Anda di halaman 1dari 18

SERIAL BUKU ISLAMI #1

Judul :

NASEHAT UNTUK PENDIRI


ORGANISASI, JAMA’AH DAN PARTAI

Penulis :

Al Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron

Sumber :

Majalah Al Furqon Edisi 6 Tahun ke - 7 ( Muharram 1429 H )

Disain dan Layout :


Abu Ahmad Fadhillah Al Binjy

Silakan untuk memperbanyak dan menyebarkan isi E-


E-book ini
dengan syarat dalam rangka tujuan dakwah dan bukan untuk
dikomersilkan. Harap cantumkan sumbernya

www.abualbinjy.wordpress.com
Email : novrri_moeslim@yahoo.co.id

Disebar Luaskan Dalam Bentuk E-Book di


- 0 - Pustaka Al binjy – 0 -
www.abualbinjy.wordpress.com
Halaman 3 E-Book www.abualbinjy.wordpress.com

(Tafsir QS. Al-An’am [6] : 159)

ُُِّْ َ
ُ َّ ُ َِّ‫ً َ!ْ َ ِ
ُْْ ِ َْ ٍء ِإ ََّ َأْ ُهُْ ِإَ ا‬#َ$ِ ‫ا‬%َُ‫ا دِ
َُْ َوآ‬%ُ)َّ َ *
َ ِ+َّ‫ن ا‬
َّ ‫ِإ‬
‫ن‬
َ %َُ#ْ-َ ‫ا‬%َُ‫َِ آ‬.
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi
beberapa golongan, tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu terhadap mereka.
Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan
memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.”

MUQODDIMAH

LEMBAGA DAKWAH pada zaman sekarang menyebar di mana-mana.


Mereka mendirikan organisasi, partai, dan beberapa jama’ah, mereka
berdalih untuk memperjuangkan Islam. Akan tetap kenyataan yang ada,
mereka saling berpecah-belah. Mereka merasa kelompoknya yang paling
benar, para pengikutnya pun merasa bangga dengan pimpinannya,
keputusan pemimpin seperti wahyu ilahiah yang tidak boleh dibantah dan
harus diataati, terancam jiwanya bila dikritik karena salah keputusannya,
mau mengkritik akan tetapi tidak mau dikritik, kadang kala menolak da’I
yang bukan golongannya apabila dianggap merugkan kelompoknya
sekalipun da’I itu benar, merasa sedih bila anggotanya keluar. Inilah
kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bagi orang yang tahu hakikatnya.
Benarkah demikian cara kita memperjuangkan Islam !? insya Allah
dengan menyimak pembahasan berikut ini dan fatwa ulama Sunnah kita
akan tahu jawabannya.

MAKNA AYAT SECARA UMUM


Ibnu Katsir berkata: “Pemeluk agama sebelumnya berselisih satu sama
lain di dalam pola fakir. Masing-masing mengaku bahwa kelompoknya
yang benar, umat in pun berselisih satu sama lain di dalam beragama,
semuanya tersesat kecuali satu yaitu Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, yaitu
mereka yang berpegang teguh dengan Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah,
Halaman 4 E-Book www.abualbinjy.wordpress.com

dan generasi sahabat dan para tabi’n dan para ulama kaum muslimin
(salaf) dahulu dan sekarang, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Hakim
di dalam kitab Mustadroknya ketika Rasulullah ditanya tentang golongan
yang selamat, maka Beliau menjawab: ‘Mereka adalah orang yuang
mengikuti Sunnahku pada hari ini dan sahabatku.’” (Tafsir Ibnu Katsir
5/282).
Ayat ini diperhatikan secara serius oleh ulama Sunnah, oleh karena
itu sungguh amat beruntunglah apabila kita dapat mengambil ilmu
mereka. Mari kita simak nasehat mereka.

FAWAID AYAT
- Tanda orang musyrik, mereka suka berpecah-belah
Ibnu Katsir berkata: “Orang musyrik suka mengganti dan merubah
agamanya, mereka beriman terhadap sebagian akan tetap menolak
sebagian yang lain. Mereka meniggalkan agamanya seperti orang Yahudi,
Nasrani, Majusi, penyembah berhala dan semua pengikut agama yang
bathil sebagaimana dicantumkan di dalam ayat ini (QS. Al An’am [6] :
159).” (Tafsir Ibnu Katsir 6/282)

- Hindari partai dan golongan yang dapat merusak persatuan


umat dan agama islam
Ibnu Jarir At-Thobari berkata: “Orang yang tersesat mereka
meninggalkan agamanya dan sungguh partai dan golongan telah
memecah belah agama telah diridhoi Allah untuk para hambaNya,
sehingga sebagian menjadi Yahudi, Nasrani, dan Majusi. Inilah yang
dinamakan perpecahan, mereka bergolong-golong tidak mau bersatu,
mereka mengerti agama yang benar, akan tetapi meninggalkannya dan
memecah-belah.” (Tafsir At-thobari8/78)

