Anda di halaman 1dari 8

PRAKTIKUM 2 DAN 3

KONSELING POST TES HIV

Tujuan pembelajaran:
Mahasiswa mampu mendemonstrasikan pemberian konseling pada klien post test HIV

Skenario:
Seorang wanita berusia 25 tahun yang tengah hamil menangis tersedu-sedu di sebuah klinik, saat
mengetahui bahwa dia telah positif terinfeksi HIV. Dia takut anak yang dikandungnya juga akan
terinfeksi HIV. Selain itu dia juga merasa tidak mempunyai masa depan lagi karena sudah
terserang penyakit mematikan.

Pertanyaan minimal:
1. Apa yang harus dilakukan oleh seorang konselor untuk meningkatkan
kenyamanan klien?
2. Bagaimana melakukan konseling pada klien yang positif terinfeksi HIV?

3. Bagaimana melakukan konseling pada klien dengan hasil tes HIV negatif?
KONSELING POST TEST HIV

A. OVERVIEW
Konseling pasca tes adalah diskusi antara konselor dengan klien, bertujuan
menyampaikan hasil tes HIV klien serta membantu klien beradaptasi dengan hasil tesnya
(Kemenkes RI, 2013). Semua klien/pasien yang menjalani tes HIV perlu menerima
konseling pasca tes tanpa memandang apapun hasilnya. Hasil tes HIV tersebut
disampaikan kepada klien/pasien sesegara mungkin secara individual dengan informasi
singkat, jelas dan terkait dengan pengobatan dan perawatan selanjutnya. Konseling pasca
tes membantu klien/pasien memahami dan menyesuaikan diri dengan hasil tes.
Hal-hal berikut dilakukan oleh petugas atau konselor pada saat konseling pasca tes:
a. Membacakan hasil tes
b. Menjelaskan makna hasil tes
c. Memberikan informasi selanjutnya
d.Mendiskusikan strategi untuk menurunkan penularan HIV dan rencanakan
pengobatan
e. Merujuk klien/pasien ke fasilitas layanan kesehatan dan layanan lainnya

Petugas yang memberikan konseling pasca-tes sebaiknya orang yang sama dengan
orang yang memberikan konseling atau informasi pra tes. Dalam hal konseling tidak
dapat diberikan oleh orang yang sama maka dapat ditawarkan petugas pengganti.
Hal penting dalam menyampaikan hasil tes:
a. Periksa ulang seluruh hasil tes klien/pasien dalam data klien/catatan medik.
Lakukan hal ini sebelum bertemu klien/pasien untuk memastikan kebenarannya.
a. Hasil tes tertulis tidak diberikan kepada klien/pasien. Jika klien/pasien
memerlukannya, dapat diberikan salinan hasil tes HIV dan dikeluarkan dengan
tandatangan dokter penanggungjawab, mengikuti format penulisan dalam formulir
hasil tes antibodi HIV.
Konseling pada test HIV baik sebelum maupun sesudah pelaksanaan test penting untuk
dilakukan (Bhattacharya, Barton & Catalan, 2008). Pada pelaksanaan konseling post test
HIV, perawat harus memperhatikan kenyamanan klien. Ada beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan klien:
• Gunakan ruangan yang tenang dan resiko gangguan minimal
• Atur posisi kursi untuk pencahayaan yang tepat
Setelah itu, perawat sebagai konselor menjelaskan hasil tes yang telah dilakukan.
Sensitivitas konselor merupakan hal yang penting, karena dari sebuah riset menyatakan
bahwa konselor yang baik adalah yang tahu kapan saat untuk berbicara dan kapan untuk
diam (Sawitri, Sumantera, Wirawan, Ford & Lehman 2006).
Hasil tes HIV ini baik positif maupun negatif harus didiskusikan, termasuk bagaimana
perasaan klien mengenai hasil yang telah diharapkan. Perawat dapat memberikan informasi
tambahan, jika klien terlihat shock dan tidak sepenuhnya memahami informasi. Evaluasi
dari konseling dapat dilakukan dengan meminta klien mengulang informasi yang telah
dijelaskan baik secara verbal maupun tertulis. Idealnya, konseling terhadap pasangan dan
keluarga klien dapat dimulai pada saat yang bersamaan.

