 24,1 11,3 10,9 10,6 32,4 79,5
Kuintil-2 27,1 12,7 13,2 12,0 32,2 78,1
Kuintil-3 19,2 9,0 8,5 8,0 26,8 79,5
Kuintil-4 21,4 10,0 9,7 9,1 28,5 79,8
Kuintil-5 24,6 7,0 8,3 8,3 25,9 76,2

Tabel di atas menunjukkan persentase jenis pelayanan polindes/bidan desa yang


diterima rumah tangga dalam 3 bulan terakhir, menurut' klasifikasi daerah. Dalam tabel
tersebut terlihat bahwa persentase jenis pelayanan Polindes/Bldan Desa berupa
pemeriksaan kehamilan, persalinan pemeriksaan nifas, perneriksaan Bayi/Balita di
perkotaan lebih tinggi dibandingkan di pedesaan. Sebaliknya, persentase untuk
pemeriksaan Bayi/Balita dan pengobatan di pedesaan lebih tinggi dibandingkan di
perkotaan.
Pemeriksaan kehamilan menurut pengeluaran perkapita per bulan persentasenya
beragam,tertinggi pada kuintil 2 (27, 1) dan terendah pada kuintil 3 (19,2). Persalinan
persentase tertinggi pada kuintil (12,7) dan terendah kuintil 5 (7,0). Pemeriksaan nifas
persentase tertinggi pada kuinti! 2 (13,2) dan terendah pada kuintil kuintil 5 (8,3).
Pemeriksaan neonatus persentase tertinggi pada kuintil 2 (12,0) dan terendah pada
kuintil (8,0). Pemeriksaan Bayi/Balita persentase tertinggi pada kuintil 1 (32,4) dan
terendah pada kuintil 5 (25,9). Pengobatan persentase tertinggr pada kuintil 4 (79,8) dan
terendah pada kuintil 5 (76,2).
Tabel 3.140 menggamba_rkan alasan utama rurnah tangga (di luar yang tidak
membutuhkan) tidak memanfaatkan polindes/bidan. di desa menurut provinsi.
Persentase rumah tangga menurut alasan tidak memanfaatkan Polindes/Bidan Desa
dalam 3 bulan terakhir, menurut Kabupaten/Kota secara keseluruhan menggambarkan
keadaan yang cukup berbeda dengan tin.9kat nasional. Dalam tabel tersebut terlihat
bahwa alasan rumah tangga tidak memanfaatkan Polindes/Bidan Desa yaitu letak jauh
sebesar 10,9 sedangkan ditingkat nasional sebesar 8.9 . Alasan tidak ada
Polindes/Bidan Desa sebesar 28,3 rerata nasional 39.3. Layanan tidak lengkap sebesar
4,7 angka nasional 7.9 dan lainnya sebesar 56, 1 nasional 43.9.

181
Tabel3.141
Persentase Rumah Tangga yang Tidak Memanfaatkan
Polindes/Bidan di Desa Menurut Alasan Lain dan Kabupatan I Kota
.dl Provfnsi Jawa barat, Riskesdas 2007

Alasan lain tldak memanfaatan- poslindes/bidan


Kabupaten/Kota '
Letak Tidak ada Layanan tidak-
jauh polindes/bidan lengkap Lainnya
Kab Bogor 9,7 28,1 0,7. 61,5
Kab Sukabumi 7,3 4,3 16,5 72,0
Kab Cianjur 18,0 21,0 4,1 56,9
Kab Bandung 5,4 36,9 3,4 54,4
Kab Garut 12,5 9,2 7,7 70,5
Kab Tasikmalaya 17,2 18,0 1,6 63,1
Kab Ciamis 3,3 8,8 1,1 86,8
Kab Kuningan 4,2 10,5 1,1 84,2
Kab Cirebon 2,9 27,5 12,3 57,2
Kab Majalengka 0,8 23,3 0,8 75,2
Kab Sumedang 10,9 16,4 9,1 63,6
Kab lndramayu 17,1 9,4 7,1 66,5
kab Subang 9,9 13,6 13&... 63,0
Kab Purwakarta 4,0 34,3 4,0 57,6
Kab Karawang 48,2 7,3 3, 1 41,5
Kab Bekasi 23,6 24,7 1,0 50,7
Kota Bogor 7,5 17,0 3,8 71,7
Kota Sukabumi 4,4 17,8 0,0 77,8
Kota Bandung 1,9 82,3 1,5 14,3
Kota Cirebon 8,3 50,0 0,0 41,7
Kota Bekasi 0 84,5 3,5 12,0
Kota Depok 2,5 35, 1 4,0 58,4
Kota Cimahi 1,0 56,7 1,0 41,3
Kota Tasikmalaya 7,4 22,2 11, 1 59,3
Kota Banjar 0,0 14,3 0,0 85,7
JAWA BARAT 10,9 28,3 4,7 56,1

Dilihat per Kabupaten/Kota. alasan letak jauh persentase tertinggi di Kabupaten


Karawang sebesar 48,2 dan terendah di Kota Bekasi tidak ada yang [auh.Atasan tidak
ada Polindes78idan, persentase tertinggi di Kota Bandung sebesar 82,3 dan terendah di
Kabupaten Karawang sebesar 7 ,3.Untuk layanarr tidak lengkap persentase tertinggi di
Kabupaten Subang sebesar 13,6 dan terendah di Kota Banjar. Kota Cirebon, dan Kota
Sukabumi masing-masing persentasenya relatif kecil yaitu 0,0.

182
Tabel 3.1'42 _
PersentaseRumah Tangga Menurut Al~san ~tama Ti.da~).V,lemanfaatkan
" Polindes/Bidan di Desa· dan K,rakteristik Rurnah Tangga
di Provlnsi Jawa barat, Rlskesdas 2007

Alasan utama-tldak merhanfaatan posllndes/BDD


Karakteristik ..
rumah tangga L tak . uh Tidak ada Layanan,tidak L in a
e ja polindes/bidan lengkap a nv
Tlpe Daerah
Perkotaan 6,2 40,3 3,8 49,7
Pedesaan- 1~,5 16, 1 5,7 62,7
Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita
Kuintil-1 14,3 28,8 3,8 53,1
Kuintil-2 11, 1 28,0 4,6 56,3
Kuintil-3 12,3 28,5 3,2 55,9
Kuintil-4 10, 1 27 ,5 4,5 57,9
Kuimtil-5 6,2 28,4 7,4 58,0

Tabel "3.142 memperlihatkan persentase rumah tangga menurut alasan tidak


memanfaatkan Polindes/Bidan.'mernpertlhatkan bahwa alasan tidak memanfaatkan
Polindes/BidanDesa karena letaknya jauh, persentase di pedesaan (15,5) lebih tinggi
dlbandingkan di perkotaan (6,2). Sebaliknya, alasan tidak ada Polindes/Bidan
persentase di perkotaan (40,3) lebih tinggi dibandingkan di pedesaan (16,1). Untuk
alasan layanan tidak lengkap persentase di pedesaan (5,7) lebih tinggi dibandingkandi
perkotaan {3,8). Dari segi tingkat pengeluaran rumah tangga perkapita, keadaan
semakin tinggi kuintil persentase alasan letak jauh berkecenderungan semakin kecil.
Untuk persentase alasan tidak ada Polindes/Bidan,dan layanan tidak lengkap antar
kuintil hampir sama.
Tabel 3.143 menunjukkan persentase rumah tangga yang memanfaatkan Pos Obat
Desa (POD)/ Warung Obat Desa (WOO) dalam 3 bulan terakhir menurut
Kabupaten/Kota.Dalam tabel tersebut terlihat bahwa yang memanfaatkan POD/WOO
dalam 3 .bulan terakhir dJ Jawa Barat reJ~tif kecil hanya sebesar 4,4, dan persentase
yang tidak membutuhkanrelatif kecil juga hanya 5,5.

183
Tal>el 3.143
Persentase Rurnah, T~ngga menurut Pemanfaatan Pos Obat De~a/
Warung 9,bat Desh Clan Kabup<Jten/Kota di Provinsi Jawa barat,
Riskesdas 2007

,Memanfaatkan Tidak Memanfaatkan.


i ;
. Tidak ,
Kabupate11.fKota
membutuhkan , ..Alasan lain
Kab Bogor 4,8 7,0 88,2
Kab Sukabumi 0 3,6 96,4
Kab Cianjur 2,9 2,6 94,5
Kab Bandung 11,0 12,0 76,9
Kab Garut 1,0 6,5 92,5
Kab Tasikmalaya 0 0,3 99,7
Kab Ciamis 3,1 5,5 91,4
Kab Kuningan 0,6 0 99,4
Kab Cirebon 25,1 22,6 52,2
Kab Majalengka 18,4 3,4 78,2
Kab Sumedang 5,9 5,7 88,4
Kab lndramayu 0 0,5 99,5
kab Subang 0,9 1,9 97,2
Kab Purwakarta 0,8 6,4 .. -... _
92,9
Kab Karawang 2,3 2,9 94,8
Kab Bekasi 6,3 2,3 91,3
Kota Bogor 2,2 3,5 94,3
Kota Sukabumi 0,7 1,4 98,0
Kota Bandung 0,7 5,9 93,4
Kota Cirebon 1,4 3,4 95,2
Kota Bekasi 1,0 6,9 92, 1
Kota Depok 0,3 2,5 97,2
Kota Cimahi 1,6 2,9 95,5
Kota Tasikmalaya 0,7 2,4 96,9
Kota Banjar 0 8,4 91,8
Jawa Barat 4,4 5,5 90,1

Dilihat per-Kabupaten/Kota, maka persentase tertinggi yang memanfaatkan POD/\t\fOD


di Kabupaten Cirebon sebesar 25, 1 dan persentase yang tidak membutuhkan
PODNVOD juga di Kabupateri Cirebon sebesar 22,6.

Kajian pemanfaatan PODNVOD menurut karakteristik rumah tangga tersaji pada Tabel
3.144.

184
t ' Tab'M3.144 _
~ Persentase R1.;1mah)"}lngg~'ifienurutP~m~rifa~tan. fo,~ qt>at:Desa/
· Waru ng. 66at,b~sa ·dan Karakteristlk ~~sponden
di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas1 2007

"')l ...,
'. Tidak Memanfaat-kan
Karakteristik Memanfaatkan - ..'~"''Tidal<· -
rumah tangga ; rnembutuhkan Alasa1;1 lain
TiP,e Daerah
Perkotaan 4,7 6,8 88,5
Perdesaan 4,2 4,2 91,7
Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita
Kuintil-1 3,5 4,3 92,2
Kuintil-2 4,5 4,5 . 90,9
Kuintil-3 4,9 5,7 89,4
Kuintil-4 5, 1 6,2 88,7
Kuintil-5 4, 1 6,8 89,1

j c "f
Pe'tnanfaatan Pos Obaf Desa (POQ)/Warung Obat Desa (WOD) antara. perkotaan dan
pedesaan tidak jauh berbeda. Dalam tabel tersebut terlihat bahwa persentase
pemantaatan POD/WOO di perkotaan sebesar 4,7 dan di pedesaan sebesar 4,2.
Persentase tidak butuh pemanfaatan POD/WOO oleh rumah tangga jµga relatif kecil,
namun persentase perkotaan (6,8) sedikit lebih tinggi dibandingkan di pedesaan (4,2).
Dilihai dari segi tif}g~at pengluaran r!:Jm\311 tangga perkapita, terlihat pada kuintil .. 1 cukup
jauh berbeda .denqan kuintil-2, sementara pada kuintil lainnya tidak jauh berbeda.
Kemungkinan, pada kuintil1 tidak mengetahui adanya keberadaan POD/WOO oleh
karena kurang aksesnya informasi POD/WOO

185
.
. Tabel 3.145
Persentase iju,n(Jh TAngga.Menurut.Alasan. Utama Tidak l\l(emaQfaatkan
P9~ 'Obat p~sa Lwar~.ng~Ob~(Des"~ ..dai:1' ~abupaien/Kota
, di Provins! Jawa barat, Riskesdas 2007
~ f i" i f' ~

Alasan UtamaTldak Memanfa~tan POD/WOO


Kabupaten/Kota .• TidakAda ·Obattidak
Lokasi Jauh- P9DIW.OD, . , Lengkap Lainnya
Kab Bogor 0,9. 97~9 0,1 1,0
Kab Sukabumi f,1' 97,9- 0 0,9
Kab Cianjur 0,4 98,8 0, 1 0,7
Kab Bandung 0,9 96,0 0,6 2,5
Kab Garut 0,5 95,7 0,4 3,4
Kab Tasikmalaya 0,2 99,8 p 0
Kab Ciamis 0 99,7 0 0,3
Kab Kuningan 0,4 99,6 0 0
Kab Cirebon 0,6 90,0 1,3 8,1
Kab Majalengka. 0 99,8 0,2 0
Kab Sumedang 1,1 97,9 0,2 0,8
Kab lndramayu 0,6 99,1 0 0,2
kab Subang 0 97,9 0 2,1
Kab Purwakarta 0 94,5 0,3 5,2
Kab f<~rawang 0,8 87,7 0,3 11,2
Kab Bekasi 01 97,6 O,J, 2,2
Kota Bogor 0 98,6 0,5 0,9
kota Sukabumi o.o 99,3 0 0,7
Kota Bandung 0, 1 97,8 0 2,1
Kofa Cirebon -0;7 89,9 0,0 9,4
Kota Bekasi 0,1 98,7 0 1,2
Kota 0-epok 0 94,9 0 5,1
Kota Cimahi 0 99,3 0 0,7
Kota Tasikmalaya 0,4 99,6 0 0
Kota Banjar 0,0 98,7 0 1,3
JAWA BARAT 0,4 97,1 0,2 2,2

Tabel 3.145 menunjukkan persentase rumah tangga menurut alasan tidak


memanfaatkan Pos Obat Desa (POD)/Warung Obat Desa (WOO) dalam 3 bulan terakhir
menurut kabupaten/kota menunjukkan, alasan tidak ada POD/WOO sangat tinggi (97, 1).
Alasan lain seperti karena lokasi jauh, obat tidak lengkap, dan lain-lain persentasenya
relatif kecil. Dilihat per Kabupaten/Kota, maka dari alasan tidak ada POD/WOO
persentase tertinggi di Kabupaten Ciamis sebesar 99,7, persentase terendah di Kota
Cirebon sebesar 89,9, Masih belum familiarnya POD/WOO tercermin pada masih
banyaknya kabupaten/kota yang mempunyai angka persentase diatas rata-rata provinsi
untuk alasan tidak ada , yaitu sebanyak 18 kab/kota atau 80 di wilayah provinsi.

186
, Tabel 3.146
p~rsentase Ruman Tangga Menurut Alasan utama Tidak Memarifaatl<:an
Pos Obat. Desa /Warung .Obat Desa darr Karakteri$ttik Rumah Tangga
di Provinsi Jawa barat, Riskesdas 2007 ·

Alasan Utama Tidak Memanfaatkal) PODIWOD


Karakteristik · Tdk ada Obat tielak
Lokasijauh Lalnnya
rumah tangga PODJWOD lengkap
Tipe Daerah
Perkotaan 0,4 97,1 0,2 2,4
Perdesaan 0,5 97,2 0,2 2,1
Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita
Kuintil-1 0,5 97, 1 0,1 2,2
Kuintil-2 0,5 97,0 0,2 2,2
Kuintil-3 0,6 96,8 0,3 2,3
Kuintil-4 0,3 97,3 0 2,4
Kuintil-5 0,3 97,3 0,2 2,1

Persentase alasan terbanyak pada rumah tangga yang tidak memanfaatkan POD/WOO
adalah tidak ada POD/WOO. Perbandingan antara perkotaan (97.1) · dan pedesaan
(97.2) tidak jauh berbeda. Keadaan ini urmirn terjadi di tingkat nasional, mencerminkan
belum adanya kesiapan desa siaga, dirnana POD/VVOD diharapkan dapat diadakan
terutama di pedesaan.
Bila dibandingkan antar kuintil, maka persentase antar kuintil persentasenya tidak jauh
berbeda baik terhadap alasan lokasijauh, tidak ada POD/WOO, obat tidak lengkap, dan
lainnya. Persentase tidak jauh berbeda antar kuintil memperkuat bahwa pada setiap
tingkatan memang tidak pernah mengunjungi POD/WOO baik di perkotaan maupun di
pedesaan.

3.8.2 Sumber Pembiayaan Pelayanan Kesehatan


Salah satu tujuan sistem kesehatan adalah ketanggapan (responsiveness), di samping
peningkatan derajat kesehatan {health status) dan keadilan dalam pembiayaan
pelayanan kesehatan (fairness of financing). Pada bagian ini dikumpulkan infofmasi
tentang jenis sarana dan sumber pembiayaan yang paling sering dimanfaatkan oleh
responden
Pembiayaan kesehatan meliputi untuk perawatan kesehatan rawat inap dan rawat jalan.
Sumber biaya dibedakan menjadi sumber biaya sendiri/keluarga, Asuransi (Askes PNS,
Jamsostek, Asabri, Askes Swasta, dan JPK Pemerintah Daerah), Askeskin/Surat
Keteranqan Tidak Mampu (SKTM), Dana Sehat, dan lainnya. Dari data ini diperoleh
gambaran tentang seberapa besar persentase rumah tangga yang, telah tercakup oleh
asuransi kesehatan, termasuk penqqunaan Askeskin/SKTM yang salah sasaran.
Seluruh penduduk diminta untuk memberikan informasi tentang apakah yang
bersangkutan pernah menjalani rawat inap dalam 5 (lima) tahun terakhir dan atau rawat
jalan dalam 1 (satu) tahun terakhir. Mereka yang pernah rawat jalan maupun rawat inap
diminta untuk menjelaskan dimana terakhir menjalani perawatan kesehatan, serta dari
mana sumber biaya perawatan kesehatan tersebut. Pihak-pihak yang menanggung
biaya perawatan kesehatan tersebut bi~a lebih dari satu.

187
Persentase tempat berobat Rawat lnap menurut Kabupaten/Kota dapat dilihat pada
tabel ~.148 .. Dalam tabel tersebut teliihat bahwa, umumnya. dt Jawa Barat dari pasien
y~ng- berebat ,,persentase yang terbesar adalah tidak rawat inap, yaitu seoesar 92,5
adalah dalam kondisi tidak rawat ifiap. 'Bila rawat inap umumnya di Rumah Sakit swasta
dan Rumah Sakit ..pemerintah masing-masing sebesar 3,0 dan 2,9. Tempat rawat inap
lainnya persentasenya relatlt-kecll, Persentase ini sama bila dibandingkan dengan angka
naslonal, kecuali tempat- berobat-di RS swasta sedikit iebih besat dibanding .naslonal
(2,7).

Tabel 3.147
Persentase Penduduk Rawat lnap Menurut Tempat dan Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas. 2007

Temeat berobat rawat inae


Kabupaten/kota Tidak
RS. Puskes Batra Lain
RS Nakes Rawat
Swasta Mas nya
Pemerintah RSLN RSB I nae
Kab Bogor 1,7 2,4 0,0 0,2 0,2 0,2 0,1 0,1 95,1
Kab Sukabumi 2,5 0,6 0 0 0,2 0,1 0,1 0 96,5
Kab Cianjur 2,7 0,4 0,0 0,0 0,5 0,4 0,0 0,1 95,9
Kab Bandung 3,6 2,7 0 0,1 0,1 0,2 0 0,0 93,3
KabGarut 2,6 0,8 0,0 0,2 1,0 0;6' 0,0 0,0 94,8
Kab Tasikmalaya 1,8 0,4 0,0 0,1 1, 1 0,4 0,.1 0 96,0
Kab Ciamis 3,6 1,1 0 0 0,4 0,3 0,0 0,0 94,5
Kab Kuningan 2,2 3,9 0 0,2 1,0 0,1 0,1 0,1 92,5
Kab Cirebon 4,4 2,2 0 0,3 ,4 1,1 0,1 0,1 91,6
Kab Majalengka 4,1 0,9 0 0 3,0 0,2 0 0,0 91,8
Kab Sumedang 5,9 2,2 0,1 0,1 1,8 0,2 0,1 0,1 89,6
Kab lndramayu 2,5 2,0 0 0, 1 0,5 0,4 0,1 0, 1 94,3
kab Subang 2,7 1,9 0 0,2 1,8 0,6 0,1 0,2 92,5
Kab Purwakarta 4,0 1,7 0, 1 0,7 0, 1 0,4 0,1 0,2 92,7
Kab Karawang 2,3 3,9 0 0,4 0,5 1,5 0,1 0,3 91,0
Kab Bekasi 1,4 6,7 0,0 0,7 0,9 1,3 0 0,2 88,8
Kota Bogor 3,5 5, 1 0 0,2 0 0,2 0 0,2 90,7
Kota Sukabumi 8,8 2,9 0 0,2 0,2 0,4 0,0 0,2 87,4
Kota Bandung 2,8 5,9 0,0 0,5 0, 1 0,5 0 0,1 89,9
Kota Cirebon 4,0 3,7 0 0,2 0 0,0 0,2 0,5 91,4
Kota Bekasi 3,0 8,2 0,0 1,4 0, 1 0,7 0,2 0,3 86,2
Kota Depok 2,4 6,0 0 1,2 0,0 0,9 0 0, 1 89,3
Kota Cimahi 5,2 6,5 0 0,5 0,1 1,3 0 0,2 86,2
Kota Tasikmalaya 2,5 1,7 0,0 0, 1 0,0 0,3 0,1 0 95,2
Kota Banjar 7,2 0,7 0 0,3 0,7 0,3 0 0,0 90,7
JAWA BARAT 2,9 3,0 0,0 0,3 0,6 0,5 0,1 0,1 92,5

Bila dilihat per Kabupaten/Kota, maka dari yang rawat inap di Rumah Sakit swasta
persentase tertinggi di Kota Bekasi sebesar 8,2, dan terendah di Kabupaten Cianjur dan
Kabupaten Tasikrrialaya masing-masing sebesar 0,4. Untuk Rumah Sakit pemerintah,
perseritase tertinggi di Kota Banjar sebesar 7,2 dan terendah di Kabupaten Bekasi
sebesar 1,4.

<:

188
Tabel•J.148
,.. Persentase Penttuduk Rawat lnap menututTempat dan Karakteristik
Ru mah ·rangga.di Pto'5insr Jawa Ba rat, 'Ri$~esdas 2007

. Tempat berobat rawat inap


Karakteristik
rumah :RS Tidak
RS Puskes- Na-kes Lain-
tan'gga RSLN RSB Batra raw at
Pemerintah Swasta mas nya
Ina
Tlpe Daerah
Perkotaan 3,3 4,4 0,0 0,5 0,4 0,5 0,1 0,1 90,6
Perdesaan 2,5 1,4 0,0 0,1 0,8 0,5 0,1 0,1 94,5
Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga per kapita.
Kuintil1 2,0 1,4 0,0 0,3 0,6 0,5 0,0 0,1 95, 1
Kuintil2 2,6 2,2 0,0 0,3 0,6 0,5 0,1 0,1 93,7
Kuintil3 2,7 2,6 0 0,3 0,6 0,6 0, 1 0,1 92,9
Kuintil4 3,1 3,4 0,0 0,4 0,5 0,6 0,1 0,2 91,8
Kuintil5 4,1 5,5 0,0 0,3 0,4 0,5 0,1 0,1 88,9
Jawa Barat 2,9 3,0 0,0 0,3 0,6 0,5 0,1 0,1 92,5

Tabel 3.149. menunjukkan bahwa berdasarkan tempat tinggal menurut klasifikasi desa,
yaitu perkotaan atau-perdesaan nampak bahwa penduduk yang tidak diravypt in<Jp lebih
banyak di pedesaan. Sedangkan penduduk yang dirawat inap di RS pemerintah, RS
swasta, .RS bersalin lebih banyak di Kota. Akan tetapi, untuk yang di rawat inap di
Puskesmas lebih banyak di pedesaan.
Dalam tabel tersebut terlihat bahwa semakin tinggi tingkat pengeluaran (kuintil),
persentase pasien yang berobat ke Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta
juga semakin tinggi.. Sebaliknya pada tempat rawat inap puskesmas, semakin tinggi
kuinti!, rnaka semakin sedkit yang dirawat di puskesmas. Begitu juga dengan penduduk
yang tidakdi rawat inap, semakin rendah pengeluaran, maka semakin besar persentase
yang tidak di rawat inap. Untuk tempat rawat inap lainnya persentase berobat rawat inap
antar kuintil hampir sama.
Persentase sumber pembiayaan Rawat lnap menurut Kabupaten/Kota di jawa barat oleh
Askes/Jamsostek, Askeskin/SKTM, dan dana sehat ( 15.1, 10.2, dan 1.8} lebih kecil
dibandingkan angka nasional (15.6, 14.3, dan 2.9). Sedangkan untuk rawat inap dengan
biaya sendiri (73.6), persentasenya lebih besar dibanding nasional (71,0). Bila ailihat
per-Kabupaten/Kota, maka dari yang sumber biaya sendiri/keluarga persentase tertinggi
di Kabupaten Subang sebesar 86,4 dan terendah di Kota Cirebon sebesar 56,5. Untuk
sumber dari Askes/Jamsostek persentase tertinggi di Kabupaten Bekasi sebesar 28,0
dan terendah di Kabupaten Garut sebesar 3,9. Untuk sumber dana dari Askeskin/SKTM
tertinggi di Kabupaten Sukabumi sebesar 23,5 dan terendah di Kota Bekasi sebesar 3,6.
Untuk sumber dana dari dana sehat persentase tertinggi di Kabupaten Cianjur dan Kota
Cirebon masing-masing sebesar 6,5 dan terendah di Kabupaten Ciamis karena tidak
ada yang menngunakan dana sehat

189
Tab(tl.3.149
Persentase Penduduk Ri!wat In~ MenurJ,Jt Sumber Pembiayaan
dan Kabup,aten/Kotctrdi Pn>yjnsh.lawa Barat, Riskesdas 2007

Sumber Pembia~aan
Kabupaten/Kota Sendiri/ Askes/ Askeskin/ Dana Lain-
keluarga Jamsostek SKTM Sehat lain
Kab Bogor 67,9 '18,5 8,1 0,9 13,1
Kab Sukabumi 66,7 10,6. 23,5 3,8 16,3
Kab Cianjur 72,7 5,8 17,5 6,5 8,0
Kab Bandung 78,2 13,4 7,4 3,4 15,2
Kab Garut 79,3 3,9 13, 1 4,3 1,9
Kab Tasikmalaya 80,5 5,4 17,7 1,8 2,1
Kab Ciamis 78,5 12,2 11,6 0 2,7
Kab Kuningan 82,0 14,6 8,7 2,9 2,9
Kab Cirebon 67,5 7,5 23,4 1,9 3,9
Ka,b Majalengka 84,8 10,0 14,0 1,8 13,4
Kab Sumedang 81,8 12,9 8,6 2,1 7,5
Kab lndramayu 76,7 7,6 13,5 2,3 4,1
kab Subang 86,4 7,1 13, 1 0,5 8,8
Kab Purwakarta 64,3 16,3 8,2 1,0 16,3
Kab Karawang 78,1 13,8 6,1 1,6 9,3
Kab Bekasi 64,7 28,0 5,5 0,3 13,6
Kota Bogor 74,7 19,0 10,1 -.--¥; 1,3 16,5
Kota Sukabumi 74,6 19,7 10,4 0 11,9
Kota Bandung 80,5 15,6 6,3 1,0 12,5
Kota Cirebon 56,5 19, 1 21,7 6,5 11,4
Kota Bekasi 66,4 19,9 3,6 1,4 22,6
Kota Depok 67,9 22,7 6,5 1,4 20,3
Kota Cimahi 72,2 21,7 8,4 0,7 11, 1
Kota Tasikmalaya 63,3 20,8 16,7 2,0 10,5
Kota Banjar 68,0 16,0 20,0 3,8 4,0
JAWA BARAT 73,6 15,1 10,2 1,8 11,7
Keterangan :
Sendiri = pembiayaan dibayar pasien atau keluarganya
Askes/Jamsostek = meliputi askes PNS, Jamsostek, Asabri, Askes swasta, JPK Pemerintah
Daerah
Askeskin = pembayaran dengan dana Askeskin atau menggunakan SKTM
Lain-lain = diganti perusahaan dan pembayaran oleh pihak lain di luar tersebut di atas

190
TaberJ: 1'50
Persentase Penduduk Rawat lnap menurut Sumber Pemblayaan dan
Karakteristik Rumah Tangga di Provinsi Jaw~. Barat; Riskesc:las2-007
Sumber Pemblavaan-
Karakteristik Sendiri/ Askes/ Askeskin/ Dana
responden Keluarga Jamsostek SKTM Sehat Lain-Lain
Tipe Daerah
Perkotaan 71,1 18,7 8,5 1,8 13,3
Pedesaan 78,4 8,5 13,4 1,7 8,9
Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Per kapita
Kuintil 1 72,5 5, 1 21:8 2,6 12,8
Kuintil2 71,7 9,1 14,9 2,2 12,4
Kuintil 3 75,2 11,7 10,7 2,4 11,0
Kuintil4 76,5 16,8 7,1 1,4 10, 1
Kuintil5 72,1 24,0 4,5 1,0 12,7
Keterangan:
Sendiri = pembiayaandibayar pasien atau keluarganya
Askes/Jamsostek= meliputi askes PNS, Jamsostek,Asabri, As~es swasta,JPK Pemda
Askeskin = pembayarandengan dana Askeskin'atau menggunakanSKTM
=
Dana Sehat Dana sehat/JPKMdan Kartu Sehat
Lain-lain= diganti perusahaandan pembayaranoleh pihak lain di luar tersebut di atas

Tabel 3.150 memperlihatkan bahwa menurut tipe daerah, persentase sumber


pembiayaan berobat dari uang sendiri/keluarga, dan Askeskin/SKTM di pedesaan lebih
tinggi dibandingkan di perkotaan. Sebaliknya persentase sumber dari Askes/Jamsostek,
Dana Sehat, dan lainnya di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di pedesaan. Dalam
tabel tersebut terlihat persentase biaya rawat inap dengan biaya sendiri paling banyak
pada kuintil 3 dan 4. Untuk Askes/Jamsostek, sernakin tinggi kuintil (semakin kaya)
persentase, sumber pembiayaan dari Askes/Jamsostek juga semakin tinggi. Sebaliknya
untuk Askeskin/SKTM dan Dana Sehat, semakin tinggi kuintil semakin rendah
persentase sumber pembiayaan dari Askeskin/SKTM dan Dana Sehat.

'·.

191
Tabet 3.151
Persentase Responden yang ~awat·Jalan Satu Tahun terakhir Menu rut
Tempat dan Kabupaten/K:ota-di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

Tempat berobat rawat jalan


Kabupaten Tidak
/Kota RS RS RS Puskas- Lain- Di
RSB Nakes Batra rawat
Pemerintah Swasta LN .mas nya rumah
· Ian
Kab Bogor 4,4 5,3 0,6 15,0 4,4 16,5 0,9 0,9 0,6 51,5
Kab 7,5 3,8 0 16,5 6,0 36,1 0,8 0 0,8 28,6
Sukabumi
Kab Cianjur 5,8 0,6 0,6 t2,3 7,8 26,6 0,6 0 0 45,5
Kab Bandung 9,5 8,0 0 7,1 2,5 15,1 0,3 1,5 0 56,0
Kab Garut 0 2,4 0 26,2 0 26,2 0 0 0 45,2
Kab 0,9 2,6 0 12,8 12,0 34,2 1,7 0 0 35,9
Tasikmalaya
Kab Ciamis 7,4 2,0 0 10,8 2,0 20,9 0,7 0,7 0,7 54,7
Kab 6,5 2,2 0 12,2 3,6 28,1 0 0,7 0 46,8
. Kuningan
Kab Cirebon 4,2 2,6 0 20,3 1,6 20,6 0,6 2,9 0,3 46,9
Kab 7,0 2,9 0 13,5 7,0 18, 1 0 0 0 51,5
Majalengka
Kab 10,6 4,3 0 27,1 5,9 19,7 0 1,6 0 30,9
Sumedang .-- ... _

Kab 1,2 2,9 0,6 13,4 0 32,0 0 0 0,6 49,4


lndramayu
kab Subang 5,4 1,6 0 13,6 4,9 23,9 0,5 0 0,5 49,5
Kab 6,0 5,0 2,0 5,0 6,0 17,0 2,0 1,0 ·O 56,0
Purwakarta
Kab 5,4 9,6 1,3 11,8 10,2 15,6 1,0 0,3 0 44,9
Karawang
Kab Bekasi 2,2 13,5 1,7 5,3 8,4 16, 1 0,7 1,2 0 50,8
Kota Bogor 7,5 12,6 0 8,8 6,3 9,4 1,3 1,3 0,6 52,2
Kota 8,8 1,5 0 30,9 1,5 22, 1 0 0 1,5 33,8
Sukabumi
Kota 6,5 8, 1 0 7,4 2,4 8,6 1,7 0,2 0,2 64,8
Bandung
Kota Cirebon 6,3 4,2 0 27,1 2,1 8,3 ,0 2, 1 0 50,0
Kota Bekasi 5,1 14,2 0,6 4,1 4,7 4,9 1,6 0,4 0 64,5
Kota Depok 5,0 12,5 2,5 10,0 3,9 7,5 1,1 1,1 0 56,3
Kota Cimahi 9,0 11,0 0,0 5,5 2,1 12,4 ,0 1,4 0 58,6
Kota 8,3 0,0 0 8,3 0 33,3 2,1 0,0 0 47,9
Tasikmalaya
Kota Banjar 8,0 0,0 0,0 12,0 0,0 24,0 0 0 0 56,0
JAWA 5,7 7,3 0,5 11,4 4,7 16,8 0,8 0,8 0,2 51,6
BARAT

Dalam tabel 3.151. tempat berobat Rawat Jalan menurut Kabupaten/Kota di Jawa Barat
terlihat bahwa 51,6 pasien yang berobat adalah dalam kondisi tidak rawat jalan.
Persentasenya lebih kecil bila dibandingkan angka nasional (65,6). Bila rawat jalan,
paling banyak ke Tenaga Kesehatan (Nakes) sebesar 16,8, kemudian Rumah Sakit
Bersalin sebesar 11,4, Rumah Sakit Swasta persentase sebesar 7,3, dan Rumah Sakit
Pemerintah sebesar 5,7. Bila dilihat per Kabupaten/Kota, maka dari yang berobat jalan
ke Nakes persentase tertinggi di Kabupaten Sukabumi sebesar 36, 1 dan terendah di
Kota Bekasi sebesar 4,9. Untuk yang berobat ke Rumah Sakit Bersain, persentase

19Z
tertinggi di Kota Sukabumi sebesar 30,9 ,dan terendah di Kota Bekasi sebesar 4, 1. Untuk
Rumah Sakit Swasta. persen,tase tertinggi.dhKota Bekasi sebesar 14,2..dan terendah di
Kofa Tasikmalaya dan Kota Banjar masing,-mi;isjng':O.O .•Yntuk R4mah Sakit Pemerintah,
persentase tertinggi di Kabupaten Sumedang sebesar 10,6 dan terendah di Kaeupaten
Garut yaitu tidak ada.

Tabel 3.152
Persentase Penduduk Rawat Jalan Menurut'Tempat dan Karakterlstlk
Rumah Tangga, di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

Tem~at berobat ra'watjalan


Karakteristik Tldak
RS RS Puskes- l,.ain- Di
responden RSLN RSB Nakes Batra raw at
Pemerintah Swasta mas nya rumah
lalan
Tipe Oaerah
Perkotaan 5,9 9,6 0,7 10,0 4,1 12,4 0,9 0,7 0,2 55,4

Pedesaan 5,4 2,8 0,2 14,0 . 6,1 25,5 0,7 1,0 0,3 44,1

Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Per Kapita


Kuintil 1 6,6 2,2 0,6 20,6 3,6 12,7 0,5 0,6 0 52,5

Kuintil 2 5,7 5,4 0,4 14,3 5,2 14,5 1,0 0,8 0 52,8

Kuintil 3 3,8 7,9 0,7 12,6 5,0 15,3 1,7 0,6 0,7 51,5

Kuintil 4 5,8 7,0 0,6 10,2 5,3 17,5 0,6 0,7 0,1 52,2

Kuintil 5 6,6 10,4 0,4 5,7 4,6 20,5 0,6 1,0 0,1 50,1

Menurut tipe daerah persentase tempat berobat rawat jalan menurut tempat tin'ggal
terlihat bahwa persentase berobat jalan ke Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit
Swasta, Rumah Sakit Bersalin, berobatsradlslonal (Batra) lebih tinggi di perkotaan
dibandinqkan di pedesaan. Sebaliknya persentase berobat jalan ke Puskesmas, tenaga
kesehatan (Nakes) lebih tinggi di pedesaan dibandingkan di perkotaan. Untuk
persentase tidak rawat
... _...
-
jalan lebih tinggi di perkotaan dibandingkan di pedesaan. .
Dalam tabel tersebut terlihat bahwa semakin ,.tinggi, ting_kat pengeluaran, persentase
berobat rawat jalan ke tenaga kesehatan (Nakes) dan ke Rumah Sakit Swasta
cenderungan semakin tinggi. Sebaliknya se'makin tinggi kuintil persentase yang berobat
jalan ke Rumah Sakit Bersalin semakin rendah. Untuk Rumah Sakit Pemerintah,
persentase. terendah pada kuintil 3. Kemudlan, semakin ke kuintil febih rendah atau ke
kuintil lebih tihggi persentase berobat jalan ke Rumah Sakit Pemerintah semakin tinggi.

193
Tabel 3.153
Persentase Persentase Penduduk Rawat Jatan Menurut Sumber Biaya dan
Kabupaten/Kota' di r~Provlnsl Jawa flarat, ~is.kesda.s2001
.. . .-. "- ...
.
; .

Sumber Pembia~aan
Sendiri/ Ask es/ Askeskin/ Dana
Kabu~aten/Kota Keluarga Jamsostek SKTM Se hat Lain-Lain
Kab Bogor 79,4 • ·14, 1 . 3,7 0 9,3
Kab Sukabumi 85,1 5,4 8,-7 0 18,3
Kab Cianjur 86,9 4,7 8,2 1,2 2,4
Kab Bandung 80,4 9,1 8,4 0 10,3
Kab Garut 82,6 4,3 0 0 0
Kab Tasikmalaya 89,2 "2, 7 5,4 2,7 0
Kab Ciamis 80,6 9, 1 12, 1 0 1,5
Kab Kuningan.
Kab Cirebon
. 83,8
86,1
9;5'
3,0
6,8
8,4
0
0
2,7
3,6
Kab Majalengka 92,8 6,0 4,8 1,2 11,7
Kab Sumedang 58,9 39,8 3,9 3,1 3,9
Kab lndramayu 71,3 27,6 1,1 0 0
kab Subang 93,3 1,1 7,8 2,2 1,1
Kab Purwakarta 69,8 16,7 4,7 0 9,3
Kab Karawang 68,1 22,4 7,3 2,4 11,3
Kab Bekasi 67,0 24,7 0,5 .. , 1 ,5 11,4
Kota Bogor 79,7 14,7 e,8 0 12,2
Kota Sukabumi 74,4 13,6 9,1 0 9,1
Kota Bandung 75,7 16,3 9,5 1,4 11,6
Kota Cirebon 60,9 13,0 13,0 8,3 8,7
Kota Bekasi 64,2 16,2 3,5 0,6 28,3
Kota Depok 78,5 17,4 0,8 0 11,3
Kota Cimahi 64,4 22,0 5,2 3,4 8,6
Kota Tasikmalaya 84,0 7,7 8,0 0,0 5,6
Kota Banjar 63,6 18,2 9,1 0 0,0
JAWA BARAT 76,4 14,8 5,7 1,0 9,3
Keterangan :
=
Sendiri pembiayaan dibayar pasien atau keluarganya
Askes/Jamsostek =
meliputi askes PNS, Jamsostek, Asabri, Askes swasta, JPK Pemda
=
Askeskin pembayaran dengan dana Askeskin atau menggunakan SKTM
=
Dana Sehat Dana sehaUJl=>KM dan kartu Sehat
=
Laio-lain diqanti perusahaan dari pernbayaran oleh pihak lain di luar tersebut di atas

Dalam tabel 3.153. telihat bahwa di Jawa Barat blla, berobat jalan sebagian besar
sumber pembiayaan masih dari uang sendiri/keluarga, yaitu sebesar 76,4, kemudian dari
Askes/Jamsostek sebesar 14,8, Askeskin/SKTM' sebesar 5, 7, dana sehat sebesar ·1 ,0,
dan lainnya sebesar 9,3. Bila dilihat per-Kabupaten/Kota, maka dari yang sumber biaya
sendiri/keluarga persentase tertinggi di Kabupaten Subang sebesar 93,3 dan terendah di
Kabupaten Sumedang sebesar 58,9. Untuk sumber dari Askes/Jamsostek persentase
tertinggi di Kabupaten Sumedang sebesar 39,8 dan terendah di Kabupaten Tasikmalaya
sebesar 2,7. Untuk sumber dana dari Askeskin/SKTM tertinggi di Kota Cirebon sebesar
13,0 dan terendah di Kabupaten Garut tidak ada. Untuk sumber dana dari dana sehat
persentase tertinggi di Kota Cirebon sebesar 8,3.

