Overview
Perencanaan Material Aspal Polimer
Perencanaan campuran perkerasan aspal, seperti bahan teknik lainnya, pada umumnya
merupakan soal dalam pemilihan dan perbandingan material untuk mendapatkan sifat-sifat
yang diharapkan pada hasil akhir
Tujuan umum dari rencana campuran perkerasan aspal adalah menetapkan satu
penggabungan gradasi agregat yang ekonomis (dalam batas spesifikasi proyek) dan bitumen
yang akan menghasilkan campuran
Ruang Lingkup
JAP-57 singkatan dari Jaya Aspal Polymer 57 dan merupakan modifikasi aspal dari proses
pencampuran (Blending) antara aspal konvensional dengan Elvavoy (Elastomer). Jap-57
diproduksi dengan menggunakan Elvavoy yang didesai khusus untuk modifikasi aspal,
dimana proses pencampuran yang terjadi adalah proses kimia yang telah teruji memiliki
spesifikasi kualitas yang baik.
PELAKSANAAN PENGGELARAN ASPAL POLIMER
Spesifikasi
Spesifikasi aspal polymer JAP-57 menurut gradenya secara lengkap dapat dilihat pada tabel
1.1 dibawah ini
A. TES ASPAL
Pada tahap perencanaan, akan dilakukan beberapa pengujian terhadap karakteristik aspal
maupun agregat. Berikut adalah tabel terkait pengujian aspal yang dengan ketentuan yang
berlaku yang harus terpenuhi
Tabel 1.1 Spesifikasi aspal polimer JAP 57
No Jenis Pengujian Metode Pengujian Nilai
1 Penetrasi pada 25°C, 100 g. 6 detik SNI 06-2456-1991 50 - 80
2 Titik lembek ; °C SNI 06-2434-1991 Min 54
3 Titik nyala ; °C SNI 06-2433-1991 Min 225
4 Daktilitas, 25°C SNI 06-2432-1991 Min 50
5 Berat Jenis SNI 06-2441-1991 Min 1,0
6 Kekentalan pada 135 : cSt SNI 06-2143-1991 300 – 2000
7 Stabilitas penyimpanan pada 163°C selama SNI 06-2134-1991 Maks 2
48 jam
-Perbedaan titik lembek : °C
8 Kelarutan dalam triclorethylen ; % berat SNI 06-2438-1991 Min 99
9 Penurunan berat (dengan TFOT) ; %asli SNI 06-2440-1991 Max 1,0
10 Perbedaan penetrasi setalah TFOT ; %asli SNI 06-2456-1991 Maks 40
11 Perbedaan penetrasi setalah TFOT ; %asli SNI 06-2434-1991 Maks 6,5
12 Elastic recovery pada 25°C Min 30
B. TES AGREGAT
Berikut adalah tabel terkait pengujian agregat dengan ketentuan berlaku yang harus
terpenuhi.
Agregat Kasar
1. Dump Truck
Setiap truk yang biasa mengangkut hot mix dapat digunakan, termasuk dump
truk yang biasa digunakan. Namun yang penting truk pengangkut harus
dilengkapi dengan thermometer dan penutup terpal untuk mengetahui dan
menjaga temperature campuran sewaktu di perjalanan.
5. Tack Coat
Tack coat umumnya harus disemprotkan secara merata dan menutup sebelum
permukaan perkerasan yang akan diaspal. Disarankan penyemprotan antara 0, 1
sampai 0,3 1/m2. penyemprotan dibatasi hanya untuk satu hari kerja.
7. Alat Lainnya
Alat-alat lainnya yang perlu dipersiapkan antara lain sebagai alat bantu dalam
pengawasan antara lain,
Jidar dengan panjang min 4m digunakan untuk mengukur
kerataan/elevasi dari aspal yang telah digelar
Termometer (bukan laser) digunakan untuk pengukuran suhu dari
awal dump truk datang hingga akhir pemadatan
Counter digunakan untuk menghitung jumlah passing sesuai yang
tealh disepakati dari alat pemadatan tie roller dan tandem
Jangka sorong digunakan untuk mengukur tebal sampel
B. Pelaksanaan Pengawasan Penggelaran Aspal Polimer
1. Penghamparan Campuran
Campuran hot mix menggunakan aspal polimer JAP-57 tidak boleh dihampar
saat hujan atau diperkirakan hujan. Apabila kondisi lapangan cukup basah,
berangin atau terlalu dingin, penghamparan harus ditangguhkan sampai kondi si
lingkungan memungkinkan. Hal ini untuk mencegah masalah pemadatan yang
timbul. Bila kondisi berubah saat operasi penghamparan, penghamparan harus di
hentikan sampai kondisi memungkinkan
2. Penuangan Hotmix
Penuangan Hot mix kedalam alat penghampar, truk pengangkut harus berada
tepat ditengah dan ada didepan finisher, tetapi tmk jangan sampai membentur
push roller dan paver. Setelah truk tidak direm, maka finisher bergerak kedepan
sampai menyentuh truk, kemudian mendorong kedepan, sehingga campuran
dapat dihampar secara merata. Cara ini dapat membantu untuk mengurangi bekas
jejak screed dan ketidak rataan lainnya. Bila menggunakan dump truk maka
muatan harus diangkat perlahan-lahan sehingga campuran bergeser kebawah dan
masuk kedalam hoper finisher secara perlahanlahan. Cara seperti ini adalah untuk
mengurangi terjadinya potensi segregasi pada campuran yang dihamparkan.
3. Pengawasan Suhu
Pengecekan suhu sesuai dengan panduan yang telah diberikan oleh pihak
supplier. Adapun standar pengukuran suhu yang harus dijaga untuk jenis aspal
polimer JAP-57 dan aspal konvensional ditampilkan pada tabel berikut.
Tabel 1.5 Ketentuan suhu aspal polimer yang dipersyaratkan
5. Kerataan
Perapihan dan pekerjaan manual
Campuran aspal yang telah dihampar sebaiknya tidak boleh dirapihkan
dengan pekerjaan secara maual, campuran yang lebih kaku menyulitkan
pekerjaan secara manual, dan dapat mempengaruhi kerapihan pada
sambungan. Pekerjaan secara manual harus diminimalisir, dan harus
dikerjakan segera sebelum campuran menjadi dingin.
Campuran yang rendah prosentase bagian butiran yang halus, akan lebih
kasar tekturnya, meskipun dihampar dengan finisher.
Sambungan
Sambungan terdiri dari dua macam yaitu sambungan melintang
dan memanjang, baik secara dingin maupun secara panas. Sambungan
bentuk tegak biasa dipakai untuk kedua jenis sambungan ini.
Sambungan memanjang yang bersebelahan agar mempunyai ikatan
yang baik, buang material lepas dan berikan tack coat arah vertical
sambungan. Untuk memperkecil adanya raking secara manual, buatlah
screed overlap dengan ketinggian yang sama dengan yang
bersebelahan Screed harus diletakan diatas elevasi bagian yang dingin,
dengan perkiraan memadat 6 mm untuk setiap tebal 25 mm tebal padat.
2. EVALUASI PELAKSANAAN PENGGELARAN ASPAL POLIMER