Anda di halaman 1dari 45

DOSIS

DEFINISI

Merupakan takaran pemakaian yang dimuat dalam farmakope


Indonesia, yang harus diberikan kepada pasien untuk menghasilkan
suatu efek.

Faktor yang mempengaruhi terhadap efektifitas dari suatu dosis obat,


antara lain :

1. Usia
2. Berat badan
3. Kelamin
4. Luas permukaan tubuh
5. Keparahan suatu penyakit
6. Keadaan daya tahan pasien
Macam – macam dosis

1. Dosis maksimal (MD), batas maksimal dari suatu takaran


pemakaian obat yang tertera dalam farmakope.
2. Dosis lazim, dosis yang biasa digunakan untuk terapi

Penerapan Dosis

1. Dosis untuk Manula


lazimnya peka terhadap obat, karena sirkulasi darahnya kurang.
fungsi hati dan ginjal? Eleminasi ?
Ikatan protein dengan obat menurun sehingga ??
sehingga dianjurkan pengurangan dosis terhadap manula, terutama
obat-obat yang bkerja pada sistem saraf pusat. Obat ini pada dosis
biasa dapat menyebabkan reaksi keracunan yang hebat. Cth lain :
obat jantung, hormon insulin.
Dosis Lansia

65 – 74 tahun : dosis biasa – 10 %


75 – 84 tahun : d0sis biasa – 20 %
85 tahun ke atas : dosis biasa – 30 %

2. Anak kecil (neonatus)


umumnya menunjukkan kerentanan yang lebih besar terhadap obat
ginjal dan hati ??
contoh : - kloramfenikol , pemakaian rutin menyebabkan
ketoksikan
- sulfonamid, eleminasinya lambat
- ketotifen mampu menyebabkan reaksi paradoksal
Dosis Anak
1. Berdasarkan Usia
a. Rumus Young n
XD
anak – anak 1-12 tahun n + 12
n
anak – anak > 12 tahun XD
20
dimana n = usia (tahun) dan D = dosis dewasa
b. Rumus Augsberger
adalah tepat, tetapi lebih sulit dipratekkan.
untuk 2 – 12 bulan : (m + 13) % dari D
untuk 1 – 11 tahun : (4n + 20 ) % dari D
untuk 12 – 16 tahun : (5n + 10 ) % dari D
2. Berdasarkan Bobot Badan
menghasilkan dosis yang lebih seksama, biasa digunakan Rumus
Clark. W
W = berat
X D badan dalam kg
68
Di samping itu, ada pula daftar obat yang menggunakan dosis sekian
mg setiap kg bobot badan (mg / kg b.b)

3. Berdasarkan Luas Permukaan Badan


sebenarnya paling tepat, karena mengingat adanya hubungan
langsung antara permukaan badan dan kecepatan metabolisme, tetapi
pada prakteknya jarang digunakan karena kurang begitu praktis.
Beberapa kondisi khusus mengharuskan mengaplikasikannya :
onkolitika, prematur dan neonatus

0, 5738 x W x I
PB =
0,3964 x 0,024265
Waktu Minum
Obat
Obat Diminum Sebelum Makan (a.c = ante coenam)

absorbsi obat paling cepat pada kondisi lambung kosong, karena tidak terhalang
oleh content lambung.
Maka obat yang bertujuan memberikan efek yang cepat, sebaiknya diminum sebelum
makan, yaitu saat lambung kosong. Misalnya analgetika (ex. Asetosal dan NSAIDs).
Atau untuk memperoleh kadar plasma yang lebih tinggi yaitu 1 jam sebelum makan
atau 2 jam sesudah makan.
Contoh : - antibiotik dari kelompok penisilin, eritromisin, sefalosporin,
rifampisin.
- tonikum, Ca-asetosal, domperidon
Obat Diminum Setelah Makan (p.c = post coenam)

Alasannya :
1.Makanan dapat menghambat perombakan obat di dinding usus, sehingga BA-nya
meningkat
2.Sesuai untuk obat – obat yang dapat mengiritasi lambung dan mukosa lambung.
Contoh :
- antasida (setengah jam sesudah makan)
- NSAIDs, asetosal, diuretika, antiepilepsi, antelmitik, kotrimoksazol
INH dll
EFEK OBAT
Secara umum, efek obat digolongkan menjadi 2 :