194
l:abel 3.154 · 1

Persentase Responde11iRawat J.alan menu rut Sumber Biaya darr


Kar~~teristik Rum ah. Tan~~a _di Provlnsl J~wa_l~~r~t, Risl{es~a~ 200'{

·sumb~r Pemblayaan
·;Karakteristik
1
ruma~ tangga Seridiri/ ' ·Askes/ A'siCeskint .: Dana Laln-
1
Keh.larga Jamsostek' " SKTM Sehat Lain
... '·
Tipe Daerah'
Perkotaan 7j,o ~'17,3 5,5 0,8 11,3
Perdesaan 81",3 10,9 6,3 1,3 6,3
Tingkat Pengeluaran Ru111ah Tangga Per Kapita
Kuf~ti~1 7215 9,0 14,7 2,0 7,2
Kuintil 2 J? . ~ 11,7 8,6 1,3 9,9
Kuintil 3 79,9 13,2 5,6· 1,1 7,4
Kujntil 4 74,7 19,0 5,3 1,0 9,1
Kuintil 5 77,4 17,0 .:t,4 0,3 11,3

Tabel 3.154 menunjukkan persentase sumber pemblayaanrawat jalan menurut tempat


tinggal. Dalam tabel tersebut terlihat bahwa, persentase pembiayaan berobat jalan yang
berasal dari Askes/Jamsostek, dan lain-lain lebih tinggi di perkotaan dibandinqkan di
pedesaan. Sebaliknya, persentase sumber pembiayaan berobat jalan yang berasal dari
sendiri/keluarga, Askeskin/SKTM, dan Dana Sehat lebih tinggi di pedesaan
dibanding~an di perkotaan. Berdasarkan persentase sumber pembiayaan rawat jalan
menurut tingkat pengeluaran menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat penqeluaran
maka persentase sumber biaya berobat jalan dari Askes/Jamsostek juga· semakin tinggi.
Akan tetapi, pada persentase sumber pembiayaan berobat jalan dari Askeskin/SKTM
dan Dana· Sehat jumlahnya semaikn besar pada kuintil yang makin rendah. Untuk
sumber pembiayaan dari uang sendiri/keluarga persentasenya bervariasi antar kuintil
berkisar antara 72,5-79,5.

3.8.3. Ketanggapan Pelayanan Kesehatan


Persepsi masyarakat pengguna pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan non-medis
dapat digunakan sebaqal salah satu indikator ketanggapan terhadap pelayanan
kesehatan. Ada..-8 (delapan) domain ketanggapan untuk pelayanan rawat inap dan 7
(tujuh) domain ketanggapan untuk pelayanan rawat jalan. Penilaian untuk masing-
masing domain ditanyakan kepada responden, berdasarkan pengalamannya waktu
memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan untuk rawat inap dan rawat jalan.
Delapan domain ketanggapan untuk rawat inap terdiri dari:
• Lama waktu menunggu untuk mendapat pelayanan kesehatan
• Keramahan petugas dalam menyapa dan berbicara
• Kejelasan petugas dalam menerangkan segala sesuatu terkait dengan keluhan
kesehatan yang diderita ·
• Kesempatan yang diberikan petugas untuk mengikutsertakan klien dalam
pengambilan keputusan untuk memilih jenis perawatan yang diinginkan
• Dapat berbicara secara pribadi denqan petugas kesehatan dan terjamin
kerahasiaan informasi tentang kondisi kesehatan klien
• Kebebasan klien untuk memilih tempat dan petugas kesehatan yang
melayaninya •
• Keberhasilan ruang rawat/pelayanan termasuk kamar mandi
• Kemudahan dikunjungi keluarga atau teman.
195
Tujuh domain ketanggapan untuk pelayanan rawat jalan sama dengan domain rawat
inap, kecuali domain ke delapan (kemudahan dikunjungi keluarga/teman):
Periduduk ,diminta 'untuk nienilai Setiap aspek ketanggapan terhadap pelayanan
kesehatan di luar medis selama menjalani rawat inap.datarn 5 (lima) tahun terakhir dan
atau rawat jalan dalam 1·--(satu) tahun terakhlr. Masing-masing domain ketanggapan
dinilai dalam 5 (lima) skala ·yaitu: sanqat b~ik, baik, .cykup, buruk, 'sangat1tiuruk. \Jntuk
rhemudahkan penilaian aspek 'ketanggapan rawat iaJan dan rawat inap pada sistsm
pelayanan kesehatan tersebul, WHO mernbagi rnenjadf dua bagian besar yaitu 'baik'
.(sqngat baik dan baik) dan .'kurang baik' '(cukup, burqk dan sangat buruk), Penyajian
hasil anallsls/tabel selanjutnya hanya mencantumkan persentase yang 'baik' saja.
Tabel 3.156 memperlihatkan persentass Rumah Tangga"Pada Ketanggapan·Pel~yanan
Kesehatan Rawat lnap mehurut Kabupaten/Kota urn~mnya baik. Akan tetapi, bila
dibandingkan, persentasenya masih berada dibawah arfgka nasional, yaitu ketanggapan
pelayanan kesehatan untuk waktu tunggu (84,2), kerarnahan (86,8), kejelasan infonnasi
(85,1), ikut ambil keputusan (84,4), kerahasiaan (85,5), kebebasan pilih fasilitas (84,4),
kebersi_hanruaogan (83,7), dan mudah dikunjungi (87,3).

-· ~ ...

196
::,::;
D)
C"
c

--
D)
Cl)
::J
::,::;
-
0
D)

=oo~oooooooo~~oooooo~w~~oo~oooomm~~oooo c: :E
o•~~••w~w-Nwwwoo-Nw~•w-wwoow
~ornwoo~~~~~Nwo~w~rnwrnmooo~rnrn~
::J

"""
c e -
D)

C. CD
""O
3::,::; D> .,
=w~oowoooo~~oooooo~woo~oooowwm~oo~oooo D) Cl) :::s tJI
wN~•Nw~wm•~•w•~~oo•~~N•w~~ ::r ., CD
~ooo~mrnoo~~ONOOOIDID~~~NN~~~ON D)
::J
D)
I
":::s
D> -
O" D>
c: CJ)
.. -... -·::,::;
a. Cl)
"O CD
D> ""O
=oo~oowoooooooooooooo~w~~oo~woomm~~oooo o-·
., ~
-•~m~mwNOOAW~OWWNAOWWAWNmw -
Cl) :::s
Cl)
~OO~WOO~NWOONWOON~~~ID~NO~~rnNw 3 D)
:::s a.
D) f/l
f/l "'D) - c:
-·::I
" c:
~ a.
,,..._ n> "
CJ :::0
=oomoowoooooooooooooo~w~~oo~woo~moo~oooo
Cl) """ e -· n>
-omwN~~-owAAN~mww-~~o-o~~w c - ""O :E -I
., n> I»
~oo~No~rnrnmrnoN~wm~ooNN~rn~oo~~ -
3
c D)
0
f/l O" < - - O"
(!)
:;·:::s -
D)
::J -·
- tJI D> (,.)
-·"O •
c....
D>
s: ~
Cl)UI
=oo~oowoooooooooooooo~woo~oo~ww~~~oooooo -·Cl)"
f/l
:E :::s
~~~~~~~99~~~~~~~9~~~~~~~~~ Ill ., D> c
DI SU CD .,
~mo•-wN~mwooNoo~WW~ONNw-~NOA ::I ::r
SU
I
D>
iiJ
s.
)>
-- tJI
:::0 "O
="
-· Cl)
-· (!)

"en "I»-
=oo~oooooooooo~oooooo~w~~oo~woo~~oo~oooo ::r O" tJI "
;- Cl) Cl) Cl)
-•N•~~~oooA•w-~w-m--~wmo~•w
~om~w~~Noo~~~~~mooomNN~mww~~ f/l C" .c,
=
-
f/l
..... I»
D)
D> ::::J
tJI (,Q
~ ·::i NC.C
0 I»
O"C
...... I»
:::s
.c.. ~
O"
=oo~oooooo~oo~oooooo~woomoo~woo~moomoow D> CD
-oooAoo~w-oo-N~••-wowN~w~Noo-o :::s Ci!
~~~owoN~oomwmoowm~rnoNm~mm~~ D)
::s s:

=
Bila dilihat per Kabupaten/Kota, maka untuk waktu tunggu persentase tertinggi di Kota
Cirebon (89,4) dan terendah di Kabupaten Garut (61,8). Untuk keramahan persentase
tertinggi di Kabupaten Kuningan sebesar 94, 1 dan terendah di Kabupaten Tasikmalaya
sebesar 67,2. Untuk kejelasan inforr .. asl tertinggi di Kota Depok (91,3) dan terendah di
Kabupaten Garut (64, 1-). lJntuk ikut arnbil-keputusan, persentase tertinggi di Kota Depok
sebesar 92,0 dan terendah di Kabupaten Garut sebesar 61,5 Untuk kerahasian,
persentase tertinggi di Kabupafen Subang yaitu 93,5 dan terendah di. KabiJpaten Garut
yaitu 59, 1. Untuk kebebasan pilih fasilitas, tertinggi di Kabupaten Subang sebesar 95, 1
dan terendah di Kabupaten Garut sebesar 59,6. Untuk kebersihan ruangan, persentase
tertinggi di Kabupaten Su bang (94,0) daa terendah di Kabupaten Garut (61, 1 ). Untuk
mudah dikunjungi, tertinQgi di Kata. Depok sebesar 97;1 dan terendah di Kabupaten
Garut sebesar 61, 1.
Dalam tabel 3.157. untuk Persentase Rumah Tangga Pada Ketanggapan Pelayanan
Kesehatan Rawat lnap terlihat bahwa, persentase ketanggapan pelayanan kesehatan
rawat inap untuk waktu tunggu, keramahan, dan kebersihan lebih tinggi di- pedesaan
dibandingkan di perkotaan. Sebaliknya persentase untuk kejelasan lnformast, ikut ambil
keputusan, kerahasiaan, kebebasan pilih fasilitas, dan .kebersman rangan lebih tinggi di
perkotaan dibandingkan di pedesaan. Sedangkan persentase untuk mudah dikunjungi
antara perkotaan dan pedesaan hampir sama. Selain itu, persentaserumah tangga pada
ketanggapan pelayanan kesehatan rawat inap menurut kuintil. Dalam tabel tersebut
terlihat relatif tidak jauh berbeda antar kuintil terhadap nilai persentase bermacam
etanggapan pelayanan kesehatan rawat inap, seperti waktu tunggu (antara 73,0--83,1),
keramahan (antara 79,9-85,4), kejelasan informasi (antara 78,4-82,4), tkut ambil
keputusan (76,6-84,7, kerahasiaan (78,0-85,3), kebebasan pilih fasilitas (76,2-85,8),
kebersihan ruangan (77,3-$3,4), dan mudah dikunjungi (81,7-§_6..4).

198
/': /': /': /': /': -i
c c c c c :;·
~~.~~-&~
&i I ~ ;s ~ ~
~
::s
~
c:
...
Ill
Ill
I---+--+-+---+--< ::s
:;o
c:
CXl CXl CXl --.,J CXl 3
_WONWOlll
-»ONO-»::r
-i
Ill
l---+--+-1---+---l ::s
CXl CXl CXl --.,J CXl ~ CXl CXl
+:> w
'.;: ~ ~ ~ ~ ~
... mo
I---+--+-+---+--<
"
Ill
~.
S' -"
~Cl)
0 ......
CXl CXl
+:>-»NCX>O
CXl --.,J CXl CXl
0. N
CXl
.., ~
-+:> -+:> -+:> -+:> Ol Ol c.n 3 Q,)
Q,) (/I
(/I Q,)
-· :l

CXl CXl CXl --.,J --.,J CXl CXl


+:>N-»Ol<.O 0 N
->. ---..J c.n N -m <.0 w w
(0
(0

C/I A
CXl CXl CXl --.,J CXl CXl CXl -·Cl)
tnWWCX>N Q,) ..,
NN
Q,) Q,)
W-"-"ON ~ (.!)
:l ::r
Q,)
I

CXl CXl CXl --.,J CXl co


_. CXl
_.
tn-»OOlO
COCOW-N-"

COCOCO--..JCO
w -lr. w -.....I -lr.
-.j::>.--..J-»W-"

0
-· Cl)
="
co co co co co co co "3
c: c:
Ol c.n c.n _. c.n c.n c.n
-.!»OCn---..J~ _. 0 ~.Q.
C: DI
:l ::r
~ DI
-· :l
c
cu c
:5 ~
I!? c
Cl) Cl:I
Jl :::I
~ ...
c U)
Cl:I
ti)=
.fl
ca·-U)
Jl mv<0Not--iot--..-0N<0.-vo.-iovco10covt--a>I'-- -.:i:,
Cl) .f! ooN~oomoN~ooo-o:io~~wN'<iww~moomw~<o:t"
co a> ....._ ....... w a> a> a> co co ....._ a> a> co ....... co a> co co. co co co co ""- m CC)
Jl .c
~=
Cl) ·-
Q.

<ONt--"<t"<tO>Ot--O>O>OIOO"<tO>(OIO<D'<tM..-"<tt--ClOI'- <o:I'.
m~'<i~w~~~oo~-o:imo~~ri-o:ioo~ri~rimo~~
CO~COt--<OO>O>O>t--ClOt--COO>COl"--COO>COCOCOCOO>COCOm ~

--"

O~IO~ .................... IOMOO.-ON.-v<D.-o.-mCQCOI'-- CC)


'<iNri~ooooo~m'<i~w~~w-o:iooowooooomo~M
COO>ClOl"--<DO>ClOO>t--ClOl"--ClOO>ClOl"--ClOO>COClOClOClOO>ClOClOm CC) 0
0
N

c·-
ca ti)
en n:s
-.~o
n:s E
...
O(OClOIO..-Ol.C'lt--MM<Dt--..-OClO(OO>~t--t--ClO..-t--Offi
-o:i-o:ioo~ooooN~oo~-wo~wowco·-o:iw~mlO·m'<ici
COO>t--1"--<DCOO>O>t--ClOt--O>O>ClOCOCOCOClOCOO>COO>COCOffi
0>
~
CC)

~.=
Cl)-

I C
n:s Cl:I C.Ot--lOOM..-l.C'l"<t1.0..-t--~t--t--Cl0..-N<DN1.0..-..-.-of"- 0
... .c: ~~rioom~~'<ioo'<im~woowrioooo~~~ooN~oo
Cl) n:s comcocot--commcocot--mmmcocomcocococomcomm CQ
~E

NcoO..-t--O<Dl'-l.01.0~COl.O"<t"<t(OCOONl.OO>MNOm CD~
~wo~'<ioomoowmw~~'<imNo~ri~~ow'<ici~
ClOCOCOt--<DCOCOCOt--1"--1"--0)0)1"--1"--COClOl"--COCOCOCOCOCOffi CC)

.B
0

-2
~
c:
n:s
c.
::I
..0
n:s
~
Persentase rumahtangga pada ketanggapan pelayanan kesehatan rawat jalan
menurut Kabupaten/Kota umunya baik tapi persentasenya masih di bawah angka
nasional pada semua jenis ketanggapan. Persentase ketanggapan pelayanan
kc.sehatan naslonal untuk waktu tunggu sebesar 86,8, keramahan sebesar 90,4,
kejelasan informasi sebesar 87,2, ikut ambil. keputusan sebesar 86, 1, kerahasiaan
sebesar 87 ,5, kebebasan pilih fasilitas· sebesar 86,0, dan kebersihan ruangan 85, 1.
Bila dilihat per Kabupaten/Kota, maka untuk waktu tunggu persentase tertinggi di
Kabupaten Subang sebesar 95,5 dan terendah di Kabupaten Garuf sebesar 64,7.
Untuk keramahan persentase tertinggi di Kabupaten Subang sebesar 96,7 dan
terendah di Kabupaten Garut sebesar 79,3. Untuk kejelasan intormasl persentase
tertnggi di Kota Depok sebesar 95, 1 dan terendah di Kabupaten Garuf sebesar 68, 1.
Untuk ikut ambil keputusan, persentase tertinggi di Kabupaten Kuningan dan Kota
Depok masing-masing sebesar 91,7 dan terendah di Kabupaten Garut sebesar 68, 1
Untuk kerahasian, persentase tertinggi di, Kabupaten Ciamis sebesar 97,0 dan
terendah di Kabupaten Garut sebesar 66,4. Untuk ,kebebasan pilih fasilitas,
persentase tertinggi di Kota Boger sebesar 94,5 dan terendah di Kabupaten Garut
sebesar 69,0. Untuk kebersihan ruangan, persentase tertinggi di Kabupaten Subang
sebsar 95,3 dan terendah di Kabupaten Subang sebesar 73,0. Untuk rnudan
dikunjungi, persentase tertinggi di Kota Depok sebesar 97,1 dan terendah di
Kabupaten Garut sebesar 61, 1.
Tabel 3.159 memberikan gambaran persentase penduduk yang melakukan rawat
jalan menurut tempat tinggal menunjukkan bahwa persentase semua jenis
ketanggapan pelayanan kesehatan lebih tinggi di pedesaan dibandingkan di
perkotaan. Selain itu, tabel tersebut juga menunjukkan persentase rumah tangga
pada ketanggapan pelayanan kesehatan rawat jalan menurut kuintil. Dalam tabel
tersebut terlihat relatif tidak jauh berbeda antar kuintil terhadap nilai persentase
bermacam tanggapan pelayanan kesehatan rawat jalan, seperti 'o/aktu tunggu
(antara 77,6-84,2), keramahan (antara 85,0-90,1), kejelasan informasi (antara 81,5-
87.4). ikut ambil keputusan (80,5-87,0, kerahasiaan (79,8-89,0), kebebasan pi!ih
fasilitas (79,3-88, 1), dan kebersihan ruangan (81,0-88,9).

, __ . -

201
c <IO_~
I'll c lO (0
.c I'll (IC) (IC)

·~ g>
Cl) I'll
.Q ::s
~~
,...._ C"') .,.... ,...._ ..-

c I'll ..; o> N ..f '15


ss
II) ...
I'll I'll
• <X) ,...._ <X) <X) <X)

.Q U)
Cl)
.Q .c
Cl)=
~ a:
'<t .,.... '<t CIO N t-- 0
C"icri
(IC) (IC)
..fo>NC"io>
<X) (IC)
,...._ <X) <X)

..- lO <X) <X) 0 N


"V-a°NNr--:- 0
eo 00 00 co co N

COIOO>CO'V
c:
ca ·-
II) C"i...-"C"iirir--.:-
(/) ca co co co co co
-.~o...
ca E

~-=
Cl) -
3.9. Kesehatan Lingkungan
Data kesehatan lingkungar .diarnbll dari dua sumber data, yaitu· Riskesdas 2007 dan Kor
Susenas 2007. Dengan demikiari dalam penyajian beberapa tabel kesehatae lingkungan
merupakan gabungan data Riskesdas dan Kor Susenas.
I •
Data yang dikumpulkan dalam survei ini rnelipufl. data air berslh kepertuarr rumah
tangga, sarana pembuangan kotoran manusia, sarana pembuangan air limbah (SPAL),
pembuanqan-sampah, dan perumahan. Data tersebut bersifat flsik.dalam rumah tangga,
sehingga pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancarajerhadap kepala rumah
tangga dan pengamatan. ··
3.9.1. Air'Keperl~ah Rumah Tangga
Menurut WHO, jumlah pemakaian air bersih rumah tangga per kapita ~angat terkait
dengan risiko kesehatan .rnasyarakat .ygng· berhubunqan dengan higiene. Rerata
pemakaian air bersih indiyjdu adalah rerata.jumlah pemakaian air bersih rumah fangga
dalam seh~ri;.dib?~i aengan jumlah anggota rurnah tangga. 8erata .pemakaian ilidividu
ini kemudian dikelompokkan menjadi '<5 liter/or~ng/hari', '5-19,9 liter/orang/hari', '20-
49,9 (iter/orang/hari', '50-99,9 lifer/orang/hari' dan.'~100 liter/orang/hari'.
:rabel 3.159'
Sebaran Rumah Tangga menurut Rerata Pemakaian Air Bersih Per Orang
Per Hari dan Kabupaten/Kota di P.rovins!Jawa Barat, Riskesdas 2007

1.Rerata
pemakalan air berslh
Kabupaten/Kota per orctng per'hari (dalam' liter}
<5 5-20 20:50 50-100 ~100
Kab Bogor 5.4 64.9 10.9 4.4 14.5
Kab Sukabumi 4.1 60.3 22.8 8.8 4.1
Kab Cianjur 6.5 63.4 26.7 2.4 .9
Kab Bandunq 1.6 4.9 15.1 23.1 55.4
Kab Garut 4.6 25.5 52.3 13.5 4.2
Kab Tasikmalaya 7.0 66.6 11.5 14.9
Kab Ciamis 8.2 28.7 40.5 13.6 9.0
Kab Kuningan .6 .6 5.3 21.0 72.5
Kab Cirebon 1.2 2.9 17.4 26.3 52.2
Kab Majalengka , __ . , 2.5 55.2 26.1 14.8 1.4
Kab Surnedanq .3 3.0 12.4 40.6 43.6
Kab lndramayu 1.8 2.6 15.8 31.6 48.1
Kab Subang 2.3 5.6 14.6 77.5
Kab Purwakarta .5 4.1 20.4 37.8 37.2
Kab Karawang 2.6 10.6 23.0 33.9 30.0
Kab Bekasi 1.7 19.9 21.8 36.2 20.4
Kota Bogor 2.4 27.6 26.9 9.4 33.7
Kota Sukabumi 1.4 7.5 17.0 21.8 52.4
Kota Bandung .3 3.9 14.4 36.5 44.9
Kota Cirebon 3.3 27.2 14.6 23.2 31.8
Kota Bekasi .5 4.5 2n 41.8 32.1
Kota Depok 8.4 64.6 2ff.1' 1.3 o
Kota Cimahi 1.6 4.5 31.4 62.5
Kota Tasikmalaya .3 2.8 21.3 38.5 37.1
Kota Banjar .0 3.5 36.5 60.0
JAWA BARAT 2.8 24.2 22.8 20.9 29.3

203
Berdasarkan tingkat pelayanan, kategori tersebut dinyatakan sebagai 'tidak akses',·
'akses kurang', 'akses dasar', 'akses menengah', dan 'akses optimal'. Risiko.)<,esehatan
masyarakat pada kelompok .yang akses terhadap air bersih rendah dlkateqorikan
sebaqal mempunyai risiko tinggi. · '
Kepada kepala rumah tangga ditanyakan berapa rerata jumlah pemakaian air untuk
seluruh kebutuhan rumah tangga dalam seharl ssmalam.
Sebagian besar rumah '"tangQ,a di .Jawa Barat.mempunyal akses terhadap air bersih
cukup baik, 29,3 rumah' 'tarigga . menggun~kan ~ir bersih diatas 100 liter· -0rang/hari,
Kabupeten Subang rnerupakan kabupaten/kota dengan proporsi konsumsi air bersih
>100 liter per-oranq/hart yang paling tinggi (77,5). Namun masih ada keluarga di Jawa
Barat yang mengkonsumsi air berslh < 5 liter per-orang/haii yaitu: Kofa Depok 8,4 dan
Kabupaten Clamia 8,2.
PDAM memprediksi keputuhan jumlaR air bersih peroranq perhari 30 liter, bila dilihat
dari prediksi kebutuhan air b'ersih perorang perhari rnenurut PDAM tersebut masih ada
27 Qp(i rurnah tangga di Jawa Barat pemakalan air berslli dlbawah, prediksl PDAM.
Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukablfmi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Maj81engka
dan Kota Depok merupakan kabupaten/kota di Jawa Barat dengan proporsi 'rurnah
tangga tertinggi yang pemakaian air bersihi:iya dibawah 30 liter.

label 3.160
Sebaran Rumah Tangga menurut Rerata Pemakaian Air Bersih
Per Orang PerHarrdan. Kcrrctkt~ti~tik Resporidsn,
di Provlnsl Jawa Barat.Rlskesdas 2007
; ' t.. t '

Rerafa pemakaian air bersih per orang per hari


Karakteristik
(dalam liter)
responden
<5 5-19.9 20-49.9 50-99.9 ~100
Tempat Tinggal
Perkotaan 2.2 21.7 19.1 23.8 33.3
Perdesaan 3.4 26.7 26.6 18.1 25.3

Tingkat Pengeluaran perkapita


Kuintil 1 4.0 27.9 23.2 19.4 25.4
Kuintil 2 3.5 25.7 22.7 21.7 26.4
Kuintil 3 2.3 24.3 22.6 22.3 28.5
Kuintil 4 2.3 23.4 22.2 21.2 30.9
Kuintil 5 1.8 19.6 23.2 20.0 35.4

Berdasarkan tempat tinggal pemakaian air bersih perorang perhari di Provinsi Jawa
Barat kawasan perkotaan relatif Jebih baik dibandingkan dengan kawasan pedesaan.
Pemakaian > 100 liter di perkotaan sebesar 33,4 dan pedesaan 25,4 . Hal ini
berbandlng lurus dengan tingkat pengeluaran per kapita masyarakat Jawa Barat. Tabel
7.2. mernberikan gambaran bahwa semakin besar tingkat pengeluaran per kapita
semakin besar pula rata-rata pemakaian air bersih per orang per hari, jumlah pemakain
air > 100 mungkin banyak dikonsumsi pada sebagian masyarakat di perkotaan.

204
TaoeliJ.161
Persen_tase Rumah lahgga menurut Wa~tu dan "ja'ra~ke Sumoer·Air,
Ketersediaqp ~ir Bersih.lian Kabupate(l/t{otadi ProvinsiJawa Barat,
··, Riskesdas 2001,, .:

Lama waktu...danjarak·uhtu~· , ... - Ketersediaari ~air


·.,_ ili~njaogkau·sumber air ·
Waktu Jarak Mudah Sulit pada Sulit
Kabup~ten/Kota -{Menit} {kilometer~ .. sepan- s -muslm sepanja11g
<3(f i?~O, S1 tahun

Kab Bogor.
l'1

9(,2
!

2,8 ~97,0
>:.1

3,0
-l~ng
tahun
:.70,2
·-
.k~marau

29,T b.1
Kab Sukabumi 99,5 0,5 96,3 ~.7 61,9 37,8 0,4
Kab Cianjur 99,3 0,7 98,4 1,6 66,4 33,1 0,6
Kab Bandung 99,3 0,7 98,2 1,8 64,6 35,1 0,3
Kab Garut 98,6 1,4 91,4 8,6 51,5 47,5 1,0
Kab Tasikmalaya 99,4 0,6 97,9 2,1 54,0 45,8 0,2
Kabciamis 98,3 1,7 96,4 3,6 79,0 21,0 0
Kab Kur;iingan 99,o 1,0 98,7 1,3 86,4 13,6 0
Kab Cirebon 96,9 3, 1 94,0 6,0 66,9 33;1 0
Kab Majalengka 99,8 0,2 85,8 14,2 75,7 23,5 0,8
Kab Sumedang 99,5 0;5 99';0 1;0 65,2 34,6 0,2
Kab lndramayu 99,8 0,2 99,2 ,8 69,9 29,7 0,4
Kab Subahg 100,0 .0 97,2 J,8 83,2 16,5 0,3
Kap Purwakarta 96,7 3,3 96,2 3,8 72,9 25,1 2,0
Kab 1$arawang 98,4 1,6 96,4 3,6 86,5 13,2 0,3
Kab Bekasi 96,9 3,1 .. 94,0 6,0 69,2 30,0 • 0,8
Kota Bogor ' 99,8 0,2 99,6 0,4 92,1 7,4 0,4
Kofa Su)<abumi 98,7 1 ;3 ''98,0 2,0 70,7 27,9 1,4
Kota Bandung 99,9 o.i 99,1 0,9 67,9 31,7 0,4
Kota Cirebon 99,3 -0,7 99,3 0,7 80,7 6,0 13,3
Kota Bekasi 98,2 1,8 97,5 2,5 79,9 19,7 0,4
Kota Depok 98,9 1,1 98,3 1,7 80,7 19,2 0,1
Kota Cimahi 99,7 0,3 99,4 0,6 58,7 40,0 1,3
Kota Jasikmalaya ~9.7 0,3 •97,9 2, 1 66,7 33,3 o
Kota Banjar 100,0 0,0 98,8 1,2 82,4 17,6 0,0
13,4
JAWJi.. BARAT 98,7 1,3 ·96;6 70,3 29,0 0,5
-
Tabel 3.161 menunjukkan Sebaran rumah fangga berdasarkan waktu, jarak,
ketersediaan air bersih, dan Kabupalen/Kota di Proyiosi Jawa Barat. Sebagian besar
masyarakat di daerati Jawa Barnt d?,lam mendapatkanair bers.ih dan lama tempuh :S 30
menit (98,7 ), dan umumnya ketersediaan air mudah sepanjang tahun (70,3 ). Bila dilihat
per-Kabupaten/Kota tidak menunjukkan perbedaan yang berarti.
Berdasarkan lama waktu dari'jarak serta ketersediaan air, akses penduduk -Jawa Barat
dalam ·pemenuhan kebutuhan air· bersih rata-rata sudaf baik (jarak, s 1 Km 96,6 ).
Namun yang harus dicermati a1aafah terdapat beberapa penduduk yang mengalami
kesulitan akses ternadap ketersediaan air: diantaranya adalah Kabupaten Clrebon,
Garut dan Tasikmalaya serta Kota Cimahi. Sedangkan untuk indikator jarak, penduduk
Kabupaten Majalengka mengalami jarak terjauh dalam menjangkau sumber air. Tingkat
kesulitan masyarakat dalam mengakses air besar kemungkinan terjadi di kawasan
pegunungan maupun kawasan pantai. Mengingat kondisi geografis Jawa Barat rata-rata
memiliki kawasan pantai dan pegunungan. Hal ini terjadi seirinq' dengan adanya
degradasi lingkungan di kedua kawasan tersebut. Beberapa kota maupun kabupaten di
Jawa Barat yang termasuk baik dalam kemudahan mengakses air bersih adalah
Kabupaten Kuningan, Subang dan Kerawang serta Kola Bogor, Depok dan Banjar.
205
Tabel 3,162
Persentasa Rumah Tangga l]l~nqru.tWaktu dan Jarak ke Sumber Air,,
Ketefsediaan.A;r Ber,il;I, ~J> Karakteristik Respon'tleri
di Provins! Jawa·B~rat,~B.iskesdas
""'·~
2007

Lama Waktu Dan Jarak Ketersediaan Air


Untuk Menja.ngkau· .
Karakteristik Sumber Air
Responden Waktu Jarak' ' Mudah, Stlllt'Pada Sulit
iMenlt} f Kilonieter} Sepanjang Musim Sepanjang
,.;. ~30 .~30 S-1- '>1 "{ahun· Kentarau Tafiu.h .
Tempat Tinggal
Perkotaan '98,8 1,2 fh,5 2.s 75,4 24,1 0,5
Pedesaan 98,7 1,3 95,8 4,2 65,6 33,9 0,5
Pendapatan Keluarga Perkapita
Kuintil 1 98,7 1,3 95,2 4,8 63,9 35,5 0,5
Kuintil 2 98,8 1,2 96,4 3,6 67,6 32,0 0,4
Kuintil 3 98,5 1,5 96,4 3,6 69,1 30,3 0,6
Kuintil 4 98,7 1,3 97,2 2,8 73,5 ze.o 0,5
Kuintil 5 99,0 1,0 9'8,0 2,0 78,4 21,2 0,4

Angka sebaran rumah tangga berdasarkan waktu, jarak, ketersediaan air bersih, dan
klasifikasi daerah, di P.rovinsi Jawa Barat terdapat pada tabel 7.4. Wilayah antara
perkotaan dan pedesaan tidak jauh berbeda urnurnnyajarak untuk menjangkau sumber
air < 1 KM dengan waktu tempuh < 30 menit, dengan ketersediaanair mudah separ'ljang
tahun Sebaran df perkotaan sedikit lebih tinggi dibandirigkaf!di pedesaah, dan sebaran
sulit "pada musim kemarau di pedesaan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan. Data
menunjukkan sebaran lama waktu dan jarak dilihat "antar' kuintil tidak jauh berbeda.
Umumnya waktu tempuh < 30 menit (berkisar antara 98,5-99,0), dan jarak tempuh ~ 1
km (berkisar antara 95,2-98,0).
Sebagian penduduk 'di wilayah Jawa Barat (64,4) sumber air. berada didalam
pekarangan, kota Depok merupakan wilayah yg paling banyak (95,2). Sement~ra
wilayah kabupaten Cianjur (31,4) merupakan wilayah paling sedikit yang mempunyai
sumber air di dalam pekaranqan, di wilayah lni indivldu yal)Q biasa mengambil' air
mayoritasadalah perempuandewasa (37.6 ).
Tidak terdapat-perbedaan gender yang' nyata, di Provinsi Jawa Barat dalam hal peran
pengambilan air bersih dalam rul'l)ah tangga (laki-laki 1,7,2 dan permpuan 17,1).
Kabupaten Cianjur merupakan wilayah "yang terbanyak mempunyai perempuan yang
berperan dalam penqarnbllan air.
Rata-rata rumah tangga di Jawa Barat relatif kecil dalarn pelibatan anak-anak ( < 12
tahun). untuk pemenuhan kebutuhan air bersih sampai ke dalam rumah. Witayah yang
tertinggi sebaran peran anak anak adalah Kota sukabumi dan Kabupaten Bogor untuk
anak permpuan, sedangkan laki-laki terjadi di KabupatenCianjur dan'Kota Bandunq

206
Tabel 3.163·
Sebaran Rumah Tangga menurut lndividu Yang Biasa,Mengambil Air Oalam
Rumah Tangga dan K~bupaten/Kota di.Provinsi ..fawa Barat,
Riskesda.s 2007
,.
.
<

Orang Yang Biasa Mengambil Air Dalam


. Rumah Tangga
Peremeuan Laki-Laki . Sumber Dalam
Kab/Kota
DewasaAnak {<12 thl Dewasa Anak{<12 Th) · . Pekarangan
Kab Bogor 19,0 0,6 25,0 1,1 54,3
Kab Sukabumi 32,2 0,5 22,7 1,5 43,1
Kab Cianjur 37,6 0,2 27,8 3,0 31,4
Kab Bandung 12,8 0,4 14,1 0,6 72,0
Kab Garut 31,0 0,5 33,6 1,8 33,1
Kab l'asikmalaya 29,8 0,1 14,2 1,0 54,7
Kab Ciamis 29,4 0,0 13, 1 0,6 56,9°
Kab Kuningan 7.1 0,2 6,9 1,0 84,9
Kab Cirebon 11,6 0,4 14,0- 0,6 73,4
Kab Majalengka 15,9 0,9 12,5 0,2 70,2
Kab Sumedang 9,8 0,0 8,2 0,9 80,7
Kab lndramayu 10,9 0,2 21,4 0,5 66,9
Kab Subang 20,4 0,3 23,1· 1,4 54,8
Kab Purwakarta 9,7 0,0 13,8 0,3 76,0
Kab Karawang 11,7 0,0 26,0 2,0 60,2
Kab Berkasi 20,3 0,3 15,4 1,2 62,7
Kota Bogor 9,7 0,2 3,9 0,4 85,6
Kota Sukabumi 8,3 0,7 6,2 ,0,7 84,2
Kota Bandung 5,5 0,3 16,3 0,9 77,0
Kota Cirebon 12, 1 0,0 9,7 0,0 77,1
Kota Bekasi 2,3 0,1 3, 1 0, 1 94,2
Kota Depok 2,2 0, 1 2,3 0 95,2
Kota Cimahi 8,8 0,0 10,0 0,0 81,0
Kota Tasikmalaya 7,1 0,0 23,0 0 69,9
Kota Banjar 9,6 0,0 8,3 0,0 82,1
JAWA BARAT 17,1 0,3 17,2 1,0 64,4

.Tabel 3.164
Persentase Rumah Tangga menurut Anggota Rumah Tangga Yang Biasa
Mengambil Air <fan Karakteristik Rumah Tangga di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007

Orang Yang Biasa Mengambil Air Dalam Rumah Tangga


Peremeuan Laki-Laki Surnber
Anak (<12 Dewas Anak (<12 Dalam
Dewasa
Thl a Th) Pekarangan
Tempat Tinggal
Perkotaan 10,0 0,2 13,2 0,6 75,9
Pedesaan 24,3 0,4 21,2 1,4 52,7

Tingkat pengeluaran perkapita


Kuintil 1 23,8 0,7 21,3 1,6 52,6
Kuintil 2 19,5 0,3 17,6 1,3 61,3
Kuintil 3 17,2 0,3 16,8 0,9 64,8
Kuintil 4 15,0 • 0,2 16, 1 0,8 67,9
Kuintil 5 9,8 0,1 14,2 0,6 75,3

207
Bila kita bandingkan antar perkotaan dan pedesaan, maka sumber air didalam
pekarangan sebarannya Jebih banyak di perkotaan (75,9) dibandingkan di pedesaan
(52,7). Demikian juga pengambil air minuin uniumnya orang dewasa baik laki-laki
maupun perempuan baik di perkotaan rnaupun pedesaan, namun sebarannya lebih
banyak di pedesaan, sebesar 24,3 untuk .dewasa perempuan dan 21,2 untuk dewasa
laki-laki.
Hampir 50 masyarakat pedesaan harus mengambjl air dl-luar pekarangan. Meskipun
perbedaan gender tidak· mencolok, namun. ferdapat perbedaan dalam- pembagian peran
terhadap pengambilan air antara masyarakat perkotaan dan pedesaan. Di pedesaan
tanggung jawab terhadap kebutuhan air bersih lebih dibebankan kepada perempuan,
Sebaliknya masyarakat perkotaan lebih memberikan peran tanggung jawab kepada laki-
laki dalam pemenuhan kebutuan penyediaan air bersih dalam rumah' ta·ngga.
Sedangkan peran anak-anak (-;: 12 tahuri) terhadap pemenuhan air bersih dalam rumah
tangga tidak terlalu signifikan.
Perbedaan peran gender ini juga berlaku terhadap golongan kaya dan miskin.
Golongan kaya memberikan peran pemenuhan kebutuhan air lebih besar kepada laki-
laki daripada perempuan. Sedangkan golongan miskin terjadi sebaliknya, memberikan
per-an pemenuhan kebutuhan air lebih besar kepada perempuan dari pada laki-laki.
Seperti halnya kawasan temp'at tinggal, golongan kaya dan miskin, peran anak-anak (<
12 tahun) terhadap pemenuhan air bersih dalam rumah tangga tidak terfalu signifikan.
Tabel.3.165
Persentase Rumah Tangga menurut Kualitas Fisik Air_f~inum
dan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

Kualitas Fisik Air Minum


Kabu~aten/Kota Keruh Berwarna Beras a Berbusa Berbau Baik*}
Kab Bogor 4,1 1,0 1,1 0,0 0,6 94,8
Kab Sukabumi 2,3 0,9 0,5 0,2 0,7 97,3
Kab Cianjur 7,7 2,3 3,3 0,4 1,2 89,5
Kab Bandung 8,3 9,5 2,4 1,8 3,8 87,8
Kab Garut 2,7 1,7 0,2 0,2 0,6 96,4
Kab Tasikmalaya 2,0 3,2 0,4 0,2 0,3 95,7
Kab Cramis 5,4 3,8 1,8 1,4 2, 1 93,0
Kab Kuningan 1,8 0,8 1,2 0,7 1,1 96,7
Kab Cirebon 10,0 5,5 5,7 1,6 5,7 82,8
Kab Majalengka 5,6 4,2 1,6 1,2 3,3 92,1
Kab Sumedang 16,8 4,5 1,5 1,2 5,2 81,4
Kab lndramayu 6,9 3,8 9,8 1,4 5,2 82,5
Kab Subang 2,1 2,2 10,0 0,7 2,1 87,9
Kab Purwakarta 3,8 0,3 0, 1 0,1 1,0 95,6
Kab Karawang 5,1 3,6 9,7 2,3 4,4 86,8
Kab Bekasi 11,8 10,8 10,5 2,3 6,0 75,5
Kota Bogor 6,1 3,8 5,7 0,9 7,0 86,0
Kota Sukabumi 5, 1 2,6 2,2 1,1 3,0 91,8
Kota Bandung 11,4 9,6 4,4 1,7 6,8 83,5
Kota Cirebon 1,4 0,7 0,9 0,7 0,7 98,1
Kota Bekasi 12,0 8,7 8,4 3,0 16,0 76,2
Kota Depok 4,6 3,3 3,5 0,8 3,7 90,8
Kota Cimahi 7,3 5,2 3, 1 0,9 4,5 86,5
Kota Tasikmalaya 5,2 5,5 0,7 1,2 2,0 90,9
Kota Banjar 2,4 2,6 4,1 0,4 2,5 91,3
JAWA BARAT 6,2 4,2 3,7 1,1 3,5 89,1
Catatan : • Tidak Keruh, Berwarna, Berasa, Berbusa Dan Berbau

208
Rerafa -kualitas fislk alr minqrn di Provlnsl Jaw~~Barat terrnasuk ~aik (89, 1 ). Bila dilihat
kisaran antara kabupaten/Kota kategori air minum yang 'balk ·ini berkisar antara 75,5 di
l<abupaten.Bekasisampai 98,1 di Kota Cir~bon. Wilayatfyat'lg triengkonsumsi air minurn
di bawah standar baku fisik kekeruhan berhubunqan dengan tingginya erosi pada
wilayah DAS yang berpengaruh terhadap sumber pengambilan "air ininum. Standar baku
warna dan rasa berhubungan dengan sifat jenis tanah atau tingginya tingkat cemaran.
Sedangkan standar baku busa dan bau lebih berhubunqan, dengan tingginya ·tingkat
cemaran.

