Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK

ANALISIS ( MENGKRITISI ) VIDEO KEGIATAN MMRW / MMD


DI PUSKESMAS SEI PANAS KOTA BATAM KEPULAUAN RIAU
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners
Departemen Komunitas

Oleh :
KELOMPOK 2
1. Enah Nurjanah (190070300011010)
2. Sirila Ngesti P (190070300011011)
3. Vinsensius Joko (190070300011017)
4. Erik Medianto (190070300011022)
5. Candra Maslika (190070300011025)
6. Emma Drakel (190070300011030)
7. Rossyta (190070300011040)
8. Dimas Dwi Adi (190070300011042)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Praktik klinik keperawatan komunitas menggunakan pendekatan proses keperawatan
yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan
komunitas. Dari rangkaian asuhan keperawatan komunitas yang disusun sampai pada tahap
penentuan diagnosa keperawatan komunitas akan ditemukan beberapa kesenjangan kondisi
kesehatan yang kemudian diangkat sebagai masalah kesehatan. Merumuskan diagnosa
keperawatan komunitas merupakan suatu proses yang memerlukan keterampilan intelektual dan
kemampuan berfikir yang didasari dengan pengetahuan teori yang cukup. Kegiatan merumuskan
diagnosa keperawatan komunitas dilakukan bersama atau dengan melibatkan masyarakat
dalam acara atau forum Musyawarah Masayarakat RW/Desa atau sering disebut sebagai
kegiatan MMRW atau MMD.
Tahap selanjutnya dari proses keperawatan komunitas setelah merumuskan diagnosa
keperawatan maka perlu disusun beberapa rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi
permasalahan yang ada. Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis
keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien (Mubarak,
2009). Pada tahap ini diperlukan kemampuan lebih dari (mahasiswa) perawat dalam
berkomunikasi dan berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait atau kerjasama lintas sektor serta
harus melibatkan Puskesmas, perangkat desa, pengurus RW dan terutama kerjasama dengan
kader kesehatan setempat yang akan berpengaruh dalam pengmbilan keputusan bersama.
Perencanaan komunitas dilakukan melalui kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa/RW
atau Lokakarya Mini (lokmin). Untuk kelancaran pelaksanaan Lokmin, idealnya terlebih dahulu
melaksanakan kagiatan pra lokmin dan membentuk panitia pra lokmin. Panitia pra lokmin
berasal dari (mahasiswa) perawat yaitu teman satu kelompok praktek/unit tugas. Pada kegiatan
pra lokmin disampaikan hasil pengkajian dan analisa data serta dibahas tentang strategi
menyampaikan hasil pengkajian, merumuskan masalah bersama masyarakat dan menyusun
POA dengan masyarakat serta pembentukan panitia Lokmin. Sedangkan pada kegiatan lokmin
disampaikan hasil pengkajian dalam bentuk distribusi frekuensi, masalah yang dirumuskan dan
strategi pemecahan masalah dalam bentuk diskusi kelompok yang menghasilkan Plann of
Action (POA). Personil panitia pra lokmin hanya dari unsur (mahasiswa) perawat, sedangkan
panitia lokmin/MMD/MMRW terdiri dari (mahasiswa) perawat dan unsur masyarakat (pamong
desa/RW, kader). Kegiatan lokmin dimaksudkan agar masyarakat terpanggil dan turut serta
mencari solusi pemecahan masalah kesehatan yang ada di lingkungan mereka sendiri dan
melaksanakan rencana pemecahan masalah yang telah disepakati bersama.
Dalam kesempatan ini akan dianalisis sebuah konten video kegiatan MMRW/MMD di
Puskesmas Sei Panas Kota Batam Kepri yang telah diselenggrakan beberapa tahun silam
sebagai gambaran dalam penyajian data serta berlangsunya acara musyawarah untuk mufakat
dalam upaya mengatasi permasalahan di komunitas Kota Batam.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana analisis (kritisi/penilaian) terhadap video kegiatan MMRW/MMD di Puskesmas
Sei Panas Kota Batam Kepri.

