Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

ADENOCARSINOMA PARU

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stage Keperawatan Medikal Bedah

PEMBIMBING

JENNY SAHERNA, Ns.,M.Kep


MURJANI, Ns.,M.Kep

DI SUSUN OLEH :

MIRA NOVITA DEWI, S.Kep


NPM : 1914901210123

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN


ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2020/2021
A. Definisi
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam
jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan,
terutama asap rokok. (Suryo, 2010).

Kanker paru merupakan keganasan yang berasal dari luar paru maupun yang
berasal dari paru sendiri (primer), dimana kelainan dapat disebabkan oleh
kumpulan perubahan genetika pada sel epitel saluran nafas yang dapat
mengakibatkan proliferasi sel yang tidak dapat dikendalikan. (Purba &
Wibisono, 2015).

Kanker paru-paru merupakan pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali


dalm jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen,
lingkungan, terutama asap rokok ( Suryo, 2010).

B. Pathway
Kanker paru adalah C. Merokok Metastase dr organ Klasifikasi
Populasi udara P. Zat karsinogen
pertumbuhan sel (aktif/pasif) lain Ada dua jenis utama
kanker yang tidak kanker paru di
terkendali dalam kategorikan berdasarkan
Bronkus mengalami trauma oleh paparan
jaringan paru-paru zat karsinogen (rokok, paparan industri)
ukuran serta adanya sel
dapat disebabkan oleh ganas yang terlihat yaitu
sejumlah karsinogen, kanker paru karsinoma
Perubahan epitel silia Produksi mucus
lingkungan, terutama dan mukosa bukan sel kecil/NSCLC
meningkat
asap rokok. (Suryo, (Non Small Cell Lung
2010) Cancer) dan kanker
Deskuamasi
paru karsinoma sel
Etiologi : Beberapa Bersihan Jalan Nafas kecil/SCLC (Small Cell
faktor risiko penyebab tidak efektif Lung Cancer. Beberapa
terjadinya kanker paru Ulserasi bronkus jenis kanker paru adalah
adalah (Purba & Wibisono,
merokok,perokok 2015):
pasif,polusi Lapisan epitel bronkus Ca Paru  Karsinoma sel
udara,paparan zat hiperplasi & metaplasi skuamosa
karsinogen,genetic,pen abnormal  Adenokarsinoma
yakit paru, metastase Manifestasi klinis
 Karsinoma sel besar
dari orang lain  Karsinoma sel kecil
(Stopler, 2010)

Intrapulmone Intratorasik Ekstrapulmoner Ektratorasik Non Ekstratorasik


r Metastatik Metastatik

Proksimal Distal Bronkiektasis/aktele Gangguan


ktaris Pertukaran Gas

Sumbatan parsial Sesak nafas Pola Nafas tidak


(wheezing) efektif

Komplikasi
 Hematotorak (darah pada rongga pleura)
 Empiema (nanah pada rongga pleura)
 Abses paru
 Atelektasis (paru-paru mengerut)
Manifestasi Klinis
Adenokarsinoma
Karsinoma Sel Skuamosa Karsinoma Sel kecil Karsinoma Sel besar
dan Bronkoalveolar

Tanda dan 1. Nafas dangkal 1. Batuk 1. SIADH 1. Batuk berkepanjangan


Gejala 2. Batuk 2. Dyspnea 2. Sindrom chusing 2. Nyeri dada saat
(Sumber : 3. Penurunan nafsu makan 3. Nyeri dada 3. Hiperkalsemia menghirup
Tan, 2017) 4. Trosseau syndrome 4. Atelektasis 4. Batuk 3. Suara serak
5. Pneumonia postobstruktif 5. Stridor 4. Sesak napas
6. Mengi 6. Nafas dangkal
7. Hemoptisis 7. Sesak nafas
8. Kelelahan 8. Anemia
9. Penurunan berat badan

