LAP ORAN
Provinsi Kalimantan Barat
Desember 2008
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007
Provinsi Kalimantan Barat
ISBN : 978-979-9254-42-9
Katalog : Q 179.9
No. Publikasi : BPPK. J.197/Lap.27
Ukuran Buku : 2 cm x 29, 3 cm
Naskah
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Gambar Kulit
Sekilas Provinsi Kalimantan Barat
Diterbitkan Oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan R.I
Dicetak oleh
CV Metro Nusa Prima
KAfA p.ENGANTAR
Assalamu'alaikum wr. wb.
Puji syukur kepada · Allah swr kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan
karuniaNYA, kita blsa-rnenyelesalkan LaporarrHasll Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas}
yang klta'persiapkan sejak tahun 2006 dan dilaksanakan pada tahun 2007 di 28 provinsi
dan tahun 2008 di 5 provinsi wilayah Indonesia Timur.
Perencanaan Riskesdas dimulai tahun 2006, dimulai oleh tim kecil yang berupaya
menuangkan gagasan dalam proposal sederhana, kemudian secara bertahap dibahas
tiap Kamis-Jum'at di Puslitbang Gizi dan Makanan Bogor. Pembahasan juga dilakukan
dengan para pakar kesehatan masyarakat, para perhimpunan dokter spesialis, para
akademisi dari Perguruan Tinggi tetmasuk Poltekkes, lintas sektor. khususnya Badan
Pusat Statistik, jajaran kesehatan di daerah dan tentu saja seluruh peneliti Balitbangkes
sendiri. Dalam setiap rapat atau pertemuan, selalu ada perbedaan pendapat yang
terkadang sangat tajam, terkadang disertai emosl, namun didasari niat untuk menyajikan
yang terbaik bagi bangsa. Setelah cukup matang, 'dilakukan uji coba bersama BPS di
Kabupaten Bogor dan Sukabumi unt~k menghasilkan penyempurnaan instrumen
penelitian. Selanjutnya bermuara pada "'launching' Riskesdas oJeh lbu Menteri
Kesehatan pada tanggal 6 Desember 2006.
Pelaksanaan pengumpulan data Riskesdas dilakukan dua tahap, tahap pertama dimulai
pada awal Agustus 2007 sampai dengan Januari 2008 di 28 provinsi, tahap kedua pada
Agustus-September 2008 di 5 propinsi (NTT, Maluku, Maluku' Utara, Papua dan Papua
Barat). Balitbangkes mengerahkan 5.619 enumerator, seluruh (502) peneliti
Balitbangkes, 186 dosen Poltekkes, Jajaran Pemerintah Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota, Labkesda dan Rumah Sakit serta Perguruan Tinggi. Untuk kesehatan
masyarakat, berhasil dihimpun data dasar kesehatan dari 33 provinsi dan 440
kabupaten/kota. Untuk biomedis, berhasil dihimpun 36,357 spesimen dari sampel
anggota rumah tangga usia satu tahun keatas yang berasal dari 540 blok sensus
perkotaan di 270 kabupaten/kota terpilih. ·
Proses editing, entry, dan data cleaning sebagai bagian dari manajemen data Riskesdas
dimulai pada awal Januari 2008, yang secara paralel dilakukan pula pembahasan
rencana pengolahan dan analisis. Proses manajemen data, pengolahan dan analisis ini
sungguh memakan waktu, stamina dan pikiran, sehingga tidaklah mengherankan bila
diwarnai dengan prates, dari sindiran melalui jargon..jargon Riskesdas sampai prates
keras. Dan ini merupakan ujud dinamika kehidupan yang indah dalam dunia ilmiah.
Kini telah tersedia data dasar kesehatan yang meliputi seluruh kabupaten/kota di
Indonesia berupa seluruh status dan indikator kesehatan termasuk data biomedis, yang
tentu saja amat kaya dengan berbagai informasi di bidang kesehatan. Kami berharap
data Hu bisa dimanfaatkan oleh siapa saja, termasuk · para peneliti yang sedang
mengambil pendidikan master dan doktor. Kami memperkirakan akan muncul ratusan
doktor dan ribuan master dari data Riskesdas ini.
Perkenankanlah kami menyampaikan penghargaarl yang tinggi serta terima kasih yang
tulus atas semua kerja cerdas dan penuh dedikast dari seluruh peneliti, litkayasa dan stat
Balitbangkes, rekan sekerja dart BPS, para pakar dari Perguruan Tinggi, para dokter
spesialis dari Perhimpunan Dokter Ahli, Para Dasen Poltekkes, Penanggung Jawab
Operasional dari jajaran Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupatenzkota, seluruh
enumerator serta semua pihak yang telah berpartisipasi mensukseskan Riskesdas.
Simpati mendalam disertai doa kami haturkan kepada mereka yang mengalami
kecelakaan sewaktu melaksanakan Riskesdas, termasuk rnereka yang wafat selama
Riskesdas dilaksanakan.
Secara khusus, perkenankan ucapan terima kasih kami dan para peneliti kepada lbu
Menteri Kesehatan yang telah mernberi .Reperoayaan kepada kits semua, anak bangsa,
dalam menunjukkan karya baktinya.
Kami telah berupaya maksimal, namun sebagai langkah perdana pasti masih banyak
kekurangan, kelemahan dan kesalahan. Untuk itu kami mohon kritik, rnasukan dan
saran, demi penyempurnaan Riskesdas ke-2 yang lnsya Allah akan dilaksanakan pada
tahun 2010 nanti.
jj
SAMBUTAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Assalamu'alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan bimbinganNya, Departemen
Kesehatan saat ini telah mempunyai indikator dan data dasar kesehatan berbasis
komunitas, yang mencakup seluruh Provinsi dan Kabupaten/Kota yang dihasilkan
melalui Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas.
Riskesdas telah menghasilkan serangkaian informasi situasi kesehatan berbasis
komunitas yang spesifik daerah, sehingga merupakan masukan yang amat berarti bagi
perencanaan bahkan perumusan kebijakan dan intervensi yang lebih terarah, lebih
efektif dan lebih efisien. Selain itu, data ,Riskesdas yang menggunakan sampling
Susenas Kor 2007, menjadi tebih lengkap untuk mengkaitkandengan data dan informasi
sosial ekonomi rumah tangga. ·
Saya minta semua pelaksana program untuk memanfaatkan data Riskesdas dalam
menghasilkan rumusan kebijakan dan program yang kornprehensif. Demikian pula
penggunaan indikator sasaran keberhasilan dan tahapan/mekanisme pengukurannya
menjadi lebih jelas dalam mempercepat upaya peningkatan derajat kesehatan secara
nasionaldan daerah.
Saya juga mengundangpara pakar baik dari PerguruanTinggi, pemerhati kesehatan dan
juga peneliti Balitbangkes, untuk mengkaji apakah melalui Riskesdas dapat dikeluarkan
berbagai angka standar yang lebih tepat untuk tatanan kesehatan di Indonesia,
mengingatsampai saat ini sebagian besar standar yang kita pakai berasal dari luar.
Dengan berhasilnya Riskesdas yang baru pertama kali dilaksanakan ini, saya yakin
untuk Riskesdas dimasa mendatang dap,at dilaksanakan dengan lebih baik. Karena itu,
Riskesdas harus dilaksanakan secara berkala 3 tahun sekali sehingga dapat diketahui
pencapaian sasaran pernbangunan kesehatan di setiap wilayah, dari tingkat
kabupaten/kota,provinsi maupun nasional.
Untuk tingkat kabupatenlkota, perencanaan berbasis bukti akan sernakin tajam bila
keterwakilan data dasamya sampai tingkat kecamatan. Oleh karena itu saya
menghimbauagar Pemerintah Daerah baik Provinsi maupun KabupatenMota ikut serta
berpartisipasi dengan menambah sampel Riskesdas agar keterwakilannya sarnpai ke
tingkat Kecamatan.
Saya menyampaikanucapan selamat dan penqharqaan yang tinggi kepada para peneliti
Balitbangkes, para enumerator, para penanggung [awab teknis darl Balitbangkes dan
Poltekkes, para penanggung jawab operasional dari Dlnas Kesenatan Provinsi dan
Kabupaten/Kota,jajaran Labkesda dan Rumah Sakit, para pakar dari Universitas dan
BPS serta semua yang teribat dalam Riskesdas ini. Karya anda telah mengubah secara
mendasarperencanaankesehatan di negeri ini, yang pada gilirannya akan mempercepat
upaya pencapaiantarget pembangunannasional di bidang kesehatan.
rn
.'
Khusus untuk para peneliti Balhbanqkes, teruslah berkarya, tanpa bosan mencari
terobosan riset baik dalam lingkup k~~ehatart m~syarakat.., kedokteran klinis maupun
biomolekuler yang sifatnya translating research into policy, dengan tetap menjunjung
tinggi nilai yang kita anut, integritas,kerjasamatim serta transparan dan akuntabel.
Billahittaufiq walhidayah,Wassa1amu'alaikum
Wr. Wb.
Jakarta, Desember2008
iv
Riset Kesehatan f)asar (Riskesdas) adalah suatu kegiatan riset untuk perumusan
kebijakan pembangunan kesehatan, menyediakan infonnasi berbasis komunitas tentang
status kesehatan (tennasuk data biomedis} dan faktor-faktor yang melatarbelakanginya
dengan keterwakilan sampai tingkat kabupaten/kota.
Berbagai indikator yang ditanyakan, diukur atau diperiksa dalam Riskesdas Provinsi
Kalimantan Barat 2007 meliputi 1) Status kesehatan, 2) Faktor lingkungan, mencakup
variabel a) konsumsi gizi: melipuf konsumsi energi, protein, vitamin dan mineral, b)
lingkungan fisik, meliputi air minum, sanitasi, polusl dan sampan, c) lingkungan sosial,
meliputi tingkat pendldlkan, tit'lgkat sosial-ekonomi, perbandingan kota - desa dan
perbandingan antar provinsi, kaoupaten dan kota~) Faktor perilaku, mencakup variabet
a) perilaku rnerokokrkcnsumsi.ternbakau dan .alkohol, bi penlaku konsumsi sayur dan
buah, c) perilaku aktivitas fisik, d) perilaku gosok gigi, e) perilaku higienis· (cuci tangan,
buang air besar), f) peng_etahuan, sikap dan perilaku terhadap flu burung, HIV/AIDS; 4)
Faktor pelayanan kesehatan, mencakup variabel a) akses terhadap pelayanan
kesehatan, termasuk untuk upaya kesehatan berbasls masyar~kat, b) pemanfaatan
fasilitas pelayanan kesehatan, ct ketanggapan pelayanan kesehatan, d) cakupan
program KIA (pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan bayi dart imunisasi).
Riskesdas adalah suFVet de'ng~n desain- cross sectional. Populasi (!alam ~iskesdas
Provinsi Kalimantan Barat 2007 adafah seluruh rumah tangga dr seluruh. pelosok Provinsi
Kalimantan Barat. Metodologi penghitungan dan cara penarikan sampet identik dengan
two stage sampling yang digunakan dalam susenas 2007. Di Kalimantan Barat terpilih
456 Blok Sensus yang terdiri dari 7296 Rumah Tangga. Riskesdas dilaksanakan di
seluruh wilayall kabupaten/kota di Indonesia secara serentak dan -berkesinambunnan,
berhasil mengumpulkan 27 .377 individu anggota rumah tangga yang sama dengan
Susenas. Sampel untuk pengukuran biomedis adalah anggota. rumah tangga benisia
febih dari 1 (satu) tahun yang tinggal di blok sensus dengan klasitikasi perkotaan.
Riskesdas Provinsi Kalimantan Barat 2007 berhasil Q1~ng!J.'m. pulkan 59q sarnpel anggota
rurnah tangga yang berasal dari 12 kabupaten/ kota. Kbusus untuk pengµkura~ S3ula
darah, sampel diambil dari anggota rumah tangga berusia · lebih dari 15 tahun.
Pemeriksaan visus pada responden usia :::: 5 tahun. Pemeriksaan gigi permanen. pada
responden usia ~ 12 tahun.
Pengukuran kadar yodium dalam garam dimaksudkan untuk mengetahui jurnran. rumah
tangga yang menggunakan garam beryodium. Pengukuran kadar yodium dalam garam
dilakukan dengan test cepat menggunakan "iodinan dilakukan pa~~ seluruh sampel
rumah tangga. Dalam Riskesdas Provinsi Kallmantan Barat 2007 dilakukan test cepat
yodium dalam garam pada 6769 sampel rumah tangga dari 12 kabupaten/kota di
Provins] Kalimantan Barat
Darl ternuan Riskesdas Kalimanfan Barat ~oo7,
_be[dasar penqukuran a.B
dan TB
prevalensi balita -denqan gizi kuran9 dan buruk 86/U sebesar 2i.6%, status· gendek
dan sangat pendek- berdasar TB/U didapat 36,8%, kurus dan sanqat kurua berdasar
TB/BB didapat 17,3%. Untµk gizi-iebi~ berdasar 88/U di<:1apatrsebesat·56/0 dan berdasar
BBffB 14%. Pada anak usia sekolah (6 -14 tahun) dldapatkaraprevatensrkurus sebesar
17,4% pada laki-laki dan 11,6% pada perempuan. BS. lebih didapa~ 10,4% padaanak
laki-laki dan 6,8% pada anak perempuan. Status gizi pada. 15 tahun ke atas di
Kalimantan Barat didapat prevalensi kurus 16,2% dan kurang energi kronls (KEK)
sebesar 15,8%. Kegemukan didapat 12,9% dan obesltas sentral sebesar 15,6%
Konsumsi energi perkapita perhari 1594 katorl, masih di bawah angka nasional, protein
57,6 gram/hari. Rumah tangga di Kalimantan Sarat yang rnernpunyal garam cukup
iodium sebesar 84,4%
v
Pada anak balita (12-59 bulan), didapatkan cakupan imunisasi i3CG 80,4%, polio 3 kali
(65%), DPT 3 kali (90, 1 %) Campak 78,7Q/o dan-Hepatitis B 55,3%; yang mendapatkan
imunisasi lengkap 41,3%. Balita yang rutin ditimbang ( 4 kali atau lebih) dalam 6 bulan
terakhir sebesar 30,4%, tempat penimbangan terbanyak di posyandu 75,0%. Yang
memiliki dan dapat menunjukkan kepemilikan kartu KMp sebesar 16,9% dan Buku KIA
15,2%. Cakupan distribusi kapsul vitamin A sebesar 72,8%. Persentase berat badan bayi
< 2500 gram sebesar 16,4%
Riwayat pemeriksaan kehamilan lbu dalam 12 bulan terakhir adalah 79,5%. Secara
keseluruhan pemeriksaan yang paling sering dilakukan pada ibu hamil adalah
pemeriksaan tekanan darah (98,5%), pemeriksaan tinggi fundus (96,4%) dan
penimbang'an berat badan ibu (95,0%), dan 61,7% ibu yang menerima 6-8 jenis
pemeriksaan selama l<ehamilan.
Pemeriksaan neonatus dalam Riskesdas ditanyakan pada ibu yang mempunyai bayi,
terlihat bahwa secara keseluruhan 51,8% neonatus umur 0-7 hari dan 20,1% neonatus
umur 8-28 hari dari tenaga kesehatan
Berdasarkan hasil wawancara, ditemukan prevalensi penyakit tular vektor maupun tular
langsung yaitu: malar'ia 3.2%, filarictsis 0,04%, DBD 0,43%, ISPA 18,0%, Pneumonia
1,1% ..• TBC 0,8°1<1, Campak 0,8%. Penyakit yang dapat ditularkan melalui makanan dan
m!numan, tifoid 1,5%, hepatitis 0,4% dan diare 5,3%.
Pada responden umur 15 tahun ke atas, ditemui 30,0% penduduk Kalbar mengalami
gangguan sendi, stroke sebesar 0,6o/o dan hipertensi 8,4% ( Hipertensi berdasar
pengukuran didapat sebesar 29,8%).
Dari jawaban responden, terlihat prevalensi asma sebesar 3,7%, penyakit jantung 4,3%,
diabetes 0,8%. tumor/kanker 0,2%, gangguan jiwa berat 0,2%, rhinitis 0,8% dart
dermatitis 3,3%. Gangguan Mental Emosional di Kalimantan Barat sebesar 8,2% dan low
vision-sebesar 3,9%.
Prevalensi penduduk yang mempunyai masalah gigi-mulut dalam 12 bulan terakhir
adalah 20, 1 % dan hanya 26,5% diantaranya yang mendapatkan perawatan dari tenaga
kesehatan gigi. Terdapat 2, 1 % pendudu!< yang telah kehilangan seluruh gigi aslinya.
Dalam upaya pencegahan dan menjaga kebersihan dan kesehatan gigi, meskipun
sebagian besar (93,5%) penduduk umur 10 tahun ke atas mempunyai kebiasaan
menggosok gigi setiap hari, namun yang berperilaku benar menggosok gigi yaitu saat
setelah makan pagi hanya 15,1% dan sebelum tidur malam hari 37,8%. Index DMF-T
6,38 .termasuk kategori sanqat tinggi menurot profil kesehatan gigi Nasional maupun
WHO. Sebesar 55,2% penduduk umur t2 tahun keatas memerlukan perawatan dan
penambalan gigi. PerfontJed" Treatment Index· atau motivasi seseorang untuk
menumpatkan giginya yang berlubang da1am upaya' mempertahankan gigi tetap, sangat
rendah hanya 0,75%; Sedangkan Required Treatment Index atau besarnya kerusakan
yang · belum ditangani dan memerlukan penumpatan/pencabutan sebesar 29,50%
Persentase edentulous penduduk umur 65 tahun ke atas sebesar 26,0%, jauh dari target
WH0(5%). .
Prevalensi cedera yang terjadi dalam 12 bulan terakhir sebesar 4,7%. Cedera tertinggi
pada kelompok umur 15 - 24 tahun, terutama akibat jatuh. Kecelakaan transport darat
paling tinggi pada umur 1 - 4 tahun, transportasi laut usia 55 - t>4 tahun. Jatuh pada
umumnya terdapat pada semua kelompok umur , ~~rtinggi pada usia 1 - 14 tahun.
Terluka benda turnout tertinggi pada usia < 1 tahun.' Yang mengalami penyerangan
tertinggi usia 55 - '64 tahun. Untuk cedera lain seperti ditembak tertinggi pada kelompok
1 - 4 tahun, kontak dengah bahan beracun S5 - 64 tahun. Usaha bunuh diri tertinggi
pada usia 15 - 24 tahun. Terbakar tertin9gi pada usia 1 - 4 tahun.
Cedera di bagian kepala didominasi oleh kelompok anak < , tahun, demikian juga
cedera siku dan lengan t>awah.
Vi
Status disabilitas pada penduduk Kalbar 15 tahun ke atas adalah sangat bermasalah
sebesar 2, 1 % dan bermasalah sebesar 26,5%.
Persentase penduduk umur 10 tahun ke atas di provinsi Kalbar yang saat ini merokok
tiap hari 21,7% dan sudah terdapat pada usia 10 - 1'4 tahun (1,9%). Jenis rokok yang
dihisap terbanyak kretek dengan filter 57,8'%, kretek tanpa filter 37,6%.
Prevalensi peminum alkohol dalam 12 bulan terakhir sebanyak 3,3%, bahkan
diantaranya 5,9% minum lebih dari 11 satuan standar per hari.
Penduduk umur 1 O tahun ke atas di provinsi Kalbar yang kurang konsumsi buah dan
sayur sebesar 94,9%, dan kura.ng aktivitas fisik 34,5%.
Persentase penduduk 1 O tahun ke atas yang pemah mendengar tentang flu burung
(56,1%), bersikap benar tentang flu burung (46,5%) dan berpengetahuari benar tentang
flu burung (36,0%); yang. pernah mendengar tentang HIV/AIDS (46,6%), mengetahui
tentang penularan HIV/AIDS sebesar 46,3% dan berpengetahuan tentang pencegahan
HIV/AIDS' sebesar 21,7%
Sejumlah 16,2% Rumah Tangga berada lebih dari 5 km dari sarana pelayanan
kesehatan. Sekitar 19,3% RT yang memerlukan waktu lebih dari setengah jam untuk
mencapai sarana kesehatan.
Sumber pembiayaan rawat inap secara keseluruhan untuk Provinsi Kalimantan Barat
masih didominasi (75,3%) pembiayaan yang dib~y~r oteh pasien sendiri atau keluarga,
Askeskin/SKTM (18,4%), · AskesJJamsostek (16,0%) dan Dana Sehat (2,9%).Masih
terdapat sekitar 9 - 15% dari kelompok masyarakat yang mampu secara ekonomi (kuintil
5 dan 4) masih menggunakan Askeskin/SKTM.
Secara umum, terdapat 10,1% rumah tangga yang pemakaian air bersihnya masih
rendah (8,2% ~idak akses dan 31,7% akses kurang), sebanyak 3,8% rumah tangga
memerlukan rerata waktu tempuh. ke sumber air lebih dari 30 menit, terdapat 5,5%
rumah tangga yang jarak tempuh ke sumber aimya lebih dari 1 kilometer. Secara umum,
82,5% rumah tangga dengan air minum berkualitas fisik baik. Sebagian besar rumah
tangga menggunakan air hujan sebagai sumber air minum (41,2%), disusul air sungai
(23,2%), dan 5,0% tidak menggunakan wadah tempat penampungan air.
Ada 32,2% rumah tangga tidak mempunyai fasilitas buang air besar. Secara umum
rumah tangga dengan akses baik terhadap sanitasi sebesar 41,8%; tempat pembuangan
akhir tinja menggunakar.1 tangki/SPAL (saniter) sebesar 35,3%, sisanya dibuang ke
sungai/laut, lobang tanah, kolam/sawah, dan pantai/tanah.
Terdapat 19,3% rumah tangga yang memiliki tempat sampan di dalam rumah dan 34,9%
rumah tangga memiliki tempat sampah di luar rumah. Hampir empat persen ditemukan
rumah tangga dengan lantai rumah tanah, dan 20,7% dengan tingkat hunian padat (< 8
m2/ kapita).
Berdasarkan data gambaran kesehatan yan9 ditemukan di l<alirnantan Barat di atas
dengan keadaan geografi, ketersediaan sumber daya dan sarana yang sangat
bervar1asi, diperlukan pendekatan perencanaan dan pen9embangan program kesehatan
secara lintas program dan lintas sektor secara komprehensif dan berkesinambungan
sesuai dengan situast dan kondisl setempat.
vli
kata P.engan.tar: ~ ....•.....................•....................................... i
Sambutan Menteri Kesehatan Republlk lndone$ia •.•.....•.•................•............ iii
Ringkasan Eksekutif ...............•...........•................•..........•................................... v
Daftar isi , ix
Daftar Tab-el x"iiii
Daftar Gam·bar xxvii
Daftar Singka-t·a.n xxvi·ii
Daftar La.mpiran xxix
BAB I. Pen·da,h·ulu·an ...........•................................................................................ 1
1. 1 Latar Belakang , 1
1.2 Ruang lingkup RiskesdasProvinsi KalimaRtan Barat 2007 2
1. 3 Pertanyaan Penelitian : 2
1.4 Tujuan R.iske~das 3
1.5 Kerangka Pikir , 3
1.6 Alur Pikir RiskesdasProvinsi KalimantanBarat 2007 5
1. 7 Pengorganisasian Riskesdas 7
1.8 Manfaat Riskesdas 7
1.9 KeterbatasanRiskesdas 8
1.10 Persetujuan Etik Riskesdas 9
BAB 2.Metodologi Riskesdas ••.••....•.•••.••....•..•.........•.•......•••............... 10
2.1 Desain : 10
2.2 Lokasi 10
2.3 Populasi dan Sampel 10
2.3.1 PenarikanSampel Blok Sensus 10
2.3.2 PenarikanSampel Rumah tangga , 11
2.3.3 PenarikanSampel anggota Rumahtangga 11
2.3.4 Penarikansampel biomedis , s 11
2.3.5 Penarikan sampel yodium 11
2.4 Variabel 12
2.4.1 Kuesioner rumah tangga (RKD07.RT) 12
2.4.2 Kuesioner gizi (RKD07.GIZI) 12
2.4.3 Kuesionerlndlvidu (RKD07.IND) 12
2.4.3 Kuesioner individu (RKD07.lND) 12
2.4.4 Kuesioner autopsl verbal untuk umur <29 hari (RKD07.AV1) 12
2.4.5 Kuesioner autopsi verbal untuk umur <29 hari - < 5 tahun
(RKDo7.AV2) .' 13
2.4.6 Kuesioner autopsi verbal untuk umur 5 tahun keatas
(RKD07.AV3) 13
2.5 Alat Pengumpul Data dan Cara Pengumpulan Data 13
2:6 Manajemen Data 16
2.6.1 Editing 16
2.6.2 Entry 16
2.6.3 Cleaning 16
2.7 Hasil Pengolahandan Analisis Data 17
BAB 3.PROFIL PROVINSl KALIMANT-AN BARAT 18
3.1 Geografi ~ 18
3.2 Kependudukan 18
3.2.1 Penyebarandan KepadatanPenduduk 18
3.2.2 Komposisl Penduduk 19
3.3 Derajat kesehatan 19
3.3.1 Derajat KesehatanMasyarakat 19
3.4 Mortalitas 20
3.4.1 Angka Kematian Bayi (AKB) 20
3.4.2 Angka Kematian lbu (AKI) 20
3.4.3 Angka Kematian Balita (AKABA) 20
3.4.4 Umur Harapan Hidup waktu lahir ( Eo ) 20
3.5 Morbiditas 21
3.5.1 Malaria : 21
3.5.2 TB Paru 21
3.5.3 HIV/AIDS 21
3.5.4 Acute Flaccid Paralysis (AFP) 22
3.5.5 ·DBD 22
3.5.6 Status Gizi 22
3.5.7 Bayi dengan Berat Sadan lahir Rendah (BBLR) 22
3.5.8 Ballta berada di Bawah Garis Merah (BGM) 22
3.6 Keadaan Ungkut'lgan 22
3.6.1 Rurnah Tan~ga.Sehat.. 22
3.6.2 Jamban Keluarqa ; 23
3.6.3 Tempat-Tempat Umum Sehat 23
3.6.4 Pelayanan kesehatan 23
3.6.5 Pelayanan Antenatal... 23
3.6.6 Pertolongan Persalinan 23
3.6.7 Bumil Risti di Rujuk 23
3.6.8 Kunjungan Bayi 24
3.6.9 Pelayanan KB : 24
3.6.1 O Pelayanan lmunisasi.. 24
3;6.11 Pemberian Kapsul Vit A 24
3.6.12 Pemberian Tablet Besi 24
3.6.13 Posyandu 24
3.7 Upaya Kesehatan 25
3.8 Sumber Daya Kesehatan , 25
3.8.1 Sarana Kesehatan 25
BAB 4. HASIL DAN PEMB~HASAN 28
4.1 Status gizi 28
4.1.1 Status gizi balita 28
4.1.2 Status Gizi.Anak Umur 6-14 Tahun 37
4.1.3 Status Gizi Penduduk Umur 15,tahun ke atas 39
4.1.4 Konsumsi Energi dan Protein 46
4.1.5 Konsumsi garam beryodium 51
4.2 Kesehatan lbu dan Anak 53
4.2.1 Status lmunisasi : ~ .. 53
4.2.2 Pemantauan Pertumbuhan Balita ' 58
4.2.3 Cakupan Petayanan KIA. , , 67
4.2.4 Cakupan Petavanan Kesehatan' lbu dan Ana It 69
4.3 Penyakit Menular 81
4.4 Penya kit Tidak Menular 89
4.4.1 Penyakit Tidak Menular Utama, Penyakit Sendi, dan Penyakit
Keturunan 89
4.4.2 Gangguan Mental Emosional 97
4.4.3 Penyakit Mata 100
Ki
4.4.4 Kesehatan Gigi 107
4.5 Ced era dan Disabilitas 124
4.5.1 Cedera 124
4.5.2 Status Disabilitas/Ketidakmampuan 142
4.6 Pengetahuan, Sikap dan Perilaku 146
4.6.1 Perilaku Merokok : 146
4.6.2 Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur 157
4.6.3 Perilaku Min um Minuman Beralkohol 159
4.6.4 Perilaku Aktifitas Fisik 165
4.6.5 Pengetahuan dan Sikap terhadap Flu Burung dan HIV/AIDS 168
4.6.6 Perilaku Higienis 176
4.6. 7 Pola Konsumsi Makanan Berisiko 178
4. 7 Ases dan Pemanfaatan Pe1ayanan Kesehatan 180
4. 7 .1 Akses dan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan 180
4.7.2 Sarana dan Sumber Pembiayaan Pelayanan Kesehatan 198
4.7.3 Ketanggapan Pelayanan Kesehatan 206
4.8 Kesehatan Ungkungan 211
4.8.1 Air k-eperluan rum ah tangga 211
4.e.2 Fasilitas buang air besar 223
4.8.3 Sarana pembuangan air limbah 228
4.8.4 Pembuangan sampah 23~
4.8.5 Perumahan 231'
BAB 5. RINGKASAN HASIL PROVINSJ KALIMANTAN BARAT, RISKESOAS
2007 235
Daftar Pustaka 240
Lampiran 245
xii
DAFTAR IABSL
Kiii
Tabel 4.1.3.4 Prevalensi Obesitas Seritral Penduduk Dewasa (15 43
Tahun Ke Atas) menurufKabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabet 4.1.3.5 Prevalensi Obesitas Sentral Penduduk Umur 15 Tahun 44
Keatas menurut Karakteristik Responden di Provinsi
Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabet 4.1.3.6 Prevalensi Penduduk Wanita Umur 15-45 Tahun menurut 45
KEK dan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Barat,
RISKESDAS 2007
Tabel 4.1.4.1 Konsumsi Energi dan Protein Per Kapita per Hari Menurut 46
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas
2007
Tabel 4.1.4.2 Prevalensi RT dengan Konsumsi Energi dan Protein Lebih 47
Kecil dari Angka Rerata Nasional Menurut Kabupaten/
Kota Provinsi Kalimantan Barat, Riskedas 2007
Tabel 4.1.4.3 Prevalensi Konsumsi Energi dan Protein Lebih Kecil dari 48
Angka Rerata Nasional Menurut Tipe Daerah-Kota
Provinsi Kalimantan Barat, Riskedas 2007
Tabet 4.1.4A Prevalensi Konsurnsl Energi Lebih Kecil dari Angka 48
Rerata Nasional Menurut Kuintil dan Kabupaten/Kota
Provinsi Kplimantan Barat, Risk~das 2007
Tabet 4.1.4.5 Prevalensii Konsumsi Protein leb~h Kecil dari Angka 49
Rerata NasionalMenurut Kuintil Pengeluaran RT dan
Kabupa~n/Kota Provinsi KalimantanBarat, Riskedas 2007
Tabel 4.1.4.6 Prevalensf Konsumsi Energi Lebih Kecil dari Angka 50
Rerata Nasional Menurut Tipe Daerah, Di Indonesia,
Riskedas 2007
Tabel 4.1.4.7 Prevalensi, Konsumsi Protein Le~ih Kecil dari Angka 50
Rerata Nasional Menutut Tipe Daerah, Di Indonesia,
Riskedas 2007
Tabel 4.1.5.1 Persentase Rumah Tangga yang Mempunyai Garam 51
Cukup lodium Menurut Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabet 4.1.5.2 Persentase Rurnaf Tangga Mempunyai Garam Cukup 52
lodium Menurut KaraRteristik Responden di Provinsi
Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.2.1.1 Persentase Anak Umur 12-29 Bulan yang Mendapatkan 54
lmunlsae! Oasar menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.2.1.2 Persentase Cakupan lmunisasi Dasar Anak Umur 12-59 55
Bulan Menurut Karakteristik Responden di Provinsi
Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabet 4.2.1.3 Persentase Anak Umur 1 ~-5~ Bulan yang Mendapatkan 56
lmunlsasl Dasar menurut KabupatenrKota di Provinsi
Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.2.1.4 Persentase Anak Umur 12-59 Bulan yang Mendapatkan 57
lmunisasi Dasar menurut Karakteristik di Provinsi
Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabet 4.2.2.1 Persentase Balita menurut Frekuensi Penimbangan Enam 59
Bulan Terakhir dan KabupatenTKbta di Provinsi
Kalimantan Barat, 'Riskesdas 2007 .
Tabet 4.2.2.2 Persentase Balita menurut Frekuensl Penimbangan Enam 60
Bulan Terakhirdan Karakteristik di Provlnsi Kalimantan
Barat Riskesdas 2007
K4V
Tabel 4.2.2.3 Persentase Balita menurut T em pat Penimbangan Enam 61
Bulan Terakhir dan Kabupat~n/Kota, di Provinsi
Kalimantan Barat Riskesdas 2007
Tabel 4.2.2.4 Persentase Balita menurut Tempat Renimbangan Enam 62
Bulan T erakhlr, dan Karakteristik, di Provinsi Kalimantan
Barat Rlskesdas 2007
Tabel 4.2.2.5 Persentase Balita menurut Kepemilikan KMS dan 63
Kabupaten {Kota di Provinsi Kalimantan Barat Riskesdas
2007
Tabel 4.2.2.6 Persentase Balita menurut Kepemilikan KMS dan 64
Karakteristik, di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas
2007
Tabet 4.2.2.7 Persentase Kepemilikao Buku KIA pada Balita menurut 65
Kabupaten/Kota, di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas
2007
Tabel 4.2.2.8 Persentase Kepemilikan Buku KIA pada Balita menurut 66
Karakteristik, di Provinsi Kalimantan Barat, Rlskesdas
2007
Tabel 4.2.3.1 Persentase Anak l)mur 6- 59 Bulan yang Menerima 67
Kapsul Vitamin A menurut Kabupaten/K.ota, di Provinsi
Kalimantan Barat, Ri~esdas 2007
Tabel 4.2.3.2 Persentase Anak Umura - 59 Bulan.yang Menerima 68
~apsul Vitamin A menurut ~arakteristik di Provinsi
Kalimantan Barat, Riskesdas 2007'
Tabel 4.2.4.1 Persentase lbu menurut Persepsi tentang Ukuran Bayi 69
Lahir dan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 4.2.4.2 Persentase lbu menurut Persepsi tentang Ukuran Bayi 70
Lahir dan Karakteristik, di Provinsi Kalimantan Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 4.2.4.3 Persentase Berat Sadan Bayi Baru Lahir 12 Bulan 71
Terakhit menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan
Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.2.4.4 Persentase Berat Badqn Bayi Baru. Lahif 12 Bulan 72
Terakhir menurut Karakteristik di Provirtsi Kalimantan
Barat, Riskesdas 2007'
Tabel 4.2.4.5 Cakupan Pemeriksaan Kehamilan lbu yang Mempunyai 73
Bayi menurut Kabupaten/Kota-di Provinsi Kalimantan
Barat, Rlstsesdas 2007
Tabel 4.2.4.6 Cakupan Pemeriksaan KE!hamilan lbu yang Mempunyai 74
Bayi menurut Karakteristik 'di Provinsi Kalimantan Ba rat
Tabel 4.2.4.7 Persentase Jenis Pel~yan.an Pada l?emeriksaan 75
K:,eham,ilan MenaruJ Kab.ypaten/Kota- di Provinsi
Kaltmantan Bara_t, Riskel?das·2Q07
Tabel 4.2.4.8 Persentase Je11ls PelaY.~naff. Patda P..emeril<saan 76
Kehamilan Menurut Karakteristik di Provins'i Katimantan
Barat, Riskesdas 2007
,. I .,
'KV
Tabel 4.2.4.10 Persentase lbu Mempunyai Bayi yang Memeriksakan 78
Kehamilan menurlit Banyak Jenis Pemeriksaan yang
Diterima dan Karakteristik, di Provinsi Kalimantan Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 4.2.4.11 Cakupan Pemeriksaan Neonatus menurut 79
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas
2007
Tabet 4.2.4.12 Cakupan Pemeriksaan Neonatus menurut Karakteristik di 80
Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.3.1 Prevatensi Malaria, Filariasis dan DBD menurut 81
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas
2007
Tabel 4.3.2 sebaran Malaria, Filaria dan DBD menurut Karakteristik di 82
Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.3.3 Sebaran ISPA, Pneumonia, TBC, Campak menurut 83
Kabupaten/Kotadi Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas
2-007
Tabel 4.3.4 Sebaran ISPA, Pneumonia, TBC, Campak menurut 85
Karakteristk Responden di Provinsi Kalimantan Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 4.3.5 Sebaran Tifoid, Hepatitis, Diare menurut Kabupaten/Kota 86
di Provinsi Katimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabet 4.3.6 Prevalensi Tifoid, Hepatitis, Diare menurut Responden di 88
Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.4.1.1 Prevatensi Penyakit Persendian, Hipertensi, dan Stroke 90
menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 4.4.1.2 Prevatensl Penyakit Persendian, Hipertensi, dan Stroke 92
Menurut Karakteristik Responden Di Provinsi Kalimantan
Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.4.1.3 Prevalensi Penyakit Asma*, Jantung*, Diabetes* Dan 94
T.tm\or** rnenurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan
Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.4.1.4 Sebaran PenyakitAsma*, Jantung*, Diabetes* Dan 95
Tumor** Berdasarkan Diagnosis Nakes atau Gejala
menurut Karakteristik Responden di Provinsi Kalimantan
Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.4.1.5 Prevalensi Penyakit Keturunan* (Gangguan Jiwa Berat, 96
Buta Wama. Glaukoma, Sumbing, Dermatitis, Rinitis,
Talasemia·Hemofilia) Menurut Kabupaten!Kota di Provinsi
Kalimantan'Barat, Riskesdas 2007
Tabet 4.4.2.1 Preva1ensi Gangguan Mental Emosional pada Penduouk 98
Berumur·15 Tahun Ke'Atas (berdasarkan Self Reporting
Questionnaire-20t menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Kalimantan Barat, ~iskesdas 2007
Tabel 4.4.2.2 Prevalensi Gangguan Mental Emqsional pada Penduduk 99
Berumur 15 Tahun Ke Atas (berdasarkan Self Reporting
Questionnaire-20)* Menurut Karakteristik Responden
f>rovinsi Kalimantan Baral, ~iskesdas 2007
Tabel 4.4.3.1 Prop6rsi Penduduk Usia 6 Tahun Ke Atas rnenurut Low 101
Vision, Kebutaan (dengan atau Tanpa Koreksl Kacamata
Maksimal) dan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan
Barat, Risl<esdas 2007
•
)(Vi
Tabel 4.4.3.2 Proporsl Penduduk.Umur 6:f ahun keatas menurut Low 102
Vision, KebutaarL(deRgan ataa Tanpa KoreKsi Kacamata
Makslmal) dan Karakterlsflk.Respondert di Provlnsl
Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.4.3.3 Proporsi Penduduk Umur 30 Tahun Ke Atas tlengan 103
Katarak MenurutKabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan
Barat, Riskesdas' 2007
Tabel 4.4.3.4 Proporsi Penduduk Umur 30 Tahun Ke Atas dengan 104
Katarak Menurut Karakteri&tik Responden di Provinsi
Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.4.3.5 Proporsi Penduduk Umur 30Tahun KeAtas dengan 105
J<atarak Yang Pernan Menjatani.Opetasi Katarak dan
Memakai Kacamata Pasca Operasi Menurut
Kabupateo/Kota di Provinsi Kalimantan Barat, Rlskesdas
2007
Tabet 4.4.3.6 Persentase Penduduk Umur 30. Tahun Ke- Atas dengan 106
Katarak yang Pernah Mettjalani Operasi Katarak dan
Memakai Kacamata P.asca . Operasi Menurut Ka~akteristik
Responden,di Provinsi Kalimantarr Barat RiskeSdas 2007
Tabet 4.4.4.1 Prevafensi Penduduk Bermasatah Gigi-Mulut menurut 108
Kab\,lp~ten/KotaJ<atakteristik Responden, di,Provinsi
Katimantan Barat,Riskesdas 2007
Tabel 4.4.4.2 Prevatensi18enduduk B.eimasalah Gigi-Mtllut menurut, 'di 109
Provinsi'Kalimantarr Barat, Riskesdas.2007
Tabel 4.4.4.3 Persentase Penduduk yang Menerima 110
Perawatan/Pengabatan Gigi menurut Jenis Perawatan
pada Kabupaten/Kota di Provinst.Kalimantan Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 4.4.4.4 Persentase Penduduk yang Menerima 111
Perawatan/Pengobatan Gigi menurut-Jenis Perawatan
rnenurut Karakteristik Responden di Provinsi Kalimantan
Barat. Riskesdas 2007
Tabet 4.4.4.5 Persentasa Penduduk Sepuluh Tahun ke.Atas yang 112
Menggosok Gigi Setiap Hari dan Berperilaku Benar
fu1e11ggosok Gjgi menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
'1<.alimanta.n Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.4.4.6 Persentase Penduduk Sepuluh Tahun ke· Atas yang 113
MengQO$Ok Gigi Setiap l:\ari dan Berperitaku Bener
Menggoaok Gigi menurut l<arf)kteris\ik Responden di
Provinst'l<alimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.4.4.7 P.:.ersentase Penduduk Sepuluh Tahun ke Atas yang 114
B~rperilaku B.enar Menggosok Gi9i rnenurut ,
KabupatenfKota dt Provinsi Kalimantarr Saraf; Riskesdas
~007
Tabel 4.4.4.8 Persentase Penduduk Sepulull T ahun ke· Atas. yang 115
Berperilaku Benar Menggoso~ Gigi.merrurut Ka&:akteristik
Responden di Provins! Kalimantan Barat, Rlskesdas 2007
Tabel 4.4.4.9 Komponen D,,M, F danIndex DMF:T menurut 116
Kaqupaten/Kotadi Provinsi Kalimantan Baraf, Riskesdas
2007
Tabel 4.4.4.10 Komponen 0, M, F dan Index OMF-T. menurut 117
Karakteristikdi Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
KVii
Tabel 4.4.4.11 Prevalensi Penduduk Umur 12 Tahun ke Atas dengan 118
Kartes Aktif dan Pengalaman Karies menurut
Kab~paten/Kota di Provins! Kalimantan Barat, Riskesdas
2007
Tabel 4.4.4.12 Prevalensi Karies Aktif dan Pengalaman Karies menurut 119
Karakteristik Responden di Provinsi Kalimantan Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 4.4.4.13 Required Treatment Index dan Performed Treatment 120
Index menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan
Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.4.4.14 Required Treatment Index dan Performed Treatment 121
Index menurut Karakteristik Responden di Provinsi
Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.4.4.15 Proporsi penduduk dengan Fungsi Normal Gigi dan 122
Penduduk Edentulous menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Kaljmantao Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.4.4.16 Proporsi Pendudul< dengan Fungsi Normal Gigi dan 123
Penduduk Edentulous menurut Karakteristik R~sponden di
Rrq:vinsi ISalimantao Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.5.1.1 Prevalensi Cedera dan Penyebab Cedera menurut 125
Kab4paten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas
2007
Tabet 4.5.1.2 Prevalensi Cedera dan·Penyebab Cedera menurut 127
Kelompok Umur di Provinsi Kalimantan Batat, Riskesdas
~007
Tabel 4.5.1.3 Prevalensl Cedera menurut Penyebab Cedera rrtenurut 129
Jenis kelamin.dan Pendidikarrdi Provlnsi Kalimantan
Barat , Riskesdas 2007
Tabel 4.5.1.4 Prevalensi Ce.dera menurut Penyebab Ceder.a dan 130
Pekerjaan'dl.Prcvinsl Kalimantao Barat, Riskesdas 2007
Tabet 4.5.1.5 Prevalensi Cedera menurut Penyebab Cedera 131
qerdasart<an Tipe Oaerahdan Tingkat Penqeluaran Rumah
Tangga per Kapit<J di· Provinsi Kalimantan Barat,
Risk,esdas 2007
Tabel 4.5.1.6 Prevalensi Cedera menurut Bagian Tubuh Terkena 132
Cedera dan Kabupaten/Kota di Provirfsi Kalimantan Barat,
Riskesdas 2Q07
Tabel 4.5.1.7 Pr~Vialen.si ceoera menurut Bagian Tubuh Terkena 133
Ce~era dan i<elompok Umur di Provinsi Kalimantan Ba rat,
Riskesdas 2007
Tabel 4.5.1.8 Pr~yalensi Cedera menurut Bagian Tubuh Terkena 134
Cedera berdasarkan Jenis Kelamin dan Pendidikan di
Proyinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.5.1.9 Prevalensl Cedera menurut Bagian Tubuh Terkena 135
Oedera berdasarkarr Pekeriaan di Provtnsi Kalimantan
Bi;lrat.. Riskesdas 2007
Tabel 4.5.1.10 P.revalensi Cedera menurut BaqlanTubuh Terkena 136
Cedera berdasarkan.Tipe Daerah dan Tinqkat
Penge}uaran,Rumah Tangga per Kapita di Pr6vinsi
Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.5.1.11 Ptevalensl Jenis Cedera menurut Kabupaten/Kota di 137
Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.5.1.12 Prevatensi Jenis Cedera menurut Kelompok Umur di 138
Provinsl Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
xviii
Tabel 4.5.1.13 Prevalensi Jenis Cedera menurut Jenis Kelamin dan 139
Pendidikan di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.5.1.14 Prevatensi Jenis Cedera menurut Pekerjaan di Provinsi 140
Kalimantan S<:!rat, Riskesclas ~0.07
Tabel 4.5.1.15 .Prevalens] Jenis Cedera menurut Tlpe Daerah dan 141
Tingkat Penqeluaran Rum~h Tangga per Kapita t:ti
PrQvir;tsi t(alimantan 6.arat, Riskesdas'2007
Tabel 4.5.2.1 Persentase Penduduk Umur 15 tahun ke Atas Menurut 143
Masalah DisabilitasDatam Fungsi Tubuh/lndividu/Sosiat di
Provinsi Kalimantao Barat, Riskesdas 2007
Tabet 4.5.2.2 Prevalensi D.isabilitas Penduduk Umur t5 Tahun Keatas 144
menurut Status dan Kabupaten/Kota di Provinsi
Kalima.ntan.13.ar.at.. Riskesdas.2Q07
Tabet 4.5.2.3 Prevatensi Di~abilitas Penduduk Umur15"Tat:lun Keatas 145
rnenurut-Status dan Karakteristik Responden di dKI
Jakarta, RisJ<esdaa200'1
Tabel 4.6.1.1 Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas menurut 147
Kebiasaan Merokok dan Kabupaten/Kota di Provinsi
Kalimantan Baral, Riskesdas 2001·
Tabel 4.6.1.2 Perseotase Penduduk Umur 1 O Iahun ke Atas menurut 148
Kebias~n Me,rQkok. dan Karakteristik Responden di
Provinsl Kalimantan Bara•.'Riskesdas Z007
Tabel 4.6.1.3 Prevate.nst Perokok. Saat ini,dan Rerata Jumtcitt Batang 149
Rokok yang.Dihisap:Penduduk UmuF 10 Tabun ke Atas
menurut Kabupaten/Kota di PtOYinsi Kalimantan Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 4.6.1.4 Prevalensi Perokok dan Rerata Jumlah Batang Rokok 150
yang Dihisap Penduduk Urnur 1 O T ahuli ke Atas menurut
Karatsteristik.Responden di P,ravinsi Kalimantan Barat,
Riskesdas 2007·
Tabel 4.6.1.5 Persentase Penduduk Umur 10 Tahun·ke Atas yang · 151
MerpkokMenurut·Usfa Mula~Merokok TJaP'·~art dan
Kabupateo/Kota, di Pravinsi Kalimantan Barat, Riskesdas
2007
Tabet 4.6.1.6 Persentase Penduduk Umul! tO·Tahlm ke;Atas·yang 152
Merokols· menu rut Usia Mutai. Merokok Tiap Hari dan
Karakteristik- Responden di Provinsl Katimantan Ba rat,
Riskesd~~ ioo1
Tabet 4.6. ~.7 P,revalensi Pendu.duk Umur"tO TahunKe Atas.yang 153
Merokok menurur umur Pertama Kali MerakOk dan
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas
~007
Tabet 4.6.1.8 Pef$entasel?endudult tJmua 10.Tahun tc..e::Ma$.y3ng 154
Merokok menunit Usia Pertsma Kali Merokokt Mengunyah
T embakau dan Kctrakteristi~ ~esponden . d~ Pr~vinsi
Kalimantan Barat·. Rfskesdas.."2007
Tabet 4.6.1.9 Prevalensi Perokok Oafam Rnrnah Taagga1<etika 155
Bersarna Anggota Rumah Tangga menurut
Kabupaten/Ko~,di Provin~ Kalimantan Ba~t. 2007
Tabel 4.6.1.10 Presentasi Penduduk Umur 1-0 Tahun ke Atas¥CinQ 155
Merokqk menurut J,enis·Rokok yang Dihisap dan .
K~bupate)"l/Kpta di Proyinsl Kalirnqu}an. Barat, 2007
Tabel 4.6.1.11 Sebaran PenduQuk 1frT.ahun ke]\tas yang Merokok 156
menurut Jenis RokOk yang Oihisap dan i<arakteristik
Responden di Provinsi Kalimanlan Barat, 2007
Tabel 4.6.2.1 Prevalensi Kurang Makan Buah dan Sayur Penduduk 1 O 1'57
tahun ke Atas menurut Kabupaten/ Kota di·Provinsi
Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.6.2.2 Prevalensi Kura'hg Makan Buah dan Sayur Penduduk 10 158
tahun ke Atas menurut.karekteristn-Responden di
Indonesia, Riskesdas 2007
Tabel 4.6.3.1 Prevalensi Peminum Alkohol· 12 Bulan dan 1 Bulan 159
Terakhir menurut Menurut Kabupaten I Kata Di Provinsi
Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.6.3.2 Prevalensi Peminun Alkohol 12 Bulan dan 1 Bulan 160
T erakhu menu rut Karakteristik Responden di Provinsi
Kallrnantan barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.6.3.3 Persentase Peminum Minuman Beralkohol 1 Bulan 161
Terakhlr.Berdasarkan Frekuensi Minum dan Jenis
Minuman dan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan
Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.6.3.4 Persentase Pemmum Minuman Beralkohol 1 Bulan 162
Terakhir Berdasarkan Frekuensi Minum dan Jenis
Minuman menurut Karakteristik Responden di Provinsi
Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabet 4.6.3.5 Persentase Peminum Minuman Beralkohol 1 Bulan 163
Terakhir Berdasarkan Satuan Standard Minurnan dan
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas
2007
Tabet 4.6.3.S ProporsfPeminum Minuman Beralkohol 1 Bulan Terakhir 164
Berdasarkan Satuan Standard Minuman Menurut
Karakateristik di Provinsi Kalimantan Barat
Tabel 4.6.3.7 Proporsi Peminum W1inuman Beralkohol 1 Bulan Terakhir 165
Berdasarkan Satt.Jan Standard Minuman, Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas
2007
T9bel 4.6.4.1 Pr~i Kurang Aktivitas Fisik Penduduk 10 tahun ke 166
Atas Metturut Kabupaten /Kota Di Provinsi Kalimantan
Ba rat
Table 4.6.4.2 Prevalensi Kurang Aktivitas Fisik Pend'Uduk 1 O tahun ke 167
Atas menurut Karakteristik Responden di Provinsi
Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.6.5.1-.1 Persentase Penduduk 10 tahun k'e Atas menu rut 168
l?engetahuan Dan Sikap Tentang Flu Burung Di Provinsi
Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.6.5.1.2 Tabet 4.6.5.1.2Persenta'Se"Penduduk 10 tahun ke Atas 170
menurut Pengetahuan Dan Sikap T entang Flu Burung da·n
Karakteristik Responden Di Provinsi Kalimantan Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 4.6.5.2.1 P.ersentase Penduduk 10 tahun ke Atas Menu rut 172
Pengetahuan Tentang HIV/AIDS dan Kabupaten I Kota di
Provinsi Kalimantan Barat, ~iskesdas 2007
Tabel 4.6.5.2.2 Persentase Penduduk 1 O tahun ke Atas menu rut 173
Pengetahuan Tentang HIV/AIDS dan Karakteristik
R.esponden di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.6.5.2.3 Persentase Penduduk 10 tahun ke Atas Menu rut Sikap 174
Bila Ada Anggota Keluarga Mendeflta J:ilV/AlbS dan
KabupatenJ Kota Menurut di Provinsi Kalirnantan Barat,
Riskesdas 2007
xx
Tabel 4.6.5.2.4 Persentase Penduduk 1 O tahun ke Atas menurut Sikap 175
Andaikata Ada Anggota Keluarga Menderita HIV/AIDS dan
Karakteristik Responden di Provinsi Kalimantan Barat,
Riskesdas 2007
Table 4.6.6.t. P~rsentase Penduduk 10 Tahun ke Atas yang. Berperilaku 176
Benar Dalam Buang Air Besar dan Caci Tangan menurut
Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007 •
Table 4.6.6.2 Persentase P~nduduR 1 O tahun Ke Atas yang Berperilaku 177
Benar dalam Hal Buanq Air, Besar dan Cuci Tahgan
menurut Karakteristik Responden di Provins! Kalirhantan
Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.6.7.1 Prevalensl PendudLik 1.(} Tahun keAtas dengan Konsumsi H8
Makal)an Berlslko Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi di
Indonesia, Riskesdas 2007 .
Tabel 4.6.7.2 Prevalensi Penduduk 10 Tahun ke Atas denqan Konsumsi 179
Mat<an~p Serl~ko menurut Karakteristik Responden di
Provinsi Kalim.antan Barat , Riskesdas 2007
Tabel 4.7-.1.1 Persentase Rumah Tangga menurut Jarak darrWaktu 181
Tempuh k&Fasilitas Pelayanan Kesehatan*), menurut
Kpbupaten/Kota di Proviosi- Kalimanfan Barett, Riskesdas
2007
Tabel 4.7 .1.2. P~rsentaSE\ Rumah Tangga meliurut Jarak-darT WaktKe 182
Fasilitas Pelayanan Kesehatan~) dan Karakteristik Rumah
Tanggadi, Provinsi Kalim~ntan Barat, Riskesdas,2007
Tabel 4.7.1.3 P.ers~nta$eRumah TanggamenurutJarak·dan Waktu 183
Tempuh ke Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat*) dan
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas
2007
Tabel 4.7.1.4 Persentase Rvmah .Tangga menurut Jarak dan Waktu t84
T empuh ke Upaya Kesehatan Berbasls Masyarakat*) dan
Karakteristil\.Rumah Tangga, Di Provinsi Kalimantan
Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.7.1.5 Persentase Rumah Tangga Yang Memanfaatkan 185
Po!?yandu1Po$k~es.menurut l<abupaten/Kota:di Provinsi
Kalimantan Barat, Ri$.l<E!$daS 2007
Tabel4.7.1.6 Persentase Rumah Tangga menurut Pemanfaatan 185
Posyandu/Poskesdes dan Karakteristik Rumah Tangga di
PrQvinsi Kalimantan aarat, Riskesdas 2007
Tabel 4.7.1.7 Persentase R1,1man Tangga yang Memanfaatkan 186
PosyanduJPoskesdes menurut Jenis Pelayanan dan
Kabupaten/Kota di Pravinsi Kalimantan Barat, Riskesdas
.2001 •,
label 4.7.1.8 Persentase Rumah Tangga y,a(lg,Memanfaatkan. 187
~osyar.tdu/Posk~$des menurut-denis e'elayanan dan
Karc:Jkte,cistik,f~ui:nan- Tangga, di Provinsi Kalimantan
Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.7.1.9 Persenta~e Rumah Tanggamenurur A.lasan Ticfak 188
.Memanfaatkan Posyaadu[Poskesdes dan Kabupaten/Kota
di l?rovinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.7.1.10 Persentase Rumah T angga menurut Alasan Utama Tidak 189
Memanf~a~kan _Po$yanduZP..osl<esdes (Di Luar Tidak
Membut4hkan) dan Karakte.cistik Rumah Tangga, di
Provinsi Ka1imantan Barat, Riskesdas 2007
xxi
Tabel 4.7.1.11 Persentase Rumah Tangga Yang·Memanfaatkan 190
Polindes/Bidan Desa menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.7.1.12 Persentase Rumah Tangga Yang 191
MemanfaatkanPolindes/Bidan Desa menurut Karakteristik
Rumah tangga, di Provinsi Ka1imanta·n Barat,·Riskesdas
2007
Tabel 4.7.1.13 Persentase Rumah Tangga Yang Memanfaatkan 192
Polindes/Bidan Desa menurut Jenis Petayanan dan
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas
2007
Tabet 4.7.1.14 Persentase Rumah Tangga yang Memanfaatkan 193
Polindes/Bidan Desa menurut Jenis Pelayanan dan
Karakteristik Rumah Tangga di Provinsi Kalimantan Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 4.7.1.15 Persentase Rumah Tangga Yang Tidak Memanfaatkan 194
PolindesfBidan desa menurut Alasan Lain dan
Kabup~ten/Kota di Provinsi Ka1imantan Barat, Riskesdas
2Q07
Tabel 4.7.1.16 Persentase Rumah Tangga Menurut Alasan Utama Tidak 195
Memanfaatkan Polindes/Bidan Desa dan Karakteristik
Rumah Tangga di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas
2007
Tabel 4.7.1.17 Pecsentase Rumah Tangga menurut Pemanfaatan Pos 196
Qbat Desai Warung Obat Desa dan Kabupaten/Kota di
P.rovinsi Katlmantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.7.1.'t8 PersentaseRumah Tangga Menurut Pemanfaatan Pos 1.96
Obat OesaNVarung Obat Desa dan Karakteristik Rumah
Tangga di Provinst Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.7.1.1-9 Persentase Rumah Tangga Menurut Alasan Utama Tidak 197
Memanfaatkan Pos obat DesaNVarung Obat Desa dan
KabU'Paten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas
2007
Tabet 4.7.1.2(} Bersernase Rumah Tangga Menurut Alasan Utama Tidak 198
Memanfaatkan Pos Obat Desa/Warung Obat Desa dan
Karakteristik RumatTTangga di Provinsi Kalimantan Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 4.7.2.1 Persenfase P.enduduk Rawat lnap menurutTempat dan 199
KablJpaten/Kota di Provinsi l<alimantan·Harat, Riskesdas
2(}07
Tabel 4.7 .2.2 Persentase Penduduk Rawat lnap menurut Tempat dan . 200
i<arakteristik Rumah Tangga, di Provinsi Kalimantan
Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.7.2.3 'Persentase Penduduk Rawat lnap menurut Sumber 201
Pembiayaan dan Kabupaten/Kota dl'Provlnsi Kalimantan
Barat, Riskesdas 2007
Tabet 4.7.2.4 Persentase Penduduk Rawat lnap menurut Sumber 202
Pembiayaan dan Karakteristik Rumah Tangga, di Provinsi
Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.7.2.5 Persentase Responden Yang Rawat Jalan 'Satu Tahun 203
T erakhirmenurnt Tempat dan Kabupaten/Kota di Provinsi
Kalimahtan Barat, R'skesdas 2007
xxii
Tabel 4.7.2.6 f?ersentase Penduduk Rawat Jalan menurut Tempat dan 204
Karakterfstik Rumah-Tangga di Provinsi Kalimantan
Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.7.2.7 Persentase Penduduk Rawat Jalan rnenurut Sumber 205
Biaya dan Kabupaten/Kota di Provins! Kalim'antari Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 4.7.2.8 Persentase Responden Rawat Jalan menurut Sumber 205
Biaya dan Karakteristik Rumah Tahgga, di Provinsi
Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.7.3.1 Persentase Penduduk Rawat lnap menurut Aspek 207
Ketanggapan daff Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan
Barat, Riske'S~s 2007
Tabel 4.7.3.2 Persentase Penduduk Rawat lnap rnenurut Aspek 208
Ketanggapann'dan Karakteristik Rumah Tangga di
Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.7.3.3 Persentase Penduduk Rawat Jalan menurut Aspek 209
Ketanggapart dan Kabupaten/Kota di Provihsi Kalimantan
Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.7.3.4 Persentase Penduduk Rawat Jalan menurut Aspek 210
Ketanggapan dal'\ Karakteristik Rumah Tangga, di Provinsi
Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.8.1.1 Persentase Rumah Tangga menurut Rerata Pemakaian 211
Air Bersih Pei: Orang Per Hari-dan Provinsi di Indonesia,
Riskesdas 2007
Tabel 4.8.1.2 Persentase Rumah Tangga menurut Rerata Pemakaian 212
Air BersihPer Orang· Per:. Hari dan Karakterlstik Rumah
Tangga di lndonesia, Riskesdas 2007
Tabel 4.8.1.3 Persentase Rumah Tangga menurut Waktu dan Jarak ke 213
surnber Air, ketersediaan Air Bersih dan Provinsi di
Indonesia, Riskesdas2007
Tabel 4.8.1.4 Persentase Rumah T~ng~a menurut Waktu 'dan Jarak ke 214
Sumber Air, keterssdlaan Air Ber5iH dan Karakteristik
Rumah·Tangga di lndbnesia, Riskesdas 2007
Tabel 4.1.8.5 Persentase Ruman Tangga menurut lndividu yang Biasa 215
Mengambil Air dalam Rumah Tangga Menuruf
Kabupaten/lsota-d] Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas
2007
Tabel 4.8.1.6 Persentase Rumah Tangga Berdasarkan lndividu Yang 215
Biasa M~ngambil Air Dalam Ruman Tangga Menur1:1t
Karaktersltlkdi Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas
2007
Tabel 4.8.1.7 Persentase Rumah Tangga menurut Kua.litas-"isik Air 216
Minum dan Kabupaten/Kota; di Provinsl Kalimantan Barat,
Rlskesdas 200.7
Tabel 4.8.1.8 Persentase Rumah T..angga 'menurut Kualitas'f'isilt Air 217
Minum dan karakteristik, di Provinsi Kalimantan Barat
2007
Tabel 4.8.1.9 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Sumber Air dan 218
Kabupaten/Kota di Provinsl Kalimantan Barat, Riskesdas
2007
Tabel 4.8.1.10 Persentase Ruman. Tangga menurut Jenls Sumber Air dan 219
Karaktenstik Rumah Tangga dl Provins! Kalimantan Barat
Riksesdas 2007
Tabel 4.8.1.11 . Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Tempat 220
Penampungan dan Pengolahan Air Minum Sebelum
Digunakan/Diminum dan Kabupaten/Kota di Provinsi
Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.8.1.12 Persentase Rurnah Tangga menurut Jenis Tempat 221
Penampungan dan Pengolahan A.ir Minum Sebelum
Digunakan/Diminum dan Karakteristik di Provinsi
Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.8.1.13 Persentase Rumah Tangga rnenurut Akses Terhadap Air 222
Bersih dan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 4.8.1.14 Persentase Rumah Tangga rnenurut Akses Terhadap Air 223
Bersih dan Karakteristik Rumah Tangga di Provinsi
Kalimantan Barat, Riskesdas,2007
Tabel 4.8.2.1 Persentase Rumah Tangga menurut Penggunaan 223
Fasilitas Buang Air Besar dan Kabupaten/Kota, di
Provinsi Kalimantan B?rat, Riskesdas 2007
Tabel 4.8.2.2 Persentase Rurnah Tangga Berdasarkan Penggunaan 224
Fasilitas Buang Air Besar Menurut Tipe Daerah, di
Provinsi Kalimantan·Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.8.2.3 Persentase Rumah Tangga menurut Tempat Buang Air 225
Besar dan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 4.8.2.4 Persentase Rumah Tangga menurut Tempat Buang Air 225
a~ar dan Karakteristik di Provinsi Kalimantan Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 4.8.2.5 Persentase Rumah Tangga menurut Akses Terhadap 226
Sanitasi Kabupaten/Kota di Provins! Kalimantan Barat,
Riskesdas ~007
Tabel 4.8.2.6 Persentase Rumah Tangga Berdasarkan Akses Terhadap 227
Air Bersih Dan Sanitasi Menurut Karakteristik, di Provinsi
Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.8.2.7 Persentase Rumah Tangga menurut Tempat 227
Pembuangan Ai<.hir Tinja, dan Kabupaten/Kota, di Provinsi
Katimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.8.2.8 Persentase R~mah Tangga menurut Tempat 228
Pembuangan Akhir Tinja Menurut Karakteristik, di Provinsi
Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.8.3.1 Persentase Rumah Tangga.menurut Jenis Saluran 229
Pembuangan Air Limbah dan Kabupaten/Kota di
Pro'linsi Kalimantan Barat, Riksesdas 2007
Tabel 4.8.3.2 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Saluran 229
Pembuangan Air l,.imbah dan ~arakteristik Rumah Tangga
di Provin~i Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.8.4.1 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Penampungan 230
Sampah di Oqlam dan di Luar Rumah dan
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas
2007
Tabel 4.8.4.2 Persentase Ruman Tangga menurut Jenis Penampungan 231
Sampah Di Dalam dan di Luar Rumah Menurut
1Karakteristik qi Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.e.5.1 Persentase Rum?h Ta.n.gga Berdasarkan Jenis Lantai 232
Rumah Dan Kepadatan Hunlan Menurut Kabuapten/Kota,
di Provinsl Kalimantan Barat, R•sl<esdas !l007
)(XiV
Tabel 4.8.5.2 Persentase Rumah Tanggamenurut Jenis Lantai Rumah 232
dan Kepadatan Hunian dan Karakteristik Rumah T angga
di Provinsi Kalimantan Barat, Rlskesdas 2007
Tabet 4.8.5.3 Persentase Rumah TanQga Berdasarkan Tempat 233
Pemeliharaan Ternak/Hewan Peliharaan Menurut
Kabupaten/Kota, di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas
2007
Tabel 4.8.5.4 Persentase Rumah Tangga Berdasarkan Tempat 234
Pemeliharaan Temak/Hewan Peliharaan Menurut
Karakteristik, di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas
2007 •
'KXV
OAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1.1.