1.3 Tujuan umum


Tujuan ulasan berikut ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis kegiatan
MMRW/MMD di Puskesmas Sei Panas Kota Batam Kepri.

1.4 Tujuan khusus


1. Mampu mengidentifikasi kegiatan MMRW/MMD
2. Mampu mengidentifikasi topik, metode dan hasil yang tertuang dalam video konten kegiatan
MMRW/MMD di Puskesmas Sei Panas Kota Batam Kepri
3. Mampu mengidentifikasi dan menganalisis implikasi serta aplikasinya keperawatan
komunitas di masyarakat

1.5 Manfaat
Kegiatan analisis (mengkritisi/penilaian) pada konten video kegiatan MMRW/MMD ini
diharapkan akan memberikan manfaat bagi mahasiswa untuk memahami dan menganalisis
implikasi serta aplikasi keperawatan komunitas di masyarakat melalui program-program
Puskesmas, sehingga dapat dijadikan referensi untuk kegiatan serupa, serta penerapannya
dalam pelayanan kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Keperawatan Komunitas


Konsep dasar Keperawatan Komunitas dalam Community Health Nursing ( Allender &
Spradley, 2010 ) merupakan sebuah tatanan layanan kesehatan dengan ciri sebagai berikut :
1. Menggunakan metode pengukuran dan analisis kelompok
2. Menggunakan prinsip manajemen organisasi
3. Fokus pada populasi
4. Mencakup kegiatan prefentif dan promotif
5. Meningkatkan tanggung jawab kesehatan masyarakat
6. Melibatkan kolaborasi interrofesional
Keperawatan komunitas mencakup beberapa hal yang terkait dalam pemberian layanan
kesehatan secara menyeluruh yaitu :
1. Status komunitas : angka mortalitas dan morbiditas, angka harapan hidup & tingkat pendidikan
2. Struktur : distribusi suku, umur, jenis kelamin dan tipe layanan kesehatan yang ada di
komunitas
3. Proses perkembangan komunitas : Community competence dan Community capacity
(kemampuan untuk saling bekerja sama dalam mengidentifikasi, memahami masalah,
merumuskan tujuan dan kolaborasi program )
Praktik keperawatan komunitas mempunyai karakteristik berikut :
1. Problem solving proses
a. Menyelesaikan masalah di berbagai level/tingkatan agregat di komunitas
b. Fokus pada mencegah sakit dan aktivitas promosi kesehatan
2. Management process
a. Analisis situasional, pengambilan keputusan, perencanaan, pengorganisasian, tujuan,
quality control, evaluasi
b. Sasaran pada semua agregat di komunitas
3. Changes
a. Proses perubahan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan
b. Meningkatkan system layanan kesehatan dan persepsi masyarakat terhadapnya

Tahapan proses keperawatan komunitas diawali dengan kegiatan pengkajian, analisa data,
penentuan prioritas masalah, perencanaan intervensi, implementasi dan diakhiri dengan evaluasi.
Setelah melalui proses pengumpulan data dari kegiatan pengkajian maka langkah selanjutnya
adalah analisa data. Menurut Wong and Chung (2002) komponen analisa data menjadi bagian
penting dalam pengambilan keputusan klinis sampai dengan munculnya diagnosa keperawatan
yang komplek. Beberapa indikator kesehatan menjadi landasan dalam perumusan diagnosa
keperawatan komunitas, antara lain : data statistik dari WHO untuk internasional dan Riskesdas
untuk data nasional.
Perumusan diagnosa keperawatan akan menjadi dasar dalam menentukan langkah
selanjutnya dengan melakukan tahapan penentuan prioritas masalah. Penetapan prioritas
masalah perlu melibatkan masyarakat dalam satu pertemuan musyawarah masyarakat
(MMD/MMRW). Kegiatan inilah yang akan menjadi implikasi keterlibatan peran serta seluruh
komponen komunitas dalam rangka menentukan tindakan upaya peningkatan kesehatan.

