Analisis Video MMRW - Kel.2a
Analisis Video MMRW - Kel.2a
Oleh :
KELOMPOK 2
1. Enah Nurjanah (190070300011010)
2. Sirila Ngesti P (190070300011011)
3. Vinsensius Joko (190070300011017)
4. Erik Medianto (190070300011022)
5. Candra Maslika (190070300011025)
6. Emma Drakel (190070300011030)
7. Rossyta (190070300011040)
8. Dimas Dwi Adi (190070300011042)
1.5 Manfaat
Kegiatan analisis (mengkritisi/penilaian) pada konten video kegiatan MMRW/MMD ini
diharapkan akan memberikan manfaat bagi mahasiswa untuk memahami dan menganalisis
implikasi serta aplikasi keperawatan komunitas di masyarakat melalui program-program
Puskesmas, sehingga dapat dijadikan referensi untuk kegiatan serupa, serta penerapannya
dalam pelayanan kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Tahapan proses keperawatan komunitas diawali dengan kegiatan pengkajian, analisa data,
penentuan prioritas masalah, perencanaan intervensi, implementasi dan diakhiri dengan evaluasi.
Setelah melalui proses pengumpulan data dari kegiatan pengkajian maka langkah selanjutnya
adalah analisa data. Menurut Wong and Chung (2002) komponen analisa data menjadi bagian
penting dalam pengambilan keputusan klinis sampai dengan munculnya diagnosa keperawatan
yang komplek. Beberapa indikator kesehatan menjadi landasan dalam perumusan diagnosa
keperawatan komunitas, antara lain : data statistik dari WHO untuk internasional dan Riskesdas
untuk data nasional.
Perumusan diagnosa keperawatan akan menjadi dasar dalam menentukan langkah
selanjutnya dengan melakukan tahapan penentuan prioritas masalah. Penetapan prioritas
masalah perlu melibatkan masyarakat dalam satu pertemuan musyawarah masyarakat
(MMD/MMRW). Kegiatan inilah yang akan menjadi implikasi keterlibatan peran serta seluruh
komponen komunitas dalam rangka menentukan tindakan upaya peningkatan kesehatan.
2.2 Musyawarah Mufakat Rukun Warga (MMRW) atau Musyawarah Mufakat Desa (MMD)
A. Identifikasi Masalah Kesehatan Komunitas
Tahapan proses keperawatan komunitas dengan langkah awal yang dilakukan dalam
penggerakan pemberdayaan masyarakat untuk membentuk dan mengembangkan
Desa/Kelurahan Siaga adalah identifikasi masalah kesehatan dengan menitik beratkan pada
masalah penyakit, lingkungan dan perilaku. Identifikasi masalah kesehatan dapat dilakukan
melalui pengumpulan data sekunder di Puskesmas dan kantor Desa/Kelurahan setempat
atau melalui pengumpulan data dengan metode observasi partisipatif, diskusi kelompok
terarah dan survei/kunjungan rumah dengan menggunakan kuesioner. Informasi yang
diperlukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Penyakit/nama penyakit
2. Penyebab penyakit menurut Puskesmas
3. Penyebab penyakit menurut masyarakat
4. Perilaku masyarakat yang dapat mengakibatkan sakit
5. Perilaku masyarakat yang bisa mencegah timbulanya penyakit
6. Lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit
7. Lingkungan yang bisa mencegah timbulnya penyakit
8. Cara mencegah agar orang tetap sehat dan tidak sakit
9. Cara mencegah agar penyakit tidak menular
10.Apa yang bisa dilakukan oleh tiap keluarga agar terhindar dari penyakit
11.Apa yang bisa dilakukan oleh pemuka masyarakat agar wilayahnya terhindar dari
penyakit.
12.Dan lain-lain
B. Definisi
MMD adalah pertemuan seluruh warga desa/kelurahan atau warga masyarakat yang
mewakili semua komponen masyarakat di desa/kelurahan untuk membahas hasil survei
mawas diri dan merencanakan upaya penanggulangan masalah kesehatan, lingkungan dan
perilaku yang diperoleh dari hasil survei mawas diri ( Depkes RI, 2007 ).
MMD adalah menyawarah dengan masyarakat di tingkat desa dan biasanya
dilaksanakan di Balai Desa, sedangkan MMRW dilaksanakan untuk masyarakat pada tingkat
RW. MMD/RW dilakukan dengan tujuan agar masyarakat mengenal masalah kesehatan di
wilayahnya, masyarakat sepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan dan masyarakat
dapat menyusun rencana rencana kerja untuk menanggulangi masalah kesehatan.
C. Tujuan MMD/MMRW
Tujuan pelaksanaan musyawarah mufakat desa adalah :
1. Masyarakat mengenal masalah kesehatan di wilayahnya.
2. Masyarakat bersepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan melalui penggerakan
dan pemberdayaan masyarakat di Desa Siaga
3. Masyarakat membentuk forum Desa/Kelurahan Siaga dan menetapkan Poskesdes
sebagai koordinator pelaksanaan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat.
4. Masyarakat menyusun rencana kerja untuk menanggulangi masalah kesehatan di
wilayahnya.
5. Mempersiapkan pelatihan kader dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan kader dalam mengembangkan Desa Siaga dan operasional Poskesdes.
D. Pelaksanaan MMD/MMRW
Beberapa tahapan dan ketentuan pelaksanaan kegiatan MMD/MMRW menurut
Sugiyanto (2016) dalam buku Pedoman Parktik Klinik Keperawatan Keluarga dan Komunitas
yang diterbitkan oleh Pusdik SDM Kesehatan Kemkes RI edisi 1 tahun 2016, sebagai
berikut :
1. Tempat pertemuan : sebaiknya di desa, dengan memilih balai desa atau tempat lain
yang bisa menampung kurang lebih 20 - 30 orang peserta.