Tabel 3:166 _
Persentass Rumah Tangga menurut Kualltas Fisik Air Minum
dan Karakteristik Responden di Provinsi J,awa Barat, Riskesdas 2007
, ' •
Karakteristik Kualitas:Fisik Air Minum {Utama}
res~onden Keruh Berwarna Berasa Berbus;:1 Berbau B,aik*I
Tempat Tinggal
Perkotaan 6,5 4,9 3,6 1,2 4,5 88,4
Perdesaan 5,8 3,4 3,9 1,1 2,4 89,9

Tingkat pengeluaran perkapita


Kuintil 1 7,2 4,7 4,1 1,2 3,9 87,7
Kuintil 2 6,2 4,4 4,0 1,1 3,2 89,1
Kuintil 3 6,0 3,9 3,9 1,2 3,4 89,3
Kuintil 4 5,9 4,3 3,7 1,1 3,7 89,2
Kuintil 5 5,6 3,8 2,8 1,0 3,5 90,4

Catatan: * Tidak keruh. berwarna, berasa, berbusa dan berbau

Sebagian besar rumah tangga di perkotaan dan pedesaan mengatakan bahwa kualitas
fisik air minum baik, hanya di pedesaan sebarannya (89,9) sedikit lebih tinggi
dibandinJJkan di perkotaan (88,4).
Kualitas fisik air yang termasuk baik, diantara kuintil nilai 'sebaran tidak jauh berbeda,
berkisar antara 87,?-- 90,4. Pada kategori keruh, maka semakin tinggi kuintil sebaran
keruh semaki,n rendah. Sedangkan_ tingkat kualitas air yang berwarna, 6erasa, berbusa,
berbau sebaran antar kuintil tidak jauh bebeda. Hal· inl memperfihatkan tingkat'
pencemaran dalam sebaran kecil, merata terjadi di setiap tingkat kuintil masyarakat.
Sebaran kualitas fisik air minum di Provinsi Jawa Barat untuk klasitikasl tempat tinggal
kawasan perkotaan dan pedesaan maupun golongan kaya dan miskin tidak jauh
berbeda. Sebagian besar memiliki akses yang baik dalam hal kulitas fisik air minum.
Keadaan ini menunjukan bahwa kualitas fisik air· minnm tidak dipengaruhi karekteristik,
oleh karena itu kualitas fisik air minum diharapkan mencapai 100 dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia.

209
Tabel 3.167
Persentase Rumah Tangga menurut Jen.is Sumber Air dan KabuptentKota
di Provinsl JavyaBarat, Riskesdas 2007
Jenis Sumber Air Minum

...
0 . ··sc ~"O ·s,c
Kabupaten/ 'e
c
c ra._
C>
.g ftS
= - "O= ....c:cu ~
= E =E ·:-c E::
= c:
... 0.
Kota
C)

·-"Oc ra...o ·- Cl>


"O .... Eo
... "O L.
=...
.c e
c
Cl>
..J
Cl>
Cl>
Cl> Cl>
..J E = a. (/)= s- (/)= .s. .
en- Ci co..J
Kab Bogor 3,7 3,4 o,4 29·;5 31,3 15,2 5,(, 10,6 0, 1 0 0,0
Kab Sukabumi 1,6 4,9 ,0,4 8,3 34,0 20, 1 13, 1 16,4 0,8 0 0,1
Kab Cianjur 1,4 2,7 0,2 6,9 54,2 12,7 11,0 10,1 f,1 0 0,1
Kab Bandung 6,6 2,3 '1,2 25,9 40,3 4,4 12,0 5,2 0,0 0 0,1
Kab Garut 0,2 4,7 2,4 4,1 38,4 4,5 21,6 23,9 0,0 0 0,1
Kab-Taslkmalaya 0,3 p.o 0, 1 ! 10,9 30,3 27,0 14,8 15,4 0,8 0 0,2
Kab Ciamis 0,6 3,2 0,4 14,6 42,0 13,8 13,8 11,8 0,0 0 0,1
Kab Kuoingan 0,8 5;9 0,8 34,3 25,6 4,2 22,6 5,3 0,2 0 0,2
Kab Cirebon 4,8 4,8 '7, 1 33,4 36,2 11,2 2,2 0,0 0,1 0 0,3
Kab'Majalengka 0,7 3,1 0,0 23,3 36,3 11,1 16,5 8,2 0,6 0 0,3
Kab Sumedang 5,4 18,5 4,2 5,2 25,4 6,4 ·22,1 12,9 0,0 0 0,2
Kab lndramayu 7,0 10,9 14,6 46,8 14,7 3, 1 0,0 0,6 2,0 0,2 0
Kab Subang 1,9 6,3 6,2 41,8 29,4 1,7 5,6--- 7,2 0,0 0 0
Kab Purwakarta 2,5 7,3 2,5 18,3 18,8 29,0 2,3 17,6 0,3 0,8 0,5
Kab Karawang 9,3 10,0 1, 1 49,5 20,8 5,4 0,1 0,0 1,7 1,4 0,2
Kab Bekasi 23,7 4,3 7,9 51,0 4,5 6,2 0,0 1,1 1,2 0 0,1
Kota Bogor 3,8 42,2 0,5 20,5 25,5 1,3 5,0 0,7 0,0 0 0,4
Kota. Sukabumi 8,9 14,0 0,0 53,6 19,9 1,3 0,7 1,3 0,0 0 0
Kota Bandung 12, 1 25,3 12,8 31,9 13,2 0.7 3, 1 0,4 0,0 0 0,5
Kota Cirebon 6,0 131,8 7,4 12,6 9,9 1,3 0,0 0,7 0,0 0 0
Kota Bekasi 32,6 7, 1 1,9 51,8 3,8 0,5 0,6 0, 1 0,0 0 0,5
Kota Oepok 6,4 6,9 0,0 69,8 15,9 0,7 0,0 0,0 0,0 0 0,3
Kota Cimahi 21,3 10,6 2, 1 37,0 25,1 1,6 1,6 0,0 0,0 0 0,6
Kota Tasikmalaya 3,6 12,6 0,6 25,3 49,8 6,9 0,7 0,7 0,0 0 0,0
Kota Banjar 1,2 13,9 1,2 3,5 71,8 8,2 1,2 0,0 0,0 0 0
JAWA BARAT 7,0 9,7 3,0 29,2 28,1 8,6 7,8 7,0 0,4 0,1 0,2

Menurut jenis sumber air, masyarakat Jawa Barat terbanyak mengandalkan air
permukaan-dangkal berupa sumur baik berupa pompa, terlindungi (28.1 ) maupun tidak
terlindungi (8.6). Sedapgkan sebagian Jainnya mengandalkan air perrnukaan-dalam,
melalui sumur bor (29.2). Pelayanan pemerintah ataupun lembaga lainnya terhadap
penyediaan air bersih melalui leding baik eceran maupun meteran termasuk baik adalah
Kabupaten Sumedang dan lndramayu serta Kota Bogor, Bandung dan Cirebon.
Perubahan pola konsumsi air dengan -pernanfaatan air kemasan terbesar terjadi di
Kabupaten Bekasi serta Kata Bekasi dan Cimahi. Kejadian ini dapat mengindikasikan
bahwa pendapatan masyarakat meningkat atau daerah tersebut sangat tercemar dan
rendahnya pelayanan penyediaan air bersih oleh pemerintah. Pola konsumsi jenis ini
selain dirasakan mahal juga sangat tidak ramah lingkungan. Hal ini disebabkan distribusi
dari asal sumber air ke konsumen menggunakan jasa transportasi darat tidak ekonomis
dan membutuhkan bahan bakar yang tidak sedikit. Selain itu wilayah sebagai sumber air
kemasan sangat beresiko kekurangan air bersih karena pengambilan air dalam skala
besar dapat menurunkan level air sehingga masyarakat kesulitan mengambil air tanah
permukaan.

210
Tabet s.tsa
Persentase·Rumah Tangga menurut Jenis Sumber Air (Jan Karakteristik
' di Provinsi Jawa Barat, ~iskesdas 2007

Jenis Sumbet Air Minum-

c
c f!Cl) ~
ca
fl) (,)
.... C> ~ en en :s-.... C>c ·a;
ca 0 'Cc c
Karakteristik Cl)
c .o ns c
-. ::s .... c C> ns cu
ECl) en ... ::s ·-ca 'C::s ·-ca 'C
::s c
responden
C>
c c ca.... ....::s Q.
E ::s 'C .... 'C
::s c ::s ~ >.
c
~ .c
... i5 ·- ...
'C Cl)
E o E·s E: .5 .5 .5 .5 ...
fl) c

- ::s .... ::s ... cu i: ca


Cl) Cl) i: i.. '(ii
Cl) ::s a.
<i ..J E
"' s "' s :E .s .s <i <i
Tempat Tinggal
..J
"' :E .J

Perkotaan 10,8 16,5 3,4 34,9 25,7 4,7 2,8 1,4 0,0 0,0 0,2
Perdesaan 2,0 2,8 2,5 20,2 34,3 12,6 12,5 11,9 0,8 0,2 0,2
Tingkat pengeluaran perkapita
Kuintil 1 1,9 4,3 3,4 24,1 33,7 12,0 9,2 10,8 0,6 0,1 0,2
Kuintil 2 3,2 6,4 3,7 26,4 32,9 10, 1 9,8 7,7 0,3 0,1 0,2
Kuintil 3 5,2 8,2 3,1 28,5 31,5 9,7 7,1 6,4 0,3 0,2 0,1
Kuintil 4 7,7 12,2 2,8 30,4 28,1 6,4 7,0 4,5 0,5 0,2 0,1
Kuintil 5 15,0 17,6 2,1 30,0 22,7 4,1 5,1 2,7 0,2 0,0 0,4

Apabila dibandingkan antara perkotaan dan kabupaten maka baik perkotaan maupun
pedesaan umumnya jenis sumber air minum berasal dari sumur bor dan sumur
terlindung. Sumur bor/ pompa di perkotaan (34',9) Sebarannya lebih tinggi dibandingkan
dengan pedesaan (20,2}, sebaliknya untuk sumur terlindung Sebaran di pedesaan
(34,3) lebih tinggi dibandingkan di perkotaan (23,7).
Sebaran rumah tangga menurut jenis sumber air dan kuintil dapat dilihat pada tabel
3.169. Dalam tabel tersebut terlihat bahwa semakin tinggi kuintil (semakin kaya), maka
Sebaran jenis sumber air minum yang berasal dari air kernasan, Jeding eceran, sumur
bor juga semakin tinggi. Dari gambai'an tertlliat.pelayanan air bersih belum menjangkau
mayoritas masyarakt Jawa Barat. Sebaliknya konsumen air kemasan banyak diminati
sebagian kecil masyarakat, yaitu masyarakat pada kuintil 5.

211
Tabel 3.169
Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Tempat Penampungan Da.n
Pengolahan Air Min1:1m Sebelum Digunakan/Diminum dan Kabupaten/Kota
di Provf rtsi Jawa Barat, Riskesdas 200:"

Tempat penampungan Pengolahanair minum sebelumdigunakan


Kab/Kota Wadah Wadah Ti~ak. Langsung Dimasak Di- Bahan Lainn
terbuka tertutup w~d~h diminum saring kimia
Kab Bogor 8, 1 85,1 6,8 1,3 97,3 4,3 0,7 0,9
KabSukaburni 10,1 82,4 7,4 0,8 98,1 3,9 0,1 0,3
Kab Cianjur 16,3 75,5 8,2 1,5 97,4 7,0 2,0 1,5
Kab Bandung 9,4 80,4 10,2 10,3 90,9 18,0 j,4 7,2
Kab Garut 19,8 66,9 13,3 0,4 98,0 8,2 0,3 0,0
Tasikrnalaya 8,7 84,4 6,9 1,7 98,1 2,9 0,8 0,1
Kab Ciarnis 6,5 87,3 6,2 1,5 90,8 13,6 3,0 4,7
Kab Kuningan 6,0 89,6 4,4 0,6 99,4 7,2 0,4 0,0
Kab Cirebon 3,6 66,9 29,5 1,1 96,5 3,3 1,6 1,7
Kab Majalengka 11,0 78,9 10,1 1,2 98,5 1,1 0,3 0,2
Kab Surnedang 19,4 68,6 12,1 1,0 97,0 28,8 3,0 2,4
Kab lndrarnayu 4,8 83,4 11,8 7,9 89,4 3,1 0,8 7,4
Kab Subang 13,7 80,8 5,5 2,0 96,5 2,9 0,4 1,4
Kab Purwakarta 4,6 81,7 13,7 2,3 96,2 3,8 1,3 3,1
Kab i<arawang 7 ,6 73,2 19,3 3,7 94~7 7,8 1,3 2,9
Kab Bekasi 6,4 66,6 27,0 10, 1 77,4 7,0 1,0 21,0
Kota Bogor 5,9 54,2 39,9 3,7 94,5 7,2 0,4 4,8
Kota Sukaburni 8,8 78,2 12,9 2,7 97,3 5,4 1,4 9,7
Kota Bandung 14,4 65,6 20,0 8,4 89,9 12,6 2,9 3,8
KotaClrebon 3,4 52,4 44, 1 4,0 93,4 2,6 1,3 9,9
Kota Bekasi 6,6 79,6 13,8 15,5 77,3 2,6 0,6 32,1
Kota Depok 2,8 69,2 28,0 9,5 91,8 6,0 0,6 2,9
Kota Cimahi 4,2 74,9 20,9 9,0 87,8 19,4 3,9 7,4
Kota 5,0 63,7 31,3 1,0 93,8 6,9 0,3 0,0
Tasikmalaya
Kota Baniar 4,8 83,3 11,9 1,2 95,3 5,9 1,2 4,8
JAWA BARAT 9,3 76,1 14,6 4,5 93,1 7,7 1,2 5,1

Masyarakat Jawa Barat mempunyai tempat penampungan air dalam wadah tertutup
sebesar 76, 1, dan pengolahan air minum umumnya dimasak sebesar 93, 1. Bila dilihat
per Kabupaten/Kota, maka untuk penampungan dalam wadah tertutup sebaran terkecil
di Kota Cirebon sebesar 52,4 dan tertinggi di kabupaten Kuningan sebesar 89,6. Untuk
pengolahan air dengan cara dimasak sebaran terkecil di Kota Bekasi 77,3 dan tertinggi
di Kabupaten Majalengka sebesar 98,5.
Tingginya Sebaran pengolahan air langsung diminum di Kabupaten Bandung,
Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi diduga ada keterkaitan dengan perubahan pola
konsumsi air minum minum mineral, dimana di ketiga wilayah ini angka sebarannya
cukup tinggi. Sedangkan pola pengolahan air minum dengan cara disaring diperkirakan
berhubungan dengan kualitas fisik air baku seperti terjadi di Kabupaten Bandung,
Ciamis, Sumedang, Kota Bandung dan Cirebon. Wilayah ini kualitas air tingkat
kekeruhannya cukup tinggi.

212
Tabet 3.170H
Perssntasa Rumah Tangga Menurut Jenis Tempat Penamp·uhgan
dan Pengolahan.Alr Minum.Sebelum Digunakan7Diminum Berdasarkan
Karakteristik Responden di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007'

Pengolahan Air Minum Sebelum


'Tempat Penampungan
Digunakan
Karakteristik
responden Tidak ~~ng-
Wa~ah Wadah Ballan
ada sung Dimasak Disaring Lainnya
terbuka tertutup kimia
wadah diminum
Tempat tinggal
Perkotaan 7,2 73,4 19,4 6,5 90,3 8,0 1,4 8,2
Perdesaan 11,5 78,9 9,6 2,3 96,0 7,4 0,9 2,0
Tingkat. pengeluaran perkapita
Kuintil 1 10,3 78,7 11,0 2,9 95,4 7,6 1,1 3,2
Kuintil 2 10,3 76,7 13,0 2,9 95,7 7,7 1,1 3,2
Kuintil 3 9,5 77,6 12,9 ~.3 94,0 8,2 1,3 4,3
Kuintil 4 8,9 75,2 15,8 4,9 92,6 7,J 0,9 5,2
Kuintil 5 7,5 72,4 20,1 7,2 88,0 7,1 1,6 9,7

Sebagian Besar masyarakat Jawa Barat mempunyai tempat penampungan dengan


wadah tertutup, di pedesaan (78,9 ), lebih tinggi dibanding perkotaaan (73,4 ). Oemikian
halnya pada pengolaharr air minum sebelum dipedesaan lebih tinggi dibanding
perkotaan.
Menurut karakteristik terlihat bahwa semakin tinggi· kuintil, maka ada kecenderungan
tern pat penampungan air dalam wadah terbuka dan wadah tertutup: semakin menurun,
sebaliknya sebaran penampunqan tidak' ada wadah ada kecenderungan semakin tinggi.
Dalam pengolahan air minum yang sebagian besat dimasak, semakin tinggi kuintil ada
kecenderungan Sebaran air yang dimasak semakin menurun. Keadaan iRi sesuai
denqan informasi dari data penggunaan ai_r mtneral (tabel, 3.171 ), semakin tinggi kuintil
sernakin meningkat penggunaan kemasan.
Berdasarkan tempat tinggal antara perkotaan dan pedesaan serta golongan kaya dan
miskin tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam pemanfaatan tempat
penampungan rnaupun pengolahan air minum. Tabel 3.171 rnenunjukkan bahwa
masyarakat pedesaan lebih banyak menampung air minum terlebih dahulu sebelum
diolah dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Sebaliknya masyarakat di
perkotaan leblh banyak tidak mempunyai .penampungan melainkan langsung diminu'm.
Kemungkinan terjadi masyarakat banyak mengonsumsi air mineral dan atau telah
mengolah air minum secara teknik .

3.9.2. Fasilitas Buang Air Besar


Data fasilitas buang air besar meliputi pe_nggur:iaa}1 atau pemilikan fasilitas buang air
besar dan jenis jamban yang digunakan. Data ihi diambil dari data rumah tangga Kor
Susenas 2007

213
Tabel 3.171
Persentase Rurnah Tangga menurut P.enggunaan Fasilitas Buang Air Besar
dan ~flbup~tenl.Kota.di,l?rovinsi Jawa Barat, Rlskssdas 2007 ·

Jenis penggunaan
Kabupaten/Kota Sendiri Bersama Umum 1'idak
Pakai
Kab Bogor 58,1 11,4 6,6 24,0
Kab Sukabumi 55,0 11,2 12,3 21,4
Kab Cianjur 5,2,5 18,3 19,3 9,8
Kab Bandung 60,9 20,5 14,8 318
Kab Garut 47,5 20,1 26,4 5,9
Kab Tasikmalaya 38,9 9,9 21,9 29,3
Kab Ciamis '52,3 6,9 7,6 33,2
Kab Kuningan 74,7 10,2 3,6 11,q
Kab Cirebon 56,7 13,3 1,8 28,2
Kab Maja1engka 68,1 8,1 4,0 19,7
Kab Sumedang 67,0 16,8 7,1 9,1
Kab indramayu 61,3 10,7 ,8 27,2
Kab Subang 62,4 7,5 1,1 29,0
Kab Purwakarta 63,4 11,6 4,8 20,2
Kab Karawang 49,0 6, 1 10,2 34,7
Kab Bekasi 55,7 7,1 7,6 29,6
Kota Sogor 81,8 8,0 2,2 8,0
Kota Sukabumi 78,8 8,3, 9,7 3,2
Kdta 'Bandung 68,9 25,1 4,7 .. --. 1,3
Kota Cirebon 79,8 15,4 2,8 2,1
Kota Bekasi 89;6 9,0 ,8 ,4
Kota Depok 138.,8 7,6 ,2 3,5
Kota Cimahi 74,2 20,3 5,2 ,3
Kota Tasikmalaya 69,4 7,9 15,9 6,9
Kota Banjar 68,4 16,6 7,7 7,2
JAWA BARAT ' 63,2 12,7 8,6 15,4

Fasilitas BAB (buang air besar) di masyarakat Jawa Barat (63.2) sedikit diatas rerata,
nasional (60.6). Sem~ntara sebaran tidak memanfaatkan fasilitas BAB relatif besar (15.4
) mencerminkan bahwa masih terdapat masyarakat yang belum tersentuh oleh teknologi
BAB, sulit mengakses air bersih ataupun tingkat perilaku pola hidup sehat masih rendah.
Hal ini diperkirakan terjadi di kawasan yang memiliki kebun seperti di Kabupaten Bogar,
Suba,ng, Cirebon dan Tasikmalaya ataupun yang berada di kawasan pantai seperti di
Kabupaten Ciamis, Kerawang, indramayu dan Bekasi.
Pemanfaatn BAB yang dimiliki sendiri oleh rumah tangga menggambarkan tingkat status
ekonomi, kesadaran akan kebersihan dan kesehatan yang dimiliki oleh masyarakat
tersebut. Tabel 3.172 memeperlihatn terdapat 13 wilayah yang sebarannya diatas
rerata provinsi dan terendah di Kabupaten Garut (47.5).
Fasilitas BAB umum biasanya· disediakan oleh pemerintah setempat atau secara
swadaya. Fasilitas ini sebaran paling rendah terdapat di Kota Depok. Sedangkan
fasilitas bersama yang biasanya digunakan oleh beberapa rumah tangga, tertinggi berda
di Kota Bandung. Diduga kawasan ini merupakan kawasan padat penduduk dengan
mobilitas yang tinggi.

214
Tabet 3.112
Persentase R!Jmah T.a(1gga me.s;:ICuut-P~ggun@n Fasllitas Buang" Ajr Besar
dan Karakteristik RepR9.Qd~n di Pcovinsi ,Jciwa Ba rat; Risk~sdas 2007

.f<arakteristik · to: ,._ ~


••- ~e11i;S penggu~~~n
responden · Sendiri ~ Be~saoia Um urn Tidak"Pakai
Tempat T]~99~1
..
Perkotaan 74,0 ~ 13,6 5,7 6,8
Perdesaan 51,5 11,8 11,8 24,9
Tingkat f)engeluaran perkapita
Kuintil 1 44,0 15,6 1'5,0 25,3
Kuintil 2 55,1 13,5 10,6 20,8
Kuintil 3 63,5 12,8 8,3 15,4
Kuintil 4 70,8 12,4 5,9 10,9
Kuintil? 82,8 9,3 3,2. 4;7

Bila dit?ancijngkan antara Perkotaan dan Pedesaan .(lihat tabel 7 ..14), maka fas!litas
buang air besar milik sendiri dl' Perkotaan (74,0) lebih tinggi dibandingkan di Pedesaan
(51.5). Demikian 'juga d~ngari penggunaan fasilitas ·BAB b0rsama. Sebaliknya untuk
yang tidak memakai fasilitas buang air besar (Z4.9), dan fasilitas umum (11.8), Sebaran
di Pedesaan lebih tinggi dibandinqkan di Perkotaan
Sebaran rumah tangga menurut penggunaan fasitltas buanq ajr·besar dan kuintil dapat
dilihat pad a ,tabel 7 .14~ Dalam ta~I tersebut terlihat bahwa semakin tinggi kuintil, maka
Sebaran je'nis penggunaan fasilitas buang air.• besar kategori sendiri semakin tinggi jOga.
Sebaliknya semakin tinggi kuintil untuk kategori bersama, eumurn dan tidak 'pakai
Sebarannya semakin kecll.Narnun terlihat fasilitas bersama antara kuintil-3 dan·_kuintil-4
tidak jauh berbeda, kemungkinan banyak terjadi pada daerah dimana mobijitas
penduduk tinggi (daerah kontrak/kost). Sebafiknya pada kuintil 5 terdapat perbedaan
yang sanqat mencolok.
Sebaran rumab tangga rnenurut jenis ternpat ~.uang air besar dan Kabupaten/kota di.
Provinsi .Jawa Baral memerlihatakan 75.4 masyarakat jenis' tempat BAB berbentuk
feher angsa. Jenis tempat BAB berbentuk leher anggsa merupakan salah satu bentuk
yang direkomendasikan pemakaiannya oleb ·pemetinfah, khususnya kesehatan. Jenis
lainnya berbentuk pJengsengan .dan cernplunq dalam sebalan kecib Sedangkan yang
tidak memakai sebesar e.o. Bila diliha,t per ~at?upateniKota, -maka' dalarn bentuk leher
angsa sebaran terkecil di' Kabupaten Cianjur sebesar 41,6. Kabupaten ini jenis
pembuangan BAB berupa plen_gsengan, cemplung dan tidak memaki juga relatif diatas
rerata provinsi.

215
label 3.173
Persentase ijumah Tangga.menurut Tempat Buang Ait B~sar
dan ·KaJmpaten/Kota di Pr.ovirisl Jawa f3arat, Riskesdas 2007

Jehls tempat buang air besar


KabupatenJt(ota Leher Tidak
angsa pakal
Kab Bogor 73,2 .j 14,0 7,5 . 5',3
Kab Sukabumi 66,1 10,7 11,0 12, 1
Kab Cianjur 41,6 15,6 26,4 1&,3
Kab Bandung 74,1 11,7 5,9 8,3 i

Kab Garut 4?,3 6,3 18,7 26,7


Kab Tasikmalaya 46,8 6,4 28,5 18,3
Kab Ciamis 81,7 3,2 10, 1 5,0 I

Kab Kuningan 91, 1 1,1 5,0 .2,8


Kab Cirebon 75;{) 23,3 1,0 ,7
Kab Majalengka 91,0 3,0 5,5 ,6
Kab S1,.1medang 76,9 12,r 6,9 3,4
Kab lndramayu 87,8 9,3 1,6 1,4
Kab ~ubang 84,8 9,2 ·4,6 1,3
Kab Purwakarta 84,~ 7,8 3,5 3,8
Kab' Karawang 73,8 9,3 :t5,4 1,5
Kab Berkasi 79,6 3,3 9,8 __-, 7,3
Kota Boqor 93,4 2,8 2,8 ,9
Ko!<! Sukabumi 84,0 6,3 7,4 2,2
K-0ta Bandung 84,0 12,0 3,7 ,3
Kota Cirebon 79,8 14,6 5,6
Kota Bekasi 86,0 7,9 4,9 1,2
Kota Depok 96,5 2,0 ,9 ,5
Kota Cirnahi 91,9 6,3 1,1 ,8
Kota Tasikrnalaya 70,5 13,4 8,0 8,1
Kota Banjar 54,0 25,7 15,0 5,4
JAWA BARAT 75,4 9,9 8,7 6,0

Tabel 3.174
Persentase Rumah Tangga menurut Tempat Buang Air Besar
dan Karakteristik Responden 'di Provinsi Jawa Barat, Rlskesdas 2007

Jenis tempat buang air besar


Karakteristik Leher Plengsengan Cemplung/c Tidak
respond en
an9sa ubluk pakai
Tempat tinggal
Perkotaan 84,2 9,0 4,1 2,7
Pedesaan 63,6 10,3 14,9 11,2
Tingkat pengeluaran perkapita
Kuintil 1 60,8 11,8 15,4 12, 1
Kuintil 2 68,6 12,4 11,8 7,2
Kuintil 3 75,2 10,0 9,5 5,3
Kuintil 4 80,6 9,2 5,6 4,6
Kuintil 5 88,0 7,0 3,0 2,0

216
Tabel ~.174 rnenunjukkan, sebaran-rurnah tangga menurut jenis tempat ouahg air besar
dan klasifi~asi daerah, di Provlnsi Jawa Barat. Dalam tabel tersebut.terllhat l)ahwa jenis
tempat biuang air besar pada umumnya berbentuk leher angsa, penggunaan jenis leher
angsa di perkotaan (84,2) Sebarannya lebih tinggi di~andingkan di pedesaarusa.e).
,, ·•
Sebaran rurnah tangga rnenurut jenis ternpat buang air besardan kuilitil dapat dilihat-
pada tabel 3.175. Dalam tabel tersebut terlihat bahwa, semakln tinggi kuintil (semakin
kaya) sebaran tempat buang air besar dalam bentuk leher angsa juga semakin tinggi.
Sebaliknya, semakin tinggi kuintil sebaran yang dalam bentuk plengsengan,
cemplung/cubluk, dan tidak pakai semakin kecil.

3.9.3. Sarana Pembuangan Air Limbah


Data penqqunaan saluran pembuangan air limbah (SPAt) rumah tangga didapatkan
dengan cara wawancara dan pengamatan.

Tabel 3.175
Persentase Rumah Tangga menu rut Tempat Pembuangan Akhir Tinja
dan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

Tempat Pembuangan Akhir Tinja


Kabupaten/Kota Tangki/ Ko lam/ Sungai/ Lobang Pantai I Lainnya
SPAL Sawah Laut Tanah . Tanah
Kab Bogor 39,7 10,2 30,6 16, 1 1,3 2,0
Kab Sukabumi 34,5 13,2 31,5 19,0 0,8 1,0
Kab Cianjur 22,5 24,0 35,2 15,8 0,7 1,9
Kab Bandung 52,8 5,1 31,9 9,9 0,0 0,4
Kab Garut 26,4 35,2 23,4 13,3 0,4 1,3
Kab Tasikmalaya 18,8 64,3 12,0 4,7 0,3
Kab Ciamis 45,8 42,0 4,2 5,2 1,8 1,1
Kab Kuningan 63,7 14,4 8,0 12,3 0,2 1,3
Kab Cirebon 58,7 4,5 25,7 7,7 2,9 0,5
Kab Majalengka 67,7 13,5 15,6 1,2 1,9 0,1
Kab Sumedang 63,0 9,9 13,3 13,4 0,3 0,2
Kab lndramayu ·"(f1,2 11,7 14,0 10,2 2,5 0,4
Kab Subang 49,5 8,8 25,9 15,0 0,5 0,3
Kab Purwakarta 60,7 10,0 10,2 13, 1 4,9 1,2
Kab Karawang 49,9 10,0 32,6 3,4 2,9 1,2
Kab Berkasi 52,1 16,7 19,8 3,1 8,0 0,4
Kota Bogor 66,8 0,3 31,8 0,5 0 0,5
Kota Sukabumi 23,5 2,5 33,5 5,9 0 34,5
Kota Bandung 40,0 1,8 51,3 0,2 0 6,7
Kota Cirebon 86,7 0,9 3,9 6,9 1,4 0,2
Kota Bekasi 84,8 5,8 1,8 7,1 0 0,5
Kota Depok 79,0 6,5 0,6 13,5 0 0,3
Kota Cimahi 67,6 0,7 20,5 1,3 0 10,0
Kota Tasikmalaya 31,3 27,5 25,9 14,7 0,3 ,3
Kota Banjar 35,9 22,1 6,0 35,9 0
JAWA BARAT 49,6 15,2 21,5 10,2 1,3 2,2

Tempat pembuangan akhir tinja di Jawa Barat pada umumnya di tangki/spal sebesar
49,6 sedikit dibawah rerata nasioanal (50,5). Kota Sukabumi merupakan kota yang

217
terendah sebaran penggunaan tangkilspal (23,5), sementara pembuangan tinja yang
digunakan dengan cara pembuanqandtsunqai 33,5 dan lainnya 34,5. •
Tempat pembuangan di kolam/sawah di Jawa barat cukup tfnggi jauh diatas rerata
nasional (4,9). Persentase rumah tangga terendah dimana tempat pembuangan akhir
tinja di sunqablaut terdapat di Kota Depok sebesar 0,6 dan tertinggi di Kota Bandung
51,3.

Tabel 3.176
Persentase Rumah Tangga menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja
dan Karakteristik Responden di Provinsi Jawa .Bar~t, Riskesdas 2007

Temeat Pembuangan Akhir Tir;ija



Karakteristik Tangki/ Kolam/ Sungai/ Lobang Pantai I Lainnya
responden SPAL Sawah Laut Tan ah Tan ah
Tempat Tinggal
Perkotaan 59,6 6,9· 21,8 7,7 0,5 3,5
Pedesaan 38,7 Z4,3 21,2 12,9 2,1 0,8
Tingkat pengeluaran perkapita
Kuintil 1 35,0 21,4 26,7 11,7 2,5 2,6
Kuintil 2 42,4 17,7 24,9 11,2 1,7 2, 1
Kuintil 3 48,2 15,7 21,9 10,6 ... ~-.., 1,3 2,3
Kuintil 4 56,3 13,2 18,7 9,2 0,5 2,0
Kuintil 5 66,2 8,0 15,4 8,3 0,2 1,9

Berdasarkan tabel tempat pembuangan akhir tinja (tabel 3.176), sebaran rumah tangga
yang membuang di tangki/spal di perkotaan (59,6) lebih tinggi dibandingkan di
pedesaaan (38,7), dan yang dibuang di sungai/laut antara perkotaan dan pedesaan
tidak jauh berbeda yaitu perkotaan sebesar 21,8 dan pedesaan sebesar 21,2 .
Sebaran rumah tangga menurut tempat pembuangan akhir tinja dan kuintil dapat dilihat
pada tabel 3.176 Dalam tabel tersebut terlihat bahwa, semakin tinggi kuintil (semakin
kaya) sebaran tempat pembuangan akhir tinja di tangki/spal juga semakin tinggi.
Sebaliknya, semal<in tinggi kuintil sebaran tempat pembuangan akhir tinja masing-
masing di kolam/sawah, sungai/laut, lobang tanah, dan pantai/tanah semakin menurun
(kecil).

218
Taoet 3\ 111· ,
Sebaran Ru'mah Tangga ~enuhit Jenis Saluran Pembuanqan ~ir-Limbah
dan Kabupate_n/Kdta df'Provinsl Jawa Ba.rat,. Riskesdas 2Q07

saturah 'Pembua11Qan ~ir LJriibah .


Kabupaten/Kota Terbuka ' Teitufop Ticjak Adf!,
Kab Bogor 32,2 ' 52,9 14,9
Kab Sukabumi 28,7 55,1 16,1
Kab Cianjur 32,3 54,7 13,0
Kab Bandung 33,2 57,9 8i9
Kab Garut 35,6 50,6 13,7
Kab Tasikmalaya 26,0 43,7 30,3
Kab Ciamis 34,3 52,3 13,4
K~b Kuningan 56,9 27,3 15,8
Kab Cir~bQn· 40,3 54,3 5,4
Kab Majalengka 28,7 62,2 9, 1
Kab Sumedang 37,6 46,4 16,0
Kab lndramayu 63,1 27,4 9,5
Kab Subang 62,2 34,0 3,8
Kab Purwakarta 41,8 46,1 12,1
Kab Karawang 66,7 27,5 5,8
Kab. Bekasi 61,3 24,4 14,3
Kota Boqor; 43,9 55,2 ,9
Kota Sukabumi 14,8 81,8 3,4
Kota Bandung 18,4 79,9 1,7
Kota Cirebon 30,8 66,8 2,4
Kota Bekasi 23,7 71,2 5, 1
Kota Depok 28,9 68,9 2, 1
Kota Cimahi 46,7 52,0 1,3
Kota Tasikmalaya 9,6 77,2 13,2
Kota Banjar 28,8 66,1 5, 1
Jawa Barat 37,1 52,9 10,0

Saluran pembuangan air limbah yang dilakukan rumah tangga di Jawa Barat pada
umumnya tertutup yaitu sebesar 52,9, yang terbuka sebesar 37, 1, dan yang tidak
memakai sebesar 10,0 (lihat tabel 3.178). Bila dilihat per Kabupaten/Kota,maka untuk
saluran pembuangan limbah tertutup sebaran terendah di Kabupaten Bekasi sebesar
24,4 dan tertinggi di'"KotaSukabumi sebesar 81,8. Wilayah terbesar yang tidak memiliki
saluran pembuanganlimbah adalah KabupatenTasikmalaya(30,3)
Tabet 3.178
Persentase Rumah Tangga menurut Jen.is $.aluran Pembuangan Air Linibah
dan Karakterlstlk Responden di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

Karakteristik Saluran pembuangan air limbah


responden Terbuka Tertutup Tidak ada
Tempat tinggal
Perkotaan 32,1 62,7 5,2
Pedesaan 43,9 40,2 15,9
Tingkat pengeluaran perkapita
Kuintil 1 44,2 38,1 17,7
Kuintil 2 41,0 46,t 12,9
Kuintil 3 39,3 51,2 9,4
Kuintil 4 '35,4 56,2 8,5
Kuintil 5 29,8 66,1 4,1

219
Sebaran saluran pembuangan air limbah tertutup di perkotaan (62,7) lebih tinggi
dibandingkan di pedesaan (40,2). Sebaliknya rumah tangga yang tidak mempunyai
saluran ·pembuangan limbah . dan saluran pembuangan air limbah. terbuka sebarannya
lebih tingg( -di' Pedesaan dibandir.JKari di Perkotaan. Selanjutnya emakin tinggi
pengeluar.an per kapita' per- bulan, semakin menurun saluran pembOangan air limbah
terbuka, dan, tidak adanya saluran pembuangan air llrnbah. Sebaliknya, semakin tin9gi
pengeluaran p~r·l<apita, maka saluran pernbuanqan air llmbah.dalarrr keadaantertiitup
juga semakin tinggi.
Tabel 3.179
Persentase Rumah Tangga menurut Akses terhadap Air Bersih dan
Sanitasi berdasarkan Kabupaten/Kota di Provlnsl Jawa Barat,
Riskesdas 2007
,Air Bersih Sanitasi
Kabupaten/Kota Kurang Akses*) Kurang Akses**)
Kab Bogor · 85,4_ 14,6 52,8 47,2
Kab Sukabumi 85,2 14,8 56, 1 43,9
Kab Cianjur 98,9 1, 1 67,8 32,2
Kab Bandung 22,9 77,1 47,2 52,8
Kab Garut 51,9 48,1 62,2 37,8
KabTasikmalaya 48,2 51,8 70,7 29,3
Kab Ciamis 55,2 44,8 52,2 47,8
Kab Kuningan 13,3 86, 7 28,9 ,_-, 71,1
Kab Cirebon 24,4 75,6 56,0 44,0
Kab Majalengka 80,0 20,0 34,7 65,3
Kab Sumedang 28,8 71,2 44,1 55,9
Kab lndramayu 17,2 82,8 45,0 55,0
Kab Subang 14,6 85,4 46,1 53,9
Kab Purwakarta 53, 1 46,9 42,8 57,2
Kab Karawang 30,5 69,5 57,1 42,9
Kab Berkasi 55,2 44,8 48,0 52,0
Kota Bogor 41,2 58,8 20, 1 79,9
KotaSukabumi 22,0 78,0 25,8 74,2
KotaBandung 18,7 81,3 40,6 59,4
Kota Cirebon 37,5 62,5 35,2 64,8
Kota Bekasi M,8 61,2 19,3 80,7
Kota Oepok 99,7 ,3 13,7 86,3
KotaCimahi 26,1 73,9 30,2 69,8
KotaTasikmalaya 18,0 82,0 40,8 59,2
Kota Banjar 10,2 89,8 59,2 40,8
JAWA.BAR.AT 44,2 55,8 45,8 54,2
Catatan :" *) 20 Ltr/Org/hartdari sumbert~rlindungdim jarak 1 km atall waktu tempuh'kurang
dari 30'menit
**) memilikijambanjenis latrin+ tangki septik

Sebaran rumah tangga menurut akses terhadap air bersih dan sanitasi dan
Kabupaten/Kota secara keseluruhan di provinsi Jawa Barat tidak jauh berbeda. Hanya
pada akses terhadap air bersih terdapat perbedaan, di Jawa Barat kataqori akses
diatas rerata nasional sementara katagori kurang akses dibawah rerata nasional'(65,0).
Ditinjau dari data Kabupaten/Kota, maka katagori kurang akses terhadap air bersih
Sebaran tertinggi di Kota Depok (99.7) Sementara wilayah yang tertinggi sebaran
kurang akses terhadap sanitasi adalah Kabupaten Tasikmalaya (70,7).

220
Tabet 3.180
Persentase Rumah.Tangga menurut Akses Terhadap Air Bersih dan Sanitasi
berdaserkan Karakterlstik Responden di Provinsi Jawa Barat,
· Riskesdas 2007

Air Bersih Sanifa$:i


i<urang Akses*) Ku rang Akses**)
Tempat Tinggal
Perkotaan 39,8 60,2 34,1 65,9
Perdesaan 49,1 50,9 58,6 41,4
Pendapatan Keluarga Perkapita
Kuintil 1 47,6 52,4 65,6 34,4
Kuintil 2 44,5 55,5 55,0 45,0
Kuintil 3 43,3 56,7 46,0 54,0
Kuintil 4 42,1 57,9 38;o 62,0
Kuintil 5 43,7 56,3 24,3 75,7
Catatan : *) 20 ltr/org/hari darl sumber terlindung dim jarak 1 km atau waktu tempuh kurang
dari 30 menit
**) Memilikijamban jenis latrin + tangki septik

Sebaran rumah tangga menurut akses terhadap air bersih dan sanitasi dan klasifikasi
daerah dapat dilihat pada tabel 7.22. Dalam tabel tersebut terlihat bahwa, Sebaran
akses terhadap air bersih tergolong kurang di perkotaan (39,8) lebih tinggi dibandingkan
dengan pedesaan (49,1)
Sedangkan menurut tingkat kuintil akses terhadap air bersih tergolong kurang, sebaran
antar kuintil tidak jauh berbeda, namun tetap pada kuintil pertama yang rrierupakan
persentase tertinggi (47,6), demikian halnya terjadi pada akses sanitasi kuintil-1 yang
kurang akses sebesar 65,6.

221
3.9.4. Pembuangan Sampah
Data pernbuanqan, sampah meliputi ketersediaan tempat penampuhgah~ pety\buahgan
sampah di dalam dan pi Juar rumah.