2.2 Musyawarah Mufakat Rukun Warga (MMRW) atau Musyawarah Mufakat Desa (MMD)
A. Identifikasi Masalah Kesehatan Komunitas
Tahapan proses keperawatan komunitas dengan langkah awal yang dilakukan dalam
penggerakan pemberdayaan masyarakat untuk membentuk dan mengembangkan
Desa/Kelurahan Siaga adalah identifikasi masalah kesehatan dengan menitik beratkan pada
masalah penyakit, lingkungan dan perilaku. Identifikasi masalah kesehatan dapat dilakukan
melalui pengumpulan data sekunder di Puskesmas dan kantor Desa/Kelurahan setempat
atau melalui pengumpulan data dengan metode observasi partisipatif, diskusi kelompok
terarah dan survei/kunjungan rumah dengan menggunakan kuesioner. Informasi yang
diperlukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Penyakit/nama penyakit
2. Penyebab penyakit menurut Puskesmas
3. Penyebab penyakit menurut masyarakat
4. Perilaku masyarakat yang dapat mengakibatkan sakit
5. Perilaku masyarakat yang bisa mencegah timbulanya penyakit
6. Lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit
7. Lingkungan yang bisa mencegah timbulnya penyakit
8. Cara mencegah agar orang tetap sehat dan tidak sakit
9. Cara mencegah agar penyakit tidak menular
10.Apa yang bisa dilakukan oleh tiap keluarga agar terhindar dari penyakit
11.Apa yang bisa dilakukan oleh pemuka masyarakat agar wilayahnya terhindar dari
penyakit.
12.Dan lain-lain

B. Definisi
MMD adalah pertemuan seluruh warga desa/kelurahan atau warga masyarakat yang
mewakili semua komponen masyarakat di desa/kelurahan untuk membahas hasil survei
mawas diri dan merencanakan upaya penanggulangan masalah kesehatan, lingkungan dan
perilaku yang diperoleh dari hasil survei mawas diri ( Depkes RI, 2007 ).
MMD adalah menyawarah dengan masyarakat di tingkat desa dan biasanya
dilaksanakan di Balai Desa, sedangkan MMRW dilaksanakan untuk masyarakat pada tingkat
RW. MMD/RW dilakukan dengan tujuan agar masyarakat mengenal masalah kesehatan di
wilayahnya, masyarakat sepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan dan masyarakat
dapat menyusun rencana rencana kerja untuk menanggulangi masalah kesehatan.

C. Tujuan MMD/MMRW
Tujuan pelaksanaan musyawarah mufakat desa adalah :
1. Masyarakat mengenal masalah kesehatan di wilayahnya.
2. Masyarakat bersepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan melalui penggerakan
dan pemberdayaan masyarakat di Desa Siaga
3. Masyarakat membentuk forum Desa/Kelurahan Siaga dan menetapkan Poskesdes
sebagai koordinator pelaksanaan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat.
4. Masyarakat menyusun rencana kerja untuk menanggulangi masalah kesehatan di
wilayahnya.
5. Mempersiapkan pelatihan kader dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan kader dalam mengembangkan Desa Siaga dan operasional Poskesdes.

