RDN Haidar Humair
RDN Haidar Humair
Oleh :
Pembimbing
KENDARI
2018
RESPIRATORY DISTRESS OF THE NEWBORN
Haidar Humair, Musyawarah
A. PENDAHULUAN
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan peningkatan risiko masuk ke
pernapasan. 1
B. DEFINISI
berupa cekungan atau tarikan kulit antara iga (interkostal) dan atau di bawah
1
Diagnosis banding distress pernapasan mencakup kelaianan pada jantung,
C. EPIDEMIOLOGI
Distres pernapasan adalah salah satu alasan paling sering seorang bayi
dirawat di Neonatal Intensive Care Unit (NICU). 15% bayi cukup bulan dan
29% dari bayi prematur yang terlambat dirawat di Neonatal Intensive Care
tinggi pada bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 34 minggu. Faktor risiko
kematian pada bayi yang lahir prematur. RDS meningkat dengan meningkatnya
peluang 60 persen untuk berkembang menjadi RDS, tetapi bayi yang dilahirkan
dalam kondisi penuh jarang mengalami kondisi ini. Faktor risiko ibu untuk
2
periodontal, massa tubuh ibu yang rendah, perawatan pranatal yang buruk, dan
kemiskinan. Di antara bayi prematur, risiko RDS meningkat pada ras Kaukasia,
seks pria, saudara dengan RDS sebelumnya , kelahiran sesar, asfiksia perinatal,
dan diabetes ibu. Pada tahun 2003, jumlah kelahiran hidup di Amerika Serikat
untuk semua ras adalah 4.089.950; sekitar 0,6 persen bayi baru lahir memiliki
RDS (sekitar 24.000 atau 6 per 1.000 kelahiran hidup). Pada tahun 2005, ada
4.138.000 kelahiran hidup di Amerika Serikat, dan jumlah bayi yang terkena
RDS meningkat karena tingkat kelahiran prematur meningkat dari 11,6 persen
D. ETIOLOGI
yaitu5 :
stenosis bronchial.
3. Penyebab pulmonal:
3
a. Aspirasi mekonium
c. Atelektasis
pulmonalis interstitialis
d. Depresi neonatal
e. Syok
g. Hipotermia
4
E. KLASIFIKASI GANGGUAN NAPAS
ekspirasi
saat ekspirasi
sianosis sentral
sentral
Gangguan Nafas Frekuensi nafas 60-90 kali/menit TANPA tarikan dinding
Kongenital
Tabel 1. Klasifikasi ganguan napas (Sumber : Buku Ajar Neonatologi IDAI, 2008)
Pemeriksaan 0 1 2
5
Frekuensi nafas < 60 kali/menit 60-80 kali/menit > 80 kali/menit
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis Tidak ada sianosis Sianosis hilang Sianosis
dengan O2 menetap
walaupun diberi
O2
Air entry Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
udara masuk masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar
dengan stetoskop tanpa alat bantu
Tabel 2. Skor Downes (Sumber : Buku Ajar Neonatologi IDAI, 2008)
F. EMBRIOLOGI PARU
bronkiolus ini membelah menjadi tiga hingga enam duktus alveolaris. Duktus
Pada akhir bulan ketujuh, terdapat sakulus alveolaris matur dan kapiler
dalam jumlah yang cukup untuk menjamin pertukaran gas yang adekuat, dan
bayi yang dilahirkan prematur mampu bertahan hidup Selama 2 bulan terakhir
6
kehidupan pranatal dan selama beberapa tahun sesudahnya, jumlah sakus
terminalis terus bertambah. Selain itu, sel-sel yang melapisi sakus, dikenal
sebagai sel epitel alveolus tipe I, menjadi lebih gepeng, sehingga kapiler di
endotel dan epitel ini membentuk sawar darah-udara. Alveolus matur tidak
terdapat sebelum lahir. Selain sel-sel endotel dan sel epitel alveolus gepeng,
tipe sel lainnya berkembang di akhir bulan keenam. Sel-sel ini, sel epitel
dan surfaktan dari sel epitel alveolus (tipe II). Jumlah surfaktan di dalam cairan
fosfolipid ini masuk ke cairan amnion dan bekerja pada makrofag di dalam
makrofag ini bermigrasi melewati korion ke dalam uterus tempat makrofag ini
cairan amnion. Gerakan ini penting untuk merangsang perkembangan paru dan
sebagian besar cairan paru secara cepat diserap oleh kapiler darah dan limfe,
7
dan sebagian kecil kemungkinan dikeluarkan melalui trakea dan bronkus
selama persalinan.6
udara masuk ke dalam alveolus saat bernapas pertama kali, selubung surfaktan
permukaan yang tinggi. Tanpa lapisan surfaktan yang mengandung lemak ini,
rongga pleura.6
respiratorius dan alveolus. Diperkirakan bahwa hanya 1/6 dari jumlah alveolus
pada orang dewasa yang terdapat pada saat lahir. Sisa alveolus terbentuk
8
G. PATOGENESIS
Perkembangan paru normal terjadi pada 5 fase yang telah dijelaskan diatas.
