Anda di halaman 1dari 5

Nama : Hafiz Maulana Ahmad

NIM : 190130100011084
PPDH Gelombang 7 kelompok 4

Tugas Review Webinar Askesmaveti


Dengan tema ‘ Pelaksanaan Pemotongan Hewan Kurban Di Tengah Pandemi Covid-19’

Screenshot email konfirmasi pendaftaran webinar Penanganan Hewan Kurban Saat Pandemi

Pemateri Pertama Dr. HM Asrorun Niam S, MA (Sekretaris Komisi Fatwa MUI)


Dr. Niam membahas tentang penyembelihan kurban saat wabah covid dalam perspektif
hukum Islam. Pemateri menjelaskan jenis hewan yang dijadikan kurban adalah hewan ternak
berupa kambing, domba, sapi atau unta. Hewan harus memenuhi syarat, baik terkait fisik
maupun kesehata. Sebagai catatan penting covid tidak menular dari manusia ke hewan ternak,
sehingga protocol covid seperti pembatasan fisik tidak perlu diterapkan pada ternak. Syarat
hewan kurban harus sehat dan terbebas dari penyakit, tidak cacat, tidak pincang, tidak buta
keseluruhan atau sebelah, tidak mengalami sakit kulit dan penyakit membahayakan lainnya.
hewan yang disembelih harus cukup umur. Kambing minimal 1 tahun, domba 6 bulan, sapi 2
tahun dan unta 5 tahun. Waktu penyembelihan dilaksanakan mulai shalat iduh adha (10
Dzulhijjah hingga hari 13 Dzulhijjah), jadi dapat disebar dalam 4 hari agar tidak menumpuk pada
satu hari guna menerapkan protocol covid agar pelaksana kurban tidak berkumpul terlalu banyak
di satu tempat pada satu waktu.
Cara penyembelihan diutamakan orang yang berkurban itu sendiri bila memiliki keahlian,
tetapi dapat diserahkan ke orang lain yang memiliki keahlian. Alat penyembelihan harus tajam,
nuakn kuku, gigi atau tulang. Penyembelihan membaca basmalah dan mendoakan.
Penyembelihan dilakukan dengan memotong saluran makanan, nafas, syaraf dan pembuluh darah
jugularis. Penyembelihan dilakukan satu kali secara cepat. Pendistribusian daging dibagi berupa
daging mentah kepada fakir miskin yang membutuhkan, orang yang berkurban boleh memakan
sebagian dari hewan kurban, tetapi lebih diutamakan kepada orang yang sangat membutuhkan.
Masalah-masalah yang dihadapi berupa kontrol ketersediaan dan kesehatan hewan,
pelatihan teknis penyembelihan dan pengelolaan dengan protokol covid-19, dengan
mengantisipasi kerumunan, kontrol higienitas dan keamanan daging saat distribusi. Pada saat
penyembelihan jamaah diminta untuk tidak menonton, pekurban boleh hadir menyaksikan
dengan jaga jarak, tim penyembelih meminimalkan kontak dan memakai masker. Standar
sertifikasi penyembelihan halal tercantum dalam Fatwa MUI nomor 12 tahun 2009.

Pemateri Kedua: drg. R. Vensya Sitohan, M.Epid (Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan)