D. Pelaksanaan MMD/MMRW
Beberapa tahapan dan ketentuan pelaksanaan kegiatan MMD/MMRW menurut
Sugiyanto (2016) dalam buku Pedoman Parktik Klinik Keperawatan Keluarga dan Komunitas
yang diterbitkan oleh Pusdik SDM Kesehatan Kemkes RI edisi 1 tahun 2016, sebagai
berikut :
1. Tempat pertemuan : sebaiknya di desa, dengan memilih balai desa atau tempat lain
yang bisa menampung kurang lebih 20 - 30 orang peserta.
2. Peserta pertemuan :
a. Peserta tingkat kecamatan : Camat, TP-PKK kecamatan, Kepala Puskesmas, Staf
Puskesmas, Diknas, Departemen Agama 14, Lintas sektor terkait.
b. Peserta tingkat desa : Kepala Desa, TP-PKK Desa, Sekdes, BPD, Tokoh Agama, Tokoh
masyarakat/Guru
3. Waktu pertemuan : waktu pelaksanaan segera setelah SMD atau disesuaikan dengan
kesediaan dan kondisi desa/kelurahan yang bersangkutan, agar memungkinkan semua
yang diundang dapat hadir serta cukup memberikan ksesempatan untuk tercapainya
tujuan musyawarah masyarakat desa.
4. Tahap-tahap Pelaksanaan :
a. Kepala Desa/Kelurahan yang mengundang para peserta MMD.
b. MMD dibuka oleh kepala Desa/Kelurahan dengan menguraikan maksud dan tujuan
musyawarah.
c. Pengenalan masalah kesehatan oleh masyarakat sendiri melalui curah pendapat
dengan menggunakan alat peraga, poster dan lain-lain dipimpin oleh petugas
Puskesmas atau bidan di desa.
d. Penyajian hasil SMD oleh tokoh masyarakat/kader/kelompok SMD.
e. Perumusan dan penentuan perioritas masalah kesehatan atas dasar pengenalan
masalah (butir c) dan hasil SMD dilanjutkan dengan rekomendasi tehnis dari
petugas Puskesmas/bidan di Desa.
f. Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat (RKM) dalam rangka penanggulangan
masalah kesehatan, dipimpin oleh kepala Desa/Kelurahan, dilanjutkan dengan
pembentukan forum Desa Siaga dan penetapan Poskesdes sebagai koordinator
UKBM.

Kegiatan musyawarah masyarakat desa (MMD/RW) atau sering disebut lokakarya


mini (lokmin) tampak pada peran masyarakat lebih dominan dibanding peran mahasiswa atau
perawat Puskesmas. Kegiatan inti dari Lokmin diawali dengan penyajian hasil SMD/hasil
pengkajian komunitas, perumusan masalah komunitas, prioritas masalah, pemecahan
masalah dalam bentuk POA dan pembacaan ikrar. Perencanaan diawali dengan
merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana tindakan untuk mengatasi masalah
yang ada. Tujuan dirumuskan untuk mengatasi atau meminimalkan stresor dan intervensi
dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat
garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat pencegahan normal,
pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan resisten. Kemudian rencana
kegiatan yang akan dilakukan bersama masyarakat dijabarkan secara operasional dalam
planning of action (POA) yang disusun dan disepakati bersama masyarakat saat MMD atau
lokakarya mini masyarakat.