TTN, RDS, pneumonia neonatal, MAS, dan hipertensi pulmonal persisten pada
bayi baru lahir (PPHN), yang merupakan hasil dari komplikasi selama periode
usia 2 hingga 5 tahun karena itu, penyakit akibat prekembangan paru masih
9
meningkatkan tegangan permukaan di alveoli, menghasilkan mikro
(RDS). Hal ini merupakan penyebab umum kematian pada bayi prematur.
merupakan penyebab pada sekitar 20% kematian di antara bayi baru lahir.
RDS.6
adalah gangguan pernapasan dini pada bayi cukup bulan dan bayi
pembersihan cairan paru janin. Biasanya di dalam rahim, ruang udara janin
dan kantung udara diisi cairan. Agar pertukaran gas efektif terjadi setelah
lahir, cairan ini harus dibersihkan dari ruang udara alveolar. Pada akhir
10
kehamilan dan sebelum kelahiran, klorida channel dan pengaliran cairan di
pernapasan pada bayi baru lahir yang disebabkan oleh adanya mekonium
rambut lanugo, bahan lemak dari vernix caseosa, cairan ketuban, cairan
11
paru bayi yang lahir mati dan bayi yang meninggal segera setelah lahir
total atau parsial. Pada saat bayi mulai bernapas, mekonium bergerak dari
sehingga terjadi area yang tidak terjadi ventilasi dan perfusi menyebabkan
ballvalve effect yaitu udara yang dihirup dapat memasuki alveoli tetapi
tidak dapat keluar dari alveoli. Hal ini akan mengakibatkan air trapping di
b. Pneumonitis Kimiawi
yang diperantarai oleh proses inflamasi. Dalam beberapa jam neutrofil dan
makrofag telah berada di dalam alveoli, saluran napas besar dan parenkim
paru. Dari makrofag akan dikeluarkan sitokin seperti TNF α, TNF-1b, dan
12
paru atau menyebabkan kebocoran vaskular yang mengakibatkan
darah tali pusat dan kulit ketuban, serta mempunyai dampak langsung
c. Vasokonstriksi Pulmonal
persisten.8
H. DIAGNOSIS
analisa gas darah (blood gas analysis). Perhitungan indeks oksigenasi akan
napas harus hati-hati atau waspada karena dapat terjadi bayi dengan gejala
napas berat dapat juga terjadi pada bayi tanpa gejala distres respirasi
(hipoventilasi sentral akibat intoksikasi obat atau infeksi). Penilaian yang hati-
kesadaran, gejala respirasi, Analisis Gas Darah dan respons terhadap terapi
13
dapat merupakan kunci yang berarti untuk menentukan perlunya intervensi
selanjutnya.5
1. Anamnesis
depresi neonatal, tali pusat menumbung. Bayi lebih bulan, demam atau
trauma,miastenia.
2. Pemeriksaan Fisik
14
Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai gejala klinik gangguan napas
seperti :
b. Sianosis
c. Retraksi
3. Faktor Predisposisi
pneumotoraks
pematangan paru
d. Bayi lahir dengan operasi sesar : bayi yang lahir dengan operasi sesar
e. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita demam, ketuban pecah dini
15
f. Bayi dengan kulit berwarna seperti mekonium mungkin mengalami
aspirasi mekonium
4. Pemeriksaan Penunjang
ditandai dengan PaCO2 > 50 mmHg, PaO2 < 60 mmHg atau Saturasi
metabolism anaerobik.
b. Elektrolit
16
1) Kenaikan kadar serum bikarbonat mungkin karena kompensasi
kronik.
berkembang.