Drg. Vensya membahas tentang protokal kesehatan pelaksanaan pemotongan hewan


kurban dalam situasi wabah covid-19 dimulai dengan data jumlah kasus covid di dunia dan di
Indonesia. Prinsip protokol kesehatan mengadaptasi wabah covid-19, dengan jaga jarak, cuci
tangan pakai sabun atau hand sanitizer sesering mungkin, menggunakan masker, jaga imunitas
tubuh. Protokol kesehatan ditempat penjualan hewan kurban antara lain: Penjual hewan hanya
menjual hewan yang memenuhi syarat Syariah; Penjualan hewan kurban secara daring atau
dikoordinir oleh panitia kurban atau Dewan Kemakmuran Masjid jika memungkinkan tetapi bila
penjualan tetap dilakukan di tempat maka tempat penjualan hewan kurban harus memenuhi
syarat adminitrasi teknis, penjual dalam keadaan sehat, penyediaan sarana cuci tangan pakai
sabun dan air mengalir, menerapkan personal hygiene: sering cuci tangan terutama setelah
menyentuh heawan atau permukaan benda, physical distancing: menghindari kontak fisik,
mengatur jarak dengan dan antar pembeli, penjual dan pembeli hewan kurban menggunakan
masker, diupayakan transaksi dengan uang elektronik dan pengawasan oleh Dinas terkait (Dinas
Kesehatan dan Dinas peternakan).
Protokol kesehatan saat pemotongan hewan kurban antara lain: Penyediaan sarana cuci
tangan pakai sabun dan air mengalir di tempat pemotongan hewan (TPH); Petugas pemotong
hewan dalam kondisi sehat; Jumlah petugas per TPH dibatasi dan menghindari kontak fisik;
Petugas menggunakan baju lengan panjang dan alat pelindung diri, minimal masker, goggle,
sarung tangan; Mencuci tangan pakai sabun sebelum dan setelah pelaksanaan pemotongan
hewan; Selesai pemotongan hewan kurban agar segera mandi dan ganti baju; Prosesi
pemotongan hewan kurban hanya dihadiri oleh panitia pemotongan hewan; Pemilik hewan
kurban tidak perlu hadir menyaksikan saat pemotongan hewan (perlu fatwa MUI agar situasi
tetap kondusif); Selain panitia pemotongan hewan kurban dan pemilik hewan kurban,
masyarakat lainnya tidak diperbolehkan ikut menyaksikan; Daging kurban diantar ke rumah2
warga untuk menghindari penumpukan warga; Pengawasan oleh aparat keamanan setempat.
Perlu diingat cara mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer dengan baik dan
benar. Jika menggunakan masker kain, ingat dicuci setiap hari dengan deterjen, pastikan
menutup mulut dan hidung, masker dalam keadaan baik (tidak robek) dan mencuci tangan
setelah membuka masker.

Pemateri Ketiga: drh Hastho Yulianto MM (Kasubid kesejahteraan hewan Direktorat Kesmavet)
drh Hastho memaparkan tentang kebijakan penanganan kurban ditengah pandemi covid-
19. Wabah penyakit Corona Virus Disease (COVID-19). Yang melatar belakangi kebijakan ini
adalah adanya faktor-faktor risiko penyebaran Covid-19 dalam pelaksanaan kurban sehingga
perlunya penerapan protokol kesehatan untuk mitigasi risiko penularan Covid-19 dalam
pelaksanaan kurban. Oleh karena itu dibuat SE NOMOR 0008/SE/PK.320/F/06/2020
TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN KURBAN DALAM SITUASI WABAH
BENCANA NONALAM CORONA VIRUS DISEASE (COVID-19).
Situasi Kurban Tahun 2019 ternak kurban yang dipotong sebanyak 1.868.032 dengan
tempat penjualan hewan kurban sebanyak 5.858, tempat pemotongan hewan kurban sebanyak
30.359 dan jumlah rata-rata panita hewan kurban 56 orang (min: 6 – max 85) dari 26 Provinsi
dan 184 Kabupaten. Faktor-faktor resiko penularan covid dalam konteks ini antara lain interaksi
antar orang dengan jarak yang dekat dan lamanya waktu interaksi pada saat kegiatan kurban,
perpindahan orang antar provinsi/kabupaten/kota pada saat kegiatan kurban. status wilayah
dengan tingkat kejadian yang tinggi dan penyebaran yang luas di suatu wilayah akan
meningkatkan risiko penularan, cara penularan melalui droplet pada saat batuk/bersin dan/atau
penularan tidak langsung melalui kontaminasi permukaan benda dan faktor lainnya seperti
komorbiditas/penyakit penyerta, risiko pada usia tua, penularan pada pengguna transportasi
publik, di rumah dan komunitas.
Ruang lingkup SE NOMOR 0008/SE/PK.320/F/06/2020 adalah tentang mitigasi risiko
pelaksanaan kegiatan kurban, dan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan pemotongan hewan.
Mitigasi risiko dilaksanakan sebagai upaya mencegah penularan Covid-19 dalam pelaksanaan
kegiatan kurban. Tindakan mitigasi risiko dilakukan pada penjuakan hewan kurban dan
pemotongan hewan kurban dengan menerapkan prinsip jaga jarak (physical distancing), higiene
personal, pemeriksaan kesehatan awal serta penerapan higiene dan sanitasi. Pembinaan dan
pengawasan dilakukan oleh pemerontah pusat dan pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota
yang menyelenggarakan fungsi kesehatan masyarakat veteriner dan kesehatan hewan dimana
dalam melakukan kegiatan pembinaan dan pengawasan dapat bersinergi dengan dinas yang
membidangi fungsi kesehatan dan instansi yang membidangi fungsi keagamaan serta instansi
terkait lainnya (TNI-Polri).
Selanjutnya dilakukan sesi diskusi dan tanya jawab

Anda mungkin juga menyukai