- Pemecah-belah umat bukan golongan Nabi


Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Abu Syaikh dari as-Sudi bahwa
maksud ayat ‫…“ َ!ْ َ ِ
ُْْ ِ َْ ٍء‬Wahai Nabi kamu tidak diperintahkan
Halaman 5 E-Book www.abualbinjy.wordpress.com

untuk memerangi mereka…”, lalu dihapus ketetapan ini dengan surat


Al-Baqarah [2] : 92, dan Beliau diperintah memerangi mereka. Abdul
Ahwash berkata: “Nabimu Nabi Muhammad berlepas diri dari umatnya
yang berselisih (Durul Mansur 3/400).
Adapun faidah yang lan, masih banyak sekali sebagaimana tertuls
dalam kitab tafsir dan lainnya.

ORGANISASI, PARTAI DAN HUKUMNYA


Organisasi ialah kumpulan beberapa orang yang mempunya tugas
masing-masing dengan tujuan yang sama dan disusun secara berstruktur.
Persatuan adalah gabungan dari beberapa bagian yang sudah
bersatu dalam suatu lembaga.
Hmpunan adalah organisasi atau perkumpulan yang bersatu dalam
satu wadah karena satu ideologi. (Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer
: 1063).
Yayasan ialah badan huum yang tidak beranggota, ditangani oleh
pengurus, didirikan dengan tujuan mengupayakan layanan dan bantuan
sosal seperti sekolah, rumah sakit dan sebagainya (Hlm. 1727).
Partai politik adalah kumpulan orang yang mempunyai asas,
haluan, pandangan, serta tujuan yang sama di bidang politik (Hlm. 1099).
Dari keterangan di atas dikarenakan bahwa organisasi atau kelompok
yang didirikan untuk urusan duniawi menurut asal hukumnya adalah halal,
kecuali bila organisasi tersebut membawa mafsadah atau kerusakan
pribadi, umat atau agama islam, sebagaimana kaidah usul yang
mengatakan al-ashlu fil-asyya’ ‘al-ibahah (asal segala sesuatu hukumnya
mubah).

/َ َْ0 *
َّ ُ‫ّاه‬%َ َ!َ ‫!ََ ِء‬
ّ ‫َى ِإَ ا‬%َ2ْ0‫ً ُ َّ ا‬#$َِ3 ‫ض‬
ِ ْ‫ر‬6‫ُْ َ ِ ا‬7َ 8
َ ََ9 ‫ِي‬+َّ‫ ا‬%َ ُ‫ه‬
ٌ$َِ< ‫= َْ ٍء‬
ِّ ُ7ِ. %َ ُ‫ت َوه‬
ٍ ‫ََوَا‬0
Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu. (QS.
Al-Baqarah [2] : 29)
Halaman 6 E-Book www.abualbinjy.wordpress.com

HUKUM MENDIRIKAN ORGANISASI DAKWAH


Bagaimana bila mendirikan partai, jama’ah, golongan dengan tujuan
berdakwah!? Berikut ini jawabannya :

, ْ‫* ا‬
َ ِ ‫ا‬%ُ%ُ7َ? @َ‫*و‬
َ $ِ‫ْ ِآ‬Aُ …
‫ن‬
َ %ُBِ َ ِْْ Cَ َ َِ. ‫ب‬
ٍ ْEِB =
ُّ ُ‫ً آ‬#َ$ِ ‫ا‬%َُ‫ا دِ
َُْ َوآ‬%ُ)َّ َ *
َ ِ+َّ‫* ا‬
َ ِ
“…Dan janganlah kamu termasuk orang yang menyekutukan Allah yaitu
orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan menjadi
beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bagga dengan apa yang
ada pada golongan mereka. (QS. Ar-Ruum [30] : 31-32)

Ibnu Taimiyah berkata: “Tidak boleh bagi siapa pun mengangkat


orang, mengajak umat untuk mengikuti pola hidup dan peraturannya,
senang dan membenci karena dia selain Nabi dan ijma’ ‘ulama Sunnah.
Adapun cirri ahli bid’ah mereka mengangkat pemimpin dari umat ini, atau
membuat peraturan yang mengakibatkan umat berpecah-belah, mereka
mencintai umat karena mengikuti peraturan golongannya dan memusuhi
orang yang tidak mengikuti golongannya.” (Dar’ut ta’arudh 1/149).
Selanjutnya beliau berkta: Ðan tidak boleh seorang pun membuat
undang-undang yang dia menyenangi orang atau memusuhinya dengan
dasar peraturannya, bukan peraturan yang tercantum dalam Al Qur’an
dan Sunnah Rasulullah. (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah 20/164).

