PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah
Perusahaan Umum Pegadaian sebagai salah satu Badan Usaha Milik
Negara dalam menyikapi persaingan di Era Globalisasi ini harus mampu
berusaha memperbaiki kinerja perusahaannya, sehingga setiap peluang yang
ada dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, sedang segala ancaman yang
mungkin akan terjadi bisa diminimalkan. Salah satu usaha yang dilakukan
Perum Pegadaian adalah dengan melakukan evaluasi terhadap kinerja
keuangan perusahaan sehingga diharapkan dapat diketahui efektivitas dan
efisiensi perusahaan dalam mencapai tujuan yang dinilai dari tingkat
kesehatan dan perkembangan usaha dari segi keuangan. Dengan adanya
evaluasi kinerja keuangan pada tiap tahun maka muncul permasalahan sebagai
berikut :
1. Apakah Perum Pegadaian Cabang Purwokerto, telah memenuhi
klasifikasi sehat berdasarkan kriteria kinerja keuangan yang berlaku ?
2. Apakah usaha Perum Pegadaian Cabang Purwokerto, telah menunjukkan
perkembangan apabila ditinjau dari Rentabilitas Ekonominya ?
C. Pembatasan Masalah
Kinerja perusahaan dapat diukur dengan banyak faktor seperti
Sumber Daya Alam ( human resoures ), Operasional ( Operation on
production ) dan keuangan ( finance ). Demikian juga dengan penilaian yang
dilakukan terhadap Badan Usaha Milik Negara (BUMN) meliputi tiga aspek
yaitu aspek keuangan, operasional, dan administrasi. Dalam penelitian ini
dibatasi hanya pada masalah pengukuran nilai kinerja perusahaan yang
didasarkan atas aspek keuangan dari tahun 2001-2005. Rasio keuangan yang
digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan keuangan perusahaan adalah
rasio keuangan yang didasarkan pada SK Menteri BUMN Nomor KEP-
100/MBU/2002.
PERUM PEGADAIAN
CABANG
PURWOKERTO
Laporan Keuangan
Analisis Laporan
Keuangan
A. Kredit Gadai
1. Pengertian Gadai
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas
suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang
berhutang atau oleh seorang lain atas namanya dan yang memberikan
kekuasaan kepada si piutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang
tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang berpiutang lainnya
dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang
telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan,
biaya-biaya mana yang harus didahulukan (Badrul Zaman, 1991).
2. Sifat-sifat umum gadai.
a. Gadai adalah untuk benda bergerak
Artinya obyek gadai adalah benda bergerak baik berwujud maupun
tidak berwujud (hak tagihan).
b. Sifat kebendaan.
Artinya memberikan jaminan bagi pemegang gadai bahwa dikemudian
hari piutangnya pasti dibayar dari nilai barang jaminan.
c. Benda gadai dikuasai oleh pemegang gadai.
Artinya benda gadai harus diserahkan oleh pemberi gadai kepada
pemegang gadai.
d. Hak menjual sendiri benda gadai.
Artinya hak untuk menjual sendiri benda gadai oleh pemegang gadai.
e. Hak yang didahulukan
f. Hak accessoir.
Artinya hak gadai tergantung pada perjanjian pokok.
(Badrul Zaman, 1991).
3. Barang yang dapat digadai
Barang yang dapat digadaikan yaitu semua barang bergerak seperti
barang-barang perhiasan, elektronik, peralatan rumah tangga, mesin,
tekstil dan lain-lain.
Barang yang tidak dapat digadaikan seperti barang milik
pemerintah, surat-surat berharga, hewan dan tanaman, bahan makanan dan
benda yang mudah busuk, benda-benda yang kotor, benda-benda yang
untuk menguasai dan memindahkan dari satu tempat ke tempat lain
memerlukan izin, barang yang karena ukurannya yang besar maka tidak
dapat disimpan digadaian, barang yang tidak tetap harganya. (Badrul
Zaman, 1991).
4. Hak dan kewajiban pemegang gadai.
a. Hak pemegang gadai.
Menjual gadai dengan kekuasaan sendiri dan atau dengan perantara
hakim, atas izin hakim tetap menguasai benda gadai, mendapat ganti
rugi, retorsi dan hak undang-undang untuk didahulukan.
b. Kewajiban pemegang gadai.
Bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan barang gadai
karena kelalaiannya, memberitahukan kepada pemberi gadai apabila
barang gadai itu di jual dan bertanggung jawab terhadap hasil
penjualan barang gadai tersebut. (Badrul Zaman, 1991).
5. Berakhirnya gadai.
Perikatan kredit melalui lembaga gadai akan berakhir pada saat
dilunasinya kredit gadai oleh pemberi gadai kepada pemegang gadai sesuai
isi pengikat. Gadai dapat diperpanjang dengan cara mengadaikan
perjanjian baru. (Badrul Zaman, 1991).
B. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Media yang dapat dicapai untuk meneliti kondisi kesehatan
perusahaan adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan
laba rugi dan perubahan modal. Laporan keuangan adalah hasil akhir dari
proses akuntansi. Setiap transaksi yang dapat diukur dengan nilai uang,
dicatat dan diolah sedemikian rupa. Laporan akhirpun disajikan dalam
nilai uang. Menurut Standar Akuntansi Keuangan, tujuan laporan
keuangan adalah sebagai berikut:
a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan , kinerja
serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
b. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh
sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan
pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu.
c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen
atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya.
Adapun bentuk dari laporan keuangan suatu perusahaan adalah
sebagai berikut :
a. Neraca
Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, utang serta
modal dari suatu perusahaan pada saat tertentu.
Aktiva adalah merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan,
yang terdiri dari aktiva lancar (kas, investasi jangka pendek, piutang
wesel, piutang dagang dan persediaan) dan aktiva tidak lancar
(investasi jangka panjang, aktiva tetap, aktiva tetap tidak berwujud).
Utang adalah kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang
belum terpenuhi, yang terdiri dari utang jangka pendek (utang dagang,
utang pajak, utang wesel, pendapatan diterima dimuka) dan utang
jangka panjang (utang obligasi, utang hipotik).
Modal adalah kelebihan nilai aktiva yang dimililki oleh perusahaan
terhadap seluruh utang-utangnya.
b. Laporan laba rugi
Laporan laba rugi menggambarkan hasil usaha suatu perusahaan
selama satu periode tertentu.
1. Pendapatan (Revenue)
Adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha
atau pelunasan utang-utangnya (atau kombinasi keduanya) selama
suatu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang,
penyerahan jasa atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan
utama badan usaha.
2. Biaya (Expense)
Adalah aliran keluar atau pemakaian lain aktiva atau timbulnya
utang (atau kombinsi keduanya) selama suatu periode tertentu yang
berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa
atau dari pelaksanaan kegiatan lain yang merupakan kegiatan
utama badan usaha.
3. Penghasilan (Income)
Adalah selisih penghasilan-penghasilan setelah dikurangi biaya-
biaya.
4. Laba (Gain)
Adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi
sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan
usaha dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang
mempengaruhi badan usaha selama suatu periode kecuali yang
timbul dari pendapatan atau investasi oleh pemilik, misalnya laba
yang timbul dari penjualan surat berharga.
5. Rugi (Loss)
Adalah penurunan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi
sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan
usaha dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang
mempengaruhi badan usaha selama suatu periode kecuali yang
timbul dari biaya atau distribusi pada pemilik, misalnya rugi yang
timbul dari penjualan surat berharga.