Tabel 3.181
Persentase Rqmah Tangga menu rut Jeni& Penampungan Sampah
di Dalam dan di Luar Rumah dan·KabupatenJKota di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007

Penampungan sampah dalam Penampungan sampah di


rum ah luat rllmali
Kabupaten/Kota Tidak Tidak
Tertutup Terbuka Tertutup T.erbuka
ada ada
Kab Bogor 4,2 21,0 74,9 4,0 20,1 76,0
Kab Sukabumi 6,6 7,2 86,2 5,3 29,6 65,1
Kab Cianjur 4,5 7,0 88,5 6,1 29,9 64,0
Kab Bandung 13,3 28,0 58,7 10;8 25,4 63,8
Kab Garut 4,1 9,2 86,6 4,3 18,6 77,2
Kab Tasikmalaya 3,0 15,3 81,7 3,6 13,2 83,1
Kab Ciamis 13,5 20,8 65,7 7,3 41,7 51,0
Kab Kuningan 8,5 36,9 54,7 9,8 ..~- . -
27,4 62,9
Kab Cirebon 8,0 24,0 68,0 5,6 30,7 63,8
Kab Majalengka 6,8 18,5 74,7 11,6 33,7 54,7
Kab Sumedang 9,8 28,0 62,2 6,3 26,5 67,2
Kab lndramayu 5;'5 27, 1 67,4 4,0 41,3 54,7
Kab Subang 14,4 23,0 62,5 5,8 38,3 55,9
Kab Purwakarta 5,8 13,4 80,8 3,5 25,2 71,3
Kab Karawang 5,3 18,6 76,1 5,2 44,1 50,7
Kab Berkasi 12,5 12,8 74,7 11,5 27,3 61,2
Kota Bogor 9,8 8,9 81,3 15,4 28,4 56,2
Kota Sukabumi 9,9 8,2 81,9 13,6 25,7 60,7
Kota Bandung 8,8 9,6 81,5 11,2 17,7 71,0
Kota Cirebon 16,1 23,4 60,5 24,4 47,4 28,2
Kota Bekasi 12, 1 25,0 62,9 21,8 37,7 40,5
Kota Depok 8,6 21,2 70,2 15,5 35,9 48,6
Kota Cimahi 10,2 26,5 63,2 12,8 21,8 65,4
Kota Tasikmalaya 8,2 15,2 76,6 9,4 28,9 61,8
Kota Banjar 8,8 30,7 60,4 6,1 52,5 41,4
JAWA BARAT 8,5 19,2 72,3 8,7 30,0 61,3

Distribusi sebaran rumah tangga menurut jenis penampungan sampah di dalam dan di
luar rumah dan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada tabel 3.180.
Keadaan penampungan sampah di Jawa Barat seperti halnya di tingkat nasional cukup
memprihatinkan, karena pada umumnya baik penampungan didalam maupun di luar
rumah tidak mempunyai penampungan (72,3 dan 61,3). Penampungan umumnya masih
dalam keadaan terbuka, yaitu penampungan di dalam rumah sebesar 19,2 dan di luar
rumah sebesar 30,0 sisanya dalam keadaan tertutup. Bila dilihat per Kabupaten/Kota,
maka sebaran tertinggi di Kabupaten Cianjur sebesar 88,5. Sedangkan penampungan
berada di luar rumah, tertinggi di Kabupaten Tasikmalaya sebesar 83, 1.

222
Tabel 3.18~
Pel'SentaseRumah Tangga menurut Jen1sPenampungan·sampah di'Dalam
dan dl.Luar Rumah Berdasarkan Kai"~k,!eristi~Responden
di Provinsi·Jawa Ba'raf,Risk~s~~s209.7

Penampunqan sampah dalam Penampungan "Sampah di luar


Karakteristik
rum ah rum ah
respond en
Tertutup Terbuka Tldakada • Tertutup Terbuka Tldak ada
I
Tempat tinggal
Perkotaan 10;9, 20,1' 69,0 12,4 31,2 56,4
Pedesaan 5,9 18, 1 76,0 4,7 28,6 ~6.7
Tingkat pengeluaran perkapita
Kuintil 1 4,4 15,3 80,3 4,3 25,3 70,5
Kuintil 2 6,0 17,2 76,8 5,3 28,5 66,2
Kuintil 3 6,9 1~,4 73,7 7,4 28,9 63;8
Kuintil 4 10,5 20,3 "'69,3 9,8 31,4 58,8
Kuintil 5 14,9 23,6 61,5 17,0 35,8 47,2

Apabila dilihat dari klasifikasj wilayah, terlihat a~anya perbedaan yang cukup besar
antara wilayah pedesaan dan perk6taan ,dalam bal penampungan sampan di dalam
rumah. Sebaran tidak ada pensmpunqan.sampah; di perkotaan lebih rendah dibanding
pedesaan '(69,0 dan 76,0). Keadaan ini seseuai dengan persebaran sebaran ditingkat
kuintil, dimana semakin tinggi kuintil semakin rendah sebarannya. Diduga masyarakat
pada kuintil 5 (kaya) banyak terdapat di daerah perkotaan.
Keadaan penampungan sampah di luar rumah, semakin tinggi kuintil maka maka
penampungan sampah di luar rumah baik dalam keadaan tertutup dan terbuka
sebarannya juga semakin tinggi.

3.9.5. Perumahan
Data perumahan yang dikurnpulkan dan rneniadi bagian cfari persyaratan .rumah sehat
adalati jenis lantai' rumah, kepadatan nunian, dan ke,beradaan hewan ternak -dalarn
rumah. Data jeni~ lantai, luas lantai rurnah dan jumlah .anggota rumah tangga diambil
dari Kor Susenas.2007, sedangkan data pemeliharaan ternak diambil dari Riskesdas
2007. Kepadatan hunian diperoleh' dengan cara membagi luas lantai rumah dalam meter
persegi dengan jumlah anggota rumah tangga.
Hasil perhitungan cfikategorikan sesdai kriterla Perrnenkes tentang rurriah sehat, yaitu
memenuhi syarat bila ~8m2/kapita (tidak padat) dan tidak rnemenuhi syarat bila
<8m2/kapita (padat).

223
Tabet 3.183
Persentase ~umah Tangg~ menu rut Jems- Bahan Bakar· Utama Memasak
dan. Kabupatentf<ota d! PrQvinsi:Jawa Barat;,Riskesdas 2007
Kabupaten/Kota . · J.enis.Bahan Bakar Utama -Memasak
Listrlk Gas/ l\/Unyak Arang/ Kayu Lafnnya ·
~Elpiji Tanah Briket . Bakar --
Kab Bogar 2,4 '9,0 5], 1 0.4 30,8 0,3
Kab Sukqbumi 1,2 4,2 ~3,3 0,7 60,2 0,4
Kab Cianjur 2,1 1,4 .29,4 0,3' 66,7 0,1
Kab Bandung 2,2 9,8 66,7 0, 1 20,8 0,4
Kab Garut 2,0 3,4 27 ,4 0,5 66,1 0,6
Kab Tasikmalaya 1,0 2,5 24,4 0,5 71,4 0,1
Kab Ciamis 0,6 5,3 18,2 0,1 75,8 0,0
Kab Kuningan 0,8 6, 1 35, 1 0,2 57,3 0,6
Kab Cirebon 2,7 7,1 61,0 0,1 28,6 0,6
Kab Majalengka 1,1 8,9 44,4 1,4 44, 1 0,2
Kab Sumedang 2,9 8,2 34,4 0,5 53,0 1,0
Kab lndramayu 1,4 7,7 51,1 0,1. 39,1 0,6
Kab Subang 1,9 4,6 _47,6 0,6. 45,0 0,3
Kab Purwakarta 0,5 9,2 37,4 0,5 51,7 0,8
Kab Karawang 4,1 6,7 62,8 0,2 25,7 0,5
Kab Berkasi 1,3 15,3 55,0 0,0 26,7 1,7
Kota Bogar 4,1 28,8 -62,S 0 4, 1 0,4
Kota Sukabumi 0,7 14,7 74,0 0 10,7 0,0
Kota B~mdung 4,2 25,6 67,6 0 ··1,3 1,3
Kota Cirebon 2,0 23,8 68,2 0,0 6,0 0
Kota Bekasi 4,8 36,4 55,3 0,4 2, 7 0,4
Kota Depok 2,6 29,5 65,3 0 2,5 0
Kota Cimahi 1,6 28,8 67,3 0,0 1,6 0,6
Kota Tasikmalaya 1,4 14,9 61,1 0,0 22,2 0,3
Kota Banjar 1,2 9.4 37,6 0 51,8 0
JA'v"./A BARAT 2,2 11,6 48,9 0,3 36,5 0,5

Jenis bahan bakar utama memasak di Jawa Barat pada umumnya memakai minyak
tanah sebesar 48,9, kemudian kayu bakar sebesar 3q,5, urutan ketiga gas elpiji sebesar
11,6 lainnya memakai tistrik, arang dan lain-lain dalam Persentase yang relatif kecil
(lihat tabel 7.25). Pemakaiah · minyak tanah terennah di Kabupaten Clatnis' sebesar 18,2
dan tertinggi di Kota sukaburni sebesar 74,0. Pemakaian kayu bakar sebaran terendah
di Kota Bandung' sebesar 1,3 dan tertinggi di Kabupaten Ciamis sebesar 75,8.
Tabel 3.184
Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Bahan Bakar Utama M,emasak
dan Karakteristlk Resp~nd~n di Prpvinsi Jawa Barat.Rlskesdas 2007

Jenis Bahan Bakar Utama Memasak


Karakteristik Listrik Gas/ Minyak Arang/ Kayu Lainnya
Respond en El~iji Tanah Briket Bakar
Tempat tinggal
Perkotaan 2,8 19,7 63,6 0,3 13,0 0,6
Pedesaan 1,6 3,3 33,9 0,4 60,4 0,4
Tingkat pengeluaran perkapita
Kuintil 1 1,7 1,5 40,2 0,4 55,8 0,4
Kuintil 2 1,8 3,9 47,5 0,2 46,2 0,3
Kuintil 3 1,8 7,3 53,0 0,5 37,2 0,2
Kuintil 4 1,9 13,8 55,5 0,3 28,1 0,5
Kuintil 5 3,9 31,4 48,2 0,2 15,0 1,2

224
Pen9g4naan jenis bahan, bakar utame-rrierrrasak, di, perkotaan uhtuk minyak tanah dan
gas eJpiji sebarannya- lel;>ih tinggi di perkotaan dil5~iiqingl<an· c;li pedesaan, Sebaliknya
untuk penggun,aan kayu bakar p~entas~n~~ ·1\9.bih tinggi di pedesaan dibandingk.an di
perkotaan (lihat tabel 3.1 ?4). • ,. ·.~1 ' ·t .,. ~ . •
~ebaran ru~at;i tfinggp,llJ~nyrut j~ni; bahan, bakar-utama .rnemasak 'dan kuintil dapat
dilihat pada tabel 3.1 &,i Dalal]"! 'abet t~tseput t~rljt)at;bahwa semakin tinggi kuintil, maka
pe1Jgg1J..na_a1J.Qas/elpij_idan ~1inyak.tanah sebarannya ssrnakln tinggi,'"S~~qliknyas.eba(~n
penggunaan ·kayat bakar ~ semakin menurun, Untu~ ,pe,nggunaari "Iistrik walauptm
sebaran'}ya:iel~~tt ~ecU, Jetapi ~semakirLtinb'9L..kl.JintilsSebara"'n penggunaan li~tril<joga
sernakin naik. Untuk penggunaan arang/briket sebaranpya relatif kecil dan bervariasi
tetapi nilai sebarannya fidak-jauh berbeda °(0,2-0,5).
Tabel 3.185 ,
Persentase Rumah Tarigga menurut Jenls La. ntal
. Rumah dan Kepadatan
'Hunlan berdasarkan Kabupaten/Kota di•Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007

Jenis Lanter- Kep-adatan· Hunlan


Kabupaten/Kota
Bukan Tanah > 8M2/
f,_ '\)
< 8 M2/
ianah Kaplta, ~ Ka pita
Kab.Sogor 94,3 5,7
...81·0' 19,0
l<ab Sukabumi 97,2 2,8 84,:4 15,6
Kab Cianjur 98,4 1,6 83,2 16,8
Kab B'andung 98,3 1,7 78,9 21,1
Kab Garut 98,5 1,5 76,0 24,0
Kab Tasikrnalaya 97,7 2,3, 85,2 1418
KabCiarnis 93,7 6,3 92,7 7,3
Kab Kuningan 96~7 B,3 96,1 3,9
' Kab Cirebon 89,5 10,5 88,2 11,8
Kab Majalengka 95,9 4,1 95,9 4,1
Kab Sumedang 98,5 1,5 85,2 ~4.8
Kab Indrarnayu 84,2 15,8 ·94, 1 5,9
Kati Subang 88,2 11,8 91, 1 8,9
Kab Purwakarta 96,5 3,5- 89,0 11,0
Kab Karawang. 73,7 26,3 85,5 14,5
Kab Bekas] ... _-'!'- 73,5 20,5 81~0 19,0
Kota Bogor 97,,6 2,4 86,5 t3,5
Kota Sukabumi 98,5 1,5 84,1 15,9
Kota Bandung Q8,1 1,9 ~2.8 27,2
Kota Cirebon 94,7 ~5,3 87,6 12,4
Kota Bekasi 96,6 3,4 87,7 12,3
Kota Depok 98,0 2,0 86,0 14,0
Kota Cimahi 96,8 3,2 71,7 28,3
Kota Tasikmalaya 96,9 3,1 85,0 15,0
Kota 'sanjar 93,7 6,3 92, 1 7,9
JAWA BARAT 93,7 6,3 85,1 14,9

Tabel 3.185 menunjukkan persentase rumah tangga menurut jenis lantai rumah dan
kepadatan hunian dan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat. Sebagian besar lantai
rumah hunian bukan dari tanah yaitu 93, 7 dengan kepadatan hunian >8 M2/kapita yaitu
sebesar 85, 1. Hampir 80 wilayah di Jawa barat jenis lantainya sudah semen atau bukan
tanah. Wilayah yang masih perlu mendapat perhatian dimana jenis lantai masih banyak
menggunakan tanah adalah Kabupaten Bekasi (26.5,5) dan Kabupaten Karawang

225
(26,3). Untuk kepadatan hunian >8 M2/Jsapit~. sebaran terendah· di Kota Cimahi sebesar
71,? di dan tertinggi di Kabupaten K,uotngan. sebesar.96, 1 .
Tabet;3.186
Persentase Rumah Tangga MenunltJenis Lantai Rumah dan K~padatan
Hunlan Berdasarkan Karakterislik Rssponden di Provlnsl Jaw~.Bara~,
• • ~ ~ RfskesdaS.
~
2007' ·~
Karaktetistil< responden- . · Jenis lanfar Kepa,Patanhunian
1.· ~ «: ... Buklm.tanah 1~nah
a ' .> 8 m,_2/ kapitcr < 8 m2/ k~plta
41
Tem~at tin'ggal · , ' ' 1

Perkofaan 95,8 4,2 ~2.2 17,8
Pedesaan 90,6 9,4' 87,1 12,9
Th;igkat pengeluaran perkapita
1
Kuinti[rl 1 • 1 87 ,9 12, 1 69,6 30,4
Ku inti I 2 ,g r.s 8,2 80,3 19,7
Kuintil 3 93,6 6,4 86,7 13,3
Kuintil 4 95,6 · 4,4 92,0 8,0
Kuintil 5 .91,3 2,7 94,6 5,4

Sebaran penggunaan lantai bukan tanah di perkotaan (95,8) lebih tinggi dibandingkan di
pedesaan (90.6), ·dan~sebaltkl:lya sebaran kepadatan hunian di pedesaan ·(87,.1) lebih
tinggi dlbandinqkan di perkotaan (82,2), untuk lebih jelasnya dapat d,ilihat pada tabel
7.28. Semakin finggi kuintil (semakin kaya), maka jenls lantal=bukan dari tanah
sebarannya juga semakin tinggi. Demikian juga untuk kepadatan hunian .:::_8 M2/Kapita
sebarannya juga semakin tinggi (untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.186).
Jenis bahan beracun berbahaya (83) yang paling banyak digunakan oleh rumah tangga
di Jawa barat adalah penghilang noda pakaian sebesar 57,2, kemudian racun serangga
sebesar 49,2, pembersih lantai sebesa_r 40,5 .. spray ran'lbut 18,9, Secara keseluruhan
rerata penqqunaan jenis bahan beracun berbahaya jaul) diatas rerata nasional.
Pemanfaatan jenis 8ahan 8eracun Berbahaya (83) yang dipergunakan oleh masyarakat
di Jawa Barat daiam kehidupan sehari-hari untuk pemanfaatan dalam rumah cukup
besar. Hal ini terjadl terutama ·di kawasan perkotaan sepertl Kota Bogor, Bandung,
Cirebon, 8ekasi Depok, Cimahi dan Tasikryialaya. Sedanqkan wilayah yang memiliki
nilai pernanfaatan '83 dalam rumah yang relatif rendah adalah, Kabupaten Sukabumi,
Cianjur dan Tasikmalaya. 8esarnya pernarifaatan 83 jenis penghilang noda pakaian
dapat menimbulkan pencemaran kualitas air permukaart baik sungai maupun situfdanau
dari parameter deterjen. Sedangkan besarnya pemanfaatan 83 berupa racun serangga
maupun pembersih lantai yang mengandiJQg disinfektan beresiko terhadap bahaya
keracunan

226
Tabel'3.187
Persentase Rumah Tangga rnenurut Jenis Bahan Beracun Berbahaya
di Dalam Rumah dan _Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007

Jenis bahari. beracun berbaha~a ·


Kabupaten/Kota Penghilang Racun
Peng- Spray Pembersi Penqkllap-
h 1a.ntai noda serangg
harum -rambut ,kayu/kaca
~aka Ian a
Kab Bogor 7,6 10,8 34,4 56,2 2;8 25~5
Kab Sukabumi 8,5 13,2 .19,5 27,9 3,9 30,0
. Kab Cianjur 8,8 11,4 19,8 45,5 5,0 16,1
Kab Bandung 'IB,7 14,2 38,8 58,8 9,1 47,9
Kab Garut 8,2 8,8 21,5 57,9 10,4 40,3
Kab Tasikmalaya 6,2 21,0 11,8 24,8 4,1 14,4
Kab Ciamis 15,5 10,0 22,8 47,1 7,9 49,3
Kab Kuningan 14,9 5,8 37,4 32,6 12,6 26,0
Kab Cirebon 14,0 20,9 36,4 53,5 10,4 60,6
Kab Majalengka 13,8 4,6 33,5 71,7 10,5 44,0
Kab Sumedang 17,7 15,9 30,0 85,1 6,9 71,3
Kab lndramayu 12,5 26,5 31,7 53,3 8,6 53,8
Kab Subang 10,5 15,0 27,5 77,6 6,8 63,4
Kab Purwakarta 9,2 19,0 35,6 72,8 7,7 61,1
Kab Karawang 14,2 32,8 36,8 56,4 13,5 72,8
Kab Berkasi 18,9 28,8 48,3 54,8 10,5 57,8
;
Kota Bogor 24,0 37,4 70, 1 69,2 18,7 47,5
Kota Sukabumi 22,1 26,2 61,3 58,4 13,7 41,5
Kota Bandung 31,0 15,9 71-,7 69,3 17,7 58,4
Kota Cirebon 25,7 16,9 56,7 66,3 18,5 6~.3
Kota Bekasi 17,7 27,4 74,1 49,0 17,5 60,5
Kota Depok 21,9 35,3 77,1 72,6 17,8 49,4
Kota Cimahi 29,8 26, 1 69,7 43,5 19,0 55,9
Kota Tasikmalaya 17,9 18,8 46,4 92,4 8,6 80,5
Kota Banjar 18,2 23,5 39,9 61,2 14,2 71, 1
JAWABARAT 15,8 18,9 40,5 57,2 10,5 49,2

. Tabel 3.188
Persentase Rumah Jangga menurut Penggunaan Jenis Bahan Beracun Berbahaya
di Dalam Rumah dan Karakteristik Responden di Provinsi Jawa Barat,
Riskesdas 2007

Jenis Bahan Beracun Berbahaya


Karakteristik
respond en Peng- Spray Pembersih Penghilang Pengkilap Racun
noda
harum rambut lantai kayu/kaca serangga
pakaian
Tempat Tinggal
Perkotaan 20,7 21,8 56,6 61,1 13,8 51,2
Pedesaan 9,0 14,8 21,7 50,5 5,9 42,5
Tingkat pengeluaran perkapita
Kuintit 1 6,0 13,3 22,8 47,9 3,7 44,5
Kuintil 2 9,2 14,9 30,5 52,2 6,3 43,6
Kuintil 3 12,0 17, 1 36,1 55, 1 7,8 45,4
Kuintil 4 18, 1 19,9 46,3 58,9 11, 1 47,8
Kuintil 5 29,3 26,4 61,0 65,2 20,4 53,2

227
Penggunaan jenis bahan beracun berbahaya bila dibandingkan antara perkotaan dan
pedesaan, maka pengguna9n penghilang noda pakaian sebarannya di perkotaan (61, 1)
lebih tinggi dibandingkan di pedesaan (50,5), dan p~r;iggunaan racun serangga di
perl<ota.:n (51,2) juga lebih tinggi dibandingkan di pedesaan (42,5). Demikian juga untuk
penggunaan pengharum, spray rambut, pembersih lantai dan pengkilap kayu/kaca
Sebaran penggunaan 'di perkotaanl
lebih tinggrdibandingkan di pedesaan .
Sema~!n tinggi kuintil (semakin k.aya), maka jenis bahan beracun berbahaya yang
digunakan didalam rumah ..seperti , pe~gl)afum, spray rambut, pembersih lantat,
penghilang noda pakaiah~ dan pengkilap kayu/kaca sebaran juga semakin iinggi. Untuk
racun serangga pada kuintil 1 cukup tinggi dibandingkan 'kuintil 2, hal ini diduga ada
kaitaniiya dengan penggunaan racun berbahaya urituk kegiatan pertanian dan
perikanan, dimana kuintil 1 banyak tinggal di oedesan. Sedangkan· penggunaan pada
kuintil 2-5 semakin tinggi sebarar'mya, diduga penggunaan racun serangga di tinggkat ini
semakin luas pada berbagai kebutuhan rumah tangga maupun usaha.
Rumah tangga di Provinsi Jawa Barat sebagian. besar tidak memelihara temak dengan
sebaran antara 69,8 - 98,6. Kalaupun memelihara biasanya ternak unggas dipelihara di
luar .rumah sebesar 25,8. Bila dilihat per Kabupaten/Kota, maka temak unggas di luar
rumah sebaran terendah di Kabupaten Garut (7 ,2 ) dan tertinggi di Kabupaten Cianiis
(55,3 }.
Pola pemeliharan baik ternak unggas, sedang dan besar maupun anjing, kucing atau
kelinci di Provinsi Jawa Barat dapat dikatakan memperlihatkan · pola hidup yang sehat.
Mereka yang memelihara binatang cenderung rnemelihara di IU§!.(, rumah. Terdapat
penget:ualian untuk Kabupaten Garut, hal ini dapat diartikan bahwa sosialisasi pola
hidup· sehat belum .berhasil atau .kondisi keamanan belum memadai untuk pemeliharaan
ternak. Sementara itu sebagian besar masyarakat kabupaten/kota Jawa Barat yang
tidak memelihara hewan (di atas 90 kecuali unggas sebesar 69,8

228
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~m~~w~~~~m~~mN~m~~m~~w~o
-I
., .,
Cl)
:J
c: r
~~~~N~~~mN~~~~~~~~~~~~~~~~ iii
I).)

~w~~~oo~mw~a~mNooNooNmwmNoNwm 3
~., "c::J
(Q
(Q
I).)
Cl) -I I/I
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~j
~Nm~~ooomw~owm~mmmmmw~~N~m~ =o:
.,
~I).)

I).)

~WWWW©©W©©©©©~©~©W~©~~©~~©
N~~mmm~m~~~~o~~~om~o~mw~wo
~NmoN~~mm~~~oomo~moomomwmmm~

.
c: r
::.: -I
"C1) Cl)
.. :J
tr C)
..

3 Iii C) "
I).) .,
:r E. tr
"C1)
c: I/I
Q. C)
C) .,

e:

.. 0
Nm~Nw~oNNNNN~~wN~~o~~m~~~~ §DI e!. )>
~ooom~~~~~N~Nm~N~~~mmNmN~ww DI
.....:J:;·
:r 3

Nw~w~N~NwN~~~mNwo~omN~N~w~
.
c r-
co
~
u. m:.... Noo~w~ ~ mwwoo~:.... m_oo:.... oo~ moom ~ -~ N 3C) Iii.. c:
(')
:;·
:r
co
-
~
:J
£:?.
,..... (") r-, (X),.....
..f ..j ..j ..f ..j
0) 0) 0) 0) 0)

N CD io l.O t--
NN,NNN

e.c
"' C\1
-E
0"' :::::J
...

t.t) <O
qj,...:
0) 0)

... .c t.t)
ci'N"
.....

"' E"'
:;,
...J
...
:::::J

e.c 0
ci' ci'
(")

-E
C'CI "'

0"' ...
:::::J

NO)t--l.Olt) "_-...
o:i a; N" ..f <O
COCX'.)0>0>0>

C>
M
N

....._ N_
E .c 0 ...-
al al
-E
al :::::J
0 ...

CD CO (0 '<I" co l.C),.....
.,..: ,...:
co l.C)
..j r-: ...: o:i
<O
<O<O<Ot--t--

"'
al
C)
C)
e ... .c "<l"MO"<tt--
qj o:i o:i ..f o:i
::::> al C\1 N N N N ...-
~ :J E
al
...
c:
_J :J
...
Cl)
I-

.x
·-
t) (1) c:
·-a.. "O
c:
.So
~ c.
cu "'
...(1)
~ ...
Perneliharaan ternak baik di didalam dan di'luar rumah sebaran di pedesaan lebih tinggi
dibandingkan di perkotaan. Sebaliknya rumah tangga yang tidak memelihara ternak,
sebaran di perkotaan (81,6 - 99,5) lebih tinggi dibandingkan di pedesaan (57,8 - 97,6 ).
Ditinjau dari kelornpok: tinggi kuintil, maka semakiri tinggi kuintil pemeliharaan ternak
unggas dan ternak sedang baik di dalam rumah dan di luar rumah sebarannya semakin
rendah. Untuk pemeliharaan ternak besar balk di dalam rumah (0,1-0;3) dan di luar
rumah 0,8-1,9) sebarannya relatif 'kecil. Pemellharaan binatang jinak
(anjing/kucing/kelinci) baik di dalam rumah dan di luar rumah hampir tidak membedakan
antar kuintil, sebarannya relatif.kecil. lmplikasi dari keadaan ini te11turfya adalah penyakit
bersumber binatang jinak·akan beresiko pada setiap kelompok masyarakat,
Berbagai sumber pencemar di Provinsi Jawa Barat jaraknya,>200 meter, sebarannya
berkisar 65,8 - 96,7 . Sementara yang beresiko terhadap gangguan sumber
pencemaran , berjarak < 10 berkisar antara 0,5 - 5,0. Secara umum jarak rumah
denqan sumber pencemar ditingkat kabupaten/kota Provinsi Jawa Barat relatif baik.
Sumber pencemar ferbesar diperoleh dari lokast rumah berada ·did~kat jalan raya.
Olehkarena pola kehidupan masyarakat yang cenderung mendekati dengan akses
transportasi. Namun, disisi lain kondisi demikian saat ini dirasakan cukup berpengaruh
terhadap tingginya tingkat penyakit ISPA yang terjadi.
Perlu dicermati dari tabel diatas adalah jarak tern pat pembuangan sampah antara 10 m
- 100 m di kabupaten Bandung, Cirebon dan Majalengka, Kota Bogor,Sukabumi,
Bandung, Bekasi, Depok dan Cimahi. Hal ini berkaitan dengan penduduk yang tinggal di
wilayah tersebut berkisar antara 50 - 1 O . Perlu adanya manajemen distribusi tempat
pembuangan sampah yang baik sehingga lokasi itu tidak menjadi tempat pemcemar
bagi masyarakat yang tinggal di lokasi tersebut

231
0 ~v•oo•••N~oo-•oo~mNoo..-M•~~oo..-~~
0
N ~~~ro~m~©ri~riN~©~cimcim~m~ci~N=
mmrorommoomoooommmrooomoooo~moooo~mrom
I\
.:ie.
·;:: .....
.0 (I)
ca ...
Q. (I)

1: E
,,~E
~--,,
.E
0
.....
v
,._· ....
0 ~vmoNmvm~oomoomroNmmromm~~om~=
0
N ID~Nri~m~~~~IDID~~riri©~~ci~m~NID~
oommrommmm~~mmmromoo~M~mrow~mm=
I\

0
.....
v
E 0 ooMmoovmooMmvmNNm..-~om..-oo~~mMM~
0
~ N NNriro~mro~NciNri~~©m©~~ri~~ID~~~
~moo~moo~~moooomoo©~~~NM©©vM~©~
I\
'a
ca
ca
...... 'o
(I) ..... 0
........
(I) Cl)
~N
.ll:: ......
- (I)

-....
11:?
ca
>.
ca
E 00.....
0
I

.....
~~~~~oo~~~~~~v~~~~~~~~~~~~~
~~OOM -~~...-NOO
...... N..-MN©N..-N..-..-N~
-mvNOO©©..-oom~..-0..-
............ NNvvN..-MMMNN

c:
ca 0
..... m..-roN~OO~mMMOOOOvm~N~v"<l"O~O'l"<!"OOO
(ij v ~IDN~~ci~~ri~~~Nrori~©~ri©~ro~~~~
""')
........
oo Ci iil
0 I -'<
3 !l)

...., ..... 3~
<D -
00 .... ';II:'
0 .....
I .., ..,
<D <D
- (!)
v S"
<.nen en o:I -.i N II>
co.:>.encoo
mo:.....mo 0
0 ---· "S:!.

I\
..... N .....
(oO, 0 t/l ...i
!l) <D
33
..... _.
(0(0(000
.........
oo
"O "O
!l) II>
::J' ....
mm·-.iw'N C) I
_-o
Q. <D
N _.. -3
oO 3 O"
0 .....
I 3fii
<D :l
-co
CX> CX> CX> CX> CX>
v ~
-:;J
II>
N
<.n <.n en <.n <.n 0
o,(o:.....0,0> 0

0 _. ....0A
mo
..........
Oo
0 I

....,
00
....
w'w.w w l\l 0 ....
w:.....N°.:>. en I

00 00 CX> CX> (I)


v
N
0000(0(00 0
0,(n':..,i~".:>. 0

0 0 O•b 0 ....
A

:..i :..i Sn "".:>.· -""


0

..... l\l _..N ..... ow


........
oo
<o:..... en,N 'Co en'N P•
N _..
000 .... 0 00
<o':..i o, -um 0 ....
I

co cc) (I) co (I) (!) (0


v
N
en en en en -.i CX> 01 0
0,(.n(o".:>.:..... wo 0
Secara umum daerah perkotaan lebih beresiko terhadap pencemaran. Terlihat daerah
perkotaan sebaran dari berbagai kelompok surnber pencemaran jarak <200 lebih tinggi
di banding pedesaan. Sebaliknya jarak sumber pencemar >200 meter, sebaran di
pedesaan (berkisar antara 75,9 - 98,3) lebih tinggi dibandfngakc..1 di perkotaan (berkisar
antara 55,9 - 95,0).
Sebaran rumah tangga menurut jarak rumah ke sumber pencemar dan 'kuintil dapat
dilihat pada tabel 7.34. Tercatat sebaqian besar rumah tangga. di' Jawa' Barat tioggal
pada jarak >200 meter dart rumah (65,'8), dan dari komunitas ini t'ernyata semakin tinggi
kuintil (semakin kaya) maka jarak rurnah ~e.>ioo meter sebarannya s~makin rendah,
sebaliknya untuk [arak <1 O meter sebarennva semakin meningkat; Untuk tempat
pembuangan sampah, maka sebagianlbesar tinggal pada jarak > 200 meter dari rumah
(85,8), dan pada komunitas ini sebaran bervarasl bedanya relatif kecil antar:t<uintil (85,5-
86, 1). Demikian juga untuk lndustri/pabrik ~eoagian besar tinggal pada jarak > 200
meter dari rumah (89,3), dan pada komunitas ini sebaran bervarasi bedanya relatif_kecil
antar kuintil (88,5-90,4). Sama halnya pada ~aringan listrik SUTET, sebagian besar
tinggal pada jarak > 200 meter dari rumali (96,7), dan pada kornunltas" ini sebaran
bervarisi bedanya relatif kecil antar kuintil (96,4-97, 1).

234
BAB:4. RINGKASAN TE;MYAN
. ~ ' ..)
4.1:. Gi~i.~ t
• t
lndikator BB/U memberlkan gambaran tentang status gizi yang sifatnya· umum, tldak'
spesifik. Tinggi rendahnya prevalensi giztburuk':ctan·gizi kurang mengihdikasikan ada'
tidaknya masalah gizi pada·baJita,·tetapi tidak rnemberlkan lndlkasi apakah rnasalah gizi·
tersebut bersifat kronis atau akut, Secara umum di tingkat provlnsl, prevalensl gizJ bu,rul(
dan kurang pada anak balita sebesar 15%, dimana pencapaian tersebut lebih baik dart
target nasional perbaikan gizi tahun 2015 (2q0/o) dan MDGs• 2015: (1~%). ~riya 1'.
kabupaten yaitu. Ka bu paten Cirebon yang belum mencapai .target nasional .. qan 4
kabupaten/kota belurn. mencapai targef MDG 201:5 -yaitu Katiupaten Cjrebon, ,
Kabupaten Majalen,gka1 Kabupaten lndramayu dan Kota C,irebon. Prevalensi 6alit~ gizi
lebih sebesar '3,5~o·, bampir 'sarna dewf~n prevalensl gizb buruk {3,7%). Tiga
kabupaten/kota perlu diwaspadai -karena rnempunyal prevalensl ,gizi febih mendekati
10%, yaitu Kabupaten Karawanq, Kotc;i Bekasi, dan Kota Depok. lndikator TB/U
rnenqqarnbarkan status gizi yang sifaJnya krotils, artfriya muricul sebagai akibat dari
keadaan. yang berlangsung 'lama seperti kemi~~inan, perilaku· pola asuh yang tidak
tepat., sering menderita penyakit secara oerulan,g karena higiel}e dan sanitasl xang
kurang baik. Masalah pendek pada balita di Jawa Barat diternukan pada 1 darl 3 anak·
(35,4%). !3ah.kan. masalah.pernjek:c;m9~uka!f1?ada hampiF separuh ~alita di 5 kabvpat~n
(Cianju,r, .Bandunq, Garut, Majalengka dan Subang) .dan 1 kota (Taslkmalaya).
Penlnqkatan; masalati .pendek terlilia~ .setelah, rnencapai umur 11 bulaa, lebih tinggi di
pedesaan 'dibandlnqkan perkotaan. Tingginya -prevalenst balita pendek menunjukkan
bahwa masalah ini serius dan perlu mendapat perhatian khususuntuk rnenqataslnya.
lndikator BBfT~ menggambar~ao status gi~i yang sifatny~ akut sebaqai akibat dari
keadaan _yang .berlangsung dalam waktu ya,ng · pendek. f\?asalah kekurusan secara
umum yaitu 9%, berada di.bawah-batas kondisi:yang dianggap serius (10%), akan.tetapi
ada 7 kabupaten/kota yang berapp pada keadaan ~~riu~.-yaitl,\ :. Kabupaten Garut,
Kabupaten Cirebon. Kabupafen Sub?ng, Kabupaten Kg(awang, Kota Bandung, Kota
Cirebon ds;ip f<ota Qepok .• guki.i(? menarik bahwa besaran rnasalah kekurusan dan ,
keqernukan pada anak balita hampir sama yaitu ~.0% dao0916%, Fakta ini rnenuruukkan
bahwa masalah gizi ganda baiil<an sudah ditemukan s~ja~ usia balita dan masalab
keqernukan perlu mendapat perhatian disamping masalah, kekurusan yang sudah,
mendapat perhatlan. Sebanyak 12· k,abupqten/kota yaitu 'Kab Sukabur,ni, Kab.:Cainjur,
Kab.Bandi.mg, Kaf5.Gafut, Kab.Tasikmalaya, Kab.Clamis, Kab.Cirebon, Kab.Majalengka,
Kab.Subanq, Kab.~prawarig, Kota Bqndung, Kota Cirebon, Kota Tasikrnalaya yang
rnasalah gizi kronisnya lebih ~~cil dart angka nasional dan masalah gizi akutnya belum
mencapai Rondisi serius. Qua kabupaten yaitu Kabupaten Garut dan ~a~ypaten Subc;ing
menghadapi permasalahan gizi .akut dan kronis. Sama hal(lya dengan ,balita, masalah
kegemuka'n pada usia sekolah juga perlu rnendapat perhatian ~erius dirnana beberapa
daerah denqan prevalensi >10°/,o ya)tu untuk ariqk, lf\ki-faki di Kota Boqot p5:3o;;), Depok
(14,5%), Bekasi (11,9%), Bandung (11,4%) sei:fa11Q,kan untuk anak p~r~rripuan di Kota
Depok (13,1%).. Derqikian pbla pada dewasa, rnasalah ke~emukan ditemukan pada satu
dari limi:f oranq de,wasa (22%)~ lebih ting~i daripad~ang~a •. nasional (19,1%). ~ecara
umum, persentase obesjtas urnurn provinsi Jawa ]arat pada, laki-laki (14,3%) lebih
rendal} dibanding~an pererrij)'ua9 (29.0). Preyalensi obesit~s· sentraLdi provinsi seb~sar
20,3%. Bila dilihat per-t<af';>upaten/Kqta, maka. J;)re'lflensi tertinggi ?i Kota Bekas.i
sebesar 47,1 % dan terendah ·qi Kabu paten Cianjur yaitu 12,3%, Prevalensi resiko KEK
tertin'ggi di Provinsi Jawa Barat ditemukan di Kabupa'ten Cirebon (20,7%) dan
selanjutnya di Ka bu paten s'ukabumi. (1i,1 °(o). Prevalensi ter~ndah Ididapatkan di Kota
Depok yaitu 8,1°(.o. 8ata-rata konsumsi energi.maupun protein masyarakat Jawa Bar_pt
lebih rehdah dari' r9ta-rata 'konsumsi qasiOnal (1735, 1 k'kal dan dan 55,5 gram protein)
yaitu 1636,7 kkal un'tuk energi pan 53,8 gra,m ·~ntuk protein. Preval~nsi RT dengan
konsumsi energi dan protein dibawah rerata nas:Jnal niasing-masing sebesar 63, 1 %

235
dan 61, 1 %. Persentase tertinggi untuk rerata konsumsi energi adalah di Kota Bekasi,
(78,5%) sedangkan untuk protein· di Kabupaten Majalengka (74,5%). Seb~liknya
prevalensi terendah untuk energi dan protein adalah di Kabupaten Kuningan (42,5% da~
42,8%). Baru sebanyak 58,6% rumah ·tangga mempunyai garam cukup i6dium,
pencapaian nu masih 1 -jauh dari ~1arget nasional 2010 rnaupurr target
ICGlQD/UNICEFMfHG l;Jniversal Salt lodization (USI) atau "garam beriodiufn untuk
sernua" yaitu minimal 90Jumah-tangga m~ngg.unakan garam cukup.iodlurn ..

1>
4.2. Kesehatan ibu ·da·n anak.
Secara' umum cakupan imunisasi dl )ingkat provinsl untuk BCG dan Campak pada anak
'urnur 12-23 'Stfdah rnencapal >8Q%, akah' tetapr untuk DPT, POLIO dan "'l;iB belum
rnencapai target n~slonal.''Cakupan tmunlsasl anak di perkotaan lebih tinggi dari pada di
1
•r-· ) ' ,,. ~ li I • •
pedesaan Sebanyak 25 . ~~bupaten/kot~ yang berada d1 wllayah Jawa Barat, 21
ka~upaten/ko,ta telalf'n'le~capa't cal<upah'~manisasi i3c~· sesuai target 'nasional, t<ecuali
f<abupaten Claniur (63,6%), Kabupaten'Garut (74,8%),'Kabupaten Purwakarta (71,0%),
dan'Kabupaten Karawang (7_9,'4%}. Ada'sekltar 2~:8% anak umur 6-59 bulariyarig tfdak
pernah ditimbang dari yan_g ditimba'rm 1<3 kclli sebesar 22,7%. Hampir separuh' balita
ditimbang ?.11{ali·d_ala!TI l?-bulah J~raklifr, pers~nta_si tettinggi, di'~abupaten Kunin~an
sebesar ' 74;8% ·dan 'tefehdaYt di Kabupaten Ciarijur sebesar 28,2%. Persentase
penimbar'lgan'1-3 ka,li di desa '(24,6%)·1~bih tinggi diband,ingkan denqan di kota (21 ,2%):
sebahknya an~uk penimbanqan _::: 4 'katl persentasa di kota (4~,3%) lebih tinggi
dibandinqkan dengan di desa (45,4%). Persentase tempatpenimbangan ke Posyandu di
Desa (92,1%) lebih tinggi'diban,d.fr1gk'an_di'Kota,(84,3%}.'Hanya sepertigci'anak balita tti
Jawa Barat (35,0%) memiliki KMS, lebih 1;.tinggi dari rata-rata nasional (23,3%).
Kepemilikan buku KIA lebih renda'h~claflpada kepemilikan Ktyls (5,7%}, dan leblh rendah
dibandlngkan rata-rata nasional (13%). Cakupan pemberian kapsul vitamin A dalam 6
bulan terakhir telah mencapai '7.5,6%. Hanya sebagiali bayi yang rnempunyal catatan
berat berat badan lahir, Pada Urr\umnya berat badan lahir berdt:isarkan catatan yang ada
(buku KIA, KrV1S,, ataupun catatan kelahiran) ternyata berat badan Jahir antara 2500-
3999 gram, yakni seb1esar 77,3%, kemudian .::: 400.0 gratn sebesar 11,4%, dan < 2500
gram sebesar 11,2%. Bila dilihat' per-Kabupaten/Kota uhtuk kategori 2500-3999 gram,
persentase (ertinggi di Kabupaten Garut sebesar 100,0o/o dan terendah di Kabupaten
Cianjur sebesar 56,5°/o. Uiituk,kategori ~ 40do gram, persentase tertinQgi di Kabupaten
Tasikmalaya sebesar 33,3% dan terendah di Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis dan
Kota Cimah1 masing-masing sebesar 0%. Untuk kategori < 2500 gram, persentase
tertinggi di Kabupaten Cianiur sebesar 23,9% dan terendah di: Kabupaten Garut dan
Kota Bekasi masing-masing sebesar 0%. Gambaran persentase berat badan lahir dari
jenis kelarnin maka, untuk kategori 2500:3999 gram dan _:::' 4000 gram persentase pada
laki-laki (masinq-masinq 78,3% dan 12,9%) lebih tinggi dibandingkan perempuan
(masing-masing 7~'.3% dan 9,9%(Se$aliknya,.untuk kategori < 2500 gram persentase
pada perempuan (13,8%)' leb'iH tinggi" dlbandinqkan pada laki-laki (8,8,%). Berdasarkan
catatan yarig ada 'tersebut, prevalensi 88!'..R di Jawa Baral 11,2%. hampirsarna dengan
angka nasional (1 f,5%). Cakupan perneriksaan .kehamflan df Jawa Barat sebesar'
95,0% .. Bila diljhat per-Kabup~ten~)'.)ta maka, persentase terli~9gi lrntuk yang periksa
hamil di Kabupaten Kuningan, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Subang, Kota
Cireb6n, Kota Cirhahi Clan Kota Banjar rnaslnq-rnaslnq 1 OQ,0%" dan terendah' di
Kabupaten Garut sebesar 75,0%. Perneriksaan yang paling sering dilakukan pada ibu
ham!il' adalah pemeriksaan tekanan darah (97,'5%) dan penimbangan berat badan
(97,2%), sedanqkan jenis perneriksaan keharnllanyanq jarang dilakukan pada ibu hamil
adalah pemeriksaan hemoglobin' (35,0%) dan per'neriksaan urine (41,5%). Untuk
pemeriksaan hemoglobin, persentase di Kota .(40,4%) lebih tinggi dibandingkan di Desa
(27,6%). Darr untuk: pemeriksaan urine, persentase di Kota (46.~%) lebih tmggi
dibandingka di Desa. Pemeriksaan ne'onatus._OJ hari .(59,7%) dan neonatus 8-28 hari

236
(40,1.%)' rebih tinggi daripada rata-rata hasional (57,6% dan 33,5%). Pemeriksaan
neor.atus umur 0-7 hari terendah di Kabupaten Garut (25,0%) dan untuk neonatus umur
8-28 hari. terendah di Kabupaten Cianjur (22,2%).