17
6) Pemeriksaan transiluminasi toraks dilakukan dengan cara memberi
emboli paru.
18
bronchogram
III Sedang-Berat Seperti di atas ditambah batas jantung menjadi
tidak jelas
IV Berat “white lung” : paru putih menyeluruh
Tabel 3. Klasifikasi Gangguan Napas (Sumber : Buku Ajar Neonatologi IDAI, 2008)
I. PENATALAKSANAAN
nafas ringan pada waktu lahir tanpa gejala-gejala lain disebut Transient
c. Berikan asi bila bayi mampu menghisap. Bila tidak, berikan asi peras
19
dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan, bayi dapat
dipulangkan.
c. Jika ada tanda berikut (suhu aksiler <34ºC atau >39ºC, air ketuban
infeksi berat atau ketuban pecah dini (>18 jam) ambil sampel darah
e. Bila suhu masih belum stabil, atau gangguan napas belum ada
g. Bila tidak ada tanda-tanda sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam.
20
j. Apabila tidak diperlukan lagi pemberian O2, mulailah melatih bayi
menyusu.
hari, minum baik dan tidak ada alasan bayi tetap tinggal di RS, bayi
dapat dipulangkan.
e. Nilai kondisi bayi 4 kali setiap hari aoakah ada tanda perbaikan
lambung.
baru lahir :
21
1. Transient Tachypneu of Newborn (TTN)
oksigen parsial normal pada darah arteri. Biasanya tidak ada terapi lain
yang diperlukan Posisikan bayi pada posisi tengkurap dan kepala sedikit
pernapasan. Jika tidak ada perbaikan dalam 2 jam , foto rontgen dada
dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap jika rontgen dada tidak tampak
a. Resusitasi adekuat
Bayi yang dilahirkan secara prematur, bayi dari ibu diabetes, atau bayi
setelah lahir.11
22
b. Sokongan umum
biasanya hari ketiga pasca lahir. Cairan yang diberikan berupa larutan
c. Bantuan Pernapasan
H2O dapat ditoleransi dengan jalur nasal. Jika nasal CPAP tidak efektif
d. Penggantian surfaktan
23
2). Terapi kuratif, yang digunakan untuk terapi pada bayi yang
Terapi profilaksis sangat berguna pada bayi berat lahir sangat rendah
tunggal.11
ada indikasi
Beractant 4 ml/kg BB lahir Dapat diulang minimal setelah 6
4 menit
Porcine 2,5 ml/kg BB lahir Dua dosis berurutan 1,25 ml/kg,
a. Airway Clearing
24
resusitasi neonatal dan menyarankan penghisapan trakea pada aspirasi
b. Dukungan Ventilator
jika udara terjebak bukan masalah besar. Jika CPAP tidak mencukupi,
pendek dan waktu ekspirasi yang lama dengan tingkat cepat telah
25
c. Terapi Surfaktan
digunakan dalam kondisi ini. Juga telah diamati bahwa terapi surfaktan
Namun tidak ada konsensus yang jelas tentang dosis optimal atau
26
mencapai manfaat penuh dari INO ketika ada penyakit parenkim yang
e. Terapi steroid
yang ditandai dengan adanya jumlah sel yang meningkat dan sitokin
dengan fungsi paru yang meningkat. Steroid yang disediakan oleh rute
berkembang.
f. Antibiotik
alasannya adalah:
27
3) Peningkatan in vitro dari pertumbuhan bakteri oleh mekonium
J. PROGNOSIS
Prognosis baik bila gangguan napas akut dan tidak berhubungan dengan
K. KOMPLIKASI
Inisiasi yang tertunda dari pemberian makanan oral dapat mengganggu ikatan
a. Komplikasi akut
1) Kebocoran udara
28
memburuk, biasanya dengan hipotensi, apnea, bradikardia, atau
persisten asidosis.14
2) Infeksi
3) Perdarahan Intrakranial
ultrasonografi kranial.14
29
perkembangan saraf dan retinopati prematuritas. Risiko komplikasi ini
yaitu:15
a. Kebocoran udara
hingga 33% pasien dengan MAS. Kebocoran udara terjadi lebih sering
sebagai etiologi. Pada bayi yang sakit parah dengan MAS dan PPHN,
c. Sekuele paru
30