6. Harga Perolehan (Cost)
Adalah jumlah uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul
untuk memperoleh barang atau jasa. Jumlah ini pada saat
terjadinya transaksi akan dicatat sebagai aktiva, misalnya
pembelian mesin dan persekot.
c. Perubahan modal
Perubahan modal yaitu laporan yang menunjukkan sebab-sebab
perubahan modal dari jumlah pada awal periode menjadi jumlah modal
pada akhir periode.
( Hanafi M Mamduh dan Abdul Halim, 2004 )
2. Sifat Laporan Keuangan
Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk
memberikan gambaran atau laporan kemajuan (Progress Report) secara
periodik yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan. Jadi
laporan keuangan adalah bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai
suatu progress report. Laporan keuangan terdiri dari data-data yang
merupakan hasil dari suatu kombinasi antara :
a.) Fakta yang telah dicatat (Recorded Fact ).
b.) Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi
(accounting convention and postulate).
c.) Pendapat pribadi (personal judgment).
3. Keterbatasan Laporan Keuangan.
Dengan mengingat atau memperhatikan sifat-sifat laporan keuangan
tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan itu
mempunyai beberapa keterbatasan antara lain :
a.) Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya
merupakan intern report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu
yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan keuangan
yang final. Karena itu semua jumlah-jumlah atau hal-hal yang
dilaporkan dalam laporan keuangan tidak menunjukan realisasi di
mana dalam intern report ini terdapat atau terbanding pendapat-
pendapat pribadi (personal judgment) yang telah dilakukan oleh
akuntan atau manajemen yang bersangkutan.
b.) Laporan keuangan menunjukan angka dalam rupiah yang
kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar
penyusunannya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau
berubah-ubah.
c.) Laporan keuangan berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan
atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu padahal
daya beli uang tersebut semakin menurun dibandingkan dengan tahun
yang sebelumnya.
d.) Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena
faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang,
misal reputasi dan prestasi perusahaan. ( S. Munawir, 2004 )
C. Analisis Laporan Keuangan
1. Arti penting Analisis Laporan Keuangan
Untuk dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan finansial
suatu perusahaan, kita perlu mengadakan interpretasi atau analisis terhadap
data keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan itu akan
tercermin di dalam laporan keuangannya.
Laporan keuangan memberikan ikhtisar mengenai keadaan finansial
suatu perusahaan, dimana neraca mencerminkan nilai aktiva, utang dan
modal sendiri pada saat tertentu, sedangkan laporan rugi laba
mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama satu periode tertentu
biasanya meliputi periode satu tahun.
Mengadakan interpretasi atau analisis terhadap laporan finansial suatu
perusahaan akan sangat bermanfaat bagi penganalisis untuk dapat
mengetahui keadaan dan perkembangan finansial perusahaan yang
bersangkutan.
Pimpinan suatu perusahaan atau manajemen sangat berkepentingan
terhadap laporan finansial dari perusahaan yang dipimpinnya. Dengan
mengadakan analisis laporan finansial dari perusahaan, manajer akan dapat
mengetahui keadaan dan perkembangan finansial dari perusahaannya dan
akan dapat diketahui hasil-hasil keuangan yang telah dicapai di waktu-
waktu yang telah lalu dan waktu yang sedang berjalan.
Para krediturpun berkepentingan terhadap laporan keuangan dari
perusahaan yang telah atau akan menjadi nasabahnya. Para kreditur
berkepentingan untuk “keamanan” mereka sendiri. Kreditur sebelum
mengambil keputusan untuk memberikan atau menolak permintaan kredit
dari suatu perusahaan, perlulah kiranya mengadakan suatu analisis terlebih
dahulu terhadap laporan keuangan dari perusahaan yang mengajukan
kredit, untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan tersebut dalam
membayar kembali utang ditambah bunganya.
Para investorpun berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu
perusahaan dalam rangka penentuan keputusan penanaman modal. Bagi
investor yang penting adalah “rate of return” (tingkat imbalan hasil) dari
dana yang diinvestasikan dalam surat-surat berharga yang dikeluarkan
oleh suatu perusahaan.
Dengan demikian maka jelaslah bahwa mengadakan interpretasi atau
analisis laporan keuangan suatu perusahaan adalah sangat penting artinya
bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan meskipun
kepentingan tersebut jelas berbeda.( S. Munawir, 2004 )
2. Prosedur analasis
Prosedur-prosedur analisis yang dilakukan dalam analisis laporan
keuangan antara lain:
a. Mempelajari dan memahami laporan keuangan yang akan dianalisa.
Tujuannya adalah untuk mengetahui aktifitas atau kegiatan
perusahaan yang akan dianalisa laporan keuangannya. Dengan
demikian pihak penganalisa akan dapat mengetahui keadaan
keuangan dan latar belakang dari data keuangan tersebut sehingga
dapat membuat inter prestasi yang memuaskan.
b. Adakah penelitian mengenai penyusunan pos-pos laporan keuangan.
Jika dianggap perlu dapat dilakukan penyusunan kembali dari data-
data yang akan dianalisis
Tujuan prosedur ini ialah untuk memastikan bahwa laporan
keuangan yang akan dianalisis sudah menggambarkan data keuangan
yang relefan dan telah menerapkan metode penelitian yang tepat
secara konsisten sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi yang lazim.
Akhirnya akan didapatkan laporan keuangan yang benar-benar dapat
dibadingkan (comparable).
c. Mengadakan perhitungan-perhitungan dengan mempergunakan
metode dan teknik analisis yang sesuai dengan tujuan analisis.
d. Memberikan interpretasi terhadap hasil-hasil perhitungan sehingga
dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan, (S.Munawir, 2004).
3. Metode dan Teknik Analisis
Ada bermacam-macam metode dan teknik analisis yang dapat
digunakan dalam laporan keuangan. Metode dan teknik tersebut
mempunyai tujuan yang sama yaitu menyederhanakan informasi sehingga
mudah dipahami dan akhirnya digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan, jadi pemilihan metode dan teknik analisis
tergantung dari tujuan analisis itu sendiri.
Ada dua macam metode analisis yang bisa dipakai yaitu:
a. Metode analisis horizontal atau metode analisis dinamis.
Metode analisis horisontal yaitu analisis dengan mengadakan
perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau berapa
saat, sehingga akan di ketahui perkembangan perusahaan yang
dianalisis
b. Metode analisis vertikal atau metode analisis statis.
Metode analisis vertikal yaitu analisis dengan cara membandingkan
antara pos yang satu dengan yang lainnya pada laporan keuangan yang
sama atau antar laporan keuangan pada satu periode saja.
Teknik analisis yang digunakan dalam teknik laporan keuangan,
adalah :
a. Analsis perbandingan laporan keuangan, adalah metode dan teknik
analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua
periode atau lebih, dengan menunjukkan:
1. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah
2. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah
3. Kenaikan atau penurunan dalam prosentase
4. Perbandingan yang dinyatakan dalam resiko
5. Prosentase dari total
b. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang
dinyatakan dalam prosentase (trend percentage analisis), adalah suatu
metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi dari pada
keadaan keuangannya, apakah menunjukkna tendensi tetap, naik atau
bahkan turun.
c. Laporan dengan presentanse perkomponen atau common size
statement, adalah suatu meteode analisis untuk mengetahui struktur
permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan
dengan jumlah penjualannya.
d. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja, adalah suatu analisis
untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau
untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode
tertentu.
e. Analisis sumber dan penggunaan kas (cash flow statement analysis).