Syaikh Sholih Fauzan (anggota Kibarul Ulama Saudi Arabia)


ditanya: “Kita sering mendengar istilah jama’ah-jama’ah (golongan-
golongan) Islam pada zaman sekarang yang telah menyebar di dunia.
Dari mana istilah penamaan ini?” Beliau menjawab: “Rasulullah telah
memberitahu kepada kita cara beramal, Beliau tidaklah meninggalkan
sesuatu yang dapat mendekatkan umat ini kepada Allah melainkan beliau
telah menjelaskannya, dan tidaklah meninggalkan sesuatu yang membuat
manusia jauh dari Allah melainkan beliau telah menjelaskannya.
Termasuk perkara yang kamu tanyakan ini, beliau bersabda (artinya):
Halaman 7 E-Book www.abualbinjy.wordpress.com

‘Sesungguhnya barangsiapa di antara kalian hidup (setelah aku meninggal


dunia) akan menjumpai perselisihan yang banyak.’ Bagaimana cara
menanggulanginya ketika peristiwa ini terjadi? Beliau berdabda: ‘Wajib
bagimu berpegang teguh kepada Sunnnahku dan Sunnah Khulafaur
Rasyidin yang mendapat petunjuk sesudahku, hendaknya kamu
berpegang kepadanya, dan gigitlah dengan gigi gerahammu, jauhkan
drimu dari perkara baru, karena setiap perkara baru adalah bid’ah, dan
setiap bid’ah tersesat.’ (Dishahikan oleh Syaikh Al Albani. Lihat Al-Irwa’ :
2455). Maka dari jama’ah yang ada, apabila dia berdiri diatas petunjuk
Nabi dan para sahabatnnya, terutama Khulafaur Rasyidin dan abad yang
mulia, maka jama’ah dan golongan dimana saja kita masuk di dalamnya,
dan wajib kita bekerja sama dengan mereka. Adapun jama’ah yang
menyelisihi petunjuk Nabi, kita wajib menjauhinya, walaupun dia
mengatakan jama’ah islamiyah. Yang jadi ukuran bukan nama, akan tetap
keadaan. Adapun nama memang banyak dan marak kta saksikan dimana-
mana, akan tetapi nihil dan bathil juga. Rasulullah bersabda: “Telah
berpecah-belah orang Yahudi menjadi tujuh puluh satu golongan, dan
orang Nasrani berpecah-belah menjadi tujuh puluh dua golongan, dan
akan berpecah-belah umat ini (islam) menjadi tujuh puluh tiga golongan,
semuanya di neraka kecual satu.’ Kami berkata: “Siapa dia wahai
Rasulullah? Beliau menjawab: ‘Orang yang berpijak semisal saya
pada hari ini dan berpjak kepada Sunnah sahabatku.’

Keterangan ini jelas dan gamblang. Jika kita menjumpai jama’ah dan
ini tandanya, mereka mengikuti Sunnah Rasulullah dan para sahabatnya,
maka mereka golongan Islam yang benar. Adapun jama’ah yang
menyelisih jalan ini, dan berjalan diatas jalan yang lain, jama’ah itu bukan
golongan kita, dan kami pun bukan golongan mereka, kta tidak masuk di
dalamnya, dan mereka pun tidak masuk golongan kita, mereka bukan
dinamakan dengan jama’ah, akan tetapi mereka itu firqoh (golongan
pemecah-belah) dari firqoh yang tersesat. Karena istilah jama’ah tidaklah
ada melainkan di atas manhaj yang benar, yang manusia bersatu di
Halaman 8 E-Book www.abualbinjy.wordpress.com

atasnya, sedangkan kebathilan pati memecah-bealh dan tidak


menyekutukan, Allah berfirman:
…ََّFَِ ‫ْا‬%َّ%َ َ? ْ‫ق َوِإن‬
ٍ َHِ ِ ُْ‫…ه‬
“…dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam
permusuhan (dengan kamu)…(QS. Al-Baqarah [2] : 137) (Al-Ajwiabh Al-
Mufidah an As’ilatil Manhajihil Jadidah 6-8)

Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid (anggota Kibarul ‘Ulama Saudi
Arabia) berkata: “Tidak boleh diangkat seorang pun untuk mengajak umat
ini menuju jalannya melainkan Nabi kita dan Rasul kita Muhammad.
Barangsiapa yang mengangkat selain Nabi sebagai panduan hidup maka
dia tersesat dan ahli bid’ah.” (Hukumul intima’ Ilal Firoq wal Ahzab wa
Jama’at islamiyah :96-97)
Syaikh Abu Anas Ali berkata: “Sesungguhnya partai dan golongan
yang memiliki peraturan yang menyelisihi Al Qur’an dan Sunnah ditolak
oleh ajaran Islam, karena tidak ada dalil dari Al Qur’an dan hadits yang
membolehkan umat Islam berpartai dan bergolong-golong, justru
sebaliknya kita jumpai banyak dalil yang mencela berdirinya berberapa
partai dan golongan, misalnya firmanNya yang tercantum dalam surat Al
An’am: 159 dan Ar Ruum: 32, bahkan dampak yang kita ketahui dengan
adanya banyak partai dan golongan satu sama lain saling menjelekkan,
mencaci, memfasikkan, bahkan boleh jadi lebih daripada itu,
mengkafirkan yang lain tanpa dalil (Kaifa Nualiju Waqanal Alim 199-200).

