Anda di halaman 1dari 5

17

2.1.1.5 Klasifikasi Penyakit dan Tipe Pasien

Menurut Departemen Kesehatan RI (2009: 13), penentuan klasifikasi penyakit

dan tipe pasien TB memerlukan suatu “definisi kasus” yang meliputi empat hal,

yaitu:

1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit (paru atau ekstra paru).

2. Bakteriologi dilihat dari hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis (BTA

positif atau BTA negatif).

3. Tingkat keparahan penyakit (ringan atau berat).

4. Riwayat pengobatan TB sebelumnya (baru atau sudah pernah diobati). Manfaat dan

tujuan menentukan klasifikasi dan tipe pasien adalah:

1. Menentukan paduan pengobatan yang sesuai.

2. Registrasi kasus secara benar.

3. Menentukan prioritas pengobatan TB BTA positif.

4. Analisis kohort hasil pengobatan (Depkes RI, 2009: 13).

1. Kasus TB: Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau didiagnosis

oleh dokter.

2. Kasus TB pasti (definitif): pasien dengan biakan positif untuk Mycobacterium

tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan, sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS

hasilnya BTA positif (Depkes RI, 2009: 13).

Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik sangat

diperlukan untuk:

1. Menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment) sehingga mencegah

timbulnya resistensi.
18

2. Menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga

meningkatkan pemakaian sumber daya lebih biaya efektif (cost-effective).

3. Mengurangi efek samping (Depkes RI, 2009: 13).

1. TB paru; TB paru adalah TB yang menyerang jaringan (parenkim) paru. Tidak

termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.

2. TB ekstra paru; TB yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya

pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit,

usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

Menurut Depkes RI, (2009: 14), klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan

dahak mikroskopis pada TB paru yaitu TB paru BTA positif dan TB paru BTA

negatif. Syarat TB paru BTA positif adalah:

1. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.

2. Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada

menunjukkan gambaran TB.

3. Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.

4. Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS

pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah

pemberian antibiotika non Obat Anti Tuberkulosis (OAT).

Sedangkan TB paru BTA negatif adalah kasus yang tidak memenuhi definisi

pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus

meliputi:

1. Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.

2. Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran TB.


19

3. Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotik non OAT.

4. Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan (Depkes RI,

2009: 14).

Klasifikasi TB berdasarkan tingkat keparahan penyakit adalah:

1. TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan

penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan, bentuk berat bila gambaran foto toraks

memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses “far advanced”), dan

atau keadaan umum pasien buruk.

2. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu

TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa

unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal

sedangkan TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis,

peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB

saluran kemih dan alat kelamin (Depkes RI, 2009: 14).

Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru, maka untuk

kepentingan pencatatan, pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru. Bila

seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ, maka dicatat sebagai

TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat.

Menurut Depkes RI, (2009: 14-15) klasifikasi berdasarkan riwayat

pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa tipe pasien, yaitu:

1. Baru; adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah

menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).


20

2. Kambuh (relaps); adalah pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat

pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali

dengan BTA positif (apusan atau kultur).

3. Pengobatan setelah putus berobat (default); adalah pasien yang telah berobat dan

putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

4. Gagal (failure); adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau

kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

5. Pindahan (transfer in); adalah pasien yang dipindahkan dari sarana pelayanan

kesehatan yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.

6. Lain-lain; adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan di atas. Dalam

kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan

masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.

TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru, dapat juga mengalami kambuh,

gagal, default maupun menjadi kasus kronik. Meskipun sangat jarang, harus

dibuktikan secara patologik, bakteriologik (biakan), radiologik, dan pertimbangan

medis spesialistik.

2.1.1.6 Pencegahan Penyakit TB Paru

Menurut Hiswani (2004: 6), tindakan pencegahan dapat dikerjakan oleh

penderita, masyarakat dan petugas kesehatan seperti berikut ini:

1. Oleh penderita, dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk dan

membuang dahak tidak di sembarangan tempat.

2. Oleh masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran bahwa bayi

harus diberikan vaksinasi Bacille Calmette-Guerin (BCG).


21

3. Oleh petugas kesehatan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit TB

yang antara lain meliputi gejala, bahaya, dan akibat yang ditimbulkannya.

4. Isolasi, pemeriksaan kepada orang–orang yang terinfeksi, pengobatan khusus

TB paru. Pengobatan mondok di rumah sakit hanya bagi penderita yang kategori berat yang

memerlukan pengembangan program pengobatannya yang karena alasan–alasan sosial

ekonomi dan medis untuk tidak dikehendaki pengobatan jalan.

5. Des-Infeksi, cuci tangan dan tata rumah tangga keberhasilan yang ketat, perlu

perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah (piring, hundry, tempat tidur, pakaian)

ventilasi rumah dan sinar matahari yang cukup.

6. Imunisasi orang–orang kontak, tindakan pencegahan bagi orang–orang sangat dekat

(keluarga, perawat, dokter, petugas kesehatan lain) dan lainnya yang terindikasinya dengan

vaksin BCG dan tindak lanjut bagi yang positif tertular.

7. Penyelidikan orang–orang kontak, tuberculin-test bagi seluruh anggota keluarga

dengan foto rontgen yang bereaksi positif, apabila cara–cara ini negatif, perlu diulang

pemeriksaan tiap bulan selama 3 bulan, perlu penyelidikan intensif.

8. Pengobatan khusus, penderita dengan TB paru aktif perlu pengobatan yang tepat

obat–obat kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter diminum dengan tekun dan teratur,

waktu yang lama (6 atau 12 bulan). Diwaspadai adanya kebal terhadap obat-obat, dengan

pemeriksaaan penyelidikan oleh dokter. Pengobatan ini harus selalu diawasi oleh pengawas

minum obat agar penderita tidak mengalami Multi Drug Resisten (MDR).

Anda mungkin juga menyukai