Analisis sumber dan penggunaan kas adalah suatu analisis untuk
mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk
mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode
tertentu
f. Analisis rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui
hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara
individu atau kombinasi dari kedua laporan rugi laba secara kombinasi
dari kedua laporan tersebut.
g. Analisis perubahan laba kotor (Gross Profit Analysis), adalah suatu
analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu
perusahaan dalam periode-periode yang lain atau perubahan laba kotor
suatu periode dengan laba kotor suatu periode dengan laba yang
dibugetkan untuk periode tertentu.
h. Analisis break-even adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat
penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan tersebut tidak
menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh kuntungan.
(S.Munawir, 2004).
4. Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio dapat diartikan sebagai gambaran suatu hubungan atau
perimbangan (mathematical relation ship) antara suatu jumlah tertentu
dengan jumlah yang lain.
Analisis ratio dapat digunakan untuk memberikan gambaran kepada
penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan
suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan
dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standard.
Angka rasio keuangan ini dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok yaitu:
1. Berdasarkan sumber datanya, angka rasio dapat digolongkan antara
lain:
a. Rasio-rasio Neraca (Balance Sheet Ratio)
b. Rasio-rasio Rugi Laba (Income Statement Ratio)
c. Rasio-rasio antar laporan (Inter-statement Ratio)
2. Berdasarkan tujuan analisis, angka rasio dapat digolongkan antara
lain:
a. Rasio likuiditas
b. Rasio solvabilitas
c. Rasio rentabilitas dan rasio-rasio lain yang sesuai dengan
kebutuhan penganalisis
( S. Munawir, 2004 )
5. Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat
pembayaran (alat-alat likuid) yang dimiliki oleh perusahaan pada saat
tertentu merupakan “kekuatan membayar” dari perusahaan yang
bersangkutan tetapi hal ini tidak menjamin perusahaan tersebut dapat
memenuhi segala kewajiban finansial yang segera harus terpenuhi atau
perusahaan tersebut belum tentu mempunyai “kemampuan membayar”.
“Kemampuan” membayar dari suatu perusahaan dapat diketahui dengan
membandingkan “ kekuatan pembayarannya” di suatu pihak dengan
kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi dilain pihak.
Perusahaan dikatakan likuid jika jumlah aktiva lancar yang merupakan alat
bayar lebih besar dari pada kewajiban yang harus segera dipenuhi.
Sebaliknya perusahaan dikatakan illikuid jika jumlah aktiva lancar yang
merupakan alat bayar lebih kecil dari pada kewajiban-kewajiban yang
harus segera dipenuhi.
Apabila perusahaan tingkat likuiditasnya terlalu rendah atau illikuid
maka maka perusahaan harus dapat mengusahakan agar likuiditasnya
dapat dinaikan lebih tinggi lagi.
Tingkat likuiditas dapat dipertinggikan dengan jalan sebagai berikut:
1 Dengan utang lancar (current liabilitas) tertentu, diusahakan untuk
menambah aktiva lancar (current asset)
2 Dengan aktiva lancar terttentu diusahakan untuk mengurangi jumlah
utang lancar.
3 Dengan mengurangi jumlah utang lancar bersama-sama dengan
mengurangi aktiva lancar. (Bambang Riyanto, 2001).
6. Solvabilitas
Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala
kewajiban finansialnya apabila sekiranya perusahaan pada saat itu
dilikuidasi.(kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semuanya
utang-utangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang)
Suatu perusahaan yang solvabel berarti bahwa perusahaan tersebut
mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua
hutang-hutangnya sebaliknya perusahaan yang insolvabel ( tidak solvabel )
berarti bahwa perusahaan tersebut tidak mempunyai aktiva atau kekayaan
yang cukup untuk menbayar semua hutang-hutangnya. Makin kecil tingkat
solvabilitas suatu perusahaan maka makin berat beban tetap perusahaan
yang berupa bunga tetap. Sehingga makin sedikit keuntungan yang
diperoleh maka makin berbahayalah kedudukan perusahaan.
Tingkat solvabilitas dapat dipertinggi dengan jalan sebagai berikut:
1. Menambah aktiva tanpa menambah utang atau manambah aktiva
relatif lebih besar dari pada tambahnya utang.
2. Mengurangi utang tanpa mengurangi aktiva atau mengurangi utang
relatif lebih besar dari pada berkurangnya aktiva.
(Bambang Riyanto, 2001).
7. Rentabilitas
Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabitas suatu perusahaan
untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu
perusahaan menunjukan perbandingan antara laba dengan aktiva atau
modal yang menghasilkan laba tersebut.
Ada 2 (dua) macam rentabilitas yaitu:
a. Rentabilitas ekonomis
Rentabilitas ekonomis adalah perbandingan antara laba usaha
dengan modal sendiri dan modal asing yang digunakan untuk
menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam presentase. Atau
dengan kata lain rentabilitas ekonomis adalah kemampuan suatu
perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja didalamnya untuk
menghasilkan laba.
Modal yang diperhitungkan untuk menghitung Rentabilitas
ekonomis hanyalah modal yang bekerja didalam perusahaan
(Operating capital/asset) sedangkan laba yang diperhitungkan
Rentabilitas Ekonomis hanyalah laba yang berasal dari operasi
perusahaan, yaitu yang disebut dengan usaha (net operating income).
Tinggi rendahnya Rentabilitas Ekonomis (earning power)
ditentukan 2 faktor, yaitu:
1. Profit margin
Profit margin yaitu perbandingan antara “net operating
income” dengan. “net sales” perbandingan ini dinyatakan dalam
presentase profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi
perusahaan dengan melihat besar kecilnya laba usaha dalam
hubungannya dengan sales.
Profit margin dapat dipertinggi dengan cara menaikan sales
relatif lebih besar dari pada kenaikan operating expenses relative
lebih besar dari pada kenaikan operating expenses dan menurunkan
operating ekpenses relative lebih besar dari pada berkurangnya
sales.
2. Turn over of operating assets (tingkat perputaran aktiva usaha)
Turn over of operating assets yaitu kecepatan perputaran
operating assets dalam suatu periode tertentu. Turn over tersebut
dapat ditentukan dengan membagi net sales dengan operating asset
dapat turnoves dapat dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi
perusahaan dengan melihat kepada kecepatan perputaran operating
assets dalam suatu periode tertentu. Turn over of operating asset
dapat dipertinggi dengan cara menambah modal usaha (operating
sales). Sampai tingkat tertentu diusahakan tercapainya tambahan
sales yang sebesar-besarnya dan mengurangi sales sampai tingkat
tertentu diusahakan penurunan atau pengurangan operating asset
sebesar-besarnya.
Oleh karena itu makin tinggi tingkat profit margin atau operating
assets turnover masing-masing atau kedua-duanya akan
mengakibatkan naiknya earning power.
b. Rentabilitas modal sendiri
Rentabilitas modal sendiri sering disebut juga rentabilitas usaha
adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik
modal sendiri dari satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang
menghasilkan laba tersebut dilain pihak. Atau dengan kata lain
rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan
modal sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan
keuntungan, laba yang diperhitungkan untuk menghitung Rentabilitas
modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal
asing dan pajak perseroan atau income tax (EAT = Earning After Tax).
Sedangkan modal yang diperhitungkan hanyalah modal sendiri yang
bekerja didalam perusahaan.
Tingkat rentabilitas mencerminkan kemampuan modal
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Tingkat rentabilitas yang
tinggi dapat merupakan pencerminan efisiensi yang tinggi pula.
Mengukur efisiensi perusahaan dengan mendasarkan pada jumlah
keuntungan semata-mata kuranglah tepat. Sebab keuntungan yang
tinggi belum tentu disertai dengan tingkat rentabilitas yang tinggi pula.
Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih
penting dari pada masalah laba, karena laba yang besar saja belum
merupakan dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh
itu dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, atau
dengan kata lain ialah menghitung rentabilitasnya jadi harus diperhatikan
oleh perusahaan bukan saja usaha untuk memperbesar laba tetapi yang
lebih penting yaitu usaha untuk mempertinggi rentabilitasnya. Oleh karena
itu pada umumnya usaha perusahaan lebih diarahkan untuk mendapatkan
titik rentabilitas maksimal dari pada laba maksimal. (Bambang Riyanto,
2001).
8. Penggunaan analisis rasio keuangan untuk mengukur tingkat
kesehatan dan perkembangan Perum Pegadaian
Analisis rasio keuangan yang digunakan sebagai dasar penilaian
tingkat kesehatan keuangan perum penggadaian telah diatur dalam Sk
Mentri Badan Usaha Milik Negara No.10 kep.100/MBU/2002 tanggal 4
Juni 2002 yang meliputi delapan (8) rasio, yaitu:
1. Return On Equity (ROE) atau imbalan pada pemegang saham
Merupakan suatu kemampuan dari suatu perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki.
2. Return On Investemen (ROI) atau imbalan isvestasi.
Merupakan suatu kemampuan dari perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang akan
dikeluarkan.
3. Cash Ratio/Rasio kas.
Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang yang harus segera dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam
perubahan dan surat berharaga yang dapat segera diuangkan.
4. Rasio lancar (Current Ratio).
Merupakan suatu kemampuan dari suatu perusahaan untuk membayar
utang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar.
5. Collection Periods (COP)
Merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur efisiensi
pengelolaan piutang usaha setelah melakukan penjualan.
6. Perputaran Persediaan
Merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur pengelolaan
persediaan dan dapat digunakan untuk memperlihatkan seberapa baik
manajemen mengontrol modal yang ada.
7. Perputaran total asset /Total Assets turn Over (TATO)
Rasio ini digunakan untuk mengukur atau menghitung efektivitas
penggunaan total aktiva dalam menghasilkan penjualan.
8. Rasio modal sendiri terhadap total aktiva.
Merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur efektivitas
penggunaan total assets yang digunakan dalam kegiatan usaha.
(Sutrisno, 2003).
III. METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kasus pada Perum Pegadaian Cabang
Purwokerto.
2. Objek Penelitian
Penelitian dilakukan pada Perum Pegadaian Cabang Purwokerto yang
beralamat di Jalan Jendral Sudirman 299.
3. Metode Pengumpulan Data
a. Studi pustaka
Studi pustaka yaitu teknik pengumpulan informasi dengan cara
mempelajari buku-buku literatur yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti.
b. Studi Lapangan
Studi lapangan yaitu penelitian langsung terhadap masalah yang akan
dibahas pada Perusahaan yang menjadi obyek penelitian dengan cara
observasi dan wawancara dengan pihak yang terkait.
4. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang diperoleh dari hasil publikasi perusahaan.
Data sekunder yang digunakan:
a. Neraca tahun 2001-2005
b. Laporan Rugi Laba tahun 2001-2005
B. Metode Analisis
1. Evaluasi Tingkat Kesehatan Finansial
Pengevaluasian tingkat kesehatan keuangan pada Perum Pegadaian
Cabang Purwokerto, digunakan analisis ratio berdasarkan pada surat
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. KEP-100/MBU/2002
tentang penilaian tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara yang
meliputi :
a. Imbalan kepada pemegang saham / Return On Equity
Laba Setelah Pajak
ROE X 100 %
Modal Sendiri
Definisi :
1). Laba setelah Pajak adalah Laba bersih dikurangi dengan laba hasil
penjualan dari :
Aktiva tetap
Aktiva Non Produktif
Aktiva Lain-lain
Saham Penyertaan Langsung
2). Modal Sendiri adalah seluruh komponen Modal Sendiri dalam
neraca perusahaan pada posisi akhir tahun buku dikurangi dengan
komponen Modal sendiri yang digunakan untuk membiayai Aktiva
Tetap dalam Pelaksanaan dan laba tahun berjalan. Dalam Modal
sendiri tersebut di atas termasuk komponen kewajiban yang belum
ditetapkan statusnya.
3). Aktiva Tetap dalam pelaksanaan adalah posisi pada akhir tahun
buku aktiva Tetap yang sedang dalam tahap pembangunan.
Tabel 1 : Daftar skor penilaian ROE
ROE (%) Skor
15 < ROE 20
13 < ROE≤ 15 18
11< ROE ≤ 13 16
9 < ROE ≤ 11 14
7,9<ROE ≤ 9 12
6,6<ROE ≤ 7,9 10
5,3<ROE ≤ 6,6 8,5
4 <ROE ≤ 5,3 7
2,5 <ROE≤ 4 5,5
1 <ROE ≤ 2,5 4
0 <ROE ≤ 1 2
ROE < 0 0
b. Imbalan Investasi / Return On Investment
EBIT Penyusu tan
ROI X 100 %
Capital Employed
Definisi :
1). EBIT adalah laba sebelum bunga dan pajak dikurangi laba dari
hasil penjualan dari :
Aktiva Tetap
Aktiva lain-lain
Aktiva Non Produktif
Saham penyertaan langsung
2). Penyusutan adalah depresiasi, amortisasi dan deplesi
3). Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku Total
Aktiva dikurangi Aktiva Tetap dalam pelaksanaan.
Tabel 2 : Daftar skor penilaian ROI
ROI (%)
Skor
18 < ROI 15
15 < ROI ≤ 18 13,5
13 < ROI ≤ 15 12
12 < ROI ≤ 13 10,5
10,5 < ROI ≤ 12 9
9 < ROI ≤ 10,5 7,5
7 < ROI ≤ 9 6
5 < ROI ≤ 7 5
3 < ROI ≤ 5 4
1 < ROI ≤ 3 3
0 < ROI ≤ 1 2
ROI < 0 1
Definisi :
1). Kas, Bank dan surat Berharga Jangka Pendek adalah posisi
masing-masing pada akhir tahun buku.
2). Current Liabilities adalah posisi seluruh kewajiban Lancar pada
akhir tahun buku.
Tabel 3 : Daftar Skor Penilaian Cash Ratio
Cash Ratio (%) Skor
X > 35 5
25 ≤ x < 35 4
15 ≤ x < 25 3
10 ≤ x < 15 2
5 ≤ x < 10 1
0≤x<5 0
Definisi :
1). Current Asset adalah posisi Total Aktiva Lancar pada akhir tahun
buku.
2). Current Liabilities adalah posisi Total Kewajiban Lancar pada
akhir tahun buku .
Tabel 4 : Daftar Skor Penilaian Current Ratio
Current Ratio (%) Skor
125 ≤ x 5
110 ≤ x < 125 4
100 ≤ x < 110 3
95 ≤ x < 100 2
90 ≤ x < 95 1
X < 90 0
e. Collection Periods
Total Piu tan g Usaha
CP X 365 hari
Total Pendapa tan Usaha
Definisi :
1). Total Piutang Usaha adalah posisi Piutang Usaha setelah dikurangi
Cadangan Penyisihan Piutang pada akhir tahun buku.
2). Total Pendapatan Usaha adalah jumlah Pendapatan Usaha selama
tahun buku.