Berikut contoh SOP atau Prosedur Pelaksanaan MMD/MMRW

PROSEDUR MELAKSANAKAN MUSYAWARAH DENGAN MASYARAKAT


Pengertian : 1. Melaksanakan musyawarah dengan masyarakat di komunitas sesuai dengan hasil
pengumpulan data degan melibatkan peran serta masyarakat
2. Melaksanakan musyawarah di komunitas adalah mendiskusikan masalah kesehatan
atau resiko masalah kesehatan yang muncul dari hasil identifikasi masalah serta
mendiskusikan upaya pemecahan masalah kesehatan dengan melibatkan seluruh
komponen masyarakat.
Ruang Lingkup : Dilakukan pada masyarakat ( tingkat RW maupun tingkat Desa/Kelurahan) dengan
permasalahan kesehatan atau mempunyai resiko tinggi masalah kesehatan.
Acuan : 1. Dep.Kes.R.I., 1998, Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan, Jakarta
2. Dep.Kes.R.I., 1994 ; Pedoman Kerja Puskesmas Buku IV, Jakarta
3. Stanhpe Lancaster, 2000, Community Health Nursing, Mosby Com.
Prosedur :
1. Tanggung Jawab Dan Wewenang
a. Perawat / dokter Penanggung Jawab kegiatan MMRW/MMD dalam: pengelolaan ketercapaian prosedur.
b. Bila melibatkan mahasiswa praktek, Pembimbing pendidikan/lahan praktik dan pengajar kep.komunitas
bertanggung jawab dalam membimbing dan menilai pencapaian pelaksanaan prosedur setiap peserta didik
secara objektif di laboratorium maupun di lahan praktik.
c. Pembimbing pendidikan dan lahan praktik bertanggungjawab terhadap pelaksanan SOP
2. Pelaksanaan
Persiapan awal dengan Pra Lokmin
a. Kumpulkan TOMA untuk menyepakati pelaksanaan musyawarah masyarakat
b. Bentuk pengorganisasian kegiatan musyawarah masyarakat
c. Buat undangan dan sebarkan undangan
d. Pastikan data yang akan disajikan dengan media yang menarik
Persiapan Lingkungan dan Proses Kegiatan
a. Ciptakan pengaturan tempat dan lingkungan yang nyaman dan kondusif
b. Lakukan tanya jawab dan pembahasan
b. Susun rencana pemecahan masalah berdasarkan kesepakatan masyarakat
c. Arahkan masyarakat untuk membentuk kelompok kerja kesehatan
d. Bantu Pokjakes untuk menyusun POA
e. Berikan penghargaan/pujan atas partisipasi masyarakat
Pengendalian/pemantauan
a. Pastikan peserta didik terlibat aktif dalam kelompok kerja kesehatan
b. Berikan dukungan pada setiap kegiatan pokjakes.
c. Absensi peserta didik dan pembimbing
d. Dokumen laporan akhir kegiatan
e. Daftar checklist SOP pertemuan musyawarah masyarakat
f. Buku pedoman pencapaian kompetensi
Dokumentasi :
1. Daftar checklist pertemuan musyawarah masyarakat
2. Laporan pelaksanaan musyawarah masyarakat.
Pengesahan
Disusun oleh :
Diperiksa oleh :
Disetujui dan disahkan oleh :

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Identitas Video MMRW/MMD


A. Judul : Musyawarah Mufakat Desa 2 dan 3 2017- UPT Puskesmas Sei
Panas
B. Pembuat konten video : Puskesmas Sei Panas PKM_SeiPanas
C. Tahun : 2017

3.2 Latar Belakang


Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) yang bertanggungjawab atas kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya pada satu atau
bagian wilayah kecamatan. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat dinyatakan bahwa Puskesmas berfungsi menyelenggarakan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama. Agar
Puskesmas dapat mengelola upaya kesehatan dengan baik maka puskesmas harus menyusun
rencana kegiatan yang tertuang dalam rencana tahunan dan rencana lima tahunan. Perencanaan
ini harus disusun dengan mempertimbangkan hasil analisis dari sisi pandang masyarakat yang
dilakukan melalui Survey Mawas Diri (SMD).
Survei Mawas Diri adalah kegiatan untuk mengenali keadaan dan masalah yang dihadapi
masyarakat, serta potensi yang dimiliki masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut. Potensi
yang dimiliki antara lain ketersediaan sumber daya, serta peluang – peluang yang dapat
dimobilisasi. Hal ini penting untuk diidentifikasi oleh masyarakat sendiri, agar selanjutnya
masyarakat dapat digerakkan untuk berperan serta aktif memperkuat upaya-upaya perbaikannya,
sesuai batas kewenangannya. Kegiatan Survei Mawas Diri di wilayah kerja Puskesmas Sei Panas
Kota Batam telah dilaksanakan pada tgl.25 Februari s/d 11 Maret 2017 dengan mengambil sampel
dari masing-masing posyandu melalui kader-kader dari desa siaga yang ada.
Hasil Survey Mawas Diri (SMD) yang sudah dilakukan bersama masyarakat ini selanjutnya
dibahas bersama dengan perwakilan warga desa dan masyarakat untuk selanjutnya dilakukan
kegiatan perumusan dan penentuan prioritas masalah dalam sebuah forum Musyawarah
Masyarakat Desa (MMD). Kegiatan ini merupakan sebuah forum pertemuan perwakilan warga
desa dengan aparat terkait, tentu saja berikut tim kesehatan dari Puskesmas untuk kemudian
dapat menjadi sarana pengambilan keputusan dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas Sei Panas Kota Batam.