2. Peserta pertemuan :
a. Peserta tingkat kecamatan : Camat, TP-PKK kecamatan, Kepala Puskesmas, Staf
Puskesmas, Diknas, Departemen Agama 14, Lintas sektor terkait.
b. Peserta tingkat desa : Kepala Desa, TP-PKK Desa, Sekdes, BPD, Tokoh Agama, Tokoh
masyarakat/Guru
3. Waktu pertemuan : waktu pelaksanaan segera setelah SMD atau disesuaikan dengan
kesediaan dan kondisi desa/kelurahan yang bersangkutan, agar memungkinkan semua
yang diundang dapat hadir serta cukup memberikan ksesempatan untuk tercapainya
tujuan musyawarah masyarakat desa.
4. Tahap-tahap Pelaksanaan :
a. Kepala Desa/Kelurahan yang mengundang para peserta MMD.
b. MMD dibuka oleh kepala Desa/Kelurahan dengan menguraikan maksud dan tujuan
musyawarah.
c. Pengenalan masalah kesehatan oleh masyarakat sendiri melalui curah pendapat
dengan menggunakan alat peraga, poster dan lain-lain dipimpin oleh petugas
Puskesmas atau bidan di desa.
d. Penyajian hasil SMD oleh tokoh masyarakat/kader/kelompok SMD.
e. Perumusan dan penentuan perioritas masalah kesehatan atas dasar pengenalan
masalah (butir c) dan hasil SMD dilanjutkan dengan rekomendasi tehnis dari
petugas Puskesmas/bidan di Desa.
f. Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat (RKM) dalam rangka penanggulangan
masalah kesehatan, dipimpin oleh kepala Desa/Kelurahan, dilanjutkan dengan
pembentukan forum Desa Siaga dan penetapan Poskesdes sebagai koordinator
UKBM.
BAB III
PEMBAHASAN
3.3 Tujuan
Pelaksanaan pemaparan hasil survey mawas diri dituangkan dalam kegiatan musyawarah
mufakat desa (MMD) dengan tujuan untuk membahas hasil Survei Mawas Diri (SMD) dan
merencanakan penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari hasil SMD. Di dalam
kegiatan MMD ini akan dilaksanakan penyusunan perencanaan kegiatan puskesmas agar sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat di wilayah kerja.
E. Sesuai dengan paparan dalam konten video kegiatan MMRW/MMD di Puskesmas Sei Panas
tersebut terdapat beberapa hasil survei sebagai berikut :
Note : kolom arsir menjadi fokus masalah kesehatan yang akan diangkat.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Secara keseluruhan kegiatan MMRW/MMD Puskesmas Sei Panas berjalan dengan lancar
dan sangat terlihat peran aktif dari perwakilan warga masyarakat dalam setiap tahap
perencanaan kegiatan sampai dengan pengambilan keputusan dan solusi dalam menangani
masalah kesehatan yang ada.
2. Hasil dari kegiatan MMRW/MMD sudah sesuai dengan tujuan awal diadakannnya kegiatan
tersebut yaitu untuk membahas hasil Survei Mawas Diri (SMD) dan merencanakan
penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari hasil SMD dengan adanya
penyusunan perencanaan kegiatan puskesmas yang akan datang.
3. Alur acara masih perlu diperbaiki agar seluruh proses dapat terlewati sesuai dengan target
dan sekaligus untuk efisiensi waktu serta makna dari setiap poin yang didiskusikan dapat
bermakna, bukan hanya sekedar debat yang tidak ada solusisnya.
4.2 Saran
1. Dibacakan susunan acara dari awal sehingga seluruh rangkaian acara dapat berjalan sesuai
alur, tepat waktu dan tepat sasaran.
2. Ditunjuk seorang moderator sebagai pengendali jalannya acara sehingga target dapat
tercapai sesuai yang diharapkan baik itu bahan-bahan diskusi maupun konteks yang
didiskusikan tidak keluar jalur.
3. Ruang yang digunakan kurang luas sehingga kurang nyaman, sebaiknya untuk kapasitas
undangan lebih dari 20 orang dapat dilakukan di ruang terbuka, atau apabila di ruang tertutup
minimal luas ruangan adalah 5 x 12 meter agar nyaman dan leluasa.
Daftar Pustaka
Annisa Wuri. 2018. Materi Ajar Proses Keperawatan Komunitas : Pengkajian, Departemen Komunitas
FK UB.
Annisa Wuri. 2018. Materi Ajar Proses Keperawatan Komunitas: Analisis Data, Rencana Intervensi ,
Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Komunitas, Departemen Komunitas FK UB.
http://youtu.be/r2TVHdodzlo video Musyawarah Mufakat Desa 2 dan 3 2017- UPT Puskesmas Sei
Panas, Puskesmas Sei Panas PKM_SeiPanas
Kalimat kritik dalam Bahasa Indonesia . http://dosen Bahasa.com diakses pada tgl. 15 mei 2020
Laporan Kegiatan MMRW / MMD Puskesmas Bantul, 2017. puskesmas.bantulkab.go.id diakses pada
tgl. 15 mei 2020
Sugiyanto.2016. Buku Pedoman Parktik Klinik Keperawatan Keluarga dan Komunitas, Pusdik SDM
Kesehatan Kemkes RI edisi 1 tahun 2016