B. KLIEN DENGAN HASIL HIV POSITIF


Setelah hasil tes antibodi HIV didapatkan, perawat harus menjelaskan secara perlahan,
memberikan suport emosional dan menjelaskan bagaimana koping yang paling tepat. Kaji
dampak emosional dari hasil tes, dan jelaskan bahwa reaksi klien tersebut adalah normal.
Eksplorasi ketakutan klien terhadap kematian, kehilangan pekerjaan, penerimaan keluarga,
pemikiran terhadap kualitas hidup, efek pengobatan, dan respon sosial.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah kemauan klien untuk mengikuti konseling
lanjutan. Jika klien tidak bersedia mengikuti konseling lanjutan, maka sesi ini dapat
digunakan untuk menjelaskan pengobatan medis, seperti terapi antiretroviral dan treatment
infeksi oportunistik, dan suport emosional dan finansial. Apabila klien bersedia mengikuti
konseling lanjutan maka informasi tersebut dapat diberikan pada sesi berikutnya. Kaji
pemahaman klien dan kemampuan untuk mencegah penyebaran HIV lebih lanjut. Berikan
kondom dan jelaskan bagaimana mendapatkan kondom selanjutnya.
• Jelaskan bahwa berarti pasien tersebut telah terinfeksi
• Berikan konseling pasca-tes dan dukungan
• Tawarkan perawatan berkelanjutan dan rencanakan kunjungan tindak lanjut
• Berikan nasehat pentinganya melakukan perilaku seks dengan kondom agar tidak
menularkan kepada orang lain dan terhindar dari IMS lain, dan terhindar dari infeksi virus
HIV jenis lain. Buat rencana pengurangan perilaku berisiko bersama pasien
• Berikan saran kepada pria dewasa untuk tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah,
untuk menghindari penularan kepada orang lain.
• Bila perlu, rujuklah pasien untuk mendapatkan layanan pencegahan dan perawatan lebih
lanjut, seperti kepada dukungan sebaya dan layanan khusus untuk kelompok rentan.

C. KLIEN DENGAN HASIL HIV NEGATIF


Jika hasil tes menunjukkan HIV negatif, maka konseling tentang perilaku beresiko dan
metode pencegahan sangat penting untuk dilakukan. Perawat sebagai konselor harus
menjelaskan tentang window period (antara 3-6 bulan), karena hasil negatif dapat berarti
false negatif. Apabila diperlukan, klien diminta untuk mengulangi test pada periode 3-6
bulan kedepan, dan jelaskan tindakan pencegahan, dan kemungkinan klien terinfeksi setiap
saat. Sesi konseling ini adalah waktu yang ideal untuk menjelaskan perilaku dan pilihan
seksual, penyalah gunaan obat, dan perilaku beresiko lainnya. Saat mengetahui status
HIVnya negatif, klien tetap dapat mempelajari perilaku seks yang aman, dan memodifikasi
perilaku beresiko lainnya.
• Berikan kesempatan pada pasien untuk merasa lega atau bereaksi positif yang lain.
• Berikan konseling tentang pentingnya tetap negatif dengan cara menggunakan
kondom secara benar dan konsisten, atau perilaku seksual yang lebih aman lainnya.
• Buat rencana pengurangan perilaku berisiko bersama pasien
• Apabila pajanan baru saja terjadi atau pasien termasuk dalam kelompok risiko
tinggi, jelaskan bahwa hasil negatif tersebut dapat berarti tidak terinfeksi HIV atau
sudah terinfeksi namun belum sempat terbentuk antibodi untuk melawan virus
(disebut
Periode Jendela = “Window Period”, 3-6 bulan). Tawarkan tes HIV ulang pada 8
minggu kemudian.
• Bila perlu, rujuklah pasien untuk mendapatkan layanan pencegahan dan perawatan
lebih lanjut, seperti kepada dukungan sebaya dan layanan khusus untuk kelompok
rentan.
D. BILA PASIEN TIDAK INGIN MENGETAHUI HASILNYA ATAU BELUM
MEMBUKA HASILNYA (ATAU BELUM DITES)

• Jelaskan prosedur yang menjamin kerahasiaan.


• Tekankan kembali pentingnya menjalani tes dan keuntungan untuk mengetahui
hasilnya.
• Gali kembali kendala untuk menjalani tes, mengetahui, dan membuka status (rasa
takut, persepsi yang salah, dan sebagainya).

Sumber pustaka:
• Bhattacharya, R, Barton, S & Catalan, J, 2008, “When good news is bad news:
psychological impact of false positive diagnosis of HIV”, AIDS Care
• Vol. 20, No. 5, May 2008, pp. 560-564
• Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pedoman Nasional Tes dan
Konseling HIV dan AIDS
• Sawitri, AA, Sumantera, GM, Wirawan, DN, Ford, K, & Lehman, E, 2006, “HIV
testing experience of drug users in Bali, Indonesia”, AIDS Care, vol. 18, no. 6, pp. 577-
588

• World Health Organisation, accessed 12th January 2009. <http://www.who.org/Fact


Sheets on HIV/AIDSfor nurses and midwives.pdf
Cek list konseling post tes HIV

No Aspek yang dinilai Raw Critically Diffculty Score


score
1 Pra interaksi: 3 2 1 6
a. Verifikasi catatan keperawatan
b. Jaga lingkungan
c. Cuci tangan
2 Tahap orientasi: 6 2 2 24
a. Berikan salam
b. Klarifikasi kontrak waktu tindakan
c. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
d. Beri kesempatan klien untuk bertanya
e. Menanyakan kesiapan klien untuk menerima test.
f. Mengkaji ulang secara singkat dan menanyakan
3 Tahap kerja: 4 3 1 12
a. Jelaskan hasil tes HIV yang telah dilakukan
b. Membuka amplop dan menyampaikan secara lisan
hasil testing HIV.
c. Memberi kesempatan klien membaca hasil.
d. Menjelaskan kepada klien tentang hasil testing HIV yang
telah dibuka dan yang telah dibaca bersama.

Bila hasil tes positif HIV: 8 3 3 72


a. Memeriksa apa yang diketahui klien tentang hasil test.
b. Menjelaskan dengan tenang arti hasil pemeriksaan
c. Kaji reaksi klien
d. Eksplorasi perasaan klien: ketakutan klien akan
kematian, kehilangan pekerjaan, respon masyarakat
e. Memberi kesempatan klien untuk meluapkan emosi.
f. Jelaskan bahwa reaksi tersebut normal
g. Berikan suport emosional
h. Memfasilitasi problem coping (kemampuan
menyelesaikan masalah)

Setelah klien cukup tenang dan konseling dapat dilanjutkan


konselor menyelesaikan informasi sebagai berikut : 12 3 3 108
a. Pengobatan ARV
b. Kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual
c. Menawarkan konseling pasangan
d. Untuk klien laki-laki, menawarkan secara rutin
klien mengikuti pemeriksaan sifilis dan manfaat
pengobatan sifilis.
e. Untuk klien perempuan terdapat fasilitas layanan
pemeriksaan kehamilan dan rencana penggunaan
alat kontrasepsi bagi laki-laki dan perempuan.
f. Memotivasi klien agar datang ke klinik untuk
evaluasi awal secara medis.
g. konselor dan klien menyepakati waktu kunjungan
berikutnya
h. Apabila pada waktu yang ditentukan klien tidak bisa
hadir, disarankan untuk menghubungi konselor
melalui telepon untuk perjanjian berikutnya
i. Memberi kesempatan kepada klien untuk bertanya
mengenai hal-hal yang belum diketahui
j. Menawarkan pelayanan VCT pada pasangan klien.
k. Apabila klien sudah jelas dan tidak ada pertanyaan,
maka konseling pasca-testing ditutup.
l. Memotivasi klien agar mencari pendampingan oleh
pendamping ODHA.

Bila hasil tes negatif 7 3 3 63


a. Jelaskan tentang perilaku beresiko dan pencegahan
penularan HIV
b. Jelaskan tentang window period dan false negatif
c. Dorong untuk mengulang tes HIV pada 3-6 bulan yang
akan datang dan pelayanan VCT bagi pasangan
d. Jelaskan perilaku seksual yang aman dan memodifikasi
perilaku beresiko
e. Memberi kesempatan kepada klien untuk bertanya
mengenai hal-hal yang belum diketahui.
f. Apabila klien sudah jelas dan tidak ada pertanyaan,
maka konseling pasca-testing ditutup.
g. Membuat perjanjian untuk kunjungan ulang apabila
dibutuhkan
4 Tahap terminasi: 5 2 1 10
a. Evaluasi perasaan pasien dan keputusan pasien
b. Beri reinforcement
c. Simpulkan hasil kegiatan dan rencana tindak lanjut
d. Salam
e. Cuci tangan
5 Dokumentasikan: 6 3 1 18
a. Nama pasien, nomor rekam medis
b. Masalah keperawatan
c. Tindakan yang dilakukan
d. Respon klien : Subjektif, Objektif, Analisa, Planning
e. Tanggal, jam
f. Nama dan tandatangan perawat
6 Sikap : 6 3 1 18
a. Teliti
b. Empati
c. Peduli
d. Sabar
e. Sopan
f. Senyum
Nilai Akhir:
Jika hasil positif (Total skor/268)X100 268
Jika hasil negatif (Total skor/151)X100 151

Anda mungkin juga menyukai