Faktor yang mempengaruhi Status Kesehatan (Blum 1974) .4
Gambar 1.2.
Alur Pikir Riskesdas Provinsi Kalimantan Barat 2007 6
Gambar 3.1
Piramida penduduk Provinsi Kalimantan Ba rat tahun 2006 19
~xvi
DAFTAR SINGKATAN
ART Anggota Rumah Tangga
AFP Acute Flaccid Paralysis
ASKES Asurans! Ke&ehatan
ASKE SKIN Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin
BB Berat Sadan
BB/U Serat Sadan Menurut Umur
BB/TB Berat Sadan Menurut Tinggi Sadan
BUMN Sadan Usaha Milik Negara
BALITA Bawah Lima Tahun
BCG Bacillus Calmete Guerin
BBLR Berat Bayi Lahir Rendah
BATRA Pengobatan Tradisional
D Diagnosis
DG Diagnosis dan Gejala
DM l:>iabetes Mellitus
DOM Diagnosed Diabetes Mellitus
D-T Decay- Teeth
DPT Diptheri Pertusis Tetanus
DMF-T Decay Missing Filling- Faeth
DEPKES Departemen Kesehatann
G Gejala klinis
HB Hemoglobin
KK Kepala Keluarga
Kg Kilogram
KEK Kurang 'e.nergi Kalori
KKAL Kilo Kalori
KEP Kurang E;nergi Protein
KMS Kartu Menuju Sehat
KIA Kesehatan lbu dan Anak
KLB Kejadian Luar Biasa
LP Ungkar Perut
ULA Ungkar Lengan Atas
)()(Vii
mm Hg Milimeter Air Raksa
ml Mili Liter
Ml Missing index
M-T Missing Teeth
MTI Missing Teeth Index
MDG Millenium Development Goal
Nakes Tenaga Kesehatan
RS Rumah Sakit
RSB Rumah Sakit Bersalin
RTI Required Treatment Index
RPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Riskesdas Riset Kesehatan Dasar
SRQ Self Reporting Questionnaire
SKTM Surat Keterangan Tidak Mampu
SPAL S€Jl'Uran Pembuangan Air Limbah
SD Standar Deviasi
SD Sekolah Dasar
SLTP Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
SLTA sekolah Lanjutan Tingkat Atas
TB Tinggi Badan
TB Tuberkulcsis
TB/U Tinggi Badan/Umur
TI Tetanus Toxoid
TOM Total Diabetes Mellitus
TGT T oleransi Glukosa T erganggu
KKVlii
DAFTAR LAMPIRAN
KXiX
I. PENDAHULUAN
1
Atas dasar berbagai pertimbangan di atas, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan melaksanakan riset kesehatan dasar (Riskesdas) untuk menyediakan
informasi berbasis komunitas tentang status kesehatan (termasuk data biomedis) dan
faktor-faktor yang melatarbelakanginya dengan keterwakilan sampel rumah tangga dan
anggota rumah tangga sampai tingkat kabupaten/kota.
KorSusehas Riskesdas
lndikator SDKI SKRT
2007 2007
Sampel 35.000 10.000 280.000 280.000
Pola Mortalitas Nasional S/J/KTI Nasiortal
Perilclku S/J/KTI Kabupaten Kabupaten
Gizi & Pola Konsumsi S/J/KTI Provinsi Kabupat.m
Sanitasi lingkungan S/J/KTI Kabupaten Kabupaten
P~nyakit S/J/KTI Prov/Kab
Cedera & Kecelakaan Nasional S/J/KTI Prov/Kab
Disabilitas S/J/KTI Prov/Kab
Gigi & Mulut Prov/Kab
Biometlis Nasional
catatan« S = Sumatera, J = Jawa-Bali, KTI = Kawasan Timur Indonesia
1.3 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian dalam Riskesdas Provinsi Kalimantan Barat 2007 dikembangkan
berdasarkan pertanyaan kebijakan kesehatan yang sangat mendasar terklat upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia. Sesuai _dengan latar belakang
pemikiran dan kebutuhafi perencanaan, rnaka pertanyaan penelitian yang harus dijawab
melalui Riskesdas adalah :
a. Bagaimana status kesehatan masyarakat di tingkat· provinsi dan kabupaten/kota?
b. Apa dan bagaimana faktor-faktor yang melatarbelakangi status kesehatan
masyarakat di tingkat provinsi dan kabupaten/kota?
c. Apa masalah kesehatan masyarakat yang spesifik di tingkat provinsi dan
kabupaten7kota?
2
1.4 Tujuan Riskesdas
Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut diatas maka tujuan Riskesdas Provinsi
Kalimantan Barat 2007 disusun sebagai berikut:
a. Menyediakan informasi berbasis bukti untuk perumusan kebijakan pembangunan
kesehatan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
b. Menyediakan informasi untuk perencanaan kesehatan termasuk alokasi sumber
daya di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
c. Menyediakan peta status dan masalah kesehatan di tingkat provinsi dan
kabupaten'kota,
d. Membandingkan status kesehatan dan faktor-faktor yang melatarbelakangi di
tingkat provil'lsi dan kabupaten/kota
3
Gambar 1.1.
Faktor yang mempengaruhi-Status Kesehatan (Blum 1974)
Keturunan
•-
•
Llngkungan
Status PeJayanan
Fisik, Kimia, - Kesehatan Kesehatan
Biologis
-
Perilaku
Sosial-Budaya
4
1.s Alur Pikir Riskesdas Provinsi Kalimantan Barat 2007
Alur pikir ini secara skemans menggambarkanenam tahapan penting dalam Riskesdas
Provinsi Kalimantan Barat 2007. Keenam tahapan ini terkait erat dengan ide dasar
Riskesdas untuk menyediakan data kesehatan yang valid, reliable, comparable, serta
dapat menghasilkanestimasi yang dapat mewakili rumah tangga dan individu sampai ke
tingkat kabupatenrkota, Siklus yang dimulai dan Tahapan 1 hingga Tahapan 6
menggambarkan sebuah system thiQking yang seyogyanya berlangsung secara
berkesinambungan dan berkelanjutan. Dengan demlklan, hasil Riskesdas Provinsi
Kalimantan Barat 2007 bukan ssja harus mampu menjawab pertanyaan kebijakan,
namun harus memberikanarah bagi pengembanganpertanyaan kebijakan berikutnya.
Untuk menjamin approwiateness dan adequacy Riskesdas Provin~i Kalimantan Barat
2007 dalarn konteks penyediaan data kesehatan yang valid, reliable dan comparable,
.maka pada setiap tahapan dilakukan upaya penjaminan mutu yang ketat. Substansi
pertanyaan,pengukuran dan pemeriksaan Riskesdas Provinsi Kalimantan Barat 2007
mencakup data kesehatan yang mengadaptasi se~agian pertanyaan World Health
SuNey yang dikembangkan oleh the Wo.rtd Health Organization. Dengan demikian,
berbagai instrumen yang, dikembangkan untuk Riskesdas Provinsi Kalimantan Barat
2007 mensecu pada berbagai instrumenyang telah exist dan banYc!k dipergunakanoleh
berbagai bangsa di dunia (61 negara). lnstrumen dimaksud dikembangkan, diuji dan
dipergunakan untuk mengukur berbagai aspek kesehatan termasuk didalamnya input,
process, output dan outcome kesehatan.
5
Garnbar 1.2.
Alur Pikir Riskesdas Provlnsl Kalimantan Barat 2007
Policy
1. lndikator · Questions
• Morbiditas 6. Laporan
• Mortalitas • Tabel Oasar
• Ketanggapan • Hasil Pendahuluan
Nasional
• Pembiayaan
• Hasil Pendahuluan
• Sistem Kesehatan
Provinsi
• Komposit varial:iel Research
lainnya' • Hasil Akhir Nasional
Questions • Hasil Akhir Provinsi
2. Desain APO
5. Statistik
• Kuesioner
wawancara, Riskesdas • Deskriptif
pengukuran, 2007 • Bivariat
pemeriksaan • Multivariat
• Validitas • Uji Hipotesis
• Reliabilitas
6
1.1 Pengorganisasian Riskesdas
Riskesdas direncanakan dan dilaksanak seluruh jajaran Sadan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan
melibatkan berbagai pihak, antara lain Sadan Pusat Statistik, organisasi profesi,
perguruan tinggi, lembaga penelitian, pemerlntah daerah, dan partlsipasi masyarakat.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 877 Tahun 2006, pengorganisasian
Riskesdas Provinsi Kalimantan Barat 2007dibagi menjadt berbagai tingkat, dengan
rincian sebagai berikut (Li hat Lampiran 1.1.) :
a. Tingkat provinsi
b. orqanlsas: tingkat kabupaterrkota (12 kabupatenrkota)
C'. Tim pengumpul data (disesualkan dengan kebutuhan lapanqan)
Pengumpulan data Rislc~das Provinsi Kalimantan Barat 2007 dlrencanakan untuk
dilakukan segera setelah selesainya pengumpulan data Suserias 2007. Daftar
kebupaterrkota, penanggung jawab pengumpulan data per kabupater; kota disusun
sebagai berikut:
a. Koordinator Kabupaten Sambas qenqan penanggung-jawaJ> teknis Dr. Hijaz
Nutlung. mencakup blolt sensus 38.
b. Koordinator Kabupaten Bengkayang dengan penanggung-jawab teknis Dr.
Srilaning Dryah mencakup blok sensUs 38.
c. Koordinl(ltOf Kabupaten Landak. dengan penanggung-jawab teknis Dr. Prijanto
Sismctdt. MM mencakup blok sensus 38.
d. KQordinator Kabupaten ~ontianak dengan penanggung-Jawab teknfs. Drh. Rita
Marleta dewi, M.Kes mencakup blok,sens\.ls 40.
e. Koordinator Kabupaten Sanggau dengan penanqqunq-jawab teknls Lukman
Waris, SKM, M.Kes mencakup blok serrsus 38.
f Koordinator Kabupaten Ketapang dengan penanggung.-jawab tekhis Drn. M.
Wien WinarnQ. mencakup blok sensus. 38.
g. Koordinator Kabupaten Sintang dengan "enanggung-jawab, teknis Tujito
lswahyudi, S.KM mencakup blok. sensus 38. ·
h. Koot<;linator Kabupaten Kapuas- Hulu d~ngan penangguAg-jawab teknis Ors.
Effendi Muharom, Apt, M.Kes mencakup blok sensus 36.
i. Koordinator Kabupateo Sekadau dengan penanggung-jawab teknis Zaenal
Abidini S.~os mencakup blok sensus.38.
j. Koordinatoc Kabupaten Melawi' dengan penanggung-jawab tekni's DF. Krisna Nur
A.P mencakup. blok sensus 3&-.
k. Koordinator ~ota Pontianak dengan penanggung-jawal::t teknis Aslis Wirda
Hayati, SP, MSi mencakup blok sensus 38.
I. Koordinator Kota Singkawang dengan penanggung-jawab teknis Ors. H. Usman,
M.Kes mencakup blok sensus 38.
Penanggung-j.awab teknis Provinsi Kalimantan Barat adalah OR. Magdarina D ,s\gtini,
Org, M~c; 9an Wakil penanggung-jawab tel<nis Provins; Kalimantaff Barat adalah DR. dr.
Laurentia Konadr Miharja, MSc.
7
• Stratifikasi indikator kesehatan menurut status sosial-ekonomi sesuai hasil
Susenas 2007.
• Tersedianya informasi untuk perencanaan pembangunan kesehatan yang
berkelanjutan .
6
Tabel 1.9.1
Jumlah Sampel Ru!l}ah.tangga per Kabupaten I Kota menurut Susenas 2007
dan Rlskesdas 200.7
Jml sampel Jml$ampel
% Sampel
Kabupaten I Kota rumah tangga rumah tangga
Riskesdas I Susenas
Susenas 2007 Riskesdas 2007
Sambas 608 606 99,7
Bengkayang 608 595 97,9
Landak 608 595 97,9
Pontianak 640 606 94,7
Sanggau 608 581 95,6
Ketapang 608 569 93,6
Sin~ang 608 594 97,7
Kapuas Hulu 576 462 80,2
Sekadau 608 578 9~.1
Melawi . 608 462 76,0
Kota Pontianak 606 540 89,1
Kota Singkawang 608 581 95,6
Kallmantan- Barat 7294 6769 92',8
Tabel 1.9.2
Jumlah Sampel lndividu per Kc:tbup\ltenI Kota menurut Susenas 2007 dan
Riskesdas 2007
% Sampel
Jml Sampel Jml Sampel
"individu
Kabupaten I Kota lndividu lndividu·
"RiskesClas/
Susenas 2007 ~iskesdas 2007
Susenas
Sambas 2.591 2.475 ~5,5·
Bengkayang 2.767 '2,581 93,3
Landak 3.000 2.886 96,2
Pontianak 2.845 2.610 91,7
Sanggau 2.553 2.203 86,3
Ketapang 2.565 2.222 86,&
Sintang 2.588 2.461 95,1
KapuasHulu 2.393 1.419 59,3
Sekadau 2.565 2.298 89,6
Melawi 2.294 1.539 67,1
Kota Pontianak '2.805 2.119 7~.5
~ota Singkawang i.795 2.564 ·a1.7
•·l
Kalimantan Barat .. 31.761 27.31? .86,2
9
BAB 2. ·METODOLOGI RISKESDAS
2.1 Desain
Riskesdas Provinsi Kalimantan Barat 2007 adalah sebuah survei yang dilakukan secara
cross sectional. Disain Riskesdas Provinsi Kalimantan Barat 2007 terutama
dimaksudkan untuk menggambarkan masalah kesehatan penduduk di seluruh pelosok
Provinsi Kalimantan Barat , secara menyeluruh, akurat dan berorientasi gada
kepentingan para pengambil keputusan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Berbagai
ukuran sampling error termasuk didalamnya standard error, relative standard error,
confidence; interval, design effect dan jumlah sampel tertimbang akan menyertai setiap
estimasi variabel. Dengan disain ini, maka setiap pengguRa informasi Rlskesdas dapat
memperoteh gambaran yang utuh dan rinci mengenai berbagai masalah kesehatan yang
ditanyakan •. diukur atau diperiksa. Laporan Hasil Riskesdas Provinsi Kalimantan Barat
2007 dapat menggambarkan masalah kesehatan di tingkat provinsi dan variabilitas antar
kabupaten/kota.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa Riskesdas Provinsi Kalimantan Barat 2007
didisain untuk mendukung pengembangan kebijakan. kesehatan berbasis· bukti, ilmiah.
Disain Riskesdas Provinsi Kalimantan Barat 2007 dikembangkan dengan sungguh-
sungguh mempertiatikan teorr dasar tentang habungan antara berbagai penentu yang
mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Riskesdas Provinsi Kalimantan Barat
2007 menyediakan data. dasar yang dikumpulkan melalui survei berskala na~ol'lal'
sehingga hasilnya dapat digunakan untuk penyusunan kebijakan kesehatan di tlngk~
provinsi bahkan sampai ke tingkat kabupaten/kota. Lebih lanjut, karena metodolo,ginya
hampir set1r1ruhnya sarna denqan metodologi Susenas 2007 (lihat penjelasan pada seksl
berikut), data Riskesdas Provinsi Kalimantan Barat 2007 mudah dikorelasikan deng$i
data Susenas 2007, atau dengan data survei lainnya seperti data kemiskinan yang
menggunakah rnetodoloqi'yanq sarna. Dengan demikian, para pembentuk: kebijakan dan
pengaml}il 1<eputusan di bidang pembangunan kesehatan dapat menarik mahfaat yang
optimal dari ketersediaan data Riskesdas Provinsi Kalimantan Barat 2007.
2.2 Lokasi
Sampel Riskesdas Provinsi Kalimantan Barat 2007 di tingkat kabupaten/kota berasal
dari 12 kabupaten/kota yang tersebar merata di Provinsi Kalimantan Barat.
Populasi dalam Riskesdas Provinsi Kalimantan Barat 2007 adalah seluruh rumah tangga
di seluruh pelosok Provinsi Kalimantan Barat. sarnpet rumah tangga dan anggota rumah
tangga dalam Riskesdas Provlnsl Kalimantan Barat identik dengan daftar sarnpel rumah
tangga- dan anggota rumah tangga. Susenas Provinsi Kalimantan Barat . Dengan
demiklan dapat dikatakan bahwa metodologi penghitungan dan cara penarikan sampel
untuk Riskesdas Provinsi Kalimantan 1;3arat identik pula dengan two stage sampling
yang digunakan dalam Susenas 2007. Berikut ini adalah uraian singkat cara
penghitungan dan cara penarikan sampel dimaksud.
10
sejumlah blok sensus yang proporsional terhadap jumlah rumah tangga di
kabupaten/ko~a tersebut. Kemungkinan sebuah.blok sensus masuk kedalam sampel blok
sensus pada sebuah kabupaten/kota bersifat proporsional terhadap jumlah rumah
tal}gga pada sebuah kabupatenlkota (probability proportional fQ size). Bila dalam sebuah
blok sensus terdapat ·lebih ·dari 150 (seratus lima puluh) rumah tangga maka dalam
penarikan sampel d~ tingkat ini akan dlbentuk sub-blok sensus. Secara keseluruhan,
berdasarkan sampel blok sensus dalam Susenas 2007 yang berfumlah 1578 (seribu
limaratus tujuhpuluh .delapan) sampel blok sensus, Riskesdas Provinsi Kalimantan Barat
2007 berhasil mengunjungi 456 blok sensus dari 12 jumlah kabupaten/kota yang ada.
Dari setiap blok sensus terpilih kemuc:fian dipilih 16. ( enam betas} rumah tangga secara
acak sederhana (simple random sampling), yang menjadi samper r\.lma.h.tangga dengan
jumlah rumah tangga di blok sensus tersebut, secara keseluruhan, jumlah sampel rumah
tangga dari 12 kabupaten/kota dalam Susenas Provinsi Kalimantao Barat• adalah 7296 (
tujuh ribu dua ratus Sembilan puluh enam), sedang Riskesdas Provlnsl Kalimantan Barat
berhasil. mengumpulkan 6769' rumah tangga.
Selanjutnya, seluruh anggota rumah tangga dari setiap rumah tangga yang terpilih dari
kedua proses penarikan sampel tersebut diatas diambil sebagai sampel indivi<;f u. Oengan
begitu, dari 12 kabupaten/kota pada Susenas ~rovinsi .Kalimantan Barat 2007 terdapat
31.761 (tiga" puluh satu rib,u· tujuh ratus enam puluh satu) eampel anggota rumah
tangga. Riskesdas Provinsl Kalimantan Barat 2007 bernasil menQumpulkan'21.377 ( dua
puluh tujuh ribu tiga ratus tujuh pullrh tujuh ) individu anggota rumah tangga yang
sama dengan Susenas. ·
Sampel untuk pengukuran biomedis adelah- anggota rumah tangga berusia ~ebih dari 1
(satu) tahun yang tingg~I di blok sensus denQ.an klasifikasi perkotaan. Riskesdas
Provinsi Kalimantan Barat 2007 berhasil mengumpulkan 596.. sampet anggota rumah
tangga yang berasal dari 12 kabupaten/kota. Khusas untuk pengukuran gula darah,
sampel diambil dari anggota >fumah tangga berusia lebih dari 15 tahun,
Ada 2 {dua) pengukuran. yodium. Pertama, adalan pengukuran. kadar yodium dalam
garam yang dikonsumst rumah tangga, dan kedua adatah pengukuran yodium dalam
urin. P~ngukuran kadar yodium dalarti garam dimaksuc(k~n untuk' mer:>getahukjumlah
rumah tangga yang menggunakan garam becyodium·. Sedan9kan i:1en,guk~Jan yodium
dalam urin adalah untuk menllal kemungkinan 'kelebihan konsurnst garam' yodium pada
penduduk. Pengukuran kadar yodium dalam garam dil~kuka.,._ dengan test cepat
menggunakan "iodina" dilakukan pada selurutl sampet rumat\. tangga. Oalam. Riskesdas
Provinsi Kalirnantart Bclraf• ~001 dllakukan-test cepat yodium dalam, garam pads 6769
sampel rumah tangga dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Barat.
Untuk pengukuran kedua, dipilih secara acak 2 Rumah tangga yang mempunyai anak
usia 6-12 tahun dart 1_6 RT per blok sensirs di 4 kabupaten. Dari ruman tangga yang
terpilih, sampel garam rµmah tan.gga di"arribil, dan juga sampel urln dafi fll'\ak usia 6-12
tahun yang selanjutnya dlklrlrn ke laboratorium.
Provj,nsi Kalirnantan Barat tidak termasuk salah satu sampel untuk penilayan kadar
yodium dalam urine.
11
2.4 Variabel
12
• Blok VIA tentang bayi usia 0~2s hari termasuk lahir mati (4 variabel);
• Blok VIB tentanq keadaan ibu (8 variabel);
2.4.5 Kuesioner autopsi verbal untuk umur '!C29 hari - < 5 tahun
(RKDo7.AV2)
• Blok I tentang peogenalan tempat (7 variabel);
• Blok II tentang·keterangan yang meninggal (7 variabel);
• Blok Ill tentang autopsi verbal riwayat sakit bayi/balita berumur 29 hari - <5
tahun (35 variabel);
• Blok IV tentang resume riwayat sakit bayi/balita (6 variabel)
Catatan
Selain keenam kuesioner tersebut diatas, terdapat 2 formulir yang digunakan untuk
pengumpulan data tes cepat yodium garam (Form Garam) dan data yodium didalam urin
(Form Pemeriksaan Urin).
13
• Secara umum, responden untuk Kuesioner RKD07.IND adalah setiap anggota
rumah tangga. Khusus untuk anggota rumah tangga yang berusia kurang dari 15
tahun, dalam kondisi sakit atau orang tua maka wawancara dilakukan terhadap
anggota rumah tangga yang menjadi pendampingnya;
• Anggota rumah tangga semua umur menjadi unit analisis untuk pertanyaan
mengenai penyakit menular, penyakit tidak menular dan penyakit keturunan
sebagai berikut: lnfeksi Saluran Pernafasan Ak'Ut, Pnemonia, Demam Tifoid,
Malaria, Diare, Campak, Tuberkulosis Paru, Demam Berdarah Dengue, Hepatitis,
Filariasis, Asma, Gigi dan Mulut, Cedera, Penyakit Jantung, Penyakit Kencing
Manis, Tumor/ Kanker dan Penyakit Keturunan, serta pengukuran berat badan,
tinggi badan/panjang-badan;
• Anggota rumah tangga berumur 2: 15 tahun menjadi unit analisis untuk
pertanyaan mengenai Penyakit Sendi, Penya'kitTekanan Darah Tinggi, Stroke,
disabilitas, kesehatan mental, pengukuran tekanan darah, pengukuran lingkar
perut, serta pengukoran lingkar lengan atas (khusus untuk wanita usia subur 15-
45 tahun, termasuk ibu hamil);
• Anggota rumah tangga berumur 2: 30 tahun menjadi unit analisis untuk
pertanyaanmengenai Penyakit Katarak;
• Anggota rumah tarrgga berumur 0-59 bulan menjadi unit analisis untuk
pertanyaan mengenai imunisasidan pemantauanpertumbuban;
• Anggota rumah tangga berumur ~ 1 O tahun menjadi unit analisis untuk
pertarwaan mengenai pengetahuan,sikap dan perilaku terkait dengan Penyakit
Flu Burung, HIV/AIDS, perilaku higienis, penggunaan tembakau, penggunaan
alkohol, aktivitas fislk, serta perilaku terkait dengan konsumsi buah-buahansegar
dan sayur-sayuransegar;
• Anggota rumah tangga berumur < 12 bulan menjadi unit analisis untuk
pertanyaan mengenai kesehatanbayi;
• Anggota rumah tangga berumur > 5 tahun menjadi unit analisis untuk
pemedksaanvisus;
• Anggota rumah tangga berumur 2: 12 tahun menjadi unit analisis untuk
perneriksaan'glqlpermanen;
• Anggota rumah tangga berumur s:.12 tahun menjadi unit analisis untuk
pemeriksaanurin.
c. Penqumpulan data kematian dengan teknik autopsi verbal menggunakan
KuesionerRKD07.AV1, RKD07.AV2 dan RKD07.AV3;
.
d. Pengumpulandata biomedis berupa spesimen darah dilakukan di 33 provinsi di
Indonesia dengan populasi penduduk di blok sensus perkotaan di Indonesia.
Pengambilan sampel darah dilakukan· pada seluruh anggota rumah tangga
(kecuali payi) dari rumah tangga terpilih di blok sensus perkotaan terpilih sesuai
SUser:ias Provinsi Kalimantan Barat 2007. Rangkaian pengambilan sampelnya
adalah sebagai berikut:
• Blok sensus per'kotaanyang terpilih pada Susenas 2007, dipilih sejumlah 15%
dari total blok sensus perkotaan.
• Jumlah biol< sensus di daerah perkotaan yang terpilih berjumlah 971, dengan
total sampel 15.536RT.
!;)ampel darah diambil dari seluruh anggota rumah tangga (kecuali bayi) yang
menanda-tanganl informed consent. Pengambilan darah 'tidak dilakukan pada
14
anggota rumah tangga yang saklt berat, riwayat perdarahan dan menggunakan
obat pengencer darah secara-rutin,
Untuk pemeriksaan kadar glukosa darah.vdata 'dikumpulkan dari anggot~ rumah
tangga berumur ~ 15 tahun, kecuali wanita hamll (alasan etika). Respbnden
terpilih mernperoleh pembebanan sebanyak 75 gra!Jl glukosa oral setelal'l puasa
10-14 jam. Khusus untuk responden yang" sudah .dlketanui positif menderita
Diabetes Mellitus (berdasarkan .konfirmasi dokter), maka hanya diberi makanan
cair sebanyak 300 kalori (alasan medis dan ~tika}. Pengambilan darah vena
dilakukan setelah 2 jam pembebanan, Darah didiamkan selama 2();..30 menit,
disentrifus sesegera mungkin dan kemudian dijadikan serum. Serum segera
diperiksa dengan meoggunakan alat kimia klinis otomans atau fotometer. Nilai
rujukan (WHO, 1999), (ADA 2003} yang.digunakan adalah settagai berikut:
1. Nonna! (Non OM}-=: 140 mg/di
2. Toleransi Glu~osa Terganggu (TGT) 140- < 200 mg/di
3. Diabetes Mellitus (OM) > 200 mg/di.
e. Pengumpulan data konsumsi garam beryodium rumah tangga untuk seluruh
sampel rumah tangga Riskesdas Provinsi Kalimantan Barat 2007 dilakukan
dengan tes cepat yodium menggunakan "iodina test".
f. Pengamatan tingkat n~sional pada dampak konsurnsl garam beryodium yang
dinilai berdasark:an kadar' yodium dalam urin, dengan mel~kukan pengumpulan
garain beryodium pada ruman tangga bersamaan dengan pemeriksaan kadar
yodium dalam urin pada anggota rumah tangga· yang sama. Sampel 30
kabupaten/kota dipilih untuk pengamatan ini berdasarkan tingkat konsumsl garam
yadium rumah tangga hasil Susenas 2005:
• Tinggi - meliputi Kabupaten Blitar, Kabupaten Jember, Kq,b.upaten;Bandowosa,
Kabupaten f;\lganjuk, Kata Pasuruan, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Sikka,
Kabupaten Katingan, Kata Tarakan dan Kabupaten Jeneponto:
• Sedang - meliputi Kata Tangerang, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Semarang,
Kata· Salatiga, Kota Semarang, Kabupaten Bantut, Kabupaten donggala, Kota
Kendari, Kabupaten Konawe dan Kota Gorontalo};
• Buruk - meliputi Kabupaten Tapanuli Tengab, L<abupaten Toba Samosir,
Kabupaten Karo, Kabupaten Solok Selatan, Kota Dumai, Kota Metro. Kabupaten
Karawang, Kabupaten Tapin, Kabupaten Balangan dan Kabupaten Mappi.
Catatan
a. Pelaksenaan pengumpulan data Riskesdas Provinsi Kaljmantan Sarat 2007
dilaksanakan pada bulan Oktober 2007 sampal F'ebruari 2008. Riskesdas di
Provinsi Kalirnantan Barat berjalan dengan baik, Pemda beserta jajaraonya, Qinas
Kesehatan Provinsi maupun Kabupaten Kota serta jajarannya, serta pelaksana
pengumpul data sangat mendukung pelaksanaan Fi~kE!sdas. Meskipun pada
pelaksahaannya dltemukan-beberapa kendala' balk aspe"k teknift rriaupun ~itua~t dan
kondisi alam yang tida~ dapat· diprediksi: -:
b. Waktu untuk mulai pelat<san~q_n penqumpulan data sanga) betvariasir s.ehubungan
waktu penerimaan data 'ssdari BPS setempat yang< juga bervarlast, Keadaan
geograft Kalimantan Barat terd!ri dari dataran rendan, banyalt sungai, penyebaran
penduduk tidak merata, sehin..9ga banyak daerah yang sulit untuk dijangkau.
Adakalanya untuk rnencapal saiu Blok Sensus harus menggunaka·n berbagai
macam kendaraan walaupun dengan segala keterbatasan.
15
2.6 Manajemen Data
Manajemen data Riskesdas dilaksanakan oleh Tim· Manajemen Data Pusat yang
mengko_ordinir Tim Manajemen Data dari koordinator wilayah (Korwil) I - IV. Urutan
kegiatan manajemen.data dapat diuraikan sebagai berikut.
2.6.1 Editing
Editing adalah salah satu mata rantai yang secara potensial dapat menjadi the weakest
link dalam pelaksanaanpengumpulandata Riskesdas2007. Editing mulai dilakukan oleh
pewawancara semenjak data diperoleh dari jawaban responden. Di lapangan,
pewawancara bekerjasama dalam sebuah tim yang terdiri dari 3 pewawancara dan 1
ketua tim. Peran ketua tim Pewawancarasangat kritikal dalam proses editing. Ketua tim
pewawancara harus dapat membagi waktu untuk tugas pengumpulan data dan editing
segera setelah selesal pengumpulan data pada setiap blok sensus. Fokus perhatian
ketua tim pewawancara adalah kelengkapan dan konsistensi jawaban responden dart
setiap kuesioner yang masuk. Kegiatan ini seydgyanya dilaksanakan segera setelah
diserahkan. oleh pewawancara. ketua tim Pewawancara harus mengkonsultasikan
seluruh masalah editing yang dihadapinya kepada Penanggung Jawab Teknis (PJT)
kabupaten dan atau Penanggung Jawab Teknis (PJT} provinsi. PJT kabupaten dan PJT
provinsi bertugas untuk melakukan supervisi pelaksanaan pengumpulan data,
memeriksa kuesioner yang telatt ~iisi serta membantu memecahkan .masalah yang
timbul di lapangan dan juga melakukanectiting.
2.6.2 Entry
Tim manajemen data yang bertanggungjawabuntuk entry data harus mempunyai dan
mau mernberikan ekstra energi berkonsentrasi ketika memindahkan data dari
kuesioner/formulirkedalam bentuk digital. Buku kode disiapkan dan digunakan sebagai
acuan bila merjjumpai masalah entry data. Kuesjoner Riskesdas Provinsi Kalimant;;in
Baral 2007 mengandung pertanyaan untuk berbagai responden dengan kelompok umUJ
yang berbeda. Kuesioner yang sama juga banyak mengandung skip questions y~g
secara teknis memerfukan ketelitian petugas entry data untuk menjaga konsistensi darl
satu blok pertanyaan ke btok pertanyaan berikutnya.
Petugas entry data Riskesdas merupakan bagian dari tim manajemen data yang harus
memahami kuesioner Riskesdas dan 'program data base yang digunakannya. Prasyarat
pengetahuan dan keterampilan ini menjadi penting untuk menekan kesalahan entry.
Hasil petaksanaanentry data ini menjadi ~agian yang penting.bagi petugas manajemen
data yang bertanggungjawabunluk melakukan cleaning dan analisis data.
2.6.3 Cleaning
'rahapan cleanin9 dalam manajemen data merupakan proses yang amat menentukan
kualitas hasil Riskesdas Provinsi Kalimantan Barat 4007. Tim Manajemen Data
rnenyediakan pedoman khusus untuk melakukan cleaning data Riskesdas. Perlakuan
terhadap missing values, no responses, outliers amat menentukan akurasi dan presisi
dari estimasi yang <fihasilkanRiskesdas 2007. Petugas cleaning data harus melaporkan
keseluruhan proses perlakuan cleaning kepada penanggung Jawab analisis Riskesdas
agar diketahui jumlah sampel terakhir yang digunakan untuk kepentingan analisis.
Besaran numerator dan denominator dari suatu estimasi yang m_engalami proses data
cleaning merupakan bagian dart laporan hasil RiskesdasProvinsi Kalimantan Barat 2007
Bila pada suatu saat data Riskesdas Provinsi Kalimantan Barat 2007 dapat diakses
oleh pub1ik, maka lnformasi mengenai imputasi (proses data deaning) dapat meredam
muncu1nyapertanyaan-pertanyaanmengenai kualitas data
16
2.1 Hasil Pengolahan dan Analisis Data
lsyu terpenting dalam pengolahan dan analisis 'data Riskesdas Provinsi Kalimantan
Barat 2007 adalah sampel Riskesdas 2007 yang identik dengan sampel Su~enas 2007.
Disain penarikan sampel Susenas 2007 adalah two stage sampling. Hasil pengukuran
yang diperoleh dari two stage sampling design memerlukan perlakuan khusus yang
pengolahannya menggunakan paket perangkat lunak statistik konvenslonar 'sepertl
SPSS. Aplikasi statistik yang tersedia didalam SPPS untuk mengolah 'dan menganalisis
data seperti Riskesdas 2007 adalah SPSS Complex Samples. Aplikasi statistik ini
memungkinkan penggunaan two stage sampling design sepei1i yang diimplementasikan
di dalam Susenas 2007. Dengan penggunaan SPSS Complex Sample dalam
pengolahan dan anali~.is data Riskesdas Provinsi Kalimantan Ba rat 2007. maka validitas
hasiranausts data dapat dioptimalkan.
Pengolahan dan analisis data dipresentasikan pada Bab Hasil Riskesdas. Riskesdas
yang terdiri dari 6 Kuesioner dan 1,1 Blok Toplk Analisis perlu mengbituR~ jumlah sampel
yang dipergunakar;t untuk mendapatkan hasil analisis bail( secara provinsi,
kabupatenA<ota, serta karakteristik penduduk. Jumlah sampel rumah tangga dan anggota
rumah tangga Riskesdas yang terkumpul seperti tercantum pada tabel 2.2, dan tabel 2.3
perlu dilengkapi lagi dengan jumrah sampel setelah •missing value" dan ·ouUiet'
dikeluarkan dari analisis. Berikut inf rincian jumlah sampel y~ng. diper9unakan untuk
analisis data, terutama dari hasil pengukuran dan pemeriksaaan dan kefompok umur.
a. Status gizi
Untuk analisis status gizi, kelompok umur yang digunakan adalah balita, anak usia
6-.14 tahun, wanita usia 15-45 tahun, dewasa usia 15 tahun keatas.
b. Hlpertensi
Untuk analisis hasil pengukuran tekanan darah pad a kelornpok umur 1 a tahun
keatas
c. Pemeriksaan katarak
Untuk analisis pemeriksaan katarak adalah pada umur 30 tahun keatas
d. Pemeriksaan visus
Untuk analisis visus untuk umur 6 tahun keatas
e. Pemeriksaan Gigi
Analisis untuk umur 12 tahun keatas
f. Perilaku dan Disabilitas
17
'BAB 3. PROFIL PROVINSI KALIMANTAN BARAT
3.1 Geografi
Propinsi Kalimantan Barat dengan Kota Pontianak sebagai lbu Kota Propinsi , terletak
diantara .Qaris208° Untang, Utara hingga 305° ' Lintang Selatan, 108° Bujur Timur
hingga 114° Bujur Timur. Berdasarkan letak ~eografis, daerah Kalimantan Barat dilewati
oleh garis Khatullstiwa { garis lintang pada O ) tepat di kota Pontianak.
Dilihat dari luas wilayah, Kalimantan Barat 146.807 km2, termasuk propinsi terbesar
keempat di 1ndonesia, setelah pertama lrian Jaya (421.891 km2), kedua Kalimantan
Timur (202.440 km2) dan ketiga Kalimantan Tengah (152.600 km2). tuas wilayah
menurut Kabupaten/kota, yang terluas adalah Kabupaten Ketapang : 35.809 km2
(.24,39%), kemudian diikuti Kapuas Hulu: 29.842 km2 (20.33%), dan Kabupaten Sintan9
: 21.635 ktn2 (44,74%), sedangkan sisanya tersebar pada 9 (sembilan) kabupaten/kota
lainnya.
3.2 Kependudukan
label 3.1
Luas Wilayah Administrasi Pemerintahan, Jumlah Penduduk dan
Jumlah Rumah Tangga Provinsi Kaliman Barat, Tahun 2006
Jumlah penduduk Kallrnantan'Barat pada tahun 2006 tercatat 4.118.230 orang dengan
Sex ratio laki-laki/perempuan-= 105,06
Gambar 3.1
Piramida penduduk Provinsi Kalimantan Barat tahun 2006
19
3.4 Mortalitas
Angka Kematian Bayi (AKB) di Kalimantan Barat untuk tahun 2006 masih merujuk pada
data laporan indikator data base 2005 terakhir yang dikeluarkan oleh BPS, hal ini
dikarenakan sulitnya untuk mencari data mengenai AKB. Berturut-turut AKB di
Kalimantan Barat pada tahun 1994 sebesar 97 per 1.000 Kelahiran Hidup (KH), tahun
1997 menjadi 70 per1.000 KH, tahun 2002 menjadi 47 per 1.000 KH. Data terakhir dari
laporan indikator data base 2005 (BPS dan UNFPA 2006) didapatkan angka kematian
bayi di Kalimantan Barat untuk Tahun 2004 adalah sebesar 37,82 per 1.000 KH untuk
bayi perempuan dan 50,42 per 1.000 KH untuk bayi laki-Jaki. Jika dirata-ratakan
menjadi 44,12 per 1.000 KH. Dengan demikian meskipun terlihat adanya penurunan,
namun angka tersebut masih lebih tinggi dari angka nasional yaitu sebesar 35 per
1.000 KH. Sedang target Indonesiasehat 2010 adalah sebesar 40 per 1.000 KH.
Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta Kematian
Balita dapat berguna untuk mengembangkanprogram imunisasi, serta program-program
pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang
gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.
Di Kalimantan Barat berdasarkan Laporan lndikator data base 2005 dengan asumsi 15%
dari kematian wanita.(Fema/e Death), Angka Kematian lbu (AKI) adalah sebesar 403,15
per 100.000 Kelahiran Hidup. Jika dibandingkandengan angka nasional sebesar 307 per
100.000 kelahiran pada periode 1998 - 2002, maka kernatian ibu di Kalimantan Baral
masih tinggi, apalagi jika dikaitkan dengan target nasional yang akan dicapai pada tahun
2010 yaitu menurunkan angka kematian ibu sampai 150 per 1.00.000 kelahiran hidup,
serta target yang ingin dieapai pada Millenium Development Goal (MDG), yaitu sebesar
125 per 100.000 kelahiran hidup.
Estimasi angka kematian balita di KalimantanBarat yang dihitung berdasarkan data BPS
mengalami penurunan yang cukup berarti. yaitu dari 93 per 1.000 kelahiran hidup pada
1994 menjadi 88',2 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 dan menjadi 63 per
1.000 kelahiran hidup pada tahun 2003. Meskipun demikian dilihat pada gambar 4
terlihat bahwa AKABA di Kalimantan Barat masih tetap lebih tinggi dari AKABA nasionaf.
Sedang untuk nasional berdasarkan hasil SDKI 2002-2003 AKABA adalah 46/1.000 KH.
Dengan demikian, meskipun dilihat berdasarkan kecencerungannya menunjukkan
kecenderungan penurunan, namun masih perlu ditingkatkan kegiatan yang menunjang
penurunan angka kematian Balita sehingga pada tahun 2010 nanti akan tercapai tSrget
AKB secara naslonal yaitu sebesar 40 per 1.000 Kelahiran Hidup.
20
dibawah angka naslcna! pada saat itu y.aitu sebesar 64,4 Tahun. Sedang berdasarkan
laporan pembangunan manusia Indonesia tahun 2004 didapatkan angka UHH ,,
masyarakat Kalimantan Barat pada tahun 2002 adalah 64,4 tahun. Meskipun 'terlihat
adanya peningkatan dari tahun 1996 namun demikian angka tersebut masih dibawah
angka nasional yaitu 66,2 tahun.
Meningkatnya Umur Harapan Hidup secara tidak langsung juga memberi gambaran
tentang adanya peninqkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat serta turut
berpengaruh terhadap lndeks Pembangunan Manusia (IPM).
3.5 Morbiditas
Angka Kesakitan (Morbiditas) pada penduduk Propinsi Kalimantan Barat didapat dari
sarana pelayanan ·kesehatan (facility based data) dan hasil pengumpulan data dari
Lintas Program dan dari pr.ofil kesehatan kabupaten/ kota.
3.5.1 Malaria
3.5.2 TB Paru
Hasil rekapitulasi profi~ kesehatan kabupaten/kota tahun 2006 didapat kasus TB Paru
·- Jo ~
dengan BTA (+) sebanyak' 3.925- kasus. Darr 3.778 penderita yang diobati, sebanyak
3.114 penderita diantaranya (82,42%) adalah penderita yang' sernbuf setelan diobati.
Dengan demiki~n. angka kesembuhan penderita TB Parq B,TA + di Kalimantan Barat
sudah melebihi dari target indonesia pacta tahun 201-0 yaitu-> 80% (tat;er9j.
3.5.:t HIV/AIDS
21
kenyataannya kemungkinan kasus yang ada akan lebih besar dari angka yang ada, hal
ini disebabkan karena yang terlihat hanya yang dilaporkan, ·sedang yang tidak ter!apor
kemungkinan akan jauh lebih besar dari angka yang ada
Berdasarkan hasil rekapitulasi data profil kesehatan kabupaten/kota tahun 2006 terdapat
13 kasus AFP atau sebesar 1 pet 100.000 penduduk berisiko (usia < 15 Th). Meskipun
jika dibandingkan angka AFP tahun 2005 sebesar 1,5 per 100.000 usia < 15 tahun
terlihat adanya penurunan, namun Jika dibandingkan dengan target IS 2010 yaitu angka
AFP sebesar 0,9 maka angka AFP Kalimantan Barat masih lebih besar.
3.5.5 DBD
Propinsi Kalimantan Barat merupakan daerah endemik untuk penyakit Demam Berdarah
Dengue, hal ini disebabkan karena letak geografis Kalimantan Barat yang sebagian
besar merupakan dataran rendah dan merupakan daerah rawa.
Kasus-KLB DBD di Propinsi Kalimantan Barat tahun 2005 terjadi 1.210 kasus dengan
angka kesakitan DBD sebesar 30,49 ( 31 per 100.000 penduduk} .. Sedang pada tatrun
2006 teriadi kenaikan kasusmeniadl 2.753 kasus dengan angka kesakitan DBD'sebetar
66,85 ( 67 per 1QO.OOO penduduk}. Angka ini masih jauh dari target Indonesia sehat
2010 yang menargetkan angka kesakitan DBD sebesar 2 penderita dari 100.000
penduduk.
:S!atus gizi masyarakat dapat diukur malalui beberapa indikator, diantaranya adalah bayi
dengan Berat Sadan lahir Rendah (BBLR), Status Gizi balita, status gizi wanita usia
ubur Kurang Energi Konis(KEK).
Di Kalimantan .Barat, jumlah BBLR yang dilaporkan pada tahun 2006 sebanyak 1.58-7
Bayi dengan BBLR dari 89.432 (1,77%) jumlah kelahiran, sementara bayi BBLR yang
ditangani dari seluruh bayi BBLR adalah 1.247 (82,97%)
22
Berdasarkan data profil kesehatan kabupaten/kota Tahun 2006 , didapatkan dari
230.006 Rumah Tangga yang diperiksa, 142.278 (61,86%) rumah tangga diantaranya
merupakan rumah tangga sehat.
Yang dimaL<.sud dengan tempat umum adalah : kantor, hotel, toko, pasar, restoranvurnah
makan, salon kecantikan dan lain-lain.
Di Kalimantan Barat, dari keseluruhan tempat-tempat umum yang diperiksa sebanyak
10.588 yanG 'cliperiksa, 4.217 (74,01%) diantaranya merupakart tempat-tempat umum
yang telah dinyatakan sehat.
Persentase 1<4 Provins! Kalimantan Barat pada tahun 2006 berdasarkan data Profil
Kesehatan Kabupaten/Kota adalah 83,49%. Sedang ~rget cakupan K4 Propins!
Kalimantan Barat (Berdasarkan Pedoman SPM dengan S~ Gubernur nomor : 208
tanggal 2 Juni 2004) pada tahun 2007 sebesar 90% dan tahun 2010 sebesar 95%.
Cakupan pertolongan persalinan di propinsi Kalfmantan Barat pada tahun 2006 adalah
sebesar 69,24%. Dengan. demikian jika dibandin9t<an dengan target pada tahun 2008
sebesar 70%, maka angka tersebut hampir mencapai target. Namun d~mikian, jika
dibandingkan dengan lflrget yang akan dicapal pada tahun 2010 sebesar 90o/d, maka
persenfase cakupan pertolongan persallnan di r::>rovinsi Kalimantan Barat masih sangat
perlu ditingkatkan.
Pada Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat tahun 2006, jumfah ibu hamil risti di
provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2006 sebesar 8.550 dengan ibu hamil risti yang
ditangani sebesar4.165 (48,71%).
23
3.6.8 Kunjungan Bayi
Pada profil kesehatan kabupaten/kota Tahun 2006 terlihat bahwa cakupan kunjungan
Bayi di Propinsi Kalirnantan Barat mencapai 80,83% (target 2007 : 80%; target 2010
:90%).
3.6.9 Pelayanan KB
Jurnlah Pasangan Usia Subur (PUS) berdasarkan data profil kesehatan kabupatenlkota
tahun 2007 sebesar 731.822 dengan jurnlah peserta KB aktif sebesar 493. 720
(67,46%) dan peserta KB Baru sebesar 84.060 (11,49%). Dari seluruh peserta KB Aktif,
persentase terbesar ada pada Kota Singkawang (79,83%), dan persentase terkecil pada
Kabupaten Sekadau (59.42).
Pada tahun 2006 dari 12 Kabupaten/Kota yang rnelaporkan, Provinsi Ka1irnantan Barat
telah rnencapai desa/kelurahan UCI sebasar 84,04%. Persentase tahun 2006
mengafami kenaikan dari tahun sebelurnnya sebesar 66,29%.
Pelayanan imunisasi bayi mencakup vaksinasi BCG, DPT, Polio, Hepatitis B dan
lrnunisasi Carnpak yang. dilakukan rnelalui pelayanan rutin Posyandu dan fas.ilitas
pelayanan kesebatan dasar lainnya., rnenunjukan bahwa cakupan imunisasl BCG
sebesar 90,0%; DPT1 + HB1 (89,1%); DPT3 + HB3 (92,3%); Polio3 (83,8%); Campak
(92,3%) serta irnunisai Hepatitis 83 sebesar 68,6%. Dari tabel tersebut juga terlihat
rnasih adanya droup out (DO) sebesar 7, 18%.
Hasil pengolahan data dari profit kesehatan kabupaten/kota Provinsi Kalirnantan Barat
pada tahun 2006 rnenunjukan bahwa cakupan pernberian kapsul vitamin A 2 kali pada
balita sebesar 78,2%. Target pencapaian untuk tahun 201 O sebesar 90%.
Cakupan pernberian tablet Fe pada burnil untuk tahun 2006 di Provinsi Kalimantan Barat
tahun 2006, untuk cakupan Fe-1 sebesar 79,29%, sedangkan cakupan Fe3 sebesar
72,68%. Jika dibandingkan dengan target yang akan dicapai pada tahun 2010
berdasarkan 1ndikator Indonesia Sehat 2010 sebesar 80%, rnaka cakupan pemberian
tablet Fe Provinsi Kalirnantan Barat masih lebih rendah dari target yang akan dicapai.
3.6.13 Posyandu
Target nasional yang akan dicapai pada tahun 2010 untuk Posyandu Purnama + rnandiri
adalah sebesar 40%. Sedang untuk Kalimantan Barat pencapaian Posyandu Purnama +
Mandiri pada tahun 2006 sebasar 24,4 %. Data ini menunjukan adanya kenaikan -strata
pada posyandu jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya dimana tahun 2005,
pencapaian Posyandu Purnama + mandiri sebesar 22,34% .
.24
3.7 Upaya Kesehatan
Tahun 2006 jumlah pelayanan kesehatan masyarakat dl l?rovinsi Kalimantan Barat ,terdiri
dari 206 puskesrnas, 813 puskesmas pernbantu, 21 O Ruskesmas Kelil!ng,. 1.423
Polindes, 30 Rumah sakit dan 3.974 Posyandu. Jika dibandingan dengan jumlah
kecamatan maka rata-rata setiap kecamatan di Provinsi Kalimantan Barat terdapat 1
sampai dengan 2 Puskesmas dengan jangkauan pelayanan per Puskesmas 5 per
100.000 Penduduk.
Penyebaran puskesmas terbanyak pada Kata Pontianak, yaitu rata-rata di setiap
kecamatan terdapat 5 Puskesmas. Sedang )tang terendah pada Kabupaten
Bengkayang, yaitu 0,86 yang berarti tidak semua kecamatan di Kabupaten Bengkayang
mempunyai Puskesmas.
25
Tabel 3.2
Distribusi Sarana Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota
Di Provinsi Kalimantan Barat 2006
3.8.1.2 TenagaKesehatan
26
Tabel 3.3.
Distribusi Jumlah tenaga Kesehatan dan Ratio Tenaga Kesehatan,
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2006
4,20 6
Dr.Umum 9,SS 40
3 Dr.Gi. 115 35.811 2,79 11
4 3.392 1.214 82,37 117,5
5 1.387 1 : 2.969 33,68 100
7 68 1 : 60.562 1,65
8 174 1 : 23.668 4,23
9 163 1 : 25.265' 3,96 40
10 Sanitarian 410 1 : 10.044 9,96 40
11 Ahli Gizi 341 1 : }2.0TI 8,28 22
12 Fisiot i 25 1 : 164.729 0,6f
13 Analis Laboratorium 287 1 : 14.349 ' 6,97
14 IBM dan Ront ent SS 1 : 74.877 1,34
15 P. Anastesi 18 1 : 228.790
27
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB).
Berat badan anak ditimbang dengan timbangan digital yang memiliki presisi 0, 1 kg,
panjang badan diukur denga.l) length-board dengan presisi 0, 1 cm, dan tinggi badan
dlukur -dengan menggunakan microtoise dengan presisi 0, 1 cm. Variabel BB .dan TB
anak ini disajlkan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu: berat badan menurut
umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB). Untuk menilai status .gizi anak, maka angka berat badan dan tinggi badan
setiap balita dikonversikan ke satam bentuk nilai terstandar (Z-score) dengan
menggunakan baku antropometri WHO 2006. Selanjulnya berdasarkan nilai ,Z-score
masing-masing indikator tersebut-dltentukan status gizi balita-dengan batasan sebagai
berikut:
a. Berdasarkan indikator BB/U :
Kategori Gizi Buruk Z-score < -3,0
Kategori Gizi f<utang Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0
Kategori Gizi~Baik Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0
Kategori Giz,i Lebitl Z-score >2,0
b. Berdasarkan-indikator TB/U:
Kategori Sf'mg9t Pendek Z-score < -3,0
Kategori Pendek Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0
Kategori Normal Z-score >=-2,0
c. Berdasarkan indikator BB/TB:
Kategori Sangat Kurus Z-score < -3,0
Kategori Kurus Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0
Kategori Normal Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0
Kategori Gemuk Z-score >2,0
Tabel 4.1.1.1 menyajikan angka prevalensi balita menurut status gizi yang didasarkan
pada indikator BB/U.
tndikator BB/U memberikan gambaran tentang status gizi yang sifatn_ya umum, tidak
spesifik. Tinggi rendahnya prevalensi gizi buruk atau gizi buruk dan kurang
28
mengindikasikan ada tidaknya masalah gizi pada balita. tetapi tidak memberikan Indikasl
apakah masalah gizi tersebuf bersifat kronis atau akut.
Prevalenst balita dengan gizi kurang+buruk (underweight) berdasarkan indeks BB/U di
Proyinsi Kalimantan Barat 22,6%, masih di atas target nasional perbaikan gizi tahun
2015 (20%) maupun MDG's (18,5%). Prevalensi nasional untuk gizi buruk dan kurang
adalah 18,4%.
Dari· 12 kabupaten/kota yang ada di provinsi Kalimantan Barat, 10 l{abupaten/ Kota
masih bermasalah dengan gizi kurang-buruk, kecuali Kabupaten Pontianak (16,5%) dan
Kota Pontianak (13,6%) yang sudah mencapai target nasional maupun,MDG's.
Provinsi Kalimantan- Barat mempunyai masalah gizi ganda, disamping adanya masalah
gizi kurang+buruk juga sudah ternhat ada masatah gitr lebifi dengan prevalensi 5%.
Prevalensi gizi lebih secara nasional adalah 4,3%. Masalah gizi lebih di 3 kabupaten
terlihat cukup ting9i yaitu di Kabupaten Landak, Ketapang, dan Pontianak.
Tabel 4.1.1.1
Persentase Balita menurut Status Gizi (BB/U)* dan Kabupaten/Kota di
Provinsl Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabet 4.1.1.2 menyajikan an,gka prevalensi balita menurut Status gizi yang didasarkan
pada indikator TB/U. ·
lndikatar TB/,U menQs;Jarpbarkanstatu~ gizi vang.,sifatQya-krQO'ilt,ar::tinya. muncul·sebagai
akibat dari Readaan yang berlangsung lamas~pertikemiskioafl.,,perlta.ktT'po1aasilh yang
tidak tepat, sering mendenta penyaklt.secara berulan~ karena bigiene dan sanitasl yang
kurang baik. Status pendek dan sangat pendek dalam diskusi selanjutnya digabung
menjadi satu kategori dan disebut rnasalah kependekan.
Prevalensi masalah kependekan pada balita secara nasional rnasih tinggi yaitu sebesar
'36;8%.
Prevalensi ballta dengan status gizi sangat pendek atau pendek berdasark~n indeks
tinggi badan terhadap umur (TB/U) di Provinsl Kalimantan 'Barat 39,3%. Angka ini masih
29
diatas angka nasional dari 33 provinsi: (36~'8%1. Balita sangat pendek dan pendek
terbanyak ditemukan di Kabupaten Kapuas Hulu (58,9%) diikuti "Melawi (54,2%), dan
Sambas (49,5%).
Tabet 4.1.1.2
Sebaran Balita menurut Status Gizi (TB/U)* dan Kabupaten/Kota
di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.1.1.3 menyajikan angka prevalensi balita menurut status gizi yang didasarkan
pada indikator BBfTB.
lndil<ator BBfTB menggambarkan status gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari
keadaan yang berlangsung dalam waktu yang pendek, seperti menurunnya nafsu makEtn
akibat sakit atau' karena menderita diare. Dalam keadaan demikian berat badan anal<
akan cepat turun sehingga tidak proporsional lagi dengan tinggi badannya dan anak
menjadi kurus.
Di samping mengindikasikan masalah gizi yang bersifat akut, indikator BBfTB juga dapat
digunakan sebagai indikator kegemukan. Dalam hal ini berat badan anak melebihi
proporsi normal terhadap tinggi badannya. Keqernukan ini dapat terjadi sebagai akibat
dari pola rnakan yang kurai1g baik atau karena keturunan. Masalah kekurusan dan
.f<egemukan pada usia dini dapat berakibat pada rentannya terhadap berbagai penyakit
degeneratif pada usia dewasa (Teori Barker).
Salah satu indikator untuk menentukan anak yang harus dirawat dalam manajemen gizi
buruk adalah indikator sangat kurus yaitu anak denqan nilai Z-score < -3,0 SD.
Prevalensi balita sangat kurus secara hasional maslh cukup tin_ggi yaitu'6,2%.
Dalam diskusi selanjutnya digunakan masalah kekurusan untuk gabungan kategori
sangat kurus dan kurus. Besarnya masalah kekurusan pada balita yang masih
merupal<an masa1ah kesehatan- rnasyarakat (public health problem) adalah jika
prevalensi kekurusan > 5%. Masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila
preyalensl t<ekurusan antara 10Y:'/o ~ ,15,0% , dan dianggap kritis blla preva1ensi
kekurusan·~udah di atas 1-$,0% (UNHCR).
30
Secara umum ballta sanqat kurus·dan kurus berdasarkan BBffB, di Pfovinsi Kalimantan
Baral 17,3%.,, masib ~is:ttqs rata-rata naslonal ~13,6%). Sepuluh kabupaten/kota
mempunyai masalah balita kurus. kecuali Kabupaten Sanggau' dan Kapuas Hulu.
Prevalensl pendek dan sangat pendek tinggi di Kabupaten Kapuas Hulu (table 4.1.1.2),
namun kurus dan sang_at kurus rendah, menunjukkan daerah ini mengalami masalah
gizi yang kronis (tldak akut). Disarnping masalab balita kurus, juga sudah terlihat ada
masalah balita gemuk (14,0%). Secara nasional prevalensi kegemukan menurut
indikator BBffB adalah sebesar.12,2%, jadi prevalensl kegemukan di Kalimantan Barat
sedikit lebih timggi dari rerata nasional. Sepuluh dari 12 kabupaten/kota mempunyai
masalah balita gemuk serius t >10%).
label 4.1.1.3
Persentase Balita menurut Status Gizi (BB/TB)* dan Kabupaten/Kota
di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Untuk mempelajartkaitan antara status gizi·balita yang dldasarkan pada indikator BB/U,
TB/U dan BBIT"B (sebagai· variabel terikat) dengan karakteristik rssponden meliputl
kelompok umur, jenis kelamin, pendidikan KK, pekerjaan KK, Tipe Daerah dan
pendapatan per kapita (sebagai variabel bebas), telah dilakukan tabulasi silang antara
variabel bebas dan terikat tersebut.
Tabel 4.1.1.4 menyajikan hasil tabulasi silang antara status gizi BB/U balita dengan
variabel-variabel karakteristik responden.
Dari tabel 4.1.1.4 dapat dilihat bahwa eecara umum ada kecenderungan yang
mengaitkan antara status gizi BB/U dengan karakteristik responden, yaitu:
Semakin bertambah umur, prevalensi gizi kurang cenderung meningkat, sedangkan
untuk gizi lebih cenderung menurun.
Prevaiensi gizi buru~ dan kurang pada balita di semua ketornpok umur diatas, 20%.
Prevalensi tertinggi didapatkan pada usia 24 - 35 bulan, kelompok taki-laki lebih tinggi
dati perempuan, Oitinjau dari pendidikan dan pekerjaan l<epala keluarga, prevalensi
terbanyak didapatkan pada yang tidak sekolah, tidak tamat SO dan tamat perguruan
31
tinggi, petanilnelayan serta buruh dan tainnya, dan terendah pada tamat SMA. Terdapat
perbedaan status g~zi -antara daerah perkotaan dan perdasaan, gizi buruk lebih tinggi di
perdesaan sedan,gki3Fl gizi lebih di petkotaan. Gizi buruk -/ kurang tertinggi pada
keluarga yang.pendapatannya rendah (kuintil-1), terendah pada kuintit &, tidak banyak
terlihat perbedaan antara kuintil 2, 3, dan 4. Gizi.1ebih pada balita tidak menunjukkan
banyak perbedaan antara berbaqal kuintil.
Tabel 4.1.1.4
Persentase Balita menurut Status Gizi (BB/U)* dan Karakteristik
Responden di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
32
f
Tabel 4.1.1.5 rverwajik(jln hasil tabulasl .silaog antara st~tus.- QJ?i TB/U dengan
karakteristik r.espon(;t~n. :~eperti haloya denqan status gizi BB/U, kaitan antara status
gizi 8Blf6"'daf).J(~~ktet~stik resp:ondertm~i<'lUnju~kaRkecenderungan yang serupa :
a. Menurut 1:1mui', tidak begitu tampak adanya pola masalah kependekan pada
balita. Prevalensi pendek dan sangat pendek pada balita di semua kelompok
umur di atas 30%.
b. Menurut jenis kelamin, tidak tarnpak adanya perbedaan masalah kependekan
yang mencolok pada balita.
c. Makin tinggi pendidikan KK prevalensi kependekan pada balita cenderung makin
rendah.
d. Terdapat perbedaan status gizi antara daerah perkotaan dan perdesaan, pendek
dan sangat pendek lebih tinggi di perdesaan.
e. Rrevalensi pendek dan sangat pendek cenderung lebih tinggi pada keluarga
dengan tingkat pengeluaran per kapita-lebih rendah. Keluarga dengan kuintil 1,2
dan 3 mempuntai prevalensi pendek dan sangat pendek lebih tinggi.
33
Tabel 4.1.1.5
Sebar.an Banta menurut Status Gizi (TB/U)* dan Karakteristik
Responden di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
34
Tabel 4.1.1.6 menyajikan hasil tabulasi silang antara status gizi BB!TB dengan
karakteristik responden. -Kajian- deskriptif ~aitan -antara -status gizi BB!TB dengan
karakteristik responden menuojukkan:
a. Masalah kekurusan cenderun9_Jerf!alS_in _ re._i:i~~h- s~irjng dei;lg~n. bertarnbahnya
umur. Pr~valensi -st.atus ~i ~qngat kurus dan kurus menurut kategori BB!TB
pada balita di semua kelempok umur diatas 100.k.
b. Tidak tampak adanya perbedaan masalah kekurusan yang mencolok antara
balita laki-laki dan perempuan.
c. Tidak ada pola yang jelas pada masalah kekurusan menurut tingkat pendidikan
KK.
d. Prevalensj kekurusan balita pada kelornpok denqan KK sebagal petani/nelayan
relatif lebih tinggi dibandingkan dsngan KK yang memiliki pekerjaan lain.
