FitranandaNapu B 2018 - (Ns - Firmawati) - Dikonversi
FitranandaNapu B 2018 - (Ns - Firmawati) - Dikonversi
Keperawatan Jiwa I
DI SUSUN OLEH
Fitrananda Napu
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penulisan makalah tentang “Peran Perawat Kesehatan Jiwa
Terhadap Masalah Psikososial Pada PTND” bisa selesai dengan tepat waktu. Adapun
penulisan makalah ini sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa I.
Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu saya masih
membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Dan semoga dengan
adanya makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak, Amin .
Penyususn
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Bencana yang di akibatkan oleh alam seperti gempa bumi, banjir, tsunami, gunung
meletus, angin puting beliung, dan tanah longsor.
2 Bencana Non Alam
Bencana yang di akibatkan oleh peristiwa non alam seperti gagal teknologi, epidemi,
wabah penyakit.
3 Bencana yang di akibatkan oleh manusia seperti konflik sosial dan terror bom
3
3. Pasca Bencana
Pasca bencana dihitung mulai 4 minggu setelah bencana sampai dengan pemulihan.
Individu yang mengalami bencana akan mengalami trauma baik fisik maupun
psikologis. Trauma menyebabkan masalah kesehatan jiwa sebagai reaksi terhadap
kejadian, masalah atau trauma yang sangat berat pada individu akibat ketidakmampuan
untuk mengurangi ketegan dan kecemasan yang dialami. Perubahan yang terjadi secara
tiba-tiba akibat suatu kejadian akan menimbulkan. Ketidakseimbangan emosi, pikiran
dan perilaku yang dapat mengarah pada kesehatan jiwa.
1. Fase preimpact merupakan warning phase, tahap awal dari bencana. Informasi
didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca. Seharusnya pada fase inilah segala
persiapan dilakukan baik oleh pemerintah, lembaga, dan warga masyarakat.
2. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana. Inilah saat-saat
dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup (survive). Fase
impact ini terus berlanjut hingga terjadi kerusakan dan bantuan-bantuan darurat
dilakukan.
3. Fase postimpact adalah saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari fase
darurat, juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi
komunitas normal. Secara umum dalam fase postimpact ini para korban akan
mengalami tahap respon psikologis mulai penolakan, marah, tawar-menawar,
depresi hingga penerimaan
4
BAB III
PEMBAHASAN
5
anggota keluarga dan anggota masyarakat lain. Pada akhirnya diharapkan setiap anggota
masyarakat bertanggung jawab terhadap kesehatan jiwa.
Peran yang ketiga yaitu sebagai pengelola keperawatan adalah perawat harus
menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam mengelola asuhan
keperawatan jiwa. Dalam melaksanakan perannya ini perawat diminta menerapkan teori
manajemen dan kepemimpinan, menggunakan berbagai strategi perubahan yang
diperlukan, berperan serta dalam aktifitas pengelolaan kasus dan mengorganisasi
pelaksanaan berbagai terapi modalitas keperawatan. Peran perawat yang ke empat yaitu
sebagai pelaksana penelitian yaitu perawat mengidentifikasi masalah dalam bidang
keperawatan jiwa dan menggunakan hasil penelitian serta perkembangan ilmu dan
teknologi untuk meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana ini, antara
lain:
6
a. Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut).
b. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota
keluarga dengan kecurigaan fraktur tulang , perdarahan, dan pertolongan
pertama luka bakar.
c. Memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas
kebakaran, rs dan ambulans.
d. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (misal
pakaian seperlunya, portable radio, senter, baterai).
e. Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-
posko bencana.
2. Peran Perawat dalam Keadaan Darurat (Impact Phase)
Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah keadaan
stabil. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey mulai melakukan
pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat sebagai bagian
dari tim kesehatan. Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk
memutuskan tindakan pertolongan pertama. Ada saat dimana ”seleksi” pasien untuk
penanganan segera (emergency) akan lebih efektif.
TRIASE :
a. Merah
b. Kuning
c. Hijau
Prioritas ketiga. Yang termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup, luka
bakar minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi.
7
d. Hitam
Meninggal. Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari
bencana, ditemukan sudah dalam keadaan meninggal.
Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan psikologis
korban. Selama masa perbaikan perawat membantu masyarakat untuk kembali pada
kehidupan normal. Beberapa penyakit dan kondisi fisik mungkin memerlukan jangka
waktu yang lama untuk normal kembali bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan
terjadi.
8
3.4 Contoh Kasus PTND
Seorang penyanyi berusia 27 tahun dirujuk oleh seorang teman untuk menjalani
evaluasi. Delapan bulan sebelumnya, kekasihnya telah menjadi korban penusukan
hingga meninggal dalam suatu peristiwa penodongan, sedangkan dia dapat
menyelamatkan diri tanpa terluka sedikit pun. Setelah lewat masa berkabung,
tampaknya dia telah kembali normal. Dia membantu penyelidikan polisi dan secara
umum dinilai sebagai saksi ideal. Namun demikian, tidak lama setelah penangkapan
tersangka pembunuhan kekasihnya, penyanyi tersebut mulai berulang kali mengalami
mimpi buruk dan ingatan yang jelas tentang malam terjadinya kejahatan tersebut. Dalam
mimpi-mimpinya dia sering melihat darah dan melihat dirinya dikejar oleh orang yang
mengancam dan tertutup wajahnya. Siang hari, terutama ketika berjalan sendirian, dia
sering kali terhanyut dalam lamunan sehingga lupa ke mana akan pergi. Teman-
temannya mengamati bahwa dia mulai mudah terkejut dan tampaknya selalu khawatir
akan sesuatu. Dian meninggalkan uang kembalian atau barang belanjaannya di toko atau
ketika menunggu tidak dapat mengingat apa yang akan dibelinya. Tidurnya mulai
gelisah dan pekerjaannya terganggu karena tidak dapat berkonsentrasi. Pelan-pelan dia
menarik diri dari teman-temannya dan mulai menghindari pekerjaannya. Dia merasa
sangat bersalah atas pembunuhan kekasihnya, walaupun tidak tahu dengan pasti
mengapa demikian (Spitzer dkk., 1981 hlm. 17).
9
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bencana alam merupakan sebuah musibah yang tidak dapat diprediksi kapan
datangnya. Apabila bencana tersebut telah datang maka akan menimbulkan kerugian
dan kerusakan yang membutuhkan upaya pertolongan melalui tindakan tanggap
bencana yang dapat dilakukan oleh perawat.
Tujuan utama dari tindakan keperawatan bencana ini adalah untuk mencapai
kemungkinan tingkat kesehatan terbaik masyarakat yang terkena bencana tersebut. Jika
seorang mahasiswa keperawatan beserta para perawat lainnya berada di pusat area
bencana, ia akan dibutuhkan untuk ikut mengevakuasi dan nalge pertolongan pertama
pada korban. Sedangkan di lokasi-lokasi penampungan seorang perawat bertanggung
jawab pada evaluasi kondisi korban, melakukan tindakan keperawatan berkelanjutan,
dan mengkondisikan lingkungan terhadap perawatan korban-korban dengan penyakit
menular.
10
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/9824865/BAB_I_LATAR_BELAKANG
https://www.scribd.com/presentation/384562826/Pelayanan-Keperawatan-Jiwa-
Pada-Situasi-Bencana
https://www.scribd.com/presentation/384562826/Pelayanan-Keperawatan-Jiwa-
Pada-Situasi-Bencana
11