BENARKAN DAKWAH TIDAK AKAN MAJU TANPA ORGANISASI ?


Syaikh Abu Anas Ali berkata: “Ada orang yang berkata: ‘Tidak mungkin
dakwah akan tegak dan tersebar melainkan apabila di bawah naungan
partai dan golongan. ‘ Maka Kami menjawab: ‘Syaikh Ibnu ‘Utsaimin
berkata: ‘Pendapat ini adalah salah, bahkan sebaliknya dakwah menjadi
kuat dan tersebat tatkala manusia kuat berpegang terguh kepada Al
Qur’an dan Sunnah Rasulullah dari orang yang paling banyak mengikuti
jejak Nabi dan para sahabat. Ketahuilah wahai para pemuda!....
Halaman 9 E-Book www.abualbinjy.wordpress.com

Sesungguhnya banyak jama’ah atau golongan adalah fakta yang


menyakitkan dan bukan fakta yang menyehatkan. Saya berpendapat
hendaknya umat Islam satu partai saja, yaitu yang kembali kepada Al
Qur’an dan Sunnah Rasulullah.” (As-Shohwatul Islamiyah Dhowabith wa
Taujihat oleh Syaikh Ibnu ‘Utsaimin: 258-259).
Syaikh ‘Utsaimin berkata: “Adapun umat yang berpecah-belah
menjadi sekian banyaknya golongan sehingga masing-masing
mengatakan dia yang palng benar, bukan hanya itu saja, bahkan mereka
menganggap sesat golongan lain, membid’ahkan golongan yang lain,
membuat orang menjauhi kelompok lain, maka tidaklah diragukan lagi
bahwa ini adalah pendiskreditan dan cacat bagi umat Islam. Ini
merupakan senjata yang paling kuat untuk membinasakan kebangkitan
Islam yang penuh barokah ini. Maka perlu kami nasehati saudara-saudara
kami, hendaknya kalian bersatu, hindari perpecahan, kembali kepada
jalan yang haq. Inilah kewajiban setiap umat Islam. (Kajian Ibnu
‘Utsaimin edisi pertama hlm. 31).
Al Muhaddits Syaikh Al Albani ketika ditanya: “Bagaimana
menurut pandangan syariat Islam, kaum muslimin bergolong-golong,
berpartai yang berbeda, berorganisasi Islam, padahal satu salam lain
berbeda sistemnya, caranya, seruannya, aqidahnya dan berbeda pula
landasan yang menjadi pegangan mereka, padahal golongan yang benar
hanya satu sebagaimana disebut di dalam hadits yang shahih?” Beliau
menjawab: “Tidaklah ragu bagi orang yang berilmu Al Qur’an dan Sunnah
dan memahaminya dengan pemahaman salafush shalih yang diridhoi
Allah, bahwa berpartai, bergabung dalam kelompok-kelompok yang
berbeda pola berfikirnya, ini adalah yang pertama. Dan manhaj atau cara
serta sarana yang berbeda pula, ini yang kedua, maka tidaklah Islam
membolehkan hal ini sedikit pun, bahkan Allah Pencipta kita melarang kita
berpecah-belah bukan hanya satu ayat, misalnya surat Ar Ruum: 32, Hud:
118-119. Didalam ayat ini Allah tidak mengecualikan perselisihan yang
pasti terjadi, (karena ini merupakan kehendak kauni yang harus terjadi,
bukan kehendak syar’i), maka Allah akan mengecualikan golongan yang
Halaman 10 E-Book www.abualbinjy.wordpress.com