Sedangkan prevatensi balita kegemukan tertinggi ditemui pada kelompok dengan
KK yang mempunyai pekerjaan sebag~i wiraswasta.
e. Terdapat perbedaan antara masalah kekurusan di daerah perdesaan
dibandingkan dengan daerah perkotaan. sangat kurus dan kurus lebih tinggi di
perdesaan
f. Semakin meningkat status ekonomi prevalensi status gizi sangat kurus dan
kurus semakin rendatt, namun masalah kegemukan cenderung meningkat seiring
dengan meningkatnya tingkat pengeluaran.
35
Tabel-4.1;1.6·
Persentase Balitc:t menurut Status Giii (BB/TB)* dan Karakteristik
Re"sponden di Provinsi Kalimantan Batat, Riskesdas 2007
36
Tabel 4.1.1. 7 di bawah ini menyajikan gabungan prevalensi balita menurut ke tiga
indikator status· ,gjz.i. yang digu.na}<an yaitu. .BB/l::J '(GizP Buruk dan 'Kurang), TB/U
(kependekan), Sl3fr6 ~kekurusan). lndikator TBJ.l.J memberikan-qambaran'rnasalah gizi
yang sifatnya kronis dan BB/TB memberikan gambaran masalah gizi yang sifatnya akut.
Sebelas kabupaterskota masill menghadapi permasalahan gizi akut dan tujuh
kabupatenlkota meAgt.tadapr permasalahan gizi akut datt kronis. Hanya _empat
kabupaten/kota ,yaitu kabupaten Pontianak, Sintang, Kota Pontianak dan Singkawang
yang masalah gizi kronisnya lebih kecil dari angka nasional dan hanya 1 kabupaten
yaitu Sanggau yang masalah gizi akutnya belum mencapai kondisi serius.
Tabel 4.1.1.7
Prevalensl Balita menurut Ttga lndikator Status Gizt
dan Kabupaten/Kota, di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Status gizi anak umur 6-14 tahun dapat dinilai berdasarkan IMT yang dibedakan
berdasarkan umur ·ctan jenls kelarnin. Nilar rata-rata IMT inf kemudian diban(jingkan
dengan standard'WHO 2007 menurut umur dan jenis kelamin.
Table 4.1.3.1. adalah standard WHO untuk nilai rata-rata, batas -2SD, dan batas +2SD.
Prevalensl kurus ditentukan jika nilai IMT <-280, dan prevalensi berat badan (BB) lebih
jika nilai tMT >+2SD
Gambaran kabupaten/kota untuk status gizi anak usia 6-14 tahun dapat- dilihqt' .J)ada
tabel 4.1.2.1. Prevalensi anak kurus tertinggi adalah dt tandas; baik pada·anak laki-laki
(24,6 %) maupun pada anak perempuan (22,4%). Prevalensi anak kurus terendah
adalah S'anggau, baik pada anak laki-laki (7,5%) maupun pada anak perempuan
(5,4%).
37
Tabel 4.1.2.1".
Persentase Status Gizi Anak Usia 6-14 tahun menurut IMT dan
Kabupaten/Kota Pad~Laki-Laki Da'n'Peremisuan , Rl~kesdas 2007
Tabel 4.1.2.2 menyajikan hasil krostabulasi status gizi anak usia 6-14 tahun menurut IMT
dengan karakterisfik responden: Tipe Daerah dan pengeluaran rumah tangga. Dari table
ini terlihat bahwa:
a. Prevalensi anak kurus dan berat badan lebih baik pada laki-laki dan perempuan
cenderung lebih tinggi di perdesaan dibanding perkotaan.
b. Berdasarkan tingkat pengeluaran rumah tangga, prevalensi kurus cenderung
lebih tinggi pada kuintil 1, sebaliknya prevalensi BB lebih cenderung meningkat
dengan menaiknya kuintil pengeluaran perkapita perbulan.
Tabel 4.1.2.2.
Persentase Status Gizi Anak Usia 6-14 tahun Menurut ~arakteristik
Responden, Riskesdas 2007
Pengeluaran
Rumahtangga
-Kuintil 1 20,1% 72,2% 7,7% 13,0o/o 81,9% 5,1%
-Kuintil 2 16,6% 13,3% 10,1% 11,8% 81,8% 6,4%
-Kuintil 3 19,0% '69,5% 11,5% 10,4% 82,2% 7,4%
-Kuintil 4 16,3% 71,5% 12,1% 12,3% 80,1% 7,6%
-Kulntil 5 13,6% 74,9% 11,6% 10,4% 81,3% 6,3%
38
4.1.3 Status Gizi Penduduk umur.ts tahun ke atas
Status gizi genduduk umur 15'tahun ka.atas dinilai denqan.lnoeksMassa Tubuh (IMT).
lndeks Massa Tubuh dihitung berdasarkan berat badan dan tinggi badan dengan rumus
sebagai berikut : ·
BB !k9YTB<m>2•
Berikufini adalah batasan IMT untuk menilai status gizi penduduk umur 15 tahun ke atas
39
Ta~el ~.1.3.1
Persentase &tatus Gizi Penduduk Oewasa (15 Tahun Ke Atas) Menurut IMT
dan Kabupa,e11/Kota di Provinsj Kallmantan Barat, Riskesdas 2007
Prevalensi obesitas umum menurut jenis kelamin disajikan pada Tabel 4.1.3.2 Masalah
kegemukan (berat badan 1ebih + obese) di Provinsi Kalimantan Barat sebesar 12,9%,
lebih rendah dari angl<a nasionat yaitu sebesar 19,1% (8,8% BB lebih dan 10,~Z.
obese.). Kabupatent..kota memiliki prevalensi keqemukan dengan kisaran 10,3 - 21,7%,
tertinggi di kota Singkawang yaitu 21,7%, di atas angka nasional.
Prevatensi kegenmJ<an di provinsi Kalbar pada perempuan lebih tinggi dibanding taki-1$i.
Prevatensi kegemuj<an (berat badan lebih +obese) pada laki-laki dewasa 15 tahun 4&
atas sebesar 9, t~ Kisatan prevalensi kegemukan pada taki-laki di kabupaten/kota
5,9 -16,8%, tertinggi di Kota Singkawang. Preyalensi kegemukan (berat badan lebih +
obese ) pada perempuan 16,0%. Kisaran prevatensi kegemukan pada perempuan
sebesar 11,7 - 26.,6% tertinggi di kota Singkawang, diikuti Melawi.
40
Tabel 4.1.3.2
Prevalensi, Obesita~ Umum Pendudlik; Dewasa (15Tahun Ke Atas) Menurut
Jenis Kelamill' ,d!ln ~abupaten/Kota di Provinsi Katimantan Sarat,
Riskesdas 2007
Tabel 4.1.3.3 menyajikan hasil tabulasi silang status gizi penduduk dewasa menurut IMT
dengan beberapa variabel karakteristik responderr, Dari tabel ini terlihat bahwa. :·
Prevalensi status gizi kurus berdasar IMT tertinggi di kelompok usia 75 tahun keatas,
diikuti kelompok 65- 74 tahun, tecendah di kelompok 35-44 tahun. Menurut peildidikan
dan pekerjaan prevalensi kurus lebih tinggi pada yang tidak pernah sekolah, yang tidak
bekerja dan sedang sekolah , di perkotaan hampir sama dibanding perdesaan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan status gizi kurus semakin menurun, demikian juga
semakin tinggi status ekonomi maka semakin rendah prevalensi status gjzi kerus,
Prevalensi obese tertinggl pada kelompok umur 35 - 44 tahun, tamat perguruan tinggi,
bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Prevalensi obesitas lebih tinggi di perkotaan dibanding perdesaan.
Semakin tinggi tingkat pengeluaran rumahtangga per kapita per bulan cenderung
semakin tinggi prevalensi obesitas umum.
41
label 4.1.3.3
Persentase Status Gi%i. Dewasa (15 Tahun Ke Atas) Menurut IMT dan
Karakteristik Responden di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
42
b. Status gizi dewasa berdasarkan indikator Lingkar Perut (LP)
Tabel 4. t_.~.4 dan Tabet 4.1 .. 3.p roenv.ajikan prevalensi obesitas sentral menurut
kabupaten/kota dan karakterlstik responden. Obesitas sentral dianggap sebagai faktor
risiko yang erat kaitannya dengan beberapa penyakit·degen~ratif,
Preyalensi obesitas sentral di provlnsl.Kallmantan Barat didapatkan 15,8 %, angka ini di
atas rata-rata prevalensi nasional 14,9%.
Kisaran prevalensi obesitas sentral di kabupaten/kota 10,6 - 25,9%, tertinggi di Kota
Pontianak diikuti Kota Singkawang.
Tabel 4.1.3.4
Prevalensi Obesitas Sentral Penduduk Dewasa (15 Tahun Ke Atas) menurut
Kabupaten I Kota Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Sambas 14,6
Bengkayang 16,1
Landak 10,6
Pontianak 14,2
Sanggau 15,4
Ketapang 14,0
Sintang 13,4
Kapuas Hutu 12\3
Sekadau 12,9
Melawi 12,4
Kota Pontianak 25.9
Kota Singkawang 22,6
Kalimantan Barat 15.8
Catatan : Menurut Lingkar Perut (LP) (laki .. laki > 90, wanita > 80)
43
Tabel 4.1.3.5
Prevalensi Obesitas Sentral Penduduk Umur~15 TahunJ<eatas menurut
Karakteristik Responden di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
44
c. Status Gizi Wanita -Usia Subur (Wl-:JS) 15-45 tahun Berdasarkan lndikator
Lingkar Lengan Atas (LILA)·
Tabel 4.1.3.E? menyajikan gampf:!ran rnasalah gizi PGJ~ WUS. yang diukur dengan LILA.
Hasil pengukuran Lll,A ini- dlsajikan menurut kaoupaterukota dan k~(aketeristik
responden. Indonesia. m~nggµnalsa,n ambang batas <23,5 cm untuk mengwmbarkan
risiko kurang enegi kronis (~K) ya_ng bisa digunakan untuk mengindiKasikan WUS
kaitannya dengan kesehatan reproduksi.
Prevalensi KEK untuk tingkat kabupaten/kota digambarkan berdasarkan umur 15 -. 45
tahun seperti terlihat pada tabel 4.1.3.6 Rata-rata naslorral angka LILA adalah 26, 1 cm.
Untuk menilai prevalensi risi~o KEK, <;iari hasil pengumpulan rlskesdas, dilakukan dua
cara:
a. Menghitung LILA <23,5 cm untuk umur 15-45 tahun (Depkes)
b. Menghitung LILA <1 SD dari nilai rata-rata untuk setiap umur 15-45 tahun
Ada peroedaan prevalensf risiko KEK menggunakan batas ambang <23,5 cm dan
menggunakan <180 terhadap median. Dengan menggumal(an batas ambang <23,5 cm
cenderung lebih tinggi dibanding menggunakan <1 SD terhadap median. Prevalensi KEK
( LILA< 23,5 cm) di Prov Kalbar sebesar 15,8%. Prevalensi tettinggi di kabupaten
Landak
Tabel 4.1.3.6
Prevalensi Pendud4k'Wanita l}mur 15-45 Tahun menurut
KEK dan Kabupaten/Kota Provinsi Kallmantan Barat, RISK~~~A.$ 2007
Kabupaten/Kota KEK ( < 23,5 cm) (%) KEK ( < 1 SD) (%)
Sambas 12;8 9,2
Bengkayang 6,2 4,5
Landak 36,1 25,1
Pontianak 14,7 9,8
Sanggau 17,6 13,1
Ketapang 15,0 11,0
Sintang 14,1 9,8
Kapuas Hulu 13,2 7,5
Sekadau 10,8 6,7
Melawi 23,7 19,8
Kota Pontianak 12,0 6,7
Kqta Singkawang 20,7 H,5
Kalimantan Baiat 15.8 10,8
45
4.1.:4 Konsumsi Energi.,dan Proteln
Prevalensi rumah tangga defisit energi dan protein Rlskesdas 2007 diperoleh
berdasarkan jawaban responden untuk makanan yang di konsumsi anggota rumah
tangga (ART) dalam waktu 1 x 24 jam yang lalu. Responden adalah lbu rumah tangga
atau anggota rumah tangga lain yang biasanya menyiapkan makanan di rumah tangga
tersebut. Penetapan rumah tangga ;(RT) defisit energi berdasarkan angka rerata
konsumsi energi per kapita per hari dari data Riskesdas 2007.
Selanjutnya dalam penulisan tabel 4.1.4.1 disajikan angka rerata konsumsi energi dan
protein per kapita per hari yang diperoleh dari data konsumsi rurnah tangga dibagi
.jumlah anggota rumah tangga yang telah dlstandarisaslmenurut umur dan jenis kelamin,
serta sudah dikoreksi dengan tamu yang ikut makan. Tabel 4.1.4.2 adalah inforrnasi
prevalensi RT yang konsumsi energi dan protein dibawah angka rerata nasional dari
data Riskesdas 2007 menurut provinsi; Tabel 4.1.4.3 informasi tentang prevalensi RT
yang konsumsi energi dan protein dibawah angka rerata .nasional dari data Riskesdas
2007 menurut Tipe Daerah (kota/desa)dan kuintil pengeluaranRT.
a. Konsumsienergidan.Protein
Data pada tabel 4.1.4.1 berikut menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi per kapita per
hari penduduk Kalimantan Barat adalah untuk energi sebesar 1594,9 kalorl, lebih
rendah dart angka nasional sebesar 1735,1 kkal dan 57,6 gram protein lebih tinggJ
sedikit dari angka nasional sebesar 55,5 gram. Kabupaten dengan angka konsumsi
energi dan protein terendah adalah Sanggau yaitu 1375l kalori dan 49,4 gram protein.
Kabupaten dengan angka konsumsi ene(gi tertinggi adalah Landak (1841,7 kal) dan
konsumsi protein tertinggi adalah l<abupatenPontianak (66,4 gram).
Sebanyak 9 .kabupaten/kota denqan rerata angka konsumsi energi dibawah rerata
angka konsumsi energi nasional yaitu Sambas, Bengkayang, Pontianak, Sanggau,
Ketapang, Sintang, Kapuas Hulu, Kata Pontianakdan Kota Singkawang.
Sebanyak 6 kabupaten/kota dengan rerata angka konsumsi protein dibawah rerata
nasionalyaitu Sambas, Bengkayang, Sanggau, Sintang, Kapuas Hulu, dan Melawi.
Tabel 4.1.4.1
Konsumsi Energi dan Protein Per Kapita per Hari
Menurut Kabupaten/ Kota Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Kabupaten/Kota Energi Protein
Rerata SD Rerata SD
Sambas 1553,9 536,8 53,9 23,0
Bengkayang 1635,6 619,6 52,8 26,1
Landak 1841,7 799,4 61,5 30,3
Pontianak 1547I1 "542,2 66,4 30,9
Sanggau 1375,7 391,3 49,5 20,5
Ketapang 1653, 1 606,8 58,6 28,3
Sintang 1674,9 660,0 55-,3 26,8
Kapuas Hulu 1559,9 510,9 54,1 22,4
Sekadau 1781,8 599,2 57,1 27,4
Melawi 1783,5 661,0 51,7 25,1
Kota Pontianak 1536,6 612,5 60,1 27,5
Kota Singkawang 1525,6 503,2 ~6.7 23,9
Kalimantan Barat i594,9 696,3 67,6 27,1
46
b. Prevalensi RT dengan Konsumsi Energi dan Protein Lebih Kecil dari Angka
Rerata Nasionai
Data pada tabel 4.1.4.2 berikut menunjukkan· bahwa' prevalensi RT dengan konsumsi
energi dan protein dibawah rerata nasional sebesar 66,8 % (energi) dan 55,5 %
(protein). Kabupaten/Kota yang prevalensi konsumsi energi lebih kecil dari rerata
nasional RT yang tertinggJ· adalah Sanggau (84,2%) ; dan sebaliknya yang
prevalensinya terendah adalah Sekadau (47,9%). lni menunjukkan di Sanggau lebih 80
% RT dengan konsumsi ef1ergi dibawah angka rerata nasional (1735,5 kkal). Kabupaten
yang prevalensi konsumsi protein lebih kecil dari rerata nasional RT yang tertinggi
adalah Sanggau (66,5%); dan sebaliknya yang prevalenslnya terendah adalah
kabupaten Pontianak (42,3%), ini menuniukkan di Sanggau lebih 60 % RT dengan
konsumsi protein dibawah angka rerata nasional (55,5 gram).
Tabel 4.1.4.2
Prevalensi RT dengan Konsumsi Energi dan Protein Lebih Kecil dari Angka
Rerata Nasional Menurut Kabupaten/ Kota Provinsi Kalimantan Barat,
Rlskedas 2007
c. Prevalenst Konsumsl El'\ergl dan ~rotein L~bi'1 Kecil dari ~ngka Retata
Nasional Menurut Tlpe Dae.rahdan Kuintil Pengeluaran RT
Data pada tabel 4.1.4.3 berikut menunjukkan bahwa prevalensi RT dl kota yang
konsumsi energi dibawah angk~ rerata naslonal tebihc tinggi dari RT (jt'(fesa, artinya
konsumsi energi rumah tangga di perdesaan lebih · tinggi darlpada perl<otaan,
sebaliknya prevalenst RT di desa yang konsumsi protein dibawah angka rerata nasional
lebih tinggi dari kota. Menu rut kuintil pengeluaran RT. semakin tinggt kuitlm pengetuaran
RT semakin rendah prevalensi RT yang mengkonsumsi energi dan protein dibawah
angka rerata nasional.
47
Tabel 4.1.4.3
. .
Prevalensi Konsumsi Energi dan Prot~in Lebih Kecll darl Angka Rerata
Nasional Menurut Tipe Daerah-Kota Provinsf Kalimantan Barat, Riskedas
2007
Data pada tabel 4.1.4.4 dan table 4.1.4.5 menunjukkan bahwa di semua
kabupaten/kota,RT dengan konsumsi energi dan protein dibawah angka rerata nasional
untuk RT di kuintil 1 pr:,evalensinya cenderung lebih tinggi dari rumah tangga di kulntil S:.
Namun sekitar 59,8 % rumah tangga di ~uintil 5 yang konsumsi energi kurang dad
angka rerata nasional dan 44,6% konsumsi protein kurang dari rerata nasional.
Tabel 4.1.4.4
Prevalensi Konsumsi Energi Lebih Kecil dari Angka Rerata Nasional
Menurut Kuintil dan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Barat,
Riskedas 2007
48
; Tab.el 4.1.4.5
Prevalensi Konsums! Protein lebih Kecil dari Angka, Rerata Nasional
Menurut Kuintil Pen~eluara~ RT dan Kabupaten/Kota:Provinsi
Kaliman~anBarat,Risltedas ~007
Data .pada tabel 4.1.4.6 menunjukkan pada umumnya hampir semua ·kabupateh/kota di
kota menunjukkan prevalensi RT yang ~01)~4msi energi dibawah angka rerata hasional
lebih dari 50%, kecuali Landak, Sekadau. Prevalensi tertinggi terdapat di Sanggau.
Rumah tangga defisit energi lebih banyak di perkotaan daripada perdesaan, artinya
konsumsi energt rumah tangga di perdesaan lebih tinggi daripada perkotaan.
Prevalensi rumah tangga defisit energi cenderunq semakiti rendah" menurut kuintil
pengeluaran rumah tangga.
Prevalensi defisit protein lebih banyak dijumpai di rumah tangga perdesaan daripada
perkotaan. Proporsi RT defisit protein cenderung menurun sesual dengan
meningkatnya pengeluaran rumah tangga, namun demikian maslhsekitar 33,2% rumah
tangga dengan pengeluaran rumah tangga di kuintil 5 yang defisit protein.
49
Tabel 4.1.4.6
· Prevalensi Konsumsi Energi Lebih Kecil dari Angka Rerata Nasional
Mentlrut Tipe Daerah, Di lndonesla, Riske'das 2007
TabeL4.1.4.7
Prevalensi Konsumsi Protein Lebih l:.{ecil dari Angka Rerata Nasional
Menurut Tipe Daerah, Di Indonesia, Riskedas 2007
'>.
50
4.1.5 Konsumsi garam beryodlum
.Preval_ensi ~onsumsi ,garam,,.beriodium . Rlskesdas 2007 .dipetoleh dari hasil lsian pada
kuesioner Blok ll No 7 yang didapat dari hasil tes cepat garam iodium. Tes cepat
dilakukan oleh petugas pengumpµI data dengan 'rnengunakan kit tel? .. cepat (garam
ditetesi larutan tes) pad~. ,ga,rflfh yang ·digunakan di rum~h-tangga. 'Rumah tangga
dinyatakan mempunyai "garam cukup iodium (~30ppm KI03)" bila hasil tes, eepat garam
berwarna biru/ungu tua; mempunyai "garam tidak cukup iodium ~30 ppm KI03)" bila
hasil tes cepat garam berwarna biru/ungu rnuda; dan dinyatakan jnempunyal "garam
tidak ada iodium" bila hasil tes cepat garam di rumah-t~ngga tidak berwarna.
Tabel 4.1.5.1
Persentase Rumah Tangga yang Mempunyai Garam Cukup. lodium
Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Barat,
Riskesdas 2007
61
Tabel 4.1.5.2
Persentase Rumah Tangga Mempunyai Garam Cukup lodium Menurut
Karakteristik Responden di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
·62
4.2 Kesehatan lbu dan Anak
53
label 4.2.1'.1
Persentase Anak Umu.r 12-29 Bulatt yang'Mendapatkan lmunisasi Dasar
menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimanfan Barat, Riskesdas 2007
64
Untuk imunisasicampak variasi cakuparr, terendah di Kabupaten Ketapang (70,4%) dan
tertinggi c!i_ Siotang {9~.~.ro}. ena cakupan imunlsas! campak digunakan -sebaqai
indikator imunlsasl leng~ap., - secara- keseluruhan Kalimantan .Berat belum mencapai
h
Tabel 4.2.1.2
Persentas'eCakupan lmunlsasl Casar Anak Umur 12-59 Bulan Menurut
Karakteristil< Responden di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
55
Tabet 4.2.1.2 menunjukkan cakupan tiap [enis imunisasi menurut karakteristik anak,
orangtua dan daerah. Tldak.terdapat- perbedaan, cakupan tiap jenis imunlsasi menurut
jenis kelamin, tetapi terdapat perfedaan.menurut .daerah. Cakupan untuk tiap [enls
imunisasi selalu lebih tinggi antara 2,1 - 1.5,8% ·di daerah perkotaan dibandingkan di
daerah perdesaan,kecuali cakupan imunisasicampak lebih tinggi di perdesaan.
Tabel 4.2.1.2 juga menunjukkan adanya hubungan positif antara tingkat pendidikan,
tingkat pengeluaran per kapita dengan cakupan tiap jenis imunisasi. Makin tinggi tingkat
pendidikan kepala keluarga atau rnaktn tiaggi ~ingkatpengeluaran per kapita per bulan,
semakin tinggi cakupan tiap jenis imunisasi.Perbedaancakupan imunisasi anak menurut
pendidikan antara kepala keluarga yang tidak sekolah dan kepala keluarga dengan
pendidikan perguruan tinggi antara 0,6- 28,9%. Perbedaan cakupan imunisasi anak
tingkat pengeluaran per kapita terendah (kuintil 1) dan tertinggi (kuintil '5) antara 5,8 -
19,8%.
Cakupan imunisasi menurut jenis pekerjaan terlihat bahwa untuk tiap jenis imunisasi,
cakupan terendah pada kepala keluargayang tidak bekerja
Tabel 4.2.1.3
Persentase Anak Umur 12-59 Bulan yang Mendapatkan lmunisasi Dasar
menurutKabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
lmunlsasi lengkap
Kabupaten
Lengkap Tidak Tidak sama
Sambas 55,7 37,7 6,6
Bengkayang 54,2 20,8 25,0
Landak . 30,0 69,0 1,0
Pontianak 20,2 52,6 27,2
Sanggau 70,7 16,0 13,3
Ketapang 9,2 67,3 23,5
Sintang 59,2 39,2 1,7
Kapuas Hulu 28,3 49,1 22,6
Sekadau 40,0 56,0 4,0
Melawi 41,2 44,1 14,7
KotaPontianak 50,8 37,5 11,7
Kota Singkawang 60,0 34,5 5,5
l<allmantan Barat 41,3 44,8 13,9
Catatan:
lmunisasi lengkap: BCG, DPT minimal 3 kali, Polio minimal 3 kali, Hepatitis B minimal 3 kali,
Campa!<, menurut pengakuan atau catatan KMS/KIA.
Cakupan imunisasi 1engkapyaitu semua jenis imunisasi yang sudah didapatkan anak
umur 12-59 bulan dapaf dilihat pada Tabel 4.2.1.3. Terlihat bahwa secara keseluruhan
cakupan imunisasi l~ngkap sebesar 4,1,3%. Terdapat variasi yang lebar antar
kabupaten/kota, cakupan imunisasi lengkap terendah di Kabupaten Ketapang (9,2%)
dan tertinggi <li Kota Singkawang (e.P.Qo/o). Selain perbedaan yang 1ebar untuk cakupan
lmunlsasi -lengkapantar kabupaten/kota,masih terdapat 13,9% anak 12-59 bulan yang
,tidak mendapatkan lmunlsas! sama se'kali. Persentase tertinggi anak yang tidak
mendapat imunisasi sama sekaf adalah di Kabupaten Pontianak (27,2%) dan terendah
di Kabupaten Landak (1,0%).
56
·~Tabet 4.2.1:4
P.ersentase Anak Umur·12-59 Bulan yang Men<tapatkan-lmunisasiDasar
menurut Karakteristik Responden 'di Provinsi Kalin\antan Bar.at,
Rlskesdas 2007 '
Status imi.misasi
Karakterlstik
Lengkap Tidak lengkap -Tidaksama
Umur (bulan)
12-23 42,7 43,1 14,2
24-35 41,6 44,6 13,8
36-47 40,8 46,6 12,7
48-59 40,2 44,5 15,3
Jenis kelamin
Lakl-laki 44,4 44,1 11,5
Perempuan 48,9 38,8 12,3
Tipe daerah
Perkotaan 52,8 35,4 11,8
Perdesaan 44,2 43,9 11,9
Pendidlkan KK
Tidak sekolah 26,5 39,2 34,3
Tidak tamat so 34,9 43,3 21,8
TamatSD 41,0 46,8 12,3
TamatSMP 46,6 46,1 7,3
TamatSMA 45,6 49,0 5,4
Tamat PT 56,3 39,6 4,2
Pekerjaan KK
Tldak bekerja 28,9 51,1 20,0
lbu rumah tangga 54,5 36,4 9.1
PNS/POLRlfTNI 58,1 40,7 1,2
Wiraswasta 45,4 46,9 7,6
Petani/nelayan/buruh 37,8 45,4 16,8
Lainnya 38,7 38,7 22,6
Tlngkat pengeluaran
Rumah tangga per kapita
Kuintil-1 40,4 45,9 13,8
Kuintil-2 45,8 44,3 9,9
Kuintil-3 39,8 38,7 21,5
K~intil-4 54,4 38,0 7,6
Kuintil-5 57,6 37,9 4,5
Catatan:
lmunisasi lengkap: BCG, DPT minimal 3 kali, Polio minimal 3 kali, Hepatitis B minimal 3 kali,
Campak, menurut pengakuan atau catatan KMS/KI
57
pendidikan kepala keluarga makin tinggi cakupan imunisasi lengkap, demikian juga ·
makin tin,ggi penqeluaran per ikapita,,.<nakin tinggi .cakupan imunisasi lengkap. Tingkat
cakupan Jmumsasl lengkap ~engan -kepala keluarga berpendidikan terendah 26,5% dan
perdidikan tertinggi sebesar 56,3 persen. Tingkat cakupan imunisasi lengkap pada kuintil
terendah 40,4 persen 'dan kuintil tertinggi 57,6 persen. Menurut pekerjaan kepala
keluarga, cakupan imunisasi lengkap terdapat pada kepala keluarga sebagai pegawai
negri!TNl/POLRI (58,1%) dan terendah pada kelompok anak yang orangtuanya tidak
bekerja (28,9%).
Ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin sedikit anak
yang tidak di imunisasi sama sekali. Demikian juga menurut tingkat pengeluaran per
kapita, menunjukkan kecenderungan yang sama.
Persentase anak yang tidak mendapat imunisasi sama sekali terbanyak pada kelompok
anak yang orangtuanya tidak sekolah, dan kuintil menengah
58
Tabel ~2.2:1
Rersentas~ ~aJita menurur Fr~kuensi-P.enimbangan Enam· Bulan Terakhir
dan Kabupaten/Kota di Provlns! K111imantanBa rat Riskesdas 2007
Fr..ekuensi:.penimbangan
Kabupaten/Kota
~ 4 Kali 1-3 Kali Tldak pernah
Sambas 41,7 36,0 22,3
Bengkayang 34,9 32,6 32,6
Landak 26,7 52,4 21,0
Pontianak 15,7 33,6 50,7
Sanggau 40,7 23,1 36,3
Ketapang 20,8 35,6 43,6
Sin tang 33,6 28,8 37,6
Kapuas Hulu 34,7 14,3 51,0
Sekadau 41,5 24.4 34,1
Melawi 40,6 15,6 43,8
Kata Pontianak 26,6 38,7 34,7
Kata Singkawang 31,6 36,8 31,6
Kalimantan Barat 30,4 33,6 22,3
59
Tabet 4.2.2.2
Persentase Balita menurut i=rekuensi·Penimban~an· Enam Bulan Terakhir
dan Kara1<teristik Respandert tu Provinst Kalim·antan Barat,
Riskesdas 2007
Frekuensi penimbangan
Karakteristik Responden
:::. 4 kall 1-3 kali Tdk pernah
Jenis Kelamin
laki-laki 40,0 20,0 40,0
Perempuan 37,8 36,1 26,1
Tipe daerah
Perkotaan 26,2 37,9 35,9
Pendidikan KK 31,8 32,2 36,1
Tidak sekolah t7,9 29,3 52.B
Tidak tamat SD 31,3 . 29,7 39,0
Tamai SD 31,1 35,6 33,3
TamatSMP 32,7 34,1 33'2
TamatSLTA 32,9 34,9 32', 1
TamatPT 24,0 50,0 2e,O
Pekerjaan KK
Tidak bekerja 25,5 27,5 47,1
lbu rumahtangga 45,5 36,4 18,i
PNS/POLRlffNl/BUMN/BUMD 35,7 36,7 27,8
Wiraswasta/ Peg, swasta 27,5 39,6 32,8
Petani/ Buruh/ Nelayan 30,7 31,7 37,6
Lainnya 26,3 34,2 39,5
Tingkat Pengeluaran per Kapita
Kuintil-1 24,8 24,4 45,8
Kuintil-2 33,9 31,3 31,8
Kuintil-3 25,8 33,8 35,3
Kuintil-4 27,2 34,9 34,0
Kuintil-5 29,5 35,3 28,9
60
Pada Tabel 4.2.2.2 "terlihat bahwa penimt1angan rutin (~4kali) lebih tinggi di daerah
perdesaan (31,8%) dlbandlnqkan-dl . daerah-perkctaan (26,2%). Ada kecehderungan
penurunan cak.~p,ap penimbangan pada anak.umuryang lepjh besar, tertinggi pada anak
umur6-11 bulan (51,6%) dan pada umur48-59 bulan menjadi 17,2%.
Cakupan penimbangan. anak umur 12.. q9 bulan rendah, pada anak yang orangtuanya
tidak sekolah, tidak bekerja dan yang memiliki tingkat pengeluaran· rumat\ tangga yang
rendah (kuintil-1) ·
Pada tabel 4.2.2.3 terlihat bahwa posyandu secara keseluruhan merupakan tempat yang
paling banyak dikunjungi untuk penimbangan balita yaitu sebesar. 75,0°/q. Posyandu
sebagai sarana peniinbangan balita paling baoyak terdapat di Kabupaten Sintang
(96,2%) dan terendah di Kota Pontianak (42,2%). Temp-at penimbangan selaln posyandu
yang cukup tinggi antara lain Puskesmas seperti 'yang terdapat di Kota Pontianak
(27,7%), Kabupaten Pontianak (20,0%) dan Sekadau (19,4%).
Tabel 4.2.2.3
Persentase Balita menurut Tempat Penimbangan Enam Bulan· Terakhir dan
Kabupaten/Kota, di Provinsi Kalimantan Barat Riskesdas 2007
61
Tabel 4.2;2A
Persentase·Balita menurut 'FempatPenimbangan Enam·Bulan Terakhir dan
Karakteristlk Responden, .di Prcvlnsl Kalimanfan Barat, ·Riskesdas 2007
62
Tabel 4r 2.2.4 menunjukkan tempat penimbapqan balita menurut karaKt~ristik anak,
rumah tangga, dan tipe daerah, Pada tabel· te.csebut terlihat .~ahwa untuk setiap jenis
tempat penirnbaoganb~lit.a tidak ada-pola.kecendenmqan baik menurut umur maupun
jenis kelamin.
Menuruttipe daerah persentase penirnbanganbalita di RS dan Puskesmaslebih banyak
di perkotaan dari pada di perdesaan. Namun sebaliknya persentase penimbangan di
posyandulebih banyak di perdesaandibanQingJ<an perkotaan.
Ada hubunganpositif antara tingkat pendidikankepala keluarga atau tjngkat pengeluaran
per kapita dengan persentase penimbangan balita di RS dan puskesmas. Sedang~an
penimbangantertinggi di posyandu adalah balita dengan orangtuanya berpendidikan
tidak tamat SD dan Tamat SD. Persentase penimbangan di posyandu pada balita
dengan kepala keluarga yang bekerja sebagai petani/nelayan/buruh.lebih tinggi dari
pada kepala keluarga denqanjenis pekerjaanyang lain.
Tabet 4.2.2.5 menunjukkan kepeniilikan KMS menurut kabupaten/kota di mana secara
keseluruhan hanya 16,9% balita yang mempunyai KMS dan dapat menunjukkan,
sedangkan.37,5% mengatakan punya KMS tetapi tidak dapat menunjukkan. Sisanya
sebesar 45,6% tidak merripunyai KMS. Kepemilikan KMS dan dapat menunjukkan
bervarisasimenurut provinsi, terendahdi KabupatenKapuas Hutu (7,4%) dan tertinggi di
Sanggau(30,0%).
TabeJ 4.2.2.5
'Persentase Balita menurut Kepemilikan KMS dan Kabupaten I Kota
di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Kepemilikan KMS*
Punya dapat Punya Tidak Tidak.
Kabupaten/Kota menunjukkan da pat punya
Menunjukan
Sambas 24,3 28,3 41,4
Bengkayang 22,3 36,9 40,0
Landak 12,8 47,4 39,8
Pontianak 8,7 29,0 -e2,2
Sanggau 30,0 30,0 40,0
Ketapang 14,2 39,2 46,6
Sintang 12,8 48,7 38',5
Kapuas hulu 7,4 52,9 39,7
Sekadau 17,7 59,7 22,6
Melawi 21,1 34,2 4'\.7
Kota Pontianak 1S,3 34,S 46,0
·KQta Singkawang 22,1 41,2 36,8
Kalimantan Barat ,16,9 37,5 45,G
Catatan:
1 = Punya KMS dan dapat menunjukkan
2 ::; Punya KMS, tidak dapat menunjukkan/ disimpan oleh orang lain
3 = Tidak punya KMS
63
Ditinjau dari karakteristik anak, rumah tangga dan tipe daerah, seperti terlihat pada Tabel
4.2.2.6, menurut jenis. kelamin persentase -kepemilikan KMS menunjukkan hamper tidak
ada perbedaan. MenurJJt kelqmpo~- .umur, persentase 1<epemilikan KMS cenderunq
menurun pada anak umur lebih besar.
Menurut tipe daerah, di perkotaan persentase kepemilikan KMS (18,4%) lebih tinggi
dibandingkan daerah perdesaan (16,3%). Sedangkan menurut karakteristik rumah
tangga terlihat bahwa ada kecenderungan semakin tinggi pendidikan keluarga sernakin
tinggi persentase kepemilikan KMS, demikian pula dengan tingkat pengeluaran kekuarqa
dan kepernlllkan KMS.Tidak ada perbedaan kepemilikan KMS menurut pekerjaan kepala
keluarga.
label 4.2.2.6
Persentase Balita menurut Kepemilikan KMS dan Karakteristik Responden,
di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Kepemilikan.KMS*
Karakteristik Respondsn Punya dapat Punya Tidak
menunjukkan tidak dapat puny a
menuoluldsao
Umur (bulan)
0-5 Bulan 30,4 14,8 54,8
12-23 Bulan 22,7 33,7 43,7
24-35 Bulan 17, 1 38,2 44,7
36-47 Bulan 11,4 45,2 43,4
48-59 Bulan 5,.5 47,1 47,4
Jenis Kelamin
Laki-laki 16,4 38,6 45,0
Perempuan 17,3 36,3 46,4
Tipe Daerah
Perkotaan 18,4 34,3 47,3
Perdesaan 16,3 38,6 45,1
Pendicfikan KK
Tidak Sekolah 20,5 35,4 44,2
Tidak tamat SD 21,5 35,4 43,1
TamatSD 24,1 39,3 36,6
TamatSMP 24',,e 44,3 31,1
TamatSLTA 26,1 46,8 27,1
Tamat PT 28,7 49,2 22,1
Pekerjaan KK
Tidak Bekerja 26,6 38,8 • 34,6
1bu rumah tangga 30,9 36,2 ~2,9
PNS/POLRl/TN 26,4 49,5 24,1
Wiraswasta 26,6 44,8 28,5
Petani/buruh/nelayan 21,9 39,3 38,7
Lainnya 25,6 38,4 35,9
Tingkat pengeluaran rumah
tangga per kapita
Kuintil-1 13,5 30,7 55,9
Kuintil-2 17,4 37,1 45,4
Kuintil-3 19,5 35,6 44,9
Kuintil-4 14,6 46,3 39,2
Kuintil-5 :Z0,2 42,5 37,3
.. 64
label 4.2.2. 7
Persentase Kepemlllkan Buku·KJA1)ada Balitamenurut Kabupaten/Kota, di
Provinsi Kallmantan•'Barat, Risk~das 2007 '
Pada Tabel 4.2.2.7 menunjukkan kepemilikan Buku KIA (15,2%) secara keseluruhan
lebih rendah dari kepemilikan KMS (16,9%). Kepemilikan buku KIA tersebuf bervariasi
antar kabupaten/kota dengan cakupan terendah di Kabupaten Sekadau (4,8%) dan
Ketapang(4,8%), dan tertinggi di Sambas (30,0%).
Pada label 4.2.2.8 kepemilikan Buku KIA dirinci menurut karakteristik anak, rumah
tangga dan tipe daerah. Cakupan Buku KIA semakin rendah pada anak umur lebih
besar, dan tidak ada perbedaan yang berarti menurut jeriis kelamin. Persentase
kepemilikan Bukt.tKIA di perkotaarr lebih tinggi dibanding perdesaan, dan keJ)emilikan
Buku KIA semakin tlnggi sejalan dengan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita.
65
Tabel 4.2.2.8
Persentase Kepemilikan Buku KIA pada Balita menurut Karakteristik
Responden , di Provinsi Kalimantan Baral, Riskesdas 2007
66
4.2.3 Cakupan Pslayanan KIA
. ),
Tabel 4.2.3.1
Persentase Anak Umur 6 - 59 Bulan yang Menerima Kapsul Vitamin A
menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Menerima
Kabupaten/Kota
kapsul vitamin A
Sambas 85,3
Bengkayang 67,0
Landak 91,9
Pontianak 52,5
Sanggau 82',8
Ketapang 58,8
Sintang 89,5
Kapuas Hulu 69,4
Sekadau 82,1
Melawi 68~6
Kota Pontianak 61?
Kota Singkawang 80,6
Kalimantan Barat 72,8
Secara keseluruhan cakupan distribusi kapsul vitamin A untuk anak umur 6 - 59 bulan
sebesar 72,8% seperti terlihat dalam Tabel 4.2.3.1 Cakupan tersebut bervariasi antar
kabupaten/kota dengan cakupan terendah di Kabupaten Ketapang (58,8%) dan tertinggi
di Landak (91,9%).
Tabel 4.2.3.2 menunjukkan perbedaan cakupan distribusi kapsul vitamin A menurut
karakteristik anak, rumatl tangga dan tipe daerah. Cakupan. petnberiah kapsul vitamin A
menurut umur terdapat variasi, tetapi tldak tampak adanya pola kecenderungan.
Sedangkan menurut jenis .kelamin anak tidak nampak adanya perbedaan, Cakupan lebih
tinggi terdapat di perkotaan ~74,4%) dibandingkan dengan di perdesaan (69,7-%).
Bila dilihat menurut pendidikan kepala keluarga dan tingkat pengeluaran per kapita,
tertihat adanya hubungan positif dengan cakupan kapsul vitamin A. Makin tinggi tingkat
pendidikan kepala keluarga atau makin tinggi tingkat penqeluaran per kapita, makin
tinggi cakupan pemberian kapsul vitamin A.
67
Tabet 4.2.3.2
Persentase Anak Umur 6 - 59 Bulan yang Menerima Kapsul Vitamin A
menurut Karakteristik Responden di Provinsi Kalimantan Barat,
Riskesdas 2007 ·
Menerima kapsul
Karakteristlk vitamin A
Umur (bulan)
6 -11 76,8
12-23 77,6
24-35 77,0
36-47 69,0
48-59 65,3
Jenis kelamin
Laki-Laki 73,5
Perempuan 72,1
Tlpe Daerah
Perkotaan 67,9
Perdesaan 74,4
Pendldikan KK
Tidak sekolah 56,3
Tidak tamat SD 70,6
Tamat sD 74,4
Tamat SMP 78,3
Tamat SLTA 74,3
Tamat PT 81,0
Pekerjaan KK
Tidak bekerja 65,5
lbu rumajltangga 84,6
PNS/P,OLRlfTNI 75,0
Wiraswasta 75,4
Petpni/ buruh/ nelayan 72,7
Lainnya 54,1
Tingkat pengeluaran
Rumah Tta,.ngga per Kapita
Kulntil-1 64,7
Kuintil-2 72,2
Kuintil-3 73,o
Kuintil-4 78,3
Kuintil-5 81, 1
66
4.2.4 Cakupan Pelayanan KesElhatanlbu dan Anak
Tabel 4.2.4.1
Persentase lbu menurut Persepsi tentang Ukuran Bayi Lahir dan
Kabupaten/Kota di Pr.ovinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.2.4.1 memperlihatkan persepsi ibu tentang ukuran bayi saat dilahirkan,
walaupun berat badan bayi lahir tidak diketahui. Secara keseluruhan terdapat 10, 1 % ibu
yang mempunyai persepsi bahwa bayi yang dilahirkan berukuran kecil, 75,2%
mempunyai persepsi ukuran bayi normal dan 14,8% mempunyai persepsi ukuran
bayinya besar. Persentase ukuran bayi kecil bervariasi antar kabupaten/kota, terendah di
Kabupaten Sintang (0, 1 %) dan tertinggt di Kabupaten Melawi (33,3%).
69
Tabel 4.2.4.2
Persentase lbu menurut Persepsl t&ritang Ukuran Bayi Lahir dan
Karakteristik, di Provlnsl Ka1i'tn'antan Barat, Rlskesdas' 2007'
Ukuran bayi Iahir menurut persepsi ibu dapat dilihat pada Tabel 4.2.4.2. Pada tabel
tersebut terlihat bahwa lebih banyak persentase ibu yang mempunyai bayi perempuan
menyatakan, bahwa ukuran bayinya kecil (13,6%) dibandingkan pers~ntase ibu yang
mempunyai bayi lakl-laki berukuran (16,1%). Sedangkan menurut tipe daerah, lebih
banyak lbu di perdesaan (11.~%) yang rnernpunyai persepsi bayi yang dilahirk.an
berukuran kecil dibandlng di perkotaan (5,9%).
Persentase persepsi ibu tentang ukuran bayinya dikaitkan dengan pekerjaan kepala
ke1uarga dan tingkat pengeluaran per kaplta tidak tampak adanya pola kecenderungan.
Namun bila persepsi ibu tentang ukuran bayinya dikaitkan dengan tingkat pendidikan
kepala keluarga, nampak ada kecenderunganhubungan negatif persepsi yaitu semakin
tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga, semakin kecil persentase ibu yang
menyatakan ukuran bayi yang dilahirkan kecll.
70
label 4.2.4~3
Persentase Betat.Badan Bayi Saru t.ahlr 12 Bulan Terakhlr'menurut
Kabupaten /..Kota di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Berat badan lahir dart hasil penimbangan dapat dilihat pada Tabet 4,2.4.3. Hanya
sebagian bayi yang mempuhyai catatan berat badan lahir. Secara keseluruhan, proporsi
bayi berat lahir rendah (BBLR) sebesar 16,4%. Proporsi ini terlihat lebih tinggi dibanding
dengan persentase ibu yang mempunyai persepsi bahwa ukuran bayi pada saat lahir
kecil yaitu sebesar 10, 1 % (TaQel 4.2.4.1).
Tiga kabupaten/kota persentase BBLR tertinggt yaitu di Kabupaten Melawi, Bengkayang
dan Landak. Sedangl<an 3 kabupaten/kota denqan persentase BBLR terendah adalah
Sintang, sanggau dan Ketapang.
71
Tabel 4.2.4.4
Persentase Berat Sadan Bayi Baru l!ahir 12 Bulan Terakhir menurut
Karak~ristik Responden tli'Provinsi Kalimantan'Barat, Riskesdas 2007
Pada Tabet 4.2.4A terlihat bahwa persentase BBLR lebih tinggi pada bayi- perempuan·
(21, 1 %) dibanding laki-lakl (11,So/o), dan 1ebih tinggi di perdesaan (1 S,5%) dibanding di
perkotaan (12,5%). Menurut karakteri!?tik rumah tangga, prop6rsi BBLR tertinggi pada
kelompok keluarga yang kepala kellJarga tidak bekerja (16,5%), tidak sekolah (13,7%)
dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita rendah/kuintil-1. Tidak tampak adanya
pola kecenderungan hubungan antara persentase BBLR dengan pendidikan kepala
keluarga.
72
T abel 4.2.4.5
cakupen Pe~erik!$~an.Kehamilan,lbu.yang.Mempunyai Bayi menilrut
Kabupaten/J{q~a,Cli Provlnsl.Kallmantan.Barat, Riskesdas.2007
Untuk mendapatkan informasi tentang riwayat pemeriksaan kehamilan ibu untuk bayi
yang lahir dalam 12 bulan terakhir, ibu ditanya tentang jenls perrieriksaan kehamilan apa
saja yang pemah dlterlma. Diidentifikasi ada 8 jenis pemeriksaan kehamilan yaitu : a.
pengukuran tinggi badan, b. pemeriksaan tekanan darah, .c . perneriksan tinggi fundus
(perut), d. pemberian tablet Fe, e. pemberian imunisasl TT, f. penimbangan berat badan,
g. Pemeriksaan hemoglobin, dan h. pemeriksaan urine.
Riwayat pemeriksaan kehamilan pada ibu yang mempunyai bayi terdapat pada Tabel
4.2.4.5 yan9 memperlihatkan secara keseluruhan 79,5% ibu memeriksakan kehamilan.
Cakupan pemeriksaan kehamilan terendah di Kabupaten Kapuas hulu (63,6%) dan
tertinggi di Kota Singkawang (90,0%) dan Pontianak (88,6%).
73
Tabel 4.2.4.6
Cakupan Pemeriksaan Kehamilan lbuyang Mempunyai·Bayi menurut
Karakteristik Rasponden di ProvinsM<alima·ntan Barat
Tipe daerah
Perkotaan 91,3
Perdesaan 75,6
Pendidikan KK
Tidak sekolah 85,5
Tidak tamat SD 85,5
TamatSD 88, 1
TamatSMP 87,7
TamatSLTA 91,6
Tamat PT 94,9
Pekerjaan KK
Tidak bekerja 90,3
lbu rumahtangga 87,6
PNS/POLRl/TNI 93,3
Wiraswasta 93,5
Petani/buruh/nelayan 84,3
Lainnya 89,7
Tinglfat peng,eluaran. rumah
tangga per kapita .
Kuintil-1 68,5
Kuintil-2 70,0
Kuintil-3 84,9
Kt:lintil-4 81,8
Kuintil-5 97,8
Menurut karakteristik rumah tangga dan tipe daerah (Tabet 4.2.4.6), tampak bahwa
cakupan pemeriksaan kehamilan lebih tinggi di perkotaan (91,3%) dibanding di
perdesaan (75,6%). Cakupan periksa kehamilan tertinggi terdapat pada kelompok
keluarga dengan perkerjaan kepala keluarga sebagai pegawai negri (92,9%) dan
wiraswasta. Sedang yang terendah pada kelompok keluarga petani/nelayan/ buruh
(84,3%). •
Terdapat kecenderungan hubungan positif antara cakupan pemerlksaan ibu hamil
dengan tingkat pendidikan kepala keluarga dan pengeluaran per kapita. Semakin tingg~
pendidikan kepala keluarga atau semakln linggi tingkat pengeluaran per kapita, semakin
tinggi pula cakupan pemenksaan kehamilan.
14
Tabel 4.2.4.7
.Persentase Jenis Pelayanan· Pada Peineriksaan Kehamilan
Menurut Kabupaten tKota di Provins;.Kalimllntan Barat, Riskesdas 2007
Jenis pemeriksaan*
Kabupaten/Kota
a b c d e f g h
Sambas 57,9 97,4 94,7 60,5 92,0 97,4 . 5,4 27,0
Bengkayang 64,3 100,0 92,9 92,9 92,9 100,0 28,6 21,4
Landak 38,5 92,3 100,0 76,9 78,6 92,3 9,1 27,3
Pontianak 44,8 100,0 96,3 92,9 92,9 89,3 42,3 44,0
Sanggau 58,3 100,0 100,0 91,7 91,7 100,0 O',O 33,3
Ketapang 28,6 100,0 84,6 92,3 83,3 93,3 23,1 38,5
Sintang 69,6 100,0 100,0 95,7 95,7 100,0 17,4 26,1
Kap, hulu 33,3 100,0 100,0 83,3 85,7 83,3 14,3 0,0
Sekadau 33,3 100,0 100,0 71,4 83,3 85,7 16,7 50,0
Melawi 33,3 66,7 100,0 66,7 100,0 66,7 0,0 0,0
Kota Pontianak 83,9 100,0 100,0 96,8 77,4 100,0 25,8 32,3
Kota Singkawang 77,8 100,0 88,9 88,9 87,5 88,9 33,3 33,3
Kalimantan Barat 57,6 98,5 96,4 84,8 88,2 95,0 19;'9 30,5
Jenis pelayanan kesehatan:
a = pengukuran tinggi badan e = pemberian imunisasi TI
b = pemeriksaan tekanan darah f = peninibangan berat badan
c = pemeriksan tinggi fundus (perut) g = .perneriksaan hemoglobin
d = pemberian tablet Fe h = pemeriksaan urine
Tabel 4.2.4.7 menunjukkan delapan jenis pemeriksaan yang dilakukan pada ibu hamil.
Secara keseluruhan: pemeriksaanyang paling sering dilakukan pada ibu hamit adalah
pemeriksaan tekanan darah (98,5%), pemeriksaan tinggi fundus (96,4%) dan
penimbanganberat badan ibu (95,0%). Sedangkanjenis pemerlksaan kehamilan yang
jarang dilakukan pada ibu hamil adalah pemeriksaan hemoglobin (19,9%) dan
pemeriksaan urine (30,5%). Variasi tiap jenis pemeriksaan menurut kabupaten/kota
dapafdilihat lebih lanjut di Tabel 4.2.4.7.
75
Tabel 4.2.4.8
Persentase Jenis Pelayanao-Pada Pemeriksaan Kehamilan
Menu rut Karakteristik Responden dl Provlns] Kalirnantan Barat, Riskesdas
2007
Jenis pemeriksaan*
Karakteristik
a b c d e f g
Tipe daerah
Perkotaan 69,35 100,0 98,41 90,32 82,26 100,0 23,7 30,5
Perdesaan 53,33 97,78 94,70 83,46 90,98 3,39 16,5 29,4
Pendidikan KK
Tidak Sekolah 55,0 98,0 91,1 94,2 84,8 94,3 27,6 38,2
Tidak tamat SD 53,1 96,3 84,8 91,0 82,0 93,3 24,8 33,3
Tamat SD 61,1 97,4 86,6 92,1 87,3 96,0 29,3 37,9
Tamat SMP 58,6 97,3 88,4 91,8 67,4 96,5 33,6 36,9
TamatSLTA 61,3 98,6 89,7 93,1 88,4 97,5 39,1 43,9
Tamat PT 68,0 98,5 89,6 95,0 87,0 97,1 49,2 52,8
Pekerjaan KK
Tidak bekerja 62,8 95,3 84,0 90,4 87,5 95,3 32,2 43,0
lbu rumah tangga 59,4 100,0 90,9 93,9 85,1 98,1 36.~ 40,6
PNS/POLRl/TNI 66,8 98,2 91,0 94,3 89,3 98,2 46,5 50,4
Wiraswasta 60,4 98,1 87,9 92,5 86,4 97,0 36,2 4t,3
Petani/buruh/nelayan 57,4 97,3 87,8 92,4 86,4 94,6 27,8 35,4
Lainnya 57,1 96,7 85,1 89,7 85,8 98,0 37,2 46,2
Tingkat pengeluaran
rumah tangga per kapita
Kuintil-1 59,5 97,3 97,2 83,8 83,7 86,8 16,1 20,0
Kuintil-2 55,9 100,0 97,0 82,1 94,3 100,0 9.4 25,0
Kuintil-3 68,9 100,0 95,5 91, 1 90,7 95,5 20;5 40,9
Kuintil-4 50,0 97,2 9'7,1 85,3 85,7 94,4 11,6 23,5
Kuintil-5 56,5 97,8 93,3 84,4 86,7 97,8 27,3 34,9
Jenis pelayanan kesehatan:
=
a pengukuran tinggi badan e = pemberian imunisasi TT
b = pemeriksaan tekanan darah f = penimbangan berat badan
=
c pemeriksan tinggt fundus (perut) =
g pemeriksaan hemoglobin
d = pemberian tablet Fe =
h pemeriksaan urine
Jenis pemerlksaan menurut tipe daerah dan rumah tangga dapat dilihat pada Tabel
4.2.4.6. Secara umum terlihat dalam tabel tersebut bahwa cakupan tiap jenis
pemerissaan kehamilan lebih tinggi di perkotaan dibanding di perdesaan, kecuali untuk
lmunlsasl TI lebih tinggi di perdesaan dari pada perkotaan. Terdapat kecenderungan
hubungan positif antara pendidikan kepala keluarga dan tiap jenis pemeriksaan
kehamilan terutama pada pemeriksaan hemoglobin dan urine. Tidak terdapat pola
kecenderungan cakupan untuk tiap jenis pemeriksaan kehamilan dengan tingkat
pendidikan dan penge1uarankepala ketuarga
.76
1• '# 'tl'abet 4.2.~.s· ~ i
r ,:; • ,.
Persentase lbu Nfemj>unyaiBayfy(!l""ng:.M~ljj~riks~k'an.Kehainilan menurut
Banyak Jenis Pernerlksaari yang Oiterima da'n Kabupaten/Kota,
di Provinsi Kallmantan Barat, Bf!Jkesdas .~007
Pemeriksaan kehamilan
Kabupaten/Kota 1-2 jenis 3-5 jenis 6-8jenis
77
Tabel 4.2.4.10
Persentase lbu Mempunyai Bayi yang Memeriksakan Kehamilan menurut
Banyak.Jenis P~meriksaan yang Diterima-dan Karakteristik Responden,
di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
78
Tabel 4.2.4.11
cakupan. Pemeriksaan Neanatus:menurut
Kabupaten/Kota dl Provinsr1<alimantan· Batat,"'Rtskesdas 2-007
Pemeriksaan neonatus dalam Riskesdas ditanyakan pada ibu yang mempunyai bayi.
Dalam Tabel 4.2.4.11 terlihat bahwa secara keseluruhan 51,8% neonatus umur 0-7 hari
. dan 20, 1 % neonatus umur 8-28 hari mendapatkan pemeriksaan dari tenaga kesehatan.
· Pemeriksaan neonatus umur 0-7 hari terendah di Kota Pontianak {36~4%) dan tertinggi di
Kabupaten Melawi (75,0%). Untuk neonatus umur 8-28 hari cakupan .pernerlksaan
kesehatan terendah di Kabupaten Melawi (8,0%) dan tertinggi di di Kabupaten Sintang
(40,7%). .
79
Tabel 4.2.4.12
Cakupan Pemeriksaan Neonatus menurut
Karakteristik Responden di Provinsi ·Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Pemeriksaan neonates ,
Karakteristik
Umur 0-7 hari Umur 8-28 harl
Tlpe daerah
Perkotaan 46,2 16,9
Perdesaan 52,0 21,3
Pendidikan KK
Tidak sekolah 43,5 17,4
Tidak tamat SD 40,0 14,8
TamatSD 47,1 17,3
TamatSMP 63,9 33,3
TamatSMA 48,1 20,0
TamatPT 78,6 23,1
Pekerjaan KK
Tidak bekerja 58,3 25,0
lbu rumahtangga 33,3 33,3
PNS/POLRlfrNI 63,0 26,9
Wiraswasta 55,4 19,6
Petani/buruh/nelayan 44,4 20,0
Lainnya 50,0 12,5
Tingkat pengeluaran
rumah tangga per
kapita
Kuintil-1 47,1 11,5
Kuintil-2 36,7 14,6
Kuintil-3 54,7 27,5
Kuintil-4 52,4 23,3
Kuintil-5 60,9 22,2
60
4.3 Penyakit Menular
:;..."'" r_..,~ ~ ~~""'"£-.'i!o
• .... :rabe~,4.3.1'
•(
Sampai saat ini, malaria, demam berdarah dengue (DBD) dan filariasis merupakan
penyakit tular vektor yang menjadi prioritas dalam program pengendalian penyakit
menular,baik di Indonesia maupun di dunia. Filamriasismerupakan penyakit ktonis yang
tidak menimbulkankematian,tetapi menyebabkan kecacatan, antara lain:'kaki gajah dan
pembesaran kantong bl!ah zakar (scrotum). Dalam t2 bulan terakhir, di Provinsi
Kalimantan Barat filariasis klinis terdeteksi di 8 kabupaten (rentang prevalensl 0,03% -
0,19%). Terdeteksi di 5 kabupaten-prevalensinyalebih tinggi dari prevalensi'filarisis di
Provinsi KalimantanBarat secsra keseluruhan.
Dalam kurun waktu 12 bulan terakhir, DBC klinis dapat dideteksi di semua Kabupaten/
Kota di Provlnsi Kalimantan Barat (rentang prevalensi 0,06 - 1,29-%): Di 5
kabupaten/kota' prevalensi 080 terdeteksi diatas prevalensi Provinsi. Hal ini tidak
mengherankankarena penyebaranO~D kini tidak terbatas di kota besar saja, melainkan
sudah meluas ke wilayah· rural. Program promdsi kesehatan' juga. secara ihtensif
memf>erikanpenerangan kepada masyarakat tei:tang p.en~egahattpenyakit ini (3M)
sehingga kewaspadaan dan deteksi dini penyakit ini· r'nenjadilebih baik. Kejadian DBD
sangat dipengaruhi oleh musim, umumnya meningkat di awal mu~lm penghujan, dan
dapat be.r~ifat fatal bila tictaksegera ~itangani dengc;in baik.
Prevalensi malaria dalam sebulan terakhir di Provinsi Kalimantan Barat. dijumpai
sebesar 3,2%, dengan rentang 0,6 - 8,9%. Penyakit ini dapat bersifat akut dan kronis
(kambuhan). Di Provinsi.kalimantan Barat secara urnurrrmalaria masih merupakan
masalah kesehatan utama. Di samping itu, beberapa daerah di Provins! Kalimantan
Barat rnaslh merupakan daerah reseptif terhadap malaria, yang artlnya di daerah
tersebut f11BSih memungkinkan terjadi penu1aran karena terdapat vektos potenslal
malaria. Prevalensi malaria relatif tinggi .ditemui di Kabupaten Landak, Ketapang,
Bengkayangdan Melawi.
81
Dalam Riskesdas ini, juga ditanyakan berapa banyak penderita penyakit malaria klinis
dalam sebulan terakhir yang minum obat, program untuk malarla- Tampak bahwa di 4
Kabupaten dengan prevalensi malaria relatif· tinggi di atas, .persentase orang yang
minum obat program masih berkisar 45%-60%. Kemunglsinan hal ini disebabkan
penderita malaria klinis hanya mendapatkan pengobatan simtomatik saja Cakupan
pengobatan malaria masih jauh dari ~arget program pengendalian malaria.
Tabel 4.3.2
Sebaran Malaria, Filaria dan 080 menurut Karakteristik Responden
di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Malaria Flariasis DBD
Karakteristik
D DIG 0 D DIG D DIG
Kelompok umur (tahun)
<1 0,9 1,5 28,6 0,0 0,0 0,0 0,0
1-4. 1,5 2,5 47 ,3 0,0 0,09 0,4 0,5
5- 14 1,7 3,0 56,3 0,05 0,05 0,3 0,5
15-24 1,6 2,8 52,8 0,02 0,04 0,1 0,4
25- 34 2,2 3,7 58,9 0,04 0,04 0,0 0,3
35-44 1,9 3,5 48~9 0,05 0,10 0,1 0,3
45-54 2,3 3,9 58,0 0,03 0,03 0,1 0,5
55-64 1,7 3,7 56,1 0,13 0,13 0,1 0,6
65- 74 1,8 3,4 39,3 0,13 0,13 0,3 0;9
>75 1,7 3,3 16,7 0,0 0,0 0,0 0,0
Jenis kelamln
Laki-laki 2,1 3,7 58,2 0,04 0,05 0,1 0,4
Perempuan 1,5 2,8 47,9 0,04 0,07 0,2 0,4
Pendidikan
Tidak Sekolah 2 4,4 58,2 0,1 0,1 0,1 0,4
Tidak Tamat SD 2,1 3,,.8 47,9 0,04 0,07 0,2 0,4
TamatSD 2,2 3.7 58,2 0,03 0,05 0, 1 (l.4
TamatSLTP 1,7 3' 47,9 0.,06 0,0'6 0,2 l>,4
Tamar SLTA 1.3 2.4 58,2 0,0 0,03 0, 1 (1,4
Perouruan Tinqqi 1.4 2,3 47,9 0,0 0,0 0,2 0.4
Pekerjaan
Tidak kerja 1.2 2,4 50,9 o.os 0,13 0,2 0,5
Sekolah 1,5 2,7 5J1,8 0,05 0,05 0,1 0,4
· lbuRT 1,9 3 51 0,0 0,0 0,0 0,2
Pegawai 1,9 2,8 64,8 0,05 0,05 0,1 0,7
Wiraswasta 1,3 2,5 65,1 0,11 0,11 0;1 0,4
Petani/n~layan/buruh 2,4 ~5 51~ 0~3 0,05 0,1 0,4
l.ainny,,a , ,9 4.1 '65,0 0,0 0,0 0,0 0,0
l'ipe daerah
PerkQtaan 1,2 1,9 68!3 0,03 P,03 0,3 0,6
Perdesaan 2 3,8 50,9 0,05 0,07 0,1 0,4
Tingkat pengetuaran
rumafl tangga per kaplta
Kuintil-1 1,7 3,2 52,1 0,02 0;08 0,2 0,5
'Kuintil -'-2 1,4 3,1 47 0,04 Q,06 0,1 Q,5
Kuintil -~ 2, 1 3,3 62,_1 0,02 t>,02 D, 1 0,4
Kuintil--4 1,7 '3, 1 51,8 0,07 0,07 0,1 D,3
Kuintil-5 ~.2 3,6 55,6 0,07 0,07 0,2 0,5
82
Karakteristik responden .yang menderita penyakit tular \fektor di atas berbeda-beda.