3.3 Tujuan
Pelaksanaan pemaparan hasil survey mawas diri dituangkan dalam kegiatan musyawarah
mufakat desa (MMD) dengan tujuan untuk membahas hasil Survei Mawas Diri (SMD) dan
merencanakan penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari hasil SMD. Di dalam
kegiatan MMD ini akan dilaksanakan penyusunan perencanaan kegiatan puskesmas agar sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat di wilayah kerja.

3.4 Pelaksanaan Kegiatan MMRW/MMD


Kegiatan musyawarah mufakat yang diselenggarakan oleh Puskesmas Sei Panas Kota
Bata mini menjadi wadah inspirasi dan peran serta masyarakat dalam hal ini diwakili oleh
beberapa tokoh masyarakat yang hadir.
A. Tempat pelaksanaan : Ruang Pertemuan Puskesmas Sei Panas
B. Anggota yang hadir : total yang hadir sekitar 26 orang
- 16 orang tamu undangan terdiri dari kepala RW, Kader dan
Korlap (Koordinator lapangan)
- 10 orang tim kesehatan terdiri dari dokter penanggungjawab
puskesmas dan perawat
- Bapak sekretaris camat hadir menyusul mewakili Camat setempat
C. Waktu pertemuan : pukul 10.00 waktu setempat
D. Tahap Pelaksanaan : sesuai konten video
- Kecamatan yang mengundang para peserta MMD
- MMD dibuka dengan paparan SMD oleh presenter
- Penyajian hasil SMD oleh tim Puskesmas
- Perumusan dan penentuan prioritas masalah kesehatan atas
dasar pengenalan masalah dan hasil SMD dilanjutkan dengan
rekomendasi tehnis dari dokter puskesmas
- Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat (RKM) dalam rangka
penanggulangan masalah kesehatan, dipimpin oleh Sekretaris
Camat dan dilanjutkan dengan perencanaan penggiatan jumantik
dan pembentukan shelter merokok ( sedikit disinggung tentang
pengelolaan bank sampah, akan tetapi terkendala dana sehingga
tidak menjadi priorotas masalah )

E. Sesuai dengan paparan dalam konten video kegiatan MMRW/MMD di Puskesmas Sei Panas
tersebut terdapat beberapa hasil survei sebagai berikut :

No. Fokus Masalah Kesehatan % Keterangan


1. Kesadaran masyarakat untuk berobat ke layanan kesehatan 100 %
2. Keikutsertaan masyarakat dalam asuransi kesehatan (JKN) 49 % Target> 50%
3. Kel. ibu hamil didapatkan data rencana melahirkan ke Yankes 100 %
4. Imunisasi lengkap pada kelompok bayi < 10 bulan 78 % target 100 %
5. ASI eksklusif (banyak ibu menyusui sbg pekerja di luar rumah) 78 %
6. Peserta KB 78 %, target 100 %
7. Konsumsi makanan seimbang 78 %
8. Kasus penyakit batuk pilek 78 %
9. Penggunaan sumber air bersih 96 %
10. Pembuangan limbah ke selokan (menggenang) 88 % Standar 12%
11. Tempat sampah terbuka 85 % Tertutup 15 %
12. Kepemilikan TOGA 13 % Target > 50%
13. Kebiasaan merokok di dalam rumah 78 %
14. Pola hidup sehat mencuci tangan 6 langkah 0%
15. Pemberantasan sarang nyamuk 25 %
16. Konsumsi air minum dari depot isi ulang 86 %
17. Kegiatan memilah-milah sampah 0%
18. Pemanfaatan posyandu lansia 68 %

Note : kolom arsir menjadi fokus masalah kesehatan yang akan diangkat.