4.3. Penyakit menular.


Prevalensi tertinggi Filariasis di Kabupaten Tasikmalaya, menyusul Kabupaten
Karawang dan Kabupate'n Cirebon nieskipun di· bawah angka nasional Walaupun
rentang prevalensi di ProvinslJawa Barat'hanya O - 0.20, 'tetapt kejadian filariasis'tetap
harus menjadi perhatian karena merupakan penyakit tular vektor dan bersifaf kfonis.
Dalam 12 bulan terakhir secara umum prevalensi DBD berdasarkan' Diagnosis (D) dan
Gejala (G) 0,4 ditemukarr hampir di semua daerah denqan kisaran prevalensi 0,0 - 0,9.
Prevalensi DBD (0,4%)'juga di bawah angka nasional, tertinggi di Kabupaten Cirebon,
selanjutnya di Kota Cimahi dan Kota Banjar:Secara umum rerata prevalensi Pneumonia
dan-Carnpak sedikit dlatas rerata nasional sedanqkan prevalensi ISPA dan TB di bawah
rata-rata -nasional, Prevalensi ISPA tertirrggi di Kabupaten Karawanq, selanjutnya
Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Tasikmalaya. Pneumonia tertinggi di Kabupaten
Cirebon, menyusul Kabupaten Purwaka_rta ,dan Kabupaten Cias;ijur.. Mesklpun sudah
jauh "di bawah prevalensi nasional, tiga tertinggj prevalensi TB di Jawa Barat adalah
Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Garut. Sedangkan untuk
Campak adalah di Kabupaten Cirebon, Purwakarta dan Majalengkii. Ka!}upaten Cirebon
memerlukan penanganan serius karena _prevalensi tertinggi untuk penyakit Filariasis,
080, ISPA, Pneumonia, TB dan Campak terjadi di kabupaten ini. Prevalensi Tifoid
(2, 1 %) darr Diare (10%) diatas rata-rata nasional. Prevalensi tertinggi untuk Tifoid
adalah di Kabupaten Karawang, menyusul Kota Bogar dan Kabupaten Banjar.
Prevalensi Hepatitis tertinggi di Kota Bogar selanjutnya di Kata Banjar dan Kabupaten
Ciarnis; Sedangkan untuk diare prevalensi tertinggi kembali terjadi di Kabupaten
Cirebon .. Kabupaten Garut dan Kabupaten Karawang. Kata Bogar tampaknya juga perlu
mendapat perhatian khusus karena kejadian Tifoid dan Hepatitis banyak ditemukan di
Kota Sukabumi dan Kota Banjar.

4.4. Penyakit tidak rnenutar.


Prevalensi penyakit persendian di tingkat provinsi berdasarkan diagnosis oleh tenaga
kesehatan (17,7) tidak. jauh berbeda denqan angka Nasional (14,0). Hipeftensi
berdasarkan pengulruran ditemukan cukup tinggi (29,3), bahkan 3 kabupaten/kota
dengan prevalensi "di atas 40 yaitu Kabupaten dan Kata Tasikmalaya dan Kabupaten
Kuningan. Secara umum prevalensi Diabetes berdasarkan diagnosis adalah 0,8,
dimana 8 dari 9 kota dengan prevalensi ~1,0, hanya Kota Tasikmalaya dengan
prevalensi diabetes <1,0. Prevalensi Gangguan Mental Emosional di 'Jawa Barat cukup
tinggi (20,0)< lebih tinggi dibandingkan prevalensi nasional (11,6), dan prevalensi
tertinggi di Kabupaten Purwakarta (31,9). Prevalensi gangguan jiwa. berat di provinsi
Jawa Barat 0,2 (kisaran 0, 1 - 0,7), tertinggi di Kata Banjar, terdapat di semua
kabupaten/kota, kecuali di Kabupaten Subang. Prevalensi buta warna 0,6 (kisaran 0, 1 -
2,0), tertinggi di Kab. Cirebon, diikuti kota Sukabumi dan Kab. Karawang, tidak terdapat
di Kab. Subang. Prevalensi glaucoma 0,4, (kisaran 0, 1 - 3,7), tertinggi di Kata
Sukabumi, terdapat di semua kabupaten/kota, kecuali kab. Majalengka, Kata Bandung,
dan kota tasikmalaya
Prevalensi bibir sumbing 0, 1 (kisaran 0, 1 - 0,3) dan thallasemia 0, 1 (kisaran 0, 1 - 0,2).
Prevalensi tertinggi bibir sumbing di Kab.Cirebon. Lainnya, prevalensi kecil di semua
kabupaten/kota. Prevalensi dermatitis 9,~ (kisaran 3,4 - 16, 1 ), tertingg~ di Kab. Cirebon
diikuti Kota Bogor dan Kota Cimahi, terdapat di sernua kabupaten/kota,. Prevalensi

237
rhinitis 3,6 (kisaran 0,2 - 7,8), tertinggi di Kota Cimahi, diikuti kota Depok dan kota
Bekasi.
Hemofili seperti buta warna mempunyai prevalensi-yang sama yaitu 0,6-(kisaran 0,1·-
2,0), tertinggi di kabupaten Cirebon diikuti kata Sukabumi dan Kab. Karawang, tidak
terdapat di Kab. Subang. Pe!'lu dilakukan penelitian lebih lanjut kenapa angka
prevalensi buta warna dan hemofili hampir bersamaan antara kabupaten/kota yang ada
di prcvinsl Jawa Barat.Persentase low vision di tingkat provinsi 4,4, katarak pada
penduduk usia _30. tahun keatas berdasarkan cttagnosis nakes dalam 12 bulam terakhir
wawancara 1,66. Rendahnya persentase diagnosis katarak oleh nakes mungkin
berhubungan d~ngan masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan.
kesehatan matanya, mesklpun mereka telah mengalami gejala gangguan penglihatan.
Selanjutnya seperernpat penqudu~ Jawa Barat mengalami masalah gigi mulut (gimul)
dan hanya ,sepertiganya menerima per.awatan dari tenaga medis. Hal ini juga
menunjukkan · masih rendahnya kesadaran untuk memeriksakan, gigi ke tenaga
kesehatan. Walaupun sebagian besar penduduk Jawa· Barat (95,8) sudah menggdsok
gigi tiap hari, tetapi masih sedlklt (8,2) yang berperilaku benar dalam menyikat gigi yaitu
menyikat gigi sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam.
Persentase low vision <;Ii Jawa Barat berkisar antara 7,18 (l<ota pepok) sampai 8,76
(Kab. Kuningan), sedangkan persentase kebutaan berkisar 0,1t> (Kab. Subang} sampai
1,45 (Kab. Kuningan dan Kota Fasismalaya). Menurut karakteristik umur, persentase
low vision inakin meningkat sesuai pertarnbahan usia dan meningkat tajam pada kisaran
usia 45 lahun keatas, sedanqkari persentase kebutaan .meningkat tajam pada golongan
usia 55 tahun keatas.Persentase low'vision dan kebutaan pada perempuan cenderung
lebih tinggi dibandibg laki-laki

4.5. Perilaku.
Penduduk Jawa Barat berusia diatas 10 tahun yang mempunyai kebiasaan merokok,
sebagian besar merokok setiap hari pertama kali pada usia 15 -19 tahun. Namun yang
perlu menjadi perhatian adanya anak usia dini (10-14 tahun) yang sudah mulai
merokok. lronisnya pada responden dengan usia dini (remaja'dinl) telah mulai merokok
pertama kali setiap hari pada usia 10 hingga 14 tahun artinya sebagian besar perokok
remaja dini tersebut mengenal rokok dan langsung merokok setiap hari, kondisi ini
sangat memprihatinkan sehingga sangat diperlukan adanya penyuluhan bahaya
merokok sedini mungkin sejak mereka dibangku SD. Persentase perokok di Jawa Barat
(26,7) lebih tinggi dibandingkan dengan persentase perokok secara nasional (23,7).
Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Ciamis merupakan kabupaten/kota dengan
persentase perokok tertinggi di Jawa Barat. Sepertiga (32,6) penduduk umur 2:10 tahun
termasuk perokok saat ini, dan menghisap rerata 8 batang per hart, Prevalensi perokok
tertinggi adalah di ~abupaten Cianjur (39,2). Umumnya (·81,5) perokok biasa merokok
di dalam rumah. Berdasarkan umur responden proporsi penduduk yang mengkonsumsi
minuman beralkohol sebagian bersar berusia 15 hinga 24 tahun (5,0), dan 2,7
diantaranya rnasih mengkonsumsi minuman hingga 1 bulan terakhir. Perilaku yang
cukup menarik dalam riskesdas di Jawa Barat, bahwa hampir semua (97) penduduk 10
tahun keatas kurang rnakan buah dan sayur dan terdapat merata di semua daerah. Satu
dari tiga (29, 7) penduduk ~10 tahun di Jawa Barat tidak aktif melakukan kegiatan fisik,
Kota Cirebon dengan prevalensi kurang aktifitas fisik tertinggi yaitu separuh (50, 1) dan
Kabupaten Kuninqan dengan kurang aktifitas fisik tertinggi (15,7). Sebanyak 71,6
penduduk umur ~1 O tahun di Jawa Barat pernah mendengar tentang flu .burung, yang
berpengetahuan benar tentang flu burung 54,9 bersikap benar tentang flµ b!Jrung
proporsi 60, 1. Proporsi penduduk ~ 1 O tahun ·di Jawa Ba rat yang pernah mendengar
tentang HIV/AIDS sebesar 45, 1, berpengetahuan benar tentang penularan HIV/AIDS

238
sebesar ..34,9, dan befpenqetabuan .oenar'tentanq psnceqahan fllV/AIDS'sebesar 21,6.
DiProvinsl Jawa Baratpencapalan keluarga berpernaku-hldup bersih dan sehat masih
rendah. (38,4) .yang seharushya .bisa rnencapai 65 (targetf2010). Narrion bila dilibat
pencapaian per-kabupaten nampak ,ell 'Kabupaten Sumedang sudah ·dapat mencapai
target. nasional tersebut. S'ecara· umum, peneapalart 1<eluatga "bersih dan sehat pada
kelua'i:ga yang tinggal di perkotaan lebih baik ( 45:1) dioandingkan :ciengan di pedesaan
(31, 1). Sebagian besar penduduk Jawa Barat berperilaku -benar dalam hal'Buang Air
Besar (BAB) yaitu sebesar 77,5 dan yang berperilaku benar cuci tangan dengan saoun
sebesar 40,7.
Riskesdas mengumpulkan data tentang makanan berlsiko yang .dikonsumsi oleh
penduduk Jawa'Barat usia ~10 tahun. Enam,dari ~epulun penduduk'(5S,8%) usia.>1.0
tahun sering menqonsumsl rnakanan manis, tertinggi ditemukan di.Kabupaten Kuningan
(81.,8%). dan terendah di Ko'ta. Banjar, (28,6%). S~dar;tgkan prevalensi sering
mengonsumsi makanan asih secara keseluruhan di ~ro.vinsi Jswa .Barat ditemukan
pada separuh .penduduk (54,9~/Q): tertinggj di K,abupaten.. Kun,ingan (94, 1 %) dan
terendah di Kota Banjar"(24,2~o). Secara umum ferdapat 2'dari 10 (23,6%) penduduk di
Jawa Barat sering mengorisumsi makanan berlemak, tertinggi qi Kabupaten $ubang
(91,8%) dan terendah di Kata Banjar (3,5%). Penduduk Jawa Barat jarang
mengkonsumsi jeroan dan makanan dipanggang. Satu dari 10 ·(11,6%) penduduk-di
Jawa Barat sering mengkonsumsi rnakanan diawetkan, terbanyak di Subang (67,4%).
Minuman bei"kafein sering dikonsumsi aleh 3 dari 10 (29,5%) penduduk Jawa Barat,
tertinggi di Karawang (44,5%) dan terendah di Kabupaten Cirebon (18,1%). Penyedap
sering dikonsumsi oleh 9 dari 10 (89,3%) penduduk secara keseluruhan, tertinggi di
Subang (98%) dan terendah Kata Bekasi (82,2%).

4.6. Akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan.


Secara umum hampir separuh wilayah Jawa Barat mempunyai kemudahan akses
terhadap fasilitas pelayanan kesehatan. Terdapat 13 wilayah yang mempunyai
persentase >50 pada klasifikasi jarak Yankes < 1km, dan 14 kab/kota mempunyai
persentase > 70 katagori jarak yankes kurang dari 15 menit. Umumnya jarak dan waktu
tempuh ke fasilitas kesehatan di perkotaan lebih dekat dan lebih pendek waktu
tempuhnya dibandingkan dengan pedesaan. Pada umumnya jarak rumah ke UKBM di
Jawa Barat <1 km dengan waktu tempuh ~15 menit. Dalam 3 bulan terakhir wawancara,
hanya 28,4 yang memanfaatkan UKBM, sebagian besar (65,7) karena tidak
membutuhkan. Wilayah kabupaten seperti Tasikmalaya, Ciamis dan Majalengka, untuk
daerah perkotaan seperti kota Boger, Bandung, Depok, Cimahi, Tasikmalaya, dan
Banjar. Daerah-daerah tersebut angka tidak membutuhkan cukup tinggi diatas
70Persentase yang memanfaatkan UKBM di pedesaan (29,2) hampir sama dengan di
perkotaan (27,7). Jenis pelayanan yang paling banyak dimanfaatkan oleh rumahtangga
adalah penlmbangan (89), imunisasi (56) disusul PMT dan suplemen gizi (52,2 dan
51,3). Penduduk yang melakukan pengobatan rawat jalan dan rawat inap sebagian dari
ASKES/Jamsostek (15,8 dan 15,1), dan sebagian ada yang menggunakan
Askeskin/SKTM (5,7 dan 10,2).

4.7. Kesehatan lingkungan.


Separuh (50,2) rumah tangga di Jawa Barat menggunakan >50 liter/orang/hari.
Proporsi tertinggi rumah tangga dengan penggunaan air bersih <20 liter/orang/hari
adalah di Kota Depok (73) disusul Kabupaten Boger dan Kabupaten Cianjur (70,3 dan
69,9). Menurut jenis sumber air terbanyak mengandalkan sumur baik berupa pompa
(29,2), sumur terlindungi (28.1 ) maupun tidak terlindungi (8.6). Pelayanan pemerintah
ataupun lembaga lainnya terhadap penyediaan air bersih melalui leding baik eceran

239
maupun meteran masih rendah yaitu 9,7 dan 3,0, tertinggi di Kata Cirebon disusul Kata
Bogar. Penggunaan air kemasan sebanyak 7,p, tertinggi di Kata darr Kab.upaten Bekasi
serta Kota Cimahi. Secara urnum 44,2 penduduk Jawa Barat kurang akses terhadap air
bersih dan 45 ,8 .kurang akses- terhadap sanitask -Sebagian besar rumah tangga di Jawa
Barat mempunyai akses terhadap air ·bersih cukup balk, 29,3 ,rumah tangga
menggunakan air bersih .dlatas 100 liter orang/hari, Kabupaten Subang merupakan
kabupaten/kota dengan praporsi konsemsl air bersih >100 liter per-oranqrhari: yang
pali11g tinggi. (77,5). Naroun rnasih ada keluarga di Jawa Barat·yang menqkonsumsl air
bersih < 5 liter per-orang/hart yaitu: Kata Depok (8,4%) dan Kabupaten Ciamls (8,2%).
Sebaran rumah tangga menurut akses terhadap air bersih dan sanitasi dan
Kapupaten/Kota secara keseluruhan 'di provinsi Jawa Barat tidak jauli berbeda. Hanya
pada akses ternadap ait ·bersili terdapat perbedaan, ·di Jawa Barat ·katagori akses
diatas rerafa naslonal serhentara kataqori ku'rang akses dibawah rerata nasional (65,0).
Ditinja'u dari data .Kapupaten/Ko1a, maka katagarl kurang akses' terhadap air bersih
Sebaran tertinggi di Kata Depok (99.7)- Sementara wilayah yang fertinggl sebaran
kurang akses _terhadap sanitasi adalah Kabupaten Tasikmalaya (70,7). Sebaran akses
terhadap 'air bersih tergolcing kurang di pe'rkotaan (39,8) lebih tinggi dibandiQgkan
dengan pedesaan (49:1) ·

240
DAFTAR PUSTAkA
1. ------------- Faktor Resiko Terjadinya Hipertensi. http://www.klinik
pria.com/datatopik /hipertensi.htm. 2005.
2. ---------- Hipertensi. http://www.mecticastore.com/penyakit/hiperten.htm.
9/20/2002
3. Abas B. Jahari, Sandjaja, Herman Sudiman, Soekirman, ldrus Jus'at, Fasli Jalal, Dini
Latief, Atmarita. Status gizi balita di tndonesla sebelum dan selama krisis (Analisis
data antropometri Susenas 1989 - 1999). ·Prosiding Widyakarya Nasional Pangan
dan ~izi VII. Jakarta 29 Februari - 2 Maret 2900 ..
4. AMA (American Medical Association), 2001, Depression Linked With Increased ~isk
of Heart Failure . ~l'T)ong Elderly With Hypertensiqn,
http://www.medem.com/MedLB/article_lD=ZZZUKQQ9EPC&sub_cat=73 8/24/2002.
5. Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI.
Laporan SKRT' 2001: Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular, Studi Morbiditas dan
Oisabilitas. Tahun 2002.
6. Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI.
Laporan SKRT 2001: Studi Morbiditas·dan Disabilitas. Tahun 2002.
7. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI.
Laporan SKRT 2001: StudiKesehatan /bu tien Anak.
8. Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI.
Laporan SKRT 2001: Studt Tindak Lanjut /bu Hamil.
9. Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI.
Laporan Data Susenas 2001: Status Keseheten Pe/ayanan Kesehatan, Perilaku
Hidup Sehat dan Kesehatan Lingkungan. Tahun 2002
10. Sadan Pusat Statistik, Sadan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Departemen
Kesehatan. Survei Oemografi dan Kesehatan 2002-2003. ORC Macro 2002-2003.
11. Balitbangkes. Depkes RI. Operational Study an Integrated Community-Based
Intervention Program on Common Risk Factors of Major Non-communicable
Diseases in Depok Indonesia, 2006.
12. Basuki, B & S.etianto, B. Age, Body Posture, Daily Working Load, Past
Antihypertensive drugs and Risk of Hypertension: A Rural Indonesia Study. 2000.
13. Bedirhan Ustun. The International Classification Of Functioning, Disability And
Health - A Common Framework For Describing Health States. p.344-348, 2000
14. Bonita R et al. Surveillance of risk factors for non-communicable diseases: The WHO
STEP wise approach. Summary.Geneva World Health-Organization, 2001
15. Bonita R, de Courten M, Dwyer T et al, 2001, The WHO Stepwise Approach to
Surveillance (STEPS) of NCO Risk Faktors, Geneva: World Health Organization
16. Bonita, R., de Courten, M., Dwyer, T., Jamrozik, K., Winkelmann, R Surveillance
Noncommunicable Diseases and Mental Health. The WHO STEPwise Approach to
Surveillance (STEPS) of NCO Risk Factors. Geneva: World Health Organization,
2002.
17. Brotoprawiro, S dkk. Prevalensi Hipertensi pada Karyawan Salah Satu BUMN yang
menjalani pemeriksaan kesehatan, 1999. Kelompok Kerja Serebro Vaskular FK
UNPAD/RSHS". Disampaikan pada seminar hipertensi PERKI, 2002.

241
18. CDC Growth Charts for the United State : Methods and Development. Vital and
Health Statistics. Department of Health, and Human Services. Series 11, Number
246, May 2002
19. CDC. State - Specific Trend in Self-Report3d Blood Pressure Screening and High
Blood Pressure -United States, 1~91 -1999. 2002. MMWR, 51 (21): 456.
20. CDC. State-Specific Mortality from Stroke and Distribution of Place of Death United
States, 2002. MMWR, 51 (20), : 429 .
21. Darmojo, 8. Mengamati Penelitian Epidemiologi Hipertensi di Indonesia.
Disampaikan pada seminar hypertensi PERKI , 2000.
22. Departemen Kesehatan R.I, 1999, Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju
Indonesia Sehat 2010, Jakarta: Depkes RI
23. Departemen Kesehatan RI, 2003, Pemantauan Pertumbuhan Balita, Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat DirektcratGlzi Masyarakat, Depkes RI
24. Departemen Kesehatan RI. 2003. lndikator lodonesia Sehat '2010 pan Pedoman
Penetapan lndikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta:
Departemen Kesehatan.
25. Departemen Kesehatan R:I. Penduen Pengembangan Sistem Surveilans Perilaku
Berisiko Terpadu. Tanun·2002
26. Departemen Kesehatari RI. Pusat Promosl Kesehatan, Panduan Manajemen PHBS
Menuju Kabupaten!Kota Sehat. Tahun 2002 .. -,
27. Departemen Kesehatan RI. SKRT 1995. Sadan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departernen Kesehatan RI. 1997
28. Departemen Kesehatan, Direktorat Epim-Kesma. Program lmunisasi di Indonesia,
Bagian I, Jakarta, Depkes, 2003.
29. Departemen Kesehatan. Survey Kesehatan Nasional. Laporan.Depkes RI Jakarta.
2001.
30. Departemen Kesehatan. Survey Kesehatan Nasional. Laporan.Depkes RI Jakarta
2004.
31. Djaja, S. et al. Statistik Penyakit Penyebab Kematian, S KRT 1995
32. George Alberty. Non Communicable Disease. Tomorrow's pandemic. Bulletin WHO
2001; 79/10: 907.
33. Hartono IG. Psychiatric morbidity among patients attending the Bangetayu
community health centre·in Indonesia. 1995
34. Hashimoto K, lkewaki K, Yagi H, Nagasawa H, lmamoto S, Shibata T, Mochizuki S.
Glucose Intolerance is Common in Japanese Patients With Acute
CoronarySyndrome Who We.re Not Previously Diagnosed With Diabetes. Diabetes
Care 28: 1182 -1186, 2005.
35. International Classification Of Functioning, Disability And Health (ICF).World Health
Organization, Geneva, 2001
36. Jadoon, Mohammad Z,, Dineen B,, Bourne R,R,A,, Shah S,P,, Khan, Mohammad A,,
Johnson G,J,, et al, Prevalence of Blindness and Visual Impairment in Pakistan: The
Pakistan National Blindness and Visual Impairment Survey, Investigative
Ophthalmology and Visual Science, 2006;47:4749-~5.
37. Janet. AS. Diet Obesitas dan hipertensi. http://www.surya.co.id /31072002
/10a.phtml. 2002

242
38. Kaplan NM. Clinical Hipertension, 81h Ed. Lippincott :Williams & Wilkins 2002.
39. Kaplan NM. PrimaFY Hypertention P~hatogenesis In ~ Clinical Hypertention, 7th Ed.
Baltimore: William~ and Wilkins lnc.:1998: 41-132 (,. .
40. Kristanti CM, Dwi Hapsari, Pradpno J dan, .Soemantri ~. 2002. Status Kesehatan
Mulut dan Gigi di Indonesia. Analisis l)at~. $ur\t~L,K~seh~t~n ~um~h Tangga '
41. Kristantl 9M:.,9uhardi, dan Soemantri S, 1997 .. Status Kesehatan Mulut dan Gigi di
Indonesia: Seri Survei Kesehatan Rumah Tangga.
42. Leonard G Gomella, Stev,en, A Haist. C.linicians P.ocket Reference, Mc. Grawhill
l\(1~dical Publishing division, International edition, NY, 2004
43. Mansjoer, A, dkk. Hipertensi di Indonesia .Kapita Selekta Kedokteran 1999 :51°8 -
521.
44.,Muchtar· & Penida. Faktor-faktor ya·ng berhubunqan Dengan Higertensi Tldak
Terkendali Pada Penderita Hipertensi Ringan dan Sedang yang berobat di poli Ginjal
Hipertensi, 1998.
45. Obesity and Diabetes in the Developing World - A Growing Challenge
46. Parvez Hossain, M.D., Bisher Kawar, M.D., and.MegHi~ El Nahas, M.D., Ph.D. The
New England Journal of Medicine. Vol 356: 213::. 215, Jan 18, 2007 .
47. Perkeni. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Indonesia 2006. Jakarta: Perkeni, 2006.
48. Perkeni. Konsensus ,Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di
lndonesia 2009. Jakarta: Perkeni, .2006.
49. Petunjuk Pelaksanaan Standar Pelayanan l'Jin'imal, Jakarta: Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI., 2004,
50. Policy Paper for fJirectorate General of Public Health, June 2002
51. Rencana Strafegis Departemen Kesehatan 2005-2009, Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, 2005
52. Report of WHO. Definition and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Intermediate
Hyperglycaemia. Geneva: WHO, 2006, pp 9- 43.
53. Report of WHO. Definition and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Intermediate
Hyperqlycaernla=Oeneva: WHO, 2006, pp 9- 43.
54. Resolution WHA56.1.WHO Framework Convention on Tobacco Control. In: Fifty-
sixth World Health Assembly. 19-28 May 2003.Geneva, World Health Organization,
2003
55. Resolution WHA57.17.Global Strategy on diet,physica_l activity, and health. ln:Fifty-
seventh World Health Assembly. 17-12 May 2004.Geneva, World Health
Organization, 2004
,I
56. Riset Kesehatan -Dasar (Rlskesdas] 2007. Pedoman Pewawancara Petugas
Pengumpul Data. Jakarta: Sadan Litbangkes, Oepkes RI, 2007
57. Rose Men's. How To Keep Your Blood Pressure Under Control. News Health
Recource, 1999
58. S.Soemantri, Sarimawar Djaja. Trend Pola Penyakit Penyebab Kematian Di
Indonesia, Survei Kesehatan Rumah Tangga 1992, 1995, 2001
59. Sandj~a .. Titiek Setyowati, Sudikno. ·'c;;akupan penimbanqan balita di Indonesia.
Makalah' disajikan pada Simposium Nasional Litbang Kesehatan.Jakarta, 7-8
Desember 2005.

243
60. Sandjaja, Titiek Setyowati, Sudikno. Cakupan viramin A untuk bayi dan balita di.
Indonesia. Prosiding temu llmiab dan Kongres XIII Pers~gi1 Denpasar; 20-22
November 2005.
61. Sarimawar Djajct dan S. Soemantri., Perjalanan Transisi Epidemiplogi di Indonesia
dan lmplikasi Penanganannya, Sfudi Moftalitas Survei Kesehatan Rurr,tah Tangga
.2001 r Bulletin of Health .Studies; Volume 31,:·N6mor 3- 2003, ISSN: 0~25 - ~695
./SN= 724
62. Sarimqwar.Djaja, Joko.lnanto, Lisa Muly.ono. Pola Penyakit Penyebab Kematlan Di
Indonesia, SKRT 2001. The Jopmal of the Indonesian Medical Association, Volume
53, No 8, ISSN 0377-1121
"'
63. Saw S-M .. Husain R .. Gazzard G,M,, Koh D,, Widjaja D,, Tan D,T,H, Causes of low
vision and blindness in rural Indonesia, British Journal of Ophthalmology
2003;87:1075-8, . •
64. Seri Survei Kesehatan Rumah Tangga DepKes RI, ISSN: .0854-7971, No. 15 Th.
1999 .~
65. Sinaga, S. dkk. Pola Sikap. Penderita Hipertensi Terhadap Pengobatan Jangka
Panjang, dalam Naskah Lengkap KOPAPDI Vl,.1984, Penerbit Ul-l?RESS: 1439.
~ • t ""

66. SK Menkes RI Npmor : 73.6a/Menkes/Xl/1989 tentang Definisi Anemia dan batasan


Normai Anemia ~
,._- .
67. Sobel, BJ. & Bakris GL. Hipertensi, Pedoman Klinik Diagnosis & Terapy. 1999: 13
68. Sonny P.W., Agustina Lubis. Gambaran Rumah Sehat di Berbagai Provinsi
lndonesie Berdasarkan. Data SUSENAS 2001. Analisis lanjut Data. Susenas -
Surkesnas 2001. Baden Penelitian dan Penqernbanqan Kesehatan, Depkes R.I.
69. Sri Hartini KS Kariadi.Laju Konversi Toleransi Glukosa Terganggu menjadi Diabetes
di Singaparna, Jawa Baral. Disampaikan pada Konggres Nasional ke 5.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, Bafldung 9-13 Aprll 2000 (SX111-1)
70. Sunyer FX. Medical hazard of obesity. Ann Intern Med. 1993 : 119.
71. Suradi & Sya'bani, M, et al. Hipertensi Borderline "White Coat" dan sustained " :
Suatu Studi Komperatif terhadap Normotensi para karyawan usia 18 - 42 tahun di
RSUP Dr. Sarjito-Yogyakarta. Berkala 11mu Kedokteran Vol. 29 (4), 1997.
72. Syah, B. Non-communicable Disease Surveillance and Prevention in South-East
Asia Region, 2002.
73. The Australian Institute of Health and Welfare 2003. Indicators of Health Risk
Factors: The AIHW view. AIHW Cat. No. PHE 47. Canberra: AIHW. P.2,3,8.
74. The WHO STEPwise. approach to Surveillance of Noncommunicable Diseases 2003.
STEPS Instrument for NCO Risk Factors (Core and expanded Version '1.3.)
75. Tim survei Depkes RI, Survei ~esehatan lndera Penglihatan dan Pendengaran
1993-1996, Depkes RI, Jakarta;1997,
76. U. Laasar. The Risk of Hypertension : Genesis and Detection. Oa/am: Julian
Rosenthal, Arterial Hypertension, Pathogenesis, Diagnosis, and Therapy, Springer-
Verlag, New York Heidelberg Berlin, 1984: 44.
77. Univ. Cape town, Department of Haematology. Haematology: An Aproach to
Diagnosis and Management. Cape town, 2001. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, ·Depkes RI, 2001, Survei Kesehatan Nasional
(Surkesnas) 2001, Jakarta: Badan litbangkes.

244
78. WHO, 1995. Oral Health Care, Needs of the Community. A Public Health Report:
79. WHO. Assessing the !r9n status of populations: Repq[t of a joint World Health
Organization/Centers for Disease Control and Prevention technical consultation on
the assessment of iron status at the population level , Geneva, Switzerland, April
2004
80. WHO. Auser's guide to the self reporting questionnaire.Geneva.1994.
81. WHO/SEARO. ~urveillance of Major Non-co,mmunicable Diseases in South - East
Asia Region, Report of an Inter-country Consultation, 2005.
82. WHO-ISH. WHO-ISH Hypertension Guideline Committee. 1999. Guidelines of The
Management of Hypertension.Journal of Hypertension, 1999
83. WHO-ISH. WHO-ISH Hypertension Guideline Committee. 1999. Guidelines of The
Management of Hypertension Journal of Hypertension, 2003
84. World Health Organization, 2003, The World Health Survey Programme, Geneva.
85. World Health Organization. 2003. The Surf Report 1. Surveillance,of Risk Factors
related to noncommunicable diseases: Current of gJobal data. Geneva: WHO. p.15.
86. World Health Organization: International Classification of Diseases, Injuries and
Causes of Death, Based on The Recommendation of The Ninth Revision Conference
1975 and Adopted by The Twenty Ninth WHA, 1997, volume 1.

245
Lampiran 1

KEl?UTUSAN MENTERI -KESEHATAN REPlJBLIK INDONESIA


NOMOR 877/MENKES/SK/Xli2GO& .

TENT ANG

TIM RISET KESEHATAN DASAR TAHUN 2006-2008

Menimbang a. bahwa untuk memenuhi kebutuhan informasi kesehatan yang


optimal darr mempunyai . lingkup nasional yang terintegrasi
perlu dilakukan Riset Kesehatan Dasar yang merupakan
pengembangan Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas);

b. bahwa Riset Kesehatan Dasar dapat dimanfaatkan untuk


penyediaan informasi berbasis survei Pembangunan
Kesehatan menuju pencapaian strategi utama Departemen
Kesehatan;

c. .oahwa dalarrt pelaksanaan Riset Kesehatan Dasar diperlukan


Tim Riset Kesehatan Dasar Tahun 2006 - 2008 yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan;

Mengingat 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1992 Nomor
100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3495);

2. Undang-undang Nomor 18 tahun 2002 tentang Sistem


Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan llmu
Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran
~--- Negara Republik Indonesia Nomor 4219);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995 tentang


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 1995 Nomor 67, tambahan
lembaran negara Republik Indonesia Nomor 3609);

4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 791/Menkes/SK/Vll/


1999 tentang Koordinasi Penyelenggaraan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan;

5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1179A/Menkes/SK/X/


1999 tentang Kebijakan Nasional Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan;
6. Permenkes Nomor 1575/Menkes/Per/Xl/2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;

MEMUTUSKAN :
Menetapkan

Kesatu KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI TENTANG TIM


RISET KESEHATAN CASAR TAHUN 2006-2008

Kedua Tim Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2006-2008


ter_9iri dari Tim Penasehat, Tim Pengarah, Tim Pakar, Tim
Teknis, dan Tim Manajemen dengan susunan keanggotaan
sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.

Ketiga a. Tim Pengarah sebagaimana dimaksud dalam Diktum


Kedua bertugas :
1. Merumuskan kebijaksanaan pelaksanaan Riskesdas.
2. Membahas berbagai masalah yang terkait dengan
pelaksanaan Riskesdas.
3. Merumuskan dan menetapkan-metodologi.
4. Memberi rekomendasi untuk meningkatkan keberhasil-
an dan manfaat pelaksanaan Riskesdas.
5. Melaporkan hasil Riskesdas tahun 2006-2008 kepada
Menteri Kesehatan melalui Kepala Sadan Litbangkes.

b. Tim Pakar sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua


bertugas:
1. Memberi masukan tentang aspek ilmiah dari proposal
dan pro_tokol dan pelaksanaan pengumpulan data,
managemen data, analisis data serta publikasi hasil
Riskesdas.
2. Mengidentifikasi dan membahas masalah pelaksanaan
yang terkait dengan aspek ilmiah dari Riskesdas.
3. Memberi rekomendasi agar kaidah ilmiah dari
Riskesdas tetap ditegakkan.

c. Tim Teknis sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua


bertugas:
1. Menyusuo rencana kerja.
2. Menyusun pedoman kerja dan pengolahan data.
3. Melaks,anakan sosialisasi.
4. Melaksanakan pelatihan.
5. Melaksanakan pengumpulan data dan pengolahan
data.
6. Melakukan pengawasan pelaksanaan Riskesdas.
7. Melakukan desiminasi dan publikasi Riskesdas.
8. Menyusun laporan kegiatan.
9. Melaporkan kegiatan dan hasil kepada Ketua Tim
Pengarah.
d. Tim Manajemen eebaqairnana dimaksud dalam Diktum
Kedua bertugas :
1. Mendukung administrasi Riskesdas.
2. Melakukan administrasi keuangan.
3. Menyiapkan 'prasarana Riskesdas.
4. Melakukan administrasi ketenagaan Riskesdas.
5. Membuat laporan kegiatan kepada kepada Ketua Tim
Pengarah melalui koordlnasl dengan Tim Teknis.

Keempat Dalam melaksanakan tugas tim bertanggung jawab kepada


Menteri Kesehatan melalui Kepala Sadan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan;

Kelima Biaya kegiatan Riskesdas dibebankan kepada anggaran DIPA


Sadan Litbangkes, Departemen Kesehatan dan sumber-
sumber lain yang tidak mengikat.

Keenam Atas nama Menteri Kesehatan Kepala Sadan Litbang


Kesehatan dapat membentuk Kelompok Kerja dan Tim Riset
Kesehatan Dasar pada tingkat Propinsi dan Kab/kota.

Ketujuh Dengan berlakunya Keputusan ini maka Surat Keputusan


Menteri Kesehatan Nomor 358/Menkes/SKN/2006 tentang
Tim Surkesnas tahun 2004 - 2006 dinyatakan tidak berlaku
lagi.

Kedelapan Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.


,_-•

Ditetapkan di Jakarta
Pada Tanggal 3 Nopember 2006

MENTER! KESEHATAN RI
... Lamplran
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor
877/MENKES/SK/Xl/2006
Tanggal : 3·Nopember 2006

TIM RISET KESEHATAN DASAR TAHUN 2006-2008

I. Tim Penasehat : 1.Menteri Kesehatan RI


2.Sekretaris Jenderal Depkes
3.lnspektur Jenderal Depkes
4.Dirjen Bina Pelayanan Medik
5.Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat
6.Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
7.Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
8.KepalaBadan-Penqernbanqan dan Pemberdayaan SOM
Kesehatan
9. Kepala Sadan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
10. Kepala Sadan Pusat Statistik

II. Tim Pengarah


Ketua Dr Triano Soendoro, Ph.D (Kepala Sadan Litbangkes)
Ketua I Deputi Statistik Sosial, Sadan Pusat Statistik
Ketua II Kepala Pusat Litbang Ekologi dan Status Kesehatan
Sekretaris I Kepala Pusat Litbang Gizi dan Makanan
Sekretaris 11 ~--:-- Direktur Metodologi Statistik Sadan Pusat Statistik
Anggota
- SAM Sidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi
- SAM Bidang Pembiayaan dan Ekonomi Kesehatan
- SAM Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan
Desentralisasi
- SAM Bidang Mediko Legal
Kepala Badan Litbang Depdagri, Departemen Dalam Negeri
Ketua Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan
Direktur Statistik Ket'ahanan Sosial, Sadan Pusat Statistik
Direktur Statistik Kependudukan, Sadan Pusat Statistik
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Sadan PPSDM
Kesehatan
Kepala Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Sadan
PPSDM Kesehatan
Ill. Tim Pakar
Pr9f. Dr. Sangkot Marzukl, MSc:Ph.D.
Prof. Dr. Sofia Mubarika
Prof Barnbang Sutisna
Prof Razak Thaha
dr. lrawan Yusuf, Ph~D.
dr. Widjaja Lukita, Ph.D.
Dr. David Handoyo, PhD, Sp.PD.
Soeharsono Soemantri, Ph.D.
DR. Soedarti Soerbakti
Dr Pratiwr Sudamiono, Ph.D.
Dr Purnawan Junadi Ph.D.
Or. Susanna lmanuel, Sp.PK
Dr. Yulianto VVitjaksono,MGO.,Sp. OG., KFER
Dr. Herawati Sudoyo, Ph. D

IV. Tim Teknis


Ketua DR. Sunarno Ranu Widjojo, SKM., MPH

Ketua I Direktur Statistik Kesra, Sadan Pusat Statistik


Ketua II Dr. Soewarta Kosen, MPH., Dr.PH
Ketua Ill Dr Julianty Pradono MS

Sekretaris I Dr. Trihono., M.Kes


Sekretaris l I Supraptini, SKM.,MM
Sekretaris Ill lndah Yuning Prapti, SKM., M.Kes

Tim Kerja Wilayah I


Area Wilayah Propinsi NAO; Sumut; Sumbar; Jambi; Riau ; Kepulauan Riau ;
Sumsel; Bangka Belitung
Koordinator Dr. F aizati Karim, MPH (Kepala Pusat Litbang
Ekologi dan Status Kesehatan)
Wakil Koordinator '. Peneliti Sadan Litbangkes
Penanggung Jawab Spesimen : Peneliti Sadan Litbangkes
Anggota
Kepala Dinkes Propinsi
Kepala BPS Propinsi
Peneliti Sadan Litbangkes
Direktur Poltekkes
Tim Kerja Wilayah II •
Area Wilayah Propinsi : OKI Jakarta; Banten; Jatenq; DI Jq,gjal<arta;Kalteng;
Kaltlrn: Kalbar; Kalsel. •

Koordinator : Dr. Ema Tresnaninqslh, MOH., Ph.D (Kepala Pusat


Litbang Siomedis dan Farmasl)
Wakil Koordinator : Peneliti Sadan Litbangkes
Penanggung Jawab Spesimen : Peneliti Sadan Litbangkes

Anggota
Kepala Dlnkes Propinsi
Kepala BPS Propinsi
PeJ'leliti Sadan Litbangkes
Direklur Poltekkes

Tim Kerja Wilayah Ill


Area Wilayah Propinsi : Bali; NTB; NTT; Jatim; Maluku; Maluku Utara; Papua
Barat; Papua

Koordinator : Dr. SuwandiMakrnur, MM (Kepala Pusat Litbang


Sistem dan Kebiiakan Kesehatan)
Wakil Koordinator : Peneliti Sadan Litbangkes
Penanggung Jawab Spesimen : Peneliti Sadan Litbangkes
Anggota
Kepala Dinkes Propinsi
Kepala BPS Propinsi
Peneliti Badan Litbangkes
Direktur Poltekkes

Tim Kerja Wilayah IV


Area Wilayah Propinsi : Jabar; Bengkulu; Lampung; Sulut; Sulteng; Sulbar;
Sulsel; Sultra; Gorontalo

Koordinator DR. Sunarno Ranu Widjojo, SKM., MPH


(Kepala Pusat Litbang Gizi dan Makanan)
Wakil Koordinator Peneliti Sadan Litbangkes
Penanggung Jawab Spesimen Peneliti Badan Litbangkes

Anggota
Kepala Dinkes Propinsi
Kepala BPS Propinsi
Penellti Sadan Litbangkes
Direktur Poltekkes
V. Tim Manajemen, '
Ketua Org. Titte Kabul Adimjdjaja, M.Sc.PH
ketua I lndah Yuning Prapti, SKM., M.Kes
ketua II ~ Ors. Ondri Owi·s_ar1)poerno; M.si, Apt
Sekretaris I : Ors. Muhamad 99cheh, ~MM
Sekretaris II : . Budi Santoso, SH

MENTER! KESEHATAN RI
' I j ' c -· ... =t • I I i ,, - ,
" , Umu« Responden Kesmas
Badan Penelitian dan ·PengembangC\nKesehatan
oe·pa.;tem~nKe~.ehatan R.I
.Ja,an. ~~r~.itak.a.n.Ne.g,ara 29
· Jakarta 10560 ~

RISET KESEHATAN CASAR


~ .r
-2007
"'

NASKAH PENJELASAN*

'Badan Penelitian dan Pengembangan, Kesehatan, Departemen Kesehatan R: I mula1 ·bu Ian Juli 's/d
Desember .. Z007 akair rnelakukan.Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).di 33 Propinsi di Indonesia
yang mencakup 280.000 rumah tangQayang tersebar di 18.0~00 blo~ sensus.
Riset ini bertujuan untuk mendapatkan berbagai data kesehatan masyarakat. Sasaran riset ini
adalah rurnah tangga dan anggota rumah tangga yang terpilih.
Akan dilakukan wawancara, pengukuran dan pemeriksaan pada kepala rumah tangga dan semua
anggota rumah tangga.
Wawancara meliputi keterangan diri, riwayat kematian dalam rumah tangga, pelayanan kesehatan,
sanitasi lingkungan, konsumsi makanan, penyakit menµlar dan tidak rnenulat, riwayat penyakit
turunan, ketidak mampuan, cedera, imunisasi, penqetahuan, sikap dan perilaku terhadap
kesehatan, kecacatan dan kesehatan mental.
Pengukuran yang dilakukan meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, tekanan darah, lingkar
perut untuk dewasa dan lingkaran lerigan atas untuk wanita umur 15-54 tahun. Pemeriksaan
meliputi ketajaman penglihatan mata, kesehatan gigi, kadar iodium dalam garam.
Waktu yang dibutuhkan untuk wawancara, pengukuran dan pemeriksaan dalam satu rumah
tangga adalah sekitar 2 jam.