Dalam Riskesdas 2007 ioi, DBD<dan·fllariasis dijumpal·tersebar dt berbagai 'kelomRok
umur, k~uali bayi dan J<elompok.. urnucidlatas 75•tahun: Penyakit 'malatia, ditemui
tersebar di berbagai kelompok·umur,·mulai meningkat pada usia produktif.
Tidak ada perbedaan mencolok berdasarkan jenis kelamln penderita fil~rjasis dan DBD,
kecuali malaria leblh banyak dijumpai pada laki-laki. Sangat menarik. untuk melil)at
bahwa tidak ada perbedaan yang berarti prevalensi DBD berdasarkan tingkat pendidikan
dan status ekonomi, namun banyak ditem~i pada pegawai dan di perkotaan darl pada di
perdesaan. Ada kemi.mgkinan hal ini disebabkan karena tingkat kesadaran dan
pengetahuan masyarakat yang masih kurang dalam mengenal dan mencari
pengobatan.
Tampaknya ttingkat pendidikan dan pekerjaan berpengaruh terhadap prevalensi
malaria. Malaria banyak dijumpai pada penduduk dengan tingkat pendldikar; rendah,
terbanyak pada kelompok yang tidak sekolah dan bekerja sebagai petani/nelayan/buruh,
dan di perdesaan lebih banyak dari pada perkotaan. Keadaan ini mungkin karena
Kalimantan Barat rnasih merupakan daerah resepth temadap malaria, dan tingkat
kesadararr dan pengetahuan masyarakat yang masih kurang>dalam mengenal dan
mencart pengobatan. Juga -rnaslh banyaknya daerah yang sulit dijangkau. Namun tidak
ada perbedaan yang berarti prevalensi malaria berdasarkan tingkat status-ekonomt,
Tabel 4.3.3
Sebaran ISPA, Pneumonia, TBC, Campak menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
lnfeksl saluran pernafasan akut (ISPA) tersebar di selurub Provins! Kalimantan Barat
dengan rentang prevalensi yang sangat bervariasi (8,6 - 41.1 %). Angka prevalensi IS~A
dalam sebulan terakhir di Provins! Kallmantan Barat adalah. 18,0%; prevalensi tertinggi
di Kabupaten Sekadau (41,1%), hanya dua wilayah yang prevalenslnya di bawah 10%,
yaitu Kabupaten Pontianak dan Ketapang.
63
Kasus ISPA yang berlarut-larut akan meniadl Pnemonia. Secara umum, di Provinsi Jawa
Timur rasio prevalensi Pnernonia sebulan terakhir edalah 6%r dari prevalensi ISPA, yaitu
1, 1 % (rentang 0,3 - .4,0%). Prevalensi Pnemonla- yang · relatif tinggi dijumpai di
Kabupaten Sekadau (4,0%). Tidak semua daerah dengan prevalensi ISPA tinggi juga
mempunyai prevalensi Pnemonia tinggi, seperti di Kabupaten Sanggau dan Sintang (<
1; 1 % I prevalensi Kalimantan Barat). Hal ini sangat tergantung dari tingkat kesadatan ibu
untuk mengenali kasus ISPA pada anaknya dan mernbawanya segera ke fasilitas
pengobatan, dan 1ergantung pada kemampuan fasilitas kesehatan tersebut, sehingga
kejadian Pnemonia dapaf dicegah. Menjadi catatan, di Kabupaten Ketapang yang
prevalensi ISPA nya relatif rendah (6,8%), dijumpai prevafensi Pnemonia yang relatif
tinggi, yaitu 1,7% (1,5 kali prevalensi Provinsi Kalimantan Barat).
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit yang menjadi prioritas nasional untuk
program pengendalian penyakit. Di provinsi ini TB terdeteksi dengan prevalensi 0,8%,
tersebar di seluruh Kabupaten/Kota (rentang : 0,4% di Kata Singkawang - 3,0% di
Kabupaten Kapuas Hulu) ..
Campak merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, dan termasuk
dalam program imunisasi nasional. Di Provinsi Jawa Timur, dalam 12 bulan terakhir
penyakit ini masih terdeteksi dengan prevalensi 0,8% (rentang 0, 1 - 3,2%). Di beberapa
Kabupaten/!(ota prevalensinya masih 1 % atau lebih tinggi, yaitu di Kabupaten Sekadau,
Melawi dan Kota pontianak.
84
T.abel 4.3.4
Sebaran l~PA, Pneumonia; T:BCr Campak.,merturut Karakteristk Responden
di ProvinsiJ<alimantan Barat',, Rlskesdae-2007
85
Memperhatikan karakteristik umur responden, tampak bahwa ISPA merupakan penyakit
yang,.terut~ma, diderita, oleh bayi dan .anak (seperempat hingga sepertiga dari jumlah
resp'onden bayi dan ansk menderita.lSPA dalarn, sebulan .. ,., ~erakhir): Pola sebaran
Pnemonia menurut kelompok umur hampir sama dengan pola sebaran ISPA. Namun
prevalensi Pnemonia yang relatif tinggi pada bayi dan anak, juga tinggi pada kelompok
usia produktif dan usia lanjut. Pada kelompok usia lanjut dapat disebabkan fungsi paru
yang menurun. Untuk TB, tidak dijumpai pada bayt, dan tampak adanya kecenderunqan
peningkatan prevalensi sesuai dengan peningkatan usia. Sedangkan untuk campak,
sebarannya tidak ditemukan pada kelompok umur 45-54 tahun dan 65 tahun keatas.
relatif merata di semua umur, dengan fokus usia 15 tahun ke bawah, termasuk bayi.
Jenis kelamin tidak banyak mempengaruhi prevalensi ISPA, Pnemonia dan TB, kecuali
Campak ditemukan lebih banyak pada perempuan dari pada laki-laki. Pada umumnya,
makin rendah tingkat pendidikan makin tinggi prevalensi penyakit. Namun perlu
diperhatikan, bahwa kelompok anak (yang berisiko ISPA dan Pnemonia) juga termasuk
dalam kelompok 'tidak sekolah' tidak tamat so· dan 'tamat SD'. Sehingga prevalensi
I
ISPA dan Pnemonia yang tinggr pada kelompok berpendidikan rendah ini konsisten
dengan tingginya prevalensi pada kelompok anak-anak.
Berdasarkan wilayah Tipe Daerah, daerah perdesaan secara konsisten menunjukkan
prevalensipenyakityang relatif lebih tinggi dari daerah perkotaan. Demikianjuga Ruman
Tangga denqan tingkat pengeluaran per kapita yang rendah cenderung mempunyai
prevalensi penyakit ISPA, Pnemonia, TB dan Campak yang lebih tinggi. Jenis pekerjaan
tidak berpengaruhterrtadap kejadian ke empat penyakit ini
Tabel. 4.3.5
Sebaran Tifoid, Hepatitis, Diare menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
86
Tifoid, hepatitis dan diare adalah penyakit,penyakit yang dapat ditularkan melalui
makanan dan, m.Jl'\Uman. Dalasn-12 bu Ian ~erakhir, tifoid klinis dapat di~teksi· rli Provinsi
Kalimantan Barat,.~dengCin ,prevalensi.,.1,5%,, .,dan tersebar di ~furut} kabupaten/kota
dengan rentang 0,5- 6,5%. Prevatensi tifoid tertinggi dilaporkan dari Kabupaten Landak,
Sekadau dan Kapuas Hulu. .Derniklan pula untuk hepatitis, penyakit ini tersebar di
seluruh kabupaten/kota. Prevalensi .hepatitis t~rtinggi ditemukan- di Kabupaten Sekadau
sebesar 1, 1% dibandingkan dengan prevalensi Provinsi Kalimantan Barat yang hanya
0,4%. .
Penyebaran diare dalam satu bulan terakhir di Provinsi Kalimantan Barat· merata di
seluruh kabupaten/kota. Prevalensi di provinsi ini sebesar 5,3.%, tertinggi qitemukan di
Kabupaten Landak (13,6%). Kabupaten Bengkayang dan Sekadau mempunyai
prevalensi diare di atas 10%. Di antara wilayah-wilayah dengan prevatensi diare tinggi
tersebut, hanya di Kabupaten Landak dan Bengkayang yang pemakaian oralifnya lebih
dari 50%. Cukup menarik untuk melihat data di Kabupaten Ketapang , di mana
prevalensi diarenya relatif rendah (3,7%) sedangkan penggunaan oralitnya cukup tinggi
(61,2%).
87
Tabel '4.3.6
Prevalensi Tifoid, Hepatitis·, Dlare menurut KaraKteristik Responden
ai Provinsi Kalimatltan·sa·rat, Riskesdas '2007
Tifoid Hepatitis Diare
Karakteristik Responden
D DIG 0 DIG D DIG 0
Kelompok umur (tahun)
<1 0,0 0,0 0,2 0,2 14,1 8,9 64,1
1-4 1,2 0,9 0,0 0,0 11,7 7,0 60,5
5- 14 1,7 1,1 0,3 0,2 5,8 3,0 52,5
15- 24 1,3 0,8 0,4 0,1 3,8 2,0 34,1
25-,34 1,2 0,9 0,3 0,2 3,9 1,8 35,5
35-44 1,6 1,0 0,4 0,2 3,9 2,2 46,7
45- 54 1,7 0,8 0,4 0,1 5,0 2,4 40,1
55-64 2,1 1,4 0,6 0,2 5,1 2,7 40,0
65- 74 1,1 0,9 0,6 0,1 5,3 2,5 40,0
75+ 1,7 0,8 0,3 0,0 5,5 3,6 75,0
Jenis kelamin
La1<i-laki 1,5 1,0 0,4 0,2 5,6 3,0 47
Perempuan 1,4 0,9 0,3 0,1 5.1 2,7 48,5
Pendldikan
Tidak sekolah 1,5 0,9 0,4 0, 1 5,8 2,4 30,8
Tid~k tamat SD 1,5 0,9 0,3 0,2 4,7 2,6 46,7
Tamat SD 1,6 1,2 0,5 0,3 4,21 2,1 41,5
Tarr.at SMP 1,8 1,1 0.4 0, 1 3,5 2,0 46,8
TamatSMA 1,1 0,7 0,4 0,2 3,8 1,8 36,4
TamatPT 1,8 1,4 0,3 0,0 4,2 2,1 30
Pekerjaan
Tidak kerja 0,7 1,0 0,2 0,6 2,5 4,4 43,0
Sekolah 1,4 1,9 0,2 0,3 2,2 4,6 43,9
lbu RT 0,9 1,7 Q,2 0,4 2,9 4,9 44,1
P.egawai 0,8 1,1 0,0 0,3 1,6 3,6 32,4
Wiraswasta 0,1 1,1 0,3 0,4 1,8 3,4 31,7
Petanilnelayanlburuh 1,0 1,5 0,2 0,4 2,0 4,3 41,7
Lainnya 1,9 2,5 0,0 0,6 2,5 4,1 35,Q
Tlpe Daerah
Perkotaan 1,3 0,8 0,5 0,2 4,7 2,7. 37,0
Perdesaan 1,6 1,0 0,3 0,2 5,6 2,9 51,1
Tlngkat pengeluaranlkaplta
Kuintil-1 1,7 1,0 0,4 0,1 5,8 2,6 42,2
Kuintil-2 1,5 0,8 0,3 0,2 6,2 3,1 48,9
Kuintil-3 1,4 0,9 0,5 0,3 5,4 3,1 54,6
Kuintil-4 1,4 1,0 0,4 0,1 4,6 2,5 48,3
Kuintil-5 1,4 1,0 0,4 0,2 4,9 3,0 43,8
'88
Tifoid, tidak ditemukan pada kelornpok .umur dibawah 1 tahun, hepatltls udak' ditemukan
pada )elprn.pp~,.ymuJ 7?. t~hl;Jn,.. ~ef!ta~ §e.Qang~an diase diteinukan pada semua
kelompok umur. J!qa,~ ada p~rbedaap .yppg Q~rarti prevalenst tifoid yang ditemukan
berdasarkan kelornpok umur diatas 1 tahun, sedangkan -dlare terbanyak pada kelompok
balita.
Jenis kelamin tidak mempengaruhi prevalensl ke tiga penyaklt ini. Tifoid banyak
ditemukan pada yang berpendidikan rendah dan p~ndidik~n tinggi, sedangkan diare
tinggi pada kelompok tidak sekolah dan tidak tamat SD mungkin dipengaruhi juga oleh
kenyataan bahwa kelompok ini sebagian terdiri dari anak-anak. '
Dilihat dari aspek pekerjaan, prevalensi tertinggi tifoid dijumpai pada kelompok 'lainnya'
dan 'sekolah', konsisten dengan data pada kelompok umur. Prevalensi diare tertinggi
diidentifikasi pada kelompok buruh/nelayan/petani (7,8%). Dari sudut Tipe Daerah, tifoid,
hepatitis dan diare tidak terlihat perbedaan· antara perkotaan dan perdesaan. Hal ini
konslsten depgan ternuan berdasarkao tingkat peogeluaran per kapita, tifoid, hepatitis
dan diare tersebar di semua strata status ekonomi masyarakat.
89
Kriteria JNC VII 2003 hanya berlaku untuk usia 18 tahun keatas, maka prevalensi
.hlpertensl, berdasarkan pengukurantensi dibitung .hanya1pada penduduk-nmur 18 tahun
,ke atas. Mengingat penqukuranrekanart darah dilakukan -pada penduduk 15 tanun 'ke
atas maka temuan kasus.hipertensl pada usia 15-11 tahun sesuai Kriteria' JNC VII 2003
akan dilaporkan secara garis besar sebagai tambahan informasi. Selain pengukuran
tekanan darah, responden juga diwawancarai tentang riwayat didiagnosis oleh nakes
atau riwayat meminum obat anti-hipertensL Dalam penulisan tabel, .kasus hipertensi
berdasarkan hasil pengukuran diberi inisial U, kasus hipertensi berdasarkan diagnosis
nakes diberi inisial D, dan gabungan kasus hlpertensl berdasarkan diagnosis nases
dengan kasus hipertensi berdasarkan riwayat minum obat hipertensi diberi istilah
diagnosis/minumobat dengan inisial DO.
Tabel 4.4.1.1
Prevalensi Penyakit Persendian, Hipertensi, dan Stroke menurut1<abupaten
I Kota di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
eo
obat hipertensi berkisar antara 7, 1 % - · 15, 1 %, tertinggi di kota Pontianak. ·
;'!'
91
Tabel 4.4.1.2
·Prevalensi Penyakit Persendiari~tiiJ1ertet\si;'dan 'Stroke· Mentirut
Karakteristik Respon~en Di Ptdvinsi ~alimifntci11 'Barat, Rlske~das 2007
92
Menurut karakteristik responden provinsi Kalimantan Barat dapat dilihat bahwa
berdasarkan umut, prevalensi penyakit .sendi-. hipertenst maupun- stroke menirigkat
sesuai peningkatan umur responden. Menurut.jenis :kelamin, prevalensl penyakit sendi
lebih tinggi pada wanita, baik berdasarkan diagnosis maupun gejala. Demikian juga
prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah maupun berdasarkan
diagnosis dan riwayat minurn- obat ditemukan lebih tinggi pada wanita. Sedangkan
prevalensi stroke menurut jenis kelamin nampak tidak ada perbedaan yang berarti.
Pola prevalensi penyakit sendi, hipertensi, dan stroke cenderung tinggi pada tingkat
pendidikan yang lebih rendah. Berdasarkan pekerjaan responden, prevalensi penyakit
sendi, hipertensi dan stroke pada yang tidak kerja ditemukan lebih tinggi dari jenis
pekerjaan lainnya ..
Penyakit sendi sedikit lebih tinggi pada penduduk perdesaan, hipertensi dan stroke di
perkotaan. Berdasarkan status ekonomi yang diukur melalui tingkat penge1uaran per
kapita, prevalensi penyakit sendi di Kalimantan Barat hampir tidak ada perbedaan
diantara kuintil. Untuk hipertensi dan stroke, prevalensi cenderung meningkat sesuai
dengan peningkatan ekonomi.
93
Tabel 4.4.1.3
Prevalensi Penyakit Asma\•Jantung*; Diabetes* Dan Tumor** menu rut
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Barat, Risl<e$das 2007
Asma Jantung
Kabupaten/Kota
D DIG D
Sambas 2,3 3,6 0,2
Bengkayang 2,4 6,1 0,5
Landak 3,1 5,7 0,7
Pontianak 2,0 2,7 0,5
Sanggau 0,8 1,9 0,2
Ketapang 3,1 5,0 0,3
Sintang 0,9 1,4 0,2
Kapuas Hulu 1,4 3,6 0,7
Sekadau 3,0 6,9 0,7
Melawi 1,3 2,0 0,4
Kota Pontianak 3,1 4,7 2,1
Kota Singkawang 1,6 3,3 0,4
Kallmantal1' Barat 2,1 3,7 0,6
Catatan:
D = Diagnosa oleh Nakes, DIG = Di diagnosis oleh nakes atau degan gejala.
*) Peny, Asma, jantung, diabetes ditetapkan menurut jawaban pernah didiagnosis menderita
penyakit atau mengalami gejala.
**) Penyakit tumor ditetapkan menurut jawaban pernah didiagnosis menderita tumor/kanker.
Prevalensi penyakit asma di provinsi Kalimantan Barat sebesar 3,7% (kisaran: 1,4 -
6,9%), tertinggi di Sekadau diikuti Bengkayang, Landak dan Ketapang serta terdapat di
semua kabupaten/kota. Diagnosis oleh Nakes sebesar 2, 1 %, jadi cakupan kasus asma
oleh tenaga kesehatan (nakes) sebesar 56,7%
Prevalensi penyakit jantung 4,3% ( kisaran 1,3 - 11,5%), tertinggi di Sekadau diikuti
kota Pontianak dan terdapat di semua kabupaten/kota.
Prevalensi penyakit diabetes sebesar 0,8% (kisaran 0, 1 - 3, 1 %), tertinggi di kota
Pontianak dan terdapat di semua kabupaten/kota. Prevalensi DM berdasar diagnosis
nakes sebesar 0,6%, jadi cakupan nakes sebesar 75%.
Prevalensi penyakit tumor/kanker sebesar 0,2% ( kisaran 0, 1 - 0,9%), tertinggi di kota
Pontianak dan terdapat hampit di semua kabupaten/kota, kecuali di Landak. •
Prevalensi penyakit yang didapat belum mencerminkan prevalensi yang sebenamya
yang mungkin lebih tinggi karena adanya keterbatasan kuesioner tanpa ada nya
pemeriksaan. Mungkin responden yang belum didiagnosa oleh tenaga kesehatan juga
tidak merasakan gejala penyakit .
94
Tabel 4.4.1.4
Sebaran Penyakit~Asma*, Jantung!";"Diabetes .. Dan Tumor** Berdasarkan
Diagnosis Nake's ataltGejala menurut Karakteristik Respcnden di
Provinsi Kalimantan Barat, Riskesda's 2007
·~ =
0 Diagnosa oleh Nakes, O/G= Di diagnosis oleh nakes atau dengan gejala
Peny. asma, jantung, diabetes ditetapkan menurut jawaban pernah didiagnosis menderita
penyakit atau menga1ami gejala
**) Penyakit tumor ditetapkan menurut jawaban pernah didiagnosis menderita lumor/kanker,
95
Penyakit asma dan jantung terdapat di semua '1<elompok umur, semakin meningkat usia
prevalensi semakln meningkat. Diabetes mulai terdapat pada usia zs-tahun 'keatas dan
prevalensi meningkat sesuai den_gal1" meningkatnya -usla ::rumor mulai terdapat pada
usia 15 tahun keatas, cendrunq meningkat sesuai usta, prevalensi tertinggi pada
kelompok umur 55 - 64 tahun.
Pr.evalensi penyakit asma, janttmg, diabetes dan tumor cendrung pada perempuan lebih
tinggi dari laki-laki.
Prevalensi penyakit asma tinggi pada yang tidak sekolah. Prevalensi penyakit tantung
juga tinggi pada yang tidak sekolah dan tamat perguruan tinggi. Diabetes tinggi pada
yang tamat perguruan tinggi. Prevalensi tumor/kanker tidak banyak berbeda antara
tingkat pendidikan. Tingginya penyakit asma dan jantung pada yang tidak sekolah ,
kiranya penu dilakukan penyuluhan pada kelompok yang tidak sekolah untuk mencegah
terjadinya penyakit tersebut maupun memperlambat komplikasi.
Menurut pekerjaan prevalensi asma dan jantung tinggi pada kelompok yang tidak
bekerja, diabetes tinggi pada pegawai, diikuti kelompok tidak bekerja dan ibu rumah
tangga, prevalensi tumor tinggi pada ibu rumah tangga.
Prevalensi asma sama antara perkotaan dan perdesaan. Prevalensi jantung, diabetes
daR tumor cendrung lebih tinggi di perkotaan dari perdesaan. Hat ini erat kaitannya
dengan gaya hidup perkotaan yang kurang sehat seperti kurang gerak, makanan tinggi
lemak dan garam.
Penyakit asma dan jantung prevalensinya hampir sama di semua kuintil, diabetes
terbanyak di kuintil 3,4 dan 5, tumor terbanyak di kuintil 5 .
. Tabel 4.4.1.5
Prevalensi Penyakit Keturunan* (Gangguan Jiwa Berat, Buta Warna,
Glaukoma, Sumbing, Dermatitis, Rinitis, Talasemia Hemofilia) Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Kallmantan Barat, Riskesdas 2007
96
Tabel 4.4.1.5 memperlihatkan prevalensi. ganggyan jiwa berat di provinsi Kalimantan
Barat O,?% (.J<i~aran 0,1 -n:O.~o/olt,~bjh rendal\{l~ri~wi_gk~ nasi&nal o.4~%. ~ertinggi di
Sekadau, terdapat harnplr di ~~'"!}l;JC!,~aR4Pf¢el)/kota, k.e<(ui;ili dt l<~tapang dan. Sintang.
Prevalensi buta warna 0,3% tkisaran 0,·1 -1, 1 %}, tertinggi' di Landak, diikuti kota
Pontianak dan Kapuas Hulu, tidak terdapat di Sambas, Bengkayang, Sanggau, Melawi
dan Kota Singkawang. ·
Prevalensi glaucoma 0, 1 o/o, bibir sumbing 0,0%, talasemia 0,01 %. Prevalensi sangat
kecil di semua kabupaten/kota.
Prevalensi rinitis 0,8% (kisaran 0,1 - 2,5%), tertinggi di Sanggau, diikuti kota Pontianak
dan Bengkayang. ·
Penyakit Hemofilia hampir tidak ditemui , kecuali di Melawi (0,01 %).
Prevalensi dermatitis 3,3% (0,9 - 5,9%), tertinggi di Ketapang diikuti Bengkayang dan
Sanggau, terdapat di semua kabupaten/kota.
97
Tabel 4.4.2.1
Prevalensl Gangg~a~ M~ntat emo:;ionalpada.l?enduduk Bsrurnur 15 Tahun
Ke ~tas (berdasarkan Self Reporting Questlonnalre.;20)*:menurut
Kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan, Barat, Riskesdas 2007
Catatan
* Nilai Batas Pisah (Ctlt off Poin.t) ?; 6
Dari tabel di atas terlihat prevalens! (?angguan Mental Emosional di Kalimantan Barat
sebesar 8,2%, lebilTt.end:ah dtbartdingkanprevalensi nasional (11,6%).
Prevalensi tertinggi di Melawi, diikuti Ketapang dan Kota Pontianak, terendah di
.kabupaten Kapu~ ttulu.
98
Tabel 4.4~2.2
Prevalensi Gangguan:Mental Emosional pada Penduduk Berumur 15. Tahun
Ke. Atas (berdasarkan Self Reporting Questlonnaire-20)* Menurut
KarakterJstik R.esponden-Provinsi Kalimantan Barat, Rlskesdas ~007
Dari tabel di atas terlihat prevalensi gangguan mental emosional meningkat sejalan
dengan pertambahan umur, ,tertinggi ditemukan pada kelompol<usia > 75 tahun. Hal ini
dimungkinkan oleh karena pada kelompok lanjut usia banyak mengalami masalah
gangguankesehatanfisik yang dapat mempengaruhikesehatan mental emoslonal,
09
Kelompok wanita lebih banyak yang mengalami gangguan mental emosional
diba11di_n.91i?n, laki-1aki. Berdasarkan ~pendidikan,. tampak bahwa :k'9rentanan terhadap
gangguan mental emosional dipengaruhi~leh. tingkat pendidikan. Semakin rendah
tingkat pendidlkan, semakin mudah seseorang mengalami gangguan mental emosional.
Berdasarkan jenis pekerjaan, tampak bahwa tidak bekerja merupakan kelompok yang
tertinggi mengalami gangguan mental emosional, Prevalensi hampir sama antara
perkotaan dan perdesaan, juga diantara kelompok kuintil.
·100
• :rab~I 4Jl.3.1
Vision, Keb"'utaan
Proporsi PenduElukOsia'6·'.'.FShOri·K€ Atas~&mirut Low
(dengan atau Tanpa Koreksi Kacamata Maksim~I) dan'Kabupaten/Kota dt
Provinsi Kalimantan Barat, Rlskesdas 2007
Tabel 4.4.3.1 menunjukkan proporsi low vision di Provinsi Kalbar 3,9 %, lebih~ rendah
dari angka nasional 4,8%. Proporsi berkisar antara 1,8% (Landak) sampai 8,-7%
(Kapuas Hulu). sedangkan proporsi kebutaan berkisar O (Kota Singkawan,g)sampai
1,7% (Kapuas Hulu). Dibandingkandengan proporsi low vision di tingkat provinsi, 4 dari
12, kabupaten yang ada masih, memiliki proporsi lebih tinggi (Sambas, Kapuas l;iulu,
Sekadau, kota Singkawang). Proporsi kebutaan tingkat provinsi sebesar 0.5, lebih
rendah dari -proporsl tingkat nasional (0,9) dan terdapat 5 kabupaten yang menunjukkan
proporsi lebih tinggi dibanding proporsi tingkat provinsi (Sambas, Pontianak, Ketapang,
Kapuas Hulu, Sekadau). ·
101
Tabel .4.4.3.2
Pr~porJi Pe,ndu~uk Umut ·6Ta,hun keatas menurut Low Vision, Ketsutaan
~deng~.n.atj:tU Tahpa Kor.eksi Kacamat<JJ\llaksimal) dan' Karakteristik
Responden di Provinsi Kalimantan Barat.Rlskssdas 2007
102
Tabel 4.4.3.2 menunjukkan propofsh~ow vision makin meningkat sesuai pertambahan
usia dan menjn.gkat tajarn ;padaJ<isaran ... usia: 45 tahun -keatasc-sedenqkan 'proporsl
kebutaan meninqkat tajam ·pada,gol9ngan usia 55 tahun keatas, Proporsi low vision dan
kebutaan pada perempuan cenderunq leJ;>iil tinggi dibanding laki-lakt .
Proporsi low vision dan kebutaan pada penduduk berbandinq terbplik dengan tingkat
pendidikan, makin rendah tin9kat pendidikan rnakln tinggi eroporsuwa •. Sementara itu
proporsi terbesar juga berada pada kerompok penduduk yang tidak bekerja.
Proporsi low vision sedikit lebih tinggi di daerah perdesaan, kebutaan lebih tinggi di
perkotaan, tetapi terdistribusi hampir merata di semua tingkat pengeluaran rumah tangga
per kapita.
Tabel 4.4.3.3
Proporsi Penduduk Umur 30 Tahun Ke Atas dengan Katarak Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Kallmantan Barat, Riskesdas 2007
*}D = proporsi responden yang mengaku pernah didiagnosis katarak oleh tenaga kesehatan
dalam 12 bulan teral<hir.
.. )DG= proporsi responden yang mengaku pemah didiagnosis katarak oleh tenaQa kesehatan
atau mempunyai gejala penglihatan berkabut dan silau dalam 12 bulan terakhir.
103
Tabel 4r.4.3.4
Proporsl-Pennuduk tJmur 30-T-ahon~Keittas denganJ<atarak Menurut
Karakteristik Responden di .Provinsi Kalimantarr Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.4.3.4 mehunjukkan bahwa proporsi diagnosis katarak oleh tenaga kesehatan
meningkat sesuai pertambahan usia, proporsi hampir sama antara •aki-laki dan
perempua'n (1,6 %) dan lebih besar di daerah perkotaan (2,9%). Proporsi diagnosis
katarak oleh nakes menurut latar belakang pendidikan hampir sama, namun berdasar
diagnosis dan gejala katarak lebih banyak ditemukan pada yang pendidikan ~ 6 tahun.
Proporsi diagnosis katarak oleh nakes juga tersebar merata pada 5 kuintil yang
dikelompokkanberdasarkanpenqeluaranper kapita per bulan dalam rumah tangga.
104
Tabel;4.~t3.5
Proporsl Pendyduk Urnur 30 .Tah~~Ke~Ata.s dengan Katiirak'Yahg Pernah
Menjalani Operasi Katarak dan-Mema~ai'Kacamata Pasca Operasi Menurut
~abupaten/Kota di Provinsl Kalimantan Barat,. Riskesdas 2007
Tabel 4.4.3.5 menunjukkan proporsi operasi katarak dalam 12 bulan terakhir untuk
tingkat provins] adalah sebesar 14,1% dengan kisaran terendah adalah di Sanggau (0,0
%) dan tertinggi adalah Sekadau (50,0 %). Cakupan operasi masih sangat rendah.
Pemakaian kacamata pasca operasi katarak di tingkat provinsi adalah sebesar 70,4 %
dengan kisaran terendah adalah qi Bengkayang, Landak, Sanggau dan Sekadau (0%)
dan tertinggi adalah kab. Pontianak, Ketapang, Kapuas Hulu, Melawi, Kuta Rontianak
dan Kota Singkawahg (1 OOo/o.). Pemberian kacamata l)asca operasi katarak !rertujuan
menqoptimalkan tajam penglihatan j~rak jauh maupuo jarak dekat, sehingga tidak semua
penderita pasca operasi merasa rnernerlukan kacamata untuk melakukan aktivitas
sehari-hari. Kemungkinan lain adalah hasil operasi katarak yang cukup baik, sehingga
visus pasca operasi mendekati normal dan hanya sedikit penderita yang memerlukan
kacamata pasca operasi.
105
Tabel 4.4.3.6
Persentase Penduduk umur SaTunun Ke'1Atasdengan' Ka~arakyang
Pernah Menjatani Operasi Katarak dan Memal<aiKacamata Pasca Operasi
Menurut Karakteristik Respohden di Provinsi Kalimantan Barat
Riskesdas 2007
Pakai kacamata
Karakteristik Operasi Katarak
pasca operasi
Kelompok umur (tahun)
30-34 0,0 0,0
35-44 10,5 50,0
45-54 9,1 100,0
55-64 20,9 85,7
65-74 13,3 25,0
75+ 11,5 50,0
Jenis Kelamln
Laki-laki 10,5 80,0
Perempuan 17,7 64,7
Pendldikan
~6 15,9 65,0
7-12 8,9 100,0
>12 11, 1 0,0
Pekerjaan
Tidak bekerja 16,4 70,0
Sekolah 0,0 0,0
Mengurus RT 20,8 60,0
Pega'«ai (Neg, Swasta, Polri) 10,7 50,0
Wiraswasw 29,4 100,0
f>etani/ N:etayan} BLituh 6,3 50,0
Lainnya 0,0 0,0
Tipe Daerah
Kota 18,3 82,4
Desa 9,3 55,6
Tingkat pengeluaran/kaplta
Kuintil-1 0,0 0,0
Kuintil-2 19,5 75.0
Kuintil-3 13,8 100,0
Kuintil-4 12,8. 100,0
Kuintil-5 21,6 33,3
Proporsi operasi katarak cenderung lebih tinggi pada usia 55 - 64 tahun , perempuan
lebih banyak dibanding Iaki-laki,
Proporsi operasi katarak lebih besar pada kelompok penduduk dengan latar pendidikan
~ 6 tahun, Sebih besar pada kelompol< wiraswasta. dan lebih besar di daerah perkotaan.
Proporsi operasi katarak tertinggi pada kuintil 5 ( tingkat pengeluaran perkaplta perbulan
yang paling tinggi).
106
Pakal kaca mata pasca operasi terbanyak· pada kelompok usia 45 - 54 tahun, laki-laki
lebih banyak dari perempuaa, bekerja .sebagai wir~l;)wasta, diperkotaan lebih ,tinggi dan
1ebih'banyak pada kuintil.'3 ~an 4. . , • .
4.4.4 Kesehatan Gigi
Untuk meacapai target pencapaian pelayanan kesehatan gigi 2010, telah difakukan
berbagai program, baik promotlt, preventif, protektlt, kuratif maupun rehabilitatif.
Berbagai indisator dan target telah ditentukan WHO, antara lain 'anak umur 5 taliun 90%
bebas karies, anak umur 12 tahun mempunyai tingkat keparahan kerusakan gi$Ji (indeks
DMF-T) sebesar 1 (satu) gigi; penduduk umur 18 tahun bebas gigi yang dicabut
(komponen M=O); penduduk umur 35-44 tahun memiliki minimal 20 gigi b~rfungsi
sebesar 90%, dan penduduk umur 35-44 tanpa gigi (edentulous) S2o/o; penduduk umur .
65 tahun ke atas masih mempunyai gigi berfungsi sebesar 75% dan penduduk tanpa gigi
S5o/o.
Terdapat lima langkah program indikator terkait penilaian keberhasilan program dan
pencapalan target gigi sehat 2010, yaitu:
Laten/Deteksi
Sehat/ Rawan Sakit/ Cacat/
dint dan
Promotif (protektif) kuratif rehabilitatif
terapi
Prevalensi lnsiden % dentally flt %keluhan % 20' gigi
% canes free Expected PTt % dentally % edentulous
DMF-T 12th Trend DMF-T RTI PTI % protesa
DMF-T 15th Ml RTI
DMF-T 18th CPITN .Ml
' '
Performed Treatment /ndax(PTI) merupakan angka persentase dari jumlah gigi tetap
yang ditumpat terhadap angka OMF-T. PTI menggambaikan motivasi dar] -seseoranq
untuk menumpatkan giginya yang berlubang dalarn upaya mempettahanKan gigl tet~R
Required Treatment Index (RT/) merupakan anal<~ persentasa dari jumlC)h Q.igj tetap
yang karies terhadaJt angka OMF-T. RT1 me'nggambarka11-- besarnya kerusakan Yilng
belum ditangani dan memerlukan penumpatan/pencabutan.
Dalam Riskesda~ 2007 ini dikumpulkan berbagai indikator kesehatan , gigi-mµlut
masyarakat, baik melalui wavyancara maupun pemeriksaan giQt-rpulut WawaQcara
dilakukan terhadap semua kelompok umur, melipuij data ma~yarakat yang bennasalah
gigi-mulut, perawatan yang dlterirna-dari tenaga medis gigi, tiilang seluruh gigi asll, jenis
perawatan yang diterima dart teflaga medis gigi, dart perilaku penielihpraan kesehatan
-gigi. Pemeriksaan gigi-mulut dilakukart pada kelompok umur 12 tahun· ke atas dengan
menggunakan instrumen ge11ggam(kaca mulut dan senter),
Tabel 4.4.4.1 menggambarkan prevalensi penduduk .dengan rnasalah .gjgi-mulwt dan
yang rhenerima perawataa dari tenaga rnedis' gigi dalam 12 bulan terakhir menurut
provinsi.
107
Tabel 4.4 . .\.1
Prevalensi f>enduduk Bermasalah Gigi-Mu1ut m_enurut Kabupaten/k9ta
di Provinsi· Kalimantan Barat, Riskesda's 2007
Menerima
Kabupaten/Kota Bermasalah Hilang seluruh
perawatan dari
gigl-mulut gigl asli
tena,ga medls glgi
Sambas 19,6 23,1 4,0
B~ngkayang 30,8 17,5 1,9
Landak 32,5 33,2 0,3
Pontianak 12,3 35,8 1,8
Sangg~u 17,2 16,8 1,1
Ketapang 23,1 31,2 2,0
Sintang ie.s 27,2 1,0
Kapuas Hulu 15,5 10,7 2,2
Sekadau 29,7 13,3 1,2
Melawi 16,t 29,2 1,2
Kota Pontianak 20,7 31,0 3,4
Kota Singkawang 13,3 33,1 3,1
Kalimantan Barat 20,1 26,5 2,1
108
perawatan/penqobatan gigi di perdesaan lebih rendah dibandingkan dengan di
perkotaan. ., i
Prevalensi masalah gigi.. mulut ini •tidak menunjukkan hubungan dengan tingkat
pengeluaran rumah tangga per kapita, kecuali dalam hal perawatan/pengobatangigi.
Ada. kecenderungansernakln tinggi tingkat penqeluaran rumah tangga, sernakln besar
persentasependudukyang menerimaperawatan/pengot;>atan gigi.
Tabet 4.4.4.2
Prevalensi Penduduk Bermasalah Gigi-Mulut menurut Karakteristik
Responden, di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
'Menerima Hilang
Bermasalah
Karakteristik Perawatan dari Seluruh Gigi
Glgi-Mulut
Tenaga Medis Asll
Kelompok umur ( tahun)
<1 0,9 50,0 0,0
1 - 4 5,4 18,8 0,0
5 - 9 15,1 26,3 0,0
10-14 15,8 24',3 0,0
15-24 0,9 22,9 0,0
25-34 23,2 27,9 0,0
35-44 26,0 28,9 0,8
45-54 28,8 29,8 3,0
55-64 25,6 25,9 9;4
65+ 19,7 22,8 26,0
.:lenis kelamin
Laki-laki 20,3 25,5 1,8
Perempuan 19,9 27,6 2,3
Tlpe daerah
Perkotaan 21,3 35,5 3,0
Perdesaan 19,7 22,9 1,7
Tingkat pengeluaran
Rumah tangga per kaplta
Kuintit-1 18,6 20,7 1,5
Kuintif-2 19,5 23,8 2,2
Kuintil-3 21,3 ~4,4 i.4
Kuintil-4 19,6 29,3 2,3
Kuintil-5 22,2 33,3 2,1
109
Tabet 4.4.4.3 m.enggambarkan jenis perawatan yang diterima penduduk yang mengalami
masalah 9l9i-;m.!Jlut qatani. 12 bulan terakhir menuru,t kabupaten/kota
• • A 7' "• •
label 4.4.4.3
Persentase Penduduk yang Menerima Perawatan/Pengobatan Gigi menurut
Jenis Perawatan pada Kabupaten/K6ta
di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel di atas menunjukkan jenis perawatan yang paling banyak diterima penduduk yang
mengalami masalah gigi-mulut, yaitu 'pengobatan' (86,6%), disusul
'penambalan/pencabutan/bedah gigi' (43,2%). Konseling perawatan/ kebersihan gigi dan
pernasanqan gigi tiruan lepasan atau gigi tiruan cekat relatif kecil, masing-masing
sebesar 11,2% dan 4,3%
Menurut kabupaten/kota, pengobatan paling tinggi di Kabupaten landak (96,1%}, dan
terendah di Kabupaten Sambas (77,6%}. Penambalan/pencabutan/bedah gigi tertinggt di
Kabupaten Sambas (71,4%) dan terendah di Kabupaten Sintang (20,7%). i:>efT!asangan
gigi tiruan repas/cekat terlihat tinggi di Kapuas Hutu (13,0%), dan Kota Singkawang
(11,8%). Kesadaran untuk melakukan konselin,Q relatif sedikit di semua provinsi (11,2%),
sedangkan di Kabupateri- Sintang (40,0%) relatif tinggi dibandingkan dengan
kabupaten/kota lainnya.
Tabel 4.4.4.4 menjelaskan jenis perawatan yang diterima penduduk yang mengalami
masalah gigi-mulut dalam 12 bulan terakhir menurut jenis perawatan/pengobatan yang
diterima dalam 1? bulan terakhir dan karakteristik responden. Tampak persentase
penduduk yang mendapatkan jenis perawatan menunjukkan variasi tingl<at penge1uaran
rumah tangga per kapita.
110
TabeJ·4.4.4.4
Persentase Pendudult yan,g·Menerimci-Peni'W.atanJPerigoBatan
~fgi menurut
Jenis Perawatao menurut Karakteristik Responden
di Provinsl Kalimantan·Barat, Riskesdas 2007
Penam
Karakteristik Pemasanqan Konseling
Pe balan/
gigi tlruan perawatan/ Lain
ngo pencabu
Responden lepasan/ gigi keberslhan nya
batan tan/ bedah
tlruan cekat gig I
gig I
Kelompok umur
( tahun)
1-4 81,8 0,0 0,0 14,3 4,8
5-9 90,8 26,0 0,0 9,9 2,3
10-14 90,2 30,1 0,0 4,5 1,8
15-24. 90,9 42,4 2,4 12,4 1,9
25-34 85,0 47,6 2,8 15,7 1,4
35-44 87,1 43,4 5,2 12,9 3,5
45-54 81,3 52,0 8,5 7,3 0,8
55-64 86,5 45,6 8,7 11,5 0,0
65+ 86,3 62,7 9,8 3,9 5,9
Jenis Kelamin
Laki-laki 85,3 43,8 2,5 9,7 1,7
Perempuan 87,8 42,5 5,9 12,4 ,2,2
Tipe daerah
Perkotaan 83,4 . 51,4 5,0 13,8 1,4
Perdesaan 88,6 37,9 3,8 9,6 2,4
Tlngkat pengeluaran
rumah tangga per kapita
Kuintil-1 84,1 35,8 3,0 9,5 3,0
Kuintil-2 89,5 34,0 3,2 13,8 1,6
Kuintil-3 86,4 48,4 5,9 12, 1 1,1
Kuintil-4 88,3 41,7 4,6 13,0 1,6
Kuintil-5 84,3 50,8 4,1 8,6 1,8
Kallmantan Barat 86,6 43,2 4,3 11,2 1,9
Tabe] di atas rnenunjukkan tidak ada pola yang jelas jenj~ perawatan~igi yana diterima ·
menurut kelompok umur, Tetapi ada kecenderungan, semakin meningkat umur, semakin
besar perseritase yang rhelakukan penambalan/pencabutan/bedah gigi dan pemasangan
gigi tiruan lepasan/gigi tiruan cekat. Pemasanqan gigl tlruan sutfah ditemui ,sada
kelompok umur anak sekotah. Menurut. jenis ketamin, tidak ada perbedaan persentase
pemanfaatan jenis perawatan gigi untuk penambalan/pencabutan/bedah gigi antara laki-
laki dan perempuan, sedangkan untuk pemasangan gigi tiruan lepasan/gigi tiruan cekat
iebih tinggi pada perempuan. Menurut tipe daerah, [enis perawatan
penambalan/pencabutan gigi, -pemasangan gigi tiruan tepasan/gigi tiruan cekat,
konseling perawatan gigi, maupun pengobatan tebih tin9gi di perkotaan.
Ada kecenderungan sernakin Unggi tingkat pengeluaran ruman tangga,, semakin tinggi
persentase penduduk yang rnelakukan penambalanlpencabutan glgi, pemasangan gigi
tiruan lepasan/gigi tiruan cekatan, sedangkan konseling tidak ada pola yang [elas,
111
Tabel 4.4.4.5 di bawah menggambarkan perilaku penduduk umur 10 tahun ke atas yang
berkaitan dengan kebiasaan menggosok gigi; dan ' kapan Waktu m'enggosok gigi
dilakukan. • . ,,..
Tabel 4.4.4.5
Persentase P~nduduk Sep4luh Tahun ke Atas yang Menggosok Gigi Setiap
Hari dan Berperilaku Bepar Menggosok Gigi menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
112
Tabel 4.4.4.6
Pers.entasePendudukvSepuluh "fahun 1<e Atas·yai:ig~Mengg<)sok'Glgi Setiap
Harl dan Berperilaku Benar Mengg.osok Gigi menurut Karakteristik
Responctendi Provinsi Kalimantan Barat; Riskesdas 2007
Tabel di atas menunjukkan sebagian besar (93,5%) penduduk umur 1-0 tahun ke atas
mempunyai kebiasaan menggosok gigi setiap hari. Dari mereka yang; menggo~okgigi
setiap hari, seJ:>aQian besar dilakukan pada saat mandi ,pagi dan ~tau sore- (86,9%).
Hanya sedikit yang melakukannyapada saat setelah makan pagi (15, 1.;0/oY dan sebelum
tidur malam hari (37,8%).
Empat kabupateQlkota mempunyai persentase !ertinggi dalam hal kebiasaan
menggosok gigi setlap harf, yaitu Kabupaten Pontianak (97,6%}, Kofa Pontianak
(95,0%), Kabupaten Sekadau (95,5%) dan SanQgau (95,4%), sedangkan dua
kabupaten/kota terendah adalah Kabupaten Ketapan~ (88,5°.&l) dan Bengkayang
(88,2%). Kabupaten/kota dengan persentasetinggi menggosok gigi saat setelah makan
pagi adalah Kabupaten Sekadau (32,4%), Bengkayang (22,4%), dan "$'amj)a$(20,5%);
dan terendah di K~pu~a H1.1lu (3,6%). Sedang"Kan kabupaten/kota deJlgan persentase
tinggi menggosok gigi sebelum.tidur malam adalah Kota Pontlanak (55-,9~/o), K~~upaten
Pontianak (55,5%) dan Kota Singkawa.rig(49,0%); dan terendah di Kabupaten Kapuas
Hutu (13,3%).
113
Perilaku penduduk dalam menggosok gigi menunjukkan variasi menurut karakteristik
respondeu, Me{'IUf.llt umur., persentase pendud!J.k, yang mempunyai kebiasaan
mengg'osok gigi setlap hati meng,alami penurunan seiring dengan bertambahnya umur.
Sedangkan menurut jenis k'elamin tidak menunjukkan perbedaan.
Menurut tipe daerah, persentase penduduk menggosok gigi setiap hari lebih tinggi di
perkotaan dibandingkan dengan di perdesaan. Sedangkan menurut tingkat pengeluaran
rumah tangga per kapita, ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pengeluarah rumah
tangga semakin tinggj persentase penduduk yang .menggosok gigi setiap hari.
Dalam hal waktu menggosok gigi, secara umum terdapat kecenderungan penurunan
persentase waktu menggosok gigi seiring dengan peningkatan umur, terutama mulai
umur 35 tahun ke atas. Persentase penduduk menggosok gigi saat-sesudah makan pagi
dan sebelum tidur malam lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki, terutama
di perkotaan. Begitu pula menurut tingkat pengeluaran rumah tangga, persentase
penduduk menggosok gigi saat sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam
mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan pengeluaran rumah tangga per
kapita.
Berdasarkan tabel di atas, pada Tabel 4.4.4.7 disajikan persentase penduduk umur 10
tahun ke atas yang berperilaku benar dalam menggosok gigi. Dikategorikan berperilaku
benar dalam menggosok gigi bila seseorang mempunyai kebiasaan menggosok gigi
setiap hari dengan cara yang benar, yaitu dilakukan pada saat sesudah makan -pagi dan
sebelum tidur matam.
Tampak persentase penduduk yang berperilaku benar menggosok gigi masih sangat
rendah, yaitu 10,6%. Kabupaten/kota dengan persentase pendudu,k tertinggi dalam
berperilaku benar menggosok gigi adalah Kabupaten Sekadau (21,7%), Pontianak
(16,1%), Sambas (13,8%) dan Bengkayang (11,6%).
Tabel 4.4.4.7
.Persentase Penduduk Sepuluh Tahun ke Atas yang Berperilaku Benar
Menggosok Gigi menurut Kabupaten/Kot~
di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
114
Perilaku benar menggosok gigi rnenuojukkan variasi menurut karakteristik responden.
Menun.it urnur, .~ .persenJC!S~ p~11.duduk· berperllaku oenas datarrr menggosok gigi
bervariasi, merig,alC!mi ~Durupan .. mulal urnus-ts tahun ke atas.;sedangkan menurut
jenis kelamin, persentase perilaku benar dalam menggosok gigi lebih tinggi pada
perempuan dibandingkan dengan laki-l~ki. Begitu pula menllruf tipe daerah, persentase
penduduk berperilaku benar menggosok gigi lebih tinggi di perkotaan dibandingkan
dengan di perdesaan.
Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, terdapat kecenderungan·semakin
tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga, semakin tinggi persentase yang berperilaku
benar dalam menggosok gigi.
Tabel 4.4.4.8
Persentase Penduduk Sepuluh-Tahun ke Atas·yang Berperilaku Benar
Menggosok Gigi menurut Karakteristik Responden
di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
115
Tabel 4:4.4.9
KomponerrD,·M, F dan Index DMF-"Pnienurot Kabupaten/Kota
di Provinsi Kalimantan Barat;Riskesdas 2007
DMF-T di lima kabupaten/kota sangat tinggi, yaitu Kabupaten Sambas (10.15), Kota
Singkawang (9,89), Kota Pontianak {7,36), Kabupaten Sanggau (6,46) dan Sekadau
(6,14). DMF-T yang ditemukan di Kalimantan Barat ini lebih tinggi dari rata-rata DMF-T
Nasional temuan Riskesdas {DMF-T=4,85), dan menduduki urutan ke 3 tertinggi setelah
Katimantan Selatan (6,83) dan Jawa Timur {6,44).
116
•label 4.4.4.10
Komponen D, M,. f\ dan lndex·DMF~·menurut ~arakleristik Responden
di P.rovinsi-Kalimantan·Barat, Riskesllas 2007 ·
lndeks DMF-T menurut umur ,menujukkan jumlah kerusakan gigi meningkat seiring
dengan peningkatan umur. Pada .kelompok umur 35-44 tahun DMF-T tinggi (6,40},
bahkan pada kelompok umur di atas 65 tahun DMF-T sudah menjadi 21, 17, yang berarti
terdapat rata-rata 21, 17 kerusakan gigi per orang. Bahkan komponen yang terbesar
adalab M-T (rata-rata gigi dicabut) sebesar 19,47 per orang.
DMF-T lebih tinggi pada perempuah dan di perkotaan. $edangkan menurut tingkat
pengeluaran rumah tangga, DMF-T relatif lebih rendah pad'a kelompok penduduk
dengan tingkat pengeluaran rumah tangga yang rendah (kuintil-1) dan lebih tinggi
(kuintil-5).
117
Tabel 4.4.4.11 di bawah ini menyajikan prevalensi karies aktif dan pengalaman karies
penduduk umur 12 tahun ke atas menurut kabupatenlkota. ·Dikategorikan karies aktif
bila memiliki 'lndeks D-T >O atau ¥ari~s yang oelum, tertanqanl dan mempunyai
pengalaman karies bila indeks 'DMF-T >O.
label 4.4.4.11
Prevalensi Penduduk Umur 12 Tahun ke Atas dengan Karies Aktif dan
Pengalaman Karies menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat,
Riskesdas 2007
Dari tabel di atas menunjukkan prevalensi penduduk umur 12 tahun ke atas dengan
karies sebesar 55,2% dan yaRg rnernpunyal pengalaman karies sebesar 75,1 %.
Kabupaten/kota dengan prevalensi pen,gaJ~man karies tinggi diatas persentase
Kalimantan Barat adalah Kota Singkawang. (90,9%), Kabupaten Sambas (89,4%),
Ketapang {87,3%), Sintang {81,6%), Kota Pontianak {78,8%), Kabupaten Landak
(78,3%) danBengkayang(78,1%).
Prevalensikaries aktif dan pengalamankaries menunjukkanvariasi menurut karakteristik
responden,seperti tersaji pada Tabel 4.4.4.12.
118
-Tabel 4.4.4.12
Prevalensi Karies-Aktifdan·Pengalam·an-Kari&sinenurut Karafderistik
Responden dl=Provlnsl Kalimantan Barat, Riskesda& 2007
Dari tabel di atas menunjukkan prevalensi pengalaman karies (DMF-T>O) sedikit lebih
tinggi pada kelompok lakt.laki dan diperkotaan. Menurut umur t' ada kecenderungan
semakin rnefling_kat umur, semakin meningkat yang mempunyai 1"9Agalaman karies.
Sedangkan prevalensi karies, meningkat sampai umar 35'"44' tahun dan menurun
kembali pada umur 65 tahun k& atas.
Prevalensi karies relatif sedikit lebih tinggi pada kelompok laki:laki dan di" perdesaan,
-Menuru.~ tingkat perigeluaran rurnah tangga, ada kecenderungan semakiri:'tiliggi 'tlngkat
pengeluaran rumah tangga semakin besar yang mempunyat pengalaman karles.
119
Tabel 4.4.4.13 .dl bawah ini menyajikan persentase gigi tetap yang ditumpat dan
persentase gigi tetap yang.karies menurut kabupaten/kota.
Tabel 4.4.4.13
Required Treatment Index dan Performed Treatment Index menurut
Kabupaten/Kota_di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Dari tabel di atas tampak PTt (motivasi seseorang untuk menumpatkan giginya ~ng
berlubang dalam upaya mernpertahankan gigi tetap) sangat rendah hanya 0,75%
(dibawah rerata NasiQnal 1,6), ssdanqkan RTI (besamya kerusakan yang belum
ditangani dan memerlukan penumpatanrpencahutan) sebesar 29,50% (diatas rerata
Nasipnal 25,2%) Terdapat B.kabupatenrkota yang ar;igka RTl-nya diatas rerata nasional
yaitu di Kabupaten Landak (43,26%), Kota Singkawang (39,84%), Kabupaten Ketapang
(33,94%), Sintang (38,03%), Sekadau (30,19%), Sambas (30,15%), Sanggau (29,72%),
Melawi (29,39%)
Persentase PTI dan RTI menunjukkan variasi menurut karakteristik responden (Tabet
4.4.4.14). Menurut umur, mulai umur 35 tahun ke atas nilai RTI cenderunq menurun,
sedangkan nilai PTI tinggi pada umur 18-34 tahun, untuk selanjutnya- menurun. Menurut
jenis kelamin, RTI lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan, sedangkan P'Tl relatif
sama antara laki-laki dan perernpuan.
Nilai PTJ di perkotaan empat kall lebih tinggi dibandingkan di perdesaan, sedangkan nilai
RTI lebih tinggi di perdesaan. Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita,
ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga semakin tinggi
pula nilai PTI, tetapi semakin menurun nilai RTl-nya. Berarti semakin tinggi status
ekonomi semakin baik motivasi penduduk untuk merawat kesehatan giginya.
120
.Tabel 4.4 ...14·
Required Treetmenttnaex t dan PedormecJ. Treatment Index~ rnanurut-
Karakteristik Resppnd.endi Provinsi Kalimantan Bata~ Rlskesdas 2007
Performance Treatment lndex(PTJ) merupakan angka persentase, dari jumrah grgi tetap ·yapg
ditumpat terluldapc angka QMF-T, PTI menggambarkan motivasi dar~ se'seorang untuk
menumpatkangiginya yang berlttb,angdalam upaya mempertahankangigi tetap.
Required Treatment Index (RT/) merupakan angka persentass darl-jumlah gigi te(ap-yang karies
terhadap angka DMF-l', RTI menggambarkan besamya kerusakan yang belum ditangani dan
memerlukanpenumpatan/pencabutan,
121
Tabel 4.4.4.15
~-Prqpor~i,p,enduduk.dengan· F-ungsi flormal Gigi dan· Penduduk
EdentulOL~s.menurut Kabupaten/Kota. di' P.t.ovlnsi -Kalin1antan Ba rat,
Riskesdas 2007
Dari tabel di atas terlihat 88,2% penduduk umur 12 tahun ke atas memiliki fungsi normal
gigi (mempunyai minimal 2Q gigi berfungsi), lebih tinggi daripada hasil SK.RT 20(}1
(86,5%). Proporsi penduduk dengan fungsi gigi normal tertinggi di Kabupaten Kapuas
Hulu (97,1%), Sintang (~5,0%), Landak (94,4%).
Proporsi ecJefltulops atau hifang seluruh gigi sebesar 4,3%, relatif sedikit lebih rendah
darlpada angka nasfonal Riskesdas 2007 (4,5%). Secara umum 4,3% penduduk telah.
mernakai protssa ataa gigt, tiruan lepas atau gigi tiruan cekat, tertinggi ditemukan di
Kabupaten Kapuas Hulu·(13',-0%), dan Kota Singkawang (11,8%).
122
Tabel 4.4.4.10
Proporsi Penduduk dengan Fungsl-Normal Gigi dan Penduduk Edentulous
menurut Karakterlstik Responden,di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas
2007
Dari tabel di atas tampak persentase responden umur 35 - 44 tahun denqan fungsi gigi
normal sebesar 92,4%, lebih tinggi dari target WHO 2010 (90%) dan SKRT 2001
(91,2%)-. Sedangkan pada usta 65 tahun ke atas hanya 33,0%, masih jauh di bawah
target WHO (75%) namun masih lebih tinggi daripada hasil SKRT 2001 (30,4%).
Persentase edentu/ous penduduk umur 65 tahun ke atas sebesar 26,0%, jauh dari target
WHO (5%). Edentulous lebih banyak dijumpai pada perempuan dan lebih tinggi di
perkotaan. Tetapi menurut tingkS)t pengeluaran rumah tangga, sedangkan tersebar
merata pada semua tingkat pengeluaran rumah tangga.
Penduduk 12 tahun keatas dengan fun.Qsi normal gigi (mempunyai minimal 20 gigi
berfungsi) sebesar 88,2%, prOporsi tersebut hampir merata di f:Jerbagai karakterisflk
yaitu berklsar .90% kecuali pada uinur 65 tahun keatas hanya 33,0%. Hal ini
menunjukkan berkurangnya jumlah gigi secara bermakna pada umur tersebut.
Secara keseluruhan ditemukan 2,7% penduduk berstatus edennrlous (tanpa gigi).
Poporsi ini merata di berbagai karakteristik kecuali pada umur SS tahun keatas
diternukan status edentulous 26,0%. Secara keseluruhan 4,3% penduduk sudah
rnemakai protesa/gigi tiruan.Proporsi pengguna protesa meningkat sejalan dengan
meningkatnya umur, tertinggi pada kelompok umur 65 tahunkeatas mencapai 9,8%.
Lebih banyak pada perempuan, di perkotaan, dan pada ststus ekonornl menengah/
kuintil-3
123
4.5 Cedera dan Disabilitas
4.5.1 Cedera
Data cedera diperoleh berdasarkan wawancara kepada responden semua umur tentang
riwayat cedera dalam 12 bulan terakhir. Cedera didefinisikan sebagai Iuka atau trauma
akibat faktor internal'(dari diri sendiri) maupun eksternal (kecelakaan dan peristiwa lain
yang menimbulkan rasa nyeri/sakit), baik disengaja ataupun tidak.
Pembagian katagori bagian tubuh yang terkena cedera didasarkan pada klasifikasi dari
ICD-10 (International Classification Diseases) yang mana dikelompokkan ke dalam 10
kelompok yaitu bagian kepala; leher; dada; perut dan sekitarnya (perut,punggung,
panggul); bahu dan sekitarnya (bahu dan lengan atas); siku dan sekitarnya (siku. dan
lengan bawah); pergelangan tangan dan tangan; lutut dan tungkai bawah; tumit dan kaki.
Responden pada umumnya menqalarnl cedera di beberapa bagian tubuh (multiple
injury).
124
tO tO C') 0 ,.... ..... (') U) 0 U) U) CIC!.
o .;..: ·o .,..: o N" r.0 r.0 ....: a;; ....: ..; ...
00tOOOOOOOOOO .-
000000000000 Q
e!S)l!JSV 00tOOOOOOOOOO ..-
000000000000 Q
dese 6unJmµai /J'B)leq.1a1 oocooooooooioo M
0000000000....:0 c:;;
ooooc:oooooooo ...
cicicicicicicicicicicici Q
we1e66ua1 O'V<OOOOOOOOOO N
oooooN"oooooo c:;;
-c
Cl)
!J!P qnunq e4esn o-.rt0000000000
000000000000
M
c:;;
·~ we1e eur.>uee 00<0000000000
000000000000
...
c:;;
·-,,
D.. un:>e..eq ueqaq ue6uep )l~UO>f
o...,..c:o<"'>c:ot--ooioooo ~
oo~....:oN"N"o....:oc>ci ...
s0 1de eie[uas ue6uap )leqwai10 o-.rc.oooooooooo N
'I""~ 0000000000 oo c:;;
·c
"": (I) ue6ueJal\uad 0
('l").a)'<t_M_qqqqo_qa>_o_ M
~[
- ::s
co...-v..-oONOOOMO.,;
Cl) .Q
cu
-
.Q
~~
::s
a.. ('l"),.._M,.._OO>a>M...-0...-0>"""
::s
e(I) ~~~~~g~~g~g~ ti
E ONM00,.._000000"""
I!(I) o....:....:ooN"ocicioo·o o
,,
(I) oocoooooooooo ...
0 000000000000 Q
.Q
Cl
.Q
(I)
~
c eJape:)
~
D..
,,ccu
,,e
.(I)
(I)
o c
·;
coQ)
~
ii 0
!
Q.
<.D
N
..-
0 OO><OOC">OIOOO
ci ....: ...: ...: rr> c-i ....: iO ci
o..-oo_qoqooo_
ci cioociocicio
dese 0 (")~ 0 q 0 q q o q
6unJn)IJ9J/Je)leqJaJ 6 c-r o ci o ci o o ci o
tc
8?.
c
cu
i::s
e
Q)
i::s
Q) .
0
~
e
.ti>
~
a.
c:
:::J
-
s:
v
co
<O
I
io
l.O
--
.c c:
:::J :::J
c: 0
co
•-..:::J
.c ~
Q)
ca .£9 .0
.0
32 c: c:
co ;2; :::J
co
.c c:::J
E
co
.e l.O
2 .~
l.O
I
-
s:
v
C1J
......-
co
.0
c:
C1J
.c
.£9
v
--
Q)
c: :::J
VJ
:::J ......-
co ~
C)
c:
Q)
"O
I
......-
co
-
:::J
.c ..!!! 'Ci)
:::J co 'Ci)
:::J
.£9 'Ci)
co c:
0 ~
v ~ "O ~ "O
~I t'O co
I
0
0.
VJ
0.
'O)
c:
:::J
0.
Cb
N
...-
l.O c: "O)
- -...
.c
..-
....:::J ~
0)
c:
:e -
v
co 0)
c:
:e
E
:::J
~
8. s
c:
:::J
.c
Q)
:l:J c:::J ~
0
I
-
~
Q)
..... ....co
E:::J co
v
-
0.
E .c
ca E
0 I .ic: 0
Qi ......- 0 ~
~ a. c:::J v Qi
ca co
'Ci) E
<O
I
~
co
c:::J
"O 0 s: .c
-
:::J
ca
0. ca (i)
.Jo::
.e l.O
l.O
0.
"O
co co
'O) "O ca '"v"" .~ '5> N
v
0) ~ :::J
c: '6) E co ~ C)
I
:e Q) ·u.; ·a c:
:e io
-
C)
$!! c VJ :::J C) Q) ......-
~ co C1J c: co
~ C) "O "O :e ~ ·u;
4)
"O
~
c
~ ~ "E
A-
.E a.
(ij
- co c
ca
ca
0.
C1J
0.
'O)
0)
:e
.e
c
CIT
c: ~
0)
"O
co
.0
E
:::)"
ca
"O
co
0.
"O)
~
::i "O
m ~ .e ~ :e CfJ
'C' t: ~ Q) c:
~ "S c 0. :e
-
.::i 0 Q) Q)
c: 0. c 0. VJ Q)
E 0.