Tabel 5 : Daftar Skor Penilaian Collection Periods
Collectio Periods (hari) Skor
X ≤ 60 5
60 < x ≤ 90 4,5
90 < x ≤ 120 4
120 < x ≤ 150 3,5
150 < x ≤ 180 3
180 < x ≤ 210 2,4
210 < x ≤ 240 1,8
240 < x ≤ 270 1,2
270 < x ≤ 300 0,6
300< x 0
f. Perputaran Persediaan
Total Persediaan
PP X 365 hari
Total Pendapa tan Usaha
Definisi :
1). Total Persediaan adalah seluruh persediaan yang digunakan untuk
proses produksi pada akhir tahun buku yang terdiri dari persediaan
bahan baku, persediaan barang setengah jadi dan persediaan barang
jadi ditambah persediaan peralatan dan suku cadang.
2). Total Pendapatan Usaha adalah Total Pendapatan Usaha dalam
tahun buku yang bersangkutan.
Definisi :
1). Total Pendapatan adalah total pendapatan usaha dan non usaha
tidak termasuk pendapatan hasil penjualan aktiva tetap
2). Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku total aktiva
dikurangi aktiva tetap dalam pelaksanaan.
Tabel 7 : Daftar Skor Penilaian Perputaran Total Aset
TATO (%) Skor
120< x 5
105< x ≤ 120 4,5
90 < x ≤ 105 4
75 < x ≤ 90 3,5
60 < x ≤ 75 3
40 < x ≤ 60 2,5
20 < x ≤ 40 2
x ≤ 20 1,5
Definisi :
1). Total Modal Sendiri adalah seluruh komponen Modal Sendiri pada
akhir tahun buku diluar dana-dana yang belum ditetapkan
statusnya.
2). Total Asset adalah Total Asset dikurangi dengan dana-dana yang
belum ditetapkan statusnya pada poisisi akhir tahun buku yang
bersangkutan.
Tabel 8 : Daftar Skor Penilaian Total Modal Sendiri terhadap total aset
Skor
TMS thd TA (%) = x
x<0 0
0 ≤ x < 10 4
10 ≤ x < 20 6
20 ≤ x < 30 7,25
30 ≤ x < 40 10
40 ≤ x < 50 9
50 ≤ x < 60 8,5
60 ≤ x < 70 8
70 ≤ x < 80 7,5
80 ≤ x < 90 7
90 ≤ x < 100 6,5
X
X
n
Keterangan :
X = Rata-rata nilai kinerja keuangan
∑x = Total Nilai Kinerja Keuangan
n = Periode penelitian
Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan termasuk
klasifikasi sehat atau tidak, maka jumlah nilai yang dicapai dalam
penelitian kinerja keuangan Perum Pegadaian Cabang Purwokerto
disesuaikan ke dalam klasifikasi kinerja keuangan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 untuk diketahui
kesehatannya, yaitu apabila nilai yang dicapai :
A. Sehat, yang terdiri atas :
Predikat AAA apabila TS > 66,5
Predikat AA apabila 56 < TS ≤ 66,5
Predikat A apabila 45,5 < TS ≤ 56
B. Kurang sehat, yang terdiri dari :
Predikat BBB apabila 35 < TS ≤ 45,5
Predikat BB apabila 28 < TS ≤ 35
Predikat B apabila 21 < TS ≤ 28
C. Tidak Sehat, yang terdiri dari :
Predikat CCC apabila 14 < TS ≤ 21
Predikat CC apabila 7 < TS ≤ 14
Predikat C apabila TS ≤ 7
Kriteria pengujian hipotesis pertama :
- Jika jumlah skor kinerja keuangan yang dicapai ber-skor lebih dari
45,5 maka hipotesis penelitian pertama diterima.
- Jika jumlah skor kinerja keuangan yang dicapai ber-skor kurang
dari atau sama dengan 45,5 maka hipotesis penelitian pertama ditolak.
Net Sales
Operating Assets Turn Over Net Operating Assets
a y
n
b xy
X2
Keterangan
Y = Rentabilitas Ekonomis
X = Periode Waktu (tahun)
a = Konstanta
b = Koefisien garis trend
Perumusan Hipotesis
Ho : b ≤ 0 Perkembangan (Rentabilitas Ekonomis) menurun atau
tetap
Ha : b > 0 Perkembangan (Rentabilitas Ekonomis) meningkat
Hipotesis kedua diterima apabila Ho ditolak atau menerima Ha.
Kriteria Pengujian:
- Perkembangan usaha Perum Pegadaian Cabang Purwokerto
meningkat apabila koefisien garis trend (b) ber-skor positif (+),
yang berarti hipotesis penelitian kedua diterima.
- Dan sebaliknya, perkembangan usaha Perum Pegadaian
Cabang Purwokerto cenderung menurun atau konstan apabila garis
trend (b) ber-skor negatif (-), berarti hipotesis penelitian kedua
ditolak.
IV. HASIL PENELITIAN
Collection Nilai
Tahun Piutang Pendapatan
(1) (2) (3) Period (5)
(4)=(2):(3)x365hari
2001 3.148.563.700,00 1.235.049.348,00 930,51 0
2002 4.330.605.200,00 1.907.228.711,00 828,78 0
2003 4.980.092.180,00 2.183.686.291,.00 832,42 0
2004 7.168.275.968,00 2.605.578.287,00 1.006,68 0
2005 6.248.935.624,00 2.265.720.249,00 1.006,68 0
Jumlah 25.876.472.672,00 10.197.262.886,00 4.605,07 0
Rata-rata 5.175.294.534,40 2.039.452.577,20 921,01 0
Sumber: lampiran 15.
Berdasarkan tabel 14 dapat diketahui collection period berkisar
antara 828,78 hari sampai dengan 1.006,68 hari, dengan rata-rata
sebesar 921,01 hari. Hal ini menunjukan pengumpulan piutang yang
dilakukan oleh perusahaan membutuhkan waktu yang lama. Hal ini
juga menunjukkan jangka waktu pinjaman pada nasabah dapat dilunasi
dalam waktu yang lama juga. Nilai yang diperoleh dari tahun 2001
sampai tahun 2005 adalah nol. Hal ini disebabkan waktu pengumpulan
piutang lebih dari satu tahun.
f. Perputaran persediaan
Perputaran persediaan menujukan kemampuan perusahaan dalam
menjual semua persedian yang dimiliki. Pada Perum Pegadaian
Cabang Purwokerto persedian yang dimiliki bukan persediaan barang
dagangan untuk dijual, tetapi persediannya berupa persediaan berupa
persediaan peralatan keperluan perusahaan. Hasil analisis perputaran
persediaan dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15. Perputaran Persediaan Perum Pegadaian Cabang Purwokerto
tahun 2001-2005.
Tahun Persediaan Pendapatan Perputaran Nilai
Persediaan
(1) (2) (3) (4)=(2):(3)x365hari (5)
2001 64.990.666,00 1.235.049.348,00 19,21 5
2002 7.617.935,00 1.907.228.711,00 1,46 5
2003 4.240.180,00 2.183.686.291,00 0,71 5
2004 3.818.628,00 2.605.578.287,00 0,53 5
2005 3.320.546,00 2.265.720.249,00 0,53 5
Jumlah 83.987.955,00 10.197.262.886,00 22,44 25
Rata-rata 16.797.591,00 2.039.452.577,20 4,49 5
Sumber: lampiran 16.
Berdasarkan tabel 15 diatas, maka dapat diketahui bahwa
perputaran persediaan berkisar antara 0,53 hari sampai dengan 19,21
hari, dengan rata-rata 4,49 hari. Nilai yang diperoleh dari tahun 2001
sampai dengan tahun 2005 adalah 5. hal ini disebabkan perputaran
persediaan yang terjadi lebih kecil dari 60 hari.
g. Perputaran total asset.