Hanya dibacakan untuk responden yang akan dlambil sampel urin dan contoh garam
untuk pemeriksaan iodium.

Rumah tangga Sapak/lbu juga termasuk dari sebagian rumah tangga yang akan diperiksa
kadar iodiumnya. Untuk itu perlu dikumpulkan contoh garam yang digunakan sehari-hari
untuk rnemasak sebanyak 3 sendok makan dan contoh urin (air seni) dari anak Sapak/ lbu
bernama (usia 6-12 tahun) sebanyak 3 sendok makan .
..... -·
Partisipasi Bapak/lbu/Sdr/Sdri adalah sukarela dan bila tidak berkenan sewaktu-waktu dapat
menolak tanpa dikenakan sanksi apapun.
Bpk/lbu/Sdr/Sdri akan mengetahyi keadaan kesehatan dan_sebagai tanda terima kasih, kami akan
memberikan penggantian waktu sebesar Rp. 20.000.- per keluarga.

Semua informasi dan hasil pemeriksaan yang berkaitan dengan keadaan kesehatan
Bapak/lbu/Sdr/Sdri akan dirahasiakan dan disimpan di Sadan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan - Departemen Kesehatan R.I, Jakarta dan hanya digunakan untuk pengembangan
kebijakan program kesehatan dan pengembangan' ilmu penqetahuan,

Bila Bapak/lbu/Sdr/Sdri memerlukan penyelasan lebih lanjut mengenai riset ini, dapat
menghubungi Sadan Litbang Kesehatan - Departemen Kesehatan R.I, Jalan Percetakan Negara
29, Jakarta 10560; Telp. (021) 4261088 ext 146, Telp/sms (021) 98264854, fax (021) 4209866,
email riskesdas@litbang .depkes.go. id atau
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
2. DR. Sunarno Ranu Widjojo, MPH (HP 0811848473) atau

Keterangan: * Naskah Penjelasan tianya diberikan 1(satu)/ rumah tangga, dapat


dibacakan beberapa kali untuk masing-masing responden
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)*
(INFORM~'?, ..,GON$E,NT)
Saya telah mendapatkan penjelasan secara rinci dan mengerti mengenai Riset Kesehatan, Dasar
yang_ dilakukan oleh Sadan Litbangkes-D~partefnen Kesetiatan R. I. Saya mengerti bahwa
partisipasi saya dilakukan secara sukarela.dan dapaf menolak atau mengundurkan diri sewaktu-
waktu tanpa sanksi apapun.
Pernyataan bersedia diwawancara, diukur dan dlperlksa

Nomor Kode Sampel

................................................
No. Nama Responden Tgl/bln/thn Tandatangan/Cap :randa tanga,n/
Urut jempol diri sendlrl ·cap [empol Wall
ART

... ~- .

Nama Saksi** Tgl/bln/thn Tanda Tangan

Keterangan:
*PSP dibuat 2 rangkap, untuk:
- Responden (1 lbr)
- Tim pewawancara (1 lbr), kirim ke korwil bersama kuesioner

** Diluar tim pewawancara, bisa orang ~ang mempunyai hubungan keluarga,


tetangga atau KetuaRT
Untuk Responden Biomedis
Badan Penelltlan dan Pengembatlgan Kesehatan
Departemen Kesehatan R.I.
Jalan Percetakan Negara 29
Jakarta 10560
RISET KESEHATAN QASAR 2007
NA~KAH PENJELASAN~

Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, DepartemerrKesehatan RI mulai bulan Juli s/d
Desember 2007 akan melakukan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di 33 Propinsi di Indonesia
yang mencakup 280.000 rumah tang{Ja yang tersebar di •18.000 blok sensus.
Riset ini bertujuan untuk mendapatkan berbagai data- kesehatan rnasyarakat dan data biomedis.
Sasaran riset irii adalah rumah tangga dan anggota rumah tangga yang terpilih.
Akan dilakukan wawancara, pengukuran dan pemeriksaan pada kepala rumah tangga dan semua
anggota rumah tangga.
Wawancara meliputi keterangan diri, riwayat· kematian dalam rumah tangga, ,pelayanan
kesehatan, sanitasi lingkungan, konsumsi makanan, penyakit menular dan tidak menular, riwayat
penyakit turunan, ketidak mampuan, cedera, imunisasi, pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap
kesehatan, kecacatan dan kesehatan mental.
Pengukuran yang dilakukan meliputi penqukuran tinggi badan, berat badan, tekanan darah, lingkar
perut untuk dewasa dan lingkaran lengan atas untuk wanita umur 15-54 tahun. Pemeriksaan
meliputi ketajaman penglihatan mata, kesehatan gigi, kadar iodium dalam garam.
Waktu yang dibutuhkan untuk wawancara, pengukuran dan pemeriksaan dalam satu rumah
tangga adalah sekitar 2 jam.

Hanya dibacakan untuk responden yang akan diambil sampel urin dan contoh garam
untuk pemeriksaan iodium.

Rumah tangga Bapak/ lbu juga termasuk dari sebagian rumah tangga yang akan diperiksa
kadar iodiumnya. Untuk itu perlu dikumpulkan contoh garam yang digunakan sehari-hari
untuk memasak sebanyak 3 sendok makan dan contoh urin (air seni) dari anak Bapak/ lbu
bernama (usia 6-12 tahun) sebanyak 3 sendok makan.

Selain itu juga dilakukan pengambilan darah di laboratorium yang ditunjuk guna mengetahui
penyakit yang muo_gkin terjadi berkaitan dengan penyakit menular, tidak menular, kelainan
gizi dan kelainan bawaan. Yang diambil darahnya adalah semua anggota rumah tangga usia
1 tahun keatas. Untuk orang dewasa (umur ,::. 15 tahun) yang akan diambil darahnya, perlu
persiapan puasa 10 - 14 jam sebelum pengambilan darah, termasuk tidak merokok, tidak
melakukan aktivitas berat, tidak sarapan, minum air putih tawar diperbolehkan. Bapak/ lbu/
Saudara akan diberi minuman 1 gelas yang mengandung gula sebelum diambil darahnya.
Untuk wanita hamil, anak dan balita tidak perlu puasa. Darah vena yang akan diambil
sebanyak 1 sendok makan (15 ml) pada dewasa, masing-masing 1 sendok teh (5 ml) pada
wanita hamil, anak dan balita. Pengambilan darah dilakukan oleh petugas pengambil darah
yang terlatih. Dalam pengambilan darah akan ada sedikit rasa nyeri seperti digigit semut,
namun tidak ada risiko yang membahayakan. Pengambilan darah diawasi oleh tim medis
yang berpengalaman disertai peralatan yang memadai.

Partisipasi Bapak/lbu/Sdr/Sdri adalah sukarela dan bila tidak berkenan sewaktu-waktu dapat
menolak tanpa dikenakan sanksi apapun.

Bpk/lbu/Sdr/Sdri akan mengetahui keadaan kesehatan dan sebagai tanda terima kasih,
kami akan memberikan penggantian waktu sebesar Rp. 20.000.- per keluarga. Anggota
keluarga yang terpilih diambil darahnya, akan rnendapatkan uang pengganti transport Rp.
35.000.- per orang, dan disediakan makanan setelah pengambilan darah.
Anda akan mendapatkan hasil pemeriksaan gula darah, darah rutin atau kadar Hb bila
peralatan otomatis tidak ada.

Jika terjadi sesuatu yang memerlukan pertolongan dokter pada saat pengambilan darah
maka Bpk/lbu/Sdr/Sdri akan seqera-diberi pertolongan, bila perlu dirujuk ke Rumah Sakit
dan biaya akan ditangguog oleh Sadan Litb~ng Kesehatan.

Semua informasi dan hasil pemeriksaan yang berkaitan dengan keadaan kesehatan Bapak/
lbu/ Sdr/ Sdri akan dirahaslakan dan disimpari di Sadan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan-Depxes, Jakarta 'daf hari"ya· diguhakan lmluk pengembangan ket>ija1<an program
kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Bila Bapak/ lbu/ Sdr/ Sdri memerlukan penyelasan lebih ,(anjut mengenai riset ini, dapat
rnendhubunql Sadan Litbang Kesehatan-Departemen K~sehatan R.I, Jalan Percetakan
Negara 29, Jakarta.10560; Telp. (021) 4261088·ext ~.46, Telp/sms (021) 98264854, fax (021)
4209866, email riskesdas@litbang.depkes.go.id atau
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat
2. Dr. Sunarno Ranu Widjojo, MPH (HP 08118484 73)
3. dr. Endang R. Sedyaningsih, MPH, DrPH (HP 0816855887)

Keterangan: *Naskah Penjelasan hanya diberikan 1 (satu)/ rumah tangga, dapat


dibacakan beberapa kali untuk masing-masing responden

-.
__
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN(PSP)*
(INFORMED CONSEHT)

Saya telah mendapatkan penjelasan secara rinci dan mengerti mengenai Riset Kesehatan Dasar
yang dilakukan · oleh Badan Litbangkes-Depa_rtemen Kesehatan RI. Saya mengerti bahwa
partisipasi saya dilakukan secara sukarela dan saya dapat menolak atau mengundurkan diri
sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.

Pernyataan bersedia diwawancara, diukur, diperiksa dan diambil darah

Nama Responden Nomor Stiker Tgl/bln/thn Tanda tangan/ Tanda ~ngan/


Cap jempol dlri Capjempol
sendiri Wall**

Nama Saksi*** Tgl/bln/thn Tanda Tangan

,_-•

Keterangan
* PSP dibuat 3 rangkap untuk:
- Responden (1 lbr)
- Pertinggal di Laboratorium Kesehatan Daerah/ RS/Swasta (1 lbr, dititip pada petugas
lapangan/ puskesmas untuk diserahkan kepada petugas lab)
- Tim Pewawancara (1 lbr), kirim ke Korwil bersama kuesioner

** bila responden berusia < 15 tahun atau responden sulit berkomunikasi

*** Diluar tim pewawancara, bisa orang yang mempunyai hubungan keluarga,
tetangga atau KetuaRT
REPUBLIK INDONESIA
DEPARTEMEN KESEHATAN
SADAN PENELITIAN DAN PE~GEMBANGAN KESEHATAN

RISET KESEHATAN QASAR 2007


PERTANYAAN RUMAH TANGGA Dj\N INDMDU

RAH ASIA RKD07.RT

Provinsi DD
2 Ka~upaten/Kota'l DD
3 Kecamatan DOD
4 Desa/Kelurahan"l DOD
5 KlasifiKasi Desa/Kelurahan 1. Perkotaan 2. Perdesaan
0
6 a. Nomor blok sensus
b. Nomor sub blok sensus

7 Nomor Kade Sampel DDDDD


8 Nomor urut sampel rumah tangga DD
9 Alamat rumah

Nama kepala rumah tangga:

2 Banyaknya anggota rumah tangga: DD


3 Banyaknya anggota rumah tangga yang diwawancarai: DD
4 Jumlah balita (umur di bawah 5 tahun): D
5 Jumlah kematian ART dim periooe 12 bulan sebelum survei dan dilakukan verbal otopsi: D
6 Apakah Rumah tangga menyimpan garam? 1. Ya 2. Tidak ? Blok Ill D
'
7 Lakukan tes cepat lodium dan catat kandungan lodiumnya 1. Cukup (biru/ungu tua)
2. Tdk cukup (biru/ ungu muda)
D
3. Tidak ada iodium (Tidak berwarna)

SAMPEL GARAM DIAMBIL HANYA UNTUK 30 KAB/ KOTA TERPILIH (LIHAT DAFTAR KAB/ KOTA DI PEDOMAN PENGISIAN)

8 STIKER NOMOR GARAM (RUMAH TANGGA) .:fEMPEL STIKER DI SINI

Nama Pengumpul Data: 4 Nama Ketua Tim:

T gl. Pengumpulan data: Tgl. Pengecekan:


2 (tgl-bln-thn) ·DD-DD-DD 5
(tgl-bln-thn) DD-DD-DD
T anda tangan Tanda tangan Ketua
3 6
Pengumpul Data Tim:
*) core! yang tidak perlu
, Nama ART yang diwawancaral: No. Urut A~T ya,ng dtwawancaral: (llhat Bio~ JV kol. 1) DD
-. KEJADIAN KEMATIAN SEJAK 1JULI2004 (TERMASUK KEJADIAN BAYI LAHIR MATI) - HANYA DALAM RUMAH TANGGA

APAKAH ADA KEJADIAN KEMATIAN SEJAK 1 JULI 2004 KARENA PENYAKIT.01 BAWAH INI: '~BACAKAN PILIHAN PENYAKIT)
ISIKAN DENGAN KODE 1=YA ATAU 2=TIDAK

a. Diare D e. Malaria D i. Hipertensi I Jantung D m. Ke90lakaan/ cedera D


b:ISPN Pneumonia
I D f. DBD D j. Stroke D n. Hamil/ Bersalin/ Nifas D
c, Campak D g. Sakit kuning D k. Kencing manis D o. Bayi lahir mati .o
_d. TBC D h. Typhus D I. Kanker/ Tumor D p. Lainnya, .............. D
JIKA TIDAKADA KEJADIAN'KEMATIAN SEJAK'1JULI2004 LANGSUNG KE BLOKVI

No. Untuk wanita umur


Orut Narna Hubungan Bulan dan Tahun• Jen is Uroor Sal!tMenfnggal Penyebali , 10 • 54 thn yang
yang dengan Kejadlan kelamin =::) < 1 th lulls dalam buloo Utama meninggal, apakah
Meninggal Kepala Kemalian sejak =::) < 1 bulan lulls dalam hari Kematian
< 1 hari lulls 00 pada kolom _
terjadi pada:
Rumah 1Juli2004 1.lk =::)
1. Kehamilan
Hari .
Tangga 2. Pr 2. Keguguran
=::) Lahir mati lulis 98 pada
[KODE] kolomhari 3. Melahirkan
=::) 2: 97 thn tulis 97 pada kolom thn [KODE] 4. Masa nifas (60 hr
pSI SALAH SATU BARIS: HARi setelah bersalin)
ATAU BULAN ATAU TAHUN) 5. lainnya
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Bin [JD ODHari DD D


1. D D DDautan
ThnDD
CJD Tahun
Bin DD DD Hari DD D
2. D D DD Bulan
ThnDD
DD Tahun

Bin DD DDH'3ri DD D
3. D D DD Bulan
ThnDD
DD Tahun

Bln·DD
DDHari DD D
4. D D DD Bulan.
ThnOO
DD Tahun
Jika terdapat kematian dalam perlcde 12 bulan sebelum survel sampai dengan survei berlangs~ng, maka lanjutkan dengan
menggunakan kuesioner RKD07.AV dengan melihat kolom 7 (umur saat meninggal) untuk memilih jenis kuesloner
Kolom7
Kode kolom 8 Penyebab Kernatian Umur saat meninggal
Kode kolom 4 Hubungan dengan kepala RT 06 = Oemam berdarah GUNAKAN KUESIONER:
01 = Diare 11 = Kencing manis
1 = Kepala rumah tangga 6 = Orang tua/mertua 02 = ISPNradang paru 07 = Sakit kuning 12 = KankerfTumor < 29 harl (NEONATAL):
2 = lstrVsuami 7 = F amili lain 03 = Campak 08 =Tilus 13 = Kecelakaan/Cedera RKD07. AV1
3 = Anak 8 = Pembantu rumah tangga 04 = TBC 09 = Hipertensi/Jantung 14 = HamiVBersalin/Nifas
4 = Menantu 9 = Lainnya 05 =Malaria 10 =Stroke 15 = bayi lahir mati 29hari- < 5 thn:
5 = Cucu 16 = penyakit lainnya . RKD07.AV2
5 thn ke atas :
RKD07.AV3
IV. KETERANGAN ANGGOTA RUMAH
~ TANGGA
,
Hu bung- Jenis Urnur Khusus-ART l!: 10 Khusus ART .Ba.ya. Verifikasi
an Kela min (tahun) Status tahun ART semalam ..,al.ell'
No. dengan Kawin Pendi- Pekerjaan perem- Udurdi telildlu
urut Nama kepala dikan utama puan dalam belilsek·
ART Anggota Rumah rum ah Tertinggi 10-54 kelambu? tisi1a?
Tangga tangga Jika umur tahun
(ART) < 1thn
lsik'an'" Apakah
"00" sedang 1. Ya 1. Ya
11. Laki2 Jika umur Hamil? 2. Tidak 2. Tidak
2. Perem· :!:97 thn -+koi.12 8.Tulak
[KODE] puan lslkan [KODE] [KODE] [KODE] 1.Ya 8. TdkTahu Tahu
"97" 2.Tidak -+ kol.12

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1. 1 D DD D D DD D D D D
2. D D DD D D DD D D D D
3. D D DD D D DD D D D D
4. D D DD D D DD D D D D
5. D D DD D D DD D D D D
6. D D DD D D DD D D D D
7. D D DD D D DD CJ D D D
8. D D DD D D DD D D D D
9. D D DD D D DD D D D D
10. D D DD D D DD D D D D
11. D D DD D D DD D D D D
12. D D DD D D DD D D D D
13. D D DD D D DD D D D D
14. D D DD D D DD D D D D
15. D D DD D D DD D D D D
GUNAKAN LEMBAR TAMBAHAN APABILA JUMLAH ART> 15. ORANG

Kode kolom 3 Kode kolom 6 Kodekolom7 Kode kolom 8 Kode kolom 12


Hubungan dengan kepala rumah tangga Status Kawin Pendldikan Tertlnggl Pekerjaan Utama Verifikasi
1 = Kepala rumah 6 = Orang tua/ mertua 1 = Belum kawin 1 = Tidak pernah sekolah 01 = Tidak kerja 08 = Wiraswasta/ 1 = Tidak ada perubahan
tangga 7 = Famili lain 2 = Kawin 2 = Tidak tamat SD 02 = Sekolah Pedagang 2= Ada perubahan
2 = lstrl/suami 8 = Pembantu rumah 3 = Cerai hidup 3 =Tamai SD 03 = lbu umah tangga 09 = Pelayanan Jasa 3 = Meninggal
3 = Anak tangga 4 = Ceraimati 4 =Tama! SLTP 04 = TNUPolri 10 = Petani 4 = Pindan
4 = Menantu 9 = Lainnya 5 = TamatSLTA 05= PNS 11 = Nelayan 5 = Lahir
5 = Cucu 6 = Tama! Perguruan Tinggi 06 = Pegawai BUMN 12 = Buruh 6 = Anggota baru
0 r = Pegawai swasta 13 = Lainnya 7 = T dk pemah ada dim
RTsampel
1a Berapa jara~ yang harus ditempuh ke sarana pelayanan ~esehatan terdekat (Rumah Sakit, .......... Km DD
Puskesmas..Pustu. Ddktec ptaktek, 'Biclan Praktek)?
........... meter ' DD D

1b Berapa waktu tempuh ke sarana pelayanan kesehatan terdekat (Rumah Sakit, Puskesmas,
Pustu, Dokter praktek, Bidan Praktek}?
.......... menit DOD
2a Berapa jarak yang harus ditempuh ke sarana pelayanan kesehalsn terdekat (Posyandu, .......... Km ·DD
Poskesdes, Polindes)?
........... meter ODO
2b Berapa waktu tempuh ke sa~ana pelayanan.kesehatan terdekat (Posyandu, Poskesdes,
Polindes)?
.......... menit DOD
3 Apakah tersedia angkutan umum ke fasilitas·pela~nan'kesehatan
P.1a dan P.2a)
terdekat? (berlaku untuk
1. Ya 2. Tidak D
1. Ya
4 Apakah rumah tangga ini pemah memanfaatkan pelayanan Posyandu/ Poskesdes dalam 3
bulan terakhir? 2. Tidak 7 P.6 D
5 Jika ya, jenis pelayanan apa saja yang diterima: (BACAKAN POIN'r a SAMPAI DENGAN i)
ISIKAN KODE JAWABAN QENGAN 1=YA 2=TIDAK 7=TIDAK BERLAKU

a. Penimbangan D d. K!A D g. Pemberian Makanan Tambahan D


b. Penyuluhan D e.KB D h. Suplementasi gizi (Vil A, Fe, Multi gizi mikro) D
c. lmunisasi D f. Penqobatan D i. Konsultasi risiko penyakit D
LANJUTKAN KE P.7

6 Jika tidak memanfaatkan pelayanan Posyandu/ Poskesdes, apakah alasan utamanya?


1. Letak posyandu jauh 2. Tidak ada posyandu 3. Pelayanan tidak lengkap 4. lainnya: .
D
7 Apakah rumah tangga ini pemah memanfaatkan pelayanan Polindes/ Bidan Desa datarn 3 1. Ya
bulan terakhir? 2. Tidak 7 P.9 D
8 Jika ya, jenis pelayanan apa saja yang diterima: (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN f)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA 2=TIDAK 7= TIDAK BERLAKU

a. Pemeriksaan kehamilan D c. Pemeriksaan ibu nifas D e. Pemeriksaan bayi (1-11 bulan) D


dan/ atau anak balita (1- 4 tahun)

b. Persalinan D d. Pemeriksaan neonatus (<1 bulan) D f. Pengobatan D


LANJUTKAN KE P.10

9 Jika tidak memanfaatkan pelayanan Polindes/ Bidan Desa, apakah alasan utamanya?
1. Letak polindes/ bidan desa jauh 3. Pelayanan tidak lengkap 5. Lainnya: .. D
2. Tidak ada polindes/bidan desa 4. Tidak membutuhkan