dirahmati, yaitu: ُ.ّ‫ِ َ َر‬B‫إِ@ َ*ْ َر‬I


َ artinya: “Kecuali orang yang dirahmati

oleh Rabbmu.” (QS. Hud [11] : 119) (Fatwa Syaikh Al Albani rekaman
kaset nomor: 608, atau lihat Kitab Kaifa Naufal Waqianul Alim: 201)
Syaikh Ibnu Jibrin tatkala ditanya: “Bagaimana hukumnya umat
Islam mendirikan partai politik?” Beliau menjawab: “Islam mengajak kita
bersatu, dan melarang kita berpecah-belah, orang Islam dilarang
berpecah-belah berdasarkan firmanNya didalam surat Al Imran: 105,
surat Ar Ruum: 31-32.
Dari keterangan ulama Sunnah diatas, nampak jelas bahwa
kenyataan yang ada, partai dan golongan yang landasannya menyimpang
dari Sunnah tidaklah menjadi sebab berkembangnya dakwah islamiyah,
akan tetapi sebaliknya merusak aqidah umat. Berapa banyak para rokoh
partai menghalalkan yang haram, menghalalkan bid’ah dan syirik, loyal
dengan ajaran selain Islam karena ingin mencari pengikut dan ingin
mencari kursi. Akan tetap sebaliknya berdakwah yang dilakukan oleh
perorangan dari kalangan ulama Sunnah yang kembali kepada
pemahaman salafush sholih, mereka berhasil, mereka bersatu, walaupun
lain tempat dan waktu. Lihat dakwah Imam Ahmad dan ahli hadits
lainnya, ahli fiqih adan ahli tafsir salafush shalih, Ibnu Taimiyah,
Muhammad bin Abdul Wahab dan ulama Sunnah yang baru saja
meninggal dunia, misalnya Ibnu Baz, Al Albani, Ibnu ‘Utsaimin dan lainnya
baik yang telah meninggal dunia atau yang masih hidup, dakwah mereka
nyata, menerangi penduduk dunia, rahamatan lil ‘alamiin. Mereka berhasil
memberantas kemusyrikan dan kebid’ahan, penyakit yang sangat
berbahaya di dunia yang merusak tauhid dan Sunnah, padahal mereka
tidak mendirikan partai, organisasi dan jama’ah yang tersesat.

BAHAYA FANATIK GOLONGAN


Syaikh Robi’ bin Hadi Al Madhkholi berkata: “Sungguh sebagian
ulama telah menjelaskan kerusakan yang disebabkan oleh manusia yang
Halaman 11 E-Book www.abualbinjy.wordpress.com

fanatik kepada madzhab-madzhab atau golongan, diantaranya Ibnu


Qayyim Al Jauziyyah, beliau menjelaskan kerusakan sebagai berikut:
1. Menentang nash yang kuat dari Al Qur’an dan Sunnah, karena
fanatic kepada golongan , dan kadang-kadang merasa cukup
dengan pendapat saja. Penulis berkata: “Memang demikian
kenyataannya, banyak pengikut terkena sihir dan tertipu oleh
pemimpinnya, sehingga agama adalah apa kata pemimpinnya.”
2. Mengambil hadits lemah dan palsu sebagai dasar untuk
mempertahankan pendapatnya, bahkan mereka berdusta dan
berani membuat hadits untuk mendukung pendapatnya.
3. Mereka mendahulukan pendapat orang yang dianggap berilmu
pada zaman sekarang daripada ilmu ulama salafush shalih. Penulis
berkata: “Benar, karena ulama salaf pada zaman dahulu dianggap
tidak tahu fiqhul waq’ atau politik, dan dituduh dengan tuduhan
jelek.”
4. Terjerat oleh pendapat perorangan, dan tidak mau mengambil ilmu
atau kebenaran madzhab yang lain, tidak mau membaca nasehat
ulama, dikarenakan fanatic kepada pemimpinnya. Penulis berkata:
“Memang demikian, tidak sedikit pemimpin yang rusak aqidahnya
dan moralnya, akan tetapi karena jadi pemimpin, menjadi cermn
hidup oleh pengikutnya.”
5. Umumnya ketetapan atau anggaran dasar setiap golongan sunyi
dari dalil syar’I bahkan membencinya. Penulis berkata: “Benar,
bagaimana tidak, karena tim perumusnya dari berbagai macam
aliran, sedangkan ketetapan diambil dengan cara suara terbanyak,
mana yang banyak itulah yang menang.”
6. Tersebarnya taqlid, jumud dan tertutupnya pintu ijtihad.
(Diringkas dar Al Taashub Al Dzamim wa Atsarohu oleh Dr. Robi’
bin Hadi Umer Al Madkholi 5-15)

Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid menjelaskan ada empat puluh
satu bahaya dengan berdirinya partai dan golongan Islam di antaranya:
Halaman 12 E-Book www.abualbinjy.wordpress.com

• Mereka mengikat wala’ dan bara’ atau menyenangi dan membenc


orang karena golongan.
• Kebanyakan kelompok/golongan yang menamakan dirinya
kelompok/golongan Islam merusak Islam, lihat kelompok
Baha’iyah dan Qodyahiyah, dst.
• Kami bertanya: “Apakah setiap partai membolehkan apabila
ditandingi oleh partai yang lain di dalam suatu negeri? Jika dijawb
boleh, ini adalah jawaban yang tidak masuk akal, dan tidak ingin
umat ini menjadi baik. Jika tidak boleh, bagaimana membolehkan
dirinya dan melarang orang lain? Padahal semua partai menurut
dugaan mereka ingin membela Islam.”
• Berapa banyak partai dasarnya hanya politik belaka, sunyi dari
kaidah Islam, yang akhirnya merusak Islam dan dakwah Islam
menjadi suram.
• Dengan adanya beberapa golongan di dalam tubuh kaum muslimin
menunjukkan adanya perpecahan di dalamnya.
• Dengan banyaknya partai akan mengebiri aktivitas amal islami.
• Masing-masing partai dan golongan menyembunyikan kebenaran
Islam karena penyakit fanatik golongan.
• Partai dan golongan pasti merusak persaudaraan umat Islam.
• Dengan berdirinya banyak golongan pasti mencela dan meberi
gelar yang jelek kepada golongan lan. Ini adalah cirri orang
jahiliah perusak Islam.
• Partai dan golongan dibangun atas dasar suara yang banyak, tidak
mau dikritik dan dibantah.
• Pada awalnya partai itu dibangun untuk mewujudkan amal Islami
agar menjadi insan yang bertauhid, akan tetapi pada umumnya
berubah menjadi bentuk yang aneh pada tubuh umat, karena ingin
menyaingi partai yang lain.
• Bahaya yang paling nampak dengan berdirinya golongan dan
partai adalah lenyapnya dakwh menuju ke jalan Allah sesuai
dengan Sunnah Nabi.
Halaman 13 E-Book www.abualbinjy.wordpress.com