Perputaran total asset digunakan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan pendapatan yang diperhitungkan
adalah pendapatan yang tidak termasuk pendapatan yang
diperhitungkan adalah pendapatan yang tidak termasuk pendapatan
dari penjualan aktiva tetap. Total aktiva yang diperhitungkan adalah
total aktiva tidak termasuk aktiva tetap atau disebut dengan capital
employed. Hasil analisis perputaran total asset dapat dilihat pad tabel
16.
Tabel 16. Perputaran Total Asset Perum Pegadaian Cabang Purwokerto
tahun 2001-2005.
Tahun Pendapatan Capital Employed Perputaran total Nilai
assets
(1) (2) (3) (4)=(2):(3)x100% (5)
2001 1.235.049.348,00 3.534.479.400,00 34,94 % 2
2002 1.907.228.711,00 4.803.765.200,00 39,70 % 2
2003 2.183.686.291,00 5.409.148.372,00 40,37 % 3
2004 2.605.578.287,00 7.818.841.965,00 33,32 % 2
2005 2.265.720.249,00 6.798.993.013,00 33,32 % 2
Jumlah 10.197.262.886,00 28.365.227.950,00 181,66 % 11
Rata-rata 2.039.452.577,20 5.673.045.590,00 36,33 % 2
Sumber: lampiran 17.
Berdasarkan tabel 16 dapat diketahui perputaran total asset
berkisar antara 33,32% sampai dengan 40,37%, dengan rata-rata
36,33%. Hal ini menunjukan perusahaan berhasil memperoleh 36,33%
dari setiap rupiah yang dimiliki pada aktiva yang digunakan untuk
menjalankan usaha. Nilai yang diperoleh dari tahun 2001, 2002, 2004
dan 2005 adalah 2, karena perputaran total assets yang diperoleh
terletak pada rentang 20 sampai 40%. Sedangkan pada tahun 2003
nilai yang diperoleh sebesar 2,5% karena terletak pada rentang 40
sampai dengan 60%.
h. Rasio total modal sendiri terhadap total asset
Rasio total modal sendiri terhadap total asset digunakan untuk
mengetahui proposi modal sendiri yang dimiliki dibanding dengan
total aktiva yang dimiliki. Hasil analisis rasio total modal sendiri
terhadap total asset dapat dilihat pada tabel 17.
Table17. Rasio Total modal sendiri terhadap total asset Perum Pegadaian Cabang
Purwokerto tahun 2001-2005
Total Modal
Total Modal
Tahun Total Assets Sendiri terhadap Nilai
Sendiri
(1) (3) total assets (5)
(2)
(4)=(2):(3)x100%
2001 4.296.105.080,00 4.299.209.102,00 99,93 % 7
2002 5.529.772.111,00 5.541.392.506,00 99,79 % 7
2003 6.310.519.663,00 6.360.366.004,00 99,22 % 7
2004 8.692.369.582,00 8.778.570.450,00 99,03 % 7
2005 7.721.336.483,00 7.796.829.069,00 99,02 % 7
Jumlah 32.550.102.917,00 32.776.367.131,00 496,98 % 33
Rata-rata 6.510.020.583,40 6.555.273.426,20 99,40 % 7
Sumber: lampiran 18.
Berdasarkan tabel 17 dapat diketahui rasio total aktiva modal
sendiri terhadap total asset berkisar 99,40%, yang berarti bahwa setiap
Rp 1,00 aktiva yang akan dibiayai oleh modal sendiri sebesar Rp
0,9940. Hal ini menujukkan perusahaan menggunakan modal sendiri
dalam proposi yang besar, dan hanya menggunakan modal asing dalam
jumlah yang lebih kecil. Nilai yang diperoleh pada tahun 2001 sampai
dengan tahun 2005 adalah sebesar 6,5 karena rasio total modal sendiri
terhadap total asset terletak pada rentang 90 sampai 100.
i. Total nilai kinerja keuangan.
Total nilai kinerja keuangan diperoleh dari penjumlahan semua
nilai yang diperoleh pada hasil analisis rasio return on equity, return
on investement, cash ratio, current ratio, collection period, perputaran
persediaan, perputaran total asset dan rasio total modal sendiri
terhadap total asset. Total nilai kinerja keuangan dapat dilihat pada
tabel 18.
Tabel 18. Total nilai kinerja keuangan Perum Pegadaian Cabang
Purwokerto tahun 2001-2005
tahun Jumlah nilai Keterangan
2001 58,5 Sehat kategori AA
2002 55,5 Sehat kategori A
2003 48,0 Sehat kategori A
2004 45,5 Sehat kategori A
2005 45,5 Sehat kategori A
Jumlah 253
Rata-rata 50,6 Sehat kategori A
Sumber: lampiran 19
Berdasarkan tabel 18 dapat diketahui bahwa pada tahun 2001
perusahaan dalam kondisi sehat dengan kategori AA, karena pada
rentang 56 sampai dengan 66,5. Pada tahun 2002-2005 perusahaan
dalam kondisi sehat A, karena berada pada rentang 45,5 sampai
dengan 56. Rata-rata nilai sebesar 50,6 atau memiliki rata-rata kinerja
yang sehat kategori A. Dengan demikian hipotesis pertama yang
menyatakan kinerja Perum Pegadaian Cabang Purwokerto telah
memenuhi klasifikasi sehat berdasarkan kriteria kinerja keuangan yang
berlaku dapat diterima.
2. Analisis Perkembangan Usaha
Analisis perkembangan usaha dilakukan dengan analsis
perkembangan rentabiliatas ekonomis. Perkembangan rentabilitas
ekonomis dapat diketahui dengan melakukan trend rentabilitas ekonomis
dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005. Rentabilitas ekonomis
diperoleh dari hasil perkalian antara profit margin dengan operating assets
turnover. Hasil analisis rentabilitas ekonomis dapat dilihat pada tabel 19.
3. Pembahasan
Setiap perusahaan selalu mengevaluasi kinerjanya dalam satu
periode, terutama kinerja keuangan. Demikian juga dengan Perum
Pegadaian Cabang Purwokerto melakukan penilaian kinerja keuangan
berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN No KEP-100/MBU/2002.
Berdasarkan analisis kinerja keuangan dapat diketahui bahwa
Perum Pegadaian Cabang Purwokerto dalam kondisi yang sehat kategori
A, karena rata-rata nilai kinerja keuangan dari tahun 2001-2005 memiliki
nilai yang berada pada rentang 45,5 sampai dengan 56. Dengan
pencapaian kategori A tersebut menunjukkan kinerja keuangannya belum
maksimal, karena dalam klasifikasi sehat terdapat kategori AA dan AAA.
Kategori AA diperoleh jika nilai terletak pada rentang 56 sampai dengan
66,5, sedangkan kategori AAA jika nilainya lebih dari 66,5.
Meskipun masuk dalam kategori sehat, akan tetapi masih terdapat
rasio keuangan yang mengalami penurunan, yaitu return on equity
mengalami penurunan pada level terendah pada tahun 2005 sebesar 11,24
persen, sedangkan pada tahun 2002 mencapai nilai tertinggi sebesar 26,07.
Demikian juga dengan perolehan return on investment yang cenderung
mengalami penurunan, terutama pada tahun 2005 mencapai nilai terendah
yaitu sebesar 18,13 persen. Penurunan-penurunan ini merupakan masalah
bagi perusahaan karena peningkatan aktiva ternyata tidak diikuti dengan
peningkatan profitabilitas, hal ini menunjukan perusahaan belum memutar
aktivanya secara maksimal, sehingga aktiva yang dimiliki belum
menghasilkan keuntungan yang maksimal.