Q)
E c ::i ::i
("!
E
"'
....
~ E co
c
......- (13
:J "O
- .E
co
~
~
c:
"(ij
Q)
s:
:::J
:5
"O
.@ ~ c "O c
~ ~ ca (I) Q) 0
.0
v ~ a. E 0
.c ~ .loo:: (ll
.c
jg :J g>
{J. ~
)le:'. ...,~ ID
t- ~
€
::::)
~
::::)
6ueqwi:µa1 N
q....- o_..-:,qqo_o
00 0 0000
dese 0 '<t oMqqo_o
6unJn)l.lalJJe)leqJa . oo ONOOOO
O'<t'<tOCOO
000000
0 '<t oor-.ocoo
00 000000
,,l!
Q)
Q)
0
00
...... 0..-0000
0..-0000
e un:n!Jeq ueqeg C') 0 N 0 CO 0
.Q
e6uap >tli!lUO}I C'ioC'iC'ioo
~
~ 1de 8lefuas
cQ) 0 ...... 0 0 '<t 0 0 0
D.
ue6uap >1eqwa110 00 0 c:i c:i c:i c:i c:i
0 (!)
oir>
co It)
eapn
!S81JOdSU8J,l ...... "'?. '<t '<t ...... 0 eo 0
U&e)lBl839}1
...... 0 M"cio..-·oo
llJep JS81JOdSl,leJ,l.
. . uee>1e1a3a>f
-
dese
6unJn)IJaJ/Je)leqJa1 ooo_oo o 0 C)
000000 0 0
Eca
al 1se1pe~
00000
>l!JJ>fla u1sew 00 0 0 ....
c
sc 0 ....-
.-0000
0 0
N
0 0
ca c-ioooo o
0
0
M
0
.§ .-0000 N 0 M
~ c-ioooo o 0 0
we1e eue:>Ueg 00000 0 0 0
00000 0 0 0
unoareq ue4e
e6uep >fl!JUO)I Nll>OOO ll) o_ ~
Moooo c-i
=a 0 ....
~c
• C'O
1de e1efuas
T"'a:s ue6uap )feqwa11 00000 N 0 ....
.n 'C'
• CD
00-000 0 0 0
~.x ue6ueJe~uad 0
('I)
_go.
- (I)
""-
(!) ..-
cu c
I- co
"C
E(I)
-g
0
.Q
ca
.Q eJepn 1seµodsueJJ
(I)
~ uee>1e1e:>a)f o_ m_ o_ o_ o_ o q co
C' 00..-..-0 ....- 0
-
0
(I)
a.. 1ne1 1seµodsUeJJ
...
:J
:J
uee>1e1e:>e)I o_q q q o_ o
00000 0
o
00
o
c
(I)
E
E(I)
"C
(I)
0 eJapao CX>Nmm N
..f ll). M ..; ..; iri
UJ
cCl)
~
e
a.
N
6ueqwn.1eJ N
c:
(U
"O
M I"- <X) (") '<f CJt
N'..-...:N'...:..-
s1paw ue)fepu1.i
zc:
1se>mdwo>1 O'<f000..- ·5
000000 ~
oii.O
c:-=
0
ci ci
...... O'<fOOO..-
cicicicicio
·--
c:·-c:
"O
(U ::i
.o~
dese ·- (U
l"- "O "O
6un.1n)fJ9JJJe)leQJa.l O> CO 0 0 0 M
ci ci cicicicicio LO CU
- c.
NO
ci ci
""'-~·-
('()
"O
=
we1e66ua.i NN O'<fOCO'VM
c: (1)ti)
·- .c
ci ci ci ci ci ci ci 0 ~::J ·-
..Q
IO ..- O'<fl"-'<f'<fM
:o~c:
0 ci cicicicicio ·- (U
Oloi
0) c:
we1e eue:>uea 0 ...... O'<f000..- :§ ~
ci ci 000000 (1)
.c >.
·-
.0 c:
(1)
uneareq ue4eq
~ c.
e6uap )f eJUO)I O>"-.IO'<fC!_..-.
ci..-N'cio..-
!d&. eJefuas
0 ......
ue6uap )leqwaJ!p O'<fOOO..,..
ci ci ci ci ci ci ci 0
ue6ueJa,<ued IOO>~(o<X)..,..
rli i.O i.O rli r" .n
1ndwn.i / wefe.i 'VO>'<fOCOCJt
.epuea e>1n1J&.l aiC') rD -.:i i.O ....
NM(") MN M•
00
ai....:
IO IO
e.aepn 1sl!JJodsue.ii
uee>1e1e:>e)I
1ne1 !SRJJOdSUeJJ
uee>1e1e:>e)I
•e.aep !Sl!JJOdsueJl
uee>1e1e:>e)I
eJepeo
c
.e
e
0
4eMeq 1e>16un1 "'- m m .,.... co r-.. o m o o co "'"
ra 3
('I)
epe(l ..-..-..-(0('1)1"-..-C")<OOOLOO
N"' riN°N-o-.:i°m--i-.i"o--iN'
..-"=!"oC')oo..-oooooin
c-.roo oomoooooc
..-..-LOr-..r-..0>C')t0<001"-N~
m-.:i"N"a>ri.Oma:iri-.:i"N"~
.,.... .,.....,....,...~..._ ..... ...
,....,... .....
....
2:::s
cCl)
O>
c -~
E
e
Cl)
~ ~
]! c
'a
(1)
O>
.5 c
.e
Cl) cu
~ l9 .§
o-
"'
c
..!
~ ~
.C'IS
e
0..
1>1e>1 uep J!Wn.L
v
~(1J
c:
(1J
epea
OOCOO'V<OOOIOO
oo...:NNNN rir-: 0
Je4e1 o o co co o o -v io o o
0000...:0...: ..... co
ue6uBl uep
ue6uei u6eue1e6Jed
N_ M
NO
..........
c::
ro
::s c::
c. tU
E~
~ :!2
Q) 'O
o, 5i
Q..
(") (") "<t (") ....... "<t 0)
rr>....:c..rc.Jr?cic0
(")NM(")(")(")(")
<OIOO>ONNM
cO IC) ...: ci cO ....: cO
sete ue6ua1'nqee
1n66ued
6un66und 'lnJ&d
epea ..-100>..-or-.co
...:o...:rr>orr>c..r
-~O~(")IC>O
..-ocioc.Jcici
J:
::I
-
..0
::I
c:
cu
ueef.le>1ed -~
m
se
i
0
6ueqw1JJal N
4eMeq
4eMeq 1e>16un.i r- ........... (0 r-
uep 1mn1 M r:O .¢
"<t "<t "<t "<t "<t
o CJ:i
seie 1e>16uni
'1n66U!d t-C'\10>00
ri r-"' ri ,..: "<t.
epueqq
eMeq ue6ust 'mus
1naaued
6un66und '}rued
'(ii
epea o~ c:
...-N Q)
(ij .
C'\I It) IOO'<tC0..-
>.c
..,..: 0 ~ C'O
000 - a. 3:
C'O tU
_.o
N
• N co co It)
co - M
·"MOO
0 - • M
- ·-
a. c:
C'O
..... 0) T"""T-0)0).,....
~ C)
.... c:
Q)~
a. c:
C'O C'O
C)'O
0) ::I
c:~
g '(ii
".c ~
(IJ ~
Ee>
::J Cl
.c c: .... fij
1! ro c: a.
~
~~ (IJ g>
Cl> Q) ..:! ::I
a. a.. Q)
0)0)
C)
i= c: c:
Q) ::J
-a.a.
(IJ -:a
.M:.
t:n ...
-
.E ~
-·-
2e
- "O
:a
s -g
:::!i:
(L)
0
6ueqw1iiai N
co
(/)
:.0
~
c:
.c:
co
E
......
::J
ueJnJuea
Cl)
. _g
E
ro
Cl)
.....
0
0
N
Cl)
ca
"Cl
JCl)
a:...;
0 0 (0 0 0 ,..... 0 &O 0 0
l!
ca
666N'...:~c-.;...:66
m
c: qqMoqo,....ooq
.fJ ueun:nua}t o o 66..- 66 cti6o
c:
ca
.5 snJndJe.1 OOMOOM,..._&000
)leJe6eJo66uv 6666...:...:6...:66
~
Cl)
.c
N
~._ :::s
o..-vv,....c:oM0>,..._..- -ro
-. 0..·- 6 a> a:i cn- ....: c:o- N' a> 6 ..-
N N N N N N ..-
Cl)
·;::
co
u;• ...
- "Cl
"O
:s .c:
:!::>E
Q)
o M co_,..._ '<t_C!,1'-:.&0 o o_
6N' N'.-NN...:tO"o :a
~
.a .:ic rn
co 0 so
I- c. OMC»<ON<OC:OC:OC:OO
:a
oa>r-:6a:itri"..- ...:6i0
E MMNN'<tMN
~
0 c
.c:
-
~
2
:s
c:
rn
E
:::s
.-,
~
(I)
Cl) "O
E Q)
0
l!
4)
(/)
·2
i ....,Q)
0
.
.!!
c
..,
Cl)
'!
Cl)
~
!
Q.
i
1·
I
~
O> en_ O N CO IO M O
..- 0 oC\iC\io No
CO CO '<t 0 ll) M
..; .,..: r-: C') C') C')
..-O>IOOCIOO
..-N.,..:M.,..:o
O> r-,
oi 0
It)co
·u; ro
::J
c:
Q) E
-ro> Q)
rn
~ ro
c. "O
~ ro
::J c..
-c: 0)
c:
::I ·c:
~ Q)
co rn
~C)
co c:
.o=
M '<t
...;.....:
O> ...- 0
"c<)o.....:N'
IO CO
-._ ro
Q)
c:
ro c:
-2 ro
c..
0)
ueun:>eJa}t 0 0
"0000.....:0
0 0 IO 0
-::J
..c:
>-
co ._
C'O
(].)
·-Ci> "Oo
(].)
- • c:
C'O
snindJaJ )f eJa6 o o o ...- '<t "' ~ c:~
Q) C'O
eio66uv o o o N' N' o o 'B "O c.
-~
.s; g_ 2(].)
c:
.ii? gJ ·E
r-..r-..C:ONIOr-..o
ojC'\ic<)c<)ojN'o
.........
~ c: Q)
"$.· co o
('l)IOCX)r-..C:OM..-
ijue6aJ9J 'J!l!>tJa.t ;;; ~ ~ t ;;; ~ ~ -!
E
::I
co~
't:'
Q) C'O
~~
a ..2
'C
'C rn ro
T""C:00MONO
.....:.....:.....:<00N"o
CG
'O
·c: "O
.~ c: 0
..c: c: ~ "<:t
:.0 ro => ,...
!!! .:.::-
.... c:
co (].)
~ ~CD
:0 "O
C'O .... .c:•
Q) C'O
..-Q't-0)0),.... >- .0.(5
tooa1 e>t01 &i" ~- g ~ <i ~ CO.
c:
.c: <O
.... ~ C'O•
~ (].) U) ·c::-
E "O .c: Q)
cf>,....M,....'<ta>..-
r--:CJ:ic<)C'\ic<)<O..-
......
;:J
(].) ·- ~
0 U) (].)
'<t '<t '<t IO '<t '<t (0 ~ U) (0 .0
~(].) ··-
c:
E '0>
c:
.~ U)C'O
o
.£!?
<O .a>-
C'O c:
-0 .....
c: :J
c.. c.
...,
(].)
c:.:.::
U)
... ~.a
co c:
:J
<O
E
.0 ::J
E 'O'·~
c C'O ~ Q)
O>..-.:.::
.a
!
0
~-~
ffi c')
·c:
I'- .0
-
Q) Q)
.0
C'O
"O
~ ~
Q)
E- O>
(].) C'O c:
E .:.:: co
-q-
• ..2 >-
.:.::
"'": ro
,..... c
·n;
.0
iri.• "O
Q) ~
0
~B c.
a> tn E
.O·- 0
co ro a>
I- ...... ~
c:
co
"'O
0)
0)
c:
+:l
+:l
c:
·s
~
~
.$
c
co
c
ro
co
"'O
Q)
-e
Q)
ueun:>eJa)I c.
co
"O
srundrer )leJa6 ro
e}o66uv 0 eo ~
co ro
"O
+:l
._
'a
":. ~ <'>!. ~ "'t E
"<t N' (") "<t ... ro
..c
10
.....
T- ad <O
0 .,,....- CIC!.
..- ·-
CO_ :5
NC\INC\IN .S!
<D_ <D_
C\I .....
co co eo It) (lO
-~c:
~-gg~~ .!!!,
~
..c
ro
..Q
c:
~(/)
co
Q)
·c:-
Q)
E
4.5.2 Status Disabilitas/Ketidakmampuan ri
142
Tabel 4.5.2.1
Persentase Penduduk Umur 15 tahun ke Atas Menur-utMasalah Disabilitas
Dalam Fungsi Tubuh/lndividu/Sosial di Provinsi Kalimantan· Barat,
.. 'Rlskesdae ·2001
Dari Riskesdas 2007, pada tabel 4.6.1 tentang status disabilitas penduduk yang
berumur 15 tahun ke atas tampak bahwa persentase bermasalah yang agak menonjol
adalah dalam hal masalah melihat jarak dekat (30 cm), melihat jarak jauh (20 m),
kesulitan berjalan jauh (1 km), kesulitan berdiri selama 30 menit, napas pendek setelah
latihan ringan dan nyeri/rasa tidak nyaman. Sedangkan dalam hat membersihkan seluruh
tubuh, dan mengenakan pakaian merupakan permasalahan yang kecil.
Dalam menilai status disabilitas kriteria "Bermasalah" dirinci menjadi "Bermasatah" dan
"Sangat bermasalah". Kriteria "Sangat bermasalah" apabila responden menjawab ya
untuk salah satu dari tiga pertanyaan tambahan.
143
Tabel 4.5.2.2
Prevalensi Dlsabtlltas Penduduk Umur 15 Tahun Keatas
menurut Stjitus dan Kabupaten/Kota di Provinsi-Kalimantari Barat,
-RiskesClas2007
144
Tabel 4.5.2.3
Prevalensl, Disabi)itas Penduduk Umur 1 S·Ta.hun·Keatas
menµrut Statuadan Karakterlstlk Responden di OKI Jakarta,
Riskesdas 2007
145
Prevalensi disabilitas "Sangat bermasalah" cenderung meningkat pada kelompok umur
yang lebih tinggi, pada perempuah Mb'ih tinggi· aibandng faki:laki. Menurut tingkat
pendidikan penduduk prevalensi dlsabllltas :"sangat bermasalah" menonjol pada
penduduk yang tidak sekolah, tidak 1amat SD, tamat SD. Prevalensi disabilitas "Sangat
bermasalah" bervariasi menurut pekerjaan responden, prevalensi tertinggi ditemukan
pada kelompok yang tidak bekerja. Prevalensi disabilitas "Sangat bermasalah" tertinggi
terdapat pada' kelompok yang tidak beker:ja, sedangkan yang terendah pada kelompok
yang sekolah. Terlihat ada kecenderungan Prevalensi disabilitas "Sangat bermasalah"
lebih sedikit pada penduduk dengan tingkat pengeluaran perkapita yang leoih tinggi.
Pada penduduk umur 10 tahun ke atas ditanyakan apakah merokok setiap hari, merokok
kadang-kadang, mantan perokok atau tidak merokok. Bagi penduduk yang merokok
setiap hari, ditanyakan berapa umur mulai merokok setiap hari dan berapa umur pertama
kali merokok, termasuk penduduk yang belajar merokok. Pada penduduk yang merokok,
yaitu yang rnerokok setiap hari dan merokok kadang-kadang, ditanyakan berapa rata-
rata batang rokok yang dihisap per hari dan jenis rokok yang dihisap. Juga ditanyakan
apakah meroksk di da!am rumah ketika bersama anggota rumah tangga lain. Bagi
rnantan perokok ditanyakan berapa umur ketika berhenti merokok.
Tabel 4.6.1-: 1 menunjukkan bahwa gersentase penduduk umur 1 O tahun ke atas di
provinsi Kalbar yang merokok tiap hari 21,7%, sedikit lebih rendah dari angka nasional
yaitu sebesar 24%. Persentase merokok setiap hari tertinggi di Kabupaten Melawi
(34,5%), sedangkan terendah di Kabupaten Pontianak (13,3%) dan yang kadang-kadang
tertinggi di Landak dan terendah Kota Singkawang.
146
~abel 4-;6.1.1
Persentase .Pendudulf UmuMO l'ahuri ke Atas·menui'ut"
.f<ebiasaan·Merokok dawKabupaten/Kota' di·Provrhsi
Kallmantan ·Ba rat,· Riskesdas 2007
147
Tabel 4.6.1.2
Rersentase Pem:luduk Umur -10:-Tahul).;,ke. Atas.menuruU<ebiasaan Merokok
dan Karakt~ristik· Responden dJ Provinsi Kallmantan i3arat,
Riskesdas 2007
148
Tabet 4.6.1.3 menunjukkan perilaku .merokok saat ini dan rerata jumlah batang rokok
yang dihisap mer;iurut kabuP.aten/kota .• Perokok saat. ini adalah- perokol<· setiap hari dan
perokok kadang-kadang. Prevalenst perokok saat inidi provinsl Kalimahtantaatat 50,4 %
dengan rerata jumlah rokok yang dihisap 1,4~ batang· per hart. Prevalensi perokok saat
ini tertinggi di Melawi (59,6%), terendah di kabupaten Pontianak (40,9%i)
Tabel 4.6.1.3
Prevalensi Perokok Saat ini dan Rerata Jumlah Batang R'oko1{yang Dihisap
Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
'Kalimantan Barat,-Riskesdas 2007
149
T abel '4.6.1.4
Prevalenst P,erokok dan Rerata\JuR11ah eatang Rokok yang
Dihisap Penduduk Umur 10 Tahun.f<:e-Atas menurut xarakterlstlk
·Responden di Pr.ovlnsi Kalimantan Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 4.6.1.4 menggambarkan prevalensi perokok saat ini dan rerata jumlah batang
rokok yang dihisap per narl menurut karakteristik responden. Prevalensi perokok saat ini
mulai meningkat pada kelompok umur 15-24 tahun sampai kelompok umur 55-64 tahun,
kemudian menurun pada umur leblh lanjut.
Prevalensi perokok di provinsi Kalimantan Barat pada laki-lakl !;)0,4%, dan pada wanita
4,2%, rerata rokok yang dihisap pada laki-Jaki 1,95 batanglhari dan pada wanita 1,8
batang/hari. Prevalensi peroko]; saat ini lebih tinggi pada penduduk tidak sekolah, serta
di daerah perdesaan. T•da1< tampakadanya perbedaan antara penduduk dengan tingkat
pengeluaran rumah tangga per kaplta tinggi dan rendah.
150
Tabel'4.6.1.5
Persentas~ P-endudUk- Ur.nur ~to. T.ahoo· ke Atas.·yan'!J; MerQkok
Menurut Usia· MulatMeFokok Tiap f-taFt. dan Kabupaten/Kota,
di Provinsi Kalimantan 'Barat, R.iskesdas 2007
~
Usia.Mulal Merokok 'ftap Hari .
Kabupaten/Kota
5-9 f0-14 1·5-19 20-24 25-29 >=3 Tidak
th th th th th th Iab11
Sambas 0,2 6,1 30,7 22,6 6,8 2,4 31,2
Bengkayang 0,4 7,4 36,8 10,3 2,6 1,8 40,8
Landak 0,3 4,4 21,8 11,4 2,5 2,2 57,4
Pontianak 0,8 8,4 33,2 13,2 1,9 1,9 40,7
Sanggau 1,4 15,1 41 18,5 4,3 4,3 15,5
Ketapang 1,2 7,3 31,5 14,2 3,0 3,9 39,0
$intang 0,5 3,0 29,7 14,7 3,9 1,8 46,4
Kapuas Hulu 0,8 10,9 25,3 8,9 4,3 3,1 46,7
Sekadau 2,3 6,5 38,1 20,5 3,7 2,3 26,5
Melawl 0,7 9,5 24,6 7,2 2,6 3,0 52,5
Kota Pontianak 2,2 8,0 43,9 17,7 4,8 1,9 21,6
Kota Singkawang 1,3 14,8 49,6 18,3 3,0 1,3 11,7
Kalimantan Barat 1,0 8,2 34 15,3 3,8 2,5 35,2
Tabel 4.?.1.5 menunjukkan persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang merokok
menurut usia mulai merokok tiap hari. Usia mulai merokok tiap hari ini i:;ienting diketahui
untuk melihat lamanya paparan rokok pada penduduk. Persenfase usia mulai merokok
tiap hari umur 15-19 tahun di provinsi Kalimantan Barat rnenduduki tempat tertinggi,
yaitu 34,0%. Untuk kelornpok usia muda (5-9 tahun) didapat 1%, tertinggi di kota
Pontianak ..
Tabet 4.6.1.6 menunjukkan persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang merokok
menurut usia rnulai merokok tiap hari dan karakteristik responden, Berdasarkan
kelompok umur, 45,8% penduduk umur 10-14 tahun sudah rnulai merokok tiap haR pada
usia 5 - 9 tahun.
Untuk setiap kelompok usia mulai merokok tiap hari pada urnumnya persentase laki-laki
lebih tinggi dibandingkan perempuan, kecuali pada usia 10 -24' tahun.s.
Terlihat perbedaan persentase usia mulai meroko"k tiap hari dilihat dari tipe daerah, di
perkotaan lebih tinggi dari perdesaan. Dari ti,ngkat p.engeluar~n rumah tangga per kapita
per bulan terlihat pada kuintil tinggi lebih sedikit yanQ. mulai merokok usia muda . Yang
tamat SMA+ tidak terlihat merokok pada usia muda (5 - 9 tahun).
151
Tabet 4.6.,1.6
Persentase Penduduk Um.ur 1<> Tahun ke Atas,·yang Merokok msnurut Usia
Mul~i Merokok Tiap Hari dan Karakteris1ik Responcten di Provinsi
Kallmantan Barat, Riskesdas 2007
152
Persentase tertinggi usia pertama kali merokok terdapat pada kelompok usla 15-19
tahun (30,4%), .disus~I usia-20..~24.tahun (&,8%). Menurut,kabupaten/.kota; perok:ok:Vang
mulai merokok pada usia 15-19 -tahun tertingg,i dijumpai di kota- Singkawang (42,%),
disusul kota Pontianak (41,2%). Perokok yqng.mulai merokok.pertama kali pada usia 5-
9 tahun terbanyak di Sanggau (2,5%), diikuti Kapuas Hulu (1,7%) .. Sedangkan perokok
dengan umur mulal ~roJ(ok· pada umur 10 - 14 tahun tertinggi di Sanggau (16,2%),
disusul kota S1ngkawang 14,3%.
Tabel 4.6.1.7
Prevalensi Penduduk Umur 10 Tahun Ke Atas yang Merokok menurut Umur
Pertama Kali ·Merokok dan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat,
Riskesdas 2007
153
Tabel 4.6.1.8
Persentase Penduduk Umur 1 o Tahun 'ke A'fas yaiig 1"'erokok menurut Usia
Pertama Kali MeroRok/·Menaunyati lembakauClan Karakt,eristil<' Responden
di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.6.1.9 menunjukkan prevalensi perokok yang merokok dalam rumah ketika
bersama anggota rumah tangga menurut kabupaten/kotai. Sebanyak 88,6% perokok
merokok di dalam rumah keti~a bersama anggota rumah \angga lain. ·
154
Tabel ·4.6.1.9
Prevatensi PeFokok Dalam Rumah Tangga Ketika·Be.rsama Anggota Rumah
Tangga menu rut Kabueaten/Kota di Provins( Kalh'nantan,. BC\rat,--2007
Sambas 94,7
Bengkayang 93,9
Landak 90,6
Pontianak 8.5,5
Sanggau 90,0
Ketapang 89,7
Sintang 92,3
Kapuas Hulu 90,8
Sekadau 90,0
Melawi 89,3
Kota Pontianak 75,8
Kota Singkawang 92,5
Kallmantan Barat 88,6
Secara umum jenis rokok yang paling banyak diminati adalah rokok kretek dengan filter
(57,8 %), kemudian kretek tanpa filter (37,6%) dan rokok linting (16,0%) (lihat Tabel
4.6.1.10.
Tabel 4.6.1.10
Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas yang Merokok menurut
Jenis Rokok yang Dihisap dan Kabupaten/Kota di Provinsl Kalimantan
Barat, 2007
155
Menurut kelompok umur, pada umumnya jenis rokok yang diminati adalah kretek dengan
filter,.,.kecu,ali pada kelompok UJlll!r 55 t~hun. ke. atas kretek-tanpa fitter merupakan
1
pilillannya. Demlklan juga r9~0J<, lintinQ dan tembasau .kunyan .•. banyak diminati oleh
pertduduk berumur §5 tahun ke atas. Menur-µt jenis ketamin, laki-laki lebih dominan pada
semua jenis rokok dibandingkan perempuan, kecuali penggunaan tembakau kunyah
pada perernpuan 15 kali lebih .banyak dibf!ndingkan laki-taki. Menurut pendidikan,
penduduk tidak sekolah lebih banyak menggunakan rokok kretek tanpa filter atau rokok
linting dibandingkan jenis rokok lainnya, dan pada jenjang pendidikan lainnya didominasi
oleh penggunaan kretek dengan filter; demikian juga halnya menurut tipe daerah dan
tingkat pengeluaran per kapita (Tabel 4.6.1.10).
Tabel 4.6.1.11
Sebaran Penduduk Umur 10 Tallun ke Atas yang Merokok menurut Jenis
Rokok yang Dihisap dan Karakteristik Responden di Provinsi Kalimantan
Barat, 20()7
Jenis rokok yang dihlsap
Karakteristlk Kretek Kretek Ce Temb-
Rokok Rokok Cang- akau Lain-
dgn tanpa
putih linting klong
ru nya
filter filter tu dikun-
Kelompok Umur ( thn)
10-14 23,9 12,9 21,1 4,3 o.o 0,0 1,4 0,0
15-24 69,8 29,9 23,2 8,1 0,2 0.3 1,0 0,4
25-34 66,7 3~2 11,3 9,5 0,6 0,3 2,5 0,7
35-44 60,2 ~.5 11-,3 14,8 0,7 0,5 3,1 0,7
45-54 50,9 44,2 8,2 20,0 0,7 0,2 5,8 1,1
55-64 39,6 43,7 8,2 29,9 2,0 0,7 11, 1 0,9
65-74 35,3 35,3 6,p 37,6 0,8 0,4 14,5 0,8
75+ 25,7 31;e 9,6 40,7 0,9 1,8 15,8 0,9
Jenis K~lamin
Laki-laki 60,8 38,9 14,6 14,9 0,6 0,4 2,1 0,5
Perempuan 23,8 22,8 6,2 27,5 1,0 0,4 31,3 3,3
Pendidikan
Tidak sekolah 3-1,7 39,9 6,5 32,9 1,3 0,0 20,1 2,4
Tidak tamat 45,0 46,0 8,5 23,8 O,S. 0,1 6,1 0,7
TamatSD 58,1 42,4 12,1 16,1 0,6 0,3 2,3 0,5
Tama\SMP 68,4 36,9 18, 1 10,8 0,5 0,7 1,1 0,4
TamatSMA 72,9 23,7 21,5 4,8 0,4 0,7 0,6 • 0,5
TamatSMA+ 77,7 24,5 18,.8 3,1 1,6 1,6 2,1 0,0
Tipe Daerah
Kota 68,8 27,4 17,4 4,4 1,1 1,2 1,9 0,6
Desa 54,1 41,0 12,7 19,6 0,6 0,1 5,3 0,7
Tingkat
pengeluaran
fkapita
Kuintil-1 51,9 41,6 12,7 20,3 1,0 0,4 7,3 0,9
Kuintil-2 56,2 40,1 13,5 18,8 0,6 0,6 4,8 0,8
Kuintil-3 54,5 38,7 12,3 rn,1 0,3 U,1 4,5 0,8
Kuintil-4 62,1 35,3 14,3 13,0 0,7 D,3 4,0 0,7
Kuintil-5 62,7 33,8 1p,2 j 1,3. 0,7 0,1 2,3 0,5
156
Sebaran penduduk umur ~ 1 O tahun ~ yang merokok berdasarkan jems· 'rokok yang
,dihisap. (lebih.dari 69) banyak.,ruman tangga berumut 15 ~·24 tahun,:mei!lghisap rokok
kretek dengan filter. Laki-Jaki l~bih· ,banyak~ menghisap ,rokok .kretek berfitter dibanding
wanita. Kecenderungan peoduduk y~mg~berpendidikan tamaf ·SMA (7Z.,7%}menghisap
rokok 'kretek filter. Di perkotaan cenderung lebih besar mehghisap 'rokok kretek filter
'dibandingkan di perdesaan. Terdapat perbedaan untuk setiap kuintil dalam tnemilih jenis
rokok yang dihisap. Semakin tinggi penghasilan-semakin banyak menghisap rokok jenis
kretek filter, dan semakirr rendah penghasilan semakin banyak memilih rokok linting,
cangklong dan tembakau kunyah.
Ada kecenderunqan penduduk berumur 75
tahun keatas memilih rokok linting,
disbanding jenis rokok y.ang lain. Acf'a pengaruh pendidikan dan alam memilih jenis
rokok. Penduduk dengan tingkat pendidikan tidak sekolah dan tidak tamat SD lebih
memilih rokok lir,iting, sedanqkan penduduk dengan tingkat pendidikan lebih. tinggi akan
lebih memilih rokok kretek denqarrfitter.
Data frekuensi dan porsi asupan sayur dan buah dikumpulkan dengan menghitung
jumlah hari konsumsi dalam seminggu dan jumlah porsi rata-rata dalam sehari.
Penduduk dikategorikan 'cukup' konsumsi sayur dan buah apabila makan sayur dan/atau
buah minimal 5 porsi per hari selama 7 hari dalam seminggu. Dikategorikan 'kurang'
apabila konsumsi sayur dan buah kurang dari ketentuan di atas.
Tabel 4.6.2.1 menunjukkan penduduk umur 10 tahun ke atas di provirtsi Kalbar yang
kurang konsumsi buah dan sayur sebesar 94,9%. Kurang makan sayur buah terbanyak
di Sambas (99,3%)).
Tabel 4.e.2.1
Prevalensi Kurang Makan Buah dan Sayur Penduduk 1 n-tahun ke Atas
menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Kalimantan Barat; Riskesdas 2007
157
Pada tabel 4.6.2;2 tampak bahwa di sernua kelempok umur terlihat kurang konsumsi
sayµr buah.dlatas 90% .. Tidak ada perbedaan konsumsi'buah qan sayurantara laki-laki
dan perempuan. Berdasarkan pendidikan juga kurang terlihat perbedaan'konsumsi sayur
buah .. Tidak tampak adanya perbedaan mencolok antara perilaku·konsumsi buah dan
sayur di petkotaan dan perdesaan. Berdasarkan tingkat· penqeluaran per kapita j1Jga
tidak terllhat perbedaan yang mencolok dalamkonsurnsl sayur buah yang kurang.
Tabel 4.6.2.2
Prevalensi Kurang Makan Buah dan Sayur Penduduk 10 tahun ke Atas
menurut Karakteristik Responden di Indonesia, Riskesdas 2007
i56
4.6.3 Perilaku Minum Minuman Beralkohol
.I ' ... .. r. l s'~., .,
Salah satu faktor. rislko. kesehatan adalah kebiasa~fl ·minuQ1· aJkohot lnformasi perilaku
minum .alkohol didapat dengan rn~nanyakan kepada {esppruten urnur 10.·tahun ke-atas .
.Karena perilaku minum alkohol seringkali periodik 'rnaka ditanyakan perilaku mlnurn
alkohol 4alam periode 12 bulan dan- satu bulan terakbir .. Wawaocara diawaU dengan
pertanyaan apakah rninum mlnuman beralkohol dalam 12 bulan terakhir. Untuk
penduduk yang rnenlawab "ya" ditanyakan dalam 1 bulan terakhir, termasuk frekuensi,
jenis minuman dan rata-rata satuan minuman standar.
Dilakukan kalibrasi terhadap berbagai persepsl ukuran, yang digunakan responden,
Sehingga dldapatkan ukuran stander, yaitu satu minuman stander setara dengan bir
volume 285 mililiter.
Tabet 4.6.3.1 memperlihatkan prevalensi pemlnum alkohol 12 bulan terakhir di provinsi
Kalimantan Bafat sebanyak 3,3%, · sedangkan yang masih minum dalam satu bulan
terakhir 1,5 %. Prevalensi tertinggi konsumsi alcohol 12 bulan terakhir tertinggi di
kabupaten Sekadau (9,6%), kabupaten Sintang (J,3%) dan yang terendah di kabupaten
Sambas· (0,5%). P.r~alensi pemfnum alkohol 1 bulan terakhirt tertinggi pada kabupaten
Sekadau (6,2%), kabupaten BengRayang (5,3%RT) dan terendah Kata Pontianak (0,1%
RT).
tabel 4.6.3.1
Prevalensi Peminum Alkohol 12 Bulan dan 1 Bulan Terakhir menurut
Menurut Kabupaten I Kota Di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Konsumsi Konsumsi
Kabupaten/Kota
Alkohol 12 Bulan alkohol 1 Bulan
Terakhir terakhlr
Sambas 0,5 0,3
Bengkayang 5,9 5,3
Landak 1,5 0,6
Pontianak 1,1 0,2
Sanggau 6,5 3,2
Ketapang 3,4 2,9
Slntang 7,3 0,7
Kapuas Hulu 4,3 2,1
Sekadau 9,6 6,2
Melawi 5,2 2,5
Kota Pontianak 1,5 0,1
Kota Singkawang 2,0 0,7
Proplnsl Kalimantan Barat 3,3 1,5'
159
Pada tabet 4.6.3.2 dapat dilihat bahwa prevatensi peminull) alkohol 12 bulan dan satu
bulan terakhir m.utaitinggips;ipaumur antara 15-24 tahun, ya!tu sebesar 2,8% dan 1,3%,
yang selanjutltya meningkat menjadi 3;9% dan 1,9% pada urnur 25-34 tahun. .
Menurut jenis kelamin, prevalensi peminum alkohol pada laki-laki yang mengkonsumsi
alcohol 12 bulan··terakhir dan 1 bulan terakhir adalah 2.~ % dan 1,5% .. Sedangkan
menurut pendidlkan, prevalensi minum alkohol tinggi tampak pada yang tidak sekolah.
Prevalensi peminum alkohol di perdesaan lebih tinggi dari perkotaan. Tidak lampak
perbedaan prevalensi peminum alkohol yang mencolok menurut tingkat pengeluaran per
kapita per bulan.
label 4.6.3.2
Prevalensi Peminum Alkohol 12 Bul~n dan 1 Bulan Terakhir menurut
di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Konsumsi Konsumsl
Karakteristik alkohol
alkohol 12 Bulan
terakhlr 1 Bulan terakhir
Kelompok umur (tahun)
10-14 tahun o.~ 0,1
15-24 tahun 2,8 1,3
25-34-tahun 3,9 1,9
35-44 tahun 4,3 1,9
45-54 tahun 4.7 2,2
55-64 tahun 4,2 1,5
65-74 tahun 3,6 1,8
75+ tahun 0,6 0,0
Jenis Kelamin
Laki-laki 2,4 1,5
Perempuan
Pendidikan
Tidak sekolah 8,0 4,3
Tidak tamat SD 3,1 1,3
iamat SD 3,1 1,3
TamatSMP 2,5 1,0
Tamat SMA 1,9 0,8
TamatSMA+ 0,3 0,3
Tipe Daerah
Pekotaan 1,5 0,5
Perdesaan 4,1 1,9
Tingkat pengeluaran per
kapita
Kuintil-1 4,2 2,2
Kuintil-2 3,8 1,9
Kuintil-3 2,7 1,6
Kuintil-4 2,5 1,1
Kuintil-5 3,4 0,9
' 160
Tabel 4.6.3.3 m·enggambarkan 'persent(:\S~ P.~QdUduk, umur 10 fahun l,<e atas yang minum
alkohol menurut frek1.fensi 'minurn serta 'je~is minuman berdasarkan kabupatervkota. .
Tampak bahwa minyman tr~disional banyak dikonsurnsi di semua kabupaten/kota,
kecuali kota Pontianak .. Untuk konsumsi bir tertinggi' di kota Pontianak
Tabel 4.6.3.3
Persentase·Peminum Minuman Beralkohol 1 Bulan Terakhir Berdasarkan
Frekuensi Minuin dan Jenis Minuman dan Kabupaten/Kota di Provinsi
Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.6.3.4 menggambarkan persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang minum
alkohdl menurut frekuens! minum serta jenis minuman berdasarkan
karakteristik responden. Peminum alkohol yang minum dengan frekuensi c::: 5 hari ti~p
minggu (hampir tiap hari} banyak terdapat pada umur 55 tahun k~ f.lt9..s d~n meningkat
pada pendidikan vang semakin rendah. ,Laki-laki yaAg rnlnum > 5 had tiap minggu
sebesar 10,7%. Frekuensi mim.im alcohol lebih tinggi di perdesaan dari ~d~ perkotaan.
Pada kuintil 4 dan 5 frekuensl rnlnurn 1 - > 5 hari tiap minggu lebih rendah dibanding
kuintil 1 ,2 dan 3. Jenis minuman yang banyak disukai adala.h minuman tradisional .
161
----------- -~ ~~-- ~ -
Tfibel 4.6.3.4
Kelompok umur
(tahun)
10-14 0 0,01 33,3 66,7 0,0 0,0 100,0
15-24 14,3 10,7 35,7 39,3 3,6 0,0 96,4
25-34 9,3 20,9 30,2 39,5 11, 6,8 81,8
35-44 7,9 18,4 42,1 31,6 0,0 0,0 100,0
45-54 6,7 26,7 36,7 30,0 0,0 3,2 96,8
55-64 22,2 22,2 33,3 22,2 0,0 10,0 90,0
65-74 16,7 0,0 50,0 33,3 0,0 0,0 100,0
Jenis kelamin
Laki - lafd 10,7 1"8.9 36,5 34,0 3,7 3,1 93.,2
Perempuan
Pekerjaan
Tidak sekoleh 14,8 20,4 25,9 38,9 1,8 1,8 96,4
Tidak tamat SO 17,1 20.0 25,7 37,1 2,9 0,0 97,1
TamatSO 5,3 13,2 57,9 23,7 2,6 2,6 94,7
TamatSM!=> 5,9 2$,+ 35,3 29,4 10, 5,3 84,2
TamatSMA 0,0 1.1 58,3 38,5 15, 15,4 69,2
Tamat PT 0,0 0,1) 0,0 100 0,0 0,0 100,0
Tipe Daerah
Pekofaan 6,7 13,3 46,7 33,3 26, 0,0 73,3
Perdesaan 11,7 19,3 35,2 33,8 2, 1 3,4 94,5
Tingkat
pengeluaran/kap1ta
Kuintil-1 18,0 20,9 34,9 25,6 o.o 2,4 - 97,6
Kuintil-2- 13,2 21,1 34,2 31,6 5, 1 7,7 87,2
1<uintil-3 6,3 25,0 28,1 40,6 ~.1 0,0 96,9
Kuintil-4 8,o 16,0 40,0 36,0 8,0 0,0 92,0
Kuintil-5 4,8 9,5 47,6 38,1 9,5 4,8 95,5
162
Tabel 4.6.3.5 menggambarkan persentase peminum minuman beralkohol satu bulan
ter.akhir berdasarkan st;ttuan standar m,inuman menurut kabupatenrkota. ·Prevalensi
peminum alkohol dengan frekuens! minum 1-2 satuan/hari sejumlah 35,9%, yang minum
> 11 satuan/hari sebesar 5,9%.
Tabet 4.6.3.5
Persentase Peminum Minuman Beratkohol 1 Bulan Terakhir Berdasarkan
Satuan Standard Minuman dari Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan
Barat, Riskesdas 2007
Pada tabel 4.6.3.6 tampak bahwa rata-rata menurut kelompok umur minum alcohol 30 -
40%, kecuali kelompok 10 - 14 tahun 10,3%. Untuk setiap kelompok ukuran minum
minuman alkohol, persentase laki-laki lebih tinggi dari perempuan.. Oemikian pula
dengan tipe daerah, di perdesaan minum alcohol ~ 11 satuan/hari lebih. tinggi dari
perkotaan. Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, khusus untuk ukuran
3 - 4 satuan/hari terbanyak di kuintil 1.
163
Tabe1, 4.6.3'.6
Pr.oporst-P.em1ntnnMinuman Bera1k0hcn 1' E,nJJan·Terakhir Berdasarkan
Satuan Standard Minuman Menurut Kcircikateristil< Cit Provinsi
Kalimantan Barat
Kelompok umur
(tahun)
10-14 tahun 10,3 0.0 0.0 1,7 87,9
15-24 tahun 36,2 5,7 1,7 4,8 51,5
25-34 tahun 36,2 6,6 3,4 6,6 47,2
35-44 tahun 40,2 4,0 2,8 5,2 47,8
45-54 tahun 40,1 6,4 1,1 7,5 44,9
55-64 tahun 31,8 3,5 0.0 7,1 57,6
65-74 tahun 34,6 3,8 0.0 7,7 53,8
75+ tahun 25,0 0.0 0.0 12,5 62,5
Jenis kelamin
Laki 37,8 6,0 2,3 5,6 48,3
Perempuan 27,& 1.9" 1,4 7,4 61>,B
Pendidikan
Tidak .sekolah 22,S 1,3 0.0 7,6 68,4
Tidak tamat SD 35.9 6,8 1,0 4,7 51,5
TamatSD 42,9 4, 1 3,4 5,1 44,6
Tamat SMP 37,2 8,4 3,7 4,2 46,6
TamatSMA 35,3 3,5 2,9 8,8 49,4
TamatSMA+ 27,3 9, 1 18,2 45,5
Tipe Daerah
Pekotaan 41,7 1,3 4,5 3,2 49,4
Perdesaan 35,1 5,7 1,8 6,3 51,0
Tingkat
pengpluaran/kaplta
Kuintil-1 35,3 7,5 1,9 5,6 49,6'
Kuintil-2 41,0 4,4 2,0 7,6 45,0
Kuintil-3 34,6 3,7 1,8 4,6 "55,3
Kuintil-4 33,7 5,2 2,6 6,2 52,3
Kuintil-5 33,7 4,5 2,5 5,4 54,0
Catatan : 7 - 1 O satuan/ hari tidak terdapat
*1 satuan minuman standard yang mengandung 8 - 13 g etanol, misalnya terdapat
dalam:
1 gelas/ botol kecil/ kaleng (285 - 330 ml) bir ,
1 gelas kerucut (60 ml) aperitif
1 sloki (30 ml) whiskey
1 gelas kerucut (120 ml) anggur
164
Tabel 4.6.3.7 mempertihatkan standar minuman berakohol dalam sehari tersering i2: 9
sat/haJi:pad.aJ,celomp9k:,umur 7f, tagun ~ ke-atas (100,.0%)' dao sat/hr 1-2 sat/hari pada
kelompok umur.5?-64 ta~un,(45,5%) .... ,,.. . t l •
Dari jenis pendldikan hamplr sama ~engan kelompok umur tersenng pada :!: 9 satrhari
dan satlh~ 1,-2 sat/hari. Daerah perkotaan tersering rneQggun~kan Standar minuman
berakohol dalam sehari 3-4 dan ~ 9 satlhan sedang daerah perdesaan tersering
menggunakan Standar mlnurnan.berekobol dalam sehari 3-4 dan i2: 9 sat/haJ:i 1-2 dan 5-6
satlhari. Berdasarkan tingkat pendapatan kurang nampak ada pola yang be'rbeda antara
status ekonomi rendah dan tinggi..
label 4.6.3.7
Proporsl Peminum Minuman Beralkohol 1 Bulan Terakhir
Berdasarkan Satuan Standard Minuman,
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Aktivitas fisik secara teratur bermanfaat untuk rnengatur berat badan dan menguatkan
sistem jantung dan pembuluh darah. Dikumpulkan data frekuensi beraktivitas fisik dalam
seminggu terakhlr untuk penduduk 1 O tahun ke atas. Kegiatan aktivitas fisik
dikategorikan 'cukup' apabila kegiatan dilakukan terus-menerus sekurangnya 1 O menit
dalam satu kegiatan tanpa henti dan secara kumulatif 150 menit selama lima hari dalam
satu minggu. Selain frekuensi, dilakukan pula pengumpulan data intensitas, yaitu jumlah
hari melakukan aktivitas 'berat', 'sedang' dan 'berjalan'. Perhitungan [urnlah menit
aktlvitas fisik dalam seminggu mempertimbangkan pula jenis aktivitas yang dilakukan. di
mana a'ktivitas diberi pembobotan, masing-masing untuk aktivitas 'berat' empat :kali,
aktivltas 'sedang' dua kali terhadap aktivitas 'ringan' atau jalan santai
'165
Tabel 4.6.4.1
Pt~alert$1 ~ng Aktivita~ F1sik Pendoduk 11> tahun ke Atas
M~nurut KaQuJjatenI Kota·Di Provinsi Kalimantan Barat
Tabel 4.6.4.1
Prevalensi penduduk 2:10 tahun yang kurang aktiv~tas fisik adalah 34,5%, tertinggi di
Kota Pontianak {71,2%}, dilkuti kabupaten Pontianak (45.6%), Kota Singkawang (39.41'~)
dan terendah pada Kabupaten Sekadau (13,7%) ..
166
Tabel 4.6.4.a
Preval}lnS.iKuratrg :4ktivJtas$isik -~ttdudU1< ~&(af.ruh ke Aias menurut
-, Karakter~tik·Responden .. •·
di Provinsi Kalimal'.ltan Bf}rat, Riskesdas 200:7
Karaktenstik _Kur~ng
Kelompok Umur ('Thn)
10-14 tahun 68,8
15-24 tahun 79,5
25-34 tahun 82,0
35-44 tahun 77,2
45-54 tahun 66,8
55-64 tahun 50;8
65-74 tahun 29,7
75+tahun 41,0
Jenis Kelamin
laki-taki 70,1
Perempuan 68,3
Pendldikan
"fidak sekolah 68,9
Tidak tamat SD 66,8
TamatSD 71,2
TamatSMP 74,2
TamatSMA 67,4
TamatPT 56,8
Pekerjaan
Tidak kerja 40,8
Sekorah 46,5
lbu RT 72,6
Pegawai 62,3
Wiraswasta 71,3
Petanilnelayanlburuh 88,9
Lainnya 65,8
Tipe Daerah
Pekotaan 54,9
Perdesaan 74,8
Tlngkat Pengeluaran per Kapita
Kuintil-1 29.0%
Kuintil-2 33.0%
Kuintil-3 32.5%
Kuintil-4 37.3%
Kuintil-5 40.7%
167
Tabel 4.6.4.2
Pa~a.~~be.114.6.4.2 terlihat..ba.nw.a.m.enucutkelompak !UR1UP/kur~qg 1aktivitas fisik paling
tinggl terdapat pada kelompok. usia muda, ... umur. :1-0-14·tahuf): ..(68,-8%), 15 -24 tahun
(79,5%) dan 25 - 3.4. tahun 82%. La!<i-laki (70, 1 %) sedikit lebih tinggi beraktivitas fisik
kurang dibanding perernpuan (68,3%). Berdasarkan tingkat pendidikan, tamat
perguruan tinggi lebih rendah persentase yang kurang aWtifitas fisik. Prevalensi kurang
aktivitas fisik penduduk perkotaan (54,9%) lebih rendah di banding perdesaan (74,8%),
dan semakin tinggi tingkat pengeluaran per kapita per bulan semakin meningkat
prevalensi kurang aktivitas fisik.
Data mengenai pengetahuan dan sikap penduduk tentang flu burung dikumpulkan
dengan didahului pertanyaan saringah : apakah pernah mendengar tentang flu burung.
Untuk penduduk yang pernah mendengar, ditanyakan lebih lanjut pengetahuan tentang
penularan dan sikapnya apabila ada unggas yang sakit atau mati mendadak,
Penduduk dianggap memiliki pengetahuan tentang penularan flu bt.Jrung yang benar
apabila menjawab cara penularan melalui kontak dengan unggas. sakit atau kontak
dengan kotoran unggas/pupuk kandang. Penduduk dianggap- bersikap benar bila
menjawab salah satu :. melaporkan kepada aparat terkait, atau membersihkan kandang
unggas, atau mengubur/ membakar unsgas sakit, apaoua ada unggas yang sakit d~~!R
mati mendadak.
label 4.6.5.1.1
Persentase Penduduk 10 tahun ke Atas menurut Pengetahuan Dan Sikap
Tentang Flu Burung Di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Pernah Bersikap
Berpengetahuan
Kabupaten/Kota mendengar benar
benar tentang flu.
tentang flu tentang flu
bu rung
bu rung bu rung
Sambas 65,4 49,2 54,3
Bengkayang 44,5 33,2 40,1
Landak 30,2 23,6 28.4
Pontianak 73,9 66,4 67,9
Sanggau 44,1 37,2 ~0,6
Ketapang 41,8 35,6 38,4
Sintang 60,0 51,3 51,8
Kapuas Hulu 68,7 43,7 46,9
Sel<adau 52,9 39,3 48,7
Melawi 31,4 23,8 20,8
Kota Pontianak 75,5 58,8 70,4
Kota Singkawang 62,3 53,4 56,6
.Propinsi Kalimantan 66,1 36,0 46,5
Barat
168
Tabet 4.6.5.1.1 menunjukkan.persentase penduduk '2: 10 tahun di provinsi Kalimantan
Barat rnempunyai ·p,eogetahuan41u l>tJrung terb.anyak pemah-mendenqar-tentanq flu
b4ri.mg (56.• 1%), ber~i~ap benar.tentanq-flu burung (46,5%) dan berpenqetahuan.benar
tentang flu burung ,(36,0%).
Bila diurutkan pengetahlfan pernah mendengar tentang flu burtmQ' tertinggi di Kota
Pontianak (75,5%), kabupaten Pontianak (73,9%), Kapuas Hui~ (68,7%) dan terendah
pada Landak {30,2%). Bersikap benar tentang flu burung tertinggi di kabupaten
Pontianak (66,4%), Kata Pontianak (58,9%), kota Singkawang (53,4%) terendah di
Landak (23,6%). Dan berpengetahuan benar tentang flu burung tertinggi di Kota
Pontianak (70,4%)1 kabupaten Pontianak (67,9%) terendah di Melawi (20,8%)
• ·• ' , .: . 'T-abel 4.&.5.-1 J2:::i- ~
Persentase PEtnl:fudUJ.' 'Ut({lhun ke·Atas menurut Pengetahuan Dan Sikap
Tentang ·RU Burung dan Karakteristi'k Responden
Qj Provinsl K11limanfanBarat, Riskesdas 2007
Pernah Bersikap
Berpengetahuan
Krakteristik Mendengar Benar
Benar Tentang
Tentang Flu Tentang Flu
Flu Burung
Burung Bu rung
170
Tabel 4.6.5.1.2 menunjukkan persentase pendu.duk C::10 tahun yang pernah mendengar
tentang flu burung dan berpenqetahuan darr ber&i~p benar tentang flu burung
terbanyak pa_da,.um"~r 15-44 tahun dan terendahpadcrumui:4ebihdariatau~sama dengan
75 tahun, Lakl-laki.leblh tinggl pengetahuannya tentan9.1 flu_qurupg dibanding wanita.
Ting~at pendidikan semakin tin99i I pengetahun tenteng fl,u burung semakin baik.
Pendudak di daerah perkotaan lebih tinggi pengetahuan tenta11g flu burung dibanding di
daerah perdesaan. Jerdapat perbedaan antara tingkat pendapatan rendah darr tinggi,
semakin tinggi tingkat pendapafan penduduk semakin tinggi pengetahuan tentang flu
bu rung.
4.6.5.2. HIVllADS
171
Tabel 4.6.5.2.1
Persentase Penduduk 10 ttmun1t~·Ata IVletiuM Pengetahtian
Tentan~PU\'lfA1DSdcili· . ·. .. '.
Kabupaten I Kota di Proviftsi Kalimafltan Bllf!at, ·Atsk~sdas2007
172
Tab~I 4.6.5.~.2
P'~r$,ntase .Pe:ndud~ 1·0 tabulJ-k~ ·Atas meno·rut·iteO:g~tahuan T.er'ttang
l>UV/AIDS dan .Karatteristik·Resporufen, di p.fiovinsi R~Umantan Barat,
Riskes~as.20&7 ·
Karakteristik Pernah ~rpengetahuan Berpeng~tahuan
Bersikap
Responden mendengar benar tenfang benas tentang
benar
penularan pencegahan
Kelompok Umur (tahun)
10-14 tahun ~4,2 23,8 8,2 39,9
15-24 tahun 61,7 B1,3 31,5 40,6
25-34 tahun 59,9 59,6 27,2 37,7
35-44 tahun 52,8 52,7 24,7 38,1
45-54 tahun 40,0 39,7 19,2 37,7
55-64 tahun 27,9 27,8 12,1 37,7
65-74 tahun 18,5 18,4 7,0 38,6
75+ tahun 7,0 6,9 2,8 44,0
Jenls Kelamin
Laki-laki 50,2 49,9 24,0 55,1
Perempuan 43,0 42,8 19,3 56,0
Pendidikan
Tidak sekolah 12,1 12,0 3,1 58,8
Tidak tamat SD 23,2 23,0 8,4 53,2
TamatSD 40,0 39,8 13,4 53,9
Tamat SMP 65,8 65,5 30,7 54,8
Tamat SMA 83,3 83,0 41,7 57,0
TamatSMA + 87,8 87,8 61,9 61,3
Pekerjaan
Tidak kerja 39,5 39,2 17,5 54,f
Sekolah 40,8 40,3 19,6 50;5
lbuRT 50,1 50,0 22,5 55,0
Pegawai 84,5 84,2 53,1 61,5
Wiraswasta 65,5 65,5 31,9 56,6
36,0 35,8 1.3, 1 55,7
Lainnya 51,8 51,1 26,5 51,6
Tlpe Daerah
Pekotaan 63,7 63,4 33,0 60,6
Perdesaan 39,9 39,6 17,2 52,4
Tingkat Pengeluaran
perKapita
Kuintil-1 34,8 l4,6 14,0 54,1
Kuintil-2 39,6 39,4 16,9 54,4
Kuintil-3 45,1 44,8 19,6 52,7
Kuintil-4 51, 1 50,9 23,7 56,0
Kuintil-5 69,3 58,9 31,4 57,7
173
Tabel 4.6.5.2.2 menunjukkan persentase penduduk <!:10 tahun yang pernah mendengar,
tentang HIY/All;)S .... terbanyak·umur 15 - 24 tahun·(61,i!'¥o):1erendah' pada umur 75
tahun ke atas. Ang9ota .rumah tangga berumur-t ~ - ·24' tahun, berpenqetahuan benar
tentanq penularan HIV/AIDS tertinggi (61,3%). AnggQta rumah tangga berumur 15 - 24
tahun, berpenqstahuan benar tentang· .pencegahan HIV /AmSt;t1 ,5%). Bersikap benar
tentang HIV/AIDS -tertinggi pada · usia 75 keatas, Semakin tinggi tingkat pendidikan
maka pengetahuan tentang HIV/AIDS semakin tinggi. Laki-laki lebih tinggi pengetahuan
tentang HIV/AIDS dibanding wahita. Penduduk di daerah perkotaan lebih tinggi
pengetahuan tentang HIV/AIDS dibandirig di daerah perdesaan. Terdapat perbedaan
untuk setiap tingkat pendapatan mempengaruhi pengetahuan tentanq HIV/AIDS.
Semakin tinggi tingkat pendapatan penduduk semakin tinggi pengetahuan tentang
HIV/AIDS.
label 4.6.5.2.3
Persentase Penduduk 10 tahun ke Atas Menurut Sikap Bila Ada Anggota
Keluarga Menderita HIV/AIDS dan Kabupaten I Kota Menurut di Provinsi
Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Bicarakan Cari
Ka bu paten/ Mera ha Konseling Mengu
dengan pengobatan
kota siakan &pengobatan cllkan
ART lain alternatif
Sambas 61,9 7~.8 85,0 62,0 65,3
Bengkayang 56,0 57,6 91,8 58,7 91,$
Landak 50,3 66,4 94,7 81,0 93,0
Pontianak 49,4 54,9 93,5 57,2 93,2
Sanggau 65,9 85,9 95,5 74,0 87,5
Ketapang 41,7 60,2 87,2 70,5 81,5
Sintang 59,9 73,9 87,6 69,0 81,3
Kapuas Hutu 54,9 58,6 92,6 67,0 90,4
8el<adau 61,9 67..5 94,5 57,9 88',1
MellfNi 47,2 72,2 92,2 56,7 93',3
Kota 55,0 59,9 85,6 66,4 89,1
Kota 73,2 67,4 94,8 28,6 91,9
Proplnsi 62,8 86,2
55,6 64,3 90,1
Kalimantan
Ba rat
Tabet 4.6.5.2.3 memperlihatkan persentase penduduk <!: 10 tahun yang bersikap benar
tentang HIV/AIDS di Provinsi Kalimantan Barat terbanyak pada konselinq &pengobatan
( 90,1%) tertinggi di Sanggau (95,59%), terendah di Sambas (85%0. Prevalensi yang
bersikap mengucilkan (86,2%) tertinggi Melawi (93,3%), terendah di Sambas (65,3%) .
Prevalensi di Provinsi mem bicarakan dengan ART lain· (64,3%) tertinggi di Sanggau
(85,9%), terendah kabupaten Pontianak (54,9%). Prevalensi cari pengobatan alternative
(62,8%) tertinggi di Landak (81%), terendah Kota Singkawang (28,6%) . Prevalensi
merahasiakan (55,6%) , tertinggi di Kota Singkawang (73,2%), terendah di
Ketapang( 41,7%).
174
label 4.6.5.2.4
P.ersentase Penduduk·JI a·tahun·k& Atas- menurut Sikap Andaikata Ada
Anggota ·Keluarga Menderita1HIV/AfDS·dan KaraktfiJ)"istik Responden
di PFO'linst Kalimantan· Bar~t, Rislcesdas 2007
175
Tabel 4.6.5.2.4 menggambarkan persentase penduduk i::10 tahun yang bersikap benar
tentang hHV/AIDS tertinggi di kelompok umur 45--54 tahun.. 1.:;aki•laki oerpenqetahuan
sedikit lebih baik dibanding perempuan:1Semakin·tinggi· tingkat-pendidikan semakin baik
pengetahuan tent?1ng HIV/AIDS. Penouduk di daerah perkotaan lebih tinggi pengetahuan
tentang HIV/AIDS dibanding di daerah perdesaan, Terdapat perbedaan untuk tingkat
pendapatan tertiadap pengetahuan tentang HIV/Ates, semakin tinggi tingkat
pendapatan penduduk semakin ·tinggl pengetahuan tentang HIV/AIDS.
Perilaku higienis yang dikumpulkan meliputi kebiasaan/perilaku buang air besar (BAB)
dan perilaku mencuci tangan. Perilaku BAB yang dianggap benar adalah bila penduduk
melakukannya di jamban. Mencuci tangan yang benar adalah bila penduduk mencuci
tangan dengan sabun sebelum makan, sebelum menyiapkan makanan, setelah buang
air besar, setelah menceboki bayi/anak, dan setelah mernegang unggas/binatang.
Tabel 4.6.6.1
Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas yang Berperilaku Benar Oalam
Buang Air Besar dan Cuci Tangan menurut Provtnsl Kalimantan Barat,
Riskesdas 2007
Berperilaku Benar
BerperUaku Benar
Cuci Tangan Oengan.
Kabupaten/Kota Dalam Hal BAB
Sa bun
Sambas 40.0% 0.8%
Bengkayang 37.4% 5.7%
Landak 20.7% 8.0%
Pontianak 47.8% 4.6%
Sang~au 25.0% 8.4%
KetapanQ 33.2% 1.7%-
Sintang_ 28.7% 3.7%
Kapuas Hulu 31.2% 8.6%
Sekadau 20.0% 6.0%
Melawi 27.7% 10.1%
Kota Pontianak 87.3% 7.8%
Kota Singkawang 71.9% 3.3%
Kalimantan Barat 41.7% 6.1%
T.abel ~.6.6.2 memperlihatkan persentase penduduk '1::1 cl tahun yang berperilaku benar
dalam hal buang air besar dan cuci tangan dengan sabun. Sebesar 41,7 % penduduk
Kalimantan Barat . berperilaku benar dalam hal .buang air besar. Tertinggi di kota
Pontianak, terendah di Landak. Hanya 5, 1 % penduduk berperilaku benar mencuci
tangan dengan sabun, ·tertinggi di kabupaten Melawi, terendah di Sambas ..
176
Tabel 4~6.6;2
Persentase.~enl:luduk 1:0-tatiunA(a.Atas . yang~'Berperila,ku Benar. dS1iam ijal Buang
- ,·Air Besar.dan.cuci-Tangan menurut KaraJrter.i~ti·kfiesp.o,n<;ten
di Provinci·Kalimantan Barat, Risl{e~da~2007
Berperilaku.Benar
Karakteristik Berperilaku Benar Dalam
Cucl Tangan Dengan
Responden Hal BAB
-Sabun
Kelompok Umur (Thn)
10-14 tahun 68,8 18,7
15-24 tahun 73,3 24,6
25-34 tahun 70,9 25,6
35.44 tahun 72,4 24,8
45-54 tahun 73,4 24,7
55-64 tahun 70,5 20,3
65-74 tahun 71,8 17,9
75+ tahun 67,0 15,3
Jenis Kelamln
Laki-laki 71,2 18,7
Perempuan 72,1 27,8
Pendidikan
Tidak sekolah 55,3 16,6
Tidak tamat SD 61,8 19,9
TamatSD 69,1 21,7
TamatSMP 77,8 25,4
TamatSMA 88,6 49,5
TamatPT 95,4 39,1
Pekerjaan
Tidak kerja 78,3 22,9
Sekolah 72,1 20,8
lbuRT 79,6 33,9
Pegawai 93,2 29,1
Wiraswasta 84,9 22,9
Petanl/nelayan/buruh 57,3 18,8
Lainnya 79,8 23,1
Tlpe Daerah
Pekotaan 94,9 26,9
.Perdesaan 62,5 21,9
Tingkat Pengeluaran per Kapita
Kuintil-1 21.7% 4.8%
Kuintil-2 32.5% 5.4%
Kuintil-3 41.3% 5.1%
Kuintil-4 48.0% 4.3%
Kuintil-5 '65.0% 6.3%
177
Tabet 4.6.6.2 m,~11111erlihatl(an ,persentase penduduk ~1:0. tahun yang berperilaku
be.na,r .~al.qru ~~atba~n~l ~irJ>e.sar 73.~%2 pada pendudu~ ~rumuF45 .... 54 tahun. Tingkat
pendid1kan rriempenqaruhl Terdapat perbedaan untuk.setlap kuintil untuk mempengaruhi
berperilaku benar dalarn. hal bu~ng air besar. Sem9kin tinggi tingkat pendapatan
semakin tinggi persentase ,tJerper~laku benar hidup bersih dan sehat.
Perempuan memiliki kesadaran lebih tinggi berperitaku hidup sehat dengan meneucl
tangan dengan -sabun dibandingkan laki-laki. Ti11gkat peadidlkan mempengaruhi
mempengaruhi perilaku hidup bersih, semakln tinggi pendidikan semakin tinggi
persentase perilaku hidup bersih dan sehat. Semakin tinggi tingkat pengeluaran
perkapita semakin tinggi hidup hiegienis.