1. Efek Sistemik, dimana obat beredar ke


seluruh tubuh melalui aliran darah, sehingga
dapat memberikan efek ke seluruh tubuh

2. Efek Local, dimana obat memberikan efek


pada tempat dimana obat tersebut diberikan

Untuk dapat memberikan efek, baik sistemik maupun lokal


sangat dipengaruhi :

1. Faktor formulasi
2. Cara Penggunaan Obat
1. Efek Utama = efek terapi
merupakan efek yang dikehendaki dari obat yang
digunakan dalam proses terapi

Mekanisme pengobatan / terapi ada 3 macam :


a.Terapi kausal, yaitu obat yang menghilangkan penyebab
penyakit
b.Terapi simptomatik, obat yang menghilangkan atau
meringankan gejala penyakit
c.Terapi subtitusi

Efek utama dikelompokkan menjadi 2 golongan :


1. Efek langsung pada penderita
2. Efek obat yang mempengaruhi jasad renik
2. Efek Samping
merupakan efek yang tidak dikehendaki untuk tujuan
terapi dan tidak ikut pada kegunaan terapi.

Beberapa efek samping yang mudah dirasakan :


a.Rasa kantuk setelah pemberian antihistamin atau obat
cacing
b.Rasa lelah setelah pemberian antihistamin dan
sulfonamid
c.Rasa segar di badan setelah pemakaian kofein
d.Rasa kering di mulut pada pemakaian antidepresi
3. Efek Teratogenik
merupakan efek obat yang pada dosis terapi untuk ibu
mengakibatkan cacat pada janin

4. Efek Toksik
Aksi tambahan dari obat yang lebih berat dibanding
efek samping yang merupakan efek yang tidak
diinginkan. Jadi tergantung pada besarnya dosis obat,
dapat diperoleh efek terapi atau toksik
EFEK PENGULANGAN ATAU PENGGUNAAN OBAT YANG LAMA

1. Reaksi Hipersensisitif
Suatu alergik merupakan respon abnormal terhadap
obat atau zat dimana pasien sebelumnya telah kontak
dengan obat tersebut hingga berkembang timbulnya
antibodi

2. Kumulasi
Suatu fenomena pengumpulan obat dalam tubuh
sebagai akibat pengulangan penggunaan obat, dimana
obat diekskresikan lebih lambat dibandingkan dengan
absorbsinya
3. Toleransi
Suatu fenomena berkurangnya respon terhadap dosis
obat yang sama. Untuk memperoleh respon yang sama
perlu memperbesar dosis obat tersebut

4. Takhifilaksis
Suatu fenomena berkurangnya kecepatan respon
terhadap aksi obat pada pengulangan penggunaan obat
dalam dosi yang sama.
5. Resistensi terhadap bakteri
Obat tidak mampu bekerja lagi untuk membunuh dan
menghambat perkembangan bakteri.
5. Habituasi
Suatu gejala ketergantungan psikologik terhadap suatu obat.
Menurut WHO ditandai dengan :
a. selalu ingin menggunakan obat
b. Tanpa atau sedikit kecenderungan untuk menaikkan dosis
c. Timbul ketergantungan psikis
d. Memberikan efek yang merugikan

6. Adiksi
Suatu gejala ketergantungan psikologis dan fisik suatu obat.
Ciri-cirinya :
a. ada dorongan untuk selalu menggunakan obat
b. Ada kecenderungan untuk menaikkan dosis
c. Timbul ketergantungan psikis dan diikuti ketergantungan
fisik
d. Merugikan baik individi dan masyarakat
Faktor-faktor formulasi :
1.Derajat kehalusan serbuk
2.bentuk kristal zat aktif (amorf, kristal,
polimorfi)
3.Kimiawi obat (ester, garam, kompleks, hidrat,
anhidrat)
4.Exepien
5.Alat dan kondisi fisis
Cara penggunaan Obat yang memberi efek sistemik :
1.Oral, penggunaan melalui mulut dan masuk perut
2.Sublingual, tablet diletakkan di bawah lidah
3.Bukal, tablet diletakkan diantara gusi dan pipi
4.Injeksi atau parenteral
5.Implantasi subkutan
6.rektal

Cara pemberian obat yang memberi efek lokal :