• Dakwah yang dilakukan partai dibangun atas dasar pola berfikir


dan rancangan kelompoknya.
Inilah sebagian bahaya akibat munculnya banyak partai dan
golongan. Bagi yang ingin mengetahui bahaya yang lain, silakan baca
Kitab Hukmul intima’ Ilal firoq Wal Ahzab Wal Jama’at Al Islamiyah oleh
Syaikh Bakr Abdullah Abu Zaid hlm. 135-152.

UMAT ISLAM PASTI BERPECAH-BELAH AKAN TETAP WAJIB


BERSATU
Fitnah yang muncul pada ahkir zaman bahwa umat islam berpecah-
belah menjadi beberapa golongan, masing-masing mengaku kelompoknya
yang benar, seperti halnya orang Yahudi dan orang Nasrani, mereka
berpecah-belah dan mengaku bahwa hanya golongannya yang benar.

‫ ُد <ََ َْ ٍء‬%َُ$ْ‫ْ!َ ِ ا‬$َ ‫َرَى‬Jَ


ّ‫َرَى <ََ َْ ٍء َو)ََ ِ ا‬Jَ
ّ ‫ْ!َ ِ ا‬$َ ‫ ُد‬%َُ$ْ‫َو)ََ ِ ا‬
ِKََ$ِHْ‫ْ َم ا‬%َ َُْ
ْ$َ. ُ ُ7ْMَ ََُّ ِِْْ%َ) =
َ ْNِ ‫ن‬
َ %َُْ#َ @ *
َ ِ+َّ‫ل ا‬
َ َ) I
َ ِ+َ َ‫ب آ‬
َ َ2ِ7ْ‫ن ا‬
َ %ُْ2َ ُْ‫َوه‬
َ‫َ آ‬$ِ‫ن‬
َ %ُ-َِ2ْPَ ِ$ِ ‫ا‬%ُ
“Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak
mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-
orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan," padahal mereka
(sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak
mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan
mengadili di antara mereka pada hari kiamat, tentang apa-apa yang
mereka berselisih padanya.” (QS. Al Baqarah [2] : 113)

Adapun dalil yang menjelaskan bahwa umat Islam pada akhir zaman
pasti berpecah-belah di antaranya hadits Anas bin Malik, Nabi bersabda:
“Sesungguhnya Bani Israil berpecah-belah menjadi tujuh puluh satu, dan
sesungguhnya umat ini akan berpecah-belah menjadi tujuh puluh dua,
semuanya dineraka kecuali satu, dan dia adalah jama’ah.” (HR. Ibnu
Majah: 3989) dishahihkan oleh Syaikh Al Albani di Shahih Ibnu Majah
2/364
Halaman 14 E-Book www.abualbinjy.wordpress.com

Yang dimaksud jama’ah di dalam hadits ini adalah kembal kepada


yagn haq, atau sebagaimana yang diterangkan oleh Nabi yaitu orang yang
berpijak kepada Sunnah Nabi pada hari itu dan Sunnah para Sahabat.
Perpecahan umat Islam ini merupakan takdir kauny (kehendak Allah
untuk menciptakan) bahwa pada akhir zaman umat Nabi Muhammad pasti
berpecah-belah, akan tetapi bukan berarti kita boleh berpecah-belah,
sebagaimana dalil yang selalu dikumandangkan oleh ahli bid’ah dalam
rangkan menutup aih mereka, mereka berdalil dengan hadits palsu
“Ikhilafu umati rahmat” (perpecahan umat ini adalah rahmat). Ketahuilah
perkataan itu bukan hadits Rasulullah akan tetap hadits palsu. Syaikh Al
Alban berkata: “Para pakar ahli hadits telah mencoba mencari sanad
hadits ini akan tetapi tidak menemukannya.” (lihat Silsilah Ahadits
Dho’ifah 1/141)
Dalil mereka ini tidak masuk akal, karena mustahil orang yang
berselisih dan berpecah-belah hidupnya penuh dengan rahmat. Bukankah
pasangan suami istri bila berselisih terancam jwanya, bagaimana
berselisih dalam hal aqidah dan ibadah merasa rahmat!? Oleh karena itu
ahl bid’ah dan orang yang fanatik golongan merasa sakit hatinya bila
dikritik kesalahannya.
Ketahuilah perpecahan umat ini merupakan ujian bagi orang yang
beriman, hendaknya mereka memilih jalan yang benar dan meninggalkan
kelompok tersesat lainnya. Adapun dalil wajibnya kita bersatu, tidak boleh
berpecah-belah dan bergolong-golong:

‫َا ًء‬Cْ<‫ُْ َأ‬2ْ


ُ‫ُْ ِإذْ آ‬7ْ$ََ< َِّ‫َ ا‬Kَْ#ِ ‫ا وَاذْآُُوا‬%ُ)َّ َ-َ? @َ‫ً و‬#$َِ3 َِّ‫= ا‬
ِ َْMِ. ‫ا‬%ُِJَ2ْ<‫وَا‬
َّRََ ُْ‫آ‬+َ َHْRََ ‫* ا
َّ ِر‬
َ ِ ‫ْ َ ٍة‬-ُB َ-َ ََ< ُْ2ْ
ُ‫َاً َوآ‬%ْ9‫ِِ ِإ‬2َْ#ِ
ِ. ُْ2ْMَْTRََ ُْ7ِ.%ُُ) *
َ ْ$َ. U
َ
‫ن‬
َ ‫ُو‬Cَ2َْ? ُْ7ََّ#َ ِِ?َ V ُْ7َ َُّ‫* ا‬
ُ ِّ$َُ I
َ ِ+َ َ‫ِ
َْ آ‬
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu
ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-
orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu
Halaman 15 E-Book www.abualbinjy.wordpress.com

Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan


ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imran
[3] : 103)

Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah meridhoi kami tiga


perkara dan membenci kamu tiga perkara: Dia meridhoi kamu apabila
kamu beribadah kepadaNya dan tidak menyekutukan sesuatu kepadaNya,
dan apabila kamu berpegang teguh kepada tali Allah semua dan
kamu tidak berpecah-belah,... (HR. Muslim: 3236).

BAGAIMANA AGAR UMAT ISLAM BERSATU ?


Ayat dan hadits di atas menunjukkan cara untuk menyatukan umat
Islam, yaitu kita harus kembali kepada tali Allah, sedangkan makna Al
Qur’an dan Sunnah sebagaimana dijelaskan di dalam hadits: “Kitab Allah
adalah tali Allah yang menjulur dari langit ke bumi.” (Lihat Silsilah Hadits
As Shahihah 5/37).
Adapun dalil yang menunjukkan bahwa As Sunnah termasuk tali
Allah, sabda Nabi: “Aku tinggalkan dia perkara, kamu tidak akan tersesat
selamanya yaitu kitab Allah dan Sunnah nabiNya.” (HR. Imam Malik 1395
bersumber dari Umar bin Khattab dihasankan oleh Syaikh Al Albani di
dalam kitabnya Manzilatus Sunnah fil Isla 1/18).
Pada zaman sekarang umat Islam tidak cukup hanya berpegang
kepada Al Qur’an dan hadits yang shahih untuk menyatukan umat, karena
ahli bid’ah pun mengaku berpegang kepada Al Qur’an dan Sunnah, akan
tetapi mereka berselisih dan berpecah-belah, karena itu tidaklah umat
Islam akan bersatu melainkan apabila di dalam berpegang kepada Al
Qur’an dan hadits yang shahih disertai dengan pemahaman salafush
shalih, dari kalangan para sahabat, tabi’in dan ahli hadits. Sebab jika
tokoh umat memahami dalil nash dengan pemahaman salafush shalih
niscaya mereka tidak akan berpecah-belah walaupun mereka berselisih
dalam suatu masalah, karena khilaf mereka jatuh pada masalah
ijtihadiah.
Halaman 16 E-Book www.abualbinjy.wordpress.com

Adapun dalil wajibnya kita memahami dalil nash dengan pemahaman


salafush shalih adalah sebagai berikut:

َُّ‫ ا‬
َ ِW‫ن َر‬
ٍ َ!ْBFِِ. ُْ‫ه‬%ُ#ََ?ّ ‫* ا‬
َ ِ+َّ‫َ ِر وَا‬Jْ6‫* وَا‬
َ ِِ3َُْ‫* ا‬
َ ِ ‫ن‬
َ %ُ‫ َّو‬6‫ن ا‬
َ %ُHِ.َّ!‫وَا‬
‫ْ ُز‬%َ-ْ‫ ا‬I
َ ِ‫ًا َذ‬Cَ.‫َ َأ‬$ِ *
َ ِCَِ9 ‫َْ ُر‬6‫ََ ا‬2ْMَ? ‫ِْي‬Yَ? ‫ت‬
ٍ َّ
َ3 َُْ Cَّ َ<‫ا <َ
ُْ َوَأ‬%ُW‫<َ
ُْْ َو َر‬
ُ $ِZَ#ْ‫ا‬
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di
antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida
kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-
lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At Taubah [9] : 100)