Pengukuran profitabilitas selain menggunakan return on
investment dan return on equity dilakukan dengan rentabilitas ekonomis.
Sama halnya dengan rasio profitabilitas yang lain rentabilitas ekonomis
juga mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2002 sebesar 26,02 persen,
sedangkan pada tahun 2005 sebesar 11,13 persen. Penurunan pada salah
satu rasio profitabilitas ternyata mengakibatkan penurunan pada rasio
profitabilitas yang lainnya, yaitu terjadi penurunan rasio return on
investment, return on equity dan rentabilitas ekonomis.
Nilai cash ratio juga mengalami penurunan, hal ini ditunjukkan
dari cash ratio pada tahun 2001 sebesar 56,11 persen, sedangkan pada
tahun 2003, 2004 dan 2005 menjadi 2,48; 2,98; dan 2,96 persen atau
masuk pada kategori nilai nol. Penurunan cash rasio ini disebabkan oleh
meningkatnya current liabilities. Demikian juga dengan current ratio yang
mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2001 sebesar 1138,88 kali
menjadi 90,06 kali pada tahun 2005 karena adanya peningkatan current
liabilities.
Dalam penilaian kinerja keuangan terdapat juga aspek collection
period, yaitu periode pengumpulan piutang. Berdasarkan analisis
collection period dapat diketahui bahwa collection period lebih dari 300
hari, sehingga nilai yang diperoleh nol. Rata-rata collection period sebesar
921,01, hal ini berarti pengumpulan piutang membutuhkan waktu rata-rata
921,01 hari. Hal ini berarti pengumpulan piutang membutuhkan waktu
yang terlalu lama tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
perusahaan sebesar 300 hari.
Perputaran persediaan merupakan salah satu aspek kinerja
keuangan yang dinilai pada penilaian kinerja keuangan pada Perum
Pegadaian. Nilai perputaran persediaan dari tahun 2001 sampai dengan
tahun 2005 adalah 5, karena perputaran persediaan lebih kecil dari 60 hari.
Hal ini berarti dalam 60 hari perusahaan berhasil memutar persediaannya.
Perputaran total assets juga mengalami penurunan terutama pada
tahun 2004 dan 2005 sebesar 33,32 persen, sedangkan pada tahun 2003
sebesar 40,37 persen. Penurunan perputaran total assets ini disebabkan
oleh peningkatan modal kerja. Meskipun penjualan mengalami
peningkatan, tetapi peningkatan penjualan lebih kecil dibandingkan
dengan peningkatan modal kerja ( capital employed ), sehingga secara
keseluruhan mengakibatkan penurunan perputaran total assets.
Perum Pegadaian mampu menjaga komposisi permodalannya yaitu
ditunjukkan oleh rasio antara modal sendiri dengan total assets, dengan
rata-rata komposisi sebesar 99,40 persen. Hal ini menunjukkan Perum
Pegadaian Cabang Purwokerto menggunakan sebagian besar modal kerja
berasal dari modal sendiri. Dengan pemakaian modal sendiri tersebut
maka perusahaan tidak terbebani dengan biaya modal asing yang terlalu
besar.
Berdasarkan analisis trend rentabilitas ekonomis diperoleh adanya
trend negatif. Hal ini menunjukkan rentabilitas ekonomis Perum
Pegadaian Cabang Purwokerto cenderung mengalami penurunan.
Penurunan rentabilitas ekonomis ini juga menunjukan bahwa perusahaan
semakin tidak efisien. Hal ini disebabkan oleh adanya pengeluaran biaya
yang terlalu besar. Oleh karena itu untuk meningkatkan rentabilitas
ekonomis dapat dilakukan dengan cara efisiensi biaya operasional dan
memaksimalkan penjualan.
B. IMPLIKASI
1. Untuk mempertahankan pencapaian kinerja keuangan perusahaan perlu
memperbaiki indikator kinerja keuangan yang nilainya belum maksimal,
yaitu pada Cash Ratio, Current Ratio, Collection Period, Perputaran Total
Assets dan rasio total modal sendiri terhadap total assets. Hal ini dilakukan
dengan meningkatkan aktiva lancar melalui peningkatan perputaran kas
dan bank, meningkatkan jumlah penyaluran pinjaman serta menjaga
pembayaran angsuran pinjaman agar tidak terjadi kemacetan dalam
pembayan angsuran.
2. Perum Pegadaian Cabang Purwokerto hendaknya berusaha untuk
meningkatkan rentabilitas ekonomisnya. Dengan semakin tinggi
rentabilitas ekonomisnya maka perusahaan tersebut akan semakin efisien.
Peningkatan rentabilitas ekonomis dilakukan dengan cara meningkatkan
pendapatan perusahaan dan dapat menggunakan biaya operasional secara
efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Badrul Zaman, 1991, Bab-Bab Tentang Kreditverband Gadai dan Fiducia, Pt
Citra Aditya Bakti, Bandung.
Djarwanto Ps, 2001, Statistik Sosial Ekonomi Edisi Ketiga, BPFE Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta.
Hanafi M Mamduh dan Halim Abdul, 2004, Analisis Laporan Keuangan, UPP
AMP YKPN, Yogyakarta.
Supranto J, 2001, Statistik Teori dan Aplikasi Jilid 1. Penerbit Erlangga, Jakarta.
PRAKIRAAN
PENDAPATAN Usaha 1.235.049.348
Pendapatan sewa modal 1.094.479.450
Pendapatan bea penyimpanan dan asuransi 124.145.600
P.U.L. Bunga deposito dan deviden 6.979.448
P.U.L. Uang kel. Lewat waktu 9.364.100
Pendaptan jasa taksiran dan titipan 80.750
Beban Usaha 311.119.142
Beban bunga dan provisi 0
Beban pegawai 227.622.099
Beban penyusutan aktiva tetap 41.954.651
Beban amortisasi 0
Beban umum 41.542.392
Laba Usaha 41.542.392
Laba usaha 923.930.206
Pendapatan Lainnya 14.317.872
Pendapatan sewa gedung/rumah 14.000.000
Pendapatan jasa giro 0
Laba penjualan aktiva tetap 0
Pandapatan lainnya 317.872
Beban Lainnya 138.050
Beban lainnya 138.050
Laba/Rugi Luar Biasa 0
Laba/rugi luar biasa 0
Pajak Penghasilan Sebelum PPh. PS. 25 938.110.028
Pajak penghasilan sebelum PPh. PS. 25 938.110.028
Pajak Penghasilan PPh. PS. 25 0
Pajak penghasilan PPh. PS. 25 0
Laba Bersih Sesudah PPh. PS. 25 938.110.028
Laba bersih sesudah PPh. PS. 25 938.110.028
Lampiran 7. Laporan Perhitungan Laba Rugi Perum Pegadaian Cabang
Purwokerto Tahun 2002
PRAKIRAAN
PENDAPATAN USAHA 1.907.228.711
Pendapatan sewa modal 1.694.366.600
Pendapatan bea penyimpanan dan asuransi 200.914.800
P.U.L. Bunga deposito dan deviden 0
P.U.L. Uang kel. Lewat waktu 11.831.311
Pendaptan jasa taksiran dan titipan 116.000
Beban Usaha 479.100.205
Beban bunga dan provisi 0
Beban pegawai 368.760.711
Beban penyusutan aktiva tetap 33.885.776
Beban amortisasi 0
Beban umum 76.453.718
Laba Usaha 1.428.128.506
Laba usaha 1.428.128.506
Pendapatan Lainnya 14.780.116
Pendapatan sewa gedung/rumah 14.000.000
Pendapatan jasa giro 0
Laba penjualan aktiva tetap 0
Pandapatan lainnya 780.116
Beban Lainnya 12.000.000
Beban lainnya 12.000.000
Laba/Rugi Luar Biasa 0
Laba/rugi luar biasa 0
Pajak Penghasilan Sebelum PPh. PS. 25 1.441.708.622
Pajak penghasilan sebelum PPh. PS. 25 1.441.708.622
Pajak Penghasilan PPh. PS. 25 0
Pajak penghasilan PPh. PS. 25 0
Laba Bersih Sesudah PPh. PS. 25 1.441.708.622
Laba bersih sesudah PPh. PS. 25 1.441.708.622
Lampiran 8. Laporan Perhitungan Laba Rugi Perum Pegadaian Cabang
Purwokerto Tahun 2003
PRAKIRAAN
PENDAPATAN USAHA 2.183.686.291
Pendapatan sewa modal 1.984.565.166
Pendapatan bea penyimpanan dan asuransi 185.667.100
P.U.L. Bunga deposito dan deviden 0
P.U.L. Uang kel. Lewat waktu 13.409.025
Pendaptan jasa taksiran dan titipan 45.000
Beban Usaha 1.440.610.351
Beban bunga dan provisi 798.555.851
Beban pegawai 517.866.851
Beban penyusutan aktiva tetap 36.188.957
Beban amortisasi 0
Beban umum 87.998.640
Laba Usaha 743.075.940
Laba usaha 743.075.940
Pendapatan Lainnya 18.345.897
Pendapatan sewa gedung/rumah 17.118.963
Pendapatan jasa giro 0
Laba penjualan aktiva tetap 0
Pandapatan lainnya 1.226.934
Beban Lainnya 62.000
Beban lainnya 62.000
Laba/Rugi Luar Biasa 0
Laba/rugi luar biasa 0
Pajak Penghasilan Sebelum PPh. PS. 25 761.359.873
Pajak penghasilan sebelum PPh. PS. 25 761.359.873
Pajak Penghasilan PPh. PS. 25 0
Pajak penghasilan PPh. PS. 25 0
Laba Bersih Sesudah PPh. PS. 25 761.359.873
Laba bersih sesudah PPh. PS. 25 761.359.873
Lampiran 9. Laporan Perhitungan Laba Rugi Perum Pegadaian Cabang
Purwokerto Tahun 2004
PERUM PEGADAIAN CABANG PURWOKERTO
LAPORAN PERHITUNGAN LABA RUGI
PERIODE 31 DESEMBER 2004
PRAKIRAAN
Pendapatan Usaha 2.605.578.287
Pendapatan sewa modal 2.412.144.204
Pendapatan bea penyimpanan dan asuransi 0
Penjualan emas 0
Pendapatan Usaha Lainnya 0
Pendapatan investasi 0
Pendapatan usaha anak perusahaan 0
Beban Usaha Lainnya 1.650.064.400
Beban bunga dan provisi 825.625.002
Beban pegawai 670.453.316
Beban administrasi dan pemasaran 29.656.056
Beban umum 71.194.122
Beban pendidikan dan latihan 0
Beban penyusutan bangunan 32.241.736
Beban penyusutan inventaris 13.466.722
Beban penyusutan kendaraan 8.003.446
Beban amortisasi 0
Beban amortisasi aktiva sewa guna usaha 0
Beban penyisihan piutang 0
Beban penghapusan piutang 0
Beban Pendapatan Lainnya 43.653.127
Uang kelebihan nasabah yang kadaluarsa 24.877.718
Pendapata jasa giro 313.426
Selisih perhitungan 88.893
Pendapatan sewa 17.791.420
Pendapatan penjualan barang contoh 0
Pendapatan selisih kurs 0
Pendapatan SBK/kartu nasabah hilang 405.950
Pendapatan lainnya 121.210
Pendapatan penjualan surat berharga 0
Laba penjualan aktiva tetap 0
Laba penjualan aktiva lain-lain 54.510
Laba pertukaran 0
Beban Lainnya 899.300
Rugi penjualan surat berharga 0
Laba penjualan aktiva tetap 0
Rugi penjualan aktiva lain-lain 899.300
Rugi pertukaran 0
Rugi selisih kurs 0
Laba/rugi Luar Biasa 0
Laba/rugi luar biasa 0
Pajak Penghasilan Sebelum PPh. PS. 25 998.267.714
Pajak penghasilan sebelum PPh. PS. 25 998.267.714
Pajak Penghasilan PPh. PS. 25 0
Pajak Penghasilan PPh. PS. 25 0
Laba Bersih Sesudah PPh. PS. 25 998.267.714
Laba bersih sesudah PPh. PS. 25 998.267.714
Lampiran 10.Laporan Perhitungan Laba Rugi Perum Pegadaian Cabang
Purwokerto Tahun 2005
PERUM PEGADAIAN CABANG PURWOKERTO
LAPORAN PERHITUNGAN LABA RUGI
PERIODE 31 DESEMBER 2005
PRAKIRAAN
Pendapatan Usaha 2.265.720.249
Pendapatan sewa modal 2.097.516.699
Pendapatan bea penyimpanan dan asuransi 0
Penjualan emas 0
PENDAPATAN Usaha Lainnya 0
Pendapatan investasi 0
Pendapatan usaha anak perusahaan 0
Beban Usaha Lainnya 1.435.339.477
Beban bunga dan provisi 717.934.784
Beban pegawai 583.002.883
Beban administrasi dan pemasaran 25.787.875
Beban umum 61.907.932
Beban pendidikan dan latihan 0
Beban penyusutan bangunan 28.036.292
Beban penyusutan inventaris 11.710.193
Beban penyusutan kendaraan 6.959.518
Beban amortisasi 0
Beban amortisasi aktiva sewa guna usaha 0
Beban penyisihan piutang 0
Beban penghapusan piutang 0
Beban Pendapatan Lainnya 37.959.240
Uang kelebihan nasabah yang kadaluarsa 21.632.798
Pendapata jasa giro 272.544
Selisih perhitungan 77.298
Pendapatan sewa 15.470.800
Pendapatan penjualan barang contoh 0
Pendapatan selisih kurs 0
Pendapatan SBK/kartu nasabah hilang 353.000
Pendapatan lainnya 105.400
Pendapatan penjualan surat berharga 0
Laba penjualan aktiva tetap 0
Laba penjualan aktiva lain-lain 47.400
Laba pertukaran 0
Beban Lainnya 782.000
Rugi penjualan surat berharga 0
Laba penjualan aktiva tetap 0
Rugi penjualan aktiva lain-lain 782.000
Rugi pertukaran 0
Rugi selisih kurs 0
Laba/rugi Luar Biasa 0
Laba/rugi luar biasa 0
Pajak Penghasilan Sebelum PPh. PS. 25 867.558.513
Pajak penghasilan sebelum PPh. PS. 25 867.558.513
Pajak Penghasilan PPh. PS. 25 0
Pajak Penghasilan PPh. PS. 25 0
Laba Bersih Sesudah PPh. PS. 25 867.558.513
Laba bersih sesudah PPh. PS. 25 867.558.513
Lampiran 11. Return On Equity Perum Pegadaian Cabang Purwokerto
tahun 2001-2005.
Tahun Laba setelah Return on Nilai
Modal sendiri
Equity
Pajak (4)=(2):
(1) (2) (3) (3)x100% (5)