Tabel 4.6.7.1
Prevatensi Penduduk 10 Tahun ke Atas dengan Konsumsi Makanan
Berisiko Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi di Indonesia, Riskesdas 2007
~ Pe
Berle- Je- Dipang Diawet Berka
Kabupaten/Kota Manis Asln nye
! mak roan gang kan fein
dap
/5.1 26.6 30.2 0.4 0.5 21.6 46" 98.4
Sambas
tl\1.1 l!5.4 4.1 U.!I i.o t.e t!7.4 1111.1
Bengkayang
Landak
5!1.7 3!1.\1 3~ U.4 U.5 us 7!1.3 lll!.1
178
secara, keselaruhan, tertinggi di Melawi- (98,8%) dan terendah di Ketapang (74,6%).
Sedaiig~an k~fein., sei:.ing tdikoesurnsi\oleh·59,6%·pendudu~'Kalbar, ·tertinggi di Landak
(i9,3%) dan terendah.di.kota RoRtianak 46,2%.
Tabet 4.6.7.2
Penduduk 10 Tahun ke Atas dengari Konsumsi Makanan
Prevalen.si
BerJsiko menurut Karakteristik.Respond~n.lli Provinsi Kalimantan Barat ,
Riskesdas 2007
179
meningkat sesuai .peningkatan usia, namun setelah usia 55:tallun prevalensi cenderung
menurun. P,ola yai:i~ sama .ditemt1kan•1Jntuk--<1(QRsumsi -penyedap ·makanan· menurut
umur. ... "' ..... . ... -~ .. - .. ,_
Menurut jenis kelamin, laki-laki cenderung lebih sering mengonsumsi makanan yang
manis-manis dan minum minuman berkafein dibandingkan perempuan. Sedangkan
untuk konsumsl jenis makanan berisiko lainnya pola prevalensi antara laki-laki dan
perempuan hampjr sama. Menurut tingkat pendidikan, µala prevalensi sering
mengonsumsi makanan manis.aslnjeroan, dipanggang, dlawetkan-cenderunq meningkat
sesuai dengan meningkatnya pendidikan. Prevalensi makanan asin, berlemak cendrung
lebih rendah di kuintil 4 dan 5 ..
Menurut tipe daerah, pola prevalensi sering mengonsumsi makanan jeroan, dipanggang,
diawetkan, kafein, penyedap dltemukan lebih tinggi di perkotaan dibanding perdesaan.
Sedangkan pola prevalensi sering mengonsumsi makanan manis, asin, lemak
cenderung lebih tinggi di perdesaan dibanding perkotaan ..
Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, pola prevalensi sering
mengonsumsi makanan manis, makanan asin, makanan berlemak, jeroan, rnakanan
yang dipanggang dan penyedap cenderung meningkat sesuai dengan peningkatan
kuintil ekonomi. Sernentara pola prevalensi sering minum minuman berkafein, nampak
berbanding terbalik dengan peningkatan kuintil. ekonomi.
180
Tabel ·4.7.1.1 .
PersentaseJRuM$-~:!Jarigg~~mi'rut 'Jaral ualrW'al<fp·-tE!mpUIT ke Fasilitas
Petayanan· i<esehatan•>,menilr~t"Kabupateri/Kota
df Provinsi Kalirrrantan·sarat, Rlskesdas 2-001
Tabel 4.7: 1.1 menunjukkan bahwa sebanyak 83,7 % RT di. Kalimantan Barat berada
kurang atau'sama dengan 5 km dari sarana petayanan kesehatan dan hanya 16,2% RT
berada lebih dari 5 km. Kabupaten dengan proporsi RT berTipe Daerah lebih dari 5 km
ke sarana pelayanan kesehatan tertinggi yaitu Landak (32,2%).
Dari segi waktu ternpuh ke sarana pelayanan kesehatan nampak bahwa 52,2%
penduduk dapat meneapai ke sarana pelayanan kesehatan kurang atan sama denqan
15 menit dan sebanyak 28,4% penduduk dapat mencapai sarana pelayanan
kesehatan dimaksud antara 16-30 menit.
Oengan demikian masih ada sekitar 19,3% RT yang memerlukan waktu lebih dari
setengah jam untuk mencapai sarana kesehatan. Daerah dengan proporsi tertinggi RT
yang memerlukan waktu tempuh lebih dari 30 menit ke sarana kesehatan adalah Landak
53,2%.
161
Tabel 4.7.1.2
Persentas·e. ~ah T:angga mell)Jiut Jarak·t1atr-waktKe FasiUtas
Petayanan Kesehatan•l dan Karakteristik-Rumah-·'fangga
di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
T.ipe daerah
Perkotaan 57,0 38,8 4,2 100,0 77,2 20,7 1,9 0,1
Perdesaan 29,5 50,0 20,5 100,0 43,4 31,1 15,4 10,2
Tingkat
pengeluaran
rumah tangga
perkapita
Kuintil-1 30,0 50,3 19,7 100,0 42,8 30,7 15,9 10,7
Kuintil-2 32,2 47,1 20,6 100,0 47,0 28,8 14,4 9,8
Kuintil-3 35,1 47,5 17,3 100,0 42,8 28,8 11,3 7,6
Kuintil-4 40,8 44,5 14,7 100,0 55,3 28,1 10,4 6,2
Kuintil-5 45,5 45,6 8,9 100,0 64,2 25,2 7,2 3.4
Kalimantan Barat 36,7 47,1 16,2 100,0 52,2 28,4 11,9 7,5
Catatan:
•> Sarana pelayanan kesehatan meliputi Rumah sakit, Puskesmas, Puskesmas pembantu,
Dokter praktek dan Bidan praktek
Tabel 4.7.1.2 memperlihatkan berdasarkan tipe daerah, proporsi rumah tangga dengan
jarak > 5 km menuju pelavanan kesehatan di perkotaan lebih s~qikjt dibandifl.gkan
perdesaan, demikian juga menurut waktu ternpuh > 30 menit di perkotaan lebih sedikit
dibanding perdesaan. '
Befdasarkan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, terdapat kecenderungan
semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga semakin dekat jarak, dan sema~in
-singkat waktu tempuh ke sar'ana pelayanan kesehatan.
182
Tabel 4:7.1~3
~-~~~~~~~~tnal;l ;fangga.tnehOf'\lt-darak~EJ~u1Wafttu Tempufi ke Upaya
Ke!?:eJla_.ll ~erbasi$."'Masyarak~ft,·.dan KabupaJen/Kota
di ~rovinsi Kalirnantan Barat, Riskesdas 2007
.
Kabupaten/ Jarij~ ke yarikes Eaktu tempuh ke yankes.
Kota. ·< 1 1-5km 5km <1~'· 16'- 31'-60 >60'
Sambas 80,3 19,3 0,4 81,4 16,3 1,8 0,5
Bengkayang 44,0 44,3 11,7 66,2 14,6 10,7 8,4
Landak 41,2 52,1 6,7 50,8 26,7 13,8 8,7
Pontianak 64,2 29,8 6,0 80,6 17,6 1,8 0,0
Sanggau 66,8 29,2 4,0 78,8 14,4 3,9 2,9
Ketapang 39,9 46,3 13,9 62,0 23,6 8,6 5,8
Sintang 48,1 38,4 13,5 61,6 16,9 10,9 10,6
Kapuas Hulu 74,2 20,8 5,0 65,4 30,2 0,8 3,6
Sekadai.J 53,8 37,9 8,3 68,8 19,1 9,4 2,8
Melawi 52,2 38,2 9,6 62,6 17,3 10,2 9,9
Kota Pontianak 82,1 17,5 0,4 95,6 4,0 0,0 0,4
Kota 91,0 8,6 0,4 93,9 5,3 0,4 0,4
Kallmantan
62,5 31,2 6,3 74,2 16,9 5;2 3,7
Ba rat
Catatan:
•> UKBM meliputi posyandu, poskesdes, polindes
Dari segi jarak, nampak di Kalbar bahwa 62,5% rumah tangga'berjarak kurang dari 1 km
dan 31,2% berjarak 1-5 km dari Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM).
Kabupaten dengan proporst rumah tangga tertinggi berlarak lebih dari 5 km ke UKBM
adalah Ketapang (13,9%} dan Sintang (13,5%).
Dari segi waktu tempuh ke UKBM nampak bahwa 74,2% runiah tan.gga di Kalimantan
Barat dapat meneapet UKBM dalam waktu kurang dari atau sama dengan 15- menit.
Sebanyak 16,9% rumah.tanggamemerlukanwaktu antara 10-30 rnenit, dan 3;7% rumah
tangga yang teralsa memerlukanwaktu-lebih dari 30 menit. Kabupatea dengan proporsl
rumah tangga dengan waktu tempuh lebih dart 30 menit ke UKBM tertinggi adalah
Sintang (10,6%), disusul Melawi (9,9%).
183
Tabel 4.7.1.4
P~rsen•~ ·Rtnnah Tanggwmenurut Jarak dan Waktu T~mpuh ke Upaya
Kesehatan Serbasls Masyarakat*l ltan Karakteristil<'RuhicltrTangga, Di
Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4.7.1.4 menunjukkan berdasarkan tipe daerah, proporsi rumah tangga dengs.m
jarak ke UKBM >5 kilometer, di perkotaan. lebih rendah dibandingkan dengan di
perdesaan. Begitu pula proporsi rumah tangga dengan waktu tempuh >30 menit, di
perkotaan lebih rendah dibandi~gkand~perdesaan.
Berdasarkan ijngl<at gengeluaran rumah tangga per kapita, terdapat kecenderungan
semakin tinggr Ungkat pengeluaran rumah tangga semakin dekat jarak, dan semaftfn
singkatwaktu tempµn~e UKBM.
Tabet 4.7.1.5. memberikan gambaran persentase rumah tangga yang memanfaatsan
pelayanan posyandu atau poskesdes di kabupaten/kota selama tiga bulan terakhlr,
Secara keselurshan, di Kalimantan Baratsebanyak 30,5%·rumah tangga mernantaatkan
pejayanan di posyandu atau, poskesdes. Sebanyak 60,1 % rumah tang9a menyatakan
tidak membutuhkan pelayanan di posyandu atau poskesdes karena berbagai alasan,
seperti tidak ada anggota rumah tangga (ART) yang sakit, tidak ada yang hamil atau
tidak mempunyai bayi/balita. Sedangkan yang sebetulnya membutuhkan tetapi tidak
memanfaatkanposyanduatau poskesdesadalah sebanyak 9,4% rumah tangga.
Kabupaten dengan persentase rumah tangga memanfaatkan pelayanan
posyandu/poskesdes tertinggi adalah Sekadau (61,0%) dan terendah adalah Kota
Pontianak (14,2%). Kabupaten dengan persentase rumah tangga tidak memanfaatkan
pelayanan posyandu/ poskesdes tertinggi adalah Kota Pontianak (80,2%) dan terendah
di Landak (31,5%).
164
Tabet 4. 7 .i.s
P~rsentase RqlllO ilan.gga-.¥ang l\tletnanfaatkan-~syandu/R9~kesdes
menurut K.:abup~ten/Kota.dt.Provfh·sj.Kalitnantan. Bar~t,- Riskesdas ·2001
Tabet 4.7.1.6
Persentase Rumah Tangga menurut Pernanfaatan Po$yandu/Poskesdes
dan Karakteristtk Rumah Tal)gga di Provinsi Kallmantaa Barat,
Riskesda;:s2007
Karakteristik Memanfaatkan lldak Memanfaatkan
Jidak Membutuhkan 'Alasan lain
Tlpe daerah '
Perkotaan 19,8 73,1 7,1
Perdesaan 34,4 ·55,3 10,3
Tlngkat pengeluaran
rumah tangga per
kaplta
Kuintil-1 36,3 52,4 11,4
Kuintil-2 35,8 54,8 9,5
Kuintil-3 32,2 58,3 9,6
Kuintil-4 27,2 62,9 9,5
Kuintil-5 20,8 71,9 7,3
Kalimantan ·earat 30,5 60,1 9,4
~65
Tabel 4.7.1.7. menggambarkan jenis pelayanan posyandu/poskesdes yang pernah
dilJl~n~~a~kap.;rum~ti.ti:mggadalam.ti_ga.J)µt~p.. ter~kb.ir~1=ramp9k•secara keseluruhan di
Kalimantan.Barat j~ni.s pelayanan yan_g.ba(lyak~diruaT;lfac;itkanplE!h rumah tangga adalah
penimbangan (68,8%) dan imunisas! (5914%). Hanya sedikit rumah tangga yang
memanfaatkan posyandu/poskesdesuntuk konsultasi risiko j:>enyakit (10,2%) dan PMT
(20,2%). .
Tabel 4.7.1.7
Persentase Rumah Tangga yang Memanfaatkan Posyandu/Poskesdes
· menurut Jenis Pelayanan dan Kabupaten/Kota
di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Konsu
Suple- l-tas!
Kabupaten/Kota Penlm- Penyu- Imuni- KIA KB
Pengo
PMT men resiko
bangan luhan sasi batan
gizl penya
kit
Sambas 87,7 21,6 72,8 26,1 18,7 35,3 8,2 47,6 2,6
Bengkayang 81,0 25,6 64,1 39,1 42,2 63,2 23,1 43,6 2,6
Landak 72,9 24,3 57,4 38,7 64,2 74,0 24,5 30,0 18,3
Pontianak 76,8 26,9 63,9 33,6 35,4 56,1 30,1 45,2 11,5
Sanggau 79,8 25,8 70,0 31,4 36,6 25,8 23,2 75,6 S,2
Ketapang 49,3 10,4 36.,9 11,2 35,8 4i,1 11, 1 19,8 1~9
Sintang 45,5 30,7 54,9 3'5,9 47,9 48,5 21,9 33,1 12,0
Kapuas Hulu 76,8 33,9 67,9 35) 42,9 32,1 14,8 29,6 5,4
Sekadau 48,0 18,3 38,3 30,9 51,4 68.4 4,5 32,8 14,2
Melawi 48,6 18, 1 40,3 25,0 32,4 4~.1 18, 1 31,0 2,8
Kota Pontianak 85,5 49,1 80,3 44,0 49,1 59,5 53,4 53,4 15,5
Kota Singkawan,g 91,5 28,2 84,5 32,4 26,8 23,9 20 63,9 2,8
K.$limantan Barat 68,8 24,8 s~ . 4. 31,2 40,6 49,5 20,3 40,9 10.~·
166
Tatlet 4.1.1.8
PetseJ1t~e~flu~1'Rlng:ga yang ~arifa.afkan ·Posyandu/Po~kesdes
menuFut·J~rri&·.Petayanan ',da~"Karakt&ristik 'Romab :r.angga; dl-Provlnsl
Katimantal\.Barat, Riskesttas 20'C>7
Konsul-
Karakteristik Penim- Penyu- lmunl- KIA Pengo Suple- tasl
bangan luhan sasi KB -batan PMT m.en resiko
91zi penya
kit
Tipe daerah
Perkotaan 78,9 36,4 69,6 37,1 39,9 52 33,9 48,3 14,6
Perdesaan 66,8 22,5 57,2 29,9 40,8 49 17,3 39,4 9,3
Tingkat
pengeluaran
rumahfangga
per kaplta
Kuintil-1 70,8 23,7 66,3 29 40,6 45,4 22 41,9 8,4
Kuintit-2 69,3 23,5 59,2 32,2 38,5 48,3 20, 1 39 7,5
Kuintil-3 66,3 26 56, 1 '31,2 40,7 49,5 19,1 42,9 10,7
Kuintil-4 68,7 24,3 57,5 30,8 43,8 53 21,8 2l0,9 11,3
Kuintil-5 68,7 28,4 53,7 32,8 39,7 53,9 16,9 40,1- 15,6
KalimantanBarat 68,8 24,8 59,4 31,2 40,6 49,5 20,3 40,9 10,2
187
Tabel 4.7.1.9
• ·Pfrlsenta~~·f~.µm:ab' Ta:n99a m,enurutYtlasan' Tida·k Memanfaatkan·
PosyCJ11dutP'Q$kesdes ctarrl<abupaten/Kota-di 'Pro.vin$1i<alimantan Barat,
· ·"1st<es~-'2007
Tabel 4..7.1.10 mengga.mbarkan alasan utama (di luar tidak membutuhkan) tictak
memanfuta-tkan posyandu/poskesdesmenurut karakteristik rumah tangga. Berdasaft(an
tipe daetah, di perketaan alasan 'jenis layanan posyandu/poskesdestidak lengka,p' lebiR
mendominasi, sedangkan di perdesaan alasan yang banyak dipakai adalah 'letak jauh'.
Ketida.kberadaan posyan(2u/posl<esdes dlsebut- sebagal alasan untuk tittat<
memaofa~tkaApelayanatt posyandu/poskesdesoleh· rumah-tangga dengan persentase
yang tida'ki berbeda antaraperkctaan dan perdesaan.
168
Tit~l 4.:7~~.10
Per$elllase.-RU(l1aJll·anuge Ju.rnnaattAJa*-an:.utamai·itfak:.Metnanfaatkan
e9syandu1P.o~e$des.{Di LuarJtctaki~t,mt~lltdJtn, KaraKteristik
Rumah Tangga, di Provinsi Kalimantan Barat, -~fskesdas 2007
189
Tabet 4.7.1.11
... , PtJnreJilasQ-;Rum:att i;&ngga)Y~mg Metttanfaatkan --
Polindes/8jda11·C~sa menurut.Kut>upatenfXota ttJtP.rovihsi -Kalimantan
Barat, R.isk~sdas2007
~90
JCJbel 4~7 ~1.12
P,ersen.tir.S~ .Rp~ab '1~gg'f.¥.an9~rnanf~kal1'Plltitrd'es/Bidan Des a
menur-ut-Kara~teri~lklRurnatr...~angga,·dtPravinsfffalimantan·sarat,
·Rtskes.das~2001
Tidak memanfaatkan
t{arakteristik Memanfaatkan
rumah tangga Alas an
Tidak membutuhkan
lain
Tipe Daerah
Perkotaan 8,0 60,2 31,8
Perdesaan 20,5 50,3 29,2
Tingkat Pengeluaran RT
Per Kapita
Kuintil-1 16,9 51,9 31,2
Kuintil-.2 20,2 48,1 31,8
Kuintil-3 17,5 51,7 30,8
Kuintil-4 17,7 51,6 30,8
Kuintil-5 13,5 01,4 25,1
Dari rumah ~ngga yang mesnanfaatkan pelayanan polindes/bidan di desa dalam tiga
bu Ian .. terakhir, jenis pelayanan yang diterima dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
pelayatian KIA dan pengobatan. Pefayanan KIA meliputi pemeriksaan kehamilan,
persalinan, pemeriksaan ibu nifas, perneriksaan neonatus, dan pemeriksaan bayi/balita.
Tabel 4.7.1.13 menggambarkan persentase rumah tan9ga yang memanfaatkan
polindes/bidan di cfesa rnenurut jenfs 'pelayanan dan provinsi. denia pelayanan yang
paling banyak dimanfaatkan adalah pengobatan (79,4%). Adapun pelayanan KIA yang
terbanyak dimanfaatkan adalah pemeriksaan bay.ilbalita (30,2%)~ disusul pemerlksaan
kehamilan (20~4%): Persentase rumah tangga yang rnemantaatsan pela~~nan
persalinan, pemeriksaan ibu nifas dan pemerfksaan neonates masing-masing di bawatT
10%.
Menurut kabupaten/kota, pemanfaatan polindes/bidan di desa sebagai tempat
pengobatan paling tinggi di Sanggau (91,3%), diikuti Bengkayang (91,2%) dan terendah
di kota Pontianak (64,7%). Untuk pelayanan KIA, pemeriksaan bayi/balita terbanyak
dimanfaatkan di Landak (54,1%) dan terendah Ketapang 914,3%). Pemeriksaan
kehamilan tertinggi dimanfaatkan di kota Pontianak (52,9%) dan terendah di Kapuas
Hulu (10,0%). Pertolongan persalinan terbanyak dimanfaatkan di kota Pontianak (29,4%)
dan terendah di Malawi (1,3%).
191
Tabel 4.7.1.13
Parsentas.e ~t1m-atr Jangga Varrg·Mernttnfaatkcfri Pt>lind&s/Bidan Cesa
mepurut-,J,:enia-.Pe(apnalJ'. diln Kebupatert/Kota~1dr·'Pr0vtnsi Kalimantan
Barat, R1skestfas 2007
Pemeri Pemerl
Pmeeik Pemerik
Kabupaten/ ksaan Persall ksaan Pengo
saan saan Bayi/
Kota Kehaml nan lbu batan
neonatus balita
Ian nifas
Sambas 20,4 7,3 3,6 3,7 34,2 71,4
Bengkayan9 23-,8 6,3 '4,8 4,8 24,6 91,2
Landak 32,1 16,7 18,7 12,3 54,1 78,1
Pontianak 23,0 9,7 9,7 11,5 28,3 88,5
Sanggau 15,9 6,7 3,6 7,0 21,4 91,3
Ketapang 10,2 1,4 0,7 0,7 14,3 70,4
Sintang 16,5 2,1 3,2 5,3 42,0 71,7
Kapuas Hutu 10,0 10,5 15,8 10,5 35,0 73,7
Sekadau 24,4 12,8 8,2 10,6 23,3 79,8
Melawi 10,5 1,3 3,9 1,3 21,1 80,8
Kota 52,9 29,4 29,4 29,4 40,0 64,7
Kota 35,3 20,7 20,7 21,4 43,8 68,6
Kallmantan 20,4 8,0 7,3 7,2 30,2 79,.4
Bara•
192
label 4.7.1.14
Persentase. RlJMah Tangga-yang,Memanfaatkan· PoUhdes/Bidm Desa
menur.ut Jenis.Pela,anan dan: K11rakteristilc RU mah Tangga
di 'Provlnsi Kalhnantan Barett, Riskesdas 2007
·Pemerik Pemeri
Karakterlstik Pemerik Pemeik
saan Persall ksaan Pengo
Rumah saan saan
kehami nan ibu batan
Tangga neonatus Bayi/Balita
Ian nifas
Tipe daerah
perkotaan 35,3 18,5 17,8 20,4 41,5 78,3
perdesaan 18,2 6,7 6 5,6 28,7 79,6
Tingkat
Pengeluaran
RT per Kapita
kuintil-! 15,0 8,2 6,7 4,1 33,0 76,2
kuintil-2 17,3 6,3 6,3 5,9 28,6 80,7
kuintil-3 23,3 11,5 13,0 9,5 33,2 76,9
kuintil-4 244 89 48 79 266 85,1
Tabel 4.7.1.15 menggambarkan alasan utarna rumah tangga (di luar yang tidak
membutuhkan) tidak memanfaatkan polindes/bidan di desa menurut kabupaten/kota.
Rumah tangga yang tidak memanfaatkan pelayanan polindes/bidaa di desa dalam tiga
bulan terakhir diminta untuk menyampaikan alasannya. Alasan utama yang disampaikan
meliputl 'tidak ada polindes/bidan di desa' (35,5%), 'letak jauh' (20,8%), dan 'layanan
tidak lengk?P' (7,3%).
Persentase rumah tangga yang tidak memanfaatkan. polindes/bidan -dl desa dengan
alasan 'tidak ada polindeslbidan desa' tertinggi ditemukan di Kapuas Hutu (60,8%) dan
terkecil di l<abupaten Pontianak (2,5%). Kabupaten Landak merupakan kabupaten
dengan persentase rumah tangga terting9i (50,0%) y~ng tidak mernantaatkan
polindes/bidan. desa dengan alasan 'letalt polindes/bidan' dr desa [auh', danpersentase
terendah kota Pontianak (0%). Sedangkan untuk alasart 'li:\IY,anan tidak l~ngkap'
persentase tertinggi adalah Landak (36,7%) dan terendah Sambas (0,5%).
193
Tabe14.7.1.15
Persentase Rumah·Tangga.Yang-:fidak Memanfaatkan.Pollndes/Bidan Cesa
menu rut ,Alasan Lain 'Clan. KabupatentKota di Prov:inst.Kalimantan Barat,
Riskesdas 2007
. ···194
Tabel 4.7~ t.1·6
-Persentatse .Rpmab,l'aR9tP.Mehurut Alassn- Utama· T.tda1<';Memanfaatkan
·Polincte.,/.6i(lan Pesa;Qan Karakteristik, ~umah~angga
di 'ProvJnsi Kalimantan -Sarat, Riskesdas 2007
Tabel 4.7.1.17. menyajikan infonnasi tentang pemanfaatan Pas Obat Desa (POD) atau
Warung Obat Desa 0JVOD) dalam tiga bulan terakhir. Secara Reseluruhan sebagian
besar rumah tangga (a9,1%) tidak memanfaatkan POD/WOO.
Persentase rumab tangga. ·yang n1emanfaatka~ POOJWOb. tertinggi ~i kal'.>upaten
Bengkayang (49,5%) dan terendah di Sambas. (0,0%). Sedangkaa persentase rumah
tangga yang tidak memanfaatkan POD/WOO karena tidak membutuhkan tertinggi di kota
Pontianak (27,2%).
195
Tab.el 4.7.1.17
Pers;entas&Runtah Tanggam~nurut'Pemanfaatan·Pos Obat Desai
· Warung Obat Oesa·dan·Kabup"aten/Kotct'
di- Previnsi Katlmantan Barat, Riskesdas 2007
n~~k M.~manfaatkan
Kabupateri/Kotil Memanfaatkan
Tktak A1asan lain
membutubkan
Sambas 0,0 3,3 96,7
Bengkayang 49,5 6,3 44,1
Landak 39,4 7,8 52,7
Pontianak 15,4 17,8 66,8
Sanggau 2,1 6,3 91,5
Ketapang 0,0 7,3 92,7
Sintang 0,5 16,3 83,3
Kapuas Hulu 0,5 5,2 94,2
Sekadau 19,9 7,9 72,2
Melawi 26,5 7,0 66,4
Kota Pontianak 8,0 27,2 64,8
Kota Singka~ang 1,9 6,6 92,2
KalimantanBarat 10,9 11,5' 77,6
Kajian pemanfaatan POD/WOO rnenurut karakteristik rumah tangga tersaji pada Tabel
4.7.1.18". Persentase rumah tangga yang memanfaa:tkan POD/WOO lebih banyak ctt
perdesaan (12,2%}4aripada di perkotaan {7,2%), sebaliknya untuk rumah tangga yang
tidak membutuhkan tebih banyak di perkotaan (80, 1 %).
Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita menunjukkan bahwa ada
kecederungan, semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga, semakin refldah
persentase rumah tangga yang tidak membutuhkan POD/WOO.
Tabel 4.7.1.18
Persentase Rumah Tangga Menurut Pemanfaatan Pos Obat Desai
Warung Obat Desa dan Karakteristik Rumah Tangga
di Provlnsl Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tidak Memanfaatkan
Karakteristik Alasan lain ·
rumah tangga memanfaatkan Tidak Membutuhkan
TipeDaerah
Perkotaan 7,2 70,7 22,0
Perdesaan 12,2 80,1 7,7
Tingkat
Pengeluaran
rumah tangga
per kapita
Kuintil-1 10,2 79,7 10,1
Kuintil-2 11,0 80,0 9,0
Kuintil-3 11, 1 18,8 10,1
Kuintil-4 11,4 76,0 12,8
Kuintil-5 . 10,8 13,4 15,8
196
Rumah tangga yang tldak mernanfaatkan PODNVOD diminta untuk menyebutkan
alasaqpy.a! Dari· ta,qet ~l~,,~ 1terjjhat...s~agian besar rumah .tangga, .(a3,2o/o) tidak
memanfaatkan POD,~Q[},.~e9Q~n.~lasal) yt!!ll)l~ 'tida~ ad~.P.ODtwOD'.
Rumah tangga yantf tidak memanfaatkan P.GDNVODdenga'n alasan 'letak jauh' tertinggi
kabupaten Pontianak (7,8%). Yang menyatakan alasan 'tidak ada PODNVOD', tertinggi
di Sanggau (99,5%), diikati Sambas (99,2%). Sedangkan untuk alasan 'obat· tidak
lengkap', tertinggt di Sekadau (4,8%~.
label 4.7.1.19
Persentase Rumah Tangga Menurut Alasan Utama Tidak Memanfaatkan Pos
Obat Desa/Warung Obat Desa dan Kabupaten/Kota
di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Tabel 4. 7 .1.20 menyajikan informasi tentang alasan utama rumafl tangga tidak
rnemantaatkan PODJ';IVOD rnenurut karakteristik rurnah tangga. Alasan utama 'terbanyak
yang dikemukakan adalah tiqak adanya f?OQIWOD. !fidak tampak perbedaan antara
daerah perdesaan dan perkotaan dalam hal alasan utama untuk tidak memanfaatkan
.
PODNVOD, begitu pula menurut tingkat pengeluaran rumah tangga
. .
per kapita.
. 197
Tabel 4. 7 ~1.20
Per.sehtase Rumah =tangga Menurut A1asan"\Jtama1·"fida1rMemanfa'atl<an
Pos Obat Desa/War.ung Qbat--Desa·dan Karakteristik'Rumah Tangga
di Provinsi Kalimantan Barat, Riske.sdas 2007
Tingkat pengeluaran
rumah tangga per
kapita
Kuintil-1 2,2 92,8 0,5 4,5
Kuintil-2 1,2 93,5 1,7 3,6
Kuintil-3 1,1 94,2 2,0 2,7
Kuintil-4 1,8 93,7 1,4 3,2
Kuintil-5 1,2 91,8 2,1 4,8
'198
"fabel4.7.2.1
Pers~nta~e-PendudUltt RawaHnap. m@nurut lieffrp'at dari Kabupaten/Kota
··,-(ti,·ProVinsi Katimantan-Barat, R~skesdalt 2067
RS Tidak
Kota RS Puskes Lain
PE(nle- RS-LN R$B Nake.s batrra Rawat
rinlah
swasta mas nya
I nap
Sambas 3,9 0,3 0 0,1 0,1 0,2 0 0,2 95,2
Bengkayang 2,4 1,9 6,1 0,2 o.~ 1,6 0,7 0 92,5
Landak 0,6 1,9 0 0 0,7 0 0 0 98,5
Pontianak 1,3 1,9 0 0 0,1 0 0 0 97,8
Sanggau 2,1 1,9 0,2 0,2 0,6 1 0 0,1 96,1
Ketapang ·2,0 1,9 0 0,1 0,5 0 ·o 0 96,7
Sintang 2,5 1,9 0 0,4 0,5 0,7 c.s 0,4 94,7
Kapuas . 1,0 1,9 0,1 0,1 0,5 0,2 0 0,1 97,7
Sekadau 1,9 1,9 0 0,1 0,7 0,2 0,1 0,1 96,4
Melawi 3,4 1,9 0 0,1 0,1 0,7 0,1 0.2 64,5
Kota 2,9 1,9 0,1 1,1 0,5 0,9 0 0.4 90,9
Kota 3,6 1,9 0 0 0,1 0,5 0. 0.2 93,5
Kalimantan
2,3 1,9 0 0,2 0,4 0,4 0,1 0.1 95,5
Ba rat
Uptuk rawat in~p (Jabel ~.7.2.1), ps;tling banyak masyarakat masih· memanfaatkan.RS
Pemerintah (2,l%), masih di bawajt persentase nasional 3, 1 %, kemudian disusut RS
Swasta (0,9%). Persentase terbanyak pemanfaatan RS Pemerintah untuk.rawat inap di
. Sambas (3,9%) dan Singkawang (3,6%), terendah di Landak (0,6%). Pemanfaatan RS
Swasfa terbesai di kota Pontianak (3,2% f '
Puskesrnas sebagat tempat rawat inap di Kalbar menempati urutan ketiga' setelab RS
Peinerin\ah dan RS Swasta. Persentase tertinggi terdapat di·Sanggau (C>,6%).
199
. Tabel 4.7 .2.2
•; ~·'Per$-enta'S~"Pemf Udtrk :Rawat tnap . .., ..., ~ ~ ,
menur-ut Tempat ctan;J(al;~kterlStikRumah·Tangga,dti'rovinsi Kallmantan
Satat, .Risk~Sdas2001.
tipe Qaerah
Perkotaan 3,7 2,2 ·0,1 0,6 0,3 0,6 0,0 0,2 92,2
Perdesaan 1,7 0,5 0,0 0,1 0,4 0,3 1,0 0,1 96,8
Tingkat
Ppengeluaran ·
rumah tangga
per kapita
Kuintil-1 1,8 0,5 0 0,2 0,6 0,4 0,1 0,2 96,3
Kuintil-2 1,7 0,7 0 0,1 0,4 0,4 0,1 0,1 96,4
Kuintil-3 2,1 0,8 0 0,2 0,4 0,5 0,1 0,2 9fl.7
Kuintil-4 2,2 1,3 0,1 0,2 0,3 0,4 0 0,1 95,4
Kuintil-5 3,6 r.s 0 0,4 0,3 0.,3 0,1 0,1 93;8
Dari Tabet 4.7.2.2 menunjukkan menurut tipe daerah, terllhat bahwa RS Pemerintah, RS
Swasta, RS lain, RS Bersalin, dan tempat praktek tenaga kesehatan lebih ..banyak
dimanfaatkan oleh masyaralat perkotaan, sedanqkan puskesmas leb1h banyak
dimanfaatkan masyarakat perqasaarr.
Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, tampak kecenderunqan oahwa
semakln tinggi tingkat penaeJuaran ~ema~in banyak yang ~e~anfaatkqn R~ Pemerfntan
'dan RS, S.wasta. Pem.etnf:i.atan sara'Ra lam tersebar ham par merata pada semua·ftngkat
pengeluarc1nrumal:I' tangga.
200
label 4.7.2.3
Pers·en~ Pe(ltfu~yk~Bmvat Jnap menur:utSl.lmberPembiayaan
dan Kabup;Jten(t(ota,.~i :Pro'linsi Kalimantan; Barat, Riskesdas 2007
Sumber Pembiayaan
Kabupaten/Kota SendirJ/ Askes/ Askeskin/ Dana Lain-
Keluarga Jamsostek Sktm Se hat Lain
Sambas 69,2 9,6 34,6 5,1
Bengkayang 82,8 3,0 15,2 4,0
Landak 84,4 6,3 31,3 3,1
Pontianak 53,0 29,0 36,0 2,0 7,0
Sanggau 75,8 28,4 6,3 1,1
Ketapang 73,3 14,4 12.4 4,5 4.4
Sintang 84,8 14,5 16,9 1,6
Kapuas Hulu 84,4 9,4 15,6
Sekadau 78,6 7,3 7, 1 9,5
Melawi 80,3 1,7 18,3 4,9
Kota Pontianak 82,1 19,5 9,4 1,0 4,9
Ko.ta Singkawang 51,4 25,7 2~,7 5,4
Kallmantan Barat 15',a 16,0 18,4 p;t 4~4
=
Sendiri pembiayaan dibayar paslen atau keluarganya
Askes/Jamsostek = mettputi askes PNS, Jamsostek, Asabri, A~kes swasta; JPK Pemda
=
Askeskin pembayaran dengan dana·Askeskin atau menggunakan·SKTM
=
Dana Sehat Dana sehattJPKM dan Kartu Sehat
=
Lain-lain diganti perusahaan dan pembayaran oleh piha!~ lain di tuar tersebut di atas
_201
Tabel 4.7.2.4
Persentase. Pendudul5 Rawat lnap'mEtnarot s·urnt>er Pembiayaan dan
Karakteristik RumahTangga, di Pt<>vinsi'<l<alitnantan Barat,
Riskesdas 2007
Tabel 4.7.2.4 memper:Jihatkan bahwa menurut tipe daerah, pembiayaan rawat inap oleh
Asl<es/Jamsostek lebih banyak. dimanfaatkan di perkotaan. Sedangkan untuk
pembiayaan rawat in?I) dengan mernanfaatkan Askeskin/SKTM lebih banyak diter:nUkan
di perdesaan,
'Menurut tingkat pengefuaraB rurrfah tangga per kapita, terlihat kecenderungan sernakin
tinggi tingkat pengeluaran semakin banyak perawatan lnap yang dibiayai
Askes/Jamsostelc. Stl'baliknya, -setnakin rendah tingkat· ,peng~lyaran eernakln balifVak
yang memanfaatkan AskeskinlSKTM dan Dana Sehat. Namun apabila dicermati masih
ada sekitar 9 - 15% masyarakat yang mampu secara ekonomi (kuintil 5 dan 4) masih
menggunakan Askeskin/SKTM
'202
Tabel ~:7.2:5
Persentase.Re$p~nden,Y.ang,Ra-W~t'.Jlll~'ri Satu Tabun- Terakhir.
menurut Temp~t dan Kabupaten/Xota di 1?rovinsi 1<alimefntari Barat,
Rtskesdas 2007
203
Tabel.4.7.2.6
Pe~entase- Penduduk RawatJaJan-menurut-T-ernpat dan Karakterlstik
Rum ah Tangga di ProvinsL Kalimantah Batat, Riske$das 2087
204
Tabel 4. 7 .2. 7
... """._""""'.""'' "'' . .:~"' :p~f'S•ntas& ·toenduduk Rawat '1afah' . . .
menllrtlt.Sumber Biaya dan'Khbupaten/Kota
di ProviJls·• K~Umantan·Barat, Ri~ke$das 2007
Sutnber Pembiaya~n
-,, Jli.
Kabupaten/Kota Sendiri/ Askes/ Askeskin/ Dana
Lainnya
Keluarga Jamsostek ~KTM Se hat
Sambas 88,2 2,4 6,1 0,8 3,8
Bengkayang 54,2 1,6 3,9 0,5 0,9
Landak ~7.5 ?.1 16,5 Q,2 0,6
Pontianak 72,8 6,5 23,5 0,8 0,6
Sanggau 87,9 8,4 3,1 0,1 2,1
Ketapang 87,8 5,6 4,8 0,7 4,8
Sintang 87,5 5,0 9,6 0,3 2,0
Kapuas Hulu 89,9 6,3 8,3 0,3 1,2
Sekadau 91,7 3,3 3,0 0,4 4,1
Melawi 87,6 3,1 8,3 1,6
Kota Pontianak 86,5 8,4 5,2 0,5 1,9
Kata Singkawang 40,6 43,7 9,8 2,4 7,5
Kalimantan Baral 85,6 -6,3 lt,5 0,5 2,4
Tabel 4.7.~.8
Persentase RespQnden Rawat-Jalan menurut Sumber Biaya dan
Karakteristik Rumah Tangga, di Prcwinsi Kalimilntan Barat,
Riskesdas 2007
Sumber Pembiayaan
Karaktristik
Sendirf/ Askes/ Askeskin/ · Dana
rumah.tangga l.a1nnya
Kelu~fga Jamsostek SKTM Sehat
Tipe Daerah
perkotaan 81,9 11,8 5,8 0,8 3,0
perdesaan 8?',2 3,8 9,7 o,3 2,0
84,4 3,2 13,1 0,4 1,6
Tingkat
Pengeluaran RT per
Kapita
kuintil-1 87,8 3,5 9,9 0,5 1,5
kuintil-2 84,1 5,8 10,8 0,6 2,6
kuintil-3 85,5 6,1 5,7 q,5 2,6
kuintil-4 85,3 9,9 4,6 0,3 3,4
kuintil-5
Keterangan :
Sendiri = pembiayaan dibayar pasien atau keluarganya
Askes/Jamsostek =
meliputi askes PNS, Jamsostek, Asabri, Askes swasta, JPK Pemda
Askeskin = pembayaran dengan dana Askeskin atau menggunakan SKTM
Dana Sehat = Dana sehat/JPKM dan Kartu Sehat
Lain-lain =
diganti perusahaan dan pembayaran oleh pihak lain di luar tersebut di atas
205
Sumber biaya rawat jalan menurut tipe daerah (Tabel 4.7.2.8), diperkotaan lebih banyak
oleh 'Aske's/J'amsostek .... •"djbaoding- ... perdesaan- . .,i:,. Biaya .sendirl/keluaraga dan
askeskin/SKfMlebi~ banyak.di perdesaan dibanding-perkotaan. 1
Gambaran sumber biaya rawat jalan dikaitkan dengan tingkat pengeluaran rumah tangga
per kapita menunjukkan adanya kecenderunqan semakln tinggi tingkat pengeluaran
semakin banyaRyang memanfaatkanAskes/Jamsostek untuk pembiayaan rawat jalan.
Askeskin/SKTMterbanyak di kuintil 1 dan 3.
Tujuh domai(t k.etangga'panyhtuk p~tayanan rawat jalan sama dengan domain rawat
inap, kecuali'l!!Ornainke delapan (kemudahandikunjungi keluarga/teman).
Penduduk diminta untuk menilai setiap aspek ketanggapan terhadap- pelayanan
kesehatan di luar medis selama menjalani rawat inap dalam 5 (lima) tahun terakhir dan
atau rawat jalan dalam 1 {satu) tahun terakhir. Masing-masing domain ketanggapan
dinilai dalam 5 (lima) skala yaitu: sangat baik, baik, cukup, buruk, sangat buruk. Untuk
memudahkan penilaian 'aspek ketanggapan rawat-jalan dan rawat inap pada sistem
pelayanan kesehatan tersebut, WHO membagi menjadi dua bagian besar yajtu 'baik'
(sangat baik dan baik) datl 'kurang baik' (cukup, buruk dan sangat buf'4k). Penyajian
hasil aRalisis/tabelselanjutnyahanyamencantarnkan persentase yang 'baik' saja.
Tabel.4.7.3.1 menggambarkan persentase penduduk yang rnernberikan penilaian 'baik'
terhadap aspek ketanqqapanmenurut provinsi.
206
Tabel 4.7.3.1
Pe1sentase~et1n~uduk R~waUnap:.menur.ut.A$pVk· ltetanggapan dan
Kabup{ltenLKota:.di RrovjnsbKalimantan,Barat,.. Risl<esdas 2007
'l.07
Tabe14.7;3.2
Persentass P~nctu.ttuk. 9awat:tnap~menurat11WpekKetanwapan
dan Karakteristik 'Rumab tangga·di. Provfnsi4(81im~ntan·Barat,
Riskesdas. 2007
208
Tabe.t 4.7~3.3
· '': jJlers.~saP.e11du(kdt·.Rawat::Jatan
~ ,, ..., men~iut'A$.f:W~K~~pa.rr lf.a:b· llabqp~t~nlKota·
-dt.Pro'tjnsi-i<aUmantalf-'Bar.at,,Riskesdas 2001
Kebe-
Kej~- lkut
basan Kerber-
KabupatenJKota
WC}ktu Kera- las an ambl Kera ha-
Pilih sihan
Tunggu mahan Inf Qr Keputu slaan
ruangan
Fasili·
mas I san
tas
Sambas. 90,5 90,9 87,8 86,9 88,1 88,1 89,2
Bengkayang 95,6 96,0 94,9 94,6 94,9 94,9 81,6
Landak 75,4 79,1 77,6 70,6 70,4 69,1 74,0
Pontianak 81,2 81,7 81,3 83,3 83,6 84,5 85,3
Sanggau 75,6 68,5 65,9 63,5 64,6 64,6 61,4
Ketapang 85,6 90,3 87,8 88,1 89,6 87,0 81,9
Sintang . 91,0 91,8 89,6 89,1 89,8 89,4 89,2
Kapuas Hulu 58,0 70,7 68,2 69,9 6~.5 66,1 64,1
Sekadau 87,6 90,4 87,1 87,3 89,2 86,9 85,9
Mel awl 93,0 95,9 95,0 95,2 95,9 95,9 85,0
Kota Pontianak 80,2 ·81,9 81,6 81,2 81,8 81,2 81,7
Kota Singkawang 81,3 89,6 84,9 88,5 88,5 83,7 7&,3
Kalimantan Barat 83,6 85,3 83,5 82,7 &3,4 82,6 81,2
209
Tabel 4.7.3.4
,petsentase Penduduk Rawat.Jatan
menurut Aspek K-etangJJ~pandan Karallteristik Rumah Tangga, di Provinsi
Ki!,lihlantan s·arat, ~iskesdas 2007
210
4.8 Kesehatarrlinqkunqan
• 1~~. ·l.. . ... .,. 'r. r
-~·-·7~, -·-· """"~- _.-:'"'•.t.
~'<II.~- t .t-
Menurut WHO, jumlah pemakaian air bersih rumah tangga per kapita sangat terkait
dengan risiko kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan higiene. Rerata
pernakaian air bersih individu adalah rerata jumlah pemakaian air bersih rumah tangga
dalarn sehari dibagi dengan jumlah anggota rumah tangga. Rerata pemakaian individu
ini kemudian dikelompokkan menjadi '<5 llter/oranq/har]', '5-19,9 liter/orang/hari', '20-
49,9 liter/orang/hari'; '50=-99,9 ·liter/orang/hari' dan '<:::100 liter/orang/hari'. Berdasarkan
tingkat pelayanan, kategori tersebut dinyatakan sebagai 'tidak akses', 'akses kurang'·,
'akses dasar', 'akses menengah'. dan 'akses optimal'. Risiko kesehatan masyarakat
pada kelompok yang akses terhadap air bersih rendah ('tidak akses' dan 'akses kurang')
dikategorikan sebagai mempunyai risiko tinggi.
Kepada kepala rumah tangga ditanyakan berapa rerata jumlah pemakaian air untuk
seluruh kebutuhan rumah tangga dalam sehari semalam.
Tabel 4.8.1.1
Persentase Rumah Tangga menurut Rerata Pemakaian Air Bersih
Per Orang Per Hari dan Provinsi di Indonesia, Riskesdas 2007
- ·- -
Secara umum, terdapat 10,1% rumah tangga yang pemakaian air bersihnya masih
rendah (8,2% tidak akses dan 31,7% akses kurang}, berarti mempunyai risiko tinggi
untuk mengalami gangguan kesehatan/penyakit. Sebesar 28,2% rumah tangga
mempunyai akses dasar (minimal), 28,2% akses menengah, dan 30,0% akses optimal.
Kabupaten/kota · dengan akses terhadap air bersih masih rendah (di atas 14,4%)
berturut-turut adalah B~Qg~ay~ng,c;l§l!l. L~np?~~~~~nQ.~~n f!~vinsi xan~ proporsi akses
air bersih optimalnya tinggi 'adalah kota PonfianaK, 'dlsusul kabupaten Bengkayang,
Landak, kola· Si~gk~wang! 'dan R~btlpatenSambas:· ,.,r , ~'I.. ~-:_1 "' ·"~'
Tabet 4.8.1.2
Persentase Rumah Tangga menurut Rerata Pemakaian Air Bersih
Per Orang Per Hari dan Karakteristik Rumah Tangga di Indonesia,
Riskesdas 2007
Proporsi rumah tangga yang aksesnya rendah terhadap air bersih lebih tinggi di
perdesaan (11,4%) dibandingkan dengan di perkotaan (6,4%). Menurut tingkat
pengeluaran rumah tangga per kapita, ada kecenderungan semakin tinggi tingkat
pengeluaranrumah tangga semakin tinggi akses terhadap air bersih optimal.
Di samping jumlah pemakaian air bersih untuk keperluan rumah tangga, ditanyakanjuga
tentang jarak dan waktu tempuh ke sumber air, serta persepsi tentang ketersediaan
sumber air. Kepada kepala rumah tangga ditanyakan berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk menjangkausumber air bersih pulang pergi, berapa jarak antara rumah
dengan sumber air, dan bagaimana kemudahan dalam memperoleh air bersih. Hasil
tersaji pada Tabel 4.8.1.3
212
Tabel 4.8.1.3
Persentase, RulhaJl T~1i-gga. menurut Waktu,·dan Ji{rak ke Sumber Air,
Ketersedi~a,n Air Bers-ih .dan Prnv.insi di Indonesia, Riskesdas 2007
Tabel di atas menunjukkan secara umum sebanyak 3,8% rumah tangga memerlukan
rerata waktu ternpun kES sumber air Jebih <:Jan 30 menit. Tertihat tertinggt di kabuJ)aten
Landak (16,8%) dankota Pontianak (13,4o/d). Dilihat dari jarak, secara nasional terdapat
5,5% rurnah tangga yang jarak tempuh ke sumber airnya lebih .darl 1 ,.kilometer.
Kabupatenlkota dengan proporsl jarak- ke sumber air lebiti dari 1 kilometer terbesar
adalah kota Pontianak (18,9%), dlsusul oleh kabupaten Landak (~2.2%) dan Ketapang.
Dilihat dari ketersedlaan air bersih dalam satu tahun, seeara umum terdapat 48,4%
rumah tanggayang air bersihnya tersedia sepanjang waktu. Terdapat 4 kabupaten/kota
dengan proporsi l<etersediaan air bersih sepanjang tahun lebih kecit dad· 48,4%.
Kabupaten Sambas (2,3%) dan Kapuas Hulu (1,9%} merupakan dua kabupaten yang
paling tinggi proporsi rumah tangga dengan ketersediaan air bersih sulit sepanjang
tahun.
Akses air bersih menurut waktu, jarak dan ketersediaanair bersih bervariasi menurut tipe
daerahdan tingkat pengeluaranrumah tangga per kapita.
213
Tabel 4.8.-1.4
Persentass -Sum ah. fangga~menurut ,Waktu dq:n'· aar.ak' ke Sumber Air,
KetersediaarvA1r. Bersih dan K-arakteristik· Rumlill-Tangga di ~ndonesia,
Riskesdas 2007
Ptbporsi rurnah tangga yan9 waktu tempuh ke sumber airnya lebih dari 30 menit tebih
ti~t (1i PW!<otaan '(6,6%.) dibandingkan denqan di perdesaan (2,7%). Menurut 1ingkat·
Pf;ll'tgetuar~ ruln~l'Y tanggp per kapita, proporsi waktu tempuh dan ketersediaan air
bervariasi pada berbagai tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita.
Propors! rumah ~angga yang jarak tempuh ke sumber airnya lebih dari 1 kilometer letJiti
tinggi·di per'kotaan {9',8%) dibandingkan denqan di perdesaan (4,0%).
Dalam rangka memperoleh: air untuk keperluan rumah tangga· bila sumbernya berada, di
luar pekarangan, ditanyakan.siapa yang biasanya mengam~il air dalam rumah tang$~
tersebet, sebaqal- upaya ·untuk rnelihat aspek gender dan perlindungan anak, Aspek
gender dalam peagambilan air oersih dapat dilihat pada Tabel 4.8.1.5.
214
Tabet 4.8.1.5
P.es:sentase Rurnah-:rangga,menuruHndivldu y~ng ~iasa,:M~ngaml)il Air
dalam Rumah :rangga MenuruU<abupaten/Kota-di·Pr<>vinsii<alimantan
B.arat,Riskesdas 2001
Peremguan Laki·-'la~i
Kabupaten
Anak Anak (<12 Sumber dalam
/Kota Dewasa Dewasa pekarangan
(<12th) th)
Sambas 16,8 0,9 11,9 0,9 69,6
Bengkayang 12,7 0,6 22,8 0,9 63,0
Landak 12,0 0,7 56,4 3,3 27,7
Pontianak 11,6 1,0 29,5 2,5 55,4
Sanggau 31,4 0,7 10,2 0,3 57,4
Ketapang 18,6 0,1 45,2 0,6 35,6
Sintang 7,0 0,8 43,7 2,3 46,2
Kapuas Hulu 16,8 0,5 20,1 1,4 61,3
Sekadau • 21,4 4,1 24,1 4,5 45,9
Melawi 26,3 1,7 13,8 1,0 57,1
Kota Pontianak 5,2 0,8 21,9 0,6 71,4
Kota Singkawang 10,1 0,7 23,5 1,5 64,2
Kabupaten Barat 15,2 0,9 27,3 1,5 55,1
Secara umum terdapat 2,4% rumah tangga yang anak-anaknya m~mpunyai beban untuk
mengambil air keperluan rumah tangga (2,4% wanita dan 3,5% anak laki-laki).
Qi kabupaten Sambas, Sanggau,"Melawi, kota Pontianak dan Singkawang, pengambilan
airnya banyak dilakukan oleh perempuan dari pada lakl-Iakl. ·
Proporsi individu yang mengpmt)il aif bersih di rumah tangga · menunjukkan variasi
menurut tipe daerah dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita.
Tabel4.8.1.6
Persentase Rumah Tan:gg.a ~ardasarkan lndividll Yang ~iasa.Mengambil Air
Dalam Rumah Tangga Menurut K,araktersitik dl. Provfnst Kalimantan Barat,
Riskesdas' 2007 ·
Kabupaten Orang yang blasa mengamb\l air dalam rumah tan99a
Perem~uan Lakl -1akl Sumber
/Kota Anak Anak dalam
Dewasa Dewasa pekarangan
(<12th) (<12th)
Tipe daerah
Perkotaan 6,6 0,7 17,6 0,9 74,1
Perdesaan 18,3 1,0 30,7 1,7 48,1
Tingkat pengeluaranlkapita
Kuintil-1 20,8 1,6 32,0 1,8 43,8
Kuintil-2 18,0 0,7 31,2 2,0 48,0
Kuintil-3 16,2 1,5 28,5 1,6 52,2
Kuintil-4 13,8 0,3 25,4 1,5 59,0
Kuintil-5 7,3 0,3 18,8 o.r 72,9
Kalimantan Barat 15,2 0,9 27,2 1,5 55,1
215
Laki-laki dan perempuan dewasa di perdesaan biasa berperan untuk mengambil air
keperluan.rumah ta,ngga., Di perkotaan, sumaes ;;tir·.i:umah . tangga.lebih·banyak,di dalam
pekarangan. ,. ; •.. , ..,. . ,
Terlihat ada kecendrungan proporsi laki-laki dan perempuan dewasa yang mengambil air
keperluan rumah tangga leblh kecil pada tingkat pengeluaran/kapita yang lebih tinggi.
Sumber air dalam pekarangan cenderung lebih banyak pada tingkat pengeluaran/kaplta
yang lebih tinggi.
Tabet 4.8~1.7
Persentase Rumah Tangga menurut Kualitas, Fisi.k Air Minum dan
Kabupaten/Kota, di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Secara umum, pef.;1entase rumah tahgga denqan air minum berkualltas fisik baik
sebesar 82:5°(o; "Ad9_&kabypatef'! ~engan propers! kualitas fisik air mlnurnnya di bawah
rerata provmsr, 'ter~ntrah adalah Kabupaten Seladau (50,7%).
Proporsi kualitas fisik air minum rumah tangga yang baik bervariasi menurut tingkat
pengeluaran rumaf!\ltangga per kapita
216
Tabel ·4.8.;1 .8
· Petse.11tasEr Rllmah·T..art9t1ain'en·utut KOcrfitas~FisJlt A1r Min~,im dan
Karakterlstik, di Provin~U.Kanmantan Parat 20.6'7
Kualitas air minum rumah tangga di perkotaan maupun, di perdesaan pada umumnya
baik.
Persentase kualitas fisik air minum yang. "balk" lebih tinggi di perkotaan (90, 1 %1 dari
pada perdesaan (79,8%). Ada kecenderungan persentase rumah tangga dengan kualitas
air minum "balk" lebih tinggi pada tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita yang
lebih tinggi.
Data jenis sumber air minum utama yang digunakan rumah tangga diambil dad data'Kor
Susenas 2007.
217
Tabel 4:8.1.9
Perseptase~µru~rtl·Tmtggamemtrut\1enis:-Sqmbef Atr dan KabupatenfKota
'<ti Proviflsi Kc:1limantan-Barat,'RisRestlas·2001
ca
c. ,,cc
::I g>
,,
C)
c
E
,,c ::I
-...... ;:
0 ::I
Q.
.s .5
.c
0
.;:
.e... ~
i... 'iii c
::I ::I
...::I 'iii
C)
c:
:s
ca
'5'
E
::I
E
::I
E
::I
.sca ...
(/) .c
...
Ch ti) Ch :i < <
Sambas 1,5 4,4 0,6 0,1 2,8 4,1 0,0 0,1 3,2 82,8 0,4
Bengkayang 0,9 8,9 0,3 0,6 6,3 21,2 8,5 9,8 20,6 22,5 0,3
Landak 0,2 2,0 0,4 2,7 4,3 8,3 11,9 8,1 51,0 11,0 0,2
Pontianak 4,5 0,4 0,0 0,2 o.o 0,8 1,2 1,8 4,.3 86,9 0,0
Sanggau 0,6 7,6 1,7 5,4 4,9 5,4 6,3 3,3 44,8 20,0 0,0
Ketapang 2,0 5,9 0,8 2,4 22,2 28,1 8,6 2,7 20,2 7,1 0,0
Sintang 2,7 7,0 0,3 4,6 11,9 24,2 4,0 2,3 39,5 3,3 0,2
Kapuas Hutu 0,5 16,5 7,7 0,3 1,6 1,6 10,4 7,1 51,4 2,7 O;O
S~dau 2,1 4,8 2.1 1,2 13,7 12.0 0,3' 0,7 54,6 2,4 0,0
Melawi 0,3 6,7 3;4 2,3 17,4 9,4 5,4 0,7 52,0 2,3 0,0
Kata Pontianak1~.o 3,7 0,0 0,0' 0,0 0,2 0,0 0,0 0,6 83,5 0,0
Kata Singkwng 3,0 34.~ 1,9 1,5 6,7 6,3 4,8 6,7 0,7 33,5 0,7
Kalimantart aa 6,~· 1, 1 2,0 6,5 9,1 4,3 2,8 23,2 41,2 O,f
Secara umum, praporsi rumah tang~ yang menggunakan air hujan sebagai sumber air
minum adalah 41,2%, disusul air hujan (23,2%). Masih banyak rumah tangga yang
menggunakan air minum dari surnber tidak terlindung (sumur tidak terlindung ~. 1 %; mat;!
air tidal< terlindung 2,8%; air sungai 23,2% dan lainnya 0;1 %). Penggunaan air kemasan
di rumah tangga.mengalami peningkatan dibanding tahun 2004, yaitu dari 2,6% menjadi
3,2%. Sementara yang menggunakan air perpipaan/ledeng 7,5%. Cakupan air perpipaan
ini dibawah rerata nasional (16,5%).
Kabupaten/kota yang cakupan air perpipaannya di atas rerata nasional (16,5%) ditemui
di kota Singkawang dan kabupaten Kapuas Hulu.. •
Sebaran proporsi penggunaan jenis sumber air minum bervariasi menurut tipe daerah
dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita.
Jenis sumber air minum pada umumnya air hujan, baik terlindung maupun tak terlindung.
Di Landak, Kapuas Hulu, Sekadau dan Melawi ( lebih dari 50 ) banyak rumah tangga
yang menggunakan air air sungai.
218
Ta~~l 4.8.'1.10
~~J$Qltta$e_.Rup;Jab,. Ta~ rp~u~lJt~ni$. • S.uftlb~r..Ajr
dan Karal<te.rls~Fiulll'ahJa.ngg~,t;fl ~rqvi11sl.,Kiillmantan ~arat
Riksesdas 2007
Perkotaan 9,4 14,1 0,7 2,2 5,1 3,1 0,3 0,6 2,2 62,2 0,1
Perdesean 0,9 3,6 1,3 1,9 7,0 11,3 5,7 3,7 30,8 33,6 0,1
Tlngkat
pengeluaran/
kaplta
Kuintil-1 0,0 1,9 0,4 0,5 4,5 7,9 5,9 3,4 28,1 47,3 0,1
Kuintil-2 0,5 3,0 0,7 1,5 6,3 9,5 4,8 3,3 31,8 38,6 0,1
Kuintil-3 1,3 5,1 1,6 1,7 6,1 10,l 4,7 2,7 27,~ 38,7· 0,1
Kuintil-4 2,4 7,6 2,0 2,0 9 .11,4 3,6 2,7- 2Q,l 39,0 0,1
Kuintil-5 11,6 14,2 1,1 4,1 6,8: 6,9 2,4 2,2 8,1 42,5 0,0
Sumber air minum di perkotaan maupun di perdesaan lebih banya~ mengg_unakan air
hujan. Penggunaan air kemasan di perkotaan sangat meacolok Clibanding perdesaan.
Proporsi rumah tangga yang JY1engguna,an air hujan dan air .sunga~ cenderung lebih
rendah pada rumah tangga_ dengar1 tingkat pengeluarah/kal)i~ yang lebih tin9gl. ~edang
penggunaan air kemasan air ledeng/perpipaan cenderung meningkat pada rumah
tangga dengan tingkat pengeluaran febih tinggt.
Tabel 4.8.1.11 menggambarkan jenis tempat penampungan air untuk keperluan minum
yanG digunakan rumah . tangga dan jenis pengolahan air minum yang dilakukan sebelum
air tersebut dikonsumsi.
219
Tabel 4.8,1.H
Persentas~J~umctl).Tangga menuruWenls•Tempat.Penampungan ·d.an
Pengolahan ~it;'!lil:mm Sebelum DigunakantDimirruw:iidan ·Kabupaten/Kota
·di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
220
Tabel 4.8.1.12
,~ersentas.&"RUfll.aht11nugct·rneow:ut Jents:.fel)lpat-f>enampungan"dan
Pengb.tah.all.Air'Miaum Sebelum..O;gµnakan/DifbiQul'nt(latrKaraktetistik di
.Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas. 200i
Tingkat
pengeluaran
/kapita
Kuintil-, 21,0 73,6 5,4 8,9 95,5 7,1 1,0 0,4
Kuintil-2 18,3 76,5 5,3 6,9 96,3 6,2 0,6 0,5
Kuintil-3 16,7 77,4 5,8 5,1 96,6 e.s 0,7 0,4
Kuintil-4 f4,9 80,2 4,9 3,3 97,3 7,2 1,2 1,2
Kuintil-5 9,9 86.2 3,9' 3,6 95;8 es 0,9 2,2
221
Tabel4.8. t.13
Pers~ntase;:1iw.~b·l\~tJa.me~QttA'kses'led'l~"p·Ai·rB·ersih dan
KabUp$en!Kota di<Pr,ovinsH(~limantan 'Barat-, ·~iskes~as 2007
Ak~esair perslh
Kabupaten/Kota Kurang Salk*)
Sambas 10,8 a9,2
Bengkayang 64,1 35,9
Landak 76,7 23,3
Pontianak 23,0 77,0
Sanggau 58,7 41,3
Ketapang 62,7 37 ,3
Sintang 69,8 30,2
KapuasHulu 64,6 35,4
Sekadau 73,5 26,5
Melawi 67,1 32,9
Kota Pontianak 31,3 68,7
Kota'SingkawC!ng 26,5 73,5
l<allmantan Baral 46,6 53,4
*) 20 ltr/org/hari (Riskesd~~. 2007) dari sumber terlindung (Susenas, 2007)
dan sarananya dim jarak 1 km (Riskesdas, 2007)
222
Tabel 4.-8.1.14
, P..ers4n.tan Rtn1Uifr1angga:mentlrttt~Akses· :r.erhadap Air ~eFSi~ dan
., ka~"-tel1&\ik.R,µmahl'angga:~i Provinsi.Kafirnantan Barat,
~ske$'das 20lJ7
Karakteristik Air beJSih
Ku rang Akses*)
Tipe daerah
Perkotaan 29,1 70,9
Perdesaan 52,9 47,1
Tingkat pengeluaran/kapita
Kuintil-1 47,1 52,9
Kuintil-2 51,9 48,1
Kuintil-3 48,6 51,4
Kuintil-4 45,6 54,4
Kuintil-5 39,2 60,8
*) 20 ltr/org/hari *Riskesdasdari sumber terlindung (susenas, 2007)
dim jarak 1 km (Riskesdas,2007)
Proporsi rumah tangga yang mempunyai akses baik terhadap air bersih lebih tinggi di
perkotaan (70,9%) dibanding. perdesaen (47, 1 % ).
Terlihat ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pengeluaran semaRin besar proporsi
penduduk yang mempunyai akses terhadap air bersih.
Data fasilitas buang air besar meliputi jenis penggunaan tasintas buang air bssar dan
jenis fasilitas huang air besar. Data ini diambil dari data rumah tangga Kor Susenas
2007.