3.5 Analisis Konten Video Kegiatan MMRW/MMD


Pada waktu setempat saat konten video tersebut dibuat, Puskesmas Sei Panas Kota
Batam melaksanakan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) bertempat di Ruang Pertemuan
Puskesmas, hal tersebut tampak pada seting ruangan yang tidak begitu luas, ber-AC dan tertutup
dengan jumlah peserta kurang lebih 26 orang yang terdiri dari Kader, Kepala RW, dan beberapa
Koordinator Lapangan tampak sedikit berdesakan dengan posisi duduk melingkar dan ada meja
besar di tengah. Seluruh peserta MMD sangat antusias dalam diskusi kelompok untuk
mengidentifikasi masalah serta menetapkan prioritas masalah, meskipun ada beberapa peserta
yang meninggalkan ruangan di tengah acara paparan data dengan alasan melanjutkan kegiatan
praktek pemeriksaan.
Selama pemaparan data SMD, data-data disajikan dengan baik oleh presenter, hanya
saja terlalu sering melihat ke layar sehingga kurang kontak mata dengan audience. Intonasi suara
sudah baik dan jelas, kalimat demi kalimat dapat didengar dengan jelas. Dokumentasi saat
dilakukan survey ke lapangan juga telah disajikan dengan baik, hal ini sebagai bentuk dari
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas survey dan dapat digunakan sebagai bukti kinerja.
Selama durasi pemaparan data tampak beberapa audience sering menyela dengan
pertanyaan-pertanyaan terkait data yang dipaparkan, hal ini menunjukkan kurangnya pemahaman
terhadap alur acara, akan tetapi disayangkan karena dalam konten video tidak terekam pada saat
dibacakan susunan acara yang dapat menajdi acuan alur kegiatan secara keseluruhan. Sebagai
contoh saat pemaparan data air minum yang dikonsumsi dari depot yang dipertanyakan
kebersihan dan kelayakannya sontak menjadi bahan perbincangan di tengah pemaparan data,
tampak beberapa orang antusias untuk berdiskusi dan mencari solusi, padahal acara masih dalam
alur pemaparan data, belum masuk dalam diskusi dan pengambilan keputusan. Hal serupa juga
terjadi saat dokter puskesmas menyinggun permasalahan keikutsertaan asuransi atau BPJS,
banyak audience yang merespon dan terlibat dalam diskusi yang cukup lama, hal seperti ini
kurang efektif dalam sebuah kegiatan musyawarah mufakat karena tidak efektif dalam
pengambuilan keputusan yang ideal harusnya sesuai dengan tahapa-tahapan dari perumusan
masalah, prioritas masalah dan kemudian didiskusikan untuk fokus memilih permasalahan yang
akan dikumpas tuntas secara bersama-sama sehingga diharapkan akan menghasilkan sebuah
solusi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dari warga masyarakat.
Setelah memaparkan data-data hasil survey, selanjutnya dipimpin oleh Bapak Sekretaris
Camat untuk secara bersama-sama menggali dan memecahkan masalah kesehatan yang ada di
wilayahnya sehingga muncul berbagai usulan yang akan masuk dalam perencanaan kegiatan
untuk tahun 2018. Dalam hal ini beliau hadir mewakili Camat setempat untuk melaksanakan
mandat dalam rangka penyusunan perencanaan kerja Puskesmas yang sesuai dengan hasil
analisa kebutuhan masyarakat. Di akhir acara, Bapak Sekretaris Camat menyampaikan bahwa
pendanaan untuk berbagai macam usulan kegiatan program kesehatan ini diharapkan juga  bisa
bersinergi dengan perencanaan anggaran di desa-desa/kelurahan, sehingga masalah kesehatan
tidak hanya menjadi tanggungjawab puskesmas. Desa juga bisa turut berperan terutama untuk
mensuport program kesehatan yang urgent dan dibutuhkan masyarakat melalui alokasi Anggaran
Dana Desa (ADD). Hasil akhir dari diskusi bersama warga masyarakat adalah perencanaan
pembuatan shelter merokok di ruang terbuka agar menurunkan prosentase kegiatan merokok di
dalam rumah dan meminimalkan resiko polusi asap rokok di dalam rumah. RW dengan
prosentase perokok terkecil akan menjadi triger dan percontohan bagi RW lain dalam hal
mengurangi kebiasaan merokok, terlebih merokok di dalam rumah. Kegiatan direncanakan
dengan melakukan survey mulai dari RT, RW dan kelurahan terkait sosialisasi pengadaan shelter
merokok tersebut. Perencanaan kegiatan lain yang diangkat adalah peningkatan kinerja jumantik
untuk dapat digiatkan kembali dengan merekrut anak-anak muda sebagai kader jumantik.
Kegiatan MMRW/MMD diakhiri dan ditutup oleh beliau Bapak Sekretaris Camat dengan
beberapa catatan penting bahwa : seluruh perencanaan kegiatan hasil dari diskusi saat ini harus
segera ditindaklanjuti agar tujuan dari program kerja Puskesmas dalam upaya meningkatkan
kesehatan masyarakat dapat segera terwujud. Perlu kerjasama dan koordinasi yang baik dari
berbagai pihak yang terkait mengingat bahwa sebagian besar kegiatan pelayanan kesehatan akan
menyita waktu dan pikiran sehingga perlu keikhlasan dari semua warga dan tim kesehatan untuk
terlibat dan berperan aktif demi tercapainya kepentingan bersama dalam upaya peningkatan
kesehatan masyarakat.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Secara keseluruhan kegiatan MMRW/MMD Puskesmas Sei Panas berjalan dengan lancar
dan sangat terlihat peran aktif dari perwakilan warga masyarakat dalam setiap tahap
perencanaan kegiatan sampai dengan pengambilan keputusan dan solusi dalam menangani
masalah kesehatan yang ada.
2. Hasil dari kegiatan MMRW/MMD sudah sesuai dengan tujuan awal diadakannnya kegiatan
tersebut yaitu untuk membahas hasil Survei Mawas Diri (SMD) dan merencanakan
penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari hasil SMD dengan adanya
penyusunan perencanaan kegiatan puskesmas yang akan datang.
3. Alur acara masih perlu diperbaiki agar seluruh proses dapat terlewati sesuai dengan target
dan sekaligus untuk efisiensi waktu serta makna dari setiap poin yang didiskusikan dapat
bermakna, bukan hanya sekedar debat yang tidak ada solusisnya.