Penatalaksanaan medis Pola nafas tidak efektif b/d sindrom


- Menurut KemenKes RI tahun 2017, manajemen hipoventilasi
penatalaksanaan pada penyakit kanker paru dibagi NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
berdasarkan klasifikasinya. Pada kanker paru jenis 3x24 jam diharapkan mampu mempertahankan
karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK), terdiri dari kebersihan jalan nafas
berbagai jenis, antara lain adalah karsinoma sel Kriteria hasil :
skuamosa (KSS), adenokarsinoma, karsinoma - Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara
bukan sel kecil (KBSK) penatalaksanaannya nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
tergantung pada stadium penyakit, tampilan umum dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
penderita, komorbiditas, tujuan pengobatan, dan
bernapas dengan mudah)
cost-effectiveness. Modalitas penanganan yang
- Menunjukkan jalan nafas yang paten (frekuensi
tersedia adalah bedah, radiasi, dan kemoterapi.
pernafasan rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d adanya - Tanda-tanda vital dalam rentang normal
eksudat di alveolus NIC :
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Terapi oksigen
jam diharapkan mampu mempertahankan kebersihan - Beesihkan mulut, hidung, dan seckret trakea
jalan nafas - Pertahankan jalan napas yang paten
Kriteria Hasil : - Monitor aliran oksigen
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas - Pertahankan posisi klien
yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu - Monitor TD, nadi, dan RR
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas
dengan mudah) Gangguan pertukaran gas b/d hipoventilasi
- Menunjukkan jalan nafas yang paten (frekuensi NOC: Respiratory status : gas exchange ;
pernafasan rentang normal, tidak ada suara nafas Keseimbangan asam basa, elektrolit ; Respiratory
abnormal) status : ventilation ; Vital sign
- Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor Kriteria Hasil :
yang dapat menghambat jalan nafas - Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan
NIC : oksigenasi yang adekuat
Airwey suction - Memehara kebersiha paru-paru dan bebas dari
- Auskultasi suara nafas sebulum dan sesudah tanda- tanda distres pernafasan
suctioning - Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara
- Informasikan pada klien dan keluarga tentang nafas yang bersih, tidak ada sianosis, dan
suctioning dispneu, mampu bernafas dengan mudah,.
- Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan - Tanda – tanda vital dalam batas normal
- Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk - AGD dalam batas normal
memfasilitasi suktionnasotrakeal - Status neurologis dalam batas normal
- Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam NIC :
setelah kateter dikeluarkan dari nasatrakeal Manajemen Asam Basa
- Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan Kegiatan :
suksion - Dapatkan / pertahankan jalur intravena
- Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila - Pertahankan kepatenan jalan nafas
pasien menunjukan bradikardi, peningkatan saturasi - Monitor AGD dan elektrolit
O2,dll. - Monitor status hemodinamik
Airway management - Beri posisi ventilasi adekuat
- Posisikan pasien u/ memaksimalkan ventilsi - Monitor tanda gagal nafas
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan - Monitor kepatenan respirasi
nafas buatan
D. Pemeriksaan Penunjang
- Lakukan fisioterpi dada jika perlu
- Keluarkan
N sekret
Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Manfaat
- Dengan batuk atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
o.
1. Merupakan pemeriksaan awal
sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru.
Radiologi
Menggambarkan bentuk, ukuran dan
1. Foto Thorak PA dan
lokasi lesi. Dapat menyatakan massa
1. Lateral serta
udara pada bagian hilus, effuse
Tomografi dada
pleural, atelektasis erosi tulang rusuk
2. Bronkhografi
atau vertebra.
2. Untuk melihat tumor di percabangan
bronkus.
Laboratorium 1. Dilakukan untuk mengkaji adanya/
1. Sitologi tahap karsinoma.
(sputum,pleural,atau 2. Dapat dilakukan untuk mengkaji
nodus limfe) kapasitas untuk memenuhi
2.
2. Pemeriksaan fungsi kebutuhan ventilasi.
paru dan GDA 3. Dapat dilakukan untuk mengevaluasi
3. Tes kulit, jumlah kompetensi imun (umum pada
absolute limfosit kanker paru).
1. Memungkinkan visualisasi,
pencucian bagian,dan pembersihan
sitologi lesi (besarnya karsinoma
Histopatologi bronkogenik dapat diketahui).
1. Bronkoskopi 2. Biopsi dengan TTB terutama untuk
3. 2. Biopsi Trans Torakal lesi yang letaknya perifer dengan
(TTB). ukuran < 2 cm, sensitivitasnya
3. Torakoskopi. mencapai 90 – 95 %.
3. Biopsi tumor didaerah pleura
memberikan hasil yang lebih baik
dengan cara torakoskopi.
Untuk mengevaluasi jaringan parenkim
4. CT-Scanning
paru dan pleura