"fabel 4.8.2.1
Persentase Rumah Tangga..rnenurut Penggunaan Fasilifas Buang Air Besar
dan Kabupaten/Kota,. di Provlnsl Kalimantan Barat, Rhtk"esdas2007
223
Dari Riskesdas ini. ditemukan 57 ,9% rumah tangga yang menggunakan jamban sendiri,
persentase ini sedikit lebihi rendah dart rerata ·nasion.al··{o0;0%). Persentc=-se rumah
tangga yang menggunakan jamban sendiri tettinggi di· K.otFI Ponnansk (92,5%) dan
terendah di Kabupaten Landak (27,7%). Ditemukan pula sebesar 32,2% rumah tangga
tidak mempunyai jamt;>an.
Cakupan penggunaan jamban sendiri menunjukkan variasi menurut tipe daerah dan
tlnqkat pengeluaran rumah tangga per kapita.
Tabel 4.8.2.2
Persentase Rumah Tangga Serdasarkan Peoggunaan FasUitas Buang Air
Besar Menurut Tipe 1'aerah, di Provinsi Kalimantan Barat,
Riskesdas 2007
Proporsi rumah tanpsa yang menggunakan jamban sendiri di perkotaan lebih tingai
{~S%) dibemdingkatt~ngan di.perdesaan (46,8%). Ada kecenderungan semakln Utt~
ti•t peng?"tuaraf\$emakin tinggi proposal yang menggun~kan jamban sendiri.
Tabet 4.{3:2.3 menggambarkan berbagai jenis sarana pembuangan kotoran. Jenis sarana
pembuangan kotoran dianggap 'saniter' bila menggunakan-jenis lener angsa.
224
4.8.2.3
P.ersentase Rumah T.aµgga m~nµrut~Tero.p~teu;n~g.-A,ir B:e~FtF· ctan
Kabupate:n/Kota di. .Pr"Vlnsi· ~~limaptan. ~i:at;:,Bi$kesctas,.20Q7
Sebesar 66, 1 % rumah tangga menggunakan jamban jenis leher angsa untuk buang air
besar. Proporsi tertinggrditemukan di kota Pontianak (9l,3%) dan Singkawang (86,3%).
Proporsi penggunaan tempat buang air besar 5ervariasi menurut tipe daerah darr tingkat
pengeluaran rumah tangga per kapita.
Tabel 4.&.2.4
Persentasa Rumab :rangga menurut Tempat Buang Air Besar dan
Karakterlstik di Provinsl Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
225
Penggunaan jenis tempat buang air besar jamban jenis leher angsa lebih banyak
diperkotaan. (8612%) di b~nding perdesaan (53.r1.%). 1 ,
Ada keqenderun~art sei:tiakin tinggi tingRat· pengefuar~n· semal<in ,tinggi preporst yang
mengguna1<ar:i J~rni:mn sendiri.j~nis lehet anqsa,
,,.1: .. ··- ~.t: ~. •
Menurut Joint Monitoring Program WHO/Unicef, akses sanitasi disebut 'baik' bila rumah
tangga menggunakan sarana pembuangan kotoran sendiri dengan jenis sarana [amban
leher angsa.
Tabel 4.8.2.5
Persentase·Rumah Tangga menurut A'kses teFflada·p Sanitasi
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Akses sanitasi
Kabupaten/Kota
Ku rang Baik*)
Sambas 59,8 40,2
Bengkayang 62,5 37,5
Landak 79,1 20,9
Pontianak 52,2 47,8
Sanggau 75,0 25,0
Ketapang 66,8 33,2
Sintang 71,3 28,7
Kapuas lrlulu- 67,6 32,4
Sekadau 80,1 19,9
Melawi 71,5 28,5
Kata Pontianak 12,6 87,4
Kata Singk~ng 28,0 72,0
41,8
*) menggurtaRan [amban sen:c:liri, jenis tatrin (Susenas, 20.07}
Berdasarkan kriteria tersebut, secara umum rumah tangga dengan akses baik terhadap
sanitasi sebesar 41,8% ( mcasih dibawah ·an(Jka rerata Nasional 54,0%). Persentase
tertinggi ditemui di kota Pontianak (87,4%) dan Singkawang (72,0%), terendah di
Sekadau (19,9%)
Proporsi rumah tangga dengan akses baik terhadap sanitasi bervariasi menurut tipe
daerah dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita.
226
Tabel 4.8.2.6
Pe~~nt,;tse Rumatl 1".ao.gp, a-~rdasarkan· Akse& T-ethatfap·Air BeFs11YDan
Sanita$i MenurijtKar.akteiistik, di· Rrovinsi KalimanJan Barat, Riskesdas
2007 -~ •"'
Sanitasi
Karakteristik
Kurang ·' r • Akses*}'
Tipe Daerah
Kata 20:9 79,1
Desa 71,6 28,4
Tingkat pengeluaran/kapita
Kuintil-1 81,1 18,9
Kuintil-2 71,0 29,0
Kuintil-3 62,9· 37,1
Kuintil-4 49,9 50,1
Kuintil-5 25,5 74,5
Dari Riskesdas ditemukan proporsi f'\Jroah tangga dengan akses baik terhadap sanitasi
lebilT tinggl di perkotaan (79, 1%), perbedaan ini terlihat mencorok, lebih dart dua kali
dibandingkan dengan di petdesaan (28,4%%). Mem.irut tingkat pengeluaran rumah
tang9a per kaplta ter~apat kecenderungan. sernakin- tinggi ting·kat pengeluaran semakin
tinggi proporsi rumah tangga dengan akses baik terhadap sanitasi.
Untuk pembuangan akhir tinja, data diambil dari Kor Susenas 2(107. Tempat
pembuangan· akhir tinja dikategorikan saniter adalah bila menggunakan jenis
tangki/sarana pembuangan air limbah (SPAL). •
Tabel 4.8.2.7
Persentase Rumah Tangga·menurut Tempat Pembuangan Akhlr Tinja,·dan
Kabupaten/Kota, di Provlnsl Kallmantan Barat, Riskesdas 2007
Kabupaten
Tempat pembuangan akhlr tinJCJ
Tangkl/ Kol am/ Sungal Lobang Pantai/ l;.aln-
/Kota
~PAL saw ah /laut tan ah tanah nya
Sambas 45,1 0,6 12,9 24,8 1s.3. 1,2
Ben_gkayang 35,2 0,3 18,4 19:0 25,1 1,9
Landak 8,7 1,6 21,5 18,8 39,4 10,1
Pontianak 44,1 5,6 5,9 26,1 17,2 1,2
Sanggau 22,5 3,0 49,5 20,0 3,9 1,1
. Ketapang 27,7 1,3 38,7 18,8 12,9 0,7
Sintang 11,6 2,3 30,0 45,4 3,5 7,1
Kapuas Hulu 4,7 1,4 51,2 37,3 1,4 4,1
Sekadau 13,1 0,7 48,5 26,8 8,2 2,7
Melawi 24,8 0,7 59,4 14, 1 0,3 0,7
Kota Pontianak 75,9 0,4 3,9 19,5 0,0 0,4
K~ta Singkawng 13,4 0,4 ~.o 10,5 1,9 1,9
t<alimantan Barat 35,3 2,0 24,9 24,2 '41,3 2,4
227
Proporsi rumah .tangga dengan tempat -pembuangan akhir tinja menggunakan
t~ngki/SPAL·. (s,anite,r.):•·l,~~~es~r 35,3%., -sisanya- dibua~9' ket sungaillaut, lubang tanah,
kolam/sawah, dan.pantattanah. ... ... ,. . ,. •• , ·
Propcrsl pengguhaan sarana pembuanqan akhir tinja saniter tertinggi ditemukan di Kata
Pontianak (75,0%)·~dan {:)ingkawang (73,4%). Proporsi terendah ditemukan di Kabupaten
Kapuas Hulu (4,7%~da.n Landak_(S,7%).
Proporsi rumah tangga dengan penggunaan tempat pembuangan akhir tinjanya jenis
tangki/SPAL (saniter) bervariasi menurut tipe daerah dan tingkat pengeluaran rumah
tangga per kapita.
Tabel 4.8.2.8
Persentase Ramah Tangga menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja
Menurut Karakteristik, di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Data penggunaan saluran pembuangan air limbah (SPAL) rumah tangga didapatkan
dengan cara wawancara dan pengamatan.
228
Tabel 4.8.3.1
PersentaseRumah Tangga·menurut Jenis SaJutan Pernbuangan Air
Lim bah dan Kabupaten/Kota di Provinsi ,Kalimantart Barat,
Rlksesdas 2007· ...~.-
. :"' 1' . ~
KabupatenfKota Terbuka ·Tertutup Tld.ak Ada
Sambas 38,7 14,1 47,2
Bengkayang 35,8 10,3 54,0
Landak 28,6 21,4 50,0
Pontianak 29,1 11,4 59,5
Sanggau 38,0 13,4 48,6
K~tapang 34,6 8,6 . 56,9
Sintang 33,4 19,8 46,7
Kapuas Hulu 8,4 8,1 83,6
Sekadau 33,3 7,2 59,4
Melawi 25,2 11,5 63,3
Kota Pontianak 46,7 17,6 35,7
~ota Singkaw~ng 34,1 22,5 43,4
Kallmantan Barat 33,6 13,9 52,5
Secara umum terctapat 47,5% rumah tangga yang menggunakan SPAL di rumahnya,
baik SPAL jenis tertutup maupun terbuka, persentase tertinggr di kota Pontianak (46,7%)
dan terendah di kabupaten Kapuas Hulu (8,4%) ..
Persentase rumah tangga yang tidak memiliki SPAL lebih tinggi dari jerata nasionat
(24,5%), tertinggi di kabupaten Kapuas Hulu (83,6%) dan terendah di kota Pontianak.
Proporsi rumah tangga yanG tidak m~nggunakan SPAL bervariasi menurut tipe daerah
dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita.
Tabel 4.8.3.2
Persentase Rumah Tangga menurut Jenis saluran Pembuangan Air Limbah
dan Karakterfstik Rumab Tangga'di'Proyi_n~i ~alimantari Barat,
Riskesdas 2001
Saluran Pembuangan Air Llmbah
Karakteristik Rumah Tangga
Tert)uka Tertutup TidakAda
Yipe daerah
Perkotaan 4,3,8 20,6 35,5
Perdesaan 29,9 11,5 58,7
Tlngkat Pengeluaran/Kapita
Kuintil-1 29,6 9,4 61,0
Kuintil-2 30,5 9,9 59,6
Kuintil-3 33,7 12,9 53,5
Kuintil-4 37,9 13,8 48,2
Kuintil-5 36,0 23,3 40,7
229
Saluran pembuanqan air limbah terbuka lebih banayak di perkotaan (43,8%), sedangkan
di perdesaan, lebih .banyak tldak-menqqunakan-atau ,tidEt~ ada salsran .pembuangan air
limbah.
Terdapat perbedaan jenis saluran pembuangan air limbah untuk setiap kuintil. Semakin
tinggi pendapatan sernakln banyak menggunakan saluran pembuangan air limbah
terbuka rnaupun tertutup. 'sedangka11 semakin rendah pendapatan semakin banyak yang
tidak mempunyai atau ada saluran pembuangan limbah.
Tabel 4.8.4.1
Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Penampungan Sampah di Dalam
dan di Luar Ramah clan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat,
Riskesdas 2007
Tabel di atas menunjukkan secara umum terdapat 19,3% rumah tangga yang memilikt
tempat sampah di dalam rumah dan 34,9% rumah tangga memiliki tempat sampah di
luar rumah.
Proporsi rumah tan~ga yang memiliki tempat sampah bervariasi menurut tipe daerah dan
tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita .
. 230
Tabel 4.8.4.2
Rersenta~e Rumah i:angga.menuiut Jenis Penampungart[.Sam.pah Di Dalam
dan di Luar Rumah Menurut.Karakteristik di ProvinsiiKa1imantan Barat,
Riskesdas ~007 •
Persentase rumah tangga yang mempunyai penampungan sampah di dalam dan di luar
rumah di daerah perkotaan lebih tinggl dari pada perdesaan. Di perdesaan-banyak yang
tidak mempunyai penampungan sampah di dalam rumah maupun di luar rumah.
Tertihat ada kecenderungan peningkatan persentase rumah tangga yang mempunyai
penampungan sampah di datam rumah dan di luar rumah pad,f!·tingkat pengeluaran yai:ig
lebih tinggi. Peridapatan rendah cenderung lebih tinggi tidak- mempunyai penampungan
sampah di dalam maupun di luar rumah.
4.8.5 Perumahan
Data perumahan yang dikumpulkan dan menjadi bagian dart persyaratarr rumah sehat
adalah jenis lantai rumah, kepadatan hunian, dan keberadaan hewan temak da~m
rumah. Data jenis lantai, lua~ lantai rumah dan jumlah anggota rumah tangga diambil
dari Kor Susenas 2007, sedangkan #ata peinelih.araan ternak diambil dari Riskesdas
2007. Kepadatan hunian dlp~roletl dengan cara membagi jurttlah anggota rumah tangga
dengan luas lantai rumah dalam meter pe~gi. Hasil pefhitungan dikategorikan sesuai
kriteria Permenkes tentangt rumah senat, yaitu· memenut1i syarat bila ~8m2/kapita (tidak
padat) dan tidal< memenuhi syarat bifa <8m2/kapita (padat).
231
. Tabet 4.8.5.1
Persent"se ~umah T..angga.Berdasarkan Jenis,~antai Rumah ·
Dan Kepadatan; Hunian Menu rut Kabuapten/Kota,
di Provinsi Kalimantan Barat, Riskesdas 2007
Dari Risltesdas tahun 2007 ditemukarr 3,7% rumah tangga denqan lantai ruman tanah,
persentase int lebih rendah dari rerata Nasional' rumah tangga dengan lantai 11.(mah
tanah (13,8%). Sebesar 20,7% dengan tingkat hunian padat, angka ini lebih tingghlari
angka Nasional (15,1%).
Proporsi rumah tan~ dengan lantai rumah tanah dan tingkat hunian padat bervatiasi
menurut tipe daerah dan tingRat pengetuaran rumah tangga per kapita.
Tabet 4.8.5.2
Persentase Rumah Tangg~ menurut Jenis Lantai Rumah
dan K~padatan Hunian,dan-Karakteristik Rumah Tanggct
di Provinsi ·Kallmantan Barat, Riskesdas 2007
Karakteristik Jents lantal l<epadatan hunlan
Bukan tanah Tanah > B m2/ kaplta < 8 2/ kaplta m
Tipe daerah
Perkotaan 96,3 3,7 85,5 14,5
f>erdesaan 96,4 3,6 77,1 22,9
Tingkat pengeluaran/kapita
Kuintil-1 97,0 3.0 56,2 43,8
Kuintil-2 97,1 2,9 72,8 27,2
Kuintil-3 96,3 3,7 62,7 17,3
Kuintil-4 95,7 4,3 69,6 10,4
Kuintil-5 95,8 4,2 95,2 4,8
Kalimantan Barat 96,4 3,6 79,3 20,7
232
Proporsi rumah tangga dengan lantai tan~tl di perkotaan san di perdesaan dapat
dikatakan hampir.sama. Sedang.pr9po~i rumq!)_:tapggardengan,kepadatanhunian tinggi
di perdesaan \ebib tinggi (?i.a%).dari pa_d~,djperaesaan (;l4,5%).
Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, ada kecenderungan semakin
meningkat pengeluaran rumah tangga per kapita semakin meninqkat proporsi rumah
tangga yang lantai rumahnya tanah, dan semakin menurun persentase rumah tangga
dengan tingkat hunian padat.
Dalam hal pemeliharaan ternak, data dikumpulkan dengan menanyakan kepada seluruh
kepala rumah tangga apakah memelihara binatang jenis unggas, temak sedang
(kambing, domba, babi, dll), ternak besar (sapi, kuda, kerbau, dll) atau binatang
peliharaan seperti anjin9, kucing dan kelinci. Bila di rumah tangga memelihara ternak,
kemudian ditanyat<an dan diamati apakah dipelihara di dalam rumah.
Tabel 4.8.5.3
Persentase Rumah Tangga Berdasarkan Tempat Pemetiharaan
Ternak/Hewan Peliharaan Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi Kalimantan
Barat, Riskesdas 2007
Temak Sedang Temak Besar
Anjlng/kucing/
Ternak Unggas (kamblng/ (sapl/kerbau/
kelincl
domba/babi dll) kuda dll)
l! e ~
ftS
e
.:ii:
~
·c ~ .c
ftl
:5
.c .c
"'
:5
a; .c s:: :5
a; .c .l:: "'
:5
a;
e e ;f e e ~ .cIX e
~
l!
D::
e .
D:: ~ i .
Q!:
Q.
a: ..;
e _,~co .
D.
~ D::
...
Q.
~
::! cs
1,9
CV
=
...t
-3
i=
§
c 3 s-= i3
:s?
I-
97,4
.5c "'::s
..J
3,6
'tl
)::
87,5
Sambas 50,1 48,0 0,0 3,2 9a,8 0,0 2,6 8,9'
Bengkayang 0,8 52,9 46,4 0,0 19,6 80,4 0,0 10, 89,5 5,9 8,4 85,8
Landak 2,1 72,7 25,3 1,5 36,9 61,5 0,9 4,1 95,0 8,5 9,2 62,4
Pontianak 1,0 37,4 6t,6 014 8,0 91,5 0,0 2,8 97,2 3,6 4,1 92,3
Sanggau 1,4 5,6,7 41,9 0,0 13,0 87,0 0,0 1,9 98,1 0,9 4,4- 94,7
Ketapang 2,7 41,7 55,6 0,6 5,3 94,1 0,3 5,9 93,8 5,2 5,2 89,6
Sintang 1,7 48,0 50,4 0,3 13,9 85,7 0,0 4,5 95,5 1,5 3,6 94,7
l<apuas Hulu 1,5 39,9 58,6 0,0 5,1 94,9 0,0 2,5 97,5 6,2 18,3 76,5
Sekadau 0,6 52,6 46,8 0,0 16,7 83,3 0,0 9,6 90,4 2,1 3,1 94;8
Melawi 3,1 47,3 49,6 0,0 11,4 88,6 0,0 4,2 95,8 3,2 3,7 93,1
Kt. Pontianak .0,6 ·6,6 ~2.7 0,0 0,4 99,6 0,0 1,0 99,0 0,7 1,1 98,3
Kt. SingkWng 2,4 29,4 68,2 0,0 3,8 96,2 0,0 4,9 95,1 2,7 3,6 93,7
Kalimantan
1,5 41,6 56,8 0,3 9,6 90,1 0,1 3,8 96,1 4,0 5,0 91,0
Ba rat
Pada Tabel 4.8.5.3 menunjukl<an di Provinsi Kalimantan Barat, 1,5% memelihara temak
unggas di dalam rumah, 0,3% memelihara ternak sedang di dalam rumah, 0,1
memelihara ternak besar dalam rumah dan 4,0% memelihara anjing, kucing atau kelinci.
Temak kebanyakan dipe1ihara di luar rumah.
Proporsi rumah tangga vang memelihara ternak bervariasi menurut tipe daerah
dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kaplta (Tabet 4.8.5.4).
233
Tabel 4.8.5.4
Petseiltase Rumah Tangga Berdasarkan.:t.empat.Pemeliharaan
Ternak/Hewan Peliharaan Menurut Karakteristik, di Provinsi Kalimantan
Barat, Riskesdas-.2007
~
:p
U)
.eca eco ecu f! .
CG
·c: :5 :5 .c:
:5 .c: :5
.c: .c: a; .c .c: a; .c: a; .c: a;
E E E
~
eca
E
0:: 0::
... ~
c.
ca
E
0:: 0::
...
c.
~
ca
E
0:: I... c.
~
E
0:: 0::
... ~
c.
ca
E co
:s "CS e co
::s "CS .5c co
:s
CG
"CS E ca
:s "CS
:::.:: 6 ...J i= c ~ j:: ..r i= i5 ...J i=
Tipe Daerah
Kota 1,0 17.4 81,5 0,1 1.7 98,2 0,0 1,2 98,8 1,6 2,3 96.2
Desa 1,7 51,7 46,6 0,3 12,6 87,1 0,1 4.7 95,2 5,0 6,2 89ia
Tlngkat
pengeluaran
/kapita
Kuintil-1 2,2 51.4 46.4 0.4 13,7 85,9 0,2 4,6 95,2 6,8 6,2 86..9
Kuintiil-2 1.4 50,5 48\1 0,6 12,5 87 0,1 3,7 96, 1 4,9 5.8 ~~
Kuintil-3 1,5 43,5 55 n.2 9,9 89,9 0,1 4,9 94,9 3.4 5,3 91-,l
Kaintil-4 1,8 40,2 58 0,2 7,5 92,2 0,0 4,1 95,~ 3,1 4,6 92,4
Kuiotil-5 0,8 24,2 75 0,1 4,7 95,2 0,0 1,8 98,2 2,0 3.3 SU
Katimantan 1,5 4'1-.6 56,9 0,3 9,6 90.1 0,1 3,8 96,1 4,0 5,0 9i
Ba rat
Prt>porsi rumah tangga yang memelihara ternak di perkotaan lebih rendah dibandina1(art
dengan di oerdesaan. Sedangkan menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kaJ;).l'ta;
ada kecenderungan semakin tinggi tingk~t pengeluaran rumah tangga per kapita
semakin sedikit memelihara ternal<, baik )enis unggas, temak sedang, ternak besa1,
maupun binatanq 'kucing, anjing
·234
BARAT, RtS~ESDAS 2607
GIZI
235
Pemantauan Pertumbuhan Balita
Balita 'yang rutin aitimhanif ( 4 kali atau lebih) 'dalam 6' ouran t~raktiir sebesar 30,4%
Distribusi Kapsul Vitamin A
Persentase distribusi kapsul vitamin A untuk anak umur 6 - 59 bulan sebesar 72,8%,
cakupan terendah di Ketapang (58,8%) dan tertinggi di Landak 91,9%
PENYAKIT MENULAR
• Penyakit Malaria, Filariasis dan Demam Berdarah Dengue
• Prevalensi malaria sebesar 3,2%, filariasis 0,04% dan DBD sebesar o,43%.
• ISPA, Pneumonia, TBC dan Campak
• Prevalensi ISPA 1 &;0%, Pneumonia 1, 1 % , TBC 0,8% dan Campak 0,8%.
• Tifoid, Hepatitis dsn Diare
• Prevalensi Tifoid pada penduduk sebesar 1,5%, Hepatitis 0,4% dan Diare 5,3%
236
Kesehatan Gigi
Prevstenst masalah gigi dan mulut P?da -penduduk usia 1 ~ .tahun' ke ates adalah -20, 1 %
Prevalensl penduduk yang teJah kehilangan-seluruh gigi aslinya ssbesar 2;1%.
DMFT pada penduduk usia 12 tahun ke atas sebesar ·4,8%, karies katif 46,5% ,
Pengalaman karies 72, 1 %. PTI sebesar 1,6%.
237
Pola Konsumsl Makanan Berisiko
Persentase pendudukusle tu tahun ke atas yang,sering menqkonsumsi makanan manis
sebesar 74,0%, makanan asin sebesar 24,5%,·makanarrberlemak 10,2% dan penyedap
86,5% .
KESEHATAN- LINGKUNGAN
Air Keperluan Rumah Tangga
Secara umum, terdapat 10, 1 % rurnah t~ngga _yang pemakaian air bersil:mya masin
rendah (8,2% tidak akses dan 31,7% akses kurang), 6erarti mempunyai rislko tinggi
untuk mengalami gangguan kesehatan/penyakit. Sebesar 28,2Pfo rumah tangga
mempunyai akses dasar (minimal), 28,2% akses menengah, dan 30,0.% akses ~ptimaJ.
Bila mengacu pada kriteria Joint Monitoring Program WHO-Unicef, di mana batasan
minimal akses untuk konsumsl air bersih adalah 20 liter/orang/hari,maka secara umum
akses terhadap air bersih menurut jumlah pemaka1ahair per orang per hari aaafah
89,9%, atau mengalami peningkatan dibandingkandata tahun 2004 sebesar 88,7%.
Rurnah tangga memerlukan rerata waktu tempuh ke sumber air lebih dari 30 menit
sebesar 3,8% .dan terdspat 5,5% rumah tarigga'yang jarak tempiih ke·sumber airnya
lebih dari 1 kilometer.
Persentaserumah tangga dengan air minum ber1<ualitas fisik baik sebesar 82,5%.
Rumah tangga yang menggunakan air hujan sebagai sumber alr minum adalah
41,2%, disusul,?ir hujan (23,2%).Peng~unaan.air. kemasan di rumah tangga mengalami
penlngkatan dibanding tahun 2004, yaitu dari 2,6% menjadi 3,2%. Sementara yang
menggunal<anair perpipaan71edeng 7 ,5%.
238
Fasilitas Buang Air Besar
Rumali· tangga yang menggui:iakah jamban sendiri adalah 57,9%, dan 66,1% rumah
tangga mengguriakan [arnban jenis leher angsa untuk buang air besar.
secara umum rumah tangga dengan akses baik terhadap sanitasi sebesar 41,8% .
Proporsi rumah tangga dengan tempat pembuanqan akhir tinja menggunakan
tangki/SPAL (saniter) sebesar 35,3%, sisanya dibuang:·k,e ·s·i:mgailtaut, lobang tanah,
kolam/sawah, dan pantai/tanah. ·
Sarana Pembuangan Air Llmbah
Persentase rumah· tangga yang menggunakan SPAL di rumah baik jenis tertutup
maupunterbuka sebesar47,5%
.,..,;
239
DAFTAR PUSTA-KA
240
17. Brotoprawiro, S dkk. Prevalensi Hipertensi pada Karyawan Safah Satu BUMN yang
menjalanL pemeriksaan kesehatan, 1999. Kelompok Kerja Serebro Vaskular FK
lJNPAD/RSHS " . Disampaikan pada seminar hipertensi PERKI, 2002.
18. CDC Growth yharts for the United State : Methods and Development. Vital and
Health ·Statistics. Department of Health and Human Services. Series 11, Number
246, May 2002 .
19. CDC. State - Specific Trend, in Self Report 3d Blood Pressure Screening and High
Blood Pressure - United .States, 1991 - 1999. 2002. MMWR, 51 (21): 456.
20. CDC. State-Specific Mortality frern Stroke and Distribution of Place of Death United
States, 2002. MMW~. 51 (20), : 429 .
21. Darmojo, B. Mengpmati Penelitian ~idemiologi Hipertensi di Indonesia.
Disampaikan pada seminar hypertensi PERKI , 20QO.
22. Departemen Kesehatan R.I, 1999, Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju
Indonesia Sehat 2010, Jakarta;Depkes RI
23. Departemen Kesehatan R.I; 2003, Pemantauan Pertumbuhan Balita, Direktorat
Jenderal Bina Kesehetan Mc;isyarakat-Direktorat Gizi Masyarakat, Depkes RI
24. Departemen Kesehatan R.I. 2003. lndikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman
Penetapan lndikator Provihsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehaf. Jakarta: Departemen
Kesehatan.
25. Departemen Kesehatan R.I. Panduan Pengembangan Sistem Surveilans Perilaku
Berisiko Terpadu. Tahun 2002
26. Departemen Kesehatan R.I. Pusat Promosi Kesehatan. Parrduan Manajemen P.HBS
Menuju Kabupaten/Kota ~ehat. Tahun 2092
27. Departemen Kesehatan RI. SKRT 1995. Sadan Penelltlan dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 1997
28. Departemen Kesehatan, Direktorat .Epim-Kesma. Proqram lmunisasi di Indonesia,
Bagian I, Jakacta, Depkes, 2003.
29. Departemen Kesehatan. Survey Kesehatan Nasiona~. <LapotaJl;Oepk.es RI Jakarta.
2001.
30. Departemen Kesehatan. Survey Kesehatan Nasional. Laporan.Depkes RI Jakarta
2004.
31. Djaja, S. et al. Statistik Penyakit Penyebab Kematian, SKRT 1995
32. George Alberty. Non Communicable Disease. Tomorrows pandemic. Bulletin WHO
2001; 79/10: 907.
3~. Hartono IG. Psychiatric morbidity among patients attertding tha Baagetaya
community health centre in Indonesia, 1995
~4. Hashimoto i<,lkewaki K. Y.as.• H, Nagasawa H, lmC}Jnoto·s •• Shibata-1'~ Mochizuki S.
Glucose Intolerance is Common in Japanese Patients With Acuta CorooarySyndrome
Who Were Not Previously Diagnosed With' Diabetes. Diabetes Care 28: 11_82-1186,
2005.
35. International Classification Of Functioning, Disability And Health (ICf).World Health
Organization. Geneva, .2001
241
36. Jadoon, Mohammad Z,, Dineen 8., Bourne R,R,A,, Shah S,P,, Khan, Mohammad A,,
Johnson G,J:. -et al, Prevalence of Blindness aod Visual Impairment in Pakistan: The
Pakistan National Blindness and Visual Impairment Survey, Investigative
Ophthalmology and Visual Science, 2006;47:4749-55,
37. Janet. AS. Diet Obesitas dan hipertensi. http://www.surya.co.id /31072002
/10a.phtml. 2002
38. Kaplan NM. Clinical Hlpertension, 8th Ed. Lippincott :Williams & Wilkins 2002.
39. Kaplan NM. Primary Hypertention Phatogenesis In : Clinical Hypertention, 7th Ed.
Baltimore : Williams and Wilkins inc. 1998 : 41-132
40. Kristanti CM, Dwi Hapsari, Pradeno J dan Soemantri S, 20Q2. Status Kesehatan
Mulut dan Gigi di Indonesia. Analisis Data . Survei K-esebatan.Rumah Tangga
41. Kristanti CM, Suhardi, dan Soemantri S, 1997. Status Kesehatan Mulut dan Gigi di
Indonesia. Seri Suryei Kesehatan Rumah Tangga.
42. Leonard G Gomella, Steven A Haist. Clinicians Pocket Reference, Mc. Grawhill
Medical Publishing division, International edition, NY, 2004
43. Mansjoer, A, dkk. Hipertensi di Indonesia .Kapita Selekta Kedokteran 1999 :518 -
521.
44. Muchtar & Fenida. Faktor-faktor yang berhubungan Dengan Hipertensi Tidak
Terkendali Pada Penderita Hipertensi Ringan dan Sedang yang berobat di poli Ginjal
Hipertensi, 1998.
45. Obesity and Diabetes-in the Developing World -A Growing Challenge
46. Parvez Hossain, M.C>., Bisher Kawar, M.0., and Meguid El Nahas, M.D., Ph.D. The·
New England Journal of Medicine. Vol 356: 213 - 215, Jan 18, 2007
47. Pedcenl'. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Indonesia 2006. Jakarta: Perkeni, 2006.
48. Perkeni. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Indonesia 2006. Jakarta: Perkeni, 2006.
·49. Petunjuk Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal, Jakarta: Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat, Departsmen Kesehatan RI., 2004
50. Policy Paper fot Directorate General of Public Health, June 2002
51. Rencana Strategis Departemen Kesehatan 2005-2009, Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, 2005
52. Report otWHO. Definition and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Intermediate
Hyperglycaemia. Geneva: WHO, 2006, pp 9- 43.
53. Report of WHO. Definition and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Intermediate
Hyperglycaemia. Genev~: WHO, 2006, pp 9- 43.
54. Resolutio~WHA56.1.WHOFramework Convention on Tobacco Control. In: Fifty-sixth
World Health Assembly. 19-28 May-2003.Geneva •. World Health Organization, 2003
55. Resolution 'WHA57.17.Global Strategy on diet.physical activity, and health. ln:Fifty-
seventh World Health Assembly. 17-12 M~y 2004.Geneva, World Health
Organization, 2004
56. Riset Kesehatan Oasar (Riskesdas) 2007. Pedoman Pewawancara Petugas
Pengumpul Data. Jakarta: Sadan Litbangkes, Depkes RI, 2007 ·
57. Rose Men's. How To Keep Your Blood Pressure Under Control. News Health
Recource, 1999
242
58. S.Soemantri, Sarimawac Djaja. Trend Pola Penyakit Penyebab Kematian Di
.
lndohesia, Survei•Kesebatan Rumah Tanggat992,··1995~ 2061
59. Sandjaja, Titiek Setyowati, Sudikno. Cakupan penimbangan balita di Indonesia.
M~kalah ,disajikan pada Simposium Nasional litbang Kesehatan.Jakarta, 7-8
Desember20Q5.
60. Sandjaja, Titiek Setyowati, Sudikno. Cakupan viramin A untuk bayi dan balita di
Indonesia. Presiding temu llmiah dan Kongres XIII "Persagi, Denpasar, 20-22
November2005.
61. Sarimawar E>jaja dan S. Soemantri. Perjalana.nTransi~i ERidemiologi di Indonesia
dan lmplikasi Penanganannya,Studt Mortalifas· Survei' Kese~atan Rumah i::angga
2001. Bulletin of Health Studies, Volume 31, Notnot 3 - 2083, ISSN: 0125 - 9695
./SN= 724
62. Sarimawar Diaja, Joke lrianto, Lisa Mulyono. Pola Penyakit Penyebab Kematian Di
Indonesia, SKRT 2001. The Journal of the Indonesian Medical Association, Volume
53, No 8, ISSN 0377-1121
63. Saw S-M.. Husain R,, Gazzard G,M., Koh D.. Widjaja D,, Tan D,T,H, Causes of low
vision and blindness in rural lndonesla, British Journal of Ophthalmology
2003;87:1075-8,
64. Seri Survei Kesehatan Rumah Tangga DepKes RI, ISSN: 08?4-7971,. No. 15 Th.
1999 .
65. Sinaga, S. dkk. Pola Sikap Penderita Hipertensi Terhadap Pengobatan Jangka
Panjang,dalam Nasl<:ah Lengka·p KOPAPOIVI, 1984,'PenerbifUl-PRESS: 1439.
66. SK Menkes RI Nomor : 736a/Menkes/Xl/1989tentang Definisi Anemia dan batasan
Nonnal Anemia
67. Sobel, BJ. & Bakris GL. Hipertensi,Pedoman Klinik Diagnosis& Terapy. 1999: 13
68. Sonny P.W., Agustina Lubis. Gambaran Rumah Sehat di Berbagai Provinsi Indonesia
Berdasarkan Data SUSENAS 2001. Analisis lanjut Data Susenas- Surkesnas 2001.
Sadan Penelitiandan PengembanganKesehatan,Depkes R.I.
69. Sri Hartini KS Kariadi. Laju KonversiToleransi Glukosa Terganggu menjadi Diabetes
di Singaparna, Jawa Barat. Disampaikan pada Konggres Nasional ke 5.
PerkumpulanEndokrinologiIndonesia,Bandung9-13 April 2000 (SX111-1)
70. Sunyer FX. Medical hazard of obesity.Ann lntem Med. 1993: 119.
71. Suradi & Sya'bani, M, et al. Hipertensi Borderline 'White Coar dan sustained " :
Suatu Studi Komperatif terhadap Normotensi para karyawan usia 18 - 42 tahun di
RSUP Dr. Sarjito Yogyakarta.Berkala llmu KedokteranVol. 2Q (4), 1997.
72. Syah, B. Non-communicableDiseaseSurveillance and Prevention in South-EastAsia
Region,2002.
73. The Australian Institute of Health and Welfare 2003. Indicators of Health Risk
FfJctors: The AIHW view. AIHW Cat. No. PHE 47. Canberra: AIHW. P.2,3,8.
74. The WHO STEPwise approachto Surveillance of NoncommunicableDiseases 2003.
STEPS Instrument for NCD Risk Factors (Core and expanded Version 1.3.)
75. Tim survei Depkes RI, Survei Kesehatanlndera Penglihatandan Pendengaran 1993-
1996, Depkes RI, Jakarta;1997,
243
76. U. Laasar. The Risk of Hyperten$ion : Genesis and Detection. Dalam: Julian
Rosenthal, Arterial Hypertension, Pathogenesis, Diagnosis, and Therapy, Springer-
Verlag, New York Heidelberg 'Serlin, 1984 : 44.
77. IJniv. Cape town, Department of Haematology. Haematology: An Aproach to
Diagnosis and Management. Cape town, 2001. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Depkes RI, 2001, Survei Kesehatan Nasional
(Surkesnas) 2001, Jakarta: Badan Litbangkes.
78. WHO, 1995. Ora/ Health Care, Needs of the Community. A Public Health Report.
79. WHO. Assessing the iron status of populations: Report of a joint World Health
Organization/Centers for Disease Control and Prevention technical consultation on
the assessment of iron status at the population level , Geneva, Switzerland, April
2004
80. WHO. Auser's guide to the self reporting questiennaire.Geneva.1994.
81. WHO/SEARO. Surveillance of Major Non-communical:>le Diseases in South - East
Asia Region, Report of .an Inter-country Consultation, 2005.
82. WHO-ISH. WHO-ISH Hypertension Guideline Committee. 1999. Guidelines of The
Management of Hypertension Journal of Hypertension; 1999
83. WHO-ISH. WHCJ.ISH Hypertension Guideline Committee. 1999. Guidelines of The
Management of Hypertension Journal of Hypertension, 2003
84. World Health Organization, 2003, The World Health Survey Programme, Geneva.
85. World Health Organization. 2003. The Surf Report 1. Surveillance of Risk Fatftars
related to noncommunicable diseases: Current ofglobal data. Geneva: WHO. p. rs.
86. World Health Organization: tnternational Classification of Diseases, lnjurie~ and
Causes of Death, Based OD The Recommendation of The Ninth Revision Conference
1975 and Adopted by The Twenty Ninth WHA, 1997, volume 1.
-244
LAMP .. RAN
245
Lampiran 1
TENTANG
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
Ditetapkandi Jakarta
Pada Tangga~ 3 Nopember 2006
MENTER! KESEHATAN RI
Lampi ran
Keputusan Menteri Kesehatan
Noltlor :·
87'7/MENKES/SK/Xl/200'6
Tanggal : iNopember 2006
Anggota
Kepata Dinkes Propinsi
Kepala BPS Propinsi
Peneliti Sadan Litbangkes
Direktur Poltekkes
Anggota
Kepala Dinkes Propinsi
Kepala BPS Propinsi
Peneliti Sadan litbangkes
Direktur Poltekkes
,.
V. Tim M.anajemen
Ketua Drg. Titte Kabul Adimidjaja, M.Sc.PH
ketea I tndah Yuning Prapti, SKM., M.Kes
ketua II DPs. Ondri Dwi Sampoerno, Msi, Apt
Sekretaris I Drs. Muhamad Socheh, MM
Sekretaris 11 : Budi Santoso, SH
MENTER! KESEHATAN RI
Lampiran 2
NASKAH PENJELASAN*
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kes~hataF'l R.I metal bJ,ilan Juli s/d
Desember 2007 akan melakukan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di '33 Propinsl di Indonesia
yang mencakup 280.000 rumah tangga yang tersebar di 18.000 blok sensus.
Riset ini bertujuan untuk mendapatkan berbagai data kesehatan masyarakat. Sasaran riset ini
adalah rumah tangga dan anggota rumah tangga yang terpilih.
Akan dilakukarr wawancara, pengukuran dan pemeriksaan pada kepala rumah tangga dan semua
anggota rumah tangga.
Wawancara meliputi keterangan diri, riwayat kematian dalam rumah tangga, pelayanan kesebatan,
sanitasi lingkungan, konsumsi makanan, penyakit menular dan tidak menular, riwayat penyakit
turunan, ketidak mampuan, cedera, imunisasi, pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap
kesehatan, kecacatan dan kesehatan mental.
Pengukuran yang dilakukan meliputl pengukuran tinggi badan, berat badan, tekanan darah, lingkar
perut untuk dewasa dan lingkaran lengan atas untuk wanita umur 15-54 tahun. Pemeriksaan
meliputi ketajaman penglihatan mata, kesehatan gigi, kadar iodium da1am garam.
Waktu yang dibutuhkan untuk wawancara, pengukuran dan pemeriksaan dalam satu rumah
tangga adalah sekitar 2 jam.
Hanya dibacakan untuk responden yang akan diambil sampel urin dan contoh garam
untuk pemeriksaan iodium.
Rumah tangga Bapak/lbu juga termasuk dari sebagian rumah tangga yang akan diperiksa
kadar iodiumnya. IJntuk itu perlu dikumpulkan contoh garam yang digunakan sehan-hari
untuk memasak sebanyak 3 sendok makan dan contoh urin (air seni) dari anak Bapak/ lbu
bernama (usia 6-12 tahun) sebanyak 3 sendok makan.
Partisipasi Bapak/lbu/Sdr/Sdri adalah sukarela dan bila tidak berkenan sewaktu-waktu dapat
menolak tanpa dikenakan sanksi apapun.
Bpk/lbu/Sdr/Sdri akan mengetahui keadaan kesehatan dan, sebagai tanda terima kasih, kami akan
memberikan penggantian waktu sebesar Rp. 20.000.- per keluarga.
Semua infonnasi dan h'aSil pemerlksaan yang oerkaltan dengan keadaan kesel}atan
Bapak/lbu/Sdr/Sdri ak~n dlrahasiakan dan disimpan di Badar1 Pe~eli!ian dan Pengembanqan
Kesehatan - Departemen Kesehatan RJ, Jakarta darl hctnya digunal<an untu~ pengembangan
kebijakan program kesehatan dan pengembangan ilmu penqetahuan.
Bila Bapak/lbu/Sdr/Sdri memerlukan penyelasan lebih lanjut mengenai riset ini, dapat
menghubungi Badan Litbang Kesehatan ... Oepartemen Kesehatan R. I, Jalan Percetakan Negara
29, Jakarta 10560; Telp. (021) 4261088 ext 146, Telp/sms (021) 98264854, fax (021) 4209866,
email riskesdas@litbang.depkes.go.id atau
1. Kepa1a· Dinas Kesehatan Ka~~paten/Kot~ setempat.
2. DR. Sunarno Ranu Widjojo, MPH {HP 0811848473) atau
................................................
No. Nama Responden Tgl/bln/thn Tanda tangan/ Cap Tanda ta~an/
Urut jempol dirl sendiri Cap jempol Wali
ART
Keterangan:
*PSP dibuat 2 rangkap, untuk:
- Responden (1 lbr)
- Tim pewawancara (1 lbr), kirim ke korwil bersama kuesioner
Sadan Penelitian dan Penge!llbang~n Kesehatan, Departemen Kesehatan RI mulai bulan Juli s/d
Desember 2007 akan melakukan $is~t Kesehatan Dasar (Risk~sdas} di 3l Propinsi di Indonesia
yang mencakup 280.QQ(hum,ah f~ngga yang tersebar di 1 aooo blok.sensus.
Riset ini bertujuan untuk mendapatkan berbagai data kesehatan masyarakat dan data biomedis.
Sasaran risefini adalah rumah tangga dan anggota rumal) tal'\gga-yang terpillh,
Akan dilakukan wawancara, pengukuran dan pemerlksaan pada kepala rumah tangga dan semua
anggota rumah tang9a.
Wawancara m~liputi keterangan diri, riwayat kematian datam rumah tangga,. pelayanan
kesehatan, sanitasi lingkungan, konsumsi makanan, penyakit menular dan tidak menular, riwayat
penyakit turunan, ketidak mampuan, cedera, imunisasi, pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap
kesehatan, kecacatan dan kesehatanmental.
Pengukuran yang dilakukan meiiputi pengukuran tinggi badan, berat badan, tekanan darah, lingkar
perut untuk dewasa dan lingkaran lengan atas untuk wanita umur 15-54 tahun. Pemeriksaan
meliputi ketajaman penglihatan mata, kesehatan gigi, kadar iodium dalarn garam.
Waktu yang dibutuhkan untuk wawancara, pengukuran dan pemeriksaan dalam satu rumah
tangga adalah sekitar 2 jam.
Hanya dibacakan untuk responden yang akan diambil sampel urin dan contoh 9aram
untuk pemeriksaan iodium ..
Rumah tangga Bapak/ lbu juga termasuk dari sebagian rumah tangga yang akan diperiksa
kadar iodiumnya. Untuk itu pertu dikumpulkan contoh garam yang digunakan sehari-hari
untuk memasak sebanyak 3 sendok makan dan contoh urin (air seni) dari aaak Bapakl lbu
bernama (usia 6-12 tahun} sebanyak 3 sendok makan.
Selain itu juga dilakukan pengambilan darah di laboratorium yang ditunjuk guna mengetahui
penyakit yang mungkin terjadi berkaitan dengan penyakit menular, tidak menular, kelainan
gizi dan kelainan bawaan. Yang diambil darahnya adalah semua anggota rumah tangga usia
1 tahun keatas. Untuk orang dewasa (umur ~ 15 tahun) yang akan diambil darahnya, perlu
persiapan puasa 10 - 14 jam sebelum pengambilan darah, termasuk tidak rnerokok, tidak
melakukan aktivitas berat, tidak sarapan, minum air. putih tawar diperbolehkan. Bapakl lbu/
Saudara akan diberi minuman 1 gelas yang mengandung gula sebelum diambil darahnya.
Untuk wanita hamil, anak dan balita tidak perlu puasa. Darah vena yang akan diambil
sebanyak 1 sendok makan (15 ml) pada dewasa, masing-masing 1 sendok teh (5 ml} pada
wanita hamil, anak dan balita. Pengambilan darah dilakukan oleh petugas pengambil darah
yang terlatih. Dalam pengambilan darah akan ada sedikit rasa nyeri sepertl digigit semut,
namun tidak ada risiko yang membahayakan. Pengaml:lilan darah diawasi oleh tim medis
yang berpengalaman diseftai peralatan yang memadai.
Partisipasi Bapak/lbu/Sdr/Sdri adalah sukarela dan bila tidak berkenan sewaktu-waktu dapat
menolak tanpa dikenakan sanksi apapun.
Bpk/lbu/Sdr/Sdri akan mengetahui keadaan kesehatan dan sebagai tanda terima kasih,
kami akan memberikan penggantian waktu sebesar Hp. 20.000.- per 'ketuarga. Anggota
keluarga yang terpilih diambil darahnya, akan mendapatkan uang pengganti transport Rp.
35.000.- per orang, dan disediakan makanan setelah pengambilan darah.
Anda akan mendapatkan hasil pemeriksaan gula darah, darah rutin atau kadar Hb bila
peralatan otomatis tidak ada.
Jika terjadi sesuatu yan9. rnemerlukan pertolongan dokter pada saat pengambilan darah
maka BpkJlbu/Sdr/SQri akan segeta .dibert pertolonqan, blla perlu dirujuk ke Rumah Sakit
dan biaya akan ditanggung oleli Sadan Litbang Kesehatan.
Semua informasi dan hasil pemeriksaan yang berkaitan dengan keadaan kesehatan Bapak/
lbu/ Sdr/ Sdri akan dlrahasiakan dan Cli&im'pan di Sadan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan-PepKes, Jakarta' dan hanya digunakan untuk pengembangan kebijakan program
kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Bila Bapak/ lbu/ Sdr/ S,di:i rhemerlukan penyelasan lebih lanlut- mengenai riset ini, dapat
menghubungi Sadan Litbang Kesehatan-Departemen Kesehatan RI, Jalan Percetakan
Negara 29, Jakarta 10560; Telp, (021) 4261088 ext 146, Telp/sms (021) 98264854, fax (021)
4209866, email riskesdas@litbang.depkes.go.id atau
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat
2. Dr. Sunarno Ranu Widjojo, MPH (HP 0811848473)
3. dr. Endang R. Sedyaningsih, MPH, DrPH (HP 0816855887)
Keterangan: *Naskah Penjelasan hanya diberikan 1 (satu)/ rumah .tangga, dapat
dibacakan. beberapa kali untuk masing-masing respond en
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN(PSP)*
(INFORMED CONSENT)
Saya telah mendapatkan penjelasan secara rind dan mengerti mengenai Riset Kesehatan Dasar
yang dilakukan oleh Badsn Litbangkes-Departemen Kesehatan RI. Saya mengerti bahwa
partisipasi saya dilakukan secara sukarela dan saya dapat menolak atau mengundurkan diri
sewaktu-waktu tanpa saaksl apapun.
Nama Responden Nomor Stiker TgJ/bln/thn Tanda 'tang an/ Tanda tangan/
Cap Jempol diri Capjempol
sendirl Wall**
Keterangan
* PSP dibuat 3 rangkap untuk:
- Responden ( 1 lbr)
- Peftinggal di Laboratorium Kesehatan Daef9h/ RS/Swasta (1 lbr, dititip pada petugas
lapangan/ puskesmas 4ntuk diserahkan kepada petugas lab)
- Tim Pewawancara (1 lbr), kirim ke Korwil bersama kuesloner
*** Diluar tim pewawancara, bisa orang yang mempunyai hubungan ke1uarga,
tetangga atau KetuaRT
--···r··-·· -
REP.UBL.IL< INDONE~IA
DEPART~MEN KESEHATAN
~ADAN PENELITIAN:,DA~PENGEMBANGAN.KES&KATA.N
Rl<D07.RT
1 Provinsi DD
:2 Kabupaten/Kota1 DD
3 Kecamatan DOD
4 Desa/Kelurahan'l DOD
5 Klasifikasi Desa/Kelurahan 1. Perkotaan 2. Perdesaan D
6 a Nomor blok sensus
b. Nomor sub blok sensus
7 Nomor Kode Sampel DDDDO
8 Nomor urut sampel rumah tangga
DO
9 Alainat rurnah
2
Tgl. Pengumpulan data:
(tgl-bln-thn} oo-o·o-oo 5
Tgl. Pengecekan:
(tgl-bln-thn) DD-DD-DO
Tanda tansan Tanda tangan Ketua
3 Pengumpul Data a Tim:
"') core! yang tidak perlu
IV. KETERANGAN ANGGOTA RUtMH TANGGA
Hubung- Jen is Umur Khusus ART C!: jQ Khusus ART Jika ya, Verifikasi
an,. Kel~min (tahun) Status tahun ·ART semalam apakah
No. dengan Kawin Pendi- Pekerjaan perem- tidurdi kelambu
urut Nama kepala dikan. l!,lama .• puan dalam berinsek-
ART Anggota Rumah rumah Tertinggi 10·54 kelambu? tisida?
Tangga tangga Jika·umur tahun
(ART) <1thn '
lsikan Apakah
"00" sedang 1. Ya 1. Ya
1. Laki2 Jika umur 0
Hamil? 2. Tldak 2. Tidak
2. Perem· C!:97thn ~kol.12 8. Tldak
[KODE] puan lslkan [KODE] [KODE] [KODE] 1.Va 8. TdkTahu Tahu
"97" 2.Tidak ~ kol.12
(1) (2) (3) {4) - (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) {12)
1. 1 D DD D D DD D D D D
2. D D DD D D DD D D D D
3. D D DD D D DD D D D D
4. D D DD D D DD D D D D
5. D D DD D D DD D D D D
6. D D DD D D DD D D D D
7. D D DD D D DD D D D 0
8. D D DD D D DD D D D 0
9. D D DD D D DD D D D D
10. D D DD D D DD D D D D
11. D D DD D D DD D D D D
12. D D DD D D DD D D D D
13. D D DD D D DD D D. D D
14. [J D DD D D DD D D D D
15. D D DD D EJ DD D D D D
GUNAKAN LEMBAR TAMBAHAN APABILA JUMLAH ART> 16 ORANG
Kodekolom3 Kodakolom 6 t<ode kolom 7 Kodakolom8 Kode kolom 12
Hubungan dengan kepafa rumah tangga Status Kawln Pendldlkln T ertlnggl Peke~aan Utama Verlflkasl
1 = Kepala n111ah 6 = Orang b.Ja/ mertua 1 = Belum kawin 1 = Tidak pemah sekolah 01 = Tidak kerja 08 = VViraswasta/ 1 = Tidak ada perubahan
tangga 7 = F amlli lain 2 = Kawin 2 = Tidak tamat ~D 02 = Sekolah Pedagang 2= Ada perubahan
2 = lslrilsuami 8 = Pembantu rumiih 3 = Cerai hidup 3 =TamatSO. 03 = lbu umah tangga 09 = Pelayanan Jasa 3 = Meni!YJgal
3=Anak langga 4= Ceraimati 4 = TemalSLTP 04=TNl/Polri W=Petanl 4 =Pindall
4 = Menantu G =Lainnya S=TamatSLTA 05 = PNS 1°1 = Nelayan 5 = Lahir
5=Cui;:u 6' = Tamat Perguruan Tinggi 06 = Pegawai BUMN 12 = Buruh 6 = Anggota baru•
07 = Pegawaiswasta 13 =lainnya 7 = T dk pemah eda dim
.RT samOOI
Nan:ia ART.~anadiwawan~ral: : , No. Urut ART yan _.dlwawancaral: Oi,hat Blok IV kol. 1) DD
~ADJAN-~MATIAN SEJAK 1JYU2004
.
{TERMASUK KEJADIAN BAYI LAHIR MATI) - HANYA
~ DALAM RUfMH TANGGA
1 APAKAH ADA KEJADIAN KEMATIAN Sl;J~K 1 JULI 2004 KARENA PENYAKIT DI BAWAH INI: (BACAKAN PILIHA~ PENYAKIT)
ISl!<AN DENGAN KODE 1=YA ATAU 2=TIDAK
DD oo., DD D
1. D
Bin
ThnDD
D ou.,
DDrahun
Bin DO nn., DD D
2. D D DOeulan
ThnDD
DDrahun
BtnDD
DOHari DD D
3. D D DDsutan
ThnDD DOrahun
DD nu., DD D
4. D
Bin
ThnDD
D ou., ..... ~ ....
DD"Fahun f. ll!o! ••••
Jika terdapat kematian dalam periode 12:bulan sebelum survel sampardenga~survttl berlangsung, maka lanjutk'an dengan
menggunakan kuesloner RKD07.AV dengan mellhat kolom 7 (umur slat menlnggal) untuk memillh jenls kuesloner
Kolom7
Kode kolom 8 Penyebab Kematlan -Umur saat menlnggal
Kodt kolom 4 Hubung111 dengan kepala RT
01 = Dlare -06 = Oemam berdarah H = Kencing manis GUNAKAM KUESIONER:
1 = Kepala rumah tangga 6 = Orang tualmertua 02 = ISPA/radang paru 07 = Saldt kuning 12 = l<ankerfTumor < 291\art (NEONATAL):
2 = lslri/suami 1 = Famlll laln 03=Ca~ak 08 = 'rifus 13 = Kecelakaan/Cedera RKD07.~V1
3 = Anak 6 = Pembantu rumah tangga 04=TBC 09 = Hlpertensi/Janb.Jng ·14 = HamlVBersalin/Nifas
4 = Menanb.J 9 = lainnya 05 =Malaria 10 =Stroke 15 = bayi lahir n'iati 29 hari· < 5 lhn:
5=Cuw l6 = penyakit lalnnya .. RKD07.AV2
5 thn ke atas :
RKD07.AV3
~T ':': ~- · -· · . . · ··t·.::~~·,~:r~~f'{~7il·i~l:f{·{.111:~~::-.~~1,.:·.If/;:;·;,·
'_ ~·-·~·"· ~ •f.·.~~~:1~£ '!..._ __'!"_.L- -~-:"'"~~ ... ~--'- -·
0-·-~~-
1~i~;~:~1'.'11:M
t' '""'-"·~ -
-~-c·:··,~.
__ o:.-~-~
·:&~?'~·-
·- ·11~
1a Bel'al?a jarak yang harus ditempuh ke sarana pelayanan kesehatan terdekat (Rumah Sakit,
Puskesmas, Pustu, Ookter praktek, Bidan Praktek)?
.......... Km DD
........... meter ODD
1b Berapa waktu tempuh ke sarana pelayanan kesehatan terdekat (Rumah Sakit, Puskesmas,
Pustu, Ookter praktek, Bidan Praktek)?
.......... menit ODD
2a Berapa jarak yang harus ditempuh ke sarana pelayanan kesehatan terdekat (Posyandu,
Poskesdes, Polindes)?
.......... Km DD
........... meter DOD
2b Berapa waktu tempuh ke sarana pelayanan kesehatan terdekat (Posyandu, Poskesdes,
Polindes)?
.......... menit ODD
3 Apakah tersedia angkutan umum ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat? (berlaku untuk
P.1a dan P.2a)
1. Ya 2. Tidak D
4 Apakah rumah tangga ini pemah memanfaatkan pelayanan Posyandu/ Poskesdes dalam 3 1. Ya
bulan terakhir? 2. 1'idak ~ P .6 D
5 Jika ya, jenis pelayanan apa saja yang diterima: (BACAK'AM-POINTa.SAMPAI DENGAN I)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA 2=TIDAK 7=TIDAK BERLAKU
9 Jika tidak memanfaatkan pelayanan Polind~ Bidan Desa, apakah alasan utamanya?
1. Letak polindes/ bidan desa jauh 3. Pelayanan tidak lengkap 5. Lainnya: ................... D
2. Tidak cida polindes/ bidan desa 4. Tidak membutuhkan
'
10 Apakah rumah tangga lni pemah Memanfaatkan pelayanan Pos Obat Oesa (POD)/ Warung 1. Ya~ VII
Obat desa (WOO) dalam 3 bulan terakhir1 2. Tidak D
. ..
Dipelihara? ~ipelihara di :
1. Ya 1. Kandang dalam rumah · 3. Rumah tanpa kandang
Temak/hewan peliharaan 2. Tidakr~·ternak berikutnya 2. Kandang1ui;ir-rumah ·4. Luar rumah tanpa kandang
T
(1) (2)
a.Unggas(ayam,bebek,burung) D D
b. Temak sedang (kambing,domba,
babi) D D
c. Temak besar (sapi,kerbau,kuda) D D
d. Anjing, kucing, kelinci D D
17. Jarak rumah ke sumber pencemaran?
JIKA TIDAK TAHU JARAK KE,SUMBER PENCEMARAN ~ISIKAN "8888" PADA KOLOM (2) JARAK (METER)
JIKA TIDAK ADA SUMBER PENCE~RAN ~ ISIKAN "9999" PADA KOLOM'(2) JABAK (METER)
a. Jalan raya/ rel kereta api .oooo e. Terminal/stasiun kereta apilbandara DODD
b. Tempat Pembuangan Sampah
(Akhir/Sementara)/lncinerator/lPAL RS DODD f. Bengkel DODD
c. lndustri/pabrik DODD g. Jaringan listrik tegangan tinggi
(SUTT/ SUTET) D.DDO
d. Pasar tradisional DODD h. Petemakan/ Rumah Potong Hewan
(termasuk unggas) DODD
0-11 bu Ian
1 -3 tahun
4-6 ~hun
7-9 tahun
10-12 tah~n
13-15 tahun
16-18 tahun
19-29 tahun
30-49 tahun
50-64 tahun
>64 tahun
Jumlah
[NAMA] pada pertanyaan di bawah ini merujuk pada NAMA yang tercatat pada pertanyaan A01
PERTANYAAN 801·840 DlTAKVAKAN PADA SEMUAUMUR
INFEKSI SALURAN PERNAFAS.AN AKUT (ISPA)/ INFLUE~ RADANG TENGGOROKAN
801 Oalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMAJ pemah didiagnosis menderita ISPA oleh tenaga kesehatan 1. Ya~ 803
(dokter/ perawat/ bidan)? 2. Tidak D
802 Dalarn 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah menderita panas disertai batuk berdahak/ kering atau 1. Ya
pilek? 2. ndak D
PNEUMONIA/ RADANG PARU
803 : Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah didiagnosis menderita Pneumonia oleh tenaga kesehatan 1. Ya ~ 805 o·
(dokter/ perawat/ bidan)? 2. Tidak
804 Dalam 1 bulan terakhir, apak~ [NAMA] pemah menderita panas tinggi disertai batuk berdcihak dan napas
1. Ya
lebih cepat dan pendek dari biasa (cuping hidung) I sesak nafas dengan tanda tarikan dinding dada bagian
bawah?
2. Tidak D
DEMAM TYPHOID (TIFUS PERUT)
805 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA~pemah didiagnosis menderita Oemam Typhoid oleh tenaga 1. Ya~ 807
kesehatan (dokter/ perawat/ bidan)? 2. Tidak D
806 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA]pemah menderita panas terutama pada sore malam hari > 1 1. Ya
minggu disertai sakit kepala, lidah kotor dengan pinggir merah, diare atau tidak bisa BAB? 2. Tidak D
MALARtA
807 Dalam 1 bulan terakhir, apakah lNAMA) pemah didiagnosis menderita Malaria yang sudah dikonfirmasl 1. Ya~ 809
dengan pemeriksaan darah oleh tenaga kesehatan (dokter/ perawa~ ~idan)? 2. Tidak D
808 Dalam i bu Ian terakhir, apakah [NAMAfp~mah menderita panas tinggi disertai menggigi~(perasaan
1. Ya
dingin), panas naik turun secara berkala, berkeringat, sakit kepala atau tanpa gejala malaria tetapi sudah
minum obat anti malaria? 2. Tidak ' 810 D
809 Jika Ya, apakah [NAMA] mendapat pengobafan dengan obat program dalam 24 jam ·pertama menderita 1. Ya
panas? 2. Tidak D
DIARE/ MENCRET
910 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA) pemah didiagnosis menderita Diare oleh tenaga kesehatan 1. Ya-+ 812
(dokter/ perawat/ bidan)? . 2. Tidak D
811 Dalam 1 bulan terakhir, apakah {NAMA) pemah menderita buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari 1. Ya
dengan kotoran/ tinja lembek atau cair? 2. Tidak~ 813 D
812 Apakah pada saat diare, diatasi denqan pemberian OralitJ pemberian larutan gula gararnl cairan rumah 1. Ya
tangga? 2. Tidak D
CAMPAK/ MORBILI
B13 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAM.4')-pemah didiagnosis menderita campak oleh tenaga kesehatan 1. Ya.+ B15
(dokter/ perawat/ bidan)? · - 2. Tidak D
B14 Dalam 12 bulan terakhir, -apakah (NAMA) pemah menderita panas tinggi disertai mata merah dengan 1. Ya
banyak kotoran pada mata, ruam merah pada kulit terutama pada leher dan dada? 2. Tidak D
TUBERKULOSIS PARU (TB PARU)
B15 Dalam 12·bulan terakhir, apakahJNAMA] pemah didiagnosis menderita TB Paru oleh tenaga kesehatan 1. Ya.+ B17
(dokter/ perawat/ bidan)? 2. Tidak D
B16 Dalam 12 bulan terakhir, apakah (NAMA] pemah menderita batuk C!: 2 minggu disertai dahak atau dahak 1. Ya
bercampur darah/ batuk berdarah dan berat badan sulit bertambah/ menurun? 2. Tidak D
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
617 Dalarn 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah didiagnosis menderita Demam Berda!C!h Dengue oleh 1. Ya.+ B19
tenaga kesehatan {dokter/ perawat/ bidan)?
. 2. Tidak D
618 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA} pemah menderita demam/panas, sakit kepala/ pusing disertai
1. Ya
nyeri di uluhatl/ perut ki~atas, mual dan muntah, lemas kadang-kadang disertai bintik-bintik merah di
bawah kulit dan/ atau mjmisan, kaki/ tangan dingin?
2. Tidak D
HEPATITIS/ SAKtT LIVER/ SAKJT KUNING
619 Dalam 1 Z bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah didiagnosis menderita Hepatitis oleh tenaga kesehatan 1. Ya.+ 821
(dokter/ perawat/ bidan)? 2. Tidak D
820 Dalmn 12 bJJlan terakhlr apakah {NAMA} pemah menderita demam, lemah, gangguan saluran cema, 1. Ya
(mual, muntah, tidak nafsu makan), nyeri pada perut kanan atas, disertai urin wama seperti air teh pekat,
mata atau kulit berwarna kllning?