10 Apakah rumah tangga ini pernah Memanfaatkan pelayanan Pas Obat Desa (POD)/ Warung 1.Ya 7Vll
Obat desa (WOO) dalam 3 bulan terakhir? 2. Tidak D
11 Jika tidak memanfaatkan POD/ WOO, apakah alasan utamanya?
1. Lokasi jauh
2. Tidak ada POD/ WOO
3. Obat tidak lengkap
4. Tidak membutuhkan
5. Lainnya: .. D
~~~·@;-~ f"c7'.'7•-;7: ••
:-..r, • r~11",-.'\
,~~]rn""',,-:r:--•~·-.r-··.{<-~~=;:;-~r-~-
'~'t. . )li-,.,.,.·,..·~r"l!i>-L'"
._<l!'r~~o.";tr~
'- Li!· ',/1 ~.,~l,•"'-~· .• , ... -;--
.,..•.-. •>:
-~-·· - •
.~ ~ "'i"': ~. t!"·J
~ ~"'lf~~ -t~ •• ,...~'-;f .--;.i.::
.~t~~~
s: ~1JJ·~}.~t;il\f~~·,:..1.~r,J.t-11.~~flii
~-~g·-·""
~.f-!.H.,~: w iJ .- ~·1.;~ • ~ . .* ~ '.~ · ··
.: - ~:+~ ~~f:t ~~'...if".~;;~' ~'-=. .:-·.. . ,,~.ye..,~~
~~ . . ';1
..~.J': --~~..J ~-· ;'.___"-,!_- ..... ~.lt ...di!"~·!...>--- ..... ·•_'._~-·~"&:._i_

- ::_:_. ..""__.!::._...'.:~::;_,·,_·~ • - , ...

·1. Berapa jumlah pemakaian air untuk keperluan Rum?h 'r a~gga?
.
........... liter/hari DODD·
2. Berapa jarak/lama ~ktu yang dibutuhkan untuk memperoleh air (pulang-pergi)? a. Jarak .... Km a. DD
, ; . ..
,. •.
b. Lama ... Menit
I b.ODD
1. Ya
3. Apakah di sekitar sumber air dalam radius <10 meter terdapat sumber
+pencemarerrtalr lim~ah/ cubluk/ tangki septik/ sampah)?
2. Ttdak
3. Tidak ada sumber air
D
.
4. Apakah air untuk semua kebutuhan rumah tangga diperoleh dengan mudah 1. Ya (mudah)
sepanjang tahun?
-
2. Sulit di musim kemarau
3. Sulit sepanjapg tahun
D
5. ijila .sumber air terletak di luar pekarangan rumah, siapa yang biasanya 1. Orang dewasa perempuan
mengambil air untuk keperluan Rumah Tangga 2. Orang dewasa laki-laki
3. Anak laki-laki
4. AnaR perempuan
D
5j Sumber air di dalam pekarangah'tumah
. -;(

s" '
t- E ' .- . ,..
6. Bagaimana kualitas fisik air minum? (BACAKAN~.OINT a 'SAMPAI DE'NGAN e)
ISIKANJ<.POE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK-

a. Keruh D b. Berwarna D c. Berasa o "d, Berbusa D e. Berbau D


7. Apakah jenis sarana/ tempat penampungan-air minum se~lumdjmasak?
. 1. Tidak adaflangsung dari sumber 2. Wadah/tandon terbuka 3. Wadah/tandon tertutup D
8. Bagaimana pengolahan air minum sebelum diminum/ dl'gunakan? (BACAKAN POINT a SA~PAI DENGAN e)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGl\N 1=YA ATAU 2=TIDAK

a. Langsung Climinurn Db. Dimasak D c. Di~aring D d. Diberi bahan kimia D e. Lainnya: .................... D
I 9. Dimana tempat penampungan air lirnbah dari kamar mandi/ tempat cuci/ dapur?

I
1. Penampungan tertutup di pekarangan/ SPAL
2. Penampungan terbuka di pekarangan
3. Penampungan "di hiar pekarangan
4. Tanpa penampungan (di tanah) 5. Langsung ke got/ sungai
D
10. Bagaimana saluran 'pembuanqan air limbah dari kamar m~ndi/ dapur/ tempat cuci?
1. s.aluran terbuka 2. Saluran tertutup 3. Tanpa saluran . D
11. Apakah tersedia tempat pem.buangan sarnpah di luar rumah? 1. Ya 2. Tidak 7P.13 D
12. Bila ya, apa jenis ternpat pengumpulan/ penampungan sampah rumah tangga di
luar rumah tersebut?
a. Tempat sampah tertutup D
(BACAKAN POINT a DAN b)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK
b. Tempat sarnpah terbuka D
13. Apakah tersedia tempat penampungan sampah basah (organik) di dalam rumah? 1. Ya 2. Tidak 7P.15 D
14. Bila ya, apa jenis ternpat pengumpulan/ penarnpungan sampah basah (organik) di
dalarn rumah?
a. T ernpat sampah tertutup D
(BACAKAN POINT a DAN b)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK
b. Ternpat sampah terbuka D
15. Apakah Rumah Tangga ini selama sebulan yang lalu menggunakan bahan kimia yang termasuk dalam golongan bahan berbahaya dan
beracun (B3) di dalam rumah (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN h)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK

a. Pengharum ruangan (spray) .o e. Penghilang noda pakaian D


b. Spray rambut/ deodorant spray D f. Aki (Accu) D
c. Pembersih lantai D g. Cat D
d. Pengkilap kaca/ kayu/ logam D h. Racun serangga/ Pembasmi hama D
I 16, I Apa jenis ternak yang dipelihara?
Dipelihara? I Dipelihara di :
1. Ya , 1. Kandang dalam rumah 3. Rumah tanpa kaldang
Ternak/hewan peliharaan 2. jidak 7 temak berikutnya 2. Kandang luar rumah 4. Luar rumah tanpa kandang
(1) t
(2)
. a. Unggas (ayam,bebek, burung) D D
-
b. Temak sedang (kambing,domba,
babi) D D
c. Temak besar (sapi,kerbaJ'.kuda) D . D
d. Anjing, kucing, kelinci D D
17. Jarak rumah k~ sumber pencemaran?
JIKAJIDAK TAHU JARAK KE SUMBER PENCEMARAN 71SIKAN "8888" PADA KOLOM (2) JARAK (METER)
JIKA TIDAK ADA SUMBER"PENCEMARAN 7 1Slt<Att"99a9""PADA KOLOM (2) JARAK (METER)'
' . .
Sumber Pencemaran
.
'
Jarak (meter) Sumber Pencemaran Jarak (meter)

(1) (2) (1) (2)

a. Jalan rayaf rel kereta api DODD e. Tenninal/stasiun kereta api/bandara DODD
b. Tempat Pembuangan Sampah
(Akhir/Sementara)/lncinerator/iPAL RS DODD '
.f. Bengkel
'
DODD
c. lndustri/pabrik DODD, g. Jaringan listrik tegangan tinggi
(SUTT/ SUTET) .--'</. DODD
d. Pasar tradisional DODD h. Peternakan/ Ru mah Potong Hewan
(termasuk unggas) DODD
RAHASIA RKD07.GIZI

0-11 bulan

1-3 f.ilhun

4-6 tahun
7-9 tahun

10 -12 tahun

13 -15 tahun

16 -18 tahun

19 - 29 tahun

30-49 tahun

50-64 tahun

>64 tahun

Jumlah

:-:,:'2;.·;:: ~*~t~~~.G~tf~YM~~,~.9ii$M~sjM'~l<~~~o~~~M·{ ~~¥;t~~A~tv:A~~,\J\~u:·:~ ; ~~-)~:~ \~~;l'f;~ !?(,~i~:3.!1:


Makaitpagt orang :Mak?n Siang orang :·~~~ian:fA!J)~fri!;.-~'-·, .~ orang

Waktu Banyaknya yg dikonsumsi


Masakan/Menu Jenis bahan makanan
Makan
Wakt'J Banyaknya yg dikonsumsi
MasakaniMenu Jenis bahan makanan
Ma~an
Ukuran Rumah Tanm1a Berat Coram)

.,,-;A""!~\,--;.~;'..

'
RAHASIA RKD07.IND

A01 Tuliskan nama dan nomor urut Anggota Rumah Tangga (ART) NarnaART Nomor urut ARI: DD
A02 Untuk ARfpada A01 < 15 tahun/ kondisi sakiU orang tua yang perlu
NamaART DD
~-~~~-;!;'·i~i
didampingi, tuliskan nama dan nomor urut ART yang mend~mpingi Nornor urut ART:

:f. :g...._ , 11~l.~~~,~i1i~~~,;~,X~~,~iUf~ij1';if~.:·-,~:··i~~~~IT:'·1f~


~~- ~ ~. ~. ~~...:...._ ' -.,,.; ~ *~ ~-=· ;_,,a ~'2)f .::;: ..... ~.;_.; ~- ".. ~ ~ t t. ,,,__::'_____::

[NAMA] padapertsnyaan di bawah ini merujuk pada NAMA ycufg tercatat pada pertanyaah A01
PERTANYAAN 801-840 DITANYAKAN PADA SEMUA UMUR

801
.
INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (!SPA)/ INFLUENZA/ RADAN_G TENGGOROKAN
,
Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMAJ pemah didiagnosis menderita !SPA oleh tenaga kesehatan 1·. Ya-+ 803
(dokter/ perawaU bidan)? 2. Tidak D
802 Dalam 1 bulan terakhir, apakah {NAMA] pemah menderita panas disertai batuk berdahakl kering atau 1. Ya
pilek? 2. Tidak D
PNEUMONIA/ RADANG PARU
803 Dalam 1 bulan terakhir, apakah {NAMA] pernah didiagnosis menderita Pneumonia oleh tenaga kssehatan 1. Ya -+ 805
(dokter/ perawatl bidan)? 2. Tidak D
- ..
804 Dalam 1 bulan terakhir, apakah (NAMAJ pernah menderita panas tinggi disertai batuk berdahak dan napas
1. Ya
lebih cepat dan pendek dari biasa (cuping hidung) I sesak nafas dengan tanda tarikan dinding dada bagian
bawah?
2. Tidak D
DEMAM TYPHOID (TIFUS PERUT)
805 Dalam 1 bulan terctkhir, apakafilNAMA] pernah didiagnosis menderita Demam Typhoid oleh tenaga 1. Ya-+ 807
kesehatan (dokter/ perawatl bidan)? 2. Tidak D
806 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA) pernah menderita panas terutama pada sore rnalam hari > 1 1. Ya
minggu disertai sakit kepala, lidah kotor dengan pinggir merah, diare atau tidak bisa BAB? 2. Tidak D
MALARIA
B07 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA) pernah didiagnosis menderita Malaria yang sudah dikonfirmasi 1. Ya-+ 809
dengan pemeriksaan darah oleh tenaga kesehalan {dokler/ perawatl bidan)? 2. Tidak D
BOS Dalarn 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah menderita panas tinggi disertai menggigil (perasaan
1. Ya
dingin). panas naik turun secara berkala, berkeringal, sakit kepala atau tanpa gejala malaria tetapi sudah
minum obat anti malaria?
2. Tidak 7 810 D
B09 Jika Ya, apakah [NAMAJ mendapat pengobatan dengan obat program dalam 24 jam pertama rnenderita 1. Ya
panas?

2. Tidak D
DIARE/ MENCRET
810 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA) pernah didiagnosis-rnenderita Diare oleh tenaga kesehatan 1. Ya~ 812
(dokter/ perawatl bidan)? 2. Tidak D
B11 Dalam 1 bulan lerakhir, apakah [NAMA) pernah menderita buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari 1. Ya
dengan kotoran/ tinja lembek atau cair? 2. Tidak-7 813 D
812 Apakah paLJ saat diare, diatasi dengan pemberian Oralitl pernberian larutan gula gararn/ cairan rumah 1. Ya
tangga? 2. Tidak D
.
CAMPAKI MORBILI
BJ3 Dalam 12 bu Ian terakhir, apakah [NAMA] pemah didiagnosis rnenderita campak oleh tenaga kesehatan 1.Ya .+·815
(dokter/ perawat/ bidan)? 2. Tidak D
~
814· Dalam ·12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah menderita panas lioggi disertai mata merahdengan· 1. Ya
banyak kotoran pada mata, ruam merah pada kulit terutama pada leher dan dada? 2. Tidak D
TUBERKULOSISPARU (TB PARU)
815 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah didiagnosis mendema TB Paru oleh tenaga kesehatan 1. Ya".+ 8~7
(dokter/ perawat/ bidan)? 2. Tidak D
816 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah menderita batuk.•~ 2 minggu disertai dahak atau dahak 1. Ya
bercampurdarah/ batuk berdarah dan berat badan sulit bertambah/menurun?
.
2! Tidak D
-
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
,.
817' Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah didiagnosis rnenderita Demam 8erdarah Dengue oleh 1. Ya-+ 819
tena~a kesehatan (dokter/ perawat/ bidan)?
. 2. T!dak D
-
818. Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pen:iah menderita demam'panas,sakit kepalat pusing disertai
~ 1. Ya
nyeri di uluhati/ perut kiri ata~. mual daD munta/1, lemasJ<adang-kadangdisertai bintik-bintik merah di
bawah kulit dan/ atau mimisan, kaki/.tangan dingin?
• 2. Tidak D
HEPATITIS/SAKIT LIVER/ SAKIT KUNING
. '

819 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah didiagflosis menderita Hepatitis oleh tenaga kesehatan t Ya-+ 821
(dokter/ p~rawat/ bidan)? 2. Tidak D
820 Dalam 12 bulan terakhir apakah [NAMA] pemah menderita demam, lemah, gangguan saluran cema, 1. Ya
(mual, muntah, tidak nafsu makan), nyeri pada perut kanan alas, disertai urin wama seperti air teh pekat,
mata atau kulit berwarna kuning?
2. Tidak D
FILARIASIS/ PENYAKIT KAKI GAJAH -~-~
821 Dalam 12 b~lan terakhir, apakah [NAMA] pemah didiagnosis menderita Filariasis oleh tenaga kesehatan 1. Ya~ 823
(dokter/ p~rawat/ bidan)? 2. Tidak D
822 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA) pemah menderita radang pada kelenjar di pangkal paha secara 1. Ya
berulang, atau pembesaran ala! kelamin/ payudara/-tungkaibawah dao atau alas (Filariasis/ kaki gajah)? 2. Tidak D
ASMA/ MENG!/ 8ENGEK
823 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA) pemah didiagnosis menderita Asma oleh tenaga kesehatan 1. Ya.+ 825
(dokter/ peraY:Jatl bidan)? 2. Tidak D
824 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA) pemah mengalami sesak napas disertai bunyi (mengi)/ Rasa 1. Ya
tertekan di dada/ Terbangun karena dada terasa tertekan di pagi hari atau waktu lainnya, Serangan sesak 2. Tidak
napas/terengah-engahtanpa sebab yang jelas ketika tidak sedang berolah raga atau melakukan aktivitas D
fisik lainnya?
GIGI DAN MULUT
1. Ya
825 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA) mempunyai masalah dengan gigi dan/atau mulut?
2. Tidak ~ 828 D
826 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA) menerima perawatan atau pengobatan dari perawat gigi, dokter 1. Ya
gigi atau dokter gigi spesialis? 2. Tidak ~ 828 D
827 Jenis perawatan atau pengobatan apa saja yang diterima untuk masalah gigi dan mulut yang [NAMA] alami?
(8ACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN e) ISIKAN KODE JAWA8AN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK
e. Perawatan gigi lainnya.
a. Pengobatan. D c. Pemasangan gigi palsu lepasan (protesa) atau
gigi palsu eek at (bridge)
D Ya, sebutkan............ D
b. Penambalan/ pencabutan/
bedah gigi atau mutut
D d. Konseling tentang perawatan/ kebersihan gigi
dan mutut
D
828 Apakah [NAMA] telah kehilangan seluwh gigi asti? 11. Ya 2. Tidak ID
CEDERA
.
1. Ya
829 Dalam 12 bulan terakhir, apakah (NAMA) pemah mengalami cedefa sehingga kegiatCll sehad-harl
terganggu? 2. Tidak~ 833 D
v

830 Penyebab cedera: (B~CAKAN POINT a SAMPAI DENGAN p)


ISll:(fl.N KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK
a. Kecelakaan transportasi di darat (bus/ truk, kereta api,
motor, mobil) D i .. 8encana alam (gempa bumi, tsunami) D
b. Kecelakaan transportasi laut D j. Usaha bunuh diri (mekanik, kimia) D
c. Kecelakaan transportasi udara D k. Tenggelam D
d. Jatuh o· I. Mesin elektrik, radiasi D
e. Terluka karena benda tajam, benda tumpul D m. Terbakar, terkurung asap D
f. Penyerangan (benda tumpul/ tajam, bahan kimia, dll) D n. Asfiksia (terpendam, tercekik, dll.) D
g. Ditembak dengan senjata api D o. Komplikasi tindakan medis D
h. Kontak dengan bahan beracun (binatang, tumbuhan,
kimia)
D p. Lainnya, Sebutkan .............................. D
831 Bagian tubuh yang terkena cedera: (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN j)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK
j. 8agian tumit dan
a. Kepa!a D d. Bagian perut, tulang
punggung, tulang panggul D g. 8agian pergelangan
tangan, dan tangan D kaki D
h. Bagian pinggul dan
b.Leher D e. 8agian bahu dan lengan atas D tungkai atas D
i. 8agian lutut dan
c. 8agian dada D· f. Bagian siku, lengan bawah D tungkai bawah D
832 Jenis cedera yang dialami : (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN i)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK
a. 8enturan/ Luka
me mar D c. Luka terbuka D e. Terkilir, teregang D g. Anggota gerak
terputus D i.......Lainnya:
......... D
b. Luka lecet D ·--d. Luka bakar D f. Patah tulang D h. Keracunan D
PENYAKIT JANTUNG

833 Apakah (NAMA] selama ini pernah didiagnosis menderita penyakit jantung oleh tenaga kesehatan (dokter/ 1. Ya~ 835
perawat/ bidan)? 2. Tidak D
834 Apakah [NAMA] pernah ada gejala/ riwayat: (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN e)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK
a. 8ibir kebiruan saat menangis atau melakukan
aktifitas
D c. Jantung berdebar-debar tanpa
sebab D e. Tungkai bawah
bengkak D
d. Sesak nafas pada saat tidur
b. Nyeri dada/ rasa tertekan berat/ sesak nafas
ketika berjalan tsrburu- buru/ mendaki/ berjalan
D tanpa bantal D
biasa di jalan datar/ kerja berat/ jalan jauh

PENYAKIT KENCING MANIS (DIABETES MELLITUS)


~
835 Apakah [NAMA) selama ini pernah didiagnosis menderi\a kencing manis oleh tenaga kesehatan (dokter/ 1. Ya~ 837
perawat/ bidan)? 2. Tidak D
836 Apakah [NAMA] selama ini pernah mengalami gejala banyak makan, banyak kencing, banyak minum, 1. Ya
lemas dan berat badan turun atau menggunakan obat untuk kencing manis? 2.Tidak D
TU MOR I KANKER
837 Apakah (NAMA) seJama ini pemah didiagnosis menderita penyakit tumor/ kanker oleh tenaga kesehatan 1.Ya
(dokter/ perawat/ bidan)? 2.Tidak ~ 840 I D
838 Sejak ~apan [NAMA] didiagnosis tumor tersebut? Tahun............... DODD
B39 Dimana iokasi tumor/ kanker tersebut: (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN m)
ISJKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YAATAU 2=TIDAK ATAU 7=TIDAK BERLAKU
a. Mata, otak, dan bagian susunan syaraf
pusat D f. Saluran cema (usus, hali) D k.Jaringanlunak .D
I. Tulang, tulang
b. 6ibir, rongga mulut dan tenggorokan D g. Saluran kemih D tawan D
c. Kelenjar gondok dan kelenjar endokrin lain D h. Alat kelamin wanita: ovarium, cervix uteri D m. Darah D
d. Saluran pernafasan (paru- paru) D i. Alat kelamin pria: Prostat D
e. Payudara D j. Kulit D
PENYAKIT KETURUNAN/GENETIK
640 Apakah [NAMA] ada riwayat keluhan menderita sebagai berikut: (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN h)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1 =YA ATAU 2=TIDAK
a. Gangguan jiwa (schizophrenia)(observasi) D d. 6ibir sumbing (observasi) D g. Thalasemia D
b. Butawarna D e. Alergi dermatitis D h. Hemofilia D
c. Glaukoma D f. Alergi rhinitis D
.. ,
• JIKA ART UMUR;:.; 15 TAHUN ~ 841
• s
JIKA ART UMUR 14 TAHUN ~KE 8AGIAN C. KETANGGAPANPELAYANAN KESEHATAN
'll'. ~~!
~~<:/.i;e.•:~~:'t¢; ,''J
r>

r !~" .
. ,,., "·.~. ·:~ :. 'Oi'/;)'''""'.~-..~·-.":>
r ",• ·~ .::~ r-, lf;i~;;~~.
"'~.. , ..:.4~·"'·~-~~, · ;
·v-~"~;·1.,: .. Ii··:.·,
.1.. ~;~
. !fii;'•~1·~·~·l'~
t~~~~~4't..~~o,.~fff1U~SJ!S-;~~r~~J!~r.1~~-~AJ1
PENYAKIT SENDU REMATIKI ENCOK
841 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah didiagnosis menderita penyakit sendi/ remati~/ encok oleh 1. Ya~ 843
tenaga kesehatan (dokter/ perawat/ bidan)? 2. Tidak D
842 Dalam 12 bu Ian terakhir, apakah [NAMA) pernah menderita sakit/ nyeri/ kaku/ bengkak di sekitar
1. Ya
persendian. kaku di persendian ketika bangun tidur atau setelah istirahat lama, yang timbul bukan karena
kecelakaan?
2. Tidak D
HIPERTENSI/PENYAKIT TEKANAN DARAH TINGGI
843 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah didiagnosis menderita hipertensi/ penyakit tekanan darah
tinm:ii oleh tenaca kesehatan (dokter/ perawat/ bidan)?
1. Ya' 645
2. Tidak D
1. Ya
844 Apakah saat ini [NAMA) masih minum obat antihipertensi?
2. Tidak D
STROKE
845 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA) pernah didiagnosis menderita stroke oleh tenaga kesehatan 1.Ya ~ 847
(dokter/ perawat/ bidan)? 2. Tidak D
846 Dalam 12 bulan terakhir, apakah (NAMA) pemah mengalami kelumpuhan pada satu sisi tubuh atau pada 1. Ya
otot wajah, atau gangguan pada suara (pelo) secara mendadak? 2. Tidak D
• JIKA ART UMUR ~ 30 TAHUN 7 847
• JIKA ART UMUR ~ 29 TAHUN 7 KE 6AGIAN C. KETANGGAPANPELAYANAN KESEHATAN

KATARAK (KHUSUS ART;:.; 30 TAHUN)


847 Dalam 12 bulan terakhir, apakah salah satu atau kedua mata [NAMA] pernah didiagnosis/dinyatakan 1. Ya~B49
katarak (lensa mata keruh) oleh tenaga kesehatan (dokter/ perawat/ bidan)? 2. Tidak ··D
8. Tidak tahu
-
Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA) mengalami: (BACAKAN POINT a DAN b)
•. - . -
848
ISIKAN KOQE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK

a. Penglihatan berkabut/ berasap/ berembun atau tidak jelas? a.D

b. Mempunyai masalah penglihatan berkaitan dengan sinar, seeerti silau_.oada lampu/pencahayaan yang terang?
~
b.D
.f. Ya
849 Dalam 12 bulan terakhir, apaka~ [NAMA) pemah operasi katarak?
2. Tidak-+ C D
850· Apakah s~telah operasi katarak [NAMA) memakai kacarnata? ~ 1. Ya
. 2. Tfdak D
~;.-1t-:~.rt1~\~;;,<i1@)¥4·~~,'ff':'.{~*·,_·, .,;_1-~.i:¥·~:r;;:;.;;,,~- ·,,.
~Gi6fu~:~, ,cl~- .:~__:_,~:>•<;,~~ . .~~:-'t~~~_:~t' ...
y~~,c.;1~, ILi
· :·· '-,~T1"~ ~~~::--,::;4rl ~·.~ :-:
""'-~\'_:_'i:~::_I~~· '-:~
·1 '1' '
,''\,l
j yr-~ _:_-___:: ._:*.-"~-·
1 _
-~-~-- . -- · .
~ ~
.'
: '
' -~J .
M®l1-;jf,;:1~l:~~~·~~~w~.~'?>""~":-:.·.."~·- .,. '· ,,;j1,c· ~- •c~~~~·:·;. - ~: - · .;- ~ -~~ .. -~--; ~ --
~~J· ~~'if~~~~-~~~~~~f?f·::·~-~,~~:,. ' f.~:~'.\\~~2J.:lhi~ ·.:.~~~.· r~'_ .:::_i . ~ .,··-.=. ,.·;::. ·~ . ' .. . - "'--"---~
'
Ca01 Dalam 5 tahun terakhir, dimana [NAMA) menjalani rawat inap terakhir?
1. Rumah Sakit Pemerintah 6. Praktek tenaga kesehatan D
2. Rumah Sakit Swasta 7. Pengobat Tradisional
3. Rumah Sakit Di Luar Negeri 8. Lainnya (Sebutkan ..... , ...... , ........................ )
4. Rumah Saki! 8ersalin/ Rumah Bersalin 9. Tidak Pemah menjalani rawat inap 7Cb01
5. Puskesmas
. - -
cao2 Berapa biaya yang dikelua,rk~n untuk.rawat inap terakhir (dalam 5 tahun
terakhir sebelum survei)? Rp ................. · .... D.D.DDD.DDD
Ca03 Darimana surnberbiaya untuk rawat inap tersebut? (BACAKAN POINT a SAMPAI l;)ENGAN I)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK

a. 8iaya sendiri D e. Askes Swasta


j
D i. Kartu Sehat D
b. PT ASKES {pegawai) D f. Dana Sehat/ JPKM D j. Penggantian biaya oleh perusahaan D
c. PT ASTEKJ Jamsostek D g. Askeskin D k. Surat Keterangan Tidak Mampu/ SKTM D
d. ASABRI D
h. Jaminan Kesehatan Pemda
,. D
I. Sumber lain, Sebutkan ........................... D
Untuk pelayanan rawat inap yang terakhir, berilah penilaian dalam berbagai aspek dengan pilihan jawaban sbb:
1. SANGAT BAIK
2.BAIK
3. SEDANG ~...-·
4. BURUK
5. SANGA T BUR UK
Ca04 Bagaimana.[NAMA] m~nil;,)i lama waktu menunggu sebelum mendapat pelayanan rawat inap?
D
I

Ca05 Bagaimana [NAMA] menilai kerarnahan dari petugas kesehatan dalam menyapa qa[l berbicara?,
. - - D
8agaimana [NAMA] nienilai pengalaman mendapatkan kejelasan tentang_informasi yang terkait.<fengan penyakitnya dari
Ca06
petugas kesehatan? D
8agaimana [NAMA] menilai pengalaman ikut serta dalam pengambilan keputusan tentang perawatan kesehatan atau
Ca07
pengobatannya? D
Bagaimana [NAMA] menilai cara pelayanan kesehatan menjamin kerahasiaan atau dapat berbicara secara pribadi mengenai
Ca08
penyakitnya?
. D
Ca09 Bagaimana [NAMA] menilai kebebasan memilih fasilitas, sarana dan petugas kesehatan?
. D
Ca10 Bagaimana [NAMA] menilai kebersihan ruang rawat inap termasuk kamar mandi? D
Ca11 8agaimana [NAMA] menilai kemudahan dikunjungi_oleh keluarga atau teman ketika masih dirawat di fasllitas kesehatan? D
Dalam 1 tahun terakhir, dimana [NAMA) menjalani berobat jalan terakhir?
1
01. Rumah Sakit Pemerintah 06. Praktek teQaga kesehatan DD
02. Rumah Sakit Swasta 07. Pengobat Tradisional
03. Rumah Sakit Bersalin/ Rurnah Bersalin 08. Lainnya (Sebutkan )
04. Puskesmasl Pustu/ Pusling/ Posyandu 09. Di rumah
05. ~oliklinik/ Balai Pengobatan Swasta 10. lidak Pemah menjalani berobatjafan 7Cb10a

Cb02 Berapa biaya yang dikeluarkan antuk berobat jalan terakhir (dalam 1 tahun
terakhir sebelum survei)? Rp .. DD.DOD.DOD
Cb03 Darimana sumber biaya untuk berobat jalan tersebut? (BACAKAN POINT-a SAMPAI DENGAN I)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK •

a. Biaya sendiri D e. Askes "Swasfa D i. Kartu Sehat D


b. PT ASKES (pegawai) D f. Dana Sehat/ JPKM D j. Penggantian biaya oleh perusahaan D
c. PT ASTEK/ Jamsostek D g. Askeskin D k. Surat Keterangan lidak Mampu/ SKTM D
d.ASABRI D h. Jaminan Kesehatan Pemda D I. Sumber lain, Sebutkan ........................ D
Urrtuk pelayanan berobat jalan ·yang terakhir, berilah penilaian°<lalam berbagai aspek dengan pilihari jawabarl sbb:
1. SANGAT BAIK 2. BAIK 3. SEDANG 4. BURUK 5. SANGAT BURUK

Cb04 Bagaimana [NAMA) menilai lama waktu menunggu sebelum mendapat pelayanan berobatjalan? D
Cb05 Bagaimana [NAMA) menilai keramahan dari petugas kesehatan dalam menyapa dan berbicara? D
Cb06 Bagairnana [NAMAJ rnenilai pengalaman mendapatkm kejelasan tentang informasi yang terk,?i,t dengan penyakitnya dari
i
petugas kesehatan? D
Cb07 Bagaimana [Nf.MAJ rnenilai pengalaman ikut serta dalam pengambilan keputusan tentang perawatan kesehatan atau
pengobatannya? D
Cb08 Bagaimana [NAMA] rnenilai cara pelayanan kesehatan menjamin kerahasiaan atau dapat berbicara secara pribadi mengenai
penyakitnya? D
Cb09 Bagairnana [NAMA) menilai kebebasan memilih fasilitas, sarana dan petugas kesehatan? D
Cb10 Bagaimana [NAMA) rnenilai kebersihan ruang pelayanan berobat jalan termasuk kamar mandi?
ISIKAN KODE "7" JIKA TEMPAT MENJALANI BEROBAT JALAN (Cb01) "DI RUMAH"
. .
D
• JIKA ART UMUR 0 • 4 TAHUN ~ G. IMUNISASI DAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN
Cb10a • JIKA ART UMUR 5 • 9 TAHUN ~XI. PENGUKURAN dan PEMERIKSAAN
• JIKA ART UMUR ~10 TAHUN ~ D. PENGETAHUAN, SIKAP dan PERILAKU

PENYAKIT FLU BURUNG


1. Ya
001 Apakah [NAMA] pemah mendengar tentang penyakit flu burung pada manusia?
2. 1idak7 004 D
' 002 Sebutkan melalui apa saja penularan kepada manusia? (POINT "a" SAMPAI "g" TIDAK DIBACAKAN).
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK

a. Udara D d. Kontak dengan unggas sakit D g. lainnya, sebutkan


D
b. Berdekatan dengan penderita D e. Kontak kotoran unggas/Pupuk kandang .D
c. Lala! D f. Makanan D
. .,., .,.., .. ,.
f 003
'
Apa yang harus [NAMA) lakukan apabila ada unggas yang sakit1 at~ mati mel}daqak? (PPl~T "a" ~AMPAI "f' TIDAK DIBACAKANt.
" I
'
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK
. c( Mengubur/membakarunggas yang sakiti
a. Melaporkan pada aparat terkait D dgm mati mendadak
'e. Menjual D D
I
b. Membersihkan kandaog unggas [J d. Mem?sak dan mema"kan D f. Lainnya: ..................... D
HIV/AIDS
•, .
.D04 Apakah [NAMA] mengetahui tentang HIV/AIDS
...
11.Ya 2. Tidak -7 008
2·- "
0
:Q05l PenulcrnCll virus HIV/AIDS ke manusia melalur: (POINT a ~AMPAI DENGA~ h TIDAK DIBACAKAN)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK
.
a. Hubungan seksual D d. Penggunaan pisau cuk~r secera ber~ama-scyna g. Penu'laran dari ibu ke
bayi selama hamil
0, D
b. Jarum suntik D e. Penularan dari ibu ke bayi saat persalinan . D h. Lainnya: ................... D
c. Transfusi darah D f. Penularan jlari
. . .
,ibu melalui·ASI
' . .. " ,;.•! 1'
•. D
D06 Bagaimana mencega~ HIV/AIDS? (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN f) ,.
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK ATAU S=TIDAKTAHU
a. Tidak berhubungan seksual dengan c.1Jdak.!!19lak_ukCJ,n tl\lb1.Jl'lgan' e. Tidak menggunaanjarum
orang yang bukan pasangan tetap D
seksual sama sekali T'
D suntik bersama D
!
b.Tidak berhubungan seksual dengan
peng!1tJna narkobctsuntik D d. Menggunakankondom saat
berhubungan seksual D f. Tidak menggunaan pisau
• cukur bersama D
-
D07 Andaikan ada anggota keluarga [NAMA) menderitaHIV/AIOS, apa yang akan dilakukan?. (BACl\KAN POINT a SAMPAI DENGAN e)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK ATAU 8=TIDAK TAHU
a. Merahasiakan D~ c. Konseling dan pengobatan D e. Mengucilkan D
b. Membicarakandengan anggota keluarga lain D d. Mencari pengobatan altematif D
PERILAKU HIGIENIS:
'
008 Apakah [NAMA] mencuci tangan pakai sabun? (BACAKAN POINT &-SAMPAI DENGAN d)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK
a. Sebelum makan D c. Setelah buang air besar/ Setelah menceboki bayi D
~· Sebelum menyiapkan makanan D d. Setelah memegang binatang (unggas, kucing, anjing} D
009 Dimana (NAMA) biasa buang air besar?
1. Jamban
2. Kolam/sawah/selokan
3. Sungai/danaunaut
4. Lubang tanah
5. Pantai/tanah lapang/ kebun/ halaman
6. Lainnya: ...........................
D
010a Apakah (NAMA) biasa menggosok gigi setiap hari? 11. Ya 2. Tidak"-7 011 t]
. D10b Kapan saja (NAMA) menggosok gigi? (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN e)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK

'
a. Saal mandi pagi dan/ sore D c. Sesudah bangun pagi D e. Lainnya, sebutkan........... D
b. Sesudah makan pagi D d. Sebelum tidur malam D .
PENGGUNAANTEMBAKAU
011 Apakah [NAMA) merokok/ mengunyah tembakau selama 1 bulan terakhir? (BACAKAN PILIHAN JAWABAN)
1. Ya, setiap hari
2. Ya, kadang-kadang-7 013
3. Tidak, sebelumnya pernah -7 016
4. Tidak pernah sama sekali -7 018
D
012 Berapa umur [NAMA] mulai merokok/ mengunyah tembakau setlap'hari ?
ISIKAN DENGAN "88" JIKA RESPONDEN MENJAWAB TIDAK INGAT
............... tahun DD
013 Rata-rata berapa batang rokok/ cerutu/ cangklong (buah)/ tembakau (susur) yang [NAMA] hisap
perhari?
. ....... . batang DD
'c)14 Sebutkan jenis r9kck/ tembakau yang biasa [NAMAJ hisapi kunyah: (BACAKAN POINT a SAMPAI OENGAN h)
lSlKAN OENGA~ 1=YA AT AU'2=TIOAK ATAIJ 8'=Tt0AK AijU r
a. Rokok kretek dengan filter D d. Rokok linting D g. Tembakau dikunyah (susur, nyirih, nginang) D
b. Rokok kretek tanpa filter D e. Cangklong D h. Lainnya: .................. D
I c. Rokok putih D f. Cerutu D
015 Apakah (NAMAJ bi~sa merokok di dalam rumah ketika bersama ART lain? 11. Ya7D17 2. Tldak7 017 D.
,
016 ·Berapa umur{NAMA] keti~a be_rhenti/tidak merokok/.tidak menguny~h tern,bakau sama sekali?
ISIKAN DENGAN "88" JIKkRESPONDEN MENJAWAB TIDAk INGAT
~"
..••........... .tahun
' DD
• 017 Berapa u~ur (NAMAJ ketika pertama kali merokok/ mengunyah tembakau?
ISIKAN.D ~GAN "88" JIKA RESPONDEN MENJAWAB TIDAK INGAT'
..............• tahun DD
ALKOHOL
Catatan (GUNAKAN KARTU PERAGA):
1 satuan rqlnuman standard Y.ang mengandung 8-13 g etanol, misalnya terdapat dalam:
1 gelas/ botol kecll/ kaleng-~~85 ... 330 ml) bir
1 gelas kerucut (60 ml) aperitif
1 slokl (30 ml) whiskey
1 gelas kerucut (120 rill) anaaur
'
...
018 Apakah dalam 12 bulan terakhir (NAMA] mengkonsulJlSi minuman yang mengandung alkohol 1. Ya
• (minuman alkohol bermerk: contOhnya bir,.whiskey, vodka, anggur/ wine, dll dan minuman
tradisional: contohnya tuak, poteng, popi)? - 2. Tidak 7 022' D
019 Apakah dalam 1 bulan terakhir (NAMA) perneh mengkonsumsi 1')1inuman yang mengandung alkohol? 1. Ya
2. Tidak 7 022 D
020 Oalam 1 bulan terakhir seberapa sering (NAMA) minum minuman beralkohol? (BACAKAN PILIHAN JAWABAN)
1. 5 ha';i atau lebih fiap minggu
2. 1 - 4 hari tiap minggu
3. 1 - 3 hari tiap bulan
4. < 1x tiap-bulan
•.-. D
3. anggur/wine
.• 02·1a Jenis minuman beralkohof yang paling banyak dikonsumsi: 11. Bir
2. Whiskey/ Vodka 4. minuman tradisional D
Ketika minum minuman beralkohol, biasanya berapa rata-rata satuan minuman standar ........... satuan
021b
(NAMA) minum dalam satu hari?
ISIKAN DENGAN "88" JIKA RESPONDEN MENJAWAB TIDAK TAHU (GUNAKAN KARTU PERAGA) DD
AKTIVITAS FISIK (GUNAKAN KARTU PERAGA)

Berikut adafah pertanyaan aktivitas fisik/ kegiatan jasmani yang berkaitan dengan pekerjaan, waktu senggang dan transportasi
1. Ya
022 Apakah (NAMA) biasa melakukan aktivitas fisik berat, yang dilakukan terus-menerus paling sedikit
selama 10 rnenit setiap kafi melakukannya? 2. Tidak 7 025 D
023 Biasanya berapa hari dalam seminggu, (NAMA] melakukan aktivitas fisik berat tersebut? ............. hari D
024 Biasanya pada hari ketika (NAMA) melakukan aktivitas fisik berat, berapa total waktu'yang digunakan
untuk melakukan seluruh kegiatan tersebut?
............. jam D
(ISi DALAM JAM DAN MENIT) .......... menit DD
Apakah [NAMA) biasa melakukan aktivitas fisik sedang, yang dilakukan terus-menerus paling sedikit 1. Ya
025
selama 10 me nit setiap kalinya? 2. Tidak 7 028 D
026 Biasanya berapa hari dalam seminggu, (NAMA) melakukan aktivitas fisik sedang tersebut? ............. hari D
027 Biasanya pada hari ketika [NAMA) rnelakukan aktivitas fisik sedang, berapa total waktu yang digunakan
untuk melakukan seluruh kegiatan tersebut?
............. jam D
(ISi DALAM JAM DAN MENIT) .......... menit DD
028 Apakah (NAMA) biasa berjalan kaki atau menggunakan sepeda kayu~ yang dilakukan terus-menerus 1. Ya
paling sedikit selama 10 rnenit setiap kalinya? 2. Tidak -7031 D
Biasanya berapa hari dalam seminggu, (NAMA] berjalan kaki atau bersepeda selama paling sedikit 10
029
menit terus-menerus setiap kalinya?
............. hari D
.. .
030 Biasanya d~lam sehari, berapa total waktu yang [NAMA] gunakan untuk berjalan kaki atau bersepeda?
(ISi DALAM JAM Oj\N MENIT)
............. jam D
-
-
.......... menit DD
PERILAKU KONSUMSI
Biasanya dalam 1 minggu, berapa hari [NAMA] rnasan buah-buahan segar?
031
(GUNAKAN KARTU PERAGA) JIKA JAWABAN "O" 7 033
...... hari D
Berapa porsi rata-rata [N~MA] makan buah·buahan,segar dalam satu hari dari hari-hari tersebut?
032
(GUNAKAN KARTU PERAGA)
....... porsi D
033 Bi~sanya dalam 1 minggu, berapa hari [NAMA] mengkonsumsi sayur-sayuran segar?
(GUNAKAN KARTU PERAGA) JIKA :JAWABAN "O" ~ 035
...... h<li D
034
r
Berapa porsi rata-rata [NAMA] mengkonsumsi sayur-sayuran segar dalam sehari?
(GUNAKAN KARTU PERAGA)
....... porsi D
TANYAKAN 035 TANPA KARTU P.ERAGA DAN ISIKAN KODE'PILIHAN JAWABAN:
1. > 1 kali per hari 3. 3 - 6 kali per minggu, 5. < 3 kali per bulan
2. 1 kali per hari 4. 1 - 2 kali per minaau 6. Tidak pernah
035 Biasanya berapa kali [NAMA) mengkonsumsi makanan berikut: (BACAKAN POINT a SAMPAI OENGAN h)

a. Makanani minuman manis D d. Jeroan (usus, babat, paru) D g.Minuman berkafein (kopi, dll) D
h.Bumbu penyedap (vetsin, Icecap,
b. Makanan asin D e.Makanan dibakar/dipanggang D trasl): D
c. Makanan berlemak D f.Makanan yang diawetkan D
• JIKAART UMUR 10 -14 TAHUN-~ XI. PENGUKURAN dan PEMERIKSAAN
• JIKA ART UMUR ?:,15 TAHUN ~ E: DISABILIT AS/ KETIDAKMAMPUAN-

UNTUK PERTANYAAN E01- E11, BACAKAN PERTANYAAN & E06 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa besar [NAMA)
AL TERNA TIF JAWABAN. ISIKAN KODE PlLIHAN JAWABAN:
1. TIDAKADA 3. SEDANG. 5. SANGA.T BERA T
merasakan napas pendek setelah melakukan latihan ring an.
Misalnya naik tangga 12 trap? D
2. RlNGAN 4 .• BERAT

E01 Dalam 1 bulan terakhlr, seBerapa sulit [NAMA] E07 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa besar [NAMA) menderita
melihat dan mengenali orang di seberang jalan batuk atau bersin selama 10 menit atau lebih dalam satu
(kira-kira dalam jarak 20 meter) walaupun telah D serangan? D
menggunakan kaca mata/ lensa kontak?

E02 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA] E08 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sering [NAMA]
melihat dan mengenali obyek sepanjang lengan/ jarak mengalami gangguan tidur (misal mudah ngantuk, sering
baca (30 cm) walaupun telah menggunakan kaca D terbangun pada malam hari atau bangun lebih awal D
mata/ lensa kontak? daripada biasanya)

E03 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA] E09 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sering [NAMA)
mendengar orang berbicara dengan suara normal mepgalami masalah kesehatan yang mempengaruhi
yang berdiri di sisi lain dalam satu ruangan, walaupun D keadaan emosi berupa rasa sedih dan tertekan? D
telah menggunakan alat bantu dengar?

E04 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA) E10 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa besar [NAMA]
mengalami kesulitan berdiri dalam waktu 30 menit?
mendengar orang berbicara dengan orang lain dalam
ruangan yang sunyi, walaupun telah menggunakan D D
alat bantu dengar?

E05 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa besar [NAMA] E11 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa besar [NAMA]
merasakan nyeri/ rasa tidak nyaman? D mengalami kesulitan berjalan jauh sekitar satu kilometer? D
UNTUKPERTANYAAN E12-E20, BACAKAN PERTANYAAN & tJ.TERNATIFJAWABAN. ISIKAN OENGAN KODE PlllHANJAWABMl:
1. TIDAK ADA 2. RINGAN 3. SEDANG' 4. SULIT 5. SANGAT SULIT/ TIDAK DAPAT MELAKUKAtf •.

E12 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMAJ dapat E17 Dalam 1 bulan terakhlr, seberapa sulit (NAJAA]
memusatkan pikiran pada kegiatan atau menging_at
sesuatu selama 10 menit?
D berinteraksi/bergaul dengBf'}orangyang belum dikenal
sebelumnya?
D
Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA] E18 , Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [!'JAMA} dapat
E13
.
membersihkan seluruh tubuh sepertj rnandi? D msmelihara persahabatan?
-
D
E14 Dalam 1 bulanterakhir, seberapa sulit [NAMA] E19 Dalam 1 bulan terakhlr, seberspa sulit- [NAMA] dapat
mengenakan pakaian? D meiakukan pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya
sebagai anggota rumah tangga? .
D
Dalam 1 bulan terakhir, seberapa ~ulit [NAMA] dapat Dalam 1 bulan terakhlr, seberapa sulit. [NAMA] dapat
.E15
mengerjakan pekerjaan seharf-hari?" '
D E20
berperan serta dalam kegiatan kemasyarakatan (arisan, D
pengajian, keagamaan, atau kegiatan lain)?
Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMAJ dapat
E16
memahami pembicaraan orang lain?- D
UNTUK PERTANYAAN E21- E23, BACAKAN & ISIKAN DENGAN KODE 1=YAATAU 2=TIDAK
E21 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] mernbutuhkan bantuan orang lain untuk merawat diri (rnakan, mandi, berpakaian,dlQ D
Dalarn 1 bulan terakhlr, apakah [NAMAJ rnernbutuhkanbantuan orang lain untuk rnelakukanaktivitas/gerak (misalnya bangun tiduc,
E22
berjalan dalarn rurnah atau keluar rurnah)? D
Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] mernbutuhkan bantuan orang lain untuk berkomunikasi (berbicara dan dimengerti oleh
E23
lawan bicara)? D
,

DITANYAKAN UNTUK KONDISI 1 BULAN TERAKHIR


Untuk lebih rnengerti kondisi kesehatan [NAMA] kami akan mengajukan 20 pertanyaan yang merneriukanjawaban "Ya• atau "Tidak".
Kalau [NAMA] kurang mengerti kami akan rnembacakan sekali lagi, narnun kami tidak akan rnenjelaskan/mendiskusikan.
Jika [NAMA] ada pertanyaan akan kita bicarakan setelah selesai menjawab ke 20 pertanyaan.

ISIKAN DENGAN KODE 1=YA ATAU 2=TIDAK


Apakah (NAMA] rnerasa sulit untuk menikmati kegiatan
F01 Apakah [NAMA] sering menderita sakit kepala? D F11
sehari-hari? D
F02 Apakah [NAMA) tidak nafsu rnakan? D F12 Apakah [NAMA] sulit untuk rnengambil keputusan? D
F03 Apakah (NAMA) sulit tidur? D F13 Apakah pekerjaan [NAMA) sehari-hari terganggu? D
Apakah [NAMA] tidak rnarnpu melakukan hal-hal yang
F04 Apakah [NAMA] rnudah takut? D F14
bermanfaat dalarn hidu ? D
F05 Apakah [NAMA) merasa tegang, cernas atau kuatir? D F15 Apakah (NAMA) kehilangan minat pada berbagai hal? D
F06 Apakah tangan [NAMA) gernetar? D F16 Apakah (NAMA] merasa tidak berharga? D
F07 Apakah pencernaan [NAMA] terganggu/ buruk? D F17 Apakah [NAMAlmempunyai pikiran untuk rnengakhirihidup? D
F08 Apakah [NAMA) sulit untuk berpikir jernih? D F18 Apakah [NAMA] rnerasa lelah sepanjang waktu? D
F09 Apakah (NAMA) merasa tidak bahagia? D F19 Apakah [NAMA) rnengalami rasa tidak enak di perut? D
F10 Apakah [NAMA] rnenangis lebih sering? D F20 Apakah [NAMA) mudah lelah? D
PERIKSA KEMBALI, PERTANYAAN F01 SAMPAI DENGAN F20 HARUS TERJAWAB
LANJUTKAN KE ~ BLOK XI. PENGUKURANdan PEMERIKSAAN
a1. Umur [NAMA] dalam bulan a2. Ji~a Umur [NAMA] < 1 bulan, tuliskan Umur dalam hari DD
b. Tanggal lahir: (Tgl-Bln-Thn) DD-DD-DD

G02 Dalam 6 bulan1erakhir, berap~ kali (NAMA] ditimbang? ·


JIKA TDK PERNAH DITIMB~~G, ISi KOO~ "00" ATAU JIKA "TIDAK TAHU", ISi KODE "88" 7 KE G04 ........... ka1i DD
~~~~-L-~~~~1--~~--l
G03 Dimana [NAMA] paling sering ditimbang?
1. Di RS 2. Puskesmas/ Pustu 3. Polindes 4. Posyandu 5. Lainnya: . D
GO~ · • Apakah dalam 6 bulan terakhir (NAMA] mendapatkan kapsul vitamin A (GUNAKAN KARTU PERAGA) 1. Ya. 2. Tldak D
G05 Apakah [NAMA] pemah mendapat imunisasi seperti: (INFORMASI DAPAT DiPEROLEH DARI BERBAGAI SUMBER)
i /: t. ·-

a. lmunisasi BCG terhagap-TBC, yang biasanya mulai diberikan umur 1 harldan 2 .• Tidak 7 G05.c
disuntikkan di len9an alas atau paha serta meninggalkan bekas (scar)~
1. Ya
8. Tidak tahu7 G05.c D
b. Pada umur berapa [NAMA] diimunisasi BCG? (ISi HARi AT AU BULAN)
(JIKA TIDAKTAHU ISIKAN KODE "88" UNTUK HARi DAN BULAN)
~ "' •· I
1 ............ Hari DD ........ Bulan DD

c~ lmunisasi polio, cairan merah muda atau putih yang biasanya mulai diberikan 2. Tidak 7 G05.f
umur 2 bulan dan diteteskan ke mulut?
1. Ya
8. Tidak tahu7 G05.f D
d. Pada umur berapa [NAMA) pertama kali diimunisasi polio?
(JIKA TIDAK TAHU ISIKAN KODE "88" UNTUK BULAN) ............. Bulan DD

e. Berapa kali [NAMAJ diimunisasi polio? .......... 'Kali D


f. lmunisasi DPT yang biasanya disuntikkan di paha dan biasanya mulai 2. Tidak +GOS.h
diberikan umur 2 bulan bersama dengan imunisasi'polio?
1. Ya
8. Tidak tahu 7 GOS.h D
g. Berapa kali [NAMA] diimunisasi OPT? .......... Kali D
h. lmunisasi campak yang biasanya mulai diberikan umur 9 bulan dan 2. Tidak
disuntikkan di paha serta diberikan satu kali?
1. Ya
8. Tidak tahu D
i. lmunisasi Hepatitis B yang biasanya mulai diberikan umur 1 hari dan 2. Tidak 7 G06
disuntikkan di paha?
1. Ya
8. Tidak tahu7 G06 D
j. Pada umur berapa [NAMAJ pertama kali diimunisasi Hepatitis B? (ISi HARi
ATAU BULAN) .......... HariDD .......... BulanDD
JIKA TIDAK TAHU ISIKAN KODE "88" UNTUK HARi DAN BULAN
k. Berapa kali [NAMA] diimunisasi Hepatitis B? .......... Kali D
Di antara imunisasi yang [NAMA] dapatkan dalam dua tahun terakhir apakah 1. Ya 3. Tidak pernah imunisasi
G06
ada yang diperoleh pada saat PIN? 2. Tidak 8. Tidak tahu D
G07 Apakah [NAMA] mempunyai KMS? (Minta ditunjukkan KMS}
1. Ya, dapat menunjukkan dengan catatan imunisasi. 3. Ya, tidak dapat menunjukkan 7G09 D
2. Ya, dapat menun'ukkan tanpa catatan imunisasi ~G09 4. Tidak punya 7G09
GOB Salin dari KMS, tan.ggal ..... / bulan .... / tahun ..... imunisasi untuk setiap jenis imunisasi.
TULIS '88' DI KOLOM 'TGL/BLN/THN', JIKA KARTU MENUNJUKKAN BAHWA IMUNISASI DIBERIKAN, TETAPI TANGGAU BULAN/
TAHUN -NYA TIDAK ADA. TULIS '99' JIKA IMUNISASI TIDAK DIBERIKAN

a.BCG DD1DD1DD g.DPT2 DD1DD1DD

b. Polio 1 DD1DD1DD h. DPT3 DD1PD1DD

c. Polio 2 DD1DD1DD • i. Campak DD1D·D1DD

d. Polio 3 DD1DD1DD j. Hepatitis B1 DD1DD1DD

e. Polio 4 DD1DD1DD k. Hepatitis B2 DD1DD1DD

f. DPT1 DD1DD1DD I. Hepatitis B3 DD1DD1DD


·o I

1. Ya , dapat menunjukkan dengan catatan imunisasi
1 G09- fi.pakah [NAMA] mempunyai buku KIA?
(Minta ditunjukkan Buku KIA) 2. Ya, dapat menunjukkan tanpa catatan imunisasi 7 G11a
3. Ya, tidak dapatmenunjukkan7 G11
4. Tidak.punya 7 Blok G114
G10 • SaUn dari Buku KIA, tanggal.... ./ bulan..../ tahun..... imunisasi untuk setiap jenis imunisasi.
TULIS '88' DI KOLOM 'TGUBLN/THN',JIKA KARTU MENUNJUKKANBAHWA IMUNISASI DIBERIKAN, TETAPI TANGGAU BULAN/
TAHUN ·NYA TIDAK ADA. ruus '99' ~II<(\ lf.\UNISf\SI TIDAK DIBERIKAN
'
a.BCG DD1DD1DD
'
g. DPT2 DD1DD1DD
b. Polio 1 DD1DD1DO h. DPT3•
. DD1DD1DD
c. Polio 2 DD1DD1DD
. i. eampak DD1DD1DD
d. Polio 3 ·DD1DD1DD j. Hepatitis B 1 DD1DD1DD
e. Polio4 DD1DD1DD k. ~patitis B2 DD1DD1DD
f. DPT1 DD1DD1DD I. Hepatitis B3 DD1DD1DD
G11 Bila tidak dapat menunjukkan, siapakah yang menyimpan KMS/buku KIA tersebut?
1. Bidan/ tenaga kesehatan 2. Kader Posyandu · 3. Lainnya .................. D
• JIKA ART UMUR 0 -11 BULAN 7 LANJUT KE H01
G118 • JIKA ART UMUR 12 • 59 BULAN 7 XI. PENGUKURANdan PEMERIKSAAN

H01 Menurut Saudara, Berat Badan [NAMA) ketika lahir:


1. Sangat kecil 2. Kecil 3. Normal 4. Besar 5. Sangat Besar D
H02 Apakah waktu lahir [NAMA] ditimbang 1. Ya 2. Tidak 7 HOS D
H03 Bila H02=Ya, berat lahir [NAMA] dalam ukuran (gram): DODD
H04 Darimana sumber informasi berat [NAMA) lahir:
1. Buku KIA/ KMS/ catatan kelahiran 2. Pengakuan atau ingatan lbu/ ART lain D
HOS Apakah ketika ibu mengandung bayi [NAMA] pernah memeriksakan kehamilan pada
dokter, bidan, atau perawat?
1. Ya 2. Tidak 7 H07 D
H06 Jika Ya, pelayanan kesehatan apakah yang diterima saat memeriksakan kehamilan pada dokter, bida~ atau perawat?
(BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN h) ISIKAN DENGAN KODE 1=YA ATAU 2=TIDAK ATAU 8=TIDAKTAHU

a. Pengukuran tinggi badan D e. Pemberian imunisasi TI D


b. Pemeriksaan tekanan darah D f. Penimbangan berat badan D
c. Pemeriksaan tinggi fundus (perut) D g. Pemeriksaan hemoglobin D
d. Pemberian tablet Fe D h. Pemeriksaan urin D
HO? Apakah [NAMA] mendapat pelayanan kesehatan (dikunjungi/ mengunjungi) pada:
(BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN b) a. 1 - 7 hari setelah lahir a.O
ISIKAN DENGAN KODE 1=YA ATAU 2=TIDAK b. 8 - 28 hari setelah lahir b.D
2b. Khusus untuk balita,
2a. Tinggi Badan/
1. Berat badan (kg) DD.D,D "Panjang Badan (cm) DDD,D· Posisi PengukuranTB/PB
1. Berdirl 2. Telentang
D
•1!1,"i.f'j;<.."~fV':'"~~~>;:"'?<V~~ "'7''""~""'"':. ~l'i'·;~.:..;;·,-,"l\;.-~,-~'!"'.-,".-,-·1 ., ~-~;· ~; "·•·.--·~.~----,; -~· -~. r - - 0~
• • 7 ~ • ..
iim1~i-:1•t~~.t~~'f~~·#~t~·~1~
~- ~'NJ. ~ ~.;,1-.
~~~~:LIJ1£1 r",,(J:~t1;J.
~ ~.....,"'1:-~~Zl~'.;;L

l.iirnr~Jr'f~~:i:.1'
¢;;;. ,,...,_. .....
~$t~~-x.~~-. ·:::...;:.~ ·:-t':. ·.· . ., . ~-- ~-:-., .. -: ·:, ~~·-.·.
"'-·.,._ -~~..;~~-· '="'""~-<t -- , __ .,_.'\" ~

3 Tekanan darah (mmHg)


PEMERIKSAAN 1 PEMERIKSAAN2 PEMERIKSAAN3
Hanya dilakukan bila selisih pengukuran
a. Sistolik 1 b. Diastolik 1 d. Sistolik 2 e. Diastolik 2 tekanen darah 1 dart 2 > 10 mmHQ
g. Sistolik 3 h. Diastolik 3

DOD DOD DOD DOD DOD DOD


c. Nadi 1 DOD f. Nadi 2 DOD i.Nadi3 ODD
4 ............:...... cm 000,D

6 Apakah mata [NAMA] mengalami gangguan: (LAKUKAN P.ENGAMATAN]


KANAN KIRI

a. Juling 1. Ya 2. Tidak atO 1. Ya 2. Tidak a2.D

b. Pterigium 1. Ya 2. Tidak bt·o 1. Ya 2. Tidak b2.D

c. Parut kornea ..... ~· 1. Ya 2. Tidak c1.0 1. Ya 2. Tidak c2.0


·-
d. lensa keruh/Katarak 1. Ya 2. Tidak ct1.0 1. Ya 2. Tidak ct2.D

7. Menggunakan kacamata Qauh dan atau dek~t)? 1. Ya 2. Tidak 0

PEMERIKSAANVISUS:
1. Jlka [NAMA] tidak menggunakan kacamata tetap lakukan pemeriksaan visus
2. Jika [NAMA] menggunakan kacamata, lakukan pemeriksaanvisus dengan tetap memakai kacamata

8. Tanpa Pinhole a. Kanan: 00,000 b. Kiri: 00,000

9. Dengan Pinhole a. Kanan: 00,000 b. Kiri: 00,000


CATATAN UNTUK RESPONDENYANG TIDAK DAPAT MELIHAT KARTU SNELLEN ATAU KARTU E 7 LAKUKAN HITUNG JARI:
1. Jika [NAMA] dapat melihat HITUNG JARI pada jarak 3.meter 7 TULIS 03/060
2. Jika [NAMA] dapat melihat HITUNG JARI pada jarak 2 meter 7 TULIS 02/060
3. Jika [NAMA] dapat melihat HITUNG JARI pada jarak 1 meter 7 TULIS 01/060
4. Jika [NAMA] hanya dapat melihat GOYANGAN TANGAN pad a jarak 1 meter 7 TULIS 01/300
5. Jika [NAMA] hanya dapat melihat SINAR SENTER 7 TULIS 01/888
6. Jika [NAMA] tidak dapat melihat sinar (BUTA TOTAL)7 TULIS 00/000
10. Berilah kode D,M, atau F pada setiap ruang dentogram di bawah ini:
D (decayed) = gigi berlubang
M (missing) = glgi telah dfcabut/ tinqgal_akar
F (filJlng) = glgi ditambal
CATATAN: JIKA PADA GIGI Y1'NG .SAMA TERDAPAT LUBANG DAN JUGA TAMBALAN MAKA TULISKAN "OF" PADA SATU
RUANG DENTOGRAMTERSEBUT

(I) Kanan Kiri (II)


8 7 6 5 4 3 2 2 ~ 4 5 6 7

8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8

(Ill) Kanan Kiri (IV)

DUSI OLEH PENGUMPUL DATA

LD-T DD LM-T DD LF-T DD


1 = lncisivus 1 (gigi seri 1) 4 = Premolar 1 (geraham kecii 1) 7 = Molar 2 (geraham besar 2)
2 = lncisivus 2 (gigi..seri 2) 5 = Premolar 2 (geraham kecil 2) 8 = Molar 3 (geraham besar 3)
3 = Caninus (taring) 6 = Molar 1 (geraham besar 1)

11. Apakah diambil spesimen darah 2. Tidak-7 KE Xl.13 atau KE CATATAN PENGUMPULDATA

12. STIKER NOMOR DARAH TEMPEL STIKER DI SINI

13 Apakah diambil Urin (khusus ART umur 6-12 thn) 1. Ya 2. Tidak-7 KE CATATAN PENGUMPUL DATA D
14. STIKER NOMOR URIN TEMPEL STIKER DI SINI
RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS 2007)

KUESIONER AUTOPSI VERBAL (AV)


RKD07.AV1
.
UNTUK UMUR < 29 HARi

Kutip dari Blok I ~ENGENAl.AN TEMPAT RK-Q07 .RT

1b. 'No.urut yg meninggal: _


1a. Nama yang meninggal
Kutip dari RKD07 .RT Blok V kolovi 2

2 Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan D


3 Tanggal Lahir Tanggal __/ bulan _I tahun _ DD/DD/DODD
4 Tanggal meninggal Tanggal _I bulan_/ tahun _ DD/DD/DODD '
· Jika tanggal lahir dan tanggal yang meninggal sama, apakah bayi ketika lahir sempat bernafas, merintihfmenangls lemah atau beraerak?
Jika TIDAK7 BAYI LAHIR MA.Tl, tuliskan angka 98 pada P5a, 5b
Jika YA'7 BAYI LAHlR HlDUP, tan a umur ba i saat menln al TULISKAN."88" BILA TIDAK TAHU

5 Umur saat meninggal a. jam DD b. hari DD


1. Di fasilitas kesehatan
6 Di mana tempat meninggal?
2. Di rumah D

1. Nompr urut responden (Kutip dari RKD07 .RT Blok IV Kolom 1)


lsikan 00 llka res onden tidak tin al drrumah tan a ini DD
2. Bagaimana kesehatan i,bu. neonatal saat ini?
1. Sehat 2. Sakit 3. MeRinggal, penyebabnya _ 8. Tidak tahu D
3. Umur ibu pada saat melahirkan bayi yang meninggal? tahun DD
4. Berapa jumlah kehamilan JG), persalinan (P), keguguran (A) yang dialami ibu?

5. Siapa saja yang menolong ibu ketika melahirkan bayi tersebut? a. Penolong Pertama b. Penolong Terakhir

1. Dokter 4. Family/keluarga
2. Bidan/Tenaga paramedis lainnya
3. Dukun
5. Lainnya D D

6. a. Berapa bulan umur bayi di kandungan?

b. Bagaimana proses kelahiran bayi? 1. Normal 2. Cepat 3. Lama/sulit

c. Apakah bayi lahir normal atau dengan bantuan alat atau


o erasi? ·
1. Normal 2. Vakum 3. Operasi D
d. Apakah ada trauma lahir sehingga bayi terluka? Sebutkan 1. Ada, 2. Tidak ada 8. Tidak tahu D
e. Apakah saluran nafas bayi dibersihkan segera set~lah
lahir? I
1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
f. Apakah bayi dibedong segera ~etelah lahir? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
7. a .• Bagian tubuh apa yang pertarna keluar ketika bayi lahir? 1. Kepala 2. Bokong/kaki 3.Bahu/tangan 8. Tidak tahu D
~· Apakah bayi lahir kembar? 1. Tunggal 2. Kernbar D
1. Gunting 3. Bambu
8. a. Tali pusar bayi dipotong dengan apa?
2. Silet/pisau 8. Tidak tahu D
b. Apakah-tali pusar keluar sebelum bayl1apTr? 1. Ya
- -
2. Tidak 8. Tidak tahu D
c. Apakah ada1ilitan tali pusar di leher bayi? 1.Ada 2. Tidak ada 8. Tidak tahu D
1. Tidak diberi apa-apa 3. Ramuan daun/abu
d. Tali pusar diobati dengan apa?
2. AlkohoV betadine 8. Tidak tahu D
9. a. Apakah bayi segera menangis setelah lahir? 1. Segera 3. Tidak menangis 7 P9c
2. Lambat 8. Tidak tahu 7P9c
b. Jika menangis, apakah suaranya keras/ lemah? 1. Keras 3. Merintih
I 2. Lemah 8. Tidak tahu
c. Bagaimana nafas bayi ketjka.lahir? 1. Normal 3 . .ridak bemafas
.,
2. Sesak nafas 8. Tidak tahu
d. Apakah bayi bergerak aktif atau lumpuh/ lunglai? 1. Aktif 2. Lumpuh/lunglai 8. Tidak tahu
e . Bagaimana warna kulit bayi ketika lahir,? 1. Kemerahan 3. Kebiruan 8. Tidak tahu
2. Pucat 4. Kuning
1. Jemih 3. Kehijauan .-·-
f. Apakah warna air ketuban?
2. Keruh 8. Tidak tahu
g. Apakah kulit bayi terkelupas ? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu
10. a. Apakah bayi ditimbang segera setelah fahir? 1. Ya 2. Tidak 7 P10c 8. Tidak tahu 7 P10c D
- -
b. Jika ya, berapa berat badan bayi? gram 7 P11
I DODD
1. Sangat kecil 4. Lebih besar
c. Jika tidak ditimbang, apakah bayi sangat kecil, lebih kecil,
rata-rata, lebih besar atau sangat besar?
2. Lebih kecil dari rata-rata
3. Rata-rata/normal
5. Sangat besar
8. Tidak tahu
D
11. Apakah bayi dilahirkan dengan cacat bawaan: (Tanyakan satu persatu kepada ibufkeluargayang mendampingi)

a. Bibir/langit-langit sumbing 1. Ya
'
2. Tidak 8. Tidak tahu D
b. Kepala besar(hidrosefalus) 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
c. Tidak ada Julang kepala belakang (anencephalus)
!
1. Ya 2. Tidak ~. Tidak tahu D
d. Benjolan pada dinding perut sekitar pusar (omphalocele) 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
e. Tidak ada lubang dubur (atresia ani) 1. Ya 2. Tidak
.
8. Tidak tahµ D
f. Lainnya (tuliskan)
'
1. )'.a 2. Tidak 8. Tidak tahu D
'
' t
:-.t< >;~·
~'
, ... of ,,;
"1v~·. K[Ao#AN;BAvi K1&1KiSAKiT: [:feidikali s~~~fit·rlnci·s'/1;AT~~~:~'f11t\:sA~ft$imt)lati)J~.r,,~~l<:~t:.
.,.,.!i •,,,_'~-· ·'·_., /,.,,'"!f'·~...,.,,~ ""F.~>\tiJl: .. ~"i •/I' if t."·<,I .;.,,.,... 'i'r;/:'l/i:~-~!-,'.):~'').' ·.{.'.;'- ;: .e, .:~*~: ·,.,~-·--·.;""~-

12. Ceritakan gejala awal dan utama bayi ketika sakit?


(kejang, demam, tubuh dingin, sesak, muntah, lainnya)
TANYAKAN DAN CATAT LAMANYA SAKIT

2
.
13. a. Bagaimarra stmra tangfsaribayi? 1. Normal ;

2. Melemah, hari
3. Trdak mena!lgis, _ harl
- 4. Menangis dgn suara melengking tiba-tiba dan terus-menerus
' 8. Tidak tahu
.'
b. Apakah ubun-ubun,. bayi menonjol?
" 1.Ya, __ hari 2. Tidak 8. Tidak tahu
- 1. Merah muda 3. Kebiruan
1~. a. Apakah W_?ma tubuh bayi? 8. Tidak tahu
2. Pucat 4. Kuning
!
. 1. Merah mude 3. Kebiruan
b. Apakah wama kaki/ tangan bayi? 8. Tidak tahu
2. Pucat 4. Kuning
c. _Apakahkulit bayi bergelembung? 1.Ya, __ hari 2. Tidak 7 P15 8. Tidak ~u·7 P15
d. Jika ya, gelembung beris! apa? 1. Cairan jemih 2. Cairan keruh/nanah 8. Tidak tahu
15. a. Bagaimana sifat pemafasan bayi? 1. Nafas normal
2. Nafas cepat/ megap-megap, __ hari
8. Tidak tahu
b. Apakah ada batuk? 1.Ya, __ hari 2. Tidak 8. Tidak tahu
"
c. Apakah cuping hidung kembang kempis ketika nafas? 1. Ya, ___ hari 2. Tidak 8. Tidak tahu
d. Apakah ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam? \_.Ya, __ hari 2. Tidak 8.. Tidak tahu
.
16. a. Apakah bayi kejang? 1.Ya, __ hari 2. Tidak 8. Tidak tahu
b. Ap~kah bayi mengalami penurunan kesadaran?
1.Ya, __ hari 2. Tidak 8. Tidak tahu
(bayi dibangunkan tet~Ri tidur terus)
17. Bagaimana keadaan mata bayi? 1. Normal, __ hari 4. Wama kuning, __ hari
2. Cekung, __ hari 8. Tidak Tahu
3. Belekan, hari
18. a. Apakah mulut bayi mencucu, seperti mulut ikan? 1. Ya, ___ hari 2. Tidak 8. Tidak tahu
b. Apakah bibir berwarna kebiruan? 1. Ya, ___ hari 2. Tidak 8. Tidak tahu
.,
c. Apakah mengeluarkan air liur terus-menerus? 1. Ya, ___ hari 2. Tidak 8. Tidak tahu
d. Apakah ada luka/bercak putih di dinding rongga mulut? 1. Ya, ___ hari 2. Tidak 8. Tidak tahu
a. Apakah bayi dernam? .....-"' .
19. 1. Ya, ___ hari 2. Tidak 8. Tidak tahu
b. Apakah tubuh bayi dingin? 1. Ya, ___ hari 2. Tidak 8. Tidak tahu

20. a. Apakah bayi O)Untah? 1. Ya, ___ hari 2. Tidak7P21a 8.Tidak tahu7 P21a
b. Bagaimana muntah tersebut terjadinya? 1. Sehabis minum ASI, _ hari 2. Berulang-ulang, _hari
.
'
21. a. Apakah perut bayi kembung? t, Ya, -=----=.hari - 2. Ttdak 8. Tidalttahu
-
b. Apakah terlihat ada benjolan di perut?
.
1. Ya, ___ hari 2. Tidak 8. Tidak tahu

22. a. Apakah ada gangguan dalam buang air besar (BAB)? 1. Ya, ___ hari 2. Tidak-sP23a 8. Tidak tahu7P23a

b. Jika ya, apakah gangguannya? 1. Diare, _ hari 2. Tidak bisa BAB, __ hari

23. a. Apakah diberi Air Susu lbu (ASI)? 1. Ya, ___ hari 2. Tidak7P23c 8. Tidak tahu7P23c
b. Bagaimana bayi mengisap ASI?
. 1. Kua! 2. Lemah 3. Tidak bisa mengisap
c. Apakah diberikan minuman/makanan lain sebagai berikut? 1. Air putih 4. Air buah 7. Nasi
ijawaban dapat lebih dari satu) 2. Air madu/gula 5. Susu formula 8. Lainnya,
3. Air tajin 6. Pisang

3
24. Ketlka ibu hamil, apakah mengalami
t
komplikasi? fanyakan satu persatu gangguan/komplikasldi bawah lnl

a Tekanan darah tinggi dan atau benqkak 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D


b. Perdarahan 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
c. Nyeri perut hebat 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu o·
d. Pusing, lemah, lesu, kunang-kunang 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
e. lbu kurus (kurang energi kronis) 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
f. Demam
,.-i
1. Ya· 2. Tidak 8. Tldak tahu D
g. Sesak napas, asthma, sakit jantung 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
h. Radang paru, tuberculosis 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
i. Sakit kuning 1. Ya 2. Tidak 8. Tldak tahu D
j. Cederalkecelakaan 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
k. Kejang 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
I. Lainnya, 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
25. Ketika ibu bersalin, apakah mengalami komplikasi? Tanyakan satu persatu gangguan/komplikasldi bawah lni

a. Sulit ketika melahirkan 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D


.•~·--
b. Perdarahan 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
c. Ketuban pecah dini 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
d. Kejangf eklampsi 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
e. Tekanan darah tinggi 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
f. Nyeri perut hebat 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
g. Demam 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
h. Sesak nafas 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
i. Lainnya 2. Tidak 8. Tidak tahu D

Jenis kelamin dan umur bayi ketika dikandung:

Berat badan lahir:

Keadaan waktu lahir dan bagian tubuh yang keluar lebih dulu:

Riwayat sakit:

4
Umur ibu ketlka melahlrkan:

GPA:

Penolong persallnan:

Proses persalinan:

'Komplikasl kehamilan:

Komplikasi persallnan:

26. Diagnosis Penyebab Kematian Bayi Usia 0·6 hari (diisi oleh dokter) KodelCD 10
a. Penyakit atau keadaan utama janin/bayi yang menyebabkan kematian:
DDD.D
b. Penyakit atau keadaan lain janin/bayi yang menyebabkan kematian:
DDD.D
c. Penyakit/keadaan utama ibu yang mempengaruhi kematian bayi
DDD.D
d. Penyakit/keadaan lain ibu yang mempengaruhi kematian bayi
DDD.D
e. Keadaan relevan lain yang menyebabkan kematian bayi/lain, tetapi
tidak berkaitan dengan penyakit/keadaan janin/bayi maupun ibunya:
.,._~s DDD.D
27. Diagnosis Penyebab Kematian Bayi Usia 7 hari - 28 hari (diisi oleh dokter) Kode ICD 10
a. Penyakit penyebab kematian langsung (Direct Cause)
DDD.D
b. Penyakit perantara (Intervening antecedent cause)
DDD.D
c. Penyakit penyebab utama kematian (Underlying cause of death)
DDD.D
d. Penyakit yang berkontribusi terhadap kematian, tetapi tidak berhubungan dengan penyakit pada
Rangkaian a-c DDD.D
Telah diperiksa oleh Ketua Tim,

Nama: .......•......••.•..•.............•.•...•.••.....••••.•

Tanda tangan: .

Tanggal: ..

5
RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS 2007)

[ RAHASIA
KUESIQNER AUTOPSI VERBAL (AV)
UNTUK UMUR 29 hari • < 5 tahun I' RKD07.AV2

Kutip dari Blok I PENGENAt;.N TEMPAT RKD07.RT

~r. : ,.,. . f·." ~ -


f:~~-~'"~'".-:--.~l' -~~·--;·r~·:~-~r~ e= , . . . - -~~----:-:.,. ~ ,. . ---. --: - ---:--- . -_ -v- .-- - -~· - ---_,,,--- - - -
w~--1t~i.'}f,::.,•.~-~
~~~~_,~:_'t;.::b·
1'~

-~~:-~
·-.'"'·" ~~·

~~
~'" ""~-

"'~~·~~-13.:.,: . ·=-=-·~··.:"'"·~.. .~:1:..;_:\r~\.:~11 .-~:':.-=-~--~-


·-•tf'·t 1~· ~1j: ,~)~;.,-,~,,.'.:· l{:;r, 1 ~~ . l~f~~rt'it.. :-•~'::_ •
.
.
·_:_~···-· ~__:_
-:~" ~ - .
. ~~---- - -
- • ~·

1a Nama yang meninggal


1 b. No.urut yg meninggal: ........ D
Kutlp dart RKD07.RT Blok V kolom 2

2 Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan D


3 Tanggal Lahir Tanggal _I bulan _I tahun_ DD/DD/DODD
4 Tanggal meninggal Tanggal _I bulan _/ tahun_ DD/DD/DD DD
5 Umur saat meninggal a hari (<30 hari) DD b bulan (< 5 tahun) D 0-
6 Di mana tempat meninggal'? D

1. a. Nomor urut responden (Kutip dari RKD07.RT Blok IV Kolom 1)


lsikan 00 jika responden tidak tinggal di rumah tangga ini

b. Menurut responden, apa penyebab kematian [NAMA]? (termasuk keterangan dari perawat, bidan, dokter)

c. Ceritakan riwayat sakit sebelum meninggal:

2. a. Apakah [NAMA] ketika lahir kecil atau berat


badan kurang dari 2500 gram?
1. Ya 2. Tidak7P2c 8. Tidak tahu7P2c D
b. Jika ya, berapa berat badan ketika lahir gram DODD
c. Apakah [NAMA] lahir prematur? 1. Ya, __ bln 2. Tidak 8. Tidak tahu D
3. a. Apakap [NAMA) menderita cacat bawaan? 1. Ya 2. Tidak-7P4a 8. Tidak tahu7 P4a D
b. Jika ya, sebutkan jenis cacatnya

4. a. Apakah [NAMA) minum ASI ketika sakit? 1. Ya, menyusu kuat 3. Tidak bisa menyusu
2. '/a, menyusu Lemah 4. Sudah tidak minum ASI
b. Jenis minuman/ makanan apa lagi yang 1. ASI saja 6. Pisang
diberikan? 2. Air madu/gula 7. Makanan bayi siap saji
3. Air putih 8. Bubur
Uawaban dapat lebih dari satu) 4. Air buah 9. Nasi
5. Susu formula 10. Lainnya,
c. AJ)akah [NAMA] pemah diimunisasi sebagai berikut:
Oiptheri, Pertusis, Tetanus 1. Ya, usia _, __ , __ bulan 2. Tidak 8. Tld'ak- Tahu
- ~
Campak , 1. ya, usia __ bulan 2. Tidak 8. Tidak Tahu
Hepatitis 1. Ya, usia __ bulan 2. Tidak .8. Tidak Tahu
d. Apakah [NAMA] ada parut BCG 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak Tahu
--
'5.' a. Apakah [NAfvlA] mengalami demam sebelum
1.Ya, __ hr 2. Tidak7P6 8. Tidak tahu 7 P6
meninm:1al1 <..
1. Terus menerus 3. Menggigil
b. Bagaimana sifat demamnya? 8. Tidak fahu
2. Naik turun 4. Berulano disertai kerinoat malam
c. Apakah [NAMA] pemcti periksa darah utk mengetahui
sakit malaria?
1. Ya . 2. Tidak 7P6 8. Tidak tahu 7 P6

d. Bagaimana hasilnya? Jika positif, kapan diperiksa? 1. Positif, hr 2. Negatif 8. Tidak tahu

e. Jika positif malaria, apakah diberi obat? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu

6. Apakah {NAMA] kejang? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu

7: a. Apakah [NAMA) batuk? 1. Ya, __ hr bin 2. Tidak7P8 8. Tidak tahu7P8


-
b. Jika ya, apakah sifat batuknya 1.Ke~ng 3. Batuk terus menerus
2. Berdahak 8. Tidak tahu
c. Apakah pemah minum obat anti TBC yang
menyebabkan air seni berwarna merah? 1. Ya, __ bin 2. Tidak 8. Tidak tahu
Jika ya, kapan obat mulai diberikan?
8. Apakah [NAMA] sesek nafas/ sulit bernafas? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu

9. Apakah (NAMA] nafas dengan cepat? 1.Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu


10'. Apakah dinding dada bagian bawah tertarik ke dalam
-1.¥a, __ hr 2. Tidak- 8.·Tidak tahu
sewaktu rnenarik nafas?
T

11. Apakah (NAMA] sakit di daerah perut? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu
-
12. a. Apakah [NAMA] muntah-muntah? 1. Ya. -- hr 2. Tidak7P13 8. Tidak tahu7P13
b. Jika ya, apakah muntah disertai dengan darah
1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu
berwarna kehitaman?
13. a. Apakah ada benjolan di sekitar leher? 1.Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu

b. Apakah ada benjolan yang tidak normal di perutnya? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu

14. Apakah perut [NAMA] membesar/rnernbuncit? 1. Ya, __ hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu
15. a. Apakah (NAMA] diare? 1.Ya, __ hr 2. Tidak7P17 8. Tidak tahu7P17
b. Apakah diare disertai lendir dan atau darah? 1.Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu
16. Apakah rnata [NAMA] cekung/ haus/ kulit mengkerut/ tidak
1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu
kencinq?
17. a. Apakah [NAMA] kurang gizi sebelum sakit? 1.Ya, __ bin 2. Tidak 8. Tidak tahu
b. Apakah dalam beberapa bulan terakhir sebelum
1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu
meninggal berat badan INAMAl tidak naik?
c. Apakah [NAMA] terlihat pucat terutama di bibir atau
1. Ya, __ hr _bin 2. Tidak 8. Tidak tahu
telaoak tancan?
d. Apakah [NAMA] luka/sariawan di rongga rnulut? 1. Ya, __ hr _bin 2. Tidak 8. Tidak tahu

18. Apakah warna putih mata jadi kuning? 1. Ya, __ hr_bln, 2. Tidak 8. Tidak tahu
19. Apakah tubuh [NAMA] berwarna biru setelah beraktifitas
1.Ya, __ hr - bin 2. Tidak 8. Tidak tahu
atau rnenangis?
20. Apakah muka [NAMA] bengkak, terutama kelopak mata? 1. Ya, __ hr _bin 2. Tidak 8. Tidak tahu
21. Apakah seluruh tubuh [NAMA] bengkak? 1.Ya, __ hr_ bin 2. Tidak 8. Tidak tahu
22. Apakah pergelangan kaki/persendian lain bengkak? 1.Ya, __ hr_ bin 2. Tidak 8. Tidak tahu

2
23. Apakah [NAMA) menderita campak sebelum meninggal? 1. Ya, __ hr 2. Ttdak 8. Tidak tahu
24. Apakah ada bintik-bintik merah di kulit? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu

25. Apakah [NAMA) mimisan? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu

26. Apakah [NAMA] sering ngantuk bukan pd jam tidur? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu
27. Apakah [NAMAJ kaku kuduk (kaku di leher)? 1.Ya, __ hr 2. Ttdak 8. Tidak tahu
28. Apakah [NAMAJ mengeluh sakit kepala? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu
29. Apakah seluruh tubuh [NAl\A.A] kaku? 1.Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu
30. Apakah [NAMAJ mengalami penurunan kesadaran? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. rKlak tahu
31. Apakah [NAMAJ mengalami lumpuh satu atau dua tungkai? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu

32. Apakah [NAMA] mengalami gangguan kencing? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu

33. Apakah kencing bercampurdarah? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu


a. Apakah [NAMA] pemah digigit anjing 6 bulan sebelum 1. Ya, __ hr
34. menin al atau oleh binatan lainn a? 2. Tidak' P35 8. Tidak tahu' P35
b. Jika ya, sebut jenis binatang apa (anjing, kera, ular,
kalaien kin , dll?
35 a. Apakah [NAMA] pemah cedera karena kecelakaan lalu 1. Ya, __ hr_bln
lintas atau lainn a iatuh, ten elam, terbakar, dll ? 2. rldak' IV 8. Tidak tahu ' IV

b. Jika ya, sebut jenis kecelakaan dengan rinci

c. Jika ya, sebut jenis cedera

Umur balita: _ Berat badan lahir: __..,gram Prematur/ Cukup bulan: _


Cacat bawaan:
Riwayat sakit (tanda, gejala, lama sakit):

36. Diagnosis Penyebab Kematian Bayi/ Balita (29 hari - < 5 tahun) (DllSI OLEH DOKTER) KodelCD 10
a. Penyakit penyebab kernatian langsung (Direct Cause)
DDD.D
b. Penyakit perantara (Intervening antecedent cause)
DDD.D
c. Penyakit penyebab utama kematian (Underlying cause of death)
DDD.D
d. Penyakit yang berkontribusi terhadap kematian, tetapi tidak berhubungan dengan penyakit
pada rangkaian a-c DDD.D
Telah diperiksa oleh Ketua Tim,
Nama: .

Tanda tangan: .
Tanggal: ---------
3
RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS 2007l

KUESIONER AUTOPSI VERBAL (AV)


UNTUK UMUR'"5 TAHUN KE ATAS
RAHASIA RKD07.AV3

1b. No.urut yg meninggal: ........


1a Nama yang meninggal
Kutip darl RKD07.RT Blok V kolom 2

2 Jenis Kelamin 1. Laki-iaki 2. Perempuan

3 Tanggal Lahir Tanggal _I butan _I tahun _ DD/DD/DODD


4 T<jnggal meninggal Tanggal _! bulan _/ tahun _ DD/DD/DODD
5 Umur saat meninggal tahun DD
6 Di mana tempat meninggal? D

1a. Nomor responden (Kutip dari RKD07.RT Blok IV Kolom 1) lsikan 00 jika responden tidak tinggal di rumah tangga ini ....... DD
b. Menurut responden, apa penyebab kematiannya? (termasuk keterangan dari perawat dan dokter) _

c. Ceritakan riwayat sakit sebelum meninggal:

1. Apakah (NAMA] demarn/ panas tinggi sebetum meninggal? 1. Ya, __ .hr 2. Tidak 8. Tidak tahu

1. Terus menerus 3. Naik turun disertai menggigil 8. Tidak tahu


2. a. Bagaimana sifat demamnya?
2. Naik turun 4. Berulang disertai keringat malam
b. Apakah [NAMA) pernah periksa darah utk mengetahui saklt
1. Ya -2. TiQak ~ P3 8. Tidak tahu ~ Pl
malaria?
c. Bagaimana hasilnya? Jika positif, kapan diperiksa? 1. Positif, __ hr 2. Negatif 8. Tidak tahu

d. Jika positif malaria, apakah diberi obat? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu

3.
Apakah [NAMA] sesak nafas ketika melakukan pekerjaan
rin an?
. 1. Ya, _hr_bln 2. Kadang-kadang 8. Tidak/ Tidak tahu

4. Apakah [NAMA) sesak nafas ketika tidur sehingga harus diganjal 1. Ya, _hr _bin 2. Tidak 8. Tidak tahu
den an bebera a bantal?
5. Apakah [NAMA] pernah mengeluh jantung berdebar-debar? 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu

6. Apakah seluruh tubuh [NAMA) bengkak? 1.Ya,_hr_ bin 2. Tidak 8. Tidak tahu
7. Apakah petgelangan kakinya bengk"ak? 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu
8. Apakah persendian lainnya bengkak? 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak 8. Tidat tahu
9. Apakah (NAMAJ nafasnya berbunyi/ mengi? 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak 8. Tidaktal'iu
'« ·~

10. .Apakah [NAMA] batuk lebih dari 2minggu? 1. Ya, __ .bin 2. TKlak-?P12 8. Tidak tahu 7P12
1. Kering 3. Dahak + darah
rt. Jika ya, bagaimana sifat batuknya? 8. Tidaktahu
, 2. Berdahak 4. Adadarah
Ap?kah [NAMA] pemah minum obat anti'TBC yang
12. 1. Ya,_·_hr_bln 2. Tidak 8. Tidak fahu
menyebabkan air seni berwama merah?
13. a. Apakah [NAMA) meng~luh'ny~n dadihebat? 1. Ya· 2. Tidak-?P14 8. Tidak tahu-?P14
. .
b. Jika ya, di bagian mana? 1. Kanan 2. Tengah 3. Kiri 8. Tidak tahu
~ ~ - .
c. Bagaimana sifat nyerinya? 1. Hilang timbul 2. Terus-menerus 8. Tidak tahu
.
.
14. Apakah [NAMA) nafasnya pendek-pendekdan cepat? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu

15. Apakah ada tarikan dinding dada bagian bawah ketika bemafas? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu

16. Apakah [NAMA] perokok berat? Berapa lama merokok? 1. Ya,_thn 2. Tidak 8. Tidaktahu

17. a. Apakah [NAMA] menderita diare? 1. Ya, _hr_bln 2. Tidak 7 P19 8. Tidak tahu-? P19

b. Jika ya, apakah tinja bercampur dengan darah dan lendir? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu

18. li.pakah [NAMA) kekurangan cairan tubuh? 1. Ya,_hr 2. Tidak 8. Tidak tahu

19. Apakah [NAMA) mengeluh sulit menelan? 1. Ya,_hr_bln 2. Tidtfl<' 8. Tidak tahu
.
20. Apakah [NAMA] sakit kepala? 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak 8. Tidak lahu
21. a. Apakah [NAMA) ada gangguan Buang Air Kecil (BAK)/
1.Ya,_hr_ bin 2. Tidak 7 P22 8. Tidak tahu-? P22
kencing?
1.
-
Tak dapa] BAK 3. Ngompol
b. Jika ya, gangguannya apa? 4. Lainnya, __ 8. Tldak tahu
2. Sedikit-sedikit
22. Apakah [NAMA) nyeri ketika BAK/kencing? 1.Ya,_ hr - bin 2. Tidak 8. Tidak tahu

23. Apakah air seninya berwarna merah? 1. Ya,_ hr - bin 2. Tidak 8. Tidak tahu
24. Apakah [NAMA) banyak makan, minum, dan sering BAK/
1.Ya,_ bin _thn 2. Tidak 8. Tidak tahu
kencina?
25. Apakah [NAMA) pernah ada Iuka yang sulit sernouh? 1. Ya, _bln_thn 2. Tidak 8. Tidak tahu

26. Apakah [NAMA) ada rasa kesemutan di kaki/ tangan? 1.Ya,_ hr - bin 2. Tidak 8. Tidak tahu

27. a. Apakah [NAMA) mengalami nyeri perut? 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak 7 P28 8. Tidak tahu7 P28
1. Di atas
'b, Jika ya, pada perut bagian mana? 3. Seluruh perut 8. Tidak tahu
2. Di bawah
28. a. Apakah ada benjolan di perutnya (tumor)? 1. Ya,_hr _bin 2. Tidak 7 P29 8. Tidak tahu7 P29

1. Di atas
b. Jika ya, pada perut bagian mana? 3. Di tengah 8. Tidak tahu
2. Di bawah

29. a. Apakah perut [NAMA) membunciU membesar? 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak 7 P30 8. Tidak tahu7 P30

b. Jika ya, bagaimana timbulnya? 1. tiba-tiba < 1 minggu 2. bertahap ~ 1 minggu 8. Tldak tahu

2
. . . -
30. a, Apakah {NAMA] muntah-muntahketika sakit? 1.Ya,_hr 2. Tidak 7 P3f 8. Tidak ~ P31

b. Jika ya, apakah muntahnyacampur darah?


- · t Ya,_hr 2. Tidak 8. Tidak tahu
,. ,
'
31. Apakah [NAMA] bicara kacau selama sakit parah? 1. Ya, '__,...,...hr_bln 2. Tid$1k 8. }Idaktn
.. . .
32.
-·· - - - -- . . -
•· -

a. Apakah [NAMA] mengalamipenurunankesadatan? '•' 1. Ya·'-1


.. hr .. bin
.

2. Tidak 7 P33
•""·

... . 8. Tidak t~
.

P33
, I ---T"'
'
b. Jika ya, ba~imana er~~es penuruna'!,kesadaran?
. 1. · Mepgadak. -· 2, Bertahap beberapahari 8. Tldalllahu
-
. 33 . a. Apakah ada ~aQi§ln Ju~~~~ (NAMA] yang lumpuh? 1. Ya, _br_bln 2. Tidak 7 P34
'fi. Jika ya,'liagian tubuh mana yang lumpuh? 1, Lengan kanan
' . 8.Tldak~~
.
• Oawaban dapat leblh darl satu) 3. Tungkaikanan 4. Tungkai kii
2. Langan kiri
.
34. a. Apakah seluruh tubuh [NAMA] kaku? 1. Ya,_hr_bln
. 2. Tidak 8. Tidak tahtt
•.
b. ~pa~ah a.dakaku k_vd,11~?. 1. Ya,_,_hr _bin 2. Tidak 8. Tidak tam

.35 .• a. Apakah (NAMA].menderitakejang?. - 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak7'P36 8: Tidak tahu.~P36

b. Jika ya, berapa kali dalam sehari kejang? .kali/ hari


36. f\pakah berat badan {NAMAJ turun se~ra mencolok sebelum 1. Ya,_hr_bln 2. ·Tidak 8. Tidak tahu
37.
'
rnenincoel? .....
-
Apakah [NAMAJ mengalami sariawan luas di mulut sebelum
1. Ya, _hr ....--bin 2. Tidak 8. Tidak tahu
meninooal?
38. a. Apakah [NA.MAJmenderita penyakit kylit? , 1. Ya, _hr_bln 2. Tidak7P38c 8. Tidak tahu7P38c

b. Jika ya, jelaskan gejala yang timbul pada kulit

c. Apakah ada peniolan di sekitar leher 1. Ya,_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu

39. Apakah (NAMA) tampak pucat? 1. Ya, _hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu

40. Apakah muka [N.~M[I.] bengkak/ sembab? 1. Ya, _hr._-_bin 2. Tidak 8. Tidak tahu

41. Apakah mata [NA[v1A) berubah jadi kuning? • 1.Ya,_hr_ bin 2. Tidak 8. Tidak tahu
a. Apakah [NAMA) pernah ceder-a akibat kecelakaan lalu lintas
42. atau kecelakaan lainnya ijatuh, tenggelam, terbakar, ditusuk, 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak7P43 8. Tidak tahu-7P43
keracunan, dll?
b. Jika ya, sebut jenis kecelakaan dengan rinci

c. Jika ya, sebut jenis cedera (eatah tulang, gegar otak dll) , >

43. a. Apakah [NAMA) pernah digigit oleh anjing 6 bulan sebelum


1. Ya,_hr_bln 2. Tidak7P44 8. Tidak tahu-7P44
meninqoal atau oleh binatang lainnya?
b. Jika ya, sebut jenis binatang
(kera,,.aniinQ, ular, kalaienQkinQ, serancca lain)

44 • Jika YANG MENINGGALadalah Pertlmpuan Umur 10 Tahun Ke Atas 7 1118


• 'Jika YANG MENINGGALadalah'Laki·Laki Umur 15 Tahun Ke Atas -7 1110
• Jika YANG MENINGGALadalah Perempuan Umur 5·9 Tahun atau Lakl·Laki Umur 5-14 Tahun 7 IV.RESUME.

45. Apakah [NAMA) ada Iuka atau benjolan pada payudara atau kulit
payudara berkerut seperti kulit jeruk dan atau puting payudara 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu
keluar calran kernerahan?
46. Apakah [NAMA) keluar darah berlebihan pada saat datang
1. Ya, _hr_bln 2.'Tidak 8. Tidak tahu
bulan/ menstruasi?

3
47. a. Apakah {NAMA) mengalami perdarahan darijalan lahirdi luar
1. Ya, _hr_bln 2. Tidak a. Tidaktahu
siklus menstruasinya? . .
b. Jika ya, apakah perdarahan masih terus sampai meninggal? 1. Ya, _hr _bin 2. Tidak 8. Tidak tahu
48. Apakah [NAMA] mengeluarkan cairan tidak normal dari jalan
1. Ya, _hr __ bin 2. Tidak 8. Tidak tahu
lahir?
·'
Ji~t Y~N-G ME~INGGALadalah Perempuan Umur 10 • 54 Tahun PERNAH KAWIN 7 lllC :
Jika YANG MENINGGAL.adatanYerempuanUmur 10 • 54 Tahun BELUM KAWIN 7-P.67
Jika YANG MENINGGAL.adplahPerempuan Umur 55 Ke Atai 7 1110 ~

49. Apakah [NAMA]meninggalketika sedang hai'hil? 1. Ya, _._bin 2. Tida~ 7 P62 8: Tidak tahu 7'P52
50. Apakah [NAMA) menderita'tekanandarah tinggi ketika hamil "'.
(dikatakan,olehtenaga medis) atau kejang? 1. Ya, hamil_bln .2. Tidak 8. Tidak tahu

51. .Apakah [NAMA) mengalami perdarahan hebafketika hamH? 1. Ya, hamil_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu

tANJUTKAN
. ·KE P67

52. Apakah [NAMA) mengalami keguguran (umur kehamilan < 22


minggu/ 5 bulan) sebelum meninggal? 1. Ya 7 P67 2. Tidak 8. Tidak tahu
- -
53. Apakal\ [NA~] meninggal pada saat melahirkan? 1. Ya 2. Tidak 7P60 8. Tidak tahu -? P60
"
54. Apakah [NAMA] demam tinggi saat melahirkan? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak'tahu
.. '
55. Apakah {NAMA) kejang saat melahirkan? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu

56. Apakah [NAMA) mengalami perdarahan banyak sebelum bayi lahir? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu
. '·
57. Apakah [NAMA) suliU larna'(lebih dari 12 jam) ketika melahirkan? 1.Ya,_jam 2. TidaK' 8. Tidak tahu

58. Apakah ari-arinya sulit lahir? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu


59. Apakah (NAMA] mengalami perdarahan banyak (lebih dari 3 kain)
1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu
setelah bayi lahir?

LANJUTKAN KE P65a

8. Tidak tahu -7
60. Apakah [NAMA) meninggal setelah ari-ari keluar sam(lai 60 hari? 1. Ya, hari ke _ 2. Tidak7 P67
.. P67a
61. Apakah [NAMA] kejang setelah ari-ari keluar sampai 60 hari? 1. Ya, hari ke _ 2. Tidak 8. Tidak tahu

62. Apakah [NAMA] perdarahan setelah ari-ari keluar sampai 60 hari? 1. Ya, hari ke_ 2. Tidak 8. Tidak tahu
63. Apakah (NAMA] demam tinggi setelah rnelahirkan? 1. Ya, hari ke _ '2. Tidak 8. Tidak tahu
64. >:.pakah ada cairan berbau busuk keluar dr jalan lahir setelah
1. Ya, hari ke_ 2. Tidak 8. Tidak tahu
melahirkan?
65. a. Siapa saja yang menolong persalinan? 1. Dukun 2. Bidan 3. Dokter 4. Keluarga
1. Lahir spontan 3.0pe;isi S~ctio 7 P66a
b. Dengan cara apa bayi dilahirkan?
~· Vakum-7'pssa , .
8. Tidak Tahu -7 P66a
c. Pada waktu bayi lahir, bagian tubuh mana yang keluar lebih 1. Kepala 3. Lengan/ kaki
dahulu? 2. Bokong 8. Tidak tahu
66. a. Apakah [NAMA] melahirkan tunggal atau kernbar? 1. Tunggal 2. Kembar
1. Hidup 3. Kembar, satu bayi meninggal
b. Bagaimana kondisi bayi (NAMA] setelah lahir?
2. Meninggal 4. Kembar, semua bayi meninggal

67 •

Jika YANG MENINGGALadalah Perempuan Umur'15 Tahun Ke..Atas 7 1110
Jika YANG.MENINGGAL adalah Per~mpua'! Umur 10-14 Tahun 7 IV:RESUME ..
68 Apakah [NAMA] mempunyai riwayat/ pernah sakit: Jika ya, berapa lama ?
a. Darah tinggi/ sakit jantung 1.Ya,_ bin - thn 2. Tidak 8. Tidak lahu D
b. Kencing manis 1. Ya,_bln_thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D
c. Saki! radang sendi (artritis) 1. Ya, _bin _thn 2. Tidak 8. Tidak lahu D
d. Saki! lambung/ maag 1. Ya, _bin _thn 2. Tidak 8. Tidak lahu D
e. Saki! kuning 1. Ya,_bln_thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D
f. Tuberkulosis/ Flek paru 1. Ya,_bln_thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D
g. Asthma 1. Ya, _bin _thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D
h. Kegemukan (Obesitas) 1. Ya, _bin _thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D
i. Tumor/'kanker 1. Ya, _bin _thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D
j. Peminum alkohol kronik 1. Ya, _bin _thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D
k. Pengguna narkoba suntik atau pil 1. Ya,_bln_thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D

Umur almarhum/ah:
Jenis kelamin:
Penyakit yang diderita dan lamanya (Blok 111 D):
Riwayat sakit (Blok Ill A-C. untuk tanda, gejala, lama sakit ):

69. Diagnosis Penyebab Kematian Umur 5 Tahun Ke alas (diisi oleh dokter) Kode ICD 10
a. Penyakit penyebab kematian langsung (Direct Cause)
DDD.D
b. Penyakit perantara (/nfeNening antecedent cause)
DDD.D
c. Penyakit penyebab utama kematian (Underlying cause of death)
DDD.D
d. Penyakit yang berkontribusi terhadap kematian, tetapi tidak berhubungan dengan penyakit
pada rangkaian a- c DDD.D
Telah diperiksa oleh Ketua Tim,

Nama: _

Tanda tangan: _

Tanggal: _

Anda mungkin juga menyukai