E. Penatalaksanaan
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun (2017)
1. Bedah
Terapi utama utama untuk sebagian besar KPBSK, terutama stadium I-II
dan stadium IIIA yang masih dapat direseksi setelah kemoterapi
neoadjuvan. Jenis pembedahan yang dapat dilakukan adalah lobektomi,
segmentektomi dan reseksi sublobaris. Pasien dengan kardiovaskular atau
kapasitas paru yang lebih rendah, pembedahan segmentektomi dan reseksi
sublobaris paru dilakukan.

2. Radioterapi
Radioterapi dalam tatalaksana kanker paru Bukan Sel Kecil (KPKBSK)
dapat berperan di semua stadium KPKBSK sebagai terapi kuratif definitif,
kuratif neoajuvan atau ajuvan maupun paliatif. Radioterapi dapat diberikan
pada stadium I yang menolak dilakukan operasi setelah evaluasi bedah
thoraks dan pada stadium lokal lanjut (Stadium II dan III) konkuren dengan
kemoterapi. Pada pasien Stadium IIIA resektabel, kemoterapi pre operasi
dan radiasi pasca operasi merupakan pilihan. Pada pasien Stadium IV,
radioterapi diberikan sebagai paliatif atau pencegahan gejala (nyeri,
perdarahan, obstruksi).

3. Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan sebagai modalitas neoadjuvant pada stadium
dini, atau sebagai adjuvant pasca pembedahan. Terapi adjuvant dapat
diberikan pada KPKBSK stadium IIA, IIB dan IIIA. Pada KPKBSK stadium
lanjut, kemoterapi dapat diberikan dengan tujuan pengobatan jika tampilan
umum pasien baik. Kemoterapi adalah sebagai terapi paliatif pada pasien
dengan stadium lanjut.

Penatalaksanaan kanker paru karsinoma sel kecil (KPKSK) berbeda dengan


KPBSK, pasien dengan KPKSK, penatalaksanaan dilakukan berdasarkan
stadium, antara lain :

1. Stadium terbatas
Pilihan modalitas terapi pada stadium ini adalah kombinasi dari kemoterapi
berbasis-platinum dan terapi radiasi toraks. Kemoterapi dilakukan paling
banyak 4-6 siklus, dengan peningkatan toksisitas yang signifikan jika
diberikan lebih dari 6 siklus. Regimen terapi kombinasi yang memberikan
hasil paling baik adalah concurrent therapy, dengan terapi radiasi dimulai
dalam 30 hari setelah awal kemoterapi. Regimen kemoterapi yang tersedia
untuk stadium ini adalah EP, sisplatin/karboplatin dengan etoposid (pilihan
utama, sisplatin/karboplatin dengan irinotekan. Reseksi bedah dapat
dilakukan dengan kemoterapi adjuvant atau kombinasi kemoterapi dan
radiasi terapi adjuvant pada TNM stadium dini, dengan/tanpa pembesaran
kelenjar getah bening.

2. Stadium lanjut
Pilihan utama modalitas terapi stadium ini adalah kemoterapi kombinasi.
Regimen kemoterapi yang dapat digunakan pada stadium ini adalah:
sisplatin/karboplatin dengan etoposid (pilihan utama), atau
sisplatin/karboplatin dengan irinotekan. Pilihan lain adalah radiasi paliatif
pada lesi primer dan lesi metastasis.
F. Daftar Pustaka
Kemenkes RI. (2017). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker Paru.

Purba, Ardina Filindri & Wibisono. (2015) Pola Klinis Kanker Paru di RSUP

dr. Kariadi Semarang Periode Juli 2013- Juli 2014.

Stoppler, M.C. (2010). Kanker Paru. http://www.emedicinehealth/ (Diakses pada

15 Januari 2018)

Suryo, Joko. (2010). Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan.

Yogyakarta: B First

Tan, Winston W. (2017). Non-Small Cell Lung Cancer Clinical Presentation

Banjarmasin, 11 Mei 2020


Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

Jenny Saherna, Ns., M.Kep Murjani, Ns., M.Kep

Anda mungkin juga menyukai