2. Tidak 0
FILARIASIS/ PENYAKll KAK~GAJAH
B21 Dalarn 12 bulan.terakhir, ap~ah [NAMA) pemah didiagnosis menderita Filariasis oleh tenaga kesehatan 1. Ya.+ 823
(dokter/ perawat/ bidan)? 2. Tidak D
822 Dalarn 12 bulan t&raRhir, apakah''[NAMA] pemah menderita radang pada kelenjar di pangkal paha secara 1. Ya
berulang, atau pembesaran alat·kelarninl payud~ra/ tungkai bawah dan atau atas (Filaria~is/ kaki gajah)? 2. Tidak D
ASMA/ MENGU SENG~
-
B23 Dalarn 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah didiagnosis menderita Asma oleh tenaga kesehatan 1. Ya.+ 825
(dokter/ i>e!'awat/ bidan)? 2. Trdak D
·a24 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA) pemah rnengalami sesak napas disertai bunyi (mengi)/ Rasa 1. Ya
tertekan di dada/ Terbangun karena dada terasa tertekan di pagi hari atau waktu lainnya, Serangan sesak 2. Tidak
napas/terengah-engah tanpa sebab yang jelas ketika tidak sedang berolah raga atau melakukan aktivitas 0
fisik lainnya?
GIGI DAN MULUT
'
1. Ya·
825 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] mempunyai m'asalah dengan gigi dan/atau mulut?
2. Tidak -+ ~28 D
826 Dalam 12 b~lan terakhir, apakah [NAMA] menerima perawatan atau pengobatan dari perawat gigi, dokter 1. Ya
gigi atau dokter gigi spesialis? 2. Tidak ~ 828 D
827 Jenis perawatan atau pehgobatan apa saja yang diterima untuk masalah gigi dan mulut yang [NAMA] alami?
(BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN e) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA A'FAU 2=TIDAK
e. Perawatan gigi lainnya.
a. Pengobatan D c. Pemasangan gigi palsu lepasan (protesa) atau
gigi palsu cekat (bridge)
D Ya, sebutkan............ D
b. Penambalan/ pencabutan/
bedah gigi atau mu1ut
D d. Konseling tentang perawatan/ kebersihan gigi
danmulut
D
828 Apakah [NAMA) telah l<ehilangan seluruh gigi asli?
···-·
j 1. Ya 2. rrc1ak lD
CEDERA
ij29 Dalam 12 bulan te~khir, apakah [NAMAJ pemah mengalami cedera sehingga kegiatai;i seh~ri-hari 1. Ya
, tetganggu? 2. Tidak-+ 833 D
•..
830 Penyeb~ cedera: (BACAKAN.POlfff~ SAMPAI BENGAtfp)
'ISJKAK-KODEJAWASAKDEN.GAN . . 1z:YAA"fAU2;:'flDAK
·.
a. Kecelakaan transportasi di' darat (bus/ tru~. kereta 11pl,
motor, mobil} 0 i. 8encana ?lam\gempa bumi, tsunarri) D
b. Kecelakaan transportasi laut D j. Usaha bunuh diri (mekanik, kimia) D
c. Kecelakaan transportasi udara D k. Tenggelam D
d. Jatuh D I. Mesin elektrik, radlasl D
e. Terluka karena benda tajam, bendatumpul D m. Terbakar, terkurung asap D
f. Penyerangan (benda tumpul/ tajam, bahan kimia, dll) D n. Asfiksia (terpendam, tercekik, dll.) D
g. Ditembak dengan senjata api D o. Komplikasi tindakan medis D
h. Kontak dengan 6ahan beracun (binatang, tumbuhan,
kimia) D p. Lainnya, Sebutkan .............................. D
831 8agian tubuh yang terkena cedpra: (8ACAKAN POINT 1SAMPAI DENGAN j)
ISIKAN KODE JAWA8AN DENGAN 1•YA ATAU 2:-TIDAK
j. 8agian tumit clan-
a. Kepala D d. BagilfJperut, tulang
punggung, tulang panggul D g. Bagian pergelan~
tangan,dan tangan D kaki D
h. 8agian pinggul dan
b. Leher D e. Bagian bahu dan lengan atas D tungkai atas D
i. '0agian lutut dan
c. 8agian dada
0 f. 8ag~an siku. lengan bawah D tungkai bawah D
832 Jenis cedera yang dialami: (BACAKAN POIN'F a SAMPAI DENGAN I)
ISIKAN KODE JAWA8AN DENGAN 1=YAATAU 2-TIDAK
a. 8enturan/ Luka g. Anggota gerak i. Lainnya:
memar D c. Luka terbuka D e. Terkilir, teregang D terputus 0 ··············· D
b. Luka lecet D d. Luka bakar D f. Patah tulang D h. Ke(acunaB D
PENYAKIT JANTUNG
833 Apakah [NAMAJ selama inl pemah didiagnosis rnenderita penyakitjantung oleh-tenaga kesehatan (dokter/; t. Ya-+ ·a35
perawat/ bidan)? 2. Tidak D
834 Apakah [NAMA] pemah ada gejala/ riwayat (8ACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN e)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2i'TIDAK
c. Jantung berdebar-debar tanpa e. Tungkai bawah
a. 8ibir kebiruan saat menangis atau melakukan
aktifitas Dsebab 0 bengkak D
d. Sesak nafas pada saat tidur
b. Nyeri dada/ rasa tertekan berat/ s~sak nafas
ketika berjalan terburu- buru/ mendaki/ berjalan Dtanpa bantal D
biasa di jalan datar/ kerja berat/ jalan jauh
PENYAKIT KENCING MANIS (DIABETES MELLITUS}
835 Apakah [NAMA] selama ini pemah didia_gnosis rnenderita kencing rnanls oleh tenaga kesehatan {dokter/ 1. Va-+ 837
perawaU bidan)?
.... __
2. Tidak D
.,
"
836 Apakah [NAMA} selama ini pemah mengalami gejala banyak rnakan, banya'k kencing, banyak mnom, 1. Va
lemas dan berat badan turun atau menggunakan obat untuk kencing manis? 2.Tidak D
TUMOR I KANKER
837 Apakah [NAMA] selama ini pemah didiagnosis menderita penyakit tumor/ kanker oleh tenaga kesehatan
(dokter/ perawat/ bidan)?
1.Ya
2.Ttdak ~ 840 I D
838 Sejak kapan [NAMA] didiagnosls tumortersebut? Tahun............... DODD
839 Dimana lokasi tumor/ kanker tersebut: (BACAK:AN POINT a SAM~AI DENGAN m)
ISIKAN KO'DE JAWABAN.OENGAN t=YA ATAU 2=TIDAK ATAU 7=TIDAK BERLAKU
a. Mata, otak; dan bagian susunan syaraf
pusat D f. Saluran cema (usus, hati) D k.Jaringanlunak D
I. Tulang, tulang
b. Bibir, rongga mulut dan tenggorokan D g. Saluran kemih D rawan D
c. Kelenjar gondok dan kelenjar endokrin lain D h. Alat kelamin wanita: ovarium, cervix uteri D m. Darah D
d. Saluran pemafasan (paru- paru) D i. Alat kelamin pria: Prostat D
e. Payudara D j. Kulit D
PENYAKIT KETURUNAN/GENETIK
840 Apakah [NAMA] ada riwayat keluhan menderita sebagai berikut: (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN h)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YAATAU 2=TIDAK
a. Gangguan iiwa (schizophrenia)(observasi) D d. Bibir sumbing (observasi) D g. Thalasemia D
b.Butawama D e. Alergi dermatitis D h.Hemofilia D
c. Glaukoma D f. Alergi rhinitis D
• JIKA ART UMUR ~ 15 TAlfUN ~ 841
• s
JIKA ART UMUR 14 TAHUN ~ KE BAGIAN C. KETANGGAPAN PELAYANAN KESEHATAN
..,,,,. ..... £.:r~, , . ~·
~},, ":-~
. - .. J!"~ -·~wmt;.
..'•".. ~ '.',,~,,•.
$-
, . . ~.tr·~. ., , ~ . , ,.. .,s-,.,·· "~---·
ANY. - - l:r4. - , $:::
_ ...... ·-· ... _,, .....~~qlj~~.[J! .• ,,., ,.
~4.· . -·r_~;.ih) .. :#!<.
-• 7Ji:' ·•,, ,!>~· ~f :~<;~_
!~""'.·~~=~.,.c.:.i
-1:.' '
.
:,.,d·:-r·-~.;.
-
,-
.~
B47 Dalam 12 bulan terakhir, epakah salah satu atau kedua mata [NAMAJ pemah didiagnosis/ dinyatakan 1. Ya~B49
katara'k (lensa mata keruh) oleh tenaga kesehatan (dokter1 perawat/ bidan)? 2. Tidak
8. Tidak tahu
D
848 Dalam'12 bulan terakhir, apakah [NAMA] mengalaltli: (BACAKAN POINT a DAN b)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK
b. Mempunycii masalah penglihatan berkaitan dengan sinar, seperti silau pada lampu/pencahayaan yang terang? b.D
1. Ya
649 Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah operasi katarak?
2. l1dak.+'C D
650 Apakah setela,h operasi katarak [NAMt\) memakai kacamata? 1. Ya
2. TKlak 0
~~.~~- -;:,:~,t: $.\.;'. #'~;;;: n~tt1rn~-
,~;-
i£'.!:"~~:';\'l,.~~J;\:,.c '<:'<" ·~~,f~
,-~-f··:- -.-- --,~ ,.f, '"''..~,,,-,;~·,·
~ f , ,;;.:;~1'.,~1- _•,;iiJ' , -,
. ; -. ·,.-,.·. -· ··:_~-~~;:·.--.-~;-
P·;" -~:!i'4~1\ I ''1• '. _,. • •
L_~_-2!__':.',.;__1"
;, -
I'·.
• ---::-- -.-_~, - .-.
"',
~-;
'•<t<.~____i!;,~
-:·;r--;;.-~.·. :.· . ::-
• 0 ·,
1
ec
-- '; ~ ~~._,. -~-~--.....,_,~.!.-
~~-~ ~-' ~- ) . ___:_ ~.b~~_:_:__"_~- ' , ~>_/~~:~~ ~~~~~~- ~~~!~~·~~ ~-j "i<It~· ::J:~~);"~;Ji;'<
I ~ ~ ~ ' '-_
+
"
'
-- -
'1 -.
~-·-_____:_
,;.,:,;'
Ca01 Dalam 5 tahun terakhir, dimana [NAMA] menjalani rawat inap terakhir?
1. Rumah Sakit Pemerintah 6. Praktek tenaga kesehatan D
2. Rumah Sakit Swasta 7. Pengobat Tr,ldisional
3. Rumah Sakit Di Luar Negeri 8. Lainnya (Sebutkan..................................... )
4. Rumah Sakit-Bersalin/ Rumah BersaHn 9. TKlak Pemah menjalani rawat inap ~Cbt1
5. Puskesmas •
Ca02 Berapa biaya yang dikeluarkan untulc rawat inap terakhir (dalam 5 tahun
terakhir sebelum survei)? Rp.......... •........... DD.ODD.ODD
.Ca03 Darimana sumber biaya untuk rawat inap tersebut? (BACAKANPOINT a. SAMPAI DENGAN l)
ISIKAK KODE JAWABAN DENCW. 'lisYA ATAU 2:11T1DAK
Ca09 Bagaimana [NAMA) menilai kebebasan memlllh fasilitas, sarana dan petuQaS 'kesehatan? D
Ca10 Bagaimana [NAMA] menilai kebersihan ruang rawat inap termasuk kamar mandi? D
Ca11 Bagaimana [NAMA] menilai kemudahan dikunjungt_oleh keluarga ~tau teman ketika-masih dirawat di fasilitas kesehatan?
-.
D
--~~1'fl&'·~~. ~~"" '"~'~•~~~,.,~~. ,. .,~-;' - ~,. _~,. , .- - ~~- . ,. , ,. ~
Cb01
~~~:,~:,!ii, . ;;ii~'2;¥q~~£Th'i~Hi:Fl~I'~~~~~1·;i:#3JI~'*i}i _!~i' ~4~·'·:
Dalam 1 tahun terakhir, dimana [NAMA) menjalani'befQbatjalan terakhir?
~-~- _ ·:· _~r:-~£~
'01. Rumah Sakit Pemerintah 06. Praktek tenaga itesehatail DD
02. Rumah Sakit Swasta 07. Pengobat Tradisional
03. Rumah Sakit Bersalin/ Rumah Bersalin 08. Lainnya (Sebutkan..................................... )
04. Puskesmas/ Pustu/ Pusling/ Posyandu 09. Di rumah
05. Poliklinik/ Balai Pengobatan Swasta 10. Tidak Pemah menjalanl berobatjalan 'Cb10a
Cb02 Berapa biaya yang dikeluarkan untuk berobat jalan terakhir (dalam 1 tahun
terakhir sebelum survei)? Rp ..................... O:D.DDD.DDD
.
Cb03 Darimana sumber biaya untuk berobat jalan tersebut? (BACAKAN POINT a SAMPAI DEN~AN I)
ISIKAN KODE JAWABAN bENG~N 1=YA ATAU 2=TIDAK
PERILAKU HIGIENIS
Apakah [NAMA] mencuci tangan pakai sabun? (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAttd)
.
DOS
ISIKAN KODEJAWABAN DENGAN 1•YAATAU 2=TIDAK
a. Sebelum makan D c. Setelah buang air besar/ Setelah mencebokt bayi 0
b. Sebelum menyiapkan makanan
0 d. Setelah memegangbinatang (unggas, kucing.anjng) D
009 Dimana [NAMA) biasa buang ~r besar?
1.Jamban
2. Kolam/sawah/selokan
3.Sungai/danauJlaut
4.Lubangtanah
5. Pantai/tanah lapang/ kebun/ halaman
6. Lainnya: ...........................
D
D10a Apakah [NAMA] biasa menggosok gigi setiap hari?
. .... ~
I 1. Ya 2. Tidak 7 011 D
D10b Kapan saja!NAMA] menggosok gig[? (BACAKAN POINT a SAMPAJ DENGAN.e)
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1:i:YA ATAU 2=TIDAK
a. Saat mandi pagi danl sore D c. Sesudah bangun pagi D e. Lainnya, sebutkan........... D
b. Sesudah makan pagi ·o d. Sebelum tidur malam
.
D .
PENGGUNAANTEMBAKAU
011 Apakah [NAMA) merokok/ mengunyah tembakau selama 1 bulan terakhir? (BACAKAN PILIHAN JAWABAN)
1. Ya, seHap hari
2. Ya, kadang-kadang~ 01~
3. Tidak, sebelumnya pemah ~ 016
4. Tidak pemah sama sekali ~ 018
D
.
012 Berapa umur {NAMAJ mulai merokok/ men,gunyaMembakausetiap hari ?
'
ISIKAN DENGAN "88" JIKA RESPONDEN MENJAWAB TtDAK INGAT •.
............... tahun DD
013 Rata-rata berapa batang rokok/ cerutu/ cangklong (buah)/ temba'kau (susur) yang {NAMA] hisap
perhari?
........... batang OD
014 Sebutkanjenis.rokok/ tembaka~.yaqg· blasa [NAMA].his,ap/ kunyah: .{BACAKAN POINT a.$AMPAI DENGAN h)
ISIKAN DENGAN 1=VA AT.AU 2='ftBAK ATAO 8=Tl&AK TAHU
a. Rokok kretek dengan filter ·o d. Rok-0k linting D g. Tembakau dikunyah (susur, nyirih, nginang) D
b. Rokok kretek tanpa filter ·o e. Cangklong D h. Lainnya: .............. ... D
c. Rokok putih D f. Cerutu D
015 Apakah [NAMA} biasa merokok di dalam rumah ketika bersama ART lain? 11. Ya7 017 2. Tidak7 017 D
016 Berapa umur [NAMA} ketika b~rhenti/ tidal< merokok/ tidak .mengunyah tenibakau sama sekali?
ISIKAN OENGAN "88" JIKA Rl:SPONDENMENJAWAB TIDAK INGAT
............... tahun DD
017 Berapa umur [NAMA) ketika pertama kali merokok/ mengunyah tembakau?
ISIKAN QENGAN "88" JIKA R!SP0NDEN MENJAWAB Tlo'AK INGAT
............... tahun DD
ALKOHOL
Catatan (GUNAKAN KARTU PERAGA):
1 satuan mlnuman standard yang mengandung 8 -13 g etanol, mlsalnya terdapat dalam:
1 gelasl botol kecll/ kaleng (285 - 330 ml) blr
1 gelas kerucut (60 ml) aperitif
1 slokl (30 ml) whiskey
1 aelas kerucut (120 ml) anggur
018 Apakah dalam 12 bulan terakhir [NAMA} mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol 1. Ya
(minuman alkohol bennerk: contohnya bir, whiskey, vodka, anggur/ wine, dll dan minuman
tradisional: contohnya tuak, poteng, sopi)? 2. Tidak 7 D22 D
Apakah dalam 1 bulan terakhir [NAMA) pemat) mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol? 1. Ya
019
2. Tidak 7 D12 0
020 Oalam 1 bulan terakhic.seberapa serlhg '{NAMA} minuntminuman beralkohol? (BACAKAN PILIHAN JAWABAN)
1. 5 hari atau lebil'I tiap minggu
2. 1 - 4 hari tiap .minggu
3. 1 - 3 hari tiap bulan
4. < 1x tiap bulan
D
3. anggur/wine
021a Jenis minuman beralkohol yang paling banyak dikonsumsi:
.
11. Bir
2. Whiskey/ Vodka 4. minuman tradision.al 0
Ketika minum minuman beralkohol, blasanya berapa rata-rata satuan minuman standar ........... satuan
021b
[NAMA) minum dalam satu hari?
ISIKAN DENGAN "es· JI.KA RESPOND94 MENJAWAB TIDAK TAHU (GUNAKAN KARTU PERA~l DD
~tq'MTAS FISIK (GUNAKAN KARTU PERAGA1
,
Berlkut adalah pertanyaan aktivitas flslkl kegiatan jasmanl yang berkaltan dengan pekerjaan, waktu senggang dan transportasl
Apakah [NAMA} biasa melakukan aktlvltas fisik berat, yang dilakukan terus-menerus paling sedikit 1. Ya
022
selama 10 menit setiap kali melakukannya? 2. Tidak 7 025 D
023 Biasanya berapa hari dalam seminggu, [NAMAJ melakukan aktMtas flsik berat tersebut? ............. hari D·
024 Biasanya pada hari ketika [NAMA} melakukan aktivitas fisik berat, berapa total waktu yang digunakan
untuk melaT<Ukan seluruh kegiatan tersebUt?
............. jam D
OSI DALAM JAM DAN MENIT) .......... menit DD
025 Apakah [NAMA) blasa melakukan aktivitas flslk sedang, yang dilakukan terus-menerus paling sedikit 1. Ya
selama 10 menit setiap kalinya? 2. Tidak 7 028 D
026 Biasanya berapa hari dalam seminggu, fNAMAl melakukan aktlvltas fisik sedang tersebut? ............. hari D
027 Biasanya pada hari ketikalNAMA] melakukan aktivitas1isik sedan~. berapa total waktu yang digunakan
untuk melakukan seluruh kegiatan te'rsebut?
............. jam D
(ISi DALAM JAM DAN MENIT) ..... , ....menit DD
028 Apakah {NAMAJ biasa be~alan i<aki atau menggunakan sepeda kayuh yang dilakukan terus-menerus 1. Ya
paling sedikit selama 10 menit seliap 1<alinya? 2. Tidak 7031 D
Biasanya berapa hari dalam serpiQ,ggu, {NAMA) be~alan kaki atau bersepeda selama paling sediRit 10
029
menit terus-menerus setiap kalinya'?
'
............. hari D
030 Biasanya dalam sehari, berapa total wakbJ yang [NAMA)gunakan~ntukbe~alan kaki ~
(ISi DALAM JAM DAN MENIT)
b~rsep:eda'il ............. jam D
~ .......... menit DD
PERILAKU KONSUMSI . .
031 Biasanyl\dalam 1 minggu, berapa hari [NAMA] mak.an buah·buahan segar?
(GUNAKAN KARTU PERAGA) JIKA JAWA~AN "O" 7 033
...... hari D
032 Berapa porsl rata-rata [NAMA) makan buah-buahan segar dalam satu harl dari hari-hari tersebut?
(GUNAKAN KARTU PERAGA)
....... porsi D
033 Biasanyadalam 1 minggu, berapa hari'{NAMAJ mengkohsumsi'sayur-sayuranseg~d
(GUNAKAN-KARTUPERAGA) JIKA JAWABAN "0" 7 035
...... hari D
034 Berapa porsl rata-rata [NAMA) mengkonsumsi sayur-sayuran segar dalam sehari?
(GUNAl(AN l(AATU PERAGA) .
....... porsi D
TAN.YAKAN 035 TANPA KARTU'P.ltRAGA DAN ISll<AN.KODE PILIHAN JAWAllAN:
1.>1kall pQr harl 3. 3 - 6 kall per minggu 5. < 3 kalr per bulan
2. 1 kall oer harl 4. 1- 2 kall per !llinaau 6. Tlda~P'Vllah
.
035 Biasanya berapa kall [NAMAJ mengkonsumsi makanan berikut: (BACAKAN POINT a.SAMPAI DENGAN h~
a. Makanani minuman manis . D d. Jeroan (usus, babat, paru) 0 g.Minuman-berkafein(kqpi, dll) D
h.Bumbu penyedap (vetsin, kecap,
b. Makanan asin D e.Makanan dibakar/dipanggang D trasi) D
c. Makanan berlemak D f.Makanan yang diawetkan
'
D
D35a • JIKA ART UMUR 10 -14 TAHUN-7 XI. PENGUKURAN dan PEMERIKSAAN
• JIKA ART UMUR ~15 TAHUN 7 E. DISABILITAS/KETIDAKMAMPUAN
-1'9t1W~f~:~f~j:~::tt.t(~~~i£lltt~~-~:::;~~-.',;,:.
.,.,. °"'t~:;.:zf~'f·~~~::?"!'.:'-'~-w:~~~ ~ ,, :: :~.:~.".-" ..
....,,:~
T~-:~· .. :·:1·";:.:1·'· ·l:'~f..:-
-~""'"';.i ·'Ai.,·- ""f 1,.. '·, jt._,,,.- .. ~ '".; ... t. ¢"-~,;:___f<f4·· :t>'t~.-~11;
£~'}.\~ ,,r,•;1·1°111~ e,, ·~:H.--.:..:....:.
ft:t·l:'~'c·i 1!rd\ dJ
1~~ .....k~,._"4-
1'·.p>-•1,;1 ·1 :: "J:F1 " •.11. · · · l 1 'l,,:, .1 ft,
, , .~_·_,,";;:'i~
r:.1\...,.1 .-fl
r.,
·. ,,_,~·~:,f~·
~ - ,__,__... -!'l:..-
"'; ··~~·
il.k
tl•
-,
- \
l.
;~ ~~t-~.
w• c • ,.~ .•
C"..... _._~ _ _.:~·; ___
; ·.-~.
,. ~' ..
'
-~ - -
•
_"_":-
, ·•·
..
·.~, • ,1~
rr~j,._. ~~\.,~'!W'""'-¢;,f;..,'tt"...,~"'
>, ~'!'
"'""" ;t i;i.' • .:i:'j:! " 'ff':; ,.,
"/1~~~>1'~) ~r.;' ,,11Jj~1~~=:~~
'
H•1 "~1~)
~ " " - f '<
~:;~"1i:f~~1,.,.~~1 '
r.1\' ~H
I '1 • "'
~,-.;11"'~~t'{'"'·~·p11
-
J.11 ;o;l .. " 1ti,. ;+ il,}•1fl1l.1
" I - 1 - 1fo 1
~.J -~~1·~...HiJ.l3!9~!t7i.$.'¥~J~q-l :fJ-:~!L : ., ·=---"1'2~~~ " ·'"'" ....:_t_-i:~~ ¥1; -~ _:___::: __ .'-___?t_ -- ~- . _' ~ ~.:_ '·, .... ': _:__ _ _Jj::~:i::_~~ ~,~!'~ ...
UNTUK PERTAN¥AAN E01-E11, BACAKAN.,PERTA'NYAANa E06 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa besar [NAMAJ
ALTERNATIF JAWABAN. ISIKAN KODE PILIHAN·JAWABAN: -
f. TIDAKADA 3.SEDANG~ S. SANGAT SERAT
merasakan nepas pendek setelah melakukan latihan ringan.
Misalnya naik tangga-tz.trap? - D·
2.RINGAK 4.BERAT
E01 Dalam 1 bulan terakhlr, seberapa sulit (NAMA.1 EOl Dalam 1. bulan terakhir, seberapa besar lNAMAl menderita
melihat dan mengenali orang di seberang jalan batuk atau bersin selama to menit atau lebih dalam satu
(kira-kira dalam jarak 20.meter) walaupun telah D s~rangan? D
menggunakan kaca mata/ lensa kontak?
E02 Datam 1 bull!\ terakhlr, seberapa sulit [NAMAJ EOB Dalam 1 bulan terakhlr, se~rapa sering (NAMAf
melihat dart r11tm~aliobyek sepanjan~lengan/jarak mengalami gangguan tidur (misal mudah ngantuk, sering
baca (30 cm) walaupun telah menggunakan kaca D terbangun pada malam hari atau bangun lebih awal D
mata/ lensa kontak? daripadabiasanya}
.,
"
. E03 Dalam 1 bulan terakhfr, seberapa sulit'[NAMAJ "E09 Dalam 1' ~ulan terakhlr, seberapa sering {NAMA]·
mendengar orang berbicara dengan suara.nqrmal mengalami ma~lahkeseh~tao-yangmempengaruhi
yang berdirfdi sisi lain dalam satu ruangan. Walaupull' D keadaan emosi berupa rasa-sedih dan tertekan? D
telah menggunakan alat bantu dengar?
, ;·
'
E04 Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA) E10 Dalam.1. bulan terakhlr, seberapa besar [NAMA}
menden.gar orang berbicara dengcinQran!J lain datam mengalami kesulitan berdiri dalam-waktu 30 menit?
ruangan vang sunyi, walaupun telah menggunakan D D
alat bantudengar?
E05 Dalam 1 bulan terakhlr, s~berapa besar [NAMA) E11 Da,lam 1 bulan terakhlf, s~berap~ beser INAMA)
merasakan nyeri/ rasa tidak nyaman? D ' mengalami kesu1itan berjalan jauh sekitar satu kilometer? D
UNTUK PERTANYAAN E12-E20, BACAKAN:PERTANYAAN & ALTeRNAilFJAWA'8~nJsrMN'tfENGAN-KOmEfPILIHAN JAWABAN:
1. TIDAK ADA 2. RINGAN 3. Sj:DANG
,.., 4. SULIT 5;'SA~GAT sui.fff TlDAKJ)APAT MELAl<UKAN .
E12 Dalam 1 bulan terakhlr, seberapa sulit [NAMA] dapat E17 Dalam 1 bulan terakftlr, seberapa sulit [NAMA)
memusatkan pikiran pada kegiatan atau mengingat
sesuatu selama 10 menit?
D berinteraksil bergaul dengan orang yang belum dikenal
sebelumrtya?·
D
'
Dalam 1 bulan terakhlr, seberapa sulit [NAMA] Dalan11 bµlan terakhir, seberapa sulit [NAMA] dapat
E13
membersihka·n se1uruh tubuh seperti mandi? D E18
memelihara persahabatan? D·
E14 Dalam 1 bulan terakhlr, seberapa sulit [NAMA] E19 Dalam 1 bulan terakhlr; seberapa sulit [NAMA] dapat
mengenakan pakaian? D rnel~kukan pekerjaan yang menjadi tanagungjawabnya
sebagai anggota runiah tangga?
D
Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA]'dapat Dalam 1 bulan teral<blr, seberapa sulit [NAMA} dapat
E15
rnengerfakan pekerjaan sehari-hari? D E20
berperan s'erfa dalam kegiatan·kemasyarakatan (arlsan, D
pengajian, keagamaan, ·atau kegiatan lain)?
Oalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA] depat
E16
memahami pembicaraan orang lain? D
UNTUK PERTANYAAN E21 - E23, BACAKAN &ISIKAN DENGAN KODE 1=YA ATAU 2=T~BAK
. '
E21 Dalam 1 bulan terakhlr, apakah [NAMA) membutuhk~ bantuan orang lain untuk merawat diri (mak'8n, mandi, berpakaian,dll) D
.
E22 Dalam 1 bulan terakhlr, apakah [NAMA] membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan aktivitas/ gerak (misalnya bangun tidur, D
berjalan dalam rumah atat.i keluar rumah)?
E23 Oalam 1 bulan terakhlr, apa,kah [NAMA) membutuhkai bantuan orangtain unttJk berjcomunikasi (berbicara dan dimengerti ofeh D
lawan bicara)?
F05 Apakah [NAMA] merasa tegang; cemas atau kuatir? F15 Apakah [NAMA} kehilangan minat pada berb~gai hal? D
F06 Apakah tan9an [NAMAfgemetar:? p F16 Apakah-[NAMA] rnerasa tidak berharga? D
F07 Apakah pencemaan [NAMA] terganggu/ buruk? D F17 Apakah [NAMA] mempunyai pikiran untuk mengakhiri hi~up? D
F08 Apakah {NAMA) sulit untuk berpikir jemih? D F18 Apakah [NAMA) merasa Jelah sepanjang waktu? D
F09 Apakah (NAMA] merasa tidak bahagia? D F19 Apakah [NAMAtmengalami rasatidak enak di perut? D
F10 Apakah [NAMA] menangis lebih sering? D F20 Apakah (NAMA] ~udah lelah? D
'PERIKSA KEMBALI, PERTANYAAN F01 SAMPAI DENGAN F20 WARUS TERJAWAB
LANJUTKAN KE ? 8LOK XI. PENGUKURAN dan PEMERIKSAAN
.
a1. Umur [NAMAf dalam bulan a2. JikaUmur [NAMA} < 1 bulp,nrtllliskah Umur dalam harl DD
b. Tanggal lahir: ('fgl-Bln-Thn) DD-DD-OD
G02 Dalam 6 bulan terakhir, berapa kali"[NAMA] ditimbang? .
JIKA TDK P~RNAH DITIMBANG, ISi KODE 00· ATAU JIKA -YIDAK TAHU•, ISi KODE "88" 7 KE G04 ..
11
kan DD
G03 Dimana [NAMA] paling sering ditimbang?
·1. Di RS 2. Puskesmas/ Pustu 3. Polindes 4. Posyandu 5. Lainnya: . D
G04 Apakah dalam,6 bulan terakhir [NAMA] mendapatkan kapsul vitamip A (GUNAKAN KART,UPERAGA) 1. Ya 2. Tidak D
G05 Apakah [NAMA].pen;iah mendapat:imunisa~iseperti: (INFORMASH)APATDll?~RO~l;H DARtBER~AGAl'SUMBER}
a. lmunisasi BCG temadap TBC: yang biasanya miilai diberikan umut 1 hari dan 2. Tidak 7 G05.c
disuntikkan di lengan atas atau paha serta meninggalkan bekas (scar)?
1
.Ya 8. Tidak tahu7 G05.c D
b. Pada umur berapa [NAMA] diirnunisasi BCG? (ISi HARi ATAU BULAN)
(JI~ TIDAIUAMU ISIKAN KODE "88" UNTUK MARI DAN. BULAN) ............ Han DD ........ Bulan DD
'
c. lmunisasi polio.tairan merah muda atau putih yang biasanya rnulai diberikan 2. Jidak 7 G05.f
umur ~ bulan dan diteteskan ke mulut?
1. Ya
8. rtdak tahu~ G05.f D
d. Pada umur berapa [NAMA) pertama kall diirnunisasi polio?
(JIKA TIDAK TAHU ISIKAN KODE "88• UNTUK BULAN) . . . . . . . su1an00
e. Berapa kali [NAMA) diimunisasi polio? .......... Kali D
f. lmunisasi DPT yang biasanya disuntikkan di paha dan biasanya mulai
diberikan umur 2 bulan bersama dengan iroonisasi polio? '
1-.Ya 2. Tidak G05.h °*
8. Tidak tahu-+ GOS.h D
.
g. Berapitkali [NAMA) diimunisasi OPT? .......... Kafi 0.
h, lmunisasi campak yang biasanya rnulai diberikan urnur 9 bulan dan ,2. Tidak
disuntikkan di paha serta diberikan saty k~?
t.Ya
&. Tidak tahu D
i. lmunisasi Hepatitis B yang biasanya mulai diberikan umur 1 hari dan 2. Tidak -+ GQ6
disurttikkan di paha?
1. Ya S. Ttclak't~u~ G06 D
j. Pada urnur berapa [NAMA} pertama kali diimunisasi Hepatitis B? (ISi HARi
ATAUBULAN} .......... Hart00 .......... ButanOO
JIKA TIDAl("TAHU ISIKAN KODE "88• UNTUK HARi DAN BULAN
k. Berapa kali [NAMAJ diimunisasl Hepatitis B? .......... Kali D
GOS Di antara imunisasi yang {NAMA] dapatkan dalam dua tabun terakhit apak~ 1. Ya 3. liOak pemah imunisasi
ada yang diperoleh pada saat PIN? 2. Tidak 8. Tidak tahu D
G07 Apakah [NAMA] mempunyal KMS? (Minta ditunjuldcan KMS}
1. Ya, dapat menunjukkarfdengancatatan imunisasi. 3: Ya, tKlak dapat menunjllkkan 7G09 D
2, Ya, da at menun· kkan ta cararan imunisasi 7G09 4. rldak punya ~{309 , ,
GOS Salin dari KMS, tanggal.... J bulan... J tahun ..... imunisasi untuk setiap jenis imunisasl. " '•
TULIS '88' DI KOLOM 'TGLJ8LNITHN',JIKA KARTU MENUNJUKi<AN BAHWA IMl!,NISASl DIBl;RIKAN,TET API TANGGAU BULAN/
TAHUN ·NYA TIDAK ADA.'TULIS '991 JIKA IMUNISASI TIDAK DIBERIKAN
a.BCG DD10D1DO g. DPT2 O'D1DD1DD ~, • L
b. Polio 1 h. DPT3
'
I 2. Jika (NAMAJ dapat mellhat HITUNG JARI pada jarak 2 meter 7 TULIS 02/060
3. Jika (NAMA] dapat melihat HITUNG JARI pada Jarak 1 meter 7 TULIS 01/060
4. Jika [NAMA) hanya dapat melihat GOYANGAN TANGAN pada Jarak 1 meter 7 TULIS 01/300
6. Jika (NAMA] h~nya dapat mellhat SINAR SENTER 7 TULIS 01/888
6. Jika (NAMA] tidak dapat melihat slnar (BUT~ TOTAL).+ tULIS 00/000
10. Berilah kode D,M, atau F pada setiap ruang dentogram di bawah ini:
D (decayed)= glgl berlubang
_M (missing).= glgl telah dlcabut/,tlnggal akar
F (filling)= glgl ditambal
CATATAN: JIKA PADA GIGI YANG SAMA TERDAPAT LUBANG DAN JUGA TAMBALAN MAKA TULISKAN "OF" PADA SATU
RUANG DENTOGRAM TERSEBUT
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 4 5 6 7 8
1 b. No.llJ\lt yg meninggal: _
1 a. Nama yang meninggal
Kutlp darl RKD01.R'F Blok V koJom 2
2 Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan D
3 Tanggal Lahir Tanggal __} bulan __} tahun _ o·otDD/DDDD
4 Tanggal meninggal Tanggal __} bulan__j tahun _ 0.0/DD/DODD
Jika tanggal lahir dan tanggal yang meninggal sama, apakah bay! ket1ka'lafllr sempat bemafas, merlntlh/menangltlemah atau bersierak?
Jlka TIDAK-) BAYI LAHIR MATI. tullskan angka 98 Pada P5f, 51>
Jlka YA-) BAYI LAHIR HI p ta uat menln al TULISKAN "~a· 61LA TJDAKl'AHU
5 Ullllr saat meninggal a. jam DD b. hari DD
1. Di fasilitas kesehatan 3. Di petjalanan
6 Di mana tempat rneninggal?
2. Dirumah 4. Lainnya, -------
D
~ ( '7.n_. :-.:i,i;. ••.-~~· .. ' .• : .~;~:-~. ?,,rr,...,.o;c;·r·,:~·.'.-...fflf,~;7•~~-.·..:c·" ,<:1P~":;oTF~•~riiM:~t;·r-'···w1;.-
~.·
·-~ J~~~,,. ~~~>.; J;,'$,:j•,J}l~~. '.·'·~<·-~·:·:.-"~ '" ~~ '.:~:... t(', ·l~c> t~
:.;~~':'J~
al [:jfil_~~-itjM:£.~"'U . ·.:_~,i~~-$,~~f.·~~~~.~~)-~~.~·;J:c11i;J~~
1. Nomor urut respooden (Kutrp darl RKD07.RT EUok IV Kolom 1)
lslkan OOllka resoonden tJdak tlnaaal di rumah tangga lnl
. ou
2. Bagalmanakesehatan ibu neonatal saat ini?
1. Sehat 2. Sakit 3. Meninggal, penyebabnya 8. Tidak tahu D
3. Umur ibu pada saat rnelahirf<an bayi yang meninggal? tahun OD
4. Berapa jumlal}kehamilan (G); persalinan (P), keguguran (A) yang dialami ibu? GO PD AD
5. Siapa saja yang menolong ibu ketika melahirkan bayi tersebut? a. Penolong Pertama b. Penolong Terakhir
1. Dokter 4. Family/ketuarga
2. Bidan/TeJlaga paramedis lalnnya
3. Dukun
5. Lainnya 0 0
,.
< ., ......
'• :->< ..
JIKA LA~IR MATI (JAWA~~ BtoK llP 5A DAN I? 58 ADALAH 98) ~ LANJUTKA~ KE P~Q,K V P24
10. a. A.Pekah.bayi ditimbang segera setelah lahir? 1. Ya 2. Tidak 7 P10c 8. Tidak tahu 7 P10c 0
b. Jika ya, berapa berat baQall bayi? ___ gram 7 P11
DODO.
1. Sangat kecil 4. Lebih besar
c. Jika tidak ditimbang, apakah bayi sangat kecil, lebih kecil,
rata-rata, lebih besar atau sangat.besar?
2. Lebih kecil dari rata-rata
3. Rata-rata/normal
5. Sangat besar
8. Tidak tahu
D
11. Apakah bayi dilahirkan dengan cacat bawaan: (Tanyakan satu persatu kepada lbu/keluarga·yang mendamplngl)
2
ta a. Bagaimana suara tangisan bayi? 1. Normal
2. Melemab, hari
3. lidak menangis, _ hari
4. Menangis dgn suara melengking tiba-tiba dan terus-menerus
8. iidak tahu
b. Apakah ubun-ubun bayi menonjol? 1.Ya, __ hari 2. Tidak 8. Tidak tahu
•'
a. Apakah wama tubuh bayi?
1. Merah muda 3. Kebiruan
14. 8. Tidak tahu
2. Pucat 4. Kuning
22. a. Apakah ada gangguM dalam buang air besar (BAB)? 1. Y.a, hali z Tidak7P23a If. Tldak tahu7P23a
,.
b. Jika ya, apakah gangguannya? 1.Diare,_ hari 2. Tidak bisa BAB, __ hari
23. a. Apakah diberi Air Susu lbu (ASI)? 1.Ya, __ , hari 2. Tidak7P23c 8. Tldak tahu7P23c:
b. Bagaimana bayi mengisap ASI? 1. Kuat 2. Lemah 3. Tldak bisa mengisap
c. Apakah diberikan minuman/makanan lain sebagai berikut? 1. Air putih 4. Airbuah 7. Nasi
Qawaban dapat leblh darl satu) 2. Air madu/guia 5. Susu formula 8. Lainnya,
3. Airtajin 6. Pisan.g
3
1c·-~
~r~ ,,~_.(,
r • ~
~,..,., i'- m~;(;
---~~,,-~-y?m~i!f~r~--~"~-
t:
·~~J1;:·~~~',~\;.:.~'J. ~ -.'-'·
~-~~ - - ~
~f~~":,~~.:.
f ~ _-.• ~ I •
!
';,i<
~"'~ -~~ --~ -~- "'--"----'' - ~-~~~ ~ ---"'-·- ~' -~= ~·· ..,
24. Ketika ibu hamll, apakah mengalami komplikasi? Tanyakan satu-persatu g_angguanlk<>mpllkasl di bawah lnl
a. Tekanan iiarah tinggi dan atau ·bengkak 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
b. Perdarahan 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
c. Nyeri perut hebat 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
d. Pusing, lemah, lesu, kunang-kunang 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
e. lbu kurus (kurang energi kronis) 1. Ya 2. Ttdak 8. Ttdak tahu D
f. Demam 1. Ya 2. Ttdak 8. Tidak tahu D
g. Sesak napas, asthma, sakit jantung 1. Ya 2. Tidak 8. Ttdak tahu D
h. Radang paru, tuberculosis 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
i. Sakit kuning 1. Ya 2. T'9qk 6. Tidak tahu D
j. Cedera/kecelakaan 1. Ya 2. Ttdak 8. TKlak tahu D
k. Kejang 1. Ya 2. Ttdak 8. Tidak tahu D
I. Lainnya, 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu D
25. Ketlka lbu bersaUn, apakah mengalami kompUkas•? Tanyakan satu persatu gangguan/komplikasl di baWah lnl
"
I 'I':.(
-
J' ~/~
• ~ t
1 J
....
"\Cl'
· • ';
1_,rl
; I
~ ~
,\'->~ ~,-~''J
~ -
\1
"·'·
> '<
0•,
... /_, ... -~·-:.!.£~"
•••'•', ', M
Keadaan waktu lahlr dan baglan tubuh yang keluar leblh dulu:
Riwayat sakit:
4
Umur lbu ketika melahlrkan:
GPA~
Penolong persalinan:
Proses persalinan:
Komplikasl kehamllan:
Komplikasl persalinan:
26. Diagnosis Penyebab Kematlan Bayl Usla (Mt harl (dllsl oleh dokter) KodelCO 10
a. Penyakit atau keadaan utama janin/bayi yang menyebabkan kematian:
DDD.D
b. Penyakit atau keadaan lain jarrinlbayi yang menyebabkan kematian:
DDD.D
c. Penyakit/keadaan utama ibu yang mempengaruhi kematian bayi
DD[J.D
d. Penyakitl1<eadaan lain ibu yang mempengaruhi kemalian bayi
DDD.D
e. Keadaan relevan lain yang menyebabkan kematlan bayinain, tetapi
tidak berkaitan dengan penyakit/keadaan janin/bayi maupun ibunya:
DDD.D
27. Diagnosis Penyebab Kematlan Bayl Usla 7 harl- 28 harl (dllsl oleh dokter) KodelCD 10
a. Penyakit penyebab kematian langsung (Direct Cause)
DDD.D
b. Penyakit perantara (Intervening antecedent cause)
DDD.D
c. Penyakit peny~bab utama kerriatlan {Underlying cause of death)
DDD.D
d. Penyakit yang berkontribusi terhadap kematian, tetapi tidak bemubungan dengan penyakit pada
Rangkaian a-c ----------------------= DDD.D
Telah diperiksa oleh Ketua Tim,
Nama: .
Tanda tangan: , ..
Tanggal: .
RISET ~.ESEMATAN'DASAR (RISKESDAS 2007)
2.
1. Ya 2. Ticftlk,P2c
b. Jika ya, berapa berat badan·ketika lahir __ ..,.........gram
2
23. Apakah [NAMA] menderita campak sebelum meninggal? 1.Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu
24. Apakah ada bintik.bintik merah di kulit? 1.Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu
25. Apakah [NAMA] mimisan? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu
26. Apakah [NAMA) sering ngantuk bukan pd jam tidur? 1.Ya, __ hr 2. Ttdak 8. Ttdak tahu
27. Apakah [NAMA) kaku kuduk (kaku di leher)? 1.Ya, __ hr 2. Tldak 8. Ttdak tahu
28. Apakah [NAMA] mengeluh sakit kepala? 1.Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu
29. Apakah seluruh tubuh [NAMA] kaku? 1. Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu
30. Apakah [NAMA] mengalami penurunan kesadaran? 1.Ya, __ hr 2. Tidak 8. Ttdak tahu
31. Apakah [NAMA] mengalami lumpuh satu atau dua tungkel? 1.V~, __ hr 2. Tida~ 8. T"l(lak tahu
32. Apakah [NAMA) mengalami gangguan kencing? 1.Ya, __ hr 2. Tidak 8. Tidak tahu
36. Diagnosis Penyebab Kematlan BayU Balita (29'harl· < 5 tahun) (DUSI OLEHDOKTER) Koct.lCD 10
a Penyakit penyebab kematian langsur1g (Direct Cause)
DDD.D
b. Penyakit perantara (Intervening antecedent cause)
DDD.D
c. Penyakit penyebab utama kematian (Underlying cause of death)
DDD.D
d. Penyakit yan~berkontribusi terhadap-kematian, tetapt tidak belhubungan dengan penyakit
pada rangkaian a-c DDD.D
Telah dlperiksa oleh Ketua Tim,
Nama: ..
Tanda tan,gan: .
Tanggal: _
3
R1$ET·KESEHATAN DASAR (RISKES[)AS 2007)
:~··~-
;'·<:, ',,';, :~ -- '', ~-.--:(.'~ ·:·:-~~
." :•". ,
I~··"'•-.,~~~- .;;.. ,~~_il~·'.r<;b.J·,'\~_lt• ~~-:l'.:'i~'* 1,,1r. ,,·~·"'i v·1c.1,_,,,"':'~~·"}~'.1'!.t'.:J:'' • '"~•'_i\·~~~~~lt
r:r;,~-1,t·· -' --.·-·.;~ . --;-:,:*-;;~-~~:.-:;;;-::::.. ~--.-;r ••... i'.. ,..~,:-~,- ·,-~-u~;;;:-:~_ ~-1'.i11=f~';.~~y-·---o~,
'· cu.cl • : I ; .,, J,;,y,t~ -1-q,,. • .• ·~"i,
L'
~ ~~;; ~~·,· ~· !~1h~~ ~:~~.t1&it~~·~::!_j£i~t:!~:~t. ~~~~~~1j!';~k~Jf:~~\f'/~· ,-:.~,~:):~[ ft(,:IJ~~?-_;"':·;:~.~:'·· '~~ ·_:. ~ ~~:·:_ ~~/~~
..... -; =: · 7(
, ..:• ~).'«~
·., ~
;m
'
1 a. Nomor responden (Kutlp dari RKD07.RT Blok IV Kolom 1) lsikan 00 Jlka responden Udak tlhggal di rumah.tangga lnl ....... DD
b. Menurut responden, apa penyebab kematiannya? (termasuk keterangan dari perawat dan dokter)
1. Apakah [NAMAldemam/ panas tinggi sebelum meninggal? 1.Ya, __ .hr 2. Tidak 8. Tidak tahu
8. Apakah persendian lainnya bengkak? 1. Ya, _hr _bin 2. Tidak 8. Tldak tahu
9. Apakah [NAMAJ nafasnya berbunyi/ mengi? 1. Ya, _hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu
10. Apakah [NAMA) batuk lebih.dari.2 ming~u? 1. Ya, __ .bin 2. Tidak7P12 8. Tidak tahu 7P12
1. Kering 3. Dahak + darah
11. Jika ya, bagaimana sifat batuknya? 8. Tidak tahu
2. Berdahak 4. Ada darah
Apakah [NAMA] pemah minum obat anti TBC yang
12. 1. Ya, _hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu
menyebabkan air seni berwama merah?
13. a. Apakah [NAMA) mengeluh nyeri dada hebat? 1. Ya 2. Tidak7P14 8. Tidak tahu7P14
14. Apakah [NAMA] nafasnya pendek-pendek dan cepat? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu
15. Apakah ada tarikan dinding dada bagian bawah ketika bemafas? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu
16. Apakah [NAMA) perokok berat? Berapa lama merokok? 1. Ya,_thn 2. Tidak 8. Tidak tahu
17. a. Apakah [NAMA) menderita diare? 1. Ya, _hr_bln 2. Tidak 7 P19 8. Tidak tahu7 P19
b. Jika ya, apakah tinja bercampurdengan darah dan lendir? 1. Ya 2. Tidak 8. TKlak tahu
18. Apakah [NAMA) kekurangan cairan tubuh? 1. Ya,_hr 2. Tidak 8. Tidak tahu
19. Apakah tNAMA] mengeluh sulit mene!an?- 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu
26. Apakah [NAMA] ada rasa ke~mutan di kaki/ tangan? 1. Ya, _hr_bln 2. Tidak 8. 'Fidak tahu
27. a. Apakah [NAMAJ mengalami nyeri perut? 1.Ya ...,..,_hr_bln .2. Tidak 7 P28 8. Tidak tahu7 P28
1. Oi atas
b. Jika ya, pada perut bagian mana? 3. Seluruh perut 8. Tldak tahu
2. Di bawah
28. a. Apakah ada benjolan di perutnya (tumor)? 1. Ya,_hr_bln 2. Tidak 7 P29 8. Tidak tahu7 P29
1. Di atas
b. Jika ya, pada perut bagian mana? 3. Di tengah 8. Tidak tahu
2. Di bawah
29. a. Apakah perut [NAMA] membuncit/ membesar? 1. Ya, _hr _bin 2. Tldak 7 P30 6. Tidak tahu7 P30
b. Jika ya, bagaimana timbulnya? 1. tiba-tiba < 1 minggu 2. bertahap ~ 1 minggu. 6. Tidak tahu
30. a. Apakah [NAMA) muntah-muntah ketika sakit? 1.Ya,_hr 2. Tidak ',P31 8. Tidak tahu7 P31
b. Jika ya, apakah muntahnya campur darah? 1.Ya,_hr 2. Tidak 8. Tidak tahu
31. Apakah [NAMA) bicara kacau selama sakit parah? 1.Ya,_hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu
32. a. Apakalt[NAMA] mengalami penurunan«esadaran? 1.Ya,_hr_bln 2. Tidak 7 P33 8. lidak tahu7 P33
b. Jika ya, bagaimana proses penurunan kesadaran? 1. Mendadak :Z. Bertahap- bebercipa hari 8. TKlak tahu
33. a. Apakah ada bagian tubuh [NAMA} yang lumpuh? 1.Ya,_hr_bln 2. Tidak 7 P34 8. Tidak tahu7 P34
b. Jika ya, bagian tubuh mana yang lumpuh? 1. Lengan kanan
3. Tungkai kanan 4. Tungkai kiri
Qawaban dapat leblh darl satu) 2. Lenqan kiri
34 .. a. Apakah seluruh tubuh [NAMA) kaku? 1. Ya, _hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu
35. a. Apakah [NAMA) menderita kejang? 1. Ya, _hr_bln 2. Tidak7P36 8. lidak tahu7P36
.
b. Jika ya, berapa kali dalam sehari kejang? __ .kali/ hari
36. Apakah berat badan [NAMA] turun secara mencolok sebelum 1.Ya,_hr_bln 2. Tldak 8. Tldak tahu
meninggal?
37. Apakah [NAMA] mengalami sariawan luas di mulut sebelum
meninaaal?
1. Ya, _hr_bln 2. Ttdak 8. Tldak tahu
'
38. a. Apakatt [NAMA) menderita penyakit kulit? 1. Ya, _hr _bin 2. Tldak7P38c '8. Tidak tahu7P38G
40. Apakah muka [NAMA] beng~ak/ sembab? 1. Ya,_·_hr_bln 2. Ttdak 8. Tldalr. tahu
41. Apakah mata [NAMA) berubah jadi kuning? 1.Ya,_hr___J)ln 2. Tidak 6. Tldak taro
a. Apakah [NAMA] pemah cedera akibat kecelakaan lalu lintas
42. atau kecelakaan lainnya Qatuh, tenggelam, terbakar, difUsuk, 1. Ya, _hr _bin 2. Tidak,P43 .8. Tldak tahu.7P43
keracunan, dll?
b. Jika ya, sebut jenis kecelakaan dengan rinci
c. Jika ya, sebut jenls cedera (patah tulang, gegar otak dll)
'
.
43. a. Apakah [NAMA] pemah digigit oleh anjing~6 bulan sebelum
1. Ya, __ hr __..bin 2. Titlak7P44 8. Tldak tahu7P44
meninooal atau oleh binatang lainnya?
b. Jika ya, sebut jenis binatang.
(kera, aniino, ular, kalajengking, serangga lain) . ,. ~ -'
'•'
'
- ,, ~,,.--;f'-'l'~'•J,J - _-,1~, le:-, I 1 \ l~ ·I~ ~I 1'1 1 ~ 1'11/ \_,',,'(I'• - -ti
~ ~'
:f,;jj /r'~. "-""
l~. \_ ......_i,,,_ :,.,_ ''.:" ,;.]1~~~<1·;.,".:.:;.'""' .:( ~~' - ·~ - '.... ..! ~:t1~!-'
~ 2 ~ ,, ,_, ''
' : 1 ) :: -
b . l
45 Apakah [NAMA] ada luka atau enio an pad a payudara atau kulit
payudara b~rkerut seperti kulit jenlk dan atau puting payliaara 1. Ya, _hr_bln 2. Tidak 6. Tidak tahu
keluar cairan kemerahan?
46. Apakah lNAMAJ keluar darah berlebihan pada saat datang-
.
_ 1. Ya, _hr ....---J>ln 2. Tidak B. Tidak tahu
bulan/ menstruasi? ,
J
47. a. Apakah (NAMA) mengalami perdarahan dari jalan lahir di luar
1. Ya,_hr_bln 2. 'rldak 8. Tidaktahu
siklus menstruasinya?
b. Jika ya, apakah perdarahan masih terus sampai meninggal? 1. Ya, _hr_bln 2. Tidak 8. Tidak tahu
49. Apakah (NAMA} meninggal ketika sedanq hamil? 1.Ya, __ bln 2. Tidak 7 P52 8. Tidal<tahu 7 P52
50. Apakah (NAMA} menderita tekanan darah tinggi ketika hamil
1. Ya, hamil _bin 2. Tidak 8. TKlak tahu
(dikatakan oleh te!laga medis) atau kejang ?
51. Apakah [NAMA) mengalami perdarahan hebat ketika hamil? 1. Ya, hamil _bin 2. Tidak 8. Tidak tahu
..
LANJUTKAN Ki: P87
'
53. Apakah [NAMA} meninggal pada saat melahirkan? 1. Ya 2. Tidak 7P60 8. Tidak tahu 7 P60
54. Apakah [NAMA) demam tinggi saat melahirkan? 1. Ya 2. Tidak 8. Tidak tahu
55. Apakah [NAMAJ kejang saat melahlrkan? 1. Ya 2. lidak &; Ttdak tahu
56. Apakah (NAMA] mengalami perdarahan banyak sebelum bayi lahir? 1. Ya 2. Tidak 8. Tldak tahu
57. Apakah {NAMA} sulitl lama (lebih dari 12jam) ketika melahirkan? 1.Ya,_jam 2. lidak 8. Tidak tahu
LANJUJKAN KE P65a
J
8. l'idak tahu 7
60. Apakah [NAMAtmeninggalsetelah ari-ari keluar sami;iai 60 hari? 1. Ya, hari ke _ 2. Tidak-7 P67
P67a
61. Apakah [NAMA] kejang setelah ari-ari keluar sampai 60 hari? 1. Ya, hari ke _ 2. Tidak 8. Tldak tahu
62. Apakah [NAMA} perdarahan setelah ari-ari keluar sampai 60 hari? 1. Ya, hari ke _ 2. Tidak 8. Tldak tahu
63. Apakah [NAMA} demam tinggi setelah melahirf<an? 1. Ya,harike_ 2. Tidak 6. Tidak tahu
64. Apakah ada cairan berbau busuk keluar dr jalan lahir setelah '
. 1. Ya, hari ke_ 2. Tidak 8. Tidak tahu
melahirkan?
65. a. Siapa saja yang menolong persalinan?' 1. Dukun 2. Bidan 3. Dokter
. 4. Keluarga
1. Lahir spontan 3.0peasi Sectio 7 P66a
b. Dengan cara apa bayi dilahirkan?
2. Vakum-7 P66a 8. Tidak Tahu 7 P66a
c. Pada waktu bayi lahir,tagian tubuh mana.yang keluar lebih 1. Kepala 3. Lengan/ kaki
dahulu? >
2. Bokong 8. Tidak tahu
66. a. Apakah [NAMA] melahirkan tun,gga1 atau keml>ar? 1. Tunggal 2. Kembar
,
4
. -. -- ~ .
•r~~-,-: :\
- ,- - - . .. - -·. - - --~··-~~;;!
I~ J~ ,) 1 ,f- .-\_( '!.!";~;:: > '.~~: ,i,<t':,~J j ~-~~i~t~._',11~~JI/~' 11'11J ~.'..iti'!..1•, ·)r~~- j:~.;i~J.'[ \ 1 i)0'' ]!-... 'c~;'1~{~! .~1~ I.'.· . .. - -
/',~
~.:;_.
68 Apakah [NAMA) mempunyai riwayat/ pematl sakit: Jika ya, berapl lama ?
a. Darah tinggi/ sakit jantung 1. Ya, _bin _thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D
b. Kencing manis 1. Ya, .--bin _thn 2. Tidak 8. Tldak tahu D
c. Sakit radang sendi (artritis) 1. Ya, _bin _thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D
d. Sakit lambung/ maag 1. Ya, _bin _thn 2. Tidak 8. TK:fak tahu D
e. Sakit kuning 1. Ya, _bin _thn 2. Tidak 8. Tldak tahu D
f. Tuberkulosis/ Flek paru 1. Ya, _bin _thn 2. Tidak 8. Tldaktahu D
g. Asthma 1. Ya,_bln_thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D
h. Kegemukan (Obesitas) 1. Ya, _bin _thn 2. TKlak 8. Tidak tahu D
i. Tumorfkanker 1. Ya, _bin _thn 2. Tidak
>.
8. Tidak tahu D
j. Peminum alkoho~ kronik 1. Ya,_bln_thn 2. Tidak 8. Tidak tahu D
k. Pengguna narkoba suntik atau pil 1. Ya, _bln _thn 2. Tidak 8. Ttdak tahu D
Umur almarhum/ah:
Jenls kelamin:
Penyaklt yang diderlta dan lamanya (Blok Ill D):
Riwayat sakit (Blok Ill A-C. untuk tanda, gejala, lama saklt ):
69. Diagnosis Penyebab Kematlan Umur 5 Tahun Ke atas (dlisl oleh dokter) Kode lCD 10
a. Penyakit penyebab kematian langsung (Direct Cause)
DDD.D
b. Penyakit perantara (Intervening antecedent cause)
. DDD.D
c. Penyakit penyebab utama ken:iatian (Underlying cause of death)
~ ""
DDD.D
d. Penyakit yang berkontiibusi terhadap kematian, tetapi ticfak berhubungan dengan penyakit
pada rangkaian a- c DDD.D
Telah dlperiksa oleh Ketua Tim,
Nama: _
1. Kota Pontianak
Pengarah (Sekda Kab I Kota) : Drs. Hasan Rusbini
Koordinator (Kadinkes Kab I Kota) : Dr. Lily Sadiah Aryanto
Penanggung Jawab Operasional : Chairil Anwar, SE, MM
Wakil Penanggung Jawab Operasional : Ora. Syarifan ldayati
Penanggung Jawab Teknis : Aslis Wirda Hayati, SP, MSi
Anggota : Ors. Paulus
Urusan Logistik / lnstrumen : Slamet Supriyadi
Urusan Keuangan & Administrasi
2. Kabupaten Pontianak
Pengarah (Sekda Kab I Kota ) : Ors. Sunarto
Koordinator ( Kadinkes Kab I Kota) : Dr. lkke Wisaksono, MPH
Penanggung Jawab Operaslonal : Drs. Titus Nursiwah
Wakil Penanggung Jawab Operasional : Rubeni
Penanggung Jawab Teknis : Drh. Rita Marleta Dewi, M.Kes
Anggota : Dr. Armini, MPH
Urusan Logistik / lnstrumen : M. Yandi
Urusan Keuangan & Administrasi
3. Kabupaten Landak
Pengarah (Sekda Kab I Kota ) : Drs. M.H.Munsin, MH
Koordinator ( Kadinkes Kab I Kota) : Sophia Tjakre
Penanggung Jawaliil Operasional : Dr. Kamaruddin
Wakil Penanggung Jawab Operasional :AC.Arim
Penanggung Jawab Teknis : Dr. Prijanto Sismadi, MM
Anggota : Dr. Laurensius Asiak
Urusan Logistik / lnstrumen : Zulkifli, SKM
Urusan Keuanqan & Administrasi
4. Kota Singkawang
Pengarah (Sekda Kab I Kota ) : Ors. H. Suhadi Abdullani
Koordinator ( Kadinkes Kab I Kota) : Dr. H. Nurmansyah M.Kes
Penanggung Jawab.-Operasional : Abudin Haryanto, SlP
j
5. Kabupaten Sambas
Pengarah (Sekda Kab I Kota ) :. Tufitriandi, MM
Koordinator ( Kadinkes Kab I Kota) : Drg. Subowo
Penanggung Jawab Operasional : Dr. Fatah Maryunani
Wakil Penanggung Jawab Operasional : Hendy Wijaya, SKM
Penanggung Jawab Teknis : Dr. Hijaz Nuhung
Anggota : Or. Budihardjo M:Kes
Urusan Logistik / lnstrumen : Eko Susanto, SKM,M.Kes
Urusan Keuangan & Administrasi
6. Kabupaten aengfcclYJ!~Q.
Pengar'ah (Sekda Kab I Kota ) : Drs. Kristianus Anyit'I, MSi
Koordinator ( Kadinkes Kab I Kata) : Drs. Luther Wongkaf, Apt. M.Kes
Penanggung Jawab Operasional : Hidayat Siem, SKM
Wakil Penanggung Jawab Qperasional : Eaffi Anita
Penanggung Jawab Teknis : Dr. Srilaning Dryah
Anggota : Dr. Suismaji, Sp.~
Urusan Logistik / lnstrumen : Agustinus lsnayanto, Arnd
Urusan Keuangan & Administrasi
7. Ka bu paten Sanggau
Pengarah (Sekda Kab I Kota ) : Drs. F. Andeng Suseno, MSi
Koordinator { Kadinkes ~b I Kota) : Dr. Jones Siagian, MQIH
Penanggung Jawab Operasional : lskandar Nurdin, SE
Wakil Penanggung Jawab Operasional : Mulyadi Bahrun
Penanqqunq Jawab Teknis. : Lukman Waris, SKM, M.Kes
Ang gota : Dr. Andy Jap, M.Kes
Urusan Logistik / lnstrumen : Abang Jon Sujasmin, Amd
Urusan Keuangan & Administrasi
8. Kabupaten Sekadau
Pengarah (Sekda Kab I Kata ) : Djafar A. Rachman, S.Sos
Koordinator ( Kadinkes Kab I Kata) : Dr. Wirdan Mahzumi, M.Kes
Penanggung Jawab Operasional : Ors. Mawardi Nur Hasieuarr
Wakil Penanggung Jawab Operasional : Mochtar Efefndi
Penanggung Jawab Teknis : Zaenal Abidin, S.Sos
Anggota : Sukarean
Urusan Logistik / lnstrumen : Widodo
Urusan Keuangan & Administrasi
9. Kabupaten Sintang
Pengarah (Sekda Kab I Kata ) : Ors. Abdussamad lsmail,-MSi
Koordinator ( Kadinkes Kab I Kota) : Or. Bambang Suberkah, M.Med, PH
Penanggung Jawab Operasional : Or. Sidiq Handanu, W. M.Kes
...
Wakil Penanggung Jawab Operasienal : Zulhadjdjj Siahaan
Penanggung Jawab Teknis : Tujito lswahyudi, SKM
Anggota : Dr. M.arcus Gc;ltOt Budi.P. M.Kes
Urusan Logistik / lnstrumen : RCW'Eko Sudiarto SKM
Urusan Keuangan & Administrasi