Judul :
Penulis :
Sumber :
www.abualbinjy.wordpress.com
Email : novrri_moeslim@yahoo.co.id
ُُِّْ َ
ُ َّ ُ
ًَِّ َ!ْ َ ِ
ُْْ ِ َْ ٍء ِإ ََّ َأْ ُهُْ ِإَ ا#َ$ِ ا%َُا دِ
َُْ َوآ%ُ)َّ َ *
َ ِ+َّن ا
َّ ِإ
ن
َ %َُ#ْ-َ ا%ََُِ آ.
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi
beberapa golongan, tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu terhadap mereka.
Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan
memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.”
MUQODDIMAH
dan generasi sahabat dan para tabi’n dan para ulama kaum muslimin
(salaf) dahulu dan sekarang, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Hakim
di dalam kitab Mustadroknya ketika Rasulullah ditanya tentang golongan
yang selamat, maka Beliau menjawab: ‘Mereka adalah orang yuang
mengikuti Sunnahku pada hari ini dan sahabatku.’” (Tafsir Ibnu Katsir
5/282).
Ayat ini diperhatikan secara serius oleh ulama Sunnah, oleh karena
itu sungguh amat beruntunglah apabila kita dapat mengambil ilmu
mereka. Mari kita simak nasehat mereka.
FAWAID AYAT
- Tanda orang musyrik, mereka suka berpecah-belah
Ibnu Katsir berkata: “Orang musyrik suka mengganti dan merubah
agamanya, mereka beriman terhadap sebagian akan tetap menolak
sebagian yang lain. Mereka meniggalkan agamanya seperti orang Yahudi,
Nasrani, Majusi, penyembah berhala dan semua pengikut agama yang
bathil sebagaimana dicantumkan di dalam ayat ini (QS. Al An’am [6] :
159).” (Tafsir Ibnu Katsir 6/282)
/َ َْ0 *
َّ ُّاه%َ َ!َ !ََ ِء
ّ َى ِإَ ا%َ2ْ0ً
ُ َّ ا#$َِ3 ض
ِ ْر6ُْ َ ِ ا7َ 8
َ ََ9 ِي+َّ ا%َ ُه
ٌ$َِ< = َْ ٍء
ِّ ُ7ِ. %َ ُت َوه
ٍ ََوَا0
Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu. (QS.
Al-Baqarah [2] : 29)
Halaman 6 E-Book www.abualbinjy.wordpress.com
, ْ* ا
َ ِ ا%ُ%ُ7َ? @َ*و
َ $ِْ ِآAُ …
ن
َ %ُBِ َ ِْْCَ َ َِ. ب
ٍ ْEِB =
ُّ ًُ آ#َ$ِ ا%َُا دِ
َُْ َوآ%ُ)َّ َ *
َ ِ+َّ* ا
َ ِ
“…Dan janganlah kamu termasuk orang yang menyekutukan Allah yaitu
orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan menjadi
beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bagga dengan apa yang
ada pada golongan mereka. (QS. Ar-Ruum [30] : 31-32)
Keterangan ini jelas dan gamblang. Jika kita menjumpai jama’ah dan
ini tandanya, mereka mengikuti Sunnah Rasulullah dan para sahabatnya,
maka mereka golongan Islam yang benar. Adapun jama’ah yang
menyelisih jalan ini, dan berjalan diatas jalan yang lain, jama’ah itu bukan
golongan kita, dan kami pun bukan golongan mereka, kta tidak masuk di
dalamnya, dan mereka pun tidak masuk golongan kita, mereka bukan
dinamakan dengan jama’ah, akan tetapi mereka itu firqoh (golongan
pemecah-belah) dari firqoh yang tersesat. Karena istilah jama’ah tidaklah
ada melainkan di atas manhaj yang benar, yang manusia bersatu di
Halaman 8 E-Book www.abualbinjy.wordpress.com
Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid (anggota Kibarul ‘Ulama Saudi
Arabia) berkata: “Tidak boleh diangkat seorang pun untuk mengajak umat
ini menuju jalannya melainkan Nabi kita dan Rasul kita Muhammad.
Barangsiapa yang mengangkat selain Nabi sebagai panduan hidup maka
dia tersesat dan ahli bid’ah.” (Hukumul intima’ Ilal Firoq wal Ahzab wa
Jama’at islamiyah :96-97)
Syaikh Abu Anas Ali berkata: “Sesungguhnya partai dan golongan
yang memiliki peraturan yang menyelisihi Al Qur’an dan Sunnah ditolak
oleh ajaran Islam, karena tidak ada dalil dari Al Qur’an dan hadits yang
membolehkan umat Islam berpartai dan bergolong-golong, justru
sebaliknya kita jumpai banyak dalil yang mencela berdirinya berberapa
partai dan golongan, misalnya firmanNya yang tercantum dalam surat Al
An’am: 159 dan Ar Ruum: 32, bahkan dampak yang kita ketahui dengan
adanya banyak partai dan golongan satu sama lain saling menjelekkan,
mencaci, memfasikkan, bahkan boleh jadi lebih daripada itu,
mengkafirkan yang lain tanpa dalil (Kaifa Nualiju Waqanal Alim 199-200).
oleh Rabbmu.” (QS. Hud [11] : 119) (Fatwa Syaikh Al Albani rekaman
kaset nomor: 608, atau lihat Kitab Kaifa Naufal Waqianul Alim: 201)
Syaikh Ibnu Jibrin tatkala ditanya: “Bagaimana hukumnya umat
Islam mendirikan partai politik?” Beliau menjawab: “Islam mengajak kita
bersatu, dan melarang kita berpecah-belah, orang Islam dilarang
berpecah-belah berdasarkan firmanNya didalam surat Al Imran: 105,
surat Ar Ruum: 31-32.
Dari keterangan ulama Sunnah diatas, nampak jelas bahwa
kenyataan yang ada, partai dan golongan yang landasannya menyimpang
dari Sunnah tidaklah menjadi sebab berkembangnya dakwah islamiyah,
akan tetapi sebaliknya merusak aqidah umat. Berapa banyak para rokoh
partai menghalalkan yang haram, menghalalkan bid’ah dan syirik, loyal
dengan ajaran selain Islam karena ingin mencari pengikut dan ingin
mencari kursi. Akan tetap sebaliknya berdakwah yang dilakukan oleh
perorangan dari kalangan ulama Sunnah yang kembali kepada
pemahaman salafush sholih, mereka berhasil, mereka bersatu, walaupun
lain tempat dan waktu. Lihat dakwah Imam Ahmad dan ahli hadits
lainnya, ahli fiqih adan ahli tafsir salafush shalih, Ibnu Taimiyah,
Muhammad bin Abdul Wahab dan ulama Sunnah yang baru saja
meninggal dunia, misalnya Ibnu Baz, Al Albani, Ibnu ‘Utsaimin dan lainnya
baik yang telah meninggal dunia atau yang masih hidup, dakwah mereka
nyata, menerangi penduduk dunia, rahamatan lil ‘alamiin. Mereka berhasil
memberantas kemusyrikan dan kebid’ahan, penyakit yang sangat
berbahaya di dunia yang merusak tauhid dan Sunnah, padahal mereka
tidak mendirikan partai, organisasi dan jama’ah yang tersesat.
Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid menjelaskan ada empat puluh
satu bahaya dengan berdirinya partai dan golongan Islam di antaranya:
Halaman 12 E-Book www.abualbinjy.wordpress.com
Adapun dalil yang menjelaskan bahwa umat Islam pada akhir zaman
pasti berpecah-belah di antaranya hadits Anas bin Malik, Nabi bersabda:
“Sesungguhnya Bani Israil berpecah-belah menjadi tujuh puluh satu, dan
sesungguhnya umat ini akan berpecah-belah menjadi tujuh puluh dua,
semuanya dineraka kecuali satu, dan dia adalah jama’ah.” (HR. Ibnu
Majah: 3989) dishahihkan oleh Syaikh Al Albani di Shahih Ibnu Majah
2/364
Halaman 14 E-Book www.abualbinjy.wordpress.com
َُّ ا
َ ِWن َر
ٍ َ!ْBFِِ. ُْه%ُ#ََ?ّ * ا
َ ِ+ََّ ِر وَاJْ6* وَا
َ ِِ3َُْ* ا
َ ِ ن
َ %ُ َّو6ن ا
َ %ُHِ.َّ!وَا
ْ ُز%َ-ْ اI
َ ًِا َذCَ.َ َأ$ِ *
َ ِCَِ9 َْ ُر6ََ ا2ْMَ? ِْيYَ? ت
ٍ َّ
َ3 َُْ Cَّ َ<ا <َ
ُْ َوَأ%ُW<َ
ُْْ َو َر
ُ $ِZَ#ْا
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di
antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida
kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-
lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At Taubah [9] : 100)
Dalam ayat di atas Alloh memuji sahabat dan orang yang mengikuti
mereka dengan baik, yang sekarang ini dikenal dengan nama Ahlus
Sunnah Wal Jama'ah atau pengikut salafush shalih.
Rasulullah bersabda: “Maka barangsiapa yang menjumpai itu
(perpecahan umat) hendaknya dia berpegang kepada Sunnahku dan
Sunnah para kholifah yang menunjukkan kepada kebaikan dan mendapat
petunjuk, gigitlah Sunnah ini dengan gigi geraham. (HR. Tirmidzi 2600
dan lainnya dishahihkan oleh Syaikh Al Albani lihat Silslah As Shahihah
6/610).
Rasulullah tidak hanya berpesan kepada umatnya agar berpegang
kepada Sunnahnya saja, akan tetapi kepada Sunnah sahabatnya pula.
Dari Abu Burdah, Rasulullah bersabda: “Dan sahabatku adalah orang
yang dapat dipercaya untuk umatku, maka jika mereka telah pergi, maka
akan datang apa yang telah dijanjikan kepada umatku.” (HR. Muslim
4596).
Imam Nawawi berkata: ‘Adapun makna “apa yang telah dijanjikan”
yaitu munculnya bid’ah, perkara baru dalam urusan agama, dan
munculnya fitnah.” (” yaitu munculnya bid’ah, perkara baru dalam urusan
agama, dan munculnya fitnah.” (Syarah Imam Muslim 16/83)
Halaman 17 E-Book www.abualbinjy.wordpress.com