1.Inhalasi, berupa larutan yang disemprotkan ke dalam
mulut atau hidung
2.Penggunaan obat pada mukosa atau selaput lendir
3.Pemberian obat pada kulit
Obat yang langsung kepada penderita :
1.Obat yang mempengaruhi ssp, misalnya anestetik (ether, propofol),
sedative/penyebab kantuk (luminal/penobarbital), relaxan saraf pusat
(meprobamat), obat penenang (reserpin, diazepam, klordiazepina)
2.Pemacu ssp, misalnya analeptik : memacu pernafasan (niketamid), antikantuk
(kofein), menaikkan aktivitas (amfetamin), antidepresi (imipramin)
3.Senyawa adrenergic, memiliki aksi mengatur tekanan darah, memacu jantung,
relaksasi tenggorokan, mengatur kadar gula dalam darah, mengatur keluarnya
ingus. Misalnya dopamine
4.Senyawa kolinergik, berpengaruh pada syaraf pengggerak otot sehingga dapat
meregang atau kontraksi. Misalnya neostigmin
5.Penghalang kolinergic dan adrenergic, yaitu menghentikan air ludah yang berlebih,
melebarka pupil mata, mengurangi kejang usus (atropin, papaverin)
6.Mempercepat pengeluaran urin (tiazid)
7.Anaestesi lokal (prokain, benzokain)
8.Histamin, melebarkan pembuluh darah kapiler, bereaksi pada otot halus,
menimbulkan rasa sesak nafas dan gatal
9.Anti histamin, menghilangkan gatal/alergi (CTM, incidal, difenhidramin)
10.Analgetik antipiretik (penghilang rasa nyeri dan penurun panas), misalnya
ibuprofen, paracetamol
11.Anti inflamasi, penghilang bengkak (asam mefenamat, indometasin)
12.Hormon steroid, untuk kontrasepsi dan sebagai antiradang (deksametasone)
Efek Obat yang mempengaruhi jasad renik :
1.Antibakteri : alkohol, iodium tinture
2.Antiprotozoa : carbazon
3.Antitumor : vinblastin
4.Anti TBC : INH, rifampicin, etambutol
5.Antijamur : ketokonazol, metronidazole
6.Antimalaria : kinin
7.Antibiotik : tetrasiklin, penisilin
FARMAKODINAMIK
Definisi merupakan ilmu yang mempelajari efek obat terhadap biokimia,
fisiologi dan mekanisme kerja obat.

Interaksi antara obat dengan sel diduga mengubah fungsi komponen sel,
sehingga sel akan merespon dan bergabung menimbulkan “aksi obat”
dan proses selanjutnya disebut “efek obat”

Tujuan mengetahui proses farmakodinamik adalah Agar dapat


memberikan dasar terapi yang rasional.

22
Tiga hal penting yang terkait dengan proses
farmakodinamik :
1. Mekanisme kerja Obat
dimana pada proses ini terjadi interaksi antara obat dengan tempat bagian
fungsional dari sel (reseptor) obat.

Efek maksimal yang timbul apabila semua bagian dari sel/reseptor


berinteraksi dengan obat.

Obat yyang berinteraksi dengan reseptor adalah obat dalam keadaan bebas

2. Hubungan struktur dan aktivitas


sangat spesifik, artinya????
3. Hubungan Antara Dosis Obat dengan Respon Penderita

23
Reseptor Obat
Suatu reseptor adalah suatu makromolekul target khusus, berada pada
permukaan sel atau intraselular, yang mengikat suatu obat dan
menimbulkan kerja farmakologiknya.
Contoh reseptor : Enzim dan Protein

