Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS JURNAL

KEMOTERAPI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen Medikal

Oleh:

Ni Putu Nita Kartika Dewi

NIM. 190070300111038

KELOMPOK 2B

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020
ANALISIS JURNAL

JUDUL: Pengaruh Tingkat Pengetahuan Tentang Pengobatan Kemoterapi Terhadap Tingkat


Kecemasan Pasien Kanker Di Ruang Sitostatika Rumah Sakit Telogorejo Semarang

PENERBIT: STIKES Telogorejo Semarang , 2016

LATAR BELAKANG:

Kanker dapat menyerang semua lapisan masyarakat tanpa mengenal status sosial,
umur,dan jenis kelamin. Tidak menutup kemungkinan anakanak, remaja dan orang dewasa
terkena serangan kanker. Pria dan wanita dapat juga teserang penyakit yang banyak ditakuti.
Kanker diketahui bisa diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Penyakit ini sebenarnya
timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal, selain itu pola makan dan pola hidup yang tidak
sehat juga dapat menyebabkan kanker. Wanita lebih beresiko terkena serangan kanker,
terutama pada organ reproduksi seperti rahim, indung telur dan vagina (Mardiana, 2004)
Berdasarkan data yang diperoleh dari WHO tahun 2013, angka kejadian kanker
meningkat dari 12,7 juta kasus pada tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus pada tahun 2012.
Jumlah kematian meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012.
Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di dunia sebesar 13% setelah penyakit
kardiovaskular. Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 di Indonesia menunjukkan
angka prevalensi kanker di Tengah 2,1%. Data Dinas Kesehatan provinsi Jawa Tengah pada
tahun 2012 menunjukkan jumlah insiden kanker yang terjadi pada kanker serviks sebanyak
909 kasus (Dinkes Jateng, 2013)
Terdapat empat macam cara mengobati kanker yaitu pembedahan, radioterapi,
kemoterapi dan terapi hormon. Dari keempat cara tersebut, salah satunya adalah kemoterapi.
Kemoterapi merupakan terapi kanker yang melibatkan penggunaan zat kimia ataupun obat-
obatan yang tujuanya untuk membunuh sel-sel kanker (Rozi, 2013). Lely (2014)
mengemukakan kemoterapi memiliki prinsip kerja menghambat dan mengontrol sel-sel kanker
serta meracuni dan membunuh sel-sel kanker. Pengobatan kemoterapi mampu menjangkau
sel-sel kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh pasien. Efek samping kemoterapi
bervariasi tergantung modifikasi obat kemoterapi yang diberikan. Berdasarkan National
Cancer Institute, efek samping yang dapat terjadi akibat kemoterapi menggunakan obat
kemoterapi golongan antrasiklin (adriamisin/ doksorubisin) yaitu mual, muntah, diare,
stomatitis, alopesia, rentan terinfeksi, trombositopenia, neuropati, dan malygia (Patridge dkk,
2001)
Biasanya pasien kanker yang menjalani kemoterapi sering mengalam kecemasan.
Kecemasan yang dihadapi penderita kanker dan keluarga umumnya disebabkan karena
kurangnya pengetahuan tentang penyakit kanker dan metode pengobatannya. Oleh karena itu
jurnal ini berhubungan dengan kondisi pasien yang akan menjalani kemoterapi dan
kecemasan pasien serta keluarga yang kurang memahami kemoterapi.

PEMBAHASAN:

Kemoterapi merupakan pengobatan kanker dengan menggunakan obat-obatan atau


hormon. Kemoterapi dapat digunakan dengan efektif pada penyakit- penyakit baik yang
deseminata (menyebar) maupun yang masih terlokalisasi. Efek dari pengobatan kemoterapj
itu sendiri bisa menimbulkan ketakutan akan terapi radiasi dan kemungkinan efek samping,
dampak ketakutan dapat menimbulkan tingkat kecemasan pada pasien kanker. Pada
penelitian ini meneliti dengan cara terpisah tingkat pengetahuan dan tingkat kecemasan
kemudian menghubungkannya dan dilihat apakah ada pengaruh dari tingkat pengetahuan
dengan tingkat kecemasan pada pasien kanker yang mendapatkan kemoterapi.
Jurnal mendapat hasil jika dilihat dari usia pasien penderita kanker lebih banyak usia
dewasa tua, kanker lebih sering menyerang orang yang lebih tua karena adanya peningkatan
karsinogen dan lamanya periode induksi pada beberapa kanker. Lebir dari setengah kanker
didiagnosis setelah usia 65 tahun. Untuk jenis kelamin lebih banyak wanita namun dengan
rasio yang tidaj jauh, kemudian dari tingkat pengetahuan disimpulkan bahwa lebih banyak
memiliki pengetahuan tinggi dalam pengindraan terhadap suatu objek untuk menilai
kemampuan klien sejauh mana dapat diajak berkomunikasi. Hasil dari tingkat kecemasan
didapatkan bahwa dominan responden yang mengalami kecemasan berat sekali, dalam hal ini
kecemasan pada penderita kanker yang mendapat kemoterapi merupakan suatu reaksi yang
terhadap suatu Tindakan. Kecemasan pada pasien kemoterapi lebih dikarenakan mereka
tidaktahu manfaat ataupun efek samping kemoterapi sehingga hal tersebut menimbulkan
ketakutan pada pasien.
Hasil dari tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan didapatkan bahwa ada
pengaruh yang dimana pengetahuan penderita kanker dapat mempengaruhi kecemasan
pasien yang akan menjalani kemoterapi. Pengetahuan dapat dilihat dari Pendidikan dan
pekerjaan klien karena dari san dapat diketahui mencarian informasi atau tepaparnya pasien
dan kemampuan pasien menerima infomasi yang di sampaikan. Penderita kanker yang dinilai
dari pekerjaan dilihat seberapa intesitas mereka bekerja dan lingkungan yang mendukung
untuk melakukan pekerjaan contoh seperti lingkungan perokok, pekerja berat, dll.
DAFTAR PUSTAKA

Junaidi, I. (2007). Kanker, Jakarta: PT buana ilmu popular

Kiswanto. (2007). Factor-faktor internal yang berhubungan dengan tingkat kecemasan klien
benigna prostat hyperplasia (BPH) Di RS Mardi Rahayu Kudus. 41-46

Imam, Rajid. (2007). Kemoterapi kanker ginekologi dalam praktek sehari-hari. Jakarta: CV
sagung seto.

Chan, Huan-Keat & Ismail, S. (2014). Side Effect of Chemotherapy among Cancer Patients in a
Malaysian General Hospital: Experiences, Perceptions and informational Needs from Clinical
Pharmacists. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention.15, 5305-5309.

Cherwin, H. C. 2012. Gatrointestinal Symptom Representation in Cancer Symptom Clusters: A


Synthesis of the Literature. Journal of Oncology Nursing Society,

Anda mungkin juga menyukai