4.2 Saran
1. Dibacakan susunan acara dari awal sehingga seluruh rangkaian acara dapat berjalan sesuai
alur, tepat waktu dan tepat sasaran.
2. Ditunjuk seorang moderator sebagai pengendali jalannya acara sehingga target dapat
tercapai sesuai yang diharapkan baik itu bahan-bahan diskusi maupun konteks yang
didiskusikan tidak keluar jalur.
3. Ruang yang digunakan kurang luas sehingga kurang nyaman, sebaiknya untuk kapasitas
undangan lebih dari 20 orang dapat dilakukan di ruang terbuka, atau apabila di ruang tertutup
minimal luas ruangan adalah 5 x 12 meter agar nyaman dan leluasa.

Daftar Pustaka

Annisa Wuri. 2018. Materi Ajar Proses Keperawatan Komunitas : Pengkajian, Departemen Komunitas
FK UB.
Annisa Wuri. 2018. Materi Ajar Proses Keperawatan Komunitas: Analisis Data, Rencana Intervensi ,
Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Komunitas, Departemen Komunitas FK UB.

http://youtu.be/r2TVHdodzlo video Musyawarah Mufakat Desa 2 dan 3 2017- UPT Puskesmas Sei
Panas, Puskesmas Sei Panas PKM_SeiPanas

Kalimat kritik dalam Bahasa Indonesia . http://dosen Bahasa.com diakses pada tgl. 15 mei 2020

Laporan Kegiatan MMRW / MMD Puskesmas Bantul, 2017. puskesmas.bantulkab.go.id diakses pada
tgl. 15 mei 2020

Sugiyanto.2016. Buku Pedoman Parktik Klinik Keperawatan Keluarga dan Komunitas, Pusdik SDM
Kesehatan Kemkes RI edisi 1 tahun 2016

Anda mungkin juga menyukai