Dalam tiap kasus, pembentukan kompleks obat reseptor menghasilkan


suatu respon biologik dan besarnya respon adalah proporsional dengan
jumlah kompleks obat reseptor :
Obat + Reseptor → Kompleks Obat-reseptor → Efek
Konsep ini sangat mirip dengan pembentukan kompleks antara enzim dan
substrat atau antigen antibodi: interaksi ini mempunyai banyak persamaan,
mungkin paling penting adalah spesifisitas. Tetapi, reseptor tersebut tidak
mempunyai kemampuan untuk mengundang suatu ligand (obat) tetapi juga dapat
merangkaikan atau mengubah ikatan ini menjadi suatu respons dengan cara
menyebabkan suatu perubahan konformasional atau suatu efek biokimia (Mary J.
Mycek, 2001).
Barbara Sattler, RN, DrPH, FAAN
University of Maryland School of Nursing
Environmental Health Education Center
Barbara Sattler, RN, DrPH, FAAN
University of Maryland School of Nursing
Environmental Health Education Center
10. HUB. DOSIS RESPON
HUBUNGAN KONSENTRASI-EFEK
KURVA KONSENTRASI-EFEK
Faktor-faktor yang mempengaruhi Hubungan
Dosis dan Efek Obat
1. Dosis dalam resep
- kepatuhan penderita
- kesalahan medikasi
2. Dosis yang diminum
- kecepatan absorbsi
- ukuran dari komponen tubuh
- distribusi obat
- kecepatan eliminasi
3. Konsentrasi pada tempat kerja obat
- fisiologi tubuh
- faktorm patologis dan genetik
- timbulnya toleransi
4. Intensitas Efek
- interaksi obat-reseptor 29
- keadaan fungsional
KOMBINASI
OBAT
Dua obat yang digunakan pada saat yang bersamaan, dapat
saling mempengaruhi kerja masing-masing obat, yaitu :
-Bisa berlawanan (antagonisme)
-Bisa kerjasama (sinergisme)

A. ANTAGONIS
ME

Terjadi jika kegiatan obat pertama dikurangi atau ditiadakan oleh obat
kedua yang memiliki efek farmakologi yang berlawanan.
Contoh : efek bronkokonstriksi histamin (reseptor histamin) >< adrenalin
(adrenoreseptor beta) pada otot bronkus.
Jenis Antagonisme, berdasarkan farmakodinamiknya :
1.Antagonisme fungsional, terjadi pada sistem yang sama tetapi pada sistem
reseptor yang berlainan.
2. Antagonisme fisiologik, terjadi pada sistem yang berbeda dan
menimbulkan efek berlawanan. Contohnya dihidralazin >< digitalis

3. Antagonis biokimiawi, obat kedua secara tidak langsung mengurangi


obat pertama.
Contohnya : penobarbital><dikumarol

4. Antagonis pada reseptor, melalui sistem reseptor yang sama.


Antagonis mengukat reseptor di tempat reseptor site.
Contohnya : efek histamin >< obat antihistamin (reseptor histamin.
Terdiri dari :
a. Antagonis kompetitif, dimana akan berikatan dengan reseptor
dan bersaing secara reversibel. Ex. : beta bloker >< antihistamin
b. Antagonis nonkompetitif, dimana akan berikatan dengan
reseptor dan bersaing secara ireversibel. Ex. : zat kelasi pada
keracunan logam.
5. Antagonisme kimiawi, terjadi antara agonis dan antagonis karena
terjadi reaksi kimia secara langsung membentuk produk inaktif.
ex. : antasida >< tetrasiklin
B. SINERGISME

Kerja sama antara 2 obat, salah satu obat diperkuat oleh obat lain jika
dipakai secara bersamaan.
Jenis Sinergisme :
a.Adisi (Sumasi), jika efek keseluruhan obat sama besar dengan jumlah
kekuatan kerja masing – masing obat. Contohnya : kombinasi asetosal dan
parasetamol atau pada trisulfa.
b.Potensiasi (Superadisi = meningkatkan potensi), Kedua obat saling
memperkuat khasiatnya, sehingga terjadi efek yang melebihi jumlah
matematis dari a + b. Efek keseluruhan tidak berhubungan dengan
penambahan dosis tunggal.
Ex. kotrimoksasol
Tujuan kombinasi obat diberikan dalam perbandingan tetap, yaitu :
a.Mengadisi daya kerja terapeutisnya tanpa mengadisi efek buruknya. Contoh :
trisulfa
b.Mencegah timbulnya resistensi bakteri, misalnya kombinasi INH dengan
PAS
Kombinasi tetap, keuntungannya adalah praktis tetapi dosis obat tidak
dapat diubah tanpa mengubah pula dosis obat keduanya, sedangkan skema
penakarannya untuk setiap obat berbeda karena waktu setengahnya
berlainan.