Dalam ayat di atas Alloh memuji sahabat dan orang yang mengikuti
mereka dengan baik, yang sekarang ini dikenal dengan nama Ahlus
Sunnah Wal Jama'ah atau pengikut salafush shalih.
Rasulullah bersabda: “Maka barangsiapa yang menjumpai itu
(perpecahan umat) hendaknya dia berpegang kepada Sunnahku dan
Sunnah para kholifah yang menunjukkan kepada kebaikan dan mendapat
petunjuk, gigitlah Sunnah ini dengan gigi geraham. (HR. Tirmidzi 2600
dan lainnya dishahihkan oleh Syaikh Al Albani lihat Silslah As Shahihah
6/610).
Rasulullah tidak hanya berpesan kepada umatnya agar berpegang
kepada Sunnahnya saja, akan tetapi kepada Sunnah sahabatnya pula.
Dari Abu Burdah, Rasulullah bersabda: “Dan sahabatku adalah orang
yang dapat dipercaya untuk umatku, maka jika mereka telah pergi, maka
akan datang apa yang telah dijanjikan kepada umatku.” (HR. Muslim
4596).
Imam Nawawi berkata: ‘Adapun makna “apa yang telah dijanjikan”
yaitu munculnya bid’ah, perkara baru dalam urusan agama, dan
munculnya fitnah.” (” yaitu munculnya bid’ah, perkara baru dalam urusan
agama, dan munculnya fitnah.” (Syarah Imam Muslim 16/83)
Halaman 17 E-Book www.abualbinjy.wordpress.com

Selanjutnya orang yang menolak pemahaman para sahabat maka


akan diancam menjadi orang yang tersesat.

ْ/َِ2َّ ‫َى َو‬Cُْ‫* َُ ا‬


َ َ$ََّ? َ Cِ ْ#َ. ْ*ِ ‫ل‬
َ %ُ0َّ ‫ ا‬8
ِ ِ)َAُ ْ*َ‫ِِّ َ َو‬%َ ُ *
َ $ِ
ِْ[ُْ‫= ا‬
ِ $َِ0 َ ْ$َ\
‫ًا‬$ِJَ ْ‫َ َءت‬0‫ََّ
َ َ َو‬3 ِِْJُ‫َّ َو‬%َ َ?
“Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran
baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin,
Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan
Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk
tempat kembali.” (QS. An Nisa’ [4] : 115)

Syaikh Al Albani berkata: “Benarlah apa yang dikatakan oleh


Rasulullah, bahwa umat Islam pada zaman sekarang –kecuali sedikit di
antara mereka- tatkala meraka tidak berpegang teguh kepada kitab Allah
dan Sunnah Nabi mereka tersesat dan hina, yang demikian itu karena
mereka berpegang kepada pendapat pemimpin mereka.
Tatkala terjadi perselisihan, pendirian mereka pada dasarnya kembali
kepada pemimpinnya mereka. Jika ada ayat yang cocok, mreka ambil, jika
tidak, mereka tolak. Bahkan sebagian mereka berkata: “Setiap ayat atau
hadits yang bertentangan dengan pendapat mereka, maka dimansukh
(dihapus).” Semoga Allah merahmati Imam Malik, beliau berkata: “Dan
tidak akan baik umat pada akhir zaman ini melainkan apabila mereka
kembali sebagaimana ulama pertama memperbaiki umat.” (Hajjatun Nabi
1/17).

Kesimpulannya para tokoh masyarakat hendaknya mengajak uamt


agar kembali kepada pemahaman salafush shalih tatkala mengambil dalil
dari Al Qur’an dan Sunnah, agar umat tetap bersatu dan tidak timbul
perasaan benar sendiri dan meyalahkan orang yang benar.
Tokoh uamt hendaknya hati-hati dalam memimpin uamt jangan
sampai menjadi penyebab kerusakan umat.
Halaman 18 E-Book www.abualbinjy.wordpress.com

Dari Tsauban, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya yang paling aku


takutkan dari umatku adalah para pemimpin yang menyesatkan.” (HR.
Tirmidzi 2155 dishahihkan oleh Syaikh Al Albani Shahihul Jami’ 2316).
Tokoh uamt hendaknya takut di hadapan pengadilan Allah pada saat
pengikut mengadu pada hari kiamat. Baca Surat Ibrahim [14] : 21-22 dan
surat Ghofir [23] : 47-48, surat As Saba’ [34] : 31-33.

Mudah-mudahan Allah memberi petunjuk kepada kita semua, menjadi


pemimpin yang mengajak umat kepada yang haq yang diridhoi oleh Allah.

Anda mungkin juga menyukai