Anda di halaman 1dari 14

Makalah

Keperawatan Jiwa I

“Peran Perawat Kesehatan Jiwa Terhadap Masalah


Psikososial Pada PTND”

DI SUSUN OLEH
Fitrananda Napu

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penulisan makalah tentang “Peran Perawat Kesehatan Jiwa
Terhadap Masalah Psikososial Pada PTND” bisa selesai dengan tepat waktu. Adapun
penulisan makalah ini sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa I.
Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu saya masih
membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Dan semoga dengan
adanya makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak, Amin .

Gorontalo, 13 Mei 2020

Penyususn

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan Makalah................................................................................. 1
BAB II .............................................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 2
2.1 Definisi Bencana ................................................................................................ 2
2.2 Penyebab Terjadi Bencana ................................................................................. 2
2.3 Proses Terjadinya Bencana ................................................................................ 3
2.4 Fase-Fase Bencana ............................................................................................. 4
BAB III ............................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN............................................................................................................... 5
3.1 Definisi Perawat Jiwa ........................................................................................ 5
3.2 Peran Perawat Jiwa ............................................................................................ 5
3.3 Peran Perawat Terhadap Masalah Psikososial Dalam Bencana ........................ 6
3.4 Contoh Kasus PTND ......................................................................................... 9
BAB IV ........................................................................................................................... 10
PENUTUP ...................................................................................................................... 10
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 10
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap bencana pasti meninggalkan duka dan luka. Terbayang penderitaan yang dialami
masyarakat Jepang, khususnya di daerah bencana (Sendai, Fukushima, dan sekitarnya),
bencana gempa bumi dan tsunami yang menelan korban lebih dari 10.000 jiwa ini
tentunya akan membawa perasaan pilu yang mendalam bagi seluruh keluarganya.
Demikian pula kejadian gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Aceh 6 tahun yang
lalu yang menelan korban sekitar 200.000 jiwa. Tidak hanya itu, selain kehilangan
sanak saudara, para korban gempa juga kehilangan tempat tinggal. Bangunan rumah
mereka hancur, dan rata dengan tanah. Akibat dari bencana tersebut akan berpengaruh
terhadap kehidupan masyarakat paska bencana, sebagai akibat perubahan yang terjadi
dalam hidup mereka yang terjadi secara drastis dan tiba–tiba, dan pada akhirnya
menimbulkan kelainan atau gangguan pada mental atau gangguan kejiwaan sebagai
buntut bencana.
Pada fase awal bencana, akan membuat para korban menjadi khawatir dan bahkan
mungkin menjadi panik. Kepanikan itu berupa, seseorang akan merasa sangat down,
shock, karena kehilangan harta benda dan sanak saudara. Demikian pula, mereka akan
merasakan berbagai macam emosi seperti ketakutan, kehilangan orang dan benda yang
dicintainya, serta membandingkan keadaan tersebut dengan kondisi sebelum bencana,
mereka kembali mengingat harta benda yang telah hilang atau rusak sekaligus
merasakan kesedihan yang mendalam. Hingga pada akhirnya merasa kecewa, frustasi,
marah, dan merasakan pahitnya hidup.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan perawat jiwa?
2. Bagaimana peran perawat jiwa?
3. Bagaimana peran perawat terhadap masalah psikososial dalam bencana.?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
1. Unttuk mengetahui definisi perawat jiwa
2. Untuk meninjau peran perawat jiwa
3. Untuk meninjau peran perawat terhadap masalah psikososial dalam bencana

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Bencana


Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
menyebutkan Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam,
dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga
mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.
1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
2. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit.
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
Bencana adalah kejadian-kejadian yang berakibat secara langsung atau bertahap
terhadap menurunnya status kesehatan masyarakat yang tidak dapat di atasi secara
adekuat. (WHO). Bencana adalah peristiwa atau rangkaian pristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh alam
atau faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dampak psikologis (UU No. 24 Th 2007)

2.2 Penyebab Terjadi Bencana


1 Bencana Alam

2
Bencana yang di akibatkan oleh alam seperti gempa bumi, banjir, tsunami, gunung
meletus, angin puting beliung, dan tanah longsor.
2 Bencana Non Alam
Bencana yang di akibatkan oleh peristiwa non alam seperti gagal teknologi, epidemi,
wabah penyakit.
3 Bencana yang di akibatkan oleh manusia seperti konflik sosial dan terror bom

2.3 Proses Terjadinya Bencana


1. Pra Bencana
Kondisi yang tidak ada bencana pada lokasi rawan bencana seperti daerah pantai atau
pegunungan, daerah jalur gempa, daerah pinggiran sungai, lokasi pemukiman padat,
gedung-gedung tinggi. Upaya yang dilakukan selama pra bencana adalah : pencegahan,
dan kesiagaan
2. Bencana
Kondisi bencana adalah ketika bencana benar-benar sedang terjadi. Segera setelah
terjadi bencana, individu atau masyarkat pada area yang terkena bencana akan
mengalami trauma dan berada pada situasi krisis akibat perubahan yang terjadi secara
tiba-tiba dalam kehidupannya.
Beberapa kondisi yang biasanya menyertai bencana antara lain adalah kematian,
kerusakan dan kehilangan harta benda, serta perpisahan dengan orang yang dicintainya.
1. Tahap Bencana
a. Tahap Impact, tahap dari mulai terjadinya bencana sampai dengan 48 jam
kemudian. Pada tahap ini dilakukan tindakan penyelamatan pada survivor,
komunikasi, dan pertolongan pertama psikologis
b. Tahapan resecue, 0-1 minggu setelah terjadinya bencana. Pada tahapan ini
dilakukan pelayanan intervensi krisis,memastikan keamanan dan kebutuhan
fisik seperti tempat tinggal, makanan dan pakaian terpenuhi dan sesegera
mungkin mempertemukan korban dengan keluarga dan komunitasnya. Pada
tahap ini diberikan pelayanan kesehatan jiwa.
c. Tahapan recovery, tahap 1-4 minggu setelah terjadi bencana disaat keadaan
sudah lebih stabil. Pada tahap ini dilakukan penanganan gangguan kejiwaan
yang terjadi dan juga intervensi psikososial lainnya.

3
3. Pasca Bencana
Pasca bencana dihitung mulai 4 minggu setelah bencana sampai dengan pemulihan.
Individu yang mengalami bencana akan mengalami trauma baik fisik maupun
psikologis. Trauma menyebabkan masalah kesehatan jiwa sebagai reaksi terhadap
kejadian, masalah atau trauma yang sangat berat pada individu akibat ketidakmampuan
untuk mengurangi ketegan dan kecemasan yang dialami. Perubahan yang terjadi secara
tiba-tiba akibat suatu kejadian akan menimbulkan. Ketidakseimbangan emosi, pikiran
dan perilaku yang dapat mengarah pada kesehatan jiwa.

2.4 Fase-Fase Bencana


Menurut Barbara Santamaria (1995), ada 3 fase dalam terjadinya suatu bencana, yaitu
diantaranya :

1. Fase preimpact merupakan warning phase, tahap awal dari bencana. Informasi
didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca. Seharusnya pada fase inilah segala
persiapan dilakukan baik oleh pemerintah, lembaga, dan warga masyarakat.
2. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana. Inilah saat-saat
dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup (survive). Fase
impact ini terus berlanjut hingga terjadi kerusakan dan bantuan-bantuan darurat
dilakukan.
3. Fase postimpact adalah saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari fase
darurat, juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi
komunitas normal. Secara umum dalam fase postimpact ini para korban akan
mengalami tahap respon psikologis mulai penolakan, marah, tawar-menawar,
depresi hingga penerimaan

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Definisi Perawat Jiwa


Keperawatan kesehatan jiwa adalah suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang
menerepkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara
terapeutik sebagai kiatnya atau instrumennya.
Keperawatan jiwa merupakan sebagian dari penerapan ilmu tentang perilaku manusia,
psikososial, bio-psik dan teori-teori kepribadian, dimana penggunaan diri perawat itu
sendiri secara terapeutik sebagai alat atau instrument yang digunakan dalam
memberikan asuhan keperawatan (Erlinafsiah, 2010).
Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan profesional yang didasarkan pada ilmu
perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan
respon psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial,
dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa melalui proses
keperawatan untuk meningkatkan, mencegah,mempertahankan dan memulihkan
masalah kesehatan jiwa individu, keluarga dan masyarakat (Sujono dan Teguh, 2009).

3.2 Peran Perawat Jiwa


Peran perawat kesehatan jiwa mempunyai peran yang bervariasi dan spesifik (Dalami,
2010). Aspek dari peran tersebut meliputi kemandirian dan kolaborasi diantaranya
adalah yang pertama yaitu sebagai pelaksana asuhan keperawatan, yaitu perawat
memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa kepada individu, keluarga dan
komunitas. Dalam menjalankan perannya, perawat menggunakan konsep perilaku
manusia, perkembangan kepribadian dan konsep kesehatan jiwa serta gangguan jiwa
dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan komunitas.
Perawat melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif melalui pendekatan
proses keperawatan jiwa,yaitu pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan,
perencanaan tindakan keperawatan, dan melaksanakan tindakan keperawatan serta
evaluasi terhadap tindakan tersebut. Peran perawat yang kedua yaitu sebagai pelaksana
pendidikan keperawatan yaitu perawat memberi pendidikan kesehatan jiwa kepada
individu, keluarga dan komunitas agar mampu melakukan perawatan pada diri sendiri,

5
anggota keluarga dan anggota masyarakat lain. Pada akhirnya diharapkan setiap anggota
masyarakat bertanggung jawab terhadap kesehatan jiwa.
Peran yang ketiga yaitu sebagai pengelola keperawatan adalah perawat harus
menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam mengelola asuhan
keperawatan jiwa. Dalam melaksanakan perannya ini perawat diminta menerapkan teori
manajemen dan kepemimpinan, menggunakan berbagai strategi perubahan yang
diperlukan, berperan serta dalam aktifitas pengelolaan kasus dan mengorganisasi
pelaksanaan berbagai terapi modalitas keperawatan. Peran perawat yang ke empat yaitu
sebagai pelaksana penelitian yaitu perawat mengidentifikasi masalah dalam bidang
keperawatan jiwa dan menggunakan hasil penelitian serta perkembangan ilmu dan
teknologi untuk meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa.

3.3 Peran Perawat Terhadap Masalah Psikososial Dalam Bencana


Perawat dalam asuhan keperawatan memiliki tanggung jawab peran dalam membantu
mengatasi ancaman bencana baik selama tahap preimpact, impact/emergency, dan post
impact. Peran perawat disini bisa dikatakan multiple; sebagai bagian dari penyusun
rencana, pendidik, pemberi asuhan keperawatan bagian dari tim pengkajian kejadian
bencana. Tujuan utama : Tujuan tindakan asuhan keperawatan pada bencana ini adalah
untuk mencapai kemungkinan tingkat kesehatan terbaik masyarakat yang terkena
bencana tersebut.

1. Peran dalam Pencegahan Primer

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana ini, antara
lain:

a. Mengenali instruksi ancaman bahaya,


b. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency (makanan, air,
obat-obatan, pakaian dan selimut, serta tenda),
c. Melatih penanganan pertama korban bencana, dan
d. Merkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang
merah nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam
memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman
bencana kepada masyarakat.
Pendidikan kesehatan diarahkan kepada :

6
a. Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut).
b. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota
keluarga dengan kecurigaan fraktur tulang , perdarahan, dan pertolongan
pertama luka bakar.
c. Memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas
kebakaran, rs dan ambulans.
d. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (misal
pakaian seperlunya, portable radio, senter, baterai).
e. Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-
posko bencana.
2. Peran Perawat dalam Keadaan Darurat (Impact Phase)

Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah keadaan
stabil. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey mulai melakukan
pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat sebagai bagian
dari tim kesehatan. Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk
memutuskan tindakan pertolongan pertama. Ada saat dimana ”seleksi” pasien untuk
penanganan segera (emergency) akan lebih efektif.

TRIASE :

a. Merah

Paling penting, prioritas utama. keadaan yang mengancam kehidupan


sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok, trauma dada, perdarahan
internal, trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-II.

b. Kuning

Penting, prioritas kedua. Prioritas kedua meliputi injury dengan efek


sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena dalam keadaan ini
sebenarnya pasien masih dapat bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut
antara lain fraktur tulang multipel, fraktur terbuka, cedera medulla spinalis,
laserasi, luka bakar derajat II.

c. Hijau
Prioritas ketiga. Yang termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup, luka
bakar minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi.

7
d. Hitam

Meninggal. Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari
bencana, ditemukan sudah dalam keadaan meninggal.

3. Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana


a. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-
hari.
b. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian.
c. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan
penanganan kesehatan di RS.
d. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian.
e. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi,
peralatan kesehatan.
f. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular
maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan
lingkungannya berkoordinasi dengan perawat jiwa.
g. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas,
depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri)
maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual
muntah, dan kelemahan otot).
h. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan
dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.
i. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan
psikiater.
j. Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan
dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi.
4. Peran perawat dalam fase postimpact

Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan psikologis
korban. Selama masa perbaikan perawat membantu masyarakat untuk kembali pada
kehidupan normal. Beberapa penyakit dan kondisi fisik mungkin memerlukan jangka
waktu yang lama untuk normal kembali bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan
terjadi.

8
3.4 Contoh Kasus PTND

Seorang penyanyi berusia 27 tahun dirujuk oleh seorang teman untuk menjalani
evaluasi. Delapan bulan sebelumnya, kekasihnya telah menjadi korban penusukan
hingga meninggal dalam suatu peristiwa penodongan, sedangkan dia dapat
menyelamatkan diri tanpa terluka sedikit pun. Setelah lewat masa berkabung,
tampaknya dia telah kembali normal. Dia membantu penyelidikan polisi dan secara
umum dinilai sebagai saksi ideal. Namun demikian, tidak lama setelah penangkapan
tersangka pembunuhan kekasihnya, penyanyi tersebut mulai berulang kali mengalami
mimpi buruk dan ingatan yang jelas tentang malam terjadinya kejahatan tersebut. Dalam
mimpi-mimpinya dia sering melihat darah dan melihat dirinya dikejar oleh orang yang
mengancam dan tertutup wajahnya. Siang hari, terutama ketika berjalan sendirian, dia
sering kali terhanyut dalam lamunan sehingga lupa ke mana akan pergi. Teman-
temannya mengamati bahwa dia mulai mudah terkejut dan tampaknya selalu khawatir
akan sesuatu. Dian meninggalkan uang kembalian atau barang belanjaannya di toko atau
ketika menunggu tidak dapat mengingat apa yang akan dibelinya. Tidurnya mulai
gelisah dan pekerjaannya terganggu karena tidak dapat berkonsentrasi. Pelan-pelan dia
menarik diri dari teman-temannya dan mulai menghindari pekerjaannya. Dia merasa
sangat bersalah atas pembunuhan kekasihnya, walaupun tidak tahu dengan pasti
mengapa demikian (Spitzer dkk., 1981 hlm. 17).

9
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bencana alam merupakan sebuah musibah yang tidak dapat diprediksi kapan
datangnya. Apabila bencana tersebut telah datang maka akan menimbulkan kerugian
dan kerusakan yang membutuhkan upaya pertolongan melalui tindakan tanggap
bencana yang dapat dilakukan oleh perawat.
Tujuan utama dari tindakan keperawatan bencana ini adalah untuk mencapai
kemungkinan tingkat kesehatan terbaik masyarakat yang terkena bencana tersebut. Jika
seorang mahasiswa keperawatan beserta para perawat lainnya berada di pusat area
bencana, ia akan dibutuhkan untuk ikut mengevakuasi dan nalge pertolongan pertama
pada korban. Sedangkan di lokasi-lokasi penampungan seorang perawat bertanggung
jawab pada evaluasi kondisi korban, melakukan tindakan keperawatan berkelanjutan,
dan mengkondisikan lingkungan terhadap perawatan korban-korban dengan penyakit
menular.

10
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/9824865/BAB_I_LATAR_BELAKANG
https://www.scribd.com/presentation/384562826/Pelayanan-Keperawatan-Jiwa-
Pada-Situasi-Bencana
https://www.scribd.com/presentation/384562826/Pelayanan-Keperawatan-Jiwa-
Pada-Situasi-Bencana

11

Anda mungkin juga menyukai