Sekian ........
INTERAKSI
OBAT
A. Interaksi obat dengan obat

Terjadi pada pemakaian bersama obat dalam berbagai


keadaan, baik secara fisis, khemis atau farmakologis.
1.Interaksi Fisis
ciri – ciri :- terjadi pada saat peracikan
- tidak berbahaya
- langsung bisa diatasi
- biasanya terjadi perubahan warna, bentuk dan
konsistensinya
2. Interaksi Khemis
ciri – ciri :- melibatkan proses kimia
- bisa bersifat menguntungkan, ex. As. Askorbat
dan ferrosulfat
- bisa bersifat merugikan, ex. Tetrasiklin dan
aluminium / magnesium / ferrosulfat (obat
maag)

3. Interaksi Farmakologis
ciri – ciri :- interaksi yang berhubungan dengan efek
kerja dari pemakaian obat
- contohnya : - aspirin + alkohol, pencegahan??
- aspirin + vitamin C
- INH + Al(OH)3
- penisilin + eritromisin
Macam – macam cara berlangsungnya interaksi obat, a. l. :
1. Interaksi Kimia
2. Kompetisi untuk protein plasma, ex. Analgetik dengan
klofibrat dan kinidin = akan terjadi pendesakan ikatan dengan
protein sehingga efeknya meningkat
3. Induksi enzim, meningkatkan pembentukan enzim dan tidak
hanya mempercepat eleminasinya juga perombakan obat lain.
Ex. Obat hipnotik = meningkatkan biotransformasi
antikoagulan & antidepresi, shg me efeknya
4. Inhibisi Enzim, zat yang mengganggu fungsi hati dan
enzymnya. Ex. Alkohol, yang mampu memperkuat daya kerja
obat lain yang efek dan lama kerja obatnya tergantung pada
enzim tersebut.
B. Interaksi obat denga makanan

Adakalanya terjadi interaksi obat dengan makanan, sehingga mampu


mempengaruhi farmakokinetik suatu obat, a. l. :
1.Absorbsi
obat dapat diikat oleh makanan, sehingga absorbsinya di usus dapat
diperlambat atau dikurangi, sehingga efeknya akan turun.
ex. : - makanan berserat dengan anti kolesterol, sehingga BA-nya
turun.
- antikoagulan dengan sayuran bervitamin K
2.Metabolisme
perombakan obat dapat dirintangi sehingga kadarnya meningkat dan
timbul efek toksis.
ex. : - MAO-blokers dengan keju-coklat
- jus anggur dengan Ca antagonis & saquinavir.
3. Eleminasi
- suatu diet vegetaris ketat akan meningkatkan pH urin (alkali)
sehingga akan meningkatkan ekskresi obat yang bersifat asam lemah,
ex. Vit c dan NSAID.
- diet yang kaya protein akan menurunkan pH urin, sehingga
reabsorbsi tubuler obat yang bersifat basa lemah akan berkurang,
sehingga ekskresinya meningkat, ex. Pada morfin atau kinin.
1. Obat dengan interaksi penting!
terjadi pada bifosfonat, digoksin, levodopa, nitrendipin, penisilamin dan
warfarin.
Levodopa dan metildopa membentuk kompleks dengan Fe sehingga
reabsorbsinya menurun hingga 60 %.
2. Obat yang meningkatkan kebutiuhan
biasanya akan kebutuhan vitamin tertentu, misalnya :
- pil antihamil, INH, penisilamin dan hidralazin = meningkatkan
kebuthan piridoksin
- salisilat dan tetrasiklin, meningkatkan kebutuhan vitamin C
- parafin (Laxadine) dapat menurunkan resorpsi vit ADEK
3. Obat dengan indeks terapi sempit
harus sangat berhati-hati!! Karena dengan peningkatan kadar obat
dalam plasma yang sedikit, akan menyebabkan gejala toksisitas yang
hebat. Ex. : teofilin, kumarin, fenitoin, digoksin dan antidiabetik oral
KONTRAINDIKASI
OBAT
Merupakan kondisi yang berlawanan dengan khasiat /
indikasi dari obat yang diberikan.
Bisa terjadi karena pemberian suatu obat tertentu secara
bersamaan atau karena keadaan tertentu px. Berarti
merupakan kaitan yang erat antara efek samping negatif dan
penyakit kronis ynag diderita.
Ex. :
-Pemberian tetrasiklin pada penderita gagal ginjal
-Antalgin pada trimester awal dan diminum bersama alkohol
-Kortikosteroid pada hamil muda
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai